universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-pr-ary...

88
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALANKESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 16 JANUARI– 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARY ANDRIANI, S. Farm 1106046723 ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Upload: doancong

Post on 28-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALANKESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN

ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERIODE 16 JANUARI– 27 JANUARI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ARY ANDRIANI, S. Farm

1106046723

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK JUNI 2012

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

ii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN

ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERIODE 16 JANUARI – 27 JANUARI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ARY ANDRIANI, S. Farm

1106046723

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK JUNI 2012

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

iii Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh : Nama : Ary Andriani, S.Farm. NPM : 1106046723 Program Studi : Apoteker - Departemen Farmasi FMIPA UI Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Apoteker di Direktorat Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Periode 16-27 Januari 2012

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Pengujian dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker – Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : Drs. M. Taufik S, M.M., Apt. ( ...........................................)

Pembimbing 2 : Prof. Dr. Endang Hanani, M,Si, Apt.( ............................................)

Penguji : ........................................... ( ............................................)

Penguji : ........................................... ( ............................................)

Penguji : ........................................... ( ............................................)

Ditetapkan di : Depok

Tanggal :

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) Angkatan LXXIV Universitas Indonesia, yang diselenggarakan

pada tanggal 16 Januari – 27 Januari 2012 di Direktorat Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari

kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk

meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setelah

mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat

pada saat memasuki dunia kerja. Dalam pelaksanaan kegiatan PKPA ini penulis

tak luput mendapat bajyak bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari bberbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan penuh ketulusan dan

kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dra. Maura Linda Sitanggang, PhD selaku Direktur Jenderal Bina

kefarmasian dan Alat Kesehatan.

2. Dr. Setiawan Soeparan, MPH. selaku Direktur Direktorat Bina Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan di Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan, atas pengarahannya selama pelaksanaan Praktek

Kerja Profesi Apoteker.

3. Drs. M. Taufik S, Apt, MM selaku Kepala Subdirektorat Pemantauan

dan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan atas

bimbingan dan arahan yang diberikan selama pelaksanaan Praktek Kerja

Porfesi Apoteker.

4. Ibu Endah Sri Suharti selaku Kepala Subdirektorat Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan atas bimbingan dan arahan yang

diberikan selama pelaksanaan Praktek Kerja Porfesi Apoteker.

5. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S, Apt. selaku Ketua Departemen

Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

v Universitas Indonesia

6. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker

Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

7. Ibu Prof. Dr. Endang Hanani, M.Si., Apt. Selaku pembimbing dari

Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia yang telah

memberikan pengerahan dan bimbingan selama penulisan laporan PKPA.

8. Seluruh staf Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia dan

Seluruh staf Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

9. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang

telah memberikan dukungan dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat

banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan

dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi

Apoteker ini dapat memberikan manfat bagi rekan-rekan sejawat dan semua

pihak yang membutuhkan.

Depok, Juni 2012

Penulis

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

vi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv DAFTAR ISI .............................................................................................. vi DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. viii BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Tujuan ...................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ..................................................................... 3 2.1 Tinjauan Umum Kementerian Kesehatan .................................. 3

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN .......................... 13 3.1 Tugas Pokok dan Fungsi .......................................................... 13 3.2 Tujuan ..................................................................................... 14 3.3 Sasaran .................................................................................... 14 3.4 Strategi Intervensi ................................................................... 14 3.5 Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan .............................................................. 15 3.5 Sumber Daya Manusia ............................................................. 20

BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................... 22 4.1 Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat ............... 23 4.2 Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ................................................................................ 24 4.3 Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ................................................................................ 28 4.4 Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ....................................................... 30

BAB 5 PENUTUP .................................................................................... 32 5.1 Kesimpulan ............................................................................. 32 5.2 Saran ....................................................................................... 33

DAFTAR ACUAN ..................................................................................... 34 LAMPIRAN ............................................................................................... 35

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

vii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Sumber Daya Manusia (SDM) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan .............................................................. 21

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

viii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan ............................ 35 Lampiran 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan .................................................................. 36 Lampiran 3. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan ............................................. 36 Lampiran 4. Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan .............................................................. 37 Lampiran 5. Struktur Organisasi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian ... 37 Lampiran 6. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi

Alat Kesehatan ........................................................................ 38 Lampiran 7. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian ............................................................................ 38

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu kesejahteraan

yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang

dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang

merata dan terjangkau oleh masyarakat. Tanggung jawab tersebut dikhususkan

pada pelayanan publik. Terkait dengan sumber daya di bidang kesehatan,

pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya yang adil dan

merata bagi seluruh masyarakat agar memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Depkes RI, 2009).

Dalam mewujudkan penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan

terjangkau oleh masyarakat maka Departemen Kesehatan membentuk Direktorat

Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2002. Kemudian

pada tahun 2010 Menteri Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kesehatan

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memiliki satu

Sekretariat Direktorat Jenderal dan empat direktorat. Salah satu diantara direktorat

tersebut adalah Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang

menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara merata dan

terjangkau oleh masyarakat pada pelayanan kesehatan dasar (Kementerian

Kesehatan, 2010b).

Untuk menjamin ketersediaan dan terjangkaunya obat dan perbekalan

kesehatan maka diperlukan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang

profesional salah satunya adalah apoteker. Apoteker merupakan tenaga

kefarmasian yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan pekerjaan

kefarmasian yang dalam hal ini berkaitan dengan penyediaan sediaan farmasi

(Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

2

Universitas Indonesia

Pekerjaan Kefarmasian). Mengingat pentingnya peran apoteker dalam menjamin

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, maka calon apoteker perlu

melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan sehingga calon apoteker memperoleh gambaran

mengenai peran apoteker sebagai pembuat kebijakan dalam menjamin

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan bagi masyarakat yang ditetapkan dan

diterapkan di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, terutama

di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

1.2 Tujuan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan bertujuan agar calon apoteker :

1. Memahami tugas pokok dan fungsi dari Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

2. Memahami ruang lingkup kerja, tugas pokok, dan fungsi Direktorat Bina

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

3. Mengetahui kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

pada tahun 2011.

4. Mengetahui peran apoteker sebagai pembuat kebijakan dalam menjamin

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan bagi masyarakat yang ditetapkan

dan diterapkan di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,

terutama di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi dan misi

sebagai berikut.

2.1.1 Visi dan Misi (Kementerian Kesehatan, 2011)

2.1.1.1 Visi

Visi Kementerian Kesehatan adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan

Berkeadilan.

2.1.1.2 Misi

Misi Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan

masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.

2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya

kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dam pemerataan sumber daya kesehatan.

4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

2.1.2 Kedudukan, Tugas dan Fungsi (Kementerian Kesehatan, 2010b)

Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Presiden. Kementerian Kesehatan dipimpin oleh Menteri Kesehatan. Kementerian

Kesehatan mempunyai tugas membantu menyelenggarakan urusan di bidang

kesehatan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

Kementerian Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan;

2. Pengelolaan barang milik/ kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Kesehatan;

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

4

Universitas Indonesia

3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan;

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Kesehatan di daerah; dan

5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

2.1.3 Nilai-Nilai (Kementerian Kesehatan, 2011)

Kementerian Kesehatan memiliki nilai-nilai yang merupakan satu

keseluruhan dalam melaksanakan program-program yang dimiliki oleh

Kementerian Kesehatan. Nilai-nilai tersebut yaitu pro rakyat, inklusif, responsif,

efektif, dan bersih.

2.1.4 Rencana Strategis (Kementerian Kesehatan, 2011)

Untuk mewujudkan visi Kementerian Kesehatan periode tahun 2010 –

2014 dan sesuai dengan misi yang telah ditetapkan, maka pembangunan kesehatan

dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat swasta dan masyarakat madani

dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global;

2. Meningkatkan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu, pelayanan, dan

berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan pada upaya promotif

dan preventif;

3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk

mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional;

4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan sumber daya manusia

kesehatan yang merata dan bermutu;

5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat

kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan makanan; dan

6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan,

berdayaguna, dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan

yang bertanggung jawab.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

5

Universitas Indonesia

2.1.5 Struktur Organisasi (Kementerian Kesehatan, 2010b)

Kementerian Kesehatan yang dipimpin oleh Menteri Kesehatan terdiri atas

(Lampiran 1) :

1. Sekretariat Jenderal;

2. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan;

3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;

4. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak;

5. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

6. Inspektorat Jenderal;

7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;

8. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan;

9. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi;

10. Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat;

11. Staf Ahli Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan;

12. Staf Ahli Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi;

13. Staf Ahli Bidang Mediko Legal;

14. Pusat Data dan Informasi;

15. Pusat Kerja Sama Luar Negeri;

16. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan;

17. Pusat pembiayaan dan Jaminan Kesehatan;

18. Pusat Komunikasi Publik;

19. Pusat Promosi Kesehatan;

20. Pusat Inteligensia Kesehatan; dan

21. Pusat Kesehatan Haji.

2.2 Tinjauan Tentang Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan

2.2.1 Tugas dan Fungsi (Kementerian Kesehatan, 2010b)

2.2.1.1 Tugas

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai

tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di

bidang pembinaan kefarmasiaan dan alat kesehatan.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

6

Universitas Indonesia

2.2.1.2 Fungsi

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan

kefarmasian dan alat kesehatan;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan kefarmasian

dan alat kesehatan; dan

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan.

2.2.2 Tujuan (Kementerian Kesehatan, 2011)

1. Terjaminnya ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan

perbekalan kesehatan bagi pelayanan kesehatan;

2. Terlindunginya masyarakat dari penggunaan obat dan perbekalan kesehatan

yang tidak memenuhi standar mutu, keamanan, dan kerasionalan; dan

3. Meningkatnya mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit

dalam kerangka pelayanan kesehatan komprehensif yang didukung oleh

tenaga farmasi yang profesional.

2.2.3 Sasaran dan Indikator (Kementerian Kesehatan, 2011)

Sasaran hasil program kefarmasian dan alat kesehatan adalah

meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan

terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil pada tahun 2014

adalah persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%.

2.2.4 Kegiatan (Kementerian Kesehatan, 2011)

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan

meliputi:

1. Peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan;

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

7

Universitas Indonesia

2. Peningkatan produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan

rumah tangga;

3. Peningkatan pelayanan kefarmasian; dan

4. Peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian.

2.2.5 Struktur Organisasi (Kementerian Kesehatan, 2010b)

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dipimpin oleh

Direktur Jenderal yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri Kesehatan.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri (Lampiran 2) :

2.2.5.1 Sekretariat Direktorat Jenderal

1. Tugas dan Fungsi

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan

pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat

Jenderal. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Direktorat Jenderal

menyelenggarakan fungsi :

a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, anggaran;

b. Pengelolaan data dan informasi;

c. Penyiapan urusan hukum, penataan organisasi, jabatan fungsional dan

hubungan masyarakat;

d. Pengelolaan urusan keuangan;

e. Pelaksanaan urusan kepegawaian, tata persuratan, kearsipan, gaji, rumah

tangga, dan perlengkapan; dan

f. Evaluasi dan penyusunan laporan

2. Struktur Organisasi

Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari (Lampiran 3) :

a. Bagian Program dan Informasi;

b. Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat;

c. Bagian Keuangan;

d. Bagian Kepegawaian dan Umum; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

8

Universitas Indonesia

2.2.5.2 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

1. Tugas dan Fungsi

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan

kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Obat Publik

dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga

obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta

pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan.

b. Pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,

penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta

pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik

dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat

publik dan perbekalan kesehatan;

d. Pemberian bimbingan teknis di bidang analisis dan standardisasi harga

obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta

pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;

e. Penyiapan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan

pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan

evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; dan

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

2. Struktur Organisasi

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri dari

(Lampiran 4) :

a. Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat;

b. Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

9

Universitas Indonesia

c. Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;

d. Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

2.2.5.3 Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian

1. Tugas dan Fungsi

Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pelayanan kefarmasian. Dalam melaksanakan

tugasnya, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standardisasi, farmasi

komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat rasional;

b. Pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi

klinik dan penggunaan obat rasional;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

standardisasi,farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat

rasional;

d. Pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi, farmasi komunitas,

farmasi klinik dan penggunaan obat rasional;

e. Penyiapan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

kebijakan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan

penggunaan obat rasional; dan

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

2. Struktur Organisasi

Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian terdiri dari (Lampiran 5) :

a. Subdirektorat Standardisasi;

b. Subdirektorat Farmasi Komunitas;

c. Subdirektorat Farmasi Klinik;

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

10

Universitas Indonesia

d. Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

2.2.5.4 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

1. Tugas dan Fungsi

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan

kesehatan rumah tangga.Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Bina Produksi

dan Distribusi Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi

dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;

b. Pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan

sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian,

inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan

rumah tangga;

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian, inspeksi,

standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah

tangga;

e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian,

inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan

rumah tangga; dan

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

2. Struktur Organisasi

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri dari

(Lampiran 6) :

a. Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan;

b. Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan Kesehatan

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

11

Universitas Indonesia

Rumah Tangga;

c. Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah

Tangga;

d. Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

2.2.5.5 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian

1. Tugas dan Fungsi

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Dalam melaksanakan

tugasnya, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi

kefarmasian;

b. Pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

produksi dan distribusi kefarmasian;

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian dan analisis

di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;

e. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di

bidang produksi dan distribusi kefarmasian;

f. Pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; dan

g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

2. Struktur Organisasi

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri dari

(Lampiran 7) :

a. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional;

b. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan;

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

12

Universitas Indonesia

c. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekusor dan

Sediaan Farmasi Khusus;

d. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

13 Universitas Indonesia

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN 3.1 Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yaitu

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan.

Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga

obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta

pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;

2. Pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,

penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta

pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik

dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik

dan perbekalan kesehatan;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang analisis dan Standardisasi

harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan,

serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan,

dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;

5. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis

dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan

perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan

perbekalan kesehatan; dan

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

14

Universitas Indonesia

3.2 Tujuan

Tujuan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan adalah

penyediaan obat dan perbekalan kesehatan di sektor publik yang lengkap, jumlah

cukup, dan mudah diperoleh setiap saat dengan harga terjangkau dan kualitas

terjamin, serta menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat

dan perbekalan kesehatan bagi pelayanan kesehatan. Dengan mewujudkan suatu

pedoman, standar, norma, kriteria, dan prosedur di bidang penyediaan dan

pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan

dasar, sesuai peraturan yang berlaku.

3.3 Sasaran

Sasaran hasil Program Obat Publik dan Pebekalan Kesehatan adalah

meningkatnya ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan

dasar. Indikator tercapainya sasaran hasil pada tahun 2014 adalah persentase

ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%, persentase penggunaan obat generik

di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 80%, dan persentase instalasi farmasi

Kab/Kota sesuai standar sebesar 80%.

3.4 Strategi Intervensi

Dalam rangka mencapai sasaran, maka Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan memiliki strategi dalam menjalankan kebijakannya antara

lain :

a. Meningkatkan cakupan dan kuantitas pelayanan dengan beberapa strategi yang

dijalankan, antara lain:

1. Ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan mencakup jenis,

jumlah cukup dan mudah diperoleh setiap saat, harga terjangkau dan

kualitas terjamin; dan

2. Manajemen logistik obat dan perbekalan kesehatan.

b. Membangun kemitraan dengan pemerintah daerah, dinas/instansi lintas sektor

dan perguruan tinggi profesi terkait dalam hal :

1. Perumusan kebijakan di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan di

unit pelayanan kesehatan dasar.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

15

Universitas Indonesia

2. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur dalam hal

pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan; dan

3. Melaksanakan advokasi dalam rangka terwujudnya kebijakan, program

atau proyek atau kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasarannya.

3.5 Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan

Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan terdiri dari :

1. Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat;

2. Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;

3. Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;

4. Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan;

5. Subbagian Tata Usaha; dan

6. Kelompok Jabatan Fungsional.

3.5.1 Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat

Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,

evaluasi dan penyusunan laporan di bidang analisis dan Standardisasi harga obat.

3.5.1.1 Tugas dan Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Analisis dan Standardisasi

Harga Obat menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis

dan standardisasi harga obat;

2. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang analisis dan standardisasi harga obat;

3. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang analisis dan standardisasi harga

obat; dan

4. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan

kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

16

Universitas Indonesia

3.5.1.2 Struktur Organisasi Subdit Analisis dan Standardisasi Harga Obat

Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat terdiri atas :

a. Seksi Analisis Harga Obat

Seksi Analisis Harga Obat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan analisis, kajian, dan pemantauan harga obat.

b. Seksi Standardisasi Harga Obat

Seksi Standardisasi Harga Obat mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria harga obat.

3.5.2 Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan

teknis, pengendalian, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan di

bidang penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan.

3.5.2.1 Tugas dan Fungsi Subdit Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan

Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan

obat publik dan perbekalan kesehatan;

2. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan;

3. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang penyediaan

obat publik dan perbekalan kesehatan; dan

4. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

kebijakan di bidang penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

17

Universitas Indonesia

3.5.2.2 Struktur Organisasi Subdit Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan

Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri

atas :

a. Seksi Perencanaan Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Perencanaan Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan di bidang perencanaan penyediaan obat publik dan perbekalan

kesehatan.

b. Seksi Pemantauan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Pemantauan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis,

pengendalian, pemantauan, dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang

ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan.

3.5.3 Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan

teknis, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pengelolaan obat publik dan

perbekalan kesehatan.

3.5.3.1 Tugas dan Fungsi Subdit Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan

Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan

obat publik dan perbekalan kesehatan;

2. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan;

3. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang pengelolaan

obat publik dan perbekalan kesehatan; dan

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

18

Universitas Indonesia

4. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan

kebijakan di bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.

3.5.3.2 Struktur Organisasi Subdit Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan

Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri

atas :

a. Seksi Standardisasi Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Standardisasi Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.

b. Seksi Bimbingan dan Pengendalian Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Bimbingan dan Pengendalian Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis,

pengendalian, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang

pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.

3.5.4 Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan

Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi

dan penyusunan laporan di bidang program obat publik dan perbekalan kesehatan.

3.5.4.1 Tugas dan Fungsi Subdit Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik

dan Perbekalan Kesehatan

Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi

Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan pemantauan pelaksanaan kebijakan di bidang program obat

publik dan perbekalan kesehatan; dan

b. Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang program obat

publik dan perbekalan kesehatan.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

19

Universitas Indonesia

3.5.4.2 Struktur Organisasi Subdit Pemantauan dan Evaluasi Program Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan

Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan terdiri atas :

a. Seksi Pemantauan Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Pemantauan Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan pelaksanaan

program obat publik dan perbekalan kesehatan.

b. Seksi Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan program obat publik

dan perbekalan kesehatan.

3.5.5 Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan

rumah tangga Direktorat. Tugas subbagian ini adalah melakukan urusan Tata

Usaha dan rumah tangga Direktorat. Uraian tugas subbagian ini adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan penyiapan rancangan kegiatan Subbagian Tata Usaha

berdasarkan rencana jangka panjang, menengah, dan pendek sesuai program

dan referensi terkait;

2. Melakukan penyiapan rancangan rencana pelaksanaan kegiatan Subbagian

Tata Usaha berdasarkan rencana tahunan;

3. Membimbing pelaksanaan tugas/kegiatan Subbagian Tata Usaha dengan

memberi petunjuk dan membagi tugas agar pelaksanaan tugas/kegiatan

dapat berjalan dengan lancar, tepat waktu, dan tepat guna;

4. Melakukan manajemen layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan dengan

cara merencanakan, mengatur, dan mengevaluasi sumber daya yang ada

di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan agar

pelaksanaan program/kegiatan sesuai dengan rencana;

5. Melakukan penyiapan rancangan usulan kebutuhan tenaga dan kebutuhan

diklat pegawai di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

20

Universitas Indonesia

Kesehatan berdasarkan kebutuhan pelaksanaan program serta masukan dari

unit kerja di lingkungan Direktorat;

6. Melakukan penyiapan rancangan usulan kebutuhan peralatan/

perlengkapan/fasilitas kerja di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan dan kebutuhan biaya pemeliharaannya berdasarkan

kebutuhan pelaksanaan program serta masukan dari unit kerja di lingkungan

Direktorat;

7. Melakukan penyiapan rancangan usulan kenaikan pangkat, Kejadian Luar

Biasa (KLB), pemindahan, pemberhentian dan pensiun/cuti dan lain-lain di

lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dengan

cara menelaah/mengolah bahan/data kepegawaian yang ada dan usulan dari

pegawai yang bersangkutan;

8. Melaporkan secara berkala pelaksanaan kegiatan layanan ketatausahaan dan

kerumahtanggaan baik lisan maupun tertulis kepada Direktur Bina Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan dengan cara menyusun laporan sesuai

dengan hasil pelaksanaan kegiatan; dan

9. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka kelancaran

pelaksanaan tugas.

3.6 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang terdapat pada Direktorat Bina Obat Publik

dan Perbekalan Kesehatan berjumlah 34 orang dengan perincian sebagai

berikut

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

21

Universitas Indonesia

Tabel 3.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan

Organisasi Jumlah SDM

Direktur Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 1

Subdirektorat Analisis Obat dan Standardisasi Harga Obat 5

Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 7

Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 7

Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik

Publik dan Perbekalan Kesehatan 6

Subbagian Tata Usaha 9

Total 35

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

22 Universitas indonesia

BAB 4 PEMBAHASAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1144/MENKES/PER/III/2010, kementerian kesehatan RI terdiri dari Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya

Kesehatan, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan dipimpin oleh Direktur

Jenderal yang membawahi empat direktorat yaitu Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Bina

Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, dan Direktorat Bina Produksi dan

Distribusi Kefarmasian. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

berupa Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009 yang menetapkan bahwa tujuan

dari pelayanan kefarmasian adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan

yang bermutu, bermanfaat, terjangkau untuk meningkatkan derajat kesehatan

setinggi-tingginya. Hal tersebut diwujudkan oleh Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan dalam sebuah misi yaitu terjaminnya ketersediaan,

kemerataan, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan bagi pelayanan

kesehatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010)

Tugas Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1144/MENKES/PER/III/2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan adalah melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma,

standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang obat publik dan perbekalan kesehatan.

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri dari empat

subdirektorat yaitu subdirektorat analisis dan standardisasi harga obat,

subdirektorat penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan, subdirektorat

pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, subdirektorat pemantauan dan

evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan. Pembagian tersebut

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

23

Universitas Indonesia

dilakukan untuk dapat menjalani tugas dan fungsi secara maksimal agar tujuan

tercapai.

4.1. Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat

Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat dalam melaksanakan

tugasnya dibagi menjadi dua seksi, yaitu Seksi Analisis Harga Obat dan Seksi

Standardisasi Harga Obat. Seksi analisa harga obat bertugas untuk menganalisa

harga yang ada di pasaran. Sedangkan seksi standardisasi harga obat bertugas

untuk membuat kebijakan-kebijakan terkait penentuan harga obat. Output utama

dari subdirektorat ini adalah Surat Keputusan Harga Obat yang dikeluarkan tiap

tahun baik berupa SK Harga Eceran tertinggi (HET), SK Harga Obat untuk

Pengadaan Pemerintah, dan SK Harga Vaksin dan Serum.

Pengendalian harga obat dilakukan agar harga obat yang beredar di

masyarakat bersifat rasional. Harga obat yang rasional diartikan sebagai harga

yang terjangkau oleh masyarakat dan masih menguntungkan bagi pihak produsen.

Harga obat yang dikendalikan adalah harga obat generik, baik untuk pengadaan

pemerintah, maupun untuk masyarakat secara langsung melalui penjualan di

apotek. Harga obat generik perlu ditetapkan karena obat generik termasuk

komoditas yang berhubungan dengan hajat hidup masyarakat terutama untuk

pelayanan kesehatan dasar sehingga keterjangkauannya oleh masyarakat menjadi

sangat penting.

Penetapan harga obat generik dilakukan oleh Menteri Kesehatan

berdasarkan rekomendasi Tim Evaluasi Harga Obat yang bersifat independen.

Tim ini dibentuk oleh Menteri Kesehatan dan beranggotakan pihak-pihak yang

berasal dari perguruan tinggi (universitas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), praktisi kesehatan dan Ikatan

Apoteker Indonesia (IAI). Perumusan rekomendasi harga obat generik tersebut

dilakukan dengan pendekatan struktur harga obat dan kelayakan harga dalam

kondisi nyata Indonesia. Penetapan harga pada tiap daerah dapat berbeda-beda

sesuai dengan penggolongan regional yang dipengaruhi oleh jarak.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

24

Universitas Indonesia

4.2. Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Subdirektorat ini dibagi menjadi dua seksi yaitu seksi Perencanaan

Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Seksi Pemantauan

Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

4.2.1. Perencanaan Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Perencanaan merupakan salah satu tahap yang menentukan dalam proses

penyediaan dan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Perencanaan

yang tepat mengenai jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan dapat

mempelancar pelaksanaan PKD di masyarakat. Tujuan perencanaan penyediaan

obat publik dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan

kesehatan dengan jenis dan jumlah yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan PKD

dengan mutu obat yang terjamin dan obat dapat diperoleh pada saat diperlukan.

Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota dilakukan

oleh Tim Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terpadu di

Kabupaten/Kota yang dibentuk melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota. Tim ini

akan melakukan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antar instansi yang terkait

dengan masalah obat di setiap Kabupaten/Kota.

Perencanaan dilakukan dengan sistem dari bawah ke atas (bottom-up),

yaitu data kebutuhan diperoleh dari data pemakaian oleh Puskesmas setiap

bulan yang kemudian direkapitulasi menjadi suatu rencana kebutuhan obat dan

perbekalan kesehatan selama satu tahun. Dalam melakukan perencanaan,

Puskesmas akan menyerahkan data pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO

(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat). Selanjutnya, Instalasi

Farmasi Kabupaten/Kota merekapitulasi dan menganalisa kebutuhan obat

Puskesmas diwilayah kerjanya dan melaporkannya ke Dinas Kesehatan Propinsi

setiap tiga bulan sekali. Selanjutnya, Dinas Kesehatan Propinsi membuat laporan

ke Direktorat Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan. Ketepatan dan kebenaran

data di Puskesmas akan memengaruhi ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan

secara keseluruhan di Kabupaten/Kota.

Proses perencanaan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan melalui

beberapa tahap, yaitu: (1) proses kompilasi, (2) proses perhitungan kebutuhan, (3)

proses proyeksi kebutuhan, (4) proses penyesuaian rencana pengadaan. Proses

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

25

Universitas Indonesia

kompilasi dilakukan dengan mengisi Formulir Kompilasi Pemakaian Obat (IFK-

1) dari masing-masing jenis obat untuk seluruh Puskesmas. Data pemakaian obat

di Puskesmas diperoleh dari LPLPO dan pola penyakit. Tahap proses perhitungan

kebutuhan obat yang dilakukan dengan metode konsumsi dan metode morbiditas.

Melalui metode konsumsi, kebutuhan dilihat dari data pemakaian obat beberapa

tahun sebelumnya. Untuk memperoleh data yang mendekati ketepatan, maka

perlu dilakukan analisa trend (regresi linear) pemakaian obat tiga tahun

sebelumnya atau lebih. Sedangkan melalui metode morbiditas, kebutuhan dilihat

dari pola penyakit dengan memerhatikan perkembangan pola penyakit dan lead

time. Perhitungan morbiditas diperoleh dari pengisian formulir IFK-2. Tahap

proses proyeksi kebutuhan obat dilakukan dengan membuat rancangan stok akhir

untuk periode yang akan datang dan menghitung rancangan kebutuhan obat untuk

tahun yang akan datang dengan mengisi Lembar Kerja Perencanaan Pengadaan

Obat menggunakan formulir IFK-3. Kemudian untuk tahap proses penyesuaian

rencana, pengadaan obat harus mempertimbangkan dana yang tersedia. Apabila

dana tidak mencukupi, perlu dilakukan analisa kebutuhan sesuai anggaran dengan

menggunakan metode analisa ABC dan seleksi obat dengan menggunakan metode

analisa VEN.

Pembiayaan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan untuk Pelayanan

Kesehatan Dasar (PKD) dibiayai melalaui berbagai sumber anggaran. Anggaran

untuk pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan di unit PKD berasal dari

APBN, APBD I, Dana Alokasi Umum (DAU)/APBD II, dan sumber-sumber lain,

seperti Asuransi Kesehatan (ASKES). Sebelum tahun 2010, pengadaan obat

berasal dari pusat (APBN) berupa obat dan perbekalan kesehatan yang

didistribusikan ke tiap Kabupaten/Kota dan berasal dari APBD dan Dana Alokasi

Umum (DAU) berupa dana untuk pembelian atau pengadaan obat. Setelah tahun

2010, pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan dari pusat dialihkan dalam

bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diserahkan ke Kabupaten/Kota. Tujuan

dari kebijakan ini adalah untuk melaksanakan otonomi daerah dan agar

Kabupaten/Kota lebih mandiri dalam melakukan pengadaan obat. Namun, tidak

semua Kabupaten/Kota memperoleh DAK. Alokasi DAK bergantung pada

kemampuan finansial dan pendapatan kabupaten/kota. Daerah yang tidak

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

26

Universitas Indonesia

mendapatkan DAK, pengadaan obatnya berasal dari APBD. DAK yang diberikan

oleh pemerintah pusat hanya sebagai bantuan, sumber anggaran utama

kabupaten/kota dalam melakukan pengadaan obat publik dan perbekalan

kesehatan adalah APBD II. Saat ini pemerintah pusat hanya bertindak sebagai

pengelola stok pengaman obat publik dan perbekalan kesehatan nasional.

Stok pengaman nasional merupakan cadangan obat milik pemerintah pusat

untuk memenuhi permintaan obat yang sebelumnya tidak direncanakan seperti

pada saat kejadian luar biasa (KLB) suatu penyakit, bencana alam dan untuk

memenuhi kekurangan kebutuhan obat pada Kabupaten/Kota, termasuk

Kabupaten/Kota yang baru terbentuk. Pengadaan stok pengaman dilakukan satu

tahun sekali oleh Kementerian Kesehatan RI. Obat-obat yang termasuk dalam

stok pengaman, meliputi obat untuk PKD, seperti obat-obat golongan analgetik-

antipiretik, antasida, antidiare, antibiotik, obat batuk, obat luka, dan obat kulit;

obat-obat program seperti obat TB Paru, obat filariasis, obat penyakit kelamin,

obat Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), obat perbaikan gizi dan obat polio;

obat-obat yang digunakan pada saat Kejadian Luar Biasa (KLB), termasuk juga

obat-obat yang diperlukan pada saat terjadi bencana (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2010).

Agar kegiatan dalam perencanaan pengadaan obat dan perbekalan

kesehatan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dalam hal ini

ditetapkan jadwal kegiatan yang disajikan dalam Rencana Kerja Operasional

untuk perencanaan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota

yang dimulai dari persiapan perencanaan, pelaksanaan perencanaan dan

pengendalian perencanaan yang dilanjutkan dengan penyusunan rencana kerja

operasional untuk pengadaan juga dimulai dari persiapan pengadaan, pelaksanaan

pengadaan dengan menggunakan formulir IFK-4.

Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan dilaksanakan sesuai

Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah

antara pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

dan Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan

pengadaan barang/ jasa Instansi pemerintah melalui lelang, pemilihan langsung,

penunjukan langsung (untuk pengadaan skala kecil, telah dilakukan lelang ulang,

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

27

Universitas Indonesia

pengadaan yang sifatnya mendesak, penyediaan barang/jasa tunggal) dan

swakelola. Pengadaan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan dilakukan melalui proses lelang. Hal ini bertujuan untuk

memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi

dan juga diharapkan akan memperoleh penawaran harga yang lebih bersaing.

Dalam pengadaan obat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar

memperoleh kualitas dan kuantitas yang baik, seperti kriteria obat dan perbekalan

kesehatan, metode pengadaan, persyaratan pemasok, penentuan waktu kedatangan

obat, penerimaan dan pemeriksaan obat, dan pemantauan status pesanan. Pada

kriteria umum, dilakukan pemeriksaan admistratif obat sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan. Sedangkan pada kriteria mutu obat dilakukan pemeriksaan

organoleptik oleh Apoteker penanggung jawab Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

Persyaratan pemasok dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas obat. Waktu

pengadaan dan kedatangan obat ditetapkan berdasarkan hasil analisis data sisa

stok, jumlah obat yang akan diterima sampai dengan akhir tahun anggaran, rata-

rata pemakaian, dan waktu tunggu/lead time. Berdasarkan hasil analisis dapat

diperoleh profil pemakaian obat, penetapan waktu pesan, dan waktu kedatangan

obat. Penerimaan dan pemeriksaan obat harus sesuai dengan jenis dan jumlah

serta sesuai dengan dokumen yang menyertainya. Selama proses pengadaan perlu

dilakukan pemantauan status pesanan untuk mempercepat pengiriman sehingga

efisiensi dapat ditingkatkan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

4.2.2. Pemantauan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Pemantauan ketersediaan harus dilakukan agar memperoleh ketersediaan

obat dan perbekalan kesehatan yang bermutu, bermanfaat, dan terjangkau untuk

meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemantauan

ketersediaan obat dilakukan menggunakan aplikasi software Sistem Informasi

Obat dengan sistem bottom up. Data penerimaan dan pengeluaran obat dikirimkan

oleh pihak Puskesmas ke Instalasi Farmasi kabupaten/kota setiap tiga bulan

sekali. Kemudian Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota meneruskannya ke

Pemerintah Pusat. Pemantauan ketersediaan dilakukan berdasarkan obat indikator.

Obat indikator tersebut dipilih berdasarkan kesepakatan dari pertemuan nasional

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

28

Universitas Indonesia

dan biasanya merupakan obat dari sepuluh penyakit terbanyak atau obat yang

banyak digunakan.

Penggunaan software Sistem Informasi Obat digunakan agar diperoleh

pengawasan secara real time. Namun cara ini memiliki kendala dalam

pelaksanaannya, yaitu diperlukan SDM yang terlatih dalam menggunakannya dan

adanya kemungkinan rusaknya software yang disebabkan oleh virus. Selain itu

software Sistem Informasi Obat tersebut tidak dapat digunakan sebagai parameter

dalam melakukan perencanaan obat di periode-periode berikutnya. Keputusan

dalam perencanaan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan tetap berdasarkan

perencanaan yang matang dengan melihat berbagai aspek seperti pola

penggunaan sebelumnya baik melalui metode konsumsi maupun metode

morbiditas dan melihat anggaran yang tersedia.

4.3. Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam

melaksanakan tugasnya dibagi menjadi dua seksi, yaitu Seksi Standardisasi

Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Seksi Bimbingan dan

Pengendalian Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Subdirektorat Pengelolaan

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma,

standar, prosedur dan kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi, pengendalian,

pemantauan dan penyusunan laporan di bidang pengelolaan obat publik dan

perbekalan kesehatan (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,

2010). Tugas tersebut dilaksanakan untuk mencapai tujuan utamanya, yaitu

tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang memiliki kualitas yang tetap baik

selama proses pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan hingga sampai kepada

masyarakat pada unit PKD.

Pada tahun 2011 Subdirektorat Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

memiliki program untuk melakukan harmonisasi pengadaan obat di Tingkat Pusat,

Provinsi, dan Kabupaten /Kota. Harmonisasi ini diperlukan untuk mensinergiskan

obat program dengan PKD pada pelayanan kesehatan dasar. Obat PKD adalah

obat-obat untuk pelayanan kesehatan dasar yang termasuk dalam obat DOEN

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

29

Universitas Indonesia

(Daftar Obat Esensial Nasional) dan obat program adalah obat yang disediakan

untuk program kesehatan khusus yang diadakan oleh pemerintah dalam hal ini

Kementerian Kesehatan seperti TBC, malaria, dan AIDS. Dalam kedua jenis obat

ini sering ditemui beberapa obat program termasuk dalam obat PKD seperti

amoksisilin. Hal ini dapat menjadi masalah karena dapat terjadi pemesanan ganda.

Oleh karena itu diperlukan harmonisasi pengadaan obat.

Hambatan yang dialami saat pelaksanaan pengelolaan adalah sulitnya

menyatukan pemahaman mengenai pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan

melalui satu pintu, hal ini disebabkan karena belum adanya pedoman

pendistribusian khusus obat publik dan perbekalan kesehatan. Berdasarkan hal

tersebut maka mulai dibuat rancangan pedoman pendistribusian obat yang baik.

Pedoman distribusi yang akan disusun diharapkan dapat menjaga mutu dan

stabilitas obat. Selain itu pedoman tersebut harus bersifat applicable yaitu mudah

dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi lapangan karena proses

distribusi dilakukan oleh pihak ketiga yaitu pihak penyedia jasa pengantaran.

Program yang direncanakan untuk tahun 2012 adalah memperbaiki

pedoman pemusnahan, distribusi, perencanaan yang terpadu, buffer stock, dan

pedoman instalasi farmasi yang lebih bertenaga. Terdapat beberapa tantangan

yang dapat menghambat terlaksananya program di tahun 2012 antara lain tidak

semua pihak menyetujui konsep yang dibuat, dalam membuat peraturan harus

mudah diikuti, serta pencatatan dan pelaporan agar obat tersebut tepat

penggunaan. Agar pedoman yang telah disusun dapat dilaksanakan sampai di

tingkat dasar, maka dibutuhkan sosialisasi pedoman berupa pelatihan yang

melalui jaur dari atas ke bawah (Top Down) yaitu dari pemerintah pusat

memberikan pelatihan ke tingkat propinsi, kemudian pelatihan berlanjut ke tingkat

kabupaten/kota, dan sampai ke tingkat PKD atau Puskesmas dalam bentuk mini

loka karya .

Evaluasi dilakukan tiap tahun oleh subdirektorat pengelolaan obat publik

dan perbekalan kesehatan. Hal yang dievaluasi adalah pelaksanaan kebijakan yang

tertuang dalam pedoman-pedoman yang berkaitan dengan pengelolaan obat publik

dan perbekalan kesehatan. Evaluasi dilakukan dengan melihat apakah pedoman-

pedoman telah diterapkan dengan baik dan kendala-kendala apa saja yang

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

30

Universitas Indonesia

mempersulit penerapan pedoman serta bagaimana cara mengatasinya. Dalam

mengatasi masalah yang terjadi di lapangan saat penerapan kebijakan adalah

dengan menambah kebijakan baru atau mengganti kebijakan yang tidak bisa

diterapkan dengan kebijakan baru yang lebih bisa diterapkan sesuai dengan

kondisi lapangan.

4.4. Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Proram Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan

Tugas utama dari Subdirektorat ini adalah memantau dan mengevaluasi

apakah kegiatan dan program Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan yang dilakukan dapat mendukung pencapaian sasaran. Tiga indikator

penilaian adalah persentase ketersediaan vaksin, persentase penggunaan generik,

dan instalasi farmasi daerah yang sesuai standar. Target yang ditetapkan untuk

tahun 2014 adalah persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%,

persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 80%,

dan persentase instalasi farmasi kab/kota sesuai standar sebesar 80%. Berdasarkan

indikator evaluasi, Pada tahun 2011, kinerja yang diperlihatkan cukup baik. Hal

ini dilihat dari ketersediaan obat dan vaksin mencapai lebih dari 85% dan

penggunaan obat generik di atas 65%.

Berdasarkan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan akan diperoleh

output berupa profil pencapaian indikator berdasarkan pengambilan data secara

bottom up. Pengambilan data dilakukan dari struktur terendah kemudian di

rekapitulasi ke sektor diatasnya. Data dari Instalasi Farmasi Kabupaten /Kota

disampaikan melalui format laporan pemantauan, kemudian di laporkan setiap

dua bulan sekali secara berjenjang ke Dinas Kesehatan Propinsi atau secara

langsung ke Pusat.

Idealnya pemantauan dan evaluasi dilakukan setiap tiga bulan (triwulan)

untuk mengetahui dinamika logistik di Instalasi Farmasi. Namun, saat ini kegiatan

tersebut dilakukan setiap satu tahun sekali. Pemantauan dan evalausi ini baru

dapat dilaksanakan di tiga kabupaten/kota tiap provinsi di Indonesia. Hal ini

dikarenakan minimnya anggaran untuk pelaksanaan pemantauan dan evaluasi

(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010). Instalasi Farmasi

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

31

Universitas Indonesia

Kabupaten/Kota yang dikunjungi adalah Instalasi Farmasi yang belum pernah

dikunjungi pada tahun sebelumnya dan faktor kemanan atau kemudahan

transportasi untuk mencapai lokasi.

Untuk proses pemantauan dan evaluasi harus didukung dengan

ketersediaan dana yang dibutuhkan dan sumber daya manusia yang kompeten di

bidangnya, sehingga proses pemantauan dan evaluasi tersebut dapat berlangsung

dengan baik, efektif, dan efisien (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2006). Apabila hasil pemantauan dan evaluasi menunjukkan kinerja yang buruk,

maka pemerintah pusat akan memberikan bimbingan teknis agar dapat

memperbaiki kinerjanya menjadi lebih baik dalam menjalankan kegiatan atau

program Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

32 Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada bagian Direktorat Bina Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam mewujudkan penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan

terjangkau oleh masyarakat, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan; penyusunan norma, standard, prosedur, dan kriteria;

pemberian bimbingan teknis; dan evaluasi di bidang pembinaan kefarmasian

dan alat kesehatan.

2. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan melakukan tugas

pokok dan fungsinya yang dilakukan secara sinergis melalui empat

subdirektorat untuk menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan

secara merata dan terjangkau oleh masyarakat, terutama pada Pelayanan

Kesehatan Dasar (PKD). Tiga indikator penilaian kinerja Direktorat Bina

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan antara lain persentase ketersediaan

vaksin, persentase penggunaan generik, dan instalasi farmasi daerah yang

sesuai standar.

3. Berdasarkan indikator evaluasi, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan memperlihatkan kinerja yang baik pada tahun 2011. Hal ini dilihat

dari ketersediaan obat dan vaksin mencapai lebih dari 85% dan penggunaan

obat generik di atas 65%.

4. Apoteker memiliki peran sebagai pembuat kebijakan terkait penyelenggaraan

upaya kesehatan masyarakat dengan cara menggunakan ilmu kefarmasian

yang dimiliki dalam menetapkan konsep norma, standar, prosedur dan kriteria

untuk mewujudkan penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan

terjangkau oleh masyarakat.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

33

Universitas Indonesia

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari kesimpulan di atas adalah sebagai berikut:

1. Rencana pembuatan pedoman-pedoman pelaksanaan teknis PKD pada tahun

2012 sebaiknya segera dilaksanakan dan kemudian disosialisasikan serta

diterapkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas PKD di berbagai

daerah di Indonesia.

2. Mahasiswa sebaiknya dilibatkan secara langsung dalam teknis pelaksanaan

kerja di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

34 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Teknis Pengadaan

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar.

Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia

No. 36 tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1810/ MENKES/SK/XII/2010 tentang Petunjuk Teknis

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan Tahun Anggaran

2011. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja

Kementerian Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. 2006. Pedoman Supervisi

dan Evaluasi Obat dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. (2010). Laporan hasil

Manajemen Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Instansi

pemerintah Tahun 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 021/MENKES/SK/2011 tentang Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014. Jakarta :

Kementerian Kesehatan RI

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

35

Lampiran 1. Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan

MENTERI KESEHATAN STAF AHLI

SEKRETARIAT JENDERAL INSPEKTORAT

JENDERAL

INSPEKTORAT

SEKRETARIAT ITJEN BIRO

PERENCANAAN DAN ANGGARAN

BIRO KEPEGAWAIAN

BIRO KEUANGAN

DAN BARANG MILIK

NEGARA

BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

BIRO UMUM

DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN

KESEHATAN IBU DAN ANAK

DIREKTORAT

SEKRETARIAT DITJEN

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN

DAN ALAT KESEHATAN

DIREKTORAT

SEKRETARIAT DITJEN

DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA

KESEHATAN

DIREKTORAT

SEKRETARIAT DITJEN

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

DIREKTORAT

SEKRETARIAT DITJEN

BADAN PENGEMBANGAN

DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN

PUSAT

SEKRETARIAT BADAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KESEHATAN

PUSAT

SEKRETARIAT BADAN

PUSAT DATA DAN

INFORMASI

PUSAT KERJASAMA

LUAR NEGERI

PUSAT PENGANGGULANAGAN

KRISIS KESEHATAN

PUSAT PEMBAERDAYAAN

DAN JAMINAN KESEHATAN

PUSAT KOMUNIKASI

PUBLIK

PUSAT PROMOSI

KESEHATAN

PUSAT INTELIGENSIA KESEHATAN

PUSAT KESEHATAN

HAJI

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

36

Lampiran 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Lampiran 3. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN

ALAT KESAHATAN

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN

KESEHATAN

DIREKTORAT BINA PELAYANAN

KEFARMASIAN

DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

ALAT KESEHATAN

DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

SUBBAGIAN PROGRAM

BAGIAN PROGRAM DAN

INFORMASI

SUBBAGIAN DATA DAN INFORMASI

SUBBAGIAN EVALUASI

DAN PELAPORAN

BAGIAN KEPEGAWAIAN

SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN

DAN UMUM

SUBBAGIAN RUMAH TANGGA

SUBBAGIAN TATA USAHA

DAN GAJI

BAGIAN HUKUM, ORGANISASI, DAN HUBUNGAN MASYARAKAT

SUBBAGIAN HUKUM

SUBBAGIAN ORGANISASI

SUBBAGIAN HUBUNGAN MASYARAKAT

SUBBAGIAN ANGGARAN

BAGIAN KEUANGAN

SUBBAGIAN VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI

SUBBAGIAN PERBENDAHARAAN

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

37

Lampiran 4. Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Lampiran 5. Struktur Organisasi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian

DIREKTORAT BINA PELAYANAN

KEFARMASIAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAGIAN TATA USAHA

SUBDIT PENGGUNAAN

OBAT RASIONAL

SEKSI PEMANTAUAN DAN

EVALUASI PEGGUNAAN OBAT RASIONAL

SEKSI PROMOSI PENGGUNAAN

OBAT RASIONAL

SEKSI PELAYANAN

FARMASI KLINIK

SUBDIT FARMASI KLINIK

SEKSI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

FARMASI KLINIK

SUBDIT FARMASI KOMUNITAS

SEKSI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

FARMASI KOMUNITAS

SEKSI PELAYANAN

FARMASI KOMUNITAS

SEKSI STANDARDISASI

PELAYANAN KEFARMASIAN

SUBDIT STANDARDISASI

SEKSI STANDARDISASI PENGGUNAAN

OBAT RASIONAL

SEKSI PEMANTAUAN PROGRAM

OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

SUBDIT PEMANTAUAN DAN

EVALUASI PROGRAM OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

SEKSI EVALUASI PROGRAM

OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

SUBBAGIAN TATA USAHA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUBDIT ANALISIS DAN

STANDARDISASI HARGA OBAT

SEKSI ANALISIS

HARGA OBAT

SEKSI STANDARDISASI

HARGA OBAT

SUBDIT PENYEDIAAN

OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

SEKSI PERENCANAAN

PENYEDIAAN OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

SEKSI PEMANTAUAN KETERSEDIAAN

OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

SEKSI STANDARDISASI PENGELOLAAN

OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

SUBDIT PENGELOLAAN

OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

SEKSI BIMBINGAN DAN PENGENDALIAN

OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

38

Lampiran 6. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

Lampiran 7. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan distribusi kefarmasian

SUBDIT PENILAIAN

ALAT KESEHATAN

SEKSI ALAT KESEHATAN ELEKTROMEDIK

SEKSI ALAT KESEHATAN

NONELEKTROMEDIK

SUBDIT PENILAIAN PRODUK

DIAGNOSTIK INVITRO DAN PERBEKALAN KESEHATAN

RUMAH TANGGA

SEKSI PRODUK

DIAGNOSTIK INVITRO

SEKSI PERBEKALAN KESEHATAN

RUMAH TANGGA

SUBDIT INSPEKSI ALAT KESEHATAN

DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

SEKSI INSPEKSI PRODUK

SEKSI INSPEKSI SARANA

PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

SUBDIT STANDARDISASI DAN

SERTIFIKASI

SEKSI STANDARDISASI

PRODUK

SEKSI STANDARDISASI DAN

SERTIFIKASI PRODUKSI DAN

DISTRIBUSI

DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN

SUBBAGIAN TATA USAHA

KELOMPOK JABATAN FUNSIONAL

SUBDIT PRODUKSI

DAN DISTRIBUSI OBAT DAN

OBAT TRADISIONAL

SEKSI STANDARDISASI

PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

SEKSI PERIZINAN

SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

SUBDIT PRODUKSI

KOSMETIKA DAN MAKANAN

SEKSI STANDARDISASI

PRODUKSI KOSMETIKA DAN MAKANAN

SEKSI PERIZINAN SARANA

PRODUKSI KOSMETIKA

SUBDIT KEMANDIRIAN OBAT

DAN BAHAN BAKU OBAT

SEKSI ANALISIS OBAT DAN BAHAN BAKU OBAT

SEKSI KERJA SAMA

SUBDIT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, PREKURSOR, DAN

SEDIAAN FARMASI KHUSUS

SEKSI NARKOTIKA,

PSIKOTROPIKA, PREKURSOR FARMASI

SEKSI SEDIAAN FARMASI KHUSUS

DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN

SUBBAGIAN TATA USAHA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

UNIVERSITAS INDONESIA

RANCANGAN PEDOMAN PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI PADAT DI INSTALASI FARMASI

KABUPATEN/KOTA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ARY ANDRIANI, S.Farm. 1106046723

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK JUNI 2012

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................ ii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii DAFTAR TABEL .................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. v BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 3 2.1 Pemusnahan Farmasi ............................................................. . 3 2.2 Tim Pengelolaan Limbah Farmasi ......................................... . 3 2.3 Kebutuhan Pengelolaan Limbah Farmasi ............................... . 4 2.4 Pengelolaan Limbah Farmasi ................................................. . 5 2.5 Metode Pemusnahan ............................................................... . 12 2.6 Metode Pemusnahan Sediaan Padat ....................................... . 18

BAB 3 PEMBAHASAN ......................................................................... 21 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... . 27

4.1 Kesimpulan ........................................................................... . 27 4.2 Saran ..................................................................................... . 27

DAFTAR ACUAN .................................................................................. . 28 LAMPIRAN ............................................................................................. 29

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

iii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Skema mekanisme pengumpulan limbah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada situasi rutin di kabupaten/kota .................................................................... 9

Gambar 2.2. Skema mekanisme pengumpulan limbah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada situasi rutin di propinsi ........ 9

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

iv Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Metode pembuangan limbah sediaan farmasi .......................... 17 Tabel 2.2. Pemusnahan obat antineoplastik ............................................... 19 Tabel 2.3. Ringkasan metode pemusnahan sediaan farmasi padat ............. 20 Tabel 3.1. Pemusnahan obat berdasarkan golongan .................................. 26

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

v Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rancangan pedoman pemusnahan sediaan farmasi padat ..... 29

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang dimiliki oleh pemerintah

Indonesia baik ditingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota maupun di pelayanan

kesehatan dasar (Puskesmas), terkadang mengalami kerusakan seperti kedaluarsa

atau rusak akibat dari pengiriman maupun penyimpanan yang tidak benar

(Depkes, 2007). Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan tersebut tidak dapat

digunakan lagi dalam pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Untuk menghindari

penyalahgunaan, maka harus dilakukan pembuangan atau pemusnahan sesegera

mungkin.

Pembuangan atau pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

yang sudah tidak layak digunakan ini sering menimbulkan masalah. Beberapa

risiko yang mungkin ditimbulkan oleh metode pembuangan atau pemusnahan

yang tidak benar antara lain: limbah sediaan farmasi dengan metode pembuangan

yang tidak tepat dapat mencemari persediaan air atau mata air yang digunakan

masyarakat atau satwa sekitar; limbah sediaan farmasi dapat sampai ke tangan

pemulung dan anak-anak; atau sediaan farmasi dalam kemasan asli setelah

pemilahan akan menimbulkan risiko pencurian dan penjualan kembali ke

masyarakat (Wisyastuti, 2005). Selain itu masyarakat dapat terpapar oleh sediaan

farmasi secara inhalasi (terhirup), tertelan, atau melalui kulit. Paparan ini dapat

memengaruhi kesehatan seperti menyebabkan infeksi, kanker, dan mengganggu

kesehatan. Selain itu memengaruhi ekosistem, hewan, dan tumbuh-tumbuhan

(Depkes, 2007)

Berdasarkan kemungkinan risiko membahayakan yang dapat ditimbulkan

akibat pembuangan atau pemusnahan sediaan farmasi yang tidak benar maka

perlu diketahui cara pemusnahan limbah sediaan farmasi yang baik, benar, dan

aman.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

2

Universitas Indonesia

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara dan proses

pemusnahan limbah sediaan farmasi padat yang baik, benar, dan aman serta

mengetahui peran dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam

melakukan pemusnahan limbah sediaan farmasi.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

3 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemusnahan Sediaan Farmasi

Pemusnahan sediaan farmasi telah diatur dalam peraturan pemerintah

(PP) Republik Indonesia nomor 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan

farmasi dan alat kesehatan pada bab X. Selain sediaan farmasi, dalam PP tersebut

juga diatur mengenai pemusnahan alat kesehatan. Pemusnahan sediaan farmasi

dan alat kesehatan dilaksanakan terhadap sediaan yang: (1) diproduksi tanpa

memenuhi persyaratan yang berlaku; (2) telah kadaluwarsa; (3) tidak memenuhi

syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu

pengetahuan; (4) dicabut izin edaranya; (5) berhubungan dengan tindak pidana di

bidang sediaan farmasi dan alat kesehatan (PP Republik Indonesia (72/98), 1998).

Pemusnahan dilaksanakan oleh badan usaha yang memproduksi dan/atau

mengedarkan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan/atau orang yang

bertanggung jawab atas sarana kesehatan dan/atau Pemerintah. Sedangkan untuk

pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang berhubungan dengan tindak

pidana di bidang sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan oleh Pemerintah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

pelaksanaannya, pemusnahan harus memerhatikan dampak terhadap kesehatan

manusia serta upaya pelestarian lingkungan hidup.

2.2 Tim Pengelolaan Limbah Farmasi (Depkes RI, 2007)

Dalam pengelolaan limbah farmasi terdapat tim yang dibentuk untuk

menangani limbah tersebut. Tim ini melibatkan antar lintas program dan sektoral

yang terdiri atas personalia yang kompeten dalam bidangnya dan memiliki

komitmen terhadap pekerjaan tersebut. Tim ini dibentuk melalui surat keputusan

yang ditandatangani oleh kepala dinas kesehatan provinsi/ kabupaten/ kota. Hal

ini dilakukan untuk mendapatkan kejelasan tugas dan fungsi serta mendapatkan

dukungan baik dari pemegang kebijakan maupun pihak luar sehingga proses

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

4

Universitas Indonesia

pemusnahan dapat dilaksanakan sesuai yang diharapkan. Adapun tim pengelolaan

limbah farmasi adalah sebagai berikut:

a. Tingkat propinsi

ketua : kepala subdinas kefarmasian

wakil ketua : unsur balai POM

sekretaris : kepala seksi kefarmasian

anggota : 1. Unsur instalasi farmasi provinsi

2. Unsur balai POM

3. Unsur promosi kesehatan

4. Unsur subdinas kesehatan lingkungan

5. Unsur Bapedalda

6. Dinas pemukiman dan perkotaan

7. Ikatan apoteker indonesia

b. Tingkat kabupaten/kota

ketua : kepala bidang farmasi

wakil ketua : kepala instalasi farmasi

sekretaris : kepala seksi farmasi

anggota : 1. Unsur instalasi farmasi

2. Unsur instalasi farmasi rumah sakit

3. Unsur penyehatan lingkungan

4. Unsur pelayanan kesehatan masyarakat

5. Unsur P2P

6. Unsur Bapedalda

2.3 Kebutuhan Pengelolaan Limbah Farmasi (Depkes RI, 2007)

Kebutuhan pengelolaan limbah farmasi mencakup kebutuhan teknis dan

kebutuhan manajerial. Kebutuhan teknis terdiri atas: (1) mempersiapkan

perencanaan, pemilahan, identifikasi, pengelompokan, dan penandaan limbah

farmasi; (2) menentukan cara pemilihan obat yang rusak, pengumpulan,

penempatan limbah, penanganan, transportasi, dan pemusnahan limbah yang baik

dan benar berdasarkan katagori limbah. Sedangkan kebutuhan manajerial terdiri

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

5

Universitas Indonesia

atas tenaga terlatih yang terlibat dan bertanggung jawab untuk mengelola limbah

secara efektif dan efisien.

2.4 Pengelolaan Limbah Farmasi

Limbah farmasi merupakan limbah yang mengandung bahan farmasi

mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah

kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan

lagi dan harus dibuang dengan tepat (Depkes RI, 2007). Cakupan limbah farmasi

adalah: (1) obat yang sudah Kadaluwarsa; (2) sediaan sirup, krim, salep, dan tetes

mata/ telinga yang sudah tidak tersegel lagi (baik kadaluwarsa maupun tidak); (3)

obat yang rusak karena terjadi perubahan warna, bentuk, atau bau; (4) obat yang

tidak dibutuhkan di tempat lokasi bencana; (5) obat yang rusak karena terputusnya

rantai dingin (misalnya vaksin, insulin, hormon dan lainnya); (6) tablet yang

gompal, jika belum kadaluwarsa, maka obat tersebut dapat digunakan hanya bila

wadahnya masih tersegel, masih ada label yang jelas maupun masih di dalam

kemasan blister (Depkes RI, 2007; Widiastuti, 2005).

Limbah farmasi juga mencakup barang yang akan dibuang setelah

digunakan untuk menangani produk farmasi, seperti botol atau kotak yang berisi

residu, sarung tangan, masker, selang penghubung, dan ampul obat (Depkes RI,

2007).

2.4.1 Pemilahan

Pemilahan limbah farmasi merupakan langkah awal dari suatu

pengelolaan limbah sediaan farmasi (Depkes, 2007). Tujuan pemilahan adalah

memisahkan limbah farmasi ke dalam kategori-kategori yang memerlukan metode

pembuangan yang berbeda (Widyastuti, 2005). Setelah dikelompokkan, limbah

farmasi ditampung dalam wadah yang diberi label khusus (Depkes, 2007) dan

dengan informasi yang jelas (Widyastuti, 2005). Informasi yang tercantum dalam

label tersebut antara lain memuat: (1) nama obat/perbekalan kesehatan, (2)

kekuatan obat/perbekalan kesehatan, (3) jenis satuan obat/perbekalan kesehatan,

(4) tanggal Kadaluwarsa obat/perbekalan kesehatan (5), kode obat/perbekalan

kesehatan, (6) jumlah berat obat/perbekalan kesehatan (kg/cm3) (Depkes RI,

2007).

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

6

Universitas Indonesia

Wadah yang digunakan harus dapat mengurangi dampak yang akan

ditimbulkan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan seperti kantong plastik

atau kontainer yang terbuat dari kaleng (Depkes, 2007). Wadah lain yang dapat

digunakan antara lain drum baja atau kontainer seperti kotak kayu yang kokoh.

Wadah yang digunakan untuk setiap kategori limbah harus berbeda (Widyastuti,

2005). Wadah hanya diisi tiga per empat kapasitas wadah. Kegiatan ini biasanya

dilakukan di pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas). Untuk instalasi farmasi

kabupaten/kota, limbah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dalam jumlah

besar dikelompokan dan diberi label sesuai jenis limbah yang dihasilkan

kemudian ditempatkan di ruangan khusus dan dikunci (Depkes RI, 2007).

Kemudian wadah disimpan di ruang yang aman dan sebaiknya terpisah

agar tidak tertukar dengan perbekalan yang masih terpakai, sampai akhirnya

pembuangan dilakukan (Widyastuti, 2005).

Pemilahan mencakup pembagian perbekalan farmasi ke dalam kategori

yang masih dapat digunakan dan yang harus dibuang.

Proses pemilihan meliputi:

a. Identifikasi masing-masing item;

b. Buat keputusan apakah perbekalan farmasi masih dapat digunakan;

c. Jika dapat digunakan, biarkan dalam kemasannya;

d. Jika tidak dapat digunakan, buat keputusan mengenai metode optimal

pembuangan dan pemilahan yang sesuai;

e. Biarkan kemasan dan kotak tetap utuh sampai mencapai ke lokasi, sebelum

pembuangan akhir atau pengangkutan ke institusi yang akan menggunakannya

(Widyastuti, 2005).

Dalam melakukan pemilahan, pekerja harus dibekali dengan

perlengkapan pelindung, bekerja di bawah pengawasan langsung seorang

apoteker, dan menerima pelatihan mengenai kriteria pemilahan dan risiko

kesehatan serta keselamatan kerja. (Widyastuti, 2005).

Pemilahan limbah farmasi dapat dilakukan berdasarkan kategori limbah,

yaitu: (1) katagori obat khusus meliputi: anti infeksi, narkotik dan psikotropik,

neoplastik, anti kanker dan sitotoksik, antiseptik dan desinfektan. (2) katagori obat

biasa meliputi: analgetik antipiretik, vitamin, pengganti cairan tubuh, kardioterapi,

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

7

Universitas Indonesia

dan sebagainya. (3) katagori alat kesehatan habis pakai (disposable) meliputi:

benda tajam (spuit, infus set, surgical blade, abbocath, needle), bukan benda

tajam (kapas, kasa, perban, plester). (4) kategori bentuk sediaan meliputi: padat

(tablet, kaplet, kapsul, serbuk), setengah padat (salep, krim, suppositoria), cair

(sirup, suspensi, cairan infus), cairan injeksi (ampul, vial, vaksin), aerosol

(Depkes, 2007). Pemilahan obat lebih lanjut dapat dipilah ke dalam beberapa

kategori berdasarkan kandungan dosisnya (Widyastuti, 2005).

Pemisahan dapat juga dilakukan berdasarkan: (1) Materi non-farmasi

yang masih dapat digunakan, (2) materi non-farmasi yang tidak dapat digunakan,

(3) materi non-farmasi yang memiliki potensi bahaya, (4) bahan kimia, (5)

perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan, (6) obat yang memerlukan

perhatian khusus (Widyastuti, 2005).

Materi non-farmasi yang masih dapat digunakan seperti peralatan medis,

tempat tidur, kursi roda, perban, pakaian, perangkat laboratorium, dan sebagainya,

dapat dimanfaatkan oleh institusi bersangkutan atau fasilitas lain, didaur ulang,

dibongkar untuk diambil suku cadangnya, atau dibuang ke landfill (Widyastuti,

2005).

Materi nonfarmasi yang tidak dapat digunakan seperti limbah kertas,

kain, materi kemasan, pakaian, pembalut, dan barang dari kayu, misalnya palet,

dapat didaur ulang, dibakar, atau dibuang layaknya limbah biasa ke landfill.

Benda plastik, logam, maupun kaca yang dapat digunakan kembali (perangkat

gelas dapat diberikan ke laboratorium, benda mekanis diberikan ke penjual barang

bekas), didaur ulang jika fasilitas tersedia, atau dibuang ke landfill. Semua materi

non-farmasi yang memiliki potensi bahaya seperti bahan kimia, larutan

pembersih, baterai, dan minyak bekas harus ditangani secara terpisah oleh tenaga

ahli limbah berbahaya. Limbah tersebut tidak boleh ditangani oleh tim perbekalan

farmasi kecuali diinstruksikan demikian dan memerlukan pelabelan dan

penyimpanan yang terpisah dan jelas sampai pembuangannya (Widyastuti, 2005).

Bahan kimia seperti asam, basa, reagen, bahan kimia mengandung fenol

yang digunakan untuk membersihkan lantai, disenfektan, dan sebagainya jika

terdapat dalam jumlah yang besar, maka dapat dibagikan ke pengguna potensial,

seperti rumah sakit, universitas, atau laboratorium sekolah (Widyastuti, 2005).

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

8

Universitas Indonesia

Beberapa obat yang memerlukan perhatian khusus dalam

pembuangannya antara lain (1) zat-zat yang diawasi seperti narkotika dan zat

psikotropika; (2) obat-obatan antiinfeksi; (3) antineoplastik; (4) obat-obatan

sitotoksik antikanker, obat-obatan toksik; (5) antiseptik dan desinfektan

(Widyastuti, 2005).

2.4.2 Pengumpulan

Pengumpulan limbah farmasi merupakan suatu kegiatan menempatkan

hasil limbah yang sudah disimpan dalam wadah yang berasal dari tempat

penghasil limbah ke dalam suatu ruangan atau tempat khusus. Ruang atau tempat

harus berada di dalam wilayah instansi layanan kesehatan atau unit pengelola obat

publik dan perbekalan kesehatan dan terpisah dari ruang pelayanan. Ruang atau

tempat pengumpulan harus memiliki lantai yang kokoh, ventilasi yang cukup,

mudah dijangkau oleh petugas yang menangani limbah, dan mudah untuk

dibersihkan atau didesinfeksi. Ruangan tersebut harus terkunci dan ditangani oleh

satu orang tenaga yang terlatih untuk menangani limbah sediaan farmasi sehingga

tidak ada orang yang dengan mudah dapat keluar atau masuk ruangan. Agar

proses pengumpulan limbah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dapat

berjalan dengan baik, perlu suatu mekanisme pengumpulan. Mekanisme ini perlu

dibuat agar proses pengumpulan limbah lebih terkoordinasi sehingga dapat

mengurangi terpaparnya limbah tersebut dengan manusia dan lingkungan (Depkes

RI, 2007).

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

9

Universitas Indonesia

Gambar 2.1. Skema mekanisme pengumpulan limbah sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan pada situasi rutin di kabupaten/ kota

Gambar 2.2. Skema mekanisme pengumpulan limbah sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan pada situasi rutin di propinsi

2.4.3 Pencatatan dan Pelaporan Barang yang akan Dimusnahkan (Depkes RI,

2007)

Pencatatan dan pelaporan data obat dan perbekalan kesehatan merupakan

rangkaian kegiatan dari pengelolaan limbah sediaan farmasi. Tujuan pencatatan

dan pelaporan adalah agar tersedia data mengenai obat yang akan dimusnahkan,

PUSKESMAS PEMBANTU

POS KESEHATAN

PUSKESMAS

INSTALASI FARMASI

KAB/KOTA

DINKES PROPINSI

PENGUMPULAN

PELAPORAN

PENGUMPULAN

PEMUSNAHAN

PEMILAHAN

PENGUMPULAN

PELAPORAN

PENGUMPULAN

PEMUSNAHAN

PROGRAM POS KESEHATAN

DINKES PROPINSI

INSTALASI FARMASI

KAB/KOTA

KEMENKES RI

PEMILAHAN

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

10

Universitas Indonesia

untuk menjaga ketertiban dalam penatausahaan obat dan perbekalan kesehatan,

dan sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam pengelolaan obat dan perbekalan

kesehatan.

Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan adalah sebagai

berikut: (1) menyusun daftar obat dan perbekalan kesehatan yang akan

dimusnahkan beserta alasan; (2) melaporkan kepada atasan mengenai obat dan

perbekalan kesehatan yang akan dimusnahkan; (3) membentuk panitia

pemeriksaan obat dan perbekalan kesehatan (Surat Keputusan Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota); (4) membuat berita acara hasil pemeriksaan

obat dan perbekalan kesehatan obat dan perbekalan kesehatan oleh panitia

pemeriksa; (5) melaporkan hasil pemeriksaan kepada yang berwenang; (6)

melaksanakan pemusnahan setelah ada keputusan dari yang berwenang.

Pencatatan limbah sediaan farmasi dilakukan dengan cara

menginventarisir obat dan perbekalan kesehatan yang masih tersisa. Inventarisasi

dilakukan untuk melihat jumlah limbah yang dihasilkan sehingga dapat

menghitung jumlah obat yang akan dimusnahkan dan memperkirakan biaya yang

diperlukan untuk melakukan pemusnahan. Inventarisasi dilakukan dengan

menggunakan suatu formulir yang didalamnya memuat: (1) nama obat/perbekalan

kesehatan; (2) nama generik; (3) satuan obat/perbekalan kesehatan; (4) jumlah

obat/perbekalan kesehatan; (5) pabrikan obat/perbekalan kesehatan; (6) kelas

terapi; (7) tanggal kadaluwarsa; dan (8) kondisi obat/perbekalan kesehatan.

Setelah melakukan inventarisasi obat dan perbekalan kesehatan yang

akan dimusnahkan, Kepala Instalasi Farmasi melaporkan hasilnya ke Kepala

Dinas Kesehatan setempat. Pada formulir berita acara pemeriksaan memuat judul

formulir berita acara pemeriksaan dan kolom-kolom formulir berisi informasi

yang dibutuhkan. Pada bagian judul formulir berita acara pemeriksaan diisi

dengan: (1) nama, tempat instansi pengelola obat kabupaten/kota; (2) hari,

tanggal, bulan dan tahun pelaksanaan pemeriksaan; (3) nama anggota panitia; (4)

jabatan anggota panitia; (5) nomor dan tanggal surat penunjukkan panitia

pemeriksaan. Sedangkan pada kolom-kolom formulir berisi: (1) nama/jenis obat

dan perbekalan kesehatan; (2) satuan kemasan obat dan perbekalan kesehatan; (3)

harga satuan kemasan obat dan perbekalan kesehatan; (4) jumlah obat dan

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

11

Universitas Indonesia

perbekalan kesehatan dengan angka; (5) jumlah obat dan perbekalan kesehatan

dengan huruf (6) kondisi obat dan perbekalan kesehatan; (7) kepala instalasi

farmasi propinsi/kabupaten/kota; (8) nama panitia pemusnahan obat dan

perbekalan kesehatan; (9) pejabat dinas kesehatan propinsi/kabupaten/kota

sebagai mengetahui (Depkes RI, 2007)

Kegiatan pelaporan ditujukan kepada penentu kebijakan untuk dilakukan

segera langkah-langkah pemusnahan. Panitia pemeriksaan obat dan perbekalan

kesehatan membuat laporan rangkap empat untuk: (1) asli dikirim kepada Kepala

Dinas Kesehatan propinsi/kabupaten/kota; (2) tindasan 1 dikirim kepada Kepala

Pemerintah Daerah; (3) tindasan 2 dikirim kepada Badan Pengawas Daerah

Setempat; (4) tindasan 3 dikirim kepada Kepala Instalasi Farmasi

propinsi/kabupaten/kota.

2.4.4 Pemusnahan

Kendala dalam pendanaan untuk pembuangan limbah perbekalan farmasi

mendesak dibentuknya metode dan manajemen yang cost effective. Cara utama

untuk mencapainya adalah dengan melakukan pemilahan materi untuk

meminimalkan kebutuhan akan metode pembuangan yang rumit atau mahal

(Widyastuti, 2005).

Pelaporan pemusnahan limbah farmasi dilakukan oleh tim pengelolaan

limbah farmasi dengan menggunakan lembar berita acara pemusnahan limbah

farmasi. Berita acara pemusnahan ditujukan ke Menteri dan ditandatangani oleh

penanggung jawab pelaksanan dan saksi pemusnahan limbah farmasi. Laporan

yang akan diserahkan sekurang-kurangnya memuat keterangan: (1) waktu dan

tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan; (2) jumlah

dan jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan; (3) nama penanggung jawab

pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan; (4) nama satu orang

saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan (PP

Republik Indonesia (72/98), 1998).

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

12

Universitas Indonesia

2.5 Metode Pemusnahan

2.5.1 Pengembalian kepada Donatur atau Pabrik Pembuat (Widyastuti, 2005)

Bila memungkinkan limbah sediaan farmasi dikembalikan secara

langsung baik kepada pendonor atau pabrik. Hal ini dilakukan terutama pada obat

yang menimbulkan masalah untuk pembuangannya misalnya antineoplastik.

Pendonor dapat berbentuk negara, LSM, badan-badan dunia atau pabrik. Untuk

sumbangan yang tidak diinginkan dan tidak dibutuhkan, terutama yang akan

melewati atau mendekati batas kedualuarsanya dapat dikembalikan ke pihak

pendonor.

2.5.2 Pemendaman di dalam tanah/landfill (Widyastuti, 2005)

Cara ini dilakukan dengan menempatkan limbah langsung ke lokasi

pembuangan di tanah tanpa pengolahan atau persiapan sebelumnya. Cara ini juga

merupakan metode paling lama dan paling banyak dilakukan untuk jenis obat

padat seperti tablet, kaplet, serbuk, dan kapsul. Ada tiga cara yang diketahui:

a Tempat Pembuangan Terbuka Tidak Terencana dan Tidak Terkendali

(Widyastuti, 2005)

Tempat pembuangan terbuka dan tidak terencana merupakan metode

pembuangan di tanah yang lazim dijumpai di negara berkembang. Cara ini tidak

boleh dilakukan dan tidak direkomendasikan karena tidak dapat melindungi

lingkungan setempat, kecuali sebagai pilihan terakhir. Limbah dibuang setelah

diimobilisasi melalui enkapsulasi dan inertisasi. Jika tidak dapat diimobilisasikan,

limbah farmasi yang tidak diolah harus segera ditutup dengan lapisan tebal limbah

perkotaan guna mencegah pemulungan. Apabila lokasi jaraknya cukup dekat dari

badan air, maka dapat menyebabkan pencemaran, dengan kemungkinan terburuk

adalah risiko terkontaminasinya air minum.

b Landfill Terencana (Widyastuti, 2005)

Landfill terencana memiliki beberapa karakteristik yang dapat mencegah

bocornya zat kimia ke badan air. Pembuangan limbah farmasi terimobilisasi ke

landfill semacam itu lebih baik daripada pembuangan langsung.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

13

Universitas Indonesia

c Sanitary Landfill Sangat Terencana (Widyastuti, 2005)

Lokasi landfill yang dibangun dan digunakan dengan benar memberikan

cara pembuangan yang relatif aman untuk limbah padat perkotaan, termasuk

limbah farmasi. Prioritas utama adalah melindungi lingkungan aquifer. Landfill

yang benar terdiri atas lubang kosong yang jauh dari badan-badan air dan

lokasinya berada di atas permukaan air. Limbah yang dihasilkan setiap hari

dipadatkan dan ditutup dengan lapisan tanah untuk mempertahankan kondisi

saniter. Istilah “sanitary landfill yang aman” mengacu pada lokasi dengan letak,

konstruksi dan pengelolaan yang adekuat. Peningkatan mutu lokasi pembuangan

limbah yang terkendali agar sesuai dengan standar yang berlaku harus

diperhitungkan, dan hal ini juga direkomendasikan oleh WHO.

2.5.3 Enkapsulasi (Widyastuti, 2005)

Enkapsulasi (penyegelan limbah) merupakan cara pembuangan dengan

menjadikan limbah farmasi ke dalam bentuk padat dalam drum plasik atau baja.

Sebelum digunakan drum harus dibersihkan dan tidak berisi materi berbahaya

atau yang mudah meledak. Sekitar 75% kapasitas drum berisi limbah farmasi

padat atau semipadat. Jika 75% kapasitas drum telah terisi, campuran batu kapur,

semen dan air dengan perbandingan 15: 15: 5 dimasukkan sampai drum terisi

penuh sesuai dengan kapasitasnya. Terkadang diperlukan air dalam jumlah

banyak untuk mendapatkan konsistensi cairan yang tepat. Penutup drum

kemudian dikembalikan ke posisi semula dan dirapatkan, biasanya melalui

pengelasan. Drum tersegel tersebut harus diletakkan di lapisan dasar landfill dan

ditutup dengan limbah padat baru perkotaan.

2.5.4 Inertisasi

Inertisasi adalah bentuk lain enkapsulasi dan metode ini memerlukan

pelepasan materi, kertas, kardus, dan plastik kemasan dari limbah farmasi

(Widyastuti, 2005). Cara ini sangat sesuai untuk sediaan farmasi dan untuk abu

insinerasi yang mengandung logam berkadar tinggi (Depkes, 2007). Limbah yang

sudah dipisahkan dari kemasan kemudian dihancurkan atau digiling dan campuran

air, semen, dan batu kapur ditambahkan dalam hancuran limbah itu untuk

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

14

Universitas Indonesia

membentuk pasta yang homogen. Kemudian campuran tersebut dituang perlahan-

lahan ke dalam limbah perkotaan. Proses ini relatif murah dan dapat dilakukan

dengan peralatan sederhana. Perlindungan pekerja dalam bentuk pakaian dan

masker pelindung diperlukan karena adanya risiko debu berbahaya. Perkiraan

rasio berdasarkan berat, yaitu limbah farmasi (65%), batu kapur (15%), semen

(15%), dan air (5% atau lebih untuk membentuk konsistensi cairan yang tepat)

(Widyastuti, 2005).

2.5.5 Pembuangan ke saluran air

Obat sebelum dibuang ke saluran air terlebih dahulu diencerkan dengan

sejumlah air (Depkes RI, 2007). Sebgai contoh, beberapa limbah farmasi cair

seperti sirup dan cairan intravena (IV), dapat diencerkan dengan air dan dibuang

ke dalam saluran pembuangan air kotor dalam jumlah kecil selama periode waktu

tertentu tanpa menimbulkan dampak yang serius terhadap lingkungan dan

kesehatan masyarakat. Badan air berarus deras juga dapat digunakan untuk

membuang sejumlah kecil limbah farmasi atau antiseptik yang telah diencerkan.

Bantuan ahli hidrogeologi atau ahli perencanaan kebersihan mungkin diperlukan

dalam situasi saluran pembuangan air limbah yang buruk (Widyastuti, 2005).

Namun cara ini tidak berlaku untuk zat-zat yang bersifat sitotoksik, serum, vaksin

dan hormon (Depkes RI, 2007).

2.5.6 Pembakaran dalam kontainer terbuka (Widyastuti, 2005)

Limbah farmasi tidak boleh dihancurkan melalui pembakaran bersuhu

rendah dalam kontainer terbuka karena polutan toksik dapat terlepas ke udara.

Kemasan kertas dan kardus, jika tidak didaur ulang, dapat dibakar. Namun plastik

polivinyl chlorida (PVC) tidak boleh dibakar. Walaupun pembakaran limbah

farmasi bukan metode yang dianjurkan, namun metode ini sering digunakan.

Dengan begitu, sangat ditekankan bahwa hanya limbah farmasi dalam jumlah

yang sedikit yang boleh dihancurkan dengan cara ini.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

15

Universitas Indonesia

2.5.7 Insinerasi suhu sedang (Widyastuti, 2005)

Pada banyak negara, belum ada insinerator bilik ganda bersuhu tinggi

yang didesain untuk menangani lebih dari 1% senyawa terhalogenasi. Insinerator

semacam itu harus memenuhi standar ketat pengendalian emisi, seperti yang

ditetapkan oleh Uni Eropa. Namun, yang tersedia kemungkinan hanya tungku dan

insinerator bersuhu sedang. Dalam keadaan darurat, otoritas yang bertanggung

jawab mungkin memandang pengolahan limbah farmasi padat dengan

menggunakan insinerator bilik ganda yang beroperasi pada suhu minimum 850oC

merupakan langkah yang tepat, dengan waktu tunggu pembakaran sedikitnya dua

detik pada bilik kedua. Banyak insinerator tua untuk limbah padat perkotaan

merupakan insinerator bersuhu sedang dan pemanfaatan fasilitas ini dianjurkan

sebagai langkah sementara, dibandingkan pilihan lain yang kurang aman,

misalnya pembungan yang tidak adekuat ke landfill. Jika yang dipilih adalah

insinerasi dengan suhu sedang, limbah farmasi harus diencerkan dengan limbah

perkotaan dalam jumlah besar, sekitar 1:1000. Insinerator semacam ini tidak

didesain untuk membakar senyawa terhalogenasi dengan aman. Namun,

kandungan halogen yang sangat rendah pada kebanyakan limbah farmasi

memungkinkan adanya pengabaian terhadap kandungan halogen dalam gas

pembakaran.

2.5.8 Insinerasi suhu tinggi oleh pabrik industri (Widyastuti, 2005)

Industri yang menggunakan teknologi suhu tinggi, seperti pabrik semen,

pembangkit listrik bertenaga batubara, atau pabrik peleburan logam biasanya

mempunyai tungku yang beroperasi pada suhu di atas 850oC, memiliki waktu

tunggu pembakaran yang lama, dan membuang gas pembakaran melalui cerobong

yang tinggi, terkadang pada ketinggian yang sangat tinggi. Dengan demikian,

pemanfaatan pabrik industri merupakan alternatif yang murah dan terjangkau.

Pabrik semen sangat sesuai untuk penghancuran limbah farmasi kadaluwarsa.

Selama pembakaran, suhu bahan mentah semen akan mencapai 1450oC,

sementara suhu gas pembakaran mencapai 2000oC. Waktu tunggu gas pada suhu

tinggi itu adalah beberapa detik. Dalam kondisi seperti itu, semua komponen

organik limbah secara efektif terurai. Beberapa produk pembakaran yang

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

16

Universitas Indonesia

kemungkinan berbahaya dan beracun diserap ke dalam produk arang atau

dialirkan ke dalam peralatan penukar panas.

Limbah farmasi yang dimasukkan ke dalam tungku sebaiknya hanya

sebagian kecil dari volume bahan bakar yang dibutuhkan. Berdasarkan aturan

yang berlaku, limbah farmasi yang dimasukkan sebaiknya tidak lebih dari 5%

bahan bakar dalam setiap kali pengisian bahan bakar. Pabrik semen biasanya

menghasilkan 1500-800 meterik ton semen per hari sehingga limbah farmasi

dalam jumlah cukup besar dapat dihancurkan dalam waktu yang singkat. Kemasan

perbekalan farmasi mungkin perlu dibuka atau perbekalan itu harus digiling untuk

menghindari penyumbatan saat pengisian bahan bakar.

2.5.9 Dekomposisi kimia (Widyastuti, 2005)

Jika insinerator yang tepat tidak tersedia, teknik penguraian kimia dapat

digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya yang dilanjutkan

dengan pembuangan ke landfill. Metode ini tidak dianjurkan tanpa tenaga ahli

kimia. Upaya menonaktifkan bahan kimia memang membutuhkan waktu yang

lama dan bahan kimia untuk pengolahan ini harus selalu tersedia. Metode ini

praktis untuk menghancurkan sejumlah kecil obat antineoplastik. Namun, untuk

skala besar, misalnya lebih dari 50 kg antineoplastik, metode ini tidak praktis

karena memerlukan proses dekomposisi berulang kali.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

17

Universitas Indonesia

Tabel 2.1. Metode pembuagan limbah sediaan farmasi

Metode pembuangan Tipe perbekalan farmasi Keterangan Pengembalian ke donatur atau perusahaan pengiriman lintas negara untuk pembuangan

Semua sisa perbekalan farmasi terutama antineoplastik

Biasanya tidak praktis, prosedur lintas negara biasanya menghabiskan waktu

Insinerasi suhu tinggi dengan jumlah suhu jauh di atas 1200oC

Limbah padat, semi-padat, bubuk, antineoplastik, zat yang diawasi

Mahal terutama untuk insinerator dengan tujuan khusus. Pemanfaatan pabrik yang ada mungkin lebih praktis.

Insinerasi suhu sedang dengan insinerator bilik ganda pada suhu minimum 850oC. Insinerasi pabrik semen

Jika tidak ada insinerator suhu tinggi, limbah padat, semi padat, bubuk. Zat yang diawasi

Antineoplastik paling baik dibakar pada suhu tinggi.

Imobilisasi Enkapsulasilimbah

Limbah semi padat, semi padat, bubuk, cairan, antineoplastik, zat yang diawasi.

Inertisasi Limbah padat, semi padat, bubuk, cairan, antineoplastik, zat yang diawasi.

Landfill sangat terencana Limbah padat, semi padat, dan bubuk tak diolah dalam jumlah terbatas. Pembuangan limbah farmasi dianjurkan melalui imobilisasi. Plastik PVC.

Landfill terencana Limbah padat, semi padat, dan bubuk, sebaiknya setelah imobolisasi. Plastik PVC.

Tempat pembuangan terbuka tak terencana dan tak terkendali

Sebagai pilihan terakhir pembuangan limbah padat, semi padat, tak diolah-harus segera ditutupi dengan limbah perkotaan. Lebih baik dilakukan imobilisasi limbah padat, semi-padat, bubuk.

Tidak untuk mengolah zat yang diawasi.

Saluran pembuangan air limbah

Cairan encer, sirup, cairan intravena; sejumlah kecil desinfektan (dibawah penyeliaan)

Tidak dianjurkan untuk aneopastik, berikut desinfektan dan antiseptik tak diencerkan.

Badan air berarus deras Cairan encer, sirup, cairan intravena; sejumlah kecil desinfektan (di bawah penyeliaan).

Tidak dianjurkan untuk antineoplastik, berikut desinfektan dan antiseptik tak diencerkan.

Pembakaran dalam kontainer terbuka

Sebagai pilihan terakhir, kemasan, kertas, kardus.

Tidak sesuai untuk plastik PVC atau perbekalan farmasi.

Dekomposisi kimia Tidak dianjurkan kecuali tenaga ahli kimia dan bahan kimianya tersedia.

Tidak praktis untuk jumlah diatas 50 kg.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

18

Universitas Indonesia

2.6 Metode Pemusnahan Sediaan Padat (WHO, 1999)

Metode pemusnahan yang direkomendasikan adalah pengembalian

produk ke pabrik pembuat atau insinerasi. Jika kedua cara tersebut tidak

memungkinkan maka dapat dilakukan imobilisasi dengan cara enkapsulasi dan

inertisasi sebelum limbah dibuang ke landfill. Obat antiinfeksi dan antineoplastik

dienkapsukasi untuk menghambat pelepasan materi-materi obat ke lingkungan.

Proses imobilisasi harus di bawah pengawasan apoteker atau penegak hukum,

bergantung dengan regulasi daerah yang berlaku.

Sediaan padat dan serbuk harus dipisahkan dari kemasan sekunder

namun masih dalam kemasan primernya kemudian diletakkan ke dalam plastik

atau drum baja untuk dilakukan metode enkapsulasi. Pemisahan dengan kemasan

sekunder adalah sebagai berikut: tablet dan kapsul masih dalam blister plastik atau

aluminimum, dan botol; tablet dan tablet effervescent masih dalam tube; dan

serbuk dalam sachet atau botol. Tujuan dari pemisahan kemasan luar adalah

untuk mengurangi volume pembuangan. Limbah sediaan farmasi kemudiaan

dilapisi dengan limbah perkotaan. Kemasan luar dimusnahkan dengan cara daur

ulang atau pembakaran.

Sediaan farmasi dalam jumlah banyak harus dicek oleh apoteker untuk

memastikan bahwa sediaan tersebut terpisah dari antiinfeksi, antineoplastik, dan

obat dengan pengawasan khusus. Ketiga jenis sediaan tersebut memerlukan

perlakuan khusus dalam pemusnahannya. Satu jenis obat dalam jumlah besar

harus dicampur dengan jenis obat lain dalam satu drum baja. Hal ini untuk

menghindari adanya konsentrasi besar satu jenis obat dalam satu drum baja.

Obat antiinfeksi tidak boleh dibuang dalam bentuk yang belum diolah.

Umumnya obat ini bersifat tidak stabil dan lebih baik diinsinerasi. Jika tidak

memungkinkan diinsinerasi, obat ini dimusnahkan dengan enkapsulasi atau

inertisasai. Obat dengan pengawasan khusus harus dimusnahkan dibawah

pengawasan apoteker atau polisi, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Obat ini

harus diubah dalam bentuk yang tidak dapat digunakan dengan cara enkapsulasi

atau inertisasi kemudian dicampur dengan limbah padat perkotaan di landfill, atau

dilakukan insinerasi.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

19

Universitas Indonesia

Obat antineoplastik atau obat kanker memiliki kemampuan dalam

membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup. Jika obat ini dibuang ke

lingkungan, akan menimbulkan efek serius seperti memengaruhi proses

reproduksi beberapa bentuk kehidupan. Obat antineoplastik harus dipisahkan dari

sediaan farmasi lain dan disimpan terpisah dalam kontainer berdinding keras yang

bersih dan sudah ditandai. Idealnya obat antineoplastik dikemas secara aman dan

dikembalikan ke pemasok untuk dimusnahakan. Jika pilihan tersebut tidak

tersedia, maka obat antineoplastik dimusnahkan dalam insinerator berbilik dua

dengan suhu tinggi, setidaknya 1200oC pada ruangan kedua dan dilengkapi

dengan fasilitas pembersih udara/gas. Jika ruangan kedua tidak bersuhu tinggi,

maka materi-materi obat antineoplastik yang telah terdegradasi akan dilepaskan

dari cerobong asap. Ruang pembakaran kedua memastikan materi obat

antioneoplastik telah terinsinerasi secara sempurna.

Obat antineoplastik tidak boleh dibuang ke landfill kecuali telah

dilakukan enkapsulasi atau inertisasi. Dalam penanganannya, obat ini tidak boleh

dipisahkan dari kemasannya dan hanya dapat dibuang ke sistem pembuangan jika

sudah di dekomposisi. Untuk drum obat antineoplastik, 50% kapasitas diisi

dengan obat dan sisanya diisi dengan campuran kapur, semen, dan air dengan

perbandingan berat 15:15:5. Jumlah air yang lebih banyak terkadang dibutuhkan

untuk memperoleh konsistensi yang diinginkan. Kemudian drum disegel dengan

cara pengelasan. Kondisi ini menyebabkan limbah diisolasi dengan aman.

Kemudian drum diletakkan di landfill yang telah dilapisi dengan lapisan

impermeabel dari tanah liat.

Tabel 2.2. Pemusnahan obat antineoplastik Metode pemusnahan Yang dapat dilakukan

1. Pengembalian ke pemasok 2. Insinerasi suhu tinggi 3. Enkapsulasi

Metode pemusnahan yang tidak dapat dilakukan

1. Insinerasi suhu sedang dan rendah 2. Pembuangan ke saluran pembuangan atau badan air 3. Pembuangan langsung ke landfill

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

20

Universitas Indonesia

Tabel 2.3 Ringkasan metode pemusnahan sediaan farmasi padat Kategori Metode Pemusnahan Keterangan

Padat Landfill

Tidak lebih dari 1% limbah sediaan farmasi dalam bentuk tidak diolah bersama limbah perkotaan dibuang ke landfill

Serbuk

Inertisasi Insinerasi suhu sedang atau tinggi (insinerator semen)

Obat antiinfeksi

enkapsulasi inertisasi Insinerasi suhu sedang atau tinggi (insinerator semen)

Obat antineoplastik

Kembalikan ke pemasok Tidak boleh dibuang ke landfill kecuali dienkapsulasi

Enkapsulasi Tidak dibuang ke saluran pembuangan air

inertisasi Tidak boleh diinsinerasi pada suhu sedang

Insinerasi tinggi (insinerator semen) (dekomposisi kimia)

Obat yang diawasi

Enkapsulasi Tidak boleh dibuang ke landfill kecuali dienkapsulasi

Inertisasi Insinerasi suhu sedang atau tinggi (insinerator semen)

Plastik PVC dan gelas Landfill Tidak boleh dibakar di daerah terbuka

Kertas dan kertas karton/dus Daur ulang, pembakaran, landfill

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

21 Universitas Indonesia

BAB 3 PEMBAHASAN

Pedoman pemusnahan persediaan farmasi disusun agar diperoleh suatu

pedoman melakukan pemusnahan yang baik, benar, dan aman. Pemusnahan

sediaan farmasi dilakukan pada produk yang: (1) diproduksi tanpa memenuhi

persyaratan yang berlaku; (2) telah kadaluwarsa; (3) tidak memenuhi syarat untuk

digunakan dalam pelayanan kesehatan; (4) dicabut izin edaranya; (5)

berhubungan dengan tindak pidana di bidang sediaan farmasi dan alat kesehatan

(PP Republik Indonesia (72/98), 1998).

Acara pemusnahan sediaan farmasi melibatkan banyak pihak,

diantaranya instansi layanan kesehatan seperti pos kesehatan, Puskesmas,

Puskesmas Pembantu; instalasi farmasi kabupaten/kota; dinas kesehatan

kabupaten/kota; dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Oleh karena itu,

juga dibutuhkan pedoman yang menjelaskan peran dan tanggung jawab masing-

masing pihak agar acara pemusnahan sediaan farmasi terkoordinir dengan baik.

Pemusnahan diawali dengan melaporkan sediaan farmasi yang akan

dimusnahkan oleh Kepala Instalasi Farmasi kepada Kepala Dinas Kesehatan

setempat. Kemudian tim pengelola limbah farmasi dibentuk dan ditetapkan

dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Tim

pengelolaan limbah farmasi pada tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari ketua yang

merupakan kepala bidang farmasi, wakil ketua yang dipegang oleh kepala

instalasi farmasi, sekretaris yang dipegang oleh kepala seksi farmasi, serta

anggota yang berasal dari unsur instalasi farmasi, instalasi farmasi rumah sakit,

penyehatan lingkungan, pelayanan kesehatan masyarakat, P2P, dan Bapedalda.

Tim ini akan melakukan pemeriksaan limbah farmasi yang akan dimusnahkan.

Hasil pemeriksaan dilaporkan melalui berita acara pemeriksaan. Pada

formulir berita acara pemeriksaan memuat: (1) bagian judul formulir berita acara

pemeriksaan; dan (2) kolom-kolom formulir berisi informasi yang dibutuhkan.

Pada bagian judul formulir berita acara pemeriksaan diisi dengan: (1) nama,

tempat instansi pengelola obat kabupaten/kota; (2) hari, tanggal, bulan dan tahun

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

22

Universitas Indonesia

pelaksanaan pemeriksaan; (3) nama anggota panitia; (4) jabatan anggota panitia;

(5) nomor dan tanggal surat penunjukkan panitia pemeriksaan. Sedangkan pada

kolom-kolom formulir berisi: (1) nama/jenis obat dan perbekalan kesehatan; (2)

satuan kemasan obat dan perbekalan kesehatan; (3) harga satuan kemasan obat

dan perbekalan kesehatan; (4) jumlah obat dan perbekalan kesehatan dengan

angka; (5) jumlah obat dan perbekalan kesehatan dengan huruf (6) kondisi obat

dan perbekalan kesehatan; (7) kepala instalasi farmasi propinsi/kabupaten/kota;

(8) nama panitia pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan; (9) pejabat dinas

kesehatan propinsi/kabupaten/kota sebagai mengetahui (Depkes RI, 2007).

Hasil pemeriksaan kemudian dilaporkan oleh panitia pemeriksaan obat

dengan membuat berita acara hasil pemeriksaan limbah farmasi. Laporan dibuat

empat rangkap untuk: (1) asli dikirim kepada Kepala Dinas Kesehatan

kabupaten/kota; (2) tindasan 1 dikirim kepada Kepala Pemerintah Daerah; (3)

tindasan 2 dikirim kepada Badan Pengawas Daerah Setempat; (4) tindasan 3

dikirim kepada Kepala Instalasi Farmasi kabupaten/kota.Setelah disetujui,

pemusnahan dapat segera dilakukan (Depkes RI, 2007).

Metode pemusnahan yang akan digunakan bergantung pada jenis

sediaan dan kategori obat. Hal ini dilakukan untuk dapat menjamin terlindunginya

masyarakat dan lingkungan sekitar dari risiko pencemaran limbah farmasi

(Widyastuti, 2005). Oleh karena itu harus dilakukan pemilahan dan

penandaan/pelabelan sediaan farmasi berdasarkan jenis sediaan dan kategori obat.

Pemilahan limbah farmasi padat dilakukan dengan cara memisahkan sediaan

padat seperti tablet, kaplet, kapsul dan serbuk dipisahkan dari bentuk sediaan lain.

Setelah sediaan padat dipisahkan dari bentuk sediaan lain, selanjutnya dipisahkan

menurut kategori obat, yaitu obat biasa, obat antiinfeksi, obat yang diawasi, dan

obat antineoplastik.

Obat-obat yang telah dipilah dipisahkan dari kemasan sekunder, tapi

masih di dalam kemasan primer. Kemasan primer yang dimaksud adalah blister,

botol, tube, dan sachet (WHO, 1999). Langkah selanjutnya adalah obat-obat

tersebut ditampung dalam wadah dan diberi label khusus (Depkes, 2007) dengan

informasi yang jelas (Widyastuti, 2005). Informasi yang tercantum dalam label

tersebut antara lain memuat: (1) nama obat, (2) kekuatan obat, (3) jenis satuan

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

23

Universitas Indonesia

obat, (4) tanggal kadaluwarsa obat (5), kode obat, (6) jumlah berat obat (kg/cm3)

(Depkes RI, 2007). Untuk mempermudah pengenalan jenis limbah dapat

digunakan wadah dengan warna yang berbeda-beda untuk setiap jenis limbah.

Pengumpulan limbah farmasi merupakan suatu kegiatan untuk

menempatkan hasil limbah yang sudah disimpan di dalam wadah yang berasal

dari tempat penghasil limbah ke dalam suatu ruangan atau tempat khusus. Ruang

atau tempat harus berada di dalam wilayah instansi layanan kesehatan atau unit

pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan. Agar proses pengumpulan dapat

berjalan dengan baik dibutuhkan suatu mekanisme pengumpulan. Mekanisme ini

perlu dibuat agar proses pengumpulan lebih terkoordinasi sehingga dapat

mengurangi terpaparnya limbah tersebut dengan manusia dan lingkungan (Depkes

RI, 2007).

Pengumpulan limbah farmasi di instalasi farmasi kabupaten/kota

dilakukan secara bertahap. Berawal dari instansi pelayanan kesehatan seperti

puskesmas pembantu dan pos kesehatan menyalurkan limbah farmasinya ke

puskesmas yang kemudian akan diteruskan ke instalasi farmasi kabupaten/kota.

Proses pemusnahan dilakukan di instalasi farmasi kabupaten/kota dan dilaporkan

ke Dinas Kesehatan Propinsi.

Secara umum, pemusnahan limbah farmasi dilakukan dengan cara

landfill yang sebelumnya dilakukan imobilisasi dengan cara enkapsulasi atau

inertisasi. Namun, untuk limbah farmasi berupa obat antiinfeksi, obat yang

diawasi, dan obat antineoplastik dilakukan pemusnahan dengan cara khusus

seperti insinerasi atau dekomposisi kimia.

Landfill merupakan pembuangan akhir dari pemusnahan limbah farmasi.

Landfill yang benar adalah berupa lubang kosong yang jauh dari badan-badan air

dan lokasinya berada di atas permukaan air. Persyaratan ini dimaksudkan untuk

menghindari pencemaran lingkungan dengan kemungkinan terburuk adalah

pencemaran air (Widyastuti, 2005).

Enkapsulasi atau disebut juga dengan penyegelan limbah merupakan cara

pembuangan dengan menjadikan limbah farmasi ke dalam bentuk padat dalam

drum plasik atau baja. Sekitar 75% kapasitas drum diisi limbah farmasi. Jika 75%

kapasitas drum telah terisi, campuran batu kapur, semen dan air dengan

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

24

Universitas Indonesia

perbandingan 15: 15: 5 dimasukkan sampai drum terisi penuh sesuai dengan

kapasitasnya. Kemudian drum ditutup dengan rapat dan dilas. Drum tersegel

tersebut harus diletakkan di lapisan dasar landfill dan ditutup dengan limbah padat

baru perkotaan. Sedangkan Inertisasi merupakan bentuk lain dari enkapsulasi.

Inertisasi dilakukan dengan cara menghancurkan dan menggiling limbah farmasi

dan campuran air, semen, dan batu kapur ditambahkan dalam hancuran limbah itu

untuk membentuk pasta yang homogen. Kemudian campuran tersebut dituang

perlahan-lahan ke dalam limbah perkotaan. Proses ini relatif murah dan dapat

dilakukan dengan peralatan sederhana. Perkiraan rasio berdasarkan berat, yaitu

limbah farmasi (65%), batu kapur (15%), semen (15%), dan air (5% atau lebih

untuk membentuk konsistensi cairan yang tepat) (Widyastuti, 2005).

Pembuangan limbah farmasi selain obat yang diawasi, obat antiinfeksi,

dan obat antineoplastik dapat dimusnahkan dengan metode landfill dengan

persyaratan tidak lebih dari 1% limbah farmasi dalam bentuk tidak diolah bersama

limbah perkotaan dibuang ke landfill. Namun, sebelum dibuang ke landfill,

limbah farmasi ini harus diimobilisasi dengan cara enkapsulasi atau inertisasi.

Obat berbentuk serbuk dapat dimusnahkan dengan cara inertisasi atau insinerasi

dengan suhu sedang atau tinggi. Untuk limbah farmasi yang memiliki toksisitas

rendah atau tidak toksik dapat dimusnahkan dengan cara dilarutkan/diencerkan

dengan sejumlah air kemudian dibuang ke saluran pembuangan (WHO, 1999).

Obat antiinfeksi tidak boleh dibuang dalam bentuk yang belum diolah.

Pilihan utama metode pemusnahan obat ini adalah insinerasi dengan suhu sedang

atau tinggi kemudian dibuang ke landfill. Jika tidak memungkinkan dilakukan

insinerasi, obat antiinfeksi diubah dalam bentuk tidak aktifnya dengan cara

dekomposisi kimia. Hasil dekomposisi kimia selanjutnya dienkapsulasi atau

diinertisasi lalu dibuang ke landfill (WHO, 1999).

Obat yang diawasi harus dimusnahkan dibawah pengawasan apoteker

atau polisi, sesuai dengan regulasi yang berlaku. Pilihan utama metode

pemusnahan obat ini adalah dengan dienkapsulasi atau diinertisasi kemudian

dibuang ke landfill. Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan insinerasi suhu

sedang atau tinggi kemudian dibuang ke landfill (WHO, 1999).

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

25

Universitas Indonesia

Obat antineoplastik idealnya dikemas secara aman dan dikembalikan ke

pemasok untuk dimusnahakan. Jika pilihan tersebut tidak tersedia, maka obat

antineoplastik dimusnahkan dengan insinerasi suhu tinggi. Insenerator memiliki

dua bilik dengan bilik kedua bersuhu tinggi, setidaknya 1200oC, dan dilengkapi

dengan fasilitas pembersih udara/gas. Jika bilik kedua tidak bersuhu tinggi, maka

materi-materi obat antineoplastik yang telah terdegradasi akan dilepaskan dari

cerobong asap. Selain itu, hal ini untuk memastikan materi obat antioneoplastik

telah terinsinerasi secara sempurna. Berbeda dengan jenis obat lainnya, sebelum

dibuang ke landfill limbah obat antineoplastik hasil insinerasi harus diimobilisasi

dengan enkapsulasi atau inertisasi. Untuk drum obat antineoplastik, 50% kapasitas

diisi dengan obat dan sisanya diisi dengan campuran kapur, semen, dan air dengan

perbandingan berat 15:15:5. Kemudian drum diletakkan di landfill yang telah

dilapisi dengan lapisan impermeabel dari tanah liat. Penanganan obat ini tidak

boleh dipisahkan dari kemasannya dan hanya dapat dibuang ke sistem

pembuangan jika sudah di dekomposisi (WHO, 1999).

Pelaporan pemusnahan limbah farmasi dilakukan oleh tim pengelolaan

limbah farmasi dengan menggunakan lembar berita acara pemusnahan limbah

farmasi. Berita acara pemusnahan ditujukan ke Menteri dan ditandatangani oleh

penanggung jawab pelaksanan dan saksi pemusnahan limbah farmasi. Laporan

yang akan diserahkan sekurang-kurangnya memuat keterangan:

(1) waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat

kesehatan;

(2) jumlah dan jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan;

(3) nama penanggung jawab pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat

kesehatan;

(4) nama satu orang saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan

alat kesehatan

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

26

Universitas Indonesia

Tabel 3.1 Pemusnahan obat berdasarkan golongan Golongan Obat Metode Pemusnahan

Obat selain obat yang diawasi, antineoplastik, atau antiinfeksi

enkapsulasi landfill inertisasi

Obat yang diawasi

Obat antiinfeksi

Obat antineoplastik

Catatan: landfill dilapisi lapisan impermeabel dari tanah liat

Kemasan plastik PVC dan gelas Landfill

Kemasan kertas dan kertas kardus

Daur ulang Pembakaran landfill

Enkapsulasi/ inertisasi

landfill

Insinerasi

Dekomposisi kimia

Kembali ke produsen

Dimusnahkan produsen

Insinerasi suhu tinggi

Enkapsulasi/ inertisasi landfill

Insinerasi

Dekomposisi kimia

Enkapsulasi/ inertisasi

landfill

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

27 Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Pedoman pemusnahan limbah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

yang menyeluruh diperlukan sebagai arahan untuk melakukan pemusnahan yang

baik, benar, dan aman sehingga menjamin terlindunginya masyarakat dan

lingkungan sekitar dari risiko pencemaran limbah sediaan farmasi. Untuk

mencapati tujuan tersebut, metode pemusnahan yang digunakan harus sesuai

dengan jenis sediaan dan kategori obat yang dimusnahkan. Proses pemusnahan

limbah sediaan farmasi secara menyeluruh yaitu: (1) Pelaporan sediaan farmasi

yang akan dimusnahkan; (2) pembentukan tim pengelola limbah sediaan farmasi;

(3) pemeriksaan limbah sediaan farmasi yang akan dimusnahkan; (4) pemilahan

dan penandaan limbah sediaan farmasi sesuai dengan jenis sediaan dan kategori

obat; (5) pemusnahan limbah sediaan farmasi dengan cara yang sesuai; (6)

pelaporan dan pencatatan acara pemusnahan limbah sediaan farmasi. Pemusnahan

limbah sediaan farmasi melibatkan banyak pihak sehingga penjelasan mengenai

peran dan tanggung jawab masing-masing pihak dibutuhkan agar acara

pemusnahan sediaan farmasi terkoordinir dengan baik.

4.2. Saran

Pedoman mengenai pemusnahan limbah sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan yang menyeluruh belum tersedia. Sehingga pedoman pemusnahan

limbah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan harus segera disusun,

didistribusikan, dan disosialisasikan ke seluruh instalasi farmasi daerah agar

pemusnahan limbah sediaan farmasi dapat dilakukan dengan baik, benar, dan

aman serta terkoordinasi dengan baik.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

28 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan RI. (2007). Materi Pelatihan Pengelolaan Obat di Kabupaten/Kota. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 72 Tahun 1998 (72/98) tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. (1998). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 72 Tahun 1998 (72/98) tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Jakarta

Widyastuti, Palupi (Ed.). (2005). Panduan Pembuangan Limbah Perbekalan Farmasi. Jakara: EGC

World Health Organization. (1999). Guidelines for Save Disposal of Unwated Pharmaceuticals in and after Emergencies. World Health Organization

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

29

Lampiran 1. Rancangan pedoman pemusnahan sediaan farmasi padat

RANCANGAN PEDOMAN PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI PADAT

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

RANCANGAN PEDOMAN Halaman 1 dari 7

PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI PADAT DI INSTALASI FARMASI

KABUPATEN/KOTA Status Prosedur Nomor .................... Baru Pengganti Mengganti Nomor .................... Tanggal ................... Tanggal berlaku ................................

Subdirektorat Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Standardisasi

Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan Disusun oleh :

......................................

Tanggal

......................................

Diperiksa oleh

...................................... Tanggal

......................................

Disetujui oleh

...................................... Tanggal

......................................

1. Tujuan

Rancangan pedoman ini disusun untuk membuat suatu pedoman pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sudah tidak layak digunakan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat dengan cara yang benar untuk melindungi masyarakat dan lingkungan terhadap risiko yang ditimbulkan.

2. Ruang Lingkup

Pemusnahan berlaku bagi semua produk sediaan farmasi padat dengan kriteria sebagai berikut: (1) diproduksi tanpa memenuhi persyaratan yang berlaku; (2) telah kadaluwarsa; (3) tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan (4) dicabut izin edaranya; (5) berhubungan dengan tindak pidana di bidang sediaan farmasi dan alat kesehatan.

3. Tanggung Jawab 3.1 Kepala Instalasi Farmasi melakukan inventarisasi limbah farmasi yang akan dimusnahkan

dan melaporkannya ke Kepala Dinas Kesehatan setempat. 3.2 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota menetapkan tim pengelolaan limbah

farmasi dengan mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota.

3.3 Tim pengelola limbah farmasi melakukan pemeriksaan limbah farmasi yang akan dimusnahkan dan melaporkannya dalam berita acara hasil pemeriksaan sebanyak 4 rangkap.

3.4 Tim pengelola limbah farmasi mengkoordinir pelaksanaan pemusnahan dan melaporkannya dalam berita acara pemusnahan setelah melakukan pemusnahan.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

30

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

RANCANGAN PEDOMAN Halaman 2 dari 7

PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI PADAT DI INSTALASI FARMASI

KABUPATEN/KOTA Status Prosedur Nomor .................... Baru Pengganti Mengganti Nomor .................... Tanggal ................... Tanggal berlaku ................................

Subdirektorat Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Standardisasi

Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan Disusun oleh :

......................................

Tanggal

......................................

Diperiksa oleh

...................................... Tanggal

......................................

Disetujui oleh

...................................... Tanggal

......................................

4. Alat dan Bahan

4.1 Plastik bersegel untuk mengemas obat-obat yang sudah dipilah sesuai dengan bentuk sediaan dan kategori obat.

4.2 Kontainer sebagai wadah penyimpanan obat-obat yang telah dikemas. 4.3 Label untuk menandai kontainer dengan informasi limbah farmasi. 4.4 Sarana transportasi untuk menyalurkan limbah farmasi ke tempat distributor atau

pemasok, tempat pengumpulan Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, tempat pembuangan/landfill, atau tempat insinerasi di pabrik semen.

4.5 Drum logam atau plastik sebagai wadah akhir untuk pemusnahan dengan metode enkapsulasi atau inertisasi.

4.6 Kapur, semen, dan air sebagai campuran dalam metode pemusnahan enkapsulasi dan inertisasi

5. Prosedur 5.1 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dilakukan pembentukan tim pengelolaan

limbah farmasi tingkat Kabupaten/Kota yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Tingkat kabupaten/kota ketua : kepala bidang farmasi wakil ketua : kepala instalasi farmasi sekretaris : kepala seksi farmasi anggota : 1. Unsur instalasi farmasi 2. Unsur instalasi farmasi rumah sakit 3. Unsur penyehatan lingkungan 4. Unsur pelayanan kesehatan masyarakat 5. Unsur P2P 6. Unsur Bapedalda

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

31

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

RANCANGAN PEDOMAN Halaman 3 dari 7

PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI PADAT DI INSTALASI FARMASI

KABUPATEN/KOTA Status Prosedur Nomor .................... Baru Pengganti Mengganti Nomor .................... Tanggal ................... Tanggal berlaku ................................

Subdirektorat Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Standardisasi

Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan Disusun oleh :

......................................

Tanggal

......................................

Diperiksa oleh

...................................... Tanggal

......................................

Disetujui oleh

...................................... Tanggal

......................................

5.2 Melakukan pemilahan dan penandaan/pelabelan sediaan farmasi Yang akan

dimusnahkan. 5.2.1 Sediaan padat seperti tablet, kaplet, kapsul dan serbuk dipisahkan dari bentuk

sediaan lain. 5.2.2 Sediaan padat yang telah dipisahkan kemudian dipilah bedasarkan kategori obat:

obat biasa, obat antiinfeksi, obat yang diawasi, dan obat antineoplastik. 5.2.3 Obat-obat yang telah dipilah dipisahkan dari kemasan sekunder, tapi masih di

dalam kemasan primer. 5.2.3.1 tablet dan kapsul dalam blister plastik atau alumunium foil dipisahkan dari

kemasan terluar tapi tidak dipisahkan dari blisternya; 5.2.3.2 tablet dan kapsul dalam botol harus dipisahkan dari kemasan luarnya tidak

dipisahkan dari botolnya; 5.2.3.3 tablet dan tablet effervescent dalam tube dipisahkan dari kemasan luarnya

tidak dipisahkan dari tubenya; 5.2.3.4 serbuk dalam sachet atau botol dipisahkan dari kemasan luarnya tapi tidak

dipisahkan dari sachet atau botolnya 5.2.4 dikemas dalam plastik bersegel dan disimpan dalam satu wadah/kontainer

kemudian diberi label. Label mencakup informasi: (1) nama obat, (2) kekuatan obat, (3) jenis satuan obat, (4) tanggal kedaluarsa obat (5) kode obat (6) jumlah berat obat (kg/cm3)

5.3. Limbah farmasi dikumpulkan ke dalam suatu ruangan atau tempat khusus yang berada di

dalam wilayah instansi layanan kesehatan atau unit pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

32

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

RANCANGAN PEDOMAN Halaman 4 dari 7

PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI PADAT DI INSTALASI FARMASI

KABUPATEN/KOTA Status Prosedur Nomor .................... Baru Pengganti Mengganti Nomor .................... Tanggal ................... Tanggal berlaku ................................

Subdirektorat Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Standardisasi

Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan Disusun oleh :

......................................

Tanggal

......................................

Diperiksa oleh

...................................... Tanggal

......................................

Disetujui oleh

...................................... Tanggal

......................................

5.4. Kepala Instalasi Farmasi melakukan inventarisasi limbah farmasi yang akan dimusnahkan

dan melaporkannya ke Kepala Dinas Kesehatan Setempat Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan suatu formulir yang didalamnya memuat: (1) nama obat/perbekalan kesehatan; (2) nama generik; (3) satuan obat/perbekalan kesehatan; (4) jumlah obat/perbekalan kesehatan; (5) pabrikan obat/perbekalan kesehatan; (6) kelas terapi; (7) tanggal kadaluwarsa; (8) kondisi obat/perbekalan kesehatan.

5.5. Tim pengelolaan limbah farmasi melakukan pemeriksaan limbah farmasi yang akan dimusnahkan

5.6. Hasil pemeriksaan kemudian dilaporkan kepada pihak yang berwenang dengan membuat berita acara hasil pemeriksaan limbah farmasi

5.7. Melakukan pemusnahan dengan cara yang sesuai dengan sediaan farmasi yang dimusnahkan setelah ada keputusan dari yang berwenang 5.7.1. Limbah farmasi yang memiliki toksisitas rendah atau tidak toksik dapat

dimusnahkan dengan cara dilarutkan/diencerkan dengan sejumlah air kemudian dibuang ke saluran pembuangan.

5.7.2. Obat biasa berbentuk serbuk dapat dimusnahkan dengan cara inertisasi atau insinerasi dengan suhu sedang atau tinggi.

5.7.3. Obat selain obat yang diawasi, obat antiinfeksi, dan obat antineoplasitk dapat dimusnahkan dengan metode landfill. Dengan persyaratan tidak lebih dari 1% limbah farmasi dalam bentuk tidak diolah bersama limbah perkotaan dibuang ke landfill. Namun, sebelum dibuang ke landfil limbah farmasi harus diimobilisasi dengan cara enkapsulasi atau inertisasi.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

33

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

RANCANGAN PEDOMAN Halaman 5 dari 7

PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI PADAT DI INSTALASI FARMASI

KABUPATEN/KOTA Status Prosedur Nomor .................... Baru Pengganti Mengganti Nomor .................... Tanggal ................... Tanggal berlaku ................................

Subdirektorat Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Standardisasi

Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan Disusun oleh :

......................................

Tanggal

......................................

Diperiksa oleh

...................................... Tanggal

......................................

Disetujui oleh

...................................... Tanggal

......................................

5.7.4. Obat yang diawasi harus dimusnahkan dibawah pengawasan apoteker atau polisi,

sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pilihan utama metode pemusnahan obat ini adalah dengan enkapsulasi atau inertisasi kemudian dibuang ke landfill. Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan insinerasi suhu sedang atau tinggi kemudian dibuang ke landfill.

5.7.5. Obat antiinfeksi dimusnahkan dengan metode insinerasi dengan suhu sedang atau tinggi kemudian dibuang ke landfill. Jika tidak memungkinkan dilakukan insinerasi, obat antiinfeksi diubah dalam bentuk tidak aktifnya dengan cara dekomposisi kimia. Hasil dekomposisi kimia selanjutnya dienkapsulasi atau diinertisasi lalu dibuang ke landfill.

5.7.6. Obat antineoplastik Dikemas secara aman dan dikembalikan ke pemasok untuk dimusnahakan. Jika pilihan tersebut tidak tersedia, maka obat antineoplastik dimusnahkan dengan insinerasi suhu tinggi. sebelum dibuang ke landfill limbah obat antineoplastik hasil insinerasi harus diimobilisasi dengan enkapsulasi atau inertisasi. Untuk drum obat antineoplastik, 50% kapasitas diisi dengan obat dan sisanya diisi dengan campuran kapur, semen, dan air dengan perbandingan berat 15:15:5. landfill yang telah dilapisi dengan lapisan impermeabel dari tanah liat. Penanganan obat ini tidak boleh dipisahkan dari kemasannya.

6. Prosedur Khusus

6.1. Pembuangan ke landfill Landfill yang benar adalah berupa lubang kosong yang jauh dari badan-badan air dan lokasinya berada di atas permukaan air. Sebelum dibuang ke landfill limbah farmasi harus diimobilisasi dengan cara enkapsulasi atau inertisasi.

6.2. Enkapsulasi Limbah farmasi disegel di dalam drum terbuat dari plastik atau baja. Sekitar 75% kapasitas drum diisi limbah farmasi. Jika 75% kapasitas drum telah terisi, campuran batu kapur, semen dan air dengan perbandingan 15: 15: 5 dimasukkan sampai drum terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya. Kemudian drum ditutup dengan rapat dan dilas. Drum tersegel tersebut harus diletakkan di lapisan dasar landfill dan ditutup dengan limbah padat baru perkotaan.

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

34

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

RANCANGAN PEDOMAN Halaman 6 dari 7

PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI PADAT DI INSTALASI FARMASI

KABUPATEN/KOTA Status Prosedur Nomor .................... Baru Pengganti Mengganti Nomor .................... Tanggal ................... Tanggal berlaku ................................

Subdirektorat Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Standardisasi

Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan Disusun oleh :

......................................

Tanggal

......................................

Diperiksa oleh

...................................... Tanggal

......................................

Disetujui oleh

...................................... Tanggal

......................................

6.3. Inertisasi

Limbah farmasi harus dilepaskan dari kemasan. Limbah yang sudah dipisahkan dari kemasan kemudian dihancurkan atau digiling dan campuran air, semen, dan batu kapur ditambahkan dalam hancuran limbah itu untuk membentuk pasta yang homogen. Kemudian campuran tersebut dituang perlahan-lahan ke dalam limbah perkotaan. Perbandingan yang bisa digunakan dalam proses inertisasi adalah sebagai berikut: limbah farmasi (65%), batu kapur (15%), semen (15%), dan air (5% atau lebih untuk membentuk konsistensi cairan yang tepat).

7. Pelaporan

7.1 Pelaporan pemeriksaan limbah farmasi 7.1.1. Pelaporan pemeriksaan limbah farmasi dilakukan oleh tim pengelolaan limbah

farmasi dengan menggunakan lembar berita acara pemeriksaan limbah farmasi. 7.1.2. Pada formulir berita acara pemeriksaan memuat bagian judul formulir berita acara

pemeriksaan dan kolom-kolom formulir berisi informasi yang dibutuhkan. Pada bagian judul formulir berita acara pemeriksaan diisi dengan: (1) nama, tempat instansi pengelola obat kabupaten/kota; (2) hari, tanggal, bulan dan tahun pelaksanaan pemeriksaan; (3) nama anggota panitia; (4) jabatan anggota panitia; (5) nomor dan tanggal surat penunjukkan panitia pemeriksaan. Pada kolom-kolom formulir berisi: (1) nama/jenis obat dan perbekalan kesehatan; (2) satuan kemasan obat dan perbekalan kesehatan; (3) harga satuan kemasan obat dan perbekalan kesehatan; (4) jumlah obat dan perbekalan kesehatan dengan angka; (5) jumlah obat dan perbekalan kesehatan dengan huruf (6) kondisi obat dan perbekalan kesehatan; (7) kepala instalasi farmasi kabupaten/kota; (8) nama panitia pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan; (9) pejabat dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai mengetahui

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20359082-PR-Ary Andriani.pdfuniversitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di direktorat

35

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN

RANCANGAN PEDOMAN Halaman 7 dari 7

PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI PADAT DI INSTALASI FARMASI

KABUPATEN/KOTA Status Prosedur Nomor .................... Baru Pengganti Mengganti Nomor .................... Tanggal ................... Tanggal berlaku ................................

Subdirektorat Pengelolaan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan

Seksi Standardisasi

Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan Disusun oleh :

......................................

Tanggal

......................................

Diperiksa oleh

...................................... Tanggal

......................................

Disetujui oleh

...................................... Tanggal

......................................

7.1.3. Berita acara pemeriksaan dibuat 4 rangkap yang ditujukan untuk:

a. Asli dikirim kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota b. Kopi 1 dikirim kepada Kepala Pemerintahan Daerah c. Kopi 2 dikirim kepada Badan Pengawas Daerah Setempat d. Kopi 3 dikirim kepada Kepala Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota

7.2 Pelaporan pemusnahan limbah farmasi

Pelaporan pemusnahan limbah farmasi dilakukan oleh tim pengelolaan limbah farmasi dengan menggunakan lembar berita acara pemusnahan limbah farmasi. Berita acara pemusnahan ditujukan ke Menteri dan ditandatangani oleh penanggung jawab pelaksanan dan saksi pemusnahan limbah farmasi. Laporan yang akan diserahkan sekurang-kurangnya memuat keterangan: (1) waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan; (2) jumlah dan jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan; (3) nama penanggung jawab pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan; (4) nama satu orang saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat

kesehatan

8. Dokumen Rujukan 8.1 Guidelines for Safe Disposal of Unwated Pharmaceuticals in and after Emergencies,

World Health Organization, 1999. 8.2 Materi Pelatihan Pengelolaan Obat di Kabupaten/Kota, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2007 8.3 Panduan Pembuangan Limbah Perbekalan Farmasi, 2005 8.4 Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 72 tahun 1998 tentang pengamanan

sediaan farmasi dan alat kesehatan

Laporan praktek..., Ary Andriani, FMIPA UI, 2012