universitas indonesia laporan praktek kerja ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351091-pr-grace...

158
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JL. FATMAWATI, CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL – 31 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GRACE NATALIA, S.Farm. 1206313141 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

    JL. FATMAWATI, CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL – 31 MEI 2013

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

    GRACE NATALIA, S.Farm.

    1206313141

    ANGKATAN LXXVI

    FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

    DEPOK JUNI 2013

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • ii

    UNIVERSITAS INDONESIA

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

    JL. FATMAWATI, CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL – 31 MEI 2013

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

    GRACE NATALIA, S.Farm.

    1206313141

    ANGKATAN LXXVI

    FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

    DEPOK JUNI 2013

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • iii

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji Penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

    nikmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja

    Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, serta

    menyusun laporan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

    pihak yang telah membantu selama pelaksanaan PKPA ini, khususnya kepada:

    1. Ibu Dra. Maria S. Lesilolo, Apt., M. Pharm. selaku Pembimbing I dari RSUP

    Fatmawati dan menjadi pembimbing kerja praktek yang telah memberikan

    arahan, bimbingan, dan pengetahuan yang bermanfaat selama melaksanakan

    kegiatan PKPA dan penyusunan laporan ini.

    2. Ibu Prof. Dr. Effionora Anwar M.S., Apt. selaku Pmbimbing II dari Fakultas

    Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan

    pengarahan serta penyusunan laporan ini.

    3. Ibu Dra. Alfina Rianti, Apt., M. Pharm. selaku pembimbing laporan tugas

    umum dari RSUP Fatmawati yang telah memberikan arahan dan bimbingan

    dalam penulisan laporan tugas Penulis.

    4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi

    Universitas Indonesia.

    5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Apoteker

    Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

    6. Seluruh staf RSUP Fatmawati yang telah memberikan pengetahuan dan

    pengalaman yang bermanfaat serta membantu Penulis selama melaksanakan

    kegiatan PKPA.

    7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program pendidikan profesi apoteker

    Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

    8. Seluruh keluarga (ayah, ibu, kakak, adik dan lainnya) yang telah memberikan

    bantuan dukungan material dan moral kepada Penulis.

    9. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan LXXVI yang telah memberikan

    banyak sekali bantuan dan dukungan kepada Penulis.

    Penulis menyadari dalam menyusun laporan PKPA ini masih terdapat

    banyak kekurangan. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • v

    perbaikan di masa datang. Akhir kata, Penulis berharap laporan PKPA ini dapat

    bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu

    farmasi pada khususnya.

    Penulis

    2013

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • vi

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Grace Natalia NPM : 1206313141 Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis karya : Karya Akhir

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

    Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jl. Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan Periode 1 April – 31 Mei 2013

    beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok Pada tanggal : Juni 2013

    Yang menyatakan

    (Grace Natalia)

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA AKHIR .................... vi DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2

    2. TINJAUAN UMUM ...................................................................................... 3 2.1 Definisi Rumah Sakit .............................................................................. 3 2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ............................................................... 3 2.3 Klasifikasi Rumah Sakit .......................................................................... 3 2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati ........................................ 5 2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati........................... ................. 6 2.6 Visi dan Misi ........................................................................................... 7

    3. TINJAUAN KHUSUS ................................................................................... 10 3.1 Instalasi Farmasi ...................................................................................... 10 3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ......................................................... 16 3.3 Satuan Farmasi Fungsional .............................................................. 42 3.4 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati ............................................. 56

    4. PEMBAHASAN ............................................................................................ 58

    5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 79 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 79 5.2 Saran ........................................................................................................ 79

    DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 82

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Struktur organisasi RSUP Fatmawati ........................................ 83 Lampiran 2. Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ............ 84 Lampiran 3. Struktur organisasi Satuan Farmasi Fungsional RSUP

    Fatmawati ................................................................................... 85 Lampiran 4. Alur perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi ............... 86 Lampiran 5. Alur penerimaan perbekalan farmasi .......................................... 87 Lampiran 6. Alur distribusi perbekalan farmasi ............................................. 88 Lampiran 7. Alur masuk ke ruang produksi aseptik TPN dan sitotoksik ....... 89 Lampiran 8. Alur pelayanan obat sitostatika .................................................. 90 Lampiran 9. Alur penanganan limbah padat, cair, dan gas ............................. 92 Lampiran 10. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual

    prescription ................................................................................. 93 Lampiran 11. Alur pelayanan resep di Depo ASKES ....................................... 94 Lampiran 12. Alur distribusi obat secara dosis unit di Instalasi Farmasi

    RSUP Fatmawati ........................................................................ 95 Lampiran 13. Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di Depo Instalasi

    Bedah Sentral .............................................................................. 96 Lampiran 14. Daftar paket obat dan alkes Cito ................................................ 98 Lampiran 15. Daftar paket obat dan alkes Paket Elektif ................................... 99 Lampiran 16. Daftar paket obat dan alkes Bedah Prima ................................... 100 Lampiran 17. Alur pemantauan efek samping obat .......................................... 101 Lampiran 18. Alur program pelayanan informasi obat ..................................... 102 Lampiran 19. Formulir pelayanan informasi obat ............................................ 103 Lampiran 20. Alur kegiatan pemantauan interaksi obat ................................... 104 Lampiran 21. Alur pengkajian resep ................................................................. 105

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, kesehatan

    merupakan hak asasi setiap manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang

    harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia (Presiden Republik

    Indonesia, 2009a). Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

    bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh

    dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.

    Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan

    promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,

    menyeluruh, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus

    memperhatikan fungsi sosial, nilai, norma agama, sosial budaya, moral, dan etika

    profesi. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan pemerintah memiliki tanggung

    jawab dalam hal merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan

    mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

    masyarakat (Daris, 2010).

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit

    merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

    kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

    rawat jalan dan gawat darurat (Presiden Republik Indonesia, 2009b). Rumah sakit

    merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya

    kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan dan / atau upaya kesehatan

    penunjang. Selain itu, rumah sakit juga dapat dipergunakan untuk kepentingan

    pendidikan, pelatihan, penelitian, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi di bidang kesehatan (Siregar, 2004). Pelayanan farmasi merupakan

    salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang

    bermutu. Hal ini diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

    1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang

    menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

    dapat dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi

    kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 2

    Universitas Indonesia

    farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Menteri

    Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

    Pelayanan kesehatan farmasi di rumah sakit tidak terlepas dari adanya

    peran apoteker. Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang memiliki pendidikan,

    ketrampilan, dan keahlian di bidang farmasi serta memiliki hak dalam

    menyelenggarakan pekerjaan kefarmasian. Peran apoteker menjadi hal penting

    guna mewujudkan pelayanan kefarmasian yang ideal dengan melakukan

    pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien (patient oriented).

    Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan

    keahlian di bidang kefarmasian, serta untuk mempersiapkan calon apoteker

    memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional, maka

    dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi RSUP

    Fatmawati Jakarta. RSUP Fatmawati merupakan rumah sakit pemerintah yang

    berupaya memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan

    dan penelitian diseluruh disiplin ilmu.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUP

    Fatmawati adalah sebagai berikut:

    a. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi

    Rumah Sakit (IFRS).

    b. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Satuan Farmasi

    Fungsional (SFF)

    c. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam Tim Farmasi dan

    Terapi (TFT).

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 3 Universitas Indonesia

    BAB 2 TINJAUAN UMUM

    2.1 Definisi Rumah Sakit

    Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,

    rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

    pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

    rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Presiden Republik Indonesia, 2009b).

    2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit (Presiden Republik Indonesia, 2009b)

    Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

    perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit

    mempunyai fungsi:

    1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

    dengan standar pelayanan rumah sakit;

    2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

    kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

    medis;

    3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

    rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

    4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

    bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

    memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

    2.3 Klasifikasi Rumah Sakit

    Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009, rumah sakit dapat diklasifikasikan

    berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya (Presiden RI, 2009b).

    2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan

    Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan

    dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

    1. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

    kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 4

    Universitas Indonesia

    Klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri dari:

    a. Rumah Sakit Umum Kelas A

    Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4

    (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua

    belas) spesialis lain, dan 13 (tiga belas) subspesialis.

    b. Rumah Sakit Umum Kelas B

    Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4

    (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8

    (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

    c. Rumah Sakit Umum Kelas C

    Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4

    (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

    d. Rumah Sakit Umum Kelas D

    Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2

    (dua) spesialis dasar.

    2. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

    utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan

    disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan

    lainnya.

    Klasifikasi Rumah Sakit Khusus terdiri atas :

    a. Rumah Sakit Khusus Kelas A

    Rumah Sakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

    spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

    lengkap.

    b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

    Rumah Sakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 5

    Universitas Indonesia

    spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

    terbatas.

    c. Rumah Sakit Khusus Kelas C

    Rumah Sakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

    spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

    minimal.

    2.3.2 Berdasarkan pengelolaan

    Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi Rumah

    Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat.

    1. Rumah Sakit Publik adakah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah,

    Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit

    publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan

    berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan

    Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.

    Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah

    tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit Privat.

    2. Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum

    dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

    2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP Fatmawati,

    2009a)

    Pendirian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari

    gagasan Ibu Fatmawati Soekarno untuk mendirikan rumah sakit tuberkulose anak

    yang dikhususkan untuk penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Dengan dana

    yang dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari Yayasan Dana

    Bantuan Kementerian Sosial RI dilaksanakan pembangunan Gedung Rumah Sakit

    Ibu Soekarno.

    Pada tanggal 15 April 1961, status dan fungsi rumah sakit tersebut berubah

    menjadi rumah sakit umum dan penyelenggaraan serta pembiayaannya diserahkan

    kepada Departemen Kesehatan RI sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 6

    Universitas Indonesia

    hari jadi Rumah Sakit Ibu Soekarno. Pada tanggal 20 Mei 1967, nama RSU Ibu

    Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati. Selanjutnya pada tahun 1984 RSU

    Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan dan tahun

    1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Pendidikan.

    Dalam perkembangan Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah

    Sakit Unit Swadana Bersyarat pada tahun 1992 dan dua tahun berikutnya yakni

    tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada

    tahun 1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah sakit

    mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan

    Negara Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati

    ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun

    2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada

    tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.

    1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit

    Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola

    Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

    Dalam penilaian Tim Akreditasi Rumah Sakit, tahun 1997 RS Fatmawati

    memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP

    Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12

    pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16

    Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat

    Lengkap 16 Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan

    oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan

    Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri

    Kesehatan No. 424/MENKES/SK/V/2008. Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati

    telah menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 :

    2007 dan saat ini (Mei 2013) sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI

    (Joint Commission International).

    2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati

    2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 7

    Universitas Indonesia

    RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

    upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi,

    terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan

    pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan menyelenggarakan

    pendidikan, pelatihan, dan penelitian.

    2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati

    Fungsi RSUP Fatmawati adalah menyelenggarakan:

    1. Pelayanan medis

    2. Pelayanan penunjang medis dan non medis

    3. Pelayanan dan asuhan keperawatan

    4. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit

    5. Pelayanan rujukan

    6. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan

    7. Penelitian dan pengembangan

    8. Administrasi umum dan keuangan

    2.6 Visi dan Misi (Direktur Utama RSUP Fatmawati, 2012b)

    Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan,

    paripurna dan terpercaya di Indonesia. Maksud dari terdepan, paripurna, dan

    terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang menyelenggarakan

    pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan:

    1. terdepan karena ketersediaan sumber daya yang lengkap;

    2. paripurna karena memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif,

    kuratif, rehabilitatif, dan pelayanan berkesinambungan (continuum of care)

    serta tuntas;

    3. terpercaya karena senantiasa mengikuti kaidah - kaidah IPTEK terkini;

    4. menjangkau seluruh lapisan masyarakat; dan

    5. berorientasi kepada para pelanggan.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 8

    Universitas Indonesia

    Misi dari RSUP Fatmawati adalah:

    1. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan

    dan penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi

    dan rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis.

    2. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

    3. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta

    berdaya saing tinggi.

    4. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini.

    5. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya

    manusia.

    2.6.1 Motto dan Falsafah

    Motto RSUP Fatmawati adalah “Percayakan Pada Kami”. Sedangkan

    falsafah yang dianut sebagai pegangan dalam menjalankan organisasi adalah:

    1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

    2. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai - nilai luhur kemanusiaan

    3. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama

    4. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan

    5. kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan

    2.6.2 Nilai

    Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional,

    komunikatif, dan ikhlas, serta peduli dalam melaksanakan tugas.

    1. Jujur

    Menerapkan transparansi dalam melaksanakan tugas.

    2. Profesional

    Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi (pengetahuan,

    keterampilan, sikap, dan peka budaya).

    3. Komunikatif

    Mampu melaksanakan hubungan interpersonal yang asertif dan responsif.

    4. Ikhlas

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 9

    Universitas Indonesia

    Selalu memegang teguh ketulusan dalam memberikan pelayanan kepada

    pelanggan.

    5. Peduli

    Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.

    2.6.3 Tujuan

    Tujuan RSUP Fatmawati adalah:

    1. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi

    kaidah keselamatan pasien (patient safety)

    2. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif

    yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

    3. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi

    pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian.

    4. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan

    pelanggan.

    5. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber

    daya manusia rumah sakit.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 10 Universitas Indonesia

    BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

    3.1 Instalasi Farmasi

    Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau IFRS dipimpin oleh Apoteker. Kepala

    Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan

    - peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi

    barang farmasi.

    3.1.1 Bagan organisasi

    Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,

    koordinasi, kewenangan, dan fungsi. Kerangka organisasi minimal

    mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi

    klinik dan manajemen mutu, dan selalu harus dinamis sesuai perubahan yang

    dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur organisasi

    RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 1.

    3.1.2 Peran lintas terkait dalam pelayanan farmasi rumah sakit

    3.1.2.1 Panitia Farmasi dan Terapi

    Panitia Farmasi dan Terapi merupakan badan yang membantu pimpinan

    rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang obat dan penggunaan obat di

    rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

    hubungan komunikasi antara para staf medik dengan staf farmasi, sehingga

    anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi - spesialisasi yang ada di

    rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan

    lainnya. Panitia Farmasi dan Terapi sekurang - kurangnya terdiri dari 3 (tiga)

    orang yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga

    dokter bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua staf medik fungsional

    yang ada. Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena

    semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di

    seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 11

    Universitas Indonesia

    Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan

    formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Formularium adalah himpunan

    obat yang diterima / disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di

    rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.

    3.1.2.2 Panitia pengendalian infeksi rumah sakit

    Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit adalah organisasi yang terdiri

    dari staf medik, apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit dan tenaga kesehatan

    lainnya.

    3.1.2.3 Panitia lain yang terkait dengan tugas farmasi rumah sakit

    Apoteker juga berperan dalam tim / panitia yang menyangkut dengan

    pengobatan antara lain:

    1. Panitia mutu pelayanan kesehatan rumah sakit

    2. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri

    3. Tim penanggulangan AIDS

    4. Tim transplantasi

    5. Tim PKMRS, dan lain - lain.

    3.1.3 Analisa kebutuhan tenaga

    3.1.3.1 Jenis ketenagaan

    1. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana

    farmasi, dan asisten apoteker (AMF, SMF)

    2. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga operator komputer /

    teknisi yang memahami kefarmasian dan tenaga administrasi

    3. Pembantu pelaksana

    3.1.3.2 Beban kerja

    Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor - faktor yang

    berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:

    1. Kapasitas tempat tidur dan BOR

    2. Jumlah resep atau formulir per hari

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 12

    Universitas Indonesia

    3. Volume perbekalan farmasi

    4. Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian)

    3.1.3.3 Jenis pelayanan

    1. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)

    2. Pelayanan rawat inap intensif

    3. Pelayanan rawat inap

    4. Pelayanan rawat jalan

    5. Penyimpanan dan pendistribusian

    6. Produksi obat

    3.1.4 Pengelolaan perbekalan farmasi

    Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai

    dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

    pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

    evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

    3.1.4.1 Pemilihan

    Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah

    kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan

    dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

    standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standard obat. Penentuan

    seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

    untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan purna transaksi

    pembelian.

    3.1.4.2 Perencanaan

    Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,

    dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk

    menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

    dipertanggung jawabkan dan dasar - dasar perencanaan yang telah ditentukan

    antara lain metode konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan metode

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 13

    Universitas Indonesia

    kombinasi konsumsi dan mobirditas. Metode konsumsi dan epidemiologi

    disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

    3.1.4.3 Pengadaan

    Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

    telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi / pembuatan

    sediaan farmasi, maupun sumbangan / droping / hibah.

    3.1.4.4 Produksi

    Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas

    kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan

    pelayanan kesehatan di rumah sakit.

    3.1.4.5 Penerimaan

    Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang

    telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

    tender, konsinyasi atau sumbangan.

    3.1.4.6 Penyimpanan

    Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

    persyaratan yang ditetapkan dan disertai dengan sistem informasi yang selalu

    menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

    3.1.4.7 Pendistribusian

    Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi

    di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat

    inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medik.

    a. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap

    Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan

    kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien

    rawat inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 14

    Universitas Indonesia

    desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep

    perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.

    b. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan

    Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan

    kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien

    rawat jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau

    desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotik rumah sakit.

    c. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja

    Pendistibusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan

    pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam

    kerja yang diselenggarakan oleh:

    � Apotik rumah sakit / satelit farmasi yang dibuka 24 jam

    � Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi

    3.1.5 Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

    Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah

    pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan

    obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien

    melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker

    serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Kegiatan yang

    dilakukan antara lain:

    1. Pengkajian resep

    Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi

    persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk

    pasien rawat inap maupun rawat jalan.

    2. Dispensing

    Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap

    validasi, interpretasi, menyiapkan / meracik obat, memberikan label / etiket,

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 15

    Universitas Indonesia

    penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem

    dokumentasi.

    3. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat

    Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan

    pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan

    yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan

    profilaksis, diagnosis dan terapi.

    4. Pelayanan informasi obat

    Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh

    Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini

    kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

    5. Konseling

    Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi

    dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan

    penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

    6. Pemantauan kadar obat dalam darah

    Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan dengan cara melakukan

    pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang

    merawat karena indeks terapi yang sempit.

    7. Ronde / visite

    Ronde / visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap

    bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

    8. Pengkajian penggunaan obat

    Pengkajian pengguanaan obat merupakan program evaluasi penggunaan

    obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang

    digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 16

    Universitas Indonesia

    3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

    Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan satuan kerja (satker) satu -

    satunya di Rumah Sakit yang menjalankan fungsi pengelolaan perbekalan farmasi

    dengan sistem satu pintu. Instalasi Farmasi berkedudukan di bawah dan

    bertanggung jawab langsung kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP

    Fatmawati. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang kepala dengan sebutan

    Kepala Instalasi Farmasi dan satu orang Wakil Kepala Instalasi yang membawahi

    15 (lima belas) orang Penyelia, yaitu:

    1. Penyelia Depo IRJ (Lantai 1, 2, dan 3)

    2. Penyelia Depo Askes

    3. Penyelia Depo IGD dan IRI

    4. Penyelia Depo IBS

    5. Penyelia Depo Teratai – IRNA A

    6. Penyelia Depo Teratai – IRNA B

    7. Penyelia Depo Griya Husada

    8. Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto

    9. Penyelia Gudang Farmasi

    10. Penyelia Produksi Farmasi

    11. Penyelia Sistem Informasi

    12. Penyelia Distribusi dan Penerimaan

    13. Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi

    14. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan

    15. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi

    Instalasi Farmasi mempunyai struktur organisasi sebagaimana tercantum dalam

    Lampiran 2. Kepala Instalasi Farmasi dalam menjalankan tugasnya berkoordinasi

    dengan Kepala Satuan Farmasi Fungsional RSUP Fatmawati.

    3.2.1 Tugas pokok dan fungsi instalasi farmasi

    � Tugas Pokok Instalasi Farmasi adalah:

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 17

    Universitas Indonesia

    a. Menjalankan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati.

    b. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi dengan kegiatan perencanaan,

    pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan

    farmasi di RSUP Fatmawati.

    c. Menjalankan integrasi dan sinkronisasi terkait dengan pelaksanaan tugas

    pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati.

    d. Turut serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan

    kefarmasian di RSUP Fatmawati.

    e. Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikut serta dalam uji klinik obat.

    f. Turut serta menyelenggarakan pembinaan etika dan pengembangan profesi

    kefarmasian.

    � Fungsi instalasi farmasi adalah:

    a. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas

    pelayanan kefarmasian dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP

    Fatmawati dengan pihak - pihak tekait.

    b. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan kefarmasian di RSUP

    Fatmawati.

    c. Turut serta dalam pengembangan pelayanan kefarmasian di RSUP

    Fatmawati berdasarkan perkembangan kebutuhan masyarakat, ilmu

    pengetahuan dan teknologi.

    d. Menetapkan indikator pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi serta

    tindak lanjut terkait dengan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi

    di RSUP Fatmawati.

    3.2.2 Visi instalasi farmasi

    Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna,

    Terpercaya dalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian di Indonesia.”

    3.2.3 Misi instalasi farmasi

    Misi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

    1. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 18

    Universitas Indonesia

    2. Mengupayakan pencapaian rasionalisasi penggunaan obat di RSUP

    Fatmawati.

    3. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit secara efektif

    dan efisien.

    4. Meningkatkan dan mengembangkan pelayanan farmasi terutama bidang

    orthopedi dan rehabilitasi medik.

    3.2.4 Tujuan instalasi farmasi

    Tujuan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

    1. Menjamin pelayanan farmasi rumah sakit yang profesional dan

    bertanggung jawab atas semua penggunaan perbekalan farmasi di rumah

    sakit.

    2. Mewujudkan kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien.

    3. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi

    seluruh masyarakat rumah sakit.

    4. Meningkatkan peran instalasi farmasi sebagai bagian integral dari tim

    pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari

    pelayanan farmasi.

    5. Ikut menjamin keamanan dan keselamatan kerja seluruh staf rumah sakit,

    masyarakat, serta lingkungan.

    6. Meningkatkan kemampuan tenaga kefarmasian melalui pendidikan dan

    pelatihan.

    7. Menjamin pelayanan bermutu melalui pemantauan, analisa dan evaluasi

    pelayanan.

    8. Mengadakan penelitian dan peningkatan metode di bidang farmasi.

    3.2.5 Nilai - nilai instalasi farmasi

    Nilai - nilai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

    1. Profesional

    2. Benar dan aman (safety)

    3. Penuh tanggung jawab

    4. Jujur

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 19

    Universitas Indonesia

    5. Ramah dan peduli (care)

    3.2.6 Ruang lingkup kegiatan farmasi

    3.2.6.1 Gudang farmasi

    Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati ialah

    sebagai berikut:

    1. Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi

    Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan dalam penentuan jumlah

    dan harga perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang

    tersedia, dengan menggunakan dasar - dasar perencanaan dan metode yang dapat

    dipertanggungjawabkan, antara lain metode konsumsi, epidemiologi, kombinasi

    metode konsumsi dan epidemiologi. Pengadaan merupakan suatu proses kegiatan

    untuk merealisasikan kebutuhan dalam perencanaan melalui pembelian, produksi /

    pembuatan sediaan farmasi, sumbangan / dropping / hibah. Di gudang farmasi

    RSUP Fatmawati ada 4 orang penyelia, yaitu penyelia gudang farmasi, penyelia

    sistem informasi farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan, dan penyelia

    perencanaan perbekalan farmasi.

    Perencanaan dibuat paling lambat tanggal 15 pada bulan berjalan untuk

    memenuhi kebutuhan bulan berikutnya. Pembuatan perencanaan kebutuhan

    bulanan menggunakan gabungan metode konsumsi dan epidemiologi.

    Perencanaan dibuat berdasarkan evaluasi penjualan 3 bulan sebelumnya; terutama

    1 bulan sebelumnya, melihat sisa stok obat yang ada dan melihat anggaran yang

    tersedia. Data penerimaan pada sistem akan diolah, kemudian dikombinasi dengan

    analisa penjualan depo - depo farmasi untuk penentuan jumlah kebutuhan bulan

    berikutnya. Penyelia gudang farmasi dan penyelia depo farmasi melakukan cross

    check sehingga harus ada komunikasi di antara keduanya. Bila terdapat

    peningkatan kebutuhan, maka dibuat perencanaan tambahan. Proses penyusunan

    perencanaan dilakukan setiap bulan untuk kebutuhan reguler (obat formularium).

    Selain itu, disusun juga perencanaan untuk kebutuhan 3 bulan (obat generik, obat

    DPHO Askes), dan kebutuhan 6 bulan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD).

    Perencanaan yang dibuat oleh penyelia gudang farmasi diantaranya adalah

    perencanaan obat, alkes habis pakai, gas medik, reagen, bahan baku, dan bahan

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 20

    Universitas Indonesia

    untuk radiologi seperti film rontgen. Kesemua perencanaan yang dibuat merujuk

    pada daftar obat dalam formularium, DPHO, DOEN, obat bebas dan generik.

    Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi yang telah dibuat oleh gudang

    diajukan kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk dimintakan persetujuannya dan

    ditandatangani. Perencanaan kebutuhan kemudian dikirimkan ke Direksi RSUP

    Fatmawati untuk mendapatkan persetujuan pengadaan. Pertama, perencanaan

    dikirimkan ke Direktur Medik dan Keperawatan, yang selanjutnya dikirimkan ke

    Direktur Keuangan. Direktur Keuangan mengirimkan ke Bagian Anggaran dan

    dikirim kembali ke Direktur Keuangan. Direktur Keuangan selanjutnya

    mengirimkan ke Direktur Utama sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Setelah

    mendapat persetujuan pengadaan, data perencanaan disampaikan ke PPK atau

    Pejabat Pembuat Komitmen. PPK akan mengirimkan ke Sekretariat PPK untuk

    dibuatkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). HPS dikirimkan kembali ke PPK dan

    dikirim ke Direktur Keuangan, yang selanjutnya dikirim ke Bagian Anggaran

    untuk disetujui dan dikirim kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur

    Keuangan, HPS akan dikirimkan ke PPK. Bila perencanaan di bawah 200 juta,

    maka diberikan kepada Pejabat Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan

    harga. Bila perencanaan di atas 200 juta, maka harus ke ULP untuk dilakukan

    lelang secara LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik). Sekretariat PPK

    akan membuatkan Surat Pesanan (SP) untuk perencanaan di bawah 50 juta, atau

    membuatkan Surat Perintah Kerja (SPK) untuk perencanaan antara 50 juta sampai

    200 juta, dan mengirimkan ke distributor terkait. Alur perencanaan dan

    perbekalan farmasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

    Obat cito dapat diadakan dengan membuat disposisi untuk meminta

    persetujuan Direktur Medik dan Keperawatan untuk menggunakan kas kecil

    Pejabat Pengadaan Medik, sedangkan bila di luar jam kerja menggunakan kas

    kecil Duty Manager. Pengiriman perbekalan farmasi oleh distributor ke RSUP

    Fatmawati sesuai dengan data perencanaan, diterima oleh Tim Penerima Barang.

    Serah terima perbekalan farmasi dilaksanakan dari Tim Penerima Barang ke

    petugas gudang farmasi dan dilakukan input data di Sistem Informasi Rumah

    Sakit (SIRS), kemudian dilaksanakan proses penyimpanan di gudang farmasi.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 21

    Universitas Indonesia

    2. Penerimaan perbekalan farmasi

    Penerimaan merupakan suatu proses kegiatan untuk menerima perbekalan

    farmasi yang telah diadakan pada proses pengadaan, baik melalui pembelian

    langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Tujuan prosedur penerimaan

    perbekalan farmasi ialah terjaminnya penerimaan perbekalan farmasi sesuai

    dengan Surat Pesanan (SP) atau kontrak yang telah dibuat oleh Unit Layanan

    Pengadaan (ULP), baik dari segi spesifikasi mutu yang telah ditetapkan, jumlah,

    jangka waktu kadaluarsa yang mencukupi dan waktu kedatangan. Penerimaan

    perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Penerima Barang berdasarkan Surat

    Pesanan (SP) yang dibuat oleh ULP, tender, konsinyasi atau sumbangan. Prosedur

    penerimaan perbekalan farmasi ialah sebagai berikut (Lampiran 5):

    a. Penerimaan perbekalan farmasi yang berasal dari distributor / rekanan / rumah

    sakit / apotik / donatur lain oleh Tim Penerima Barang Medik, selanjutnya

    diserahkan ke gudang farmasi untuk disimpan. Penerimaan perbekalan farmasi

    di luar jam kerja dilakukan oleh Tim Penerima Barang Medik untuk obat /

    alkes yang termasuk dalam pengadaan rutin. Untuk obat / alkes yang dibeli di

    apotek luar atau rumah sakit lain atau dari distributor karena pemesanan

    mendadak (cito) diterima oleh Asisten Apoteker Depo IGD untuk selanjutnya

    diserahterimakan ke Tim Penerima Barang Medik.

    b. Serah terima perbekalan farmasi yang diterima dari Tim Penerima Barang

    Medik dengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan:

    - faktur perbekalan farmasi;

    - kesesuaian nama perbekalan farmasi dengan SP / SPK;

    - kondisi perbekalan farmasi;

    - jumlah perbekalan farmasi;

    - tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun, kecuali untuk perbekalan farmasi

    tertentu (vaksin, reagensia) bisa kurang dari 2 tahun dengan persetujuan

    user;

    - Certificate of analysis untuk bahan baku obat; Certificate of origin untuk

    alat kesehatan; Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 22

    Universitas Indonesia

    c. Pelaksanaan verifikasi administrasi penerimaan barang oleh Penyelia Gudang

    Farmasi berdasarkan Bukti Penyerahan Barang dari Tim Penerima Barang

    Medik yang disesuaikan dengan faktur barang datang.

    d. Pembuatan Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi yang

    akan diserahkan ke Bagian Akuntansi.

    e. Pembuatan Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang

    Medik, Penyelia Gudang Farmasi, dan Kepala Instalasi Farmasi.

    f. Penyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi.

    3. Penyimpanan perbekalan farmasi

    Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan proses kegiatan menyimpan

    dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima

    pada tempat yang dinilai aman dari kehilangan serta gangguan fisik yang dapat

    merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi ialah:

    a. Terjaminnya mutu perbekalan farmasi selama penyimpanan.

    b. Terhindarnya kehilangan persediaan perbekalan farmasi selama penyimpanan.

    c. Terjaminnya ketersediaan perbekalan farmasi melalui administrasi pencatatan

    persediaan perbekalan farmasi.

    d. Terbantunya pencarian dan pengawasan persediaan perbekalan farmasi.

    Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi ialah:

    1. Pelaksanaan penyimpanan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi dengan

    memperhatikan faktor - faktor sebagai berikut:

    a. Jenis perbekalan farmasi harus disimpan pada tempat yang terpisah sesuai

    dengan pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan bentuk

    sediaan serta jenisnya dan disusun secara alfabetis. Di RSUP Fatmawati,

    penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan menjadi empat ruang besar

    yakni :

    i. ruang penyimpanan alat kesehatan

    alat kesehatan disusun berdasarkan kegunaan (fungsi) dan ukurannya.

    ii. ruang penyimpanan cairan

    cairan disimpan diruang yang terpisah dengan sediaan injeksi dan alat

    kesehatan. Disusun didalam dus dan diletakkan diatas pallet.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 23

    Universitas Indonesia

    iii. ruang penyimpanan sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid

    sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid disusun berdasarkan suhu

    kestabilan, bentuk sediaan dan alfabetis.

    iv. ruang penyimpanan gas medik

    gas medik disimpan di gedung terpisah, terletak dibelakang gedung

    teratai. Penyimpanannya disusun berdasarkan jenis gas medik dan

    ukurannya.

    b. Penempatan perbekalan farmasi

    - Penempatan perbekalan farmasi dengan metode FIFO (First In First Out)

    berdasarkan waktu kedatangan perbekalan farmasi, atau FEFO (First

    Expired First Out) berdasarkan waktu daluwarsa. Metode FIFO dan FEFO

    akan meletakkan perbekalan farmasi di muka atau di depan perbekalan

    farmasi yang datang kemudian atau kadaluwarsa lebih lama.

    - Perbekalan farmasi yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka

    penyimpanan memperhatikan sistem FEFO. Perbekalan farmasi yang tidak

    mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka penyimpanan memperhatikan

    sistem FIFO.

    - Penyimpanan obat memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike) untuk

    patient safety. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip dan nama /

    pengucapannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan walaupun terletak

    pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi dengan minimal 2 obat

    non kategori LASA di antaranya dan pada rak / tempat obat diberikan

    stiker LASA.

    - Penempatan perbekalan farmasi yang mudah pecah di rak yang kondisinya

    masih layak pakai, disusun dengan rapi sehingga tidak ada kemungkinan

    jatuh karena tersenggol dan diberikan tanda peringatan “Awas Hati - Hati

    Perbekalan Farmasi Mudah Pecah”

    - Penempatan perbekalan farmasi mudah pecah atau perbekalan farmasi

    masih dalam kemasan besar tidak boleh pada posisi rak yang tinggi untuk

    mencegah resiko jatuh dan menimpa petugas.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 24

    Universitas Indonesia

    - Penempatan perbekalan farmasi dalam kemasan besar yang berat

    diletakkan di lantai menggunakan alas pallet untuk menghindari

    kelembaban.

    c. Suhu selama penyimpanan

    - Penyimpanan pada suhu kamar (25oC) untuk obat - obat, cairan infus, alat

    kesehatan, pembalut, dan gas medik.

    - Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu 2 - 8oC

    untuk obat - obat tertentu, produk biologis, dan reagensia yang

    membutuhkan suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya sesuai

    dengan persyaratan penyimpanan pada etiket. Setiap hari ada petugas yang

    mencatat suhu lemari pendingin pada “kartu monitor suhu”.

    - Sediaan vaksin membutuhkan “pharmaceutical refrigerator” khusus dan

    harus dilindungi dari kemungkinan matinya aliran listrik menggunakan

    alarm yang akan berbunyi jika aliran listrik mati.

    d. Kelembaban

    Kelembaban dipantau menggunakan alat termohigrometer atau pemantau

    kelembaban udara di ruang penyimpanan perbekalan farmasi antara 65% -

    98%.

    e. Cahaya matahari

    Penyimpanan obat tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

    f. Sirkulasi udara

    Tempat penyimpanan perbekalan farmasi harus mempunyai ventilasi yang

    cukup untuk pertukaran udara di ruangan penyimpanan.

    g. Resiko kebakaran

    Bahan berbahaya mudah terbakar atau mudah meledak harus disimpan pada

    Gudang Tahan Api yang dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api

    Ringan).

    h. Kebersihan tempat dan sarana penyimpanan dari debu atau kotoran lainnya.

    i. Pengaturan tata ruang gudang farmasi dengan memperhatikan kemudahan

    bergerak dan mobilisasi perbekalan farmasi.

    j. Pengawasan dan monitoring tempat dan fasilitas penyimpanan untuk

    menjamin mutu perbekalan farmasi yang ada.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 25

    Universitas Indonesia

    2. Pelaksanaan penyusunan persediaan perbekalan farmasi pada tempat

    penyimpanan secara aman oleh petugas farmasi.

    3. Pelaksanaan pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok perbekalan farmasi

    ke dalam kartu persediaan dan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

    oleh petugas farmasi.

    4. Pembuatan laporan mutasi atau distribusi perbekalan farmasi oleh petugas

    farmasi.

    Prosedur Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika (Direktur Utama RSUP

    Fatmawati, 2012a):

    1. Pencatatan obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari Tim

    Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati, dicatat pada kartu stok sesuai jenis,

    jumlah, expire date, dan nama distributor khusus obat narkotika, yaitu PT.

    Kimia Farma.

    2. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang sudah dicatat /

    dokumentasi dengan ketentuan:

    a. Menggunakan lemari sesuai ketentuan, yaitu lemari double lock (kunci

    ganda) pada dua pintu dengan susunan berlapis.

    b. Kondisi kunci kedua pintu dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi

    terkunci guna pembatasan akses pengambilan obat.

    c. Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat

    dipindahkan kecuali dengan membongkarnya.

    d. Dilengkapi dengan kartu stok.

    3. Pengaturan penyimpanan obat narkotika dan psikotropika berpedoman kepada

    beberapa ketentuan dan persyaratan sebagai berikut:

    a. Menurut bentuk sediaan dan jenisnya.

    b. Menurut suhu dan kestabilan sediaan:

    - Obat disimpan dalam lemari dingin, yaitu suhu 2 - 8oC

    - Obat disimpan dalam suhu kamar, yaitu 15 - 25oC

    c. Menurut sifatnya mudah / tidak terbakar

    d. Menurut ketahanan terhadap cahaya / tidak

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 26

    Universitas Indonesia

    4. Penyusunan penyimpanan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) atau

    berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out).

    5. Penyusunan urutan pada lemari penyimpanan dilakukan secara alfabetis, yaitu

    berdasarkan urutan abjad, dimulai dari huruf “A” dan seterusnya.

    6. Pencatatan obat narkotika dan psikotropika, yaitu jumlah keluar, jumlah stok

    awal, jumlah stok akhir, dan petugas yang mengambil.

    7. Monitoring selama proses penyimpanan dengan melakukan pengecekan

    fasilitas penyimpanan dan pengecekan kondisi fisik sediaan dan jumlah stok

    narkotika dan psikotropika setiap hari.

    Prosedur Identifikasi, Penandaan, dan Penyimpanan Obat High Alert:

    1. Penerimaan obat high alert oleh Gudang Farmasi dari distributor melalui Tim

    Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati.

    2. Pemeriksaan kebenaran obat high alert yang diterima dengan memeriksa nama,

    jumlah, tanggal kadaluarsa, dan kondisi fisik obat high alert, serta kondisi

    penyimpanan khusus obat high alert bila dipersyaratkan.

    3. Pemberian penanda khusus (stiker) obat high alert golongan elektrolit

    konsentrasi tinggi yang diterima oleh Gudang Farmasi dilakukan pada kardus

    terluar obat high alert.

    4. Pencatatan stok obat high alert yang diterima oleh Gudang Farmasi dilakukan

    dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan kartu stok gudang farmasi

    sebagai penambahan jumlah.

    5. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan obat yang bertanda

    khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat lainnya.

    6. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan dengan metode FIFO

    dan FEFO berdasarkan urutan alfabetis dengan cara:

    a. Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu dingin, yaitu

    antara 2 - 8oC, maka disimpan dalam lemari pharmaceutical refrigerator

    dengan suhu terkendali.

    b. Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu ruangan,

    yaitu 25oC, maka disimpan dalam lemari yang telah diberikan penanda

    khusus.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 27

    Universitas Indonesia

    c. Untuk obat high alert yang memenuhi kriteria LASA (Look Alike Sound

    Alike), maka obat tersebut diletakkan secara terpisah dengan memberikan

    selingan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya.

    � Pendistribusian perbekalan farmasi

    Pendistribusian perbekalan farmasi oleh gudang RSUP Fatmawati yang

    dilakukan ada dua macam yakni pendistribusian amprahan obat berdasarkan

    permintaan dari depo - depo farmasi melalui sistem dan pendistribusian floor

    stock dari ruangan secara manual atau menggunakan formulir. Untuk

    pendistribusian amprahan obat dilakukan dengan sistem komputerisasi dan

    dilakukan setiap hari. Alur distribusinya adalah setiap pagi petugas gudang

    farmasi mengecek sistem dan akan menilai secara keseluruhan pembagian stok ke

    depo - depo farmasi agar manajemen persediaan di gudang farmasi tetap baik.

    Setelah perbekalan farmasi disiapkan oleh petugas gudang farmasi, maka akan

    dilakukan serah terima dengan petugas depo. Saat serah terima dilakukan

    pengecekan volume dan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi. Petugas

    menandatangani bila telah dilakukan pengecekan dan telah sesuai, kemudian

    dilakukan penginputan ke sistem dan di - print out. Setelah itu, petugas gudang

    farmasi mengecek pengeluaran sesuai atau tidak. Stok gudang farmasi akan

    terpotong bila telah diverifikasi. Untuk pendistribusian floor stock, dilakukan

    secara manual dan jadwal pengambilan tiap ruangan berbeda - beda untuk

    memudahkan kerja petugas gudang farmasi. Alur distribusi perbekalan farmasi

    dapat dilihat pada Lampiran 6.

    � Pelaporan perbekalan farmasi

    Pelaporan perbekalan farmasi di gudang farmasi, antara lain:

    a. Buku induk penerimaan barang

    b. Rekapitulasi penerimaan barang

    c. Rekapitulasi pengeluaran barang

    d. Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran gas medik

    e. Laporan stok opname setiap satu bulan

    f. Laporan persediaan floor stock setiap tiga bulan

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 28

    Universitas Indonesia

    g. Laporan narkotika

    h. Laporan barang sumbangan

    � Prosedur retur perbekalan farmasi

    Retur perbekalan farmasi merupakan proses pengembalian perbekalan

    farmasi ke distributor disebabkan karena rusak, kadaluwarsa, dan penarikan

    produk (recall) oleh produsen. Tujuannya ialah agar tersedianya produk

    perbekalan farmasi yang bermutu di rumah sakit dan terlindunginya pasien dari

    penggunaan perbekalan farmasi yang tidak bermutu. Prosedur retur perbekalan

    farmasi ialah sebagai berikut:

    a. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengecekan sediaan farmasi di gudang farmasi,

    depo farmasi, instalasi rawat inap untuk perbekalan farmasi floor stock.

    b. Pelaksanaan item pengecekan untuk mengetahui perbekalan farmasi yang

    rusak, kadaluwarsa, dan recall.

    c. Pencatatan perbekalan farmasi yang diketahui rusak, mendekati tanggal

    kadaluwarsa atau recall. Pencatatan dilakukan dengan mencatat nama produk,

    nama pabrik, nomor batch, tanggal produksi, tanggal kadaluwarsa, jumlah

    sediaan.

    d. Pengembalian dan pengumpulan perbekalan farmasi yang rusak, kadaluwarsa,

    atau recall dari seluruh depo farmasi dan floor stock rawat inap ke gudang

    farmasi.

    e. Pengumpulan perbekalan farmasi ke gudang farmasi untuk produk yang:

    - Rusak dan tidak dapat digunakan

    - Dalam masa 3 bulan sebelum mencapai masa kadaluwarsa

    - Recall berdasarkan surat edaran dari pabrik pembuat produk, Kementerian

    Kesehatan RI, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Tim

    Farmasi dan Terapi (TFT) berdasarkan hasil audit investigasi.

    f. Penyimpanan perbekalan farmasi yang tidak layak pakai di gudang farmasi

    dilakukan pada lemari penyimpan khusus yang diberi label: “Penyimpanan

    Obat Tidak Layak Pakai”

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 29

    Universitas Indonesia

    g. Pengembalian ke distributor untuk produk yang dapat diretur dan dilakukan

    penggantian produk, dengan melengkapi dokumen faktur pembelian, surat

    pesanan, dan berita acara serah terima.

    h. Pemusnahan perbekalan farmasi yang telah mencapai masa tanggal

    kadaluwarsa dan tidak dapat diretur ke distributor, yang akan dimusnahkan

    secara bersamaan dalam waktu tertentu oleh Tim Pemusnahan Barang.

    i. Pembuatan laporan hasil oleh wakil kepala perbekalan farmasi untuk

    disampaikan pada Kepala Instalasi Farmasi.

    j. Penyampaian laporan ke Direksi.

    3.2.7.1 Tata usaha farmasi

    Kegiatan administrasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dilaksanakan di

    Tata Usaha Farmasi. Terdapat 2 penyelia di Tata Usaha Farmasi, yaitu Penyelia

    Pencatatan dan Pelaporan serta Penyelia Tata Usaha (TU) dan SDM Farmasi. Tata

    cara persuratan yang dilakukan oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan di

    Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati mencakup pencatatan surat masuk dan surat

    keluar. Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam lingkup rumah sakit

    ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi, sedangkan pengiriman surat keluar

    untuk lingkungan eksternal rumah sakit melalui Sub Bagian Tata Usaha Rumah

    Sakit. Pembuatan laporan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang dilakukan

    oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan adalah sebagai berikut:

    1. Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan:

    a. Pengambilan data dari gudang farmasi berupa catatan permintaan barang

    floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi dari semua satuan kerja

    berdasarkan formulir permintaan barang setiap akhir bulan untuk pembuatan

    laporan keuangan dan catatan permintaan obat / alkes depo farmasi ke

    gudang farmasi untuk pembuatan laporan pengeluaran perbekalan farmasi

    per depo farmasi.

    b. Pengambilan data jumlah pemasukan dan pengeluaran obat - obat narkotika

    dan psikotropika di gudang farmasi dan seluruh depo farmasi oleh Kepala

    Kepala Perbekalan Instalasi Farmasi setiap akhir bulan untuk narkotika dan

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 30

    Universitas Indonesia

    setiap akhir tahun untuk psikotropika untuk pembuatan laporan pemakaian

    obat narkotika dan laporan pemakaian obat psikotropika.

    c. Pengambilan data jumlah penulisan resep obat dengan nama generik dan

    non generik dari catatan pemantauan penulisan resep obat generik di depo -

    depo farmasi setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan pemantauan

    penulisan resep obat generik.

    d. Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi untuk

    pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi.

    e. Pengambilan data dari catatan lembar resep dan jumlah R/ depo farmasi dari

    pasien rawat jalan (poliklinik) dan pasien rawat inap (ruangan) di depo -

    depo farmasi untuk pembuatan laporan kegiatan instalasi farmasi.

    f. Pengambilan data kuitansi dan faktur pembelian perbekalan farmasi dari

    catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi untuk pembuatan laporan

    pemakaian kas kecil instalasi farmasi.

    2. Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati oleh

    Penyelia Pencatatan dan Pelaporan

    a. Penyusunan laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi per

    depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik,

    laporan tagihan obat pasien per depo farmasi, laporan kegiatan instalasi

    farmasi, dan laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi setiap bulan.

    b. Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan

    pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi

    Farmasi.

    Pengiriman laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika dilakukan

    ke Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat pengantar yang

    ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu dikirim ke Dinas

    Kesehatan Jakarta Selatan. Pengiriman laporan keuangan, laporan pengeluaran

    perbekalan farmasi per depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik

    dan non generik, laporan tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan

    kegiatan instalasi farmasi ditujukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan

    Kepala Instalasi Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip di

    Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati didasarkan atas:

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 31

    Universitas Indonesia

    1. Arsip surat masuk / surat keluar / SK Direktur RSUP Fatmawati / SK

    Kemenkes.

    2. Arsip Kepegawaian terdiri dari map masing - masing pegawai Instalasi Farmasi

    RSUP Fatmawati.

    3. Arsip laporan - laporan.

    4. Arsip resep rawat jalan dan rawat inap.

    5. Arsip catatan kehadiran pegawai (absensi) di Instalasi Farmasi RSUP

    Fatmawati.

    6. Arsip catatan lembur pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.

    7. Arsip catatan rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.

    8. Arsip rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.

    Pemusnahan dilakukan setiap awal tahun untuk laporan - laporan dan resep

    - resep yang berumur lebih dari 3 tahun serta surat masuk dan surat keluar yang

    berumur 5 tahun.

    3.2.7.2 Produksi farmasi

    Produksi farmasi RSUP Fatmawati terbagi menjadi 2 bagian, yaitu

    produksi non steril dan produksi steril. Produksi steril berada di bawah

    pengawasan Satuan Farmasi Fungsional, sedangkan produksi non steril berada di

    bawah pengawasan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. Terdapat 1 penyelia, yaitu

    Penyelia Produksi Farmasi, dan 2 asisten apoteker di produksi farmasi RSUP

    Fatmawati.

    1. Produksi non steril

    Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah pembuatan sediaan

    farmasi, pengenceran sediaan, dan pengemasan kembali. Bentuk sediaan yang

    diproduksi mencakup bentuk sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semipadat.

    Semua bentuk sediaan dibuat berdasarkan master formula RSUP Fatmawati. Di

    ruang produksi RSUP Fatmawati saat ini terdapat 43 master formula sebagai

    panduan pelaksanaan produksi farmasi. Tujuan dilakukannya produksi di RSUP

    Fatmawati antara lain adalah untuk penghematan anggaran, terdapat sediaan

    dengan formula khusus dan sediaan obat dibutuhkan segar seperti rekonstitusi

    obat suntik dan obat kanker.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 32

    Universitas Indonesia

    Bahan baku yang digunakan di produksi non steril diperoleh dari gudang

    farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan bulanan

    sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang farmasi untuk

    dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril mendistribusikan

    produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi non steril terbagi

    menjadi 2, yaitu penyimpanan bahan baku (disusun berdasarkan kegunaannya)

    dan penyimpanan produk (berdasarkan alfabetis). Pelaporan yang dilakukan oleh

    produksi non steril adalah laporan jumlah perbekalan farmasi, laporan produk

    yang rusak, dan laporan produk yang kadaluwarsa.

    2. Produksi steril

    Kegiatan yang dilakukan di produksi steril adalah IV admixture dan

    penanganan obat sitostatika. Kegiatan IV admixture yang dilakukan di produksi

    steril adalah mempersiapkan injeksi tuberkulin untuk Tes Mantoux dan

    mencampurkan / mengencerkan KCl ke dalam cairan normal saline (NaCl 0,9%).

    Penanganan obat sitostatika adalah mempersiapkan obat sitostatika untuk

    pengobatan kanker. Alur masuk ke ruang produksi aseptik dispensing dan

    pelayanan obat sitostatika dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Alur penanganan

    limbah padat, cair, dan gas, serta alur penanganan limbah sitostatika dapat dilihat

    pada Lampiran 9.

    3.2.7.3 Depo Instalasi Rawat Jalan

    Gedung Instalasi Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdapat

    poliklinik bedah, poliklinik bedah plastik, poliklinik gigi dan mulut, dan poliklinik

    jantung. Lantai 2 terdapat poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah saraf,

    poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik pegawai, poliklinik edukasi,

    poliklinik saraf, dan poliklinik rehabilitasi medik. Lantai 3 terdapat poliklinik

    paru, poliklinik PPKT, poliklinik anak, poliklinik anestesi, poliklinik akupuntur,

    poliklinik kulit dan kelamin, dan poliklinik jiwa. Depo farmasi terdapat di setiap

    lantai gedung Instalasi Rawat Jalan. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1

    berjumlah 7 orang yang terdiri dari 1 Apoteker, 4 Asisten Apoteker, dan 2 bagian

    administrasi. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 terdiri atas 1 Apoteker

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 33

    Universitas Indonesia

    dan 4 Asisten Apoteker. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 hanya terdiri dari 1

    Apoteker dan 2 Asisten Apoteker.

    Setiap pagi masing - masing lantai depo farmasi melakukan permintaan ke

    gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien tunai,

    jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 melayani

    pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 melayani

    pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, Jamkesda Tangerang, dan pasien TBC.

    Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Jamkesmas,

    Jamkesda Depok, dan Jamkesda Tangerang Selatan yaitu: resep asli dan 1 lembar

    fotokopi resep, SJP asli dan 2 lembar fotokopi SJP, fotokopi 2 lembar surat

    pengantar dari Dinas Kesehatan Daerah, fotokopi 2 lembar kartu Jamkesda, Surat

    rujukan asli dari puskesmas, kartu berobat di RSUP Fatmawati, fotokopi Kartu

    Keluarga (KK) 2 lembar, serta fotokopi KTP atau akte bila anak di bawah umur.

    Persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien KJS yaitu: resep, bukti

    pembayaran, SJP asli, surat rujukan asli puskesmas, dan fotokopi KTP.

    Depo Instalasi Rawat Jalan menerapkan sistem distribusi obat rawat jalan

    secara individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara

    individual prescription merupakan tata cara dan urutan proses kegiatan

    menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat

    diberikan seluruhnya sesuai yang tertera dalam resep yang telah melalui kajian

    peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara

    individual prescription adalah agar:

    1. Tercapainya jaminan kebenaran dan keamanan dalam proses dispensing obat

    pada pasien rawat jalan.

    2. Tercapainya peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keamanan dalam

    penggunaan obat.

    Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription (Lampiran

    10):

    1. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi.

    2. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep.

    3. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada

    skrining resep.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 34

    Universitas Indonesia

    4. Pemeriksaan berkas kelengkapan resep untuk pasien jaminan / asuransi: pasien

    ASKES, pasien Jamkesmas, pasien Jamkesda, atau pasien KJS.

    5. Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi persyaratan dari

    skrining dan kajian peresepan obat.

    6. Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien tunai. Pembayaran

    dilakukan di kasir RSUP Fatmawati.

    7. Pelaksanaan permohonan ijin prinsip:

    a. Resep pasien ASKES dengan verifikasi oleh penjamin ASKES, atau

    b. Resep pasien Jamkesmas dengan verifikasi oleh penjamin Jamkesmas, atau

    c. Resep pasien KJS dengan verifikasi oleh penjamin KJS, atau

    d. Verifikasi ijin prinsip Direktur RSUP Fatmawati untuk perbekalan farmasi

    yang tidak terjamin dalam paket pembiayaan atau menjadi beban RSUP

    Fatmawati.

    8. Pembuatan etiket obat dengan pemilihan etiket:

    a. Etiket warna putih untuk penggunaan melalui enteral (oral / sublingual / dan

    lain - lain).

    b. Etiket warna biru untuk penggunaan melalui parenteral dan topikal.

    Pembuatan etiket obat dengan mencantumkan nomor rekam medik, nama

    pasien, nama obat, dosis obat, waktu dan frekuensi pemberian, rute pemberian,

    dan tanggal kadarluarsa.

    9. Pelaksanaan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi dibeli pasien

    atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi.

    10. Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan

    klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi

    pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar

    dokumentasi.

    11. Pelaksanaan penyerahan obat yang sudah disiapkan kepada pasien.

    Pelaksanaan penyerahan obat kepada pasien rawat jalan dilakukan oleh

    Tenaga Kefarmasian dengan kriteria:

    a. Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

    b. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang telah mendapatkan Surat Tanda

    Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 35

    Universitas Indonesia

    c. Terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUP Fatmawati

    d. Selesai mengikuti masa orientasi

    Pemanggilan nama pasien rawat jalan melalui pengeras suara untuk menuju

    loket pengambilan obat.

    12. Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih

    lanjut.

    13. Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status

    pembiayaan pasien.

    3.2.7.4 Depo Farmasi Griya Husada

    Griya Husada merupakan suatu pelayanan eksekutif di RSUP Fatmawati.

    Sistem distribusi obat di Depo Farmasi Griya Husada adalah sistem individual

    prescription. Pelayanan di Depo Farmasi Griya Husada mencakup pasien

    pembayaran tunai dan pasien ASKES. Alur pelayanan kepada pasien yaitu:

    1. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi

    2. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep

    3. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada

    skrining resep

    4. Pemeriksaan berkas kelengkapan resep untuk pasien ASKES

    5. Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi persyaratan

    dari skrining dan kajian peresepan obat

    6. Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien tunai

    7. Pembuatan etiket obat dan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi

    dibeli pasien atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi

    8. Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan

    klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi

    pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar

    dokumentasi

    9. Pemanggilan nama pasien melalui pengeras suara untuk menuju loket

    pengambilan obat

    10. Penyerahan obat kepada pasien oleh tenaga kefarmasian

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 36

    Universitas Indonesia

    11. Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih

    lanjut

    12. Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status

    pembiayaan pasien

    3.2.7.5 Depo Askes

    Depo Askes adalah depo farmasi yang khusus melayani semua pasien

    rawat jalan peserta Askes dan pasien Jamkesda Bogor. Sumber daya manusia

    yang terdapat di depo Askes terdiri dari 1 orang apoteker sebagai penyelia, 6

    orang asisten apoteker, 1 orang juru resep, dan 5 orang petugas administrasi.

    Pengadaan obat dilakukan setiap hari langsung dari Gudang Farmasi

    dengan menggunakan formulir permintaan barang melalui komputer secara

    online. Penyimpanan barang disusun berdasarkan obat DPHO Askes dan non

    DPHO Askes, bentuk sediaan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan

    psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci (double lock). Obat -

    obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang menggunakan

    sistem FIFO dan FEFO.

    Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk

    mendapatkan pelayanan pengobatan pasien Askes di Depo Farmasi Askes adalah:

    a. Resep Asli

    b. Surat rujukan asli dari Puskesmas dengan 2 lembar fotokopi surat rujukan

    c. Fotokopi kartu Askes

    Dalam melayani pasien, Depo Askes mengacu pada pedoman - pedoman

    yang disesuaikan dengan status pasien. Beberapa pedoman yang dapat digunakan

    antara lain:

    1. Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes

    Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes merupakan acuan obat bagi pasien

    peserta Askes. Dalam DPHO terdapat dua daftar obat yang dapat diberikan

    kepada pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat khusus untuk

    penyakit kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat dengan batasan

    jumlah peresepan maksimal yang dapat diberikan.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 37

    Universitas Indonesia

    2. Daftar Obat Inhealth

    Daftar Obat Inhealth merupakan acuan yang dapat digunakan bagi pasien

    peserta Inhealth.

    3. Formularium Jamkesmas

    Formularium Jamkesmas merupakan acuan yang dapat digunakan bagi pasien

    peserta Jamkesmas.

    4. Formularium Rumah Sakit

    Formularium Rumah Sakit merupakan acuan yang dapat digunakan bagi

    peserta Askes.

    Alur pelayanan pasien di depo Askes dimulai dari masuknya resep ke

    bagian penerimaan resep (bagian sortir). Pada bagian ini petugas depo Askes akan

    memeriksa kelengkapan berkas yang menjadi persyaratan yang harus dibawa oleh

    pasien. Apabila persyaratan yang diperlukan sudah lengkap, selanjutnya dilakukan

    skrining resep. Setelah itu, pasien akan mendapatkan nomor pengambilan obat

    yang sama dengan nomor yang ada pada resep. Kemudian resep distempel dan

    datanya dimasukkan ke komputer. Setelah data dimasukkan ke komputer,

    selanjutnya resep diberikan kepada petugas untuk dibuatkan etiketnya. Setelah itu

    resep diberikan kepada petugas penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat

    racikan. Obat yang telah siap dikemas dan diserahkan ke pasien disertai

    pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat (Lampiran 11).

    Laporan - laporan yang dibuat oleh depo Askes, yaitu:

    1. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

    2. Laporan penulisan obat generik dan non generik.

    3. Laporan penulisan obat yang masuk DPHO Askes dan non DPHO Askes.

    4. Laporan analisa penjualan.

    5. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

    6. Laporan jumlah lembar resep dan jumlah R/.

    Depo Askes memiliki pasien terbanyak dengan jumlah 200 – 300 resep per

    hari. Obat yang paling sering diresepkan adalah obat untuk penyakit jantung dan

    penyakit dalam. Pembayaran pasien Askes dapat diklaim ke PT Askes sedangkan

    pembayaran pasien Jamkesda Bogor dengan menggunakan sistem INA CBG’s.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 38

    Universitas Indonesia

    3.2.7.6 Depo farmasi rawat inap (Teratai)

    Depo farmasi rawat inap (Depo Teratai) berada tepat ditengah lantai

    pertama gedung teratai. Gedung ini terdiri dari enam lantai dan memiliki kapasitas

    550 tempat tidur. Dengan rincian tiap lantai sebagai berikut :

    1. Lantai pertama yaitu ruangan kebidanan (emergency kebidanan, contohnya

    pada kondisi pre eklampsia berat) dan high care unit di selatan Teratai.

    2. Lantai kedua yaitu ruangan perawatan khusus kebidanan dan high care unit di

    selatan Teratai.

    3. Lantai ketiga yaitu ruangan khusus pasien anak - anak (

  • 39

    Universitas Indonesia

    narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari dengan double lock dan

    setiap obat - obat tersebut diambil maka dilakukan pencatatan di buku

    penggunaan.

    Sistem distribusi yang diterapkan di depo farmasi rawat inap beragam,

    diantaranya adalah, sistem distribusi dosis unit. Sistem ini merupakan sistem

    pemberian obat pada pasien dengan menggunakan kemasan sekali pakai dalam

    jangka waktu 24 jam. Sistem ini dipakai di lantai tiga untuk obat - obat injeksi,

    lantai empat, lima dan enam. Alur sistem distribusi dosis unit tertera Lampiran 12.

    Sistem selanjutnya yaitu sistem floor stock, dan sistem resep individual berupa

    resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual ini

    diterapkan di lantai tiga untuk pasien anak - anak yang masih mendapatkan puyer

    dan lantai 2. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya

    dengan depo - depo farmasi lainnya, di antaranya adalah:

    1. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.

    2. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan.

    3. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik setiap bulan.

    4. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.

    5. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

    3.2.7.7 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)

    (RSUP Fatmawati, 2009b)

    Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan dari Rumah Sakit

    Umum Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam.

    Didukung oleh tenaga profesional dan tenaga ahli yang berpengalaman lebih dari

    40 orang yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara

    maksimal mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD memiliki pelayanan

    pendukung seperti laboratorium Instalasi Gawat Darurat 24 jam, radiologi (USG,

    CT Scanning), kamar operasi, bank darah, apotik, dan ambulance 24 jam (RSUP

    Fatmawati, 2009). IGD terdiri dari beberapa ruangan:

    1. Ruang resusitasi (ruang merah)

    Di ruang ini terdapat delapan tempat tidur, lemari emergency, dan paket

    resusitasi. Lemari emergency sangat penting keberadaannya dalam ruang ini

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 40

    Universitas Indonesia

    dikarenakan pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan

    kondisi yang cukup parah, sehingga jika pasien mengalami kegawatdaruratan dan

    butuh penanganan segera, perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di IGD

    untuk mengambil obat maupun alat kesehatan sehingga dapat menghemat waktu

    dalam menolong pasien. Lemari emergency di cek setiap harinya dan dilengkapi

    jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh RSUP Fatmawati.

    2. Ruang P2 (Ruang kuning)

    Ruang ini dibagi menjadi ruang bedah dan ruang non bedah dimana di

    ruang ini terdapat paket namun tidak disediakan lemari emergency.

    3. Ruang Triase

    Pasien yang masuk ruangan ini dalam kondisi yang tidak terlalu parah

    sehingga tidak mendapat tindakan dan tidak ada paket di ruang ini.

    Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang

    administrasi, dan 14 orang asisten apoteker. Depo IGD dan IRI buka 24 jam

    dengan 3 shift dan melayani pasien rawat inap serta pasien rawat jalan. Pasien

    rawat inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU),

    Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU),

    Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Sedangkan pasien rawat jalan merupakan

    pasien yang masuk ruang IGD seperti ruang resusitasi, ruang P2, ruang triase,

    maupun poli IGD.

    Depo farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan

    ke gudang farmasi setiap hari secara online. Obat - obatan disusun berdasarkan

    abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk obat - obat yang tidak stabil

    pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari pendingin. Obat - obat jenis

    narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari khusus tersendiri dengan double

    lock pada dua pintu dengan susunan berlapis. Lemari tersebut terpasang

    menempel pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan

    membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012). Alat kesehatan ditempatkan di rak

    tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat kesehatan tersebut. Jenis

    sediaan obat yang sering digunakan di Depo IGD dan IRI adalah sediaan injeksi.

    Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi IGD adalah:

    1. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.

    Laporan praktek…., Grace Natalia, FF, 2013

  • 41