universitas indonesia laporan praktek …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20360376-pr-novi kurniati-pt...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT SINAR SOSRO
JL. RAYA MEDAN SATRIA KM. 28, BEKASI
PERIODE 2 APRIL – 30 APRIL 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
NOVI KURNIATI, S.Farm.
1106049391
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
APRIL 2012
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT SINAR SOSRO
JL. RAYA MEDAN SATRIA KM. 28, BEKASI
PERIODE 2 APRIL – 30 APRIL 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker
NOVI KURNIATI, S.Farm.
1106049391
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
APRIL 2012
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
iii
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
ALLAH Subhannahu Wa Ta’ala, karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
di PT. Sinar Sosro, Cakung yang berlangsung selama periode 2 April – 30 April
2012.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu
syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa tingkat profesi pada Program Profesi
Apoteker Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia untuk
menyelesaikan masa studi dan memperoleh gelar apoteker.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih tak terhingga kepada:
1. Bapak Soehartono, selaku Manajer Personalia dan Umum yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di PT. Sinar Sosro.
2. Bapak Asep Rismunandar, S.T.P., dan bapak Ahmad Ramdhani, ST.,
selaku supervisor Quality Control dan pembimbing Praktek Kerja Profesi
Apoteker di PT. Sinar Sosro Cakung yang telah memberikan bimbingan,
ilmu, saran, motivasi dan bantuan lainnya yang sangat bermanfaat selama
penyusunan laporan ini.
3. Ibu Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc., Apt selaku pembimbing yang telah
memberikan masukan dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Ketua Departemen
Farmasi FMIPA UI.
5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Departemen Farmasi FMIPA UI.
6. Seluruh staf dan karyawan PT. Sinar Sosro khususnya karyawan di bagian
Quality Control dan Produksi PT. Sinar Sosro yang telah memberikan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
v
bantuan, pengalaman, bimbingan, dan kerjasama selama pelaksanaan
Praktek Kerja Profesi Apoteker.
7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan
materil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan ini dapat
berjalan dengan lancar.
8. Seluruh teman-teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 74 serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan
PKPA ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dan jerih
payah yang telah dicurahkan. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga pengetahuan dan
pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua
pihak yang membutuhkan.
Depok, 2 Mei 2012
Penulis
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ viii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 3
2.1 Teh .................................................................................... 3
2.2 Cara Pembuatan Makanan yang Baik (CPMB) ................ 10
2.3 Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
(Hazard Analysis Critical Control Point /HACCP) ........ 19
2.4 Syarat-syarat Penetapan Kualitas Air ................................ 24
2.5 Standar Baku Air Minum ................................................... 25
BAB 3. TINJAUAN UMUM ............................................................... 28
3.1 Sejarah Perusahaan............................................................. 28
3.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu ......................................... 31
3.3 Distribusi Produk PT. Sinar Sosro ..................................... 32
3.4 Sertifikat PT. Sinar Sosro ................................................... 33
3.5 Produk PT. Sinar Sosro ...................................................... 33
BAB 4. TINJAUAN KHUSUS PENGAWASAN MUTU ................. 40
4.1 Pengawasan Mutu Sebelum Proses Produksi ..................... 40
4.2 Pengawasan Mutu Selama Proses Produksi ....................... 49
4.3 Pengawasan Mutu Setelah Proses Produksi ....................... 56
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 61
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 74
6.1 Kesimpulan ........................................................................ 74
6.2 Saran ................................................................................... 74
DAFTAR ACUAN ................................................................................. 75
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses pengolahan daun teh ............................................ 7
Gambar 3.1 Perubahan model botol untuk kemasan
Teh Botol Sosro ............................................................... 29
Gambar 3.2 Peta distribusi nasional PT. Sinar Sosro .......................... 32
Gambar 3.3 Teh Botol Sosro ............................................................... 35
Gambar 3.4 Fruit Tea Sosro ................................................................ 36
Gambar 3.5. Sosro Joy Green Tea ........................................................ 37
Gambar 3.6 Happy Jus ........................................................................ 37
Gambar 3.7 Country Choise ................................................................ 38
Gambar 3.8 Tebs ................................................................................. 38
Gambar 3.9 S-tee ................................................................................. 39
Gambar 3.10 Air Minum Prim-a ........................................................... 39
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persyaratan Air Minum Sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/II/2002. .................. 79
Lampiran 2. Denah PT. Sinar Sosro Cakung ......................................... 84
Lampiran 3. Struktur Organisasi Bagian Quality Qontrol ..................... 85
Lampiran 4. Skema Aliran Pengolahan Limbah Cair ............................ 86
Lampiran 5. Skema Aliran Proses Pemasakan (Kitchen) ...................... 87
Lampiran 6. Tabel SNI Minuman Teh dalam Kemasan. ....................... 88
Lampiran 7. Standar Kualitas Water Treatment ..................................... 89
Lampiran 8. Bagan Pengolahan Air (Water Treatment) ......................... 90
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
3
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Sinar Sosro merupakan pelopor minuman teh kemasan di Indonesia.
Bisnis ini dibangun sejak tahun 1940. Perkembangan bisnis yang cukup pesat
membuat PT. Sinar Sosro menjadi pemimpin pasar minuman teh dalam kemasan
di Indonesia. Kesuksesan ini kemudian membawa pesaing PT. Sinar Sosro
menghadirkan produk sejenis sehingga menciptakan persaingan yang ketat.
Untuk mempertahankan bisnisnya, PT. Sinar Sosro secara kontinu
mengembangkan usahanya dengan melakukan diversifikasi produk. Diversifikasi
dilakukan dengan memproduksi teh aneka rasa buah Fruit Tea, minuman teh
bersoda TEBS, minuman kesehatan teh hijau Joy Tea, serta minuman dengan
volume yang lebih besar seperti S-Tee.
PT. Sinar Sosro terbukti telah menjadi pemimpin atau market leader untuk
produk minuman berbasis pengolahan teh di Indonesia. Hal ini mendorong PT.
Sinar Sosro untuk semakin ketat dalam menjaga dan meningkatkan mutu produk
yang dihasilkan yang dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat ISO 9002 pada
tanggal 19 September 1996. Adanya penghargaan ini dapat meningkatkan
permintaan dan kepercayaan masyarakat terhadap produk Sosro karena mutunya
terjamin dan aman dikonsumsi. Oleh karena itu, pengawasan terhadap seluruh
tahapan proses produksi merupakan hal yang wajib dilakukan. Selain itu, cara
pembuatan makanan atau minuman yang baik (CPMB) harus selalu diterapkan
agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan.
Peran utama seorang apoteker di bidang obat-obatan menjadi semakin
beragam dan dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan keterampilan
yang memadai dan ditunjang pengalaman praktis, meluas ke bidang makanan dan
minuman, serta kosmetik. Oleh karena itu Apoteker dapat berperan sebagai tenaga
profesional di bidang-bidang tersebut dan bertanggung jawab terhadap
penjaminan mutu produk-produk yang dihasilkannya. Untuk membekali para
1
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
calon Apoteker mengenai peran dan tanggung jawabnya di Industri, Program
Pofesi Apoteker Universitas Indonesia bekerjasama dengan PT. Sinar Sosro
menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) ini mencakup pada ruang lingkup proses produksi dan
pengawasan mutu (Quality Control) terhadap bahan baku dan terhadap produk
yang diproduksi oleh PT. Sinar Sosro, Cakung.
1.2 Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Sinar Sosro bertujuan agar
calon apoteker :
a. Mengetahui dan memahami penerapan Cara Produksi Makanan atau
Minuman yang Baik (CPMB) di PT. Sinar Sosro
b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab Apoteker pada
industri minuman.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
3
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teh
2.1.1 Sejarah Teh (Sosro, 2011)
Negeri Cina dipercaya sebagai sebagai tempat lahirnya tanaman teh yang
pada awalnya merupakan legenda. Kisah yang paling banyak ditulis tentang asal
usul teh adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung yang hidup sekitar tahun 2737
sebelum Masehi. Kaisar Shen Nung terkenal bukan hanya sebagai seorang Kaisar
tetapi juga disebut sebagai The Divine Healer (Sang Penyembuh dari Ilahi). Cerita
penemuan teh oleh sang Kaisar juga sangat tidak disengaja ketika daun teh
pertama dari tanaman teh yang ada di kebun Kaisar Shen Nung jatuh kedalam air
panas yang sedang dimasak oleh Sang Kaisar. Ketika daun teh tersebut terseduh
dengan air panas, aroma sedap langsung muncul membuat Sang Kaisar sangat
tergoda untuk meminumnya. Bukan hanya aromanya yang sedap, rasa sepat dan
pahit yang ditimbulkan oleh daun teh juga sangat disukai oleh Sang Kaisar karena
dipercaya dapat membuat tubuh lebih segar dan menurut penelitian Kaisar Shen
Nung, minuman teh dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Sejak itu, Kaisar
Shen Nung kerap kali meminum teh dan sejak itu teh menjadi sangat populer di
seluruh penjuru Cina.
Di Jepang, terdapat beberapa versi tentang penemuan tanaman teh pada
tahun 600 Masehi yang dihubungkan dengan Daruma, seorang pembawa ajaran
agama Zen Buddha (Father of Zen Buddha). Legenda menyebutkan bahwa
Daruma yang sedang mempelajari agama Zen Buddha tersebut tahan duduk
bertapa tanpa tidur ataupun memejamkan matanya selama 7 tahun (ada yang
menyebutkan 9 tahun), versi lain menyebutkan Daruma duduk bertapa tanpa
bergerak sampai akhirnya kedua kakinya lumpuh dan legenda paling ekstrim
menyebutkan bahwa Daruma sengaja merobek kedua kelopak matanya untuk
menghindari tertidur pada saat bertapa. Kelopak matanya terjatuh di tanah dan
menurut legenda keajaiban terjadi ketika tempat dimana kelopak mata tersebut
jatuh, tumbuh tanaman teh yang pertama di Jepang.
3
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Tahun 780 Masehi seorang cendekiawan bernama Lu Yu mengumpulkan
dan membukukan temuan – temuan akan manfaat dan kegunaan teh kedalam
sebuah literatur mengenai teh, yaitu Ch’a Cing atau The Classic of Tea. Buku
tersebut menggambarkan “Teh merupakan minuman yang membuat kita lebih
bersemangat bila meminumnya, menentramkan hati, membuka pikiran dan
mencegah rasa kantuk, membuat badan terasa ringan dan segar serta
meningkatkan kemampuan berpikir.
Pada masa Dinasti Ming (1368 – 1644), bangsa Cina mulai menyeduh teh
dengan air mendidih. Dengan sedikit adaptasi, tempat penuang anggur tradisional
dari Cina yang menggunakan penutup menjadi teko teh yang sempurna. Tahun
1686, teh mulai dikenal di Indonesia ketika itu seorang warga Negara Belanda
yang bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia sebagai tanaman
hias. Tahun 1728 pemerintah Belanda mendatangkan biji-biji teh dari Cina untuk
dibudidayakan di Jawa. Usaha itu tidak terlalu berhasil, dan baru berhasil setelah
tahun 1824, Dr. Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda
mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang.
Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson tahun 1828, sejak saat itu
teh menjadi komoditas yang menguntungkan bagi pemerintah Hindia Belanda di
Indonesia. Pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah
satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa (Cultur
Stelsel). Pada masa kemerdekaan RI, usaha perkebunan dan perdagangan teh
diambil alih oleh pemerintah RI.
2.1.2 Tanaman Teh (Fulder, 2004; Sosro, 2011)
Menurut taksonomi ilmu botani, Tanaman teh tergolong dalam famili
Theaceae, dengan nama spesies Camelia sinensis. Dalam ilmu botani, teh
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Teh Sinensis atau Bohea atau Teh Cina.
Ciri-ciri pohon antara lain tingginya 3 hingga 9 meter, pertumbuhan agak
lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daun kecil, pendek, ujungnya
tumpul dan berwarna hijau tua, produksinya sedikit namun kualitasnya baik.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
b. Teh Assamica.
Ciri-ciri pohon antara lain tingginya 12-20 meter, pertumbuhan lebih
cepat, jarak cabang dengan tanah agak jauh, daun lebar, panjang, ujungnya
runcing dan berwarna hijau mengkilat, produksinya tinggi dengan kualitas yang
baik.
c. Teh Kamboja atau Cambodiensis.
Merupakan teh hasil hibrida dari kedua jenis teh Sinensis dan teh
Assamica.
Teh tumbuh subur di daerah pegunungan dengan iklim tropis atau
subtropics dengan ketinggian 200-2000 meter diatas permukaan laut. Suhu ideal
untuk tumbuh adalah 14-25° C dan dibutuhkan sinar matahari yang cukup dan
hujan merata sepanjang tahun, minimum curah hujan adalah 2000 mili meter per
tahun. Teh memiliki sifat hidroskopis yang artinya cepat menyerap air dari udara.
Di perkebunan, teh dipangkas secara berkala hingga tingginya hanya satu meter
untuk mempermudah proses pemetikan dan untuk menghasilkan pucuk daun teh
yang lebih baik. Daun teh yang dipetik adalah tiga pucuk daun teratas (peko).
Teh dapat dipetik daunnya terus-menerus setelah berumur 4-5 tahun
selama 40 tahun. Cara pemetikan daun teh dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas teh yang dihasilkan.Indonesia hingga saat ini masuk dalam lima besar
produsen teh dunia dan Negara Indonesia merupakan penghasil teh kelima
terbesar didunia, konsumsi teh di Indonesia masih sangat rendah dibanding negara
lainnya.
2.1.3 Penggolongan Jenis Teh (Sosro,2011 ; Foster 2002)
Penggolongan Jenis Teh Ditinjau dari prosesnya, secara umum teh
digolongkan menjadi 4 jenis yakni :
a. Teh Hitam (black tea)
Adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi paling lama sehingga
warnanya sangat pekat dan aromanya paling kuat. Teh hitam merupakan jenis teh
yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dunia (khususnya oleh bangsa
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Inggris). Teh Hitam lebih dipercaya memberikan banyak manfaat seperti :
meningkatkan konsentrasi dan mencegah kantuk.
b. Teh Oolong (oolong tea)
Disebut sebagai teh semi fermentasi. Nama oolong diambil dari sebuah
nama pria Cina yakni Wu Long atau Oolong. Pria ini menemukan teh oolong
secara tidak sengaja ketika daun teh yang dipetiknya ditinggalkan demi mengejar
seekor kijang. Ketika kembali, teh itu telah terfermentasi. Legenda lain
menyebutkan bahwa oolong dalam bahasa Cina berarti naga hitam, karena
daunnya mirip naga hitam kecil yang tiba-tiba terbangun ketika diseduh.
Seperti halnya teh yang lain, Teh oolong juga mempunyai khasiat sehat yang
dapat membantu kinerja pencernaan, mengobati sakit kepala. Bahkan pada
penelitian modern terhadap teh oolong menunjukkan bahwa teh ini efektif
mengontrol kadar kolesterol dan membantu menurunkan kadar gula.
c. Teh Putih (white tea)
Merupakan jenis teh yang tidak mengalami proses fermentasi. Proses
pengeringan dan penguapan juga dilakukan sangat singkat. Teh putih diambil
hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen sebelum benar-benar mekar.
Disebut teh putih karena ketika dipetik kuncup daunnya masih ditutupin seperti
rambut putih yang halus. Kandungan katekin pada teh putih adalah yang tertinggi
untuk menangkal radikal bebas sehingga lebih ampuh dibanding teh lainnya serta
berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Teh putih terkenal sebagai dewa
dewinya teh karena diambil dari kuncup daun terbaik dari setiap pohonnya.
d. Teh Hijau (green tea)
Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak mengalami proses fermentasi
akan tetapi mengalami proses pengeringan dan penguapan daun yang sedikit lebih
lama dibandingkan teh putih. Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak
mengalami proses fermentasi akan tetapi mengalami proses pengeringan dan
penguapan daun yang sedikit lebih lama dibandingkan teh putih.Semua jenis teh
mengandung katekin, akan tetapi saat ini teh hijau lebih populer karena
kandungan katekinya lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam. Sehingga teh
hijau lebih dikenal sebagai jenis teh yang dapat mencegah pertumbuhan penyakit
kanker. Manfaat lain dari teh hijau adalah untuk mencegah dan menurunkan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), resiko terkena
stroke dan menghaluskan kulit (Foster, 2002).
Jenis teh lainnya yang biasa dikenal di masyarakat adalah Teh melati
(Jasmine Tea) atau disebut juga teh wangi, sangat populer di Indonesia, yaitu Teh
Hijau yang dicampur dengan bunga melati dan bunga gambir sehingga
menimbulkan aroma melati atau wangi yang khas. Pengolahannya dilakukan
melalui proses pencampuran atau blending. Menurut hasil riset, Teh Melati dapat
bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol dan menyegarkan badan (Sosro,
2011).
Pengolahan teh merupakan suatu metode yang diterapkan pada pucuk daun
teh (Camellia sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termasuk di antaranya
pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh pengolahan
yang dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan teh melibatkan
oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan teh dan
pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peran penting untuk
menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun
memengaruhi citarasa juga turut berperan meski cukup kecil. Alur proses
pengolahan daun teh menjadi teh hitam, teh oolong, teh putih dan teh hijau dapat
dilihat pada gambar 2.1.
[sumber: http://www.deeshaindiatea.com ]
Gambar 2.1. Proses pengolahan daun teh
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
2.1.4 Produk dan Proses Pengolahan Daun Teh (Sosro, 2011)
Selain keempat jenis teh yang telah disebutkan sebelumnya, daun teh dapat
diproses dengan berbagai cara pengolahan lainnya yang menghasilkan produk teh
yang juga dikenal oleh masyarakat, produk teh tersebut antara lain:
a. Gun Powder, merupakan jenis teh hijau asal Cina. Didapatkan dengan cara
menguapkan daun teh dalam waktu singkat kemudian daun dikeringkan hingga
melipat membentuk butiran-butiran bulat.
b. Sencha, Jenis teh yang banyak dikonsumsi di Jepang. Daun teh yang baru
dipetik diuapkan sekitar 30 detik kemudian dikocok dalam udara panasdan
dikeringkan hingga melipat beberapa kali membentuk jarum-jarumhijau.
Rasanya sedikit lebih pahit dan warnanya kuning keemasan.
c. Gyokuro, Nama ini berarti tetesan bangsawan. Proses pengolahannya mirip
dengan Sencha. Perbedaannya adalah daun tehnya yang tumbuh 90% di bawah
cahaya remang-remang. Hanya daun teh yang paling lembut dan bagus yang
digunakan. Warnanya hijau keemasan. Teh ini dianggap sebagai jenis teh yang
paling bagus dan mahal.
d. Mattcha,termasuk jenis teh bermutu tinggi yang harganya mahal. Teh ini
banyak digunakan sebagai minuman teh untuk pesta. Seperti teh gyokuro,
daunnya tumbuh dibawah cahaya remang dan diproses dengan cara yang sama
tetapi teh ini dihaluskan sebelum dijual. Teh jenis ini berwarna hijau tua.
e. Bancha, dianggap sebagai teh yang paling rendah. Proses pengolahannya
hampir sama dengan teh Sencha, tetapi daunnya hanya dipanen pada akhir
musim. Daunnya lebih tebal dan berserat, kadar kafeinnya lebih rendah dari
jenis teh lainnya.
f. Hojicha, proses pengolahannya di sangria, warnanya kecoklatan dan rasanya
pahit. Kadar kafein yang terkandung dalam teh jenis ini relative rendah.
g. Tea Ala Menthe, jenis minuman teh khusus yang dikenal di jazirah Arab,Berber
dan Benduoin Afrika Utara. Jenis teh ini adalah teh hijau yang dicampur
dengan daun mint.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
h. Spiced Tea, teh hitam yang dicampur dengan rempah-rempah seperti jahe,
kapulaga dan cengkeh.
2.1.5 Manfaat Teh (Sosro,2011)
Teh memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan tubuh, antara lain:
a. Memperkuat Gigi & Mencegah Karies pada Gigi
Unsur flourida (F) yang cukup tinggi pada teh, dapat membantu dalam
mencegah tumbuhnya karies pada gigi serta dapat memperkuat gigi.
b. Mengurangi Resiko Keracunan Makanan Unsur katekin (salah satu unsur dalam
polifenol), telah terbukti bahwa unsur tersebut memiliki kemampuan untuk
menghentikan pertumbuhan.beberapa bakteri yang menyebabkan keracunan
makanan (menurut penelitian dari Taiwan dan Jepang).
c. Memperkuat Daya Tahan Tubuh
Dengan adanya vitamin C dan vitamin E, maka teh dapat juga membantu
memperkuat daya tahan tubuh.
d. Menyegarkan Tubuh Teh mengandung sejenis kafein yang berbeda dengan
kopi, maka teh juga dapat merangsang sistem syaraf tubuh kita sehingga
pengambilan oksigen ke dalam tubuh lebih lancar.
e. Mencegah Tekanan Darah Tinggi
Epigallocatechin dan epicatechin gallat yang merupakan varian dari katekin,
tenyata mampu bertindak sebagai inhibitor dari pada angiotensin transferase,
yaitu enzim penyebab tekanan darah tinggi. Lebih lanjut dapat pula
disimpulkan bahwa dengan kemampuan katekin untuk mencegah tekanan
darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan menangkal radikal
bebas, maka katekin juga bisa mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.
f. Menangkal Kolesterol
Katekin, ternyata juga telah dibuktikan bahwa dapat mengurangi penimbunan
kolesterol dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol melalui feses.
g. Mengoptimalkan Metabolisme Gula
Mangan (Mn), yang terkandung dalam teh bisa membantu penguraian gula
menjadi energi. Dengan demikian teh bisa membantu menjaga kadar gula
dalam darah.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
h. Mencegah Pertumbuhan Kanker
Kemampuan katekin (salah satu unsur dalam polifenol) dapat menghambat
terjadinya mutasi pada sel -sel tubuh dan menetralisir radikal bebas.
2.2 Cara Pembuatan Makanan yang Baik (CPMB) (Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 23, 1978)
Cara Produksi Makanan Yang Baik (CPMB) adalah suatu pedoman yang
menjelaskan cara memproduksi makanan agar bermutu, aman, dan layak untuk
dikonsumsi. Dasar pertimbangan dibuatnya Cara Produksi Makanan Yang Baik
adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI No.23/MenKes/SK/1978, tertanggal 24
Januari 1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik Untuk Makanan dan
Buku Pedoman Penerapan Cara Produksi Makanan Yang Baik yang dikeluarkan
oleh Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman Dirjen POM Depkes RI
tahun 1996.
Perkembangan teknologi saat ini mengakibatkan perubahan dalam
kebiasaan makan yang mempunyai dampak dalam perkembangan teknik produksi
dan distribusi makanan. Tujuan penerapan CPMB antara lain untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan terhadap produksi dan peredaran makanan yang tidak
memenuhi syarat dan sebagai penuntun bagi produsen makanan dan minuman
untuk meningkatkan mutu hasil produksinya. Aspek-aspek CPMB meliputi lokasi,
bangunan, fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan, produk
akhir, laboratorium, karyawan, wadah dan pembungkus, label, penyimpanan,
pemeliharaan, dokumentasi dan pencatatan, penarikan produk serta pelatihan dan
pembinaan.
2.2.1 Lokasi
Lokasi pabrik harus berada di tempat yang bebas dari pencemaran. Lokasi
yang dapat menimbulkan pencemaran antara lain : daerah persawahan atau rawa,
daerah pembuangan kotoran dan sampah, daerah kering dan berdebu, daerah
berpenduduk padat, daerah kotor, dan daerah penumpukan barang bekas,
perusahaan lain, tempat tinggal atau fasilitas lain yang bersamaan letak dan atau
penggunaannya dengan bangunan, pekarangan yang tidak terpelihara, timbunan
barang yang tidak teratur, tempat penimbunan sampah, tempat bersembunyi atau
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
11
Universitas Indonesia
berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan atau binatang lain, dan
tempat yang memiliki saluran pembuangan air yang buruk sehingga terdapat
genangan air.
2.2.2 Bangunan
Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi
persyaratan teknik dan higiene sesuai dengan jenis makanan dan minuman yang
diproduksi, sehingga memudahkan pembersihan, sanitasi, dan pemeliharaan.
Bangunan unit produksi harus terdiri atas ruangan pokok dan ruangan pelengkap
yang letaknya terpisah untuk menghindari pencemaran terhadap makanan atau
minuman yang diproduksi. Ruangan pokok harus memiliki luas yang sesuai
dengan jenis dan kapasitas produksi, jenis dan ukuran alat produksi, dan jumlah
karyawan yang bekerja. Selain itu, ruangan pokok harus mempunyai susunan
bagian yang diatur sesuai dengan urutan proses produksi. Ruangan pelengkap
harus memiliki luas sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja dan harus
mempunyai susunan bagian yang diatur sesuai dengan urutan proses produksi.
Lantai untuk ruangan pokok harus rapat air, tahan terhadap air, garam,
asam, atau basa, dan bahan kimia tertentu, memiliki permukaan yang rata dan
halus, serta pertemuan antara lantai dengan dinding tidak boleh membentuk sudut
mati dan harus melengkung serta rapat dengan air. Ruangan pengolahan yang
memerlukan pembilasan air, hendaknya mempunyai kelandaian yang cukup ke
arah saluran pembuangan dan mempunyai saluran tempat air mengalir atau lubang
pembuangan. Lantai ruangan pelengkap harus rapat air, tahan terhadap air, dan
memiliki permukaan yang rata dan halus. Ruangan untuk mandi, cuci dan sarana
toilet harus mempunyai kelandaian yang cukup ke arah saluran pembuangan.
Dinding ruangan pokok harus memenuhi syarat yaitu tidak membentuk
sudut atau landai dengan dibuat sekurang-kurangnya 20 cm ke arah mendatar
dengan lantai dan 20 cm di atas permukaan lantai. Pada permukaan bagian dalam
dinding harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas,
mudah dibersihkan dan sekurang-kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus rapat
air, tahan terhadap air, garam, basa atau bahan kimia lainnya. Selain itu,
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
pertemuan antara dinding dengan dinding dan antara dinding dengan lantai tidak
boleh membentuk sudut mati dan harus melengkung serta rapat air.
Dinding ruangan pelengkap harus memenuhi syarat yaitu tidak
membentuk sudut atau landai dengan dibuat sekurang-kurangnya 20 cm ke arah
mendatar dengan lantai dan 20 cm di atas permukaan lantai harus rapat air. Pada
permukaan bagian dalam dinding harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama,
tidak mudah mengelupas, dan mudah dibersihkan. Ruangan untuk mandi, cuci dan
sarana toilet selain harus memenuhi syarat untuk dinding ruangan pelengkap,
sekurang-kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus rapat air.
Atap pada ruangan pokok harus terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan
terhadap air, dan tidak bocor. Langit-langit pada ruangan pokok harus dibuat dari
bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-bagiannya, tidak terdapat lubang dan
tidak retak, tahan lama dan mudah dibersihkan, mempunyai tinggi dari lantai
sekurang-kurangnya 3 m, memiliki permukaan dalam yang rata, berwarna terang,
dan tidak mudah mengelupas. Untuk tempat pengolahan yang menimbulkan atau
menggunakan uap air harus rapat air. Atap pada ruangan pelengkap harus terbuat
dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap air, dan tidak bocor. Langit-langit
pada ruangan pelengkap harus dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan
bagian-bagiannya, tidak terdapat lubang dan tidak retak, tahan lama dan mudah
dibersihkan, mempunyai tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m, memiliki
permukaan dalam yang rata dan berwarna terang.
Ruangan pokok harus memiliki pintu yang terbuat dari bahan yang tahan
lama, memiliki permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, dapat ditutup dengan baik, serta membuka keluar. Pintu ruangan
pelengkap harus terbuat dari bahan yang tahan lama, memiliki permukaan yang
rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, serta dapat ditutup dengan
baik. Jendela yang digunakan harus memenuhi syarat terbuat dari bahan yang
tahan lama, permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan,
sekurang-kurangnya setinggi 1 m dari lantai, dan memiliki luas yang sesuai
dengan besarnya bangunan. Permukaan kerja dalam ruangan pokok dan ruangan
pelengkap harus memiliki penerangan yang sesuai dengan keperluan dan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
persyaratan kesehatan. Ventilasi dan pengatur suhu ruangan pokok dan ruangan
pelengkap, baik secara alami maupun buatan, harus memenuhi syarat, yaitu:
a. Cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat menghilangkan
uap, gas, asap, bau, debu, dan panas yang dapat merugikan kesehatan.
b. Dapat mengatur suhu yang diperlukan.
c. Tidak boleh mencemari hasil produksi melalui udara yang dialirkan.
d. Lubang ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah
masuknya serangga dan mengurangi masuknya kotoran ke dalam ruangan
serta mudah dibersihkan.
2.2.3 Fasilitas Sanitasi
Bangunan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat
berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene.
Bangunan harus dilengkapi dengan sarana penyediaan air yang pada pokoknya
terdiri dari sumber air, perpipaan pembawa, tempat persediaan air, dan perpipaan
pembagi. Sarana penyediaan air harus dapat menyediakan air yang cukup bersih
sesuai dengan kebutuhan produksi pada khususnya dan kebutuhan perusahaan
pada umumnya. Pemasangan dan bahan sarana penyediaan air harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bangunan harus dilengkapi dengan sarana pembuangan yang pada
pokoknya terdiri dari saluran dan tempat pembuangan sampah, tempat buangan
padat, sarana pengolahan buangan, dan sarana pembuangan buangan yang terolah.
Sarana pembuangan harus dapat mengolah dan membuang buangan padat, cair,
dan gas yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pemasangan dan bahan
sarana pembuangan harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Persyaratan untuk sarana toilet antara lain:
a. Memiliki letak yang tidak terbuka langsung ke ruang proses pengolahan
b. Dilengkapi dengan bak cuci tangan
c. Diberi tanda pemberitahuan bahwa setiap karyawan harus mencuci tangan
dengan sabun atau deterjen sesudah menggunakan toilet serta disediakan
dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan
Persyaratan untuk sarana cuci tangan antara lain:
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
14
Universitas Indonesia
a. Ditempatkan pada lokasi yang diperlukan
b. Dilengkapi dengan air mengalir yang tidak boleh dipakai berulang kali
dengan sabun atau deterjen, handuk untuk mengeringkan tangan dan
tempat sampah yang bertutup
c. Disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan
2.2.4 Alat Produksi
Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk memproduksi makanan
harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan
higiene, serta memenuhi syarat lain yaitu sesuai dengan jenis produksi,
permukaan yang berhubungan dengan makanan atau minuman harus halus, tidak
berlubang atau bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air dan tidak berkarat,
tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur atau fragmen logam
yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, serta alatnya mudah dibersihkan.
2.2.5 Bahan
Bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang digunakan untuk
memproduksi makanan dan minuman tidak boleh merugikan kesehatan dan harus
memenuhi standar mutu yang ditetapkan, dan sebelum digunakan harus dilakukan
pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi, dan atau biologi.
Bahan tambahan yang persyaratannya belum ditetapkan oleh menteri hanya boleh
digunakan dengan izin khusus menteri.
2.2.6 Proses Pengolahan
Setiap jenis produk harus ada formula dasar yang menyebutkan antara
lain:
a. Jenis bahan yang digunakan (bahan baku, bahan tambahan, dan bahan
penolong) serta persyaratan mutunya.
b. Jumlah bahan untuk satu kali pengolahan.
c. Tahap-tahap proses pengolahan.
d. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama proses pengolahan.
e. Jumlah hasil yang diperoleh untuk satu kali pengolahan.
f. Uraian mengenai wadah, label, serta cara pewadahan dan pembungkusan.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
g. Cara pemeriksaan bahan, produk antara dan produk akhir.
Untuk setiap satuan pengolahan harus ada instruksi tertulis dalam bentuk
protokol pembuatan yang menyebutkan antara lain: nama makanan, tanggal
pembuatan dan nomor kode, jenis dan jumlah bahan yang digunakan, tahap-tahap
pengolahan dan hal-hal yang harus diperhatikan selama proses pengolahan,
jumlah hasil pengolahan dan hal lain yang dianggap perlu.
2.2.7 Produk Akhir
Produk akhir tidak boleh merugikan kesehatan dan harus memenuhi
standar mutu yang ditetapkan, dan sebelum diedarkan harus dilakukan
pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi, dan atau biologi.
Produk akhir yang persyaratannya belum ditetapkan oleh menteri, persyaratannya
ditentukan sendiri oleh pabrik yang bersangkutan tetapi tetap mengacu pada
peraturan menteri kesehatan.
2.2.8 Laboratorium
Perusahaan yang memproduksi jenis makanan atau minuman tertentu yang
ditetapkan oleh menteri harus memiliki laboratorium untuk melakukan
pemeriksaan terhadap bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang
digunakan, serta produk akhir. Pemeriksaan yang dilakukan harus ada protokol
yang menyebutkan nama makanan, tanggal pembuatan, tanggal pengambilan
contoh, jumlah contoh yang diambil, kode produksi, jenis pemeriksaan yang
dilakukan, kesimpulan pemeriksaan, nama pemeriksa, dan hal lain yang dianggap
perlu.
2.2.9 Karyawan
Karyawan yang bekerja di perusahaan harus memenuhi syarat antara lain:
memiliki kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan pekerjaannya; bebas dari
luka, penyakit kulit, atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran
terhadap hasil produksi; diteliti dan diawasi kesehatannya secara berkala;
mengenakan pakaian kerja, termasuk sarung tangan, tutup kepala, dan sepatu yang
sesuai; mencuci tangan di bak cuci tangan sebelum melakukan pekerjaan;
menahan diri untuk tidak makan, minum, merokok, meludah atau melakukan
pekerjaan yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap produk makanan dan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
minuman, serta tidak merugikan karyawan lain. Perusahaan yang memproduksi
makanan dan minuman harus menunjuk dan menetapkan penanggung jawab untuk
bidang produksi dan pengawasan mutu yang memiliki kualifikasi sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya, serta diharapkan penanggung jawab bidang
produksi tidak merangkap sebagai penanggung jawab pengawasan mutu.
2.2.10 Wadah dan Pembungkus
Wadah dan pembungkus yang digunakan untuk makanan dan minuman
harus memenuhi persyaratan antara lain; dapat melindungi dan mempertahankan
mutu isinya terhadap pengaruh dari luar; tidak berpengaruh terhadap isi; dibuat
dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu
kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan; menjamin keutuhan dan keaslian
isinya; tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan, dan
peredaran; tidak boleh merugikan atau membahayakan konsumen. Sebelum
digunakan, wadah harus dibersihkan dan dilakukan sanitasi, serta steril bagi jenis
produk yang diisi secara aseptik.
2.2.11 Label
Label makanan harus memenuhi ketentuan yang disebutkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Label dan Periklanan Makanan, yang dibuat
dengan ukuran, kombinasi warna, dan atau bentuk yang berbeda untuk jenis
makanan, agar mudah dibedakan.
2.2.12 Penyimpanan
Bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan produk akhir harus
disimpan terpisah dalam masing-masing ruangan yang bersih, bebas serangga,
binatang pengerat, dan atau binatang lain, cukup penerangan, memiliki peredaran
udara yang baik, dan pada suhu yang sesuai. Selain itu, bahan baku, bahan
tambahan, bahan penolong, dan produk akhir harus ditandai dan ditempatkan
sedemikian rupa, serta disimpan dengan sistem kartu. Bahan berbahaya seperti
insektisida, rodentisida, desinfektan, dan bahan yang mudah meledak harus
disimpan dalam ruangan tersendiri dan diawasi sedemikian rupa, sehingga tidak
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
17
Universitas Indonesia
membahayakan atau mencemari bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong,
dan produk akhir.
Wadah dan pembungkus yang akan digunakan harus disimpan secara rapi
di tempat yang bersih dan terlindung dari pencemaran. Label harus disimpan
dengan baik dan diatur sedemikian rupa untuk menghindari kesalahan dalam
penggunaan. Alat dan perlengkapan produksi, yang telah dibersihkan dan
dilakukan sanitasi, yang belum digunakan harus disimpan sedemikian rupa agar
terlindung dari debu atau pencemaran lain.
2.2.13 Pemeliharaan
Bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan disanitasi secara
berkala, agar selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik. Pihak pabrik
harus melakukan usaha pencegahan masuknya serangga, binatang pengerat,
unggas, dan binatang lain ke dalam bangunan. Pembasmian jasad renik, serangga,
dan binatang pengerat dengan menggunakan desinfektan, insektisida, atau
rodentisida harus dilakukan dengan hati-hati, agar tidak mengganggu kesehatan
manusia dan tidak mencemari bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan
produk akhir.
Buangan padat harus dikumpulkan untuk dikubur, dibakar, atau diolah,
sehingga aman bagi lingkungan. Buangan air harus diolah dahulu sebelum
dialirkan keluar pabrik, sedangkan buangan gas harus diatur atau diolah
sedemikian rupa supaya aman bagi lingkungan dan tidak mengganggu kesehatan
karyawan. Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi makanan
yang berhubungan langsung dengan makanan, harus dibersihkan dan disanitasi
secara teratur supaya tidak mencemari produk akhir, sedangkan alat dan
perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi makanan yang tidak
berhubungan langsung dengan makanan harus selalu dalam keadaan bersih. Alat
pengangkutan dan alat pemindahan barang dalam bangunan unit produksi harus
dalam keadaan bersih dan tidak boleh merusak barang yang diangkut atau
dipindahkan, baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong yang digunakan
maupun produk akhir. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir harus
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
bersih, dapat melindungi produk, baik fisik maupun mutunya, sampai ke tempat
tujuan.
2.2.14 Dokumentasi dan Pencatatan
Dokumentasi dan pencatatan yang baik bermanfaat bagi perusahaan dalam
meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk, mencegah produk melampaui
batas kadaluarsa, dan meningkatkan kredibilitas dan keefektifan sistem
pengawasan makanan. Perusahaan harus mempunyai dokumentasi dan pencatatan
yang lengkap mengenai hasil produksinya sebagai penelusur suatu produk.
Catatan yang diperlukan mencakup tetapi tidak terbatas pada cara produksi atau
tahap-tahap proses pengolahan, jumlah dan tanggal produksi dan distribusi produk
yang meliputi tujuan, jumlah dan lain-lain. Catatan yang lengkap dan teliti
sebaiknya disimpan selama suatu periode tertentu yang melebihi masa simpan
produk.
2.2.15 Penarikan Produk
Penarikan produk adalah tindakan menghentikan produk dari peredaran
dan hal ini dilakukan bila produk diduga menyebabkan timbulnya penyakit atau
keracunan makanan. Tujuan dari penarikan produk adalah mencegah timbulnya
korban yang lebih banyak karena mengkonsumsi produk yang membahayakan
kesehatan.
Produk yang diduga menimbulkan masalah penyakit atau keracunan
makanan, harus dilakukan tindakan tertentu yaitu manajer atau kepala produksi
harus sudah menyiapkan prosedur penarikan produk dari pasaran, produk lain
yang dihasilkan pada kondisi yang sama dengan produk penyebab keracunan
seharusnya juga ditarik dari pasaran, masyarakat diberi peringatan tentang
kemungkinan beredarnya produk berbahaya tersebut, produk yang ditarik tetap
diawasi sampai saat dihancurkan atau digunakan untuk keperluan lain, tetapi
bukan untuk makanan manusia, dan produk yang terbukti berbahaya atau beracun
tidak boleh diproses kembali.
2.2.16 Pelatihan dan Pembinaan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Pelatihan dan pembinaan terhadap karyawan pengolah makanan dilakukan
dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada karyawan, baik yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan makanan tentang prinsip-
prinsip dan praktek pengolahan makanan sehingga mendapatkan pengetahuan
yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan dan meningkatkan kesadaran
karyawan mengenai cara produksi makanan yang baik dan peranannya dalam
melindungi makanan terhadap pencemaran dan penurunan mutu sebelum
melaksanakan tugasnya masing-masing.
Program pelatihan yang diberikan sebaiknya dimulai dari prinsip dasar
sampai pada praktek produksi yang baik, meliputi:
a. Pelatihan dasar tentang higiene pribadi dan higiene makanan kepada
petugas pengolahan makanan.
b. Prinsip dasar faktor-faktor yang menyebabkan penurunan mutu dan
kerusakan, termasuk faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan
mikroorganisme patogen dan pembusuk dan prinsip dasar faktor-faktor
yang dapat mengakibatkan penyakit dan keracunan melalui makanan.
c. Cara produksi makanan yang baik termasuk penanganan, pengolahan,
penyimpanan, pengemasan, transportasi, serta pentingnya pengetahuan
mengenai masa simpan makanan.
d. Petugas yang menangani bahan pembersih kimiawi yang keras atau bahan
kimia berbahaya lainnya diberi petunjuk mengenai teknik penanganan
yang aman dan prinsip-prinsip dasar pembersihan dan sanitasi peralatan
dan fasilitas lainnya. (Departemen Kesehatan RI, 1978).
2.3 Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis
Critical Control Point /HACCP) (Badan Standarisasi Nasional, 1998)
Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis mengandung dua
pengertian yaitu; Analisa bahaya yaitu proses pengumpulan dan penilaian
informasi mengenai keadaan bahaya sampai dapat terjadinya bahaya untuk
menentukan yang mana berdampak nyata terhadap keamanan pangan; dan
pengendalian titik kritis yaitu suatu langkah dimana pengendalian dapat dilakukan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
20
Universitas Indonesia
dan mutlak diterapkan untuk mencegah atau meniadakan bahaya keamanan
pangan atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima. HACCP
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang dirancang untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang nyata atau spesifik bagi keamanan
pangan.
Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip yaitu melaksanakan analisa
bahaya, menentukan Titik Kendali Kritis (TKK), menetapkan batas kritis,
menetapkan sistem untuk memantau pengendalian TKK, menetapkan tindakan
perbaikan untuk dilakukan jika hasil pemantauan menunjukkan bahwa suatu titik
kendali kritis tertentu tidak dalam kendali, menetapkan prosedur verifikasi untuk
memastikan bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif dan menetapkan
dokumentasi mengenai semua prosedur dan catatan yang sesuai dengan prinsip
prinsip sistem HACCP dan penerapannya.
Penerapan prinsip-prinsip HACCP terdiri dari tahap-tahap dan tugas-tugas
tertentu, yaitu: pembentukan tim HACCP, deskripsi produk, penyusunan bagan
alir, konfirmasi bagan alir di lapangan, identifikasi rencana penggunaan,
pencatatan semua bahaya potensial yang berkaitan dengan analisa bahaya,
penentuan tindakan pengendalian, penentuan titik kendali kritis (TKK), penentuan
batas kritis untuk setiap TKK, penyusunan sistem pemantauan untuk setiap TKK,
penetapan tindakan perbaikan untuk setiap penyimpangan yang terjadi, penetapan
prosedur verifikasi, dan penetapan dokumentasi dan pencatatan.
2.3.1 Pembentukan Tim HACCP
Kegiatan operasi pangan harus menjamin bahwa pengetahuan dan keahlian
spesifik tentang produk tertentu tersedia atau dimiliki untuk pengembangan
rencana HACCP yang efektif. Hal tersebut dapat dicapai secara optimal dengan
pembentukan sebuah tim dari berbagai disiplin ilmu. Apabila tidak tersedia
pengetahuan dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu diperlukan konsultan dari
pihak luar. Ruang lingkup dari program HACCP harus diidentifikasi dan
menggambarkan segmen-segmen mana saja dari rantai pengolahan pangan yang
terlibat dan tingkatan bahaya yang ada.
2.3.2 Deskripsi Produk
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Penjelasan lengkap dari produk harus dibuat termasuk informasi mengenai
komposisi, struktur dan sifat fisika – kimia, perlakuan-perlakuan tertentu seperti
pemanasan, pembekuan, penggaraman, pengasapan, pengemasan, kondisi
penyimpanan dan daya tahan serta metode pendistribusiannya.
2.3.3 Identifikasi Rencana Penggunaan
Rencana penggunaan harus didasarkan pada kegunaan-kegunaan yang
diharapkan dari produk oleh pengguna produk atau konsumen. Dalam hal-hal
tertentu, kelompok-kelompok populasi yang rentan, seperti yang menerima
pangan dari institusi, mungkin perlu dipertimbangkan.
2.3.4 Penyusunan Bagan Alir
Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP. Dalam diagram alir harus
memuat segala tahapan dalam operasional produksi. Bila HACCP diterapkan pada
suatu operasi tertentu, maka harus dipertimbangkan tahapan sebelum dan sesudah
proses tersebut.
2.3.5 Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan
Tim HACCP sebagai penyusun bagan alir harus mengonfirmasikan
operasional produksi dengan semua tahapan dan jam operasi dan bila perlu
mengadakan perubahan bagan.
2.3.6 Pencatatan Semua Bahaya Potensial yang Berkaitan dengan Setiap
Tahapan
Tim HACCP harus membuat daftar bahaya yang mungkin terdapat pada
tiap tahapan dari produksi utama, pengolahan, manufaktur, dan distribusi hingga
sampai ke konsumen saat dikonsumsi. Tim HACCP harus mengadakan analisis
bahaya untuk mengidentifikasi program HACCP, dimana bahaya yang terdapat
secara alami harus ditiadakan atau dikurangi hingga batas-batas yang dapat
diterima, sehingga produksi pangan tersebut dinyatakan aman.
Dalam menganalisis bahaya, sebaiknya mencakup tapi tidak terbatas pada
hal-hal antara lain : kemungkinan timbulnya bahaya dan pengaruh yang
merugikan terhadap kesehatan; evaluasi secara kualitatif dan/atau kuantitatif dari
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
22
Universitas Indonesia
keberadaan bahaya; perkembangbiakan dan daya tahan hidup mikroorganisme
tertentu; produksi terus-menerus toksin-toksin pangan, unsur-unsur fisika dan
kimia; dan kondisi-kondisi yang memicu keadaaan tersebut.
Tim HACCP harus mempertimbangkan tindakan pengendalian yang dapat
dilakukan untuk setiap bahaya. Tindakan pengendalian dipersyaratkan untuk
mengendalikan bahaya-bahaya tertentu dan lebih jauh lagi, satu bahaya
dikendalikan oleh tindakan pengawasan tertentu.
2.3.7 Penentuan Titik Kendali Kritis (TKK)
Untuk mengendalikan bahaya yang sama dapat terdapat lebih dari satu
TKK pada saat pengendalian dilakukan. Penentuan TKK pada sistem HACCP
dapat dibantu dengan menjawab pertanyaan menggunakan diagram analisa bahaya
produk. Penerapan dari diagram tersebut harus fleksibel, tergantung apakah
kegiatan tersebut produksi, pengolahan, penyimpanan, distribusi atau lainnya.
Diagram keputusan ini mungkin tidak dapat diterapkan pada setiap TKK.
Pendekatan lain dapat digunakan bila contoh pertanyaan pada diagram keputusan
tersebut tidak dapat diterapkan pada setiap situasi. Jika bahaya telah teridentifikasi
pada suatu tahap dimana pengendalian penting untuk keamanan dan tanpa
tindakan pengendalian pada tahap tersebut atau langkah lainnya maka produk atau
proses harus dimodifikasi pada tahap tersebut atau pada tahap sebelum atau
sesudahnya untuk memasukkan suatu tindakan pengendalian.
2.3.8 Penentuan Batas-Batas Kritis Pada Tiap TKK
Batas-batas kritis harus ditetapkan secara spesifik dan apabila mungkin
divalidasi untuk setiap TKK. Dalam beberapa kasus, lebih dari satu batas kritis
diuraikan pada suatu tahap khusus. Kriteria yang sering digunakan mencakup
pengukuran-pengukuran terhadap suhu, waktu, tingkat kelembaban, pH,
keberadan klorin, dan parameter-parameter sensorik seperti penampakan visual
dan tekstur.
2.3.9 Penyusunan Sistem Pemantauan Untuk Setiap TKK
Pemantauan merupakan pengukuran atau pengamatan terjadwal dari TKK
yang dibandingkan terhadap batas kritisnya. Prosedur pemantauan harus dapat
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
23
Universitas Indonesia
menemukan kehilangan kendali pada TKK dan memberikan informasi yang tepat
waktu untuk mengadakan penyesuaian untuk memastikan pengendalian proses
untuk mencegah pelanggaran dari batas kritis. Penyesuaian proses dapat dilakukan
pada saat hasil pemantauan menunjukkan kecenderungan ke arah kehilangan
kendali pada suatu TKK dan sebaiknya dilakukan sebelum terjadi penyimpangan.
Data yang diperoleh dari pemantauan harus dinilai oleh petugas yang
diberi wewenang dan memiliki pengetahuan untuk melaksanakan tindakan
perbaikan yang diperlukan. Apabila pemantauan tidak dilakukan secara
berkesinambungan, maka jumlah atau frekuensi pemantauan harus cukup untuk
menjamin agar TKK terkendali. Semua catatan dan dokumen yang terkait dengan
kegiatan pemantauan TKK harus ditandatangani oleh petugas yang melakukan
pengamatan dan petugas dalam perusahaan yang bertanggung jawab untuk
melakukan peninjauan ulang.
2.3.10 Penetapan Tindakan Perbaikan
Tindakan perbaikan yang spesifik harus dikembangkan untuk setiap TKK
dan sistem HACCP agar dapat menangani penyimpangan yang terjadi. Tindakan
tindakan yang dilakukan harus memastikan bahwa TKK telah berada di bawah
kendali dan mencakup disposisi yang tepat dari produk yang dipengaruhi.
Penyimpangan dan prosedur disposisi produk harus didokumentasikan dalam
catatan HACCP.
2.3.11 Penetapan Prosedur Verifikasi
Metode audit dan verifikasi, prosedur dan pengujian termasuk
pengambilan contoh secara acak dan analisa dapat dipergunakan untuk
menentukan apakah sistem HACCP bekerja dengan baik dan benar. Frekuensi
verifikasi harus cukup untuk mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP bekerja
secara efektif. Kegiatan verifikasi dapat mencakup antara lain peninjauan kembali
sistem HACCP dan catatannya, peninjauan kembali penyimpangan dan
disposisiproduk, mengkonfirmasi apakah TKK dalam kendali dan lain-lain.
Kegiatan validasi harus mencakup tindakan untuk mengkonfirmasi keefektifan
semua elemen-elemen rencana HACCP.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
24
Universitas Indonesia
2.3.12 Penetapan Dokumentasi dan Pencatatan
Pencatatan dan pembuktian yang efisien dan akurat sangat penting dalam
penerapan sistem HACCP. Prosedur harus didokumentasikan dan dokumentasi
serta pencatatan harus cukup memadai sesuai sifat dan besarnya kegiatan operasi.
Hal-hal yang dapat didokumentasikan dan dicatat antara lain : analisa bahaya,
penentuan TKK, penentuan batas kritis, kegiatan pemantauan TKK,
penyimpangan dan tindakan perbaikan yang terkait, perubahan pada sistem
HACCP dan lain-lain.
Pelatihan karyawan pada industri, pemerintah dan perguruan tinggi tentang
prinsip dan penerapan HACCP serta peningkatan kesadaran konsumen merupakan
unsur penting dalam penerapan HACCP yang efektif. Untuk membantu
mengembangkan bahan pelatihan tertentu yang mendukung rencana HACCP
dapat dikembangkan instruksi kerja dan prosedur yang menentukan tugas
karyawan pelaksana yang ditempatkan pada setiap titik kendali kritis.
2.4 Syarat-Syarat Penetapan Kualitas Air (Departemen Kesehatan RI,
1990)
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu
dilaksanakan pengawasan kualitas air secara intensif dan terus menerus. Kualitas
air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar terhindar
dari gangguan kesehatan. Syarat-syarat kualitas air yang berhubungan dengan
kesehatan yang telah ada perlu disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan
upaya kesehatan serta kebutuhan masyarakat dewasa ini. Sehubungan dengan hal-
hal tersebut maka perlu ditetapkan kembali syarat-syarat dan pengawasan kualitas
air dengan Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Syarat-syarat kualitas air minum harus memenuhi syarat
kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif.
Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan
penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
25
Universitas Indonesia
meningkatkan kualitas air. Syarat-syarat air minum sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 1.
2.5 Standar Baku Air Minum (Departemen Kesehatan RI, 1990)
Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan
berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan Standar
Internasional yang dikeluarkan oleh WHO.
Standarisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi,
dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air
atau kegiatan usaha mengoolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat
umum. Dengan adanya standarisasi tersebut, dapat dinilai kelayakan
pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga.
2.5.1 Persyaratan Air Minum
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi
persyaratan secara fisik, kimia dan mikrobiologi.
2.5.1.1 Persyaratan fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik sebagai
berikut:
a. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
b. Temperaturnya normal
Air yang baik harus memeliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-
26OC). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di
bawah temperatur udara, berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya, fenol
yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu
(proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan
energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
26
Universitas Indonesia
c. Rasanya tawar
Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin
menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh
adanya garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan
adanya asam organik maupun asam anorganik.
d. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
e. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan
tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat
kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.
f. Tidak mengandung zat padatan
Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan walaupun jernih,air
yang mengandung padatan yang terapung tidak baik digunakan sebagai
airminum. Apabila air didihkan, zat padat tersebut dapat larut sehingga
menurunkan kualitas air minum.
2.5.1.2 Persyaratan kimia
Kualitas air minum tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia
sebagai berikut:
a. pH netral
Derajat keasaman air minum harus netral ,tidak bersifat asam merupakan
bahasa. Air yang mempunyai pH rendah akan terasa asam. Contoh air
alamyang terasa asam adalah air gambut.Segala pH diukur dengan pH meter
atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7, berarti air
bersifat asam. Bila di atas 7, berarti basa (rasanya pahit).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti
sianida sulfida dan fenolik.
c. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
27
Universitas Indonesia
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe,
Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, D, dan Cr.
d. Kesadahan rendah
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di
dalam air terutama garam Ca dan Mg.
e. Tidak mengandung bahan organik
Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya
bagi kesehatan. Bahan-bahan inorganik itu seperti NH4, H2S, SO42-
dan NO3.
2.5.1.3 Persyaratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai
berikut:
a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli,
Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui
air (transmitted by water).
b. Tidak mengandung bakteri non patogen, seperti actinomycetes, phyloplankton
coliform, dadocera.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
27
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN UMUM PT. SINAR SOSRO
3.1 Sejarah Perusahaan
PT. Sinar Sosro merupakan anak perusahaan dari Rekso Group yang
dirintis oleh keluarga Sosrodjojo dengan usaha di bidang minuman teh siap
minum. Merek Sosro berasal dari singkatan nama keluarga tersebut. Keluarga
Sosrodjojo antara lain Soemarsono Sosrodjojo (alm), Surjanto Sosrodjojo,
Soegiharto Sosrodjojo dan Soetjipto Sosrodjojo (alm) memulai usaha teh wangi
melati pada tahun 1940 di Slawi, Jawa Tengah. Teh wangi melati yang
diperkenalkan pertama kali bermerek Cap Botol (PT. Sinar Sosro, 2005).
Sejak generasi pertama keluarga Sosro memiliki satu filosofi mulia dan
selalu diterapkan pada setiap aktivitas bisnisnya. Filosofi tersebut adalah “Niat
Baik”. “Niat Baik” ini dijabarkan kepada produk-produk yang dihasilkan bahwa
produk Sosro tidak membahayakan kesehatan, dengan tidak menggunakan
pengawet, pemanis buatan dan pewarna. “Niat baik” ini juga diterapkan pada
proses produksi Sosro sehingga proses produksi yang dilakukan aman bagi
lingkungan (PT. Sinar Sosro, 2005).
Pada tahun 1965, teh wangi melati merek Cap Botol mulai di perkenalkan
di Jakarta. Pada saat itu, teknik promosi teh wangi melati merek Cap Botol di
Jakarta di namakan strategi promosi “Cicip Rasa”. Secara rutin beberapa staf yang
dikoordinir oleh Bapak Soetjipto Sosrodjojo mendatangi tempat-tempat
keramaian dengan menggunakan mobil dan alat-alat propaganda seperti memutar
lagu-lagu untuk menarik perhatian dan mengumpulkan penonton. Teknik merebus
teh langsung di tempat keramaian itu ternyata membutuhkan waktu yang cukup
lama sehingga menimbulkan kendala, penonton yang sudah berkumpul menjadi
tidak sabar dan banyak yang meninggalkan arena demo sebelum sempat mencicipi
seduhan teh tersebut (PT. Sinar Sosro, 2005).
Strategi promosi kemudian diubah dengan menyeduh teh terlebih dahulu
di kantor dan dimasukkan ke dalam panci sebelum di bawa dengan kendaraan
menuju tempat-tempat keramaian untuk dipromosikan. Teknik yang kedua ini
ternyata mengalami kendala yaitu teh yang dibawa dalam panci banyak yang
27
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
28
Universitas Indonesia
tumpah saat dalam perjalanan. Kemudian dicari cara lain, yaitu air teh yang telah
diseduh di kantor dimasukkan ke dalam botol-botol bekas limun/kecap yang telah
dibersihkan dan dibawa ke tempat kegiatan promosi “Cicip rasa” dan hasilnya
berjalan baik dan terus dipakai selama beberapa tahun (PT. Sinar Sosro, 2005).
Setelah beberapa tahun dilakukan tehnik promosi “Cicip Rasa”, pada
generasi ke-2 mulai dirintis teh siap minum dengan pendistribusian secara
nasional. Teh siap minum dalam kemasan botol dimulai pada tahun 1969 dengan
merek Teh Botol Sosro menggunakan desain botol pertamanya. Model botol
untuk kemasan Teh Botol Sosro mengalami tiga kali perubahan. Pertama
dikeluarkan pada tahun 1970 dengan merek Teh Cap Botol Soft Drink Sosrodjojo,
kedua dikeluarkan pada tahun 1972 dengan merek Teh Cap Botol dengan
penulisan cap lebih kecil sehingga orang lebih membaca teh botol. Penulisan soft
drink dihilangkan, dan tulisan teh botol diganti dengan warna merah putih yang
menggambarkan produk asli Indonesia. Penulisan Sosrodjojo juga disingkat
menjadi Sosro dalam logo bulat merah (PT. Sinar Sosro, 2005).
Pada tahun 1974 bersamaan dengan didirikannya Pabrik PT. Sinar Sosro di
kawasan Ujung Menteng (sekarang Cakung) terjadi perubahan desain botol yang
ke-III. Desain botolnya tidak seperti botol versi I dan II, dengan bentuk botol yang
baru dan perubahan pada penulisan merek Teh Botol Sosro pada kemasannya dan
digunakan sampai sekarang (PT. Sinar Sosro, 2005).
[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]
Gambar 3.1 Perubahan model botol untuk kemasan Teh Botol Sosro
Pada awalnya, proses produksi PT. Sinar Sosro dilakukan secara manual
dengan kapasitas produksi sekitar 50 krat per hari. Namun usaha ini mengalami
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
29
Universitas Indonesia
perkembangan sehingga PT. Sinar Sosro mendatangkan peralatan mesin semi
otomatis dari Jerman Barat yang kemudian diberi nama mesin lini I dengan
kapasitas 6000 botol per jam (PT. Sinar Sosro, 2005).
Seiring dengan meningkatnya permintaan produk, PT. Sinar Sosro
melakukan pengadaan mesin yang diberi nama mesin lini II dengan kapasitas
30.000 botol per jam. Pada tahun 1980, Grup Sosro mengembangkan usahanya
dengan membangun perusahaan baru yaitu PT. Surya Sosro Kencono di Surabaya
yang memproduksi teh cair manis (PT. Sinar Sosro, 2005).
Selain itu PT Sinar Sosro juga melakukan diversifikasi produk dengan
memproduksi teh cair manis dalam kemasan kotak. Produksi teh cair manis dalam
kemasan kotak ini dilakukan dengan menggunakan mesin tetra pak berkapasitas
4.500 pak per jam dan mulai dioperasikan tahun 1982. Mulai tahun 1987,
produksi teh dalam kemasan kotak ini dilakukan oleh PT. Union Multi Pack
(UMP) yang bertempat di Tambun, Bekasi. PT. Union Multi Pack juga
memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan nama “Air Sosro”
dan Fruit Tea (teh dengan rasa buah) dalam kemasan tetra pak. Dalam
perkembangannya PT. Union Multi Pack ini kemudian berganti nama menjadi PT.
Sinar Sosro Tambun, Bekasi (PT. Sinar Sosro, 2005).
Dengan produksi yang semakin meningkat, pada tahun 1982 PT. Sinar
Sosro melakukan pengadaan mesin lini III dengan kapasitas 80.000 botol per jam.
Mesin yang bekerja secara otomatis ini dioperasikan pada tahun 1983. Mesin lini
III ini merupakan instalasi mesin terbesar yang dimiliki perusahaan. Pada tahun
1984 mesin lini I dipindahkan ke Medan karena permintaan di wilayah Medan
meningkat. Mesin ini dioperasikan di bawah PT. Toba Sosro Kencono yang
memproduksi teh botol dengan kapasitas produksi 35.000 botol per jam (PT. Sinar
Sosro, 2005).
Pada era tahun 90-an bisnis keluarga sosro telah memasuki generasi ke -3
dengan mengembangkan usaha minuman ke berbagai variasi cita rasa, target,
segmen, benefit dan kemasan. Pada tahun 2004, PT. Sinar Sosro mengeluarkan
produk baru berupa minuman teh berkarbonasi yang diberi nama Tebs. Untuk itu
perusahaan melakukan pengadaan mesin baru yaitu mesin lini IV untuk
memproduksi Tebs. Pada tahun 2005 juga dilakukan pengadaan mesin baru
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
30
Universitas Indonesia
berkapasitas 6000 botol per jam untuk memproduksi Fruit Tea dalam kemasan
botol pet yang diberi nama mesin lini V. Saat ini cakupan distribusi telah
merambah ke kawasan internasional dan menempati kantor usaha di wilayah
cakung (PT. Sinar Sosro, 2005).
3.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu
3.2.1 Visi
Menjadi perusahaan minuman kelas dunia yang dapat memenuhi
kebetuhan konsumen, kapan saja, dimana saja, serta memberikan nilai tambah
untuk semua pihak yang terkait.
3.2.2 Misi
Perusahaan ini memiliki misi yang merupakan tugas mulia, yaitu:
a. Membangun merek sebagai merek teh yang alami, berkualitas, dan unggul.
b. Melahirkan merek dan produk baru, baik yang berbasis teh, maupun non
teh dan menjadikannya pemimpin pasar dalam kategori masing masing.
c. Membangun dan memimpin jaringan distribusi nasional dan membangun
jaringan distribusi internasional.
d. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka
panjang, baik dalam volume penjualan maupun jumlah pelanggan.
e. Membangun sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang sesuai
dengan nilai-nilai utama perusahaan.
f. Memberikan kepuasan terhadap konsumen dan para pelanggan.
g. Memberikan kontribusi terhadap devisa negara.
3.2.3 Kebijakan mutu
a. Memproduksi minuman teh yang alami berkualitas dan unggul sesuai
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
b. Pimpinan dan seluruh karyawan PT. Sinar Sosro secara konsisten
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 melalui
pengendalian mutu terpadu di semua lini perusahaan sesuai standar yang
ditetapkan.
3.3 Distribusi Produk PT. Sinar Sosro
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Dalam pengembangan bisnisnya, PT. Sinar Sosro telah mendistribusikan
produknya ke seluruh penjuru nusantara, melalui lebih dari 150 kantor cabang
penjualan, serta beberapa Kantor Penjualan Wilayah (KPW). Selain itu, produk
PT. Sinar Sosro sudah merambah pasar internasional dengan upaya mengekspor
produk-produk dalam kemasan kotak dan kaleng ke beberapa Negara seperti
Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, sebagian Timur Tengah, Afrika,
Australia, dan Amerika (PT Sinar Sosro, 2005).
[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]
Gambar 3.2 Peta distribusi nasional PT. Sinar Sosro
Sampai dengan Tahun 2008, untuk menjangkau konsumennya, PT. Sinar
Sosro telah memiliki 10 kantor pabrik (KPB) yang tersebar di beberapa wilayah
Nusantara yakni Cakung, Tambun, Pandeglang, Cibitung, Ungaran, Gresik, Bali, Deli
Serdang, Mojokerto, Palembang. PT. Sinar Sosro juga memiliki 12 kantor penjualan
wilayah (KPW) yang berada di Jakarta, Kalimantan, Sulawesi, Banten, Jawa Barat
Utara, Jawa Barat Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara,
Sumatera Utara- NAD, Sumatera Barat-Kepulauan Riau, dan Sumatera bagian
selatan-Bangka Belitung (PT. Sinar Sosro, 2005).
3.4 Sertifikat PT. Sinar Sosro
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
32
Universitas Indonesia
1) Sertifikat ISO 9001:2000
Yaitu sertifikat sistem manajemen mutu untuk menjamin kualitas
pengolahan dan hasil produksi (PT. Sinar Sosro, 2005).
2) Sertifikat ISO 14.000
Yaitu sertifikat sistem manajemen lingkungan untuk menjamin keamanan
lingkungan (PT. Sinar Sosro, 2005).
3) Sertifikat halal
Yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
obatan dan Kosmetika MUI) bekerja sama dengan Kementerian Agama dan
Kementerian Kesehatan untuk menjamin kehalalan bahan baku, proses, dan
produknya (PT. Sinar Sosro, 2005).
4) Sertifikat SNI (Standar Nasional Indonesia)
Dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk Kementerian Perindustrian
(PT. Sinar Sosro, 2005).
5) Sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Yaitu sertifikat manajemen keamanan makanan untuk menjamin produk
yang aman bagi konsumen (PT. Sinar Sosro, 2005).
6) Sertifikat Higiene and Sanitary
Sebagai salah satu persyaratan untuk ekspor yang dikeluarkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI (PT. Sinar Sosro, 2005).
3.5 Produk PT. Sinar Sosro
Saat ini PT. Sinar Sosro telah menghasilkan beberapa produk minuman teh
yaitu Teh Botol Sosro, S-tee, minuman teh aneka rasa buah Fruit Tea, minuman teh
berkarbonasi Tebs, dan minuman teh hijau untuk kesehatan Joy Tea. Selain produk
minuman teh, PT Sinar Sosro juga menghasilkan produk jus buah dengan merek
Happy Jus dan Country Choice. (PT. Sinar Sosro, 2005).
Teh Botol Sosro menggunakan bahan baku air, gula industri dan teh hijau
yang dicampur dengan bunga melati dan bunga gambir (dikenal dengan teh wangi).
Fruit Tea menggunakan bahan baku air, gula industri, teh hitam dan konsentrat sari
buah asli. Joy Tea menggunakan bahan baku air, gula industri dan teh hijau (PT.
Sinar Sosro, 2005).
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Bahan baku teh untuk produk-produk PT. Sinar Sosro dipasok oleh PT.
Gunung Slamat sedangkan bahan baku teh tersebut dikelolah oleh PT. Agro
Pangan selaku sister company. Bahan baku teh untuk PT. Sinar Sosro berasal dari:
Perkebunan teh Gunung Rosa, Gunung Manik dan Gunung Cempaka di Cianjur;
perkebunan teh Gunung Satria dan daerah Neglasari di Garut; perkebunan teh
daerah Cukul di Pangalengan serta perkebunan teh daerah Sambawa di
Tasikmalaya.
Saat ini PT. Sosro memiliki 10 pabrik yang tersebar di Jawa dan Sumatera,
yaitu (PT. Sinar Sosro, 2005):
a. PT. Sinar Sosro Pabrik Cakung, Jakarta memproduksi Teh Botol Sosro,
Teh Botol Sosro Less Sugar, S-tee, Fruit Tea, dan Joy Green Tea, masing-
masing dengan kemasan botol maupun pet. Tebs kemasan botol dan
Country Choice kemasan pet.
b. PT. Sinar Sosro Pabrik Tambun, Bekasi memproduksi Teh Botol Kotak
dan Fruit Tea kemasan genggam dan kaleng, Country Choice kemasan
kotak dan pet, Happy Juice kemasan genggam dan pet, dan Tebs kemasan
kaleng.
c. PT. Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang memproduksi Teh Botol Sosro, dan
Fruit Tea kemasan botol.
d. PT. Sinar Sosro Pabrik Ungaran, Semarang memproduksi Teh Botol
Sosro, S-tee dan Joy Green Tea, dan Fruit Tea kemasan botol.
e. PT. Sinar Sosro Pabrik Pandeglang, Banten memproduksi Teh Botol
Sosro, S-tee dan Fruit Tea kemasan botol.
f. PT. Sinar Sosro Pabrik Cibitung, Bekasi memproduksi Teh Botol Sosro,
Teh Botol Kotak, Fruit Tea kemasan pouch, dan Teh Botol Sosro kemasan
pouch.
g. PT. Sinar Sosro Pabrik Gianyar, Bali memproduksi Teh Botol Sosro dan
Fruit Tea kemasan botol.
h. PT. Sinar Sosro Pabrik Gresik, Jawa Timur memproduksi Teh Botol
Sosro, S-Tee dan Fruit Tea kemasan genggam dan pet.
i. PT. Sinar Sosro Pabrik Palembang memproduksi Teh Botol Sosro dan
Fruit Tea kemasan botol.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
34
Universitas Indonesia
j. PT. Sinar Sosro Pabrik Mojokerto memproduksi Teh Botol Sosro, S-tee,
Tebs, dan Fruit Tea kemasan botol.
3.5.1 Produk Berlogo Sosro
1) Teh Botol Sosro
Salah satu produk unggulan PT. Sinar Sosro adalah Teh Botol Sosro
kemasan botol beling atau sering disebut RGB (Returnable Glass Bottle). Teh
Botol Sosro kemasan botol beling merupakan produk teh siap minum yang
pertama di Indonesia dan di dunia yang sudah diluncurkan sejak tahun 1974. Teh
Botol Sosro dengan inovasinya sampai dengan tahun 2008 ini telah memiliki
banyak pilihan kemasan produk yaitu (PT. Sinar Sosro, 2005):
a. Kemasan botol beling dengan volume 220 ml
b. Kemasan kotak (tetra pak) dengan volume 1 liter, 250 ml, 200 ml
c. Kemasan pouch dengan volume 150 ml
Inovasi terbaru dari produk Teh Botol Sosro adalah Teh Botol Sosro Less
Sugar yang telah diluncurkan pada tanggal 20 Agustus 2008. Produk ini tersedia
dalam kemasan pet volume 500 ml dan kemasan kotak (tetra pak) volume 250 ml
(PT. Sinar Sosro, 2005).
[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]
Gambar 3.3 Teh Botol Sosro
2) Fruit Tea Sosro
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Dengan bertujuan untuk pengembangan produk, maka PT. Sinar Sosro
pada Tahun 1997 mengeluarkan produk minuman teh berbasis buah-buahan yaitu
Fruit Tea yang sukses dipasar sehingga pada tahun 2004 memperoleh Indonesian
Best Brand Award sebagai Most Potential Brand In Non-Carbonated Drink
Category (PT. Sinar Sosro, 2005).
Fruit Tea Sosro hadir dalam beberapa jenis kemasan yakni :
a. Kemasan botol beling dengan ukuran 235 ml
b. Kemasan genggam (tetra pak) dengan volume 200 ml
c. Kemasan kaleng (can) dengan volume 318 ml
d. Kemasan botol plastik (pet) dengan volume 500 ml
e. Kemasan pouch dengan volume 230 ml
[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]
Gambar 3.4 Fruit Tea Sosro
3) Sosro Joy Green Tea
Sosro Joy Green Tea adalah produk terbaru dari PT. Sinar Sosro yang
diluncurkan pada tanggal 26 Oktober 2007. Salah satu bahan dasar produk ini
adalah teh hijau atau green tea, dimana teh hijau juga mengandung antioksidan
yang berguna untuk kesehatan. Saat ini Sosro Joy Green Tea hadir dalam
beberapa kemasan yaitu (PT. Sinar Sosro, 2005):
a. Joy Green Tea kemasan botol beling dengan volume 234 ml.
b. Joy Green Tea kemasan pet 300 ml rasa jasmine dan jasmine less sugar.
c. Joy Green Tea kemasan pet 500 ml rasa jasmine, honey lemon dan jasmine
less sugar.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
36
Universitas Indonesia
[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]
Gambar 3.5 Sosro Joy Green Tea
3.5.2 Produk PT. Sinar Sosro Lainnya
1) Happy Jus
Untuk kategori minuman Jus, PT. Sinar Sosro menghadirkan produk
Happy Jus yang launching pada awal tahun 2005. Produk ini lebih banyak
diminati oleh anak-anak. Saat ini Happy Jus hadir dalam beberapa kemasan, yaitu
(PT. Sinar Sosro, 2005):
a. Happy Jus dalam kemasan genggam (tetra pak) volume 200 ml dengan varian
rasa apel, cherry-b, apel berry, jeruk, dan anggur.
b. Happy Jus kemasan pet 300 ml dengan varian rasa apel berry dan anggur.
[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]
Gambar 3.6 Happy Jus
2) Country Choice
PT. Sinar Sosro juga menghadirkan produk Country Choice dalam
kategori jus pada akhir tahun 2008. Country Choice merupakan real juice kaya
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
37
Universitas Indonesia
manfaat untuk kecukupan gizi dan nutrisi yang dapat dikonsumsi setiap hari
dengan praktis dan hemat. Country Choice memiliki berbagai varian rasa, yaitu:
guava, orange, apple, apple pulp, mango dan goji berry (PT. Sinar Sosro, 2005).
Country Choice hadir dalam berbagai macam kemasan, yaitu:
a. Kemasan kotak (tetra pak) 250 ml
b. Kemasan keluarga (tetra pak) 1 L
c. Kemasan pet 300 ml
[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]
Gambar 3.7 Country Choice
3) Tebs
Tebs adalah kategori minuman teh berkarbonasi yang launching pada
bulan November tahun 2004 dengan kemasan botol beling dalam volume 230 ml
yang kemudian disusul dengan kemasan kaleng (can) dengan volume 318 ml (PT.
Sinar Sosro, 2005)
[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]
Gambar 3.8 Tebs
4) S-tee
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Pada tahun 90-an, untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk
teh dengan harga lebih terjangkau dan volume yang lebih banyak, maka PT. Sinar
Sosro meluncurkan produk teh dalam kemasan botol beling dengan merk S-tee
bervolume 318 ml (PT. Sinar Sosro, 2005).
[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]
Gambar 3.9 S-tee
5) Air Minum Prim-a
Pada tahun 90-an, PT. Sinar Sosro juga memproduksi air minum dalam
kemasan. Merknya pada saat pertama kali dikeluarkan adalah Air Sosro. Pada
Tahun 1999, Air Sosro berganti nama dengan Prim-a. Air minum Prim-a hadir
dalam kemasan cup 240 ml, botol plastik 330 ml, 600 ml dan 1.5 liter, dan dalam
kemasan galon (PT. Sinar Sosro, 2005).
[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]
Gambar 3.10 Air Minum Prim-a
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
40
Universitas Indonesia
BAB 4
TINJAUAN KHUSUS
PENGAWASAN MUTU (QUALITY CONTROL)
Bagian pengawasan mutu di PT. Sinar Sosro Cakung terbagi dalam
pengawasan mutu sebelum produksi, pengawasan mutu selama produksi dan
pengawasan mutu setelah produksi. Bagian pengawasan mutu dibagi menjadi 6
sub bagian yang memiliki tugas lebih spesifik, yaitu incoming material, analisis
fisika kimia, analisis mikrobiologi, inspector manufacturing, gudang Below
Standard (BS) dan Waste Water Treatment (WWT).
4.1 Pengawasan Mutu Sebelum Proses Produksi
4.1.1 Pemeriksaan Mutu Incoming Material (PT. Sinar Sosro, 1996)
Ruang lingkup pemeriksaan mutu/kualitas incoming material meliputi
bahan baku, finishing supplies, bahan penolong produksi maupun bahan pembantu
yang digunakan oleh water treatment ataupun pusat energi. Pengawasan mutu
incoming material dimaksudkan agar material yang dipakai memenuhi kualitas
standar yang berlaku sehingga tidak terjadi penyimpangan kualitas standar produk
akhir yang disebabkan baik oleh bahan baku, finishing supplies, bahan pembantu
lainnya secara tidak langsung.
Pengawasan mutu incoming material tidak lepas dari peran bagian
pembelian dan juga gudang, selain oleh bagian QC (incoming material). Bagian
pembelian hanya membeli material sesuai dengan pabrik/supplier yang disetujui
menurut daftar yang diberikan QC. Bagian gudang menerima dan memeriksa
kesesuaian material dengan DO (Delivery Order), melakukan pemeriksaan
keutuhan kemasan/segel, dan menyimpan material sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan. Bagian incoming material melakukan sampling, inspeksi, dan
analisa atas material yang datang. Berdasarkan hasil inspeksi dan analisa,
ditentukan apakah material tersebut “disetujui” (released) atau “ditolak”
(rejected). Bahan-bahan yang ditolak akan dikembalikan pada perusahaan
pemasok (supplier).
40
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Bahan baku berupa teh, gula pasir, konsentrat buah untuk Fruit Tea,
sedangkan bahan tambahan lain seperti natrium sitrat, asam askorbat, dan natrium
benzoat. Bahan pengemas berupa botol kaca, botol PET, tutup botol kaca (crown
cork), tutup botol PET, krat, karton, dan label. Sedangkan untuk bahan pembantu
lainnya adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menunjang proses
produksi.
a. Pemeriksaan Mutu Bahan Baku
1) Pemeriksaan gula pasir
Sebelum mengambil sampel, keadaan masing-masing karung yang baru
datang harus diperiksa dan dipastikan bebas dari kebocoran dan kelembaban
(basah). Pengambilan sampel (sampling) dilakukan dengan mengambil 10% dari
total karung dengan sampling acak yaitu tengah, atas, bawah, kiri dan kanan.
Setelah pengambilan harus dipastikan bahwa bekas tusukan sudah rapih dan
tertutup kembali. Pemeriksaan yang dilakukan pada gula pasir adalah sebagai
berikut :
i. Pemeriksaan kotoran
Penampilan fisik sampel diperiksa secara organoleptik terhadap jenis atau
banyaknya kotoran yang terkandung di dalam gula. Hanya gula yang bersih
yang akan diterima.
ii. Pemeriksaan butiran atau ukuran kristal
Ukuran butiran/kristal gula diperiksa secara organoleptik. Butiran gula harus
halus sampai sedang.
iii. Kadar kemanisan gula
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan refraktometer. Kadar gula standar
adalah 9,0 °Brix (0,092 Kg Sukrosa/Liter).
iv. Pemeriksaan warna
Warna dari butiran/kristal gula diperiksa secara organoleptik. Warna yang baik
adalah putih bersih.
v. Nilai pH
Nilai pH ditetapkan menggunakan pH meter yang dikalibrasi terlebih dahulu
sebelum digunakan.
vi. Kesadahan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Nilai kesadahan diperoleh dengan cara mengurangi kesadahan larutan gula
dengan kesadahan pelarut yang digunakan.
b. Pemeriksaan Bahan Pengemas
1) Pemeriksaan botol kaca
Proses pemeriksaan botol baru dilakukan dengan cara pengukuran dan
pemeriksaan visual. Pemeriksaan dengan cara pengukuran dilakukan untuk
mengetahui dimensi dari botol baru, sedangkan pemeriksaan secara visual
dilakukan untuk memeriksa penampilan dari jenis-jenis cacat yang mungkin
terdapat pada botol baru.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak yang ditentukan
berdasarkan Acceptable Quality Level (AQL) yang disepakati oleh pabrik
pembuat botol. Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
i. Pemeriksaan dimensi botol
Pengukuran diameter mulut botol, pengukuran ketinggian botol, pengukuran
berat sampel, pengukuran volume botol. Jika dimensi botol tidak memenuhi
standar maka dilakukan ulang pengambilan sampel dan diperiksa lagi sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
ii. Pemeriksaan kecacatan botol secara visual
Jenis cacat yang mungkin terdapat dalam botol adalah cacat kritis (critical
defect), cacat mayor (major defect), dan cacat minor (minor defect).
2) Pemeriksaan krat
Proses pemeriksaan krat baru dilakukan dengan cara pengukuran dan
pemeriksaan visual. Pemeriksaan dengan cara pengukuran dilakukan untuk
mengetahui dimensi dari krat baru, sedangkan pemeriksaan secara visual
dilakukan untuk jenis-jenis cacat yang terdapat pada krat baru sesuai dengan jenis
cacatnya seperti yang tercantum pada AQL. Untuk keperluan proses pemeriksaan
krat baru, diperlukan beberapa sampel krat. Dalam pengambilan sampel krat dari
setiap kedatangan, sampel diambil secara acak (random) dengan jumlah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam AQL yang telah disepakati oleh
pabrik pembuat krat. Pemeriksaan krat adalah sebagai berikut:
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
43
Universitas Indonesia
i. Pemeriksaan dimensi krat
Pengukuran bagian sisi luar krat yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi total.
Pengukuran bagian sisi dalam krat yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi
total. Pengukuran berat keseluruhan krat.
ii. Pemeriksaan kecacatan krat secara visual
Jenis cacat yang mungkin terdapat dalam krat adalah cacat kritis (critical
defect), cacat mayor (major defect), dan cacat minor (minor defect).
3) Pemeriksaan tutup botol kaca (crown cork)
Pengambilan sampel crown cork dari setiap kedatangan diambil secara
acak (random) dengan jumlah sesuai dengan AQL yang telah disepakati. Untuk
crown cork yang mempunyai lot no. yang sama dengan crown cork yang sudah
diperiksa (jika tanggal pengirimannya berbeda), crown cork tersebut tidak perlu
diperiksa lagi. Pemeriksaan crown cork adalah sebagai berikut:
i. Pemeriksaan visual
Pemeriksanaan visual meliputi jumlah corrugation (gerigi pada crown cork)
harus 21, lekukan corrugation harus seragam, periksa PVC crown cork, periksa
printing crown cork.
ii. Pemeriksaan dimensi crown cork
Pemeriksaan dimensi crown cork meliputi pengukuran diameter, pengukuran
tinggi crown cork, berat crown cork dengan PVC, Berat crown cork tanpa
PVC, ketebalan crown cork tanpa PVC.
iii. Pemeriksaan kecacatan pada crown cork
Jenis cacat yang mungkin terdapat dalam crown cork adalah critical defect,
major defect, dan minor defect.
iv. Tumbling loss (tumbling test)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa debuan (dusting) dan daya tahan cat
terhadap permukaan (plate) crown cork. Uji ini dilakukan terhadap 25 buah
sampel. Kriteria untuk uji ini adalah sebagai berikut:
Jika hasilnya 0 - 16 mg = baik
Jika hasilnya 16,1 – 20 mg = toleransi
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Jika hasilnya 20,1 atau lebih besar = gagal
4) Pemeriksaan botol PET
Dilakukan pemeriksaan dimensi dari botol PET berupa tinggi botol PET
(205-207 mm), tinggi leher (21,85-21,65 mm), diameter leher (20,45-20,75 mm),
diamater bahu (67,2-68,8 mm), diamater tubuh botol bagian atas (66,9-68,5 mm),
diameter botol bagian bawah (67,2-68,5 mm), berat botol (27,5-28,5 g), dan
volume (527,0-539,0 ml).
5) Pemeriksaan tutup botol PET (screw cap)
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi berat (g), tinggi (mm), diameter luar
(outer) (mm), dan diameter dalam (thread) diameter (mm).
6) Pemeriksaan karton
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi berat (g), panjang (mm), lebar (mm),
tinggi (mm), cetakan (printing) (baik atau tidak), potongan (tepat atau tidak),
sambungan (melekat dengan baik atau tidak).
4.1.2 Pengawasan Mutu Air Untuk Produksi
4.1.2.1 Proses pengolahan air (water treatment) (PT. Sinar Sosro, 1996)
Pengolahan air dilakukan untuk memperoleh kualitas air yang memenuhi
standar mutu air minum untuk industri dan sebagai bahan baku produksi yang
memenuhi syarat. Air diperoleh dari sembilan sumur artesis (dalam) yang
dipompa oleh pompa tekanan tinggi (High Pressure Pump). Skema pengolahan
air seperti terlampir pada Lampiran 5. Tahapan proses pengolahan air adalah
sebagai berikut:
1) Penampungan air
Bak reservoar ini merupakan tempat penampungan air sementara setelah
dipompa dari sumur dalam dan sekaligus sebagai tempat pengolahan air yang
pertama yaitu pemberian klorin untuk membunuh kuman, mengendapkan kotoran,
dan mengendapkan ion Fe dan Mn yang terkandung dalam air.
2) Penyaringan dengan pasir kuarsa
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Air dari reservoar dialirkan ke saringan pasir (sand filter) untuk dilakukan
penyaringan kotoran dan flok-flok yang mengandung ion Fe dan Mn
(demineralisasi ion Fe dan Mn) dengan menggunakan pasir kuarsa. Hal ini
dilakukan karena ion-ion Fe dan Mn ini dapat mempengaruhi rasa dan bau air
seduhan teh serta menyebabkan warna air seduhan tersebut menjadi lebih gelap.
Penyaringan pada saringan pasir (sand filter) ini menggunakan pasir kuarsa yang
terdiri atas tiga lapisan. Pada lapisan atas digunakan pasir kuarsa berukuran 3-5
mm3 sebanyak 1.000 kg/tangki, pada lapisan tengah digunakan pasir kuarsa
berukuran 1-2 mm3 sebanyak 6.000 kg/tangki dan pada lapisan bawah digunakan
pasir kuarsa dengan ukuran yang paling halus sebanyak 2.500 kg/tangki.
Kecepatan aliran air yang melewati saringan pasir (sand filter) adalah 130 m3/jam
dengan tekanan maksimum 5 bar pada suhu 5-50°C.
3) Penyaringan dengan karbon aktif I
Dari saringan pasir (sand filter) air dialirkan ke saringan karbon (carbon
filter I) yang berisi karbon aktif yang berfungsi untuk menyerap rasa, warna dan
bau air yang mungkin timbul akibat pemberian klorin di reservoar sehingga
diperoleh standar mutu air yang diinginkan. Pembersihan pada saringan karbon
(carbon filter I) dilakukan jika kadar keefektifan karbon aktif telah menurun yang
ditunjukkan oleh adanya perubahan mutu air baik dari segi warna, bau maupun
rasanya.
Pembersihan dilakukan dengan cara pemberian udara dan air dari arah
bawah tangki (backwashing) selama 30 menit, kemudian dibilas (rinsing) selama
15 menit dan terakhir dengan penguapan (steaming) selama 4-8 jam. Air dari
saringan karbon (carbon filter I) akan dialirkan sebagian ke penukar kation
(cation exchanger), sebagian lain langsung ke carbon filter II, dan sisanya
dialirkan ke air pelunak (water softener).
4) Penukaran kation (cation exchanger)
Dari saringan karbon (carbon filter I) air dialirkan ke penukar kation
(cation exchanger) untuk demineralisasi ion-ion positif seperti ion-ion Ca2+,
Mg2+, dan Na+. Ion-ion tersebut akan terikat oleh resin sehingga diharapkan
alkalinitas air akan sesuai dengan standar yang diinginkan. Regenerasi dilakukan
pada penukar kation (cation exchanger) jika resin telah jenuh dengan kation yang
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
46
Universitas Indonesia
berasal dari air. Regenerasi dilakukan dengan cara perendaman dengan HCl (33%)
selama satu jam, kemudian pembersihan HCl dan terakhir dengan pencucian
(backwashing) selama 30 menit.
5) Penukar anion (anion exchanger)
Air dari penukar kation (cation exchanger) dialirkan ke (anion exchanger)
agar ion-ion negatif seperti CO32- dan SO42- dapat terikat oleh resin.
Demineralisasi ion-ion negatif ini dilakukan untuk mendapatkan kadar alkalinitas
air yang diinginkan. Seperti halnya yang terjadi pada penukar kation (cation
exchanger), regenerasi pada penukar anion (anion exchanger) pun dilakukan jika
resin telah jenuh dengan anion dari air. Regenerasi tersebut dilakukan dengan cara
perendaman dengan NaOH (12%) selama satu jam, pemberian udara dan air dari
arah bawah tangki (backwashing) selama 30 menit dan kemudian dengan rinsing
(pembilasan) selama 45 menit.
6) Penyaringan dengan karbon aktif II
Air dari tangki penukar anion kemudian dialirkan ke tangki saringan
karbon 2 (carbon filter II) untuk dilakukan penyaringan kedua kalinya dengan
karbon aktif. Hal ini dilakukan agar air yang keluar dari saringan karbon 2
(carbon filter II) ini akan bebas dari ion-ion logam yang dapat mempengaruhi
mutu air seduhan. Tidak semua air yang masuk ke tangki saringan karbon 2
(carbon filter II) berasal dari tangki penukar anion, namun sebagian lain ada yang
berasal langsung dari tangki saringan karbon 1 (carbon filter I). Pencampuran
tersebut dilakukan untuk memperoleh standar air dengan alkalinitas yang
diinginkan. Selain itu, jika air dari tangki saringan karbon 1 (carbon filter I) harus
dialirkan semuanya ke tangki penukar anion dulu sebelum masuk ke tangki
saringan karbon 2 (carbon filter II), maka proses tersebut akan kurang ekonomis.
Pembersihan pada saringan karbon 2 (carbon filter II) pun dilakukan jika mutu air
yang keluar dari saringan karbon 2 (carbon filter II) ini tidak sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
7) Pelunakan air
Air dari tangki (carbon filter I) sebagian dialirkan dari tangki penukar
kation. Sebagian lain dialirkan langsung ke tangki saringan karbon 2 (carbon filter
II) dan sebagian sisanya dialirkan ke tangki pelunakan air untuk menghilangkan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
47
Universitas Indonesia
kesadahan air. Pada tangki pelunakan ini digunakan resin yang dapat mengikat
ion-ion penyebab kesadahan seperti Ca2+ dan Mg2+. Regenerasi pada pelunakan
ini dilakukan jika terjadi penurunan mutu air. Regenerasi dilakukan dengan cara
pencucian (backwashing) selama 30 menit, pemberian garam sebanyak 200 kg,
perendaman selama satu jam dan yang terakhir dengan rinsing. Air yang keluar
dari tangki pelunakan air digunakan untuk pembuatan larutan gula di unit
pemasakan, untuk keperluan boiler dan pencucian botol di unit pembotolan.
8) Penyangga air
Air dari tangki pelunakan air lalu dialirkan ke tangki penyangga sebagai
tempat penampungan sementara sebelum dialirkan ke unit pemasakan dan
sekaligus sebagai penyangga persediaan air untuk proses ekstraksi teh jika terjadi
refenerasi di unit pengolahan air. Selain itu pula sebagian air dari tangki
penyangga ini digunakan pula untuk keperluan air minum.
4.1.2.2 Pemeriksaan mutu air (PT. Sinar Sosro, 1996)
Adapun pemeriksaan mutu air pada unit pengolahan air (water treatment)
adalah sebagai berikut:
1) Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Pada air di alam, alkalinitas sebagian besar
dipengaruhi oleh adanya bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Pada PT. Sinar
Sosro Cakung, alkalinitas pada water treatment ditentukan menggunakan metode
titrasi asam basa.
2) Kesadahan total (Total hardness)
Kesadahan air disebabkan oleh larutnya garam kalsium dan magnesium.
Kesadahan total adalah jumlah kesadahan karbonat dan non-karbonat. Kesadahan
air biasanya dinyatakan sebagai jumlah kalsium karbonat dalam air (bpj) atau
dalam satuan derajat Jerman (°dH). Pada PT. Sinar Sosro kesadahan total
dianalisis dengan metode titrimetri dengan prinsip secara kompleksometri.
3) Klorida
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Merupakan salah satu komponen yang berada dalam air atau buangan air.
Dalam konsentrasi berlebih dapat mengganggu cita rasa air. Penetapan kadar
klorida dilakukan dengan metode argentometri.
4) Klorin
Klorin digunakan sebagai desinfektan. Zat ini digunakan dengan tujuan
mengurangi jumlah mikroorganisme pada tingkat yang tidak membahayakan
kesehatan.
5) Derajat keasaman (pH)
Nilai pH menunjukan keseimbangan antara asam dan basa dalam air. Nilai
pH ditetapkan menggunakan pH meter.
6) Nitrit (NO2-)
Merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi. Keberadaan nitrit dalam air
dimungkinkan karena aktivitas mikroorganisme pada senyawa nitrogen amonia.
Kadar nitrit ditetapkan secara kolorimetri.
7) Sianida (CN-)
Merupakan zat yang sangat beracun. Zat ini berada dalam air dalam bentuk
HCN. Kadar sianida ditetapkan secara kolorimetri.
8) Sulfat (SO42-
)
Zat ini terdapat dalam air dengan jumlah yang beragam dari sangat sedikit
hingga beberapa ribu miligram per liter. Kadar sulfat ditentukan secara
kolorimetri.
9) Fosfat
Berdasarkan sifat fisiknya fosfat terdiri dari fosfat total (terlarut dan
tersuspensi) dan fosfat tersuspensi (tidak larut). Sampel air alam yang jernih dan
ditujukan untuk suatu manfaat tertentu biasanya hanya diperlukan pemeriksaan
fosfat total dan ortofosfat terlarut. Kadar fosfat ditetapkan dengan secara
kolorimetri.
10) Amonium (NH4+)
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Rasa senyawa ini tidak enak sehingga kadarnya dalam air minum harus
nol. Kadar amonium dapat ditentukan secara kolorimetri.
11) Besi (Fe)
Kadar besi yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan rasa yang
pahit, adanya gumpalan, dan karatan pada pipa. Kadar besi ditentukan secara
kolorimetri.
12) Mangan (Mn)
Pada konsentrasi rendah mangan relatif bersifat toksik. Selain itu mangan
juga dapat menyebabkan masalah warna dan bau. Kadar mangan ditentukan
secara kolorimetri.
13) Konduktivitas
Merupakan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan daya listrik
yang disebabkan adanya ion-ion positif dan negatif dalam larutan dengan jumlah
yang tidak berimbang. Konduktivitas dapat ditetapkan menggunakan
konduktometer.
14) Kekeruhan (turbiditas)
Turbiditas disebabkan karena adanya zat yang tersuspensi, oleh karena itu
air dengan konduktivitas tinggi tidak layak dikonsumsi. Pengukuran turbiditas
ditetapkan dengan alat turbidimeter.
4.2 Pengawasan Mutu Selama Proses Produksi
Pengawasan mutu selama proses produksi ini dilakukan oleh inspektor
lapangan (field inspector) dan analis fisika kimia di bagian pengawasan mutu
(Quality Control). Field inspector bertanggung jawab atas kelancaran selama
proses produksi. Sedangkan bagian analis kimia bertanggung jawab terhadap
mutu produk yang dibuat terutama sifat fisika dan kimia dari produk, antara lain
dalam pemeriksaan Teh Cair Pahit (TCP), Teh Cair Manis (TCM), dan Teh Cair
Asam (TCA).
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Secara garis besar proses produksi PT. Sinar Sosro Cakung terdiri dari dua
tahap yaitu pemasakan (kitchen), dan pembotolan (bottling). Skema selengkapnya
dapat dilihat pada (Lampiran 5 dan Lampiran 6).
4.2.1 Pemasakan (kitchen) (PT. Sinar Sosro, 1996)
Pada unit pemasakan, terjadi proses ekstraksi teh untuk menghasilkan
TCP, pelarutan gula (sugar disolving), dan pencampuran TCP dengan sirup gula
(mixing). Skema pada unit dapur (kitchen) selengkapnya dapat dilihat pada
(Lampiran 5).
1) Ekstraksi teh
Ekstraksi teh dilakukan dengan cara memasukan teh kering dan
mengalirkan air baku dari tangki penyangga ke dalam tangki ekstraksi. Air dari
tangki penyangga dipanaskan terlebih dahulu di dalam PHE. Air disemprotkan
dari bagian bawah tangki sehingga teh kering yang dimasukkan dari bagian bawah
akan terdorong ke atas dan tercampur. Lamanya waktu penyeduhan teh sekitar 30
menit dan dilanjutkan dengan proses sirkulasi selama 30 menit pula.
2) Penyaringan teh cair pahit (TCP)
Penyaringan teh cair pahit dilakukan sebanyak tiga kali yaitu berturut-turut
melalui penyaringan dalam tangki ekstraksi teh, penyaringan kasar dengan alat
niagara, dan terakhir penyaringan halus dengan cosmos filter dan Kiezelguhr.
Penyaringan dalam tangki ekstraksi dilakukan untuk memisahkan filtrat dengan
ampas teh yang berukuran besar, sedangkan dalam niagara terjadi penyaringan
partikel-partikel kotoran yang berukuran sedang. Proses penyaringan dalam
cosmos filter menggunakan lempengan filter agar TCP yang dihasilkan bebas dari
endapan dan partikel kotoran yang berukuran kecil. Proses penyaringan pada
cosmos filter ini dibantu dengan Kiezelguhr yaitu bahan diatomit berupa serbuk
putih yang dapat menyaring partikel berukuran kurang dari satu mikrometer.
3) Pelarutan dan penyaringan gula
Pelarutan gula (sugar dissolving) dilakukan didalam tangki pelarutan
(dissolving tank) dengan cara mencampurkan gula yang dimasukkan melalui
hopper dengan air dari tangki pelunakan air yang telah dipanaskan di PHE. Gula
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
51
Universitas Indonesia
terus menerus disirkulasi sekitar lima menit agar merata. Setelah itu, larutan gula
disaring didalam alat niagara untuk memisahkan partikel kotoran berukuran besar
dan disaring kembali pada cosmos filter untuk menyaring endapan partikel
kotoran berukuran kecil yang terdapat pada larutan gula.
4) Pelunakan larutan gula
Larutan gula yang telah homogen dialirkan dari tangki pelarutan ke tangki
pelunakan gula (sugar softener) untuk menghilangkan bau, warna, dan
kesadahannya sehingga mutu larutan gula sesuai dengan standar yang diinginkan.
Larutan gula dari tangki pelunakan kemudian dialirkan ke tangki penyangga
larutan gula (sugar buffer tank) sebagai penampungan sementara sebelum
dialirkan ke tangki pencampuran (mixing tank) untuk dicampur dengan TCP.
5) Pencampuran teh
Proses pencampuran (mixing) TCP dan sirup gula dilakukan didalam
tangki pencampuran (mixing tank) yang dilengkapi dengan pengaduk otomatis
agar proses pencampuran berlangsung homogen. Pencampuran TCP dan sirup
gula menghasilkan produk teh cair manis (TCM). Untuk mempertahankan suhu
TCM selama proses produksi, maka tangki pencampuran menggunakan dinding
double jacket. Proses pencampuran dikatakan selesai jika telah dihasilkan TCM
dengan kadar tanin, tingkat kemanisan/kadar gula, dan kejernihan (turbidity) yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Setelah proses pencampuran selesai, TCM
kemudian dialirkan ke unit pembotolan.
6) Sterilisasi teh cair manis
Sebelum dialirkan ke unit pembotolan, teh cair manis (TCM) dari unit
pemasakan dialirkan terlebih dahulu ke unit PHE untuk menjaga suhu dan
sterilitas TCM.
Adapun pemeriksaan mutu hasil pemasakan TCM di dapur pembuatan
(kitchen) :
1) Analisis Teh Cair Manis (TCM)
Pemeriksaan yang dilakukan adalah warna, aroma, rasa, tingkat kejernihan
(turbiditas), dan derajat kemanisan (°brix)
2) Analisis Teh Cair Pahit (TCP)
Pemeriksaan yang dilakukan adalah volume (dalam liter) dan kadar tanin.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
52
Universitas Indonesia
3) Analisis Teh Cair Asam (TCA)
Pemeriksaan yang dilakukan adalah volume (dalam liter), turbiditas, kadar
tanin, keasaman, dan penambahan asam sitrat.
4.2.2 Pembotolan (bottling) (PT. Sinar Sosro, 1996)
Pada proses pembotolan, inspektor lapangan (field inspector) melakukan
pengawasan setiap satu jam sekali dengan mengambil dua sampel (sampel-sampel
yang tersebut diambil setiap 10 menit sekali ketika proses produksi) untuk
dilakukan pengujian secara analisis kimia dan analisis mikrobiologi, dan
pengawasan setiap akhir shift dengan mengambil sampel TBS yang akan
diinkubasi untuk dibawa ke laboratorium quality control.
Dalam melaksanakan tugasnya, inspektor dibantu oleh beberapa operator
unit-unit pada bagian produksi. Yang pertama adalah operator unit pengolahan air
(water treatment) untuk membawa sampel-sampel air pada pengolahan air ke
laboratorium analisis kimia untuk diuji. Selain itu inspektor juga dibantu operator
unit pembuatan (kitchen) untuk menyerahkan sampel dari tanki pencampuran
(mixing tank) ke laboratorium analisis kimia untuk diperiksa derajat kemanisan/
obrix untuk setiap batch pembuatan. Selain itu operator unit ini juga menyerahkan
sampel produk untuk diperiksa kadar tanin dan tes panel untuk setiap batch
pemasakan. Operator pencucian botol (bottle washer) juga bertugas menyerahkan
sampel untuk pengujian soda kaustik yang digunakan pada pencucian botol.
Unit pembotolan mencakup proses pembongkaran palet (depalletizer),
pembongkaran krat (decrater), pencucian krat, pencucian botol, pengisian produk
ke botol, penutupan botol, pemasukan botol isi ke krat (crater), Penyusunan krat
ke palet (palletizer). Semua proses tersebut sudah otomatis (full automatic) guna
meningkatkan efisiensi kerja dan kapasitas produksi. Berikut bagian dari proses
botling:
1) Pembongkaran palet (depalletizer)
Pembongkaran palet dilakukan untuk membongkar tumpukan krat yang
tersusun di atas palet. Palet akan dibawa ke bagian penumpukan palet, sedangkan
krat akan dibawa ke bagian pembongkaran krat (decrater) dengan konveyor.
Proses pembongkaran palet ini ditunjang dengan alat-alat berupa photocell dan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
53
Universitas Indonesia
reflector yang dapat mengawasi jika terdapat krat atau palet yang letaknya tidak
normal. Depalletizer digerakkan oleh tenaga angin dari kompresor.
2) Pembongkaran krat (decrater)
Pembongkaran krat dilakukan untuk mengeluarkan botol kosong dari
dalam krat. Decrater pada lini II dapat membongkar tiga krat setiap kali
pembongkaran dan decrater pada lini III dapat membongkar delapan krat pada
tiap bongkaran. Krat akan dibawa dengan konveyor ke bagian pencucian krat
(crate washer), sedangkan botol-botol akan dibawa ke bagian pencucian botol
(bottle washer) dengan konveyor pula. Proses pembongkaran krat ini juga
dilengkapi dengan photocell dan reflector yang berfungsi untuk mengawasi jika
terdapat letak botol atau krat yang tidak normal. Proses pembongkaran krat ini
dilakukan dengan bantuan energi angin dari kompresor.
3) Pencucian krat
Krat dari decrater dibawa masuk oleh konveyor ke crate washer dan
dibalikkan letaknya pada saat pencucian untuk memudahkan penghilangan
kotoran. Pencucian dilakukan dengan penyemprotan air panas ke segala arah. Air
yang digunakan adalah cleaning water yang berasal dari hasil penanganan limbah
yang telah dipanaskan pada unit PHE.
4) Pencucian botol
Botol yang telah terpisah dari kratnya di decrater dibawa masuk oleh
konveyor ke mesin bottle washer melalui lubang masuk (bar feeder). Pada lini II
terdapat 29 lubang masuk, sedangkan pada lini III terdapat 64 lubang masuk.
Botol masuk dari bar feeder dibersihkan dengan menggunakan soda kaustik
(48%). Pada proses ini disebut dengan proses pre-soaking. Suhu Pre-soaking
sesuai standar operasional adalah bersuhu 50-60oC. Selain soda kaustik, pada
proses pencucian botol digunakan juga bahan additif Divo 650 yang berfungsi
untuk mengkilapkan botol.
Botol dicuci dalam keadaan terbalik untuk memudahkan penghilangan
kotoran dalam botol. Proses pencucian botol ini terdiri dari tahap perendaman,
pencucian, dan pembilasan. Tahap awal adalah perendaman pada tangki pre
soaking yaitu terjadinya proses perendaman botol agar tidak terjadi thermal shock
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
54
Universitas Indonesia
yang dapat menyebabkan botol pecah. Pada lini II terdapat dua bak pre soaking,
sedangkan lini III memiliki tiga bak pre soaking.
Tahap selanjutnya adalah pencucian yang dilakukan pada tangki lye. Botol
direndam pada ketiga bak Iye yang masing-masing memiliki konsentrasi soda
kaustik dan suhu air yang berbeda-beda. Dimana lye 1 memiliki konsentrasi
kaustik 0,95-1,25 % dengan suhu 75 ± 5°C. Lye 2 bersuhu 85 ± 5°C dan lye 3
bersuhu 85 ± 5°C.
Tahap akhir adalah pembilasan yang dilakukan dengan penyemprotan air
dengan pipa semprot (nozzle) pada tekanan 0,4–0,5 kg/cm2 selama lima detik.
Nozzle berjumlah enam buah dengan empat diantaranya digunakan untuk
menyemprot mulut botol dan dua sisanya digunakan untuk menyemprot bagian
pocket. Penyemprotan dimulai dengan menggunakan hot water 1 yang bersuhu 90
± 5oC, kemudian dengan hot water 2 yang bersuhu 90 ± 5oC, dan terakhir dengan
fresh water dengan suhu 95-99oC.
Botol yang keluar dari washer harus dalam keadaan bersih, steril,
mengkilap, tidak buram, bebas kaustik, bebas benda asing, bebas karat dan utuh
atau tidak pecah atau retak dengan suhu minimum 800C guna menjaga kesterilan
botol agar memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
5) Pendeteksian botol
Setelah botol dicuci, botol kemudian mengalami pendeteksian. Pada proses
pendeteksian botol ini digunakan alat optiscan pada lini II, sedangkan pada lini III
digunakan alat filtec dan supra yang memiliki ketelitian pendeteksian kotoran
yang lebih tinggi dibandingkan dengan optiscan. Pendeteksian botol dilakukan
untuk memisahakan secara otomatis botol yang berisi air, atau terdapat kotoran
atau terdapat keretakan.
Botol diperiksa melalui vaccum strawheel dan melewati bagian bawah inspection
head untuk diperiksa oleh sistem inspeksi botol kosong (EBI/empty bottle
inspection).
Untuk botol yang tidak memenuhi standar maka akan mengalami
pencucian ulang yaitu untuk botol yang roboh, terisi benda asing, berkarat atau
kotor yang masih dapat dibersihkan. Namun ada pula botol yang langsung
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
55
Universitas Indonesia
dimusnahkan yaitu seperti botol yang sudah usang melebihi batas masa pakainya
atau juga bisa terisi semen atau cat.
6) Pengisian teh cair manis
Teh cair manis dari unit pemasakan yang telah dilewatkan dari unit
pasteurisasi maka akan dialirkan ke mesin pengisi (filler). Filler akan memasukan
teh cair manis ke dalam botol. Filler pada lini II memiliki 50 titik pengisian,
sedangkan lini III yang memiliki dua filler, terdiri dari 72 titik pengisian.
Botol masuk melalui infeed worm menuju entry star wheel untuk diletakan
di tengah support pada elemen pengangkat sampai botol menekan elemen
pengisian. Cylinder table akan berputar sampai retraction rooler pada elemen
pengangkat bergerak sepanjang retracting cam dan menekan piston rod dan bottle
support secara mekanis. Setelah itu botol akan keluar daru star wheel dan pegas
akan menarik elemen pengangkat sampai botol-botol berikutnya masuk.
Filler bekerja dalam kondisi vakum dengan adanya exhauster yang
menghisap udara dalam botol dan teh kemudian akan mengalir kedalam botol
akibat adanya tekanan statis pada filler. Saat botol dilepas, kevakuman akan
menghisap kembali teh yang terdapat pada pipa dalam filler sehingga tidak ada
teh yang menetes saat proses berlangsung.
7) Penutupan botol
Penutupan botol yang telah keluar dari filler dilakukan oleh crowner.
Putaran filler sama dengan putaran pada crowner. Seperti halnya filler, crowner
pun digerakkan oleh meja silinder (cylinder table). Tutup botol (crown cork)
mengalami proses pensterilan dengan sinar ultraviolet dan kemudian dibawa ke
cylinder table melalui konveyor magnit tertutup.
Tutup botol kemudian dilewati ke bagian bawah sealing cylinder sampai
tepat di tengah dengan dibantu oleh gaya magnit. Bagian atas crowner terdiri dari
rotating support flange yang memiliki 15 sealing cylinder pada lini II dan 18
sealing cylinder pada lini III dan fixed lifting curve yang akan menggerakkan
sealing cylinder naik turun.
8) Pemeriksaan dengan lampu (Light Inspection)
Setelah botol ditutup, botol dilewatkan melalui bagian light inspection
dengan konveyor untuk diperiksa ukuran volume dan warna teh cair manis, tutup
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
56
Universitas Indonesia
botol dan keadaan botol. Pemeriksaan ini dilakukan secara manual oleh petugas
selector sebanyak dua kali. Botol yang lolos seleksi akan dilewatkan ke bagian
penulisan kode produksi, sedangkan botol yang tidak lolos akan dibawa ke bagian
pendaurulangan (recycling).
9) Penulisan kode produksi
Setelah botol lolos dari light inspection, botol akan melewati bagian
penulisan kode produksi. Tinta disemprotkan oleh video jet printer jenis ink jet
yang bekerja dengan bantuan tenaga angin dari kompresor dan kode produksi
akan dituliskan pada bagian atas botol. Printer akan mencetak kode produksi saat
alat sensornya dilewati botol. Kode produksi mencakup tanggal, bulan dan tahun
kadaluarsa, jenis mesin filler, jam produksi dan formasi kerja selector.
10) Pengkratan
Pengkratan dilakukan untuk meletakkan botol-botol ke dalam krat.
Sebelum diangkat oleh crater, botol-botol diatur jaraknya oleh crating head agar
sesuai dengan jarak pada crater. Proses pengkratan pun menggunakan tenaga
angin dari kompresor.
11) Pemuatan ke palet
Setelah botol-botol dimasukkan ke dalam krat maka kemudian dibawa
oleh konveyor ke palletizer untuk ditempatkan ke atas palet. Proses pemuatan ke
palet ini sudah dilakukan secara otomatis. Sebelum dibawa ke palletizer, krat
melewati selector yang bertugas untuk melengkapi jika terjadi kekurangan jumlah
botol dalam krat. Satu krat berisi 24 botol dan satu palet berisi 60 krat. Krat-krat
di atas palet lalu dibawa oleh forklift ke gudang produk jadi.
4.3 Pengawasan Mutu Setelah Proses Produksi
4.3.1 Analisis Fisika dan Kimia (PT. Sinar Sosro, 1996)
Analisis yang dilakukan pada bagian ini meliputi pemeriksaan terhadap
mutu dari hasil inkubasi produk jadi. Pemeriksaan yang dilakukan untuk produk
jadi hasil inkubasi adalah warna (dilihat dengan latar belakang lampu putih),
coding, head space (area kosong pada bagian atas botol produk jadi), ukuran
crown cork, derajat kemanisan, keasaman (untuk produk yang memiliki rasa
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
57
Universitas Indonesia
asam), pH, turbiditas, volume, dan kadar CO2 (khusus untuk Tebs). Pemeriksaan
mutu coding video jet dan head space antara lain:
1) Pengecekan mutu coding, memiliki tiga kategori mutu:
Baik (jelas terbaca), terdiri dari dua kategori lagi yaitu tidak terhapus
dan mudah terhapus.
Jelek, pecah-pecah.
Tanpa coding.
2) Pengecekan posisi coding
Jarak antara tutup botol sampai coding, memiliki dua kategori yaitu
standar (25-35 mm) dan tidak standar.
Tinggi huruf dan angka, memiliki dua kategori yaitu standar (2-3 mm)
dan tidak standar.
3) Pengecekan head space memiliki dua kategori yaitu standar dan tidak
standar (lebih atau kurang), dimana standarnya adalah sebagai berikut :
Head space Teh Botol Sosro : 4,0 - 4,5 cm.
Head space Tebs : 4,4 – 5,4 cm.
Head space Fruit Tea, Joy Green Tea, S-Tee : 4,75 – 5,25 cm.
4.3.2 Analisis Mikrobiologi (PT. Sinar Sosro, 1996)
Analisis mikrobiologi sangat penting untuk membuktikan bahwa produk
yang dibuat tidak mengandung mikroorganisme-mikroorganisme yang dapat
merugikan kesehatan konsumen. Analisis dilakukan pada produk yang sedang dan
telah melalui masa inkubasi. Selama masa inkubasi produk diperiksa penampilan
fisiknya untuk memastikan tidak adanya perubahan organoleptik yang disebabkan
oleh kerja mikroorganisme. Setelah masa inkubasi barulah produk dikultur di
beberapa media yang sesuai. Ada tiga macam media yang digunakan yaitu
Nutrient Agar (NA), Yeast Extract Agar (YEA), dan Orange Serum Agar (OSA).
OSA digunakan untuk memeriksa keberadaan jamur dalam produk jadi yang
memiliki rasa asam seperti Fruit Tea. YEA digunakan untuk memeriksa
keberadaan bakteri dan kapang, dan NA digunakan untuk memeriksa keberadaan
jamur pada produk jadi yang memiliki rasa manis.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Analisis mikrobiologi dilakukan menggunakan metode standard plate
count (standar jumlah lempeng) untuk mengetahui banyaknya jumlah bakteri
(maksimal 100 koloni per 5 ml sampel), yeast atau kapang (maksimal 5 koloni per
5 ml sampel), mold atau jamur (maksimal 5 koloni per 5 ml sampel), dan bakteri
colioform (maksimal tidak ada koloni pada tiap 100 ml sampel). Analisis
mikrobiologi dilakukan pada produk-produk sampel yang memiliki beda waktu
pembuatan 10 menit.
4.3.2.1 Analisis Mikrobiologi
Analisis mikrobiologi yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis
terhadap botol, instalasi dapur (kitchen), instalasi pembotolan (bottling), dan air
yang digunakan untuk proses produksi. Analisis-analisis tersebut dilakukan pada
awal produksi tiap minggunya.
Analisis terhadap botol dilakukan untuk menguji kesterilan botol yang
telah keluar dari bagian pencucian (washer). Analisis terhadap instalasi dapur
(kitchen) dan pembotolan (bottling) dilakukan untuk mengetahui efektivitas
kegiatan pembersihan (cleaning) dan sanitasi alat-alat produksi. Analisis terhadap
air dilakukan untuk mengetahui efektivitas penambahan clorin pada unit
reservoar.
4.3.3 Below Standard (PT. Sinar Sosro, 1996)
Bagian ini bertugas untuk memeriksa kelayakan botol dan krat yang
datang dari konsumen. Jika masih memenuhi standar maka botol-botol dan krat-
krat tersebut dapat digunakan kembali, namun jika tidak maka akan langsung
dihancurkan untuk dikirim kembali ke pabrik pemasok. Bagian ini juga bertugas
untuk menangani masalah keluhan terhadap produk yang tidak sesuai standar dari
konsumen. Keluhan ini dapat berupa produk yang telah melewati batas
kadaluarsa, produk palsu, produk basi, produk bekas dibuka, produk dengan tutup
yang cacat (miring atau tidak merekat sempurna), produk dengan benda asing
didalamnya, dan lain sebagainya.
4.4 Pengolahan Limbah (PT. Sinar Sosro, 1996)
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Secara umum limbah di PT. Sinar Sosro Cakung terdiri dari tiga macam,
yaitu limbah padat, gas, dan cair.
4.4.1 Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan berupa ampas teh, pecahan botol, dan
sedotan (straw). Botol yang tidak layak pakai dipecahkan dahulu sebelum
dikembalikan ke PT. Mulia Glass yang telah memasok botol tersebut, sedangkan
sedotan dibuang ke tempat pembuangan akhir.
4.4.2 Limbah Gas
Limbah gas langsung dibuang dan setiap tahun dilakukan pemeriksaan
komposisi terhadap gas yang dibuang. Limbah gas bersumber dari sumber
bergerak seperti gas dari foklift dan gas tidak bergerak dari boiler.
4.4.3 Limbah Cair
Pada PT. Sinar Sosro Cakung, limbah cair akan diolah pada instalasi
pengolahan limbah cair (waste water treatment). Bagan kerja instalasi pengolahan
limbah cair ini dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 4. Limbah cair bisa
berasal dari bottle washer, bilasan tangki, dari kitchen, dan cleaning. Pada
instalasi ini terdapat beberapa bagian yang memiliki fungsi masing-masing
sebagai berikut :
1) Pump pit
Bagian ini berfungsi untuk memisahkan air limbah yang masuk ke instalasi
dengan limbah padat dan limbah cair selain air seperti minyak yang terbawa
bersama air limbah. Pump pit berkapasitas 10 m3 dan bekerja dengan mekanisme
skrining, flotasi, dan sedimentasi. Air limbah yang masuk memiliki suhu yang
masih tinggi (sekitar 50°C), pH sekitar 10, dan kadar COD yang juga masih tinggi
yaitu sekitar >1000 ppm.
2) Cooling tower
Dari pump pit, air limbah kemudian dipompa menuju cooling tower yang
bekerja otomatis dan memiliki alat sensor. Ada dua pompa yang digunakan
dengan kapasitas 60 m3/jam. Pada bagian ini suhu air limbah diturunkan hingga
sekitar 30°C. Namun pH tidak mengalami perubahan.
3) Bak equalisasi
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Dari cooling tower, air kemudian dialirkan ke bak ekualisasi yang
merupakan penanganan primer limbah cair. Pada bak ini ditumbuhkan bakteri
aerobik. Pada bak ini dilakukan pemberian oksigen dengan menggunakan motor
turbo oksigen untuk pertumbuhan bakteri tersebut. Bak ekualisasi sudah
mengalami perpanjangan aerasi (extended aeration) sehingga dapat meringankan
kerja aerator.
4) Bak Aerasi
Air limbah dari bak ekualisasi kemudian dipompa menuju bak aerasi
melalui selokan dengan debit air 25 m3/jam. Tempat ini merupakan penanganan
sekunder limbah cair yang mengandung lumpur aktif (activated sludge). Pada
bagian ini dilakukan pemberian oksigen menggunakan blower. Hal ini
dimaksudkan agar pemberian oksigen menjadi lebih efisien. Pada bak ini juga
dilakukan penyebaran TSP (Total Sodium Phosphate) dan urea sebagai nutrisi
bagi bakteri aerobik yang dikandung dan berfungsi untuk mengendapkan lumpur
aktif dan menjernihkan air.
5) Clarifier
Air limbah yang mengandung lumpur aktif kemudian dialirkan ke
clarifier. Pada clarifier ini kemudian lumpur aktif dipisahkan dengan air dan
lumpur akan mengendap. Sebagian lumpur akan dialirkan kembali ke bak
ekualisasi dan juga ke divider agar terjadi keseimbangan bakteri dalam lumpur
aktif dan peningkatan efisiensi penggunaan lumpur aktif. Air limbah yang jernih
akan mengalir (over flow) ke permukaan dan sebagian akan dialirkan ke digestor
dan sebagian lagi akan langsung dibuang ke badan air. Pada clarifier dipelihara
ikan sebagai indikator keamanan air.
6) Digestor
Pada digestor, air dari divider akan dipisahkan dengan lumpur dan
mengendapkan kotorannya. Setelah itu akan dipompa ke thickener untuk
diendapkan lagi.
7) Divider
Bagian ini berfungsi untuk membagi lumpur aktif dari clarifier menjadi
dua bagian, yaitu sebagian dialirkan kembali ke bak aerasi dan sebagian lagi
dialirkan ke digestor.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
61
Universitas Indonesia
8) Thickener
Bagian ini berfungsi untuk memekatkan lumpur dari clarifier. Kemudian
lumpur akan dipompa ke filter press dan kemudian dibuang sebagai limbah padat.
Sebagian kecil dari lumpur tersebut digunakan juga sebagai pupuk kompos
tanaman.
9) Bak penampung
Air dari clarifier dimasukkan ke bak penampung dan diberi klorin untuk
mematikan kuman dan mengendapkan kotoran. Setelah itu akan dipompa ke sand
filter I dan II. Kemudian air dapat digunakan sebagai cleaning water dalam
membersihkan peralatan produksi dan lokasi produksi.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
62
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagai produsen makanan dan minuman, PT. Sinar Sosro harus dapat
menjamin produk yang dihasilkannya bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi
kesehatan dengan memperhatikan aspek-aspek Cara Pembuatan Makanan yang
Baik (CPMB). Dengan diterapkannya CPMB, diharapkan mutu produk tidak
hanya dibangun dari awal hingga akhir produksi saja, tetapi juga selama
berlangsungnya proses, sehingga penggunaan alat, waktu, dan energi yang
dibutuhkan selama proses produksi akan lebih efisien.
PT. Sinar Sosro merupakan perusahaan minuman teh dalam kemasan
kebanggaan bangsa Indonesia karena berhasil menjadi salah satu dari 4 Top Brand
Indonesia. Dalam menghadapi tantangan globalisasi, PT. Sinar Sosro telah
menerapkan Total Quality Control terhitung sejak tahun 2003 dengan
diperolehnya sertifikat ISO 9001:2000. Dengan demikian keaslian dan mutunya
telah diakui secara internasional. PT. Sinar Sosro sebagai salah satu industri
minuman di Indonesia diatur oleh regulasi pemerintah yaitu BPOM sebagai
pengawas sediaan farmasi, kosmetik dan makanan serta minuman.
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilakukan di PT. Sinar
Sosro, bertujuan untuk melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pembuatan minuman dan membandingkannya dengan CPMB, sehingga dapat
diketahui apakah PT. Sinar Sosro telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang
tercantum dalam CPMB.
Ruang lingkup CPMB, antara lain : pengadaan bahan mentah, disain dan
fasilitas pabrik (lokasi dan lingkungan, bangunan danruangan, fasilitas umum dan
sanitasi serta alat produksi), bahan, proses pengolahan, bahan pengemas, mutu
produk akhir, keterangan produk, higiene dan kesehatan karyawan, pemeliharaan
dan program sanitasi, penyimpanan, transportasi, laboratorium dan pemeriksaan,
manajemen dan pengawasan, dokumentasi dan pencatatan, penarikan produk,
pelatihan dan pembinaan.
62
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
63
Universitas Indonesia
5.1 Lokasi
PT. Sinar Sosro yang berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 28 Cakung,
Jakarta Timur merupakan sentra daerah industri di kawasan timur Jakarta, yang
dengan cepat berkembang memenuhi kebutuhan ekonomi, seperti perumahan dan
pusat-pusat perbelanjaan (PT. Sinar Sosro, 2005). Lokasi yang dipilih berdasarkan
segi pendekatan konsumen karena konsumen terbesar berada di wilayah
Jabotabek. Lokasi tersebut dipilih juga karena tersedianya sumber air yang cocok
selain dekat dengan industri pendukung, seperti pabrik sedotan yang tepat berada
di sebelah pabrik PT. Sinar Sosro dan pabrik botol kaca yang berada relatif tidak
begitu jauh dari lokasi PT. Sinar Sosro.
5.2 Bangunan
Bangunan dari PT. Sinar Sosro telah memenuhi persyaratan CPMB. Dapat
dilihat dari beberapa bagian dalam bangunan yang sesuai dengan persyaratan
CPMB. Bangunan ini sudah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai
serta sudah disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik. Bangunan dan
fasilitas yang ada juga telah menjamin bahwa makanan dan minuman selama
proses produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis dan kimia, serta mudah
dibersihkan dan disanitasi.
Permukaan seluruh ruangan yang ada di area produksi (dinding dan langit-
langit) pada PT. Sinar Sosro telah didesain dengan baik agar dapat menahan
pelepasan partikel, bebas dari retakan dan sambungan yang terbuka, mudah
dibersihkan dan tahan terhadap pemakaian terhadap desinfektan. Lantai pada
bangunan merupakan lantai epoksi. Lantai epoksi merupakan lantai kedap air,
dimana lantai ini dapat mencegah masuknya rembesan air tanah. Lantai ini harus
dijaga agar tidak retak, karena jika lantai retak maka dapat terjadi akumulasi
kotoran dan juga air dapat masuk ke dalam ruangan. PT. Sinar Sosro juga selalu
melakukan perbaikan terhadap lantai epoksi ini. Bagian-bagian lantai yang sudah
menipis atau tergores selalu diperbaiki dan dilapisi lagi.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Pada bangunan pabrik PT. Sinar Sosro Cakung, terdapat unit pengolahan
air (water treatment), unit pemasakan (kitchen), unit pemanasan (boiler), unit
pembotolan (bottling), gudang dan Instalasi Penanganan Air Limbah (IPAL).
Pada bagian lantai setiap unit tersebut dilengkapi dengan saluran air yang dibuat
agak miring dengan lantainya, sebagai tempat pengaliran air jika terjadi botol
yang pecah atau produk yang tumpah, sehingga air tidak menggenang dalam
ruangan tersebut. Wilayah perusahaan dilengkapi dengan mushola, kantin,
koperasi, poliklinik dan ruang istirahat karyawan (PT. Sinar Sosro, 2005).
5.3 Fasilitas dan Sanitasi
Pengadaan air PT. Sinar Sosro untuk proses produksi telah diatur
sedemikian rupa sehingga air selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Selain itu,
air yang digunakan juga telah melalui pengolahan tertentu sehingga air (baik yang
digunakan untuk produksi maupun yang digunakan untuk fasilitas umum)
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Standar mutu air minum yang
digunakan di PT. Sinar Sosro memenuhi persyaratan air minum yang ditetapkan
Departemen Kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 1990). Program sanitasi
dijalankan bukan untuk mengatasi masalah kotornya lingkungan atau kotornya
pemrosesan bahan, tetapi untuk menghilangkan kontaminan pada produk dan
mesin pengolahan serta mencegah terjadinya kontaminasi kembali maupun
kontaminasi silang (Winarno & Surono, 2004).
Sarana pembersih dan fasilitas higiene tersedia secara baik dan lengkap.
Sarana pembuangan juga tersedia dan memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
Limbah yang dihasilkan kemudian akan diolah sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan kesehatan dan lingkungan. Pada PT. Sinar Sosro Cakung terdapat
instalasi pengolahan limbah cair. Kegiatan higiene dan sanitasi diperusahaan ini
juga dilakukan secara rutin. Pabrik telah dilengkapi dengan sistem pembuangan
air dan limbah yang baik berupa saluran-saluran air atau selokan yang dirancang
dan dibangun sedemikian rupa sehingga tidak mencemari sumber air bersih.
Limbah yang dihasilkan akan diolah di bagian Waste Water Treatment sehingga
tidak membahayakan dan aman untuk dilepas ke lingkungan (PT. Sinar Sosro,
1996).
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Sanitasi peralatan produksi dilakukan setiap kali sebelum memulai
kegiatan produksi, terutama bila terjadi pergantian rasa. Oleh karena itu, produk-
produk Sosro dengan rasa yang kuat seperti blackcurrant, diproduksi terakhir
setelah dilakukan pembersihan dan sanitasi dari produk sebelumnya, sedangkan
sanitasi untuk lingkungan pabrik dilakukan setiap hari.
5.4 Alat Produksi
Pada PT. Sinar Sosro tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar
tidak terjadi kontaminasi silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan
makanan dan minuman seharusnya didesain, dikonstruksi dan diletakkan
sedemikian rupa untuk menjamin mutu dan keamanan makanan dan minuman
yang dihasilkan. Selain itu, masin-mesin ini rutin disanitasi sehingga terjamin
kebersihannya. Mesin-mesin dan peralatan di dalam pabrik disusun berdasarkan
urutan proses produksi sehingga diharapkan dapat mempermudah penanganan
bahan, meningkatkan efisiensi produksi dan menjaga kenyamanan karyawan.
Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan
mencatat dilakukan kalibrasi secara rutin agar fungsinya berjalan dengan baik dan
tepat serta akurat. Peralatan yang dilengkapi dengan penunjuk ukuran seperti
timbangan, termometer, pengukur tekanan, pengukur aliran udara dan sebagainya
hendaknya dikalibrasi setiap periode waktu tertentu agar data yang dihasilkan
akurat. Setiap peralatan memiliki protap yang terdiri dari spesifikasi alat, panduan
operasional penggunaan, cara pembersihan dan cara kalibrasi.
Semua sistem penunjang seperti sistem pemanas, ventilasi, air minum,
pemurnian air, penyulingan air, uap, udara bertekanan dan gas divalidasi untuk
memastikan bahwa sistem tersebut selalu berfungsi sesuai tujuannya. Setiap
kegiatan yang berkaitan dengan peralatan terdokumentasi dengan baik dalam
kartu untuk kalibrasi (log book) (PT. Sinar Sosro, 1996). Kalibrasi alat di PT.
Sinar Sosro dilakukan satu tahun sekali, yang dilakukan oleh pihak luar (Balai
Besar Industri Agro), sehingga diperoleh sertifikat kalibrasi.
5.5 Bahan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Bahan baku, bahan tambahan dan bahan pembantu yang digunakan tidak
boleh membahayakan kesehatan, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan
memenuhi pengujian standar mutu. Bahkan PT. Sinar Sosro tidak menggunakan
pengawet pada sebagian besar produk-produknya, terutama produk-produk yang
menjadi unggulannya. Selain itu, bahan baku dipastikan bebas dari bahan
berbahaya seperti bakteri patogen, pestisida dan bahan beracun.
PT. Sinar Sosro sangat mengutamakan kepuasan pelanggan. Keamanan
dan kualitas dari produk-produknya merupakan salah satu faktor utama untuk
mencapai kepuasan pelanggan. Semua bahan yang datang dari perusahaan
pemasok dan akan digunakan dalam proses produksi harus diperiksa terlebih
dahulu pada bagian pengawasan mutu bahan baku dan pengemas (incoming
material Quality Control) (PT. Sinar Sosro, 1996). Jika hasil pemeriksaan
memenuhi standar yang ditetapkan maka bahan-bahan tersebut akan diterima
(released) dan disimpan di gudang jika belum digunakan. Sebaliknya jika tidak
memenuhi syarat maka akan dikembalikan ke perusahaan pemasok.
5.6 Proses Pengolahan
Setiap jenis produk PT. Sinar Sosro memiliki formula standar yang
menjelaskan setiap jenis bahan yang digunakan serta persyaratan mutunya, jumlah
bahan yang digunakan untuk satu kali pengolahan; tahapan proses pengolahan;
langkah-langkah yang harus diperhatikan selama proses agar produk akhir
terbebas dari penguraian, pembusukan, kerusakan dan pencemaran; jumlah hasil
yang diperoleh untuk satu kali pengolahan; dan uraian mengenai wadah, label,
serta cara pembungkusan.
Untuk setiap satuan pengolahan terdapat instruksi tertulis yang
menyebutkan nama produk, tanggal pembuatan dan nomor kode, jenis dan jumlah
bahan yang digunakan, tahapan pengolahan serta hal yang perlu diperhatikan
selama proses (terutama kontaminasi bahan, kontaminasi silang dan dapat
memakai sistem HACCP). Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
yaitu suatu sistem manajemen yang menjamin mutu dan keamanan pangan
berdasarkan konsep pendekatan yang rasional, sistematis dan komprehensif dalam
mengidentifikasi dan mengontrol bahaya yang beresiko terhadap mutu dan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
67
Universitas Indonesia
keamanan produk pangan. Semua kegiatan dari proses pengolahan terdokumentasi
dengan baik dan rapi. PT. Sinar Sosro Cakung memiliki SOP (Standard
Operating Procedure) atau protap yang jelas untuk semua yang berkaitan dengan
proses pengolahan termasuk untuk formula dasar dan prosedur pembuatan. Secara
garis besar proses produksi produk teh Sosro terdiri dari tiga tahap yaitu
pengolahan air (water treatment), pemasakan (kitchen) dan pembotolan (bottling).
Jika terdapat penyimpangan terhadap prosedur yang telah ditetapkan pada setiap
tahap proses tersebut akan didokumentasikan dalam catatan bets (PT. Sinar Sosro,
1996).
5.7 Bahan Pengemas
Menurut ketentuan yang terdapat pada CPMB, wadah yang digunakan
harus dapat melindungi dan mempertahankan suhunya terhadap pengaruh dari
luar. Pada PT. Sinar Sosro Cakung wadah kemasan yang digunakan adalah botol
kaca dan botol pet. Kedua jenis wadah ini terbuat dari bahan yang tidak
mempengaruhi kestabilan isi yaitu kaca dan plastik. Botol kaca dan pet juga tahan
terhadap perlakuan selama pengolahan seperti terhadap suhu panas, adanya
gesekan atau benturan antar botol atau dengan alat produksi; selama penyimpanan
terhadap suhu, serangga ataupun hewan pengerat, maupun ketahanan terhadap
penumpukan barang di gudang dan selama pengangkutan dari pabrik sampai ke
tangan konsumen.
Wadah pengemas itu melalui tahap sterilisasi terlebih dahulu sebelum diisi
oleh produk minuman. Untuk botol kaca, dilakukan pencucian melalui beberapa
tahap menggunakan suatu mesin pencuci botol (bottle washer), sedangkan untuk
botol pet pencucian hanya dengan air biasa. Hal ini karena tidak semua botol kaca
adalah botol baru tapi merupakan botol kembalian sehingga harus melalui proses
pecucian dengan bottle washer, sedangkan botol pet merupakan botol baru
sehingga hanya dicuci dengan air biasa. Setelah proses pencucian kemudian
dilakukan pendeteksian terhadap botol-botol kosong yang telah dicuci dengan
menggunakan mesin yang disebut EBI (Empty Bottle Inspection). Untuk botol
baru sebelum digunakan harus melalui proses pengawasan mutu terlebih dahulu di
bagian Incoming Material.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
68
Universitas Indonesia
5.8 Mutu Produk Akhir
Produk akhir pada PT. Sinar Sosro harus memenuhi syarat standar mutu
dan persyaratan yang ditetapkan. Selain itu juga harus mencantumkan kode
produksi dan tanggal kadaluarsa secara jelas dan tidak boleh merugikan atau
membahayakan pengguna (konsumen). PT. Sinar Sosro memiliki standar mutu
yang harus dipenuhi oleh semua produk sebelum diedarkan ke pasaran. Mutu
produk PT. Sinar Sosro selalu dilakukan pengawasan mulai awal air yang akan
digunakan hingga menjadi produk jadi.
Pengawasan mutu produk PT. Sinar Sosro dilakukan pada awal produksi
(pre process control), selama proses produksi (in process control), setelah proses
produksi (post process control). Pengawasan pada awal produksi (pre process
control) oleh PT. Sinar Sosro dilakukan oleh bagian yang menerima barang
datang (incoming material) yaitu pemeriksaan kualitas teh, gula, dan bahan-bahan
tambahan lainnya yang diperlukan untuk membuat produk, finishing supplies,
bahan penolong produksi, serta bahan pembantu yang digunakan oleh water
treatment ataupun pusat energi. Pemeriksaan kualitas dilakukan baik secara fisik
misalnya bentuk, warna, bau dan secara kimia misalnya pemeriksaan kadar tanin
dalam teh. Selanjutnya jika bahan-bahan tersebut memenuhi persyaratan akan
diproses untuk pembuatan produk yang diinginkan. Pengawasan mutu sebelum
proses juga dilakukan terhadap air yaitu dilakukan pemeriksaan parameter-
parameter kimia air. Pemeriksaan kualitas air selalu dilakukan setiap awal shift
sebelum memulai proses produksi oleh bagian pengawasan mutu (Quality
Control) (Lampiran 8). Hanya air yang memenuhi persyaratan standar yang dapat
digunakan dalam proses produksi.
Pengawasan selama proses produksi (in process control) dilakukan oleh
bagian pengawasan mutu (Quality Control). Bagian dapur (kitchen) akan
menyerahkan sampel produk setengah jadi kepada analis untuk diperiksa
kesesuaian sampel dengan standar yang telah ditetapkan. Pemeriksaan selama
proses produksi terdiri dari pemeriksaan fisik yaitu warna; aroma/rasa; kadar gula
(°brix); dan kejernihan (turbiditas), dan secara kimia yaitu pemeriksaan kadar
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
69
Universitas Indonesia
tanin (ppm), dan acidity (%) khusus untuk produk asam. Jika produk belum
memenuhi standar maka bagian pengawasan mutu (Quality Control) akan
memberikan saran yang harus dilakukan kepada bagian dapur (kitchen). Jika
produk telah memenuhi syarat maka proses produksinya akan terus berlanjut
hingga produk dikemas dalam botol atau kemasan lain yang dinginkan.
Setelah melalui seluruh proses produksi, produk jadi yang dihasilkan akan
diperiksa kembali dengan cara mengambil beberapa sampel produk jadi tiap
waktu yang telah ditentukan, yang disebut sampel inkubasi. Analisa sampling
inkubasi produk terdiri dari data: jam produk diproduksi, warna, kejernihan (bebas
endapan), kualitas coding, ukuran head space, ukuran crown cork,kadar gula
(°brix), aroma/rasa, pH, turbidity (NTU), % acidity khusus untuk produk asam
(Friut Tea), dan kadar CO2 (g/L) khusus untuk produk berkarbonasi (Tebs). Selain
pemeriksaan fisika dan kimia diatas, dilakukan juga pemeriksaan mikrobiologis
untuk menjamin sterilitas dari produk. Hanya produk yang memenuhi standar
kualitas (fisika, kimia dan mikrobiologi) yang akan dilepas untuk dipasarkan.
5.9 Label
Label minuman harus jelas, tidak menyesatkan, dan informatif untuk
memudahkan konsumen memilih, menyimpan, mengolah dan mengkonsumsi
suatu minuman. Kode produksi yang terdapat pada label makanan dan minuman
diperlukan untuk penelusuran produk jika ditemukan penyimpangan dan
penarikan produk jika diperlukan.
Pada PT. Sinar Sosro Cakung, produk-produk dalam kemasan yang akan
dipasarkan harus melalui tahap pemeriksaan terhadap kelengkapan label terlebih
dahulu. Jika terdapat label yang kurang jelasa atau hasil printnya kurang jelas atau
tidak rapi, produk tersebut akan dikarantina. Label yang tercantum harus sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Label-label yang
digunakan setiap jenis produk memiliki ukuran, kombinasi warna maupun bentuk
tulisan yang berbeda-beda sebagai identitas produk untuk menarik minat
konsumen.
5.10 Higiene dan Kesehatan Karyawan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Karyawan adalah pelaksana profesional dan salah satu elemen penting
pada perusahaan dalam menjamin mutu produk yang dihasilkan. PT. Sinar Sosro
memiliki jumlah personil yang memadai dengan kualifikasi yang sesuai. Jam kerja
dibagi menjadi 3 shift yang masing-masing shift adalah 8 jam sehingga produksi
dapat dilaksanakan selama 24 jam non stop.
Kesehatan dan higiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa pekerja
yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan makanan dan minuman
tidak menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu, karyawan, terutama yang
berhubungan dengan proses produksi harus berada dalam keadaan sehat.
Salah satu wujud kepedulian PT. Sinar Sosro terhadap kesehatan
karyawannya yaitu adanya jaminan/asuransi kesehatan bagi karyawan dan
pemeriksaan kesehatan secara berkala. Selain itu, perusahaan selalu berusaha
menjaga kesehatan karyawannya dengan adanya kantin yang menyediakan
makanan yang sangat diperhatikan nilai gizinya. Karyawan mendapatkan kupon
makan gratis yang dapat digunakan pada jam-jam istirahat yang telah ditetapkan.
Hal ini juga memberikan efisiensi waktu dimana karyawan tidak perlu membeli
makan di luar pabrik. Setiap karyawan diwajibkan untuk mencuci tangan pada
saat akan memulai dan mengakhiri pekerjaan. Tempat pencucian tangan tersedia
disetiap tempat kerja karyawan sehingga dapat menghindarkan kontaminasi dari
benda-benda asing yang berbahaya bagi kesehatan karyawan maupun
mempengaruhi kualitas produk. PT. Sinar Sosro menyediakan sebuah klinik
sebagai fasilitas kesehatan. Selain itu disediakan juga fasilitas olah raga.
Selama melakukan pekerjaannya karyawan diharuskan menahan diri untuk
tidak makan dan minum atau melakukan pekerjaan yang dapat mengakibatkan
pencemaran terhadap produk. Semua area di PT. Sinar Sosro adalah area dilarang
merokok. Hal ini akan mencegah karyawan dari tindakan merugikan kesehatan
dirinya dan orang disekitarnya sebagai perokok pasif, juga mencegah pencemaran
terhadap produk yang mungkin disebabkan oleh rokok.
Keamanan kerja dan higienitas karyawan juga diperhatikan, terutama bagi
karyawan yang kontak langsung dengan produk. Untuk menjamin keselamatan
kerja maka karyawan diharuskan mengenakan peralatan keamanan kerja yang
telah disediakan. Untuk karyawan di departemen produksi diwajibkan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
71
Universitas Indonesia
mengenakan sepatu karet bergerigi, sarung tangan, alat penutup telinga, masker
dan penutup kepala. Untuk karyawan di bagian pengawasan mutu (QC)
diharuskan mengenakan jas laboratorium.
5.11 Pemeliharaan dan Program Sanitasi
Bangunan dan bagian-bagiannya dipelihara dan disanitasi secara berkala,
sehingga selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik. Pemeliharaan
peralatan dan mesin-mesin produksi dilakukan seminggu sekali. Pencegahan juga
dilakukan terhadap masuknya serangga, binatang pengerat, unggas dan binatang
lainnya ke dalam bangunan. Pencegahan tersebut (pest control) menggunakan
insektisida atau rodentisida dilakukan secara hati-hati sehingga tidak mencemari
bahan baku, bahan tambahan dan produk akhir.
Limbah cair diolah di Waste Water Treatment Plant (WWTP) sebelum
dialirkan keluar pabrik. Limbah padat seperti pecahan botol, kardus, krat, bekas
sedotan akan dikumpulkan lalu dikirim ke pabrik pemasok untuk didaur ulang.
Alat pengangkutan dan alat pemindahan barang dalam bangunan unit produksi
dijaga dalam keadaan bersih dan tidak boleh merusak barang yang diangkut atau
dipindahkan, baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong yang digunakan
maupun produk akhir. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir dijaga
kebersihannya, dapat melindungi produk, baik fisik maupun mutunya, sampai ke
tempat tujuan.
5.12 Penyimpanan
Penyimpanan yang baik dapat menjamin mutu dan keamanan bahan dan
produk makanan dan minuman yang diolah. Pada PT. Sinar Sosro Cakung
penyimpanan atau pergudangan terbagi atas gudang logistik, gudang Peti Botol
dan Peti Isi (PBPI), dan gudang harian. Gudang logistik menyimpan semua
bahan-bahan kebutuhan produksi yang dipesan dari pemasok seperti botol PET,
gula, teh, bahan tambahan makanan, label, garam-garam untuk regenerasi filter.
Gudang harian menyimpan bahan baku yang digunakan untuk produksi
pada hari yang bersangkutan. Gudang PI digunakan untuk menyimpan produk jadi
sebelum dipasarkan juga produk karantina sebelum diputuskan untuk boleh
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
72
Universitas Indonesia
diedarkan, sedangkan gudang PB digunakan untuk menyimpan botol kosong baik
itu yang baru datang dari pemasok ataupun yang datang dari konsumen.
Bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong dan produk akhir disimpan
terpisah dalam masing-masing ruangan yang dijaga kebersihannya, bebas
serangga, binatang pengerat dan atau binatang lain. Pengendalian serangga
menggunakan lampu UV yang dapat sekaligus berfungsi sebagai pensteril
ruangan, sedangkan untuk hewan pengerat yaitu tikus digunakan perangkap tikus
dan racun tikus.
Masing-masing gudang memiliki peredaran udara yang baik. Untuk bahan
tambahan makanan disimpan pada ruang yang sejuk. Ruang untuk teh kering
ditempatkan secara khusus dan dilapisi dengan seng pada bagian lantai dan
dindingnya untuk menjaga kelembapan ruangan. Alur keluar masuk barang
menggunakan sistem barang yang pertama masuk maka yang pertama keluar
(First In First Out / FIFO). Sistem ini mengatur bahan yang keluar dan masuk
dimana bahan yang pertama kali masuk akan dikeluarkan terlebih dahulu sehingga
mencegah bahan kadaluarsa akibat terlalu lama disimpan.
5.13 Dokumentasi dan Pencatatan
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Semua kegiatan produksi,
pengujian dan analisa sampel, selalu didokumetasikan dengan baik. Pencatatan
tersebut penting untuk meningkatkan keefektifan sistem pengawasan makanan.
Catatan ini akan disimpan selama periode yang melebihi masa simpan produk
untuk menelusuri jika terdapat keluhan di kemudian hari.
5.14 Penarikan Produk
Penarikan produk adalah tindakan menghentikan produk dari peredaran
dan hal ini dilakukan bila produk diduga merupakan penyebab timbulnya penyakit
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
73
Universitas Indonesia
atau keracunan makanan. Tujuan dari penarikan produk adalah mencegah
timbulnya korban yang lebih banyak karena mengkonsumsi produk yang
membahayakan kesehatan. Selama ini produk PT. Sinar Sosro belum pernah
ditarik karena alasan tersebut. Produk kembalian disebabkan karena adanya
penurunan kualitas seperti produk basi, kadaluarsa, atau tutup berkarat. Produk
kembalian tersebut akan masuk ke bagian Below Standard untuk diinvestigasi
penyebab rusaknya produk.
5.15 Pelatihan dan Pembinaan
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan makanan dan minuman
yang benar. Pelatihan dan pembinaan terhadap karyawan pengolah makanan
dilakukan dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada karyawan, baik yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan makanan tentang prinsip-
prinsip dan praktek pengolahan makanan sehingga mendapatkan pengetahuan
yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan dan meningkatkan kesadaran
karyawan mengenai cara produksi makanan yang baik dan peranannya dalam
melindungi makanan terhadap pencemaran dan penurunan mutu sebelum
melaksanakan tugasnya masing-masing. Untuk meningkatkan kompetensi
karyawan di PT. Sinar Sosro Cakung maka dilakukan pembinaan mulai dari
ketika karyawan diterima bekerja maupun pelatihan rutin di tiap bagian masing-
masing.
5.16 Laboratorium
PT. Sinar Sosro memiliki laboratorium fisika kimia dan mikrobiologi
untuk bagian pegawasan mutu. Laboratorium-laboratorium ini dilengkapi dengan
alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menganalisis bahan-bahan awal
yang digunakan, produk selama proses produksi dan juga produk akhir atau
produk jadi. Peralatan-peralatan yang digunakan dikalibrasi secara berkala agar
berfungsi dengan baik. Peralatan di kalibrasi baik secara internal maupun
eksternal. Untuk yang dikalibrasi dari internal dilakukan selama tiga bulan sekali
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
74
Universitas Indonesia
sedangkan yang dari eksternal dilakukan selama setahun sekali dan akan
mendapatkan sertifikat kalibrasinya. Tapi laboratorium kimia dari PT. Sinar Sosro
Cakung tidak dilengkapi dengan alat spektroskopi UV, padahal alat tersebut
diperlukan untuk mendeteksi secara kualitatif dan kuantitatif zat penting seperti
tanin dalam produk yang akan diproduksi yang ditakutkan bisa saja hilang atau
berubah selama proses produksi. Prosedur selama ini untuk mendeteksi tanin
dengan menggunakan metode titrasi, memiliki persentase kesalahan yang besar.
Setiap pengujian yang dilakukan di laboratorium dilakukan sesuai dengan
Standard Operational Procedure (SOP). Setiap pemeriksaan tersebut
didokumentasikan dengan baik meliputi nama produk, tanggal pembuatan, tanggal
pengambilan contoh, jumlah contoh yang diambil, kode produksi, jenis
pemeriksaan yang dilakukan, kesimpulan pemeriksaan, nama pemeriksa dan tanda
tangan pemeriksa (PT. Sinar Sosro, 1996). Dokumentasi ini penting dilakukan
agar memudahkan penelusuran produk jika terjadi penyimpangan.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
74
Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan saat PKPA di PT. Sinar
Sosro, maka dapat disimpulkan :
a. Persyaratan mutu yang ditetapkan untuk industri minuman melalui
penerapan Cara Produksi Makanan dan Minuman yang Baik dalam
berbagai aspek telah dipenuhi oleh PT. Sinar Sosro. Aspek tersebut
meliputi lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan, proses
pengolahan, produk akhir, laboratorium, karyawan, wadah dan
pembungkus, label, penyimpanan dan pemeliharaan.
b. Setiap produk yang dihasilkan oleh PT. Sinar Sosro telah memlalui tahap
pengawasan mutu dilakukan oleh bagian Quality Control.
c. Apoteker dapat berperan sebagai tenaga profesional dalam pengembangan
produk dan pegawasan kualitas produk di industri minuman antara lain
sebagai Kepala Unit Pengawasan Mutu, Kepala Unit Produksi dan Kepala
Unit Penelitian dan Pengembangan.
5.2 Saran
a. PT. Sinar Sosro harus tetap menjaga komitmen terhadap mutu suatu
produk agar tetap menjadi market leader pada industri minuman teh dalam
kemasan.
b. Peralatan yang digunakan untuk pengujian kualitas bahan baku dan produk
pada laboratorium pengawasan mutu sebaiknya menggunakan peralatan-
peralatan yang memiliki selektifitas dan sensitifitas lebih baik minimal
spektrofotometri UV-Vis, sehingga memberikan hasil yang memiliki
akurasi dan presisi yang lebih baik.
c. Kelengkapan kerja dan alat pelindung diri para pekerja pada bagian
produksi seperti sarung tangan, masker, penutup telinga dan penutup
kepala serta pada bagian pengawasan mutu seperti jas lab dan sarung
74
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
75
Universitas Indonesia
tangan harus lebih diperhatikan dan selalu digunakan selama bekerja untuk
menghindari berbagai bahaya yang mungkin terjadi karena tidak adanya
perlindungan diri dan mencegah tejadinya kontaminasi oleh pekerja.
d. Kedisiplinan dan tanggung jawab masing-masing personil perlu
ditingkatkan, khususnya yang berperan langsung dalam proses produksi
dan analisis mutu produk melalui pelatihan-pelatihan mengenai CPMB
secara berkesinambungan agar pengetahuan dan keahlian personil
berkembang.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
76
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.5.1639 tentang
Pedoman Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah
Tangga. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. (1998). Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian
Titik Kritis (HACCP) Serta Pedoman Penerapannya. SNI 01-4852-1998.
Jakarta. Hal. 1-12.
Departemen Kesehatan RI. (1978). Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.23/MenKes/ SK/1978, tertanggal 24 Januari 1978 tentang Pedoman
Cara Produksi yang Baik Untuk Makanan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun
2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Jakarta.
Foster, S. (2002). Green Tea (Camelia sinensis). Thorne Research Inc.
http://www.thorne.com/media/alternative_medicine_review/monographs/
GreenTeaMono.pdf. 200-2004.
PT. Sinar Sosro. (2005). Company and Product Knowledge. Jakarta: PT Sinar
Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operation Procedure Bagian Quality Control
Incoming Material. Jakarta: PT. Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operation Procedure Bagian Produksi.
Jakarta: PT. Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operational Procedure Bagian Quality Control
Inspector Manufacturing. Jakarta: PT Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operational Procedure Bagian Quality Control
Below Standard. Jakarta: PT Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operational Procedure Bagian Quality Control
Analis. Jakarta: PT Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operational Procedure Bagian Quality Control
Analis Mikrobiologi. Jakarta: PT Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operational Procedure Bagian Quality Control
Waste Water Treatment. Jakarta: PT Sinar Sosro.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
77
Universitas Indonesia
Sosro. (2010). Sejarah Teh. http://www.sosro.com/Indonesia / it sejarah teh htm,
26 Juli 2010 pk 10.10.
Sosro. (2010). Jenis dan Manfaat Teh. http://www.sosro.com/jenis-manfaat-
teh.php , 26 Juli 2010 pk 10.00.
Winarno, F.G dan Surono. (2004). GMP Cara Pengolahan Pangan yang Baik.
Bogor: M-Brio Press.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
78
Lampiran 1. Persyaratan Air Minum Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/II/2002
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
79
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
80
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
81
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
82
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
83
Lampiran 2. Struktur Organisasi Bagian Quality Qontrol
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
84
Lampiran 3. Skema Aliran Pengolahan Limbah Cair
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
85
Lampiran 4. Skema Aliran Proses Pemasakan (Kitchen)
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
86
Lampiran 5. Tabel SNI Minuman Teh dalam Kemasan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
Lampiran 6. Standar Kualitas Water Treatment
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
Lampiran 7. Bagan Pengolahan Air (Water Treatment)
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
i
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKURASI
PENETAPAN KADAR KEASAMAN PADA PRODUK
FRUIT TEA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
NOVI KURNIATI, S. Farm.
1106049391
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
APRIL 2012
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iii
DAFTAR RUMUS ................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vi
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 3
2.1 Air ...................................................................................... 3
2.1.1 Reservoir .................................................................. 3
2.1.2 Sand Filter ................................................................ 4
2.1.3 Carbon Filter 1,2 ..................................................... 4
2.1.4 Cation Exchanger..................................................... 4
2.1.5 Anion Exchanger ...................................................... 5
2.1.6 Carbon Filter ¾ ....................................................... 5
2.1.7 Softener .................................................................... 6
2.1.8 Buffer S-Tee ............................................................. 6
2.2 Asam Sitrat ......................................................................... 7
2.3 Penetapan Kadar Keasaman TCA ...................................... 7
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 9
3.1Tujuan ................................................................................. 9
3.2 Alat dan Bahan .................................................................. 9
3.3 Prosedur ............................................................................. 10
3.3.1 Pemantau Barang Masuk........................................... 10
3.3.2 Pemantauan Proses Pemasakan Teh di Dapur
Pemasakan untuk Fruittea ........................................ 10
3.3.3 Penetapan Kadar Asam Sitrat dengan
Metode Titrasi Asidimetri ........................................ 10
3.3.4 Pemeriksaan Mutu Asam Sitrat ................................. 11
3.3.5 Pembuatan Fruit tea Skala Laboratorium .................. 11
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 13
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 20
6.1 Kesimpulan ........................................................................ 20
6.2 Saran ................................................................................... 20
DAFTAR ACUAN ................................................................................. 21
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema pembuatan Teh Cair Asam pada Fruittea
Skala Lab ........................................................................... 12
Gambar 4.1 Skema Pemasalah secara Fish Bone................................... 18
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
iv
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Perhitungan Kadar Keasaman Teh Cair Asam .................... 10
Rumus 3.2 Perhitungan Kadar Kemurnian Asam Sitrat ........................ 11
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil penimbangan asam sitrat ............................................. 13
Tabel 4.2 Hasil TCA pada skala Industri awal dan sesudah
penambahan TCA................................................................ 15
Tabel 4.3 Hasil pengenceran TCA sebanyak 4 x, ( Teh Cair Asam)
pada Skala Laboratorium .................................................... 16
Tabel 4.4 Hasil pengenceran TCA sebanyak 5 x, ( Teh Cair Asam)
pada Skala Laboratorium .................................................... 17
Tabel 4.5 Hasil pengenceran TCA sebanyak 6 x, ( Teh Cair Asam)
pada Skala Laboratorium .................................................... 17
Tabel 4.6 Identifikasi permasalah akurasi pengecekan TCA ............... 18
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 CoA Asam Sitrat ................................................................. 22
Lampiran 2 Hasil Analisa dari Kadar Asam Sitrat............................... 23
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
1
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teh merupakan tanaman yang banyak bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Kandungan antioksidan yang terdapat dalam tanaman teh, sangat bermanfaat
dalam menangkap radikal bebas yang terdapat dalam tubuh kita. Minuman teh
pada saat ini sangat berkembang pesat di industri pangan, dimana minuman teh
pada saat ini sudah banyak mengalami inovasi yaitu modifikasi rasa, diantaranya
rasa bunga melati, rosella dan rasa berbagai buah.
PT. Sinar Sosro yang telah berdiri lama dan merupakan perusahaan yang
pertama kali mampu mengeluarkan produk minuman teh yang dikemas dalam
botol yang tidak pernah diperkirakan oleh orang lain sebelumnya. Seiring berjalan
waktu PT.Sosro meningkatkan kualitas produknya dan inovasi baru rasa minuman
teh dengan mengeluarkan salah satu produknya yaitu fruit tea. fruit tea merupakan
minuman teh dengan berbagai rasa buah.
Pembuatan minuman teh khususnya fruit tea menggunakan asam sitrat.
Penggunaan utama asam sitrat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa asam dan
pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Asam sitrat juga
mempunyai sifat dalam menstabilkan pH larutan.
Kegiatan pengawasan mutu yang dilakukan oleh PT. Sinar Sosro
khususnya bagian quality control selama proses produksi dan terhadap produk
akhir minuman fruit tea adalah pemeriksaan derajat keasaman. Pengawasan mutu
terhadap kadar keasaman menjadi hal penting karena menjadi sesuatu yang
berpengaruh terhadap kualitas dan kontrol produk fruit tea. Salah satu kendala
yang dihadapi oleh PT. Sinar Sosro yaitu penngunaan asam sitrat yang melebihi
batas yang disediakan. Pada kesempatan PKPA ini, penulis diberi tugas khusus
untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan keasaman pada produk
fruit tea.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
1
1.2 Tujuan
1. Pemberian tugas khusus selama pelaksanaan kerja praktek profesi
apoteker (PKPA) bertujuan untuk mengetahui faktor yang pengaruhi
akurasi kada keasaman pada pengecekan keasamaan pada fruitea.
2. Mengetahui efisiensi penggunaan asam sitrat pada fruitea dengan
mengacu kadar minimal yang ditetapkan yaitu 0,12 %.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
3
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air ( PT. Sinar Sosro,1996)
Air merupakan komponen terbesar dalam proses produksi di PT. Sinar
Sosro. Syarat fisik air yang digunakan adalan tidak berwarna, berbau, dan berasa.
Proses pengolahan water treatment dilakukan untuk menghasilkan air yang
memenuhi standar mutu air yang telah ditetapkan untuk bahan baku teh botol
sosro dan produk- produk sosro lainnya.
Air untuk unit water treatment berasal dari air sumur yang ditampung
pada bak reservoir, sebelum masuk ke sand filter air pada bak reservoir tersebut
telah ditambahkan natrium hipoklorit (proses klorinasi). Dari bak reservoir air
dialirkan ke tangki pengolahan air, yaitu sand filter, carbon filter 1/2, carbon filter
3/4, cation exchanger, anion exchanger, softener, dan tangki penampungan yaitu
buffer teh botol sosro atau fruit tea, buffer S-Tee, dan buffer air dari softener.
2.1.1 Reservoir ( PT. Sinar Sosro,1996)
Pada reservoir ini ditambahkan klorin (kaporit) yang bertujuan untuk
membasmi mikroorganisme dan mengoksidasi ion-ion Fe, Mn dan mempermudah
terjadinya senyawa tereduksi membentuk senyawa yang tidak larut dalam air.
Sedangkan residu yang tertinggal akan menjadi desinfektan bagi mikroorganisme
air. Selain berfungsi sebagai desinfektan, klorin dapat mengoksidasi ion-ion.
Reaksi yang terjadi bila NaOCl ditambahkan kedalam air adalah akan
terbentuk campuran antara asam hipoklorit (HOCl) dan natrium hidroksida
(NaOH). Asam hipoklorit terionisasi menjadi ion hidrogen dan ion hipoklorit.
Asam hipoklorit merupakan zat pembasmi yang paling efektif bagi bakteri.
Pemeriksaan kualitas air pada reservoir dilakukan pada setiap awal shift, standar
kualitas air meliputi pH, total hardness, klorida (Cl-), klorin (Cl2), nitrit (NO2).
2.1.2 Sand Filter ( PT. Sinar Sosro,1996)
Sand Filter adalah alat penyaringan air dengan pasir kuarsa sebagai media
penyaring, yang bertujuan untuk mengurangi kadar Fe, Mn dan kotoran yang
terbawa dari bak reservoir. Pasir kuarsa di dalam tangki harus dicuci, apabila
ditemukan perbedaan tekanan pada manometer inlet dan outlet antara 0.5-1 bar.
3
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Hal ini menunjukan bahwa kotoran yang ada diantara media saringan sudah
banyak, keadaan ini harus segera ditangani karena sudah tidak efisien apabila
dilanjutkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan tahap pertama yaitu
scouring dengan udara selama 20 menit yang bertujuan untuk mengangkat massa
tersebut secara perlahan, selanjutnya massa yang sudah terpisah diangkut sedikit
demi sedikit dengan back wash menggunakan air dan udara selama 20 menit atau
sampai air yang keluar tidak terlalu kotor. Back wash dilanjutkan hanya dengan
menggunakan air saja selama 15-20 menit pada tahap terakhir dilakukan
pembilasan dan selanjutnya di analisa oleh quality control.
Tangki sand filter terdiri dari 4 buah namun yang beroperasi hanya 3
dengan kapasitas masing-masing 4000 liter. Standar kualitas air dari sand filter
meliputi : Fe, Mn, dan turbiditas.
2.1.3 Carbon Filter 1,2 (PT. Sinar Sosro,1996)
Carbon filter adalah suatu alat penyaring air dengan karbon aktif sebagai
media penyaring. Tujuan dari penyaringan dengan karbon aktif adalah untuk
menghilangkan bau, rasa, dan warna. Jumlah tangki carbon filter 1,2 ada 2 buah
dengan kapasitas 12500 liter. Apabila permukaan dari karbon aktif tersebut sudah
penuh atau jenuh dengan partikel-partikel, maka kemampuan untuk mengikat
partikel akan sangat lemah, hal ini dapat ditunjukan dengan ditemukan klorin dari
tempat tangki karbon filter secara analitik oleh quality control.
Keadaan ini harus segera ditangani dengan cara memanaskan karbon
tersebut mengunakan air yang dicampur dengan steam hingga tangki penuh pada
suhu sekitar 95˚C selama 4 jam. Air panas ini akan memanaskan butiran karbon
sehingga butiran karbon akan memuai dan pori-pori dengan sendirinya ikut
membesar serta melemahkan ikatan fisik antara karbon aktif dengan partikel
kotoran, dengan demikian kotoran-kotoran akan terlepas dari pori-pori karbon dan
akan terbawa air pada saat pembilasan.
2.1.4 Cation Exchanger (PT. Sinar Sosro,1996)
Air untuk cation exchanger berasal dari carbon filter 1. Cation exchanger
adalah alat pengolahan air yang bertujuan untuk mengikat ion-ion positif. Pada
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
proses cation exchanger semua kation diantaranya natrium, kalsium, dan
magnesium akan ditukar oleh hidrogen dari resin yang bersifat asam.
Apabila kapasitas penukar ion terpakai maka perlu dilakukan regenerasi
dengan menggunakan regeneran yang sesuai. Resin yang jenuh ditandai dengan
pH air yang dihasilkan > 6. Nilai pH yang rendah dari air kation disebabkan
karena resin penukar kation melepaskan ion kation pada setiap mengikat ion
positif dari air yang dilewatkan. Sebelum dilakukan regenerasi pada resin kation
terlebih dahulu dilakukan back wash yang bertujuan mengurangi gumpalan-
gumpalan resin, melepaskan bahan- bahan yang tersuspensi pada resin.
Regenerasi dilakukan dengan penambahan larutan HCl 33% selama 1 jam.
2.1.5 Anion Exchanger (PT. Sinar Sosro,1996)
Air untuk anion exchangher berasal dari air cation exchanger. Anion
exchanger adalah alat pengolahan air yang berfungsi untuk mengikat ion-ion
negatif.Pada proses anion exchanger semua anion diantaranya karbonat, silika,
sulfat dan klorida akan ditukar oleh hidrogen dari resin yang bersifat basa.
Apabila kapasitas penukar ion terpakai maka perlu dilakukan regenerasi
dengan menggunakan regeneran yang sesuai. Resin yang jenuh ditandai dengan
konduktifitas air yang dihasilkan > 100 mikro siemens/cm. Sebelum dilakukan
regenerasi pada resin kation terlebih dahulu dilakukan back wash yang bertujuan
mengurangi gumpalan-gumpalan resin, melepaskan bahan-bahan yang tersuspensi
pada resin. Regenerasi dilakukan dengan penambahan larutan NaOH 48% selama
1 jam.
2.1.6 Carbon Filter 3/4 (PT. Sinar Sosro,1996)
Adalah alat pengolahan air yang bertujuan untuk mengikat ion-ion positif
contoh : Ca2+
, Mg2+
, Fe2+
. Air cation exchanger berasal dari carbon filter
1,2.Terdapat 3 buah cation exchanger, 2 buah untuk menghasilkan air ke carbon
filter 3 dan 1 buah untuk menghasilkan air ke anion exchanger. Pemeriksaan
kualitasair dilakukan setiap awal shift. Standar kualitas air dari cation exchanger
meliputi : pH, total hardness, Cl2, turbidity.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
2.1.7 Softener (PT. Sinar Sosro,1996)
Air softener berasal dari carbon filter 1,2. Softener adalah alat pengolahan
air yang berfungsi untuk menghilangkan kesadahan dalam air yang disebabkan
oleh ion Ca dan Mg. Air softener berisi resin penukar kation dengan rumus kimia
NaR. Di dalam tangki ini terjadi proses pelunakan air yaitu penghilangan ion-ion
tertentu dalam air yang dapat bereaksi dengan zat-zat lain sehinggan
menimbulkan kerak.
Jika resin penukar kation sudah jenuh maka harus diregenerasi
menggunakan NaCl. Pemeriksaan kualitas air dilakukan setiap awal shift standar
kualitas air dari softener meliputi :pH, total hardness, turbidity.
2.1.8 Buffer S-tee (PT. Sinar Sosro,1996)
Standar kualitas air dari buffer S-tee meliputi : p-Alkalinitas, m-
alkalinitas, pH, total hardness, Fe, Mn, Cl, Cl2, NO2,CO, conductivity,dan
turbidity. Air buffer S-tee yang digunakan untuk pembuatan fruitea.
2.2 Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun
dan buah tumbuhan genus citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini banyak digunakan
sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan, selain itu juga
merupakan bahan pengawet yang baik dan alami. Dalam biokimia, asam sitrat
dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat, yang penting dalam
metabolisme makhluk hidup, sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk
hidup. Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namn
ditemukan pada konsentrasi tinggi yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada
jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut) (Rowe,2001).
Penggunaan utama asam sitrat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa
masam dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Garam
sitrat dengan berbagai jenis logam digunakan untuk menyediakan logam tersebut
(sebagai bentuk biologis) dalam banyak suplemen makanan. Sifat sitrat sebagai
larutan penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih
dalam rumah tangga dan obat-obatan (Rowe, 2001).
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7, dengan nama IUPAC asam 2-
hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat. Bobot molekulnya adalah 192,12. Asam
sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Asam sitrat
mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C6H8O7
dihitung terhadap zat anhidrat. Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk
hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak
berbau, rasa sangat asam. Asam sitrat sangan mudah larut dalam air, mudah larut
dalam etanol, agak sukar larut dalam eter (Departemen Kesehatan, 1995).
Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil (COOH) yang
dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan
adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk
mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam
membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan
pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahgan
air (Rowe, 2001).
Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhidrat (bebas air), atau
bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam
sitrat. Bentuk anhidrat asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk
monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk
monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhidrat dengan pemanasan di
atas 74°C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika
dipanaskan di atas 175°C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbondioksida
dan air (Rowe, 2001).
2.3 Penetapan Kadar Keasaman TCA (Harmita, 2006)
Penetapan kadar keasaman TCA dilakukan dengan metode titrasi asam
basa dengan titran larutan NaOH 0,1 N dan indikator fenolftalein (PP). Prinsip
titrasi asam basa adalah terjadinya reaksi penetralan antara asam dengan basa atau
sebaliknya, yaitu ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion OH
- dari basa
membentuk molekul air yang netral (pH=7). Dalam konteks titrasi asam basa
dapat dikatakan bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi penetralan antara zat
pentiter (titran) dengan zat yang dititrasi (titrat).
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Konsep teori asam basa menurut Arrhenius menyebutkan bahwa asam
adalah suatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan H+
sebagai satu-satunya ion positif contohnya HCl, sedangkan basa adalah suatu
senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan OH-
sebagai
satusatunya ion negatif contohnya NaOH.
Reaksi netralisasi yang terjadi pada titrasi asam basa terdiri dari beberapa
macam yaitu:
a. Netralisasi asam kuat dengan basa kuat dimana pH pada titik ekuivalen
(ekuivalen basa = ekuivalen asam) adalah 7. Karena tidak ada indikator
yang tepat pada pH 7 maka alternatif yang dipilih ada dua, yaitu jika asam
dititrasi dengan basa, maka indikator yang digunakan adalah fenolftalein
(PP) karena kelebihan satu tetes basa akan terjadi loncatan pH ke arah
basa; sedangkan jika basa dititrasi dengan asam, maka indikator yang
dipakai adalah metil merah karena kelebihan satu tetes asam akan terjadi
loncatan pH ke arah asam.
b. Netralisasi basa lemah dengan asam dimana titik ekuivalen berada di
daerah asam, maka indikator yang dapat digunakan adalah metil merah.
c. Netralisasi asam lemah dengan basa kuat dimana titik ekuivalen berada di
daerah basa, maka indikator yang digunakan adalah fenolftalein.
d. Netralisasi asam lemah dengan basa lemah dimana tidak terjadi loncatan
pH yang besar sehingga indikator – indikator yang sederhana tidak dapat
menunjukkan perubahan warna yang tajam pada titik ekuivalen maka
indikator yang digunakan sebaiknya indikator campuran seperti campuran
netral merah dengan metilen biru.
e. Netralisasi asam maupun basa polivalen. Hasil/kurva titrasi bergantung
pada besar variasi derajat derajat disosiasi dari asam atau basa tersebut.
Untuk menentukan titik akhir titrasi asam basa harus digunakan indikator.
Indikator ini merupakan suatu asam atau basa organik lemah yang akan
mengalami perubahan warna pada lingkungan pH tertentu, dalam hal ini
adalah pH yang merupakan titik akhir dari reaksi asam basa tersebut.
Perubahan warna indikator disebabkan karena daya perubahan komposisi
atau perbandingan banyaknya ion dan bentuk molekul dari indikator dalam
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
larutan tersebut, dimana bentuk ion dan bentuk molekulnya mempunyai
warna yang berbeda.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tujuan
Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi akurasi penetapan kadar
keasaman pada produk fruit tea dalam minuman fruit tea dengan mengacu kadar
asam sitrat batas minimal yaitu 0,12%.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Beaker glass, labu Erlenmeyer. gelas ukur, buret, pipet ukur, pipet,
turbidimeter, termometer, stirrer, pemanas dan alat timbangan.
3.2.2 Bahan
Asam sitrat, Black tea, aquadest, air softener, NaOH 0, 1N, indikator
phenolphtalein.
3.3 Prosedur
3.3.1 Pemantauan barang yang masuk
Hal yang dilakukan yaitu pengecekan berat asam sitrat yang didapat
dari distributor.
3.3.2 Pemantauan Proses Pemasakan Teh di Dapur Pemasakan untuk Fruittea
Hal yang dilakukan adalah mengikuti proses produksi produk fruit
tea, dari proses awal pemasakan sampai proses pengisian.
3.3.3 Penetapan Kadar Asam Sitrat dengan Metode Titrasi Asidimetri (PT.
Sinar Sosro, 1996)
1. Lakukan pengenceran sebanyak sepuluh kali dengan aquadest pada teh
cair asam
2. Pipet sampel sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
3. Tambahkan indikator fenolftalein sebanyak tiga tetes, dititrasi sampel
dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna, kemudian
dicatat volume larutan NaOH 0,1 N yang terpakai dan dihitung kadar
keasamannya dengan rumus :
10
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
11
Universitas Indonesia
Rumus 3.2 Perhitungan Kadar Keasaman Teh Cair Asam
3.3.4 Pemeriksaan Mutu Asam Sitrat (PT. Sinar Sosro, 1996)
1. Timbang sampel sebanyak 2 gr
2. Larutkan sampel dengan aquadest sampai volume tepat 1000 ml
sesuai tanda tera dalam labu ukur 1000 ml
3. Aduk larutan dengan stirrer magnetik sampai kristal larut sempurna
( ± 10 menit) dalam keadaan labu tertutup
4. Ambil larutan sebanyak 10 ml dan masukkan kedalam labu
Erlenmeyer
5. Tambahkan 2-3 tetes indikator phenolphtalein
6. Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan
berubah warna dari tidak berwarna menjadi pink
7. Catat volume titran dan hitung kadar kemurniaannya, perhitungan
nya yaitu :
Rumus 3.3 Perhitungan kadar kemurnian asam sitrat
3.3.5 Pembuatan Fruit tea Skala Laboratorium
1. Penimbangan teh hitam ( Black Tea) sebanyak 40,71 gram dan
ambil air softerner 2300 ml
2. Timbang asam sitrat sebanyak 10,8 gram
3. Air softener yang telah di tara, dimasukkan kedalam beaker glass
2000 ml. Panaskan samapi suhu 97,5ºC.
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
4. Masukkan teh hitam kedalam air yang telah dipanaskan, lalu di
aduk selama 20 menit, saring dan dinginkan sampai mencapai suhu
38ºC
5. Tambahkan asam sitrat, lalu aduk sampai larut
6. Diamkan selama 2 jam sampai terbentuk endapan
7. Hitung kadar keasaman sebelum dan sesudah terjadi pengendapan
dan turbidity
Gambar 3.4 Skema pembuatan teh cair asam pada fruit tea skala lab
Teh Hitam Air Softener
2300 ml
Diaduk sampai 20 menit,
saring dan dinginkan
sampai suhu ≤ 38oC
Tambahkan asam sitrat,
lalu diamkan selama 2 jam
Hitung kadar acidity
setelah pengendapan dan
cek turbidity
Dipanaskan
sampai 97,5 oC
Hitung kadar
acidity sebelum
pengendapan
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Standar kadar keasaman produk fruit tea adalah 0,12-0,14%. Produk
tersebut menggunakan buffer S-tee dalam pengukuran keasaman Untuk
memaksimalkan produksi dan mempertahankan efisiensi penggunaan asam sitrat
dalam pengolahannya maka diharapkan kadar keasaman berada pada range yang
telah ditetapkan. Untuk itu dilakukan pengamatan di barang masuk, saat
pemasakan teh di dapur dan pengukuran keasaman pada skala industri juga pada
skala lab.
4.1 Pemantauan Barang yang Masuk
Proses pengamatan pada barang masuk, khususnya asam sitrat dengan
melakukan pengecekan berat bersih perkarung asam sitrat. Pengecekan dilakukan
dengan menimbang asam sitrat sebanyak 10 karung, dimana pengambilangnya
secara acak. Pengambilan secara acak ini dimaksudkan mewakili semua setiap
karung asam sitrat. Asam sitrat yang digunakan adalah asam sitrat monohidrat di
dapatkan dari distributor Weifang Ensign Industry.co.Ltd.
Tabel 4.1 Hasil penimbangan asam sitrat
Sampel Berat Sampel Berat
1 25,5 6 25, 4
2 25,4 7 25,4
3 25,5 8 24,5
4 25,4 9 25,4
5 24,4 10 24,4
Hasil penimbang asam sitrat mempunyai berat bersih ( netto) asam sitrat
perkarung didapatkan sebesar 25 kg dan berat karungnya sebesar 0,4 kg.
13
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
14
Universitas Indonesia
4.2.1 Pengawasan Proses Pemasakan Teh di Dapur Pemasakan untuk
Fruit tea
Proses pemasakan teh di lakukan di dapur pemasakan,dimana bahan
tehnya telah disiapkan dan di timbang oleh pihak gudang. Pada unit pemasakan,
terjadi proses ekstraksi teh untuk menghasilkan Teh Cair Pahit (TCP). Ekstraksi
teh dilakukan dengan cara memasukkan teh kering dan mengalirkan air baku dari
tangki penyangga ke dalam tangki ekstraksi. Air dari tangki penyangga telah
dipanaskan terlebih dahulu. Air disemprotkan dari bagian bawah tangki sehingga
teh cair yang dimasukkan akan terdorong ke atas dan tercampur karena terdapat
alat pengaduk dalam kecepatan 100 rpm. Lama waktu penyeduhan teh sekitar 30
menit dan dilanjutkan dengan proses penyaringan didalam cosmo filter untuk
mendapatkan teh yang jernih.
Proses pelarutan gula dilakukan dengan mencampurkan gula yang
dimasukkan melalui hopper dengan air yang telah dipanaskan terlebih dahulu.
Gula yang sudah dicampurkan didalam tangki diputar selama lima menit dengan
pengadukyang kecepatannya 100 rpm, setelah itu gula disaring didalam alat
niagara untuk memisahkan partikel kotor berukuran besar dan disaring kembali
dengan cosmo filter untuk menyaring endapan partikel yang berukuran kecil yang
terdapat dalam larutan gula.
Pencampuran dilakukan didalam tangki pencampuran dimana teh cair
pahit dialirkan kedalam tangki pencampuran tersebut. Setelah itu dilakukan
pencampuran dengan asam sitrat, asam sitrat akan dimasukkan kedalam sebuah
tangki kecil yang dialirkan teh cair pahit, pada proses tersebut dilakukan
pengadukkan secara manual oleh petugas sampai asam sitrat terlarut dengan
sempurna, lalu asam sitrat yang sudah terlarut dialirkan kedalam tangki
pencampuran melalui saluran yang sudah dipasang. Setelah teh cair pahit dengan
asam sitrat tercampur maka didiamkan selama 30 menit , pada proses ini terjadi
pengendapan dan endapan tersebut akan dibuang melalui saluran bawah. Pada
proses ini dilakukan pengecekan turbidity untuk melihat kejernihan teh cair asam
(TCA) setelah pembuangan endapan.
Setelah larutan teh cair asam (TCA) jernih maka dilakukan pencampuran
dengan larutan gula dan terjadi proses pengadukan secara otomatis sehingga
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
diperoleh teh cair manis ( TCM) yang homogen. Apabila proses sudah selesai
maka dilairkan kelini 5 untuk dilakukan proses produksi. Kekurangan pada proses
ini tidak adanya alarm yang menandakan batas yang pasti saat dialirkan teh cair
asam dan Larutan gula, sehingga pekerja hanya melihat batas tersebut secara
kasat mata yang tertera di indikator tangki tersebut.
4.3 Penetapan Kadar Asam Sitrat dengan Metode Titrasi Asidimetri
Pengukuran TCA pada skala industri, dimana TCA diperoleh dari hasil
pemasakan dari dapur dan turbidity yang didapatkan adalah 1.42. Hasil
pengukuran TCA pada setiap bets diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil TCA pada skala Industri awal dan sesudah penambahan TCA
No Bacth TCA awal (%) Penambahan
Asam Sitrat (ml)
TCA sesudah
(%)
Bets 1 0,1161 100 0,129
Bets 2 0,1161 75 0,123
Bets 3 0,1161 50 0,123
Bets 4 0,1161 50 0,123
Penambahan TCA dikarenakan kadar gula (brix) melebihi 11,5 sehingga
perlunya penambahan air. Penambahan air ini akan mempengaruhi kadar TCA
menjadi turun sehingga kurang dari kadar yang telah ditetapkan. Untuk
meningkatkan kadar TCA maka perlu penambahan TCA lagi.
4.4 Pemeriksaan Mutu Asam Sitrat
Quality control menetapkan standar asam sitrat minimal yang diperoleh
sebesar 98%. Untuk pemastian mutu, maka penulis melakukan pengecekan
terhadap penetapan kemurnian asam sitrat yang diperoleh dari suplier dengan
membandingkan kadar kemurnian asam sitrat yang tertera di dalam CoA yang
diperoleh dari suplier. Asam sitrat ditimbang sebanyak 2 gr dan dilarutkan dalam
aquadest 1000 ml dan pipet volume sampel sebanyak 10 ml. Kemudian cek berat
air dalam sampel yang diperoleh dari CoA. Kadar kemurnian asam sitrat yang
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
diperoleh oleh yaitu 98,5 %. Kadar tersebut masih memenihu persyaratan yang
ditetapkan oleh pihak quality control.
4.5 Pembuatan Fruit tea Skala Laboratorium
Penentuan efisiensi pemakaian asam sitrat pada fruit tea, peneliti
melakukan perbandingkan antara pemakaian asam sitrat secara skala lab dengan
skala produksi. Tujuan dilaksanakan ini yaitu melihat faktor- faktor yang
mempengaruhi kadar asam sitrat yang melebihi pemakaian dari yang telah
ditetapkan. Untuk itu membuat TCA ( Teh Cair Asam) dalam skala lab yaitu
dengan menimbang teh hitam sebanyak 40,71 gr, air softener sebanyak 2300 ml
dan asam sitrat sebanyak 10,8 gr. Air softener di masukkan ke dalam beaker glass
dan dipanaskan mencapai suhu 97,5oC, setelah itu teh hitam dimasukkan di aduk
selama 20 menit dengan stirerr di saring dan dinginkan sampai suhu kurang dari
38 º C. Asam sitrat dimasukkan dalam air teh yang suhu nya 38
º C, diaduk dengan
kecepatan 100 rpm selama 10 menit. Setelah TCA terbentuk maka dituangkan
kedalam gelas ukur didiamkan selama 2 jam dan diukur kadar asam sitratnya,
turbidity dan juga melihat pengendapan nya.
Pengukuran kadar asam sitrat pada TCA menggunakan cara titrasi asam
basa, dimana dilakukan beberapa pengenceran yaitu 4x, 5x dan 6x dengan
normalitas NaOH sebesar 1,008 dan faktor kali sebesar 0,0645. Dalam
pengenceran digunakan buffer estee sebagai pengencernya.
Tabel 4.3 Hasil pengenceran TCA sebanyak 4 x, ( Teh Cair Asam) pada
Skala Laboratorium
Volume NaOH (ml) Normalitas NaOH Kadar asam sitrat
2,6 1,008 0,1677
2,6 1,008 0,1677
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
17
Universitas Indonesia
Tabel 4.4 Hasil pengenceran TCA sebanyak 5 x, ( Teh Cair Asam) pada
Skala Laboratorium
Volume NaOH
(ml) Normalitas NaOH Kadar asam sitrat
2,2 1,008 0,1419
2,2 1,008 0,1419
Tabel 4.5 Hasil pengenceran TCA sebanyak 6 x, ( Teh Cair Asam) pada
Skala Laboratorium
Volume NaOH
(ml) Normalitas NaOH Kadar asam sitrat
1,8 1,008 0,1161
1,8 1,008 0,1161
Hasil pengenceran 4 kali didapatkan kadar 0,1677, pengenceran 5 kali
kadar asam sitrat yaitu 0,1419 dan kadar asam sitrat dengan pengenceran 6 kali
sebesar 0,1161. Dari hasil yang didapatkan terjadi hasil perbedaan besar antara
yang satu pengenceran dengan pengenceran yang lain, ini dikarenakan kesalahan
dalam penentuan titik akhir dimana pengenceran yang lebih sedikit akan membuat
larutan lebih pekat sehingga susah dalam melihat titik akhir
Karakteristik keasaman produk dipengaruhi oleh jumlah asam sitrat yang
ditambahkan, yang kadarnya ditentukan dengan cara titrasi asam basa. Penetapan
kadar dengan metode titrasi memiliki tingkat sensitifitas dan selektifitas yang
rendah namun merupakan metode yang cepat dan relatif murah untuk penetapan
kadar asam sitrat. Oleh karena itu, metode ini masih banyak digunakan di industri.
Dalam menulusuri suatu masalah biasanya menggunakan metode fish
bone. Hal ini diterapkan dalam menganalisa permasalahan tentang faktor – faktor
yang mempengaruhi akurasi pengecekan asam sitrat pada saat proses produksi
fruit tea, dikaitkan dengan pemakaian TCA, dapat dilihat ilustrasi sebagai berikut
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 : Skema permasalah secara fish bone
Penelusuran permasahan ini di tuangkan dalam bentuk tabel, dimana apa
saja yang menjadi penyebab utama terjadi permasalahan tersebut, sehingga dapat
dicari suatu solusi yang terbaik dalam menyelesaikan permasalah tersebut. Tidak
itu saja, kedisiplinan karyawan dan kerjasama akan menjadi pondasi yang kuat
dalam menghasilkan pekerjaan yang maksimal dan berkualitas.
Manusia/ Man Lingkungan Proses
Konsentrasi Penambahan TCA
Control Mengobrol Alarm
Langsung Pengamatan Titik
Akhir
Masalah
Alat digital
Alarm
Metode Mesin Material
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Tabel 4.6 Identifikasi permasalah faktor – faktor yang mempengaruhi akurasi
pengecekan TCA
Penyebab penyebab 1 penyebab 2 penyebab 3
Man/ manusia Kurang
konsentrasi
Suka mengobrol
atau bercanda
Bagian analisis tidak
langsung mengontrol ke
kitchen
Proses
Padasaat
penambahan air
untuk
pengenceran
masih
mengandalkan
perasaan
Belum ada alarm
pada saat
pencampuran di
dalam dimixtank
Pengamatan titik akhir
yang berbeda pada
analisis saat titrasi
Mesin
Belum ada
alarm dan alat
yang otomatis
Alat yang
mengukur kadar
asam sitrat dengan
alat digital.
-
Metoda
- - -
Lingkungan - - -
Material - - -
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
20
20 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kimia yang telah dilakukan, maka dapat dibuat
kesimpulan:
Faktor yang paling mempengaruhi akurasi penertapan kadar keasaman
pada produk fruit tea yaitu faktor manusia, Proses pengerjaan, dan
mesinnya.
Kadar asam sitrat untuk produk fruit tea dengan penambahan teh cair asam
(TCA) sebanyak 50 liter , didapatkan kadar keasaman sebesar 0,123%
dimana masih dalam batas yang ditetapkan pihak riset dan pengembangan.
5.2. Saran
Disiplin diri dari analis hendaklah ditingkatkan. Kebiasaan baik seperti
mengecek hasil pembacaan alat, memasukkan data pada buku catatan,
serta menghitung secara sistematik hendaklah dilakukan.
Adanya alarm secara otomatis pada saat pencampuran antara teh cair pahit,
air gula dan asam sitrat.
Sebaiknya pengujian sampel saat pemasakan dilakukan oleh analis yang
sama
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Lampiran 1 : CoA Asam Sitrat
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012
23
Universitas Indonesia
Lampiran 2 : Hasil Analisa dari Kadar Asam Sitrat
Laporan praktek..., Novi Kurniati, FMIPA UI, 2012