universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-pr-puteri...

143
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS” JL. S. PARMAN KAV 84-86 JAKARTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PUTERI ISABELLA NAULI TAMPUBOLON, S.Far 1206329985 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Upload: truongminh

Post on 14-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS”

JL. S. PARMAN KAV 84-86 JAKARTA

PERIODE SEPTEMBER – OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PUTERI ISABELLA NAULI TAMPUBOLON, S.Far

1206329985

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS”

JL. S. PARMAN KAV 84-86 JAKARTA

PERIODE SEPTEMBER – OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

PUTERI ISABELLA NAULI TAMPUBOLON, S.Far

1206329985

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

iii

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah

saya nyatakan dengan benar.

Nama : Puteri Isabella Nauli Tampubolon,S.Far

NPM : 1206329985

Tanda Tangan :

Tanggal : 10 Januari 2014

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” Jakarta yang telah dilaksanakan pada tanggal 02 September – 31

Oktober 2013.

Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana

untuk mengembangkan wawasan kefarmasian mengenai farmasi di rumah sakit

sebelum melakukan pengabdian sebagai Apoteker dan merupakan salah satu

syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap MS., selaku Pejabat Sementara Dekan

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember

2013.

3. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

4. Bapak dr. Sonar Soni Panigoro, Sp.B.Onk, M.Epid., selaku Direktur

Utama Rumah Sakit Kanker ”Dharmais”.

5. Ibu Dra. Agusdini Banun S, Apt., MARS., selaku Kepala Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Kanker ”Dharmais” dan pembimbing PKPA.

6. Ibu Dra. Guswita, Apt, M.Si., selaku pembimbing lapangan di Rumah

Sakit Kanker ”Dharmais”.

7. Ibu Prof. Dr. Effionora Anwar, MS., Apt., selaku pembimbing dari

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

vi

8. Seluruh staf dan karyawan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker

”Dharmais” yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja

Profesi Apoteker.

9. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

10. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan

LXXVII atas kebersamaan dan dukungan selama menempuh pendidikan.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan

laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan PKPA ini jauh dari sempurna. Semoga

pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama kegiatan PKPA ini

dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca Terima kasih.

Penulis

2014

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far

NPM : 1206329985

Program Studi : Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT

KANKER “DHARMAIS” JL. S. PARMAN KAV 84-86 JAKARTA

PERIODE SEPTEMBER - OKTOBER 2013 beserta perangkat yang ada (bila

diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia

berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk basis

data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta.

Dibuat di : Depok

Pada Tanggal : 10 Januari 2014

Yang menyatakan

(Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far)

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

viii

ABSTRAK

Nama : Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far

NPM : 1206329985

Program Studi : Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit

Kanker “Dharmais” Jl. S. Parman Kav. 84-86 Jakarta Periode

September – Oktober 2013

Seiring dengan perkembangan zaman, orientasi praktik kefarmasian telah

mengalami perubahan yang awalnya berorientasi pada produk menjadi

berorientasi pada pasien. Apoteker sebagai tenaga profesi di rumah sakit memiliki

peran yang sangat penting dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di bidang

kefarmasian. Untuk dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang baik di

rumah sakit, seorang Apoteker harus memiliki kemampuan profesional dan

pengetahuan yang memadai serta berorientasi kepada kepentingan pasien.

Kemampuan profesional apoteker tidak terbatas pada sisi teknis kefarmasian saja,

tapi juga dalam fungsi manajemen kefarmasian di rumah sakit. Oleh sebab itu,

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerjasama dengan Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” untuk menyelenggarakan program Praktek Kerja Profesi Apoteker

pada September – Oktober 2013. Tugas Khusus dengan judul Response Time

Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan ASKES,JAMKESMAS dan KJS di Rumah

Sakit Kanker “Dharmais” bertujuan untuk mengetahui waktu tanggap pelayanan

resep rata-rata pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

Kata Kunci : Rumah Sakit Kanker Dharmais, Response Time, Pelayanan

Resep, Rawat Jalan

Tugas umum : xiv + 105 halaman, 43 lampiran

Tugas Khusus : iii + 12 halaman, 7 lampiran

Daftar Acuan Tugas Umum : 14 (1997 – 2013)

Daftar Acuan Tugas Khusus : 2 (2006 – 2008)

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

ix

ABSTRACT

Name : Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far

NPM : 1206329985

Study Program : Apothecary

Title : Report of Pharmacist Internship Program at Dharmais Cancer

Hospital Jl. S. Parman Kav 84 - 86 Jakarta Period of

September - October 2013

Along with the times, the orientation of pharmacy practice has changed which

was originally product oriented turned into patient oriented. Pharmacist as

professional workers in hospitals has a very important role in implementing health

care in the field of pharmacy. To be able to give a good pharmacy services in

hospitals, a pharmacist must have professional skills, adequate knowledge, and

oriented to patient . The ability of professional pharmacists are not limited to the

technical side of pharmacy, but also in pharmacy management functions in the

hospital. Therefore, Faculty of Pharmacy, University of Indonesia coorporating

with Dharmais Cancer Hospital organized Pharmacist Internship Program in

September – October 2013. Special Task titled Response Time Services

Outpatient Prescription Health Insurance, JAMKESMAS and KJS at Cancer

Hospital "Dharmais" aims to determine the response time average prescription

services on an outpatient basis at Cancer Hospital Dharmais.

Keywords : Dharmais Cancer Hospital, Response Time, Prescription

Services, Outpatient

General Assignment : xiv + 105 pages, 43 appendices

Specific Assignment : iii + 12 pages, 7 appendices

Bibliography of General Assignment : 14 (1997 – 2013)

Bibliography of Specific Assignment : 2 (2006 – 2008)

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN ORISINALITAS ............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH ................................................................................................................. vii

ABSTRAK ............................................................................................................. viii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan .............................................................................................. 2

2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

2.1 Rumah Sakit ...................................................................................... 3

2.1.1 Definisi Rumah Sakit ............................................................... 3

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ................................................ 3

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................... 6

2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit ............................................ 12

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) .............................................. 12

2.2.1 Definisi IFRS ............................................................................ 12

2.2.2 Tujuan IFRS ............................................................................ 13

2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS ........................................... 13

2.2.4 Ruang Lingkup IFRS ............................................................... 14

2.2.4.1 Fungsi Klinik (Pelayanan) ................................................ 14

2.2.4.2 Fungsi Non-Klinik (Manajerial) ........................................ 15

2.2.4.3 Fungsi Produksi ................................................................ 24

2.2.5 Struktur Organisasi IFRS ........................................................ 25

2.3 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ..................................................... 26

2.4 Formularium Rumah Sakit ................................................................ 29

3. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS” .... 31

3.1 Sejarah Rumah Sakit Kanker “Dharmais” ......................................... 31

3.2 Visi, Misi, Motto, Falsafah dan Budaya Kerja Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” ....................................................................................... 32

3.2.1 Visi .......................................................................................... 32

3.2.2 Misi .......................................................................................... 32

3.2.3 Motto ....................................................................................... 32

3.2.4 Falsafah dan Budaya Kerja ...................................................... 33

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

xi

3.3 Maksud dan Tujuan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” .................... 33

3.4 Fungsi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” ......................................... 34

3.5 Kegiatan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” ..................................... 34

3.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” ..................... 35

3.7 Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kanker “Dharmais” .................. 35

3.8 Akreditasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” ................................... 37

4. TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

KANKER “DHARMAIS” ...................................................................... 38

4.1 Latar belakang ................................................................................... 38

4.2 Visi, Misi, Falsafah, Tujuan dan Fungsi ............................................ 38

4.2.1 Visi .......................................................................................... 38

4.2.2 Misi .......................................................................................... 38

4.2.3 Falsafah .................................................................................... 39

4.2.4 Tujuan ...................................................................................... 39

4.2.5 Fungsi ...................................................................................... 39

4.3 Struktur Organisasi ........................................................................... 40

4.4 Peran dan Kegiatan ........................................................................... 40

4.4.1 Manajemen Farmasi ................................................................ 40

4.4.1.1 Pemilihan ........................................................................... 41

4.4.1.2 Perencanaan ...................................................................... 42

4.4.1.3 Pengadaan ......................................................................... 43

4.4.1.4 Penerimaan Barang ........................................................... 43

4.4.1.5 Penyimpanan .................................................................... 43

4.4.1.6 Pendistribusian ................................................................. 44

4.4.1.7 Pengendalian .................................................................... 44

4.4.1.8 Penghapusan ..................................................................... 45

4.4.1.9 Pelayanan Pasien Rawat Inap ........................................... 46

4.4.2 Produksi ................................................................................... 46

4.4.2.1 Produksi Non-steril ........................................................... 47

4.4.2.2 Produksi Steril dan PIVAS ................................................ 47

4.4.3 Pelayanan Farmasi Klinik......................................................... 48

4.4.4 Pencatatan dan Pelaporan ........................................................ 50

5. INSTALASI PENUNJANG: INSTALASI STERILISASI

SENTRAL DAN BINATU, BAGIAN REKAM MEDIS, DAN

INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

“DHARMAIS” ........................................................................................ 52

5.1 Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” ....................................................................................... 52

5.1.1 Definisi ..................................................................................... 52

5.1.2 Tujuan dan Tugas ISS ............................................................. 52

5.1.3 Aktivitas Fungsional ISS .......................................................... 53

5.1.4 Pelayanan ISSB di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” ............ 54

5.1.5 Autoclave Gettinge .................................................................. 57

5.2 Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Kankes “Dharmais” ................. 60

5.3 Instalasi Kesehatan Lingkungan (IKL) dan Keselamatan Kesehatan

Kerja (K3) Rumah Sakit Kanker “Dharmais” .................................. 63

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

xii

5.3.1 Pengelolaan Limbah Padat ...................................................... 63

5.3.2 Pengelolaan Limbah Cair ........................................................ 67

6. PEMBAHASAN ...................................................................................... 74

6.1 Aspek Manajemen Farmasi .............................................................. 74

6.1.1 Pemilihan .................................................................................. 74

6.1.2 Perencanaan ............................................................................. 77

6.1.3 Pengadaan ................................................................................ 78

6.1.4 Penerimaan .............................................................................. 79

6.1.5 Penyimpanan ........................................................................... 80

6.1.6 Pendistribusian ........................................................................ 82

6.1.7 Pelayanan Obat Pasien Rawat Inap ......................................... 88

6.1.8 Pengendalian ............................................................................ 89

6.1.9 Penghapusan ............................................................................ 90

6.2 Produksi ............................................................................................ 91

6.2.1 Produksi Non Steril ................................................................. 91

6.2.2 Produksi Steril .......................................................................... 92

6.2.2.1 PIVAS (Pharmacy Intravenous Admixture Service) ........ 94

6.2.2.2 Pencampuran Obat Kanker Oral ........................................ 96

6.3 Farmasi Klinik .................................................................................. 98

6.3.1 Konseling dan Pelayanan Informasi Obat ................................ 98

6.3.2 Pemantauan Terapi Obat .......................................................... 98

6.3.3 Monitoring Interaksi Obat ....................................................... 99

6.3.4 Monitoring Efek Samping Obat .............................................. 99

6.3.5 Ronde atau Visite ..................................................................... 99

6.4 Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu ............................................... 99

6.5 Bagian Rekam Medik ........................................................................ 100

6.6 Instalasi Kesehatan Lingkungan dan K3............................................ 102

7. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 103

7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 103

7.2 Saran ................................................................................................. 103

DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 105

LAMPIRAN.................................................................................................... 106

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Alur Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu Rumah Sakit

Kanker “Dharmais” ................................................................. 55

Gambar 5.2 Alur Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” ............................................................................... 67

Gambar 5.3 Alur Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” ............................................................................... 73

Gambar 6.1 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi ....................................... 79

Gambar 6.2 Alur Pelayanan Resep Pasien Rawat Inap Tunai .................... 82

Gambar 6.3 Alur Pelayanan Resep Pasien Askes ....................................... 83

Gambar 6.4 Alur Pelayanan Resep Pasien Jamkesmas dan KJS ................ 84

Gambar 6.5 Alur Pelayanan Resep SAFARJAN ........................................ 85

Gambar 6.6 Alur Pelayanan Resep Satelit Obat Tradisional ...................... 87

Gambar 6.7 Matriks VEN-ABC ................................................................... 90

Gambar 6.8 Alur pencampuran obat injeksi di Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” ............................................................................... 96

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” ........ 106

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ....................................... 107

Lampiran 3. Surat Pesanan Barang .............................................................. 108

Lampiran 4. Alur Pelayanan ISS .................................................................. 109

Lampiran 5. Autoclave .................................................................................. 110

Lampiran 6. Sterrad®

NX ............................................................................. 111

Lampiran 7. Denah Ruang ISS .................................................................... 112

Lampiran 8. Formulir Penyerahan Barang Belum Steril ............................. 113

Lampiran 9. Indikator Kimia Eksternal dan Indikator Kimia Internal ......... 114

Lampiran 10. Indikator Bowie and Dick Test ................................................ 115

Lampiran 11. Indikator Biologi (Attest) ......................................................... 116

Lampiran 12. Struktur Organisasi Bagian Rekam Medik ............................... 117

Lampiran 13. Alur Rekam Medik Pasien Baru ............................................... 118

Lampiran 14. Alur Rekam Medik Pasien Lama ............................................. 119

Lampiran 15. Incinerator ................................................................................ 120

Lampiran 16. Tempat Penampungan Sementara (TPS) .................................. 121

Lampiran 17. Formulir Permintaan Obat Baru di Luar Standar ..................... 122

Lampiran 18. Material Request ...................................................................... 123

Lampiran 19. Blanko Surat Pesanan Narkotika .............................................. 124

Lampiran 20. Blanko Surat Pesanan Psikotropika .......................................... 125

Lampiran 21. Berita Acara Penerimaan ......................................................... 126

Lampiran 22. Alat Pengukur Suhu dan Kelembaban Udara ........................... 127

Lampiran 23. Dokumentasi Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara ......... 128

Lampiran 24. Kartu stok ................................................................................ 129

Lampiran 25. Bon Permintaan Barang ........................................................... 130

Lampiran 26. Plastik Obat ............................................................................. 131

Lampiran 27. Formulir Pemantauan Obat dan Alkes Emergency .................. 132

Lampiran 28. Kartu Indeks (Kardeks) ............................................................ 133

Lampiran 29. Blanko Mutasi Barang .............................................................. 134

Lampiran 30. Formulir Pelayanan Pencampuran IV Admixture .................... 135

Lampiran 31. Blanko Pelayanan Pencampuran Obat Kanker ......................... 136

Lampiran 32. Etiket ........................................................................................ 137

Lampiran 33. Formulir Pemantauan Pengobatan ........................................... 138

Lampiran 34. Formulir Pelayanan Informasi Obat ......................................... 139

Lampiran 35. Formulir Konseling Pasien Pulang ........................................... 140

Lampiran 36. Formulir Konseling Pasien Rawat Jalan ................................... 141

Lampiran 37. Produk yang akan Disterilisasi ................................................. 142

Lampiran 38. Formulir Penyerahan Barang Sudah Steril ............................... 143

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus

diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan

kesehatan diarahkan untuk mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan oleh pemerintah

atau swasta, dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan

kesehatan masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu unit pelaksana

pelayanan kesehatan yang berfungsi untuk menyelenggarakan upaya kesehatan

dengan pendekatan terhadap peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan.

Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu pelayanan di rumah sakit

yang memegang peranan penting dalam berjalannya pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999

tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, pelayanan farmasi rumah sakit adalah

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang

berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu termasuk

pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Pelayanan farmasi di rumah sakit secara tersentral dikelola oleh Instalasi Farmasi

Rumah Sakit (IFRS), dimana IFRS merupakan tempat penyelenggaraan semua

pekerjaan kefarmasian di rumah sakit itu sendiri.

Seiring dengan perkembangan zaman, orientasi praktik kefarmasian telah

mengalami perubahan yang awalnya berorientasi pada produk (product oriented)

menjadi berorientasi pada pasien (patient oriented). Apoteker sebagai tenaga

profesi di rumah sakit memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan di bidang kefarmasian. Untuk dapat memberikan pelayanan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

2

Universitas Indonesia

kefarmasian yang baik di rumah sakit, seorang Apoteker harus memiliki

kemampuan profesional dan pengetahuan yang memadai serta berorientasi kepada

kepentingan pasien. Kemampuan profesional apoteker tidak terbatas pada sisi

teknis kefarmasian saja, mengingat fungsi manajemen juga merupakan suatu hal

yang penting diperhatikan.

Berdasarkan hal tersebut,untuk melengkapi teori yang telah didapatkan

calon apoteker selama masa perkuliahan, maka Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia bekerjasama dengan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” untuk

menyelenggarakan program Praktik Kerja Profesi Apoteker pada periode 2

September – 31 Oktober 2013. Diharapkan melalui pengamatan secara langsung

terhadap kegiatan yang dilakukan di rumah sakit khususnya di bagian instalasi

farmasi, calon apoteker dapat lebih siap untuk terjun secara khusus ke dunia

profesi apoteker di rumah sakit.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah

Sakit Kanker “Dharmais” adalah sebagai berikut :

a. Memahami tugas dan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker

“Dharmais”.

b. Memahami dan mengetahui peran dan tanggung jawab Apoteker di

Rumah Sakit.

c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang manajemen

(perencanaan, pengadaan, penyimpanan, produksi, distribusi) dan farmasi

klinis (PIO, komunikasi, edukasi, konseling).

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit, rumah sakit didefinisikan sebagai suatu institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang

meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan. Menurut Siregar dan Amalia

(2004), Rumah Sakit merupakan suatu struktur terorganisasi yang

menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik dan

terapi, alat dan perbekalan kesehatan serta fasilitas fisik kedalam suatu sistem

terkoordinasi untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan

kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,

persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan

keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial (Presiden Republik Indonesia,

2009b).

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Dalam melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi

yaitu menyediakan, dan menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan

penunjang medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan,

pelayanan rehabilitatif serta pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Selain itu Rumah sakit berfungsi sebagai tempat pelatihan, pendidikan, penelitian,

pengembangan ilmu dan tekhnologi di bidang kesehatan serta administrasi umum

dan keuangan (Siregar dan Amalia, 2004). Secara lebih ringkas fungsi rumah sakit

yaitu :

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

4

Universitas Indonesia

a. Pelayanan pasien

Pelayanan pasien yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan

medis, pelayanan farmasi dan pelayanan keperawatan. Di samping itu untuk

mendukung pelayanan medis, rumah sakit juga mengadakan pelayanan

berbagai jenis laboratorium.Pelayanan pasien terbagi menjadi dua yaitu

pelayanan pasien rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan pasien rawat jalan,

dewasa ini semakin penting sebagai fungsi dan tanggungjawab rumah sakit

kepada komunitas karena pelayanan ini bersifat pencegahan penyakit yang

lebih parah dan juga untuk peningkatan kesehatan. Pelayanan pasien

melibatkan pemeriksaan dan diagnosis, pengobatan kesakitan atau luka,

pengobatan pencegahan, rehabilitasi, perawatan, pemulihan, dan pelayanan

tertentu lainnya (Siregar dan Amalia, 2004).

b. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas dua bentuk utama

yaitu :

1) Pendidikan dan pelatihan profesi kesehatan

Program pendidikan Rumah sakit mencakup program formal (kedokteran

dan perawat); program “in-service training” untuk personal profesional, seperti

residen dan program “on the job training” untuk personal non profesional.

Program itu penting karena memberikan pengalaman pembelajaran praktek

yang perlu dalam penyelamatan hidup manusia (Siregar dan Amalia, 2004).

2) Pendidikan dan pelatihan pasien.

Pendidikan dan pelatihan pasien merupakan suatu fungsi Rumah sakit

yang penting dalam suatu lingkup yang jarang disadari oleh masyarakat.

Pendidikan tentang obat sangat penting diberikan kepada pasien, untuk

meningkatkan kepatuhan, mencegah penyalahguanaan obat, dan meningkatkan

hasil terapi yang optimalo dengan penggunaan obat yang sesuai dan tepat

(Siregar dan Amalia, 2004).

c. Penelitian

Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi vital untuk dua

maksud utama, yaitu memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan

peningkatan atau perbaikan pelayanan rumah sakit. Kedua maksud tersebut

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

5

Universitas Indonesia

ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi

penderita. Contoh kegiatan penelitian dalam rumah sakit mencakup

merencanakan prosedur diagnosis yang baru, melakukan percobaan

laboratorium dan klinik, pengembangan dan menyempurnakan prosedur

pembedahan baru, mengevaluasi obat investigasi, dan penelitian formulasi obat

yang baru.

d. Kesehatan masyarakat

Tujuan utama dari fungsi rumah sakit yang keempat ialah membantu

komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan (illness) dan meningkatkan

kesehatan umum penduduk. Contoh kegiatan kesehatan masyarakat adalah

hubungan kerja yang erat dari rumah sakit yang mempunyai bagian kesehatan

masyarakat untuk penyakit menular, partisipasi dalam program deteksi

penyakit, seperti TBC, diabetes, hipertensi dan kanker, partisipasi dalam

program inokulasi masyarakat seperti terhadap influensa dan poliomielitis,

serta partisipasi bagian layanan ambulatori dalam pendidikan praktik kesehatan

rutin yang lebih baik, dan lain-lain. Apoteker rumah sakit mempunyai peluang

memberikan kontribusi pada fungsi ini dengan mengadakan brosur informasi

kesehatan, pelayanan pada penderita rawat jalan dan dengan memberi

konseling tentang penggunaan obat yang aman dan tindakan pencegahan

keracunan.

e. Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan

Pelayanan rujukan merupakan suatu upaya penyelenggaraan pelayanan

kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik atas

kasus atau masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal kepada

pihak yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap dan mempunyai

kemampuan lebih tinggi (Siregar dan Amalia, 2004).

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit memiliki tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang meliputi promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan tugas tersebut, maka rumah sakit

memiliki fungsi :

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

6

Universitas Indonesia

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan Standar Pelayanan Rumah Sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna, tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

Tujuan pengklasifikasikan rumah sakit agar dapat mengadakan evaluasi

yang lebih tepat untuk penggolongan rumah sakit. Ada beberapa jenis

pengklasifikasi rumah sakit, yaitu:

Menurut Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan

pada semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dibagi menjadi dua yaitu :

a. Rumah Sakit Publik

Rumah sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit publik yang dikelola

Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan

Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit publik yang dikelola

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

7

Universitas Indonesia

Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit

privat.

b. Rumah Sakit Privat

Rumah sakit privat dapat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit

yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah

memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan. Rumah Sakit

pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang

membidangi urusan pendidikan. Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah

Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam

bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan,

dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya (Anonim, 2009).

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang

dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

Rumah Sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ atau jenis penyakit. Jenis Rumah Sakit khusus antara

lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru,

Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit Infeksi,

Bersalin,Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan,

Bedah, Ginjal, Kulit dan Kelamin.

Rumah sakit khusus diklasifikasikan menjadi tiga yakni :

a. Rumah Sakit Khusus kelas A

Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis

dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.

b. Rumah Sakit Khusus kelas B

Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis

dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

8

Universitas Indonesia

c. Rumah Sakit Khusus kelas C

Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis

dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.

Klasifikasi Rumah Sakit umum berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 340/MENKES/PER/2010, terdiri atas :

1) RSU kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5

(lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13

(tiga belas) subspesialis, meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan

Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis lain, Pelayanan Medik

Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan

keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, dan

Pelayanan Penunjang Non Klinik. Jumlah tempat tidur minimal 400

(empat ratus) buah..

2) RSU kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4

(empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua)

subspesialis dasar, meliputi : Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat

Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis

Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis lain, Pelayanan Medik

Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan

keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan,

Penunjang Non Klinik. Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus)

buah.

3) RSU kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan Pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan

4 (empat) spesialis penunjang medik, meliputi Pelayanan Medik Umum,

Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,

Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan keperawatan dan

Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan, Penunjang Non

Klinik. Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

9

Universitas Indonesia

4) RSU kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar,

meliputi Pelayanan Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4

(empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan penyakit

Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Jumlah tempat

tidur minimal 50 (lima puluh) buah.

Rumah sakit berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang

telah diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit yang

telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu

badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah

memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu (Siregar dkk., 2004).

Standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 16 kelompok kerja (POKJA) yaitu :

1) Administrasi dan Manajemen

2) Pelayanan Medis

3) Pelayanan Gawat darurat

4) Pelayanan Keperawatan

5) Rekam Medik

6) Pelayanan Farmasi

7) Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana

8) Pelayanan Radiologi

9) Pelayanan Laboratorium

10) Kamar Operasi

11) Pelayanan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (DALIN)

12) Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi

13) Pelayanan Rehabilitasi Medik

14) Pelayanan Gizi

15) Pelayanan Intensif

16) Pelayanan Darah

Penilaian tahap I meliputi point 1-5, tahap II meliputi point 1-2 dan

tahap III meliputi point 1-16.Setiap pelayanan dari POKJA tersebut memuat

sebagian atau seluruh standar yaitu:

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

10

Universitas Indonesia

Standar 1. Falsafah dan tujuan

Standar 2. Administrasi dan pengelolaan

Standar 3. Staf dan pimpinan

Standar 4. Fasilitas dan peralatan

Standar 5. Kebijakan dan prosedur

Standar 6. Pengembangan staf dan program pendidikan

Standar 7. Evaluasi dan pengembangan mutu

Tahap awal akreditasi rumah sakit adalah penilaian lima standar

pelayanan pertama. Jika kelima POKJA tersebut sudah dinyatakan lulus,tiga

tahun kemudian dilanjutkan hingga standar pelayanan kedua belas dan

diteruskan penilaiannya hingga standar pelayanan keenam belas.

Penilaian rumah sakit tersebut dilakukan Instrument Self Assesment

yang disusun oleh Departemen Kesehatan yang dapat dilaksanakan secara

intern oleh rumah sakit yang bersangkutan dan oleh badan yang dibentuk

Kementerian Kesehatan RI yang disebut KARS (Komite Akreditasi Rumah

Sakit) (Kementerian Kesehatan RI, 1999).

Dalam suatu penilaian ada 4 hasil keputusan akreditasi yaitu :

1) Tidak terakreditasi

Rumah sakit tidak mendapat status akreditasi jika belum mampu

memenuhi standar yang ditetapkan, ada satu atau lebih kegiatan pelayanan

yang memperoleh skor kurang dari 65%. atau perolehan rata-rata dari semua

kegiatan pelayanan yang dinilai hanya mencapai 65% atau kurang.

2) Akreditasi bersyarat

Rumah sakit telah memenuhi syarat minimal, tetapi belum cukup karena

ada beberapa pelayanan dengan rekomondasi khusus (skor minimal 65% dan

setiap bidang tidak mempunyai nilai kurang dari 60%). Diberikan waktu 1

tahun untuk perbaikan.

3) Akreditasi penuh

Rumah sakit telah dapat memenuhi standar yang ditetapkan oleh komisi

akreditasi rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya. Total skor minimal adalah

75% dan dari masing-masing bidang pelayanan skor tidak ada yang kurang dari

60%. Berlaku untuk 3 tahun rumah sakit yang bersangkutan, dapat mengajukan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

11

Universitas Indonesia

permohonan untuk akreditasi pada periode berikutnya yaitu 3 bulan sebelum

masa berlakunya status masa akreditasi berakhir.

4) Akreditasi istimewa

Rumah sakit lulus akreditasi 3 periode berturut-turut akan memperoleh

status akreditasi untuk 5 tahun ke depan (Kementerian Kesehatan RI, 1999).

Akan tetapi, mulai tahun 2012 akan diberlakukan sistem akreditasi yang

baru yaitu sistem akreditasi KARS 2012. Dengan adanya sistem akreditasi

KARS 2012 akan merubah paradigma. Awalnya tujuan rumah sakit melakukan

akreditasi hanya semata-mata untuk kelulusan, tetapi sekarang juga

menekankan pada pelayanan berfokus pada pasien serta kesinambungan

pelayanan dan menjadikan keselamatan pasien sebagai standar utama. Hasil

survei penilaian atau kelulusan untuk sistem akreditasi KARS 2012 ini

berupa level pencapaian yang merupakan upaya pencapaian RS terhadap

penilaian yang ditentukan. Level tersebut adalah dasar, madya, utama, dan

pencapaian tertinggi adalah paripurna. Sistem ini berlaku pada Juli 2012 sesuai

dengan. Tingkat penilaian kelulusan akreditasi antara lain :

1. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit

2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

3. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

4. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)

5. Millenium Development Goal’s (MDG’s)

6. Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)

7. Asesmen Pasien (AP)

8. Pelayanan Pasien (PP)

9. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)

10. Manajemen Penggunaan Obat (MPO)

11. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)

12. Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)

13. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

14. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)

15. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

12

Universitas Indonesia

2.1.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi rumah sakit umumnya terdiri atas badan pengurus

yayasan, dewan pembina, dewan penyantun, badan penasehat dan badan

penyelenggara. Badan Penyelenggara terdiri atas direktur, wakil direktur, komite

medik, satuan pengawas dan berbagai bagian dari instalasi. Sebuah rumah sakit

bisa memiliki lebih dari seorang wakil direktur, tergantung pada besarnya rumah

sakit. Wakil direktur pada umumnya terdiri atas wakil direktur pelayanan medik,

wakil direktur penunjang medik dan keperawatan, serta wakil direktur keuangan

dan administrasi. Staf Medik Fungsional (SMF) berada di bawah koordinasi

komite medik. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis dari

semua disiplin yang ada di suatu rumah sakit. Komite medik adalah wadah non

struktural yang keanggotaannya terdiri atas ketua-ketua SMF (Siregar dan Amalia,

2004).

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

2.2.1 Definisi IFRS

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu unit atau fasilitas

rumah sakit yang merupakan tempat diselenggarakannya semua kegiatan

kefarmasian untuk keperluan rumah sakit tersebut dan bertanggung jawab atas

seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas :

1. Pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan; pengadaan; produksi;

penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing obat

berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan; pengendalian

mutu; serta pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan

kesehatan di rumah sakit.

2. Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung

pada pasien dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit

secara keseluruhan.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin oleh seorang apoteker dengan

dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

perundang- undangan yang berlaku dan kompeten secara professional (Siregar

& Amalia, 2004).

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

13

Universitas Indonesia

2.2.2 Tujuan IFRS

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) harus mempunyai sasaran jangka

panjang yang merupakan arah dari kegiatan harian yang dilakukan, yakni berupa

visi-misi, sasaran, dan tujuan. Adapun tujuan kegiatan Instalasi Farmasi Rumah

Sakit antara lain (Siregar dan Amalia, 2004):

1. Memberi manfaat pada penderita, rumah sakit, sejawat profesi kesehatan dan

kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang kompeten dan

memenuhi syarat,

2. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker rumah

sakit yang memenuhi syarat,

3. Menjamin praktek profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan dan

pemeliharaan standar etika profesional, pendidikan dan pencapaian, dan

melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi,

4. Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi rumah sakit dan dalam ilmu

farmasetik pada umumnya,

5. Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran informasi

antara apoteker rumah sakit, anggota profesi dan spesialis yang serumpun,

6. Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah sakit untuk:

a. Secara efektif mengelola suatu pelayanan farmasi yang terorganisasi,

b. Mengembangkan dan memberikan pelayanan klinik,

c. Melakukan dan berpartisipasi dalam penelitian klinik dan farmasi dan

dalam program edukasi untuk praktisi kesehatan, penderita, mahasiswa

dan masyarakat.

7. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi rumah sakit

kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri farmasi dan profesional

kesehatan lainnya

8. Membantu menyediakan personal pendukung yang bermutu untuk IFRS

9. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian.

2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS

Tugas utama IFRS adalah pengelolaan perbekalan farmasi, yang meliputi

perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

14

Universitas Indonesia

kepada pasien, sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang

beredar dan digunakan dalam rumah sakit. Jadi, IFRS merupakan satu-satunya

unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada

pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat/perbekalan kesehatan yang

beredar dan digunakan di rumah sakit tersebut. Selain itu, IFRS harus

menyediakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita dan menjamin

pelayanan bermutu tertinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya minimal.

IFRS juga bertanggung jawab untuk mengembangkan pelayanan farmasi yang

luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk kepentingan pelayanan pasien

yang lebih baik (Siregar dan Amalia, 2004).

2.2.4 Ruang Lingkup IFRS

2.2.4.1 Fungsi Klinik (Pelayanan)

Fungsi klinik adalah fungsi yang secara langsung dilakukan sebagai bagian

terpadu dari perawatan pasien atau memerlukan interaksi dengan profesional

kesehatan lain yang secara langsung terlibat dalam pelayanan pasien.

Berdasarkan SK Menkes No.1197/Menkes/SK/X/2004, kegiatan

pelayanan meliputi pengkajian resep, dispensing, pemantauan dan pelaporan efek

samping obat, pelayanan informasi obat, konseling, pemeriksaan kadar obat dalam

darah, ronde/visite pasien, pengkajian penggunaan obat.

Farmasi klinik ini memerlukan pengumpulan data dan interpretasi

data penderita serta keterlibatan penderita dan interaksi langsung antarprofesional.

Sesuai dengan karakteristik dan defenisi pelayanan farmasi klinik ada tiga

komponen utama yang mendasari peranan klinik dalam pelayanan farmasi di

rumah sakit yaitu komunikasi, konseling dan konsultasi. Menurut Siregar (2004),

pada prinsipnya aktivitas farmasi klinik meliputi:

1. Pemantauan pengobatan. Hal ini dilakukan dengan menganalisis terapi,

memberikan advis kepada praktisi kesehatan tentang kebenaran

pengobatan, dan memberikan pelayanan kefarmasian pada pasien secara

langsung,

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

15

Universitas Indonesia

2. Seleksi obat. Aktivitas ini dilakukan dengan bekerja sama dengan dokter

dan pemegang kebijakan di bidang obat dalam penyusunan formularium

obat atau daftar obat yang digunakan,

3. Pemberian informasi obat. Farmasis bertanggug jawab mencari informasi

dan melakukan evaluasi literatur ilmiah secara kritis, dan kemudian

mengatur pelayanan informasi obat untuk praktisi pelayanan kesehatan dan

pasien,

4. Penyiapan dan peracikan obat. Farmasis bertugas menyiapkan dan meracik

obat sesuai dengan standar dan kebutuhan pasien,

5. Penelitian dan studi penggunaan obat. Kegiatan farmasi klinik antara lain

meliputi studi penggunaan obat, farmakoepidemiologi, farmakovigilansi,

dan farmakoekonomi,

6. Therapeutic drug monitoring (TDM). Farmasi klinik bertugas menjalankan

pemantauan kadar obat dalam darah pada pasien dan melihat profil

farmakokinetik untuk optimasi regimen dosis obat,

7. Uji klinik. Farmasis juga terlibat dalam perencanaan dan evaluasi obat,

serta berpartisipasi dalam uji klinik,

8. Pendidikan dan pelatihan, terkait dengan pelayanan kefarmasian.

Fungsi farmasi klinik yang berkaitan secara langsung dengan penderita

yaitu fungsi dalam proses penggunaan obat, mencakup wawancara sejarah

penggunaan obat pasien, diskusi dengan dokter dan perawat mengenai pemilihan

regimen obat pada pasien tertentu, interpretasi resep/order obat; pembuatan Profil

Pengobatan Penderita (P3); pemantauan efek obat pada pasien; edukasi pasien;

konseling dengan pasien yang akan pulang; pelayanan farmakokinetika klinik;

pelayanan pencampuran sediaan intravena; dan pelayanan pencampuran nutrisi

parenteral.

2.2.4.2 Fungsi Non-Klinik (Manajerial)

Fungsi non klinik biasanya tidak secara langsung dilakukan sebagai bagian

dari pelayanan pasien, seringkali merupakan tanggung jawab apoteker rumah

sakit, serta tidak memerlukan interaksi dengan profesional kesehatan lain,

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

16

Universitas Indonesia

meskipun semua pelayanan farmasi harus disetujui oleh staf medik melalui Panitia

Farmasi dan Terapi (PFT).

Lingkup fungsi farmasi non klinik meliputi perencanaan; penetapan

spesifikasi produk dan pemasok; pengadaan; pembelian; produksi; penyimpanan;

pengemasan dan pengemasan kembali; distribusi; dan pengendalian semua

perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit secara

keseluruhan. Fungsi non klinik juga meliputi pengelolaan perbekalan farmasi

diantaranya :

1) Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang

terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,

menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan

pemilihan obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan

Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi

pembelian.

2) Perencanaan

Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga

perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan

antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan berdasarkan dari acuan buku–buku seperti DOEN,

Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat

yang berlaku yang terdiri dari data catatan medik, anggaran yang tersedia,

penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode

yang lalu dan rencana pengembangan.

Untuk dapat melakukan perencanaan perbekalan farmasi yang baik maka

diperlukan suatu metode perencanaan. Ada tiga metode perencanaan, yaitu :

1. Metode konsumsi, dibuat berdasarkan data konsumsi periode sebelumnya,

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

17

Universitas Indonesia

2. Metode epidemiologi, dibuat berdasarkan pola penyakit di rumah sakit

periode sebelumnya maupun pola penyakit di sekitar rumah sakit yang

diperkirakan akan terjadi,

3. Metode kombinasi konsumsi & epidemiologi.

Sebelum perencanaan diadakan, perlu dievaluasi terlebih dahulu apakah

perencanaan sudah mendekati benar atau belum. Untuk itu ada beberapa

mekanisme evaluasi, diantaranya:

a. Analisa ABC (Pareto)

Analisis ABC adalah analisis yang digunakan dalam beberapa sistem

persediaan untuk menganalisis pola konsumsi dan jumlah dari total konsumsi

untuk semua item. Analisa ABC merupakan pembagian konsumsi obat dan

pengeluaran untuk perencanaan dengan membagi obat yang dikonsumsi

menjadi 3 kategori, yaitu: (1) Golongan A: always 10-20% item obat saja yang

disediakan, tapi dana yang dikeluarkan untuk pengadaan obat-obat ini sangat

besar yaitu mencapai 70-80% dari keseluruhan dana, (2) Golongan B: better

20-40% item obat yang disediakan, dana yang dikeluarkan untuk pengadaan

obat-obat ini cukup besar yaitu mencapai 10-15% dari keseluruhan dana, dan

(3) Golongan C: control ketersediaannya sangat banyak yaitu mencapai 60%

dari keseluruhan item obat, namun kebutuhan dana yang dikeluarkan dalam

pengadaannya rendah yaitu hanya 5-10% dari keseluruhan dana.

Kelompok Jumlah Item Nilai

A 20% 80%

B 30% 15%

C 50% 5%

b) Analisa VEN

Analisa VEN merupakan analisa yang digunakan untuk menetapkan

prioritas pembelian obat serta menentukan tingkat stok aman dan harga

penjualan obat. Kategori obat-obat sistem VEN yaitu (1) V (Vital) adalah obat-

obat yang termasuk dalam potensial life saving drug, mempunyai efek samping

withdrawl secara signifikan (pemberian harus secara teratur dan

penghentiannya tidak tiba-tiba) atau sangat penting dalam penyediaan

pelayanan kesehatan dasar. Contohnya: diazepam injeksi, digoksin tablet,

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

18

Universitas Indonesia

atropin sulfat injeksi, (2) E (Essensial) adalah obat-obat yang efektif untuk

mengurangi kesakitan, namun demikian sangat signifikan untuk bermacam-

macam penyakit tetapi tidak vital secara absolut (penting tetapi tidak vital),

untuk penyediaan sistem kesehatan dasar. Contohnya: dizepam tablet,

paracetamol tablet, amoksisilin tablet, dan (3) N (Non Essensial) merupakan

obat-obat yang digunakan untuk penyakit minor atau penyakit tertentu yang

efikasinya masih diragukan termasuk terhitung mempunyai biaya tinggi untuk

memperoleh keuntungan terapeutik. Contohnya: ferrosi sulfat tablet, obat

kumur, aspirin pediatrik tablet.

c) EOQ (Economic Order Quantity)

Sistem ini ditetapkan untuk menentukan jumlah perbekalan farmasi yang

paling ekonomis yang harus dipesan. Dengan metode ini diharapkan akan

dapat meminimalkan jumlah penyimpangan perbekalan farmasi yang akan

disediakan. Metode ini menetapkan jumlah order maksimal dalam waktu

tertentu dengan meminimalkan biaya.

Keterangan:

D : Jumlah kebutuhan obat per tahun

Cs : Biaya pemesanan

i : % biaya penyimpanan

P : Harga barang / obat per unit

d) EOI (Economic Order Interval)

Sistem ini digunakan untuk menentukan interval waktu yang dibutuhkan

untuk sistem pemesanan perbekalan farmasi yang dianggap paling ekonomis

dan mengelompokkan persediaan yang akan diorder tiap bulan, 4 bulan, 6

bulan dan seterusnya.

atau

Keterangan :

D : Jumlah kebutuhan obat per tahun

Pi

DCsEOQ

2

DPi

CsEOI

2

D

EOQEOI

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

19

Universitas Indonesia

Cs : Biaya pemesanan

i : % biaya penyimpanan

P : Harga barang / obat per unit

e) Analisis ROP (ReOrder Point)

ROP yaitu jumlah persediaan yang ideal saat dilakukannya pemesanan

ulang (Quick et al., 1997).

3) Pengadaan

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui, melalui pembelian yang dilakukan secara tender

(oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi) dan secara langsung dari

pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan; produksi/pembuatan sediaan

farmasi yang terdiri dari produksi steril dan non steril serta pengadaan melalui

sumbangan/droping/hibah. Metode untuk melakukan pengadaan yaitu:

a. Open tender (tender terbuka), merupakan sistem terbuka bagi produsen

dan distributor obat dan alat kesehatan untuk mengajukan penawaran,

dengan persyaratan dan kriteria yang ditetapkan pihak rumah sakit, tender

diumumkan di media massa.

b. Restricted tender (tender tertutup), merupakan sistem tender bagi produsen

dan distributor tertentu yang telah memenuhi persyaratan dan kriteria yang

ditetapkan, lebih menghemat biaya dan waktu.

c. Negotiated procurement (sistem kontrak), merupakan sistem pengadaan

dengan menyusun perjanjian kontrak jual beli antara rumah sakit dan

pemasok. Biasanya untuk barang-barang yang sulit didapatkan dan harus

tersedia di rumah sakit dan pihak supplier dapat menjamin ketersediaan

barang tersebut.

d. Direct procurement (pemesanan langsung), merupakan sistem pengadaan

dengan membeli langsung barang yang dibutuhkan oleh rumah sakit

kepada pemasok, biasanya untuk mengurangi resiko kerusakan barang

selama penyimpanan dan untuk obat-obat yang harganya mahal, yang

penggunaannya belum jelas.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

20

Universitas Indonesia

4) Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,

konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi

pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa, barang harus bersumber dari

distributor utama, harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS),

khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin,

dan expired date minimal 2 tahun.

5) Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menempatkan perbekalan farmasi

yang diterima pada tempat yang dinilai aman dan memenuhi syarat. Penyediaan

perbekalan farmasi harus disimpan oleh tenaga yang kompeten, terdidik, terlatih

dan mempunyai izin untuk menangani yaitu apoteker. Tujuan dari penyimpanan

perbekalan farmasi:

a) Memelihara mutu obat

b) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

c) Menjaga kelangsungan persediaan

d) Memudahkan pencarian dan pengawasan

e) Memudahkan pengawasan persediaan (stok), kerusakan dan kadaluarsa

f) Menjamin keamanan dari pencurian dan kebakaran

g) Menjamin pelayanan yang cepat dan cepat

Syarat penyimpanan :

a. Accesibility: mudah diakses

b. Utilities: memiliki sumber listrik, air, AC dan sebagainya.

c. Communicatio: memiliki alat komunikasi (misalkan: telepon)

d. Drainage: berada di lingkungan yang baik denga sistem pengairan yang

baik

e. Size: harus cukup menampung barang yang ada

f. Security: aman dari pencurian, penyalahgunaan dan hewan pengganggu.

Kegiatan penyimpanan perbekalan farmasi meliputi: perencanaan dan

penyusunan kebutuhan, penerimaan, pemeriksaan barang, pengiriman barang

dan pencatatan barang. Hal yang harus diteliti dalam proses penerimaan barang

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

21

Universitas Indonesia

adalah kelengkapan dokumen pendukung seperti faktur atau surat jalan dan

meneliti kondisi barang meliputi jenis, jumlah dan kondis fisik barang saat

diterima. Barang yang telah diterima disimpan sesuai dengan ketentuan

penyimpanan.

Sistem penyimpanan perbekalan farmasi yang ada:

a) Berdasarkan bentuk sediaan, dipisahkan antara sediaan padat (misal:

tablet) dan cair (misal: syrup) dan alat kesehatan,

b) Alphabetis, penyimpanan berdasarkan huruf depan dari nama obat dan

disusun dari huruf A sampai Z,

c) Berdasarkan kelas terapi atau farmakoterapi, menyangkut tentang indikasi

obat yang disimpan misalnya antibiotik, antidiabetes, antihipertensi, obat

batuk,

d) Berdasarkan suhu, dibagi berdasarkan suhu kamar, sejuk, kering dan suhu

< 0oC misalnya suppositoria, injeksi, vaksin,

e) Obat-obat yang mudah terbakar, seperti eter, anastetik lokal, gas medik

(misalnya: CO2, nitrogen dan oksigen), dan obat sitostatik disimpan

ditempat tersendiri,

f) Obat narkotika dan obat keras tertentu disimpan tersendiri sesuai dengan

peraturan perundang-undangan,

g) Sistem FIFO dan FEFO atau kombinasi keduanya untuk menghindari

terjadinya stok yang kadaluarsa.

6) Pendistribusian

Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit

untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat

jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas

dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan

efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada, metode sentralisasi atau

desentralisasi, sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau

kombinasi.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

22

Universitas Indonesia

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 pendistribusian perbekalan farmasi dibagi menjadi

tiga yaitu:

a) Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap

Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi

kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara

sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di

ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh

Satelit Farmasi.

b) Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan

Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi

kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara

sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh

Apotek Rumah Sakit.

c) Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam Kerja

Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi

kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh apotek rumah

sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan ruang rawat yang menyediakan

perbekalan farmasi emergensi.

Secara umum ada empat sistem distribusi obat di rumah sakit yaitu:

a) Sistem Distribusi Obat Resep Individual (Individual Prescription)

Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi adalah tatanan kegiatan

penghantaran sediaan obat oleh IFRS sentral sesuai dengan yang ditulis pada

order atau resep atas nama Pasien Rawat Tinggal (PRT) tertentu melalui

perawat ke ruang penderita tersebut. Semua obat yang diperlukan untuk

pengobatan di-dispensing dari IFRS. Resep oleh perawat di kirim ke IFRS,

kemudian resep itu di proses sesuai dengan cara dispensing yang baik dan obat

disiapkan untuk didistribusikan kepada pasien. Keuntungan dari sistem

distribusi ini adalah (1) semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga

dapat memberi keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan dengan

obat penderita, (2) memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-

dokter- perawat-penderita, (3) memungkinkan pengendalian yang lebih dekat

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

23

Universitas Indonesia

atas perbekalan, (4) mempermudah penagihan biaya obat penderita (Siregar

dan Amalia, 2004).

Kelemahan dari sistem distribusi ini adalah (1) kemungkinan

keterlambatan sediaan obat sampai kepada penderita, (2) jumlah kebutuhan

personel di IFRS meningkat, (3) memerlukan jumlah perawat dan waktu yang

lebih banyak untuk penyiapan obat di ruang pada waktu konsumsi obat, (4)

terjadinya kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada waktu penyiapan

konsumsi (Siregar dan Amalia, 2004).

b) Sistem Distribusi Obat Persediaan Lengkap di Ruang (Floor Stock)

Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang adalah tatanan kegiatan

penghantaran sediaan obat sesuai dengan yang ditulis dokter pada order obat,

yang disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat dan dengan mengambil

dosis/unit obat dari wadah persediaan yang langsung diberikan kepada

penderita di ruang itu. Dalam sistem ini semua persediaan obat di ruang di

supply oleh IFRS. Biasanya sekali seminggu personel IFRS memeriksa

persediaan obat di ruang, lalu menambah obat, yang persediaannya sudah

sampai tanda batas pengisian kembali (Siregar dan Amalia, 2004).

Keuntungan dari sistem Floor Stock adalah (1) obat yang diperlukan

segera tersedia bagi penderita, (2) peniadaan pengembalian obat-obatan yang

tidak terpakai ke IFRS, (3) pengurangan penyalinan kembali order obat, dan

(4) pengurangan jumlah personel IFRS yang diperlukan.

Kerugian dari sistem Floor Stock antara lain (1) kesalahan obat sangat

meningkat karena order obat tidak dikaji oleh apoteker, (2) meningkatnya

persediaan obat di unit perawat, (3) meningkatnya pencurian obat dan bahaya

yang berhubungan dengan kerusakan obat, (4) diperlukan penambahan modal

investasi, dan (5) diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani

obat- obatan (Siregar dan Amalia, 2004).

c) Sistem Distribusi Obat Kombinasi Resep Individual dan Persediaan di

Ruang

Sistem kombinasi biasanya diadakan untuk mengurangi beban kerja IFRS.

Obat yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan oleh banyak

penderita, setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah obat yang harganya

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

24

Universitas Indonesia

relatif murah, mencakup obat resep atau obat bebas (Siregar dan Amalia,

2004).

Keuntungan dari sistem distribusi ini adalah (1) semua resep atau order

individual dikaji langsung oleh apoteker, (2) adanya kesempatan berinteraksi

profesional antara apoteker-dokter-perawat-penderita, (4) obat yang diperlukan

dapat segera tersedia bagi penderita (obat persediaan di ruang), dan (5) beban

IFRS dapat berkurang (Siregar dan Amalia, 2004).

Kekurangan sistem distribusi ini adalah (1) kemungkinan keterlambatan

sediaan obat sampai ke penderita (obat resep individual), dan (2) kesalahan

obat dapat terjadi (obat dari persediaan di ruang) (Siregar dan Amalia, 2004).

d) Sistem Distribusi Obat Dosis Unit (Unit Dose Dispensing)

Sistem ini adalah metode dispensing dan pengendalian obat yang

dikoordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda

dalam bentuk, tergantung kepada kebutuhan khusus rumah sakit. Akan tetapi,

unsur khusus berikut adalah dasar dari semua sistem dosis unit, yaitu: obat

dikemas dalam kemasan unit tunggal, di-dispensing dalam bentuk siap

konsumsi, dan untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis,

dihantarkan ke atau tersedia pada ruang perawatan penderita pada setiap waktu.

Keuntungan sistem ini adalah (1) penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam

sehari dan hanya membayar obat yang dikonsumsi, (2) semua obat disiapkan

oleh IFRS sehingga waktu perawat lebih banyak digunakan untuk merawat

penderita, (3) mengurangi medical error, (4) penyiapan sediaan intravena oleh

IFRS, (5) apoteker dapat datang ke unit perawat atau ruang penderita untuk

melakukan konsultasi obat, (6) menghemat ruang di pos perawatan, (7)

meniadakan resiko pencurian dan pemborosan obat, dan (8) peningkatan

pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat menyeluruh (Siregar dan

Amalia, 2004).

2.2.4.3 Fungsi Produksi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

25

Universitas Indonesia

kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi :

1) Sediaan farmasi dengan formula khusus

2) Sediaan farmasi dengan harga murah

3) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil

4) Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran

5) Sediaan farmasi untuk penelitian

6) Sediaan nutrisi parenteral

7) Rekonstruksi sediaan obat kanker

2.2.5 Struktur Organisasi IFRS

Struktur organisasi dasar dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

adalah pengadaan, pelayanan, dan pengembangan. Struktur organisasi dasar ini

juga disebut pilar kerja karena dalam struktur organisasi dasar itu berkumpul

berbagai kegiatan atau pekerjaan. Suatu struktur organisasi dapat dikembangkan

dalam tiga tingkat, yaitu tingkat puncak, tingkat menengah, dan garis depan.

Manajer tingkat puncak bertanggung jawab dalam hal perencanaan,

penerapan, dan menjalankan fungsi yang efektif dari sistem mutu secara

menyeluruh. Manajer tingkat menengah, kebanyakan kepala bagian atau unit

fungsional memiliki tanggung jawab membuat desain dan menerapkan berbagai

kegiatan yang berkaitan dengan mutu dalam bidang fungsional mereka, untuk

mencapai mutu produk dan/atau pelayanan yang diinginkan. Sedangkan, manajer

garis depan terdiri atas personel pengawas yang secara langsung memantau dan

mengendalikan kegitan yang berkaitan dengan mutu dalam berbagai tahap saat

pembuatan produk atau menjalankan pelayanan.

Setiap perseorangan dari IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab,

kewenangan fungsi, dan dampak mereka pada suatu produk dan/atau pelayanan.

Setiap personel dalam IFRS harus merasa bertanggung jawab untuk mencapai

suatu mutu produk dan/atau pelayanan.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

26

Universitas Indonesia

2.3 Panitia Farmasi dan Terapi

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang berada di bawah

komite medik rumah sakit yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf

medis dengan staf IFRS, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili

spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi

Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.

Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

tujuan dibentuknya Panitia Farmasi dan Terapi adalah untuk :

1. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat

serta evaluasinya

2. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru

yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan

kebutuhan.

Susunan kepanitian PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah

sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat (Kementerian

Kesehatan RI, 2004) :

1. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga)

dokter, apoteker, dan perawat untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter

bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua staf medis fungsional

yang ada.

2. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah

sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua adalah

Farmakologi, sekretarisnya adalah apoteker dari instalasi farmasi atau

apoteker yang ditunjuk.

3. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali

dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat PFT

dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit

yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.

4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,

termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

27

Universitas Indonesia

5. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

Fungsi serta Ruang Lingkup Panitia Farmasi dan Terapi (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2004) :

1. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihan

obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi

secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga

harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat

yang sama.

2. PFT harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru

atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.

3. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang

termasuk dalam kategori khusus.

4. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan peraturan mengenai penggunaan obat di

rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.

5. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus

penggunaan obat secara rasional.

6. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

7. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis

dan perawat.

Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi adalah (Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2004) :

1. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai

budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional

2. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah

sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain.

3. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat

terhadap pihak-pihak yang terkait

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

28

Universitas Indonesia

4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan

umpan balik atas hasil pengkajian tersebut

Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua

kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit

di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Agar dapat mengemban tugasnya

secara baik dan benar, para apoteker harus secara mendasar dan mendalam

dibekali dengan ilmu-ilmu farmakologi, farmakologi klinik, farmakoepidemologi,

dan farmakoekonomi disamping ilmu-ilmu lain yang sangat dibutuhkan untuk

memperlancar hubungan profesionalnya dengan para petugas kesehatan lain di

rumah sakit.

Peran dan tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi, antara lain

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004) :

1. Menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris).

2. Menetapkan jadwal pertemuan.

3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan.

4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk

pembahasan dalam pertemuan.

5. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada

pimpinan rumah sakit.

6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada

seluruh pihak yang terkait.

7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.

8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan

antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain.

9. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT.

10. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan.

11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat.

12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan

obat pada pihak terkait (Anonim, 2004).

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

29

Universitas Indonesia

2.4 Formularium Rumah Sakit

Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia

Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap

batas waktu yang ditentukan. Komposisi formularium halaman judul, daftar nama

anggota Panitia Farmasi dan Terapi, daftar Isi, informasi mengenai kebijakan dan

prosedur di bidang obat, produk obat yang diterima untuk digunakan dan

lampiran.

Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan

terus, dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu digunakan oleh staf

medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan

menentukan pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih

mempertimbangkan kesejahteraan pasien.

Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk kepada

dokter, apoteker perawat serta petugas administrasi di rumah sakit dalam

menerapkan sistem formularium, meliputi :

1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan

Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,

organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung Sistem

Formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.

2. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan

tiap-tiap institusi.

3. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis

oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem Formularium yang

dikembangkan oleh Panitia Farmasi dan terapi.

4. Nama obat yang tercantum dalam Formularium adalah nama generik.

5. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi

Farmasi.

6. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek

terapinya sama, seperti apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis

obat generik yang sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli

yang diminta, dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu

harus didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi, dan apoteker

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

30

Universitas Indonesia

bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber obat dari sediaan

kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh dokter untuk

mendiagnosa dan mengobati pasien (Kementerian Kesehatan RI, 2004).

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

31 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS”

3.1 Sejarah Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (Profil Rumah Sakit

Kanker ”Dharmais”)

Kebutuhan layanan kanker yang terpadu di Indonesia sudah lama

dirasakan oleh para pakar penyakit kanker, termasuk para staf pengajar di

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cita-cita untuk mendirikan sebuah

rumah sakit kanker yang mampu memberikan layanan secara holistik dan terpadu

telah lama dipendam. Kesempatan tersebut terbuka pada tahun 1988 ketika ketua

yayasan Dharmais, Bapak H. M. Soeharto, meminta Dr. dr. A. Harryanto

Reksodiputro untuk memikirkan model rumah sakit kanker yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat Indonesia. Dr. dr. A. Harryanto Reksodiputro segera

menghubungi para pakar FKUI dan meminta nasehat Departemen Kesehatan serta

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sehingga terbentuklah tim

pembuatan usulan pendirian rumah sakit kanker pada bulan Oktober 1988.

Usulan tersebut diselesaikan pada Desember 1988 kemudian diserahkan

kepada ketua Yayasan Dharmais pada 9 Januari 1989. Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” merupakan rumah sakit yang didirikan atas gagasan mantan Presiden

Republik Indonesia Soeharto selaku Ketua Yayasan Dharmais yang merasa

prihatin karena jumlah penderita kanker yang semakin meningkat dan menjadi

salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Pengelolaan pasien kanker

memerlukan alat-alat, fasilitas, dan obat yang mahal. Pasien yang mampu

cenderung memilih berobat ke luar negeri karena pelayanan di sana dirasa lebih

lengkap dan nyaman. Hal ini mendorong yayasan mendirikan suatu rumah sakit

yang mampu memberikan pelayanan lengkap, terpadu, nyaman serta dapat

dinikmati pasien yang mampu dan kurang mampu. Pembangunan rumah sakit

dimulai Mei 1991 pada bidang tanah seluas 63.540 hektar dan selesai 5 Juli 1993.

Pada 30 Oktober 1993, Rumah Sakit Kanker “Dharmais” diresmikan oleh Bapak

Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia pada masa itu, di bawah

Departemen Kesehatan. Namun secara operasional dikelola oleh Yayasan

Dharmais. Pada awal tahun 1998, oleh karena terjadi krisis multidimensional serta

akibat biaya operasional dan biaya perawatan yang meningkat, Rumah Sakit

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

32

Universitas Indonesia

Kanker ”Dharmais” (RSKD) kemudian diserahkan kepada Departemen Kesehatan

secara utuh. Pada tahun 2000, RSKD diberikan otonomi khusus dari pemerintah

yaitu perubahan status secara resmi dan berlaku menjadi Perusahaan Jawatan

(Perjan) sejak Februari 2002, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.128 Tahun

2000. Dengan bentuk ini, diharapkan rumah sakit bisa mandiri dan rumah sakit

diperbolehkan membuka fasilitas yang dapat memberikan profit kepada rumah

sakit. Adanya pergantian pemerintahan pada tahun 2005, menyebabkan semua

rumah sakit yang berbentuk Perjan kembali ke unit masing-masing dan berstatus

Badan Layanan Umum (BLU). BLU adalah instansi yang dibentuk dengan tujuan

memberikan pelayanan kepada masyarakat, berupa penyedia barang dan atau jasa

yang dijual dengan mengesampingkan keuntungan atau dengan menekankan

pelayanan yang dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan produktifitas. Strategi

ini diharapkan mampu merubah Rumah Sakit Kanker ”Dharmais” menjadi

mandiri, menyejahterakan karyawan serta siap berkompetisi dengan rumah sakit

lain.

3.2 Visi, Misi, Motto, Falsafah dan Budaya Kerja Rumah Sakit Kanker

”Dharmais” (Profil Rumah Sakit Kanker ”Dharmais”)

3.2.1 Visi

Menjadi Rumah Sakit dan Pusat Kanker Nasional yang merupakan

panutan dalam penanggulangan kanker di Indonesia.

3.2.2 Misi

Melaksanakan pelayanan, pendidikan dan penelitian yang bermutu tinggi

di bidang penanggulangan kanker.

3.2.3 Motto

Motto Rumah Sakit Kanker “Dharmais” yaitu tampil lebih baik, ramah dan

professional.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

33

Universitas Indonesia

3.2.4 Falsafah dan Budaya Kerja

Rumah Sakit Kanker “Dharmais” memiliki falsafah yang berbunyi rasa

kebersamaan menyertai kegiatan terpadu demi mewujudkan pelayanan terhadap

kesehatan. Sedangkan budaya kerja yang ada di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

yaitu Rumah Sakit Kanker ”Dharmais” melakukan pelayanan, pendidikan, dan

penelitian yang bermutu tinggi di bidang kanker melalui aktualisasi SMILE ! & C

:

S : Senyum dan selalu siap melayani

M : Mengutamakan mutu pelayanan, pencegahan pencemaran dan

pengendalian dampak lingkungan, pencegahan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, untuk kepentingan dan keselamatan pengunjung,

pasien dan karyawan

I : Ikhlas dalam melaksanakan tugas

L : Loyal pada pimpinan dan berdedikasi dalam tugas serta taat pada

peraturan perundangan yang berlaku.

E : Excellent dalam pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta disiplin

administrasi yang tertib dan efisien

! : Merupakan simbol optimis yang berarti mempunyai sikap selalu

optimis menghadapi segala tantangan dan hambatan dalam tugas

C : Continually Improvement, senantiasa melakukan perbaikan mutu

pelayanan, lingkungan, dan keselamatan kesehatan kerja (K3) secara

berkesinambungan

3.3 Maksud dan Tujuan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (Profil

Rumah Sakit Kanker ”Dharmais”)

Maksud dan Tujuan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” adalah untuk:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan kanker menuju pelayanan prima.

2. Meningkatkan manajemen rumah sakit.

3. Meningkatkan mutu profesionalisme.

4. Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan

pengembangan.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

34

Universitas Indonesia

5. Meningkatkan jangkauan pelayanan.

6. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

3.4 Fungsi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (Profil Rumah Sakit

Kanker ”Dharmais”)

Untuk mencapai maksud dan tujuan di atas, Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Melaksanakan upaya peningkatan pelayanan kesehatan.

2. Melaksanakan upaya pencegahan terjadinya penyakit kanker.

3. Melaksanakan upaya penyembuhan terhadap pasien kanker.

4. Melaksanakan upaya rehabilitasi terhadap pasien kanker.

5. Melaksanakan asuhan dan pelayanan keperawatan.

6. Melaksanakan rujukan kesehatan.

7. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan.

8. Melaksanakan penelitian dan penyebarluasan hasil penelitian.

9. Melaksanakan administrasi umum dan keuangan.

3.5 Kegiatan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (Profil Rumah Sakit

Kanker ”Dharmais”)

Untuk melaksanakan fungsi-fungsinya, Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

menyelenggarakan kegiatan:

1. Pelayanan kesehatan paripurna kepada masyarakat baik dalam bentuk

pelayanan promotif, preventif, kuratif, paliatif, maupun rehabilitatif secara

paripurna.

2. Pengembangan pelayanan, pendidikan, dan penelitian di bidang onkologi

yang meliputi molekuler, medik, bedah, radiasi, diagnostik serta pelayanan

penunjangnya.

3. Pendidikan, pelatihan, penelitian, dan usaha lain dalam bidang kesehatan.

4. Pengelolaan administrasi umum dan keuangan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

35

Universitas Indonesia

3.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Struktur organisasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (RSKD) dapat dilihat

pada Lampiran 1. Dalam struktur organisasi tersebut RSKD dipimpin oleh

seorang dokter sebagai direktur utama yang diawasi oleh dewan pengawas.

Direktur utama membawahi empat Direktur, yaitu:

1. Direktur Medik dan Keperawatan

Direktur ini membawahi bidang medik, keperawatan, dan rekam medik.

Direktur ini mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan medis

di rumah sakit.

2. Direktur SDM dan Pendidikan

Direktur ini membawahi bagian sumber daya manusia, bagian pendidikan

dan pelatihan, dan bagian penelitian dan pengembangan.

3. Direktur Keuangan

Direktur ini membawahi bagian keuangan, yang meliputi penyusunan

anggaran, mobilisasi dana, akutansi, dan verifikasi.

4. Direktur Umum dan Operasional

Direktur ini mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan tata usaha,

sistem informasi manajemen, dan pelayanan pelanggan.

3.7 Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (RSKD) terletak di Jalan Letnan

Jenderal S. Parman kavling 84-86 Slipi, Jakarta Barat. Bangunan RSKD terdiri

dari tiga blok bangunan, yaitu bangunan rumah sakit, bangunan penelitian dan

pengembangan serta asrama, dan bangunan penunjang. Bangunan RSKD yang

digunakan untuk pelayanan pasien kanker meliputi:

1. Lantai dasar (Basement): Instalasi Radiodiagnostik, Instalasi Radioterapi,

Bagian Rekam Medik, Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu, Pusat

Komputer, Unit Deteksi Dini Kanker.

2. Lantai 1: Pintu gerbang utama lobby, Registrasi dan Informasi, Layanan

Pelanggan, Instalasi Patologi Klinik, Instalasi Patologi Anatomi dan

Kamar Jenazah, Satelit Farmasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat,

Instalasi Rawat Jalan (termasuk Unit Diagnostik Terpadu, Unit Prosedur

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

36

Universitas Indonesia

Diagnostik dan Endoskopi, Unit Rawat Singkat), Instalasi Gizi, Bank

Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia.

3. Lantai 2: Poliklinik Rawat Jalan Kanker (Poliklinik Onkologi), Instalasi

Rehabilitasi Medik, Instalasi Farmasi, Instalasi Bank Darah, Kafetaria

umum, Ruang Serbaguna dan Minimarket, Satelit Farmasi Rawat Inap,

Satelit Obat Tradisional, dan Unit Penerimaan Barang.

4. Lantai 3: Instalasi Bedah Pusat, Instalasi Rawat Intensif, Ruang Handling

Cytotoxic Unit dan IV admixture, High Care Unit (HCU), Intensive Care

Unit (ICU), Ruang Direksi, Badan Pelaksana Harian Dewan Penyantun,

Ruang Administrasi dan Sekretariat.

5. Lantai 4: Ruang Rawat Inap Kelas II, dan Ruang Rawat Anak.

6. Lantai 5: Ruang Isolasi Imunitas Menurun (RIIM), Ruang Isolasi

Radioaktif (RIRA) dan Ruang Rawat Inap Kelas III.

7. Lantai 6: Ruang Rawat Inap Kelas III, Ruang Rawat Inap Pasca Operasi.

8. Lantai 7 : Ruang Rawat Inap Kelas I.

9. Lantai 8: Ruang Rawat Inap Kelas VIP, VVIP dan Kelas I.

Ruang perawatan pasien dibagi menjadi ruang perawatan kelas I, II, III,

VIP, VVIP, ruang ICU, ruang HCU, RIIM, dan RIRA. Ruang ICU dan HCU

merupakan ruang perawatan pasien kritis untuk mencegah, mengurangi dan

memperbaiki komplikasi, yang membedakan keduanya ruang ICU diperuntukkan

bagi pasien dalam kondisi daya tahan tubuh menurun, sedangkan ruang HCU

tidak. RIIM ditujukan untuk pasien yang imunitas tubuhnya menurun atau

mengalami penurunan jumlah leukosit, karena efek kemoterapi, agar tidak mudah

terinfeksi. RIRA ditujukan untuk pasien yang mendapatkan terapi dengan bahan

radioaktif.

Ruang kelas I terdiri dari 56 tempat tidur, kelas II ada 32 tempat tidur,

kelas III ada 52 tempat tidur, kelas VIP ada 14 tempat tidur, kelas VVIP ada 2

tempat tidur, ruang perawatan pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat

(JAMKESMAS) dan KJS (Kartu Jakarta Sehat) ada 77 tempat tidur, RIIM ada 5

tempat tidur, RIRA ada 6 tempat tidur, ruang anak ada 25 tempat tidur, dan ruang

ICU ada 15 tempat tidur.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

37

Universitas Indonesia

Bangunan Penelitian dan Pengembangan Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

meliputi :

1. Lantai 1: Gedung Auditorium, Instalasi Administrasi Pasien Jaminan.

2. Lantai 2 & 3: Bagian Penelitian dan Pengembangan, Instalasi Layanan

Pengadaan.

3. Lantai 4: Ruang Perawatan Jamkesmas (Ruang Teratai).

4. Lantai 5: Bagian Pendidikan dan Pelatihan, Perpustakaan, Instalasi

Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

5. Lantai 6: Bagian Keuangan & Sumber Daya Manusia (SDM).

3.8 Akreditasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Rumah Sakit Kanker “Dharmais’ (RSKD) merupakan rumah sakit khusus

milik pemerintah dengan tipe A. Akreditasi RSKD masih mengikuti sistem

akreditasi KARS 2007. RSKD juga telah mendapat sertifikasi dalam penerapan

OHSAS 18001 : 2007, ISO 9000 : 2008, dan ISO 14001 : 2004 untuk seluruh

pelayanan yang ada di rumah sakit. Sehingga sebanyak 16 pelayanan memperoleh

akreditasi penuh tingkat lanjut tahun 2009 yang kedua kalinya.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

38 Universitas Indonesia

BAB 4

TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT KANKER

“DHARMAIS”

4.1 Latar Belakang

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” adalah unit pelayanan

fungsional yang bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Tugas

utamanya adalah melaksanakan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang

berorientasi kepada pasien dan dipimpin oleh seorang apoteker. Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Kanker “Dharmais” memiliki peran penting terhadap pelayanan kepada

pasien karena sebagian besar tindakan medik di rumah sakit memerlukan perbekalan

kefarmasian.

Kegiatan pelayanan kefarmasian yang ada di Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” (RSKD) meliputi pengelolaan perbekalan farmasi dimulai dari

perencanaan dan pemilihan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan hingga

pendistribusian, pemusnahan, pengendalian dan penggunaan perbekalan farmasi yang

diikuti dengan pemberian pelayanan informasi dan monitoring terapi obat.

4.2 Visi, Misi, Falsafah, Tujuan, dan Fungsi

4.2.1 Visi

Visi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” menjadi Instalasi

Farmasi panutan di bidang kanker bagi Farmasi Rumah Sakit di Indonesia.

4.2.2 Misi

Misi dari Instalasi Farmasi RSKD adalah sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pelayanan farmasi dari aspek manajemen, aspek klinik,

dan aspek produksi.

2. Ikut serta dalam program pendidikan, penelitian, dan pengembangan untuk

menunjang pengobatan, khususnya di bidang kanker.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

39

Universitas Indonesia

4.2.3 Falsafah

Pelayanan farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

pelayanan kesehatan secara utuh di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dan berorientasi

pada pelayanan pasien, melakukan penyediaan obat yang bermutu serta terjangkau

bagi semua lapisan masyarakat.

4.2.4 Tujuan

Tujuan dari Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” sebagai berikut :

1. Memberikan pelayanan farmasi secara profesional kepada pasien sehingga

efek pengobatan tercapai.

2. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di Rumah

Sakit Kanker "Dharmais".

3. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan dokter, perawat dan tenaga

kerjakesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi rumah sakit.

4. Melaksanakan kebijakan obat di Rumah Sakit Kanker "Dharmais" dalam

rangka penggunaan obat yang rasional.

5. Mengembangkan ilmu dan profesi kefarmasian khusus kanker serta

menyebarkan kepada para Apoteker Rumah Sakit di seluruh Indonesia.

4.2.5 Fungsi

Fungsi Instalasi Farmasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” sebagai

berikut:

1. Melaksanakan perencanaan pengadaan obat dan alat kesehatan untuk

pelayanan kepada pasien kanker.

2. Melaksanakan penyimpanan obat dan alat kesehatan secara aman sesuai

prinsip-prinsip pengelolaan logistik.

3. Melaksanakan pendistribusian obat dan alat kesehatan dengan mengutamakan

mutu, efesiensi, biaya, ketepan waktu, keamanan, rasionalisasi dan tanggung

jawab.

4. Melaksanakan pencampuran obat kanker untuk menunjang perkembangan

pelayanan.

5. Melaksanakan sterilisasi pencampuran obat-obat kanker.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

40

Universitas Indonesia

6. Melakukan penelitian di bidang kefarmasian yang berkaitan dengan obat

kanker.

7. Melakukan pengawasan penggunaan obat kanker terhadap pasien.

8. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

9. Melaksanakan pelayanan informasi ob30at.

10. Melaksanakan pengembangan staf melalui pendidikan dan pelatihan terkait.

4.3 Struktur Organisasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” berada dibawah direktur

medik dan keperawatan. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang kepala instalasi

farmasi, dibantu oleh koordinator administrasi, kepala unit pelayanan I (satelit

farmasi), kepala unit pelayanan II (UDD), kepala unit penunjang (logistik farmasi),

dan kepala unit produksi farmasi, serta staf farmasi yang bertanggung jawab pada

setiap kegiatan pelayanan yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker

“Dharmais”. Struktur organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.4 Peran dan Kegiatan

Peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” adalah

melaksanakan pelayanan farmasi secara profesional. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSKD meliputi :

1. Menyelenggarakan pelayanan farmasi dari aspek manajemen.

2. Menyelenggarakan kegiatan produksi, baik produksi steril maupun produksi non

steril.

3. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinik

4.4.1 Manajemen Farmasi

Manajemen farmasi merupakan siklus kegiatan yang dimulai dari proses

perencanaan dan pemilihan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan hingga

pendistribusian, penghapusan dan pengendalian serta evaluasi yang diperlukan bagi

kegiatan pelayanan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

41

Universitas Indonesia

4.4.1.1 Pemilihan

Pemilihan dilakukan untuk menetapkan jumlah dan jenis sediaan farmasi

dan alat kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan di rumah sakit agar

penggunaan obat yang rasional dapat tercapai. Proses pemilihan perbekalan farmasi

di rumah sakit dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) melalui penyusunan,

pengembangan, dan evaluasi formularium rumah sakit yang dilakukan secara berkala.

Penyusunan formularium Rumah Sakit Kanker “Dharmais” menggunakan pola 1:2:1

(1 original: 2 me too : 1 generik).

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (RSKD)

dibentuk berdasarkan SK Direksi Utama RSKD No.HK.00.06/1/0021 tanggal 4

Januari 2010. PFT bertugas mengawasi dan membantu pengelolaan perbekalan

farmasi di instalasi farmasi. Susunan personalia PFT di RSKD berdasarkan

Keputusan Direksi Rumah Sakit Kanker “Dharmais“ Nomor :

HK.01.01/1/02234/2013 adalah :

1. Pengarah : Direktur Utama.

2. Ketua : Dokter spesialis medik, ketua komite medika.

3. Sekretaris : Apoteker (kepala instalasi farmasi).

4. Seksi-seksi : a. Seksi pelayanan dan informasi obat

b. Seksi pendidikan dan penelitian.

Kewajiban PFT meliputi:

1. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit agar pengelolaan dan

penggunaan obat secara rasional dapat tercapai.

2. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah

sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain.

3. Melaksanakan pendidikan di bidang pengelolaan dan penggunaan obat

terhadap pihak-pihak yang terkait.

4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan

umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.

Tugas Khusus PFT RS Kanker “Dharmais” :

a) Seksi Pelayanan dan Informasi Obat

1. Melaksanakan evaluasi penulisan obat dengan nama generik, kesesuaian

dengan formularium dan DOEN.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

42

Universitas Indonesia

2. Membuat pedoman penggunaan antibiotik.

3. Menyusun daftar obat-obatan untuk gawat darurat.

4. Menentukan standar minimal order obat.

5. Melaksanan pelayanan informasi obat secara aktif dan pasif :

PKMRS.

Buletin.

Menjawab pertanyaan.

b) Seksi Pendidikan dan Penelitian

1. Melaksanakan pendidikan tentang penggunaan obat secara rasional.

2. Mengatur jadwal presentasi prinsipal.

3. Melaksanakan pemantauan rasionalitas, efek samping, dan keamanan

obat.

4. Melaksanakan pengkajian penggunaan obat.

5. Melaksanakan audit tentang obat.

4.4.1.2 Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertujuan

agar pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dapat memenuhi kriteria tepat

jenis, tepat jumlah, tepat waktu, serta efisien. Proses dalam perencanaan meliputi

pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan

dan anggaran rumah sakit.

Terdapat tiga metode perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, yakni

morbiditas, pola konsumsi, dan kombinasi antara pola konsumsi dan morbiditas.

Perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” menggunakan

metode konsumsi.

Perencanaan perbekalan farmasi (obat dan alat kesehatan) di Rumah Sakit

Kanker “Dharmais” dilakukan secara komputerisasi menggunakan Sistem Informasi

Rumah Sakit (SIRS) yang terhubung dengan unit-unit di Rumah Sakit terkait dengan

kegiatan perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

43

Universitas Indonesia

4.4.1.3 Pengadaan

Setelah dilakukan pemilihan dan perencanaan perbekalan kefarmasian, tahap

selanjutnya adalah melakukan pengadaan. Kegiatan ini bertujuan memenuhi

kebutuhan sesuai dengan perencanaan yang telah disetujui oleh pihak rumah sakit.

Pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dilakukan oleh

Instalasi Layanan Pengadaan (ILP). Pengadaan dilakukan berdasarkan Material

Request (MR) yang diajukan oleh Instalasi Farmasi.

Pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” terdiri

dari dua jenis, yaitu perbekalan yang dapat langsung digunakan oleh pasien dan

perbekalan yang harus diproses dahulu di bagian produksi atau pembuatan sediaan

farmasi, baik produksi steril maupun non-steril.

4.4.1.4 Penerimaan

Perbekalan farmasi yang datang dari distributor atau PBF (Pedagang Besar

Farmasi) diterima oleh Unit Penerimaan Barang (UPB). Kegiatan ini meliputi

penerimaan perbekalan farmasi yang telah diadakan oleh ILP sesuai dengan aturan

kefarmasian dan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu

penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan. Perbekalan farmasi yang

diterima kemudian diperiksa kondisi (barang dan kemasan tidak cacat), jenis dan

jumlah, waktu kadaluarsa (minimal dua tahun), dan kesesuaian nama perbekalan

farmasi yang diterima dengan yang dipesan (kesesuaian barang dengan faktur dan

juga Purchasing Order (PO) dari rumah sakit). UPB juga memeriksa kesesuaian

nomor PO yang tertera pada faktur dengan nomor PO yang tertera pada SPB (Surat

Pesanan Barang) atau pada lembar PO dari rumah sakit. Pemeriksaan kesesuaian

antara barang yang datang dengan barang yang dipesan juga diperiksa oleh petugas

logistik farmasi ketika pengambilan barang dari UPB ke bagian logistik farmasi.

Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kesesuaian antara fisik barang dengan PO, dan

faktur dari distributor.

4.4.1.5 Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan menata dan memelihara dengan cara

menempatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada tempat yang

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

44

Universitas Indonesia

dinilai aman dari pencurian dan gangguan fisik dan dapat merusak mutu obat.

Kegiatan penyimpanan harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan sifat dan

stabilitas perbekalan farmasi sehingga kualitas, kuantitas, dan keamanan perbekalan

farmasi dapat terjaga, serta mempermudah pencarian barang yang disimpan sehingga

dapat menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan penyimpanan yaitu

suhu dan kelembaban ruangan yang tepat, sesuai dengan sifat dan stabilitas

perbekalan farmasi, serta keamanan. Perbekalan farmasi yang telah diserahkan ke

petugas koordinator logistik farmasi akan disimpan dalam tempat penyimpanan, dan

disusun berdasarkan jenis, bentuk sediaan, abjad, serta status obat tersebut (obat

Askes atau obat umum).

4.4.1.6 Pendistribusian

Pendistribusian adalah kegiatan menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi

dan alat kesehatan dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan atau

kepada pasien. Sistem pendistribusian obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit “Dharmais” meliputi pendistribusian perbekalan farmasi dasar,

perbekalan farmasi individu, dan paket tindakan. Untuk pendistribusian perbekalan

farmasi individu dilakukan melalui beberapa satelit farmasi di rumah sakit, yakni

Satelit Farmasi Rawat Inap (SAFARI), Satelit Farmasi Rawat Jalan (SAFARJAN).

Untuk pendistribusian perbekalan farmasi dasar dilakukan secara langsung ke unit-

unit atau ruangan yang memerlukan, demikian pula dengan pendistribusian paket

tindakan.

4.4.1.7 Pengendalian

Pengendalian merupakan kegiatan pengawasan perbekalan farmasi untuk

mencegah terjadinya penumpukan barang atau barang berlebih melalui metode VEN

dan ABC atau kombinasi keduanya. Dengan analisis ABC, jenis-jenis perbekalan

farmasi dapat diidentifikasi berdasarkan nilai nominal dalam rupiah. Prinsip utama

analisa ABC adalah mengurutkan jenis-jenis perbekalan farmasi dimulai dari jenis

yang membutuhkan anggaran atau rupiah terbanyak. Berikut ini adalah kategori-

kategori perbekalan farmasi berdasarkan analisis ABC :

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

45

Universitas Indonesia

1. Perbekalan Farmasi kategori A menyerap anggaran 70%

2. Perbekalan Farmasi kategori B menyerap anggaran 20%

3. Perbekalan Farmasi kategori C menyerap anggaran 10%

Sedangkan analisis VEN dilakukan dengan menentukan prioritas kebutuhan

suatu perbekalan farmasi, antara lain termasuk vital (harus tersedia), esensial (perlu

tersedia), atau non-esensial (tidak prioritas untuk disediakan). Kriteria VEN yang

umum adalah perbekalan farmasi dikelompokkan sebagai berikut:

1. Vital (V), bila persediaan farmasi tersebut diperlukan untuk menyelamatkan

jiwa (life saving drugs) dan bila tidak tersedia akan meningkatkan resiko

kematian.

2. Esensial (E), bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk

menyembuhkan penyakit atau mengurangi penderitaan pasien.

3. Non-esensial (N), meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang digunakan

untuk penyakit yang dapat sembuh secara alami (self-limiting disease),

perbekalan farmasi yang diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang

mahal namun tidak mempunyai kelebihan manfaat dibanding perbekalan

farmasi sejenis lainnya, dan lain-lain.

Gabungan analisis ABC dan VEN dapat dituangkan melalui matriks ABC-

VEN. Matriks ini dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk

menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua obat

vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C hendaknya disediakan, namun

kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk obat non-esensial dalam

kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya

disesuaikan dengan kebutuhan.

Kategori A B C

V VA VB VC

E EA EB EC

N NA NB NC

4.4.1.8 Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan pemusnahan terhadap perbekalan farmasi

yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, atau mutu yang tidak memenuhi

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

46

Universitas Indonesia

standar. Penghapusan barang diusulkan oleh bagian IFRS ke tim penghapusan untuk

dimusnahkan. Tim penghapusan barang mengajukan izin pemusnahan barang kepada

Kementerian Kesehatan. Apabila disetujui, maka pihak Kementerian Kesehatan akan

membuat berita acara bahwa barang boleh dimusnahkan, selanjutnya dilakukan

pemusnahan yang disertai saksi dari pihak Kementerian Kesehatan dan pihak Rumah

Sakit.

4.4.1.9 Pelayanan Pasien Rawat Inap

Pelayanan obat pasien rawat inap dilakukan di depo farmasi yang berada di

tiap ruangan rawat inap di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, yaitu di kelas

VIP/VVIP, kelas I, kelas II, kelas III, dan ruang anak. Adanya depo farmasi bertujuan

memberikan kemudahan penyiapan dan pendistribusian perbekalan farmasi kepada

pasien sehingga pelayanan kepada pasien dapat dilakukan dengan lebih mudah dan

cepat. Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap dilakukan secara

Unit Dose Dispensing (UDD) yang dilakukan dengan menyiapkan obat untuk tiap

waktu pemberian (dosis satu kali pemberian) untuk penggunaan selama 24 jam

(sesuai dosis obat dan aturan pakai). Selain itu, juga terdapat lemari khusus untuk

penyimpanan obat-obat dan perbekalan kesehatan lain yang bersifat life saving (obat-

obat emergency).

4.4.2 Produksi

Produksi farmasi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, maupun

mengemas kembali sediaan farmasi yang dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi untuk

menunjang dan memenuhi kebutuhan pasien. Produksi tersebut meliputi produksi

steril dan produksi nonsteril. Tujuan dilakukan produksi adalah:

a. Menyediakan produk yang tidak terdapat di pasaran.

b. Memproduksi sediaan penunjang untuk menegakkan proses diagnosa.

c. Memproduksi sediaan farmasi dengan harga yang lebih terjangkau untuk

pasien.

d. Mengerjakan produk yang dibutuhkan dengan segera dan memerlukan

penanganan khusus seperti rekonstitusi obat kanker dan IV admixture.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

47

Universitas Indonesia

4.4.2.1 Produksi Non-Steril

Produksi nonsteril dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau

berdasarkan permintaan dari bagian koordinator logistik. Pendistribusian produk non

steril dilakukan oleh bagian koordinator logistik. Apabila stok barang di koordinator

logistik sudah mencapai stok minimal, bagian koordinator logistik akan membuat

permintaan ke bagian produksi. Produk nonsteril yang dihasilkan di Rumah Sakit

Kanker “Dharmais” meliputi:

a. Dharmeza powder, Dharmezin ointment, dan Dharwash Mouthwash sebagai

perawatan luka.

b. Saliva substitusi (air liur buatan), digunakan pada pasien yang mendapat

terapi radiasi pada kanker lidah dan kanker nasofaring.

c. Poli etilen glikol (PEG) sebagai laksansia sebelum dilakukan pemeriksaan

kolonoskopi.c

d. Larutan asam cuka untuk penunjang diagnosis dalam radioterapi.

e. Garam Inggris sebagai laksansia untuk menunjang proses kolonoskopi.

f. H2O2 sebagai pencuci jaringan dan untuk tetes telinga.

g. OBH sebagai obat batuk.

h. Handrub untuk mencuci tangan.

i. Indigo Carmin sebagai pewarna untuk penandaan dalam penegakan diagnosa.

4.4.2.2 Produksi Steril dan PIVAS (Pharmacy Intravenous Admixture Service)

PIVAS (Pharmacy Intravenous Admixture Service) merupakan pelayanan

Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” yang bertujuan untuk :

1. Mendapatkan sediaan dengan sterilitas terjamin.

2. Mendapatkan sediaan dengan mutu terjamin (kompatibel dengan pelarut, obat

lain, material kontainer, serta stabilitas terjamin).

3. Mengurangi medication error (kesalahan dalam pemberian obat).

4. Meningkatkan efisiensi dengan mengurangi terbuangnya kelebihan obat.

5. Penghematan waktu perawat.

6. Memberi perlindungan kepada petugas dan lingkungan, khusus untuk obat

atau sediaan yang berbahaya (obat kanker).

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

48

Universitas Indonesia

Kegiatan produksi steril non injeksi diantaranya pembuatan basis krim efudix

sebagai sediaan penunjang perawatan luka kanker kulit yang mengandung 5-FU dan

tetriplex untuk penunjang dalam penegakan diagnosa kanker. Kegiatan PIVAS

meliputi pencampuran obat injeksi non kanker (IV admixture) dan pencampuran obat

kanker (Handling Cytotoxic). Obat injeksi kanker maupun obat injeksi non kanker

(IVadmixture) harus terjamin sterilitas dan mutunya mulai dari produksi sampai

diberikan kepada pasien, oleh karena itu peralatan yang terjamin mutu dan

kualitasnya serta petugas yang terampil.

4.4.3 Pelayanan Farmasi Klinik

Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan farmasi klinik pada dasarnya

mengatur dan memberikan informasi mengenai cara penggunaan perbekalan farmasi

yang efektif, efisien, aman, dan bertanggung jawab untuk mencapai rasionalitas

penggunaan obat dengan mengutamakan kepentingan pasien. Untuk melaksanakan

kegiatan ini apoteker harus memiliki pengetahuan (knowledge), keahlian dan

ketrampilan (skill), perilaku (attitude) serta kemampuan kerjasama dengan profesi

terkait lainnya di rumah sakit.

Adapun tujuan dari kegiatan pelayanan farmasi klinik adalah :

1. Meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan kefarmasian.

2. Meningkatkan kerjasama dengan dokter, perawat dan profesi kesehatan terkait

lainnya.

3. Meningkatkan rasionalitas penggunaan obat, antara lain penggunaan obat

yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat dosis regimen dan waspada terhadap

efek samping obat.

Kegiatan farmasi klinik yang diselenggarakan di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Kanker “Dharmais“ meliputi:

1. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat dilakukan pada pengobatan pasien rawat inap

dengan harapan tercapainya rasionalitas pengunaan obat oleh pasien dengan cara

memantau penggunaan obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien. Untuk

penggunaan antibiotik, PTO dilakukan menggunakan catatan pemberian

antibiotik. Melalui Pemantauan Terapi Obat dapat diketahui keterangan mengenai

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

49

Universitas Indonesia

pasien, profil penggunaan obat selama perawatan, parameter klinis (suhu, leukosit,

atau kultur), efek obat yang ditemukan, dan hasil terapi.

2. Monitoring Interaksi Obat

Kegiatan ini berfungsi untuk mendeteksi adanya interaksi antara obat-obatan

yang diberikan oleh dokter, sehingga interaksi obat yang berpotensi menimbulkan

efek buruk bagi pasien dapat dihindari. Program ini didukung oleh software Drug

Interaction Fact®

dan literatur yang tersedia. Interaksi yang ditemukan pada

literatur akan dibandingkan dengan kondisi pasien yang sebenarnya agar dibuat

rekomendasi yang sesuai kepada dokter.

3. Ronde/visite

Ronde/Visite adalah suatu kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang

dilakukan secara bersama oleh tim dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tujuan

dilakukannya ronde/visite untuk memantau kondisi pengobatan harian pasien

secara seksama dan menyeluruh sehingga dapat tercapai rasionalisasi pengobatan

pasien, menilai kemajuan pasien, dan meningkatkan kerjasama dengan tenaga

kesehatan lain.

4. PIO (Pelayanan Informasi Obat)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) dilakukan oleh apoteker untuk memberikan

informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat,

profesi kesehatan lain, dan pasien di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Kegiatan

PIO dapat dilakukan secara pasif maupun secara aktif. Informasi yang diberikan

dapat bersifat segera (CITO) maupun yang dapat ditunda.

Tujuan dilakukan PIO adalah untuk memberikan informasi mengenai obat

kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dengan cepat dan

akurat, menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat terutama kebijakan bagi PFT, meningkatkan

profesionalisme apoteker, dan menunjang terapi obat yang rasional.

5. Konseling

Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan cara penggunaan obat yang

diresepkan kepada pasien. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman

yang benar mengenai obat dan pengobatan kepada pasien serta memberikan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

50

Universitas Indonesia

motivasi kepada pasien. Informasi yang dapat diberikan dalam konseling meliputi:

nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama

penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, interaksi yang

mungkin terjadi, cara penyimpanan obat, serta hal-hal lain yang perlu diperhatikan

dalam pengobatan pasien tersebut.

6. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan

setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi

pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,

diagnosis, dan terapi. MESO dilakukan jika ada pelaporan dari pasien, perawat

ataupun dokter. Tujuan dilakukan monitoring efek samping obat adalah untuk

mengetahui Efek Samping Obat (ESO) yang belum terdokumentasi dalam

literature, sebagai upaya melengkapi informasi ESO obat secara obyektif dan

mengetahui tindakan yang diperlukan untuk menangani kejadian ESO.

4.4.4 Pencatatan dan Pelaporan

Kegiatan ini merupakan dokumentasi dari setiap kegiatan yang dilaksanakan

oleh semua unit di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” yang meliputi:

1. Koordinator Logistik

a. Pencatatan barang masuk dan keluar

b. Pencatatan kartu stok

c. Pencatatan barang expire date dan rusak

d. Pencatatan pendistribusian barang farmasi

e. Pencatatan perencanaan barang farmasi

f. Pencatatan lain-lain yang dibutuhkan

2. Unit produksi

a. Pencatatan permintaan produksi, handling cytotoxic, IV-admixture

b. Pencatatan identitas pasien, dokter dan asal permintaan

c. Pengisian form permintaan

d. Pencatatan lainnya yang diperlukan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

51

Universitas Indonesia

3. Unit Pelayanan

a. Pencatatan permintaan obat/alkes dalam kardeks

b. Dispensing dan delivery obat

c. Serah terima obat dengan perawat

d. Pencatatan obat yang tidak terlayani dan kasus lainnya

4. Administrasi dan pelaporan

a. Pencatatan surat masuk dan keluar

b. Pembuatan laporan sesuai kebutuhan dan lain-lain

5. Farmasi klinik

a. Pencatatan kegiatan konseling

b. Pencatatan kegiatan pelayanan informasi obat

c. Permintaan handling cytotoxic, IV-admixture, dan lain-lain

Pelaporan ini dilakukan secara rutin setiap bulan, enam bulan dan tahunan.

Hasil laporan tersebut akan menunjukkan semua kegiatan yang telah dilakukan yang

meliputi kegiatan rutin, perkembangan dan cakupan pelayanan. Hal ini diperlukan

untuk mengevaluasi dan menilai pencapaian target kinerja Instalasi Farmasi Rumh

Saki Kanker “Dharmais”, Kemudian dari kesimpulan ini dibuat rencana tindak lanjut

dan penanganan masalah yang diperlukan.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

52 Universitas Indonesia

BAB 5

INSTALASI PENUNJANG: INSTALASI STERILISASI SENTRAL DAN

BINATU, BAGIAN REKAM MEDIS DAN INSTALASI KESEHATAN

LINGKUNGAN RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS”

5.1 Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu Rumah Sakit Kanker

“Dharmais”

5.1.1 Definisi

Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu adalah instalasi dalam rumah sakit

yang menyediakan bahan/sediaan dan alat-alat steril kepada semua unit yang

melayani ruang perawatan, klinik, laboratorium khusus, dan ruang

operasi.Namun, di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” unit binatu terpisah dengan

Instalasi Sterilisasi Sentar (ISS). Dalam buku pedoman Instalasi Sterilisasi Sentral

(ISS) di rumah sakit yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan, ISS adalah unit

pelayanan non struktual yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang

sesuai standar/pedoman dan memenuhi kebutuhan barang steril di rumah sakit.

ISS ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit. ISS

dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan

rumah sakit. Kepala ISS dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-

tenaga fungsional dan atau non medis (Kementerian Kesehatan RI, 2009).

5.1.2 Tujuan dan Tugas ISS (Kementerian Kesehatan RI, 2009).

Tujuan ISS di rumah sakit adalah:

a. Membantu unit lain di RS yang membutuhkan kondisi steril untuk

pencegahan terjadinya infeksi

b. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta

menanggulangi infeksi nosokomial.

c. Efisiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada

pelayanan terhadap pasien.

d. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang

dihasilkan.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

53

Universitas Indonesia

Tugas ISS di rumah sakit adalah:

a. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.

b. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan.

c. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan,

kamar operasi, maupun ruangan lainnya.

d. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif

serta bermutu.

e. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan

perawatan pasien.

f. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan.

g. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi, maupun

sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.

h. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan

dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi

nosokomial.

i. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah

sterilisasi.

j. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf ISS baik yang

bersifat intern maupun ekstern.

k. Mengevaluasi hasil sterilisasi.

5.1.3 Aktivitas Fungsional ISS (Kementerian Kesehatan RI, 2009)

Alur aktivitas fungsional secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Pembilasan: pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di

ruang perawatan.

b. Pembersihan: semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik

sebelum dilakukan proses disinfeksi dan sterilisasi.

c. Pengeringan: dilakukan sampai kering

d. Inspeksi dan pengemasan: setiap alat bongkar pasang harus diperiksa

kelengkapannya, sementara untuk bahan linen harus diperhatikan densitas

maksimumnya.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

54

Universitas Indonesia

e. Memberi label: setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan

isi dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa proses

sterilisasi.

f. Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut yang

kemudian akan disterilkan.

g. Sterilisasi: sebaiknya diberikan tanggun jawab kepada staf yang terlatih.

h. Penyimpanan: harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi

penyimpanan yang baik.

i. Distribusi: dapat dilakukan berbagai sistim distribusi sesuai dengan rumah

sakit masing-masing.

5.1.4 Pelayanan ISSB di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB) di RSKD membawahi 2 unit

kerja yaitu unit sterilisasi dan unit binatu. Instalasi ini berada dibawah Direktorat

Umum dan Operasional. Unit Sterilisasi mempunyai 2 kegiatan pokok, yaitu:

1. Kegiatan sterilisasi, kegiatan ini dilakukan untuk mensterilkan alat dan

barang yang digunakan oleh instalasi-instalasi yang membutuhkan.

2. Kegiatan produksi, yaitu memproduksi barang-barang steril, seperti kassa

steril, lidi kapas, tampon, depper, kassa, alkohol dan lain-lain.

Instalasi Sterilisasi dan Binatu juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas

yang mendukung proses sterilisasi secara optimal, yaitu autoclave (metode

sterilisasi panas basah) yang dapat dilihat pada Lampiran 5 serta alat sterilisasi

plasma (metode ionisasi). Dalam rangka menjamin sterilitas produk, maka

dilakukan juga monitoring proses sterilisasi dengan menggunakan indikator

mekanik/fisika, kimia dan biologi. Alur pelayanan Instalasi Sterilisasi Sentral dan

Binatu dijelaskan pada Gambar 5.1 dan Lampiran 4.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

55

Universitas Indonesia

Gambar 5.1 Alur Pelayanan Instalasi Sterilisasi Sentral & Binatu Rumah Sakit

Kanker “Dharmais”

Keterangan:

: Daerah Kotor

: Daerah Bersih

: Daerah Mesin

: Daerah Steril

: Logistik

Tanggung jawab Instalasi Sterilisasi Sentral bervariasi tergantung dari

besar kecilnya rumah sakit, struktur organisasi dan proses sterilisasi. Tugas pokok

Unit Sterilisasi Sentral adalah menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan

kegiatan sterilisasi alat, bahan dan linen rumah sakit. Fungsi Unit Sterilisasi

Sentral adalah:

1. Melakukan proses sterilisasi alat, bahan, dan linen (Lampiran 37).

User

Pendistribusian

Penyimpanan

Pengemasan

- Indikatorisasi - Labelisasi

Sterilisasi suhu tinggi

Produksi Gudang

Pengadaan

Farmasi Rawat Jalan

danInap

OK

Kelas-kelas

Paket Tindakan

Penerimaan Cek Tgl sterilisasi

Cek kemasan

Cek tgl Expired

Uji mikrobiologi berkala

Cek indikator Cek Kemasan

Cek Label

Instrumen

Linen

Baju Operasi

Kassa Diatas 100° C

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

56

Universitas Indonesia

2. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan,

kamar operasi, maupun ruangan lainnya.

3. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif

serta bermutu.

4. Mempertahankan stok inventori barang steril yang memadai untuk

keperluan perawatan pasien.

5. Mempertahankan standar yang lebih ditetapkan.

6. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi maupun

sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.

7. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan

dan pengendalian infeksi bersama dengan Tim Pengendalian Infeksi

Nosokomial.

8. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah

sterilisasi.

9. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf Unit Sterilisasi

Sentral baik yang bersifat intern maupun ekstern.

10. Mengevaluasi hasil sterilisasi.

Instalasi Sterilisasi dan Binatu memiliki letak (Lampiran 7) dan pembagian

ruangan yang dimiliki yakni sebagai berikut:

1. Ruang Penerimaan (daerah kotor) adalah ruangan yang digunakan untuk

kegiatan menerima barang-barang yang akan disterilkan dengan mengisi

formulir barang yang belum steril (Lampiran 8).

2. Daerah Dekontaminasi adalah ruangan yang digunakan untuk kegiatan

pencucian alat misalnya box obat kemoterapi, pemilihan/penyortiran

barang-barang yang akan disterilisasi, perendaman, pembersihan dan

pembilasan. Ruangan tersebut dibatasi dengan garis berwarna merah.

3. Daerah Produksi adalah ruangan yang digunakan untuk kegiatan produksi

Instalasi Sterilisasi dan Binatu diantaranya pembuatan kassa, kapas

alkohol, depper, tampon dan lain-lain.

4. Daerah Persiapan adalah ruangan yang kegiatannya mempersiapkan

barang-barang yang akan disterilkan salah satunya yaitu memberi label

(labelling) dan sealing pada barang/alat yang akan disterilkan.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

57

Universitas Indonesia

5. Daerah Penyimpanan/Clean Room adalah ruangan untuk menyimpan

barang/alat yang sudah melalui proses sterilisasi dan untuk penyerahan

permintaan barang/alat steril disertai formulir penyerahan barang sudah

steril (Lampiran 38).

6. Ruangan penunjang adalah ruangan yang berfungsi untuk menunjang

kegiatan Instalasi Sterilisasi dan Binatu, diantaranya ruang ganti, ruang

istirahat, ruang pimpinan dan ruang rapat.

5.1.5 Autoclave Gettinge

Proses sterilisasi yang sering dilakukan di ISS ini adalah proses sterilisasi

uap menggunakan autoclave (Lampiran 5) dan proses sterilisasi ion menggunakan

plasma. Sterilisasi uap digunakan untuk barang-barang yang tahan terhadap

pemanasan pada suhu tinggi. Berikut ini adalah proses sterilisasi uap pada mesin

Autoclave Gettinge (GE 6612 AR-2):

1. Suhu 135 °C

a. Siklus sterilisasi memakan waktu 35 menit dengan waktu pemaparan

uap selama 7 menit. Digunakan untuk mensterilisasi instrumen-

instrumen yang telah dikemas.

b. Siklus sterilisasi memakan waktu 15 menit dengan waktu pemaparan

uap selama 3,5 menit. Digunakan untuk mensterilisasi instrumen-

instrumen yang dikemas.

2. Suhu 121°C

Siklus sterilisasi memakan waktu 45 menit dengan waktu pemaparan uap

selama 20 menit. Digunakan untuk mensterilisasi karet dan plastik.

Untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan

dalam proses sterilisasi uap sudah dipenuhi dengan baik maka perlu dilakukan

proses monitoring. Hal ini juga bertujuan untuk menjamin kualitas produk

luaran (output product) 100% steril. Berikut ini adalah jenis-jenis indikator

sterilisasi yang dilakukan untuk pengujian mutu: :

a. Indikator Mekanik

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

58

Universitas Indonesia

Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi seperti

gauge, tabel dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah

alat sterilisasi bekerja dengan baik. Kegunaan:

Pengukuran temperatur dan tekanan merupakan fungsi penting dari

sistem monitoring sterilisasi, maka bila indikator mekanik berfungsi

dengan baik akan memberikan informasi segera temperatur, tekanan,

waktu dan fungsi mekanik lainnya dari alat.

Memberikan indikasi adanya masalah apabila alat rusak dan

memerlukan perbaikan.

b. Indikator Kimia

Indikator kimia adalah indikator yang memadai terjadinya paparan

sterilisasi (misalnya: uap panas atau gas etilen oksid) pada obyek yang

disterilisasikan dengan adanya perubahan warna. Klasifikasi indikator kimia

adalah sebagai berikut:

1) Indikator Eksternal dan Indikator Internal (Lampiran 9)

Indikator eksternal, contoh: Autoclave tape (3M), berbentuk tape

dan digunakan di bagian luar kemasan. Dengan terjadinya perubahan

warna, indikator ini memberikan informasi bahwa bagian luar

kemasan benda yang disterilkan telah melewati proses sterilisasi.

Indikator internal, contoh: Comply (3M), berbentuk strip dan

pemakaiannya diletakkan pada bagian dalam kemasan akan terlihat

perubahan warna dari kuning menjadi hitam jika telah melewati

proses sterilisasi. Indikator ini digunakan untuk barang yang tidak

tembus pandang, misalnya tromol (box stainless).

2) Indikator untuk tes Bowie-Dick (Lampiran 10)

Indikator jenis ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum

pada alat sterilitasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam

ruang sterilisasi.Oleh karenanya hanya digunakan pada metode sterilisasi

uap panas yang yang menggunakan sistem vakum. Jadi indikator ini sama

sekali bukan untuk mengetahui kondisi sterilisasi telah tercapai.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

59

Universitas Indonesia

c. Indikator Biologi (Attest) (Lampiran 11)

Indikator biologi adalah sediaan yang berisi populasi mikroorganisme

spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter

yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu.

Mikroorganisme yang digunakan yaitu Geobacillus stearethermophillus.

Bakteri tersebut memberikan informasi bahwa barang sudah disterilkan atau

belum. Pada saat melakukan pengujian digunakan 2 indikator Attest, yang

pertama merupakan indikator uji yang dimasukkan ke dalam autoclave

bersama dengan linen, dan yang kedua merupakan indikator kontrol.

Kemudian keduanya dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 56C

selama 24-48 jam. Apabila Attest yang diproses (indikator uji) tidak berubah

warna tetap berwarna ungu, hal itu menunjukkan bahwa spora telah terbunuh

sehingga tidak ada pertumbuhan bakteri,akan tetapi apabila indikator uji Attest

hasilnya bewarna kuning, menunjukkan bahwa di dalam media terjadi

pembentukan asam yang menandakan masih ada pertumbuhan bakteri dalam

proses sterilisasi tersebut.

Berbeda dengan sterilisasi uap menggunakan autoclave yang digunakan

untuk barang-barang yang tahan pemanasan pada suhu tinggi, untuk melakukan

sterilisasi terhadap bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan digunakan

sterilisasi plasma secara ion menggunakan alat Sterrad® NX (Lampiran 6).

Biasanya alat ini digunakan untuk melakukan sterilisasi terhadap alat-alat

kedokteran single use yang ingin digunakan kembali dan hanya terbatas pada

beberapa jenis kateter, guidel dan body stapler (harus dengan persetujuan

direksi).

Pasca sterilisasi dilakukan monitoring steril/tidaknya produk akhir dengan

melakukan uji mikrobiologi pada produk akhir (produk steril) secara sampling

meliputi produk habis pakai, instrumen, dan linen steril. Begitu pula dilakukan

uji mirobiologi sterilitas ruangan yang meliputi fungsi HEPA dan udara di

ruang steril. Untuk mempertahankan agar ruangan sterilisasi mengandung

kuman seminimal mungkin maka dilakukan fogging (pengasapan) yang

dilakukan satu minggu sekali dan untuk memastikan sterilitasnya maka

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

60

Universitas Indonesia

dilakukan juga uji mikrobiologi dengan menggunakan media agar yang

pemeriksaannya dilakukan secara rutin 3 bulan sekali.

5.2 Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Rekam medik merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien mulai dari pasien datang hingga pulang.

Rekam medik harus dibuat secara tertulis, lengkap, dan jelas atau secara

elektronik. Fisik rekam medik milik sarana pelayanan kesehatan, dalam hal ini

rumah sakit, sedangkan isinya milik pasien yang bersifat rahasia.

Adapun yang berhak melihat rekam medis yaitu dokter, dokter gigi, tenaga

kesehatan tertentu, petugas pengelola, dan pimpinan sarana kesehatan. Apabila

ada pihak-pihak yang membutuhkan rekam medik maka perlu meminta izin

kepada Direktur. Jika ada unit-unit terkait yang memerlukan rekam medik, maka

ada Bon Peminjaman Rekam Medik yang ditandatangani oleh pihak yang

memintanya. Di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, rekam medik yang sedang

dipinjam, posisinya digantikan oleh tresser.

Warna tresser berbeda-beda seperti merah menandakan bahwa rekam

medik sedang dipinjam oleh unit pelayanan, warna biru menandakan bahwa

rekam medik sedang dipinjam untuk penelitian, dan warna putih menandakan

bahwa rekam medik yang dipinjam merupakan rekam medik pasien yang sudah

meninggal. Tujuan dari adanya tresser yaitu bertujuan untuk memudahkan

pencarian rekam medik yang sedang dipinjam.

Rekam medik memiliki sistem penomoran berdasarkan urutan datang

pasien.Nomor rekam medik terdiri dari enam digit angka dan satu pasien hanya

memiliki satu nomor rekam medik untuk seumur hidup sehingga tidak ada

duplikasi nomor.Secara umum, alur pasien dibedakan antara pasien rawat inap

dengan pasien rawat jalan.Selain itu, dokumen rekam medik juga dibedakan

antara pasien baru dengan pasien lama (pasien yang sebelumnya pernah datang ke

rumah sakit Dharmais).

Di RSKD, terdapat bagian yang mengelola rekam medik yang dinamakan

bagian rekam medik. Secara struktur organisasi bagian ini berada di bawah

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

61

Universitas Indonesia

Direktur Medik dan Keperawatan (Lampiran 12). Bagian rekam medik berperan

sebagai gerbang pertama pasien ketika masuk rumah sakit dan berperan penting

dalam mendukung proses pelayanan medis kepada pasien. Rekam medik juga

berperan dalam proses pendidikan dan penelitian. Bagian rekam medik

mempunyai tugas menyiapkan seluruh sumber daya dan fasilitas rekam medik dan

admission, melaksanakan bimbingan pelaksanaan pelayanan, menyusun dan

mengolah catatan medik, melakukani pengkodean dan penyimpanan serta

pemantauan pelaksanaan rekam medik. Bagian rekam medik dibagi menjadi tiga

seksi, yakni:

1. Seksi Admisi

Seksi in bertugas di bagian pendaftaran pasien rawat inap, rawat jalan, dan

jaminan. Dalam menjalankan tugasnya, seksi admisi melaksanakan sistem

triase, yaitu suatu sistem pemilahan pasien baru yang datang tanpa surat

pengantar. Sistem ini dijalankan dengan cara dokter triase menanyakan

kondisi pasien dan menyarankan pasien untuk melakukan pengobatan ke

poliklinik yang sesuai.

2. Seksi Catatan Medik

Seksi ini bertugas untuk merapikan dan menyusun status pasien dan semua

informasi pasien yang ada di dalamnya sesuai dengan pedoman baku yang

telah ditetapkan.

3. Seksi Pengkodean dan Penyimpanan

Seksi pengkodean dan penyimpanan bertugas untuk mengelompokkan

status (rekam medik) pasien berdasarkan penyakit dengan cara memberikan

kode-kode tertentu sesuai jenis penyakit pasien.

Alur pasien baru di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (Lampiran 13) yaitu

pasien atau keluarga pasien mendaftar ke bagian pendaftaran pasien baru yang ada

di lobby RS, pasien ditanya oleh dokter triase tentang keluhan yang dirasakan,

pasien diarahkan diarahkan ke unit-unit tertentu sesuai keluhan, kemudian rekam

medik akan diantarkan oleh petugas ke poliklinik tempat pasien berobat, ketika

pasien telah selesai berobat atau telah pulang, petugas akan kembali untuk

mengambil rekam medik untuk dikembalikan ke bagian rekam medik untuk

diperiksa kembali. Rekam medik diurutkan dan disusun berdasarkan nomor rekam

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

62

Universitas Indonesia

medik. Selanjutnya dilakukan coding (pengkodean) berdasarkan diagnosa dan

jenis penyakit pada tiap rekam medik. Data kemudian dimasukkan ke dalam

komputer untuk mempermudah bagian admission dalam mencari data rekam

medik pasien jika pasien tersebut kembali berobat.

Alur pasien lama atau yang pernah datang ke rumah sakit “Dharmais”

(Lampiran 14) yaitu pasien lama datang ke bagian pendaftaran (admission),

komputer di bagian pendaftaran rawat inap secara online akan terhubung dengan

bagian penyimpanan rekam medik sehingga rekam medik dikirim ke unit terkait

tempat pasien berobat, ketika pasien telah selesai masa perawatannya atau telah

pulang, petugas akan kembali untuk mengambil rekam medik untuk dikembalikan

ke rekam medik bagian untuk diperiksa kembali, selanjutnya rekam medik

diurutkan dan disusun berdasarkan nomor rekam medik.

Penyimpanan rekam medik di rumah sakit Dharmais menggunakan sistem

terminally digit yakni disusun dan disimpan berdasarkan dua digit terakhir pada

nomor rekam medik, serta ditandai dengan warna-warna yang berbeda pada fisik

rekam medik. Setiap hari petugas rekam medik bertugas mengantar rekam medik

pasien baru datang dan mengambil rekam medik pasien yang telah pulang

(tenggang waktu pengambilan adalah 1x24 jam setelah pasien pulang). Rekam

medik tidak hanya disimpan, namun juga diolah secara statistik. Beberapa data

hasil pengolahan rekam medik secara statistik yakni:

1. Jumlah pasien baru dan pasien datang

2. Tren jenis penyakit

3. BOR (Bed Occupation Rate)

4. LOS (Length of Stay)

5. TOI (Turn Over Interval)

6. BTO (Bed Turn Over)

7. NDR (Net Death Rate)

8. GDR (Gross Death Rate)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

269/MENKES/PERIII/2008, rekam medik pasien rawat inap di rumah sakit wajb

disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung dari tanggal

terakhir pasien berobat atau dipulangkan, setelah batas waktu 5 tahun, rekam

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

63

Universitas Indonesia

medis dapat dimusnahkan. Di RSKD hingga saat ini rekam medik belum pernah

dimusnahkan. Hal ini bertujuan untuk pengembangan, pendidikan, dan penelitian

terhadap penyakit kanker. Selain pemusnahan, rekam medik juga dapat

mengalami penyusutan, yakni pemisahan rekam medik milik pasien yang dalam

waktu 10 tahun tidak melakukan kunjungan sama sekali (bisa jadi pasien

meninggal, berobat ke tempat lain/second opinion, atau telah sembuh).

Penyusutan rekam medik ini bertujuan untuk peningkatan efektifitas tempat

penyimpanan rekam medik.

5.3 Instalasi Kesehatan Lingkungan (IKL) dan Keselamatan Kesehatan

Kerja (K3) Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Instalasi Kesling (Kesehatan Lingkungan) dan K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja)bertanggung jawab terhadap pengelolaan seluruh limbah rumah

sakit., keamanan dan keselamatan baik untuk pasien maupun anggota rumah sakit

lain seperti petugas kesehatan, karyawan, dan lain-lain.Instalasi Kesling bertugas

mengelola limbah padat maupun cair yang berasal dari seluruh kegiatan yang

dilakukan di rumah sakit.

5.3.1 Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat RSKD merupakan limbah rumah sakit yang berbentuk padat

berasal dari seluruh kegiatan di rumah sakit. Pengelolaan limbah padat dilakukan

setiap hari oleh petugas kebersihan dan dipisahkan berdasarkan limbah padat

medis, non medis, dan domestik. Limbah padat dari setiap ruangan dikumpulkan

dalam satu kantong plastik dengan warna yang sesuai dengan jenis limbahnya.

1. Limbah medis padat

a. Sumber

Sumber limbah padat medis RSKD berasal dari limbah infeksius, limbah

patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah

kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah

kandungan logam berat tinggi.

b. Pewadahan

Limbah padat medis ditampung dalam wadah yang berbeda berdasarkan

kategori limbah yang dihasilkan.Wadah yang digunakan terbuat dari bahan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

64

Universitas Indonesia

yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan tertutup dengan dilapisi

kantong plastik yang berbeda warna. Untuk kategori limbah infeksius

patologi dan anatomi menggunakan kantong plastik berwarna kuning, limbah

sitotoksis menggunakan kantong plastik kuning yang diberi label bertuliskan

“limbah sitotoksis” dan logo,limbah kimia dan farmasi dengan kantong

plastik warna kuning yang diberi label dan logo dan limbah radioaktif dengan

kantong plastik warna merah, sedangkan untuk limbah benda tajam

ditampung dalam satu wadah yang anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah

untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat

membukanya dan dilapisi dengan kantong plastik berwarna kuning.

c. Pengangkutan

Pengangkutan limbah medis dilakukan sebanyak 2- 3 kali dalam sehari,

yaitu pada siang, sore dan dini hari atau apabila telah mencapai 2/3 bagian

telah terisi limbah. Alat angkut yang digunakan berupa trolly tertutup, namun

dalam proses pengangkutan masih ada petugas yang menggunakan trolly

terbuka dan limbah yang diangkut tidak dipisahkan serta tidak menggunakan

jalur khusus.

d. Pengolahan

Tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan limbah medis padat, seluruh

limbah medis padat yang dihasilkan akan dibakar dengan menggunakan

incinerator (Lampiran 15). Insenerator tersebut terdiri dari 2 tungku

(chamber) dengan kapasitas 800kg. Pembakaran dilakukan selama 1 jam per

100 kg, untuk lebih efektif pembakaran dilakukan setiap 15 menit dengan

berat limbah sebanyak 25 kg. Hal ini merupakan strategi yang dilakukan

untuk mencapai hasil pembakaran yang optimal. Proses pembakaran dimulai

dengan memasukkan limbah medis padat kedalam chamber 1 dengan suhu

500 – 600oC, chamber ini digunakan untuk membakar fisik limbah.

Selanjutnya hasil pembakaran berupa gas/ emisi buangan dari chamber 1

dibakar di chamber 2 dengan suhu 600 – 1000oC, hal tersebut menghasilkan

emisi yang keluar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pembakaran

dilakukan terus menerus selama jam kerja (per 8 jam kerja). Untuk limbah

yang datang setelah jam kerja maka akan ditampung di Tempat Penampungan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

65

Universitas Indonesia

Sementara (TPS) (Lampiran 16) untuk dibakar keesokan harinya. Limbah

hasil pembakaran limbah di incenerator akan dipindahkan ke dalam TPS B3

setiap 7 hari sekali.

Abu insenerator hasil pembakaran akan di kirim ke PPLI apabila

kapasitas Limbah yang dihasilkan mencapai 2 ton. Setiap rumah sakit yang

memiliki incenerator dan TPS harus memiliki surat izin dan

memperpanjangan surat izin setiap 3 tahun untuk TPS yang dikeluarkan oleh

BPLHD dan setiap 5 tahun untuk insenerator yang dikeluarkan oleh KLH. Uji

emisi incenerator dilakukan setiap 3 bulan oleh PT. Unilab Perdana atau Lab

yang telah memiliki izin dari MENKLH. Untuk limbah radioaktif Rumah

Sakit Kanker “Dharmais” menggunakan sistem re-export, limbah tersebut

dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributor yakni BATAN (Badan

Tenaga Atom Nasional).

2. Limbah padat non medis

a. Sumber

Limbah padat non medisyang dihasilkan oleh Rumah Sakit Kanker

“Dharmais adalah limbah B3 non medis berupa baterai bekas, lampu TL

bekas dan oli bekas.

b. Pewadahan

Wadah yang digunakan untuk penyimpanan sementara limbah B3 non

medis berbeda berdasarkan jenis limbahnya. Limbah baterai bekas dan lampu

TL ditampung dalam kontainer berupa drum berbahan dasar plastik dan

dilengkapi dengan tutup sedangkan limbah oli bekas ditampung dalam wadah

berupa drum kaleng yang tertutup, wadah tersebut diberi label bertuliskan

“Limbah B3”

c. Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan setiap hari dengan menggunakan troli tertutup

apabila jumlah limbah yang dihasilkan tidak banyak maka petugas yang

mengangkut limbah tersebut tidak menggunakan alat pengangkut khusus

menuju TPS, khusus oli bekas diangkut ke TPS B3 non Medis yang berada di

ruang genset.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

66

Universitas Indonesia

d. Pengolahan

Limbah B3 non medis berupa baterai bekas akan dikembalikan ke

perusahaan penghasil atau distributor, sedangkan untuk lampu TL bekas dan

oli bekas akan diangkut oleh PPLI atau perusahaan yang mempunyai izin.

3. Limbah Domestik

a. Sumber

Limbah domestik ialah limbah yang berasal dari kegiatan di dapur,

perkantoran, taman dan halaman.

b. Pewadahan

Pewadahan untuk limbah domestik dikelompokkan menjadi 2 yaitu

wadah untuk sampah organik dan sampah an-organik. Pada kontainer yang

digunakan diberikan label bertuliskan jenis sampah dan warna untuk

kontainer sampah organik dan sampah an-organik juga dibedakan guna

mempermudah dalam proses pemilahan serta kontainer dilapisi oleh kantong

plastik berwarna hitam.

c. Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan setiap hari sebanyak 2-3 rit, atau apabila 2/3

bagian telah terisi limbah. Alat angkut yang digunakan berupa trolly tertutup

namun tidak terpisah.

d. Pengolahan

Seluruh limbah domestik (organik dan anorganik) Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” ditampung di TPS (Tempat Penampungan Sementara) berupa

bangunan tertutup dengan panjang 8 meter, lebar 2 meter dan tinggi 2 meter,

yang dilengkapi saluran untuk cairan lindi, selanjutnya limbah domestik akan

diangkut oleh Petugas Dinas Kebersihan PEMDA DKI Jakarta setiap hari.

Selain itu Rumah Sakit Kanker “Dharmais” melakukan pemilahan terhadap

sampah kardus, yang nantinya sampah kardus tersebut akan dijual ke

pengepul. Rumah Sakit Kanker “Dharmais” melakukan upaya minimisasi

limbah dengan cara 3R namun upaya tersebut tidak berjalan sejak tahun 2011

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

67

Universitas Indonesia

sebab keterbatasan SDM, saat ini upaya minimisasi yang dilakukan ialah

composting. Bahan baku composting adalah daun-daun kering yang ada

disekitar halaman Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Upaya ini cukup efektif

untuk meminimasi sampah dedaunan karena dapat mengurangi timbulan

sampah dedaunan sebanyak 60 – 70kg per hari. Kompos yang dihasilkan

mencapai 420 kg per bulan, yang selanjutnya kompos tersebut akan

digunakan kembali untuk pemeliharaan tanaman.

Secara ringkas alur pengolahan limbah padat di RSKD dapat dilihat pada

Gambar 5.2

Gambar 5.2 Alur Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

5.3.2 Pengelolaan Limbah Cair

Rumah Sakit Kanker “Dharmais”memiliki 2 buah unit IPAL yang masing-

masing memiliki fungsi dan sistem berbeda.

1. Instalasi Pengolahan Air Limbah 1 (IPAL 1)

Rumah Sakit Kanker “Dharmais" memiliki Instalasi Pengolahan Air

Limbah sendiri yang telah ada sejak pertama dibangunnya rumah sakit ini.

IPAL 1 memiliki fungsi untuk mengolah air limbah yang bersumber dari

semua kegiatan rumah sakit kecuali kegiatan yang bersumber dari pencucian

laundri, instalasi gizi, kantin, gedung MK (asrama dan kantor IPS-RS) dan dari

limbah pembersihan insenerator. Sistem pengolahan limbah cair STP (Sewage

Treatmen Plant) Rumah Sakit Kanker “Dharmais” adalah Modifikasi Extended

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

68

Universitas Indonesia

Aeration dengan Contact Stabilization. Kapasitas yang dimiliki IPAL 1 sebesar

725 m3/hari.Aktual air limbah yang diolah adalah rata-rata 200-300 m

3/hari.

Rumah Sakit Kanker “Dharmais” memiliki 4 buah sewage (tempat

penampungan sementara) yang akan disalurkan ke IPAL 1, yang mana salah

satu sewage digunakan khusus untuk air limbah radioaktif yang berasal dari

buangan urine dan feces pasien di RIRA (Ruang Isolasi Radioaktif). Sewage

tersebut menggunakan sistem paruh waktu diharapkan dengan sistem ini dapat

menghilangkan kandungan radioaktif yang ada pada limbah cair (Zero

Radioaktif).Selanjutnya air limbah dari sewage akan dialirkan menuju IPAL 1

menggunakan pompa. Berikut ialah proses pengolahan limbah cair di IPAL 1:

a. Grit Chamber

Air limbah yang berasal dari Sewage pertama kali akan masuk ke bak Grit

Chamber. Di bak ini terjadi proses penyaringan. Air limbah di grit chamber

akan disaring pertama kali di screen kasar, screen tersebut menyaring sampah-

sampah ukuran besar, sampah yang masih terbawa dari screen kasar akan

dicacah menggunakan communitor, selanjutnya sampah yang masih lolos akan

disaring kembali menggunakan screen halus.

b. Aeration tank (Bak Aerasi)

Air yang berasal dari grit chamber akan mengalir ke bak aerasi. Di bak

aerasi ini disuplai oksigen dengan menggunakan mesin blower, fungsi O2 yang

dihasilkan adalah untuk metabolisme bakteri aerob, bakteri tersebut digunakan

untuk memecah polutan yang terkandung dalam air limbah tersebut, sehingga

di bak ini terjadi penurunan kadar pencemaran oleh bakteri aerob dan di bak

aerasi terjadi penurunan BOD, COD dan Amoniak.

c. Sedimentation tank

Air limbah dari aeration tank akan mengalir ke sedimentation tank, di bak

ini lumpur yang terkandung dalam air limbah akan diendapkan. Pada

sedimentation tank terjadi pembentukan flok yang kemudian akan disatukan

oleh mesin scrapper. Flok-flok yang terbentuk akan diangkat secara manual.

Lalu Air limbah akan menuju distribution tank menggunakan air lift.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

69

Universitas Indonesia

d. Distribution box

Pada bak distribusi air limbah akan dipecah, air yang tidak mengandung

lumpur akan mengalir ke bak penampungan akhir, sedangkan air yang masih

mengandung lumpur akan mengalir ke stabilitation tank.

e. Stabilitation tank

Stabilitation tank berfungsi sebagai tempat untuk pembibitan bakteri. Air

limbah dari stabilitation tank akan mengalir secara overflow ke aeration tank.

f. Sand filter

Air limbah yang berasal dari bak penampungan akhir akan dipompa

menuju sand filter. Polutan yang terkandung dalam air limbah akan disaring

menggunakan pasir silika.

g. Carbon filter

Air yang sudah disaring dengan sand filter selanjutnya dialirkan ke carbon

filter. Disini air juga akan disaring kembali, tujuan penyaringan ini adalah

untuk menghilangkan warna dan bau yang terkandung dalam air limbah

tersebut, air limbah kemudian akan mengalir ke outlet.

Limbah cair yang telah diolah di IPAL 1 akan dibuang ke saluran kota

melalui pipa outlet. Petugas IPAL 1 melakukan pencatatan debit dan swapantau

setiap hari. Kegiatan swapantau berupa pengukuran suhu, pH, DO, dan TSS.

Selain melakukan kegiatan swapantau RSKD juga melakukan uji kualitas limbah

cair terolah (effluent) pada outlet IPAL 1 & 2, pengujian dilakukan dengan cara

mengirimkan sampel limbah cair ke PT. Unilab Perdana setiap 1 bulan sekali dan

ke BPLHD setiap 3 bulan sekali, pada kegiatan tersebut diharapkan kualitas dan

kuantitas air limbah yang diolah memenuhi persyaratan yang berlaku. Izin

pembuangan Limbah cair (IPLC) dikeluarkan oleh BPLHD. Perizinan tersebut

harus diperpanjang selama 5 tahun sekali, dan pada kurun waktu 5 tahun dari

tahun 2010-2015 actual air limbah yang diperbolehkan dibuang oleh IPAL 1 ke

saluran kota ialah 407 m3/hari.

2. Instalasi Pengolahan Air Limbah 2 (IPAL 2)

Unit IPAL 2 didirikan pada tahun 2010 dengan kapasitas 100 m3/hari,

dengan aktual limbah cair yang diolah setiap harinya sebesar 20-40 m3/ hari.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

70

Universitas Indonesia

Unit IPAL 2 digunakan untuk pengolahan limbah cair yang berasal dari

kegiatan pencucian laundri, instalasi gizi, kantin, gedung MK (asrama dan

kantor IPS-RS) dan dari limbah pembersihan incenerator. Sistem yang

digunakan ialah aerob and anaerob system.Air limbah yang akan diolah di

IPAL 2 sebelumnya ditampung terlebih dulu di sewage yang berjumlah 4 buah

yakni sewage instalasi gizi, sewage laundry, sewage insenerator dan kantin,

dan sewage Gedung MK. Selanjutnya air limbah dari sewage akan dialirkan

menuju IPAL 2 menggunakan pompa. Berikut ialah proses pengolahan limbah

cair di IPAL 2:

a. Grease Trap

Air limbah yang bersumber dari instalasi gizi, insenerator dan kantin serta

asrama yang berasal dari masing-masing sewage akan dialirkan menuju grease

trap yang berfungsi untuk menangkap minyak dan lemak yang dihasilkan dari

kegiatan instalasi gizi, insenerator dan kantin serta asrama. Air mengandung

minyak dan dalam waktu beberapa hari di permukaan air akan membentuk

grease/lemak yang kemudian di tahan di grease trap. Grease Trap ini harus di

kontrol setiap hari, jika ada penumpukan grease yang berlebihan, maka ini

harus di angkat dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.

b. Solid & Separation Chamber

Chamber ini menerima air limbah yang mengalir dari grease trap dan

berfungsi untuk menahan/menyaring partikel non organik (padat, seperti

plastik, kain, dan lainnya) yang besar supaya tidak masuk ke dalam proses

berikutnya. Hanya partikel kecil yang masuk ke chamber berikutnya untuk di

treatment lebih lanjut.

c. Flow equalization

Pada tahap ini, limbah yang berasal dari solid and separation chamber

akan dihomogenkan agar mempermudah dalam proses berikutnya.

d. Anaerobic Digestion

Air limbah yang ada pada equalization chamber akan mengalir ke

anaerobic chamber, pada tahap ini dilengkapi Enpiro-Ball Bio-Media, tetapi

tidak dibutuhkan oksigen karena proses ini adalah anaerob. Pada tahap ini

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

71

Universitas Indonesia

terjadi penurunan parameter-parameter pencemar air limbah yang dilakukan

oleh bakteri anaerob.

e. Sump/Collecting Pit

Air yang sudah melalui anaerobic chamber akan mengalir menuju

Sump/Collecting Pit, dari unit ini air limbah akan di transfer dengan pipa

submersible menuju system aerobic.

f. Aerobic equalization Chamber

Chamber ini menerima air limbah dari anaerobic chamber melalui

Sump/Collecting Pit. Pada tahap ini di pasang fine bubble difusser dan di

oksidasi dengan air blower sehingga mikroorganisme aerobik akan hidup dan

berkembang biak dengan sempurna. Selain itu unit ini berfungsi untuk

menurunkan BOD, COD, SS dan menghilangkan bau. Chamber ini meneriman

pengembalian lumpur (return sludge) yang berasal dari sedimentasi dengan

menggunakan air lift pump.

g. Clarifier (Sedimentation)

Chamber ini menerima aliran air limbahdari aerobic chamber yang

berfungsi untuk memisahkan air yang bersih dengan sludge/lumpur. Lumpur

yang mengendap akan dikembalikan ke aerobic equalization chamber.

h. Aerobic Chamber with Biofilm

Chamber ini dilengkapi dengan plate settler berupa media honey comb.

Mekanisme proses metabolisme didalam system biofilm merupakan system

biofilm yang terdiri dari media penyangga, lapisan biofilm yang melekat pada

media honey comb. Pada tahap ini terjadi proses penurunan polutan dengan

biofilm. Setelah ini proses ini air akan mengalir secara gravitasi ke unit

electrocoagulation untuk menjalani proses pengolahan selanjutnya.

i. Electrocoagulation

Sama seperti pengolahan konvensional secara kimia dengan menggunakan

koagulan dan flokulan, disini air limbah juga mengalami hal serupa. Namun

proses ini menggunakan energi listrik. Pada tahap ini unsur-unsur polutan

terutama seperti warna, kandungan organik maupun anorganik dipecahkan

ikatannya dari air limbah dengan menggunakan energi listrik. Pada tahap ini

terjadi pengikatan ion negatif oleh ion positif, ikatan tersebut akan membentuk

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

72

Universitas Indonesia

polutan yang berat jenisnya lebih dari air, polutan tersebut akan mengendap

dan endapan tersebut akan diangkat secara manual.

j. Sand filter

Sebelum menuju sand filter, air limbah akan mengalir ke bak

penampungan, lalu dari bak penampungan air limbah akan dipompa menuju

sand filter. Tujuan penyaringan pada unit sand filter adalah untuk menyaring

polutan yang masih terdapat dalam air limbah dengan menggunakan pasir

silika.

k. Carbon filter

Tujuannya penyaringan pada unit carbon filter adalah untuk

menghilangkan materi dari cairan terutama komponen yang berkontribusi atas

adanya warna dan bau dalam air limbah. Banyak sekali absorben yang

digunakan untuk aplikasi lapangan, namun karbon aktif merupakan bahan yang

sering digunakan karena lebih ekonomis dan sifarnya non polar.

l. Ultra Violet (UV) Desinfection

Pada proses ini, air limbah dari carbon filter akan didesinfeksi

menggunakan radiasi Ultra Violet (UV). Air yang akan di desinfeksi dialirkan

diantara tabung sinar merkuri dan tabung reflector yang dilapisi metal dengan

waktu pemaparan beberapa detik, namun energi yang diperlukan cukup tinggi

sekitar 10-20 watt/m3/jam.

m. Treated Water Tank

Chamber ini untuk menampung air yang sudah diproses dan siap untuk di

gunakan kembali atau dibuang ke saluran kota secara gravitasi.

IPAL 2 Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dirancang untuk dapat

menghasilkan olahan air limbah yang dapat memenuhi persyaratan air bersih,

sehingga diharapkan dapat digunakan kembali untuk kebutuhan rumah sakit,

antara lain untuk menyiram tanaman dan digunakan untuk sumber air dalam

pencucian laundri dan lain-lain.

Sama halnya dengan IPAL 1, Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit Kanker “Dharmais” juga melakukan pemeriksaankualitas limbah cair

terolah (effluent) IPAL 2 secara rutin setiap harinya untuk swapantau serta

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

73

Universitas Indonesia

pengiriman sampel limbah cair ke ke PT. Unilab Perdana setiap 1 bulan sekali dan

ke BPLHD setiap 3 bulan sekali untuk diperiksa kualitas dan kuantitas limbah cair

yang dihasilkan dengan peraturan yang berlaku. Perizinan IPAL 2 dikeluarkan

oleh IPLC, aktual air limbah yang diperbolehkan dibuang ke saluran kota pada

IPAL 2 adalah 36 m3/hari.

Gambar 5.3 Alur Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

74 Universitas Indonesia

BAB 6

PEMBAHASAN

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan

pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung

jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.

Pelayanan kefarmasian terdiri dari pengelolaan barang farmasi yang

meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan perbekalan

kesehatan/sediaan farmasi, penyiapan obat berdasarkan resep bagi pasien rawat

jalan dan rawat inap, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan penggunaan

seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit, pelayanan farmasi klinik kepada

pasien. Kegiatan tersebut secara garis besar dikelompokkan menjadi: manajemen

farmasi, farmasi klinik, serta produksi farmasi.

Pelayanan instalasi farmasi RSKD yaitu pelayanan farmasi satu pintu (one

bin system) yaitu instalasi farmasi RS yang bertanggung jawab terhadap seluruh

kegiatan dalam rangka pengelolaan barang dan perbekalan farmasi. Dinamakan

sistem satu pintu karena satu kebijakan (kriteria pemilihan obat, penerapan sistem

formularium), satu SOP (prosedur instruksi kerja, dan pelayanan), satu

pengawasan operasional (laporan rutin, koordinasi), satu sistem informasi

(informasi logistik, informasi obat).

6.1 Manajemen Farmasi

6.1.1 Pemilihan

Tujuan pemilihan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

yaitu untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar diperlukan sesuai

jumlah pasien atau jumlah kunjungan dan memenuhi kriteria efektif, aman,

bermutu, dan terjangkau. Pemilihan perbekalan farmasi yang akan masuk ke

dalam formularium Rumah Sakit Kanker “Dharmais” menggunakan sistem 1:2:1.

Pada sistem tersebut, berlaku ketentuan yaitu untuk setiap zat aktif terdiri atas 1

produk paten (original), 2 produk me too, dan 1 nama generik. Pemilihan obat dan

alat-alat kesehatan di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dilakukan oleh Panitia

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

75

Universitas Indonesia

Farmasi dan Terapi (PFT). Obat-obat baru yang akan masuk ke dalam

formularium harus melalui tahapan seleksi oleh PFT. Tahapan pengajuan obat

baru yang akan masuk ke dalam formularium yaitu :

a. User (dokter) melakukan permintaan obat baru yang ditawarkan distributor

pabrik farmasi dengan cara mengisi Formulir Permintaan Obat Baru di

Luar Standar Rumah Sakit Kanker “Dharmais” yang harus ditandatangani

oleh tiga dokter spesialis (Lampiran 17).

b. Pengisian formulir tersebut dilengkapi dengan informasi produk yang

terdiri dari nama obat, bentuk sediaan dan kekuatan, indikasi, efek samping

utama obat baru yang pernah dilaporkan, literatur yang menjadi referensi,

dan harga per unit.

c. PFT melakukan pengecekan kelengkapan formulir dan menganalisis

kebutuhan obat tersebut dan membandingkan dengan formularium yang

sudah ada.

d. Pihak distributor yang menawarkan obat baru melakukan presentasi

mengenai produk baru tersebut didepan PFT dan dokter pengguna (user),

kemudian PFT menganalisa kembali informasi yang didapat dari presentasi

distribusor.

e. Jika obat tersebut disetujui maka formulir permintaan obat baru

ditandatangani oleh ketua PFT dan kepala IFRS kemudian dilakukan

negosiasi harga antara distributor Instalasi Layanan Pengadaan (ILP).

f. Apabila kesepakatan harga telah tercapai maka dilakukan penandatanganan

Ikatan Kerja Sama (IKS). Status obat tersebut berupa obat konsinyasi

secara sistem.

g. PFT melihat pola pemakaian obat tersebut selama tiga bulan pertama. Dari

data yang ada, dilakukan pengkategorian obat menurut pemakaiannya: fast

moving, slow moving,atau middle moving.

h. Obat yang dimasukkan kedalam suplemen formularium yang digunakan di

RSKD adalah kategori fast moving dan hasil pertimbangan terhadap segala

aspek obat menunjukkan bahwa obat tersebut layak dimasukkan ke dalam

formularium. Obat tersebut akan dimasukkan ke dalam formularium pada

periode berikutnya. Namun, jika kategori obat tersebut berupa middle atau

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

76

Universitas Indonesia

slow moving maka dilakukan pengamatan selama tiga bulan kedua. Masuk

atau tidaknya obat tersebut ke dalam formularium berdasarkan beberapa

persyaratan yang sudah ditetapkan oleh PFT.

i. Setelah obat baru masuk ke dalam formularium, PFT mengevaluasi

frekuensi pemakaian obat baru tersebut secara berkala.

Prosedur penambahan dan pengurangan daftar obat dalam formularium :

1. Melakukan evaluasi terhadap obat yang sudah masuk formularium setiap

tiga bulan sekali terkait dengan efektifitas dan frekuensi penggunaannya di

RS Kanker Dharmais.

2. Obat yang jarang digunakan (slow moving) setelah waktu tiga bulan akan

diingatkan kepada principal terkait atau dokter yang meminta obat

tersebut. Apabila pada 3 bulan berikutnya tetap tidak atau kurang jalan,

maka obat tersebut dikeluarkan dari buku formularium dan posisinya

digantikan oleh obat me too berikutnya atau lainnya.

3. Bila pada hasil evaluasi dalam 3 bulan pertama, ternyata ada obat-obat

yang tidak jalan atau tidak digunakan, maka obat tersebut langsung

dikeluarkan dari buku formularium dan kesempatan diberikan kepada obat

me too berikutnya untuk menggantikan posisi obat yang dikeluarkan

tersebut.

4. Untuk obat yang bersifat life saving dan dibutuhkan namun tidak terdapat

dalam formularium, maka harus mendapat persetujuan dari ketua komite

medik atau direktur medik dan keperawatan.

Formularium di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” selalu diperbaharui

setiap satu tahun sekali. Dalam melakukan evaluasi formularium, dilihat

persentase penggunaan obat oleh dokter yang berasal dari formularium. Semakin

besar persentase keterpakaian obat oleh dokter yang ada di dalam formularium

menunjukan semakin tinggi tingkat kepatuhan dokter dalam meresepkan obat-

obatan yang termasauk ke dalam formularium tersebut.

Selain formularium RSKD, terdapat dua formularium lain yang digunakan

di RSKD, yaitu Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) untuk pasien ASKES dan

formularium JAMKESMAS untuk pasien JAMKESMAS.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

77

Universitas Indonesia

Dalam tahap pemilihan, apoteker RSKD telah berupaya dalam menjaga

kualitas demi terselenggaranya pelayanan yang berorientasi pada patient safety

yaitu :

1. Mengadakan dan mengembangkan formularium yang sedang digunakan

2. melakukan penyeleksian obat yang akan ataupun sedang digunakan di

rumah sakit, dan

3. mengkaji penggunaan obat di rumah sakit

6.1.2 Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan menyusun daftar kebutuhan perbekalan

farmasi yang disesuaikan dengan anggaran dengan tujuan mencegah terjadinya

kekurangan atau kelebihan perbekalan farmasi.

Perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

mengacu pada Formularium 1:2:1, DPHO, dan Formularium Jamkesmas.

Perencanaan di instalasi farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” menggunakan

metode konsumsi yang dimodifikasi dengan data kecenderungan pemakaian 3

bulan sebelumnya.

Perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Kanker Dharmais sudah

dilakukan melalui sistem komputerisasi yaitu dengan proses SIRS (Sistem

Informasi Rumah Sakit) yang dilihat pada jumlah stok maksimal dan minimal.

Dasar penetapan stok minimal dan maksimal diperoleh dengan

mempertimbangkan analisis penjualan selama tiga bulan (pola konsumsi),

kemudian di lihat rata-rata per bulannya, trend pemakaian, lead time, dan stok

pengaman.

Perencanaan dilakukan oleh bagian logistik farmasi. Apabila telah

mencapai stok minimum, maka secara otomatis akan keluar Material Request

(Lampiran 18) yang ada di SIRS. Material Request (MR) berisi nama obat/alkes,

distributor, harga, diskon, dan jumlah yang akan dipesan. MR diverifikasi dengan

mempertimbangkan kecenderungan pemakaian, kelangkaan barang farmasi, slow

moving dan middle stock. Kemudian bagian logistik farmasi membuat print out

material request tersebut yang selanjutnya akan dibawa ke bagian Instalasi

Layanan Pengadaan (ILP). Data digital MR terhubung langsung dengan ILP dan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

78

Universitas Indonesia

dalam bentuk tercetak diserahkan kepada ILP untuk memastikan MR sesuai.

Permintaan biasanya dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu.

Keuntungan dari penggunaan SIRS pada proses perencanaan obat adalah

saat stok obat di komputer telah menyentuh batas stok minimal, obat tersebut akan

langsung tertera dalam MR untuk kemudian ditindaklanjuti oleh ILP, sehingga

akan menyederhanakan serta mempercepat proses perencanaan dan permintaan ke

ILP. Kekurangan dari sistem ini yaitu jika terjadi kesalahan sistem atau instalasi

listrik padam maka akan terjadi hambatan dalam prosesnya.

6.1.3 Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

dilakukan oleh Instalasi Layanan Pengadaan (ILP). Pengadaan dilakukan dengan

dua metode, yaitu penunjukkan langsung dan lelang harga. Lelang harga

dilakukan untuk pengadaan obat dan alat kesehatan, sedangkan penunjukkan

langsung dilakukan untuk pengadaan obat narkotika dan psikotropika. Proses

lelang dilakukan terhadap penawaran harga oleh distributor dan dilaksanakan

setiap satu tahun sekali.

Tugas ILP terkait dengan pelelangan dan pengadaan barang yaitu

membuat dokumen pengadaan, membuat jadwal lelang, melaksanakan lelang,

menginformasikan hasil lelang, dan melakukan input data ke bagian logistik

farmasi.

Prinsip lelang di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” adalah lelang harga

dimana harga tersebut merupakan harga yang terikat selama satu tahun. Metode

lelang di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” adalah pelelangan pasca kualifikasi

yaitu untuk semua rekanan yang terdaftar dan memenuhi kriteria yang telah

ditentukan oleh ILP dalam dokumen pengadaan. Proses lelang diikuti oleh

Farmasi, ILP, dan Pejabat Komite Lelang.

Proses lelang meliputi pengumuman lelang terbuka, pendaftaran peserta

lelang, pengajuan dokumen, pembukaan dokumen, evaluasi dokumen, penetapan

pemenang, pengumuman pemenang dan masa sanggah. Setelah melewati masa

sanggah, pemenang yang telah ditetapkan menandatangani Ikatan Kerja Sama

(IKS) dengan ILP Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

79

Universitas Indonesia

Alur pengadaan barang dimulai dari bagian logistik farmasi mengeluarkan

MR yang telah disetujui oleh kepala instalasi farmasi, kemudian MR tersebut

dikirim ke ILP. ILP membuat SPB (Surat Pesanan Barang) (Lampiran 3) atau

Purchasing Order (PO) sesuai dengan MR, lalu melakukan pemesanan barang ke

distributor melalui fax atau telepon. Untuk pemesanan narkotik dan psikotropik,

MR yang digunakan terpisah dengan jenis obat lain. Dalam pemesanannya, selain

menggunakan MR, disertakan juga lampiran form Surat Pesanan (SP) khusus. SP

narkotika (Lampiran 19) ada 4 lembar (putih, merah, hijau, kuning) dan SP

psikotropika (Lampiran 20) ada 3 lembar (putih, kuning, merah) yang

ditandatangani oleh kepala instalasi.

Surat Pesanan Barang (SPB) dibuat dua rangkap oleh ILP, lembar pertama

untuk distributor dan lembar kedua untuk arsip Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.

SPB diserahkan ke perusahaan farmasi sebagai bukti pemesanan barang.

Pemesanan narkotika dan psikotropika, MR yang digunakan terpisah dengan jenis

obat lain. Dalam pemesanannya, selain menggunakan MR, disertakan juga

lampiran form surat pesanan (SP) khusus. SP narkotika yang terdiri dari 4 lembar

(putih, merah, hijau, kuning) dan SP psikotropika terdiri dari 3 lembar (putih,

kuning, merah) yang ditandatangani oleh kepala instalasi.

Gambar 6.1 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi

6.1.4 Penerimaan

Barang yang dikirim oleh distributor ke Instalasi Farmasi diterima oleh

Unit Penerimaan Barang (UPB) disertai empat faktur, dua faktur untuk distributor

dan 2 faktur untuk UPB. UPB memeriksa jenis barang yang datang dan jumlahnya

Faktur

MR Bagian Logistik

Farmasi

Instalasi Layanan

Pengadaan

Distributor

PO /

SPB

Unit Penerimaan

Barang

DO

&

BAP

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

80

Universitas Indonesia

serta daftar barang yang ada dalam faktur yang dicocokkan dengan daftar barang

yang ada dalam material request apakah sesuai pesanan atau tidak. Selain

memeriksa jenis barang dan jumlahnya, UPB melakukan pemeriksaan terhadap

kualitas fisik barang, tanggal kadaluwarsa, kondisi penyimpanan pada saat

pengiriman, kesesuaian jumlah perbekalan farmasi yang diterima dengan jumlah

perbekalan farmasi yang dipesan pada SPB dan faktur.

Apabila sudah sesuai, UPB membuat surat Delivery Order (DO) sebanyak

dua lembar, satu lembar untuk UPB dan satu lembar untuk bagian logistik

farmasi, kemudian bagian logistik farmasi datang ke UPB untuk mengambil

barang. Sebelum mengambil barang, bagian logistik farmasi melakukan

pemeriksaan ulang terhadap kelengkapan barang yang disesuiakan dengan faktur.

Pada saat barang diambil oleh bagian logistik farmasi, selanjutnya perbekalan

farmasi dimasukkan datanya ke SIRS. Setelah itu UPB membuat Berita Acara

Penyerahan (BAP) barang dari UPB ke pihak bagian logistik farmasi. BAP

(Lampiran 21) ditandatangani oleh dua orang dari pihak UPB dan satu orang dari

bagian logistik farmasi. BAP tersebut kemudian diserahkan ke distributor untuk

penagihan ke bagian keuangan.

6.1.5 Penyimpanan

Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi di bagian logistik farmasi adalah

memelihara mutu barang dan menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan

dalam pencarian, memudahkan pengawasan persediaan (stok), kerusakan dan

kadaluarsa, serta menjamin pelayanan yang tepat dan cepat.

Penyimpanan perbekalan farmasi yang dilakukan oleh bagian logistik

farmasi menggunakan sistem kombinasi, yaitu FIFO (First In First Out) dan

FEFO (First Expired First Out). FIFO merupakan sistem penyimpanan barang

yang pertama kali masuk akan menjadi yang pertama kali dikeluarkan pada saat

ada permintaan. Sedangkan FEFO (First Expired First Out) merupakan sistem

penyimpanan barang yang masa kadaluarsanya terdekat akan pertama kali

dikeluarkan pada saat ada permintaan.

Penyimpanan perbekalan farmasi oleh bagian logistik farmasi di RSKD

dibagi menjadi:

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

81

Universitas Indonesia

1. Gudang obat regular

2. Gudang obat Askes, obat kanker, obat narkotika dan psikotropika

3. Gudang alat kesehatan I (untuk barang – barang seperti jarum, benang,

cathether)

4. Gudang alat lesehatan II (untuk barang – barang ukuran besar atau kotak

besar)

5. Gudang obat Infus

6. Gudang Cairan dan B3 (Bahan Beracun Berbahaya).

Di setiap ruang penyimpanan dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan

kelembapan udara. Hal ini berguna untuk pengawasan kondisi penyimpanan

barang. Petugas bagian logistik farmasi mengontrol dan mencatat suhu dan

kelembaban ruangan 2 kali pada pagi dan sore (Lampiran 23) dengan alat

pengukur suhu dan kelembaban udara (Lampiran 22), mengisi kartu stok

(Lampiran 24) serta mengecek kesesuaian jumlah fisik barang dengan kartu stok

obat karena ketidaksesuaian antara jumlah fisik barang dengan kartu stok obat

akan berakibat pada terhambatnya distribusi barang.

Penyimpanan perbekalan farmasi di bagian logistik farmasi Rumah Sakit

Kanker “Dharmais” telah memenuhi ketentuan misalnya dalam hal penyimpanan,

perbekalan farmasi yang diterima dari distributor disimpan dengan menggunakan

prinsip FIFO dan FEFO, penyimpanan perbekalan farmasi dikelompokkan

berdasarkan kelompoknya (misalnya obat, alat kesehatan, bahan baku, dan cairan

infus, disimpan terpisah), bentuk sediaannya (sediaan parenteral, padat, setengah

padat, dan cair, disimpan terpisah), status pasien (pasien regular dan pasien Askes

disimpan terpisah), untuk setiap kelompok dan bentuk sediaan, disusun secara

alfabetis, stabilitas penyimpanannya yaitu pada suhu kamar 25oC atau dalam

lemari pendingin 2-8oC, obat-obat narkotika dan psikotropika, disimpan dalam

lemari khusus sesuai dengan ketentuan pengelolaan yang ditetapkan, serta bahan-

bahan berbahaya dan mudah terbakar disimpan terpisah.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

82

Universitas Indonesia

6.1.6 Pendistribusian

Pendistribusian perbekalan farmasi dari IFRS dibagi menjadi empat

kelompok, yaitu pendistribusian ke Satelit Rawat Inap (SAFARI), Satelit Rawat

Jalan (SAFARJAN), Barang Farmasi Dasar, dan Paket Tindakan.

a. Satelit Farmasi Rawat Inap (SAFARI)

SAFARI merupakan bagian dari Instalasi Farmasi yang melaksanakan

kegiatan pelayanan farmasi berupa pelayanan resep dari ruang rawat inap dan

HCU. Berdasarkan status pasien, SAFARI melayani 6 jenis pasien, yaitu

pasien tunai/reguler/deposit, pasien Jaminan Perusahaan, pasien Asuransi

Kesehatan Sosial (Askes-Sos), pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas), dan KJS (Kartu Jakarta Sehat).

Gambar 6.2 Alur Pelayanan Resep Pasien Rawat Inap Tunai

Alur pelayanan resep secara umum di SAFARI yaitu resep dari dokter

diterima SAFARI untuk di-billing dan dicetak etiket (Lampiran 32),

selanjutnya obat disiapkan atau diracik, kemudian dilakukan pengemasan dan

pemberian etiket, setelah itu dilakukan penyerahan obat dengan memeriksa 5B

(benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, dan benar cara pemberian).

Pada pelaksanaan pelayanan mulai dari obat dihargai, diracik, dikemas, dan

R/ dibilling dan dicek kembali kelengkapan R/ sesuai

dengan status pasien dan di cap HRKP

Menyiapkan obat sesuai R/ dengan prinsip 5 benar

(benar obat, benar pasien, benar waktu, benar dosis

dan benar cara pemberian)

Depo farmasi UDD

Petugas SAFARI menerima kelengkapan resep

Resep dari Depo Farmasi UDD

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

83

Universitas Indonesia

diserahkan, dilakukan oleh petugas SAFARI yang berbeda dan setiap petugas

harus memberi paraf pada kolom HRKP (hargai, racik, kemas, penyerahan)

dan 5B sesuai dengan tugasnya. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa

obat yang akan diserahkan sudah benar. Di SAFARI, pelaksanaan HRKP sudah

berjalan, namun dalam penandaan HRKP belum optimal karena petugas yang

melaksanakan pada umumnya tidak memberikan randa pada kolom HRKP dan

5B yang ada pada resep.

Untuk pasien rawat inap tunai dan jaminan perusahaan, resep diberikan

langung oleh petugas UDD (Unit Dose Disepensing) ke SAFARI. Sedangkan

untuk pasien rawat inap Askes, Jamkesmas dan KJS, resep diserahkan oleh

petugas UDD ke keluarga pasien untuk diantarkan sendiri ke SAFARI.

Selanjutnya akan dilakukan pelayanan resep sesuai alur pelayanan resep secara

umum di SAFARI, kemudian obat diantarkan ke petugas UDD ruangan oleh

petugas SAFARI.

Gambar 6.3 Alur Pelayanan Resep Pasien Askes

Untuk pasien Askes, terlebih dahulu resep dibawa ke bagian Askes

untuk diverifikasi dan diperiksa obat apa saja yang ditanggung dan yang tidak

ditanggung sesuai Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes. Apabila ada obat

yang diperlukan tetapi tidak ada dalam DPHO, maka pasien peserta Askes

Resep

Pasien

DPHO Di luar DPHO

Keluarga Pasien (Pasien membeli

secara tunai)

Dilayani oleh petugas farmasi ruangan secara UDD

Verifikasi Petugas ASKES

Petugas ASKES

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

84

Universitas Indonesia

diminta menanggung biaya obatnya secara pribadi. Setelah itu resep diantarkan

pasien atau keluarga pasien ke SAFARI. Sedangkan untuk pasien Jamkesmas

dan KJS, resep terlebih dahulu dibilling oleh petugas SAFARI, setelah itu

diverifikasi, kemudian resep diberikan kembali ke SAFARI untuk dilakukan

pelayanan resep.

Gambar 6.4 Alur Pelayanan Resep Pasien Jamkesmas dan KJS

Permintaan barang dari SAFARI ke bagian logistik farmasi dilakukan

dengan cara pengisian bon permintaan barang (Lampiran 25) yang dilakukan

oleh petugas SAFARI yang kemudian diterima oleh bagian logistik farmasi

yang akan dicetak dalam bentuk bon mutasi barang. Lembar mutasi barang

dapat dilihat pada Lampiran 29. Permintaan mutasi barang dari SAFARI ke

bagian logistik farmasi seringkali dilakukan, sehingga meyulitkan bagian

logistik farmasi dalam melayani permintaan mutasi barang dan pemborosan

kertas.

b. Satelit Farmasi Rawat Jalan (SAFARJAN)

SAFARJAN merupakan bagian dari instalasi farmasi yang

melaksanakan pelayanan farmasi berupa pelayanan resep obat untuk pasien

rawat jalan. SAFARJAN melayani pasien tunai, pasien HIV, pasien jaminan

perusahaan, dan pasien di luar RSKD .

Diverifikasi petugas jaminan

Pasien diberi SKP (Surat Keabsahan Jaminan)

Resep disiapkan di depo farmasi

secara UDD

Resep

Dibilling oleh petugas SAFARI

Pasien

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

85

Universitas Indonesia

Gambar 6.5 Alur Pelayanan Resep SAFARJAN

Alur pelayanan resep di SAFARJAN secara umum yaitu resep dari

dokter dibawa oleh pasien ke SAFARJAN untuk dibilling, kemudian dilakukan

pembayaran, setelah itu dilakukan penyiapan dan/atau peracikan, kemudian

dilakukan pemberian etiket dan pengemasan dan selanjutnya penyerahan obat

dengan memeriksa 5B (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, dan

benar cara pemberian). Pada pelaksanaan pelayanan mulai dari obat dihargai,

diracik, dikemas, dan diserahkan, dilakukan oleh petugas yang berbeda dan

setiap petugas harus memberi paraf pada kolom HRKP (hargai, racik, kemas,

penyerahan) dan 5B sesuai dengan tugasnya. Alur tersebut dapat juga

dilakukan untuk pasien rawat jalan tunai.

Pengisian HRKP dan 5B ini bertujuan untuk memastikan bahwa obat

yang akan diserahkan sudah benar. Pelaksanaan HRKP di SAFARJAN sudah

dijalankan dengan baik. Kemudian obat diserahkan langsung ke pasien oleh

petugas disertai dengan pemberian informasi obat (PIO) yang diserahkan.

Alur pelayanan resep untuk pasien jaminan perusahaan yaitu resep dari

dokter dibawa oleh pasien ke SAFARJAN untuk dibilling, kemudian resep

tersebut diverifikasi, setelah disetujui, resep kemudian dibawa kembali ke

Membilling R/ pasien

Petugas Farmasi menyerahkan obat sesuai R/ dengan prinsip 5 benar (benar

obat, benar identitas pasien, benar waktu, benar dosis dan benar cara pemberian

Obat diserahkan ke pasien dengan memberikan informasi yang jelas tentang

obat pasien

Membayar di kasir untuk pasien tunai

Pasien menyerahkan bukti pembayaran

Menerima R/ yang memenuhi persyaratan R/ dan Persyaratan status pasien

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

86

Universitas Indonesia

SAFARJAN, kemudian dilakukan proses pelayanan resep di SAFARJAN

secara umum.

Adapun untuk pasien HIV, obat-obatan untuk pasien HIV diberikan

secara gratis karena merupakan program pemerintah, namun untuk suplemen

makanan atau vitamin biayanya dibebankan ke pasien.

Permintaan barang dari SAFARJAN ke bagian logistik farmasi

dilakukan dengan cara pengisian bon permintaan barang yang dilakukan oleh

petugas SAFARJAN dan kemudian diterima oleh bagian logistik farmasi yang

akan dicetak dalam bentuk bon mutasi barang. Sama hal-nya dengan SAFARI,

permintaan mutasi barang dari SAFARJAN ke bagian logistik farmasi

seringkali dilakukan, sehingga meyulitkan bagian logistik farmasi dalam

melayani permintaan mutasi barang dan pemborosan kertas.

c. Satelit Farmasi Obat Tradisional

Satelit Obat Tradisional melayani resep pasien rawat inap dan rawat

jalan RSKD, selain itu dapat melayani resep dari luar rumah sakit. Selain

melayani resep dari dokter, pembelian obat tradisional tanpa resep juga dapat

dilayani dengan disertai konseling dan pemberian informasi obat tradisional

oleh apoteker. Alur pelayanan farmasi yang ada di Satelit Obat Tradisional

terdiri dari dua pelayanan yaitu pelayanan dengan resep dan pelayanan tanpa

resep, untuk pelayanan dengan resep alur pelayanannya yaitu resep dari dokter

diterima oleh petugas farmasi dan dilakukan pengecekkan kelengkapannya,

selanjutnya resep hargai dan pasien melakukan pembayaran secara tunai di

kasir, kemudian pasien menyerahkan bukti pembayaran dan petugas farmasi

menyerahkan obat tradisional tersebut disertai dengan informasi yang jelas.

Untuk alur pelayanan obat tradisional pasien tanpa resep dokter, petugas

farmasi melakukan swamedikasi terhadap keluhan yang disampaikan oleh

pasien, diawali dengan menggali informasi dari keluhan pasien tersebut dan

memilihkan obat yang tepat, selanjutnya obat tersebut hargai dan pasien

membayar secara tunai di kasir, obat tradisional diserahkan oleh petugas

farmasi disertai dengan informasi obat yang jelas serta cara penggunaan obat

yang benar dan rasional. Alur pelayanan resep Satelit Obat Tradisional dapat

dilihat pada Gambar 6.6.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

87

Universitas Indonesia

Gambar 6.6 Alur Pelayanan Resep Satelit Obat Tradisional

d. Perbekalan Farmasi Dasar

Perbekalan farmasi dasar merupakan perbekalan farmasi yang sering

digunakan untuk kebutuhan bersama di tiap-tiap ruangan dan permintaanya

dilakukan satu kali dalam seminggu. Setiap ruangan menuliskan permintaan

barang yang diminta pada form Bon Permintaan Barang (Lampiran 15) yang

diserahkan kepada bagian logistik farmasi. Kemudian dari bagian logistik

farmasi akan mendistribusikan permintaan barang yang diminta.

Pendistribusian dilakukan ke rawat inap, rawat jalan, dan ruangan lain yang

juga menggunakan barang-barang farmasi dasar (Instalasi Rehabilitasi Medik,

IGD, poli rawat jalan, ICU, dll). Contoh perbekalan farmasi dasar yaitu:

alkohol 70%, alcohol swab, kassa, masker, sarung tangan, microphore tape dll.

e. Paket Tindakan

Paket tindakan didistribusikan ke Instalasi Bedah Sentral dan Unit

prosedur diagnostik. Paket tindakan disiapkan oleh petugas depo sesuai dengan

permintaan tindakan yang akan dilakukan. Alur persiapannya yaitu perawat

meminta perbekalan farmasi perpaket ke Depo Farmasi, kemudian petugas di

depo farmasi menyiapkan paket tindakan tersebut, lalu perawat mengambil

paket tindakan yang sudah disediakan oleh petugas depo farmasi dan kemudian

digunakan untuk tindakan diagnostik. Perbekalan farmasi yang terpakai

Petugas farmasi melakukan

pengecekan resep

Petugas farmasi menyerahkan obat beserta informasi kepada pasien

Membilling resep pasien

Pasien membayar tunai di kasir dan

menyerahkan bukti pembayaran

Pasien dengan resep dokter Pasien tanpa resep dokter

Petugas farmasi melakukan swamedikasi (mendengarkan keluhan pasien dan

memilihkan obat yang tepat untuk pasien

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

88

Universitas Indonesia

dibilling dan barang yang tidak digunakan dikembalikan lagi ke petugas depo

farmasi.

6.1.7 Pelayanan Pasien Rawat Inap

Pelayanan obat pasien rawat inap dilakukan di ruangan UDD yang berada

di tiap ruangan rawat inap di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, yaitu di kelas

VIP/VVIP, kelas I, kelas II, kelas III, ruang anak, dan ruang teratai (Jamkesmas).

Kegiatan UDD di ruangan rawat inap Rumah Sakit Kanker “Dharmais” :

a. Menyiapkan obat-obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien

sesuai dengan 5 benar.

b. Menyiapkan obat oral, obat injeksi, dan alat kesehatan sebagai persediaan

untuk masing-masing pasien dan dicatat di Kartu Indeks (Kardeks)

(Lampiran 28).

c. Menyiapkan barang farmasi dasar dan emergency.

d. Menyimpan obat dan alkes ke dalam masing-masing box pasien.

e. Mencatat obat-obat dan alat kesehatan yang tidak digunakan oleh pasien

yang selanjutnya dikembalikan ke apotek/retur.

Pelayanan depo farmasi di rawat inap dilakukan secara Unit Dose

Dispensing (UDD) dengan menyiapkan obat untuk penggunaan 24 jam (sesuai

dosis obat dan aturan pakai). Alur penyiapan obat di UDD yaitu obat disiapkan

oleh petugas UDD sesuai dengan dan dimulai dari pemberian obat sore hingga

besok siang. Khusus untuk hari Jumat, petugas farmasi menyiapkan obat yang

dibutuhkan pasien hingga hari Senin. Obat disiapkan dalam plastik dengan warna

yang berbeda untuk setiap waktu pemberian (Lampiran 26). Plastik obat yang

digunakan yaitu pagi (plastik putih), siang (plastik merah), sore (plastik biru),

malam (plastik hijau), dan untuk obat-obat dengan penggunaan pada jam-jam

tertentu (misalnya golongan narkotika atau psikotropika) menggunakan plastik

berwarna kuning. Obat yang telah disiapkan oleh petugas UDD, kemudian akan

diserahkan ke perawat untuk diberikan kepada pasien.

Kardeks adalah formulir pengobatan yang berisi informasi yang

didalamnya terdiri atas beberapa data seperti nama dokter yang merawat, nama

kepala perawat, nama apoteker, nama obat yang diberikan, potensi obat, dosis

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

89

Universitas Indonesia

obat, frekuensi pemberian, petunjuk penggunaan, bentuk sediaan, cara

penggunaan serta dilengkapi pula dengan tanggal pemberian obat. Pada kardeks

juga terdapat catatan tekanan darah, denyut nadi, repiratory rate, dan suhu tubuh

yang diukur dan ditulis setiap harinya.

Petugas UDD juga menyiapkan lemari obat emergency yang berisi obat-

obatan, alat kesehatan, dan sediaan infus. Tugas petugas UDD di ruangan terkait

pengelolaan obat emergency yaitu mengawasi kesesuaian obat dan alat kesehatan

dalam lemari emergency dengan Form Pemantauan Obat dan Alkes Emergency

(Lampiran 27).

Obat dalam lemari emergency dipilih berdasarkan obat yang memiliki

onset yang cepat seperti efineprin, deksametason, ranitidin, transamin, vitamin K

(dalam bentuk injeksi) dan lainnya. Apabila obat dalam lemari emergency

digunakan maka perawat harus mencatat sesuai dengan yang digunakan lalu

dibuatkan resep dan kemudian diserahkan ke petugas UDD untuk dilakukan

penggantian. Pemeriksaan terhadap lemari emergency dilakukan setiap hari untuk

mencegah ketidaktersediaan obat ketika keadaan darurat.

6.1.8 Pengendalian

Pengendalian merupakan kegiatan pengawasan perbekalan farmasi untuk

mencegah terjadinya penumpukan barang atau barang berlebih melalui metode

VEN dan ABC atau kombinasi keduanya. Dengan analisis ABC, jenis-jenis

perbekalan farmasi dapat diidentifikasi, berdasarkan nilai nominal dalam rupiah.

Prinsip utama analisa ABC adalah dengan menempatkan jenis-jenis perbekalan

farmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang memakan anggaran atau

rupiah terbanyak. Berikut adalah kategori-kategori perbekalan farmasi

berdasarkan analisis ABC :

1. Perbekalan Farmasi kategori A menyerap anggaran 70%

2. Perbekalan Farmasi kategori B menyerap anggaran 20%

3. Perbekalan Farmasi kategori C menyerap anggaran 10%

Berbeda dengan analisis ABC, analisis VEN menentukan prioritas

kebutuhan suatu perbekalan farmasi termasuk vital (harus tersedia), esensial

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

90

Universitas Indonesia

(perlu tersedia), atau non-esensial (tidak prioritas untuk disediakan). Kriteria VEN

yang umum adalah perbekalan farmasi dikelompokkan sebagai berikut:

1. Vital (V) bila persediaan farmasi tersebut diperlukan untuk

menyelamatkan kehidupan (life saving drugs), dan bila tidak tersedia akan

meningkatkan resiko kematian.

2. Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk

menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien.

3. Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang

digunakan untuk penyakit yang sembuh sendiri (self-limiting disease),

perbekalan farmasi yang diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang

mahal namun tidak mempunyai kelebihan manfaat dibanding perbekalan

farmasi sejenis lainnya, dan lain-lain.

Gabungan analisis ABC dan VEN dapat dituangkan melalui matriks ABC-

VEN. Matriks ini dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk

menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan.Semua obat

vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C hendaknya disediakan, tetapi

kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk obat non-esensial dalam

kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya

disesuaikan dengan kebutuhan.

Kategori A B C

V VA VB VC

E EA EB EC

N NA NB NC

Gambar 6.7 Matriks VEN – ABC

6.1.9 Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, atau mutu tidak memenuhi

standar. Proses penghapusan barang yaitu barang yang sudah kadaluarsa atau

rusak diusulkan oleh bagian IFRS ke tim penghapusan untuk dimusnahkan. Tim

pemusnahan barang mengajukan izin untuk pemusnahan barang kepada

Kementerian Kesehatan. Apabila sudah disetujui, pihak Kementerian Kesehatan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

91

Universitas Indonesia

akan membuat berita acara bahwa barang boleh dimusnahkan, selanjutnya

dilakukan pemusnahan yang disertai saksi dari pihak Kementerian Kesehatan dan

pihak Rumah Sakit.

6.2 Produksi

Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, atau mengemas

kembali sediaan farmasi baik steril maupun non steril yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kefarmasian.. Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

melakukan aktivitas produksi yang dibagi menjadi produksi steril dan non steril.

Kegiatan produksi antara lain :

1. Menyediakan produk perawatan luka kanker yang tidak ada di pasaran,

contohnya: Dharmeza powder, Dharmezin ointment, Dharmawash mouth

powder, dan efudix ointment.

2. Memproduksi sediaan penunjang untuk menegakkan proses diagnosa,

contohnya tetriplex, indigo carmin, dan larutan PEG.

3. Memproduksi sediaan farmasi dengan harga yang lebih terjangkau untuk

pasien, contohnya: garam inggris, carbo gliserin, borak gliserin, asam asetat

glasial, larutan natrium bikarbonat, H2O2, OBH, saliva subtitusi, dan

Handrub.

4. Mengerjakan produk dengan penanganan khusus seperti rekonstitusi obat

kanker dan IV admixture.

6.2.1 Produksi Non Steril

Bagian produksi non steril membuat produk non steril sesuai dengan

jadwal produksi yang telah dibuat dan berdasarkan permintaan dari bagian logistik

farmasi. Pada proses produksi, petugas akan mempersiapkan bahan baku yang

diperlukan dan meracik sesuai dengan formula dan cara kerja baku yang telah

tertera dalam form produksi suatu produk. Bahan baku yang tidak ada atau

ketersediaannya kurang akan dilakukan pengadaan dengan bon permintaan barang

kepada logistik farmasi.

Untuk produk yang sudah jadi diberi etiket yang berisi nama produk dan

nomor batch. Sebagian produk disimpan sebagai sampel (sampel per tinggal)

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

92

Universitas Indonesia

untuk mengantisipasi jika ada komplain terhadap produk yang dihasilkan. Produk

jadi didistribusikan ke bagian logistik farmasi dengan melampirkan formulir

penyerahan produk sebagai bukti serah terima bagian produksi dengan logistik

farmasi. Sistem penomoran batch berdasarkan nomor urut pembuatan tiap

bulan/tanggal pembuatan/kode produk.

6.2.2 Produksi Steril

Produksi steril di RSKD terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Produksi steril non-injeksi yaitu memproduksi krim efudix

(mengandung 5-Flourourasil) yang pengerjaan basisnya dilakukan di

ruang non steril dan proses pencampuran basis krim dengan zat aktif 5-

Flourourasil dilakukan pada ruangan steril dalam Biological Ssafety

Cabinet (BSC) dan pencampuran obat kanker oral.

b. Produksi steril injeksi yaitu pencampuran obat injeksi non kanker (IV

admixture) dan pencampuran obat kanker (Handling Cytotoxic). Obat

injeksi kanker maupun obat injeksi non kanker (IV admixture) harus

terjamin sterilitas dan mutunya mulai dari produksi sampai diberikan

kepada pasien. Rekonstitusi dilakukan secara profesional di dalam

clean room. Unit Produksi yang harus sesuai dengan standar Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Kriteria ruangan produksi antara lain tidak memiliki sudut diantara sisi

dinding melainkan melengkung, lantai dan dinding dilapisi oleh epoksi agar

memiliki permukaan yang halus, suhu dan kelembaban terkontrol, serta

memiliki tekanan udara tertentu. Ruangan yang ada di ruangan produksi yaitu

ruangan produksi sediaan non steril, ruang produksi sediaan steril yang dibagi

menjadi ruang IV admixture, ruang pencampuran obat kanker, ruang antara,

dan scrub room yaitu ruang yang digunakan untuk mencuci tangan sebelum

masuk ruang antara.

Khusus untuk obat injeksi kanker, disamping sterilitas obat terjamin,

operator yang melakukan rekonstitusi harus terlindung dari paparan obat

kanker. Perlindungan terhadap operator harus diperhatikan karena obat kanker

bersifat sangat toksik serta bersifat karsinogenik, mutagenik, maupun

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

93

Universitas Indonesia

teratogenik. Sebisa mungkin, tingkat keterpaparan terhadap operator ditekan

semaksimal mungkin.

Dalam melaksanakan pencampuran, baik obat kanker maupun obat

injeksi non kanker, operator harus menggunakan alat pelindung diri (APD).

APD terdiri dari:

1. Baju pelindung, harus menutupi lengan operator dan memiliki manset

dengan bahan yang bersifat menahan penetrasi partikel tumpahan obat.

Operator dianjurkan untuk menggunakan baju pelindung ganda (baju

dalam dan baju luar).

2. Sarung tangan, harus terbuat dari lateks tebal dan tidak berbedak. Operator

dianjurkan untuk menggunakan sarung tangan ganda.

3. Headcover

4. Kacamata dan masker

5. Penutup muka dan pelindung kaki.

Beberapa fasilitas yang terdapat dalam ruang produksi steril yakni:

1. Pass box, berfungsi sebagai lalu lintas obat yang terletak antara clean

room dan ruang administrasi.

2. Clean room, merupakan ruangan bersih yang harus memiliki jumlah

partikel yang terbatas, temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

persyaratan Ruang Kelas I berdasarkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang

Baik) dan tekanan udara yang bersifat negatif dari tekanan udara luar.

Clean room harus selalu disterilisasi dengan cara fogging.

3. Ante room, merupakan ruangan yang berada di antara clean room dengan

area lain; berfungsi sebagai barrier (pembatas) atas hilangnya tekanan dan

kontaminasi yang berasal dari pengaruh masuknya udara luar ke clean

room, dan berfungsu untuk mengontrol lingkungan dimana materi

pengepak alat steril dapat dilepas.

4. Scrub room, merupakan ruangan yang harus dilalui oleh operator

pencampuran sebelum memasuki ante room dimana terdapat wastafel

untuk mencuci tangan sebelum ataupun setelah melakukan pencampuran.

5. Biological Safety Cabinet (BSC), BSC yang digunakan di Rumah Sakit

Kanker “Dharmais” adalah BSC kelas II Cytogard series 2000. BSC ini

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

94

Universitas Indonesia

memiliki prinsip kerja yaitu tekanan udara di dalam cytogard bersifat lebih

negatif daripada tekanan udara di luar, sehingga meminimalisasi

keterpaparan operator dengan obat ketika melakukan rekonstitusi. Aliran

udara di dalam BSC bergerak secara vertikal sebagai barrier agar udara

luar tidak masuk ke meja kerja atau sebaliknya. Validasi perlu dilakukan

terhadap Cytogard melalui kalibrasi setiap 6 – 12 bulan (1 – 2 kali dalam

setahun).

6. Laminair Air Flow (LAF), merupakan alat yang digunakan untuk kegiatan

rekonstitusi IV di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. LAF ini memiliki

prinsip kerja yaitu tekanan udara di dalam cytogard bersifat positif

daripada tekanan udara di luar, sehingga menjaga sterilisasi produk.

6.2.2.1 PIVAS (Pharmacy Intravenous Admixture Service)

a. Pencampuran obat injeksi non kanker (IV Admixture)

IV Admixture adalah pencampuran obat steril kedalam larutan intravena

steril untuk menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk

penggunaan intra vena, contohnya: ranitidin injeksi, ondansetron injeksi,

vitamin C injeksi, neurobion injeksi, antibiotik injeksi, antiemetik injeksi

yang dikerjakan di dalam clean room atau ruang kelas 2 dengan

menggunakan Laminar Air Flow (LAF).

Alur pelayanan IV Admixture dilakukan atas dasar resep dokter

dari kelas VIP/VVIP, I, II, III dan ruang anak yang ditulis dalam formulir

pelayanan pencampuran IV Admixture (Lampiran 30) dan dilakukan pada hari

kerja (Senin sampai Jumat). Petugas farmasi di depo menyiapkan obat-obat

injeksi yang kemudian diantarkan ke ruang produksi. Petugas ruang produksi

memeriksa kelengkapan formulir permintaan pencampuan seperti nama

pasien, No.MR, ruangan, dan obat yang akan di rekonstitusi.

Apabila ada kekurangan atau kesalahan, maka petugas

mengkonfirmasi ke petugas farmasi di depo, apabila formulir sudah lengkap

dan sesuai, maka dilakukan rekonstitusi dan petugas membuat etiket.

Sebelum dilakukan rekonstitusi di ruangan IV admixture, vial dan ampul

didisinfeksi terlebih dahulu yang kemudian dimasukan ke dalam pass box dan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

95

Universitas Indonesia

direkonstitusi di dalam LAF. Setelah selesai, obat dimasukkan kembali ke

dalam pass box, dicek ulang, dan diantarkan ke rawat inap.

Pelayanan IV admixture di RSKD melayani pasien rawat inap tunai,

askes, dan jaminan perusahaan. Sedangkan pada pasien jamkesmas dan KJS,

pelayanan IV admixture hanya dilayani untuk pemakaian pada pagi hari.

b. Pencampuran Obat Kanker (Handling cytotoxic)

Merupakan kegiatan pencampuran obat kanker yang dilakukan dalam

clean room / ruang kelas 1 dengan menggunakan alat Biological Safety

Cabinet (BSC) khusus yaitu Cytogard yang memiliki dua HEPA filter untuk

menyaring kontaminan dan paparan. Prinsip kerja BSC yaitu:

1. Tekanan udara di dalam BSC lebih negatif dari tekanan udara luar agar

obat kanker, percikan ampul, vial, maupun serbuk-serbuk obat tidak

mengarah ke operator.

2. Udara ruangan BSC mengalir melalui kisi-kisi dan masuk ke dalam

bagian meja kerja.

3. Udara dari bawah meja kerja, dialirkan vertikal ke atas disaring oleh

HEPA filter menjadi udara bersih.

4. Udara yang terkontaminasi ditarik kembali melalui kisi-kisi bagian depan

dan belakang kabinet bercampur dengan udara ruangan yang tertarik ke

dalam kabinet.

5. Udara kembali disaring oleh HEPA filter kabinet (±70%) kembali ke area

kerja, sisanya (± 30%) melalui HEPA filter ruangan.

Pencampuran obat kanker yang dilakukan bagian produksi instalasi

farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” terdiri dari 2 jenis pencampuran,

yaitu :

1. Pencampuran obat kanker injeksi

Alur pencampuran obat kanker injeksi dimulai dari protokol

kemoterapi/blanko pelayanan pencampuran obat kanker (Lampiran 31)

diserahkan ke bagian produksi farmasi dari ruang rawat inap/singkat untuk

direkonstitusi, kemudian petugas produksi farmasi melakukan pengecekan

terlebih dahulu terhadap kelengkapannya seperti data pasien (nama, nomor

MR, ruangan pasien, pasien serta obat, dan dosis yang akan di rekonstitusi),

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

96

Universitas Indonesia

jika data yang diperlukan belum lengkap maka dilakukan konfirmasi kepada

petugas farmasi di UDD ruangan atau kepada perawat.

Apabila sudah lengkap maka dilakukan proses selanjutnya yaitu

menyiapkan obat injeksi beserta pelarutnya yang akan direkonstitusi.

Kontainer obat yang berisi vial dan ampul didesinfeksi, kemudian dituliskan

etiket selanjutnya dimasukkan ke dalam pass box untuk direkonstitusi. Hasil

rekonstitusi, yang berupa infus atau syringe, diseka alkohol untuk

meminimalkan kontaminasi kemudian dikeluarkan melalui pass box.

Dilakukan pengecekan ulang dan dibuatkan etiket luar kemudian di kirim ke

ruangan rawat inap dan dilakukan serah terima dengan perawat. Gambar 6.8

menunjukkan skema prosedur pencampuran obat injeksi di ruang produksi

steril Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Gambar 6.8 Alur pencampuran obat injeksi di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

6.2.2.2 Pencampuran Obat Kanker Oral

Selain pencampuran obat kanker injeksi di produksi, juga dilakukan

pencampuran obat kanker oral yang merupakan permintaan dari SAFARI,

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

97

Universitas Indonesia

SAFARJAN dan apotek lain dari luar rumah sakit. Alurnya yaitu resep yang

berasal dari SAFARI, SAFARJAN, dan apotek luar beserta obatnya oleh petugas

diberikan ke unit produksi kemudian oleh petugas produksi dilakukan pengecekan

resep dan obat, kemudian resep dan obat dimasukan ke dalam pass box untuk di

racik di ruang clean room.

Peracikan dilakukan dengan penyiapan mortir dan stamper yang telah

didesinfeksi dengan alkohol. Kemudian obat tersebut diracik dalam mortir yang

dimasukkan dalam kantong transparan. Peracikan dilakukan di dalam BSC.

Setelah peracikan selesai kemudian dilakukan pengemasan serbuk di dalam BSC

dalam keadaan blower tidak dinyalakan untuk menghindari terjadinya paparan

obat ke petugas. Setelah selesai, semua peralatan peracikan dibersihkan, racikan

obat diserahkan ke petugas produksi lewat pass box untuk dilakukan pengecekan

akhir. Racikan obat diserahkan ke unit asal yang memberikan resep.

Dalam melakukan pencampuran obat-obat kanker, seorang operator harus

menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) untuk melindungi dari keterpaparan

obat-obat kanker.

Bila terdapat tumpahan obat kanker maka dilakukan prosedur penanganan

tumpahan baik di dalam maupun di luar area penyiapan menggunakan peralatan

khusus yang disebut spill kit. Apabila terjadi tumpahan berupa cairan, terlebih

dahulu petugas mengambil serpihan pecahan kaca dengan menggunakan pinset

yang kemudian serpihan tersebut dimasukkan ke dalam plastik bening.

Selanjutnya plastik bening tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik

berwarna ungu. Kemudian cairan obat dilap menggunakan lap kering, lalu

didekontaminasi dengan menggunakan deterjen dan didisinfeksi dengan

menggunakan larutan klorin 3%.

Tumpahan obat kanker tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik

warna ungu dan ditempelkan label simbol obat kanker. Sedangkan untuk

tumpahan obat kanker berupa serbuk, pecahan dan serbuk disapu dengan

menggunakan penyapu kecil yang ada di dalam spill kit beserta penadahnya,

kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna ungu. Selanjutnya area

pecahan didekontaminasi dan didisinfeksi. Material tajam (misalnya bekas

pecahan ampul, spuit) dimasukkan ke wadah khusus yang anti bocor dan tahan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

98

Universitas Indonesia

terhadap tusukan. Material yang tidak tajam (misalnya penutup vial) dimasukkan

ke kantong khusus berwarna kuning (kantong limbah infeksius).

6.3 Farmasi Klinik

Kegiatan Farmasi Kliinik bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien. Sampai saat ini terdapat beberapa pelayanan farmasi klinik di Rumah

Sakit Kanker “Dharmais” yang sudah berjalan dan masih ada juga dalam tahap

pengembangan.

6.3.1 Konseling dan Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan konseling di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dapat diberikan

pada pasien rawat inap yang akan pulang serta pasien rawat jalan (kanker dan

HIV/AIDS). Pada setiap ruang rawat inap dan apotek rawat jalan, terdapat masing

– masing 1 orang apoteker farmasi klinik yang bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan konseling kepada pasien. Pada pasien rawat inap, sebelum

pasien pulang apoteker farmasi klinik akan mengisi formulir konseling pasien

pulang (Lampiran 35), sedangkan pada pasien rawat jalan formulir konseling diisi

setelah pasien menerima obat (Lampiran 36).

PIO memiliki formulir pelayanan informasi obat untuk mempermudah

identifikasi pertanyaan, pemberian jawaban, dan dokumentasi kegiatan farmasi

klinik (Lampiran 34). Kegiatan PIO di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” belum

berjalan secara aktif baik melalui penerbitan leaflet terkait dengan penggunaan

obat-obat sitostatika juga secara pasif dengan pelayanan secara langsung atau

melalui telepon untuk memberikan informasi kefarmasian yang dibutuhkan oleh

pasien, keluarga pasien, dokter, perawat, asisten apoteker, dan profesi kesehatan

lain. Hal ini disebabkan belum adanya pusat informasi obat khusus Rumah Sakit

Kanker “Dharmais”.

6.3.2 Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat merupakan program yang berperan dalam

membantu sistem manajemen kesehatan, menginterpretasikan dan memperbaiki

penulisan resep, administrasi dan penggunaan obat. Kegiatan PTO dilakukan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

99

Universitas Indonesia

menggunakan formulir pemantauan pengobatan (Lampiran 33). Program PTO

yang sudah berjalan di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” baru terbatas pada

pengawasan penggunaan antibiotik untuk mencegah terjadinya resistensi akibat

penggunaan antibiotik. Secara umum PTO bertujuan untuk memastikan tepat atau

tidaknya rasionalitas penggunaan obat pada pasien.

6.3.3 Monitoring Interaksi Obat

Program monitoring interaksi obat di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

telah dijalankan dengan menggunakan software Drug Interaction Fact®

. Jika

ditemukan interaksi obat yang bermakna secara klinis, apoteker akan

menyampaikan dan mendiskusikan hal tersebut kepada dokter penanggung jawab

pasien untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan merugikan pasien.

6.3.4 Monitoring Efek Samping Obat

Hingga saat ini program MESO belum dapat dijalankan secara optimal

oleh staf farmasi klinik karena kurangnya kerja sama dan koordinasi dari tenaga

kesehatan di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Diharapkan kedepannya dapat

ditumbuhkan kerja sama dan komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan

sehingga monitoring efek samping obat dapat dijalankan secara optimal.

6.3.5 Ronde atau Visite

Program ronde atau visite, yaitu kunjungan dokter dan apoteker ke setiap

pasien, baru berjalan di Ruang Rawat Anak. Peranan Apoteker farmasi klinik

dalam program ronde atau visite di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” saat ini

masih terbatas karena kurangnya tenaga farmasi klinis.

6.4 Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)

Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB) RSKD berada di bawah

Direktorat Umum dan Operasional. ISSB dibagi menjadi 2 bagian yaitu unit

sterilisasi sentral dan unit binatu. Tugas pokok ISSB adalah menyediakan fasilitas

dan menyelenggarakan kegiatan sterilisasi alat, bahan dan linen rumah sakit.

Sedangkan fungsi secara rinci dari ISSB adalah menerima, memproses,

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

100

Universitas Indonesia

memproduksi, mensterilkan, menyimapn, serta mendistribusikan peralatan medis

ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. ISSB

juga berperan serta dalam pengendalian infeksi dan menekan kejadian infeksi

nosokomial.

Unit Sterilisasi Sentral (USS) adalah bagian dari ISSB yang bertanggung

jawab atas pensterilan linen, dan instrumen-instrumen yang digunakan dalam

berbagai tindakan medik serta produksi barang-barang steril seperti kassa,

tampon, kapas, lidi kapas agar dapat digunakan pasien yang membutuhkan.

Keberadaan unit sterilisasi ini sangatlah penting dalam upaya pencegahan infeksi

nosokomial. Untuk memastikan proses sterilisasi berjalan dengan baik

digunakanlah berbagai indikator seperti indikator mekanik, kimia, dan biologi

serta untuk menjamin sterilitas barang-barang yang dihasilkan unit sterilisasi

sentral dilakukan uji mikrobiologi terhadap ruangan, produk hasil sterilisasi, dan

linen secara berkala.

Sebagian besar proses sterilisasi yang dilakukan di ISSB Rumah Sakit

Kanker “Dharmais” menggunakan metode sterilisasi panas basah dengan alat

autoklaf. Sedangkan untuk barang-barang yang tidak tahan pemanasan, proses

sterilisasi dilakukan dengan menggunakan mesin Sterrad NX (58C, 28 menit).

Mesin ini bekerja dengan menggunakan plasma sehingga dapat digunakan untuk

sterilisasi barang-barang dari bahan alumunium, polimer, PVC, nylon, neoprene,

polisorbat, polietilen, misalnya selang-selang, karet, stepler dan barang-barang

yang biasanya disposible. Hal ini tentunya akan meringankan biaya perawatan

pasien karena barang-barang yang biasanya hanya sekali pakai, dengan adanya

mesin ini dapat digunakan kembali setelah disterilisasi.

6.5 Bagian Rekam Medik

Bagian rekam medik merupakan unit yang bertanggung jawab terhadap

penyimpanan data-data pasien dari mulai pasien mendaftar hingga akhir

pengobatan pasien. Petugas rekam medik juga berkewajiban menjaga kerahasiaan

isi dari rekam medik setiap pasien. Secara umum, kegiatan di Bagian Rekam

Medik Rumah Sakit Kanker “Dharmais” telah berlangsung dengan baik.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

101

Universitas Indonesia

Kegiatan di rekam medik meliputi admission, filing, assembling, dan

coding. Admission adalah proses pendaftaran untuk mendapatkan rekam medis

untuk pasien rawat jalan atau rawat inap. Filing adalah pengambilan rekam medis

oleh petugas di ruang rekam medis. Permintaan dari admission tercetak otomatis

di ruang rekam medik. Rekam medik akan diantar ke ruang poli yang dituju.

Assembling yaitu kegiatan penyusunan berkas-berkas rekam medis agar

memudahkan petugas medis dalam membaca. Kemudian coding dilakukan

pengkodean jenis penyakit sesuai standar internasional, WHO. Pengkodean ini

mengacu pada International Clasification of Disease yaitu: ICD-10, ICD-O, ICD-

9-CM (digunakan untuk pengkodean prosedur diagnosa). Pengkodean ini

digunakan untuk klaim ke jaminan, jika pasien tersebut menggunakan jaminan.

Penyimpanan rekam medik di rumah sakit Dharmais telah terlaksana

dengan cukup baik, yakni menggunakan sistem terminally digit yakni disusun dan

disimpan berdasarkan dua digit terakhir pada nomor rekam medik, serta ditandai

dengan warna-warna yang berbeda pada fisik rekam medik. Pemberian tanda

berupa warna ini memudahkan petugas dalam menyusun dan mencari rekam

medik. Rekam medik ini seharusnya disimpan hingga 5 tahun (Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2008), namun karena hingga saat ini kanker masih menjadi

penyakit yang sulit untuk disembuhkan dan masih dalam penelitian, serta karena

Rumah Sakit Kanker Dharmais merupakan rumah sakit pengembangan,

pendidikan, dan penelitian maka masa penyimpanan rekam medik diperpanjang

hingga 50 tahun (penentuan masa penyimpanan ini masih dalam proses perizinan

ke Departemen Kesehatan).

Pemusnahan rekam medik dilakukan setelah rekam medik disimpan

selama 50 tahun. Pemusahan ini diikuti oleh minimal 2 orang saksi, dibuat berita

acara pemusnahan, dan didokumentasikan. Semua berkas dalam rekam medik

dimusnahkan, kecuali data jati diri pasien dan nomor rekam medik. Selain

pemusnahan, rekam medik juga dapat mengalami penyusutan, yakni pemisahan

rekam medik milik pasien yang dalam waktu 10 tahun tidak melakukan

kunjungan sama sekali (bisa jadi pasien meninggal, berobat ke tempat lain/second

opinion, atau telah sembuh). Penyusutan rekam medik ini bertujuan untuk

peningkatan efektifitas tempat penyimpanan rekam medik.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

102

Universitas Indonesia

6.6 Instalasi Kesehatan Lingkungan dan K3

Instalasi Kesehatan Lingkungan dan K3, sangat penting peranannya dalam

hal penanganan limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan rumah sakit agar

tidak membahayakan masyarakat di sekitar rumah sakit. Untuk limbah cair,

pengolahannya dilakukan di IPAL sementara limbah padat, dipilih berdasarkan

asal limbah tersebut, limbah medis akan dimusnahkan dengan incenerator, limbah

organik akan dibuat pupuk kompos, limbah anorganik yang dapat direcycle akan

didaur ulang sementara yang tidak dapat didaur ulang akan dibuang di TPA, dan

limbah radioaktif akan dire-eksport.

Sejak April 2013, seluruh pengelolaan limbah padat dilakukan oleh pihak

kedua. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan, efisiensi biaya, dan kerapihan

kerja yang jauh lebih baik dibanding dilakukan oleh pihak rumah sakit. Asap yang

dikeluarkan dari insenerator dapat menimbulkan polusi di lingkungan rumah sakit,

untuk itu perlu adanya uji emisi setiap 3 bulan sekali. Dengan adanya pihak kedua

yang dapat mengelola limbah padat, rumah sakit tidak perlu melakukan uji

tersebut untuk menjada lingkungan rumah sakit yang bersih.

Kegiatan lain dari Instalasi Kesehatan Lingkungan dan K3 adalah program

green hospital melalui pembuatan taman-taman di rumah sakit, pembuatan taman

konservasi air hujan, penggunaan cahaya matahari untuk menggantikan lampu

penerangan di dalam ruangan, pengurangan penggunaan kertas.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

103 Universitas Indonesia

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan selama Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di

Rumah Sakit Kanker ”Dharmais”, maka disimpulkan bahwa :

1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” telah melaksanakan

fungsi kefarmasian sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian yang

ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

2. Kegiatan yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

meliputi manajemen farmasi, produksi, dan pelayanan farmasi klinik.

Apoteker memiliki peran fungsional pada setiap aspek kegiatan tersebut.

3. Kegiatan manajemen di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” meliputi pemilihan, perencanaan dan pengadaan, produksi,

penyimpanan, pendistribusian, penghapusan dan pemusnahan,

administrasi, dan pelayanan obat pasien rawat inap.

4. Kegiatan produksi yang dilakukan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” terdiri dari kegiatan produksi non steril serta kegiatan

produksi steril yang meliputi pelayanan pencampuran sediaan intravena

dan penanganan sitostatika

5. Kegiatan Farmasi Klinik di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” meliputi monitoring penggunaan obat, monitoring interaksi

obat dan efek samping obat, program ronde/visite, handling cytotoxic, IV-

admixture, serta informasi dan konseling obat yang semuanya berorientasi

kepada pasien (patient oriented).

7.2 Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat diberikan demi peningkatan

kualitas pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” :

1. Sebaiknya pelayanan IV admixture di produksi steril juga dilakukan

kepada pasien Jamkesmas dan KJS untuk menjamin mutu obat yang akan

diberikan.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

104

Universitas Indonesia

2. Dalam rangka meningkatkan eksistensi peran apoteker farmasi klinik di

Rumah Sakit Kanker “Dharmais” sebaiknya kegiatan visite atau ronde dan

konseling dapat dilakukan diseluruh ruangan

3. Sebaiknya Rumah Sakit Kanker “Dharmais” memiliki ruangan khusus

pelayanan informasi obat agar segala informasi tentang obat yang

dibutuhkan oleh pasien, tenaga kesehatan lain maupun profesi lain dapat

diberikan dengan baik.

4. Untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan mempermudah penelusuran

apabila terjadi kesalahan sebaiknya penandaan pada kolom HRKP di

SAFARI dapat diisi oleh petugas SAFARI.

5. Sebaiknya permintaan mutasi barang dari SAFARI maupun SAFARJAN

dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore, sehingga bagian

logistik farmasi tidak perlu melakukan mutasi berkali-kali dalam jumlah

yang sedikit, dan untuk menghemat waktu dan penggunaan kertas.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

105 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Anonim. (2004). Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. ISFI : Jakarta.

Anonim. (2013). Lembar Informasi Internal RS. Kanker “Dharmais” Edisi No.

013 Tahun II. Rumah Sakit Kanker “Dharmais” : Jakarta.

Dirjen Bina Pelayanan Medik. (2009). Pedoman Instalasi Pusat Steriisasi

(Central Sterile Supply Department) di Rumah Sakit. Kementerian

Kesehatan RI : Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.

Kementerian Kesehatan RI : Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1045/Menkes//Per/XI/2006 tentang Pedoman

Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI : Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan

Farmasi di Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan RI : Jakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan

No.269/Menkes/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis. Kementerian

Kesehatan RI : Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.340/Menkes/Per/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah

Sakit. Kementerian Kesehatan RI : Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1992). Undang-Undang Republik Indonesia No.23

Tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta.

Quick, J.D., Hume, M., Rankin, J.R., O’Connor, R.W. (1997). Managing Drug

Supply, Second Edition, Revised and Expanded. Kumarin Press : West

Hartford.

Rumah Sakit Kanker Dharmais. (2011). Profil Rumah Sakit Kanker Dharmais.

Jakarta: Diklat RSKD.

Siregar, Charles J.P. dan Amalia, Lia (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan

Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

UNIVERSITAS INDONESIA

RESPONSE TIME PELAYANAN RESEP PASIEN RAWAT

JALAN ASKES, JAMKESMAS DAN KJS DI RUMAH SAKIT

KANKER “DHARMAIS”

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS”

PUTERI ISABELLA NAULI TAMPUBOLON, S.Far

1206329985

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 2

2. TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1. Resep 3

2.2. Pelayanan Resep 3

2.3. Waktu Tunggu Pelayanan Resep ......................................................... 3

3. METODELOGI PENELITIAN 6

3.1. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data 6

3.2. Metode Pengumpulan Data 6

3.3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 6

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 7

4.1 Pelayanan Resep 7

4.1.1 Pemeriksaan Resep 7

4.1.2 Dispensing 7

4.1.3 Penyerahan Obat 8

4.2 Pengamatan 8

5. KESIMPULAN DAN SARAN 10

5.1 Kesimpulan 10

5.2 Saran 10

DAFTAR ACUAN 12

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lama waktu pelayanan resep rawat jalan ASKES, JAMKESMAS dan KJS .... 13

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial dalam

masyarakat maka meningkat pula kesadaran akan arti hidup sehat dan keadaan tersebut

menyebabkan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, nyaman dan

berorientasi pada kepuasan konsumen semakin mendesak sehingga diperlukan kinerja

pelayanan yang tinggi. Kinerja pelayanan menyangkut hasil pekerjaan, kecepatan kerja,

pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan harapan pelanggan, dan ketepatan waktu dalam

menyelesaikan pekerjaan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit menetapkan suatu standar pelayanan kesehatan yang

berlaku di Rumah Sakit yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam menjamin pelaksanaan

pelayanan kesehatan. Standar tersebut harus diikuti oleh setiap rumah sakit dalam waktu dua

tahun sejak keputusan tersebut ditetapkan pada 6 Februari 2008 (Menkes RI,2008).

Salah satu standar minimal yang harus dipenuhi oleh rumah sakit adalah pada waktu

tunggu pelayanan obat jadi dan racikan di Instalasi Farmasi. Menteri kesehatan menetapkan

waktu tunggu minimun pelayanan obat jadi ≤30 menit dan pelayanan obat racikan ≤60 menit

(Menkes RI,2008).

Salah satu keluhan yang sering terdengar dari masyarakat yang berhubungan dengan

pelayanan dalam memberikan pelayanan resep, dalam hal ini ketepatan waktu dalam

memberikan pelayanan, kualitas dan kuantitas pelayanan yang masih sangat rendah.

Rendahnya kinerja pelayanan akan membangun citra buruk pada farmasi, yang akan pasien

merasa tidak puas. Sebaliknya, semakin tinggi kinerja pelayanan yang diberikan akan

menjadi nilai plus bagi farmasi, dalam hal ini pasien akan merasa puas terhadap pelayanan

yang diberikan oleh farmasi.

Peningkatan pelayanan kesehatan di instalasi farmasi dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan, salah satunya dengan memperbaiki kinerja dan waktu tunggu pelayanan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

2

Universitas Indonesia

resep di satelit farmasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung waktu kecepatan

pelayanan resep di apotek. Evaluasi pelayanan kefarmasian dalam hal ini kecepatan

pelayanan resep, penting dilaksanakan untuk mengetahui kondisi mutu pelayanan resep saat

proses kegiatan karena hasil evaluasi tersebut dapat memberikan masukan untuk

meningkatkan pelayanan kefarmasian di rumah sakit Kanker Dharmais.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan tugas khusus di RS Kanker “Dharmais” yaitu:

a. Mengetahui waktu tanggap pelayanan resep (reseponse time) rata-rata pasien rawat

jalan di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.

b. Membandingkan hasil evaluasi response time RS Kanker “Dharmais” terhadap

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Menteri Kesehatan RI.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada

Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai peraturan

perundangan yang berlaku (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008). Resep harus ditulis jelas dan lengkap. Apabila resep

tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, Apoteker harus menanyakan kepada

dokter penulis resep.

2.2 Pelayanan Resep

Proses pelayanan terhadap permintaan tertulis dokter, dokter gigi, dokter hewan

kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan

perundangan yang berlaku disebut sebagai pelayanan resep (Direktorat Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008).

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan pelayanan resep adalah sebagai

berikut (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006; Direktorat

Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008):

1. Skrining Resep

Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

a. Persyaratan Administratif :

a. Nama, SIP dan alamat dokter

b. Tanggal penulisan resep

c. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

e. Cara pemakaian yang jelas

f. Informasi lainnya

b. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,

cara dan lama pemberian.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

4

Universitas Indonesia

c. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,

durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya

dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan

alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

2. Penyiapan obat.

a. Peracikan.

Kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket

pada wadah merupakan kegiatan peracikan. Dalam melaksanakan peracikan obat

harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat

serta penulisan etiket yang benar.

b. Etiket.

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

c. Kemasan Obat yang Diserahkan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga

kualitasnya.

d. Penyerahan Obat.

Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap

kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker

disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.

e. Informasi Obat.

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,

akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-

kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu

pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

f. Konseling.

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan

perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau

yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang

salah. Konseling dapat dilakukan pada pasien dengan penyakit kronik (diabetes, TB,

dan asma, dll.); pasien dengan sejarah ketidakpatuhan dalam pengobatan; pasien yang

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

5 Universitas Indonesia

menerima obat dengan indeks terapi sempit yang memerlukan pemantauan; serta

pasien dengan multirejimen obat

g. Monitoring Penggunaan Obat.

Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan pemantauan

penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TB,

asma, dan penyakit kronis lainnya.

2.3 Waktu Tunggu Pelayanan Resep

Waktu tunggu pelayanan resep dibagi menjadi dua yaitu waktu tunggu pelayanan

resep obat jadi dan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan. Menurut Kepmenkes RI No.

129/menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimum Rumah sakit dijelaskan bahwa

waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep

sampai dengan menerima obat jadi. Sedangkan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan

adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat

racikan. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum ini, waktu tunggu pelayanan obat jadi

yaitu ≤ 30 menit sedangkan racikan ≤ 60 menit.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

6

Universitas Indonesia

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data

Pengkajian response time pelayanan resep pasien rawat jalan dilakukan di Satelit

Farmasi Rawat Inap (SAFARI) Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Jalan S.

Parman Kav. 84-86 Slipi Jakarta Barat selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA), yaitu 10 – 25 Oktober 2013.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan adalah 300 resep pasien rawat jalan ASKES,

JAMKESMAS dan KJS yang masuk ke Satelit Farmasi Rawat Inap (SAFARI) dengan cara

pengamatan langsung dan pencatatan waktu pelayanan resep

3.3 Teknik Pengambilan Sempel

Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam

populasi.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

7 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelayanan Resep

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu mutu pelayanan

adalah dimensi waktu pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pada

Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit. Evaluasi pencapaian indikator kinerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” harus selalu dilakukan, mengingat keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar

Pelayanan Minimal (SPM) telah berlangsung selama 5 tahun. Salah satu parameter yang

dapat diukur adalah waktu tanggap pelayanan resep (response time). Oleh karena itu, perlu

dilakukan evaluasi waktu tanggap pelayanan resep (response time) pasien di Rumah Sakit

Kanker “Dharmais” terutama pasien rawat jalan.

4.1.1 Pemeriksaan Resep

Tahapan pemeriksaan resep diawali dengan pemeriksaan dan pencocokan

ketersediaan obat dengan permintan pada resep. Selanjutnya pada tahap ini dilakukan

pemberian harga dan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep baik oleh petugas

SAFARI. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik seperti stabilitas obat, dan inkompatibilitas

tidak dilakukan. Pemeriksaan terhadap hal tersebut penting dilakukan untuk mengoreksi

ulang jika Dokter atau petugas kesehatan lain melakukan kesalahan perhitungan maupun

penulisan resep.

4.1.2 Dispensing

Pelaksanaan kegiatan dispensing dilakukan baik oleh petugas SAFARI. Penyiapan

sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dilakukan sesuai dengan permintaan resep namun

perhitungan kesesuaian dosis dan perhitungan dosis maksimum sangat jarang dilakukan.

Dispensing obat jarang menggunakan tahapan HRKP (Harga, Racik, Kemas,

Penyerahan) yang sudah umum dilakukan dan telah memiliki Standar Operasional Prosedur

(SOP) pelayanan resep dengan tahapan tersebut. Penyiapan etiket dilakukan sesuai dengan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

8

Universitas Indonesia

jenis obat yang di siapkan . Nama pasien dan cara pemakaian obat juga dituliskan dengan

jelas pada etiket sesuai permintaan resep

4.1.3 Penyerahan Obat

Pemeriksaan ulang obat yang akan diserahkan kepada pasien tidak selalu dilakukan

oleh semua petugas SAFARI. Penyerahan obat disertai oleh informasi obat dilakukan namun

belum optimal karena informasi tentang dosis obat, efek samping dan kontra indikasi tidak di

berikan. Informasi yang disampaikan saat penyerahan obat adalah frekuensi pemakaian obat,

cara pemakaian, dan cara penyimpanan. Informasi tentang pengobatan tidak di informasikan

oleh semua petugas SAFARI. Hal ini mungkin disebabkan karena SOP dispensing tidak

tersosialisasikan dengan baik diantara petugas SAFARI. Untuk mengatasi hal tersebut, SOP

sebaiknya di tempel di tempat-tempat dilakukannya prosedur sehingga semua petugas dapat

melihat dan memberikan pelayanan kefarmasian yang seragam dan sesuai standar.

Penyerahan obat dilakukan oleh petugas yang sama dengan yang melakukan

penyiapan obat sehingga tidak ada pemeriksaan ulang oleh petugas lainnya. Hal ini

disebabkan karena tahapan HRKP jarang dilakukan. Rancangan HRKP melibatkan 4 petugas

berbeda yang masing-masing bertanggung jawab pada setiap tahapan tersebut sehingga

pemeriksaan ulang dapat dilakukan. Hal tersebut akan meminimalisasi kesalahan yang

mungkin terjadi.

4.2 Pengamatan

Sampel berupa lembaran resep yang dikumpulkan selama waktu pengamatan selama

bulan Oktober 2013 yaitu dari tanggal 10 – 25 Oktober pukul 08.00 sampai 16.00. Jumlah

resep yang dikaji waktu pelayanan resep sebanyak 300 resep. Resep terdiri dari resep pasien

rawat jalan ASKES, JAMKESMAS dan KJS.

Resep yang dikaji diambil secara acak lalu dihitung waktunya mulai dari proses

billing, peracikan, pengemasan sampai penyerahan dilakukan. Pelayanan resep dapat

terganggu karena resep sering menumpuk dan petugas kurang cekatan untuk segera melayani

resep yang sudah menumpuk pada kotak resep.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

9 Universitas Indonesia

Waktu pelayanan resep obat jadi dan racikan memiliki rata-rata waktu pelayanan yang

berbeda, hal ini disebabkan untuk resep racikan memerlukan waktu tambahan dalam hal

penyiapan obat. Waktu rata-rata pelayanan resep obat jadi adalah 32 menit. Untuk pelayanan

resep obat jadi tercepat adalah 5 menit dan untuk pelayan resep obat jadi terlama adalah 1

jam 58 menit. Waktu rata-rata pelayanan resep obat racikan adalah 1 jam 3 menit. Untuk

pelayanan resep racik tercepat adalah 8 menit dan untuk pelayan resep racik terlama adalah 1

jam 57 menit.

Hasil tersebut tidak berbeda jauh dari waktu tunggu pelayanan resep menurut

Kepmenkes RI No. 129/menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimum Rumah

sakit yaitu waktu tunggu pelayanan obat jadi yaitu ≤ 30 menit sedangkan racikan ≤ 60 menit.

Beberapa hambatan dalam pelayanan resep yang akan mempengaruhi waktu pelayanan

antara lain:

1. Waktu tambahan yang disebabkan oleh hambatan komunikasi dengan pasien, yang

seringkali tidak setuju karena ada obat yang tidak masuk dalam daftar obat yang

ditanggung.

2. Keterbatasan petugas dalam melaksanan pelayanan kefarmasian yang menyebabkan

penumpukan pada masing-masing tahap penyiapan obat yang berdampak pada

penambahan waktu pelayanan.

3. Sikap petugas SAFARI yang kurang baik seperti kurangnya motivasi kerja, pegawai

yang berbincang saat kerja, tidak masuk kerja atau datang terlambat secara langsung

dapat menambah waktu pelayanan resep.

Jika faktor ini dapat dihilangkan atau dikurangi maka akan dihasilkan penyelesaian

pekerjaan yang lebih baik, yang menyebabkan lama waktu pelayanan resep menjadi lebih

cepat. Selain itu belum dijalankannya prosedur tertulis secara maksimal dan tidak adanya

instruksi kerja yang lebih detail mengenai setiap kegiatan dalam proses pelayanan resep serta

SOP tidak diletakkan di ruangan atau di tempat yang mudah terlihat dan dibaca oleh petugas

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

10

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Waktu rata-rata pelayanan resep obat jadi adalah 32 menit. Untuk pelayanan resep

obat jadi tercepat adalah 5 menit dan untuk pelayan resep obat jadi terlama adalah 1

jam 58 menit.

5.1.2 Waktu rata-rata pelayanan resep obat racikan adalah 1 jam 3 menit. Untuk pelayanan

resep racik tercepat adalah 8 menit dan untuk pelayan resep racik terlama adalah 1

jam 57 menit.

5.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep antara lain:

1. Sarana dan Fasilitas penunjang yang masih belum memadai sehingga dapat

membatasi pergerakan petugas dalam melakukan penyiapan resep obat jadi maupun

racikan yang menyebabkan penambahan waktu pelayanan resep.

2. Keterbatasan petugas dalam melaksana pelayanan kefarmasian yang menyebabkan

penumpukan pada masing-masing tahap penyiapan obat yang berdampak pada

penambahan waktu pelayanan.

3. Sikap pegawai yang kurang baik seperti kurangnya motivasi kerja, pegawai yang

berbincang saat kerja, tidak masuk kerja atau datang terlambat secara langsung dapat

menambah waktu pelayanan resep.

5.2 Saran

5.2.1 Untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian dalam hal ini adalah pelayan resep

racikan, maka perlu dibuat ruang racikan resep yang lebih luas yang dilengkapi

dengan fasilitas penunjang untuk meracik yang lebih memadai. Serta dibutuhkan

penambahan petugas pelayanan kefarmasian seperti juru racik yang bisa mengurangi

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

11 Universitas Indonesia

waktu pada saat dispensing obat yang berdampak langsung pada waktu pelayanan

resep racikan

5.2.2 Untuk meningkatkan pelayanan yang ada diharapkan petugas SAFARI memiliki

motivasi lebih dalam hal pelayanan resep.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

12

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006). Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan RI. (2008). Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

13 Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

13

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Lama waktu pelayanan resep rawat jalan ASKES, JAMKESMAS dan KJS

No. Nama Pasien Status

layanan

Item Resep Billing

Harga

Penyerahan Response

Time

Catatan

1 Tn.S KJS Obat:3 11:00 11:20 0:20

2 Nn.M KJS Obat:1 11:05 11:20 0:15

3 Ny. A M KJS Obat:1 11:05 11:20 0:15

4 Ny.E S Askes Obat:2,Alkes:2 11:10 11:55 0:45

5 Ny. W B S Askes Obat:1 11:10 11:53 0:43

6 Ny.N Askes Obat:1 11:11 11:53 0:42

7 Ny.S Askes Obat:1 11:53 12:45 0:52

8 Ny.N K KJS Obat:2 12:18 12:45 0:27

9 Ny.E S Jamkesmas Obat:2,Alkes:4 11:52 12:23 0:31

10 Ny. K E G Askes Obat:2,Alkes:5 10:49 11:09 0:20

11 Tn.H J Jamkesmas Obat:1 11:20 11:51 0:31

12 Tn.M Askes Obat:3 11:32 12:35 1:03

13 Ny.C KJS Obat:3 11:21 12:05 0:44

14 Ny.N Askes Obat:1 12:55 14:51 1:56

15 Tn.N R Askes Obat:1 14:28 14:50 0:22

16 Ny.M KJS Obat:4 13:46 14:51 1:05

17 Ny.P E N KJS Obat:2 14:32 14:50 0:18

18 Tn.E J Jamkesmas Obat: 2 13:42 14:29 0:47 Racikan

19 Ny.S Askes Alkes:3 10:50 11:04 0:14

20 Ny.S Askes Obat:2,Alkes:3 10:41 11:03 0:22

21 Ny.S KJS Obat:1 11:20 11:52 0:32

22 Ny.L H Askes Obat:2 11:31 12:01 0:30

23 Ny.N KJS Obat:1 11:28 12:04 0:36

24 Tn.R E Askes Obat:2 11:40 12:01 0:21

25 Ny.J KJS Alkes:3 11:37 12:01 0:24

26 Ny.R B Askes Obat:1 12:01 12:35 0:34

27 Ny.S KJS Obat:2 12:07 12:39 0:32

28 Tn T R KJS Obat:1 12:40 12:45 0:05

29 Tn.H H KJS Obat:5 11:31 12:04 0:33

30 Tn.P Askes Obat:2,Alkes:5 11:33 12:05 0:32

31 Ny.T M Askes Obat:3 12:13 12:38 0:25

32 Ny.S A KJS Obat:1 12:48 13:30 0:42

33 Ny.S Jamkesmas Obat:1 11:18 12:00 0:42

34 Tn.T Askes Obat:2,Alkes:2 12:02 12:40 0:38

35 Ny.S Askes Obat:1 10:52 11:21 0:29

36 Ny.E M S Askes Obat:1 10:32 11:21 0:49

37 Tn.S S Askes Obat:3 9:43 10:19 0:36

38 Ny.N M KJS Obat:3 12:48 13:30 0:42

39 Ny.Z E Askes Obat:2 9:29 9:39 0:10

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

14

Universitas Indonesia

No. Nama Pasien Status

layanan

Item Resep Billing

Harga

Penyerahan Response

Time

Catatan

40 Ny.A Askes Obat:4 9:05 9:26 0:21

41 Ny.T KJS Obat:2,Alkes:3 10:20 11:23 1:03

42 Tn.H H Askes Obat:3 9:05 9:25 0:20

43 Ny.S KJS Obat:1 12:22 12:43 0:21

44 Ny.E Askes Obat:5 10:30 11:23 0:53

45 Ny.A U Askes Obat:2 13:05 13:30 0:25

46 Ny.H K Jamkesmas Obat:1 14:20 14:33 0:13

47 Ny.N G Askes Obat:2 9:58 10:12 0:14

48 Nn.R R KJS Obat:2 8:44 9:01 0:17

49 Ny.H N Askes Obat:3,Alkes:5 8:54 9:40 0:46

50 Nn.P H KJS Obat:2 8:43 9:00 0:17

51 Ny.A U Askes Obat:1 8:02 8:35 0:33

52 Ny.S A Askes Obat:2 10:19 10:31 0:12

53 Ny.P N KJS Obat:4 9:41 10:59 1:18 Racikan

54 Ny.C KJS Obat:4 10:22 10:55 0:33

55 Ny.S S KJS Obat:2,Alkes:3 10:25 10:55 0:30

56 Tn.K S KJS Obat:2 10:26 11:09 0:43

57 Ny.M KJS Obat:2 10:37 11:08 0:31

58 Ny.E K Askes Obat:2 8:46 8:50 0:04

59 Ny.M Askes Obat:1 10:18 10:52 0:34

60 Ny.M T Askes Obat:1 14:03 14:25 0:22

61 Ny.E A Askes Obat:5 16:22 16:41 0:19

62 Ny.M Askes Obat:1 8:25 8:45 0:20

63 Ny.L I Askes Obat:1,Alkes:2 11:47 12:05 0:18

64 Ny.D L F Askes Obat:1 9:50 10:10 0:20

65 Ny.M Askes Obat:2,Alkes:5 11:26 11:50 0:24

66 Ny.S H Askes Obat:1 14:48 15:10 0:22

67 Ny.N R Askes Obat:2,Alkes:4 11:16 11:33 0:17

68 Ny.M S Askes Obat:1,Alkes:2 9:58 10:12 0:14

69 Ny.R Askes Obat:1 14:55 15:10 0:15

70 Ny.W S A L Askes Obat:1 16:31 16:47 0:16

71 Ny.E A Askes Obat:1 16:00 16:22 0:22

72 Ny.M T Askes Obat:1 11:15 11:31 0:16

73 Ny.T N N N Askes Obat:2 11:33 12:30 0:57 Racikan

74 Ny.K S Askes Obat:2 12:42 13:01 0:19

75 Ny.S E N Askes Obat:1 11:46 12:10 0:24

76 Ny.N Askes Obat:1 15:52 16:10 0:18

77 Ny.T M Askes Obat:2 10:29 10:42 0:13 Racikan

78 Ny.I S Askes Obat:1,Alkes:4 13:54 14:11 0:17

79 Ny.N H Askes Obat:1 13:52 14:09 0:17

80 Ny.N K Askes Alkes:3 13:51 14:18 0:27

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

15

Universitas Indonesia

No. Nama Pasien Status

layanan

Item Resep Billing

Harga

Penyerahan Response

Time

Catatan

81 Ny.V S Askes Alkes:2 9:48 10:02 0:14

82 Tn.R S Askes Obat:1 9:47 10:02 0:15

83 Ny.U H Askes obat:2 14:51 15:10 0:19

84 Ny.L Askes Obat:3 12:29 12:47 0:18 Racikan

85 Ny.I Askes Obat:1 9:48 10:05 0:17

86 Ny.E M Askes Obat:1,Alkes:2 12:47 13:14 0:27

87 Ny.E P Askes Obat:4 13:04 13:33 0:29

88 Tn.D S Askes Obat:1 13:10 13:21 0:11

89 Tn.F Askes Obat:3,Alkes:1 13:08 13:33 0:25

90 Ny.E N Askes Obat:1 13:51 14:04 0:13

91 Ny.E M Askes Obat:1,Alkes:2 12:47 13:13 0:26

92 Ny.E KJS Obat:1 12:58 13:50 0:52

93 Tn.R B KJS Obat:1,Alkes:1 12:48 13:50 1:02

94 Ny.K S Askes Obat:2 12:42 13:50 1:08

95 Ny.I KJS Alkes:4 12:43 13:50 1:07

96 Ny.S KJS Obat:1 12:42 13:50 1:08

97 Ny.S KJS Obat:3 12:42 13:50 1:08

98 Ny.B K KJS Obat:2 12:41 13:50 1:09 Racikan

99 Ny.N A KJS Obat:1 12:09 14:00 1:51

100 Ny.M S Askes Obat:1 12:56 13:50 0:54

101 Ny.S E Askes obat:1 11:46 13:10 1:24

102 Ny.L L KJS Obat:5 12:01 12:25 0:24

103 Ny.M KJS Alkes:3 13:47 14:02 0:15

104 Ny.T S KJS Obat:1 13:44 14:01 0:17

105 An.D D N KJS Obat:4 13:42 14:55 1:13 Racikan

106 Ny.D A K Askes Obat:1,Alkes:2 11:44 12:02 0:18

107 Ny.A S KJS Obat:1,Alkes:1 11:22 11:46 0:24

108 Tn.H A KJS Obat:2 12:52 13:05 0:13

109 Ny.A H Askes Obat:2 12:24 12:39 0:15

110 Ny.K Askes Obat:1 13:22 14:05 0:43

111 Ny.H M Askes Obat:1 13:09 13:49 0:40

112 Tn.S KJS Obat:2,Alkes:1 11:39 13:49 2:10

113 Ny.S KJS Obat:2 8:53 9:41 0:48

114 Ny.A S KJS Alkes:3 11:40 12:08 0:28

115 Tn.N K H KJS Alkes:1 10:12 12:10 1:58

116 Ny.M Askes Obat:1 11:46 12:10 0:24

117 Tn.A R Askes Obat:3,Alkes:4 11:43 12:12 0:29

118 Tn.U KJS Obat:1,Alkes:1 12:15 13:12 0:57

119 Ny.M KJS Alkes:4 11:36 12:08 0:32

120 Ny.H Z KJS Obat:3 12:05 12:30 0:25 Racikan

121 Tn.P M Askes Obat:1 11:41 12:10 0:29

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

16

Universitas Indonesia

No. Nama Pasien Status

layanan

Item Resep Billing

Harga

Penyerahan Response

Time

Catatan

122 Tn.B Jamkesmas Obat:3 12:29 12:47 0:18

123 Ny.S S Askes Obat:1 12:36 12:47 0:11

124 Tn.A Askes Obat:4 12:39 12:48 0:09

125 Ny.N G Askes Obat:1 12:32 13:08 0:36 Racikan

126 Ny.T KJS Obat:1 12:48 13:09 0:21

127 Ny.M KJS Obat:1,Alkes:2 12:59 13:20 0:21

128 Tn.H T KJS Obat:1 12:44 13:09 0:25

129 Ny.J T Askes Obat:4 11:50 13:20 1:30 Racikan

130 Ny.Y S KJS Obat:3 13:02 13:20 0:18

131 Tn.H B KJS Obat:1 14:29 14:50 0:21 Racikan

132 Ny.S M Askes Obat:3 12:38 13:49 1:11

133 Ny.A N Askes Obat:1 13:53 14:16 0:23 Racikan

134 Tn.P M Askes Obat:2 13:01 14:07 1:06

135 Ny.H Askes Obat:2 13:48 14:08 0:20

136 Ny.I H Askes Obat:1 12:51 13:07 0:16

137 Tn.M Askes Obat:2 13:55 14:08 0:13

138 Tn.K KJS Alkes:1 12:10 13:48 1:38

139 Tn.k Askes Obat:4 11:37 12:10 0:33

140 Tn.S E Askes Obat:1 13:10 13:40 0:30

141 Ny.J KJS Alkes:6 9:53 10:30 0:37

142 Ny.R B KJS Alkes:1 9:38 10:30 0:52

143 Tn.T T Jamkesmas Alkes:3 9:53 10:30 0:37

144 Ny.J J J KJS Obat:2,Alkes:6 9:15 10:32 1:17

145 Tn.A D Askes Obat:1 9:01 9:10 0:09

146 Ny.N Askes Obat:1 9:02 9:10 0:08 Racikan

147 Ny.H KJS Obat:1,Alkes:3 8:17 8:35 0:18

148 Ny.S Jamkesmas Obat:1 8:21 8:36 0:15

149 Ny.Y KJS Obat:1 8:19 8:36 0:17

150 Tn.O T H KJS Obat:1 9:40 10:22 0:42

151 Ny.S KJS Obat:1,Alkes:3 9:39 10:21 0:42

152 Ny.G KJS Obat:2 9:34 10:21 0:47

153 Ny.N D KJS Alkes:2 8:59 9:28 0:29

154 Ny.E Jamkesmas Obat:2 8:45 9:14 0:29

155 Tn.T KJS Alkes:7 9:59 10:20 0:21

156 Ny.T N Askes Obat:1 9:00 9:11 0:11

157 Tn.D Y Askes Obat:1 9:19 9:27 0:08

158 Tn.I KJS Obat:1 11:37 12:40 1:03

159 Ny.E G Askes Obat:2 11:35 12:02 0:27

160 Ny.L C KJS Alkes:2 11:35 12:02 0:27

161 Tn.E J Jamkesmas Obat:1 12:45 12:53 0:08 Racikan

162 Nn.T T H KJS Obat:1 11:07 11:15 0:08

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

17

Universitas Indonesia

No. Nama Pasien Status

layanan

Item Resep Billing

Harga

Penyerahan Response

Time

Catatan

163 Ny.A S Askes Obat:2 11:34 12:03 0:29

164 Ny.T S KJS Alkes:1 11:11 12:03 0:52

165 Tn.D T KJS Obat:2 11:32 12:04 0:32

166 Tn.D Askes Obat:2 12:34 12:45 0:11

167 Ny.L G H KJS Obat:1 15:00 15:05 0:05

168 Ny.M Askes Obat:1 13:20 13:50 0:30

169 Tn.S Askes Obat:1 13:27 13:50 0:23 Racikan

170 Ny.A D KJS Alkes:2 12:59 13:22 0:23

171 Ny.Y KJS Obat:4 12:41 13:22 0:41

172 An.N A KJS Obat:1 12:55 14:25 1:30 Racikan

173 Ny.K T S KJS Obat:3 13:40 14:25 0:45

174 Tn.J L G KJS Obat:3 13:43 14:26 0:43

175 An.D S Askes Obat:6 12:41 14:38 1:57 Racikan

176 Ny.S Askes Alkes:4 10:45 11:05 0:20

177 Nn.N R Askes Obat:1 10:46 11:09 0:23

178 Ny.S S Askes Obat:2 15:28 16:17 0:49

179 Ny.R Askes Obat:2 15:25 16:21 0:56

180 Ny.I H Askes Obat:6,Alkes:9 15:10 15:53 0:43

181 Ny.H S Askes Obat:1 14:38 15:14 0:36

182 Tn. S F Askes Obat:1 14:46 16:18 1:32 Racikan

183 Ny.N K Askes Obat:4,Alkes:9 11:33 12:08 0:35 Racikan

184 Ny.E R Askes Obat:2,Alkes:7 10:51 11:08 0:17

185 Ny.D A Askes Obat:2,Alkes:6 10:48 11:08 0:20

186 Tn.D Askes Obat:2 12:34 12:45 0:11

187 Ny.A S Askes Obat:2 11:34 12:03 0:29

188 Nn.A N Askes Obat:3 13:00 14:25 1:25 Racikan

189 Tn.U Jamkesmas Obat:5 14:12 15:50 1:38 Racikan

190 Tn.B Jamkesmas Obat:3 12:29 12:47 0:18

191 Tn.R Jamkesmas Obat:2 15:59 16:38 0:39

192 Nn.R K Jamkesmas Obat:3 14:54 15:34 0:40

193 Ny.H Jamkesmas Obat:2 14:55 15:22 0:27

194 Ny.T T R Jamkesmas Obat:3 16:00 16:54 0:54

195 Tn.B R Jamkesmas Obat:1 17:48 18:40 0:52

196 Tn.D Jamkesmas Obat:2,Alkes:1 11:42 13:35 1:53

197 Ny.T Jamkesmas Obat:4 10:15 11:00 0:45

198 Tn.J J Jamkesmas Obat:1 16:01 16:35 0:34

199 Tn.A Jamkesmas Obat:2 16:17 16:35 0:18

200 Tn.B R Jamkesmas Obat:1 15:52 16:36 0:44

201 An.R Jamkesmas Obat:2 16:17 16:36 0:19

201 Ny.S Jamkesmas Obat:1 11:31 11:44 0:13 Racikan

202 Ny.P Jamkesmas Obat:3 12:45 12:53 0:08 Racikan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

18

Universitas Indonesia

No. Nama Pasien Status

layanan

Item Resep Billing

Harga

Penyerahan Response

Time

Catatan

203 Tn.E J Jamkesmas Obat:2 12:33 12:53 0:20 Racikan

204 Ny.H M Jamkesmas Obat:1,AlkesK6 13:24 13:59 0:35

205 Ny.S Jamkesmas Obat:1 8:21 8:36 0:15

206 Ny.A U Askes Obat:1 8:42 9:27 0:45

207 Tn.A A Askes Obat:4 15:30 15:51 0:21

208 Ny.D Askes Obat:1 14:27 15:56 1:29

209 Tn.M K Askes Obat:2 16:50 17:20 0:30

210 Ny.T B Askes Obat:1 10:39 10:54 0:15

211 Tn.S Askes Obat:3 14:19 15:13 0:54

212 Ny.R P Askes Obat:2 15:41 16:27 0:46

213 Tn.R Askes Obat:1 8:41 9:09 0:28

214 Ny.R F Askes Obat:1 10:32 10:55 0:23

215 Ny.M D Askes Obat:2,Alkes:1 13:00 14:23 1:23 Racikan

216 Ny.M Askes Obat:2 15:48 16:56 1:08 Racikan

217 Ny.J Askes Obat:6 15:25 16:47 1:22 Racikan

218 Ny.F D Askes Obat:1 16:38 16:58 0:20

219 Ny.S KJS Obat:1 11:20 11:52 0:32

220 Ny.L H Askes Obat:2 11:31 12:01 0:30

221 Ny.N KJS Obat:1 11:28 12:04 0:36

222 Tn.R E Askes Obat:2 11:40 12:01 0:21

223 Ny.J KJS Alkes:3 11:37 12:01 0:24

224 Ny.R B Askes Obat:1 12:01 12:35 0:34

225 Ny.S KJS Obat:2 12:07 12:39 0:32

226 Tn T R KJS Obat:1 12:40 12:45 0:05

227 Tn.H H KJS Obat:5 11:31 12:04 0:33

228 Tn.P Askes Obat:2,Alkes:5 11:33 12:05 0:32

229 Ny.T M Askes Obat:3 12:13 12:38 0:25

230 Ny.S A KJS Obat:1 12:48 13:30 0:42

231 Ny.S Jamkesmas Obat:1 11:18 12:00 0:42

232 Tn.T Askes Obat:2,Alkes:2 12:02 12:40 0:38

233 Ny.S Askes Obat:1 10:52 11:21 0:29

234 Ny.E M S Askes Obat:1 10:32 11:21 0:49

235 Tn.S S Askes Obat:3 9:43 10:19 0:36

236 Ny.N M KJS Obat:3 12:48 13:30 0:42

237 Ny.Z E Askes Obat:2 9:29 9:39 0:10

238 Ny.A Askes Obat:4 9:05 9:26 0:21

239 Ny.T KJS Obat:2,Alkes:3 10:20 11:23 1:03

240 Tn.H H Askes Obat:3 9:05 9:25 0:20

241 Ny.S KJS Obat:1 12:22 12:43 0:21

242 Ny.E Askes Obat:5 10:30 11:23 0:53

243 Ny.A U Askes Obat:2 13:05 13:30 0:25

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

19

Universitas Indonesia

No. Nama Pasien Status

layanan

Item Resep Billing

Harga

Penyerahan Response

Time

Catatan

244 Ny.H K Jamkesmas Obat:1 14:20 14:33 0:13

245 Ny.N G Askes Obat:2 9:58 10:12 0:14

246 Nn.R R KJS Obat:2 8:44 9:01 0:17

247 Ny.H N Askes Obat:3,Alkes:5 8:54 9:40 0:46

248 Nn.P H KJS Obat:2 8:43 9:00 0:17

249 Ny.A U Askes Obat:1 8:02 8:35 0:33

250 Ny.S A Askes Obat:2 10:19 10:31 0:12

251 Ny.P N KJS Obat:4 9:41 10:59 1:18 Racikan

252 Ny.C KJS Obat:4 10:22 10:55 0:33

253 Ny.S S KJS Obat:2,Alkes:3 10:25 10:55 0:30

254 Tn.K S KJS Obat:2 10:26 11:09 0:43

255 Ny.M KJS Obat:2 10:37 11:08 0:31

256 Ny.E K Askes Obat:2 8:46 8:50 0:04

257 Ny.M Askes Obat:1 10:18 10:52 0:34

258 Ny.M T Askes Obat:1 14:03 14:25 0:22

259 Ny.E A Askes Obat:5 16:22 16:41 0:19

260 Ny.M Askes Obat:1 8:25 8:45 0:20

261 Ny.L I Askes Obat:1,Alkes:2 11:47 12:05 0:18

262 Ny.D L F Askes Obat:1 9:50 10:10 0:20

263 Ny.M Askes Obat:2,Alkes:5 11:26 11:50 0:24

264 Ny.S H Askes Obat:1 14:48 15:10 0:22

265 Ny.N R Askes Obat:2,Alkes:4 11:16 11:33 0:17

266 Ny.M S Askes Obat:1,Alkes:2 9:58 10:12 0:14

267 Ny.R Askes Obat:1 14:55 15:10 0:15

268 Ny.W S A L Askes Obat:1 16:31 16:47 0:16

269 Ny.E A Askes Obat:1 16:00 16:22 0:22

270 Ny.M T Askes Obat:1 11:15 11:31 0:16

271 Ny.T N N N Askes Obat:2 11:33 12:30 0:57 Racikan

272 Ny.T M Askes Obat:2 10:29 10:42 0:13 Racikan

273 Ny.I S Askes Obat:1,Alkes:4 13:54 14:11 0:17

274 Ny.N H Askes Obat:1 13:52 14:09 0:17

275 Ny.N K Askes Alkes:3 13:51 14:18 0:27

276 Ny.V S Askes Alkes:2 9:48 10:02 0:14

277 Tn.R S Askes Obat:1 9:47 10:02 0:15

278 Ny.U H Askes obat:2 14:51 15:10 0:19

279 Ny.L Askes Obat:3 12:29 12:47 0:18 Racikan

280 Ny.I Askes Obat:1 9:48 10:05 0:17

281 Ny.E M Askes Obat:1,Alkes:2 12:47 13:14 0:27

282 Ny.E P Askes Obat:4 13:04 13:33 0:29

283 Tn.D S Askes Obat:1 13:10 13:21 0:11

284 Tn.F Askes Obat:3,Alkes:1 13:08 13:33 0:25

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366959-PR-Puteri Isabella.pdf · Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Kanker

20

Universitas Indonesia

No. Nama Pasien Status

layanan

Item Resep Billing

Harga

Penyerahan Response

Time

Catatan

285 Ny.E N Askes Obat:1 13:51 14:04 0:13

286 Ny.E M Askes Obat:1,Alkes:2 12:47 13:13 0:26

287 Ny.E KJS Obat:1 12:58 13:50 0:52

288 Tn.R B KJS Obat:1,Alkes:1 12:48 13:50 1:02

289 Ny.K S Askes Obat:2 12:42 13:50 1:08

290 Ny.I KJS Alkes:4 12:43 13:50 1:07

291 Ny.S KJS Obat:1 12:42 13:50 1:08

292 Ny.S KJS Obat:3 12:42 13:50 1:08

293 Ny.B K KJS Obat:2 12:41 13:50 1:09 Racikan

294 Ny.N A KJS Obat:1 12:09 14:00 1:51

295 Ny.M S Askes Obat:1 12:56 13:50 0:54

296 Ny.S E Askes obat:1 11:46 13:10 1:24

297 Ny.L L KJS Obat:5 12:01 12:25 0:24

298 Ny.M KJS Alkes:3 13:47 14:02 0:15

299 Ny.T S KJS Obat:1 13:44 14:01 0:17

300 An.D D N KJS Obat:4 13:42 14:55 1:13 Racikan

Laporan praktek…., Puteri Isabella, FF UI, 2014