tugas kmb

Upload: tanti-lemoott

Post on 18-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS KMB

HYPOPARATYROIDDisusun Untuk Memenuhi Tugas KMB III Semester IV

Dosen Pembimbing Sudiro, SKp., Ns., MPd.

Disusun Oleh :

Tanti Hidayatun

P 2720012 047

Kelas IIA

PRODI DIII KEPERAWATAN REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2014

HYPOPARATYROIDI. Konsep Teori HypoparatyroidA. Pengertian

Hipoparatiroid adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal (Smeltzer, Suzzanne C).B. Etiologi

Penyebab hipoparatiroidisme paling sering terjadi adalah sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat. Penyebab paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-kelenjar paratiroid hilangnya jaringan paratiroid. Terdapat tiga penyebab yang paling utama dari pasien dengan hipoparatiroid.1. Kekurangan sekresi hormon paratiroid (PTH) (> 99% dari semua kasus)Lebih dari 99% dari semua pasien dengan hipoparatiroid disebabkan karena sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat. Pasien yang menderita hipoparatiroid dengan kondisi ini hanya memiliki jaringan paratiroid yang terlalu sedikit (atau tidak lengkap), sehingga hormon paratiroid dihasilkan tidak memadai. Ini hampir atau selalu karena komplikasi operasi tiroid atau paratiroid (tiroidektomi, paratiroidektomi, atau diseksi radikal leher). Hipoparatiroidisme yang terjadi selama operasi leher mungkin bersifat sementara atau permanen tergantung pada tingkat cedera kelenjar paratiroid. Ada dua penyebab utama kekurangan hormone paratiroid :

a. Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi. b. Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat konginetal atau didapat (acquired).2. Ketidakmampuan untuk membuat bentuk aktif dari hormon paratiroid.Kekurangan sekresi PTH tanpa alasan yang pasti disebut hipoparatiroidisme idiopatik. Penyakit ini jarang dan dapat dikarenakan bawaan atau diperoleh. Ini adalah bentuk penyakit yang sangat jarang ditemui. Hipoparatiroidisme dengan onset selama beberapa bulan pertama kehidupan dapat permanen atau sementara, penyebabnya karena ibu telah hiperparatiroidisme.Penyebab terbesar Hipoparatiroidisme bawaan terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang telah hiperparatiroidisme selama kehamilan. kalsium serum pada janin akan persis sama seperti pada ibu, dan jika kalsium terlalu tinggi selama kehamilan, biasanya membuat sel-sel paratiroid pada bayi akan arti kalsium tinggi dan memutuskan untuk tidak tumbuh dan berkembang biak. Dengan demikian, bayi-bayi dapat lahir dengan kelenjar paratiroid sangat yang kecil atau mereka dapat lahir.

3. Ketidakmampuan ginjal & tulang untuk merespon hormon paratiroid yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid normal.Seperti semua pasien dengan Hipoparatiroidisme, penyakit ini ditandai dengan hypocalcemia dan hyperphosphatemia tetapi mereka memproduksi hormon paratiroid dengan normal. Masalah terjadi pada tulang dan ginjal yang tidak merespon hormon paratiroid. Bahkan jika hormon paratiroid normal diberikan melalui pembuluh darah, tubuh tidak menanggapi.C. Manifestasi KlinisGejala Hipoparatiroidisme sama dengan hypocalcemia dan dapat berkisar dari cukup ringan (kesemutan di tangan, jari, dan sekitar mulut) bentuk-bentuk yang lebih parah (kram otot parah dari seluruh tubuh), dan kejang-kejang. Hal ini dikarenakan kalsium yang memiliki beberapa fungsi utama di dalam tubuh kita termasuk memberikan energi listrik untuk seluruh sistem saraf, menyediakan energi listrik untuk kontraksi otot, dan memberikan kekuatan untuk tulang. Semua gejala hypocalcemia disebabkan oleh disfungsi saraf dan otot-otot.Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas system neuromuskuler yang berupa tetanus. Tetanus merupakan hipertoni otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontraksi spasmodic atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan volunteer. Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan, kram pada ekstrimitas dengan keadaan perasaan kaku pada kedua tangan atau kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata (overt), tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring, spasme korpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangandan ekstensi sendi karpofalangeal), disfagia, fotofobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas iritabilitas, depresi, bahkan delirium, perubahan pada EKG dan hipotensi juga dapat terjadi. (Brunner & Suddarth)Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau tetanic aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah serta kaki dalam keadaan ekstensi.

Dalam titanic aequivalent :1. Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis.

2. Stridor laryngeal (spasme) yang bisa menyebabkan kematian.

3. Parestesia / kesemutan.

4. Disfagia dan disartria.

5. Kelumpuhan otot-otot.

6. Aritmia jantung.D. Patofisiologi

Gejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah (hipofosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan absorpsi intestinal kalsium dari makanan dan penurunan resorpsi kalsium dari tulang dan di sepanjang tubulus renalis. Penurunan ekskresi fosfat melalui ginjal menyebabkan hipofosfaturia dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan hipokalsiuria.

Skemanya :

Pathway :

E. Pemeriksaan Diagnostik

Pada pemeriksaan terdapat refleks patologis :1. Erbs signDengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere).

2. Chvosteks signKetokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Chvostek's sign mendeteksi laten tetanus, penyadapan dari saraf wajah kelima di depan telinga dengan mulut pasien yang sedikit terbuka menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Menunjukkan hasil positif apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba di daerah nervus fasialis tepat di depan kelenjar parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasmeatau gerakan kedutan pada mulut, hidung, dan mata.3. Trousseaus signJika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal. Trousseaus sign dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat penyumbatan aliran darah jke lengan selama 3 menit dengan manset tensi meter.4. Peroneal sign Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki.

Diagnosis sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas, seperti rasa nyeri dan pegal-pegal. Oleh sebab itu, pemeriksaan akan membantu. Tetanus terjadi pada kadar kalsium yang berkisar dari 5 hingga 6 mg/dl (1,2 hingga 1,5 mmol/L) atau lebih rendah lagi. Kadar fosfat dalam serum meningkat, dan hasil pemeriksaan sinar-x tulang akan memperlihatkan peningkatan densitas. Kalsifikasi akan terlihat pada foto rontgen yang dilakukan terhadap jaringan subkutan atau basla ganglia otak.

Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri dan pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu. Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu :a. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.b. Anorganik dalam serum tinggi.c. Fosfatase alkali normal atau rendah.5. Foto Rontgen :a. Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak.b. Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid.c. Density dari tulang bisa bertambah.d. EKG : biasanya QT-interval lebih panjang.F. Penatalaksanaan

Tujuannya adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia. Dan penatalaksanaan Hipokalsemia dibedakan menjadi 2 bagian yaitu penatalaksanaan pada kondisi akut dan kronis. Pada kondisi akut, dimana pasien datang dengan kejang, penurunan kesadaran, spasme otot. Walaupun Apabila terjadi hipokalsemia yang terjadi bersifat ringan (7-8 mg/dl) maka penatalaksanaan hipokalsemia harus dilakuakan secara agresif dengan kalsium glukonas intravena. Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai berikut, 1 sampai 2 ampul (90 180 elemental calcium) dilarutkan dalam 50 100 mL larutan dextrose 5% yang kemudian diberikan dalam 10 menit.Pada kondisi hipokalsemia kronik dimana pasien hanya mengeluhkan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala klinis dapat diberikan preparat kalsium vitamin D per oral. Beberapa jenis preparat kalsium terdapat dipasaran, dimana kalsiun karbonat paling banyak digunakan. Preparat kalsium karbonat mengandung 40% elemental calcium dengan harga relatif murah sedangkan kalsium sitrat mengandung 21%, kalsium laktat 13%, kalsium glukonat 9% elemental calcium. Selain preparat tablet juga terdapat preparat cair, seperti kalsium glubionat yang mengandung 230 mg elemental calcium dalam 10 ml, serta kalsium karbonat cair dosis preparat kalsium dimulai dari 1-3 gram elemental calcium yang terbagi dalam 3-4 dosis bersama makan. Target koreksi hipokalsemia disini adalah :1. Terkontrolnya gejala klinis.2. Mempertahankan konsentrasi kalsium serum pada kisaran normalnya (8-8,5 mg/dl).3. Jumlah kalsium urin dalam 24 jam dibawah 300 mg / 24 jam.4. Produk kalsiuum fosfat dibawah 55.Secara khusus pada hipoparatiroid dibutuhkan pemberian vitamin D atau analog vitamin D kalsitriol, sebuah vitamin D dalam bentuk aktif dan kerja cepat sehingga digunakan sebagai terapi inisial.pada kondisi hipoparatiroid, terapi ideal adalah mengganti hormon tersebut. Auto dan Xenotranplantasi jaringan kelenjar paratiroid telah dikerjakan pada saat paratiroidektomi untuk mempertahankan fungsinya. Metode tersebut memberikan tingkat kesuksesan yang bervariasi. Marwah etal dalam sebuah kohort perpektif menyimpulkan bahwa auto transplantasi minimal 1 kelenjar paratiroid secara rutin secara bermakna mengurangi insiden hipoparatiroid. Preparat hormon PTH (1-34 PTH teriparatide) juga telah dicoba sebagai terapi pengganti.dalam beberapa penelitian termasuk uji klinis terbatas selam 3 tahun dosis PTH sekali sampai dua kali sehari subkutan mampu menormalkan konsentrasi kalsium serum setara kalsitriol, tetapi mempunyai kelebihan ekskresi kalsium urin normal.Akibat adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia dan tetanus memerlukan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba, cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak. Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-obat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernafasan.Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT 10 atau Hytakerol), atau ergokalsiferol (vitamin D2) atau koolekalsiferpol (vitamin D3) biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal.II. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HypoparatyroidA. Pengkajian

Dalam pengkajian klien dengan hipoparatiroidisme yang penting adalah mengkaji manifestasi distres pernapasan sekunder terhadap laringospasme. Pada klien dengan hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering. Kaji juga terhadap sindrom seperti Parkinson atau adanya katarak. Pengkajian keperawatan lainnya mencakup :1. Riwayat kesehatan klien.a. Sejak kapan klien menderita penyakit.b. Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama.c. Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya pengangkatan kelenjar paratiroid atau tiroid.d. Apakah ada riwayat penyinaran daerah leher.2. Keluhan utama, antara lain :a. Kelainan bentuk tulang. b. Perdarahan sulit berhenti.c. Kejang-kejang, kesemutan dan lemah.3. Pemeriksaan fisik yang mencakup :a. Kelainan bentuk tulang.b. Tetani.c. Tanda Trosseaus dan Chovsteks.d. Pernapasan bunyi (stridor).e. Rambut jarang dan tipis; pertumbuhan kuku buruk, deformitas dan mudah patah; kulit kering dan kasar.4. Pemeriksaan diagnostik, termasuk :a. Pemeriksaan kadar kalsium serum.b. Pemeriksaan radiologi.B. Diagnosa Keperawatan1. Masalah kolaboratif : tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum.2. Pernafasan tidak efektif berhubungan dengan hipertonia otot pernapasan, bronkospasme.3. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan penurunan absorpsi intestinal, disfagia.4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekakuan ekstremitas.5. Resiko cedera berhubungan dengan kejang.C. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa 1 : Masalah kolaboratif : tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum.Tujuan : Mengatasi tetani otot yang muncul.Kriteria Hasil :a. Kadar kalsium kembali ke batas normal (8.5 to 10.5 mg per deciliter).b. Frekuensi pernapasan normal.c. Gas-gas darah dalam batas normal.Intervensi Keperawatan :a. Saat merawat klien dengan hipoparatiroidisme hebat, selalu waspadalah terhadap spasme laring dan obstruksi pernapasan. Siapkan selalu set selang endotrakeal, laringoskop, dan trakeostomi saat merawat klien dengan tetani akut.b. Jika klien berisiko terhadap hipokalsemia mendadak, seperti setelah tiroidektomi, selalu disiapkan cairan infus kalsium karbonat di dekat tempat tidur klien untuk segera digunakan jika diperlukan.c. Jika selang infus harus dilepas, biasanya hanya diklem dulu untuk beberapa waktu sehingga selalu tersedia akses vena yang cepat.d. Jika tersedia biasanya klien diberikan sumber siap pakai kalsium karbonat seperti Tums.2. Pernafasan tidak efektif berhubungan dengan hipertonia otot pernapasan, bronkospasme.Tujuan : Pola nafas kembali normal dan efektif.

Kriteria Hasil :a. Kekuatan kontraksi otot.

b. Irama ototc. Massa ototd. Kecepatan bergerake. Kontrol pergerakanIntervensi Keperawatan :a. Monitor kebutuhan pasien akan oksigen.

b. Monitor kemampuan otot pernapasan dalam bernafas.

c. Berikan tindakan untuk mencegah terjadinya gangguan.

d. Atur posisi yang tenang dan menyenangkan (nyaman).

e. Anjurkan pasien untuk bernafas dengan dalam dan pelan.3. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan penurunan absorpsi intestinal, disfagia.Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.Kriteria Hasil :

a. Laporkan nutrisi adekuat.

b. Masukan makanan dan cairan adekuat.

c. Energi adekuat

d. Massa tubuh normal.

e. Ukuran biokimia normal.Intervensi Keperawatan :

a. Monitor makanan dan cairan yang dicerna dan hitung masukan kalori tiap hari.b. Tentukan makanan kesukaan dengan mempertimbangkan budaya dan keyakinannya.

c. Kolaborasi : tentukan makanan yang tepat sebagai program diet.

d. Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak.

e. Dorong masukan makanan tinggi kalsium.

f. Dorong masukan makanan dan cairan rendah pospor.4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekakuan ekstremitas.Tujuan : Aktivitas (ADL) kembali normal.Kriteria Hasil :

a. Makan

b. Memakai pakaian

c. Mandi

d. Jalan dan dudukIntervensi Keperawatan :

a. Rencanakan dan monitor program aktivitas yang tepat.b. Bantu memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya.c. Bantu untuk memfokuskan apa yang dapat pasien lakukan.d. Buat lingkungan yang aman bagi pasien.

e. Berikan reinforcement kepada pasien atas kemampuannya.

f. Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spiritual dalam aktivitasnya.5. Resiko cedera berhubungan dengan kejang.Tujuan : Resiko cedera terkontrol dan berkurang.Kriteria Hasil :

a. Mengetahui resiko.

b. Memonitor faktor resiko lingkungan.

c. Memonitor faktor resiko perilaku individu.d. Mengembangkan strategi kontrol resiko yang efektif.

e. Memonitor perubahan status kesehatan.Intervensi Keperawatan :

a. Identifikasi tingkat kebutuhan pasien akan keamanan.b. Identifikasi bahaya yang ada di lingkungannya.c. Atur lingkungan untuk meminimalkan resiko cedera.d. Gunakan alat pelindung atas situasi yang berbahaya.e. Monitor lingkungan untuk perubahan status keamanan.f. Awasi pasien terhadap tindakan yang membahayakan.DAFTAR PUSTAKA

NANDA. 2012. Nursing Diagnosis Definitions and Classifications 2012-2014. Jakarta : EGC.Rumahorbor, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.8. Jakarta : EGC.

Tetani Otot