tugas pengkajian kmb lanjut i siti khoiroh

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta meningkat dan bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk menuntut tersedianya pelayanan pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara profesional dapat dipertanggungjawabkan. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan dapat diberikan dengan bebagai cara salah satunya dengan memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan profesional melalui lima tahapan proses keperawatan, yaitu pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan yang profesional akan terwujud jika perawat sendiri benar-benar memahami ilmu keperawatan secara benar dan baik. Pemahaman yang baik dan benar tentunya merujuk kepada ilmu keperawatan yang dijadikan dasar dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien baik di rumah sakit, keluarga maupun di mayarakat. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh pengembangan teori teori keperawatan. Perkembangan teori 1

Upload: zahrah-maulidia-septimar

Post on 05-Aug-2015

272 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta meningkat

dan bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada tuntutan dan

kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan.

Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk menuntut tersedianya

pelayanan pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara

profesional dapat dipertanggungjawabkan.

Peningkatan mutu pelayanan keperawatan dapat diberikan dengan bebagai

cara salah satunya dengan memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan

profesional melalui lima tahapan proses keperawatan, yaitu pengkajian, penetapan

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan

yang profesional akan terwujud jika perawat sendiri benar-benar memahami ilmu

keperawatan secara benar dan baik. Pemahaman yang baik dan benar tentunya

merujuk kepada ilmu keperawatan yang dijadikan dasar dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien baik di rumah sakit, keluarga maupun di mayarakat.

Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh pengembangan teori

teori keperawatan. Perkembangan teori keperawatan telah menghasilkan banyak

karya/ide baru yang dikembangkan yang menguntungkan dunia keperawatan untuk

mengembangkan pemikiran dan penalaran perawat dengan teori yang cocok untuk

digunakan atau diterapkan dalam praktek keperawatan pada klien secara nyata.

Salah satu teori keperawatan yang dapat dikembangkan untuk praktek

keperawatan di Indonesia adalah teori “Model Adaptasi Roy” dari Sister Callista

Roy. Teori ini menjelaskan bagaimana individu/klien mampu meningkatkan

kesehatannya dengan mempertahankan perilaku secara adaptif dan merubah

perilaku yang maladaptif.

Teori adaptasi Roy menggunakan pendekatan yang dinamis, dimana peran

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan

klien untuk melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya.

1

Page 2: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

Dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan komprehensif, data

dasar klien sangat diperlukan dalam mengidentifikasi respon respon klien terhadap

masalah kesehatan. Dengan demikian cara perawat mengumpulkan data dan

mengorganisasi data saat berada dalam tahap pengkajian merupakan hal yang

sangat penting sehingga diagnosis keperawatan yang sesuai dapat teridentifikasi.

Roy memberikan pendekatan multifokal dalam pengkajian tingkat

pertamanya tentang empat cara adaptasi klien yaitu cara fisiologis, konsep diri,

fungsi peran dan interdependensi. Setelah pengkajian tingkat pertama, perawat

kemudian menentukan stimulus fokal, kontekstual dan residual yang menunjang

masing masing prilaku tersebut. Pengkajian tingkat kedua difokuskan pada faktor

faktor yang mempengaruhi prilaku dari masalah.

Mengingat pentingnya konsep pengkajian dalam keperawatan dan penerapan

teori yang sudah dikembangkan pakar keperawatan dalam hal ini Model Adaptasi

Roy, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah tentang Penerapan theori

Model Adaptasi Sister Callista Roy dalam pengkajian sistem endokrin.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum :

Memahami penerapan Model Adaptasi Roy dalam pengkajian keperawatan

tentang system endokrin

2. Tujuan Khusus :

a. Memahami pengkajian menurut konsep model adaptasi Sister Calista Roy

b. Mengaplikasikan konsep pengkajian keperawatan menurut Roy dalam study

kasus system Endokrin

c. Menganalisis kesesuaian asuhan keperawatan yang diberikan dan

kesenjangan kesenjangan yang terjadi.

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah Memberikan arahan bagi penulis

untuk penerapan model teori keperawatan menurut Sister Calista Roy dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pasien.

2

Page 3: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini disusun dalam 5 bab, yaitu :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan dan Sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teori yang berisi tentang konsep theori Adaptasi menurut Sister

Calista Roy.

Bab III : Analisis / Aplikasi Konsep theori Calista Roy dalam kasus.

Bab IV : Pembahasan

Bab V : Kesimpulan dan Saran.

3

Page 4: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

BAB II

KONSEP THEORY

2.1 Model Adaptasi Sister Calista Roy

Model adaptasi Sister Calista Roy merupakan model dalam keperawatan yang

menguraikan bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara

mempertahankan prilaku secara adaptif serta mampu merubah prilaku yang mal

adaptif. Sebagai indivudu dan mahluk holistik memiliki sistem adaptif yang selalu

beradaptasi secara keseluruhan.

Dalam asuhan keperawatan, sebagai penerima asuhan keperawatan adalah

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic

adaptif system” dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan. System adalah

satu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa

tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian bagiannya. System

terdiri dari input, output, kontrol dan efektor, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Input

Input sebagai stimulus yang merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau

energi dari lingkungan yang daat menimbulkan respon, dimana dibagi menjadi

tiga tingkatan yaitu :

- Stimulus fokal

- Stimulus kontekstual

- Stimulus Residual

2. Kontrol

Proses kontrol seseorang merupakan bentuk mekanisme koping yang

digunakan. Mekanisme kontrol dibagi atas :

- Subsistem regulator

- Subsistem Kognator

3. Efektor

Efektor merupakan sistem adaptasi yang memiliki empat model adaptasi yaitu :

- Fungsi fisiologis

- Konsepdiri

- Fungsi peran

4

Page 5: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

- Interdependent.

4. Output

Outputdari suatu system adalah prilaku yang dapat di amati, diukur atau secara

subyektif dapat dilaporkan baik bersal dari dalam maupun dari luar. Roy

mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptid dan respon yang

mal adaptif.

2.2 Komponen Sentral Paradigma Keperawatan Menurut Roy

Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan yaitu :

1. Manusia

Manusia sebagai penerima pelayanan keperawatan mencakup individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat

2. Lingkungan

Lingkungan merupakan konsep utama dalam interaksi manusia secara konstan.

Lingungan adalah semua kondsi, keadaan dan kondisi tertentu yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan prilaku individu maupun kelompok

3. Sehat dan Kesehatan

Esehatan adalah suatu keadaan dan proses berfungsinya manusia karena

terjadinya adaptasi terus menerus

4. Keperawatan

Keparawatan sebagai proses interpersonal yang diawali adanya kondisi

maladaptasi akibat perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.

Tindakan keperawatan diarahkan untuk mengurangi atau mengatasi dan

meningkatkan kemampuan adaptasi manusia

2.3 Proses Keperawatan Menurut Theory Roy

Menurut Roy (1991), elemen dari proses keperawatan meliputi Pengkajian tingkat

pertama, pengkajian tingkat kedua, Diagnosis eperawatan, penentuan tujuan,

Intervensi dan Evaluasi.

1. Pengkajian Tingkat Pertama : Pengkajian Prilaku

Merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan

memutuskan klien adaptif atau mal adaptif. Pengkajian keperawatan

berdasarkan model ini meliputi data tentang :

a. Mode Fungsi Fisiologis

5

Page 6: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

1) Oksigenasi : kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu

ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.

2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk

mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti

jaringan yang injuri

3) Eliminasi : yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari intestinal dan

ginjal

4) Aktifitas dan Istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktifitas fisik dan

istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam

memperbaiki dan memulihkan semua komponen komponen tubuh.

5) Proteksi/perlindungan : sebagai dasar defens tubuh termasuk proses

imunitas dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini

penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.

6) The sense/ pengindraan : Penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa dan

bau memungkinkan sesorang berinteraksi dengan lingkungan.

7) Cairan dan elektrolit : Keseimbangan cairan dan elektrolit didalamnya

termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat

menyebabkan ketidakseimbangan eektrolit

8) Fungsi Neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian

integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka

mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi

pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk

mengatur aktifitas organ rgan tubuh.

9) Fungsi Endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran hormon sesuai

dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi

fungsi tubuh. Aktifitas endokrin mempunyai peran yang signifikan

dalam respon stress dan erupakan regulator koping mekanisme.

b. Konsep Diri

1) The Physical self (Fisik diri) : yaitu bagaimana eseorang memandang

dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.

6

Page 7: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

2) Personal diri : yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-

etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilang kekuatan

atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini

c. Fungsi Peran

Model fungsi peran mengenal pola pola interaksi sosial seseorang dalam

hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,

sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat meerankan

dirinya di masyarakat sesuai kedudukannya.

d. Interdependensi

Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/kasih

sayang, perhatian dan saling menghargai.

2. Pengkajian Tingkat kedua : Pengkajian stimulus

Pada tahap ini merupakan pengkajian stimuli yang signifikan terhadap

perubahan prilaku seseorang yaitu :

a. Stimulus focal

Merupakan perubahan prilaku yang dapat diobservasi. Perawatdapat

melakukan pengkajian dengan menggunakan cara : ketrampilan melakukan

observasi, melakukan pengukuran dan interview.

b. Stimulus Kontekstual

Stimulus konstektual berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku

atau presipitasi oleh stimulus focal. Faktor kontekstual yang mempengaruhi

mode adaptasi adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol,

tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial,

koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi dan lingkungan fisik.

c. Stimulus Residual

Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Beberapa

faktor dari pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan

saat ini.

3. Diagnosa Keperawatan

4. Penentuan tujuan

5. Intervensi

6. Evaluas

7

Page 8: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

BAB III

ANALISIS APLIKASI KONSEP ROY DALAM KASUS

Proses Keperawatan Berdasarkan Model Adaptasi Roy (RAM)

3.1. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Tn. MU

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Suku : Bengkulu

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Pensiunan

Alamt : Kampung Senapa RT. 01 RW. 03 Sukaberes, Ciomas, Serang

Agama : Islam

No. Reg : 636869

Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus

Tgl MRS : 04 Agustus 2011

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keluhan Utama Saat Ini : klien engatakan badannya lemas

b. Alasan Masuk Rumah Sakit : Klien mengeluh mual, badannya lemas, kaki dan

tangan terasa baal dan kesemutan pada bagian ujung. Selain itu, klien

mengatakan sering haus dan sering berkemih terutama pada malam hari serta

nafsu makan berkurang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien menderita kencing manis sejak 4 tahun yang lalu, dan sering berobat ke

puskesmas. Pengobatan yang didapat dari Puskesmas yaitu Glibendclamide 5 mg.

Klien juga pernah di rawat di RSUD Serang sekitar 5 bulan sebelum masuk RS.

4. RiwayatPenyakit Keluarga

Klien mengatakan, orang tuanya yaitu ayahnya memiliki penyakit yang sama dengan

klien yaitu kecing manis. Sedangkan anggota keluarga yang lain tidak ada yang

memiliki riwayat dan menderita kencing manis.

8

Page 9: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

3.2. Pengkajian Dua Level (Two-Level Assesment)

3.2.1. Adaptasi fisiologis

a. Oksigenasi

1. Pengkajian Prilaku

Pernafasan spontan, tidak ada penyumbatan jalan nafas, RR : 24 x/menit,

irama reguler, sputum (-), batuk (-), TD : 110/70 mmHg, N : 96 x/mnt, Suhu:

36,3 C, sianosis (-), Suara nafas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2 murni,

irama jantung teratur, CRT kembali dalam 2 detik. Hasil pemeriksaan

radiologi jantung dan paru dalam batas normal. EKG juga tidak ada

kelainan. Laboratorium tgl 4 Agustus 2011: Hb15,5 g/dl, trombosit 256.000

ul.

Pasien tidak dilakukan pemeriksaan AGD, namun pada saat pengkajian tidak

ditemukan adanya tanda dan gejala gangguan pertukaran gas seperti : tidak

ada sianosis pada jari jari dan bibir, frekwensi nafas 24 x/mntdan irama

teratur (reguler)

2. Pengkajian Stimulus

a) Stimulus fokal : Tidak ada karena semua prilaku adaptif

b) Stimulus Kontekstual : Tidak ada karena semua prilaku adaptif

c) Stimulus Residual : Tidak ada karena semua prilaku adaptif

b. Nutrisi

1. Pengkajian Prilaku

Klien mengatakan nafsu makannya berkurang, mual (+), badan terasa lemas,

makan 3 kali sehari dengan porsi sedikit (1/4 porsi), jenis : diit DM 1700

kalori, tidak ada makanan khusus kesukaan, klien tidak ada alergi terhadap

jenis makanan tertentu, reflek menelan baik, kebersihan mulut kurang,

mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, kulit lembab dan teraba hangat. BB

saat ini 47 kg, BB sebelumnya 53 kg. Klien mendapatkan therapi Ranitidine

2 x150 mg dan injeksi Homolin 8 ui.

2. Pengkajian Stimulus

a) Stimulus fokal : Nafsu makan menurun, mual (+)

b) Stimulus Kontekstual : kebersihan mulut kurang, lidah kotor.

9

Page 10: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

c) Stimulus Residual : Perubahan pola dan menu makanan di rmah sakit.

c. Eliminasi

1. Pengkajian Prilaku :

BAB dan BAK klien lancar, BAB satu kali sehari, warna kuning,

konsistensi lunak, dan tidak ada kesulitan dalam BAB, bising usus 7 kali

permenit. Klien terpasang dower cateter, warna kuning jernih, nyeri (-),

disttensi kandung kemih (-). Sebelum terpasang kateter klien mengatakan

sering berkemih terutama pada malam hari.

2. Pengkajian Stimulus :

a) Stimulus fokal : Tidak ada karena semuanya dalam kondisi adaptif

b) Stimulus Kontekstual : pemasangan dower cateter

c) Stimulus Residual : Usia lansia

d. Aktifitas dan Istirahat

1. Pengkajian prilaku

Tuan MU selama di rumah sakit tidak bekerja, selama di rumah sakit klien

hanya terbaring di tempat tidur, selama di rumah sakit seluruh aktifitas klien

(ADL) dibantu oleh keluarga dan perawat karena klien merasa lemas dan

kedua tangan dan kaki klien terasa kebas dan kesemutan. Selama di rumah

sakit aktiftas Hygiene pasien belum pernah dilakukan. Pola tidur klien klien

normal, tidak ada gangguan dalam istirahat dan tidur. klien tidur malam

sekitar 6 – 7 jam dan tidur siang sekitar 1 jam.

2. Pengkajian Stimulus

a) Stimulus Fokal : kerusakan pada sel pangkreas, Difisiensi insulin

b) Stimulus Kontekstual : keterbatasan aktifitas karena kelemahan

c) Stimulus Residual : Sebelum sakit klien merupakan tipe pekerja keras

e. Proteksi dan perlindungan

1. Pengkajian Prilaku

Suhu axial 36,3C, kulit lembab, teraba hangat, teksur lentur, turgor baik,

tidak anemis, tidak ikterik, tidak ada pruritus dan lesi, tidakk ada odema,

tidak ada pigmentasi, sensasi rasa baik, keculai pada ujung-ujung ekstremitas

yang terasa baal dan kesemutan.

10

Page 11: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

2. Pengkajian stimulus

a) Stimulus fokal : klien lemas

b) Stimulus Kntekstal : terdapat baal dan kesemutan pada ujung ujung

ekstremitas

c) Stimulus Residual : Usia pasien yang sudah lansia

f. Sense / pengindraan

1. Pengkajian prilaku

Kedua belah mata klien dapat melihat dengan baik, reflek pupil terhadap

cahaya baik, klien tidak memakai kacamata. Fungsi pendengaran baik, tidak

ada nyeri dan pembengkakan pada mastoid, tidak ada tinnitus, klien tidak

memakai alat batu pendengaran. Pada perabaan sensasi panas, dingin, tajam

dan tumpul klien masih baik, hanya kedua kaki dan tangan terasa kebas/

kesemutan.

2. Pengkajian stimulus

a) Stimulu fokal : penurunan sensasi rasa pada ujung ujung ekstremitas

tangan dan kaki

b) Stimulus Kontekstual : Tidak ada karena semua prilaku adaptif

c) Stimulus Residual : Tidak ada karena semua prilaku adaptif

g. Cairan dan Elektrolit

1. Pengkajian Prilaku

Pasien mengatakan mual, sering haus, klien minum 5 – 6 gelas sehari, saat

ini klien diberikan IVFD martrose 10 tts/ menit, Klien mendapatkan intake

cairan dari minum dan IVFD, tidak ada masalah dengan elekrolit, turgor

klien baik, kulit lembab, tekstur kulit lentur dan kulit teraba hangat, tidak ada

oedema pada tubuh. Hasil laboratorium Ureum 27 mg/dl dan kreatinin 1,1

mg/dl.

2. Pengkajian Stimulus

a) Stimulus fokal : Sering berkemih di malam hari, sering haus

b) Stimulus kontekstual : diuresis Osmotik

c) Stimulus Residual : Tidak ada karena semua prilaku adaptif

11

Page 12: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

h. Fungsi Neurologis

1. Pengkajian prilaku

Tingkat kesadaran compos mentis, GCS : 15 (E4M6V5), reflek patela

positif, reflek bicep tricep positif. Status mental baik, kemampuan motorik

dan sensorik baik..

2. Pengkajain stimulus

a) Stimulus fokal : Tidak ada masalah karena semua prilaku adaptif

b) Stimulus kontekstual : Tidak ada masalah karena semua prilaku adaptif

c) Stimulus Residual : Tidak ada masalah karena semua prilaku adaptif

i. Fungsi Endokrin

1. Pengkajian prilaku

Kelenjar thyroid normal, tidak ada tremor, nafas tidak berbau keton, klien

sering berkemih terutama pada malam hari, sering haus, dan tidak ada nafsu

makan. tidak terdapat luka ganggren, klien merasakan baal dan kesemutan

pada bagian ujung tangan dan kaki. Klien memiliki riwayat DM dari garis

ketrunan keluarga dan klien sendiri sudah hampir 4 tahun menderita DM.

Berat badan klien menurun selama sakit. Selama 4 tahun klien

mengkonsumsi Glibendclamide 5 mg yang didapatkan dari

puskesmas.Pemeriksaan hasil lab GDS : 263 mg/dl.

2. Pengkajian Stimulus

a) Stimulus Fokal : Peningkatan kadar gula darah

b) Stimulus Kontekstual : Kerusakan organ endokrin (pankreas)

c) Stimulus Residual : Usia lanjut dan faktor gaya hidup.

3.2.2. Model Konsep Diri

1. Physical Self (fisik Diri)

Body sensation : klien mengatakan badannya terasa lemas. Saat ini klien

sedang berfikir tentang penyakit yang dialaminya dan klien banyak bertanya

pada perawat tentang penyakit yang dialaminya.

2. Personal self (personal diri).

Setelah dirawat klien berharap bisa sembuh dan sehat kembali, selama klien

sakit klien tidak bisa beraktifitas seperti biasanya seperti bekerja, mengikuti

kegiatan keagamaan dan yang lainnya. Klien meyakini bahwa sakit yang

12

Page 13: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

dialaminya adalah ujian dari Allah SWT dan yang bisa menyembuhkan

hanyalah Allah SWT.

3.2.3. Mode Fungsi Peran

Klien adalah kepala keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga adalah klien.

Sebelum sakit selain sebagai pensiunan klien juga bekerja sebagai buruh,

penghasilan klien hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari saja. Saat

ini karena sakit klien tergantung pada istri dan anknya.

3.2.4. Mode Fungsi Interdependensi

Klien memiliki hubungan yang baik dengan istri dan anak anaknya demikian juga

dengan tetangga dan masyarakat sekitar. Orang yang terdekat dengan klien adalah

istrinya. Klien biasa mengungkapkan perasaannya dengan istrinya saat ada

masalah. Saat sakit klien selalu dijaga oleh istri dan anaknya.

3.3 Analisa Data

No Data Etiologi / interpretasi Masalah

1 DS :

Klien mengatakan mual, badannya lemas, sering haus dan sering berkemih saat malam hari

DO :

Kien terpasang dower cateer,

BB turun : 47 kg, GDS 263 mg/dl

Diuresis osmotik dari hyperglikemia

Mekanisme :

Defisiensi insulin Kadar glukosa darah meningkat Hyperglikemia Glikosuria Deuresis Osmotik Poli uri, poli dipsi resiko kurang volume cairan.

Resiko kurang volume cairan

2 DS :

Klien mengatakan badannya lemas, kurang selera makan,dan lrlah, mual.

DO :

Asupan makanan tidak memadai (hanya ¼ porsi yang habis), klien kurangselera makan, kelelahan, GDS berubah ubah,GDS tgl. 4 : 263 mg/dl, GDS tgl 5 : 370 mg/dl, GDS tgl 6 : 334 mg/dl

Kekurangan insulin, kurang pengetahuan tentang manajemen diabetik

Resiko ketidakstabilan kadar gukosa darah

13

Page 14: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

3 DS :

Klien mengatakan lemas, keluar keringat dingin, sebelum di pasang klien sering BAK pada malam hari, klien mengatakan baal dan kesemutan pada kaki dan tangan.

DO :

Keadaan umum pasien lemah, TD : 110/70 mmHg, N : 96x/mnt, bibir agak pucat, GDS : 263 mg/dl

Kerusakan sel pancreas peningkatan sekresi kortisol defisiensi insulin glukosa darah tidak dapat di transfer ke jaringan perubahan status neurologis shok hipoglikemia

Resiko syok Hipoglikemik

4 DS :

Klien mengatakan tubuhnya lemas, mual dan nafsu makan berkurang

DO :

Porsi makan hanya dihabiskan ¼, BB sekarang 47 kg, BB sebelumnya : 53 kg, turgor kulit baik, mukosa lembab, lidah kotor, kebersihan mulut kurang terjaga

Faktor biologis : mual dan anoreksia

Mekanisme :

Defisiensi Isulin glukosa tidak dapatdi transfer ke jaringan glikogen otot menurun peningkatan metabolisme protein dan lemak peningkatan produksi badan keton gangguan keseimbangan asam basa mual/muntah anoreksia nutrisi tubuh tidak adekuat.

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

5 DS :

Klien mengatakan tubuhnya terasa lemas dan cepet lelah. Klien mengatakan padaujung kaki dan tangan terasa baal dan kesemutan

DO :

Aktifitas klien semua di bantu, klien hanya terbaring di tempat tidur, GDS : 263 mg/dl

Ketidakcukupan insulin dan produksi energi metabolik menurun.

Mekanisme :

Defisiensi insulin glukosa darah tidak dapat ditransfer ke jaringan glikogen otot menurun metabolisme karbohidrat terganggu ATP tidak terbentuk energi kurang kelelahan.

Kelelahan

6 DS :

Klien mengeluh lemas, klien engatakan ada ujung kaki dan

Kelelahan fisik

Mekanisme :

Defisit perawatan diri

14

Page 15: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

tangan terasa baal dan kesemutan.

DO :

Keadaan umum pasien lemah, badan tampak kotor dan lengket, ADL dibantu oleh keluarga dan perawat

Defisiensi insulin glukosa darah tidak dapat ditransfer ke jaringan glikogen otot menurun metabolisme karbohidrat terganggu ATP tidak terbentuk energi kurang kelelahan aktifitas terbatas (ADL tidak terpenuhi)

7 DS :

Wajah klien tampak bingung

DO : Klien banyak bertanya pada perawat tentang kondisi penyakitnya

Kurang mengenal sumber informasi

Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan

3.4 Diagnosa Keerawatan

1. Resiko kurang volume cairan b/d diuresis osmotik dari hyperglikemia.

2. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d kekurangan insulin, kurang

pengetahuan tentang manajemen diabetik.

3. Resiko syok hipoglikemi b/d kerusakan pada sel pancreas.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis : mual

dan anoreksia.

5. Kelelahan b/d ketidakcukupan insulin dan produksi energi metabolik menurun.

6. Difisit perawatan diri b/d kelelahan fisik

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan b/d kurang mengenal

sumber informasi.

15

Page 16: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

BAB IV

PEMBAHASAN

Teory adaptasi Sister Callista Roy memandang klien sebagai suatu system

adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu

seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri,

fungsi peran dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit. Kebutuhan asuhan

keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingungan

internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan :

pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar, pengembangan konsep diri positif, penampilan

peran social dan pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan.

Perawat menentukan kebutuhan tersebut untuk mengetahui penyebab timbulnya

masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.

Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien

beradaptasi.

Pengkajain keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan menurut Roy

dibagi dua yaitu pengkajian tahap I yang meliputi pengkajian prilaku yaitu : oksigenasi,

nutrisi, eliminasi, aktifitas dan istirahat, proteksi / perlindungan, penginderaan, cairan

dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin. Selain pengkajian prilaku juga di

kaji konsep diri, fungsi peran dan interdependen klien. Pengkajian tahap ke- II mengkaji

tiga stimulus yaitu stimulus fokal, stimulus kontekstual dan stimulus residual. Adapun

hasil interpretasi data pada kasus di BAB III adalah :

1. Oksigenasi

Pada pengkajian oksigenasi, tidak ditemukan masalah apapun pada klien hal ini

menunjukkan bahwa klien mampu berprilaku secara adaptif meskipun pada beberapa

kondisi pada penderita gangguan fungsi endokrin ditemukan suasana hati yang labil dan

lekas marah yang kemungkinan berhubungan dengan ACTH yang berlebihan. Selain itu

juga kadang ditemukan hipertensi yang dihubungkan dengan retensi cairan akibat

ACTH yang meningkat. Kenaikan atau penurunan denyut jantung dan irama atau

perubahan suara jantung dapat terjadi akibat perubahan hormon tiroid.

16

Page 17: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

2. Nutrisi

Pada pengkajian nutrisi ditemukan penurunan berat badan, hal ini disebabkan

karena defisiensi insulin akan mengganggu metabolisme protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan, gejala lain meliputi kelelahan, dan badan terasa

lemas. Defisiensi insulin juga akan menyebabkan glukosa tidak dapat di transfer ke

jaringan, hal ini menyebabkan glikogen dalam otot menurun sehingga terjadi

peningkatan metabolisme protein dan lemak. Pemecahan lemak akan mengakibatkan

peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.

Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa, sehingga

akan muncul respon mual,muntah, nyeri abdomen dan anoreksia. Hal ini menyebabkan

nutrsi didalam tubuh tidak adekuat. Selain hal tersebut, hygiene mulut yang tidak tejaga

juga akan mengurangi selera makan klien, sehingga asupan makanan klien jadi

berkurang sehingga Masalah yang bisa dimunculkan yaitu ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis dan

glukoneogenesis, namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa

hambatan dan lebih lanjut akan menimbulkan hyperglikemia, hal ini ditunjukkan

dengan nilai GDS pasien yang cenderung meningkat yaitu 263 mg/dl pada tanggal 4

agustus dan 370 pada tanggal 5 agustus. Masalah yang bisa ditegakkan yaitu Resiko

ketidakstabilan gula darah b.d difisiensi insulin.

3. Eliminasi

Pada pengkajian eliminasi ditemukan bahwa klien sering BAK pada malam hari

sebelum pasien di pasang dower kateter. Seringnya pasien diabetes BAK hal ini terjadi

jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali

semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin

(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di eskresikan ke dalam urin, ekskresi ini

akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik),

sebagai akibatnya pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan

rasa haus (Polidipsia). Kekurangan dalam kasus ini adalah tidak tergambarnya seberapa

besar urin output yang dihasilkan. Dalam pengkajian eliminasi pada gangguan endokrin

menurut Roy digambarkan bahwa volume, waktu dan frekwensi output urin merupakan

17

Page 18: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

indikator penting dari penderita diabetes millitus. Diagnosa yang dapat ditegakkan yaitu

Resiko kurang volume cairan b/d deuresis osmotik dari hyperglikemia.

4. Aktifitas dan Istirahat

Pada pengkajian di temukan bahwa klien mengeluh badanya lemas dan cepat

lelah, terdapat rasa baal / kebas pada tangan dan kaki. Seluruh aktifitas klien dibantu

oleh keluarga dan perawat akibat kelemahan dan kelelahan fisik. Hal ini sesuai dengan

pengkajian sistem endokrin menurut Roy bahwa tanda kelemahan umum sering

dikeluhkan / dilaporkan oleh orang yang mengalami perubahan / defisiensi insulin.

Kelelahan bisa terjadi melalui mekanisme dimana kondisi defisiensi insulin akan

menyebabkan glukosa darah tidak dapat ditransfer ke jaringan sehingga glikogen otot

menurun yang menyebabkan metabolisme karbohidrat terganggu, hal ini menyebakan

ATP tidak terbentuk sehingga energi dalam tubuh kurang, sehingga menyebabkan

kelelahan. Jika kelelahan terus berlanjut akan menyebakan aktifitas klien terbatas

sehingga perawatan diri (ADL) tidak terpenuhi. Masalah keperawatan yang

dapatditegakkan adalah Kelelahan b/d ketidakcukupan insulin dan produksi energi

metabolik menurun serta diagnosa defisit perawatan diri b/d kelelahan fisik.

5. Proteksi dan perlindungan

Pada pengkajian proteksi dan perlindungan, tidak ditemukan masalah yang

darurat pada klien, hanya saja ada rasa baal dan kesemutan pada ujung kaki dan tangan.

hal ini menunjukkan bahwa klien masih mampu berprilaku secara adaptif meskipun

pada beberapa kondisi penderita merasakan baal dan kesemutan di ujung kaki dan

tangan. Diagnosa keerawatan yang dapat dimunculkan adalah resiko syok hipoglikemia.

Syok hipoglikemia dapat terjadi karena adanya kerusakan pada sel pancreas

yang menyebabkan peningkatan sekresi kortisol, hal ini menyebabkan defisiensi insulin

sehingga akibatnya glukosa darah tidak dapat di transfer ke jaringan. Jika glukosa darah

tidak dapat di ransfer ke jaringan maka respon didalam tubuh akan terjadi perubahan

status neurologis yang lama kelamaan akan menyebabkan shok hipoglikemia

6. Penginderaan

Pada pengkajian penginderaan, tidak ditemukan masalah yang darurat pada

klien, hanya saja ada rasa baal dan kesemutan pada ujung kaki dan tangan. hal ini

18

Page 19: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

menunjukkan bahwa klien masih mampu berprilaku secara adaptif meskipun pada

beberapa kondisi penderita merasakan baal dan kesemutan di ujung kaki dan tangan.

Diagnosa keerawatan yang dapat dimunculkan adalah resiko syok hipoglikemia.

Pada beberapa kondisi pada penderita gangguan fungsi endokrin menurut Roy

dapat mengalami perubahan kemampuan dalam indra . ganggua pendengaran dan

penglihatan pada malam hari menurun dapat menunjukkan disfungsi tiroid. Masalah

retina terjadi pada pasien dengan gangguan insulin. Perilaku lain yang perlu

diperhatikan adalah adanya sensasi abnormal seperti nyeri dan intoleransi terhadap

perubahan suhu, rangsangan sensorik yang berkurang di ekstremitas bawah.

7. Cairan dan elektrolit

Pada pengkajian cairan dan elektrolit ditemukan adanya mual dan rasa haus

(polidipsie). Rasa sering haus dapat terjadi akibat konsentrasi glukosa dalam darah

cukup tinggi,sehingga ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang

tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika

glukosa yang berlebihan di eskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai

pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik), sebagai akibatnya

pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus

(Polidipsia). Diagnosa yang dapat ditegakkan yaitu Resiko kurang volume cairan b/d

deuresis osmotik dari hyperglikemia.

8. Fungsi Neurologis

Menurut Roy (1999), penilaian fungsi neurologis merupakan aspek penting

yangterlibat dalam penilaian fungsi endokrin. Tingkat kesadaran dan fungsi mental serta

adanya tremor atau kejang merupaka indikator penting. Contohnya tremor pada lidah

dan ekstremitas dapat terlihatdalam situasi gangguan tiroid. Tingkat kesadaran

dipengaruhi oleh hormon tirid, aldosteron, paratiroid dan insulin.

Pengkajain fungsi neurologis pada kasus menunjukakan prilaku pasien yang

adaptif, dimana ditunjukkan dengan Tingkat kesadaran compos mentis, GCS : 15

(E4M6V5), reflek patela positif, reflek bicep tricep positif. Status mental baik,

kemampuan motorik dan sensorik baik..

19

Page 20: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

9. Fungsi Endokrin

Pada pengkjaian fungsi endokrin, Tn. MU mengalami hiperglikemia, dbuktikan

dengan peningkatan GDS 263 mg/dl. Meskipun klien sering ke puskesmas dan

mengkonsumsi Glibendclamide 5 mg, klien sering mengindahkan nasihatdari tim

kesehatan sehingga penyakitnya kambuhan sejak 4 tahun yang lalu. Selain kondisi

hyperglikemia, klien juga sering berkemih terutama pada malam hari, sering haus, dan

tidak ada nafsu makan. klien merasakan baal dan kesemutan pada bagian ujung tangan

dan kaki. Klien memiliki riwayat DM dari garis ketrunan keluarga dan klien sendiri

sudah hampir 4 tahun menderita DM. Berat badan klien menurun selama sakit. Asalah

yang dapat muncul adalah resko ketidakstabilan glukosa darah.

10. Konsep diri, fungsi peran dan Interdependen

Konsep diri seringkali dipengaruhi oleh gangguan dalam kortisol, testosteron,

hormon tiroid dan kadar insulin. Situasi ini mungkin pada gilirannya berdampak pada

fungsi peran dan hubungan saling tergantung (Roy, 1999). Pada pengkajian yang

dilakukan pada Tn. MU banyak menunjukkan prilaku yang adaptif, hal ini menunjukkan

bahwa klien mampu bertoleransi terhadap stressor dan kondisi ini dipertahankan sebagai

upaya adaptasi terhadap lingkungannya. Hanya saja pada pengkajian konsep diri

ditemukan kondisi klien yang terlihat bingung dan sering menanyakan kondisi

penyakitnya. Hal ini dimungkinkan karena klien kurang terpapar terhadap sumber

informasi. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah kurang pengetahuan

tentang proses penyakit dan pengobatan b/d kurang familier terhadap sumber informasi.

Pada pengkajian dengan teori Roy dapat terlihat bahwa model yang

dikembangkan Roy dapat diaplikasikan di berbagai tatanan pelayanan di rumah sakit

pada klien dengan penyakit akut maupun kronis, hanya saja kelemahan pada teory Roy

adalah adanya duplikasi data, contohnya yaitu pada pengkajian proteksi / perlindungan

dan pengindraan dimana dlam keduanya ada persamaan mengkaji sensasi suhu dan

nyeri pada kulit, hal ini menyebabakan pengkajian tidak efektifdan efisien.

Selain adanya duplikasi data, Roy juga belum menyentuh sisi kemanusiaan

secara holistik, dimana manusia tidak hanya dipandang dari aspek bio, psiko dan

sosialnya saja, akan tetapi juga dilihat dari aspek spiritual. Dalam hal ini Roy hanya

menekankan pada bio, psiko dan sosialnya saja.

20

Page 21: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan menggunakan model

adaptasi Roy, memiliki dua tahapan pengkajian yaitu pengkajian prilaku dan pengkajian

stimulus. Pada pengkajian prilaku kita akan mengkaji fungsi fisiologis (oksigenasi,

nutrisi, eliminasi, aktifitas dan istirahat, proteksi / perlindungan, penginderaan, cairan

dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin), konsep diri, fungsi peran dan

interdependen. Sedangkan pada pengkajian stimulus yang akan dikaji adalah stimulus

fokal, kontekstual dan residual.

Model yang dikembangkan oleh Roy dapat diaplikasikan di berbagai tatanan

pelayanan di rumah sakit pada klien dengan penyakit akut maupun kronis, hanya saja

kelemahan pada teory Roy adalah adanya duplikasi data, yang membuat pengkajian

menjadi tkurang efektifdan efisien. Selain hal tersebut, model adaptasi Roy juga

memiliki kelemaan dimana Roy tidak mengkaji manusia dari sisi spiritual , akan tetapi

hanya melihat dari bio, psiko dan sosialnya saja.

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Tn. MU adalah Resiko kurang

volume cairan b/d diuresis osmotik dari hyperglikemia, Resiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah b/d kekurangan insulin, kurang pengetahuan tentang manajemen diabetik,

Resiko syok hipoglikemi b/d kerusakan pada sel pancreas, Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis : mual dan anoreksia, Kelelahan b/d

ketidakcukupan insulin dan produksi energi metabolik menurun, Difisit perawatan diri

b/d kelelahan fisik dan Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan b/d

kurang mengenal sumber informasi.

5.2 Saran

Diharapkan kepada seluruh mahasiswa untuk lebih mendalami teori model

keperawatan menurut Sister Calissta Roy sehingga dapat mengaplikasikan model ini

dalam tatanan yang nyata di RS.

21

Page 22: Tugas Pengkajian Kmb Lanjut i Siti Khoiroh

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R & Marriner Tomey, A (2006), Nursing Theory : Utilization & Aplication, 3 rd, ed. Mosby. St. Louis.

Alligood, M.R & Marinner Tomey, A (2010), Nursing Theorists and Their work, sixth ed, Mosby.

Christensen, M.R & Kenney J.W (2009), Proses Keperawatan, Aplikasi Model Konseptual, ed. 4, Jakarta EGC

Hidayat, AA, (2008), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Ed 2, Jakarta, Salemba Medika

NANDA International (2010), Diagnosis Keperawatan : definisi dan Klasifikasi 2009 – 2011, Jakarta, EGC

Price, S.A & Wilson,L.M (2006), Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses Penyakit, Jakarta, EGC

Roy S.C & Andrews H.A (1999), The Roy Adaptation Model : The Definitive Statement (3nd ed), California :Appleton & Large

Salbiah (2006), Konsep Holistik Dalam Keperawatan Melalui Pendekatan Model Adaptasi Sister Calista Roy, Jurnal Keperawatan Rufaida Sumatra Utara,(USU), volume 2nomor1, Mei 2006.

Smeltzer SC & Bare,B.G (2002), Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, vol 2, Alih bahasa: Wluyo, Jakarta, EGC

22