kmb makalah

Upload: ihielmiyani

Post on 11-Jul-2015

96 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB 2 TIN1AUAN TEORI 2.1Kolitis Ulseratif 2.1.1 Pengertian KolitisulseratiIialahpenyakitulserasidaninIlamasiakutataukronisdarirectum dan kolon, dengan tanda-tandayang khasyaitu adanya diare, perdarahan per rektal, nyeri di perut, panas, anoreksia, dan penurunan berat badan. 2.1.2 PenyebabSampaisekarangpenyebabcolitisulseratiIyangpastibelumdiketahuidenganjelas. Walaupundemikian,beberapasarjanamencobauntukmenerangkanpenyebab-penyebanya. (WARREN & BERK 1957) a. nIeksi PerubahanyangterjadidimukosayangberupainIlamasiialahkarena kemungkinan adanya inIeksi. Misalnya inIeksi oleh: 1. Bakteri - Bacillus dysentriae - Diplostrptococcus - Bact. Necrophorum - Staphylococcus aureus 2. Virus - Lymphogranuloma venereum - Enteovirus 3. Fungi - Histoplasma capsulatum - Geotrichium . Parasite - Entamoeba histolytica b. Gangguan immunologis ANDERSEN192menemukanbahwa2/3penderitamenunjukanadanya alergiterhadapmakanan,misalnyaterhadapsususapi,telor,tomat,jerukdan kentang.SelanjutnyaWRGHT&TRUELOVE1965menemukanbahwapada penderita colitis ulseratiI yang diberi diit bebas susu ternyata jarang imbul relaps jika di bandingkan dengan yang tanpa diberi diit. c. Nutrisi AdanyadeIisiensidaribeberapavitaminataumakananspesiIiklainnyayang didugadapatmenyebabkancolitisulseratiI.Perubahanpadaintestinedapatterjadi pada beberapa penyakit deIisiensi, misalnya pada pellagra, tapi deIisiensi tersebut tak dapatmenyebabkancolitisulseratiIwalaupunkadang-kadangtimbulgejala-gejala tersebut. d. Psikhosomatik Teoribelakanganinimengatakanbahwaadanyahubunganpenyakitini dengan kelainan psikhosomatitis. Hal ini dapat diterangkan bahwa: 1. DaripenyelidikanbahwatimbulnyacolitisulseratiIterdapatpadatipeorang tertentu. 2. Adayangmengatakanbahwaolehkarenakelainanjiwayangdapat menyebabkan colitis ulseratiI. 3. Dapatdilihatjugabahwadengandiberikanpsikotheraphypadabeberapa penderita colitis ulseratiI ternyata memberikan hasil yang baik. e. Enzim mukolitik MEYERdkk(197)yangpertamakaliberpendapatbahwacolitisulseratiI disebabkan kerusakan lapisan superIisial dari mukosa kolon karena enzim mukolitik. Sebagaimanadiketahuilisozimialahsatuenzimyangdidapatpasatraktus gastroenteritis baik pada orang normal maupun pada penderita colitis ulseratiI terbuka bahwakadarenzimtersebutdidalamtinjaterdapatlebihtinggi.Dengandemikian maka di duga bahwa lisozim tersebutlah penyebab colitis ulseratiI. 2.1.3 Tanda dan Gejala Suatuseranganbisamendadakdanberat,menyebabkandiarehebat,demamtinggi, sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selamaserangan, penderita tampaksangat sakit.Yanglebihseringterjadiadalahserangannyadimulaibertahap,dimanapenderita memilikikeinginanuntukbuangairbesaryangsangat,kramringanpadaperutbawahdan tinja yang berdarah dan berlendir. Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau kerasdankering.Tetapiselamaataudiantarawaktubuangairbesar,darirektumkeluar lendiryangmengandungbanyakseldarahmerahdanseldarahputih.Gejalaumumberupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak10-20kali/hari.Penderitaseringmengalamikramperutyangberat,kejangpada rektum yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripungejalainitidakberkurang.Tinjatampakencerdanmengandungnanah,darahdan lendir.Yangpalingseringditemukanadalahtinjayanghampirseluruhnyaberisidarahdan nanah.Penderita bisa demam, naIsu makannya menurun dan berat badannya berkurang. 2.1.4 Patofisiologis Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mokusa dan terdiri atas pembentukan abses dalam kriptus. Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan kongesti mukosa. Udema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan. Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati didinding kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terkelopas dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak).Pertukakan mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut permukaan mukosa yang hilang luas sekali mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah. Pada kondisi yang Iisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan Ieses saat akan deIekasi, tetapi karena aktiIitas imun yang berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan darah keluar bersama Ieses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus). Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon transversum maupun kolon sigmoid. Akibat ulkus yang menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon baik secara mikroskopik ataupun makroskopik Gejala yang sering timbul pada penyakit colitis ulseratiI ini adalah : - Nyeri perut- Diare berdarah,berlendir dan bernanah - Anemia - Turunnya berat badan 2.1.5 Pemeriksaan diagnostic - Enemabarliumdenganpemotretansinarxatausigmoldoskopidapatmemperlihatkan usus yang ireguler dan dipenuhi jaringan perut. - Pemeriksaan Ieses untuk membedakan dengan disentri. - Test laboratorium. - Biasanya hematokrit dan hemoglobin rendah - Peningkatan hitung darah. - Albumin rendah dan ketidakseimbangan elektrolit. Untuk kolitis ulseratiI akut, waktu menjalankan endoshopi atau enema barium harus diperhatikan bahannya, karena dapat mengakibatkan ekserbasasi, perIorasi dan mega kolon. 2.1.6 Manifestasi klinis Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratiI adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami: 1. Anemia 2. Fatigue/ Kelelahan 3. Berat badan menurun . Hilangnya naIsu makan 5. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi 6. Lesi kulit (eritoma nodosum) 7. Lesi mata (uveitis) 8. Nyeri sendi 9. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak) 10.Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari) 11.Terdapat darah dan nanah dalam kotoran. 12.Perdarahan rektum (anus). 13.Rasa tidak enak di bagian perut. 1.Mendadak perut terasa mulas. 15.Kram perut. 16.Sakit pada persendian. 17.Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum 18.Anoreksia 19.Dorongan untuk deIekasi 20.Hipokalsemia Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulserativa memiliki gejala-gejala ringan. Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulserativa juga dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan osteoporosis. Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin akibat dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh. Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan. Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat menyakitkan kram. Kolitis ulseratiI berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi banyak bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti sakit, rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonIirmasi, namun, sampai awal maniIestasi usus. 2.7 Penatalaksanaan 1. Karier asimtomatik. Diberi obat yang bekerja di lumen usus (luminal agents) antara lain: odoquinol (diiodohidroxyquin) 650 mg tiga kali per hari selama 20 hari atau Paromomycine 500 mg 3kali sehari selama 10 hari 2. Kolitis ameba akut. Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 510 hari, ditambah dengan obat luminal tersebut di atas. Amebiasis ekstraintestinal (misalnya : abses hati ameba). Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari ditambah dengan obat luminal tersebut diatas. Penggunaan 2 macam atau lebih amebisidal ekstra intestinal tidak terbukti lebih eIektiI dari satu macam obat. 2.8Komplikasi Jika kondisinya parah kolitis dapat menyebabkan: 1. Anemia 2. abses hati pada kolitis amuba 3. dehidrasi . hipoksia 5. syok 6. disseminated intravascular coagulation (D) 7. toksik megakolon 8. peritonitis 9. perIorasi usus 10. obstruksi 11. hemolytic uremic syndrome (HUS) merupakan komplikasi penting pada kolitis karena enterohemorrhagic E coli (EHE). Perlu pertolongan medis yang adekuat untuk menghindarkan terjadinya kematian. 2.9 PencegahanKolitis yang disebabkan inIeksi dapat dilakukan pencegahan seperti: 1. menjaga kebersihan makanan dan minuman 2. mencuci tangan sebelum makan Penyebab genetik dan autoimun sulit dicegah, seperti pada kolitis ulseratiI dan penyakit rohn`s. Pada kolitis iskemik yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah harus dilakukan pencegahan risiko terjadinya penyempitan di organ lain seperi stroke, serangan jantung, penyakit vaskular periIer dengan mengatasi Iaktor risikonya (stop merokok, kontrol tekanan darah kolesterol dan diabetes). 2. Kolelitiasis 2.1Pengertian Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika Ielea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 0 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki Iaktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik. 2.2Penyebab Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti,adapun Iaktor predisposisi terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan inIeksi kandung empedu. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan Iaktor terpenting dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu. Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresiI, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu. nIeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus meningkatkan viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.nIeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu ,dibanding panyebab terbentuknya batu. 2.3Tanda dan Gejala KelainaniniIrekuensinyameningkatsesuaibertambahnyaumurmungkintanpa gejala, mungkin pula terdapat gejala-gejala seperti : 1. Perasaan penuh di epigastrium 2. Nyeri yang samar pada kuadran kanan atas abdomen 3. Rasa nyeri dan kolik biler disertai demam . kterus 5. Perubahan warna urin dan Ieses EksresirigmenempeduolehginjalakanmebuaturinberwarnasangatgelapIeses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat disebut lay-olored 6. DeIisiensi vitamin Obstruksi aliran empedu yang mengganggu absorpsi vitamin A,D,E dan K yang larut lemak. 2.4Patofisiologi 1. Batu pigmen Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bilirubinat, karbonat, IosIat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranIerase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranIerase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. ni disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi. Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranIerase Presipitasi / pengendapan Berbentuk batu empedu Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersiIat tidak larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (IosIolipid). Proses degenerasi dan adanya penyakit hati Penurunan Iungsi hati Penyakit gastrointestinal Gangguan metabolisme Mal absorpsi garam empedu Penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu Peningkatan sintesis kolesterol Berperan sebagai penunjang iritan pada kandung empedu Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh kolesterol Peradangan dalam Peningkatan sekresi kolesterol kandung empedu Kemudian kolesterol keluar dari getah empedu Penyakit kandung empedu (kolesistitis) Pengendapan kolesterol Batu empedu 2.5Pemeriksaan diagnostik 1. Ronsen abdomen / pemeriksaan sinar X / Foto polos abdomen Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi pemeriksaannya hanya 15-20 . Tetapi bukan merupakan pemeriksaan pilihan. 2. Kolangiogram / kolangiograIi transhepatik perkutan Yaitu melalui penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier. Karena konsentrasi bahan kontras yang disuntikan relatiI besar maka semua komponen sistem bilier (duktus hepatikus, D. koledukus, D. sistikus dan kandung empedu) dapat terlihat. Meskipun angka komplikasi dari kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis bilier, resiko sepsis dan syok septik. 3. ERP ( Endoscopic Retrograde holangio Pancreatographi) Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERP berIungsi untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah diangkat.ERP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perIorasi/ inIeksi 2.6Manifestasi klinis kolelitiasis Gejala kolelitiasis dapat terjadi akut atau kronis dan terjadinya gangguan pada epigastrium jika makan makanan berlemak, seperti: rasa penuh diperut, distensi abdomen, dan nyeri samar pada kuadran kanan atas. a. Rasa nyeri hebat dan kolik bilier Jika duktus sistikus tersumbat batu, maka kandung empedu mengalami distensi kemudian akan terjadi inIeksi sehingga akan teraba massa pada kuadranyang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke punggung dan bahu kanan sehingga menyebabkan rasa gelisah dan tidak menemukan posisi yang nyaman. Nyeri akan dirasakan persisten (hilang timbul) terutama jika habis makan makanan berlemak yang disertai rasa mual dan ingin muntah dan pada pagi hari karena metabolisme di kandung empedu akan meningkat. b. Mekanisme mual dan muntah Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu dan kolesterol) menyebabkan terjadinya proses peradangan disekitar hepatobiliar yang mengeluarkan enzim-enzim SGOT dan SGPT, menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang bersiIat iritatiI di saluran cerna sehingga merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraI parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktiIkan pusat muntah di medula oblongata dan pengaktiIan saraI kranialis ke wajah, kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diaIragma sehingga menyebabkan muntah. Apabila saraI simpatis teraktiIasi akan menyebabkan akumulasi gas usus di sistem pencernaan yang menyebabkan rasa penuh dengan gas maka terjadilah kembung. c. Mekanisme ikterik, BAK berwarna kuning Akibat adanya obstuksi saluran empedu menyebabkan eksresi cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) menurun sehingga Ieses tidak diwarnai oleh pigmen empedu dan Ieses akan berwarna pucat kelabu dan lengket seperti dempul yang disebut lay olored. Selain mengakibatkan peningkatan alkali Iospat serum, eksresi cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) juga mengakibatkan peningkatan bilirubin serum yang diserap oleh darah dan masuk ke sirkulasi sistem sehingga terjadi Iiltrasi oleh ginjal yang menyebabkan bilirubin dieksresikan oleh ginjal sehingga urin berwarna kuning bahkan kecoklatan. 2.7Penatalaksanaan Terapi Medis 1. Kolesistektomi TerapipilihanutamauntukkolelitiasisadalahkolesistektomioperatiIatau perr laparoskopik. Studi akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa dengan kolisistektomi laparaskopik lama perawatan lebih singkat, nyeri lebih sedikit, dan pasien dapat lebih cepat kembali bekerja. 2. Litolisis sistemtik Terapiasamempeduoralyangdianjurkanadalahkombinasiantara chenodeoxyholicacid(DA)danUrsodexycholicAcid(UDA).Mekanisme kerjaUDAadalahmenguragipenyerapankolesterolintestinalsedangkanDA mengurangisintesiskolesterolhepatik.KombinasiDA8-10mg/kg/haridan UDA 8-10mg/kg/harimenurunkan kadar kolesterol empedusecarabermakna tanpa gejalasamping.Syaratuntukterapilitolisisoralmeliputikepatuhanuntukberobat selamaduatahun,batutipekolesterol,kandungempeduharusberIungsipada kolesistograIioral,danbatutidakterlalubesar.TerapiliIolisisoralinitidak dianjurkanpadapasiendengankolelitiasisasimtomatiksebabkemungkinanuntuk mengalami penyulit batu hanya 20-25 sesudah 20 tahun. 3. Litolisis lokal Methyter-butylether(MTBE)adalahenteralkilyangberbentukliquidpada ushubadandanmempunyaikapasitastinggiuntukmelarutkanbatukolesterol. Pemberian MTBE dapat dilakukan melalui kateter 5 FR 2.8Komplikasi Komplikasiyangseringialahterjadinyakolelitiasisakutdankronikkolelitiasis dan pankreatitis, yang lebih jarang ialah kolangitis abses hati sirosis bilier, empieme dan ikterus obstruktiI. 2.9Pencegahan 1. Kurangi makanan berlemak untuk mencegah serangan. 2. Hindari makanan yang digoreng, daging kambing, daging babi, bumbu-bumbu yang merangsang, dan makanan yang kadar gulanya tinggi. 3. Hindari makanan yang menimbulkan gas, seperti kol, sawi, lobak, rinentimun, ubi, nangka, durian, serta minuman yang mengandung soda dan alkohol. BAB 3 PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT KOLELITIASIS 1) Diagnosa Keperawatan yang muncul 1) Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis yang ditandai dengan obstruksi kandung empedu A. Hasil yang diharapkan: O Nyeri akan berkurang dengan kriteria : Tingkat kenyamanan terpenuhi : perasaan senang secara Iisik dan psikologis (omIort Level ). O Tingkat nyeri berkurang atau menurun (Pain Level) B. Intervensi :1) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensiI, meliputi : lokasi, karakteristik, awitan / durasi, Frekuensi, Kualitas, ntesitas dan keparahan nyeri. 2) Berikan nIormasi tentang nyeri, seperti : Penyebab nyeri, seberapa akan berlangsung dan antisipasinya serta ketidaknyamanan dari prosedur. 3) Ajarkan penggunaan teknik Non-Iarmakologis, seperti : Relaksasi, Distraksi, Kompres Hangat / dingin, Masase ) ) Mempertahankan Tirah Baring 5) Pemberian Analgetik 2) Mual berhubungan dengan iritasi pada sistem gastrointestinal. A. Hasil yang diharapkan O Status Nutrisi : Asupan makanan dan cairan dalam 2 jam terpenuhi / adekuat O Pasien terbebas dari mual O Tingkat kenyamanan terpenuhi : Perasaan lega secara Iisik dan psikologis B. Intervensi : 1) Penatalaksanaan airan : peningkatan keseimbangan cairan 2) Pemantauan airan : Pengumpulan dan Analisis data klien 3) Pemantauan Nutrisi : Pengumpulan dan Analisa data klien ) Berikan therapi V sesuai dengan anjuran 3) DeIisit pengetahuan berhubungan dengan salah dalam memahami inIormasi yang ada. A. Hasil yang diharapkan: Terpenuhinya pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan diri dan keluarga B.Intervensi :1) Panduan Sistem Kesehatan 2) Pengajaran Proses Penyakit 3) Pengajaran diet yang dianjurkan ) Pengajaran Prosedur atau penanganan 5)Pengajaran aktivitas/ latihan yang harus dilakukan ) emas berhubungan dengan perubahan status kesehatan A. Hasil yang diharapkan: Pasien menunjukkan control terhadap kecemasan dengan kriteria: O Dapat mengidentiIikasi, verbalisasi, dan mendemonstrasikan teknik menurunkan kecemasan. O Menunjukkan postur, ekspresi wajah, perilaku, tingkat aktivitas yang menggambarkan kecemasan menurun. O Mampu mengidentiIikasi dan verbalisasi penyebab cemas. B. Intervensi : 1) Kaji tingkat kecemasan dan respon Iisiknya. 2) Gunakan kehadiran, sentuhan (dengan ijin), verbalisasi untuk mengingatkan pasien tidak sendiri. 3) Gali reaksi personal dan ekspresi cemas. ) Bantu mengidentiIikasi penyebab. 5) Gunakan empati untuk mendukung pasien dan keluarga. 6) Anjurkan untuk berIikir positiI. 7) ntervensi terhadap sumber cemas. 8) Gali koping pasien.. 9) Ajarkan tanda-tanda kecemasan. 10)Bantu pasien mendeIinisikan tingkat kecemasan. 11)Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. 12)Ajarkan teknik manajemen cemas. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT KOLITIS ULSERATIF 1. PENGKA1IAN Data subjektiI maupun objektiI dikumpulkan tentang pengetahuan pasien mengenai gangguan tersebut, status nutrisional, pola eliminasi, rasa nyaman, dan kemampuan untuk mengatasi stress. O Data Subjektif 1) Pengertian pasien mengenai gangguan tersebut 2) Pola eliminasi: Irekuensi, karakteristik, jumlah, adanya darah, lemak, mucus atau nanah 3) Nyeri: lokasi, karakteristik, Irekuensi, hilang dengan keluarnya kotoran, hilang dengan tindakan yang dilakukan. ) Status nutrisional a. ntoleransi terhadap makanan tertentu b. Minum minuman mengandung kaIein dan alcohol c. NaIsu makan adanya mual d. Penurunanberat badan e. Kelemahan dan letih 5) Tidur: terganggu karena diare atau nyeri 6) Stress: a. Sumber-sumber stress dalam kehidupan sehari-hari b. Pekerjaan c. Metode penyesuaian O Data objektif 1. Berat badan 2. Temperature 3. Pola makan yang dapat diamati . Tanda-tanda dehidrasi pada pasien dengan colitis ulseratiI berat 5. Kotoran 6. Kondisi kulit perianal pada pasien dengan diare berat 7. Perilaku: tanda-tanda yang menandakan stress atau kecemasan O Data penunjang 1. RadiograI (barium enema) 2. Endoskopi 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Potensial kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare O Hasil yang diharapkan a. Pasien tidak dehidrasi (kulit dan selaput mukosa lembab, turgor kulit baik) b. Frekuensi deIekasi menurun O Intervensi a. Berikan cairan inIuse RL 10 gtt b. Monitor intake dan output 2) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya inIorms atau pengulangan kembali inIormasi O Hasil yang diharapkan Pasien dapat menjabarkan siIat-siIat penyakit, terapi, diet, langkah-langkah untuk mengurangi motilitas usus, langkah-langkah untuk meningkatkan relaksasi dan istirahat O Intervensi a. Memberikan konseling dan pendidikan kesehatan b. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya c. Mengurangi terjadinya penyakit serupa pada keluarganya d. Membantumenentukanjenisdietyangsesuaiuntukmempercepat kesembuhan 3) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan penyakit usus, diare O Hasil yang diharapkan a. Pasien merasa nyaman dan nyeri berkurang pada daerah abdomen b. Pasien terlihat tidak meringis c. BAB klien berkurang Irekuensinya d. Bising usus kembali normal e. Konsistensi Ieses tidak encer O Intervensi a. Berikan obat analgetik b. Berikan latihan napas dalam dan distraksi c. Berikan kompres hangat d. Atur posisi klien e. Kurangi aktivitas ) Gangguan nutrisi: kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan hilangnya nutrient pada diare O Hasil yang diharapkan a. Mual dan muntah hilang b. Klien menghabiskan 1 porsi makan c. NaIsu makan klien membaik d. Klien tidak merasa nyeri di bagian abdomen-nya e. Berat badan klien bertambah O Intervensi a. Berikan obat anti emetic b. Berikan makan dengan tinggi protein, kalori, dan vitamin c. Berikan makan dalam keadaan hangat d. Mengurangi gangguan dari lingkungane. Jaga kebersihan ruangan I. Kaji tanda-tanda vital g. Selingi makanan dengan minum dengan porsi sedikit tapi sering h. atat intake dan out put 5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri O Hasil yang diharapkan a. Klien dapat tidur nyenyak selama 7 jam b. Klien dapat tidur tanpa merasa terganggu dengan nyerinya O Intervensi a. Gunakan langkah-langkah relaksasi ketika akan tidur b. Pertahankan jadwal tidur yang teratur c. Ambil waktu istirahat sesuai kebutuhan 3. EVALUASI Evaluasi dilakukan berdasarkan pada hasil yang diharapkan dari pasien. Data yang dikumpulkan mengenai rasa nyaman pasien dan oengetahuan tentang diet, eliminasi, istirahat dan tidur, dan kebutuhan makan, Iollow up medis

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta : EG . Long Barbara. 200. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3.Jakarta : EG