tugas kmb 1 b'feby askep pleura

41
TUGAS KMB 1 (Askep Dengan Efusi Pleura) Oleh: Kelompok 8 Sesra mulyani Rury maulidia sari Yuli fitri Dwi wulan dari Syafrika Riki saputra

Upload: sesra-mulyani

Post on 31-Oct-2014

172 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

TUGAS KMB 1

(Askep Dengan Efusi Pleura)

Oleh:

Kelompok 8

Sesra mulyani

Rury maulidia sari

Yuli fitri

Dwi wulan dari

Syafrika

Riki saputra

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2011/2012

Page 2: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

KATA PENGANTAR

Assalamu”alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam,atas rahmat dan hidayahn-Nya tim

penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah”Askep dengan efusi pleura”.makalah ini dibuat

bertujuan untuk menambah wawasan penulis mengenai materi yang terkait.selain itu,juga untuk

memenuhi tugas KMB 1

Dalam proses penyusunan nya ,penulis berusaha menyusun dan memilah-milah materi

yang didapat dari beberapa sumber yang tersedia termasuk pengalaman tim penulis sendiri.dalam

proses pembuatannya banyak sekali terjadi perbedaan pikiran diantara tim penulis.dan

sumbangan pikiran dari orang-orang disekeliling kami,penghargaan yang besar disampaikan

kepada mereka karena telah berbaik hati sebagai penyedia keterangan.

Ucapan terimakasih penulis aturkan kepada orangtua penulis yang telah mengirimkan

do’anya ,kepada dosen penulis yang telah memberikan pengarahan mengenai materi yang terkait

dan kepada teman-teman sejawat yang telah memberikan masukan dan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan makalah ini.

Keterbatasan pengetahuan penulis menyebabkan makalah ini sangat jauh dari

kesempurnaan sehingga kemungkinan banyak sekali kesalahan-kesalahan yang berserakan di

dalamnya.barangkali juga banyak kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari

tercecer dan tidak msuk dalam salah satu meteri.oleh karena itu,tak ada gading yang tak retak

dan tak ada mawar yang berduri.kritik dan saranya sangat berarti bagi penulis sebagai pedoman

natinya dalam makalah selanjutnya

Wassalamu’alaikum wr.wb

Padang,November 2012

(penulis)

Page 3: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.Latar Belakang

Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal diantaranya

adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum,

ataupun akibat proses keradangan seperti tuberculosis dan pneumonia. Hambatan reabsorbsi

cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan di rongga pleura yang disebut efusi pleura.

Efusi pleura tentu mengganggu fungsi pernapasan sehingga perlu penatalaksanaan yang baik.

Pasien dengan efusi pleura yang telah diberikan tata laksana baik diharapkan dapat sembuh dan

pulih kembali fungsi pernapasannya, namun karena efusi pleura sebagian besar merupakan

akibat dari penyakit lainnya yang menghambat reabsorbsi cairan dari rongga pleura, maka

pemulihannya menjadi lebih sulit. Karena hal tersebut, masih banyak penderita dengan efusi

pleura yang telah di tatalaksana namun tidak menunjukkan hasil yang memuaskan.

Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60%

penderita keganasan pleura primer. Sementana 95% kasus mesotelioma (keganasan pleura

primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan

mengalami efusi pleura.

Kejadian efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita keganasan jika tidak

ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan kualitas hidup penderitanya dan semakin

memberatkan kondisi penderita. Paru-paru adalah bagian dari sistem pernapasan yang sangat

penting, gangguan pada organ ini seperti adanya efusi pleura dapat menyebabkan gangguan

pernapasan dan bahkan dapat mempengaruhi kerja sistem kardiovaskuler yang dapat berakhir

pada kematian.

Perbaikan kondisi pasien dengan efusi pleura memerlukan penatalaksanaan yang tepat

oleh petugas kesehatan termasuk perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di rumah sakit.

Page 4: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

Untuk itu maka perawat perlu mempelajari tentang konsep efusi pleura dan penatalaksanaannya

serta asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura. Maka dalam makalah ini akan

dibahas bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura.

 B.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep penyakit efusi pleura?

2. Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura? 

C.Tujuan

Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu Mengidentifikasi konsep efusi pleura

2. Mahasiswa mampu Mengidentifikasi proses keperawatan pada efusi pleura meliputi

pengkajian, analisa data dan diagnosa, intervensi dan evaluasi

Page 5: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

BAB II

PEMBAHASAN

A.Anatomi

Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru kanan

dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh

sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995, 121).

Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada

bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis

disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992, 104).

Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua lapisan :

Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal menutupi permukaan

dalam dari dinding dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru. Rongga pleura adalah

ruang diantara kedua lapisan tersebut.

B.Fisiologi

Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti “bernafas lagi”

mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan carbon dioksida

(CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang vital bagi

kehidupan.

Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :

1. Ventilasi

Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses ini terdiri atas 2 tahap :

Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi terjadi dengan adanya

kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang menyebabkan volume thorax membesar

sehingga tekanan intra alveolar menurun dan udara masuk ke dalam paru.

Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang terjadi bila otot-otot expirasi

relaxasi sehingga volume thorax mengecil yang secara otomatis menekan intra pleura dan

volume paru mengecil dan tekanan intra alveola menurun sehingga udara keluar dari paru.

2. Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.

3. Transport gas

Page 6: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah

(aliran darah).

4. Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme penggunaan O2 di

dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut pernafasan seluler. (Alsagaff H, Abdul

Moekty, 1995, 15).

Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah bergerak satu ke yang lainnya

(John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong

diantara kedua pleura karena biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan

lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990, 785). Setiap saat

jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua

pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka

secara langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum. Permukaan superior dari diafragma

dan permukaan lateral dari pleura parietis disamping adanya keseimbangan antara produksi oleh

pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai

ruang potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang

fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).

C.Denifisi

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer

jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan

jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus

(Baughman C Diane, 2000).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara

permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan

penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah

kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural

bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.

(Price C Sylvia, 1995)

Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005).

Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang melapisi

Page 7: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis). Diantara pleura

parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsi

untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernafasan. Tekanan dalam rongga

pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang

penyakit, pleura mungkin mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam

rongga pleura menyebabkan paru tertekan atau kolaps.

Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler didalam

pleuraparietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui pleura visceralis. Selisih

perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar daripada selisih perbedaan

pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura visceralis lebih besar daripada

pleura parietalis sehingga pada ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa

mililiter cairan.

B.Etiologi

Berbagai penyebab timbulnya effusi pleura adalah :

1. Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.

2. Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan perikarditis.

3. Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.

4. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.

5. Trauma

6. Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms nefrotik

dan uremia.

C.Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya effusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein

dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai

filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotic

plasma dan jaringan interstitial submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam

rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.

Page 8: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa transudat

maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada

gagal jatung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan

dari pmbuluh darah. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit

hati dan ginjal. Penimbunan transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan pleura

cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi.

Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat

peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening.Jika efusi pleura

mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan oleh prluasan infeksi

dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru atau

perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Bila efusi pleura berupa cairan hemoragis disebut

hemotoraks dan biasanya disebabkan karena trauma maupun keganasan.

Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi pengembangannya. Derajat

gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit.

Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan

terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.

Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal nafas.

Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial Oksigen (Pa O2)≤

60 mmHg atau tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa Co2) ≥ 50 mmHg melalui pemeriksaan

analisa gas darah.

D.Woc

(Terlampir)

E.Manifestasi Klinis

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan penyakit dasar. Pneumonia akan

menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan dapat

mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura

Page 9: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

yang luas akan menyebabkan sesak nafas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan

bunyi napas minimal atau tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi.

Egofoni akan terdengar di atas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat

terjadi jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila terjadi efusi pleural kecil sampai

sedang, dipsnea mungkin saja tidak terdapat. Berikut tanda dan gejala:

a) Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan

cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.

b) Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada

pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,

batuk, banyak riak.

c) Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi  penumpukan cairan

pleural yang signifikan.

d) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan

berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus

melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk

permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).

e) Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas

garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan

mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler

melemah dengan ronki.

f) Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

  Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan fisik, dan

torakosentesis. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan Gram, basil tahan

asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,

amylase, laktat dehidrogenase, protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. Biopsi

pleura mungkin juga dilakukan.

Tanda dan Gejala Umumnya:

1. Batuk

Page 10: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

2. Dispnea bervariasi

3. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)

4. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.

5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.

6. Perkusi meredup diatas efusi pleura.

7. Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.

8. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.

9. Fremitus fokal dan raba berkurang.

10. Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkiektasis,

abses dan TB paru.

F.Pemeriksaan Penunjang

a) Rontgen Toraks

Dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang

melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang ditemukan.

b) CT Scan Thoraks

Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama

bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum mengungkapkan sifat serta derajat

kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya.

c) Ultrasound

Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering digunakan

dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada torakosentesis.

d) Torakosentesis

G.Komplikasi

Page 11: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

1. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan

terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan

fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada

jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu

dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.

2. Atalektasis

Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh

penekanan akibat efusi pleura.

3. Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah

yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses

penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang

berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan

fibrosis.

4. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian /

semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

H.Penatalaksanaan

Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui

selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler,

perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam

Page 12: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi

terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adequate.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan pleurodesis

yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin,

Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.

1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.

2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).

3. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.

4. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis), menghilangkan

dispnea.

5. Water seal drainage (WSD)

Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri,

dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah

meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan

berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.

6 .Antibiotika jika terdapat empiema.

7. Operatif.

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah

penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dipsnea.

Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (misal gagal jantung kongestif, pneumonia,

seosis)

Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna

keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dipsnea. Namun bila penyebab dasar adalah

malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu. Torasentesis berulang

menyebabkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumotoraks. Dalam keadaan

ini pasien mungkin diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan

Page 13: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan

pengembangan paru.

Agens yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin, dimasukkan ke dalam ruang

pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut. Setelah

agens dimasukkan, selang dada diklem dan pasien dibantu untuk mengambil berbagai posisi

untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan untuk memaksimalkan kontak agens

dengan permukaan pleural. Selang dilepaskan klemnya sesuai yang diresepkan, dan drainase

dada biasanya diteruskan beberapa hari lebih lama untuk mencegah reakumulasi cairan dan

untuk meningkatkan pembentukan adhesi antara pleural viseralis dan parietalis.

Penatalaksanaan Keperawatan

Peran perawat dalam perawatan pasien dengan efusi pleural termasuk penerapan regimen

medis. Perawat menyiapkan serta memposisikan pasien untuk tindakan torasentesis dan

memberikan dukungan sepanjang prosedur dilakukan. Karena pleura yang terkena, maka akan

terjadi nyeri yang hebat; oleh karenanya pasien dibantu untuk mengambil posisi yang paling

sedikit menimbulkan nyeri, dan medikasi nyeri diberikan sesuai yang dibutuhkan.

Jika drainase selang dada dan sistem water-seal yang digunakan, perawat bertanggung

jawab untuk pemantauan fungsi sistem dan mencatat jumlah drainase pada interval yang

diharuskan. Asuhan keperawatan yang berhubungan dengan penyebab dasar efusi pleura akan

spesifik tergantung pada kondisi tersebut.

 

Page 14: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

BAB III

ASKEP TEORITIS

A.Pengkajian

Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat

rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan

pekerjaan pasien.

b. Keluhan Utama

Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa

berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama

pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti

batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.

Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk

menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni,

gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya faktor predisposisi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang

disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.

f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta

bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

g. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan

Page 15: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi

tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan

kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan

obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi

badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan

kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan

mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur

abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi

pleura keadaan umumnya lemah.

3) Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi

sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak

bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen

menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

4) Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat

mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi

aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian

kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

5) Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap

pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari

lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-

mandir, berisik dan lain sebagainya.

6) Pola hubungan dan peran

Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan

pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu

yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di

Page 16: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal

pasien.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba

mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan

beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini

pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.

8) Pola sensori dan kognitif

Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses

berpikirnya.

9) Pola reproduksi seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk

sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.

10) Pola penanggulangan stress

Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan

mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang

yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan

menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.

h. pemeriksaan fisik

1) Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum,

ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas,

bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga

dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.

2) Sistem Respirasi

Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga

mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum

Page 17: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR

cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.

Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.

Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada

yang sakit.

Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak

mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan

ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-

Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke

atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan

ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah

lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan

terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty

Abdol, 1994,79)

3) Sistem Cardiovasculer

Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada

linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan

harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya

thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung

terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel

kiri. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi

jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan

adanya peningkatan arus turbulensi darah.

4) Sistem Pencernaan

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut

menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya

benjolan-benjolan atau massa.

Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35 kali

permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa

Page 18: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

(tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba,

juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cairan akan

menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).

5) Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan

GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma. refleks patologis, dan bagaimana

dengan refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti

pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

6) Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua ekstremetas

untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time. Dengan

inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri

dan kanan.

7) Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada

Px dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2.

Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian

texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.

i. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium

a).Pemeriksaan Radiologi

Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa

terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi

pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul,

diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi

yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura

sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).

b).Biopsi Pleura

Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui biopsi

jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-

Page 19: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura) (Soeparman, 1990,

788).

j. Pemeriksaan Laboratorium

Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :

1. Pemeriksaan Biokimia

Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Transudat Eksudat

Kadar protein dalam effusi 9/dl < 3 > 3

Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5

Kadar protein dalam serum

Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200

Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6

Kadar LDH dalam serum

Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016

Rivalta Negatif Positif

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura :

Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, arthritis

reumatoid dan neoplasma

Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis adenocarcinona

(Soeparman, 1990, 787).

6. Analisa cairan pleura

Transudat : jernih, kekuningan

Eksudat : kuning, kuning-kehijauan

Hilothorax : putih seperti susu

Empiema : kental dan keruh

Empiema anaerob : berbau busuk

Mesotelioma : sangat kental dan berdarah

7. Perhitungan sel dan sitologi

Leukosit 25.000 (mm3):empiema

Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru

Page 20: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.

Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur

Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan tampak

kemorogis, sering dijumpai pada pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3

menunjukkan infark paru, trauma dada dan keganasan.

Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa disingkirkan.

Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat

ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat

mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)

8. Bakteriologis

Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis, E-coli,

klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan

asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).

B.Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan effusi pleura

antara lain :

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura (Susan Martin

Tucleer, dkk, 1998).

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan

akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen (Barbara

Engram, 1993).

3. Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan

(ketidakmampuan untuk bernafas).

4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan

sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan Barbara Engram).

5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan keletihan

(keadaan fisik yang lemah) (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).

Page 21: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan

kurang terpajang informasi (Barbara Engram, 1993)

C.Perencanaan/Intervensi

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi,

menghilangkan dan mencegah masalah klien.(Budianna Keliat, 1994, 16)

Dx:Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada

pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.

Rencana tindakan :

1.Identifikasi faktor penyebab.

Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis effusi

pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.

2. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi.

Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat

mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.

3.Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat

tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.

Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa

maksimal.

4.Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).

Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.

5. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.

Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru.

6. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.

Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-

otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.

7. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.

Page 22: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya

sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan

dan kembalinya daya kembang paru.

Dx2:Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan

dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil

laboratorium dalam batas normal.

Rencana tindakan :

1.Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya,

agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

3. Auskultasi suara bising usus.

Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya gangguan

pada fungsi pencernaan.

4. Lakukan oral hygiene setiap hari.

Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.

5. Sajikan makanan semenarik mungkin.

Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.

6. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan

memudahkan reflek.

7. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP

Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan

antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.

8. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium

alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal,

putmocare) jika intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan.

Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam lemak

dalam tubuh.

Page 23: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

Dx3:Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan

(ketidakmampuan untuk bernafas).

Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak

terjadi kecemasan.

Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi

dengan keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur dengan

frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali permenit.

Rencana tindakan :

1. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler.

Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya.

Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat

diajak kerjasama dalam perawatan.

2. Ajarkan teknik relaksasi

Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan

3. Bantu dalam menggala sumber koping yang ada.

Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat

bermanfaat dalam mengatasi stress.

4. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Rasional :

Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik

5. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.

Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang

dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.

6. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.

Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah

teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu dapat diketahui.

Dx 4:Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan

nyeri pleuritik.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa

mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit dan pasien

beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.

Page 24: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

Rencana tindakan :

1.Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.

Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan memperlancar

peredaran O2 dan CO2.

2. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien

sebelum dirawat.

Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan

mengganggu proses tidur.

3. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.

Rasional : Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.

4. Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.

Rasional : Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap kondisi

pasien.

Dx 5:Ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan keletihan

(keadaan fisik yang lemah).

Tujuan : Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin.

Kriteria hasil : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan

segar dan bersemangat, personel hygiene pasien cukup.

Rencana tindakan :

1.Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta adanya

perubahan tanda-tanda vital.

Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.

2. Bantu Px memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri.

3. Awasi Px saat melakukan aktivitas.

Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam perawatan selanjutnya.

4. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.

Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum mampu beraktivitas secara penuh.

5. Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan metabolisme.

Page 25: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

6. Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.

Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu mengembalikan pasien

pada kondisi normal.

Dx 6:Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan

kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.

Kriteria hasil :

a. Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.

b. PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan

evaluasi medik.

c. Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan

pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah.

Rencana tindakan :

1.Kaji patologi masalah individu.

Rasional : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan

dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.

2. Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang.

Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit paru infeksi dan

keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.

3. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada

tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).

Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi medik untuk mencegah,

menurunkan potensial komplikasi.

4. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan).

Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat

mencegah kekambuhan.

D.Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap

pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan

diantaranya :

Page 26: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan

interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang

tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon

pasien.

Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi

yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien

(Budianna Keliat, 1994,4).

E.Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota

tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan

tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk,

1989).

Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :

a. Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.

b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

c. Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

d. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk mengembalikan

aktivitas seperti biasanya.

e. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak

nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang

merawatnya.

f. Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.

g. Menunjukkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang berhubungan dengan

penatalaksanaan kesehatan, meliputi kebiasaan yang tidak menguntungkan bagi

kesehatan seperti merokok, minum minuman beralkohol dan pasien juga

menunjukkan pengetahuan tentang kondisi penyakitnya.

Page 27: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Efusi pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang antara

pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat berupa

transudat(Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat (infeksi dan neoplasma) ; 2

jenis ini penyebab dan strategi tata laksana yang berbeda. Efusi pleura yang disebabkan oleh

infeksi paru disebut infeksi infeksi parapneumonik. Penyebab efusi pleura yang sering terjadi di

negara maju adalah CHF, keganasan, pneumonia bakterialis, dan emboli paru. Di Negara

berkembang, penyebab paling sering adalah tuberculosis.

Pasien dapat datang dengan berbagai keluhan, termasuk nafas pendek, nyeri dada, atau

nyeri bahu. Pemeriksaan fisik dapat normal pada seorang pasien dengan efusi kecil. Efusi yang

lebih besar dapat menyebabkan penurunan bunyi nafas, pekak pada perfusi, atau friction rub

pleura.

Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada penderita penyakit

paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru agar efusi yang terjadi tidak

terlalu lama menginfeksi pleura.

B.Saran

Dengan askep yang penulis tulis si pembaca dapat melakukan asuhan keperawatan

dengan benar,dan mampu mengatasi masalah yang ada pada pasien difusi plura ini.dan dapat di

jadikan pedoman nantinya.

 

Page 28: TUGAS KMB 1 b'Feby Askep Pleura

DAFTAR PUSTAKA

1. Amin, Muhammad dkk (ed). 1989. Ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga University

Press

2. Baughman, C Diane. 2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC

3. Doenges, E Mailyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan

dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC

4. Mansjoer, A, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 Jilid I, Jakarta : Media

Aesculapius FKUI.