mikpanh siap print
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN
ACARA V
PEMBUATAN YOGHURT
Penanggung Jawab :
Neli Karlina A1M010015
Muhammad Iqbal A1M010021
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2012

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yoghurt merupakan produk susu fermentasi yang memiliki rasa asam yang
khas dengan konsistensi lembut dari gel kental. Di beberapa negara yoghurt
dikenal dengan nama berbeda-beda, misalnya Jugurt (Turki), Zabady (Mesir,
Sudan), Dahee (India), Cieddu (Italia), dan Filmjolk (Skandinavia). Yoghurt
difermentasi oleh bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus yang bersifat homofermentatif dan thermodurik.
Kedua bakteri ini terdapat secara alami dalam susu atau sengaja ditambahkan
dalam bentuk starter. Suhu optimum suhu 42-45 0C, hingga dicapai pH 4,4 dan
kadar tertitrasi 0,9-1,2 %.
Asam laktat yang dihasilkan sebagai produk fermentasi menyebabkan
penurunan pH susu atau menaikkan keasaman susu. Kasein yang ada dalam susu
menjadi tidak stabil dan pada pH sekitar 4,8 atau lebih rendah akan terkoagulasi
(menggumpal) dan membentuk gel yoghurt yang terbentuk semi solid.
Dalam hal ini, S. thermophilus tumbuh lebih cepat dan menghasilkan asam
piruvat, asam format, asam folat yang menstimulasi pertumbuhan L. bulgaricus.
Sebagai imbalannya, L. bulgaricus menyediakan peptida dan asam amino yang
menstimulasi pertumbuhan S. thermophillus. S. thermophillus berperan dahulu
untuk menurunkan pH sampai sekitar 5,0 kemudian disusul L. bulgaricus
menurunkan pH sampai 4,0. L. bulgaricus lebih berperan dalam pembentukan
aroma, sedangkan S. thermophillus lebih berperan dalam pembentukan cita rasa.
(Hadiwiyoto, 1983)
Tujuan
1. Mengetahui Pembuatan yogurt
2. Mengetahui aplikasi mikroba pada olahan pangan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
Susu adalah cairan, tidak termasuk kolostrum, yang disekresikan oleh
mamalia dari kelenjar mamae untuk memberi nutrisi turunannya. Komponen
utama dari susu adalah air, lemak, protein dan laktosa. Sekitar 80-85% protein
susu adalah kasein. Air susu segar mempunyai pH antara 6,5-6,7.
Susu yang sering dikomsumsi oleh manusia adalah susu yang berasal dari
kambing, kerbau dan sapi. Zaman sekarang susu yang paling banyak
dikomersialkan adalah susu sapi. Susu berwarna putih, putih kekuningan, cairan
buram, warna yang dihasilkan diakibatkan pencaran dan absorpsi sinar oleh
tetesan lemak susu dan misel protein. Oleh karena itulah susu skim berwarna
putih. Susu berasa sedikit manis, sedangkan aromanya cukup memuakkan.
Beberapa protein, karbohidrat, mineral dan komponen lainnya terlarut dalam
serum susu. Berat jenis susu sekitar 1,029-1,039 pada suhu 15oC. Berat jenis susu
menurun dengan meningkatnya kandungan lemak dalam susu, dan menaik dengan
menaiknya jumlah protein, gula susu dan garam yang terdapat dalam susu.
(Darwis dan sukara, 1989)
2.2 Fermentasi
Fermentasi adalah proses dasar untuk mengubah suatu bahan menjadi
suatu bahan lain dengan cara sederhana dan dibantu oleh mikroba. Proses
fermentasi ini merupakan bioteknologi sederhana.
Fermentasi terbagi atas dua jenis, yakni homofermentatif dan
heterofermentatif. Homofermentatif adalah fermentasi yang produk akhirnya
hanya berupa asam laktat. Contoh homofermentatif adalah proses fermentasi yang
terjadi dalam pembutan yoghurt. Heterofermentatif adalah fermentasi yang produk
akhirnya berupa asam laktat dan etanol sama banyak. Contoh heterofermentatif
adalah proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan tape.

2.3 Yoghurt
Yoghurt adalah minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi.
Selain dari susu sapi segar, yoghurt juga dapat dibuat dari susu skim (susu tanpa
lemak) yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tergantung pada
kekentalan produk yang diinginkan. Keasaman dari susu yang di fermentasi pada
umumnya cukup untuk mencegah kerusakan oleh bakteri proteolitik yang tidak
tahan asam. Yoghurt yang disimpan dalam lemari pendingin akan stabil atau tahan
sampai seminggu atau lebih. (Srikandi, 1992)
Pembagian yoghurt berdasarkan Surajudin, et al., (2005) :
a. Berdasarkan metode pembutan dan struktur fisik koagulum
1. Set Yoghurt
Set yoghurt adalah produk yoghurt yang pada saat inkubasi atau
fermentasi susu berada di dalam kemasan kecil dan karakteristik
koagulumnya tidak berubah.
2. Stired yoghurt
Fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah besar. Setelah
diinkubasi, prodk tersebut dikemas dalam kemasan kecil sehingga
koagulumnya kemungkinan rusak atau pecah sebelum pendinginan selesai.
b. Berdasarkan rasa
1. Plain yoghurt atau yoghurt murni
Plain yoghurt memiliki rasa asam yang sangat tajam yang
merupakan rasa asli dari yoghurt. Karena itu, tidak semua atau hanya
sebagian orang yang menyukainya. Yoghurt ini biasanya digunakan
sebagai campuran salad.
2. Flavoured yoghurt

Flavoured yoghurt adalah yoghurt yang diberi tambahan rasa
sintesis dan pewarna makanan. Rasa sintesis yang biasa digunakan adalah
rasa stroberi, frambozen, ceri, jeruk, peach, leci, madu, apricot, melon, dan
vanilla. Zat warna yang banyak digunakan adalah sunset yellow FCF,
tartrazin, dan erythrosine B5.
3. Fruit Yoghurt
Fruit yoghurt adalah yoghurt yang ditambahkan sari atau irisan
buah. Selain aroma dan rasanya menjadi lebih enak, kandungan gizinya
pun menjadi lebih lengkap. Penambahan sari atau potongan buah biasanya
mencapai 10%.
c. Berdasarkan kandungan kadar lemak
1. Yoghurt kadar lemak tinggi (4,5-10%)
2. Yoghurt kadarlemak sedang (3-4%)
3. Yoghurt kadar lemak rendah (1-3%)
4. Yoghurt kadar lemak sangat rendah (kurang dari 1%)
d. Berdasarkan proses paska fermentasi
1. Yoghurt pasteurisasi
Yoghurt yang mengalami proses pasteurisasi setelah proses
inkubasi yang tujuannya untuk memperpanjang umur simpan.
2. Yoghurt beku
Yoghurt yang disimpan dalam suhu beku
3. Dietetik yoghurt
Yoghurt yang dibuat dengan kalori dan laktosa rendah, bisa juga
diberi tambahan vitamin atau protein.
4. Yoghurt konsentrat

Yoghurt dengan total padatan sekitar 24% atau yoghurt kering
dengan total padatan 90-94%.
2.4 Starter Yoghurt
Starter adalah peliharaan organisme yang tak berbahaya pada medium
steril (skim atau susu), yang digunakan untuk memproduksi keju dan susu
fermentasi, yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh industri susu dan berbagai
industri pangan lainnya.
Penggunaan starter biasanya dengan salah satu dari tiga cara berikut ini:
1. Starter satu jenis, dimana hanya menggunakan kultur murni dari satu
strain bakteri; misalnya S.cremoris, S.lactis
2. Starter multiple, dimana gabungan dari dua atau lebih strain dari
bakteri asam laktat dan bakteri penghasil rasa.
3. Starter gabungan strain, dimana gabungan dari proporsi yang tidak
diketahui dari dua atau lebih strain dari spesies yang berbeda.
Yoghurt pada umumnya menggunakan starter kultur strain campuran,
yakni S. thermophillus dan L. bulgaricus. Saat ini, sudah ada yoghurt yang juga
mengandung bifidiobacteria dan kadang-kadang L. acidophilus.
Penggunaan S. thermophillus dan L. bulgaricus secara bersama-sama
dalam kultur starter yoghurt terbukti telah bersimbiosis dan meningkatkan
efisiensi kerja kedua bakteri tersebut. Selain menyebabkan tingkat produksi asam
yang tinggi, S. thermophillus tumbuh lebih cepat dan menghasilkan asam dan
karbondioksida. Format dan karbondioksida yang dihasilkan ini menstimulasi
pertumbuhan L.bulgaricus. Disamping itu, aktivitas proteolitik dari L. bulgaricus
ternyata juga menghasilkan peptide dan asam amino yang digunakan
S.thermophillus. Dalam proses pembuatan yoghurt, susu menggumpal disebabkan
oleh derajat keasaman yang naik. S. thermophillus berperan dahulu untuk
menurunkan pH 5,0, baru kemudian disusul L. bulgaricus menurunkan lagi

sampai mencapai 4,0. Beberapa hasil fermentasi mikroba yang berperan dalam
menentukan rasa produk adalah asam laktat, asetaldehid, asam asetat dan diasetil.
2.5 Manfaat Yoghurt
Hasil penelitian Suarsana, et al., (2005), menunjukkan bahwa pemberian
yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol. Skim milk Yoghurt dapat
menurunkan kadar asam urotat dan asam urat dalam metabolisme asam lemak,
yoghurt juga mengandung probiotik (yaitu bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus) dengan efek probiotik yang ditimbulkan adalah
antara lain mampu mencegah infeksi usus, infeksi saluran genital, menghambat
terjadinya tumor, dan dapat menyerap kolesterol sehingga mengurangi kadar
kolesterol dalam darah dan meningkatkan digesti laktosa.
Kerja bakteri asam laktat memfermentasikan susu ternyata meningkatkan
kandungan gizi yoghurt. Khususnya vitamin B-kompleks, di antaranya vitamin B1
(tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niasin), vitamin B6 (piridoksin),
asam folat, asam pantotenat, dan biotin. Sederet vitamin tersebut membantu
meningkatkan kesehatan system reproduksi, kekebalan tubuh, dan ketajaman
fungsi berpikir.
2.6 Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat sebagai bibit yoghurt yang ditumbuhkan dalam susu
akan menyebabkan terbentuknya beberapa senyawa yang memberi aroma dan rasa
pada yoghurt seperti: asam-asam non-volatil (laktat, piruvat, oksalat), asam-asam
mudah menguap (format, asetat, propionat), senyawa karbonil (asetaldehida,
aseton, asetoin) dan senyawa lain seperti asam-asam amino. Fermentasi susu
menjadi yoghurt dilakukan dengan bantuan bakteri asam laktat yaitu Lactobacilus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. L. bulgaricus adalah bakteri gram
positif berbentuk batang dan tidak membentuk endospora. Dalam susu, L.
bulgaricus akan mengubah laktosa menjadi asam laktat. Bakteri asam laktat
bersifat termodurik dan homofermentatif, dengan suhu optimum untuk

pertumbuhannya sekitar 45oC. Kondisi optimum untuk pertumbuhannya adalah
sedikit asam atau sekitar pH 5,5. S. Thermophilus adalah bakteri gram positif
berbentuk bulat, sering pertumbuhanya berbentuk rantai. Bakteri ini dapat
diklasifikasikan sebagai bakteri homofermentatif dan termodurik dengan pH
optimum untuk pertumbuhanya sekitar 6,5. (Srikandi, 1992)
Adapun taksonomi dari Lactobacillus bulgaricus menurut Irianto K.,
(2006) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
Species : Lactobacillus bulgaricus
Adapun taksonomi dari Streptococcus thermophilus menurut Irianto K.,
(2006) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus thermophiles
2.7 Laktosa
Gambar 1. Struktur Laktosa

Laktosa merupakan gula reduksi yang terdapat pada C atom pertama dari
molekul glukosa. Seperti diketahui laktosa merupakan disakarida yang tersusun
dari glukosa dan galaktosa dengan ikatan 1-4. Di dalam badan, laktosa disinetesa
di dalam kelenjar susu.
Laktosa sangat sukar dihidrolisa, hanya dapat dihidrolisa dengan asam
berkadar tinggi dan suhu yang tinggi pula. Hidrolisa Laktosa di dalam tubuh
dilakukoan oleh mikroba dan enzim β-D-galaktosidase yang dihasilkan kelenjar
usus. Proses hidrolisa tersebut menghasilkan asam laktat yang dapat mengganggu
pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan. Adanya enzim rennin akan
menghidrolisa k-kasein yang akan pecah menjadi para-k-kasein yang tidak larut
dalam air. pH optimum untuk bekerjanya enzim rennin terletak antara pH 5,3–5,7.
Kecepatan koagulasi maksimum terdapat pada suhu 40–42oC.
2.8 Asam Laktat
Gambar 2. Struktur Asam Laktat
D, L- atau L-asam laktat (pK = 3,86). Asam laktat diproduksi bersdasarkan
sintesis yang dimulai dari etanol membentuk rasemik D, L asam laktat atau
melalui homofermentasi (Lactobacillus delbruckii, L. bulgaricus, L. leichmannii)
karbohidrat yang biasanya membentuk L- tetapi bisa juga D, L- asam laktat.

BAB III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Susu sapi segar
2. Erlenmeyer steril 250 ml
3. Bakteri Sterptococcus thermophillus dan Laktobacillus bulgaricus (konsentrasi 0.8, 0.9, 1 %)
B. Cara Kerja
Susu diukur 100 ml dengan gelas ukurSusu diukur 100 ml dengan gelas ukur
Di tempatkan pada erlenmeyerDi tempatkan pada erlenmeyer
Inokulum bakteri dimasukkan pada susu pasteurisasi secara steril
Inokulum bakteri dimasukkan pada susu pasteurisasi secara steril
Dipasteurisasi pada suhu 850C selama 15 detikDipasteurisasi pada suhu 850C selama 15 detik
Dilakukan pendinginan sampai suhu 40 – 450C Dilakukan pendinginan sampai suhu 40 – 450C
Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C
Diamati pH yogurt dan dilakuakan uji hedonik pada keasaman dan kesukaan pada yogurt dengan 20 panlis
Diamati pH yogurt dan dilakuakan uji hedonik pada keasaman dan kesukaan pada yogurt dengan 20 panlis

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Keterangan :
N10 : non gula + starter 10ml
N15 : non gula + starter 15ml
N20 : non gula + starter 20ml
G10 : gula + starter 10ml
G15 : gula + starter 15ml
G20 : gula + starter 20ml
“WARNA”
No Panelis N10 N15 N20 G10 G15 G20
1 Fiogi 1 1 1 1 1 1
2 Grace 1 1 1 1 2 1
3 Restu 1 1 2 1 2 1
4 Ika 2 2 1 1 1 1
5 Neli 2 2 2 1 2 2
6 Rara 2 3 3 2 2 1
7 Ninu 2 2 2 1 1 2
8 Iqbal 3 2 3 2 2 2
9 Rizky N 2 1 2 2 2 2
10 Fitri 2 3 3 2 2 2
11 Theo 2 2 3 2 2 2
12 Elkana 2 3 3 2 3 3
13 Destian 1 3 3 3 2 3

14 Aas 1 2 2 2 2 2
15 Gaby 2 2 2 1 2 2
∑ 26 30 33 21 28 27
X 2 2 2 1 2 2
Keterangan :
1 : Putih 4 : Kuning
2 : Putih kekuningan 5 : Sangat kuning
3 : Kuning keputihan
Perhitungan :
FK = (165) 2 = 302.5
90
JK perlakuan = (4619) – 302.5 = 5.43
15
JK panelis = (6 2 +7 2 +8 2 +8 2 +11 2 +13 2 +10 2 +…….+11 2 ) – 302.5 = 19.33
6
JK total = 42.5
JK error = 42.5 - 19.33 - 5.43 = 17.74
Tabel anova
S of V Db JK KT Fhit Fα (0.5)
Perlakuan
Panelis
Error
5
14
70
5.43
19.33
17.74
1.086
1.380
0.25
4.344
5.52
2.35
1.84
Total 89 42.5

Kesimpulan :
Perlakuan : Fhit >Fα
Panelis : Fhit >Fα
“Terdapat perbedaan warna dalam pengujian warna pada pembuatan yogurt non
gula maupun dengan gula”
“AROMA”
No Panelis N10 N15 N20 G10 G15 G20
1 Fiogi 3 3 4 2 3 3
2 Grace 4 4 2 2 2 2
3 Restu 2 3 3 3 2 2
4 Ika 3 3 2 2 3 3
5 Neli 3 3 4 2 2 3
6 Rara 4 4 4 3 4 4
7 Ninu 3 3 3 2 3 3
8 Iqbal 3 3 3 4 3 3
9 Rizky N 3 3 4 3 3 3
10 Fitri 3 1 3 2 2 2
11 Theo 3 3 3 3 3 2
12 Elkana 4 4 4 3 3 4
13 Destian 3 3 3 3 3 3
14 Aas 4 2 4 2 2 3
15 Gaby 3 3 4 3 4 4

∑ 48 45 47 39 40 44
X 3 3 3 3 3 3
Keterangan :
1 : Sangat tidak asam 4 : Asam
2 : Tidak asam 5 : Sangat Asam
3 : Sedikit asam
FK = (263) 2 = 768.54
90
JK Perlakuan = (48 2 +45 2 +47 2 +39 2 +40 2 +44 2 ) – 768.54 = 4.46
15
JK panelis = (18 2 +16 2 +15 2 +16 2 +17 2 +23 2 +16 2 +…+21 2 ) – 768.54 = 46.79
6
JK total = (32+32+22+32+22+12+32 + . .. + 22) - 768.54= 87.54
JK error = 87.54 - 46.79 - 4.46 = 36.21
Tabel anova
S of V Db JK KT Fhit Fα (0.5)
Perlakuan
Panelis
Error
5
14
70
4.46
46.79
36.21
0.892
3.34
0.52
1.72
6.42
2.35
1.84
Total 89 87.54
Kesimpulan :
Perlakuan : Fhit > Fα
Panelis : Fhit >Fα

“Ditemukan perbedaan Aroma dalam pengujian Aroma pada pembuatan yogurt
non gula maupun dengan gula”
“RASA”
No Panelis N10 N15 N20 G10 G15 G20
1 Fiogi 3 1 3 3 3 1
2 Grace 3 2 3 1 1 2
3 Restu 3 1 3 4 4 3
4 Ika M 4 2 3 3 4 3
5 Neli 3 1 1 2 2 3
6 Rara 2 3 3 4 4 4
7 Ninu 2 3 5 2 2 3
8 Iqbal 3 1 1 4 2 2
9 Rizky N 2 1 1 2 4 1
10 Fitri 1 2 2 2 2 3
11 Theo 1 1 1 5 4 1
12 Elkana 1 2 2 4 4 2
13 Destian 1 1 2 4 2 3
14 Aas 3 1 1 4 2 3
15 Gaby 3 1 1 4 2 1
∑ 35 23 30 48 42 35
X 3 1.5 2 3 3 2
Keterangan :
1 : Sangat Asam 4 : Agak Manis
2 : Agak Asam 5 : Manis

3 : Asam
Perhitungan :
FK = (213) 2 = 504.1
90
JK Perlakuan = (35 2 +23 2 +30 2 +48 2 +42 2 +35 2 ) – 504.1 = 25.7
15
JK panelis = (14 2 +12 2 +18 2 + ... +14 2 ) – 504.1 = 28.4
6
JK total = 627- 504.1 = 122.9
JK error = 122.9 - 28.4 - 25.7 = 68.8
Tabel anova
S of V Db JK KT Fhit Fα (0.5)
Sampel
Panelis
Error
5
14
70
25.7
28.4
68.8
5.14
2.03
0.98
5.24
2.07
2.35
1.84
Total 89 122.9
Kesimpulan :
Perlakuan : F hit >Fα
Panelis : F hit >Fα
“Terdapat perbedaan yang nyata dalam pengujian rasa pada pembuatan yogurt
non gula maupun dengan gula”
“TEKSTUR”

No Panelis N10 N15 N20 G10 G15 G20

1 Fiogi 4 4 3 5 3 4
2 Grace 2 3 2 2 1 2
3 Restu 3 2 2 4 4 4
4 Ika M 3 2 2 3 3 3
5 Neli 2 3 2 4 3 2
6 Rara 1 1 3 3 2 3
7 Ninu 3 3 3 4 3 3
8 Iqbal 4 3 3 4 2 3
9 Rizky N 2 1 2 4 3 3
10 Fitri 3 3 3 4 4 3
11 Theo 3 2 3 3 3 3
12 Elkana 3 4 3 5 3 3
13 Destian 4 3 4 3 4 4
14 Aas 3 3 2 3 2 2
15 Gaby 2 2 2 3 2 3
∑ 42 39 38 54 42 45
X 3 3 2.5 4 3 3
Keterangan :
1 : Sangat tidak lembut 4 : lembut
2 : Tidak lembut 5 : Sangat lembut
3 : Agak lembut
Perhitungan :
FK = (260) 2 = 751.11

90
JK perlakuan = (42 2 +39 2 +38 2 +54 2 +42 2 +45 2 ) – 751.11 = 11.16
15
JK panelis = (23 2 +12 2 +19 2 16 2 +…..+19 2 ) – 751.11 = 26.89
6
JK total = (32+32+22+32+22+…….+22) - 751.11 =6 6.89
JK error = 66.89 - 26.89 - 11.16 = 28.84
Tabel anova
S of V Db JK KT Fhit Fα (0.5)
Perlakuan
Panelis
Error
5
14
70
2.23
1.92
0.41
2.33
1.92
0.41
5.44
4.68
2.35
1.84
Total 89 66.89
Kesimpulan :
Perlakuan = Fhit > Fα
Panelis = Fhit > Fα
“Terdapat perbedaan yang nyata dalam pengujian tekstur pada pembuatan
yogurt non gula maupun dengan gula”
“KESUKAAN”
No Panelis N10 N15 N20 G10 G15 G20

1 Fiogi 3 2 3 4 3 3
2 Grace 3 2 2 2 1 2
3 Restu 2 2 2 3 4 2
4 Ika M 3 2 3 4 4 2
5 Neli 2 2 2 3 3 2
6 Rara 1 1 2 3 3 2
7 Ninu 3 3 4 4 3 3
8 Iqbal 2 2 2 4 2 2
9 Rizky N 1 1 1 4 3 2
10 Fitri 2 2 1 4 4 3
11 Theo 2 3 3 3 3 3
12 Elkana 1 1 1 5 1 1
13 Destian 3 3 3 4 4 3
14 Aas 1 1 3 4 3 2
15 Gaby 2 2 1 4 3 2
∑ 31 29 33 55 40 34
X 2 2 2 4 3 2
Keterangan :
1 : Sangat tidak suka 4 : Suka
2 : Tidak suka 5 : Sangat Suka
3 : Agak Suka
Perhitungan :
FK =(222)2/90= 547.6

JK perlakuan = (31 2 +29 2 +33 2 +55 2 +40 2 +34 2 ) – 547.6 = 30.53
15
JK panelis = (56 2 +26 2 +41 2 +58 2 +34 2 +28 2 + ... +38 2 ) – 547.6= 41.4
6
JK total = (32+32+22+32+22+ ....+22) - 547.6 = 106.4
JK error = 106.4 - 41.4 - 30.53 = 34.47
Tabel anova
S of V Db JK KT Fhit Fα (0.5)
Perlakuan
Panelis
Error
5
14
70
30.53
41.4
34.47
6.106
2.96
0.49
12.46
6.04
2.35
1.84
Total 89 106.4
Kesimpulan :
Sampel : Fhit > Fα
Panelis : Fhit > Fα
“Terdapat perbedaan yang nyata dalam pengujian kesukaan pada pembuatan
yogurt non gula maupun dengan gula”
B. Pembahasan

Menurut Soekara (1985), untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen
terhadap produk fermentasi susu yang dihasilkan perlu dilakukan uji organoleptik.
Uji organoleptik dilakukan berdasarkan uji hedonik dengan panelis sebanyak 15
orang. Skala hedonik dibuat lima tingkat (taraf 1-5), dimulai dari 1 (sangat tidak
suka), 2 (tidak suka), 3 (agak suka), 4 (suka), 5 (sangat suka). Penilaian
organoleptik dilakukan terhadap Warna, rasa, tekstur, kesukaan dan aroma. Selain
itu juga harus dilakukan uji F untuk mengetahui perbedaan yang nyata atau tidak
dianatara 6 perlakuan tersebut.
Untuk komponen rasa, hal yang diteliti adalah tingkat keasaman yang
diperoleh dari hasil fermentasi bakteri Streptococcus thermophillus dan
Lactobacillus bulgaricus.
Table uji organoleptik terhadap rasa yoghurt
No. Panelis N10 N15 N20 G10 G15 G20123456789101112131415
Fiogi Grace RestuIkaNeliRaraNinuIqbalRisky .NFitriTheoElkanaDestianAasGaby
333343223211113
121121331121211
333131351121221
314234424225444
314242422424422
123331432131233
35 23 30 48 42 35Rata-rata 3 1.5 2 3 3 2
Dari hasil perhitungan menggunakan uji F, diketahui bahwa penggunaan
bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus pada N10 : non
gula + starter 10ml, N15 : non gula + starter 15ml, N20 : non gula + starter 20ml,

G10 : gula + starter 10ml, G15 : gula + starter 15ml, G20 : gula + starter 20 ml
terdapat perbedaan yang nyata dalam pengujian rasa pada pembuatan yogurt.
Adapun Rata – rata uji organoleptik rasa dengan Tingkat keasaman yoghurt pada
N20 lebih rendah dibandingkan N15. Ha ini dikarenakan adanya human error
pada panelis karena seharusnya semakin banyak starter yang diberikan maka
seharusnya semakin tinggi pula tingkat keasamannya. Disebabkan perombakan
laktosa pada susu yang dilakukan oleh starter (Streptococcus thermophillus dan
Lactobacillus bulgaricus) dalam membentuk asam laktat sangat tinggi. Tingginya
kadar asam membuat rasa asam pada yogurt berlebih sehingga para panelis
cenderung lebih tidak menyukainya, terlihat pada data pengamatan uji kesukaan.
Table uji organoleptik terhadap warna yoghurt
No Panelis N10 N15 N20 G10 G15 G20123456789101112131415
Fiogi Grace RestuIkaNeliRaraNinuIqbalRisky .NFitriTheoElkanaDestianAasGaby
111222232222112
111223221323322
112123232333322
111112121211321
122122122223222
111121222223322
∑ 26 30 33 21 28 27Rata-rata 2 2 2 1 2 2
Dari hasil perhitungan menggunakan uji F, diketahui bahwa penggunaan
bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus pada N10 : non
gula + starter 10ml, N15 : non gula + starter 15ml, N20 : non gula + starter 20ml,
G10 : gula + starter 10ml, G15 : gula + starter 15ml, G20 : gula + starter 20 ml

terdapat perbedaan yang nyata dalam pengujian warna pada pembuatan yogurt.
Dan rata – rata uji organoleptik warna dari N10, N15, N20, G15 dan G20 terdapat
kesamaan dalam menentukan warna oleh panelis yaitu cenderung putih
kekuningan, hal ini akibat aktivitas mikroba didalam susu tersebut dan yang
berbeda yaitu G10 yang menunjukan warna putih.
Table uji organoleptik terhadap tekstur yoghurt
No. Panelis N10 N15 N20 G10 G15 G20123456789101112131415
Fiogi Grace RestuIkaNeliRaraNinuIqbalRisky .NFitriTheoElkanaDestianAasGaby
423321342333432
432231331324332
322223332333412
524343444435333
314332343433422
424323333333423
42 39 38 54 42 45Rata-rata 3 3 2.5 4 3 3
Dari hasil perhitungan menggunakan uji F, diketahui bahwa penggunaan
bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus pada N10 : non
gula + starter 10ml, N15 : non gula + starter 15ml, N20 : non gula + starter 20ml,
G10 : gula + starter 10ml, G15 : gula + starter 15ml, G20 : gula + starter 20 ml
terdapat perbedaan yang nyata dalam pengujian tekstur pada pembuatan yogurt..
Namun rata – rata uji organoleptik tekstur oleh panelis pada N10, N15, G15 dan
G20 adalah sama hal ini dikarenakan human error karena seharusnya semakin
banyak gula maka tektur yang dihasilkan semakin lembut. Tekstur yoghurt yang
terbentuk dari hasil fermentasi lebih baik dari semua perlakuan adalah G10 yang

berbeda nyata yaitu lembut. Kemudian tekstur yang tidak lembut pada N20
dikarenakan tidak adanya gula yang berguna untuk mengikat air pada laktosa
sehingga tekstur tidak lembut tetapi lebih cenderung kasar dan bergranula selain
factor tersebut bisa jadi juga dikarenakan belum adanya proses
penghomogenisasian terhadap yogurt.
Table uji organoleptik terhadap kesukaan yoghurt
No. Panelis N10 N15 N20 G10 G15 G20123456789101112131415
Fiogi Grace RestuIkaNeliRaraNinuIqbalRisky .NFitriTheoElkanaDestianAasGaby
332321321221312
222221321231312
322322421131331
423433444435444
314433323431433
322222322331322
∑ 31 29 33 55 40 34Rata-rata 2 2 2 4 3 2
Dari hasil perhitungan menggunakan uji F, diketahui bahwa penggunaan
bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus pada N10 : non
gula + starter 10ml, N15 : non gula + starter 15ml, N20 : non gula + starter 20ml,
G10 : gula + starter 10ml, G15 : gula + starter 15ml, G20 : gula + starter 20 ml
terdapat perbedaan yang nyata dalam pengujian kesukaan pada pembuatan yogurt.
Namun Rata – rata nilai uji organoleptik terdapat kesamaan antara N10, N15, N20
dengan G20. Yoghurt yang paling disukai adalah G10 karena terasa manis dan
juga tekturnya lembut.

Table uji organoleptik terhadap aroma yoghurt
No. Panelis N10 N15 N20 G10 G15 G20123456789101112131415
Fiogi Grace RestuIkaNeliRaraNinuIqbalRisky .NFitriTheoElkanaDestianAasGaby
342334333334343
343334333134323
423244334334344
223223243233323
322324333233324
322334243224334
48 45 47 39 40 44Rata-rata 3 3 3 3 3 3
Dari hasil perhitungan menggunakan uji F, diketahui bahwa penggunaan
bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus pada N10 : non
gula + starter 10ml, N15 : non gula + starter 15ml, N20 : non gula + starter 20ml,
G10 : gula + starter 10ml, G15 : gula + starter 15ml, G20 : gula + starter 20 ml
terdapat perbedaan yang nyata dalam pengujian aroma pada pembuatan yogurt.
Namun dari Uji Organoleptik terhadap aroma oleh panelis menunjukan kesamaan
dari semua perlakuan hal ini juga disebabkan human error yang taerkait kepekaan
dari indera penciuman.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Pembuatan yogurt dengan menggunakan gula dengan pembuatan yogurt
tanpa gula menghasilkan yogurt yang berbeda karakteritik sensorisnya.
Pembuatan yogurt dengan menggunakan gula cenderung lebih disukai
karna rasa asam tidak terlalu tinggi.
2. Pengaplikasian mikroba untuk olahan produk pangan (susu murni) dalam
bentuk yogurt telah terbukti. Semakin banyak stater (Streptococcus
thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus) maka semakin banyak
terbentuk asam laktat pada susu. Di tandai dengan adanya rasa asam pada
susu.
C. Saran
Supaya dalam pengujian organoleptik tidak terdapat human error maka panelis
diberi pengarahan terkebih dahulu oleh penyaji kemudian kondisi panelis harus
dalam keadaan nyaman yang didukung oleh ruangan yang membuat panelis
fokus.
DAFTAR PUSTAKA

Darwis, A.A, dan E. Sukara, 1989.Teknologi microbial. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan Telur. Liberty,
Yogyakarta.