iii. kerangka pemikiran dan hipotesis 3.1. kerangka ... -...

3
FTIP001645/042 [2] [3] [1] HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan 30 III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Propolis dihasilkan dari liur lebah hasil interaksi getah tanaman dan enzim pada air liur menghasilkan resin yang merupakan komponen paling banyak di dalam propolis. Propolis mentah dapat langsung diperoleh dari sarang lebah yang telah dipisahkan madunya. Propolis mentah masih mengandung senyawa lain seperti sarang lebah, roti lebah, madu, royal jelly, dan polen (Mahani et al.,2011). Propolis mentah dapat dikonsumsi secara langsung, namun karena sifatnya yang lengket pada suhu ruang menyebabkan kesulitan dalam mengkonsumsinya. Selain itu propolis mentah jika dikonsumsi dalam jumlah banyak akan menyebabkan gangguan perut. Propolis mentah harus melalui proses ekstraksi untuk menghasilkan ekstrak propolis murni. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode kimia dengan menggunakan pelarut organik, kemudian dilakukan pemekatan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator untuk menguapkan pelarut. Tujuan proses ekstraksi adalah memisahkan komponen yang diinginkan pada bahan. Proses ekstraksi propolis dilakukan dengan menggunakan metode Hasan (2006). Metode Hasan (2006) dipilih dengan pertimbangan proses maserasi yang lebih lama akan menoptimalkan komponen yang ikut terekstrak. Proses ekstraksi ini menggunakan pelarut untuk proses maserasi selama 16 hari, dimana dilakukan penyaringan filtrat dan ekstraksi kembali ampas pada hari ke tujuh, 12, 15, dan 16 serta pengocokan dengan shaker berkecepatan 100 rpm setiap hari selama 30 menit. Proses ekstraksi harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat menyebabkan

Upload: vuongquynh

Post on 11-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka ... - …media.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080017_3_4920.pdf · Berdasarkan kerangka pikiran di atas, maka dapat disusun

FTIP001645/042

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

30

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran

Propolis dihasilkan dari liur lebah hasil interaksi getah tanaman dan enzim

pada air liur menghasilkan resin yang merupakan komponen paling banyak di dalam

propolis. Propolis mentah dapat langsung diperoleh dari sarang lebah yang telah

dipisahkan madunya. Propolis mentah masih mengandung senyawa lain seperti

sarang lebah, roti lebah, madu, royal jelly, dan polen (Mahani et al.,2011).

Propolis mentah dapat dikonsumsi secara langsung, namun karena sifatnya

yang lengket pada suhu ruang menyebabkan kesulitan dalam mengkonsumsinya.

Selain itu propolis mentah jika dikonsumsi dalam jumlah banyak akan menyebabkan

gangguan perut. Propolis mentah harus melalui proses ekstraksi untuk menghasilkan

ekstrak propolis murni. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode kimia dengan

menggunakan pelarut organik, kemudian dilakukan pemekatan dengan menggunakan

vacuum rotary evaporator untuk menguapkan pelarut. Tujuan proses ekstraksi adalah

memisahkan komponen yang diinginkan pada bahan.

Proses ekstraksi propolis dilakukan dengan menggunakan metode Hasan

(2006). Metode Hasan (2006) dipilih dengan pertimbangan proses maserasi yang

lebih lama akan menoptimalkan komponen yang ikut terekstrak. Proses ekstraksi ini

menggunakan pelarut untuk proses maserasi selama 16 hari, dimana dilakukan

penyaringan filtrat dan ekstraksi kembali ampas pada hari ke tujuh, 12, 15, dan 16

serta pengocokan dengan shaker berkecepatan 100 rpm setiap hari selama 30 menit.

Proses ekstraksi harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat menyebabkan

Page 2: III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka ... - …media.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080017_3_4920.pdf · Berdasarkan kerangka pikiran di atas, maka dapat disusun

FTIP001645/043

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

31

perubahan komposisi kimia terutama senyawa antioksidan tidak stabil dan mudah

teroksidasi oleh cahaya dan suhu tinggi. Antisipasi kedua hal ini dilakukan dengan

pembungkusan toples penyimpanan dengan plastik hitam selama proses ekstraksi dan

penggunaan vakum untuk menghindari suhu proses pemekatan dengan rotav yang

terlalu tinggi.

Jenis pelarut yang digunakan berpengaruh terhadap komponen bioaktif yang

ikut terekstrak. Pelarut polar akan menarik senyawa yang bersifat polar, sedangkan

pelarut non polar akan menarik senyawa non-polar, dan pelarut semi polar akan

menarik senyawa polar dan non-polar.

Komponen bioaktif penting pada propolis adalah flavonoid san fenol sebagai

antioksidan. Fenol dan beberapa jenis flavonoid bersifat polar yang dapat diekstraksi

dengan pelarut polar. Beberapa jenis flavonoid lainnya bersifat kurang polar yang

dapat diekstraksi dengan pelarut semi polar atau non polar. Pelarut yang paling sering

digunakan dalam ekstraksi propolis etanol 70% karena bersifat semi polar dan

diharapkan akan menarik senyawa bioaktif yang lebih lengkap baik polar dan non

polar. Rendemen propolis yang dihasilkan berkisar 18-20% (Hasan, 2006).

Banyaknya senyawa yang dapat diekstrak akan berpengaruh terhadap rendemen dan

komposisi kimia ekstrak propolis.

Berdasarkan uraian di atas, pada percobaan utama akan dilakukan proses

ekstraksi propolis Metode Hasan dengan menggunakan lima pelarut organik

diantaranya etanol 70%, metanol, isopropil alkohol, dan etil asetat. Pemilihan pelarut

didasarkan pada titik didih pelarut tersebut, pelarut yang digunakan sebaiknya

memiliki titik didih kurang dari 70oC, karena pada suhu lebih dari 70oC terjadi

Page 3: III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka ... - …media.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080017_3_4920.pdf · Berdasarkan kerangka pikiran di atas, maka dapat disusun

FTIP001645/044

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

32

kerusakan komponen kimia propolis. Faktor lain yang menentukan pemilihan pelarut

adalah kemampuan pelarut untuk mengekstraksi komponen bioaktif di dalam propolis

yang berkaitan dengan kepolarannya.

Propolis yang dihasilkan kemudian dilakukan pengujian aktivitas antioksidan

menggunakan metode DPPH pada setiap perlakuan. Propolis kemudian dilakukan

pengujian komponen bioaktif propolis yang dihasilkan secara kualitatif dengan

menggunakan metode skrining fitokimia dan deskripsi karakteristik inderawi propolis

yang dihasilkan.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikiran di atas, maka dapat disusun suatu hipotesis

bahwa perlakuan ekstraksi pada pelarut tertentu akan menghasilkan propolis cair

yang mempunyai jumlah rendemen paling tinggi dan aktivitas antioksidan tinggi

(setara nilai IC50 < 50 ppm), dan memiliki karakteristik inderawi (warna, rasa dan

aroma) yang baik.