bab ii tinjauan pustaka, kerangka pemikiran dan...

26
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kemiskinan Kemiskinan merupakan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memperbaiki keadaan. kemiskinan dapat diartikan secara lebih luas dengan menambahkan faktor faktor lain seperti faktor sosial dan moral. Secara konvensional, kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan individu atau masyarakat yang berada di bawah garis tertentu. Secara umum pengertian dari kemiskinan sangat beragam, tergantung dasar pemikiran dan cara pandang seseorang. Namun kemiskinan identik dengan ketidakmampuan sekelompok masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh suatu pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi (kemiskinan struktural). Pada umumnya kemiskinan diidentikkan dengan ketidakmampuan seorang individu untuk memenuhhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak. Pembahasan ini dimaksud dengan kemiskinan material. Definisi kemiskinan mengalami perkembangan sesuai dengan penyebabnya yaitu pada awal tahun 1990. Definisi diperluas tidak hanya berdasarkan pada tingkat pendapatan, tetapi juga mencakup ketidakmampuan dibidang kesehatan, pendidikan dan perumahan. Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan

Upload: doanmien

Post on 10-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar

dan memperbaiki keadaan. kemiskinan dapat diartikan secara lebih luas dengan

menambahkan faktor faktor lain seperti faktor sosial dan moral. Secara konvensional,

kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan individu atau masyarakat yang

berada di bawah garis tertentu. Secara umum pengertian dari kemiskinan sangat

beragam, tergantung dasar pemikiran dan cara pandang seseorang. Namun kemiskinan

identik dengan ketidakmampuan sekelompok masyarakat terhadap sistem yang

diterapkan oleh suatu pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat

lemah dan tereksploitasi (kemiskinan struktural).

Pada umumnya kemiskinan diidentikkan dengan ketidakmampuan seorang

individu untuk memenuhhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup

secara layak. Pembahasan ini dimaksud dengan kemiskinan material. Definisi

kemiskinan mengalami perkembangan sesuai dengan penyebabnya yaitu pada awal

tahun 1990. Definisi diperluas tidak hanya berdasarkan pada tingkat pendapatan, tetapi

juga mencakup ketidakmampuan dibidang kesehatan, pendidikan dan perumahan.

Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

9

seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, seperti

sandang, papan, kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.

Kemiskinan juga dapat didefinisikan menurut dua pendekatan. Kemiskinan

absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut diukur dengan suatu standar

tertentu, sementara kemiskinan relatif bersifat kondisional, biasanya membandingkan

pendapatan sekelompok orang dengan pendapatan kelompok lain. Sedang kemiskinan

absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Mereka hidup di bawah tingkat pendapatan

riil minimum tertentu- atau mereka berada di bawah garis kemiskinan internasional.

Kemiskinan menurut Edi Suharto dalam Abdul Hakim (2002) adalah

ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuasaan sosial. Basis

kekuasaan sosial meliputi:

1. Sumber keuangan (mata pencaharian, kredit, modal)

2. Modal produktif atau asset (tanah, perumahan, kesehatan, alat produksi)

3. Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa.

4. Organisasi sosial dan politik yang digunakan untuk mencapai kepentingan

bersama.

5. Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup.

6. Pengetahuan dan keterampilan.

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah

masyarakat. Kemiskinan sebagai fenomena sosial yang telah lama ada, berkembang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

10

sejalan dengan peradaban manusia. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam

kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga

seringkali makin tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki potensi tinggi.

Substansi kemiskinan adalah kondisi deprevasi tehadap sumber-sumber pemenuhan

kebutuhan dasar yang berupa sandang, pangan, papan, dan pendidikan dasar (Sudibyo,

1995).

Kemiskinan juga sering disandingkan dengan kesenjangan sosial, karena

masalah kesenjangan mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan. Substansi

kesenjangan sosial adalah ketidakmerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.

Sudibyo (1995) mengatakan bahwa apabila berbicara mengenai kemiskinan maka

kemiskinan dinilai secara mutlak, sedangkan penilaian terhadap kesenjangan

digunakan secara relatif. Dalam suatu masyarakat mungkin tidak ada yang miskin, tapi

kesenjangan masih dapat terjadi di dalam masyarakat tersebut.

Sebagian besar dari penduduk miskin ini tinggal diperdesaan dengan mata

pencaharian pokok dibidang-bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat

hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional tersebut. Kehidupan mereka

bergantung pada pola pertanian yang subsistem, baik petani kecil atau pun buruh tani

yang berpenghasilan rendah, ataupun bekerja dalam sektor jasa kecil-kecilan dan

berpenghasilan pas-pasan. Fenomena banyaknya urbanisasi penduduk desa ke kota

menunjukkan bahwa adanya ketidakmerataan pembangunan di perdesaan. Terbatasnya

fasilitas umum, kecilnya pendapatan, dan terbatasnya pekerjaan dan dalih mencari

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

11

kehidupan lebih baik menjadi alasan urbanisasi ini. Permasalahan tersebut menyiratkan

adanya ketidakmerataan dan kesenjangan antara perdesaan dan perkotaan.

2.1.2 Integrated Microfinance Management

Integrated Microfinance Manajement (IMM) adalah konsep pembangunan

terpadu yang dikembangkan oleh Slikkerveer (2007, 2012) dalam Ambaretnani (2012)

dari Program Leiden Ethnosystem and Development (LEAD), Universitas Leiden

Belanda. Konsep ini memberikan perspektif yang komprehensif dalam melihat

kemiskinan dan pengembangan masyarakat. Masalah kemiskinan tidak harus

dievaluasi dari perspektif keuangan saja, tetapi juga harus menganalisis faktor-faktor

yang saling terkait lainnya di masyarakat, seperti pelayanan kesehatan, akses

pendidikan, dan dimensi sosial-budaya lain dalam masyarakat. Pemberdayaan

masyarakat akan berhasil jika ada integrasi lima layanan (keuangan, pendidikan,

kesehatan, komunikasi, dan sosial-budaya) melalui inisiatif yang dilakukan oleh

masyarakat itu sendiri, sumber, proses konsistensi, dan kualitas output, dalam rangka

mencapai tujuan akhir dari pembangunan masyarakat: pengentasan kemiskinan dan

pemberdayaan.

Pengembangan masyarakat untuk pengembangan kemiskinan diupayakan

menggunakan pengetahuan lokal (indigenous knowledge) masyarakat sebagai modal

sosial (social capital) untuk mencapai kesinambungan (sustainability) dan

pelaksanaanya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

12

2.1.3 Keuangan mikro sebagai Pengentas Kemiskinan

Keuangan mikro merupakan suatu langkah dalam mengentaskan kemiskinan.

Microfinance menyediakan layanan keuangan bagi masyarakat miskin yang tidak

dapat menyentuh institusi keuangan formal yang membutuhkan persyaratan yang rumit

dan sulit untuk dipenuhi. Slikkerveer (2014) menjelaskan bahwa keuangan mikro dapat

menjadi solusi untuk menekan angka kemiskinan, dengan cara mengembangkan

komunitas, pemberdayaan masyarakat dan khususnya pemberdayaan perempuan. Oleh

karena itu, untuk mengentaskan kemiskinan diperlukan institusi keuangan mikro yang

dapat melayani kebutuhan keuangan mikro. Ravicz (1999) menjelaskan mengenai

bagaimana seharusnya sebuah institusi pemberi kredit mikro dalam menjalankan

kegiatannya, yaitu sebagai berikut:

1. Menyediakan layanan keuangan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang

berpenghasilan rendah.

2. Meningkatkan kinerja keuangan yang tinggi dengan menggunakan insentif bagi

karyawan.

3. Mengurangi, atau menghapus kebutuhan subsidi lainnya jika membuat bunga

pinjaman menjadi tinggi.

4. Merancang sistem pengawasan yang baik

5. Menjangkau klien didaerah terpencil dengan menggunakan unit berbasis

kecamatan dan staff lapangan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

13

6. Melayani peminjam perempuan tanpa menargetkan mereka dalam upaya

pemasaran.

Keuangan mikro dan pemberdayaan perempuan menjadi suatu hal yang

melekat erat dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pemberdayaan perempuan terbukti

dapat menjadi salah satu cara pengentasan kemiskinan yang efektif. Pitt (2003)

menjelaskan mengenai pemberdayaan perempuan melalui kredit mikro di Bangladesh

memiliki dampak positif terhadap pengentasan kemiskinan. Hasil penelitian Pitt

menunjukkan adanya indikasi perbedaan penggunaan dan hasil yang diperoleh dari

pinjaman yang dilakukan perempuan dengan pria. Pitt (2003) juga meneliti mengenai

efek dari pinjaman yang dilakukan oleh perempuan dan pria di Bangladesh. Pada

perempuan, peminjaman kredit memiliki dampak terhadap peningkatan kesehatan dan

nutrisi anak-anak, sedangkan pada pinjaman yang dilakukan pria tidak memiliki efek

apa-apa. Hasilnya adalah peminjaman yang dilakukan oleh perempuan pada kredit

mikro membantu dalam pemberdayaan perempuan. Dengan demikian, perempuan

dapat memberikan peranan dalam pengambilan keputusan rumah tangga, mendapatkan

akses terhadap akses keuangan dan ekonomi, jaringan sosial yang luas, dan

perencanaan sumber daya keluarga dan kontrol orang tua.

Karlan dan Valdivia (2006) juga menjelaskan bagaimana pentingnya

pemberian ilmu kewirausahaan (entrepreneurship skill) kepada para klien dan institusi

keuangan mikro. Pemberian entrepreneurship skill kepada klien membuat klien dapat

mengorganisir atau mengelola keuangan mereka dengan baik, serta membedakan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

14

keuangan usaha dengan kebutuhan keluarga, menginvestasikan keuntungan usaha

(profit) untuk mengembangkan usaha, mengawasi catatan penjualan dan pengeluaran,

serta secara aktif mencari peluang usaha baru dan kesempatan untuk mendapatkan

keuntungan. Dengan kemampuan tersebut, efek yang didapat kepada institusi

keuangan mikro itu sendiri adalah berkurangnya pengembalian kredit yang macet, serta

peningkatan penghasilan klien membuat klien mengajukan kredit yang lebih besar lagi

kepada institusi tersebut. Sehingga baik klien dan institusi keuangan mikro tersebut

dapat berkembang secara bersamaan.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Sapovadia (2007), yang menjelaskan bahwa

kekurangan pengusaha kecil dan mikro adalah ketidaktahuan mereka dalam mengelola

keuangan yang baik, kreativitas, dan skill yang dibutuhkan untuk dapat

mengembangkan usahanya. Pembangunan kapasitas (capacity building) penting untuk

menjadikan pengusaha kecil dan mikro sebagai pebisnis yang berkompeten. Capacity

building adalah sebuah proses dari seseorang, grup, institusi, dan organisasi dalam

mengembangkan kemampuan mereka untuk mengidentifikasi dan menghadapi

tantangan perkembangan dengan cara yang berkelanjutan (CIDA, 1996). Oleh karena

itu capacity building harus dijadikan bagian dari kegiatan keuangan mikro untuk

seluruh perkembangan ekonomi insititusi keuangan mikro, pengusaha, dan Negara.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

15

2.1.4 Pembangunan Masyarakat (Community Development)

Konsep Community Development telah banyak dirumuskan di dalam berbagai

definisi. Perserikatan Bangsa -Bangsa mendefinisikannya:

" as the process by which the efforts of the people themselves are united with

those of governmental authorities to improve the economic, social and cultural

conditions of communities, to integrade these communities into the life of the

nations, and to enable them to contribute fully to national progress". (Luz. A.

Einsiedel, 1968) dalam Abdurroup (2012).

Definisi di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat, merupakan

suatu "proses" dimana usaha-usaha atau potensi-potensi yang di miliki masyarakat

diintegrasikan dengan sumber daya yang dimiliki pemerintah, untuk memperbaiki

kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan, dan mengintegrasikan masyarakat di dalam

konteks kehidupan berbangsa, serta memberdayakan mereka agar mampu memberikan

kontribusi secara penuh untuk mencapai kemajuan pada level nasional. US

International Cooperation Administration mendeskripsikan Community Development

itu sebagai :

"A process of social action in which the people of a community organized

themselves for planning action; define their common and individual needs and

problems; make group and individual plans with a maximum of reliance upon

community resources; and supplement the resources when necessary with

service and material from government and non-government agencies outside

the community". (The Community Development Guidlines of the International

Cooperation Administration, Community Development Review,

December,1996) dalam Abdurroup (2012).

Definisi di atas lebih menekankan bahwa konsep pembangunan masyarakat,

merupakan suatu proses "aksi sosial" dimana masyarakat mengorganiser diri mereka

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

16

dalam merencanakan yang akan dikerjakan; merumuskan masalah dan kebutuhan-

kebutuhan baik yang sifatnya untuk kepentingan individu maupun yang sifatnya untuk

kepentingan bersama; membuat rencana-rencana tersebut didasarkan atas kepercayaan

yang tinggi terhadap sumber-sumber yang dimiliki masyarakat, dan bilamana perlu

dapat melengkapi dengan bantuan teknis dan material dari pemerintah dan badan-

badan nonpemerintah di luar masyarakat.

Menurut Cox (1993) dalam Abdurroup (2012), tujuan community development

adalah memberantas kemiskinan, merealisasi keadilan distributif dan peningkatan

partisipasi masyarakat secara nyata. Sasaran program Community Development adalah

meningkatkan pendapatan ekonomi rakyat khususnya masyarakat miskin / tertinggal.

Community Development sifatnya fungsional, yaitu mendorong masyarakat menjadi

swakarsa.

Rumusan di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat merupakan

usaha-usaha yang terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan

masyarakat, dan memberdayakan masyarakat untuk mampu bersatu dan mengarahkan

diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja terutama melalui peningkatan dari

organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama dari individu-individu di

dalam masyarakat, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis baik dari pemerintah

maupun organisasi-organisasi sukarela.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

17

2.1.5 Pemberdayaan Masyarakat (Community empowerment)

Pemberdayaan adalah sebuah konsep yang fokusnya adalah kekuasaan atau

kekuatan (power). Pemberdayaan secara substansial merupakan proses memutus

(break down) dari hubungan antara subjek dan objek. Proses ini mementingkan

pengakuan subjek akan kemampuan atau daya yang dimiliki objek. Secara garis besar

proses ini melihat pentingnya mengalirkan daya dari subjek ke objek. Hasil akhir dari

pemberdayaan adalah beralihnya fungsi individu yang semula objek menjadi subjek

(yang baru), sehingga relasi sosial yang nantinya hanya akan dicirikan dengan relasi

sosial antar subyek dengan subyek lain.

Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang

bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat

bersangkutan. Masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental,

terdidik dan kuat serta inovatif, tentu memiliki keberdayaan tinggi. Keberdayaan

masyarakat adalah unsur –unsur yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan

(survive) dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan.

(Wrihatnolo, 2007).

Usman dalam Huraerah (2008) dalam “pengorganisasian dan pengembangan

masyarakat”, mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses

dalam bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self-reliance atau

kemandirian. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat analisis

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

18

masalah yang dihadapi, dibantu untuk menemukan alternatif solusi masalah tersebut,

serta diperlihatkan strategi memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki.

Pemberdayaan, yang berasal dari kata empowerment, bermakna sebagai

pemberian power atau kemampuan kepada pihak yang selama ini lemah atau

dilemahkan secara politis dan strukural. Setidaknya ada tiga kata kuncinya, yaitu: peran

serta, partisipasi, transparansi, dan demokrasi. Pemberdayaan mensayaratkan peran

serta yang setara antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Dengan partsipasi yang

penuh, dan dalam suasana yang demokratis, maka diharapkan akan terjadi alokasi-

alokasi sumberdaya ekonomi, distribusi manfaat, dan akumulasi, sehingga dicapai

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan lapisan terbawah.

Pemberdayaan terkait dengan penggalian dan pengembangan potensi

masyarakat. Kemudian Kartasasmita (1997) mengatakan bahwa : “setiap manusia dan

masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, sehingga pemberdayaan

adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi

dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta untuk

mengembangkannya “. Untuk memberdayakan masyarakat diperlukan pendekatan

utama adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan sebagai obyek melainkan subyek dari

berbagai upaya pembangunan oleh karena itu Kartasasmita (1997) mengatakan

pemberdayaan harus mengikuti pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

19

1. Upaya pemberdayaan harus terarah ( targeted )

2. Program pemberdayaan harus langsung mengikutsertakan atau bahkan

dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran.

3. Menggunakan pendekatan kelompok

Kemudian Kartasasmita (1997) mengatakan upaya memberdayakan masyarakat

dapat dilihat dari tiga sisi yaitu : pertama, menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). kedua, memperkuat

potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). ketiga,

memberdayakan mengandung pula arti melindungi.

Program pelatihan yang dilakukan pada para pengusaha UKM di Meksiko

menunjukan bahwa terjadi peningkatan produktifitas usaha apabila pelatihan

kewirausahaan dan pelatihan bisnis dilakukan secara terpadu dan juga difasilitasi

dalam hal konsultasi serta pendampingan secara umum maupun teknis. Dijelaskan pula

dengan adanya pendampingan secara teknis maka usaha mikro, kecil & menengah

memiliki kinerja yang meningkat dan lebih efektif (Tan & Avecedo, 2005).

Pelatihan menyebabkan bisnis menjadi lebih baik dan meningkatkan pendapatan

serta keuntungan bagi para pelaku usaha. Para peserta pelatihan melaporkan hal

menarik di dalam beberapa kegiatan yang diajarkan dalam program pelatihan bisnis.

Salah satunya adalah bagaimana cara memisahkan keuangan untuk modal kerja dan

keuangan rumah tangga, bagaimana cara menginvestasikan kembali keuntungan

kedalam bisnis, mencatat seluruh catatan penjualan dan pengeluaran, dan berpikir

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

20

proaktif tentang pangsa pasar baru dan mengambil peluang untuk meraih keuntungan.

Pelaksanaan strategi ini tampaknya telah membantu peserta untuk meningkatkan

pendapatan atau penghasilan dari bisnisnya (Frisancho, Karlan, & Valdivia, 2008).

Pengukuran efektifitas lebih baik jika dilihat dari hasil yang didapatkan dari

setiap program yang hendak diteliti. Dalam contoh pengukuran keuntungan perusahaan

dan pendapatan telah membuktikan tantangan nyata bagi banyak penelitian, dan

bahkan terdapat kendala yaitu kurangnya data dan fakta yang tersedia tentang

bagaimana sebenarnya pelatihan kewirausahaan itu berdampak pada kehidupan para

pengusaha UMKM. Untuk mengetahui segala informasi atau data yang dihasilkan dari

sebuah program pemberdayaan maka penilaian harus dilakukan setelah program yang

diterapkan selesai dilakukan (McKenzie & Woodruff, 2012).

2.1.6 Corporate Social Responsibility (CSR)

Bowen (1953) merupakan bapak CSR yang dikenal melalui bukunya Social

Responsibility of The Businessman. Ide dasar yang dikemukakan Bowen mengenai

kewajiban perusahaan dalam menjalankan usahanya agar sejalan dengan nilai-nilai dan

tujuan yang hendak dicapai masyarakat bersama perusahaan. Nilai akan kegiatan

sosial dihitung melalui kebermanfaatannya di dalam masyarakat. Kegiatan CSR yang

diberikan oleh perusahaan akan terasa percuma apabila hanya bersifat sementara.

Sehingga proses kegiatan ini harus dilakukan secara keberlanjutan hingga masyarakat

tersebut telah mandiri dan mampu menjaring orang-orang disekitarnya untuk dapat

saling mensejahterakan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

21

Menurut The World Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD)

dalam Rudito (2007), Corporate Social Resposibility (CSR) adalah komitmen bisnis

untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para

karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas -komunitas

setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan

kualitas kehidupan.

Dengan demikian, CSR merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan yang

tidak hanya berupa sumbangan financial kepada masyarakat yang bersifat sesaat

melainkan terhadap semua stakeholders termasuk lingkungan dan masyarakat

disekitarnya, dengan cara perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya yang

digunakan untuk kepentingan pembangunan manusia dan lingkungan secara

berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan profesional sehingga tercipta

keseimbangan dan kesejahteraan bersama.

Terkait itu semua, kebijakan CSR ini dianggap pula harus memperhitungkan

aspek-aspek keberlanjutan. Elkington (1997) menemukan dua poin penting dari

hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan filantropi. Pertama, poin yang

mengasumsikan sebuah dunia dimana perusahaan dan nilai yang saling berhubungan

ini berevolusi dengan cara yang dapat diprediksi. Asumsi beberapa isu sosial dan

lingkungan seperti perubahan iklim, akan mendorong gelombang kehancuran kreatif

dan nilai akan bergeser dari tidak ramah lingkungan menjadi ramah lingkungan. Kedua,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

22

berpikir mengenai aspek lingkungan sosial yang menghambat produktivitas bisnis di

lokasi di mana ia beroperasi.

Konsep Triple Bottom Lines yang dipopulerkan oleh Elkington (1997)

mendeskripsikan tiga rantai yang saling berhubungan pada kegiatan

pertanggungjawaban perusahaan yaitu profit, people, dan planet.

Gambar 2.1

Triple Bottom Lines CSR

Pertama adalah profit. Profit disini merupakan tujuan utama dari dibentuknya

sebuah perusahaan yaitu mencari keuntungan demi memajukan perusahaan itu sendiri.

Keuntungan disini bisa diraih apabila masing-masing dari tenaga pegawai ini bekerja

sesuai dengan tugasnya masing-masing. Porter dalam Budi (2008) (The Competitive

Advantage of Corporate Philanthrophy) mengkaji dan menunjukan adanya hubungan

positif antara profit dan CSR, atau tujuan finansial dan tujuan sosial perusahaan. Para

perusahaan yang memiliki profit tertinggi adalah perusahaan yang menjalankan

kegiatan CSR. Melalui hal ini bisa dikatakan, konsumen sekarang tidak lagi bodoh dan

Profit

(Keuntungan ekonomi)

People

(Kesejahteraan masyarakat)

Planet

(Keberlangsungan lingkungan

hidup / Integrated)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

23

semakin melihat peran serta tanggung jawab perusahaan dalam menentukan pilihan

konsumsi mereka (Budi, 2008).

Kedua adalah people. Orang yang menjadi bagian dari tanggung jawab

perusahaan tersebut bukan hanya para pekerja yang turut mengambil alih dalam

memasukan laba perusahaan. Penguatan kapasitas pula bukan hanya melalui energi

yang ada secara internal saja, tetapi juga harus dibangun melalui kegiatan eksternal

yang ada diluar perusahaan.

Ketiga adalah planet. Keberlanjutan lingkungan hidup juga menjadi tolok ukur

dalam tanggung jawab perusahaan. Seperti misalnya pengeboran minyak yang

mengakibatkan lubang di bumi ataupun pengambilan sumber daya alam lainnya yang

sebelumnya itu merupakan milik bersama.

2.1.6.1. Penerapan CSR di Indonesia

Elkington (1997) Perusahaan yang ingin menyusun Sustainability report harus

mengadopsi metode akuntansi triple bottom line yang merupakan perluasan dari

konsep akuntansi tradisional yang hanya memuat bottom line tunggal yakni hasil-hasil

keuangan dari aktivitas ekonomi perusahaan. Suharto dalam (Maulana, 2009) ada

empat model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan di Indonesia yaitu:

1. Keterlibatan langsung

Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan

sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa

perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

24

salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager

atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model

ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan

di negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana

abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.

3. Bermitra dengan pihak lain

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau

organisasai non-pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa,

baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium

Perusahaan turut mendirikan menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga

sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model

lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat

hibah pembangunan. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercaya

oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra

kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan

program yang disepakati bersama.

Oleh karena itu perusahaan harus lebih mengembangakan kembali penerapan

CSR dalam perusahaan supaya mendapatkan laba yang maksimal serta tidak

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

25

merugikan lingkungan sekitarnya. Perusahaan juga harus memberikan peluang–

peluang di masa yang akan datang untuk pertumbuhan perusahaan dengan tentunya

memprhitungkan keuntungan dan tingkat pengembalian financial yang optimal.

Perusahaan juga berkewajiban memberikan kualitas lingkungan bagi masyarakat untuk

kedepannya dalam jangka panjang bagi generasi sekarang maupun bagi generasi

penerus.

2.1.6.2. CSR Sebagai Pengentas Kemiskinan

Kemiskinan tidak dapat diselesaikan dengan peran pemerintah saja, namun

membutuhkan semua aspek masyarakat yang ada termasuk perusahaan swasta. Salah

satu peran perusahaan swasta adalah dengan memanfaatkan dana CSR untuk program

pemberdayaan masyarakat miskin dan program-program lainnya yang dapat membantu

meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat miskin. Hal ini dibuktikan dengan

penjelasan Dompet Dhuafa Corpora, yang mengatakan bahwa CSR telah banyak

membantu dalam mendorong pengentasan kemiskinan dan menguatkan kapasitas

masyarakat diberbagai jenis bidang. Program CSR yang diselaraskan atau di

integrasikan dengan program pemerintah setempat akan mampu menghasilkan hasil

yang lebih baik, dengan demikian peran kedua pihak dapat lebih efektif dalam

mengentaskan kemiskinan (Ismail, 2014).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

26

2.1.6.3 Manfaat CSR bagi Perusahaan dan Masyarakat

2.1.6.3.1 Manfaat CSR bagi Perusahaan

Bagi perusahaan, CSR merupakan investasi dan program untuk pengembangan

berkelanjutan (sustainable development). Dengan progam CSR tersebut perusahaan

akan mendapatkan 2 manfaat, yaitu secara internal dan eksternal. Manfaat internal

adalah perusahaan dapat melakukan inovasi dalam mengembangkan bisnisnya,

meningkatkan kerja sama dengan para investor, serta menonjolkan keunggulan

kompetitif perusahaan terhadap para pesaingnya. Sedangkan manfaat eksternal adalah

perusahaan mendapatkan pengaman sosial (social security), menguatkan brand atau

merk perusahaan di mata masyarakat, dan membentuk citra perusahaan yang baik

dimata konsumen maupun masyarakat.

2.1.6.3.2 Manfaat CSR bagi Masyarakat

Bagi masyarakat, CSR perusahaan dapat memberikan manfaat seperti

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan program-program pemberdayaan

(pelatihan skill), bantuan beasiswa bagi anak-anak miskin yang membutuhkan dan

berprestasi, serta pembangunan infrastruktur di daerah masyarakat yang dapat berguna

dan mendukung aktivitas masyarakat sekitar seperti pemberian pupuk bagi petani,

perbaikan jalan, bantuan kesehatan, khususnya bagi yang kurang mampu / miskin.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

27

2.1.6.4 Ukuran Keberhasilan Program CSR

Menurut Wibisono (2007), untuk melihat sejauh mana efektivitas program

CSR, diperlukan parameter atau indikator untuk mengukurnya. Setidaknya, ada dua

indikator keberhasilan yang dapat digunakan, yaitu:

A. Indikator Internal

1) Ukuran Primer

a) Minimize, yaitu meminimalkan perselisihan, konflik, atau potensi konflik

antara perusahaan dengan masyarakat dengan harapan terwujudnya hubungan

yang harmonis dan kondusif.

b) Asset, yaitu aset perusahaan yang terdiri dari pemilik, pemimpin perusahaan,

karyawan, pabrik, dan fasilitas pendukungnya terjaga dan terpelihara dengan

aman.

c) Operational, yaitu seluruh kegiatan perusahaan berjalan aman dan lancar.

2) Ukuran Sekunder

a) Tingkat penyaluran dan kolektibilitas (umumnya untuk PKBL BUMN).

b) Tingkat complience pada aturan yang berlaku.

B. Indikator Eksternal

1) Indikator Ekonomi

a) Tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum.

b) Tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara ekonomis.

c) Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat secara berkelanjutan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

28

2) Indikator Sosial

a) Frekuensi terjadinya gejolak atau konflik sosial

b) Tingkat kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat.

c) Tingkat kepuasan masyarakat.

2.1.7 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagai sebuah institusi merupakan

bentukan masyarakat yang muncul atas prakarsa masyarakat dan dikelola oleh

masyarakat sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam bidang

pendidikan. Di samping itu, keberadaan PKBM juga berfungsi sebagai institusi

pemberdaya masyarakat untuk membantu kelompok-kelompok masyarakat

terpinggirkan agar mereka memiliki posisi seimbang dengan kelompok masyarakat

lainnya yang lebih mapan dalam kehidupan sosial maupun ekonominya.

Komposisi dan fungsi kelembagaan juga dimiliki oleh PKBM sebagai lembaga

masyarakat, antara lain: PKBM berfungsi sebagai prasarana bagi terselenggaranya

kegiatan belajar di masyarakat yang tentunya memiliki karakteristik berbeda dengan

pembelajaran dalam sekolah-sekolah formal di mana peserta didiknya adalah anak-

anak yang lebih homogen, PKBM juga berfungsi sebagai wadah partisipasi aktif bagi

anggota masyarakat dalam kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan sampai evaluasi. Disamping itu, PKBM juga memiliki banyak fungsi, di

samping memberdayakan masyarakat dengan menyelenggarakan pendidikan setara

pendidikan formal, PKBM juga menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

29

masyarakat berbasis pada peningkatan ekonomi masyarakat, salah satunya adalah

pendirian kelompok belajar usaha.

Menurut Sihombing (2000) PKBM merupakan suatu wadah dimana seluruh

kegiatan belajar masyarakat dalam rangka peningkatan pengetahuan,

keterampilan/keahlian, hobi, atau bakatnya yang dikelola dan diselenggarakan sendiri

oleh masyarakat. PKBM adalah sebagai wahana untuk mempersiapkan warga

masyarakat agar bisa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk

dalam hal meningkakan pendapatannya. Sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta masalah-masalah pendidikan masyarakat serta

kebutuhan akan pendidikan masyarakat, definisi PKBM terus disempurnakan terutama

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan lembaga, sasaran,

kondisi daerah serta model pengelolaan.

Pusat kegiatan Belajar Masyarakat yang merupakan tindak lanjut dari gagasan

Community Learning Center yang telah dikenal di Indonesia sejak tahun enam

puluhan. Secara kelembagaan, perintisannya di Indonesia dengan nama PKBM baru

dimulai pada tahun 1998 sejalan dengan upaya untuk memperluas kesempatan

masyarakat memperoleh layanan pendidikan (Sudjana, 2003).

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa PKBM adalah sebuah

lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat serta

diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal baik di perkotaan maupun di

pedesaan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

30

masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya secara mandiri. Untuk itulah

PKBM berperan sebagai tempat pembelajaran masyarakat terhadap berbagai

pengetahuan atau keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana dan potensi

yang ada di sekitar lingkungannya.

Keberadaan PKBM memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai koordinasi

program-program pembelajaran di masyarakat. Tersedianya pengelola dan tenaga

pengajar yang berkualitas, merupakan daya pikat tersendiri bagi masyarakat untuk

datang ke PKBM. Tujuan PKBM adalah memberdayakan masyarakat untuk

kemandirian, melalui program-program yang dapat membentuk manusia yang

memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap, sedangkan fungsi PKBM sendiri

adalah sebagai wadah pembelajaran artinya tempat warga masyarakat dapat menimba

ilmu dan memperoleh berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan fungsional yang

dapat didayagunakan secara cepat dan tepat dalam upaya perbaikan kualitas hidup dan

kehidupannya. (Sihombing, 1999).

2.2 Penelitian-penelitian Terkait

Ada banyak penelitian yang sudah dipublikasikan baik di Indonesia maupun di

luar negeri dan meneliti mengenai konstribusi perusahaan melalui program CSR dalam

pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tabel dibawah ini:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

31

Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya

No Nama Judul Tujuan Model Hasil

1 Mulyadi,Hersona,

dan May

(2013)

Analisis

pelaksanaan

Corporate Social Responsibility

(CSR)

Pada PT. Pertamina gas area JBB distrik

Cilamaya bagi

masyarakat

Untuk mengetahui,

menjelaskan dan

menganalisis Program CSR apa saja yang

telah dilaksanakan

oleh PT Pertamina Gas Area JBB Distrik

Cilamaya dan

respon/tanggapan masyarakat terhadap

program tersebut.

Metode yang

digunakan adalah

analisis kluster, skala likert, rentang skala,

analisis deskriptif, uji

validitas dan uji reliabilitas dan diolah

menggunakan alat

bantu SPSS 16.

Hasilnya responden

menyatakan baik/setuju

terhadap pelaksanaan CSR PT Pertamina Gas

Area JBB Distrik

Cilamaya

2 Prayogo (2013) “Measuring Corporate Social

Responsibility for

Local Communities in Mining, Oil and

Gas Industries, The

Case of Indonesia

menguji metode untuk mengukur CSR dalam

dua perusahaan di

Kalimantan dan Sumatera

Menggunakan kuantitatif (survei dan

data sekunder) dan

kualitatif metode (wawancara

mendalam dan

observasi). Sampel berjumlah 150

responden, yang

dipilih secara acak dari populasi

penerima manfaat

program.

- Metode pengukuran

CSR perlu mempertimbangkan dua

aspek proporsional,

masyarakat dan perusahaan.

- CSR tidak hanya soal

filantropi, tetapi sebenarnya merupakan

kewajiban, sebagai

bagian dari cara produksi, dalam rangka

untuk mendapatkan

legitimasi sosial, yang berlaku keadilan sosial

dan kesetaraan dalam

praktek pertambangan dan industri minyak di

Indonesia.

3 Partini (2013)

“CSR dan

Pemberdayaan Masyarakat (Studi

Implementasi

CSRPTBA di Muara Enim, Sumatera

Selatan).

Untuk mencari tahu

apakah program CSR yang diberikan oleh

perusahaan dapat

memberdayakan masyarakat atau

tidak?

Kuantitaif dan

kualitatif, dengan sampel kuantitatif

diambil sebanyak 101

responden dengan teknik proporsional

dan multi stage

random sampling.

CSR yang diberikan

dapat memberdayakan sekaligus membangun

masyarakat mandiri yang

berkeadilan sosial.

4 Konaah (2013) The Contribution of

Kopontren Al-

Ishlah to the Sustainability of

Community

Development through Gunung

Kuda’s mining of

Bobos Village

Cirebon West Java

Mendeskripsikan

model pengembangan

masyarakat yang dilakukan Yayasan Al

Ishlah yang memiliki

karakteristik sebuah institusi IMM dan

mencari tahu faktor-

faktor yang

mempengaruhi

keberlanjutan

kontribusi keuangan galian c terhadap

kinerja keuangan

kopontren sehingga berlanjutnya

kontribusi kopontren

kepada masyarakat.

Metode penelitian

mixed method

research untuk mendeskripsikan

persoalan

berkelanjutan

Kinerja unit usaha galian

c kopontren al-ishlah

belum stabil, tetapi profitability-nya

memiliki nilai positif

sehingga konstribusi keuangan kopontren tidak

terganggu. Selain itu unit

usaha selain galian c

berpotensi untuk

ditingkatkan dengan

mempertimbangkan ketersedian sumberdaya.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

32

Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam menunjang proses penelitian agar tetap terarah pada fokus penelitian

maka disusun suatu kerangka dalam penelitian ini yang bertujuan untuk menggali

berbagai informasi yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat berbasis lembaga

yang didukung oleh program CSR sebuah perusahaan dalam rangka memberikan

rekomendasi dan evalusi untuk pengembangan masyarakat yang berkelanjutan. Tujuan

akhir dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar dampak CSR terhadap

PKBM dalam upaya pengembangan masyarakat.

5 Naqvi, Ishtiaq,

Nousheen,

Kanwal, Ali & Inderyas (2013)

Impact of Corporate

Social responsibility

on Brand image in Different FMCGs of

Pakistan

Untuk mengetahui

Bagaimana citra

merek dari produk serta citra umum

perusahaan jika

melakukan aktifitas sosial atau CSR pada

masyarakat.

Penelitian ini

menggunakan

pendekatan Kualitatif dengan responden 180

siswa dari 22

universitas yang ada di Pakistan.

(Results showed that

socially responsible

activities of a firm enhance the brand image

of the firms’ goods as well

as the general image of the firm).

(Hasil menunjukkan bahwa aktivitas

perusahaan yang

bertanggung jawab secara

sosial, meningkatkan

citra merek dari produk

serta citra umum perusahaan).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/121120/2013/121120130504_2_2281.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

33

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: mempengaruhi

: berhubungan

2.4 Hipotesis

Berdasarkan program yang diberikan, seperti bantuan fasilitas pendidikan,

beasiswa dan infrastruktur lainnya, maka dapat diketahui bahwa program corporate

social responsibility berdampak terhadap pusat kegiatan belajar masyarakat dalam

melakukan pemberdayaan masyarakat.

Kebijakan Perusahaan Kebijakan Pemerintah

Implementasi Program CSR:

- Perusahaan terlibat langsung - Membentuk yayasan sosial

- Bermitra dengan pihak lain

- Mendukung atau membuat konsorsium

PKBM

Pemberdayaan masyarakat

Standar indikator keberhasilan CSR

secara sosial & ekonomi

- Peningkatan taraf hidup masyarakat

- Kelembagaan berkelanjutan