bab ii tinjauan pustaka kerangka berpikir dan...

120
27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Pustaka Pada penelitian ini yang menjadi grand theory adalah Manajemen Strategi, middle range theory adalah Corporate Strategy dan Cooperative Strategy. Gambar 2. 1 Struktur Hierarki Rujukan Teori KINERJA BANK (BANK PERFORMANCE) ROE (Return On Equity). (Athamasoglou et al, 2006) ROA (Return On Asset). (Athamasoglou et al, 2006) manajemen bisnis, manajemen finansial dan perbankan Pearce & Robinson (2011) Corporate Strategy Frank Rotharmel, (2013) Fred R. David, Thomas L. Wheelen and David Hunger Cooperative Strategy Frank Rotharmel, (2013) Fred R. David, Thomas L. Wheelen and David Hunger APPLIED THEORY Merger , Akuisisi Thomas L.Wheelen David. Hunger, 2013 Strategy Relationship, Collaboration (Katz dan Martin 2007), Relationship distribution (Burt, 2003), Aliance, Customer Relationship Management (CRM) Stanley (2000, 48), dan Joint Ventur ( Thomas L.Wheelen David. Hunger , 2013) MIDLE RANGE THEORY GRAND THEORY Management Strategy Ansoff (1972) Frank Rotharmel (2013), John A. Perace II Richard (2013) Robinson: Fred R. David Financial :Permodalan : (Berger., A.N (2003)Size Asset olweny & Shipo 2011)Likuiditas (Nguyen et al (2017)Efisiensi (Chena et al (2017)Fee Based Hanak (1992)Pertumbuhan Dana pihak ketiga(Pertumbuhan Kredit(Moorad, 2007) Non-Financial : Jumlah SDM (Arteaga 2016 Network (Molyneux & Wilson, 2007 TI (Layanan Digital Banking) (Moorad, 2007) GCG krayenbuel (1993:26) Arun dan Turner (2004:371) Macro Economic Inflasi (Aburime, 2005, Boyd yet al (2001), Suku Bunga Acuan (Bourke, 1989; Molyneux & Thormtom 1992) Nilai Tukar (Loen & Ericson, 2008)

Upload: duonglien

Post on 23-Aug-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1. Kajian Pustaka

Pada penelitian ini yang menjadi grand theory adalah Manajemen

Strategi, middle range theory adalah Corporate Strategy dan Cooperative

Strategy.

Gambar 2. 1 Struktur Hierarki Rujukan Teori

KINERJA BANK (BANK PERFORMANCE)

ROE (Return On Equity). (Athamasoglou et al, 2006)

ROA (Return On Asset). (Athamasoglou et al, 2006)

manajemen bisnis, manajemen finansial dan perbankan

• Pearce & Robinson (2011)

Corporate Strategy

• Frank Rotharmel, (2013) Fred R. David, Thomas L. Wheelen and David Hunger

Cooperative Strategy

• Frank Rotharmel, (2013) Fred R. David, Thomas L. Wheelen and David Hunger

APPLIED THEORY

Merger , Akuisisi Thomas L.Wheelen David. Hunger, 2013

Strategy Relationship, Collaboration (Katz dan Martin 2007), Relationship distribution (Burt, 2003), Aliance, Customer Relationship Management (CRM) Stanley (2000, 48), dan Joint Ventur ( Thomas L.Wheelen David.

Hunger , 2013)

MIDLE RANGE THEORY

GRAND THEORY

Management Strategy Ansoff (1972)

Frank Rotharmel (2013), John A. Perace II Richard (2013) Robinson: Fred R. David

Financial :Permodalan :

(Berger., A.N (2003)Size Asset olweny & Shipo 2011)Likuiditas (Nguyen et al (2017)Efisiensi (Chena et al (2017)Fee Based Hanak (1992)Pertumbuhan Dana pihak ketiga(Pertumbuhan Kredit(Moorad, 2007)

Non-Financial :

Jumlah SDM (Arteaga 2016 Network (Molyneux &

Wilson, 2007

TI (Layanan Digital Banking) (Moorad, 2007)

GCG krayenbuel

(1993:26) Arun dan Turner (2004:371)

Macro Economic Inflasi (Aburime, 2005,

Boyd yet al (2001),

Suku Bunga Acuan (Bourke, 1989; Molyneux & Thormtom 1992)

Nilai Tukar (Loen & Ericson, 2008)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

28

Manajemen strategi sebagai Grand Theory diperkenalkan Ansoff (1972).

Manajemen strategi adalah seperangkat keputusan dan tindakan manajerial yang

membantu menentukan kinerja jangka panjang suatu organisasi. Analisis terhadap

lingkungan (baik eksternal dan internal) sebagai dasar untuk perumusan strategi

(perencanaan strategis atau jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi

dan kontrol. Sheelwn et.al (2015) mendefinisikan manajemen strategi sebagai

serangkaian keputusan dan aksi manajerial yang menentukan kinerja jangka

panjang sebuah organisasi, termasuk proses identifikasi lingkungan eksternal dan

internal.

Menurut David (2013:35) menjelaskan manajemen strategi merupakan

suatu seni dan ilmu pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan

mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi untuk

mencapai tujuannya. Wheelen & Hunger (2015:38) menjelaskan manajemen

strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan

kinerja jangka panjang dari suatu perusahaan.

Middle range theory yaitu manajemen bisnis, manajemen finansial dan

perbankan, Corporate strategy serta cooperative strategy. Pengertian manajemen

bisnis menurut Kyriazoglou (2012:38) adalah sebagai berikut manajemen bisnis

sebagai “kegiatan menjalankan perusahaan, seperti mengendalikan, memimpin,

pemantauan, pengorganisasian, dan perencanaan. Manajemen bisnis adalah

kegiatan terorganisir untuk memperoleh keuntungan.

Manajemen korporasi lebih pada proses untuk memimpin, mengatur dan

mengarahkan perusahaan. Tugas bisnis yang sering dilakukan oleh manajemen

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

29

perusahaan termasuk perencanaan strategis, serta mengelola sumber daya

perusahaan dan menerapkannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Setiap fungsi

dalam struktur maupun diluar struktur didorong agar menunjang pencapaian

tujuan perusahaan.

Tata kelola perusahaan berkaitan dengan seluruh fungsi dalam organisasi.

Ward et al (2005) mengemukakan perusahaan melakukan berbagai macam

kegiatan dan sering terlibat dalam proses bisnis yang cukup beragam. Manajemen

korporasi diperlukan untuk mengelola aktivitas yang semakin beragam. Totalitas

kegiatan bisnis dan proses dapat dipisahkan menjadi beberapa yang benar-benar

berkontribusi pada penciptaan nilai, dan mungkin beberapa yang sebenarnya

menghancurkan nilai. Manajemen korporasi diidentifikasi secara praktis untuk

membangun proses kontrol yang sangat baik yang menambah nilai pada bisnis.

Interaksi perusahaan dalam struktur ekonomi yang menyimpan

ketidakpastian memerlukan pengelolaan. Manajemen kooperatif diperlukan untuk

mengelola pertukaran sosial untuk menciptakan nilai inovasi dalam layanan.

Pengelolaan pertukaran memperebutkan sarana yang jarang terdapat di pasar

memerlukan dukungan struktur. Kelangkaan sumber daya, penguasaan hak-hak

atas sumber daya serta keinginan untuk memenuhi kebutuhan menciptakan

produktivitas yang berdampak signifikan pada pertumbuhan, pencapaian tujuan

maupun pemenuhan kebutuhan institusi yang terlibat memerlukan tata kelola

sistematis dan terstruktur. Adanya nilai, manfaat, dan cara yang digunakan untuk

menguasai hak-hak atas sumber daya yang dapat mendorong meningkatnya

pemenuhan kebutuhan memerlukan pengelolaan agar kepentingan, distribusi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

30

kontrol pada awal maupun saat seimbang, nilai, kekuatan lebih optimal. Applied

theory penelitian ini adalah kinerja bank, finansial, non finansial, GCG dan makro

ekonomi, merger, akuisisi, strategi relationship, kolaborasi, strategi aliansi,

relationship.

2.1.1. Finansial

2.1.1.1. Konsep finansial

Kondisi finansial menentukan bagaimana sistem operasi layanan bank.

Jumingan (2011:243) mengungkapkan bahwa rasio dalam analisis laporan

keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara unsur dengan unsur

lainnya dalam laporan keuangan . Setiap rasio finansial yang dibentuk memiliki

tujuan yang ingin dicapai, sehingga tidak dijumpai batasan yang jelas dan tegas

berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis. Pada dasarnya rasio

yang digunakan pada bank tidak jauh berbeda dengan rasio finansial pada

perusahaan non bank lainnya. Perbedaan yang terdapat antara rasio bank dan

perusahaan non bank yaitu terletak pada jenis rasio yang digunakan untuk menilai

suatu rasio yang jumlahnya lebih banyak, karena komponen neraca dan laporan

laba rugi yang dimiliki bank berbeda dengan laporan neraca dan laporan laba rugi

milik perusahaan non bank. Dalam mengelola dananya bank membutuhkan

kepercayaan masyarakat, sehingga risiko yang dihadapi bank jauh lebih besar

ketimbang perusahaan non bank lainnya dan ada beberapa rasio yang dikhususkan

untuk memperhatikan rasio-rasio tersebut (Kasmir, 2016:216). Loan to Deposit

Ratio/Finance, konsep yang didasarkan pada agency theory.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

31

Konstruk finansial merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja bank

berasal dari aktivitas bisnis berupa finansial yang akan menjadi penunjang utama

dalam bisnis bank.

2.1.1.2. Pengukuran Finansial

Pengukuran finansial adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Dimensi finansial

No Author Dimensi Indikator

1. Lemioux (2013 1. Modal

2. Likuiditas

1. Modal inti

2. LDR

2. Pabozzi dan Peterson (2003

1. Modal

2. Struktur

organisasi

1. Biaya dalam jangka

panjang (Capital

expenditure).

2. Capital Adequacy Ratio

(CAR)

3. Choundry

(2007)

1. Modal

2. Asset

3. Liquidity

1. Modal inti

2. Jumlah Asset

3. LDR

4. Brealey &

Myers (1991)

1. Modal

2. Hutang

1. Modal inti

2. Rasio leverage

5. Brigham et.al (

1999)

1. Struktur modal

2. Hutang

3. Biaya hutang

1. Modal inti

2. Rasio leverage

3. Beban Bunga

6. Cottei et al

(2011

1. Struktur modal

2. Pengembangan

Pasar saham

3. Hutang

1. Modal inti

2. Market Capital

3. Rasio leverage

7. Koksal &

Orman (2014)

struktur modal Modal

Hutang

8. Lee et al (2010 struktur modal Modal

Hutang

9. Berger (2003) struktur modal Modal

Hutang

10. Hitchner (2006 Aset Ukuran Aset

11. Ineichen (2007) Aset Ukuran Aset 12. Klingebiel

(2000)

Aset Ukuran Aset

13. Michauds &

Michauds

(2008)

Aset Ukuran Aset

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

32

No Author Dimensi Indikator

14. Ganley (2004) Likuiditas LDR 15. Akhtar, 2007 Likuiditas LDR 16. Brunnermeier

dan Yogo, 2009

Likuiditas LDR

17. Harbi ( 2017) Likuiditas

18. Central Bank 1. Modal CAR

2. Likuiditas LDR

3. NSFR/Net stable fund ratio

LCR (Liquidity Coverage

Ratio)

19. Mitra &

Schwaiger

(2011

Likuiditas LDR

20. Arif & Anes

(2012)

Dana pihak ketiga 1. Giro

2. Jenis simpanan

21. Hardianto dan

Wulandari

(2016)

1. Likuiditas LDR

2. Fee based service Biaya Tambahan

3. Efisiensi BOPO

22. Hoffman et al

(2012)

1. Fee-based income

service

2. Socio

demographic

3. Pysichographic

23. Koukova et al

(2011)

Fee-based income

service

Giro , simpanan

24. Chao et al

(2016

1. Fee based service,

2. Network

1. Kartu kredit, kartu tunai,

trust, dan manajemen

kekayaan.

25. Doyran (2013) Efisiensi Bopo

26. Abid & Goaied

(2016)

Efisiensi Fungsi Profit

27. Azad et al

(2016)

Efisiensi Optimaliasi Teknologi

28. Wu et al (

2006)

Efisiensi BOPO

29. Duncan dan

Elliott (2004)

Efisiensi Output yang dihasilkan

dalam suatu organisasi

dengan input

30. Hamid et al

(2017).

Efisiensi BOPO

31. Wang et al.,

2002

Produktivitas Rasio output ke input

32. Sufian et

al.(2013)

Efisiensi Mengubah inputnya menjadi

output sesuai dengan tujuan

progresif

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

33

No Author Dimensi Indikator

33. Hadad, (2003) Efisiensi 1. SFA

2. DFA

34. Oh and Lee

(2010)

Dimensi non

parametric dalam

meta-frontier

1. Fungsi jarak dalam

periode waktu yang sama

2. Fungsi jarak antar waktu

3. Fungsi jarak secara global

35. Wong dan Feng

(2016)

Efisiensi cara menghitung input dan

output

36. Duncan dan

Elliott (2004)

Efisiensi Perbedaan dari hasil

maksimum yang dapat

dicapai untuk suatu tingkat

input tertentu

37. Dimensi

(konstruk )

finansial

1. Permodalan Modal Inti, CAR

2. Size Asset Jumlah aset, Pertumbuhan

dana pihak ketiga,

pertumbuhan kredit , NPL,

3. Liquiditay LDR

4. Fee-based income Jumlah Fee Based, Prosentase Feebase terhadap

pendapatan

5. Efisiensi BOPO, NIM

1. Permodalan

Modal dalam struktur perusahaan sebagai variabel untuk penilaian

pengambilan keputusan dari strategi korporasi misalnya melakukan kerjasama

atau berkompetisi dalam lingkungan yang persaingan yang ketat. Lemioux

(2013:30) menekankan bahwa modal dan persyaratan likuiditas adalah dua

instrumen tersebut (dilengkapi dengan modal dan likuiditas cadangan fasilitas

selama fase darurat krisis). Hal ini menunjukan bagaimana pentingnya struktur

modal yang dirancang oleh perusahaan. Pabozzi dan Peterson (2003:328)

mengemukakan bahwa modal merupakan sumber pendanaan jangka panjang.

Modal dalam struktur organisasi bank diidentifikasi sebagai sejumlah nilai

yang diukur berdasarkan satuan uang. Modal bank merupakan modal awal pada

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

34

saat pendirian Bank yang jumlahnya telah ditetapkan dalam suatu ketentuan atau

pendirian bank. Struktur modal dalam perusahaan mempengaruhi bagaimana

profitabilitas maupun biaya. Struktur modal yang tepat merupakan suatu

keputusan yang kritis untuk berbagai keputusan bisnis. Selain karena adanya

kebutuhan untuk memaksimalkan keuntungan pada berbagai macam organisasi

bisnis, keputusan itu juga berdampak pada kemampuan perusahaan untuk dapat

berjalan dengan lingkungan persaingan. Moorad Choundry (2007;5) menjelaskan

bahwa “Bank capital in the equity of the Bank . It is important asit is the chusion

that absorbs any unreserved losses that the Bank insecures.”

Menurut Brealey & Myers (1991) dalam perspektif Trade–off theory bahwa

adanya hubungan antara pajak, risiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang

disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaaan. Hal ini

menyebabkan perusahaan berupaya membangun struktur modalnya sesuai agar

lebih optimal termasuk agar menyusun modal dalam struktur yang disarankan

yaitu 100% dari hutang. Faktanya tidak ada perusahaan yang menyusun modal

dalam struktur yang didasarkan pada teory Trade–off theory. Hal ini dikemukakan

Brealey & Myers (1991); bahwa penggunaan hutang 100% sulit dijumpai dan

semakin banyak hutang semakin tinggi beban atau risiko yang ditanggung

perusahaan. Termasuk bagaimana biaya yang dikeluarkan sebagai biaya

kesempatan atas hutang tersebut.

Perlunya keseimbangan seperti disarakan oleh Brigham et.al (1999) struktur

modal optimal tercapai pada saat terjadi keseimbangan antara manfaat

menggunakan hutang dengan biaya menggunakan hutang. Dalam struktur

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

35

ekonomi masyarakat seperti saat ini terlebih dengan krisis yang ada, terdapat

beragam pilihan investasi dan diversifikasi risiko bagi para investor. Koksal &

Orman (2012) struktur modal yang didasarkan pada kondisi ekonomi yang stabil.

Teori lain yang berkaitan dengan struktur modal adalah berkaitan dengan

informasi. Informasi asimetri memunculkan teori Pecking Order. Perusahaan

menyusun modal berdasarkan informasi yang dimilikinya. Teori Pecking Order

menunjukkan urut-urutan pendanaan sebagai berikut: 1) Perusahaan cenderung

menggunakan internal financing. 2) Perusahaan menyesuaikan target dividend

payout ratio terhadap peluang 3) investasi mereka, sementara mereka

menghindari perubahan dividen secara drastis. 3) Jika pendanaan eksternal

dibutuhkan, pertama-tama perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling

aman, yaitu dimulai dengan penerbitan hutang, convertibles bond, dan alternatif

yang paling terakhir adalah saham. Salah satu asumsi dalam teori ini berkaitan

dengan kontrol (pemilik saham diasumsikan tidak akan membagi atau menjual

sahamnya dengan investoir baru).

Asumsi kedua yaitu informasi. Kesulitan utama dalam pengawasan

(monitoring) perusahaan adalah karena adanya asimetri informasi (asymmetry

information) atau ketidakselarasan informasi, yang menjadikan fungsi-fungsi

dalam sistem pengelolaan perusahaan rawan masalah moral hazard baik fungsi

finansial, pemasaran, maupun SDM para agen sering mempunyai informasi yang

lebih baik mengenai bisnis tersebut dari pada pihak principal (pendiri), para agen

bisa memaksimumkan utilitasnya atas beban pihak lain, atau paling sedikit agen

tidak menanggung secara penuh atau sepadan dengan kerugian bila terjadi. Para

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

36

pemegang saham dan manajemen bisa mempunyai agenda tersembunyi yang

bertentangan dengan etika dan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang

berkelanjutan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari ketepatan pengambilan

kebijakan dalam pengelolaan termasuk upaya-upaya untuk mendorong

keunggulan bersaingnya. Asymmetric information menyebabkan dua hal, yaitu

moral hazard dan adverse selection (kesalahan memilih). Asymmetric information

adalah kondisi dimana informasi tidak tersebar merata antar pelaku ekonomi.

Informasi memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan modal.

Cotei et al (2011) mengemukakan perlindungan investor yang lebih kuat,

transparansi yang lebih tinggi, perkembangan pasar finansial mengurangi biaya

rekapitalisasi menjadi pertimbangan dalam memilih pendanaan guna memperkuat

struktur modal. Liang (2012) menggambarkan bagaimana perilaku para investor

dan asimetric information. Informasi bergerak secara bertahap dan akhirnya

menjadi pengetahuan umum. Koksal dan Orman (2014) mengemukakan teori

pecking order paling berguna ketika lingkungan ekonomi relatif tidak stabil. Ajina

et al (2015) menyatakan investasi berkaitan dengan tingkat transparansi dan

tingkat asimetri informasi.

Dalam perspektif yang lebih luas berkaitan kondisi di negara-negara maju,

Cottei et al (2011:717) mengemukakan bahwa struktur modal berkaitan dengan

tingkat finansial, pengembangan pasar saham dan rasio baik leverage jangka

panjang maupun jangka pendek. Hal ini menjadikan konsep tentang struktur

modal tidak hanya didasarkan pada pertimbangan ketersediaaan modal maupun

perkembangan pasar.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

37

Lebih lanjut dijelaskan Cottei et al (2011:718) bahwa perbedaan dalam

struktur modal di berbagai negara dengan sistem hukum yang berbeda.

Perusahaan menggunakan pembiayaan eksternal hanya jika dana internal tidak

cukup untuk membiayai aktivitas perusahaan untuk mengoptimalkan peluang

pertumbuhan dan informasi biaya asimetri rendah (Shyam-Sunder dan Myers,

1999). Terutama bagi negara-negara dengan sistem ekonomi yang tertutup jika

dana eksternal dibutuhkan, teori pecking order memprediksi bahwa perusahaan

berusaha menjaga tingkat keamanan yang paling mungkin.

Di negara-negara di mana pasar finansial memiliki struktur, pasar modal

kurang berkembang, perusahaan tidak memiliki standar dalam tata kelola dan

standar akuntansi, perlindungan terhadap para pemegang saham dan kreditur

rendah, lebih sedikit informasi tersedia tentang perusahaan dan asimetri informasi

lebih tinggi ada. Dalam konteks teori pecking order, perusahaan lebih bergantung

pada dana internal dan utang (dijamin dan tidak aman) untuk defisit pembiayaan.

Dalam menentukan struktur modal, terdapat hubungan positif penerbitan utang

untuk modal dan defisit pembiayaan.

Di sisi lain, model trade-off dapat memprediksi bahwa perusahaan akan

berusaha mempertahankannya struktur modal optimal (target) dengan

menyeimbangkan manfaat dan biaya utang. Manfaatnya termasuk pajak,

pengurangan masalah arus kas bebas dan potensi konflik antara manajer dan

pemegang saham. Kesulitan finansial, biaya yang terkait dengan kurangnya

investasi dan masalah substitusi aset. Menurut Teori trade-off perusahaan yang

memiliki struktur modal optimal dan menyesuaikan leverage akan lebih optimal

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

38

memanfaatkan modalnya untuk profitabilitas. Koksal & Orman (2014)

menegaskan tentang struktur modal yaitu karakteristik perusahaan, pajak,

spesifikasi industri dan makro ekonomi.

Untuk industri perbankan, struktur modal didasarkan pada beragam

pertimbangan termasuk perluasan jaringan, regulasi, keamanan investasi,

kepercayaan nasabah (pertimbangan untuk memilih pemodal) atau bagaimana

pasar saham, maupun tingkat suku bunga dan risiko bisnis terutama di negara-

negara berkembang yang memiliki tingkat risiko akibat asimetrik informasi yang

cukup tinggi. Liang (2012:210) mengemukakan bagaimana asimetri informasi dan

pasar modal termasuk bagaimana permintaan saham oleh para investor. Informasi

mempengaruhi perilaku para pemodal. Lee et al (2010:46) menegaskan bahwa

struktur modal merupakan gambaran dari nilai perusahaan dan nilai sekuritas

perusahaan. Berger & Bouman (2013:146) mengenai krisis ekonomi dan

kaitannya dengan tingkat kemampuan bank untuk bertahan. Berger (2003)

mengemukakan pentingnya struktur modal. Ditegaskan bahwa penggunaan

struktur modal tidak dapat dilepaskan dari regulator yang menetapkan minimum

untuk modal ekuitas dan jenis peraturan lainnya untuk mencegah pengambilan

risiko yang berlebihan, dan mungkin mempengaruhi biaya agensi. Hal ini

menunjukkan adanya beragam pertimbangan untuk menentukan struktur modal

perusahaan.

a. Indikator Permodalan

Struktur modal yang merupakan kombinasi utang dan ekuitas dalam

struktur finansial jangka panjang perusahaan lebih menggambarkan target

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

39

komposisi utang dan ekuitas dalam jangka panjang pada suatu perusahaan

(Bernstein & Wild, 1998). Pabozzi dan Peterson (2003:328) menegaskan

indikator permodalan dinilai berdasarkan biaya dalam jangka panjang (Capital

expenditure).

Permodalan dalam beberapa penelitian diukur dengan menggunakan

indikator Capital Adequacy Ratio (CAR), yang menggambarkan tingkat

kecukupan modal bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah suatu rasio yang

menunjukkan sampai sejauh mana kemampuan permodalan suatu bank untuk

mampu menyerap risiko kegagalan kredit yang mungkin terjadi, sehingga semakin

tinggi angka rasio ini, maka menunjukkan bank tersebut semakin sehat, begitu

juga sebaliknya.

CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan

seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,

penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) dibiayai dari modal sendiri

disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Angka rasio

CAR yang ditetapkan oleh Bank Sentral adalah minimal 8%, jika rasio CAR

sebuah bank berada dibawah 8% berarti Bank tersebut tidak mampu menyerap

kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio

CAR diatas 8% menunjukkan bahwa Bank tersebut semakin solvable. Dengan

kata lain, semakin besar jumlah modal Bank yang dapat dioperasionalkan, kondisi

ini tentunya akan memberikan peluang bagi bank untuk dapat melakukan ekspansi

kredit dengan segala konsekuensinya. Jika Bank mampu melakukan ekspansi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

40

kredit dengan baik, maka pendapatan bunga bank akan meningkat dan pada

*blabla*

Indikasi modal berkaitan dengan risiko adalah CAR. Capital adequacy

ratio merupakan rasio yang memperlihatkan perbandingan modal bank dengan

aktiva tertimbang menurut risiko. Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan

bank tersebut semakin sehat ditinjau dari sisi permodalannya. Pemenuhan CAR

minimum 8% mengindikasikan bank mematuhi regulasi permodalan. Rasio ini

memperlihatkan seberapa besar aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,

penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) dibiayai dari modal sendiri

disamping memperoleh dana dari sumber diluar bank.

Modal Bank

CAR = Total ATMR

2. Size Asset dan Kualitas Aset bank

Aset merupakan sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat

dalam usaha (Joel G.Siegel, Jae K. Shim). Moorad Choudry (2013,30) Asset :

Fixed Assetand net current Asse, Indicates if the company is able tocover its shoth

term liabilities its current assets. James R. Hitchner (2006,317) menyampaikan

pentingnya ukuran aset yaitu cara umum untuk menentukan indikasi nilai bisnis,

kepemilikan bisnis, atau penggunaan keamanan, satu atau lebih metode

berdasarkan nilai aset bersih dari kewajiban. Ineichen (2007:10) menjelaskan

tentang pengelolaan aset yaitu 1) Pengembalian asimetris, peluang investasi di

mana hubungan risiko/imbalan adalah asimetris, potensi keuntungan lebih tinggi

dari potensi kerugian atau di mana probabilitas laba lebih tinggi dari kemungkinan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

41

kerugian, atau kombinasi keduanya. 2) Menemukan dan mengeksploitasi asimetri

ini membutuhkan manajemen risiko aktif proses.

Pengelolaan aset terkait dengan risiko dan peluang untuk mendapatkan

imbalan atas aset tersebut. Klingebiel (2000) menegaskan pentingnya pengelolaan

aset. Manajemen aset perusahaan telah digunakan untuk mengatasi utang macet

dalam restrukturisasi perusahaan finansial negara atau membuang aset perusahaan

yang dinilai tidak produktif. Konsep tentang aset berkembang. Aset adalah

kekayaan perusahaan. Di era globalisasi alokasi aset semakin berpengaruh

terhadap kelanjutan organisasi, Michauds & Michauds (2008:2) pada dasarnya

aset berkaitan dengan risiko dan optimasi.

Indikator Size aset adalah sebagai berikut:

a. NPL (Net Performing Loan)

Aktiva produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh

penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,

tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual

kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi

rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat

dipersamakan dengan itu (Bank Indonesia, 2012).

Perkembangan produk-produk layanan perbankan serta terbukanya pasar

investasi mendorong perkembangan pada asset-aset bank agar berfungsi sebagai

salah satu sumber pendapatan yang menguntungkan di sisi lain bank tidak terlepas

dari kepemilikan aset non produktif. Menurut Bank Indonesia (2012) bahwa aset

non produktif adalah aset bank selain aset produktif yang memiliki potensi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

42

kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih, properti

terbengkalai (abandoned property), rekening antar kantor, dan suspense account.

Risiko kredit dalam beberapa penelitian diukur dengan variabel Non

Performance Loan (NPL). Non performance loan (NPL) adalah jumlah kredit

yang tidak dibayar atau tidak dapat ditagih, dengan kata lain adalah kredit macet

atau kredit yang bermasalah. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas

kurang lancar, diragukan dan macet. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

(PPAP) yang harus disediakan bank guna menutup kerugian yang ditimbulkan

oleh aktiva produktif non lancar (dalam hal ini kredit bermasalah) menjadi kecil.

Apabila jumlah NPL ini besar melebihi 5%, maka besar kemungkinan

profitabilitas yang akan diterima bank juga besar, karena tidak terbayarnya kredit

berdampak pada menurunnya pendapatan bunga yang merupakan pendapatan

utama bank. Risiko pasar merupakan risiko dari dampak perubahan kredit yang

disalurkan (out standing credit) sebagai akibat dari kondisi ekonomi maupun

persaingan.

Aktiva produktif Bank yang diindikasikan dengan NPL adalah kredit yang

mengalami kesulitan dalam melakukan pelunasannya. Jika pada suatu Bank

memiliki jumlah NPL yang terlalu tinggi maka Bank tersebut harus menyediakan

pencadangan yang lebih besar sehingga modal Bank dapat ikut terkikis. Padahal,

besarnya modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Jumlah NPL

yang besar membuat perbankan sulit untuk menyalurkan kreditnya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

43

b. Pertumbuhan Kredit

Pertumbuhan kredit yang disertai kehati-hatian merupakan aset produktif

perbankan. Pengaturan fungsi-fungsi pengelolaan kredit dalam system

pengelolaan di perusahaan yang efektif dan efisien akan meningkatkan kinerja

perusahaan yang diukur berdasarkan kinerja finansial. Keberhasilan Bank sebagai

penyedia kredit dapat dilihat dari adanya sistem tata kelola atau tools untuk

memberikan keyakinan kepada investor bahwa pengelolaan dana yang

diinvestasikan dilakukan dengan baik sehingga perusahaan menghasilkan return.

Aktivitas untuk menjaga agar kepentingan para stakeholder dalam

pemberian kredit usaha mikro maka pelaksanaan aktivitas tersebut memiliki

prinsip-prinsip. Pengelolaan untuk pemberian kredit usaha mikro yang

menunjukan kemampuan bank-bank papan atas dalam menyalurkan kredit tidak

terlepas dari sistem tata kelola yang menopangnya.

c. Pertumbuhan Dana pihak ketiga

Pertumbuhan dana pihak ketiga menjadi salah satu indikator dalam menilai

likuiditas. Tersedianya dana dalam jumlah yang besar dan biaya murah

memungkinkan pihak bank untuk mengoptimalkan sisi permintaan kredit.

Pertumbuhan dana sebagai salah satu variabel utama perbankan. Pertumbuhan

dana dapat mengindikasikan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap

Bank.

Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, baik dalam

mata uang negara sendiri maupun dalam valuta asing tergantung pada pilihan

produk layanan perbankan yang dipilih. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

44

penghimpunan dana dari masyarakat. Menurut Kasmir (2008:48) untuk

memperoleh dana dari masyarakat luas Bank dapat menggunakan tiga macam

jenis simpanan yaitu, tabungan, giro, dan deposito.

Penjelasan mengenai produk konvensional perbankan adalah

1) Giro

Giro atau checking account adalah simpanan yang dapat digunakan sebagai

alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara

pemindahbukuan. Rekening giro dengan sifat penarikannya merupakan alat

pembayaran yang lebih efisien bagi nasabah untuk memperlancar kegiatan

bisnisnya.

Namun cek dan bilyet giro bukanlah suatu legal ledger atau alat pembayaran

yang sah yang wajib diterima umum. Cek dapat digunakan untuk suatu

pembayaran transaksi secara tunai, cek dapat ditarik atau unjuk atau atas nama,

dan tidak dapat dibatalkan oleh penarik kecuali cek tersebut dinyatakan hilang

atau dicuri dengan ada laporan kepolisian. Bilyet giro pada dasarnya merupakan

perintah kepada bank untuk memindahbukukan sejumlah tertentu uang atas beban

rekening penarik, pada tanggal yang ditentukan, kepada pihak yang tercantum

dalam warkat bilyet giro tersebut.

2) Deposito Berjangka

Deposito berjangka (time deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya

dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan

bank. Sumber dana ini memiliki ciri-ciri pokok, yaitu jangka waktu penarikannya

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

45

tetap, oleh karena itu sering disebut fixed deposit yang umumnya memiliki jangka

waktu jatuh tempo 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan.

Deposito berjangka ini hanya dapat ditarik atau diuangkan pada saat jatuh

temponya oleh pihak yang namanya tercantum dalam bilyet deposito. Oleh karena

itu, deposito merupakan simpanan atas nama. Apabila deposito ditarik sebelum

jangka waktu jatuh tempo, maka bank akan mengenakan penalti kepada deposan

dan hak pendapatan bunga tidak diperhitungkan oleh bank atas deposito berjangka

tersebut. Deposito dapat diperpanjang secara otomatis (automatic rollover) atas

permintaan nasabah.

Di sisi bank, sumber dana deposito berjangka ini digolongkan sebagai dana

mahal dibandingkan sumber dana lainnya. Namun, keuntungannya bagi bank

adalah penyediaan likuiditas untuk kebutuhan penarikan dana ini hampir dapat

diprediksi secara akurat. Jenis simpanan dalam bentuk deposito berjangka lebih

disenangi oleh nasabah atau masyarakat karena menawarkan tingkat bunga yang

relatif lebih tinggi dibanding giro atau jenis simpanan lainnya. Seperti

dikemukakan Arif & Anes (2012) deposito berpengaruh terhadap pendapat bank.

3) Tabungan

Tabungan (savings deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik

dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu. Produk-produk tabungan oleh

perbankan sangat bervariasi, hal ini disebabkan karena diberikannya kebebasan

perbankan untuk menyelenggarakan program tabungan sendiri.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

46

Memberikan tingkat bunga dan hadiah-hadiah yang cukup menarik.

Misalnya, produk tabungan antara rekening giro dan tabungan. Nasabah yang

ingin memanfaatkan fasilitas simpanan ini di samping memiliki rekening giro

harus pula membuka rekening tabungan pada bank yang sama. Perhitungan bunga

atas sumber dana tabungan ini dapat dilakukan dengan berdasarkan saldo harian,

saldo rata-rata, atau saldo terendah dari tabungan.

3. Likuiditas

Ratio Likuiditas (liquidity ratios) merupakan rasio yang digunakan sebagai

alat ukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya

pada saat jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

(financial yang harus segera dipenuhi)”. Kelebihan likuiditas dapat juga

diinterpretasikan bahwa bank memiliki pengelolaan likuiditas yang buruk

sehingga tidak optimal dalam mengelola portofolio aset dan liabilitas. Bank akan

kesulitan membayar beban bunga nasabah.

Sebelumnya Ganley (2004) menyatakan bahwa surplus likuiditas dapat

menimbulkan permasalahan bagi bank sentral terkait dengan mekanisme transmisi

kebijakan moneter, pelaksanaan intervensi bank sentral di pasar uang, dan neraca

maupun rugi atau laba bank sentral. Distorsi efektivitas kebijakan moneter

tersebut cenderung menimbulkan permasalahan sustainabilitas kondisi finansial

bank sentral, khususnya bila digunakan instrumen kebijakan moneter dalam

bentuk surat-berharga bank sentral. Oleh karena itu pihak perbankan mengelola

aset secara efektif seiring dengan perubahan lingkungan dan peraturan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

47

Di sisi lain pertimbangan risiko mempengaruhi bagaimana perbankan

mengelola likuiditasnya. Bank harus siap menghadapi perubahan kebijakan

moneter dan persyaratan transaksional bank sendiri serta pembayaran pinjaman

jangka pendek untuk meminimalisir risiko likuiditas yang tidak produktif (Akhtar,

2007). Ada sejumlah risiko lain yang dihadapi oleh Bank seperti risiko kredit,

risiko operasional dan risiko tingkat suku bunga, yang mungkin berujung pada

bentuk risiko likuiditas (Brunnermeier dan Yogo, 2009). Harbi (2017)

menyimpulkan bahwa risiko likuiditas muncul ketika Bank tidak dapat

memperoleh pendanaan baru pada saat kekurangan. Sebaliknya, risiko likuiditas

pasar muncul ketika Bank tidak mampu menjual atau memperdagangkan aset

dengan pemberitahuan singkat dengan harga pasar tanpa menimbulkan kerugian

yang signifikan.

Indikator Likuiditas adalah sebagai berikut:

a. Loan to Deposit Ratio (LDR).

Likuiditas Bank dalam beberapa penelitian diukur dengan menggunakan

variabel Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to deposit ratio (LDR)

menggambarkan besarnya jumlah kredit yang dapat disalurkan kepada

masyarakat. Menurut Bank Indonesia (2014), penilaian aspek likuiditas

mencerminkan kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang

memadai guna memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk memenuhi

kebutuhan yang lain.

Selain itu Bank turut menjamin kegiatan dikelola secara efisien, dalam

arti bahwa bank dapat menekan biaya pengelolaan likuiditas yang tinggi serta

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

48

setiap saat Bank dapat melikuidasi asetnya secara cepat dengan kerugian yang

minimal (SE. Intern BI, 2004).

Kemampuan likuiditas bank dapat diproksikan dengan LDR (Loan to

Deposit Ratio), yaitu perbandingan antara kredit dengan Dana Pihak Ketiga

(DPK). Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara

membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga.

Loan to Deposit Ratio menunjukkan perbandingan antara volume kredit

dibandingkan volume deposit yang dimiliki oleh Bank. Hal ini berarti

menunjukkan tingkat likuiditas semakin kecil dan sebaliknya, karena sumber

dananya (deposit) yang dimiliki telah habis digunakan untuk membiayai financing

portofolio kreditnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu Bank dalam

kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk

kredit kepada Bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan,

simpanan berjangka, sertifikat deposito.

Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio LDR adalah 80%

hingga 110%. Jika angka rasio LDR suatu bank berada pada angka dibawah 80%

(misalkan 60%), maka dapat disimpulkan bahwa Bank tersebut hanya dapat

menyalurkan sebesar 60% dari seluruh dana yang berhasil dihimpun. Karena

fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi (perantara) antara pihak yang

kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, maka dengan rasio LDR

60% berarti 40% dari seluruh dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak

yang membutuhkan, sehingga dapat dikatakan bahwa Bank tersebut tidak

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

49

menjalankan fungsinya dengan baik. Kemudian jika rasio LDR Bank mencapai

lebih dari 110%, berarti total kredit yang diberikan Bank tersebut melebihi dana

yang dihimpun. Oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka

bank dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai

pihak intermediasi (perantara) dengan baik.

Hal yang sama dikemukakan Mitra & Schwaiger (2011:46) bahwa LDR

adalah metrik standar dan umum digunakan, biasanya dilaporkan setiap bulan.

LDR mengukur hubungan antara pinjaman dan simpanan nasabah. Tingkat LDR

di atas 100% merupakan tanda peringatan dini pertumbuhan aset yang berlebihan;

tentu saja tingkat di bawah 70% menyiratkan kelebihan likuiditas dan

menyiratkan potensi yang tidak memadai untuk mengembalikan dana. LDR

adalah ukuran yang baik dari kontribusi pendanaan pelanggan ke dana bank secara

keseluruhan, tetapi tidak bersifat prediktif dan tidak memperhitungkan tenor,

konsentrasi, dan volatilitas dana. Karena itu tidak cukup sebagai mengukur risiko

likuiditas sendiri dan harus digunakan bersama dengan langkah-langkah lain.

4. Fee-based income

Layanan jasa perbankan tidak terpaku pada layanan tradisional lending

dan funding. Industri perbankan saat ini menghadapi beberapa tantangan:

peningkatan persaingan, regulasi yang ketat, dan pelanggan yang semakin kritis,

memiliki informasi dan pemahaman terhadap harga yang lebih luas, dan memiliki

kecenderungan kognitif dan afektif dalam mengevaluasi layanan perbankan

berdasarkan pengalaman. Bank umumnya terus mengembangkan layanan jasa

untuk memperoleh sejumlah fee dari nasabah. Arif & Anes (2012) menjelaskan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

50

bahwa Bank juga memfasilitasi pembayaran dan sistem penyelesaian dan

mendukung kelancaran transfer barang dan jasa.

Salah satu kegiatan perbankan selain menghimpun dan menyalurkan dana

adalah memberikan jasa-jasa bank lainnya. Seperti dikemukakan Hanak (1992)

bahwa perantara finansial diuntungkan dengan adanya ketidaksempurnaan di

pasar untuk pengalihan aset positif dan negatif agen ekonomi. Perantara finansial

yang berhasil menambah nilai ekonomi yaitu menyediakan layanan pengurangan

biaya kepada nasabah.

Lebih lanjut Hoffman et al (2012) mengemukakan bahwa aspek penting

agar nasabah mengadopsi layanan adalah nilai yang dirasakan. Karakteristik

inovasi yang dirasakan (yaitu keuntungan relatif) sangat menentukan niat untuk

mengadopsi model pemberian imbalan berbasis biaya. Di sisi lain karakteristik

konsumen yang diukur berdasarkan kualitas konsumen memiliki efek tidak

langsung melalui karakteristik inovasi yang dirasakan. Layanan finansial dan

layanan penasihat Bank tertentu memiliki beberapa yang unik karakteristik.

Kondisi tersebut memungkinkan Bank mengekplorasi peluang untuk menciptakan

nilai unik, membangun hubungan dengan nasabah dan mengoptimalkan

keuntungannya.

Dari perspektif individu nasabah struktur harga mempengaruhi bagaimana

pilihan dan evaluasi. Hal ini berpengaruh terhadap konsumsi nilai dan pada

akhirnya mempengaruhi kinerja perbankan. Koukova et al (2011) mengemukakan

pemisahan biaya pengiriman secara eksplisit dari harga produk adalah contoh dari

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

51

harga yang dipartisi di mana totalnya harga dibagi menjadi dua atau lebih

komponen wajib seperti harga dasar dan biaya tambahan.

Hardianto dan Wulandari (2016) mengemukakan fee based service tidak

di pengaruhi oleh risiko kredit. Bank yang memiliki eksposur risiko dari layanan

kredit rendah tidak selalu memiliki pendapatan yang lebih tinggi daripada bank

yang memiliki eksposur terhadap risiko kredit yang lebih tinggi. Inefisiensi

berkaitan dengan fee based service.

Lebih lanjut Chao et al (2016:1) menjelaskan beberapa bentuk fee based

service untuk meningkatkan income yaitu layanan berbasis biaya. Tujuannya

adalah mendukung dan memperlancar kedua kegiatan tersebut. Semakin lengkap

jasa Bank yang ditawarkan maka semakin baik, hal ini disebabkan jika nasabah

hendak melakukan suatu transaksi perbankan, cukup di satu Bank saja.

Perkembangan neraca rugi atau laba bank–bank menunjukan pendapatan

utama dari hasil operasional bank-bank itu cenderung tergantung pada pendapatan

hasil bunga kredit. Bank meningkatkan pendapatannya dari hasil pemberian jasa-

jasa perbankan yang dapat ditawarkan kepada nasabahnya atau yang lebih dikenal

dengan fee based income. “Tujuan dari pemberian jasa-jasa ini selain untuk

mengembangkan pangsa pasar bank juga untuk meningkatkan pendapatan bank

dalam bentuk komisi”. Fee Based Income menurut Kasmir (2004) adalah:

”Keuntungan yang didapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa Bank

lainnya atau spread based (selisih antara bunga simpanan dengan bunga

pinjaman)”.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

52

Dari beberapa pengertian diatas dapat digambarkan bahwa kegiatan

perbankan adalah selain menghimpun dana dan menyalurkan dana adalah

memberikan jasa-jasa lainnya. Tujuannya adalah mendukung dan memperlancar

kedua kegiatan tersebut. Semakin lengkap jasa Bank yang ditawarkan maka

semakin baik, hal ini disebabkan jika nasabah hendak melakukan suatu transaksi

perbankan, cukup berhenti disatu bank saja. Bentuk layanan fee based menurut

Chao et al (2016:2) antara lain kartu kredit, kartu tunai, trust, dan manajemen

kekayaan.

Berikut ini adalah jasa-jasa yang umumnya dilakukan oleh bank yang

dikemukakan oleh Kasmir (2008).

a. Menerima setoran-setoran seperti : Pembayaran pajak, telepon, air, listrik,

uang kuliah 2) Melayani pembayaran-pembayaran seperti :

Gaji/pensiun/honorarium, devien, Pembayaran kupon, bonus/hadiah 3)

Dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi Penjamin

emisi (underwriter), Penjamin (guarantor), Wali amanat (trustee), Perantara

perdagangan efek/pialang (broker), Pedagang efek (dealer), Perusahaan

pengelola dana (invesment company). Selain itu bank menerima jasa

transfer (kiriman uang). Bank memindahkan sejumlah dana tertentu sesuai

dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk keuntungan

seseorang yang ditunjuk sebagai penerima transfer (beneficiery). 2) Inkaso

(collection)

Merupakan jasa bank untuk menagihkan warkat-warkat yang berasal dari

luar negeri.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

53

b. Kliring (clearing)

Merupakan jasa penyelesaian hutang piutang antar Bank dengan cara

menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring.

c. Safe Deposit Box

Merupakan jasa-jasa bank yang diberikan kepada para nasabahnya. Jasa ini

dikenal juga dengan nama safe loket.

d. Bank Card

Suatu fasilitas atau jasa yang diberikan kepada nasabah dalam rangka

mempermudah dan memperlancar transaksi jual beli barang terutama yang

berkaitan dengan transaksi internasional.

e. Bank Garansi

Semua bentuk garansi yang tau jaminan yang diterima atau diberikan oleh

bank yang mengakibatkan pembayaran kepada pihak yang menerima

jaminan apabila pihak yang dijamin wanprestasi atau cidera janji.

f. Letter of Credit

g. Cek Wisata (travelers cheque)

Keuntungan meningkatkan aktivitas fee based income menurut Kasmir

(2004:120) adalah perolehan keuntungan dari jasa-jasa Bank ini walaupun relatif

kecil, namun mengandung suatu kepastian, hal ini disebabkan risiko terhadap

jasa-jasa Bank ini lebih kecil jika dibandingkan dengan kredit. Disamping faktor

risiko ragam penghasilan dari jasa ini pun cukup banyak, sehingga pihak

perbankan dapat lebih meningkatkan jasa-jasa banknya dan yang paling penting

justru jasa-jasa Bank ini sangat berperan besar dalam memperlancar transaksi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

54

simpanan yang ada didunia perbankan. Dari gambaran beberapa keuntungan

diatas, kiranya cukup bahwa strategi peningkatan pendapatan dari fee based

income mutlak harus dilaksanakan terutama dalam kondisi persaingan industri

perbankan yang semakin ketat.

5. Efisiensi

Efisiensi menjadi salah satu kunci keberhasilan pengelolaan Bank.

Efisiensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja sebuah

organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang

ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan Doyran (2013)

mengemukakan manajemen biaya (efisiensi biaya operasi/inefisiensi) memiliki

pengaruh terhadap ROA. Hardianto & Wulandari (2016) mengemukakan bahwa

efisiensi adalah pengukuran kinerja yang menggambarkan kemampuan perbankan

untuk mengelola input untuk mendapatkan output. Dalam proses melakukan

pengukuran efisiensi, bank akan menghadapi kondisi bagaimana mendapatkan

hasil optimal dengan input yang ada. Ukuran dan variabel kontrol risiko secara

positif terkait dengan inefisiensi bank komersial.

Mengenai efisiensi Abid & Goaied (2016) menjelaskan bahwa efisiensi

berdasarkan konsep fungsi dari profit. Azad et al (2016) mengemukakan tentang

konsep efisiensi yaitu ukuran kinerja relatif untuk unit pengambilan keputusan.

Kedua pendapat tersebut menggambarkan perspektif yang berbeda. Abid &

Goaied (2016) menilai efisiensi dari sisi biaya dan bagaimana dampaknya pada

profit. Sedangkan Azad et al (2016) mengemukakan bahwa masing-masing kantor

cabang memiliki karakteristik berbeda termasuk bagaimana teknologi yang

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

55

digunakan. Kedua pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa efisiensi

cukup kompleks. Kedua pandangan tersebut ada kekurangan dan kelebihan. Wu

et al (2006) mengemukakan konsep efisiensi berdasarkan rasio finansial. Efisiensi

adalah ukuran komprehensif dari berbagai aspek kinerja menggunakan banyak

variabel finansial.

Sebelumnya Duncan dan Elliott (2004), menjelaskan konsep efisiensi

adalah hubungan antara output yang dihasilkan dalam suatu organisasi dengan

input yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Pendapat tersebut

diperkuat oleh Hamid et al (2017). Sebelumnya Wang et al., 2002)

mengemukakan bahwa produktivitas melibatkan rasio output ke input sedangkan

efisiensi harus dilakukan dengan produktivitas relatif dari waktu ke waktu. Pada

dasarnya, konsep efisiensi mengukur sejauh mana suatu perusahaan telah mampu

mengubah inputnya menjadi output sesuai dengan tujuan progresif dari

perusahaan (Sufian et al., 2013).

Indikator Efisiensi adalah rasio BOPO. Rasio BOPO sebagai pengukur

efisiensi operasi menggambarkan kemampuan pendapatan operasional bank dalam

menutup biaya operasionalnya. Menurut Hadad, (2003) melakukan pengukuran

efisiensi perbankan Indonesia dengan pendekatan SFA dan DFA. Kesimpulan

yang diambil dari penelitian ini bahwa skor efisiensi DFA lebih beragam

dibandingkan dengan skor efisiensi SFA, jika digunakan data bulanan dan data

tahunan untuk menggabungkan seluruh bank. Namun bank-bank yang paling

efisien yang dihasilkan dengan menggunakan kedua pendekatan ini adalah sama.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

56

Sehingga perhitungan dengan menggunakan DFA dan SFA jika menggunakan

observasi seluruh bank menghasilkan nilai-nilai yang konsisten.

Mengenai ukuran efisiensi dengan menggunakan dimensi non parametric

dalam meta-frontier; Oh and Lee (2010) menjelaskan bagaimana (1) fungsi jarak

dalam periode waktu yang sama, (2) fungsi jarak antar waktu dan (3) fungsi jarak

secara global. Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk menilai bagaimana

efisiensi layanan jasa berdasarkan teknologi dan lingkungan yang dihadapi oleh

unit bisnis. Wong dan Feng (2016) menjelaskan bagaimana pengukuran efisiensi

yaitu dengan cara menghitung input dan output. Efisiensi input adalah kombinasi

input optimal untuk mencapai suatu ditentukan tingkat output tertentu sedangkan

efisiensi berorientasi output adalah output optimal yang bisa diproduksi dari

tingkat input tertentu. Duncan dan Elliott (2004) menyatakan perbandingan

ukuran yang mencerminkan perbedaan dari hasil maksimum yang dapat dicapai

untuk suatu tingkat input tertentu. Evaluasi efisiensi dalam industri perbankan

didasarkan pada sejumlah pendekatan.

Angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasio

BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100%, maka berarti bank tersebut

dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Secara

konseptual, bank-bank yang bekerja secara efisien akan dapat menghasilkan laba

yang tinggi, karena dengan efisiensi biaya operasi tersebut akan memaksimalkan

pendapatan Bank. Risiko kredit merupakan risiko yang dihadapi bank terhadap

besarnya kredit yang disalurkan kepada nasabah, semakin besar jumlah kredit

yang disalurkan akan semakin besar risiko kredit. Pada penelitian ini pendekatan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

57

untuk mengukur efisiensi dilihat dari rasio finansial atau pendekatan tradisional,

yaitu mengukur biaya operasi dengan pendapatan operasi.

2.1.2. Faktor non finansial

2.1.2.1. Konsep Non Finansial

Pengukuran kinerja non finansial memberikan makna mewujudkan

srategi perusahaan dan visi pada sebuah alat yang memotivasi kinerja dan

intensitas komunikasi (Moers Frank, 2000). Selain hal tersebut Cumby dan

Conrod (2001) juga berpendapat bahwa faktor kunci kesuksesan perusahaan yaitu

melalui kinerja non finasial yang menghasilkan finasial yang superior. Menurut

Ittner dan Lacker (2000) terdapat beberapa keuntungan dari pengukuran kinerja

non Finasial yaitu terdapat hubungan yang dekat dengan strategi organisasi jangka

panjang, terdapat hubungan pada inovasi, manajemen capability, hubungan

karyawan, pengukuran kinerja non financial merupakan indikator yang baik pada

kinerja keuangan yang akan dating. Kaplan (1996) mengatakan bahwa

pengukuran kinerja finasial dalam perusahaan akan mendorong perusahaan terlalu

berpegang pasda pencapaian dan pertahanan keuntungan financial jangka pendek,

hal ini menyebabkan perusahaan lebih banyak menanamkan investasi jangka

pendek dan kurang memperhatikan investasi yang biasa menciptakan value jangka

panjang seperti itangible dan intellectual aset yang bias menghasilkan

pertumbuhan pada masa yang akan dating. Konsep non finansial merupakan

sumber daya internal yang melekat untuk mendukung aktivitas bisnis perbankan.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

58

Sebagaimana halnya Human capital Shih et al (2010) sangat mendukung

tercapainya aktivitas Bisnis.

Konstruk : Faktor non Finansial merupakan sumber daya yang terdiri

dari sumber daya insani maupun sumber daya lainnya yang menghasilkan

keuntungan untuk menciptakan kinerja yang baik.

2.1.2.2. Pengukuran Non Finansial

Pengukuran non finansial didasarkan pada konsep yang dikemukakan

sebagai berikut:

Tabel 2. 2 Dimensi Nonfinansial

No Author Dimensi Indikator

1 Shih et al (2010 human capital 1. Cognitivists

2. Connectivists

2 Agarwal et al

(2018)

human capital Daya inovasi

3 Becker, 1975 human capital Superior kinerja

4 Price, 1977 human capital Superior kinerja

5 Schultz, 1961 human capital Pendidikan

6 Kumar et al.,

2015

human capital Bakat

7 Gardner, 2002 Human capital Sumber daya fisik

8 Debrah dan

Ofori, 2006

Human capital Terampil

9 Barney, 1991 Human capital Keahlian unik

10 Khan (2014) Human capital 1. Investasi kemampuan,

2. Perilaku,

3. Usaha,

4. Waktu untuk menghasilkan kinerja,

11 Cappelli, 2008 Human capital Keterampilan

12 Seerharamann

et al (2002)

Human capital 1. Biaya

2. Valuasi pasar

3. Nilai ekonomi (arus kas)

4. Market value

13 Rodov (2002) Human capital 1. Competence

2. Reputation

3. Experience

4. Innovation

5. Skill

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

59

No Author Dimensi Indikator

14 Johanson

(1996)

Human capital 1. Kedekatan individu (hubungan)

dengan pelanggan

2. Penerapan kreativitas untuk

Kebutuhan pelanggan yang spesifik

15 Vaškelienė,

(2007).

Human capital Modal intelektual terindeks tunggal

16 Ramanauskait

ud ionienė,

K (2013)

Human capital Pengembaliannya terhadap asset

17 Uzzi (1997) Network Jaringan dari perspektif social

18 Surin et al

(2017)

Network Automated Teller Machine (ATM),

jaringan komunikasi dengan

pelanggan,

19 Veludo et al

(2014)

Network Jaringan dalam konsep kemitraan

20 Eisenhardt dan

Martin (2000)

Network Konfigurasi sumber daya dan kapasitas

perusahaan

21 Mort &

Weerawardena

(2006)

Network 1. Konfigurasi sumber daya

2. Kapasitas perusahaan untuk

mendapatkan, dan kombinasi

sumber daya

22 Jensen (2003) Network Mekanisme asuransi bagi lembaga

finansial.

23 Ritter et al

(2002)

network Kompetensi

24 Farina (2010 Network Tindakan strategis

25 Allen & Babus

(2008)

Network Eksposur mutual antar Bank yang

diperoleh di pasar antar Bank, berbagi

deposan yang sama

26 Humphrey

(2014)

Network Merespon tantangan tata kelola

berubah akibat kebutuhan pasar,

pergeseran titik kompetisi antar

perusahaan, peran kodifikasi dalam

menyederhanakan tata kelola dan

kontrol aktivitas rantai nilai.

27 Grundle (2018) Network Risiko sistemik, platform, transaksi

perbankan, kenyamanan

28 Chao et al

(2016

Network efisiensi dan profitabilitas.

29 Hirtle (2007) Network Memperluas pasar dan sumber daya

30 Soda & Zaheer

(2012)

Network Formal dan informal dari struktur

organisasi, proses, dan alur kerja,

31 Jensen (2003), Network

32 Olsen & Dimensi jaringan social yang penting

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

60

No Author Dimensi Indikator

hakansson

(2017)

bagi perusahaan muntuk mendapatkan

sumber daya dari hubungan individual

dan posisi agregatnya dalam jaringan.

33 Andersen ,

2018,

sisi artitektur

organisasi

Berupa pembukaan kantor cabang,

sisi teknologi

komunikasi

ATM

34 . Ayo et al

(2016)

digital service Segi profitabilitas, prestise social

35 Bons et al

(2012)

network Internet dan teknologi seluler

36 Alt dan

Puschmann,

2012

network Bernavigasi dan mengelola layanan,

perancangan saluran khusus

37 Mahdi &

Dawsoon

(2007)

network Teknologi baru sistem perbankan

38 Hwang et al

(2001)

network Terintegrasinya layanan administratif,

informsi termasuk transaksi

39 Durugbo

(2013),

network Penggunaan teknologi komunikasi

dalam perlausan jaringan layanan

bisnis.

40 Benaroch &

kaufman

(2000)

network Cabang dan teknologi komunikasi,

ATM

41 Surin et al

(2017)

network Interaksi yang sering (ikatan yang

kuat)

42 Moeler (2008 network Kerjasama antar organisasi

43 Dimensi

(konstruk ) Non

finansial

1. Human

capital

1. Competence

2. Reputation

3. Experience

4. Innovation

5. Skill

2. Network Jumlah Cabang,

3. digital

service

Jumlah ATM,CDM,CRM,EDC

4. Digital

banking

Internet banking

Peningkatan tuntutan terhadap kinerja organisasi mendorong perbaikan pada

praktik pengelolaan SDM termasuk perbaikan pada konsep pengembangan SDM.

Manusia sebagai modal utama yang menggerakan roda organisasi. Asumsi teori

human capital bersumber pada ekonomi neo-klasik bahwa terdapat hubungan

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

61

antara modal manusia dengan economic return. Shih et al (2010:74)

mengungkapkan bahwa Cognitivists dan connectivists dianggap sebagai pencipta

pengetahuan utama di industri perbankan. Modal manusia berpengaruh signifikan

terhadap modal struktural dan modal pelanggan. Modal SDM adalah modal

manusia mengacu pada kemampuan, keterampilan, dan kecerdasan karyawan Shih

et al (2010:78) . Hubungan modal mengacu pada hubungan antara semua pihak

terkait dan pemangku kepentingan. Modal organisasi mencakup alur kerja, sistem,

struktur, merek dagang, intelektual properti, dan aset tidak berwujud lainnya yang

dimiliki oleh perusahaan, tetapi tidak dapat ditampilkan neraca. Modal manusia

dan modal struktur tidak dapat dipisahkan dari upaya mewujudkan tujuan

organisasi termasuk perbankan.

Agarwal et al (2018:3) mengemukakan bahwa modal manusia berkaitan

dengan inovasi. Dijelaskan bahwa sumber daya manusia dan praktik kerja telah

melalui perjalanan evolusi yang panjang dari personel manajemen yang bersifat

transaksional terhadap peran strategis yang lebih proaktif yang akhirnya

memimpin untuk inovasi kontemporer dalam praktik sumber daya manusia. Hal

ini menunjukkan kedudukan strategis SDM. Dalam spektrum yang lebih luas

merujuk pada konstelasi perkembangan kontemporer pada manusia sumber daya

dan praktik kerja. Modal manusia mencakup praktik kinerja tinggi, tempat kerja

inovasi, praktik kerja komitmen tinggi, praktik keterlibatan tinggi, tempat praktik

kerja yang fleksibel, dan perubahan tempat kerja; partisipasi karyawan,

keterlibatan karyawan, manajemen atau pemberdayaan partisipatif.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

62

Praktik-praktik HR adalah sinergi baru dari praktik SDM yang ada. Strategi

keterlibatan SDM yang tinggi yang tidak hanya meningkatkan nilai sumber daya

manusia tetapi juga menghasilkan peningkatan penampilan organisasi. Akumulasi

modal manusia yang tinggi sebagai bahan penting dalam memberikan kinerja

perusahaan yang unggul, sementara penyusutan modal manusia dapat

membalikkan superior kinerja atau mengarah ke kinerja sub-optimal (Becker,

1975; Price, 1977). Secara garis besar, ini menangkap akumulasi modal manusia

dan kerugian modal manusia terkait dengan kegagalan bisnis. Modal manusia

mengacu pada pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kemampuan individu

(Schultz, 1961).

Teori modal manusia (Becker, 1975) adalah kunci teoritis fondasi dalam

akuisisi bakat dan penyusutan modal manusia. Dalam menghadapi penurunan

kinerja, perekrutan tepat waktu dari bakat top ke dalam organisasi tidak diragukan

lagi membantu dalam mengubah nasib organisasi dan sangat membantu dalam

memulihkan daya saing bisnis (Kumar et al., 2015). Selain itu, sumber daya

manusia telah diakui sebagai sumber daya fisik pengganti sebagai strategi

kompetitif untuk abad dua puluh satu (Gardner, 2002). Ini dianggap perlu bagi

perusahaan yang bersaing dalam industri lokal dan global untuk memiliki individu

yang sangat terampil sebagai basis strategi (Debrah dan Ofori, 2006).

Keputusan kualitas dan kemampuan untuk mengurangi kesalahan dalam

rencana strategis maupun implementasi strategis ditopang oleh sumber daya

manusia yang berkualitas. Untuk mengembalikan keseimbangan, perusahaan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

63

perlu membangun atau memperoleh keahlian yang unik dan sumber daya manusia

(Barney, 1991).

Dalam perspektif Human capital yang muncul dari ekonomi neo-klasik

menjelaskan ketersediaan SDM yang sesuai dengan tuntutan perubahan dan

tantangan persaingan. Pandangan teori The Human capital , Human capital

terkait dengan masalah-masalah ekonomi serta peningkatan kesejahteraan dalam

suatu negara. Peningkatan jumlah modal manusia terutama pada penguasaan

teknologi dan informasi akan mendorong perkembangan dan peningkatan

produktivitas negara. Menurut Khan (2014) bahwa: “All the countries emphasize

on a more human capital development by devoting necessary efforts and time to

accelerate the economic growth. Thus to enter theinternational arena one of the

fundamental solutions is human capital development”. Lebih lanjut ditegaskan

bahwa:

Newer conceptions of ‘total human capital ’ view the value as an

investment”. The combination of ability, behavior, effort, and time investment

produces performance, the result of personal investment. Thomas O.

Davenport gave the equation for this as: THC = A & B x E x T, where a

multiplicative relationship enhances the outcome. In this equation THC

(stands for Total Human capital ) = A for ability, B for behavior, E for effort

and T for (time)

Optimalisasi ketersediaan SDM di perbankan untuk mengisi organisasi

strategis maupun tingkat operasional disesuaikan dengan keahlian maupun

kompetensi yang dimiliki SDM. Kompetensi harus terus dilakukan review agar

dapat dilakukan peningkatan kompetensi berikutnya yang lebih optimal.

Keterampilan dan keahlian organisasi bersumber pada mobilitas antar-

organisasi karyawan. Mengingat pertumbuhan persaingan global organisasi

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

64

berada di bawah tekanan yang meningkat untuk memberikan insentif untuk

mempertahankan dan menarik individu yang sangat terampil (Cappelli, 2008).

Berdasarkan pendapat tersebut maka konstruk non finansial adalah

akumulasi sumber daya untuk mendukung strategi perusahaan guna meningkatkan

kinerja bisnis.

1. Jaringan /Kantor Cabang

Jaringan dalam dunia bisnis memiliki peran penting. Jaringan berkaitan

dengan kinerja perusahaan. Uzzi (1997) bahwa gagasan posisi jaringan

memengaruhi perilaku dan kinerja kompetitif perusahaan, baik dalam literatur

jaringan maupun literatur manajemen strategis. Surin et al (2017) yang

menjelaskan hubungan antara jaringan dengan performance. Veludo et al (2014)

mengemukakan jaringan dalam konsep kemitraan. Interaksi sosial individu

mempengaruhi bagaimana struktur jaringan dalam organisasi.

Baik Eisenhardt dan Martin (2000) maupun Mort & Weerawardena

(2006) mendefinisikan kemampuan jaringan dinamis sebagai kapasitas

perusahaan untuk mengembangkan suatu serangkaian rutinitas yang ditentukan

dalam jaringannya, menghasilkan konfigurasi sumber daya dan kapasitas

perusahaan untuk mengintegrasikan, mengkonfigurasi ulang, mendapatkan, dan

kombinasi sumber daya. Jensen (2003) mengemukakan jaringan berperan untuk

membuka akses pasar baru. Said (2016) mengemukakan jaringan sebagai fungsi

dari jaminan. Jaringan dibentuk secara endogen dan berfungsi sebagai mekanisme

asuransi bagi lembaga finansial. Dijelaskan bahwa jaringan adalah sekumpulan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

65

item yang dikenal sebagai node (simpul) dan ujung-ujungnya terhubung simpul

satu sama lain.

Bahkan Ritter et al (2002) jaringan merupakan dimensi dari kompetensi.

Untuk perusahaan manufaktur Jaringan dengan pemasok, supplier, distributor

merupakan aset penting yang mendukung kinerja organisasi. Membangun jaringan

berbasisi pelanggan sebagai aspek penting bagi perusahaan jasa. Artinya jaringan

menjadi bagian penting dalam struktur organisasi. Farina (2010:20) menambahkan

bahwa jaringan sebagai sumber-sumber daya eksternal di mana perusahaan dapat

menarik tindakan strategis mereka dan meningkatkan kinerja.

Konsep awal jaringan itu sendiri menurut Allen & Babus (2008:2) adalah

kumpulan node (sebuah titik di mana garis atau jalur memotong atau cabang; titik

pusat atau penghubung.) dan tautan di antara node. Gagasan node cukup umum,

individu, negara, atau bahkan koleksi entitas tersebut. Dalam konteks Sistem

finansial, node dari jaringan mewakili lembaga finansial, sedangkan tautan

diciptakan melalui eksposur mutual antar bank yang diperoleh di pasar antar bank,

dengan memegang eksposur portofolio yang sama atau dengan berbagi deposan

yang sama. Lebih lanjut dengan adanya pemahaman tentang jaringan, kerangka

kerja konseptual dalam dimana berbagai pola koneksi dapat digambarkan dan

dianalisis secara bermakna dapat dilakukan.

Mengenai jaringan bisnis di era global. Andersen (2018:56) menyatakan

bahwa interaksi sebagai reaksi dalam jaringan. Interaksi, strategi dalam jaringan

bisnis merupakan proses yang diperoleh dari pembelajaran sehari-hari. Interaksi

dikombinasikan dengan spekulasi dan gambar dari jaringan itulah yang dimaksud

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

66

dengan jaringan bisnis. Interaksi mempengaruhi kemampuan perusahaan

mengakses sumber-sumber daya termasuk pelanggan dan meningkatkan kuasa

atas sumber daya, kepentingan, atas sumber-sumber daya tersebut. Sumber daya

antara lain teknologi, target pasar, akses SDM. Namun, konsep wawasan jaringan

tidak menangkap keseluruhan gambar dari situasi bisnis yang ada (Andersen

(2018:61).

Humphrey (2014) mengemukakan konsep jaringan dalam perspektif

rantai nilai di era global (Global value chain), tata kelola jaringan berfokus pada

bagaimana merespon tantangan tata kelola berubah akibat kebutuhan pasar,

pergeseran titik kompetisi antar perusahaan, peran kodifikasi dalam

menyederhanakan tata kelola dan kontrol aktivitas rantai nilai.

Dalam skala mikro pentingnya jaringan untuk mengoptimalkan fungsi-

fungsi dalam organsiasi dapat dilihat dari penggunaan sistem informasi. Jaringan

intranet memungkinkan antar fungsi dalam organsiasi bekerja lebih efektif dan

cepat mengambil keputusan hal ini dikemukakan oleh Duncan (1978). Sistem

jaringan yang dimiliki oleh perusahaan memungkinkan perusahaan beroperasi

dalam skala ekonomi. Supplier, operasi maupun distribusi produk lebih terkendali

dengan adanya dukungan system jaringan yang memadai.

Duncan (1978) mengemukakan bahwa bank yang lebih baik, lebih

tangguh memiliki jaringan atau sistem perbankan dengan standar yang bersifat

linier dan tidak linier. Jensen (2003) mengemukakan perusahaan sering

berpartisipasi di beberapa jaringan pada saat yang bersamaan dan memasuki pasar

yang didominasi oleh jaringan lain selain pasar yang mereka masuki. Mengenai

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

67

jaringan bisnis Moeler (2008:27) mengemukakan bahwa jaringan bisnis adalah

kerjasama antar-organisasi berbasis sukarela antara di setidaknya tiga perusahaan,

yang otonomi kewirausahaannya sebagian dibatasi oleh kerja sama. Kerjasama itu

sendiri didasarkan pada prinsip rasionalitas, prinsip altruisme, prinsip manfaat

kolektif, prinsip konsistensi identitas, dan prinsip persaingan seperti dinyatakan

Yanhan (2012: 58)

Chao et al (2016:1) pertimbangan perluasan jaringan dilihat dari efisiensi

dan profitabilitas. Durugbo (2013:466) bahwa kemampuan untuk menawarkan

saluran komunikasi yang saling melengkapi dan mengoordinasikan informasi

bisnis atau teknologi sangat penting untuk kemajuan, peningkatan efektivitas dan

efisiensi bisnis secara keseluruhan ditegaskan “networking technologies support

rapid access to and sharing of information.” Grundle (2018) mengemukakan

perspektif jaringan dilihat dari risiko yang dihadapi. Berbagai risiko sistemik

digunakan untuk menilai langkah-langkah perluasan jaringan. Inti dari jaringan

tersebut adalah menyatukan berbagai platform dari jaringan konvensional hingga

transaksi perbankan yang menambah kenyamanan bagi nasabah.

Berkaitan degan indikator jaringan yang dikonsepsikan oleh Soda &

Zaheer (2012) dalam dimensi formal dan informal. Komponen formal jaringan

dalam arsitektur organisasi menggambarkan terdiri dari struktur organisasi,

proses, dan alur kerja, yang memungkinkan untuk mengakses, bertukar, atau

mentransmisikan sumber daya seperti persetujuan, arahan, terkait tugas informasi

dan komunikasi.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

68

a. Jumlah Kantor Cabang

Sebelumnya Hirtle (2007) mengemukakan tentang perluasan jaringan

kantor cabang untuk meningkatkan performance sebagai indikator jaringan.

b. Digital service

Disampaikan bahwa munculnya perbankan internet, proliferasi mesin

teller otomatis (ATM), dan meningkatnya dorongan pasca merger untuk efisiensi

menantang metode tradisional dalam memberikan layanan perbankan. Kantor-

kantor cabang-cabang ini semakin terkonsentrasi dalam jaringan cabang besar dari

sejumlah lembaga terbatas. Pada dasarnya perluasan jaringan. Di sisi perbankan

elektronik, Bank terus melakukan adopsi terhadap inovasi-inovasi terkini dalam

mengembangkan electronic delivery channels. Electronic delivery channels

tersebut meliputi Automated Teller Machine (ATM), mesin Electronic Data

Capture (EDC). Hal yang sama ditekankan oleh Durugbo (2016) tentang

penggunaan teknologi komunikasi dalam perluasan jaringan layanan bisnis.

Mengenai indikasi network berdasarkan pengelompokan formal dan

tidak formal, Surin et al (2017) mengemukakan bahwa pihak-pihak informal

termasuk jaringan dengan anggota keluarga, kerabat, teman dan bisnis kontak

yang ditandai dengan interaksi yang sering (ikatan yang kuat). Jaringan formal

ditandai dengan interaksi dengan pihak-pihak lain seperti badan pemerintah, bank

lain yang didasarkan pada kontrak bisnis.

Di era teknologi dan informasi perluasan jaringan yang lebih cepat dan

menjangkau pelanggan adalah perluasan seperti dikemukakan oleh Hirtle (2007)

antara lain proliferasi mesin teller otomatis (ATM), perbankan Internet.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

69

Meningkatnya kualitas dari sistem keamanan data baik nasabah maupun data yang

terintegrasi dengan sistem perbankan memungkinkan perluasan jaringan berbasisi

internet utnuk menjangkau pelanggan. Di sisi lain perluasan dengan kantor cabang

diperlukan untuk meningkatkan performance (Hirtle (2007). Perbankan dapat

mengoptimalkan jaringan kantor cabang dan menggunakan teknologi untuk

perluasan jaringan. Benaroch & kaufman (2000) mengemukakan jaringan

perbankan berbasis teknologi. Indikator jaringan dalam penelitian ini didasarkan

pada konsep yang dikemukakan oleh Hirtle (2007), Soda & Zaheer (2012): yaitu

dari sisi arsitektur organisasi berupa pembukaan kantor cabang, dan dari sisi

teknologi komunikasi berupa ATM (Andersen, 2018, Durugbo (2013), Benaroch

& kaufman (2000).

Di era teknologi dan komunikasi infrastruktur berkaitan dengan jaringan.

Pendanaannya dan peluncuran infrastruktur baru, khususnya jaringan broadband

komunikasi dengan jangkauan nasional menjadi isu strategis dalam layanan

perbankan. Pada umumnya di negara berkembang jaminan pemeliharaan

infrastruktur belum sesuai dengan harapan termasuk untuk industri perbankan.

Singkatnya, baik proses pembangunan infrastruktur baru maupun perawatan

melibatkan: perubahan lingkungan, pendanaan, kepemilikan dan manajemen

infrastruktur dalam skala ekonomi besar; mode akses yang berubah; dan tata

kelola infrastruktur serta pengaturan regulasi.

Dewasa ini infrastruktur di industri perbankan berkaitan dengan dukung

teknologi informasi dan komunikasi untuk menjangkau layanan yang lebih luas

dan cepat. Hwang et al (2001) menegaskan bisnis terus menerus memerlukan

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

70

lingkungan basis data dengan fleksibilitas tinggi, kemampuan beradaptasi yang

lebih baik, dan dukungan yang baik untuk membuat keputusan. Perkembangan

teknologi komunikasi menyediakan mendukung terintegrasinya layanan

administratif, informsi termasuk transaksi. Layanan yang aman, pengaturan

kliring, kliring pemakaian, layanan direktori aman, dan transaksi lain yang terkait

dengan jaringan elektronik yang luas seperti internet atau intranet internal

organisasi dapat diwujudkan dengan adanya dukungan infrastruktur. Layanan

dapat diwujudkan dengan biaya murah (cost leadership) dengan akses semakin

luas sebagai tanggapan terhadap bisnis yang kompetitif. Mahdi & Dawsoon

(2007) menyampaikan infrastruktur berupa teknologi baru adalah fitur penting

dari sistem perbankan internasional.

Secara spesifik Weill et al (2002:3) mendefinisikan infrastruktur yang

berkaitan dengan TI sebagai fondasi dasar dari kemampuan baik teknis dan

manusia yang disebarkan ke seluruh bisnis dalam bentuk layanan yang dapat

diandalkan dan terkoordinasi secara terpusat. Infrastruktur menghubungkan

kemampuan perusahaan dengan mitra bisnis, infrastruktur eksternal seperti

sebagai sistem pembayaran bank yang lebih cepat dengan biaya lebih murah.

Chanopas et al (2006) mengemukakan bahwa infrastruktur sebagai satu set

sumber daya TI bersama yang merupakan dasar untuk komunikasi di seluruh

organisasi dan penerapan aplikasi bisnis saat ini atau masa depan.

Indikasi layanan digital menurut (Alt dan Puschmann, 2012) adalah 1)

membantu pelanggan dalam bernavigasi dan mengelola layanan perbankan

mereka, menyediakan akses di beberapa saluran dan penyedia layanan jasa

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

71

perbankan, perancangan saluran khusus yang didasarkan pada teknologi seluler

dan sosial. CFMI masa depan tidak hanya mereplikasi saluran perbankan yang ada

(misalnya perbankan online) di saluran lain, tetapi mempertimbangkan bahwa

teknologi seluler dan sosial juga akan membentuk dan menciptakan yang baru

produk perbankan (misalnya pinjaman sosial, crowd sourcing, pembayaran

mobile, dll.). 2) Layanan penyelesaian untuk pemenuhan transaksi. Termasuk

penanganan proses eksekusi pesanan dan keseluruhan proses, keamanan transaksi

dan administrasi data pengguna. 3) Kepatuhan terhadap aturan untuk

mengembangkan dan merilis layanan, pengawasan pasar) dan hukum (peraturan

kepatuhan, kontrak).

Bons et al (2012) mengemukakan bahwa internet dan teknologi seluler

memungkinkan transformasi ini memiliki implikasi penting bagi operasi internal

Bank, rantai nilai seluruh industri finansial dan interaksi bank dengan pelanggan.

Aksesibilitas, keamanan dan kemudahan penggunaan menjadi kunci keberhasilan

adopsi sistem layanan berbasis internet. Ayo et al (2016) mengemukan konsep

tentang digital service dari sisi pelanggan yaitu keuntungan relatif biasanya diukur

dari segi profitabilitas, prestise sosial.

Dandapani et al (2008) mengemukakan bahwa internet banking tidak

memiliki dampak signifikan terhadap kinerja kredit. Credit unions dengan akun

web memiliki profitabilitas rata-rata yang sama dengan credit unions yang tidak

menyediakan fasilitas akses internet ke pelanggan mereka. Mbama dan Ezepue

(2018) mengemukakan bahwa keberhasilan kehadiran layanan digital

diindikasikan dengan kualitas layanan, kualitas fungsional, nilai yang dirasakan,

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

72

keterlibatan pelanggan-pelanggan, kegunaan yang dirasakan dan risiko yang

dirasakan. Ada hubungan yang signifikan antara pengalaman pelanggan, kepuasan

dan kesetiaan, yang terkait dengan kinerja finansial. Ditegaskan bahwa digital

service memungkinkan Bank untuk mengembangkan layanan bagi pelanggan,

memotong biaya yang terkait dengan pengiriman pernyataan melalui pos dan

transaksi tatap muka dengan pelanggan di kantor cabang. Jumlah layanan digital

yang tersedia yaitu Internet banking, mobile banking, SMS Banking, Q-Rcode.

2. Human capital

Salah satu dimensi dalam mendukung sistem operasi perusahaan adalah

jumlah SDM memadai. Praktik-praktik manajemen di organisasi memerlukan

dukungan SDM yang memadai. Upaya untuk menyederhanakan kegiatan dan

pekerjaan (yang telah disusun dalam proses perencanaan) memerlukan dukungan

SDM yang memadai baik jumlah maupun kemampuan. Hakikat dan kemampuan

manusia terbatas. Oleh karena itu diperlukan dukungan SDM yang menjadikan

pekerjaan dapat disederhanakan pengerjaannya. Proses interaksi antara manusia

dan lingkungannya dalam organisasi memungkinkan satu sama lain belajar, saling

membantu dan mendukung aktivitas.

Pekerjaan mungkin bersifat kompleks, berkembang seiring dengan

tantangan persaingan dan perubahan lingkungan, pekerjaan menjadi lebih

sederhana dan spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan dan ditugaskan

untuk setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut. Proses

pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan

kriteria tertentu disesuaikan dengan jumlah SDM yang tersedia.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

73

Kesesuaian antara pekerjaan dengan jumlah SDM memungkinkan sistem

bekerja secara efektif. SDM yang ada menjadikan proses penentuan relasi antar

bagian dalam organisasi, baik secara vertikal maupun secara horisontal diperlukan

untuk mendukung sistem operasi bekerja lebih efektif. Organisasi yang efektif

dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional dapat mengintegrasikan

individu-individu agar pekerjaan dapat diimplementasikan.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah model telah dihasilkan yang

berhubungan dengan beragam aspek mengungkapkan secara finansial kontribusi

karyawan kepada organisasi. Seerharamann et al (2002) menjelaskan bahwa

terdapat empat pemikiran untuk penilaian yang berkaitan dengan human capital .

Pertama diukur berdasarkan biaya. Penilaian ini sangat objektif, tetapi tidak

mencerminkan nilai sebenarnya. Kedua berdasarkan evaluasi pasar saat ini,

namun kurang memberikan nilai buku untuk aset berwujud. Ketiga nilai ekonomi

(arus kas). Penilaian sangat subjektif dan berisiko tergantung pada estimasi dan

asumsi tentang masa depan. Keempat didasarkan pada ‘market value’ dan

pendekatannya adalah untuk “menandai pasar”. Pendekatan ini diharapkan dapat

mengatasi ketidakpastian, penilaian kepekaan dan dinamika perubahan

lingkungan bisnis.

Rodov (2002) lebih spesifik mengemukakan bagaimana pengukuran

intaggible asset dengan menggunakan rasio finansial. Ini berarti bahwa setidaknya

perusahaan harus memiliki alternatif (pelengkap) untuk mengukur dan mengelola

asset intangible. Kuantifikasi yang terperinci namun sederhana dari modal

intelektual yang terkait dengan nilai pasar perusahaan bertujuan mengatasi

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

74

kelemahan dan berkontribusi menciptakan neraca lengkap untuk menggambarkan

aset berwujud maupun tidak berwujud perusahaan. Pengukuran intaggible asset

dengan menggunakan rasio finansial memberikan gambaran hubungan langsung

antara pelanggan perusahaan, proses dan modal untuk inovasi dan modal

finansialnya (mencerminkan terminologi yang seimbang). Rodov (2002)

menjelaskan bahwa kedudukan manusia dalam struktur modal.

Gambar 2. 2 Kedudukan Modal manusia dalam Struktur modal (Sumber:

Rodov et al (2002)

Nilai dari keseluruhan modal tersebut menggambarkan nilai pasar

perusahaan. Sebagai contoh jika nilai pasar perusahaan 1 milyar maka nilai modal

manusia pada dimensi kompetensi adalah 0,04x 1 Milyar= 40 juta. ‘Nilai dasar

pasar’ yang baru dibuat dengan menambahkan nilai IC ini ke nilai buku

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

75

perusahaan. Nilai pasar perusahaan berfluktuasi sebagai tanggapan atas sentimen

investor. Dengan kata lain, pergerakan valuasi pasar perusahaan sehari-hari

'”membuktikan” nilai IC-nya, terlepas dari apa potensi ‘nyata’ nya.

Sebelumnya Johanson (1996) mengemukakan konsep pengukuran sumber

daya manusia dari sisi akuntansi. Pengukuran yang memadukan modal manusia

dan pelanggan yang terdiri dari kedekatan individu (hubungan) dengan pelanggan

dan penerapan kreativitas mereka untuk kebutuhan pelanggan yang spesifik.

Amoah (2018) mengemukakan bahwa aliran modal manusia dapat dipahami

dengan cara mengeksplorasi interaksi antara arus masuk dan outflows, dan faktor-

faktor yang mempengaruhi arus.

Penilaian dapat menggunakan dasar akuntansi finansial tradisional

perusahaan atau menggunakan indikator pasar. Bahkan beberapa metode nilai

modal intelektual terindeks tunggal yang sistematis digunakan, sementara yang

lain mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas

perusahaan, seperti dikemukakan Vaškelienė, (2007).

Mengenai modal manusia Ramanauskait dan ud ionienė (2013)

mengemukakan modal manusia dilihat dari perspektif pengembaliannya terhadap

aset. Konsep modal manusia berdasarkan konsep pengembaliannnya pada aset

adalah rasio antara rata-rata laba sebelum pajak dan modal rata-rata perhitungan

unit, dan dibandingkan dengan nilai rata-rata industri. Konsep lainnya yaitu

berdasarkan pasar yang diindikasikan dengan cara menghitung perbedaan antara

nilai pasar dari suatu perusahaan dan asetnya, dijumlahkan bersama.

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

76

Seetharamann et al (2002) menawarkan konsep pengukuran SDM berdasarkan

konsep ekonomi pengetahuan yang berbasis nilai pasar.

2.1.3. Good Corporate Governance

2.1.3.1. Konsep Good Corporate Governance

Konsep Good Corporate Governance berkembang seiring dengan

meningkatnya tuntutan kehati-hatian tatakelola serta persaingan. Mengenai GCG

di sektor perbankan Krayenbuel (1993:26) menyampaikan bahwa GCG

merupakan 'tata kelola korporasi' yang menggambarkan tugas dan tanggung jawab

dewan direksi yang bertanggung jawab atas kinerja perusahaan secara

keseluruhan. Corporate governance adalah keseluruhan perangkat pengaturan

legal, kebudayaan, dan institusi yang menentukan apa yang dapat dilakukan

perusahaan publik, siapa yang mengendalikan, bagaimana pengendalian

dilakukan, dan bagaimana risiko dan imbal hasil saham dari aktivitas-aktivitas

yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dialokasikan.

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada agency

theory. GCG diharapkan dapat berfungsi sebagai tools untuk memberikan

keyakinan kepada investor bahwa pengelolaan dana yang diinvestasikan

dilakukan dengan baik sehingga perusahaan menghasilkan return (Shleifer dan

Vishny, 1997 : 737). Regulasi sistem yang difungsikan untuk meminimalisir

terjadinya moral hazard dalam hubungan keagenan.

Mengenai GCG di sektor perbankan Arun dan Turner (2004:371) tentang

penerapan GCG untuk bank di negara-negara berkembang bahwa reformasi

perbankan hanya dapat dilaksanakan dengan dukungan sistem peraturan kehati-

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

77

hatian dinyatakan tentang pentingnya GCG ditegaskan: “The corporate

governance of banks in developing economies is important for several reasons’.

Konsep GCG menurut Arun dan turner (2004:372) adalah sebagai mekanisme

agar para pengelola perbankan bertindak dalam kepentingan para pemegang

saham. Ardalan (2007:506) sebelum menerapkan GCG, terlebih dahulu dipahami

tentang landasan berpikir GCG itu sendiri. Pemahaman adalah berhubungan

dengan sifat dan peran tata kelola perusahaan. Ahrens (2009:312) menegaskan:

“corporate governance is perceived to be important and topical, which creates a

strong demand for understanding”

Mengenai GCG sebagai tata kelola perusahaan di bank-bank negara

berkembang, Chahine dan Safieddine (2009:208) pentingnya menjaga industri di

negara-negara berkembang dari kegagalan sistematis, yang mengakibatkan adanya

inefisiensi. Sejak terjadinya kegagalan satu Bank yang dapat mempengaruhi

kepercayaan deposan atau kreditur dalam perbankan industri, yang sangat rentan

menyebabkan guncangan, sejumlah peraturan finansial internasional dan nasional

diimplementasikan dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang stabil dan

aman. Konstruk Good Corporate Governance adalah tata kelola perusahaan tugas

dan tanggung jawab pelaksanaan manajemen yang didasarkan pada faktor

kepatuhan terhadap regulasi dan pemahaman yang memiliki nilai etika tinggi yang

dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat dalam melakukan bisnis.

2.1.3.2. Konsep Good Corporate Governance

Konsep Good Corporate Governance dalam struktur perbankan adalah

sebagai berikut :

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

78

Tabel 2. 3 Pengukuran Good Corporate Governance

No Author Dimensi Indikator

1 Krayenbuel (1993) Good Corporate

Governance

tugas dan tanggung jawab dewan

direksi atas kinerja perusahaan secara

keseluruhan

2 Shleifer dan Vishny,

1997

Good Corporate

Governance

tools untuk memberikan keyakinan

bagi investor

3 Arun dan Turner (2004) Good Corporate

Governance

mekanisme bertindak dalam

kepentingan para stakeholder

4 Ahrens (2009 Good Corporate

Governance

Pemahaman

5 Chahine dan Safieddine

(2009

Good Corporate

Governance

Kegagalan sistematis, inefisiensi.

6 Asian Development

Bank (ADB

Good Corporate

Governance

Accountability, Transparency,

Predictability dan Participation.

7 OECD Good Corporate

Governance

transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas, integritas, dan fairness

8 Dimensi

(konstruk ) GCG

Good Corporate

Governance

Skor self assement GCG

Asian Development Bank (ADB, 2005) menjelaskan bahwa GCG

mengandung empat nilai utama yaitu: Accountability, Transparency,

Predictability dan Participation. Sejak diperkenalkan oleh Organization of

Economic Cooperation Development (OECD) 1999 prinsip-prinsip GCG, telah

dipedomani oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip GCG

bersifat universal sehingga dapat diimplementasikan disemua negara atau

perusahaan dan diselaraskan dengan sistem hukum dan tata nilai masing-masing

negara. Prinsip-prinsip GCG adalah transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

integritas dan fairness disingkat TARIF dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Transparansi (tranparence)

Prinsip ini mensyaratkan kemampuan yang harus dimiliki dari berbagai

pemangku kepentingan untuk melihat dan memahami proses serta acuan yang

digunakan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Manfaat yang bisa dipetik

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

79

dari penerapan prinsip ini. Salah satunya, stakeholder dapat mengetahui risiko

yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Informasi

kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan

dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar. Prinsip

transparansi yang dilaksanakan dengan baik dan tepat meminimalisir benturan

kepentingan (conflict of interest) para pemangku kepentingan.

2) Akuntabilitas (accountability)

Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan

direksi dan komisaris beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham

dan pemangku kepentingan lain. Dewan direksi bertanggung jawab atas

keberhasilan dalam mencapai keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Dewan komisaris

bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan

masukan dan pembinaan kepada direksi atas pengelolaan perusahaan sehingga

tujuan perusahaan dapat tercapai. Manfaat apabila prinsip accountability ini

diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang,

dan tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris, serta direksi.

Dengan adanya kejelasan inilah maka perusahaan akan terhindar dari kondisi

agency problem.

Mengenai akuntabilitas di sektor perbankan Krayenbuel (1993:27)

menegaskan bahwa : “Corporate accountability is enforced through the board

structure, in addition the traditional enforcer of corporate accountability is

essentially the owner or owners of the bank.

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

80

3) Responsibilitas (responsibility)

Prinsip ini mewajibkan dari pimpinan serta jajaran manajemen perusahaan

melakukan kegiatannya secara bertanggungjawab. Pengelola perusahaan harus

melakukan transaksi yang telah disepakati sesuai dengan undang-undang,

peraturan kontrak serta standar operasional prosedur bisnis perusahaan yang

berlaku. Manfaat penerapan prinsip ini diharapkan membuat perusahaan

menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya menghasilkan eksternalitas

(dampak luar kegiatan perusahaan) negatif yang harus ditanggung oleh

masyarakat. Prinsip tersebut diharapkan membantu peran pemerintah dalam

mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja pada segmen

masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar (tanggung

jawab etika bisnis lembaga terhadap lingkungannya).

4) Integritas (integrity)

Prinsip ini mewajibkan pemegang saham, dewan direksi, dan dewan

komisaris dalam menjalankan kegiatan usaha agar melepaskan diri dari berbagai

pengaruh kepentingan atau tekanan yang berasal dari pihak-pihak tertentu yang

dapat berpotensi mengganggu, merugikan atau mengurangi objektivitas

pengambilan keputusan bisnis perusahaan. Praktik-praktik prinsip integritas dapat

meliputi beberapa kriteria antara lain seleksi anggota komisaris dan anggota

direksi, akses terhadap pendapat konsultan independen, proses alokasi riil, proses

lelang pengadaan barang atau jasa dan proses audit.

5) Keadilan (fairness)

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

81

Prinsip ini untuk menjamin terselenggaranya perlakuan yang adil para

pemangku kepentingan terdiri dari pemegang saham, dewan direksi, dewan

komisaris, karyawan, dan masyarakat sekitar. Dalam menjalankan tugasnya

dewan komisaris dapat membentuk berbagai komite yang membantu dewan

komisaris agar fungsi dewan komisaris dapat berjalan lebih efektif, antara lain :

(1) Komite audit, bertugas memastikan terselenggaranya efektivitas dari

pengendalian, dilaksanakan oleh auditor internal dan auditor eksternal. (2)

Komite nominasi, bertugas menyusun kriteria seleksi dan prosedur nominasi

anggota komisaris dan direksi serta eksekutif lainnya, merancang sistem penilaian,

dan memberikan rekomendasi tentang jumlah komisaris dan direksi. (3) Komite

remunerasi, bertugas menetapkan arahan dan penyusunan sistem penggajihan dan

pemberian tunjangan serta rekomendasi atas penilaian sistem remunerasi,

pemberian saham, sistem pensiun dan kompensasi dalam kasus pengurangan

pegawai (rasionalisasi). (4) Komite asuransi dan risiko usaha, bertugas

melakukan penilaian periodik dan pemberian rekomendasi jenis, risiko usaha, dan

jumlah asuransi.

Manfaat dari penerapan prinsip fairness diharapkan membuat seluruh aset

perusahaan dikelola secara baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul

perlindungan kepentingan pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Fairness

juga diharapkan memberi perlindungan kepada perusahaan terhadap praktik

korporasi yang merugikan.

Mengenai GCG dalam struktur organisasi, Lopez et al (2017) menjelaskan

konsep GCG sebagai mekanisme untuk memisahkan kepemilikan dengan

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

82

manajemen untuk menciptakan nilai dan keputusan perusahaan serta untuk

menyusun mekanisme kontrol manajemen. Komposisi sebagai dimensi penting

dalam struktur komisaris yang menunjukan GCG sebagai organsiasi. Komisaris

eksternal berperan merekonsiliasi adanya perbedaan, mengevaluasi apakah agenda

independen cocok dengan rutinitas perusahaan dan mengurangi potensi konflik

keagenan. Pelaksanaan prinsip GCG menghasilkan outcome yang sesuai dengan

harapan stakeholders perseroan. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa

GCG berfokus pada bagaimana investor mengendalikan manajer untuk

memberikan keuntungan dan berperilaku jujur dalam manajemen sumber daya

perusahaan. GCG diperlukan sebagai sistem untuk mengawasi dan membimbing

manajer dalam berinvestasi dan mengelola perusahaan. Sowarno (2018)

menjelaskan GCG adalah bentuk lain dari etika bisnis dan penegakan etika kerja

yang telah menjadi komitmen perusahaan. Peran dan tuntutan investor asing dan

kreditor pada penerapan prinsip GCG adalah salah satu faktor dalam membuat

keputusan investasi dalam suatu perusahaan termasuk saat krisis seperti

dikemukakan Peni & Vahamaa (2012).

Lebih lanjut Bachiller dan Lacalle (2017) mengemukakan GCG berkaitan

dengan kinerja multidimensi perusahaan. Suhadak et al (2018) mengemukakan

bahwa GCG adalah salah satu kunci sukses bagi perusahaan untuk tumbuh,

menghasilkan laba jangka panjang dan menang persaingan bisnis global. Kedua,

implementasi GCG yang gagal diyakini menyebabkan krisis ekonomi di Asia dan

Amerika Latin. GCG terdiri dari semua pemangku kepentingan, proses dan

kegiatan ditempatkan untuk memastikan keakuratan manajemen aset perusahaan

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

83

dinyatakan GCG adalah instrumen untuk meyakinkan investor bahwa para

investor akan mendapatkan pengembalian dari investasi.

2.1.4. Faktor ekonomi Makro

2.1.4.1. Konsep Ekonomi Makro

Konsep ekonomi makro menurut Samuleson dan Nordhaus adalah cabang

ilmu ekonomi yang mempelajari dan mengamati kinerja perekonomian secara

keseluruhan dan komprehensif. Menurut Robert S. Pindyck dan Daniel L.

Rubinfeld pengertian ekonomi makro adalah sebuah ilmu ekonomi yang

menangani variabel agregat ekonomi, seperti: 1) Tingkat dan rata-rata

pertumbuhan produksi nasional 2) Angka pengangguran, 3) Suku bunga, 4) Inflasi

Kondisi ekonomi turut berperan dalam perkembanga finansial. Goldsmith

(1959) menjelaskan mengenai hubungan antara Struktur finansial dan

pembangunan. Pengaruh faktor finansial terhadap pertumbuhan ekonomi dan

struktur dapat dilihat lebih mudah berdasarkan nilai uang daripada aset tidak

berwujud lainnya. Pengaruh uang pada pertumbuhan dan struktur ekonomi dilihat

dari bagaimana uang beredar, diperkenalkan, ditarik, dan digunakan untuk

kegiatan ekonomi. Konstruk ekonomi makro adalah kondisi ekonomi suatu negara

yang diterapkan dalam kebutuhan masyarakat dalam menetapkan acuan suatu

aktivitas bisnis.

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

84

2.1.4.2. Pengukuran Ekonomi Makro

Tabel 2. 4 Pengukuran Ekonomi Makro

No Author Dimensi Indikator

1 Goldsmith (1959) Struktur finansial dan

pembangunan

Nilai uang, uang beredar,

diperkenalkan, ditarik, dan

digunakan untuk kegiatan

ekonomi.

2 Bodie dan Marcus

(2001)

Inflasi Tingkat infasi

3 Qin dan He (2013 Inflasi Tingkat infasi

4 Doyran (2013) Inflasi Margin bunga bersih.

5 Indonesian Central

Bank

Suku Bunga dalam

Kebijakan moneter

Tingkat suku bunga

6 Choudry (2011 Risiko suku bunga Tingkat suku bunga

7 Steven et al (1997) Suku bunga Intertemporal substitution.

8 Dimensi

(konstruk) ekonomi

makro

1. Inflasi

2. Nilai Tukar

3. Suku bunga acuan

1. Tingkat Inflasi

2. Fluktuasi Nilai Tukar

3. Tingkat Suku bunga

acuan

1. Inflasi

Inflasi dapat diartikan secara sederhana sebagai kondisi menurunnya nilai

mata uang. Inflasi dapat dilihat pada saat harga meningkat akibat meningkatnya

permintaan dan pada saat yang sama supply tetap atau kelangkaan supply akibat

rantai pasokan yang terhambat. Inflasi merupakan kemerosotan nilai uang

(kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga

menyebabkan naiknya harga barang-barang.

Menurut Bodie dan Marcus (2001) menjelaskan bahwa inflasi merupakan

suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami

kenaikan. Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu

kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti

terjadinya penurunan nilai uang. Secara makro inflasi menyebabkan

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

85

kesejahteraan masyarakat menurun, nilai uang menurun dan daya beli

masyarakat menjadi rendah, pemutusan Hubungan kerja (PHK), instabilitas

ekonomi serta ancaman sosial.

Mengenai dampak inflasi Qin dan He (2013:1) bahwa inflasi berdampak

pada resesi ekonomi dunia yang berdampak sistemik terutama di negara-negara

dengan fundamental ekonomi yang lemah hal ini dicontohkan pernah terjadi

pada tahun 2008. Doyran (2013) menyampaikan bahwa inflasi berpengaruh

negatif terhadap profitabilitas tetapi secara positif dan signifikan terkait dengan

margin bunga bersih. Beragam faktor yang menyebabkan inflasi. Pedro et al

(2017) menjelaskan mengenai faktor ekonomi dan kaitannya dengan kehidupan

perbankan. Bank, terpapar risiko sistemik akibat perkembangan ekonomi makro.

2. Suku Bunga Acuan

Suku bunga acuan erat kaitannya dengan perubahan ekonomi. Perbedaan

struktur ekonomi masing-masing negara termasuk kebijakan ekonomi makro

mempengaruhi bagaimana penetapan bunga acuan bank sentral seperti BI

menentukan suku Bunga dalam Kebijakan moneter.

Kewenangan tersebut antara lain dalam menetapkan sasaran sasaran

moneter dengan memperhatikan laju inflasi dan melakukan pengendalian

moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk tetapi tidak terbatas

pada operasi pasar terbuka dipasar uang baik rupiah maupun valuta asing,

penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan

pengaturan kredit atau pembiayaan. (UU RI No. 3 Tahun 2004 tentang

perubahan atas undang-undang RI No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia).

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

86

Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui

Bank Sentral guna mengatur penawaran uang dan tingkat bunga dalam tingkat

yang wajar dan aman.

Kebijakan penetapan tingkat suku bunga merupakan hal yang cukup

penting. Sebab kebijakan ini tidak hanya mempengaruhi perilaku konsumen

untuk menabung, membelanjakan atau menginvestasikan uang nya tetapi juga

mempengaruhi dunia usaha dalam hal pengambilan keputusan investasi dan

pembiayaan. Di samping itu, tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi

tingkat "kesehatan" atau likuiditas suatu perekonomian negara. Choudry

(2011:174) mengemukakan adanya risiko yang disebabkan oleh tingkat suku

bunga yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja. Risiko suku bunga

didefinisikan sebagai dampak potensial yang merugikan atau sebaliknya pada

nilai aset bersih dari neraca lembaga finansial dan laba yang dihasilkan dari

perubahan dalam tarif bunga eksposur risiko ada pada saat ada ketidak cocokan

tanggal jatuh tempo antara aset dan kewajiban, atau antara pokok dan arus kas

bunga.

Mengenai kebijakan moneter, Steven et al (1997) mengemukakan

beberapa jalur transmisi kebijakan moneter dengan menggunakan sasaran suku

bunga 1) intertemporal substitution. Perubahan suku bunga akan mengubah

biaya pinjaman atau pendapatan dari tabungan. Hal ini selanjutnya akan

berpengaruh terhadap komponen utama pengeluaran, terutama untuk investasi

usaha, investasi perumahan, dan mungkin juga pengeluaran konsumsi barang-

barang tahan lama. 2) Exchange rate effect. Di dalam sistem nilai tukar

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

87

mengambang, kenaikan suku bunga, ceteris paribus, biasanya akan dihubungkan

dengan apresiasi nilai tukar dalam jangka pendek sehingga barang impor relatif

menjadi lebih murah dan laju inflasi akan menurun. Kegiatan ekspor juga akan

terpengaruh karena penjualan barang ekspor akan beralih ke dalam negeri.

Pengalihan pasar produk ekspor ini juga akan mendorong turunnya harga-harga

di dalam negeri. 3) Cash-flow effect. Dengan meningkatnya suku bunga

nominal, pendapatan nominal debitur akan menurun. Jika debitur menghadapi

kendala likuiditas akibat meningkatnya suku bunga dan tidak dapat meminjam

lagi dalam jumlah lebih besar untuk mempertahankan tingkat pengeluaran

semula maka pengeluaran mereka terpaksa harus diturunkan. 4) Wealth effect.

Perubahan suku bunga yang biasa digunakan sebagai faktor diskonto dari

ekspektasi pendapatan untuk masa yang akan datang akan mengubah nilai aset

finansial dan aset ril. Perubahan nilai aset-aset tersebut mengakibatkan

perubahan tingkat kesejahteraan pelaku ekonomi dan pada gilirannya akan

mempengaruhi keputusan konsumsi, investasi dan produksi. 5) Credit rationing

effect. Peningkatan suku bunga dapat mendorong bank-bank untuk

meningkatkan premi risiko yang mereka bebankan kepada debitur lama maupun

calon debitur baru akibat kekhawatiran akan turunnya kapasitas para debitur

dalam membayar hutang-hutangnya. Implikasinya, suku bunga kredit

meningkat, suplai kredit menurun, atau terjadi penjatahan kredit.

3. Nilai Tukar

Liberalisasi dan globalisasi yang melanda dunia dewasa ini telah

merubah perekonomian di berbagai negara menjadi semakin terbuka.

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

88

Liberalisasi dan globalisasi yang ada membawa konsekuensi pada fundamental

perekonomian masing-masing negara. Kemampuan dalam menjaga fundamental

perekonomian ini dapat berdampak pada kestabilan ekonomi makro.

Salah satu indikator ekonomi makro yang sensitif terhadap gejolak

perekonomian eksternal adalah nilai tukar mata uang (kurs mata uang). Dalam

hal ini nilai tukar mata uang mencerminkan kekuatan perekonomian sebagai

akibat dari penetrasi dan efek dari perekonomian global. Semakin stabil nilai

tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain, semakin

menunjukkan kekuatan fundamental perekonomian negara tersebut. Dengan kata

lain, pemerintah (otoritas moneter) mampu melakukan kebijakan moneter dan

dari nilai tukar mata uang yang dapat mendorong peningkatan daya saing

perekonomian suatu negara.

Pergerakan nilai tukar mata uang mencerminkan harga relatif suatu mata

uang terhadap mata uang lain. Fluktuasi dalam perkembangan nilai tukar mata

uang akan mengakibatkan perubahan perilaku economic agent dalam keputusan

bisnisnya. Pergerakan nilai tukar yang overvalued, akan berimplikasi pada

semakin mahalnya harga barang impor dalam persepsi mata uang domestik. Hal

ini akan berdampak pada semakin berkurangnya daya beli importir dalam

pemenuhan kebutuhan produknya. Sebaliknya pada saat terjadi undervalued,

maka bagi eksportir hal tersebut akan dapat mengurangi margin profit yang

diterimanya dari produk yang laku di pasar internasional.

Pergerakan nilai tukar yang berfluktuasi di pasar uang tersebut akan

sangat ditentukan oleh sistem nilai tukar yang dianut oleh masing-masing

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

89

negara. Sistem nilai tukar mata uang yang bersifat fixed exchange rate,

cenderung akan mengakibatkan stabilitas nilai tukar mata uang karena adanya

supporting dari otoritas moneter dalam bentuk intervensi di pasar uang.

2.1.5. Kinerja

2.1.5.1. Konsep kinerja Bank

Konsep kinerja di industri layanan jasa finansial terus berkembang.

Grady, M. W. (1991). Mendefinsikan business performance sebagai alat atau

metode yang mengartikulasikan sebuah strategi bisnis serta memonitor dampak

dari strategi tersebut. Pengertian business performance ini mengaitkan dua hal,

yaitu bagaimana (membumikan) penerapan strategi serta bagaimana memantau

dampak strategi tersebut terhadap bisnisnya.

Pandangan Mucha, M. J. (2011) terhadap business performance lebih

kepada metode pengukuran performansi bisnisnya. Menurut Mucha, MJ (2011)

pengukuran business performance merujuk kepada identifikasi, pengumpulan,

dan pengukuran; yang semuanya berperan sebagai alat komunikasi, termasuk

bagaimana efektifitas manajemen kepada external dan pemilik saham. Russell,

R. S., & Taylor-III, B. W. (2008), bahwa business performance adalah sejumlah

angka yang mengindikasikan sejauh mana target objective bisa tercapai. Esensi

dari teori performanis bisnis ini adalah membandingkan tingkat pencapaian

perusahaan dengan tujuan perusahaan semula.

Berbeda dengan Swink, M., Melnyk, S. A., Cooper, M. B., & Hartley, J.

L. (2011) yang menyoroti masalah kinerja sebagai medium komunikasi.

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

90

Business Performance adalah media komunikasi yang strategis dan penting

sebagai formulasi dari korporasi atau unit bisnis atau fungsional perusahaan

yang menjalankan roda bisnis dan bertindak sebagai kontrol terhadap target

objektif perusahaan. Esensi yang disampaikan oleh Swink, et al (2011) sama

dengan Grady, MW (1991) dan Mucha, MJ (2011), bahwa performansi bisnis

sebagai media komunikasi kepada pihak yang berkepentingan. Wheelen, T. L.,

Hunger, J. D., Hoffman, A. N., & Bamford, C. E. (2015) menyampaikan teori

tentang performansi bisnis yang dikaitkan proses strategi. Menurut Wheelen, et

al (2015) bahwa business performance adalah hasil akhir dari sebuah kegiatan

proses management strategy.

Pada hakekat nya konsep kinerja untuk perbankan berkembang dan lebih

menyeluruh. Gambaran luas dan kompleks tentang kinerja perbankan

memberikan gambaran bagaimana kompetisi di industri perbankan. Dalam

struktur persaingan pasar yang semakin ketat beragam sudut pandang

dikemukakan baik berkaitan dengan ukuran finansial maupun non finansial.

Secara praktis, kinerja finansial perbankan digambarkan dengan sisi finansial

yang menunjukan tingkat kesehatan. Sistem pengukuran finansial dinilai lebih

praktis dan dapat menjelaskan bagaimana postur strategik perusahaan.

Pengukuran rasio finansial menunjukan optimalnya fungsi sistem perbankan.

Pengertian kinerja menurut Wheelen & Hunger (2012:332) bahwa

kinerja adalah hasil akhir dari aktivitas. Pilih tindakan untuk menilai kinerja

berdasarkan unit organisasi yang akan dinilai dan tujuan yang akan dicapai.

Tujuan yang ditetapkan sebelumnya dalam bagian perumusan strategi dari

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

91

proses manajemen strategis (antara lain berurusan dengan profitabilitas, pangsa

pasar, dan pengurangan biaya) harus digunakan untuk mengukur kinerja

perusahaan setelah strategi telah diterapkan.

Kaitan antara strategi dengan kinerja juga diungkapkan oleh David

(2013:324) yang menurutnya terdapat kriteria kuantitatif yang umumnya

digunakan untuk mengevaluasi strategi yaitu rasio finansial, yang berguna

untuk: pertama: untuk membandingkan kinerja perusahaan pada beberapa

periode, kedua yaitu membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja

pesaing, ketiga yaitu membandingkan kinerja perusahaan terhadap rata-rata

dalam industri.

Hal senada dikemukakan oleh Boonpattarakan (2012:21) yang

menyebutkan bahwa kinerja perusahaan merupakan outcome dari strategi

perusahaan pada suatu perusahaan yang diukur dari profitability dan growth

rate. Best (2009:66) kinerja bisnis merupakan output atau hasil dari penerapan

segala aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan bisnis. Kinerja bisnis

merupakan output atau hasil dari penerapan segala aktivitas yang berhubungan

dengan pemasaran. Biasanya, kinerja pemasaran hanya dilihat melalui kinerja

finansial perusahaan. Menurut Best (2009:66), untuk melengkapi kinerja

finansial bisnis, perusahaan memerlukan serangkaian pengukuran yang paralel

untuk mengikuti kinerja pemasaran. Konstruk kinerja Bank merupakan hasil dari

rangkaian aktivitas bisnis bank yang dapat menjadi acuan untuk target guna

mencapai salah satu visi dari suatu Bank.

Page 66: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

92

2.1.5.2 Pengukuran kinerja

Dimensi pengukuran kinerja finansial adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 5 Dimensi pengukuran kinerja finansial

No Peneliti Dimensi

1 Goldsmith (1959 Makro ekonomi

2 Momparler et al (2012) Finansial

3 Abdullah et al (2017) Rasio finansial dan non finansial

4 Mehra (1998) finansial dan non finansial berdasarkan

ruang lingkup strategis atau jangka

panjang

5 Kaplan and Norton, 2001 Finansial dan non finansial

6 Ayadi et al (1998) Finansial & Non finansial

7 Zineldin & Bredenlow (2001 Non finansial

8 Andersen (2006) Non finansial

9 Ab-Rahim et al (2016) Finansial dan non finansial

10 Berger $ Bouwman (2013) Finansial

11 Aras et al (2018) Finansial dan non finansial

12 Dimensi (konstruk )

kinerja finansial

Rasio finansial

Pengukuran yang tegas dalam finansial memberikan orientasi yang tepat

bagi perbankan. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa ukuran kinerja perusahaan

yang paling sering digunakan dalam penelitian empiris adalah kinerja finansial

(financial performance), kinerja operasional (operational performance), dan

kinerja berbasis pasar (market-based performance) (Jahanshahi, Rezaie, Nawaser,

Ranjbar & Pitamber, 2012). Kinerja biasanya dinilai menggunakan pengukuran

berbasis data akuntansi atau data finansial. Kekurangan dari semua pengukuran

Page 67: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

93

berbasis data akuntansi adalah fokus nya pada kinerja yang sudah lalu (Kaplan &

Norton, 1992).

Mengenai performance dalam kaitannya dengan penggunaan teknologi,

Momparler et al (2012) mengemukakan pengukuran kinerja perbankan

berdasarkan ROA dan ROE. Return on Asset (ROA), yaitu rasio untuk mengukur

kemampuan manajemen Bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk

menghasilkan berbagai income. Mehra (1998:313) mengemukakan pengukuran

finansial dan non finansial berdasarkan ruang lingkup strategis atau jangka

panjang. Pada dimensi ROA yaitu pengembalian standar ukuran aset rata-rata

yang sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja Bank. Dawar (2014)

mengemukakan pengukuran rasio finansial untuk menilai performance bank yaitu

dengan menggunakan ROA dan ROE

Mengenai kinerja finansial, Doyran (2013:728) mengemukakan salah satu

pengukuran rasio yaitu 1) ROA. 2) NIM, 3) OPEX yaitu biaya operasi: 4) LIQ 5)

LeV/ Leverage. Ab-Rahim & Chiang (2015) pengukuran kinerja finansial adalah

ROA, ROE. Abdullah et al (2017) memadukan pengukuran berdasarkan rasio

finansial seperti return on assets (ROA), return on equity (ROE), atau profit

margin (PM). Sahile et al (2013:701) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja

bank yaitu average Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Net Interest

Margins (NIM).

Menurut Mudradjat Kuncoro dan Suhardjono (2002) rasio untuk

mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank adalah Return on Equty

(ROE) dan Return on Asset (ROA).Ferdi Rindhatmono (2005), dalam

Page 68: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

94

penelitiannya menemukan bahwa BOPO, NPL, NIM, CAR, dan market share

berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan LDR tidak signifikan.

Bambang Sudiyatno dan Suroso (2010), menguji pengaruh DPK, BOPO, CAR

dan LDR terhadap kinerja finansial pada sektor perbankan. Hasil penelitian

menunjukkan DPK, CAR dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap

ROA, sedangkan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

Menemukan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan

CAR dan LDR tidak signifikan terhadap ROA. Bambang Sudiyatno dan Rini

Setiyowati (2012), meneliti pengaruh BOPO, NPL, NIM, dan CAR terhadap

kinerja finansial Bank. Hasil penelitian menunjukan BOPO, NPL berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap kinerja finansial bank, sedangkan NIM dan CAR

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja finansial Bank.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja Bank secara umum dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang secara spesifik mempengaruhi kinerja Bank, dan faktor ini

dapat dikendalikan manajemen. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar

Perusahaan yang tidak dapat dikendalikan manajemen, seperti faktor makro

ekonomi dan karakteristik industri (Shahchera, M (2012). Havrylchyk, et al

(2006), dalam penelitiannya menemukan hubungan yang positif antara modal

(capital) dengan laba Bank. Molyneux dan Thornton (1992), menemukan

hubungan yang positif antara efisiensi dengan profitabilitas (ROA), efisiensi dapat

meningkatkan profitabilitas.

Page 69: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

95

Sedangkan Miller dan Noulas (1997), menemukan adanya hubungan yang

negatif antara risiko kredit (credit risk) dengan dengan profitabilitas (ROA).

Naceur, SB (2003), menemukan bahwa capital berpengaruh positif signifikan

terhadap ROA, dan overhead berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA,

namun Loan tidak signifikan terhadap ROA. Shahchera, M (2012), menemukan

bahwa aset likuid berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Ozdinzer,

B and Ozyildirim (2006), melakukan penelitian bank-bank di Turki menemukan

bahwa efisiensi berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Anna P.I. Vong

dan Hoi Si Chan, 2009, melakukan penelitian di perbankan Macao menemukan

bahwa LOTA (Loan to Total Asset) berpengaruh negatif signifikan terhadap

ROA. Momparler et al (2012) menegaskan bahwa pengukuran performance ROA

& ROE.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Gul, et al (2011), penelitian yang

dilakukan di perbankan Pakistan menemukan bahwa Loan dan Deposit

berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan Capital tidak signifikan

terhadap ROA. Mengenai performance di bidang perbankan, Rahim dan Chiang

(2014:158) mengungkapkan bahwa konsentrasi pasar dan efisiensi perbankan

menentukan kinerja profitabilitas bank-bank komersial Malaysia.

Perkembangan dan perubahan indikator pengukuran di bidang finansial

telah mendorong pemahaman yang lebih menyeluruh tentang perbankan termasuk

fungsi bank yang sebenarnya. Di sisi lain pengukuran tersebut menjadi semakin

luas dan bahkan menjadi bias. Indikator pengukuran adalah sebagai berikut:

Page 70: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

96

Tabel 2. 6 Indikator Kinerja

No Peneliti Indikator

1 Goldsmith (1959 Pertumbuhan ekonomi

2 Momparler et al (2012) ROA & ROE

3 Ferdi Rindhatmono (2005) ROA

5 Abdullah et al (2017) ROA,NIM,Biaya operasi,Likuiditas,

Leverage,INF,GDP

6 Mehra (1998) ROA,

Kaplan and Norton, 2001 kepuasan pelanggan, proses bisnis

internal, serta kapasitas.pembelajaran dan

pertumbuhan

7 Zineldin & Bredenlow (2001 Jumlah nasabah

8 Sahile et al (2013) Average return on equity (ROE). Return

on assets (ROA), net interest margins

(NIM).

9 Berger & Bowman (2013) ROA dan ROE

10 Andersen (2006) Penjualan produk

11 Anna P.I. Vong dan Hoi Si

Chan, 2009

ROA

12 Gul, et al (2011), Kinerja Bank (ROA).

11 Molyneux dan Thornton

(1992)

ROA

12 Ab-Rahim et al (2016) Efisiensi, ROA, ROE, NIM, biaya

pinjaman

13 Aras et al (2018) ekonomi, lingkungan, dan sosial

perusahaan

14 Indikator

(konstruk) kinerja finansial

ROA, ROE

Page 71: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

97

Pengukuran indikator kinerja perbankan dengan menggunakan ROA dan

ROE mengarahkan fokus perbankan. Untuk mengukur kemampuan bank dalam

memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran deviden. Semakin

besar ratio ini maka makin besar kenaikan laba bersih bank yang bersangkutan,

selanjutnya akan menaikan harga saham bank dan semakin besar pula dividen

yang diterima investor.

ROE = Laba Bersih

Modal Sendiri

Sedangkan ROE /Return on asset merupakan perbandinganm antara laba sesudah

pajak dengan total aset yang dimiliki. Semakin besar nilai ROA, maka semakin

bagus pula kinerja perusahaan perbankan tersebut, karena return yang didapatkan

perusahaan semakin besar.

Laba Sesudah Pajak

ROA = Total Asset

Aktivitas bisnis menjadi lebih fokus pada tujuan ROA dan ROE secara

praktis pengukuran kinerja finansial dapat dilaksanakan dengan tingkat informasi

hasil analisis yang lebih cepat. Pengukuran menggambarkan bagaimana struktur

dan postur strategik perbankan. Dibandingkan dengan pengukuran non finansial,

pengukuran finansial lebih objektif dan terhindar dari objektivitas yang

menimbulkan bias pengukuran misalnya kepuasan pelanggan. Untuk perbankan

yang beroperasi dalam sistem ekonomi global maka pengukuran finansial relevan

digunakan dengan feedback yang lebih cepat seiring dengan tingkat persaingan

yang ketat.

Dalam sistem pengelolaan yang semakin terbuka dan transparan maka

pengukuran kinerja dari dimensi finansial seperti ROA dan ROE dapat

Page 72: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

98

meminimalisir terjadinya assymetric information yang berakibat pada diverse

selection. Selain itu pengukuran rasio finansial memiliki keterkaitan dengan

regulasi seperti dikemukakan oleh Munir dan Baird (2016). Penggunaan ukuran

finansial dikaitkan dengan tekanan “peraturan perbankan” yang bersifat koersif.

Berbeda dengan Debusk (2013) ada potensi bias pengukuran dalam rasio

finansial. Di tegaskan pengguna data pengukuran kinerja mengalami bias halo, di

mana kinerja organisasi pada ukuran finansial tampaknya mempengaruhi persepsi

mereka terhadap kinerja organisasi pada tindakan non finansial. Secara praktis

bias tersebut dapat diminimalisir dengan adanya bentuk-bentuk pengukuran

kinerja Bank oleh lembaga konsumen atau lembaga pemerhati layanan perbankan.

2.1.6. Corporate strategy

Definisi strategi menurut Porter (1996: 68) adalah : “Strategy is the

creation of a unique and valuable position, involving a different set of activities”.

Kearns (2010:17) menunjukan bahwa strategi merupakan sebuah kegiatan atau

tindakan-tindakan yang berorientasi pada pencapaian jangka panjang. Strategi

adalah tentang posisi unik yang perlu dicapai oleh perusahaan, seperti

disampaikan Kolbusa (2013):“strategy as the description of a new, unique

position which the company is striving to achieve”. Strategi adalah tentang

perencanaan dalam sebuah permainan, Watson (2013: 22) mengemukakan bahwa

strategi adalah: “A strategy is a complete contingent plan for a player in the

game”. Perencanaan merupakan sejumlah pernyataan yang akan dijadikan sebagai

panduan dan memberikan arah untuk mencapai tujuan.

Page 73: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

99

Pandangan tentang konsep strategi baik Resources Base View (RBV)

maupun Market Base View (MBV) pada dasarnya disasarkan pada kompetisi.

Lebih lanjut Ghobadian et al (2014) menggambarkan bagaimana tingkatan strategi

dalam suatu organisasi profit sebagai berikut:

Gambar 2. 3 Tingkatan strategi . Sumber : Ghobadian et al (2014)

Ghobadian et al (2014:329) bahwa: (i) strategi fokus pada apa yang bisa

dipelajari, diajarkan dan mengabaikan aspek-aspek yang tidak dapat dipelajari

serta diajarkan, (ii) tahapan-tahapan dalam strategi berlangsung dalam suatu

proses yang linier dengan waktu yang ditetapkan secara sistematis oleh organisasi

dan pada saat yang sama kondisi-kondisi diluar organisasi “ unpredictable” dan

sulit dikendalikan, (iii) asumsi tentang kondisi empiris hasil observasi bisa

berubah karena perubahan itu sendiri melekat pada objek observasi. Pandangan

tersebut tampaknya relevan dengan perumusan-perumusan strategi yang

dihasilkan.

Dilihat dari tingkatan maka strategi dikelompokan menjadi 3 yaitu

corporate, bisnis dan fungsional

Page 74: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

100

2.1.6.1. Strategy Corporate

Strategi korporasi merupakan strategi yang dilakukan di level korporasi

yang aktivitas nya menyangkut pengembangan bisnis korporasi, portofolio

perusahaan. Strategi korporasi yang dapat dilakukan secara organik maupun

anorganik. Secara organik beberapa perusahaan meningkatkan penambahan

saham dari pemegang saham atau penurunan deviden payout ratio agar deviden

dari laba akan kembali lagi menjadi modal untuk menambah ekspansi perusahaan.

Pada hakekatnya strategi korporasi terutama mengenai pilihan arah perusahaan

secara keseluruhan dan manajemen bisnis atau portofolio produknya. Ini benar

adanya apakah perusahaan itu adalah perusahaan kecil atau multinastional Corp

(MNC), (Thomas L Wheelen, 2012).

Strategi tingkat korporat melibatkan keputusan manajemen senior untuk

membuat tindakan yang dibutuhkan dalam upaya mencari keunggulan kompetitif

di beberapa industri dan pasar secara bersamaan., (Frank T. Rothaermel,

2013).Awalnya istilah itu digunakan untuk mengemukakan pola pengambilam

keputusan yang menentukan tujuan perusahaan, menghasilkan kebijakan utama

untuk mencapai tujuan ini (Collis / Montgomery, 2005, 8)

Konstruk: Strategi Korporasi merupakan langkah-langkah dengan pola

yang terstruktur untuk level korporasi dalam rangka mencapai visi yang

ditetapkan melalui peningkatan kinerja.

Corporate Strategy, terdiri dari

a. Directional Strategy : Strategi perusahaan secara keseluruhan berorientasi

pertumbuhan, stabilitas dan berkesinambungan.

Page 75: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

101

b. Portofolio Srategy, Strategi perusahaan yang menganalisis perusahaan

terhadap industri dan market melalui pertumbuhan produk dan bisnisnya.

c. Parenting Strategy, Strategi dimana manajemen memposisikan sebagai

koordinator untuk mengkoordinasikan aktivitas dan sumber dan

penyebarannya melalui produk dan unit bisnisnya.

Strategi perusahaan menjelaskan dua masalah yang saling berhubungan.

Pertama, jenis bisnis seperti apa yang perusahaan harus tetapkan untuk dan dapat

bersaing, kedua, bagamana bisnis tersebut dapat dikelola dan membentuk suatu

sinergi. Strategi perusahaan atau strategi korporasi pada dasar nya merupakan

suatu arahan (direction) perusahaan agar anak-anak perusahaannya atau unit-unit

bisnis strategis perusahaannya secara keseluruhan menjadi portofolio bisnis yang

menguntungkan perusahaan. Sehingga, karena sifat arahan yang seperti itu

corporate strategy terdiri dari directional strategy (orientasi menuju

pertumbuhan), portofolio strategy (kordinasi arus kas antar unit bisnis) dan

parenting strategy (membangun dan mengembangkan sinergi perusahaan melalui

pemanfaatan sumberdaya bersama). Secara menyeluruh, perusahaan akan

menghasilkan suatu grand strategy yaitu rencana komprehensif dan umum atas

tindakan utama yang perusahaan akan laksanakan untuk mencapai tujuan jangka

panjangnya dalam lingkungan yang dinamis.

Pada umumnya, strategi korporasi akan menentukan orientasi perusahaan

terhadap pertumbuhan dan strategi bersaing di industri atau pasar yang akan

dimasuki. Strategi korporasi menyediakan strategic platform atau kapabilitas

organisasi untuk mengatasi permasalahan bisnis di dalam lingkungan yang

Page 76: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

102

beragam dengan sekumpulan kemampuan strategis. Semua perusahaan, mulai dari

perusahaan terkecil yang hanya memproduksi satu jenis produk dalam satu

industri saja sampai perusahaan multibisnis yang memproduksi berbagai produk

dalam berbagai industri (konglomerasi), pada suatu waktu harus memperhatikan

pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam strategi perusahaan seperti :

1.Haruskah perusahaan melakukan ekspansi, penciutan, atau tidak

mengubah operasi perusahaan nya ?

2.Haruskah perusahaan memusatkan kegiatan hanya dalam industri yang

sekarang, atau berekspansi ke industri lainnya?

3.Apabila perusahaan ingin tumbuh dan berkembang, haruskah perusahaan

melakukan nya melalui pengembangan internal atau akuisisi eksternal,

merger, atau usaha patungan?

Strategi korporasi, seperti bagan dibawah, mewujudkan tiga macam orientasi

umum yaitu pertumbuhan (growth), stabilitas (delay), dan penciutan

(retrenchment). Setelah perusahaan memilih orientasi umum untuk arahan

strateginya, perusahaan dapat memilih beberapa strategi spesifik perusahaan agar

dapat lebih fokus dalam penerapan strategi sehingga tujuan perusahaan tercapai.

Page 77: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

103

Gambar 2. 4 Pemetaan Strategi Korporasi: Directional Strategy

2.1.6.2. Business Strategy

Didalam Teorinya Frank T. Rothaermel, membagi strategi bisnis sebagai

berikut:

Differentiation Strategy

Didalam Strategi Diferensiasi, perusahaan dituntut untuk mengetahui

Value Drivers yang terdiri dari product Feature, Customer Service,

Customization, Complements.

Cost Leadership Strategy

Perusahaan dalam hal ini dituntut untuk memahami Cost drivers yang

terdiri dari Cost of input factors, Economis of scale, Learning curve effect,

Experience-curve effect

Integration Strategy

Strategi ini merupakan kombinasi Cost leadership dan Differentiation

Page 78: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

104

Innovation Strategy

Strategi ini merupakan kekuatan untuk menghadapi persaingan.

Entreupreneur Strategy

Strategi ini untuk menjalankan proses pembaharuan secara konsisten,

sehingga selalu dalam inovasi yang terus menerus.

Konstruk: Strategi bisnis merupakan langkah-langkah dengan pola yang

terstruktur untuk level aktivitas bisnis yang bersifat mendukung produk dan untuk

kepuasan customer dalam rangka mencapai visi yang ditetapkan melalui

peningkatan capaian. Strategi bisnis dapat dilakukan dengan inovasi dan aktivitas

yang mendukung peningkatan aktivitas bisnis. Strategi bisnis terdiri dari strategi

bersaing dan strategi kooperatif seperti dikemukakan Pearce & Robinson (2015).

1. Strategi bersaing ( competitive strategy)

Mengemukakan beberapa sumber keunggulan bersaing yang dapat

dikembangkan berikut ini:

a. Low cost strategies:

Strategi bisnis yang berusaha untuk membangun keunggulan kompetitif

dalam jangka panjang dengan menekankan dan menyempurnakan kegiatan rantai

nilai yang dapat dicapai dengan biaya yang jauh di bawah biaya yang dapat

dicapai pesaing, secara berkelanjutan. Hal tersebut pada gilirannya

memungkinkan perusahaan untuk bersaing terutama dengan harga yang lebih

rendah di bawah pesaing yang masih bertahan dalam bisnis.

Page 79: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

105

b. Differentiation:

Suatu strategi bisnis yang berusaha untuk membangun keunggulan kompetitif

dalam jangka panjang dengan produk dan layanan yang berbeda dibanding dengan

produk pesaing yang sudah ada dalam hal fitur, kinerja, atau faktor lain yang tidak

secara langsung berhubungan dengan harga dan biaya. Perbedaan tersebut

umumnya sulit diciptakan dan sulit ditiru.

c. Speed based strategies:

Strategi bisnis yang dibangun dalam hal kemampuan fungsional dan kegiatan

yang memungkinkan perusahaan untuk lebih cepat dari pesaing utamanya dalam

memenuhi kebutuhan pelanggan secara langsung maupun tidak langsung.

d. Market Focus:

Strategi generik yang menerapkan pendekatan strategi diferensiasi, atau

pendekatan strategi biaya rendah, atau kombinasi keduanya hanya di ceruk pasar

yang sempit (atau fokus). Fokus pasar dapat didefinisikan secara geografis atau

didefinisikan oleh fitur jenis produk, jenis target pelanggan, atau beberapa

kombinasi dari kedua hal tersebut.

2. Strategi Kooperatif

Strategi kooperatif terdiri dari :

a. Collaborative Strategy

Menurut Gee, EP (2000) Collaborative Strategy adalah strategi perusahaan

dalam menjalankan bisnis dengan mengoptimalkan kebersamaan dan kerjasama

dengan pihak lain yang saling menguntungkan. Sedangkan menurut Lasker, RD.,

Weis, ES. & Miller, R (2001), Collaborative Strategy adalah suatu proses yang

Page 80: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

106

melalui beberapa pihak yang berkepentingan untuk secara bersama-sama secara

konstruktif dalam mencari solusi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi

Selanjutnya Le Roy, F., & Sanou, FH (2014) menyampaikan gabungan

dua konsep yaitu collaboration dengan competition menjadi beberapa alternatif

yang dapat dijalankan oleh perusahaan. Alternatif ini menghasilkan 4 type

hubungan, seperti tabel berikut:

Tabel 2. 7 Type of Collaboration

S

u

mber: Le Roy (2014)

Hasil riset Le Roy, F., & Sanou, FH (2014) menyatakan bahwa dampak

yang lebih berpengaruh terhadap business performance berturut turut adalah

Coopetitive, Aggressive, dan Cooperative. Ireland, RD., Hit, MA. & Vaidyanath

D. (2002) menyampaikan istilah lain dari collaboration yaitu aliansi. Menurut

Ireland, et al (2002) aliansi adalah kerjasama antara dua atau lebih perusahaan

dalam rangka untuk meningkatkan kinerja perusahaan mereka, serta

meningkatkan posisi kompetisi mereka dengan cara berbagi sumber daya diantara

perusahaan yang berkerja sama itu.

Wheelen, T. L., Hunger, J. D., Hoffman, A. N., & Bamford, C. E. (2015).

Menyampaikan konsep synergi yang pengertiannya sama dengan collaboration.

Menurut Wheelen, at al (2015) kerjasama diantara unit bisnis atau antar fungsi

perusahaan sehingga mampu meningkatkan pendapatan perusahaan lebih tinggi

Rendah Tinggi

Rendah Co-existence Aggressive

Tinggi Cooperative Coopetitive

Derajat

kerja sama

Derajat kompetisi

Page 81: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

107

dibandingkan bila tidak dilakukan bekerja sama. Bentuk kerjasama dalam sinergi

biasanya adalah sbb: Berbagi pengetahuan bagaimana dan cara, berkoordinasi

dalam kegiatan, Berbagi sumber daya, bersama-sama untuk mendapatkan power

ketika bernegosiasi dll.

Variabel collaborative strategy pada penelitian ini, dengan memperhatikan

beberapa konsep dari para peneliti, collaborative strategy adalah suatu upaya

perusahaan untuk meningkatkan performansi bisnisnya melalui kerjasama internal

dan atau external dengan pihak lain yang memiliki concern yang sama, bahkan

dengan competitor sekalipun.

Konstruk: Collaborative strategy adalah upaya perusahaan untuk

meningkatkan kinerja bisnis melalui kerjasama internal dan atau eksternal dengan

pihak lain yang memiliki tujuan yang sama bahkan dengan kompetitor sekalipun.

Ireland, et al (2002) menyampaikan bahwa salah satu bentuk lain dari

collaborative strategy adalah Aliansi. Sedangkan Wheelen, et al (2015)

menyampaikan bahwa bentuk collaborative strategy untuk kepentingan internal

perusahaan adalah synergi. Masing-masing konsep baik aliansi maupun sinergi

dua-duanya merupakan strategi untuk meningkat pertumbuhan bisnis. Kedua

dimensi itu layak digunakan pada penelitian ini.

Collaborative strategy dipilah menjadi 2 bagian. Collaborative strategy

terkait dengan pihak external dan Collaborative strategy terkait dengan pihak

internal. Collaborative strategy dengan pihak external antara lain adalah

Partnership, Coopetitive dan aliansi. Sedangkan Collaborative strategy yang

terkait dengan pihak internal adalah sinergi. Collaborative leadership merupakan

Page 82: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

108

pengembangan dari konsep The Collaborative Enterprise , yaitu suatu

kemampuan tertentu untuk memanfaatkan potensi kelompok ke mitra,

menciptakan peluang dan memberikan tantangan bersama-sama (Martin

Echavarria, 2016).

Untuk indikator dimensi collaborative strategy akan menggunakan indikator

yang merefleksikan adanya pertumbuhan bisnis, atau setidaknya menguntungkan

perusahaan, partnernya dapat dipercaya, dan mendapat dukungan dari internal

perusahaan. Indikator untuk memenuhi objektif tersebut antara lain :

Collaboration strategy mampu meningkatkan “customer experirence”,

Collaboration strategy memperoleh benefit tertentu bagi perusahaan, pihak mitra

yang menjadi pihak partner Collaboration strategy memiliki nilai trust serta

collaboration harus didukung oleh internal.

Sedangkan indikator dimensi sinergi terkait internal perusahaan, memiliki

tujuan untuk membentuk kekuatan perusahaan menumbuhkan bisnis. Penekannya

pada menumbuhkan kekuatan perusahaan. Kekuatan perusahaan dapat terjadi

dengan menghimpun semua unit bisnis solid untuk mencapai target perusahaan.

Indikator yang relevan itu sinergi adalah bagaimana keterlibatan unit kerja serta

bagaimana melakukan sinkronisasi semua kegiatan yang harmonis. Resume

indikator collaborative strategy disampaikan pada tabel berikut:

Page 83: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

109

Tabel 2. 8 Type of Collaboration

No Dimensi Indikator

1 Partnership Partnership membuka peluang

terjadinya peningkatan “customer

experirence”.

Partnership mendapatkan benefit

tertentu.

Partnership didasari pada trust

Partnership dapat dukungan dari

internal.

2 Coopetitive Coopetitive membuka peluang

terjadinya peningkatan “customer

experirence”.

Coopetitive mendapatkan benefit

tertentu

Coopetitive didasari pada trust

Coopetitive dapat dukungan dari

internal.

3 Aliansi Aliansi membuka peluang

terjadinya peningkatan “customer

experirence”.

Aliansi mendapatkan benefit

tertentu

Aliansi didasari pada trust

Aliansi dapat dukungan dari

internal.

4 Synergi Keterlibatan unit kerja

Syncronisasi kegiatan

Dimensi variabel Collaborative strategy adalah sebagai berikut:

Partnership, Coopetitive, aliansi dan sinergi. Strategi kooperatif menurut Wheelen

dan Hunger (2015) digunakan oleh perusahaan untuk mencapai keunggulan

bersaing dalam industri dengan cara bekerja sama dengan perusahaan lain.

Terdapat dua jenis strategi kooperatif yaitu collusion dan strategic alliance.

a. Collusion

Merupakan suatu kerja sama aktif perusahaan dalam suatu industri untuk

mengurangi output dan menaikkan harga untuk mencapai hukum ekonomi normal

Page 84: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

110

dalam supply dan demand. Kolusi eksplisit dimana perusahaan bekerja sama

melalui komunikasi dan negosiasi langsung. Kolusi tacit dimana perusahaan

bekerja sama secara tidak langsung melalui sinyal atau sistem informal. Menurut

Barney kolusi tacit dapat berhasil jika: (1) terdapat sejumlah kecil pesaing yang

teridentifikasi, (2) terdapat kesamaan biaya di antara perusahaan yang berkolusi,

(3) satu perusahaan bertindak sebagai pemimpin harga, (4) adanya budaya industri

yang umum yang menerima kerja sama, (5) penjualan yang berfrekuensi tinggi

dari order yang kecil, (6) persediaan yang banyak terkait dengan fluktuasi

permintaan, (7) terdapat entry barrier untuk menjaga pesaing.

b. Strategic Alliances

Merupakan pengaturan kerja sama jangka panjang antara dua atau lebih

perusahaan atau unit bisnis independen yang terlibat dalam aktivitas bisnis untuk

mencapai keunggulan yang saling menguntungkan. Terdapat beberapa alasan bagi

perusahaan untuk mengembangkan aliansi strategis, yaitu:

a. Untuk memperoleh atau mempelajari kapabilitas baru. Suatu studi

menemukan bahwa perusahaan yang melakukan aliansi strategis memiliki

teknologi manufaktur yang modern dibanding yang tidak melakukannya.

b. Untuk mendapatkan akses ke pasar spesifik. Suatu survei yang dilakukan

oleh Economist Intelligence Unit, 59% eksekutif menyatakan bahwa alasan

utama mereka terlibat dalam aliansi adalah adanya kebutuhan untuk

ekspansi yang cepat dan berbiaya rendah untuk memasuki pasar baru.

Page 85: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

111

c. Untuk mengurangi risiko finansial. Aliansi memiliki kebutuhan sumber

daya finansial yang lebih sedikit dibandingkan dengan akuisisi atau

bertindak sendirian.

d. Untuk mengurangi risiko politik. Membentuk aliansi dengan mitra lokal

merupakan cara yang baik untuk menghadapi defisiensi sumber daya dan

kapabilitas pada waktu berekspansi ke pasar internasional.

Jenis aliansi strategis adalah:

(1) Mutual Service consortia, merupakan kerja sama antara perusahaan sejenis

pada industri sejenis untuk mengembangkan sumber daya agar memperoleh

manfaat yang akan sangat mahal apabila dilakukan sendirian, seperti akses

teknologi canggih.

(2) Joint Venture (patungan) merupakan aktivitas bisnis kooperatif yang

dibentuk oleh dua atau lebih organisasi terpisah untuk tujuan strategis yang

akan membentuk entitas bisnis independen dan pengalokasian kepemilikan,

tanggung jawab operasional, dan sumber daya finansial.

(3) Licensing Arrangement, merupakan persetujuan dimana perusahaan pemberi

lisensi memberikan hak kepada perusahaan lain di negara lain atau pasar lain

untuk memproduksi atau menjual suatu produk.

(4) Value Chain partnership, merupakan aliansi yang kuat dan tertutup dimana

suatu perusahaan atau unit membentuk pengaturan jangka panjang dengan

supplier atau distributor kunci untuk keunggulan yang saling

menguntungkan.

Page 86: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

112

(5) Partnership

Sebagai bentuk organisasi antar perusahaan, pentingnya aliansi strategis

dalam industri Amerika telah meningkat tajam (Lerner dan Rajan, 2006).

Umumnya didefinisikan sebagai perjanjian organisasi yang diprakarsai secara

sukarela antara perusahaan, aliansi perusahaan menyatukan perusahaan lain yang

independen secara hukum untuk menyediakan akses ke sumber daya pelengkap

dan memperkuat posisi kompetitif mereka (Baum et al., 2000; Gulati, 1995).

The Alliances Conceptual Referential Ioerative Schema (Allince –CROS)

adalah kerangka metodologis atau skema (Tubert-Oklander & Hernandez de

Turbet, 20014) untuk membangun kemitraan dan aliansi yang digunakan oleh

pelatih kemitraan. Menggunakan konsep asli CROS dari Pichon-Riviere dengan

referensi untuk membuat aliansi (martin Echavarria, 2016).

Aliansi perusahaan melibatkan investasi hubungan spesifik yang

substansial dan mekanisme kerja sama yang sudah berjalan lama (Baker et al.,

2002; Garvey, 1995; Gay dan Dousset, 2005), dan aktivitas kolaboratif antar

perusahaan seperti itu menciptakan jaringan bisnis yang dapat menjadi sumber

nilai penting (Jensen dan Meckling, 1991). Sementara literatur manajemen besar

telah mengeksplorasi pola, motivasi dan manfaat bagi perusahaan untuk masuk ke

dalam perjanjian aliansi (Daset al., 1998; Eisenhardt dan Schoonhoven, 1996;

Gulati, 1995; Stuart et al., 1999), pengetahuan masih kurang tentang konsekuensi

finansial dari kegiatan aliansi perusahaan (Lerner dan Rajan, 2006). Dibandingkan

dengan merger dan akuisisi, aliansi strategis menawarkan opsi penting lainnya

bagi perusahaan untuk berkembang (Habib, 2006).

Page 87: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

113

Pearson (2015) menjelaskan beragam bentuk kemitraan yaitu Cooperative

Strategy digunakan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam suatu

industri dengan bekerja sama dengan perusahaan lain. Sedangkan Coution, aliansi

strategis yaitu mengikutsertakan kerja sama aktif perusahaan dalam suatu industri

untuk mengurangi output dan menaikkan harga untuk menghindari hukum

penawaran dan permintaan ekonomi. Perusahaan melakukan aliansi strategis yaitu

perluasan Jangkauan kerjasama jangka panjang antara dua atau lebih perusahaan

independen atau unit bisnis yang terlibat dalam kegiatan bisnis untuk keuntungan

ekonomi bersama bentuk lain kemitraan yaitu mutual service consotium yaitu

kemitraan dengan industri sejenis untuk mengumpulkan sumber daya mereka

untuk mendapatkan manfaat yang terlalu mahal jika dikembangkan sendiri

misalnya akses ke teknologi canggih. Aktivitas bisnis koperasi yaitu kerjasama

yang dibentuk oleh dua atau lebih organisasi terpisah untuk tujuan strategis, yang

menciptakan entitas bisnis independen dan mengalokasikan pemilik, tanggung

jawab operasional dan risiko finansial dan penghargaan kepada setiap anggota,

sambil mempertahankan identitas atau otonomi terpisah mereka (Pearson, 2015)

kemitraan lain yaitu pengaturan lisensi sebuah perjanjian di mana perizinan

memberi hak kepada perusahaan lain di negara lain atau pasar untuk memproduksi

atau menjual suatu produk. Sedangkan kemitraan rantai nilai aliansi yang kuat dan

erat di mana satu perusahaan atau unit membentuk perjanjian jangka panjang

dengan kunci-kunci atau distributor atau keuntungan bersama.

Pada dasarnya adanya hubungan antar institusi kuasa atas sumber-sumber

dan kepentingan interaksi dan pertukaran sosial terdiri dari pola-pola yang stabil

Page 88: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

114

dan berulang dengan tetap memberikan makna bagi kedua institusi yang terlibat.

Hubungan didasarkan pada transaksi dan saling melengkapi dengan memberikan

hak atas penguasaan sumber daya guna menciptakan nilai dan produktivitas baik

bagi institusi maupun masyarakat luas.

Dari Teori diatas, maka dapat disampaikan bahwa strategi kooperatif

adalah upaya yang dilakukan perusahaan untuk menangkap peluang dan

menghadapi tantangan yang semakin kompetitif dengan melakukan kerjasama

baik dalam peer yang sama maupun lintas perusahaan yang berbeda untuk saling

mensubsidi kekurangan masing-masing dan menonjolkan kelebihannya masing-

masing yang digabungkan menjadi suatu bisnis yang dapat meningkatkan

penghasilan dan profit.

2.1.7. Posisi Penelitian

Yang membedakan studi ini dengan studi lainnya berdasarkan lampiran 1

tentang review penelitian sebelumnya adalah

1. Aspek Variabel

Studi sebelumnya variabel-variabel dilihat secara terpisah. Pada studi ini

variabel-variabel diuji secara bersama-sama. Dimensi variabel permodalan pada

penelitian sebelumnya menggunakan menggunakan CAR. Pada penelitian ini

ditambah dengan jumlah modal inti. Dimensi pada variabel aset pada penelitian

sebelumnya menggunakan NPL jumlah aset. Pada penelitian ini ditambahkan

dengan pertumbuhan dana pihak ketiga dan pertumbuhan kredit, yang sebelumnya

belum dilakukan oleh peneliti lain di layanan jasa perbankan di tingkat ASEAN.

Page 89: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

115

2. Aspek Unit Analisis

Unit analisi penelitian mengenai Determinan Kinerja Bank di ASEAN

dalam rangka menghadapi MEA Perbankan pada tahun 2025 yang akan

melaksanakan implementasi Asean Banking Integration Framework (ABIF) serta

membuka peluang Bank di ASEAN menjadi QAB (Qualified ASEAN Bank),

penelitian dilakukan pada bank-bank yang sudah Go Public di ASEAN dengan

data sekunder laporan keuangan bank selama 10 tahun terakhir (2008 – 2017).

3. Aspek Praktis

Peneliti melaksanakan pengujian simulasi untuk menentukan plotting

kondisi bank-bank yang di ASEAN yang sudah Go Public, agar dapat

menentukan strategi apa saja yang harus dilakukan dalam menghadapi tantangan

MEA Perbankan di ASEAN tahun 2025. Hasil penelitian ini menyiapkan analisis

proyeksi untuk mempersiapkan Bank dalam persaingan di era MEA baik di

negaranya sendiri maupun di negara lain dalam bentuk QAB Bank. Penelitian ini

menghasilkan gambaran tentang posisi bisnis dari masing-masing Bank untuk

dijadikan sebagai rujukan strategi kooperatif.

4. Aspek Strategi

Peneliti memberikan arah kebijakan strategis yang perlu dilakukan bank-

bank di ASEAN berdasarkan hasil simulasi dan plotting kondisi Bank serta

analisa TOWS (Tantangan, Opportunity, Weakness, Strenght) di masing-masing

kondisi Bank. Pada penelitian ini dipersiapkan juga strategi korporasi dan strategi

kooperatif untuk menunjang rancangan analisi proyeksi kinerja perbankan agar

sesuai dengan kriteria QAB pada era MEA perbankan pada tahun 2025. Hasil

Page 90: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

116

penelitian menawarkan kerangka kerja yang lebih menyeluruh untuk memecahkan

masalah performance perbankan agar sesuai dengan kriteria QAB pada era MEA

perbankan tahun 2025.

2.2. Kerangka pemikiran

2.2.1. Hubungan finansial dengan Kinerja Bank

Faktor finansial menentukan bagaimana kinerja bank, seperti

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. 5 Finansial Dengan Kinerja Bank

2.2.1.1 Hubungan permodalan dengan kinerja bank

Keberhasilan untuk meningkatkan aset maupun pendapatan tidak dapat

dilepaskan dari dukungan struktur modal yang dimiliki. Beban bunga dan risiko

serta dampak positif lain penggunaan modal asing menjadi pertimbangan

penetapan struktur modal yang tepat. Ketersediaan modal dalam jumlah yang

cukup memungkinkan ekspansi pada pasar yang lebih luas. Pengambilan

keputusan strategis untuk memperluas pasar akan lebih implementatif dengan

adanya struktur modal yang memadai. Seperti dikemukakan oleh Pabozzi dan

Peterson (2003:328) mengemukakan bahwa modal merupakan sumber pendanaan

jangka panjang. Ketersediaan modal memungkinkan langkah-langkah strategis

untuk menguasai dan mengekplorasi peluang pasar baru pada tingkat internasional

,menjadi lebih optimal.

Finansial Kinerja

Jumingan (2011:243) Kasmir, (2016:216).

Page 91: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

117

Dalam struktur perekonomian ASEAN yang berada dibawah tekanan yang

semakin meningkat, maka tuntutan integrasi regional yang semakin tinggi. Oleh

karena itu diperlukan dukungan modal yang memadai agar pemanfaatan dan

eksplorasi potensi pasar dapat dilakukan secara optimal. Pengurangan berbagai

batasan (restrictions) pada perbankan yang diikuti dengan meliberalisasi aliran

modal dalam kawasan perlu dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung

struktur modal yang memadai. Ketersediaan struktur modal memadai

memungkinkan perbankan untuk mendapatkan pangsa pasar dan meningkatkan

layanan jasa-jasa perbankan dengan lebih luas, efektif , aman serta profitable

artinya pendapatan akan semakin tinggi. Aset menjadi lebih produktif di wilayah

ASEAN perkembangan pasar finansial menjadikan biaya rekapitulasi seperti

dikemukakan Cotei et al (2011) sebagai dasar untuk pendanaan guna memperkuat

struktur modal. Daya tahan perbankan untuk menghadapi persaingan di ASEAN

menjadi lebih kuat dengan adanya dukungan modal yang memadai.

Berger (2003) mengemukakan kaitan struktur modal dengan performa

perbankan. Struktur kepemilikan mempengaruhi bagaimana kualitas kontrol

termasuk bagaimana informasi yang ada tersebar dengan kualitas lebih lengkap.

Struktur modal yang lebih terbuka memperkecil adanya pengerahan usaha kerja

yang tidak mencukupi dari para manajer, menekan pembiayaan yang tidak

produktif, menetapkan sejumlah input atau output yang sesuai dengan tujuan

perusahaan dan mengarahkan upaya para agen dalam memaksimalkan nilai bagi

perusahaan. Pilihan struktur modal dapat membantu mengurangi biaya agensi dan

pada akhirnya menentukan bagaimana kinerja perbankan. Struktur perbankan

Page 92: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

118

mempengaruhi bagaimana pemberian kredit kepada perusahaan non finansial,

transmisi dampak kebijakan moneter, dan penyediaan stabilitas ekonomi secara

keseluruhan.

Struktur modal, biaya keagenan dan kinerja bank memiliki keterkaitan erat

(Dawar,2014). Dawar menegaskan adanya hubungan negatif kepemilikan dengan

kinerja perbankan. Dalam struktur pasar modal yang kurang berkembang, struktur

modal berpengaruh negatif terhadap kinerja. Postulat teori agensi harus dilihat

dengan perspektif yang berbeda mengingat terbelakangnya pasar obligasi dan

dominasi bank-bank milik negara dalam pemberian pinjaman kepada sektor

korporasi. Pemasok modal milik negara (Bank milik negara) belum mampu

menerapkan pengaruh disiplin yang besar pada manajer perusahaan India yang

terus berlanjut menikmati perilaku bebas dengan konsekuensi kinerja negatif.

Struktur modal berpengaruh terhadap kinerja. Bahkan pada saat krisis

struktur modal menentukan bagaimana performance Bank seperti dikemukakan

oleh Berger & Bouwman (2013) modal membantu bank kecil untuk meningkatkan

kemungkinan mereka bertahan hidup dan pangsa pasar setiap saat (selama krisis

perbankan, krisis pasar, dan waktu normal). Kedua, modal meningkatkan kinerja

bank menengah dan besar terutama selama krisis perbankan. Jumlah seluruh

aktiva Bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan

pada Bank lain) merupakan sumber-sumber pendapatan yang akan

mempengaruhi bagaimana performance. Di sisi lain Summers (2014)

mengemukakan tentang pertambahan akumulasi modal yang menurunkan

pertambahan nilai. Dalam jangka pendek akumulasi modal justru mengurangi

Page 93: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

119

kinerja jika pangsa pasar yang ada telah jenuh artinya tidak ada difersifikasi

segmen pasar berdasarkan hasil perluasan pangsa pasar.

Gambar 2. 6 Struktur Modal dengan Kinerja Bank

2.2.1.2 Hubungan antara Size Asset dengan Kinerja Bank

Pertumbuhan dana pihak ketiga akan meningkatkan kemampuan Bank

untuk memenuhi kebutuhan nasabah untuk pinjaman. Selisih antara beban bunga

dan pinjaman pada nasabah merupakan pendapatan yang diterima oleh Bank.

Kondisi tersebut berdampak pada meningkatnya kinerja yang diindikasikan

dengan ROA maupun ROE. Bank yang memiliki pertumbuhan dana baik dari

deposito maupun tabungan dapat meningkatkan profitabilitasnya seperti

dikemukakan Olweny & Shipho, 2011, Athanasoglou et al., 2005, Naceur &

Omran, 2011.

Industri perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

sebagai lembaga intermediasi yang menyalurkan dana masyakarat ke dalam

investasi aset Pertumbuhan kredit dapat mendorong meningkatnya pendapatan

bank. Selisih bunga yang diperoleh pada akhirnya menentukan bagaimana kinerja

Bank.

Permodalan Kinerja

Berger., A.N (2003), Margaritis dan Psillaki

(2010), Berger & Bouwman (2013). Al-

Kayed et al (2014), Dawar.,V(2014)

Page 94: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

120

Gambar 2. 7 Size asset dengan Kinerja Bank

Hubungan antara aset dengan kinerja bank diperoleh berdasarkan

pemahaman faktor internal adalah karakteristik bank individu yang

mempengaruhi kinerja bank. Banyak penelitian telah menganalisis kaitannya

dengan kinerja bank yang difokuskan pada faktor-faktor spesifik. Azam &

Siddiqoui, 2012 secara khusus, mengukur dampak ukuran pada kinerja perbankan.

Perusahaan dengan aset yang besar dapat mencapai skala ekonomi dan

menawarkan harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan biaya bahkan lebih

tinggi dari pada pesaing. Kemampuan menjangkau nasabah dapat dijadikan

sebagai dasar untuk menetapkan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan pesaing.

Ukuran aset yang besar memungkinkan perusahaan memperlaus pengaruh yang

besar dalam produk dan pasar faktor-faktor produksi. Pada akhirnya

meningkatkan kinerja Bank. Biaya yang lebih rendah dan keuntungan yang lebih

tinggi meningkatkan kinerja Bank. Aset merupakan kekuatan yang utama dalam

menjalankan bisnis berikutnya secara berkesinambungan.

2.2.1.3 Hubungan Likuiditas dengan Kinerja Bank

Kemampuan Bank dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat

jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (finansial yang

harus segera dipenuhi) menunjukan tingkat kesehatan bank. Namun disisi lain ada

size asset Kinerja

Olweny & Shipho, 2011, Athanasoglou et

al., 2005 Dietrich & Wanzenried, 2010,

Naceur & Omran, 2011

Page 95: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

121

faktor risiko akibat kelebihan likuiditas pada industri layanan jasa finansial seperti

Bank. Kelebihan likuiditas menggambarkan lemahnya daya dukung infrastruktur

dalam sistem pembayaran dan pasar uang antar Bank. Bank adanya pihak yang

diberikepercayaan untuk mengelola dana nasabah. Pengelolaan tersebut

diharapkan produktif. Oleh karena itu pengelolaan likuiditas menyangkut aspek-

aspek risiko likuiditas, risiko pasar, risiko trading, penghimpunan dana dan modal,

target keuntungan dan rencana pertumbuhan.

Gambar 2. 8 Likuiditas dengan Kinerja Bank

Tingginya kepemilikan likuiditas memiliki dampak yang lebih besar pada

pilihan sekuritas dan portofolio yang menguntungkan disisi lain bank dihadapkan

pada kerugian yang muncul dari melakukan likuidasi posisi tertentu. Oleh karena

itu penting bagi bank untuk menyadari posisi likuiditasnya untuk membantu

memperluas pinjaman pelanggannya dalam kasus pasar yang menguntungkan.

Bank dengan masalah likuiditas akan kehilangan sejumlah peluang bisnis dan

pada akhirnya berdampak pada kinerja. diperkuat oleh Nguyen et al (2017) , Saad

& Samet (2017), Thao Tran et al (2016 ) Chena (2018 ), Young & Jang (2016)

Mamatzakis & Bermpei (2014 ), Chang et al (2018). Bank yang menggunakan

aset cair atau banyak pendanaan eksternal untuk memenuhi permintaan dana akan

meningkatkan biaya pendanaan Bank. Akibatnya, profitabilitas Bank menurun,

Likuiditas Kinerja

Nguyen et al (2017) , Saad & Samet (2017),

Thao Tran et al (2016 ) Chena (2018 ),

Young & Jang (2016) Mamatzakis &

Bermpei (2014 ), Chang et al (2018)

Page 96: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

122

bank-bank dengan tingkat aset likuid yang tinggi dalam pinjaman dapat menerima

pendapatan bunga yang lebih tinggi.

2.2.1.4 Hubungan Efisiensi dengan Kinerja Bank

Kinerja perbankan tidak terlepas dari konsep efisiensi. Penggunaan sejumlah

input untuk menghasilkan output pada akhirnya menentukan bagaimana kinerja

Bank, hal ini seperti dikemukakan Doyran (2013), Hardianto & Wulandari (2016)

maupun Abid & Goaied (2016). Penggunaaan aset yang optimal akan menentukan

bagaimana pendapatan dan penurunan pada sisi biaya. Pada akhirnya akan

menentukan bagaimana input berupa pendapatan bagi perbankan. hal yang sama

dikemukakan oleh Sunil Kumar (2010), Quaranta et al (2017), Chena et al

(2017), Roghaniana et al (2012). Efisiensi menurunkan biaya dan pada akhirnya

mendorong pendapatan.

Gambar 2. 9 Efisiensi dengan Kinerja Bank

Berkembangnya kebutuhan pelanggan menjadi salah satu potensi dan

peluang pasar bagi perbankan. Fokus pada layanan jasa konvensional Bank

kurang relevan ditengah meningkatnya kebutuhan layanan untuk pelanggan.

Perbankan yang mampu mengoptimalkan peluang dengan layanan difersifikasi

produk dan pasar baru dapat mengoptimalkan kinerjanya.

Efisiensi Kinerja

Doyran (2013), Hardianto & Wulandari (2016)

maupun Abid & Goaied (2016). Sunil Kumar

(2010), Quaranta et al (2017), Chena et al

(2017), Roghaniana et al (2012),

Page 97: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

123

2.2.1.5 Hubungan Fee Based dengan Kinerja Bank

Beragam layanan jasa perbankan yang ditawarkan kepada pelanggan.

Beragam aktivitas transaksi yang diperlukan pelanggan merupakan peluang bagi

Bank untuk memperoleh sumber-sumber pendapatan baru. Hanak (1992)

mengemukakan bagaimana perkembangan layanan jasa perbankan berdasarkan

segmen kelompok pasar yang lebih spesifik seperti untuk rumah tangga.

Perbankan dapat memberikan layanan distribusi yang secara langsung mengurangi

biaya ini untuk rumah tangga. Perbankan dapat memanfaatkan selisih nilai

dibandingkan jika masyarakat bertransaksi secara langsung untuk mengurus

keperluannya. Memberikan layanan sebagai intermediator guna memenuhi

tagihan bagi nasabah merupakan peluang meningkatkan kinerja bank. Layanan

distribusi yang disediakan oleh perbankan kepada nasabah atau pelanggan sebagai

input tetap bagi proses produksi nilai. Kondisi ini adalah peluang bagi bank untuk

meningkatkan kinerjanya. Keputusan perusahaan memaksimalisasi layanan

distribusi, variasi produk serta harga.

Gambar 2. 10 Fee-base income dengan Kinerja Bank

2.2.2 Hubungan Nonfinansial dengan Kinerja Bank

Keberhasilan kinerja bank ditentukan oleh faktor non finansial. seperti

jaringan yang diindikasikan kantor cabang yang lebih menjangkau nasabah

maupun human capital maupun. Hubungan digambarkan sebagai berikut:

Feebased Kinerja

Hanak (1992), Crouzille 2013

Page 98: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

124

Gambar 2. 11 Non finansial dengan Kinerja Bank

2.2.2.1 Hubungan Networking dengan kinerja

Hubungan antara network dengan kinerja Bank diperoleh berdasarkan

pemahaman pada hasil penelitian (Molyneux & Wilson, 2007). Ditegaskan bahwa

upaya untuk meningkatkan network melalui teknologi yang tinggi akan

memperluas skala dan area operasional yang pada akhirnya mempengaruhi

kinerja. bank-bank yang memiliki insentif yang kuat untuk memperluas skala dan

lingkup operasi dapat aktivitas perbankan lintas batas dan pada akhirnya mencapai

kinerja yang lebih optimal.

Gambar 2. 12 Networking dengan Kinerja Bank

Perubahan teknologi dan dinamika tuntutan pelanggan mengarahkan

perusahaan agar mengoptimalkan seluruh kemampuannya termnasuk modal

jaringan. Luasnya jaringan yang dimiliki oleh Bank baik untuk jaringan pasar

maupun jaringan yang memperkuat agar pasar tetap berada dalam penguasaan

pada akhirnya mendorong meningkatnya kinerja perusahaan. Uzzi (1997)

menegaskan posisi jaringan memengaruhi perilaku dan kinerja kompetitif. Hal

yang sama dikemukakan Surin et al (2017). Jaringan adalah kemampuan jaringan

Network Kinerja

Molyneux & Wilson, 2007 , Uzzi (1997),

Surin et al (2017), Durugbo (2013)

Non

finansial Kinerja

(Moers Frank, 2000),Conrod (2001) Ittner dan Lacker (2000), Kaplan (1996)

Page 99: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

125

dinamis sebagai kapasitas perusahaan untuk mengembangkan suatu serangkaian

aktivitas bisnis yang lebih luas dan menguntungkan. Perusahaan memiliki

beragam kesempatan untuk mengekplorasi adanya peluang-peluang pasar baru

atau memperluas inovasi produknya bahkan memperluas struktur modal serta

sumber daya perusahaan yang dapat digunakan untuk tujuan profit. Pentingnya

jaringan bagi perusahaan untuk memperkuat kapasitas tidak diragukan. Jaringan

memungkinkan perusahaan memperoleh informasi lebih lengkap dan pada

akhirnya dapat menetapkan sejumlah pilihan yang sesuai dengan tujuan

perusahaan.

Ketersediaan Automated Teller Machine (ATM), maupun jaringan

komunikasi dengan pelanggan melalui media social memungkinkan Bank

menutup transaksinya lebih cepat artinya konsumen membayar lebih cepat dan

pada akhirnya kinerja perbankan meningkat. Durugbo (2013) menegaskan

jaringan komunikasi yang saling melengkapi berpengaruh terhadap kemajuan

bisnis secara keseluruhan.

2.2.2.2 Hubungan Human capital dengan kinerja

Ketersediaan SDM yang memadai memungkinkan perusahaan untuk

mengkordinasikan, mengalokasikan sumber-sumber daya untuk digunakan dalam

mendukung layanan pada nasabah. Interaksi dengan pelanggan, rumusan strategi

maupun eksekusi strategi memerlukan sejumlah SDM memadai. Setiap aktivitas

bisnis yang dirancang oleh perusahaan tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan

SDM. Ditengah persaingan yang sangat kompetitif kedudukan manusia untuk

menciptakan inovasi layanan sangat strategis.

Page 100: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

126

Gambar 2. 13 Human capital dengan Kinerja Bank

Wal et al (2018:3) mengemukakan bahwa modal manusia berkaitan dengan

inovasi yang pada akhirnya akan mendorong pembelian produk-produk layanan

jasa perbankan oleh nasabah. Perluasan layanan jasa perbankan memerlukan

dukungan SDM agar praktik-praktik manajemen di organisasi memerlukan

dukungan SDM yang memadai agar pembagian kerja (division of work), atau

koordinasi (coordination). Untuk mengintegrasi aktivitas layanan menjadi lebih

optimal artinya kinerja Bank akan meningkat. Hal yang sama dikemukakan

Arteaga (2016), Agarwal et al (2018), Donald &Lantub (2014), Torabia et al

(2016), Ali (2016).

2.2.2.3 Hubungan Digital Service dengan Kinerja

Perkembangan teknologi dan komunikasi memungkinkan Bank

menyediakan layanan jasa yang lebih spesifik dan menjangkau pasar yang lebih

luas. Interaksi dan penyediaan nilai untuk pelanggan menjadi lebih cepat dan tepat

dengan biaya yang lebih rendah. Artinya Bank dapat mebngoptimalkan

penggunaan faktor-faktor produksinya dengan tetap memperluas jangkauannya.

Gambar 2. 14 Layanan Digital dengan Kinerja Bank

human capital

Kinerja

Arteaga (2016), Agarwal et al (2018),

Donald &Lantub (2014), Torabia et al

(2016), Ali (2016)

Layanan Digital

Kinerja

Malhotra & sing (2009), Kalathil et al (2015),

Drasch et al (2015), Reydet et al (2017), Ozili

(2017),Koh et al (2017) , Parise et al (2016)

Stoicaa (2013), Beccalli(2006), Hanafizadeh et al

2012)

Page 101: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

127

Mahdi & Dawsoon (2007) menyampaikan infrastruktur berupa teknologi

baru adalah fitur penting dari sistem perbankan internasional. Ketersediaan

layanan digital mempermudah transaksi termasuk bagi bank itu sendiri. Van Wie

(2012). Akses pelanggan terhadap layanan jasa perbankan menjadi lebih cepat dan

perbankan bisa memberikan layanan yang tepat sesuai dengan spesifikasi yang

diinginkan pelanggan. sejalan dengan malhotra & sing (2009), Kalathil et al

(2015), Drasch et al (2015), Reydet et al (2017), Ozili (2017),Koh et al (2017) ,

Parise et al (2016) Stoicaa (2013), Beccalli(2006), Hanafizadeh et al 2012.

ketersediaan layanan digital membantu pelanggan dalam bernavigasi dan

perbankan menyediakan akses di beberapa saluran dan penyedia layanan jasa

perbankan.

2.2.3 Hubungan Good Corporate Governance dengan kinerja bank

Konsep Good Corporate Governance berkembang seiring dengan

meningkatnya tuntutan kehati-hatian tatakelola serta persaingan. Mengenai GCG

di sektor perbankan Krayenbuel (1993:26) menyampaikan bahwa GCG

merupakan 'tata kelola korporasi' yang menggambarkan tugas dan tanggung jawab

dewan direksi yang bertanggung jawab atas kinerja perusahaan secara

keseluruhan. Corporate governance adalah keseluruhan perangkat pengaturan

legal, kebudayaan, dan institusi yang menentukan apa yang dapat dilakukan

perusahaan publik, siapa yang mengendalikan, bagaimana pengendalian

dilakukan, dan bagaimana risiko dan imbal hasil saham dari aktivitas-aktivitas

yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dialokasikan.

Page 102: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

128

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada agency

theory. GCG diharapkan dapat berfungsi sebagai tools untuk memberikan

keyakinan kepada investor bahwa pengelolaan dana yang diinvestasikan

dilakukan dengan baik sehingga perusahaan menghasilkan return (Shleifer dan

Vishny, 1997 : 737). Regulasi sistem yang difungsikan untuk meminimalisir

terjadinya moral hazard dalam hubungan keagenan.

Mengenai GCG di sektor perbankan Arun dan Turner (2004:371) tentang

penerapan GCG untuk bank di negara-negara berkembang bahwa reformasi

perbankan hanya dapat dilaksanakan dengan dukungan sistem peraturan kehati-

hatian dinyatakan tentang pentingnya GCG ditegaskan: “The corporate

governance of banks in developing economies is important for several reasons”.

Konsep GCG menurut Arun dan turner (2004:372) adalah sebagai mekanisme

agar para pengelola perbankan bertindak dalam kepentingan para pemegang

saham. Ardalan (2007:506) sebelum menerapkan BCG, terlebih dahulu dipahami

tentang landasan berpikir GCG itu sendiri. Pemahaman adalah berhubungan

dengan sifat dan peran tata kelola perusahaan. Ahrens (2009:312) menegaskan:

“corporate governance is perceived to be important and topical, which creates a

strong demand for understanding”

Mengenai GCG sebagai tata kelola perusahaan di bank-bank negara

berkembang, Chahine dan Safieddine (2009:208) pentingnya menjaga industri di

negara-negara berkembang dari kegagalan sistematis, yang mengakibatkan adanya

inefisiensi. Sejak terjadinya kegagalan satu bank yang dapat mempengaruhi

kepercayaan deposan atau kreditur dalam perbankan industri, yang sangat rentan

Page 103: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

129

menyebabkan guncangan, sejumlah peraturan finansial internasional dan nasional

diimplementasikan dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang stabil dan

aman.

2004

Gambar 2. 15 GCG dengan Kinerja Bank

2.2.4 Hubungan Ekonomi Makro dengan Kinerja bank

Inflasi menyebabkan nilai mata uang menurun. Namun di sisi lain kinerja

meningkat. Hal ini disebabkan adanya suku bunga acuan baru yang dijadikan

sebagai instrument untuk mengatasi inflasi. Suku bunga acuan tersebut

mempengaruhi penetapan bunga pada nasabah atau penetapan biaya untuk

nasabah atas layanan yang diberikan oleh bank. Kenaikan harga akan memicu

kenaikan harga pada layanan perbankan. kenaikan harga barang akhir (output)

mendahului kenaikan harga barang-barang input untuk layanan perbankan dan

harga-harga faktor produksi (upah dan sebagainya) akan memicu harga yang

ditetapkan untuk nasabah. Dalam setiap kenaikan faktor-faktor input produksi,

Bank tetap menghitung setiap modal yang digunakan. Semakin tinggi

penggunaan modal untuk faktor-faktor produksi maka semakin tinggi harga yang

ditetapkan dan pada akhirnya mempengaruhi pendapatan perbankan.

Gambar 2. 16 Ekonomi Makro dengan Kinerja Bank

Ekonomi makro

Kinerja

Aburime, 2005,Boyd yet al (2001),

Thanh (2015), Dietrich & Wanzenried,

2010 Naceur & Omran, 2011

GCG Kinerja

Arun dan Turner (2004-372)

Arens (2009-312), turner (2004)

Page 104: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

130

Perubahan suku bunga acuan akan mempengaruhi bagaimana pinjaman

maupun dana pihak ketiga. Perubahan suku bunga akan mengubah biaya pinjaman

atau pendapatan dari tabungan. Bunga yang tinggi akan mempengaruhi sisi

permintaan dan penawaran dana yang dikelola oleh bank. pada akhirnya

menentukan bagaimana kinerja lembaga. Suku bunga yang terlalu tinggi akan

mengurangi minat debitur untuk menggunakan dana perbankan dalam membiayai

aktivitas produktif maupun konsumsinya. Disisi lain bunga yang rendah akan

mengurangi penyimpanan dana nasabah di Bank dan kondisi tersebut akan

mengurangi kemampuan bank dalam mengelola aset-asetnya. Sejalan dengan

Aburime (2005), Boyd yet al (2001), Thanh (2015), Dietrich & Wanzenried

(2010), Naceur & Omran (2011), yang mengungkapkan pentingnya faktor

ekonomi makro.

2004

Gambar 2. 17 Suku Bunga dengan Kinerja Bank

Nilai mata uang dijadikan sebagai salah satu pertimbangan investasi bagi

beberapa investor. Lemahnya nilai mata uang dalam negeri atas dolar berdampak

pada pilihan investasi atau tabungan nasabah. Yang pada akhirnya

mempengaruhi kesempatan Bank untuk memperoleh pendapatan dengan

mengelola uang nasabah. Selisih bunga sebagai salah satu sumber pendapatan

bank berkurang dengan kurangnya dana nasabah yang dikelola.

Suku Bunga Acuan

Kinerja

Aburime (2005), Boyd yet al (2001), Thanh

(2015), Dietrich & Wanzenried (2010),

Naceur & Omran (2011)

Page 105: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

131

Depresiasi mata uang menyebabkan adanya krisis mata uang yang

memunculkan efek penularan terhadap sektor nyata misalnya meningkatnya suku

bunga sebagai dampak dari kebijakan untuk mengantisipasi depresiasi. Hal ini

menyebabkan bunga pinjaman naik dan pada saat yang sama beban bunga yang

harus dibayarkan pihak bank meningkat. Rendahnya selisih bunga menyebabkan

kinerja menurun terlebih dalam situasi krisis mata uang kinerja sektor riil

menurun. Kredit turun dan pada akhirnya performance kinerja menjadi turun.

2004

Gambar 2. 18 Nilai Tukar dengan Kinerja Bank

2.2.5 Kerangka Pemikiran Simulasi dan Plotting Kondisi Bank

Setelah meneliti determinan Bank, diperlukan Simulasi dan Plotting

terhadap Bank yang diteliti untuk menentukan analisa TOWS dan menetapkan

Strategi yang dipilih. Dengan asumsi bahwa pasar dalam persaingan pasar yang

sempurna, tidak ada hambatan untuk masuk dalam persaingan pasar ASEAN.

Kami mengatur model menjadi dua tingkat terpisah, yaitu tingkat mikro dan

tingkat makro. Di tingkat mikro kami memperkirakan bagaimana perilaku mikro

Bank bersaing head to head antara bank di pasar domestik (h) dan pasar luar

negeri (f) di mana set pasar dibedakan dalam . Kami menggunakan

persaingan antara Bank dengan permainan statis informasi yang tidak lengkap

dengan banyak ekuilibria sebagaimana kami jelaskan lebih lanjut dalam sub

Nilai Tukar Kinerja

Aburime (2005), Boyd yet al (2001), Thanh

(2015), Dietrich & Wanzenried (2010),

Naceur & Omran (2011)

Page 106: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

132

bagian sebagai berikut. Di tingkat makro kami memperkirakan bagaimana bank

baik masuknya domestik atau asing di pasar ASEAN dipengaruhi oleh variabel

makro seperti jumlah perusahaan (N), produk domestik bruto (PDB), populasi

(POP), dan produktivitas bank ( ) dengan respons impuls fungsi (IRF).

a. Model Tingkat Mikro

Model dasar permainan statis dengan informasi tidak lengkap yang kami

ikuti menurut Bajari et al (2010). Kami menggunakan game statis menurut Boyd

Nicolo (2005) bahwa keputusan Bank untuk masuk di pasar dengan mode

kesetimbangan Nash. Boyd-Nicolo (2005) berusaha memperluas model teoretis

menjadi model empiris yang menunjukkan bagaimana bank bersaing di pasar

melalui aksi untung.

Persaingan antar Bank dalam kawasan ASEAN memiliki jumlah pemain i =

1,…, n. Setiap tindakan untuk bersaing dengan bank lain untuk tindakan bersaing

dengan Bank lain dicatat oleh a. Oleh karena itu, untuk setiap tindakan Bank yang

dapat bersaing di pasar ASEAN dengan menggunakan perilaku Bank untuk

mengendalikan daya saing mereka . Untuk setiap tindakan Bank

memiliki serangkaian tindakan terbatas untuk bersaing akan menghasilkan 72

contoh tindakan pembayaran hasil Bank di kawasan ASEAN. Definisi laba

didefinisikan menurut Boyd dan Nicolo (2005), sedangkan fungsi laba ini

ditentukan oleh faktor-faktor seperti pinjaman, deposito, dan risiko. Kelangsungan

hidup Bank dapat masuk di pasar akan didefinisikan sebagai

(1)

Page 107: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

133

Di mana Where adalah keseimbangan untuk hasil kompetisi yang

. adalah suku bunga pinjaman, adalah suku bunga

simpanan, ρ adalah ukuran risiko di mana Bank mau masuk ke pasar domestik

atau asing. adalah permintaan untuk simpanan serta pinjaman dalam

perekonomian. Definisi ini berasal dari berbagai tindakan (a) masuknya Bank ke

pasar dengan kinerja keuangannya, mis. laba atas aset (ROA), laba atas ekuitas

(ROE) atau risiko seperti kredit macet (NPL). Tindakan Bank dengan kinerja

keuangannya memengaruhi persaingan mereka dalam tindakan i. Selanjutnya,

tindakan bank untuk bersaing dalam pasar dalam negeri (h) dan pasar luar negeri

(f) dengan serangkaian pilihan terpisah , sedangkan tindakan

Bank pesaing i yaitu j akan bereaksi terhadap a_i yang didefinisikan sebagai a_j.

Kami mendapat tanggapan dari pesaing bank kecuali Bank yang saya definisikan

sebagai di mana j = i-1. Set ini menjelaskan kepada

kita bagaimana pesaing dekat ( ) dan pesaing lainnya ( ) bereaksi terhadap

bank i bersaing dalam pasar ASEAN. Strategi campuran a_ij ini sebagai matriks

hasil sesuai dengan asumsi kami yang memengaruhi persamaan (1).

Kemampuan Bank masuk ke pasar menurut persamaan (1) disebut sebagai

variabel keadaan. Dalam istilah ini, variabel s adalah kemampuan Bank untuk

bertahan di pasar ( . Oleh karena itu kita memiliki seperangkat probabilitas

kelangsungan hidup bank ke pasar sebagai

. Di mana S

adalah seperangkat bilangan real yang kemungkinan bank bertahan di pasar

Page 108: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

134

ASEAN. S ini disebut sebagai game diskrit dalam set diskrit sebagaimana

dinyatakan oleh Boyd-Nicolo (2005).

Dalam perspektif ekonometrik, keputusan dipengaruhi oleh nilai kesalahan

unobservable yang tidak dapat diobservasi ( ). Perangkat yang tidak

dapat diobservasi ini didefinisikan sebagai informasi pribadi untuk setiap Bank.

Variabel-variabel ini diikuti di seluruh Bank dan tindakan. Ini menghasilkan

kepadatan sesuai dengan tindakan Bank dalam pilihan k. Jika respons i - bank

dalam ROA, ROE, dan NPL, akibatnya j - bank memiliki reaksi yang sama. Jadi,

fungsi yang tidak dapat diamati menjadi or .

Himpunan bank untuk memilih tindakan mereka akan menghasilkan

preferensi Bank dengan utilitas yang berbeda. Tindakan Bank untuk memilih

preferensi laba mereka akan menentukan fungsi utilitas mereka untuk bank i.

Oleh karena itu perlu untuk memperkirakan preferensi tindakan ini ke dalam

fungsi utilitas sehingga (Train, 2009),

(2)

where

Persamaan (2) dapat diselesaikan dengan model multinomial logit seperti yang

dinyatakan oleh Train (2009). Preferensi Bank i untuk memenuhi

keseimbangannya pada titik dipengaruhi oleh variabel strategis aksi

sebagaimana dinyatakan dalam dan preferensi stokastik mereka

.

Dalam pilihan diskrit standar dengan permainan dinamis, aksi

akan

dimasukkan ke dalam persamaan (2). Dalam model kami, kami mengecualikan

tindakan dan kami anggap termasuk . Definisi ini menyiratkan bahwa

Page 109: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

135

pemain menjaga informasi yang menyatakan bahwa model kami sebagai

informasi yang tidak lengkap. Istilah dinyatakan sebagai parameter vektor

(yaitu ROA, ROE, atau NPL) yang berpengaruh pada probabilitas bank baik

untuk masuk di pasar h atau dicatat sebagai untuk di pasar f atau dicatat

sebagai .

Asumsi ini memberi informasi kepada kami bahwa bank saya akan masuk ke

dalam pasar ASEAN sesuai dengan survival memerintahkan pilihan diskrit (δ_i)

untuk menembus di pasar asing sehingga

sedangkan untuk pasar

domestik atau rumah sebagai

, sehingga kita memiliki tingkat

penetrasi pasar untuk pasar dalam negeri (h) dan pasar luar negeri (f) yaitu:

(3)

Di mana pilihan kelangsungan hidup diskrit untuk masuk Bank di pasar luar

negeri ( ) memiliki tingkat yang lebih tinggi dari pada tingkat domestik

( ). Kami berasumsi bahwa Bank yang bersaing di tingkat asing lebih

produktif daripada tingkat domestik. Kami menerapkan asumsi ini menurut

Niepmann (2015) berdasarkan teori perdagangan internasional bahwa Bank asing

atau kita dapat disebut sebagai perbankan internasional memiliki lebih produktif

dari pada Bank domestik (Buch et al, 2014). Kami berasumsi bahwa Bank

internasional di ASEAN memiliki kinerja yang lebih baik daripada bank

domestik. Konsekuensinya, asumsi ini harus sejalan dengan fungsi produksi yang

menguraikan heterogenitas bank di seluruh bank ASEAN. Kami mendefinisikan

Page 110: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

136

heterogenitas Bank dari Bank domestik dan internasional di bagian berikut. Di

Bank Internasional, Bank dapat beroperasi di pasar domestik dan internasional

karena Bank Internasional akan memiliki efisiensi yang lebih baik dari pada Bank

domestik.

Dalam model kami, karena pasar bebas dan tidak ada hambatan untuk masuk,

bank akan memasuki pasar sesuai dengan variabel keadaan vektor seperti

disebutkan sebelumnya. Mereka dapat bergerak dengan mudah baik sebagai

perbankan domestik atau internasional karena liberalisasi keuangan dalam

integrasi perbankan ASEAN. Oleh karena itu, kemampuan Bank untuk masuk di

pasar hanya berdasarkan variabel keadaan mempengaruhi

Asumsi ini menyatakan, bahwa pesaing bank akan bereaksi

berdasarkan informasi publik yang dipublikasikan dalam dokumen formal seperti

laporan keuangan atau neraca untuk merespons dengan keputusan mereka untuk

memasuki pasar domestik atau asing. Kita dapat mendefinisikan bahwa distribusi

tindakan strategis bank untuk bertahan di pasar probabilitas s sebagai

. Kita akan memiliki fungsi utilitas seperti yang

dinyatakan dalam persamaan (2) menjadi,

(4)

Dalam persamaan (4) jelaskan bahwa utilitas yang diharapkan dari Bank untuk

masuk sebagai h, f atau keduanya akan tergantung pada

. Sementara

itu, utilitas Bank-i untuk memilih utilitas dalam pembayaran ditentukan oleh

faktor . Istilah

mendefinisikan bahwa serangkaian aksi

Page 111: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

137

antara dari pesaing bank akan mempengaruhi fungsi utilitas Bank-i di pasar

yang ada . Di sisi lain keputusan tidak lengkap karena ada ϵ_i atau informasi

pribadi tidak dapat diobservasi. Kegunaan bank untuk memiliki kepuasan yang

diharapkan

dipengaruhi oleh informasi publik Bank j seperti yang

dinyatakan oleh

Dengan menyederhanakan persamaan (4) yang kita

miliki

(5)

Kita dapat menggambarkan struktur pembayaran dalam (4) dengan fungsi

probabilitas terurut yaitu probabilitas untuk memasuki pasar domestik atau pasar

internasional. Seperti disebutkan dalam persamaan (3) dan (5) sedemikian rupa

sehingga,

(6) Prob or

Kita dapat menurunkan persamaan (6) ke dalam fungsi linier sedemikian sehingga

membedakan antara pasar asing, pasar domestik, dan tidak ada keduanya,

(7)

i

or oreign market

i

or domestic market

or none

Seperti yang dinyatakan pada kondisi (7) maka probabilitas pilihan keseimbangan

didistribusikan sebagai

(8) Pr

Di sisi lain, karena fungsi utilitas seperti dicatat oleh (4) dan kondisi (8) kita harus

menghindari hubungan satu-ke-satu dengan pilihan nilai tertentu. Nilai spesifik

Page 112: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

138

pilihan ini akan memulihkan parameter struktural untuk memilih variabel status

alternatif seperti yang dinyatakan oleh Hotz-Miller, 1993). Dengan demikian,

kami menunjukkan keseimbangan pilihan diskrit,

(9)

Dimana memetakan probabilitas pilihan yang harus dibalik seperti yang

disarankan oleh Hotz-Miller (1993) (9) menjadi

(10)

Persamaan (10) memberi tahu kami bahwa membalikkan keseimbangan bahwa

hubungan antara pilihan diskrit untuk

telah dipulihkan secara

nonparametrik. Kondisi (10) masih belum sepenuhnya lengkap, kita harus

mempertimbangkan bahwa ada heterogenitas bank sebagaimana dicatat oleh

persamaan (7) adalah penting bahwa keputusan

Keputusan survival bank di pasar ASEAN bergantung pada vektor

produktivitas atau disebut sebagai shock produktivitas (Bajari et al, 2010). Ada

persyaratan ketat bahwa produktivitas Bank - i pada ,, tidak boleh dikaitkan

dengan produktivitas bank - j pada s. Pembatasan ini akan merevisi persamaan

(10) menjadi,

(11)

Persamaan (11) didefinisikan sebagai laba untuk Bank-i dan Bank-j tidak boleh

dikaitkan satu sama lain dalam hal produktivitas mereka sebagaimana dicatat oleh

persyaratan .

Page 113: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

139

b. Biaya Marginal dan Produktivitas

Dalam bagian ini, laba berdasarkan perbedaan biaya marjinal di pasar

yang berbeda. MC didefinisikan dalam keseimbangan jangka pendek dan jangka

panjang melalui properti dasar dari biaya marjinal yaitu

(12)

Dimana MC adalah biaya marjinal, TC adalah biaya total, Q adalah kuantitas atau

produktivitas bank. Keuntungan definisi ini bahwa proses masuknya pasar

membutuhkan biaya masuk seperti biaya hangus. Sementara itu, biaya marjinal

mewakili titik shutdown dalam jangka panjang, kami mengasumsikan MC dapat

diperkirakan dengan tepat tanpa biaya hangus, karena dalam liberalisasi keuangan

tidak ada biaya hangus untuk memasuki pasar. Oleh karena itu, pilihan terpisah

bahwa bank akan masuk ke pasar melalui biaya marjinal yang kompetitif antara

Bank langsung di pasar,

(13) Pr

Pr

Persamaan (13) memberi tahu kami bahwa margin kompetitif di pasar

domestik akan berada dalam keseimbangan diskrit pada (Pr ) jika

bank - saya dapat bersaing dengan bank lain - j di pasar domestik jika marjinal

mereka biaya lebih rendah daripada bank lain - j kita taruh dengan memesan 1. Di

pasar luar negeri, jika Bank-saya lebih kompetitif daripada bank asing untuk

Bank-saya atau Bank -j dipesan 2. Keseimbangan ini akan mencapai pada

(Pr ). Sebaliknya, jika Bank tidak lagi kompetitif untuk kedua

Page 114: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

140

kondisi tersebut, keseimbangan diskritnya adalah Pr . Untuk

memperkirakan fungsi TC diperkirakan melalui fungsi translog yaitu

(14)

Di mana TC adalah biaya total dan, K adalah belanja modal, dan L adalah belanja

tenaga kerja, variabel-variabel ini dikempiskan dengan deflator harga. Menurut

persamaan (12), ada perubahan produktivitas karena kita dapat menghitung harus

sejalan dengan guncangan produktivitas seperti yang disorot dalam persamaan

(11). Produktivitas harus dibatasi antara . Pentingnya asumsi ini memberi

tahu kami bahwa kami harus memperkirakan fungsi produksi dengan cermat

untuk menghitung produktivitas Bank.

Untuk memperkirakan heterogenitas bank antara domestik dan asing, kita

harus membedakan teknologi antara Bank. Poin ketika kita memperkirakan

dengan asumsi-asumsi terbatas itu kita harus mulai ada perbedaan kinerja antara

Bank yang menyebabkan heterogenitas antara produktivitas Bank. Asumsi ini

akan mengarahkan kami untuk memperkirakan fungsi produksi berdasarkan

variasi harga lintas Bank dan waktu untuk output dan input. Pada tahap pertama

kami memiliki fungsi produksi yang diberikan oleh,

(15)

Di mana Q_it adalah output bank yang didefinisikan sebagai , di

mana L adalah pinjaman dan D adalah deposito. adalah produktivitas Bank,

dan adalah Bank yang telah berpengalaman dengan perbankan internasional

(f) atau pengalaman asing di pasar ASEAN. Produktivitas dimodelkan dengan

istilah Hicks-netral. Fungsi produksi (15) diperkirakan oleh

Page 115: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

141

(16)

Fungsi produksi dengan heterogenitas bank diperkirakan dengan prosedur

Ackerberg et al (2015). Prosedur ini meningkatkan metode dari metode Olley-

Pakes (1996) dan Levinsho-Petriny (2003) untuk mengurangi parameter fungsi

produksi bias yang biasanya ada untuk guncangan produktivitas yang tidak

teramati (ω_it).

Dalam fungsi produksi konvensional, parameter dan diperkirakan

secara langsung dengan fungsi translog. Menurut Olley-Pakes (1996) parameter

tersebut menyebabkan bias karena istilah yang tidak dapat diobservasi dalam

model konvensional tidak mempertimbangkan keputusan di antara dan . Di

sisi lain, sebelum Bank memutuskan untuk menambah modal atau tenaga kerja

pada periode saat ini. Keputusan mereka mempengaruhi dari periode sebelumnya.

Fungsi produksi konvensional tidak menyangkut keputusan bank untuk

berinvestasi baik dalam modal atau tenaga kerja sedangkan fungsi ini sangat

penting ketika pemegang saham menempatkan investasi mereka untuk

meningkatkan modal atau mempekerjakan karyawan baru. Sementara kebijakan

investasi ini yang biasanya diwakili dalam unobservable tidak terkontrol, estimasi

parameter akan menyesatkan. Oleh karena itu, parameter ini bias, itu akan

terhambat pada estimasi produktivitas. Selanjutnya, Ackerberg et al (2015) juga

prihatin tentang memperkirakan fungsi produksi dengan General Method of

Moment (GMM) saat mereka melakukan fungsi kebijakan investasi. Van

Biesebroeck (2007) berpendapat bahwa metode GMM menghasilkan estimator

ketekunan untuk memperkirakan perbedaan produktivitas.

Page 116: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

142

Pada bagian ini kami menganggap bahwa fungsi kebijakan investasi untuk

persamaan (16) akan menjadi sebagai tindakan negara pilihan diskrit yang dialami

bank dengan perbankan internasional ( ) yang yang

diberikan oleh

(17)

Kami membalikkan produktivitas yang dipengaruhi oleh keputusan investasi

seperti yang dilakukan Olley-Pakes (1996). Kami memulihkan fungsi produksi itu

. persamaan (16) menjadi,

(18)

Dalam persamaan (18) produktivitasnya bergantung pada pergerakan

produktivitas yang diubah bank seiring waktu. Komponen utama dari persamaan

ini harus menguraikan bagaimana bank akan memasuki pasar baik pasar domestik

maupun asing. Tingkat kelangsungan hidup Bank dengan pengalaman di

perbankan internasional dapat ditentukan dalam pilihan terpisah untuk estimasi

produktivitas dan modal.

Oleh karena itu, estimasi non parametrik untuk kelangsungan hidup Bank

pada waktu t dan informasi yang ditetapkan oleh informasi periode sebelumnya

pada t-1. Aturan pemilihan untuk Bank tetap aktif di kawasan ASEAN

didefinisikan sebagai . Ambang produktivitas ini akan

menentukan aturan seleksi dengan perilaku produktivitas autoregresif. Aturan

seleksi untuk produktivitas bank untuk masuk ke pasar domestik atau pasar

domestik dan asing sebagai

(19)

Page 117: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

143

Dari persamaan (19) kami memiliki cutoff produktivitas untuk Bank

dengan tingkat kelangsungan hidup untuk pasar asing dengan with

. Produktivitas cutoff ini menggambarkan, kemampuan bank

untuk memasuki pasar luar negeri atau bertahan di pasar luar negeri dengan proses

produktivitas sebagai berikut

(20)

Dari persamaan ini (20), sekarang kita memiliki setidaknya estimasi bersih yang

mendefinisikan batasan guncangan produktivitas seperti yang dinyatakan dalam

persamaan (10) hingga . Kami memperkirakan persamaan ini melalui solusi

momen sebagai berikut

(21)

Persamaan (21) menjelaskan kepada kami, bahwa guncangan produktivitas ,

tergantung pada mobilitas modal dan juga jumlah bank tenaga kerja. Kami lebih

suka bahwa modal dan tenaga kerja berdampak langsung pada produktivitas bank

pada periode saat ini. Dalam persamaan (21) menurut Ackerberg et al (2015), ini

membutuhkan estimasi persisten untuk mengurangi kesalahan optimasi di .

Page 118: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

144

Dalam skala pengembalian konstan, keputusan optimal dalam persamaan (17)

seharusnya tidak tergantung pada persediaan modal saat ini. Asumsi ini

menyatakan, bahwa modal pada periode sebelumnya akan dibelanjakan langsung

untuk menghasilkan output pada periode sebelumnya, jika tidak pada periode

berjalan akan mempengaruhi produktivitas pada periode sebelumnya. Oleh karena

itu, guncangan produktivitas dipengaruhi oleh produktivitas sebelumnya, tenaga

kerja dan pengalaman bank di pasar seperti kelangsungan hidup bisnis baik pasar

domestik maupun internasional. Argumen ini menyiratkan bahwa persamaan (21)

harus diselesaikan dengan menggunakan teknik persamaan Euler yang biasanya

diselesaikan dengan simulasi Monte Carlo.

c. Bank Entry and Macroeconomy

Dalam sub bagian ini kami memperkenalkan bagaimana permintaan produktivitas

Bank di negara-negara anggota ASEAN memengaruhi kompetisi Bank. Seperti

yang kami sebutkan dalam persamaan (13), kesediaan bank untuk masuk di

negara-negara anggota ASEAN tergantung pada jumlah perusahaan yang terdaftar

(N) di masing-masing negara anggota. Permintaan pinjaman atau simpanan

bergantung pada jumlah perusahaan yang menyatakan . Di mana

, atau menuntut elastisitas output melebihi jumlah perusahaan.

Dari persamaan (13), kita dapat menyatakan bahwa masuknya bank ke negara-

negara anggota ASEAN menurut Breshnan-Reiss (1991) tentang ambang masuk,

(22)

Perlu dicatat bahwa adalah laba sebagaimana dicatat dalam persamaan

(12), diprediksi menurut estimasi hasil dalam persamaan (12).

Page 119: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

145

diprediksi mendapat keuntungan dari game statis diskrit dengan informasi

yang tidak lengkap, adalah elastisitas permintaan, dan N adalah jumlah

perusahaan yang masuk di pasar. Menurut Schaumans dan Verboven (2015) the

tidak hanya masuk perusahaan di pasar, pada kenyataannya dapat

menjadi proksi sebagai keuntungan industri variabel per kapita, atau variabel lain

seperti Populasi dan Produk Domestik Bruto (PDB) ). Dari model entri sederhana

ini, dalam konteks ekonomi makro kami menggunakan Impulse Response

Function (IRF) untuk mengukur dampak variabel ekonomi makro dengan

menggunakan prosedur dari Jorda (2005) sebagai berikut

(23) t

Di mana adalah efek tetap negara, t adalah efek tetap waktu, adalah

perubahan panjang perusahaan yang terdaftar di setiap negara, adalah

kontrol vektor seperti populasi negara, PDB riil, dan produktivitas bank ( ).

IRF dibuat pada di mana dampak permintaan meningkat dari perusahaan

sebagai proksi permintaan pinjaman serta dampak setoran pada persaingan Bank.

Page 120: BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2015/120430150523_2_3731.pdf27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

146

PARADIGMA PENELITIAN

Gambar 2. 19 Paradigma Penelitian

2.3. Hipotesis.

Berdasarkan kerangka pemikiran sebelumnya yang telah dibahas diatas,

maka dibuat hipotesis penelitian pada perbankan yang ada di ASEAN sebagai

berikut.

Ha1. Gambaran finansial yang terdiri dari permodalan, aset, likuiditas, efisiensi,

fee-based income, non finansial terdiri dari networking, human capital ,

GCG dan Faktor ekonomi makro serta Kinerja Bank yang sudah Go Public

se-ASEAN berada pada kriteria baik.

Ha2 Faktor finansial memiliki pengaruh terhadap Kinerja Bank yang sudah Go

Public se-ASEAN.

Ha3 Faktor non finansial memiliki pengaruh terhadap Kinerja Bank yang sudah G

Go Public se-ASEAN.

Ha4 Faktor GCG memiliki pengaruh terhadap Kinerja Bank yang sudah Go

Public se-ASEAN.

Ha5 Faktor ekonomi makro memiliki pengaruh terhadap Kinerja Bank yang sudah

Go Public se-ASEAN.

Kinerja Bank - ROE - ROA

finansial

Non Finansial

GCG

EKONOMI MAKRO