bab ii kerangka teoritik, kerangka berpikir, dan …repository.unj.ac.id/2366/3/bab 2 fix.pdfbab ii...

30
7 BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Definisi Belajar Learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience or purposeful instruction. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/ direncanakan. 1 Menurut Agus Suprijono adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Sedangkan menurut Winarso bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang dan berlangsung sepanjang hidupnya (life long education). Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). 2 Jika belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan maka siswa semestinya didorong untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan yang akan didapatkannya dan mencoba menemukan berbagai jawaban dari permasalah yang ditemuinya. Salah 1 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghlmia Indonesia, 2010), hlm. 4. 2 Winarso dkk, Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran, (Malang: Genius Prima Media, 2009), hlm. 1.

Upload: others

Post on 07-Mar-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

7

BAB II

KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Kajian Teoritis

2.1.1. Definisi Belajar

Learning is relatively permanent change in behavior that result from past

experience or purposeful instruction. Belajar adalah suatu perubahan perilaku

yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari

pembelajaran yang bertujuan/ direncanakan.1 Menurut Agus Suprijono adalah

perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Salah

satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan

tingkah laku dalam dirinya. Sedangkan menurut Winarso bahwa belajar adalah

suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang dan berlangsung

sepanjang hidupnya (life long education). Proses belajar dapat terjadi kapan saja

dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi

karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Salah satu pertanda

bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan

yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan

keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).2

Jika belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan maka siswa semestinya

didorong untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan yang akan didapatkannya dan

mencoba menemukan berbagai jawaban dari permasalah yang ditemuinya. Salah

1 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghlmia Indonesia,

2010), hlm. 4. 2 Winarso dkk, Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran, (Malang: Genius Prima Media, 2009),

hlm. 1.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

8

satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan dalam

dirinya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat pengetahuan

(kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan

sikap (afektif)

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas mental yang

berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya yang menghasilkan

perubahan bersifat relative konstan, dalam hlm ini adalah lingkungan kelas pada

saat proses belajar untuk memperoleh tujuan yang dikehendaki yaitu pengetahuan

(kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif) berdasarkan

pengalaman masa lalu.

2.1.2. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hlm terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana

menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah

laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar.

Tingkah laku sebagai hasil belajar dala pengertian luas mencakup bidang kognitif,

afektif dan psikomotor.3 Dimyati dan Mudjiono juga menyebutkan hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses

belajar.4

Nana Sudjana mengutip pendapat Benyamin S.Bloom yang membagi hasil

belajar menjadi tiga ranah,yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotorik.5

3 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2009),

hlm. 3. 4 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 3-4. 5 Sudjana, op.cit., hlm. 22-31.

Page 3: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

9

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdir dari

enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

kempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang

atau aspek yang dimaksud adalah :

1) Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik

untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta

atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata

kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya mendefinisikan,

memberikan, mengidentifikasikan, memberi nama, menyusun daftar,

mencocokan, menyebutkan, membuat garis besar, meyatakan kembali,

memilih, dan menyatakan.

2) Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik

untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang

disampaikan guru dan memanfaatkannya tanpa harus

menghubungkannya dengan hlm-hlm lain. Kemampuan ini dijabarkan

lagi menjadi tiga, yakni menerjemahkan, menafsirkan, dan

mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan,

diantaranya mengubah, mempertahankan, membedakan,

memprakirakan, menjelaskan, menyatakan secara luas,menyimpulkan,

memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri, meramalkan,

menuliskan kembali, dan meningkatkan.

3) Aplikasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik

untuk menggunakan ide-ide umum. Tata cara ataupun metode, prinsip,

dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata kerja operasional

yang dapat digunakan, diantaranya mengubah, menghitung,

Page 4: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

10

mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti,

menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukan,

memecahkan, dan menggunakan.

4) Analisis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur

atau komponen pembentukannya. Kemampuan analisis

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan,

dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional

yang dapat digunakan, di antaranya mengurai, membuat diagram,

memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis

besar, menghubungkan, memerinci.

5) Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan

berbagai factor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana

atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, di

antaranya menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi,

menghimpun, menciptakan, merencanakan, merekontruksikan,

menyusun, membangkitkan, mengorganisasikan, merevisi,

menyimpulkan dan menceritakan.

6) Evaluasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik

untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau

konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hlm penting dalam evaluasi ini

adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik

mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi

sesuatu.kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya

menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-

Page 5: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

11

bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan

dan menduga.

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima

aspek.kelima aspek dimulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkat yang

kompleks sebagai berikut :

1) Reciving/ attending (peneriman), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau

rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran

kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja

operasional yang dapat digunakan, diantaranya menanyakan, memilih,

menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh,

menjawab dan menggunakan.

2) Responding (jawaban), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga

bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemampuan

pesrta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa

ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya

menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama,

menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca,

melaporkan, menuliskan, memberi tahu dan mendiskusikan.

3) Valuing (penilaian), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta

didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu

secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan, diantaranya

melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil

bagian, memilih dan mengikuti.

Page 6: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

12

4) Organisasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntuk peserta didik

untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah,

membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat

digunakan, diantaranya merubah, mengatur, menggabungkan,

membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan dan

memodifikasi.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai

c. Ranah psikomotorik

Hasil belajar psikomotoris tampak pada gerakan keterampilan (skil) dan

kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan,yakni:

1) Geraka reflex yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakn visual,

auditif, motoris dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan

ketetapan.

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai

pada keterampilan yang kompleks.

6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.Untuk

mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran

menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian

dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat

Page 7: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

13

diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.6

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh

siswa baik melalui kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah ia menerima

perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan atau

mengimplementasikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik

faktor internal dan faktor eksternal untuk memperoleh hasil belajar yang

memadai, siswa harus menyadari akan ada pengaruh-pengaruh tersebut. Berbagai

faktor yang mempengaruhi hasil belajar telah banyak dikemukakan para ahli

psikologi pendidikan. Hasil belajar ranah kognitif yang diteliti hanya pengetahuan

(C1), pemahaman (C2), dan Aplikasi (C3) mengingat keterbatasan kemampuan

intelektual siswa sekolah menengah kejuruan.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran

di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu

sendiri. Sugihartono, dkk menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, sebagai berikut:7

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Faktor internal meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal

meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

individu, faktor fisiologis dibedakan menjadi dua macam yaitu tonus jasmani

yang pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang karena

6 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),hlm. 44. 7 Sugihartono, Dkk, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UNY Pres, 2007). hlm. 76-77.

Page 8: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

14

kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap

kegiatan belajar individu.

Faktor fisiologis yang kedua adalah keadaan fungsi jasmani. Selama

proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat

mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi

dengan baik, akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.

Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar antara lain kecerdasan

siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat. Selain itu belajar juga dipengaruhi oleh

potensi yang dimiliki setiap individu, oleh karena itu para pendidik, orangtua dan

guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anak antara

lain dengan mendukung, ikut mengembangkan dan tidak memaksa anak untuk

memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

Selain faktor internal, faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor

eksternal yaitu lingkungan sosial dan nonsosial. Lingkungan sosial meliputi

lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga. Adapun

lingkungan sekolah antara lain metode mengajar guru dan kurikulum. Sedangkan

lingkungan nonsosial meliputi lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang

segar dan faktor instrumenal seperti kelengkapan perangkat belajar. Selain itu

motivasi belajar juga dapat meningkatkan hasil belajar.

2.2. Pemrograman Web

Secara etimologis istilah web programming terdiri dari dua kata yaitu

pemrograman dan web. Menurut kamus besar bahasa Indonesia pemrograman

adalah proses, cara, perbuatan, sedangkan web dapat diartikan sebagai halaman

atau media informasi yang dapat diakses dengan perangkat lunak browser melalui

jaringan komputer atau internet.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemrograman web adalah

Page 9: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

15

proses membuat aplikasi komputer yang dapat digunakan/ditampilkan dengan

bantuan browser. Dengan Pemrograman web, halaman web yang semula hanya

menampilkan informasi, dapat lebih interaktif seperti bisa memberi komentar dan

menyimpannya, bisa kirim gambar, bisa melakukan pencarian data, atau dengan

kata lain bisa lebih memahami apa yang sedang anda perlukan.

Pemrograman web merupakan salah satu mata pelajaran wajib dasar pada

dasar program keahlian Teknik Informatika dan Komputer (TIK). Berdasarkan

struktur kurikulum mata pelajaran Pemrograman web disampaikan dikelas X

yang disampaikan dalam waktu 3 jam pelajaran perminggu. Berhubungan peneliti

melaksanakan penelitiannya pada semester ganjil maka materi pemrograman web

ditekankan pada perintah- perintah pada HTML untuk pembuatan halaman dan

perintah-perintah menggunakan Java Script. Perintah HTML yang diajarkan pada

pemrograman web ini meliputi pembuatan komponen formulir serta pemberian

style pada suatu halaman web.

Untuk materi java script meliputi teknik pemrograman halaman web ,

pengolahan input user. Pada teknik pemrograman halaman web akan dijelaskan

lebih lanjut tentang anatomi dan cara kerja kode java script, dasar pemrograman

klien (variabel, tipe data, operator), array dimensi 1 dan multidimensi, struktur

kontrol percabangan pada program klien, struktur kontrol perulangan pada

program klien, fungsi bawaan dan buatan user pada program klien.

Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya memberikan materi tentang :

1. Format formulir halaman web

Acuan materi yang akan diajarkan terhadap siswa berdasarkan pada tabel

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di bawah ini:

Page 10: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

16

Tabel 2.1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Pemrograman Web

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama

yang dianutnya .

1.1. Memahami nilai-nilai keimanan

dengan menyadari hubungan

keteraturan dan kompleksitas

alam dan jagad raya terhadap

kebesaran Tuhan yang

menciptakannya.

1.2. Mendiskripsikan kebesaran Tuhan

yang menciptakan berbagai

sumber energi di alam.

1.3. Mengamalkan nilai-nilai

keimanan sesuai dengan ajaran

agamanya dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Menghayati dan

Mengamalkan perilaku jujur,

disiplin, tanggung -jawab,

peduli (gotong royong,

kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif dan pro -

aktif dan menunjukan sikap

sebagai bagian dari solusi

atas berbagai permasalahan

dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah

(memiliki rasa ingin tahu;

objektif; jujur; teliti; cermat;

tekun; hati-hati; bertanggung

jawab; terbuka; kritis; kreatif;

inovatif dan peduli lingkungan)

dalam aktivitas sehari-hari

sebagai wujud implementasi sikap

dalam melakukan percobaan dan

berdiskusi

2.2. Menghargai kerja individu dan

kelompok dalam aktivitas sehari-

hari sebagai wujud implementasi

melaksanakan percobaan dan

melaporkan hasil percobaan

3. Memahami, menerapkan dan

menganalisis pengetahuan

faktual, konseptual, dan

prosedural berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni,

budaya, dan humaniora

dalam wawasan

kemanusiaan, kebangsaan ,

kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena

dan kejadian dalam bidang

kerja yang spesifik untuk

memecahkan masalah.

3.1. Memahami konsep teknologi

aplikasi web

3.2. Memahami format teks pada

halaman web

3.3. Memahami format tabel pada

halaman web

3.4. Memahami tampilan format

multimedia pada halaman web

3.5. Memahami format kaitan pada

halaman web

3.6. Memahami format formulir pada

halaman web

3.7. Memahami style pada halaman

web

3.8. Memahami teknik pemrograman

pada halaman web

3.9. Memahami pengelolaan halaman

web menggunakan kode program

Page 11: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

17

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

4. Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah konkret

dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari

yang dipelajarinya di sekolah

secara mandiri, dan mampu

melaksanakan tugas spesifik

di bawah pengawasan

langsung

4.1. Menyajikan berbagai teknologi

pengembangan aplikasi web

4.2. Menyajikan teks dalam format

tertentu pada halaman web

4.3. Menyajikan tabel pada halaman

web

4.4. Menyajikan tampilan format

multimedia pada halaman web

4.5. Menyajikan format kaitan pada

halaman web

4.6. Menyajikan formulir pada

halaman web

4.7. Menyajikan style tertentu pada

halaman web

4.8. Menyajikan teknik-teknik dalam

pemrograman web

4.9. Menyajikan hasil pengelolaan

halaman web menggunakan kode

program

2.3. Model Pembelajaran

Istilah penggunaan model pembelajaran menurut Arends yang dikutip oleh

Trianto berdasarkan dua alasan penting, yaitu (1) model mempunyai makna yang

lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur; (2) sebagai sarana komunikasi

yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik

mengawasi anak-anak. Pemilihan istilah model pembelajaran ini berfungsi untuk

memberikan pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam

melaksanakan pembelajaran.8

Miftahul Huda mengutip pendapat Joyce dan Weill yang mendeskripsikan

model pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu

proses pengajaran di ruang kelas atau setting yang berbeda.9

8 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: Prestasi Pustaka,

2007), hlm. 4. 9 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Medis dan Paradigmatis.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013). hlm. 23.

Page 12: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

18

Dalam konteks pembelajaran menjelaskan model pembelajaran sebagai

suatu perencanaan/pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model juga didefinisikan

sebagai sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir dan biasanya

direpresentasikan dalam bentuk grafis atau flow chart yang menggambarkan

keseluruhan konsep yang saling berkaitan.10

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah suatu strategi, metode atau prosedur tentang mengajar di kelas yang

menggambarkan pola berpikir yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran.

2.3.1. Definisi Blended Learning

Secara etimologis istilah Blended Learning terdiri atas dua kata, yaitu

Blended dan Learning. Kata Blend berarti campuran, dan Learning memiliki

makna umum yaitu belajar. Dengan demikian, Blended Learning mengandung

makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran atau

penggabungan antara satu pola dengan pola lainnya. menjelaskan Blended

Learning sebagai kombinasi antara face to face learning dan online learning.11

Senada dengan definisi di atas, Elenena Mosa yang dikutip dalam buku Cepi

Riyana menyampaikan bahwa yang dicampurkan dalam Blended Learning adalah

dua unsur utama, yaitu pembelajaran di kelas (classrom lesson) dengan online

learning. Adapun definisi Blended Learning digambarkan seperti gambar berikut:

Gambar 2.1 Blended Learning

10 Benny A Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta: Dian Rakyat, 2010). hlm. 86. 11 Husamah, op.cit., hlm. 11.

Page 13: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

19

Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa Blended Learning dibangun

dengan mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online.

Thorne yang dikutip dalam buku S.B Sjukur juga mempertegas definisi Blended

Learning sebagai berikut :

“it represents an opportunity to integrate the innovative and technological

advances offered by online learning with the interaction and participation offered

in the best of traditional learning”. 12

Definisi di atas mengandung makna bahwa blended learning

menggambarkan sebuah kesempatan yang mengintegrasikan inovasi dan

keuntungan teknologi pada pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi

dari keuntungan pembelajaran tatap muka. Sementara itu, Blended Learning

sebagai pembelajaran yang mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous

dan asynchronous secara tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.13

Pembelajaran synchronous adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada

waktu yang sama dan tempat yang sama ataupun berbeda, sedangkan

pembelajaran asynchronous adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada

waktu dan tempat yang berbeda.14

Adapun Dian Wahyuningsih mendefinisikan Blended Learning dengan

pendekatan konstruktif. Blended Learningby constructive approach (BLCA)

terdiri atas dua istilah, yaitu Blended Learning (pembelajaran bercampur) dan

constructive approach (pendekatan konstruktif). Beberapa definisi dari ahli di atas

12 S.B Sjukur, 2012, Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar

Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Nomor 3. Volume 2, hlm. 368-378. 13 Chaeruman . Implementing Blended Learning: A Case Based Sharing Experience. 2011 diunduh

dari http://www.teknologipendidikan.net/2011 /06/21/implementing-blended-learning-a-case-

based-sharing-experience/ 14 Dian Wahyuningsih, Implementasi Blended Learning By The Constructive Approach (BLCA)

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar Mahasiswa dalam Matakuliah

Interaksi Manusia dan Komputer Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNY. (Yogyakarta: Thesis

Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan, 2013), hlm. 40.

Page 14: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

20

memberikan gambaran bahwa Blended Learning merupakan kombinasi antara

pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online dengan bantuan teknologi

informasi dan komunikasi.15

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Blended Learning

adalah penggabungan antara dua unsur antara face to face dengan e-learning

dengan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Aspek yang digabungkan dalam Blended Learning tidak hanya

mengkombinasikan face-to-face dan online learning saja tetapi juga dapat

berbentuk apa saja, seperti: metode, media, sumber, lingkungan ataupun strategi

pembelajaran.

2.3.2. Teori belajar yang Melandasi Pembelajaran Blended Learning

Pembelajaran dengan model Blended Learning didasari oleh teori belajar

berikut:

2.3.2.1. Teori Kognitif

Pengkajian teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses

pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal

dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar

pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berpikir, yakni proses

pengolahan informasi.16

Jean Piaget yang dikutip dalam buku Achmad Rifai dan Catharina

menjelaskan tentang teori belajar kognisi menekankan pada cara-cara seseorang

menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan

pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara

efektif. Pada hakekatnya, belajar mendasari pada pengamatan yang melibatkan

15 Ibid., hlm.39. 16 Achmad Rifai & Catharina Tri Anni, Psikologi Pendidikan. (Semarang: Unnes Press, 2009).

hlm. 128.

Page 15: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

21

seluruh indera, menyimpan kesan lebih lama, dan menimbulkan sensasi yang

membekas pada siswa. Adapun proses belajar terdiri atas 3 tahapan, yaitu (1)

asimilasi adalah proses memasukan informasi ke dalam skema, (2) akomodasi

adalah proses mengubah skema yang telah dimiliki dengan informasi baru, dan (3)

equilibrasi adalah percobaan memperoleh keseimbangan antara asimilasi dan

akomodasi.17

Piaget yang dikutip dalam buku Miftahul Huda menekankan teorinya pada

kedewasaan dan perkembangan kognitif berdasarkan tahapan usia. Prinsip dasar

teorinya adalah anak-anak mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Seorang anak

akan mencari keseimbangan antara struktur pengetahuan yang sudah dimilikinya

dengan pengetahuan baru yang diperolehnya melalui asimilasi dan akomodasi.

Dengan demikian, pembelajaran baru hanya terjadi ketika seseorang bisa

mengembangkan pola pikirnya dengan mengadaptasi sesuatu yang baru dan

menyesuaikan sesuatu yang lama.18

2.3.2.2. Teori Konstruktivisme

Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Peserta didik yang

memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mampu

memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berkutat

dengan berbagai gagasan. Inti dari teori konstruktivisme adalah peserta didik

harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya

sendiri serta mampu mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi

dengan lingkungannya.19 Teori konstruktivisme menetapkan empat asumsi

tentang belajar, yaitu:

17 Ibid., hlm. 26. 18 Huda, op.cit., hlm. 42. 19 Achmad Rifai & Catharina, op.cit., hlm. 138.

Page 16: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

22

1) pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terlibat

dalam belajar aktif.

2) pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang

membuat representasi atas kegiatannya sendiri.

3) pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang

menyampaikan maknanya kepada orang lain.

4) pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan mencoba menjelaskan objek

yang tidak benar-benar dipahaminya.

Salah satu tokoh teori konstruktivisme adalah Vygotsky. Ia menekankan

pentingnya aspek sosial dalam belajar. Vygotsky yang dikutip dalam buku

Achmad Rifai dan Catharina percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari

hubungan sosial dan kebudayaan. Dimana interaksi sosial dengan orang lain dapat

memacu pengkonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan

intelektual peserta didik.20

Berdasarkan kedua teori belajar di atas, penelitian ini lebih mengacu pada

pendekatan konstruktif oleh pemikiran Vygotsky yang memperhatikan aspek

sosial dalam pengkonstruksian ide dan perkembangan intelektual siswa. Adapun

implementasi dalam pembelajaran dengan model blended learning lebih

menitikberatkan pada pendekatan konstruktif berupa pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning).

Pembelajaran dengan model blended learning dalam penelitian ini mengacu

langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah. Adapun langkah-langkah

pembelajaran tersebut meliputi: orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, serta

analisis dan evaluasi.

20 Ibid., hlm. 34.

Page 17: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

23

2.3.3. Komponen Blended Learning

Berdasarkan kesimpulan dari definisi Blended Learning menurut para ahli,

maka Blended Learning mempunyai 2 komponen pembelajaran yaitu

pembelajaran tatap muka dan online learning (e-learning).

2.3.3.1. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran tatap muka sebagai salah satu bentuk model pembelajaran

konvensional yang mempertemukan guru dengan murid dalam satu ruangan untuk

belajar. Lebih lanjut, Ujang Sukandi mendefenisikan bahwa pembelajaran

konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang

konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu

bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa

lebih banyak mendengarkan. Disini terlihat bahwa pembelajaran konvensional

yang dimaksud adalah pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya

sebagai “pentransfer” ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima”

ilmu21. Sementara itu, Mochammad Moestofa dan Meini Sondang S (2013)

mendefinisikan pembelajaran konvensional sebagai salah satu model

pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode pembelajaran ceramah.

Adapun tahap-tahap pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

1) Tahap pembukaan, dimana guru mengkondisikan siswa untuk memasuki

suasana belajar dengan menyampaikan salam dan tujuan pembelajaran;

2) Tahap pengembangan yaitu tahap dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar yang diisi dengan penyampaian materi secara lisan didukung oleh

penggunaan media;

21 Ujang Sukardi, Belajar Aktif dan Terpadu: Apa, Mengapa dan Bagaimana (Surabaya: Duta Graha Pustaka,2003). hlm. 8

Page 18: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

24

Tahap evaluasi dimana guru mengevaluasi belajar siswa dengan membuat

kesimpulan atau rangkuman materi pembelajaran, pemberian tugas, dan diakhiri

dengan menyampaikan terima kasih atas keseriusan siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan definisi di atas, menggambarkan bahwa pembelajaran tatap

muka (konvensional) merupakan proses belajar yang terencana pada suatu tempat

tertentu dengan melibatkan aktivitas belajar pendidik dan peserta didik sehingga

terjadilah interaksi sosial. Adapun peran guru dalam pembelajaran sangat penting

dimana guru sebagai sumber belajar dan informasi. Pada pembelajaran tatap muka

(konvensional) biasanya menggunakan berbagai macam metode dalam proses

pembelajarannya, meliputi: ceramah, penugasan, tanya jawab, dan demonstrasi.

2.3.3.2. Online Learning (E-Learning)

“e-learning is commonly referred to the intentional use of networked

information and communication technology in teaching and learning”.22 Definisi

ini mengandung makna bahwa e-learning sering ditunjukkan dengan penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar-mengajar. Online

learning (e-learning) merupakan pembelajaran yang menggunakan rangkaian

elektronik LAN, WAN, dan internet untuk menyampaikan isi materi.

Belajar dengan e-learning merupakan salah satu bentuk penggunaan media

pembelajaran berbasis IT/berbasis internet. Lebih lanjut, Rosenberg yang dikutip

dalam oleh Rusman menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan

teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.23

Definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa online learning

(e-learning) merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan

22 Som Naidu Som. E-learning A Guidebook of Principles, Procedures and Practices. (Australia:

Sanjaya Mirsha, 2011). hlm. 1. 23 Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme. (Bandung:

Rajagrafindo Persada, 2013). hlm. 346.

Page 19: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

25

teknologi internet, intranet, dan berbasis web yang memungkinkan terjadinya

interaksi belajar antara peserta didik dan pendidik dengan mengakses informasi

dan materi pelajaran kapan pun dan dimanapun. Adapun persyaratan utama yang

perlu dipenuhi dalam e-learning adalah adanya akses dengan sumber informasi

melalui internet dan adanya informasi tentang letak sumber informasi yang ingin

kita dapatkan.24

Rusman mengutip pendapat Rosenberg mengkategorikan tiga kriteria dasar

yang ada dalam e-learning adalah sebagai berikut:25

1) e-learning bersifat jaringan yang membuatnya mampu memperbaiki secara

cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan dan

sharing pembelajaran dan informasi;

2) e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan

menggunakan standar teknologi internet;

3) e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi

pembelajaran yang mengungguli paradigma dalam pelatihan.

Beberapa kriteria di atas menjadi patokan dasar yang terdapat dalam

pembelajaran dengan sistem e-learning. Ada beberapa karakteristik e-learning

menurut Cisco adalah sebagai berikut:26

1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa

dengan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi

dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi waktu dan tempat;

2) Memanfaatkan keunggulan komputer (Digital Media dan Computer

Networks);

24 Ibid., hlm. 335. 25 Ibid., hlm. 349. 26 Rusman, op.cit, 348.

Page 20: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

26

3) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) yang

disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan

saja dan dimana saja apabila yang bersangkutan memerlukan;

4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil, kemauan belajar dan

hlm-hlm yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap

saat di komputer.

Berdasarkan karakteristik online learning menunjukkan bahwa pembelajaran

dilakukan dengan memanfaatkan internet sehingga memungkinkan siswa dapat

belajar kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran,

penggunaan media, dan bahan ajar juga dikemas dalam suatu bentuk yang dapat

diakses dengan menggunakan internet. Haughey menjelaskan bahwa ada tiga

kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet (e-

learning) adalah sebagai berikut: 27

1) Web course

Web course merupakan penggunaan internet untuk keperluan pendidikan

yang mana peserta didik dan pendidik sepenuhnya terpisah dan tidak

diperlukan adanya tatap muka. Adapun penggunaan bahan ajar, media

pembelajaran, sumber belajar dikemas dengan memanfaatkan internet

sepenuhnya. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang meliputi: diskusi,

konsultasi, penugasan, latihan, dan ujian sepenuhnya juga disampaikan

dengan internet. Model pengembangan ini mengutamakan internet sebagai

komponen yang paling signifikan dalam pembelajaran.

2) Web centric course

Web centric course merupakan penggunaan internet yang memadukan

antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Model ini

27 Ibid., hlm. 350.

Page 21: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

27

menekankan pada pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan

internet dan sebagian lagi melalui tatap muka. Dalam implementasinya,

pendidik memberikan petunjuk kepada peserta didik untuk mempelajari

materi melalui web yang telah dibuatnya. Adapun pada pembelajaran tatap

muka, guru dan siswa lebih aktif untuk berdiskusi tentang temuan materi

yang telah dipelajari melalui web dengan akses internet. Dengan demikian,

fungsi dari pembelajaran jarak jauh dan tatap muka adalah saling

melengkapi.

3) Web enhanced course

Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang

peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Adapun peran

guru dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,

membimbing siswa dalam menemukan situs-situs yang relevan dengan

pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati,

dan melayani bimbingan serta komunikasi melalui internet. Adapun fungsi

dari internet dalam pembelajaran ini adalah untuk memberikan pengayaan

dan komunikasi antara siswa dan guru, sesama siswa, anggota kelompok,

atau siswa dengan narasumber. Ketiga pengembangan sistem pembelajaran

berbasis internet tersebut pada dasarnya memiliki karakteristik yang

berbeda-beda sesuai dengan fungsi, pola dan pendekatannya dalam

pembelajaran.

2.3.4. Karakteristik Blended Learning

Merujuk pada definisi Blended Learning yaitu pembelajaran yang

mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous dan asynchronous secara

tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka karakteristik model

Blended Learning dengan pendekatan konstruktif (constructive approach) ini

Page 22: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

28

memiliki dua setting pembelajaran, yaitu pembelajaran synchronous dan

asynchronous. Adapun karakteristik Blended Learning ini digambarkan dalam

bagan berikut :28

Gambar 2.2 Karakteristik blended learning dengan pendekatan konstruktif

Dari bagan di atas, dijelaskan deskripsi dari masing-masing kuadran

karakteristik dan setting Blended Learning dalam tabel berikut :

Tabel. 2.2 Karakteristik dan setting blended learning pada setiap kuadran

No Kuadran Deskripsi

1 Kuadran 1

(live

synchronous)

a. dilaksanakan dalam pembelajaran tatap muka dengan

strategi dan metode pembelajaran;

b. strategi pembelajaran dalam penelitian ini adalah

pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning);

c. metode pembelajaran, meliputi: ceramah, praktik,

diskusi, presentasi, demonstrasi, dan lain-lain:

ceramah yang digunakan adalah ceramah

konstruktif di awal pembelajaran;

praktik dalam Blended Learninglebih diarahkan

pada kegiatan pemecahan masalah dari

pengetahuan;

28 Chaeruman, op.cit.,

Page 23: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

29

diskusi dalam Blended Learninglebih diarahkan

pada kegiatan menggali ide-ide untuk

mengkonstruksikan pengetahuan;

presentasi lebih diarahkan dengan menunjukan

hasil karya berdasarkan hasil pengkonstruksian

ide-ide dan pengetahuan.

Kuadran 2

(virtual

synchronous)

a. pembelajaran dilakukan dalam waktu yang bersamaan

namun dalam dimensi ruang yang sama/berbeda,

meliputi: video conference, audio converence,

chatting;

b. virtual synchronous merupakan perluasan live

synchronous dengan memanfaatkan teknologi untuk

mengambil peran pada pembelajaran online.

Kuadran 3

(asynchronous

mandiri)

a. pembelajaran dilakukan dalam dimensi ruang dan

waktu yang berbeda (kapan saja dan dimana saja)

melalui media pembelajaran yang

b. memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri;b.

media pembelajaran dapat berbentuk cetak maupun

digital yang memperkenankan siswa memilih dan

mempelajari sensiri materi;

media cetak dapat berupa buku, majalah, modul,

dan sebagainya;

media digital dapat dikemas dalam bentuk doc, ppt,

pdf, html, flv, dan sebagainya.

Kuadran 4

(asynchronous

kolaboratif)

a. pembelajaran yang dilakukan dalam dimensi ruang

dan waktu yang berbeda (kapan saja dan dimana saja),

tetapi peristiwa belajarnya melibatkan lebih dari satu

orang atau berkolaborasi;

b. meliputi: project work, mailinglist, forum diskusi;

c. memberikan kesempatan pada siswa dan guru untuk

diskusi, mengamati, menginvestigasi, dan

menganalisis masalah terkait materi pada

pembelajaran online.

Berdasarkan uraian di atas, menjelaskan bahwa pembelajaran dengan

setting Blended Learning akan memberikan ruang bagi siswa untuk aktif dalam

meningkatkan kompetensinya baik secara teori maupun praktik.

2.3.5. Lima Kunci Blended Learning

Jared M.Carman yang dikutip dalam buku Husamah menjelaskan ada lima

kunci untuk melaksanakan pembelajaran dengan Blended Learning, yaitu: 29

1) Live Event (Pembelajaran Tatap Muka)

29 Husamah, op.cit., hlm. 31-33.

Page 24: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

30

Pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam waktu

dan tempat yang sama ataupun waktu sama tetapi tempat berbeda. Pola

pembelajaran langsung masih menjadi pola utama yang sering

digunakan guru dalam mengajar. Pola pembelajaran ini perlu didesain

sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan siswa.

2) Self-Paced Learning (Pembelajaran Mandiri)

Pembelajaran mandiri (self-paced learning) memungkinkan peserta

belajar didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja secara online.

Adapun konten pembelajaran perlu dirancang khusus baik yang bersifat

teks maupun multimedia, seperti: video, animasi, simulasi, gambar,

audio, atau kombinasi semuanya. Selain itu, pembelajaran mandiri juga

dapat dikemas dalam bentuk buku, via web, via mobile, streaming

audio, maupun streaming video.

3) Collaboration (Kolaborasi)

Kolaborasi dalam pembelajaran Blended Learning dengan

mengkombinasikan kolaborasi antar pengajar maupun kolaborasi antar

peserta belajar. Kolaborasi ini dapat dikemas melalui perangkat-

perangkat komunikasi, seperti forum, chatroom, diskusi, email, website,

dan sebagainya. Dengan kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan

konstruksi pengetahuan maupun keterampilan dengan adanya interaksi

sosial dengan orang lain.

4) Assessment (Penilaian/Pengukuran Hasil Belajar)

Penilaian (assessment) merupakan langkah penting dalam pelaksanaan

proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai

Page 25: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

31

oleh siswa. Selain itu, penilaian juga bertujuan sebagai tindak lanjut

guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun guru sebagai perancang

pembelajaran harus mampu meramu kombinasi jenis assessment online

dan offline baik yang bersifat tes maupun non-tes;

5) Performance Support Materials (Dukungan Bahan Belajar)

Bahan ajar merupakan salah satu komponen penting dalam mendukung

proses pembelajaran. Penggunaan bahan ajar akan menunjang

kompetensi siswa dalam menguasai suatu materi. Dalam pembelajaran

dengan Blended Learning hendaknya dikemas dalam bentuk digital

maupun cetak sehingga dapat diakses oleh peserta belajar baik secara

offline maupun online. Penggunaan bahan ajar yang dikemas secara

online sebaiknya juga mendukung aplikasi pembelajaran online. Contoh:

penggunaan bahan ajar berbentuk power point pada e-learning dengan

basis efront. Bahan ajar ini mendukung pembelajaran online karena

dapat diakses oleh peserta didik.

Kelima kunci di atas memiliki keterkaitan dan pengaruh yang signifikan

dalam kegiatan pembelajaran dengan Blended Learning. Dengan kelima kunci

tersebut, pembelajaran yang didesain dengan model pembelajaran Blended

Learning diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran

sehingga berlangsung dengan efektif dan efisien.

2.3.6. Implementasi Blended Learning

Blended Learning merupakan suatu upaya untuk mengabungkan kegiatan

belajar konvensional (tatap muka) dengan model belajar menggnakan computer

atau perlengkapan elekronik berdasarkan petunjuk dari pendidik di mana materi

dapat berbedtuk media digital yang digunakan untuk membantu proses belajara

mengajar konvensional. Sebagai contoh kegiatan belajar mengajar secara

Page 26: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

32

Teacher led Instructions

Face to face sessions interactive

Student Centered

Blended Learning

Web bassed

Assessment

Feedback reflection

outcomes

Prented

Instractions

Traditional study

material Computer Mediated

Instructions

Digital visual e-learning

konvensional yang biasa dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan di dalam kelas

dapat diubah menjadi 5-6 kali tatap muka dan 1 kali berupa online dan hlm ini

bisa disesuaikan dengan kebutuhan proses belajar mengajar yang ada. Ilustrasi

penerapan Blended Learning dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini :

Gambar 2.3 Menciptakan Pembelajaran Berpusat Peserta didk dengan

Penerapan Blended Learning

2.3.7. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning

2.3.7.1. Kelebihan Blended Learning

Salah satu kelebihan blended learning adalah Blended Learningcan also

improve communication with the students. Blended Learningcan offer a higher

level of interaction than commonly experienced in face to face course. Dengan

kata lain, blended learning dapat juga meningkatkan komunikasi dengan siswa.

Blended learning dapat menawarkan satu level lebih tinggi daripada pengalaman

pada pembelajaran tatap muka. 30

Sedangkan menurut Bates menjelaskan beberapa kelebihan Learning

Management System berbasis Blended Learning adalah sebagai berikut: 31

30 Dziuban, dkk. 2004. Blended Learning. Educause Center for Applied Research. No. 7. Volume

2004. Hlm. 1-12. 31 Riyana, op.cit., hlm. 28.

Page 27: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

33

1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan

guru atau instruktur (enhance interactivity).

2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan

saja (time and place flexibility).

3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a

global audience).

4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

(easy updating of content as well as archivable capabilities).

2.3.7.2. Kekurangan Blended Learning

Noer yang dikutip dalam buku Husamah mengemukakan beberapa

kekurangan Blended Learning sebagai berikut:

a) Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila

sarana dan prasaran tidak mendukung

b) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik seperti computer dan

akses internet. Padahlm, Blended Learning memerlukan akses internet yang

memadai, dan bila jarigan kurang memadai, itu tentu akan menylitkan

peserta didik dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.

c) Kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajara (pengajar, peserta didik

dan orangtua) terhadp penggunaan teknologi. 32

2.4. Kerangka Berpikir

Berdasarkan Berdasarkan teori di atas dalam dunia pendidikan kegiatan

pokok ialah belajar mengajar, berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan yang akan

dicapai nanti tergantung kepada bagaimana proses upaya yang dialami siswa.

Hasil belajar merupakan patokan yang harus dicapai oleh siswa dalam belajar,

sehingga guru harus berupaya agar siswa dapat mencapai patokan yang telah

32 Husamah, op.cit., hlm. 36-37.

Page 28: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

34

ditentukan. Tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang telah

ditetapkan. Siswa yang berhasil mencapai hasil belajar yang ditetapkan, akan

dipandang sebagai siswa yang mempunyai kemampuan dan usaha yang tinggi

oleh guru dan siswa-siswa lain. Sebaliknya, siswa yang tidak dapat berhasil

mencapai hasil yang telah ditetapkan akan dipandang sebagai siswa yang kurang

kemampuan dan usaha. Keberhasilan belajar di sekolah tidak lepas dari faktor-

faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal dan faktor eksternal. Salah

satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah strategi pembelajaran.

Adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai di SMKN 26

Jakarta, tentu memberikan peluang yang cukup tinggi untuk pemanfaatan dan

pengelolaan pembelajaran yang lebih optimal. Berkenaan dengan itu, perlu adanya

model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan

kompetensinya. Salah satu upaya untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah

mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran Blended

Learning yang mengintegrasikan antara face to face dan online learning. Dalam

penelitian ini dikembangkan dan diimplementasikan pembelajaran dengan model

Blended Learning yang merujuk pada beberapa tahap, yaitu menyusun

perencanaan pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, dan menguji

keefektifan pembelajaran dengan model Blended Learning.

Tahap perencanaan model pembelajaran Blended Learning mencakup

kegiatan merencanakan perangkat pembelajaran, berupa silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hasil dari perencanaan pembelajaran yang

didesain diuji kelayakannya yang kemudian digunakan sebagai pedoman kegiatan

pembelajaran dalam tahap implementasi model pembelajaran Blended Learning

pada tahap selanjutnya. Tahap implementasi dilakukan dengan melakukan uji

coba (eksperimen) penggunaan model Blended Learning pada pembelajaran

Page 29: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

35

Pemrograman Web. Implementasi ini melibatkan sejumlah siswa dengan

menggunakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah didesain dalam

tahap perencanaan pembelajaran dengan model Blended Learning. Adapun

langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model Blended Learning,

meliputi: orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, dan analisis serta evaluasi.

Tahap pengaruh model pembelajaran Blended Learning ini ditinjau dari

segi hasil berupa hasil belajar siswa berdasarkan nilai ulangan harian. Penilaian

hasil belajar ini dilihat dari hasil belajar siswa sesudah dilaksanakannya model

pembelajaran Blended Learning. Berdasarkan hasil belajar siswa akan diambil

kesimpulan mengenai pengaruh dari pembelajaran dengan model Blended

Learning.

Adapun kerangka berpikir dari penelitian dan pengembangan model

pembelajaran Blended Learning ini tergambar dalam gambar 2.3 berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi

Akhir

Guru:

Menggunakan model

pembelajaran

konvensional

Siswa:

Hasil belajar yang

mencapai KKM = 70%, dan

sisanya =30% belum

mencapai KKM

Guru:

Mengguakan model

pemelajaran blended learning

Apakah terdapat pengaruh pada

hasil belajar siswa menggunakan

model blended learning

Page 30: BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.unj.ac.id/2366/3/Bab 2 fix.pdfBAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis

36

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis

penelitian yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh hasil belajar

siswa kelas X pada mata pelajaran pemrograman web dengan model Blended

Learning di SMKN 26 Jakarta.