digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/6726/13/bab ii.doc · web viewkajian pustaka, kerangka...
TRANSCRIPT
16
BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
2.1 Deskripsi Teoritik
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep,
definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori
mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono, 2008:81).
2.1.1 Prestasi Belajar Menulis
Dalam sub bab prestasi belajar menulis ini akan dibahas mengenai 1) belajar, 2)
prestasi belajar, dan 3) menulis.
2.1.1.1 Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memilki arti “ berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini mengandung pengertian bahwa
belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini,
usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum
dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar, manusia itu menjadi tahu,
memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu
(Fudyartanto dalam Baharudin 2007:13)
17
Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharudin (2007:13), belajar (to
learn) memiliki arti : 1) to gain knowledgw, comprehension, or mastery of trough
experience or study, 2) to fix in the mind or memory, memorize, 3) to acquire
trough experience, 4) to become in forme of to find out. Menurut definisi tersebut,
belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian belajar memiliki arti
dasar adanya aktivitas atau kegiatan.
Dapat dikatakan bahwa sepanjang hidup seseorang mengalami proses belajar.
Belajar dapat diperoleh dari pengalaman. Dengan pengalaman tersebut seseorang
dapat mengembangkan dan mengubah cara dan gaya melihat, mendengar atau
mengerjakan sesuatu. Dari pengalaman itu juga seseorang mendapatkan dan
membentuk pengetahuan, nilai, sikap tertentu tentang dunia dan lingkungan
sekitar. Winkel (2007 : 59) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuanpemahaman, ketrampilan
dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar harus
dilakukan secara aktif dan terus menerus melalui berbagai pengalaman, latihan,
atau pendidikan sehingga dihasilkan kecakapan atau ketrampilan baru yang
berupa perubahan tingkah laku yang bersifat permanen.
Belajar merupakan kewajiban bagi setiap siswa sepanjang masa. Karena hampir
semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran terbentuk dan
berkembang dari hasil belajar. Morgan dalam Sagala (2006:13) menyatakan
18
bahwa ”belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
Henry E. Garret dalam Sagala (2006:13) berpendapat bahwa belajar merupakan
proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun
pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi
terhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan Lester D. Crow dalam Sagala
(2006:13) mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil manakala
seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, maka
belajar seperti itu disebut “rote learning”. Kemudian jika yang telah dipelajari itu
mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut
“overlearning”.
Gagne dalam Sagala (2006:17) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
yang kompleks, sejalan dengan itu menurutnya belajar merupakan kegiatan yang
kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan:
(1) stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan
oleh siswa. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengatahuan, sikap, dan
nilai. Gagne juga berpendapat bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu
setelah ia mengalami situasi tadi. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi
oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi.
19
Piaget dalam Sagala (2006:24), ada dua proses yang terjadi dalam perkembangan
dan pertumbuhan anak, yaitu: (1) proses “assimilation” yaitu anak menyesuaikan
atau mencocokkan informasi baru itu dengan apa yang telah ia ketahui dan
mengubahnya bila perlu; dan (2) proses “accommodation” yaitu anak menyusun
dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya
sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik.
Thorndike dalam Sagala (2006:57) menyatakan bahwa proses belajar dapat terjadi
tanpa diikuti oleh gejala-gejala lahiriah dari perubahan tingkah laku individu.
Thorndike mengemukakan beberapa prinsip belajar, yaitu: (1) kematangan,
kesiapan belajar dan motivasi berperan penting dalam keberhasilan belajar; (2)
perubahan tingkah laku data hasil belajar dapat diperkuat melalui penggunaan
hadiah (reward), sebaliknya dapat diperlemah dengan penggunaan hukuman; dan
(3) dalam beberapa aspek belajar bidang kognitif, afektif dan psikomotor terutama
dalam belajar keterampilan, peranan trial and error cukup besar pengaruhnya.
Hamalik (2008: 27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman atau learning is defined as the modification or strengthening of
behaviour through experiencing. Dalam hal ini belajar adalah merupakan proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan bersifat kognitif,
psikomotor, ataupun afektif. Fontana, 1981:147 dalam Suherman (2001:8)
“Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil dari
20
pengalaman.” Sedangkan Rusyan (2001:9) menyebutkan bahwa pendapat
tradisional mengartikan belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah
pengetahuan. Di sini dipentingkan pendidikan intelektual. Pendapat modern
mengartikan belajar adalah a change in behavior atau perubahan kelakuan, seperti
belajar apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tak dapat dilakukan sebelum ia
belajar, atau kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi suatu situasi
daripada sebelumnya. Kelakuan diambil dalam arti yang luas dan melingkupi
pengamatan, pengalaman, pengertian, ketrampilan, perasaan, minat, penghargaan,
dan sikap. Jadi, belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, tetapi mengenai
seluruh kepribadian. Sedangkan menurut Slameto (2003:2) mengatakan belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pengertian belajar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang telah
belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku melalui pengalaman atau latihan
dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut, menyangkut baik perubahan yang
bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif). Perubahan tersebut terjadi akibat interaksi
dengan lingkungannya, tidak terjadi karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan,
tidak karena kelelahan, penyakit atau perubahan karena obat-obatan. Kecuali itu
perubahan tersebut relatif bersifat lama atau permanen dan menetap.
21
2.1.1.2 Prestasi Belajar
Dalam bahasan ini akan diuraikan tentang pengertian prestasi belajar dan faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
a. Pengertian Prestasi Belajar
Dengan berakhirnya proses pembelajaran maka siswa memperoleh hasil belajar.
Hasil atau prestasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar (Dimyati, 2006:3). Menurut Gagne dalam Dimyati (2006:11-12),
prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: 1) informasi verbal, yaitu
kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan
maupun tertulis, 2) keterampilan intelektual, yaitu kecakapan yang berfungsi
untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan
lambang, 3) strategi kognitif, yaitu kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam pemecahan masalah, 4) keterampilan motorik, adalah kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga
terwujud otomatisme gerak jasmani, dan 5) sikap, adalah kemampuan menerima
dan menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu. Jadi, prestasi
belajar merupakan hasil dari interaksi proses pembelajaran yang meliputi aspek
kognitif, afektif atau sikap dan psikomotorik.
Perubahan tingkah laku yang dapat diamati dari penampilan orang yang belajar
adalah prestasi belajar. Presatsi belajar merupakan hasil atau kecakapan yang
dicapai seseorang setelah melakukan belajar dalam waktu tertentu. Prestasi belajar
tersebut dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka yang diperoleh siswa setelah
22
mengikuti suatu tes yang diadakan setelah selesai suatu program pembelajaran.
Dari nilai atau angka tersebut dapat diperoleh informasi tentang pengetahuan dan
ketrampilan yang telah diperoleh siswa.
Prestasi belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai
konsep yang telah dipelajarinya. Prestasi belajar dapat diketahui dengan alat ukur
berupa butir tes yang dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
dijabarkan pada indikator pembelajaran. Melalui pengukuran dan penilaian dalam
pembelajaran, diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, yang
diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar. Mengukur prestasi belajar yang
merupakan hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar sangat penting dalam
dunia pendidikan, karena untuk mengetahui kemajuan dan keberhasilan program
pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan tentang prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet, tekun, sehingga
bisa memberikan kepuasan dan pemenuhan hasrat ingin tahu siswa. Berdasarkan
pendapat tersebut jelaslah bahwa prestasi belajar merupakan hasil siswa setelah
melakukan suatu proses pembelajaran.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor yang dimaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar mengajar.
23
Faktor tersebut berasal dari luar dan dari dalam .
a) Faktor dari luar, terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental.
1) Faktor lingkungan
Lingkungan yang berwujud alam dan sosial. Lingkungan alam seperti keadaan
udara, suhu, kelembaban. Belajar dengan udara yang segar, akan lebih baik
hasilnya bila dibandingkan dengan keadaan udara yang panas dan pengap.
Sedangkan lingkungan sosial merupakan hubungan antara individu dengan
keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
2) Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya sudah
direncanakan, sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Seperti: gedung,
perlengkapan belajar dan administrasi kelas atau sekolah. Faktor ini diharapkan
dapat membawa hasil belajar yang baik.
b) Faktor dari dalam, terdiri dari faktor fisiologi dan faktor psikologis.
1) Faktor fisiologi
Kondisi fisiologi pada umumnya, seperti kesehatan jasmani akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Jasmani yang sehat, segar, akan mudah menerima
informasi dari guru. Lain halnya bagi siswa yang lesu dan sering mengantuk.
Keadaan panca indera siswa, terutama penglihatan dan pendengaran apabila
terganggu, maka hasil belajarnya juga kurang baik.
2) Faktor Psikologis
Setiap manusia pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbedabeda,
karena perbedaan itu juga mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis yang
24
dianggap utama pengaruhnya dalam hasil belajar adalah: bakat, minat,
kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut,
jelaslah bahwa faktor dari luar dan dari dalam siswa, kedudukannya sangat
penting.
2.1.1.3 Menulis
Dalam bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengertian menulis, jenis-jenis
menulis, unsur-unsur menulis, keterampilan menulis dalam kurikulum, pentingnya
pembelajaran menulis, dan penilaian pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
dasar.
a. Pengertian Menulis
Menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan, dan ide
dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa penulisnya untuk keperluan
komunikasi atau mencatat. Menulis ialah melukiskan lambang-lambang grafis dari
bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan
bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Dari pengertian menulis tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan gagasan,
pikiran, dan perasaan dalam bentuk tulisan.
Menurut Brown (1987:8) “Writing is the ability of decoding ideas, interest of
feeling in written codes. There should be proposed to communicate with the
reader, to express ideas without pressure and to explore experience”. Dari
pernyataan Brown tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan
25
untuk menguraikan ide-ide atau gagasan dan minat dalam bentuk tulisan. Tulisan
harus mempunyai tujuan komunikasi terhadap pembaca, dengan mengekspresikan
gagasan tanpa adanya tekanan dan untuk menggali dan memperluas pengalaman.
Menurut Gerbart (1989:8) “Writing is also a mean of people to communicate
their ideas, thought, feelings, interest and impressions through graphic symbols of
sound and meaning. Through writing human beings can transmit their needs,
desires, problems, and thought”. Artinya bahwa menulis juga berarti sebuah alat
untuk mengkomunikasikan ide, pikiran, perasaan ketertarikan, dan pengaruh
melalui symbol grafik suara dan arti. Melalui menulis manusia dapat mengirim
keperluan mereka, masalah, dan pikiran.
Menulis sebenarnya suatu kegiatan mencatat atau menulis simbol tulisan tangan
yang harus berarti menurut peraturan-peraturan bahasa yang diterima.
Pembelajaran menulis pada hakekatnya adalah suatu pembelajaran tentang
bagaimana seseorang mengekspresikan ide dan perasaannya lewat media tulisan
(Rainey, 2003: 2). Melalui kegiatan menulis, seseorang juga bisa mengemukakan
keperluannya, bisa merekam pikiran-pikirannya mengenai hal-hal yang penting
atau kegiatan-kegiatan yang sifatnya pribadi dalam hidup mereka. Bahkan,
menulis juga bisa dijadikan hiburan, dimana seseorang bisa mengkomunikasikan
perasaan dan idenya kepada orang lain melalui media dan bentuk yang beragam,
seperti surat, otobiografi, cerita, dan esai.
Reinking, dkk. (2002:3) menyatakan bahwa terdapat empat tujuan umum dari
kegiatan menulis, yaitu untuk menginformasikan, mempengaruhi,
mengungkapkan, dan menghibur. Dalam suatu tulisan, hampir semua yang ditulis
26
oleh penulis merupakan cerminan dari kemampuannya akan pengolahan kata-kata
sehingga bahkan hal-hal yang abstrak bisa ditampilkan dengan lebih jelas karena
kemampuan tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah kegiatan merangkai kata menjadi kalimat agar dapat dimengerti dan
dipahami oleh orang lain yang membacanya dengan tujuan apa yang ditulis dapat
memberikan informasi sehingga pembaca seolah-olah berkomunikasi dan
mendapatkan manfaat dari kalimat yang dituliskan. Menulis adalah suatu cara
untuk menyampaikan ide dan saran kita kepada orang lain. Menulis adalah cara
lain memberikan informasi dan mempublikasikan diri kepada orang lain agar
mereka tahu apa yang kita lakukan. Dengan menulis proses komunikasi berjalan
lebih lancar. Namun pada intinya, menulis adalah sebuah proses saling memberi
informasi dan saling berkomunikasi antar sesama manusia dalam bentuk tulisan.
b. Jenis-jenis Menulis
Pada dasarnya ada beberapa jenis menulis diantaranya narasi, eksposisi,
argumentasi, persuasi dan deskripsi.
1) Narasi
Jenis karangan yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian peristiwa
(kisah) atau proses. Urutan peristiwa atau proses dapat dipahami dengan
mudah jika gagasan ditulis secara berurutan. Untuk menunjukkan urutan dan
hubungan antar peristiwa atau proses digunakan kata hubung antar kalimat;
27
misalnya pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, selanjutnya,
sesudah itu, berikutnya.
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa
atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh
yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan
konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu,
ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang
dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
2) Eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan
memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk
memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
Dapat juga dinyatakan bahwa eksposisi adalah tulisan yang memaparkan
sesuatu, menjelaskan dan memberi keterangan-keterangan dalam
mengembangkan sebuah gagasan. Nama lain dari karangan eksposisi adalah
paragraf uraian; uraian dapat dilakukan dengan teknik perbandingan, kontras
dan perincian.
Kalimat utama dalam paragraf perbandingan menyatakan dua hal yang akan
dibandingkan; yang kemudian dikembangkan dengan menggunakan dua sudut
pandang perbandingan secara berpasangan, misalnya deskripsi unsur-unsur
28
kesamaan dengan perbedaan; kerugian dengan keuntungan; kelebihan dengan
kekurangan.
Kata hubung yang digunakan: dibandingkan dengan, jika dibandingkan
dengan, sisi kesamaan, unsur perbedaan.
3) Argumentasi
Karangan yang bertujuan untuk membuktikan kebenaran suatu pendapat/
kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi
pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya
unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Dalam karangan argumentasi, berusaha meyakinkan pembaca tentang gagasan
atau pendapat. Unsur-unsur yang terdapat di dalamnya adalah data, pendapat,
dan kesimpulan.
4) Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam
persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan
yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam
karangannya.
Di samping itu, karangan persuasi bertujuan untuk meyakinkan, mengajak atau
membangkitkan suatu tindakan dengan mengemukakan alasan-alasan yang
kadang-kadang agak emosional. Jika argumentasi berusaha membuktikan
kebenaran atau pernyataan melalui proses penalaran yang sehat, persuasi
29
berusaha merebut perhatian dan membangkitkan tindakan terhadap
pembacanya.
5) Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca
seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.Dengan kata lain
deskripsi adalah tulisan yang melukiskan dan mengemukakan sifat, tingkah
laku seseorang, suasana, kendala dan suatu tempat atau sesuatu yang lain
Paragraf deskripsi dengan sudut pandangan subjektif dilakukan dengan
melibatkan kesan atau perasaan pribadi terhadap objek seperti rasa simpati,
kagum, heran, sedih, haru, benci, dan nada keprihatinan.
Kata hubungan antar kalimat yang harus diperhatikan adalah kata hubung
koordinatif (dan, serta, atau), kata ganti, kata penunjuk dan pengulangan.
c. Unsur-unsur Menulis
Ada lima elemen yang terkait dengan menulis yaitu: 1) Isi, adalah substansi dari
tulisan dimana ide dikemukakan, 2) Bentuk, merupakan pengorganisasian dari isi
tulisan, 3) Struktur, adalah pola sintaksis dalam bentuk gramatikal, 4) Gaya,
adalah pemilihan kata dan butir “leksikal untuk memberi tekanan khusus atau cita
rasa tulisan”, 5) Mekanik, adalah penggunaan tata tulis kebahasaan.
d. Keterampilan Menulis dalam Kurikulum
Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), pembelajaran menulis
mengacu pada standar kompetrensi dan kompetensi dasar. Adapun Standar
30
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas
lima sekolah dasar semester I adalah sebagai berikut:
Mendengarkan
Menanggapi penjelasan nara sumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan,
dll.) dengan memperhatikan santun berbahasa
Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya
Berbicara
Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa
Menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan
benar
Berwawancara sederhana dengan nara sumber (petani, pedagang, nelayan,
karyawan, dll.) dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa
Membaca
Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat
Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata
per menit
Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat
Menulis
Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan
kata dan penggunaan ejaan
31
Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah,
kenaikan kelas, dll.) dengan kalimat efektif dan memperhatikan penggunaan
ejaan
Menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memperhatikan
isi serta perannya (SK/KD Tingkat SD/MI Kelas V, 2007).
Pelaksanaan pembelajaran menulis kelas V sama dengan kelas IV tetapi berbeda
dalam tingkat kesulitannya. Cara-caranya dapat ditempuh antara lain sebagai
berikut:
1) Menulis Indah/Halus
Dalam melaksanakan menulis indah/halus hendaknya diperhatikan bentuk
ukuran, tebal tipisnya tulisan dan kerapian. Ukuran suatu tulisan dapat dilihat
dari perbandingan dengan pertolongan suatu garis. Untuk cetak 1 : 2, sedang
tulisan bersambung 1 : 3.
2) Dikte
Sebagai latihan menulis, siswa perlu diberikan latihan dikte dalam
pembelajaran menulis. Maksudnya latihan dikte ini adalah agar siswa dapat
mengkoordinasikan antara ucapan, ingatan dan ujung jarinya (ketika menulis),
sehingga ucapan tersebut dapat diingat dan dipindahkan dalam bentuk tulisan.
Pengajaran dikte diperlukan untuk memantapkan siswa dalam menuliskan
kalimat yang pada huruf awal menggunakan huruf besar atau menggunakan
tanda baca atau diftong dalam kata atau kalimat.
32
3) Mengarang Sederhana
Untuk melatih daya pikir/nalarnya, siswa perlu diberikan pelajaran mengarang.
Dalam mengarang ini siswa disuruh melihat gambar dan disuruh menceritakan
sesuai dengan gambar tersebut. Kegiatan mengarang sederhana, siswa diberi
kebebasan untuk berfikir menentukan kalimat yang cocok dengan gambar yang
dipasang guru di papan tulis. Siswa bebas mengembangkan imajinasinya
dengan memilih gambar yang disenangi dan mengungkapkan kalimat dari
sebuah gambar yang dilihatnya. Siswa diberi kesempatan untuk menulis
kalimat dari sebuah gambar menjadi empat atau lima kalimat
sederhana/pendek.
4) Mengarang dengan Bantuan Gambar
Untuk menanamkan gagasan dan memproduksi bahasa dalam tugas menulis,
siswa dibantu/dirangsang dengan bentuk visual yang berupa gambar. Teknik
ini dapat memacu daya imajinasi siswa. Dalam penelitian ini yang dipilih
adalah mengarang dengan bantuan gambar.
5) Mengarang Terkendali
Dengan teknik ini, siswa diminta menulis berdasarkan kalimat-kalimat yang
sudah disediakan, siswa hanya melengkapi. Makin tinggi kelas siswa, bagian
yang dilengkapi makin banyak. Materi dapat berupa surat, cerita, atau laporan.
33
e. Pentingnya Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis di sekolah dasar merupakan salah satu bidang garapan
pembelajaran Bahasa Indonesia yang memegang peranan penting. Maksudnya
tanpa memiliki keterampilan menulis yang memadai, siswa sekolah dasar akan
mengalami kesulitan belajar di kemudian hari tidak saja bagi pelajaran Bahasa
Indonesia tetapi juga bagi pelajaran yang lain. Dengan mempunyai keterampilan
menulis siswa akan memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan
dan berkembangnya daya nalar, sosial, dan emosionalnya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu pembentukan latihan dalam
berfikir secara praktis pada diri siswa untuk mengungkapkan pendapatnya tentang
ilmu pengetahuan. Dengan pembelajaran menulis siswa dilatih mengekspresikan
gagasannya dan mengkomunikasikan penghayatan dan pengalamannya ke
berbagai pihak terlepas dari ruang dan waktu.
Pembelajaran menulis di sekolah dasar dilatarbelakangi hal-hal berikut ini:
1) siswa perlu belajar untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain
melalui bahasa tulis, seperti halnya bahasa lisan. Mereka perlu menguasai cara-
cara menuangkan pikiran dan perasaannya ke dalam bentuk tulisan dan
membuat tulisan itu ”dapat dibaca secara optimal” oleh orang lain sehingga
pembaca tersebut bisa memahaminya;
2) dengan menulis para siswa dapat belajar mengaplikasikan keterampilan-
keterampilan berbahasanya, seperti keterampilan mekanis yang meliputi tanda
baca, huruf kapital, penulisan kata. Penguasaan berbagai aspek kebebasan itu
memang tidak cukup berupa hafalan semata;
34
3) dengan menulis para siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya yang
berharga dari kegiatan membacanya. Memang antara kegiatan membaca dan
menulis terjadi proses timbal balik;
4) dengan adanya tugas menulis siswa sekaligus dapat belajar keterampilan
berfikir kritis. Seperti pada soal siswa menentukan sudut pandang tulisannya,
mengorganisasikan tulisannya, merevisi tulisannya, semuanya memerlukan
keterampilan berfikir kritis tinggi;
5) menulis merupakan sarana yang berharga untuk belajar karena dengan menulis
siswa dapat memahami isi pelajaran dengan lebih baik. Misalnya dengan
membuat ringkasan suatu pelajaran dan membuat catatan tetang hal-hal penting
yang berkaitan dengan suatu mata pelajaran;
6) dimasukkannya pelajaran menulis dalam kurikulum Sekolah Dasar juga
didasari alasan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang
menyenangkan. Terlepas dari tugas menulis di sekolah, para siswa sering
melakukan aktivitas menulis untuk suatu kesenangan, misalnya menulis cerita
agar bisa dinikmati teman-temannya, menulis surat untuk bentuk pengalaman
dengan sahabat pena.
Ada tiga komponen yang dapat dideskripsikan sebagai peranan belajar menulis di
sekolah dasar yaitu para siswa dapat belajar untuk menulis, belajar tentang bahasa
tulis serta belajar melalui tulisan.
1) Belajar untuk Menulis
Melalui pengalaman-pengalaman yang diperolehnya, dan praktik menulis para
siswa sekaligus dapat belajar untuk menulis yang lebih baik. Pengalaman
35
dalam mengumpulkan dan mengorganisasikan ide, menyusun kerangka tulisan
dan memperbaiki tulisannya akan menjadi pelajaran berharga bagi mereka
untuk menulis selanjutnya.
2) Belajar tentang Bahasa Tulis
Pada saat belajar menulis, siswa akan menjumpai keunikan-keunikan bahasa
tulis dan cara atau teknik-teknik penulisan yang berbeda dari bahasa lisan.
Mereka dapat belajar menggunakan tanda-tanda baca, huruf besar, huruf kecil,
dan cara menuliskan kata dengan tepat.
3) Belajar Melalui Tulisan
Tulisan merupakan sarana belajar bagi siswa yang sangat berharga karena
dapat meliputi berbagai materi pelajaran. Mereka seringkali harus menggali
dan memahami suatu hal untuk suatu tugas menulis.
f. Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Penilaian merupakan bagian penting dari sistem pembelajaran di sekolah.
Penilaian merupakan suatu alat ukur untuk mengumpulkan berbagai informasi
secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar
mengajar yang telah dilaksnakan.
Evaluasi atau penilaian adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan
pemaknaan data (informasi) untuk menentukan nilai atau kualitas sesuatu yang
terkandung di dalam data tersebut. Di dalam kegiatan itu terkandung fase
pengumpulan data, pengolahan data menjadi informasi, dan menggunakan
informasi itu untuk mengambil keputusan. Dalam pembelajaran, hasil evaluasi
36
digunakan untuk menilai kesesuaian dan ketercapaian tujuan, kegunaan bahan
ajar, dan keefektifan pembelajaran. Dengan kata lain, evaluasi ini bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan tuntutan kurikulum, penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia yang
tampaknya paling sesuai adalah dilakukan secara holistik. Penilaian holistik
berpandangan bahwa pengetahuan unsur bahasa dan keterampilan berbahasa
merupakan kemampuan saling terkait erat. Kemampuan itu diperoleh siswa secara
bertahap, terus-menerus, terjadi di dalam konteks berbahasa yang otentik, dan
hasilnya dipengaruhi oleh latar belakang dan bawaan siswa itu sendiri.
Atas dasar itu, praktik penilaian holistik dilakukan dengan cara berikut.
1) Dilaksanakan secara terus-menerus dengan memperhatikan tingkat
perkembangan kemampuan siswa.
2) Didasarkan atas pengalaman keseharian berbahasa yang wajar.
3) Bertolak dari kegiatan pembelajaran yang sesungguhnya terjadi di dalam kelas.
4) Diarahkan pada proses dan hasil belajar.
5) Hasil penilaian lebih dimaksudkan untuk membandingkan kemajuan belajar
siswa dengan pencapaian sebelumnya dari siswa itu sendiri, daripada
membandingkannya dengan siswa lain.
6) Melibatkan siswa di dalam penilaian.
37
Beberapa tes yang biasa digunakan dalam pembelajaran menulis adalah tes
pratulis, tes menulis terpandu, dan tes menulis bebas (Soegito dalam Santosa, dkk.
2005:7.7).
1) Tes Pratulis
Tes pratulis dinamakan juga tes respons terbatas. Tes ini digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menggunakan kosakata dan struktur dalam
menulis. Tes ini mudah disusun dan hanya dapat diberikan di kelas rendah. Tes
ini tidak mengukur kemempuan menulis yang sebenarnya. Wujudnya berupa
penggabungan kalimat atau penyusunan kalimat dengan menggunakan kata-
kata yang diberikan secara acak.
Contoh:
Gabungkan kedua kalimat ini dengan menggunakan kata “sehingga”!
Dia sakit. Dia tidak bisa ke kantor.
Susunlah kata-kata berikut menjadi kalimat yang baik!
pisang – makan – roti – tidak – saya – suka
2) Tes Menulis Terpandu
Pelaksanaan tes ini berupa tugas bagi siswa untuk menuliskan kembali dengan
kata-katanya sendiri paragraf atau cerita yang telah dibacanya atau dibacakan
guru. Tes ini dapat disusun dengan mudah dan cepat serta dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan menulis siswa secara lebih efektif, sebab guru
dapat mengontrol dengan bahasa siswa yang tidak siap menulis dengan
bahasanya sendiri. Kelemahannya, tes ini tidak mengukur kemampuan siswa
38
dalam menyusun organisasi tulisan dan penilaiannya pun memakan banyak
waktu.
3) Tes Menulis Bebas
Dengan menggunakan teknik tes seperti ini, siswa diminta menulis secara
bebas dengan rambu-rambu yang telah diberikan guru. Tes ini dapat mengukur
kemampuan menulis siswa secara menyeluruh. Tes ini memungkinkan siswa
untuk mengungkapkan gagasannya secara bebas ke dalam bentuk tulisan.
Kelemahannya, guru memerlukan banyak waktu dalam menilai hasil tulisan
siswa dan sifat penilaiannya menjadi subjektif.
Contoh:
Pilihlah salah satu topik berikut, kemudian kembangkan menjadi sebuah
karangan yang lengkap
Manfaat Menabung
Kebersihan Lingkungan Sekolah
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis bebas dengan bantuan
gambar berseri dan kartu kalimat. Penilaiannya menggunakan model penilaian
Holistic Rubric. Rubrik menurut The Building Tool Room dalam (Zainul, 2001:
20) sebagai berikut: ”a rubric is a scoring guide used in subjective assessment”,
maksudnya bahwa rubric adalah petunjuk penskoran yang menggunakan penilaian
subyektif. Sedangkan menurut ARC dalam (Zainul, 2001: 20) sebagai berikut:
”rubric is a scoring guide that enable consensus on scores for assessment tasks
and provides well-defined criteria from which learners can learn to improve their
39
performance”, maksudnya bahwa rubrik adalah petunjuk penskoran yang
berdasarkan konsensus pada penskoran penilaian tugas-tugas, dan berdasarkan
kriteria yang telah teruji sehingga pembelajar dapat mempelajari untuk
mengembangkan kemampuan/ penampilannya. Asesmen kinerja tidak
menggunakan kunci jawaban yang menentukan suatu kinerja benar atau salah
seperti yang biasa dilakukan dalam tes. Asesmen kinerja melakukan penilaian
dengan menggunakan penilaian subyektif yang menyangkut mutu kinerja atau
hasil kerja yang ditunjukkan oleh siswa. Dengan demikian tentu saja akan terjadi
penilaian subyektif yang secara mudah akan kehilangan reliabilitasnya dan
keadilan dalam penilaian. Maka untuk menjamin reliabilitas, keadilan, dan
kebenaran penilaian digunakan kriteria atau rubrik yang digunakan sebagai alat
atau pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja siswa. Di samping itu, penilaian
holistik rubrik menilai hasil pekerjaan secara menyeluruh dan mendalam.
Sebagai kriteria dan alat penskoran, rubrik terdiri dari senarai yaitu daftar kriteria
yang diwujudkan dengan dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-
konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling
sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk. Secara singkat scoring rubric
terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
1) Dimensi, yang akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa.
2) Definisi dan contoh, yang merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi.
3) Skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi.
4) Standar untuk setiap kategori kinerja.
40
Penilaian terhadap kemampuan menulis dalam penelitian ini menggunakan model
holistik rubrik yang terdiri dari lima (5) aspek meliputi: ide, susunan kalimat,
bahasa, kosa kata, mekanik. Ciri utama model holistik rubrik, menilai tugas
menggunakan patokan 1-4, setiap aspek sempurna nilai 4, kurang sempurna nilai
3, agak sempurna nilai 2, dan tidak sempurna nilai 1. Agar tepat dalam menilai
menulis karangan, holistik rubrik dalam penelitian ini menggunakan skala 100.
Prestasi belajar menulis adalah hasil siswa setelah melakukan suatu proses belajar
menulis. Agar prestasi belajar itu benar-benar mencerminkan hasil belajar, maka
penilaiannya harus secara objektif dan berkesinambungan. Secara objektif
maksudnya penilaian berdasarkan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan siswa.
Sedangkan berkesinambungan, maksudnya penilaian dilakukan secara terus
menerus melalui posttest, ulangan harian, dan ulangan blok.
2.1.2 Media Gambar Berseri dan Kartu Kalimat
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai: 1) media pembelajaran, 2) media
gambar berseri, dan 3) media kartu kalimat.
2.1.2.1 Media Pembelajaran
Dalam bahasan ini akan dijelaskan mengenai: pengertian media pembelajaran,
jenis media pembelajaran, ciri-ciri media pembelajaran, manfaat media
pembelajaran, peran media pembelajaran, dan pemilihan media pembelajaran.
a. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah model dan
media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu
41
model pembelajaran tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang
sesuai. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, atau sikap.
Menurut Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2007: 4) “media pembelajaran meliputi
alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang
terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, vidoe recorder,
film, slide foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer”. Dengan kata lain, media
adalah komponen sumber belajar yang mengandung materi instruksional di
lingkungan yang merangsang siswa untuk belajar.
Rahadi (2004: 7-8), menyatakan bahwa :”istilah media berasal dari bahasa latin
”medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi”.
Suprayekti (2004: 9) menyatakan bahwa: ”media adalah segala sesuatu yang
mengantarkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam konteks interaksi
belajar mengajar guru harus terampil untuk menggunakannya atau
memanfaatkannya baik itu sebagai alat bantu mengajar atau sebagai media
pembelajaran”.
Sardiman, dkk (2003: 6), menyatakan bahwa: ”media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”.
Smalindo, dkk (2005:9) menyatakan, bahwa pengertian media sebagai berikut.
42
A Medium ( plural, media ) is a means of communication and source of information. Derived from the latin word meaning ” between ” the term refers to anything that carries information between a source and receiver. Examples include video, television, diagram, printed materials, computerprogram, and instructor. These are considered instructional media when they provide message with an instructional purpose. The purpose of media is to fasilitate communication and learning.
Pendapat tersebut diterjemahkan sebagai berikut, media adalah persamaan dari
komunikasi dan sumber informasi. Diperoleh dari kata latin disamakan dengan
”perantara” tempat penghubung sesuatu yang membawa informasi diantara
sumber dan penerima. Yang termasuk contoh antara lain video, televisi, diagram,
bahan cetakan, program komputer, dan pengajar. Dengan mempertimbangkan
media pembelajaran yang menyediakan pesan untuk tujuan pembelajaran. Tujuan
dari media untuk memfasilitasi komunikasi dan pembelajaran.
Dari berbagai pendapat tersebut menurut penulis pendapat mereka pada intinya
sama, maka dapat penulis simpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang
dapat menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima. Pengirim dan
penerima pesan itu dapat berbentuk orang atau lembaga, sedangkan media
tersebut dapat berupa alat-alat elektronik, gambar, buku dan sebagainya.
AECT dan Gagne dalam Priyatna (2008: 7), menyatakan bahwa:
1) makna umum: media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Dalam proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran. 2) AECT, menerangkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. 3) Gegne, mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. 4) Media pembelajaran juga merupakan istilah yang merangkum istilah Alat Peraga, Alat Bantu, dan Audio Visual Aid (AVA).
43
Wilkinson (1984:5), yang diterjemahkan oleh Zulkarimein Nasution dalam
Priyatna (2008:7), pengertian media pendidikan adalah sebagai berikut: ”media
pendidikan dimaksudkan sebagai alat dan bahan selain buku teks yang dapat
dipakai untuk menyampaikan informasi dalam suatu situasi belajar mengajar”.
Anderson yang diterjemahkan oleh Miarso dalam Priyatna (2008:7), berpendapat
bahwa, ”media instruksional adalah media yang memungkinkan terwujudnya
hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan
siswa”.
Berdasarkan uraian batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri
umum media, yaitu: 1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang
dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang
dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera; 2) Media pembelajaran
memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak),
yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi
yang ingin disampaikan kepada siswa; 3) Penekanan media pembelajaran terdapat
pada visual dan audio; 4) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu
pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas; 5) Media pembelajaran
digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses
pembelajaran; 6) Media pembelajaran dapat digunakan secara masal (radio,
televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (film, slide, video, OHP) atau
perongan (modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder); 7) Sikap,
perbuatan, organisasi, strategi, dan manjemen yang berhubungan dengan
penerapan suatu ilmu.
44
Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa media
pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu (aids) saja, tetapi meliputi segala
sesuatu yang berupa sarana ataupun prasarana yang dapat dipergunakan oleh guru
(pendidik) di dalam menyampaikan pesan (bahan pelajaran) kepada subjek didik
untuk memperjelas, memperlancar, dan lebih meningkatkan efisien dan efektivitas
dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan secara optimal.
b. Jenis Media Pembelajaran
Sardiman, dkk. (2003:19-26) menyebutkan, bahwa dengan masuknya berbagai
pengaruh ke dalam khasanah pendidikan seperti ilmu cetak-mencetak, tingkahlaku
(behaviorisme), komunikasi, dan laju perkembangan teknologi elektronik, media
dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis dan format, masing-masing
dengan ciri-ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sini usaha-usaha penataan
timbul, yaitu pengelompokan atau klasifikasi menurut kesamaan ciri atau
karakteristiknya. Beberapa contoh usaha ke arah taksonomi media tersebut antara
lain adalah uraian berikut ini.
a) Taksonomi Menurut Rudy Bretz.
Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu
suara, visual, dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line
graphic), dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat
ditangkap dengan indera penglihatan. Disamping itu, Bretz juga membedakan
antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga
45
terdapat 8 klasifikasi media: (1) media audio visual gerak, (2) media audio visual
diam, (3) media audio semi-gerak, (4) media visual gerak, (5) media visual diam,
(6) media semi-gerak, (7) media audio, dan (8) media cetak.
b) Hierarki Media Menurut Duncan.
Semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semkin mahal biaya
investasinya, semakin susah pengadaannya, tetapi juga semakin umum
penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya. Sebaliknya, semakin
sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan lebih murah,
pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus, dan lingkup
sasarannya lebih terbatas.
c) Taksonomi Menurut Briggs.
Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar
mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak,
pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film
bingkai, film, televisi, dan gambar.
d) Taksonomi Menurut Gagne.
Tanpa menyebutkan jenis dari masing-masing medianya, Gagne membuat 7
macam pengelompokan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi
lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar.
e) Taksonomi Menurut Edling.
Menurut Edling, media merupakan bagian dari enam unsur rangsangan belajar,
yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi kodifikasi subjektif visual dan
46
kodifikasi subjekti audio, dua untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi
subjekti audio dan kodifikasi objektif visual, dan dua pengalaman belajar 3
dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan pengalaman langsung
dengan benda-benda.
Rahadi (2004:17) membuat klasifikasi tentang media pembelajaran sebagai
berikut.
media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran.
Di bawah ini beberapa pengklasifikasian media pembelajaran yang dikutip oleh
Rahadi (2004:17) dari beberapa pendapat, antara lain:
1) Rudy Bretz (1971), mengidentifikasi jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual, dan gerak. Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan media ke dalam tujuh kelompok, yaitu audio semi gerak, media audio visual diam, media audio visual gerak, media audio, media cetak, media visual diam, media visual gerak, media.2) Anderson (1976), mengelompokkan media menjadi sepuluh golongan sebagai berikut: audio, cetak, audio cetak, proyeksi visual diam, proyeksi audio visual diam, visual gerak, audio visual gerak, obyek fisik, manusia dan lingkungan, dan komputer. 3) Schramm (1985), menggolongkan media atas dasar kompleksnya suatu media, yaitu media besar dan media kecil; atas dasar jangkauannya, yaitu media masal, media kelompok, dan media individual. 4) Henich dkk (1996), membuat klasifikasi media sebagai berikut: media yang tidak diproyeksikan, media yang diproyeksikan, media audio, media visual, media berbasis komputer, dan multi media kit.
Berdasarkan beberapa pengklasifikasian media pembelajaran di atas penulis setuju
dengan pendapat Henich dkk., yaitu bahwa media diklasifikasikan menjadi: 1)
Media yang tidak diproyeksikan, 2) Media yang diproyeksikan, 3) Media audio,
4) Media visual, 5) Media berbasis komputer, 6) Multi media kit.
47
c. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Ada tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa
saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau
kurang mampu) melakukannya.
a) Ciri Fisik (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan,
dan merekontruksikan suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek
dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape,
audio tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya
(direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat direproduksi
dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksastif ini, media
memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu
tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Ciri ini amat penting bagi guru
karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan
format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali (dalam satu dekade atau satu abad) dapat
diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran. Prosedur
laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian direproduksi
beberapa kali pun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat
direkam untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara
perorangan maupun secara kelompok.
48
b) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Tranformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri
manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan dalam
waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar timelapse
recording. Misalnya, proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-
kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Di samping
dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan
kembali hasil suatu rekaman video. Misalnya proses loncat galah atau reaksi
kimia dapat diamati melalui bantuan kemampuan manipalatif dari media.
Demikian pula, suatu aksi gerakan dapat direkam dengan foto kamera atau foto.
Pada rekaman gambar hidup (video, motion film) kejadian dapat diputar mundur.
Guru menampilkan hanya bagian-bagian penting atau utama dari ceramah, pidato,
atau urutan suatu kejadian dengan memotong bagian yang tidak diperlukan.
Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh
karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau
pemotongan bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang
akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap
mereka ke arah yang tidak diinginkan. Proses penanaman dan panen gandum,
pengolahan gandum menjadi tepung, dan penggunaan tepung untuk membuat roti
dapat dipersingkat waktunya dalam suatu urutan rekamana video atau film yang
mampu menyajikan informasi yang cukup bagi siswa untuk mengetahui asal-usul
dan proses dari penanaman bahan baku tepung hingga menjadi roti.
49
c) Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransformasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan
kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama
mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu
kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu,
tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket komputer dapat
disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja. Sekali informasi
direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi seberapa kali pun dan
siap digunakan secara bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara
berulang-ulang di suatu tempat. Konsentrasi informasi yang telah direkam akan
terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya. Dengan demikian kendala-
kendala yang bisa menghambat pencapaian tujuan pelajaran ataupun yang
mengganggu proses pembelajaran dapat diatasi dengan memanfaatkan media
pelajaran sehingga tujuan dalam proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
d. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di
kelas adalah sebagai berikut: a) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap
pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan
yang sama; b) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Media dapat
diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan
memperhatikan; c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya
teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi
50
siswa, umpan balik, dan penguatan; d) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan
dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam
jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa. e)
Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan f) Pembelajaran dapat diberikan
kapanpun dan dimanapun; g) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka
pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. h) Peran guru dapat
berubah kearah yang lebih positif,dalam proses pembelajaran.
e. Peran Media Pembelajaran
Di atas telah dibahas bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang
digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber pesan ke pebelajar dalam
kegiatan belajar mengajar, sehingga perhatian, minat, perasaan siswa timbul dan
meningkat.
Salah satu hal yang berperan dalam strategi pembelajaran adalah peran media
pembelajaran. Sardiman, dkk. (2003:17), secara umum menjelaskan kegunaan
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikut.
a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan terbuka).
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
c) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif anak didik.
d) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
51
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami
kesulitan bilamana semua itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang
lingkungan guru dengan siswanya juga berbeda.
Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu kemampuannya
dalam: 1) memberikan perangsang yang sama, 2) menyamakan pengalaman, 3)
menimbulkan persepsi yang sama.
Arsyad (2007:15) menegaskan jika dalam suatu proses belajar mengajar dua unsur
yang amat penting yakni metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek
ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada
berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media antara lain
tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respons yang diharapkan agar siswa dapat
menguasainya setelah pembelajaran berlangsung, konteks pembelajaran termasuk
karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi
utama media pembelajaran adalah alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi
iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Meskipun telah lama disadari bahwa keuntungan penggunaan media
pembelajaran, penerimaannya, serta pengintegrasiannya ke dalam program-
program pembelajaran berjalan amat lambat, mereka mengemukakan beberapa
hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai
bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran
langsung sebagai berikut.
52
1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau
mendengar penyajian melalui media penerima pesan yang sama. Meskipun
para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan
penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga
informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk
pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
2) Pembelajaran menjadi lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai
penarik perhatian dan membuat sikap tetap terjaga dan memperhatikan.
Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah,
penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan
menyebabkan siswa tertawa dan berfikir, yang semuanya dapat menunjukkan
bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan
prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan
balik, dan penguatan.
4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena
kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan
pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar
sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen
pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan
jelas.
53
6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan
terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara
individu.
7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan.
8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk
pelajaran yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan
dapat dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek
penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau
penasehat siswa.
Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan
teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar
adalah percetakan, yang bekerja atas dasar mekanis. Kemudian lahir teknologi
audio-visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk
tujuan pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro-
prosessor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif (Seels &
Richey dalam Arsyad, 2007:29).
Arsyad (2007:29) menyebutkan bahwa berdasarkan perkembangan teknologi
media pembelajaran dikelompokkan menjadi empat yaitu (1) media hasil
teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi
yang berdasarkan komputer dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan
komputer.
54
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi
seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses pencetakan mekanis
atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto
atau representasi fotografik dan reproduksi. Materi cetak dan visual merupakan
dasar pengembangan dan penggunaan kebanyakan materi pembelajaran lainnya.
Dua komponen pokok teknologi ini adalah materi teks verbal dan materi visual
yang dikembangkan berdasarkan teori yang berkaitan dengan persepsi visual,
membaca, memproses informasi, dan teori belajar.
Teknologi cetak memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Teks dibaca secara linier, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang;
2) Baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif;
3) Teks dan visual ditampilkan statis (diam);
4) Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip kebahasaan dan
persepsi visual;
5) Baik teks maupun visual berorientasi (berpusat) pada siswa;
6) Informasi dapat diatur kembali atau ditata ulang oleh pemakai.
Sudarsono dalam Prawiradilaga (2007:6-7), mengelompokkan fungsi/peran pokok
media pembelajaran menjadi dua adalah sebagai berikut.
1) Fungsi AVA (Audio Visual Aids)
Media berfungsi untuk memberikan pengalaman konkret kepada siswa, agar
dapat memperjelas (membuat lebih konkrit) apa yang disampaikan guru,
karena tanpa media penjelasan guru akan bersifat sangat abstrak.
55
2) Fungsi Komunikasi
Media barasal dari kata medium yang artinya ”diantara”. Jadi media berada di
tengah (di antara) dua hal, yaitu yang membuat media (dalam komunikasi
disebut komunikator) dan orang yang menerima media (dalam komunikasi
disebut receirver atau komunikan). Dalam komunikasi tatap muka, pembicara
langsung berhadapan dalam menyampaikan pesannya kepada penerima, tanpa
adanya perantara (medium) yang digunakan. Dengan meletakkan pesan yang
hendak disampaikan kedalam suatu format media tertentu (buku, film, slaide,
dan sebagainya) yang dinamakan kegiatan encoding, maka komunikator tidak
perlu lagi berhadapan langsung melalui media tersebut. Media pembelajaran
berfungsi sebagai sarana komunikasi dan interaksi antara siswa dengan media-
media tersebut dan dengan demikian merupakan sumber belajar yang penting.
Hamalik dalam Arsyad (2007:15) mengemukakan bahwa ”pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.
Yunus dalam Arsyad (2007:16) dalam bukunya ”Attarbiyatu watta’liim”
mengungkapkan sebagai berikut: ”Innahaa a’dhomu taa shiiron fil hawaasi wa
dhomnil fahmi .... famaa ro’a kaman sami’a”. maksudnya adalah sebagai berikut:
”bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih
dapat menjamin pemahaman orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat
pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan
dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya”.
56
Kemp dalam Rahadi (2004:13-15) mengidentifikasi beberapa manfaat media
dalam pembelajaran, yaitu:
1) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan;
2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik;
3) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif;
4) efisiensi dalam waktu dan tenaga;
5) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa;
6) media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja;
7) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar;
8) merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran
yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang
dicapainya, alasannya antara lain:
1) pembelajaran akan lebih menarik siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar.
2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
3) metode mengajar akan lebih bervariasi.
4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
57
f. Pemilihan Media Pembelajaran
Hamalik (2003:202), mengatakan bahwa ada dua pendekatan yang dapat
dilakukan dalam usaha memilih media pembelajaran, yaitu:
a) dengan cara memilih media yang tersedia di pasaran yang dapat dibeli guru dan
langsung dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini
membutuhkan banyak beaya untuk membelinya, lagi pula belum tentu media
itu sesuai untuk digunakan sebagai media penyampaian bahan pelajaran dan
dengan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.
b) memilih berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan, khususnya
yang berkenaan dengan tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan bahan
pelajaran yang hendak disampaikan.
Dewasa ini kedua pendekatan tersebut banyak digunakan guru-guru yakni dengan
mempertimbangkan bahan pelajaran yang akan disampaikan serta kegiatan-
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Kecocokan terhadap dua hal itu
menjadi dasar pertimbangan suatu media dipilih atau tidak dipilih. Dalam
hubungan ini berlaku prinsip selection by refection. Guru hanya memilih media
pembelajaran yang bermanfaat dan tidak memilih media yang tak terpakai,
disamping itu, segi ekonomis dan hambatan-hambatan praktis yang mungkin
dihadapi oleh siswa dan guru juga menjadi dasar pertimbangan yang
mempengaruhi pemilihan media pembelajaran.
58
2.1.2.2 Media Gambar Berseri
Dalam bahasan ini akan dijelaskan mengenai: pengertian media gambar berseri
dan dasar teori penggunaan media gambar berseri,
a. Pengertian Media Gambar Berseri
Gambar merupakan salah satu dari media berbasis visual. Arsyad (2007:106)
menulis dalam buku Media Pembelajaran, bahwa: ”visualisasi pesan, informasi,
atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam
berbagai bentuk, seperti foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar garis, grafik, bagan,
chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih”.
Arsyad (2007:113): ”Gambar yang dimaksud di sini termasuk foto,
lukisan/gambar, dan sketsa (gambar garis)”.
Di antara media pembelajaran, gambar/foto adalah media yang paling umum
dipakai. Gambar/foto merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan
dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu pepatah Cina mengatakan bahwa sebuah
gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.
Peran gambar adalah:
One role that visuals definitely play is to provide a concrete referent for ideas. Words don’t (usually) look or sound like the thing they stand for, but visuals are iconic – that is, they have some resemblance to the thing they represent. As such, they serve as a more easily remembered link to the orginal idea. Visuals can also motivate learness by attracting their attention, nolding their attention, and gererating emotional responses.(Smalindo, at all, 2005 : 82).
59
Dapat diterjemahkan bahwa salah satu peran dari gambar adalah memberi
petunjuk yang sesuai dengan ide yang akan disampaikan. Kata-kata jarang
mengungkapkan sesuatu yang dimaksud. Namun gambar adalah sesuatu yang
ikonik memiliki lambang pada hal-hal yang diwakilinya. Gambar dapat pula
memotivasi pelajar dengan menarik perhatian mereka, menyita perhatiannya serta
menggerakkan respon emosionalnya. Gambar dapat menyederhanakan informasi
yang sulit untuk dimengerti. Gambar adalah pelengkap yang memberikan
kesempatan orang untuk memahami hal-hal yang terlewatkan saat mereka
mendengar.
Madyanti (2009:37) menyatakan kelebihan media gambar berseri/foto dijelaskan
sebagai berikut.
a) Sifatnya konkret; gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
b) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda obyek
atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan anak-anak tidak selalu dapat dibawa
ke obyek atau peristiwa tersebut. Gambar/foto dapat mengatasi hal tersebut.
Air terjun Niagara atau Danau Toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau
foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin, atau bahkan
semenit yang lalu kadang-kadang tidak dapat dilihat apa adanya. Gambar atau
foto amat bermanfaat dalam hal ini.
c) Media gambar berseri/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. Sel atau
penampang daun yang tidak mungkin dilihat dengan mata telanjang dapat
disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar/foto.
60
d) Gambar/foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan
untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau memperbaiki
kesalahpahaman.
e) Foto harganya murah dan mudah didapat serta digunakan, tanpa memerlukan
peralatan khusus.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar/foto juga mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu:
a) gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata;
b) gambar/foto benda terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran;
c) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Madyanti (2009:39) menyatakan bahwa gambar/foto yang baik sebagai media
pendidikan adalah gambar/foto yang cocok dengan tujuan pembelajaran. Selain
itu, ada tiga syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto yang baik sehingga
dapat dijadikan sebagai media pembelajaran antara lain autentik, sederhana, dan
ukuran relatif.
a) Autentik.
Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti keadaan
sebenarnya.
b) Sederhana.
Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok
dalam gambar.
61
c) Ukuran relatif.
Gambar/foto dapat memperbesar atau memperkecil objek/benda sebenarnya.
Apabila gambar/foto tersebut tentang benda/objek yang belum dikenal atau
belum pernah dilihat oleh anak didik, maka sangat sulit membayangkan berapa
besar benda atau obyek tersebut. Untuk menghindari hal itu hendaknya
gambar/foto tersebut merupakan gambar/foto yang telah dikenal anak-anak
sehingga dapat membantunya membayangkan gambar.
b. Dasar Teori Penggunaan Media Gambar
Media gambar yang baik yang ada dalam pembelajaran menulis dapat
memperjelas konsep sehingga akan menarik perhatian siswa. Hal ini karena anak
usia sekolah dasar memiliki kemampuan berfikir secara konkret. Seperti yang
diutarakan oleh Piaget dalam Madyanti (2009:49 ), ”Media gambar yang baik
yang ada dalam pembelajaran menulis dapat memperjelas konsep sehingga akan
menarik perhatian siswa. Hal ini karena anak usia sekolah dasar memiliki
kemampuan berfikir secara konkret, bernalar, dan perkembangan bahasa
memerlukan simbol-simbol atau gambar”.
Anak mampu melakukan aktivitas-aktivitas logis tertentu (operasi), hanya dalam
situasi-situasi yang konkret. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan pada suatu
masalah (misalnya masalah klasifikasi) secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan
yang konkret, anak belum mampu menyelesaikan dengan baik. Lebih lanjut Piaget
dalam Madyanti (2009:50), bahwa anak usia sekolah dasar yang memiliki
kemampuan berfikir, bernalar, dan perkembangan bahasa memerlukan simbol-
62
simbol atau gambar. Gambar-gambar yang dipakai berhubungan dengan
tema/subtema yang sesuai dengan kompetensi dasar Bahasa Indonesia pada
kurikulum 2006.
Gambar sebagai rangsangan tugas menulis sangat baik diberikan pada siswa
sekolah dasar pada tahap awal. Hal ini ditegaskan oleh Nurgiyantoro (2001: 274),
bahwa murid sekolah dasar sangat cocok bila disajikan gambar sebagai
rangsangan tugas menulis. Dengan syarat gambar-gambar tersebut tidak
mengandung tulisan yang bersifat menjelaskan. Dengan penjelasan tersebut
gambar yang tidak mengandung tulisan sebagai rangsangan tugas menulis sangat
membantu siswa dalam mengekspresikan gagasannya serta memproduksi bahasa
(kata atau kalimat) yang akan diungkapkan melalui tulisan.
Madyanti (2009:50) menyatakan bahwa beberapa alasan dasar penggunaan
gambar dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: (1) gambar bersifat
konkrit, melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang
dibicarakan atau didiskusikan di kelas, (2) gambar mengatasi ruang dan waktu,
misalnya gambar candi Borobudur dapat dibawa dan dipelajari di Kalimantan,
dengan demikian gambar itu merupakan penjelas dari benda-benda yang
sebenarnya yang tidak mungkin dilihat karena letak candi Borobudur yang jauh,
(3) dapat digunakan untuk memperjelas suatu masalah, sehingga bernilai terhadap
semua pelajaran di sekolah, termasuk Bahasa Indonesia, (4) gambar mudah
didapat dan harganya murah. Untuk sekolah yang dananya terbatas apalagi yang
sama sekali tidak mampu, gambar bernilai ekonomis dan menguntungkan, (5)
63
mudah digunakan baik untuk perorangan maupun kelompok, satu gambar dapat
dilihat oleh seluruh siswa di kelas. Penggunaan media gambar dapat
membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar dan memberikan
pengaruh psikologis terhadap siswa. Periode orientasi pengajaran akan
berlangsung lebih efektif apabila guru menggunakan media pendidikan misalnya
memasang gambar pada papan tempel. Di samping itu, dengan media dapat
membangkitkan keinginan dan minat belajar siswa yang baru.
Media gambar berseri merupakan suatu media visual yang berisi urutan gambar,
antara gambar satu dengan yang lain saling berhubungan dan menyatakan suatu
peristiwa. Media ini digunakan untuk merangsang daya pikir siswa agar mampu
menuangkan ide, gagasan dalam bentuk tulisan narasi, kerumitan bahan yang akan
disampaikan dapat diatasi dengan bantuan media.
Contoh media gambar berseri:
Coba urutkan gambar-gambar acak berikut sehingga menjadi gambar berseri dengan
urutan yang benar! Tulislah urutan hurufnya!
a b
64
c d
Urutan yang benar: …… - …… - …… - ……
Setelah kalian mengurutkan gambar-gambar berseri diatas, tulislah pokok pikiran
masing-masing gambar berseri tersebut, kemudian buatlah kerangka ceritanya!
Kembangkan kerangka cerita yang telah kalian buat menjadi cerita yang utuh dan
padu dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan serta
menggunakan kalimat efektif! Jangan lupa beri judul yang menarik!
2.1.2.3 Media Pembelajaran Kartu Kalimat
Media pembelajaran kartu kalimat sebagai salah satu alat pembelajaran yang
berupa kartu yang berisi kalimat yang digunakan dalam upaya meningkatkan
mutu hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis. Penggunaan media
pembelajaran kartu kalimat adalah dengan mengurutkan kartu-kartu yang berisi
kalimat utama sebuah cerita sehingga sesuai dengan urutannya dan membentuk
sebuah kerangka karangan yang baik. Dengan menggunakan media pembelajaran
kartu kalimat, siswa diajak bermain sambil belajar. Artinya, guru membuat
suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa secara tidak disadari melakukan
kegiatan belajar dalam permainannya.
65
Melalui media pembelajaran kartu kalimat ini siswa diajak berkompetisi dengan
siswa lainnya baik secara individu maupun kelompok agar dapat memenangkan
permainan. Dalam kegiatan belajar menggunakan media pembelajaran kartu
kalimat ini, guru hanya bertindak sebagai “juri” atau “wasit” yang menentukan
waktu dan pemenang permainan. Dengan demikian, siswa akan merasa tertantang
dan berusaha supaya mereka dapat memenangkan permainan ini. Guru bertugas
sebagai motivator dan pengarah agar persaingan antarsiswa dapat berjalan secara
sehat. Artinya, siswa tidak curang, misalnya dengan melihat pada buku pelajaran,
mencontoh siswa atau kelompok lain, dan sebagainya.
Sebelum melakukan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran
kartu kalimat terlebih dahulu guru harus mengetahui tahap-tahap pelaksanaan
media pembelajaran kartu kalimat dalam pembelajaran. Secara garis besar, tahap-
tahap media pembelajaran kartu kalimat dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Guru menginformasikan siswa tentang cara bermain kartu kalimat dan
menetapkan waktu permainan.
b. Guru membagikan kartu kalimat kepada siswa secara kelompok.
c. Siswa secara berkelompok berusaha mengurutkan kartu-kartu tersebut sesuai
dengan urutannya yang tepat, guru mengawasi, memotivasi, dan mengarahkan
kegiatan siswa.
d. Secara perwakilan, siswa menempelkan hasil kartu kalimat di papan tulis.
e. Melakukan diskusi kelas untuk menentukan jawaban kartu kalimat yang tepat
dan pemenang permainan. Kelompok yang keluar sebagai pemenang dihargai
dan dirayakan.
66
Dengan langkah-langkah pembelajaran menggunakan media pembelajaran kartu
kalimat di atas, siswa diarahkan untuk dapat mengorganisir daya nalarnya tentang
suatu cerita atau alur karangan secara tepat. Hal tersebut diharapkan dapat
menambah pemahaman siswa tentang karangan daripada guru menerangkan
teknik dan cara mengarang dari awal hingga akhir pelajaran. Dalam hal ini, siswa
secara aktif dapat menyimpulkan sendiri materi pelajaran tersebut.
Beberapa kelebihan media pembelajaran kartu kalimat, di antaranya sebagai
berikut.
a. Siswa lebih aktif dalam berpikir dan mengolah sendiri informasi yang
diberikan dengan kadar proses mental yang lebih tinggi.
b. Kegiatan belajar lebih banyak bersifat membimbing dan memberikan
kebebasan belajar kepada siswa.
c. Pembentukan semangat kebersamaan, kerja sama, dan saling menghargai
pendapat sesama anggota dalam kelompok.
d. Siswa lebih dikenalkan pada kompetisi yang sehat dalam mencapai tujuan.
e. Menambah tingkat penghargaan pada diri siswa maupun kelompok.
f. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar dan tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
g. Dapat menghindarkan cara belajar tradisional, yaitu cara belajar yang
memusatkan guru sebagai sumber belajar.
h. Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga tahan
lama dalam ingatan. Informasi/materi pelajaran yang diolah dan ditemukan
sendiri biasanya akan lebih kaya, dalam, dan tahan lama dalam ingatan siswa
67
dibandingkan dengan informasi yang diberikan oleh orang lain (guru). Hal ini
beralasan karena mereka mengalami secara langsung proses terjadinya
informasi itu. Media pembelajaran kartu kalimat menuntut siswa untuk
mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa media
pembelajaran kartu kalimat dapat memperkaya dan memperdalam materi yang
dipelajari, sehingga lebih tahan lama dalam ingatan siswa.
Contoh media kartu kalimat:
Coba urutkan kartu-kartu yang berisi pokok pikiran berikut sehingga menjadi urutan
cerita yang benar! Tulislah urutan hurufnya!
Urutan yang benar: …… - …… - …… - ……
Setelah kalian mengurutkan kartu-kartu diatas, buatlah kerangka ceritanya!
Kembangkan kerangka cerita yang telah kalian buat menjadi cerita yang utuh dan
padu dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan serta
menggunakan kalimat efektif! Jangan lupa beri judul yang menarik!
b. Tiba di Taman Makam Pahlawan
c. Bersiap pergi ke Taman Makam Pahlawan
a. Tabur bunga di makam pahlawan
d. Membeli bunga dan karangan bunga
68
2.1.3 Motivasi Belajar
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai: 1) pengertian motivasi belajar, 2)
penumbuhan motivasi belajar, 3) fungsi motivasi dalam pembelajaran, dan 4)
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar.
2.1.3.1 Pengertian Motivasi Belajar
Konsep motivasi dijelaskan oleh Hull dalam Suciati (2004:3.3) sebagai dorongan
untuk memenuhi tau memuaskan kebutuhan agar tetap hidup. Dorongan inilah
yang menggerakkan dan mengarahkan perhatian, perasaan dan perilaku atau
kegiatan seseorang. Sebagai contoh, kebutuhan untuk bebas dari sakit membuat
seseorang berobat kepada dokter. Pengertian ini jelas sekali dipengaruhi oleh
perspektif behaviorisme yang menjelaskan stimulus-respons sebagai faktor
penting dalam perilaku manusia.
Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian motivasi beralih ke perspektif
kognitif. Teori muncul karena rasa tidak puas terhadap ketidakmampuan prinsip
stimulus-respons untuk menjelaskan kompleksitas motivasi manusia secara
memadai. Teori kognitif menjelaskan motivasi sebagai fungsi dinamika psikologis
perilaku manusia yang lebih kompleks. Motivasi tidak saja merupakan fungsi
pemenuhan kebutuhan, tetapi dipahami sebagai kerangka pikir yang melibatkan
kebutuhan, tujuan, system nilai, persepsi pribadi dan pengalaman.
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut berbuat
atau bertindak (Uno, 2006:3). Winkel, 1996:151 dalam Uno (2006:3) motivasi
69
merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya. Seseorang melakukan suatu kegiatan karena ada suatu dorongan
untuk memenuhi kebutuhan/tujuan yang diinginkan. Kebutuhan seseorang tidak
mungkin stabil/tetap tetapi senantiasa berubah dari waktu ke waktu selama
hidupnya. Sesuatu yang dirasakan menarik dan diinginkannya pada saat ini, tidak
lagi dirasakan menarik pada saat lainnya. Misalkan kebutuhan untuk berbuat suatu
kegiatan demi kegiatan itu sendiri, kebutuhan untuk menyenangkan orang lain,
kebutuhan untuk mencapai hasil yang diinginkan, kebutuhan untuk mengatasi
kesulitan dan lainnya.
Hamalik (2008:158) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam
diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Menurut Dimyati (2006:80), seorang siswa belajar karena
didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan,
perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong
rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental
yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar.
Motivasi adalah komponen paling penting dari pembelajaran dan satu komponen
yang paling sukar diukur. Kemauan untuk melakukan upaya dalam pemebelajaran
merupakan suatu produk dari bayak faktor, karakteristik tugastugas pemebelajaran
tertentu, insentif untuk belajar, tatanan pelajaran, dan perilaku guru. Dalam
kegiatan belajar, motivasi sangat penting, karena motivasi belajar tidak hanya
70
mendorong atau membangkitkan individu untuk giat dalam belajar tetapi dapat
juga menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar itu.
Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motivasi akan memberikan stimulus yang dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Peristiwa yang dirasakan mendalam oleh seseorang akan
menimbulkan motivasi tertentu. Partisipasi aktif seseorang pada permasalahan-
permasalahan tertentu merupakan efek dari motivasi yang ada. Koeswara, Siagian,
Schein, Biggs dan Tefler dalam Dimyati (2006:80) menyatakan bahwa di dalam
motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Menurut Suciati (2004:3.4) motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik ditandai dengan dorongan yang berasal
dari dalam diri siswa untuk berperilaku tertentu. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik
sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar siswa. Motivasi merupakan tenaga atau
faktor yang terdapat di dalam diri manusia yang menimbulkan, menggairahkan,
dan mengorganisasikan tingkah laku. Komponen motivasi amat penting untuk
dipupuk. Dalam proses pembelajaran, guru perlu berusaha mencari strategi yang
tepat untuk dapat membantu siswa belajar apapun kecenderungan jenis motivasi
yang mendorongnya belajar.
Dari beberapa pengertian motivasi belajar tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar yang diwujudkan dalam bentuk adanva
71
kebutuhan, dorongan dan usaha dari siswa dalam melakukan aktivitas atau
kegiatan belajar sehingga tujuan belajar siswa tersebut dapat tercapai. Demikian
pula, motivasi belajar bahasa Indonesia dapat diartikan keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa, yang menimbulkan kegiatan belajar bahasa
Indonesia, yang diwujudkan dalam melakukan kegiatan belajar bahasa Indonesia,
sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
2.1.3.2 Penumbuhan Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri untuk menguasai sesuatu
kompetensi guna mengatasi masalah, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
dorongan dari luar diri. Pada motivasi intrinsik siswa belajar karena kegiatan
belajar dipandang bermakna (dapat bermanfaat) bagi dirinya. Pada motivasi
ekstrinsik siswa belajar bukan karena belajar memberikan makna melainkan
karena untuk memperoleh hal yang baik, hadiah, penghargaan atau menghindari
hukuman/celaan.
Motivasi intrinsik umumnya lebih efektif dalam mendorong sesorang untuk
belajar daripada motivasi ekstrinsik. Perbuatan yang didorong oleh rasa senang
dan minat akan berjalan normal dan tanpa tekanan. Minat untuk belajar sebagai
salah satu bentuk motivasi intrinsik mutlak harus ditimbulkan dalam penumbuhan
motivasi. Motivasi intrinsik ini akan menguatkan siswa pada materi pelajaran
yang ada. Penampilan guru dan pemberian hadiah merupakan motivasi yang
72
terbentuk tidak dari dalam diri siswa sendiri melainkan berawal dari lingkungan
dan keterpaksaan, maka hasil yang dicapai tidak optimal.
Motivasi terhadap sesuatu harus dimiliki individu yang melakukan kegiatan
belajar. Motivasi erat kaitannya dengan minat. Siswa yang memiliki minat
terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan
demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut (Dimyati,
2006:43).
Meskipun motivasi intrinsik biasanya lebih kuat dan bersifat lebih lama dari pada
motivasi ekstrinsik, tetapi perlu diperhatikan bahwa motivasi bisa bertukar
bentuk, motivasi ekstrinsik bisa berubah menjadi motivasi intrinsik dan motivasi
intrinsik bisa berubah menjadi motivasi ekstrinsik. Pada awal kegiatan belajar
mungkin motivasi belajar siswa adalah untuk mendapatkan penghargaan dari
guru, atau untuk memperoleh nilai bagus, bukan karena siswa menyukai mata
pelajaran tersebut. Setelah belajar selama beberapa waktu, motivasi tersebut bisa
berubah, siswa tersebut mungkin menjadi suka sehingga mempelajari mata
pelajaran tersebut bukan lagi semata-mata untuk memperoleh penghargaan dari
guru atau untuk memperoleh nilai bagus, tetapi karena ia menyukai mata pelajaran
tersebut. Namun demikian, motivasi intrinsik bisa juga berubah menjadi motivasi
ekstrinsik, misalnya adalah siswa yang awalnya belajar karena menyukai atau
berminat pada pelajaran tertentu, karena memperoleh iming-iming hadiah berupa
benda berubah menjadi belajar karena untuk memperoleh benda tersebut.
73
Berkaitan dengan kemungkinan perubahan jenis motivasi belajar tersebut, guru
berperan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dalam proses
belajar mengajar, guru berperan untuk menumbuhkan dan memperkuat motivasi
belajar siswa. Untuk menumbuhkan motivasi belajar, tugas guru adalah (1)
memberikan pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan rasa senang dan rasa
puas pada diri siswa, sehingga motivasi untuk belajar dapat tumbuh atau motivasi
untuk terus belajar tetap kuat atau semakin kuat, dan (2) membantu siswa mencari
dan menganalisis informasi yang diperlukan, sehingga siswa dapat membuat
keputusan yang benar.
Usaha membantu siswa menggunakan seluruh potensinya untuk mencapai
aktualisasi diri yang maksimal merupakan tugas dan tanggung jawab utama guru.
Ketika berada diruang kelas guru memegang peranan kunci dalam memotivasi
siswa. Guru diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dengan memperhatikan motif/tujuan pribadi siswa. Ini berarti guru
dapat memberikan dukungan/bantuan moral bagi siswa yang merasa putus asa
karena tuntutan dan hasil belajar yang mengecewakan. Ketika melihat siswa yang
bosan, guru harus melaksanakan pembelajaran yang bervariasi, dan dapat pula
memberikan tantangan baru kepada siswa yang kelebihan energi. Guru harus
dapat membuat keseimbangan antara materi pelajaran yang mudah dan yang sulit
agar siswa tidak menjadi bosan atau frustasi; dan hal ini dilakukan sekaligus
terhadap 30 siswa atau lebih dalam kelas. Jelas bukan merupakan pekerjaan
mudah. Tugas guru dalam hal ini perlu dilakukan secara professional,
74
menggunakan segala pengetahuan, kepribadian dan keterampilan professional
untuk mempengaruhi dan mengarahkan siswa.
Melalui kegiatan pembelajaran guru dapat membantu siswa mengembangkan
kemandirian dan kepercayaan diri, kemampuan akademis dan rasa antusias untuk
mengerjakan tugas-tugas selanjutnya, dalam suasana kelas yang member rasa
aman kepada siswa. Untuk itu guru perlu mengenal tingkat kemampuan, minat
dan latar belakang pengalaman siswa. Kemudian secara bertahap memberikan
tugas atau latihan yang akan memberikan pengalaman keberhasilan kepada siswa,
sehingga mereka merasa mampu berhasil dalam tugas pelajaran.
Ada beberapa cara untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam
menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu: (1) kompetisi, yaitu guru berusaha
menciptakan persaingan di antara siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya,
(2) pace making, di mana guru menyampaikan kepada siswa indikator yang akan
dicapai sehingga siswa berusaha mencapai indikator tersebut, (3) memberitahukan
tujuan yang jelas, dengan tujuan yang jelas maka motivasi siswa semakin besar,
(4) kesempurnaan untuk sukses, yaitu guru hendaknya banyak memberikan
kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha sendiri dan dengan
bimbingan guru, (5) minat yang besar, dan (6) mengadakan penilaian atau tes.
Berkaitan dengan upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, ada delapan
prinsip motivasi sebagai berikut. 1) Penggunaan alat peraga untuk menarik
perhatian dan memperjelas; 2) Pemberian insentif, yang berupa pujian dari guru,
atau timbulnya kepuasan dari dalam diri, karena pekerjaannya berhasil; 3)
75
Penumbuhan motivasi internal, karena jenis motivasi ini memungkinkan kegiatan
berlangsung lama dan intensif, tetapi menurut sumber ini, motivasi internal harus
terus menerus dijaga dengan pemberian reinforcement; 4) Penumbuhan keinginan
untuk belajar, karena pembelajaran akan efektif kalau pelajar memang sudah siap
dan kesiapan ini didorong oleh keinginan mengetahui sesuatu; 5)
Pengorganisasian bahan ajar yang baik atau selalu dikaitkan dengan bahan
sebelumnya; 6) Penciptaan suasana yang tidak menekan atau stressfull; 7)
Pemberian bantuan agar siswa memiliki tujuan belajar yang jelas, dan pemberian
umpan balik agar siswa mengetahui sejauh mana tujuan telah tercapai; 8)
Pemberian dukungan oleh kawan-kawan terhadap apa yang ia kerjakan.
Membangkitkan motivasi belajar siswa tidak mudah, sehingga guru sangat perlu
mengenal murid dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk menghubungkan
pelajaran dengan kebutuhan dan minat anak. Hamalik (2008: 166) guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk menggerakan atau membangkitkan motivasi,
antara lain sebagai berikut:
a. Memberi Angka
Umumnya siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya berupa angka. Jika
angkanya baik maka akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar,
sebaliknya yang mendapart angka jelek akan menimbulkan frustasi atau dapat
juga menjadi pendorong untuk belajar lebih baik lagi. Banyak murid belajar
untuk mendapat angka baik, untuk itu ia berusaha sekuat tenaga. Angka yang
baik bagi mereka merupakan motivasi yang kuat. Angka itu harus benar-benar
menggambarkan hasil belajar anak.
76
b. Pujian
Pujian dapat menimbulkan rasa puas dan senang.
c. Hadiah
Cara ini dapat dilakukan dengan batas-batas tertentu. Misalnya pemberian
hadiah bagi yang dapat menunjukkan hasil belajar yang baik.
d. Kerja kelompok
Untuk mempertahankan nama baik kelompok akan menjadi pendorong yang
kuat dalam perbuatan belajar.
e. Persaingan
Baik kerja kelompok atau persaingan memberikan motif-motif sosial kepada
siswa.
f. Tujuan dan level of aspiration
Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa
g. Sarkasme
Mengajak para siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang kurang baik,
dilakukan dengan batas-batas yang dapat mendorong kegiatan belajar siswa
demi nama baiknya.
h. Penilaian atau sering memberi ulangan
Penilaian secara kontinu akan mendorong siswa belajar, oleh karena setiap
siswa memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Murid-
murid lebih giat belajar, apabila tahu akan diadakan ulangan atau tes dalam
waktu dekat.
77
Akan tetapi jika ulangannya terlampau sering, misalnya setiap hari, angka
pengaruhnya tidak berarti. Misalnva ulangan sekali dua minggu akan lebih
merangsang murid-murid untuk belajar dibanding ulangan setiap hari.Dalam
hal ini guru kelas memberitahukan terlebih dahulu kalau akan diadakan
ulangan.
i. Karyawisata dan ekskursi
Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar, karena siswa akan mendapat
penngalaman langsung dan bermakna bagi dirinya.
j. Film pendidikan
Para siswa akan mendapat pengalaman yang baru yang merupakan unit cerita
yang bermakna.
k. Belajar melalui radio
Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengar ceramah guru
dan radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar siswa.
Akan tetapi radio tidak dapat menggantikan kedudukan seorang guru dalam
mengajar.
l. Teguran dan Kecaman
Guru sebaiknya mumberi teguran untuk memperbaiki anak yang membuat
kesalahan, yang malas dan berkelakuan tidak baik, namun harus digunakan
dengan hati-hati dan bijaksana agar tidak merusak harga diri anak.
78
2.1.3.3 Fungsi Motivasi Dalam Pembelajaran
Motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi
akan menentukan intensitas usaha siswa untuk melakukan segala sesuatu,
diantaranya adalah belajar. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran, motivasi
akan mendorong rasa ingin tahu (curiouslly drive), rasa ingin memahami dan
berhasil (competency drive) dan kerjasama para siswa.
Fungsi motivasi dalam pembelajaran menurut Sardiman (2000:84) adalah: 1)
mendorong manusia untuk berbuat, 2) menentukan arah perubahan, 3)
menentukan strategi yang tepat untuk berhasil, dan 4) sebagai saran keefektifan
masing-masing individu.
Hanafiah (2009:26) dalam Hati (2010:49) motivasi belajar merupakan kekuatan
(power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun
kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara
aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan
perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Hanafiah (2009:26) dalam Hati (2010:49) ada beberapa fungsi motivasi, yaitu:
a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik.
b. Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.
c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran.
d. Motivasi merupakan alat untuk membangun system pembelajaran lebih
bermakna.
79
Setiap motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta
mengubah kelakuan. Menurut Hamalik (2008:160) motivasi mempunyai tiga
fungsi yaitu:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan.
b. Motifasi berfungsi sebagi pengarah, artinya mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak
2.1.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar sesorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Macam faktor
motivasi yang berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar misalnya adalah:
tingkat intelegensi, kebutuhan belajar, minat dan sifat pribadi untuk memenuhi
kebutuhan. Dimyati (2006: 97-100) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di antaranya adalah: (1) cita-cita atau
aspirasi siswa, (2) kemampuan siswa, (3) kondisi siswa, (4) kondisi lingkungan
siswa, (5) unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, (6) upaya guru
dalam membelajarkan siswa. Motivasi akan mempengaruhi kegiatan belajar yang
dilakukan. Dengan adanya motivasi menyebabkan siswa melakukan kegiatan
belajar.
Proses pembelajaran yang berlangsung memerlukan motivasi siswa yang kuat dan
akan mendukung aktivitas pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan
lebih menuntut peran dan guru tidak hanya sebagai pengelola kelas, fasilitator,
mediator melainkan juga sebagai motivator.
80
Minat untuk belajar sebagai salah satu bentuk motivasi intrinsik mutlak harus
ditimbulkan dalam penumbuhan motivasi. Motivasi intrinsik ini akan menguatkan
siswa pada materi pelajaran yang ada. Penampilan guru dan reward merupakan
motivasi yang terbentuk tidak dari dalam diri siswa sendiri melainkan berawal
dari lingkungan dan keterpaksaan, maka hasil yang dicapai tidak optimal.
Motivasi terhadap sesuatu harus dimiliki individu yang melakukan kegiatan
belajar. Motivasi erat kaitannya dengan minat. Siswa yang memiliki minat
terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan
demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut (Dimyati,
2006: 43).
Motivasi berhubungan dengan masalah psikologis, yaitu: (1) dorongan untuk
melakukan sesuatu, (2) kebutuhan untuk melakukan, (3) kemampuan untuk
melakukan kegiatan, (4) kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan, (5)
kepuasan terhadap hasil kegiatan. Dari indikator-indikator motivasi tersebut maka
motivasi dapat didefinisikan dorongan untuk melakukan sesuatu, kebutuhan untuk
melakukan, kemampuan untuk melakukan kegiatan, kesenangan terhadap ide
melakukan kegiatan, dan untuk mencapai kepuasan terhadap hasil kegiatan.
Berdasarkan indikator-indikator motivasi tersebut apabila kita kaitkan dengan
motivasi belajar maka, dapat dirumuskan pengertian dari motivasi belajar adalah
dorongan siswa untuk melakukan sesuatu sebagai kebutuhan dengan kemampuan
melakukan kegiatan yang dilandasi rasa senang terhadap ide tersebut dalam
rangka untuk mencapai kepuasan terhadap hasil kegiatan.
81
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi penggerak untuk berbuat atau melakukan
sesuatu perbuatan (Dimyati, 2006: 80). Adapun motivasi belajar adalah kekuatan
mental yang mendorong terjadinya belajar (Dimyati, 2006: 80). Instrumen
motivasi diukur dengan mempergunakan skala Likert 4 poin, dari sangat tidak
setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), dan sangat setuju (4). Agar diperoleh hasil
penelitian yang valid dan reliabel, maka alat atau instrument yang digunakan
untuk mengambil atau mengumpulkan data harus bersifat valid dan reliabel, oleh
karena itu perlu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui keandalan dari instrument penelitian yang ada, sehingga dapat
memberikan hasil penelitian yang signifikan. Untuk menentukan validitas dan
reliabilitasnya maka diperlukan uji coba.
2.1.4 Teori Belajar dan Pembelajaran.
Beberapa teori belajar yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah: 1) teori
perkembangan kognitif, teori pembelajaran kontekstual, 3) teori belajar
konstruktivisme, dan 4) teori disain pembelajaran.
2.1.4.1 Teori Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget mengemukakan
bahwa anak berkembang dalam empat tahap, yaitu (1) tahap sensori motor, (2)
tahap praoperasional, (3) tahap operasional konkret, dan (4) tahap operasional
formal (Sagala, 2006:27). Peserta didik sekolah dasar umumnya berusia 7 – 12
tahun yang menurut teori tersebut tergolong pada operasi konkret. Pada masa ini
anak sangat bergantung pada referensi atau hal-hal yang konkret.
82
Piaget (Sagala, 2006:24) menjelaskan bahwa ada dua proses yang terjadi dalam
perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak, yaitu: (1) proses “assimilation”,
dalam proses ini menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru itu dengan
apa yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu, dan (2) proses
“accomodation" yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah
apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat
disesuaikan dengan lebih baik. Piaget melihat perkembangan kognitif tersebut
sebagai hasil perkembangan saling melengkapi anatara asimilasi dan akomodasi
dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui.
Asimilasi tetap dan menambah terhadap yang ada dan menghubungkannya dengan
yang telah lalu.
Piaget dalam Baharuddin (2007:118) berpendapat bahwa pada saat manusia
belajar, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi
informasi dan proses adaptasi. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget
dalam pembelajaran adalah:
a. Bahasa dan cara berpikir siswa berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu, guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berpikir anak.
b. Siswa akan belajar lebih baik apabila dapat mengahadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
83
d. Berikan peluang agar siswa belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temannya.
Atas dasar teori perkembangan kognitif yang dikemukakan tersebut dapat
dikatakan bahwa apabila pembelajaran diberikan dengan menggunakan media
yang memanfaatkan fenomena yang konkret dengan kehidupan nyata siswa, akan
sangat membantu siswa dalam mempelajari materi tersebut. Dengan demikian,
seorang guru harus memiliki kemampuan mengelola pembelajaran dengan
memanfaatkan media dan membantu siswa mengendapkan informasi dalam
memorinya dengan bersandar pada struktur kognitif yang sebelumnya telah
dipelajari, sehingga akan sangat membantu peserta didik dalam memahami materi
yang diberikan.
2.1.4.2 Teori Pembelajaran Kontekstual
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetensi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Sagala, 2006:87).
84
Pada pandangan teori pembelajaran kontekstual, belajar itu terjadi hanya ketika
siswa memproses pengetahuan dan informasi baru sedemikian rupa sehingga
dapat dipertimbangkan dalam suatu kerangka acuan mereka sendiri (memori
mereka sendiri, pengalaman, dan tanggapan), dan fokus teori belajar kontekstual
adalah berbagai aspek yang ada di lingkungan belajar.
Menurut teori pembelajaran kontekstual pembelajaran hendaknya dihubungkan
atau diaplikasikan dengan kenyataan-kenyataan praktis yang ditemukan dalam
kehidupan nyata sehari-hari dalam lingkungan siswa. Dalam lingkungan itu
mereka akan menemukan hubungan yang penuh arti antara gagasan abstrak dan
aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata, menginternalisasi konsep sampai
proses menemukan, menguatkan, dan menghubungkannya.
Berdasarkan prinsip teori ini, maka dalam proses pembelajaran harus ada
keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan dunia nyata di lingkungan siswa,
siswa harus diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,
melakukan penemuan-penemuan, berkomunikasi ataupun bermasyarakat, serta
merefleksikan pengetahuan ataupun penemun-penemuan sebagai hasil belajarnya.
2.1.4.3 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktif dikembangkan atas dasar pendapat yang menyatakan
bahwa kita membangun perspektif dunia kita sendiri melalui skema (struktur
mental) dan pengalaman individu. Dalam usaha meningkatkan kualitas
pembelajaran akhir-akhir ini para ahli mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dari Piaget. Pandangan
85
ini berpendapat bahwa dalam proses belajar anak membangun pengetahuannya
sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah (Dahar dalam
Suyatna, 2007:32). Dalam hal ini struktur pengetahuan yang dimiliki siswa akan
memberikan makna dan mengorganisasi pengalaman-pengalaman serta
memberikan jalan kepada individu untuk menyerap informasi yang baru
diberikan.
Konstruktivisme yang menggunakan hands-on serta memberikan kesempatan
yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya akan dapat
meningkatkan pengembangan konsep dan keterampilan berpikir para siswa.
Kegiatan hands-on melibatkan kegiatan manipulative (penggunaan tangan,
keterampilan mtorik) yang memungkinkan alat-alat inderanya berkembang
melalui observasi dan pengalaman langsung. Hal ini memungkinkan
berkembangnya pengetahuan fisis. Setelah diperoleh pengetahuan fisis, siswa
dapat mengembangkan pengetahuan logic-matematis melalui berpikir, sedangkan
melalui diskusi pengetahuan sosialnya ikut dikembangkan secara aktif (Suyatna,
2007:32)
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa harus siswa sendiri yang
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi yang kompleks dimana
mereka membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui
pengalaman dan interaksi mereka (Trianto, 2007:27). Pendekatan konstruktivisme
ini menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif atas dasar teori bahwa
siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
86
apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan
temannya. Berdasarkan uraian di atas, aliran konstruktivisme menghendaki bahwa
pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci
utama dari belajar bermakna yang tidak akan terwujud hanya dengan
mendengarkan ceramah atau membaca buku mengenai pengalaman orang lain
(Trianto, 2007:28).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari teori-teori di atas, pembelajaran menggunakan
media gambar berseri dan media kartu kalimat sesuai dengan prinsip teori di atas
karena memiliki ciri-ciri: (1) proses pembelajaran berpusat pada siswa, dimulai
dengan apa yang sudah diketahui atau dikenal oleh siswa yang bermakna bahwa
bahan ajar bersumber dari lingkungan siswa sehari-hari, (2) siswa dapat interaktif
dengan bahan ajar yang dipelajari, proses pembelajaran dapat menggunakan
pendekatan kontekstual yang mengharuskan guru menghubungkan pokok bahasan
dengan dunia nyata, (3) siswa berinteraksi secara sosial dengan teman sekelompok
atau masyarakat, dan (4) bahan ajar dapat memotivasi siswa untuk
menghubungkan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
2.1.4.4 Teori Disain Pembelajaran
a. Pengertian Disain Pembelajaran
Prawiradilaga (2008:133) mengemukakan beberapa pengertian disain
pembelajaran menurut para ahli sebagai berikut.
87
Reigeluth
Disain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan
pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang.
Rothwell & Kazanas
Terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi
organisasi. Peningkatan kinerja berarti peningkatan kinerja organisasi. Disain
pembelajaran melakukan hal tersebut melalui suatu model kinerja manusia.
Gagne, Briggs &Wager
Disain pembelajaran membantu proses belajar seseorang, dimana proses
belajar itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Disain
pembelajaran haruslah sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan sistem
agar berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang.
Gentry
Disain adalah suatu proses yang merumuskan dan menentukan tujuan
pembelajaran, strategi, teknik, dan media agar tujuan umum tercapai. Suatu
disain pembelajaran jika akan diterapkan memerlukan beberapa aspek yang
mendukung pelaksanaan penerapan tersebut. Diantaranya adalah penerimaan
organisasi atau lembaga, pengelolaan kegiatan terkait disain pembelajaran,
serta pelaksanaan yang intensif dari prosedur analisis kebutuhan.
Reiser
Disain pembelajaran berbentuk rangkaian prosedur sebagai suatu sistem
untuk pengembangan program pendidikan dan pelatihan dengan konsisten
88
dan teruji. Disain pembelajaran juga sebagai proses yang rumit, namun
kreatif, aktif dan berulang-ulang.
Dick, Carey & Carey
Pendekatan sistem untuk disain pembelajaran terdiri atas analisis, disain,
pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Disain pembelajaran mencakup
seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem. Teori belajar, teori
evaluasi dan teori pembelajaran merupakan teori-teori yang melandasi disain
pembelajaran.
Esensi disain pembelajaran mengacu kepada empat komponen inti: siswa, tujuan
pembelajaran, metode, dan penilaian (Kemp, dkk. dalam Prawiradilaga, 2008:17).
b. Model Disain Pembelajaran
Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur
atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan
berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukkan bahwa suatu model disain
pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar
teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan
sebagainya. Tentu saja semua mengacu pada bagaimana penyelenggaraan proses
belajar dengan baik. Sebagai saran, disain pembelajaran mengandung aspek
bagaimana sebaiknya pembelajaran diselenggarakan atau diciptakan melalui
serangkaian prosedur serta penciptaan lingkungan belajar. Selain itu, disain
pembelajaran terdiri atas kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk suatu
proses belajar (Prawiradilaga, 2008:33).
89
Model disain pembelajaran berbeda-beda, sesuai dengan fungsi dan latar belakang
keilmuan pakar yang merumuskan model tersebut. Model disain pembelajaran
menunjukkan struktur dan makna bagi komponen serta alur kerja yang bisa diikuti
oleh disainer dalam menerjemahkannya menjadi suatu pembelajaran.
Dari beberapa model disain pembelajaran, peneliti akan menerapkan model
ASSURE yang dicetuskan oleh Heinich, dkk. sejak tahun 1980-an, dan terus
dikembangkan oleh Smaldino, dkk. hingga sekarang. ASSURE sebagai suatu
mnemonic dapat dilihat pada ilustrasi berikut.
A nalize learner (menganalisis peserta didik)
S tate objectives (merumuskan tujuan pembelajaran)
S elect methods, media, material (memilih metode, media, dan bahan ajar)
U tilize media and materials (memanfaatkan media dan bahan ajar)
R equire learner participation (mengembangkan peran serta peserta didik)
E valuate and revise (menilai dan memperbaiki)
Manfaat model ASSURE, yaitu:
sederhana, relatif mudah untuk diterapkan
karena sederhana, maka dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar
komponen kegiatan pembelajaran lengkap
peserta didik dapat dilibatkan dalam persiapan untuk kegiatan pembelajaran.
Keterbatasan model ini diantaranya:
tidak mengukur dampak terhadap proses belajar karena tidak didukung oleh
komponen suprasistem
90
adanya penambahan tugas dari seorang pengajar
perlu upaya khusus dalam mengarahkan peserta didik untuk persiapan
kegiatan pembelajaran.
Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini, walaupun berorientasi
pada KBM, model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit.
Strategi pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode,
media, bahan ajar, serta peran serta peserta didik di kelas (Prawiradilaga,
2008:47). Selanjutnya model ASSURE ini dikembangkan dalam modifikasi, yaitu
model PROGRAM.
Model PROGRAM merupakan suatu mnemonic yang mempunyai arti dalam
kosa-kata bahasa Indonesia.
P = Pantau pebelajar atau peserta didik
R = Rumuskan tujuan pembelajaran atau kompetensi
O = Olah materi atau isi dari mata ajaran
G = Gunakan media, sumber belajar, dan metode yang sesuai
R = Renungkan sejenak
A = Atur kegiatan peserta didik atau pebelajar
M = Menilai hasil (Prawiradilaga, 2008:59)
Adapun perbedaan struktur antara model ASSURE dengan PROGRAM ini yaitu
komponen R = Renungkan sejenak.
91
Kajian Model PROGRAM
o Komponen R = Renungkan sejenak dan O = Olah materi atau isi mata ajaran.
Komponen renungkan sejenak merupakan komponen yang mengalokasikan
pengajar agar melalkukan refleksi diri. Dengan refleksi diri maka pengajar
melakukan suatu kaji ulang atas apa yang telah dan sedang ia lakukan
terhadap disain pembelajaran.
o Penerapan Prinsip Komunikasi
Model ini berlandaskan proses komunikasi yang terjadi di kelas. Peran guru
dan peran pebelajar dijabarkan denga jelas. Guru sebagai penyaji materi
menerapkan kaidah berkomunikasi agar pebelajar dapat menyerap pesan atau
materi ajar dengan baik. Sebagai penyaji materi, guru harus cermat memilih
media dan metode yang diterapkan.
o Sistem Sederhana
Struktur kerjanya mengacu pada sistem yang sederhana saja. Komponen
PBM terdiri atas rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi, guru,
pebelajar, media, metode, atau sistem penyampaian (delivery system) serta
penilaian belajar.
o Keberadaan Aspek Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas meliputi bagaimana penyajian akan dilaksanakan,
bagaimana pengaturan situasi kelas, lokasi media, tempat duduk pebelajar,
dan sebagainya. Pengelolaan kelas juga berkenaan dengan proses belajar yang
harus ditempuh oleh pebelajar, yaitu apakah dalam kelas besar, tim, atau
92
belajar mandiri.
Dalam penelitian ini peneliti mendesain media dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan media gambar berseri dan media kartu kalimat.
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dan berkaitan dengan variabel penelitian ini yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Santoso, dkk tahun 2012 yang berjudul
Penggunaan Media Gambar Seri dalam Peningkatan Keterampilan
Mengarang. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan bagaimana
penggunaan media gambar berseri yang dapat meningkatkan keterampilan
mengarang pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri
Brengkol, (2) Mengetahui apakah dengan penggunaan media gambar berseri
dapat meningkatkan keterampilan mengarang pada siswa kelas IV SD Negeri
Brengkol. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri
dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi,
dan tahap refleksi. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik
pengumpulan data adalah observasi, tanya jawab, dan catatan lapangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media gambar berseri dapat
meningkatkan keterampilan mengarang pada pembelajaran Bahasa Indonesia
yaitu dengan adanya peningkatan keterampilan mengarang siswa pada setiap
siklus. Simpulan penelitian ini adalah penggunaan media gambar berseri
dapat meningkatkan keterampilan mengarang pada pembelajaran Bahasa
Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Brengkol yang dilakukan dengan langah-
93
langkah sebagai berikut: (1) menyiapkan rangkaian gambar berseri yang
mudah dimengerti alurnya oleh siswa; (2) menggunakan kertas bergaris
sebagai lembar menulis hasil karangan siswa; (3) menyiapkan alat seperti lem
dan gunting secukupnya; (4) memberikan penjelasan tentang menulis
karangan dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca; (5) menempelkan
acak gambar berseri di papan tulis; (6) memberikan penjelasan tentang
rangkaian cerita dari media gambar berseri yang tersedia; (7) melakukan
tanya jawab tentang urutan gambar berseri yang tepat; (8) pemberian batasan
tema; (9) melatih anak membuat judul karangan; (10) melatih anak membuat
kerangka karangan; (11) melatih anak menjabarkan kerangka karangan; (12)
memberi tugas siswa mengarang dengan menggunakan media gambar berseri;
(13) melatih anak dalam mempublikasikan karangan melalui membaca di
depan kelas (14) memberikan motivasi dan reward kepada siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Endarwati yang berjudul Pengaruh
Penggunaan Media Gambar berseri Terhadap Keterampilan Menulis
Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD Negeri Langensari Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan menulis
karangan narasi antara yang diajar menggunakan media gambar berseri
dengan gambar tidak berseri pada siswa kelas IV SD Negeri Langensari
Yogyakarta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi eksperiment
dengan subjek penelitian siswa kelas IV SD Negeri Langensari Yogyakarta
semester genap tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 siswa, yang terdiri
dari 20 siswa kelas IVA dan 20 siswa kelas IVB. Kelas IVA dijadikan
94
sebagai kelompok eksperimen dan IVB sebagai kelompok kontrol. Penelitian
ini dilaksanakan dalam tiga langkah, yaitu pengukuran sebelum eksperimen,
perlakuan eksperimen, dan pengukuran setelah eksperimen. Teknik
pengumpulan data menggunakan tes dan angket untuk siswa. Teknik analisis
data yang digunakan adalah uji- t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
adanya perbedaan keterampilan menulis antara kelas yang diajar
menggunakan media gambar berseri dengan yang menggunakan media
gambar tidak berseri. Hal ini terbukti dengan adanya perbedaan yang
signifikan pada rata-rata hasil keterampilan menulis antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Apabila dibandingkan rata-rata hasil
keterampilan menulis karangan narasi kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol, maka hasilnya lebih tinggi kelompok eksperimen.
Perbedaan keterampilan menulis karangan narasi kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dapat dilihat pada perolehan hasil uji- t sebesar 7,552 > t
tabel pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,0244, yang berarti terdapat perbedaan
yang signifikan keterampilan menulis karangan narasi siswa antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Penelitian yang dilakukan oleh Hati tahun 2011 yang berjudul: Perbedaan
Prestasi Belajar Keterampilan Menulis Bahasa Inggris Menggunakan Media
gambar dan Motivasi yang Berbeda Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: 1) interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar bahasa Inggris, 2) perbedaan rata-rata prestasi
95
belajar bahasa Inggris antara siswa yang pembelajarannya menggunakan
media gambar logico dan komputer, 3) perbedaan rata-rata prestasi belajar
bahasa Inggris siswa yang pembelajarannya menggunakan gambar logico
dengan computer pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, 4)
perbedaan rata-rata prestasi belajar bahasa Inggris siswa yang
pembelajarannya menggunakan gambar logico dengan computer pada siswa
yang memiliki motivasi belajar rendah. Yang menyimpulkan: 1) terdapat
interaksi antara media pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar bahasa Inggris, 2) rata-rata prestasi belajar bahasa Inggris siswa yang
menggunakan media gambar berseri logico lebih tinggi dari komputer, 3)
rata-rata prestasi belajar bahasa Inggris siswa yang menggunakan media
gambar berseri logico dan memiliki motivasi belajar tinggi lebih tinggi dari
komputer, 4) rata-rata prestasi belajar bahasa Inggris siswa yang
menggunakan media gambar berseri logico dan memiliki motivasi belajar
rendah lebih rendah dari komputer.
2.3 Kerangka Berpikir
2.3.1 Interaksi antara Media dan Motivasi terhadap Keterampilan Menulis
Penggunaan suatu media pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran akan
membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan. Penggunaan
media pembelajaran dan motivasi belajar dapat memberikan dampak positif
terhadap peningkatan prestasi belajar. Keduanya masing-masing dipisahkan
menjadi dua, yaitu media gambar berseri dan media kartu kalimat serta motivasi
96
belajar tinggi dan motivasi belajar rendah. Bahan pelajaran yang dimanipulasikan
dalam bentuk media pembelajaran yang menjadikan si anak seolah-olah bermain
asyik dan bekerja dengan suatu media itu akan lebih menyenangkan mereka dan
sudah tentu pembelajaran lebih bermakna (meaningful).
Media pembelajaran akan lebih meningkatkan prestasi belajar menulis kalau
penggunaannya sesuai dengan situasi dan kondisi serta tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan. Motivasi belajar akan mendukung perhatian siswa terhadap
pembelajaran, bila media pembelajaran dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, lebih senang belajar sehingga lebih
mudah menguasai dan memahami materi pelajaran. Sebaliknya siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah, selalu merasa terpaksa belajar dan kurang
memperhatikan pelajaran. Keadaan ini menyebabkan siswa tidak dapat menguasai
materi atau kompetensi dasar sehingga prestasi belajarnya menjadi rendah. Oleh
karena itu, sangat diperlukan media pembelajaran yang sesuai, baik dengan situasi
dan kondisi siswa maupun dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian antara
media pembelajaran dan motivasi belajar siswa diduga akan berinteraksi dalam
meningkatkan prestasi belajar menulis.
2.3.2 Pengaruh Penggunaan Media terhadap Keterampilan Menulis
Peran dari gambar adalah memberi petunjuk yang sesuai dengan ide yang akan
disampaikan. Kata-kata jarang mengungkapkan sesuatu yang dimaksud. Gambar
adalah sesuatu yang ikonik memiliki lambang pada hal-hal yang diwakilinya.
Gambar dapat memotivasi pebelajar dengan menarik perhatian mereka, menyita
97
perhatiannya serta menggerakkan respon emosionalnya, menyederhanakan
informasi yang sulit untuk dimengerti. Gambar memberikan kesempatan orang
untuk memahami hal-hal yang terlewatkan saat mereka mendengar.
Media gambar berseri yang baik yang ada dalam pembelajaran menulis dapat
memperjelas konsep sehingga akan menarik perhatian siswa. Hal ini karena anak
usia sekolah dasar memiliki kemampuan berfikir secara konkret, bernalar, dan
perkembangan bahasa memerlukan simbol-simbol atau gambar. Anak mampu
melakukan aktivitas-aktivitas logis tertentu (operasi), hanya dalam situasi-situasi
yang konkret. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan pada suatu masalah
(misalnya masalah klasifikasi) secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang
konkret, anak belum mampu menyelesaikan dengan baik.
Murid sekolah dasar sangat cocok bila disajikan gambar sebagai rangsangan tugas
menulis. Gambar yang tidak mengandung tulisan sebagai rangsangan tugas
menulis sangat membantu siswa dalam mengekspresikan gagasannya serta
memproduksi bahasa (kata atau kalimat) yang akan diungkapkan melalui tulisan.
Media pembelajaran kartu kalimat digunakan dalam upaya meningkatkan mutu
hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis. Penggunaan media pembelajaran
kartu kalimat adalah dengan mengurutkan kartu-kartu yang berisi kalimat utama
sebuah cerita sehingga sesuai dengan urutannya dan membentuk sebuah kerangka
karangan yang baik. Dengan menggunakan media pembelajaran kartu kalimat,
siswa diajak bermain sambil belajar. Artinya, guru membuat suasana yang
98
sedemikian rupa sehingga siswa secara tidak disadari melakukan kegiatan belajar
dalam permainannya.
Melalui media pembelajaran kartu kalimat ini siswa diajak berkompetisi dengan
siswa lainnya baik secara individu maupun kelompok agar dapat memenangkan
permainan. Guru hanya bertindak sebagai “juri” atau “wasit” yang menentukan
waktu dan pemenang permainan. Dengan demikian, siswa akan merasa tertantang
dan berusaha supaya mereka dapat memenangkan permainan ini. Guru bertugas
sebagai motivator dan pengarah agar persaingan antarsiswa dapat berjalan secara
sehat. Artinya, siswa tidak curang, misalnya dengan melihat pada buku pelajaran,
mencontoh siswa atau kelompok lain, dan sebagainya.
Siswa diarahkan untuk dapat mengorganisir daya nalarnya tentang suatu cerita
atau alur karangan secara tepat. Hal tersebut diharapkan dapat menambah
pemahaman siswa tentang karangan daripada guru menerangkan teknik dan cara
mengarang dari awal hingga akhir pelajaran. Dalam hal ini, siswa secara aktif
dapat menyimpulkan sendiri materi pelajaran tersebut.
Dari kedua media tersebut diduga adanya perbedaan aktivitas belajar. Kelompok
yang pembelajarannya menggunakan media gambar berseri mempunyai peluang
yang lebih besar untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia dari pada
yang menggunakan media kartu kalimat. Penggunaan media gambar berseri dapat
memberi petunjuk yang sesuai dengan ide yang akan disampaikan, menggerakkan
respon emosional siswa, menyederhanakan informasi yang sulit untuk dimengerti,
dan memperjelas konsep. Kata-kata jarang mengungkapkan sesuatu yang
99
dimaksud, bila anak dihadapkan pada suatu masalah secara verbal, anak belum
mampu menyelesaikan dengan baik.
2.3.3 Pengaruh Media pada Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar yang diwujudkan dalam bentuk adanva kebutuhan,
dorongan dan usaha dari siswa dalam melakukan aktivitas atau kegiatan belajar
sehingga tujuan belajar siswa tersebut dapat tercapai. Motivasi erat kaitannya
dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang studi tersebut. Dalam proses belajar mengajar, guru berperan
untuk menumbuhkan dan memperkuat motivasi belajar siswa.
Upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan
penggunaan media pembelajaran untuk menarik perhatian dan memperjelas
materi. Proses pembelajaran yang berlangsung memerlukan motivasi siswa yang
kuat dan akan mendukung aktivitas pembelajaran.
Dengan penggunaan media gambar berseri dan kartu kalimat dalam pembelajaran
diduga adanya perbedaan aktivitas belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi, pada kelompok yang pembelajarannya menggunakan media gambar berseri
mempunyai peluang yang lebih besar untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa
Indonesia dari pada yang menggunakan media kartu kalimat. Dengan media
gambar berseri siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat
100
mengekspresikan gagasannya serta memproduksi bahasa (kata atau kalimat) yang
akan diungkapkan melalui tulisan.
2.3.4 Pengaruh Media pada Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah
Motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kegiatan belajar mengajar.
Motivasi akan menentukan intensitas usaha siswa untuk melakukan segala
sesuatu, diantaranya adalah belajar. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan, motivasi akan mendorong rasa ingin tahu, rasa ingin memahami dan
berhasil serta kerjasama para siswa. Dalam pengelolaan kelas, motivasi
mempengaruhi tingkah laku siswa.
Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, rasa ingin tahu, rasa ingin
memahami dan berhasil serta kerjasamanya kurang. Penggunaan media gambar
berseri pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah kurang efektif karena
siswa tidak mampu mengekspresikan gagasannya dan tidak mampu memproduksi
bahasa (kata atau kalimat) yang akan diungkapkan melalui tulisan. Siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah lebih senang menggunakan media kartu kalimat
dengan mengurutkan kartu-kartu yang berisi kalimat utama sebuah cerita sehingga
sesuai dengan urutannya dan membentuk sebuah kerangka karangan yang baik.
Siswa diajak bermain sambil belajar.
2.4 Hipotesis
Dari permasalahan dan kerangka teori yang telah diurasikan di atas, maka
101
hipotesis penelitian ini dapat disusun sebagai berikut:
2.4.1. Terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan tingkat
motivasi belajar terhadap keterampilan menulis siswa kelas V SD Negeri 3
Mulya Asri.
2.4.2. Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan menulis siswa kelas V SD
Negeri 3 Mulya Asri yang pembelajarannya menggunakan media gambar
berseri dengan kartu kalimat, media gambar berseri lebih tinggi dari media
kartu kalimat.
2.4.3. Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan menulis siswa kelas V SD
Negeri 3 Mulya Asri yang pembelajarannya menggunakan media gambar
berseri dengan kartu kalimat pada siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi, media gambar berseri lebih tinggi dari media kartu kalimat.
2.4.4. Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan menulis siswa kelas V SD
Negeri 3 Mulya Asri yang pembelajarannya menggunakan media gambar
berseri dengan kartu kalimat pada siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah, media gambar berseri lebih rendah dari media kartu kalimat.