bab ii kajian pustaka dan kerangka pemikiran kajian...

33
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan area bisnis yang berfokus pada proses produksi barang atau jasa, serta memastikan operasi bisnis berlangsung secara efektif dan efisien. Seorang manajer operasi bertanggung jawab mengelola proses pengubahan input menjadi output. Heizer, Render dan Chuck Munson (2017) MO adalah serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kemudian menurut Chase, Jacobs dan Aquilano (2018) Manajemen Operasi didefinisikan sebagai desain, operasional dan peningkatan sebuah sistem yang dapat menciptakan dan menghantarkan barang dan jasa. Jika ditarik kesimpulan berdasarkan pendapat para ahli tersebut bahwa manajemen operasi merupakan proses transformasi suatu barang dan jasa yang sebelumnya melewati beberapa aktivitas perencanaan, pengaturan, pengoordinasian dalam sistem produksi perusahaan secara efektif dan efisien. Dalam bukunya Heizer, Render dan Chuck Munson (2017) menyebutkan bahwa terdapat sepuluh keputusan strategis dalam fungsi seorang manajer operasi, yaitu

Upload: vuquynh

Post on 17-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Manajemen Operasi

Manajemen operasi merupakan area bisnis yang berfokus pada

proses produksi barang atau jasa, serta memastikan operasi bisnis

berlangsung secara efektif dan efisien. Seorang manajer operasi

bertanggung jawab mengelola proses pengubahan input menjadi output.

Heizer, Render dan Chuck Munson (2017) MO adalah serangkaian kegiatan

yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah

input menjadi output. Kemudian menurut Chase, Jacobs dan Aquilano

(2018) Manajemen Operasi didefinisikan sebagai desain, operasional dan

peningkatan sebuah sistem yang dapat menciptakan dan menghantarkan

barang dan jasa.

Jika ditarik kesimpulan berdasarkan pendapat para ahli tersebut

bahwa manajemen operasi merupakan proses transformasi suatu barang dan

jasa yang sebelumnya melewati beberapa aktivitas perencanaan,

pengaturan, pengoordinasian dalam sistem produksi perusahaan secara

efektif dan efisien.

Dalam bukunya Heizer, Render dan Chuck Munson (2017)

menyebutkan bahwa terdapat sepuluh keputusan strategis dalam fungsi

seorang manajer operasi, yaitu

9

1. Desain Produk. Produk seperti apa akan ditawarkan dan bagaimana

mendesain produk tersebut meliputi biaya, kualitas dan sumber daya

manusia yang dibutuhkan.

2. Manajemen Kualitas. Menentukan kualitas berdasarkan ekpektasi

customer dan menyusun kebijakan mengenai prosedur untuk

mengidentifikasi kualitas yang ingin diraih.

3. Desain Proses dan Desain Kapasitas. Menentukan Proses dan kapasitas

yang dibutuhkan suatu produk terkait teknologi, kualitas, sumber daya

manusia dan investasi berdasarkan struktur biaya.

4. Strategi Lokasi. Penentuan lokasi strategis terkait kedekatan dengan

pelanggan, pemasok, dan sumber daya manusia dengan mempertimbangkan

biaya, infrastruktur, logistik, dan regulasi pemerintah.

5. Desain Tata Letak. Mengintegrasikan kapasitas yang dibutuhkan, tingkat

personalia, teknologi dan persediaan untuk menentukan aliran bahan baku,

orang-orang dan informasi yang efisien.

6. Sumber Daya Manusia dan Desain Pekerjaan. Menentukan cara

merekrut, memotivasi dan mempertahankan pegawai dengan kemampuan

yang dibutuhkan karena sumber daya manusia merupakan sesuatu yang

bernilai tinggi dalam perencanaan sistem operasional perusahaan.

7. Manajemen Rantai Pasok. Keputusan dalam melakukan pengintegrasian

rantai pasok ke dalam strategi perusahaan, keputusan tersebut terkait barang

apa yang akan dibeli, diperoleh melalui siapa serta dalam kondisi seperti

apa.

10

8. Manajemen Persediaan. Menentukan keputusan dalam pemesanan dan

penyimpanan serta bagaimana mengoptimalkan jadwal produksi, pemasok,

dan kepuasan pelanggan.

9. Penjadwalan. Menentukan dan mengimplementasikan jadwal jangka

menengah dan jangka pendek secara efektif dan efisien, memanfaatkan

sumber daya manusia dan fasilitas dalam memenuhi permintaan pelanggan.

10. Pemeliharaan. Keputusan dalam pemeliharaan terkait dengan kapasitas

pada fasilitas yang dimiliki organisasi, permintaan untuk kegiatan produksi,

dan sumber daya manusia untuk menjaga kedanalan dan kestabilan proses

produksi.

2.1.2. Supply Chain Management

Bowersox (2013) mendefinisikan manajemen supply chain sebagai

keterkaitan antarorganisasi yang saling berkolaborasi demi menciptakan

sebuah hubungan yang berkelanjutan untuk mencapai tujuan secara

bersama. Dalam hal ini manajer terlibat dalam meningkatkan dan

mengintegrasikan aktivitas marketing tradisional, manufaktur, pembelian

dan logistik secara menyeluruh. Sementara menurut Chase, Jacob dan

Aquilano (2018) Supply Chain Management adalah desain, operasional dan

peningkatan sistem yang menciptakan sebuah produk atau jasa utama

perusahaan kepada pelanggan. Supply chain management berfokus pada

keterlibatan seluruh manajemen dengan sebuah sistem yang ada di sebuah

11

perusahaan. Sedangkan Chopra dan Meindl (2015) dalam bukunya

menjelaskan bahwa seluruh manajemen perusahaan yang terlibat secara

langsung maupun tidak langsung demi memenuhi permintaan pelanggan

merupakan supply chain management. Fungsi-fungsi yang terlibat dalam

SCM tidak hanya manufacturer dan supplier, tetapi juga transportasi,

gudang, ritel bahkan hingga pelanggan.

Menurut Christopher (2016) manajemen hubungan dari hulu

hingga ke hilir dengan pemasok dan pelanggan untuk memberikan nilai

produk atau jasa yang unggul dengan biaya yang rendah serta berdampak

kepada supply chain perusahaan secara menyeluruh merupakan supply

chain management. Selain itu Heizer, Render dan Chuck Munson (2017)

mendefinisikan SCM sebagai koordinasi manajemen dengan seluruh

aktivitas supply chain perusahaan, dimulai dari bahan baku hingga kepuasan

yang diperoleh pelanggan. Supply chain melibatkan pemasok, produsen

produk atau jasa, distributor, wholesaler dan ritel yang akan dihantarkan

kepada konsumen

The Council of Supply Chain Management Professional (CSCM)

Supply Chain Managementadalah Perencanaan dan pengelolaan dari semua

kegiatan yang terlibat dalam pengadaan bahan baku, sumber daya

perusahaan, konversi dan seluruh kegiatan logistik. Terdapat hal penting

dalam supply chain, yaitu kolaborasi dan koordinasi dengan pihak ketiga

seperti, para pemasok, mitra dan penyedia layanan perantara.

12

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa Supply Chain Management merupakan aktivitas pengoordinasian,

kolaborasi dan pengintegrasian seluruh fungsi-fungsi manajemen yang

terdapat di sebuah perusahaan. Hal tersebut meliputi pemasok, produsen,

distributor, gudang, ritel hingga pelanggan. Manajemen supply chain yang

baik akan berdampak pada tingkat efisiensi, daya saing, dan kepuasan

pelanggan sehingga tujuan perusahaan akan dapat tercapai.

2.1.3. Manajemen Logistik

Menurut Bowersox (2013) Logistik adalah sebuah tanggung jawab

dalam merancang dan mengelola sistem yang mengendalikan pergerakan

dan posisi lokasi bahan mentah, work-in process, dan barang jadi dengan

total biaya yang rendah. Sedangkan Christopher (2016) mendifinisikan

logistik sebagai serangkaian aktivitas mengenai pengelolaan, pengadaan,

pergerakan, dan penyimpanan bahan baku serta arus informasi terkait secara

strategis melalui fungsi organisasi dan saluran pemasaran. Hal tersebut

dapat memaksimalkan profit di masa yang akan datang dengan biaya yang

efisien ketika memenuhi permintaan pelanggan. Sementara menurut Chase,

Jacob dan Aquilano (2018) logistik adalah seni dan ilmu untuk memeroleh,

memproduksi, dan mendistribusikan bahan baku dan produk di tempat yang

sesuai dalam jumlah yang tepat.

13

Dikutip dari laman The Council of Supply Chain Management

Professional (CSCM) logistik adalah bagian dari Supply Chain

Management berupa perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian

aliran barang, penyimpanan, layanan, dan informasi secara efektif dan

efisien terkait antara titik asal dan titik konsumsi dalam memenuhi

kebutuhan pelanggan.

Jika ditarik kesimpulan dari beberapa pendapat ahli di atas, logistik

dapat didefinisikan sebagai pendekatan dalam merancang dan mengelola

sistem organisasi untuk mengendalikan pergerakan bahan baku, barang

setengah jadi, barang jadi, penyimpanan, serta arus informasi terkait antara

titik asal hingga titik konsumen dalam memenuhi permintaan pelanggan

dengan biaya yang efisien untuk memaksimalkan profit di masa akan datang

secara maksimal.

2.1.3.1. Transportasi

Bowersox (2013) dalam bukunya menjelaskan transportasi

adalah wilayah operasional logistik yang mengendalikan pergerakan dan

posisi persediaan yang dimiliki perusahaan. Sementara Chopra dan Meindl

(2015) mendefinisikan transportasi sebagai pergerakan produk dari satu

lokasi ke lokasi lainnya sehingga membuat supply chain pada perusahaan

dapat berjalan. Transportasi merupakan penghantar supply chain yang

penting karena produk yang diproduksi jarang dikonsumsi di lokasi yang

14

sama. Transportasi juga menentukan tingkat biaya supply chain yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan dalam memenuhi permintaan pelanggan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas jika ditarik

kesimpulan bahwa transportasi merupakan pendekatan dalam wilayah

operasional logistik yang mengacu pada pergerakan produk dari satu

lokasi ke lokasi yang lainnya sehingga supply chain pada perusahaan dapat

berjalan. Transportasi juga merupakan salah satu komponen penentu

tingkat biaya arus supply chain yang harus dikeluarkan ketika memenuhi

harus memenuhi sebuah permintaan.

2.1.4. Pelabuhan

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 152 Tahun 2016

Pasal 1 ayat 2, tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat

Barang dari dan ke Kapal, dijelaskan bahwa pelabuhan adalah tempat yang

terdiri dari dataran dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu

sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang

dipergunakan sebagai tempat kapal bersadar, berlabuh, naik turun

penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai

tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Menurut Lasse (2014)

pelabuhan adalah tempat kapal berlabuh (anchorage), mengolah gerak

(manouvire), dan bertambat (berthing) untuk melakukan kegiatan

15

menaikkan dan/atau menurunkan penumpang dan barang secara aman

(securely) dan selamat (safe). Sementara menurut Hlali dan Hamammi

(2017) pada era globalisasi pelabuhan merupakan tempat untuk melayani

pelanggan demi meraih keunggulan yang kompetitif. Fokus pada pelabuhan

sekarang bukan sekadar tempat kapal berlabuh untuk melakukan

perpindahan penumpang/barang dari suatu daerah ke daerah tertentu, namun

sekarang pelabuhan berorientasi kepada kualitas dan pelanggan.

Pelabuhan didefinisikan sebagai aktivitas dalam memberikan

layanan untuk tempat kapal berlabuh dan melakukan kegiatan menaikkan

dan/atau menurunkan penumpang dan/atau barang dalam keadaan aman dan

selamat serta memiliki daya saing yang tinggi.

2.1.4.1. Pelayanan di Pelabuhan

Hlali dan Hamammi (2017) dalam penelitiannya, membahas

mengenai perubahan fungsi/perananan pelabuhan dari masa ke masa.

Konsep pelabuhan di masa ini cenderung lebih berfokus pada pelayanan

pelanggan untuk meraih keunggulan kompetitif. Dalam hal ini teknologi

menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk memenuhi segala

kebutuhan pelanggan secara efektif. Pada akhirnya akan berdampak secara

menyeluruh terhadap Supply Chain Logistiks pada sebuah organisasi.

Tabel 2.1 menunjukkan berbagai pelayanan yang ada di pelabuhan

menurut Hlali dan Hamami (2017).

16

Tabel 2. 1 Pelayanan di Pelabuhan

Seaport

services

Ship services

Layanan kapal selama berlabuh ke dermaga,

contohnya seperti operator, pemdanu kapal,

agen penerima barang, pengisian bahan bakar,

perbaikan kapal dan penanganan limbah.

Goods services

Layanan perantara untuk membantu logistik

terkait informasi, keuangan, ekspedisi barang,

pabean, pemeriksaan dan penyimpanan serta

keamanan.

Administrative

services

Otoritas pelabuhan yang bertanggung jawab

atas pengelolaan pelabuhan yang mewakili

administrasi, bea cukai, perbatasan, kesehatan

pelabuhan, bantuan kecelakaan dan keamanan.

Handling services

Layanan berupa penanganan terhadap kapal

dagang yang ingin melakukan bongkar muat

seperti penerimaan dan penjagaan.

Terrestrial transport

services

Penyediaan layanan untuk barang melalui jalur

darat menggunakan jalan atau kereta api.

Sumber: Hlali dan Hmami (2017)

17

2.1.4.2. Alur Pelayanan Bongkar dan Muat Barang di Pelabuhan

Pelayanan bongkar muat barang merupakan salah satu bentuk

layanan di pelabuhan kepada pengguna jasa yang akan melakukan proses

bongkar barang atau muat barang ke kapal. Lasse (2014) dalam bukunya

menjelaskan proses kapal mulai dari kapal bertambat hingga akhirnya

petikemas siap dikirimkan ke penerima barang (consignee). Proses

tersebut bisa dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2. 1 Rangkaian Operasi Bongkar/Muat Petikemas

Sumber: Lasse (2014)

1. Ship operation adalah proses menurunkan petikemas dari kapal

langsung ke truk yang kemudian nantinya akan diletakkan di

gudang/lapangan atau diteruskan menggunakan kereta api.

2. Quay transfer operation adalah pemindahan petikemas yang telah

diturunkan dari kapal dan diangkut truk yang kemudian diletakkan di

gudang atau lapangan;

18

3. Storage atau shed & yard operation adalah penyusunan petikemas

secara teratur di gudang/lapangan; dan

4. Receiving dan delivery operation adalah serah terima petikemas yang

berlangsung di lokasi dermaga (ke truk), dan gudang/lapangan

penumpukan.

Pada Gambar 2.2 ditunjukkan aktivitas pelayanan bongkar barang yang

harus dilakukan oleh importir dimulai dari pengurusan berkas-berkas

pembayaran hingga pengangkutan petikemas yang selanjutnya dikirimkan

ke penerima.

Gambar 2. 2 Aktivitas Pendistribusian Barang Keluar Peti Kemas (TPK)

Sumber: Lasse (2014)

19

Importir harus melakukan Delivery Order (DO) pada bagian unit

pelayaran di pelabuhan yang bertugas dan menyelesaikan pembayaran

kemudian memeroleh Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) yang

dikeluarkan oleh pihak bea cukai. Maka urusan selanjutnya adalah ke

terminal petikemas.

Setelah melakukan pembayaran di Terminal Peti Kemas (TPK)

dan menerima nota lunas pembayaran jasa gudang/lapangan, importir

harus menyerahkan Surat Penyerahan Petikemas (SP2) kepada petugas

lapangan agar dilakukan pemerikasaan terkait segel, kecocokan, posisi dan

identitas petikemas. Petugas lapangan selanjutnya akan memerintahkan

operator Rubber Tyred Gantry (RTG) untuk mengangkut petikemas ke

atas truk yang telah disediakan importir. Setelah dilakukan pengangkutan,

petugas lapangan melakukan pembaharuan data petikemas terkait surat

yang telah diberikan oleh importir dan memeriksa truk pengangkut

petikemas yang akan keluar melalui Gate Out (GATO).

2.1.5. Perdagangan Internasional

Aktivitas perekonomian yang dilakukan antarpenduduk suatu

negara dengan negara lain disebut sebagai Perdagangan Internasional.

Dalam sebuah perdagangan aktivitas yang dilakukan, yaitu jual-beli barang

dan jasa dari/ke luar negeri. Apabila suatu negara menjual barang dan jasa

20

ke negara luar disebut sebagai Ekspor, sedangkan apabila suatu negara

membeli barang dan jasa dari negara luar maka disebut sebagai Impor.

2.1.5.1. Pengertian Importasi

Tandjung (2011) mendefinisikan importasi sebagai aktivitas

memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Transaksi impor merupakan

perdagangan internasional dengan memasukkan barang dari luar negeri ke

dalam daerah pabean Indonesia dengan mematuhi peraturan perundang-

undangan dan ketentuan yang berlaku. Sedangkan menurut Purnawati dan

Fatmawati (2013) aktivitas impor merupakan aktivitas pembelian barang-

barang dari negara luar sesuai dengan peraturan pemerintah menggunakan

mata uang asing pada negara tersebut. Kemudian Bea Cukai juga memiliki

definisi tersendiri terkait dengan impor. Importasi menurut bea cukai

adalah Kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean. Barang

yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean diperlakukan sebagai barang

impor dan terutang Bea masuk.

Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi

wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat

tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya

berlaku undang-undang.

Jadi dapat disimpulkan berdasarkan penjelasan para ahli tersebut

importasi adalah aktivitas dalam perdagangan internasional, yaitu

21

membeli barang dari negara luar lalu kemudian dibawa masuk ke wilayah

Republik Indonesia dengan memenuhi persyaratan dan perundang-

undangan yang berlaku. Barang tersebut berstatus terutang Bea Masuk saat

dibawa masuk ke wilayah Republik Indonesia.

2.1.5.2. Dokumen-dokumen Perdagangan Internasional

Dalam perdagangan internasional terdapat dokumen yang dapat

menunjang aktivitas ekspor-impor yang dilakukan. Dokumen tersebut

terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu Dokumen Induk dan Dokumen

Penunjang. Menurut Ahmad dan Firmansyah (2018) yang digolongkan

sebagai Dokumen Induk adalah:

a. Bill of Lading (B/L)

b. Letter of Credit (L/C)

c. Dokumen Asuransi (Polis)

d. Faktur (Invoice)

Sedangkan yang termasuk ke dalam Dokumen Penunjang adalah

e. Daftar Pengemasan (Packing List)

f. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin)

g. Surat Keterangan Pemeriksaan (Certificate of Inspection)

h. Keterangan Timbangan (Weight Note)

i. Daftar Ukuran (Measurement List)

j. Analisis Kimia (Chemical Analysis)

22

k. Wesel (Bill of Exchange)

2.1.5.3. Freight Forwarding

Menurut Suyono (2005) dalam Ahmad dan Firmansyah (2018)

Freight forwarding adalah badan usaha yang bertujuan untuk memberikan

jasa pengurusan dokumen administrasi yang diperlukan dalam kegiatan

perdagangan internasional dan berperan utama sebagai perantara shipper

(eksportir) dan consignee (importir). Sedangkan menurut Ahmad dan

Firmansyah (2018) freight forwarding merupakan badan usaha atau

perusahaan jasa yang memberikan pelayanan dalam kegiatan perdagangan

internasional dalam pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang

dengan menggunakan multi modal transport melalui darat, laut maupun

udara. Freight forwarding dalam pelaksananaannya membagi aktivitasnya

menjadi 4 (empat) bagian, yaitu

a. Prinsipal

b. Perencanaan pengelolaan pengangkutan

c. Pemasaran sebuah perusahaan

d. Pengurusan prosedur dan formalitas dokumentasi

23

2.1.6. Dwelling Time

Dalam sudut pandang ekonomi nasional, transportasi laut

merupakan fasilitator yang memiliki peran yang signifikan dalam lalu lintas

perdagangan internasional. Suatu pelabuhan dengan kapasitas yang tidak

memenuhi standar pengelolaan tentunya akan berdampak langsung pada

daya saing dalam layanan pergerakan barang. Pada praktiknya penggunaan

area penumpukan terminal sebagai sorotan utamanya. Dalam kasus seperti

ini dwelling time disepakati sebagai tolak ukur pencapaian suatu pelabuhan.

Menurut World Bank (2011) Dwelling time pada dasarnya adalah

waktu yang dihitung dari sejak kontainer dibongkar dan kemudian diangkut

(unloading) dari kapal sampai kontainer tersebut meninggalkan lapangan

penumpukan/pelabuhan. Sedangkan menurut Nicoll (2007) dwelling time

adalah lama dari waktu kontainer yang berada di pelabuhan sebelum

melakukan perjalanan melalui darat menggunakan kereta api atau truk.

Dalam aktivitas tersebut terdapat beberapa tahapan yang menjadi komponen

dari dwelling time ini, Sanjaya, Saptono, dan Njatrijani (2017) di dalam

jurnal menjelaskannya sebagai berikut

1. Pengurusan Dokumen pada Tahap Pre-Clearance

Tahap Pre Clearance merupakan waktu yang dihitung sejak

kapal sandar ke dermaga dan melakukan bongkar muatan di pelabuhan

sampai dengan importir melakukan pengajuan pemberitahuan impor

barang (PIB) secara online. PIB tersebut dibuat oleh importir dengan

menggunakan draft yang telah ditentukan oleh bea cukai dengan

24

melengkapi informasinya berdasarkan dokumen pelengkap pabean.

Bea masuk yang dikenakan terhadap barang dihitung sendiri oleh

importir berdasarkan dokumen Pelengkap Pabean. Kemudian dokumen

tersebut disampaikan secara langsung ke kantor bea cukai. Dalam

praktiknya dapat menunjuk Perusahaan Pengurus Jasa Kepabeanan

(PPJK) sebagai kuasanya. Dokumen yang harus dipersiapkan oleh

importir sebagai Dokumen Pelengkap Pabean dalam aktivitas tersebut

adalah

1) Airway Bill (AWB) atau Bill of lading (B/L);

2) Packing list;

3) Invoice;

4) Bukti Pembayaran Setoran Pabean Cukai dan Pajak (SSPCP);

5) Surat Kuasa untuk penyelesaian oleh PPJK apabila menunjuk

PPJK sebagai pemberitahu;

6) Angka Pengenal Impor (API)/Angka Pengenal Impor Terbatas

(APIT) yang berlaku;

7) Keputusan pembebasan/keringanan atau rekomendasi dari instansi

terkait dan atau izin fasilitas;

8) Surat Tanda Terima Jaminan (STTJ) untuk importir mendapat

fasilitas Badan Pelayanan Kemudahan Ekspor dan Pengolahan

Data Keuangan (Bapeksta) dan;

9) Copy NPWP dalam hal Pelayanan PIB dilakukan secara manual

atau impor dilakukan tanpa API/APIT

25

4. PIB

Importir

PORTAL INSW

Bank

Bea Cukai

Pertukaran Data Elektronik

(PDE)

3. Credit Advice

5.

2. D

eb

it Ad

vice(P

ayme

nt R

eceip

t)1. P

aym

en

t o

f D

uty

Gambar 2. 3 Alur Pre Clearance

Sumber: Jurnal Pelaksanaan Pengurusan Dokumen Tentang Impor Barang Terkait

Dengan Dwelling time di Pelabuhan Panjang Bandar Lampung (2017)

Setelah importir menyelesaikan kewajibannya dalam

melakukan pembayaran pungutan bea masuk pada bank devisa, maka

importir selanjutnya akan menerima full set dokumen impor yang

diberikan oleh pihak bank devisa. Dokumen tersebut adalah sebagai

berikut:

1) PIB full set yang telah ditandaskan oleh pejabat bank devisa.

2) Kuitansi pembayaran Surat Setoran Bea Cukai (SSBC), PPn dan

PPh

26

3) Dokumen Laporan Pemeriksaan Surveyor Impor (LPS-I) asli

yang dilapisi (amplop) untuk bea cukai dan lembar copy asli LPS-

I untuk importir

4) Invoice, packing list asli berangkap tiga

5) B/L asli yang sudah ditandatangani/dicap supplier luar negeri

(eksportir)

6) Copy API dan NPWP

Dokumen-dokumen tersebut diberikan kepada importir dalam bentuk

hardcopy, untuk kemudian dikirimkan dan dikonfirmasikan bentuk

softcopy-nya kepada kantor bea cukai melalui Pertukaran Data

Elektronik (PDE) atau online.

2. Pengurusan Dokumen pada Tahap Custom-Clearance

Tahap custom clearance merupakan waktu yang dihitung

dimulai dari sejak PIB diterima oleh pihak bea cukai sampai penerbitan

Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB).

27

PIB Status Check Mandatory Check Content Check

Selectivity Processing

Analyzing Point

Prioritas Non-Prioritas Hijau Kuning Merah

Scan X-Ray Examination

Pemeriksaan Fisik

Penelitian Dokumen

Penerbitan SPPB

Scan X-Ray Examination

Penelitian Dokumen Penelitian Dokumen

Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Fisik* (SPPF)

*) Pemeriksaan Fisik di Gudang Importir

Gambar 2. 4 Alur Custom Clearance

Sumber: Bea Cukai

Pada tahap custom clearance ini proses pengurusan dokumen

impor seluruhnya ditangani oleh Bea Cukai. Mulai dari Data Pelengkap

Pabean, PIB, dan bukti pembayaran bea masuk. Pihak Bea Cukai akan

melakukan penyesuaian kesamaan data yang telah diterima pada sistem

PDE. Apabila terdapat kesalahan atau ketidaklengkapan maka bea

cukai akan mengembalikannya lagi kepada importir untuk diperbaiki

dan dilengkapi, jika terdapat jumlah pembayaran biaya pungutan bea

28

masuk yang masih kurang, maka importir akan dipersilakan melunasi

kekurangan biaya tersebut. Setelah segala dokumen dirasa telah

lengkap kemudian akan diproses oleh bea cukai dan akan ditentukan

jalur pengeluaran pada barang-barang impor tertentu.

Proses custom clearance dibagi menjadi 3 (tiga) jalur, yaitu

jalur hijau, jalur kuning, dan jalur merah. Selain ketiga jalur tersebut

terdapat lagi jalur Mitra Utama (MITA) dan MITA nonprioritas.

1) Jalur Hijau

Barang yang melalui jalur hijau hanya dilakukan pemindaian

kontainer dan penelitian dokumen kemudian langsung

memeroleh persetujuan untuk melakukan pengeluaran barang

2) Jalur Kuning

Barang yang melalui jalur kuning hanya dilakukan penelitian

dokumen secara rinci. Pada jalur ini tidak akan dilakukan

pemeriksaan fisik kontainer (pindai). Setelah melalui proses

tersebut selanjutnya memeroleh persetujuan untuk melakukan

pengeluaran barang.

3) Jalur Merah

Barang yang melalui jalur merah dilakukan pemeriksaan fisik

barang dan penelitian dokumen secara rinci kemudian memeroleh

persetetujuan untuk melakukan pengeluaran barang.

4) Jalur Mitra Utama (MITA)

29

Barang yang melalui jalur MITA tidak dilakukan pemeriksaan

(pindai) seperti jalur merah dan hijau.

5) Jalur MITA nonprioritas

Pada umumnya tidak dilakukan pemeriksaan fisik barang, hanya

dalam keadaan tertentu dilakukan pengawasan dan pemeriksaan

fisik barang. Pengawasan dan pemeriksaan tersebut dilakukan di

gudang importir.

Dalam hal ini pemeriksaan dokumen dan fisik barang sangat

menentukan suatu barang bisa atau tidak keluar dari daerah Pabean.

Apabila terdapat ketidaksesuaian dokumen terhadap barang yang telah

disampaikan maka akan dilakukan penyitaan oleh pihak bea cukai atau

dipulangkan ke negara asal.

Jika barang yang diperiksa dianggap telah sesuai dengan

dokumen yang diterima maka selanjutnya pihak Bea Cukai akan

menerbitkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) sebagai

surat persetujuan untuk melakukan pengeluaran barang dari daerah

pabean.

3. Pengurusan Dokumen pada Tahap Post-Clearance

Tahap post-clearance merupakan waktu yang dihitung sejak

diterbitkannya SPPB sampai dengan barang impor keluar dari lapangan

penumpukan. Suatu barang dilapangan penumpukan agar bisa keluar

dari pelabuhan merupakan tanggung jawab importir, sehingga importir

30

memiliki kewajiban untuk melakukan pengeluaran barang di

pelabuhan.

Pelayaran/

Forwarder

1. Bill of Lading (B/L)

2. Delivery Order (DO)

3. SP

PB

da

n D

O

4. S

ura

t P

enye

rah

an P

eti

kem

as (

SP2

)

5. Check Document SP2

PELINDO

Gate-out

Importir

Gambar 2. 5 Alur Post Clearance

Sumber: Jurnal Pelaksanaan Pengurusan Dokumen Tentang Impor Barang Terkait

Dengan Dwelling time di Pelabuhan Panjang Bandar Lampung (2017)

31

Pada tahap Post Clearance proses pengeluaran kontainer impor untuk

keluar dari pelabuhan dikendalikan sepenuhnya oleh PT Pelabuhan

Indonesia II. Dalam praktiknya importir harus menebus/menukar

Delivery Order (DO) yang sebelumnya telah diperoleh dari pihak

Pelayaran atau Forwarder menggunakan Bill of Lading (B/L).

Kemudian importir melakukan pembayaran biaya angkut yang telah

dilakukan oleh pihak Pelindo dan juga menyerahkan SPPB dan DO.

Setelah seluruh dokumen dianggap lengkap maka pihak Pelindo

nantinya akan menerbitkan Surat Penyerahan Petikemas (SP2) sebagai

surat izin dan syarat untuk melakukan pengambilan barang di lapangan

penumpukan dan membawa keluar dari daerah pelabuhan.

2.1.6.1. Peraturan Pemerintah Terkait Penumpukan Barang di Pelabuhan Tanjung

Priok

Pemerintah dalam mengatasi dwelling time telah mengupayakan

berbagai cara khususnya dengan menerbitkan kebijakan yang tertuang

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 117 Tahun 2015 tentang Pemindahan

Barang yang Melewati Batas Waktu Penumpukan (Long Stay) di

Pelabuhan Tanjung Priok. Kebijakan tersebut disusun dalam rangka

menjamin kelancaran arus barang yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok

dengan menimbang beberapa keputusan yang telah ditetapkan sebelumnya

serta mengingat Undang-Undang, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden

dan Peraturan Menteri Perhubungan.

32

Peraturan Menteri tersebut menjelaskan beberapa definisi terkait

dengan segala aktivitas pemilik barang/kuasanya dalam memenuhi

kewajibannya untuk memindahkan barang yang ada di pelabuhan Tanjung

Priok. Secara rinci Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 117 Tahun

2015 adalah sebagai berikut:

Pasal 1

(1) Untuk Menjamin kelancaran arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok,

perlu dilakukan upaya menjaga tingkat penggunaan lapangan

penumpukan (Yard Occupancy Ratio/YOR) agar tidak melebihi dari

batas standar utilisasi fasilitas yang telah ditetapkan sebesar 65% (enam

puluh lima per seratus)

(2) Lapangan penumpukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan

merupakan tempat penimbunan barang tetapi sebagai area transit untuk

pemeriksaan barang yang bersifat sementara.

Pasal 2

(1) Setiap pemilik barang/kuasanya wajib memindahkan barang yang

melewati batas waktu penumpukan keluar dari lini 1 (dalam Pelabuhan)

dengan biaya dari pemilik barang dan berkoordinasi dengan Otoritas

Pelabuhan Utama Tanjung Priok dan Bea Cukai.

(2) Pemilik barang wajib memindahkan barang-barang yang ditumpuk yang

melewati batas waktu penumpukan di lini 1 (dalam pelabuhan) ke

lapangan penumpukan di luar pelabuhan.

33

(3) Batas waktu penumpukan barang di lapangan penumpukan paling lama

3 (tiga) hari sejak barang ditumpuk di lapangan penumpukan di dalam

pelabuhan.

34

2.2. Ringkasan Jurnal dari Penelitian Sebelumnya

Tabel 2. 2 Ringkasan Jurnal dari Penelitian Sebelumnya

No. Penulis, Judul

dan Tahun

Metode & Variabel Hasil Persamaan dan

Perbedaan

1 “DWELLING

TIME

MANAGEMENT

(ANTARA

HARAPAN DAN

KENYATAAN

DI

INDONESIA)”

Sumber:

http://library.stmt-

trisakti.ac.id/

Variabel:

Transportation

Metodologi: research

dan development.

Dengan memadukan

banyak artikel serta

perkembangan pokok

masalahnya pada

multiple case dan

multiple dekade,

mengembangkan

keterkaitan antar case

dimaksud dan

menjadi rangkaian

perkembangan

masalah atau

gagasan.

Dwelling time berpengaruh

besar terhadap ekonomi

secara luas. Pola

Manajemen perubahan

adalah upaya tepat untuk

perbaikan. Dwelling time

Dengan memberikan

reward dan punishment

akan memberikan

perbaikan Dwelling time

yang terjadi. Sinkronisasi

antarinstansi dan tatakelola

sistem dengan

komputerisasi jaringan

(internet) serta peremajaan

teknologi sebagai alat

pendukung dalam

perbaikan dwelling time di

pelabuhan.

Persamaan:

Jurnal ini menunjukkan

informasi dwelling time

yang seharusnya ideal

terjadi di pelabuhan di

Indonesia.

Perbedaan:

pada jurnal ini

informasi mengenai

dwelling time dari

sebab hingga akibat

serta solusinya

diperoleh melalui data

sekunder dengan

memadukan artikel dan

kasus-kasus yang

terjadi.

2 Dr. USMAN

GIDADO (2015)

“Consequences of

Port Congestion

on Logistiks dan

Supply Chain in

African Ports”

Sumber:

www.iiste.org

Variabel: Kemacetan

di Pelabuhan

Metodologi:

Metode yang

digunakan pada

penelitian ini adalah

analisis sederhana

mengenai sebab-

akibat. Data yang

diteliti berasal dari

pengematan beberapa

pelabuhan di Afrika,

yaitu Port Said,

Durban, Douala,

Lagos dan Mombasa

Hasil dari penelitian ini

adalah dapat disimpulkan

bahwa permasalahan yang

terjadi pada ke-5

pelabuhan tersebut

bervariasi dan

penangangan yang harus

dilakukan juga berbeda-

beda. Namun

permasalahan yang sangat

sering terjadi adalah

peningkatan kapasitas

petikemas, regulasi dan

ketersediaan fasilitas untuk

melakukan proses bongkar

muat.

Persamaan:

Penilitian ini

menjelaskan kendala

dwelling time impor

yang terjadi di

pelabuhan negara

berkembang.

Perbedaan: Metode

yang digunakan pada

penelitian ini adalah

analisis sederhana

sebab-akibat mengenai

kemacetan yang terjadi

di pelabuhan.

3 Ilham Mardena

Ruwanto, Susatyo

N. W. P (2016)

ANALISIS

PENYEBAB

TIDAK

Variabel: Penyebab

tidak tercapai

Metodologi:

Menggunakan

metode Fault Tree

Analysis untuk

Hasil dari penelitian ini

menggunakan metode

Fault Tree Analysis maka

perumusan strateginya

difokuskan pada Pre-

Clearance karena menurut

Persamaan: jurnal ini

menjelaskan secara

rinci mengenai proses

dari Top Event hingga

Basic Event pada

aktivitas bongkar muat

35

No. Penulis, Judul

dan Tahun

Metode & Variabel Hasil Persamaan dan

Perbedaan

TERCAPAINYA

TARGET

DWELLING

TIME

MENGGUNAKA

N METODE

FAULT TREE

ANALYSIS, Studi

Kasus:

PELABUHAN

TANJUNG

PRIOK

(PELINDO II)

Sumber:

https://ejournal3.u

ndip.ac.id/

menganalisis risiko

kegagalan serta

mengetahui penyebab

terjadinya suatu

permasalahan.

pakar angka mean yg

diukur menggunakan

metode Delphi berada di

atas nilai 4 yang artinya

merupakan terjadi masalah

yang dominan pada

aktivitas tersebut.

petikemas sehingga

dapat diidentifikasi

permasalahan yang

sedang terjadi pada

kegiatan tersebut.

Perbedaan: Pada

penelitian ini metode

yang digunakan adalah

Fault Tree Analysis

dan hasilnya

dirumuskan

menggunakan metode

Delphi.

4 Sherly Luthfi

Anita, Indra

Asmadewa (2017)

ANALISIS

DWELLING

TIME IMPOR

PADA

PELABUHAN

TANJUNG

PRIOK

MELALUI

PENERAPAN

THEORY OF

CONSTRAINTS

Sumber:

www.jurnal.stan.a

c.id/

Variabel: Dwelling

time impor

Metodologi:

Theory of Constraints

(teori kendala) yang

merinci segala

kendala dengan lima

tahap, yaitu

1. Mengidentifikasi

kendala pada sistem

2. Memutuskan

bagaimana untuk

mengeksploitasi

kendala tersebut

3. Mensubordinasikan

semua bagian lain

dari sistem pada

keputusan

sebelumnya

4. Mengangkat

kendala pada sistem

5. Kembali ke langkah

satu, sambil

berusaha untuk

mencegah adanya

kecenderungan

sistem tidak

menginginkan

perubahan.

Hasil dari penlitian ini

kendala yang ditemukan

adalah pada tahap Pre-

clearance karena lamanya

waktu proses dan

penerbitan izin impor

barang larangan dan/atau

pembatasan (lartas).

Usulan yangdiberikan atas

kendala tersebut adalah

Single Submission dan

Indonesia Single Risk

Management untuk

mengatasi kendala

dwelling time yang terjadi.

Persamaan:

Jurnal ini membahas

mengenai dwelling

time impor di

pelabuhan Tanjung

Priok, namun hanya

pada jalur hijau dan

kuning

Perbedaan:

Pada jurnal ini

menjelaskan metode

analisis kendala

dwelling time impor

pada jalur hijau dan

kuning secara rinci

dengan melakukan

lima langkah utama

(five-focusing steps)

untuk mencari solusi

atas kendala yang

ditemukan

5. Akhwan Caesar

Sanjaya, Rinitami

Njatrijani, Hendro

Variabel: Document

flow

Metode Penelitian:

Hasil dari penelitian ini

adalah pengurusan

dokumen di pelabuhan

Persamaan: Jurnal ini

memiliki persamaan

dalam metode

36

No. Penulis, Judul

dan Tahun

Metode & Variabel Hasil Persamaan dan

Perbedaan

Saptono (2017)

PELAKSANAAN

PENGURUSAN

DOKUMEN

TENTANG

IMPOR

BARANG

TERKAIT

DENGAN

DWELLING

TIME DI

PELABUHAN

PANJANG

BANDAR

LAMPUNG

Sumber:

http://www.ejourn

al-s1.undip.ac.id

Deskriptif-Analitis,

dengan pendekatan

Yuridis-Empiris yang

mengacu pada

prosedur, konsep, tata

kerja yang

berdasarkan pada

perundang-undangan

serta melakukan

observasi langsung di

lapangan.

harus melalui tiga tahap,

yaitu pre-clearance,

custom clearance, post-

clearance dan apabila

terdapat kesalahan atau

ketidaklengkapan

dokumen barang yang

masuk ke daerah pabean

akan disita atau

dipulangkan ke daerah asal

oleh Bea Cukai. Dalam

arus dokumen pengurusan

barang impor ini terdapat 2

dua) hambatan yang

berasal dari internal dan

eksternal, seperti dwelling

time itu sendiri bisa

disebabkan oleh importir

itu sendiri atau instansi

terkait pelaksana tugas.

Dari sisi eksternal, bisa

berupa sarana dan

prasarana di pelabuhan.

Usulan yang diberikan

terkait penelitian ini

pengurusan perizinan

barang dipersingkat dan

dijadikan satu tempat serta

banyak menggolongkan

importir pada jalur

prioritas.

penelitiannya, yaitu

Deskriptif-Analitis

seperti yang akan

dilakukan oleh peneliti.

Dengan teknik

pengumpulan data

observasi langsung di

lapangan.

Perbedaan:

Jurnal ini hanya

membahas terkait

document flow yang

harus dilakukan apabila

ingin melaksanakan

pengurusan impor

barang di pelabuhan.

6. Nafis Hafiyyan

Ahmad, Egi

Arvian

Firmansyah

(2018) SUATU

TINJAUAN

ATAS

PROSEDUR

PENERIMAAN

BARANG

IMPOR DARI

PELABUHAN

MUAT DENGAN

STATUS PETI

KEMAS FULL

Variabel: Prosedur

Penerimaan Barang

Impor

Metode Penelitian:

Studi Kasus dengan

menggambarkan

kejadian proses dan

kegiatan melalui

observasi partisipan

dengan datang

langsung pada objek

yang diteliti.

Prosedur penerimaan

barang impor dari

pelabuhan muat pada PT

Glorius Interbuana dimulai

setelah pihak Importir

membayar Pajak Dalam

Rangka Impor (PDRI).

Selanjutnya sistem CEISA

(customs-excise

information system and

automation) Bea cukai

akan menerbitkan

penjaluran impor dan

menerbitkan Surat

Persetujuan Pengeluaran

Persamaan: Jurnal ini

membahas mengenai

prosedur penerimaan

barang impor yang

sama dengan dilakukan

peneliti sehingga

segala informasi dari

jurnal ini akan menjadi

referensi yang sangat

bermanfaat.

Perbedaan: Jurnal ini

hanya membahas

mengenai prosedur,

namun tidak membahas

mengenai waktu yang

37

No. Penulis, Judul

dan Tahun

Metode & Variabel Hasil Persamaan dan

Perbedaan

CONTAINER

LOAD (FCL)

Sumber:

https://ejournal.un

srat.ac.id

Barang), kemudian PT

Glorious Interbuana akan

melakukan proses

pembuatan Surat

Penyerahan Petikemas

(SP2) pada bagian

pelabuhan dan kemudian

SP2 diserahkan ke divisi

trucking untuk dilakukan

pengiriman ke gudang

importir.

Usulan terkait dengan

penelitian ini adalah

transparansi informasi

peraturan dan juga

sosialisasi dari pihak bea

cukai kepada masyarakat

koordinasi antarinstansi

pemerintah dengan pelaku

usaha harus jelas sehingga

urusan birokrasi dapat

dipermudah dan tidak

mengalami hambatan.

dibutuhkan dalam

menyelesaikan

prosedur penerimaan

barang impor di

pelabuhan.

2.3. Kerangka Pemikiran

Manajemen Operasi merupakan ilmu yang menjelaskan proses

transformasi dari input menjadi output yang memiliki nilai guna. Proses

tersebut dilakukan setelah melalui beberapa aktivitas manajemen seperti

perencanaan, pengaturan, pengoordinasian pada sistem produksi perusahaan

secara efektif dan efisien. Dalam ilmu manajemen operasi menjelaskan

permasalahan yang terjadi dalam kegiatan operasi salah satunya, yaitu Supply

Chain Management. Supply Chain Management adalah topik bahasan dari

manajemen operasi mengenai hubungan timbal balik yang diperoleh antara

pemasok dan konsumen. Dalam hal ini hubungan tersebut merupakan

38

penyampaian nilai-nilai ataupun informasi yang memberikan dampak kepada

kedua belah pihak. Dengan begitu melalui pengelolaan supply chain yang

baik dapat mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Terdapat beberapa aktivitas pada Supply Chain Management yang

dapat menunjang keberhasilan suatu hubungan pada perusahaan dengan

pemasoknya, salah satunya, yaitu logistik. Logistik adalah kegiatan yang

mencakup pengangkutan dan penyimpanan pada suatu produk dengan

melibatkan seluruh sumber daya milik perusahaan sehingga barang tersebut

dapat tersalurkan dari pemasok ke produsen atau dari produsen ke konsumen.

Kegiatan logistik meliputi berbagai jenis transportasi seperti udara,

air dan darat. Khususnya pada transportasi perairan menggunakan kapal

sebagai alat yang dapat memuat barang yang ingin didistribusikan. Kapal

tersebut mengantarkan barang dari pelabuhan awal ke pelabuhan yang dituju.

Sehingga pelayanan pada pelabuhan yang baik dapat menciptakan suatu

jaringan antarwilayah atau antarnegara karena pelabuhan merupakan gerbang

utama sebagai pintu perdagangan yang memiliki peranan penting dalam

menyalurkan barang maupun orang untuk mempermudah mobilitas. Di

Indonesia terdapat beberapa pelabuhan yang melakukan aktivitas tersebut, di

antaranya, yaitu pelabuhan Tanjung Priok yang terletak di Provinsi DKI

Jakarta. Pelabuhan Tanjung Priok melayani berbagai fasilitas dalam

melakukan proses bongkar muat petikemas yang datang dari berbagai

daerah/negara. Petikemas tersebut memuat berbagai jenis barang yang

39

nantinya akan diangkut kembali ke daerah yangg dituju menggunakan

transportasi darat berupa truk atau kereta api.

Saat ini waktu tunggu (dwelling time) yang terjadi di pelabuhan

Tanjung Priok merupakan salah satu yang terburuk. Waktu tunggu (dwelling

time) tersebut dihitung sejak petikemas yang diangkut dari kapal masuk ke

pelabuhan hingga petikemas keluar dari pelabuhan. Keterlambatan yang

terjadi tersebut karena lamanya waktu proses pemeriksaan sehingga

menyebabkan penumpukkan petikemas di pelabuhan.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil

yang akurat mengenai status waktu tunggu (dwelling time) yang terjadi dan

dapat memberikan rekomendasi langkah yang dilakukan agar dapat

memerbaiki sistem pelabuhan di Tanjung Priok sehingga tujuan pemerintah

untuk mempersingkat waktu tunggu ini dapat dicapai.

40

Manajemen Operasi

Supply Chain Management

Aktivitas Importasi

Perhitungan Dwelling timePerbandingan

Kesimpulan dan Rekomendasi

Manajemen Logistik

• Pelabuhan

Gambar 2. 6 Kerangka Pemikiran