dr sugma tugas 1

7
8/20/2019 Dr Sugma Tugas 1 http://slidepdf.com/reader/full/dr-sugma-tugas-1 1/7 Fazelia Berlianthi 1102011103 Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Lingkungan Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya 2. Perilaku Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya. 3. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan. 4. Keturunan Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial. Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu: 1. Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua. 2. Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari

Upload: sashafaza

Post on 07-Aug-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dr Sugma Tugas 1

8/20/2019 Dr Sugma Tugas 1

http://slidepdf.com/reader/full/dr-sugma-tugas-1 1/7

Fazelia Berlianthi 1102011103

Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan

masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut:

1. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas

kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan

menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial.

Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara,

tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan

hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan

sebagainya

2. Perilaku

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat

karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga

dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial

ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

3. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam

pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan

keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.

Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak.

Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi

masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program

pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang

memerlukan.

4. Keturunan

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang

dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes

melitus dan asma bronehial.

Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat

kesehatan, yaitu:

1. Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga

dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.2. Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari

Page 2: Dr Sugma Tugas 1

8/20/2019 Dr Sugma Tugas 1

http://slidepdf.com/reader/full/dr-sugma-tugas-1 2/7

masyarakat.

3. Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik,

kejiwaan maupun sosial dari dirinya.

4. Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk

melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit.

5. Participation in health care: yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untukberpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.

6. Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara

langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.

7. Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain,

sumber daya alam, dan ekosistem.

8. Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga,

komunitas dan bangsanya.

9. Interpersonal relationship: yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap

sesamanya.

10. Reserve or positive health: yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakitatau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik,

kejiwaan, dan sosial.

11. External satisfaction: yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan

sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi.

Internal satisfaction: yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek

kehidupan dirinya sendiri.

Menurut teori Green et al. (1999), kesehatan individu dan masyarakat dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (non¬

perilaku).Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor meliputi:

perilaku seseorang berhubungan faktor predisposisi, faktor pemungkinan dan faktor

penguat. Oleh sebab itu, akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku serta

hal-hal yang berhubungan perilaku, adalah:

12. Faktor predisposisi (predisposing factor). Faktor predisposisi mencakup pengetahuan,

sikap, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seorang atau

kelompok untuk bertindak. Sedangkan secara umum faktor predisposisi ialah sebagai

preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman

belajar. Hal ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat dalam setiapkasus, faktor ini mempunyai pengaruh. Faktor demografis seperti status sosial-

ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga penting sebagai faktor

predisposisi.

13. Faktor pemungkin (enabling factor). Faktor pemungkin mencakup berbagai

keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan.

Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia klinik atau sumber

daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan

berbagai sumber daya, biaya, jarak ketersediaan transportasi, waktu dan sebagainya.

14. Faktor penguat (reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang menentukan

Page 3: Dr Sugma Tugas 1

8/20/2019 Dr Sugma Tugas 1

http://slidepdf.com/reader/full/dr-sugma-tugas-1 3/7

tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tergantung

pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien, faktor menguat bisa

berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga

Sedangkan beberapa teori tentang perilaku lainnya, antara lain dikemukan oleh :

1. Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia

dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal

dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010).

2. Perilaku merupakan fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik

individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat, keperibadian, dan

sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan

faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memilikikekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatannya lebih besar dari

karakteristik individu (Azwar, 2010).

Sementara pengertian perubahan perilaku menurut Emilia (2008), ditentukan oleh

konsep risiko, penentu respon individu untuk mengubah perilaku adalah tingkat

beratnya risiko atau penyakit secara umum, bila seseorang mengetahui ada risiko

terhadap kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan menghindari risiko.

Menurut Judge dan Bono ( 2001), teori perubahan perilaku self efficacy yang

menekankan adanya contoh dalam diri seseorang sehingga perilaku seseorang

dicontoh oleh masyarakat sekitar hingga menjadikan sebuah budaya masyarakat.

Teori perubahan perilaku ini biasa digunakan dalam perubahan perilaku masyarakat

khususnya kesehatan dengan memanfaatkan tokoh masyarakat sekitar yang dianggap

mempunyai peran penting dan mempunyai suritauladan khususnya dibidang

kesehatan. Pendekatan perubahan perilaku masyarakat didasarkan pada tokoh

masyarakat sekitar yang mempunyai pengaruh lebih atau suritauladan dalam perilaku

hidup sehat

Teori lain dikemukakan Lohrmann et al (2008), dengan teori perubahan perilaku The

Ecology Model of Health Behavior menekankan pada perubahan perilaku yang

dipengaruhi oleh situasi lingkungan sekitar. Pendekatan perubahan perilaku

digunakan pada pendekatan perubahan perilaku yang pesan perubahan perilaku di

bawa oleh anak didik untuk merubah perilaku orang tua maupun masyarakat.

Informasi/ pesan yang diterima di dalam meja studi diharapkan dapat diterima oleh

orang tua maupun masyarakat. Informasi/ pesan menjadi keyakinan dan persepsi

sebuah kebenaran sehingga terjadi perubahan perilaku pada orang tua atau masyarakat

Perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan.

Selain itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap

Page 4: Dr Sugma Tugas 1

8/20/2019 Dr Sugma Tugas 1

http://slidepdf.com/reader/full/dr-sugma-tugas-1 4/7

kesehatan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Perubahan

perilaku ditentukan oleh konsep risiko. Penentu respon individu untuk mengubah

perilaku adalah tingkat beratnya risiko atau penyakit. Secara umum, bila seseorang

mengetahui ada risiko terhadap kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan

menghindari risiko. Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3, kelompok yaitu:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), yaitu usaha seseorang untuk

memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan jika sedang sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan (health seeking

behavior), yaitu perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang saat sakit

dan atau kecelakaan untuk berusaha mulai dari self treatment sampai mencari

pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu cara seseorang merespon lingkungan, baiklingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya.

Perilaku spesifik yang mendapat perhatian utama dalam kaitannya dengan penularan

penyakit adalah perilaku penangan air, penanganan mencuci tangan sebelum makan,

mencuci peralatan makan dengan bersih sebelum digunakan, mencuci tangan pakai

sabun setelah buang air besar, mencuci bahan makanan sebelum digunakan dan

merebus air minum sebelum diminum, kondisi ini akan memberi peluang bagi agen

penyebab diare untuk mengkontaminasi dan menularkan penyakit secara fecal-oral.

Masyarakat mengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit sesuai dengan

pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan oleh generasi sebelumnya,

maka pencegahan penyakit diare yang sering dilaporkan terjadi akibat lingkungan

yang buruk tergantung persepsi masyarakat tentang diare. Artinya, jika diare

dipersepsikan sebagai suatu penyakit tidak serius dan tidak mengancam kehidupannya

maka perilaku pencegahan akan penyakit diare pun tidak terlalu serius dilakukan.

Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa diare merupakan masalah kesehatan

yang perlu diwaspadai, otomatis mereka akan bereaksi serius terhadap penyakit ini

dengan mengembangkan perilaku-perilaku pencegahan.

Terkait kesehatan masyarakat, banyak penyakit yang dapat dicegah melalui kebiasaan

atau perilaku hygienis, seperti dengan praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

Beberapa penyakit seperti diare, tifoid, kecacingan, dan flu burung, dapat dicegah

dengan CTPS ini. Juga terkait perilaku buang air besar sembarangan, perilaku cuci

tangan, merupakan sasaran penting dalam promosi kesehatan, dengan adanya

beberapa data berikut:

1. Baru 12% masyarakat yang cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar.

2. Hanya 9% ibu-ibu yang mencuci tangan pakai sabun setelah membersihkan tinja bayi

Page 5: Dr Sugma Tugas 1

8/20/2019 Dr Sugma Tugas 1

http://slidepdf.com/reader/full/dr-sugma-tugas-1 5/7

dan balita.

3. Hanya sekitar 7% masyarakat yang cuci tangan pakai sabun sebelum memberi makan

kepada bayi dan balita.

4. Baru 14% masyarakat cuci tangan pakai sabun sebelum makan.

Perilaku cuci tangan yang benar, yaitu pakai sabun dan menggunakan air bersih yang

mengalir akan dapat menurunkan kejadian diare sampai 45% (Depkes, 2000).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat sebagai berikut:

 Health is a state of complete physical, mental, and social well-being and not merely

the absence of disesae or infirmity. Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik 

fisik, mental, dan sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

Kita bisa belajar dari WHO, ada pula sudut pandang lain yang membahas mengenaikomponen - komponen yang mempengaruhi status kesehatan seseorang, yaitu

diagram Mandala of Health.

Dalam konsep Mandala of Health ini, ada 3 komponen penting yang menyusun

manusia secara utuh:

1. Body

2. Mind

3. Spirit

Mandala of Health

Sumber: livelonger.health.gov.au

Banyaknya faktor penentu status kesehatan dapat dilihat pada diagram tersebut. Yang

ingin ditekankan adalah biologi manusia hanyalah satu bagian komponen dalam

kerangka tersebut. Para dokter cenderung lebih banyak menempatkan penekanan pada

biologi manusia, fisiologi manusia, dan penyakitnya daripada mencari akar

permasalahannya.

Pendekatan social dalam kesehatan menurut Sarwono, 1993 adalah sebagai berikut:

Page 6: Dr Sugma Tugas 1

8/20/2019 Dr Sugma Tugas 1

http://slidepdf.com/reader/full/dr-sugma-tugas-1 6/7

1. Pendekatan Emik 

Yaitu menganalisa perilaku seseorang dengan mendapatkan informasi dari pelaku

sendiri, bersifat naratif, subjektif dan sukar digeneralisir (Pelto, 1970).

Menurut Foster 1978, pendekatan emik adalah memahami mengapa atau penjelasan

mengapa dia melakukan atau menolak melakukan sesuatu. Dalam program kesehatan

sering kita mendapat kasus yang menggunakan pendekatan emik untuk mengetahuilatar belakang seseorang, misalnya ketika kita berhadapan dengan seseorang yang

tidak mau diberikan Imunsasi. Bila kita mengetahui alasannya dalam waktu yang akan

datang kita sudah dapat mengantisipasi dengan memberikan alternative jalan keluar

yang lebih baik.

2. Pendekatan Etik 

Yaitu menganalisa perilaku/gejala social dari sudut pandang orang luar dan

dibandingkan dengan budaya lain. Sifatnya objektif dan mempunyai indicator/ukuran,

agar bisa dibandingkan. Misalnya bagaimana prsepsi penduduk pinggir kali tentang

air bersih, yang melatarbelakangi pemakaian air sungai oleh penduduk sekitar daerah

tersebut. Biasanya juga dilakukan penelitian tentang budaya dua daerah tentangpresepsi dan perilaku dalam membuang sampah.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek:

a. Kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan saraf.

 b. Pengalaman, yaitu berhubungan timbal balik antara organisme dengan dunianya.

c. Interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya

dengan lingkungan social.

d. Ekulibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme

agar dia selalu mamu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap

lingkungannya.

System yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi,

Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh

organisme yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang

kompleks sedangkan daptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang

terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.

da beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori

kognitif :

a. Intelegensi: suatu bentuk ekuilibriun kearah mana semua struktur yang

menghasilkan persepsi, kebiasaan dan mekanisme sensiomotor diarahkan

 b. !rganisasi adalah tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna

nmengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem

yang lebih tinggi

c. Skema, suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi

dengan lingkungan sekitarnya

d. similasi, proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep

atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya

". #eori Perilaku Interpersonal

#riandis $%&'() mengembangkan teori perilaku interpersonal. #eori ini mengusulkan bah*a minat perilaku ditentukan oleh perasaan yang dimiliki manusia terhadap

Page 7: Dr Sugma Tugas 1

8/20/2019 Dr Sugma Tugas 1

http://slidepdf.com/reader/full/dr-sugma-tugas-1 7/7

 perilaku, apa yang mereka pikirkan tentang yang seharusnya dilakukan,dan

konsekuensi ekpektasian dari perilaku kemudian akan dipengaruhi oleh kebiasaan dan

 +uga kondisi pemfasilitasi.

J.W dalam memahami konsep keperawatan, terkenal dengan teori pengetahuan

manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan JW ini didasari pada unsurteori kemanusiaan.

Teori JW ini memahami bahwa manusia memiliki Empat cabang kebutuhan yang

saling berhubungan, diantaranya :

a. Kebutuhan Dasar Biofisikal (Kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan

Makan dan Cairan, Kebutuhan Eliminasi, dan Kebutuhan Ventilasi

b. Kebutuhan Dasar Psikofisikal (Kebutuhan Funsional) yang meliputi Kebutuhan

Aktifitas dan Istirahat, serta Kebutuhan Sexualitas.

c. Kebutuhan dasar Psikososial (Kebutuhan untuk Integrasi) yang meliputi

Kebutuhan untuk Berprestasi dan Berorganisas

d. Kebutuhan dasar Intrapersonal dan Interpersonal (Kebutuhan untuk Pengembangan) yaitu Kebutuhan Aktualisasi Diri.

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, JW memahami bahwa manusia adalah mahluk 

yang sempurna, yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan. Sehingga dalam

upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera, baik fisik,

mental dan spiritual. Karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan

dan jiwa. Sehingga untuk mencapai keadaan tersebut, keperawatan harus berperan

aktif dalam upaya meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit,

mengobati berbagai penyakit dan upaya penyembuhannya, yang fokusnya terdapat

pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

 Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu

:

15. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.

16. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif 

17. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada

orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau

menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah

menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian

pasangan hidup dan lain-lain.

18. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga

membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif 

terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis

dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling

berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa

berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.