tugas ikm dr

30
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diare merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (umumnya tiga kali atau lebih dalam sehari). 1 Umumnya, diare disertai nyeri abdomen, mual, dan muntah. Sebagian masyarakat mengenal diare dengan istilah mencret atau muntaber. Diare dapat menyebabkan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat dan berkurangnya nafsu makan. Kondisi umum penderita akan dapat diperburuk oleh dehidrasi dan kekurangan elektrolit sehingga jika tidak ditatalaksana dengan baik, diare dapat menyebabkan kematian. 2 Prinsip utama diare adalah penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. 3 Pengelolaan diare yang dianjurkan WHO terdiri dari 4 unsur utama. Pertama, pemberian cairan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi. Kedua, pemberian makanan yang diteruskan terutama ASI. Ketiga, tidak menggunakan obat-obat anti diare dan kecuali obat-obat antimikroba pada kasus- kasus tertentu. Terakhir adalah memberikan petunjuk 1

Upload: agusay

Post on 25-Jun-2015

345 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: TuGas IKM dr

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Diare merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan perubahan bentuk

dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi

berak lebih dari biasanya (umumnya tiga kali atau lebih dalam sehari).1

Umumnya, diare disertai nyeri abdomen, mual, dan muntah. Sebagian masyarakat

mengenal diare dengan istilah mencret atau muntaber.

Diare dapat menyebabkan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

meningkat dan berkurangnya nafsu makan. Kondisi umum penderita akan dapat

diperburuk oleh dehidrasi dan kekurangan elektrolit sehingga jika tidak

ditatalaksana dengan baik, diare dapat menyebabkan kematian.2

Prinsip utama diare adalah penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat

etiologinya.3 Pengelolaan diare yang dianjurkan WHO terdiri dari 4 unsur utama.

Pertama, pemberian cairan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi. Kedua,

pemberian makanan yang diteruskan terutama ASI. Ketiga, tidak menggunakan

obat-obat anti diare dan kecuali obat-obat antimikroba pada kasus-kasus tertentu.

Terakhir adalah memberikan petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta

pengasuh yang meliputi petunjuk cara merawat anak sakit di rumah terutama

tentang upaya rehidrasi oral (URO), kapan harus membawa kembali anak ke

sarana atau petugas kesehatan dan cara mencegah diare di masa depan.

Dalam pengelolaan diare yang terpenting adalah pencegahan dehidrasi

dengan penggantian cairan dan elektrolit yang hilang. Upaya yang dilakukan

berupa URO dan pemberian cairan intravena. URO merupakan hal terpenting

dalam mencegah dehidrasi pada kasus dehidrasi ringan-sedang. Rehidrasi

intravena hanya diberikan pada kasus dehidrasi berat dan dehidrasi ringan-sedang

yang tidak dapat minum atau pada kasus-kasus dengan penyakit penyerta.

Untuk mencegah dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan

memberikan minum lebih banyak seperti air tajin, kuah sayur, air sup.4 Oralit

1

Page 2: TuGas IKM dr

merupakan produk kesehatan yang diformulasikan untuk dikonsumsi saat

mengalami diare. Kandungan oralit adalah NaCl, KCl, glukosa, dan natrium

bicaronat atau natrium sitarat. Fungsi oralit yang utama adalah menjaga

keseimbangan jumlah cairan dan mineral dalam tubuh. Oralit merupakan obat

yang dianjurkan untuk mengatasi diare. Oralit tidak menghentikan diare, tetapi

mengganti cairan tubuh yang hilang bersama tinja. Dengan menggantikan cairan

tubuh tersebut, dehidrasi dapat dihindarkan.5

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama pada

balita di Indonesia. Sekitar 60 juta kasus penderita diare dapat ditemukan setiap

tahunnya, 70-80% dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun. Kelompok

ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare dan sebagian

kecilnya (1-2%) akan mengalami dehidrasi yang bila tidak segera ditolong 50-

60% diantaranya dapat meninggal.6

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI

tahun 1996, 12% penyebab kematian adalah diare. Survei tersebut menyebutkan

bahwa 70 dari 1000 bayi yang lahir meninggal dunia sebelum berusia satu tahun

karena diare. Data statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50

juta penduduk Indonesia, 66% nya adalah balita dengan korban meninggal

600.000 jiwa.7 Menurut hasil survei dari sistem surveilans terpadu (SST) yang

dilakukan di Palembang pada periode Januari-Desember 2004, diare merupakan

kasus nomor enam terbanyak di kota Palembang (16.799) dibandingkan dengan

kasus lainnya. Paling banyak menyerang anak-anak usia 1-4 tahun (5.410).

Penurunan angka kejadian diare pada bayi di negara-negara maju, erat kaitannya

dengan pemberian ASI, yang sebagian disebabkan oleh kurangnya pencemaran

minum anak dan sebagian lagi karena faktor pencegahan imunologik dari ASI

(Asnil et al, 2003). Perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik

dan meningkatkan resiko terjadinya diare antara lain, tidak memberikan ASI

secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan, menggunakan botol susu,

menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang

tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang

2

Page 3: TuGas IKM dr

air besar (Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman, 1999).

Mengingat adanya hubungan antara faktor sosiodemografi, sumber air

minum keluarga, dan perilaku higiene ibu sehari-hari, maka akan dilakukan

penelitian mengenai pengaruh faktor sosiodemografi, sumber air minum keluarga,

dan perilaku higiene ibu sehari-hari terhadap diare pada balita.

I.2 Rumusan Masalah

I.2.1 Bagaimana prevalensi penderita diare pada balita yang datang berobat ke

klinik MTBS puskesmas X, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

I.2.2 Bagaimana tingkat pendidikan ibu dan hubungannya dengan diare pada

balita?

I.2.3 Bagaimana jumlah pendapatan keluarga dan hubungannya dengan diare

pada balita?

I.2.4 Bagaimana gambaran sumber air minum yang digunakan setiap hari dan

hubungannya dengan diare pada balita?

I.2.5 Bagaimana perilaku higiene ibu sehari-hari dan hubungannya dengan diare

pada balita?

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.I Tujuan Umum

Mengidentifikasi faktor sosiodemografi (pendidikan ibu dan pendapatan

keluarga), sumber air minum keluarga, dan perilaku higiene ibu sehari-hari serta

hubungannya dengan diare pada balita yang datang berobat ke klinik MTBS

puskesmas X, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

I.3.2 Tujuan Khusus

Mengidentifikasi prevalensi penderita diare pada balita yang datang

berobat ke klinik MTBS puskesmas X, Kota Palembang, Provinsi

Sumatera Selatan.

3

Page 4: TuGas IKM dr

Mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu dan hubungannya dengan

diare pada balita yang datang berobat ke klinik MTBS puskesmas X,

Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Mengidentifikasi jumlah pendapatan keluarga dan hubungannya

dengan diare pada balita yang datang berobat ke klinik MTBS

puskesmas X, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Mengetahui gambaran sumber air minum yang digunakan setiap hari

dan hubungannya dengan diare pada balita yang datang berobat ke

klinik MTBS puskesmas X, Kota Palembang, Provinsi Sumatera

Selatan.

Mengetahui perilaku higiene ibu sehari-hari dan hubungannya dengan

diare pada balita yang datang berobat ke klinik MTBS puskesmas X,

Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Untuk Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dengan memberikan gambaran keadaan

sosiodemografi dan pengetahuan ibu serta hubungan antara faktor

sosiodemografi, dan lingkungan terhadap diare pada balita bagi peneliti

dan pembaca. Selain itu juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan

untuk penyusunan kebijakan, pengambilan keputusan dalam berbagai

penelitian selanjutnya.

I.4.2 Untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada

masyarakat terutama para ibu tentang pentingnya memperhatikan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita dan

pertolongan pertama yang dapat dilakukan.

4

Page 5: TuGas IKM dr

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan

frekuensi yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek

atau cair. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya,

lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam dengan frekuensi lebih dari tiga kali per hari

dan dapat/tanpa disertai lender dan darah.8,9

II.2 Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi

dehidrasi ringan, sedang, atau berat.

1. Dehidrasi Ringan

Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak terlihat

agak lesu, haus, dan agak rewel.

2. Dehidrasi Sedang

Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:

Gelisah, cengeng

Kehausan

Mata cekung

Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera

kembali ke posisi semula.

3. Dehidrasi berat

Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:

Berak cair terus-menerus

Muntah terus-menerus

Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk

5

Page 6: TuGas IKM dr

Tidak bisa minum, tidak mau makan

Mata cekung, bibir kering dan biru

Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik

Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil

berkurang/kurang dari 6 popok/hari.

Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut,

diare persisten dan diare kronis. (Asnil et al, 2003).

1. Diare Akut

Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang

dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa

disertai lendir dan darah

2. Diare Persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan

kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

3. Diare kronis

Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan

penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan

metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.

II.3 Etiologi

Diare akut disebabkan oleh banyak faktor antara lain infeksi, makanan,

efek obat, imunodefisiensi dan keadaan-keadaan tertentu. (Mansjoer et al, 2000,

Asnil et al, 2003).

II.3.1 Infeksi

Infeksi terdiri dari infeksi enteral dan parenteral. Infeksi enteral yaitu

infeksi saluran pencernaan dan infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh

6

Page 7: TuGas IKM dr

lain di luar alat pencernaan. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 1998,

Ngastiyah, 2004). Mikroorganisme yang menjadi penyebabnya antara lain

Aeromonas, Compylobacter, Clostridiumdifficile, Escherichiacoli,

Enterotoxigenic, Enteropathogenic, Shigella, Salmonella, Vibrio cholera,

Enteroinvasive (Pickering et al, 2004).

II.3.2 Makanan

Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi makanan, makanan pedas,

makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap makanan tertentu

seperti susu sapi, terjadi malabsorbsi karbohidrat, disakarida, lemak, protein,

vitamin dan mineral.

II.3.3 Imunodefisiensi

Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang

mengakibatkan berlipat gandanya bakteri, flora usus, jamur, terutama Candida

II.3.4 Terapi obat

Obat-obat yang dapat menyebabkan diare diantaranya antibiotik dan antasid.

II.3.5 Keadaan tertentu

Keadaan lain yang menyebabkan seseorang diare seperti gangguan psikis

(ketakutan, gugup), gangguan saraf. Alergi susu, diare biasanya timbul beberapa

menit atau jam setelah minum susu tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan

produk-produk yang terbuat dari susu sapi.

II.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian diare

Penyelenggaraan P2 diare pada balita dititikberatkan pada penemuan dan

pengobatan penderita diare sedini mungkin dengan melibatkan peran aktif

masyarakat, kader kesehatan dan dengan dukungan pelayanan kesehatan di sarana

kesehatan yang terkait.

7

Page 8: TuGas IKM dr

Intervensi yang ditujukan pada pencegahan penyakit diare pada balita

dapat dianggap sebagai strategi untuk mengurangi angka kejadian (insiden) diare.

Pencegahan disini dengan melihat faktor resiko yang berpengaruh terhadap angka

kejadian penyakit diare pada balita. Faktor resiko yang berpengaruh terhadap

angka kejadian diare terbagi dalam 4 kelompok yang meliputi faktor genetik dan

biologi, faktor perilaku dan lingkungan serta faktor pelayanan kesehatan.

1. Faktor Genetik dan Biologi

Agen penyebab yang sebagian dapat bertahan di udara sampai beberapa

hari, terutama virus.

Kurang Gizi: balita yang menderita kurang gizi mempunyai kemungkinan

yang lebih besar untuk terkena penyakit infeksi terutama diare.

Penyakit yang ada sebelumnya: adanya penyakit yang menyebabkan balita

lebih rentan sakit seperti penyakit Imunodefisiensi (seperti AIDS) dan

penyakit infeksi kronis (seperti TBC).

2. Faktor Perilaku

Masih kurangnya kesadaran individu untuk menerapkan gaya hidup bersih

sehingga menimbulkan dampak terhadap peningkatan resiko terjadinya diare.

Dibawah ini dapat kita lihat contoh-contoh gaya hidup tidak sehat pada

masyarakat:

Tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setiap habis buang

air besar.

Kurangnya perhatian terhadap kebersihan makanan dan minuman yang

menyebabkan makanan dapat terkontaminasi agen penyebab.

Kurang maksimalnya perhatian terhadap kebersihan peralatan makan balita

seperti botol susu sehingga terkontaminasi dengan agen penyebab diare.

3. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor-faktor lingkungan yang menjadi pendukung timbulnya penyakit

diare, antara lain:

8

Page 9: TuGas IKM dr

Sarana air bersih: sumber air yang menjadi penopang hidup masyarakat

(untuk minum, mandi, mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga, dan

lain-lain) tercemar dengan agen penyebab diare.

Sarana pembuangan air limbah

Faktor musim, dimana infeksi agen penyebab diare sering terjadi pada

musim hujan.

4. Faktor Pelayanan Kesehatan

Adanya kecenderungan kekurangtahuan pada pelayanan kesehatan, tenaga

kesehatan kurang tepat dalam menegakkan derajat dehidrasi penderita.

II.5 Penatalaksanaan

II.5.1 Prinsip penatalaksanaan diare akut

Menurut Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan Pemukiman Prinsip penatalaksanaan diare akut antara

lain dengan rehidrasi, nutrisi, medikamentosa (Andrianto, 1995)

a. Rehidrasi

Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat

etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang

telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah dengan banyaknya cairan

yang hilang melalui keringat, urin, pernapasan dan ditambah dengan banyaknya

cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung.

Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing

anak atau golongan umur.

b. Nutrisi

Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk

menghindarkan efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak

dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor yang

mempengaruhi keadaan gizi anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai

berikut yakni, pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24

9

Page 10: TuGas IKM dr

jam pertama, makanan cukup energi dan protein, makanan tidak merangsang,

makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna, makanan

diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI diutamakan

pada bayi, pemberian cairan dan elektolit sesuai kebutuhan, pemberian vitamin

dan mineral dalam jumlah yang cukup. Khusus untuk penderita diare karena

malabsorbsi diberikan makanan sesuai dengan penyebabnya, antara lain:

Malabsorbsi lemak berikan trigliserida rantai menengah, Intoleransi laktosa

berikan makanan rendah atau bebas laktosa, Panmalabsorbsi berikan makanan

rendah laktosa, parenteral nutrisi dapat dimulai apabila ternyata dalam 5-7 hari

masukan nutrisi tidak optimal (Suandi, 1999)

c. Medikamentosa

Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin. Obat-obat

anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein, opium,

adsorben seperti Norit, kaolin, attapulgit. Anti muntah termasuk prometazin dan

klorpromazin

II.5.2 Rencana pengobatan

Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi

menjadi tiga, yakni rencana pengobatan A, B dan C.

a. Rencana pengobatan A

Digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare

di rumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi. Cairan rumah

tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair (sup, air tajin), air matang.

Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam tabel berikut :\

10

Page 11: TuGas IKM dr

Tabel 1. Kebutuhan Oralit Per Kelompok Umur

(Buku ajar diare, 1999)

b. Rencana pengobatan B

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan

sedang, dengan cara ; dalam 3 jam pertama, berikan 75 ml/KgBB. Berat badan

anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah Oralit Yang Diberikan Pada 3 Jam Pertama

(Buku ajar diare, 1999)

Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu untuk

meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan

juga 100-200 ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan

bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B atau C untuk melanjutkan

pengobatan

c. Rencana pengobatan C

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi berat. Pertama-

tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah cukup

baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah

Umur Jumlah oralit yang

diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang disediakan di

rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun

Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml

11

Page 12: TuGas IKM dr

rencana pengobatan yang sesuai.berikut ini tabel-tbel tentang derajat dehidrasi

penderita.

Tabel 3. Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan

(Buku ajar diare, 1999)

Tabel 4. Derajat

dehidrasi berdasarkan gejala klinis

Penilaian A B C

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel« Lesu, tidak sadar«

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum seperti

biasa

Haus, ingin minum

banyak«

Malas minum, tidak

bisa minum

Periksa:Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat« Kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/

sedang

Bila ada 1 tanda

ditambah 1/lebih

tanda lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda

ditambah 1/lebih tanda

lain

Terapi Rencana

pengobatan A

Rencana pengobatan

B

Rencana pengobatanC

(Buku ajar diare, 1999)

Derajat dehidrasi Penurunan berat badan (%)

Tidak dehidrasi < 2 ½

Dehidrasi ringan 2 ½ - 5

Dehidrasi sedang 5-10

Dehidrasi berat 10

12

Page 13: TuGas IKM dr

II.6 Pencegahan Diare

Tindakan dalam pencegahan diare ini antara lain dengan perbaikan

keadaan lingkungan, seperti penyediaan sumber air minum yang bersih,

penggunaan jamban, pembuangan sampah pada tempatnya, sanitasi perumahan

dan penyediaan tempat pembuangan air limbah yang layak. Perbaikan perilaku

ibu terhadap balita seperti pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun,

perbaikan cara menyapih, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah

beraktivitas, membuang tinja anak pada tempat yang tepat, memberikan imunisasi

morbili (Andrianto, 1995). Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan

pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan

lingkungan sosialnya menjadi sehat ( Notoadmodjo, 2003)

Lingkungan

Sejak pertengahan abad ke-15 para ahli kedokteran telah menyebutkan

bahwa tingkat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

model segitiga epidemiologi, suatu penyakit timbul akibat beroperasinya faktor

agen, host dan lingkungan. Menurut model roda timbulnya penyakit sangat

tergantung dari lingkungan (Mukono, 1995). Faktor lingkungan merupakan faktor

yang sangat penting terhadap timbulnya berbagai penyakit tertentu, sehingga

untuk memberantas penyakit menular diperlukan upaya perbaikan lingkungan

(Trisnanta, 1995).

Melalui faktor lingkungan, seseorang yang keadaan fisik atau daya

tahannya terhadap penyakit kurang, akan mudah terserang penyakit (Slamet,

1994). Penyakit-penyakit tersebut seperti diare, kholera, campak, demam berdarah

dengue, difteri, pertusis, malaria, influenza, hepatitis, tifus dan lain-lain yang

dapat ditelusuri determinan-determinan lingkungannya (Noerolandra, 1999)

Masalah kesehatan lingkungan utama di negara-negara yang sedang

berkembang adalah penyediaan air minum, tempat pembuangan kotoran,

pembuangan sampah, perumahan dan pembuangan air limbah (Notoatmodjo,

2003).

13

Page 14: TuGas IKM dr

a. Sumber air

Syarat air minum ditentukan oleh syarat fisik, kimia dan bakteriologis.

Syarat fisik yakni, air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan

suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga terasa nyaman. Syarat kimia yakni,

air tidak mengandung zat kimia atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan

misalnya CO2, H2S, NH4. Syarat bakteriologis yakni, air tidak mengandung

bakteri E. coli yang melampaui batas yang ditentukan, kurang dari 4 setiap 100 cc

air.

Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-

sumber air ini antara lain : air hujan, mata air, air sumur dangkal, air sumur

dalam, air sungai & danau.

b. Pembuangan kotoran manusia

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh

tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja, air seni dan CO2.

Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok karena kotoran

manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Beberapa

penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tipus, diare,

disentri, kolera, bermacam-macam cacing seperti cacing gelang, kremi, tambang,

pita, schistosomiasis. Syarat pembuangan kotoran antara lain, tidak mengotori

tanah permukaan, tidak mengotori air permukaan, tidak mengotori air tanah,

kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh lalat untuk bertelur

atau berkembang biak, kakus harus terlindung atau tertutup, pembuatannya

mudah dan murah (Notoatmodjo, 2003).

Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari : rumah

kakus, lantai kakus, sebaiknya semen, slab, closet tempat feses masuk, pit sumur

penampungan feses atau cubluk, bidang resapan, bangunan jamban ditempatkan

pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau,

disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih. (Notoatmodjo, 2003)

14

Page 15: TuGas IKM dr

c. Pembuangan sampah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang

berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah antara

lain, yakni sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat

membusuk, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik. Sampah organik, adalah

sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa makanan, daun-

daunan, buah-buahan. Cara pengolahan sampah antara lain sebagai berikut:

(Notoatmodjo, 2003).

Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah diperlukan tempat sampah yang terbuat dari

bahan yang mudah dibersihkan, tidak mudah rusak, harus tertutup rapat,

ditempatkan di luar rumah. Pengangkutan dilakukan oleh dinas pengelola

sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA)

Pemusnahan dan pengelolaan sampah

Dilakukan dengan berbagai cara yakni, ditanam (Landfill), dibakar

(Inceneration), dijadikan pupuk (Composting)

d. Perumahan

Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan

higiene dan sanitasi lingkungan. Adapun syarat-syarat rumah yang sehat ditinjau

dari ventilasi, cahaya, luas bangunan rumah, Fasilitas-fasilitas di dalam rumah

sehat sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2003).

Ventilasi

Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam

rumah tersebut tetap segar dan untuk membebaskan udara ruangan dari

bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen.. Luas ventilasi kurang lebih 15-20

% dari luas lantai rumah

15

Page 16: TuGas IKM dr

Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, kurangnya cahaya

yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping

kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat baik untuk hidup dan

berkembangnya bibit penyakit. Penerangan yang cukup baik siang maupun

malam 100-200 lux.

Luas bangunan rumah

Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5-3

m2 untuk tiap orang. Jika luas bangunan tidak sebanding dengan jumlah

penghuni maka menyebabkan kurangnya konsumsi O2, sehingga jika salah

satu penghuni menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah penularan

kepada anggota keluarga lain.

Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat

Rumah yang sehat harus memiliki fasilitas seperti penyediaan air

bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah, pembuangan air

limbah, fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga, gudang, kandang ternak

e. Air limbah

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,

industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan.

Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak

diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan

lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit

terutama kolera, diare, typus, media berkembangbiaknya mikroorganisme

patogen, tempat berkembangbiaknya nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak

16

Page 17: TuGas IKM dr

serta pemandangan yang tidak sedap, sebagai sumber pencemaran air permukaan

tanah dan lingkungan hidup lainnya, mengurangi produktivitas manusia, karena

bekerja tidak nyaman (Notoatmodjo, 2003).

Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan

kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak

mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah, tidak

mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak

menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka kena

udara luar sehingga baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo, 2003).

17

Page 18: TuGas IKM dr

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitan

Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei deskriptif analitik didukung dengan

pendekatan cross sectional.

III.2 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di daerah cakupan puskesmas X

III.3 Subjek penelitian

III.3.1 Populasi penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah para ibu atau wali yang anak balitanya dibawa

ke Puskesmas X

III.3.2 Rancangan sampel

Sampel diambil secara langsung dari seluruh populasi, yaitu para ibu atau wali

yang anak balitanya dibawa ke Puskesmas X

III.3.3 Jumlah sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak X orang.

III.4 Variabel Penelitian

III.4.1 Variabel terikat : Diare pada balita

III.3.3 Variabel bebas :

1. Tingkat pendidikan ibu

2. Tingkat pendapatan keluarga

3. Sumber Air minum keluarga

18

Page 19: TuGas IKM dr

4. Perilaku higiene ibu sehari-hari

III.5 Definisi Operasional

III.5.1 Gejala diare

Gejala diare pada balita adalah buang air besar cair yang frekuensinya lebih dari 3

kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

III.5.2 Balita

Balita adalah bayi dan anak yang belum berusia lima tahun sampai waktu

pengumpulan data untuk penelitian ini.

III.5.3 Karakteristik Sosiodemografi

III.5.3.1 Pendidikan ibu

Pendidikan adalah ijazah terakhir yang diterima, meliputi tidak sekolah, sekolah

dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan

Perguruan Tinggi.

III.5.3.2 Tingkat pendapatan keluarga

Meliputi beberapa faktor penentu yaitu rata-rata jumlah uang yang dihasilkan oleh

keluarga responden setiap bulannya dari pekerjaan utama dan sampingan.

III.5.3 Sumber Air Minum

Sumber air yang digunakan oleh keluarga responden untuk minum sehari-hari,

meliputi air ledeng, air sumur, dan air galon.

III.5.4 Perilaku higiene ibu sehari-hari

Perilaku higiene ibu meliputi cuci tangan setiap sebelum memberikan makan anak

dan setiap selesai BAB/membersihkan BAB anak. Menggunting kuku minimal setiap

satu minggu sekali, mencuci dan memakai peralatan makanan yang higienis, dan

menyimpan makanan yang sudah dimasak dengan baik (ditutup/ disimpan dalam lemari

pendingin/ tidak membiarkan makanan berada pada suhu kamar terlalu lama). Setiap

perilaku higiene yang dikerjakan diberikan poin 1, poin tertinggi adalah 5. Nilai dibagi

menjadi 5 kategori, yaitu melakukan 1 poin, 2 poin, 3 poin, 4 poin, dan semua poin.

Dinilai kurang apabila perilaku higiene yang dilakukan hanya 1-3 poin, dan baik apabila

19

Page 20: TuGas IKM dr

responden melakukan 4-5 perilaku higiene. Nilai baik diklasifikasikan menjadi

“Higienitas baik”, dan nilai kurang diklasifikasikan menjadi “higienitas kurang” untuk

memudahkan uji chi-square.

III.6 Cara Pengumpulan data

Populasi penelitian diambil dari seluruh ibu atau wali yang anak balitanya berobat

ke klinik MTBS Puskesmas X Kota Palembang. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara mewawancarai sampel yang datang ke Puskesmas X dengan metode semiterstruktur

(penggunaan interview schedule).

20