tugas dr. ardini

Upload: widyaputrik

Post on 08-Jul-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENYELENGGARAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN SEBAGAI BAGIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERGA

MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Higiene, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dosen: Dr. Ardini S Raksanagara, dr, MPH Miranda Risang Ayu, S.H., LLM., Ph.D.

Oleh WIDYA PUTRI KHAIRANI NPM. 1107 2010 0505

PROGRAM MAGISTER HUKUM KESEHATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2008

PENYELENGGARAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN SEBAGAI BAGIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERGA

Pendahuluan Pembangunan nasional yang terus berlangsung selama ini telah memperluas kesempatan kerja dan memberikan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi tenaga kerja1 dan keluarganya. Pembangunan ekonomi dan modernisasi sosial telah mengubah keluarga tradisional menuju kearah pembinaan keluarga yang maju. Kesejahteraan keluarga menghendaki terbentuknya keluarga kecil bahagia, Namun kemampuan bekerja dan penghasilan tersebut dapat berkurang atau hilang karena berbagai risiko yang dialami tenaga kerja, yaitu kecelakaan, cacad, sakit, hari tua, dan meninggal dunia. Oleh karenanya untuk menanggulangi risiko-risiko tersebut, kepada tenaga kerja perlu diselenggarakan perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan. Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek). Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap pekerja berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitias nasional. Pada dasarnya program Jamsostek ini menekankan pada perlindungan bagi tenaga kerja yang relatif mempunyai kedudukan yang lebih lemah. Oleh karena itu pengusaha memikul tanggung jawab utama, dan secara moral pengusaha

1

Tenaga kerja adalah sertiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (Pasal 1 angka 2 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)

1

mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja. Di samping itu, sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja meliputi jaminan berupa uang yang terdiri dari Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua, dan jaminan yang berupa pelayanan, yaitu Jaminan Pemeliharaan Kesehatan2. Jaminan pemeliharaan kesehatan sebagai salah satu ruang lingkup program Jamsostek berhubungan dengan kesehatan kerja yang dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja3. Dalam pandangan Sumamur (1996) kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.4

2 3

Lihat pasal 6 ayat (1) UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 23 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. 4 Sumamur, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT Toko Gunung Agung Jakarta, Cetakan keenam belas, 1996 hal 1

2

Kesehatan

kerja

lebih

memfokuskan

lingkup

kegiatannya

pada

peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk: 1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja; 2. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaanya; 3. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental dan pendidikan atau keterampilannya; dan 4. Meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.5

Isu-isu sekitar Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dalam penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja selama ini masih dijumpai berbagai hal yang perlu segera diperbaiki, diantaranya adalah6: 1. Kesehatan kerja seolah-olah perusahaan hanya atau merupakan bagian tanggung jawab di

dokter/paramedic

kesehatan/poliklinik

perusahaan, sesungguhnya yang tepat adalah penerapan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab setiap orang. 2. Keberadaan poliklinik atau rujukan ke palayanan kesehatan langganan perusahaan cenderung untuk kuratif terhadap semua penyakit/gangguan kesehatan; yang seharusnya lebih pada aspek pelayanan kesehatan kerja5

Lihat Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT RajaGrafindo Persada Jakarta, 2003, hal 140 dan A.M Sugeng Budiono, Kesehatan Kerja, dalam A.M. Sugeng Budiono, R.M.S. Jusuf, dan Adriana Pusparini (Editor), Bunga Rampai Higiene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2003, hal 97 6 A.M Sugeng Budiono, Kesehatan Kerja, dalam A.M. Sugeng Budiono, R.M.S. Jusuf, dan Adriana Pusparini (Editor), Bunga Rampai Higiene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2003, hal 103

3

yang terfokus pada promotif dan preventif. Segi kuratif memang tidak diabaikan begitu saja, namun dalam penyelenggaraannya bersifat terbatas untuk gangguan kesehatan/penyakit yang lebih sederhana atau pertolongan sementara. 3. Pemberian makanan/minuman tambahan (extra fooding) dianggap telah mewakili terselenggaranya penerapan kesehatan kerja; dalam penerapan kesehatan kerja seharusnya diupayakan kecukupan kebutuhan kalori/gizi untuk bekerja (gizi kerja). 4. Pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan terutama secara periodic masih bersifat umum, padahal dalam pengertian kesehatan kerja, pemeriksaan kesehatan bagi pekerja dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan keselamatan kerja tanpa mengabaikan standar pemeriksaan kesehatan menurut ilmu kedokteran. Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini akan membahas beberapa isu terkait dengan jaminan pemeliharaan kesehatan sebagai salah satu ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja. Pembahasan secara berturut-turut dengan topik sebagai berikut: Apa dan bagaimana program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ini dilaksanakan? Apakah keuntungan atau kerugian Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi pekerja dan bagi perusahaan? Dan aspek hukum apa yang berhubungan dengan penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan ini.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sebagai Bagian Jaminan Sosial Tenaga Kerja

4

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja7. Jaminan sosial tenaga kerja diperuntukkan bagi tenaga kerja dan berlaku pula untuk keluarga tenaga kerja8. Program jaminan sosial tenaga kerja wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja9. Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ini didasarkan atas ketentuan hukum sebagai berikut: 1. UndangUndang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( LN RI Tahun 1992 No.14 Tambahan LN RI No. 3468). 2. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara RI Tahun 1993 No. 20, Tambahan Lembaran Negara RI No. 3520): 3. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dengan Manfaat Lebih Baik.

7 8

Pasal 3 ayat 2 UU No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Ibid, Pasal 7 9 Ibid, Pasal 4

5

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER12/MEN/VI/2007 Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja meliputi: Jaminan Kecelakaan Kerja; Jaminan Kematian; Jaminan Hari Tua; dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Jaminan pemeliharaan kesehatan ialah pelayanan yang bersifat

menyeluruh terhadap peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan bagi tenaga kerja, suami atau istri, dan tiga orang anak.10 Terdapat beberapa faktor yang menjadi sumber bahaya bagi kesehatan tenaga kerja, yaitu: 11 1. Faktor fisik, yang dapat berupa: Suara yang terlalu bising, Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, Penerangan yang kurang memadai, Ventilasi yang kurang memadai, Radiasi, Getaran mekanis, Tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, Bau-bauan di tempat kerja, dan Kelembaban udara. 2. Faktor kimia, yang dapat berupa: gas/uap, cairan, debu-debuan, butiran kristal dan bentuk-bentuk lain, dan bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun.

10

Pasal 33 ayat (1) dan (2) dan pasal 34 ayat (2) PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 11 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT RajaGrafindo Persada Jakarta, 2003, hal 140-142

6

3. Faktor biologis, yang dapat berupa: bakteri virus, jamur, cacing dan serangga, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain yang hidup/timbul dalam lingkungan tempat kerja. 4. Faktor faal, yang dapat berupa: sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja, peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja, gerak yang senantiasa berdiri atau duduk; proses, sikap dan cara kerja yang monoton, beban kerja yang melampaui batas kemampuan. 5. Faktor psikologis, yang dapat berupa: kerja yang terpaksa/dipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuan, suasana kerja yang tidak menyenangkan, pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerja yang tidak sesuai, dan pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan. Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan

penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja. Di samping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan selain untuk tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya12.12

Lihat Penjelasan Umum UU No. 13 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

7

Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek menyatakan bahwa tenaga kerja, suami atau isteri, dan anak berhak memperoleh Jaminan Pemeliharaan Kesehatan13. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan diberikan kepada tenaga kerja atau suami atau isteri yang sah dan anak sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang dari tenaga kerja14. Masing-masing berhak atas pemeliharaan kesehatan yang sekurang-kurangnya sama dengan Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara yang terdiri dari Balai Pengobatan; Puskesmas; Dokter praktek swasta; Rumah Sakit; Rumah Bersalin; Rumah Sakit Bersalin; Apotek; Optik; dan Perusahaan alat-alat kesehatan.15 Penyelenggaraan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dilaksanakan secara terstruktur, yaitu pelayanan yang mengikuti pola dan prinsip tertentu baik mengenai jenis maupun proses pembiayaannya dan terpadu dan

berkesinambungan yang berarti pelayanan bagi tenaga kerja, suami atau isteri dan anak dijamin kelanjutannya sampai menuju suatu keadaan sehat16. Program jaminan pemeliharaan kesehatan ini bersifat menyeluruh dan meliputi pelayanan peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan. Peningkatan kesehatan (promotif) misalnya pemberian konsultasi, pencegahan penyakit (preventif) misalnya imunisasi, penyembuhan penyakit (kuratif) misalnya tindakan medik dan pemulihan

13

Ibid, Pasal 16 ayat (1), yang menyatakan bahwa Tenaga kerja, suami atau isteri, dan anak berhak memperoleh Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 14 Pasal 34 ayat (1) PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 15 Pasal 22 Permen 12 Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER 12/MEN/VI/2007 Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 16 Pasal 34 ayat (1) dan (2) PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

8

kesehatan (rehabilitatif) misalnya pelayanan rehabilitasi yang diberikan secara terpadu dalam pelayanan yang diberikan oleh Pelaksana Pelayanan Kesehatan. Upaya pemeliharaan kesehatan yang meliputi aspek-aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dilaksanakan secara tidak terpisah-pisah. Namun demikian, khusus untuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi tenaga kerja lebih ditekankan pada aspek kuratif dan rehabilitatif tanpa mengabaikan dua aspek lain. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan meliputi: rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan, penunjang diagnostic, pelayanan khusus, dan pelayanan gawat darurat. Menurut Pasal 16 ayat 2 Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja, jaminan pemeliharaan kesehatan meliputi hal-hal sebagai berikut : Rawat jalan tingkat pertama, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan perorangan yang dilakukan di Pelaksana Pelayanan kesehatan tingkat pertama17. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama ini meliputi: 1) Bimbingan dan konsultasi kesehatan; 2) Pemeriksaan kehamilan, nifas dan ibu menyusui; 3) Keluarga berencana; 4) Imunisasi bayi, anak dan ibu hamil; 5) Pemeriksaan dan pengobatan dokter umum; 6) Pemeriksaan dan pengobatan dokter gigi; 7) Pemeriksaan laboratorium sederhana; 8) Tindakan medis sederhana.17

Op. cit, Penjelasan pasal 35 huruf a

9

9) Pemberian obat-obatan sesuai dengan standard program JPK Jamsostek yang berpedoman pada DOEN Plus. 10) Rujukan ke rawat tingkat lanjutan. Dalam hal tertanggung memerlukan rawat jalan tingkat pertama, maka tertanggung dapat memilih satu pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diingini dengan menunjukkan kartu pemeliharaan kesehatan untuk kemudian tertanggung mendapat pelayanan kesehatan sesuai standard yang telah ditetapkan. Dan apabila memerlukan pemeriksaan lebih lanjut maka tertanggung dapat dirujuk ke pelaksana pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang ditentukan18. Rawat jalan tingkat lanjutan, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan perorangan yang merupakan rujukan (lanjutan) dari Pelaksana Pelayanan Kesehatan rawat jalan tingkat pertama19. Pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan, meliputi: 1) 2) 3) Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis; Pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan; Pemberian obat-obatan sesuai dengan standard obat program JPK

Jamsostek yang berpedoman pada DOEN Plus 4) Tindakan khusus lainnya.

Dalam hal diperlukan rawat jalan tingkat lanjutan maka tertanggung membawa surat rujukan dan kartu pemeliharaan kesehatan ke pelaksana pelayanan kesehatan tingkat lanjutan untuk mendapatkan pelayanan. Apabila diperlukan konsultasi dengan bagian lain atau penunjang diagnostik maka dokter18

Pasal 32 Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER 12/MEN/VI/2007 Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 19 Penjelasan pasal 35 huruf b PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

10

spesialis memberikan surat jalan. Apabila diperlukan rujukan ke rumah sakit lain maka dokter spesialis memberikan surat rujukan, dan apabila tertanggung mendapat resep obat, maka harus diambil di apotik yang sudah ditunjuk oleh Badan Penyelenggara20. Rawat inap, yaitu pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari Pelaksana Pelayanan Kesehatan atau rumah sakit Pelaksana Pelayanan Kesehatan lain21. Pelaksana Pelayanan Kesehatan rawat inap ini adalah rumah sakit pemerintah pusat dan daerah; dan rumah sakit swasta yang ditunjuk. Pelayanan rawat inap, meliputi: 1) Pemeriksaan dokter. 2) Tindakan medis 3) Penunjang diagnostik. 4) Pemberian obat-obatan DOEN Plus atau Generik. 5) Menginap dan makan. Apabila diperlukan rawat inap maka tertanggung yang akan rawat inap harus membawa surat rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama atau surat rawat dari dokter poli rumah sakit dan kartu pemeliharaan kesehatan. Bagi tertanggung yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung ke rumah sakit. Dalam waktu 3 (tiga) hari sejak mulai dirawat tenaga kerja atau keluarganya harus mengurus surat jaminan dari Badan Penyelenggara22.20

Pasal 33 Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: 12/MEN/VI/2007 Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 21 Op.cit, Penjelasan pasal 35 huruf c 22 Pasal 34 ayat (1) Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: 12/MEN/VI/2007 Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

PER Iuran,

PER Iuran,

11

Bagi tertanggung yang memerlukan rawat inap, maka rawat inap yang disediakan maksimum 60 (enam puluh) hari termasuk perawatan ICU/ICCU untuk setiap jenis penyakit dalam satu tahun. Jumlah hari perawatan ICU/ICCU maksimum 20 (dua puluh) hari dengan ketentuan standard rawat inap kelas dua pada Rumah Sakit Pemerintah dan kelas tiga pada Rumah Sakit swasta.23 Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan, yaitu pertolongan persalinan normal, tidak normal dan/atau gugur kandungan.24 Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan meliputi: 1) Pemeriksaan kehamilan oleh dokter umum atau bidan. 2) Pertolongan persalinan oleh dokter umum atau bidan atau dukun beranak yang diakui. 3) Perawatan ibu dan bayi. 4) Pemberian obat-obatan sesuai dengan standar obat program JPK Jamsostek yang berpedoman pada Daftar Obat Esensial Nasional Plus (DOEN Plus). 5) Menginap dan makan. 6) Rujukan ke Rumah Sakit atau Rumah Sakit Bersalin. Pelayanan persalinan (partus) diberikan kepada tenaga kerja atau istri tenaga kerja yang melahirkan anak setelah hamil sekurang-kurangnya 26 minggu. Pertolongan persalinan bagi tenaga kerja atau istri tenaga kerja dilakukan pada pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama atau Rumah Bersalin dengan ketentuan sebagai berikut:

2324

Ibid, Pasal 34 ayat (2) dan (3) Penjelasan pasal 35 huruf d PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

12

a. Persalinan kesatu, kedua dan ketiga, persalinan anak kembar ditanggung sebagai persalinan dua kali atau lebih; b. Tenaga kerja pada permulaan kepesertaan sudah mempunyai tiga anak atau lebih, tidak berhak mendapat pertolongan persalinan. c. Untuk persalinan dengan penyulit yang memerlukan tindakan spesialistik maka berlaku ketentuan rawat inap di Rumah Sakit. d. Rawat inap minimum 3 hari dan maksimum 5 hari. Pelayanan Persalinan diberikan oleh pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama atau rumah bersalin dengan membawa kartu pemeliharaan kesehatan. Apabila persalinan tidak dapat ditangani maka tenaga kerja/isteri dapat dirujuk ke rumah sakit bersalin.25 Penunjang diagnostic, yaitu semua pemeriksaan dalam rangka

menegakkan diagnosa yang dipandang perlu oleh pelaksana pengobatan lanjutan dan dilaksanakan di bagian diagnostic, rumah sakit atau di fasilitas khusus untuk itu,26 yang meliputi: 1. pemeriksaan laboratorium; 2. pemeriksaan radiologi; 3. pemeriksaan penunjang diagnosa lain, seperti Electro Encephalograpy (EEG) Electro Cardiografi (ECG), Ultra Sonografi (USG), Computerized Tomograpy Scaning (CT.Scaning). dan 4. Pemeriksaan diagnostik lanjutan lainnya. Pelayanan khusus, yaitu pemeliharaan kesehatan yang memerlukan perawatan khusus bagi penyakit tertentu serta pemberian alat-alat organ tubuh agar dapat berfungsi seperti semula27, yang meliputi:

25

Pasal 35 Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER 12/MEN/VI/2007 Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 26 Penjelasan pasal 35 huruf e PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 27 Ibid, Penjelasan pasal 35 huruf f

13

a. kaca mata pelayan khusus dapat diberikan hanya kepada tenaga kerja sebagai tindak lanjut dari hasil pemeriksaan atau perawatan dokter special (1) Biaya kacamata ditetapkan maksimun sebesar Rp. 90.000,(2) Penggantian lensa diperkenankan paling cepat 2 tahun dengan indikasi medis sebesar Rp. 50.000,(3) Penggantian Frame 3 tahun sekali sebesar Rp. 40.000,Hal ini dilakukan dengan mengajukan permintaan kepada optic yang ditunjuk dan menunjukkan resep kaca mata dari dokter spesialis mata yang ditunjuk serta kartu pemeliharaan kesehatan; b. Prothese gigi, pelayanan gigi palsu hanya diberikan kepada tenaga kerja sebagai tindak lanjut dari hasil pemeriksaan atau perawatan dokter gigi dengan ketentuan sebagai berikut: (1). Gigi palsu yang diberikan adalah jenis removable dengan bahan acrylic. (2). Biaya gigi palsu ditetapkan maksimum Rp. 150.000,- dengan perincian biaya pergigi ditetapkan oleh PT. JAMSOSTEK (3) Pengantian berikutnya hanya dilakukan setelah tiga tahun pembuatan pertama. c. Alat bantu dengar; atau hearing aid pelayanan alat Bantu dengar hanya diberikan kepada tenaga kerja sebagai tindak lanjut dari hasil pemeriksaan atau perawatan dokter spesialis dengan ketentuan sebagai berikut: (1). Biaya alat Bantu dengar maksimum Rp. 300.000,(2). Penggantian berikutnya hanya dilakukan setelah tiga tahun pembuatan pertama

14

Untuk mendapatkan pelayanan alat Bantu dengar tersebut karyawan harus mengajukan permintaan kepada rumah sakit atau perusahaan alat-alat kesehatan yang ditunjuk dan menunjukkan surat pengantar dari dokter spesialis THT (telinga hidung tenggorokan) yang ditunjuk serta kartu pemeliharaan kesehatan. d. Prothese anggota gerak; (1). Dengan mengajukan permintaan kepada rumah sakit rehabilitasi atau perusahaan alat-alat kesehatan yang ditunjuk dan menunjukkan surat pengantar dari dokter spesialis yang ditunjuk serta kartu pemeliharaan kesehatan (2). Harus ada surat keterangan dari dokter spesialis tentang indikasi anggota gerak di rumah sakit yang ditunjuk dan di legalisir oleh Badan Penyelenggara JPK (3). Prothesa anggota gerak dibayar terlebih dahulu oleh peserta kemudian diajukan penggantian pada kantor JAMSOSTEK setempat (4). Khusus akibat kecelakaan kerja diproses sesuai dengan prosedur jaminan kecelakaan kerja yang berlaku. e. Prothese mata, mata palsu hanya diberikan kepada tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan medis, sebagai tindak lanjut dari hasil pemeriksaan atau perawatan dokter spesialis dengan ketentuan sebagai berikut: (1). Biaya mata palsu ditetapkan maksimum Rp. 175.000,(2).Penggantian berikutnya hanya dilakukan setelah tiga tahun tahun pembuatan pertama Pelayanan khusus ini dilakukan di optik, balai pengobatan, rumah sakit dan perusahaan alat kesehatan yang ditunjuk oleh Badan Penyelenggara.

15

Pelayanan gawat darurat, yaitu suatu keadaan yang memerlukan pemeriksaan medis segera, yang apabila tidak dilakukan akan menyebabkan hal yang fatal bagi penderita28. Pelayanan gawat darurat meliputi: Pemeriksaan dan pengobatan, Tindakan medic, Pemberian obat-obatan sesuai dengan standar obat program JPK Jamsostek yang berpedoman pada DOEN Plus atau Generik, dan Rawat inap. Keadaan gawat darurat yang memerlukan pelayanan meliputi: a. Kecelakaan dan ruda paksa bukan karena kecelakaan kerja. b. Serangan jantung. c. Serangan Asma berat. d. Kejang. e. Pendarahan berat. f. Muntah berak disertai dehidrasi. g. Kehilangan kesadaran (koma) termasuk epilepsy atau ayan h. Keadaan gelisah pada penderita gangguan jiwa i. Colic renal/colic abdomen atau kelahiran mendadak, pendarahan, ketuban pecah dini.

Manfaat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Pengusaha dan Tenaga Kerja

28

Ibid, Penjelasan pasal 35 huruf g

16

Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan hak tenaga kerja, maka setiap perusahaan atau perorangan wajib menyelenggarakannya.29 Menurut ketentuan PP No. 14 Tahun 1992, Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp. 1.000.000, (satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Kecuali bagi pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar menurut Peraturan Pemerintah ini, tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara. Dalam hal perusahaan belum ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja pengusaha wajib memberikan jaminan Keselamatan Kerja kepada tenaga kerjanya. Bagi pengusaha dan tenaga kerja yang sebelum berlakunya PP No. 14 Tahun 1993 telah ikut Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), maka melanjutkan kepesertaannya dalam Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.30 Kemanfaatan jaminan sosial tenaga kerja pada hakikatnya bersifat dasar untuk menjaga harkat dan martabat tenaga kerja. Bagi perusahaan,

penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja, dalam hal ini jaminan pemeliharaan kesehatan dapat memberikan keuntungan berupa peningkatan produktivitas kerja. Peningkatan ini dimungkinkan karena tersedianya tenaga kerja yang kesehatannya terjamin.29

Pasal 4 ayat (1) UU Jamsostek menyebutkan bahwa Program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini. 30 Darwan Prints,Hukum Ketenaga-kerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, Hlm. 129.

17

Dengan kemanfaatan dasar tersebut, pembiayaannya dapat ditekan seminimal mungkin sehingga dapat dijangkau oleh setiap pengusaha dan tenaga kerja. Pengusaha dan tenaga kerja yang memiliki kemampuan keuangan yang lebih besar dapat meningkatkan kemanfaatan dasar tersebut melalui berbagai cara lainnya. Bagi para tenaga kerja, termasuk keluarganya, program jaminan pemeliharaan kesehatan ini dapat memberikan jaminan dan kemudahan pelayanan kesehatan berupa rawat jalan tingkat pertama; rawat jalan tingkat lanjutan; rawat inap; pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan; penunjang diagnostik; pelayanan khusus; dan pelayanan gawat darurat. Selain itu, penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan ini juga bermanfaat dalam hal: a. memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya; dan b. merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah

menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja31. Agar kepesertaan wajib dari jaminan sosial tenaga kerja dipatuhi oleh segenap pengusaha dan tenaga kerja, maka Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah ini memberikan sanksi32 yang tujuannya untuk mendidik yang bersangkutan dalam memenuhi kewajibannya. Sanksi tersebut merupakan upaya terakhir, setelah upaya-upaya lain dilakukan, dalam rangka menegakkan ketentuan-ketentuan yang berlaku31 32

Iman Sopeomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan Jakarta, 2003, hal 199. Lihat pasal 29 ayat (1), (2), dan (3) UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

18

Penutup Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi tenaga kerja merupakan salah satu bagian dari Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program jaminan pemeliharaan kesehatan ini merupakan hak tenaga kerja yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjaga harkat dan martabat tenaga kerja yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitias nasional. Sebagai jaminan yang berupa pelayanan dalam program jaminan sosial tenaga kerja, jaminan pemeliharaan kesehatan memberikan manfaat atau keuntungan bagi tenaga kerja maupun bagi perusahaan. Melalui program ini, setiap tenaga kerja, termasuk keluarganya akan mendapatkan pelayanan dan jaminan kesehatan. Sedangkan bagi perusahaan, program jaminan pemeliharaan kesehatan ini akan menambah keuntungan, sebab tenaga kerja yang terjamin kesehatannya akan mendukung peningkatan produktifitas kerja.

19

Daftar Pustaka A. Buku-buku : A.M Sugeng Budiono, Kesehatan Kerja, dalam A.M. Sugeng Budiono, R.M.S. Jusuf, dan Adriana Pusparini (Editor), Bunga Rampai Higiene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2003. Darwan Prints,Hukum Ketenaga-kerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994,. Iman Sopeomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan Jakarta, 2003. Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT RajaGrafindo Persada Jakarta, 2003. Sumamur, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT Toko Gunung Agung Jakarta, Cetakan keenam belas, 1996. B. Peraturan-peraturan : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Undang-Undang Republik Ketenagakerjaan. Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER12/MEN/VI/2007 Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

20