tugas dr. asrizal

Upload: aaliafegitri

Post on 08-Mar-2016

241 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PDF

TRANSCRIPT

Aspilet

Aspilet merupakan salah satu nama obat paten dari Aspirin. Aspirin termasuk dalam kategori obat non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID). NSAID memiliki efek anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik, serta dapat menghambat agregasi trombosit.Mekanisme kerja dari obat ini adalah terkait dengan penghambatan aktivitas COX-1, yang berperan untuk metabolisme enzim utama dari asam arakidonat yang merupakan prekursor prostaglandin yang memainkan peran utama dalam patogenesis peradangan, nyeri dan demam.Pengurangan prostaglandin (terutama E1) di pusat termoregulasi menyebabkan penurunan suhu tubuh akibat perluasan pembuluh darah pada kulit dan sekresi keringat meningkat. Efek analgesik yang baik karena memiliki efek sentral (pusat) dan perifer (tepi).Mengurangi agregasi trombosit, adhesi platelet dan pembentukan trombus melalui penekanan sintesis tromboksan A2 dalam trombosit. Mengurangi risiko infark miokard pada stenocardia yang tidak stabil.Obat ini efektif untuk pencegahan primer penyakit kardiovaskular dan pencegahan sekunder infark miokard.Obat ini dapat meningkatkan aktivitas fibrinolitik dan mengurangi plasma konsentrasi vitamin K dalam faktor-faktor koagulasi (II, VII, IX, X). Meningkatkan tingkat komplikasi perdarahan dalam pelaksanaan prosedur bedah.Blokade COX-1 dalam mukosa lambung dapat menyebabkan penghambatan prostaglandin gastroprotektif, yang dapat menyebabkan ulserasi pada membran mukosa.

KomposisiMengandung acetylsalicylic acid: 80 mg

Indikasi1. Rheumatoid arthritis2. Demam selama penyakit menular dan inflamasi3. Untuk mengatasi nyeri4. Neuralgia5. Mialgia6. Sakit kepala7. Pencegahan penyakit berbasis trombosis dan emboli8. Pencegahan primer dan sekunder infark miokard

Kontraindikasi1. Pasien yang sensitif dengan aspirin2. Asma3. Tukak lambung4. Perdarahan subkutan5. Hemofilia6. Trombositopenia7. Pasien dengan terapi antikoagulanDosisUntuk dosis melalui mulut (per oral) tergantung dari indikasi penggunaannya, misalnya:1. Untuk antipiretik (penurun demam) dan analgesik (pereda nyeri)Dewasa: 3 x 500-1000 mg/hari2. Pencegahan primer dan sekunder infark miokard1 x 40-325 mg/hari (biasanya 160 mg)3. Sebagai inhibitor agregasi trombosit300-325 mg/hari

Efek samping1. Sistem pencernaan: Mual, muntah, anoreksia, nyeri epigastrium, diare, luka erosif dan ulseratif.2. Sistem saraf pusat: Penggunaan jangka panjang mungkin dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan reversibel, tinnitus, meningitis aseptik.3. Sistem Hemopoietik: Trombositopenia dan anemia, namun jarang terjadi.4. Sistem pembekuan darah: Perpanjangan waktu perdarahan.5. Sistem urine: Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal ginjal akut, sindrom nefrotik, namun jarang terjadi.6. Reaksi alergi: Ruam kulit, edema, bronkospasme, "aspirin triad" (kombinasi dari asma bronkial, poliposis hidung kambuhan, sinus paranasal, intoleransi asam asetilsalisilat, dan obat-obatan seri pirazolonic).7. Efek samping lain: Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan sindrom Reye dan pada penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan gejala gagal jantung kronis.

Meloxicam

KomposisiMethylprednisolone 125 mgTiap vial mengandung:Metilprednisolon natrium suksinat setara denganMetilprednisolon 125 mgMethylprednisolone 500 mgTiap vial mengandung:Metilprednisolon natrium suksinat setara denganMetilprednisolon 500 mgFarmakologi:Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang termasuk kategori adrenokortikoid, antiinflamasi dan imunosupresan.

Adrenokortikoid:Sebagai adrenokortikoid, metilprednisolon berdifusi melewati membran dan membentuk komplek dengan reseptor sitoplasmik spesifik. Komplek tersebut kemudian memasuki inti sel, berikatan dengan DNA, dan menstimulasi rekaman messenger RNA (mRNA) dan selanjutnya sintesis protein dari berbagai enzim akan bertanggung jawab pada efek sistemik adrenokortikoid. Bagaimanapun, obat ini dapat menekan perekamanmRNA di beberapa sel (contohnya: limfosit).

Efek Glukokortikoid:Anti-inflamasi (steroidal)Glukokortikoid menurunkan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi, karena itu menurunkan gejala inflamasi tanpa dipengaruhi penyebabnya.Glukokortikoid menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada lokasi inflamasi. Metilprednisolon juga menghambat fagositosis, pelepasan enzim lisosomal, sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. Meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui secara lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor penghambat makrofag (MIF), menghambat lokalisasi makrofag: reduksi atau dilatasi permeabilitas kapiler yang terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada endotelium kapiler, menghambat pembentukan edema dan migrasi leukosit; dan meningkatkan sintesis lipomodulin(macrocortin), suatu inhibitor fosfolipase A2-mediasi pelepasan asam arakhidonat dari membran fosfolipid, dan hambatan selanjutnya terhadap sintesis asam arakhidonat-mediator inflamasi derivat (prostaglandin, tromboksan dan leukotrien). Kerja immunosupresan juga dapat mempengaruhi efek antiinflamasi.

ImmunosupresanMekanisme kerja immunosupresan belum dimengerti secara lengkap tetapi kemungkinan dengan pencegahan atau penekanan sel mediasi (hipersensitivitas tertunda) reaksi imun seperti halnya tindakan yang lebih spesifik yang mempengaruhi respon imun, Glukokortikoid mengurangi konsentrasi limfosit timus (T-limfosit), monosit, dan eosinofil. Metilprednisolon juga menurunkan ikatan immunoglobulin ke reseptor permukaan sel dan menghambat sintesis dan atau pelepasan interleukin, sehingga T-limfosit blastogenesis menurun dan mengurangi perluasan respon immun primer. Glukokortikoid juga dapat menurunkan lintasan kompleks immun melalui dasar membran, konsentrasi komponen pelengkap dan immunoglobulin.Indikasi: Abnormalitas fungsi adrenokortikal, untuk pengobatan: Insufisiensi adrenokortikal akut dan kronik primer:Hidrokortison dan kortison lebih dipilih sebagai terapi pengganti karena aktivitas mineralokortikoidnya yang berarti. Penggantian sodium dan cairan juga dibutuhkan. Pada beberapa pasien penggantian mineralokortikoid tambahan juga mungkin diperlukan. Insufisiensi adrenokortikoid sekunder:Penggantian dengan glukokortikoid umumnya mencukupi, mineralokortikoid tidak selalu dibutuhkan. Gangguan alergi: Reaksi alergi karena obat. Reaksi anafilaktik atauanaphytold(pengobatan tambahan)Penggunaan glukokortikoid umumnya untuk reaksi lambat (yang tidak berhasil dengan tindakan lain dalam 1 jam), atau situasi dimana dapat timbul resiko kekambuhan. Angioderma (pengobatan tambahan) Laringeal edema akut non infeksi. Rinitis alergi parennial (tahunan) atau seasonal (musiman). Pengobatan sakit karena serum. Reaksi transfusi urtikaria. Gangguan kolagen:Diindikasikan selama eksaserbasi akut atau terapi perawatan pada kasus-kasus berikut: Carditis rheumatik (atau non rheumatik) akut. Dermatomiositis sistemik (polimiositis): Glukokortikoid mungkin merupakan obat pilihan pada anak dengan kondisi demikian. Lupus eritematosus sistemik. Arteritisgiant-cell(temporal). Penyakit jaringan ikat campuran. Poliarteritis nodosa. Polikondritis kambuhan. Polimialgia rheumatik. Vaskulitis. Gangguan pada kulit: Dermatitis yang bersifat atopik, kontak, eksfoliatif. Dermatitis herpetiformis bullous. Dermatitis seboreik berat. Dermatitis inflamatori berat. Eritema multiforma berat (sindrom Stevens-Johnson) Mikosis fungoides. Phemphigus. Psoriasis berat. Pemphigoid. Sarkoid kutan lokalisasi. Gangguan saluran pencernaan:Diindikasikan untuk pengobatan inflamasi pada usus besar seperti di bawah ini: Inflamasi pada usus besar, termasukcolitis ulceratif. Enteritis regional (penyakit Crohn) Penyakit celiac berat. Pemberian secara oral atau parenteral diindikasikan bila terapi sistemik dibutuhkan selama periode kritis penyakit, pemberian dalam jangka waktu lama tidak direkomendasikan. Gangguan darah: Anemia hemolitik yang diperoleh (oto imun) Anemia hipoplastik bawaan (eritroid) Anemia sel darah merah (eritoblastopenia) Trombositopenia sekunder (pada orang dewasa) Trombositopenia purpura idiopatik pada orang dewasa (secara oral atau i.v. Saja, kontraindikasi untuk injeksi i.m.) Hemolisis. Penyakit hati: Hepatitis alkoholik dengan enselofati. Hepatitis kronis aktif. Hepatitis non alkoholik pada wanita. Nekrosis hepatik sub akut. Hiperkalsemia yang berhubungan dengan neoplasma (atau sarkoidosis). Inflamasi non rheumatik: Diindikasikan selama episode akut atau eksaserbasi dari gangguan-gangguan di bawah ini. Injeksi lokal lebih baik dilakukan bila hanya beberapa sendi atau daerah yang terkena. Bursitis akut atau sub akut. Epikondilitis. Tenosinovitis nonspesifik akut. Penyakit neoplastik (pengobatan tambahan):Diindikasikan bersama dengan terapi penyakit antineoplastik spesifik yang sesuai, untuk meringankan penyakit neoplastik berikut ini beserta problem yang berhubungan: Leukemia akut atau limfositik kronik. Limfoma Hodgkin atau non-Hodgkin. Kanker payudara. Kanker prostat. Demam yang disebabkan kanker ganas. Mieloma ganda. Sindroma nefrotik:Diindikasikan untuk menginduksi diuresis atau mengurangi gejala proteinuria pada sindrom idiopatik nefrotik, terapi jangka panjang mungkin diperlukan untuk mencegah kekambuhan. Penyakit neurologik: Meningitis tuberkulosa (pengobatan tambahan), diindikasikan untuk pemberian bersama dengan kemoterapi anti tuberkulosa pada pasien dengan blok subarakhnoid. Sklerosis ganda, diindikasikan untuk pengobatan penyakit eksaserbasi akut. Neurotrauma:luka pada tulang belakang. Gangguan pada mata:Diindikasikan untuk pengobatan alergi kronis atau akut dan kondisi inflamasi oftalmik, seperti: Klorioretinitis. Koroiditis posterior difusi. Konjungtivitis alergi (yang tidak dapat diatasi secara topikal). Herpes zoster. Iridosiklitis. Keratis yang tidak berhubungan dengan herpes simpleks atau infeksi fungal. Neuritis optik. Oftalmia simpatika. Uveitis posterior difusi. Perikarditis:digunakan untuk menghilangkan inflamasi dan demam. Polip nasal. Gangguan pernafasan:Untuk pengobatan dan profilaksis.Profilaksis:Diberikan sebelum atau selama pembedahan jantung jika pasien mempunyai gangguan pre-exiting pulmonary dan diberikan sebelum, selama dan setelah pembedahan oral, facial, atau leher untuk mencegah edema yang dapat menghambat jalan nafas.Pengobatan: Asma bronkial Berillosis Sindrom Loeffler (pneumonitis eosinofil atau sindrom hipereosinofil). Pneumonia aspirasi. Sarkoidosis simptomatik. Tuberkulose paru-paru yang tersebar atau fulminant (pengobatan tambahan): diberikan bersamaan dengan kemoterapi anti tuberkulosa yang sesuai. Bronkitis asmatik akut dan kronik. Edema pulmonari nonkardiogenik (disebabkan sensitivitas protamin): pengobatan sebaiknya diberikan dalam injeksi i.v. atau i.m. Hemangioma, obstruksi saluran nafas pada anak: pengobatan sebaiknya diberikan dalam injeksi i.v. atau i.m. Pneumonia, pneumosistitis carinii, yang berhubungan dengan sindrom immunodefisiensi yang diperoleh (pengobatan tambahan). Pada penderita AIDS atau yang mengidap infeksi HIV yang terkena pneumonia pneumocystis. Penyakit paru-paru, obstruksi kronis (yang tidak dapat dikontrol dengan teofilin dan -adrenergik agonis). Status asmatikus: pemberian harus secara i.v. atau i.m. Gangguan rheumatik:Injeksi lokal dilakukan bila hanya beberapa sendi atau area yang terlibat. Diindikasikan sebagai terapi tambahan selama episode akut atau eksaserbasi gangguan rheumatik seperti: Ankilosing spondilitis. Arthritis psoriatik. Arthritis reumatoid (termasuk arthritis pada anak-anak);Untuk pasien yang tidak dapat lagi diobati dengan aspirin, antiinflamasi non steroidal, istirahat, dan terapi fisik. Gout arthritis akut. Osteoarthritisposttraumatik. Sinovitis osteoarthritis. Penyakit deposisi kalsium pirofosfat akut (pseudogout; kondrokalsinosis artikularis; sinovitis, yang disebabkan oleh kristal). Polimialgia rheumatik. Penyakit reiter. Pengobatanshock:akibat insufisiensi adrenokortikal. Pengobatan tiroiditis non supuratif. Pencegahan dan pengobatan penolakan pencangkokan organ:diberikan bersamaan dengan immunosupresan lainnya sepertiazathioprineatau siklosporin. Pengobatan trikinosis.Kontraindikasi: Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap bahan obat. Bayi prematur. Pemberian jangka lama pada penderita ulkus duodenum dan peptikum, osteoporosis berat, penderita dengan riwayat penyakit jiwa, herpes. Pasien yang sedang diimunisasi.Dosis:DewasaSecara intramuskular atau intravena, 10-40 mg (base), diulangi sesuai keperluan. Untuk dosis tinggi (pulseterapi): intravena, 30 mg (base) per kg berat badan diberikan sekurang-kurangnya 30 menit. Dosis dapat diulangi setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Untuk eksaserbasi akut pada sklerosis ganda: intramuskular atau intravena, 160 mg (base) perhari selama satu minggu, diikuti dengan 64 mg setiap hari selama satu bulan. Untuk pengobatan luka tulang punggung akut: intravena, 30 mg (base) per kg berat badan diberikan selama 15 menit, diikuti dengan 45 menit infus, 5,4 mg per kg berat badan per jam, selama 23 jam. Untuk pengobatan tambahan pada AIDS yang berhubungan dengan pneumosistis carinii: intravena, 30 mg (base) dua kali sehari pada hari pertama sampai kelima, 30 mg sekali sehari pada hari keenam sampai kesepuluh, 15 mg sekali sehari pada hari ke sebelas sampai dua puluh satu.Bayi dan anak: Insufisiensi adrenokortikal: intramuskular, 117 mikrogram (0,117 mg) (base) per kg berat badan atau 3,33 mg (base) permeter persegi permukaan tubuh sehari (dalam dosis terbagi tiga) setiap hari ke tiga; atau 39 sampai 58,5 mikrogram (0,039 sampai 0,0585 mg) (base) per kg berat badan atau 1,11 sampai 1,66 mg (base) permeter persegi permukaan tubuh sekali sehari. Untuk pengobatan luka tulang punggung akut: intravena, 30 mg (base) per kg berat badan diberikan selama 15 menit, diikuti selama 45 menit dengan infus 5,4 mg per kg berat badan per jam, selama 23 jam. Indikasi lain: intramuskular, 139-835 mikrogram (0,139-0,835 mg) (base) per kg berat badan atau 4,16-25 mg (base) permeter persegi permukaan tubuh setiap 12 sampai 24 jam. Untuk pengobatan tambahan pada AIDS yang berhubungan dengan pneumosistis carinii: Anak-anak berusia 13 tahun atau kurang: dosis belum ditentukan secara pasti. Anak-anak berusia lebih dari 13 tahun: sama dengan dosis dewasa.Cara pemberian:Untuk intramuskular atau intravena:Rekonstitusi serbuk dengan larutan injeksi yang telah disediakan (mengandung benzyl alkohol 0,9%), kocok hingga larut. Pemberian dengan intravena langsung dapat diberikan selama sekurang-kurangnya 1 menit, atau dapat diberikan secara infus intravena dalam 5% dekstrosa, NACl 0,9% atau dektrosa 0,5% dalam NaCl 0,9% selama sekurang-kurangnya 30 menit. Larutan stabil secara fisika dan kimia selama 48 jam.Efek samping: Insufisiensi adrenokortikal:Dosis tinggi untuk periode lama dapat terjadi penurunan sekresi endogeneous kortikosteroid dengan menekan pelepasan kortikotropin pituitary insufisiensi adrenokortikal sekunder. Efek muskuloskeletal:Nyeri atau lemah otot, penyembuhan luka yang tertunda, dan atropi matriks protein tulang yang menyebabkan osteoporosis, retak tulang belakang karena tekanan, nekrosis aseptik pangkal humerat atau femorat, atau retak patologi tulang panjang. Gangguan cairan dan elektrolit: Retensi sodium yang menimbulkan edema, kekurangan kalium, hipokalemik alkalosis, hipertensi, serangan jantung kongestif. Efek pada mata:Katarak subkapsular posterior, peningkatan tekanan intra okular, glaukoma, eksoftalmus. Efek endokrin:Menstruasi yang tidak teratur, timbulnya keadaancushingoid, hambatan pertumbuhan pada anak, toleransi glukosa menurun, hiperglikemia, bahaya diabetes mellitus. Efek pada saluran cerna:Mual, muntah, anoreksia yang berakibat turunnya berat badan, peningkatan selera makan yang berakibat naiknya berat badan, diare atau konstipasi, distensi abdominal, pankreatitis, iritasi lambung,ulceratifesofagitis. Juga menimbulkan reaktivasi, perforasi, perdarahan dan penyembuhan peptikulceryang tertunda. Efek sistem syaraf:Sakit kepala, vertigo, insomnia, peningkatan aktivitas motor, iskemik neuropati, abnormalitas EEG, konvulsi. Efek dermatologi:Atropi kulit, jerawat, peningkatan keringat, hirsutisme, eritema fasial, striae, alergi dermatitis, urtikaria, angiodema. Efek samping lain:Penghentian pemakaian glukokortikoid secara tiba-tiba akan menimbulkan efek mual, muntah, kehilangan nafsu makan, letargi, sakit kepala, demam, nyeri sendi, deskuamasi, mialgia, kehilangan berat badan, dan atau hipotensi.Peringatan dan perhatian: Wanita hamil dan ibu menyusui.Dapat menyebabkan kerusakan fetus bila diberikan pada wanita hamil. Kortikosteroid dapat berdifusi ke air susu dan dapat menekan pertumbuhan atau efek samping lainnya pada bayi yang disusui. Anak-anakPemberian dosis farmakologi glukokortikoid pada anak-anak bila mungkin sebaiknya dihindari, karena obat dapat menghambat pertumbuhan tulang. Jika terapi diperlukan harus diamati pertumbuhan bayi dan anak secara seksama.Alternate-day therapy, yaitu pemberian dosis tunggal setiap pagi hari, meminimalkan hambatan pertumbuhan dan sebaiknya diganti bila terjadi hambatan pertumbuhan. Dosis tinggi glukokortikoid pada anak dapat menyebabkan pankreatitis akut yang kemudian menyebabkan kerusakan pankreas. Pasien lanjut usia.Dapat terjadi hipertensi selama terapi adrenokortikoid. Pasien lanjut usia, terutama wanita postmenopausal, akan lebih mudah terkena osteoporosis yang diinduksi glukokortikoid. Sementara pasien menerima terapi kortikosteroid, dianjurkan tidak divaksinasi terhadap Smalpox juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis tinggi, untuk mencegah kemungkinan bahaya komplikasi neurologi. Jika kortikosteroid digunakan pada pasien dengan TBC laten atautuberculin reactivityperlu dilakukan pengawasan yang teliti sebagai pengaktifan kembali penyakit yang dapat terjadi. Tidak dianjurkan pada pasien denganocular herpes simplexkarena kemungkinan terjadi perforasi korneal. Pemakaian obat ini dapat menekan gejala-gejala klinik dari suatu penyakit infeksi. Pemakaian jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.Interaksi obat: Enzim penginduksi mikrosom hepatik.Obat seperti barbiturat, fenitoin dan rifampin yang menginduksi enzim hepatik dapat meningkatkan metabolisme glukokortikoid, sehingga mungkin diperlukan dosis tambahan atau obat tersebut tidak diberikan bersamaan. Anti inflamasi nonsteroidal.Pemberian bersamaan dengan obat ulcerogenik seperti indometasin dapat meningkatkan resiko ulcerasi saluran pencernaan. Aspirin harus diberikan secara hati-hati pada pasien hipotrombinernia. Meskipun pemberian bersamaan dengan salisilat tidak tampak meningkatkan terjadinya ulcerasi saluran pencernaan, kemungkinan efek ini harus dipertimbangkan. Obat yang mengurangi kalium.Diuretik yang mengurangi kadar kalium (contoh: thiazida, furosemida, asam etakrinat) dan obat lainnya yang mengurangi kalium oleh glukokortikoid. Serum kalium harus dimonitor secara seksama bila pasien diberikan obat bersamaan dengan obat yang mengurangi kalium. Bahan antikolinesterase.Interaksi antara glukokortikoid dan antikolinesterase seperti ambenonium, neostigmin, atau pyridostigmin dapat menimbulkan kelemahan pada pasien dengan myasthenia gravis. Jika mungkin, pengobatan antikolinesterase harus dihentikan 24 jam sebelum pemberian awal terapi glukokortikoid. Vaksin dan toksoid.Karena kortikosteroid menghambat respon antibodi, obat dapat menyebabkan pengurangan respon toksoid dan vaksin inaktivasi atau hidup.Cara penyimpanan:Simpan ditempat kering dan sejuk, terlindung dari cahaya.Sebelum dan sesudah rekonstitusi, simpan pada suhu antara 15-30oC. Gunakan larutan sebelum 48 jam setelah direkonstitusi.

Cellcept

Cellcept tablet 500 mg

Kandungan : Mikofenolat mofetil

IndikasiMencegah penolakan organ dan untuk membiasakannya/menerima organ tersebut pada pasien yang menerima pencangkokan ginjal allogenik. Harus digunakan bersama dengan Siklosporin dan kortikosteroid.

Perhatian Kerusakan ginjal kronis yang berat, perdarahan lambung-usus. Hamil, menyusui. Perhatikan jumlah neutrofil.

Interaksi obat: peningkatan kadar Mikofenolat mofetil juga Asiklovir saat digunakan secara bersamaan. absorpsi/penyerapan Mikofenolat mofetil dikurangi oleh antasida penurunan kadar Mikofenolat mofetil dalam plasma jika digunakan dengan kolestiramin, peningkatan kadar Mikofenolat mofetil dalam plasma jika digunakan dengan Probenesid.

Efek SampingDiare, leukopenia (berkurangnya jumlah leukosit dalam darah tepi), sepsis (reaksi umum disertai demam karena kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri, atau kedua-duanya) dan muntah.

KemasanTablet 500 mg x 50'sDosis Pencegahan penolakan : 2 kali sehari 1 gram harus diberikan secara oral dalam waktu 72 jam setelah pencangkokan. Pengobatan penolakan yang sulit diatasi : 2 kali sehari 1,5 gram.Untuk kedua indikasi tersebut, Cellcept harus digunakan bersama dengan Siklosporin dan kortikosteroid terapi standar.

PenyajianDikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)

Methylprednisolone

TABLETKomposisi:METHYLPREDNISOLONE 4 mgTiap tablet mengandungMetilprednisolon 4 mgMETHYLPREDNISOLONE 8 mgTiap tablet mengandungMetilprednisolon 8 mgMETHYLPREDNISOLONE 16 mgTiap tablet mengandungMetilprednisolon 16 mgFarmakologi:Metilprednisolon adalah glukokortioid turunan prednisolon yang mempunyai efek kerja dan penggunaan yang sama seperti senyawa induknya. Metilprednisolon tidak mempunyai aktivitas retensi natrium seperti glukokortikoid yang lain.Indikasi:Abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, keadaan alergi dan peradangan pada kulit dan saluran pernafasan tertentu, penyakit hematologik, hiperkalsemia sehubungan dengan kanker.Kontraindikasi: Infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersensitif. Pemberian kortikosterooid yang lama merupakan kontraindikasi pada ulkus duodenum dan peptikum, osteoporosis berat, penderita dengan riwayat penyakit jiwa, herpes. Pasien yang sedang diimunisasi.Dosis: Dewasa:Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam-macam dari 4 mg - 48 mg per hari, dosis tunggal atau terbagi, tergantung keadaan penyakit.Dalam multiple sklerosis:Oral 160 mg sehari selama 1 minggu, kemudian 64 mg setiap 2 hari sekali dalam 1 bulan. Anak-anak:Insufisiensi - adrenokortikal:Oral 0,117 mg/kg bobot tubuh atau 3,33 mg per m2luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi tiga. Indikasi lain:Oral 0,417 mg - 1,67 mg per kg berat tubuh atau 12,5 mg - 50 mg per m2luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi 3 atau 4.Efek samping:Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau pemberian dalam dosis besar, misalnya gangguan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, resistensi terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya tekanan darah, katarak, gaangguan pertumbuhan pada anak-anak, insufisiensi adrenal,cushing syndrome, osteoporosis, tukak lambung.Peringatan dan perhatian: Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, kecuali memang benar-benar dibutuhkan, dan bayi yang lahir dari ibu yang ketika hamil menerima terapi kortikosteroid ini harus diperiksa. Kemungkinan adanya gejala hipoadrenalism. Pasien yang menerima terapi kortikosteroid ini dianjurkan tidak divaksinasi terhadapsmallpox, juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis tinggi, untuk mencegah kemungkinan bahaya komplikasi neurologi. Tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak, karena penggunaaan jangka panjang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika kortikosteroid digunakan pada pasien dengan TBC latent atauTuber Culin Reactivityperlu dilakukan pengawasan yang teliti sebagai pengaktifan kembali penyakit yang dapat terjadi. Ada peningkatan efek kortikosteroid pada pasien dengan hipotiroidi daricirrhosis. Tidak dianjurkan penggunaan pada penderitaocular herpes simplex, karena kemungkinan terjadi perforasi corneal. Pemakaian obat ini dapat menekan gejala-gejala klinis dari suatu penyakit infeksi. Pemakaian jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.Interaksi obat: Berikan dengan makanan untuk meminumkan iritasi gastrointestinal. Penggunaan bersama-sama dengan antiinflamasi non-steroid atau antirematik lain dapat mengakibatkan risiko gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal. Penggunaan bersama-sama dengan anti-diabetes harus dilakukan penyesuaian dosis. Pasien yang menerima vaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis.

Ranitidine

Kemasan : Ranitidine 25 mg/mL injeksi (1 box berisi 10 ampul @ 2 mL) Ranitidine 150 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet)

Farmakologi:Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 3694 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 68 jam. Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 23 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2 3 jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.

Indikasi Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis. Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung. Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik). Ranitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidine oral.

Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidine.

DosisRanitidine injeksiInjeksi i.m. : 50 mg (tanpa pengenceran) tiap 6 8 jam.Injeksi i.v. : intermittent. Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan NaCl 0,9% atau larutan injeksi i.v. lain yang cocok sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL (total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4 mL/menit (dengan waktu 5 menit). Intermittent infusion : 50 mg (2 mL) tiap 6 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5 mg/mL (total volume 100 mL). Kecepatan infus tidak lebih dari 5 7 mL/menit (dengan waktu 15 20 menit). Infus kontinyu : 150 mg Ranitidine diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan i.v. lain yang cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam. Untuk penderita sindrom Zollinger-Ellison atau hipersekretori lain, Ranitidine injeksi harus diencerkan dengan larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sehingga diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL. Kecepatan infus dimulai 1 mg/kg BB/jam dan harus disesuaikan dengan keadaan penderita.Ranitidine oral 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah makan malam atau sebelum tidur, selama 4 8 minggu. Tukak lambung aktif 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) selama 2 minggu. Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12 jari dan tukak lambung Dewasa : 150 mg, malam hari sebelum tidur. Keadaan hipersekresi patologis (Zollinger - Ellison, mastositosis sistemik) Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari dengan lama pengobatan ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala klinik yang ada. Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing penderita. Dosis hingga 6 g sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat. Refluks gastroesofagitis Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari. Esofagitis erosif Dewasa : 150 mg, 4 kali sehari. Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosif Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari. Dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal Bila bersihan kreatinin < 50 mL / menit : 150 mg / 24 jam. Bila perlu dosis dapat ditingkatkan secara hati-hati setiap 12 jam atau kurang tergantung kondisi penderita. Hemodialisis menurunkan kadar Ranitidine yang terdistribusi.

Efek samping Sakit kepala Susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi. Kardiovaskular, jarang dilaporkan : aritmia seperti takikardia, bradikardia, atrioventricular block, premature ventricular beats. Gastrointestinal : konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut. Jarang dilaporkan : pankreatitis. Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia. Hematologik : leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia (pada beberapa penderita). Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia, anemia aplastik pernah dilaporkan.

Lain-lain, kasus hipersensitivitas yang jarang (contoh : bronkospasme, demam, eosinofilia), anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam kreatinin serum.

Peringatan dan perhatian Umum : pada penderita yang memberikan respon simptomatik terhadap Ranitidine, tidak menghalangi timbulnya keganasan lambung. Karena Ranitidine dieksresi terutama melalui ginjal, dosis Ranitidine harus disesuaikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Hati-hati pemberian pada gangguan fungsi hati karena Ranitidine di metabolisme di hati. Hindarkan pemberian pada penderita dengan riwayat porfiria akut. Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui. Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak-anak belum terbukti. Waktu penyembuhan dan efek samping pada usia lanjut tidak sama dengan penderita usia dewasa.Pemberian pada wanita hamil hanya jika benar-benar sangat dibutuhkan.

Ceftriaxone

Ceftriaxone adalah kelompok obat yang disebutcephalosporin antibiotics. Ceftriaxone bekerja dengan cara mematikan bakteri dalam tubuh.

Sediaan:Ceftriaxone 1 gram injeksi

Indikasi:Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang mengancam nyawa seperti meningitis.Untuk infeksi-infeksi berat dan yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positif maupun gram negatif yang resisten terhadap antibiotika lain : Infeksi saluran pernafasan Infeksi saluran kemih Infeksi gonoreal Septisemia bakteri Infeksi tulang dan jaringan Infeksi kulit

Cara Kerja Obat:Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin yang mempunyai spektrum luas dengan waktu paruh eliminasi 8 jam. Efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Ceftriaxone juga sangat stabil terhadap enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri.

Dosis:Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun : 1-2 g sekali sehari secara intravena1-2 gr melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra vascular), lakukan setiap 24 jam, atau dibagi menjadi setiap 12 jam. Dosis lebih dari 4 g sehari harus diberikan dengan interval 12 jam.Bayi dan anak-anak di bawah 12 tahun : Bayi 14 hari : 20 50 mg/kg berat badan sekali sehari Bayi 15 hari s/d 12 tahun : 20 80 mg/kg berat badan sekali sehari Anak-anak dengan berat badan 50 kg atau lebih : dapat digunakan dosis dewasa melalui infus paling sedikit > 30 menit.

Efek Samping: Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah sepertianaphylaxisbisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal) Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy, convulsion); Efek hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan hati juga terjadi. Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated partial thromboplastin time), dan atauhypoprothrombinemia(dengan atau tanpa pendarahan) dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan rangkaian sisi NMTT yang mengandungcephalosporins.

Instruksi Khusus: Boleh dikonsumsi dengan makanan untuk mengurangi keadaan gastrik. Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang alergi terhadap Penicillin, ada kemungkinan 10% peluang sensitivitas. Gunakan dengan hati-hati pada pasien kerusakan ginjal.

18