tugas dr irsan

14
Nama : Egi Nabila NIM : 04011381419195 Kelas : Gamma 1. Antidepresants dan Sympathomimetics Monoamin oksidase (MAO) adalah suatu enzim mitokondria yang ditemukan dalam jaringan saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam neuron, MAO berfungsi sebagai "katup penyelamat", memberikan deaminasi okidatif dan meng-nonaktifkan setiap molekul neurotransmiter (norepinefrin, dopamin, dan serotonin) yang berlebihan dan bocor keluar vesikel sinaptik ketika neuron istirahat. inhibitor MAO dapat meng-nonaktifkan enzim secara ireversibel atau reversibel, sehingga molekul neurotransmiter tidak mengalami degradasi dan karenanya keduanya menumpuk dalam neuron presinaptik dan masuk ke ruang sinaptik. Hal ini menyebabkan aktivasi reseptor norepine dan serotonin, dan menyebabkan aktivasi antidepresi obat, Tiga inhibitor MAO yang ada untuk pengobatan depresi sekarang:, isokarboksazid, dan tranilsipromin; tidak ada satu obat-pun sebagai prototip. Penggunaan inhibitor MAO sekarang terbatas karena pembatasan diet yang dibutuhkan pasien pengguna inhibitor MAO. MAOI secara ireversibel menghambat degradasi metabolik monoamine dengan berikatan secara ireversibel dengan MAO tipe A dan B, sehingga dapat menyebabkan krisis hipertensi yang dapat mematikan (cheese reaction)

Upload: eginabila

Post on 04-Feb-2016

280 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

t

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Dr Irsan

Nama : Egi Nabila

NIM : 04011381419195

Kelas : Gamma

1. Antidepresants dan Sympathomimetics

Monoamin oksidase (MAO) adalah suatu enzim mitokondria

yang ditemukan dalam jaringan saraf dan jaringan lain, seperti usus

dan hati. Dalam neuron, MAO berfungsi sebagai "katup

penyelamat", memberikan deaminasi okidatif dan meng-nonaktifkan

setiap molekul neurotransmiter (norepinefrin, dopamin, dan

serotonin) yang berlebihan dan bocor keluar vesikel sinaptik ketika

neuron istirahat. inhibitor MAO dapat meng-nonaktifkan enzim

secara ireversibel atau reversibel, sehingga molekul

neurotransmiter tidak mengalami degradasi dan karenanya

keduanya menumpuk dalam neuron presinaptik dan masuk ke

ruang sinaptik. Hal ini menyebabkan aktivasi reseptor norepine dan

serotonin, dan menyebabkan aktivasi antidepresi obat, Tiga

inhibitor MAO yang ada untuk pengobatan depresi sekarang:,

isokarboksazid, dan tranilsipromin; tidak ada satu obat-pun sebagai

prototip. Penggunaan inhibitor MAO sekarang terbatas karena

pembatasan diet yang dibutuhkan pasien pengguna inhibitor MAO.

MAOI secara ireversibel menghambat degradasi metabolik

monoamine dengan berikatan secara ireversibel dengan MAO tipe A

dan B, sehingga dapat menyebabkan krisis hipertensi yang dapat

mematikan (cheese reaction) akibat penghambatan metabolisme

perifer amin penekan: makanan yang kaya akan tiramin, amin

simpatomimetik yang bekerja tidak langsung, L-dopa dan pethidine

harus dihindari pada pasien yang menggunakan MAOI. MAOI dapat

mematikan pada overdosis.

Sebagian besar inhibitor MAO, seperti isokarboksazid

membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan enzim,

menyebabkan inaktivasi yang ireversibel. Ini mengakibatkan

peningkatan depot norepinefrin, serotonin dan dopamin dalam

Page 2: Tugas Dr Irsan

neuron dan difusi selanjutnya sebagai neurotransmiter yang

berlebih ke dalam ruang sinaptik. Obat ini menghambat bukan

hanya MAO dalam obat, tetapi oksidase yang mengkatalisis

deaminasi oksidatif obat dan substansi yang mungkin toksik seperti

tiramin yang ditemukan pada makanan terlentu. Karena itu,

inhibitor MAO banyak berinteraksi dengan obat ataupun obat-

makanan.

Gambar : mekanisme kerja MAO inhibitor

Monoamine oxidase inhibitor (MAOI) meningkatkan jumlah noradrenaline

yang disimpan di ujung saraf noradrenergik sehingga berbahaya bila diberikan

bersama dengan ephedrine atau tyramine, yang kerjanya rilis noradrenaline. Hal ini

juga dapat terjadi pada makanan yang mengandung tyramine, terutama yang di-

fermentasi.

MAOI menghambat kerja dari MAO-A, dan MAO-B, yang adalah enzim-

enzim neuron yang me-metabolisme atau mendegradasi monoamine (noradrenaline,

5-HT, dan dopamine). MAO mempunyai dua bentuk iso utama, yaitu MAO-A dan

MAO-B, yang berbeda dalam hal kecenderungan pilihan substrat masing-masing;

penghambatan dari bentuk iso MAO-A sangat terkait dengan kemanjuran anti-

depresan. Tersedia juga penghambat MAO-A dan MAO-B yang bersifat non-selektif

dan tidak reversibel, dan juga obat-obatan yang menghambat MAO-A secara

reversibel.

MAO di dinding usus dan di liver akan memecah tyramine. Ketika enzim

terhambat, tyramine mencapai peredaran dan ini mengakibatkan pelepasan

noradrenaline dari terminal syaraf simpatik; ini dapat mengakibatkan kenaikan

tekanan darah secara hebat dan kemungkinan dapat mengakibatkan kefatalan. Oleh

Page 3: Tugas Dr Irsan

karenanya pasien MAOI harus menghindari makanan-makanan yang kaya akan

tyramine, yaitu keju, binatang buruan, dan minuman beralkohol. Sediaan yang

mengandung amine simpatomimetik (misalnya campuran obat batuk dan dekongestan

nasal) harus dihindari. MAOI adalah tidak spesifik, dan dapat mengurangi

metabolisme barbiturat, opioid, dan alkohol. Efek-efek sampingnya adalah

rangsangan pada sistem syaraf pusat yang menyebabkan lonjakan picuan rangsangan

dan tremor, blokade simpatik yang menyebabkan hipotensi postural, dan blokade

muscarinic yang menyebabkan mulut kering dan penglihatan kabur. Pemakaian

phenelzine dapat meracuni hepar.

Efek samping yang hebat dan sering tidak diramalkan

membatasi penggunaan MAOI. Misalnya, tiramin, terdapat dalam

makanan tertentu, seperti keju tua, hati ayam, bir dan anggur

merah biasanya diinaktifkan oleh MAO dalam usus. Orang-orang

yang menerima MAOI tidak dapat menguraikan tiramin yang

diperoleh dalam makanan ini. Tiramin menyebabkan lepasnya

katekolamin dalam jumlah besar, yang tersimpan di ujung terminal

syaraf, sehingga terjadi sakit kepala, takikardia, mual, hipertensi,

aritmia jantung dan stroke. Karena itu, pasien harus di beritahu

menghindarkan makanan yang mengandung tiramin. Fentolamin

atau prazosin berguna dalam pengobatan hiperensi akibat tiramin.

[catatan: Pengobatan dengan MAOI dapat berbahaya terutama

pasien depresi dengan tendensi bunuh diri. Ada kemungkinan

pasien tersebut menggunakan makanan yang mengandung tiramin

secara sengaja]. Efek samping lain dalam pengobatan MAOI

termasuk mengantuk, hipotensi ortostatik, penglihatan kabur, mulut

kering, disuria dan konatipasi. MAOI dan SSRI jangan diberikan

bersamaan karena bahaya “sindrom serotinin” yang dapat

mematikan. Kedua obat memerlukan periode pencucian 6 minggu

sebelum memberikan obat lain.

2. NSAIDs dan AntihyperensivesObat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan

sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat

yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan

Page 4: Tugas Dr Irsan

antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis

obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan

tergolong obat-obatan jenis narkotika.

Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1

(cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini

berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic

acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi

(radang).

Penggunaan NSAID yaitu untuk penanganan kondisi akut dan kronis dimana

terdapat kehadiran rasa nyeri dan radang. Walaupun demikian berbagai penelitian

sedang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan obat-obatan ini dapat digunakan

untuk penanganan penyakit lainnya seperti colorectal cancer, dan penyakit

kardiovaskular.

NSAID merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam

efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran

pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek

samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi) . Efek samping ini

tergantung pada dosis yang digunakan.

Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita hamil, terutama pada

trimester ketiga. Namun parasetamol dianggap aman digunakan oleh wanita hamil,

namun harus diminum sesuai aturan karena dosis tinggi dapat menyebabkan

keracunan hati.

NSAID telah banyak digunakan sebagai obat analgesik, tidak hanya sebagai

agen inflamasi, semenjak mekanisme aksi dari asam asetilsalisilat (ASA) ditemukan

kira-kira 30 tahun yang lalu.

Uji klinis telah membuktikan bahwa NSAID efektif untuk menghilangkan rasa

nyeri baik ringan, sedang, dan berat. Untuk dapat mengerti cara penggunaan optimal

dari obat-obatan ini harus mengetahui dulu mekanisme aksi dari asam arakhidonat

yang terangkum dalam bagan berikut.

Page 5: Tugas Dr Irsan

Gambar 1. Cara kerja asam arakhidonat.

Pada setiap trauma yang terjadi pada jaringan akan menstimulasi enzim

phospholipase A2, yang akan memecah asam arakidonat dari ikatan fosfolipid di

membran sel. Asam arakidonat kemudian akan memasuki dua jalur metabolisme.

Pada jalur yang pertama asam arakidonat dimetabolisme oleh enzim lipoksigenase

menjadi leukotrien. Leukotrien memproduksi bronkokonstriksi pada reaksi alergi.

Pada jalur yang kedua, asam arakidonat akan dimetabolisme oleh enzim

siklooksigenase (COX) menjadi prostaglandins (PGE2), prostacyclin (PGI2), dan

tromboxane A2.

NSAID bekerja dengan cara menghambat sisntesis prostaglandin oleh enzim

siklooksigenase (COX). Obat ini menghambat baik COX-1 maupun COX-2. COX-1

berfungsi untuk melindungi mukosa gastrointestinal, trombosit, dan ginjal. Di bawah

pengaruh COX-1, prsotaglandin menjaga dan memproteksi mukosa gastrik, menjaga

fungsi normal trombosit melalui tromboxan A2 dan prostasiklin (PGI2), dan

meregulasi aliran darah ginjal. Sedangkan COX-2 hanya diproduksi saat terjadi

inflamasi dan ditemukan hanya dalam jumlah yang sedikit. Efek antiinflamasi dari

NSAIDs bekerja dengan cara menghambat COX-2.

NSAID memblok enzim sikloogsigenase, yang terbagi menjadi dua bentuk

yaitu siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). COX-1

bertanggung jawab dalam sintesis beberapa mediator, salah satunya adalah

prostaglandin, yang bertugas menjaga mukosa lambung dan meregulasi aliran darah

ginjal. Leukotrien juga ikut berperan dalam terjadinya inflamasi, dan dapat

menyebabkan bronkospasme. Jika inflamasi yang terjadi menyebabkan kerusakan

Page 6: Tugas Dr Irsan

jaringan, misalnya pada kerusakan jaringan akibat prosedur bedah, maka COX-2 akan

terinduksi, dan akan menyebabkan sintesis prostaglandin yang merangsang serat-serat

nyeri dan menghasilkan inflamasi.

Secara umum NSAID memblokir aktivitas COX-1 dan COX-2, namun

beberapa tahun belakangan, jenis-jenis obat NSAID yang lebih selektif terhadap

COX-2 baru telah ditemukan. Obat-obatan inhibitor COX-2 selektif ini diciptakan

untuk menghindari efek merusak mukosa lambung.

Contoh:1. Ibuprofen

Mekanisme kerja

Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi

asam arakidonat menjadi terganggu. Ada dua jenis siklooksigenase, yang dinamakan

COX-1 dan COX-2. COX-1 terdapat pada pembuluh darah, lambung, dan ginjal,

sedangkan COX- 2 keberadaannya diinduksi oleh terjadinya inflamasi oleh sitokin

dan merupakan mediator inflamasi. Aktivitas antipiretik, analgesik, dan anti inflamasi

dari ibuprofen.

Berhubungan dengan kemampuan inhibisi COX-2, dan adapun efek samping seperti

perdarahan saluran cerna dan kerusakan ginjal adalah disebabkan inhibisi COX-1.

Ibuprofen menghambat COX-1 dan COX-2 dan membatasi produksi prostaglandin

yang berhubungan dengan respon inflamasi.

Farmakodinamik

Ibuprofen hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, dan

efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan. Efek

analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik opioat, tetapi tidak

menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang

merugikan. Untuk menimbulkan efek analgesik, ibuprofen bekerja pada hipotalamus,

menghambat pembentukan prostaglandin ditempat terjadinya radang, dan mencegah

sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi.

Ibuprofen akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam. Demam yang

menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua mekanisme kerja, yaitu pembentukan

prostaglandin di dalam susunan syaraf pusat sebagai respon terhadap bakteri pirogen

dan adanya efek interleukin-1 pada hipotalamus. Ibuprofen menghambat baik pirogen

yang diinduksi oleh pembentukan prostaglandin maupun respon susunan syaraf pusat

Page 7: Tugas Dr Irsan

terhadap interleukin-1 sehingga dapat mengatur kembali “thermostat” di hipotalamus

dan memudahkan pelepasan panas dengan jalan vasodilatasi.

Sebagai antiinflamasi, efek inflamasi dari ibuprofen dicapai apabila penggunaan pada

dosis 1200-2400 mg sehari. Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap

rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya

mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya

yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai

gangguan fungsi.

Ibuprofen dapat dimanfaatkan pada pengobatan muskuloskeletal seperti artritis

rheumatoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa. Namun, ibuprofen hanya

meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara

simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki, atau mencegah kerusakan jaringan

pada kelainan musculoskeletal.

Interaksi obat

NSAIDs kemungkinan menghambat respon antihipertensi dari ACE inhibitor, beta

bloker, deuritik,. Selama terapi dengan menggunakan antikoagulan ada kemungkinan

terjadi GI bleeding dan efek antiplatelet NSAIDs dapat meningkatkan resiko bleeding.

NSAIDs dapat menurunkan klirens renal dari litium. Beberapa NSAIDs (terutama

indometasin dan ketoprofen) menurunkan klirens metotresat. Indometasin (dan

kemungkinan NSAIDs lainnya) dapat menurunkan fungsi renal.

INTERAKSI NSAID

Karena NSAID dipakai oleh penderita yang sering menderita penyakit lain dan

sedang mendapat pengobatan lain, kemungkinan terjadinya interaksi obat cukup

tinggi. Ada dua macam interaksi obat :

1)      Interaksi farmakokinetik :

Terdapat perubahan konsentrasi obat dalam plasma.

2)      Interaksi farmakodinamik :

Penambahan efek farmakologis obat yang dipengaruhi terjadi tanpa perubahan

konsentrasi obat dalam plasma.

Page 8: Tugas Dr Irsan

•         Kombinasi antikoagulansia oral dengan fenilbutazon, oksifenbutazon atau

azaproparon harus dihindarkan; antikoagulansia oral dapat digunakan bersama-sama

dengan NSAID lain jika benar-benar diperlukan, tetapi harus dibawah pengawasan

ketat.

•         Harus dilakukan monitoring yang ketat jika obat hipoglikemik oral, antiepilepsi

dan lithium dipakai bersama-sama dengan NSAID.

•         Semua NSAID mempengaruhi klirens metotreksat. Interaksi ini penting jika

metotreksat dosis tinggi diperlukan pada kemoterapi kanker; tetapi mungkin tidak

begitu penting pada dosis rendah, misalnya pada pengobatan artritis reumatoid.

•         Terdapat interaksi yang penting antara obat antihipertensi, diuretik dan semua

NSAID (kecuali sulindac). Interaksi ini mengurangi efek hipotesi dan diuretik dan

tampaknya timbul atas dasar perbedaan individu. Harus

dilakukan monitoring kardiovaskuler yang ketatjika obat-obat ini digunakan bersama-

sama.

Tabel 2. Interaksi Obat NSAIDNama

GolonganNama Generik/

DagangInteraksi obat

Derivat Asam Salisilat

Aspirin(Aspilet,Farmasal, Aptor)

ACE inhibotor: menurunkan efek antihipertensiAntasida: menurunkan konsentrasi salisilatKortikosteroid: meningkatkan risiko ulkus dari GI dan meningkatkan ekskresi salisilatDiltiazem: meningkatkan efek antiplateletAnikoagulan: meningkatkan risiko perdarahan

Derivat Asam Propionat

Ibuprofen (Bufect, bufect forte,Fenris, Proris,Dofen 200/400)

Aminoglikosida: ↓bersihan aminog dgn ↑kadar aminoglikosid & potensi toksisitasnya (tu indometasin pd bayi premature)Antikoagulan: ↑↑hipoprotrombinemia, ↓agregasi platelet dgn ↑perdarahan lambungantiHT: menghambat efek antiHT obat tsbcorticosteroid:↑resiko ulkus GIsiklosporin:↑nefrotoksik

Page 9: Tugas Dr Irsan

litium:↓bersihan litium (mllPG)->↑kdr litium serum toksikMTX: ↓sekresi MTX dr renal↑kadar MTXPPA: Rx HT akutK-sparing diuretic:↑hiperkalemiTriamterene: ARF bersama dgn indometasin.

Derivat Asam Fenamat

Asam mefenamat (Analspec,Landson,Benostan,Asimat,Dolfenal,Mefinal,Molasic,Ponstan Pfi)

Aminoglikosida:↓bersihan &↑kadar aminoglikosida & potensi toksisitasAntikoagulan : hipoprotrombinemia, ↓agregasi platelet dgn↑resiko perdarahan lambungAnti HT: inhibisi efek anti HTCorticosteroid: ↑ulserasi gasterSiklosporin:↑resiko nefrotoksikLithium:↓bersihan litiumMTX:↓sekresi MTX dr renal↑kadar MTXPPA: Rx hipertensifK-sparing diuretic: ↑potensi hiperkalemiTriamteren: ARF + indometasin (hati-hati dgn NSAID ) lain

Derivat Asam Fenilasetat

Diklofenak(Aclonac,Diclomec,Nadifen,Voltadex)

Aminoglikosida: meningkatkan konsentrasi aminoglikosidaAntikoagulan: meningkatkan risiko hipoprotrombinemia, menurunkan aggregasi plateletAntihipertensi: menurunkan efek antihipertensikortikosteroid: meningkatkan risiko gi bleeding

Derivat Asam Asetat-inden/ indol

Indometasin (Dialon,Benocid)

Aminoglikosida: meningkatkan konsentrasi aminoglikosidaAntikoagulan: meningkatkan risiko hipoprotrombinemia, menurunkan aggregasi plateletAntihipertensi: menurunkan efek antihipertensikortikosteroid: meningkatkan risiko perdarahan GIT

 Derivat Fenilbutazon Steroid anabolic, kumarin,

Page 10: Tugas Dr Irsan

Pirazolon (Phenylbuta-zon Berlico,Akrofen,Berlizon)

insulin, obat hipoglikemik oral, alcohol, asetosal atau NSAID yg lain,  kortikosteroid

Derivat Oksikam

Piroksikam (Felden) Aminoglycosida, Antikoagulan, Antihipertensi, kortikosteroid, Siklosporin, Lithium, Methotrexate, Phenilpropanolamin, triamterence