bab iii 1198040 -...
TRANSCRIPT
44
BAB III
SEKITAR FORUM KOMUNIKASI ANTAR UMAT BERAGAMA (FKA-
UB) DALAM MENTABLIGHKAN KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT
BERAGAMA DI KABUPATEN BOYOLALI
A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOYOLALI
A. Letak Geografis Kabupaten Boyolali.
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten /
Kodia di Jawa Tengah dengan letak geografisnya sebagai berikut:
1. Letak lintang:
Sebelah Selatan : 110.22’
Bujur Timur : 110.50’
Lintang selatan : 7.36’- 7.71’.
Dengan ketinggian antara 75 M sampai dengan 1500 M dari
permukaan laut.
2. Batas Wilayah.
Sebelah Utara :Wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten
Semarang.
Sebelah Timur :Wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kodia
Surakarta.
Sebelah Selatan :Wilayah Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa
Yogyakarta
45
Sebelah Barat :Kabupaten Malang dan Kabupaten Semarang.1
Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat
administrasi pemerintahan,yaitu Wilayah Kecamatan dan
Kelurahan/desa.Wilayah Kabupaten Boyolali terdi dari 19 Kecamatan dan
222 Kelurahan.
WILAYAH KECAMATAN DAERAH TINGKAT II BOYOLALI
No Nama kecamatan Jumlah
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Selo
Ampel
Cepogo
Musuk
Boyolali
Mojosongo
Teras
Sawit
Banyudono
Sambi
Ngemplak
Nogosari
Simo
Karanggede
Klego
Andong
Kemusu
Wonosegoro
Juwangi
10
20
15
20
9
13
13
12
15
16
12
13
13
16
13
16
13
18
10
Jumlah 222
1 Biro Statistik, Kabupaten Boyolali, 1999.
46
Hasil status penduduk tahun 1999 jumlah penduduk di wilayak
Kabupaten Boyolali mencapai 2.126.265 jiwa, luas wilayah dan kepadatan
penduduk Kabupaten Boyolali lebih lanjut adalah.
LUAS DAERAH DAN KEPADATAN PENDUDUK
DAERAH TINGKAT II BOYOLALI
No Nama Kecamatan Luas/Km 2 Jumlah
Penduduk
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Selo
Ampel
Cepogo
Musuk
Boyolali
Mojosongo
Teras
Sawit
Banyudono
Sambi
Ngemplak
Nogosari
Simo
Karanggede
Klego
Andong
5 607 , 7
9 039 ,1
5 299 ,8
6 504 ,1
2 625 ,1
4 341 ,1
2 933 ,6
1 723 ,3
2 537 ,9
4 649 ,5
3 852 ,7
5 508 ,4
4 804 ,0
4 175 ,6
5 187 ,7
5 452 ,8
886 021
24 501
66 325
49 739
56 267
54 508
48 537
41 359
30 980
44 161
61 203
59 885
41 266
38 249
43 186
57 036
47
17
18
19
Kemusu
Wonosegoro
Juwangi
9 908 ,4
9 299 ,8
7 999 ,8
41 490
50 547
30 665
Jumlah 101.510.1 904.021
Pada segi agama Kabupaten Boyolali terdapat berbgai macam
pemeluk agama yaitu : Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Budha,
dan Hindu. Lebih lanjut dapat dilihat :
PEMELUK AGAMA MASYARAKAT DAERAH TINGKAT II.
BOYOLALI
No Pemeluk Agama Jumlah
1
2
3
4
5
Islam
Kriten Protestan
Kristen Katholik
Budha
Hindu
8.58 659
9 191
7 086
5 075
6 010
Julmah 8.86 021
Sedangkan sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Boyolali adalah
sebagai berikut:
48
No Sarana Ibadah Jumlah
1
2
3
4
5
Masjid
Suarau/langgar
Gereja
Pure
Vihara
835 buah
2710 buah
200 buah
3 buah
5 buah
B. Sejarah Berdirinya FKA-UB
B.1. Sejarah singkat FKA-UB Kab. Boyolali.
Berawal dengan merebaknya isu SARA (Suku, Agama, Ras,
Adat) di Kabupaten Biyolali, dan banyaknya profokator-profikator yang
sengaja memancing keonaran. Kerusuhan melalui teror-teror (via
telepon, selebaran gelap dll.) di wilayah Kabupaten Boyolali , yang
mana isu itu telah membuat keresahan masyarakat dan memancing
emosi masyarakat, dan beberapa isu tersebut diantaranya : Pertama
agama telah di politisir oleh Organisasi Partai Politik, dalam artian ada
beberapa klompok OPP tertentu yang telah menggunakan Agama
sebagai alat pembenaran bagi organisasi partai politik tertentu. Kedua
Issu Kristenisasi dan Islamisasi, artinya bahwa issu kristenisasi dan
Islamisasi segaja di sebarkan oleh klompok tertentu dengan maksud
memecah belah kekuatan bangsa. Ketiga di Agama tertentu terjadi
konflik intern yang mengakibatkan munculnya kecurigaan-kecurigaan di
49
antara mereka karena di dorong oleh faktor politis kepentingan pribadi
atau golongan dengan saling mengatasnamakan agama tertentu. Empat
adanya diskriminasi etnis mayoritas dan minoritas. Dalam artian selama
ini terjadi kesenjangan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk
memisahkan antara kelompok mayoritas dan minoritas melalui jalur
kebijakan ekonomi yang berat sebelah. Lima adanya kebijakan yang
bersifat pilih kasih dalam hal pendirian tempat ibadah. Dengan
menculnya persoalan-persoalan di atas yang kemudian mengetuk nurani
para tokoh agama di Kabupaten Boyolali untuk mengadakan sebuah
pertemuan sarasehan bersama bersama dengan pejabat pemerintah
tingkat II Boyolali. Dengan peserta Jajaran Muspida Boyolali, Depang,
MUI, tokoh agama (Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu),ormas,
(NU, Muhammadiyah, MTA, LDII, Walubi, PHDI, PAROKI, MAJLIS
GEREJA dll) pada tanggal 21 April 1999. di Jl. Pandanaran 169 untuk
membahas dan mencari solusi terhadap perkembangan politik di
Kabupaten. Boyolali.2
Forum komunikasi antar umat beragama didirikan pada tahun
1999, di Kabupaten Boyolali. Forum komunikasi antar umat beragama
berasaskan pancasila dan Forum komunikasi antar umat beragam adalah
organisasi Independen yang tidak memihak kepada agama, idiologi,
suku ,ras, keturunan, golongan, agama dan profesi. Yang terhimpun
dalam wadah atau lembaga masyarakat non Pemerintah. (Non
2 Anggaran Dasar/Rumah Tangga FKA-UB.
50
Gavermental Organization). Forum komunikasi antar umat beragama di
Kabupaten Boyolali, adalah organisasi berupa pengurusan yang di
bentuk dari segenap para ulamak dan Tokoh Agama (Islam, Kristen
Protestan, Katholik, Hindu Budha).lembaga ini didaftar pada Notaries
Mulyoto, SH dengan nomor: 20 tanggal 24 Desember 1999.3
Pluralita yang semakin lama semakin memudar karena
kompleksnya permsalahan menjadi langkah pijakan lembaga ini. Belum
lagi persoalan kepentingan, tarik-menarik kekuatan yang pada akhirnya
rakyatlah yang menjadi korban.
Demoralisasi nilai terjadi hampir di semua aspek kehidupan. Hal
ini dapat dilihat semakin jauhnya perilaku masyarakat dari etika, agama
dan nilai luhur budaya bangsa.
Sebelum lembaga ini resmi terdaftar di Notaris, para tokoh agama
yang tergabung dalam FKA-UB membentuk sebuah kepanitiaan dalam
setiap kegiatan salah satunya adalah Panitia Bantuan Kemanusiaan Umat
Beragama (PBK-UB), dimana kegiatan uatamanya adalah pembangian
bahan pangan ke desa-desa di Boyolali. Program pembagian bahan
pangan ini bernama Emergency yang meliputi 36 desa dari 10
kecamatan di Kabupaten Boyolali. Program ini didasarkan pada
keprihatinan banyaknya konflik yang horizontal dengan isu SARA yang
muncul kepermukaan, di mana saat itu kerusuhan ambon sedang terjadi.4
3 Wawancara dengan Pndt AW. Samusir, BA , salah satu pendiri FKA-UB,
sekarang menjabat Ketua Pengurus FKA-UB 2004 : Tanggal 22 April 2004. 4 Wawancara dengan Is Sumateradi, Salah satu pendiri FKA-UB dan Sekarang
menjabat Sekretaris pengurus FKA-UB. 2004: 22 April 2004.
51
B.2. Visi dan Misi
Visi FKA-UB
a) Terwujudnya tatanan masyarakat damai, adil dan sejahtera
berdasarkan kebenaran, keadila, pluralitas, budaya dan nilai-nilai
keagamaan.
b) Terwujudnya sosialisasi uma beragama dalam proses kebutuhan
social,ekonomi, budaya berbasis komunitas berdasar kebenaran,
keadilan, pluralitas, kesejahteraan dan nilai-nilai agama.
Misi FKA-UB
a) Mempromosikan dan mengimplementasikan niali-nilai pluralitas,
interfaith, HAM, demokrasi dalam pengertians eluas-luasnya.
b) Mendorong tumbuhnya kerjasama dikalangan tokoh agama, tokoh
masyarakat, ilmuan, pejabat pemerintah secara individu dan
kelompok yang peduli terhadap persoalan kemanusiaan, berbangsa
dan bernegara.
c) Membangun jaringan kerja sama dengan berbagai pihak strategis
yang mempunyai komitmen di bidang kemanusiaan dengan
perpektif pluralisme dan interfaith.5
B.3. Setrategi pendekatan.
1) Menumbuhkan institusi local sebagai subyek (pelaku) dalam
melakukan perubahan social (Sosial transformation).
5 Diktat Profil Forum komunikasi Antar Umat Beragama Boyolali.
52
2) Mendorong proses integrasi guna mengembangkan wawasan,
sikap dan ketrampilan masyarakat.
3) Mengoptimalkan potensi local, pranata, karakteristik, dan
tokoh-tokoh local melalui pendidikan, pelatihan dan
dampingan dengan pendekatan andragogis yang partisipatif.
B.4. Program-program
1) Food for work Program (PKP)
2) Peacebuilding Program (PB)
3) Capacity Building Program (CB)
4) Microfinance Program (MP)
5) Enviroment Sanitasion Program (ESP)
B.5 Mitra Kerja
FKA-UB telah menjalin kerja sama dengan:
1. Chatolic Relief Service (CRS) Yogyakarta.
2. Catholic Relive Service (CRS) Jakarta.
3. UPKM YAKUM Surakarta.
4. Ormas-ormas keagamaan di Boyolali.
5. Kesbang dan linmas, Bapeda, Depag, Dinkop, Pemda Boyolali.
6. Pondok Pesantren di eks Krasidenan Surakarta.
7. Panti Asuhan se eks krasidenan Surakarta.
8. Yayasan Sosial Soegiopranata (YSS) Semarang.
9. Indonesian Conference on Relegion and Peace (ICRP).
10. USC Satunama Yogyakarta.
53
11. Yayasan Percik Salatiga.
12. Forum Silaturrahmi Umat Beragama Jawa Tengah.
B.6. Struktur Organisasi
A. Pendiri Forum Komunikasi Antar Umat Beragama ini terdiri
dari :
1. Pndt. AW. Samosir,BA (Hindu).
2. Pndt. Sutarto, S.Ag (Hindu).
3. Sudarto Padmo Diharjo (Budha).
4. Petrus Sarijo (Katholik).
5. Is Sumateradi, B.Sc. (Katholik)
6. Pdt. Simon Julianto, S.Th. (Kristen)
7. Pdt. Thomas Sutomo (Kristen)
8. Sudarlin (Islam)
9. Drs. Jaml Yazid, M.Si. (Islam)
B. Pengurus
Ketua : Pndt. AW. Samosir, BA. (Hindu).
Sekretaris : Is Sumateradi, B.Sc. (Katholik).
Bendahara : Sudarto Padmo Diharjo (Budha)
C. Pelaksana Harian
Direktur Eksekutif. : Pdt. Simon Julianto, S.Th. (Kristen)
Staf Ahli : Drs. Jamal Yazid, M.Si (Islam).
54
Staf Kesekretariatan : Sudarlin (Islam).
Staf Keuangan : Aris Setiawan, Amd. (Katholik)
D. Program Officer
Food for work Program (PKP) : Sumastopo, S.Pd.
Peacebuilding Program (PB) : Muslich, S.Pd.
Capacity Building Program (CB) : Aries Fajar Suryanto, SH.
Microfinance Program (MP) : Siti Ulfah, S.Ag.
Enviroment Sanitasion Program (ESP) : Aqim Mujahidin,S.Ag
B.6. Sumber Daya Manusia
Sampai saat ini FK-AUB memiliki karyawan sebanyak 20 orang.6
6 Wawancara dengan Pdt. Simon Julianto, STh. Pendiri dan sekarang menjabat
Direktur Eksekutif. 2004. 22 April 2004
55
STRUKTUR PENGURUS FKA-UB BOYOLALI
TAHUN 2003-2006
Pembina 1. Pdt. Sutarto,S.Ag 2. Sudarlin 3. Petrus Sarijo
Staf
Staf Administrasi Staf keuangan
Pengawas Pdt. Thomas Sutomo
Pengurus Ketua : Pndt. Aw. Samosir, BA. Sekretaris : Is. Sumateradi, B.Sc. Bendahara : Sudarto Padmo Diharjo
Direktur Pdt. Simon Julianto, S.Th.
Staf Ahli Drs. Jamal Yazid, M.Si.
Koordinator Proyek
Direktur Program
56
C. Problematika kerukunan hidup antar umat beragama di Kabupaten Boyolali.
Sebagai mahluk sosial manusia sesalu hidup dalam suatu kelompok
tertentu, dan bagi manusia yang masih tergolong hidup dalam kelompok
primitive, maka kehidupan mereka menyatu dengan kehidupan
religiusnya. Karena secara kebersamaan mereka terdiri dari satu keluarga
besar yang kemudian berubah menjadi satu suku bahkan satu bangsa.
Tetapi berbeda dengan sekarang dimana kita telah hidup dalam zaman
global sehingga dunia ini nampak seperti desa yang kecil saja sehingga
tidak ada yang bisa disembunyikan dari kehidupan manusia.dalam kondisi
yang demikian,mau tidak mau akan terjadi transformasi dalam segala
bidang kehidupan. Transformasi ini terjadi karena adanya pengaruh
tehnologi transformasi dan tehnologi informasi yang sudah semakin
canggih,sehingga orang tidak mampu membendung mobilitas informasi
yang terjadi di dunia ini.7
Di kabupaten Boyolali kerwanan kerukunan di sebabkan oleh dua
aspek yaitu agama dan kehidupan sosial politik. yang diantaranya:
Pertama Konflik Berkekrasan, telah terjadi konflik SARA ,
Pembakaran Gereja, Masjid dan Balai Desa. konflik di Sampetan bermula
dari pemilihan kepala desa di Sampetan tahun 1997, karena adanya
ketidak puasan dari masing-masing pendukung calon kepala desa yang
kalah dalam pemilihan Masa melampiaskannya dengan cara membakar
7 Eka Lasa, 2003 Makalah Pelatihan Peningkatan Kerukunan Hidup Antar Umat
Beragama di kalangan Pemuda tinggkat Jawa Tengah. Semarang: DIKNAS Jateng.
57
masjid, kemudian orang muslim menyangka yang membakar adalah orang
Kristen maka membalasnya dengan membakar gereja. Konfil itu terus
berlanjut sampai tahun 2001, karena belum ada penyelesaiaan yang tepat.
Kedua pendirian tempat ibadah akan menimbulkan konflik
manakala tidak melihat kondisi sosial masyarakat setempat. Di Kecamatan
Teras,telah terjadi pengrusakan Gereja hal ini terjadi karena masyarakat
muslim setempat tidak menyetujui rencana pembangunan gereja yang
didirikan di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas muslim.
Ketiga adanya isu Pondok Pesantren Darussahadah yang berada di
desa Kedunglengkong Kecamatan Simo Boyolali yang sudah meresahkan
masyarakat khusunya orang Islam di Boyolali, Pesantren ini dituding telah
terlibat dalam kasus pengeboman di Bali dan Hotel Mariot.
Keempat adanya teror-teror selebaran gelap dan isu tentang suku,
agama, ras antar golongan.
Kelima Isu Kristenisasi dan Islamisasi yang sengaja di sebarkan
oleh kelompok takbertanggung jawab hanya untuk memecah belah kekuatan
bangsa.
Keenam kegiatan alairan sempalan yang menyimpang dari ajaran
agama yang bersangkitan yang dilakukan oleh sseorang atau kelompok.
Seperti adanya ajaran usroh yang bertujuan mendirikan Negara Islam
Indonesia (NII) di desa Bede Kec. Klego 1997. ajaran darul hadits di desa
58
salakan kecamatan teras ajaran ini dimaksudkan untuk mengadu domba
sesama umat.8
Selain adanya konflik yang bersifat SARA di Kabupaten Boyolali
juga terdapat konflik yang bersifat sosial diantaranya sebagai berikut:
1. Ada potensi konflik perebutan sumber daya air. Hai ini hampir terjadi di
tiap daerah di Boyolali. hal ini di sebabkan oleh:
a. Semakin terbatasnya sumber-sumber air untuk kebutuhan air minum
dan irigasi.
b. Muncul ego kelompok atau wilayah atas penguasaan sumber-sumber
air. Hal ini merupakan bias pemahaman atas otonomi daerah.
c. Belum adanya mekanisme baku yang dapat disepakati warga untuk
mengatasi munculnya persoalan-persoalan pengelolaan air di desa.
2. Perda tentang pengangkatan sekdes dan pemilihan perangkat desa di
bawah kades dan sekdes belum sepenuhnya dipahamai oleh warga. Hal ini
berdampak pada munculnya potensi konflik di desa.
3. Relasi BPD dan pemerintah desa banyak yang belum sinergis. Hal ini
disebabkan oleh:
a. Masih rendahnya kapasitas SDM perangkat desa.
b. Anggota BPD belum sepenuhnya memahami tugas, kewajiban, hak
dan wewenangnya.
c. Sebagain dari BPD menempatkan diri sebagai oposan dengan
pemerintah desa dan tidak sebagai mitra kerja.
8 Laporan kegiatan Sarasehan Umat Beriman, Mengantisipasi Ketegangan Sosial,
Merumuskan Peran Umat Beragama dalam Mengantisipasi Konflik” Boyolali, FKA-UB.
59
4. Wibawa pemerintah dimasyarakat menurun. Hal ini disebabkan oleh :
a. Kapasitas SDM pemerintah rendah
b. Tidak respon terhadap kebutuhan warga
c. Ada kecenderungan masih berbau KKN (Penampakan dari arisan Orde
Baru)
d. Pola yang di gunakan dalam menjalamnkan pemerintahan masih top
down (instruktif) dan belum bottom up(menyerap aspirasi publik).
5. Warga merasa masa bodoh (apatis) atau tidak mau tahu atas kebijakan atau
persoalan yang dihadapi oleh pemerintah desa.
a. Adanya profokator yang mengajak warga tidak taat pada pemintah
desa.
b. Masyarakat tidak puas dengan kerja-kerja pemerintah desa.
6. Merebaknya penyakit masyarakat; perjudian, dekadensi moral generasi
muda. Hal ini disebabkan oleh:
a. Belum optimalnya pendidikan di tingkatan keluarga.
b. Pengangguran meraja rela
c. Tidak tegasnya aparat keamanan dan ketertiban untuk mengatasi
persoalan-persolan di masyarakat.
7. Mahalnya biaya pendidikan hal ini disebabkan oleh:
a. Komersialisasi atau kapitalisasi pendidikan. Lembaga pendidikan lebih
berorientasi pada profit (mencari untung) dari motifasi pendidikan itu
sendiri.
60
b. Dikuranginya subsidi dari pemerintah untuk pendidikan dengan
kebijakan otonomi sekolah.
c. Rakyat miskin tidak dapat menjangkau biaya yang begitu tinggi.
8. Kemiskinan masih terlalu banyak di daerah Boyolali.
a. Produksi pertanian meningkat, tetapi harga jual menurun. Akibatnya
banyak mengalami kerugian.
b. Beberapa daerah disebabkan karena faktor sarana dan prasarana
terbatas; jalan, jembatan,dll.
9. Program-program pemda kurang tepat sasaran. Hal ini malah
menimbulkan masalah baru. Misalnya; kebijakan tentang pembelian tangki
air untuk mengatasi permasalahan krisis air diBoyolali. Yang seharusnya
dilakukan adalah melakukan gerakan penghijauan di lereng merbabu dan
merapi.9
D. Aktifitas FKA-UB dalam mentabligkan krukunan hidup antar umat
beragama di Kabupaten Boyolali.
Dalam mencapai tujuan FKA-UB telah menyusun program-
program kerja yang dirumuskan lewat muyas tahun 2001-2004, terdiri dari
program fisik dan mental.
A. Program Food fo Work (Padat Karya Pangan)
Padat karya pangan (PKP) merupakan program padat karya
(melibatkan banyak orang) dengan jagka waktu relative pendek sasaran
9 Laporan Kegiatan Semiloka “Penaggulangan Disintegrasi Bangsa” Kesbang &
Linmas Boyolali.
61
padat karya adalah masyarakat miskin atau desa tertingggal padat karya
pangan program yang pertama kali dijalankan oleh Forum komunikasi
antar uamat beragama dalam rangka mendampingi masyarakat di
Boyolali. Sesuai dengan prinsip FKA-UB.
Program ini di jalankan berdasarkan pada orientasi pluralisme
dan interfaith. Pemberdayaan masyarakat diawali dengan kesadaran
akan kebersamaan di antara keberagaman komunitas baik dari segi
agama, pendidikan, social maupun budaya. Pada program Food fo Work
melakukan pendampingan kepada masyarakat.
Program ini dilatar belakangi dengan meningkatnya angka
pengangguran terutama selama krisis yang melanda di Indonesia. Krisis
yang tidak kunjung berhenti ini menyebabkan hancurnya sendi-sendi
perekonomian masyarakat terutama masyarakat di lapisan bawah,
sehingga masyarakat miskin makin kesulitan makin kesulitan memenuhi
kebutuhan hidupnya. 10
B. Peacebuilding Program (PB).
Program Pecebulding, program ini memperkenalkan bahwa
konflik dan perbedaan adalah bagian dari kehidupan dan keduanya justru
bisa menjadi sesuatu petensi yang bernilai positif. yang bertujuan
menjalin ukhuwah islamiah, ukhuwah diniah, dan ukhuwah whatoniyah,
10 Wawancara dengan Sumastopo, S.Ag Koordinator Padat karya pangan (PKP),
22 April 2004.
62
di FKA-UB program ini lebih kepada kegiatan Non fisik, tujuan dari
program ini adalah:
1) Kegiatan yang beorientasi pada memberikan pemahaman yang
komprehensif kepada masyarakat mengenai ukhuwah, mencakup
solidaritas antar sesama umat Islam, Solidaritas antar agama,
solidaritas sesama warga Negara, kepeduluan hubungan sesama
mahluk lingkungan.
2) Pengembangan kegiatan ukhuwah yang lebih subtansif yang
berorientasi kepada program-program setrategis sesuai dengan
prinsip tolong menolong (ta’awun) untuk kesejahteraan masyarakat.
3) Melaksanakan program-program ukhuwah yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang miskin materi dan
rendah pendidikan. 11
C. Capacity Building Program (CB)
Program Capacity Building adalah program yang berorientasi
pada pengembangan kapasitas para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan
Stakeholder di Kabupaten Boyolali. Yang di antaranya:
1) Mengembangkan strategi dakwah yang efektif yang berorientasi
pada dakwah bil hal, memberikan pelatihan pada para tokoh agama,
tokoh masyarakat agar mampu manjadi da’i yang berwibawa yang
11 Wawancra dengan Muslich, S.Pd Koordinator Peacebuilding, 22 April 2004.
63
mampu mengikuti perkembangan ekonomi, pendidikan dan
penrkembangan tehnologi.
2) Mengembangkan potensi warga yang mampu menjadi seorang
pemimpin yang berorientasi pada pluralitas dan interfaith.12
D. Microfinance Program (MF)
Program ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan perekonomian ummat dalam rangka memerangi
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Antara lain.
1) Program peningkatan ekonomi ummat (Koperasi simpan pinjam,
bantuan modal bergulir dan lain sebagainya)
2) Bantuan beasiswa kepada anak-anak fakir miskin.
3) Menumbuhkan pemahaman yang utuh bahwa kehidupan ekonomi
yang berkualitas dan amanah di masyarakat.
4) Meningkatkan kesadaran ummat untuk pengembangan ekonomi
dan keuangan, melalui Simpan Pinjam.13
E. Enviroment Sanitasion Program (ESP)
Program ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan,sesuai dengan sabda
nabi yang artinya“kebersihan itu sebagian dari iman” hal ini dilakukan
untuk menciptakan masyarakat yang damai aman dan sejahtera di
12 Wawancara dengan Aries Fajar Suryanto, SH Koordinator Capacity Building 22
April 2004 13 Wawancara dengan Siti Ulfah, S.Ag, Koordinator Program Microfionance. 22
April 2004
64
bergagai bidang dengan Mengembangkan kemampuan masyarakat
dalam mengelola kegiatan yang berbasis kesehatan secara mandiri
(Partisipatif).
E. Langkah-langkah atau setrategi Forum Komunikasi Antar Umat
Beragama Dalam Mengantisipasi dan Menyelesaikan Konflik di
Kabupaten Boyolali.
Pada dasarnya makna terpenting dari terwujudnya kerukunan hidup
antar uamt beragama di Negara manapun juga sebagai indikasi kokohnya
rasa saling percaya antara sesama warga Negara yang mempunyai latar
belakang keimanan yang berlainan. Dengan rasa itu, akan tercipta kondisi
yang mneguntungkan untuk kerjasama seluruh lapisan dan golongan dalam
mencapai tujuan nasional.
Sebaliknya, ketidak rukunan hidup umat beragama merupakan
indikasi adanya suasana saling curiga dalam masyarakat. Sebagai akibatnya
timbullah kondisi yang menghambat bahkan mungkin sekali menggagalkan
setiap kehendak untuk mengadakan kerjasama antar agama bahkan antar
warga Negara dalam mencapai tujuan nasional. Dari suasana saling tidak
percaya sewaktu-waktu dapat timbul konflik antar umat beragama.
Mengingat pentingnya kerukunan antar umat beragama menjadi
kewajiban setiap komponen bangsa untuk berperan aktif dalam mewujudkan
kondisi damai. Komponen yang dimaksud adalah Pemerintah,
lembaga/organisasi maupun masyarakat.
65
Wilayah Kabupaten Boyolali dalam persoalan ini cukup harmonis,
tapi bukan berarti, harus berpangku tangan dan bangga diri. Karena ancaman
kerukunan kalau boleh dikatakan sebagai “bahaya laten” yang setiap saat
dan sebab tertentu dapat meletup seperti bom waktu. Oleh karena itu usaha –
usaha dan strategi antisipatif perlu dilakukan FKA-UB Kabupaten Boyolali
sebagai mediator hubungan antar umat beragama.
Adapun langkah-langkah strategi yang dilakukan FKA-UB dalam
mengantisipasi konflik antar umat beragama antaralain:
E.1. Langka-lanhkah intern umat.
a) Membangun pemahaman yang komprehensif mengenai Ukhuwah
diniyah, mencakup solidaritas sesama umat beragama, antar sesam
warga, kepedulian dalam hubungan sesame mahluk dan
lingkungan.
b) Pengembangan Ukhuwah diniyah yang lebih subtansif yang
berorientasi pada program-program setrategis sesuai dengan
prinsip kemanusiaan untuk kesejahteraan masyarakat.
c) Pelaksanaan program-program ukhuwah diniyah yang diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dakwah bil
hal adalah dakwah nyata yakni memberikan langsung apa yang di
miliki baik berupa materi, mnasehat atau keteladanan yang baik.
Dakwah ini akan efektif dan efisien karena audien lebih terkena
dan tersentuh.
66
d) Pelaksanaan program-program ukhuwah diniyah dengan dakwah
billisan dimaksudkan dalam bentuk seperti: khotbah, ceramah,
pidato, diskusi, munyawarah, seminar dan lain-lain. Sedang
dakwah bilkitabah dimaksudkan dakwah dengan perantara tulisan,
misalnya : buku, majalah, risalah, bulletin, pamplet, spanduk dan
lain-lain.
FKA-UB masih melakukan model yang seperti ini karena ini dilihat
cukup efektif untuk diterapkan di Boyolali. Langkah ini dilakukan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. mengingat semakin kritisnya
masyarakat dalam menaggapi setiap persoalan. Masyarakat lebih senang
tidak hanya diceramahi saja juga diberikan sesuatu yang mereka butuhkan.
E.2. Langkah-langkah ekstern
a. Meningkatkan peran serta FKA-UB dalam forum wadah
musyawarah antar umat beragama.
b. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah
dan non pemerintah.
E.3. Strategi Komunikasi.
Strategi merupakan elemen yang penting dalam proses
pembangunan dan pemberdayaan masyakat, tentunya strategi yang
dirumuskan tidak tidak terlepas dari kebijakan lembaga yang disusun untuk
menyukseskan program-program lembaga tersebut. Untuk mewujudkan
67
pemberdayaan masyarakat yang berdasarkan dengan pluralisme sesuai
dengan visi dan misi lembaga tersebut diterapkan melalui pola
pendampingan, dengan tujuan agar masyrakat mudah terkontrol dan
lembaga mampu lebih mudah mengetahui segla sesuatu yang mampu
memicu konflik di masyarakat. Adapun diantara Strategi komunikasi yang
dilakukan FKA-UB tersebut adalah:
a) Strategi Pendekatan Partisipatif
Strategi ini menekankan Stakheholder dan masyarakat terlibat
secara aktif dalam setiap tahap kegiatan yang dilakukan oleh FKA-UB.
Yakni perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
b) Melakukan kerjasama dengan lembaga Pemrintah dan Non
pemerintah yang berorientasi pada Pluralisme dan interfaith
Dengan cara pendekatan ke kantor-kantor pemerintah maupun
lembaga-lembaga lain ini dimaksudkan apabila FKA-UB memberikan
penerangan, arahan dari instansi lembaga terkait lebih mudah diterima.
Karena FKA-UB berperan sebagi mediator atas permasalahan
pemerintah dan masyarakat. Sehingga program pemerintah dapat
dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi.
c) Pendekatan dengan ormas-ormas dan lembaga Islam dan Non
Islam.
Ormas-ormas dan lembaga Islam atau non Islam sebagai media
FKA-UB untuk menjalankan program-program di masyarakat
dampingan. dengan melalui ormas-ormas dan lembaga Islam atau non
68
Islam program FKA-UB dapat disampaikan kepada masyarakat.
Sehingga kehidupan di Boyolali dapat berkembang dan berjalan dengan
dinamis.