bab iii 1198040 -...

25
44 BAB III SEKITAR FORUM KOMUNIKASI ANTAR UMAT BERAGAMA (FKA- UB) DALAM MENTABLIGHKAN KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT BERAGAMA DI KABUPATEN BOYOLALI A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOYOLALI A. Letak Geografis Kabupaten Boyolali. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten / Kodia di Jawa Tengah dengan letak geografisnya sebagai berikut: 1. Letak lintang: Sebelah Selatan : 110.22’ Bujur Timur : 110.50’ Lintang selatan : 7.36’- 7.71’. Dengan ketinggian antara 75 M sampai dengan 1500 M dari permukaan laut. 2. Batas Wilayah. Sebelah Utara :Wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang. Sebelah Timur :Wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kodia Surakarta. Sebelah Selatan :Wilayah Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Upload: vuongmien

Post on 20-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

44

BAB III

SEKITAR FORUM KOMUNIKASI ANTAR UMAT BERAGAMA (FKA-

UB) DALAM MENTABLIGHKAN KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT

BERAGAMA DI KABUPATEN BOYOLALI

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOYOLALI

A. Letak Geografis Kabupaten Boyolali.

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten /

Kodia di Jawa Tengah dengan letak geografisnya sebagai berikut:

1. Letak lintang:

Sebelah Selatan : 110.22’

Bujur Timur : 110.50’

Lintang selatan : 7.36’- 7.71’.

Dengan ketinggian antara 75 M sampai dengan 1500 M dari

permukaan laut.

2. Batas Wilayah.

Sebelah Utara :Wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten

Semarang.

Sebelah Timur :Wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kodia

Surakarta.

Sebelah Selatan :Wilayah Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa

Yogyakarta

Page 2: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

45

Sebelah Barat :Kabupaten Malang dan Kabupaten Semarang.1

Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat

administrasi pemerintahan,yaitu Wilayah Kecamatan dan

Kelurahan/desa.Wilayah Kabupaten Boyolali terdi dari 19 Kecamatan dan

222 Kelurahan.

WILAYAH KECAMATAN DAERAH TINGKAT II BOYOLALI

No Nama kecamatan Jumlah

1.

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

Selo

Ampel

Cepogo

Musuk

Boyolali

Mojosongo

Teras

Sawit

Banyudono

Sambi

Ngemplak

Nogosari

Simo

Karanggede

Klego

Andong

Kemusu

Wonosegoro

Juwangi

10

20

15

20

9

13

13

12

15

16

12

13

13

16

13

16

13

18

10

Jumlah 222

1 Biro Statistik, Kabupaten Boyolali, 1999.

Page 3: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

46

Hasil status penduduk tahun 1999 jumlah penduduk di wilayak

Kabupaten Boyolali mencapai 2.126.265 jiwa, luas wilayah dan kepadatan

penduduk Kabupaten Boyolali lebih lanjut adalah.

LUAS DAERAH DAN KEPADATAN PENDUDUK

DAERAH TINGKAT II BOYOLALI

No Nama Kecamatan Luas/Km 2 Jumlah

Penduduk

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Selo

Ampel

Cepogo

Musuk

Boyolali

Mojosongo

Teras

Sawit

Banyudono

Sambi

Ngemplak

Nogosari

Simo

Karanggede

Klego

Andong

5 607 , 7

9 039 ,1

5 299 ,8

6 504 ,1

2 625 ,1

4 341 ,1

2 933 ,6

1 723 ,3

2 537 ,9

4 649 ,5

3 852 ,7

5 508 ,4

4 804 ,0

4 175 ,6

5 187 ,7

5 452 ,8

886 021

24 501

66 325

49 739

56 267

54 508

48 537

41 359

30 980

44 161

61 203

59 885

41 266

38 249

43 186

57 036

Page 4: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

47

17

18

19

Kemusu

Wonosegoro

Juwangi

9 908 ,4

9 299 ,8

7 999 ,8

41 490

50 547

30 665

Jumlah 101.510.1 904.021

Pada segi agama Kabupaten Boyolali terdapat berbgai macam

pemeluk agama yaitu : Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Budha,

dan Hindu. Lebih lanjut dapat dilihat :

PEMELUK AGAMA MASYARAKAT DAERAH TINGKAT II.

BOYOLALI

No Pemeluk Agama Jumlah

1

2

3

4

5

Islam

Kriten Protestan

Kristen Katholik

Budha

Hindu

8.58 659

9 191

7 086

5 075

6 010

Julmah 8.86 021

Sedangkan sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Boyolali adalah

sebagai berikut:

Page 5: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

48

No Sarana Ibadah Jumlah

1

2

3

4

5

Masjid

Suarau/langgar

Gereja

Pure

Vihara

835 buah

2710 buah

200 buah

3 buah

5 buah

B. Sejarah Berdirinya FKA-UB

B.1. Sejarah singkat FKA-UB Kab. Boyolali.

Berawal dengan merebaknya isu SARA (Suku, Agama, Ras,

Adat) di Kabupaten Biyolali, dan banyaknya profokator-profikator yang

sengaja memancing keonaran. Kerusuhan melalui teror-teror (via

telepon, selebaran gelap dll.) di wilayah Kabupaten Boyolali , yang

mana isu itu telah membuat keresahan masyarakat dan memancing

emosi masyarakat, dan beberapa isu tersebut diantaranya : Pertama

agama telah di politisir oleh Organisasi Partai Politik, dalam artian ada

beberapa klompok OPP tertentu yang telah menggunakan Agama

sebagai alat pembenaran bagi organisasi partai politik tertentu. Kedua

Issu Kristenisasi dan Islamisasi, artinya bahwa issu kristenisasi dan

Islamisasi segaja di sebarkan oleh klompok tertentu dengan maksud

memecah belah kekuatan bangsa. Ketiga di Agama tertentu terjadi

konflik intern yang mengakibatkan munculnya kecurigaan-kecurigaan di

Page 6: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

49

antara mereka karena di dorong oleh faktor politis kepentingan pribadi

atau golongan dengan saling mengatasnamakan agama tertentu. Empat

adanya diskriminasi etnis mayoritas dan minoritas. Dalam artian selama

ini terjadi kesenjangan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk

memisahkan antara kelompok mayoritas dan minoritas melalui jalur

kebijakan ekonomi yang berat sebelah. Lima adanya kebijakan yang

bersifat pilih kasih dalam hal pendirian tempat ibadah. Dengan

menculnya persoalan-persoalan di atas yang kemudian mengetuk nurani

para tokoh agama di Kabupaten Boyolali untuk mengadakan sebuah

pertemuan sarasehan bersama bersama dengan pejabat pemerintah

tingkat II Boyolali. Dengan peserta Jajaran Muspida Boyolali, Depang,

MUI, tokoh agama (Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu),ormas,

(NU, Muhammadiyah, MTA, LDII, Walubi, PHDI, PAROKI, MAJLIS

GEREJA dll) pada tanggal 21 April 1999. di Jl. Pandanaran 169 untuk

membahas dan mencari solusi terhadap perkembangan politik di

Kabupaten. Boyolali.2

Forum komunikasi antar umat beragama didirikan pada tahun

1999, di Kabupaten Boyolali. Forum komunikasi antar umat beragama

berasaskan pancasila dan Forum komunikasi antar umat beragam adalah

organisasi Independen yang tidak memihak kepada agama, idiologi,

suku ,ras, keturunan, golongan, agama dan profesi. Yang terhimpun

dalam wadah atau lembaga masyarakat non Pemerintah. (Non

2 Anggaran Dasar/Rumah Tangga FKA-UB.

Page 7: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

50

Gavermental Organization). Forum komunikasi antar umat beragama di

Kabupaten Boyolali, adalah organisasi berupa pengurusan yang di

bentuk dari segenap para ulamak dan Tokoh Agama (Islam, Kristen

Protestan, Katholik, Hindu Budha).lembaga ini didaftar pada Notaries

Mulyoto, SH dengan nomor: 20 tanggal 24 Desember 1999.3

Pluralita yang semakin lama semakin memudar karena

kompleksnya permsalahan menjadi langkah pijakan lembaga ini. Belum

lagi persoalan kepentingan, tarik-menarik kekuatan yang pada akhirnya

rakyatlah yang menjadi korban.

Demoralisasi nilai terjadi hampir di semua aspek kehidupan. Hal

ini dapat dilihat semakin jauhnya perilaku masyarakat dari etika, agama

dan nilai luhur budaya bangsa.

Sebelum lembaga ini resmi terdaftar di Notaris, para tokoh agama

yang tergabung dalam FKA-UB membentuk sebuah kepanitiaan dalam

setiap kegiatan salah satunya adalah Panitia Bantuan Kemanusiaan Umat

Beragama (PBK-UB), dimana kegiatan uatamanya adalah pembangian

bahan pangan ke desa-desa di Boyolali. Program pembagian bahan

pangan ini bernama Emergency yang meliputi 36 desa dari 10

kecamatan di Kabupaten Boyolali. Program ini didasarkan pada

keprihatinan banyaknya konflik yang horizontal dengan isu SARA yang

muncul kepermukaan, di mana saat itu kerusuhan ambon sedang terjadi.4

3 Wawancara dengan Pndt AW. Samusir, BA , salah satu pendiri FKA-UB,

sekarang menjabat Ketua Pengurus FKA-UB 2004 : Tanggal 22 April 2004. 4 Wawancara dengan Is Sumateradi, Salah satu pendiri FKA-UB dan Sekarang

menjabat Sekretaris pengurus FKA-UB. 2004: 22 April 2004.

Page 8: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

51

B.2. Visi dan Misi

Visi FKA-UB

a) Terwujudnya tatanan masyarakat damai, adil dan sejahtera

berdasarkan kebenaran, keadila, pluralitas, budaya dan nilai-nilai

keagamaan.

b) Terwujudnya sosialisasi uma beragama dalam proses kebutuhan

social,ekonomi, budaya berbasis komunitas berdasar kebenaran,

keadilan, pluralitas, kesejahteraan dan nilai-nilai agama.

Misi FKA-UB

a) Mempromosikan dan mengimplementasikan niali-nilai pluralitas,

interfaith, HAM, demokrasi dalam pengertians eluas-luasnya.

b) Mendorong tumbuhnya kerjasama dikalangan tokoh agama, tokoh

masyarakat, ilmuan, pejabat pemerintah secara individu dan

kelompok yang peduli terhadap persoalan kemanusiaan, berbangsa

dan bernegara.

c) Membangun jaringan kerja sama dengan berbagai pihak strategis

yang mempunyai komitmen di bidang kemanusiaan dengan

perpektif pluralisme dan interfaith.5

B.3. Setrategi pendekatan.

1) Menumbuhkan institusi local sebagai subyek (pelaku) dalam

melakukan perubahan social (Sosial transformation).

5 Diktat Profil Forum komunikasi Antar Umat Beragama Boyolali.

Page 9: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

52

2) Mendorong proses integrasi guna mengembangkan wawasan,

sikap dan ketrampilan masyarakat.

3) Mengoptimalkan potensi local, pranata, karakteristik, dan

tokoh-tokoh local melalui pendidikan, pelatihan dan

dampingan dengan pendekatan andragogis yang partisipatif.

B.4. Program-program

1) Food for work Program (PKP)

2) Peacebuilding Program (PB)

3) Capacity Building Program (CB)

4) Microfinance Program (MP)

5) Enviroment Sanitasion Program (ESP)

B.5 Mitra Kerja

FKA-UB telah menjalin kerja sama dengan:

1. Chatolic Relief Service (CRS) Yogyakarta.

2. Catholic Relive Service (CRS) Jakarta.

3. UPKM YAKUM Surakarta.

4. Ormas-ormas keagamaan di Boyolali.

5. Kesbang dan linmas, Bapeda, Depag, Dinkop, Pemda Boyolali.

6. Pondok Pesantren di eks Krasidenan Surakarta.

7. Panti Asuhan se eks krasidenan Surakarta.

8. Yayasan Sosial Soegiopranata (YSS) Semarang.

9. Indonesian Conference on Relegion and Peace (ICRP).

10. USC Satunama Yogyakarta.

Page 10: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

53

11. Yayasan Percik Salatiga.

12. Forum Silaturrahmi Umat Beragama Jawa Tengah.

B.6. Struktur Organisasi

A. Pendiri Forum Komunikasi Antar Umat Beragama ini terdiri

dari :

1. Pndt. AW. Samosir,BA (Hindu).

2. Pndt. Sutarto, S.Ag (Hindu).

3. Sudarto Padmo Diharjo (Budha).

4. Petrus Sarijo (Katholik).

5. Is Sumateradi, B.Sc. (Katholik)

6. Pdt. Simon Julianto, S.Th. (Kristen)

7. Pdt. Thomas Sutomo (Kristen)

8. Sudarlin (Islam)

9. Drs. Jaml Yazid, M.Si. (Islam)

B. Pengurus

Ketua : Pndt. AW. Samosir, BA. (Hindu).

Sekretaris : Is Sumateradi, B.Sc. (Katholik).

Bendahara : Sudarto Padmo Diharjo (Budha)

C. Pelaksana Harian

Direktur Eksekutif. : Pdt. Simon Julianto, S.Th. (Kristen)

Staf Ahli : Drs. Jamal Yazid, M.Si (Islam).

Page 11: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

54

Staf Kesekretariatan : Sudarlin (Islam).

Staf Keuangan : Aris Setiawan, Amd. (Katholik)

D. Program Officer

Food for work Program (PKP) : Sumastopo, S.Pd.

Peacebuilding Program (PB) : Muslich, S.Pd.

Capacity Building Program (CB) : Aries Fajar Suryanto, SH.

Microfinance Program (MP) : Siti Ulfah, S.Ag.

Enviroment Sanitasion Program (ESP) : Aqim Mujahidin,S.Ag

B.6. Sumber Daya Manusia

Sampai saat ini FK-AUB memiliki karyawan sebanyak 20 orang.6

6 Wawancara dengan Pdt. Simon Julianto, STh. Pendiri dan sekarang menjabat

Direktur Eksekutif. 2004. 22 April 2004

Page 12: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

55

STRUKTUR PENGURUS FKA-UB BOYOLALI

TAHUN 2003-2006

Pembina 1. Pdt. Sutarto,S.Ag 2. Sudarlin 3. Petrus Sarijo

Staf

Staf Administrasi Staf keuangan

Pengawas Pdt. Thomas Sutomo

Pengurus Ketua : Pndt. Aw. Samosir, BA. Sekretaris : Is. Sumateradi, B.Sc. Bendahara : Sudarto Padmo Diharjo

Direktur Pdt. Simon Julianto, S.Th.

Staf Ahli Drs. Jamal Yazid, M.Si.

Koordinator Proyek

Direktur Program

Page 13: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

56

C. Problematika kerukunan hidup antar umat beragama di Kabupaten Boyolali.

Sebagai mahluk sosial manusia sesalu hidup dalam suatu kelompok

tertentu, dan bagi manusia yang masih tergolong hidup dalam kelompok

primitive, maka kehidupan mereka menyatu dengan kehidupan

religiusnya. Karena secara kebersamaan mereka terdiri dari satu keluarga

besar yang kemudian berubah menjadi satu suku bahkan satu bangsa.

Tetapi berbeda dengan sekarang dimana kita telah hidup dalam zaman

global sehingga dunia ini nampak seperti desa yang kecil saja sehingga

tidak ada yang bisa disembunyikan dari kehidupan manusia.dalam kondisi

yang demikian,mau tidak mau akan terjadi transformasi dalam segala

bidang kehidupan. Transformasi ini terjadi karena adanya pengaruh

tehnologi transformasi dan tehnologi informasi yang sudah semakin

canggih,sehingga orang tidak mampu membendung mobilitas informasi

yang terjadi di dunia ini.7

Di kabupaten Boyolali kerwanan kerukunan di sebabkan oleh dua

aspek yaitu agama dan kehidupan sosial politik. yang diantaranya:

Pertama Konflik Berkekrasan, telah terjadi konflik SARA ,

Pembakaran Gereja, Masjid dan Balai Desa. konflik di Sampetan bermula

dari pemilihan kepala desa di Sampetan tahun 1997, karena adanya

ketidak puasan dari masing-masing pendukung calon kepala desa yang

kalah dalam pemilihan Masa melampiaskannya dengan cara membakar

7 Eka Lasa, 2003 Makalah Pelatihan Peningkatan Kerukunan Hidup Antar Umat

Beragama di kalangan Pemuda tinggkat Jawa Tengah. Semarang: DIKNAS Jateng.

Page 14: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

57

masjid, kemudian orang muslim menyangka yang membakar adalah orang

Kristen maka membalasnya dengan membakar gereja. Konfil itu terus

berlanjut sampai tahun 2001, karena belum ada penyelesaiaan yang tepat.

Kedua pendirian tempat ibadah akan menimbulkan konflik

manakala tidak melihat kondisi sosial masyarakat setempat. Di Kecamatan

Teras,telah terjadi pengrusakan Gereja hal ini terjadi karena masyarakat

muslim setempat tidak menyetujui rencana pembangunan gereja yang

didirikan di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas muslim.

Ketiga adanya isu Pondok Pesantren Darussahadah yang berada di

desa Kedunglengkong Kecamatan Simo Boyolali yang sudah meresahkan

masyarakat khusunya orang Islam di Boyolali, Pesantren ini dituding telah

terlibat dalam kasus pengeboman di Bali dan Hotel Mariot.

Keempat adanya teror-teror selebaran gelap dan isu tentang suku,

agama, ras antar golongan.

Kelima Isu Kristenisasi dan Islamisasi yang sengaja di sebarkan

oleh kelompok takbertanggung jawab hanya untuk memecah belah kekuatan

bangsa.

Keenam kegiatan alairan sempalan yang menyimpang dari ajaran

agama yang bersangkitan yang dilakukan oleh sseorang atau kelompok.

Seperti adanya ajaran usroh yang bertujuan mendirikan Negara Islam

Indonesia (NII) di desa Bede Kec. Klego 1997. ajaran darul hadits di desa

Page 15: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

58

salakan kecamatan teras ajaran ini dimaksudkan untuk mengadu domba

sesama umat.8

Selain adanya konflik yang bersifat SARA di Kabupaten Boyolali

juga terdapat konflik yang bersifat sosial diantaranya sebagai berikut:

1. Ada potensi konflik perebutan sumber daya air. Hai ini hampir terjadi di

tiap daerah di Boyolali. hal ini di sebabkan oleh:

a. Semakin terbatasnya sumber-sumber air untuk kebutuhan air minum

dan irigasi.

b. Muncul ego kelompok atau wilayah atas penguasaan sumber-sumber

air. Hal ini merupakan bias pemahaman atas otonomi daerah.

c. Belum adanya mekanisme baku yang dapat disepakati warga untuk

mengatasi munculnya persoalan-persoalan pengelolaan air di desa.

2. Perda tentang pengangkatan sekdes dan pemilihan perangkat desa di

bawah kades dan sekdes belum sepenuhnya dipahamai oleh warga. Hal ini

berdampak pada munculnya potensi konflik di desa.

3. Relasi BPD dan pemerintah desa banyak yang belum sinergis. Hal ini

disebabkan oleh:

a. Masih rendahnya kapasitas SDM perangkat desa.

b. Anggota BPD belum sepenuhnya memahami tugas, kewajiban, hak

dan wewenangnya.

c. Sebagain dari BPD menempatkan diri sebagai oposan dengan

pemerintah desa dan tidak sebagai mitra kerja.

8 Laporan kegiatan Sarasehan Umat Beriman, Mengantisipasi Ketegangan Sosial,

Merumuskan Peran Umat Beragama dalam Mengantisipasi Konflik” Boyolali, FKA-UB.

Page 16: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

59

4. Wibawa pemerintah dimasyarakat menurun. Hal ini disebabkan oleh :

a. Kapasitas SDM pemerintah rendah

b. Tidak respon terhadap kebutuhan warga

c. Ada kecenderungan masih berbau KKN (Penampakan dari arisan Orde

Baru)

d. Pola yang di gunakan dalam menjalamnkan pemerintahan masih top

down (instruktif) dan belum bottom up(menyerap aspirasi publik).

5. Warga merasa masa bodoh (apatis) atau tidak mau tahu atas kebijakan atau

persoalan yang dihadapi oleh pemerintah desa.

a. Adanya profokator yang mengajak warga tidak taat pada pemintah

desa.

b. Masyarakat tidak puas dengan kerja-kerja pemerintah desa.

6. Merebaknya penyakit masyarakat; perjudian, dekadensi moral generasi

muda. Hal ini disebabkan oleh:

a. Belum optimalnya pendidikan di tingkatan keluarga.

b. Pengangguran meraja rela

c. Tidak tegasnya aparat keamanan dan ketertiban untuk mengatasi

persoalan-persolan di masyarakat.

7. Mahalnya biaya pendidikan hal ini disebabkan oleh:

a. Komersialisasi atau kapitalisasi pendidikan. Lembaga pendidikan lebih

berorientasi pada profit (mencari untung) dari motifasi pendidikan itu

sendiri.

Page 17: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

60

b. Dikuranginya subsidi dari pemerintah untuk pendidikan dengan

kebijakan otonomi sekolah.

c. Rakyat miskin tidak dapat menjangkau biaya yang begitu tinggi.

8. Kemiskinan masih terlalu banyak di daerah Boyolali.

a. Produksi pertanian meningkat, tetapi harga jual menurun. Akibatnya

banyak mengalami kerugian.

b. Beberapa daerah disebabkan karena faktor sarana dan prasarana

terbatas; jalan, jembatan,dll.

9. Program-program pemda kurang tepat sasaran. Hal ini malah

menimbulkan masalah baru. Misalnya; kebijakan tentang pembelian tangki

air untuk mengatasi permasalahan krisis air diBoyolali. Yang seharusnya

dilakukan adalah melakukan gerakan penghijauan di lereng merbabu dan

merapi.9

D. Aktifitas FKA-UB dalam mentabligkan krukunan hidup antar umat

beragama di Kabupaten Boyolali.

Dalam mencapai tujuan FKA-UB telah menyusun program-

program kerja yang dirumuskan lewat muyas tahun 2001-2004, terdiri dari

program fisik dan mental.

A. Program Food fo Work (Padat Karya Pangan)

Padat karya pangan (PKP) merupakan program padat karya

(melibatkan banyak orang) dengan jagka waktu relative pendek sasaran

9 Laporan Kegiatan Semiloka “Penaggulangan Disintegrasi Bangsa” Kesbang &

Linmas Boyolali.

Page 18: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

61

padat karya adalah masyarakat miskin atau desa tertingggal padat karya

pangan program yang pertama kali dijalankan oleh Forum komunikasi

antar uamat beragama dalam rangka mendampingi masyarakat di

Boyolali. Sesuai dengan prinsip FKA-UB.

Program ini di jalankan berdasarkan pada orientasi pluralisme

dan interfaith. Pemberdayaan masyarakat diawali dengan kesadaran

akan kebersamaan di antara keberagaman komunitas baik dari segi

agama, pendidikan, social maupun budaya. Pada program Food fo Work

melakukan pendampingan kepada masyarakat.

Program ini dilatar belakangi dengan meningkatnya angka

pengangguran terutama selama krisis yang melanda di Indonesia. Krisis

yang tidak kunjung berhenti ini menyebabkan hancurnya sendi-sendi

perekonomian masyarakat terutama masyarakat di lapisan bawah,

sehingga masyarakat miskin makin kesulitan makin kesulitan memenuhi

kebutuhan hidupnya. 10

B. Peacebuilding Program (PB).

Program Pecebulding, program ini memperkenalkan bahwa

konflik dan perbedaan adalah bagian dari kehidupan dan keduanya justru

bisa menjadi sesuatu petensi yang bernilai positif. yang bertujuan

menjalin ukhuwah islamiah, ukhuwah diniah, dan ukhuwah whatoniyah,

10 Wawancara dengan Sumastopo, S.Ag Koordinator Padat karya pangan (PKP),

22 April 2004.

Page 19: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

62

di FKA-UB program ini lebih kepada kegiatan Non fisik, tujuan dari

program ini adalah:

1) Kegiatan yang beorientasi pada memberikan pemahaman yang

komprehensif kepada masyarakat mengenai ukhuwah, mencakup

solidaritas antar sesama umat Islam, Solidaritas antar agama,

solidaritas sesama warga Negara, kepeduluan hubungan sesama

mahluk lingkungan.

2) Pengembangan kegiatan ukhuwah yang lebih subtansif yang

berorientasi kepada program-program setrategis sesuai dengan

prinsip tolong menolong (ta’awun) untuk kesejahteraan masyarakat.

3) Melaksanakan program-program ukhuwah yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang miskin materi dan

rendah pendidikan. 11

C. Capacity Building Program (CB)

Program Capacity Building adalah program yang berorientasi

pada pengembangan kapasitas para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan

Stakeholder di Kabupaten Boyolali. Yang di antaranya:

1) Mengembangkan strategi dakwah yang efektif yang berorientasi

pada dakwah bil hal, memberikan pelatihan pada para tokoh agama,

tokoh masyarakat agar mampu manjadi da’i yang berwibawa yang

11 Wawancra dengan Muslich, S.Pd Koordinator Peacebuilding, 22 April 2004.

Page 20: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

63

mampu mengikuti perkembangan ekonomi, pendidikan dan

penrkembangan tehnologi.

2) Mengembangkan potensi warga yang mampu menjadi seorang

pemimpin yang berorientasi pada pluralitas dan interfaith.12

D. Microfinance Program (MF)

Program ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan

mengembangkan perekonomian ummat dalam rangka memerangi

kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Antara lain.

1) Program peningkatan ekonomi ummat (Koperasi simpan pinjam,

bantuan modal bergulir dan lain sebagainya)

2) Bantuan beasiswa kepada anak-anak fakir miskin.

3) Menumbuhkan pemahaman yang utuh bahwa kehidupan ekonomi

yang berkualitas dan amanah di masyarakat.

4) Meningkatkan kesadaran ummat untuk pengembangan ekonomi

dan keuangan, melalui Simpan Pinjam.13

E. Enviroment Sanitasion Program (ESP)

Program ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan,sesuai dengan sabda

nabi yang artinya“kebersihan itu sebagian dari iman” hal ini dilakukan

untuk menciptakan masyarakat yang damai aman dan sejahtera di

12 Wawancara dengan Aries Fajar Suryanto, SH Koordinator Capacity Building 22

April 2004 13 Wawancara dengan Siti Ulfah, S.Ag, Koordinator Program Microfionance. 22

April 2004

Page 21: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

64

bergagai bidang dengan Mengembangkan kemampuan masyarakat

dalam mengelola kegiatan yang berbasis kesehatan secara mandiri

(Partisipatif).

E. Langkah-langkah atau setrategi Forum Komunikasi Antar Umat

Beragama Dalam Mengantisipasi dan Menyelesaikan Konflik di

Kabupaten Boyolali.

Pada dasarnya makna terpenting dari terwujudnya kerukunan hidup

antar uamt beragama di Negara manapun juga sebagai indikasi kokohnya

rasa saling percaya antara sesama warga Negara yang mempunyai latar

belakang keimanan yang berlainan. Dengan rasa itu, akan tercipta kondisi

yang mneguntungkan untuk kerjasama seluruh lapisan dan golongan dalam

mencapai tujuan nasional.

Sebaliknya, ketidak rukunan hidup umat beragama merupakan

indikasi adanya suasana saling curiga dalam masyarakat. Sebagai akibatnya

timbullah kondisi yang menghambat bahkan mungkin sekali menggagalkan

setiap kehendak untuk mengadakan kerjasama antar agama bahkan antar

warga Negara dalam mencapai tujuan nasional. Dari suasana saling tidak

percaya sewaktu-waktu dapat timbul konflik antar umat beragama.

Mengingat pentingnya kerukunan antar umat beragama menjadi

kewajiban setiap komponen bangsa untuk berperan aktif dalam mewujudkan

kondisi damai. Komponen yang dimaksud adalah Pemerintah,

lembaga/organisasi maupun masyarakat.

Page 22: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

65

Wilayah Kabupaten Boyolali dalam persoalan ini cukup harmonis,

tapi bukan berarti, harus berpangku tangan dan bangga diri. Karena ancaman

kerukunan kalau boleh dikatakan sebagai “bahaya laten” yang setiap saat

dan sebab tertentu dapat meletup seperti bom waktu. Oleh karena itu usaha –

usaha dan strategi antisipatif perlu dilakukan FKA-UB Kabupaten Boyolali

sebagai mediator hubungan antar umat beragama.

Adapun langkah-langkah strategi yang dilakukan FKA-UB dalam

mengantisipasi konflik antar umat beragama antaralain:

E.1. Langka-lanhkah intern umat.

a) Membangun pemahaman yang komprehensif mengenai Ukhuwah

diniyah, mencakup solidaritas sesama umat beragama, antar sesam

warga, kepedulian dalam hubungan sesame mahluk dan

lingkungan.

b) Pengembangan Ukhuwah diniyah yang lebih subtansif yang

berorientasi pada program-program setrategis sesuai dengan

prinsip kemanusiaan untuk kesejahteraan masyarakat.

c) Pelaksanaan program-program ukhuwah diniyah yang diarahkan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dakwah bil

hal adalah dakwah nyata yakni memberikan langsung apa yang di

miliki baik berupa materi, mnasehat atau keteladanan yang baik.

Dakwah ini akan efektif dan efisien karena audien lebih terkena

dan tersentuh.

Page 23: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

66

d) Pelaksanaan program-program ukhuwah diniyah dengan dakwah

billisan dimaksudkan dalam bentuk seperti: khotbah, ceramah,

pidato, diskusi, munyawarah, seminar dan lain-lain. Sedang

dakwah bilkitabah dimaksudkan dakwah dengan perantara tulisan,

misalnya : buku, majalah, risalah, bulletin, pamplet, spanduk dan

lain-lain.

FKA-UB masih melakukan model yang seperti ini karena ini dilihat

cukup efektif untuk diterapkan di Boyolali. Langkah ini dilakukan sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. mengingat semakin kritisnya

masyarakat dalam menaggapi setiap persoalan. Masyarakat lebih senang

tidak hanya diceramahi saja juga diberikan sesuatu yang mereka butuhkan.

E.2. Langkah-langkah ekstern

a. Meningkatkan peran serta FKA-UB dalam forum wadah

musyawarah antar umat beragama.

b. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah

dan non pemerintah.

E.3. Strategi Komunikasi.

Strategi merupakan elemen yang penting dalam proses

pembangunan dan pemberdayaan masyakat, tentunya strategi yang

dirumuskan tidak tidak terlepas dari kebijakan lembaga yang disusun untuk

menyukseskan program-program lembaga tersebut. Untuk mewujudkan

Page 24: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

67

pemberdayaan masyarakat yang berdasarkan dengan pluralisme sesuai

dengan visi dan misi lembaga tersebut diterapkan melalui pola

pendampingan, dengan tujuan agar masyrakat mudah terkontrol dan

lembaga mampu lebih mudah mengetahui segla sesuatu yang mampu

memicu konflik di masyarakat. Adapun diantara Strategi komunikasi yang

dilakukan FKA-UB tersebut adalah:

a) Strategi Pendekatan Partisipatif

Strategi ini menekankan Stakheholder dan masyarakat terlibat

secara aktif dalam setiap tahap kegiatan yang dilakukan oleh FKA-UB.

Yakni perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi

b) Melakukan kerjasama dengan lembaga Pemrintah dan Non

pemerintah yang berorientasi pada Pluralisme dan interfaith

Dengan cara pendekatan ke kantor-kantor pemerintah maupun

lembaga-lembaga lain ini dimaksudkan apabila FKA-UB memberikan

penerangan, arahan dari instansi lembaga terkait lebih mudah diterima.

Karena FKA-UB berperan sebagi mediator atas permasalahan

pemerintah dan masyarakat. Sehingga program pemerintah dapat

dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi.

c) Pendekatan dengan ormas-ormas dan lembaga Islam dan Non

Islam.

Ormas-ormas dan lembaga Islam atau non Islam sebagai media

FKA-UB untuk menjalankan program-program di masyarakat

dampingan. dengan melalui ormas-ormas dan lembaga Islam atau non

Page 25: BAB III 1198040 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi pemerintahan,yaitu

68

Islam program FKA-UB dapat disampaikan kepada masyarakat.

Sehingga kehidupan di Boyolali dapat berkembang dan berjalan dengan

dinamis.