bab ii 3198083 -...

28
14 BAB II MANAJEMEN PENDIDIKAN A. Pengertian Manajemen Pengertian manajemen, para ahli berbeda dalam memberikan definisi, antara lain: Peter, “Management is also tasks, activities, and functions. Irrespective of the labels attached to managing, the elements of planning, organizing, directing, and controlling are essential.1 Manajemen adalah juga tugas, aktivitas dan fungsi. Terlepas dari aturan yang mengikat untuk mengatur unsur-unsur pada perencanaan, pengorganisasian, tujuan, dan pengawasan adalah hal-hal yang sangat penting. James, “ Management is a fundamental humam activitvity.2 Manajemen adalah aktivitas manusia yang sangat mendasar. Siagian: “Kemampuan dan ketrapilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuanmelalui kegiatan orang lain”. 3 Dale, Manajemen merupakan “(1) mengelola orang-orang, (2) pengambilan keputusan, (3) proses pengorganisasian dan memakai sumber- sumberuntuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan.” 4 Terry, Manajemen yaitu: “ mencapai tujuan yang telah ditetapkan dahulu dengan mempergunakan kegiatan-kegitanorang lain” 5 1 Peter. P. Schoderbek, Management, (San Diego: Harcourt Broce Javano Vich, 1988), hlm. 8. 2 James H. Donnelly. JR., Fundamentals of Management, (Irwin Dorsey: Business Publications, 1981), hlm. 1. 3 Sondang P. Siagian, Filsafat Administarsi, ( Jakarta: Haji Masagung, 1989), Cet. 20, hlm. 5. 4 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet. 1, hlm. 3.

Upload: votuyen

Post on 01-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

14

BAB II

MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Pengertian Manajemen

Pengertian manajemen, para ahli berbeda dalam memberikan

definisi, antara lain:

Peter, “Management is also tasks, activities, and functions. Irrespective

of the labels attached to managing, the elements of planning,

organizing, directing, and controlling are essential.”1

Manajemen adalah juga tugas, aktivitas dan fungsi. Terlepas dari aturan yang mengikat untuk mengatur unsur-unsur pada perencanaan, pengorganisasian, tujuan, dan pengawasan adalah hal-hal yang sangat penting.

James, “ Management is a fundamental humam activitvity.”2

Manajemen adalah aktivitas manusia yang sangat mendasar.

Siagian: “Kemampuan dan ketrapilan untuk memperoleh suatu hasil

dalam rangka pencapaian tujuanmelalui kegiatan orang lain”.3

Dale, Manajemen merupakan “(1) mengelola orang-orang, (2)

pengambilan keputusan, (3) proses pengorganisasian dan memakai sumber-

sumberuntuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan.”4

Terry, Manajemen yaitu: “ mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dahulu dengan mempergunakan kegiatan-kegitanorang lain” 5

1Peter. P. Schoderbek, Management, (San Diego: Harcourt Broce Javano Vich, 1988),

hlm. 8. 2James H. Donnelly. JR., Fundamentals of Management, (Irwin Dorsey: Business

Publications, 1981), hlm. 1.

3Sondang P. Siagian, Filsafat Administarsi, ( Jakarta: Haji Masagung, 1989), Cet. 20, hlm. 5.

4Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet. 1,

hlm. 3.

Page 2: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

15

Sarwoto secara singkat mengakatakan bahwa manajemen adalah

persoalan mencapai sesuatu tujuan-tujuan tertentu dengan suatu kelompok

orang-orang,6

Sedang menurut Winardi, Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapakan melalui pemanfaatan sember-sumber lain.7

Sondang P. Siagian, manajemen adalah: sebagai kemampuan atau

ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian

tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.8

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa: (1) manajemen

merupakan usaha atau tindakan ke arah pencapaian tujuan; (2) menajemen

merupakan sistem kerja sama; dan (3) manajemen melibatkan secara

optimal kontribusi orang-orang, dana, fisik dan sumber- sumber lainnya.

Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas

memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.9

5J. Pangkyim, Manajemen suatu Pengantar, ( Jakarta: Gladia Indonesia,1982), hlm. 38.

6Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978),

hlm. 44. 7Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Penerbit Alumni,1983), hlm. 4. 8Sodang P. Siagian, Op. Cit., hlm. 5. 9Made Pidarta, Op. Cit. hlm. 4.

Page 3: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

16

B. Tujuan Manajemen Pendidikan

Manajemen dibutuhkan manusia dimana saja bekerja secara

bersama (organisasi) guna mencapai tujuan yang telah ditentukan, Seperti

organisasai sekolah, kelompok olah raga, musik, militer atau perusahaan.10

Manusia dihadapkan dalam berbagai alternatif atau cara melakukan

pekerjan secara berdaya guna dan berhasil. Oleh karena itu metode dan

cara adalah sebagai sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan.11

Menurut Winardi “manajemen itu berhubungan dengan usaha

pencapaian sesuatu hal yang spesifik, yang dinyatakan sebagai suatu

sasaran”12 maka manajemen merupakan alat yang efektif untuk

menyelesaikan pekerjaan yang diperlukan.

Dari berbagai pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan tujuan

manajemen secara umum adalah merupakan alat atau sarana yang effektif

cara melakukan pekerjaan secara berdaya guna dan berhasil, secara

bersama (organisasi).

Adapun tujuan manajemen pendidikan menurut Nanang Fattah,

menyitir pendapat Shrode dan Voich tujuan manajemen adalah

produktivitas dan kepuasan seperti peningkatan mutu pendidikan,

pemenuhan kesempatan kerja pada pembangunan daerah/nasional serta

tanggung jawab sosial. Tujuan tersebut ditentukan berdasarkan pengkajian

terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan,

peluang, dan ancaman.13 Serta merupakan upaya mencapai keunggulan

10Hani Handoko, Manajemen, Edisi II, ( Yogyakarta: BPFP, 1989), Cet. 2, hlm. 3. 11M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), Cet. 10,

hlm. 18 12Winardi, Asas-Asas Manajemen, (Bandung: Alumni, 1983), hlm. 13. 13Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, , (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2000), Cet. 3, hlm. 15.

Page 4: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

17

masyarakat dalam penguasaan ilmu dan teknologi serta meningkatkan

mutu dan pemerataan pendidikan14

Apabila produktivitas merupakan tujuan maka perlu dipahami

makna produktivitas itu sendiri sebagai ukuran kuantitas dan kualitas

kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya.

Produktivitas itu dipengaruhi oleh derajat keefektifan, efisiensi penggunaan

sumber daya serta sikap mental yang senantiasa berusaha untuk terus

berkembang.

Produktivitas juga dapat diukur dengan dua standar utama, yaitu

secara fisik dan nilai. Fisik diukur secara kuantitatif seperti banyaknya

keluaran (pajang, berat, lamanya waktu, jumlah), sedang berdasarkan nilai

diukur atas dasar nilai-nilai kemampuan, sikap, prilaku, disiplin, motivasi,

dan komitmen.

Maka dapat dipahami tujuan manajemen pendidikan adalah

produktivitas, kepuasan, menjadikan masyarakat yang unggul dalam

penguasaan ilmu dan teknologi berdasarkan situasi dan kondisi.

C. Pendekatan Manajemen

Bahwa semua aktivitas berkaitan satu sama lain dan dapat

diidentifikasikan sebagai sistim-sistim yang membentuk sebuah pola atau

jalinan-jalinan yang seluruh aspek dan tindakan memgarahkan berbagai

macam aktivitas kerja dapat dimengerti dan dimanfaatkan sebaik-

baiknya.15

Tradisi, meniru dalam memimpim (mencoba) dengan cara yang

lebih sesuai dengan zaman yang mula-mula dipentingkan dari segi teknis,

14E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3, hlm. 25.

15Winardi, Op. Cit, hlm. 21.

Page 5: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

18

komersiil, dan administrasi, kemudian merambah kepada bidang

perburuhan dan kemanusiaan pada umumnya16

Manajemen haruslah diselenggarakan seefisien mungkin dengan

dasar yang dianut karena setiap manajer memiliki filsafat hidup sendiri;

dengan demikian hendaklah selalu berupaya mencapai efisiensi

semaksimal mungkin serta didasarkan pada hubungan antara manusia dan

Tuhan, bukan semata-mata ditujukan kepada kepentingan tingkah laku

manusia untuk memenuhi kebutuhan.17

Jadi dapat dipahami pendekatan manajemen adalah berbagai unsur

kegiatan atau tindakan yang dimengerti dan dapat dimanfaatkan

semaksimal mungkin untuk manusia, seperti hubungan manusia dengan

Tuhan, manusia antar manusia dan manusia dengan alam .

Ada beberapa pendekatan manajemen yang perlu diperhatikan,

antara lain:

1. Pendekatan Proses

Pendekatan proses dikenal dalam manajemen dengan berbagai

sebutan, seperti universal, fungsional, operasional, tradisional atau

klasikal prinsif-prinsif umum manajemen. Yang muncul sebagi ciri

khusus pedekatan proses klasik, yaitu: a. kesatuan komando, b.

kesamaan kewenangan dan tanggung jawab, c. rentang kendali yang

terbatas, d. pedelegasian hal-hal yang rutin.18

16J. Pangkyim, Op. Cit., hlm.30. 17Ek. Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan berdasarkan Ajaran Islam,

(Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986), hlm. 48. 18Soebagio Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadlzya Jaya,

2000), hlm. 8.

Page 6: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

19

2. Pendekatan Kuantitatif

Pedekatan ini sering disebut manajemen sains, yang lebih

memfokuskan dari sudut pandang model matematiaka dan proses

kuantitatif. Yang paling tepat mewakili pedekatan ini adalah teknik

matematika dan opration research. Tenik-teknik riset semakin penting

sebagai rasional untuk pembuatan keputusan. Teknik manajemen sains

digunakan penganggaran modal, sceduel produksi, strategi produk,

perencanaan program pengembangan sumber daya manusia dan

sebagainya.19

3. Pendekatan sistem

Segala sesuatu adalah saling berhubungan dan saling

bergantung. Suatu sistem terdiri dari elemen-elemen yang berhubungan

dan bergantung satu dengan yang lain; tetapi bila elemen tersebut

berinteraksi, maka akan membentuk suatu kesatuan yang menyeluruh.

Sehingga phenomena dapat dianalisa dan disajikan dari sudut

pandangan sistem.

Konsep sistem telah digunakan dalam manajemen seperti halnya

analisa tentang interaksi antar manusia dan mesin, teori informasi

berkaitan dengan pandangan sistem walaupun demikian penekanan

secara langsung terhadap studi, analisis, manajemen sebagi suatu

sistem.

Perlunya pendekatan sistem bagi ilmu pengetahuan (fenomena

ilmu pengetahuan) diperlukan adanya suatu sistematika, kerangka kerja

teoritis yang akan mengambarkan secara umum hubungan dunia

pengalaman.

19Hani Handoko, Op. Cit, hlm.54-55

Page 7: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

20

4. Pendekatan Kontigensi

Pendekatan yang mencoba untuk menerapkan konsep-konsep

yang dari berbagai aliran manajemen dalam situasi kehidupan yang

nyata yang sering ditemui metode yang sangat efektif dalam suatu

situasi tetapi tidak akan berjalan dengan baik dalam situasi-situasi

lainnya.

Pedekatan yang melaksanakan kerja sama antara lingkungan

dengan teori dan mencoba menjembatani kesenjangan yang ada untuk

dipraktekkan (nyata). Misalnya, jika nilai-nilai sosial yang berlaku

berorentasi non materialistik kebebasan, dan organisasi mempekerjakan

pegawai yang profesional dalam situasi oprasi teknologi tinggi, maka

gaya partisipasif, gaya kepemimpinaan terbuka akan merupakan hal

yang efektif dalam pencapai tujuan. Sebaliknya, jika nilai-nilai sosial

yang berlaku berorentasi terhadap kebendaan (materi) patuh kepada

kekuasaan, dan organisasi mempekerjakan tenaga-tenaga tidak terampil

bekerja umtuk tugas rutin, maka, gaya kepemimpinan yang keras,

otoriter merupakan yang paling efektif untuk mencapai tujuan.20

5. Pendekatan Prilaku

Hubungan manusiawi muncul karena karyawan tidak selalu

mengikuti pola-pola perilaku yang rasional. Kemudian kelompok kerja

informal lingkungan sosial juga mempunyai pengaruh besar pada

produktifitas, makluk sosial dimotivasi oleh kebutuhan sosial,

keinginan akan hubungan timbal balik dalam pekerjaan

Pedekatan prilaku ini sangat berpengaruh dalam proses

manajemen, khususnya dalam upaya peningkatan produktivitas suatu

organisasi. Ilmu prilaku merupakan salah satu aliran yang sangat

berpengaruh bagi studi prilaku organisasi. Ilmu psikologi sosial sangat

20Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 11..

Page 8: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

21

berperan dalam upaya memahami prilaku individu dalam kaitannya

dengan lingkungan. Serta bagian ilmu pengetahuan sosiologi adalah

studi tentang prilaku individu dalam kelompok, dan hubungan antara

individu. Beberpa topik yang menjadi perhatian ilmu psikologi sosial,

antara lain : sikap, formasi dan perubahannya, riset komunikasi,

pengaruh jaringan komunikasi terhadap efisiensi dan kepuasan individu

dan kelompok, Pemecahan masalah, analisis terhadap kerja sama dan

kompetisi, pengaruh sosial, akibat kesesuaian dan faktor-faktor sosial

terhadap individu dan kelompok, kepemimpinan, terutama indentifikasi

dan fungsi kepemimpinan dan efektivitas.

D. Fungsi Manajemen Pendidikan

Fungsi adalah “ besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu

berubah, maka besaran yang lain berubah”21

Dari sudut ilmu sosial yang dimaksud dengan “fungsi” adalah

adanya karakteristik tertentu yang membedakan suatu tugas dengan tugas

lain, sehingga fungsi satu pekerjaan akan memberikan warna tersendiri

terhadap persyaratan proses penyediaan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiaatan tersebut.22

Jadi fungsi adalah tugas pokok yang harus dilaksanakan untuk

menyelesaikan kegiatan.

Dalam manjemen yang dimaksud dengan fungsi adalah tugas-tugas

tertentu yang harus dilaksanakan sendiri.23

21Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1993), Cet. 4 hlm. 245.

22Subagio Atmodiwirio, Op. Cit. hlm.12- 13. 23Sondang P. Siagian, Op. Cit., hlm. 101.

Page 9: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

22

Menurut Made Pidarta fungsi manajemen banyak ragamnya seperti, “merencanakan, mengorganisasikan, menyusun staf, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengontrol, mencatat, dan melaporkan, menyusun anggaran belanja. Kemudian dibuat lebih sedehana terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan, memberi komando, mengkoordinasi, dan mengontrol”. 24

Menurut Hani Handoko fungsi manjemen ada lima :“fungsi yang

paling penting planning, organizing, staffing, leading, dan controlling.” 25

Menurut Winardi bahwa diantara beberapa fungsi dasar manajemen

yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pergerakkan ( actuating), Pengawasan ( controlling).26

Dari berbagi pengertian fungsi manajemen diatas dapat ditarik

secara garis besarnya bahwa fungsi manajemen pendidikan secara umum

sebagai berikut :

1. Perencanan

Perencanaan terjadi di semua tipe kegiatan. Perencanaan adalah

proses dasar memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perencanan

dalam organisasi sangat esensial, karena dalam kenyataannya

perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsi manajemen

lainnya.

Planning (perencanaan) adalah: memilih dan menghubung-

menghubungkan kenyataan yang dibayangkan serta merumuskan

tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang

diinginkan27

24Made Pidarta, Op. Cit, hlm. 4. 25Hani Handoko, Op. Cit, hlm. 23. 26Winardi, Op. Cit, hlm. 63.

27Op. Cit., hlm. 78.

Page 10: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

23

Planning dapat didefinisikan sebagai “ keseluruhan proses

pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang akan

dikerjakan di masa akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang

telah ditentukan”.28

Perencanaan (planning) sesuatu kegiatan yang akan dicapai

dengan cara dan proses, suatu orientasi masa depan, pengambilan

keputusan, dan rumusan berbagai masalah secara formal dan terang.29

Sebelum dapat mengorganisasi, mengarahkan atau mengawasi,

mereka harus membuat rencana-rencana yang memberikan tujuan dan

arah organisasi, Dalam perencanaan memutuskan “apa yang harus

diputuskan, kapan melakukannya, bagaimana melakukannya, dan siapa

yang melakukannya”. Jadi perencanaan adalah memilih kegiatan serta

memutuskan apa yang harus dilakukan. Perencanan yang baik dapat

dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang

yang mana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan

dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat

Ayat al Qur’an yang berkenaan dengan perencanaan adalah:

����������������������������� ���������������������������������� �

��������� �����!���"�

Dan janganlah kamu jauhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. 30 (QS. Al- Baqarah: 195)

28Op. Cit. hlm., 108. 29Soebijanto Wirojoedo, Teori Perencanaan Pendidikan, ( Yogyakarta: Liberty, 1985),

Cet. 1, hlm. 6.

Page 11: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

24

Yang dimaksud menjauhkan diri dan berbuat baik pada ayat

tersebut, adalah semua tindakan atau perbuatan hendaklah difikirkan

terlebih dahulu, kemudian diikhtiari agar mendapat hasil sebesar-

besarnya dan kerugian sekecil kecilnya, disebut perencanaan.31

Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila

rencana tersebut telah ditetapkan, rencana harus diimplementasikan.

Setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan, rencana-

rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna.

“Perencanaan kembali” kadang-kadang menjadi faktor kunci

pencapaian sukses akhir. Oleh karena itu perencanan harus

mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan

diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin.

Dari berbagai definisi perencanaan sebelumnya, dapat

disimpulkan: suatu proses yang mempersiapkan seperangkat alternatif

bagi kegiatan masa depan yang diarahakan kepada pencapaian tujuan

dengan usaha oftimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan

yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya secara menyeluruh suatu

negara.

Maksud dari perencanaan pendidikan adalah keputusan yang

diambil untuk melakukan tindakan selama waktu tertentu agar sistem

pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan

lulusan bermutu yang relevan dengan kebutuhan pembangunaan.32

30Mahmud Noor, Al Qur’an al Karim dan Terjemahnya (Departemen Agama RI),

(Semarang: Toha Putra, 1996), hlm. 23. 31Ek. Mohtar Effendy, Manajemen suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (

Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986), hlm. 77. 32Nanang Fattah, Op. Cit, hlm. 50.

Page 12: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

25

Perencanaan pendidikan yang baik hendaknya memperhatikan

sifat-sifat kondisi sebagai berikut :

a. Tujuan perencanaan

Pada dasarnya tujuan perencanan adalah sebagai pedoman

untuk mencapai sasaran yang telah ditetapakan. Sebagai suatu alat

ukur dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan

harapannya.

b. Jenis perencanaan

Secara umum jenis perencanaan terdiri atas :

1). Perencanaan Menurut Waktu

Perencanaan jangka panjang mempunyai jangka 10, 20, atau 25

tahun. Perencanaan ini memuat rencana bersifat umum, global

dan belum terperinci. Ini masih harus dijabarkan menjadi

perencanaan menengah dan pendek. Perencanaan jangka

menengah mempunyai jangka waktu kurang lebih 4 sampai 7

tahun. Disusun berdasarkan jangka panjang dan perlu dijabarkan

jangka pendek. Perencanaan jangka pendek mempunyai jangka

waktu 4 tahun. Salah satu contoh perencanan jangka pendek

adalah perencanaan 5 tahun atau disebut perencanaan

operasional, merupakan siklus yang selalu berulang setiap tahun.

2). Perencanaan Menurut Sifat

Perencanaan kuantitatif adalah yang targetnya ditetapkan secara

jumlahnya. Perencanaan kualitatif adalah yang target ditetapkan

secara mutu, atau tidak bisa dihitung jumlahnya.

3). Perencanaan Menurut Wewenang Pembuatannya.

Perencanaan sentralisasi adalah sistem yang diatur oleh pusat.

Page 13: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

26

Perencanaan desentralisasi sistem perencanaan yang

memberikan kekuasan kepada daerah untuk menyusun sendiri

kebutuhannya

4). Perencanaan menurut jenjang.

Pada perencanaan ini terdapat perencanaan yang berjenjang dari

unit tingkat lokal, dan tingkat pusat. Jenjang perencanaan mulai

dari tingkat pusat, kabupaten/ kota madya dan lokal.

c. Siklus perencanaan

Siklus disini diartikan sebagai suatu proses berlangsungnya

perencanaan pendidikan yang berulang. Tahapan ini harus hirarki

yang harus dilalui sebagai langkah dalam perencanaan.

1). Pengumpulan dan pengolahan data/ imformasi

Kegiatan pokoknya adalah kompilasi data pendidikan,

pengorganisasian data menyusun indikator-indikator yang di-

perlukan, menghimpun hasil penelitian serta evaluasi dan

monitoring rencana dan program yang lalu. Data dan informasi

harus lengkap, akurat, dan baru sesuai dengan keperluan bagi

pengambil keputusan.

2). Analisisis dan diagnosis

Yang dimaksud ialah mempelajari dan meneliti data yang ada dan

membuat interprestasi yang diperlukan.

3). Perumusan kebijaksanaan

Kebijaksanaan merupakan suatu pembahasan gerak tentang apa

yang akan dijadikan keputusan orang lain. Para perencana

pendidikan tidak berwenang untuk menetapkan kebijaksanan.

Page 14: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

27

Garis-garis kebijaksanaan ditetapkan oleh para pengambil

keputusan pada tertentu. Para perencana pendidikan hanya

merupakan staf yang memberikan teknis bahan rancangan

kebijaksanaan kepada pimpinan.

4). Perkiraan kebutuhan yang akan datang

Perencana harus memperkirakan kebutuhan masa depan dalam

rangka pembangunaan pendidikan sesuai dengan kebijaksanaan

yang sudah ada . Serta inovasi teknologi alam pendidikan.

5). Penetapan sasaran

Sasaran ditetapkan dengan parameter yang bisa diukur. Sasaran

sebaiknya dapat dihitung. Perencanaan harus mengecek kembali

seluruh rancangan kebutuhan termasuk kegiatan dan sasaran yang

layak dilaksanakan.

6). Penyusunan alternatif strategi yang layak

Kegiatan ini penting dilakukan daalam pemilihan dan penetapan

tujuan, sasaran, dan cara yang efisien untuk mencapai tujuan

kedalam rencana pendidikan.

7). Perumusan rencana

Perumusan rencana adalah usaha merumuskan tujuan, kegiatan,

dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu.

Perkiraan biaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran , unsur

pelaksanaan serta jadwal kegiatan. Perumusan rencana

mengandung pengertian atas jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan.

Page 15: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

28

8). Penganggaran

Perancangan yang akan akan dilaksanakan berorientasi kepada

output bukan kepada anggaran (budget). Pada tahap ini perencana

memperhitungkan biaya yang dibutuhkan dalam pembiayaan

rencana. Oleh karena itu harus diketahui sumber-sumber

pembiayaan yang diperkirakan dapat menjadi penyangga dananya,

baik yang berasal dari pemerintah, masyarakat maupun luar

negeri.

9). Perincian rencana

Rencana dirinci sehingga setiap satuan kegiatan menjadi lebih

jelas (sasaran, pelaksanaan, hasil yang diharapkan, jadwal, sarana

yang diperlukan, dan biaya). Proses rincian rencana terdiri atas

dua langkah pokok: Penyusunan program, indentifikasi

perumusan proyek.

10). Pelaksanan rencana

Pelaksanaan rencana tidak termasuk proses perencanaan sangat

erat kaitannya dengan pola oprasional rencana yang disusun.

Suatu pola yang baik harus mempunyai ciri-ciri: tujuan yang

dirumuskan secara jelas, hasil yang diharapkan harus kongkrit,

jaringan kerja yang rinci, sistem, dan mikanisme perencanaan.

11. Evaluasi rencana dan pelaksanaan

Langkah ini sangat penting karena melalui evaluasi keberhasilan

sesuatu perencanaan dapat diukur.

Page 16: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

29

2. Pengorganisasiaan

Pengorganisasian sebagai fungsi organik administrasi dan

manajemen: Keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat,

tugas-tugas, tanggung-jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga

tercipta suatau organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan

dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.33

Untuk memahami hakiki organisasi, perlu diberi pengertian

tentang organisasi itu. Dalam hal ini organisasi didefinisikan sebagai:

setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang

bekerjasama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal

dalam persekutuan mana selalu terdapat hubungan antara

seorang/sekelompok orang yang disebut pimpinan dan

seorang/sekelompok orang lain yang disebut bawahan.

Mengorganisasikan adalah proses mengatur mengalokasikan

pekerjaan, wewenang, sumber daya di antara anggota organisasi,

sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi.34

Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan

kelakukuan yang efektif antara orang-orang, hingga mereka dapat

bekerja sama secara efisien dan demikian memperoleh kepuasan

pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi

lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.35

Organisasi berfungsi sebagai prasarana atau alat dari manajemen

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka terhadap organisasi

dapat diadakan peninjauan dari dua aspek. Pertama aspek organisasi

sebagai wadah dari pada sekelompok manusia yang bekerja sama, dan

33Sodang P. Siagian, Op. Cit, hlm. 116. 34James A. F. Stoner, Manajemen, (Jakarta: Prenhallindo, 1996), hlm. 11.

35Winardi, Op. Cit, hlm. 217.

Page 17: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

30

aspek yang kedua organisasi sebagai proses dari penglompokan

manusia dalam satu kerja yang efisien.36

Menurut Nanang Fattah “proses membagi kerja kedalam tugas-

tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang

yang sesuai dengan kemammpuannya”.37

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan organisasi

adalah proses pembagian kerja serta hubungan orang-orang, alat-alat,

tugas-tugas dan tanggung jawab, sehingga dapat bekerja sama untuk

mencapai tujuan

Kemudian pengorganisasian Pendidikan menurut Soebagio

Atmodiwirio ialah “merupakan usaha mempersatukan sumber-sumber

daya pokok dengan cara yang teratur dan mengatur orang dalam pola

yang sedemikian rupa, dengan efektif dan efisien hingga mereka dapat

melaksanakan aktivitas-aktivitas guna pencapaian tujuan yang telah

ditentukan”.38 tujuan yang telah ditentukan disini yang dimaksud

penulis adalah tujuan pendidikan.

Organisasi dapat dikatakan sebagai wadah yang bersifat statis,

yakni untuk memberikan adanya suatu kepastian dan ketentuan tentang

pelaksanaan hubungan kerja sama manusia. Sedang sebagai proses

maka organisasi adalah bersifat dinamis (dynamics). Dengan demikian

organisasi bersifat hidup, berkembang, bergerak dan berubah-ubah.

36F.X. Soedjadi, O&M (Organization and methods) Penunjang Keberhasilan Proses Manajemen, Cet. Ke-3, (Jakarta: Haji Masgung, 1990), hlm. 17.

37Nanang Fattah, Op. Cit. hlm.71. 38Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 100.

Page 18: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

31

Jadi organisasi tidaklah mati, tidak mandeg, dan juga tidak

bersifat kaku.

a.Struktur Organisasi

Melalui struktur organisasi orang dapat mengetahui tentang

masing-masing peranan yang harus dikerjakan / dilaksanakan sebagai

orang yang bertangung jawab sesuai dengan kedudukan dalam

jenjang organisasi. Seorang pimpinan dapat mengetahui tanggung

jawab dan kewajiban, demikian pula bawahan dapat menjalankan

tugas yang harus dilaksanakan. Dengan melihat struktur organisasi

digambarkan kedudukan dan peranan setiap anggota dengan

pencapaian tujuan organisasai.

b.Tipe-tipe Organisasi

Pembentukan organisasi didasarkan pada tujuan dan

kepentingan orang yang membentuk organisasi. Untuk apa organisasi

itu didirikan, dan bagaimana hubungan antar individu diatur sangat

menentukan tipe-tipe organisasi. Dengan dasar tersebut tipe

organisasi dibedakan sebagai berikut:

1). Struktur lini (jalur)

Struktur lini juga disebut struktur garis atau struktur saklar. Dalam

tipe ini hanya ada satu hubungan langsung, hubungan vertikal

antara berbagai tingkat organisasi. Wewenang dari puncak

pimpinan mengalir secara langsung kebagian-bagian bawahnya

2). Struktur lini dan staf

Organisasi yang mempunyai hubungan langsung., vertikal antara

berbagai tingkat, tanggung jawab khusus untuk memberikan

bantuan dan sarana kepada pimpinan lini. Bahwa wewenag atasan

dilimpahkan kepada satuan (tingkat) di bawahnya dalam suatu

bidang pekerjaan pokok maupun pekerjaan tambahan, dan di

bawah atasan (pimpinan) diangkat pejabat yang tidak memiliki

Page 19: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

32

wewenang komando, tetapi hanya nasihat dan bantuan dalam

bidang keahlian tertentu.

3). Struktur fungsional

Dimana staf bagian diberikan kewenangan atas kepercayaan

dalam bidang khusus. Jelasnya bahwa wewenang atasan

dilimpahankan kepada satuan organisasi bawahnya dalam bidang

tertentu.

4). Stuktur matriks (metris).

Organisasi yang permanen (tetap) dan didesain untuk mencapai

tujuan yang khusus dengan menggunakan tim spisialis dari

berbagai fungsi dalam organisasi. Struktur ini digunakan dalam

hal-hal yang khusus yang memiliki berbagai keahlian untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam waktu yang relatif

singkat, sehingga dapat dikatakan bahwa organisasi sejak

berdirinya tidak pernah tinggal diam atau mengalami stagnasi.

c. Asas-asas Organisasi

Asas pembagian tugas, asas fungsionalisasi, asas koordinasi,

asas keseimbangan, asas keluwesan, asas pedeligasian wewenang,

asas jalur dan staf, asas kejelasan dan bagan.

Organisasi merumuskan bagi setiap anggotanya tugas yang jelas

untuk menghindari duplikasi, benturan, dan kekaburan. Menekankan

perlunya tanggung jawab serta fungsional, dan mikanisme koordinasi antar

instansi atau satuan kerja yang secara fungsional bertanggung jawab

melakukan tugasnya. Mengikuti dan menyesuaikan diri dengan

perkembangan, dan perubahan keadaan sehingga dapat dihindari kekakuan

dalam pelaksanaan tugas.

Dalam menetukan jumlah satuan organisasi atau orang yang

dibawahi seoarang pejabat pimpinan diperhitungkan secara rasional,

mengingat terbatasnya kemampuan seorang pimpinanan/atasan dalam

mengadakan pengendalian terhadap bawahan.

Page 20: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

33

Kelembagan digerakkan atas jalur dan staf, bahwa dalam

penyusunaan oraganisassi perlu dibedakan antara satuan yang melakukan

tugas pokok instansi, dan satuan organisasi yang melakukan tugas

penunjang.

3. Penggerakkan

Penggerakkan (Motivating) dapat didefinisikan: “ Keseluruhan

proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa

sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan

organisasi dengan efisien dan ekonomis”.39

Walaupun semakin modern pandangan manusia hidup

seseorang, ia pada umumnya semakin sadar bahwa tidak ada satu hal

apapun yang pernah diterima oleh sesorang manusia, dari siapapun

juga, dengan Cuma-Cuma. Karena itu inti dari seluruh inti Motivating

adalah bahwa penggerakkan manjemen terhadap para bawahan itu

mau menggabungkan dirinya dengan sesuatu organisasi ialah motif

pemuasan kebutuhan.

Tujuan manajemen dapat dicapai hanya jika dipihak orang-

orang staf atau bawahannya ada kesediaan untuk kerja sama. Demikian

pula dalam sebuah organisasi membutuhkan manajer yang dapat

menyusun sumber tenaga manusia dengan sumber-sumber benda dan

bahan, yang mencapai tujuan dengan rencana seperti spesialisasi,

delegasi, latihan di dalam pekerjaan dan sebaginya. Juga diperlukan

pedoman dan instruksi yang tegas, jelas apa tugasnya, apa kekuasaanya,

kepada siapa ia bertanggung jawab pada bawahan supaya pekerjaan

dapat dilaksanakan sesuai dengan maksud.40

39Sodang P. Siagian, Op. Cit, hlm. 128. 40J.Panglaykim, Op. Cit., hlm. 166.

Page 21: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

34

Bahwa keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya

lebih banyak ditentukan oleh pimpinannya. Seorang pemimpin yang

berhasil adalah mereka yang sadar akan kekuatannya yang paling

relevan dengan prilakunya pada waktu tertentu. Dia benar-benar

memahami dirinya sendiri sebagai individu, dan kelompok, serta

lingkungan sosial dimana mereka berada. Kemampuan untuk

memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan

para bawahannya akan menetukan efektifitas. Ini berkenaan dengan

cara bagaimana dapat memotivasi para bawahannya agar pelaksanaan

kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat. Bagian pengarahan dan

pengembangan organisasi dimulai dengan motivasi, karena para

pimpinan tidak dapat mengarahkan kecuali bawahan dimotivasi untuk

bersedia mengikutinya.41

Dilihat dari sudut pandang bangsa Indonesia kepemimpinan

diartikan sebagi ilmu atau kiat serta kemampuan seseorang

mempengaruhi atau membimbing orang lain untuk mencapai tujuan

tertentu dengan cara tertentu pula.

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,

menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini

merupakan subjek

Pemahaman tentang penggerakan telah dikembangkan menjadi

4 (empat) Pendekatan:

a.Pendekatan Psikologis

Pendekatan ini didasarkan atas asumsi yang bersifat umum

bahwa perilaku individu itu ditentukan dalam bagiannya oleh salah

satu struktur kepribadian yang unik. Itulah barangkali yang

merupakan keistimewaan seseorang, sesuatu yang signifikan dari

41Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 145

Page 22: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

35

perilaku kepemimpinannya seperti yang diharapkan serta dilakukan

oleh seorang pemimpin.

b. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini menitikberatkan pada kelompok. Kelompok

merupakan faktor yang turut serta menentukan kriteria pemimpin.

Perasaan kohesif di antara angota kelompok dan tingkat kepuasan

anggota kelompok merupakan dua demensi yang mempunyai korelasi

yang sangat tinggi dengan ketepatan seorang pemimpin. Pendekatan

sosiologi melahirkan konsep pemimpin yang mendukung faktor-

faktor potensi, permissive (kebebasan) pendidikan pemimpin. Pada

dasarnya pendekatan sosiologi ini bersifat situasional. 42

c.Pendekatan Perilaku

Pendekatan prilaku memfokuskan kepada pribadi dan situasi.

Tidaklah berarti prilaku itu bisa diterapkan pada semua situasi, tetapi

ada kemungkinan bahwa prilaku itu bisa diterapkan pada situasi lain

Para pakar pendekatan prilaku mengembangkan beberapa teori tentang

prilaku pemimpin:

1). Teori satu faktor Bahwa perilaku pemimpin dapat dijelaskan sepajang satu demensi

mulai yang berpusat kepada bawahan sampai dengan yang

berpusat kepada produksi.Dimemsi yang berpusat pada bawahan

melahirkan apa yang disebut gaya kepemimpinan. Gaya

kepemimpinan yang berpusat kepada bawahan dan produksi

bukanlah suatu dimensi yang berawal dari bawahan dan berakhir

pada produksi, tetapi merupakan dimensi yang saling

ketergantungan dari perilaku pemimpin.

42Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 148.

Page 23: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

36

2). Teori dua faktor a). Struktur Inisasi

Dimensi ini mengacu kepada prilaaku pemimpin yang

berorientasi kepada tugas, mengabdikan hubungan dengan

bawahan dalam rangka mengembangkan pola organisasi, alur

komunikasi, metode dan prosedur yang baik.

b) Konsiderasi Dimensi ini mengacu kepada persahabatan, saling percaya

mempercayai, menghargai dan hubungan yang hangat antara

pimpinan dengan kelompok dalam kelompok. Sering juga

kedua pola (kutub) disebut oreintasi tugas dan oreintasi

manusia.

4. Pengawasan

Pengawasan menurut James A. F. Stoner dalam terjemahan

Alexender Sindoro: Proses untuk memastikan bahwa aktivitas

sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan.43

Control (pengawasan) dapat diartikan perintah atau pengarahan

dan sebenarnya, namun karena diterapkan dalam pengertian

manajemen, control berarti memeriksa kemajuan pelaksanaan apakah

sesuai tidak dengan rencana. Jika prestasinya memenuhi apa yang

diperlukan untuk meraih sasaran, yang bersangkutan mesti

mengoreksinya.44

Menurut Hani Handoko pengawasan adalah “ sebagai proses

untuk ( menjamin) bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen

tercapai.45

43Soebagio Admodiwirio, Op. Cit, hlm. 12.

44Ernest Dale, L.c. Michelon, Metode-metode Managemen Moderen, ( Andalas Putra), hlm. 10.

Page 24: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

37

Menurut Panglaykim pengawasan ialah menseleksi standard,

titik strategis, pemeriksaan, memberikan laporan yang lalu dan

mengambil tindakan.

Dari berbagai pendapat yang telah diungkapkan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengawasan adalah proses untuk memastikan,

memberikan laporan yang lalu, memeriksa kemajuan, menyeleksi

standard, mengambil tindakan, menjamin tujuan organisasi dan

manajemen tercapai

Sedang pengawasan pendidikan dalam hal ini adalah suatu

proses pengamatan yang bertujuan mengawasi pelaksanaan suatu

program pendidikan. Baik kegiatannya maupun hasilnya sejak

permulaan hingga penutup dengan jalan mengumpulkan data-data

secara terus menerus. Sehingga diperoleh suatu bahan yang cocok

untuk dijadikan dasar bagi proses evaluasi dan perbaikan prioritas,

kelak bilamana diperlukan.46

Sistem pengawasan yang dipergunakan akan memberikan

bahan- bahan yang sangat berguna untuk. menemukan fakta bagaimana

proses pengawasan itu dijalankan;

Sistem pengawasan itu dilaksanakan, untuk membimbing

ataukah hanya sekedar alat untuk mencari-cari kelemahan dan

kesalahan orang. Pengawasan itu membina daya kreasi orang atau

untuk menakut-nakuti; Melihat pengawasan itu menjadi faktor

perangsang peningkatan Produktivitas, atau menghalangi produktifitas.

45Hani Handoko, Op. Cit, hlm. 359.

46Kamal Muhammad ‘Isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Fikahati Aneska,

1994), hlm. 163.

Page 25: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

38

Bahan-bahan yang diperoleh dipergunakan untuk memperbaiki

sistem pengwasan untuk fase berikutnya. Sudah barang tentu pula

bahwa sistem penilaian yang diadakan harus terus- menerus

disempurnakan. Dana oprasional, re-evaluatingpun harus diadakan

pada akhir setiap fase.

Demikianlah kegiatan itu terus-menerus berlangsung, sehingga

usaha peningkatan kemampuan pimpipinan organisasi dalam membuat

rencana, menyusun organisasi, menggerakkan bawahan dan

mengadakan pengawasan serta penilaian terus-menerus berlangsung.47

Hakekat Pengawasan adalah mencegah sedini mungkin

terjadinya penyimpangan-penyimpangan, pemborosan-pemborosan

kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan.

Hal tersut sesuai pendapat Soebagio Admodiwirio dalam

bukunya yang berjudul Manajemen Pendidikan Indonesia :

a. Bentuk Pengawasan

1). Pengawasan Atas Langsung (PAL)

Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh aparat

Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan / atasan langsung baik

di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Pengawasan ini di lakukan

oleh setiap atasan setiap saat terhadap pelaksanaan tugas, dan dan

fungsi bawahan disertai pemberian petunjuk atau tindakan korektif

bila perlu.

2). Pengawasan Melekat (Waskat)

Pengawasan yang dilalkukan oleh setiap pejabat/pegawai dalam

menjalakan tugasnya masing-masing dengan membandingkan

tindakan yang ada, sedang, atau telah dilaksanakan dengan alat

47Sondang P. Siagian, Op. Cit, hlm. 148.

Page 26: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

39

pengawasan melekat bagi satuan-satuan kerja (bidang tugas masing-

masing belum cukup diatur oleh pimpinan tingkat atasannya).

b.Macam -macam pengawasan

1). Pengawasan dan pengendalian langsung

Pengawasan dan pengendalian langsung adalah pengawasan yang

dilaksanakan langsung di tempat kegiatan dilakukan antara lain

dengan inspeksi dan pemeriksaan.

2). Pengawasan tidak langsung

Pengawasan ini dilakukan melalui permintaan dengan cara

mempelajari laporan-laporan baik dari pelaksana maupun

masyarakat

c. Organisasi yang melakukan pengawasan dan pengendalian

1).Pengawasan intern

Di lakukan oleh penjabat atau satuan organisasi yang bersangkutan,

yaitu pimpinan atau oleh aparat pengawsan fungsional instansi.

2). Pengawasan ekstern

Pengawasan dilakukan oleh aparat pengawasan di luar instansi.

d. Waktu pelaksanaannya

1). Pengawasan preventif.

Sebelum kegiatan dilakukan, antara lain pemeriksaan, dan

persetujuan rencanaan, pemberian izin, penetapan standar,

penetapan petunjuk operasional.

2). Pengawasan dan pengendali represif

Setelah kegiatan dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap hasil

yang telah diperoleh dan membandingkan dengan rencana yang

ditetapkan

Page 27: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

40

3). Selama kegiatan berlangsung pengawasan dan pengendalian pada

prinsifnya bersifat represif bagi bagian kegiatan yang telah selesai,

dan bersifat preventif bagi bagian yang masih akan diselesaikan.

e. Prinsip-prinsip Pengawasan dan Pengendalian

1). Obyektif dan menghasilkan fakta

Pengawasan harus bersifat obyektif didasarkan atas fakta yang

diperoleh di lapangan. Fakta tersebut merupakan kejadian dalam

pelaksanaan kegiatan pekerjan.

2). Pengawasan harus berpangkal dari keputusan pimpinan

Penyimpangan, kesalahan-kesalahan dari kegiatan atau pekerjaan

yang dilaksanakan akan terlihat dari kebijaksanaan yang ditetapkan,

dan keputusan-keputusan pimpinan, yang tercantum dalam:

a). Tujuan yang ditetapkan

b). Kebijaksanaan yang ditentukan

c). Kejelasan tujuan

d). Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang digariskan

e). Perintah yang diberikan

f). Peraturan-peraturan yang ditetapkan.

f. Preventif.

Pengawasan harus bersifat mencegah sedapat mungkin jangan sampai

terjadi penyimpangan atau kesalahan dari tujuan yang ditetapakan.

g.Pengawasan bukan tujuan

Pengawasan merupakan sarana untuk menjamin, meningkatkan

efisiensi, dan efektivitas pencapai tujuan organisasi.

h. Efisien

Pengawasan harus dilakukan secara efisien, bukan untuk menghambat

tercapainya efisiensi.

Page 28: BAB II 3198083 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · Sedang menurut Winardi, ... 4. Pendekatan Kontigensi ... bekerja umtuk

41

Pengawasan harus ditunjukkan untuk mencari penyebab terjadinya

penyimpangan, dan memberikan jalan pemecahan masalah. Hasil

temuan dari pelaksanaan pengawasan harus diikuti dengan tindakan

korektif yang tepat.