bab i pendahuluan -...

94
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, kalau dirinya berdisiplin baik maka akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan dirinya pada masa depannya. 1 Disiplin juga menjadi sarana pendidikan. Sebagaimana John Dewey mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan suatu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup. 2 Dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. 3 Karena itu, perubahan perilaku seseorang, merupakan hasil dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang terencana, informal atau otodidak. Namun demikian, adanya kasus sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan yang menunjukan sikap kurang terpuji. Banyak pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, pencurian, penodongan, penyimpangan seksual, menyalahgunakan obat-obat terlarang dan lain sebagainya telah menunjukan rapuhnya fondasi morality generasi muda kita sehingga berimplikasi pada mentalitas bangsa yang rendah. Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan kehidupan bangsa dan negara. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (pasal 1) tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta, PT. Grasindo, 2004), hlm. VIII 2 Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 65 3 Ibid 1

Upload: vankiet

Post on 05-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam

untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum yang

berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, kalau

dirinya berdisiplin baik maka akan memberi dampak yang baik bagi

keberhasilan dirinya pada masa depannya.1

Disiplin juga menjadi sarana pendidikan. Sebagaimana John Dewey

mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan suatu kebutuhan, fungsi

sosial, sebagai bimbingan sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan

membukakan serta membentuk disiplin hidup.2 Dalam mendidik disiplin

berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina

dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang

ditanamkan, diajarkan dan diteladankan.3 Karena itu, perubahan perilaku

seseorang, merupakan hasil dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran

yang terencana, informal atau otodidak.

Namun demikian, adanya kasus sejumlah pelajar dan lulusan

pendidikan yang menunjukan sikap kurang terpuji. Banyak pelajar yang

terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, pencurian, penodongan,

penyimpangan seksual, menyalahgunakan obat-obat terlarang dan lain

sebagainya telah menunjukan rapuhnya fondasi morality generasi muda kita

sehingga berimplikasi pada mentalitas bangsa yang rendah.

Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan kehidupan

bangsa dan negara. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (pasal 1)

tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

1 Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta, PT. Grasindo,

2004), hlm. VIII 2 Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 65 3 Ibid

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional

adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab (pasal 3).4

Sekolah senbagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab

besar untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Oleh karena itu di sekolah

dikembangkan norma-norma atau aturan-aturan yang berlaku untuk mengatur

kedudukan dan peranan seseorang sesuai dengan tujuan pendidikan yang

akan dicapai. Aturan-aturan yang berkembang dalam dunia pendidikan itu

sudah sewajarnya untuk ditaati dengan baik oleh peserta didik sebagai

pelajar. Sehingga dengan tumbuhnya kesadaran dalam mentaati norma atau

aturan yang berlaku akan dapat menciptakan suasana sekolah yang kondusif.

Dengan demikian peserta didik sebagai pelajar di tuntut supaya dalam

segala aktivitasnya mengikuti norma-norma yang berlaku di

madrasah/sekolah. Untuk itu di tegaskan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun

2003 Bab V pasal 12 ayat 2 (a) yaitu mengenai kewajiban peserta didik”

menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses

dan keberhasilan pendidikan.5

Lancar atau tidak jalannya proses pembelajaran di sekolah sangat

bergantung pada kedisiplinan peserta didik pada norma pendidikan atau

norma sekolah. Emil Durkheim mengatakan bahwa ketaatan pada norma-

norma yang berlaku adalah bagian dari kewajiban kita sehari-hari.6 Norma-

norma yang perlu ditaati adalah norma yang berkembang dan berlaku dimana

kita berada, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat luas.

4 Undang-Undang Repubik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

2003 ( Yogyakarta; penerbit Delphi, 2003 ), hlm. 8-9 5 Ibid, hlm. 3 6 Emil Durkheim, terj. Lukas Ginting, Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi

Pendidikan, ( Jakarta; Erlangga, 1990), hlm. 27

2

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Oleh karena itu sekolah melalui guru sudah selayaknya selalu

menginternaslisaikan nilai-nilai pendidikan yang terbaik bagi peserta

didiknya sesuai dengan tuntutan masyarakat. Hal ini sesuai dengan harapan

Rasulullah Saw. yang berbunyi:

. حد ثنا العباس بن الوليد الدمشقى ثنا على بن عياش ثنا سعيد بن عمارةسمعت انس بن مالك يحدث عن رسول اهللا . اجبرنى الحارث بن النعمان

.وأحسنوا أدبهم, اآر موا أوالدآم: صلى اهللا عليه وسلم قال

Telah menceritakan pada kami Abbas bin Walid Al Dimasyki, menceritakan pada kami Ali bin Ayyasy, menceritakan pada kami Said bin Umarah. Memberitakan pada kami Harits bin Nu’man, saya mendengar Anas bin Malik menceritakan dari Rasulullah saw. bersabda: muliakan anak-anakmu dan didiklah dengan adab atau budi pekerti yang baik. (HR. Ibnu Majah) 7

Dalam rangka upaya untuk mendidik dan membiasakan anak

bertingkah laku sesuai dengan etika sosial serta membentuk kepribadian yang

luhur, maka anak perlu dididik dengan disiplin. Penanaman disiplin

dimaksudkan supaya peserta didik mampu mengendalikan dan mengarahkan

dirinya sesuai dengan norma-norma dan peraturan yang berlaku dalam

kelompoknya baik keluarga, sekolah mapun masyarakat.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat strategis untuk

menanamkan dan mengajarkan kedisiplinan. Sekolah merupakan tempat

kelanjutan pendidikan disiplin yang sudah dilaksanakan keluarganya. Emil

Durkheim menyatakan bahwa sekolah sebagai tempat pembinaan

kedisiplinan anak sangatlah tepat dibandingkan dengan pendidikan keluarga.

Karena menurutnya pendidikan formal berbeda dengan pendidikan keluarga,

karena keluarga bukanlah lembaga yang didirikan dengan tujuan mendidik

anak untuk dapat memenuhi tuntutan-tuntutan masyarakat.8 Sedangkan

sekolah didirikan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lebih baik.

7 Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al Quzwaini Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah,Juz II,

(Semarang: CV. Toha Putra, tt), hln. 1211 8 Emil Durkheim, Op. Cit. hlm. 14

3

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Untuk itu diperlukan upaya konkret dari berbagai pihak seperti kepala

sekolah, guru, petugas Bimbingan dan penyuluhan atau karyawan sekolah

untuk dapat menempatkan disiplin ke dalam prioritas program pendidikan di

sekolahnya. Sebagaimana Samsul Nizar menyatakan bahwa pendidik

memiliki tugas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spritual,

intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan fisik peserta didik.9

Bimbingan dan Penyuluhan disekolah disamping sebagai pembimbing

juga merupakan pendidik, karena bimbingan dan penyuluhan disekolah selain

membimbing juga sekaligus mendidik. Perbedaan bimbingan dan penyuluhan

di sekolah dengan bimbingan dan penyuluhan diluar sekolah pada hal

tanggung jawab dan kewajiban yang diembannya.

Hal ini didasarkan bahwa dunia pendidikan khususnya pendidikan

formal merupakan kekuatan besar untuk selalu menjaga budaya bangsa. Oleh

karena dunia pendidikan harus berusaha sekuat tenaga untuk memberikan

kontribusi yang lebih besar terhadap kemajuan bangsa, dan membangun

watak bangsa (Nation Character Building).10

Dengan membudayakan disiplin dalam kehidupan di lingkungan

sekolah pada peserta didik akan dapat memberi dampak yang posistif bagi

kehidupannya diluar sekolah. Sehingga dengan disiplin yang baik akan

menghasilkan kehidupan yang teratur, sebab disiplin dapat mengatur perilaku

dan menjadi unsur yang fundamental dari moralitas. Unsur fundamental

tersebut akan berpengaruh pada kemajuan pembangunan, martabat dan

mengantarkan pada kesejahteraan bangsa.11

Dengan menanamkan sikap disiplin yang tinggi melalui institusi

pendidikan di harapkan bangsa Indonesia mampu membangun sumber daya

manusianya, karena untuk mengawali pembangunan diperlukan sumber daya

9 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis Dan Praktis, (

Jakarta; Ciputat Pers, 2002), hlm. 41 10 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, strategi dan Implementasi, (Bandung;

PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.4, hlm. 4 11 Tulus Tu’u, Op. Cit, hlm. 35

4

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

manusia yang berkualitas.12 Tanpa adanya sumber daya yang berkualitas

bangsa ini akan mengalami hambatan dalam menjalankan proses akselerasi

pembangunan.

Menurut Tulus Tu’u alasan yang menjadi dasar pembentukan disiplin

sekolah sebagai berikut:13 Pertama. Dengan disiplin yang muncul karena

kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap

kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi

potensi dan prestasinya.

Kedua, Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas

menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin

memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses

pembelajaran. Ketiga, Orang tua senantiasa berharap disekolah anak-anak

dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan

demikian, anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.

Keempat, Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam

belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingya norma, aturan dan

ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang. Dengan demikian

sekolah mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan

kedisiplinan kepada peserta didik setelah keluarga.

Peserta didik pada usia Sekolah Menengah pada umumnya dalam usia

belasan tahun, yang merupakan masa remaja. Pada usia ini anak masih dalam

masa transisi atau pancaroba, baik fisik, sosial, maupun emosional dan pada

kondisi yang rawan. Sehingga peserta didik pada usia ini perlu mendapatkan

pembinaan dengan baik dari orang tua (ketika di dalam keluarga) dan guru

saat peserta didik berada di sekolah. Dengan demikian diharapkan anak tidak

terjerumus pada perilaku yang menyimpang (anomali) dari norma yang

berlaku di masyarakatnya dan self Desciplin selalu ada pada diri mereka.

Dalam Islam perilaku dan sikap disiplin sangat dianjurkan, karena

dengan disiplin orang akan memperoleh kesuksesan dan terhindar dari

12 Wahjoetomo, Beberapa Pokok Pikiran Tentang Penatalaksanaan Pendidikan Sebagai Jawaban Atas Isu; Deregulasi Pendidikan, ( Jakarta; PT. Gramedia Widia Sarana, 1993), hlm. 2

13 Tulus Tu’u, Op. Cit., hlm. 34-35

5

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

perbuatan yang tercela. Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat An-

Naziat ayat 40-41;

النا ( فا ان الجنة هي المأ وى .مقام ربه ونهى النس عن الهوى واما من خاف

) 41-40: زعا تDan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nasunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.14 (QS. An-Naziat; 40-41)

Dari ayat diatas dapat ditangkap maknanya bahwa kita sebagai umat

Islam wajib mengaktualisasikan sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari,

baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dengan demikian

akan tumbuh dan berkembang suasana yang tertib, teratur, tentram, efektif

dan efisien.

Untuk menumbuhkan kesadaran kedisiplinan bagi anak, khususnya

peserta didik di sekolah terhadap norma sekolah yang lebih baik perlu

diupayakan suatu usaha yang mendorong peningkatan pada kesadaran

tersebut. Salah satu diantara upaya yang perlu dilakukan adalah dengan

mengadakan penelitian yang bermanfaat bagi peningkatan

menumbuhkembangkan kesadaran kedisiplinan.

Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 setelah peneliti

mengadakan studi pendahuluan terlihat bahwa di madrasah tersebut peserta

didiknya mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi. Disamping itu

madrasah milik pemerintah ini juga mempunyai prestasi yang tidak kalah

dengan sekolah-sekolah negeri lain atau sekolah favorit yang setaranya

dengannya.

14 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang; Tanjung Mas Inti, ttn),

hlm. 1022

6

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Atas dasar paparan diatas penulis terdorong untuk melakukan penelitian

dengan Judul Pembinaan Kedisiplinan Peserta Didik Pada Norma

Sekolah: Studi Penggunaan Tindakan Pendidikan Oleh BP di Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2.

B. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas penulisan skripsi ini dan untuk menghindari

kesalahpahaman, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan kata-

kata kunci dalam judul skripsi ini, yakni sebagai berikut:

1. Pembinaan

Kata pembinaan secara bahasa merupakan terjemahan dari kata

Inggris yaitu training, yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan.15

Sedangkan definisi pembinaan dalam arti luas menurut A.

Mangunhardjana adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal

yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki,

dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan

dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta

mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan

hidup dan kerja, yang sedang dijalani, secara lebih efektif.16

Isa Anshori menyebutkan Pembinaan adalah segala usaha, tindakan

dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan,

pengembangan, pengarahan serta pengendalian segala sesuatu secara

berdayaguna dan berhasil guna.17

Jadi, dapat penulis rumuskan bahwa pembinaan merupakan segala

usaha, tindakan dan kegiatan yang disertai dengan perencanaan,

penyusunan, pengembangan, pengarahan, serta pengendalian, supaya

tindakan tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna untuk

15 A. Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, ttn),

hlm.11 16 Ibid, hlm. 12 17 Isa Anshori, Thesis Pembinaan Etika dan Nilai-nilai Kejuangan Prajurit TNI,

(Semarang, Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2002), hlm. 1

7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

membetulkan dan mengembangkan kecakapan orang lain dalam mencapai

tujuan hidup yang lebih baik.

2. Kedisiplinan

Menurut bahasa disiplin berasal dari bahasa Inggris disciplin, yang

berarti disiplin dan ketrampilan.18 Menurut istilah kata disiplin menurut

para ahli sebagai berikut; Priyodarminto mengemukakan bahwa disiplin

adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari

serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kesetiaan,

keteraturan dan atau ketertiban, karena nilai-nilai itu sudah membatu dalam

diri individu tersebut, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan

lagi di rasakan sebagai beban, sebaliknya akan menjadi beban bila ia tidak

berbuat sesuatu yang telah di tetapkan. Oleh karena disiplin akan membuat

individu mengetahui tentang sesuatu yang seharusnya di lakukan, yang

wajib di lakukan, yang boleh di lakukan dan yang tidak patut di lakukan.19

Jadi dapat diambil garis besar kedisiplinan adalah suatu keadaan

yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kesetiaan, keteraturan dan atau

ketertiban seseorang dengan berperlilaku sesuai dengan norma yang

berlaku di dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara dengan di lakukan

secara sadar dan Ikhlas karena dengan perbuatan itu dapat membantu

dirinya.

3. Peserta didik, pengertiannya menurut UU Sisdiknas Tahun 2003 Bab I

Pasal 1 ayat ( 4 ) bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 20

4. Norma

Secara etimologi kata “norma” berasal dari bahasa latin “norma”

yang semula berarti penyiku, suatu perkakas yang di gunakan antara lain

18 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, ( Jakarta; Gramedia,

1992), hlm. 185 19 Priyodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, ( Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1994),

hlm. 69 20 UU Sisdiknas, Op. Cit., hlm. 5

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

oleh tukang kayu, dan dari sini memperoleh arti pedoman, ukuran,

aturan/kebiasaan. Jadi norma adalah sesuatu yang dipakai untuk mengukur

sesuatu yang lain atau sebuah ukuran.21

Yang dimaksud norma disini adalah sesuatu yang dijadikan

pedoman, ukuran, aturan/kebiasaan hidup manusia dalam menjalani

aktivitasnya sehari-hari. Aktivitas yang dimaksud di sini adalah aktivitas di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2.

5. Sekolah

Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan

segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum.22

6. Penggunaan, yaitu proses; perbuatan, cara mempergunakan sesuatu;

pemakaian.23

7. Tindakan yaitu sesuatu yang dilakukan untuk mengatasi sesuatu.24 Dalam

hal ini tindakan yang dimaksud adalah tindakan BP dalam rangka

membina kedisiplinan peserta didik terhadap norma sekolah.

8. Pendidikan

Menurut M. Ngalim Purwanto bahwa pendidikan ialah segala usaha orang

dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin

perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.25

9. Bimbingan dan Penyuluhan

Bimbingan Penyuluhan merupakan singkatan dari kata bimbingan

dan penyuluhan. Menurut WS. Winkel bimbingan adalah pemberiaan

bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat

pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri

terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat Psikis (kejiwaan),

21 H. Devos, Pengantar Etika, terj., Drs. Soejono Soemargono, ( Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1987 ), hlm. 17 22Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001),Cet.

II, hlm. 162 23 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:

Balai Pustaka, 1999) Cet. 10, hlm. 328 24 Ibid, hlm 10 25 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2000), Cet. XIII, hlm. 10

9

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

bukan “pertolongan” finansiil, medis dan lain sebgainya. Dengan bantuan

ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang di hadapainya

sekarang dan menjadi mampu untuk masalah yang akan di hadapi kelak

kemudian - ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi yang memberi bantuan

menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri, meskipun

kemampuan itu mungkin harus digali dan di kembangkan melalui

bimbingan.26

Sedangkan definisi penyuluhan menurut Dewa Ketut Sukardi

adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau suatu

upaya bantuan yan dilakukan dengan empat mata atau tatap muka, antara

penyuluh dan klien (penyuluh dan konsili) yang berisi usaha yang laras

unik dan manusiawi yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yan

didasarkan atas norma –norma yang berlaku, agar klien memperoleh

konsep diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan

mungkin pada masa yang aka datang.27

Dalam hal ini yang di maksud BP oleh peneliti adalah guru yang

memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada peserta didik dalam

rangka membina kedisiplinan supaya sesuai dengan norma sekolah.

10. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 merupakan madrasah

yang akan di jadikan lokasi penelitian yang terdapat di kelurahan

Bangetayu Kota Semarang.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti akan membatasi penelitian pada masalah

pembinaan kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah yaitu mengenai

tindakan pendidikan yang dilakukan oleh bimbingan dan penyuluhan di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Semarang 2.

Sedangkan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut;

26 W.S. Winkel. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, ( Jakarta: PT.

Gramedia, 1977), hlm. 20-21 27 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta; Rineka

Cipta, 1995), hlm. 6

10

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

1. Tindakan apa sajakah yang digunakan BP dalam membina kedisiplinan

peserta didik pada norma sekolah?

2. Kapan tindakan itu digunakan oleh BP untuk membina kedisiplinan

peserta didik pada norma sekolah?

3. Mengapa BP melakukan tindakan pembinaan tersebut?

D. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi

mengenai bentuk-bentuk tindakan, mengetahui saat digunakannya bentuk-

bentuk tindakan, dan menggali latar belakang digunakannya bentuk-

bentuk tindakan oleh Bimbingan dan Penyuluhan dalam membina

kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah, sehingga terwujud dalam

suatu pola tindakan pembinaan yang dilakukan oleh sekolah dan petugas

Bimbingan Penyuluhan (BP).

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Semarang dalam usaha

mengembangkan pembinaan kedisiplinan madrasah lebih lanjut.

2. Menumbuhkan motivasi kepada kepala sekolah, guru, BP, dan

karyawan madrasah dalam usaha membina kedisiplinan peserta didik.

3. Madrasah/sekolah lain yang ingin meningkatkan kedisiplinan

madrasah/sekolah. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Semarang

dapat dijadikan salah satu “potret” usaha peningkatan kedisiplinan

madrasah/sekolah.

4. Para peneliti atau lembaga penelitian sebagai salah satu acuan dalam

melaksanakan penelitian sejenis dengan penelitian ini.

E. Telaah Pustaka

Penelitian ini dilakukan dari kegelisahan penulis melihat fenomena

perilaku peserta didik yang kurang disiplin baik di sekolah maupun di

masyarakat. Sehingga dari hal itu penelitian ini diharapkan mampu menjawab

11

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

problematika yang berkembang di sekolah terkait dengan persoalan

pembinaan kedisiplinan oleh BP.

Ada beberapa buku yang ditulis tentang pembinaan kedisiplinan,

diantaranya yaitu:

1. Buku karya Thomas Gordon yang berjudul Mengajar Anak Berdisiplin

Diri di Rumah dan di Sekolah Cara Baru Bagi Orang Tua dan Guru

Untuk Membentuk Kontrol - Diri, Harga - Diri dan Rasa Percaya - Diri,

tema besar yang diangkat oleh penulis buku tersebut adalah berbicara

tentang orang tua atau pendidik dalam membina kedisiplinan anak yang

merupakan tanggung jawabnya. Namun sering orang tua dan guru sering

mengalami kegagalan dalam mengajarkan kedisiplinan. Maka Gordon

dalam buku ini memberikan penjelasan cara baru untuk mempengaruhi

anak agar berdisiplin dan dan dapat mengawasi diri sendiri di rumah dan

di sekolah.28

Oleh karena itu buku ini menjadi sangat penting untuk di jadikan rujukan

dalam penulisan skripsi ini.

2. Buku The Discipline Dilemma Dilema Kedisiplinan Kontrol, Manajemen,

karya Ramon Lewis, buku ini mengutarakan peristiwa yang dialami guru

ketika menemukan siswa di sekolah yang berlaku tidak disiplin. Akibat

perilaku ketidakdisiplinan siswa tersebut guru mengalami stres karena

tidak mampu mengendalikan siswa dengan usaha yang di lakukannya.

Dalam buku ini Ramon Lewis memberikan suatu konsep kepada guru

dalam mempengaruhi, memantau, ataupun mengontrol siswa di sekolah

atau dikelas yang berbuat tidak didisiplin dengan menggunakan

pendekatan yang sesuai dengan situasi dan keadaan yang di alaminya.29

Oleh karena itu buku ini penting untuk di jadikan bahan rujukan dalam

penulisan skripsi ini.

28 Thomas Gordon, terjm. S. Suprayitno dan Amitya Kumara, Mengajar Anak Berdisiplin

Diri di Rumah dan di Sekolah Cara Baru Bagi Orang Tua dan Guru Untuk Membentuk Kontrol - Diri, Harga - Diri dan Rasa Percaya - Diri, ( PT. Gramedia Pustaka Utama,1996), hlm. xxviii

29 Ramon Lewis, terjm; Emalia Iragiliati Lukman. The Discipline Dilemma Dilema Kedisiplinan Kontrol, Manajemen,( Jakarta: Gramedia Media Sarana Indonesia, 2004), hlm. 23

12

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

3. Buku berjudul Bagaimana Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak karya

Charles Schaefer mengartikan disiplin meliputi bidang yang luas. Yaitu

mencakup setiap pengajaran, bimbingan, atau dorongan yang dilakukan

oleh orang dewasa, yang di maksudkan untuk menolong anak-anak belajar

untuk hidup sebagai makhluk sosial, dan untuk mencapai pertumbuhan

dan perkembangan mereka yang se-optimumnya.30 Oleh karena itu sebagai

guru atau orang tua dalam menegakan disiplin supaya pembinaan yang

dilakukan menjadi effektif.. Penanaman disiplin menurut Schaefer harus

menggunakan pendekatan yang positif31 supaya tidak ada kekerasan

susulan. Dalam buku ini Schaefer menawarkan pedekatan –pendekatan

dengan cara yang bijaksana dan persuasif untuk pembentukan sifat hidup

anak didik dan pengembangan hubungan kemanusiaan yang akan

memperkaya hubungan emosional kedua belah pihak yaitu pihak pendidik

maupun anak didik.

Sehingga buku ini juga menjadi penting untuk referensi penyusunan

skripsi.

4. Buku Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah Menengah, karya W.S.

Winkel memandang bahwa bidang Bimbingan dan penyuluhan di sekolah

menengah telah mengalami kemajuan yang pesat.32 Kemajuan tersebut

memerlukan peran aktif guru supaya program bimbingan dan penyuluhan

dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu Winkel melalui buku ini

memberikan dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan kepada guru yang

sesuai dengan funsinya sebagai pendidik dan pengajar. Dengan dasar-dasar

tersebut di harapkan guru dapat memahami hal-hal yang fundamental

supaya guru siap menjadi tenaga ahli bimbingan dan penyuluhan di

sekolah dengan baik.

5. Buku Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah karya Dewa Ketut

Sukardi memberikan konsep dasar bagi petugas BP supaya ia mampu

30 Charles Schafer, Bagaimana Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak,(Medan: CV. Monora, 1979), hlm. 9

31 Ibid 32 W.S. Winkel, Op. Cit, hlm.V

13

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya karena menurutnya menjadi

petugas BP tidaklah mudah. Oleh karena itu untuk menghayati pengertian

dasar Bimbingan dan Penyuluhan beserta asas –asasnya sangat di

perlukan.33 Buku ini memberikan konsep dasar untuk keperluan

Bimbingan dan Penyuluhan bagi petugas BP. Oleh karena itu buku ini

menjadi wajib sebagai pedoman petugas BP untuk menjalankan tugasnya.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif.

Dengan kategori penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan

untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang,

interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga atau

masyarakat.34

Ciri khas penelitian kualitatif terletak pada tujuannya untuk

mendeskripsikan keutuhan kasus dengan memahami makna dan gejala,

dengan kata lain penelitian kualitatif ini sebagai strategi dan teknik

penelitian yang di gunakan untuk memahami masyarakat, masalah, atau

gejala dalam masyarakat dengan mengumpulkan sebanyak mungkin fakta

detail dan mendalam. Data yang dipilih dalam bentuk verbal bukan dalam

bentuk angka.35 Penelitian kualitatif ini dapat di pandang sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskreptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang yang dapat diamati.36

Penelitian ini lebih memperhatikan proses dari pada product37

cenderung menganalisis data secara induktif, yaitu suatu cara untuk

mengambil kesimpulan terhadap hubungan gejala-gejala sosial.

33 Dewa Ketut Sukardi, Op.Cit.,hlm.17 34 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),

cet. XIV, hlm. 80 35 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta: TP, 1996), Cet. II, hlm.

29 36 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosda

Karya,1991), hlm. 5 37 Ibid, hlm. 5

14

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Kesimpulan yang ditarik bersifat khusus kemudian menuju ke hal-hal yang

umum. 38

2. Fokus dan ruang lingkup penelitian

Fokus penelitian adalah pada pendekatan dan tindakan yang

digunakan petugas Bimbingan dan Penyuluhan (BP) dalam membina

kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah.

Sedangkan ruang lingkup yang dijadikan obyek penelitian adalah

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan

sumber data berupa data primer dan data skunder. Data primer merupakan

data yang di kumpulkan langsung dari individu-individu yang diselidiki.

Sedangkan data sekunder adalah data yang ada dalam pustaka-pustaka.39

Data primer misalnya kata-kata dan tindakan yang dilakukan oleh guru dan

peserta didik. Data sekunder berupa dokumen tertulis dan foto-foto.

Sedangkan tekhnik dalam mengumpulkan datanya dengan

menggunakan metode:

2.1 Metode Observasi

Yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan

pengamatan terhadap obyek penelitian.40

Dalam pelaksanaannya peneliti memakai cara Observasi

Partisipan, maksudnya peneliti melakukan pengamatan dengan

berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang di

observasi. Observasi pada tindakan guru yang berkaitan dengan

pembinaan kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah.

Disamping itu peneliti juga akan menggunakan cara Non Partisipan

Observation, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung, akan

38 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta:Yayasan Penerbitan Fakultas

Psikologi Universitas Gajah Mada,1995), Jilid I, Hlm. 49 39 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),

Cet.II, hlm. 23 40 Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar, (Surabaya;

SIC), 1996. hlm. 77

15

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

tetapi peneliti tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang

dilaksanakan. Seperti pengamatan yang berkaitan dengan sekolah,

misalnya; letak geografis, sarana dan prasarana yang mendukung

pelaksanaan kedisiplinan di sekolah.

2.2 Metode Wawancara ( Interview)

Wawancara/interview adalah sebuah dialog yang dilakukan

oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara (interviewer).41

Wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara terbuka,

maksudnya pertanyaan yang diberikan tidak disusun secara spesifik,

tetapi dalam bentuk yang umum. Dengan wawancara terbuka

diharapkan para subyek tahu bahwa mereka sedang diwawancarai

dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu.42 Respon yang

diharapkan dari subyek juga terbuka, yakni sesuai dengan kehendak

dan dalam bahasa subyek sendiri. Metode ini digunakan untuk

mendapatkan data berkaitan dengan latar belakang sejarah berdirinya

sekolah dan tindakan pendidikan yang digunakan petugas Bimbingan

dan Penyuluhan (BP) dalam membina kedisiplinan peserta didik

pada norma sekolah.

2.3 Metode Dokumentasi

Yaitu metode yang menyelidiki benda-benda tertulis seperti

buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,

catatan harian dan sebagainya.43

Metode ini di gunakan untuk medapatkan data tentang

Madrasah Aliyah Negeri Semarang 2 yang berkaitan tentang keadaan

guru, siswa, struktur organisasi sekolah dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan interpretasikan.

Dalam tekhnik pengumpulan data penelitian ini peneliti

sendiri yang akan melakukannya karena menurut S. Margono alat

41 Sutrisno Hadi, Op.Cit, hlm. 144 42 Lexy J. Moleong,, Op.Cit, hlm. 137 43 Sutrisno Hadi, Op.Cit. hlm. 145

16

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

pengumpul data yang paling tepat adalah manusia.44 Dengan

mengacu pada kriteria Lexy J. Moelong, maka penetapan keabsahan

data hasil penelitian dilakukan berdasarkan atas kriteria-kriteria

sebagai berikut;45 Kredibilitas melalui member chek dan Triangulasi;

Transferabilitas; Dependabilitas; dan Konfirmabilitas.

Kredibilitas adalah kegiatan untuk memeriksa keabsahan

data sampai seberapa jauh tingkat kepercayaannya. Adapun member

chek adalah kegiatan responden memeriksa kembali catatan

lapangan yang peneliti berikan, baik berupa hasil observasi maupun

wawancara, agar data yang di berikan menjadi lebih sesuai dengan

apa yang dimaksud oleh responden, setelah diperiksa, diperbaiki,

ditambah, dan dikurangi.

Transferabilitas berhubungan dengan sejauh mana hasil

penelitian dapat dialihkan pada situasi lain, atau suatu temuan

penelitian berpeluang untuk dialihkan pada konteks lain, mana kala

ada kesamaan karakteristik antara situasi penelitian dengan situasi

penerapan.

Dependabilitas dan konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif

berhubungan dengan konsistensi dan kenetralan. Konsistensi tersebut

dilihat dari arti yang lebih luas dengan memperhitungkan faktor-

faktor yang mungkin mengalami perubahan, karena manusia sebagai

instrumen dapat menurun perhatian dan ketajaman pengamatannya

serta dapat membuat kekhilafan dan kesalahan. Netralitas

mengandung aspek kuantitas, yakni bergantung pada jumlah orang

yang membenarkan atau mengkonfirmasikannya.

Netralitas bermakna objektivitas – subyektivitas, objektivitas

merupakan suatu kesesuaian inter subyektif. Objektivitas juga

mengandung aspek kualitatif, karena kebenaran suatu data dapat juga

dibenarkan atau dikonfirmasikan oleh orang lain. Jadi dependabilitas

44 S. Margono, Op. Cit. hlm.38 45 Lexy J. Moelong, Op.Cit, hlm. 173

17

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

dan konfirabilitas adalah berhubungan dengan konsistensi dan

kenetralan data yang kebenarannya tergantung pada konfirmasi

orang lain. Untuk memenuhi kriteria dependabilitas dan

konfirmabilitas dapat ditempuh melalui Audit Trail. Audit Trail

adalah proses untuk memeriksa ketergantungan dan kepastian data,

yang menurut Halpern yang di kutip Lexy J. Moelong dapat di

lakukan dengan cara menyediakan bahan-bahan ;46

2.3.1 Data mentah, termasuk bahan yang direkam secara

elektronik, catatan, catatan lapangan tertulis, dokumen, foto

dan semacamnya serta hasil survei.

2.3.2 Data yang di reduksi dan hasil kajian, termasuk di dalamnya

penulisan secara lengkap catatan lapangan, ikhtisar catatan,

informasi catatan, informasi yang di buat persatuan seperti

kartu, iktisar data kuantitatif, dan catatan teori seperti

hipotesis kerja, konsep dan semacamnya.

2.3.3 Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk di

dalamnya catatan metodologi; prosedur, desain, strategi,

rasional, catatan tentang keabsahan data: berkaitan dengan

derajat kepercayaan, kebergantungan dan kepastian; dan

penelusuran audit.

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data

kedalam kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat di

temukan tema dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.47 Proses analisis data di mulai dengan menelaah

seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,

pengamatan yang sudah di tuliskan dalam catatan lapangan, dokumen

pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan lain sebagainya.

46 Lexy. J. Moelong, Op. Cit. hlm. 184 47 Ibid, hlm. 103

18

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data dan penafsiran

data.

3.1 Reduksi data dengan jalan membuat abstraksi, di lanjutkan dengan

menyusunnya dalam satuan, satuan-satuan di kategorikan, membuat

koding, dan mengadakan pemeriksaan keabsahan data.

3.2 Penafsiran data dengan jalan menemukan kategori-kategori dalam

data yang berkaitan dengan yang biasanya dimanfaatkan dalam

disiplin atau dalam cara bercakap. Atas dasar itu penulis

menghubungkan kategori-kategori kedalam kerangka sistem kategori

yang di peroleh dari data. Berdasar tujuan yang hendak di capai,

maka tekhnik analisis data dalam penelitian ini adalah deskripsi-

analitik yaitu data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar,

perilaku) tidak dituangkan dalam betuk bilangan atau angka statistik,

melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih

kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Peneliti segera melakukan

analisis data dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi

yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.48

48 S. Margono, Op. Cit. hlm. 39

19

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

BAB II

BIMBINGAN PENYULUHAN DAN

KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK PADA NORMA SEKOLAH

A. Bimbingan dan Penyuluhan

1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Conseling)

Sebelum menguraikan makna yang definitif mengenai bimbingan

dan penyuluhan secara utuh, terlebih dahulu akan dibahas pengertian

bimbingan dan penyuluhan yang dikemukakan oleh berbagai pakar.

a. Bimbingan (Guidance)

Dari segi etimologi bimbingan diartikan sebagai petunjuk

(penjelasan), tuntutan, pimpinan.49 Sedangkan pengertian bimbingan

secara luas, sebagaimana dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai

berikut:

Mohammad Surya mendefinisikan bahwa bimbingan ialah suatu

proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari

pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam

pemahaman diri, penerimaan diri dan perwujudan diri dalam mencapai

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan

lingkungannya.50

Sedangkan WS. Winkel mengartikan bimbingan sebagai

pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang dalam

membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan

penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup.51

Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik garis besar bahwa

bimbingan merupakan proses pemberian bantuan atau pertolongan dari

seseorang yang profesional (Conselor) kepada individu (Conselee) yang

49 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta ;Balai Pustaka, 1995), hlm. 133

50 M. Surya, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan ( Teori dan Praktek), (Yogyakarta; Kota Kembang, 1998), hlm. 12

51 WS. Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, ( Jakarta; Grasindo, 1991), hlm. 17

20

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

mempunyai masalah supaya peserta didik dapat hidup mandiri dalam

pemahaman diri, pemahaman terhadap lingkungan, penerimaan diri,

pengarahan dan perwujudan diri, dan dapat membuat atau menentukan

pilihan hidup secara bijak.

b. Penyuluhan (Conseling)

Menurut WS. Winkel pengertian penyuluhan (Conseling) secara

sederhana diartikan sebagai :

1. Pemberian bimbingan oleh orang yang ahli kepada orang lain

dengan menggunakan metode psikologi.

2. Proses pemberian bantuan oleh konselor kepada konsili

sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri

sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah.52

Pengertian penyuluhan (Conseling) yang lebih luas dan terperinci

didefinisikan oleh Bimo Walgito sebagai berikut; konseling adalah

bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah

kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan

keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup.53

Sedangkan Moh. Prayitno dan Erman Anti menyebutkan bahwa

konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui

wawancara konseling oleh orang ahli (disebut konselor) kepada individu

yang sedang mengalami masalah (disebut klien atau konseli) yang

bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapai konseli.54

Dari definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penyuluhan

(conseling) merupakan suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan

dari seorang ahli (Conselor) kepada peserta didik atau individu yang

mengalami masalah (Conselee) dengan menggunakan tekhnik-tekhnik

tertentu yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli.

52 Ibid, hIm. 520 53 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta; Andi Offset, 1995),

hlm. 5 54 Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Depdikbud,

1994), hlm. 106

21

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

c. Bimbingan dan Penyuluhan Islami

Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan penyuluhan Islami

akan penulis jelaskan lebih dahulu mengenai padangan Islam tentang

hakekat manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah, karena dengan

mengetahui hakekat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah akan dapat

diketahui mengenai tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Selain itu

akan disajikan juga pandangan dari berbagai ahli mengenai definisi

bimbingan dan penyuluhan Islami.

Didalam al-Qur’an telah disebutkan bahwa tujuan hidup manusia

adalah untuk mengabdi kepada Allah semata.

)56:الذريت ( ن ودبعيلال ااسن اال وجنلا تقلا خمو

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.(QS. Adz-Dzariyat: 56)55

Hal ini dipertegas lagi dengan firman Allah SWT.

وهو على آل , وه خا لق آل شيء فا عبد ,هوالا اله ال , ذلكم اهللا ربكم )102: االنعا م( شيء وآيل

(Yang memiliki sifat-sifat yang) Demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu. Maka sembahlah Dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu” (QS. Al-An’am :102)56

Dari keterangan kedua ayat diatas dapat diketahui bahwa tujuan

Allah menciptakan manusia adalah supaya manusia menyembah

(mengabdi) kepadaNya. Istilah menyembah (mengabdi) kepada Allah

dalam kedua ayat di atas mengandung arti luas. Dengan kata lain istilah

menyembah itu bukan hanya mengandung pengertian melaksanakan

upacara ritual keagamaan saja, seperti shalat, puasa, zakat, berkorban,

haji dan lain sebagainya, tetapi lebih jauh dan lebih luas dari itu.

Menyembah dalam pengertian yang luas itu adalah bahwa seluruh

55 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Semarang; PT. Tanjung Mas

Inti, Ttn), Hlm.862 56 Ibid, Hlm. 204

22

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

aktivitas dan tingkah laku yang dilaksanakan seseorang dalam

kehidupannya semata-mata mencari keridlaan Allah adalah ibadah.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa hakekat

manusia diturunkan dibumi oleh Allah adalah semata-mata untuk

mengabdi kepadaNya. Dengan demikian yang menjadi tujuan bimbingan

dan penyuluhan Islami adalah untuk meningkatkan dan

menumbuhsuburkan kesadaran manusia tentang eksistensinya sebagai

makhluk dan khalifah Allah SWT di muka bumi ini.

Dalam konsepsi Islam manusia lahir ke dunia dengan dibekali

fitrah beragama, sebagaimana Allah SWT berfirman:

ليدب ت الPطPاهيل عاسالنرط فيت الاهللاترط فPطPافين حن يد للكهجو مقاف: الروم( نوملعي الاس النرثآ انكل وPالP ميلق انيد الك ل ذPطP اهللاقلخل

30(

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum; 30)57

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa manusia sejak asal

kejadiannya, membawa potensi beragama yang lurus, dan dipahami oleh

para ulama sebagai tauhid. Dalam rangka mengembangkan potensi atau

fitrah tersebut, Allah SWT melengkapi manusia dengan sarana/alat.

Sarana/alat untuk mengembangkan potensi fitrah tersebut sesuai

dengan keterangan ayat diatas adalah berupa pendengaran, penglihatan

dan hati. Sarana/alat tersebut merupakan faktor potensi internal yang

telah diberikan Allah SWT kepada hambanya yang baru lahir supaya

manusia dapat mengembangkan tugasnya sesuai dengan tujuan

penciptaan manusia itu. Faktor potensi internal yang berupa fitrah

beragama dan sarana/alat pengembangannya masih dilengkapi oleh

57 Ibid, Hlm. 615

23

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Allah dengan syari’at agama Islam yang materinya tersimpul dalam dua

pedoman pokok umat Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits.

Sedangkan definisi dari bimbingan dan penyuluhan Islami pada

dasarnya sama dengan pengertian bimbingan dan penyuluhan pada

umumnya. Namun demikian ada beberapa ahli yang berusaha

mendifinisikan bimbingan dan penyuluhan Islami menjadi lebih jelas

seperti yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut;

Hallen mendefinisikan Bimbingan Islami adalah proses

pemberian bantuan yang terarah, kontiniu dan sistematis kepada setiap

individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama

yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-

nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an dan Hadits Rasulullah ke

dalam diri, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan

al-Qur’an dan Hadits.58

Sedangkan bimbingan Islami menurut Ainur Rahim Faqih

adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup

selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.59

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli diatas dapat

ditarik garis besar bahwa bimbingan Islami merupakan proses

bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam

seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan Al-

Qur’an dan Sunnah Rasul.

Sedangkan untuk mengetahui pengertian penyuluhan Islami,

lebih dahulu akan penulis jelaskan beberapa hal mengenai kehidupan

manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam menghadapi era

globalisasi dewasa ini, manusia sibuk dengan urusan duniawi,

58 Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta; Ciputat Pers, 2002), hlm. 17

59 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan konseling dalam Islam, (Yogyakarta; UII Press, 2001), hlm. 4

24

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

materialistik, individualistik dan lain sebagainya sehinga melahirkan

perilaku dan sikap sombong, kikir, zalim, bodoh dan lain sebagainya.

Sikap-sikap tersebut merupakan sikap yang termasuk dalam

penyimpangan dari perkembangan fitrah beragama yang telah diberikan

Allah kepada setiap manusia sejak dari lahirnya ke dunia. Hal yang

demikian dapat terjadi karena adanya kesalahan pendidikan dan

bimbingan yang diberikan sebelumnya, disamping godaan setan yang

memang di perkenankan Allah untuk menggoda manusia yang tidak

kuat imannya.

Dalam kondisi penyimpangan dari perkembangan fitrah beragama

yang demikian itu, maka individu akan menemukan dirinya terlepas dari

hubungannya dengan Allah meskipun hubungan dengan manusia tetap

berjalan dengan baik. Adapula individu yang terlepas hubungannya

dengan manusia lain atau alam semesta, meskipun hubungan dengan

Allah tetap terjalin. Bahkan dapat ditemukan pula individu yang sama

sekali tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Allah, manusia

dan alam semesta.

Dalam kondisi seperti ini individu tersebut akan merasa

terombang-ambing dalam kesendiriannya. Disaat itulah diperlukan

konseling Islami yang berfungsi untuk menanggulangi penyimpangan

perkembangan fitrah beragama tersebut sehingga individu kembali

sadar akan eksistensinya sebagai khalifah dimuka bumi yang berfungsi

untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Sedangkan definisi dari Penyuluhan Islami sebagaimana juga

dikemukakan Hallen bahwa konseling Islami yaitu suatu usaha

membantu individu dalam menanggulangi penyimpangan

perkembangan fitrah beragama yang dimiliknya, sehingga ia kembali

menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi dan berfungsi

untuk menyembah/mengabdi kepada Allah SWT, sehingga akhirnya

25

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia

dan alam semesta.60

Berdasarkan pengertian bimbingan dan konseling diatas dapat

dipahami bahwa bimbingan memusatkan diri pada pencegahan masalah

yang dihadapi individu. Atau bimbingan sifat atau fungsinya preventif,

sementara konseling kuratif atau korektif. Dengan demikian bimbingan

dan konseling berhadapan dengan obyek garapan yang sama yaitu,

problem atau masalah. Perbedaannya terletak pada titik berat perhatian

dan perlakuan terhadap masalah tersebut.

Dari penjelasan diatas dapat diambil garis besar sebagai berikut;

1. Klien bimbingan dan konseling Islami adalah setiap individu mulai

dari lahirnya untuk memperbaiki batinnya.

2. Dalam bimbingan konseling islami norma-norma yang di

internalisasi terhadap klien adalah norma-norma yang terkandung

dalam al-Qur’an dan Hadits

3. Sasaran bimbingan dan konseling Islami adalah setiap individu

yang mengalami penyimpangan fitrah beragama

2. Dasar, tujuan, dan ruang lingkup bimbingan dan penyuluhan

(Guidance and conseling)

a. Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Conseling)

Segala usaha atau perbuatan yang dilakukan manusia selalu

membutuhkan adanya dasar sebagai pijakan atau sandaran dalam

melakukan suatu perbuatan tertentu. Bimbingan dan penyuluhan

mempunyai dasar sebagai berikut:

1. Dasar religius

Dasar ini berasal dari perintah Allah SWT. yang memberi petunjuk

(bimbingan) dan nasehat (konseling) kepada orang lain.

a. Dasar Bimbingan

60 Hallen, Op.Cit, Hlm. 22

26

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk

memberi petunjuk (bimbingan) kepada orang lain dapat dilihat

dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 154 yang berbunyi:

ئي شلك لاليصفت ونسح ايذ اللىا عامم تبتلكى اسوا مني اتمث )154: االنعام (نونمؤ يهمب راءقل بمهلع لةم حرى ودهو

Kemudian Kami telah memberikan Al-kitab (taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka. ( Q.S. Al-An’am Ayat: 154)61

b. Dasar Konseling

Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk

memberi nasehat (konseling) kepada orang lain dapat dilihat

dalam Al-Qur’an surat Al-Ashr ayat 1-3 yang berbunyi:

ا ون ام نيذ الالا )2( رس خيف لانسنال انا) 1( رصلع او ربا لصابوا صو توPالP ق لحاابواص وت وحتلواالص لمعو )3-1: العصر (

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-Asr: 1-3)62

2. Dasar Sosial Psikologis

Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar

tertentu yang diperlukan untuk melangsungkan proses kehidupannya

dengan lancar. Kebutuhan itu dapat berupa pemuasan fisik maupun

keinginan akan kedudukan sosial untuk terjalinnya kesehatan mental

yang dikehendaki. Oleh karena itu kebutuhan-kebutuhan tersebut

61 Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 215 62 Ibid, Hlm. 1099

27

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

harus terpenuhi sesuai dengan apa yang manusia butuhkan, dengan

demikian manusia akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan.

Tetapi kalau tidak demikian halnya, maka mereka itu akan

mengalami kegoncangan batin dalam dirinya.63

Selain itu, manusia juga memiliki potensi-potensi yang perlu

untuk dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi. Apabila

potensi-potensi tersebut mengalami permasalahan, maka perlu

segera dicarikan cara penyelesaian masalahnya. Salah satu cara

penyelesaian masalah tersebut bisa dilakukan dengan bimbingan dan

penyuluhan (Guidance and Conseling).

b. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan ( Guidance and Conseling)

Seperti halnya dengan bidang-bidang lain, Bimbingan dan

Penyuluhan juga mempunyai tujuan yang hendak dicapai dan tujuan ini

merupakan tolok ukur pelaksanaan program bimbingan dan

penyuluhan.

Beberapa tujuan dari bimbingan dan penyuluhan yang disebutkan

oleh para ahli adalah sebagai berikut; Prayitno menyebutkan bahwa

bimbingan dan konseling memiliki 2 tujuan yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum dari bimbingan dan konseling adalah

untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal

sesuai dengan tahap perkembangan dan predeposisi yang dimilikinya

(seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang

yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikaan, status sosial

ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Adapun

tujuan khususnya merupakan penjabaran dari tujuan umum yang

dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh

individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas

permasalahannya itu. 64

63 H. Carl Wisherington, terj. M. Buchori, Psikologi Pendidikan, (Bandung; Jenmars,

1985), hlm. 6 64 Prayitno, Op.Cit. hlm. 114

28

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

WS. Winkel membedakan tujuan bimbingan menjadi 2 (dua),

yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara adalah

supaya orang bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya

sekarang ini (misalnya melanjutkan atau memutuskan hubungan

percintaan, mengambil sikap dalam pergaulan, mendaftarkan diri pada

fakultas perguruan tinggi tertentu). Tujuan akhir ialah supaya orang

mampu mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri,

mempunyai pandangan sendiri, dan menanggung sendiri

konsekwensi/resiko dari tindakannya. Diharapkan supaya orang yang

dibimbing sekarang ini akan berkembang lebih lanjut semakin

memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri.65

Dengan memperhatikan tujuan bimbingan dan penyuluhan yang

dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat diformulasikan bahwa

bimbingan dan penyuluhan dilakukan dengan tujuan supaya orang yang

dibimbing dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan optimal.

Perkembagan optimal yaitu perkembangan yang sesuai potensi dan

sistem nilai baik dan buruk.

c. Ruang lingkup bimbingan dan penyuluhan

Layanan bimbingan di sekolah mempunyai lingkup yang cukup

luas. Lingkup bimbingan di sekolah dapat ditinjau dari berbagai segi,

yaitu dari segi fungsi, sasaran,layanan, dan masalah.

a. Segi Fungsi

Ditinjau dari segi fungsinya, bimbingan disekolah berfungsi untuk

(1) pencegahan, (2) pengembangan, (3) penyaluran, (4)

penyesuaian, dan (5) perbaikan.

b. Segi sasaran

65 WS. Winkel. Op.Cit. Hlm. 21

29

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Dari segi sasarannya, layanan bimbingan di sekolah, diperuntukan

bagi seluruh siswa.

c. Segi layanan

Ditinjau dari segi layanan yang diberikan di sekolah, layanan

bimbingan dapat mencakup layanan-layanan berikut.

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan suatu bentuk layanan dalam

pengumpulan, pengolahan, dan penghimpunan berbagai

informasi dan data tentang siswa dan latar belakangnya.

Tujuannya adalah untuk memperoleh data objektif dan

selengkap-lengkapnya tentang individu siswa dan

lingkungannya.

2. Orientasi dan penyajian informasi

Orientasi dan penyajian informasi merupakan suatu bentuk

layanan dalam memberikan sejumlah informasi kepada siswa.

Tujuan layanan ini agar siswa memiliki informasi tentang

dirinya maupun lingkungannya.

3. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan suatu bentuk layanan kepada siswa

yang menghadapi masalah pribadi melalui tekhnik penyuluhan

dan tekhnik pemberian bantuan yang lain.

4. Penempatan

Penempatan merupakan suatu bentuk layanan untuk membantu

siswa agar memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi

yang dimilikinya, misalnya penempatan seseorang dalam

kelompok belajar, program/penjurusan atau studi sambungan.

5. Alih tangan

Alih tangan merupakan suatu bentuk layanan untuk

melimpahkan kepada pihak lain yang lebih berkompeten

apabila masalah yang dihadapi diluar kemampuan dan

kewenangan petugas pemberi bantuan.

30

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

6. Penilaian dan tindak lanjut

Penilaian dan tindak lanjut merupakan suatu bentuk layanan

untuk keberhasilan upaya bimbingan yang telah diberikan.

Secara otomatis layanan ini dapat berfungsi untuk menilai

keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan.

d. Segi masalah

Ditinjau dari segi masalah yang dihadapi para siswa bimbingan

disekolah mencakup tiga (3) hal berikut:

1. Bimbingan pendidikan

Bimbingan pendidikan merupakan upaya bimbingan dalam

membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-

masalah pendidikan, misalnya pengenalan kurikulum,

pemilihan program jurusan, studi sambungan dan cara belajar.

2. Bimbingan karier

Bimbingan karier adalah upaya bantuan dalam pemahaman

diri, pemahaman nilai-nilai, pemahaman lingkungan, mengatasi

hambatan, dan perencanaan masa depan.

3. Bimbingan sosial-pribadi-emosional

Bimbingan sosial-pribadi-emosional merupakan usaha

bimbingan dalam membantu menghadapi dan memecahkan

masalah sosial-pribadi-emosional, seperti penyesuaian diri,

menghadapi konflik dan pergaulan.

3. Kriteria Keberhasilan Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan

Indikator keberhasilan pelayanan bimbingan dan penyuluhan kepada

peserta dapat dilihat dari perubahan tingkah laku atau sikap peserta yang

telah mendapat pelayanan, ialah bahwa peserta yang bersangkutan dapat:

a. Menerima diri sendiri, baik mengenai kekuatan-kekuatannya, maupun

kelemahan-kelemahannya, sehingga dapat membuat rencana,

menentukan cita-cita, dan membuat keputusan-keputusan yang realistis.

31

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

b. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai dunia

sekitarnya, sehingga dapat memperoleh tingkah sosial dalam pergaulan

dalam kehidupan masyarakat.

c. Memahami dan memecahkan masalahnya sendiri.

d. Memilih secara tepat dan menyelesaikan program studi secara berhasil,

sesuai dengan kemampuannya.

e. Memilih pendidikan lanjutan secara tepat sesuai dengan kemampuan

bakat dan minatnya.

f. Memperoleh bantuan dan pelayanan dari orang-orang atau badan-badan

di luar sekolah untuk memecahkan masalah yang tidak dapat

dipecahkan dengan pelayanan langsung dari sekolah.66

4. Petugas Bimbingan dan Penyuluhan ( Conseling)

Menurut W.S. Winkel petugas Bimbingan dan Konseling adalah

sebagai berikut:67

a. Tenaga ahli

Yang dimaksud tenaga ahli adalah tenaga yang mendapat pendidikan

khusus dalam Bimbingan dan Penyuluhan; secara ideal berijazah

sarjana dari FIP IKIP, jurusan Bimbingan dan Penyuluhan (BP) atau

jurusan yang sejenis. Tenaga ini bukanlah pengajar vak keahlian,

meskipun dia diangkat menjadi tenaga tetap di sekolah. Tenaga ini

dapat disebut “full-time guidance counselor”, karena seluruh waktu

dan perhatiannya dicurahkan pada pelayanan bimbingan dan karena

dialah menjadi penyuluh utama di sekolah.

b. Guru penyuluh atau guru pembimbing (Teacher Counselor)

Teacher Counselor adalah seorang guru yang dipilih diantara guru-

guru untuk memperoleh keahlian tambahan dalam bidang bimbingan;

pilihan itu terjadi berdasarkan tipe kepribadian, minat terhadap

bimbingan, sikap dalam bergaul dengan murid yang mirip dengan

66 Koestoer Partowisastro, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, ( Jakarta ; Erlangga,

1982), hlm. 97 67 Ibid, hlm. 48

32

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

sikap seorang ahli bimbingan, kemampuan untuk mengikuti penataran

dengan sukses.

Tugas tenaga semacam ini tergantung dari adanya/ tidak adanya

tenaga bimbingan di sekolah. Kalau ada tenaga ahli, teacher counselor

membantu tenaga ahli dalam memberikan bimbingan, khususnya

dalam pengumpulan data, penyebaran informasi kepada murid melalui

bimbingan kelompok dan dalam wawancara penyuluhan.

c. Guru-guru biasa (guru vak)

Yang dimaksud guru biasa ialah tenaga pengajar tetap yang

diikutsertakan dalam program bimbingan yang telah direncanakan

oleh koordinator. Beberapa jenis pelayanan bimbingan dapat

disalurkan melalui badan guru-guru; dengan demikian para guru tidak

berpindah status menjadi tenaga bimbingan dan juga tidak merangkap

seperti teacher counselor. Dengan demikian mereka pada saat-saat

tertentu bertindak sebagai pembimbing atau memberikan bantuan

kepada tenaga ahli bimbingan. Pada umumnya boleh dikatakan bahwa

sumbangan guru biasa terhadap program bimbingan merupakan

intensifikasi dari tugas mereka sebagai pengajar dan pendidik.

Bimo Walgito menyebutkan bahwa supaya pembimbing dapat

menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:68

1. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup

luas, baik segi teori maupun segi praktik. Segi teori merupakan hal

yang penting karena segi inilah merupakan landasan dalam praktik.

2. Di dalam segi psikologik, seorang pembimbing telah cukup dewasa

dalam segi psikologiknya, yaitu adanya kemantapan atau kestabilan

di dalam psikologiknya, terutama dalam segi emosi.

68 Bimo Walgito, Op. Cit. Hlm. 30-31

33

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

3. Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya. Bila

jasmani maupun psikisnya tidak sehat hal ini akan mengganggu

tugasnya

4. Seorang pembimbing harus mempunyai sikap kecintaan terhadap

pekerjaannya dan juga terhadap anak atau individu yang

dihadapinya. Sikap ini akan membawa kepercayaan diri anak. Sebab

tanpa adanya kepercayaan dari klien tidaklah mungkin pembimbing

akan dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang cukup baik,

sehingga dengan demikian dapat diharapkan adanya kemajuan di

dalam usaha bimbingan dan penyuluhan ke arah keaadaan yang

lebih sempurna demi untuk kemajuan sekolah.

6. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak hanya terbatas pada

sekolah saja, maka seorang pembimbing harus bersifat supel, ramah

tamah, sopan santun di dalam segala perbuatannya, sehingga seorang

pembimbing akan mendapatkan kawan yang sanggup bekerja sama

dan memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.

7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sefat-sifat yang dapat

menjalankan prinssip-prinsip serta kode-kode etik dalam bimbingan

dan penyuluhan dengan sebaik-baiknya.

5. Bidang-bidang Bimbingan dan Penyuluhan ( Conseling)

Pelayanan bimbingan dan penyuluhan (Conseling) di sekolah

merupakan kegiatan yang sistematis, terarah dan berkelanjutan. Oleh

karena itu pelayanan bimbingan dan penyuluhan selalu memperhatikan

karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum, dan peserta didik. Bidang-

bidang bimbingan dan penyuluhan secara umum adalah sebagai berikut:69

a. Bidang bimbingan pribadi

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan

konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi

69 Hallen A, Op. Cit, hlm. 77

34

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap

dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Bidang bimbingan pribadi

ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

1. Penanaman dan pemantapan sikap dan kebiasaan serta

pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

2. Penanaman dan pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan

pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif, produktif,

baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranan dimasa

depan.

3. Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat

pribadi serta penyaluran dan pengembangan melalui kegiatan-

kegiatan yang kreatif dan produktif.

4. Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri

dan usaha-usaha penanggulangannya.

5. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan

6. Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan

keputusan yang telah diambilnya.

7. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat,

baik secara rohaniah maupun jasmaniah.

b. Bidang bimbingan sosial

Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan

konseling di sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan

berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti,

tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bidang ini dirinci

menjadi pokok-pokok berikut:

1. Pengembangan dan pemantapan kemampuan berkomunikasi baik

melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.

2. Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan

sosial, baik dirumah, disekolah maupun dimasyarakat dengan

35

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

menjunjung tingggi tata krama, sopan santun serta nilai-nilai agama,

adat, peraturan dan kebiasaan yang berlaku.

3. Pengembangan dan pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis

dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di

sekolah lain, diluar sekolah maupun dimasyarakat pada umumnya.

4. Pengenalan, pemahaman dan pemantapan tentang peraturan,

kondisi dan tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan serta upaya

dan kesadaran untuk melaksanakannya secara dinamis dan

bertanggungjawab.

5. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat

serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.

6. Orientasi tentang hidup berkeluarga.

c. Bidang bimbingan belajar

Dalam bidang bimbingan belajar. Pelayanan bimbingan dan konseling

membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan

sikap kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan

keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

tekhnologi dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk

melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun

ke lapangan pekerjaan tertentu. Bidang bimbingan ini memuat pokok-

pokok materi berikut:

1. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari

informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan

nara sumber lainnya, mengembangkan keterampilan belajar,

mengerjakan tugas-tugas pelajaran dan menjalani program

penilaian hasil belajar.

2. Pengembangan dan pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik

secara mandiri maupun kelompok.

3. Pemantapan penguasaan materi program belajar disekolah sesuai

dengan perkembangan ilmu, tekhnologi dan kesenian.

36

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

4. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial

budaya yang ada disekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat

untuk pengembangan pengetahuan dan kemapuan serta

pengembangan pribadi.

5. Orientasi dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi,

pendidikan tambahan.

d. Bidang bimbingan karir

Dalam bidang bimbingan karir, pelayanan bimbingan dan

konseling ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan

memantapkan pilihan karir. Bidang ini memuat pokok-pokok berikut:

1. Pengenalan terhadap dunia kerja dan usaha untuk memperoleh

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2. Pengenalan dan pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan

kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.

3. Pengembangan dan pemantapan informasi tentang kondisi, serta

latihan kerja, jenis-jenis pekerjaan tertentu, serta latihan kerja sesuai

dengan pilihan karier.

4. Pemantapan cita-cita karier sesuai dengan bakat, minat dan

kemampuan, serta pemantapan sikap positif dan obyektif terhadap

pilihan karir.

6. Pendekatan dalam Bimbingan dan Penyuluhan ( Conseling)

Pada umumnya tekhnik-tekhnik yang digunakan dalam bimbingan

mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok dan

pendekatan secara individuil. Pendekatan secara kelompok disebut

bimbingan kelompok (group guidance) dan pendekatan secara individual

disebut individual counseling atau penyuluhan individuil.70

a. Bimbingan Kelompok

70 I. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung; CV. Ilmu, 1975),

hlm.106

37

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Tekhnik ini dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok

murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan

kelompok. Masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok atau

bersifat individuil yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota

kelompok. Dengan demikian penyelenggaraan bimbingan kelompok

mungkin dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama

atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan

menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok. Beberapa bentuk

khusus tekhnik bimbingan kelompok yaitu;

1. Home room program

yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar

guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat

membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas

dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam

pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.

Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi

yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat

mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Atau dengan perkataan

lain home rome ini ialah membuat suasana kelas seperti dirumah.

Dalam kesempatan itu diadakan tanya jawab, merencanakan suatu

kegiatan, menampung pendapat dan sebagainya. Program home

room ini dapat diadakan secara periodik (berencana) atau dapat pula

dilakukan sewaktu-waktu.

2. Karyawisata atau field trip

Karyawisata atau fieldtrip disamping berfungsi sebagai kegitan

rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah

satu tekhnik dalam bimbingan kelompok. Dengan karya wisata

murid mendapat kesempatan meninjau obyek-obyek yang menarik

dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari obyek itu.

Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan untuk

memperoleh penesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya

38

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

berorganisasi, kerjasama, rasa tanggungjawab, percaya pada diri

sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-citanya.

3. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok merupakan sutau cara dimana murid-murid akan

mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama.

Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran

masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.

4. Kegiatan kelompok

Kegiatan kelompok dapt merupakan tekhnik yang baik dalam

bimbingan, karena kelompok memberikan kesemptan kepada

individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak

kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam

kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan menalurkan

dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegiatan kelompok.

Dengan kegiatan ini setiap anak mendapat kesempatan untuk

menyumbangkan pikirannya. Juga dapat mengembagkan rasa

tanggung jawab.

5. Organisasi murid

Organisasi murid baik dalam lingkungan sekolah maupun diluar

sekolah, dapat merupakan salah satu tekhnik dalam bimbingan

kelompok. Melalui organisasi ini banyak masalah-masalah yang

sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam

organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal

berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan murid dalam

organisasi murid dapat mengembangkan bakat kepemimpinan

disamping memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.

6. Sosiodrama

Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tekhnik didalam

memecahkan masala-masalah sosial dengan melalui kegiatan

bermain peranan. Di dalam sosiodrama ini individu akan

memerankan suatu peranan tertentu dari suatu situasi masalah

39

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

sosial. Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara

langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari pementasaan itu

kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan

masalahnya.

7. Psikodrama

Jika sosiodrama merupakan tekhnik untuk memecahkan masalah-

masalah sosial, maka psikodrama adalah tekhnik untuk memecahkan

masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan

memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang

ada dalam dirinya dapat dikurang atau dihindarkan. Kepada

sekelompok murid dikemukakan suatu ceritera yang didalamnya

tergambarkan adanya suatu ketegangan psychis yang dialami

individu. Kemudian murid-murid diminta untuk memainkan dimuka

kelas. Bagi murid-murid yang mengalami ketegangan, permainan

dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.

b. Penyuluhan individuil (Individual Counseling)

Counseling atau penyuluhan merupakan salah satu tekhnik

pemberian bantuan secara indiviuil dan secara langsung berkomunikasi.

Dalam tekhnik ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan yang

bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang

dilaksanakan dengan wawancara antar counselor dengan kasus. Masalah

yang pecahkan melalui tekhnik counseling ini ialah masalah-masalah

yang sifatnya pribadi.

Dalam counseling counselor bersikap penuh simpati dan empati.

Simpati artinya menunjukan adanya sikap turut merasakan apa yang

sedang dirasakan oleh kasus (counselee). Dan empati artinya berusaha

menempatkan diri dalam situasi diri counselee dengan segala masalah

yang dihadapinya. Dengan sikap ini counselee akan memberikan

kepercayaan yang sepenuhnya kepada counselor. Dan ini sangat

membantu keberhasilan dalam counseling.

40

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Pada umumnya dikenal ada tekhnik khusus dalam counseling

yaitu;

1. Directif counseling, yaitu tekhnik counseling dimana yang

paling berperan ialah counselor; counselor berusaha

mengarahkan counselee sesuai dengan masalahnya.

2. Non-directif counseling, tekhnik ini kebalikan dari tekhnik

diatas, yaitu semuanya berpusat pada counselee. Counselor

hanya menampung pembicaraan, yang berperan adalah

counselee. Counselee bebas bicara sedangkan counselor

menampung dan mengarahkan.

3. Electif counseling, yaitu campuran dari kedua tekhnik diatas.

Maksudnya counselor dapat menggunakan kedua tekhnik diatas

sesuai dengan situasi dan kondisi yang terbaik bagi counsele.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa counselor

dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dapat menggunakan

dua pendekatan yaitu pendekatan bimbingan kelompok dan pendekatan

counseling individuil. Kedua pendekatan tersebut dapat digunakan

sesuai dengan tingkat masalah yang dimiliki kasus, situasi maupun

kondisi kasus.

B. Kedisiplinan Peserta Didik Pada Norma Sekolah

1. Pengertian Kedisiplinan

Secara terminologi kata kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang

mendapatkan awalan ke- dan akhiran -an yang mempunyai arti ketaatan

(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib.71

Sedangkan definisi disiplin secara istilah yang dikemukakan para

ahli misalnya; Suryono Sukanto menyebutkan istilah disiplin dikaitkan

dengan keadaan yang tertib. Artinya suatu keadaan dimana perikelakuan

atau tingkah laku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah

71 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit., hlm. 664

41

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

ditetapkan lebih dahulu.72 Suharsimi Arikunto mendefinisikan disiplin

menjadi sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang

terhadap bentuk-bentuk aturan.73

Sedangkan Thomas Gordon memberikan pemahaman tentang

disiplin sebagai perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan

ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan.74 Jadi adanya tata

tertib supaya dapat di jalankan dengan baik memerlukan proses latihan.

Dari pendapat para ahli mengenai definisi disiplin diatas, maka

dapat diformulasikan bahwa kedisiplinan merupakan suatu perbuatan atau

tingkah laku yang menunjukan sikap patuh atau taat pada suatu peraturan

atau tata tertib yang telah ditetapkan melalui latihan. Atau dengan kata lain

disiplin itu berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-

bentuk aturan.

Dari definisi tersebut terkandung prinsip-prinsip sebagai berikut;

a. Perilaku baik yang selalu mengikuti aturan atau norma

b. Aturan, norma dan kaidah baik yang berasal dari Tuhan, manusia,

maupun masyarakat yang dijadikan sebagai pedoman.

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Kedisiplinan

a. Dasar Pembinaan Kedisiplinan

Sebagai manusia kita pasti tahu dan bahkan mengalami bahwa

manusia tidak bisa hidup sendirian, namun manusia sebagai makhluk

sosial akan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Dalam interaksi itu

manusia terikat oleh suatu peraturan atau norma atau tata tertib yang

mengatur perilakunya. Maka manusia dituntut wajib mengikuti

peraturan atau norma-norma yang mengatur cara hidupnya dimana ia

tinggal.

72 Suryono Sukanto, Memperkenalkan Sosiologi, ( Jakarta; Rajawali, 1988), hlm.55 73 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta; Rineka

Cipta,1993),hlm. 114 74 Thomas Gordon, Terj. S. Suprayitna dan Amitya Kumara, Mengajarkan Anak

Berdisiplin Diri Di Rumah Dan Di Sekolah, (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm. 3

42

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Dalam mengikuti peraturan tersebut diperlukan sikap disiplin

yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebab, tanpa adanya kesadaran

bersikap disiplin pada setiap individu, dapat menimbulkan

ketidakteraturan dalam hidup. Disiplin merupakan faktor yang sangat

penting dalam kehidupan baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat. Di sekolah disiplin juga sangat diperlukan karena akan

mendukung keberhasilan proses belajar mengajar.

Hal Ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rudolf Dreikurs

bahwa disiplin merupakan titik pusat dalam pendidikan. Menurutnya

dalam proses belajar mengajar tanpa disiplin tidak akan ada

kesepakatan antara guru dan murid, dan hasil pelajaran pun

berkurang.75 Disiplin sekolah apabila diterapkan dengan baik, konsisten

dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku

peserta didik.

Oleh karena itu sekolah perlu mengupayakan situasi dan kondisi

yang bisa membantu anak dalam mengembangkan disiplin diri.

Menurut Sochib upaya untuk mengembangkan didiplin diri bisa

dilakukan dengan mengundang anak-anak untuk mengaktifkan diri

dengan nilai-nilai moral untuk memiliki dan mengembangkan dasar-

dasar disiplin diri. Upaya tersebut menunjukan perlu adanya posisi dan

tanggung jawab dari orang tua. Karena orang tua berkewajiban

meletakan dasar-dasar disiplin diri kepada anak bersama sekolah dan

masyarakat dikembangkan disiplin diri itu.76

Sekolah sebagai kepanjangan tangan dari orang tua peserta didik

sudah sewajarnya memberi pembinaan dengan kedisiplinan. Karena

disiplin yang sudah ada pada diri peserta didik akan dapat terwujud

dengan baik apabila dibina sejak dini, sejak usia muda, dimulai dari

lingkungan keluarga, melalui pendidikan dan tertanam sejak usia muda.

75 Rudolf Deikurs dan Pearl Cassel, Disiplin Tanpa Hukuman, (Bandung; Remaja Karya,

1986), hlm. 6 76 Moh. Sochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin

Diri, (Jakarta; Rineka Cipta, 1998), hlm.11

43

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Dengan pembinaan yang lama, maka disiplin akan menyatu kuat dalam

dirinya dengan bertambahnya usia.77

Pembinaan kedisiplinan anak dilakukan mulai dari kecil karena

perilaku dan sikap disiplin seseorang terbentuk tidak secara otomatis,

namun melalui proses yang panjang dan tidak dibentuk dalam waktu

yang singkat. Disiplin dalam Islam sangat dianjurkan untuk selalu

diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Anjuran ini secara

implisit tertuang didalam Al-Qur-an surat Al-Ashr ayat 1-3:

ا و ن امن يذ الالا )2( رس خيف لانسنال انا) 1( رصلع او-1: العصر (ربا لصاب وا صوتوPالP قلحاابواصوت وحتلواالص لمعو3(

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.78

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa Allah menyuruh kepada

manusia supaya dapat memanfaatkan waktu dengan baik, yaitu tidak

menyia-nyiakan waktu yang tersedia dengan melakukan perbuatan

yang tidak bermanfaat. Ini menunjukan bahwa Allah menyuruh

manusia untuk berlaku disiplin dalam menggunakan waktu yang

tersedia. Namun, perintah disiplin tersebut tidak terbatas dalam aspek

waktu saja, akan tetapi disiplin yang diaktualisasikan dalam segala

aspek kehidupan.

b. Tujuan pembinaan kedisiplinan

Setiap perbuatan manusia mempunyaai tujuan-tujuan tertentu.

Sedangkan tujuan dari disiplin menurut para ahli adalah sebagai

77 Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Jakarta; Abadi, 1994),Cet. IV,

hlm. 17 78 Departemen Agama, Op.Cit., hlm. 1099

44

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

berikut; Menurut Ellen G. White disiplin memiliki tujuan sebagai

berikut;79

1. Pemerintahan atas diri.

2. Menaklukan kuasa kemauan.

3. Perbaiki kebiasaan-kebiasaan.

4. Hancurkan benteng setan.

5. Ajar menghormati orang tua dan Ilahi.

6. Penurutan atas dasar prinsip, bukan paksaan.

Emile Durkheim menyebutkan bahwa disiplin mempunyai

tujuan ganda: mengembangkan suatu keteraturan dalam tindak-tanduk

manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu yang sekaligus

membatasi cakrawalanya.80

Sedangkan Charles Schaefer membagi tujuan disiplin menjadi

2 (dua) yaitu tujuan dekat dan tujuan jangka lama. Tujuan dekat

disiplin adalah untuk membuat anak-anak terlatih dan terkontrol,

dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas

atau yang masih asing bagi mereka. Sedangkan tujuan jangka lama

dari disiplin ialah perkembangan dari pengendalian diri sendiri dan

pengarahan diri sendiri (self control dan self direction), yaitu dalam

hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh

dari luar. Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri

dengan berpedoman norma-norma yang jelas, standar-standar, dan

aturan-aturan yang sudah menjadi milik diri sendiri.81

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pembinaan

kedisiplinan adalah untuk menanamkan kesadaran kepada peserta

didik supaya dalam bertingkah laku berdasarkan nilai-nilai agama,

nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap

79 Ellen G. White, Mendidik dan Membimbing Anak,( Bandung; Indonesia Publishing

House, 1998), hlm. 213-214 80 Emile Durkheim, Op. Cit., hlm. 35 81 Charles Schaefer, Bagaimana Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak,( Medan;

Monora,1979), hlm. 9

45

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

hidup yang bermakna sehingga anak memiliki kepribadian baik dan

disiplin diri (self descipline).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

Disiplin yang terdapat pada setiap individu timbul bukan secara

otomatis, namun disiplin tumbuh dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi disiplin antara lain sebagai berikut;

Tulus Tu’u menyebutkan ada empat faktor yang mempengaruhi dan

membentuk disiplin (individu); mengikuti dan menaati aturan, kesadaran

diri, alat pendidikan, hukuman. Selanjutnya Tulus Tu’u menyebutkan

alasan faktor tersebut dapat mempengaruhi dan membentuk disiplin, alasan

tersebut sebagai berikut:82

1. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap

penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.

2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik

peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya.

3. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan

membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan

dan diajarkan.

4. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan

yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai

dengan harapan.

Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa pembentukan sikap

kedisiplinan yang dibawa dari lingkungan keluarga akan menjadi modal

besar bagi pembentukan sikap kedisiplinan dilingkungan sekolah.83

menurutnya keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap sikap dan

perilaku anak. Sikap anak yang disiplin biasanya tumbuh di lingkungan

keluarga yang penuh kasih sayang sebaliknya anak yang kasar atau keras

umumnya dalam keluarga memperlakukan jauh dari rasa kasih sayang.

82 Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, ( Jakarta; Grasindo,

2004), hlm. 48 83 Suharsimi Arikunto, Op.Cit. hlm. 119

46

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa tumbuhnya sikap disiplin

pada anak tidak terjadi secara instan atau mendadak. Namun, kedisiplinan

seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang paling banyak

berpengaruh adalah keluarga karena keluarga merupakan tempat dimana

anak mendapatkan pendidikan pertama kali. Kedua, pendidikan yang

diperoleh sekolah dan masyarakat seperti pembentukan kebiasaan, sikap

dan pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Ketiga, kewibawaan yang

dimiliki oleh pendidik baik orang tua atau guru. Keempat, orang yang

dijadikan sebagai contoh dalam sikap dan perilakunya.

4. Pendekatan dalam kedisiplinan

Disiplin yang tumbuh pada anak tidak muncul secara otomatis,

namun disiplin ada karena adanya suatu perbuatan yang dapat mendorong

kearah perilaku dan sikap tersebut. Perbuatan yang diarahkan untuk

tercapainya kesadaran anak untuk disiplin yang lebih baik memerlukan

pendekatan yang baik. Ada beberapa pendekatan disiplin yang

dikemukakan oleh para ahli.

Bambang Sujiono menyebutkan ada 2 pendekatan disiplin yaitu:84

a. Disiplin dengan paksaan (disiplin otoriter) yaitu pendisiplinan yang

dilakukan secara paksa, anak diharuskan mengikuti aturan yang telah

ditentukan. Apabila anak tidak melakukan perintah ia akan dihukum

dengan cara pemberian sanksi hukuman fisik, mengurangi pemberian

materi, membatasi pemberian penghargaan atau berupa ancaman

langsung dan tidak langsung.

b. Disiplin tanpa paksaan (disiplin permisif) yaitu disiplin yang

membiarkan anak mencari sendiri batasan.

Sedangkan Benyamin Spock menyebutkan disiplin ada 3 (tiga)

yaitu: disiplin otoriter, disiplin lunak, dan disiplin demokratik.85

84 Bambang Sujiono dkk, Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini , (Jakarta; PT Elex

Media Komputindo, 2005) hlm. 30 85 Benyamin Spock, terj. Wunan Jaya K. Liotohe, Raising Children In a Difficult Time

,(Jakarta; Gunung Jati, 1982), hlm.

47

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

a. Disiplin otoriter

Disiplin otoritarian hampir identik dengan pengendalian tingkah

laku berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri

seseorang. Pada pendekatan ini hukuman dan ancaman dapat dipakai

untuk memaksa, menekan, mendorong sesorang mematuhi dan

menaati peraturan.

Dengan pendekatan disiplin semacam ini, orang tidak

mempunyai kesempatan untuk tahu mengapa disiplin itu harus

dilakukan dan apa tujuan disiplin itu. Sehingga mereka melakukan

sesuatu tidak berdasarkan kesadaran sendiri, namun karena takut akan

adanya ancaman dan hukuman.

b. Disiplin lunak (permisif)

Dalam disiplin ini seseorang dapat bertindak menurut

keinginannya. Dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan

bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Seseorang

yang berbuat sesuatu dan ternyata membawa akibat melanggar norma

atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman.

Namun dengan pendekatan disiplin semacam ini orang dapat

berbuat semaunya tanpa kontrol dan kendali.

c. Disiplin demokratis

Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi

penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami

mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada.

Tekhnik ini menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi

atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau melanggar

tata tertib. Hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan,

mengoreksi, dan mendidik.

Beberapa bentuk disiplin diatas apabila diterapkan pada anak atau

peserta didik akan menghasilkan sifat dan tingkah laku anak yang berbeda.

Disiplin otoriter akan menjadikan anak patuh diwaktu ada pemimpin, anak

kurang kreatif, perhatian berkurang apabila tidak ada pemimpin. Sebaliknya

48

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

disiplin demokratis akan menjadikan anak patuh walaupun tidak ada

pemimpin, anak yang kreatif karena berani bertanya, mempunyai tanggung

jawab walaupun tidak ada pemimpin.

5. Bentuk-bentuk tindakan pendidikaan untuk membina kedisiplinan

peserta didik

Setiap pendidik dalam memberikan pembinaan terhadap anak

didiknya tidak bisa dilakukan dengan tindakan yang asal-asalan, sehingga

dengan tindakan yang asaal-asalan tersebut dapat mengakibatkan kesalahan

dalam pendidikan. Namun, dalam setiap aktivitas pendidikan di perlukan

tindakan pendidikan yang benar. Sehingga tujuan pendidikan yang akan di

capai dapat terwujud.

Tindakan pendidikan dalam upaya membina self discipline yang

dikemukakan oleh Charles Schaefer adalah sebagai berikut: 86

1. Mengalihkan jurusan (redirecting)

Mengalihkan jurusan adalah suatu metode untuk

mengalihkan dan mengarahkan kembali tenaga atau kegiatan

seseorang anak kepada suatu kegiatan lain, sebagai pengganti dari

kegiatan semula.

Tindakan ini dilakukan dengan tujuan supaya perhatian

seorang anak berpindah dari satu obyek atau jenis tingkah laku yang

tidak disenangi kepada suatu jenis kegiatan atau tingkahlaku yang

dikehendaki dan lebih sesuai dengan kehendak dengan harapan

bahwa jenis kegiatan yang baru atau sudah beralih itu, akan

menyebabkan minat anak-anak menjadi hilang kepada jenis tindakan

atau kegiatan semula.

2. Contoh teladan (modeling)

Teladan atau modeling adalah yang berhubungan dengan

contoh teladan dari orang tua untuk anak-anak, dengan perbuatan

dan tindakan-tindakannya sehari-hari. Contoh teladan dipandang

86 Charles Schaefer, Op.Cit. hlm. 18

49

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

lebih efektif untuk mendidik anak dari bahasa sendiri karena teladan

itu menyediakan isyarat-isyarat nonverbal yang karena berarti, yang

menyediakan suatu contoh yang jelas untuk ditiru.

Menurut Charles Schaefer bahwa anak-anak adalah peniru

yang terbesar didunia. Mereka terus menerus meniru apa yang

dilihat mereka dan menyimpan apa yang mereka dengar.87

Kebanyakan apa yang diketahui anak-anak tentang cara-cara

bertingkah laku yang pantas dimasyarakat, dipelajari mereka dengan

proses ini, yaitu dengan mencontoh dan menyimpan tingkah laku

dari orang yang lebih tua atau guru mereka. Pengaruh yang meresap

seperti ini, adalah lebih penting dari usaha-usaha orang tua yang

dilakukan secara lebih sadar dan sengaja, untuk mengajar dan

mempengaruhi anak-anak mereka.

Pentingnya teladan dari orang tua dan guru bagi anak didik

maupun peserta didik karena anak merupakan individu yang akan

selalu melihat apa yang tengah dilakukan orang tua atau pendidik,

dan secara berlahan mulai meniru dan berlaku seperti mereka hingga

jika anak itu akan membentuk mereka untuk menjadi orang yang

bersikap disiplin dan demikian pula sebaliknya.

3. Hadiah dan Ganjaran

Hadiah dapat juga digolongkan menjadi 2 yaitu yang bersifat

intrinsik dan ekstrinsik. Yang bersifat intrinsik, yaitu tindakan atau

perbuatan anak yang memuaskan dan memenuhi tujuan dan

kehendak anak. Atau yang bersifat extrinsik yaitu kepuasan atau

kesenangan yang berasal dari sumber-sumber luar, tegasnya dari

luar diri anak.

Tujuan jangka lama dari pemberian hadiah atau ganjaran ialah

untuk makin mengembangkan agar hadiah atau kesenangan itu lebih

bersifat intrinsik daripada bersifat extrinsik. Atau supaya sumber

kesenangan itu dalam melakukan sesuatu tindakan atau kelakuan itu

87 Ibid, hlm. 21

50

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

datang atau timbul dari perbuatan diri anak itu sendiri, dari pada

karena dipuji atau dihadiahi orang lain.

4. Perjanjian

Suatu perjanjian adalah suatu persetujuan formil yang tertulis

antara guru dan peserta didik. Suatu bentuk perjanjian khusus

dengan syarat-syarat dan hadiah-hadiah yang diberikan kepada

seorang anak, sesudah dia dalam bergantung kepada kebijaksanaan

dan pendapat guru.

Suatu perjanjian yang baik akan berisi tuntutan-tuntutan yang

pantas dan dapat dipenuhi oleh kedua belah pihak, sehingga tidak

ada satu pihak pun merasa diakal-akali.

5. Memuji

Memuji menunjukan harga atau nilai dari sifat-sifat mereka,

kesanggupan-kesanggupan atau prestasi-prestasi mereka. Pujian

menunjukan kepada peserta didik, bahwa guru menilai dan

menghargai perbuatan-perbuatan atau usaha-usaha mereka itu.

Pujian memberikan anak-anak perasaan berharga yang diperlukan,

perasaan kebolehan, dan kepercayaan terhadap diri.

6. Mengajak

Mengajak adalah suatu jalan untuk mempengaruhi anak-anak

untuk melakukan sesuatu dengan lebih membangkitkan perasaan

atau emosi mereka, dorongan-dorongan dan cita-cita mereka

daripada intelek atau pikiran mereka. Kerelaan anak-anak terhadap

ajakan atau persuasi itu adalah sukarela, dan berdasarkan

pertimbangan mereka, bahwa tingkahlaku tertentu akan dengan

sendirinya mempertinggi kebaikan mereka.

7. Meminta

Suatu permintaan berarti meminta seorang anak untuk

melakukan sesuatu buat orang yang meminta sebagai suatu

kemurahan atau kebaikan hati. Anak-anak atau peserta didik akan

bersedia untuk menuruti permintaan-permintaan, kalau orang

51

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

tersebut mempunyai suatu hubungan bersahabat dan positif dengan

anak-anak.

8. Peringatan atau isyarat

Ada beberapa kejadian-kejadian dalam usaha mendidik anak

atau peserta didik, dimana perlu untuk memberi peringatan atau

isyarat-isyarat kepada seorang anak, untuk memulai suatu

tingkahlaku yang diingini atau menghentikan sesuatu perbuatan

yang tidak pantas. 88

9. Membangun rutin dan kebiasaan

Pada dasarnya manusia dilahirkan atas dasar fitrah, yaitu

dengan naluri Tauhid dan Iman kepada Allah, namun dalam

kehidupan anak akan terbentuk kepribadian dan keyakinannya oleh

lingkungan.anak adalah amanah Allah bagi kedua orangtuanya.

Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya, jika

dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang maka akan

celakalah anak itu, sedang memeliharanya adalah dengan upaya

pendidikan dan mengajarinya akhlak yang baik.

Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting

sekali, terutama bagi anak-anak karena pembiasaan bisa dimulai dari

awal lingkungan peserta didik yaitu keluarga. Oleh karena itu,

sebagai permulaan dan sebagai pangkal pendidikan, pembiasaan

merupakan alat satu-satunya. Pembiasaan yang baik penting artinya

bagi pembentukan watak anak-anak, dan juga akan terus

berpengaruh kepada anak-anak sampai hari tuanya. 89

10. Hukuman

Hukuman berarti suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang

ditimpakan kepada orang yang berbuat salah. Sehingga dapat

menyebabkan orang tidak senang, karena hukuman dapat

menimbulkan kehilangan, kesakitan, atau penderitaan.

88 Ibid, hlm. 60 89 Ibid, hlm. 73

52

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

C. Norma Sekolah

1. Pengertian Norma Sekolah

Untuk mengetahui pengertian norma sekolah, lebih dahulu penulis

perlu untuk menjelaskan pengertian norma. Para ahli dalam memberikan

definisi mengenai norma antara satu dengan lainnya berbeda–beda tetapi

intinya sama. Kartini Kartono mendefinisikan norma sebagai aturan,

ukuran, pokok kaidah, patokan yang dijadikan panutan bagi tingkah laku

manusia, guna menjamin keselamatan, ketentraman, dan kesejahteraan.90

Definisi tersebut memberikan makna bahwa norma merupakan aturan yang

dijadikan pedoman tingkah laku manusia supaya hidupnya selamat,

tentram dan sejahtera.

Menurut Alvin Bertrand, norma adalah tingkah laku yang diterima

atau diperlakukan dalam keadaan tertentu. Norma mencerminkan aturan

permainan, atau dengan kata lain menentukan patokan bertingkah laku, dan

menilai perbuatan.91 Sedangkan menurut Sherif, norma adalah pengertian

umum yang seragam antara anggota kelompok mengenai cara-cara

bertingkah laku yang patut dilakukan oleh anggota kelompok apabila

mereka berhadapan dengan situasi yang bersangkut paut dengan kehidupan

kelompok.92 Definisi dari Sherif ini dapat dipahami bahwa norma

merupakan cara-cara tingkah laku yang dijadikan pedoman dalam

kelompok.

Dari definisi norma diatas dapat diambil kesimpulan bahwa norma

sekolah adalah pedoman atau standar tingkah laku manusia di sekolah

yang berfungsi untuk keselamatan, kesejahteraan dan ketentraman yang

sebelumnya telah disepakati bersama dan apabila dilanggar akan dikenai

sanksi bagi pelanggarnya.

90 Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung; CV. Mandar Maju,

1992), Cet. I, hlm. 95 91 Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikaan, (Jakarta; PT. Renika Cipta, 2000), hlm. 25 92 Ibid, hlm. 25

53

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

2. Sekolah dan Sosialisasi Norma

Masa perubahan seorang anak dari keadaannya sebagai makhluk

biologis menjadi makhluk sosial pada tahun-tahun pertama dari

kehidupannya di dunia merupakan proses yang sangat penting.

Pada mulanya anak yang dilahirkan di dunia merupakan makhluk

yang bersih. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya anak akan

melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Manusia yang ada di

sekitarnya, akan membentuk anak tadi seolah-olah seperti sehelai kertas

putih bersih yang kemudian ditulisi dengan kata-kata dan kalimat.

Demikian juga yang terjadi di sekolah anak yang pertama kali masuk

sekolah pada mulanya masih belum tahu apa-apa. Setelah berinteraksi baik

dengan guru maupun dengan teman lainnya, anak akan mengetahui dan

memperoleh tentang sesuatu. Anak di sekolah akan mengerti berbagai ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai hidup yang di dapat dari proses interaksi

tersebut.

Anak bisa tahu berbagai ilmu pengetahuan tersebut karena adanya

transfer ilmu pengetahuan dari guru. Interaksi dalam pendidikan

merupakan proses sosialisasi karena disekolah terjadi internalisasi nilai-

nilai atau norma-norma. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Vebrianto yang menyatakan bahwa sekolah merupakan tempat yang

secara formal sebagai tempat sosialisasi.93 Pendapat ini diperkuat oleh

Nana Syaodih yang menyatakan bahwa pendidikan pada dasarnya

merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai

tujuan pendidikan.94 Jadi tujuan pendidikan dicapai dengan cara

mensosialisasikan berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan kepada

peserta didik melalui interaksi.

Sosialisasi secara umum dimengerti sebagai proses dimana warga

masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, mentaati dan menghargai

norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Secara

93 St. Vebrianto, Sosiologi Pendidikan, ( Jakarta; Gramedia, 1993), hlm. 73 94 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung; Remaja

Rosdakarya, 2003), hlm.3

54

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

khusus sosialisasi mencakup suatu proses dimana warga masyarakat

mempelajari kebudayaannya, belajar mengendalikan diri serta mempelajari

peranan-peranan dalam masyarakat.95 Dengan demikian dapat dipahami

bahwa sosialisasi merupakan pemberitahuan mengenai pranata yang lebih

teratur dan bertanggung jawab terhadap penyampaian cara-cara bertindak

dan berpikir yang diterima oleh masyarakat di sekitarnya.

Dalam proses sosialisasi, individu akan mendapatkan pengawasan,

pembatasan, atau hambatan dari manusia lain atau masyarakat. Tetapi

individu juga mendapatkan bimbingan, dorongan, stimulasi, dan motivasi

dari manusia lain atau masyarakatnya. 96 Jadi dalam proses sosialisasi itu

individu bersikap reaktif maupun kreatif terhadap pengaruh individu lain

atau masyarakatnya.

Pendidikan sebagai usaha untuk menyiapkan peserta didik supaya

dapat hidup di masyarakat dengan baik akan memuat gambaran tentang

nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan mengandung

normasisasi yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi

tidak bertentangan dengan hakekat perkembangan peserta didik serta dapat

diterima untuk masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.97

Sekolah sebagai tempat pendidikan perlu mengembangkan norma-

norma kehidupan. Hery Noor Aly dan Munzier menyebutkan bahwa

norma sekolah yang perlu dikembangkan adalah; norma pertama,

kesepakatan mendasar tentang urgensi aturan dan arah bagi sekolah dengan

pandangan bahwa sekolah merupakan pranata sosial. Norma kedua, ialah

pengakuan terhadap hak dan kewajiban yang mengatur hubungan tenaga-

tenaga kependidikan didalam sekolah dan seluruh sistem persekolahan.98

95 Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi tentang Pribadi dalam Masyarakat, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, tth), hlm. 140 96 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hlm.162 97 Umar Tirtarahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta; Renika Cipta, 2000),

hlm. 37 98 Hery Noor Aly dan H. Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta; Friska Agung

Insani, 2003), hlm. 179

55

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Senada dengan itu Retno Sri Ningsih Satmoko secara umum

menyatakan bahwa norma-norma dan nilai-nilai yang perlu dikembangkan

kepada manusia Indonesia adalah nilai-nilai universal yang diakomodasi,

diadaptasi dalam nilai-nilai khas yang terkandung dalam budaya bangsa.

Artinya nilai-nilai yang terkandung dalam pikiran–pikiran, ide-ide, gagasan

yang terbukti baik dan berguna untuk menyelenggarakan hubungannya

dengan sesama manusia terus dihayati, diamalkan dan kemudian dalam

proses hidup bermasyarakat mengendap, mengkristal sehingga terbentuk

suatu sistem nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.99

Nilai budaya yang menjadi pedoman tingkah laku manusia Indonesia

dan masyarakat Indonesia menurut Soegeng Prijodarminto pada

umumnya dapat dikelompokan menurut nilai-nilai dasar berikut:100

1. Nilai dasar yang terkandung dalam pancasila dan UUD 1945

adalah merupakan sumber utama bagi pembentukan sistem nilai-

nilai lain. Setiap perilaku manusia dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara harus berpedoman pada sistem nilai dasar tersebut.

2. Norma atau kaidah atau yang lazim di namakan adat istiadat

(costum), yang memberikan pedoman tingkah laku masyarakat

dengan budaya tertentu.

3. Peraturan tertulis atau hukum kebiasaan yang memberikan

pedoman dalam kegiatan manusia diberbagai bidang kehidupan

manusia.

4. Adat atau kebiasaan sebagai aturan yang tidak tertulis yang

mengatur tingkah laku manusia, orang perorang.

Dalam Islam norma yang perlu dikembangkan adalah nilai-nilai

agama yang mengandung kebaikan bagi umat Islam yang bersumber dari

al-Qur’an dan Al-Hadits. Al-Qur’an dan Al-Hadits merupakan sumber

ajaran moral atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria

99 Retno Sriningsih Satmoko, Landasan Kependidikan Pengantar Kearah Ilmu Pendidikan

Pancasila, (Semarang; IKIP Semarang Press, 1999), 31 100 Soegeng Prijodarminto, Op. Cit., hlm. 25

56

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

baik dan buruknya sesuatu perbuatan. Sesuai firman Allah dalam Al-Quran

surat Al- Maidah ayat 15:

بتلك ان منوفخ تمتنا آمم ا ريث آمك لنيبا ينلوس رمآاء جد قبتلك الهيا )15: الما ئد ة (نيب مبتآ ورو ن اهللان ممآاء جد قPقلىPريث آ نا عوفعيو

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rosul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) di biarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan .101(Q.S. Al-Maidah: 15)

Di sekolah norma-norma yang berlaku akan berfungsi baik apabila

guru/pendidik sebagai pelaksana pendidikan berperan serta ikut membina

dan mengawal peserta didik dengan menginternalisasi nilai-nilai moral

yang bersumber dari nilai-nilai agama kedalam norma-norma sekolah.

Sehingga dalam lingkungan muslim yang berkembang dalam kehidupan

sehari-hari adalah norma yang berkarakter islami.

Norma, nilai dan kaidah yang terkandung dalam pancasila tersebut

harus diusahakan manunggal dan menjadi bagian yang integral dalam

pribadi setiap manusia Indonesia. Dengan kata lain, norma, nilai dan

kaidah-kaidah tersebut harus menjadi milik pribadi manusia Indonesia.

Penghayatan dan personifikasi atas norma-norma, nilai dan kaidah sosial

ini amat penting dalam rangka kepentingan diri manusia sebagai pribadi,

agar dia dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.

3. Norma-norma sekolah

Pada setiap lingkungan kehidupan manusia terdapat peraturan atau

norma-norma yang berlaku untuk mengatur aktivitas hidup masyarakat.

Demikian juga di sekolah, kegiatan belajar dapat berjalan lancar apabila

ada norma-norma yang berlaku disekolah. Norma-norma dalam kelompok

sosial biasanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk cara, kebiasaan, tata

kelakuan dan adat istiadat, kepercayaan dan bahasa.

101 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 161

57

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

a. Norma cara berbuat (Usage)

Norma cara menunjuk pada suatu perbuatan. Cara lebih banyak terjadi

pada hubungan-hubungan antar individu dalam kehidupan masyarakat.

Norma “cara” mempunyai kekuatan yang dapat dikatakan sangat lemah

dibanding norma yang lainnya. Lemahnya norma ini disebabkan karena

adanya sanksi yang ringan bagi pelanggarnya, seperti cemoohan atau

celaan dari individu lain yang dihubunginya. Perbuatan seseorang yang

melanggar norma (dalam tingkatan cara) tersebut dianggap orang lain

sebagai perbuatan yang tidak sopan. Di sekolah pelanggaran pada

norma ini misalnya; siswa meletakan kakinya diatas meja,

mengucapkan kata-kata kotor, berteriak di dalam kelas.

b. Kebiasaan atau perbuatan yang berulang-ulang (Folkways).

Kebiasaan adalah perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang

sama karena perbuatan itu disukai semua orang. Kebiasaan mempunyai

daya pengikat yang lebih kuat dibanding cara. Kebiasaan merupakan

suatu indikator kalau orang lain setuju atau menyukai perbuatan

tertentu yang dilakukan seseorang. Misalnya; kebiasaan masuk sekolah

pukul 07.00., kebiasaan shalat dhuhur berjamaah dan lain sebaginya.

Sanksi bagi pelanggarnya biasanya berupa teguran.

c. Tata kelakuan (mores)

Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang diakui oleh masyarakat

sebagai norma pengatur dalam setiap berperilaku. Tata kelakuan lebih

menunjukan fungsi sebagai pengawas kelakuan oleh kelompok

terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan mempunyai kekuatan

pemaksa untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu; jika terjadi

pelangaran, maka dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi berupa

pemaksaan terhadap pelanggarnya untuk kembali menyesuaikan diri

dengan tata kelakuan umum sebagaimana telah digariskan. Bentuk

hukuman biasanya dikucilkan oleh kelompok masyarakat sekolah dar

pergaulan, bahkan mungkin dikeluarkan dari sekolah. Contoh : Siswa

58

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

suka berkelahi, siswa suka meminta uang kepada temannya dengan

cara memaksa, mencuri.

d. Adat Istiadat (Custom)

Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang kekal serta yang

terintegrasi secara kuat dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat

meningkat kekuatan mengikatnya menjadi custom. Norma adat istiadat

mempunyai sanksi lebih keras. Anggota masyarakat yang melanggar

adat istiadat, akan mendapat sanksi hukum, baik formal maupun

informal. Sanksi hukum formal biasanya melibatkan alat negara

berdasarkan undang-undang yang berlaku dalam memaksa

pelanggarnya untuk menerima sanksi hukum. Misalnya; pemerkosaan,

pembunuhan, mengedarkan narkoba dan lain sebagainya. Sedangkan

sanksi hukum informal biasanya diterapkan dengan kurang atau bahkan

tidak rasional, yaitu lebih ditekankan pada kepentingan kelompok

masyarakat.

e. Kepercayaan (belief)

Norma kepercayaan merupakan keyakinan seseorang atau masyarakat

yang berhubungan dengan perintah dan larangan dari Tuhan. Sanksi

yang akan diterima apabila orang melakukan pelanggaran adalah

berupa dosa.

f. Bahasa

Bahasa merupakan simbol yang mempunyai frekuensi paling tinggi

sebagai alat komunikasi manusia. Kita bisa mengatakan bahwa kata-

kata merupakan simbol karena merupakan wakil dari sesuatu obyek,

peristiwa atau hal lain. Bahasa akan berfungsi baik apabila

disampaikan secara komunikatif dan santun. Apabila bahasa

disampaikan secara asal-asalan akan menyebabkan terjadinya

kesalahfahaman sehingga bisa menyebabkan persoalan yang menjurus

terjadinya tindak anarkisme.

Sekolah sebagai institusi pendidikan memiliki kewajiban

menyampaikan norma-norma diatas sesuai dengan yang berlaku di

59

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

masyarakat peserta didik. Artinya sekolah tidak diperkenankan

menyampaikan norma yang tidak sejalan dengan kehidupan masyarakat.

Di sekolah peraturan atau norma yang berlaku pada umumnya

diwujudkan dalam sebuah tata tertib sekolah. Tata tertib merupakan

sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada peserta

didik. Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum

yang harus dipenuhi oleh peserta didik.102 Apabila peserta didik tidak

memenuhi atau mentaati peraturaan-peraturan yang ada akan dikenai

sanksi.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa yang menjadi norma

sekolah adalah norma yang berlaku dan sesuai dengan budaya bangsa

Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk peraturan tertulis berupa tata

tertib maupun tidak tertulis yang sudah menjadi kesepakatan bersama

untuk dapat dilaksanakan oleh masyarakat sekolah.

102 Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 113

60

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

BAB III

PELAKSANAAN PEMBINAAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK

PADA NORMA SEKOLAH OLEH BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SEMARANG 2

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2

1. Latar belakang berdirinya

Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 tidak lepas

dengan keberadaan sekolah sebelumnya yaitu Sekolah Pendidikan Guru

Agama Negeri (PGAN) Semarang yang beralamat di Jalan Sisingamaraja

nomor 5 Semarang (sekarang menjadi Kantor Wilayah Departemen

Agama Propinsi Jawa Tengah).

PGAN berubah menjadi MAN di latar belakangi oleh Keputusan

Menteri Agama RI nomor 64 Tahun 1990 tentang Alih Fungsi Pendidikan

Guru Agama Negeri (PGAN) Semarang menjadi Madrasah Aliyah Negeri

(MAN). Dengan adanya keputusan menteri tersebut secara keseluruhan

PGAN secara langsung berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN).

Dalam proses alih fungsi PGAN menjadi MAN terdapat ketentuan antara

lain :

a. Tetap menyelenggarakan proses belajar mengajar bagi siswa kelas

II (dua), kelas III (tiga) sampai tahun pelajaran 1991/1992.

b. Pada awal tahun pelajaran 1990/1991 menerima siswa baru untuk

jenis sekolah baru dan tidak lagi menerima siswa baru Pendidikan

Guru Agama Negeri (PGAN).

Tahun 1992 terbit lagi keputusan menteri Agama RI nomor 42 tahun

1992 tentang Pengalihan Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN)

menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Semarang, yang beralamat di

jalan Patimura nomor 5 Semarang, Sejak saat itu tugas dan fungsi, susunan

organisasi dan tata kerja Madrasah Aliyah Negeri (MAN) berpedoman

pada keputusan Menteri Agama RI nomor 17 tahun 1978.

61

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Kemudian terbit lagi peraturan Menteri Agama RI nomor 1 tahun

1996 tentang tata persuratan dinas di lingkungan Departemen Agama

mengenai penulisan/penyebutan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2

Semarang menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2. Dalam

PMA nomor 1 tahun 1996 tersebut di jelaskan bahwa:

a. Apabila dalam satu kota terdapat lebih dari satu madrasah, maka

setelah penulisan nama (kota/tempat kedudukan ditambah dengan

angka arab)

b. Apabila nama kota/tempat kedudukan madrasah tidak sama dengan

sebutan sekolah tersebut berdomisili, maka dipakai nama kota/tempat

kedudukan yang sudah berlaku.

2. Visi dan misi

Dalam penyelenggarakan pendidikan Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) Semarang 2 mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

Visi Madrasah Aliyah Negeri Semarang 2 adalah ingin menciptakan

generasi/anak bangsa yang cerdas yang dilandasi iman dan taqwa

berdasarkan ajaran Islam.

Sedangkan misi Madrasah Aliyah Negeri Semarang 2 adalah

menghasilkan generasi cerdas yang Islami yang siap hidup mandiri dan

mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3. Letak geografis

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 boleh dikatakan berada

di daerah pedalaman Kota Semarang. Namun demikian, madrasah ini

dilewati jalur transportasi umum yang memudahkan siswanya untuk

berangkat ke Madrasah atau pulang ke rumahnya. Di sekitar madrasah

sebelah timur terdapat pasar dan perumahan penduduk kelurahan

Bangetayu wetan. Di depan jalan masuk madrasah terdapat jalan raya

menuju Kaligawe-Pedurungan dan tepat didepan pintu terdapat perlintasan

rel kereta api arah stasiun Tawang-Surabaya.

62

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Di sebelah barat terdapat perumahan penduduk Bangetayu Kulon. Di

sekeliling Madrasah Aliyah Negeri Semarang 2 juga terdapat beberapa

sekolah umum atau madrasah yang setingkat dengannya. Di kelurahan

Bangetayu kulon terdapat Madrasah Aliyah Al-Wathoniyah yang berada

pada lingkungan Pondok Pesantren. Sebelah utaranya terdapat kompleks

perumahan Genuk Indah. Di kelurahan Genuk terdapat Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Cut Nyak Dien dan Madrasah Aliyah Nahdlatushuban di

Kelurahan Karangroto. Kurang lebih 2 Km sebelah selatan MAN

Semarang 2 juga terdapat sebuah sekolah menengah kejuruan swasta.

Jadi, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 di sekelilingnya

terdapat sekolah atau madrasah yang setingkat dengannya. Namun

demikian madrasah ini tetap di minati oleh banyak anak yang akan

melanjutkan pendidikannya.

4. Keadaan siswa

Sampai saat ini jumlah siswa yang dimiliki Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) Semarang 2 cukup banyak, yaitu kurang lebih berjumlah 640

siswa. Adapun data siswanya sebagai berikut:

Tabel 1. Data Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Semarang 2 Tahun 2005-2006 SISWA

KELAS LAKI PEREMPUAN

JUMLAH

XA 19 23 42

XB 19 24 43

XC 18 25 43

XD 18 21 39

XE 21 23 44

Jumlah kelas X 95 116 211

XIA1 14 24 39

XIA2 12 28 39

XIA3 13 28 41

63

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Jumlah kelas XI 78 111 199

XIS1 20 20 40

XIS2 19 21 40

3 A1 16 26 42

3 A2 15 27 42

3 A3 16 26 42

3 S1 16 26 42

3 S2 18 24 42

Jumlah kelas 3 81 159 210

Jumlah total 254 386 640

Peserta didik sebanyak itu dilihat dari latar belakang pendidikan

formal sebelumnya sebagaian besar berasal dari Madrasah Tsanawiyah

(MTs) dan sebagian kecil berasal dari SMP.

Sejak berdirinya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2

mempunyai segudang banyak prestasi yang pernah diraihnya. Seperti pada

tanggal 4 Mei 2005 mendapat nominasi 10 (sepuluh) besar dalam lomba

karya tulis ilmiah antar siswa SLTA. Juara 3 lomba menggambar karikatur

tingkat Jawa Tengah yang di selenggarakan oleh IAIN Walisongo. Juara I

lomba Hiking tegak tangguh putri pada tahun 2004. Pada tahun yang sama

juga mendapat juara I pada lomba kaligrafi tingkat SLTA se Kodya

Semarang. Juara I Thropy bergilir Rally semut Racana Otto Iskandardinata

STIE Dharmaputra. Juara I baca al-Qur’an Pemuda Muhammadiyah. Dan

masih banyak prestasi lain yang pernah diraih madrasah ini pada tahun-

tahun sebelumnya.

Dengan demikian Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2

tidak kalah prestasinya dengan sekolah negeri yang lain maupun dengan

sekolah swasta yang lebih maju darinya.

5. Keadaan guru dan karyawan

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 dipimpin oleh Kepala

Madrasah. Pengajarnya berjumlah 42 orang, diantara pengajar atau guru

64

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

yang berstatus pegawai negeri berjumlah 35 orang, selebihnya adalah guru

bantu atau honorer. Kebanyakan mereka berasal dari sarjana pendidikan

umum (lulusan FKIP) dan sebagian kecil merupakan Sarjana Agama

(lulusan IAIN).

Tabel 3. Keadaan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2

NO NAMA JABATAN PEND. TERAKHIR

GURU MATA PELAJARAN

1. Drs. H. Haryono Guru Pembina Tk. I IAIN Aqidah Akhlak

2. Dra. Noor Inayati Z. Guru Pembina S1 IKIP Bhs. dan Sastra Indonesia

3. Dra. Sri Yustiana E. Guru Pembina S1 IKIP Geografi, Sosiologi

4. Drs. Masrukhan Guru Pembina S1 IKIP Pend. Kewarganegaran, Tata Negara

5. Dra. Diah Saptaningrum Guru Pembina S1 IKIP Ekonomi

6. Drs. Ali Said Guru Dewasa Tk. I S1 IKIP Bahasa Inggris

7. Dra. Wahyu Andayani Guru Dewasa Tk. I S1 IKIP Sosiologi

8. Drs. Anis Joko Pamuji Guru Dewasa Tk. I S1 IKIP Fisika

9. Drs. Budi Susanto Guru Pembina S1 IKIP Teknologi Informasi

10. Drs. Hari Muryana Guru Pembina S1 IKIP Pend. Jasmani dan Kesehatan

11. Drs. Musta’in Guru Dewasa Tk. I S1 IKIP Fisika

12. Dra. Sri Atimah Guru Muda Tk. I S1 IKIP Bhs. dan Sas. Indonesia, BP

13. Dra. Rus Hamidah Y. Guru Dewasa S1 IAIN Matematika

14. Reskiyati, S.Pd Guru Dewasa S1 UNRI Biologi, BP

15. Nur Laila A., S.Pd Guru Dewasa Tk. I S1 IKIP Biologi, BP

16. Sri Hastuti, S.Pd Guru Dewasa S2 IKIP Matematika

17. Drs. Bambang SK Guru Dewasa S1 IKIP Biologi

18. Drs. Durri AN Guru Dewasa S1 IAIN Qur’an Hadits

19. Jamaluddin, S.Ag Guru Dewasa S2 IAIN Fiqih, Aqidah Akhlak

20. H.M. Faojin, M.Ag Guru Madya Tk. I S2 IAIN Fiqih, Qur’an Hadits

21. Solikhatin, S.Pd Guru Dewasa S1 IKIP Bhs dan Sastra Indonesia

22. Irfa’I, S.Ag Guru Madya Tk. I S1 IAIN Aqidah Akhlak, Fiqih

23. Sukat, S.Ag Guru Madya S1 IAIN Bahasa Arab, Kesenian

24. Sri Islami Budi IL, S.Pd Guru Madya S1 IKIP Kewarganegaraan

25. Misbakhul Huda, S.Pd Guru Madya S1 IKIP Bahasa Inggris

26. Dra. Kristina Dwi S. Guru Madya S1 IKIP Ekonomi

65

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

NO NAMA JABATAN PEND. TERAKHIR

GURU MATA PELAJARAN

27. Istianah, S.Pd Guru Madya S1 IKIP Matematika

28. A. Tjakrawati, S.Pd Guru Madya S1 IKIP Kimia, BP

29. Rosidah, S.Pd Guru Madya S1 IKIP Bahasa Daerah

30. Sunardi, S.Pd Guru Madya S1 IKIP Fisika, BP

31. Ristiono, S.Pd Guru Madya S1 IKIP Anthropologi, BP

32. Nuri Yuminarti, S.Pd Guru Madya S1 IKIP Sejarah, BP

33. A. Mustagfiroh, S.Ag Guru Madya S1 IKIP Bahasa Arab, BP

34. Djoko Martono, S.Pd Guru Madya S1 IKIP Kesenian, BP

35. Sardjono, BA Guru Muda Tk. I DPK Kades DPK Kades

36. Moch. Koiri, S.Pd Guru Bantu S1 IKIP Sejarah

37. Nasron, S.Ag GTT S1 IKIP Bahasa Arab, SKI

38. Dwi H., S.Pd GTT S1 IKIP Kimia

39. Erni W., S.Pd GTT S1 IKIP Bahasa Inggris

40. Sigit Baning A., S.Pd GTT S1 IKIP Penjaskes

41. Wagimin, S.Pd GTT S1 IKIP Kimia

42. Tsalisia Upfi M., S.Pd GTT S1 UNNES BP

Sedangkan pegawai bagian tata usaha atau karyawannya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Data keadaan karyawan NO NAMA PEND. TERAKHIR STAF BIDANG

1. Sukarni MD, S.Ag S1 IIWS Ka. Ur Tata Usaha

2. Tuti Hindrawati SLTA Bendahara

3. Djumain SLTA Perpustakaan

4. Sudarmiyati SLTA Bendahara

5. Moch. Natsir SLTA Inventaris

6. Diah Pramesti SLTA Bendahara

7. Fu’atun SLTA Bendahara

8. Marsudoko SLTA Kepegawaian

9. Moh. Ramelan SLTA Arsiparis

10. Asrofi SLTA Perpustakaan

11. Wahyono SLTA Perpustakaan

66

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

12. Muhammad Sholikhin SLTA Perpustakaan

13. Mas’udi S1 IIWS Penjaga Sekolah

NO NAMA PEND. TERAKHIR STAF BIDANG 14. Samsul Rifangi, S.Pd S1 IKIP Pemb. Pengajaran

15. Waryoto SD Penjaga Sekolah

Petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) berjumlah 10 orang, salah

satu dantaranya di angkat menjadi koordinator BP oleh Kepala Madrasah.

Pada umumnya petugas bimbingan dan penyuluhan di Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) Semarang 2 merupakan guru-guru biasa atau tenaga

pengajar tetap (guru vak) yang dipandang sesuai untuk menjalankan tugas

bimbingan dan penyuluhan. Tenaga ahli dalam bimbingan dan penyuluhan

hanya 1 (satu) orang. Setiap petugas bimbingan dan penyuluhan

mendapatkan tugas membimbing pada kelas yang sudah di tentukan

seperti dapat dilihat pada tabel berikut;.

Tabel 5. Petugas bimbingan dan penyuluhan

NO NAMA STATUS PEND. TERAKHIR

KELAS

1 Irfa’i, S.Ag Koordinator S1 IAIN/ Tarbiyah III IPA 2, III IPA 3

2 Sunardi Anggota S1 IKIP/ MIPA XA

3 Nur Laila, S.Pd Anggota S1 IKIP/ MIPA XB

4 Aini Mustagfiroh Anggota S1 IKIP/Bhs. Arab XC

5 Nuri Yuminarti, S.Pd Anggota S1 IKIP/ IPS XD

6 Tsalitsia Urfi M., S.Pd Anggota S1 IKIP Psikologi XE, XI IPA2, XI IPA 3

7 Djoko Martono, S.Pd Anggota S1 IKIP/ IPA XI IPS 1, XI IPS 2

8 Reskiyati, S.Pd Anggota S1 UNRI/ IPA XI IPA 1

9 Ristiono Anggota S1 IKIP/ IPA III IPS 1, III IPS 2

10 Dra. Sri Atimah Anggota S1 IKIP/ Bahasa III IPA 1, III IPA 2

Secara struktural organisasi personalia Bimbingan dan Penyuluhan

bisa dilihat seperti pada bagan berikut :

67

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Sedangkan mekanisme penanganannya adalah sebagai berikut :

Komite Madrasah

Kepala Madrasah Wakamad Tenaga ahli

instansi lain

- Guru Pembina - Guru Mapel - Guru Piket

Wali Kelas Guru

Pembimbing

Jalur Koordinasi

Jalur Pembinaan

Koord. BP

Petugas BP

Wali Kelas X Wali Kelas XI Wali Kelas III

Guru Mapel

Siswa X Siswa XI Siswa III

Kamad

Siswa

68

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Dengan demikian petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 cukup memadai. Walaupun

kebanyakan dari mereka hanya satu orang yang berlatar belakang sarjana

bimbingan dan penyuluhan atau psikologi.

6. Sarana dan prasarana

Dalam kegiatan belajar mengajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Semarang 2 didukung oleh sarana prasarana yang cukup memadai

sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Suasana

madrasah pun tampak tertata rapi, damai, tentram, sejuk dan indah. Pagar

madrasah yang mengelilingi lingkungan madrasah berdiri kokoh, taman-

taman yang ada di halaman selalu terjaga keindahannya. Kebersihan

lingkungan madrasah juga sangat dijaga.

Fasilitas belajar peserta didik maupun fasilitas guru di Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 juga cukup lengkap. Hal ini dapat

terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 6. Sarana parasana madrasah NO NAMA JUMLAH

1 Ruang Kepala Madrasah 1

2 Ruang Guru 1

3 Ruang BP 1

4 Ruang TU 1

5 Ruang kelas 15

6 Masjid Madrasah 1

7 Perpustakaan 1

8 Kantor OSIS 1

9 Laboratorium IPA 1

10 Kantin 1

11 Laboratorium Komputer 1

12 Lab. Tata Busana 1

13 Aula Pertemuan 1

69

Page 70: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

NO NAMA JUMLAH

14 Kantor PMR dan Pramuka 2

15 Kantor Jaga 1

16 Rumah Jaga 1

17 Gudang 1

18 Lapangan (bulu tangkis, Basket, tenis lapangan, tenis meja, Voli)

5

19 Tempat parkir (guru dan siswa) 1

20 Rumah dinas Kepala Madrasah 1

21 WC siswa 6

22 WC guru 2

23 WC TU 2

7. Kegiatan Ekstrakurikuler

Untuk memfasilitasi bakat dan minat peserta didik, Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) Semarang 2 memberikan kesempatan bagi peserta didik

untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di luar jam pelajaran. Bentuk

kegiatan ekstrakurikuler tersebut sebagai berikut:

a. Pramuka

b. PMR (Palang Merah Remaja)

c. Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera)

d. Karya Ilmiah Remaja (KIR)

e. Tata Busana

f. LDDR (Lembaga Dakwah)

g. Rohis (Kerohanian Islam)

h. Paduan Suara

i. BTA (Baca Tulis Al-Qur’an)

j. Lembaga Qira’ah

k. Majalah

70

Page 71: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

B. Pelaksanaan pembinaan kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah

oleh Bimbingan dan Penyuluhan.

B. 1. Perilaku yang dianggap disiplin pada norma sekolah

Setelah melakukan studi pendahuluan, peneliti melakukan penelitian

lebih lanjut. Data yang peneliti gali pertama kali adalah tentang padangan

BP mengenai perilaku peserta didik yang dianggap disiplin terhadap norma

sekolah menurut madrasah. Untuk memperoleh data tersebut peneliti

melakukan wawancara terhadap beberapa petugas BP yang aktif dalam

membina kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah.

Namun sebelum mewawancarai petugas BP, peneliti mewawancarai

beberapa orang siswa dan guru untuk memperoleh informasi siapa saja

petugas BP yang aktif dalam membina kedisiplinan peserta didik pada

norma sekolah. Menurut peserta didik siswa kelas III (tiga) IPS 2 bernama

Ifroul Mahzum saat ditemui peneliti ketika sedang duduk-duduk ditaman

pada jam istirahat bahwa menurutnya petugas BP yang sering membina

kedisiplinan peserta didik adalah Pak Irfai, Ibu Urfi, Pak Djoko, Pak

Ristiono, Ibu Sri Atimah, Pak Sunardi.103 Menurut siswa kelas XI (sebelas)

bernama Hendri Fajar Mahmudi adalah Pak Djoko, Pak Rifai, Ibu Urfi, Ibu

Laila, Ibu Aini, Pak Sunardi, Ibu Nuri.104 Menurut salah satu orang guru

bernama Bapak Misbahul Huda (Wali kelas XI IPA 2) bahwa petugas BP di

sekolah ini semuanya aktif membina kedisiplinan karena tanggung

jawabnya sudah dibagi-bagi dengan jelas.105

Diantara petugas Bimbingan dan penyuluhan yang peneliti

wawancarai yaitu Bapak Irfai pada hari Rabu tanggal 8 Pebruari 2006

bahwa peserta didik dianggap disiplin menurut madrasah sebagai berikut :

103 Wawancara dengan siswa bernama Ifroul Mahzum (kelas III IPS 2) pada hari Rabu, 8

Pebruari 2006 104 Wawancara dengan siswa bernama Hendry Fajar Mahmudi (kelas XI IPA 1) pada hari

Rabu, 8 Pebruari 2006 105 Wawancara dengan guru bernama Misbahul Huda (wali kelas XI IPA 2) pada hari Rabu,

8 Pebruari 2006

71

Page 72: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Siswa yang disiplin adalah siswa yang berperilaku sesuai dengan prosedur yang berlaku di madrasah, seperti mematuhi tata tertib dan tata krama madrasah yang menjadi norma madrasah, kemudian siswa tersebut melaksanakan itu dan mematuhinya. Bentuk perilaku siswa yang disiplin seperti pakaian mereka rapi dan sikap siswa yang tidak membuat hal-hal diluar batas kewajaran. Selain itu, dapat juga dilihat pada keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan madrasah baik intra maupun ekstrakurikuler, siswa mau diberi penjelasan, nasehat, dan pengertian untuk mematuhi tata tertib madrasah. Termasuk peserta didik yang disiplin, jika tidak pernah dipanggil petugas BP, tidak pernah dibicarakan kasusnya dalam rapat guru, seperti soal kehadiran, tidak menunggak SPP, tidak terlambat datang sekolah, dan selalu mengikuti shalat dhuhur berjamaah dan membawa perlengkapan shalat. Kalau dalam kelas tidak membuat gaduh atau keributan dan memperhatikan guru ketika sedang meyampaikan materi pelajaran.106

Sedangkan peserta didik yang dikategorikan tidak disiplin menurut

Bapak Irfai ketika di wawancarai peneliti pada waktu yang sama sebagai

berikut :

Peserta didik yang tidak disiplin adalah peserta didik yang melakukan perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan tata tertib madrasah, yaitu melanggar peraturan, seperti pakaian dikeluarkan dan tidak memakai tanda nama madrasah di bagian baju lengan atas, sering melanggar prosedur yang berlaku, datang terlambat, merokok, tidak membawa perlengkapan shalat bagi siswa putri atau lebih singkatnya perbuatan yang berlawanan dengan sikap disiplin tadi.107

Pada saat obeservasi peneliti juga menemukan terdapatnya tata tertib

madrasah dan ketentuan-ketentuan poin pelanggaran bagi peserta didik yang

dipasang pada dinding ruang tamu yang merupakan jalan bagi peserta didik

menuju ke kelas masing-masing.108 Menurut Ibu Nuri tujuan pemasangan

tata tertib dan ketentuan poin pelanggaran itu supaya dapat diketahui peserta

didik setiap hari oleh karenanya di pasang di tempat yang mudah dilihat.109

Dari pengamatan petugas BP yang sudah lama bertugas di MAN

Semarang 2 yaitu Bapak Irfai bahwa peserta didik yang mempunyai tingkat

106 Wawancara dengan Bapak Irfa’i, S.Ag. Pada hari Senin, 20 Pebruari 2006 . 107 Ibid 108 Obeservasi pada hari Kamis, 2 Pebruari 2006 109 Wawancara dengan Ibu Nuri Yuminarti (Petugas BP) pada hari Rabu, 22 Pebruari 2006

72

Page 73: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

disiplin tinggi dari kelas I (satu) sampai kelas III (tiga) adalah peserta didik

yang bernama Anifatul Rosidah dan Muhammad Muchlis Effendi.

Menurutnya siswa tersebut dikatakan mempunyai tingkat disiplin yang

tinggi karena mereka tidak pernah melakukan tindakan diluar batas

kewajaran, selalu mematahui tata tertib madrasah dan mempunyai prestasi

belajar yang bagus.110

Dari informasi tersebut, peneliti mencoba untuk mengecek kebenaran

informasi yang diperoleh Bapak Irfai dengan cara menemui kedua siswa

untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang latar belakang

kehidupannya. Peneliti memandang penting untuk mengetahui latar

belakang kehidupan peserta didik tersebut karena dengan latar belakang

kehidupan yang di miliki dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan

peserta didik tersebut memiliki kesadaran berdisiplin sehingga dapat

membentuk kepribadiannya.

Dari wawancara yang peneliti lakukan dapat diperoleh informasi

bahwa Anifatul Rosidah merupakan anak yang hidup dalam lingkungan

keluarga yang utuh dan selalu menekankan hidup disiplin. Sebelum di

bangku MAN Semarang 2, Anifatul Rosidah juga belajar di sekolah yang

bisa dikatakan mempunyai tingkat disiplin yang tinggi yaitu di SMP Sultan

Agung 1. Disamping itu keluarga Anifatul Rosidah bisa dikatakan sebagai

keluarga yang hidupnya berkecukupan yaitu Bapaknya bekerja sebagai

seorang guru berstatus PNS (Pegawai Negari Sipil) dan didukung dengan

usahanya membuka toko kelontong yang bertempat dirumahnya. Setelah

duduk dibangku MAN Semarang 2. Anifatul Rosidah melihat Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 merupakan salah satu madrasah yang

melaksanakan tata tertib secara tegas dan konsisten, sarana dan lingkungan

yang menunjang. Anifatul Rosidah selalu berusaha untuk disiplin baik

disekolah maupun dirumah menurutnya karena adanya dorongan dari diri

sendiri dan keluarga, ingin berprestasi atau meniru teman yang berprestasi,

110 Wawancara terhadap bapak Irfai pada hari Rabu, 22 Pebruari 2006.

73

Page 74: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

sebab ia melihat teman-tamannya yang disiplin di sekolah maupun di rumah

rata-rata mempunyai prestasi, menuntut ilmu dan mendapat nilai bagus.111

Sedangkan peserta didik yang sering berperilaku tidak disiplin

terhadap norma madrasah diantaranya adalah peserta didik yang bernama

Syaefudin. Peserta didik ini sering dipanggil oleh BP dan orang tuanya pun

pernah di minta untuk datang ke madrasah karena sering bolos sekolah,

datang terlambat dan pakaiannya pun sering tidak rapi. Berdasarkan

sepengetahuan petugas BP penyebab Syaefudin tidak disiplin disebabkan

karena kebiasaan perilaku keluarga yang tidak mendukung disiplin pada

norma madrasah, orang tua tidak mampu membina anaknya, ketidaksamaan

orang tua dalam melakukan tindakan terhadap anak, kurang perhatian orang

tua serta suasana keluarga tidak harmonis, broken-home, ingin diperhatikan

guru dan teman supaya dikenal dan terkenal, rata-rata pengetahuan agama

kurang, kurang pemahaman diri dan lingkungan. 112

b.2 Tindakan yang digunakan Bimbingan dan Penyuluhan dalam

membina kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah.

Setiap melakukan penelitian, peneliti berusaha untuk bisa datang lebih

awal di madrasah, artinya peneliti datang lebih pagi sebelum didahului oleh

peserta didik. Tujuan peneliti datang lebih awal supaya dapat mengetahui

secara langsung pelaksanaan pembinaan kedisiplinan peserta didik pada

norma sekolah yang dilakukan oleh petugas bimbingan dan penyuluhan

secara komprehensip.

Pada tanggal 8 Pebruari 2006 peneliti datang ke madrasah melakukan

observasi. Peneliti sampai di madarasah kurang lebih pukul 06.40, peneliti

milihat petugas BP dan karyawan madrasah sudah berada di madrasah dan

berdiri di sekitar pintu gerbang madrasah dengan memakai pakaian dinas

yang rapi. Petugas BP yang nampak pada waktu itu diantaranya Ibu Urfi,

Bapak Ristiono, Bapak Djoko dan seorang Staf TU bernama Bapak

111 Wawancara dengan siswa bernama Anifatul Rosidah pada hari Senin , 6 Maret 2006 112 Wawancara terhadap Bapak Irfai pada hari Senin, 6 Maret 2006

74

Page 75: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Ramelan.113 Beberapa saat kemudian nampak peserta didik satu persatu

mulai datang menuju madrasah, ada yang berjalan sendirian dan ada yang

berkelompok, beberapa siswa nampak datang dengan memakai sepeda dan

sebagian kecil dengan menggunakan sepeda motor. Puncak kedatangan

siswa nampak terjadi pada pukul 06.55-07.00., hal itu terlihat adanya

peserta didik yang datang berkelompok dengan jumlah banyak dan panjang.

Ketika jam sekolah menunjukan pukul 07.00, bel terdengar keras

tanda masuk madrasah sudah berakhir, nampak petugas Bapak Ristiono

(petugas BP) mengisyaratkan kepada Bapak Ramelan supaya menutup pintu

gerbang madrasah. Setelah pintu gerbang tertutup kemudian Bapak Djoko

dan Bapak Ramelan pergi menuju ruang tamu/lobi. Untuk bisa lebih leluasa

dan mengerti aktivitas petugas BP peneliti juga menyusul untuk ikut

bergabung terhadap petugas BP dan beberapa guru yang sedang berkumpul

sambil bercengkrama di ruang tamu/lobi. Ada dua orang yang masih berjaga

di pintu gerbang yaitu Bapak Ristiono dan Ibu Urfi. Setelah bel tanda masuk

kelas terdengar, kemudian terdengar suara pembacaan surat-surat pendek

dari ayat-ayat Al-Qur’an. Pembacaan ayat-ayat al-Qurán tersebut

menggunakan alat pengeras suara yang berlangsung selama 10 menit.

Dalam waktu itu juga, nampak dari kejauhan terlihat ada 4 siswa yang

terdiri dari 3 orang laki-laki, dan satu orang perempuan menuju madrasah.

Setelah mereka sampai tepat di pintu gerbang, salah satu diantara mereka

ada yang meminta untuk dibukakan pintu gerbang. Nampak Bapak Ristiono

dan Ibu Urfi tidak langsung membuka pintu. Namun mereka kelihatan

sedang berbicara kepada peserta didik tersebut. Setelah selesai, terlihat

Bapak Ristiono membukakan pintu gerbang dan menyuruh masuk ke empat

peserta didik tersebut untuk berkumpul dan berdiri di depan rumah dinas

madrasah menghadap ke timur. Nampak keempat peserta didik tersebut

dihampiri Ibu Urfi. Diketahui ke empat peserta didik tersebut bernama

Samsul Huda (XA), Ahmad Faizin (III IPS 2), Abdul Muhid (III IPS 1) dan

satu orang perempuan bernama Siti Fitriyah. Kemudian Ibu Urfi terlihat

113 Obeservasi pada hari Rabu 8 Pebruari 2006

75

Page 76: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

bertanya secara bergantian terhadap peserta didik tersebut. Pertanyaan yang

peneliti ketahui sebagai berikut:114

1. Ibu Urfi: “Mengapa datang terlambat? Samsul Huda : “kesiangan Bu”, Ibu Urfi : “kenapa kesiangan ?”, Samsul Huda : “nonton TV Bu”, Ibu Urfi : Apa kamu tidak shalat shubuh?, Samsul Huda : “jam 5 bangun bu shalat subuh, tapi tidur lagi.” Ibu Urfi : “besok lagi kalau nonton TV jangan sampai larut malam dan kamu tidak boleh mengulanginya lagi keterlambatan kamu ini. Besok kamu saya minta datang lebih awal dan menghadap saya.” Kemudian Ibu Urfi ganti menanyai peserta didik urutan kedua.

2. Ibu Urfi : “Mengapa kamu juga datang terlambat?, Ahmad Faizin : “nunggu angkot lama kok Bu”, Ibu Urfi : kamu mulai nunggu angkot jam berapa ? Ahmad Faizin : jam 06.45, Ibu Urfi : rumahmu dimana? Ahmad Faizin : “Ketileng Bu”. Ibu Urfi : “Jangan ulangi lagi keterlambatan kamu itu !” Ibu Urfi : kamu juga besok menghadap saya dan datang lebih awal. Kemudian Ibu Urfi ganti menanyai peserta didik urutan ketiga.

3. Ibu Urfi : mengapa kamu terlambat ? Abdul Muhid : sama bu nunggu angkot lama. Ibu Urfi : eh, kalian itu sudah besar, ingat kamu itu kelas III, jangan ngajari adik-adik kelas kamu dengan tindakan yang tidak baik. Abdul Muhid : ya Bu ! Kemudian Ibu Urfi ganti menanyai peserta didik urutan keempat.

4. Ibu Urfi : mengapa kamu datang terlambat lagi ?, pakaian kamu kok begitu ? Siti Fitriyah : ya bu ? Ibu Urfi : kamu pakai sabuknya tidak sesuai aturan, rok kamu juga begitu, kerudung kamu juga berenda ? berarti kesalahan kamu banyak kali ini. Ibu Urfi : kamu minta hukuman apa dengan pelanggaran kamu yang banyak ini ? Siti Fitriyah: jangan berat-berat bu ! Ibu Urfi : pokoknya kamu harus nurut, besok-besok lagi jangan lakukan hal-hal seperti ini !

Setelah selesai Ibu Urfi menyerahkan keempat siswa tersebut kepada

Bapak Ristiono supaya diberikan sanksi akibat perbuatannya. Sanksi yang

diberikan kepada mereka sesuai peneliti lihat adalah menyapu halaman

madrasah dan mencabuti rumput liar hingga bersih. Setelah sanksi diberikan

selesai dilaksanakan Bapak Ristono meminta kepada keempat peserta didik

tersebut supaya menulis nama pada buku daftar poin peserta didik yang

114 Ibid

76

Page 77: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

bermasalah. Kemudian terlihat Bapak Djoko memberikan surat izin masuk

kelas bagi keempat peserta didik tersebut. 115

Sebelum pelajaran di mulai peneliti juga melakukan observasi di tiap–

tiap kelas, dari observasi tersebut diketahui bahwa seluruh peserta didik

sebelum memulai pelajaran sedang membaca Asmaul Husna yang di pimpin

oleh guru-guru mata pelajaran yang mengajar pada jam pertama. Setelah

pembacaan Asmaul Husna selesai dilakukan, nampak guru memulai

memberikan materi pelajaran.

b.3 Saat Tindakan Digunakan oleh Bimbingan Penyuluhan

Pada hari senin tanggal 6 Maret 2006 di MAN Semarang 2

dilaksanakan upacara bendera yang di ikuti oleh guru, karyawan dan seluruh

peserta didik. Kebetulan peneliti pada hari itu datang upacara bendera sudah

dimulai. Pada saat itu peneliti melihat bahwa yang menjadi pembina upacara

adalah Bapak HM. Faojin, M.Ag. Bapak Faojin ketika memberikan

sambutan juga menyinggung tentang kedisiplinan siswa. Isi dari sambutan

yang disampaikan sebagai berikut :

(1) Anak-anak kalau jam istirahat hendaknya jangan berada di dalam kelas. Demikian pula, kalau terjadi pergantian jam belajar, hendaknya dijaga ketertiban, jangan kalau guru keluar, kalian ikut keluar. Sebaiknya tetap berada di dalam kelas, menunggu guru yang akan mengajar. Dan ingat kalau bel sudah berbunyi sebagai tanda masuk kelas, kalian harus cepat-cepat masuk kelas. Jangan berlama-lama di kantin yang bisa membuat kalian terlambat masuk kelas.

(2) Dari pengamatan selama seminggu ini kedisiplinan di sekolah kita cukup baik, dan ini harus selalu di tingkatkan. Namun ada beberapa peserta didik yang ternyata masih ada yang belum mematuhi tata tertib sekolah. Saya pesankan jangan melanggar tata tertib sekolah, ikutilah peraturan yang ada. Perlu juga saya ingatkan lagi bahwa setiap waktu istirahat, kalian harus ada di luar kelas, dan kalian juga harus

115 Ibid

77

Page 78: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

meningkatkan belajar karena untuk kelas XII sudah mendekati ujian. Jangan sampai kalian tidak lulus.116

Setelah upacara selesai peneliti melihat ada tiga (3) orang siswa yang

dipanggil oleh Bapak Irfai karena ketahuan melakukan tindakan yang tidak

sesuai peraturan sekolah yaitu dua siswa terlambat datang dan satu orang

memakai celana yang bagian bawahnya berukuran sangat lebar sehingga

tidak di kehendaki oleh petugas BP atau guru. Oleh Bapak Irfai dan Ibu Urfi

mereka di kumpulkan di halaman bagian dalam dari madrasah dan disuruh

berdiri menghadap timur sambil memberi hormat pada sinar matahari.

Untuk siswa yang celananya tidak sesuai peraturan oleh Ibu Urfi dipanggil

supaya datang ke depan ruang kantor guru setelah sampai Ibu Urfi

memberitahukan kepada siswa tersebut bahwa celananya akan di sobek

dengan bantuan Bapak Faojin celana siswa tersebut akhirnya di sobek.

Sambil menyobek celana Pak Faojin berkata : “ kamu ini sudah diomongi

terus tapi tetap bandel.” Setelah celananya disobek siswa tersebut diminta

berkumpul kembali dengan teman-temannya dan melakukan tindakan yang

sama yaitu menghormat matahari yang saat itu sedang diawasi oleh Bapak

Sunardi. 117

Selain tindakan pembinaan kedisiplinan pada norma sekolah terhadap

peserta didik dilakukan pada saat pelaksanaan upacara penaikan bendera

hari senin juga dilakukan sesudah kegiatan senam kesegaran jasmani pada

hari Jum'at. Pada hari Jum'at sesudah pelaksanaan senam kesegaran jasmani,

siswa diberikan juga nasehat dan himbauan untuk mematuhi norma

madrasah, serta peringatan bagi yang melanggar maupun yang mau

mencoba melanggar. Setelah itu dilaksanakan aksi kebersihan terhadap

lingkungan madrasah dan kelas-kelas bersama para guru dan sebagian

karyawan madrasah.118

116 Observasi pada hari Senin, 6 Maret 2006 117 Ibid 118 Observasi pada hari Jum’at, 24 Pebruari 2006

78

Page 79: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

4.5 Latar Belakang Tindakan yang Dilakukan Bimbingan dan

Penyuluhan

Untuk mengetahui latar belakang BP melakukan tindakan membina

kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah peneliti melakukan

wawancara dan observasi terhadap petugas BP.

Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Ibu Urfi di ruang

BP yaitu beberapa saat setelah ia selesai melakukan tindakan pembinaan

kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah di peroleh informasi sebagai

berikut :

Semua siswa yang belajar di MAN Semarang 2 dan terdaftar sebagai peserta didik merupakan amanat orang tua siswa yang diberikan kepada madrasah untuk didik menjadi anak yang pandai dan berakhlak mulia. Sehingga semua guru, BP maupun karyawan sekolah tidak terkecuali saya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi siswanya. Oleh karena itu apabila ada siswa yang melakukan perbuatan tidak sesuai dengan peraturan sekolah harus ditegur atau diperingatkan. Seperti kejadian tadi Syaefudin karena melakukan pelanggaran dan padahal dia sudah tahu peraturan yang berlaku di sekolah tidak memperbolehkan memakai celana seperti itu ya harus di berikan sanksi. Apabila pelanggaran yang dilakukan siswa melebihi dari kewajaran akan diberikan sanksi tegas bisa berupa hukuman seperti bersih-bersih, lari-lari kecil sampai pada sanksi yang berat yaitu dikeluarkan dari sekolah.119

Selain itu diperoleh keterangan dari Ibu Sri Atimah saat mengajar

dikelas III IPA 1 dan sekaligus memberikan pembinaan kedisiplinan sebagai

berikut :

Kalian sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir, giat-giatlah belajar jangan sampai kalian tidak lulus. Kalau kalian lulus semua orang tuamu akan sangat senang dan gurumu juga ikut bahagia demikian juga saya. Pokoknya jangan sampai kalian tidak lulus. Berilah contoh pada adik-adik kelasmu dengan yang baik. Jangan sekali-kali mengajari mereka dengan suatu perbuatan yang berlawanan dengan peraturan sekolah. Kalian ini sudah dititipkan oleh orang tuamu kepada sekolah ini supaya mendapatkan pendidikan yang baik. Tadi saya melihat kelas ini masih banyak yang datang ke kelas terlambat padahal saya sudah masuk kelas sejak tadi. Tapi

119 Wawancara dengan Ibu Urfi pada hari Senin, 6 Maret 2006

79

Page 80: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

kalian sepertinya pura-pura tidak tahu. Saya minta jangan ulangi lagi hal-hal yang semacam itu. Kalian belum merasakan beratnya menjadi seorang guru. Nanti suatu saat apabila diantra kalian ada yang menjadi pendidik pasti merasakan hal yang sama seperti saya ini. Betapa besar tanggung jawab seorang pendidik untuk memenuhi kewajiban yang di amanatkan orang tua siswa.120

120 Observasi di dalam kelas III IPA 1 pada hari Rabu 22 Pebruari 2006

80

Page 81: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

BAB IV

ANALISIS PELAKSANAAN PEMBINAAN KEDISIPLINAN PESERTA

DIDIK PADA NORMA SEKOLAH OLEH BIMBINGAN DAN

PENYULUHAN DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SEMARANG 2

A. Perilaku yang dianggap disiplin terhadap norma sekolah

Peserta didik yang dipandang disiplin pada norma sekolah menurut BP

atau guru adalah berperilaku sesuai dengan prosedur yang berlaku di sekolah,

yaitu tata tertib dan tatakrama sekolah yang menjadi sumber norma sekolah,

melaksanakan apa yang ditetapkan oleh peraturan sekolah berdasarkan

kesadaran sendiri. Kedisiplinan itu terlihat dalam kesehariannya, yaitu pada

cara mereka berpakaian dan sikap-sikap yang menunjukkan tidak membuat

hal-hal yang di luar batas kewajaran di sekolah.

Selain itu, terlihat juga pada keaktifan dalam kegiatan sekolah, mudah

diberi penjelasan, nasehat, dan pengertian untuk mematuhi tata tertib

sekolah. Termasuk peserta didik yang disiplin, jika tidak pernah dipanggil

petugas BP, tidak pernah dibicarakan kasusnya dalam rapat guru, antara lain

soal kehadiran, tidak menunggak SPP, tidak terlambat datang sekolah, dan

biasanya prestasi belajarnya baik. Diperkirakan peserta didik yang disiplin

sebanyak 90 persen dari seluruh jumlah peserta didik yang ada di sekolah.

Peserta didik yang dikategorikan tidak disiplin adalah peserta didik

yang melakukan perbuatan-perbuatan yang berlawanan atau kebalikan dari

apa yang dilakukan oleh peserta didik yang disiplin, yaitu rata-rata melanggar

peraturan, seperti pakaian dikeluarkan dan tidak memakai tanda nama

sekolah di bagian baju lengan atas, bahkan sering melanggar prosedur yang

berlaku, terlihat juga dari kebiasaan dan gejalanya dari ketidakrapian dalam

berpakaian. Kategori peserta didik yang tidak disiplin ini boleh dikatakan

sedikit, kira-kira sekitar 10 persen dari jumlah peserta didik yang ada di

sekolah, dan orangnya yang itu-itu juga.

81

Page 82: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Dengan kondisi peserta didik yang beragam dan berbeda dan sebagai

input pada suatu sekolah, maka ketika mereka memasuki Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) Semarang 2 akan menghadapi keragaman dalam hal kualitas

kedisiplinan pada norma sekolah. Derajat kualitas kedisiplinan input yang

menjadi peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 ada yang

sudah biasa disiplin, dan ada juga yang belum terbiasa untuk disiplin

terhadap norma sekolah.

Bagi peserta didik yang belum biasa untuk selalu disiplin terhadap

norma sekolah, memerlukan media bimbingan dan latihan. Karenanya,

sekolah berkewajiban memberikan bantuan, dalam arti menumbuhkan,

memelihara, mengembangkan, dan meningkatkan kedisiplinan yang sudah

dimiliki peserta didik ke arah kedisiplinan yang dikehendaki, yakni

kedisiplinan yang didasari oleh kesadaran pribadi. Sehingga disiplin yang ia

laksanakan bukanlah karena adanya suatu paksaan namun disiplin ada pada

dirinya timbul karena suatu kebutuhan yang sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari.

Di sekolah terdapat sistem aturan yang menyeluruh untuk menentukan

perilaku si anak. Seperti ia harus teratur masuk kelas, harus tiba pada waktu

yang sudah di tetapkan dan dengan sikap dan perilaku yang tepat pula. Ia

tidak boleh membuat onar di kelas. Ia harus mempersiapkan pelajarannya,

mengerjakan pekerjaan rumah dan menyelesaikannya dengan baik dan

seterusnya. Kewajiban-kewajiban tersebut membentuk disiplin sekolah.

Melalui praktek disiplin sekolah inilah kita dapat menanamkan semangat

disiplin dalam diri si anak.

Adanya peserta didik yang disiplin dan tidak disiplin adalah wajar saja,

karena sebagian besar anak-anak, tidaklah seluruhnya baik atau tidak

seluruhnya buruk. Selain itu, perilaku disiplin dan tidak disiplinnya peserta

didik pada norma sekolah, sebagai cermin diri kreatif dan aktualisasi dirinya

tidaklah dapat dilepaskan dari latar belakang historis pengalaman peserta

didik di keluarga dan sekolah asalnya (SLTP), dalam pembinaan kedisiplinan

pada norma sekolah. Seperti kasus Anifatul Rosidah ditambah dengan

82

Page 83: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

tindakan yang dilakukan guru, baik berdasarkan kebersamaan maupun

otonomi pribadi.

Selain itu faktor yang mempengaruhi peserta didik disiplin pada norma

sekolah juga dapat di sebabkan oleh pelaksanaan tata tertib sekolah yang

tegas dan konsisten, sarana dan lingkungan yang menunjang, teladan, nasehat

dan bimbingan guru untuk memberikan pemahaman diri dan lingkungan

peserta didik. Adapun faktor yang dipandang menjadi penyebab peserta didik

tidak disiplin kepada norma sekolah adalah kebiasaan perilaku keluarga yang

tidak mendukung disiplin pada norma sekolah, orang tua tidak mampu

membina anaknya, ketidaksamaan orang tua dalam melakukan tindakan

terhadap anak, kurang perhatian orang tua serta suasana keluarga tidak

harmonis, broken-home, dan bercerai, lingkungan tempat tinggal yang anak-

anaknya banyak tidak sekolah, ingin diperhatikan guru dan teman supaya

dikenal dan terkenal, rata-rata pengetahuan agama kurang dan kurang

pemahaman diri.

Kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah dapat dikatakan

memiliki latar belakang historis dan dinamika tertentu yang dimanifestasikan

dalam perilaku peserta masing-masing, beragam, dengan motif yang berbeda-

beda. Keragaman demikian sesuai dengan latar belakang kehidupan peserta

didik, baik fisik, sosial, maupun psikologis-emosional.

Jadi, kedisiplinan tidaklah datang dengan sendirinya, namun berasal

dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Seperti hasil upaya pembinaan

kedisiplinan yang berasal dari lingkungan sebelumnya, seperti keluarga dan

sekolah asal (SLTP), serta upaya peserta didik untuk berusaha disiplin

terhadap norma sekolah. Keluarga merupakan tempat yang paling efektif

untuk menumbuhkan kedisiplinan anak. Pada kasus Anifatul Rosidah,

misalnya menunjukkan perpaduan antara upaya keluarga dan sekolah serta

upaya peserta didik untuk mengembangkan kedisiplinannya pada norma

sekolah.

Jika dilihat dari dimensi motif kedisiplinan kepada norma sekolah,

maka motif peserta didik untuk disiplin terhadap norma madrasah memiliki

83

Page 84: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

motif yang beragam dan berbeda-beda. Hal demikian bisa dilihat, baik dari

pendapat guru maupun peserta didik sendiri. Guru berpendapat antara lain,

menurut guru, seperti ingin berprestasi, meniru teman, menuntut ilmu,

mendapat nilai bagus dan untuk mendapatkan bimbingan guru dalam

memecahkan masalah. Sedangkan menurut pesera didik, antara lain, agar

tidak terkena tindakan yang tidak menyenangkan dari BP atau guru, dan agar

guru senang padanya.

Dari sisi intern, adanya motif yang beragam itu sebenarnya merupakan

aktualisasi diri yang berbeda-beda dalam mematuhi norma sekolah sebagai

cermin doktrin diri kreatif yang membentuk kepribadian manusianya sendiri.

Sedangkan aktualisasi diri merupakan kecenderungan kreatif dari kodrat

manusia. Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan-

kebutuhan pada manusia itu secara kodrati menghendaki pemenuhan.

Pemuasan kebutuhan tertentu pada diri manusia, sesuai dengan pilihannya

dalam kerangka pengembangan pribadinya. Hal tersebut merupakan

manifestasi dari aktualisasi diri atau realisasi diri.

B. Tindakan pendidikan yang digunakan Bimbingan dan Penyuluhan

dalam membina kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah.

Tindakan yang digunakan BP dalam membina kedisiplinan peserta

didik pada norma sekolah adalah dengan lebih dahulu menekankan pada

keteladan, karena BP selain menjadi pembimbing juga sebagai pendidik.

Oleh karenanya BP dipandang sebagai salah satu patokan perilaku bagi

peserta didik dalam melaksanakan norma sekolah itu sendiri. Keteladanan

yang diperlihatkan BP sesuai dengan kepribadian guru masing-

masing. Karenanya, tindakan yang dilakukan BP bisa sama, tetapi

sesungguhnya menggunakan pendekatan yang berbeda, ada yang keras,

kadang keras dan luwes, dan ada yang tidak keras.

Adanya variasi pendekatan yang digunakan BP adalah atas

pertimbangan prinsip perbedaan dan kebutuhan individual peserta didik.

Karena itu, BP saling mengisi dan bekerja sama dan saling memahami

84

Page 85: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

keadaan masing-masing, tanda kebersamaan BP dalam membina kedisiplinan

peserta didik. Menurut peserta didik, dalam hal-hal tertentu BP selama ini

lebih banyak memberikan contoh daripada menyuruh, terutama dalam hal

sikap yang baik terhadap peserta didik dan waktu kedatangan ke sekolah

lebih awal, seperti Bapak Irfai dan Ibu Urfi.

Pengenalan norma sekolah kepada peserta didik yang dilakukan pada

waktu awal masuk sekolah dengan cara menandatangani surat pernyataan

untuk menaati semua peraturan yang berlaku adalah bagian dari tindakan

membina kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah. Selain itu, naskah

tata tertib sekolah diberikan kepada peserta didik yang baru masuk, kemudian

dijelaskan dalam masa orientasi pengenalan sekolah. Tata tertib sekolah juga

ditempelkan di samping pintu masuk pada masing-masing kelas dan di

tempat yang mudah dilihat setiap hari sehingga memungkinkan dapat

diketahui setiap saat.

Tindakan berikutnya adalah mengupayakan agar kegiatan belajar

mengajar berjalan dengan lancar dan dikelola dengan baik oleh guru masing-

masing sesuai dengan norma sekolah, baik dalam konteks penyampaian

bahan pelajaran maupun untuk pemantauan kepada peserta didik. Para guru

memang selalu berusaha, agar jam-jam pelajaran jangan sampai kosong, bila

tidak diisi guru yang tidak mengajar, peserta didik ditugaskan menyalin

materi pelajaran atau mengerjakan tugas di perpustakaan.

Adapun bagi peserta didik yang tidak disiplin, diketahui melakukan

pelanggaran terhadap norma sekolah, akan selalu diberikan sanksi, apakah itu

bentuk pelanggaran ringan, di antaranya terlambat, atribut sekolah tidak

lengkap dan tidak sesuai dengan tata tertib sekolah, pembolos, kuku panjang

dan rambut panjang, apalagi pelanggaran yang dianggap berat, seperti

merokok, berkelahi, minum minuman keras, atau perbuatan a susila.

Sanksi untuk pelanggaran ringan diorientasikan pada kebersihan,

misalnya membersihkan halaman sekolah. Bentuknya biasanya berupa

menyapu sampah-sampah di halaman dan mencabuti rumput liar yang

terdapat disana. Kalau sering melakukan pelanggaran ringan, sanksi yang

85

Page 86: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

diberikan meningkat, misalnya, menyapu ruang guru atau lantai di sepanjang

koridor sekolah, dijemur dan menghormat bendera selama 15 menit dan lari

mengelilingi halaman sekolah. Pelanggaran berat seperti merokok, peserta

didiknya disuruh lebih dahulu lari mengelilingi lapangan, kemudian

digantungi kertas yang berisi tulisan tertentu, dipertontonkan di halaman

sekolah.

Sanksi yang diberikan BP disesuaikan juga dengan tingkat pelanggaran

dan keadaan peserta didik yang melanggar, sehingga kadang kala melibatkan

juga orang tua untuk ikut serta dalam memecahkan masalah yang dihadapi

atau pun pelanggaran yang dilakukan peserta didik. Orang tua diberi surat

pemberitahuan maupun panggilan untuk datang ke sekolah, bahkan wali

kelas dan petugas BP datang ke rumah, untuk menyampaikannya dan

meminta datang ke sekolah.

Namun, umumnya setelah diberikan sanksi, para BP akan menasehati

dengan maksud agar peserta didik menyadari dan memahami diri serta

lingkungannya maupun menurut norma agama, bahwa perbuatannya itu salah

dan membawa akibat buruk baginya. Untuk peserta didik yang termasuk

langganan, dipanggil orangtuanya atau di tangani petugas BP, atau

dibicarakan bersama dalam rapat bulanan. Kalau dipandang tidak sanggup

lagi dan dikuatirkan akan membawa dampak negatif bagi peserta didik

lainnya, maka yang bersangkutan dipindahkan.

Dalam menangani peserta didik yang melanggar norma sekolah

memang terdapat jenjang prosedur yang disepakati pada rapat bulanan, yaitu

dimulai dari guru di dalam kelas dan pengawas harian di luar kelas, juga guru

yang kebetulan melihat adanya pelanggaran. Berikutnya adalah dilaporkan

atau ditangani lagi oleh wali kelas dan petugas BP, tahapan selanjutnya

adalah wakasek kesiswaan, baru kepada kepala sekolah.

Jadi, untuk menanamkan kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah

perlu dilakukan tindakan-tindakan pendidikan yang dilakukan sekolah

melalui bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan bersama-sama dengan

guru dan didukung penuh oleh kepala madrasah. Sehingga sekolah benar-

86

Page 87: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

benar mempunyai fungsi sosial serta sarana mempersiapkan anak untuk

berdisiplin.

Oleh karena itu, tata tertib sekolah diberikan sejak awal masuk sekolah

dan dijelaskan pada masa orientasi pengenalan sekolah, namun sering

diingatkan pada waktu upacara, terutama kelengkapan seragam. Bila

melanggar tata tertib sekolah, peserta didik pasti diberikan hukuman dan

nasehat. Hal inilah yang sering dilakukan oleh petugas bimbingan dan

penyuluhan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) semarang 2, seperti Ibu Urfi

dengan gaya lemah lembutnya maupun keras, seperti Pak Ristiono, yang bisa

memukul atau menendang (tindakan demikian hanya dilakukan sewaktu-

waktu terhadap peserta didik yang perilakunya memang sudah dianggap

keterlaluan dan melampaui batas, karena berbagai tindakan persuasif tidak

mampu lagi mengatasinya).

Tindakan-tindakan bimbingan dan penyuluhan guru untuk membina

kedisiplinan peserta didik pada norma madrasah, kalau di telusuri maka akan

mewujudkan suatu pola tidankan yang menekankan pada keteladanan

berdasarkan ciri khas karakter pribadi guru masing-masing. Oleh karenanya

dalam setiap tindakan, ada guru yang karakter perilakunya dianggap peserta

didik keras-tegas seperti Bapak Ristiono dan Bapak Irfai, karakter luwes-

tegas seperti gaya Ibu Urfi, Pak Joko dan Ibu Nuri yang bergaya tidak keras,

persuasif dan personal semisal karakter Ibu Aini dan Ibu Reskiyati. Tindakan

lainnya adalah melakukan konseptualisasi norma, menjaga dan memelihara

kelancaran kegiatan belajar mengajar, pelibatan peserta didik,

pemeransertaan dan pembiasaan, pemberian ganjaran pada peserta didik yang

disiplin, berdedikasi dan berprestasi, pemberian nasehat, peringatan dan

pemberian saksi secara tegas dan konsisten terhadap peserta didik yang

melanggar norma sekolah.

Pola tindakan yang dilakukan guru terhadap peserta didik di madrasah,

selain diarahkan kepada tuntutan ditaatinya norma sekolah (Obidience

oriented), juga diarahkan pada penumbuhkembagkan kedisiplinan peserta

didik pada norma sekolah (need personal oriented), dengan pendekatan

87

Page 88: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

humanistik dalam mendampingi pesera didik untuk mencapai pribadi yang

baik, berprstasi, bertanggung jawab dan mampu menyesuaikan diri.

Tindakan yang dilakukan guru dalam membina kedisiplinan pesert

didik pada norma sekolah adalah berdimensi sosialisasi dan individualisasi

norma pada peserta didik. Pada satu sisi, menitikberatkan pada norma-norma

kolektif dan norma-norma pribadi guru. Sedangkan sisi lainnya

menumbuhkembangkan potensi peserta didik untuk mematuhi norma sekolah

berdasarkan kemampuannya dalam mengadaptasi norma sekolah, baik secara

sosial maupun pribadi.

Melalui sosialisasi norma akan terjadi juga individualisasi norma.

Dalam sosialisasi dan individualisasi norma tersebut, tidak hanya sekolah

yang membantu, tapi pribadi peserta didik juga berperan dalam

mengembangkan dirinya berdasarkan latar belakang historisitas.

Oleh karenanya, dalam melaksanakan tindakan-tindakan pendidikan

sebagai upaya pembinaan kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah,

pola kegiatan pelaksanaannya dilandasi oleh prinsip-prinsip kebersamaan,

menekankan keteladanan dan otonomi karakter pribadi guru masing-masing,

terbuka, akrab, melayani, dan memahami peserta didik, dengan mengenalkan

norma sekolah, dengan cara melibatkan, mengikutsertakan, dan

membiasakan peserta didik dalam aneka kegiatan sekolah, melalui

pendekatan yang tegas dan konsisten dalam memberikan ganjaran kepada

peserta didik yang patuh, berdedikasi tinggi, dan berprestasi, atau dalam

memberikan sanksi terhadap peserta didik yang tidak patuh, semuanya itu

berorientasi pada upaya membantu peserta didik untuk memahami diri dan

lingkungannya. Prinsip-prinsip, cara, pendekatan, dan orientasi pembinaan

kedisiplinan tersebut dilakukan di dalam dan di luar kelas, baik harian,

mingguan maupun bulanan.

C. Saat tindakan pendidikan digunakan oleh Bimbingan dan penyuluhan.

Secara umum tindakan yang digunakan BP dalam membina

kedisiplinan peserta didik pada norma sekolah dilakukan pada setiap saat

88

Page 89: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

yang memungkinkan. Oleh karena itu, para guru harus siap selalu dan tidak

pernah jemu untuk melihat gejala yang muncul dari ketidakdisiplinan peserta

didik, atau dari menurunnya prestasi dari peserta didik yang biasa disiplin,

sehingga BP ataupun guru hendaknya menegur peserta didik yang tidak

disiplin, dan mendorong peserta didik yang biasa disiplin untuk

meningkatkan prestasi, sebab BP di sekolah disamping membimbing juga

mempunyai tugas mendidik.

Lazimnya kalau di dalam kelas, sebelum masuk kelas, BP akan

memeriksa kelengkapan dan kerapian pakaian peserta didik, yang saat itu

mulai masuk lokasi sekolah. Tindakan pembinaan kepatuhan pada norma

sekolah terhadap peserta didik di luar kelas, biasanya pada pelaksanaan

upacara penaikan bendera hari Senin dan sesudah kegiatan senam kesegaran

jasmani pada hari Jum'at. Dalam persiapan pelaksanaan upacara, peserta

didik sudah ditata kerapian dan ketertiban untuk mengikuti upacara. Peserta

didik yang tidak lengkap seragam upacaranya langsung dihimbau untuk

membentuk kelompok sendiri di hadapan peserta upacara umumnya dan

setelah upacara dikenakan sanksi membersihkan lingkungan sekolah. Pada

acara pembina memberikan amanatnya, materinya biasanya nasehat dan

himbauan untuk mematuhi norma sekolah, terutama terhadap menurunnya

kedisiplinan pada suatu norma tertentu. Selain itu, nasehat, himbauan, dan

peringatan diberikan juga pada waktu acara pengumuman dan lain-lain, yang

diberikan oleh kepala sekolah, para wakasek atau guru yang ditunjuk.

Pada hari Jum'at, sesudah pelaksanaan senam kesegaran jasmani,

biasanya diberikan juga nasehat dan himbauan untuk mematuhi norma

sekolah, serta peringatan bagi yang melanggar maupun yang mau mencoba

melanggar. Setelah itu, dilaksanakan aksi kebersihan bersama terhadap

lingkungan sekolah dan kelas-kelas bersama para guru. Tindakan lainnya

diberikan kalau terjadi pelanggaran, biasanya pada jam pertama, peserta

langsung diberikan sanksi. Terlambat masuk ke kelas, padahal jam istirahat

telah usai, karena masih di kantin, juga diberikan sanksi.

89

Page 90: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

Sanksi yang diberikan biasanya ringan saja, seperti membersihkan

sampah. Setelah itu, diberikan nasehat dan penjelasan. Selain itu, guru juga

memberikan tugas tertentu, pada kelas yang kosong karena guru yang

seharusnya mengajar tidak ada. Kadangkala bila dianggap perlu dilakukan

razia, kalau dirasa ada gejala bahwa peserta didik membawa sesuatu yang

dilarang ke sekolah.

D. Latar belakang digunakannya tindakan pendidikan oleh Bimbingan.

Tindakan yang digunakan guru dalam membina kepatuhan peserta

didik pada norma sekolah adalah dilatarbelakangi oleh tugas, kewajiban,

tanggung jawab, dan panggilan hati sebagai seorang guru. Apalagi pada

SLTA dan Madrasah Aliyah merupakan pendidikan yang mempunyai muatan

pedidikan agama lebih banyak sehingga menjadi tuntutan itu lebih besar.

Ditambah dengan kondisi sosial ekonomi orang tua peserta didik mayoritas

dari kalangan menengah-bawah, bagaimana mengupayakan agar mereka

menjadi disiplin, baik dan pintar. Oleh karena itu, BP merasa tidak enak di

hati dan tidak nyaman melihat kalau ada peserta didik melakukan perbuatan

yang melanggar norma sekolah, sebab tugas BP tidak hanya membimbing,

tetapi juga mendidik.

Dalam pembinaan kedisiplinan peserta didik pada norma madrasah,

pelaksanaannya tidak dipandang sebagai bagian dari kewajiban formal dan

moral saja. Dalam arti kedisiplinan yang dibina tidak hanya diorientasikan

sebagai bagian dari hubungan formal dan moral antara sesama manusia,

sehingga dalam pembinaan kedisiplinan pada norma madrasah, sudah

menunjukkan keterkaitannya dengan perwujudan bahwa pembinaan itu

diarahkan juga sebagai bagian dari aktualisasi dan kebutuhan peserta didik

untuk disiplin kepada norma Ilahi. Karenanya, kedisiplinan peserta didik

pada norma madrasah tidak hanya berdimensi personal dan horizontal

(hubungan antar sesama insan), namun sudah menunjukan adanya dimensi

vertikal (hubungan antara insan dengan Tuhan). Adanya pembiasaan

pembacaan ayat-ayat pendek dari surat-surat Al-Qur’an yang

didengungkan setiap pagi hari yaitu setelah bel tanda masuk berbunyi dan

90

Page 91: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

pembacaan Asmaul Husna secara bersama-sama yang dilakukan peserta

didik dikelas dan dilaksanakannya shalat dluhur berjamaah merupakan nilai

lebih bagi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 yang berusaha

mengarahkan peserta didik menuju pribadi yang disiplin pada norma Ilahiah.

Di samping itu, tindakan yang diberikan adalah bertujuan untuk

membaikkan dan mendidik anak yang tidak disiplin, agar menjadi kapok bagi

dirinya sendiri, dan menjadi contoh yang lain agar tidak melanggar. Dalam

pelaksanaannya, digunakan pendekatan yang mendorong timbulnya rasa

tanggung jawab anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri, terutama

terhadap peserta didik yang terlambat. Para peserta didik yang datang

terlambat nampaknya telah mengetahui prosedur dan sanksi yang harus

dilakukan, seperti salah satu temuan pada waktu observasi:

Pukul 07.06 empat orang peserta didik ada yang datang terlambat. Tiga orang peserta didik laki-laki dan satu orang perempuan datang berjalan kaki. Pintu pagar sudah ditutup oleh petugas BP dan karyawan. Para peserta didik tersebut minta pada petugas BP untuk dibukakan pintu. Petugas membuka pintu. Para peserta didik yang terlambat di kelompokan jadi satu untuk diberikan pembinaan dan sanksi. setelah itu mereka diminta mencatatkan diri pada buku poin peserta didik bermasalah. Dengan tindakan yang dilakukan BP diharapkan terjadi perubahan

sikap dalam diri peserta didik dan mampu menyesuaikan diri dengan norma

sekolah. Jadi, tindakan yang diberikan dalam bentuk sanksi ataupun

pembiasaan diberi kesan bukan sebagai hukuman, atau beban tetapi sebagai

gotong royong. Latar belakang lainnya adalah konsensus tentang prosedur

yang harus diacu dalam memberikan tindakan, baik karena adanya norma

sekolah itu sendiri maupun hasil yang disepakati dalam rapat bulanan antara

kepala sekolah, petugas BP dan guru.

91

Page 92: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

a. Pola tindakan pendidikan yang mengandung muatan prinsip, cara,

pendekatan dan orientasi yang dilakukan petugas Bimbingan dan

penyuluhan (BP) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang 2 dalam

membina kedisiplinan peserta didik pada norma madrasah dapat dipandang

cukup berhasil, baik dilihat dari penilaian pihak atasan, reputasi madrasah,

kuantitas kedisiplinan peserta didik, kuantitas keterlibatan peserta didik

dalam kegiatan madrasah maupun keseharian perilaku peserta didik yang

berorientasi pada ketertiban, keamanan, kebersihan dan keindahan,

walaupun dengan motif yang beragam dan berbeda-beda.

b. Bentuk tindakan yang digunakan BP dalam membina kedisiplinan peserta

didik pada norma madrasah selain, ditentukan oleh pola tindakan yang

pelaksanaannya dilandasi oleh prinsip-prinsip kebersamaan, menekankan

keteladanan dan otonomi karakter pribadi petugas Bimbingan dan

Penyuluhan (BP) masing-masing, terbuka, akrab, melayani, dan

memahami peserta didik, dengan mengenalkan norma sekolah, bertindak

dengan cara melibatkan, mengikutsertakan dan membiasakan peserta didik

dalam aneka kegiatan madrasah, melalui pendekatan tindakan yang tegas

dan konsisten dalam memberikan ganjaran kepada peserta didik yang

patuh, berdedikasi tinggi dan berprestasi, atau dalam memberikan sanksi

terhadap peserta didik yang tidak patuh, dan semua tindakan berorientasi

pada upaya membantu peserta didik untuk memahami diri dan

lingkungannya juga ditentukan oleh kemauan peserta didik sendiri.

c. Pola tindakan yang dilakukan Bimbingan dan Penyuluhan (BP) dalam

pembinaan kedisiplinan peserta didik pada norma madrasah, baik dalam

prinsip-prinsip, cara, pendekatan dan orientasi yang dilakukan di dalam

dan di luar kelas, baik harian, mingguan maupun bulanan, pada satu sisi

berorientasi pada kedisiplinan (obedience oriented) pada norma madrasah

92

Page 93: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

sebagai sosialisasi norma. Sisi lainnya menumbuh-kembangkan

kedisiplinan peserta didik dengan pendekatan humanistik, sebagai

individualisasi norma.

d. Pola tindakan pembinaan kedisiplinan peserta didik pada norma madrasah,

jika dilihat dari pendekatan pembinaan disiplin adalah menekankan

pendekatan disiplin demokratis.

e. Tindakan pembinan kedisiplinan peserta didik pada norma madrasah

dilakukan setiap saat diperlukan yaitu pada saat terjadi peristiwa

pelanggaran yang dilakukan peserta didik maupun pada hari-hari biasa

yang memungkinkan untuk memberikan pembinaan.

f. Pola tindakan pembinaan kedisiplinan peserta didik pada norma madrasah

dilakukan atas dasar latar belakang tanggungjawab dalam dimensi

kewajiban formal dan moral, namun demikian pola tindakan tersebut juga

telah dimbangi dengan menampakkan dimensi agamis, yakni keterkaitan

secara nyata dengan upaya mengembangkan pribadi manusia, sebagai

sesama manusia dan sebagai insan Allah.

2. Saran

a. Petugas Bimbingan dan penyuluhan sudah selayaknya selalu

meningkatkan kinerjanya sesuai dengan tanggungjawab yang diemban

untuk selalu mendidik maupun membimbing peserta didik supaya mereka

dapat hidup selaras dengan tuntutan zaman dengan tetap berpegang pada

norma-norma yang berlaku pada lingkungan sekitar.

b. Kepala madrasah hendaknya tidak hanya mampu menolong peranan

petugas Bimbingan dan Penyuluhan sebagai pembimbing yang mampu

bekerja sama dan dalam kebersamaan dalam membina kedisiplinan peserta

didik, tetapi kepala madrasah sepatutnya selalu menolong dan

mengevaluasi kemampuan profesional dan keteladan para BP, sehingga

bimbingan, himbauan dan pengawasan terhadap para BP akan dilakukan

secara rutin untuk meningkatkan profesionalitas dan keteladan BP.

93

Page 94: BAB I PENDAHULUAN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/22/jtptiain-gdl-s1... · A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri ... strategi

c. Kepala madrasah hendaknya mencari peluang bagi penambahan wawasan

dan pengetahuan teoritis dan keagamaan bagi pengembangan kedisplinan

peserta didik pada norma madrasah ataupun pembinaan kedisiplinan

peserta didik dengan bekerja sama atau melakukan dialog dengan sesama

para BP antar madrasah maupun LPTK, para ahli, orang tua dan peserta

didik sendiri serta masyarakat di lingkungan madrasah.

3. Penutup

Demikianlah skripsi ini dibuat, penulis sadar bahwa skiripsi ini masih

banyak kekurangan di banyak hal baik sistematika penulisannya, refrensi

yang digunakan kurang lengkap, pembahasan yang kurang mendalam,

maupun bahasa yang kurang dapat dipahami. Oleh karena itu, saran dan

masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan dari semua pihak.

Penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam

semua aspek kehidupan, khususnya kehidupan dunia pendidikan. Dan Allah

SWT meridlainya. Amiin.

94