skripsi -...

128
NILAI DALAM PERKU (Studi kasus di Juru Diajukan u gu F INSTITUT AGA I COOPERATIVE LEARNING ULIAHAN PRAKTIKUM KIMIA usan Tadris Kimia Fakultas Tar Walisongo Semarang) SKRIPSI untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat una Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Kimia Oleh: HANIK FITRIYAH NIM: 083711009 FAKULTAS TARBIYAH AMA ISLAM NEGERI WALIS SEMARANG 2012 A DASAR rbiyah IAIN SONGO

Upload: lamtuong

Post on 28-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NILAI

DALAM PERKUL

(Studi kasus di Jurus

Diajukan un

guna

FA

INSTITUT AGA

ILAI COOPERATIVE LEARNING

KULIAHAN PRAKTIKUM KIMIA

Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarb

Walisongo Semarang)

SKRIPSI

kan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

una Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Kimia

Oleh:

HANIK FITRIYAH

NIM: 083711009

FAKULTAS TARBIYAH

AGAMA ISLAM NEGERI WALISO

SEMARANG

2012

IMIA DASAR

Tarbiyah IAIN

ALISONGO

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hanik Fitriyah

NIM : 083711009

Jurusan/Program studi : Tadris Kimia/S1

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri,

kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 20 Juni 2012

Saya yang menyatakan,

HANIK FITRIYAH

NIM: 083711009

NOTA PEMBIMBING

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu‘alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahw

skripsi dengan:

Judul : NILAI COO

PRAKTIKUM

Fakultas Tarb

Nama : HANIK FITRIY

NIM : 083711009

Jurusan : Tadris

Program Studi : Tadris Kimia

Saya memandang bahwa nask

Tarbiyah IAIN Walisongo untu

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Semarang, 30 April 201

iyah

bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan da

COOPERATIVE LEARNING DALAM P

IKUM KIMIA DASAR (Studi kasus di Jurusa

s Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang)

FITRIYAH

a naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan

o untuk diajukan dalam sidang munaqasyah.

ril 2012

han dan koreksi naskah

M PERKULIAHAN

urusan Tadris Kimia

jukan kepada Fakultas

NOTA PEMBIMBING

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu‘alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahw

skripsi dengan:

Judul : NILAI COO

PRAKTIKUM

Fakultas Tarb

Nama : HANIK FITRIY

NIM : 083711009

Jurusan : Tadris

Program Studi : Tadris Kimia

Saya memandang bahwa nask

Tarbiyah IAIN Walisongo untu

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Semarang, 30 April 201

iyah

bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan da

COOPERATIVE LEARNING DALAM P

IKUM KIMIA DASAR (Studi kasus di Jurusa

s Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang)

FITRIYAH

a naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan

o untuk diajukan dalam sidang munaqasyah.

ril 2012

han dan koreksi naskah

M PERKULIAHAN

urusan Tadris Kimia

jukan kepada Fakultas

ABSTRAK

Judul : Nilai Cooperative Learning dalam Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar

(Studi kasus di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang)

Penulis : Hanik Fitriah

NIM : 083711009

Skripsi ini membahas nilai Cooperative Learning dalam Perkuliahan Praktikum

Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Kajiannya dilatarbelakangi oleh perkuliahan praktikum yang lebih dikenal dengan

pembelajaran secara berkelompok atau Cooperative Learning, akan tetapi dalam

pelaksanaannya terkadang tidak sesuai dengan prinsip dasar kooperatif. Studi ini

dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Bagaimanakah pelaksanaan Perkuliahan

Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang? (2) Apa sajakah nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan

Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di

laboratorium Kimia Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Pelaksanaan praktikum di laboratorium tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk

mendapatkan gambaran pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar dan nilai

Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di Jurusan

Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Datanya diperoleh dengan cara

observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi data. Semua data di analisis dengan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Desain pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia

Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang terbagi menjadi

enam fase yaitu: menyampaikan tujuan dan mempersiapkan mahasiswa, menyajikan

informasi, mengorganisir mahasiswa ke dalam tim-tim belajar, membantu kerja tim dan

belajar, mengevaluasi, dan memberikan pengakuan atau penghargaan dan hukuman. Dari

keenam fase tersebut sebenarnya masih banyak hal yang harus dikerjakan dalam pelaksanaan

praktikum Kimia Dasar untuk menjadi lebih ideal. Tetapi paling tidak secara prinsip

perkuliahan, manual atau prosedur perkuliahan sudah berjalan sebagaimana mestinya. (2)

Nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di

Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang adalah sebagai berikut:

saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasi

antar anggota, dan pemrosesan kelompok. Dalam pelaksanaan perkuliahan Kimia Dasar kelima

nilai tersebut secara prinsip sebenarnya sudah berlangsung secara penuh. Hanya saja, mengenai aspek

nilai pemrosesan kelompok masih terlihat belum bisa dipraksiskan sebagaimana mestinya dalam

perkuliahan.

PERSEMBAHAN

Untaian kata takkan mampu melukiskan kebahagiaan atas segala rahmat, hidayah,

serta karunia-Nya, sehingga tersusun sebuah karya sederhana ini. Dengan segala kerendahan

hati, skripsi ini penulis persembahkan untuk ayahanda Suhardi, Ibunda Masriyah, Adik

tercinta Muhammad Ali Musyafa’, simbah dan seluruh keluarga tersayang.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang

telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan kita lebih bermakna

dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah

membawa cahaya Ilahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya dalam

memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak

yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang

sangat besar artinya bagi penulis, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah merestui

pembahasan skripsi ini;

2. Ratih Rizki Nirwana, S.Si, M.Pd dan Dr. Widodo Supriyono, M.A, selaku pembimbing

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan

dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

3. Atik Rahmawati, M.Si, selaku kepala prodi Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang yang telah memberikan izin tempat penelitian dalam skripsi ini;

4. Ervin Trisuryandari, M.Si, selaku dosen praktikum Kimia Dasar IAIN Walisongo

Semarang yang telah berkolaborasi dengan peneliti dan membantu kelancaran penelitian

ini;

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis

mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini;

6. Ayahanda Suhardi, ibunda Masriyah, adik tercinta Muhammad Ali Musyafa’, dan

simbah yang telah mencurahkan kasih sayangnya, perhatian dan dengan penuh

kesabaran, serta rangkaian doa tulusnya yang tiada henti demi suksesnya studi penulis;

7. Hasan Ubaidillah, S.Pd.I, yang selalu setia mendampingi dan senantiasa memberikan

motivasi, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

8. Keluarga besar bapak Dr. K. H. Imam Taufiq, M.Ag, yang merupakan keluarga kedua

bagi penulis di Semarang, yang telah mengajarkan pengalaman hidup dan ilmu yang

sangat berarti bagi penulis;

9. Segenap keluarga besar Pondok Pesantren Darut-Tauhid, Roudhotul Muttaqin dan Darul

Falah Be-Songo Semarang, yang telah memberikan ilmu, nasihat, dan semangat;

10. Kakak-kakak di Racana Walisongo IAIN Walisongo, kawan-kawan di LPM Edukasi,

kawan-kawan KMJS, sahabat-sahabat PMII dan kawan-kawan Tadris Kimia angkatan

2008, terima kasih atas semangat dan kebersamaan yang penuh arti;

11. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan,

baik secara moril maupun materiil selama proses penulisan skripsi ini.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya uraian terima

kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka

dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya dan semoga skripsi yang

berjudul “NILAI COOPERATIVE LEARNING DALAM PERKULIAHAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR (Studi kasus di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang)” ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya.

Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini

belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amiin.

Semarang, 4 Juni 2012

Hanik Fitriyah

NIM. 083711009

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................... .... i

PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... .... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................ .... iii

NOTA PEMBIMBING .............................................................. .... iv

HALAMAN ABSTRAK .................................................. ............... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................... .... vi

KATA PENGANTAR .................................................................... .... vii

DAFTAR ISI .................................................................................. .... viii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah .................................................... 1

B. Fokus Permasalahan .............................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 4

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Kajian pustaka ................................................................ ..... 6

B. Kerangka teoretik ......................................................... ..... 8

1. Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar ....................................... 8

a. Praktikum .......................................................................... 8

b. Perkuliahan Praktikum ...................................................... 9

c. Perkuliahan praktikum Kimia Dasar ................................ 19

2. Nilai Cooperative Learning ......................................... ..... 22

a. Nilai .................................................................................. 22

b. Cooperative Learning ....................................................... 23

c. Nilai Cooperative Learning .............................................. 26

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian................................................................ ..... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 32

C. Sumber Penelitian........................................................... ..... 32

D. Fokus Penelitian................................................. ................ 33

E. Metode Pengumpulan Data.............................................. 33

F. Teknik Analisis Data....................................................... ..... 37

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang ................................ 40

a. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan

Mahasiswa .................................................................. .. 41

b. Menyajikan Informasi ..................................................... .. 43

c. Mengorganisir Mahasiswa ke dalam Tim-tim Belajar ... ...... 45

d. Membantu Kerja Tim dan Belajar ..................................... .. 46

e. Mengevaluasi .............................................................. .. 47

f. Memberikan Pengakuan atau Penghargaan dan Hukuman .. .. 51

B. Nilai-nilai Cooperative Learning dalam Perkuliahan Praktikum

Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah .............. 54

IAIN Walisongo Semarang

a. Saling Ketergantungan Positif .................................................... 55

b. Tanggung Jawab Perseorangan .................................................. 58

c. Interaksi Promotif ....................................................................... 62

d. Komunikasi Antar Anggota ........................................................ 65

e. Pemrosesan Kelompok ............................................................... 66

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................... 70

B. Saran ........................................................................... ........ 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Proses pendidikan di kampus, pembelajaran merupakan aktifitas yang

paling utama. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung

pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara mahasiswa

dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang

lebih baik.1

Sedangkan dalam terminologi belajar secara praktis adalah proses

perubahan tingkah laku. Maka, pengertian ini membedakan secara tegas

antara proses belajar dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.

Keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan kepada tingkat

perbedaan cara berfikir, merasa dan berbuat, antara sebelum dan sesudah

memperoleh pengalaman-pengalaman belajar. Dari perubahan dimaksud

diperoleh perubahan yang secara langsung dapat dilihat menurut mata lahiriah

dan sebagian yang lain hanya dapat dilihat dari aspek gejalanya. Hal yang

demikian ini berarti bahwa di dalam setiap proses itu sendiri mempunyai dua

dimensi penting yang harus diperhatikan, yaitu; lahiriah dan bathiniah. Dua

dimensi tersebut secara konseptual memberikan implikasi serius dalam

pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran.

Dalam proses pembelajaran atau perkuliahan (dalam bahasa

kampusnya), mahasiswa sering kali diperkenalkan dengan suatu konsep

bahwa keberhasilan lebih merujuk pada ranah kompetisi (competition)

daripada kooperasi (Cooperative). Sikap ekslusif dalam pembelajaran antar

mahasiswa bahkan menjadi budaya belajar di kelas, mereka beranggapan

dengan kemampuan yang lebih dibandingkan teman-temannya akan berakibat

pada kesempatan mendapat perhatian lebih oleh dosen. Belum lagi

1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karekteristik dan Implementasi,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 100.

2

penghormatan oleh teman-temannya akan diterima di manapun dia berada.

Hal inilah yang kemudian mendasari sebagian mahasiswa yang merasa puas

saat dia belajar sendiri. Mereka tidak berfikir saat ini, ia dan kawan-kawannya

berada dalam satu kapal dengan tujuan yang sama. Sangat naif ketika ada

salah satu dari mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran

dan membutuhkan penjelasan akan tetapi tidak ada kepedulian antar sesama

mahasiswa, oleh karena itu dibutuhkan adanya kesepahaman antara

mahasiswa satu dengan yang lainnya agar dapat saling melengkapi untuk

mencapai tujuan bersama.

Kurt Lewin sering mengatakan, “Saya selalu mendapati diri saya tidak

mampu berpikir sebagai satu pribadi tunggal.”2 Pembelajaran adalah sebuah

proses personal dan sosial yang akan membawa hasil jika setiap individu

saling bekerja sama untuk membangun pemahaman dan pengetahuan

bersama. Struktur-struktur kompetitif dan individualistis, yang mengisolasi

mahasiswa dari mahasiswa lainnya, cenderung menghalangi pencapaian. Oleh

sebab itu ketika dosen ingin memaksimalkan pembelajaran, meningkatkan

retensi mereka dan mendorong penggunaan strategi-strategi penalaran dengan

tingkat yang lebih tinggi, maka sebaiknya mereka didorong untuk

menggunakan kooperatif daripada kompetitif atau indifidualistik.

Bagaimana para mahasiswa dapat saling membantu dalam belajar dan

saling mendorong satu sama lain untuk meraih sukses secara akademis. Untuk

mencapai hasil maksimal dalam pendidikan, saat ini telah muncul beragam

pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang kini banyak mendapat respon

adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Dalam pembelajaran kooperatif, para mahasiswa akan duduk bersama

dan diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi social dengan

teman-temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara dosen

menjadi motivator dan fasilitator aktivitas mahasiswa. Secara umum

pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh dosen, di mana dosen

menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-

2 David W. Johnson, dkk, Colaborative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 35.

3

bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu mahasiswa

menyelesaikan masalah yang dimaksud. 3

Pembelajaran kooperatif tentu saja bukan hal baru. Para dosen sudah

menggunakannya dalam bentuk kelompok dalam pembelajaran praktek

laboratorium. Pada Pembelajaran kooperatif masing-masing tim saling

bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap satu timnya mampu membuat

diri mereka belajar sama baiknya.

Salah satu implementasi Cooperative Learning adalah dalam

perkuliahan Praktikum Kimia Dasar yang telah diterapkan pada Jurusan

Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Karena pada

dasarnya dalam pelaksanaan pembelajaran praktikum mengutamakan aspek

kebersamaan dan kerja sama dalam memahami bahan dan materi yang

diujikan.

Dalam perkuliahan praktikum Kimia Dasar mahasiswa didorong untuk

mengembangkan pengalaman yang telah dimiliki yaitu teori-teori yang

didapat pada perkuliahan Kimia Dasar 1 dan Kimia Dasar 2 dengan

pengalaman baru yang dihadapi, sehingga mahasiswa dapat menemukan

jawaban-jawaban atas problem yang telah dihadapi. Selain itu mahasiswa

berusaha belajar dalam memecahkan problem secara bersama-sama dengan

kelompok dalam mengembangkan kemampuan menganalisis dan mengelola

informasi sehingga membentuk semacam kerangka yang akan mendapatkan

elaborasi dan penguatan pada materi yang sudah didapatkan. Dengan hal

tersebut mahasiswa akan mendapatkan pemahaman yang komprehensif atas

sebuah kajian. Akan tetapi dalam prakteknya kadang tidak diterapkan

pembelajaran yang sesuai dengan model yang sebenarnya sehingga hasil yang

didapatkan juga tidak maksimal bagi mahasiswa.

3 Agus Supriyono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 54-55.

4

Mengingat pentingnya sebuah proses pembelajaran sebagai langkah

untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa, maka kelemahan-kelemahan

dalam proses pembelajaran harus diperbaiki. Berdasarkan hal tersebut maka

dilakukan penelitian dengan judul “NILAI COOPERATIVE LEARNING

DALAM PERKULIAHAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (STUDI KASUS

DI JURUSAN TADRIS KIMIA FAKULTAS TARBIYAH IAIN

WALISONGO SEMARANG)”.

B. FOKUS PERMASLAHAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang peniliti paparkan di atas,

maka peneliti memfokuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di

Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang?

2. Apa sajakah nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan

Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan pada rumusan permasalahan di atas, maka yang menjadi

tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan penelitian

a. Mengetahui secara mendetail tentang pelaksanaan perkuliahan

praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang.

b. Mengetahui nilai-nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan

perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas

Tarbiyah IAIN walisongo Semarang yang meliputi unsur saling

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi

promotif, komunikasi antar anggota dan pemrosesan kelompok.

5

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan memiliki kontribusi

dalam menggali pola pembelajaran, menggali sikap kerja sama siswa

dan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran bahwa

tidak hanya aspek kognitif mahasiswa saja yang harus diperhatikan,

tetapi aspek afektif khususnya sikap kerja sama juga merupakan hal

yang tidak kalah penting untuk diperhatikan.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan memiliki kegunaan

bagi praktisi pada perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan

Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk

dijadikan acuan bagi pengembangan dalam lembaga dalam rangka

menjaga keberlangsungan proses belajar mengajar yang lebih efektif.

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA

Berbicara mengenai Cooperative Learning banyak penelitian yang

membahas mengenai hal tersebut. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan

sebelumnya yang membahas topik tersebut atara lain :

1. Skripsi Nur Aini (3104069) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul, “Penerapan

Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achivement Devision)

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik pada Pokok

Bahasan Aritmatika Sosial Kelas VII A MTS Tarbiyatul Ulum Wedung

Demak Tahun Pelajaran 2008/2009”.

Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan

bahwa aktifitas dosen dan aktifitas peserta didik pada tiap-tiap siklus

mengalami peningkatan. Sebelum dilakukan model pembelajaran STAD

ketuntasan belajar klasikal sebesar 20,0%, setelah dilaksanakan model

pembelajaran ini pada siklus I mencapai 46,67%, pada siklus II mencapai

37,33% dan pada siklus III mencapai 93,33%. Hal ini membuktikan bahwa

dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Tipe Student Team

Achievment Division (STAD) di MTS Tarbiyatul Ulum Wedung Demak

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.1

2. Skripsi M Tabroni (3104145) Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul, “Efektivitas Model

Pembelajarn Cooperative Learning Tipe Jigsaw II Terhadap hasil belajar

Biologi Materi Pokok Sistem Respirasi pada Peserta Didik Kelas XI MAN

Pemalang”.

1 Nur Aini, “Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achivement

Devision) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik pada Pokok Bahasan

Aritmatika Sosial Kelas VII A MTS Tarbiyatul Ulum Wedung Demak Tahun Pelajaran

2008/2009”, Skripsi (Semarang: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, 2009).

7

Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan

bahwa adanya perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajarkan

dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe jigsaw II dengan

peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Hal tersebut juga ditunjukkan dari rata-rata kedua kelas, dimana rata-rata

kelas eksperimen x = 87,02 dan rata-rata kelas kontrol x = 81,8. Dengan

demikian hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw II lebih efektif

untuk meningkatkan hasil belajar biologi materi pokok sistem respirasi

pada peserta didik kelas XI MAN Pemalang.2

3. Skripsi Siti Mursidah (4301403070) Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

yang berjudul, “Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui

Cooperative Learning Kombinasi Student team Achievement Division

(STAD) dan Team Games Tournament (TGT) Terintegrasi Ketrampilan

Generik”

Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan

bahwa rata-rata hasil belajar mahasiswa pada siklus I untuk aspek kognitif

71.13 dengan ketuntasan klasikal 72,9%, sedangkan untuk aspek

psikomotorik rata-rata kelas sebesar 66,14 dengan ketuntasan 62,16%.

Pada siklus II rata-rata hasil belajar untuk aspek kognitif 81.54 dengan

ketuntasan klasikal 91,9%, sedangkan untuk aspek psikomotorik diperoleh

rata-rata kelas sebesar 77,25 dengan ketuntasan 89,19%. Berdasarkan hasil

penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil

belajar kimia pokok materi hidrokarbon melalui model pembelajaran

kooperatif kombinasi STAD dan TGT terintegrasi ketrampilan generik.

Saran yang terkait dengan hasil penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperati kombinasi STAD dan TGT terintegrasi ketrampilan generik

2 M Tabroni, “Efektivitas Model Pembelajarn Cooperative Learning Tipe Jigsaw II

Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Respirasi pada Peserta Didik Kelas XI MAN

Pemalang”, Skripsi (Semarang: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang, 2009).

8

dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran kimia di sekolah

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.3

Sebagai hal pembeda dari penelitian-penelitian yang sudah ada bahwa

dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti desain pelaksanaan perkuliahan

Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang termasuk mengenai aspek nilai Cooperative Learning.

Artinya dalam penelitian ini akan lebih banyak mengkaji bagaimana

dialektika praktikum pada level perguruan tinggi, dan itu belum dibahas

dalam penelitian terdahulu.

B. KERANGKA TEORETIK

1. Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar

a. Praktikum

Dalam dunia pendidikan disadari perlunya menghubungkan

antara teori dan praktek. Prinsip-prinsip akan di kaji dalam praktek.

Apa yang terdapat dalam pengalaman praktek dicari dasar-dasarnya

dalam teori, dalam prinsip-prinsip. Hubungan antara teori dan praktek

sebaiknya bersifat berlapis-lapis yang integratif, di mana teori dan

praktek secara bergantian dan bertahap saling isi mengisi, saling

mencari dasar, dan saling mengkaji. Atas dasar itu maka dalam sebuah

pembelajaran membutuhkan sebuah aktivitas praktik langsung, paling

tidak melalui ruang praktikum pendidikan.

Praktikum adalah subsistem dari perkuliahan yang merupakan

kegiatan terstruktur dan terjadwal yang memberi kesempatan kepada

mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dalam rangka

meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teori atau agar

mahasiswa menguasai keterampilan tertentu yang berkaitan dengan

3 Siti Mursidah, “Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Cooperative Learning

Kombinasi Student team Achievement Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT)

Terintegrasi Ketrampilan Generik”, Skripsi (Semarang: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, 2007).

9

suatu pengetahuan atau suatu mata kuliah.4 Jadi dalam praktikum

mahasiswa berlatih dalam hal keterampilan melakukan praktek,

demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengembangan ilmu

pengetahuan.

b. Perkuliahan Praktikum

Pelaksanaan perkuliahan tidak dapat dipisahkan dari pola dasar

pembelajaran mahasiswa. Dengan melaksanakan perkuliahan,

mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuan

mahasiswa dapat memperbaiki mutu hidup menjadi lebih baik. Pada

prinsipnya, perkuliahan adalah suatu proses penambahan informasi dan

fakta-faktanya, yang mengendap menjadi pengetahuan. Segala sesuatu

yang dipelajari adalah menghubungkan antara pengalaman-pengalaman

individu dengan pengetahuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Perkuliahan merupakan aktivitas yang dilakukan setiap

mahasiswa, dalam perkuliahan maka tidak akan lepas dari yang

namanya belajar. Belajar merupakan aktivitas yang menghasilkan suatu

perubahan secara konstan, relatif dan fungsional. Karena belajar

merupakan aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap5.

Aktivitas dimaksud, menurut Winkel merupakan aktivitas jasmani dan

ruhani atau aktivitas lahir dan batin. Sedangkan Dimyati 6 dalam

bukunya Psikologi Pendidikan, menjelaskan bahwa esensi belajar

adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri seseorang karena

pengalaman. Pengertian kedua menitik beratkan adanya dua faktor

penting, yaitu perubahan dan pengalaman. Atau dalam bahasa

Whiterington perubahan perilaku karena pengalaman yang terjadi baik

4 www.unri.ac.id/2010/01/arti-dan-tujuan-praktikum.html. diunduh pada tanggal 24 Juni

2012. 5 WS. Winkel SJ. M.Sc., Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1999), hlm. 53.

6 Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Terapan), (Yogyakarta:

BPFP, 1990), hlm.121.

10

pada hewan maupun manusia.7 Pengertian ini lebih dekat dengan

penjelasan Reber, yang menjelaskan bahwa belajar adalah ….” A

relatively permanent change in respons potentiality which occurs as

aresult of reinforced practice”. Jadi belajar adalah “terjadinya

perubahan kemampuan bereaksi dan relatif secara menetap sebagai

hasil latihan yang diperkuat”. Sedangkan dalam versi yang lain Reber

melihat perilaku belajar lebih cenderung kognitivist, dan ini tidak

banyak direspon oleh para ahli psikologi.

Chaplin,8 dalam Dictionary of Psychology, menjelaskan

pengertian belajar. “….acquisition of anyrelatively permanent change in

behavior as a result of practice and experience”. Intinya, pertama

adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai

akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan rumusan pengertian yang

kedua adalah “….process of acquiring responses as a result of special

practice”. Dari teks tersebut dapat dipahami bahwa belajar adalah

“proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan

khusus”. yang akan berujung kepada kesimpulan bahwa belajar itu

dihasilkan oleh dua pandangan psikologi, yaitu kognitif dan

behavioristik.

Hal ini juga ditekankan oleh Charles E. Skinner yang

menyimpulkan bahwa “……Learning is a process of progressive

behavior adaptation”. Dari teks tersebut dapat dipahami bahwa belajar

adalah “proses adaptasi untuk memperbaiki tingkah laku”. Sedangkan

Wittig dalam “Psychology Of Learning” yang dikutip oleh Muhibbin

Syah, 9 juga menjelaskan bahwa belajar adalah “ …any relatively

permanent change in an organis’s behavioral repertoire thatoccurs as

a result of experience”. Dari teks Wittig tersebut terdapat hal penting

yang perlu dicatat ialah “tidak adanya penekanan terhadap perubahan

7 Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), hlm. 42-43.

8 Chaplin, JP. Dictionary Of Psychology, (New York: Dell Publishing Co., Inc.), hlm. 790.

9 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), hlm.

90.

11

yang bersifat lahiriah semata, akan tetapi lebih kepada seluruh aspek

perubahan yang menyangkut psiko-fisik organisme”. Pemahaman

Wittig tersebut sangat mungkin didasarkan kepada keyakinannya bahwa

tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator terhadap

adanya perilaku belajar, karena perilaku tersebut tidak dapat diobservasi

secara langsung. Akan tetapi Skinner sebagai salah satu tokoh

behavioristik lebih menitik beratkan pada perubahan tingkah laku

lahiriah.

Sedangkan belajar dalam penjelasan Henry Clay Lindren10

“…….a process of adding information and facts to the store of

knowledge one already possesses”. This theory ignores the fact that

everything learned is learned in relation to the individual’s previous

experience and thet knowledge does not and cannot exist as something

separate”

Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat

adanya latihan khusus. yang akan berujung kepada kesimpulan bahwa

belajar itu dihasilkan oleh dua pandangan psikologi, yaitu kognitif dan

behavioristik. Hal ini juga ditekankan oleh Charles E. Skinner yang

menyimpulkan bahwa “……Learning is a process of progressive

behavior adaptation”. Dari teks tersebut dapat dipahami bahwa belajar

adalah “proses adaptasi untuk memperbaiki tingkah laku”. Sedangkan

Wittig dalam Psychology Of Learning yang dikutip oleh Muhibbin

Syah, 11 juga menjelaskan bahwa belajar adalah “ …any relatively

permanent change in an organis’s behavioral repertoire thatoccurs as

a result of experience”. Dari teks Wittig tersebut terdapat hal penting

yang perlu dicatat ialah “tidak adanya penekanan terhadap perubahan

yang bersifat lahiriah semata, akan tetapi lebih kepada seluruh aspek

perubahan yang menyangkut psiko-fisik organisme”. Pemahaman

Wittig tersebut sangat mungkin didasarkan kepada keyakinannya bahwa

10 Hanry Clay Lindren, Psychology In The Classroom, (New York: John Wiley & Sons,

1960), hlm. 195.

11 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, hlm. 89-90.

12

tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator terhadap

adanya perilaku belajar, karena perilaku tersebut tidak dapat diobservasi

secara langsung. Akan tetapi Skinner sebagai salah satu tokoh

behavioristik lebih menitik beratkan pada perubahan tingkah laku

lahiriah.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah “suatu proses penambahan informasi dan fakta-faktanya,

yang mengendap menjadi pengetahuan. Segala sesuatu yang dipelajari

adalah menghubungkan antara pengalaman-pengalaman individu

dengan pengetahuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan”. Jadi belajar

bukan semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang

tersaji dalam bentuk materi pelajaran yang terkadang masih sangat

verbal, sebagai latihan belaka, seperti latihan membaca dan menulis.

Pemahaman yang demikian itu, akan membuat seseorang merasa

cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan

keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengertian mengenai

arti, hakekat, dan tujuan keterampilan tersebut.

Para ahli psikologi pendidikan yang tergolong cognitivist12

bersepakat bahwa hubungan antara belajar, memori, dan pengetahuan

itu sangat erat dan tak mungkin dipisahkan. Memori, yang biasanya

kita artikan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental

yang menangkap informasi dari stimulasi. Ia merupakan storage

sistem13 yaitu sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang

terdapat di dalam otak manusia. Penjelasan tersebut ditegaskan juga

12 Istilah kognitif berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian

yang luasnya adalah cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.

Pada perkembangan selanjutnya istilah kognitif ini menjadi populer sebagai suatu wilayah

psikologi manusia atau konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi

setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,

memberikan, menyangka, pertimbangan, mengolah informasi, berfikir dan keyakinan. Sehingga

dalam konteks perkembangan anak aspek kognitif akan banyak mengkaji seputar perkembangan

pemahaman anak atas sebuah obyek atau ilmu yang mereka terima baik dari subyek aktif maupun

pasif. Pada masa perkembangan kognitif anak-anak selalu melewati tahapan-tahapan dengan

urutan yang tidak pernah berubah, Lihat William Crain, Teori Perkembangan, Konsep dan

Aplikasi, Terj. Yudi Santoso, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 171. 13 WS. Winkel SJ. M.Sc., Psikologi Pengajaran, hlm. 104-105.

13

oleh Bruno, bahwa memori adalah proses mental yang meliputi

pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan

pengetahuan.

Sedangkan Proses pembelajaran adalah sebuah interaksi

edukatif, yang mana dalam sebuah interaksi tentunya harus

memperhatikan proses penting yang akan menjadikan sebuah interaksi

dalam proses pembelajaran menjadi ideal. Proses tersebut adalah

Pertama, proses Interaksi (mahasiswa berinteraksi secara aktif dengan

dosen, rekan mahasiswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb).

Kedua, proses Komunikasi (mahasiswa mengkomunikasikan

pengalaman belajar mereka dengan dosen dan rekan mahasiswa lain

melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses

Refleksi, (mahasiswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa

yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).

Keempat, proses Eksplorasi (mahasiswa mengalami langsung dengan

melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan,

penyelidikan dan atau wawancara).14

Dengan memperhatikan beberapa proses tersebut, mahasiswa

sebagai peserta didik telah dijadikan sebagai subjek dalam proses

perkuliahan, dengan kata lain mahasiswa adalah sebuah unsur pokok

dan sentral, bukan unsur pendukung dan tambahan. Dan dosen sebagai

pengajar tidak sepenuhnya mendominasi kegiatan pembelajaran,

melainkan membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta

memberikan motivasi dan bimbingan agar mahasiswa dapat

mengembangkan potensi dan kreatifitasnya melalui kegiatan belajar.

Untuk itu mekanisme belajar yang cenderung rumit tersebut

jangan kemudian diartikan dan diimplementasikan secara kaku,

terutama ketika itu berkait dengan pembelajaran untuk anak usia dini.

Karena pada dasarnya pembelajaran yang baik itu adalah pembelajaran

yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan peserta didik. Nah karena

14 Ihsan, Psikologi Belajar Al-Ghazali, (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm.76.

14

mahasiswa merupakan manusia dewasa yang dikaruniai kekuatan pikir

dan kesadaran sosial yang sama baiknya, maka alangkah baiknya jika

perkuliahan yang mereka jalani didesain sebagai media pencerdasan diri

sekaligus sebagai media pemantik munculnya ghiroh bekerja sama

dalam belajar, sebagai medium pelatihan kekuatan bekerja sama di

kalangan masyarakat nantinya.

Ketika perkuliahan diejawantahkan dalam bentuk praktikum,

maka cara belajar yang paling tepat adalah melalui kelompok. Dengan

belajar kelompok mahasiswa belajar bekerja sama, bertanggung jawab

dan sangat mendukung untuk mengembangkan keterampilan dalam

memecahkan masalah secara sistematik. Bekerja sama merupakan

perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama sehingga tampak

kebersamaan dan kekompakan dalam mencapai tujuan bersama.

Sikap bekerja sama dapat dikembangkan melalui kerja

kelompok. Menurut Lungren berada dalam kelompok berarti mahasiswa

melakukan kerja sama selama kegiatan berlangsung.15 Jumlah

mahasiswa yang bekerja sama dalam masing-masing kelompok harus

dibatasi agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama

secara efektif, karena apabila kelompok makin besar maka dapat

mengakibatkan makin kurang efektif kerja sama antara para

anggotanya. Lie berpendapat bahwa kelebihan dari jumlah anggota

kelompok yang hanya tiga sampai empat orang yaitu memberikan

kesempatan anggota kelompok, memudahkan interaksi dengan anggota

lainnya, lebih banyak memunculkan ide, serta lebih banyak tugas yang

dapat dilakukan oleh tiap anggota kelompok.16

15 Nurhayati, “Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif dalam Materi

Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green Chemistri”, skripsi (Bandung: Jurusan

Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, 2009), hlm. 13. 16 Nurhayati, “Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif dalam Materi

Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green Chemistri”, hlm. 14.

15

Menurut Dimyati dan Mujiono kerja sama secara umum dapat

menjadikan mahasiswa:17

1) Merasa sadar diri sebagai anggota kelompok

2) Merasa sadar diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok

3) Memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung

4) Memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan

mahasiswa lainnya

5) Memiliki tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab

kelompok.

Sintak model perkuliahan yang melalui kelompok terdiri dari

enam fase.18

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan mahasiswa

Perilaku dosen menjelaskan tujuan

perkuliahan dan mempersiapkan

mahasiswa siap belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi

kepada mahasiswa secara verbal

Fase 3

Mengorganisir mahasiswa ke

dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada

mahasiswa tentang tata cara

pembentukan tim belajar dan

membantu kelompok melakukan

transisi yang efisien

Fase 4

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama

mahasiswa mengerjakan tugasnya

Fase 5

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan mahasiswa

mengenai berbagai materi

perkuliahan atau kelompok-

17 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.

166. 18 Siti Mursidah, Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Cooperative Learning

Kombinasi Student Team Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT)

Terintegrasi keterampilan Generik, hlm. 13-14.

16

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya

Fase 6

Memberikan pengakuan atau

penghargaan dan hukuman

Mempersiapkan cara untuk

mengakui usaha dan prestasi

individu maupun kelompok dan

hukuman bagi mahasiswsa yang

tidak mengikuti prosedur dalam

perkuliahan.

Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud perkuliahan kooperatif. Hal

ini penting untuk dilakukan karena mahasiswa harus memahami dengan

jelas prosedur dan aturan dalam perkuliahan. Fase kedua, dosen

menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.

Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi

perkuliahan dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus di selaraskan

dengan cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam

merestrukturisasikan tugasnya. Dosen harus menjelaskan bahwa

mahasiswa harus saling bekerja sama di dalam kelompok. Penyelesaian

tugas kelompok harus merupakan tugas kelompok. Tiap anggota

kelompok memiliki pertanggung jawaban untuk mendukung

tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan

sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas

kelompok kepada individu lainnya. Fase keempat, dosen perlu

mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tugas-tugas yang

dikerjakan mahasiswa dan waktu yang di alokasikan. Pada fase ini

bantuan yang diberikan dosen dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau

meminta beberapa mahasiswa mengulangi hal yang sudah di

tunjukkannnya. Fase kelima, dosen melakukan evaluasi dengan

menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan

perkuliahan. Fase keenam, dosen mempersiapkan struktur reward yang

akan diberikan kepada mahasiswa. Fariasi struktur reward bersifat

17

individualistis, kompetitif dan kooperatif. Struktur reward terjadi

apabila sebuah reward dapat di capai tanpa tergantung pada apa yang

dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika mahasiswa

di akui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang

lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun

anggota tim-timnya saling bersaing. Selain itu dosen harus memberikan

hukuman bagi mahasiswa yang tidak mengikuti prosedur dalam

praktikum hal ini dilakukan untuk menimbulkan efek jera terhadap

mahasiswa.19

Dalam pembelajaran kelompok yang sifatnya bekerja sama

seperti halnya Praktikum sangat menunjang keberhasilan kegiatan

belajar mengajar. Menurut Utomo praktikum merupakan bagian dari

pengajaran yang mempunyai tujuan agar mahasiswa mendapat

kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas

persoalan yang dihadapinya sekaligus membuktikan kebenaran dari

teori yang sedang dipelajarinya.20 Pengertian tersebut menunjukkan

bahwa praktikum dapat mempermudah mahasiswa dalam memahami

keabstrakan konsep-konsep kimia, meningkatkan keterampilan proses

berpikir dan meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa.

Fungsi dari praktikum merupakan penunjang kegiatan proses

belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang

prinsip-prinsip yang dikembangkan. Proses perkuliahan praktikum

sangat efektif untuk mencapai tiga ranah secara bersama-sama, sebagai

berikut:

Ketrampilan kognitif yang tinggi: 21

1) Berlatih agar dapat memahami teori

2) Berlatih agar segi-segi teori yang berlainan dapat diintegrasikan

19 Agus Supriyono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 65-66. 20 Nurhayati, Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif dalam Materi

Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green Chemistri, hlm. 3. 21 Harsono, ed., Pembelajaran di Laboratorium, (Yogyakarta: UGM, 2005), hlm. 6.

18

3) Berlatih agar teori dapat diterapkan pada permasalahan nyata

Ketrampilan afektif:

1) Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri

2) Belajar bekerja sama

3) Belajar mengomunikasikan informasi mengenai bidangnya

4) Belajar menghargai bidangnya

Ketrampilan psikomotorik:

1) Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan

2) Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu

Metode praktikum sangat tepat diterapkan dalam perkuliahan

kimia, sebab pada umumnya ilmu kimia mempunyai keabstrakan

konsep yang cukup tinggi. Dengan metode praktikum diharapkan

konsep-konsep yang abstrak akan lebih mudah dipahami oleh

mahasiswa.

Dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum seorang dosen dapat

berperan sebagai: 22

1) Pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok; dosen

memberi informasi tentang tujuan belajar, tata kerja, kriteria

keberhasilan belajar, dan evaluasi

2) Setelah kelompok memahami tugasnya, maka kelompok

melaksanakan tugas. Guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing,

dan pengendali ketertiban kerja

3) Pada akhir perkuliahan, tiap kelompok melaporkan hasil kerja

4) Guru melakukan evaluasi tentang proses kerja kelompok sebagai

satuan hasil kerja, perilaku, dan tata kerja, dan membandingkan

dengan kelompok lain.

Beberapa hal yang harus dipersiapkan dosen pada pembelajaran

praktikum, yaitu:23

1) Menentukan tujuan praktikum

22 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 168.

23 Nurhayati, Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif dalam Materi

Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green Chemistri, skripsi, hlm. 19.

19

2) Menyiapkan prosedur praktikum

3) Menyiapkan lembar pengamatan

4) Menyiapkan alat dan bahan

5) Menyiapkan lembar observasi kegiatan praktikum

Sedangkan persiapan dan kegiatan yang perlu dan harus

dilakukan mahasiswa:24

1) Mempelajari tujuan dan prosedur percobaan

2) Menggunakan alat dan bahan dalam percobaan

3) Mengamati percobaan

4) Mengambil, menyajikan, dan menganalisis data

5) Menyimpulkan hasil percobaan

6) Mengkomunikasikan hasil percobaan

c. Perkuliahan praktikum Kimia Dasar

Pada perkuliahan praktikum Kimia Dasar mahasiswa diberi

tugas untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas persoalan

yang dihadapi sekaligus membuktikan kebenaran dari teori Kimia

Dasar. Sehingga dengan demikian mahasiswa mampu meningkatkan

keterampilan proses berpikir dan meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa

dalam materi Kimia Dasar, karena dalam kenyataannya pengalaman

mahasiswa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya

dan dengan pengalaman seorang mahasiswa tumbuh dan berkembang

menuju ke arah kematangan.

Dan pada saat yang bersamaan mahasiswa memberikan dasar

yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab

itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi

penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan

dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan

teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan

24 Nurhayati, Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif dalam Materi

Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green Chemistri, hlm. 20.

20

“Experienteial Learning Cycle” (Proses Belajar Berdasarkan

pengalaman).

Mahasiswa atau bisa dikatakan sebagai seorang pembelajar

dewasa memiliki beberapa karakteristik, yaitu:25

1) Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-

beda

2) Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui

3) Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik

bagi dia dan menjadi kebutuhannya

4) Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau

disalahkan

5) Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap

pemahamannya

6) Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang

baik, adil dan masuk akal

7) Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur

hidupnya, oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak

mungkin

8) Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis

Dalam dunia belajar pada dasarnya orang dewasa mempunyai

kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada

pemecahan permasalahan yang dihadapi. Hal ini dikarenakan belajar

bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk

menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian,

terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang

dewasa.26 Jadi dalam hal ini seorang mahasiswa belajar lebih bersifat

untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera.

Untuk itu dalam materi perkuliahan praktikum Kimia Dasar lebih

25 “Andragogi (sebuah konsep Teoritik)”, http://dschandradewi.blogspot.com/2011/01/

metode-andragogi-dan-pedagogi.html, hal. 5, diunduh pada tanggal 24 Juni 2012. 26 “Strategi Pembelajar Orang Dewasa”, http://Andragogi blogspot.com /2011/01/.html,

hlm. 4, diunduh pada tanggal 24 Juni 2012.

21

bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-

hari.

Standar Kompetensi matakuliah praktikum Kimia Dasar pada

Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN, yaitu: mahasiswa

memiliki keterampilan melakukan eksperimen pemisahan dan

pemurnian, menentukan kalor reaksi berbagai macam reaksi,

menentukan laju reaksi, analisis volumetri (titrasi), mengidentifikasi

gugus-gugus fungsi serta uji sifat-sifat karbohidrat.27

Adapun materi yang dipraktekan dalam praktikum Kimia Dasar

pada Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN, sebagai berikut: 28

1) Teknik laboratorium

Percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Memegang, membuka, dan menutup botol reagen

b) Pembuatan dan pengenalan gas

c) Pengenceran

d) Pemisahan sederhana: dekantasi, filtrasi, kromatografi kertas

2) Pembuatan reagen kimia

a) Pembuatan reagen dari bahan kristal (zat padat)

b) Pembuatan reagen dari bahan larutan (zat cair)

3) Pemisahan, pemurnian, dan perubahan zat

a) Pemisahan dan pemurnian

b) Perubahan zat

4) Kinetika kimia

a) Mengenal jenis-jenis reaksi

b) Kinetika reaksi logam Mg dengan HCl

5) Analisis volumetri: reaksi asam-basa

a) Pembuatan larutan standar primer asam oksalat 0,1 N

b) Standarisasi NaOH dengan larutan standar asam oksalat

27 Abdul Wahid dkk, Deskripsi Mata Kuliah Kurikulum 2010 Program Studi Tadris Kimia,

(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010), hlm. 32. 28 Ratih Rizqi Nirwana dan Atik Rahmawati, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar, (Semarang:

Laboratorium Pendidikan Kimia, 2012), hlm. 3.

22

c) Studi kasus: penetapan kadar asam asetat (asam cuka)

6) Pengenalan gugus fungsi

a) Reaksi senyawa alkohol

b) Reaksi senyawa aldehid dan keton

c) Reaksi esterifikasi

7) Senyawa bio-organik: karbohidrat.

a) Uji kelarutan

b) Tes umum karbohidrat: uji molisch

c) Tes karbohidrat pereduksi

d) Hidrolisa asam dan enzimatis

8) Tes seliwanorff

2. Nilai Cooperative Learning

a. Nilai

Menurut Driyarkara, nilai merupakan hakikat suatu hal, yang

menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia. Sedangkan menurut

Fraenkel nilai adalah ide atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa

yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh seseorang,

biasanya mengacu kepada estetika, etika pola perilaku dan logika benar

salah.29 Dari berbagai pendapat mengenai pengertian dari nilai tersebut,

maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang

berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.

Jadi, sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga bagi kehidupan

manusia.

Selain itu, nilai memiliki dua klasifikasi, yaitu nilai obyektif dan

nilai subyektif. Permana, nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai

yang bersifat intrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa

secara universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat

kebenaran, keindahan, dan keadilan. Kedua, nilai subyektif yaitu nilai

29 Sofyan Sauri, http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19560

4201983011- SOFYAN_SAURI/makalah2/NILAI.pdf, diunduh pada tanggal 28 Juni 2012.

23

yang sudah memiliki warna, isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu,

tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu.30

Dalam konteks penelitian ini, nilai menjadi sebuah konsep ideal

yang menjadi pemandu dalam pelaksanaan pembelajaran, yang dalam

hal ini adalah sebuah perkuliahan praktikum untuk mahasiswa. Sebagai

sebuah pemandu, maka nilai yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah nilai yang juga menjadi sebuah parameter kesuksesan sebuah

perkuliahan, ketika nantinya ada sebuah nilai yang belum terpenuhi

dalam pelaksanaan perkuliahan, maka perkuliahan tersebut akan

menjadi kurang maksimal dalam pelaksanaan dan perolehan hasilnya.

b. Cooperative Learning

Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif berasal dari

kata ‘kooperatif’ yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-

sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu

kelompok atau satu tim. Slavin dalam bukunya Cooperative Learning

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran di mana para mahasiswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya

dalam mempelajari materi pelajaran.31

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

di upayakan untuk dapat meningkatkan peran serta mahasiswa,

memfasilitasi mahasiswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan

membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan

kepada para mahasiswa untuk berinteraksi dan belajar secara bersama

meskipun mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara

berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar

kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada

30 http://www. sekolahdasar.net /2011/10/pengertian- nilai-dan-moral-dalam -pkn. html,

diunduh pada tanggal 28 Juni 2012. 31 Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Teori, Riset dan Praktik), (Bandung: Nusa

Media, 2010), hlm. 4.

24

struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang

bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok.

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata ‘kooperatif’ yang

artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Slavin (1995) mengemukakan. “Incooperative learning methods,

students work together in four member teams to master material

initially presented by teacher”. Dari uraian tersebut dikemukakan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di

mana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif sehingga dapat merangsang mahasiswa lebih

bergairah dalam melaksanakan aktivitas belajarnya.32

Menurut pendapat yang lain, Davidson menjelaskan bahwa

Kooperatif berarti “to work or together or jointly and strive to produce

an effect“ yang artinya “bekerja sama dan berusaha menghasilkan suatu

pengaruh tertentu”, istilah kooperatif juga dapat ditafsirkan baik secara

sosial, ekonomi, maupun secara biologis.33 Misalnya makna secara

sosial adalah aktivitas yang dikerjakan secara bersama-sama demi

memperoleh suatu manfaat yang juga dapat dirasakan secara bersama-

sama. Kooperatif secara ekonomi adalah usaha bersama-sama untuk

meningkatkan hasil produksi, pembelian, dan distribusi. Sedangkan

makna kooperatif secara biologis berarti perilaku yang sadar maupun

yang tidak sadar dimiliki oleh setiap organisme yang hidup bersama-

sama untuk survive di dunia ini.

Abdurrahman dan Bintoro memberi batasan model pembelajaran

kooperatif sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sistematis

mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh

antar sesama mahasiswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat

32 Isjoni, Pembelajaran Cooperative ; Meningktakan Kecerdasan Komunikasi antar

Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 22. 33 Miftahul Huda, Cooperative Learning, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 30.

25

nyata.34 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

diupayakan untuk dapat meningkatkan peran serta mahasiswa,

memfasilitasi mahasiswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan

membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan

kepada para mahasiswa untuk berinteraksi dan belajar secara bersama

meskipun mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara

berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar

kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada

struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang

bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok.

Kelompok bukanlah semata-mata sekumpulan orang. Kumpulan

disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur,

Groupness. Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan

individu yang lain. Interaksi dapat berlangsung secara fisik, non-

verrbal, emosional dan sebagainya. Tujuan dalam kelompok dapat

bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Tujuan intrinsik adalah tujuan yang di

dasarkan pada alasan bahwa dalam kelompok menjadi senang. Tujuan

ekstrinsik adalah tujuan yang di dasarkan pada alasan bahwa untuk

mencapai sesuatu tidak dapat di capai secara sendiri, melainkan harus

dikerjakan secara bersama-sama. Struktur kelompok menunjukkan

bahwa dalam kelompok ada peran. Peran dari tiap-tiap anggota

kelompok, berkaitan dengan posisi individu dalam kelompok. Peran

masing-masing anggota kelompok akan bergantung pada posisi maupun

kemampuan individu masing-masing. Setiap anggota kelompok

berinteraksi berdasarkan peran-perannya sebagaimana norma yang

mengatur perilaku anggota kelompok. Groupness menunjukkan bahwa

kelompok merupakan suatu kesatuan. Kelompok bukanlah semata-mata

34 Nurhadi, dkk., Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, (Malang:

Universitas Negeri Malang, 2003), hlm. 60.

26

kumpulan orang yang saling berdekatan. Kelompok adalah kesatuan

yang bulat di antara anggotanya.35

c. Nilai Cooperative Learning

Roger dan David Johson mengatakan bahwa tidak semua belajar

kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk

mencapai hasil yang maksimal lima unsur dalam pembelajaran

kooperatif, yaitu :

1) Saling ketergantungan positif

Saling ketergantungan positif yaitu hubungan timbal balik

yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan di

antara anggota kelompok di mana keberhasilan seseorang merupakan

keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Dalam pembelajaran

kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama,

mempelajari materi yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,

memastikan bahwa semua anggota kelompok secara individu benar-

benar mempelajari materi yang ditugaskan tersebut.36

Cara membangun saling ketergantungan positif adalah

sebagai berikut:37

a) Menumbuhkan perasaan mahasiswa bahwa dirinya terintegrasi

dalam kelompok, pencapaian terjadi jika semua kelompok

mencapai tujuan

b) Mengusahakan agar semua kelompok mendapatkan penghargaan

yang sama jika kelompok mereka berhasil

c) Mengatur sedemikian rupa sehingga mahasiswa dalam kelompok

hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok

d) Mahasiswa ditugasi dengan tugas atau peran yang saling

mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan

saling terikat dengan mahasiswa dalam kelompok

35 Agus Supriyono. Cooperative Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM , hlm. 57-58.

36 David W. Johnson dkk, Coolaborative Learning, (Strategi Pembelajaran untuk Sukses

Bersama), (Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 46. 37 Agus Supriyono. Cooperative Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM , hlm. 59.

27

2) Tanggung jawab perseorangan

Tanggung jawab perseorangan yaitu adanya tanggung jawab

pribadi mengenai materi pelajaran dalam kelompok membuat

mahasiswa termotivasi untuk membantu temannya. Tanggung jawab

perseorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang

diperkuat oleh kegiatan belajar bersama, artinya: setelah mengikuti

kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat

menyelesaikan tugas yang sama.

Cara menumbuhkannya yaitu:38

a) Kelompok belajar jangan terlalu besar

b) Melakukan assesmen (penilaian) terhadap setiap mahasiswa

c) Memberi tugas kepada mahasiswa yang dipilih secara randon

untuk mempresentasikan di kelas

d) Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi (jumlah)

individu dalam membantu kelompok

e) Menugasi mahasiswa untuk berperan sebagai pengawas atau

pemeriksa dalam kelompoknya

f) Menugasi mahasiswa untuk menugasi temannya

3) Interaksi promotif

Interaksi promotif yaitu interaksi yang langsung terjadi antar

mahasiswa tanpa adanya perantara. Kegiatan interaksi ini

memberikan sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil

pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran

dari satu kepala saja.

Interdependensi (kerja sama) akan menghasilkan interaksi

promotif (bersifat meningkatkan) ketika masing-masing individu

saling mendukung dan saling memfasilitasi usaha satu sama lain.

Interdependensi positif (persaingan) biasanya akan menghasilkan

interaksi yang sifatnya oposisional (menentang) di mana masing-

38 David W. Johnson dkk., Coolaborative Learning (Strategi Pembelajaran untuk Sukses

Bersama), hlm. 53.

28

masing individu saling menjatuhkan dan mematahkan usaha satu

sama lain untuk mencapai sesuatu. Dalam ketiadaan interdependensi

(usaha individualistik) maka tidak ada interaksi karena setiap

individu bekerja secara sendiri-sendiri.39

Ciri-ciri interaksi promotif yaitu:40

a) Saling membantu secara efektif dan efisien

b) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan

c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien

d) Saling mengingatkan

e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap

masalah yang dihadapi

f) Saling percaya

g) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama

4) Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para mahasiswa dibekali

dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Tidak setiap

mahasiswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka

untuk mengutarakan pendapat mereka.

Untuk mengoordinasikan kegiatan mahasiswa dalam

pencapaian tujuan, mahasiswa harus:41

a) Saling mengenal dan mempercayai

b) Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius

c) Saling menerima dan saling mendukung

d) Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif (membangun).

39 David W. Johnson dkk, Coolaborative Learning (Strategi Pembelajaran untuk Sukses

Bersama), hlm. 23-24. 40 Agus Supriyono. Cooperative Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM , hlm. 60.

41 David W. Johnson dkk, Coolaborative Learning (Strategi Pembelajaran untuk Sukses

Bersama), hlm. 54.

29

5) Pemrosesan kelompok

Pemrosesan mengandung arti menilai, melalui pemrosesan

kelompok dapat diidentifikasikan dari urutan atau tahapan kegiatan

kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan pemrosesan

kelompok adalah meningkatkan afektifitas anggota dalam

memberikan kontribusi terhadap kegiatan perkuliahan untuk

mencapai tujuan kelompok.42

Seorang dosen perlu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja

sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih

efektif. Format evaluasi bisa bermacam-macam bergantung tingkat

pendidikan mahasiswa.

Pada dasarnya Cooperative Learning dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang

dirangkum Ibrahim, et al, yaitu: .43

a) Hasil belajar akademik

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam

membantu mahasiswa dalam memahami konsep-konsep sulit.

Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur

penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai

mahasiswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang

berhubungan dengan hasil belajar.

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Cooperative Learning memberi peluang bagi mahasiswa

dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan

saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur

penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama

lain.

42 David W. Johnson dkk, Coolaborative Learning (Strategi Pembelajaran untuk Sukses

Bersama), hlm. 56. 43 Isjoni, Pembelajaran Cooperative Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta

Didik, hlm. 39-41.

30

c) Pengembangan keterampilan sosial

Mengajarkan kepada mahasiswa keterampilan

bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial

penting dimiliki mahasiswa, sebab saat ini banyak anak muda

masih kurang dalam keterampilan sosial.

Kesemua aspek tersebut diupayakan harus ada dalam

perkuliahan praktikum Kimia Dasar, agar apa yang dicapai dari

praktikum sesuai yang diharapkan bersama. Betapa pentingnya nilai

sebuah pembelajaran kooperatif karena pada pembelajaran tersebut

mahasiswa dapat mengembangkan hubungan antara mahasiswa dari

latar belakang etnik yang berbeda. Selain hal itu mahasiswa juga dapat

menumbuhkan kesadaran bahwa para mahasiswa perlu belajar untuk

berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta

mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Jadi

pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk

mencapai tujuan belajar praktikum, khususnya pada praktikum Kimia

Dasar yang pada dasarnya pembelajarannya secara berkelompok.

31

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam

mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat

memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai tujuan

pemecahan permasalahan.1 Sedangkan penelitian itu sendiri merupakan

rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan, atau

sesuatu untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu

ilmu pengetahuan. Jadi, metode penelitian adalah serangkaian metode yang

saling melengkapi yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk

memperoleh pemecahan terhadap segala permasalahan.2

Penyusunan karya ilmiah (skripsi) ini tidak lepas dari penggunaan

metode penelitian sebagai pedoman agar kegiatan penelitian dapat terlaksana

dengan baik. Sebuah penelitian dapat mencapai hasil yang maksimal, jika

seorang peneliti paham dan mengerti betul metode apa yang akan digunakan

dalam penelitian tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif, artinya data yang dianalisis tidak untuk menerima atau

menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi

dari gejala-gejala yang diamati, yang tidak harus berbentuk angka-angka

atau koefisien antar variabel. Penelitian ini berusaha untuk melaporkan

keadaan objek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, yaitu

menggambarkan atau mendeskripsikan secara langsung. Dalam konteks

penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode penelitian ini untuk

memotret secara komprehensif mengenai pelaksanaan perkuliahan

1 Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Dalam Teori dan Praktek), (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), hlm. 1. 2 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 4.

32

praktikum Kimia Dasar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

dan dengan mencoba mengulik beberapa nilai Cooperative learning yang

terkandung dalam perkuliahan praktikum kimia dasar tersebut. Dengan

mendapatkan potret lapangan yang seutuhnya peneliti berharap akan

ditemukan pola yang lebih baik dalam pelaksanaan perkuliahan

praktikum Kimia Dasar.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1. Tempat

a. Nama lembaga Laboratorium Tadris Kimia fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

b. Alamat lembaga: Jl. Prof. Dr. Hamka (kampus II) Ngaliyan

Semarang.

2. Waktu

Dilaksanakan selama 1 bulan yaitu mulai tanggal 24 April – 22 Mei

tahun 2012.

C. SUMBER PENELITIAN

Data utama dalam penelitian ini diambil berasal dari:

1. Sumber data Field-Work

Sumber data Field-Work adalah informasi dari beberapa

responden, informan, peristiwa, situasi-kondisi dan fakta yang

didapat dari objek penelitian di lapangan.3

2. Sumber bibliografi dan dokumentasi

Sumber bibliografi dan dokumentasi adalah data yang berasal

dari bahan-bahan kepustakaan baik berupa ensiklopedi, buku-buku,

artikel-artikel karya ilmiyah yang di muat media massa seperti

majalah, surat kabar, jurnal ilmiyah dan laporan hasil penelitian.4

Sumber data pustaka dan dokumentasi ini akan digunakan sebagai

3 Abdul Jalil, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Cipta Press, 2003), hlm. 55.

4 Abdul Jalil, Metodologi Penelitian Sosial, hlm. 56.

33

titik tolak dalam memahami dan menganalisis fenomena pelaksanaan

perkuliahan yang bernilai Cooperative Learning praktikum Kimia

Dasar Jurusan di Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang tahun akademik 2012.

D. FOKUS PENELITIAN

Sebagaimana telah disinggung di muka bahwa penelitian ini

dilaksanakan di Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Kimia IAIN

Walisongo Semarang.

Adapun fokus penelitian ini adalah:

1. Pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris

Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN, yang meliputi: fase satu;

menyampaikan tujuan dan mempersiapkan mahasiswa, fase dua

menyajikan informasi, fase tiga; mengorganisir mahasiswa ke dalam

tim-tim belajar, fase empat; membantu kerja tim dan belajar, fase

lima; mengevaluasi, Fase enam; memberikan pengakuan atau

penghargaan dan hukuman.

2. Nilai-nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan

praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah

IAIN, adalah sebagai berikut: saling ketergantungan positif,

tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antar

anggota, dan pemrosesan kelompok.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Sehubungan dengan penelitian lapangan terhadap studi kasus,

maka untuk mendapatkan data-data yang dimaksudkan, perlu dilakukan

dengan proses terjun langsung di lokasi penelitian yakni melalui

observasi, interview, dokumentasi, maupun dengan pencatatan lapangan.

Sedangkan untuk memperkuat teori-teori yang dipakai, maka peneliti

melengkapi dengan penelitian kepustakaan (library research).

34

Beberapa metode yang digunakan oleh peneliti dalam

pengumpulan data di antaranya:

1. Observasi

Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau

mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan

berkembang, serta kemudian dapat dilakukan penilaian atas

perubahan tersebut.

Sanafiah Faisal mengklasifikasikan observasi menjadi 3

yaitu: observasi berpartisipasi (participant observation), observasi

yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan

covert observation), dan observasi yang tak berstruktur

(unstructured observation).5

Agar memungkinkan pengumpulan data melalui pengamatan

berperan dengan baik, maka peneliti melakukan pengamatan secara

langsung dan mendalam. Karena dengan pengamatan seperti ini,

memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi lengkap

sesuai dengan setting yang dikehendaki. Bahkan peneliti tidak

sekedar memperoleh data tentang visual perception saja, tetapi juga

akan diperoleh data dari pendengaran dan perasaan secara terpadu.

Pengamatan berperan serta pada dasarnya adalah mengadakan

pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada

interaksi sosial, kedisiplinan, kinerja dan lain-lain.6 Teknik ini lazim

digunakan oleh para antropolog, karena para peneliti aktif

berinteraksi sosial dalam memburu data. Oleh karenanya metode ini

menjadi salah satu metode penting dalam penelitian kualitatif

disamping wawancara. Karena dengan teknik ini meniscayakan

peneliti selalu terlibat secara aktif dan intensif. Derajat keterlibatan

dalam observasi ini adalah pada taraf (complete participant), akan

5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),

(Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 145. 6Lexy J Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),

174.

35

tetapi peneliti tetap dapat diketahui oleh subjek penelitian tertentu.

Dengan cara ini, menurut Patton hal-hal yang bersifat rahasia pun

dapat diperoleh.

Peneliti dalam hal ini menggunakan observasi terus terang

dan tersamar, di mana peneliti akan mengamati dan mengetahui

secara langsung dan mendetail tentang pelaksanaan perkuliahan

Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang.

Peneliti juga mengobservasi nilai-nilai Cooperative Learning

dalam pola pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di

Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

yang meliputi unsur saling ketergantungan positif, tanggung jawab

perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antar anggota dan

pemrosesan kelompok.

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Ciri utama dari

interview adalah adanya kontak langsung dengan cara tatap muka

antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi

(interviewee).7 Untuk memperoleh informasi yang tepat dan objektif,

setiap interviewer harus mampu menciptakan hubungan baik dengan

interviewee.8

Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa untuk

memperoleh data dari sumbernya secara langsung, maka dalam

penelitian seyogyanya dilakukan dengan teknik wawancara.

Pertimbangan digunakannya teknik ini untuk mengkonstruksi

mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi,

tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

7 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 72.

8 Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 165.

36

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara terstruktur. Dalam wawancara terstruktur peneliti

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar

sesuai dengan fokus atau masalah penelitian.

Tujuan digunakan teknik ini adalah untuk menemukan

informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara

jenis ini menekankan pada kekecualian, penyimpangan, penafsiran

yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, dan

pandangan para ahli. Wawancara terstruktur dilakukan untuk

mengumpulkan informasi tentang persepsi dan aspirasi para pihak

terkait dengan implementasi substantif tersebut.

Pihak-pihak yang terkait di antaranya: dosen yang mengajar

Praktikum Kimia Dasar, asisten laboratorium, dan mahasiswa

praktikum Kimia Dasar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa lampau. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang.9 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Schatzman dan Strauss menegaskan bahwa dokumen historis

merupakan bahan penting dalam penelitian kualitatif. Menurut

mereka, sebagai bagian dari metode lapangan, peneliti dapat

menelaah dokumen historis dan sumber-sumber sekunder lainnya

untuk menjelaskan sebagian aspek situasi tersebut.10

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang

berkaitan dengan perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan

Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo Semarang. Data

9 Lexy J Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 26.

10 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 195-196.

37

dapat berupa foto, tulisan, check list maupun dokumen-dokumen

yang penting lainnya, yang mana data tersebut dapat memperkuat

proses penerapan penelitian.

4. Triangulasi Data

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.11

Triangulasi Pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai

pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanannya peneliti

akan melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara.

Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti cek

dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa

penelitian untuk mengetahui nilai Cooperative Learning pada

pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris

Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo Semarang.

Setelah keempat metode tersebut di atas terlaksana, maka data-

data yang dibutuhkan akan terkumpul. Dan datanya digunakan untuk

mengorganisasi dan mensistematisasi data agar siap dijadikan bahan

analisis.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data dalam sebuah penelitian merupakan bagian yang sangat

penting karena dengan analisis inilah data yang ada akan nampak manfaatnya

terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir

dalam penelitian.

Analisis data merupakan proses mencari dan menata data dari hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi secara sistematis untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai

11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , hlm. 330.

38

temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut,

analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (interpretasi).12

Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga dalam hal ini peneliti

menggunakan metode analisis yang disebut analisis data kualitatif. Menurut

Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain.13

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.14

Namun dalam penelitian ini, analisis data lebih difokuskan selama proses di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Penelitian ini juga bersifat deskriptif, yang mana penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang bekerja dengan cara berusaha menggambarkan

dan menginterpretasi objek apa adanya atau dapat dikatakan sesuai dengan

fakta.15

Oleh karena itu, dalam analisis data ini peneliti menggunakan analisis

deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan

dan menginterpretasikan niali-nilai Cooperative Learning pada pelaksanaan

perkuliahan Praktikum Kimia Dasar Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

Dalam analisis ini peneliti mengarahkan pada pelaksanaan perkuliahan

praktikum Kimia Dasar dan nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan

perkuliahan Praktikum Kimia Dasar Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang guna mendapatkan hasil penelitian yang sangat

maksimal untuk dikembangkan.

12 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),

hlm. 104. 13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 248.

14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),

hlm. 89. 15 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya), (Jakarta:

Bumi Aksara, 2003), hlm. 157.

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan penulis sajikan tentang hasil penelitian yang penulis

lakukan sebelumnya. Pembahasan yang akan penulis sajikan dalam bagian ini

akan mengacu pada dua rumusan permasalahan yang sudah penulis rumuskan

di bagaian awal, yaitu: Pertama, Bagaimanakah pelaksanaan perkuliahan

praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang? Dan Kedua Apa sajakah nilai Cooperative Learning

dalam pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di jurusan Tadris

Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang?

Agar kredibilitas dan kebenaran data terjamin, maka peneliti berusaha

sedapat mungkin secara detail mengamati langsung secara seksama dan

menulisnya secara teliti serta menganalisis dan menafsirkan untuk

mengetahui apa maknanya. Hasil penelitian dan pembahasan yang akan

dikemukakan adalah mengenai nilai Cooperative Learning dalam

pelaksanaan perkulihan praktikum Kimia Dasar di jurusan Tadris Kimia

Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Data di peroleh secara langsung oleh peneliti dengan mengamati

langsung data tentang perkuliahan praktikum Kimia Dasar dan nilai

Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia

Dasar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang diperoleh dengan

melakukan proses terjun langsung di lokasi penelitian yakni melalui

observasi, interview, dokumentasi, maupun dengan pencatatan lapangan.

Sedangkan untuk memperkuat teori-teori yang dipakai, maka peneliti

melengkapi dengan penelitian kepustakaan (library research).

Dari kegiatan observasi, interview, dokumentasi, dan pencatatan

lapangan diperoleh data tentang perkuliahan praktikum Kimia Dasar dan nilai

Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia

Dasar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

40

Dalam hal ini penulis menganalisis dua aspek pokok. Pertama,

mengenai pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris

Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Kedua, nilai-nilai

Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia

Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi

promotif, komunikasi antar anggota dan pemrosesan kelompok.

A. Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

Perkuliahan praktikum Kimia Dasar merupakan salah satu mata

kuliah utama dalam kurikulum Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang. Sebagaimana diketahui bahwa fungsi dari

praktikum merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk

menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip

yang dikembangkan. Sehingga dengan adanya praktikum mahasiswa

menjadi mampu menemukan teori-teori Kimia Dasar yang sebelumnya

telah dikuliahkan dalam bentuk teoritis di ruang perkuliahan.

Sebagaimana perkuliahan praktikum lainnya, Proses perkuliahan

praktikum Kimia Dasar yang ada di Jurusan Tadris Kimia Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang menggunakan berbagai pendekatan

serta metode dalam pelaksanaannya, karena pola perkuliahannya yang

berkelompok dan tidak individual sebagaimana pola perkuliahan non

praktikum, maka layak untuk diamati kira-kira interaksi apa saja yang

berlangsung dalam kelompok tersebut, apakah mahasiswa yang ada

dalam kelompok tersebut dapat bekerja sama dan dapat menyelesaikan

tugas perkuliahan sesuai yang harapkan? Untuk itu penulis mengkaji pola

pendekatan Cooperative learning pada perkuliahan yang berlangsung

dalam praktikum Kimia Dasar secara komprehensif.

41

Selanjutnya dibawah ini penulis akan menyajikan deskripsi

perkuliahan praktikum Kimia Dasar. Yang mana data yang tersaji di

bawah ini penulis dapat dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

yang penulis dapatkan selama melaksanakan penelitian lapangan.

Sejauh yang penulis amati dalam proses perkuliahan praktikum

Kimia Dasar, pola praktikum yang biasanya dilaksanakan dalam

perkuliahan praktikum Kimia Dasar di Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang berlangsung secara bertahap, adapun

penjabarannya adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Mahasiswa.

a. Menyampaikan Tujuan

Sebagaimana biasanya, sebuah perkuliahan pasti

memiliki perencanaan yang detail untuk mengarah pada

indikator yang akan dicapai selama perkuliahan, itu juga yang

ada dalam perkuliahan praktikum Kimia Dasar. Dalam kerangka

idealnya, pada permulaan perkuliahan dosen harus

menyampaikan segala hal berkait dengan perkuliahan praktikum

Kimia Dasar yaitu termasuk menyampaikan tujuan perkuliahan

kepada mahasiswa. Karena dengan penyampaian tujuan tersebut,

apa yang nantinya ingin dicapai dalam perkuliahan dapat

diketahui bersama oleh dosen dan mahasiswa, sehingga

diharapkan antara dosen dan mahasiswa dapat merealisasikan itu

secara bersama-sama dalam perkuliahan.

Sesuai yang penulis dapat dari penjelasan Ervin

Trisuryandari, M.Si, beliau menyebutkan bahwa secara prinsip

tujuan perkuliahan tersebut sudah diketahui mahasiswa, karena

dipermulaan perkuliahan dosen memberikan buku petunjuk

praktikum sebagai acuan keberlangsungan perkuliahan Kimia

Dasar. Walaupun tujuan tersebut tidak disampaikannya secara

langsung di depan kelas.

42

“Di awal perkuliahan saya tidak secara khusus

menyampaikan tujuan perkuliahan ini pada mahasiswa,

tetapi para mahasiswa secara prinsipnya sudah

mengetahui tentang tujuan dari praktikum karena

mahasiswa sudah belajar pada saat pembuatan jurnal,

sehingga sebenarnya yang berlangsung dalam

perkuliahan ini adalah tidak lanjut dari pembuatan jurnal

tersebut.”1

Dari kutipan tersebut terlihat betul, bahwa sebenarnya

sudah terjadi integrasi pemahaman dalam desain besar

perkuliahan, sehingga pengetahuan mahasiswa akan sebuah

tujuan perkuliahan sudah berlangsung integratif dari mata kuliah

yang ada pada waktu sebelumnya.

b. Mempersiapkan Mahasiswa

Fase penyiapan mahasiswa menjadi sangat penting,

karena untuk dapat memaksimalkan pemahaman mahasiswa

akan materi yang akan dipraktikumkan harus melalui sebuah

pembelajaran dan layanan pendidikan yang sesuai dengan

kesiapan mahasiswa. Karena kesesuaian tersebutlah yang akan

membuat mahasiswa menjadi nyaman dalam mengikuti proses

perkuliahan. Selain kesesuaian, sebelum mahasiswa menjalani

proses praktikum, kondisi (situasi) pembelajaran harus di

orkestrasikan agar pikiran mahasiswa sudah “ON” ketika mulai

masuk dalam perkuliahan. Ketika mahasiswa sudah mulai

merasa siap nyaman maka efek perkuliahan akan lebih mudah

diterima, dan daya ketersimpanannya pada memori mahasiswa

akan berlangsung dalam waktu yang panjang.

Bagaimana dengan fase penyiapan mahasiswa dalam

praktikum ini? Pada fase persiapan mahasiswa dalam

pelaksanaan praktikum, dosen mempersiapkan mahasiswa agar

mahasiswa lebih siap untuk belajar. Dari apa yang penulis lihat

1 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si. (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 8

Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

43

di ruang praktikum Tadris Kimia, dosen menyiapkan mahasiswa

dengan cara menyampaikan berbagai peralatan yang akan

digunakan, menjelaskan bahan yang akan digunakan dan

menjelaskan mekanisme atau cara kerja yang masih kurang

dipahami mahasiswa pada persiapan proses praktikum. Tetapi

walaupun begitu masih ada sebagian mahasiswa yang bingung,

karena ada manual kerja yang belum tertulis jelas dalam buku

petunjuk praktikum, mengenai hal tersebut ada salah satu

mahasiswa Rifdotul Yusro yang menuturkan:

“Dalam persiapan praktikum kadang kami masih

bingung tentang bagaimana cara kerja praktikum ini,

karena kadang masih ada prosedur praktikum yang

belum termaktub secara utuh dalam buku panduan,

sehingga kesiapan kami sebenarnya bergantung pada

penjelaskan dosen dan keaktifan kami sendiri.”2

Dari apa yang terungkap tersebut, maka sebaiknya untuk

mempersiapkan mahasiswa dosen harus mengklarifikasi maksud

perkuliahan praktikum Kimia Dasar secara komprehensif, hal ini

penting untuk dilakukan karena mahasiswa harus memahami

dengan jelas prosedur dan aturan dalam perkuliahan. Tatapi

sesuai penjelasan dari mahasiswa tersebut, ketika di lapangan

hal ini kadang kurang begitu diperhatikan oleh dosen. Jadi selain

bertumpu pada dosen, maka keaktifan mahasiswa juga harus

disorot untuk mengungkap hal-hal yang kiranya belum

sepenuhnya dimengerti oleh mahasiswa.

2. Menyajikan Informasi

Walaupun ini adalah perkuliahan praktikum, tetapi yang

namanya perkuliahan tetaplah membutuhkan penyajian informasi

yang seutuh-utuhnya agar dimengerti oleh mahasiswa. Kemudian

dari apa yang penulis temukan di lapangan, ketika di dalam ruangan

2 Wawancara dengan Rifdotul Yusro (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 15 Mei

2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

44

praktikum tempat pelaksanaan praktikum Kimia Dasar, dalam fase

ini kerja dosen dalam mempresentasikan informasi kepada

mahasiswa kurang begitu mendalam, dosen hanya menyampaikan

secara global bahkan kadang tidak ada penyampaian informasi

tentang materi kepada mahasiswa padahal dalam menyampaikan

informasi ini sangat penting bagi mahasiswa yang mengikuti

perkuliahan praktikum, karena bagaimanapun informasi ini

merupakan isi akademik yang dapat membantu mahasiswa untuk

memahami materi secara mendalam.

Ketika dikonfirmasi kepada dosen yang mengajar, beliau

merinci jawaban sebagai berikut:

“Sebenarnya apa yang kami sajikan di ruangan praktikum

adalah sebagai sebuah strategi perkuliahan, untuk memancing

rasa ingin tahu mahasiswa akan hal yang bagi mereka dirasa

masih kurang dipahami. Hanya saja memang selama ini

kebanyakan mahasiswa diam dan tidak banyak yang aktif

untuk bertanya atau mengeksplorasi data secara mandiri. Jadi

mungkin pada pertemuan selanjutnya akan saya intensifkan

dalam menjelaskan dan semoga juga diikuti dengan keaktifan

dari mahasiswa.”3

Apa yang disampaikan oleh dosen yang bersangkutan secara

ide ada benarnya, karena sebenarnya dalam kerangka perkuliahan

praktikum harus ada interaksi saling aktif antara kedua belah pihak,

yaitu dosen dan mahasiswa. Namun ada baiknya dari sisi dosen juga

harus berfikir untuk menjemput bola dengan menjelaskan secara

mendetail sajian informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk

mengantisipasi bagian mahasiswa yang belum paham tetapi tidak

berani bertanya langsung.

3 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si. (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 8

Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

45

3. Mengorganisir Mahasiswa ke dalam Tim-tim Belajar

Basis dari perkuliahan praktikum adalah bagaimana membuat

kelas itu menjadi kelompok-kelompok kecil, yang dalam setiap

kelompok ada interaksi antara anggota kelompok untuk mengkaji

hal-hal atau pembahasan yang pada saat itu dipraktikan, sehingga

kemudian ada semacam pemahaman bersama atas materi kemudian

disajikan secara bersama di kelas. Itu artinya dibutuhkan sebuah

organisasi yang kuat dan rapi mulai dari dosen sampai pada

mahasiswa yang mengikuti praktikum. Mengorganisir mahasiswa ke

dalam tim-tim belajar sebenarnya juga merupakan salah satu strategi

belajar aktif untuk menghidupkan kerja sama antar mahasiswa

sekaligus ikut mengaktifkan mahasiswa yang pendiam, agar ikut

aktif dalam tim belajar tersebut.

Dalam konteks ini, dosen yang mengampu di praktikum

Kimia Dasar harus memberikan penjelasan kepada mahasiswa

tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien. Karena selain menguntungkan

untuk melatih kerja sama mahasiswa, namun dengan pembentukan

tim belajar yang tidak terorganisir dengan baik juga potensial

menimbulkan kekacauan dalam tim belajar.

Untuk itu, untuk mengeliminasi potensi kekacauan yang

mungkin terjadi pada fase ini, dibutuhkan sebuah mekanisme

organisasi tim belajar untuk mengatur transisi perkuliahan dari dan

ke kelompok-kelompok belajar harus di selaraskan dengan cermat.

Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam merestrukturisasikan

tugas kelompok dan tugas individu dalam masing-masing tim

belajarnya. Dosen harus menjelaskan bahwa mahasiswa harus saling

bekerja sama dengan baik di dalam mekanisme kerja kelompok.

Tetapi dalam praktikknya belum bisa berjalan seperti demikian,

sehingga proses praktikum kurang begitu dipahami oleh mahasiswa.

Seperti halnya yang pernah dipaparkan oleh kelompok 6. Dan di

46

awal perkuliahan praktikum pada kelompok ini mengatakan bahwa

waktu yang diperlukan dalam praktikum membutuhkan waktu yang

cukup lama karena tidak ada pembagian tugas di dalam

melaksanakan proses praktikum. Hal ini terjadi karena dosen tidak

memberikan arahan mengenai pembelajaran kooperatif yang

sebenarnya sehingga menghambat proses berjalannya praktikum.

Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tugas

kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki pertanggung jawaban

untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini

terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya

menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya. Dari

hasil pengamatan dan data yang telah didapat tidak ada mahasiswa

yang menggantungkan tugasnya kepada mahasiswa lain karena

jumlah kelompok hanya 3 orang dan ada yang 2 orang, sehingga

masing-masing dari anggota kelompok mempunyai rasa tanggung

jawab.

4. Membantu Kerja Tim dan Belajar

Pada fase keempat, dosen perlu mendampingi tim-tim belajar,

mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan mahasiswa dan waktu

yang di alokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan dosen dapat

berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa mahasiswa

mengulangi hal yang sudah di tunjukkannnya. Dalam praktiknya

pendampingan mahasiswa dilakukan oleh dosen dan asisten

laboratorium yaitu oleh Trima Ningsih, Anugroho, Nurhidayati, dan

Fitri Dwi Anggraini. Karena praktikum Kimia Dasar ini dilakukan

pada dua gelombang yaitu pada hari selasa yaitu pukul 08.35 WIB

sampai 10.10 WIB dan 13.00 WIB sampai 14.00 WIB, maka

pembagian asisten laboratorium terbentuk menjadi dua.

47

Pada perkuliahan praktikum ini yang yang lebih intens dalam

pendampingan praktikum adalah asisten laboratorium. Dari

pengamatan yang telah di dapat pengamatan ini kurang begitu efektif

karena dari jumlah praktikan yang begitu banyak dan hanya di

dampingi oleh dua asisten sehingga pendampingan tersebut kurang

begitu efektif.

“Bagi saya peribadi yang baru mengikuti praktikum seperti

ini, mekanisme bantuan dan pendampingan dalam kelompok

yang telah dilakukan oleh dosen dan asisten laboratorium

belum berlangsung maksimal. Karena selama ini yang

banyak mendampingi justru para asisten laboratorium yang

mungkin belum sepenuhnya ahli pada bidang ini. Kami

sendiri sebenarnya berharap dosen dapat melakukan

pendampingan kelompok secara utuh, agar tujuan praktikum

dapat tercapai selain itu ketika kami membutuhkan

penjelasan dari beliaunya juga dapat cepat direspon dengan

baik.”4

Dari argumentasi yang disampaikan oleh mahasiswa tersebut,

memunculkan sebuah kesimpulan tentang masih belum maksimalnya

pendampingan kelompok selama praktikum. Ada baiknya sedari

awal sebelum dilakukan perkuliahan baik dosen maupun mahasiswa

harus membuat kesepakatan bersama soal pendampingan kelompok,

sehingga nantinya model pendampingan yang diharapkan mahasiswa

dapat difasilitasi dengan baik oleh dosen maupun oleh asisten

laboratorium yang sudah ditentukan sebelumnya.

5. Mengevaluasi

Evaluasi (evaluation) bahasa Inggris dapat diartikan sebagai

kegiatan menentukan nilai. Dalam kamus besar bahasa indonesia,

kata evaluasi berarti penilaian. Evaluasi/penilaian adalah suatu

analisa yang sistematis untuk melihat efektifitas program yang

diberikan dan pengaruh program tersebut terhadap mahasiswa.

Terkait dalam program pendidikan, mendiknas menyebutkan bahwa

4 Wawancara dengan Ita Rokhmatina, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa 15 Mei

2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

48

evaluasi diartikan sebagai suatu proses penggambaran, pencarian,

dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambilan

keputusan. Secara sederhana dapat diartikan bahwa evaluasi program

adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengetahui

sejauh mana keberhasilan.

Pada fase kelima, dosen melakukan evaluasi berupa review

materi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan

tujuan perkuliahan. Seperti yang pernah penulis rasakan dulu ketika

mengikuti perkuliahan praktikum Kimia Dasar, mekanisme evaluasi

perkuliahan ini belum sepenuhnya efektif karena masih banyak hal

yang belum terwadahi secara penuh, sehingga ketika banyak

kekurangan seolah terbiarkan begitu saja. Karena sebenarnya

evaluasi yang berupa review materi akan lebih baik kalau dilakukan

setelah praktikum selesai. Tetapi pada praktiknya belum bisa

dilakukan karena terkendala oleh waktu. Review materi hanya

dilakukan oleh dosen pada perkuliahan terakhir sebelum pelaksanaan

ujian semester. Ini artinya model review materi seperti ini kurang

begitu efektif karena tanggang waktu terlalu lama sehingga

memungkinkan hilangnya ingatan mahasiswa.

Menurut penjelasan dari Ervin Trisuryandari, M.Si, yaitu

dosen praktikum Kimia Dasar beliau menjelaskan, bahwa

sebenarnya unsur waktu menjadi salah satu problem pelaksanaan

review itu sendiri.

“Kami sadar betul bahwa seharusnya evaluasi yang berupa

review praktikum itu dilakukan setelah selesai pertemuan,

karena memang dengan cara seperti itu segala hasil dapat

segera didapat, kekurangan yang ada dalam pelaksanaan

praktikum juga dapat segera diketahui dan sebisa mungkin

segera diperbaiki. Namun karena penghitungan waktu yang

bagi kami sangat terbatas untuk dapat melakukan semuanya

itu, maka akhirnya kami selaku dosen hanya bisa melakukan

review materi secara menyeluruh pada pertemuan terakhir

49

perkuliahan praktikum Kimia Dasar, sehingga hasilnyapun

kurang maksimal.”5

Selain penjelasan tersebut di atas, dalam praktiknya

kemudian evaluasi dilakukan dengan mewajibkan mahasiswa untuk

membuat laporan praktikum. Hanya masalahnya, sejauh ini laporan

praktikum yang dibuat oleh mahasiswa juga belum sepenuhnya ideal

seperti yang diharapkan. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh

dosen, bahwa hasil yang di dapat dari pembuatan laporan praktikum

belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena dalam

pembahasannya mahasiswa belum bisa menjelaskan teori atau hasil

percobaan tersebut. Ini dikarenakan kurangnya pemahaman yang

mendalam mengenai materi yang akan dipraktikkan dan copy-paste

hasil laporan dari mahasiswa lain.6

Untuk itu memang sudah seharusnya review materi dilakukan

secara menyeluruh, baik itu dilakukan setiap pertemuan praktikum

maupun setelah semua praktikum selesai. Kemudian mengenai

pembuatan laporan praktikum sebenarnya secara ide itu merupakan

sebuah hal yang bagus untuk menguji keseriusan dan kepahaman

mahasiswa atas materi praktikum yang telah dilaksanakan. Soal

apakah kemudian nanti dalam praktiknya banyak yang plagiat

ataukah tidak itu semua kembali pada integritas mahasiswa, hanya

untuk membuat jera mungkin perlu ada peringatan dan hukuman

bagi yang menjiplak karya temannya sendiri.

Kemudian dalam pelaksanaan praktikum Kimia Dasar, dosen

mengadakan pre-test dengan materi yang akan dipraktikumkan,

kegiatan ini dilakukan seminggu sebelum praktikum Kimia Dasar.

Apa yang dilakukan oleh dosen tersebut adalah perwujudan hal yang

bagus untuk dilakukan karena dengan kegiatan tersebut seorang

5 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si, (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 8

Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah. 6 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si, (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 8

Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

50

dosen dapat mengukur pemahaman mahasiswa terhadap materi yang

akan dipraktikumkan. Kemudian sesuai yang dilihat di lapangan

ketika pre-test berlangsung dosen mengatur tempat duduk, hal yang

dilakukan oleh dosen tersebut sangat baik karena hal yang demikian

mencontek dengan teman yang lain.

Salah satu bagian dari aktifitas perkuliahan yang lazimnya

ada dalam proses perkuliahan praktikum yang berbasis kelompok,

adalah adanya aktifitas presentasi hasil praktikum oleh kelompok

sebagaimana hasil praktikum yang dijalani kelompok bersangkutan,

sebagai bagian evaluasi unjuk kerja kelompok di hadapan kelas dan

dosen pengampu. Hanya saja sejauh pengamatan penulis, aktifitas

tersebut belum bisa berjalan, sehingga efektifitas praktikum dalam

ruang lingkup pencapaian hasil praktikum belum berjalan secara

komprehensif. Kurangnya efektifitas perkuliahan ini dapat dilihat

dari kurangnya evaluasi dari teman sejawat perkuliahan atas hasil

kelompok lainnya, karena memang tanpa presentasi bergantian di

depan kelas, yang terjadi adalah hasil yang didapat satu kelompok

tidak akan diketahui kelompok lainnya. Sehingga tidak akan ada

penguatan antar kelompok melalui diskusi bersama dalam

perkuliahan sebagai penguatan hasil praktikum.

Dalam praktikum Kimia Dasar evaluasi materi keseluruhan

dilakukan pada ahir perkuliahan yaitu pada ujian semester. Sesuai

dengan apa yang dikatakan oleh dosen praktikum Kimia Dasar,

bahwa dalam hal evaluasi materi keseluruhan mahasiswa dituntun

untuk bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh dosen. Evaluasi

materi keseluruhan memang harus dilakukan oleh dosen karena

keberhasilan dalam evaluasi ini dapat dijadikan sebagai parameter

pemahaman mahasiswa terhadap penyerapan materi yang sudah

dipraktikkan oleh mahasiswa.

51

6. Memberikan pengakuan atau penghargaan dan hukuman

a. Memberikan pengakuan atau penghargaan

Pada dasarnya dalam semua aktifitas itu harus ada

penghargaan bagi individu-individu yang sudah berhasil

mengerjakan tugasnya dengan baik. Bahwa konsep penghargaan

oleh Edward L. Throndike dimasukan menjadi sebuah bangunan

teori belajar koneksionisme, dengan menjadikan penghargaan

atau hadiah itu sebagai salah satu alat untuk menstimulasi

individu-individu agar selalu berbuat yang terbaik dan berhasil

dalam usahanya.

Tentunya penghargaan juga harus ada dalam proses

belajar dan pembelajaran, atau dalam hal ini adalah proses

praktikum Kimia Dasar. Karena penghargaan itu sendiri

memang memuat stimulasi yang positif untuk merangsang

semua mahasiswa agar menjalankan praktikum secara sebaik-

baiknya.

Pada fase keenam, dosen mempersiapkan cara untuk

mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok yaitu

dengan mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan

kepada mahasiswa. Variasi struktur reward bersifat

individualistis, kompetitif dan kooperatif. Struktur reward

terjadi apabila sebuah reward dapat di capai tanpa tergantung

pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif

adalah jika mahasiswa diakui usaha individualnya berdasarkan

perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif

diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling

bersaing. Tetapi dalam praktiknya tidak ada pemberian reward,

sehingga perkuliahan terkesan monoton, dosen hanya

memberikan tambahan nilai bagi mahasiswa yang benar-benar

serius dalam melaksanakan semua proses perkuliahan sebagai

bentuk penghargaan terhadap mahasiswa.

52

Ketika ditanya mengenai bahasan tersebut, ada seorang

mahasiswa yang menuturkan bahwa sebenarnya akan lebih

menarik kalau seumpama ada penghargaan dalam proses

praktikum

“Bagi saya sendiri seumpama penghargaan itu benar-

benar ada dalam proses praktikum ini, maka sebenarnya

itu bisa menjadi penyemangat tersendiri bagi mahasiswa,

walaupun itu bukan satu-satunya tujuan kami mengikuti

perkuliahan praktikum ini. Karena siapapun pasti akan

merasa senang dan puas ketika apa yang telah dia

kerjakan dihargai orang lain apalagi kalau yang

memberikan pengakuan tersebut adalah dosen kita

sendiri, pasti kami akan lebih bersemangat lagi.”7

b. Hukuman

Selain itu hukuman bagi mahasiswa yang tidak

mengikuti prosedur dalam praktikum menjadi hal yang penting,

hal ini dilakukan untuk menimbulkan efek jera terhadap

mahasiswa. Dalam prakteknya mahasiswa yang tidak mengikuti

dari peraturan yang sudah ditetapkan oleh dosen dan mahasiswa

maka akan diberi hukuman. Sesuai dengan apa yang dikatakan

oleh Rifdhotul Yusro mahasiswa praktikum Kimia Dasar

“Ketika dalam perkuliahan kemudian ada mahasiswa

yang terlambat biasanya tidak diperbolehkan mengikuti

perkuliahan. Hal itu sudah menjadi kontrak belajar pada

awal perkuliahan, dan ketika terlambat mengumpulkan

laporan maka nilai dalam pembuatan laporan dikurangi,

hal demikian untuk menimbulkan efek jera terhadap

mahasiswa.”8

7 Wawancara dengan Yuni ma’rifah, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 15 Mei

2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah. 8 Wawancara dengan Rifdhotul Yusro, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa 15 Mei

2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

53

Apa yang disampaikan oleh mahasiswa yang

bersangkutan secara ide ada benarnya, yaitu untuk menimbulkan

efek jera terhadap mahasiswa karena sebenarnya hal demikian

menjadi perilaku yang penting untuk mewujudkan tujuan

perkuliahan.

Dari kesemua fase yang yang telah dijelaskan di atas, sebenarnya

masih banyak hal yang harus dikerjakan dalam pelaksanaan praktikum

Kimia Dasar untuk menjadi lebih ideal. Tetapi paling tidak secara prinsip

perkuliahan, manual atau prosedur perkuliahan sudah berjalan

sebagaimana mestinya, walaupun di sana-sini masih banyak hal yang

harus diperbaiki. Dari sekian masukan yang diberikan oleh mahasiswa

mengenai berlangsungnya perkuliahan praktikum Kimia Dasar di

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang terlihat betul, terutama

sejauh yang penulis alami dan saksikan dilapangan, bahwa faktor

kesiapan dan kemauan mahasiswa masih banyak yang belum sepenuhnya

difasilitasi oleh penyelenggara praktikum. Sehingga masih banyak

mahasiswa yang sampai selesai mengikuti praktikum tetapi masih

bingung dengan materi yang dipraktekan. Jadi mengenai permasalahan

tersebut penting kiranya dari pihak dosen mengevaluasi proses

perkuliahan secara menyeluruh sehingga bisa menguraikan dan

mendapatkan solusi atas permasalahan tersebut.

Namun di sisi lain, yang perlu menjadi catatan adalah mengenai

pola pembelajaran yang menggunakan tim belajar, yang melatih

mahasiswa untuk bekerja dalam kelompok, berlatih mengorganisasi diri,

tetaplah harus diapresiasi dengan baik, karena bagaimanapun prinsip

dasar praktikum sebenarnya adalah tentang kerja kelompok dan secara

prinsipnya itu sudah terpenuhi. Kemudian bagaimana korelasi

perkuliahan praktikum dengan nilai-nilai Cooperative learning, apakah

nilai-nilai Cooperative learning sudah bersenyawa dengan perkuliahan

54

praktikum Kimia Dasar di fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang?

Jawabannya akan penulis bahas pada pembahasan selanjutnya.

B. Nilai-nilai Cooperative Learning dalam Pelaksanaan Perkuliahan

Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa

pembelajaran kooperatif lebih dikenal dengan pembelajaran secara

berkelompok. Tetapi yang perlu diingat, sebenarnya belajar kooperatif

lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam

belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat

kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka

dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif diantara anggota

kelompok. Ketika prinsip dasar pembelajaran kooperatif atau

Cooperative Learning diinternalkan dalam pelaksanaan praktikum Kimia

Dasar, maka struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif bagi

mahasiswa, akan menjadi nilai lebih bagi pelaksanaan praktikum Kimia

Dasar. Karena di dalam Cooperative Learning terdapat nilai-nilai

pembangun pembelajaran untuk menuju terciptanya keberhasilan

bersama dalam kelompok belajar dalam melaksanakan praktikum.

Itu artinya, memang ada prinsip dasar yang berkaitan antara

prinsip pelaksanan praktikum dengan pola kelompoknya (sebagaimana

yang terungkap pada bagian sebelumnya) dengan prinsip Cooperative

Learning, yaitu adanya spirit kooperatif dalam melaksanakan

pembelajaran dalam pola kelompok belajar. Kemudian, setelah pada

bagian sebelumnya penulis deskripsikan sekaligus mencoba menganalisa

temuan-temuan yang ada kaitannya dengan perkuliahan praktikum Kimia

Dasar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, pada bagian ini

penulis akan melanjutkan pembahasan mengenai nilai-nilai Cooperative

Learning dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di

55

Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

nilai-nilai tersebut diantaranya:

1. Saling Ketergantungan Positif

Dalam permainan sepak bola, pemain gelandang (pemain

tengah) yang memberi umpan bola dan pemain yang menerima bola

merupakan contoh kegiatan saling ketergantungan positif.

Keberhasilan yang satu tergantung pada keberhasilan yang lainnya.

Keberhasilan bersama tergantung pada masing-masing dari

kelompok untuk bermain secara kompeten.

Sebagaimana diketahui pada pembahasan sebelumnya, bahwa

basis perkuliahan yang menggunakan pendekatan Cooperative

Learning adalah menjadikan proses perkuliahannya dalam bentuk

kelompok atau tim belajar, yang dalam kelompok tersebut otomatis

terdiri beberapa mahasiswa. Dengan pola seperti itu, maka satu hal

yang terjadi adalah akan munculnya saling ketergantungan dan

membutuhkan antara sesama anggota kelompok secara positif.

Perspektif positif di sini adalah menjadikan ketergantungan

sebagai ruh untuk menciptakan pola kerja di kelompok agar lebih

kuat, karena dengan merasa diharapkan keberhasilannya oleh teman

sekelompoknya, maka seseorang dalam kelompok tersebut juga akan

melaksanakan tugasnya secara maksimal, agar hasil kerja kelompok

juga akan menjadi maksimal seperti yang diharapkan.

Ketergantungan positif akan muncul apabila para mahasiswa

memandang bahwa mereka saling terhubung dengan teman

sekelompoknya dalam suatu cara yang membuat tidak mungkin bagi

siapapun untuk berhasil kecuali bila seluruh anggota kelompok

berhasil (demikian juga sebaliknya) dan bahwa mereka harus

mengoordinasikan usaha mereka bersama teman sekelompok mereka

untuk menyelesaikan sebuah tugas.

56

Dalam perkuliahan praktikum Kimia Dasar di jurusan Tadris

Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, pola

perkuliahannya juga didesain dengan kelompok, setiap kelompok

dalam kelas memiliki tanggung jawab dalam proses pelaksanaan

praktikum untuk mempelajari bahan yang ditugaskan kepada

kelompok tersebut.

Sebagai bagian awal dari praktikum Kimia Dasar, dosen

mengadakan pre-test untuk mengetahui seberapa besar pemahaman

materi yang akan di praktikkan. Menurut Ervin Trisuryandari, M.Si,

dosen praktikum Kimia Dasar, pre-test selain sebagai bagian

permulaan menuju praktikum yang sebenarnya, bagian ini juga

menjadi fase untuk mengetahui sejauh mana kesiapan mahasiswa

sebelum melakukan perkuliahan.

“Sebenarnya saya melaksanakan pre-test sebelum

pelaksanaan praktikum Kimia Dasar adalah sebagai upaya

untuk mengukur kesiapan mahasiswa, lebih dari itu, dari

kegiatan tersebut saya juga akan dapat mengukur tanggung

jawab individu dalam mempelajari bahan yang ditugaskan

tersebut. Karena jangan sampai ada anggota kelompok yang

semaunya sendiri dan tidak bertanggungjawab akan tugas

yang diberikan kepadanya. Karena ketika itu terjadi justru

akan merusak dinamika tim dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan pada tim atau kelompok tersebut.”9

Penjelasan yang tertangkap dari uraian tersebut, sebenarnya

upaya untuk meningkatkan tangung jawab mahasiswa dalam

memahami materi yang akan dipraktikan. Tetapi belum tertangkap

betul apakah metode yang digunakan tersebut dapat berjalan secara

efektif dan sesuai yang diharapkan baik oleh dosen maupun oleh

mahasiswa.

Kemudian bagaimana cara menciptakan ketergantungan

positif di antara mahasiswa? Sejauh pengamatan penulis, ada

beberapa strategi yang biasanya digunakan seorang dosen dalam

9 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si, (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 8

Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

57

membangun saling ketergantungan positif adalah menumbuhkan

perasaan mahasiswa bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok,

pencapaian terjadi jika semua kelompok mencapai tujuan. Hal

tersebut bisa dilihat dalam proses pelaksanaan, masing-masing

kelompok membagi tugas dari mulai persiapan, pelaksanaan dan

setelah selesai praktikum. Selain hal tersebut untuk memastikan

bahwa para mahasiswa meyakini hal ini dan peduli terhadap

seberapa besar masing-masing dari mereka belajar, dosen praktikum

Kimia Dasar menyusun sebuah kelompok atau tujuan bersama yang

jelas seperti “pelajari materi yang diberikan dan pastikan bahwa

semua anggota kelompokmu mempelajarinya”. Tujuan kelompok

harus selalu menjadi bagian dari perkuliahan.

Selain itu mengusahakan agar semua kelompok mendapatkan

penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai

tujuannya adalah hal yang penting untuk dilakukan. (misalnya, jika

semua anggota kelompok behasil dalam pelaksanaan praktikum 90

persen benar, maka masing-masing akan mendapatkan 5 poin nilai

sebai bonus). hal tersebut untuk memotivasi mahasiswa untuk

mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugasnya dan hal

demikian juga dapat meningkatkan kualitas kerjasama. Akan tetapi

dalam pelaksanaannya tidak dilakukan hal yang demikian.

Dalam pelaksanaan praktikum Kimia Dasar dosen

memberikan tugas untuk satu kelompok untuk diselesaikan bersama

anggota kelompok. Selain itu dosen membagi materi praktikum. Jadi

setiap satu pertemuan ada dua materi yang harus diselesaikan, seperti

halnya ketika kelompok pertama menyelesaikan praktikum pertama

maka kelompok yang ke dua melaksanakan praktikum yang ke dua,

begitu sebaliknya. Dalam hal ini masing-masing anggota kelompok

mengatur sedemikian rupa membagi tugas dalam melaksanakan

praktikum, sehingga hal tersebut dapat memperlancar jalannya

praktikum.

58

Selain hal demikian dalam praktikum Kimia Dasar

mahasiswa ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung

dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat

dengan mahasiswa dalam kelompok. Seperti yang penulis lihat pada

kelompok dua dalam melakukan praktikum pada percobaan tujuh

mengenai tes umum karbohidrat: uji Molisch. Anggota ini satu sama

lain saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi,

dan saling terikat yaitu pada saat persiapan praktikum. Ada praktikan

yang menyiapkan peralatan karena terkadang alat yang dipersiapkan

asisten kurang, kemudian ada yang memberi label pada tabung

reaksi yang akan dipraktikumkan dan ada yang menulis draf hasil

yang pada ahir praktikum dijadikan sebagai laporan sementara.

Bagi penulis, strategi dan dinamika tim yang dijalankan

untuk memunculkan ketergantukan positif antara anggota kelompok

sebenarnya sudah baik, tetapi dinamika yang sepenuhnya diserahkan

kepada kelompok juga memerlukan pendampingan dan pengawasan

yang intens, karena itu menjadi bagian antisipatif untuk

mengeliminir timbulnya masalah-masalah kelompok yang potensial

terjadi.

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Setelah menciptakan nilai ketergantungan positif dalam

kelompok kerja praktikum, ada nilai lain yang akan semakin

menguatkan upaya penciptaan keseriusan mahasiswa dalam

melaksanakan praktikum Kimia Dasar, yaitu nilai tanggung jawab

perseorangan dalam kerja kelompok. Sebenarnya secara substantif

nilai tanggung jawab ini menjadi nafas dasar untuk terciptanya nilai

ketergantungan positif dalam kelompok. Nilai tanggung jawab

perseorangan akan tercipta ketika kinerja dari setiap mahasiswa

secara individual dinilai dan hasilnya diberikan kembali kepada

individu tersebut dan kelompoknya.

59

Untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa bertanggung

jawab atas bagian tugas kelompok secara adil, dosen menilai

seberapa besar usaha dari masing-masing anggota kelompok telah

berkontribusi, memberikan umpan balik kepada kelompok dan

mahasiswa secara individual, membantu kelompok untuk

menghindari usaha yang berlebihan, dan memastikan bahwa setiap

anggotanya bertanggung jawab terhadap hasil akhir. Setelah

berpartisipasi dalam sebuah pelajaran kooperatif, setiap anggota

kelompok seharusnya menjadi tersiapkan dengan lebih baik untuk

menyelesaikan tugas yang serupa secara individual.

Dalam pelaksanaan praktikum Kimia Dasar masing-masing

mahasiswa bertanggung jawab mengenai materi yang ditugaskan

dalam kelompok. Tanggung jawab tersebut menjadi modal dasar

apakah mahasiswa akan menjadi anggota kelompok yang baik,

sehingga bisa membantu secara penuh dalam kelompok ataukah

tidak. Dengan digariskannya nilai tanggung jawab dalam

pelaksanaan praktikum, maka sebenarnya nilai itu juga membuat

mahasiswa semakin termotifasi untuk membantu temannya. Ini

sebagaimana yang diutarakan salah seorang mahasiswa Rifdhotul

Yusro, dia menyebutkan:

“Penekanan nilai tanggung jawab mahasiswa dalam

praktikum kimia sebenarnya adalah sebuah kewajiban, yang

setiap dari kami (mahasiswa) harus memiliki nilai itu untuk

menciptakan praktikum yang maksimal. Karena saya juga

akan merasa jengkel kalau saya serius dan bertanggung

jawab, tetapi ada salah satu teman saya semaunya sendiri dan

tidak bertanggungjawab. Karena itu pasti akan merusak

suasana kelompok kami. Jadi saya sangat mengharapkan

kepada semua teman saya untuk bertanggungjawab dalam

melaksanakan kerja kelompok dalam praktikum.”10

10 Wawancara dengan Rifdotul Yusro, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 15 Mei

2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

60

Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk

memastikan bahwa semua anggota kelompok benar-banar, dalam

kenyataannya, mendapatkan manfaat dari belajar secara kooperatif

dan setelah mengikuti kelompok belajar bersama anggota kelompok

dapat menyelesaikan tugas yang sama. Karena dalam praktiknya

setelah selesai praktikum masing-masing kelompok membuat

laporan sementara sehingga hasil yang didapat adalah dari hasil

percobaan bersama dan untuk di analisis bersama. Karena pada

dasarnya pola perkuliahan kelas kooperatif adalah bahwa mahasiswa

belajar bersama-sama dan kemudian mengerjakan sendiri. Mereka

menguasai skil dan pengetahuan, mempelajari prosedur dan strategi

di dalam sebuah kelompok kooperatif terlebih dahulu. Kemudian

mereka mengaplikasikan pengetahuan atau penggunaan skil, strategi,

atau prosedur tersebut sendirian untuk menunjukkan penguasaan

personal mereka terhadap meterinya. Pola ini memastikan tanggung

jawab individual dan memberi kesempatan bagi setiap mahasiswa

untuk menerima manfaat sebagai hasil dari bekerja sama dalam satu

kelompok.

Salah satu cara yang relevan untuk menciptakan tangung

jawab perseorang dalam kelompok adalah dengan membuat

kelompok yang simpel dan jangan terlalu besar. Dalam praktikum

Kimia Dasar jumlah anggota kelompok adalah dua orang dan ada

juga yang tiga orang. Sehingga harapannya dengan kelompok kecil

tersebut akan membuat semua anggota kelompok akan lebih

bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya masing-masing.

Selain itu, dalam praktikum Kimia Dasar, dosen juga

melakukan assesmen (penilaian) terhadap setiap mahasiswa, dalam

praktikum dosen melakukan penilaian terhadap mahasiswa dari

mulai persiapan, pelaksanaan dan setelah selesai praktikum.

Mengenai penilaiannya ada beberapa hal yang menjadi parameter

penciptaan nilai tangung jawab perseorangan, adapun panduan

61

penilaiannya adalah sebagai berikut; Pertama, Memberi tugas

kepada mahasiswa yang dipilih secara random untuk

mempresentasikan di kelas. Hal ini penting dilakukan oleh dosen

karena dengan seperti itu akan kelihatan siapa saja mahasiswa yang

siap dan bertanggung jawab, sehingga ketika dia tiba-tiba disuruh

maju juga sudah siap untuk mempresentasikan apa yang menjadi

hasil praktikum dari kelompoknya. Juga bisa mengetahui mahasiswa

yang tidak bertangungjawab karena pasti dia tidak siap ketika

disuruh maju presetasi. Akan tetapi hal demikian belum bisa

dilaksanakan dalam praktikum Kimia Dasar, menurut Ervin

Trisuryandari, M.Si, hal demikian terjadi karena terkendala oleh

waktu.11

Kedua, Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi

(jumlah) individu dalam membantu kelompok. Hal ini bisa dilihat

oleh dosen dan asisten dosen pada saat pendampingan praktikum,

akan tetapi sejauh ini belum ada dari anggota kelompok yang tidak

bertanggung jawab, karena dalam praktikum dosen sudah mendesain

kelas dengan bentuk kelompok yang minimalis yaitu dua dan ada

yang tiga orang, sehingga masing-masing orang merasa bertanggung

jawab akan tugas yang diberikan oleh kelompok. pencatatan

frekuensi ini penting dilakukan oleh seorang dosen untuk

mengevaluasi siapa-siapa saja yang belum cukup bertanggung jawab

dalam melaksanakan kerja kelompoknya. Ketika setelah didata dan

didapati ada mahasiswa yang asal dalam membantu kelompok, maka

mahasiswa tersebut dapat segera diingatkan oleh dosen.

Ketiga, Menugasi mahasiswa untuk berperan sebagai

pengawas atau pemeriksa dalam kelompoknya. Kelompok memang

membutuhkan pengawas dari tim sendiri mengingat dosen dan

pendamping praktikum pasti kurang mencukupi untuk mengawasi

11 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si, (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa,

8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

62

secara menyeluruh pada semua kelompok. Tugas pokok pengawas

dari dalam tidak lain adalah untuk mendeteksi hal-hal yang tidak

diinginkan dalam sebuah kelompok. Hasilnya akan bisa menjadi

sebagai panduan tambahan bagi dosen dalam mengevaluasi

mahasiswa dalam sebuah kelompok. Akan tetapi asisten

laboratorium (Fitria Dwi Anggraini) menuturkan bahwa dalam

praktiknya belum bisa dilaksanakan hal yang demikian karena

mengingat dari jumlah praktikan dimasing-masing kelompok yang

sedikit. Sehingga pengawasan hanya dapat dilakukan oleh dosen dan

asisten laboratorium Kimia sehingga pendampingannya kurang

begitu maksimal.12

Keempat, Menugasi mahasiswa untuk menugasi temannya.

Dalam istilah mudahnya adalah menunjuk salah satu mahasiswa

menjadi koordinator kelompok, yang akan menjadi pusat instruksi

dalam kelompok. Fungsi dasar adanya koordinator dalam kelompok

adalah biar kerja kelompok menjadi fokus sekaligus melatih

tanggungjawab mahasiswa sebagai seorang pemimpin kelompok

dalam praktikum. Akan tetapi dalam praktikum Kimia Dasar belum

bisa dilaksanakan hal yang demikian.

3. Interaksi Promotif

Ketika sebuah pembelajaran atau perkuliahan dibentuk secara

kelompok, maka salah satu hal yang akan menjadi perhatian adalah

soal bagaimana interaksi yang terjadi dalam kelompok kerja tersebut.

Interaksi menjadi penting, karena tanpa interaksi dalam sebuah

kelompok maka yang terjadi adalah sekumpulan mahasiswa yang

kerja individual tetapi dalam satu kelompok, dan itu pasti tidak akan

efektif dalam menciptakan kerja kelompok dalam praktikum.

Sejauh pengamatan penulis, dalam pelaksanaan praktikum

Kimia Dasar semua anggota kelompok berinteraksi secara promotif

12 Wawancara dengan Fitria Dwi Anggraini, (Asisten Laboratorium Praktikum Kimia

Dasar), Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

63

yaitu saling memfasilitasi satu sama lain. Hal demikian ini memang

sangat membantu keberlangsungan praktikum karena dengan

berinteraksi dapat memberikan sinergi yang menguntungkan semua

anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada

hasil pemikiran dari satu kepala saja. Selain itu interaksi promotif

dapat memberi pengaruh paling basar pada usaha-usaha untuk

mencapai hubungan yang penuh kepedulian dan komitmen, dan

penyesuaian psikologis serta kompetensi sosial.13

Menurut penjelasan dari Asisten laboratorium yang

notabenenya memang yang intens mendampingi praktikum, dalam

pelaksanaan praktikum Kimia Dasar, mahasiswa dalam kelompok

saling membantu secara efektif dan efisien.

“Saya sangat apresiatif sekali dengan cara mahasiswa dalam

melaksanakan praktikum Kimia Dasar. Interaksi antar

mahasiswa berlangsung secara efektif, seperti ketika ada

kesulitan mahasiswa memberi informasi dan sarana yang

diperlukan dan memproses informasi bersama secara lebih

efektif dan efisien, saling mengingatkan dan Saling

membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan

terhadap masalah yang dihadapi saling percaya saling

memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.”14

Ilustrasi dari ungkapan asisten laboratorium tersebut

menunjukan bahwa dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia

Dasar ada sebuah interaksi promotif antara satu mahasiswa dengan

lainnya untuk menciptakan kerja kelompok yang efektif.

Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur apakah nilai interaksi promotif sudah berlangsung secara

baik ataukah belum dalam sebuah kelompok kerja praktikum seperti

ketika mempraktikan materi Karbohidrat. Sejauh pengamatan yang

penulis lakukan, indikatornya pada individu adalah sebagai berikut:

13 Observasi dilakukan pada Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

14 Wawancara dengan Fitria Dwi Anggraini (Asisten Laboratorium Praktikum Kimia

Dasar), Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

64

a. Saling membantu secara efektif dan efisien, ini dapat dilihat dari

dinamika kelompok, apakah antar mahasiswa semuanya dapat

bekerja bareng sesuai job atau tugasnya masing-masing ataukah

tidak.

b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan, interaksi

ini akan berjalan secara alamiah, karena tim yang baik pasti

akan saling mengerti apa yang menjadi kebutuhan kawan dalam

kelompoknya, hanya dengan isyarat atau komunikasi simpel.

c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien,

ini dapat dilihat dari cara anggota kelompok melakukan diskusi

membahas hal-hal yang menjadi tugas kelompok. Kelompok

yang baik akan menciptakan sebuah diskusi yang fokus pada

materi yang dikaji, sehingga akan lebih cepat terselesaikan.

Seperti ketika berdiskusi tentang uji kelarutan, maka mahasiswa

melakukan diskusi untuk mengidentifikasi sekaligus

mengkomparasi kelarutan yang ada dalam tabung reaksi.

d. Saling mengingatkan, indikator ini menjadi penting karena

kadang anggota kelompok melakukan prosedur praktikum.

Maka tugas pokok teman lain dalam satu kelompok adalah

dengan cara segera memperingatkannya, itu perlu dilakukan

agar kerja kelompok menjadi lebih efektif

e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap

masalah yang dihadapi. Bagian ini merupakan penyempurnaan

dari bagian sebelumnya, dengan tujuan untuk menghasilkan

rumusan kelompok yang lebih maksimal, karena ini akan

membantu anggota kelompok ketika merumuskan hasil

praktikum dalam laporan praktikum tentang Karbohidrat.

f. Saling percaya karena mayoritas adalah satu angkatan/satu kelas,

sikap ini adalah mutlak ada dalam sebuah kelompok agar kerja

65

kelompok dapat berjalan tanpa kesenjangan antara anggota

kelompok satu dengan lainnya.

g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan berama.

Keberhasilan bersama dalam sebuah kelompok adalah mutlak

dan tidak bisa ditawar. Dan motifasi untuk terciptanya itu harus

dilakukan semua anggota kelompok pada anggota kelompok

lainnya supaya keberhasilan bersama dalam sebuah kelompok

kerja praktikum dapat benar-benar terwujud di akhir

praktikum.15

4. Komunikasi Antar Anggota

Selain interaksi promotif, nilai lain yang juga penting dalam

sebuah kelompok adalah komunikasi antar anggota atau

keterampilan sosial. Nilai ini selain menjadi nilai penting dalam

sebuah kelompok, nilai ini juga akan menjadi parameter apakah

mahasiswa akan menjadi sosok yang trampil membangun

komunikasi dalam sebuah kelompok ataukah tidak. Ketika tidak, itu

pasti akan menjadi problem tersendiri bagi mahasiswa tersebut.

Dalam praktikum Kimia Dasar sebenarnya sudah terjadi

komunikasi antar satu anggota dengan lainnya. Ini seolah sudah

menjadi kesadaran bersama di antara mahasiswa bahwa salah satu

faktor penting dalam keberhasilan suatu kelompok juga bergantung

pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Karena

dengan cara itu, semua anggota akan saling mengerti apa sebenarnya

yang diharapkan masing-masing anggota, dan itu akan menjadi

modal yang baik bagi terciptanya keberhasilan bersama dalam

kelompok. Ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang

mahasiswa Mardiyatun Nur

15 Observasi Dilakukan pada Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas

Tarbiyah.

66

“Menurut saya komunikasi dalam tim itu wajib, karena

komunikasi merupakan inti dari sebuah kerja kelompok.

Kalau dalam kelompok tidak ada komunikasi dan semuanya

diam, maka pasti tugas yang diberikan pada kelompok

tersebut tidak akan terselesaikan dengan baik. Untungnya

selama ini saya tergabung dalam kelompok yang enak dalam

berkomunikasi, jadi segala tugas dapat kami selesaikan

dengan baik.”16

Nilai komunikasi ini menghendaki agar para mahasiswa

dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Karena

memang perlu disadari kadang ada salah satu dari mahasiswa yang

ada dalam kelompok yang kurang bisa berkomunikasi dengan baik.

Dan dengan menjadikan komunikasi menjadi prasarat mutlak dalam

kerja kelompok, sedikit banyak itu akan menjadi motivasi tersendiri

bagi mahasiswa yang masih ada masalah adalah menjalin

komunikasi dalam kelompok.

Untungnya, dalam praktikum Kimia Dasar di Tadris Kimia

selama ini hampir semua mahasiswa saling mengenal dan

mempercayai. Saling mengenal terjadi karena mayoritas adalah satu

kelas dalam perkuliahan. Sejauh pengamatan penulis, mereka juga

saling mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak

ambisius, saling menerima dan saling mendukung, mampu

menyelesaikan konflik secara konstruktif (membangun).

5. Pemrosesan Kelompok

Komponen esensial pembelajaran kooperatif yang ke lima

adalah pemrosesan kelompok. Kerja kelompok yang efektif

dipengaruhi oleh apakah setiap kelompok merenungkan, memproses,

atau tidak mengenai seberapa baik mereka telah berfungsi.

Pemrosesan kelompok atau evaluasi dari proses kelompok

merupakan nilai Cooperative Learning yang harus ada dalam

perkuliahan praktikum Kimia Dasar. Karena bagaimanapun, sebuah

16 Wawancara dengan Mardiyatun, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 15 Mei

2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

67

perkuliahan akan diketahui baik ataukah tidak dapat dilihat dari hasil

evaluasi yang dilakukan, yang dalam hal ini adalah mengevaluasi

proses yang terjadi dalam perkuliahan praktikum Kimia Dasar.

Dari hal tersebut agar dapat memastikan bahwa terjadi

pemrosesan kelompok, dosen harus mengalokasikan waktu secara

khusus pada setiap akhir praktikum untuk kelompok kooperatif

memproses seberapa efektifkah setiap anggotanya telah bekerja

sama. Pemrosesan semacam ini akan memungkinkan kelompok-

kelompok praktikum fokus pada pemeliharaan hubungan kerja yang

baik di antara anggota kelompoknya, memfasilitasi skil-skil

pembelajaran kooperatif, memastikan bahwa para anggotanya

menerima umpan balik atas partisipasi mereka, memastikan bahwa

mahasiswa memikirkan metakognitif dan juga kerja kognitif mereka,

dan memberikan sebuah cara untuk merayakan keberhasilan

kelompok dan menguatkan sikap-sikap positif anggota kelompok.

Selain itu, dosen hendaknya secara periodik melakukan

pemrosesan seluruh kelas. Ketika kelompok pembelajaran kooperatif

digunakan di dalam kelas, maka dosen harus mengobservasi

kelompok-kelompok tersebut, menganalisis masalah yang dialami

ketika bekerja sama, dan memberikan umpan balik kepada setiap

kelompok. Dosen harus berpindah-pindah dari satu kelompok ke

kelompok lainnya secara sistematik. Hal demikian dilakukan oleh

dosen praktikum Kimia Dasar dengan menggunakan sebuah lembar

observasi formal, untuk mengumpulkan data secara spesifik dari

setiap kelompok.

Dalam pelaksanaannya selama ini, evaluasi proses kelompok

dilakukan oleh dosen pengampu yaitu melalui penilaian terhadap

proses kerja oleh masing-masing kelompok. Sesuai dengan yang

dituturkan oleh Ervin Trisuryandari, M.Si, dosen praktikum Kimia

Dasar

68

“Selama ini saya melaksanakan penilaian proses kelompok

dengan menggunakan lembar observasi penilaian. Hal ini

memeng berbeda dengan praktikum yang sebelumnya karena

saya ingin penilain terhadap mahasiswa tidak terpaku kepada

pembuatan laporan dan tes ahir smester saja akan tetapi kerja

mahasiswa juga. Hal ini dilakukan agar mahasiswa lebih

serius dalam melaksanakan praktikum. Tetapi selama ini

penilai tersebut hanya saya lakukan sendiri sehingga hasilnya

kurang begitu maksimal.”17

Desain evaluasi proses praktikum yang hanya dilakukan

seorang dosen secara prinsipnya kurang begitu efektif karena

banyaknya praktikan, sehingga pengamatan yang dilakukan tidak

bisa maksimal.

Kemudian pada akhir periode kelas, dosen dapat mengadakan

sebuah sesi pemrosesan seluruh kelas dengan membagi hasil

observasi kepada seluruh kelas. Apabila setiap kelompok memiliki

pengamatan pengamatan dari teman mereka sendiri, maka hasil

pengamatan mereka bisa diikut sertakan untuk mendapatkan data

kelas yang menyeluruh. Mengenai hal tesebut asisten laboratorium

(yang dulu juga pernah menjadi mahasiswa praktikum Kimia Dasar)

menceritakan kalau selama ini agenda seperti itu belum pernah

dilakukan, sehingga mahasiswa juga hanya menerima nilai jadi tanpa

mengetahui kekurangan yang mereka punyai.18

Sebuah aspek penting dari pemrosesan kelompok adalah akan

menghadirkan perasaan berhasil, dihargai, dan dihormati dapat

membangun komitmen untuk belajar, antusiasme terhadap bekerja

sama dalam kelompok kooperatif, dan rasa kemampuan diri dalam

hal penguasaaan mata kuliah dan bekerja sama secara kooperatif

dengan teman sekelas.

17 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si. (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa,

8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah. 18 Wawancara dengan Fitria Dwi Anggraini (Asisten laboratorium Praktikum Kimia Dasar),

Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

69

Paket lima nilai Cooperative Learning yang penulis bahas secara

mendetail pada pembahasan sebelumnya, sebenarnya merupakan sebuah

indikator dan panduan dasar bagi pelaku pembelajaran ketika mereka

ingin menciptakan sebuah perkuliahan yang berbasis Cooperative

Learning di dalam kelasnya. Sebagai sebuah nilai pembelajaran, maka

kelima nilai tersebut bisa menjadi sebuah indikator pencapaian yang

memandu dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus evaluasi

perkuliahan tersebut, agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Khusus dalam pelaksanaan praktikum Kimia Dasar di fakultas

Tarbiyah, kelima nilai Cooperative Learning tersebut secara prinsip

sebenarnya sudah berlangsung secara penuh dalam praktikum, tentunya

sesuai dengan kadar kualitas masing-masing. Hanya saja, penulis melihat

ada permasalahan yang sangat penting dalam pelaksanaannya yaitu

mengenai praktis aspek nilai pemrosesan kelompok. Bagi penulis, dalam

nilai pemrosesan kelompok masih terlihat belum bisa dipraksiskan

sebagaimana mestinya dalam perkuliahan, dengan masih adanya

permasalahan praktikum yang belum tuntas dan melegakan bagi

praktikan. Padahal sebenarnya kemunculan semua nilai Cooperative

Learning dapat dilihat dari hasil identifikasi pelaksanaan nilai

pemrosesan kelompok tersebut.

Untuk itu ada baiknya baik dosen, asisten laboratorium maupun

praktikan sendiri dapat melakukan evaluasi sebagai basis dari

pemrosesan kelompok tersebut secara terstruktur baik dan sesuai

kebutuhan dasar praktikan. Karena dengan adanya sinergitas dan

perhatian dari semua elemen dalam melaksanakan menciptakan

pemrosesan kelompok dalam praktikum Kimia Dasar dapat menjadi

starting point untuk membenahi problem yang ada sekaligus

memaksimalkan proses internalisasi nilai Cooperative Learning dalam

pelaksanaan praktikum Kimia Dasar di Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang.

70

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian berjudul:

“Nilai Cooperative Learning Dalam Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar

(Studi Kasus di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang)”, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di Jurusan

Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, dosen

pengampu mata kuliah mendesain perkuliahan menjadi enam fase

pembelajaran, yaitu: menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

mahasiswa, menyajikan informasi, mengorganisir mahasiswa ke dalam

tim-tim belajar, membantu kerja tim dan belajar, mengevaluasi,

memberikan pengakuan atau penghargaan dan hukuman kepada

mahasiswa. Dari kesemua fase yang yang telah dijelaskan di atas,

sebenarnya masih banyak hal yang harus dikerjakan dalam pelaksanaan

praktikum Kimia Dasar untuk menjadi lebih ideal. Tetapi paling tidak

secara prinsip perkuliahan, manual atau prosedur perkuliahan sudah

berjalan sebagaimana mestinya, walaupun di sana-sini masih banyak hal

yang harus diperbaiki.

b. Adapun nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan sperkuliahan

Praktikum Kimia Dasar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

adalah sebagai berikut: nilai saling ketergantungan positif, nilai tanggung

jawab perseorangan, nilai interaksi promotif, nilai komunikasi antar

anggota, dan nilai pemrosesan kelompok. kelima nilai Cooperative

Learning tersebut secara prinsip sebenarnya sudah berlangsung secara

penuh dalam praktikum, tentunya sesuai dengan kadar kualitas masing-

masing. Hanya saja, penulis melihat ada permasalahan yang sangat

penting dalam pelaksanaannya yaitu mengenai praktis aspek nilai

pemrosesan kelompok. Bagi penulis, dalam nilai pemrosesan kelompok

71

masih terlihat belum bisa dipraksiskan sebagaimana mestinya dalam

perkuliahan, dengan masih adanya permasalahan praktikum yang belum

tuntas dan melegakan bagi praktikan. Padahal sebenarnya kemunculan

semua nilai Cooperative Learning dapat dilihat dari hasil identifikasi

pelaksanaan nilai pemrosesan kelompok tersebut.

B. Saran

Dari beberapa temuan yang penulis munculkan dalam simpulan, maka

ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan di sini:

1. Dari rangkaian penelitian yang penulis lakukan selama ini, bagi penulis

peran dosen pengampu mata kuliah praktikum Kimia Dasar harus

menambah perhatiannya kepada mahasiswa praktikum Kimia Dasar.

Karena selama kini mahasiswa masih merasa apa yang disajikan dosen

pengampu belum sepenuhnya maksimal dalam mengakomodir kebutuhan

mahasiswa.

2. Selain peran dosen, salah satu hal yang harus ditingkatkan adalah

mengenai pendampingan kelompok belajar praktikum. Selama ini

pendampingan kelompok belajar dalam praktikum belum maksimal,

karena pendampingan yang ada sekarang belum cukup representatif

untuk mendampingi secara intens di masing-masing kelompok belajar.

Jadi ketika satu kelompok menghadapi masalah tidak dapat segera

tertangani karena harus bergiliran untuk didampingi.

3. Salah satu yang menjadi perhatian penulis dalam hasil riset ini adalah

mengenai mekanisme evaluasi. Sejauh ini evaluasi yang berupa review

materi belum berjalan maksimal karena hanya dilaksanakan pada bagian

akhir perkuliahan praktikum Kimia Dasar. Sehingga banyak

permasalahan yang muncul di setiap sesi praktikum tidak segera

tertangani dan tidak segera terselesaikan. Itu artinya memang dibutuhkan

redesign evaluasi proses, dengan membuat review materi di setiap sesi

praktikum, agar hasilnya menjadi lebih efektif dan capaiannya akan lebih

maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nur, 2009, “Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams

Achivement Devision) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Peserta Didik pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Kelas VII A MTS

Tarbiyatul Ulum Wedung Demak Tahun Pelajaran 2008/2009”, Skripsi,

Semarang : Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

“Andragogi, 2012, (sebuah konsep Teoritik)”, http://dschandradewi.

blogspot.com/2011/01/metode-andragogi-dan-pedagogi.html.

E. Slavin, Robert, 2010, Cooperative Learning, (Teori, Riset dan Praktik),

Bandung: Nusa Media.

Hadi, Sutrisno, 1989, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset.

Harsono, ed., 2005 Pembelajaran di Laboratorium, Yogyakarta: UGM.

http://www. sekolahdasar.net /2011/10/pengertian- nilai-dan-moral-dalam -pkn.

html.

Huda, Miftahul, 2011, Cooperative Learning, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ihsan, 2005, Psikologi Belajar Al-Ghazali, Yogyakarta: Teras.

Isjoni, 2011, Pembelajaran Cooperative ; Meningktakan Kecerdasan Komunikasi

antar peserta didik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jalil, Abdul, 2003, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Cipta Press.

Johnson, W David dkk, 2010, Coolaborative Learning (Strategi Pembelajaran

untuk Sukses Bersama), Bandung: Nusa Media.

JP, Chaplin, Dictionary Of Psychology, New York: Dell Publishing Co., Inc.

Lindren, Clay, Hanry, 1960, Psychology In The Classroom, New York: John

Wiley & Sons.

Margono S, 2000, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Mahmud, Dimyati, 1990, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Terapan),

Yogyakarta: BPFP.

Moleong, Lexy J., 2001, Metode penelitian kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mudjiono dan Dimyati, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Muhadjir, Noeng, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake

Sarasin.

Mulyana, Deddy, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya), Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E., 2008, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep,Karekteristik dan

Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mursidah, Siti, 2007, “Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Cooperative

Learning Kombinasi Student team Achievement Division (STAD) dan

Team Games Tournament (TGT) Terintegrasi Ketrampilan Generik”,

Skripsi, Semarang: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Nirwana, Risqi, Ratih, dan Rahmawati, Atik, 2012, Petunjuk Praktikum Kimia

Dasar, Semarang: Laboratorium Pendidikan Kimia.

Nurhadi, dkk., 2003, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalan KBK,

Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurhayati, 2009, Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif

dalam Materi Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green

Chemistri, skripsi Sarjana Pendidikan Kimia pada FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Observasi dilakukan pada Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas

Tarbiyah.

Sauri, Sofyan, http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB

/195604 201983011- SOFYAN_SAURI/makalah2/NILAI.pdf.

“Strategi Pembelajar Orang Dewasa”, 2012, http://Andragogi blogspot.com

/2011/01/.html.

SJ., WS. Winkel, 1999, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia.

Subagyo, Joko, 2004, Metode Penelitian, (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta:

Rineka Cipta.

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D), Bandung: Alfabeta.

Sukardi, 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya),,

Jakarta: Bumi Aksara.

Supriyono, Agus, 2010, Cooperative Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Syah, Muhibbin, 1995, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tabroni, M., 2009, “Efektivitas Model Pembelajarn Cooperative Learning Tipe

Jigsaw II Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Respirasi

pada Peserta Didik Kelas XI MAN Pemalang”, Skripsi, Semarang :

Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Wahid, Abdul dkk, 2010, Deskripsi mata kuliah kurikulum 2010 program studi

tadris kimia, Semarang: Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo.

Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si. (Dosen Praktikum Kimia Dasar),

Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

Wawancara dengan Rifdotul Yusro (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa,

15 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

Wawancara dengan Ita Rokhmatina, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa

15 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

Wawancara dengan Yuni ma’rifah, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa,

15 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

Wawancara dengan Fitria Dwi Anggraini, (Asisten Laboratorium Praktikum

Kimia Dasar), Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas

Tarbiyah.

Wawancara dengan Mardiyatun, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 15

Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.

Whiterington, 1982, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01/DW/2012 Dokumen Wawancara

Lampiran 02/DF/2012 Dokumen Foto

Lampiran 03/LO/2012 Lembar Observasi

Lampiran 04/LIS/2012 Lembar isi skripsi

Kode: 01/DW/2012

INSTRUMEN

I. Instrumen untuk dosen praktikum Kimia Dasar

A. Pembelajaran Cooperative terdiri dari 6 fase, yaitu:

1. Fase 1

a. Apakah dosen memberikan pemahaman pada mahasiswa tentang

tujuan perkuliahan yang akan dipraktekkan?

Di awal perkuliahan saya tidak secara khusus menyampaikan

tujuan perkuliahan ini pada mahasiswa, tetapi para mahasiswa

secara prinsipnya sudah mengetahui tentang tujuan dari praktikum

karena mahasiswa sudah belajar pada saat pembuatan jurnal,

sehingga sebenarnya yang berlangsung dalam perkuliahan ini

adalah tidak lanjut dari pembuatan jurnal tersebut.

Dan di permulaan perkuliahan saya memberikan buku petunjuk

praktikum sebagai acuan keberlangsungan perkuliahan Kimia

Dasar.

b. Apakah dosen membuat manual belajar tentang apa saja yang harus

dipersiapkan mahasiswa sebelum praktikum dimulai?

Saya menyiapkan mahasiswa dengan menyampaikan berbagai

peralatan yang akan digunakan, menjelaskan bahan yang akan

digunakan dan menjelaskan mekanisme atau cara kerja yang

masih kurang dipahami mahasiswa pada persiapan proses

praktikum. Tetapi walaupun begitu masih ada sebagian mahasiswa

yang bingung, karena ada manual kerja yang belum tertulis jelas

dalam buku petunjuk praktikum.

Kode: 01/DW/2012

2. Fase 2

a. Apakah dosen memberikan kisi-kisi tentang materi kepada

mahasiswa sebelum melaksanakan praktikum supaya mahasiswa

mengerti materi yang akan dipraktekkan?

Sebelum melaksanakan praktikum Kimia, sebenarnya apa yang

kami sajikan di ruangan praktikum adalah sebagai sebuah strategi

perkuliahan, untuk memancing rasa ingin tahu mahasiswa akan

hal yang bagi mereka dirasa masih kurang dipahami. Hanya saja

memang selama ini kebanyakan mahasiswa diam dan tidak banyak

yang aktif untuk bertanya atau mengeksplorasi data secara

mandiri. Jadi mungkin pada pertemuan selanjutnya akan saya

intensifkan dalam menjelaskan dan semoga juga diikuti dengan

keaktifan dari mahasiswa.

3. Fase 3

a. Apakah dosen mengelompokkan mahasiswa dalam pelaksanaan

praktikum?

Saya mengelompokkan mahasiswa dalam pelaksanaan

perkuliahan. Di sini saya tidak memberikan arahan mengenai

pembelajaran kooperatif yang sebenarnya, di awal perkuliahan

saya hanya memberikan arahan mengenai prosedur praktikum

saja.

4. Fase 4

a. Apakah dosen mendampingi masing-masing kelompok dalam

pelaksanaan praktikum?

Dalam pelaksanaan praktikum saya ikut mendampingi tetapi tidak

begitu inten. Untuk pendampingan lebih memang dari asisten

karena terkadang saya harus mengoreksi jurnal yang dibuat

mahasiswa yang pada akhir praktikum harus dikembalikan sebagai

bahan pembuatan laporan.

Kode: 01/DW/2012

5. Fase 5

a. Apakah dosen menyiapkan model evalusinya?

Saya sadar betul bahwa seharusnya evaluasi yang berupa review

praktikum itu dilakukan setelah selesai pertemuan, karena memang

dengan cara seperti itu segala hasil dapat segera didapat,

kekurangan yang ada dalam pelaksanaan praktikum juga dapat

segera diketahui dan sebisa mungkin segera diperbaiki. Namun

karena penghitungan waktu yang bagi kami sangat terbatas untuk

dapat melakukan semuanya itu, maka akhirnya kami selaku dosen

hanya bisa melakukan review materi secara menyeluruh pada

pertemuan terakhir perkuliahan praktikum Kimia Dasar, sehingga

hasilnyapun kurang maksimal. Selain itu evaluasi dilakukan

dengan mewajibkan mahasiswa untuk membuat laporan praktikum.

Hanya masalahnya, sejauh ini laporan praktikum yang dibuat oleh

mahasiswa juga belum sepenuhnya ideal seperti yang diharapkan.

Karena dalam pembahasannya mahasiswa belum bisa menjelaskan

teori atau hasil percobaan tersebut. Ini dikarenakan kurangnya

pemahaman yang mendalam mengenai materi yang akan

dipraktekkan dan copy-paste hasil laporan dari mahasiswa lain.

Selain itu kami juga melakukan pre-test untuk mengukur seberapa

besar terhadap pemahaman materi yang akan dipraktikumkan.

Dan Evaluasi materi keseluruhan dilakukan pada akhir

perkuliahan pada ujian semester, dalam hal ini mahasiswa harus

bisa mengerjakan soal yang telah diberikan.

6. Fase 6

a. Apakah dosen menyediakan reward atau hadiah sebagai

penyemangat mahasiswa terhadap prestasi yang didapat?

Memang hal yang demikian sangat baik apabila

dilakukan sebagai penyemangat mahasiswa. Akan tetapi tidak

anggaran untuk hal tersebut. Saya hanya memberikan tambahan

nilai bagi mahasiswa yang benar-benar serius dalam

Kode: 01/DW/2012

melaksanakan semua proses perkuliahan sebagai bentuk

penghargaan terhadap mahasiswa.

b. Apakah ada hukuman bagi mahasiswa yang tidak mengikuti

prosedur dalam praktikum?

Pada awal perkuliahan saya dan mahasiswa membuat kontrak

kontrak belajar, dan yang di sepakati adalah ketika terlambat

mengumpulkan laporan maka nilai dalam pembuatan laporan

dikurangi, hal demikian untuk menimbulkan efek jera terhadap

mahasiswa, dan ketika ada mahasiswa yang terlambat maka tidak

diperbolehkan mengikuti perkuliahan.

Kode: 01/DW/2012

B. Nilai Cooperative Learning pada saat persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum Kimia Dasar

1. Saling ketergantungan positif

a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah masing-

masing mahasiswa mempelajari bahan yang ditugaskan kepada

kelompok?

upaya untuk meningkatkan tanggung jawab mahasiswa dalam

memahami materi yang akan di praktekan. Yaitu saya

melaksanakan pre-test sebelum pelaksanaan praktikum Kimia

Dasar ini sebagai upaya untuk mengukur kesiapan mahasiswa,

lebih dari itu, dari kegiatan tersebut saya juga akan dapat

mengukur tanggung jawab individu dalam mempelajari bahan

yang ditugaskan tersebut. Karena jangan sampai ada anggota

kelompok yang semaunya sendiri dan tidak bertanggung jawab

akan tugas yang diberikan kepadanya. Karena ketika itu terjadi

justru akan merusak dinamika tim dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan pada tim atau kelompok tersebut.

b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah semua

anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang

ditugaskan?

Yang saya lakukan untuk memastikan dalam mempelajari bahan

yang ditugaskan adalah dengan mendampingi ketika proses

praktikum berlangsung.

c. Bagaimanakah cara dosen membuat setiap mahasiswa menyadari

bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok dan pencapaian terjadi,

jika semua kelompok mencapai tujuan/berhasil?

Cara yang saya lakukan untuk menyadarkan mahasiswa dalam

kelompok adalah dengan menginstruksikan kepada mahasiswa

untuk melakukan praktikum dengan penuh keseriusan dan

kesemangatan. Agar tujuan kelompok bisa tercapai.

Kode: 01/DW/2012

d. Apakah dosen memberikan apresiasi penghargaan yang sama

kepada semua kelompok jika kelompok mereka berhasil?

Hal demikian tidak saya lakukan.

e. Apakah dosen membuat manual praktikum untuk bisa mengatur

sedemikian rupa sehingga mahasiswa dalam kelompok hanya

mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok dari mulai

persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?

Saya membuat manual praktikum, saya membagi materi praktikum.

Jadi setiap satu pertemuan ada dua materi yang harus

diselesaikan, seperti halnya ketika kelompok pertama

menyelesaikan praktikum pertama maka kelompok yang ke dua

melaksanakan praktikum yang ke dua, begitu sebaliknya.

Kemudian dalam pelaksanaan praktikum dari mulai persiapan,

pelaksanaan dan setelah praktikum masing-masing anggota

membagi tugas untuk mempermudah pelaksanaan.

f. Apakah dosen membuat manual praktikum untuk menjaga

sinergitas setiap mahasiswa dalam kelompok dengan ditugasi peran

yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling

melengkapi, dan saling terikat dengan mahasiswa dalam kelompok

dari mulai persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia

Dasar?

Untuk penugasan peran yang saling mendukung dan saling

berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan

mahasiswa lain dalam kelompok dilakukan oleh masing-masing

kelompok itu sendiri.

Kode: 01/DW/2012

2. Tanggung jawab perseorangan

a. Apakah yang dosen lakukan untuk mengetahui apakah anggota

kelompok dapat menyelesaikan tugas yang sama setelah mengikuti

kelompok belajar bersama?

Untuk mengetahui apakah anggota kelompok dapat menyelesaikan

tugas yang sama setelah mengikuti kelompok belajar bersama

yaitu bisa dilihat dalam kesamaan hasil laporan praktikum dan

bisa dilihat dari pemahaman materi setelah pelaksanaan

praktikum.

b. Apakah dosen mengatur detail mengenai berapa jumlah anggota

dari masing-masing kelompok?

Jumlah dari anggota kelompok saya bagi pada awal petemuan.

Dan hal ini di atur secara terbuka tidak ada unsur pilih kasih

karena pada pembagiannya dengan cara berhitung, tidak secara

tertutup tetapi terbuka. Dan jumlah dari masing-masing anggota

ada yag dua orang dan ada yang tiga orang.

c. Apakah dosen menyiapkan instrumen untuk penilaian proses

terhadap setiap mahasiswa?

Saya menyiapkan instrumen penilai proses terhadap setiap

mahasiswa. Hal ini memang berbeda dari praktikum sebelumnya,

karena saya menginginkan penilaian tidak hanya di tentukan pada

ujian akhir akan tetapi proses juga berperan.

d. Apakah dosen membuat manual praktikum yang mengatur apakah

setiap anggota kelompok diberi tugas yang dipilih secara random

untuk mempresentasikan di kelas?

Hal yang demikian tidak saya lakukan, pada hasil akhir

mahasiswa hanya mengumpulkan laporan sementara ini sebagai

bukti kalau kelompok tersebut telah menyelesaikan praktikum.

Kode: 01/DW/2012

e. Bagaimana cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling membantu dari mulai persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum?

Yang saya lakukan untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling membantu dari mulai persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum adalah dengan melihat secara langsung proses

praktikum. Hal ini tidak sekedar mendampingi akan tetapi

sekaligus memberi arahan kepada mahasiswa.

f. Apakah dosen menunjuk salah satu mahasiswa dalam suatu

kelompok untuk ditugasi untuk berperan sebagai pengawas atau

pemeriksa dalam kelompoknya?

Saya tidak menunjuk salah satu mahasiswa dalam suatu kelompok

untuk ditugasi untuk berperan sebagai pengawas atau pemeriksa

dalam kelompoknya. Untuk hal yang demikian saya serajkan

sepenuhnya kepada masing-msing kelompok.

g. Apakah dosen menentukan salah seorang mahasiswa yang

menugasi dalam setiap kelompoknya?

Hal yang demikian tidak saya lakukan.

3. Interaksi promotif

a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan bahwa setiap anggota

kelompok saling membantu secara efektif dan efisien dalam

persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?

Untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok saling

membantu secara efektif dan efisien dalam persiapan, pelaksanaan

dan setelah praktikum yaitu dengan pendampingan terhadap setiap

kelompok.

Kode: 01/DW/2012

b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan

dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling

memberi informasi dan sarana yang diperlukan dalam persiapan,

pelaksanaan dan setelah praktikum yaitu dengan pendampingan

terhadap setiap kelompok.

c. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok memproses informasi bersama secara lebih efektif dan

efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia

Dasar?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok memproses

informasi bersama secara lebih efektif dan efisien dalam

persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum yaitu dengan

pendampingan terhadap setiap kelompok.

d. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling mengingatkan dalam persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum Kimia Dasar?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling

mengingatkan dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah

praktikum yaitu dengan pendampingan terhadap setiap kelompok.

e. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling membantu dalam merumuskan dan

mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan

wawasan terhadap masalah yang dihadapi pada saat persiapan,

pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?

untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling

membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi

serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang

dihadapi pada saat persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum

yaitu dengan pendampingan terhadap setiap kelompok.

Kode: 01/DW/2012

f. Bagaimanakah cara dosen untuk membangun rasa saling percaya

antara setiap anggota kelompok?

Untuk membangun rasa saling percaya antara setiap anggota

kelompok adalah dengan cara memahami/mengenal orang

tersebut. Dalam prakteknya setiap mahasiswa sudah saling

mengenal karena mayoritas adalah satu angkatan/satu kelas.

g. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan

berama?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling

memotivasi untuk memperoleh keberhasilan berama yaitu dengan

pendampingan terhadap setiap kelompok.

4. Komunikasi antar anggota

a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling mengenal dan mempercayai?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling

mengenal dan mempercayai yaitu dengan pendampingan terhadap

setiap kelompok.

b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok mampu

berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius yaitu dengan

pendampingan terhadap setiap kelompok.

c. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling menerima dan saling mendukung?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling

menerima dan saling mendukung yaitu dengan pendampingan

terhadap setiap kelompok.

d. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif

(membangun)?

Kode: 01/DW/2012

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok mampu

menyelesaikan konflik secara konstruktif (membangun) yaitu

dengan pendampingan terhadap setiap kelompok.

5. Pemrosesan kelompok

a. Bagaimanakah cara dosen memproses kelompok?

Selama ini saya melaksanakan penilaian proses kelompok dengan

menggunakan lembar observasi penilaian. Hal ini memang

berbeda dengan praktikum yang sebelumnya karena saya ingin

penilaian terhadap mahasiswa tidak terpaku kepada pembuatan

laporan dan tes akhir semester saja akan tetapi kerja mahasiswa

juga. Hal ini dilakukan agar mahasiswa lebih serius dalam

melaksanakan praktikum. Tetapi selama ini penilai tersebut hanya

saya lakukan sendiri sehingga hasilnya kurang begitu maksimal.

Kode: 01/DW/2012

INSTRUMEN

I. Instrumenuntuk asisten dosen praktikum Kimia Dasar

A. Pembelajaran Cooperative terdiri dari 6 fase, yaitu:

1. Fase 1

a. Apakah dosen memberikan pemahaman pada mahasiswa tentang

tujuan perkuliahan yang akan dipraktekkan?

Di awal perkuliahan dosen tidak secara khusus menyampaikan tujuan

perkuliahan ini pada mahasiswa, tetapi para mahasiswa secara

prinsipnya sudah mengetahui tentang tujuan dari praktikum karena

mahasiswa sudah belajar pada saat pembuatan jurnal, sehingga

sebenarnya yang berlangsung dalam perkuliahan ini adalah tindak

lanjut dari pembuatan jurnal tersebut. Dan di permulaan perkuliahan

dosen memberikan buku petunjuk praktikum sebagai acuan

keberlangsungan perkuliahan Kimia Dasar.

b. Apakah dosen membuat manual belajar tentang apa saja yang harus

dipersiapkan mahasiswa sebelum praktikum dimulai?

Dosen menyiapkan mahasiswa dengan menyampaikan berbagai

peralatan yang akan digunakan, menjelaskan bahan yang akan

digunakan dan menjelaskan mekanisme atau cara kerja yang masih

kurang dipahami mahasiswa pada persiapan proses praktikum. Tetapi

walaupun begitu masih ada sebagian mahasiswa yang bingung,

karena ada manual kerja yang belum tertulis jelas dalam buku

petunjuk praktikum.

2. Fase 2

a. Apakah dosen memberikan kisi-kisi tentang materi kepada mahasiswa

sebelum melaksanakan praktikum supaya mahasiswa mengerti materi

yang akan di praktekan?

Dosen mengelompokkan mahasiswa dalam pelaksanaan perkuliahan.

Di sini dosen tidak memberikan arahan mengenai pembelajaran

Kode: 01/DW/2012

kooperatif yang Sebenarnya apa yang dosen sajikan di ruangan

praktikum adalah sebagai sebuah strategi perkuliahan, untuk

memancing rasa ingin tahu mahasiswa akan hal yang bagi mereka

dirasa masih kurang dipahami. Hanya saja memang selama ini

kebanyakan mahasiswa diam dan tidak banyak yang aktif untuk

bertanya atau mengeksplorasi data secara mandiri. Jadi mungkin

pada pertemuan selanjutnya dosen akan intensifkan dalam

menjelaskan dan semoga juga diikuti dengan keaktifan dari

mahasiswa. Sebelum melaksanakan praktikum dosen memberikan

tambahan materi yang belum ada dalam buku petunjuk praktikum

Kimia Dasar. Mengenai cara kerja dalam pelaksanaan praktikum

tidak disampaikan karena sudah tercantum dalam buku petunjuk

praktikum sehingga dosen hanya bertanya mengenai hal-hal yang

kiranya belum dipahami oleh mahasiswa.

3. Fase 3

a. Apakah dosen mengelompokkan mahasiswa dalam pelaksanaan

praktikum?

Dosen mengelompokkan mahasiswa dalam pelaksanaan perkuliahan

pada awal perkuliahan. Di sini dosen tidak memberikan arahan

mengenai pembelajaran kooperatif yang sebenarnya, di awal

perkuliahan dosen hanya memberikan arahan mengenai prosedur

praktikum saja. Untuk pendampingan lebih memang dari asisten

karena terkadang dosen harus mengoreksi jurnal yang dibuat

mahasiswa yang pada akhir praktikum harus dikembalikan sebagai

bahan pembuatan laporan.

4. Fase 4

a. Apakah dosen mendampingi masing-masing kelompok dalam

pelaksanaan praktikum?

Dalam pelaksanaan praktikum dosen ikut mendampingi tetapi tidak

begitu inten. Untuk pendampingan lebih memang dari asisten karena

terkadang dosen harus mengoreksi jurnal yang dibuat mahasiswa

Kode: 01/DW/2012

yang pada akhir praktikum harus dikembalikan sebagai bahan

pembuatan laporan.

1) Fase 5

a. Apakah dosen menyiapkan model evalusinya?

Tentunya dosen menyiapkan model evaluasi praktikum karena itu

bagian dari parameter pencapaian mahasiswa. Model evaluasinya

yaitu ada review materi, pre-test, pembuatan laporan dan ujian

semester.

A. Fase 6

a. Apakah dosen menyediakan reward atau hadiah sebagai penyemangat

mahasiswa terhadap prestasi yang didapat?

Sejauh yang saya tahu belum ada reward khusus dari dosen untuk

mahasiswa.

b. Apakah ada hukuman bagi mahasiswa yang tidak mengikuti prosedur

dalam praktikum?

Mungkin bahasanya bukan hukuman, tetapi lebih tepatnya adalah

mengingatkan agar mahasiswa menjadi lebih baik.

Kode: 01/DW/2012

B. Nilai Cooperative Learning pada saat persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum Kimia Dasar

1. Saling ketergantungan positif

a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah masing-masing

mahasiswa mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok?

Upaya untuk meningkatkan tanggung jawab mahasiswa dalam

memahami materi yang akan di praktekkan. Yaitu dosen

melaksanakan pre-test sebelum pelaksanaan praktikum Kimia Dasar

ini sebagai upaya untuk mengukur kesiapan mahasiswa, lebih dari itu,

dari kegiatan tersebut dosen juga akan dapat mengukur tanggung

jawab individu dalam mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Karena jangan sampai ada anggota kelompok yang semaunya sendiri

dan tidak bertanggung jawab akan tugas yang diberikan kepadanya.

Karena ketika itu terjadi justru akan merusak dinamika tim dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan pada tim atau kelompok tersebut

b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah semua anggota

kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan?

Yang dosen lakukan untuk memastikan dalam mempelajari bahan

yang ditugaskan adalah dengan mendampingi ketika proses praktikum

berlangsung.

c. Bagaimanakah cara dosen membuat setiap mahasiswa menyadari

bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok dan pencapaian terjadi,

jika semua kelompok mencapai tujuan/berhasil?

Cara yang dosen lakukan untuk menyadarkan mahasiswa dalam

kelompok adalah dengan menginstruksikan kepada mahasiswa untuk

melakukan praktikum dengan penuh keseriusan dan kesemangatan,

agar tujuan kelompok bisa tercapai.

d. Apakah dosen memberikan apresiasi penghargaan yang sama kepada

semua kelompok jika kelompok mereka berhasil?

Hal demikian tidak lakukan oleh dosen.

Kode: 01/DW/2012

e. Apakah dosen membuat manual praktikum untuk bisa mengatur

sedemikian rupa sehingga mahasiswa dalam kelompok hanya

mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok dari mulai

persiapan, pelaksanaan dan setelah Praktikum Kimia Dasar?

Dosen membuat manual praktikum, dosen membagi materi praktikum.

Jadi setiap satu pertemuan ada dua materi yang harus diselesaikan,

seperti halnya ketika kelompok pertama menyelesaikan praktikum

pertama maka kelompok yang ke dua melaksanakan praktikum yang

ke dua, begitu sebaliknya. Kemudian dalam pelaksanaan praktikum

dari mulai persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum masing-

masing anggota membagi tugas untuk mempermudah pelaksanaan.

f. Apakah dosen membuat manual praktikum untuk menjaga sinergitas

setiap mahasiswa dalam kelompok dengan ditugasi peran yang saling

mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling

terikat dengan mahasiswa dalam kelompok dari mulai persiapan,

pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?

Untuk penugasan peran yang saling mendukung dan saling

berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan

mahasiswa lain dalam kelompok dilakukan oleh masing-masing

kelompok itu sendiri.

2. Tanggung jawab perseorangan

a. Apakah yang dosen lakukan untuk mengetahui apakah anggota

kelompok dapat menyelesaikan tugas yang sama setelah mengikuti

kelompok belajar bersama?

Untuk mengetahui apakah anggota kelompok dapat menyelesaikan

tugas yang sama setelah mengikuti kelompok belajar bersama yaitu

bisa dilihat dalam kesamaan hasil laporan praktikum dan bisa dilihat

dari pemahaman materi setelah pelaksanaan praktikum.

Kode: 01/DW/2012

b. Apakah dosen mengatur detail mengenai berapa jumlah anggota dari

masing-masing kelompok?

Jumlah dari anggota kelompok saya bagi pada awal pertemuan. Dan

hal ini di atur secara terbuka tidak ada unsur pilih kasih karena pada

pembagiannya dengan cara berhitung, tidak secara tertutup tetapi

terbuka. Dan jumlah dari masing-masing anggota ada yang dua

orang dan ada yang tiga orang.

c. Apakah dosen menyiapkan instrumen untuk penilaian proses terhadap

setiap mahasiswa?

Saya menyiapkan instrumen penilai proses terhadap setiap

mahasiswa. Hal ini memang berbeda dari praktikum sebelumnya,

karena saya menginginkan penilaian tidak hanya di tentukan pada

ujian akhir akan tetapi proses juga berperan.

d. Apakah dosen membuat manual praktikum yang mengatur apakah

setiap anggota kelompok diberi tugas yang dipilih secara random

untuk mempresentasikan di kelas?

Hal yang demikian tidak saya lakukan, pada hasil ahir mahasiswa

hanya mengumpulkan laporan sementara ini sebagai bukti kalau

kelompok tersebut telah menyelesaikan praktikum.

e. Bagaimana cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling membantu dari mulai persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum?

Yang saya lakukan untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling membantu dari mulai persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum adalah dengan melihat secara langsung proses

praktikum. Hal ini tidak sekedar mendampingi akan tetapi sekaligus

memberi arahan kepada mahasiswa.

Kode: 01/DW/2012

f. Apakah dosen menunjuk salah satu mahasiswa dalam suatu kelompok

untuk ditugasi untuk berperan sebagai pengawas atau pemeriksa

dalam kelompoknya?

Saya tidak menunjuk salah satu mahasiswa dalam suatu kelompok

untuk ditugasi untuk berperan sebagai pengawas atau pemeriksa

dalam kelompoknya. Untuk hal yang demikian dosen menyerahkan

sepenuhnya kepada masing-masing kelompok.

g. Apakah dosen menentukan salah seorang mahasiswa yang menugasi

dalam setiap kelompoknya?

Hal yang demikian tidak dilakukan oleh dosen.

3. Interaksi promotif

a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan bahwa setiap anggota

kelompok saling membantu secara efektif dan efisien dalam persiapan,

pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?

Untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok saling membantu

secara efektif dan efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah

praktikum yaitu dengan pendampingan terhadap setiap kelompok.

b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan

dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling memberi

informasi dan sarana yang diperlukan dalam persiapan, pelaksanaan

dan setelah praktikum yaitu dengan pendampingan terhadap setiap

kelompok.

c. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok memproses informasi bersama secara lebih efektif dan

efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia

Dasar?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok memproses

informasi bersama secara lebih efektif dan efisien dalam persiapan,

Kode: 01/DW/2012

pelaksanaan dan setelah praktikum yaitu dengan pendampingan

terhadap setiap kelompok.

d. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling mengingatkan dalam persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum Kimia Dasar?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling

mengingatkan dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum

yaitu dengan pendampingan terhadap setiap kelompok.

e. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap

masalah yang dihadapi pada saat persiapan, pelaksanaan dan setelah

praktikum Kimia Dasar?

untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling membantu

dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta

meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi

pada saat persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum yaitu dengan

pendampingan terhadap setiap kelompok.

f. Bagaimanakah cara dosen untuk membangun rasa saling percaya

antara setiap anggota kelompok?

Untuk membangun rasa saling percaya antara setiap anggota

kelompok adalah dengan cara memahami/mengenal orang tersebut.

Dalam prakteknya setiap mahasiswa sudah saling mengenal karena

mayoritas adalah satu angkatan/satu kelas.

g. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan berama?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling

memotivasi untuk memperoleh keberhasilan berama yaitu dengan

pendampingan terhadap setiap kelompok.

Kode: 01/DW/2012

4. Komunikasi antar anggota

a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling mengenal dan mempercayai?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling mengenal

dan mempercayai yaitu dengan pendampingan terhadap setiap

kelompok.

b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok mampu

berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius yaitu dengan

pendampingan terhadap setiap kelompok.

c. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok saling menerima dan saling mendukung?

untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling menerima

dan saling mendukung yaitu dengan pendampingan terhadap setiap

kelompok.

d. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota

kelompok mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif

(membangun)?

Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok mampu

menyelesaikan konflik secara konstruktif (membangun) yaitu dengan

pendampingan terhadap setiap kelompok.

5. Pemrosesan kelompok

a. Bagaimanakah cara dosen memproses kelompok?

Selama ini dosen melaksanakan penilaian proses kelompok dengan

menggunakan lembar observasi penilaian. Selama ini pada akhir

periode kelas, dosen tidak mengadakan sebuah sesi pemrosesan

seluruh kelas dengan membagi hasil observasi kepada seluruh kelas.

Sehingga mahasiswa juga hanya menerima nilai jadi tanpa

mengetahui kekurangan yang mereka punyai.

Kode: 01/DW/2012

INSTRUMEN

I. Instrumen untuk mahasiswa praktikum Kimia Dasar

A. Pembelajaran Cooperative terdiri dari 6 fase, yaitu:

1. Fase 1

a. Apakah mahasiswa paham dengan tujuan perkuliahan yang akan di

praktekkan?

Paham karena mahasiswa sudah mempelajari ketika dalam

pembuatan laporan sementara.

b. Apakah yang harus dipersiapkan sebelum praktikum dimulai?

Dalam persiapan praktikum terkadang mahasiswa bingung tentang

bagaimana cara kerja praktikum, karena kadang masih ada prosedur

praktikum yang belum termaktub secara utuh dalam buku panduan,

sehingga kesiapan mahasiswa sebenarnya bergantung pada

penjelasan dosen dan keaktifan mahasiswa sendiri. Selain hal itu

pada awal persiapan mahasiswa mengumpulkan jurnal, membuat draf

laporan sementara, mempersiapkan peralatan yang belum

dipersiapkan oleh asisten laboratorium dan memakai jas praktikum.

2. Fase 2

a. Apakah mahasiswa paham dengan materi yang akan di praktekkan?

Rata-rata dari mahasiswa kurang memahami materi yang akan

dipraktikumkan karena mahasiswa kurang begitu aktif dalam mencari

atau memahami materi yang akan di praktekkan.

3. Fase 3

a. Apakah mahasiswa belajar dalam sebuah bentuk kelompok?

Mahasiswa belajar dalam bentuk kelompok, kelompok yang terbentuk

berjumlah 3 orang dan ada juga yang berjumlah 2 orang.

Kode: 01/DW/2012

4. Fase 4

a. Bagaimanakah pendampingan dosen dalam pelaksanaan praktikum?

Bagi mahasiswa yang baru mengikuti praktikum mekanisme bantuan

dan pendampingan dalam kelompok yang telah dilakukan oleh dosen

dan asisten laboratorium belum berlangsung maksimal. Karena

selama ini yang banyak mendampingi justru para asisten

laboratorium yang mungkin belum sepenuhnya ahli pada bidang ini.

Kami sendiri sebenarnya berharap dosen dapat melakukan

pendampingan kelompok secara utuh, agar tujuan praktikum dapat

tercapai selain itu ketika kami membutuhkan penjelasan dari

beliaunya juga dapat cepat direspon dengan baik.

5. Fase 5

a. Bagaimanakah model evalusinya?

Model Evaluasi dilakukan dengan mewajibkan mahasiswa untuk

membuat laporan praktikum dan sesuai dengan apa yang dikatakan

dosen matakuliah praktikum Kimia Dasar bahwa review materi

dilakukan di akhir perkuliahan. Kemudian seminggu sebelum

praktikum di adakan pre-test oleh dosen. Dan Evaluasi materi

keseluruhan dilakukan pada ahir perkuliahan pada ujian semester.

6. Fase 6

a. Apakah ada reward atau hadiah sebagai penyemangat mahasiswa

terhadap prestasi yang didapat?

Dosen tidak memberikan reward terhadap keberhasilan mahasiswa.

Bagi mahasiswa sendiri seumpama penghargaan itu benar-benar ada

dalam proses praktikum ini, maka sebenarnya itu bisa menjadi

penyemangat tersendiri bagi mahasiswa, walaupun itu bukan satu-

satunya tujuan kami mengikuti perkuliahan praktikum ini. Karena

siapapun pasti akan merasa senang dan puas ketika apa yang telah

dia kerjakan dihargai orang lain apalagi kalau yang memberikan

Kode: 01/DW/2012

pengakuan tersebut adalah dosen kita sendiri, pasti kami akan lebih

bersemangat lagi.

b. Apakah ada hukuman bagi mahasiswa yang tidak mengikuti prosedur

dalam praktikum?

Ketika dalam perkuliahan kemudian ada mahasiswa yang terlambat

biasanya tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan. Hal itu sudah

menjadi kontrak belajar pada awal perkuliahan, dan ketika terlambat

mengumpulkan laporan maka nilai dalam pembuatan laporan

dikurangi, hal demikian untuk menimbulkan efek jera terhadap

mahasiswa.

Kode: 01/DW/2012

B. Nilai Cooperative Learning pada saat persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum Kimia Dasar

1. Saling ketergantungan positif

a. Apakah masing-masing mahasiswa mempelajari bahan yang

ditugaskan kepada kelompok?

Jadi setiap kelompok dalam kelas memiliki tanggung jawab dalam

proses pelaksanaan praktikum untuk mempelajari bahan yang

ditugaskan kepada kelompok tersebut.

b. Apakah semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan

yang ditugaskan?

Kalau dalam prakteknya setiap individu mempelajari bahan yang di

tugaskan.

c. Apakah setiap mahasiswa menyadari bahwa dirinya terintegrasi dalam

kelompok dan pencapaian terjadi, jika semua kelompok mencapai

tujuan/berhasil?

Setiap mahasiswa menyadari bahwa dirinya terintegrasi dalam

kelompok hal ini bisa dilihat dari keseriusan mahasiswa dalam

menyelesaikan tugasnya. Karena pada prinsipnya ketercapaian

terjadi jika semua kelompok mencapai tujuan

d. Apakah semua kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika

kelompok mereka berhasil?

Penghargaan dari dosen tidak ada

e. Apakah setiap kelompok mengatur sedemikian rupa sehingga

mahasiswa dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari

keseluruhan tugas kelompok dari mulai persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum Kimia Dasar?

Dalam pelaksanaan praktikum dari mulai persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum masing-masing anggota membagi tugas untuk

mempermudah pelaksanaan.

Kode: 01/DW/2012

f. Apakah setiap mahasiswa dalam kelompok ditugasi dengan tugas atau

peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling

melengkapi, dan saling terikat dengan mahasiswa dalam kelompok

dari mulai persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia

Dasar?

Dalam pelaksanaan praktikum masing-masing anggota mengatur

sedemikian rupa membagi tugas dalam melaksanakan praktikum,

sehingga hal tersebut dapat memperlancar jalannya praktikum.

2. Tanggung jawab perseorangan

a. Setelah mengikuti kelompok belajar bersama, apakah anggota

kelompok dapat menyelesaikan tugas yang sama?

Setelah mengikuti kelompok belajar bersama setiap anggota dapat

menyelesaikan tugas yang sama ini terjadi karena setelah selesai

praktikum masing-masing anggota kelompok mengumpulkan tugas

yang diberikan untuk dirangkum dan dikumpulkan kepada dosen

untuk dijadikan laporan sementara sehingga masing-masing individu

dalam kelompok dapat menyelesaikan tugas yang sama.

b. Adakah berapa jumlah anggota dari masing-masing kelompok?

Ada yang berjumlah 2 dan ada yang berjumlah 3.

c. Apakah ada penilaian proses terhadap setiap mahasiswa?

Ada yang dilakukan oleh dosen sendiri.

d. Apakah setiap anggota kelompok diberi tugas yang dipilih secara

random untuk mempresentasikan di kelas?

Tidak ada

e. Apakah setiap anggota kelompok saling membantu dari mulai

persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum?

Dalam pelaksanaannya mahasiswa saling membantu dari mulai

persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum karena kami sadar

praktikum adalah tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab

individu.

Kode: 01/DW/2012

f. Apakah ada mahasiswa yang ditugasi untuk berperan sebagai

pengawas atau pemeriksa dalam kelompoknya?

Hal demikian tidak ada akan tetapi untuk pencatatan hasil ada karena

hal tersebut digunakan sebagai laporan sementara untuk dikumpulkan

kepada dosen.

g. Adakah mahasiswa yang menugasi dalam setiap kelompoknya?

Ada yaitu menugasi dalam hal persiapan peralatan dan bahan, ketika

proses praktikum dan setelah selesai praktikum mulai mencuci alat

mengembalikan bahan sampai pada pembuatan laporan sementara.

3. Interaksi promotif

a. Apakah setiap anggota kelompok saling membantu secara efektif dan

efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia

Dasar?

Dalam prakteknya setiap anggota kelompok saling membantu secara

efektif dan efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah

praktikum.

b. Apakah setiap anggota kelompok saling memberi informasi dan

sarana yang diperlukan dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah

praktikum Kimia Dasar?

Dalam prakteknya setiap anggota kelompok saling memberi informasi

dan sarana yang diperlukan dalam persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum. Jadi ketika ada dari mahasiswa yang tidak paham

dari materi yang akan dipraktekkan maka mahasiswa yang lain

membantu untuk memahamkan mahasiswa tersebut.

c. Apakah setiap anggota kelompok memproses informasi bersama

secara lebih efektif dan efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan

setelah praktikum Kimia Dasar?

Pada prakteknya setiap anggota kelompok memproses informasi

bersama secara lebih efektif dan efisien dalam persiapan,

pelaksanaan dan setelah praktikum

Kode: 01/DW/2012

d. Apakah setiap anggota kelompok saling mengingatkan dalam

persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?

Pada prakteknya setiap anggota kelompok saling mengingatkan

dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum.

e. Apakah setiap anggota kelompok saling membantu dalam

merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan

kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi pada saat

persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?

Pada prakteknya anggota kelompok saling membantu dalam

merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan

kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi pada saat

persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum.

f. Apakah setiap anggota kelompok saling percaya?

Pada prakteknya setiap anggota kelompok saling percaya karena

kalau tidak adanya unsur sebuah kepercayaan maka proses praktikum

tidak akan bisa berjalan secara maksimal.

g. Apakah setiap anggota kelompok saling memotivasi untuk

memperoleh keberhasilan berama?

Pada prakteknya anggota kelompok saling memotivasi untuk

memperoleh keberhasilan berama.

4. Komunikasi antar anggota

a. Apakah setiap anggota kelompok saling mengenal dan mempercayai?

Setiap anggota kelompok saling mengenal dan mempercayai karena

mayoritas adalah satu kelas/satu angkatan.

b. Apakah setiap anggota kelompok mampu berkomunikasi secara akurat

dan tidak ambisius?

Dalam prakteknya setiap anggota kelompok mampu berkomunikasi

secara akurat dan tidak ambisius.

Kode: 01/DW/2012

c. Apakah setiap anggota kelompok saling menerima dan saling

mendukung?

Dalam prakteknya setiap anggota kelompok saling menerima dan

saling mendukung.

d. Apakah setiap anggota kelompok mampu menyelesaikan konflik

secara konstruktif (membangun)?

Dalam prakteknya setiap anggota kelompok mampu menyelesaikan

konflik secara konstruktif (membangun).

5. Pemrosesan kelompok

a. Bagaimanakah evaluasi dari proses kelompoknya?

Di akhir perkuliahan dosen tidak mengadakan evaluasi proses

kelompok.

Kode: 02/DF/2012

Figure 1 contoh ketergantungan positif

Figure 2 contoh tanggung jawab perseorangan

Figure 3 praktik interaksi promotif

Kode: 02/DF/2012

Figure 4 contoh komunikasi antar anggota

Figure 5 kegiatan pri-test

Figure 6 Proses wawancara peneliti dengan dosen

Kode: 03/LO/2012

LEMBAR OBSERVASI

Observasi dilakukan pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 8 Mei 2012 dan 15 Mei 2012

Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

Pukul : 08.35 WIB sampai 10.10 WIB dan 13.00 WIB sampai 14.00 WIB

No Fokus Sub fokus Komponen Kelompok ke

1 2 3 4 5 6

1 Bagaimanakah

perkuliahan

praktikum

Kimia Dasar di

Jurusan Tadris

Kimia Fakultas

Tarbiyah IAIN

Walisongo

Semarang?

Menyampaikan

tujuan dan

mempersiapkan

mahasiswa

1) Dosen memberikan pemahaman pada mahasiswa tentang tujuan

perkuliahan yang akan di praktekkan

2) Mahasiswa paham dengan tujuan perkuliahan yang akan di praktekkan

3) Dosen membuat manual belajar tentang apa saja yang harus

dipersiapkan mahasiswa sebelum praktikum dimulai

4) Yang dipersiapkan sebelum praktikum dimulai

0

3

3

3

0

3

3

3

0

3

3

3

0

3

3

3

0

3

3

3

0

3

3

3

Menyajikan

informasi

1) Dosen memberikan kisi-kisi tentang materi kepada mahasiswa

sebelum melaksanakan praktikum supaya mahasiswa mengerti materi

yang akan dipraktikan

1

1

1

1

1

1

Kode: 03/LO/2012

2) Mahasiswa paham dengan materi yang akan di praktekkan 3 1 1 1 3 1

Mengorganisir

mahasiswa ke dalam

tim-tim belajar

1) Dosen mengelompokan mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum

2) Mahasiswa belajar dalam sebuah bentuk kelompok

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Membantu kerja tim

dan belajar

1) Dosen membantu tim-tim belajar selama proses perkuliahan

2) Mahasiswa membantu tim-tim belajar selama mengerjakan tugasnya

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

Mengevaluasi 1) Dosen menyiapkan model evalusinya 2

2

2

2

2

2

Memberikan

pengakuan atau

penghargaan

1) Dosen menyediakan reward atau hadiah sebagai penyemangat

mahasiswa terhadap prestasi yang didapat

0 0 0 0 0 0

2

Apa sajakah

nilai

Cooperative

Learning dalam

pelaksanaan

perkuliahan

Praktikum

a. Saling

ketergantungan

positif

1) Masing-masing mahasiswa mempelajari bahan yang ditugaskan

kepada kelompok

2) Mahasiswa menyadari bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok dan

pencapaian terjadi, jika semua kelompok mencapai tujuan/berhasil

3) Semua kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok

mereka berhasil

4) Setiap kelompok mengatur sedemikian rupa sehingga mahasiswa

2

2

0

2

2

2

0

2

2

2

0

2

2

2

0

2

2

2

0

2

2

2

0

2

Kode: 03/LO/2012

Kimia Fakultas

Tarbiyah IAIN

Walisongo

Semarang?

dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas

kelompok dari mulai persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum

Kimia Dasar

5) Setiap mahasiswa dalam kelompok ditugasi dengan tugas atau peran

yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi,

dan saling terikat dengan mahasiswa dalam kelompok dari mulai

persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar

2

2

2

2

2

2

b. Tanggung jawab

perseorangan

1) Setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok dapat

menyelesaikan tugas yang sama

2) Jumlah anggota dari masing-masing kelompok

3) Penilaian proses terhadap setiap mahasiswa

4) Setiap anggota kelompok diberi tugas yang dipilih secara random

untuk mempresentasikan dikelas

5) Setiap anggota kelompok saling membantu dari mulai persiapan,

pelaksanaan dan setelah praktikum

6) Mahasiswa ditugasi untuk berperan sebagai pengawas atau pemeriksa

dalam kelompoknya

7) Mahasiswa yang menugasi dalam setiap kelompoknya (koordinator

2

2

2

0

2

0

0

2

2

2

0

2

0

0

2

2

2

0

2

0

0

2

2

2

0

2

0

0

2

2

2

0

2

0

0

2

2

2

0

2

0

0

Kode: 03/LO/2012

kelompok)

c. Interaksi promotif 1) Setiap anggota kelompok saling membantu secara efektif dan efisien

dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum

2) Setiap anggota kelompok saling memberi informasi dan sarana yang

diperlukan dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum

3) Setiap anggota kelompok memproses informasi bersama secara lebih

efektif dan efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum

4) Setiap anggota kelompok saling mengingatkan dalam persiapan,

pelaksanaan dan setelah praktikum

5) Setiap anggota kelompok saling membantu dalam merumuskan dan

mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan

wawasan terhadap masalah yang dihadapi pada saat persiapan,

pelaksanaan dan setelah praktikum

6) Setiap anggota kelompok saling percaya

7) Setiap anggota kelompok saling memotivasi untuk memperoleh

keberhasilan berama

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

d. Komunikasi antar

anggota

1) Setiap anggota kelompok saling mengenal dan mempercayai

2) Setiap anggota kelompok mampu berkomunikasi secara akurat dan

tidak ambisius

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Kode: 03/LO/2012

3) Setiap anggota kelompok saling menerima dan saling mendukung

4) Setiap anggota kelompok mampu menyelesaikan konflik secara

konstruktif (membangun)

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

e. Pemrosesan

kelompok

1) Proses evaluasinya 2 2 2 2 2 2

Keterangan : Tidak ada : 0

Kurang : 1

Ada : 2

Paham : 3

Kode: 04/LIS/2012

No Data

Fokus Sub Fokus Komponen Sumber Data Metode

1 Bagaimanakah

pelaksanaan

perkuliahan

praktikum Kimia

Dasar di Jurusan

Tadris Kimia

Fakultas

Tarbiyah IAIN

Walisongo

Semarang?

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan mahasiswa

Perilaku dosen menjelaskan tujuan

perkuliahan dan mempersiapkan mahasiswa

siap belajar

Dosen

mahasiswa

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Menyajikan informasi Dosen mempresentasikan informasi kepada

mahasiswa secara verbal.

Dosen

Mahasiswa

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Mengorganisir mahasiswa

ke dalam tim-tim belajar

Dosen memberikan penjelasan kepada

mahasiswa tentang tata cara pembentukan

tim belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien

Dosen

Mahasiswa

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Membantu kerja tim dan

belajar

Dosen membantu tim-tim belajar selama

mahasiswa mengerjakan tugasnya

Dosen

Mahasiswa

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Mengevaluasi Dosen menguji pengetahuan mahasiswa

mengenai berbagai materi perkuliahan atau

kelompok-kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya

Dosen Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Memberikan pengakuan

atau penghargaan dan

Dosen mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha, prestasi individu maupun kelompok

Dosen Observasi

Wawancara

Kode: 04/LIS/2012

hukuman dan memberikan hukuman bagi mahasiswa

yang tidak mengikuti aturan perkuliahan.

2 Apa sajakah nilai

cooperative

learning dalam

pelaksanaan

perkuliahan

Praktikum Kimia

Fakultas

Tarbiyah IAIN

Walisongo

Semarang?

a. Saling ketergantungan

positif

Cara membangun saling ketergantungan

positif adalah sebagai berikut:

1) Menumbuhkan perasaan mahasiswa

bahwa dirinya terintegrasi dalam

kelompok, pencapaian terjadi jika

semua kelompok mencapai tujuan

2) Mengusahakan agar semua kelompok

mendapatkan penghargaan yang sama

jika kelompok mereka berhasil

3) Mengatur sedemikian rupa sehingga

mahasiswa dalam kelompok hanya

mendapatkan sebagian dari

keseluruhan tugas kelompok

4) Mahasiswa ditugasi dengan tugas atau

peran yang saling mendukung dan

saling berhubungan, saling melengkapi,

dan saling terikat dengan mahasiswa

dalam kelompok

Mahasiswa

Dosen

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

b. Tanggung jawab Cara menumbuhkannya diantaranya: Mahasiswa Observasi

Kode: 04/LIS/2012

perseorangan 1) Kelompok belajar jangan terlalu besar

2) Melakukan assesmen (penilaian)

terhadap setiap mahasiswa

3) Memberi tugas kepada mahasiswa yang

dipilih secara randon untuk

mempresentasikan dikelas

4) Mengamati setiap kelompok dan

mencatat frekuensi (jumlah) individu

dalam membantu kelompok

5) Menugasi mahasiswa untuk berperan

sebagai pengawas atau pemeriksa

dalam kelompoknya

6) Menugasi mahasiswa untuk menugasi

temannya

Dosen Wawancara

Dokumentasi

c. Interaksi promotif Ciri-ciri interaksi promotif yaitu:

1) Saling membantu secara efektif dan

efisien

2) Saling memberi informasi dan sarana

yang diperlukan

3) Memproses informasi bersama secara

lebih efektif dan efisien

4) Saling mengingatkan

Mahasiswa

Dosen

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Kode: 04/LIS/2012

5) Saling membantu dalam merumuskan

dan mengembangkan argumentasi serta

meningkatkan kemampuan wawasan

terhadap masalah yang dihadapi

6) Saling percaya

7) Saling memotivasi untuk memperoleh

keberhasilan berama

d. Komunikasi antar

anggota

Untuk mengoordinasikan kegiatan

mahasiswa dalam pencapaian tujuan,

mahasiswa harus:

1) Saling mengenal dan mempercayai

2) Mampu berkomunikasi secara akurat

dan tidak ambisius

3) Saling menerima dan saling

mendukung

4) Mampu menyelesaikan konflik secara

konstruktif (membangun)

Mahasiswa

Dosen

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

e. Pemrosesan kelompok 1) Bentuk proses evaluasi Mahasiswa

Dosen

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295

Fax. 7615387 Semarang 50185

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, dosen pembimbing lapangan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) menerangkan dengan sesungguhnya, bahwa :

Nama : Hanik Fitriyatun

Nomor Induk Mahasiswa : 083711009

Program/ semester/ tahun : S1/ VIII / 2012

Jurusan : Tadris Kimia

Bahwa yang bersangkutan benar-benar sudah mengikuti Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di desa Werdoyo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

Surat keterangan ini dibuat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk

persayaratan mengajukan pendaftaran ujian munaqosah.

Kemudian kepada pihak-pihak yang berkepentingan harap menjadi maklum

adanya.

Semarang, 18 Juni 2012

Dosen Pembimbing Lapangan

Nadiatus Salama, M,Si

NIP. 19780611 200801 2016

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295

Fax. 7615387 Semarang 50185

SURAT KETERANGAN

Bahwa mahasiswa yang tercantum di bawah ini:

Nama : Hanik Fitriyatun

NIM : 083711009

Wali Studi : Atik Rahmawati, M.Si

Benar-benar telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan dinyatakan:

LULUS

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk mendaftar ujian munaqosah.

Semarang, 18 Juni 2012

Dosen Pembimbing Lapangan Ketua LPM,

Nadiatus Salama, M,Si Dr. H. M. Mukhsin Jamil, M.Ag NIP. 19780611 200801 2016 NIP. 19700215 199703 1 003

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Hanik Fitriyah

2. Tempat & Tgl. Lahir : Jepara & 16 Oktober 1989

3. NIM : 083711009

4. Alamat Rumah : Pancur RT 13 RW 03 Mayong Jepara

HP : 085226665524

E-mail : [email protected]

B. Riwayat pendidikan

1. Pendidikan Formal :

a. MI Miftahul Ulum Jepara

b. MTs Hasan Kafrawi Jepara

c. MA A-Ma’arif Jepara

d. IAIN Walisongo Semarang

2. Pendidikan Non-Formal :

a. TPQ Banin Banat Nahdlotul Ulama’

b. Pondok Pesantren Darut Tauhid Jepara

c. Pondok Pesantren Roudhotul Muttaqin

d. Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang

Semarang, 30 Juni 2012

Hanik Fitriyah

NIM: 083711009