disusun oleh: miftakhul alif -...
TRANSCRIPT
MAKNA TASBIH DALAM AL-QUR’AN
(STUDI TAFSIR TEMATIK)
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi persyaratan Gelar S.1
dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis
Disusun oleh:
Miftakhul Alif NIM 4104035
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
S E M A R A N G
2 0 10
ii
iii
iv
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 30 Mei 2010
Deklarator,
Miftakhul Alif
NIM. 4104035
v
MOTTO
��� ا ا����� ا������
ôxÎm7 |¡sù ωôϑpt¿2 y7 În/u‘ çνö Ï�øótGó™$#uρ 4 …çµ ¯ΡÎ) tβ% Ÿ2 $ R/# §θ s?١
“bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu
dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”
1 Al-qur’an Al-karim Surah Al-nashr (110) ayat 3
vi
KATA PENGANTAR
������ ��� �� �� ��� ��������
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha
pengasih dan penyayang, atas segala taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan segala batas kemampuan penulis.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah
Saw, karena bimbingannya kita semua dapat menemukan jalan lurus dan benar
skripsi yang berjudul "MAKNA TASBIH DALAM AL-QUR”AN" (Studi Tafsir
Tematik)
Penulis menyadari, bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak yang telah
membantu. Ucapan terimakasih yang tak terhingga ini penulis sampaikan
kepada yang terhormat.
1. Bapak DR. H. Abdul Muhaya, M.A. selaku dekan Fakultas Ushuluddin
IAIN Walisongo Semarang beserta stafnya yang telah membantu dalam
penyelesaian pembuatan skripsi ini.
2. Bapak DR. A. Hasan Asy’ari Ulama’I, M.Ag. selaku Kajur TH Fakultas
Ushuluddin
3. Bapak Zainul Adzfar, M.Ag. selaku Sekjur TH Fakultas Ushuluddin
4. Bapak Moh. Nor Ichwan, M.Ag, selaku pembimbing pertama yang telah
tulus membimbing dan mengarahkan skripsi secara sabar.
5. Bapak Moh. Masrur M.Ag, selaku pembimbing kedua yang telah tulus
membimbing dan mengarahkan penulis secara sabar.
6. Bapak dan Ibu dosen serta segenap staf Fakultas Usuluddin yang telah ikhlas
mendidik dan membantu penulis.
7. Ayahanda, Ibunda, Kakak dan yang telah banyak membantu dan
memperjuangkan dengan segala pengorbanan dan do'a restunya demi
suksesnya penulisan skripsi dalam menyelesaikan studi.
vii
8. Buat temen-temen yang telah banyak memberikan dorongan nasehat
semangat serta bantuan yang sangat tak terhingga demi keberhasilan
penulisan ini
Tiada kata indah yang pantas terucap dan tiada sesuatu yang pantas
penulis berikan untuk membalas budi baik kecuali hanya do'a. Semoga segala
bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
balasan dari Allah SWT yang berlipat ganda. Penulis menyadari sepenuhnya,
skripsi ini masih perlu penyempurnaan semua ini karena keterbatasan
pengetahuan penulis, maka saran dan kritik konstruktif dari para pembaca
sangat penulis harapkan.
Akhirnya dengan mengucapkan Alhamdullilahirrobil 'alamin semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Semarang, 28 April 2010
Penulis.
viii
PERSEMBAHAN
Sebuah karya sederhana yang melekat dalam lubuk hati dalam menggapai cita
takkan berarti tanpa dukungan dan kehadiran mereka:
1. Ayah bunda (H. Selamet, Hj. Masiyah) tercinta perintis kebahagiaan dengan
do’a dan curahan kasih sayang yang tak pernah henti, tuk kesuksesan masa
depan.
2. Kakak-kakakku tercinta (Rakhis Mawati, Farida D) kalian adalah pelipur lara
dan pemberi semangat, yang selalu setia tuk menantikan kesuksesanku.
3. Kekaksihku tercinta (Maulida Nita Sari)yang telah memberikan do’a dan
warna keceriaan dalam hatiku.
4. Teman-teman senasib seperjuangan KKN 2008 Desa Kebumen Kab.
Temanggung (Suyoto, Sulaiman, Sholikhin, Aan, Fauzi, Ririn, Latifah, Nurun
aini, dan Nurul Im) perjuangan kita takkan padam, tali persaudaraan suci
terjalin dalam nuansa aroma surgawi.
5. Seseorang yang telah memotivasi (Ubaidillah Mubarrok.) semoga niat kita
dikabulkan oleh-Nya.
6. Teman-temanku semua (Agus Maemun Idris, Minanurrohman, Maria Ulfa,
Agung, Aris PK, Abe PK, dll.) yang telah mewarnai jalanku dalam menggapai
cita.
7. Teman-temanku satu jurusan (Irham, Budiyono, Rizqi, Kamal, Sujatno,)
canda tawa kalian kan tersimpan di lubuk hati terdalamku.
Semarang, 01 January 2007
Penulis
( MIFTAKHUL ALIF )
NIM : 4104035
ix
ABSTRAKSI
Para ahli tafsir dalam menafsirkan tasbih itu Tanzih Ilallah akan tetapi
dalam memahami bagaimana bentuk tasbih makhluk yang Ghairu Mukallaf
mereka berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa tasbih makhluk Ghairu
Mukallaf itu dimaknai dengan makna Hakiki ada yang dimaknai dengan makna
Majazi. Akan tetapi pada dasarnya, Allah telah memberikan rambu-rambu untuk
manusia yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Isra ayat 44 yaitu bahwa semua
apa-apa yang ada di langit tujuh dan bumi semuanya bertasbih akan tetapi kalian
semua tidak akan mengetahui tasbih mereka.
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
pertama, bagaimana konsep tasbih dalam Al-Qur'an, kedua Bagaimana cara
bertasbih sesuai dengan penjelasan al-Qur’an dan yang ketiga Apa relevansi
anjuran bertasbih dalam kehidupan, sedangkan untuk penelitian skripsi ini bersifat
library murni. Mengumpulkan seluruh ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan,
sebagai data deskriptif,. Pendekatannya ilmu tafsir, karena yang menjadi kajian
adalah ayat-ayat Al-Qur'an.
Dalam usaha penafsiran makna kata tasbih dalam Al-Qur'an agar
mendapatkan sebuah pemahaman yang pas dan sesuai dengan kehendak sang
pencipta, maka penafsiran ini menggunakan metode tafsir maudhui atau tafsir
tematik, dengan metode tafsir tematik tersebut diharapkan mendapatkan informasi
tentang makna kata tasbih secara komprehensif dan lebih dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
Dengan menggunakan penafsiran secara tematik, dapat diketahui bahwa
ternyata konsep tasbih dalam Al-Qur'an memiliki pemahasucian terhadap apa-apa
yang disekutukan kepada Allah. Maka dalam Pengungkapan ayat-ayat tasbih
digandengkan dengan kata Mustakbirun, Yasifuun, Musyrikun, dan juga banyak
yang terdapat kata yang meng-Esa-kan Allah Swt seperti kata wahidan, dan juga
banyak kata tasbih selalu diakhiri dengan Asmaul Husna yang menunjukkan
makna ketinggian dan kebesaran-Nya yaitu seperti kata ‘Uluwan, Kabiir, Qahhar,
Adapun dalam cara atau bentuk bertasbihnya disini ada dua pendapat akan
tetapi pada hakikatnya semuanya bertasbih tidak terkecuali apapun, adapun tasbih
mereka dengan menggunakan bahasa mereka sendiri dan bentuk fitrah mereka
yaitu yang selalu tunduk dan patuh atas perintah Allah Swt. Akan tetapi al-Qur’an
memberikan isyarat yang terdapat dalam QS. Ar-Rad: 13 yaitu Tusabbih Ar-
Ra’du Bi Hamdihi ini mengindikasikan bahwa alam bertasbih dengan bacaan
tahmid yaitu al-hamdulillah seperti halnya tasbih Malaikat.
Adapun relevansinya tasbih dalam kehidupan terutama pada manusia yaitu
supaya manusia itu menjadi manusia yang sabar, tawakkal dan taubat yaitu dalam
al-Qur’an kata tasbih di awali dengan kata sabar (Fasbir ’Ala Maa Taquuluun Wa
Sabbih Bi hamdi rabbika) dan Tawakkal (Watawakkal ’Ala Al-Hayyi Al-Ladzi La
Yamut Wasabbih Bi Hamdihi) dan taubat (Fasabbih Bi Hamdika Wastagfirh)
x
Adapun dalam waktu pentasbihan kepada Allah Swt dalam al-Qur’an
disebutkan yaitu lail dan nahar (malam dan siang) dan buqrah dan ashil (pagi
dan petang) akan tetapi kebanyakan ahli tafsir menafsirkan Lail, Nahar, Bukrah,
Ashil ini waktu yang begitu panjang, terus menerus tidak ada habisnya.
Dalam al-Qur’an juga diperingatkan bagi makhluk yang tidak bertasbih
yaitu adab yang begitu pedih ’Adaba al-Jahiim. Karena tasbih tidak ada
batasannya maka jika salah satu alam tidak bertasbih maka kehancuran dan
kebinasaanlah yang akan terjadi. Karena alam semesta ini dibuat dengan tasbih
dan tahmid. Maka begitu pentingnya tasbih bagi kehidupan manusia dan alam
semesta. Wallahu A’alam Bi Muradih
xi
TRANSLITERASI
A. TRANSLITE
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و� ء ي
Alif
ba
ta
tsa
jim
ha
kha
dal
ndal
ra
zai
sin
syin
sad
dad
ta
za
‘ain
gain
fa
qaf
kaf
lam
mim
nun
wau
ha
hamzah
ya
tidak dilambangkan
b
t
ts
j
h
kh
d
dz
r
z
s
sy
sh
dh
th
zh
‘
gh
f
q
k
l
m
n
w
h
…’.
y
tidak dilambangkan
be
te
te dan es
je
ha
ka dan ha
de
de dan ze
er
zet
es
es dan ye
es dan ha
de dan ha
te dan ha
zet dan ha
koma terbalik (atas)
ge dan ha
ef
ki
ka
el
em
en
we
h (dg garis di bwh)
apostrof
ye
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap
Ditulis Muta`addidah ���� د ة
Ditulis Qaddara �ر
xii
C. Ta` Marbutah diakhir Kata
1. Bila dimatikan ditulis dengan h.
�� Ditulis Hikmah
�� Ditulis `illah
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam
bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat, dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafaz aslinya).
2. Bila diikuti dengan kata sandang “ al ” serta bacaan kedua terpisa, maka
ditulis dengan h.
`Ditulis Karamah al-Auliya آ�ا� ا� و���ء
Ditulis Zakah al-fitri زآ�ة ا����
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN DEKLARASI .............................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii
HALAMAN ABTRAKSI.................................................................................. ix
HALAMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA.................................. xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Pokok Permasalahan .......................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 4
D. Metode Penelitian ............................................................... 5
E. Sumber Data ...................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka ................................................................ 7
G. Sistematika Penulisan ......................................................... 9
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA TASBIH
A. Pengertian Tasbih............................................................... 12
B. Makna Tasbih dalam al-Qur’an ......................................... 16
C. Pengelompokan ayat-ayat tasbih sesuai tema di dalam al-
Qur’an ............................................................................... 20
D. Pendapat Ulama Tentang Tasbih ..................................... 32
BAB III TERM-TERM DAN GAMBARAN TASBIH DALAM AL-
QUR’AN
A. Term-term yang semakna dengan tasbih ............................ 38
a. Quddus .......................................................................... 38
b. Tanzih ........................................................................... 40
xiv
B. Antara Tasbih, Tahmid, dan Dzikir .................................... 42
C. Tamsil Tasbih dalam al-Qur’an ......................................... 44
a. Tasbih Makhluk yang Mukallaf .................................... 45
1. Tasbihnya Manusia ................................................ 46
2. Tasbihnya Jin ......................................................... 50
b. Tasbih Makhluk Yang Tidak Mukallaf……................ 51
• Tasbih Makhluk Yang Bernyawa .......................... 51
1. Malaikat ........................................................... 52
2. Binatang ........................................................... 54
• Tasbih Makhluk Yang Tidak Bernyawa ................ 58
1. Tasbih Gunung.............…………………….... 58
2. Tasbih Fenomena Dan Hukum Alam ……….. 63
BAB IV FAEDAH BERTASBIH DALAM KEHIDUPAN
A. Tujuan Bertasbih .................................................................. 67
B. Hikmah Bertasbih......................................................................... 71
C. Penyembunyian Tasbih Ghoiru Mukallaf Adalah Rahmat
Bagi Manusia ............................................................................... 74
D. Relevansi anjuran bertasbih Dalam Kehidupan.......................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 81
B. Saran-saran ........................................................................ 83
C. Penutup .............................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi ideal Al-qur’an dalam realitasnya tidak begitu saja dapat
diterapkan, akan tetapi membutuhkan pemikiran dan analisis yang mendalam.
Dalam upaya pemusatan pemikiran dan analisis dalam menetapkan sekaligus
ketentuan hukum yang dikandung dalam Al-qur’an itulah diperlukan
penafsiran terhadap ayat-ayat Al-qur’an.2
Kitab suci Al-qur’an senantiasa menjadi pengingat bagi manusia
tentang asal usul Ilahiah segala sesuatu dan juga memberinya sebuah latar
belakang yang akrab untuk refleksi, meditasi dan kontemplasi, yang dengan
demikian mempersiapkan akal (aql) untuk menjadi sangat reseptif terhadap
ide-ide dari ruh-ruh alam semesta dan manusia yang selalu bertasbih memuji
nama tuhan-Nya yang telah menciptakan mereka seperti firman Allah :
ßxÎm6 |¡è@ ã& s! ßN≡ uθ≈uΚ ¡¡9 $# ßìö7¡¡9 $# ÞÚö‘F{$#uρ tΒ uρ £Íκ� Ïù 4 βÎ)uρ ÏiΒ > ó x« �ωÎ) ßxÎm7 |¡ç„
Íνω÷Κ pt¿2 Å3≈ s9uρ �ω tβθßγs)ø�s? öΝßγys‹Î6 ó¡n@ 3 …çµ ¯ΡÎ) tβ% x. $ϑŠÎ=ym #Y‘θ à�xî ∩⊆⊆∪
Artinya: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”.3
Bertasbih merupakan ungkapan meMahaSucikan Tuhan dengan Doa
Dzikir melalui Nama-nama-Nya yang paling baik menggunakan (Asmaa'ul
Husna). Seperti yang terdapat dalam firman Allah Swt
2 M. Alfatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, Teras, Yogyakarta, 2005, hlm.
26. 3 Al-qur’an dan Terjemahnya yang telah ditahsis oleh departemen agama RI, Jakarta,
1990 , QS. Al-Isra’: 44. hlm 430
2
¬!uρ â!$ oÿôœF{ $# 4o_ ó¡çtø: $# çνθãã÷Š $$ sù $ pκÍ5 ( (#ρâ‘sŒuρ tÏ%©!$# šχρ߉Åsù=ムþ’Îû ϵÍ× ¯≈yϑó™r& 4 tβ÷ρt“ôfã‹ y™ $ tΒ (#θçΡ% x. tβθ è=yϑ÷ètƒ ∩⊇∇⊃∪
Artinya:
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna4, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya5. nanti
mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.6
Bertasbih merupakan ungkapan meMahaSucikan tuhan dengan Do’a,
Dzikir melalui nama-namaNya yang paling baik (Asma’ul Husna). Bertasbih
itu sendiri adalah merupakan sarana terbaik untuk mengekspresikan rahasia-
rahasia Ilahi yang terhalus, sekaligus mengekspresikan rahasia perjanjian
primordial antara Tuhan dan manusia melalui tabir bahasa manusia dalam
bentuk selubung dunia spiritual, namun bersamaan dengan itu sekaligus juga
merupakan simbol dan tangga untuk dapat mencapai persatuan antara hati dan
pikiran seorang hamba dengan Tuhannya.
Kata tasbih (�����) adalah bentuk masdar dari sabbaha–
yusabbihu–tasbihan ( ��-� ��� -������ ), yang berasal dari kata sabh
(��). Menurut Ibnu Faris, asal makna kata sabh ada dua. Pertama,
sejenis ibadah. Kedua, sejenis perjalanan cepat. Pengertian kata tasbih
(�����) berasal dari pengertian pertama, yaitu menyucikan Allah Swt7
Ar-Ragib Al-Asfahani mengartikan kata as-sabh (��ا���) sebagai
“berlari cepat di dalam air (berenang) atau di udara (terbang)”. Kata itu dapat
4 Maksudnya: Nama-nama yang Agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah. Lihat Al-
qur’an dan terjemahnya 5 Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan Nama-
nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul
husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk
Nama-nama selain Allah. Lihat Al-qur’an dan terjemahnya. 6 Ibid. QS. Al-‘Araf : 180. hlm. 252
7 M. Ishom El-Saha, M.A., Saiful Hadi, S.Ag., Sketsa Al-qur’an Tempat, Tokoh, Nama,
dan Istilah dalam Al-qur’an, Lista Fariska Putra, 2005. hlm.726
3
dipergunakan untuk perjalanan bintang di langit, atau lari kuda yang cepat,
atau kecepatan beramal. Dinamakan tasbih karena segera pergi untuk beramal
dalam rangka menyembah Allah. Kata ini berlaku untuk melakukan kebaikan
atau menjauhi kejahatan. Lebih lanjut Al-Asfahani menambahkan, tasbih bisa
dalam wujud perkataan, perbuatan ataupun niat. Pengertian tasbih terakhir itu
mengacu kepada pengertian isthilahi yang sudah berkembang sampai
sekarang.8 Seperti halnya Al-qur’an menggunakan kata “Tasbih” yang diambil
dari akar kata “Sabbaha” atau “Yusabbihu” seperti yang terdapat dalam QS.
Al-Hasyr: [I] dan QS. Al-Jumu’ah: I. yang berbunyi:
yy yyxxxx ¬¬ ¬¬7777 yy yy™™™™ ¬¬ ¬¬!!!! $$$$ tt ttΒΒΒΒ ’’’’ ÎÎ ÎÎûûûû ÏÏ ÏÏNNNN≡≡≡≡ uu uuθθθθ≈≈≈≈ yy yyϑϑϑϑ ¡¡ ¡¡¡¡¡¡9999 $$ $$#### $$$$ tt ttΒΒΒΒ uu uuρρρρ ’’’’ ÎÎ ÎÎûûûû ÇÇ ÇÇÚÚÚÚ öö öö‘‘‘‘ FF FF{{{{ $$ $$#### (( (( uu uuθθθθ èè èèδδδδ uu uuρρρρ ââ ââ““““ƒƒƒƒ ÍÍ ÍÍ““““ yy yyèèèè øø øø9999 $$ $$#### ÞÞ ÞÞΟΟΟΟŠŠŠŠ ÅÅ ÅÅ3333 pp pptttt øø øø:::: $$ $$#### ٩∩∩∩∩⊇⊇⊇⊇∪∪∪∪
ßß ßßxxxx ÎÎ ÎÎ mm mm7777 || ||¡¡¡¡ çç çç„„„„ ¬¬ ¬¬!!!! $$$$ tt ttΒΒΒΒ ’’’’ ÎÎ ÎÎûûûû ÏÏ ÏÏNNNN≡≡≡≡ uu uuθθθθ≈≈≈≈ yy yyϑϑϑϑ ¡¡ ¡¡¡¡¡¡9999 $$ $$#### $$$$ tt ttΒΒΒΒ uu uuρρρρ ’’’’ ÎÎ ÎÎûûûû ÇÇ ÇÇÚÚÚÚ öö öö‘‘‘‘ FF FF{{{{ $$ $$#### ÅÅ ÅÅ7777 ÎÎ ÎÎ==== pp ppRRRR ùù ùùQQQQ $$ $$#### ÄÄ ÄĨρρρρ ‘‘ ‘‘‰‰‰‰ àà àà)))) øø øø9999 $$ $$#### ÍÍ ÍÍ““““ƒƒƒƒ ÍÍ ÍÍ•••• yy yyèèèè øø øø9999 $$ $$#### ÉÉ ÉÉΟΟΟΟ‹‹‹‹ ÅÅ ÅÅ3333 pp pptttt øø øø:::: $$ $$#### ١٠∩∩∩∩⊇⊇⊇⊇∪∪∪∪
Kata tasbih yang terdapat dalam Al-qur’an sangat banyak dan beraneka
ragam bentuknya. Kata “Tasbih” yang terdapat dalam ayat-ayat Al-qur’an
diulangi sebanyak 93 macam11
. yaitu Dalam bentuk fi’il madhi (verbal masa
lampua), dalam bentuk Fi’il Mudhari’ (verbal masa sekarang dan yang akan
dating) Fi’il Amar (verbal imperative), Mashdar dan bentuk lain-lainnya.
Semua variasi bentuk itu mengisyaratkan bahwa tasbih alam semesta
seluruhnya kepada Allah Swt. Termasuk makhluk hidup dan benda-benda
yang ada didalamnya.12
Dengan begitu untuk dapat mengetahui bagaimana gambaran tasbih
secara gamblang dari segala sesuatu yang bertasbih kepada Allah Swt, baik
manusia dan setiap tindakan yang dilakukannya serta alam semesta dan
seisinya, dengan apa yang mereka bertasbih dan apa relevansinya terhadap
kehidupan sehari-sehari. Dengan demikian, maka sangat dibutuhkan sebuah
8 Roghib Al-Asfiyani, Mu’jam Mufrodat Alfadzi Al-qur’an, Darul Al-Fikr. hlm.226
9 Al-qur’an dan Terjemahnya. Op.Cit QS. Al-Hasyr : 1. hlm. 915
10 Ibid. QS. Al-Jumu’ah: 1. hlm932
11 Roghib Al-Asfiyani. Op.Cit. 226-227
12 Zaglulu an-Najjar, Shu’arun Min Tasbih al-Kaa’inaat Lillah, diterj: Faisal Saleh,
Ketika Alam Bertasbih, Pustaka al-Kautsar, Jakarta.Hlm. 12-17
4
pemahaman yang mampu mengungkap apa yang terkandung dari kalimat-
kalimat tasbih dalam berbagai ayat yang terdapat dalam Al-qur’an.
Dengan demikian adanya sebuah penelitian secara komprehensif
dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang mampu mengungkap
keluasan makna dan pengertian serta maksud dari kata-kata tasbih yang
tersebar dalam berbagai ayat dalam Al-qur’an, sangatlah dibutuhkan. Hal ini
dilakukan demi sebuah cita-cita yang mulia berupa pengamalan isi kandungan
Al-qur’an itu sendiri dalam hal ini adalah bertasbih baik dalam sikap prilaku
dan tindakan yang dilakukan oleh manusia sehari-hari maupun dalam bentuk
berdzikir secara lisan dengan menggunakan kalimat-kalimat tasbih
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-qur’an itu sendiri.
B. Pokok Masalah
Wawasan berarti tinjauan, pandangan serta konsepsi cara pandang
terhadap suatu masalah13
. Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan
secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan
jawabannya. Bertitik tolak pada keterangan itu, maka yang menjadi pokok
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pengertian “Tasbih” dalam Al-qur’an?
2. Bagaimana cara bertasbih sesuai dengan penjelasan Al-qur’an?
3. Apa relevansi anjuran bertasbih dalam kehidupan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep tasbih dalam Al-qur’an.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara bertasbih sesuai dengan penjelasan Al-
qur’an
3. Untuk mengetahui relevansi anjuran bertasbih dalam kehidupan
13
Muhammad Gaib M. Ahl Kitab makna dan cakupannya, Paramadina, Jakarta, 1998.
hlm 9
5
Manfaat dari penulisan skripsi sebagai berikut:
1. Secara teoritis, yaitu untuk menambah khazanah kepustakaan Fakultas
Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis. Selain itu diharapkan tulisan ini dapat
dijadikan salah satu studi banding bagi penulis lainnya.
2. Secara praktis, agar dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat,
khususnya pada saat penulis berinteraksi dengan masyarakat terutama
ketika mendapat sebuah pertanyaan yang memerlukan jawaban.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat library murni, yakni semua bahan yang
dibutuhkan bersumber dari bahan-bahan yang tertulis.
Untuk menggunakan metode yang tepat pada judul ini ialah dengan
menggunakan metode tematik (Maudhu’i)14
yaitu membahas satu judul
tertentu secara mendalam dan tuntas. Yang bertujuan untuk menyelesaikan
permasalahan yang diangkat secara tuntas sehingga diperoleh suatu
kesimpulan yang dapat dijadikan pegangan.15
Karena objek studi ini adalah ayat-ayat Al-qur’an, maka
pendekatan yang dipilih di dalamnya adalah pendekatan ilmu tafsir.
Dalam ilmu tafsir, dikenal beberapa corak atau metode penafsiran Al-
qur’an yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri.
Menurut al-Farmawi, hingga kini setidak-tidaknya terdapat empat
macam metode utama dalam penafsiran Al-qur’an, yaitu: metode tahlili,
ijmali, muqarin, dan metode maudhu’i, yang terakhir ini adalah suatu
metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-qur’an tentang suatu
masalah tertentu dengan jalan menghimpun seluruh ayat-ayat yang
dimaksud, lalu menganalisisnya lewat ilmu-ilmu bantu yang relevan
14
Ada dua cara dalam dalam tata kerja metode tematik ini: pertama, dengan cara
menghimpun seluruh ayat-ayat Al-qur’an yang berbicara tentang satu masalah tertentu serta
mengarah kepada satu tujuan yang sama, sekalipun turunnya berbeda dan tersebar dalam pelbagai
surah Al-qur’an. Kedua, penafsiran yang berdasarkan pada surah Al-qur’an. Lihat Abd Muin Salim
metodologi ilmu tafsir. Hlm. 47 15
Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, Cet
I, hlm. 383
6
dengan masalah yang dibahas, untuk kemudian melahirkan konsep yang
utuh dari Al-qur’an tentang masalah tersebut.16
Metode yang dipilih untuk studi ini adalah metode Tematik karena
menurut hemat penulis, metode inilah yang paling tepat, setidak-tidaknya
hingga saat ini untuk digunakan mengkaji konsep-konsep Al-qur’an
tentang suatu masalah bila diharapkan suatu hasil yang utuh dan
komprehenshif.
Adapun langkah-langkah dalam metode tafsir maudlu’i adalah:
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.
c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya.
d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna.
f. Melengkapi pembahasan dengan hadits yang relevan dengan pokok
bahasan.
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan
menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian sama.17
Meskipun metode tafsir Maudhu’i yang menjadi dasar pendekatan
dalam studi ini, namun dalam menganalisis masalah, pendekatan lainpun
tentu turut berperan, seperti disebut di atas. Semua ilmu Bantu yang dapat
lebih memperjelas masalah dapat saya digunakan dalam metode tafsir
Tematik sepanjang pendekatan itu relevan dengan masalah yang dibahas.
E. Sumber Data
a. Primer
Penelitian ini bercorak library murni, dalam arti semua sumber
datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik
16
Dr. Harifudin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-qur’an suatu Kajian Teologis dengan
Pendekatan Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 21. 17
Muhamad Nur Ichwan, Memasuki Dunia Al-qur’an, (Semarang: Lubuk Raya, 2001),
hlm. 267-268.
7
yang dibahas. Karena studi ini menyangkut Al-qur’an secara langsung,
maka sumber pertama dan utamanya adalah :
1. Kitab suci Al-qur’an. Mushaf yang digunakan sebagai pegangan
adalah Al-qur’an dan Terjemahnya yang telah ditashih oleh
Departemen Agama RI. Jakarta, Tanggal 28 Februari 1990.
2. Sebagai dasar rujukan untuk analisis makna kata-kata dan term-term
tertentu dari ayat-ayat Al-qur’an, digunakan al-Mufradat fi Gharib Al-
qur’an karangan Abu al-Qasim al-Husayn ibn Muhammad al-Raghib
al-Ashfihani. Kitab ini pada umumnya menjadi rujukan para mufasir
Al-qur’an ketika membahas makna kata-kata dalam ayat-ayat bahasa
Al-qur’an.
3. Guna memudahkan pelacakan ayat-ayat Al-qur’an yang diperlukan
dalam membahas topik-topik tertentu, maka buku al-Mu'jam al-
Mufahras Alfaz Al-qur’an al-Karim, susunan Muhammad Fu'ad Abd
al-Baqi dijadikan sebagai pegangan.
b. Sekunder
Adapun sebagai data sekunder dalam penelitian ini ialah data-data
yang berkaitan dengan penafsiran para ulama baik klasik, modern maupun
kontemporer yang berkaitan dengan pembahasan pada penelitian kali ini.
Sumber rujukan pertama penulis yaitu: penafsiran mereka tentang ayat-
ayat tasbihyaitu:
1. kitab-kitab tafsir yang dibatasi pada beberapa kitab yang dianggap
representatif yaitu al-Misbah, karangan M. Quraish Shihab, al-Azhar
karya hamka, an-Nur karya Tengkeu Muhammad Hasby as-Shiddiqy,
Ibn ‘Arabi, Tafsir Al-qur’an al-Karim, Fakhr al-Din al-Razi, Tafsir al-
Kabir wa Mafatih al-Ghaib.
Demikian beberapa kitab tafsir yang menjadi sumber utama
dalam penulisan ini. Adapun beberapa kitab tafsir yang menjadi
sumber utama tulisan ini. Dengan menyebut kitab-kitab tersebut,
tidaklah berarti bahwa kitab-kitab tafsir lainnya diabaikan sama sekali.
8
Kitab-kitab itu tetap digunakan sebagai sumber rujukan, khususnya
dalam melengkapi dan lebih mempertajam analisis dan bahasan.
F. Tinjauan Pustaka
Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam bahasan “konsep tasbih
dalam Al-qur’an” sedikit banyak sudah pernah dibahas oleh peneliti ilmiah
yang lain, akan tetapi dalam penelitian itu belum sampai komprehensif.
Seperti halnya beberapa literatur yang diterbitkan. Literatur yang dimaksud
hanya secara umum atau parsial saja. Literatur tersebut di antaranya:
1. Zaglul an-Najjar, Shu’arun Min Tasbih al-Kaa’inaat Lillah, diterj: Faisal
Saleh, Ketika Alam Bertasbih, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2003. buku ini
memang membahas masalah tasbih, akan tetapi dalam membahas tasbih
Zaglul hanya memandang secara parikular, tidak memandang secara
komprehensif. Zaglul memandang tasbih dari sundut pandang sains, akan
tetapi masalah yang penulis tulis ialah masalah yang komprehensif yaitu
bagaimana pandangan Al-qur’an tentang tasbih secara utuh tidak secara
partikular saja.
2. Begitu juga Ustadzah Nisywah al-Ulwani, dalam bukunya Ath-Thariq Ila
al- Jannah Al-Istigfar wa At-Tasbih, diterj: Saiful Hadi el-Sutha, Pustaka
al-Mawardi, Jakarta, 2002, cet I. dia hanya memandang dari satu sudut
pandang saja seperti halnya zaglul an-Nazar yaitu memandang tasbih
selain mukallaf hanya sebagai bukti kosmologis saja. Akan tetapi banyak
ulama yang memperdebatkan tentang makna tasbih.
3. Berupa skripsi karya Inna Ratul ‘Ain dengan judul Tasbih Alam. Dia
menulis skripsi tasbih menggunakan pendekatan metode Muqarran yaitu
dia hanya membandingkan pendapat dua ulama yang berbeda dalam
memeberikan makna tasbih yaitu Ibnu ‘Arabi dan Fakhruddin ar-Razi.
Yang mana kedua ahli tafsir ini sangat berbeda dalam menafsirkannya
Fakhruddin ar-Razi menafsirkan tasbih dengan makna yang majazi, dan
ibnu Arabi menafsirkan tasbih dengan makna yang hakiki.
9
Dari tinjauan pustaka diatas dapat dilihat bahwa dalam mengkaji
tentang tasbih belum komprehensif. Yaitu mereka memandang tasbih
hanya parsial belum sampai yang membahas tasbih secara utuh dan
gamblang.
Sampai dengan disusunnya proposal penelitan dan atas
sepengatahuan penulis dalam bentuk skripsi kali ini, penulis tidak melihat
adanya kesamaan dengan apa yang akan menjadi konsen penelitian kali
ini, baik dalam bentuk skripsi maupun dalam bentuk buku atau berupa
tulisan dalam bentuk lainnya.
Penelitian ini akan berupaya menyajikan uraian mengenai tasbih
dengan menjadikan Al-qur’an sebagai acuan dasarnya. Karena
pembahasan mengenai tasbih akan dilakukan secara menyeluruh dari ayat-
ayat yang berbicara mengenai masalah tersebut, maka pembahasan tidak
hanya dibatasi pada ayat-ayat yang secara eksplisit menggunakan term
tasbih saja, tetapi juga term-term yang terdapat dalam Al-qur’an yang
mengandung makna tasbih. dengan begitu, diharapkan dapat diperoleh
informasinya yang utuh dan menyeluruh mengenai wawasan Al-qur’an
tentang tasbih.
Dengan demikian skripsi ini memiliki perbedaan dengan kajian
yang telah dibahas dalam penelitian-penelitian yang lain.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan menganalisis terhadap penelitian
ini penulis akan menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama, adalah merupakan pendahuluan yang berfungsi untuk
menyatakan keseluruhan isi skripsi dengan sepintas, kemudian dirinci kedalam
sub bab yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan skripsi, tinjauan pustaka, metode penulisan skripsi, dan sistematika
penulisan skripsi.
Bab kedua, tinjauan umum tentang makna tasbih. Bab ini terurai dalam
sub-sub bab antara lain: pengertian tasbih: secara etimologi dan terminologi,
10
makna tasbih dalam Al-qur’an, pengelompokan ayat-ayat tasbih sesuai dengan
tema didalam Al-qur’an, pendapat ulama tentang tasbih.
Bab ketiga, term-term dan gambaran Tasbih dalam Al-qur’an. Bab ini
terdiri dari sub-sub bab antara lain: term-term yang semakna dengan tasbih,
antara tasbih, tahmid, dan dzikir, Tamsil Tasbih dalam Al-qur’an.
Bab keempat, Faedah Bertasbih dalam Kehidupan menurut Al-
qur’an. Ini berisi antara lain: Tujuan Bertasbih dalam Al-qur’an, Hikmah
bertasbih dalam Al-qur’an, penyembunyian gahiru mukallaf adalah rahmat
bagi manusia, relevansi anjuran bertasbih dalam kehidupan.
Bab kelima, bab ini merupakan penutup yang berisi tentang
kesimpulan dari hasil pembahasan yang merupakan jawaban pembahasan,
saran-saran, dan penutup.
11
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA TASBIH
Allah Swt memilih bahasa Arab sebagai wadah pengejawantahan kata-
katanya yang suci, yakni Al-qur’an. Pemilihan ini dari satu segi, tentu saja
menempatkan bahasa Arab pada kedudukan yang istimewa, terutama di mata
umat Islam.
Salah satu keistimewaan bahasa Arab yang dipilih oleh Tuhan menjadi
bahasa Al-qur’an adalah ungkapan-ungkapannya yang singkat, padat, serta kaya
dengan isi dan makna yang dalam. Variasi bentukan kata-katanya itu sangat
berpola. Setiap bentukan mempunyai makna dan pesan khas yang berbeda dengan
bentukan lainnya meskipun berasal dari kosa-kata yang satu dan kendatipun
terjemah harfiahnya sama.
Harus diakui bahwa peranan kaidah-kaidah bahasa Arab sangat besar
dalam upaya pemahaman ayat-ayat Al-qur’an. Akan tetapi dalam kenyataannya,
banyak ayat-ayat Al-qur’an yang sulit dipahami secara utuh bila hanya
mengandalkan kaidah-kaidah bahasa tersebut. Untuk itulah diperlukan kaidah-
kaidah lain yang khusus menyangkut Al-qur’an, yang dimaksud adalah kaidah-
kaidah yang berhasil disusun dan diformulasikan oleh para ulama dan ahli tafsir
sebagai hasil kajian dan telaah terhadap ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh
Al-qur’an. Kaidah-kaidah seperti ini dikenal dengan istilah qawa’id al-Tafsir yang
dapat ditemui secara berserakan dalam kitab-kitab tafsir ataupun dalam kitab-kitab
ulum Al-qur’an. Kaidah-kaidah tafsir ini masih tetap berkembang secara
komulatif, seiring dengan kajian terhadap Al-qur’an yang tetap berlanjut tanpa
akhir.18
Dalam mengungkapkan masalah Tasbih, Al-qur’an menggunakan
beberapa macam istilah. Term-term disebutkan dengan berbagai macam term, ada
yang disebutkan dengan bentuk madhi, mudhari' masdar, maf'ul yang semuanya
18
Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-qur’an Suatu Kajian Teologis dengan
Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991), hlm. 26-30.
12
terulang sebanyak 93 kali.19
Selain term Tasbih, Al-qur’an juga menggunakan
beberapa term lain untuk menunjuk Tasbih seperti yang akan diuraikan dibawah
ini:
A. Pengertian Tasbih
Kata tasbih ( "$%') adalah bentuk masdar dari sabbaha–yusabbihu–
tasbihan ( ($)- ,$%- -.0"$%' ), yang berasal dari kata sabh ( $)). Menurut
Ibnu Faris, asal makna kata sabh ada dua. Pertama, sejenis ibadah. Kedua,
sejenis perjalanan cepat. Pengertian kata tasbih ( "$%') berasal dari pengertian
pertama, yaitu menyucikan Allah Swt20
dari setiap yang jelek (tanzihullahi
min kulli su’in (1ء) ,89-7 ا6 45 آ2' ), sedangkan kata tanzih (7-89') berarti
tab‘id (:";$' = menjauhkan). Jadi, secara terminologi makna tasbih adalah
mensucikan Allah SWT dari segala keburukan dan dari segala perbuatan
ataupun sifat yang tidak sesuai dengan keagungan, kemuliaan, kasih sayang,
dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu.21
Sementara itu, kata subbuhun
( 1ح($> ) adalah suatu sifat bagi Allah, yang berarti Allah Maha Suci dari segala
sesuatu yang tidak pantas bagi-Nya.
Begitu juga menurut Ar-Ragib Al-Asfihani dalam mengartikan kata
as-sabh ( $(%>ا) sebagai “berlari cepat di dalam air (berenang) atau di udara
(terbang)”. Kata itu dapat dipergunakan untuk perjalanan bintang di langit,
atau lari kuda yang cepat, atau kecepatan beramal. Dinamakan tasbih karena
segera pergi untuk beramal dalam rangka menyembah Allah. Kata ini berlaku
untuk melakukan kebaikan atau menjauhi kejahatan.
Tasbih secara Etimologi yaitu Ar-Ragib Al-Asfahani mengartikan kata
as-Sabh ( $(%>ا) sebagai “berlari cepat di dalam air (berenang) atau di udara
(terbang)”. Kata itu dapat dipergunakan untuk perjalanan bintang di langit,
19
M. Fuad Abdul Al-Baqi, Mu'jam Al-Mufahras li Al-Fad Al-qur’an Alkarim, (Beirut :
Daral Fikr, 1981), hlm. 340. 20
M. Ishom El-Saha, M.A., Saiful Hadi, S.Ag., Sketsa Al-qur’an Tempat, Tokoh, Nama,
dan Istilah dalam Al-qur’an. Lista Fariska Putra, 2005. hlm.726 21
Nisywah Al-Ulwani, Rahasia Istighfar dan Tasbih (Jakarta: Pustaka Al-Mawardi,
2008) hlm. 127
13
atau lari kuda yang cepat, atau kecepatan beramal. Akan tetapi kata tasbih
( ) "$%' yaitu segera pergi untuk beramal dalam rangka menyembah Allah.
Kata ini berlaku untuk melakukan kebaikan atau menjauhi kejahatan. Lebih
lanjut Al-Asfahani menambahkan, tasbih bisa dalam wujud perkataan,
perbuatan ataupun niat. Makna inilah yang sudah berkembang sampai
sekarang. Dan menjadi makna istilah tasbih.22
Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa fenomena gerak di alam ini
merupakan petunjuk nyata untuk memahami pengertian tasbih secara lebih
mendalam. Dari adanya fenomena gerak dapat diketahui bahwa alam semesta
ini senantiasa berubah. Serta dengan mengetahui adanya waktu yang
senantiasa mengalir, dapat diketahui bahwa segala sesuatu yang ada di alam
ini adalah bertasbih dan senantiasa bertasbih karena semuanya bergerak dan
menempel dalam aliran waktu sehingga setiap saat selalu berubah dan
menjauh dari posisinya semula.
Adapun Kata ”Tasbih” diambil dari Madhi ”sabbaha” dengan seluruh
turunannya dan sabaha yasbahu. dalam Kamus Mu’jamul Fahras Li alfadhil
Qur’an disebutkan di dalam Al-qur’an Al-Karim sebanyak 93 kali;23
Yaitu:
Kata Tasbih Madhi
4 kali
Mudhari’
22 kali
Masdar
45 kali
Sabbaha
Yusabbihu
Tasbiihan
QS. Al-Hadid
[57]: 1, QS. Al-
Hasyr [59]: 1,
QS. Ash-Shaff
[61]: 1, QS. As-
Sajadah [32]: 15.
QS. Al-Baqarah
[2]: 30, QS. Ar-
Ra‘d [13]: 13,QS.
Al-Isra’ [17]: 44
(dua kali), QS.
Al-Anbiya’ [21]:
20 dan 79,QS.
An-Nur [24]: 36
dan 41, QS. Al-
Qolam [68]: 28,
QS. Al-Fath [48]:
9, QS.
Thaha[20]: 33,
QS. Al-Isra’ [17]: 44
QS. An-Nur [24]: 41,
QS. Al-Mujammil
[73]: 7,
QS. An-Naji’at [79]:
3.
QS. Yusuf [12]: 108,
QS. Al-Isra’ [17]: 1,
93, dan 108, QS. Al-
Anbiya’ [21]: 22, QS.
Al-Mu’minun [23]:
91, QS. An-Naml
[27]: 8, QS. Al-
22
Roghib Al-Ashfihani, Mu’jam Mufrodat Alfadzi Al-qur’an, Darul Al-Fikr. hlm.226 23
Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi. Op.Cit. hlm. 339-340
14
QS. Al-Hasr[59]:
24, QS. Al-
Jum’at[62]: 1,
QS. At-
Taghabun[64]: 1,
QS. al-
Anbiya’[21]: 79,
QS. Shad[38]:
18, QS. az-
Zumar[39]: 75,
QS. Ghafiir[40]:
7, QS.
Fushilat[14]: 38,
QS. an-Nur[42]:
5, QS. al-
’Araf[7]:206.
Qashash [28]: 68,
QS. Ar-Rum[30]:17,
QS. Yasiin [36]:32,
QS. Nun[32]:83, QS.
As-Shafat[37]:159
dan 130, QS. Az-
Zuhraf [43]:13 dan
82, QS.at-Thur
[52]:43, QS. Al-
Hashr[56]:23, QS.
Al-Qalm[68]:22, QS.
Al-Baqarah[2]:32,
QS.Ali Imran[3]:161,
QS. Al-
Maidah[5]:116,
QS. Al-A’raf[7]:143,
QS. Yusuf[10]:10,
QS. an-Nisa’[21]:87,
QS.an-Nur [24]:16,
QS. Al-
Furqan[25]:17, QS.
As-Saba’ [34]:14,
QS. Al-
Baqarah[2]:116, QS.
Al-Anbiya’ [4]:171,
QS.al-An’am
[6]:100, QS.An-
Nabawiyah[9]:31,QS.
Yunus[10]:18 dan 68,
QS.an-Nahl [16]:1
dan 57, QS.al-Isra’
[17]:43, QS.Mariam
[19]:35, QS.Al-
Anbiya’[21]:126
QS.ar-Rum [30]:40,
QS.Az-Zumar[39]:40
dan 67.
Kata tasbih dalam bentuk mashdar hanya disebutkan empat kali di
dalam Al-qur’an, yaitu di dalam S. Al-Isra’ [17]: 44 S. An-Nur [24]: 41, S. Al-
Mujammil [73]: 7, dan S. An-Naji’at [79]: 3.
Kata Tasbih Fi’il Amar Isim Fa’il
15
18 kali 2 kali
Sabbaha
yusabbihu
tasbiihan
QS. Ali ‘Imran
[3]: 41, QS. Al-
Hijr [15]: 98, QS.
Maryam [19]: 11,
QS. Thaha [20]:
130 (dua kali), QS.
Al-Furqan [25]:
58, QS. Al-Ahzab
[33]: 42,
QS.Ghafir[40]: 55.
QS. Nun[50]:32.
QS. At-Thur [52]:
48, QS. Al-
Waqi’ah [56]: 74
dan 96, QS.al-
Haqqah [69]: 52,
QS. Al-’Ala
[87]:1, QS. an-
Nashr [110]:3, QS.
Qaaf[50]:40,
QS.AtThur[52]:49,
QS.Al-
Insan[76]:26
QS. Ash-Shaffat
[37]: 143 dan
166.
Sabaha yasbahu
2 kali
QS.al-Anbiya’ [21]:33,
QS. yasin[36]:40,
16
Semua kata tasbih yang di atas ditemukan secara bervariasi. Bentuk itu
mengisyaratkan bahwa tasbih alam semesta seluruhnya kepada Allah Swt ini
termasuk makhluk hidup. Semua makhluk itu bertasbih pada masa dulu, masa
sekarang dan masa yang akan datang, semuanya tak henti-henti mensucikan
Allah swt di setiap waktu dan saat.
B. Makna Tasbih Dalam Al-qur’an
Kata ”subhana” berbentuk Isim Mashdar, yang di dalam Al-qur’an ia
disebut secara mufrad ataupun juga mudhaf (disandarkan dengan kata lain).
Tasbih (pensucian), jadi makna SubhanAllah at-Tanzih IlAllah
(Memahasucikan Allah), berstatus nashb berposisi Mashdar. Seolah-olah
orang yang mengucapkannya berkata, ”aku memahasucikan Allah Swt
dengan pemahasucian yang pasti; menafikan setiap apa yang tidak layak bagi
ketinggian dan keagungan-Nya dengan tanpa menyerupakan, tanpa pemisalan,
tanpa perbandingan, tanpa pengalihan, tanpa penakwilan dan tanpa
pengabaian; dan aku menetapkan pada keagungan-Nya apa saja yang dia
jelaskan tentang Dzat-Nya sendiri dan apa saja yang telah ditetapkan
Rasulullah Saw dari berbagai sifat kesempurnaan yang mutlak. 24
Kata Sabhan Thawilan di sini bermakna waktu panjang; atau
Mutafarraghan Thawiilan (yakni waktu luang yang panjang); atau
mutaqallaban thawila (selalu berbolak balik) waktu luang untuk pulang pergi
mengurusi pekerjaan. Dalam bentuk derivasi yang lain adalah as-Subhah yatiu
untaian biji-bijian yang digunakan sebagai alat ”tasbih” untuk menghitung
tasbih (Dzikir kepada Allah/bertasbih). Dan kata ini juga berarti ibadah sunnah
berupa dzikir dan shalat. Misalanya mengatakan Qadhaitu Subhati, (yakni aku
telah melakukan ibadah sunnahku). Demikian juga bersujud,25
oleh karena itu
Allah Swt berfirman:
24
Zaglul an-Najjar, Shuarun Min Tasbih al-Kauniaat Lillah , diterj: Faisal Saleh, Ketika
Alam Bertasbih, Jakarta, 2008, cet I. hlm 2 25
Ibid. hlm 4-5
17
óΟ s9r& ts? (χ r& ©!$# ߉àfó¡o„ … çµs9 tΒ ’ Îû ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $# tΒuρ ’Îû ÇÚö‘F{$# ߧôϑ¤±9 $#uρ
ã yϑs)ø9 $#uρ ãΠθ àf‘Ζ9$#uρ ãΑ$ t7Åg ø:$#uρ ã yf¤±9$#uρ *>!#uρ¤$!$#uρ ×.5 ÏVŸ2uρ z ÏiΒ Ä¨$Ζ9$# ( î.5ÏW x.uρ ¨, ym
ϵø‹ n=tã Ü>#x‹yèø9 $# 3 tΒ uρ Ç Íκç‰ ª!$# $ yϑsù … çµs9 ÏΒ BΘ Ìõ3•Β 4 ¨βÎ) ©!$# ã≅yèø�tƒ $ tΒ â !$ t±o„ ∩⊇∇∪
Artinya: ”apakah kamu tidak melihat bahwa kepada Allah bersujud segala
apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi, matahari, bulan, bintang-
bintang, gunung-gunung, pepohonan, binatang-binatang yang melata dan
sebagian besar kepada manusia, dan kebanyakan mereka (manusia) telah
ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak
seorangpun dapat memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang dia
kehendaki”.26
Berdasarkan itu semua, maka menuturkan dua kalimat syahadat
disertai dengan pemahaman yang benar terhadap kandungannya, mendirikan
shalat dengan khusu’, menunaikan zakat dengan sikap wara’ dan ketundukan,
berpuasa dengan ikhlas dan pengabdian, melaksanakan haji tanpa dibarengi
ucapan kotor dan perbuatan fasik, dan menghadap allah untuk berdoa dengan
memelas dan penuh pengharapan, mengagungkan, mengesakan dengan tunduk
hanya kepada-Nya, menghambakan diri, taat, dan mengikhlaskan agama
hanya untuk-Nya dengan tanpa menyekutukan, atau dengan istilah Tauhid
Uluhiyyah, ini semua adalah termasuk tasbih kepada Allah. Mengesakan Allah
dengan mengagungkan perbuatan-perbuatannya mulai dari penciptaan
makhluk, memberikan rizqi, mematikan dan menghidupkan, atau yang dikenal
denga istilah Tauhid Rububiyyah, ini semua termasuk tasbih kepada Allah
Swt.
Dan tasbih juga bisa diartikan sebagai do’a ”sholawat” kepada Allah.
Allah Swt berfirman tentang nabi Yunus As ketika ia ditelan oleh ikan besar
dengan menyatakan: ”
26
Al-qur’an dan Terjemahnya yang telah ditahsis oleh departemen agama RI, Jakarta,
1990 QS. Al-Hajj. hlm. 514
18
çµ yϑs)tGø9 $$ sù ßNθçtø: $# uθ èδuρ ×Λ Î=ãΒ ∩⊇⊆⊄∪ Iωöθ n=sù …çµ ¯Ρr& tβ% x. z ÏΒ tÅsÎm7 |¡ßϑø9 $# ∩⊇⊆⊂∪ y]Î7 n=s9 ’ Îû
ÿϵÏΖôÜ t/ 4’n<Î) ÏΘ öθ tƒ tβθèW yèö7ム∩⊇⊆⊆∪ çµ≈tΡõ‹ t6 uΖsù Ï !#t yèø9 $$Î/ uθ èδuρ ÒΟŠÉ)y™ ∩⊇⊆∈∪
Artinya: Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela, maka kalau
Sekiranya Dia tidak Termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,
Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit,
kemudian Kami lemparkan Dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam
keadaan sakit.27
Berkenaan dengan makna kalimat kaana minal musabbihiin dalam
firman Allah di atas, Ibnu Abbas dan Abdullah bin Mas’ud berpendapat,
sesungguhnya nabi Yunus banyak membaca ”shalawat” do’a kepada Allah
pada saat ia di perut ikan’’.28
Oleh karena itu, disunnahkan bagi orang yang
berdo’a untuk memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah
(hamdalah), serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW pada saat ia
memanjatkan doa, baru kemudian ia menyampaikan permintaannya.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah mendengar seorang laki-laki
yang berdoa dalam shalatnya tanpa mengucapkan ”hamdalah” dan shalawat
kepada Nabi SAW terlebih dahulu, maka beliau pun bersabda, ”Ini shalat yang
tergesa-gesa!” Kemudian Rasulullah memanggil orang itu dan berkata
kepadanya, “Jika salah seorang dari kalian sedang berdoa, maka hendaklah
ia memulainya dengan memuji dan menyanjung Allah Swt, kemudian
hendaklah ia membaca shalawat kepada Nabi Saw, kemudian barulah ia
berdoa dengan apa saja yang ia mau.”
Sesungguhnya ucapan “al-hamdulillah” yang diucapkan oleh manusia
itu dianggap tasbih, sebagaimana dianggap tasbih pula setiap dzikir yang
mensucikan Allah, ataupun segala ucapan yang di dalamnya seorang hamba
yang beriman mengagungkan sifat-sifat Allah yang mulia. Mengulang-ulang
pengucapan Asma al-Husna dianggap pula sebagai satu bentuk tasbih yang
paling disukai oleh Allah SWT. Jika semua kaum muslimin mengetahui kadar
pahala yang demikian besar sehingga balasan dari setiap bacaan tasbih, dan
27
Ibid. QS. As-Shaafaat: 142-145. hlm 728 28
Nisywah Al-Ulwani. Op.Cit. Hlm 131-132
19
tahu pula bahwa bacaan tasbih akan mengantar mereka masuk dalam lautan
kebajikan serta menjauhkan mereka dari terjerumus dalam tindak keburukan;
jika saja mereka tahu semua itu, niscaya mereka akan banyak bertasbih untuk
semakin mendapatkan anugrah dan pahala dari Allah yang demikian besar.29
Dari Mus’ab bin Sa’ad, dari bapaknya r.a. katanya Rasulullah Saw,
beliau pernah berkata: “sanggupkah kalian mengerjakan seribu kebajikan
setiap hari?, maka bertanya salah seorang yang duduk dalam majlis,
bagaimana kami mengerjakan seribu kebajikan setiap hari, sabda nabi
bacalah tasbih seratus kali niscaya Allah ta’ala mencatat bagimu seribu
kebajikan atau dihapus dari padanya seribu kesalahan (dosa)”.30
Di kalangan ulama fiqih ada yang berpendapat bahwa bukanlah suatu
keharusan untuk mengucapkan lafazh-lafazh tasbih seratus kali secara
berturut-turut dalam satu majlis, akan tetapi boleh hukumnya untuk
mengucapkan secara terpisah dalam sejumlah majlis (tempat). Begitu juga
tidak merupakan suatu keharusan untuk mengucapkannya sepanjang siang
sampai malam hari, akan tetapi yang lebih utama adalah mengucapkan pada
permulaan hari, agar dapat menjadi benteng pemelihara bagi seorang muslim
sepanjang hari.31
Ada beberapa hadits yang menunjukkan adanya shalat tasbih, namun
menurut pandangan jumhurul ulama mengatakan bahwa hadits shalat tasbih
itu Dha’if. Akan tetapi ulama fiqh menetapkan shalat tasbih dalam bab fiqh.32
Dalam kamus al-Munzid dikatakan bahwa “ad-Dzikru huwa at-Tasbih
wa Majjadahu” yang berarti dzikir merupakan tasbih itu sendiri.33
Dalam surat an-Nasr : 3 dapat di baca bahwa nabi Muhammad Saw di
perintahkan untuk bertasbih dengan memuji nama tuhan-Nya.34
Memuji tuhan
adalah formula kesyukuran yang sangat penting Dalam Al-qur’an dikatakan
29
Ibid, hlm. 129 30
H.R. Muslim. Terj: Hadist Shahih Muslim, Klang Book Centre, Malaysia, Cet V,
1997, Juz 4. hlm. 262-263 31
Niswah al-Ulwani, Op.Cit. hlm. 173 32
Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syarif an-Nawawi ad-Dimsyiqy, al-Adzkar, Toha
Putra, Semarang. Hlm. 158 33
Al-Munjid, Bairut Lebanon, 1960, cet 39. hlm. 237 34
QS. An-Nasr: 3. Op.Cit.1114
20
”fasabbih bihamdi rabbika” membaca tasbih ”Subhanallah” dapat dipandang
sebagai pendahuluan logis bagi Tahmid (yaitu memabaca hamdalah/memuji Allah).
Sebab tasbih sendiri mengandung makna pembebasan diri dari buruk sangka kepada
Allah, atau ”pembebasan” Allah dari buruk sangka kita. Jadi tasbih adalah
sesungguhnya permohonan ampun kepada Allah atas dosa buruk sangka kita
kepada-Nya.35
Dengan demikian yang dimaksud dengan bertasbih adalah berdzikir
secara berulang-ulang kepada Allah Swt di setiap waktu dan keadaan.
Sekalipun makna tasbih bermakna umum mencakup seluruh ibadah, baik
ucapan, perbuatan, dan niat. Dan juga tasbih bermakna khusus yaitu dzikir
lafazh dengan menyebut Asma’ul Husna, dan sifat-sifat-Nya yang tinggi
sebagaimana yang telah diturunkan-Nya dalam Al-qur’an atau apa yang
diberitahukan oleh rasulullah Saw.
C. Pengelompokan ayat-ayat tasbih sesuai dengan tema di dalam Al-qur’an
Zaqlul an-Najjar berpendapat bahwa Ayat-ayat Tasbih yang terdapat di
Al-qur’an dapat digolongkan menjadi enam golongan ayat yaitu antara lain36
:
1. Allah menegaskan Maha Besar kesucian-Nya, karena ketunggalan-Nya
dengan Uluhiyah, Rububiyah, dan Wahdaniyat-Nya pada Dzat-Nya sifat-
sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya atas semua
makhluk-Nya; pada Qadrat-Nya yang mutlak dan di dalam menghimpun
segala sifat kesempurnaan yang mutlak; dan suci dari setiap kekurangan.
Ayat ini terdapat di dalam 27 ayat sebagai berikut:
1. QS. Al-Isra’: 1
35
Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, Paramadina, Jakarta, 2000, cet II. Hlm
166 36
Zaglul an-Najjar.Op.Cit. hlm. 29-43
21
z≈ysö6 ß™ ü“Ï% ©!$# 3“ u.ó r& Íνωö7 yèÎ/ Wξ ø‹ s9 š∅ÏiΒ Ï‰Éfó¡yϑø9 $# ÏΘ#t ysø9 $# ’ n<Î)
ωÉfó¡yϑø9 $# $ |Áø%F{ $# “Ï%©!$# $ oΨø.t≈ t/ …çµ s9 öθ ym … çµtƒ Î.ã∴Ï9 ôÏΒ !$ oΨÏG≈ tƒ#u 4 … çµΡÎ) uθ èδ
ßìŠÏϑ¡¡9 $# ç.5ÅÁt7 ø9 $# ∩⊇∪
2. QS. Al-Anbiaya`: 22
öθ s9 tβ% x. !$yϑÍκ� Ïù îπ oλ Î;#u �ωÎ) ª!$# $ s?y‰|¡x�s9 4 z≈ ysö6 Ý¡sù «!$# Éb>u‘ Ä ö yèø9 $# $ £ϑtã
tβθ à�ÅÁtƒ ∩⊄⊄∪
3. QS. Al-mukminun: 91
$ tΒ x‹ sƒªB$# ª!$# ÏΒ 7$ s!uρ $ tΒuρ šχ%Ÿ2 … çµyètΒ ôÏΒ >µ≈s9 Î) 4 #]Œ Î) |=yδs%©! ‘≅ ä. ¥µ≈s9 Î)
$ yϑÎ/ t, n=y{ Ÿξ yès9uρ öΝßγ àÒ ÷èt/ 4’ n?tã <Ù ÷èt/ 4 z≈ ysö6 ß™ «!$# $ £ϑtã šχθà�ÅÁtƒ ∩⊇∪
4. QS. An-Naml: 8
$ £ϑn=sù $ yδu!% y y“ÏŠθ çΡ .βr& x8Í‘θ ç/ tΒ ’Îû Í‘$Ζ9$# ôtΒ uρ $yγs9 öθ ym z≈ ysö6 ß™uρ «! $#
Éb>u‘ tÏΗs>≈ yèø9 $# ∩∇∪
5. QS. Al-Qashash: 68
š�š/u‘uρ ß,è=øƒs† $tΒ â !$t±o„ â‘$ tF øƒs†uρ 3 $ tΒ šχ%Ÿ2 ãΝßγs9 äοu.z5σø: $# 4 z≈ysö6 ß™ «!$#
4’ n?≈yès?uρ $ £ϑtã tβθ à2Î.ô³ç„ ∩∉∇∪
6. QS. Ar-Rum: 17
z≈ysö6 Ý¡sù «!$# tÏm šχθÝ¡ôϑè? tÏn uρ tβθ ßsÎ6 óÁ è? ∩⊇∠∪
7. QS. Yasin: 36
z≈ysö6 ß™ “ Ï%©!$# t, n=y{ yl≡ uρø— F{$# $ yγ ¯=à2 $ £ϑÏΒ àM Î7/Ψè? ÞÚ ö‘F{ $# ôÏΒ uρ
óΟÎγ Å¡à�Ρr& $£ϑÏΒ uρ Ÿω tβθ ßϑn=ôètƒ ∩⊂∉∪
8. QS. Yasin: 83
22
z≈ysö6 Ý¡sù “Ï% ©!$# Íνωu‹ Î/ ßNθ ä3w=tΒ Èe≅ä. & óx« ϵ ø‹s9 Î)uρ tβθ ãèy_ö è? ∩∇⊂∪
9. QS. Ash-Shaffat: 159
z≈ysö6 ß™ «!$# $ ¬Ηxå tβθà�ÅÁtƒ ∩⊇∈∪
10. QS. Ash-Shaffat: 180
z≈ysö6 ß™ y7 În/u‘ Éb>u‘ Íο“Ïèø9 $# $ ¬Ηxå šχθà�ÅÁtƒ ∩⊇∇⊃∪ 11. QS. Az-Zhuhruf: 82
z≈ysö6 ß™ Éb>u‘ ÏN≡ uθ≈yϑ¡¡9 $# ÇÚö‘F{ $#uρ Éb>u‘ Ä ö yèø9 $# $ £ϑtã tβθ à�ÅÁtƒ ∩∇⊄∪
12. QS. At-Thur: 43 ÷Πr& öΝçλ m; îµ≈ s9Î) ç.ö5 xî «!$# 4 z≈ysö6 ß™ «!$# $¬Ηxå tβθ ä.Î.ô³ç„ ∩⊆⊂∪
13. QS. Al-Hasyr: 23 uθ èδ ª!$# ”Ï% ©!$# Iω tµ≈s9 Î) �ωÎ) uθ èδ à7 Î=yϑø9 $# â¨ρ‘‰à)ø9 $# ãΝ≈ n=¡¡9 $# ßÏΒ ÷σßϑø9 $#
Ú∅Ïϑø‹ yγ ßϑø9 $# Ⓝ Í“yèø9 $# â‘$ ¬6 yfø9 $# ç.Éi9 x6tGßϑø9 $# 4 z≈ysö6 ß™ «!$# $ £ϑtã šχθ à2Î.ô³ç„
∩⊄⊂∪
14. QS. Al-Baqarah: 116
(#θ ä9$s%uρ x‹sƒªB$# ª!$# #V$s!uρ 3 …çµ oΨ≈ ysö7ß™ ( ≅ t/ …ã& ©! $ tΒ ’Îû ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $#
ÇÚö‘F{ $#uρ ( @≅ ä. …ã& ©! tβθçF Ï⊥≈ s% ∩⊇⊇∉∪
15. QS. An-Nisak: 171
Ÿ≅÷δr' ¯≈ tƒ É=≈tGÅ6 ø9 $# Ÿω (#θ è=øós? ’Îû öΝà6ÏΖƒ ÏŠ Ÿωuρ (#θ ä9θà)s? ’ n?tã «!$# �ωÎ) ¨, ysø9 $# 4 $ yϑΡÎ) ßxŠÅ¡yϑø9 $# |¤ŠÏã ß ø⌠$# zΝtƒ óItΒ Ú^θ Þ™u‘ «!$# ÿ… çµçF yϑÎ=Ÿ2uρ !$ yγ9s)ø9r& 4’n<Î)
zΝtƒ óItΒ Óyρâ‘uρ çµ÷ΖÏiΒ ( (#θ ãΖÏΒ$t↔sù «!$$ Î/ Ï& Î#ß™â‘uρ ( Ÿωuρ (#θ ä9θ à)s? îπ sW≈n=rO 4 (#θ ßγtFΡ$# #Z.ö5 yz
23
öΝà6 ©9 4 $ yϑΡÎ) ª!$# ×µ≈s9 Î) Ó‰Ïm≡ uρ ( ÿ…çµ oΨ≈ysö7 ß™ βr& šχθ ä3tƒ … ã&s! Ó$s!uρ ¢ … ã&©! $ tΒ ’Îû
ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $# $ tΒ uρ ’Îû ÇÚö‘F{$# 3 4’s∀x.uρ «! $$Î/ WξŠÅ2uρ ∩⊇∠⊇∪
16. QS. Al-An’am: 100-101
(#θ è=yèy_uρ ¬! u !% x.u.à° £ Ågø: $# öΝßγs)n=yzuρ ( (#θ è%t yzuρ …çµ s9 t ÏΖt/ ¤M≈oΨt/uρ Î.ö5 tóÎ/ 5Οù=Ïæ 4 …çµ oΨ≈ ysö7ß™ 4’ n?≈yès?uρ $£ϑtã šχθà�ÅÁtƒ ∩⊇⊃⊃∪ ßìƒ Ï‰t/ ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $# ÇÚö‘F{$#uρ ( 4’Τ r&
ãβθ ä3tƒ … çµs9 Ó$ s!uρ óΟs9uρ ä3s? …ã& ©! ×π t6Ås≈ |¹ ( t, n=yzuρ ¨≅ä. & ó x« ( uθ èδuρ Èe≅ ä3Î/ > ó x«
×Λ Î=tæ ∩⊇⊃⊇∪
17. QS. At-Taubat: 31
(#ÿρä‹ sƒªB$# öΝèδu‘$t6 ômr& öΝßγuΖ≈ t6÷δ â‘uρ $ \/$t/ö‘r& ÏiΒ Âχρߊ «!$# yx‹Å¡yϑø9 $#uρ š∅ö/$#
zΝtƒ ö tΒ !$ tΒ uρ (#ÿρãÏΒ é& �ωÎ) (#ÿρ߉ç6 ÷èu‹ Ï9 $ Yγ≈ s9Î) #Y‰Ïm≡ uρ ( Hω tµ≈ s9 Î) �ωÎ) uθèδ 4 …çµ oΨ≈ysö7 ß™ $ £ϑtã
šχθà2Ì ô±ç„ ∩⊂⊇∪
18. QS. yunus: 18
šχρ߉ç7÷ètƒ uρ ÏΒ Âχρߊ «!$# $ tΒ Ÿω öΝèδ•.ÛØ o„ Ÿωuρ óΟßγ ãèx�Ζtƒ šχθ ä9θà)tƒ uρ
Ï Iωàσ≈yδ $ tΡàσ≈ yèx�ä© y‰ΨÏã «!$# 4 ö≅è% šχθä↔Îm6 uΖè?r& ©!$# $ yϑÎ/ Ÿω ãΝn=÷ètƒ ’ Îû
ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $# Ÿωuρ ’ Îû ÇÚö‘F{ $# 4 …çµ oΨ≈ysö7 ß™ 4’ n?≈ yès?uρ $£ϑtã šχθä.Î.ô³ç„ ∩⊇∇∪
19. QS. Yunus: 68
(#θ ä9$s% x‹ y‚?$# ª! $# #Y‰s9uρ 3 …çµ oΨ≈ ysö7ß™ ( uθ èδ K Í_tóø9 $# ( …çµ s9 $tΒ †Îû ÏN≡ uθ≈yϑ¡¡9 $# $ tΒ uρ
’Îû ÇÚö‘F{ $# 4 ÷βÎ) Νà2y‰ΖÏã ÏiΒ ¤≈sÜ ù=ß™ !#x‹≈pκÍ5 4 šχθä9θ à)s?r& ’ n?tã «!$# $ tΒ Ÿω tβθ ßϑn=÷ès? ∩∉∇∪
20. QS. An-Nahl: 1
24
#’ tAr& ã øΒ r& «!$# Ÿξ sù çνθè=Éf÷ètGó¡n@ 4 …çµ oΨ≈ ysö7 ß™ 4’n?≈ yès?uρ $ £ϑtã šχθä.Î.ô³ç„ ∩⊇∪
21. QS. An-Nahl: 57
tβθ è=yèøgs†uρ ¬! ÏM≈oΨt7 ø9 $# … çµoΨ≈ ysö7ß™ Νßγs9uρ $ ¨Β šχθåκtJô±tƒ ∩∈∠∪
22. QS. Al-Isra’: 42-43
≅è% öθ ©9 tβ%x. ÿ… çµyètΒ ×π oλ Î;#u $ yϑx. tβθ ä9θà)tƒ #]Œ Î) (#öθ tótGö/ω 4’ n<Î) “ ÏŒ Ä óUyê ø9 $# Wξ‹Î7y™
∩⊆⊄∪ …çµ oΨ≈ ysö7 ß™ 4’n?≈ yès?uρ $¬Ηxå tβθ ä9θà)tƒ #vθ è=ãæ #Z.5Î7 x. ∩⊆⊂∪
23. QS. Maryam: 35
$ tΒ tβ% x. ¬! βr& x‹Ï‚−Gtƒ ÏΒ 7$s!uρ ( ÿ… çµoΨ≈ ysö7ß™ 4 #sŒ Î) #|Ó s% #\ øΒr& $yϑΡÎ*sù ãΑθà)tƒ … çµs9
ä. ãβθ ä3u‹ sù ∩⊂∈∪
24. QS. Al-Anbiya: 26
(#θ ä9$s%uρ x‹sƒªB$# ß≈ oΗ÷q §9 $# #V$ s!uρ 3 …çµ oΨ≈ ysö7 ß™ 4 ö≅t/ ׊$t6 Ïã šχθãΒ t õ3•Β ∩⊄∉∪
25. QS. Ar-Rum: 40
ª!$# “ Ï%©!$# öΝä3s)n=s{ ¢Ο èO öΝä3s%y— u‘ ¢ΟèO öΝà6 çGŠÏϑム¢ΟèO öΝä3‹ÍŠøtä† ( ö≅yδ ÏΒ
Νä3Í←!% x.u.à° ¨Β ã≅ yèø�tƒ ÏΒ Νä3Ï9≡ sŒ ÏiΒ & ó x« 4 …çµ oΨ≈ ysö7 ß™ 4’n?≈ yès?uρ $¬Ηxå tβθ ä.Î.ô³ç„
∩⊆⊃∪
26. QS. Az-Zumar: 4
öθ ©9 yŠ#u‘r& ª!$# βr& x‹Ï‚−Gtƒ #V$s!uρ 4’ s∀sÜô¹ω $ £ϑÏΒ ß,è=øƒs† $ tΒ â !$ t±o„ 4 … çµoΨ≈ ysö7ß™ ( uθèδ
ª!$# ߉Ïm≡ uθ ø9 $# â‘$ £γs)ø9 $# ∩⊆∪
27. QS. Az-Zumar: 67
25
$ tΒ uρ (#ρâ‘y‰s% ©!$# ¨,ym ÍνÍ‘ô‰s% ÞÚö‘F{ $#uρ $ Yè‹Ïϑy_ … çµçGŸÒ ö6 s% tΠ öθ tƒ Ïπyϑ≈ uŠÉ)ø9 $#
ÝV≡uθ≈ yϑ¡¡9 $#uρ 7M≈−ƒ Èθ ôÜ tΒ ÏµÏΨŠÏϑu‹ Î/ 4 …çµ oΨ≈ ysö7 ß™ 4’n?≈ yès?uρ $ £ϑtã šχθä.Î.ô³ç„ ∩∉∠∪
2. Yang disebutkan dalam kata perintah (amr). Tasbih ini terdapat dalam 13
ayat yaitu:
1. Perintah tasbih bersama dengan perintah sujud yaitu yang terdapat
dalam QS. Al-Hajr: 98
ôxÎm7 |¡sù ωôϑpt¿2 y7 În/u‘ ä.uρ zÏiΒ tωÉf≈ ¡¡9 $# ∩∇∪
2. Perintah bertasbih disertai dengan perintah bersabar yaitu QS. Thaha:
130
÷.É9 ô¹$$ sù 4†n? tã $tΒ tβθä9θ à)tƒ ôxÎm7 y™uρ ωôϑpt¿2 y7În/u‘ Ÿ≅ö6 s% Æíθ è=èÛ Ä§ôϑ¤±9 $# Ÿ≅ö6 s%uρ
$ pκÍ5ρã äî ( ôÏΒ uρ Ç›!$ tΡ#u È≅ø‹ ©9 $# ôxÎm7 |¡sù t∃#t ôÛr&uρ Í‘$ pκ]9 $# y7 ¯=yès9 4 yÌös? ∩⊇⊂⊃∪
3. Perintah bertasbih dan bertawakkal kepada Allah Swt yaitu QS. Al-
Furqan: 58
ö≅�2uθ s?uρ ’n? tã Çc‘y⇔ø9 $# “ Ï%©!$# Ÿω ßNθ ßϑtƒ ôx Îm7y™uρ Íνωôϑpt¿2 4 4‘x�Ÿ2uρ ϵÎ/
É>θ çΡä‹Î/ ÍνÏŠ$ t6Ïã #·.5 Î7yz ∩∈∇∪
4. Perintah bertasbih disertai dengan perintah untuk bersabar dan perintah
untuk beristigfar yaitu QS. Ghafir: 55
÷.É9 ô¹$$ sù (χ Î) y‰ôãuρ «! $# A, ym ö Ï�øótGó™$#uρ š�Î7 /Ρs% Î! ôx Îm7y™uρ ωôϑpt¿2 y7În/u‘
Äc Å yèø9 $$ Î/ Ì≈x6 ö/M}$#uρ ∩∈∈∪
5. Perintah bertasbih dan bersabar disertai dengan penentuan waktu-
waktu yang diutamakan yaitu QS. Qaaf: 39-40
26
÷.É9 ô¹$$ sù 4’ n? tã $ tΒ šχθä9θ à)tƒ ôx Îm7y™uρ ωôϑpt¿2 y7În/u‘ Ÿ≅ö6 s% Æíθè=èÛ Ä§ôϑ¤±9 $#
Ÿ≅ö6 s%uρ É>ρãäóø9 $# ∩⊂∪ z ÏΒuρ È≅ø‹ ©9 $# çµ ósÎm7|¡sù t≈ t/÷Šr&uρ ÏŠθ àf*¡9$# ∩⊆⊃∪
6. Perintah bertasbih atas ketetapan Tuhan dan bertasbih dengan memuji-
Nya, disertai dengan penentuan waktu-waktu utama untuk melakukan
tasbih yaitu QS. At-Thur: 48-49
÷.É9 ô¹$#uρ È/ õ3ß⇔Ï9 y7 În/u‘ y7ΡÎ*sù $oΨÏ⊥ ãŠôãr' Î/ ( ôxÎm7y™uρ ω÷Κ pt¿2 y7 În/u‘ tÏm ãΠθà)s? ∩⊆∇∪
z ÏΒuρ È≅ ø‹©9 $# çµósÎm7 |¡sù t≈t/÷Š Î)uρ ÏΘθàf‘Ζ9$# ∩⊆∪
7. Perintah bertasbih dengan nama Allah yang maha besar yaitu QS. Al-
Waqi’ah: 74 dan 96 dan QS. Al-Haqqah: 52
ôxÎm7 |¡sù ÉΟó™$$ Î/ y7În/u‘ ÉΟŠÏàyèø9 $# ∩∠⊆∪
ôxÎm7 |¡sù ËΛôœ$$ Î/ y7 În/u‘ ËΛÏà yèø9 $# ∩∉∪
ôxÎm7 |¡sù ËΛôœ$$ Î/ y7 În/u‘ ÉΟ‹Ïàyèø9 $# ∩∈⊄∪
8. Perintah bersujud kepada-Nya dan bertasbih kepada-Nya yaitu QS. Al-
Insan: 26
š∅ÏΒ uρ È≅ø‹ ©9$# ô‰ß∨ó™$$ sù … çµs9 çµósÎm7 y™uρ Wξø‹ s9 ¸ξƒÈθ sÛ ∩⊄∉∪
9. Perintah bertasbih disertai dengan pengakuan kehambaan diri kepada
Allah dan pengakuan unsur kemanusiaan diri yaitu QS. Al-Isra’: 90-93
(#θ ä9$s%uρ s9 š∅ÏΒ÷σœΡ y7 s9 4 ®Lym t àfø�s? $ uΖs9 z ÏΒ ÇÚö‘F{$# % ·æθ ç7 .⊥tƒ ∩⊃∪ ÷ρr& tβθ ä3s? š�s9 ×πΨy_ ÏiΒ 9≅ŠÏƒΥ 5= uΖÏãuρ t Édfx�çGsù t≈ yγ ÷ΡF{$# $ yγn=≈ n=Åz #·.5 Éfø�s? ∩⊇∪
÷ρr& xÝÉ)ó¡è@ u !$ yϑ¡¡9$# $ yϑx. |M ôϑtãy— $ uΖøŠn=tã $ ¸�|¡Ï. ÷ρr& u’ÎAù' s? «!$$ Î/ Ïπx6 Í×≈ n=yϑø9 $#uρ
¸ξ‹Î6 s% ∩⊄∪ ÷ρr& tβθ ä3tƒ y7 s9 ×M øŠt/ ÏiΒ >∃ã ÷zã— ÷ρr& 4’n∋ ö s? ’Îû Ï !$yϑ¡¡9 $# s9uρ
27
š∅ÏΒ ÷σœΡ y7 ÍhŠÏ%ãÏ9 4 ®L ym tΑÍi”t∴è? $ uΖøŠn=tã $ Y7≈tF Ï. …çνäτ t ø)Ρ 3 ö≅è% tβ$ysö7 ß™ ’În1u‘ ö≅yδ
àMΖä. �ωÎ) #Z.|³o0 Zωθ ß™§‘ ∩⊂∪
10. Perintah bertasbih dengan nama Allah yang Mahatinggi yaitu QS. Al-
A’la: 1
ËxÎm7 y™ zΟó™$# y7 În/u‘ ’ n? ôãF{$# ∩⊇∪
11. Perintah bertasbih dengan memuji Allah memohon ampun kepada-Nya
yaitu QS. An-Nasr: 3
ôxÎm7 |¡sù ωôϑpt¿2 y7 În/u‘ çνö Ï�øótGó™$#uρ 4 …çµ ¯ΡÎ) tβ% Ÿ2 $ R/# §θ s? ∩⊂∪
3. Tasbih yang diucapkan para nabi dan rasul, yang terdapat dalam Al-qur’an
yang hanya terdapat 4 ayat yaitu :
1. Tasbih Rasulullah yang disebutkan dalam Al-qur’an yaitu: QS. Yusuf :
108
ö≅è% ÍνÉ‹≈yδ þ’Í?ŠÎ6 y™ (#þθ ãã÷Šr& ’ n<Î) «!$# 4 4’n? tã >οu.5 ÅÁt/ O$ tΡr& Ç tΒuρ Í_ yèt6 ¨?$# ( z≈ ysö6ß™uρ
«!$# !$ tΒ uρ O$tΡr& zÏΒ šÏ.Î.ô³ßϑø9 $# ∩⊇⊃∇∪
2. Tasbih Nabi Musa As yang terdapat dalam QS. Al-A’raf: 143
$ £ϑs9uρ u !% y 4y›θ ãΒ $ uΖÏF≈s)ŠÏϑÏ9 … çµyϑ=x.uρ …çµ š/u‘ tΑ$s% Éb>u‘ þ’ÎΤ Í‘r& ö ÝàΡr& š�ø‹s9 Î) 4 tΑ$ s% s9 Í_1 t s? Ç Å3≈ s9uρ öÝàΡ$# ’ n<Î) È≅t6 yfø9 $# ÈβÎ*sù § s)tGó™$# …çµ tΡ$ x6tΒ t∃öθ |¡sù
Í_1t s? 4 $£ϑn=sù 4’ ©?pg rB … 絚/u‘ È≅ t7 yfù=Ï9 … ã& s#yèy_ $ y2yŠ § yzuρ 4 y›θ ãΒ $Z)Ïè|¹ 4 !$£ϑn=sù
s−$sùr& tΑ$ s% š�oΨ≈ ysö6 ß™ àMö6 è? š�ø‹ s9Î) O$ tΡr& uρ ãΑρr& t ÏΖÏΒ÷σßϑø9 $# ∩⊇⊆⊂∪
3. Tasbih Nabi Yunus As yang terdapat dalam QS. Thaha: 33
ö’ s1 y7 ysÎm7|¡èΣ #Z.5 ÏVx. ∩⊂⊂∪
28
4. Tasbih Nabi Isa As yang terdapat dalam QS. Al-Maidah: 116
øŒ Î)uρ tΑ$ s% ª! $# |¤ŠÏè≈ tƒ t ø⌠$# zΝtƒ óItΒ |MΡr& u |M ù=è% Ĩ$ ¨Ζ=Ï9 ’ÎΤρä‹ÏƒªB$# u’ ÍhΓé&uρ È ÷yγ≈ s9 Î)
ÏΒ Èβρߊ «!$# ( tΑ$ s% y7oΨ≈ ysö6 ß™ $ tΒ ãβθä3tƒ þ’Í< ÷βr& tΑθ è%r& $ tΒ }§øŠs9 ’ Í< @d, ysÎ/ 4 βÎ)
àMΖä. …çµ çFù=è% ô‰s)sù …çµtGôϑÎ=tæ 4 ãΝn=÷ès? $ tΒ ’ Îû Ťø�tΡ Iωuρ ÞΟ n=ôãr& $tΒ ’ Îû y7 Å¡ø�tΡ 4 y7 ¨ΡÎ) |MΡr& ãΝ≈ ¯=tã É>θã‹ äóø9 $# ∩⊇⊇∉∪
4. Mengemukakan tasbih manusia secara umum. Jumlahnya ada 9 ayat. Tiga
ayat diantaranya terbentuk kata perintah kepada orang-orang mukmin. Dan
itu merupakan perintah taklif agar bertasbih kepada Allah. Salah satunya
ayatnya menyebutkan kata orang-orang mukmin bersama dengan
penyebutan Rasulullah, dan dua ayat lainnya dengan penyebutan orang-
orang mukmin secara mutlak. Ayat-ayat itu sebagai berikut:
1. QS. Al-Ahzab: 41-42
$ pκš‰r' ¯≈ tƒ tÏ% ©!$# (#θ ãΖtΒ#u (#ρâUè0øŒ $# ©!$# #[ø.ÏŒ #Z.5ÏVx. ∩⊆⊇∪ çνθ ßsÎm7y™uρ Zοt õ3ç/
¸ξ‹Ï¹r& uρ ∩⊆⊄∪
2. QS. Az-Zuhruf: 13
(#…âθ tGó¡tF Ï9 4’ n? tã ÍνÍ‘θ ßγ àß ¢ΟèO (#ρã ä.õ‹s? sπyϑ÷èÏΡ öΝä3În/u‘ #sŒ Î) ÷Λä÷ƒ uθ tGó™$# ϵø‹ n=tã
(#θ ä9θà)s?uρ z≈ysö6 ß™ “Ï%©!$# t ¤‚y™ $oΨs9 #x‹≈yδ $ tΒ uρ $Ζà2 …çµ s9 tÏΡÌ ø)ãΒ ∩⊇⊂∪
3. QS. Al-Fath: 8-9
!$ ¯ΡÎ) š�≈ oΨù=y™ö‘r& #Y‰Îγ≈ x© #\ Ïe±t6ãΒ uρ #\ƒ É‹tΡuρ ∩∇∪ (#θ ãΖÏΒ ÷σçGÏj9 «!$$ Î/ Ï& Î!θ ß™u‘uρ
çνρâ‘Ìh“yèè?uρ çνρã Ïj%uθ è?uρ çνθ ßsÎm7|¡è@uρ Zοt ò6ç/ ¸ξ‹Ï¹r& uρ ∩∪
4. QS. Ali Imran: 191
29
tÏ% ©!$# tβρã ä.õ‹ tƒ ©!$# $ Vϑ≈ uŠÏ% #YŠθãèè%uρ 4’ n?tãuρ öΝÎγ Î/θ ãΖã_ tβρã ¤6x�tGtƒ uρ ’Îû È, ù=yz
ÏN≡ uθ≈ uΚ¡¡9 $# ÇÚö‘F{ $#uρ $ uΖ−/u‘ $ tΒ |Mø)n=yz #x‹≈yδ Wξ ÏÜ≈t/ y7 oΨ≈ysö6 ß™ $ oΨÉ)sù z>#x‹ tã
Í‘$ ¨Ζ9$# ∩⊇⊇∪
5. QS. Al-Isra’: 108
tβθ ä9θà)tƒ uρ z≈ ysö6ß™ !$ uΖÎn/u‘ βÎ) tβ% x. ߉ôãuρ $ uΖÎn/u‘ Zωθãèø�yϑs9 ∩⊇⊃∇∪
6. QS. As-Sajadah: 15
$ yϑΡÎ) ß ÏΒ ÷σム$uΖÏG≈ tƒ$ t↔Î/ t Ï%©!$# #sŒ Î) (#ρã Åe2èŒ $ pκÍ5 (#ρ” yz #Y‰£∨ß™ (#θ ßs¬7y™uρ ωôϑpt¿2
öΝÎγ În/u‘ öΝèδuρ Ÿω šχρç.É9õ3tF ó¡o„ ∩⊇∈∪
7. QS. An-Nur: 36-37
’Îû BNθ ã‹ ç/ tβÏŒr& ª!$# βr& yìsùö è? t Ÿ2õ‹ ãƒuρ $ pκ� Ïù … çµßϑó™$# ßxÎm7 |¡ç„ …çµ s9 $ pκ� Ïù Íiρ߉äóø9 $$ Î/
ÉΑ$ |¹Fψ$#uρ
Sementara pada dua ayat yang lain, Al-qur’anul karim
menceritakan tentang tasbih para pemilik kebun di negeri yaman.
Menunaikan hak Allah Swt dengan mengeluarkan sebagiannya untuk
orang-orang miskin. Namun manakala ia telah mati, anak-anaknya justru
bersikap bakhil. Keadaan mereka ini dikisahkan oleh Al-qur’an di dalam
dua ayat berikut:
8. QS. Al-Qalam: 28-29
tΑ$ s% öΝßγ äÜy™÷ρr& óΟ s9r& ≅è%r& ö/ ä3©9 Ÿωöθ s9 tβθ ßsÎm7 |¡è@ ∩⊄∇∪ (#θ ä9$s% z≈ ysö6 ß™ !$ uΖÎn/u‘ $ ¯ΡÎ)
$ ¨Ζä. šÏϑÎ=≈ sß ∩⊄∪
5. Ayat-ayat yang menyebutkan tasbih para Malaikat kepada Allah
jumlahnya ada 9 ayat, yaitu:
1. QS. Al-Baqarah: 30
30
øŒ Î)uρ tΑ$s% š�•/u‘ Ïπ s3Í×≈ n=yϑù=Ï9 ’ ÎoΤÎ) ×≅Ïã%y ’ Îû ÇÚö‘F{$# Zπ x�‹Î=yz ( (#þθ ä9$s% ã≅yèøg rBr&
$ pκ� Ïù tΒ ß‰Å¡ø�ム$ pκ� Ïù à7 Ï�ó¡o„ uρ u !$ tΒÏe$!$# ß øtwΥ uρ ßxÎm7 |¡çΡ x8ωôϑpt¿2 â Ïd‰s)çΡuρ y7 s9 ( tΑ$ s% þ’ÎoΤ Î) ãΝn=ôãr& $ tΒ Ÿω tβθ ßϑn=÷ès? ∩⊂⊃∪
2. QS. Ar-Rad: 13
ßxÎm7 |¡ç„ uρ ߉ôã§9 $# Íνωôϑpt¿2 èπs3Í× ¯≈ n=yϑø9 $#uρ ôÏΒ ÏµÏGx�‹ Åz ã≅ Å™ö ムuρ t, Ïã≡ uθ ¢Á9$#
Ü=ŠÅÁ ãŠsù $ pκÍ5 tΒ â!$ t±o„ öΝèδuρ šχθä9 ω≈ pg ä† ’Îû «!$# uθ èδuρ ߉ƒ ωx© ÉΑ$ysÎR ùQ$# ∩⊇⊂∪
3. QS. Al-Anbiyak: 19-20
…ã& s!uρ tΒ ’Îû ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $# ÇÚ ö‘F{ $#uρ 4 ô tΒ uρ … çνy‰ΖÏã Ÿω tβρç.É9 õ3tGó¡o„ ô tã
ϵÏ?yŠ$ t7 Ïã Ÿωuρ tβρç.Å£óstGó¡tƒ ∩⊇∪ tβθßsÎm7 |¡ç„ Ÿ≅ ø‹©9 $# u‘$ pκ]9 $#uρ Ÿω tβρç.äIø�tƒ ∩⊄⊃∪
4. QS. Az-Zumar: 75
“t s?uρ sπx6 Í×≈ n=yϑø9 $# š Ïjù!% tn ôÏΒ ÉΑöθ ym Ä öyèø9 $# tβθ ßsÎm7 |¡ç„ ωôϑpt¿2 öΝÍκÍh5u‘ ( z ÅÓè%uρ ΝæηuΖ÷ot/ Èd, ptø: $$ Î/ Ÿ≅ŠÏ%uρ ߉ôϑptø: $# ¬! Éb>u‘ tÏΗs>≈ yèø9 $# ∩∠∈∪
5. QS. Al-Mu’min: 7
tÏ% ©!$# tβθ è=Ïϑøts† z ö yèø9$# ôtΒ uρ … çµs9 öθ ym tβθ ßsÎm7 |¡ç„ ωôϑpt¿2 öΝÍκÍh5u‘ tβθ ãΖÏΒ ÷σムuρ ϵ Î/
tβρã Ï�øótGó¡o„ uρ tÏ%©#Ï9 (#θ ãΖtΒ#u $ uΖ−/u‘ |M ÷èÅ™uρ ¨≅ à2 & óx« Zπ yϑôm§‘ $ Vϑù=Ïãuρ
ö Ï�øî$$sù tÏ%©#Ï9 (#θ ç/$ s? (#θ ãèt7 ¨?$#uρ y7 n=‹Î6 y™ öΝÎγ Ï%uρ z>#x‹ tã ËΛ Åspgø: $# ∩∠∪
6. QS. Fhusilat: 38
ÈβÎ*sù (#ρç.y9 ò6tF ó™$# tÏ% ©!$$ sù y‰ΨÏã y7 În/u‘ tβθ ßsÎm7|¡ç„ … çµs9 È≅øŠ©9 $$ Î/ Í‘$ pκ]9 $#uρ öΝèδuρ Ÿω tβθ ßϑt↔ó¡o„ ∩⊂∇∪
7. QS. Al-A’raf: 206
31
¨βÎ) tÏ%©!$# y‰ΖÏã š�În/u‘ Ÿω tβρç.É9 õ3tGó¡o„ ô tã ϵÏ?yŠ$ t7Ïã … çµtΡθ ßsÎm6 |¡ç„ uρ … ã& s!uρ
šχρ߉àfó¡o„ ∩⊄⊃∉∪
8. QS. Ash-Shaffat: 166
$ ¯ΡÎ)uρ ßósuΖs9 tβθ ßsÎm7|¡çR ùQ $# ∩⊇∉∉∪
6. Ayat yang mengemukakan tentang tasbih 7 lapis langit dan bumi beserta
segala isinya. Tasbih setiap entitas itu berupa tasbih fitrah dan taskhir atau
dengan tasbih ikhtiari dan taklifi, atau dengan kedua bentuk itu sekaligus
yaitu:
1. QS. Ar-Rad: 12-13
uθ èδ “Ï%©!$# ãΝà6ƒ ÌムšX ÷.y9 ø9 $# $]ùöθ yz $ YèyϑsÛuρ à⋅Å´Ψムuρ šU$ys¡¡9 $# tΑ$ s)ÏoW9$#
∩⊇⊄∪ ßxÎm7 |¡ç„ uρ ߉ôã§9 $# Íνωôϑpt¿2 èπs3Í× ¯≈ n=yϑø9 $#uρ ôÏΒ Ïµ ÏGx�‹ Åz ã≅Å™ö ムuρ t,Ïã≡ uθ ¢Á9 $#
Ü=ŠÅÁ ãŠsù $ pκÍ5 tΒ â !$ t±o„ öΝèδuρ šχθä9 ω≈ pgä† ’Îû «!$# uθ èδuρ ߉ƒ ωx© ÉΑ$ ysÎRùQ $# ∩⊇⊂∪
2. QS. Al-Isra’: 44
ßxÎm6 |¡è@ ã& s! ßN≡ uθ≈ uΚ ¡¡9 $# ßìö7¡¡9 $# ÞÚö‘F{ $#uρ tΒuρ £Íκ� Ïù 4 βÎ)uρ ÏiΒ >ó x« �ωÎ) ßx Îm7|¡ç„
Íνω÷Κ pt¿2 Å3≈ s9uρ �ω tβθßγs)ø�s? öΝßγys‹Î6 ó¡n@ 3 …çµ ¯ΡÎ) tβ% x. $ϑŠÎ=ym #Y‘θ à�xî ∩⊆⊆∪
3. QS. Al-an-Biya’: 79
$ yγ≈ oΨôϑ£γx�sù z≈ yϑøŠn=ß™ 4 ˆξ à2uρ $oΨ÷os?#u $ Vϑõ3ãm $ Vϑù=Ïãuρ 4 $ tΡö ¤‚y™uρ yìtΒ yŠ…ãρ#yŠ
tΑ$ t7Éfø9 $# zósÎm7 |¡ç„ u.ö5 ©Ü9$#uρ 4 $ ¨Ζà2uρ šÎ=Ïè≈ sù ∩∠∪
4. QS. An-Nur: 41
32
óΟ s9r& t s? ¨βr& ©! $# ßxÎm7|¡ç„ …çµ s9 tΒ ’ Îû ÏN≡ uθ≈ uΚ ¡¡9$# ÇÚö‘F{ $#uρ ç.ö5©Ü9 $#uρ ;M≈¤�≈ |¹ ( @≅ä. ô‰s% zΝÎ=tæ …çµ s?Ÿξ |¹ …çµ ys‹Î6 ó¡n@uρ 3 ª! $#uρ 7ΛÎ=tæ $ yϑÎ/ šχθè=yèø�tƒ ∩⊆⊇∪
5. QS. As-Shad: 18
$ ¯ΡÎ) $tΡö ¤‚y™ tΑ$ t7Åg ø:$# … çµyètΒ zósÎm7 |¡ç„ Äc Å´yèø9$$ Î/ É−#u.õ°M}$#uρ ∩⊇∇∪
6. QS. Al-Hadid: 1
yx¬7 y™ ¬! $ tΒ ’ Îû ÏN≡ uθ≈ uΚ ¡¡9$# ÇÚö‘F{ $#uρ ( uθ èδuρ Ⓝ Í•yèø9 $# ãΛÅ3ptø: $# ∩⊇∪
7. QS. Al-Hasr: 1
yx¬7 y™ ¬! $ tΒ ’ Îû ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $# $ tΒuρ ’ Îû ÇÚö‘F{ $# ( uθ èδuρ Ⓝ Í“yèø9 $# ÞΟŠÅ3ptø: $# ∩⊇∪
8. QS. Al-Hasr: 24
uθ èδ ª!$# ß,Î=≈ y‚ø9 $# ä— Í‘$ t7ø9 $# â‘Èhθ |Á ßϑø9 $# ( ã& s! â !$ yϑó™F{ $# 4 o_ó¡ßsø9$# 4 ßx Îm7|¡ç„ … çµs9 $ tΒ ’Îû
ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $# ÇÚ ö‘F{ $#uρ ( uθ èδuρ Ⓝ Í•yèø9 $# ÞΟŠÅ3ptø: $# ∩⊄⊆∪
9. QS. Al-Shoff : (1)
yx¬7 y™ ¬! $ tΒ ’Îû ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $# $ tΒ uρ ’Îû ÇÚö‘F{$# ( uθèδuρ Ⓝ Í•yèø9 $# ÞΟŠÅ3ptø: $# ∩⊇∪
10. QS. Al-Jum’ah : (1)
ßxÎm7 |¡ç„ ¬! $ tΒ ’ Îû ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $# $tΒ uρ ’ Îû ÇÚö‘F{ $# Å7Î=pR ùQ $# Ĩρ‘‰à)ø9 $# Í“ƒ Í•yèø9 $#
ÉΟ‹Å3ptø: $# ∩⊇∪
11. QS. Al-Taghabun : (1)
ßxÎm7 |¡ç„ ¬! $tΒ ’Îû ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $# $ tΒ uρ ’Îû ÇÚö‘F{ $# ( ã& s! à7ù=ßϑø9 $# ã& s!uρ ߉ôϑysø9 $# ( uθ èδuρ 4’n? tã Èe≅ ä. &ó x« íƒ Ï‰s% ∩⊇∪
D. Pendapat Ulama tentang Tasbih
Ulama ahli tafsir dalam menguraikan pendapatnya tentang tasbih
kebayakan ketika ia menafsirkan Qur’an surat al-Isra`:44 yang berbunyi:
33
ßxÎm6 |¡è@ ã& s! ßN≡ uθ≈ uΚ¡¡9 $# ßìö7¡¡9 $# ÞÚ ö‘F{ $#uρ tΒuρ £ Íκ� Ïù 4 βÎ)uρ ÏiΒ > ó x« �ωÎ) ßxÎm7 |¡ç„
Íνω÷Κ pt¿2 Å3≈ s9uρ �ω tβθ ßγs)ø�s? öΝßγys‹ Î6ó¡n@ 3 …çµ ¯ΡÎ) tβ% x. $ ¸ϑŠÎ=ym #Y‘θ à�xî ∩⊆⊆∪
Artinya:“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. 37
Hamka dalam Tafsir Al Azhar, menafsirkan surat Al-Isra’ ayat 44
yaitu: bertasbih adalah mengucapkan kesucian yang berarti juga tunduk akan
perintahnya, melaksanakan apa yang dikehendakinya, baik dengan lidah atau
perbuatan atau dengan bukti kepatuhan, langit tujuh telah bertasbih. Bumipun
bertasbih, dan segala penduduk siapapun yang berdiam disemua langit dan
bumi itu semuanya bertasbih.38
Pendapat Hamka ini hampir sama dengan pendapat M. Quraish
Shihab, yang terdapat di dalam tafsir al-Misbah memahami Ayat ini dengan
mengutip pendapatnya Thabatha’i yang mengatakan bahwa ayat di atas
sebagai penyempurnaan argumentasi ayat yang lalu, dan dengan demikian
hubungannya menjadi sangat erat, bahkan keduanya menjadi satu kesatuan.
Seakan-akan ayat yang lalu dan ayat ini menyatakan: seandainya ada tuhan-
tuhan bersama-Nya pastilah kekuasaan-Nya menjadi rebutan, tetapi kekuasaan
di langit dan di bumi serta siapa saja yang di dalamnya, semuanya
mensucikan-Nya dan menyaksikan bahwa tiada sekutu bagi-Nya dan tidak
berakhir kecuali kepada-Nya dan tidak pula sujud kecuali kepada-Nya, dan
dengan demikian tidak ada yang memiliki kekuasaan dan tidak pula yang
wajar menyandangnya kecuali Allah Swt, karena tidak ada tuhan selain Dia.39
Ayat di atas jelas dan tanpa diragukan lagi bahwa adanya pentasbihan
itu dilakukan oleh alam semesta. Akan tetapi bagaimana caranya alam semesta
bertasbih? Ulama berbeda pendapat dalam memahmi ayat di atas. Sementara
37
QS. al-Isra’ : (44). Op.Cit.hlm 430 38
Hamka, Tafsir al-Azhar, Pustaka Panji Mas, Jakarta Juz XV. Hlm 72-73 39
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah. Lentera hati, Jakarta, 2006, cet 5. Juz 7. hlm. 472
34
ada yang memahami bahwa tasbihnya alam semesta dalam arti majazi, yakni
kepatuhannya mengikuti hukum-hukum Allah yang berlaku atasnya.
Keserasian dan kecermatan Allah itu menunjukkan bukti bahwa ciptaan Allah
sangatlah sempurna40
dan serasi bukan saja pada wujudnya atau sistem
kerjanya sebagai satu kesatuan, tetapi juga dalam bagian dan rincian masing-
masing satuan. Keserasian itulah sebagai tasbihnya. Tetapi semua manusia
tidak mampu mengerti secara mendalam – sebagaimana makna tafqahuun –
semua bukti yang terdapat dalam rincian setiap ciptaan-Nya itu, atau dalam
istilah ayat ini tidak dimengerti tasbih mereka.
Ada juga yang menafsirkannya bahwa tasbih alam semesta dimaknai
dengan makna yang Hakiki supra rasional. Seperti halnya al-Biqa’i dan
Thabathaba’i yang pendapatnya telah dikutip oleh M. Quraish Shihab. Yaitu
bahwa al-Biqa’i memahami ketidakmampuan memahami tasbih itu tertuju
kepada kebanyakan orang, tetapi bagi orang-orang yang taat dan kukuh
ketaqwaannya dapat memahaminya. Dengan pendapatnya itu al-Biqa’i
menunjukkan beberapat hadits yaitu yang diriwayatkan oleh al-Bukhari
tentang mukjizat nabi Muhammad Saw. Ketika air keluar dari celah jari-jari
beliau sebagaimana yang telah disampaikan oleh Abdullah ibn Mas’ud yang
menyatakan, “kami mendengar tasbihnya makanan ketika dimakan”, dan HR
al-Bazzar tentang “tasbihnya batu-batu”, dari sini kemudian al-Biqa’i
menyatakan bahwa orang-orang khusus dapat memahami tasbih segala
sesuatu, tetapi tidak demikian dengan kebanyakan orang. Atas dasar ini al-
Biqa’i berpendapat bahwa kata kamu ditujukan kepada kebanyakan orang.
Thabathaba’i berpandangan lain dengan al-Biqa’i walaupun
sebenarnya sama-sama memaknainya dengan makna hakiki. Thabathaba’i
tidak sepenuhnya memahami makna tasbih itu dalam pengertian majazi, walau
dalam saat yang sama ia tidak memahami dalam arti hakiki. Seperti
pemahaman makna “ucapan dan kalam” dalam bahasa manusia. Tasbih adalah
40
Yang dimaksud sempurna ialah jauh dari segala kekurangan dan bahwa pencipta dan
penguasanya hanya Allah, dan tiada sekutu bagi-Nya
35
penyucian dengan ucapan atau kalam, sedang hakikat kalam adalah
mengungkapkan apa yang terdapat dalam benak dengan cara tertentu.41
M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah dia menguraikan panjang
lebar tentang pendapatnya at-Thabataba’i yaitu at-Thabataba’i mengatakan
bahwa tasbih harus dimaknai dengan hakiki bukan dengan majazi, karena
tasbih jika dimaknai dengan segala sesuatu menjadi bukti ke-Esaan Allah.
Maka hal ini di mengeti – dalam bentuk luas dan dalam oleh manusia baik
mukmin maupun kafir, atau mungkin orang kafir lebih memahaminya -
padahal ayat ini menafikannya. Demikian juga bila tasbih itu dimaknai dengan
kepatuhan segala sesuatu pada sistem yang ditetapkan Allah, ini pun
dimengerti oleh manusia – bahkan untuk masa kini – boleh jadi orang kafir
lebih memahaminya dari pada orang muslim – sedang ayat diatas secara tegas
menyatakan bahwa kamu hai seluruh manusia – atau kamu hai orang-orang
musyrik tidak mengerti tasbih mereka.
Ibnu ‘Arabi memahami tasbih segala sesuatu dalam ayat ini dalam arti
hakiki yang suprarasional. Ibnu ‘Arabi menjelaskan bahwasannya segala
sesuatu memiliki keistimewaannya masing-masing, kemudian Ibnu ‘Arabi
menjelaskan bahwa sesungguhnya tasbih langit yang tujuh itu dengan
menunjukkan sifat kesempurnaan Allah, keluhuran Allah sebagai Pemberi
bekas, Pewujud, dan dengan sifat-sifat Ketuhanan. Oleh karena itu, setiap saat
Allah melakukan suatu perbuatan. Sedangkan tasbih bumi yaitu dengan
mengakui kelanggengan dan ketetapan Allah, serta mengakui bahwa Allah
sebagai Pencipta, Pemberi rizki, Pendidik, Pemberi kasih sayang, serta
memberikan pahala kepada segala sesuatu yang taat dan bersyukur
kepadaNya, dan sejenisnya.42
41
Manusia menggunakan lafal-lafal tertentu yang merupakan suara yang disepakati
maknanya untuk mengungkap apa yang ingin disampaikan, dan boleh jadi juga dengan
menggunakan isyarat tangan, kepala atau selain keduanya dari anggota badannya atau
menggunakan tulisan atau menetapkan tanda untuk tujuan mengungkap maksud hati itu.
Betapapun mengungkap apa yang diinginkan tidak selalu harus dalam bentuk suara. 42
Ibn ‘Arabi, Tafsir Al-qur’an al-Karim (Beirut: Dar Yaqzah al-Arabiyah, 1968) Vol. 1,
hlm. 717
36
Ibnu katsir dalam kitab tafsirnya dengan secara tidak langsung dia
mengutip hadits-hadits bahwa tasbih alam dengan menggunakan bahasa
mereka sendiri-sendiri.43
Berbeda dengan Mahmud Yunus dalam menafsirkan ayat QS. 17: 44,
Mahmud Yunus dalam memaknai tasbih dia lebih condong ke majazi yaitu:
langit yang tujuh dan orang-orang yang di atasnya, semuanya bertasbih
memuji Allah. Tetapi kamu tidak mengerti tasbihnya itu. Adapun tasbih langit
dan bumi itu bukanlah seperti tasbih manusia, yaitu dengan lidah, melainkan
tasbihnya itu ialah dengan hal keadaannya saja, yaitu menunjukkan atas
adanya Allah dan kekuasanNya.44
Pendapat Mahmud Yunus ini sama dengan pendapatnya Zaglul an-
Najjar akan tetapi zaglul dalam menerangkannya secara panjang lebar dalam
memaknai tasbih dengan makna Majazi. Dan juga Nisywah Al-Ulwani,
Rahasia Istighfar dan Tasbih.
Ar-Razi menjelaskan bahwa sesuatu yang hidup dan mukallaf
bertasbih kepada Allah dengan dua cara. Pertama yaitu dengan mengucapkan
melalui lisan dengan ucapan “subhanAllah”. Kedua, yaitu dengan keadaan
masing-masing yang menunjukkan ke-Esaan Allah dan Maha Suci-Nya.
Sedang yang tidak berakal, seperti hewan/binatang dan benda-benda mati
hanya mampu bertasbih kepada Allah dengan cara yang kedua. Yakni, dengan
keadaannya sebagai makhluk yang baru, menunjukkan dengan jelas tentang
mesti adanya Allah Ta’ala ke-Esaan dan kekuasaan-Nya, serta Maha Suci dari
kebaruan. Karena tasbih dengan cara yang pertama tidak akan berhasil kecuali
dengan pemahaman, ilmu, kemampuan, dan pengucapan. Padahal empat hal
tersebut tidak mungkin ada pada benda-benda mati. Sehingga ia hanya bisa
bertasbih dengan cara yang kedua.
Tasbih langit dan bumi dalam ayat ini dipahami oleh ar-Razi dalam arti
majazi, yakni dalam arti kepatuhannya mengikuti hukum-hukum Allah yang
43
Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Ringkasan Ibnu Katsir, Gema Insani, Jakarta, 2000, Juz 3.
hlm 63 44
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, PT Hidakarya Agung, Jakarta, Cet 19. hlm 407-
408
37
berlaku atasnya. Keserasian dan kecermatan ciptaan Allah itu menunjukkan
bahwa ciptaan Allah amat sempurna dan serasi, bukan saja pada wujudnya
atau sistem kerjanya sebagai satu kesatuan, tetapi juga dalam bagian dan
rincian masing-masing satuan. Keserasian itulah tasbihnya.
Menurut ar-Razi ayat ini ditujukan kepada semua manusia yang tidak
mampu mengerti secara mendalam – sebagaimana makna tafqahun – semua
bukti-bukti yang terdapat pada rincian setiap ciptaan-Nya itu, atau dalam
istilah ayat ini tidak mengerti tasbih mereka. Memang boleh jadi mereka
memahami tasbihnya yakni keserasian yang menjadi bukti ke-Esa-an Allah –
dalam wujudnya sebagai satu unit. Katakanlah alam raya ini sebagai satu unit
dapat dijadikan bukti ke-Esa-an-Nya melalui wujud dan sistem kerjanya,
tetapi bagian-bagian rinci dari alam raya tidak dapat dipahami dan dijadikan
oleh banyak orang sebagai bukti ke-Esa-an Allah dan kuasa-Nya. Ar-Razi
memberi contoh dengan sebuah apel. Apel tersebut terdiri dari sekian banyak
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari wujudnya sebagai sebuah apel. Akan
tetapi kendati demikian, terdapat pada setiap bagian dari apel itu ciri dan sifat-
sifat, misalnya rasa, warna, aroma, dan bentuk tertentu yang kesemuanya
secara berdiri sendiri sangat serasi dan yang dapat menjadi bukti ke-Esa-an
Allah Swt. Tentu saja setiap apel dapat mengambil ciri dan bentuk yang lain.
Dan wujudnya dalam bentuk real itu tidak mungkin terjadi tanpa ada yang
mewujudkannya. dalam hal ini adalah Allah Swt. Rincian-rincian yang
dimaksud tersebut tidak dapat dimengerti secara mendalam oleh manusia.45
Ulama fiqh mengatakan ”Tasbih” adalah pengagungan tingkat
tertinggi, yang tidak ada yang berhak untuk mendapat pengagungan seperti itu
kecuali Allah Swt, sebagaimana halnya ibadah dan shalat yang dianggap
sebagai puncak syukur dan pujian terhadap berbagai nikmat Allah yang tak
terhitung jumlahnya, seperti halnya pula bahwa shalat itu ditegakkan hanyalah
untuk Allah semata.46
45
Fakhr al-Din al-Razi, Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, Jilid 10, Dar al Kutub al-
Ilmiah, Beirut, t.th, hlm. 175 46
M. Ishom El-Saha, M.A., Saiful Hadi, S.Ag. Op.Cit. hlm.726
38
BAB III
TERM-TERM DAN GAMBARAN TASBIH
DALAM AL-QUR’AN
A. Term Yang Semakna Dengan Tasbih
a. Quddus
Kata al-Quddus disebut dalam Al-qur’an47
yaitu yang terdapat
dalam ayat QS. 2: [30, 87, 253]. QS. 5: [110]. QS. 16: [102]. QS. 59:
[122]. QS. 62: [1]. QS. 20: [12]. QS. 79: [16].
“Al-Quddus” ada juga yang membaca “al-Qaddas” adalah kata
yang mengandung makna kesucian. Azzajjaj seorang pakar bahasa
mengukakan dalam bukunya “al-Asma`ul Husna” bahwa ada yang
menyampaikan kepadanya kata “Quddus” tidak terambil dari akar kata
berbahasa arab, akan tetapi terambil dari bahasa Suryani;48
yang pada
mulanya adalah “Qadsy” dan diucapkan dalam doa “Qaddisy” kemudian
beralih ke bahasa Arab “Qaddus” atau “Quddus”. Dalam penjelasan
beberapa kamus bahasa Arab antara lain karya al-Fairuz ‘Abadi ditemukan
bahwa “Quddus” adalah at-Thahir Au al-Mubarak” (yang suci murni atau
yang penuh keberkatan). 49
Dalam catatan pengantar buku yang berjudul Fushushul Hikam,
karya Ibnu ‘Arabi bahwa makna dari akar kata Qadasa adalah “suci” yang
dalam konteks hikmah kesucian firman Idris, berarti kejauhan spiritual
Allah dari kungkungan alam atau kosmos. Dalam gagasan kejauhan
47
Roghib Al-Asfiyani, Mu’jam Mufrodat Alfadzi Al-qur’an, Darul Al-Fikr. Hlm 538 48
Pendapat ini tidak didukung oleh banyak ulama, antara lain karena kata tersebut dapat
dibentuk berbagai bentuk (bisa ditasrif). Sedangkan menurut pakar bahasa, satu kata yang dapat
dibentuk dengan berbagai bentuk maka adalah kata asli berbahasa Arab 49
M. Quraish Shihab, “Menyingkap Tabir Ilahi” Lentera Hati, Jakarta, cet IV,2001.
hlm.35
39
spiritual, dalam pengertian transenden, erat kaitannya dengan gagasasan
tentang ketiggian atau peninggian.50
Kata al-Quddus menurut al-Ghazali dalam arti dia maha suci dari
sifat kesempurnaan yang diduga oleh banyak makhluk, karena pertama
mereka memandang diri mereka sendiri dan mengetahui sifat-sifat mereka
serta menyadari adanya sifat sempurna pada diri mereka seperti sifat
pengetahuan, kekuasaan, pendengaran, penglihatan, kehendak, dan
kebebasan. Manusia meletakkan sifat tersebut untuk makna-makna
tertentu dan menyatakan bahwa itu adalah sifat-sifat sempurna, selanjutnya
manusia meletakkan sifat-sifat yang berlawanan itu sebagai sifat
kekurangan. Perlu disadari bahwa manusia paling tinggi hanya dapat
memberikan kepada Allah sifat-sifat kesempurnaan yang diduga oleh
manusia, serta mensucikan Allah dari sifat kekurangan. Seperti lawan dari
sifat-sifat kesempurnaan diatas. Jika bila demikian itu maknanya, maka
mengkuduskan Allah bukan sekedar mensucikan Allah. Ini juga berarti
bahwa “Taqdis” berbeda dengan “Tasbih”. Walaupun sementara ulama
mempersamakan-Nya.
Memang kalau kita berpegang teguh pada kaidah kebahasaan yang
menyatakan bahwa tidak ada persamaan makna kata yang sama, maka
tentu saja taqdis dan tasbih ada perbedaannya. Para malaikat dalam
berdialog dengan Allah tentang penciptaan manusia menggabungkan
tasbih dan taqdis dengan menyatakan “Wa Nahnu Nusabbihu Bi hamdika
Wa Nuqaddisulak” QS. 2: [30] penyebutan kata tasbih dan taqdis disini
memberikan kesan perbedaan.51
Dalam pandangan sementara para pakar
yang telah disinggung diatas, yakni bahwa kekudusan adalah gabungan
50
Ibnu ‘Arabi,Fususul Hikam, diterjemahkan dari judul, The Bezels Of Wisdom penerj:
Ahmad Sahidah dan Nurjannah Arianti, Islamaika, Yogyakarta, 2004. hlm 109. 51
Walaupun para ulama yang mempersamakan memahami kata “tasbih” dalam arti
Shalat, atau pensucian yang dimaksud adalah dengan ucapan dan perbuatan. Sedangkan pensucian
yang kedua menggunakan Nuqaddisu adalah pensucian-Nya dengan hati, yakni bahwa Allah
mempunyai sifat-sifat kesempurnaan yang sesuai dengan keagungan-Nya. Bisa juga dengan
penggabungan kedua kata jika dinilai bermakna sama dipahami sebagai pensucian Tuhan serta
pensucian diri manusia demi karena Allah sehingga ayat diatas diterjemahkan dengan: “ kami
bertasbih sambil memuji-Mu dan mensucikan diri (kami) demi karena engkau.
40
dari tiga hal; benar, indah dan baik. Buah dari sifat kudus – dalam makna
di atas – saat diteladani, akan dapat mengantar manusia menjadi ilmuan,
seniman, dan budiman. Karena mencari yang benar menciptakan ilmu,
berbuat baik membuahkan etika, dan mengekspresikan yang indah
melahirkan seni. Meneladani Allah dalam sifat kekudusan-Nya bahkan
bukan saja menuntut untuk menjadi ilmuan, budiman dan seniman; tetapi
juga menuntut untuk menghadirkan Allah pada ilmu yang dipikirkan dan
diamalkan, melalui seni yang diekspresikan serta dalam setiap budi daya
yang dilakukan.52
Dalam firman Allah yang berbunyi:
uθ èδ ª!$# ”Ï%©!$# Iω tµ≈ s9 Î) �ωÎ) uθ èδ à7 Î=yϑø9 $# â¨ρ‘‰à)ø9 $# ãΝ≈ n=¡¡9$# ßÏΒ ÷σßϑø9$#
Ú∅Ïϑø‹ yγ ßϑø9 $# Ⓝ͓yèø9 $# â‘$ ¬6yfø9 $# ç.Éi9x6tGßϑø9 $# 4 z≈ysö6 ß™ «!$# $ £ϑtã šχθà2Î.ô³ç„
∩⊄⊂∪
Artinya: “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha
Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha
Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki
segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.53
Al-Quddus yang mengandung makna kesucian, disebut menyusul
kata “al-Malik” untuk menunjukkan kesempurnaan kerajaan-Nya,
sekaligus menampik adanya kesalahan, pengrusakan atau kekejaman dari-
Nya karena kekudusan, seperti yang telah ditulis al-Biqa’iy dalam
tafsirnya “Nazem ad-Dirar” adalah kesucian yang tidak menerima
perubahan, tidak disentuh oleh kekotoran, dan terus menerus terpuji
dengan langgengnya sifat kekudusan itu.54
b. Tanzih
52
M. Quraish Shihab. Menyingkap Tabir Ilahi Op.Cit. hlm. 40-41 53
Al-qur’an dan Terjemahnya yang telah ditahsis oleh departemen agama RI, Jakarta,
QS. Al-Hasyr: 23. Hlm 919 54
M. Quraish Shihab. Menyingkap Tabir Ilahi Op.Cit. Hlm36
41
Makna Tanzih yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang dibenci atau
tidak baik55
artinya menjauhkan dari dari tingkah laku atau sifat yang ada
kaitannya dengan sosial, etika, dll.
DP-BJ 4C ان ا<KL MN O$9.ن اذا D-.F G5 رDIJ (ـEل واذا BCD-EF G5اب ا(A@.رواذا
Q"L D-EF G5. '89-7 ا6 ($
Artinya: “Ketika nabi membaca ayat tentang rahmat maka nabi meminta
rahmat tersebut dan ketika nabi membaca ayat tentan g adzab maka nabi
meminta menjauhkannya dan ketika nabi membaca tentang pensucian
Allah maka nabi membaca tasbih”.56
Tanzih dalam ilmu kalam, penekanan pemahaman bahwa Tuhan
berbeda secara mutlak dengan alam dan dengan demikian tidak dapat
diketahui melahirkan konsep tanzih, sedangkan penekanan pemahaman
bahwa tuhan, meskipun hanya pada tingkat tertentu, mempunyai
kemiripan atau keserupaan dengan manusia dan alam yang melahirkan
konsep tasybih. Tanzih berasal dari kata nazzaha, yang secara harfiah
berarti “menjauhkan atau membersihkan sesuatu dari sesuatu yang
mengotori, yang digunakan para mutakallimin untuk “menyatakan atau
menganggap bahwa Tuhan secara mutlak bebas dari semua ketidak
sempurnaan,” yaitu semua sifat yang serupa dengan makhluk meskipun
dalam kadar yang paling kecil. Dengan kata lain tanzih menyatakan bahwa
Tuhan melebihi sifat atau kualitas apa pun yang dimiliki oleh makhluk-
Nya. adapun tasybih, yang secara harfiah berarti menyerupai
“menyerupakan atau menganggap sesuatu serupa dengan yang lainnya”
dalam ilmu kalam berarti menyerupakan tuhan dengan ciptaan-ciptaan-
Nya. Maka tasybih adalah mempertahankan bahwa keserupaan tertentu
55
Ahmad Warson al-Munawir, al-Munawwir Pustaka Progresif, Surabaya, 2002. hlm.
1406 56
Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwiny, Ibnu Majah, Thoha Putra
Semarang, Juz I no hadits 1351. Hlm 429
42
bisa ditemukan antara tuhan dan makhluk.57
. Ibnu ‘Arabi berpandangan
lain, dia menggabungkan antara tasybih dan tanzih maka, maka dalam
syairnya mengatakan: “Jika anda hanya menegaskan transendensi-Nya
anda membatasi-Nya, dan jika anda hanya menegaskan imanensi-Nya
anda membatasi-Nya. Jika anda memelihara kedua aspek itu, anda benar,
imam dan guru dalam ilmu spiritual. Barang siapa yang mengatakan Dia
adalah dua hal, adalah seorang polities(musyrik), sementara orang-orang
mengucilkan-Nya, coba untuk mengatur-Nya. Hati-hati dalam
memperbandingkan-Nya jika anda menganut dualitas, dan jika kesatuan,
hati-hatilah menjadikan-Nya transenden. Anda bukan Dia dan anda
adalah Dia”.58
Jadi antara Tasbih, Taqdis, dan Tanzih merupakan suatu term yang
sama-sama mengandung makna suci akan tetapi kalau menurut kaidah
kebahasaan ada perbedaannya yaitu tasbih sesuatu yang dikhususkan
kepada Allah. Dan Taqdis sesuatu yang umum yaitu bisa untuk Allah dan
juga bisa untuk manusia. Adapun kalau Tanzih merupakan sesuatu yang
menjauhkan diri dari hal-hal yang dibenci atau tidak baik. Maka secara
istilahi makna tanzih juga mempunyai makna “mensucikan”
B. Antara Tasbih, Tahmid, dan Dzikir
Tasbih pemahasucian dari Rububiyah ataupun Uluhiyah Allah
merupakan awal dari tahmid. seandainya Di samping banyak adanya perintah
bertasbih dan dzikir, juga ada perintah bertasbih, bertahmid, dan meminta
ampun kepada Allah yang merupakan puncak pesan Tuhan untuk
melembagakan ajaran Agama dan Islam dalam bentuk ajaran agama sehari-
hari. Mengingat bahwa perintah bertasbih dan beristigfar itu mula-mula
ditujukan kepada nabi Muhammad sendiri (pengganti nama ”engkau” dalam
firman Allah yang terdapat dalam surat an-Nashr: 3 yaitu
57
Kautsar Azhari Noor, Ibnu ‘Arabi Wahdatul Wujud dalam Perdebatan, Jakarta,
Paramadina, 1995, cet I. hlm. 86-87 58
Ibnu ‘Arabi, Fususul Hikam. Op.Cit. hlm.98.
43
ôxÎm7 |¡sù ωôϑpt¿2 y7 În/u‘ çνö Ï�øótGó™$#uρ 4 …çµ ¯ΡÎ) tβ% Ÿ2 $ R/# §θ s? ∩⊂∪
Sementara nabi Muhammad adalah Ma’shum, maka dapat disimpulkan
bahwa perintah itu lebih-lebih berlaku kepada kaum yang beriman. Karena
kaum beriman itu sekelompok orang-orang yang selalu memohon ampun
kepada Allah.59
Dalam Al-qur’an dikatakan ”fasabbih bihamdi rabbika” membaca
tasbih ”Subhanallah” dapat dipandang sebagai pendahuluan logis bagi Tahmid
(yaitu memabaca hamdalah/memuji Allah). Sebab tasbih sendiri mengandung makna
pembebasan diri dari buruk sangka kepada Allah, atau ”pembebasan” Allah dari
buruk sangka60
kita. Jadi tasbih adalah sesungguhnya permohonan ampun kepada
Allah atas dosa buruk sangka kita kepada-Nya.
Kata ”tahmid” banyak dijumpai pada kata ”tasbih”, akan tetapi kata tahmid
”alhamdulillah” selalu diawali kata tasbih ”sabbih”, ini menunjukkan bahwa
pengucapan tahmid harus di dahului dengan pengucapan tasbih.
Dzikir secara etimologi, dzikir berasal dari bahasa arab yaitu ”Dzakara
Yadzkuru Dzikran” yang mempunyai arti menyebut dan mengingat Allah. Hal
ini sesuai dengan Al-qur’an :
L.ذا MA"[U ا<STة L.ذآG اI"U 6. وU;1دا وL MKF19X YZC.ذا اM"U.L MA9V EIW ا<STة ان
.'1U15 .$A95"4 آ\I>ا YZC ]V.ة آST>ا
Artinya: ”Apabila kamu telah menyelesaikan shalat mu ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk, di waktu berbaring, kemudian apabila kamu
telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman”.
59
Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, Paramadina, Jakarta, 2000, cet II. Hlm
164 60
Buruk sangka kepada Allah dapat mengancam kita setiap saat. Sumber buruk sangka
kepada-Nya itu antara lain ialah ketidak mampuan kita “memahami” tuhan, karena karena sepintas
lalu kita, misalnya, menerima nasib dari tuhan yang menurut kita “tidak seharusnya” kita terima
karena, misalnya, kita merasa telah “berbuat baik” dengan menjalani perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya. Maka tasbih merupakan pendahuluan bagi tahmid. Sebab tahmid, memuji
Allah, yang sebenarnya tidak akan terwujud tanpa terlebih dahulu membebaskan diri dari buruk sangka
kepada-Nya. Jadi sebagai dosa buruk sangka kepada Allah, harus dihapus dengan tasbih. lihat norcholish
Majid, islam agama peradaban. Hlm. 166-167
44
Ad-Dzikru jamak dari Dzukur yaitu as-Shalatullah Ta’ala ad-Do’a.
Akan tetapi dzikir menurut kamus besar bahasa Indonesia dzikir mempunyai
arti puji-pujian kepada Allah yang diucapkan secara berulang-ulang. Dzikir
menurut terminologi mempunyai arti sempit yaitu membaca Tasbih, Tahmid,
Tahlil dan lain-lain. Akan tetapi dzikir dalam arti luas berpikir akan kekuasaan
dan kebesaran tuhan, yaitu berpikir tentang makhluk Tuhan dll.61
Dalam Al-qur’an banyak sekali dijumpai ayat-ayat dzikir dan tasbih
dalam satu ayat akan tetapi dalam ayat-ayat itu lafazh dzikir selalu mendahului
lafazh tasbih yaitu :
12. QS. As-Sajadah: 15
$ yϑΡÎ) ß ÏΒ ÷σム$uΖÏG≈ tƒ$ t↔Î/ t Ï%©!$# #sŒ Î) (#ρã Åe2èŒ $ pκÍ5 (#ρ” yz #Y‰£∨ß™ (#θ ßs¬7 y™uρ ωôϑpt¿2
öΝÎγ În/u‘ öΝèδuρ Ÿω šχρç.É9õ3tF ó¡o„ ∩⊇∈∪
13. QS. Az-Zuhruf: 13
(#…âθ tGó¡tF Ï9 4’ n? tã ÍνÍ‘θ ßγ àß ¢ΟèO (#ρã ä.õ‹s? sπyϑ÷èÏΡ öΝä3În/u‘ #sŒ Î) ÷Λä ÷ƒ uθ tGó™$# ϵ ø‹n=tã (#θ ä9θà)s?uρ
z≈ysö6 ß™ “Ï% ©!$# t ¤‚y™ $ oΨs9 #x‹≈yδ $ tΒuρ $ ¨Ζà2 …çµ s9 tÏΡÌ ø)ãΒ ∩⊇⊂∪
14. QS. Ali Imran: 191
tÏ% ©!$# tβρã ä.õ‹tƒ ©! $# $ Vϑ≈ uŠÏ% #YŠθ ãèè%uρ 4’n? tãuρ öΝÎγ Î/θ ãΖã_ tβρã ¤6x�tGtƒ uρ ’ Îû È,ù=yz
ÏN≡ uθ≈ uΚ¡¡9 $# ÇÚö‘F{$#uρ $uΖ−/u‘ $ tΒ |M ø)n=yz #x‹≈yδ WξÏÜ≈ t/ y7 oΨ≈ysö6 ß™ $ oΨÉ)sù z>#x‹tã
Í‘$ ¨Ζ9$# ∩⊇⊇∪
Dengan berdzikir dan dengan memahami makna lautan yang
terkandung dalam dzikir tersebut maka akan menimbulkan pentasbihan kepada
Allah yaitu bahwa Allah tidak sama dengan makhluknya. Dengan pentasbihan
tersebut maka akan menimbulkan dampat pada pembacaan tahmid (pemujian)
61
Baidi Bukhori, Dzikir Al-Asmaul Husna Solusi Atas Problem Agresivitasis Remaja,
Rasail Media Group Semarang. hlm 50
45
kepada Allah dan menolak atas orang-orang yag mengatakan bahwa tuhan itu
ada banyak. Maka dengan begitu antara tasbih tahmid dan dzikir merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hanya orang-orang yang dekat
dengan tuhan yang bisa mengetahui itu semua.
C. Tamtsil Tasbih dalam Al-qur’an
Kehendak tuhan teraktualisasi dalam dua bentuk yaitu: aktualisasi
kehendak tuhan dalam bentuk nilai-nilai elementer dan nilai-nilai moral.
Bentuk aktualisasi yang pertama merupakan berupa pemenuhan kehendak
oleh semua mahluk Tuhan, kecuali manusia. Mereka hanya bisa memenuhi
kehendak tersebut dengan total, tanpa memiliki kemampuan untuk melawan
seperti manusia. Adapun aktualisasi yang kedua berupa pemenuhan kehendak
tuhan oleh manusia yang merupakan satu-satunya makhluk kosmis yang
menerima amanat.62
Maka dalam pentasbihan makhluk hidup, dibagi dua yaitu: mukallaf
dan tidak mukallaf. Bagi yang mukallaf menggunakan tasbih Iradhi Ikhtiyari
dan yang tidak Mukallaf menggunakan tasbih fitri taskhiri. Akan tetapi, dalam
penafsiran berbagai ulama tafsir yang saya baca ditegaskan bahwa, tasbih bagi
makhluk yang Mukallaf menggunakan makna yang hakiki, yaitu dengan
menggunakan lisan dan perbuatan dan bentuk-bentuk yang lain seperti tulisan
dll. Sedangkan pada tasbih bagi makhluk yang Ghairu Mukallaf para mufassir
berbeda pendapat; ada yang mengatakan bahwa makhluk yang tidak mukallaf
harus menggunakan makna tasbih yang hakiki, seperti halnya mufassir M.
Quraish Shihab, Ibnu ‘Arabi, Hamka, dll. Adapun mufassir yang lain, mereka
berpendapat bahwa makhluk yang tidak mukallaf makna tasbihnya dengan
menggunakan makna majazi seperti halnya mufassir kontemporer yaitu
Fakhruddin ar-Razi, Mahmud Yunus, Zaqlul an-Najjar, dan Nisywah al-
Ulwani dll.
62
Tafsri, Zainul Arifin, Komaruddin, Moralitas Al-qur’an dan Tantangan Modernitas,
Gama Media, Yogyakarta, 2002, cet I. hlm 199-200
46
Perbedaan dalam menafsirkan Al-qur’an yang telah saya sebutkan di
atas, pada hakikatnya sama. Akan tetapi dalam sudut pandang mufassir itu
berbeda. Padahal dalam Al-qur’an telah memberi peringatan kepada manusia
yang terdapat dalam surat al-Isra’ : 44, yaitu bahwa kamu sekalian tidak akan
pernah tahu tasbih mereka (Ghairu Mukallaf).
Al-qur’an sudah memberikan beberapa contoh, yang menunjukkan
bahwa semua langit tujuh dan bumi apapun yang ada di dalam mereka semua
bertasbih kepada Allah Swt. Yaitu :
1. Tasbih Makhluk Yang Mukallaf
Tasbih yang digunakan oleh makhluk yang mukallaf merupakan
tasbih Iradi Ikhtiyari63
yaitu tasbih tasbih makhluk-makhluk mukallaf
yang berakal dari golongan Manusia dan Jin. Inilah bentuk yang
dikerjakan oleh hamba-hamba Allah yang shaleh dari golongan Jin dan
manusia, dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang tersesat. Karena
sesungguhnya Allah Swt tidaklah menciptakan Jin dan Manusia kecuali
untuk beribadah kepadanya. Oleh karena itu Allah Swt berfirman:
$ tΒ uρ àMø)n=yz £Åg ø: $# }§ΡM}$#uρ �ωÎ) Èβρ߉ç7÷èu‹ Ï9 ∩∈∉∪
Artinya: ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.64
Maka dari itu yang bertasbih dengan menggunakan tasbih Iradhi
Ikhtiyari yaitu :
i. Tasbihnya Manusia
Manusia merupakan sumber dan sekaligus sebagai pelaku dari
tindakan-tindakan yang bersifat moral. Melalui potensi-potensi
rohaninya ia dapat berinisiatif, berinovasi, dan berkreasi merubah
keadaan dirinya, lingkungannya dan dunia tempat hidupnya sesuai
dengan kemampuan dan kemauannya. Manusia dapat merubah
milieunya menjadi lebih bermakna, lebih baik dan sebaliknya. Adapun
63
Tasbih Iradi Ikhriyari atau tasbihnya orang mukallaf yaitu bertasbih secara sadar dan
dalam potensi keinginan dan pilihan untuk melakukannya atau tidak melakukannya. 64
Al-qur’an dan Terjemahnya, QS. Adz-Dzariyat: 56.Op.Cit.hlm. 862
47
tindakan atau perbuatan manusia yang dapat dikategorikan sebagai
perbuatan atau prilaku moral adalah segala perbuatan yang timbul dari
orang yang melakuannya dengan ikhtiyar dan sengaja serta ia
mengetahui apa yang diperbuatnya.65
Menurut al-Faruqi seperti yang telah dikutip dalam buku yang
berjudul moralitas Al-qur’an dan tantangan modernitas yaitu bahwa
eksistensi manusia tidak lain memiliki fungsi kosmik yang sangat
penting. Hal ini disebabkan oleh kesempurnaan anugrah yang
diberikan kepada manusia yaitu pancaindra, akal, pemahaman, ruh,
dan wahyu yang disampaikan oleh rasul.66
Manusia yang dijadikan oleh Allah Swt menjadi khalifah di
muka bumi ini sebenarnya menanggung setiap amanah dan tanggung
jawab dalam memakmurkan alam serta beribadat kepada Allah. Jelas
sekali bahawa inilah kehidupan yang selayaknya dilaksanakan oleh
manusia. Bukan mudah untuk memegang amanah dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah sepenuhnya. Kerana manusia begitu mudah untuk
salah dan lupa sehingga mereka merasakan dunia ini akan terus kekal
dan dapat dinikmati selama-lamanya. Dua amanah utama yang perlu
dilaksanakan oleh manusia sebagai hamba Allah Swt. Ayat yang selalu
kita dengar tetapi amat kurang sensitifiti kita terhadap dua perkara ini,
yaitu Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Oleh itu, lakukan kebaikan dan
benci kepada kemungkaran. Jika kita perhalusi, sebenarnya dua
amanah begitu berat untuk kita sama-sama laksanakan jika kita tidak
menyadari hakikat kita sebagai khalifah di bumi ini. Kita sepatutnya
lebih sensitif bila mana Allah menyebut di dalam kalamNya:
Maksudnya: “Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik
umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu
menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada
segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman
65
Tafsir, Zainul Arifin, komaruddin. Op.Cit. hlm. 198 66
Ibid. hlm 199
48
kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab
(Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya),
tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) di antara
mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka: orang-orang yang
fasik.67
” Jika ini kedudukan yang Allah Swt berikan pada kita, maka
mulai sekarang jika perlu melihat kembali diri kita, peranan kita dalam
memakmurkan bumi dalam konteks yang dikehendaki oleh-Nya dalam
menggalas martabat seorang khalifah. Apa yang perlu kita sebagai
khalifah untuk terus memastikan dipayungi oleh kebaikan dan juga
memastikan bahwa kemungkaran juga dapat dicegah dan dibendung.
Telah dijelaskan di atas bahwa tasbih Iradi Ikhtiyari bagi
makhluk yang mukallaf. Manusia merupakan makhluk mukallaf maka
tasbih manusia adalah dengan menggunakah tasbih iradi ikhtiyari.
Maka mukallaf bertasbih kepada Allah dengan menggunakan Lisanul
Maqal. Yang mencakup dzikir kepada Allah dalam setiap keadaan
dengan asmaul husna, sifat-sifat yang tinggi, dan seluruh atribut yang
sesuai dengan keagungannya; menetapkan bagi-Nya sifat-sifat
kesempurnaan mutlak apa saja yang telah ditetapkan oleh Allah Swt
sendiri bagi Dzat-Nya; memahasucikan dari segala kekurangan yang
tidak layak dengan kedudukan Uluhiyyah, Rububiyah, dan
Wahdaniyah-Nya; yang dilakukan dengan penuh ketundukan,
kekhusyukan, dan pengagungan Allah yang Maha Pencipta, Maha
Menjadikan, Maha Membentuk Rupa, Maha Esa, Maha Tunggal,
Maha Perkasa, yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan
tidak ada sesuatu apapun yang setara dengan Dia.68
Dan karena tujuan itulah, kenapa Allah Swt berulang-ulang kali
menyatakan kepada hambanya bahwa betapa pentingnya untuk banyak
mengucapkan tasbih dan berdikir kepada-Nya. Mengemukakan tasbih
manusia secara umum. Jumlahnya ada 9 ayat. Tiga ayat diantaranya
67
Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. Ali Imran: 110. Op.Cit hlm.94 68
Zaglulu an-Najjar, Shu’arun Min Tasbih al-Kaa’inaat Lillah, diterj: Faisal Saleh,
Ketika Alam Bertasbih, Pustaka al-Kautsar, Jakarta.Hlm. 53
49
terbentuk kata perintah kepada orang-orang mukmin. Dan itu
merupakan perintah taklif agar bertasbih kepada Allah Hal itu
sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat Al-qur’an antara lain:
$ pκš‰r' ¯≈ tƒ tÏ% ©!$# (#θ ãΖtΒ#u (#ρâUè0øŒ $# ©!$# #[ø.ÏŒ #Z.5ÏVx. ∩⊆⊇∪ çνθßsÎm7y™uρ Zοt õ3ç/ ¸ξ‹Ï¹r& uρ ∩⊆⊄∪
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya, dan
bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”.69
Dua Ayat di atas turun ketika nabi Muhammad di cerca dan
dihina oleh kaum munafikin karena perkawinan beliau dengan Zainab
yang merupakan janda bekas anak angkat beliau. Boleh jadi kaum
muslimin yang mendengar cercaan tersebut terpancing untuk memaki
para pencerca itu. Disisi lain cercaan yang dilontarkan kepada nabi
Muhammad itu, pada hakikatnya merupakan pelecehan terhadap
ketetapan Allah Swt. Nah, karena itu kaum beriman diperintahkan oleh
ayat di atas untuk berdzikir dan mensucikan Allah dari segala
kekurangan. Allah berfirman: hai orang-orang yang beriman,
berdzikirlah kepada Allah yakni ingatlah, renungkanlah serta sebut-
sebutlah kebesaran nama Allah, dengan berdzikir yang banyak. Dan
sucikanlah Dia dari segala kekurangan setiap pagi dan petang.70
Tiga ayat diantaranya terbentuk kata perintah kepada orang-
orang mukmin. Dan itu merupakan perintah taklif agar bertasbih
kepada Allah. Salah satunya ayatnya menyebutkan kata orang-orang
mukmin bersama dengan penyebutan Rasulullah, dan dua ayat lainnya
dengan penyebutan orang-orang mukmin secara mutlak yaitu:
$ yϑΡÎ) ß ÏΒ÷σム$ uΖÏG≈ tƒ$ t↔Î/ tÏ% ©!$# #sŒ Î) (#ρãÅe2èŒ $ pκÍ5 (#ρ” yz #Y‰£∨ß™ (#θ ßs¬7 y™uρ ωôϑpt¿2
öΝÎγ În/u‘ öΝèδuρ Ÿω šχρç.É9õ3tF ó¡o„ ∩⊇∈∪
Artinya: “Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat
ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat
69
. Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. Al-Ahzab: 41-42.Op.Cit. hlm. 674 70
M. Quraish Shihab, al-Misbah, Lentera hati, Jakarta, 2006, cet 5. juz 11. hlm. 287-288
50
ayat itu mereka segera bersujud71
seraya bertasbih dan memuji
Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong”.72
Ayat diatas juga menerangkan perbedaan antara tasbih, dzikir
dan tahmid yaitu ketika orang-orang mukmin itu mau berdzikir
(mengingat-ingat) tentang tanda-tanda Allah yang ada di alam semesta
ini maka pastilah mereka akan bersujud dan membaca tasbih dengan
bacaan tahmid dan mereka tidak akan pernah menyombongkan dirinya.
Dalam hadits diriwayatkan bahwa dalam penyebutan tasbih itu
sangat banyak pahalanya, seperti halnya Abu Hurairah meriwayatkan
bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:
ا6 ($0.ن ا<4IJG ا<A$"$J Y.ن ا<I"8ان AZ"_` YL.ن ا<Z%.ن AP"P^ YZC.ن آAIZ.ن
�:I0Fا6 ($0.ن و M"a;>ا
Artinya “kalimat yang ringan di lidah (mengucapkannya) tetapi berat
timbangan(pahala)nya dan keduanya di sukai Allah Swt ialah:
Subhanallahi Wa Bihamdihi Subhanallahil ‘Adim”.73
ii. Tasbihnya Jin
Jin berasal dari alam tersendiri. Ia tidak termasuk dalam alam
manusia dan juga tidak termasuk dalam alam malaikat. Ada persamaan
antara Manusia dengannya, yaitu sama-sama memiliki akal,
pengetahuan dan kemampuan memilih ”yang baik” dan ”yang
buruk”.74
Oleh karena itu Jin termasuk makhluk mukallaf yaitu yang
sesuai dengan QS. Ad-Dzariyat: 56. Jin merupakan makhluk ghaib
dari alam yang tidak dapat kita lihat, sebagaimana ditunjukkan oleh
makna dari namanya al-Jiin. Di dalam bahasa arab kata al-Jiin, al-
Jinnah, dan al-Jaan adalah nama jenis bagi makhluk yang kebalikan
dari makna al-insu (Manusia), yaitu sebutan bagi sekumpulan makhluk
71
Maksudnya mereka sujud kepada Allah serta khusyuk. Disunahkan mengerjakan sujud
tilawah apabila membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah. 72
Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. As-sajadah: 15. Op.cit.hlm. 662 73
HR. Muslim, Terjemahan Hadist Shahih Muslim, jilid IV, Klang book Centre,
Malaysia, cet II, 1995. hlm. 260 74
Umar Sulaiman al-Asyqar, ‘Alam al-Jinn Wa al-Syayathin, terjm, Abdul Muid Daiman,
Misteri Alam Jin Dan Setan, Pustaka Nuun, Semarang, 2006, hlm 1
51
yang tersembunyi dari kita, yang diyakini keberadaannya, tetapi tidak
dapat dilihat oleh Manusia75
Golongan Jin juga sama halnya seperti manusia dia juga makan
dan minum, menikah dan beranak pinak.76
Oleh karena itu, diantara
mereka ada yang mukmin dan juga ada yang kafir. Hai ini termaktub
dalam Al-qur’an. Antara lain yang berbunyi:
ö≅è% z Çrρé& ¥’ n<Î) çµΡr& yìyϑtGó™$# Öx�tΡ z ÏiΒ Çd Ågø: $# (#þθ ä9$ s)sù $ ¯ΡÎ) $oΨ÷èÏÿxœ $ºΡ#u ö è% $Y7 pg x”
∩⊇∪ ü“ ωöκu‰ ’ n<Î) ωô© ”9 $# $ ¨ΖtΒ$ t↔sù ϵ Î/ ( s9uρ x8Î.ô³gΣ !$ uΖÎn/t Î/ #Y‰tn r& ∩⊄∪ …çµ ¯Ρr& uρ
4’ n?≈yès? ‘‰y $uΖÎn/u‘ $ tΒ x‹sƒªB$# Zπ t7Ås≈ |¹ Ÿωuρ #V$s!uρ ∩⊂∪ … çµΡr& uρ šχ% x. ãΑθ à)tƒ
$ uΖåκ� Ï�y™ ’n? tã «! $# $VÜ sÜ x© ∩⊆∪ $ ¯Ρr& uρ !$ ¨ΨuΖsß βr& ©9 tΑθ à)s? ߧΡM}$# KÅgø: $#uρ ’n? tã
«!$# $ \/É‹x. ∩∈∪
Artinya: ”Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan
kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al
Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya Kami telah
mendengarkan Al Quran yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk
kapada jalan yang benar, lalu Kami beriman kepadanya. dan Kami
sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan
Kami, Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan Kami, Dia
tidak beristeri dan tidak (pula) beranak. Dan bahwasanya: orang yang
kurang akal daripada Kami selalu mengatakan (perkataan) yang
melampaui batas terhadap Allah, Dan Sesungguhnya Kami mengira,
bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan Perkataan
yang Dusta terhadap Allah”.77
Dari keterangan di atas bahwa Jin itu termasuk makhluk
mukallaf, maka Jin juga sama dengan Manusia. Dalam bahasan ini
maka, Jin juga bertasbih kepada Allah, dari segala sifat kekurangan.
2. Tasbih Makhluk yang Tidak Mukallaf
Tasbih makhluk yang tidak mukallaf itu ada dua macam yaitu:
75
Zaglul an-Najjar, Op.Cit. Hlm. 65 76
Umar Sulaiman. Op.Cit. Hlm18 77
Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. Al-Jin: 1-5. Op.Cit. hlm. 983
52
a. Tasbih Makhluk Yang Bernyawa
Al-qur’anul Karim menegaskan bahwa alam semesta dan
seluruh langit dan bumi, para Malaikat, Manusia, Jin, dan seluruh
makhluk hidup dan mati yang ada di dalamnya, dengan seluruh
fenomena dan evolusi yang terjadi di dalamnya, dan dengan
sunnatullah yang diterapkan padanya, semuanya senantiasa bertasbih
kepada Allah Swt tidak pernah berhenti, terlambat, dan tidak terputus,
kecuali dari orang-orang yang maksiat dan lalai, orang-orang kafir dan
ingkar.
1. Malaikat
Malaikat adalah bentuk plural dari kata Malak (Malaikat).
Mereka adalah penduduk tempat yang agung. Sekalipun di bumi
juga ada Malaikat akan tetapi mereka makhluk yang suci, sangat
terjaga dan terbebas dari dorongan-dorongan syahwat dan amarah,
dorongan iri dan dengki. Malaikat senantiasa beribadah kepada
Allah Swt. Selalu taat kepadanya, bertasbih dan mensucikannya
tanpa sedikitpun rasa jemu. Malaikat terbuat dari cahaya, makanya
Malaikat memiliki kemampuan untuk mengubah wujud menjadi
apa saja yang mereka kehendaki dan menenmpatkan mereka
diseluruh alam semesta.78
Para Malaikat ini ada, namun tidak ada pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka, kecuali hanya bertasbih kepada Allah
semata. Mereka tidak mempunyai kecenderungan kepada ciptaan
Allah maupun dunia sama sekali. Apalah daya, Malaikat-malaikat
itu bukanlah makhluk yang ditundukkan Allah kepada Manusia
untuk melayani Manusia, sebagaimana halnya makhluk lainnya.
Mereka disisi Allah tetaplah Malaikat yaitu makhluk yang tidak
kenal apapun dan siapapun kecuali Dzat Allah Swt dan bertasbih
78
Zaglul an-Najjar. Op.Cit. Hlm. 83
53
kepada-Nya. Ilmu mereka pun telah dibatasi oleh Allah dengan
ketentuan-Nya79
:
¨βÎ) tÏ% ©!$# y‰ΖÏã š�În/u‘ Ÿω tβρç.É9 õ3tGó¡o„ ô tã ϵÏ?yŠ$ t7 Ïã … çµtΡθ ßsÎm6 |¡ç„ uρ …ã& s!uρ
šχρ߉àfó¡o„ ∩⊄⊃∉∪
Artinya: ”(Malaikat-malaikat yang ada disisi Tuhanmu) tidaklah
merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya
dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud”.80
Ayat ini melukiskan tiga sifat Malaikat, yaitu pertama,
tidak sombong atau enggan beribadah, karena keangkuhan
mengantar kepada kedurhakaan; kedua, bertasbih mensucikan
Allah dari segala kekurangan; dan ketiga, selalu sujud dan patuh
kepada Allah. Selanjutnya karena ibadah lahir dari ketiadaan
keangkuhan, dan ini terdiri dari dua hal, rohani dan jasmani maka
yang berkaitan dengan hati adalah mensucikan Allah Swt, dan
yang berkaitan dengan jasmani adalah sujud kepada-Nya. Karena
itu ayat di atas diakhiri dengan menyebut kedua hal tersebut –
mensucikan Allah dan sujud – selanjutnya mensucikan Allah dan
sujud kepada-Nya dapat mengantar seseorang menuju kedekatan
kepada-Nya.81
Para Malaikat itu senantiasa bertasbih kepada Allah hingga
hari kiamat, dimana mereka pada hari kiamat yang agung nanti
akan berkitar di sekeliling Arsy, seraya bertasbih dengan memuji
Tuhan. Dengan mengucapkan ”al-Hamdulillahi Rabbil ’Alamiin”
Seperti yang telah dijelaskan oleh firman Allah:
“t s?uρ sπx6 Í×≈ n=yϑø9 $# šÏjù!% tn ôÏΒ ÉΑöθ ym Ä öyèø9 $# tβθ ßsÎm7|¡ç„ ωôϑpt¿2 öΝÍκÍh5u‘
( z ÅÓè%uρ ΝæηuΖ÷ot/ Èd, ptø: $$ Î/ Ÿ≅ŠÏ%uρ ߉ôϑptø: $# ¬! Éb>u‘ tÏΗs>≈ yèø9 $# ∩∠∈∪
79
Nisywah Al-Ulwani. Op.Cit. hlm. 149-150 80
Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. Al-A’raf: 206.Op.Cit.Hlm. 256 81
M. Quraish Shihab.al-Misbah. Op.Cit. juz 5. hlm.364
54
Artinya : ”dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat
berlingkar di sekeliling ’Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya;
dan diberi putusan diantara hamba-hamba Allah dengan adil dan
diucapkannya: ’segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam’”82
.
Ayat diatas menyatakan bahwa: dan engkau akan melihat
malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling ’arsy, bertasbih sambil
terus-menerus memuji tuhan mereka; dan diputuskanlah diantara
mereka yakni hamba-hamba Allah yang dibebani tugas keagamaan
itu dengan adil dan diucapkanlah oleh seluruh makhluk atau oleh
para malaikat, pujian kepada Allah yakni : ”Al-Hamdulillahi
Rabbil ’Alamin”.83
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa mengucapkan
tasbih bukan hanya dengan lafazh ”Subhanallah” akan tetapi
dengan kata-kata puji-pujian yang baik itu juga termasuk bertasbih
kepada Allah. Ataupun dengan bertafakur atas ciptaan tuhan juga
bisa dikatakan bertasbih kepada Allah. Maka dengan begitu tasbih
kepada Allah itu sangat universal.
Sesungguhnya ucapan “al-Hamdulillah” yang diucapkan
oleh Manusia itu dianggap tasbih, sebagaimana dianggap tasbih
pula setiap dikir yang mensucikan Allah, ataupun segala ucapan
yang di dalamnya seorang hamba yang beriman mengagungkan
sifat-sifat Allah yang mulia. Mengulang-ulang pengucapan
Asma`al-Husna dianggap pula sebagai satu bentuk tasbih yang
paling disukai oleh Allah Swt.84
2. Binatang
Hewan atau binatang atau margasatwa atau satwa saja
adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan
Animalia atau Metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk
hidup yang terdapat di alam semesta. Hewan dapat terdiri dari satu
82
Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. Az-Zumar: 75.Op.Cit.Hlm. 256 83
M. Quraish Shihab.al-Misbah. juz 12. Op-Cit. hlm.273 84
.Nisywah Al-Ulwani.Op.Cit. hlm 129
55
sel (uniselular) atau pun banyak sel (multiselular).85
Hewan Dalam
Al-qur’an yang berbunyi;
$ tΒ uρ ÏΒ 7π −/!#yŠ ’Îû ÇÚö‘F{$# Ÿωuρ 9.È∝≈ sÛ ç.5ÏÜ tƒ ϵø‹ ym$ oΨpg¿2 HωÎ) íΝtΒ é& Νä3ä9$ sVøΒ r& 4 $ ¨Β $ uΖôÛ§ sù ’Îû É=≈tGÅ3ø9 $# ÏΒ & óx« 4 ¢Ο èO 4’n<Î) öΝÍκÍh5u‘ šχρç.|³øtä† ∩⊂∇∪
Artinya: “Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan
umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun
dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka
dihimpunkan”.86
Kata Daabbah adalah berasal dari kata dabba. Kata ad-
Dabib secara Etimologi berarti berjalan dengan langkah yang
pelan-pelan. Makna surat al-An’am di atas adalah sesungguhnya
seluruh yang ada di muka bumi ini, misalnya hewan ataupun
burung-burung itu menyerupai manusia, dari segi penciptaannya
yang indah dan pengaturan makan, minum, tidur, terjaga, dan
pengetahuan instingnya. Karena wajar jika Allah berhak untuk
mendapatkan tasbih dari mereka dengan cara yang telah ditetapkan
Allah.87
Para ilmuwan mengklasifikasikan hewan kepada dua
kelompok besar, yaitu hewan bertulang belakang dan hewan tanpa
tulang belakang. Hewan yang bertulang belakang disebut
Vertebrata. Hewan tanpa tulang belakang disebut Invertebrata atau
Avertebrata. Hewan juga diklasifikasikan menurut makanan
mereka yaitu:
� Hewan yang memakan daging dikenal sebagai hewan
karnivora. Contoh: anjing, kucing, harimau
� Hewan yang memakan tumbuhan dikenal sebagai hewan
herbivora. Contoh: kambing, kuda
85
http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan accessed on 8 September 2009 86
Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. Al-An’am: 38. Op.Cit.hlm192 87
Nisywah Al-Ulwani.Op.Cit.hlm162
56
� Hewan yang memakan daging dan tumbuhan dikenal sebagai
hewan omnivora.
� Hewan yang memakan serangga dikenal sebagai hewan
insektivora.
Dari berbagai macam bentuk hewan diatas bahwa hewan
semuanya pun tunduk dan patuh atas perintah Allah. Misalnya
burung. burung merupakan benda hidup dalam katogeri "bipedal",
kumpulan haiwan vertebrata yang besar dan terdapat di berbagai
belahan dunia, dari kawasan gurun sampai di kutub utara, juga di
kawasan hutan hujan Amazon, dan Greenland. Terdapat lebih
daripada 8,600 spesies Burung yang telah dikenal dan
diklasifikasikan menjadi 27 aturan (orders). Selain itu terdapat pula
banyak subspesies yang diperkirakan mencapai 3200 jenis.88
Burung merupakan homoioterma, berdarah panas, dengan
suhu tetap 40-44 °C. Tulang burung adalah ringan dan berongga di
kebanyakan tempat untuk mengurangkan ketumpatan dan beratnya.
Semua burung mempunyai paruh, yang berbeda hanyalah bentuk
dan ukuran paruh mereka. Kebanyakan burung mempunyai bulu
pelepah kecuali sedikit yang tidak mempunyai bulu pelepah.
Burung dipercayai berevolusi daripada reptilia, seperti dinosaur,
yang hidup kira-kira 180 juta tahun yang lampau. Burung berubah
dan kehilangan gigi dan ciri reptilia yang lain, samasa mengalami
proses evolusi yang mengambil masa berjuta-juta tahun. Pada masa
yang sama, bulu pelepah tumbuh pada ekornya dan sayapnya. Ciri-
ciri utama haiwan burung adalah seperti berikut :
- Badan dilitupi oleh bulu pelepah.
- Mempunyai paruh yang tidak bergigi dan dua kepak.
- Mempunyai sisik pada kakinya.
- Bertelur dan telurnya dilindungi oleh cangkerang keras.
- Bernafas melalui peparu.
88
http://ms.wikipedia.org/wiki/Burung accessed on 8 September 2009
57
- Berdarah panas.
Walaupun kebanyakan burung mampu terbang terdapat
beberapa spesies yang tidak mampu terbang seperti burung unta,
rea, emu, kiwi dan pinguin yang tidak bisa terbang. Kesemua
burung mempunyai sayap walaupun pada burung yang tidak dapat
terbang, walaupun ia mungkin kecil dan tidak berguna. Burung
adalah oviparous yaitu bertelur. Pada kebiasaannya burung betina
akan mengeram telur, kadang kala kedua pasangan akan bergilir,
dan dalam sesetengah spesies burung hanya burung jantan akan
mengeramkan telur tersebut. Terdapat juga spesies burung yang
bertelur dalam sarang burung lain untuk dieramkan oleh keluarga
burung angkat. Dengan begitu burung menyerupai manusia dari
segi penciptaannya maka, Seperti halnya burung Hudhud yang
benar-benar mengetahui substansi dari tauhid dan menegaskan
seorang diri bahwa ia melihat ratu negeri Saba’ dan seluruh
penduduknya sedang bersujud kepada matahari bukan kepada
Allah, dengan berkata:
$ yγ ›?‰y uρ $ yγtΒ öθ s%uρ tβρ߉àfó¡o„ ħôϑ¤±=Ï9 ÏΒ Èβρߊ «!$# z −ƒ y— uρ ãΝßγs9
ß≈sÜ ø‹¤±9 $# öΝßγn=≈ yϑôãr& öΝèδ £‰|Ásù Çtã È≅‹Î6 ¡¡9 $# ôΜßγsù Ÿω tβρ߉tGôγtƒ
Artinya: ”Aku mendapati Dia dan kaumnya menyembah matahari,
selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang
indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari
jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk”.89
Sehingga tatkala nabi Sulaiman mendengar apa yang
diucapkan oleh semut, beliaupun tersenyum dan tertawa karenanya.
Andai saja kita tahu bahasa dan isyarat-isyarat dari seluruh
makhluk yang ada di alam ini, niscaya kita akan memahami tasbih
mereka. Maka hal ini serasi dengan firman Tuhan yaitu:
89
Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. An-Naml: 24 Op.Cit.hlm.596
58
óΟ s9r& t s? ¨βr& ©!$# ßx Îm7|¡ç„ …çµ s9 tΒ ’ Îû ÏN≡ uθ≈ uΚ ¡¡9$# ÇÚö‘F{ $#uρ ç.ö5 ©Ü9$#uρ ;M≈ ¤�≈|¹ ( @≅ä. ô‰s% zΝÎ=tæ …çµ s?Ÿξ |¹ …çµ ys‹Î6 ó¡n@uρ 3 ª! $#uρ 7ΛÎ=tæ $ yϑÎ/ šχθè=yèø�tƒ ∩⊆⊇∪
Artinya: ”Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya
bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan
mengembangkan sayapnya. masing-masing telah mengetahui
(cara) sembahyang dan tasbihnya90
, dan Allah Maha mengetahui
apa yang mereka kerjakan”.91
b. Tasbih Makhluk Yang Tidak Bernyawa
1. Tasbih Gunung
Di dalam Al-qur’anul Karim secara implisit banyak
dikemukakan tasbih gunung-gunung bersama tasbih segala
sesuatu dan tasbih segala apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi, sebagian juga disebutkan secara eksplisit di dalam
dua ayat berikut:
$ yγ≈ oΨôϑ£γx�sù z≈yϑøŠn=ß™ 4 ˆξà2uρ $ oΨ÷os?#u $ Vϑõ3ãm $ Vϑù=Ïãuρ 4 $tΡö ¤‚y™uρ yìtΒ
yŠ…ãρ#yŠ tΑ$ t7 Éfø9 $# z ósÎm7 |¡ç„ u.ö5 ©Ü9$#uρ 4 $ ¨Ζà2uρ š Î=Ïè≈sù ∩∠∪
Artinya:”Maka Kami telah memberikan pengertian kepada
Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat)92
; dan kepada
masing-masing mereka telah Kami berikan Hikmah dan ilmu
dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung,
semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang
melakukannya”.93
90 Masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham
dari Allah. 91
Ibid. QS. An-Nur : 41. Op.Cit.hlm.551 92
Menurut riwayat Ibnu Abbas bahwa sekelompok kambing telah merusak tanaman di
waktu malam. Maka yang Empunya tanaman mengadukan hal ini kepada Nabi Daud a.s. Nabi
Daud memutuskan bahwa kambing-kambing itu harus diserahkan kepada yang Empunya tanaman
sebagai ganti tanam-tanaman yang rusak. tetapi Nabi Sulaiman a.s. memutuskan supaya kambing-
kambing itu diserahkan Sementara kepada yang Empunya tanaman untuk diambil manfaatnya. dan
prang yang Empunya kambing diharuskan mengganti tanaman itu dengan tanam-tanaman yang
baru. apabila tanaman yang baru telah dapat diambil hasilnya, mereka yang mepunyai kambing itu
boleh mengambil kambingnya kembali. putusan Nabi Sulaiman a.s. ini adalah keputusan yang
tepat. 93
Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. Al-Anbiya’: 79. Op.Cit.hlm.504
59
$ ¯ΡÎ) $tΡö ¤‚y™ tΑ$ t7Åg ø:$# … çµyètΒ zósÎm7 |¡ç„ Äc Å´yèø9$$ Î/ É−#u.õ°M}$#uρ ∩⊇∇∪
Artinya: “Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung
untuk bertasbih bersama Dia (Daud) di waktu petang dan
pagi”94
.
Demikian juga disebutkan sikap takut yang dirasakan
gunung-gunung, di dalam Allah Swt :
öθ s9 $ uΖø9t“Ρr& #x‹≈ yδ tβ#uö à)ø9 $# 4’ n?tã 9≅t6 y_ … çµtF ÷ƒ r& t©9 $Yèϱ≈ yz % YæÏd‰|ÁtF •Β ô ÏiΒ
Ïπ uŠô±yz «!$# 4 š�ù=Ï?uρ ã≅≈ sVøΒ F{ $# $ pκæ5Î.ôØ tΡ Ä¨$ ¨Ζ=Ï9 óΟßγ ¯=yès9 šχρã ©3x�tGtƒ
Artinya: ”Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada
sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah
belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia
supaya mereka berfikir”.95
Selain itu, terdapat juga isyarat yang menyebutkan
sujudnya gunung-gunung kepada Allah Swt bersama dengan
sujudnya entitas-entitas semesta yang lain, apa yang ada di
langit dan di bumi, dan sebagian besar hamba Allah yang
beriman. Yaitu yang terdapat dalam Al-qur’an yang berbunyi:
óΟ s9r& t s? (χr& ©!$# ߉àfó¡o„ …çµ s9 tΒ ’Îû ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9$# tΒ uρ ’Îû ÇÚö‘F{$#
ߧôϑ¤±9 $#uρ ã yϑs)ø9 $#uρ ãΠθ àf‘Ζ9$#uρ ãΑ$ t7Åg ø:$#uρ ãyf¤±9 $#uρ *>!#uρ¤$!$#uρ ×.5ÏVŸ2uρ
z ÏiΒ Ä¨$ ¨Ζ9$# ( î.5ÏW x.uρ ¨, ym ϵø‹ n=tã Ü>#x‹yèø9 $# 3 tΒ uρ Ç Íκç‰ ª!$# $ yϑsù …çµ s9 ÏΒ
BΘ Ìõ3•Β 4 ¨βÎ) ©! $# ã≅yèø�tƒ $tΒ â !$ t±o„ ∩⊇∇∪
Artinya: ”Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah
bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan,
bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang
melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di
antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. dan
Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun
94
Ibid. QS. Shaad: 18. Op.Cit.hlm.735 95
Ibid. QS. Al-Hasyr: 21. Op.Cit.hlm.919
60
yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang
Dia kehendaki”96
.
Gunung adalah suatu bentuk permukaan tanah yang
letaknya jauh lebih tinggi daripada tanah-tanah di daerah
sekitarnya. Gunung pada umumnya lebih besar dibandingkan
dengan bukit, tetapi bukit di suatu tempat bisa jadi lebih tinggi
dibandingkan dengan apa yang disebut gunung ditempat yang
lain. Gunung pada umumnya memiliki lereng yang curam dan
tajam atau bisa juga dikelilingi oleh puncak-puncak atau
pegunungan. Pada beberapa ketinggian gunung bisa memiliki
dua atau lebih iklim, jenis tumbuh- tumbuhan, dan kehidupan
yang berbeda.97
Di dalam Al-qur’an gunung-gunung disebutkan
eksistensinya sebagai jangkar bumi. Ternyata dari studi-studi
dan riset modern membuktikan fenomena itu dengan
menemukan bahwa gunung-gunung mengokohkan kestabilan
bumi sebagai sebuah planet dan lapisan-lapisan kerak bumi-
yang merupakan materi pembentuk benua-benua, bersama
lempeng-lempeng dasar laut dan samudra – yang berada persis
di bawah kerak bumi dan dikenal dengan nama lapisan lemah
bumi. Dalam ayat lain gunung-gunung digambarkan sebagai
pasak yaitu yang berbunyi
tΑ$ t7Åg ø:$#uρ #YŠ$ s?÷ρr& ∩∠∪
Artinya: “Dan gunung-gunung sebagai pasak”98
Gunung adalah kumpulan massa sangat besar yang
terdiri dari bebatuan yang ada di atas sepetak besar tanah yang
terdiri dari materi yang sama. Atau dengan kata lain, gunung
96
Ibid. QS. Al-Hajj: 18. Op.Cit.hlm.514 97
http://3lvin.wordpress.com/2008/03/21/definisi-gunung-kegunaannya/ accessed on 8
September 2009 98
Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. An-Naba’: 7. Op.Cit.hlm. 1014
61
adalah sekumpulan besar batu yang menimpa sekumpulan batu
lainnya di permukaan bumi. Inilah pengertian tentang gunung
yang selama ini diketahui manusia.99
Akan tetapi, ketika manusia melihat lebih dalam
sembari memperhatikan apa yang ada di bawah lapisan gunung,
dan apa yang ada di bawah kakinya, serta menguak lapisan-
lapisan yang membentuk bumi, maka ia akan menemukan dan
mengetahui bahwa gunung ternyata menembus lapisan pertama
bumi yang ketebalannya mencapai 50 km dan semuanya terdiri
dari batu yang disebut lithosfer (kulit bumi). Gunung
menembus lapisan pertama ini hingga mencapai akarnya di
lapisan kedua bumi yang bergerak aktif di bawahnya dan di
dalam bumi kita.
Mengingat lapisan kedua bumi selalu bergerak aktif,
maka Allah pun kemudian mengokohkan bumi dengan
menanamkan gunung-gunung di atas lapisan bergerak tersebut
yang mampu menembus dua lapisan bumi sekaligus (lapisan
pertama dan lapisan kedua), persis sebagaimana pasak tenda
yang di tancapkan di atas tanah tempat berdiri tenda.100
Para ilmuan banyak berbeda pendapat dalam
memahami peran gunung-gunung dalam mengokohkan bumi.
Sebab kendati total keseluruhan massa gunung di atas
permukaan bumi sangat besar, ia tetap tidak sebanding dengan
massa bumi secara keseluruhan yang bobotnya mencapai kira-
kira 1 milyar triliun ton.
Begitu juga ketinggian gunung meskipun menjulang, ia
tetap tidak sebanding dengan panjang jari-jari (lingkaran) bumi.
Sebab, selisih antara ketinggian puncak gunung yang tertinggi
di dunia (yaitu Puncak Mount Everest yang termasuk dalam
99
Yusuf Al-Hajj Ahmad, Seri Kemukjizatan Al-qur’an dan Sunnah (Kemukjizatan Bumi
dalam Al-qur’an dan Sunnah, Yogyakarta, Sajadah_press, 2008. hlm.79 100
Ibid., hlm.79
62
rangkaian pegunungan Himalaya dan berketinggian sekitar
8848 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman palung
yang terdalam di seluruh lembah samudera (Yaitu palung
Mariyana yang terletak di dekat Kepulauan Philipina dan
berkedalaman sekitar 11 km di bawah rata-rata permuakaan
laut) tidak mencapai 20 km (tepatnya 19,715 km). Sementara
radius katulistiwa bumi mencapai 6378,160 km. Dari sini
nampak jelas kemungilan kecekungan dan kecembungan bumi
jika dibandingkan dengan radiusnya, dan prosentasenya pun
tidak lebih dari 0,3 % dari total radius bumi (100 x 19,715/
6378,160).101
Kegunaan Gunung
Gunung berguna untuk mengukur iklim dan mengatur
aliran air di sekitarnya. Selain itu pegunungan juga berguna
untuk berbagai jenis tumbuhan dan binatang. Dan yang tidak
kalah pentingnya adalah menjadi sumber mineral. Pegunungan
juga mempengaruhi aktivitas manusia dan pola transportasi,
komunikasi dan pemukiman. Pegunungan juga mempengaruhi
aliran udara dan curah hujan. Suhu udara menjadi turun dengan
semakin bertambahnya ketinggian. Udara dingin tidak dapat
menahan kelembaban udara sebanyak udara hangat. Ketika
udara hangat bertiup ke atas gunung menjadi dingin dan
menguap menjadi embun dan menjadi titik-titik air. Air ini
turun mengikuti arah angin menjadi hujan atau kristal salju.
Kira-kira seperti itulah siklus perputaran air di daerah
pegunungan. Pada saat udara melewati puncak gunung, udara
menjadi kehilangan kelembabannya. Dan akibatnya sisi gunung
yang berlawanan dengan arah angin menjadi lebih kering
dibandingkan sisi yang menghadap arah angin. Daerah kering
yang berlawanan dengan arah angin ini disebut bayangan
101
Ibid, hlm. 83
63
hujan. Banyak sekali padang pasir di dunia ini berada di
wilayah bayangan hujan. Banyaknya curah hujan yang turun di
sekitar lereng gunung memenuhi kebutuhan air di seluruh
daerah gunung. Aliran sungai dari gunung yang curam dan
deras dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air.
Gunung juga memiliki berbagai macam ketinggian
daerah sehingga memungkinkan terjadinya variasi tumbuhan
yang tumbuh disana. Beberapa jenis mahkluk hidup hanya
dapat bertahan di udara yang dingin di puncak-puncak gunung.
Pegunungan biasanya juga merupakan sumber penghasil
mineral. Gunung terbentuk dari proses geologi seperti letusan
gunung dan gempa bumi. Proses ini bisa membawa mineral-
mineral yang berharga ke atas mendekati permukaan tanah
sehingga dapat dilakukan penambangan. Di berbagai belahan
bumi gunung dapat menjadi penghambat bagi terjalinnya
hungungan transportasi, pemukiman, dan komunikasi. Dengan
terisolasinya masyarakat oleh gunung menciptakan beraneka
ragam kebudayaan. Di pegunungan alpen swis yang berbukit-
bukit, telah memunculkan ratusan dialek dan empat macam
bahasa. Masyarakat pegunungan tengger hingga kini tetap
mewarisi berbagai tradisi sejak zaman Majapahit.
Gunung juga dapat menjadi tempat tujuan wisata yang
penuh tantangan. Berbagai kegiatan seperti berkemah, mendaki
gunung, panjat tebing, pengamatan satwa dan penelitian fauna,
atau sekedar mencari hawa segar pegunungan dan menyaksikan
pemandangan yang indah.102
Dengan demikian, gunung-gunung bukanlah gugus-
gugus yang kaku, akan tetapi terus bergerak. Ia berputar
bersama bumi di dalam gerak rotasi pada sumbunya dan
102
http://3lvin.wordpress.com/2008/03/21/definisi-gunung-kegunaannya/ accessed on 8
September 2009
64
bergerak bersamanya di dalam peredaran pada orbitnya.
Demikian juga ia bergerak naik ke atas setiap kali faktor-faktor
denudasi (pengikisan) menimpa puncaknya sesuai dengan
hukum pengapungan.
2. Tasbih fenomena dan hukum alam
Isyarat tasbih guruh di dalam Al-qur’an disebutkan satu
kali yaitu dalam firman Allah:
uθ èδ “ Ï%©!$# ãΝà6ƒÌ ムšX÷.y9 ø9 $# $ ]ùöθ yz $YèyϑsÛuρ à⋅Å´Ψムuρ šU$ys¡¡9$#
tΑ$ s)ÏoW9$# ∩⊇⊄∪ ßx Îm7|¡ç„ uρ ߉ôã§9 $# Íνωôϑpt¿2 èπ s3Í×≈ n=yϑø9 $#uρ ô ÏΒ Ïµ ÏGx�‹ Åz
ã≅Å™ö ムuρ t,Ïã≡ uθ ¢Á9 $# Ü=ŠÅÁãŠsù $pκÍ5 tΒ â !$ t±o„ öΝèδuρ šχθ ä9 ω≈ pgä† ’Îû «! $#
uθ èδuρ ߉ƒ ωx© ÉΑ$ ysÎR ùQ$# ∩⊇⊂∪
Artinya: “Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu
untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia
Mengadakan awan mendung, dan guruh itu bertasbih dengan
memuji Allah, (demikian pula) Para Malaikat karena takut
kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu
menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka
berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan yang
Maha keras siksa-Nya”.103
Dua ayat di atas mengisyaratkan tentang adanya
keterkaitan antara fenomena-fenomena alam yang disebutkan:
petir, kilat, awan mendung yang tebal, dan halilintar. Dua ayat
ini juga menyatakan bahwa guruh bertasbih kepada Allah dan
merasa takut kepada adzab-Nya.
Para ahli kosmologi (ilmu alam) menyebutkan bahwa
kedua fenomena kilat dan badai guntur terjadi karena benturan
arus-arus listrik berlawanan yang terdapat pada gumpalan awan
yang tebal dan memanjang. Ketika tegangan arus-arus itu
semakin membesar, terjadilah tekanan pelepasan arus listrik
103
Al-qur’an dan Terjemahnya. QS. Ar-Ra’d: 12-13. Op.Cit.hlm. 370
65
dalam bentuk kilat. Percikan api yang berasal dari kilat tersebut
menyebabkan suhu panas udara di dalam gumpalan awan
mendadak naik sehingga menyebabkan pemuaiannya dengan
suara-suara ledakan yang dahsyat. Suara-suara ledakan dan
dentuman naik turunnya pada atmosfir bumi disebut dengan
petir atau halilintar.104
Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif
(elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuwan
menduga lompatan bunga api listriknya terjadi melalui
beberapa tahapan:
• Pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan
• Penumpukan muatan di bagian paling atas awan adalah
listrik muatan negatif; di bagian tengah adalah listrik
bermuatan positif; sementara di bagian dasar adalah muatan
negatif yang berbaur dengan muatan positif.
• Pada bagian dasar inilah petir biasanya terjadi.
Proses terjadinya petir berawal dari awan yang naik ke
angkasa dan menutupi cahaya matahari, sementara hujan dan
hujan es turun dari awan itu sendiri. Strukturnya mungkin
mengandung muatan listrik dalam kondisi tertentu. Gejala ini
diiringi oleh pembongkaran muatan listrik antara berbagai
bagian dari awan yang sedang terbentuk, atau diantara beberapa
awan. Pembongkaran muatan listrik ini menyebabkan
timbulnya bunga api yang menakutkan, biasanya disebut kilat.
Apabila pembongkaran muatan listrik tersebut terjadi antara
awan dengan permukaan bumi, maka dalam hal ini ia disebut
halilintar (petir, geledek). Sudah diketahui orang, bahwa
ekspansi udara yang cepat karena panas yang mendadak
menyebabkan kilat, diikuti oleh tekanan antara dan tekanan
rendah di ruang angkasa yang disebut guntur atau guruh.
104
Zaglul an-Najjar.Op.Cit. Hlm. 161
66
Mengenai bunyi guruh sumbernya berasal dari pantulan bunyi
yang menggemuruh dari serangkaian basis awan, dan karena
ketinggian dan sejenis itu.105
Petir adalah hasil pelepasan muatan listrik di awan.
Energi dari pelepasan itu begitu besarnya sehingga
menimbulkan rentetan cahaya, panas, dan bunyi yang sangat
kuat yaitu geluduk, guntur, atau halilintar. Sedemikian
besarnya sampai-sampai ketika petir itu melesat, tubuh awan
akan terang dibuatnya, sebagai akibat udara yang terbelah.
Ketika akumulasi muatan listrik dalam awan tersebut telah
membesar dan stabil, lompatan listrik (eletric discharge) yang
terjadi pun akan merambah massa bermedan listrik lainnya,
dalam hal ini adalah Bumi. Besar medan listrik minimal yang
memungkinkan terpicunya petir ini adalah sekitar 1.000.000
volt per meter.
105
Muhammad Jamaluddin El-Fandy, Al-qur’an tentang Alam Semesta, Jakarta,AMZAH,
2008. hlm. 25
67
BAB IV
FAEDAH BERTASBIH DALAM KEHIDUPAN
A. Tujuan Bertasbih dalam Al-qur’an
Allah Swt maha suci dari segala sifat kesempurnaan yang diduga oleh
banyak makhluk, karena pertama mereka, memandang kepada diri mereka dan
mengetahui sifat-sifat mereka serta menyadari adanya sifat sempurna pada diri
mereka seperti pengetahuan, kekuasaan, pendengaran, penglihatan, kehendak dan
kebebasan. Manusia meletakkan sifat tersebut untuk makna-makna tertentu dan
menyatakan bahwa itu adalah sifat sempurna. Selanjutnya manusia juga
menempatkan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat-sifat diatas sebagai sifat
kekurangan. Perlu disadari bahwa manusia paling tinggi hanya bisa memberikan
kepada Allah sifat-sifat kesempurnaan seperti yang mereka nilai sebagai
kesempurnaan, serta mensucikan Allah dari sifat kekurangan.106
Secara bahasa Ar-Ragib Al-Asfihani mengartikan kata as-sabh ( $(%>ا)
sebagai “berlari cepat di dalam air (berenang) atau di udara (terbang)”. Secara
istilah tasbih bisa dalam wujud perkataan, perbuatan ataupun niat. Makna
inilah yang sudah berkembang sampai sekarang.107
Para ulama ahli tafsir berpendapat bahwa tasbih itu ada yang di maknai
dengan makna yang hakiki yaitu semua makhluk bertasbih dengan lisanul
maqal dan juga ada yang memberi makna majazi yaitu bahwa mereka
bertasbih dengan keberadaan mereka atau takdir mereka sendiri sebagai bukti
kekuasaan dan keagungan Allah. Akan tetapi semua keberadaan mereka
sebagai pengingat manusia yang selalu mengingkarai ke-Esaan tuhan. Dengan
adanya fenomena gerak dapat diketahui bahwa alam semesta ini senantiasa
berubah. Serta dengan mengetahui adanya waktu yang senantiasa mengalir,
dapat diketahui bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini adalah bertasbih
dan senantiasa bertasbih karena semuanya bergerak dan menempel dalam
106
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Lentera Hati, Cet V, 2006, jakarta, juz 6. hlm. 575 107
Roghib Al-Ashfihani, Mu’jam Mufrodat Alfadzi Al-qur’an, Darul Al-Fikr. hlm.226
68
aliran waktu sehingga setiap saat selalu berubah dan menjauh dari posisinya
semula. Karena makna tasbih juga berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain dengan cepat.
Alam merupakan satu kesatuan unit yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu,
apa-apa yang ada di alam saling membutuhkan satu sama lainnya tidak bisa hidup
sendiri seperti halnya manusia dibuat oleh Allah dari berbagai unsur yang berbeda.
Untuk kelangsungan hidup manusia juga membutuhkan dari yang lain seperti
makanan, air, udara, bumi, panas matahari, rembulan dll. Dilihat dari beberapa ayat
yang menunjukkan tasbih kepada Allah dan juga dengan penafsiran ulama tentang
ayat tasbih, maka tasbih merupakan memahasucikan Allah Swt dari dzatnya itu
sendiri dan sifat-sifat yang tidak berkenan bagi Allah yaitu yang terdapat dalam Al-
qur’an laisa kamislihi syaiun 108
(Allah berbeda dengan makhluk). Dilihat dari dzat-
Nya tuhan berbeda sama sekali dengan alam, melebihi dan mengatasi alam. Karena
itu tuhan diluar jangkauan pengetahuan manusia, tidak dapat dipikirkan dan tidak
dapat dilukiskan dengan kata-kata dan apa pun. Akan tetapi dilihat dari segi nama-
nama dan sifat-sifat-Nya yang termanifestasi dalam alam, tuhan serupa dan mirip
dengan alam karena melalui alam tuhan menampakkan diri-Nya. Alam adalah
perwujudan nama-nama dan sifat-sifat Tuhan. Melalui alam manusia dapat
mengetahui Tuhan. Jadi Tuhan mempunyai dua segi: kemisterian dan penampakan
diri. Segi yang pertama disebut dengan tanzih109
dan segi yang kedua disebut dengan
tasybih.110
Allah menegaskan Maha Besar kesucian-Nya, karena ketunggalan-Nya
dengan Uluhiyah, Rububiyah, dan Wahdaniyat-Nya pada Dzat-Nya sifat-sifat-
Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya atas semua makhluk-
108
Ibnu ‘Arabi menafsiri ayat ini yaitu yang merupakan pembatasan. Jika kita ucapkan
kaf (yang serupa – peny) dengan benar-benar tegas, karena orang yang dibedakan dari apa yang
dibatasi, dirinya sendiri terbatas karena dia bukan hal itu; untuk mengingkari segala kemungkinan
dari pembatasan adalah sebuah pembatasan, wujud mutlak, dalam satu pengertian, yang diabatasi
oleh kemutlakan-Nya sendiri. Lihat fususul hikam hlm. 184 109
Tanzih dan tasybih adalah dua istilah kunci yang telah lama dipakai dalam ilmu kalam.
Yang satu saling menuding sebagai pelaku bi’ah dan satunya lagi dan begitu juga sebaliknya.
Akan tetapi ibnu ‘Arabi berpendapat lain, dia memahi tanzih dan tasybih harus dipadukan sebab
keduanya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, apalagi dipertentangkan. Lihat Ibnu
‘Arabi Wahdatul Wujud Dalam Perdebatan. Hlm. 87-88 110
Kautsar Noor. Ibnu ‘Arabi Wahdatul Wujud Dalam Perdebatan.paramadina,
Jakarta,cet I 1995. hlm 86-87
69
Nya; pada qadrat-Nya yang mutlak dan di dalam menghimpun segala sifat
kesempurnaan yang mutlak; dan suci dari setiap kekurangan. Ayat ini terdapat
di dalam 27 ayat yaitu yang telah disebutkan dalam bab II.
Karena Allah sebagai tuhan yang Maha Esa, maka supaya ke-Esa-an tuhan
terjaga dari orang-orang kafir yang megatakan bahwa tuhan itu ada banyak maka
dibantahlah pendapat para kafir itu dalam Al-qur’an (QS al-Isra : 42-44). dalam ayat
42, ayat ini melanjutkan inti uraian ayat yang lalu tentang kemustahilan adanya
sekutu bagi Allah. Setelah ayat yang lalu menegaskan bahwa kaum musyrikin
menjauh dari tuntunan Al-qur’an, - ketika itu seakan-akan ada yang bertanya – jika
demikian, apa yang harus dilakukan menghadapi mereka? Ayat ini menjawab bahwa
buktikan sekali lagi kekeliruan kepercayaan mereka111
yaitu yang berbunyi :
≅è%θ ©9 θ à)tƒ$¬Ηxå tβ% x. ÿ…çµ yètΒ ×π oλÎ;#u $ yϑx. tβθ ä9θ à)tƒ #]Œ Î) (#öθ tótGö/ω 4’n<Î) “ ÏŒ Ä óUyê ø9 $# Wξ‹ Î7y™
∩⊆⊄∪ …çµ oΨ≈ ysö7 ß™ 4’n?≈ yès?uρ θ ä9 ötβ #vθ è=ãæ #Z.5 Î7 x. ∩⊆⊂∪
Artinya: Katakanlah: "Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana
yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan
yang mempunyai 'Arsy".Maha suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang
mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya.112
Maka pada ayat seterusnya ditegaskan kepada kaum musyrikan yang
berbunyi:
ßxÎm6 |¡è@ ã& s! ßN≡ uθ≈ uΚ ¡¡9 $# ßìö7¡¡9 $# ÞÚö‘F{$#uρ tΒ uρ £ Íκ� Ïù 4 βÎ)uρ ÏiΒ > ó x« �ωÎ) ßxÎm7 |¡ç„
Íνω÷Κ pt¿2 Å3≈ s9uρ �ω tβθßγs)ø�s? öΝßγys‹Î6 ó¡n@ 3 …çµ ¯ΡÎ) tβ% x. $ϑŠÎ=ym #Y‘θ à�xî ∩⊆⊆∪
Artinya: Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.113
111
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah. Op.Cit.Juz 7. hlm. 470 112
Al-qur’an dan Terjemahnya yang telah ditahsis oleh departemen agama RI, Jakarta
QS. Al-Isra’: 42-43. hlm 430 113
Ibid. QS. Al-Isra’: 44. hlm. 430
70
Para ulama berbeda dalam menafsirkan ayat di atas yang mana penafsiran itu
sudah dijelaskan di bab II tentang padangan ulama tentang tasbih. Terlepas dari
perbedaan penafsiran tentang makna tasbih, maka, tujuan bertasbih adalah sebagai
pensucian kepada Allah dari sifat-sifat yang tidak berkenan bagi Allah. Maka Allah
membantah anggapan orang-orang kafir bahwa Tuhan itu ada banyak, maka tuhan
menegaskan bahwa semua alam bertasbih dan meng-Esakan-Nya. Maka dalam Al-
qur’an juga diberikan beberapa contoh makhluk-makhluk yang selalu bertasbih
kepada-Nya. yaitu seperti tasbihnya Alam, Manusia, Jin, Malaikat, Guruh, Halilintar
dan juga Bebatuan. Beberapa contoh tadi sudah dapat mewakili bahwa semua
makhluk Allah itu, menunjukkan adanya pentasbihan kepada Allah; Yaitu dengan
caranya masing-masing. Dalam hal ini jika ada makhluk yang tidak bertasbih maka
kehancuranlah yang ada. Karena mereka tidak tunduk dan patuh atas perintah Allah.
Memahasucikan Allah Swt dengan pemahasucian yang pasti;
menafikan setiap apa yang tidak layak bagi ketinggian dan keagungan-Nya
dengan tanpa menyerupakan, tanpa pemisalan, tanpa perbandingan, tanpa
pengalihan, tanpa penakwilan dan tanpa pengabaian; dan aku menetapkan
pada keagungan-Nya apa saja yang dia jelaskan tentang Dzat-Nya sendiri dan
apa saja yang telah ditetapkan Rasulullah Saw dari berbagai sifat
kesempurnaan yang mutlak. M. Quraish Shihab mengutip pendapat al-Ghazali
yang menggarisbawahi tasbih yaitu bahwa Allah Swt maha suci dari segala
sifat yang dapat dijangkau oleh indra, dihayalkan oleh imajinasi, diduga oleh
wahm, atau yang terlintas dalam nurani dan pikiran.114
Seperti contoh bahwa
Allah mempunyai anak. Maka, jika kita mendengar perkataan yang seperti itu maka
kita cepat-cepat memahasucikan Allah dengan mengatakan ”subhanAllah” karena
Allah tidak mempunyai anak dan juga tidak diperanakkan. Hal ini didukung oleh
firman Allah yang terdapat dalam surat al-Ikhlas lam yalid wa lam yulad walam
yakullahu kufuwan ahad.115
Seandainya salah satu dari mereka tidak bertasbih (taat atas perintah Allah),
tentu alam semesta ini sudah menjadi hancur; akan tetapi semuanya bertasbih kepada
114
M.Quraish Shihab. Juz 6. Op.Cit. hlm 575 115
Al-qur’an dan Terjemahnya. Op.Cit. QS. Al-ikhlas : 1-5. hlm.1118
71
Allah. Seandainya bumi tidak berputar pada porosnya dan mengelilingi matahari?
Seandainya matahari tidak bersinar menyinari bumi? Dan seandainya gunung tidak
berfungsi sebagai penyeimbang bumi? maka tentu alam semesta ini akan hancur dan
tidak ada kehidupan. Allah Swt berfirman: ”apakah kamu tidak melihat bahwa
kepada Allah bersujud segala apa yang ada dilangit dan apa yang ada
dibumi, matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pepohonan,
binatang-binatang yang melata dan sebagian besar kepada manusia, dan
kebanyakan mereka (manusia) telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang
siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorangpun dapat memuliakannya.
Sesungguhnya Allah berbuat apa yang dia kehendaki”.116
Dengan demikian tujuan bertasbih kepada Allah adalah senantiasa berdzikir
dengan mengingat keagungan-Nya dengan setiap nama, sifat dan perbuatan yang di
nisbatkan kepada Dzat-Nya yang Mahatinggi, mengagungkan-Nya, memahasucikan-
Nya dan mengikhlaskan ibadah hanya untuk-Nya dalam keyakinan, niat, ucapan dan
perbuatan; memahasucikan-Nya dari setiap sifat yang tidak layak dengan ketinggian
Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya dan ke-Esaan-Nya; serta mengakui ketunggalan-Nya
dalam kekuasaan di kerajaan-Nya, tanpa ada sekutu, tanpa ada yang menyerupai dan
tanpa ada yang menyaingi.
B. Hikmah Bertasbih dalam Al-qur’an
Dilihat dari makna tasbih alam dengan memberikan penafsiran makna majazi
yang artinya bahwa tasbih alam adalah tunduk dan patuh atas takdir tuhan. Maka,
dengan adanya pentasbihan seluruh alam itu, maka alam ini bisa berjalan dengan
kebersamaan bersama-sama yang saling membutuhkan satu sama lainnya, artinya
tidak berlawanan dengan hukumnya masing-masing yaitu tidak menyalahi takdir
tuhan. Yang pada akhirnya bahwa semua itu berpusat pada satu yaitu pada tuhan
yang Maha Esa. Maka kalau dilihat dari konsep ketuhanannya ibnu ’Arabi yaitu
wahdatul wujud.117
Yang dapat diartikan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
116
Ibid. QS. Al-Hajj. 18. hlm.514 117
Semua itu yang wujud hanyalah satu yaitu Allah. Digambarkan oleh ibnu ‘arabi seperti
halnya orang bercermin di kaca yang mana Allah dianalogikan manusia dan gambar yang ada
72
antara satu sama lainnya, hanya satu yang wujud yaitu Allah Swt. Seperti halnya
contoh bumi berputar pada porosnya mengelilingi matahari dan bulan berputar pada
porosnya dan mengelilingi bumi bersama-sama untuk mengelilingi matahari yang
terjadilah adanya siang dan malam, gerhana matahari dan bulan tanggal dan jam dll.
Bertasbih kepada Allah senantiasa dia akan mengetahui dirinya sendiri
dengan sedalam-dalamnya118
; bahwa dirinya bukanlah apa-apa dan siapa-siapa, dia
hanya makhluk yang kerdil dan lemah. Dia hanyalah makhluk tuhan yang selalu di
tuntut untuk melakukan sebagai tugasnya di bumi ini yaitu sebagai khalifah yang
mengatur dan menjaga bumi dari kehancuran, dan juga sebagai ’abd yang selalu
menyembah, dan mensucikan Allah setiap saat dan dimanapun dia berada. Dalam Al-
qur’an disebutkan :
øŒ Î)uρ tΑ$ s% š�•/u‘ Ïπ s3Í×≈ n=yϑù=Ï9 ’ÎoΤ Î) ×≅ Ïã%y ’ Îû ÇÚö‘F{$# Zπ x�‹Î=yz ( (#þθ ä9$s% ã≅ yèøgrBr& $ pκ� Ïù tΒ
߉šø�ム$ pκ� Ïù à7Ï�ó¡o„ uρ u !$ tΒÏe$!$# ßøtwΥ uρ ßx Îm7|¡çΡ x8ωôϑpt¿2 â Ïd‰s)çΡuρ y7 s9 ( tΑ$ s% þ’ÎoΤÎ) ãΝn=ôãr&
$ tΒ Ÿω tβθ ßϑn=÷ès? ∩⊂⊃∪119
Dengan begitu maka manusia sebagai khalifah berjalan beriringan degan
makhluk selainnya, yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan menerima
secaera ikhlas atas ketetapan tuhan terhadap takdir yang telah diberikan mereka
sendiri sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dengan adanya ketidak patuhan atas
taqdir mereka, maka, terjadilah kehancuran bagi mereka.
Dengan tingkah manusia yang tidak punya rasa tanggung jawab sebagai
khalifah yaitu adanya penggundulan hutan, pembuangan sampah yang sembarangan
inilah yang nanti akan terjadi banjir yang besar yang akan yang mengakibatkan
didalam cermin itu di analogikan sebagai alam yaitu seperti apa yang telah kita ketahui
sekarang.lihat Ibnu ‘Arabi, Fususul Hikam 118
Dalam hadits nabi yang selalu dikutip oleh para sufi yaitu “siapa benar-benar
mengenal dirinya sendiri, maka ia akan mengenal Tuhannya”. maksudnya Dengan
menghubungkan sekaligus pengetahuan tentang Allah dengan pengetahuan tentang diri. Allah
berfirman: “Kami akan menunjukkan kepada mereka tanda-tanda kami di kaki langit” diri disini
berarti esensi batin anda, “hingga menjadi jelas kepada mereka bahwa Dia adalah Realitas”, di
mana anda adalah bentuknya, dan Dia adalah Ruh anda. Anda berhubungan dengan-Nya
sebagaimana tubuh fisik anda berhubungan dengan anda.
119
Ibid. QS. Al-Baqarah: 30. hlm 13
73
kematian dan kerusakan. Semua ini yang rugi manusia itu sendiri karen semua apa-
apa yang ada di alam ini diperuntukkan manusia. Allah berfirman dalam Al-qur’an :
öθ s9uρ ¨βr& Ÿ≅ ÷δr& #“t à)ø9 $# (#θãΖtΒ#u (#öθ s)?$#uρ $ uΖóstGx�s9 ΝÍκö� n=tã ;M≈x.t t/ z ÏiΒ Ï !$ yϑ¡¡9 $# ÇÚö‘F{ $#uρ
Å3≈ s9uρ (#θ ç/¤‹ x. Μßγ≈ tΡõ‹ s{r' sù $ yϑÎ/ (#θçΡ$ Ÿ2 tβθ ç7Å¡õ3tƒ ∩∉∪
Artinya: ”Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya”.120
Pada hakikatnya hikmah tasbihnya alam itu diperuntukkan kepada manusia
itu sendiri karena manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Seandainya alam tidak
bertasbih maka kehancuranlah bagi manusia itu sendiri. Supaya manusia itu bisa
berpikir atas jagat raya yang pada hakikatnya semuanya selalu bertasbih tanpa ada
henti-henti.
Dengan begitu manusia pun harus bertasbih supaya manusia menjadi sabar,
ridha, bertawakkal, menerima ketetapan Allah. Setidaknya dalam hikmah bertasbih
yang terdapat dalam Al-qur’an antara lain :
• Dengan bertasbih manusia menjadi sabar dan selalu memohon ampun atas segala
cobaan yaitu seperti yang terdapat dalam Al-qur’an QS al-Ghafir:55 dan banyak
ayat lain yang menunjukkan hikmah bertasbih berdampak pada kesabaran atas
cobaan. Karena tasbih mensucikan Allah dari dosa buruk sangka
• Menjadikan manusia sebagai orang yang ahli ibadah dan selalu minta ampunan
seperti QS. Al-Hajr: 98 dan QS. An-Nashr: 3
• Bertawaqal kepada Allah yaitu pada QS. Al-Furqan 58
• Menerima ketetapan tuhan yaitu pada QS. At-Thur: 48-49
• Tidak takabbur yaitu pada surat al-’Araf: 206, QS, Fushilat: 38
• Menambah keimanan QS. As-Sajadah: 15
• Ridha Qs. Thaha : 130
Adapun cara yang bertasbih bagi manusia yang telah disebutkan dalam Al-
qur’an yaitu bertasbih dengan nama-nama tuhan yang maha besar yaitu yang terdapat
120
Ibid. . QS. Al-A’raf: 96. hlm. 237
74
dalam Al-qur’an QS. Al-Waqi’ah: 74 dan 96 dan juga dengan asmaul husna yaitu
pada QS. Al-A’raf: 180
¬!uρ â!$ oÿôœF{ $# 4o_ ó¡çtø: $# çνθãã÷Š $$ sù $ pκÍ5 ( (#ρâ‘sŒuρ tÏ% ©!$# šχρ߉Åsù=ムþ’Îû ϵÍ× ¯≈ yϑó™r& 4 tβ÷ρt“ôfã‹ y™ $ tΒ (#θçΡ% x. tβθ è=yϑ÷ètƒ ∩⊇∇⊃∪
Artinya: ”Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan
mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. 121
Semua makhluk selain manusia berpotensi selalu bertasbih kepada Allah dan
tidak pernah mendurhakai-Nya. Akan tetapi bagi manusia yang diberi akal, ada yang
bertasbih dan ada yang menyekutukannya dan tidak tunduk atas perintah tuhan maka
kehancuranlah yang akan menimpa pada manusia itu sendiri. Jika seandainya semua
manusia itu mau tunduk dan patuh atas perintah dan larangan dan selalu bertasbih
kepada Allah niscaya tidak ada musibah atau bencana dimuka bumi ini. Akan tetapi
tuhan tidak berkehendak seperti itu. Seandainya tuhan mau menjadikan manusia
sebagai manusia yang islam dan bertaqwa dan selalu tunduk patuh atas perintah dan
larangan-Nya tentu Tuhan bisa menjadikan seperti itu. Tetapi tuhan tidak
berkehendak seperti itu, karena dalam Al-qur’an diterangkan bahwa dunia adalah
permainan dan senda gurau. Maka hanya orang-orang yang bertaqwalah yang akan
selamat dalam permainan di dunia ini.
Adapun waktu yang ditentukan untuk bertasbih kepada Allah yang terdapat
dalam Al-qur’an yaitu siang dan malam dan pagi dan sore. Akan tetapi ulama ahli
tafsir menafsirkan ayat tersebut kabanyakan mereka memaknai dengan waktu yang
begitu panjang dan lama terus menerus tiada henti-hentinya.
C. Penyembunyian Tasbih Ghairu Mukallaf adalah Rahmat Bagi Manusia
Sungguh merupakan rahmat Allah Swt bahwa Dia menghalangi suara-suara
itu dari kita, yang telah membuat kemampuan-kemampuan pendengaran kita tidak
mampu menjangkaunya. Jika tidak demikian, tentu kehidupan ini akan berubah
121
Ibid. QS. Al-‘Araf : 180. hlm. 252
75
menjadi sebuah ”neraka” yang tidak tertahankan, karena begitu banyaknya suara-
suara di sekitar kita tanpa henti-henti; niscaya manusia tidak mampu bekerja,
berpikir, atau merenung, beristirahat dan berkreasi dan menyegarkan tubuh. Bahkan
peran akal akan hilang dan menjadi gila ketika ia menjumpai setiap entitas semesta di
sekelilingnya berbicara secara bersamaan pada satu waktu. Ini berarti akan
mengganggu peran manusia yang dijadikan sebagai khalifah dimuka bumi ini. Maka
inilah rahmat Allah Swt kepada kita.
Oleh karena itu sekelompok ahli tafsir membatasi pengertian tasbih benda-
benda tak bernyawa sebagai tasbih hening, yang disimpulkan sebagai petanda-
petandanya yang jelas terhadap kesempurnaan mutlak Qodrat Illahi yang telah
menciptakan dan mengkreasikan alam ini, dari unit terkecil yang paling rumit hingga
unit yang paling besar dengan bentuk yang indah dan mengagumkan. Hal itu
disimpulkan dari ketundukan yang sempurna dari benda-benda itu dan hukum alam.
Dan dengan ketundukan kepada kekuasaan Allah dan kepatuhannya terhadap
perintah-perintah Allah, semua itu berdasarkan pada prinsip bahwa tasbih yang
dikenal manusia tidak muncul kecuali dari orang yang berakal dan mengenal
Allah.122
Akan tetapi nash-nash Al-qur’an dan hadits-hadits nabi menegaskan bahwa
tasbih seluruh entitas alam semesta, dari materi-materi tak bernyawa hingga makhluk
hidup yang tidak mukallaf, benar-benar terjadi nyata dan hakiki. Namun ia hakikat
dan fakta yang tidak dapat dijangkau oleh semua manusia, karena ia terdinding dari
mereka sebagai rahmat Allah bagi mereka; karena semua itu di luar bentuk normal
mereka, di atas kemampuan dan daya indra mereka. Merupakan rahmat Allah
terhadap manusia bahwa dia menetapkan batas isolasi di antara manusia dengan
penuturan makhluk-makhluk dan segala entitas semesta yang bertasbih kepada Allah.
Seandainya tidak demikian, kehidupan ini akan terhenti dan dunia kehilangan
perannya sebagai negeri ujian dan cobaan bagi semua makhluk yang berakal,
mukallaf dan pengemban amanah. Akan tetapi ketika roh/jiwa semakin halus dan hati
menjadi jernih, manusia dapat menangkap dan menjangkau hakikat kosmos yang
122
Zaglulu an-Najjar, Shu’arun Min Tasbih al-Kaa’inaat Lillah, diterj: Faisal Saleh,
Ketika Alam Bertasbih, Pustaka al-Kautsar, Jakarta.Hlm.127
76
mengagungkan itu, sehingga ia dapat mendengar alam semesta bertasbih kepada
Allah dan dapat memahami rahasia-rahasia wujud apa yang tidak dapat dijangkau
dan dipahami oleh orang-orang yang lalai.
D. Relevansi Anjuran Bertasbih dalam Kehidupan
Dalam surat an-Nasr : 3 dapat di baca bahwa nabi Muhammad Saw di
perintahkan untuk bertasbih dengan memuji nama tuhannya.123
Memuji tuhan adalah
formula kesyukuran yang sangat penting yang dalam Al-qur’an kata tasbih banyak
diungkapkan dengan kata perintah (amar) yaitu ”fasabbih bihamdi rabbika”
membaca tasbih ”SubhanAllah” dapat dipandang sebagai pendahuluan logis bagi
Tahmid (yaitu memabaca hamdalah/memuji Allah). Sebab tasbih sendiri
mengandung makna pembebasan diri dari buruk sangka kepada Allah, atau
”pembebasan” Allah dari buruk sangka kita. Jadi tasbih adalah sesungguhnya
permohonan ampun kepada Allah atas dosa buruk sangka kita kepada-Nya.124
Khususnya pada manusia, yang merupakan makhluk sosial tidak bisa hidup
sendiri, yang akan selalu membutuhkan makhluk yang lain. Bertasbih kepada Allah
bukan berarti memutuskan diri dari kehidupan dunia. Pada hakikatnya, dengan
bertasbih kepada Allah dengan memuji atau memahasucikan dari sifat yang
berlawanan dengan sifart wajib Allah dan selalu mengikuti perintah dan larangan
Allah yang telah termaktub dalam Al-qur’an maka, dengan sendirinya manusia hidup
di dunia akan selalu berbuat kebajikan kepada sesamanya (hablum minannas) dan
juga kepada penciptanya (Hablum Min Allah). Begitu juga halnya dengan nabi
Muhammad yang pertama kali menyiarkan agama Islam dengan mengajak kepada
kafir Quraish Makkah untuk meng-Esa-kan Tuhan. Malaikat Jibril pertama kali
mengajarkan kepada Nabi Muhammad yaitu mengenalkan nama Tuhan yang Maha
Pencipta dan manusia juga merupakan ciptaan-Nya. Karena manusia adalah hamba
yang tugas dan takdirnya mengabdi kepada Ilahi dan memenuhi kehendaknya.
Kehendak kehidupan tersebut merupakan sebuah ”amanat”125
dari Tuhan, yang
123
Al-qur’an dan Terjemahnya. Op.Cit. QS. An-Nasr: 3. hlm. 1114 124
Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, Paramadina, Jakarta, 2000, cet II. Hlm
166 125
Amanat yakni kemerdekaan dan kebebasan untuk mematuhi atau tidak mematuhi
kehendak/perintah Tuhan yang kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya melalui
potensi kekuatan, kemampuan, dan kebebasan yang dianugrahkan Tuhan kepadanya, seorang
77
merupakan hukum moral bagi para pengembannya.126
Akan tetapi manusia tidak
luput dari kekurang-kekuragan karena manusia diciptakan dari dua unsur yaitu
jasmani dan rahani. Dalam unsur jasmani manusia mempunyai ketebatasan baik
eksistensial maupun esensil. Namun secara rohani manusia mempunyai
kebebasan.127
Walaupun manusia itu mempunyai kebebsasan akan tetapi kebebasan
tersebut tidak lepas dari norma-norma baik dan buruk. Al-Faruqi mendasarkan
tentang baik dan buruk dengan pemenuhan terhadap kehendak Ilahi. Tidak
melaksanakan kehendak Ilahi berarti tidak baik/buruk.128
Maka sudah sepantasnya
lah jika kita disuruh bertasbih dan berdzikir yang nantinya akan berdampak pada
kehendak Ilahi pada kehidupan manusia sendiri. Manusia yang bertaqwa merupakan
manusia yang bisa menyikapi dua hal yaitu hablum minannas wa hablum min Allah.
Artinya manusia sebagai khalifah fil ardl (yang mengatur keseimbangan kosmos dan
sesamanya) dan sebagai ’Abd (yang selalu menyembah dan mensucikannya dari
segala sifat yang tidak berkenan dengan sifat uluhiyyah dan rububiyyah-Nya. maka
Jika kedua-keduanya dilaksanakan maka manusia akan menjadi manusia yang
sempurna (insan kamil).
Dalam Al-qur’an, fitrah manusia diciptakan di dunia ini sebagai khalifah129
di muka bumi. Allah berfirman dalam Al-qur’an inni jaailun fil ardhi khalifah.
Sebagai khalifah di bumi, manusia mempunyai kedudukan sebagai wakil Allah. Ia
memiliki tugas kosmik yaitu: mengadakan observasi, eksperimen, dan eksplorasi
terhadap segala sumber daya yang disediakan Allah untuknya. Guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Karena itu untuk tujuan tersebut, Tuhan menganugrahi dirinya
berbagai potensi atau bakat alami yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kemauan
dan kebutuhannya. Namun implementasi fungsi khalifah fi al-Ardl tersebut tidak
muslim menyadari tugas dan tujuan penciptaannya, yaitu mengaktualisasikan kehendak Tuhan
dalam tata kosmik dalam ciptaan Tuhan sesuai dengan pola-pola-Nya atau sesuai dengan Khalifah
Fil Ardl dan mengabdi kepadan-Nya atau sebagai ‘Abdullah. Lihat moralitas Al-qur’an dan
tantangan modernitas hlm. 224-225 126
Tafsir, Zainul Arifin, Komarudin. Moralitas Al-qur’an dan Tantangan Modernitas,
Gama Media, Yogyakarta, 2002, cet I.hlm. 214-215 127
Ibid. hlm. 228 128
Ibid. hlm. 216 129
Khalifah bisa diartikan sebgai pengganti atau wakil Allah untuk mengatur kehidupan
di bumi atau juga sebagi Tangan ketiga Allah untuk menciptakan sesuatu. Dalam Al-qur’an jika
Allah menciptakan/berbuat sesuatu dengan menggunkana kata Mutakallim Ma’al Ghair itu artinya
Allah menciptakan makhluk tidak sendirian akan tetapi dengan makhluk-Nya.
78
mungkin terealisasi secara sembarangan dan semuanya walaupun sebenarnya
sangatlah mungkin hal itu terjadi. Setiap manusia pada dasarnya mempunyai
memiliki kewenangan untuk melaksanakan fungsi khalifah secara bebas, tetapi secara
de facto dia juga dihadapkan kepada kebebasan orang lain atau makhluk-makhluk
tuhan yang lain. Ia tidak dapat melepaskan diri dari rasa tanggung jawab ketika
sedang merealisasikan fungsi kosmiknya.130
Oleh karena itu pengaktualisasian fungsi khalifah fi al-Ardl tersebut harus
berpedoman pada norma-norma yang dapat menjaga keseimbangan pemenuhan hak-
hak dirinya dan orang lain. Untuk itu, Tuhan dan ajaran tauhid disamping telah
memberikan daya atau kemampuan untuk memahami iradat-Nya juga menurunkan
wahyu melalui para rasul-Nya. Petunjuk-petunjuk Tuhan tersebut merupakan norma-
norma yang harus diikuti ketika manusia hendak menjalankan fungsi Khalifah Fi Al-
Ardlnya. Inilah bentuk eksistensi Tuhan sebagai inti kenormativan. Dengan
demikian, ia harus menata niat, tindakan, dan tujuan yang dikehendaki agar sejalan
dengan kehendak dan pola-pola Ilahi. Menyimpang dari norma-norma yang
dikehendaki Tuhan beserta pola-pola-Nya berarti menyimpang dari prinsip tauhid.131
Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk para rasul dan kemampuan memahami
iradat Tuhan maka bumi ini akan menjadi selaras dan seimbang. Akan tetapi, bagi
manusia yang tidak bertasbih (tunduk patuh atas perintahnya) maka dia akan
membuat kerusakan di muka bumi. Seperti halnya zaman sekarang, dengan adanya
Banjir, Tsunami, Gunung meletus dll. Itu semua ada campur tangan manusia yang
tidak bertanggung jawab. Seperti firman Allah: ”Ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi".132
Manusia diciptakan sebaik-baik kejadian dengan sifat-sifat
kemalaikatan ( dijadikan tanpa nafsu ) dan kebinatangan ( dijadikan tanpa akal
) menyatu dalam diri setiap insan. Gabungan unsur-unsur inilah yang
menjadikan manusia berpotensi untuk menjadi Khalifatu fi’i Ardh dan
130
Tafsir, Zainul Arifin, Komarudin. Moralitas Al-qur’an dan Tantangan Modernitas,
Gama Media, Yogyakarta, 2002, cet I.hlm. 8 131
Ibid. hlm. 8-9 132
Al-qur’an dan Terjemahnya. Op.Cit. QS. Al-baqarah: 30. hlm. 13
79
membawa misi rahmatan lil ‘aalamiin (rahmat bagi alam semesta). Dalam
firman Allah yang lain dikatan bahwa: “ Dan hendaklah ada di antara kamu
puak yang menyeru ( berdakwah ) kepada kebajikan ( mengembangkan Islam
), dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada
segala yang mungkar ( buruk dan keji ). Dan mereka yang bersifat demikian
ialah orang-orang yang berjaya. (Ali Imran : 104 ) dan juga dikuatkan lagi
dengan firman Allah yang berbunyi : “Dan tidak ada yang lebih baik
perbuatannya daripada orang yang menyeru kepada ( menggesakan dan
mematuhi perintah Allah ), “ serta ia sendiri mengerjakan amal yang soleh,
sambil berkata : “ Sesungguhnya aku adalah daripada orang-orang Islam(
yang berserah bulat-bulat kepada Allah)!”133
Di sini kita boleh menggunakan perumpamaan kereta dan
penumpangnya di mana fungsi kereta adalah sebagai kenderaan yang akan
menghantar seluruh isinya ke tujuan. Perumpamaan kereta di atas terlihat
bahawa : ibarat dari Nafs, ibarat dari jasad, (bahan bakar) ibarat dari nafas roh.
Ibarat perjalanan panjang dan berat yang harus ditempuh serta mempunyai
tujuan. Misi perjalanan ini dapat dicapai hasil kerjasama 3 unsur di atas. Nafs
sebagai pengemudi kerana hanya dia yang dapat membaca kehendak Allah
yang merupakan peta di jalan. Seterusnya jasad menjadi kereta dialah yang
memiliki mesin dan roda. Kemudian roh menjadi bahan bakar dan sumber
tenaga.
Maka dengan itu relevansi tasbih terhadap kehidupan masyarakat, untuk
menjaga satu sama lainnya agar dalam kehidupan bermasyarakat menjadi harmonis.
Selaras dan seimbang. Karena mereka tahu fungsi dirinya sebagai khalifah fil ardl
dan juga sebagai hamba tuhan yang selalu menyembah dan bertasbih memujinya
dengan pujian yang baik yaitu menggunakan Asmaul Husna. Dengan bertasbih
dengan sendirinya dia akan mengetahui hakikatnya sebagai manusia yaitu bahwa
dirinya bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa, dirinya hanyalah manusia yang
lemah. Dan yang membedakan dari manusia lainnya hanyalah ketaqwaan saja bukan
yang lain. Maka dalam firman Allah
133
Ibid. QS. Fussilat: 33. hlm. 778
80
9e≅ä3Ï9uρ îπyγ ô_Íρ uθ èδ $pκ� Ïj9uθ ãΒ ( (#θ à)Î7tF ó™$$ sù ÏN≡ u.ö5 y‚ø9 $# 4 t ør& $tΒ (#θ çΡθ ä3s? ÏNù' tƒ ãΝä3Î/ ª!$#
$ ·èŠÏϑy_ 4 ¨βÎ) ©!$# 4’ n?tã Èe≅ ä. & óx« Öƒ ωs% ∩⊇⊆∇∪
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana
saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Karena manusia makhluk yang mukallaf maka tentulah dia harus membawa
amanah dengan sebaik-baiknya. Dan setiap perbuatannya akan selalu dapat balasan
yang setimpal. Seperti hadits: Kullukum Raain Wa Kullukun Daain Masuulun ’An
Ra’iyatih.
Hanya orang-orang yang selalu bertasbihlah yang dapat membawa amanah
tuhan dengan sebaik-baiknya. Dalam kehidupan bermasyarakat dia akan selalu
berbuat kebajikan dan hidupnya bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya. Karena
orang yang bertasbih mengenal jati dirinya sendiri dan juga mengenal Tuhannya.
Seperti hadits yang sering dibuat landasan orang-orang sufi yaitu: Man ’Arafa Nafsah
Faqad ’Arafa Rabbah (barang siapa mengenal dirinya sendiri tentu dia akan
mengenal tuhannya). Karena tidak lain hanyalah sebagai hamba. Tidak ada tempat
kesombongan bagi dirinya makanya sering dalam satu ayat Al-qur’an kata tasbih
diakhiri dengan mustakbirun.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis kemukakan mulai dari bab I sampai
dengan bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengertian Kata tasbih ( "$%') secara etimologi adalah bentuk masdar
dari sabbaha–yusabbihu–tasbihan ( ($)- ,$%- -.0"$%' ), yang berasal
dari kata sabh ( $)). Asal makna kata sabh ada dua. Pertama, sejenis
ibadah. Kedua, sejenis perjalanan cepat. Pengertian kata tasbih ( "$%')
berasal dari pengertian pertama, yaitu menyucikan Allah Swt
Jadi,secara terminologi makna tasbih adalah mensucikan Allah
SWT dari segala keburukan dan dari segala perbuatan ataupun sifat
yang tidak sesuai dengan keagungan, kemuliaan, kasih sayang, dan
kekuasaan-Nya atas segala sesuatu.
Adapun pengertian tasbih menurut Al-qur’an adalah:
1. Mensucikan Allah SWT dari segala keburukan dan dari segala
perbuatan ataupun sifat yang tidak sesuai dengan keagungan,
kemuliaan, kasih sayang, dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu
2. Memuji Allah dari kebesaran-Nya
3. Do’a
4. Dzikir
5. Menjalankan perintah, meninggalkan larangannya.
Dengan demikian yang dimaksud dengan bertasbih adalah
berdzikir secara berulang-ulang kepada Allah Swt disetiap waktu dan
keadaan. Sekalipun makna tasbih bermakna umum mencakup seluruh
ibadah, baik ucapan, perbuatan, dan niat. Dan juga tasbih bermakna
khusus yaitu dzikir lafazh dengan menyebut Asma’ul Husna, dan sifat-
sifat-Nya yang tinggi sebagaimana yang telah diturunkan-Nya dalam
Al-qur’an atau apa yang diberitahukan oleh rasulullah Saw.
82
Jadi, makna tasbih merupakan pemahasucian kepada Allah
dari sifat Uluhiyyah maupun Rububiyyah. Supaya Allah terbebas
dari sifat yang tidak berkenan bagi sifat-Nya atau Dzat-Nya.
Bahwa Allah itu beda dengan makhluk-Nya. Yaitu yang dalam Al-
qur’an Laisa Kamitslihi Syaiun.
2. Gambaran tasbih dan cara bertasbih makhluk yaitu dalam Al-qur’an
telah memberikan beberapa contoh tentang makhluk yang bertasbih.
yaitu:
1. Manusia dan Jin
2. Malaikat
3. Binatang
4. Gunung
5. Guruh
adapun cara makhluk bertasbih itu ada dua macam yaitu:
1. Tasbihnya makhluk yang mukallaf dengan menggunakan ucapan
perbuatan dan disertai dengan niat. Adapun bertasbih kepada Allah
yang lebih baik itu dengan kata “Subhanallah” dan menggunakan
“As’maul Husna”
’Îû BNθ ã‹ç/ tβÏŒr& ª!$# βr& yìsùö è? tŸ2õ‹ ムuρ $ pκ� Ïù …çµ ßϑó™$# ßxÎm7|¡ç„ …çµ s9 $ pκ� Ïù
Íiρ߉äóø9 $$ Î/ ÉΑ$|¹Fψ$#uρ ∩⊂∉∪
2. Makhluk Ghairu Mukallaf selain Malaikat itu ada dua cara yaitu
pertama dengan tunduk dan patuh atas perintah Allah dengan
menerima taqdir kejadiannya. Akan tetapi, yang kedua berpendapat
tasbihnya Ghairu Mukallaf menggunakan lisan seperti halnya
manusia yaitu dengan mengucapkan al-Hamdulillahi
Robbil’alamin. tetapi manusia tidak mengetahui tasbihnya.
83
ßxÎm6 |¡è@ ã& s! ßN≡ uθ≈ uΚ ¡¡9 $# ßìö7 ¡¡9 $# ÞÚö‘F{$#uρ tΒuρ £ Íκ� Ïù 4 βÎ)uρ ÏiΒ >ó x« �ωÎ)
ßxÎm7 |¡ç„ Íνω÷Κ pt¿2 Å3≈ s9uρ �ω tβθßγs)ø�s? öΝßγys‹Î6 ó¡n@ 3 …çµ ¯ΡÎ) tβ% x. $ ¸ϑŠÎ=ym
#Y‘θ à�xî ∩⊆⊆∪
Adapun tasbihnya Malaikat dengan mengucapkan “Al-
Hamdulillhi Rabbil ’Alamiin”
“t s?uρ sπ x6 Í×≈ n=yϑø9 $# šÏjù!% tn ôÏΒ ÉΑöθ ym Ä ö yèø9 $# tβθ ßsÎm7 |¡ç„ ωôϑpt¿2 öΝÍκÍh5u‘ ( z ÅÓè%uρ ΝæηuΖ÷ot/ Èd, ptø: $$ Î/ Ÿ≅ŠÏ%uρ ߉ôϑptø: $# ¬! Éb>u‘ tÏΗs>≈ yèø9 $# ∩∠∈∪
Maka tasbih beberapa makhluk di atas bisa menggunakan
ucapan dan juga bisa menggunakan perbuatan. akan tetapi kedua
perbedaan dalam pemberian makna diatas dapat dikompromikan yaitu
bahwa semua makhluk bertasbih dengan menggunakan kedua-duanya
yaitu ucapan dan perbuatan.
3. Relevansi anjuran bertasbih dalam kehidupan yaitu Pada hakikatnya
dengan bertasbih kepada Allah dengan memuji atau memahasucikan dari
sifat yang berlawanan dengan sifat wajib Allah dan selalu mengikuti perintah
dan larangan Allah yang telah termaktub dalam Al-qur’an maka, dengan
sendirinya kehiduapan yang ada di dunia ini bisa seimbang karena yang satu
sama lainnya saling terkait. Dengan tasbihnya alam maka disini yang paling
diberuntungkan adalah manusia karena manusia khalifatullah. Maka manusia
yang senantiasa bertasbih maka dengan sendirinya akan selalu berbuat
kebajikan kepada lingkungan/alam, sesamanya (hablum minannas) dan juga
kepada penciptanya (Hablum Min Allah). Karena mengetahui hakikatnya
sebagai makhluk (’Abd).
B. Saran-saran
a. Kepada para pemikir dan ilmuwan, khususnya para ahli dan peneliti
ilmu tafsir, hendaklah tetap mempunyai semangat yang besar dalam
84
menjalankan tugasnya, karena masyarakat sangat membutuhkan buah
pikiran kita semua, diharapkan dengan itu semua masyarakat tidak lagi
mempunyai kebimbangan dalam memahami maksud dan tujuan Al-
qur’an. Dengan buah pikiran yang dapat dipahami oleh masyarakat
dengan mudah diharapkan tentang isi dan kandungan Al-qur’an
sebagai pedoman dalam rangka menghadapi hidup di dunia.
b. Kepada masyarakat luas, hendaknya dalam memahami isi Al-qur’an
tidak hanya secara tekstual belaka, karena dengan pemahaman Al-
qur’an yang demikian terkadang dapat menjerumuskan kita dalam
salah persepsi tentang arah dan tujuan yang dikehendaki oleh Al-
qur’an yang semestinya.
C. Penutup
Alhamdulillah dan segala puji penulis kumandangkan sebagai
konsekuensi logis atas curah nikmat yang penulis terima dari Allah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tanpa kekurangan
suatu apa mulai dari awal hingga akhir. Tanpa hidayah dan inayah-Nya,
penulis tidak akan mampu melaksanakan tugas akhir ini dengan biak.
Semoga kelak di kemudian hari, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi masyarakat luas pada umumnya.
Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Semoga penulis khususnya dan masyarakat luas pada umumnya
mendapat syafa'at dari beliau kelak di hari kiamat.
Terakhir penulis berharap saran dan kritik kepada para pembaca
sekalian demi terciptanya sebuah skripsi yang lebih baik dan sempurna,
karena penulis menyadari bahwa dengan sedikit pengetahuan. Penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, maka tentunya banyak kekurangan disana
sini, sehingga kritik dan saran tersebut sangatlah berguna bagi kami.
Akhirnya mohon maaf yang sebesar-besarnya dan kami ucapkan terima
kasih.
1
DAFTAR PUSTAKA
….Al-Munjid, Bairut Lebanon, 1960, cet 39.
Ahmad Warson al-Munawir, al-Munawwir Pustaka Progresif, Surabaya,
2002.
Al-Qur’an dan Terjemahnya yang telah ditahsis oleh departemen agama
RI, Jakarta, 1990
Baidi Bukhori, Dzikir Al-Asmaul Husna Solusi Atas Problem Agresivitasis
Remaja, Rasail media group Semarang .
Fakhr al-Din al-Razi, Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, Jilid 10, Dar al
Kutub al-Ilmiah, Beirut, t.th.
H.R. Muslim. Terj: Hadist Shahih Muslim, Klang Book Centre, Malaysia,
Cet V, 1997, Juz 4.
Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwiny, Ibnu Majah,
Thoha Putra Semarang, Juz I no hadits 1351. Hlm 429
Hamka, Tafsir al-Azhar, Pustaka Panji Mas, Jakarta Juz XV.
Harifudin Cawidu, Konsep Kufr dalam al-Qur’an suatu Kajian Teologis
dengan Pendekatan Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991)
HR. Muslim, Terjemahan Hadist Shahih Muslim, jilid IV, Klang book
Centre, Malaysia, cet II, 1995.
http://3lvin.wordpress.com/2008/03/21/definisi-gunung-kegunaannya/
accessed on 8 September 2009
http://3lvin.wordpress.com/2008/03/21/definisi-gunung-kegunaannya/
accessed on 8 September 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan accessed on 8 September 2009
http://ms.wikipedia.org/wiki/Burung accessed on 8 September 2009
Ibn ‘Arabi, Tafsir Al-Qur’an al-Karim (Beirut: Dar Yaqzah al-Arabiyah,
1968) Vol. 1,
Ibnu ‘Arabi,Fususul Hikam, diterjemahkan dari judul, The Bezels Of
Wisdom penerj: Ahmad Sahidah dan Nurjannah Arianti, Islamaika,
Yogyakarta, 2004.
2
Ibnu Katsir Softwer
Kautsar Azhari Noor, Ibnu ‘Arabi Wahdatul Wujud dalam Perdebatan,
Jakarta, Paramadina, 1995, cet I.
M. Alfatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, Teras, Yogyakarta,
2005.
M. Fuad Abdul Al-Baqi, Mu'jam Al-Mufahras li Al-Fad Al-Qur'an
Alkarim, (Beirut : Daral Fikr, 1981).
M. Ishom El-Saha, M.A., Saiful Hadi, S.Ag., Sketsa Al-Qur’an Tempat,
Tokoh, Nama, dan Istilah dalam Al-Qur’an. Lista Fariska Putra,
2005.
M. Quraish Shihab, “Menyingkap Tabir Ilahi” Lentera Hati, Jakarta, cet
IV,2001.
M. Quraish Shihab, Logika Agama, Lentera Hati, Jakarta, 2005, Cet II.
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Lentera Hati, Cet V, 2006, jakarta,.
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, PT Hidakarya Agung, Jakarta, Cet
19.
Muhamad Nur Ichwan, Memasuki Dunia al-Qur’an, (Semarang: Lubuk
Raya, 2001).
Muhammad Gaib M. Ahl Kitab makna dan cakupannya, Paramadina,
Jakarta, 1998.
Muhammad Jamaluddin El-Fandy, Al-Qur’an tentang Alam Semesta,
Jakarta,AMZAH, 2008.
Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Ringkasan Ibnu Katsir, Gema Insani, Jakarta,
2000, Juz 3.
Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syarif an-Nawawi ad-Dimsyiqy, al-
Adzkar, Toha Putra, Semarang.
Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2005, Cet I
Nisywah Al-Ulwani, Rahasia Istighfar dan Tasbih (Jakarta: Pustaka Al-
Mawardi, 2008)
3
Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, Paramadina, Jakarta, 2000,
cet II.
Roghib Al-Ashfihani, Mu’jam Mufrodat li Al-fadzi al-Qur’an, Darul Al-
Fikr.
Tengkeu Muhammad Hasby as-Shiddiqy, Tafsir al-Quran al-Majid an-
Nur, juz I, Pustaka Rizqi Putra Semarang, Cet II, 1995,
Umar Sulaiman al-Asyqar, ‘Alam al-Jinn Wa al-Syayathin, terjm, Abdul
Muid Daiman, Misteri Alam Jin Dan Setan, Pustaka Nuun,
Semarang, 2006,
Yusuf Al-Hajj Ahmad, Seri Kemukjizatan Al-Qur’an dan Sunnah
(Kemukjizatan Bumi dalam Al-Qur’an dan Sunnah, Yogyakarta,
Sajadah_press, 2008.
Zaglul an-Najjar, Shuarun Min Tasbih al-Kauniaat Lillah , diterj: Faisal
Saleh, Ketika Alam Bertasbih, Jakarta, 2008
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Miftakhul Alif
Tempat & Tgl. Lahir : Jepara, 19 Agustus 1980
NIM : 4104035
Alamat : Desa Daren RT 01 RW 06 Kec. Nalumsari Kab. Jepara
E-mail : [email protected]
Pendidikan :
1. MI An-Nur Daren Nalumsari Jepara (1992)
2. MTs TBS Kudus (1997)
3. MA Tribakti Kediri Jawa Timur (2001)
4. Fakultas Ushuluddin (Tafsir and Hadits) IAIN Walisongo Semarang
(2010)
Semarang, May 30, 2010
Miftakhul Alif