bab ii (2)

19
BAB II Tinjauan Pustaka II.1 Staphylococcus aureus II.1.1. Deskripsi Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Derajat keparahan infeksi Staphylococcus aureus beragam mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan hingga infeksi berat yang mengancam jiwa. Hampir tiap orang pernah mengalami infeksi Staphylococcus aureus selama hidupnya. Staphylococcus menyebabkan penyakit melalui kemampuan berkembang biak dan menyebar di jaringan serta dengan berbagai substansi ekstraseluler yang dihasilkannya (Jawetz et al, 2008). II.1.2. Taksonomi Penelitian Soemarno(2000, disitasi oleh Michael, 2012) menemukan taksonomi dari bakteri Staphylococcus aureus sebagai berikut : Ordo : Eubacteriales Famili : Micrococcacea Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus II.1.3. Morfologi dan Identifikasi

Upload: dreandreaas

Post on 14-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 2

TRANSCRIPT

BAB IITinjauan PustakaII.1 Staphylococcus aureusII.1.1. DeskripsiStaphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Derajat keparahan infeksi Staphylococcus aureus beragam mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan hingga infeksi berat yang mengancam jiwa. Hampir tiap orang pernah mengalami infeksi Staphylococcus aureus selama hidupnya. Staphylococcus menyebabkan penyakit melalui kemampuan berkembang biak dan menyebar di jaringan serta dengan berbagai substansi ekstraseluler yang dihasilkannya (Jawetz et al, 2008).II.1.2. TaksonomiPenelitian Soemarno(2000, disitasi oleh Michael, 2012) menemukan taksonomi dari bakteri Staphylococcus aureus sebagai berikut :Ordo: Eubacteriales Famili: MicrococcaceaGenus: StaphylococcusSpesies: Staphylococcus aureusII.1.3. Morfologi dan IdentifikasiStaphylococcus berupa sel sferis dengan diameter sekitar 1 mikron tersusun dalam kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur. Staphylococcus aureus memiliki polisakarida antigenik dan substansi penting lain dalam struktur dinding sel. Staphylococcus aureus paling cepat berkembang pada suhu 37 0 C tapi suhu 20-25 0 C (suhu ruangan) adalah yang terbaik untuk menghasilkan pigmen. Staphylococcus aureus berkembang pada media bakteriologik lingkungan aerobik maupun mikroaerofilik. Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna abu-abu hingga kuning tua kecoklatan, memfermentasikan karbohidrat secara lambat, serta menghasilkan asam laktat (Jawetz et al, 2008).

Gambar 1. Morfologi S. aureus( Kayser et al, 2005)II.1.4. Struktur AntigenPolisakarida antigenik dan protein serta substansi penting terkandung dalam struktur dinding sel Staphylococcus aureus. Peptidoglikan merupakan eksoskelet yang kaku pada dinding sel dan berperan penting dalam patogenesis infeksi. Peptidoglikan memicu produksi interleukin-1 dan menjadi chemoattractant bagi leukosit polimorfonuklear yang mengaktifkan komplemen. Beberapa strain Staphylococcus aureus memiliki struktur berupa kapsul yang menghambat fagositosis leukosit polimorfonuklear (Jawetz et all, 2008).III.1.5. Enzim dan ToksinBeberapa substansi ekstraseluler yang dihasilkan Staphylococcus aureus berperan dalam patogenesis penyakit. Substansi tersebut berupa enzim dan toksin dibawah pengaruh kontrol genetik plasmid (Jawetz et all, 2008).a.KatalaseHidrogen peroksida dapat diubah menjadi air dan oksigen oleh katalase yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Uji katalase dapat dilakukan untuk membedakan Staphylococcus yang memberi hasil positif dan Streptococcus yang memberi hasil negatif (Jawetz et all, 2008). b.Koagulase dan Faktor PenggumpalStaphylococcus aureus menghasilkan koagulase yang mampu menggumpalkan plasma oksalat atau sitrat. Koagulase mampu menginisisasi polimerisasi fibrin dan produksi koagulase dianggap berpotensi menjadi patogen invasif (Jawetz et all, 2008).c.EksotoksinEksotoksin yang dimiliki oleh Staphylococcus aureus terdiri dari alfa toksin, beta toksin, gamma toksin, dan delta toksin. Alfa toksin bekerja luas pada membran sel eukariot dan bersifat hemolisin kuat. Beta toksin menguraikan sfingomielin sehingga bersifat toksik. Gamma toksin dapat meliliskan sel darah manusia, sedangkan yang terakhir delta toksin bersifat heterogen dan terurai menjadi beberapa subunit (Jawetz et all, 2008).d.LeukosidinLeukosidin yang merupakan toksin Staphylococcus aureus dapat membunuh sel darah putih manusia dengan cara membentuk pori-pori dan meningkatkan permeabilitias kation (Jawetz et all, 2008).e.Toksin EksfoliatifToksin eksfoliatif merupakan toksin epidermolitik Staphylococcus aureus berupa 2 protein berbeda dengan berat molekul sama yang dapat mengakibatkan deskuamasi generalisata (Jawetz et all, 2008).f.EnterotoksinEnterotoksin dihasilkan Staphylococcus aureus bila tumbuh dimakanan yang mengandung karbohidrat dan protein. Enterotoksin menjadi penyebab keracunan makanan yang besifat tahan panas dan resisten terhadap kerja enzim usus (Jawetz et all, 2008).II.2. Pseudomonas aeruginosaII.2.1. DeskripsiPseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial gram negatif yang termasuk grup fluoresen berdasarkan homologi rRNA. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri obligat aerob yang berbentuk batang dan berukuran 0,6 x 2 mm. Psedomonas aeruginosa terdapat di lingkungan rumah sakit yang lembab dan merupakan patogen nosokomial yang penting. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri obligat aerob yang bersifat oksidase positif dan tidak memfermentasi karbohidrat (Jawetz et all, 2008).II.2.2. Taksonomi II.2.3. Morfologi dan IdentifikasiPseudomonas aeruginosa merupakan bakteri batang, motil yang muncul dalam bentuk tunggal, berpasangan atau dalam bentuk rantai pendek. Pseudomonas aeruginosa merupakan bersifat obligat aerob yang mudah tumbuh pada banyak jenis medium biakan. Pseudomonas aeruginosa menghasilkan pigmen pioverdin yang berfluoresensi memberi warna kehijauan pada agar. Pseudomonas aeruginosa dapat membentuk berbagai jenis koloni dan masing-masing koloni mempunyai aktivitas biokimia dan enzimatik yang berbeda (Jawetz et all, 2008).II.2.4. Struktur AntigenPseudomonas aeruginosa memiliki struktur pilli yang menjulur dari permukaan sel dan membantu perlekatan pada epitel penjamu. Isolat Psudomonas yang berasal dari infeksi klinis menghasilkan enzim ekstrasel seperti elastase, protease, dan dua hemolisin (fosfolipase C tidak tahan panas dan glikolipid tahan panas). Lipopolisakarida yang ada dalam immunotype, berkaitan dengan endotoksik organisme. Pseudomonas aeruginosa menghasilkan eksotoksin A yang menyebabkan neksrosis pada jaringan (Jawetz et all, 2008). II.2.5. PatogenesisPseudomonas aeruginosa bersifat patogenik bila terpapar pada daerah yang tidak terdapat pertahanan tubuh normal. Pseudomonas aeruginosa menempel dan membentuk koloni pada mukosa atau kulit, menginvasi secara lokal dan menyebabkan penyakit sistemik. Pili, enzim, dan toksin berperan dalam proses yang dilakukan Pseudomonas di atas. Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap banyak obat antimikroba sehingga menjadi dominan dan penting jika bakteri flora normal yang rentan ditekan (Jawetz et all,2008).II.1.2.5. PengobatanInfeksi Pseudomonas aeruginosa yang berat secara klinis tidak boleh ditangani dengan obat tunggal karena tingkat keberhasilannya rendah dan bakteri dapat dengan cepat resisten jika diberikan obat tunggal. Penisilin dikombinasika dengan aminoglikosida untuk melawan Pseudomonas aeruginosa. Obat lain yang dapat digunakan untuk menangani Pseudomonas aeruginosa adalah golongan kuinolon yang baru seperti siprofloksasin. Golongan sefalosporin yang baru ( seftazidim dan sefoperazon) digunakan sebagai terapi primer Pseudomonas aeruginosa.Uji sensitivitas harus dilakukan dalam memilik terapi Pseudomonas aeruginosa (Jawetz et all,2008).II.3. Mekanisme Kerja Obat AntimikrobaII.3.1. Cara kerja Obat :1. Inhibisi Fungsi Membran SelMembran sitoplasma berfungsi sebagai barier permeabilitas selektif yang berfungsi sebagai transport aktif, sehingga dapat mengatur komposisi internal sel. Jika fungsi integritas fungsional membran sitoplasma sel terganggu, maka pengaturan komposisi ion internal sel yang vital bagi keberlangsungan hidup sel pun terganggu. Hal inilah yang menyebabkan kematian sebuah sel mikroba. Beberapa obat yang bekerja dengan cara ini antara lain imidazol, polimiksin, poliene, dan triazol.2. Inhibisi Sintesis ProteinObat antimikroba dapat menghambat proses translasi dan transkripsi bahan genetik. Contoh obat yang bekerja dengan cara ini antara lain tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, dan aminoglikosida.3. Inhibisi Sintesis Dinding SelDinding sel merupakan bagian dari bakteri yang berfungsi dalam mempertahankan bentuk dan ukuran sebuah mikroorganisme. Apabila terjadi kerusakan pada dinding sel, maka dapat menyebabkan terjadinya lisis dan kematian pada sel. Obat yang bekerja dengan cara ini antara lain penisilin, vankomisin, dan sefalosporin.4. Inhibisi Sintesis Asam NukleatObat yang akan menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan kuat pada RNA polimerase dependen DNA bakteri. Obat yang bekerja dengan cara ini adalah obat antibiotika golongan kuinolon.II.3.2. Pengukuran Aktivitas AntimikrobaAda 2 metode utama yang dapat dilakukan agar dapat mengukur aktivitas antimikroba terhadap patogen, yakni dilusi dan difusi. Metode DilusiBeberapa zat antimikroba dimasukkan ke dalam medium padat ataupun cair. Medium diinokulasi dengan bakteri yang diuji dan diinkubasi. Tujuan akhir dari metode dilusi ini adalah mengetahui seberapa banyak zat antimikroba yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri uji. Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama dan pemakaiannya yang terbatas pada kondisi-kondisi tertentu (Jawetz et al, 2008).Tabel 1. Kriteria Kekuatan Daya Antibakteri (Davis & Stout, 2009)NoDiameter Zona Hambat (mm)Daya Antibakteri

1 5Lemah

25-10Sedang

310-20Kuat

4> 20Sangat Kuat

Sumber : (Suada, 2012)

Metode DifusiMetode yang paling banyak digunakan adalah uji difusi cakram. Kertas cakram yang mengandung beberapa obat yang diletakkan di medium padat yang diinokulasi pada permukaan dengan organisme uji. Setelah inkubasi 37 0 C selama 18-24 jam, diameter inhibisi berbentuk zona benih yang terbentuk di sekitar cakram diukur sebagai ukuran kekuatan inhibisi obat melawan organisme uji (Jawetz et al, 2008).

II.4. Camellia sinensisII.4.1. DeskripsiTeh hijau merupakan minuman populer, terutama di negara-negara Asia, walaupun popularitasnya berlanjut dan menyebar ke seluruh dunia. Manfaat dari teh hijau didapat dari daun tanaman Camellia sinensis. Camellia sinensis yang tumbuh disedikitnya 30 negara, dan tumbuh paling baik di daerah tropis dan subtropis. Teh utamanya di produksi dalam empat varian : putih, hijau, Oolong dan hitam. Teh putih berasal dari daun teh yang sangat muda. Teh hijau berasal dari daun teh dewasa yang tidak difermentasi. Oolong adalah teh yang terfermentasi sebagian sedangkan teh hitam adalah teh yang sepenuhnya terfermentasi. Beberapa manfaat teh hijau bagi kesehatan yang telah diteliti antara lain sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikarsinogen, kesehatan jantung, kesehatan mulut, dan sebagai antimikroba (Reygaert, 2014).II.4.2. Taksonomi Camellia sinensisTaksonomi Camellia sinensis dalam penelitian Tuminah (2004, disitasi oleh Michael, 2012) adalah sebagai : Superdivisi: SpermatophytaDivisi: MagnoliophytaKelas: DicotyledoneaeOrdo: ThealesFamilia: TheaceaeGenus: CamelliaSpesies: Camellia sinensis

II.4.3. Morfologi Camellia sinensisCamellia sinensis yang berasal dari ordo theales dan famili theaceae ini merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 0,6-1,5 meter jika ditumbuhkan sendiri. Daun dari Camellia sinensis berwarna hijau muda dengan panjang 5-30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Camellia sinensis juga memiliki bunga berwarna putih berdiameter 2,5 4 cm. Camellia sinensis juga memiliki buah berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing- masing buah dengan ukuran kira-kira sebesar kacang ( Mahmood et all, 2010).( a ) ( b )Gambar 2. Camellia sinensis : (a) Daun, (b) Buah(Sumber : www.toptropicals.com)

II.4.4. Kandungan Kimia Camellia sinensis Sebagai AntibakteriSepertiga dari 4000 campuran bioaktif yang dikandung teh telah dilaporkan mengandung senyawa polifenol. Senyawa bebrbentuk cincin benzene ini dapat berupa senyawa flavanoid atau non-flavanoid . Sedangkan, senyawa yang ditemykan dalam teh hampir semuanya adalah senyawa flavonoid (Sumpio, 2006). Banyak jenis-jenis flavonoid yang ada di dalam teh, tetapi yang memiliki nilai gizi biasanya dibagi menjadi enam kelompok besar (Mahmood et al., 2010).Tabel . Jenis-Jenis Flavonoid (Mahmood et al., 2010)FlavanoidExamples

FlavanolsEGCG, EG, ECG and cathechin

FlavanolsKaempferol and Quercetin

AnthocyanidinsMalvidin, Cyanidin and Delphinidin

FlavonesApigenin and Rutin

FlavononesMyricetin

IsoflavanoidsGenistein and Biochanin A

II.5. EkstraksiII.5.1. DeskripsiEkstraksi adalah proses pemisahan dua zat atau lebih menggunakan pelarut yang tidak saling campur. Terdapat dua jenis ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair. Ada 3 tahapan pemindahan komponen dari padatan ke pelarut pada ekstraksi padat-cair, yaitu difusi pelarut ke pori-pori padatan atau ke dinding sel, dalam dinding sel terjadi pelarutan padatan oleh pelarut, dan yang terakhir pemindahan larutan dari pori-pori menjadi larutan ekstrak. Waktu ekstraksi, suhu yang digunakan, pengadukan, dan banyaknya pelarut yang digunakan berpengaruh terhadap hasil ekstraksi padat-cair. Ukuran partikel bahan menentukan tingkat ekstraksi yang dihasilkan. Bahan yang diekstrak lebih baik berukuran seragam untuk memudahkan kontak antara bahan dan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung dengan baik (Purba, 2011).II.5.2. Metode ekstraksiMenurut Depkes RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi. Terutama proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari 2 cara, yaitu :1. Cara dingina. MaserasiAdalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan dan pengadukan pada temperatur ruangan biasanya dilakukan selama sehari semalam. Metode maserasi digunakan untuk mengekstrak jaringan tanaman yang belum diketahui kandungan senyawanya yang kemungkinan bersifat tidak tahan panas sehingga kerusakan komponen dapat dihindari.Maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi dengan pengadukan terus-menerus disebut maserasi kinetik, sedangkan apabila dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah penyaringan terhadap maserat pertama dan selanjutnya disebut remaserasi. Sampel tumbuhan direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan terlarut.Kelebihan dari maserasi diantaranya tidak memerlukan alat yang rumit, relatif murah, dan dapat menghindari komponen senyawa karena tidak menggunakan panas, sedangkan kelemahannya adalah dari segi waktu dan penggunaan pelarut yang tidak efektif.b. PerkolasiAdalah metode ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang dilakukan pada temperatur ruangan. Terdiri dari tahap pengembangan bahan, maserasi antara,tahap perkolasi sebenernya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.2. Cara panasa. Soxhlet Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.b. InfusAdalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).c. RefluksAdalah ekstraksi menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.3. Microwave Assisted ExtractionAdalah suatu metode ekstraksi yang memanfaatkan gelombang mikro, ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro merupakan proses ekstraksi yang memanfaatkan energi yang ditimbulkan oleh gelombang mikro dengan frekuensi 0,3 300 GHz dalam bentuk radiasi non-ionisasi elektromagnetik. Metode Microwave Assisted Extraction (MAE) ini merupakan teknik ekstraksi baru yang mengkombinasikan energi gelombang mikro dan teknik ekstraksi konvensional dengan pelarut. Metode MAE karena metode ini memiliki kelebihan dalam mendapatkan jumlah kadar ekstraksi teh secara cepat, energi gelombang mikro menyebabkan pergerakan molekuler dengan cara migrasi ion dan rotasi dipol. Pergerakan yang sangat cepat ini menghasilkan friksi atau gesekan yang akhirnya mengasilkan energi panas dalam bahan sehingga dinding sel maupun jaringan bahan akan rusak, dan solute akhirnya dapat keluar.

II.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksia. Ukuran BahanBahan yang diekstrak memiliki luas permukaan yang besar untuk mempermudah kontak antara bahan dengan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung baik. Kehalusan bubuk yang sesuai menghasilkan ekstraksi yang sempurna dalam waktu singkat. Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif-efisien (Depkes RI, 2000).b. Lama dan Suhu EkstraksiEkstraksi akan berlangsung cepat dilakukan pada suhu yang tinggi, tetapi dapat mempengaruhi beberapa komponen yang terdapat dalam bahan mengalami kerusakan. Ekstraksi yang baik dilakukan pada suhu 20 0 C-80 0 C tetapi suhu yang digunakan harus di bawah titik didih pelarut yang digunakan. Semakin lama waktu ekstraksi, semakin besar peluang untuk bersentuhan sehingga hasil ekstraksi semakin bnayak (Hukmah, 2007).c. Jenis PelarutPelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang berkhasiat atau diinginkan. Pelarut yag paling aman adalah air dan alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti methanol, heksana, toluen, aseton biasanya digunakan untuk tahap separasi dan tahap permurnian. Metanol dihindari penggunaannya karena bersifat toksik akut dan kronik, namun jika dalam uji ada sisa pelarut dalam ekstrak menunjukan negatif, maka metanol sebenarnya lebih baik dari etanol (Depkes, 2000).