bab ii sukarman 2

32
BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Inkuiri a. Pengertian Metode/Strategi Pembelajaran Perubahan wawasan tentang hahekat belajar dan mengajar mendorong pula terjadinya perubahan penggunaan istilah yang berkait dengan terminologi mengajar. Mengajar--Pengajaran dalam kurikulum 1975, dan 1984 digunakan istilah instruksional. Kata instruksional itu sendiri diambil dari istilah instruction yang diartikan belajar-mengajar. Istilah belajar-mengajar itu sendiri dimaknai sebagai proses interaktif antara guru dan siswa, yang berbeda dengan istilah mengajar yang konotasinya hanya guru yang aktif. Kata instruksional selanjutnya dalam kurikulum 1994, tidak lagi digunakan dan diganti menjadi pembelajaran. 8

Upload: kesit-bayuwardhana

Post on 16-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Bab II

TRANSCRIPT

27

BAB IILANDASAN TEORI

A. Metode Pembelajaran Inkuiria. Pengertian Metode/Strategi PembelajaranPerubahan wawasan tentang hahekat belajar dan mengajar mendorong pula terjadinya perubahan penggunaan istilah yang berkait dengan terminologi mengajar. Mengajar--Pengajaran dalam kurikulum 1975, dan 1984 digunakan istilah instruksional. Kata instruksional itu sendiri diambil dari istilah instruction yang diartikan belajar-mengajar. Istilah belajar-mengajar itu sendiri dimaknai sebagai proses interaktif antara guru dan siswa, yang berbeda dengan istilah mengajar yang konotasinya hanya guru yang aktif. Kata instruksional selanjutnya dalam kurikulum 1994, tidak lagi digunakan dan diganti menjadi pembelajaran. Perubahan makna tentang hakekat belajar-mengajar, dilatari oleh perubahan peranan guru dalam proses pembelajaran. Dalam menjalankan perannya di samping menyampaikan informasi, tugas guru di kelas adalah juga mendiagnosis kesulitan belajar siswa, menyeleksi material belajar, mensupervisi kegiatan belajar, menstimulasi interaksi belajar siswa, memberikan bimbingan belajar,menggunakan multi media, strategi dan metode. Peranan guru juga menunjukkan film, mengajak diskusi, mengajukan pertanyaan, mediator debat, menyelenggarakan field trip, simulasi dan berbagai peranan lainnya (Simpson; Anderson , 1981-60). Berbagai peran yang dimainkan guru tersebut bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah berkenaan dengan hal membelajarkan anak. Dalam pada itu, peranan guru tidak lain adalah memfasilitasi terjadinya belajar pada diri anak. Perlu digarisbawahi bahwa perubahan-perubahan perilaku siswa sebagai indikator hasil belajarnya, adalah akibat keaktifan yang dilakukan anak sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan belajarnya. Guru dalam berbagai perannya hanyalah sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memfasilitasi terjadinya aktivitas belajar. Oleh karena itu, maka istilah instruksional, yang bermakna proses interaktif guru-siswa, digantikan dengan istilah pembelajaran, dengan makna sebagai proses penciptaan lingkungan yang merangsang terjadinya proses belajar pada diri anak. Perubahan penggunaan istilah pembelajaran juga di latari oleh asumsi-asumsi pandangan modern tentang belajar. Misalnya belajar menurut Gagne (1975), merupakan aktivitas mental-intelektual yang bersifat internal. Aktivitas belajar aktualisasinya adalah proses beroperasinya mental-intelektual anak. Indikator adanya proses beroperasinya mental-intelektual tersebut dapat di lacak dari hasil operasi-operasi mental-intelektual tersebut. Hasil-hasil operasi itu, dalam hal ini diaktualisasikan anak dalam bentuk perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud berupa kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan menilai. Selain itu, perubahan perilaku itu, juga diwujudkan anak berupa kemampuan-kemampuan afektif seperti penghayatan sikap, motivasi, kesediaan anak, penghargaan terhadap sesuatu dan sejenisnya. Di samping juga , perubahan perilaku anak tersebut termanifestasikan dalam wujud perubahan keterampilan fisik anak yang berupa kemampuan mengkordinasikan sistem otot-ototnya untuk melakukan gerakan-gerakan keterampilan tertentu. Beroperasinya mental-intelektual anak tersebut di atas, dapat terjadi manakala ada obyek eksternal di lingkungan sekitar yang menstimulasinya. Obyek eksternal yang dimaksud dapat berwujud data, fakta, peristiwa, problema, perintah, tugas, penjelasan, dan sejenisnya. Ini berarti reaksi mental-intelektual tersebut tidak dapat terjadi tanpa obyek eksternal yang merangsangnya. Jikalau reaksi mental-intelektual itu tidak terjadi, maka gilirannya belajar itupun tidak terjadi. Terjadinya belajar (reaksi mental-intelektual) pada diri anak, memerlukan obyek eksternal yang berupa peristiwa ataupun sistem lingkungan, yaitu serangkaian kondisioning yang dapat merangsang terjadinya belajar pada diri anak. Aktivitas guru yang berupa kegiatan penciptaan peristiwa atau sistem lingkungan, yang dimaksudkan agar mental-intelektual anak terdorong dan terangsang untuk melakukan aktivitas belajar disebut pembelajaran. Dalam kaitan ini Gagne (1975) mendefinisikan pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang diciptakan dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan dan mendukung belajar siswa (Hanafi dan Manan, 1988:14). Sedangkan Raka Joni (1980:1) menyebutkan, pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Penciptaan sistem lingkungan berarti menyediakan seperangkat peristiwa kondisi lingkungan yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar.Berkenaan dengan perubahan-perubahan pemaknaan yang berujung digantinya beberapa istilah yang bertalian dengan proses belajar-mengajar, sesungguhnya, Smith, B.O dalam Dunkin, M.J (1987) menjelaskan bahwa secara etimologi, sebenarnya kata learn (belajar) dan teach (mengajar) mempunyai makna yang sama. Kata learn berasal dari kata bahasa Inggris kuno learned yang bermakna to learn atau to teach. Misalnya dalam struktur kalimat bahasa inggris, I will learn you typewriting. Kajian-kajian lain menyebutkan pula kata teaching yang dalam bahasa Indonesia diartikan mengajar berasal dari kata teach. Kata ini berasal dari bahasa Inggris kuno teacon yang diambil dari teutonic kuno kata teik artinya to show yang artinya menyajikan/ menunjukkan. Kata teach dalam bahasa Inggris berkenaan dengan kata token yang artinya tanda atau simbol. Berkenaan dengan dua akar kata bahasa Inggris tersebut, mengajar di artikan menyajikan atau menunjukkan seseuatu kepada seseorang melalui tanda atau simbol (Karhami, Karim, A tanpa tahun). Sementara itu, penggunaan kata pembelajaran yang diterjemahkan dari kata Instruction berasal dari kata Instruct yang maknanya menurut kamus adalah mengajar/ melatih/memerintah. Instructional artinya bersifat pelajaran. Berdasarkan kajian akar bahasa, kata teaching and instruction tidak mempunyai arti yang berbeda. Keduanya berarti menyajikan/menunjukkan sesuatu kepada seseorang melalui simbol, atau melatih/memerintah yang bersifat pelajaran kepada seseorang. b. Arti Penting Metode dalam Kegiatan Belajar MengajarSalah satu hal terpenting dalam upaya untuk mencapai suatu keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah pemilihan metode yang tepat dalam mengajar. Metode yang tepat dalam melaksanakan proses belajar mengajar haruslah menjadi perhatian penting oleh seorang guru mengingat Proses pembelajaran ialah proses belajar mengajar (PBM) atau proses komunikasi dan kerjasama guru dan siswa dalam mencapai sasaran dan tujuan pendidikan-pengajaran. Pembelajaran juga merupakan proses pengembangan sikap dan kepribadian siswa melalui berbagai tahap dan pengalaman. Proses pembelajran ini berlangsing melalui berbagai metode dan multi-media sebagai cara dan alat menjelaskan, menganalisis, menyimpulkan, mengembangkan, menilai dan menguasai (memakai: mengamalkan/aplikasi) pokok bahasan (thema) sebagai perwujudan pencapaian sasaran (tujuan).Alasan utama penentuan metode adalah mengingat metode belajar-mengajar adalah bagian utuh (terpadu, integral) dari proses pendidikan-pengajaran. Metode ialah cara guru menjelaskan suatu pokok bahsan (thema, pokok masalah) sebagai bagian kurikulum (isi, materi pengajaran), dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan pengajaran (tujuan institusional, tujuan pembelajaran umum dan khusus).Proses pembelajaran, atau PBM sebagai kerjasama guru-siswa, secara psiko-pedagogis mengutamakan oto-aktivitas siswa (kemandirian, KBS) sebagai bekal pendewasaan diri mengembangkan kemampuan dan penguasaan bidang pengetahuan (bidang studi, mata pelajaran). Artinya, dalam PBM peran guru lebih bersifat tut-wuri handayani, berjalan bersama (bekerjasama, komunikasi, dialog dan hubungan aktab) guru siswa, suasana pembelajaran di dalam dan di luar kelas.PBM dan kerjasama guru-siswa dalam mencapai sasaran dan tujuan belajar, ialah melalui cara atu metode, yang pada hakekatnya ialah jalan mencapai sasaran dan tujuan pendidikan-pengajaran. Jadi, alasan atau nalar guru memilih/menetapkan suatu metode dalam PBM (proses intruksional) ialah:1) metode ini seseuai dengan pokok bahasan, dalam makna lebih menjadi mencapai sasaran dan tujuan instruksional 2) metode ini menjadi kegiatan siswa dalam belajar (KBS, kemandirian) dan meningkatkan motivasi atau semangat belajar 3) metode ini memperjelas dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok bahasan, sehingga pemahaman siswa makin jelas 4) metode dipilih guru dengan asas di atas berdasarkan pertimbangan praktis, rasional dikuatkan oleh kiat dan pengalaman guru mengajar 5) metode yang berdayaguna, belum tentu tunggal, jadi suatu metode dapat digunakan secara kombinasi (sintesis terpadu) dan dilengkapi dengan media tertentu, bahkan multi-media. c. Pengertian Metode Inkuiri Inkuiri adalah suatu kegiatan dan penelaahan sesuatu dengan cara mencari kesimpulan, keyakinan tertentu melalui proses berpikir atau penalaran secara teratur, runtut dan bisa diterima oleh akal. Metode inkuiri merupakan kegiatan belajar-mengajar di mana siswa dihadapkan pada suatu keadaan atau masalah untuk kemudian dicari jawaban atau kesimpulannya. Jawaban atau kesimpulan tersebut belum tentu merupakan pemecahan atas masalah atau keadaan yang dihadapi. Dapat juga jawaban tersebut hanya sampai pada tingkat menemukan hal-hal yang menyebabkan timbulnya keadaan atau masalah tersebut. Dan hal inilah yang membedakan antara metode inkuiri dengan metode pemecahan masalah (Problem Solving) yang lebih menitik beratkan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa. Kegiatan inkuri dilakukan secara perorangan, kelompok ataupun seluruh kelas (klasikal), baik dilakukan dalam kelas ataupun di luar kelas. Inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti diskusi antar siswa, tanya jawab antar guru dengan murid, dan sebagainya. Pelaksanaan metode inkuiri dapat dimaksudkan untuk mencari jawaban tertentu yang sudah pasti ataupun kemungkinan pilihan (alternatif) jawaban atas masalah tertentu. Pengertian diatas, memberikan gambaran kepada kita bahwa dalam proses belajar mengajar dengan menggunkan metode inkuiri, siswa mempunyai kesempatan untuk lebih aktif. Baik melalui diskusi antar siswa atau Tanya jawab antara guru dan murid. Dengan melalui diskusi antar siswa, siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan berbagai persoalan, ataupun menjawab pertanyaan yang sudah diajukan oleh guru sebagai bahan diskusi mereka. Dari diskusi-diskusi tersebut dipastikan muncul hal-hal baru, terutama hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diajukan, dengan penelaahan dalam sudut pandang kemampuan pengetahuan para siswa. Namun demikian, proses ini akan memunculkan pemahaman dalam range yang lebih dangkal. Sebab, para siswa akan menyampaikan pendapatnya dalam kapasitas seberapa besar para siswa tersebut memahami materi yang tengah didiskusikan.Selanjutnya, bentuk aktifitas yang berupa Tanya jawab dari guru dan murid, akan melahirkan sebuah kondisi yang sangat mendukung bagi perkembangan jiwa anak. Guru tidak perlu hanya berkonsentrasi penuh terhadap berapa persen tingkat kebenaran dari jawaban-jawaban yang disampaikan oleh para siswa, tetapi juga harus mempertimbangkan keberanian mereka dalam menyampaikan pendapat mereka dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Bersamaan dengan itu, guru bisa memberikan contoh yang tepat bagaimana cara menyampaikan pendapat yang tepat. Karena seringkali, siswa memberikan jawaban dengan cara yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah, misalnya menjawab tanpa alasan dan dasar yang jelas.d. Alasan rasional penggunaan metode inkuiri Dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya didorong untuk mengamati, mengalami dan memahami suatu konsep, pengertian yang terdapat dalam lingkungan kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu keingintahuan siswa untuk mendapatkannya, guru dapat menggunakan metode inkuiri dalam proses pembelajaran.Aktifitas yang ditawarkan oleh metode inkuiri, memberikan kesempatan pada para siswa untuk memahami sesuatu dengan cara yang lebih mendalam. Memahmi sesuatu berdasarkan konsep akan lebih mengena dan lebih melekat pada diri siswa dibandingkan dengan system hafalan yang seringkali merupakan produk dari metode ceramah. Dengan memahami konsep, bahkan mengalaminya dalam kehidupan di linkgungan keluarga, sekolah dan masyarakat, siswa akan menjadi lebih tahu dan paham akan segala sesuatu. Bahkan, pemahaman itu akan terus berlanjut, sampai mereka dewasa kelak.e. Tujuan Penggunaan metode inkuiri bertujuan: 1) Mengembangkan sikap, keterampilan, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat ( obyektif) 2) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat dan nalar (kritis, analitis dan logis) f. Mengajar dengan Metode InkuiriPenerapan metode inkuiri pada pengajaran dapat membina dan mengembangkan sikap ingin tahu yang lebih jauh pada diri siswa. Dengan demikian, siswa tidak hanya mendapatkan satu sumber saja, tetapi ia akan mencari tahu dari sumber lainnya, yang sekiranya mampu memperkaya pengetahuan dan kemampuannya akan suatu materi pelajaran. Dengan menerapkan metode inkuiri ini, guru memberikan ruang yang lebih luas kepada siswa untuk menggali pengetahuan dari sumber-sumber lain, seperti buku-buku, majalah, internet, atau bahkan langsung dari alam. Siswa ditantang untuk menyimpulkan, mengembangkan dan memperluas cakrawala pikir mereka dengan tantangan seperti itu.Lebih lanjut, penerapan metode inkuiri ini dapat juga membina dan mengembankan aspek pengetahuan (kognitif) sekaligus aspek sikapa (afektif). Dengan keingintahuan para siswa yang senantiasa berkembang, pengetahuan para siswa akan semakin bertambah tidak hanya pada materi pelajaran yang sedang dipelajari, tetapi juga materi-materi pelajaran lainnya serta pengetahuan mereka secara umum. Pada sisi aspek afektif, sikap dan perilaku para siswa akan senantiasa berkembang, terutama berkaitan dengan sikap ilmiah, yakni sikap yang senantiasa terbangun dari rasa ingin tahu akan jawaban-jawaban keilmuan yang muncul di benak mereka.Pada prinsipnya, penerapan metode inkuiri dalam proses belajar mengajar di sekolah, apat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:1) Persiapan: Merumuskan permasalahan sebagai topik Sebelum Kegiatan Belajar Mengajar dimulai, masalah yang akan dibahas harus dirumuskan secara terperinci, sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat senantiasa terarah, tidak keluar dari rumusan yang sudah dipersiapkan. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK) Penerapan metode inkuiri ini juga menyaratkan adanya perumusan tujuan pembelajaran khusus, agar kegiatan belajar mengajar tidak melenceng dari tujuan, dan senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Menjelaskan jalannya kegiatan inkuiriKepada para siswa, guru harus lebih dahulu menjelaskan bagaimana Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan dilaksankan, karena pada umumnya siswa belum terbiasa dengan penerapan metode ini, sehingga perlu dijelaskan lebih dahulu sistematika dan langkah-langkah praktisnya, agar para siswa lebih siap dalam mengkikuti mekanisme kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode inkuiri ini. Biasanya, jika tanpa diberikan penjelasan yang cukup akan penerapan sebuah metode baru, para siswa menjadi tidak siap, dan hampir bisa dipastikan penerapan sebuah metode akan menjadi terganggu, mengingat para siswalah yang sebenarnya menjadi pelaku utama dalam penerapan sebuah metode.2) Pelaksanaan: Agar kegiatan mencapai tujuan yang ditentukan, maka hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Siswa diarahkan kepada pokok permasalahan yang akan dicari jawabannya dan dipecahkan. Untuk itu guru hendaknya menjelaskan pokok permasalahannya dan tujuan yang ingin dicapai. Pokok permasalahan yang akan dicari jawabnya tersebut harus jelas, dan tidak menimbulkan kesan ambigius, yang mana pada siswa-siswa di tingkat bawah hal tersebut akan menjadikan kendala, dikarenaka permasalahan yang kabur dan tidak focus. Guru hendaknya memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berdiskusi, mengemukakan kemungkinan pilihan jawaban ataupun bertanya. Guru hanya membatasi agar jangan keluar dari pokok pembicaraan. Disini lebih tampak jelas, guru hanya berperan sebagai stradara sedangkan siswa lebih banyak mengambil peran pelaku. Karena itu, seorang guru tidak perlu banyak terlebat dalam diskusi-diskusi yang dilakukan oleh siswa, hanya saja guru harus senantiasa siap jika terjadi kemacetan dalam diskusi, dalam artian seorang guru harus bisa memberikan arahan agar diskusi tidak mati dan berjalan stagnan. Guru juga harus bisa membatasi keterlibatannya dalam diskusi-diskusi yang dilakukan oleh siswa, sehingga siswa menjadi tidak kreatif dan inovatif. Guru diharapkan mampu untuk memberikan pertanyaan pancingan, bilamana siswa kurang mampu menganalisa masalah. Pada saat terjadi kemacetan alur diskusi, karena siswa tidak mampu menemukan jawaban akan suatu pertanyaan, atau terjadi perdebatan yang sengit sehingga tidak ditemukan kata sepakat, seorang guru harus bisa memberikan pertanyaan pancingan sehingga suasana menjadi cair kembali, atau dapat muncul ide dari para siswa akan masalah yang sedang beku dalam diskusi mereka. Dalam hal ini guru harus mampu membedakan antara memberi pertanyaan pancingan, dengan member jawaban akan permasalahan yang sedang dibahas. Guru mengawasi, membatasi agar kegiatan siswa tidak menyimpang dari nilai-nilai, seperti nilai agama, Pancasila, dan sebagainya. Dalam hal memberikan kebebasan guru juga harus bisa mengendalikan diskusi-diskusi yang dilakukan siswa, agar tidak hanya menyimpang dari tema permasalahan, tetapi lebih lanjut harus mampu memberikan batasan-batasan agar diskusi yang dilakukan tidak menyimpang dari nilai-nilai norma agama dan pancasila serta norma kesusilaan lainnya. Guru tidak memberikan jawaban langsung atas masalah yang dihadapi. Dalam hal memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan langsung yang diajukan oleh siswa, seorang guru tidak boleh memberikan jawabannya secara langsung. Dikarenakan hal tersebut akan membuat siswa menjadi tumpul, tidak mau berpikir, dan lebih lanjut tidak mau melanjutkan usahanya dalam rangka mencari tahu hal-hal yang sedang diperbincangkan. Atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru sebaiknya memberikan jawaban-jawaban yang dapat berupa pertanyaan lain, sehingga siswa dapat memahami persoalan yang sedang dibicarakan dengan cara yang lebih sederhana. Misalnya dengan balik memberikan pertanyaan yang dapat memancing siswa kembali berpikir untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan sendiri. Misalnya jika ada siswa bertanya : Pak, apakah boleh makan sambil berbicara?, maka guru bisa memberikan jawaban dengan cara memberikan pertanyaan lain, misalnya Apakah kamu pernah melihat orang yang makan sambil berbicara kemudian dia tesedak?. Atau mungkin dengan pertanyaan, Menurut anda, apakah sopan jika seseorang makan sambil berbicara?B. Prestasi belajara. Pengertian Prestasi BelajarPengertian prestasi belajar menurut Nawawi (1989: 100) adalah : Tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.Tetapi menurut pendapat Poerwodarminto (1980: 768), prestasi belajar adalah : Prestasi yang telah dicapai. Sedangkan belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, dengan demikian prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah prestasi yang telah dicapai oleh siswa dalam belajarnya.Prestasi belajar adalah prestasi kegiatan dalam belajar siswa dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar (guru). Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1989: 45) memberikan pengertian prestasi belajar adalah : Proses verbal dari fakta ataupun proses tingkah laku secara phisik yang berupa memori atau ingatan yang bersifat mentalistik, ia juga menambahkan, prestasi belajar adalah proses korelasi antara guru-siswa di dalam kelas yang membawa implikasi terhadap pengembangan diri siswa secara bebas, pembentukan memori (ingatan) pada siswa, dan pembentukan pemahaman pada siswa. Seorang akan berprestasi dalam belajar apabila ada keinginan untuk belajar, Mouly dalam Sudjana (2001: 5) belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Pendapat serupa dikemukakan oleh Kimble dan Garmezi dalam Sudjana (2001: 5) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen terjadi dari prestasi pengalaman. Menurut Reigeluth dalam Degeng (1989: 14) dalam meningkatkan prestasi belajar perlu adanya perbaikan proses pengajaran (metode pengajaran). Jadi kondisi pengajaran akan menentukan kualitas prestasi belajar siswa. Dikelas kondisi eksternal untuk belajar adalah strategi pembelajaran yang ditentukan oleh guru untuk membelajarkan siswa. Siswa dikatakan belajar melalui kegiatan pembelajaran dari guru jika belajar yang terjadi adalah lebih besar daripada yang dapat terjadi bila guru tidak melakukan kegiatan sama sekali. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa proses pembelajaran sesungguhnya terjadi bila ada kegiatan yang dilakukan oleh guru. Logikannya pada proses pembelajaran harus ada nilai tambah (peningkatan) pada prestasi belajar yaitu dari prestasi proses dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh guru. Seseorang akan berprestasi dalam belajar, kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu dengan cara melihat, mengamati, memahami sesuatu. Korelasi antara guru dan siswa dalam kelas membawa implikasi terhadap kadar prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar tersebut sebagai akibat korelasi guru siswa dalam mengembangkan dirinya secara bebas, pembentukan memori (ingatan) pada siswa, dan pembentukan pemahaman pada siswa.C. Sifat-Sifat Terpujiql hnsAaamA ynmwmA mAArtinya : Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (HR. Turmizi) Manusia memiliki dua sifat yang dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku dalam hidup bermasyarakat. Dua sifat itu adalah : 1. Sifat terpuji (Mahmudah) 1. Sifat tercela (Mazmumah) Sifat terpuji juga disebut ahlakul karimah, artinya budi pekerti yang mulia. Allah memerintahkan agar kita bertingkah laku dan bersifat terpuji dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW, contoh sifat-sifat terpuji adalah menepati janji, suka berterima kasih, bertanggung jawab, bersikap ramah dan tolong menolong dalam kebaikan. a. Menepati Janji dan Suka Berterima Kasih1. Menepati Janji 1. Janji adalah ucapan seseorang kepada orang lain yang menyangkut kepentingan bersama. 1. Jika berjanji harus ditepati karena janji itu ibarat hutang yang harus di bayar. Firman Allah yang berbuyi : Dwq~aAwWAAwnmA cAahAaArtinya : Hai orang-orang beriman penuhilah janji-janji itu (QS Al Madinah : 1) 1. Janji adalah hutang D d wA maka janji : hendaklah mengucapkan lAaeA yang artinya jika Allah menghendaki. 1. Orang yang suka mengobral janji dan tidak termasuk golongan munafik. Firman Allah yang lain :

Artinya : Penuhilah janji, sesungguhnya janji itu diminta pertanggung jawabannya. 2. Ciri-ciri orang munafik itu ada 3 : 3. Jika berkata dusta 3. Jika berjanji mengingkari 3. Apabila di percaya berkhianat b. Suka Berterima Kasih Sebagai manusia biasa pasti membutuhkan bantuan dan pertolongan orang lain, kita bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam Islam disebut Hublumminannas. 1. Apabila mendapat bantuan dan pertolongan orang lain mengucapkan terima kasih. 1. Berterima kasih adalah ucapan syukur kepada seseorang yang telah memberikan sesuatu. 1. Kita di wajibkan berterima kasih kepada Allah SWT yang telah memberi segala kenikmatan, yang di sebut dengan bersyukur kepada Allah SWT.

Artinya : Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. 1. Firman Allah dalam surat Al Lukman : 12

Artinya : Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri (QS Luqman : 12) c. Tanggung Jawab dan RamahSupaya pekerjaan yang kita lakukan dapat berhasil dengan baik dan dapat di pertanggung jawab, maka sebelum berbuat kita harus berfikir lebih dulu. Tanggung jawab artinya melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya tanpa menunggu perintah dan berani menanggung akibatnya. Tanggung jawab dapat di artikan ksatria dan jujur, lawan tanggung jawab adalah pengecut, dalam pepatah dikatakan, Lempar batu sembunyi tangan yang artinya berani berbuat tetapi tidak mau menanggung akibatnya. Sebagai umat Islam, kita bertanggung jawab terhadap semua perbuatan dan ucapan yang kita lakukan di dunia ini.

Artinya :Setiap kamu adalah peminpin dan setiap pemimpin pasti dimintai pertanggungjawabannya. d. Ramah 1. Orang Islam harus memiliki sifat ramah. 1. Ramah artinya lemah lembut, baik dan menyenangkan tutur kata dan perilakunya.1. Orang yang ramah di sebut peramah. Dan bermuka manis terhadap siapapun. 1. Sabda Nabi SAW

Artinya:Sesungguhnya ramah tamah dalam segala urusan menjadikan urusan itu indah (sukses). Tanpa ramah tamah niscaya semua urusan akan menjadi buruk. (H.R Muslim). 1. Ciri-ciri peramah : 1. Lemah lembut tutur kata. 1. Menegur dulu bila bertemu. 1. Suka menjawab salam.1. Lebih suka memberi daripada menerima. 1. Senang membantu orang lain. 1. Suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan.

8