analisis proses pembelajaran pada pokok bahasan...

143
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DI SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG TESIS OLEH YUSLITA DEVY NIM 51621 Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

Upload: buianh

Post on 25-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK

BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

DI SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG

TESIS

OLEH

YUSLITA DEVY NIM 51621

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2012

Page 2: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

i  

ABSTRAK

Yuslita Devy. 2012. “Analisis Proses Pembelajaran Pada Pokok Bahasan Kelarutan dan Hasil Kali kelarutan di SMA Negeri 1 Lubuk Alung”. Tesis, Padang: Program Pasca Sarjana Universitas Negri Padang.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional Indonesia, maka pendidikan harus dilakukan secara sadar dan terencana dengan baik, agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan serta akhlak mulia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan, menganalisis bagaimana konsepsi siswa (miskonsepsi dan tidak paham) dan mengetahui penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa.

. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan objek penelitiannya proses pembelajaran dan subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI-IPA1 dan XI-IPA2 SMAN 1 Lubuk Alung. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan tes diagnostik bertingkat dua. Data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif.

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap data penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan: (1) Proses pembelajaran (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) yang telah dilakukan belum mengikuti standar proses menurut Permendiknas RI No 41 Tahun 2007, (2) ditemukan banyak siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak paham terhadap konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan, (3) Miskonsepsi dan tidak paham yang terjadi pada siswa terutama disebabkan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Page 3: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

ii  

ABSTRACT

Yuslita Devy. 2012. “The Teaching and Learning Process Analyzed on The Solubility and Solubility Product in SMAN 1 Lubuk Alung”. Thesis, Graduate Program, State University of Padang.

To get the goal of Indonesia’s national education, then education must must be done consciously and well- planned, so that learners can actively develop the existing potential in him to have the spititual strenght of religious, self control, personality, intelligence and good character.The purpose of this study is to describe the teaching and learning process on the solubility and solubility product as well as analyzing how students conceptions (misconceptions and do not understand) on the subject, then find the cause of misconceptions.

This type of study is a descriptive study with the subject of research learning process anf the research subject were student in grade XI IPA1 and XI IPA2 SMAN 1 Lubuk Alung. The data of research is concluded by interview observation and diagnostic-II test. The group of data was deccriptively analized.

Based on the analysis conducted on research to the data obtained, it was found that : (1) The teaching and learning process that his been done, yet to follow standard process according to The rule of National Education Ministry of Republic of Indonesia, Number 41 year 2007, (2) Many students in both classes who have misconceptions and do not understand the concept of solubility and solubility product, (3) Misconceptions and do not understand that occurs in the student mainly due to the teachers and students were in the teaching and learning process.

Page 4: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas

berkat rahmat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul

“Analisis Proses Pembelajaran Pada Pokok Bahasan Kelarutan dan

Hasil Kali Kelarutan di SMA negeri 1 Lubuk Alung”.

Dalam penulisan ini peneliti mendapatkan bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd.,M.Sc.

sebagai Dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Hj. Latisma Dj., M.Si. sebagai

Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya

untuk membimbing peneliti dalam penyusunan tesis ini. Kepada Bapak

Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd , Bapak Dr. Hardeli, M.Si, dan bapak Dr. Budhi

Oktavia, M.Si sebagai dosen kontributor yang telah banyak memberikan

masukan dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.

Ucapan terimakasih juga peneliti sampaikan kepada Kepala SMA

Negeri 1 Lubuk Alung, Ibu Dra. Dian Mulyati Syarfi, M.Pd. beserta guru

kimia, Ibu Dra. Masyitah, RM, M.Si dan Ibu Eriyanti, S.Pd. yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah ini.

Tak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

keluarga besar penulis, rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah

membantu penulis dalam penyusunan tesis ini. Semoga semua bantuan,

bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi

amal ibadah bagi semua dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah

SWT, Aamiin.

Padang, januari 2012

Peneliti

Page 5: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

sudah selesai dari urusan kerjakanlah sungguh-sungguh urusan yang lain

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

(Qs.Al-Insyirah:6-8)

Ya…… Allah, Ya….Tuhan kami

Engkau telah mengabulkan do’a-do’a hambaMu ini

Disetiap kesempitan, Engkau beri aku kelapangan

Disetiap kebingungan, Engkau beri aku petunjuk

Rasa syukur yang tak terhingga atas Rahmat dan KaruniaMu

Yang telah mengiringi langkahku dalam menggapai harapan dan

impianku

Tiada untaian kata yang terindah

Untuk mengungkapkan rasa suka cita ini

Selain ucapan terimakasih yang tulus kepada Ayahanda (alm) dan

Ibunda tercinta. Dengan cinta dan kasih sayangmu

Hahtarkan aku menggapai cita-citaku.

Semoga karya kecilku ini dapat menjadi baktiku padamu

Teristimewa untuk suamiku (Wedio Armed,,S.Ag) tercinta, yang selalu

mendukung keinginan hati dengan sabar dan penuh kasih

Anak-anakku tersayang Ardya Fahira dan M. Aridhovi Syahdi,

maafkan bunda karena kalian sering terabaikan dan karena kalianlah

bunda menjadi kuat. Semoga karya ini menjadi motivasi bagi kalian

untuk lebih giat belajar dalam meraih cita-cita.

Page 6: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRACT ......................................................................................................... i

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

PERSETUJUAN AKHIR ................................................................................. iii

PERSETUJUAN KOMISI ................................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN ................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5

C. Batasan Masalah ..................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ........................................................................................ 8

1. Proses Pembelajaran ......................................................................... 8

2. Konsep ............................................................................................ 18

3. Konsepsi dan Miskonsepsi .............................................................. 22

4. Tes Diagnostik Bertingkat dua ........................................................ 31

B. Deskripsi Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan .......................... 35

C. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 38

Page 7: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

xi

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 41

B. Obyek dan Subyek Penelitian ............................................................... 41

C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 42

D. Prosedur Penelitian ............................................................................... 44

E. Teknik Analisis Data ............................................................................. 47

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian ................................................................................. 50

1. Deskripsi Proses Pembelajaran ....................................................... 50

2. Deskripsi konsepsi siswa ................................................................ 62

B. Pembahasan ........................................................................................... 71

1. Analisis proses pembelajaran .......................................................... 71

2. Analisis konsep ............................................................................... 89

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................. 102

B. Implikasi .............................................................................................. 103

C. Saran .................................................................................................... 105

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 106

LAMPIRAN ................................................................................................. 117

Page 8: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Presentasi Hasil Ulangan Siswa yang Tidak Tuntas pada Materi

Kelarutan dan Hasil Kali Kelaruta .......................................................... 4

2. Penyebab Miskonsepsi .......................................................................... 27

3. Definisi Konsep-Konsep pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali

Kelarutan ............................................................................................... 37

4. Tehnik Pengumpulan Data Penelitian ................................................... 44

5. Keriteria Pengelompokkan Tingkat Pemahaman Siswa berdasarkan

Tes Diagnostik Bertingkat Dua ............................................................. 48

6. Rumusan Indikator dalam RPP guru berdasarkan SK dan KD ............. 51

7. Pelaksanaan Pembelajaran Kelarutan dan hasil kali kelarutan di kelas

XI-IPA1 dan XI-IPA2 ........................................................................... 55

8. Analisis Konsep Ulangan Harian .......................................................... 60

9. Persentase Tingkat Pemahaman Siswa kelas XI-IPA1 ......................... 63

10. Miskonsepsi Siswa yang teridentifikasi pada kelas XI-IPA1 ............... 64

11. Ketidakpahaman Siswa yang teridentifikasi pada kelas XI-IPA1 ........ 64

12. Persentase Tingkat Pemahaman Siswa kelas XI-IPA2 ......................... 65

13. Miskosepsi Siswa yang teridentifikasi pada kelas XI-IPA 2 ................ 66

14. Ketidakpahaman Siswa yang teridentifikasi pada kelas XI-IPA2 ........ 67

Page 9: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ................................. 37

2. Skema Kerangka Konseptual Penelitian ............................................... 40

3. Skema Kerangka Operasional Penalitian .............................................. 46

4. Diagram Persentase Tingkat Pemahaman Siswa (Paham) ................... 66

5. Diagram Persentase Tingkat Pemahaman siswa (miskonsepsi) ........... 67

6. Diagram Persentase Tingkat Pemahaman Siswa (Tidak Paham) ........ 68

Page 10: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007................................................. 111

2. Silabus SMA negeri 1 Lubuk Alung ................................................... 119

3. Deskripsi Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ........................ 121

4. Kisi-kisi Tes Diagnostik ...................................................................... 126

5. Tes Diagnostik Bertingkat Dua ........................................................... 128

6. Studi Dokumen Rencana Pembelajaran .............................................. 136

7. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ................................... 140

8. Lembar Validasi ................................................................................. 143

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................. 146

10. Profil Sekolah ..................................................................................... 158

11. Surat Izin Penelitian ............................................................................ 159

Page 11: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

xi

PROFIL SEKOLAH

1. Nama : SMA Negeri 1 Lubuk Alung

2. Alamat : Jln. Sungai Abang, Lubuk Alung

3. Kelurahan : Sungai Abang

4. Kecamatan : Lubuk Alung

5. Kabupaten : Padang Pariaman

6. Propinsi : Sumatera Barat

7. Sekolah diresmikan : 7 April 1979

8. Akreditasi : A

9. Keadaan Sekolah :

a. Kelas : 8 rombel (257 siswa)

b. Kelas XI : 9 rombel (279 siswa), Program IPA 6 rombel,

IPS 3 rombel

c. Kelas : 7 rombel (199 Siswa) Progrm IPA 5 rombel,

IPS 2 rombel

10. Jumlah : 93 guru tetap, 5 guru tidak tetap

11. Jumlah Guru Kimia : 5 orang guru perempuan

a. Pendidikan : 4 orang berijasah S-1,1 orang berijasah S-2

b. Lama mengajar : - 2 orang guru telah mengajar < 25 tahun

- 2 orang guru telah mengajar < 15 tahun

- 1 orang guru telah mengajar < 7 tahun

12. Jumlah Labor IPA : 3 buah Labor ( labor Kimia, fisika dan Bologi)

Ketiga labor tersebut digunakan untuk praktikum

Page 12: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah mutu pendidikan selalu menjadi topik yang hangat

diperbincangkan dan tidak pernah selesai diperdebatkan. Salah satu persoalan

yang dihadapi dunia pendidikan terutama di Indonesia adalah rendahnya mutu

pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan akan mengakibatkan sulit tercapainya

tujuan pendidikan nasional di Indonesia.

Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah untuk

meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,

mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja,

profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendidikan harus dilakukan secara sadar

dan terencana dengan baik, agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan

potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.(Sagala, 2003:62)

Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006,

dinyatakan bahwa untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan siswa, maka

dalam kurikulum tingkat menengah atas, dipelajari ilmu kimia. Ilmu kimia

merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang sebagian besar

konsepnya bersifat abstrak. Konsep-konsep kimia pada umumnya merupakan

1

Page 13: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

2

penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya dan saling berkaitan satu sama

lainnya. Karakteristik inilah yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dan

kegagalan dalam mempelajari kimia.

Sastrawijaya (dalam Effendi, 2002:8) mengemukakan bahwa konsep di

dalam ilmu kimia merupakan konsep yang berjenjang dari yang sederhana ke

konsep yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan demikian untuk memahami

konsep yang lebih tinggi tingkatannya perlu pemahaman yang benar terhadap

konsep-konsep dasar yang membangun konsep tersebut. Jika siswa mengetahui

konsep-konsep dasar tentang materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, tetapi

salah cara menghubungkannya, maka siswa akan mengalami miskonsepsi.

Menurut Ratna (1989:131) miskonsepsi biasanya timbul karena adanya

keterkaitan antar konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.

Miskonsepsi adalah faktor penghambat bagi siswa untuk membangun

sendiri pengetahuannya secara benar (Asma, 2002:72). Miskonsepsi bisa terjadi

pada saat siswa menyusun pengetahuannya. Siswa mengaitkannya dari

pengalaman yang tidak lengkap atau tidak cukup atau karena penjelasan yang

salah atau ketidakjelasan di persepsinya. Dengan adanya miskonsepsi itu jelas

bahwa pengetahuan sungguh merupakan bentukan siswa sendiri atau bukan

buatan guru.

Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa miskonsepsi tidak hanya

terjadi pada siswa, akan tetapi juga terjadi pada guru yang mengajar, buku teks

dan metode pembelajaran. Asma (2002:72) mengemukakan bahwa miskonsepsi

pada guru juga terjadi, bahkan miskonsepsi siswa dan guru hampir sama, hanya

Page 14: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

3

berbeda persentasinya saja. Adanya miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang

kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa inilah yang menyebabkan

masih rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa, sehingga prestasi belajar

menjadi rendah.

Menurut Afifuddin (2010:1), dilihat dari segi guru, penyebab rendahnya

pemahaman konsep siswa adalah asumsi sebagian besar guru yang menganggap

bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran

siswa. Berdasarkan asumsi tersebut dalam proses pembelajaran guru kurang

memperhatikan konsep awal yang dimiliki siswa. Siswa tidak dilibatkan dalam

proses pembelajaran, bagaimana memperoleh dan memahami suatu konsep. Dari

segi siswa, penyebab rendahnya pemahaman konsep disebabkan karena siswa

salah mengintepretasikan gejala atau peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya,

dalam hal ini diperlukan peranan guru untuk mengarahkan, sehingga siswa dapat

menginterpretasi konsep tersebut dengan benar. Dari segi sarana dan prasarana

salah satu penyebabnya adalah fasilitas praktikum yang kurang memadai

disekolah.

Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa guru merupakan faktor

penting penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa. Hal ini disebabkan karena

peranan sentral guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Guru dituntut

harus memiliki kompetensi profesional yang baik. Guru yang memiliki

kompetensi profesional baik, tentu akan mengajar dengan baik juga. Sebaliknya,

guru yang kompetensi profesionalnya kurang, akan cenderung mengejar target

Page 15: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

4

penyelesaian silabus semata, dan menyajikan materi apa adanya (Maharta,

2010:3).

Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), dipelajari di kelas XI semester 2. Materi ini mempelajari

banyak konsep- konsep yang membutuhkan pemahaman yang tinggi. Adanya

dugaan banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak paham pada

materi Kelarutan dan hasil kali kelarutan ini, diperkuat oleh hasil wawancara

penulis dengan guru mata pelajaran kimia kelas XI di SMAN 1 Lubuk Alung dan

SMAN 1 Kayu Tanam yang menyatakan bahwa siswa umumnya mengalami

kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan Kelarutan dan hasil kali kelarutan

dan sangat sedikit siswa yang paham. Hal ini terbukti dengan rendahnya hasil

belajar siswa pada pokok bahasan ini. Tabel 1. menunjukkan bahwa persentase

siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMAN 1 Lubuk Alung

dan SMAN 1 Kayu Tanam, yang belum mencapai KKM melebihi 50%.

Tabel 1. Persentase Hasil Ulangan Harian Siswa yang Tidak Tuntas pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Tahun Ajaran 2009-2010.

Kelas Persentase hasil ulangan harian yang tidak tuntas (SMAN I Lubuk Alung)

Persentase Hasil Ulangan harian yang tidak tuntas (SMAN I KayuTanam)

XI IA-1 53% 65% XI IA-2 55% 70%

(sumber:Waka Kurikulum SMAN 1 Lubuk Alung dan SMAN 1 Kayu Tanam)

Pengalaman belajar yang diberikan guru tanpa memperhatikan prakonsepsi

yang dimiliki siswa dan perencanaan yang matang untuk dapat mengoreksi

konsep-konsep siswa yang tidak tepat, akan sangat memungkinkan terjadinya

Page 16: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

5

kesalahan pemahaman pada siswa. Hal ini akan menyebabkan tujuan dari

pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan tidak akan tercapai. Oleh sebab

itu, suatu perlakuan khusus perlu diberikan untuk mengatasi kesalahan

pemahaman konsep (miskonsepsi). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan merancang pengalaman belajar yang bertolak dari prakonsepsi siswa dan

melaksanakan tes diagnostik. Dari tes diagnostik yang diberikan, dapat

diidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga guru dapat merancang

pengalaman belajar yang tepat untuk mengoreksi konsep- konsep yang salah dan

konsep yang tidak tepat pada siswa.

Berdasarkan hal di atas, maka peneliti ingin mendeskripsikan proses

pembelajaran kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan

menganalisis konsepsi (paham, miskonsepsi, tidak paham) yang dibentuk siswa

setelah melewati proses pembelajaran tersebut. Hal ini akan dituangkan dalam

penelitian yang berjudul : “Analisis Proses Pembelajaran Pada Pokok Bahasan

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di SMAN 1 Lubuk Alung”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan terdapat konsep-

konsep yang bersifat abstrak yang menyebabkan siswa mengalami

miskonsepsi dan tidak paham.

Page 17: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

6

2. Siswa sulit memahami kimia sehingga hasil belajar siswa umumnya rendah

dan belum mencapai KKM yang telah ditetapkan.

3. Ditemukan indikasi bahwa pelaksanaan proses pembelajaran kelarutan dan

hasil kali kelarutan belum sesuai dengan standar proses yang telah ditetapkan

C. Batasan Masalah

Sebagaimana telah dikemukakan terlebih dahulu dalam latar belakang

masalah, ditemukan fenomene-fenomena yang dipilih sebagai objek perhatian

untuk dikaji secara ilmiah. Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran

(perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran) dan konsepsi siswa yang

dihasilkan sebagai dampak dari proses pembelajaran tersebut.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses pembelajaran ( perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran) pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan di kelas

XI SMAN 1 Lubuk Alung?

2. Bagaimana konsepsi siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali

kelarutan di kelas XI SMAN 1 Lubuk Alung?

3. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya miskonsepsi dan tidak paham pada

siswa, dalam pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan di kelas XI

SMA Negeri 1 Lubuk Alung?

Page 18: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran pada pokok bahasan kelarutan dan

hasil kali kelarutan.

2. Menganalisis konsepsi siswa (paham, miskonsepsi, dan tidak paham) pada

pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3. Menemukan penyebab miskonsepsi pada siswa melalui analisis proses

pembelajaran.

.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru mengenai gambaran konsepsi yang terjadi

dalam diri siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk merencanakan pelaksanaan

pembelajaran yang sesuai agar kesalahan pemahaman pada materi kelarutan

dan hasil kali kelarutan di masa yang akan datang bisa diminimalkan.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menjalankan fungsinya sebagai

fasilitator dan mediator pembelajaran yang efektif dan efisien

 

Page 19: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Proses Pembelajaran

Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, standar proses berisikan kriteria

minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di

seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses

meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,

penilaian hasil belajar dan pengawasan proses pembelajaran untuk

terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien.

Dalam proses pembelajaran, komponen proses belajar memegang

peranan yang sangat penting. Lufri (2006:10) menyatakan ”belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi akibat interaksi

dengan lingkungan”. Oemar (2007:27), ”belajar adalah modifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Selanjutnya Wina (2006:130)

menyatakan ”belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai

dengan tujuan yang diharapkan”.

Menurut Gagne (1984) dalam Effendi (2002) belajar adalah sebagai

suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari

pengalaman. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat

interaksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan pengalaman belajar.

8

Page 20: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

9

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh

peserta didik atau murid. Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007

tentang Standar Proses, ”pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan”. Selanjutnya Lufri

(2006:10) menyatakan ,”pembelajaran merupakan hal membelajarkan yang

artinya mengacu kesegala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar,

bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang

tersebut”. Jadi pembelajaran itu adalah suatu proses interaksi antara pendidik

dengan peserta didik dalam suatu lingkungan tertentu.

Prinsip dasar pembelajaran adalah mengembangkan potensi anak didik

(kognitif, afektif, psikomotor atau dalam paradigma baru dikenal istilah

kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan skill) secara optimal (Lufri,

2006:2). Proses pembelajaran haruslah interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreatifitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007).

Belajar bermakna adalah proses belajar dimana informasi baru

dihubungkan dengan struktur pengetahuan yang sudah dipunyai seseorang

yang sedang belajar (Paul, 1997:53). Proses pembelajaran yang bermakna,

sebaiknya melibatkan banyak panca indra sebagai upaya penanaman konsep

melalui pengalaman belajar siswa. Diharapkan melalui proses pembelajaran

Page 21: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

10

ini, siswa mempunyai kemampuan bernalar dan kemampuan

mengkomunikasikan serta menghubungkan antara suatu gagasan dengan

gagasan lain dalam memecahkan suatu permasalahan. Untuk itu diperlukan

keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan peranan guru

sebagai fasilitator dalam penanaman konsep yang baik dan benar, sehingga

siswa memperoleh pengalaman dalam belajar dan pembelajaran menjadi lebih

terkesan dan lebih melekat dalam ingatan siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar

dengan memanfaatkan semua sumber belajar yang ada, sehingga terjadi

perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar. Hal ini berarti guru

bukan orang yang tahu segalanya, guru harus dapat memposisikan dirinya

sebagai fasilitator dan sebagai pembimbing yang baik, sehingga proses

pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, Rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus yang bertujuan untuk

mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap

guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan

sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

Page 22: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

11

kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan

yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah:

1. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,

program, mata pelajaran, jumlah pertemuan.

2. Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta

didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan

ketrampilan yang diharapkan dicapai pada suatu mata pelajaran.

3. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai

peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan

indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4. Indikator pencapaian kompetensi

Adalah perilaku yang dapat diukur dan diobservasi untuk menunjukkan

ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian

mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang

mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Page 23: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

12

5. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang

diharapkan dapat dicapai peserta didik sesuai dengan KD

6. Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan, dan

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator

pencapaian kompetensi dasar.

7. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD

dan beban belajar.

8. Metode pembelajaran

Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik mencapai KD atau seperangkat indikator

yang telah ditetapkan.

9. Kegiatan pembelajaran

a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran.

Page 24: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

13

b. Kegiatan inti

c. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses

eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi

d. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau

kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.

10. Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrument penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan

dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar

Penilaian.

11. Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan

kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indicator

pencapaian kompetensi.

3. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan

inti dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

Page 25: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

14

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran;

b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan

pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan;

c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang

akan dicapai;

d. menyampaikan cakupan materi dan pejelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai KD. Kegiatan inti menggunakan metode yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran

yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan ini, guru:

1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan

menggunakan prinsip alam takambang jadi guru dan

belajar dari aneka sumber;

2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran dan sumber belajar lain;

3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik

dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya;

Page 26: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

15

4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran;

5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di

laboratorium,studio dan lapangan

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang

beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,

diskusi dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru

baik secara lisan maupun tulisan;

3) .memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut;

4) memfasilitasi pserta didik dalam pembelajaran kooperatif

dan kolaboratif;

5) memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat

untuk meningkatkan prestasi belajar;

6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi

yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara

individual maupau kelompok;

7) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran,

turnamen, festival serta produk yang dihasilkan;

Page 27: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

16

8) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta

didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam

bentuk lisan, tulisan,isyarat maupun hadiah terhadap

keberhailan pserta didik;

2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan

elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber;

3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan;

4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh

pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi

dasar;

a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam

menjawab pertanyaan peserta didk yang mengalami

kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku

dan benar.

b) membantu menyelesaikan masalah;

c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan

pengecekan hasil eksplorasi;

d) memberikan informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

Page 28: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

17

e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang

kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama-sama dengan peserta didik dan/sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran;

b. melakukan penelitian dan/refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran;

d. melaksanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling

dan/ atau memberikan tugas, baik tugas individu maupun tugas

kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

4 . Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran, dengan

tujuan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik,

serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil

belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Page 29: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

18

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram

dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan,

pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa

tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian

hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan

Panduan Penelitian Kelompok Mata Pelajaran.

2. Konsep

a. Pengertian Konsep

Walaupun para ahli psikologi menyadari akan pentingnya konsep-

konsep, suatu definisi yang tepat belum diberikan. Definisi- definisi yang

diberikan dalam kamus, seperti “ sesuatu yang diterima dalam pikiran”

atau “suatu ide yang umum dan abstrak”, terlalu luas untuk digunakan.

Mungkin tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan

arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsep- konsep yang

diperoleh oleh para siswa. Oleh karena konsep- konsep itu merupakan

penyajian- penyajian internal dari sekelompok stimulus- stimulus, konsep-

konsep itu tidak dapat diamati, konsep- konsep harus disimpulkan dari

perilaku. Walaupun kita dapat memberikan suatu definisi verbal tentang

suatu konsep, suatu definisi tidak mengungkapkan suatu hubungan –

hubungan antara konsep itu dengan konsep- konsep yang lain.

Menurut Rosser dalam Ratna (1988:9) konsep adalah suatu

abstraksi yang mewakili satu kelas objek- objek, kejadian- kejadian,

Page 30: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

19

kegiatan- kegiatan, atau hubungan- hubungan yang mempunyai atribut-

atribut yang sama. Oleh karena setiap orang mengalami stimulus- stimulus

yang berbeda , orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan

stimulus- stimulus dengan cara tertentu. Karena konsep- konsep tersebut

adalah abstraksi – abstraksi yang berdasarkan pengalaman, dan karena

setiap orang tidak ada yang mempunyai pengalaman yang persis sama,

maka konsep- konsep yang dibentuk setiap orang akan berbeda juga.

Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang

memiliki ciri- ciri umum (Oemar, 2002:161). Stimuli adalah objek- objek

atau orang (person). Kita menyatakan suatu konsep dengan menyebut

“nama” misalnya buku, siswa, perang, guru- guru yang berdedikasi, wanita

cantik, dan sebagainya. Contoh- contoh tersebut menunjuk pada stimuli,

orang dan peristiwa tertentu yang khusus. Konsep- konsep tidak terlalu

kongruen dengan pengalaman pribadi kita, tetapi menyajikan usaha- usaha

manusia untuk mengklasifikasikan pengalaman kita.

Beberapa ciri umum mengenai konsep, khususnya dalam bidang

sains dan pendidikan IPA dikemukakan oleh Ratna (1988:96) sebagai

berikut :

1) Konsep adalah hasil berpikir abstrak manusia yang menerangkan

banyak pengalaman.

2) .Konsep timbul sebagai hasil dari pengalaman manusia dengan lebih

dari satu fakta- fakta, dan konsep merupakan suatu generalisasi dari

fakta-fakta tersebut.

Page 31: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

20

3) .Suatu konsep dianggap kurang tepat, disebabkan timbulnya fakta-

fakta baru dan karena itu konsep yang bersangkutan harus mengalami

perubahan.

Hubungannya dengan belajar konsep, Gagne (Ratna, 1988:105)

mengemukakan dua kondisi yang dibutuhkan untuk belajar konsep-konsep

konkrit, yaitu kondisi internal dan eksternal. Pada kondisi internal seperti

kelarutan dan hasil kali kelarutan maka siswa harus memanggil kembali

konsep-konsep yang telah dimilikinya seperti konsep keetimbangan ion

dalam larutan,larutan asam-basa,reaksi penggaraman dan lain-lain. Pada

kondisi eksternal siswa mempelajari dan mengamati yang terjadi dari suatu

demonstrasi reaksi pengendapan, misalnya reaksi pengendapan Zn(OH)2

dan Pb(OH)2.

b. Pembagian Konsep

Vygotsky (Effendy, 2002:3) membedakan konsep menjadi dua

kategori, konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan yaitu konsep

yang diperoleh siswa dari kehidupan sehari-hari (diluar sekolah). Konsep

ilmiah yaitu konsep yang diperoleh siswa dari pelajaran di sekolah. Dua

kategori konsep ini adalah terus-menerus berhubungan atau saling

mempengaruhi.

Gagne (Effendy, 2002:4) membagi konsep dalam dua kategori

yaitu konsep konkrit dan konsep terdefinisi. Konsep konkrit adalah

abstraksi atau gagasan yang ditemukan dari obyek-obyek atau peristiwa-

peristiwa konkrit. Konsep konkrit contohnya: konsep tentang peleburan,

Page 32: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

21

misalnya es bila dipanaskan akan melebur. Konsep terdefinisi merupakan

gagasan yang diturunkan dari objek-objek atau peristiwa yang bersifat

abstrak. Contoh konsep terdefinisi contohnya konsep atom, ion dan

molekul. Konsep terdefinisi yang diturunkan dari obyek-obyek abstrak

disebut juga dengan konsep mikroskopik.

c. Perolehan Konsep

Menurut Ausubel dalam Ratna (1988:98) mengemukakan bahwa

konsep-konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu formasi konsep (concept

formation) dan asimilasi konsep (concept assimilation). Menurut teori

belajar Gagne (Ratna, 1988:98), formasi konsep dapat disamakan dengan

belajar konsep konkrit sedangkan asimilasi konsep dapat berupa bentuk

khusus dari belajar aturan (rule learning) yaitu belajar konsep terdifinisi.

Formasi konsep terutama lebih merupakan bentuk perolehan konsep-

konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Asimilasi konsep merupakan

cara utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah belajar

di sekolah.Untuk memperoleh konsep-konsep melalui asimilasi, orang

yang belajar harus sudah memperoleh difinisi formal dari konsep-konsep

itu.

Rosser dalam Ratna (1988:99) mengungkapkan bahwa difinisi

formal dari suatu kata menunjukkan kesamaan (commonalities) dengan

konsep tertentu, dan membedakan konsep tersebut dari konsep-konsep

lainnya. Sesudah definisi dari konsep itu disajikan, konsep itu dapat

Page 33: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

22

diilustrasikan dengan memberikan contoh atau deskripsi verbal dari

contoh-contoh.

3. Konsepsi dan Miskonsepsi.

a. Konsepsi

Seorang anak pertama kali memperoleh konsep melalui

pembentukan konsep, selanjutnya anak tersebut akan mengasimilasi

konsep yang diperolehnya dan memodifikasi konsep tersebut sehingga

konsep yang dimiliki semakin berkembang karena pengalamannya.

Konsep yang dimiliki seseorang berkembang melalui satu seri tingkatan

dengan kecepatan pencapaian berbeda-beda, dengan demikian penafsiran

tiap orang mengenai konsep akan berbeda-beda.

Tafsiran seseorang dari suatu konsep ilmu disebut konsepsi.

Tafsiran/konsepsi siswa mengenai suatu konsep dalam ilmu kimia berbeda

dari konsep guru atau buku, walaupun dalam ilmu kimia kebanyakan

konsepnya mempunyai arti yang jelas dan sudah disepakati bersama oleh

para pakar ilmu kimia (kimiawan). Tetapi kalau konsepsi siswa itu

bertentangan atau tidak cocok dengan konsepsi para kimiawan, maka

dalam hal ini siswa mengalami salah konsepsi yang disebut dengan istilah

miskonsepsi (misconception).

b. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi adalah tafsiran (persepsi) yang kurang memadai

terhadap suatu konsep. Seseorang dikatakan miskonsepsi bila konsepsi

terhadap suatu konsep bertentangan dengan konsepsi para ilmuwan.

Page 34: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

23

Miskonsepsi berarti suatu konsep yang berbeda dari pengertian umum

yang disajikan dalam materi. Sekali miskonsepsi itu masuk dalam struktur

kognitif siswa, maka akan berlanjutlah miskonsepsi tersebut. Siswa

selanjutnya akan terhambat menerima informasi baru kedalam struktur

kognitifnya yang kurang tepat memahami konsep yang ada. Maka

informasi baru tersebut tidak dapat dicerna dan terjadilah kesalahpahaman.

Menurut Skelly and Hall (1993) dalam Nakiboglu (2003:1)

menyatakan miskonsepsi adalah suatu pemahaman konsep yang tidak

sesuai dengan teori ilmiah. Selanjutnya Berg (1991) dalam Efendi

(2002:10) menyatakan miskonsepsi sebagai suatu kesalahan yang

diperbuat siswa dalam belajar yang terjadi secara terus menerus dari

sumber tertentu. Paul (1997:86) memandang misconceptions atau salah

pengertian adalah ”pengertian yang ”salah” atau yang tidak sesuai dengan

pengertian ilmiah/ilmuwan”.

Pengertian Alternatif (alternative conceptions) adalah pengertian

atau konsep yang berbeda dengan konsep ilmiah yang sekarang diterima

(Paul, 1997:86). Pengertian alternatif banyak dipakai untuk menggantikan

istilah ” salah pengertian” yang terlalu keras, sekaligus dengan

menggunakan pengertian alternatif, kita menghargai usaha siswa yang

telah mengkonstruksi pengertian itu. Dari pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah suatu konsepsi yang tidak sesuai

dengan pengertian ilmiah atau yang tidak sesuai dengan pendapat para

ilmuwan.

Page 35: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

24

Pada umumnya terjadinya kesalahan pemahaman dalam kimia

berhubungan dengan kesulitan dalam memahami materi ilmu kimia.

Kirkwood dan Symington (1996) dalam Efendi (2002:12) berpendapat

bahwa penyebab terjadinya kesalahan pemahaman dalam belajar kimia

dapat ditinjau dari siswa, pengajar dan materi pelajaran. Dari segi siswa

penyebab terjadinya kesalahan pemahaman antara lain adalah pengetahuan

yang telah diperoleh siswa dari hasil proses pembelajaran sebelumnya,

pengalaman, interaksi sosial, kemampuan berpikir, motivasi belajar dan

kesiapan untuk belajar. Dari segi pengajar penyebab terjadinya kesalahan

pemahaman kemungkinan terletak pada metode dan pendekatan belajar

yang digunakan. Dari segi materi penyebab terjadinya kesalahan

pemahaman antara lain adalah konsep - konsep yang kompleks dan

abstrak, aplikasi konsep yang nyata dalam kehidupan dan materi kajian

yang terlalu padat. Berg (1991) dalam Efendi (2002:13) mengungkapkan

bahwa terjadinya miskonsepsi dapat disebabkan oleh gagasan-gagasan

yang muncul dari pikiran siswa yang bersifat pribadi. Gagasan ini

umumnya kurang bersifat ilmiah, akan tetapi bila pengajar tidak berupaya

untuk melihat gagasan yang dimiliki oleh siswa sebelum mengenalkan

konsep yang berhubungan akan memungkinkan untuk terjadinya salah

konsep. Menurut Paul (1997:77) karena siswa mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi itu tidak

cocok dengan hasil konstruksi para ilmuwan. Inilah yang memunculkan

salah pengertian (misconceptions) atau konsepsi alternatif.

Page 36: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

25

Menurut yang dilaporkan Berg (1991) (dalam Efendi, 2002:14)

beberapa fakta yang dikemukakan oleh para peneliti miskonsepsi seperti

Osborne, Freyberg, dan Driver menyimpulkan bahwa :

a. Miskonsepsi sulit diperbaiki.

b. Seringkali “sisa” miskonsepsi terus-menerus mengganggu.

c. Soal - soal sederhana dapat dikerjakan, tetapi pada soal yang

lebih sulit miskonsepsi muncul kembali tanpa disadari.

d. Seringkali terjadi regresi, yaitu siswa yang sudah pernah

mengatas miskonsepsi setelah beberapa bulan akan kambuh

lagi. Dengan ceramah, miskonsepsi belum dapat dengan

sepenuhnya dihilangkan.

e. Guru umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang terjadi

pada siswa, sehingga proses belajar mengajar tidak disesuaikan

dengan prakonsepsi yang dimiliki siswa.

f. Siswa yang pandai maupun yang kurang pandai keduanya

dapat mengalami miskonsepsi.

Apabila guru dalam proses pembelajaran tidak memperhatikan

miskonsepsi yang dialami siswa sebelumnya, maka guru tidak akan

berhasil menanamkan konsep yang benar kepada siswa. Jika miskonsepsi

ini dibiarkan berkelanjutan dan tidak diketahui oleh guru, dapat

menyebabkan terhambatnya proses rekonstruksi pengetahuan siswa yang

berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang rendah, bisa

Page 37: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

26

jadi disebabkan karena siswa tidak paham dengan konsep secara benar dan

akan terbawa sampai ke tingkat yang lebih tinggi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan miskonsepsi dapat terjadi

pada siswa di negara maju atau negara berkembang, baik siswa pandai

ataupun kurang pandai. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa cendrung

menetap dan sulit untuk diubah serta akan berpengaruh terhadap hasil

belajar berikutnya. Altenatif yang diupayakan oleh para konstruktivisme

adalah adanya pergeseran sistem pengajaran dari guru sebagai sumber

otoritas ilmu ke guru sebagai fasilitator.

Menurut Oemar (2010:2) miskonsepsi merupakan kesalahan siswa

dalam pemahaman suatu konsep. Hal ini terjadi disebabkan karena siswa

tidak mampu menghubungkan fenomena yang ditemukan dalam

kehidupan sehari- hari dengan pengetahuan yang diperoleh di sekolah.

Biasanya miskonsepsi menyangkut kesalahan siswa dalam

pemahaman hubungan antar konsep sehingga mengakibatkan proposisi

salah. Hal tersebut berkaitan dengan konsep prasyarat atau pengetahuan

awal yang telah dimiliki siswa. Pada satu sisi konsep tersebut menjadi

prasyarat untuk dikaitkan dengan konsep baru agar terjadi belajar

bermakna, sedangkan disisi lain umumnya siswa memisahkan pengalaman

sehari-hari dengan pengalaman belajar IPA secara formal. Akibatnya pada

saat siswa dihadapkan pada situasi baru, seperti ketika diminta

memberikan alasan atau hubungan antara konsep, siswa biasanya

mengalami miskonsepsi.

Page 38: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

27

c. Penyebab terjadinya miskonsepsi

Terjadinya miskonsepsi pada dasarnya adalah disebabkan karena

siswa kesulitan dalam memahami materi ilmu kimia yang banyak

mempelajari konsep- konsep abstrak. Terjadinya miskonsepsi dapat pula

disebabkan karena gagasan- gagasan yang tidak ilmiah yang muncul dalam

pikiran siswa. Guru seringkali tidak mampu merekonstruksi gagasan ini,

sehingga menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa.

Menurut Kirkwood dan Symington (Effendy, 2002:12) terjadinya

miskonsepsi dalam belajar kimia dapat ditinjau dari siswa, pengajar, dan

materi pelajaran. Dari segi siswa kesalahan pemahaman ini disebabkan

pengetahuan yang diperoleh oleh siswa dari hasil belajar sebelumnya,

kemampuan berfikir, motivasi belajar, dan kesiapan untuk belajar. Dari

segi pengajar miskonsepsi disebabkan karena metode dan media yang

digunakan. Sedangkan dari segi materi, miskonsepsi disebabkan karena

konsep- konsep yang kompleks dan abstrak serta materi yang terlalu padat.

Selain penyebab yang diuraikan di atas, Suparno (Salirawati, 2010:30)

memberi ringkasan berkenaan dengan faktor penyebab miskonsepsi,

ringkasan tersebut dimuat dalam Tabel 2:

Tabel 2. Penyebab Miskonsepsi

Sebab utama Sebab Khusus

Siswa Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik,

reasoning yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap

perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, minat

Page 39: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

28

belajar

Pengajar Tidak menguasai bahan, bukan lulusan dari bidang ilmu

kimia, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide,

relasi guru-siswa tidak baik

Buku Teks Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam rumus, tingkat

penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa, tidak tahu membaca

buku teks, buku fiksi dan dan kartun sains sering salah

konsep karena alasan menariknya yang perlu

Konteks Pengalaman siswa, bahasa sehari- hari berbeda, teman

diskusi yang salah, keyakinan dan agama, penjelasan orang

tua/orang lain yang keliru, konteks hidup siswa (tv, radio,

film yang keliru), perasan senang tidak senang, bebas atau

tertekan

Cara mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam

bentuk matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi,

tidak mengoreksi PR, model analogi yang dipakai kurang

tepat, model demonstrasi sempit,dll

d. Upaya Mengatasi Miskonsepsi

Bagi pendidik mencari cara/kiat untuk terus memperbaiki mutu

pendidikan khususnya kimia adalah sudah menjadi tugas pengelola

pendidikan,. Menurut pandangan Konstruktivisme, fungsi guru bukan lagi

sebagai satu-satunya penyaji informasi di dalam kelas yang tujuannya

mengajari siswa supaya tahu, tetapi seorang narasumber yang berperan

aktif dalam mempersiapkan fasilitas belajar dan membangun suasana

Page 40: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

29

belajar mengajar yang kondusif. Guru tidak lagi fungsinya hanya

mengajar, tetapi dia juga perlu belajar untuk memahami pandangan

siswanya atas konsep-konsep sains yang sedang dibahas,mempelajari dan

memahami kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsp itu,serta

mempelajari cara untuk membantu mereka untuk memahaminya.

Miskonsepsi juga berhubungan dengan konsepsi-konsepsi lain

dalam suatu kerangka berpikir seseorang. Oleh karena itu dalam usaha

memperbaiki suatu miskonsepsi, maka perlu bagi seorang guru memahami

kerangka berfikir siswanya secara umum. Tidak bisa dia hanya

berkonsentrasi pada perbaikan miskonsepsi tertentu saja. Dalam

manjelaskan latar belakang kimia yang menimbulkan suatu peristiwa,siswa

tentu mencari keterkaitan peristiwa itu dengan kerangka berfikir yang

mendasari pengetahuannya mengenai peristiwa itu. Berarti siswa akan

merumuskan penjelasan atas suatu peristiwa alam berdasarkan kerangka

berpikir yang sudah dibangun.

Untuk mengubah miskonsepsi itu bukanlah suatu yang mudah.

Seseorang perlu merubah struktur dan mengorganisasikan kembali

pengetahuan yang telah ia miliki.Untuk dapat melakukan restrukturisasi

siswa perlu menyadari kelemahan pemahaman yang sudah ia miliki. Yang

bersangkutan perlu ditunjukan kelemahan pemahamannya lewat

pengamatan langsung atas suatu gejala kimia. Sedangkan proses

reorganisasi memerlukan waktu dan prosesnya sangat kompleks, karena

Page 41: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

30

siswa harus membangun kembali kerangka berpikir baru dengan

mengadakan perubahan pada kerangka berfikir yang sudah dimilikinya.

Miskonsepsi dapat bertahan lama dan dapat sangat kuat dipegang

siswa. Perubahan hanya terjadi kalau siswa merasa tidak yakin lagi dengan

pengetahuan yang dimilikinya sehingga dia berusaha mencari alternative

penjelasan. Kalau alternative itu dirasa memuaskan, unggul dan dapat

menyelesaikan persoalan yang bervariasi maka dia akan melakukan

reorganisasi pengetahuan yang dia miliki.

Dalam teori piaget, ada 3 bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan

fisik, pengetahuan logika-matematik dan pengetahuan sosial. Pengetahuan

sosial seperti nama hari dalam seminggu, tanda atom, nama unsure dapat

dipelajari langsung, yaitu dari pikiran guru ke pikiran siswa, tetapi

pengetahuan fisik dan pengetahuan logika-matematik tidak dapat secara

utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa.Setiap siswa harus

membangun sendiri pengetahuan itu.

Salah satu pendekatan mengajar yang dapat dianggap memenuhi

syarat dilihat dari kerangka konseptual adalah pendekatan konstruktivisme.

Sesuai dengan prinsip mengajar menurut konstruktivisme, mengajar bukan

proses dimana gagasan guru diteruskan kepada para siswa, tetapi proses

untuk mengubah gagasan-gagasan anak yang sudah ada yang mungkin”

salah”. Dasar pemikiran konstruktivisme adalah pengajaran efektif

menghendaki guru mengetahui bagaimana para siswa memandang

fenomena yang menjadi subjek pengajaran. Belajar menurut teori ini

Page 42: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

31

adalah suatu perubahan konseptual, yang dapat berupa pengkonstruksian

ide baru atau mengkonstruk ide yang sudah ada sebelumnya.

Menurut Efendi (2002:1), miskonsepsi dapat dihilangkan dengan

menggunakan konflik kognitif, dimana strategi ini meliputi 4 langkah

pokok sebagai berikut :

a. Identifikasi miskonsepsi.

b. Penciptaan situasi konflik pada struktur kognitif siswa.

c. Pemberian bimbingan pada siswa untuk melakukan proses

ekuilibrasi.

d. Rekonstruksi pemahaman siswa.

Selain untuk mengatasi miskonsepsi siswa strategi konflik kognitif juga

dapat untuk meningkatkan kemampuan intelek siswa.

4. Tes Diagnostik Bertingkat Dua

Ada bermacam- macam definisi tentang tes. Menurut Muchtar

Bukhori (Arikunto, 2005:29), tes merupakan suatu percobaan yang

diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil- hasil pelajaran

tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid. Definisi lain

dikemukakan oleh Anas Sudijono (2005:67), tes adalah cara ( yang dapat

dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka

pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk

pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab), atau perintah- perintah (yang harus

dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil

Page 43: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

32

pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah

laku atau perilaku testee.

Menurut Anas Sudijono (2005:67), secara umum ada dua macam

fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini

tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang

telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab

melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh

program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.

Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,

tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu

dilakukan. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur

perkembangan/kemajuan belajar peserta didik dibedakan beberapa jenis,

salah satunya adalah tes diagnostik.

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan

secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu

mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis- jenis kesukaran yang

dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan

solusi yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan untuk mengetahui apakah

peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar

atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya.

Page 44: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

33

Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya

ditekankan pada bahan- bahan tertentu yang biasanya atau menurut

pengalaman sulit dipahami siswa. Sesuai dengan nama tes itu sendiri

(diagnose = pemeriksaan), maka jika hasil “pemeriksaan” itu

menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik yang sedang

“diperiksa” itu termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus

agar mereka dapat memperbaiki tingkat penguasaannya terhadap mata

pelajaran tertentu.

Tes obyektif bentuk multiple choice item sering dikenal dengan

istilah tes obyektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes

obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum

selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa

kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiap- tiap butir soal

yang bersangkutan. Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu

jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh

(distractor).

Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan

mewakili materi yang telah diajarkan kepada siswa, penilaian pada tes ini

lebih bersifat obyektif. Selain itu tes obyektif lebih mudah dianalisis butir-

butir soalnya, baik analisis dari segi derajat kesukarannya, daya pembeda,

validitas, dan reliabilitasnya.

Disamping memiliki kebaikan, tes obyektif juga memiliki beberapa

kelemahan, salah satunya adalah kemampuan tes ini yang kurang dapat

Page 45: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

34

mengukur atau mengungkap proses berpikir siswa yang sebenarnya.

Dengan tes ini terbuka peluang bagi siswa untuk bermain spekulasi,

menebak, dan adu untung dalam memberikan jawaban soal. Siswa dengan

kemampuan rendah bisa saja mendapatkan nilai yang tinggi karena

menebak dan berbuat curang. Oleh karena itu akan terjadi kekeliruan

(error) dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar.

Untuk mengatasi kelemahan ini, maka Treagust (1988:299)

merancang suatu model tes obyektif yang lebih sensitif dan efektif yang

dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa. Model

yang dikembangkan ini disebut tes diagnostik bertingkat dua atau two-tier

diagnostic test . Tes jenis ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama dari

setiap item soal merupakan suatu pertanyaan dengan dua sampai lima

pilihan jawaban (option). Bagian kedua terdiri dari beberapa pilihan

jawaban yang merupakan alasan pemilihan jawaban pada bagian pertama.

Dengan menggunakan tes diagnostik bertingkat dua ini dapat

diidentifikasi pada konsep mana saja siswa mengalami miskonsepsi. Data

yang diberikan oleh siswa dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok

pemahaman konsep yaitu paham, miskonsepsi, dan tidak paham.

Kelebihan dari tes diagnostik bertingkat dua diantaranya dapat

mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam batas dan konteks yang jelas.

Tes ini dapat digunakan secara berulang dan tidak membutuhkan waktu

yang lama pada saat menggunakannya. Selain itu pemberian skor hasil tes

pun lebih mudah.

Page 46: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

35

B. Deskripsi Materi Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan

Kesetimbangan kelarutan terjadi pada larutan elektrolit ( basa-basa

atau garam-garam) yang sukar larut dalam air. Berapa banyak zat bisa

larut maksimal dalam air? kita membutuhkan besaran kelarutan atau

solubilitas (s).Kelarutan menyatakan jumlah (mol atau massa) zat yang

dapat larut maksimum dalam sejumlah tertentu pelarutnya. Satuan

kelarutan yang umum digunakan adalah molaritas, tetapi data percobaan

dapat memakai besaran gram/L atau gram/100 gram pelarut.

Larutan dikatakan belum jenuh, bila jumlah zat terlarut kurang dari

batas kelarutannya. Larutan dikatakan jenuh jika jumlah zat terlarut sama

dengan batas kelarutannya (siap mengendap) dan larutan lewat jenuh

jika jumlah zat terlarut melebihi batas kelarutannya (terjadi endapan).

Tetapan kesetimbangan dari larutan jenuh disebut tetapan hasil kali

kelarutan atau secara sederhana hasil kali kelarutan dan biasa

dilambangkan dengan Ksp. Hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat

yang dapat larut dalam air hingga tercapai kondisi tepat jenuh. Tetapan

hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi molar dari ion-ion

penyusunnya yang dipangkatkan dengan koefisien stoikiometrinya di

dalam persamaan kesetimbangan. Persamaan reaksi kesetimbangan dan

tetapan hasil kali kelarutan zat elektrolit untuk senyawa

AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-(aq), Ksp =[An+]m[Bm-] n

Nilai tetapan hasil kali kelarutan dapat memberikan informasi

pembentukan endapan suatu senyawa dalam air. Nilai Ksp dapat juga

Page 47: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

36

dihitung berdasarkan hubungan Ksp dan kelarutan (s), hubungan tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

AxBy (s) xAy+(aq) + yBx-(aq)

s xs ys

Ksp = [Ay+]x [Bx- ]y = (xs)x (ys)y = (xxsx) (yysy) =(x xy y)s(x+y)

makin besar nilai Ksp makin sulit terjadi pembentukan endapan.

Penambahan ion sejenis memperkecil kelarutan elektrolit yang sukar

larut.

Berdasarkan nilai hasil kali ion sesaat (Q), ada tiga kemungkinan zat jika

diarutkan dalam air. Kemungkinan itu adalah sebagai berikut:

1. Jika Q.>Ksp, makapencampuran itu membentuk endapan

2. Jika Q=Ksp, maka pencampuran itu membentuk larutan jenuh (akan

mengendap)

3. Jika Q< Ksp, maka pencampuran itu tidak membentuk endapan.

Berikut disajikan peta konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan

Selain memberikan informasi tentang kelarutan, harga Ksp dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam pemisahan zat dalam campuran dengan cara pengendapan selektif.

Page 48: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

37

Gambar 1. Peta konsep Kelarutan dan hasil kali kelarutan

Tabel 3. Definisi Konsep-Konsep dalam materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

NO KONSEP DEFINISI

1. Kelarutan

Jumlah maksimum zat yang dapat larut

dalam suatu pelarut. ( gr/L atau mol/L)

2. Kesetimbangan

larutan

Kesetimbangan yang terjadi pada larutan

(basa-basa/ garam-garam )yang sukar larut

Kesetimbangan dalam larutan

Kesetimbangan ion

Hasil kali kelarutan(ksp)

Larutan lewat jenuh

Reaksi pengendapan

PH endapan

Larutan jenuh Larutan tidak jenuh

kelarutan

Elektolit sukar larut

dapat berupa

dipengaruhi

terjadi

dipengaruhi

dipengaruhi

terbentuk

mempengaruhi

mempengaruhi

Page 49: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

38

dalam air

3. Larutan tidak jenuh Bila jumlah zat terlarut kurang dari batas

kelarutannya (belum mengendap)

4. Larutan jenuh Bila jumlah zat terlarut tepat sama dengan

batas kelarutannya (siap menendap)

5. Larutan lewat jenuh Bila jumlah zat terlarut melebihi batas

kelarutannya(terjadi endapan)

6. Hasil kali

kelarutan(Ksp)

Hasil kali konsentrasi molar dari ion-ion

penyusunnya pangkat koefisien

stoikiometrinya di dalam peramaan

kesetimbangan. Harga Ksp bergantung pada

temperature.

7. Reaksi pengendapan Jika Q>Ksp, maka terdapat endapan, Jika

Q=Ksp,maka akan mengendap/membentuk

larutan jenuh, dan Jika Q<Ksp, maka tidak

membentuk endapan.

8. Endapan Endapan terjadi jika harga kelarutannya

semakin kecil

9. Penambahan ion

sejenis

Penambahan ion sejenis akan memperkecil

kelarutan elektrolit yang sukar larut.

10. PH larutan Derajat keasaman, memperbesar pH akan

memperkecil kelarutan

(Sumber: Chang, 2005; Purba, 2006; Syukri, 1999)

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan

terdahulu, dapat dipahami bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

pencapaian tujuan pendidikan nasional adalah proses pembelajaran yang

Page 50: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

39

melibatkan guru dan siswa. Pada kenyataannya tujuan pendidikan ini belum

sepenuhnya tercapai, Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang

dilaksanakan belum sesuai dengan standar proses menurut Permendiknas Nomor

41 Tahun 2007. Dalam pembelajaran guru kurang mengidentifikasi konsepsi awal

siswa, guru tidak mereview konsep prasyarat yang menyebabkan siswa sulit

memahami konsep selanjutnya yang harus dikuasai pada materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan, metoda dan media yang digunakan guru belum efektif dalam

pembelajaran.

Penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa adalah asumsi sebagian

besar guru yang menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh

dari pikiran guru ke pikiran siswa. Berdasarkan asumsi tersebut dalam proses

pembelajaran guru kurang memperhatikan konsepsi awal yang dimiliki siswa.

Siswa tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran, bagaimana memperoleh dan

memahami suatu konsep tersebut.

Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar

dengan memanfaatkan semua sumber belajar yang ada, sehingga terjadi

perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar. Pengalaman belajar yang

diberikan guru tanpa memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa dan proses

pembelajaran yang tidak disesuaikan dengan standar yang berlaku akan

menyebabkan tujuan dari pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan tidak

akan tercapai. Untuk lebih jelasnya lihat kerangka konsep berikut ini:

Page 51: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

40

Gambar 2. Skema kerangka pemikiran penelitian

PBM siswa guru

Kelarutan dan hasil kali kelarutan

• Belum menguasai konsep prasyarat untumempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

• Penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan belum maksimal

• Pelaksanaanpembelajarankurangmemperhatikan penguasaan konsep siswa

• Pendekatan berpusat pada guru (teacher centerd)

• Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan standar proses yang berlaku.

• Guru menguasai penguasaan konsep siswa

Miskonsepsi dan tidak paham dapat diminimalisir

Page 52: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Menurut

Lufri (2007:56) penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan

suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi.

Pada penelitian deskriptif ini, peneliti bertujuan mendeskripsikan informasi

berdasarkan data – data yang diperoleh dalam penelitian tanpa memberikan

perlakuan dan manipulasi variabel. Fenomena yang akan diungkap melalui

penelitian ini adalah proses pembelajaran dan konsepsi siswa sebagai dampak

dari proses pembelajaran.

B. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dan konsepsi

siswa terhadap konsep-konsep pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali

kelarutan. Subyek pada penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas XI

IPA-1 dan XI IPA-2 SMA Negeri 1 Lubuk Alung. Alasan peneliti

menggunakan 2 kelas ini karena 2 kelas tersebut mempunyai tingkat

kemampuan yang sama dan diajar oleh 2 guru yang berbeda. Kelas XI IPA-1

diajar oleh guru yang telah mengajar selama 7 tahun dan berijazah S-1

sedangkan kelas XI IPA-2 diajar oleh guru yang telah mengajar selama 15

tahun berijazah S-2. dengan demikian diharapkan deskripsi yang dilakukan

akan lebih mendalam.

41

Page 53: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

42

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknik

non tes. Teknik tes berupa tes diagnostik bertingkat dua. Tes diagnostik bertingkat

dua digunakan untuk mengetahui konsepsi siswa setelah dilaksanakannya proses

pembelajaran. Teknik non tes berupa observasi, studi dokumentasi dan

wawancara. Observasi, studi dokumentasi dan wawancara digunakan untuk

menganalisis proses pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara

tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran

tertentu (Anas:2005). Dengan diketahuinya jenis- jenis kesukaran yang dihadapi

oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan solusi. Tes diagnostik

juga bertujuan untuk mengetahui apakah peserta didik sudah dapat menguasai

pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima

pengetahuan selanjutnya.

Tes diagnostik yang diberikan berupa pilihan ganda dengan dua pilihan

jawaban disertai empat alternatif alasan mengapa siswa memilih jawaban tersebut.

Tes ini telah terlebih dahulu divalidasi dari segi validitas isi. Validitas isi dari

suatu tes adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan dan

penelusuran terhadap isi yang terkandung dalam tes diagnostik tersebut, atau

meninjau sejauh mana tes tersebut isinya telah dapat mewakili secara representatif

terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang telah diajarkan. Dalam hal

Page 54: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

43

ini digunakan pertimbangan dosen kimia untuk menentukan valid atau tidaknya

tes tersebut.

Teknik non tes menggunakan instrumen penelitian berupa lembar catatan

dokumen, dan lembar observasi. Kedua instrumen ini digunakan untuk

mendeskripsikan proses pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan. Observasi merupakan cara menghimpun bahan- bahan keterangan

(data) yang dilakukan dengan mengadakan perekaman dan pencatatan secara

sistematis terhadap proses pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan. Observasi yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah observasi

sistematis dengan terlebih dahulu membuat perencanaan secara matang.

Pada observasi sistematis ini, observasi dilaksanakan dengan berlandaskan

pada kerangka kerja yang memuat faktor- faktor yang telah diatur kategorinya,

seperti kesesuaian pelaksanaan proses pembelajaran guru dengan RPP, teknik

mengajar guru, media yang digunakan,dll. Faktor- faktor apa saja yang tercantum

dalam pedoman observasi itulah yang diamati dan dicatat.

Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan

jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak

karena pertanyaan hanya diajukan oleh peneliti. Melalui wawancara dapat

diperoleh data yang lebih lengkap dan mendalam. Data- data yang tidak bisa

diperoleh dari hasil observasi akan dapat dilengkapi dengan melaksanakan

wawancara.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, secara garis besarnya dapat

disimpulkan pada Tabel 4.

Page 55: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

44

Tabel 4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Aspek yang diteliti Teknik Pengumpulan Data Instrumen

Persiapan Analisis Dokumen Lembar catatan

dokumen

Proses Pelaksanaan Observasi dan Wawancara Lembar Observasi

Lembar Wawancara

Konsepsi Tes Diagnostik bertingkat

Dua

Tes

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pembelajaran dan

konsepsi siswa serta mengetahui penyebab siswa mengalami miskonsepsi dan

tidak paham. Jadi dalam hal ini ada dua tugas utama peneliti yaitu melakukan

observasi dan wawancara pada waktu berlangsungnya proses pembelajaran serta

memberikan tes diagnostik bertingkat dua kepada siswa setelah siswa mempelajari

materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Berikut akan dijelaskan langkah kerja

dalam penelitian yang dilakukan

1. Menganalisis materi kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang telah dijabarkan kedalam silabus.

2. Menidentifikasi konsep-konsep pada materi kelaruten dan hasil kali kelarutan,

kemudian membuat peta konsep.

3. Merancang kisi-kisi tes diagnostik bertingkat dua dan membuat butir-butir tes

diagnostik.

Page 56: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

45

4. Membuat lembar observasi yang berisi tentang faktor-faktor dalam

perencanaan pembelajaran yang disusun guru dan proses pelaksanan

pembelajaran yang disesuaikan dengan standar proses dalam KTSP

5. Validasi tes diagnostik dan lembar observasi oleh observer.

Validasi soal dilakukan oleh validator yang dalam hal ini adalah dosen

kimia. Tes diagnostik bertingkat dua ini digunakan hanya untuk

mengidentifikasi konsepsi (paham, miskonsepsi, dan tidak paham) pada

siswa setelah mempelajari suatu materi pelajaran dan bukan merupakan tes

hasil belajar. Tes diagnostik bertingkat dua ini hanya divalidasi dari segi

validitas isi. Item soal yang belum valid kemudian direvisi, sampai pada

akhirnya dihasilkan tes diagnostik bertingkat dua yang valid dalam segi

validitas isi.

Validitas isi dari tes diagnostik bertigkat dua adalah validitas yang

diperoleh setelah dilakukan penganalisisan dan penelusuran terhadap isi

yang terkandung dalam tes tersebut. Validitas isi dari tes diagnostik

bertingkat dua ini dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi

yang terkandung dalam tes dengan indikator atau tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan. Apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan pembelajaran

sudah terwakili secara nyata dalam tes tersebut ataukah belum. Jika

penganalisisan secara rasional tersebut menunjukkan hasil yang

membenarkan maka tes diagnostik bertingkat dua yang sedang diuji

validitas isinya itu dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki

validitas isi.

Page 57: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

46

6. Melaksanakan proses observasi dan wawancara.

melakukan observasi terhadap proses pembelajaran pada materi kelarutan

dan hasil kali kelarutan. Langkah kerja yang dilakukan ada dua, yang

pertama merekam proses pembelajaran dari awal sampai pada akhir materi

dengan menggunakan handycam lalu menganalisisnya, langkah kedua hasil

analisis rekaman yang berupa kesimpulan dipindahkan ke lembaran

observasi. Data yang diperlukan dimasukkan ke dalam lembaran observasi.

7. Setelah proses pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

selesai dilaksanakan maka diberikan tes diagnostik bertingkat dua.

8. Menganalisis data yang telah diperoleh.

Setelah melaksanakan tes diagnostik, maka dilakukan penilaian terhadap tes

diagnostik siswa. Hasil dari penilaian tes tersebut kemudian dianalisa

dengan menggunakan perhitungan persentase (%). Berdasarkan analisa hasil

tes siswa, akan diperoleh gambaran konsepsi siswa (paham, miskonsepsi,

tidak paham) dan berapa % besar konsepsi siswa pada konsep- konsep

tersebut. Selanjutnya hasil analisa data hasil observasi, wawancara, dan tes

diagnostik dilaporkan dalam suatu kesimpulan.

9. Melaporkan suatu kesimpulan dari data-data yang diperoleh.

Berikut kerangka operasional penelitian dapat diskemakan dalam Gambar 3:

Page 58: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

47

Gambar 3. Skema kerangka operasional

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, studi dokumentasi dan

wawancara diolah dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis data tersebut

Kelarutan dan hasil kali kelarutan

Analisis Silabus Analisis materi pelajaran kimia

Identifikasi konsep

Penyusunan instrumen(tes diagnostik bertingkat dua,lembar observasi)

Pemberian tes

Analisis data

validasi

Kesimpulan

Observasi Wawancara

Page 59: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

48

sampai diperoleh suatu kesimpulan. Prosedur yang dilakukan dalam menganalisis

data hasil penelitian adalah sebagai berikut :

a. Pada tahap perencanaan proses pembelajaran, analisis terhadap RPP guru

berdasarkan pada standar proses dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007.

b. Analisis terhadap tahap pelaksanaan proses pembelajaran berdasarkan

kesesuaian antara pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dengan RPP

buatan guru dan standar proses dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007.

c. Pada tahap penilaian, analisis dilakukan terhadap kegiatan penilaian yang

dilakukan guru berdasarkan pada standar penilaian dan sistem penilaian

KTSP.

d. Data dari hasil tes diagnostik bertingkat dua diolah dengan cara :

• Melakukan pengelompokan dari jawaban siswa

Pada penelitian ini digunakan kriteria pengelompokkan tingkat

pemahaman siswa berdasarkan tes diagnostik bertingkat dua yang dapat dilihat

pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Kriteria PengelompokkanTtingkat Pemahaman Siswa BerdasarkanTes Diagnostik Bertingkat Dua (Sumber : Chandrasegaran, 2009:15)

No Tingkat Pemahaman Kriteria Pemahaman

Tingkat Pertama Tingkat Kedua 1 Paham Benar Benar 2 Miskonsepsi (salah paham) Benar

Salah Salah Benar

3 Tidak Paham Salah Salah

Berdasarkan Tabel 5, siswa termasuk pada kategori paham jika kedua

tingkat jawaban, baik tingkat pertama dan tingkat kedua, memperlihatkan respon

yang benar. Miskonsepsi dikategorikan jika siswa memberikan respon yang benar

Page 60: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

49

pada tingkat pertama, tetapi memberikan respon yang salah pada tingkat kedua

atau sebaliknya. Tidak paham dikategorikan jika siswa tidak memberikan respon

atau memberikan respon yang salah pada kedua tingkat.

• Menggunakan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan

perhitungan % untuk mengetahui besarnya konsepsi siswa.

Dalam hal ini siswa dikelompokkan kedalam 3 tingkat pemahaman yaitu

paham, miskonsepsi, dan tidak paham. Teknik analisis statistik deskriptif

menggunakan rumus sebagai berikut:

%100% xNPjawaban =

P = Jumlah peserta pada kelompok jawaban

(paham, miskonsepsi, tidak paham)

N = Jumlah seluruh peserta tes

Untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi dan tidak paham,

dilakukan analisis dengan menghubungkan hasil tes diagnostik bertingkat dua

dengan proses pembelajaran serta hasil wawancara dengan siswa.

Page 61: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

Temuan ini mendeskripsikan bagaimana proses pembelajaran pada materi

kelarutan dan hasil kali kelarutan di kelas XI- IPA1 dan XI-IPA2 SMAN 1 Lubuk

Alung. Proses pembelajaran yang diamati meliputi perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Proses pembelajaran

yang dilaksanakan berlangsung selama 4 x pertemuan (1 x pertemuan untuk

ulangan harian ). Data mengenai tahap perencanaan proses pembelajaran disajikan

sesuai dengan RPP yang dibuat guru. Begitu juga dengan data pada tahap

penilaian disajikan sesuai dengan penilaian yang dilakukan guru. Sementara data

pada tahap pelaksanaan proses pembelajaran dideskripsikan tiap pertemuan pada

masing-masing kelas.

1. Deskripsi Proses Pembelajaran

a. Perencanaan Proses Pembelajaran

Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dipelajari pada semester 2 di

kelas XI IPA. Guru kimia di kelas XI- IPA1 danXI- IPA2 melakukan

beberapa langkah perencanaan untuk mengajarkan materi ini. Perencanaan

proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK),

kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan

pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan

51

Page 62: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

51

pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar, (Permendiknas

Nomor 41 Tahun 2007).

Berdasarkan studi dokumentasi, guru telah membuat persiapan yaitu

berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berdasarkan silabus

BSNP tahun 2006. Hasil analisis dokumen tentang RPP yang dibuat guru

sebagai berikut:

1) RPP yang dibuat oleh kedua guru yang mengajar dikelas XI IPA-1 dan

XI IPA-2 cenderung sama.

2) Pada RPP guru telah memuat identitas mata pelajaran yang telah sesuai

dengan standar proses. terdiri atas satuan pendidikan, mata pelajaran,

materi pokok, kelas/semsester dan alokasi waktu.

3) SK, KD telah sesuai dengan silabus dan pada indikator pencapaian

kompetensi, guru menjabarkan indikator pencapaian kompetensi

menjadi 7 indikator berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar. Penjabaran ketujuh indikator dapat terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rumusan Indikator dalam RPP guru berdasarkan SK dan KD

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator

4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metoda pengukuran dan penerapannya.

4,6. Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan

1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan dalam garam yang sukar larut.

2. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapan.

3. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air.

Page 63: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

52

4. Menghitung kelarutan suatu larutan elektrolit yang sukar larut berdasarkan harga Ksp atau sebaliknya.

5. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan.

6. Menentukan pH larutan dari harga Kspnya

7. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp dan membuktikannya dengan percobaan.

Indikator yang dibuat guru rumusannya jelas, cakupan rumusan lengkap

dan sudah sesuai dengan kompetensi dasar.

4) Pada RPP guru, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar telah sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Materi ajar yang direncanakan telah

berurutan dan sistematik, tetapi di dalam materi ajar tidak memuat fakta,

konsep, prinsip dan prosedur yang relevan. Hal ini tidak sesuai dengan

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 yang mengharuskan dituliskan

fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dalam bentuk butir-butir

sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

5) Pada RPP guru, alokasi waktu pembelajaran yang ditetapkan kedua guru

untuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah 10 x 45 menit (4 x

pertemuan).

6) Metode pembelajaran yang direncanakan belum sesuai dengan tujuan

pembelajaran dan materi ajar.

7) Dalam kegiatan pembelajaran guru membagi menjadi tiga tahap, yakni

Page 64: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

53

kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal

yang direncanakan tidak sesuai dengan standar proses, karena tidak

mencantumkan pencapaian tujuan pembelajaran, kegiatan awal hanya

meliputi appersepsi dan motivasi. Kegiatan inti dan kegiatan penutup

yang direncanakan telah sesuai dengan standar proses, kegiatan inti

meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sedangkan kegiatan

penutup yang direncanakan meliputi rangkuman, memberikan PR dan

tugas baca. Pada kegiatan pembelajaran ini guru tidak mencantumkan

pemetaan waktu yang direncanakan dalam setiap kegiatan pembelajaran.

8) Dalam RPP guru, penilaian hasil belajar telah disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran dan mengacu kepada standar penilaian, tetapi instrumen

soal, kunci jawaban/pedoman penskoran tidak lengkap.

9) Sumber belajar yang direncanakan guru terdiri atas kurikulum KTSP,

buku kimia 2, bilingual terbitan Tiga Serangkai, Yudhistira, dan A- Level

Chemistry for senior high school students vol 2B. Siswa diwajibkan

memiliki salah satu buku pegangan tersebut.

10) rencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat guru belum

sesuai dengan prinsip-prinsip pembuatan RPP. RPP yang dibuat oleh

kedua guru belum memperhatikan perbedaan peserta didik.

b Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan implementasi dari

RPP yang telah dibuat guru. Adapun beberapa persyaratan dalam

Page 65: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

54

pelaksanaan proses pembelajaran yang penulis amati, yakni rombongan

belajar, buku teks pelajaran dan pengelolaan kelas. Berdasarkan hasil

observasi, diperoleh data bahwa jumlah peserta didik pada kelas XI IPA1

dan kelas XI IPA 2 sebanyak 28 orang, berarti telah memenuhi kondisi

ideal dimana jumlah maksimum peserta didik setiap rombongan belajar

adalah 32 peserta (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007).

Buku teks pelajaran yang digunakan siswa, rasionya adalah 1

buku tiap 1 orang siswa. Hal ini telah sesuai dengan Permendiknas Nomor

41 Tahun 2007, dimana rasio buku teks untuk peserta didik yang

disyaratkan adalah 1:1. Pengelolaan kelas yang teramati (pada kelas XI

IPA 1 dan XI IPA 2) adalah, guru sudah melaksanakan sesuai dengan

standar yang ditetepakan dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007,

yaitu : Volume dan intonasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran dapat

didengar dengan baik oleh siswa. Guru menggunakan bahasa tulis dan

lisan yang baik dan jelas. Guru menciptakan ketertiban, kenyamanan,

dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Guru menghargai

pendapat peserta didik dan guru juga memakai pakaian yang sopan, bersih

dan rapi.

Hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran kelarutan dan

hasil kali kelarutan di kelas XI-IPA1 dan XI-IPA2 di SMAN 1 Lubuk Alung

dideskripsikan tiap pertemuan pada masing-masing kelas, dapat dilihat pada

Tabel 7.

Page 66: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

55

Tabel 7. Pelaksanaan Pembelajaran Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di Kelas XI- IPA1 dan XI- IPA2.

Pertemuan I Kelas XI-IPA2 (26 April 2011)

Kelas XI-IPA1 (25 April 2011)

Kegiatan awal

Guru mengabsen siswa, dan menuliskan topik pembelajaran yang akan diajarkan di papan tulis. Guru tidak menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan tidak meriview pelajaran sebelumnya dan konsep prasyarat.

Guru mengabsen siswa Guru tidak menjelaskan tujuan pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Guru pun tidak meriview pelajaran sebelumnya dan konsep prasyrat.

Kegiatan inti Guru langsung menjelaskan pengertian kelarutan dan hasil kali kelarutan, tanpa memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diajarkan. Untuk menjelaskan pengertian kelarutan, guru memulai dengan menjelaskan larutan jenuh, tepat jenuh dan lewat jenuh, kemudian menyimpulkan definisi kelarutan. Siswa mencatat definisi kelarutan. Kemudian guru melanjutkan dengan membahas kelarutan dan hasil kali kelarutan. Guru menuliskan reaksi setimbang beberapa larutan elektrolit yang sukar larut dan menentukan persamaan Kspnya. Setelah mendefinisikan pengertian Ksp, guru melanjutkan membahas hubungan kelarutan dengan Ksp. Guru memberikan beberapa contoh soal dan menyuruh beberapa siswa untuk mengerjakan soal

Guru menuliskan topik yang akan dibahas di papan tulis. Guru langsung menjelaskan apa yang dimaksud dengan larutan jenuh, belum jenuh dan tepat jenuh. dengan mencontohkan memasukkan garam NaCl dengan takaran bervariasi pada segelas air. Kemudian siswa disuruh mendefinisikan apa yang dimaksud larutan jenuh, tepat jenuh, lewat jenuh dan kelarutan. Guru melanjutkan dengan menerangkan kelarutan dan hasil kali kelarutan. Guru memulainya dengan membuat reaksi kesetimbangan garam NaCl dan MgCl2, kemudian menentukan persamaan Kspnya, salah satu siswa disuruh mendefinisikan Ksp. Guru tidak memberikan penekanan bahwa Ksp adalah hasil kali ion-ion dalam larutan jenuh. Guru melanjutkan membahas pelajaran

Page 67: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

56

tersebut ke papan tulis, guru membantu siswa menyelesaikan soal-soal tersebut. Guru memberikan konfirmasi bahwa: jika senyawa yang sukar larut terdiri atas dua ion maka Ksp= s2, jika terdiri atas tiga ion maka Ksp= 4s3, jika terdiri atas empat ion maka Ksp=27s4 dan jika terdiri atas lima ion maka Ksp=108s5

berikutnya yaitu hubungan kelarutan dengan Ksp. Jika kelarutan suatu larutan diketahui maka Kspnya dapat dicari, begitu pula sebaliknya. Guru mencontohkan mencari hubungan kelarutan dengan Ksp, kemudian guru memberikan beberapa soal dan siswa disuruh mengerjakannya ke papan tulis.

Kegiatan penutup

Guru menugaskan siswa untuk membaca konsep yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. guru tidak menyimpulkan pelajaran, dan tidak memberikan tugas mandiri agar siswa lebih paham.

Guru tidak menyimpulkan pelajaran. Guru memberikan PR dari buku tiga serangkai. Guru memberikan tugas baca untuk konsep selanjutnya.

Pertemuan 2

Kelas XI-IPA2 (29 April 2011)

Kelas XI-IPA1 (29 April 2011)

Kegiatan awal

Guru mengabsen kehadiran siswa kemudian meriview pembelajaran sebelumnya dengan menggunakan metode tanya jawab. Guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru tidak memberikan motivasi agar siswa tertantang untuk mempelajari materi yang akan diajarkan.

Guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru meriview pelajaran sebelumnya dengan membahas PR yang dianggap sulit. Guru tidak mempersiapkan peserta didik untuk belajar, dan guru pun tidak memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diajarkan. Guru langsung masuk kepada kegiatan inti

Page 68: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

57

Kegiatan inti Guru langsung menjelaskan pengertian ion senama dan pengaruhnya terhadap kelarutan, jika kedalam larutan dimasukan ion senama, maka kelarutannya akan berkurang, semakin besar konsentrasi ion senama yang ditambahkan kedalam suatu larutan jenuh semakin kecil pula kelarutannya. Guru menjelaskan konsep ini dengan mengunakan asas lee chatelier dan membahas soal sebagai berikut: Diketahui Ksp AgCl = 1x10-10, tentukan kelarutan AgCl dalam

a. Air murni b. Larutan NaCl 0,1M c. Larutan NaCl 0,2 M d. Larutan AgNO3 0,1M

Untuk menjawab soal b, guru menjelaskan Ksp= [Ag+][Cl-], konsentrasi Cl- adalah (0,1+s) karena harga s sangat kecil maka s dapat diabaikan. Sehingga kelarutan AgCl dapat di hitung, siswa melanjutkan mengerjakan soal c dan d.

Guru melanjutkan pembelajaran dengan membahas kelarutan dan pH. Guru memberikan contoh soal menghitung harga Ksp larutan jenuh M(OH)3 yang mempunyai pH=9. Guru menyelesaikan contoh soal bersama siswa. Guru juga memberikan contoh menyelesaikan bagaimana menghitung pH larutan jenuh jika Kspnya diketahui. Kemudian menyuruh siswa mengerjakan beberapa

Guru menuliskan materi yang akan diajarkan di papan tulis, dan langsung menjelaskan pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan. Guru menjelaskan ion senama dan membahas soal hal 82 nomor 2 dari buku tiga serangkai. Guru memberikan contoh soal menghitung kelarutan AgI (Ksp AgI=1x10-16) dalam larutan AgNO3 0,1 M! Ksp AgI= [Ag+][I-], konsentrasi I- adalah s dan konsentrasi Ag+ adalah(0,1+s), karena s sangat kecil maka s dapat diabaikan. Guru menyimpulkan pengaruh ion senama akan memperkecil kelarutan. Guru tidak menjelaskan mengapa penambahan ion senama dapat memperkecil kelarutan, guru tidak menjelaskan dengan mengaitkannya pada asas lee chatelier Kemudian guru memberikan soal dan menyuruh siswa untuk mengerjakan soal tersebut di papan tulis. Selanjutnya guru menerangkan materi reaksi pengendapan. Guru menuliskan, jika Q>Ksp, maka larutan belum mengendap, jika Q=Ksp, maka larutan dinyatakan akan mulai mengendap dan jika Q<Ksp, maka larutan mengendap. Guru memberikan contoh reaksi

Page 69: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

58

soal,dan menunjuk beberapa siswa untuk menyelesaikannya di papan tulis.

pengendapan, tetapi soal yang di contohkan salah, sehingga siswa sulit untuk memahaminya. Karena banyak siswa yang tidak paham maka guru menambah contoh soal.

Kegiatan penutup

Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran. . Guru memberikan tugas baca untuk konsep selanjutnya. Guru tidak memberikan tugas mandiri untuk dikerjakan di rumah agar siswa lebih paham.

Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran. Guru memberikan tugas mandiri untuk dikerjakan di rumah. Guru juga menyuruh siswa membaca konsep selanjutnya.

Pertemuan 3

Kelas XI-IPA2 (3 Mai 2011)

Kelas XI-IPA1 (5 Mai 2011)

Kegiatan awal

Guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran dan tidak pula mereview pelajaran sebelumnya. Guru tidak memotivasi siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diajarkan dan guru pun tidak mengabsen peserta didik

Guru tidak mengabsen siswa dan tidak menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru dan siswa meriview pelajaran sebelumnya dengan jalan Tanya jawab. Guru memotivasi siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diajarkan dengan menanyakan adakah hubungan Ksp dengan pH larutan?

Kegiatan inti Guru langsung menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu fungsi Ksp, guru mendiktekan fungsi Ksp kepada siswa. Setiap larutan jenuh mempunyai harga Ksp tertentu, harga Ksp berfungsi untuk mengetahui apakah suatu elektrolit masih dapat

Guru menjelaskan hubungan pH larutan dengan Ksp, serta perhitungannya. Guru memberikan contoh dan latihan Siswa menyimak dan mengerjakan soal latihan

Page 70: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

59

larut atau tidak, jika Qs<Ksp, maka larutan masih dapat larut. Jika Qs=Ksp, maka larutan akan mulai mengendap dan jika Qs>Ksp , maka larutan mengendap. Guru menerangkan apa yang dimaksud dengan Qs, Qs adalah hasil kali ion-ion semua larutan. Guru membahas contoh soal yang diberikan.siswa menyimak dan mencatat penjelasan guru.

. Guru menyuruh beberapa siswa mengerjakan soal latihan ke papan tulis.

Kegiatan penutup

Guru dan siswa menyamakan konsep terjadinya reaksi pengendapan dari hubungan Qc dengan Ksp. Guru memberikan peng-arahan mengenai ulangan harian untuk minggu depan.

Guru tidak menyimpulkan pelajaran. Guru memberikan soal-soal latihan. Guru memberikan peng-arahan mengenai ulangan harian untuk minggu depan.

Pertemuan 4

Kelas XI-IPA2 (10 Mai 2011)

Kelas XI-IPA1 (9 Mai 2011)

Ulangan Harian

Mengerjakan soal UH sebanyak 8 soal yang terdiri atas 6 soal pilihan berganda dan 2 soal essay

Mengerjakan soal UH sebanyak 8 soal yang terdiri atas 6 soal pilihan berganda dan 2 soal essay ( soal ulangan harian sama dengan kelas XI-IPA2

b. Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk

mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta dapat

digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan

memperbaiki proses pembelajaran.

Page 71: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

60

Pada penilaian hasil pembelajaran ini, guru hanya memberikan

penilaian pada ranah kognitif saja. Guru memberikan ulangan harian

tentang pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan yang berupa tes

tertulis.. Analisis konsep Ulangan Harian dapat digambarkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Analisis konsep Ulangan Harian

Konsep No soal Soal

Ksp Kelarutan Hubungan pH dengan Ksp Pengaruh ion senama Reaksi pengendapan

1,2 3 4,5 6 7,8

Kelarutan Ba3(PO4)2 adalah a M, ksp Ba3(PO4)2=………. Tentukan Ksp Ag2CrO4 jika kelarutan Ag2CrO4= 10-2M Jika Ksp Cr(OH)2 pada suhu 289 K adalah 1,08 x 10-19, tentukanlah kelarutan Cr(OH)2 X(OH)2 mempunyai pH=9, hitunglah Ksp X(OH)2 Kelarutan L(OH)2 dalam air adalah 5x10-4. Hitung pH L(OH)2 Kelarutan PbI2 (Ksp PbI2= 1,6x10-8) dalam Pb(NO3)2 adalah….. Jika 100 ml larutan NaCl 0,002 M dicampur dengan 200 ml Pb(NO3)2 0,003 M .Ramalkan apakah terjadi endapan. (Ksp PbCl2=1x10-8) Sebanyak 50 ml larutan K2CrO4 1x10-2M, masing-masing dimasukkan kedalam lima wadah yang berisi ion Ba+2,Ca+2,Cu+2,Sr+2 dan Pb+2 dengan volum dan konsentrasi yang sama. Jika Ksp BaCrO4,CaCrO4,CuCrO4,SrCrO4danPbCrO4 diketahui, tentukan garm yang mengendap.

Page 72: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

61

Soal ulangan harian yang dibuat guru sudah mencakup semua tujuan

pembelajaran. Dari hasil analisis ulangan harian pada pokok bahasan

kelarutan dan hasil kali kelarutan masih banyak siswa yang belum mencapai

KKM. Siswa kelas XI-IPA1 yang mencapai KKM sebanyak 55% dan siswa

kelas XI-IPA2 yang mencapai KKM sebanyak 60%. Siswa yang tidak

mencapai KKM diberikan remedial.

2. Deskripsi Data Konsepsi Siswa

Data hasil penelitian ini adalah data mengenai konsepsi siswa

terhadap konsep-konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Konsepsi adalah tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,

dimana konsepsi ini meliputi tiga tingkatan yaitu, paham (P), miskonsepsi

(M), dan tidak paham (T). Konsepsi siswa terhadap materi ini dapat

diketahui melalui hasil tes yang diberikan kepada siswa di masing-masing

kelas berupa tes diagnostik bertingkat dua sebanyak 16 butir soal. Masing-

masing butir soal mewakili satu konsep yang terdapat dalam materi

kelarutan dan hasil kelarutan.

Tes diagnostik bertingkat dua yang diberikan kepada 28 orang siswa

kelas XI-IPA1 dan 28 orang siswa kelas XI-IPA2 SMAN 1 Lubuk Alung,

pada hari jumat, tanggal 20 mei 2011. Dari hasil tes diagnostik tersebut

diperoleh data, yang kemudian dikelompokan atas tiga kelompok tingkat

pemahaman yaitu Paham (P), Miskonsepsi (M) dan Tidak Paham (T).

Distribusi konsepsi siswa kelas XI-IPA1dan kelas XI-IPA2 ditampilkan

pada Gambar 4, 5 dan 6.

Page 73: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

62

Analisa data secara kuantitatif bertujuan untuk menentukan

persentase miskonsepsi siswa terhadap konsep-konsep pada materi kelarutan

dan hasil kali kelarutan. Siswa dinyatakan mengalami miskonsepsi jika

memberikan jawaban yang benar pada tingkat pertama namun memberikan

alasan yang tidak tepat atau tidak memberikan alasan (kosong) pada tingkat

kedua. Siswa juga dinyatakan mengalami miskonsepsi jika memberikan

respon yang salah atau tidak memberikan alasan (kosong) pada tingkat

pertama akan tetapi respon yang diberikan pada tingkat kedua menunjukan

pemahaman konsep.

Tabel 9. Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Kelas XI IPA 1

Konsep Item no

% Siswa paham

% Siswa miskonsepsi

% Siswa tidak

paham • Tetapan hasil kali

kelarutan 1 71,4 17,0 10,7 2 67,8 21,0 10,7 3 67,8 21,0 10,7 4 39,3 42,0 17

• Kelarutan 5 75,0 17,0 7,10 6 42,8 3,50 53,6 7 7,2 57.0 35,7

• Pengaruh ion sejenis

8 14,3 78,0 7,10 10 35,7 35,7 28,5 11 7,2 75,0 25,0

• Kesetimbangan ion

9 39,3 42,0 18,7

• Pengaruh pH 12 35,7 28,5 35,7 13 28,6 3,50 67,8

• Larutan jenuh, belum jenuh dan lewat jenuh

14 14,3 57,0 28,5 • Reaksi

pengendapan 15 3,57 60,7 35,7 16 10,7 60,7 28,5

Page 74: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

63

Berdasarkan Tabel 9, siswa kelas XI IPA 1 mengalami miskonsepsi

dan tidak paham pada semua konsep dengan persentase yang berbeda-beda.

Jika dilihat secara umum, siswa yang mengalami miskonsepsi lebih banyak

dari pada siswa yang tidak paham. Setelah dilakukan identifikasi dan

analisis terhadap jawaban-jawaban siswa ditemukanlah beberapa

miskonsepsi dan ketidakpahaman yang dominan terjadi pada siswa. Tabel

10, menyajikan miskonsepsi dan ketidakpahaman yang muncul dari siswa.

Page 75: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

64

Tabel 10. Miskonsepsi Siswa yang Teridentifikasi pada Kelas XI IPA 1

Konsep Miskonsepsi % Siswa

• Tetapan hasil kali kelarutan

• Pada saat jenuh, hitung Ksp garam Pb(NO3)2, jika diketahui kelarutan Pb(NO3)2 dalam air 33,1 mg/L. Pada dasarnya siswa dapat menentukan konsentrasi dan persamaan Ksp garam tersebut, tetapi pada saat memasukkan nilai konsentrasi kedalam persamaan Ksp tidak dikalikan dengan koefisiennya. Ksp=[Pb2+].[NO3]2 = s.s2 (4)

42

• Pengaruh ion sejenis

• Penambahan ion sejenis akan memperkecil kelarutan, semakin besar konsentrasi ion sejenis yang ditambahkan maka semakin kecil kelarutannya, karena adanya ion sejenis akan mempengaruhi kesetimbangan, kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Sesuai dengan asas lee chatelier. (8)(11)

78

• Kelarutan • Senyawa yang sukar larut bila kelarutannya dalam air sangat besar. Siswa menjawab salah tapi alasannya benar. (7)

57

• Kesetimbangan ion

• Berapakah Konsentrasi ion M+ dalam M2CO3 (Ksp=3,2x10-11)? Pada umumnya siswa dapat menentukan harga kelarutan M2CO3, tetapi pada saat menentukan konsentrasi ion M+ tidak dikalikan dengan koefisiennya. (9)

42,0

• Larutan belum jenuh

• Jika 100 ml AgNO3 0,0004M +100 ml HCl 0,00002M (Ksp AgCl=4x10-8 apa jenis larutan yang terjadi? Siswa menjawab benar tapi alasannya salah, siswa salah menentukan nilai Q (14)

57

• Reaksi pengendapan

• Terbebtuk endapan jika Q=Ksp. Siswa menjawab benar tetapi alasannya salah.(15) (16)

60,7

Tabel 11. Ketidakpahaman Siswa yang Teridentifikasi pada Kelas XI IPA 1

Konsep Ketidak pahaman siswa % Siswa

• Kelarutan • Siswa tidak tahu tentang kelarutan yang diencerkan 100x apakah berpengaruh terhadap

35,7

Page 76: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

65

Lajutan Tabel 11

Selanjutnya, jika dilihat secara umum di kelas XI IPA 2 siswa yang

miskonsepsi lebih banyak jumlahnya dari siswa yang tidak paham. Berikut ini

adalah persentase siswa yang paham, miskonsepsi dan tidak paham pada

masing-masing item soal.

Tabel 12. Persentase Tingkat Pemahaman siswa kelas XI IPA 2

Konsep Item no

% Siswa paham

% Siswa miskonsepsi

% Siswa tidak

paham • Tetapan hasil kali

kelarutan 1 78,6 10,7 7,10 2 60,7 10,7 25,0 3 50,0 25,0 21,0 4 17,9 25,0 53,6

• Kelarutan 5 67,9 28,5 0,00 6 39,3 3,50 53,6 7 14,3 53,6 42,0

• Pengaruh ion sejenis

8 17,9 60,7 17,0 10 28,6 21,0 42,0 11 7,1 67,8 28,5

• Kesetimbangan ion 9 39,3 39,3 17,0 Lanjutan Tabel 12

Konsep Ketidak pahaman siswa % Siswa

Kps. ( 6 ) • Siswa tidak tahu hubungan Ksp dengan

kelarutan. Kelarutan yang bagaimana yang menyebabkan suatu senyawa paling sukar larut dalam air. (7)

• pH • Siswa tidak dapat menentukan pH suatu larutan jenuh . Siswa tidak dapat menentukan pH larutan jenuh jika Ksp diketahui. (12)

• Siswa tidak paham menentukan Ksp jika pH diketahui. (13)

35,71

67,8

• Reaksi pengendapan

• Siswa tidak paham mengenai reaksi pengendapan. Apa syarat reaksi itu akan mengendap?

35,7

Page 77: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

66

Konsep Item no

% Siswa paham

% Siswa miskonsepsi

% Siswa tidak

paham • Pengaruh pH 12 60,7 21,0 14,3

13 28,6 0,0 64,2 • Larutan jenuh,

belum jenuh dan lewat jenuh

14 14,3 50,0 25.0 • Reaksi

pengendapan 15 10,7 42,8 42,8 16 10,7 71,4 14,3

Selanjutnya, setelah dilakukan analisis terhadap jawaban siswa maka

ditemukanlah beberapa miskonsepsi dan tidak paham yang terjadi pada siswa,

seperti yang diuraikan dalam Tabel 13.

Tabel 13. Miskonsepsi Ssiswa yang Teridentifikasi pada Kelas XI IPA 2

Konsep Miskonsepsi % Siswa

• Pengaruh ion sejenis

• Penambahan ion sejenis akan memperkecil kelarutan, semakin besar konsentrasi ion sejenis yang ditambahkan maka semakin kecil kelarutannya, karena adanya ion sejenis akan mempengaruhi kesetimbangan, kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Sesuai dengan asas lee chatelier. (8) (11)

60,7

• Kelarutan • Senyawa yang sukar larut bila kelarutannya dalam air sangat besar. Siswa menjawab salah tapi alasannya benar. (7)

53,6

• Kesetimbangan ion

• Berapakah Konsentrasi ion M+ dalam M2CO3 (Ksp=3,2x10-11)? Pada umumnya siswa dapat menentukan harga kelarutan M2CO3, tetapi pada saat menentukan konsentrasi ion M+ tidak dikalikan dengan koefisiennya. (9)

39,3

• Larutan belum jenuh

• Jika 100 ml AgNO3 0,0004M +100 ml HCl 0,00002M (Ksp AgCl=4x10-8 apa jenis larutan yang terjadi? Siswa menjawab benar

50,0

Lanjutan Tabel 13

Page 78: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

67

Konsep Miskonsepsi % Siswa

tapi alasannya salah, siswa salah menentukan nilai Q (14)

• Reaksi pengendapan

• Terbebtuk endapan jika Q=Ksp. Siswa menjawab benar tetapi alasannya salah. (16)

71,4

Tabel 14. Ketidakpahaman Siswa yang Teridentifikasi pada Kelas XI IPA 2

Konsep Ketidakpahaman siswa % Siswa

• Kelarutan • Siswa tidak tahu tentang kelarutan yang diencerkan 100x apakah berpengaruh terhadap Ksp. (6)

• Siswa tidak tahu hubungan Ksp dengan kelarutan. Kelarutan yang bagaimana yang menyebabkan suatu senyawa paling sukar larut dalam air. (7)

53,6

42,0

• pH • Siswa tidak paham menentukan Ksp suatu garam bersifat basa jika pH diketahui. (13)

64,2

• Reaksi pengendapan

• Siswa tidak paham mengenai reaksi pengendapan. Reaksi akan mengendap jika Q>Ksp. Jadi siswa harus mencari harga Q dahulu, baru dibandingkan dengan Ksp

42,8

• Pengaruh ion sejenis

• Siswa tidak paham menentukan kelarutan AgI dalam larutan yang mengandung ion sejenis. Adanya ion sejenis akan memperkecil kelarutan.

42,0

Tabel 9 dan Tabel 12, secara nyata dapat membedakan tingkat

pemahaman siswa terhadap konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Berdasarkan persentase tingkat pemahaman siswa disetiap butir soal, dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa siswa di kedua kelas tersebut masih

banyak yang mengalami miskonsepsi ataupun tidak paham terhadap

Page 79: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

kons

kons

berik

Gam

Ket

Soa Soa Soa Soa Soa

Soa

Soa

pers

enta

sepa

ham

sep dalam m

sepsi siswa p

kut:

mbar 4. DiaXI I

terangan gam

al nomor 1,al nomor 5,al nomor 8,al nomor 9 al nomor 12al nomor 1

al nomor 15

0102030405060708090

1 2

pers

enta

se p

aham

Per

materi kelarut

pada kedua

agram persenIPA2 yang p

mbar 4,5 dan

,2,3,4 mew,6,7 mew,10,11 mew mew

2,13 mew14 mew

lew5,16 mew

2 3 4 5 6

sentase Ti

tan dan hasi

kelas terliha

ntase tingkapaham dari h

n 6.

wakili konsepwakili konsepwakili konsepwakili konsepwakili konsep

wakili konsepwat jenuh wakili konsep

7 8 9 10

Nomor soa

ingkat Pe(Paham

l kali kelaru

at pada Gam

t pemahamahasil tes diag

p tetapan hap Kelarutanp Pengaruh ip kesetimbanp pengaruh pp larutan jen

p reaksi pen

0 11 12 13 14

al

mahamanm)

utan. Persent

mbar 4,5 dan

an siswa XIgnostik bertin

sil kali kelarn ion senama ngan ion pH larutan nuh, belum

gendapan

15 16

n Siswa

XX

68

tase tingkat

n 6 sebagai

I IPA1 dan ngkat dua.

rutan

jenuh dan

XI-IA1XI-IA2

Page 80: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

69

Dari Gambar 4, terlihat bahwa pada umumnya siswa kelas XI IPA1 dan XI

IPA2 paham pada konsep tetapan hasil kali kelarutan (soal nomor 1,2,3)

tetapi persentase siswa yang paham pada kelas XI IPA1 lebih banyak

dibandingkan persentase siswa yang paham pada kelas XI IPA2. Demikian

pula pada soal nomor 5 yang membahas tentang konsep kelarutan persentase

siswa yang paham pada kedua kelas lebih dari 65% .

Gambar 5. Diagram persentase tingkat pemahaman siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 yang miskonsepsi dari hasil tes diagnosti bertingkat dua

Dari Gambar 5, terlihat bahwa pada umumnya siswa XI IPA1 cenderung

lebih banyak yang mengalami miskonsepsi dibandingkan siswa XI-IPA2.

Miskonsepsi terutama terjadi pada konsep pengaruh ion sejenis (soal nomor 8

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Pers

enta

si M

isko

nsep

si

Nomor Soal

Persentase Tingkat pemahaman Siswa(Miskonsepsi)

XI-IA1

XI-IA2

Page 81: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

70

dan 10), konsep kelarutan (soal nomor 7), konsep larutan jenuh (soal nomor

14) dan konsep reaksi pengendapan (soal nomor 15 dan 16).

Gambar 6. Diagram persentase tingkat pemahaman siswa kelas XI-IPA1

dan XI-IPA2 yang tidak paham dari hasil tes diagnostik

bertingkat dua.

Dari Gambar 6, terlihat bahwa pada umumnya siswa kelas XI-IPA2

cenderung lebih banyak yang tidak paham dibandingkan siswa kelas XI-

IPA1. Ketidakpahaman siswa terutama pada konsep pengaruh pH (soal no

13), persentase siswa yang tidak paham pada soal ini mencapai lebih dari

60%.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Pers

enta

si T

idak

Pah

am

Nomor Soal

Persentase Tingkat Pemahaman Siswa(Tidak Paham)

XI-IA1

XI-IA2

Page 82: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

71

B. Pembahasan

1. Analisis Proses Pembelajaran

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, analisis yang dilakukan terhadap RPP kedua

guru didasarkan pada standar proses dalam Permendiknas No.41 Tahun 2007.

Dari hasil studi dokumentasi, RPP yang dibuat kedua guru adalah sama. Hal

ini disebabkan karena guru membuat RPP secara bersama-sama didalam

suatu kelompok kerja guru (KKG) kimia di SMA Negeri 1 Lubuk Alung.

Setiap guru yang mengajar pada tingkat yang sama, membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, LKS dan revisi silabus secara

bersama-sama disetiap awal tahun pelajaran.

RPP yang dibuat guru telah memuat semua komponen yang

diharuskan dalam Permendiknas No.41 Tahun 2007, yaitu mencakup identitas

mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran,

materi ajar, alokasi waktu, metoda pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

penilaian hasil belajar dan sumber belajar. Akan tetapi ada komponen-

komponen yang isinya belum memenuhi standar yaitu komponen materi

pembelajaran, metode pembelajaran dan kegiatan pembelajaran

Materi pembelajaran yang direncanakan kedua guru sudah mencakup

semua tujuan pembelajaran, disajikan secara berurut dan sistematis, akan

tetapi komponen materi pembelajaran yang direncanakan tidak lengkap.

Menurut Permendiknas No.41 Tahun 2007, materi pembelajaran haruslah

memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam

Page 83: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

72

bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

Materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus

dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan (Buku Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran). Jenis- jenis

dari materi pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan meliputi fakta,

konsep dan prinsip. Contoh fakta, konsep dan prinsip pada KD 4.6. sebagai

berikut:

Fakta :

- AgCl merupakan contoh garam yang sukar larutan dalam air

- Kelarutan < Ksp menandakan larutan belum jenuh

- Kelarutan = Ksp menandakan larutan tepat jenuh

- Kelarutan > Ksp menandakan terjadinya pengendapan

Konsep :

- Kelarutan (Qc) adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam

sejumlah tertentu pelarut

- Ketetapan hasil kali kelarutan (Ksp) adalah Tetapan kesetimbangan dari

kesetimbangan anatara s garam atau basa yang sedikit larut

Prinsip :

Q < Ksp tidak terbentuk endapan

Q = Ksp larutan manjadi jenuh tetapi belum terbentuk endapan

Q > Ksp terbentuk endapan

Guru yang mampu mengidentifikasi jenis materi pembelajaran akan

mampu menentukan metode dan media yang tepat untuk digunakan dalam

Page 84: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

73

pembelajaran, karena setiap jenis materi pembelajaran memerlukan metode,

media, strategi yang berbeda- beda sehingga ketercapaian standar kompetensi

dapat terukur.

Metode pembelajaran yang direncanakan kedua guru belum sesuai

dengan tujuan pembelajaran dan materi ajar. Contohnya pada materi

pengendapan sesuai dengan tujuan pembelajaran harus dibuktikan melalui

eksperimen tetapi dalam perencanaan pembelajarannya tidak menggunakan

metode eksperimen, sehingga indikator yang telah dirumuskan tidak tercapai.

Setelah dikonfirmasi dengan kedua guru yang mengajar di kelas XI IPA 1 dan

XI IPA 2, alasan mereka tidak melakukan eksperimen pada materi

pengendapan disebabkan karena waktu yang tidak cukup sedangkan materi

masih banyak yang belum diselesaikan, sehingga mereka memilih untuk

menggunakan metode ceramah. Proses belajar akan berjalan dengan baik dan

kreatif bila guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

konsep, teori, definisi, dan sebagainya melalui contoh- contoh konkret

mengenai materi tersebut, salah satunya dengan melaksanakan kegiatan

praktikum.

Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak melakukan pemetaan waktu

dalam perencanaan pembelajarannya, sehingga pelaksanaan pembelajaran

tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan, sering kali guru kehabisan waktu

untuk melakukan kegiatan penutup, seperti membuat rangkuman/simpulan,

memberikan tugas atau menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

Page 85: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

74

berikutnya. Hal ini dapat menyebabkan tujuan kegiatan pencapaian

kompetensi tidak tercapai.

RPP yang di buat guru yang mengajar di kelas XI-IPA1 tidak

melampirkan soal ulangan harian sebagai bahan penilaian hasil belajar.

Sebaiknya guru melampirkan soal ulangan harian sesuai dengan indikator

pencapaian kompetensi lengkap dengan kunci jawaban dan pedoman

penskorannya. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru digunakan

untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta

digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan

memperbaiki proses pembelajaran. Soal ulangan harian harus dipersiapkan

dengan sebaik-baiknya begitu pula dengan soal pengayaan untuk siswa yang

sudah mencapai KKM dan soal remedial untuk siswa yang belum mencapai

KKM. Sementara penilaian hasil pembelajaran yang direncanakan guru hanya

dua aspek yaitu aspek kognitif dengan pemberian tes, dan aspek afektif

dengan menilai sikap siswa selama PBM. Secara umum RPP yang disusun

oleh kedua guru telah memuat semua komponen yang disyarat dalam

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007.

Berdasarkan analisis terhadap RPP yang disusun guru, didapat bahwa

RPP guru belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan RPP

yang terdapat dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Penyusunan RPP

belum memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Hal ini dapat dilihat

dalam RPP guru, Didalam kegiatan pembelajaran guru hanya menggunakan

metode diskusi dan eksperimen. Dalam eksplorasi guru merencanakan

Page 86: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

75

melakukan diskusi, tetapi guru tersebut tidak membagi siswa kedalam suatu

kelompok diskusi. Seharusnya guru membuat sutu kelompok diskusi dengan

memperhatikan perbedaan individu peserta didik, seperti pembentukkan

kelompok berdasarkan jenis kelamin, tingkat inteligensi siswa, minat siswa

dan lain-lain sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik. Guru tidak

menggunakan strategi dan metode mengajar yang bervariasi, dengan

menggunakan strategi dan metode mengajar yang bervariasi diharapkan

semua peserta didik dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh

guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang

direncanakan. Selain prinsip tersebut RPP guru juga tidak menerapkan

teknologi informasi dan komunikasi, padahal sekolah menyediakan fasilitas

teknologi informasi dan komunikasi secara lengkap seperti laptop, LCD, in

fokus bahkan jaringan internet yang dapat diakses siswa di sekolah. Dengan

menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran

dapat membuat pelajaran tersebut menarik, inspiratif, kreatif, menyenangkan

dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

RPP merupakan program perencanaan yang disusun sebagai pedoman

pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. Jika

RPP yang disusun belum sistematis maka tujuan pembelajaran tidak akan

tercapai dengan baik, sebab perencanaan adalah proses dan cara berfikir yang

dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Guru bisa saja mengajar

tanpa membuat perencanaan terlebih dahulu, tetapi mengajar yang dilakukan

guru hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran saja. Mengajar dalam

Page 87: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

76

pengertian sebenarnya adalah proses mengatur lingkungan supaya siswa

belajar yang kemudian disebut pembelajaran. Dengan demikian setiap proses

pembelajaran selamanya akan bergantung pada tujuan kemudian materi

pelajaran serta karakteristik siswa sebagai subjek belajar. Oleh karena itu

guru perlu merencanakan pembelajaran atau membuat RPP dengan tepat dan

sistematis sebagai bagian tugas profesional guru.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, yang

meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Berdasarkan analisis terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di kelas XI-

IPA1 dan XI-IPA2 SMAN 1 Lubuk Alung, didapat bahwa RPP kedua guru

belum terimplementasikan dengan baik dalam pelaksanaan pembelajaran di

dalam kelas. Hal ini disebabkan karena kedua guru tidak membawa RPP ke

dalam lokal saat mengajar, sehingga pelaksanaan pembelajaran tidak

berpedoman pada RPP yang sudah dibuat sebelumnya.

Metode pembelajaran yang dibuat dalam RPP tidak sesuai dengan

pelaksanaannya, dalam RPP dibuat metode tanya jawab, diskusi dan

eksperimen, tetapi pada pelaksanaannya kedua guru hanya menggunakan

metode ceramah yang diselingi dengan sedikit tanya jawab dan materi

tentang memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp yang

didalam silabus menggunakan metode eksperimen tidak dilaksanakan.

Setelah dikonfirmasi dengan kedua guru yang mengajar di kelas XI IPA1 dan

XI IPA2, alasan tidak dilaksanakan eksperimen pada materi pengendapan

Page 88: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

77

disebabkan karena waktu sudah tidak mencukupi lagi sedangkan materi masih

banyak yang belum diselesaikan. Dengan tidak dilaksanakan eksperimen

tentang materi pengendapan siswa akan mengalami kesulitan memahami

materi ini, karena siswa hanya berlatih menyelesaikan soal-soal tentang

pengendapan dan menghafal konsep yang bersifat abstrak. Menurut teori

belajar bruner, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif bila guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep, teori,

definisi, dan sebagainya melalui contoh-contoh konkret mengenai materi

tersebut, salah satunya dengan melaksanakan praktikum.

Media pembelajarannya pun tidak sesuai dengan RPP yang di buat,

dalam RPP dibuat menggunakan power point, charta dll, tetapi pada

pelaksanaannya guru tidak menggunakan media pembelajaran apapun.

Setelah dikonfirmasi dengan guru yang mengajar di kelas XI IPA1 dan XI

IPA2 mengenai hal ini, guru tersebut menyatakan bahwa mereka tidak

membuat media karena tidak sempat mempersiapkannya. Sebaiknya guru

menggunakan media dalam pembelajaran, agar pembelajaran lebih menarik

tidak membosankan dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk memahami

materi yang diajarkan. Pembelajaran yang efektif harus ditinjau dari

pelaksanaan pembelajaran yang diimplementasikan guru di dalam kelas

berdasarkan RPP yang disusun dan Permendiknas No.41 Tahun 2007. Berikut

adalah uraian analisis pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Page 89: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

78

1) Kegiatan Pendahuluan

Dari hasil observasi diketahui bahwa kedua guru yang mengajar tidak

menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai

oleh siswa. Padahal menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 kegiatan

tersebut harus dilaksanakan. Dengan dijelaskannya tujuan pembelajaran

tersebut, siswa akan mengetahui kompetensi dasar apa saja yang harus

dikuasainya setelah mempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan,

sehingga motivasi belajar akan muncul dalam diri siswa. Dengan demikian

diharapkan siswa dapat belajar tuntas.

Kedua guru di kelas XI-IPA1 dan XI-IPA2 juga tidak

mengidentifikasi pengetahuan awal siswa, Hal ini menyebabkan banyak siswa

XI-IPA1 dan XI-IPA2 yang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi

kelarutan dan hasil kali kelarutan. Menurut teori belajar konstruktivisme,

pengetahuan siswa merupakan hasil konstruksi siswa itu sendiri. Pengetahuan

tersebut diperoleh melalui pengalaman siswa ketika berintreraksi dengan

lingkungannya. Jadi, siswa hadir di kelas tidak dengan kepala kosong,

melainkan mereka telah memiliki pengetahuan awal. Pengetahuan yang

dimiliki oleh siswa belum tentu sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Oleh

karena itu guru perlu mengidentifikasi pengetahuan awal siswa agar dapat

mengoreksi kesalahan prakonsepsi siswa dan membantu siswa

merekonstruksi pengetahuannya.

Pada kelas XI-IPA1 guru tidak mereview konsep prasyarat pada

kelarutan dan hasil kali kelarutan. Konsep prasyarat yang harus dikuasai

Page 90: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

79

siswa sebelum mempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

adalah konsep kesetimbangan kimia dalam larutan, konsep asam-basa,dan

konsep stoikiometri larutan. Seharusnya guru mereview konsep prasyarat

terlebih dahulu sebelum menjelaskan materi inti. Mereview konsep

prasyarat sangat penting dilakukan agar siswa mengingat kembali konsep

tersebut dan dapat mengaitkan dengan konsep yang akan dipelajari. Guru

yang mengajar di kelas XI IPA 2 meriview konsep prasyarat tentang

konsep kesetimbangan kimia.

Konsep-konsep dalam ilmu kimia saling berkaitan satu dengan

yang lainnya dan konsepnya berjenjang dari yang sederhana ke konsep

yang lebih tinggi tingkatannya. Oleh karena itu untuk memahami konsep

yang lebih tinggi, siswa harus memahami terlebih dahulu konsep-konsep

dasar yang membangunnya (Efendi, 2002:8). Kedua guru yang mengajar

di kelas XI-IPA tidak memberikan motivasi dan tidak mengaitkan materi

ini dengan kehidupan nyata di kegiatan awal, sehingga siswa kurang

tertantang untuk mempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Secara umum kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh kedua guru

belum tepat menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Wina

(2010:84-88) mengemukakan bahwa membuka pelajaran merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan

menarik perhatian siswa secara optimal, agar mereka memusatkan diri

sepenuhnya pada pelajaran yang akan diberikan. Komponen-komponen

yang penting dilakukan untuk membuka pelajaran adalah menarik minat

Page 91: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

80

siswa, membangkitkan motivasi siswa, memberikan acuan dan membuat

kaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

2) Kegiatan Inti

Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, Kegiatan inti

merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dengan

menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik

dan mata pelajaran. Berdasarkan hasil observasi dalam tiga kali pertemuan

pada masing-masing kelas, ditemui beberapa kegiatan inti yang tertulis

dalam RPP, namun tidak terlaksanakan selama proses pembelajaran.

Kegiatan inti yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi

telah dituliskan dalam RPP guru, tetapi pada pada kenyataannya tidak

semua dapat dilaksanakan.

Pada proses eksplorasi, kedua guru cenderung memberikan

informasi sebanyak-banyaknya tentang materi yang diajarkan tanpa

melibatkan siswa untuk berperan aktif mencari informasi yang luas dan

dalam tentang materi yang akan diajarkan. Guru kurang melibatkan siswa

secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru tidak menggunakan

beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran ataupun

melakukan percobaan di laboratorium dalam menjelaskan materi ini.

Sebaiknya guru melakukan praktikum mengenai proses kelarutan dan

reaksi pengendapan sesuai dengan RPP yang dibuatnya, karena fasilitas

labor dan bahan-bahan yang diperlukan untuk eksperimen ini tersedia di

sekolah, berdasarkan wawancara dengan guru yang bersangkutan mereka

Page 92: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

81

tidak melaksanakan eksperimen di labor pada materi tersebut disebabkan

karena tidak cukup waktu untuk melaksanakannya. Sebaiknya kalaupun

tidak bisa melakukan eksperimen, guru dapat menampilkan tayangan

melalui media CD sehingga siswa akan lebih mudah memahami pelajaran

yang bersifat abstrak. Menurut teori belajar Bruner, proses belajar akan

berjalan dengan baik dan kreatif bila guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menemukan konsep, teori, definisi, dan sebagainya melalui

contoh- contoh konkret mengenai materi tersebut, salah satunya dengan

melaksanakan kegiatan praktikum. Melalui eksplorasi siswa memperoleh

sendiri pengetahuan melalui bimbingan dan arahan dari guru sehingga

siswa belajar aktif. Dengan demikian pengetahuan tersebut dapat

tersimpan lama dalam otak siswa dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan

nyata.

Pada proses elaborasi tidak terjadi pembelajaran yang melibatkan

siswa untuk terlibat secara aktif . Interaksi antara guru dengan siswa dan

interaksi antara siswa dengan siswa belum terlihat. Guru melakukan tanya

jawab dengan siswa namun hanya satu hingga dua orang siswa yang

memberikan respon. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, tidak terjadi

komunikasi dua arah (siswa hanya menyimak pembelajaran yang diberikan

guru). Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, dinyatakan

bahwa dalam kegiatan elaborasi salah satu tugas guru adalah memfasilitasi

peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain lain untuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Menurut

Page 93: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

82

teori belajar konstruktivisme, keterlibatan siswa secara aktif sangat penting

dalam proses pembelajaran. Dengan mengaktifkan siswa maka proses

asimilasi/akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan

baik. Salah satu cara yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara

aktif dalam pembelajaran adalah dengan melaksanakan kegiatan diskusi.

Pada proses konfirmasi, secara umum guru telah melaksanakan

kegiatan yang sesuai dengan tuntutan pada Permendiknas Nomor 41

Tahun 2007. Kegiatan tersebut adalah dengan memberikan umpan balik

yang positif dan penguatan dalam bentuk lisan dan tulisan, memberikan

konfirmasi, menuntun siswa melakukan refleksi dan membantu siswa

dalam menyelesaikan masalah. Kegiatan ini penting untuk dilaksanakan,

agar pemahaman konsep siswa terhadap materi yang dipelajari semakin

utuh.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup yang dilaksanakan guru selama pelaksanaan

proses pembelajaran cenderung belum sesuai dengan standar proses yang

ditetapkan. Kegiatan penutup yang dilakukan adalah memberikan soal

latihan untuk dikerjakan di rumah dan jarang sekali guru bersama- sama

dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru tidak

menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tugas kepada siswa karena

waktu sudah habis. Hal ini disebabkan karena guru tidak membuat

pemetaan waktu yang direncanakan pada RPP, sehingga pelaksanaannya

melampaui dari waktu yang ditetapkan dan tujuan kegiatan pencapaian

Page 94: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

83

kompetensi tidak tercapai. Menyimpulkan materi yang telah diajarkan dan

memberikan tugas termasuk kedalam kegiatan penutup menurut

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, agar siswa paham dengan apa yang

telah dipelajarinya pada materi tersebut dan guru sebaiknya mengajar

sesuai dengan alokasi waktu yang dibuatnya dalam RPP. Selain itu guru

seharusnya menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut terlebih dahulu di

rumah, sehingga pada pertemuan berikutnya siswa sudah mempunyai

gambaran mengenai materi yang akan dipelajari. Mulyasa (2008:84-89)

mengemukakan bahwa menutup pelajaran merupakan kegiatan yang

dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman

siswa terhadap materi yang telah dipelajari serta mengakhiri kegiatan

pembelajaran.

Berdasarkan analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran,

ditemukan bahwa tidak semua kegiatan pembelajaran yang direncanakan

dalam RPP sesuai dengan pelaksanaan di kelas XI-IPA1 dan XI-IPA2.

Materi pembelajaran atau sistematika materi ikut mempengaruhi hasil dari

pelaksanaan proses pembelajaran.

Urutan materi yang disampaikan guru yang mengajar di kelas XI

IPA1 adalah sebagai berikut: Pada pertemuan pertama, guru membahas

materi kesetimbangan dalam suatu larutan belum jenuh, lewat jenuh dan

tepat jenuh. Pada materi ini guru menjelaskan dengan menggambarkan tiga

buah larutan garam (NaCl) dimana jumlah garam dibuat bervariasi, guru

Page 95: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

84

menyatakan bahwa ketiga larutan garam tersebut ada yang berada dalam

keadaan jenuh, lewat jenuh dan tepat jenuh, kemudian mendefinisikan apa

yang dimaksud dengan kelarutan, larutan belum jenuh, lewat jenuh dan

tepat jenuh tanpa melibatkan siswa, siswa hanya menyimak dan mencatat

keterangan guru. Sebaiknya guru melakukan demonstrasi, agar nampak

perbedaan antara larutan belum jenuh, tepat jenuh dan lewat jenuh, dan

bersama-sama siswa mendefinisikannya. Kemudian guru menerangkan

materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, pada materi ini guru memulai

dengan menentukan tetapan hasil kali kelarutan. Guru mencontohkan cara

mencari tetapan hasil kali kelarutan untuk larutan MgCl2 dan NaCl. Pada

materi ini guru memberikan contoh yang kurang tepat, karena tetapan hasil

kali kelarutan adalah tetapan kesetimbangan dari larutan yang sukar larut.

Contoh yang kurang tepat ini dapat menyebabkan siswa mengalami

miskonsepsi, sebab siswa akan mengalami kesulitan dalam membedakan

materi kesetimbangan kimia dengan materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan. Seharusnya sebelum masuk kepada materi inti, guru meriview

kembali konsep prasyarat yang erat kaitannya yaitu konsep reaksi

kesetimbangan dan konsep stoikiometri larutan. Kemudian guru juga harus

menerangkan bagaimana kaitannya tetepan hasil kali kelarutan dengan

tingkat kelarutan atau pengendapan.

Pada pertemuan kedua, guru menerangkan materi pengaruh ion

senama dalam kelarutan. Guru dalam menerangkan materi ini hanya

memberikan penjelasan berupa contoh soal, kemudian menyimpulkan

Page 96: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

85

bagaiman pengaruh ion senama dalam kelarutan. Seharusnya guru

menerangkan bagaimana pengaruh ion senama dalam kelarutan

berdasarkan asas lee chatelier, untuk menjelaskan hal ini dapat diambil

contoh penambahan HCl kedalam larutan AgCl jenuh yang berada dalam

kesetimbangan. Di dalam larutan HCl akan terurai menjadi ion H+ dan Cl-.

Keberadaan ion senama Cl- akan mendorong kesetimbangan ke kiri

membentuk endapan AgCl. Dengan demikian kelarutan AgCl menjadi

berkurang. Sehingga dapat diambil kesimpulan penambahan ion senama

kedalam larutan jenuh akan menurunkan kelarutan. Seharusnya guru

menerangkan hubungan antara penambahan ion sejenis dengan daya larut

suatu senyawa, sehingga siswa dapat memahami hubungan materi yang

diajarkan dengan kompetensi dasar yang ditetapkan. Begitu juga dengan

materi hubungan pH dengan Ksp, guru menjelaskan materi tersebut, hanya

dengan menggunakan contoh soal tetapi tidak memberikan penjelasan

konsep yang jelas tentang hubungan antara pH dan kelarutan.

Pada pertemuan ketiga, diterangkan materi memperkirakan

terbentuknya endapan berdasarkan Ksp-nya. Guru menerangkan jika

Q<ksp maka larutan belum jenuh, jika Q=Ksp maka larutan tepat jenuh

dan jika Q>ksp maka larutan lewat jenuh, kemudian siswa menjawab soal-

soal yang di berikan guru. Sebaiknya guru melakukan percobaan tentang

reaksi pengendapan agar siswa lebih memhami pembentukan endapan

berdasarkan nilai Ksp, karena fasilitas labor dan bahan-bahan yang

diperlukan untuk percobaan tersebut telah tersedia di sekolah.

Page 97: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

86

Di kelas XI-IPA2 urutan materi ajar yang diberikan guru kepada

siswa cenderung sesuai dengan RPP yang dibuat. Materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan diselesaikan dengan 3 kali pertemuan tatap muka dan 1

kali ulangan harian. Pada pertemuan pertama dibahas tentang

kesetimbangan dalam larutan belum jenuh, tepat jenuh dan lewat jenuh.

Sebaiknya dalam menerangkan materi ini, guru menggunakan

demonstrasi, agar siswa lebih mudah membedakan larutan belum jenuh,

tepat jenuh dan lewat jenuh dan bersama-sama dengan siswa

mendefinisikannya. Kemudian guru melanjutkan dengan menerangkan

materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Dalam menerangkan materi ini

guru menggunakan metode ceramah yang diselingi dengan sedikit tanya

jawab, sebaiknya guru menggunakan metode pembelajaran yang

kooperatif dan kolaboratif agar pembelajaran menjadi tidak membosankan.

Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, Proses pembelajaran

haruslah interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang lingkup

yang cukup bagi prakarsa kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.

Pada pertemuan kedua guru langsung menerangkan materi

pengaruh ion senama dalam kelarutan, dalam menerangkan materi ini,

sebaiknya guru memotivasi siswa agar siswa tertantang untuk mempelajari

materi yang akan dipelajari. Guru melibatkan siswa dalam proses

pembalajaran. Bersama-sama dengan siswa, guru menyelesaikan soal-soal

Page 98: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

87

tentang pengaruh ion senama dalam kelarutan. Kemudian guru

menjelaskan pengaruh ion senama dalam kelarutan dengan menggunakan

asas lee chatelier. Guru juga menerangkan hubungan pH dengan Ksp.

Guru menerangkan dengan membahas sebuah contoh soal yang

berhubungan dengan materi, kemudian memberikan kesimpulannya.

Pada pertemuan ketiga, diterangkan materi memperkirakan

terbentuknya endapan berdasarkan Ksp-nya. Guru menerangkan jika

Q<ksp maka larutan belum jenuh, jika Q=Ksp maka larutan tepat jenuh

dan jika Q>ksp maka larutan lewat jenuh, kemudian siswa menjawab soal-

soal yang di berikan guru. Sebaiknya guru melakukan percobaan tentang

reaksi pengendapan agar siswa lebih mendalami pembentukan endapan

berdasarkan nilai Ksp.

Berdasarkan analisis terhadap proses pembelajaran, pada kedua

kelas belum optimal interaksi yang terjadi antara guru-siswa dan siswa-siswa.

Hal ini terlihat ketika guru melakukan tanya jawab dengan siswa. Hanya

sedikit siswa yang memberikan respon dengan cara menjawab pertanyaan

guru tersebut. Interaksi antara siswa dengan siswa tidak terlihat pada waktu

siswa mengerjakan soal yang diberikan guru. Penyajian materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan sudah sistematis, tetapi pada saat guru menjelaskan

masing-masing sub materi kurang terlihat adanya keterkaitan satu sama lain.

Hal ini dapat menyebabkan siswa kurang memahami materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan dengan utuh.

Page 99: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

88

c. Penilaian

Berdasarkan observasi terhadap proses pembelajaran, penilaian yang

dilaksanakan hanya menyangkut 2 aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek

afektif. Penilaian aspek kognitif dilakukan dengan pemberian tes ulangan

harian. Ulangan harian adalah proses yang dilaksanakan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses

pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan

pembelajaran dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik

(Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007).

Penilaian aspek afektif, guru hanya menilai melalui keaktifan dan

ketertiban siswa dalam pelaksnaan pembelajaran. Penilaian afektif tidak dapat

dideteksi dengan tes tetapi dapat diperoleh melalui angket, inventori dan

pengamatan yang berkelanjutan. Penilaian aspek psikomotor tidak dilakukan

oleh guru, karena praktikum tidak dilaksanakan. Penilaian psikomotor

berhubungan dengan keterampilan siswa misalnya keterampilan siswa

melakukan percobaan di laboratorium. Setelah dikonfirmsi dengan guru yang

bersangkutan ternyata praktikum tidak dilaksanakan karena waktu yang

terbatas.

Berdasarkan analisis terhadap soal ulangan harian dibuat guru, soal

ulangan harian sudah berdasarkan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam

silabus. Penilaian dalam KTSP menggunakan acuan kriteria. Dimana hasil

yang dicapai siswa dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan

oleh guru dan sekolah. Apabila nilai siswa telah mencapai standar yang

Page 100: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

89

ditetapkan maka siswa tersebut dinyatakan tuntas dan apabila nilai siswa

belum mencapai standar yang ditetapkan, maka siswa tersebut dinyatakan

belum tuntas dan harus mengikuti program remedial sehingga mencapai

kompetensi minimal yang diharapkan.

Sebaiknya guru melakukan analisis terhadap hasil jawaban siswa,

sehingga guru mengetahui materi-materi apa saja yang belum dikuasai oleh

siswa. Materi-materi yang belum dikuasai siswa diulang kembali kemudian

baru diberikan remedial hingga mencapai kompetensi minimal yang

diharapkan.

2. Analisis Konsep

Berdasarkan data hasil tes diagnostik pilihan ganda bertingkat dua yang

disajikan pada Gambar 4, 5 dan 6, dapat diketahui bahwa terjadi miskonsepsi dan

tidak paham di berbagai konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Miskonsepsi dan tidak paham pada konsep materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan tersebut terjadi pada siswa kelas XI-IPA1 dan kelas XI-IPA2 SMAN 1

Lubuk Alung. Adapun hasil analisis tingkat pemahaman dari tiap-tiap konsep

yang diujikan, diuraikan pada bagian di bawah ini.

a. Analisis konsepsi pada konsep tetapan hasil kali kelarutan

Tetapan hasil kali kelarutan merupakan materi pokok KD 4.6.

Konsepsi siswa pada konsep tetapan hasil kali kelarutan dalam soal tes

diagnostik bertingkat dua ini dapat dilihat dari jawaban siswa pada soal

nomor 1 sampai 4. Dari hasil tes diagnostik yang diperoleh siswa pada

umumnya telah memahami konsep tersebut dengan baik. Hal ini dapat terlihat

Page 101: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

90

lebih dari setengah dari jumlah siswa pada kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2

menjawab dengan benar. Untuk soal nomor 1 hanya sedikit siswa yang

mengalami miskonsepsi dan tidak paham. Kelas XI-IPA1 yang miskonsepsi

17% dan kelas XI-IPA2 yang miskonsepsi 10%. Sedangkan siswa XI IPA 1

dan siswa XI IPA2 yang tidak paham hanya 7,10% saja. Hal ini disebabkan

karena dalam proses pembelajaran baik di kelas XI IPA1 maupun di kelas XI

IPA2, kedua guru telah mengajarkan konsep persamaan hasil kali kelarutan

dengan tepat dan mudah dipahami oleh siswa.

Berdasarkan analisis terhadap soal tes, ketidakpahaman dua orang

siswa disebabkan karena siswa tidak memangkatkan ion-ion penyusun

senyawa dengan koefisien reaksinya, sehingga mereka mendapatkan

persamaan rumus Ksp yang salah. Pengertian tetapan hasil kali kelarutan

yaitu hasil kali dari konsentrasi ion-ion penyusun suatu senyawa

dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing.

Mengenai konsep tetapan hasil kali kelarutan pada soal nomor 2,

siswa yang paham lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang mengalami

miskonsepsi dan tidak paham. Siswa XI IPA1 yang miskonsepsi adalah 21%

dan siswa XI IPA2 yang miskonsepsi adalah 10,7%. Siswa yang tidak paham

di kelas XI IPA1 adalah 10,7% dan di kelas XI IPA2 siswa yang tidak paham

adalah 25%. Dilihat dari proses pembelajaran yang dilaksanakan dikedua

kelas, kedua guru telah menerangkan konsep ini dengan cukup baik hanya

saja kurang melibatkan siswa dalam mendapatkan suatu konsep dan tidak

meriview konsep kesetimbangan yang menjadi konsep prasyarat.

Page 102: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

91

Ketidakpahaman siswa dalam menentukan rumus Ksp Ag2CO3(S)

yang diketahui kelarutannya dalam air, disebabkan karena siswa salah dalam

menentukan kesetimbangan Ag2CO3(S) dalam air, sehingga salah juga dalam

menentukan rumus Kspnya, karena tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) adalah

hasil kali konsentrasi molar ion-ion penyusunnya yang dipangkatkan dengan

koefisien stoikiometrinya di dalam persamaan kesetimbangan. Berdasarkan

hasil jawaban siswa yang miskonsepsi, pada umumnya mereka menjawab

benar, tetapi salah dalam memberikan alasan, hal ini disebabkan karena

mereka hanya menghafal rumus yang diberikan guru. Dalam proses

pembelajaran guru menyimpulkan bahwa jika jumlah ion suatu senyawa 2,

maka rumus Ksp nya = s2, jika jumlah ion suatu senyawa 3, maka rumus

Kspnya = 4s3, guru kurang melibatkan siswa dalam menemukan suatu

konsep.

Mengenai konsep tetapan hasil kali kelarutan yang berhubungan

dengan mencari Ksp garam jika kelarutannya diketahui seperti soal nomor 4,

persentase siswa yang miskonsepsi di kelas XI-IPA1 lebih banyak

dibandingkan siswa kelas XI-IPA2. Sedangkan siswa XI IPA 2 lebih banyak

yang mengalami tidak paham dibandingkan siswa XI IPA1. Siswa XI IPA 1

yang tidak paham adalah 17% dan di kelas XI IPA2 yang tidak paham adalah

53,7%. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil tes pada soal tersebut,

ternyata siswa kesulitan dalam menentukan konsentrasi dari senyawa

Pb(NO3)2, sehingga siswa juga kesulitan dalam menentukan berapa banyak

senyawa tersebut dapat larutan. Hal ini disebabkan karena siswa kurang

Page 103: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

92

menguasai konsep stoikiometri larutan. Guru juga tidak meriview konsep

stoikiometri larutan yang menjadi konsep prasyarat dalam KD 4.6.

Pada umumnya siswa cukup paham tentang konsep kelarutan dan

tetapan hasil kali kelarutan dan hanya sedikit yang mengalami miskonsepsi

dan tidak paham. Penyebab miskonsepsi dan tidak paham yang dialami siswa

bersumber dari siswa itu sendiri karena siswa tidak begitu memahami konsep-

konsep pada materi sebelumnya, terutama konsep kesetimbangan kimia

dalam larutan, konsep asam-basa dan konsep stoikiometri. Konsep dalam

pembelajaran kimia ini selalu berhubungan. Akibatnya jika tidak paham

konsep sebelumnya, akan menjadi lebih sulit untuk memahami konsep

selanjutnya. Seharusnya guru dapat mengetahui bahwa siswa masih belum

paham dengan konsep materi sebelumnya sehingga guru dapat mereview

sedikit konsep tersebut sebelum masuk kepada konsep baru. Jadi, penyebab

miskonsepsi dan tidak paham siswa sesuai dengan pendapat Kirkwood dan

Symington (Effendy, 2002:12) yang menyatakan bahwa dari segi siswa

kesalahan pemahaman disebabkan karena pengetahuan yang diperoleh siswa

dari hasil belajar sebelumnya dan kemampuan berfikir siswa yang rendah.

b. Analisis konsepsi pada konsep kelarutan

Konsep kelarutan merupakan materi pokok pada KD 4.6. Dari hasil

tes diagnostik bertingkat dua diperoleh banyak siswa yang mengalami

miskonsepsi dalam menentukan senyawa garam yang sukar larut dalam air

seperti pada soal nomor 7. Siswa kelas XI IPA 1 yang mengalami

miskonsepsi adalah 57% sementara siswa kelas XI IPA 2 yang mengalami

Page 104: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

93

miskonsepsi adalah 53,6%. Siswa kelas XI IPA 1 yang tidak paham adalah

35,7% sementara siswa kelas XI IPA 2 yang tidak paham adalah 42%. Dari

jawaban siswa yang miskonsepsi, banyak ditemukan siswa menjawab benar

tetapi salah dalam menentukan alasannya. Siswa cenderung memberikan

alasan semakin kecil nilai Ksp suatu larutan, semakin sukar larut dalam air,

Siswa tidak memperhatikan bahwa garam-garam tersebut berbeda rumus

umum molekulnya (AXBY). Menurut Brady untuk garam-garam dengan

rumus umum molekulnya (AXBY) yang sama, Ksp yang lebih kecil

mempunyai kelarutan lebih sedikit dalam air, sedangkan untuk garam yang

berbeda rumus umum molekulnya (AXBY), harus dicari nilai kelarutannya

terlebih dahulu, kemudian garam yang mempunyai kelarutan yang paling

kecillah yang paling sukar larut dalam air. Dilihat dari proses pembelajaran

dikelas, kedua guru tidak menerangkan bagaimana kaitannya antara tetapan

hasil kali kelarutan dengan kelarutan dan kedua gurupun tidak pernah

memberikan soal seperti ini baik dalam proses pembelajaran maupun PR.

Mengenai konsep pengaruh pengenceran dalam kelarutan seperti pada

soal nomor 6, lebih banyak siswa yang tidak paham dibandingkan dengan

yang miskonsepsi. Siswa yang tidak paham dikedua kelas mencapai 53,6%,

Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami pengaruh pengenceran

terhadap Ksp suatu senyawa. Berdasarkan analisis pembelajaran di kedua

kelas, guru sama sekali tidak pernah menerangkan faktor pengenceran dalam

kelarutan kepada siswa dan tidak mengaitkan konsep kelarutan dengan factor-

factor yang mempengaruhi kesetimbangan (asas Lee Chatelier), sehingga

Page 105: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

94

siswa kurang dapat memahami bahwa pada proses pengenceran (air murni)

tidak ada yang mempengaruhi kelarutan zat tersebut sehingga nilai Ksp tetap.

Penyebab miskonsepsi dan tidak paham yang dialami siswa pada

konsep ini bersumber dari siswa itu sendiri karena siswa tidak begitu

memahami konsep-konsep pada materi sebelumnya, (terutama konsep

kesetimbangan kimia dalam larutan dan konsep asam-basa) sedangkan

konsep dalam pembelajaran kimia ini selalu berhubungan. Akibatnya jika

tidak paham konsep sebelumnya, akan menjadi lebih sulit untuk memahami

konsep selanjutnya. Seharusnya guru dapat mengetahui bahwa siswa masih

belum paham dengan konsep materi sebelumnya sehingga guru dapat

mereview sedikit konsep tersebut sebelum masuk kepada konsep baru.

c. Analisis konsepsi pada konsep ion sejenis

Untuk meanganalisis konsepsi siswa pada konsep ion sejenis ini,

dapat dilihat melalui jawaban siswa terhadap soal tes diagnostik bertingkat

dua pada soal nomor 8, 10, dan 11. Siswa banyak mengalami miskonsepsi

dalam menentukan pengaruh ion sejenis pada kelarutan AgCl seperti pada

soal nomor 8. Siswa yang mengalami miskonsep lebih banyak dibandingkan

dengan siswa yang paham dan tidak paham. Jumlah siswa yang mengalami

miskonsepsi di kelas XI-IPA1 sebanyak 22 siswa (78%) dan XI-IPA2

sebanyak 17 siswa (61%), sedangkan siswa kelas XI IPA1 yang tidak paham

adalah 7,10% dan siswa XI IPA2 yang tidak paham adalah 17%.

Page 106: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

95

Setelah dilakukan analisis terhadap jawaban siswa, miskonsepsi pada

konsep ini disebabkan karena siswa memberikan jawaban yang salah, tetapi

siswa benar dalam memberikan alasan tentang pengertian pengaruh ion

sejenis. Siswa kebanyakan memilih kelarutan AgCl yang paling kecil terdapat

dalam AgNO3 0,1 M, seharusnya siswa menjawab kelarutan AgCl yang

paling kecil terdapat dalam Ag2CrO4 0,1 M. Karena larutan Ag2CrO4 0,1 M

konsentrasi ion sejenis (Ag) lebih besar. Menurut Brady, jika suatu garam

dilarutkan dalam larutan yang sudah mengandung salah satu ionnya, maka

kelarutannya akan berkurang apabila dibandingkan dengan kelarutannya

dalam air murni. Semakin besar konsentrasi larutan yang mengandung ion

sejenis, semakin kecil kelarutan garam tersebut.

Berdasarkan analisis terhadap proses pembelajaran pada kedua kelas,

ternyata guru kurang memberikan penjelasan pengaruh ion sejenis dalam

kelarutan, guru hanya memberikan contoh soal dan menerangkan bagaimana

meyelesaikan soal tersebut. Siswa hanya menghafal bagaimana

menyelesaikan soal pada konsep ini. Guru pun tidak menjelaskan bahwa

adanya penambahan ion sejenis dalam larutan akan mempengaruhi

kesetimbangan dan akan memperkecil kelarutan. Akibatnya siswa mengalami

kesulitan dalam menjawab soal ini.

Pada soal nomor 10, dimana siswa harus mencari kelarutan AgI dalam

larutan AgNO3 0,1 M. Konsepsi siswa setelah dilakukan analisis terhadap

soal tes, siswa yang mengalami miskonsepsi di kelasXI-IPA1 sebanyak

35,7% dan di kelas XI-IPA2 sebanyak 21%. Sedangkan siswa yang tidak

Page 107: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

96

paham di kelas XI IPA1 adalah 28,5% dan siswa XI IPA2 yang tidak paham

adalah 42%. Ketidakpahaman pada soal ini disebabkan karena siswa salah

memberikan jawaban dan alasannya, siswa salah dalam menentukan rumus s

(kelarutan senyawa) sehingga salah juga dalam perhitungannya. Seharusnya

rumus s: 0,1 ⁄ , karena konsentrasi Ag+ dalam larutan sama dengan

konsentrasi AgNO3 yaitu 0,1 M. Berdasarkan analisis pada proses

pembelajaran guru sudah banyak memberikan contoh soal tentang hal ini,

tetapi siswa tidak banyak terlibat dalam menemukan rumus kelarutan dan

pemecahan soal. PR yang diberikan guru tentang pengaruh ion sejenis tidak

dibahas dan dikoreksi.

Berdasarkan analisis proses pembelajaran di kedua kelas,

miskonsepsi disebabkan oleh guru dan siswa, guru kurang memperhatikan

konsep awal yang dimiliki siswa. Siswa tidak dilibatkan dalam proses

pembelajaran, bagaimana memperoleh dan memahami suatu konsep. Guru

berasumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran

guru ke pikiran siswa (Afifuddin, 2010:1). Dari segi siswa, miskonsepsi

disebabkan karena pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar

sebelumnya dan kemampuan berfikir siswa yang masih rendah.

d. Analisis konsepsi pada konsep pH larutan

Untuk konsepsi siswa pada konsep pH larutan ini dilihat melalui

distribusi jawaban siswa terhadap soal tes diagnostik bertingkat dua pada soal

nomor 12 dan 13. Pada soal nomor 12, menentukan pH larutan jenuh

Page 108: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

97

Pb(OH)2, jika Ksp Pb(OH)2 diketahui. Berdasarkan analisis terhadap jawaban

siswa didapat bahwa persentase siswa yang tidak paham di kedua kelas

mencapai lebih dari 60%. Ketidakpahaman siswa pada soal ini disebakan

karena siswa tidak mengalikan konsentrasi OH- yang didapat dengan

koefisien reaksinya, sehingga mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan

hasilnya. Dilihat dari proses pembelajaran, kedua guru sudah menjelaskan

konsep ini dengan baik, kedua guru memberikan contoh soal yang hampir

sama dengan tes diagnostik, kemudian membahasnya bersama-sama dengan

siswa. Guru yang mengajar di kelas XI IPA2 tidak pernah memberikan PR

yang berhubungan dengan soal ini, sedangkan guru yang mengajar di kelas

XI IPA1 ada memberikan PR, tetapi PR tersebut tidak diperiksa.

Mengenai konsep pengaruh pH juga ditemukan ketidakpahaman siswa

pada soal nomor 13, yaitu menentukan Ksp suatu garam jika pH garam

diketahui. Siswa yang tidak paham pada kedua kelas lebih dari 64%.

Berdasarkan analisis terhadap jawaban siswa yang tidak paham, ternyata

masih banyak siswa yang ragu mengkonversikan pH larutan terhadap

konsentrasi masing-masing ion yang menjadi komponennya. Senyawa

Mg(OH)2 yang mempunyai pH 10 jika dilarutkan dalam air, maka senyawa

ini akan terion menjadi Mg+2 dan 2OH-. Karena pH larutan adalah 10 maka

konsentrasi OH- dalam larutan tersebut adalah 1x10-4. Ternyata setelah

dilakukan analisis terhadap hasil jawaban siswa, miskonsepsi dan tidak

paham disebabkan karena siswa mengalikan konsentrasi OH- dengan

Page 109: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

98

koefisien reaksinya, kemudian memangkatkannya dengan dua. Hal ini

mengakibatkan siswa mendapatkan hasil yang salah.

Pada umumnya dari kedua soal yang mewakili konsep pengaruh pH

ini, miskonsepsi dan tidak paham disebabkan oleh guru dan siswa, guru

kurang memperhatikan konsep awal yang dimiliki siswa. Siswa tidak

dilibatkan dalam proses pembelajaran, bagaimana memperoleh dan

memahami suatu konsep. Guru terlalu sedikit memberikan soal latihan dan

latihan yang diberikan tidak di koreksi, sehingga siswa tidak tahu dimana

kesalahannya. Dari segi siswa, miskonsepsi disebabkan karena pengetahuan

yang diperoleh siswa dari hasil belajar sebelumnya dan kemampuan berfikir

siswa yang masih rendah.

E. Analisis konsepsi pada konsep kesetimbangan ion

Konsep kesetimbangan ion di dalam soal tes ini hanya diwakili oleh

satu buah soal yaitu soal nomor 9. Kesetimbangan ion membahas mengenai

terjadinya kesetimbangan dalam reaksi pengionan. Jika telah terjadi

kesetimbangan, maka akan dapat diketahui konsentrasi untuk masing-masing

ion yang menjadi komponen dalam suatu larutan. Berdasarkan tes diagnostik

pada soal nomor 9 ini, didapat bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi

untuk kelas XI-IPA1 mencapai 57% dan kelas XI-IPA2 mencapai 39,3%.

Banyaknya miskonsepsi pada konsep ini disebabkan karena siswa memberi

alasan yang salah. Siswa sudah benar menentukan kelarutan M2CO3 , tetapi

Page 110: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

99

dalam menentukan konsentrasi ion M+, siswa tidak mengalikan konsentrasi

M+ dengan koefisien reaksinya.

Berdasarkan analisis proses pembalajaran pada konsep ini, guru

kurang memperhatikan kemampuan awal siswa, dan kurang memberikan

penekanan terhadap konsep kesetimbangan ion, sehingga siswa banyak yang

mengalami miskonsepsi dan tidak paham. Dari segi siswa, miskonsepsi

disebabkan karena pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar

sebelumnya dan kemampuan berfikir siswa yang masih rendah.

F. Analisis konsepsi pada konsep larutan tak jenuh, jenuh, dan lewat jenuh

Soal nomor 14 membahas mengenai konsep larutan tak jenuh, jenuh,

dan lewat jenuh. Untuk menentukan suatu larutan dapat dikategorikan larutan

tak jenuh, jenuh, ataupun lewat jenuh dapat diketahui melalui perbandingan

angka tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) senyawa tersebut dengan hasil kali

konsentrasi ion-ion (Q) penyusun senyawa dalam larutan tersebut. Apabila

hasil kali konsentrasi ion-ionnya lebih kecil jika dibandingkan dengan tetapan

hasil kali kelarutannya, maka larutan tersebut dapat dikategorikan ke dalam

larutan tak jenuh. Jika harga Q nya sama dengan harga Ksp, maka larutan

dikategorikan sebagai larutan jenuh. Sedangkan jika Q lebih besar dari Ksp,

maka larutan termasuk ke dalam larutan lewat jenuh.

Pada soal ini, setelah dilakukan analisis terhadap jawaban siswa, siswa

yang mengalami miskonsepsi di kedua kelas melebihi 50%, hal ini

disebabkan karena siswa salah dalam memberikan alasan. Dalam

Page 111: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

100

menentukan harga Q, sebagian siswa tidak mencari konsentrasi ion-ion dalam

campuran, tetapi siswa tersebut memasukan konsentrasi ion-ion sebelum

dicampur, hal inilah yang membuat siswa menjawab salah, sedangkan konsep

larutan jenuh, belum jenuh dan lewat jenuh sebagian besar sudah

memahaminya. Berdasarkan analisis proses pembelajaran pada konsep ini,

guru sudah menjelaskan konsep ini dengan baik, bahkan contoh soal yang

diberikan juga cukup banyak. Miskonsepsi pada konsep ini disebabkan

karena murid yang kurang menguasai konsep yang diberikan guru.

G. Analisis konsepsi pada konsep endapan

Konsepsi siswa pada konsep endapan, dapat diketahui melalui

jawaban siswa terhadap soal tes diagnostik nomor 15. Dari hasil analisis

jawaban siswa terlihat bahwa siswa banyak yang mengalami miskonsepsi .

Pada soal ini siswa harus mencari pH larutan MgCl2 yang akan

mengendap. Berdasarkan analis tes diagnostik siswa yang mengalami

miskonsepsi pada kedua kelas melebihi 60%. Miskonsepsi disebabkan

karena siswa memberikan alasan yang salah, siswa pada umumnya menjawab

benar, (pH larutan adalah 9), tetapi alasannya salah. Siswa tahu bagaimana

mencari konsentrasi ion OH-, tetapi lupa bahwa larutan akan mengendap jika

Q= Ksp. Berdasarkan analisis proses pembalajaran pada konsep ini, guru

kurang memperhatikan kemampuan awal siswa, dan kurang memberikan

penekanan terhadap konsep mencari harga Q, sehingga siswa banyak yang

mengalami miskonsepsi dan tidak paham. Dari segi siswa, miskonsepsi

Page 112: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

101

disebabkan karena pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar

sebelumnya dan kemampuan berfikir siswa yang masih rendah.

Page 113: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

102

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

1. Berdasarkan Standar Proses dalam Permendiknas No.41 tahun 2007 proses

pembelajaran meliputi tahap perencanaan proses pembelajaran, tahap

pelaksanaan proses pembelajaran dan tahap penilaian hasil pembelajaran.

Simpulan penelitian dari masing-masing tahap adalah sebagai berikut ini.

a. Pada tahap perencanaan proses pembelajaran, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru telah memuat semua

komponen yang diharuskan berdasarkan Permendiknas No.41 tahun 2007.

b. Pada tahap pelaksanaan proses pembelajaran, secara umum apa yang

dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran belum sesuai dengan yang

direncanakan dalam RPP. Ada beberapa kekurangan yang teramati yaitu,

guru tidak menjelaskan dengan singkat tujuan pembelajaran, guru tidak

mengidentifikasi pengetahuan awal siswa dan tidak meriview konsep

prasyarat, guru tidak membawa RPP selama pelaksanaan pembelajaran,

sehingga proses pembelajaran sedikit berbeda dengan yang direncanakan

dan metode pembelajaran yang didominasi oleh teknik ceramah sehingga

pembelajaran lebih bersifat “teacher centered” bukan “student centered”.

c. Pada tahap penilaian hasil pembelajaran, guru hanya mengadakan

penilaian yang meliputi aspek kognitif dan afektif, sedangkan aspek

psikomotor tidak dilaksanakan. Penilaian aspek kognitif dilakukan guru

dengan memberikan tes ulangan harian dan penilaian aspek afektif

101

Page 114: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

103

dilakukan guru melalui keaktifan dan ketertiban siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Siswa yang tidak mencapai KKM diberikan

remedial pada indikator soal yang tidak tuntas.

2. Siswa kelas XI-IPA1 dan XI-IPA2 mengalami miskonsepsi dan tidak paham

pada berbagai konsep dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Siswa

kelas XI-IPA1 dan XI-IPA2 cenderung mengalami miskonsepsi dan tidak

paham pada konsep yang sama, tetapi persentase miskonsepsi dan tidak

paham siswa XI-IPA1 lebih besar dibandingkan siswa XI-IPA2. Miskonsepsi

cenderung terjadi pada konsep pengaruh ion senama dalam kelarutan dan

reaksi pengendapan, Sedangkan tidak paham cenderung terjadi pada konsep

hubungan kelarutan dengan pH.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi dan ketidakpahaman

siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah faktor

pembelajaran yang didalamnya terlibat guru, siswa dan materi pembelajaran.

Dari segi guru yang mempengaruhi adalah metode yang digunakan guru lebih

cenderung teacher center, guru tidak mereview konsep yang menjadi

prasyarat dalam pembelajaran. Dari segi siswa yang cenderung belajar

dengan teknik hafalan tanpa adanya pemahaman dan dari segi materi adalah

karena karekteristik materi yang bersifat abstrak.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan terlihat bahwa proses pembelajaran belum sesuai dengan

Page 115: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

104

standar proses menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Metoda yang

digunakan guru pada kedua kelas belum efektif dalam menanamkan konsep

terhadap siswa. Terbukti dengan masih banyak siswa yang mengalami

miskonsepsi dan tidak paham pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ini.

Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media dan metode yang bervariasi,

guru tidak mereview materi prasyarat, dan guru tidak mengidentifikasi

pengetahuan awal siswa. Hal ini menyebabkan pemahaman konsep siswa rendah

pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Melihat berbagai faktor yang menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi

dan tidak paham, memberikan peluang kepada guru untuk memperbaiki kualitas

pembelajaran mulai dari tahap perencanaan, pelaksaaan dan penilaian. Guru harus

berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar tujuan pembelajaran

dapat dicapai. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sebaiknya

berdasarkan pada standar proses menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007.

Selain itu, guru sebaiknya memberikan tes diagnostik segera setelah proses

pembelajaran selesai dilaksanakan. Agar miskonsepsi dan tidak paham yang

dialami siswa dapat diidentifikasi dan segera diberikan tindak lanjut.

Dalam mengajarkan konsep-konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan

sebaiknya guru membantu siswa menghubungkan konsep-konsep yang sedang

dipelajari. Misalnya dengan menggali kembali ingatan siswa terhadap konsep-

konsep prasyarat melalui tanya jawab. Dengan demikian miskonsepsi dan tidak

paham siswa akan berkurang. Dalam hal ini diperlukan peran aktif antara guru

dengan siswa.

Page 116: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

105

Pada konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan, salah satu cara untuk

menghindari atau mengurangi terjadinya miskonsepsi dan tidak paham siswa yaitu

dengan cara melakukan eksperimen. Dengan eksperimen, suatu fenomena alam

dapat difaktakan dalam suatu model yang memiliki keterkaitan dengan hukum

atau teori yang menunjang, sehingga konsep yang dimiliki siswa semakin utuh.

Miskonsepsi dan tidak paham yang dialami siswa sebaiknya segera diperbaiki

karena akan mempengaruhi dalam penanaman konsep berikutnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai proses pembelajaran dan konsepsi

siswa pada konsep-konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan di kelas XI- IPA I

dan IPA2 SMAN 1 Lubuk Alung dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Disarankan agar guru dalam mengajarkan materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan meninjau konsepsi awal siswa, terutama mengenai konsep

kesetimbangan larutan dan reaksi kesetimbangan, konsep asam-basa dan

konsep stoikiometri larutan, karena konsep-konsep tersebut merupakan

konsep awal yang penting untuk mempelajari materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan.

2. Disarankan agar peneliti melakukan perekaman data pada saat observasi

proses pembelajaran menggunakan kamera tersembunyi agar proses

pembelajaran yang sedang berlangsung tidak terganggu dan berjalan sesuai

dengan apa adanya.

Page 117: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

106

DAFTAR RUJUKAN

Afifuddin, Nur. 2009. Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme Dalam Meminimalkan Miskonsepsi Siswa Untuk Mata Pelajaran Fisika di SMP 3 Jekulo Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009. (Online) (http://www.jurnalanalisismiskonsepsi.com , diakses 3 Mei 2010

Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. Brady, James E. 1982. General Chemistry : Principles and Structure. New York :

John Wiley & Sons. Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Edisi ketiga Jilid 1

(Alih bahasa Departemen Kimia ITB). Jakarta: Erlangga. ChandraSegaran. 2007. ”The Development of a Two-tier Multiple-choice

Diagnostic Instrument For Evaluating Secondary School Students Ability to Describe and Explain Chemical Reaction Using Multiple Levels Of Representation”. The Royal Society of Chemistry, 8 (3): 293-307.

Das salirawati,2011. Pengembangan Model Instrumen Pendeteksian Miskonsepsi

Kimia padaPeserta Didik SMA. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

Effendy 2002. Upaya untuk Mengatasi Kesalahan Konsep dalam Pengajaran

Kimia dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif. Media Komunikasi kimia, Jurnal Ilmu Kimia dan Pembelajaran, 2(6)1-22.

Ernella 2009. Analisis Pembelajaran Kimia kelas XI IPA Di Kota Padang. Tesis.

Tidak Diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Lufri, Arlis, Yuslidar Yunus, Sudirman, 2006. Strategi Pembelajaran Biologi.

Buku Ajar. Padang: Jurusan Biologi FMIPA UNP Michael Purba. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Maruli Simamora 2007. Identifikasi Miskonsepsi Guru Kimia pada Pembelajaran

Konsep Struktur Atom. Lembaga Penelitian Undiksha, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 1(2)148-160.

Nana Sudjana, 2008. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Page 118: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

107

Nengah Maharta, 2010. Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa SMA di Bandar Lampung. FKIP Unila.

Nur Asma, 2002. Model Pembelajaran untuk Menanggulangi Miskonsepsi Bidang

Studi Fisika SMU dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sumatera Barat, FMIPA UNP.

Oemar Hamalik,. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Pannen, P., dkk. 2005. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta : Pusat

Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Deppennas

Paul Suparno 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Kanisius. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Standar proses Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Jakarta: BSNP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2007 tentang

Standar Penilaian Pendidikan. 2007. Jakarta: BSNP Petrucci, Ralph.1999. Kimia Dasar prinsip dan Terapan Modern.Alih Bahasa

Suminar Achmadi. Institut Pertanian Bogor: Erlangga. Program Pascasarjana 2009. Buku Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen

Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta Syukri S. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: Penerbit ITB. Suharsimi Arikunto 1991, Manajemen penelitian. Jakarta: Depdikbud Dirjen

Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK. Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Page 119: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

139

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 

Nama Observer : ________________________________ Lokasi : ________________________________

No. Indikator Ya Tidak

A. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis untuk mengikuti

proses pembelajaran

v

2. Guru mempersiapkann peserta didik secara fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran

v

3. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan

pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan di pelajari

v

4.. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar

yang akan dicapai

v

5. Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian

kegiatan sesuai dengan silabus

v

B. Kegiatan Inti

6. Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan

dalam, tentang topik / tema materi yang akan dipelajari dengan

menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari

aneka sumber

v

7. Guru menggunakan beragam pendekatan pembelajaran. v

8. Guru menggunakan beragam media pembelajaran. v

9. Guru menggunakan beragam sumber belajar lain selain buku

pelajaran dan LKS

10. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik. v

11. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik dan

guru

v

Lampiran 7

Page 120: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

140

12. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya.

v

13. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik

dengan sumber belajar lainnya seperti internet, dll

v

14. Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap

kegiatan pembelajaran

v

15. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di

laboratorium.

v

16. Guru membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang

beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna

v

17. Guru memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas untuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis

v

18. Guru memfasilitasi peserta didik melalui diskusi unuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tulisan.

v

19. Guru memberikan kesempatan untuk berpikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut

v

20. Guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran

kooperatif can kolaboratif

v

21. Guru memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat

untuk meningkatkan prestasi belajar

v

22. Guru memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi

yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual

maupun kelompok

v

23. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan kerja

individual maupun kelompok

v

24. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan pameran,

turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan

v

25. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang v

Page 121: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

141

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik

26. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam

bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap

keberhasilan peserta didik

v

27. Guru memberikan informasi terhadap hasil eksplorasi dan

elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber

v

28. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan

v

29. Guru memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh

pengalaman yang bermakna

v

C. Kegiatan Penutup

30. Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat

rangkuman/simpulan pelajaran

v

31. Guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

v

32. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran

v

33. Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pembelajaran remedi atau memberikan tugas baik tugas

individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar

peserta didik

v

4. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya

v

Page 122: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

125  

Kisi-Kisi Soal Diagnostik

Mata Pelajaran : Kimia

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas

Pokok Bahasan : Kelarutan dan Hasil kali kelarutan

Kelas : XI / 2

Waktu : 90 menit

Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran

Serta terapannya.

Kompetensi Dasar : 4.6. Mempresiksikan terbentuknya endapan dari suatu reaksi

Berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Kisi-kisi soal untuk materi prasyarat.

NO Indikator soal Konsep No. Soal Jumlah Soal

1.

2.

3.

4.

Siswa dapat menuliskan reaksi ionisasi suatu larutan elektrolit Siswa dapat menuliskan rumus tetapan kesetimbangan. Siswa dapat menentukan arah pergeseran kesetimbangan Siswa dapat menghitung molaritas suatu larutan.

Larutan Elektrolit Rumus tetapan kesetimbangan Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan Molaritas larutan

1,2

3,4

5,6 7

2 2 2 1

Page 123: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

126  

Kisi-kisi soal untuk materi inti (Kelarutan dan Hasil kali kelarutan)

No Indikator soal Konsep No. Soal Jumlah Soal

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Siswa dapat menuliskan rumus Ksp. Siswa dapat menentukan rumus Ksp jika kelarutan suatu zat diketahui. Jika Ksp suatu zat diketahui, siswa dapat menghitung kelarutan zat tersebut Siswa dapat menentukan kelarutan suatu zat yang sukar larut, jika ditambahkan ion sejenis Siswa dapat menghitung harga Ksp jika pH larutan jenuh diketahui. Siswa dapat meramalkan apakah garam yang dihasilkan belum jenuh, tepat jenuh dan lewat jenuh.

Ksp Ksp Kelarutan Pengaruh ion sejenis Pengaruh pH Larutan belum jenuh Larutan tepat jenuh Larutan lewat jenuh Reaksi pengendapan

1,2 3,4,5,6,7 8,9,10,11,12,15 13,14, 16, 17,18,19 20,21,22

2 5 6 3. 3 3

Page 124: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

135  

 

Lampiran 6 

STUDI DOKUMEN PRENCANAAN PEMBELAJARAN

Nama observer : ……………………………..

Lokasi :………………………………

Materi Pelajaran :……………………………....

Kelas :……………………………...

No Indikator ada Tidak A.Komponen RPP

1. Identitas mata pelajaran v 2. Standar kompetensi v 3. Kompetensi dasar v 4. Indikator pencapaian kompetansi v 5. Tujuan pembelajaran v 6. Materi ajar v 7. Alokasi waktu v 8. Metode pembelajaran v 9. Kegiatan pembelajaran

a. Pendahuluan v b. Inti v c. Penutup v 10. Penilaian hasil belajar v 11. Sumber belajar v B. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP

12. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik v 13. Mendorong partisipasi aktif peserta didik v 14. Mengembangkan budaya membaca dan menulis v 15. Memperhatikan keterkaitan antar komponen RPP

a. Memperhatikan keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar

v

b. Memperhatikan keterkaitan antara kompetensi dasar dengan indikator pencapaian kompetensi

v

c. Memperhatikan keterkaitan antara kompetensi dasar dengan tujuan pembelajaran.

v

d. Memperhatikan keterkaitan antara indikator pencapaian kompetensi dengan tujuan

v

Page 125: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

136  

 

pembelajaran e. Memperhatikan keterkaitan antara indikator

pencapain kompetensi dengan materi ajar v

f. Memperhatikan antara tujuan pembelajaran dengan materi ajar

v

g. Memperhatikan keterkaitan antara indikator pencapaian kompetensi dan alokasi waktu

v

h. Memperhatikan keterkaitan antara tujuan pembelajaran dan alokasi waktu

v

i. Memperhatikan keterkaitan antara materi ajar dengan alokasi waktu

v

j. Memperhatikan keterkaitan antara indikator pencapaian kompetensi dan metode pembelajaran

v

k. Memperhatikan keterkaitan antara tujuan pembelajaran dan metode pembelajaran

v

l. Memperhatikan keterkaitan antara materi ajar dan metode pembelajaran

v

m. Memperhatikan keterkaitan antara alokasi waktu dan metode pembelajaran

v

n. Memperhatikan keterkaitan antara indikator pencapaian kompetensi dan penilaian hasil belajar

v

o. Memperhatikan keterkaitan antara tujuan pembelajaran dan penilaian hasil belajar

v

p. Memperhatikan keterkaitan antara metode pembelajaran dan penilaian hasil belajar

v

q. Memperhatikan keterkaitan antara materi ajar dan sumber belajar

v

16. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi v

Page 126: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

142

LEMBAR VALIDASI SOAL TES DIAGNOSTIK BERTINGKAT DUA

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas / Semester : XI / 2

Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan

terapannya

Kompetensi Dasar : 4.6. Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan

prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan

A. Petunjuk

Berilah tanda (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat Bapak / Ibu, dengan

skala penilaian adalah sebagai berikut:

1. Tidak baik

2. Kurang baik

3. Cukup baik

4. Baik

5. Sangat baik

Page 127: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

143 B. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek

NO. ASPEK YANG DINILAI SKALA PENILAIAN

1 2 3 4 5

Format

1. Kejelasan dalam pembagian materi

2. Sistem penomoran

3. Penulisan dan ukuran huruf

Isi

1. Kebenaran isi materi dalam soal

2. Di kelompokkan dalam bagian-bagian yang

logis

3. Kesesuaian butir soal dengan konsep / materi

4. Kesesuaian butir soal dengan silabus

Bahasa

1. Kebenaran tata bahasa

2. Kesederhanaan kalimat dengan taraf berpikir

siswa

3. Kesederhanaan kalimat dengan kemampuan

siswa

4. Kalimat soal tidak mengandung arti ganda

5. Kejelasan petunjuk penggunaan soal

Page 128: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

144 C. Penilaian umum terhadap soal (Kesimpulan umum)

Lingkarilah angka yang sesuai dengan penilaian umum Bapak / Ibu terhadap soal tes

diagnostik ini

• Penilaian umum terhadap soal tes diagnostik bertingkat dua

a. Tidak baik

b. Kurang baik

c. Cukup baik

d. Baik

e. Sangat baik

• Secara umum, soal tes ini:

a. Belum dapat digunakan dan masih memerlukan konsultasi lebih lanjut

b. Dapat digunakan dengan banyak perbaikan

c. Dapat digunakan dengan sedikit perbaikan

d. Dapat digunakan langsung tanpa perbaikan

• Nomor butir soal yang perlu diperbaiki : …………………………………………….

• Nomor butir soal yang perlu dibuang : …………………………………………….

Komentar dan Saran

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

Padang, Mei 2011

Validator,

(Dr. Mawardi A, M.Si)

Page 129: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

RENCANA  PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 

Satuan Pendidikan  : SMA 

Mata Pelajaran  : Kimia 

Materi Pokok  : Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan 

Kelas Semester  : XI/ II 

Waktu  : 8 x 45 menit 

 

I. Standar Kompetensi 

  4. Memahami sifat‐sifat larutan asam basa,  metode pengukuran serta terapannya 

 

II. Kompetensi Dasar 

4.6. Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan 

hasil kali kelarutan. 

 

III. Indikator 

1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut. 

2. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau 

pengendapannya. 

3. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air. 

4. Menghitung kelarutan suatu larutan elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga 

Ksp atau sebaliknya. 

5. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan 

6. Menentukan pH larutan dari harga Ksp nya. 

7. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga tetapan hasil kali kelarutan 

(Ksp) dan membuktikannya dalam percobaan 

 

IV. Tujuan Pembelajaran 

1. Siswa dapat menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang 

sukar larut. 

2. Siswa dapat menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau 

pengendapannya. 

3. Siswa dapat menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air. 

4. Siswa dapat menghitung kelarutan suatu larutan elektrolit yang sukar larut berdasarkan 

data harga Ksp atau sebaliknya. 

Page 130: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

5. Siswa dapat menjelaskan hubungan harga Ksp dengan pH. 

6. Siswa dapat memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga tetapan hasil kali 

kelarutan (Ksp) dan membuktikannya dengan percobaan. 

 

V. Materi Pokok/Uraian 

Kelarutan dan hasil kali kelarutan 

• Kelarutan dan hasil kali kelarutan 

• Pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan 

• Kelarutan dan pH 

• Reaksi pengendapan. 

VI. Pendekatan pembelajaran. 

Pendekatan  : Keterampilan proses. 

Metode  : Tanya jawab, eksperimen dan diskusi 

 

VII. Media pembelajaran 

  Charta, peta konsep, flas mx dan bahan percobaan 

 

VIII. Sumber pembelajaran 

1. Kurikulum KTSP 

2. Buku kimia Erlangga 

3. Buku kimia Esis 

IX .  Alokasi Waktu 

Tatap Muka  Alokasi Waktu PT/KMTT Alokasi 

Waktu 

• Menentukan

persamaan Ksp

garam yang

sukar larut

• Menghitung Ksp

jika diketahui

kelarutannya dan

sebaliknya

• Menentukan

6 x 45 menit • Latihan

menentukan

persamaan Ksp

dari garam yang

sukar larut

• Latihan

menghitung Ksp

jika kelarutan

diketahui,

4x 45 menit

Page 131: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

harga Ksp jika

diberi ion

senama

• Menentukan

apakah terjadi

pengendapan

penambahan ion

senama dan

menentukan

apakah terjadi

reaksi

pengendapan

 

  X    Kegiatan Pendahuluan 

 

NO  Langkah‐Langkah  Waktu  Ket 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A. Kegiatan awal 

Appersepsi 

Tanya jawab tentang pengertian larutan belum 

jenuh, tepat jenuh dan larutan lewat jenuh dalam 

kehidupan sehari‐hari. 

Prasyarat 

Peserta didik mengerti tentang kelarutan dan Ksp 

B. Kegiatan Inti 

Eksplorasi 

‐ Seminggu sebelum mempelajari materi 

kelarutan dan hasil kali kelarutan, siswa 

diberi tugas baca di rumah. 

‐ Diskusi dan tanya jawab tentang kelarutan 

suatu larutan encer. 

‐ Pada larutan jenuh terjadi reaksi 

kesetimbangan. 

Elaborasi 

‐  Siswa dibimbing menghubungkan kelarutan 

dengan Ksp. 

Konfirmasi 

‐  Guru dan siswa menyamakan konsep 

kelarutan dan hasil kali kelarutan 

   

Page 132: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

 

 

 

 

 

 

 

2.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3. 

‐ Siswa mengerjakan soal‐soal latihan.

C. Kegiatan Penutup 

Guru memberikan tugas kepada siswa  

Tugas baca tentang hubungan pH dengan 

kelarutan dan pengaruh ion sejenis terhadap 

kelarutan. 

 

A. Kegiatan awal 

1. Appersepsi 

Guru mereview kembali pengertian kelarutan. 

2. Motivasi 

Bagaimana pengaruh pH dan ion sejenis 

terhadap kelarutan/ 

B. Kegiatan inti 

Eksplorasi 

‐ Diskusi dan tanya jawab tentang pengaruh 

pH terhadap kelarutan 

‐ Diskusi dan tanya jawab tentang pengaruh 

ion sejenis terhadap kelarutan. 

‐ PH dan ion sejenis mengurangi kelarutan 

             Elaborasi 

‐ Siswa dibimbing menghubungkan pengaruh 

dan ion sejenis terhadap kelarutan. 

             Konfirmasi.  

‐ Siswa dan guru menyamakan konsep adanya 

pengaruh pH dan ion sejenis terhadap 

kelarutan. 

‐ Siswa mengerjakan soal‐soal latihan. 

C. Kegiatan Penutup 

Guru memberikan soal‐soal pada siswa 

Tugas baca tentang reaksi‐reaksi pengendapan. 

 

A. Kegiatan Awal 

1. Appersepsi 

Page 133: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

Guru mereview tentang reaksi dekomposisi 

yang terjadi pada reaksi garam1 dan Garam2 

2. Motivasi 

Apakah terbentuk endapan garam atau tidak 

suatu reaksi dekomposisi garam? 

 

 

B. Kegiatan Inti 

 

Eksplorasi 

‐ Diskusi dan tanya jawab tentang reaksi 

garam 

‐ Diskusi dan tanya jawab cara menghitung 

harga Ksp dari garam‐garam yang terbentuk 

‐ Menghubungkan Qc dan Ksp 

          Elaborasi 

‐ Siswa dibimbing menentukan kapan terjadi 

reaksi pengendapan 

         Konfirmasi 

‐ Siswa dan guru menyamakan konsep 

terjadinya reaksi pengendapan dari 

hubungan Qc dan Ksp 

‐ Siswa mengerjakan soal‐soal latihan. 

C. Kegiatan Penutup 

Guru memberikan soal‐soal pada siswa. 

Siswa siap untuk ulangan harian. 

 

 

 XI. Penilaian Hasil Belajar 

a. Penilaian Aspek Kognitif 

1. Jenis Tagihan 

‐  Tugas terstruktur  (individu) 

‐ Ulangan harian 

Page 134: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

2. Bentuk Instrumen 

3. Uraian ( terlampir ) 

 

 

 

  Mengetahui,                                                                                         Lubuk Alung,  januari 2011 

  Kepala SMAN 1 Lubuk ALUNG                                                           Guru mata pelajaran 

 

 

 

   (Dra. Dian Mulyati Syarfi.)                                                                  ( Masyitah RM, M.Si/ Eriyanti,S.Pd)                                 

 

 

 

(  

 

 

 

 

 

     

Page 135: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

SOAL TES DIAGNOSTIK

Nama :

Kelas :

Petunjuk soal

Pilih dan berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang anda anggap paling benar beserta salah satu alasannya yang sesuai, Jika tidak ada alasan yang sesuai dengan jawaban yang anda pilih, tuliskan alasan anda pada point alasan yang masih kosong.

1. Persaman hasil kali kelarutan dari Ag2CrO4 yang benar adalah….

A. Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-]

B. Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-] /[Ag2CrO4]

C. Ksp Ag2CrO4 = [Ag2CrO4] / [Ag+ ]2 [CrO42-]

D. Ksp Ag2CrO4 = [2Ag+] [CrO42-]

E. Ksp Ag2CrO4 = [Ag2+] [CrO42-]2

Alasannya: 1. Ag2CrO4  2 Ag+ + CrO4

2- . Ksp = [Ag+]2 [CrO42-] /[Ag2CrO4]

2. Ag2CrO4  2 Ag+ + CrO42- . Ksp = [Ag+]2 [CrO4

2-] 3. Ag2CrO4  2 Ag+ + CrO4

2- . Ksp = [Ag2CrO4] / [Ag+ ]2 [CrO42-]

4. Ag2CrO4  2 Ag+ + CrO42- . Ksp = [Ag+] [CrO4

2-]2 2. Jika kelarutan Ag2CO3 dalam air adalah a mol/L , maka hasil kali kelarutan Ag2CO3

dapat dinyatakan dengan…. A. a2 B. 2a3 C. 4a3 D. 27a4 E. 108a5 Alasannya : 1. Ag2CO3(s)  2Ag+

(Aq) + CO32-

(Aq) Ksp Ag2CO3 = [Ag+]2[CO32-] = a2.a

2. Ag2CO3(S)  2Ag+(Aq) + CO3

2(Aq) Ksp Ag2CO3 = [Ag+]2[CO3

2-] = 2(a)2.a 3. Ag2CO3(S)  2Ag+

(Aq) + CO32-

(Aq) Ksp Ag2CO3 = [Ag2+][CO32-] = (2a)2 a

4. Ag2CO3(S)  2Ag+(Aq) + 3CO2-

(Aq) Ksp Ag2CO3 = [Ag+]2[CO2-]3 = 2a2.3a3 3. Kelarutan perak oksalat Ag 2C 2O4 dalam air adalah 1,1 x 10-4 M. Pada suhu 25oC. Harga

Ksp Ag 2 C 2 O 4 adalah….. A. 5,8 x 10-16 C. 5,3 x 10-12 E. 1,21,x,10-8 B. 1,3 x 10-12 D. 2,4 x 10-8

Page 136: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

Alasannya:

1. Ksp Ag 2C 2O4 = [Ag+]2[C2 O42-]2 , Ksp= ( 2 x 1,1 x 10-4)2 (1,1 x10-4)2

2. Ksp Ag 2C 2O4 = [Ag+]2[C2 O42-] , Ksp= (1,1 x 10-4)2 (1,1 x 10-4)

3. Ksp Ag 2C 2O4 = [Ag+]2[C2 O42-] , Ksp= ( 2 x 1,1 x 10-4)2 (1,1 x 10-4)

4. Ksp Ag 2C 2O4 = [Ag2+][C2 O42-] ,Ksp= (1,1 x 10-4) (1,1 x 10-4)

5. ………. 4. Pada saat jenuh, kelarutan Pb(NO3)2 dalam air adalah 33,1 mg/L. Berapakah hasil kali

kelarutan garam tersebut? (Mr Pb(NO3)2 =331g/mol) A. 1 x 10-12 C. 4 x 10-10 E. 4 x 10-3 B. 4 x 10-12 D.1 x 10-8

Alasannya:

1. Kelarutan Pb(NO3)2 = 33,1x10-3/331x 1/L = 1x 10-4M, Ksp= (1x10-4). (1x10-4)2 2. Kelarutan Pb(NO3)2 = 33,1x10-3/331x 1/L = 1x 10-4M, Ksp = (1x10-4). 2(1x10-4)2 3. Kelarutan Pb(NO3)2 = 33,1 x 10-3/331x 1/L = 1x 10 -4 Ksp= 2(1x10-4).(1x10-4)2 4. Kelarutan Pb(NO3)2 = 33,1x10-3/331x 1/L = 1x 10-4M, Ksp= (1x10-4).(2x10-4)2 5. ……………………………………………………………………………..

5. Jika diketahui Ksp Ag2CO3 = 3,2 x 10-5, maka kelarutan Ag2CO3 pada saat jenuh

adalah…. A. 5,6 x 10-3M C. 2 x 10-3M E. 1 x 10-2M B. 3,17 x 10-2 M D. 2 x 10 -2M Alasannya:

1. Ag2CO3(S)  2Ag+(Aq) + CO3

2-(Aq) , S =

2. Ag2CO3(S)  2Ag+(aq) + CO3

2- (aq) , s=

3. Ag2CO3(S)  2Ag+(aq) + CO3

2-(aq) , s=

4. Ag2CO3(S)  2Ag+(aq) + CO3

2- (aq) , s=

5. ………………….. 6. Suatu larutan mengandung PbSO4 jenuh dengan Ksp PbSO4 = 1,2 x 10-10. Jika larutan itu

diencerkan 100 kali, maka Ksp PbSO4 adalah…. A. 1,2 x 10-10 mol/ B. 1,1 x 10-12 mol/ C. 1,1 x 10-5 mol/L

Alasannya:

1. Pengenceran menyebabkan Ksp menjadi lebih kecil 2. Pengenceran tidak mempengaruhi Ksp

Page 137: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

3. Pengenceran menyebabkan Ksp menjadi lebih besar 4. ___________________________________________  

7. Diketahui harga Ksp dari senyawa-senyawa berikut:

a. AgBr = 1x10-10 c. Ag2SO4 =1x10-12 e. Ag2CrO4 = 1x10-19

b.AgI = 1x10-16 d.Ag2CO3 = 1x10-11

Diantara senyawa tersebut yang paling sukar larut adalah……

A. AgBr C. Ag2SO4 E. Ag2CrO4 B. AgI D. Ag2CO3 Alasannya: 1. Harga Ksp yang sangat besar, sehingga paling sukar larut dalam air. 2. Harga Ksp yang sangat kecil, sehingga paling sukar larut dalam air. 3. Kelarutannya yang sangat besar , sehngga paling sukar larut dalam air 4. Kelarutannya yang sangat kecil, sehingga paling sukar larut dalam air. 5. ……………………………

8. Kelarutan AgCl yang paling kecil terdapat dalam ……. A. Air murni B. Larutan HCl 0,01 M C. Larutan AgNO3 0,1M D. Larutan Ag2 CrO4 0,1 M E. Larutan Ag2CO3 0,01 M.

Alasannya: 1. Adanya penambahan ion sejenis akan mempengaruhi kesetimbangan AgCl,

sehingga menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri.

2. Adanya penambahan ion sejenis akan mempengaruhi kesetimbangan

AgCl,sehingga menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan.

3. Dalam air murni tidak ada yang mempengaruhi kesetimbangan AgCl

4. Adanya penambahan ion sejenis tidak akan mempengaruhi kesetimbangan AgCl.

5. ……….

9. Hasil kali kelarutan M2CO3 = 3,2x10-11, konsentrasi ion M+ adalah…..

Page 138: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

A. 2x10-4 M C.3,2x10-4 M E. 5,6x10-6M

B. 4x10-4 M D. 4x10-6M

Alasannya:

1. M2CO3(S)  2M+(Aq) + CO3

2-(aq) S = , [ M+] sebanding dengan S

2. M2CO3(S)  2M+(Aq) + 3CO2-

(aq) S = , [ M+] sebanding dengan S

3. M2CO3(S)  2M+(Aq) + CO3

2-(aq) S = , [ M+] sebanding dengan 2S

4. M2CO3(S)  2M+(Aq) +3 CO2-

(aq) S = , [ M+ ] sebanding dengan 2S

5. ………………………………………………………………………………

10. Jika Ksp AgI : 4x10-16. Berapakah kelarutan AgI dalam larutan AgNO3 0,1 M?

A. 4x10-17 M C. 2x 10-8 M E. 6,3x10-8M

B. 4x10-15 M D. 3,2x10-8 M

Alasannya:

1. AgI  Ag++ I-, maka S:

2. AgI  Ag++ I-, maka S: ,

3. AgI  Ag++ I-, maka S: Ksp x 0,1M

4. AgI  Ag++ I-, maka, S : ,

5. ……………………………………………….

11. Larutan AgCl akan lebih banyak mengendap jika dilarutkan dalam….

A. Larutan CaCl2 0,1 M B. Larutan NaBr 0,1 M

C. Larutan AgNO3 0,1 M

D. Air panas

E. Larutan NaCl 0,1 M

Page 139: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

Alasannya:

1. Penambahan konsentrasi ion sejenis akan menggeser kesetimbangan ke kanan,

sehingga larutan AgCl mudah mengendap.

2. Penambahan konsentrasi ion sejenis akan menggeser kesetimbangan ke kiri,

sehingga larutan AgCl mudah mengendap.

3. Penambahan konsentrasi ion sejenis akan menggeser kesetimbangan ke kanan,

sehingga larutan AgCl sulit mengendap.

4. Penambahan konsentrasi ion sejenis tidak akan mempengaruhi kesetimbangan.

5. ……………………………………………………………………

12. Harga Ksp Pb(OH)2 pada suhu tertentu adalah 4 x 10-15, pH larutan jenuh Pb(OH)2 yang

terbentuk adalah sebesar ….

A. 9 B. 9 + log 2 C. 9 – log 2 Alasannya:

1. Pb(OH)2 (s) Pb+2(aq) + 2OH-

(aq), s = , [OH-] = s, pOH = - log [OH-],

pH = pKw - pOH

2. Pb(OH)2 (s) Pb+2(aq) + 2OH-

(aq), s = , [OH-] = 2s, pOH = - log [OH-],

pH = pKw - pOH

3. Pb(OH)2 (s) Pb+2(aq) + 2OH-

(aq), s = , [OH-] = 4s, pOH = - log [OH-],

pH = pKw - pOH 4. ______________________________________________________________

13. Larutan Mg(OH)2 jenuh mempunyai pH = 10, harga Ksp Mg(OH)2 adalah….. A. 5x10-13

B. 4x10-12

C. 1x10-12

D. 5x10-9

E. 1x10-6

Alasannya:

Page 140: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

1. Mg2(OH)   Mg2+ dan 2OH-, [OH-]= 1x10-4M Ksp : [1x10-4] [1x10-4]2

2. Mg2(OH)2   Mg2+ dan 2OH-, [OH-]= 1x10-4M Ksp : [5x10-5] [1x10-4]2

3. Mg2(OH)2   Mg2+ dan 2OH-, [OH-]= 1x10-4M Ksp : [1x10-4] [2x10-4]2

4. Mg2(OH)2   2Mg+ dan 2OH-, [OH-]= 1x10-4M Ksp : [1x10-4]2 [1x10-4]2

5. ………………………………………………………………………………

14. Pada suhu tertentu diketahui Ksp AgCl = 4x10-8. Apakah yang akan terjadi jika 100 ml larutan AgNO3 0,0004 M dicampur dengan 100 ml larutan HCl 0,0002M? A. Terbentuk endapan AgCl

B. Larutan tepat jenuh.

C. Belum terbentuk endapan.

D. Terbentuk endapan jika larutan dipanaskan.

E. Terbentuk endapan jika konsentrasi HCl di kurangi .

Alasannya:

1. AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-

(aq), Q > Ksp, ( Q= 8x10-8 )

2. AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-

(aq), Q= Ksp, ( Q= 4x10-8 )

3. AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-

(aq), Q< Ksp, ( Q= 2x10-8 )

4. AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-

(aq),   Q< Ksp, ( Q= 1x10-8 )

5. ……………………………………………………………….

15. Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 4x10-12. Jika larutan MgCl2 0,04 M dinaikan pHnya, akan mulai terbenuk endapan pada pH kira-kira…. A. 12

B. 10

C. 10-log 2

D. 9

E. 8+log 5

Alasannya:

1. Mg2(OH)   Mg2+ dan 2OH- , Q = Ksp, [OH-] =

pH= 14-pOH

Page 141: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

2. Mg2(OH)   Mg2+ dan 2OH- , Q = Ksp, [OH-] = / ,

pH= 14-pOH

3. Mg2(OH)   Mg2+ dan 2OH- , Q >Ksp, [OH-] = / ,

pH= 14-pOH

4. Mg2(OH)   Mg2+ dan 2OH- , Q= Ksp, [OH-] = 2 (Ksp/4x10-2)

pH = 14-pOH

16. Apakah yang akan terjadi jika larutan NaCl 0,1M sebanyak 200 ml dicampurkan dengan 200 ml larutan Pb(NO3)2 0,1 M? Ksp PbCl2 = 1,7x10-5. A. Terbentuk endapan PbCl2

B. Larutan tepat jenuh.

C. Belum terbentuk endapan.

D. Terbentuk endapan jika larutan dipanaskan.

E. Terbentuk endapan jika konsentrasi NaCl dikurangi.

Alasannya:

1. PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2Cl-

(aq) Q > Ksp, (Q= [Pb2+] [Cl-]2 = 1,25x10-4)

2. PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2Cl-

(aq) Q = Ksp (Q= [Pb2+] [Cl-]2 = 1,7x10-5)

3. PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2Cl-

(aq) Q < Ksp (Q= [Pb2+] [Cl-]2 = 1,25x10-10)

4. PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2Cl-

(aq) Q > Ksp, (Q= [Pb2+] [Cl-]2 = 1,25x10-5)

7 Diketahui harga Ksp dari senyawa-senyawa berikut:

a. AgBr = 1x10-10 c. Ag2SO4 =1x10-12 e. Ag2CrO4 = 1x10-19

b.AgI = 1x10-16 d.Ag2CO3 = 1x10-11

Diantara senyawa tersebut yang paling sukar larut adalah……

A. .AgBr C. Ag2SO4 E. Ag2CrO4 B. AgI D. Ag2CO3 Alasannya: 1. Harga Ksp yang sangat besar, sehingga paling sukar larut dalam air. 2. Harga Ksp yang sangat kecil, sehingga paling sukar larut dalam air. 3. Kelarutannya yang sangat besar , sehngga paling sukar larut dalam air 4. Kelarutannya yang sangat kecil, sehingga paling sukar larut dalam air.

Page 142: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

  

 

Page 143: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/3_YUSLITA_DEVY...KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA ... ABSTRAK Yuslita Devy. 2012. “Analisis

157 

PROFIL SEKOLAH

1. Nama : SMA Negeri 1 Lubuk Alung

2. Alamat : Jln. Sungai Abang, Lubuk Alung

3. Kelurahan : Sungai Abang

4. Kecamatan : Lubuk Alung

5. Kabupaten : Padang Pariaman

6. Propinsi : Sumatera Barat

7. Sekolah diresmikan : 7 April 1979

8. Akreditasi : A

9. Keadaan Sekolah :

a. Kelas : 8 rombel (257 siswa)

b. Kelas XI : 9 rombel (279 siswa), Program IPA 6 rombel,

IPS 3 rombel

c. Kelas : 7 rombel (199 Siswa) Progrm IPA 5 rombel,

IPS 2 rombel

10. Jumlah : 93 guru tetap, 5 guru tidak tetap

11. Jumlah Guru Kimia : 5 orang guru perempuan

a. Pendidikan : 4 orang berijasah S-1,1 orang berijasah S-2

b. Lama mengajar : 2 orang guru telah mengajar < 25 tahun

2 orang guru telah mengajar < 15 tahun

1 orang guru telah mengajar < 7 tahun

12. Jumlah Labor IPA : 3 buah Labor ( labor Kimia, fisika dan Bologi)

Ketiga labor tersebut digunakan untuk praktikum