profesionalisme guru pendidikan jasmani olahraga...
TRANSCRIPT
PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN JASMANI
OLAHRAGA DAN KESEHATAN
(Studi Kualitatif pada SMA Negeri Kota Pekanbaru Tahun 2010)
TESIS
Oleh
ZUPRI NIM: 92614
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010
vii
Persetujuan Akhir Tesis
Nama Mahasiswa : zupri NIM : 92614
Nama Tanda Tangan Tanggal
Prof. Dr. Syafruddin.M.Pd. ______________ ____________ Pembimbing I
Prof. Dr. Eddy Marheni.M.Pd. ______________ ____________
Pembimbing II
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi/Konsentrasi Universitas Negeri Padang
Prof. Dr. Mukhaiyar Prof. Dr. Eddy Marheni. M.Pd NIP. 130 526 501 NIP. 130. 805 469
viii
Persetujuan Komisi Ujian Tesis Magister Pendidikan
No. Nama Tanda Tangan
1. Prof. Dr. Syafruddin.M.Pd. _________________
(Ketua) 2. Prof. Dr. Eddy Marheni.M.Pd. _________________
(Sekretaris) 3. Prof. Dr. Gusril, M.Pd. _________________
(Anggota) 4. Prof. Dr. Sayuti Syahara, M.S, AIFO. _________________
(Anggota) 5. Dr. Ramalis Hakim, M.Pd _________________
(Anggota)
Mahasiswa:
Nama : zupri
NIM : 92614
Tanggal Ujian :
i
ABSTRACT
Zupri, 2010. Professionalism of Sport Physical and Health Education Teacher with Qualitative study at state SMA Pekanbaru city in the year 2010. Thesis of Post Graduate Program. State University of Padang.
Professionalism is the ability of a sport physical and health education teachers in presenting teaching materials of sport well, by which the teachers are demanded to be able to master and design the learning of sport. The professional teachers of sport physical and health education have to be able to have pedagogic, personality social and professional competences.
This research is intended to know the professionalism sport physical and health education teachers in state SMA Pekanbaru city. The Population of this research is all sport physical and health education teachers in state SMA Pekanbaru city. The informants of this research are teachers who teach in the state SMA Pekanbaru city, they are sport physical and health education teachers and students. In addition, both headmasters and administration staffs of the schools are also included and used as the resources of information. The Information in this research uses the technique of Snow Ball, the theory of Spreadley, which later develops in a accordance with the requirement and it will end up if there is no more indication of appearance of new information accordingly. Questions Research which are proposed in this research are: a) how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to pedagogic competence? b) how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to the aspects of social competence? c)how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to personality competence?d) how is the professionalism of sport physical and health education teachers seen from professional competence in state SMA in Pekanbaru?
The result of the research has proved : a) professionalism of sport physical and health education teachers in terms of pedagogic competence is very good. b)how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to social competence is very good? c) how is the professionalism of sport physical and health education teachers seen from personality competence in state SMA in Pekanbaru ?is very good. d) Professionalism of sport physical and health education teachers with respects to professional competence in state SMA in Pekanbaru is not good enough.
It can be concluded that the professionalism sport physical and health education teachers seen from the pedagogic, social and personality competence is very good. However, it is still not good enough in terms of professional competence.
ii
ABSTRAK
Zupri, 2010. Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dengan Studi Kualitatif pada SMA Negeri Kota Pekanbaru Tahun 2010. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Profesionalisme merupakan kemampuan seorang Guru Penjasorkes
dalam memberikan materi pembelajaran olahraga dengan baik serta guru di tuntut untuk mampu menguasai dan merancang pembelajaran olahraga. Guru Penjasorkes yang profesional harus memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
Informan utama dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di SMA Negeri 3, 4, 8 dan12 Kota Pekanbaru, yaitu guru penjasorkes dan siswa, informasi lain adalah kepala sekolah, teman sejawat dan pegawai tata usaha. Informasi dalam penelitian ini menggunakan teknik snow ball teori Spradley, yang nantinya informasi dalam penelitian tersebut berkembang sesuai dengan kebutuhan dan berakhir jika tidak terdapat lagi indikasi munculnya informasi baru sesuai dengan kebutuhan.
Pertanyaan penelitian yang di ajukan dalam penelitian ini adalah a) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi paedagogik?. b) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi kepribadian?. c) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi Sosial ?. d) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi Profesional ?.
Hasil penelitian menunjukan a) Profesionalisme guru penjasorkes dilihat dari kompetensi paedagogik di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat sangat baik b) profesionalisme guru penjasorkes dilihat dari kompetensi sosial di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat sangat baik. c) profesionalisme guru penjasorkes dilihat dari kompetensi kepribadian di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat sangat baik. Dan d) profesionalisme Guru Penjasorkes dilihat dari kompentensi profesional di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat kurang baik.
Dapat disimpulkan bahwa profesionalisme Guru Penjasorkes sudah sangat baik dilihat dari asfek Kompetensi paedagogik, sosial dan kepribadian, namun masih kurang baik dalam hal kompetensi profesional.
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, Tesis dengan judul; PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMA NEGERI KOTA PEKANBARU adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya Tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing.
3. Di dalam Karya Tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan.
4. Pernyatan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apa bila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena Karya Tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku
Padang, Oktober 2010 Saya yang menyatakan
Z u p r i Nim: 92614
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti sampaikan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan tesis berjudul “Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani
Olaharaga dan Kesehatan SMA Negeri Kota Pekanbaru” dengan lancar.
Tesis ini merupakan salah satu syarat dalam mendapatkan Gelar Magister
Pendidikan (M,Pd) pada program Pascasarjana Universitas Negeri Padang
Selama penulisan tesis ini, peneliti banyak menerima bantuan,
bimbingan dan koreksi dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, maka
pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada;
1. Bapak Prof. Dr. Syafruddin M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya guna mengarahkan,
mengkoreksi dan memotivasi peneliti untuk menyelesaikan penulisan
tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marheni M.Pd, sebagai ketua Kosentrasi
Manajemen Pendidikan Olahraga sekaligus sebagai pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang positif, untuk
penulisan tesis ini.
3. Prof. Dr. Gusril. M.Pd, selaku dosen penguji yang telah mamberikan
masukan dan sumbangan pemikiran serta saran dalam penyempurnaan
tesis ini.
v
4. Prof. Dr. Sayuti Syahara. M.Pd.AIFO, selaku dosen penguji yang telah
mamberikan masukan dan sumbangan pemikiran serta saran dalam
penyempurnaan tesis ini
5. Dr.Ramalis Hakim. M.Pd selaku dosen penguji yang telah mamberikan
masukan dan sumbangan pemikiran serta saran dalam penyempurnaan
tesis ini.
6. Bapak Direktur Program Pascasarjana, Ketua Konsentrasi Manajemen
Pendidikan Olahraga, serta seluruh Dosen dan staf Tata Usaha
Pascasarjana yang telah memberikan bantuan, kemudahan, dan
dorongan kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan pada Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
7. Bapak dan Ibu kepala Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8, dan 12 Kota
Pekanbaru beserta Bapak dan Ibu guru Penjasorkes SMA Negeri 3, 4, 8
dan 12 Kota Pekanbaru, yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian di sekolah yang di pimpinnya dan
memberikan informasi yang peneliti perlukan serta memberikan
kemudahan yang diberikan selama penelitian di SMA Negeri 3, 4, 8 dan
12 Kota Pekanbaru.
8. Bapak Drs.H. Hermilus, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 12
Pekanbaru yang telah banyak memotivasi penulis dan memberikan izin
selama menyelesaikan perkuliahan S2.
9. Kedua orang tua penulis Ibu dan Ayah tercinta, Hj.Rohana dan Ahmad
yang selalu mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan
perkuliahan S2 ini.
vi
11. Ayah dan Ibu mertua tercinta H.Syaraf dan Hj.Anggorani yang tak lupa
mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
12. Teristimewa buat Istri tercinta Dra.Hj.Sarpani beserta buah hati Ahsanuz
zikri, Amani Syahidah dan Muhammad Atif Maulidi yang selalu tabah dan
penuh pengorbanan baik materi maupun moril di dalam memberikan
semangat selama melaksanakan perkuliahan dan pada masa penulisan
tesis ini.
13. Rekan-rekan sesama S2 pada program studi Administrasi Pendidikan
Konsentrasi Manajemen Olahraga, yang sama-sama berjuang
menyelesaikan perkuliahan yang selalu memberikan motivasi dalam
penulisan tesis ini.
Akhirnya tidak lupa juga peneliti ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan proposal
penelitian ini. Kepada mereka yang disebut, semoga Allah SWT memberi
imbalan dan limpahan rahmat-Nya, Amin.
Pekanbaru, Oktober 2010
ZUPRI NIM : 92614
vii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRACT……………………….........................................…………...… ABSTRAK .............................................……………...……………….…... SURAT PERNYATAAN…………………………………………………...... KATA PENGANTAR……………………………………………………..….. DAFTAR ISI ...……………………………………………………….............. DAFTAR TABEL………………………………………………..................... DAFTAR GAMBAR…………………………………………..……..……..… DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….......... BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................
B. Fokus Penelitian…..........................................................................
C. Pertanyaan Penelitian.....................................................................
D. Tujuan Penelitian…………………….……………............................
E. Manfaat Penelitian………………………………………..…………..
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoritik...........................................................................
1. Profesionalisme Guru Penjasorkes………………………….....
a. Kompetensi Paedagogik……………....................................
b. Kompetensi Kepribadian………………………….……….....
c. Kompetensi Sosial………………………………….…………
d. Kompetensi Profesional…………………………….………..
2. Hakekat Guru Penjasorkes yang Profesional…………...……..
a. Keberadaan Guru Penjasorkes............................................
b. 10 Kompetensi Guru Penjasorkes…....................................
B. Kerangka Berpikir…........................................................................
I ii iii iv vii x xI XII
1
8
8
9
9
11
11
13
14
15
16
17
17
18
25
viii
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ……………….……….………………..…………..
B. Informan Penelitian……………………………….…........................
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data…..….....................................
1. Teknik Pengumpulan Data........................................................
2. Alat Pengumpulan Data …………………………........................
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data………..…………………..….....
1. Perpanjangan Keikutsertaan …………………………….….….
2. Ketekunan Pengamatan ……………………………….…..……
3. Triangulasi ……………………………………………….…..……
4. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi …………….…
5. Pengecekan Anggota …………………………………….……...
E. Teknik Analisa Data…………………………….……………….…….
1. Menentukan Status Sosial……………………………………….
2. Melakukan Observasi Lapangan ………………………….……
3. Melakukan analisis kawasan ……………………………………
4. Melakukan Observasi Terfokus dengan pertanyaan terstruktur…………………………………………………….…….
5. Melaksanakan analisis Taksonomi ……………………….…....
6. Melakukan Observasi Terseleksi dengan pertanyaan kontras……………………………………………………………..
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum…..……….…….…………………….........................
1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian…………………
2. Guru Penjasorkes di SMA Negeri 3, 4, 8, dan 12 Kota
Pekanbaru………………………………………………………….
3. Sarana dan Prasarana………………………...............………….
B. Temuan Khusus Peneliti………......................................................
1. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Paedagogik……………………………………………………..….
2. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Kepribadian……………………………………………………….
27
29
30
30
33
33
33
34
34
34
35
36
36
36
37
38
38
38
40
40
40
41
42
43 48
ix
3. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Sosial ……………………………………………………………….
4. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Profesional……………………………………………………….…
C. Pembahasan Penelitian…...............................................................
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Temuan…………………………………………………..
B. Implikasi Hasil Penelitian.................................................................
C. Saran……….…................................................................................
DAFTAR RUJUKAN……………………………………….………………… LAMPIRAN…………………………………………………...........................
49 51
62
67
70
87
90
91
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Guru Penjasorkes SMA Negeri 3,4,8 dan 12 Kota Pekanbaru... 41
2. Sarana dan prasarana olahraga SMA Negeri 3,4,8 dan 12
KotaPekanbaru………………………………………………………. 42
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman
1. Photo lokasi SMA Negeri 3 KotaPekanbaru………………………….... 102
2. Siswa-siswi SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru melakukan aktivitas
olahraga……………………………………………………………………. 102
3. Photo lokasi SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru…………………………… 103
4. Siswa-siswi SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru melakukan aktivitas
olahraga…………………………………………………………………….. 103
5. Photo lokasi SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru…………………………… 104
6. Siwa-siswi SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru Melakukan aktivitas
olahraga….…………………………………………………………………. 104
7. Photo lokasi SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru…………………………. 105
8. Siswa-siswi SMA Negeri 12 Kota pekanbaru melakukan aktivitas
olahraga…………………………………………………………………….. 105
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pertanyaan Penelitian…………………………………………… 91
2. Nama-nama Kepala Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8, dan 12
Kota Pekanbaru …………………………………………………. 99
3. Guru-guru Penjasorke SMA Negeri 3,4,8,dan 12 Kota Pekanbaru.. 100
4. Jumlah siswa SMA Negeri 3,4,8 dan 12 kota Pekanbaru………. 101
5. Dukumentasi penelitian…………………………………………. 100
6. Surat Izin Penelitian…………………………………………….. 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Sektor pendidikan adalah salah satu bidang pembangunan
nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia.
Peningkatan kualitas manusia dapat melalui berbagai program
pendidikan yang dimulai dari pendidikan dasar sampai kejenjang
perguruan tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan
pendidikan harus dilaksanakan secara sistematis dan terarah
berdasarkan kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang ketentuan umum
pendidikan adalah;
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Serta pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”
Pendidikan Jasmani (Penjas), pada kurikulum sebelumnya dan
sekarang dinamai Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
(Penjasorkes) merupakan salah satu media pendidikan untuk
meningkatkan kesehatan jasmani di sekolah. Bidang studi ini dapat
2
dijadikan proses pendidikan di sekolah menjadi lengkap, utuh dan
mengantarkan siswa tumbuh total dalam dirinya.
Sebagai bagian integral dari upaya pendidikan secara
menyeluruh sekaligus juga merupakan bagian dari kegiatan olahraga
bangsa atau masyarakat, maka pendidikan jasmani bertujuan untuk
mempersiapkan siswa menuju taraf kedewasaan yang dapat
membedakan suatu hal yang baik dan hal buruk. Hal ini disebabkan
karena dalam materi pengajaran penjasorkes terdapat nilai-nilai antara
lain; kreativitas, disiplin, pengembangan jasmani, mental, spiritual,
emosional, sosial, moral, dan seni yang selaras, serasi dan seimbang.
Penjasorkes tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan dan
keterampilan motorik saja, tetapi juga dapat mengembangkan
kemampuan berpikir, perubahan sikap dan prilaku siswa.
Menurut Laurence Haskew dan Lendon dalam Uno (2007:15)
mengatakan bahwa “guru merupakan seorang yang mempunyai
kemampuan dalam menata dan mengelola kelas”. Artinya bahwa
seorang Guru Penjasorkes harus memiliki kemampuan untuk
menghidupkan suasana kelas sehingga proses pembelajaran kelas
terlaksana dengan baik. Demikian juga menurut Jean Grambs dan
Morris dalam Uno (2007: 15) menjelaskan “bahwa guru adalah
mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah
laku dari seseorang individu hingga dapat terjadi pendidikan”. Jadi
guru merupakan orang dewasa yang secara sadar dan bertanggung
3
jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik.
Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan
merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar peserta didiknya dapat belajar dan pada
akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari
proses pendidikan tersebut.
Guru Penjasorkes merupakan suatu profesi, hal ini berarti suatu
jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Sebagai Guru
Penjasorkes, profesi ini memerlukan keahlian khusus yang tidak bisa
dilakukan sembarangan orang di luar bidang pendidikan jasmani.
walaupun pada kenyataanya masih terdapat hal-hal yang bertentangan
dengan itu. Profesionalisme seorang Guru Penjasorkes merupakan
suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahun di
bidang pendidikan jasmani olahraga dan`kesehatan, yaitu memahami
tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia
termasuk strategi mengajar.
Guru Penjasorkes merupakan suatu elemen penting dalam
dunia pendidikan, karena pencapaian tujuan pendidikan jasmani tidak
terlepas dari peranan guru yang profesional. Artinya bahwa tercapai
atau tidak tercapainya tujuan pendidikan jasmani sangat tergantung
peran seorang Guru Penjasorkes. Terciptanya sumber daya manusia
yang berilmu pengetahuan dan memiliki kesegaran jasmani yang baik,
merupakan tugas dan tanggung jawab Guru Penjasorkes yang
4
profesional, yaitu seorang guru yang mampu membuat peserta
didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan cara
pengembangan ketrampilan yang ada pada diri peseta didik itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di
Indonesia, namun terlihat bahwa faktor guru sangat penting dan
menentukan, karena guru adalah manusia yang berpikir, yang dapat
berkarya sehingga dapat membantu mengatasi persoalan pendidikan
di sekolah.
Masyarakat ikut berperan dalam pendidikan formal, dalam
rangka membekali generasi muda dengan ilmu dan teknologi, nilai dan
sikap, serta keterampilan-keterampilan menjadi aktor untuk
menghadapi persaingan ke depan. Guru merupakan tokoh kunci dalam
proses pendidikan manusia Indonesia menjadi insan pancasila yang
inovatif dan kreatif.
Peningkatan mutu pembelajaran mutlak harus dilakukan para
guru, karena akan memberikan dampak terhadap mutu pendidikan
nasional. Kemampuan profesional Guru Penjasorkes di SMA perlu
dimiliki, karena ini merupakan dasar untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang handal. Keberhasilan Guru Penjasorkes yang
profesional sangat ditentukan oleh banyak hal, keterampilan dan
kemampuan mengajar perlu di miliki, pemahaman kurikulum dan
penguasaan materi menjadi prioritas utama, di samping mampu dan
terampil dalam metode pengajaran dan mendaya gunakan media
5
pembelajaran. Tak kalah pentingnya pemahaman yang sungguh-
sungguh terhadap teknik evaluasi, karena teknik evaluasi menjadi
faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran seorang guru dituntut membuat
perencanaan pembelajaran guna untuk mempermudah guru dalam
melaksanakan tugas selanjutnya.
Guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan dengan prinsip keprofesionalan.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru atau pendidik harus
memiliki ketekunan dan keseriusan dalam mengembangkan
pendidikan jasmani di sekolah. Pada pelaksanaan pengajaran
penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru, bahwa Guru Penjasorkes
masih berkeinginan menjadikan siswanya berprestasi dalam satu
cabang olahraga. Padahal telah diketahui bahwa setiap individu siswa
mempunyai kemampuan dan keterampilan yang berbeda-beda,
sehingga siswa merasa tertekan dalam pelaksanaan pembelajaran,
karena guru pendidik lebih mengarahkan pada olahraga prestasi. Ini
menunjukkan bahwa Guru Penjasorkes belum memahami konsep
pembelajaran penjasorkes yang sebenarnya yaitu mendidik dan
6
menumbuh kembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan
pembelajaran penjasorkes
Prestasi siswa dalam cabang olahraga di SMA Negeri Kota
Pekanbaru cukup baik, sehingga para guru pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan termotivasi untuk megembangkan
ekstrakurikuler di setiap sekolah. Kendala yang dihadapi adalah
kurangnya sarana dan prasarana olahraga di sekolah sehingga hal ini
dirasakan langsung oleh Guru-guru Penjasorkes di sekolah. Jumlah
siswa tidak seimbang dengan jumlah alat olahraga di sekolah.
Dampaknya adalah pelaksanaan olahraga di lapangan terkesan bahwa
Guru Penjasorkes hanya melakukan kewajiban saja pada waktu
pembelajaran, sehingga pemberian umpan balik dari pengajaran
jarang dilaksanakan.
Satuan pembelajaran merupakan penjabaran tentang isi
kurikulum yang akan disajikan kepada siswa. Jika Guru Penjasorkes
tidak menyesuaikan dengan kebutuhan dari setiap siswa dari tahun ke
tahun maka tujuan pembelajaran tidak akan pernah tercapai sesuai
dengan tuntutan kurikulum. Selain itu Guru Penjasorkes kurang
mendapat kesempatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
di bidangnya seperti melalui seminar, penataran, dan lain sebagainya.
Penjasorkes merupakan sub sistem pendidikan individu dalam
proses yang sistemik dan sistematik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas individu siswa baik secara kognitif, afektif
7
maupun psikomotor. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari
proses pembelajaran penjasorkes dimana siswa dapat memiliki
pengetahuan jasmani, keterampilan dan sikap. Dalam proses ini ada
unsur-unsur penting yang selalu berorentasi pada setiap proses
pembelajaran penjasorkes diantaranya; tujuan, materi, metode,
kurikulum, sarana dan prasarana. Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri Kota Pekanbaru guna untuk melihat sejauh mana tingkat
keprofesionalan Guru Penjasorkes dalam pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan hasil grand tour menunjukan bahwa; (1) guru
membuat pembelajaran hanya untuk memenuhi administrasi sekolah.
(2) guru kurang serius dan terlihat kurang persiapan sehingga sikap
dan caranya tidak profesional dalam memberikan materi pelajaran
penjasorkes. (3) akibat guru kurang variasi dalam menyampaikan
materi pembelajaran, maka sering terlihat siswa kurang aktif dalam
melakukan aktifitas olahraga. (4) sarana dan prasarana olahraga
belum memadai, sehingga Guru Penjasorkes tidak dapat melakukan
tugas sesuai dengan tuntutan kurikulum. (5) waktu pembelajaran
penjasorkes terasa sangat kurang dan tidak sesuai dengan tuntutan
materi dalam kurikulum. (6) Guru Penjasorkes terkesan hanya
melaksanakan kewajiban mengajar saja dan setelah itu pulang
sebelum jam pembelajaran selesai. (7) Guru Penjasorkes terkadang
tidak membuat rancangan pembelajaran dan satuan pembelajaran
dengan baik sehingga apa yang diajarkan tidak sistematis.
8
Melihat fenomena yang dijelaskan di atas maka peneliti tertarik
dan merasa terpanggil untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan profesionalisme Guru Penjasorkes dalam mencapai hasil
belajar yang baik pada bidang studi pendidikan jasmani dan olahraga
kesehatan di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
B. Fokus Penelitian.
Fokus penelitian ini adalah profesionalisme Guru Penjasorkes
di SMA Negeri Kota Pekanbaru dilihat dari aspek kompetensi
paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional
C. Pertanyaan Penelitian.
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut;
1. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri
Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi paedagogik?
2. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri
Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi kepribadian?
3. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri
Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi sosial?
4. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri
Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi profesional?
9
D . Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus dan pertanyaan penelitian di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan
hal-hal yang berkaitan dengan:
1. Kompetensi paedagogik Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota
Pekanbaru.
2. Kompetensi kepribadian Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota
Pekanbaru.
3. Kompetensi sosial Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota
Pekanbaru.
4. Kompetensi professional Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota
Pekanbaru.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a) Guru-guru bidang studi penjasorkes yang ada di SMA Negeri
Kota Pekanbaru, dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
belajar, sehingga pembelajaran dapat membentuk dan
mengembangkan kepribadian siswa terutama fisiologis, mental,
sosial dan emosional.
b) Kepala sekolah sebagai supervisi dalam menentukan arah
kebijakan dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah.
10
c) Peneliti sendiri adalah untuk mengembangkan wawasan dan
kemampuan dalam pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri
Kota Pekanbaru.
d) Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar
Magister Pendidikan.
e) Peneliti lain yang bermaksud untuk melanjutkan dan
megembangkan penelitian yang berkaitan dengan
profesionalisme guru di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori.
1. Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya “suatu
bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang”.
Menurut Westar dalam Kunandar (2007:45) Profesi juga di artikan
“sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang di peroleh dari
pendidikan akademisi yang intensif”. Jadi hal tersebut dapat
diartikankan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian tertentu, artinya suatu pekerjaan atau jabatan
yang disebut profesi tidak dapat di pegang oleh sembarangan orang,
tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara
khusus.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi”. Hal ini menjelaskam bahwa seorang pendidik atau seorang
12
guru harus memilik keterampilan khusus dan pengetahuan khusus
untuk mengaplikasikan ilmunya terhadap peserta didik.
Menurut Nana Sudjana, Usman dalam Kunandar (2007:46)
pekerjaan yang bersifat profesional adalah “pekerjaan yang hanya
dapat di lakukan oleh mereka khusus di persiapkan untuk itu bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat memperoleh
pekerjaan lain”. Hal ini menjelaskan bahwa seorang guru bukanlah
seorang yang bekerja dikarenakan tidak ada pekerjaan lain melainkan
merupakan minat dan bakat untuk menjadi seorang pendidik.
Sehingga dapat disimpulkan suatu keahlian (skill) dan kewenangan
dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kopentensi
(pengetahuan, sikap dan ketrampilan) tertentu secara khusus yang di
peroleh dari pendidikan akademis yang intensif.
Sementara itu profesionalisme menurut Kunandar (2007:46)
adalah “kondisi arah, nilai ,tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan yang berkaitan dengan mata pencarian seseorang”.
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, kualitas
suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran merupakan pekerjaan seseorang yang menjadi mata
pencarian. Sementara itu seorang guru yang profesional adalah guru
yang memiliki kompentensi yang dipersyaratkan untuk melakukan
tugas pendidikan dan pengajaran. Kompentensi yang dimaksud
13
adalah meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional
baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Dari pendapat di atas Guru Penjasorkes harus memiliki
kompetensi sebagai mana menurut UU Nomor 15 tahun 2005 tentang
guru dan dosen dalam Sujanto (2007: 31) ada 4 kompetensi yang
harus di miliki seorang guru yang profesional yaitu ;
a) Kompetensi paedagogik.
Kompetensi paedagogik adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang di milikinya. Hal ini
dimaksud agar pemahaman terhadap peserta didik di dasari oleh
kesadaran bahwa bakat minat dan tingkat kemampuan mereka
sangat berbeda-beda sehingga seorang guru harus memiliki kiat-
kiat tersendiri dalam melakukan bimbingan.
Sementara Wibowo (2007: 4) mengatakan bahwa kinerja
guru profesional adalah” merupakan implementasi dari rencana
yang telah disusun, implementasi kinerja dilakukan oleh sumber
daya manusia yang memiliki kemampuan kompetensi, motivasi
dan kepentingan. Implementasi yang di maksud merupakan suatu
aplikasi rencana yang sudah dikuasai oleh guru untuk diterapkan
dilapangan sehingga tersusun dan terencana dengan baik.
14
Untuk itu seorang Guru Penjasorkes yang mempunyai
kemampuan dan profesional atau kompetensi, haruslah dapat
menyusun perencanaan pengajaran dengan menerapkan prioritas,
dengan tujuan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan selalu
mempertimbangkan pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh
para siswa sebagai masukan untuk pelaksanaan pembelajaran
berikutnya. Dengan melihat kepada pencapaian tujuan
pembelajaran tersebut, dengan sendirinya Guru Penjasorkes dapat
menyusun kembali kurikulum yang telah ada untuk diterapkan dan
disesuaikan dengan situasi kondisi, daerah sekolah, siswa dan
menerapkan pembelajaran berdasarkan pengalaman yang lalu.
b) Kompetensi kepribadian.
Kompetensi kepribadian adalah guru harus memiliki
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
sehingga menjadi teladan bagi siswa-siswanya. Bakat dan minat
untuk menjadi guru merupakan hal yang harus di miliki oleh
seorang guru terutama Guru Penjasorkes. Guru merupakan
teladan dan figur bagi peserta didik dan masyarakat sekitarnya.
Menurut Gusril (2008: 8) bahwa guru harus memiliki (a)
berakhlak mulia; (b) arif bijaksana; (c) berwibawa; (d) stabil; (e)
dewasa; (f) jujur; (g) menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat;
(h) mau mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan; (i)
mau mengevaluasi kinerja sendiri; (j) mantap.
15
Dari kutipan di atas dapat di jelaskan bahwa seorang guru
harus memiliki kepribadian yang mantap untuk menjadi pengayom
bagi siswa dan masyarakat sekitarnya, sehingga kinerja guru dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
c) Kompetensi sosial.
Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua siswa dan masayarakat sekitarnya, yang
harus dijauhkan bagi seorang guru adalah egois serta
mengedepankan kepentingan pribadi.
Menurut Gusril (2008: 9) bahwa kompetensi sosial secara
umum harus mampu membangun; (1) menciptakan komunikasi
yang baik melalui tulisan, lisan dan isyarat; (2) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (3) bergaul
secara efektif dengan siswa, serta pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan, satuan pendidikan, orang tua, siswa; (4) bergaul secara
santai dengan masyarakat sekitarnya dengan mengindahkan
norma-norma serta sistim nilai yang berlaku dan; (5) menghasilkan
prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat.
Guru yang profesional harus mampu memiliki kemampuan
bergaul dengan baik dan luas, ramah serta ceria terhadap peserta
didik serta orang tua peserta didik sehingga dapat mengenal
lingkungan lebih luas. Seorang guru profesional harus mamapu
16
bergaul secara luwes sehingga mampu berkomunikasi kesegala
arah, hal ini dilakukan karena tugas seorang guru mengharuskan
untuk mengenal lebih jauh siswanya. Disamping itu seorang guru
juga harus mampu berkomunikasi baik dengan orang tua siswa
maupun terhadap atasannya. Jadi jelas bahwa seorang guru harus
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi kesegala arah dan
segala lapisan masyarakat baik siswa, orang tua siswa, maupun
atasan dari guru tesebut.
d) Kompetensi profesional.
Menurut Gusril (2008: 11) kompetensi profesional adalah
kemampuan untuk dapat menguasai materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan guru mampu
membimbing peserta didik dapat memenuhi standar kompentensi
minimal yang harus di kuasai oleh peserta didik. Sementara
Sagala Syaiful (2009: 39) guru merupakan faktor penting dalam
menyelenggarakan pendidikan di sekolah.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di Sekolah, Guru
Penjasorkes mempunyai tanggung jawab dalam bentuk
keterampilan/ kemampuan mengajar yang dibagi dalam dua
bagian, yaitu: 1) Keterampilan managerial dan 2) Keterampilan
substansial.
Keterampilan managerial berhubungan dengan kemampuan
mengelola lingkungan belajar serta memelihara dan
17
mengembangkan perilaku siswa, juga keterlibatan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Keterampilan substansial berhubungan dengan kemampuan
mengenai materi, metode, sarana dan prasarana, tujuan
sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum. Kedua
keterampilan ini harus dipunyai Guru Penjasorkes dalam
meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan pembelajaran
penjasorkes, baik dalam pemberian materi yang bersifat teori
maupun praktek di lapangan olahraga.
Dari uraian di atas maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa guru yang profesional adalah guru yang dapat
mengembangkan dirinya untuk melaksanakan tugas sehari-harinya
sebagai guru untuk mencerdaskan siswa siswi di mana dia
mengajar, karena dari apa yang di laksanakannya akan menjadi
sumber penghasilan bagi dirinya dan keluarganya.
2. Hakekat Guru Penjasorkes Yang Profesional.
a) Keberadaan Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kasehatan.
Guru penjasorkes adalah seorang guru mata pelajaran yang
memberikan pelajaran Penjasorkes dalam arti kata guru dapat
mendesain program pembelajaran untuk meningkatkan kebugaran
jasmani siswa siswi dan meningkatkan ketrampilan motorik dan
menimbulkan sikap sportivitas siswa siswi dalam belajar maupun
18
dalam kehidupan sehari-hari. Maka guru mata pelajaran
penjasorkes dapat menjalankan pembelajaran dalam kelas
maupun di luar kelas seperti; di lapangan bola kaki, lapangan voli,
lapangan basket ball atau bagi sekolah yang tidak mempunyai
lapangan memanfaatkan apa yang ada di sekolah tersebut. Oleh
karena itu guru haruslah mempunyai kemampuan dalam
mengorganisir atau menyusun suatu manajemen dalam
pembelajaran secara efektif dan efisien, ini merupakan tugas inti
seorang Guru Penjasorkes di sekolah.
b) 10 Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.
Adapun tahap-tahap kemampuan dasar yang harus di
dipenuhi oleh guru profesional adalah dalam UU Guru dan Dosen
tahun 2007 yaitu; “(1) penguasaan bahan, (2) mengelola program
belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media
sumber, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola
interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi siswa untuk
kepentingan mengajar, (8) mengenal fungsi dan program
pelayanan BP, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah, dan (10) memahami prinsip-prinsip mentanfsirkan hasil-
hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran”.
1) Penguasaan Bahan.
Kemampuan dasar yang di miliki adalah manguasai bahan
mata pelajaran dan kurikulum sekolah hal yang harus di
19
kembangkan oleh seorang guru yang profesional adalah
penguasaan materi pengajaran serta mengkaji bahan kurikulum
materi pembelajaran, sehingga setiap materi yang di berikan di
sesuaikan dengan materi yang ada. Mengkaji isi buku-buku teks
materi pembelajaran yang bersangkutan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kegiatan kurikulum
materi pembelajaran yang bersangkutan.
Sementara itu penguasaan yang diperlukan adalah
penguasaan bahan pendalaman atau aplikasi pembelajaran yang
sesuai dengan materi ilmu yang relevan sehingga materi yang
diberikan dapat di cerna oleh peserta didik. Demikian halnya
dengan mempelajari aplikasi bidang ilmu kedalam bidang ilmu
lain, serta mempelajari cara menilai kurikulum materi
pembelajaran, sehingga kita sebagai guru dapat melakukan
evaluasi materi yang telah di tuangkan kedalam pembelajaran.
2) Mengelola Program Belajar Mengajar.
Dalam hal ini pengelolaan program belajar dan mengajar
mengenai rumusan tujuan instruksional adalah mengkaji
kurikulum materi pembelajaran, mempelajari ciri-ciri rumusan
tujuan instruksional, mempelajari tujuan instruksional materi
pembelajaran yang bersangkutan, merumuskan tujuan
instruksional materi pembelajaran yang bersangkutan.
20
Sedangkan mengenai hal mengenal dan dapat
menggunakan metode mengajar, mempelajari bermacam-macam
metode pengajaran dan menggunakan macam-macam metode
pengajaran. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang
tepat yaitu dengan mempelajari kriteria pemilihan materi dan
prosedur mengajar. Menggunakan kriteria memilih materi dan
prosedur mengajar. Merencanakan program pelajaran dan
menyusun satuan pelajaran.
Berikut adalah melaksanakan program belajar mengajar
yaitu mempelajari fungsi dan peranan guru dalam instruksi belajar
mengajar, menggunakan alat bantu kriteria pemulihan materi
dan prosedur mengajar, menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar, memonitor proses belajar siswa, menyesuaikan
rencana program pengajaran dengan situasi kelas.
Berikut adalah mengenal kemampuan anak didik,
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian
prestasi belajar, mempelajari prosedur dan teknik mengidentifikasi
kemampuan siswa. menggunakan prosedur dan teknik
mengidentifikasi kemampuan siswa.
3) Mengelola Kelas.
Mengatur tata ruang kelas dengan mempelajari macam-
macam pengaturan tempat duduk dan setting ruang kelas sesuai
dengan tujuan instrusional yang hendak dicapai, mempelajari
21
kriteria menggunakan macam-macam pengaturan tempat duduk
dan setting ruang. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi
mempelajari faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar
mengajar yang serasi. Mempelajari strategi dan prosedur
pengelolaan kelas yang besifat preventif, menggunakan strategi
dan prosedur mengelola kelas yang bersifat preventif,
menggunakan prosedur kelas yang bersifat kuratif.
4) Menggunakan Media Sumber.
Mengenal, memilih dan menggunakan media yaitu,
mempelajari macam-macam media pendidikan, mempelajari
kriteria memilih media pendidikan, menggunakan media
pendidikan, merawat alat-alat bantu pengajaran. Membuat alat-
alat bantu pembelajaran sederhana yaitu, mengenali bahan-
bahan yang tersedia dilingkungan sekolah untuk membuat alat-
alat bantu, mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu
mengajar, menggunakan perkakas untuk membuat alat-alat bantu
mengajar.
Menggunakan dan menggelola laboratarium dalam rangka
proses belajar mengajar yaitu mempelajari cara-cara
menggunakan laboratorium, mempelajari cara-cara dan aturan
pengalaman bekerja di laboratorium, berlatih mengatur tata ruang
laboratorium, mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat.
Mengembangkan laboratorium yaitu mempelajari fungsi
22
laboratorium dalam proses belajar mengajar, mempelajari kriteria
pemilihan alat, Mempelajari berbagai desain laboratorium, menilai
keefektifan kegiatan laboratorium, mengembangkan eksperimen
baru.
Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar
mengajar yaitu mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dalam
proses belajar, mempelajari macam-macam sumber
perpustakaan, menggunakan macam-macam sumber
perpustakaan. Mempelajari kriteria pemilihan sumber macam-
macam sumber perpustakaan. Menilai sumber perpustakaan.
Menggunakan micro teaching dalam belajar mengajar yaitu
mempelajari fungsi micro teaching dalam proses belajar
mengajar, menggunakan micro teaching unit dalam proses belajar
mengajar, menyusun program micro teching dengan atau tanpa
hardware, melaksanakan program micro teching dengan atau
tanpa hardware menilai program dan pelaksanaan micro teaching
menggunakan program baru.
5) Menguasai Landasan Kependidikan.
Mempelajari konsep dan masalah pendidikan dan
pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, fisiologis, historis,
dan psikologis. Mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial
yang secara potensial dapat memajukan masyarakat dalam arti
23
luas serta pengaruh timbal balik antara sekolah dengan
masyarakat.
6) Mengelola Interaksi Belajar Mengajar.
Mempelajari cara-cara memotivasi siswa untuk belajar,
menggunakan cara-cara memotivasi siswa untuk belajar.
Menggunakan macam-macam bentuk pertanyaan, menggunakan
macam-macam bentuk pertanyaan secara tepat, mempelajari
beberapa mekanisme psikologis belajar mengajar di sekolah,
mengkaji faktor-faktor positif dan negativ dalam proses belajar.
Mencari cara-cara berkomunikasi antar pribadi, menggunakan
cara-cara berkomunikasi antar pribadi.
7) Menilai Prestasi Siswa Untuk Kepentingan Mengajar.
a) Mempelajari fungsi penilaian
b) Mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur
penilaian.
c) Mempelajari kriteria dan prosedur penilaian.
d) Mempelajari kriteria penilaian teknik dan prosedur penilaian.
e) Menggunakan teknik dan prosedur penilaian.
f) Mengelola dan menginterprestasikan hasil penilaian.
g) Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar
mengajar.
h) menilai tehnik dan prosedur penilaian.
i) Menilai keefektifan program pengajaran.
24
8) Mengenal Fungsi dan Program Pelayanan BP.
Mengenal fungsi dan program layanan BP di sekolah yaitu
mempelajari fungsi BP di sekolah, mempelajari program layanan
BP, mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi, kewenangan,
serta tanggung jawab antara guru di sekolah. Menyelenggarakan
program layanan BP disekolah yaitu mengidentifikasi kesulitan-
kesulitan yang di hadapi siswa, menyelengarakan program
layanan BP di sekolah, terutama bimbingan belajar.
9) Mengenal dan Menyelenggarakan Administrasi Sekolah.
Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah yaitu
mempelajari struktur organisasi dan administrasi sekolah
mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepala
sekolah, dan kantor wilayah Depdiknas, mempelajari peraturan-
peraturan kepegawaian pada umumnya dan peraturan
kepegawaian guru pada khusunya. Menyelenggarakan
administrasi sekolah, mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur
pengelolaan program akademik.
10) Memahami Prinsip-prinsip Menafsirkan Hasil-hasil Penelitian Pendidikan Guna Keperluan Pengajaran.
a) Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam
penelitian pendidikan.
b) Mempelajari tehnik dan prosedur penelitian pendidikan,
terutama sebagai konsumen hasil-hasil penelitian
pendidikan.
25
c) Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan
pengajaran.
Berdasarkan 10 kemampuan dasar profesionalisme seorang
guru maka hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk
mengembangkan profesionalisme seorang guru pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan di sekolah.
B. Kerangka Pemikiran.
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan
kegiatan siswa untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai
nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor,
sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing.
Secara sistimatis berkaitan dengan profesionalisme guru
penjasorkes ada 4 kompetensi yang harus di miliki guru penjasorkes
sebagai guru profesional yaitu; (1) Kompetensi Paedagogik; (2)
Kompetensi Kepribadian; (3) Kopetensi Sosial; (4) Kompetensi
profesional.
Dari hal di atas bahwa proses belajar yang dilaksanakan oleh
seorang guru serta siswa akan lebih menarik dan apa bila guru dapat
menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan yang di capai
dan siswapun dapat menguasainya. Semua itu tentu tidak terlepas
dari cara guru dalam mempersiapkan rancangan pengajaran yang
26
efektif dan efisien serta melaksanakan evaluasi dengan baik dan
benar selama dalam pelaksnaan pembelajaran, yang di sesuaikan
dengan kurikulum serta menggunakan metode dan media
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi atau bahan
pembelajaran.
Selain dari itu yang lebih penting adalah guru yang profesional
harus dapat menghidupkan suasana dalam pembelajaran penjasorkes
agar menyenangkan dan terciptanya interaksi yang baik antara guru
dan siswa dan siswa dengan siswa lain selama pelajaran itu
berlangsung.
Apabila guru sudah memperhatikan dengan baik dan benar
diharapkan tujuan akan tercapainya lebih optimal. Untuk lebih jelasnya
tujuan tentang kerangka pemikiran dapat dilihat dengan gambar
berikut ini;
Bagan I. Kerangka Berpikir
Guru Penjasorkes yang
Profesional
Kompetensi Paedagogik
Pembelajaran Penjasrkes
Kompetensi Sosial
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Profesional
27
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri di Kota
Pekanbaru. Bertolak dari grand tour penelitian mengenai
profesionalisme Guru Penjasorkes dalam pembelajaran di SMA
Negeri Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Pada awal penelitian kualitatif ini, langkah pertama
peneliti lakukan adalah mengurus surat izin kepada Kantor Dinas
Pendidikan Kota Pekanbaru untuk bisa melakukan penelitian di
seluruh SMA Negeri di Kota Pekanbaru.
Situasi sosial yang menjadi fokus penelitian ini adalah
profesionalisme guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di
lingkungan sosial yang dapat memudahkan peneliti dalam
memasuki lingkungan sosial tersebut untuk mengambil data secara
berkelanjutan dan berulang-ulang sebagai mana yang disarankan
oleh Spradley dalam Helmi (2001: 33) yakni sederhana, mudah
memasukinya tidak begitu ketara juga dilakukan penelitian
terhadap situasi sosial tersebut dan izin untuk melakukan penelitian
dapat dengan mudah di peroleh. Selain itu lokasi penelitian yang di
28
pilih bukan untuk mewakili semua sekolah yang ada di Kota
Pekabaru melainkan hanya di seluruh SMA Negeri di Kota
Pekanbaru. Kehadiran peneliti sudah diketahui dan diterima oleh
pihak SMA Negeri Kota Pekanbaru ketika melakukan grand tour
sebagai studi pendahuluan.
Setelah mendapatkan izin dari Diknas Pendidikan Kota
Pekanbaru dan kepala sekolah seluruh SMA Negeri di Kota
Pekanbaru sehingga peneliti mendapatkan kemudahan untuk terjun
kelapangan guna mendapatkan informasi yang dapat dijadikan data
penelitian.
Pada saat melakukan penelitian, peneliti akan menggunakan
bahasa Minang, Melayu, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar. Hal ini dilakukan karena di seluruh sivitas SMA Negeri
Kota Pekanbaru berasal dari latar belakang suku dan budaya yang
berbeda-beda, baik guru dan siswanya. Hal ini diharapkan dapat
terjalin hubungan yang akrab, sehingga peneliti mendapatkan
gambaran tentang informasi tentang profesionalisme guru
penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru.
Penelitian ini belum dapat di perkirakan waktu yang cukup
untuk mendapatkan informasi, agar informasi yang di dapat benar-
benar menunjukan hasil yang di inginkan. Kehadiran peneliti untuk
melihat dan mendapatkan gambaran secara umum dan untuk
menciptakan hubungan yang baik dengan subjek penelitian secara
29
menyeluruh terhadap situasi sosial yang berkaitan dengan
profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
B. Informan Penelitian.
Aktor utama dalam penelitian ini adalah:
1. Guru Penjasorkes SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota
Pekanbaru.
2. Kepala Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota
Pekanbaru.
3. Beberapa orang guru bidang studi yang mengajar di SMA
Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru.
4. Beberpa orang siswa yang di temui peneliti di SMA
Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru
Informasi dalam penelitian ini menggunakan perinsip snow ball
teori Spradley, yaitu jumlah imforman ibarat bola salju yang pada
mulanya kecil, kemudian semakin membesar dalam proses
penggelindingannya. Maksudnya adalah imformasi yang diperoleh
dari imforman terus dicari sampai diperoleh jawabannya yang di
butuhkan, dan akan dihentikan bila tidak muncul lagi indikasi
imformasi yang baru. Secara umum informan di dalam penelitian ini
adalah orang-orang yang ada di sekolah SMA Negeri Kota
Pekanbaru yang dapat memberikan imformasi yang dikehendaki.
30
C. Tehnik dan Alat Pengumpul Data.
1. Teknik Pengumpulan Data.
Setelah peneliti memperoleh surat izin penelitian, peneliti
segera menyiapkan kerangka kerja yang akan digunakan untuk
menggali data dilapangan dalam bentuk pedoman panduan
lapangan secara garis besar. Agar data lebih representative, baik
dari segi validitas dan riabilitasnya, ini didasar pada ketrampilan
metodologi yang digunakan kepekaan, dan integritas peneliti.
Dengan demikian perlu dibina keakraban hubungan yaitu
hubungan berupa rapport. Menurut Moleong (1989:96) ”rapport
adalah hubungan peneliti dan subjek yang sudah melebur,
sehingga tidak ada dinding pemisah diantara keduanya”.
Maksudnya adalah setelah pedoman panduan lapangan secara
garis besar dibuat, peneliti segera turun ke lapangan dan mulai
melakukan atau peneliti mulai kegiatan, pendekatan guna
membina hubungan antar pribadi. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh (Bog-Bog dan Biklen 1990:59 dalam
Sugiyono 2008;67) ditekankan harus terbina hubungan rapat
dengan subjek sebagai sahabat. Selanjutnya peneliti melakukan
observasi, wawancara, dokumentasi. Sehingga data yang
dikumpulkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
31
a. Observasi
Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilakukan secara
langsung di lapangan, disini peneliti masuk, melihat secara
langsung dengan komunitas yang ada di lingkungan sekolah
SMA Negeri Kota Pekanbaru untuk menjalin hubungan yang
baik dengan para Guru Penjasorkes dalam kegiatan
pembelajaran.
Peneliti melakukan pengamatan dengan berada
dilapangan serta terlibat langsung mengikuti semua aktifitas
yang dilakukan oleh para aktor, masuk kedalam situasi sosial,
maupun kondisi sosial yang ada. Kegiatan ini dilakukan
secara berulang-ulang sampai diperoleh data penelitian
tentang aktor, peran pelaku dan kondisi sosial yang berkaitan
erat dengan kegiatan pembelajaran penjasorkes di SMA
Negeri Kota Pekanbaru.
b. Wawancara
Untuk mendapatkan data/informasi yang akurat, terutama
tentang konsep, ide, pemikiran yang berkaitan dengan
profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota
Pekanbaru. Peneliti menggunakan metode wawancara.
Wawancara digunakan oleh peneliti sebagai metode utama
penelitian dan sebagai pelengkap metode observasi.
32
Wawancara penelitian ini dilakukan pada Guru
Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Wawancara
dilakukan setelah pembelajaran selesai dilakukan dan diluar
jam penjasorkes. Pada saat dilakukan wawancara dengan
Guru Penjasorkes peneliti berusaha melakukan suasana yang
alamiah dan biasa.
Wawancara dilakukan dengan berperdemon pada
panduan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Hal ini
bertujuan agar dalam membicarakan permasalahan tidak
terjadi penyimpangan, namun demikian sewaktu diadakan
wawancara peneliti tidak memperlihatkan wawancara tetapi
cukup bertanya tentang permasalahan, ini berguna untuk
mengindari terjadinya kekacauan dalam berkomunikasi.
Ada tujuh langkah mengumpulkan data melalui teknik
wawancara yang peneliti lakukan seperti yang dikemukakan
oleh Lincoln dan Guba dalam Faisal (1990:62-63) yaitu: (1)
Menetapkan pada siapa wawancara dilakukan, (2)
menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan, (3) mengawali atau membuka alur wawancara,
(4) melangsungkan wawancara, (5) mengkomfirmasikan
ikhtiar hasil wawancara dan melengkapinya, (6) menulis hasil
wawancara kedalam catatan lapangan, (7) mengidentifikasi
tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
33
2. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpulan data menurut Faisal (1980:81)
merupakan komponen yang diperlukan dalam penelitian ini
berupa kamera, tape recorder, blangko-blangko catatan yang
dugunakan. Jadi instrumen kunci dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri.
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data, sebagaimana yang di
temukan oleh Moleong (1989:78:82) dilakukan teknik-teknik
pencermatan keabsahan data yaitu :
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan penelitian dalam hal memahami situasi sosial
yang dilakukan dengan tidak tergesa-gesa sehingga data dan
informasi dapat di peroleh lebih mendalam. Dengan kata lain
untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan memerlukan pengujian kebenaran informasi dari
lapangan, sehingga pengumpulan data tentang semua aspek
yang berkaitan dengan profesionalisme Guru Penjasorkes di
SMA Negeri Kota Pekanbaru akan dapat di peroleh secara
sempurna dan dipercaya kebenaranya.
34
2. Ketekunan Pengamatan.
Ketekunan pengamatan merupakan cara untuk
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan
dengan persoalan yang ditelusuri dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal tersebut secara mendalam. Dalam penelitian ini
yang perlu di cermati adalah profesionalisme Guru Penjasorkes
di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
3. Triangulasi
Triangulasi yaitu mengecek keterpercayaan data dengan
memanfaatkan sumber-sumber informasi lainya. Hal ini
dilakukan dengan cara: (1) membandingkan hasil pengamatan
peneliti dan hasil wawancara dengan Guru Penjasorkes, (2)
membandingkan apa yang dikatakan Guru Penjasorkes secara
pribadi dengan yang dikatakan di depan umum, (3)
membandingkan apa yang dikatakan Guru Penjasorkes suatu
situasi sosial dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,
(4) membandingkan perspektif Guru Penjasorkes dengan
tanggapan informasi dari kepala sekolah, siswa dan guru lainya.
(5) membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengecekan
data dokumen.
4. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil
sementara hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
35
analistik dengan rekan-rekan sejawat yang berperan dalam
memberikan kritikan dan saran terhadap hasil penelitian.
Informasi yang telah dikumpulkan didiskusikan setelah data itu
dirapikan menjadi catatan lapangan. Selain dari itu ada juga
hasil penulisan ini didiskusikan dengan teman sejawat lainnya
juga, memperbaiki dalam hal-hal yang dirasa perlu, demi
menghasilkan tingkat kepercayaan dari hasil pengamatan
tersebut.
5. Pengecekan Anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses
menyimpulkan data sangat penting dalam memeriksa derajat
kepercayaan. Pengecekan dengan anggota yang terlihat
meliputi data, kategori analisis, menafsirkan, kesimpulan. Para
anggota yang terlibat mewakili rekan-rekan mereka yang di
manfaatkan untuk memberikan reaksi pandangan dan situasi
mereka sendiri terhadap data diorganisasikan oleh peneliti. Para
anggota yang di maksud disini adalah kepala sekolah, Guru
Penjasorkes, majelis guru lainya, di seluruh SMA Negeri Kota
Pekanbaru.
36
E. Teknik Analisis Data
Adapun langkah-langkah tehnik analisis data dalam penelitian
ini berdasarkan teori Spradley (1980) sebagai berikut (1) menentukan
situasi sosial, (2) melakukan observasi lapangan, (3) melakukan
analisis lapangan, (4) melakukan observasi terfokus dengan
pertanyaan terstruktur, (5) melakukan analisis taksonomi, (6)
melakukan observasi terseleksi dengan pertanyaan kontras, (7)
melakukan analisis komponensial, (8) melakukan analisis tema
budaya.
1. Menentukan Situasi Sosial
Situasi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
SMA Negeri Kota Pekanbaru, Objek penelitian ini didasarkan pada
kriteria (a) Sederhana, ruang lingkupnya terbatas, (b) mudah
memasukinya, (c) tidak ketara dalam melakukan penelitian, (d)
mudah memperoleh izin, (e) kegiatanya berulang-ulang. Situasi
sosial di sekolah itu sendiri dari guru bidang studi penjasorkes dan
didukung oleh informan lain seperti, kepala sekolah, majelis guru,
dan karyawan di lingkungan masing-masing sekolah di Kota
Pekanbaru.
2. Melakukan Observasi Lapangan
Dalam observasi lapangan ada dua hal yang harus
dilakukan yaitu: (1) Grand tour, melakukan observasi secara umum
dan luas, (2) Mini tour Observasi yang dilakukan secara terfokus
37
dan terbatas. Grand tour yang dilakukan di SMA Negeri Kota
Pekanbaru bertujuan untuk melihat kondisi sekolah secara umum,
baik kondisi fisik, maupun sosial, dan dalam kegiatan pembelajaran
maupun diluar kegiatan pembelajaran. Kemudian peneliti akan
melakukan mini tour yang lebih difokuskan pada profesionalisme
guru penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
3. Melakukan Analisis Kawasan
Analisis kawasan merupakan suatu proses untuk
menentukan bagian-bagian atau unsur dari mana budaya yang
mencakub kategori yang lebih kecil. Kawasan sebagai ketegori
dalam tiga elemen yaitu, (1) nama dari sebuah kawasan budaya,
(2) kategori-kategori yang lebih kecil dari dalam suatu kawasan, (3)
hubungan semantik dari dua kategori diatas.
Analisis kawasan ini dilakukan untuk menggunakan
hubungan semantik yang universal sifatnya berdasarkan data yang
telah dikumpulkan, yakni jenis aktor yang terlibat, tempat
berlangsungnya aktifitas, cara-cara yang digunakan guru dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi didalam pembelajaran
penjasorkes dan prilaku guru siswa yang berkaitan dengan
keprofesionalan Guru Penjasorkes tersebut.
38
4. Melakukan Observasi Terfokus Dengan Pertanyaan Terstruktur
Observasi terfokus dilakukan untuk menelusuri makna
khusus dalam hubungan dengan makna yang lebih luas.
Setelah diperoleh gambaran mengenai kawasan-kawasan
budaya melalui analisis kawasan, kemudian di pilih kawasan-
kawasan yang berhubungan dekat dengan topik masalah
penelitian yang berkaitan dengan profesionalisme Guru
Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Pembatasan-
pembatasan terhadap kawasan tentu di lakukan untuk dapat
melaksanakan observasi lebih mendalam.
5. Melaksanakan Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi dilakukan untuk mencapai hubungan
antara komponen dari masing-masing kawasan dengan
pedoman kepada langkah-langkah yang di anjurkan oleh
Spradley bahwa diantara jenis-jenis aktor yang terlibat dalam
pembelajaran penjasorkes yang meliputi guru, siswa, bahan
ajar, metode, media, alat serta evaluasi pembelajaran. Analisis
taksonomi pada kawasan untuk mencari hubungan antar
komponen di dalam kawasan.
6. Melakukan Observasi Terseleksi dengan Pertanyaan Kontras.
Observasi terseleksi adalah untuk mengkaji secara lebih
rinci kawasan-kawasan yang telah dipilih. Dalam observasi yang
39
terseleksi ini di anjurkan satu bentuk pertanyaan pada masing-
masing kawasan budaya yang mucul dari perbedaan sebagai
mana hal nya dengan kesamaan antara kategori-kategori.
Observasi ini dimaksud untuk menentukan makna dari situasi
sosial yang diteliti, dengan mengajukan pertanyaan kontras
terhadap kawasan yang ditentukan dalam observasi terfokus
guna menemukan masa budaya dari situasi sosial diteliti.
40
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum.
1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian.
Kota Pekanbaru adalah salah satu kota di Provinsi Riau, Kota
pekanbaru merupakan ibu kota dari provinsi Riau dengan luas wilayah
632,26 km penduduknya 850.000 jiwa dengan berbagai macam suku
yang ada antara lain Melayu, Minang, Batak, Jawa dan lain-lain suku
bangsa yang ada di Indonesia. Pekanbaru terdiri dari 12 kecamatan
di bawah pemerintahan Wali kota Pekanbaru, dari 12 kecamatan
tersebut terdapat 14 SMA Negeri, dalam penelitian ini peneliti
membatasi hanya mengambil 4 sekolah yang di jadikan objek
penelitian antara lain:
1) SMA Negeri 3 Pekanbaru terletak di Kec. Rumbai.
2) SMA Negeri 4 Pekanbaru terletak di Kec. Marpoyan Damai.
3) SMA Negeri 8 Pekanbaru terletak di Kec. Sail.
4) SMA Negeri 12 Pekanbaru terletak di Kec. Tampan.
2. Guru Penjasorkes di SMA Negeri No: 3, 4, 8 dan 12 di Kota Pekanbaru.
Sekolah Menengah Atas merupakan salah satu lembaga
pendidikan tingkat atas yang berada di bawah naungan Dinas
41
Pendidikan. Sebagai sebuah instansi pemerintah yang bergerak
dibidang pendidikan, selayaknya memiliki jumlah guru sesuai dengan
rombongan belajar, di sekolah-sekolah berdasarkan observasi dan
studi dokumentasi, penulis menemukan data-data Guru Penjaorkes
yang mengajar di masing-masing Sekolah Menengah Atas Negeri 3,
4, 8 dan 12, seperti tabel di bawah ini.
Tabel 1. Guru Penjasorkes SMA Negeri 3, 4, 8 dan12 Kota Pekanbaru.
No Sekolah Guru Olahraga Pendidikan
1 SMA Negeri 3 1. Drs. Khairul Asbar
2. Hajrul Boy S.Pd 3. Titin Angraina S.Pd
S1 S1
S1
2 SMA Negeri 4
1. Armen Ar S.Pd. 2. Khairil Abbas, S.Pd. 3. Jasmani Ginting, S.Pd
S1 S1
S1
3 SMA Negeri 8 1. Drs. Erwan Martias
2. Drs Beta Somta 3. Novi (Honor)
S1 S1
S1
4 SMA Negeri 12 1. Raja Setianis
2. Winda Asril S1 S1
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010
3. Sarana dan Prasarana
Dalam suatu media pendidikan adalah sarana dan prasarana
memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang
pencapaian tujuan pendidikan. Karena sarana dan prasarana yang
memadai akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk
42
melaksanakan proses belajar mengajar dan meraih tujuan yang telah
ditentukan.
Tabel 2. Sarana dan Prasarana Seluruh Sekolah Menengah Atas Negeri 3, 4, 8 dan 12 kota Pekanbaru.
No Sekolah Fasilita
s Keadaan Fasilitas Yang Ada
1 SMA Negeri 3
2 Lap 2 Lap 1 Lap 1 Lap
Lapangan bola volley Lapangan bola basket Bak lompat atletik Lapangan sepak bola
2 SMA Negeri 4
3 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap
6 Ring1 Lap
Lapangan bola volley Sepak Takraw Bulu Tangkis Lapangan bola basket Sepak Bola Bak Lompat Ring Stock Tenis Meja
3 SMA Negeri 8
1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap
Lapangan bola volley Lapangan bola basket Lapangan sepak bola Bak lompat atletik Lapangan olahraga yang lain dilakukan di belakang sekolah atau disekitar lingkungan masyarakat.
4 SMA Negeri 12
1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap
Lapangan bola volley Lapangan bola basket Lapangan futsal Bak lompat atletik
Sumber: Hasil observasi kelapangan.
B. Temuan Khusus Peneliti.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi yang peneliti lakukan dari tanggal 01 Februari sampai
dengan 22 April 2010 berkaitan dengan profesionalisme Guru
Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru dapat di tambahkan hal-
hal sebagai berikut.
43
1. Profesionalisme Guru Penjasorkes Dalam Kompetensi
Paedagogik.
Bila ditinjau dari kompetensi yang harus di miliki seorang
guru salah satunya adalah kompetensi paedagogik. Seperti yang di
jelaskan oleh Slamet PH (2006;31-32) yang mengatakan
kompetensi paedagogik terdiri dari Sub- Kompetensi (1)
berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait dengan
mata pelajaran yang di ajarkan; (2) mengembangkan selabus mata
pelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar;
(3) merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan silabus yang telah di kembangkan; (4) merancang
menajemen pembelajaran; (5) melaksanakan pelajaran yang pro-
perubahan ; (6) menilai hasil belajar peserta didik secara otentik;
(7) membimbing peserta didik dalam berbagai aspek ; dan (8)
mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru. Sesuai dengan
uraian di atas, dimana kompetensi ini yang harus dipenuhi oleh
seorang, khususnya Guru Penjasorkes adalah; guru harus memiliki
kemampuan dasar yang harus di kuasai seperti; kemampuan
menguasai bahan pelajaran yang disajikan, kemampuan mengelola
bahan pelajaran yang di sajikan, kemampuan mengelola kelas,
kemampuan menguasai landasan landasan kependidikan,
kemampuan mengelola interaksi belajar, kemampuan menilai hasil
belajar siswa, kemampuan mengelola metode pembelajaran,
44
kemampuan mengenal dan mengelola administrasi pembelajaran
seperti; program tahunan, program semester, silabus, Rencana
program pembelajaran (RPP).
Dari hasil penelitian langsung ke lokasi penelitian terlihat
bahwa guru di SMA Negeri kota Pekanbaru mampu menguasai
materi yang akan diajarkan sehingga guru terlihat siap untuk
menyajikan materi. Hal ini juga terlihat bahwa siswa mengerti dan
antusias untuk mengikuti dan mempelajari materi yang sedang
diikuti para siswa. Sementara itu Guru Penjasorkes terlihat kreatif
dan serius dengan mengkondisikan dan mengelola kelas saat
proses pembelajaran berlangsung. Dengan jumlah siswa relatif
banyak sehingga Guru Penjasorkes memiliki siasat tersendiri untuk
menghadapi peristiwa proses materi pembelajaran. Guru
Penjasorkes terlihat mampu mengemas materi dengan baik dan
mampu menciptakan rasa cinta terhadap pembelajaran olahraga di
sekolah.
Demikian juga dengan perencanaan semua ini terealisasi
dengan di bentuknya perencanaan yang baik oleh Guru
Penjasorkes. Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses
untuk menentukan arah pembelajaran atau perencanaan
pembelajaran. Ini merupakan kegiatan guru penjasorkes di SMA
Negeri Kota Pekanbaru yang berfungsi sebagai acuan untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di dalam membuat
45
perencanaan guru dituntut untuk: a) merumuskan tujuan
instruksional, b) mendeskripsikan suatu bahasan, c) merancang
kegiatan pembelajaran, d) memilih media dan sumber belajar. Hal
ini dilakukan untuk menyesuaikan terhadap kebutuhan pendidikan
dan kebutuhan peserta didik. Karena kemampuan yang di miliki
seorang siswa berbeda satu dengan yang lain.
Hasil dari obsevasi, wawancara dan studi dokumentasi
peneliti menemukan bahwa kualitas kerja dari Guru Penjasorkes
dalam ketepatan, inisiatif, kemampuan, dan komunikasi Guru
Penjasorkes tergolong baik. Hal ini terlihat dari satuan
pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang dimiliki oleh guru
sebagai pegangan satuan pembelajaran dan rancangan
pembelajaran yang baru perencanaan ini di sesuaikan dengan
bakat, minat dan kemampuan yang berkembang pada siswa.
Kalau ditinjau dari konsep sederhana dalam hal
perencanaan adalah jika perencanaan yang dilakukan guru dengan
baik, maka akan menghasilkan hasil yang baik pula, dan tanpa
adanya perencanaan yang matang oleh seorang guru, maka akan
kecil kemungkinan untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang
baik, efektif dan efisien sehingga memudahkan untuk melakukan
evaluasi kearah yang lebih baik.
Membuat perencanaan guru harus memperhatikan mulai
dari; tujuan, materi, siswa, metode, sarana prasarana serta
46
evaluasi. Perencanaan ini selalu mempertimbangkan aspek lain
seperti: keadaan siswa, bakat dan minat siswa.
Berdasarkan observasi, wawancara, dan hasilnya peneliti
menemukan bahwa Guru Penjasorkes yang mengajar, membuat
perencanaan pembelajaran dengan mempertimbangkan keadaan
siswa, baik bakat dan minat siswa serta lingkungan sekitarnya dan
tidak lupa bahwa dengan perencanaan seorang guru dapat
melakukan evaluasi. Hal ini sudah berjalan dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari satuan pembelajaran dan rancangan
pembelajaran yang dimiliki oleh Guru Penjasorkes merupakan
satuan pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang baru.
Menurut Kemp dalam Darman (2005:66) menyimpulkan bahwa
“keberhasilan dalam belajar akan dicapai oleh kebanyakan siswa
jika program pengajaran dirancang dengan cermat dan semua
faktor yang berkaitan dengan ciri perseorangan siswa
dipertimbangkan dengan matang” sehingga siswa mendapatkan
perhatian sehinga dapat tersalurkan bakat dan minatnya dengan
baik.
Apabila dikaitkan dengan konsep bahwa perencanaan
adalah acuan bagi guru sebelum melaksanakan pembelajaran
untuk pencapaian tujuan pembelajaran kearah yang lebih baik
maka jelas jika guru mempunyai perencanaan yang baik, tujuan
tersebut akan tercapai. Bila dilihat tujuan dari pembelajaran
47
penjasorkes adalah untuk menciptakan siswa yang sehat fisik dan
jasmani sehingga dapat menunjang aktifitas lainnya.
Di samping itu guru terlihat menguasai bahan ajar dengan
baik di saat pelaksanaan pembelajaran baik penguasaan metode
dan sarana yang di pergunakan di lapangan. Hal ini terungkap dari
hasil observasi langsung kelapangan. Demikian juga dengan
evaluasi yang dilakukan Guru Penjasorkes di sekolah. Sehingga
terlihat hasil dan kemajuan yang terpantau dengan baik bagi guru
maupun siswa.
Demikian halnya dengan perencanaan yang dievaluasi
setiap tahunnya. Mengenai Hal ini terungkap dari hasil wawancara
peneliti dengan Guru-guru Penjasorkes “Setiap tahun ajaran baru
saya selalu membuat perencanaan pembelajaran karena
perencanaan tersebut dikumpulkan kepada kepala Sekolah“.
Perhatian Guru Penjasorkes dalam pembuatan satuan
pembelajaran dan rancangan pembelajaran ini juga disebabkan
oleh pengontrolan yang baik dari kepala Sekolah terhadap satuan
pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh
guru.
Ini terungkap dari hasil wawancara dengan majelis guru
pada hari sabtu tanggal 25 febuari 2010 yang menyatakan bahwa: “
kepala sekolah selalu menghimbau guru pada setiap awal semester
untuk menyiapkan program pengajaran, bentuk evaluasi
48
pengajaran, revisi rancangan pengajaran. Kepala Sekolah selalu
melakukan pengecekan sesuai mata pelajaran.
2. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Kepribadian.
Kompetensi kepribadian adalah guru harus memiliki
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
sehingga menjadi teladan bagi siswa-siswanya. Bakat dan minat
untuk menjadi guru merupakan hal yang harus di miliki oleh
seorang guru terutama Guru Penjasorkes. Guru merupakan teladan
dan figur bagi peserta didik dan masyarakat sekitarnya.
Dari hasil temuan di SMA Negeri Kota Pekanbaru mengenai
kompetensi kepribadian Guru Penjasorkes demi tercapainya guru
yang profesional tergambar dengan baik bahwa guru tersebut dapat
memberikan contoh yang baik terhadap siswa, sementara itu Guru
Penjasorkes juga terlihat sangat arif bila mana siswanya tidak
mengikuti kegiatan pendidikan olahraga. Guru Penjasorkes di SMA
Negeri Kota Pekanbaru mampu untuk mengendalikan perasaan
dan emosinya dalam menghadapi siswa yang belum mandiri dan
kurang disiplin.
Guru Penjasorkes SMA Negeri kota Pekanbaru bahwa
kepribadian yang mantap dan bijaksana untuk menjadi pengayom
bagi siswanya dan masyarakat sekitarnya, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Terlihat guru
tidak hanya menguasai materi yang akan diajarkan melainkan bisa
49
menyiapkan diri untuk menguasai diri dari hal-hal yang dapat
mecemarkan nama baiknya sebagai guru. Kestabilan mental yang
dimiliki guru di SMA Negeri Kota Pekanbaru tergolong baik
sehingga apapun kondisi yang terjadi dilapangan, seorang guru
mampu untuk sabar dan tenang dalam menghadapinya.
3. Profesionalisme Guru Penjasorkes Dalam Kompetensi Sosial.
Kompetensi sosial adalah kemampuan seorang guru
penjasorkes berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua siswa dan
masyarakat sekitarnya, yang harus dijauhkan bagi seorang guru
khususnya penjasorkes adalah egois serta mengedepankan
kepentingan pribadi.
Dari temuan penelitian di SMA Negeri Kota Pekanbaru
bahwa Guru Penjasorkes terlihat mampu bergaul dengan baik dan
luas, ramah serta ceria terhadap peserta didik serta orang tua
peserta didik sehingga dapat mengenal lingkungan lebih luas, hal
ini dapat meningkatkan hubungan dengan peserta didik dengan
guru dan wali siswa. Sementara itu Guru Penjasorkes dapat
berkomunikasi dengan sesama guru, siswa, dan masyarakat
lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan karena tugas seorang guru
mengharuskan untuk mengenal lebih jauh siswanya. Disamping itu
seorang guru terlihat mampu berkomunikasi dengan baik dengan
orang tua siswa maupun terhadap atasannya. Jadi jelas bahwa
50
seorang guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi
kesegala arah dan segala lapisan masyarakat baik siswa, orang tua
siswa, maupun atasan dari guru tesebut.
Dalam pelaksanaan pembelajaran yang bersifat praktik
seorang Guru Penjasorkes mampu mengkomunikasikan gerakan
sehingga dapat dengan mudah di terapkan oleh siswa disaat
proses pembelajaran berlangsung, hal ini membuat siswa lebih
cepat mengerti atau lebih cepat memahami gerakan yang di
demonstrasikan oleh guru. Pada setiap materi yang disampaikan
guru menggunakan media yang cocok dalam proses pembelajaran
tersebut sehingga guru lebih mudah menyampaikan kepada siswa,
dan siswa akan lebih cepat mengerti. Jika guru khususnya Guru
Penjasorkes menggunakan media dalam menyampaikan materi
pembelajaran maka siswa akan lebih cepat untuk dapat menerima
informasi, karena media merupakan perantara dalam
pembelajaran, secara umum media yang digunakan dapat
mengatasi hambatan-hambatan yang berhubungan dengan
penyampaian atau dalam komunikasi pada saat guru
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Media yang
ada juga bermanfaat untuk membuat pembelajaran menjadi lebih
menarik dan interaktif. Oleh sebab itu Guru Penjasorkes perlu
menggunakan media pembelajaran dalam melakukan proses
pembelajaran di sekolah. Guru berfungsi memberikan informasi
51
kepada siswa. Fungsi ini dilaksanakan oleh guru yang profesional
di SMA Negeri Kota Pekanbaru dengan cara menggunakan dirinya
sendiri sebagai suatu media komunikasi. Ia menggunakan suara
bila dia berbicara, penglihatan dalam berkomunikasi, dan ia
membimbing gerakan siswa secara jasmani.
Media pengajaran berada di bawah pengawasan guru, dan
betapapun baiknya metode pengajaran apabila tidak dibarengi
dengan cara belajar yang benar, hasilnya tentu tidak akan tercapai
seperti yang diharapkan.
4. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Profesional.
Guru merupakan faktor penting di dalam proses
menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga harus meningkatkan
mutu guru yang profesional. Meningkatkan guru yang bermutu
bukan saja dari sisi kesejahteraan, tetapi juga keprofesionalan.
Undang-undang no 14 tahun 2005 mengatakan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik dan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang
profesional guru harus memiliki kompetensi profesional yang baik.
Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah, Guru Penjasorkes
mempunyai tanggung jawab dalam bentuk keterampilan/
52
kemampuan mengajar, yang dibagi dalam dua bagian, yaitu: 1)
Keterampilan managerial dan 2) Keterampilan substansial.
Keterampilan managerial berhubungan dengan kemampuan
mengelola lingkungan belajar serta memelihara dan
mengembangkan perilaku siswa, juga keterlibatan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Keterampilan substansial berhubungan dengan kemampuan
mengenai materi, metode, sarana dan prasarana, tujuan
sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum. Kedua
keterampilan ini harus dimiliki Guru Penjasorkes dalam
meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan pembelajaran
penjasorkes, baik dalam pemberian materi yang bersifat teori
maupun praktek di lapangan olahraga.
Dari hasil temuan di SMA Negeri Kota Pekanbaru bahwa
dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran Guru Penjasorkes terlihat
aktif dalam menciptakan kegiatan dan menumbuhkan minat siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana yang
telah disusun dalam perencanan. Hal ini terlaksana berkat guru
sudah menguasai lingkungan sekolah.
Situasi tersebut tidak terlepas dari perencanaan kurikulum
yang menjadi pedoman bagi Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota
Pekanbaru. Hal yang menjadi pedoman dalam penyampaian materi
pembelajaran bagi Guru Penjasorkes adalah tujuan pembelajaran,
53
materi pembelajaran, metode pembelajaran, siswa, sarana dan
prasarana yang tersedia dalam medukung proses pembelajaran.
Temuan ini terlihat bahwa guru di SMA Negeri Kota Pekanbaru
antara perencanaan dengan pratek di lapangan sering tidak sesuai
dengan hasil rancangan sebelumnya. Sehingga sering terjadi
proses kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan rancangan
pembelajaran. Guru terlihat tidak menguasai di lapangan sehingga
guru sering malas untuk memberikan materi pembelajaran. Dan
juga sering di temukan Guru Penjasorkes duduk di bawah pohon
pinggir lapangan. Hal ini sering terjadi di karenakan sarana yang
kurang mendukung di sekolah. Peranan pimpinan di sekolah sangat
di harapkan untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran
penjasorkes dengan baik di sekolah.
Dari apa yang di bicarakan peneliti dengan bapak AB guru
pejasorkes SMA Negeri 3 Pekanbaru pada tanggal 04 Februari
2010 pada jam 7.30 sebagai berikut: sebagai guru penjasorkes
apakah bapak membuat perangkat pembelajaran ?
“Saya sebagai Guru Penjasorkes membuat perangkat-perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan saya juga memiliki absensi, daftar nilai. Yang dituntut untuk mempersiapkan pada awal tahun ajaran” Untuk mencari kebenaran dari guru AB peneliti
mewawancarai Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Pekanbaru Ibu YM,
di ruangan kerjanya saya menanyakan kepada Kepala Sekolah,
54
Ibu, apakah bapak AB sebagai Guru Penjasorkes menyiapkan
perangkat pembelajaran ?
“Di SMA Negeri 3 ini seluruh guru mata pelajaran wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester. Rincian mingguan efektif, silabus dan RPP, tidak kecuali Guru Penjasorkes sebab awal tahun pembelajaran itu sudah terkumpul minimal untuk satu semester”. Belum puas sampai disitu peneliti mewawacarai wakil
kepala sekolah urusan kurikulum, Bapak MR, Pak apakah bapak
AB menyerahkan perangkat pembelajaran di awal tahun sebagai
mana yang dikompirmasikan kepala sekolah.
“Saya sebagai wakil kepala sekolah urusan kurikilum awal tahun minggu pertama tahun ajaran sudah mengumpulkan perangkat pembelajaran dari guru-guru mata pelajaran mulai dari: program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, selabus, RPP dan nilai ulangan harian di akhir bulan. Kalau bapak ingin melihat ini arsipnya”
Di tempat terpisah penulis juga mewawancarai seorang
siswa kelas XI 4 IPS yang diajar oleh bapak AB yaitu Erik
Febrian.Erik bagaimana bapak AB mengajar Penjasorkes menurut
Erik?
“Menurut saya bapak AB mengajar bagus, tidak membosankan banyak fariasi dan juga disiplin dalam waktu. Siswa dekat dengan bapak AB dan juga disegani”.
Tepatnya pada tanggal 11 Februari 2010 jam 16.00 peneliti
masuk ke SMA Negeri 8 Pekanbaru menenyakan kepada bapak IM
sebagai Guru Penjasorkes sebagai berikut: Bapak sebagai guru
penjasorkes apakah bapak membuat perangkat pembelajaran ?
55
“Saya yang mengajar di sekolah bertaraf Internasional banyak tuntutan dari Sekolah mengenai perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus, pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan”. Untuk mengetahui benar tidaknya apa yang disampaikan
bapak IM peneliti mengkompirmasikan langsung dengan kepala
Sekolah yang kebetulan sore itu berada di Sekolah, saya menuju
ke ruangan kerjanya dan penulis di persilakan masuk, saya
langsung duduk dan bapak NF menanyakan kepada peneliti apa
yang bisa saya bantu. Peneliti langsung kepada masalah tadi,
dilapangan saya mewawancarai bapak IM tentang perangkat
pembelajaran, kata bapak IM dia harus menyiapkan perangkat
seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus,
pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan
sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan.
Bagai mana menurut bapak apa yang disampaikan bapak IM,
sejauh mana kewajiban guru-guru membuat perangkat
pembelajaran.
“Segala apa yang disampaikan bapak IM tersebut itu adalah merupakan kewajiban seorang guru yang mengajar di Sekolah ini. Perangkat-perangkat tersebut jauh hari sebelum proses belajar mengajar berlangsung, maksudnya pada awal tahun pembelajaran. Semua perangkat ini sudah di serahkan kapada wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Kemudian disekolah ini tidak ada istilah guru yang tidak membuat perangkat pembelajaran termasuk Guru Penjasorkes karena dia sama kewajibannya dengan guru mata pelajaran lainnya. Kalau bapak ingin tau tanyakan langsung ke bagian kurikulum”.
56
Keesokan harinya Rabu tanggal 25 Februari 2010 peneliti
datang ke SMA Negeri 8 Pekanbaru untuk mewawancarai salah
seorang ibu guru EW namanya, untuk memberikan tanggapan
mengenai bapak IM bagai mana dia mengajar dan peranannya
disekolah, dan peneliti memperkenalkan diri kepada ibu EW , saya
melakukan penelitian disekolah ini, jadi saya ingin mendapatkan
imformasi dari ibu tentang bapak IM ibu tahu dengan bapak IM ? oh
ya dia kan Guru Penjasorkes disini, menurut ibu bagai mana dia
melaksanakan tugas disini?
“Saya tau bapak IM orangnya disiplin dan senantiasa mengajar tepat waktu baik pagi maupun sore hari, seluruh guru disini punya persiapan untuk mengajar karena itu adalah tugas wajib guru disini menyerahkan perangkat pembelajaran, dan bapak IM disukai oleh siswa disini karena dia mempunyai bermacam cara untuk mengajar selain propesinya guru penjas dia juga staf kesiswaan disini jadi sosoknya bagus dan patuh aturan”. Pada tanggal 04 Maret 2010 pukul 08.30 penulis pergi ke
SMA Negeri 4 yang jaraknya lebih kurang 5 km dari SMA 8,
melihat bapak AM yang `mengajar pada jam pelajaran 3-4 dan
penulis sampai disana jam 09.00 sedangkan bapak AM baru mulai
jam 09.45, penulis lansung mengamati bapak AM mengajarkan
permainan bola voli pada kelas X4 dengan 5 buah bola untuk murid
32 orang bapak AM mengajarkan service bawah itu dari
pengamatan saya, dari apa yang diajarkan bapak AM pada siang
hari yang mata hari sudah bersinar dengan teriknya, bapak AM
57
terus saja mengajar dengan bersemangat, murid mengikuti dengan
semangat juga. Dari cara bapak AM mengajar dia memberikan
pemanasan ( worming up ) dan latihan inti kemudian meng absen
siswa. Selesai mengajar peneliti lansung menjumpai bapak AM dan
menanyakan kepadanya bersedia untuk diwawancarai tentang
pembelajaran Penjasorkes? Dia menjawab bisa pak. Penulis
mengajukan pertanyaan seputar perangkap pembelajaran dan
materi yang diberikan tadi. Bapak sebagai Guru Penjasorkes di
sekolah ini apakah bapak membuat perangkat pembelajaran?
“Sabagai guru di sekolah ini saya selalu membuat perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus, RPP, rincian minggu efektif dan hal-hal yang berkaitan dengan perangkat. Semuanya ini saya tidak tergantung kepada kepala sekolah, di minta atau tidak di minta tetap saya persiapkan, karena itu adalah tuigas pokok saya sebagai guru”. Setalah mewawancarai bapak AM peneliti minta di antarkan
untuk menjumpai bapak kepala sekolah keruangannya. Peneliti
masuk ke ruangan kepala sekolah dan bapak AZ mempersilakan
peneliti duduk di ruangannya. Bagai mana bapak AM mengajar
pak ? baik pak sesuai dengan programnya. Dalam hal ini saya mau
bertanya pak, apakah bapak AM membuat perangkat
pembelajaran, dan bagai mana sikap bapak AM di sekolah ini pak ?
“ Mengenai bapak AM saya sangat salut dengan nya karena bapak AM selalu membuat perangkat pembelajaran dan menyerahkan tepat waktu, dalam mengajar menurut pandangan saya bapak AM selalu dapat menguasai materi yang di ajarkan dan Masalah disiplin baik dengan waktu maupun tugas yang di berikan padanya. Hubungan dengan
58
pimpinan baik maupun rekan-rekan sejawat sesama guru tidak pernah punya masalah”.
Dan kemudian peneliti menanyakan kepada salah seorang
siswa, penulis menjumpai seorang siswa Rio saputra kelas XI IPA 2
Rio bapak ingin bertanya bagai mana menurut Rio bapak AM
mengajar di sekolah ini dan bagai mana sikap murid kepada nya ?
“Oo Bapak AM mengajar sangat menarik bagi siswa siswi di sekolah ini bapak AM sangat menguasai materi yang di ajarkannya, bahasanya mudah di mengerti kami tidak pernah merasa jenuh belajar dengannya. Bapak itu sangat disiplin tepat waktu, di segani siswa.” Pada hari ke empat tepatnya pada tanggal 18 Maret 2010
pada pukul 7.30 peneliti masuk ke SMA Negeri 12 Pekanbaru,
untuk menjumpai guru penjasorkes WA, langsung bertanya setelah
selesai memberikan pelajaran sebagai berikut: Ibuk sebagai Guru
Penjasorkes apakah Ibuk membuat perangkat pembelajaran ?
“Disini saya sebagai guru penjasorkes di wajibkan untuk membuat perangkat pembelajaran seperti; membuat program semester, program tahunan, RPP, selabus dan yang lainnya, karena di SMA 12 ini adalah salah satu tugas yang wajib di serahkan pada awal semester”.
Untuk mengetahui kebenarannya apa yang di sampaikan Ibu
WA tersebut, peneliti langsung menjumpai kepala Sekolah HM, di
ruang kerjanya pada hari itu juga, setelah bertemu dengan kepala
sekolah, pak bisa saya mewawancarai bapak sebentar? Ya! Boleh
silakan. Tadi saya mengamati ibu WA sedang mengajar di
lapangan permainan basket ball, kemudian saya mewawancarai ibu
WA masalah perangkat pembelajaran bagai mana menurut bapak
59
ibu WA, kata ibu tersebut dia membuat perangkat pembelajaran
untuk sekolah ini.
“Saya selaku kepala sekolah guru-guru wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program semester, program tahunan, RPP, selabus, daftar nilai, guru harus memiliki absensi siswa, buku pegangan, guru olahraga pun harus membuat perangkat pembelajaran karena dia juga bagian dari guru-guru di sini. Apa bila ada guru-guru yang lambat menyerahkan perangkat pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, guru tersebut akan di panggil dan diberi peringatan, namun saat ini guru-guru disini tidak ada yang terlambat menyerahkan perangkat pembelajaran”.
Ada satu lagi pertanyaan saya pak, berkenaan dengan ibu
WA yaitu bagai mana kepribadian, hubungan ibu WA dengan
sesama rekan sejawat dan profesionalismenya dalam mengajar ?
“Dari pengamatan saya sebagai kepala sekolah, orangnya jujur,disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dan hubungannya baik dengan kepala sekolah, dengan rekan-rekan guru dan dengan siswa sangat baik itu menurut pandangan saya, kemudian saya pernah memperhatikan dia mengajar pelaksanaannya, baik, beraturan, penguasaan kelas bagus seperti apa yang di inginkan walaupun masih ada kekurangannya tapi itupun menurut saya tidak terlalu prinsip”.
Setelah menjumpai kepala sekolah peneliti menjumpai salah
seorang guru Ibu JM, kemudian penelti mewawan carai ibu JM.
Asslamualaikum Bu, boleh saya wawancarai dengan ibu sebentar,
apa masalahnya? Saya sudah mengamati dan mewawancarai ibu
WA berkenaan dengan pelakasanaan pembelajaran Penjasorkes,
oke silakan. Bagaimana menurut Ibu sikap, kepribadian dan
profesionalismenya dalam melaksanakan tugas di sekolah ini?
60
“Saya adalah salah seorang majelis guru di SMA 12 ini melihat dan bergaul sesama majelis guru Oo kalau WA dia bagus pergaulannya kebetulan dia alumni disini tentu pergaulannya dan rasa hormatnya dengan gurunya sangat baik namun saya menilainya bukan dari faktor tesebut, kepribadiannya juga baik orangnya sopan, suka menegur dan mudah senyum, siswa pun suka dengan dia. Namun kalau mengajar ya dari pandangan saya bagus, kan ada guru Penjas, maaf ya pak mengajar asalan saja kasih bola atau biarkan saja, siswa berserakan ada yang sudah sampai kekantin namun ibu WA tidak termasuk tipe itu rasanya dia menikmati tugas mengajarnya itu menurut saya ya pak”. Setelah menjumpai guru mata pelajaran, peneliti menjumpai
salah seorang siswa yang bernama Willi pada kelas XII IPA1,
peneliti mewawancarai siswa tersebut tentang Guru Penjasorkes.
Maaf Nak boleh bapak mewawancarai kamu, tentang apa pak ?
kamu kan siswa kelas XII IPA1 yang mengajar Penjasorkes adalah
ibu WA bagaimana menurut kamu ibu WA mengajar?
“Ibu WA mengajar kami sangat menyukainya karena ibu WA mengajar sering berpariasi membuat kami bergairah belajar, ibu WA sangat disiplin, tepat waktu, cara penyampaian meteri kami mudah untuk mengerti”
Dari apa yang telah disampaikan oleh guru penjasorkes WA
dan yang sudah dikompirmasikan dengan kepala sekolah HM, guru
mata pelajaran, dan siswa. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan
bahwa Guru Penjasorkes sudah memiliki kompetensi paedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional.
Pada tanggal 01 April 2010 peneliti kembali ke lokasi SMA
Negeri 4 pada jam 7.30 untuk mewawacarai salah seorang guru
61
mata pelajaran Fisika yaitu ibuk WT di ruangan majlis guru SMA
Negeri 4 Kota Pekanbaru. Selamat pagi bu, apa kabar pak saya
sedang melakukan penelitian Guru Penjasorkes di sekolah ini.
bagai mana menurut ibu bapak AM dalam melaksanakan tugas di
sekolah ini dan bagai mana hubungannya sesama guru.
“Menurut pengamatan saya bapak AM dalam melaksanakan tugas selalu melaksanakan dengan baik karena bapak AM saya lihat anak-anak selalu belajar dengan gembira dan mengajar menggunakan waktu sangat efisien, hubungan sesama guru sangat baik dan rekan-rekan guru senang dengannya dan dia juga humoris”. Terima kasih bu, atas imformasi yang ibu berikan kepada
saya dalam penelitian yang saya lakukan ini.
Pada tanggal 15 April 2010 peneliti kembali datang ke SMA
Negeri 3 Kota Pekanbaru yang berlokasi di Rumbai untuk
mewawancarai salah seorang majelis guru Ibu EZ. Selamat pagi
bu, pagi pak, ada apa pak ! saya sedang mengadakan penelitian di
sekolah Ibu yaitu meneliti salah seorang guru penjasorkes bapak
AB penelitian ini berkenaan dengan Kompetensi paedagogik,
sosial, kepribadian dan profesional guru. Bagai mana menurut Ibu
Bapak AB dalam melaksanakan tugas pembelajaran, sosial dan
kepribadian bapak AB?
“Oke kalau itu bisa saya jawab hubungan kami dengan bapak AB dan dengan guru-guru lain disini sangat terjalin dengan baik, bapak lihat diruangan majlis guru ini, guru-guru kami saling bercanda walaupun sedang mengerjakan tugas masing-masing. Kemudian secara hubungan sosial kami sering berkunjung kerumah rekan-rekan walaupun sipatnya waktu mendapat musibah, Sebab kepala sekolah kami
62
mengutamakan hubungan sosial sesama guru-guru dan kapala sekolah. Kalau kepribadian bapak AB sangat baik, sopan, ramah dan disiplin”. Setelah mewawancarai Ibuk EZ peneliti menjumpai seorang
siswa yang berpakaian olahraga kebetulan selesai olahraga.
Peneliti memanggilnya. Hai nak ! bapak ingin bertanya, ada apa
pak? Baru siap olahraga, ia pak, kalau boleh tau siapa namamu?
Iza pak, kamu kelas berapa? Kelas XII, bapak ingin mewawancarai
kamu sebentar, boleh pak. Menurut kamu bagai mana bapak AB
mengajar penjasorkes?
“Bapak AB orangnya disiplin waktu pak, kalau kami terlambat tidak boleh ikut belajar dengannya karena bapak AB tidak pernah terlambat, jadi kami takut terlambat malu kan pak ! bapak AB cara mengajarnya bagus kami tidak pernah bosan belajar penjasorkes dengannya. Ada lagi pak? Oke sekian terima kasi nak”. Dari apa yang di sampaikan oleh guru penjasorkes SMA
Negeri 3 Kota Pekanbaru, kepala sekolah, salah seorang guru dan
seorang siswa maka bisa di tarik suatu kesimpulan bahawa guru
penjasorkes SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, mempunyai
Kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan kompetensi
professional.
C. Pembahasan Penelitian.
Adapun pembahasan dalam penelitian di SMA Negeri Kota
Pekanbaru mengenai profesionalisme guru penjasorkes adalah:
63
1. Kompetensi paedagogik.
Kompetensi paedagogik Guru Penjasorkes di SMA Negeri
Kota Pekanbaru yang menjadi objek peneliti yaitu SMA Negeri 3,
SMA Negeri 4, SMA Negeri 8 dan SMA Negeri 12 Pekanbaru.
Ditinjau dari rancangan pembelajaran, serta evaluasi tahunan yang
dilaporkan setiap awal tahunnya dari guru penjasorkes di sekolah.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa keprofesionalan Guru Penjasorkes
dalam kompetensi paedagogik tergolong baik. Hal ini terbukti dari
hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3
Pekanbaru pada Tanggal 04 Februari 2010, Kepala SMA Negeri 3
Pekanbaru menyatakan
“Di SMA Negeri 3 ini seluruh guru mata pelajaran wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus dan RPP, tidak terkecuali Guru Penjasorkes sebab awal tahun pembelajaran sudah terkumpul minimal untuk satu semester”. Senada dengan pendapat kepala SMA Negeri 3 Pekanbaru,
Kepala SMA Negeri 12 Pekanbaru mengungkapkan sebagai
berikut,
”Saya selaku kepala sekolah di sini guru-guru wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program semester, program tahunan, RPP, selabus, daftar nilai, guru harus memiliki absensi siswa, buku pegangan, guru olahragapun harus membuat perangkat pembelajaran karena dia juga bagian dari guru-guru di sini. Apa bila ada guru-guru yang lambat menyerahkan perangkat pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, guru tersebut akan di panggil dan diberi peringatan, namun saat ini guru-guru disini tidak ada yang terlambat menyerahkan perangkat pembelajaran”.
64
2. Kompetensi Kepribadian
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan baik
dengan rekan sejawat seperti dengan guru di SMA Negeri 8 dan
SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru mengenai kopetensi kepribadian
Guru Penjasorkes dapat disimpulkan kepribadian Guru Penjasorkes
tergolong baik, pernyataan ini dapat dari hasil wawancara peneliti
dengan salah seorang guru mata pelajaran Ibu EW, ia menyatakan
bahwa bapak IM,
“Saya tau bapak IM orangnya disiplin dan senantiasa mengajar tepat waktu baik pagi maupun sore hari, seluruh guru disini punya persiapan untuk mengajar karena itu adalah tugas wajib guru disini menyerahkan perangkat pembelajaran, dan bapak IM disukai oleh siswa disini karena dia mempunyai bermacam cara untuk mengajar selain propesinya guru penjas dia juga staf kesiswaan disini jadi sosoknya bagus dan patuh aturan”. Demikian juga di SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, salah
seorang guru mata pelajaran yang peneliti wawancarai mengatakan
bahwa:
“Oke kalau itu bisa saya jawab hubungan kami dengan bapak AB dan dengan guru-guru lain disini sangat terjalin dengan baik, bapak lihat diruangan majlis guru ini, guru-guru kami saling bercanda walaupun sedang mengerjakan tugas masing-masing, Kemudian secara hubungan sosial kami sering berkunjung kerumah rekan-rekan walaupun sipatnya waktu mendapat musibah, sebab kepala sekolah kami mengutamakan hubungan sosial sesama guru-guru dan kapala sekolah. Kalau kepribadian bapak AB sangat baik, sopan, ramah dan disiplin”.
Bapak AB adalah rekan sejawat kami dalam pergaulan di
sekolah ini, mereka mengatakan bahwa guru penjasorkes mampu
65
untuk mengayomi, memahami serta mampu untuk memberikan
contoh teladan bagi siswa di lingkungan sekolah. Guru Penjasorkes
di SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru terlihat sangat mampu untuk
mempengaruhi tingkah laku siswa untuk mengikuti setiap proses
pembelajaran olahraga di sekolah.
3. Kompetensi Sosial
Profesionalisme guru penjasorkes di SMA Negeri 3,SMA
Negeri 8, SMA Negeri 12 dan SMA Negeri 4 Pekanbaru dalam hal
kompentensi sosial tergolong baik, hal ini terungkap dari apa yang
di sampaikan oleh salah seorang guru SMA Negri 4 Pekanbaru
yaitu WT:
“Menurut pengamatan saya bapak AM dalam melaksanakan tugas selalu melaksanakan dengan baik karena bapak AM saya lihat anak-anak selalu belajar dengan gembira dan mengajar menggunakan waktu sangat efisien, hubungan sesama guru sangat baik dan rekan-rekan guru senang dengannya dan dia juga humoris”.
Dari ungkapan di atas apa yang di nyatakan oleh ibu WT
hubungan yang baik antara sesama guru dapat untuk
meningkatkan kualitas kerja, ketepatan, inisiatif, kemampuan dan
komunikasi dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dapat
menyebabkan terjalinnya interaksi yang efektif dan efisien diantara
guru dengan siswa serta sesama guru dan masyarakat sekitarnya.
4. Kompetensi Profesional
Guru Penjasorkes SMA Negeri 3 Pekanbaru, SMA Negeri 8
Pekanbaru, SMA Negeri 12 Pekanbaru, SMA Negeri 4 Pekanbaru,
66
sabagai Guru Penjasorkes mereka membuat Program
Pembelajaran seperti: Program tahunan, program semester,
Rencana program pembelajaran, apa yang telah dibuat oleh Guru
Penjasorkes dari pengamatan peneliti sudah dilaksanakan baik
secara proses pelaksanaan pembelajaran telah dilaksanakan di
lapangan untuk pemyampaian materi pembelajaran kepada siswa.
Hal ini dapat dikatakan bahwa Guru Penjasorkes sudah
melaksanakan sebagai mana mestinya seorang guru yang
Profesional.
67
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Temuan
Berdasarkan uraian-uraian dalam bab-bab terdahulu, dapat diambil
beberapa kesimpulan bahwa kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan
dan di Pekanbaru terdapat 14 SMA Negeri. Dari 14 SMA Negeri itu peneliti
hanya mengambil 4 sekolah saja antara lain SMA Negeri 3 Pekanbaru,
SMA Negeri 8 Pekanbaru, SMA Negeri 12 Pekanbaru dan SMA Negeri 4
Pekanbaru. Dari 4 sekolah tersebut ada sekolah yang bertaraf
Internasional yaitu SMA Negeri 8 Pekanbaru, Sekolah Standar Nasional
adalah SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 12 Pekanbaru sedangkan SMA
Negeri 4 Pekanbaru adalah Sekolah binaan.
Oleh sebab itu dapat di tarik suatu kesimpulan yang secara umum
dapat mendiskripsikan profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri 3
Pekanbaru, SMA Negeri 8 Pekanbaru, SMA Negeri 12 dan SMA Negeri 4
Pekanbaru, sebagai berikut :
a. Kompetensi Paedagogik.
Dilihat dari hasil oservasi bahwa Guru Penjasorkes mampu untuk
menguasai materi-materi yang akan di ajarkan, materi yang di maksud
adalah materi yang di sesuaikan dengan lingkungan sosial sekolah.
Guru Penjasorkes mampu untuk mengemas bahan dan materi
pengajaran dengan baik sehingga siswa terlihat senang dan
68
bersemangat. Guru yang profesional mampu untuk merancang
pembelajaran secara priodik, hal ini terlihat ada setiap tahunan
evaluasi terhadap kemajuan pembelajaran olahraga di sekolah.
b. Kompetensi Kepribadian.
Dari kompetensi ini guru di SMA Negeri tersebut terlihat mampu
untuk menjadi figur yang baik terhadap siswanya. Guru Penjasorkes
mampu untuk mengendalikan gejolak emosi sebagai manusia biasa
sehingga kesalahan kesalahan sekecil apapun harus mampu untuk di
kendalikan bagi Guru Penjasorkes di sekolah.
Guru Penjasorkes di SMA Negeri 3,SMA Negeri 8 Pekanbaru,
SMA Negeri 12 dan SMA Negeri 4 Pekanbaru memiliki sikap dan
etika yang baik hal ini ditemukan informasi dari rekan sejawat dan
siswa bahwa Guru Penjasorkes mampu arif dan bijaksana dalam
segala hal. Ditemukan juga bahwa Guru Penjasorkes mampu untuk
memimpin dan memberikan perlindungan pada siswa bila mana siswa
menemukan kebuntuan dalam kesehariannya.
c. Kompetensi Sosial.
Hasil temuan yang di lakukan menunjukkan bahwa kompetensi
sosial yang di miliki Guru Penjasorkes tergolong sangat baik. Hal ini
dapat dilihat dari hubungan emosional guru dengan sesama guru
bidang studi lainnya di sekolah, hal ini ditunjukkan hubungan yang
sangat harmonis sehingga komunikasi guru untuk memecahkan
69
permasalahan siswa dapat terpecahkan dengan baik berkat
komunikasi Guru Penjasorkes.
Demikian juga ditemukan bawah Guru Penjasorkes mampu untuk
menjaga hubungan sosial dengan masyarakat sekitarnya terutama
masyarakat sekitar sekolah dan orang tua siswa. Sehingga dengan
adanya komunikasi yang baik tersebut Guru Penjasorkes merasa
terbantu untuk melakukan pembenahan-pembenahan terhadap
kemajuan etika dan motivasi siswa di sekolah.
d. Kompetensi Profesional.
Bila dilihat dari rancangan pembelajaran terlihat guru dapat
untuk mengimplementasikan di lapangan sehingga terlihat Guru
Penjasorkes dapat mengemas pembelajaran dengan baik. Hal ini
terlihat pada pelaksanaan pembelajaran di lapangan, walaupun sarana
prasarana pembelajaran kurang mendukung.
Metode yang di berikan oleh Guru Penjasorkes sudah cukup baik
hal lain yang menjadi kendala adalah sarana untuk menunjang proses
pembelajaran olahraga di sekolah sehingga metode yang di berikan
hanya di sesuaikan dengan sarana yang ada di sekolah.
Hal ini dapat di disimpulkan bahwa Guru Penjasorkes di SMA
Negeri tersebut mampu untuk menjadi guru profesional bila di dukung
dengan sarana dan prasarana yang ada sehingga mampu untuk
mengimplementasikan semua kemampuannya untuk tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
70
B. Implikasi Hasil Penelitian
1. Kompetensi Paedagogik.
a. Dari kualitas kerja.
Dalam melaksanakan pembelajaran yang menjadi acuan
dasar bagi seorang guru adalah berupa perencanaan
pembelajaran. Dalam merencanakan pembelajaran seorang
guru hendaknya memperhatikan mulai dari tujuan, meteri,
siswa, metode, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Hasil
dari observasi, wawancara dan dokumentasi peneliti
menemukan bahwa perencanaan dilihat dari kualitas kerja Guru
Penjasorkes di 4 SMA Negeri Pekanbaru tersebut sudah
terlaksana dengan baik.
Hal Ini terlihat pada perencanaan yang dibuat oleh Guru
Penjasorkes. Guru Penjasorkes yang profesional tampak dalam
membuat perencanaan pembelajaran membuat perubahan dan
penambahan-penambahan pada tiap-tiap bagian dari suatu
perencanaan. Sehingga dari tahun ketahun dari hasil
pembelajaran terlihat ada kemajuan dan perkembangan
sehingga kualitas dari pembelajaran menampakkan hasil yang
positif baik dari segi guru maupun siswa, terhadap kualitas kerja
Guru Penjasorkes dalam mengajar.
Dalam pembuatan satuan pembelajaran dan rancangan
pembelajaran setiap awal tahun ajaran baru Guru Penjasorkes
71
selalu melakukan perubahan yang berpedoman pada satuan
pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang lama serta
menyesuaikannya dengan keadaan siswa pada setiap
tahunnya. Dalam melakukan perubahan guru selalu
mempertimbangkan unsur-unsur yang baru dalam satuan
pembelajaran dan rancangan pembelajaran berdasarkan
evaluasi dari tahun-tahun sebelumnya.
Dari kelemahan tahun sebelumnya Guru Penjasorkes
melakukan perubahan atau memperbaiki agar tidak terulang
kembali pada semester atau tahun berikutnya. Kalau hal ini
dilakukan oleh semua Guru Penjasorkes yang telah di sertifikasi
maka dengan mudah ia mengetahui sudah berhasil atau
tercapaikah tujuan dari pembelajaran yang ia berikan kepada
siswa.
b. Ketepatan .
Ketepatan dalam membuat perencanaan pembelajaran
telah dilaksanakan dengan optimal, dimana Guru Penjasorkes
mempertimbangkan komponen-komponen yang ada dalam
perencanaan pembelajaran seperti: tujuan, materi, siswa,
metode, media, sarana dan prasarana. Guru Penjasorkes
dalam membuat perencanaan pembelajaran guru selalu
memasukkan komponen-komponen dan mengaplikasikannya
72
dalam pelaksanaan, baik teori maupun praktek secara efektif
dan efesien dilapangan.
Sehingga pembelajaran terlaksana dengan baik dan
sasaran serta tujuan dari pembelajaran itu akan tercapai
sebagai mana mestinya. Contohnya: ketepatan dalam
melaksanakan tujuan instruksional. Pada temuan di lapangan
terlihat disaat pembukaan pembelajaran Guru Penjasorkes
terlebih dahulu menerangkan sasaran dan tujuan apa yang
akan dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran pada materi
yang akan disampaikan kepada siswa. Baik tujuan umum dan
tujuan khusus mempelajari suatu materi baru dalam
pembelajaran penjasorkes. Sehingga siswa mengerti dan
memahami apa yang akan ia capai dalam pelaksanaan proses
pembelajaran yang akan diberikan oleh guru.
Berdasarkan hal diatas terlihat jelas bahwa guru
penjasorkes yang telah melaksanakan dan menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif, hal ini terlihat pada guru
mempersiapkan diri dalam mengantarkan siswa kearah
kesiapan mental dalam menghadapi sesuatu pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Seorang guru yang profesional dapat
memperhitungkan dan mengalokasikan waktu pada bagian-
bagian dan tahap dari suatu proses pembelajaran yang akan
dilaksanakannya.
73
c. Inisiatif.
Inisiatif dalam perencanaan pembelajaran ini
berhubungan dengan adanya suatu ide yang dilakukan guru
dalam mengambil tindakan yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi guru jika terdapat suatu kendala
di dalam perencanaan pembelajaran yang ia jalani, misalnya
dalam membuat perencanaan guru harus mempertimbangkan
dan menyesuaikan satuan pembelajaran dan rancangan
pembelajaran seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi
yang ada di SMA Negeri di Kota Pekanbaru sebelum
melakukan proses belajar mengajar, Guru Penjasorkes tampak
mempertimbangkan hal-hal yang menjadi kendala dalam
pembelajaran berdasarkan pengalaman dari tahun-tahun
terdahulu.
Guru Penjasorkes bisa melaksanakan pembelajaran
tanpa mendapat suatu kendala yang berarti seperti perubahan
musim misalnya dari musim panas ke musim hujan. Dalam
membuat perencanaan pembelajaran, guru penjasorkes
tampak sudah mengambil inisiatif untuk merancang
pembelajaran yang disesuaikan dengan satuan pembelajaran
dan rancangan pembelajaran, tentang materi apa yang akan
diberikan.
74
Guru Penjasorkes dalam proses pembelajaran juga
memperhitungkan sarana dan prasarana yang memadai agar
proses pembelajaran yang dilakukan di di sekolah berlangsung
dengan baik dan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.
Dengan adanya inisiatif pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dalam mempertimbangkan dan memperhitungkan
situasi dan kondisi Sekolah dalam membuat suatu
perencanaan pembelajaran maka akan kecil kemungkinan
Guru Penjasorkes mengalami kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran pada situasi apapun baik secara mental dan
emosional guru sudah siap menghadapinya.
d. Kemampuan.
Kemampuan dalam perencanaan pembelajaran
berhungan dengan kemampuan guru suatu bahasan yang
secara langsung berhubungan dengan wawasan Guru
Penjasorkes dalam pengembangan pembuatan satuan
pembelajaran dan rancangan pembelajaran melalui pendidikan
informal seperti seminar, loka karya dan penataran-penataran,
serta Guru Penjasorkes dapat menambah wawasan tentang
teori mengenai mata pelajaran penjasorkes dengan menambah
buku-buku sumber yang berkenaan dengan materi
pembelajaran penjasorkes.
75
Jika hal tersebut di atas dilakunkan atau dilaksanakan
oleh Guru Penjasorkes maka dengan mudah untuk
mengantarkan siswa agar mengerti kepada pemahaman yang
ringkas dan tepat baik secara teori maupun secara praktek
e. Komunikasi.
Komunikasi dengan perencanaan pembelajaran yang
berhubungan dengan pemilihan media dan sumber belajar. Hal
ini dapat dilihat dari pembuatan perencanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh Guru Perjasorkes dilihat dari aplikasi
perencanaan pembelajaran ini sudah terlaksana dengan baik
dan optimal.
Apabila seorang Guru Penjasorkes berkomunikasi
berarti siswa yang menerimapun akan salah menyerap
terhadap komunikasi yang disampaikan oleh guru yang
berhubungan dengan materi pembelajaran, sehingga dapat
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dari proses
pembelajaran tersebut.
2. Kompetensi Kepribadian.
Dalam kompentensi kepribadian seorang Guru Penjasorkes
merupakan kompetensi yang menjadi sebuah gambaran terhadap
sosok seorang Guru Penjasorkes. Seorang pendidik harus memiliki
contoh yang baik bagi siswanya, baik komunikasi, interaksi, hal ini
dapat dilihat yaitu:
76
a. Kualitas Kerja.
Kualitas kerja dapat dilihat dalam keribadian seorang
Guru Penjasorkes. Pelaksanaan pembelajaran yang
berhubungan dengan kepemimpinan dan membimbing siswa
dalam proses pebelajaran, dimana Guru Penjasorkes
melaksanakan pembelajaran dengan efektif dan efisien. Dan
setelah berakhirnya proses pembelajaran terlihat adanya
perubahan tingkah laku pada diri siswa.
Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah
membimbing siswa dan memberikan pembelajaran agar dapat
tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.
Memberikan perhatian yang penuh terhadap pelaksanaan
pembelajaran, dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan, dan ini merupakan salah satu upaya bagi
seorang guru dalam meningkatkan kualitas kerjanya. Sehingga
dalam proses pembelajaran tidak lagi di temui adanya siswa
yang merasa tertekan karena tidak menyenangi mata pelajaran
penjasorkes ini.
Memimpin berarti Guru Penjasorkes adalah sebagai
contoh yang akan ditiru oleh siswa dalam proses pembelajaran.
Baik itu gerakan, ekspresi dan tingkah laku guru dalam
menyajikan materi pelajaran yang diberikan kepada siswa.
Sedangkan membimbing, guru berusaha untuk menuntun siswa
77
dalam melakukan atau melaksanakan pembelajaran
Penjasorkes dengan mengarahkan siswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas gerakan yang dilakukan. Semuanya ini mempunyai
hubungan timbal balik yang sangat mempengaruhi dari hasil
proses pembelajaran.
b. Ketepatan.
Disini yang dimaksud dengan ketepatan adalah
ketepatan menyesuaikan antara tingkah laku sebagai seorang
Guru Penjasorkes dengan materi serta mempertimbangkan
sarana dan prasarana yang tersedia. Dalam pembelajaran lebih
lanjut hendaknya Guru Penjasorkes menggunakan media atau
alat dalam pembelajaran sesuai materi yang diberikan sebagai
penambah pemahaman siswa terhadap materi tersebut.
Ketepatan antara metode mengajar dan materi pelajaran yang
diberikan kepada siswa akan memberikan suatu pemahaman
yang cukup baik bila guru penjasorkes memadukannya dengan
tepat dan benar. Bila dalam pembelajaran ada suatu materi
yang sulit, guru harus menggunakan materi yang disesuaikan
pada tingkat kesulitan yang ditemui dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Dengan pemakaian metode pembelajaran bagian, yang
dimulai dengan gerakan yang mudah ke yang sulit, tapi bila
dilihat secara keseluruhan siswa sudah dapat melakukannya
78
dan memahami maka metode pembelajaran itu diganti lagi
dengan metode menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk
memancing timbulnya kreatifitas siswa, dan siswa merasa
adanya tantangan dalam mencari suatu makna gerakan yang
akan guru capai dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dengan kemampuan guru yang menggunakan
bermacam-macam metode pembelajaran dapat menimbulkan
suasana pembelajaran Penjaskes yang penuh tantangan dan
kreatifitas siswa meningkat, karena siswa merasa adanya
tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran yang guru sajikan.
Tentu ini tidak mengabaikan bahwa tidak semua siswa dapat
melakukannya sesuai dengan harapan Guru Penjasorkes .
Hal ini berhubungan dengan adanya keragaman dan
karakteristik siswa yang berbeda-beda tetapi kuncinya adalah
guru bisa menyesuaikan metode dan materi pelajaran yang
diberikan kepada siswa sesuai dengan karakteristiknya.
Dengan melihat masalah ini dengan cermat dan teliti Guru
Penjasorkes dapat meningkatkan kualitas kerjanya tanpa ada
kendala apapun.
c. Inisiatif.
Dalam pelaksanaan pembelajaran inisiatif berhubungan
dengan cara guru penjasorkes dalam mengatur dan mengubah
suasana pembelajaran. Guru penjasorkes tentu dapat melihat
79
gambaran dari suasana pembelajaran yang dilakukannya.
Inisiatif dalam pelaksanaan pembelajaran dimana Guru
Penjasorkes tidak terpaku dengan satu cara saja dalam
menghidupkan suasana pembelajaran. Guru Penjasorkes dapat
mengubah suasana pembelajaran sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada di lingkungan sekolah.
Kalau kita lihat pada saat ini banyak sekali sekolah yang
sarana dan prasarananya kurang memadai. Guru yang tidak
tergantung dengan kelengkapan sarana dan prasarana
tersebut, tetapi guru dapat memodifikasi dari suasana
pembelajaran kearah suasana yang lebih maju dengan
menggunakan inisiatif untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih kondusif. Melalui penerapan dan
keterampilan yang dimiliki oleh Guru Penjasorkes yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan sekolah
tersebut.
Dalam pembelajaran Guru Penjasorkes dapat
menggunakan berbagai metode pembelajaran dengan berbagai
ketrampilan yang disesuaikan dengan tepat oleh guru dalam
proses pembelajaran. Guru Penjasorkes tentu sudah mampu
memperkirakan dan dapat memperhitungkan dengan
melakukan penilaian terhadap lingkungan dan situasi sekolah,
dan memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan unsur-
80
unsur yang ada secara optimal. Dan Guru Penjasorkes
menyiapkan perencanaan dalam proses pembelajaran yang
akan di sampaikan kepada siswa.
d. Kemampuan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan yaitu
bagaimana Guru Penjasorkes dalam menetapkan dan
mengubah urutan kegiatan belajar. Pada saat pelaksanaan
pembelajaran guru perlu menetapkan berbagai metode,
pendekatan serta strategi pembelajaran. Dan pada saat
praktek di lapangan penyajian guru terhadap suatu materi
pelajaran harus pula memperhitungkan kemampuan
keterampilan dan teknik yang dimiliki oleh guru dalam
melaksanakannya pembelajaran tersebut. Pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan hendaknya pelaksanaan dapat
berjalan secara sistematis mulai dari pembukaan, pelaksanaan
dan evaluasi. Pada setiap pelaksanaan pembelajaran baik
untuk materi yang bersifat teori maupun praktik, guru dapat
memperhatikan kemampuan dan karakteristik siswa.
Dan dalam proses pembelajaran, Guru Penjasorkes
harus menata pembelajaran, agar siswa dapat bergerak dan
berpindah dari satu keterampilan ke keterampilan yang lain,
dari satu tingkat penampilan gerak kepada tingkat penampilan
gerak yang lain. Ini semua merupakan tahap dari proses
81
pembelajaran yang harus disiapkan oleh seorang Guru
Penjasorkes dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
efektif dan efisien.
e. Komunikasi.
Pada saat pelaksanaan pembelajaran Guru Penjasorkes
sering dihadapkan dengan masalah, yaitu kurangnya perhatian
siswa terhadap materi yang akan disampaikan oleh guru pada
saat proses pembelajaran. Jika hal ini terjadi guru dapat
mengatasinya dengan salah satu cara yaitu pada saat proses
pembelajaran berlangsung guru dapat menyampaikan materi
pelajaran dengan singkat dan bisa saja dikemukakan diantara
kegiatan-kagiatan pelaksanaan pembelajaran. Jika hal ini
dilakukan atau di laksanakan salain menghemat waktu dapat
juga untuk mengurangi kebosanan siswa .
Komunikasi dalam pembelajaran memegang peranan
yang penting, karena disinilah guru dapat melihat pemahaman
siswa terhadap suatu materi pelajaran yang di sampaikannya.
Siswa akan lebih merasa mengerti apabila mereka tahu terlebih
dahulu tentang apa yang akan ia lakukan, dan apa yang akan
dia capai . Untuk itu Guru Penjasorkes yang telah di sertifikasi
haruslah serius dan memperhitungkan dalam menyampaikan
informasi kepada siswa yang berhubungan dengan materi
pembelajaran yang akan disajikan. Dengan mengurutkan
82
materi pelajaran secara sistematis dan logis akan memudahkan
komunikasi antar guru, materi atau bahan pelajaran dan siswa.
3. Kompetensi Sosial.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan peserta didik. Hal ini dapat menjadi tolak
ukur untuk menilai kebarhasilan dari pelaksanaan pembelajaran
yang telah dilakukan. Dari hasil observasi, dokumentasi dan
wawancara mengenai kompetensi sosial yang harus dikuasai oleh
Guru Penjasorkes.
Kompetensi sosial yang harus dikusai oleh Guru
Penjasorkes dalam pelaksanaan pengajaran dalam lima katagori:
a. Kualitas kerja.
Kualitas kerja yang akan dilihat dalam kompetensi sosial
sebagai seorang guru mampu untuk memberikan informasi
dengan baik sehingga dapat di mengerti bagi siswa. Seorang
guru harus memiliki penguasaan terhadap media sebuah
informasi dengan baik. Seperti halnya dalam menggunakan
media yang akan di pergunakaan terhadap pembelajaran
penjasorkes.
Hal ini dapat meningkatkan kualitas kerja seorang guru
olahraga contohnya untuk mengevaluasi bentuk tes
keterampilan dan tes tertulis ditambah dengan tugas. Dan dari
evaluasi yang dilakukan semuanya menampakkan hasil yang
83
maksimal. Karena guru yang menggunakan alat ukur yang
relevan dan tetap melaksanakan evaluasi dengan baik.
b. Kemampuan.
Dari segi kemampuan dapat dilihat dari cara
memberikan nilai yang dilaksanakan oleh guru dalam
pembelajaran. Memberikan nilai dalam evaluasi pembelajaran
merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap Guru
Penjasorkes dalam proses pembelajaran. Memberikan
penilaian sering dilakukan oleh Guru Penjasorkes apabila
sudah berakhirnya materi yang telah diajarkan. Dalam
memberikan nilai Penjasorkes, biasanya guru melakukan
pengukuran melalaui tiga tahap, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor.
Dengan kemampuan sosial yang dimiliki oleh seorang
Guru Penjaorkes akan mampu untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mudah untuk meningkatkan hasil
pembelajaran.
c. Inisiatif.
Dalam inisiatif untuk pembelajaran bahwa kemampuan
sosial dapat mengantarkan pembelajaran dengan baik kesiswa,
sehingga dapat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Guru harus sering inisiatif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Guru sering melakukan pendekatan dan
84
sosialisasi dengan masyarakat sekitar untuk meningkatkan
proses pembelajaran di sekolah agar lebih baik.
d. Ketepatan.
Yang dimaksud dengan ketepatan dalam kompetensi
sosial yaitu: ketepatan guru dalam melaksanakan bentuk
komunikasi dengan baik. Dalam pembelajaran penjasorkes
dengan pendekatan kepada siswa. Guru harus mengenal
dengan baik status sosial dengan mempelajara dengan baik
latar belakang sosial siswa dan maysarakat agar tepat sasaran
dari pendidikan yang di laksanakan.
e. Komunikasi.
Pelaksanaan komunikasi pada saat pembelajaran
dimana guru dapat memberikan informasi kepada siswa dalam
bentuk nilai yang diberikan berdasarkan hasil dalam proses
pembelajaran. Komunikasi yang baik merupakan hal yang
penting untuk mensosialisasikan setiap makna dalam
pembelajaran pendidikan jasmani.
4. Kompetensi Profesional.
Profesional merupakan suatu kemampuan yang harus di
miliki oleh seorang Guru Penjasorkes. Hal ini merupakan suatu
pola dan metode untuk memberikan suatu informasi dan
pengetahuan yang harus di lakukan bagi seorang pendidik.
85
Profesional Guru Penjasorkes dapat dilihat dalam lima kategori
yaitu:
a. Kualitas kerja.
Kualitas kerja yang akan dilihat dalam profesional
seorang pendidik akan terlihat hasil yang baik. Guru tidak
akan terlihat ragu dan bingung dalam proses pembelajaran.
Seorang guru yang profesional akan menghasilkan hasil
yang baik. Mereka tidak akan merasa minder dalam
memberikan pembelajaran.
Guru yang frofesional siap menguasai materi baik
teori maupun praktek sehingga dapat di lihat dan diikuti oleh
siswa untuk proses pembelajaran.
b. Kemampuan.
Dari segi kinerja kemampuan dapat dilihat dari cara
memberikan materi pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru dalam proses pembelajaran. Kemampuan seorang
Guru Penjasorkes yang profesional akan terlihat di lapangan
dengan penguasaan materi yang di miliki oleh Guru
Penjasorkes.
c. Inisiatif.
Dalam kompentensi seorang guru yang profesional
sangat baik, guru tersebut akan dapat menemukan ide ide
pembelajaran dengan baik dan guru professional akan dapat
86
memberikan materi dengan gaya gaya inofatif yang kaya
dengan pengetahun yang baik.
Guru yang profesional akan menemukan ide ide baru
untuk menunjang pembelajaran di sekolah ia tidak akan
terpaku dengan metode yang sudah ada. Sehinga proses
pembelajaran di sekolah terlaksana dengan baik.
d. Ketepatan.
Yang dimaksud dengan ketepatan pada guru yang
profesional adalah ketepatan sasaran dalam penyampaian
informasi tentang materi pembelajaran pendidikan jasmani.
e. Komunikasi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran komunikasi pada
saat melakukan proses pengajaran sangat penting untuk
kelancaran proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Komunikasi sangat di perlukan karena dengan
mengkomunikasikan sebuah informasi merupakan hal yang
sangat penting untuk menunjang sebuah pembelajaran di
sekolah. Seorang guru olahraga yang profesional harus
mampu mengkomunikasikan ilmu kepada siswa agar proses
pembelajaran berjalan dengan baik.
87
C. Saran.
Berdasarkan temuan dan kesimpulan yang telah dikemukakan
maka penulis mengemukakan beberapa saran untuk dijadikan bahan
pertimbangan bagi berbagai pihak yang terlibat dalam menyelenggarakan
pendidikan di seluruh SMA Negeri di Kota Pekanbaru, peneliti
mengajukan saran kepada:
1) Guru Penjasorkes agar:
a. Dalam pembuatan perencanaan pembelajaran hendaknya
guru penjasorkes harus selalu merevisi ulang seluruh satuan
dan rancangan pembelajaran yang sudah lama dipakai,
dengan mengganti satuan dan rancangan pembelajaran yang
baru sesuai dengan kurikulum yang terbaru, dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasi siswa terhadap bakat
dan minat siswa.
b. Dalam melakukan aktifitas mengajar perlu menjaga hubungan
dengan masyarakat sekitarnya dan lingkungan sekolah agar
hubungan sosial terjaga dengan baik.
c. Dalam membuat isi perencanaan pembelajaran hendaknya
Guru Penjasorkes yang profesional juga memperhitungkan
situasi dan kondisi sekolah yang dalam segi iklim dan cuaca.
Ini dilakukan supaya guru dapat mengantisipasi kendala-
kendala yang datang pada saat pelaksanaan pembelajaran
dilaksanankan .
88
d. Dalam hal pelaksanaan pembelajaran , diharapkan Guru
Penjasorkes yang profesional lebih selektif dalam memilih
metode, media, model pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran itu dapat dicapai dengan baik dan sesuai
dengan apa yang di harapkan.
e. Perlu adanya inisiatif dari pihak Guru Penjasorkes yang
profesional untuk menambah wawasan tentang cara
pembuatan butir-butir evaluasi dengan membaca buku-buku
petunjuk atau buku-buku panduan yang telah diberikan yang
berhubungan dengan proses pembelajaran penjasorkes.
2) Kepala sekolah supaya:
a. Agar lebih memonitor dan membimbing serta mengarahkan
guru-guru. Khususnya guru mata pelajaran Penjasorkes yang,
dalam membuat perencanaan pengajaran dengan baik sesuai
dengan tuntunan yang ada, supaya dapat meningkatkan
kualitas kinerja Guru Penjasorkes yang profesional.
b. Memberikan kesempatan kepada Guru-guru Penjasorkes
khususnya untuk dapat mengikuti berbagai seminar, loka
karya. Penataran pelatihan olahraga yang selalu diadakan baik
dalam Propinsi Riau maupun diluar propinsi Riau.
c. Kepala sekolah diharapkan untuk sering mengadakan dialog
dengan guru penjasorkes tentang kesulitan dan permasalahan
yang ditemui mereka dan dapat mencarikan solusi dalam
89
memecahkan kesulitan tersebut dalam waktu yang singkat
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
d. Memberikan guru penjaskes pelatihan keterampilan yang
berhubungan dengan bidang studi Penjasorkes, khusus
keterampilan teori dan praktek dilapangan dengan
mendatangkan instruktur yang lebih ahli, agar Guru
Penjasorkes dapat meningkatkan kualitas gerakan yang baik
dan benar.
90
Daftar Rujukan Ahmad Sanusi, dkk 1991, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional,
Tenaga Pendidikan Bandung : Depdikbud IKIP Aqib, Zainal 2002 Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran Surabaya: Insan
Cendikia Gusril, 2008, Model Pengembangan Motorik Pada Siswa Sekolah Dasar, UNP,
UNP press Helmi, 2001 Tesis, Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di Madrasah
Tshanawiyah Padang, Sumatera Barat Kunandar, 2007 Guru Profesional, Rajawali Pers, Jakarta Kunandar, 2004 Penilaian Berbasis Kompetensi dalam Kurikulum 2004
“Buletin LPMB DKI Jakarta, Volume 1 Nomor 1 Mei 2004 Lutan, Rusli 2002, Supervisi Pendidikan Jasmani, Jakarta, Depdikbud. Maizar, 1997 Meneliti Tentang Kemampuan Mengajar Guru STM: Suatu
Penelitian Kualitatif Di Sumatra Barat Menemukan Kemampuan Mengajar Guru
Sondang, Siagian 2000, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta, Bukmi
Aksara Spadley, James. P 1980. Participant Of Observation, New York; Rinehear and
Winston Subhamis 2002, Kinerja Guru Sekolah Tingkat Pertama Negeri Bukittinggi
Dari Segi Motivasi Berprestasi dan Komunikasi antar Pribadi. Tesis Padang: Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Sudjana, Nana 2002, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah
Bandung, Sinar baru. Sujanto Bedjo, 2007 “Guru Indonesia dan Perubahan kurikulum” Jakarta,
Sagung Seto. Sagala, Syaiful, 2009 “Kemampuan professional Guru dan Tenaga
Kependidikan” Alfabeta , Bandung
91
Surya, Mahammad 1999, “Membangun Manusia Unggul Perlu Profesionalisme Dan Kesejahtraan Guru” PGRI DKI Jakarta.
Undang-undang RI no 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Bandung. Citra
Umbara Undang-undang RI no 74 tahun 2008 Tentang Guru dan Dosen, Bandung.Citra
Umbara Undang-Undang RI No 20 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta Uno, Hamrizal 2007. Tesis, Profesionalisme guru biologi di SMP Negeri
Batusangkar, UNP, Padang Wibowo, 2007 Manajemen Kerja, Jakarta, Raja Prapindo Persada
92
Lampiran 1
Pertanyaan Penelitian
1. Dari apa yang di bicarakan peneliti dengan bapak AB Guru Pejasorkes
SMA Negeri 3 Pekanbaru pada tanggal 04 Februari 2010 pada jam 7.30 sebagai berikut: sebagai Guru Penjasorkes apakah bapak membuat perangkat pembelajaran ? “Saya sebagai Guru Penjasorkes membuat perangkat-perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan saya juga memiliki absensi, daftar nilai. Yang dituntut untuk mempersiapkan pada awal tahun ajaran”
2. Untuk mencari kebenaran dari guru AB peneliti mewawancarai Kepala
Sekolah SMA Negeri 3 Pekanbaru Ibu YM, di ruangan kerjanya saya menanyakan kepada Kepala Sekolah, Ibu, apakah bapak AB sebagai Guru Penjasorkes menyiapkan perangkat pembelajaran? “Di SMA Negeri 3 ini seluruh guru mata pelajaran wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester. Rincian mingguan efektif, silabus dan RPP, tidak kecuali Guru Penjasorkes sebab awal tahun pembelajaran itu sudah terkumpul minimal untuk satu semester”.
3. Belum puas sampai disitu peneliti mewawacarai wakil kepala sekolah
urusan kurikulum, Bapak MR, Pak apakah bapak AB menyerahkan perangkat pembelajaran di awal tahun sebagai mana yang dikompirmasikan kepala sekolah.
“Saya sebagai wakil kepala sekolah urusan kurikulum awal tahun minggu pertama tahun ajaran sudah mengumpulkan perangkat pembelajaran dari guru-guru mata pelajaran mulai dari: program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, selabus, RPP dan nilai ulangan harian di akhir bulan. Kalau bapak ingin melihat ini arsipnya”
4. Di tempat terpisah penulis juga mewawancarai seorang siswa kelas XI
4 IPS yang diajar oleh bapak AB yaitu Erik Febrian.Erik bagaimana bapak AB mengajar Penjasorkes menurut Erik?
93
“Menurut saya bapak AB mengajar bagus, tidak membosankan banyak fariasi dan juga disiplin dalam waktu. Siswa dekat dengan bapak AB namun juga disegani”.
5. Tepatnya pada tanggal 11 Februari 2010 jam 16.00 peneliti masuk ke
SMA Negeri 8 Pekanbaru menenyakan kepada bapak IM sebagai Guru Penjasorkes sebagai berikut: Bapak sebagai Guru Penjasorkes apakah bapak membuat perangkat pembelajaran. “Saya yang mengajar di sekolah bertaraf Internasional banyak tuntutan dari Sekolah mengenai perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus, pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan”.
6. Untuk mengetahui benar tidaknya apa yang disampaikan bapak IM
peneliti mengkompirmasikan langsung dengan kepala Sekolah yang kebetulan sore itu berada di Sekolah, saya menuju ke ruangan kerjanya dan penulis di persilakan masuk, saya langsung duduk dan bapak NF menanyakan kepada peneliti apa yang bisa saya bantu. Peneliti langsung kepada masalah tadi, dilapangan saya mewawancarai bapak IM tentang perangkat pembelajaran, kata bapak IM dia harus menyiapkan perangkat seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus, pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan. Bagai mana menurut bapak apa yang disampaikan bapak IM, sejauh mana kewajiban guru-guru membuat perangkat pembelajaran.
“Segala apa yang disampaikan bapak IM tersebut itu adalah merupakan kewajiban seorang guru yang mengajar di Sekolah ini. Perangkat-perangkat tersebut jauh hari sebelum proses belajar mengajar berlangsung, maksudnya pada awal tahun pembelajaran, semua perangkat ini sudah di serahkan kapada wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Kemudian disekolah ini tidak ada istilah guru yang tidak membuat perangkat pembelajaran termasuk guru penjasorkes karena dia sama kewajibannya dengan guru mata pelajaran lainnya. Kalau bapak ingin tau tanyakan langsung ke bagian kurikulum”.
7. Keesokan harinya Rabu tanggal 25 Februari 2010 peneliti datang ke
SMA Negeri 8 Pekanbaru untuk mewawancarai salah seorang ibu guru EW namanya, untuk memberikan tanggapan mengenai bapak IM bagai mana diri kepada ibu EW , saya melakukan penelitian disekolah ini, jadi saya ingin mendapatkan imformasi dari ibu tentang bapak IM ibu tahu
94
dengan bapak IM ? oh ya dia kan Guru Penjasorkes disini, menurut ibu sbagai mana dia melaksanakan tugas disini?
“Saya tau bapak IM orangnya disiplin dan senantiasa mengajar tepat waktu baik pagi maupun sore hari, seluruh guru disini punya persiapan untuk mengajar karena itu adalah tugas wajib guru disini menyerahkan perangkat pembelajaran, dan bapak IM disukai oleh siswa disini karena dia mempunyai bermacam cara untuk mengajar selain propesinya Guru Penjasorkes dia juga staf kesiswaan disini jadi sosoknya bagus dan patuh aturan”
8. Pada tanggal 04 Maret 2010 pukul 08.30 penulis pergi ke SMA 4 yang
jaraknya lebih kurang 5 km dari SMA 8, melihat bapak AM yang mengajar pada jam pelajaran 3-4 dan penulis sampai disana jam 09.00 sedangkan bapak AM baru mulai jam 09.45, penulis lansung mengamati bapak AM mengajarkan permainan bola voli pada kelas X4 dengan 5 buah bola untuk murid 32 orang bapak AM mengajarkan service bawah itu dari pengamatan saya, dari apa yang diajarkan bapak AM pada siang hari yang mata hari sudah bersinar dengan teriknya, bapak AM terus saja mengajar dengan bersemangat, murid mengikuti dengan semangat juga. Dari cara bapak AM mengajar dia memberikan pemanasan (worming up) dan latihan inti kemudian meng absen siswa. Selesai mengajar peneliti lansung menjumpai bapak AM dan menanyakan kepadanya bersedia untuk diwawancarai tentang pembelajaran Penjasorkes? Dia menjawab bisa pak. Penulis mengajukan pertanyaan seputar perangkap pembelajaran dan materi yang diberikan tadi.
“Sabagai guru di sekolah ini saya selalu membuat perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus, RPP, rincian miggu efektif dan hal-hal yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran. Semuanya ini saya tidak tergantung kepada kepala sekolah di minta atau tidak di minta tetap saya persiapkan, karena itu adalah tuigas pokok saya sebagai guru”.
9. Setalah mewawancarai bapak AM peneliti minta di antarkan untuk
menjumpai Bapak Kepala sekolah keruangannya.Peneliti masuk ke ruangan kepala sekolah dan bapak AZ mempersilakan peneliti duduk di ruangannya. Bagai mana bapak AM mengajar pak ? baik pak sesuai dengan programnya. Dalam hal ini saya mau bertanya pak, apakah bapak AM membuat perangkat pembelajaran, dan bagai mana sikap bapak AM di sekolah ini pak ?
“ Mengenai bapak AM saya sangat salut dengan nya karena bapak AM selalu membuat perangkat pembelajaran dan menyerahkan tepat
95
waktu, dalam mengajar menurut pandangan saya bapak AM sangat menguasai materi yang di ajarkan dan masalah disiplin baik dengan waktu maupun tugas yang di berikan padanya. Hubungan dengan pimpinan baik maupun rekan-rekan sejawat sesama guru tidak pernah punya masalah”.
10.Dan kemudian peneliti menanyakan kepada salah seorang siswa,
penulis menjumpai seorang siswa Rio saputra kelas XI IPA 2 Rio bapak ingin bertanya bagai mana menurut Rio bapak AM mengajar di sekolah ini dan bagai mana sikap siswa kepada nya ?
“Oo Bapak AM mengajar sangat menarik bagi siswa siswi di sekolah ini bapak AM sangat menguasai materi yang di ajarkannya, bahasanya mudah di mengerti kami tidak pernah merasa jenuh belajar dengannya. Bapak itu sangat disiplin tepat waktu dan di segani siswa.”
11.Pada hari ke empat tepatnya pada tanggal 18 Maret 2010 pada pukul 7.30 peneliti masuk ke SMA Negeri 12 Pekanbaru, untuk menjumpai Guru Penjasorkes WA, langsung bertanya setelah selesai memberikan pelajaran sebagai berikut: Ibu sebagai Guru Penjasorkes apakah Ibu membuat perangkat pembelajaran ?
“Disini saya sebagai Guru Penjasorkes di wajibkan untuk membuat
perangkat pembelajaran seperti; membuat program semester, program tahunan,RPP, selabus dan yang lainnya, karena SMA 12 ini akan direncanakan untuk menjadi sekolah yang di sebut RSBI dan cara ini sudah lama yang diprogram oleh kepala sekolah”.
12. Untuk mengetahui kebenarannya apa yang di sampaikan Ibu WA
tersebut, peneliti langsung menjumpai kepala sekolah HM , di ruang kerjanya pada hari itu juga, setelah bertemu dengan kepala sekolah, pak bisa saya mewawancarai bapak sebentar? Ya! Boleh silakan. Tadi saya mengamati ibu WA sedang mengajar di lapangan permainan basket ball, kemudian saya mewawancarai ibu WA masalah perangkat pembelajaran bagaimana menurut bapak ibu WA, kata ibu tersebut dia membuat perangkat pembelajaran untuk sekolah ini.
“Saya selaku kepala sekolah guru-guru wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program semester, program tahunan, RPP, selabus, daftar nilai, guru harus memiliki absensi siswa, buku pegangan, guru olahraga pun harus membuat perangkat pembelajaran karena dia juga bagian dari guru-guru di sini. Apa bila ada guru-guru
96
yang lambat menyerahkan perangkat pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, guru tersebut akan di panggil dan diberi peringatan, namun saat ini guru-guru disini tidak ada yang terlambat menyerahkan perangkat pembelajaran”.
13.Ada satu lagi pertanyaan saya pak, berkenaan dengan ibu WA yaitu
bagai mana kepribadian, hubungan ibu WA dengan sesama rekan sejawat dan profesional nya dalam mengajar ?
“Dari pengamatan saya sebagai kepala sekolah, orangnya jujur, disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dan hubungannya baik dengan kepala sekolah, dengan rekan-rekan guru dan dengan siswa sangat baik itu menurut pandangan saya, kemudian saya pernah memperhatikan dia mengajar pelaksanaannya baik, beraturan, penguasaan kelas bagus seperti apa yang di inginkan walaupun masih ada kekurangannya tapi itupun menurut saya tidak terlalu prinsip”.
14 .Setelah menjumpai kepala sekolah peneliti menjumpai salah seorang
guru Ibu JM, kemudian peneliti mewawancarai ibu JM. Asslamualaikum bu, boleh saya wawancarai dengan ibu sebentar, apa masalahnya? Saya sudah mengamati dan mewawancarai ibu WA berkenaan dengan pelakasanaan pembelajaran penjasorkes, oke silakan. Bagai mana menurut Ibu sikap, kepribadian dan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas di sekolah ini?
“Saya adalah salah seorang majlis guru di SMA 12 ini melihat dan bergaul sesama majelis guru Oo kalau WA dia bagus pergaulannya kebetulan dia alumni disini tentu pergaulannya dan rasa hormatnya dengan gurunya sangat baik namun saya menilainya bukan dari faktor tesebut, keperibadiannya juga baik orangnya sopan, suka menegur dan mudah senyum, siswa punsuka dengan dia. Namun kalau mengajar ya dari pandangan saya bagus, kan ada guru Penjas, maaf ya pak mengajar asalan saja kasih bola atau biarkan saja, siswa berserakan ada yang sudah sampai kekantin namun ibu WA tidak termasuk tipe itu rasanya dia menikmati tugas mengajarnya itu menurut saya ya pak”.
15 .Setelah menjumpai guru mata pelajaran, peneliti menjumpai salah
seorang siswa yang bernama Willi pada kelas XII IPA1, peneliti mewawancarai siswa tersebut tentang guru penjasorkes. Maaf Nak boleh bapak mewawancarai kamu, tentang apa pak ? kamu kan siswa kelas XII IPA1 yang mengajar Penjasorkes adalah WA bagaimana menurut kamu ibu WA mengajar?
97
“Ibu WA mengajar kami sangat menyukainya karena ibu WA mengajar sering berpariasi membuat kami bergairah belajar, ibu WA sangat disiplin, tepat waktu, cara penyampaian meteri kami mudah untuk mengerti”
Dari apa yang telah disampaikan oleh guru penjasorkes WA dan yang sudah dikompirmasikan dengan kepala sekolah HM, guru mata pelajaran, dan siswa. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa guru penjasorkes sudah memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
16.Pada tanggal 01 April 2010 peneliti kembali ke lokasi SMA Negeri 4 pada jam 7.30 untuk mewawacarai salah seorang guru mata pelajaran Fisika yaitu ibu WT di ruangan majlis guru SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru. Selamat pagi buk, apa kabar pak saya sedang melakukan penelitian Guru Penjasorkes di sekolah ini. bagai mana menurut ibuk bapak AM dalam melaksanakan tugas di sekolah ini dan bagai mana hubungannya sesama guru.
“Menurut pengamatan saya bapak AM dalam melaksanakan tugas
selalu melaksanakan dengan baik karena bapak AM saya lihat anak-anak selalu belajar dengan gembira dan mengajar menggunakan waktu sangat efisien, hubungan sesama guru sangat baik dan rekan-rekan guru senang dengannya dan dia juga humoris”.
Terima kasih bu, atas imformasi yang ibu berikan kepada saya dalam penelitian yang saya lakukan ini.
17. Pada tanggal 15 April 2010 peneliti kembali datang ke SMA Negeri 3
Kota Pekanbaru yang berlokasi di Rumbai untuk mewawancarai salah seorang majelis guru Ibu EZ. Selamat pagi bu, pagi pak, ada apa pak! saya sedang mengadakan penelitian di sekolah Ibu yaitu meneliti salah seorang Guru Penjasorkes bapak AB penelitian ini berkenaan dengan Kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan profesional guru. Bagai mana menurut Ibu Bapak AB dalam melaksanakan tugas pembelajaran, sosial dan kepribadian bapak AB?
“Oke kalau itu bisa saya jawab hubungan kami dengan bapak AB dan dengan guru-guru lain disini sangat terjalin dengan baik, bapak lihat di majlis guru ini, guru-guru kami saling bercanda walaupun sedang mengerjakan tugas masing-masing. Kemudian secara hubungan sosial kami sering berkunjung kerumah rekan-rekan walaupun sipatnya waktu mendapat musibah, sebab kepala
98
sekolah kami mengutamakan hubungan sosial sesama guru-guru dan kapala sekolah. Kalau kepribadian bapak AB sangat baik, sopan, humoris dan disiplin”.
18. Setelah mewawancarai Ibu EZ peneliti menjumpai seorang siswa
yang berpakaian olahraga kebetulan selesai olahraga. Peneliti memanggilnya. Hai nak ! bapak ingin bertanya, ada apa pak? Baru siap olahraga, ia pak, kalau boleh tau siapa namamu? Iza pak, kamu kelas berapa? Kelas XII, bapak ingin mewawancarai kamu sebentar, boleh pak. Menurut kamu bagai mana bapak AB mengajar penjasorkes?
“Bapak AB orangnya disiplin waktu pak, kalau kami terlambat tidak boleh ikut belajar dengannya karena bapak AB tidak pernah terlambat, jadi kami takut terlambat malu kan pak ! bapak AB cara mengajarnya bagus kami tidak pernah bosan belajar penjasorkes dengannya. Ada lagi pak? Oke sekian terima kasi nak”.
Dari apa yang di sampaikan oleh Guru Penjasorkes SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, kepala sekolah, salah seorang guru dan seorang siswa maka bisa di tarik suatu kesimpulan bahawa guru penjasorkes SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, mempunyai Kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan kompetensi profesional.
99
Lampiran 2 .
Nama-nama Kepela Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Tahun 2010.
Nama Sekolah Kepala Sekolah Alamat
SMA Negeri 3 Kota Pekabaru Dra. Hj. Yusnimar, M.Pd Jl Yusudarso No 100 A
SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru Drs. Azwir Jl Adi Cucipto No 67
SMA Negeri 8 Kota pekanbaru Drs. H. Nurfaisal M.Pd Jl Abdul Muis No 14
SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru Drs. H. Hermilus, MM Jl Garuda Sakti Km 3
100
Lampiran 3
Nama-nama Guru Penjasorkes SMA Negeri 3,4,8 dan Kota Pekanbaru.
No Sekolah Guru Olahraga Pendidikan
1 SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru
1. Drs. Khairul Asbar 2. Hajrul Boy S.Pd 3. Titin Angraina S.Pd
S1 S1 S1
2 SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
1. Armen Ar S.Pd. 2. Khairil Abbas, S.Pd. 3. Jasmani Ginting, S.Pd
S1 S1 S1
3 SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru
1. Drs. Erwin Martias 2. Drs Beta Somta 3. Novi (Honor)
S1 S1 S1
4 SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru
1. R.Setianis.S.Pd 2. Winda Asril S.Pd
S1 S1
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010.
101
Lampiran 4.
Jumlah Seluruh Siswa SMA Negeri 3,4,8 dan 12 Kota Pekanbaru
No Sekolah Kls Jenis Kelamin
JumlahLaki-Laki Perempuan
1 SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru
X XI XII
172 107 130
200 150 160
819
2 SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
X XI XII
100 126 173
156 130 210
795
3 SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru
X XI XII
114 139 147
138 128 116
822
4 SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru
X XI XII
132 155 83
210 155 100
780
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010
Lampiran 2 .
Nama-nama Kepela Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Tahun 2010.
Nama Sekolah Kepala Sekolah Alamat
SMA Negeri 3 Kota Pekabaru Dra. Hj. Yusnimar, M.Pd Jl Yusudarso No 100 A
SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru Drs. Azwir Jl Adi Cucipto No 67
SMA Negeri 8 Kota pekanbaru Drs. H. Nurfaisal M.Pd Jl Abdul Muis No 14
SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru Drs. H. Hermilus, MM Jl Garuda Sakti Km 3
Lampiran 3
Nama-nama Guru Penjasorkes SMA Negeri 3,4,8 dan Kota Pekanbaru.
No Sekolah Guru Olahraga Pendidikan
1 SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru 1. Drs. Khairul Asbar 2. Hajrul Boy S.Pd 3. Titin Angraina S.Pd
S1 S1 S1
2 SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
1. Armen Ar S.Pd. 2. Khairil Abbas, S.Pd. 3. Jasmani Ginting,
S.Pd
S1 S1 S1
3 SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru 1. Drs. Erwin Martias 2. Drs Beta Somta 3. Novi (Honor)
S1 S1 S1
4 SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru 1. R.Setianis.S.Pd 2. Winda Asril S.Pd
S1 S1
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010.
Lampiran 4.
Jumlah Seluruh Siswa SMA Negeri 3,4,8 dan 12 Kota Pekanbaru
No Sekolah Kls Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru
X XI XII
172 107 130
200 150 160
819
2 SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
X XI XII
100 126 173
156 130 210
795
3 SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru
X XI XII
114 139 147
138 128 116
822
4 SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru
X XI XII
132 155 83
210 155 100
780
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010
102
Lampiran 5 Photo Penelitian
Gambar 1. SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru
Gambar 2. Siswa Melakukan Aktifitas Olahraga