dimensi sosiologi olahraga dalam pendidikan jasmani dan olahraga

36
Dimensi Sosiologi olahraga dalam pendidikan jasmani dan olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan pendidikan manusia yang sehat jasmani maupun rohani manusia akan berpengaruh terhadap dinamika interaksi sosial-budaya masyarakatnya. Sebelum penulis membahas makalah Pendidikan Jasmani Dan Olahraga tentang Perspektif Sosiologi, Pendidikan Jasmani, dan Olahraga terhadap Dimensi Sosiologi Olahraga dalam pendidikan jasmani dan olahraga, tulisan berbentuk makalah ini terlebih dahulu penulis akan membahas tentang pengertian pendidikan, sosilogi Pendidikan, Pendidikan jasmani, dan Olahraga. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia. Sejalan tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia yang mempunyai kesehatan secara lahiriah maupun rohaniah . Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan Sosiologi olahraga jika dipahami dan dimengerti bagi masyarakat luas maka akan memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan bersosial antar masyarakat yang satu dengan masyarkat yang lain. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik,

Upload: kevinruzdi002

Post on 20-Nov-2015

82 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Dimensi Sosiologi olahraga dalam pendidikan jasmani dan olahraga

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangDi dalam perkembangan pendidikan manusia yang sehat jasmani maupun rohani manusiaakan berpengaruh terhadap dinamika interaksi sosial-budaya masyarakatnya. Sebelum penulis membahas makalahPendidikan Jasmani Dan Olahraga tentang PerspektifSosiologi, Pendidikan Jasmani, dan Olahraga terhadapDimensi Sosiologi Olahraga dalam pendidikan jasmani dan olahraga, tulisan berbentuk makalah ini terlebih dahulu penulis akan membahas tentang pengertianpendidikan, sosilogi Pendidikan, Pendidikan jasmani, dan Olahraga. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia.Sejalantentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia yang mempunyai kesehatan secara lahiriah maupun rohaniah .Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan Sosiologi olahraga jika dipahami dan dimengerti bagi masyarakat luas maka akanmemiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada semua lapisan masyarakatuntuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan bersosial antar masyarakat yang satu dengan masyarkat yang lain. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.Dari masa perkembangan peradaban kuno sampai munculnya abad (pencerahan) (renaisance) di Eropa, bidang pendidikan mendapat tempat utama dan strategis dalam kehidupan pemerintahan. Pendidikan merupakan yang paling utama, hal itu setidaknya dapat kita lihat dari pendapat beberapa ahli berikut ini : Jean Jaqques Rosseau, seorang tokoh pembaharu Perancis menyebutkan, Semua yang kita butuhkan dan semua kekurangan kita waktu lahir, hanya akan kita penuhi melalui pendidikan. Aristoteles, ahli filsafat Yunani kuno berpendapat, bahwa perbaikan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu meperbaiki sistem pendidikan. Van de venter, tokoh politik ETIS atau balas budi, yang menjadi tonggak awal perkembangan munculnya golongan terpelajar Indonesia juga mengatakan, Pendidikan yang diberikan kapada rakyat pribumi, akan dapat merubah nasib pribumi, Tokoh Pendiri nasional yakni Ir. Soekarno dan Ki Hajar Dewantara, juga menyebutkan bahwa satu-satunya yang dapat mengubah nasib suatu bangsa hanyalah Pendidikan.Selanjutnya menurut UNESCO, badan PBB yang menangani bidang pendidikan menyerukan kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia bahwa, jika ingin membangun dan berusaha memperbaiki keadaan seluruh bangsa, maka haruslah dari pendidikan, sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.oleh karena itu UNESCO merumuskan bahwa pendidikan itu adalah:1.Learning how to think (Belajar bagaimana berpikir)2.Learning how to do (Belajar bagaimana melakukan)3.Learning how to be (Belajar bagaimana menjadi)4.Learning how to learn (Belajar bagaimana belajar)5.Learning how to live together (Belajar bagaimana hidup bersama)

Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dan mutlak bagi umat manusia. Oleh karena itu, tidaklah sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge). Tujuan pendidikan sesungguhnya menciptakan pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian yang positif antara lain :1.Bangga berdisiplin2.Tahan mental menghadapi kesulitan hidup3.Jujur dan dapat dipercaya (memiliki karakter yang baik dan integritas yang baik atau suka bekerjasama dalam tim)4.Memiliki pola pikir yang rasional dan ilmiah5.Bangga bertanggung jawab6.Terbiasa bekerja keras7.Mengutamakan kepedulian terhadap sesamanya8.Mengutamakan berdiskusi dari pada berdebat (not conflict but consensus)9.Hormat pada aturan10.Menghormati hak-hak orang lain11.Memiliki moral dan etika yang baik12.Mencintai pekerjaan13.Suka menabung

Menghasilkan manusia Indonesia seperti keadaan di atas merupakan keinginan insan pendidikan. Semua pendidik dan tenaga kependidikan di negeri ini harus memahami hal itu sehingga dalam melaksanakan setiap aktivitas belajar-mengajar, tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada warga didik (warga belajar), tetapi kita harus membimbing mereka melalui melalui motivasi dan contoh keteladanan yang bermuara pada pembinaan sikap (behaviour) maupun etika/moral peserta didik ataupun warga belajar.B.Sosiologi Kaitannya Dengan Pendidikan Jasmani Dan Olahraga DalamBerbicara tentang sosiologi kaitanya dengan pendidikan jasmani dan olahraga , maka yang akan dibahas dalam makalah ini adalah hubungannya denganperkembangan interaksi masyarakat atau anak didik dalam mengembangkan sosialisasi perkembangan olahraga. Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika sosial-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia.Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Allah Yang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.Nah sejalan dengan pendidikan yang penulis uraikan diatas maka dalam sejarah dan perkembangan pendidikanolahraga di Indonesia penulis dapat menarik suatu garis yang kian lama kian menanjak. Masyarakat Indonesia yang dinamis akan mengakui bahwa persekutuan hidup itu hidup dan tidak hanya mengalami pengaruh pikiran dan kemampuan manusia individu saja bahkan juga mengalami pengaruh zaman dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern seperti sekarang ini. Olahraga memberi kesempatan yang sangat baik untuk menyalurkan tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira. Tetapi kini kita menghadapi kubu-kubu yang kuat baik yang merupakan alam pikiran, sikap hidup, tradisi dan kebiasaan yang semuanya adalah peninggalan penjajahan ditambah dengan feodalisme semenjak 350 tahun yang lalu. Dan kadang-kadang kubu-kubu itu tidak dapat kita lihat tetapi dapat kita rasakan karena sembunyi di dalam diri manusia. Karena itu kita harus menyelami alam pikiran pandangan dan sikap seseorang untuk dapat membantu dia membuang sisa-sisa penjajahan yang masih bersarang dalam dirinya untuk secara sadar membantu gerakan olahraga.Dalam hal ini prestasilah yang memegang peranan dan merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Prestasi yang kita miliki selain mengangkat nama dan mengharumkan derajat bangsa Indonesia di dunia, suatu prestasi yang tinggi oleh seorang olahragawan Indonesia dapat membangkitkan dalam diri warga Negara, rasa bangsa yang sebesar-besrnya, semangat kebangsaan yang menyala-nyala dan jiwa persatuan yang sehebat-hebatnya sehingga terbangkit kekuatan-kekuatan baru pada dirinya dan mempunyai hasrat yang benar untuk ikut di dalam gerakan keolahragaan. Dalam dunia keloahragaan banyak kaitannya dengan bagaimana cara beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan, Maka ilmu pendidikan sosiologi harus di fahami dan diterapkan oleh masyarakatterutama para olahragawan,Bertitik tolak dari hal tersebut di atas , maka penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul PERSPEKTIF SOSIOLOGI OLAHRAGA TERHADAP PENDIDIKAN JASMANI, DAN OLAHRAGA DALAM DIMENSI SOSIOLOGI PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

BAB IIPEMBAHASAN

A.Defenisi Sosiologi PendidikanBapak Sosiologi DuniaAuguste Comte (1798 1857), anggapannya sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitusocial statisticsdansocial dynamics. Sebagaisocial statisticssosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan.Social dynamicsmeneropong bagaimana lembagalembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa. Tiga tahap perkembangan pikiran manusia1.tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia.2.tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia.3.tahap positif, merupakan tahap di mana manusia telah sanggup untuk berpikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.Beberapa defenisi sosiologi pendidikan menurutbeberapa ahli:I.Pengertian Sosiologi menurut Max Weber(1864-1920)

1.Sosiologi adalah ilmu yang berusaha memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial.2.Teori Ideal Typus, yaitu suatu kosntruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat.3.Ajaran-ajarannya sangat menyumbang sosiologi, misalnya analisisnya tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi dan seterusnya.II.Pengertian Sosiologi menurut Charles Horton Cooley (1864-1929)1.Mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat.2.Teorinya mengidamkan kehidupan bersama, rukun dan damai sebagaimana dijumpai pada masyarakatmasyarakat yang masih bersahaja.3.Prihatin melihat masyarakat-kasyarakat modern yang telah goyah norma-normanya, sehingga masyarakat bersahaja merupakan bentuk ideal yang terlalu berlebih-lebihan kesempurnaannya.III.Pengertian Sosiologi menurutF.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.IV.Pengertian Sosiologi menurutH.P. Fairchilddalam bukunya Dictionary of Sociologydikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolongapplied sociology.V.Pengertian Sosiologi menurutProf. DR S. Nasution,M.A.,Sosiologi Pendidikana dalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.VI.Pengertian Sosiologi menurutF.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.VII.Pengertian Sosiologi menurutE.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.VIII.Pengertian Sosiologi menurutDrs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.Pada dasarnya, sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosiologi umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum. Sedangkan Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum, yaitu menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya: sosiologi masayarakat desa, sosiologimasyarakat kota, sosiologi agama, sosiolog hukum, sosiologi pendidikan dan sebagainya.Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwasosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.Jadi pengertian Sosiologi olahraga adalahilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia dalam hubungan timbal balik dengan manusia di lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.Ilmu sosiologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai Sosiologi olahraga. Penerapan sosiologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan faktor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari soiologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.B.Mengapa Sosiologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?Untuk meningkatnya kerjasama dalam pertandingan dapat meningkatkan kerjasama satu atlet dengan atlet lainya dengan mudah dan cepat berinteraksi dengan lingkungan sekitar, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya dapat berkembang. Mereka tidak mudah tegang dancemas akan hasil pertandingannya, dan mereka merasakan mudah berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang sosiologi olahraga, khususnya dalam bagaimana berhubungan atau berinteraksi dengan lingkungan.Sosiologi olahraga juga diperlukan agar atlet dapat dengan mudah berfikir mengenai. mengapa mereka berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan ketrampilan sosiologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut.

C.Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective)Prespertif disini diartikan sebagaiasumsi-asumsi dasar yang paling banyak sumbangannya kepadapendekatanpendidikan jasmani dan olah raga dengansosiologi olahraga.Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919).Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agarpendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalammemahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan padapikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam itu,yang menurutnya bersifat mistik, mentalistik, dan subyektif. Dalam psikologiobyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang dapat diamati (observable), yaitupada apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang dilakukan (doings). Dalam hal inipandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey, karena keduanya percaya bahwaproses mentaldan juga perilaku yang teramati berperan dalam menyelaskan perilakusosial.Para behaviorist memasukanperilakuke dalam satu unit yang dinamakantanggapan(responses), danlingkunganke dalam unit rangsangan(stimuli).Menurutpenganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satusama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuahrangsangan seorang teman datang , lalu memunculkan tanggapan misalnya, tersenyum.Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Parabehavioris tadi percaya bahwa rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpamengacu pada pertimbangan mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalumengejutkan jika para behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yangmenggunakan pendekatan kotak hitam (black-box) . Rangsangan masuk ke sebuahkotak (box) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak hitam tadisrtuktur internalatau proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan karenatidak dapat dilihat secara langsung (not directly observable), bukanlah bidang kajian parabehavioris tradisional.Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorismemelalui percobaan yang dinamakan operant behavior dan reinforcement. Yangdimaksud dengan operant condition adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatulingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalamlingkungan tersebut. Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi,lalu secara umum, akan menghasilkan senyuman yang datangnya dari orang lain tersebut.Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan operant behavior.Yang dimaksud dengan reinforcement adalah proses di mana akibat atau perubahanyang terjadi dalam lingkunganmemperkuatperilaku tertentu di masa datang . Misalnya,jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenalsebelumnya), dan mereka tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinanbahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing maka kita akan tersenyum. Perludiketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atasmerupakan penguat positif. Contoh penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat kitabertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing tersebut diam saja ataubahkan menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asingkembali, kita cenderung tidak tersenyum (diam saja).Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan secaralebih mendalam mengapa fenomena sosial yang diutarakan dalam pendekatan perilakubisa terjadi. Beberapa teori antara lain adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social LearningTheory) dan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory).a.Teori Pembelajaran Sosial.Di tahun 1941, dua orang psikolog Neil Miller dan John Dollard dalam laporanhasil percobaannya mengatakan bahwa peniruan (imitation) di antara manusia tidakdisebabkan oleh unsur instink atau program biologis. Penelitian kedua orang tersebutmengindikasikan bahwa kita belajar (learn) meniru perilaku orang lain. Artinya peniruantersebut merupakan hasil dari satuproses belajar, bukan bisa begitu saja karena instink.Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan social learning -pembelajaran sosial. Perilaku peniruan (imitative behavior) kita terjadi karena kitamerasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru perilaku orang lain, danmemperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Agar seseorang bisa belajarmengikuti aturan baku yang telah ditetapkan oleh masyarakat maka para individu harusdilatih, dalam berbagai situasi, sehingga mereka merasa nyaman ketika melakukan apayang orang lain lakukan, dan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukannya.,demikian saran yang dikemukakan oleh Miller dan Dollard.Dalam penelitiannya, Miller dan Dollard menunjukan bahwa anak-anak dapat belajarmeniru atau tidak meniru seseorang dalam upaya memperoleh imbalan berupa permen.Dalam percobaannya tersebut, juga dapat diketahui bahwa anak-anak dapat membedakanorang-orang yang akan ditirunya. Misalnya jika orang tersebut laki-laki maka akanditirunya, jika perempuan tidak. Lebih jauh lagi, sekali perilaku peniruan terpelajari(learned), hasil belajar ini kadang berlaku umum untuk rangsangan yang sama. Misalnya,anak-anak cenderung lebih suka meniru orang-orang yang mirip dengan orang yangsebelumnya memberikan imbalan. Jadi, kita mempelajari banyak perilaku baru melaluipengulangan perilaku orang lain yang kita lihat. Kita contoh perilaku orang-orang laintertentu, karena kita mendapatkan imbalan atas peniruan tersebut dari orang-orang laintertentu tadi dan juga dari mereka yang mirip dengan orang-orang lain tertentu tadi, dimasa lampau.Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963),mengusulkan satu perbaikan atas gagasan Miller dan Dollard tentang belajar melaluipeniruan. Bandura dan Walters menyarankan bahwa kita belajar banyak perilaku melaluipeniruan, bahkantanpaadanya penguat (reinforcement) sekalipun yang kita terima. Kitabisa menirubeberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, danakibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebutobservational learning pembelajaran melalui pengamatan. Contohnya, percobaanBandura dan Walters mengindikasikan bahwa ternyata anak-anak bisa mempunyaiperilaku agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif sesosok model, misalnyamelalui film atau bahkan film karton.Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial seyogianyadiperbaiki lebih jauh lagi. Dia mengatakan bahwa teori pembelajaran sosial yang benarbenarmelulu menggunakan pendekatan perilaku dan lalu mengabaikan pertimbanganproses mental, perlu dipikirkan ulang. Menurut versi Bandura, maka teori pembelajaransosial membahas tentang (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkunganmelalui penguat (reinforcement) danobservational learning, (2) cara pandang dan carapikir yang kita miliki terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya, bagaimana perilakukita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) danobservational opportunity- kemungkinan bisa diamati oleh orang lain.

b.Teori Kognitif KontemporerDalam tahun 1980-an, konsep kognisi, sebagian besarnya mewarnai konsep sikap.Istilah kognisi digunakan untuk menunjukan adanya proses mental dalam diriseseorang sebelum melakukan tindakan. Teori kognisi kontemporer memandang manusiasebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, dan mengalihkaninformasi. Kita secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan masalah, danmengambil keputusan. Manusia memproses informasi dengan cara tertentu melaluistruktur kognitif yang diberi istilah schema (Markus dan Zajonc, 1985 ; Morgan danSchwalbe, 1990; Fiske and Taylor, 1991). Struktur tersebut berperan sebagai kerangkayang dapat menginterpretasikan pengalaman-pengalaman sosial yang kita miliki. Jadistruktur kognisi bisa membantu kita mencapai keterpaduan dengan lingkungan, danmembantu kita untuk menyusun realitas sosial. Sistem ingatan yang kita milikidiasumsikan terdiri atas struktur pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya.Intinya, teori-teori kognitif memusatkan pada bagaiamana kita memproses informasiyang datangnya dari lingkungan ke dalam struktur mental kita Teori-teori kognitifpercaya bahwa kita tidak bisa memahami perilaku sosial tanpa memperoleh informasitentang proses mental yang bisa dipercaya, karena informasi tentang hal yang obyektif,lingkungan eksternal belum mencukupi.

D.Perspektif Kognitif (The Cognitive Perspective)Kita telah memberikan indikasi bahwa kebiasaan (habit) merupakan penjelasanalternatif yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial seseorang di sampinginstink (instinct). Namun beberapa analis sosial percaya bahwa kalau hanya kedua haltersebut (kebiasaan dan instink) yang dijadikan dasar, maka dipandang terlampau ekstrem- karena mengabaikan kegiatan mental manusia.Seorang psikolog James Baldwin (1897) menyatakan bahwa paling sedikit ada duabentuk peniruan, satu didasarkan pada kebiasaan kita dan yang lainnyadidasarkan padawawasankita atas diri kita sendiri dan atas orang lain yang perilakunya kita tiru. Walaudengan konsep yang berbeda seorang sosiolog Charles Cooley (1902) sepaham denganpandangan Baldwin. Keduanya memfokuskan perhatian mereka kepada perilaku sosialyang melibatkan proses mental ataukognitif.Kemudian banyak para psikolog sosial menggunakan konsepsikap(attitude)untukmemahami proses mental atau kognitif tadi. Dua orang sosiolog W.I. Thomas dan FlorianZnaniecki mendefinisikan psikologi sosial sebagai studi tentang sikap, yang diartikannyasebagai proses mental individu yang menentukan tanggapan aktual dan potensial individudalam dunia sosial. Sikap merupakan predisposisi perilaku. Beberapa teori yangmelandasi perpektif ini antara lain adalah Teori Medan (Field Theory), Teori Atribusidan Konsistensi Sikap (Concistency Attitude and Attribution Theory), dan Teori KognisiKontemporer.E.Perspektif StrukturalTelah kita catat bahwa telah terjadi perdebatan di antara para ilmuwan sosial dalamhal menjelaskan perilaku sosial seseorang. Untuk menjelaskan perilaku sosial seseorangdapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1)instinktif, (2) karenakebiasaan, dan (3)juga yang bersumber dariproses mental. Mereka semua tertarik, dan dengan cara sebaikmungkin lalu menguraikan hubungan antara masyarakat dengan individu. William Jamesdan John Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual, tetapi mereka jugamencatat bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok yaitu adatistiadatmasyarakat atau strutur sosial . Para sosiolog yakin bahwa struktur sosial terdiriatas jalinan interaksi antar manusia dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi struktursosial dalam satu pola perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasiberikutnya, melalui proses sosialisasi. Disebabkan oleh struktur sosial, kita mengalamikehidupan sosial yang telah terpolakan. James menguraikan pentingnya dampak struktursosial atas diri (self) perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Masyarakatmempengaruhi diri self.Sosiolog lain Robert Park dari Universitas Chicago memandang bahwa masyarakatmengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan individuindividukedalam berbagai macam peran (roles). Melalui peran inilah kita menjadi tahusiapa diri kita. Kita adalah seorang anak, orang tua, guru, mahasiswa, laki-laki,perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung pada peran yang kitalakukan dalam masyarakat. Beberapa teori yang melandasi persektif strukturan adalahTeori Peran (Role Theory), Teori Pernyataan Harapan (Expectation-States Theory), danPosmodernisme (Postmodernism)B.Pendidikan Jasmani dan Olahraga.Sejak manusia lahir di dunia, ia telah berjuang untuk mempertahankan kehidupan yang wajar, untuk dapat hidup dengan tenaga dan pikirannya. Untuk itu manusia memperkembangkan kekuatan fisik dan jasmani supaya badannya cukup kuat dan tenaganya cukup terlatih, menjadi tangkas untuk melakukan perjuangan hidupnya. Disamping itu menjadi kebutuhan hidup tiap manusia dan menjadi sifat manusia untuk mencoba kekuatan dan ketangkasannya dengan manusia-manusia lain.Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan.Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalu aktivitas jasmani.Persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan mengakibatkan nilai-nilai luhur dan tujuan pendidikan yang terkandung di dalamnya tidak akan pernah tercapai. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan, dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarikdan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami bagi orang yang hendak mengajar pendidikan jasmani.Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, dimana pendididkan jasmani disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (pysical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogi.Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education).Tentunya proses tersebutdilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antarpelakunya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.a)Pengertian Pendidikan JasmaniDefinisi Pendidikan Jasmani ialah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia yang berupa sikap tindakan dan karya untuk diberi bentuk, isi, dan arah menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Pendidikan Jasmani merupakan terjemahan kata demi kata dari Negara barat : Lichamelijke opvoeding-Physical Education-Physique Libes Erziehung. Pendidikan Jasmani bukanlah imbangan terhadap pendidikan rokhani, jasmani dan rokhani merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan. Pendidikan Jasmani di sekolah merupakan dasar yang baik bagi perkembangan olahraga di luar sekolah. Olahraga dan pendidikan jasmani tidak dapat dipisahkan karena keduanya sangat erat hubungannya dan saling mempengaruhi.Kata fisik atau jasmani (physical) menunjukkan pada tubuh atau badan (body). Kata fisik seringkali digunakan sebagai referensi dalam berbagai karakteristik jasmaniah, seperti kekuatan fisik (physical strenght), perkembangan fisik (physical development), kecakapan fisik (physical prowess), kesehatan fisik (physical health). dan penampilan fisik (physical appearance).Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh karena itu, jika kata pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk frase atau susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical education), yakni menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas yang mengembangkan dan memelihara tubuh manusia.(a) Nixon and Cozens (1963: 51):Mengemukakan bahwa pendidikan jasmani didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan respons otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons tersebut.(b) Dauer dan Pangrazi (1989: 1):Mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.(c) Bucher, (1979):Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional(d) Ateng (1993:):Mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.Definisi Pendidikan jasmaniadalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif.b)Fungsi PendidikanJasmani

Fungsi pendidikan jasmani Annarino, Cowell, and Hazelton (1980: 62-63) mengklasifikasikan ke dalam enam aspek, yaitu (1) organik; (2) neuromuskuler; (3) perseptual; (4) kognitif; (5) sosial; dan (6) emosi.(a).Aspek Organik:a.Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan-landasan untuk pengembangan keterampilan.b.Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok ototc.Meningkatkan daya tahan otot, yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama.d.Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan secara terus menerus dalam aktivitas yang berat dalam waktu relatif lama; hal ini tergantung pada efisiensi yang terdiri dari aliran darah, jantung dan paru-paru.e.Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.

(b). Aspek Neuromuskuler:

a.Menjadikan keharmonisan antara fungsi sistem saraf dan otot untuk menghasilkan gerakan yang diinginkan.b.Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti: berjalan, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, berlari, menderap/mencongklang, bergulir, menarikc.Mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, mengantung, membungkuk.d.Mengembangkan keterampilan dasar jenis permainan, seperti memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, memulai, mengubah arah, memantul, bergulir, memvoli.e.Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahanf.Mengembangkan keterampilan olahraga dan dansa, seperti sepakbola, softball, bola voli, gulat, atletik, baseball, bola basket, panahan, hoki, anggar, tenis, bowling, golf, dansa.g.Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti hiking, tenis meja, berenang, berlayar.

(c). Aspek perseptual:a.Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan di antara isyarat yang ada dalam situasi yang dihadapi agar dapat melakukan kinerja yang lebih terampilb.Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat/ruang, yaitu kemampuan mengenali objek-objek yang berada di depan, di belakang, di bawah, di sebelah kanan, atau di sebelah kiri dari dirinya.c.Mengembangkan koordinasi gerak-visual, yaitu kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak kasar yang melibatkan tangan, tubuh, dan/atau kakid.Mengembangkan hubungan sikap tubuh-tanah, yaitu kemampuan memilih stimulus dari massa sensori yang diterima atau memilih jumlah stimulus terbatas yang menjadi fokus perhatiane.Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu emampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamisf.Mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan atau kiri dalam melempar atau menendang.g.Mengembangkan lateralitas (laterility), yaitu kemampuan membedakan perbedaan di antara sisi kanan atau kiri tubuh dan di antara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendirih.Mengembangkan image tubuh (body image), yeitu kesadaran bagan-bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang(d). Aspek Kognitif:a.Mengembangkan kemampuan mengeksplorasi, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan, dan membuat keputusan-keputusan yang bernilai.b.Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika.c.Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi.d.Meningatkan pengetahuan bagaimana fungsi-fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmanie.Menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas, bola, dan dirinya.f.Meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh gerakang.Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.(e). Aspek sosial:a.Penyesuaian baik dirinya dan orang lain dengan menggabungkan dirinya ke dalam masyarakat dan lingkungannya.b.Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompokc.Belajar berkomunikasi dengan orang laind.Mengembangkan kemampuan bertukar dan mengevaluasi ide dalam kelompoke.Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakatf.Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat.g.Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positifh.Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktifi.Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik.(f). Aspek emosional:a.Mengembangkan respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani melalui pemenuhan kebutuhan dasar.b.Mengembangkan reaksi yang positif terhadap penonton dan partisipasi melalui keberhasilan atau kegagalan.c.Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepatd.Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitase.Menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan

c)Pengertian OlahragaMakna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalamWebsters New Collegiate Dictonary(1980)yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat)Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik;a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.Tujuan utama olahraga bukanlah pembangunan fisik saja melainkan juga pembangunan mental dan spiritual. Olahraga (Lama) ialah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan atas pilihan sendiri yang bermaksud menguatkan diri baik phisik maupun psychis tanpa mengharapkan suatu hasil materiil tetapi mengharapkan kenaikan prestasi. Olahraga (baru) ialah membentuk manusia Indonesia Pancasila yang fisik kuat-sehat berprestasi tinggi, yang memiliki kemampuan mental dan ketrampilan kerja yang kritis kreatif dan sejahtera. Jadi Olahraga ialah suatu usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada tiap manusia. Lebih tegas dikatakan bahwa olahraga untuk mempertahankan existensi kemanusiaan dan untuk melakukan cita-cita hidup bangsa.Olahraga merupakan pembentukan fisik dan mentald)Hakikat Olahraga dan Penjas

Filsafat olahraga, seperti filsafat lainnya, dalam olahraga ada beberapa konsep yang perlu dikaji dan dipahami secara mendalam. Konsep ini bersifat abstrak yaitu mental image. Walau kita tahu bahwa konsep ini abstrak, tetapi didalam konsep ini ada makna tertentu, walau perbedaan makna pada setiap individu berbeda-beda tentang ini. Konsep dasar tentang keolahragaan beragam, seperti bermain (play), Pendidikan jasmani (Physical education), olahraga (Sport), rekreasi (recreation), tari (dance). Bermain (play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk bermain (homo luden), bermain suatu kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa, kecuali sebagai luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau peniruan peran. Dengan kata lain, aktivitas bermain dalam nuansa riang dan gembira. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat belum tercemar. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat menyenangkan dan gembira ini merupakan bentuk permainan yang belum tercemar.Olahraga bersifat netral dan umum, tidak digunakan dalam pengertian olahraga kompetitif, karena pengertiannya bukan hanya sebagai himpunan aktivitas fisik yang resmi terorganisasi (formal) dan tidak resmi (informal).Pendidikan jasmani pada dasarnya bersifat universal, berakar pada pandangan klasik tentang kesatuan erat antara body and mind, Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.Konsep pendidikan jasmani terfokus pada proses sosialisasi atau pembudayaan via aktifitas jasmani, permainan dan olahraga. Proses sosialisasi berarti pengalihan nilai-nilai budaya, perantaraan belajar merupakan pengalaman gerak yang bermakna dan memberi jaminan bagi partisipasi dan perkembangan seluruh aspek kepribadian peserta didik. Perubahan terjadi karena keterlibatan peserta didik sebagai aktor atau pelaku melalui pengalaman dan penghayatan secara langsung dalam pengalaman gerak sementara guru sebagai pendidik berperan sebagai pengarah agar kegiatan yang lebih bersifat pendeawsaan itu tidak meleset dari pencapaian tujuan.C.Perspektif Sosiologi Olahraga (Asumsi-Asumsi Sosiologi Olahraga) Pendidikan Jasmani dan OlahragaDalam memahami arti sosiologi olahraga, pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara Pendidikan jasmani dan olahraga (sport) dengan sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari ORKES (Olahraga Kesehatan). Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat. Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.Sosiologi intinya adalah aktivitas atau hubungan satu kelompok dengan kelompok yang lain. Kita mengartikan sosiologi sebagai ujung tombak berinteraksiyang bersifat universal yang kompetitif, meskipun berinteraksi tidak harus selalu bersifat ada pertemuan. Berinteraksi bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari berinteraksi dapat ditemukan di dalam keduanya.Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari sosial maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.Sosiologi olahraga , pendidikan jasmani dan olahraga melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan sosiologi dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan berinteraksi dengan kelompok yang lain, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. berinteraksi dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

BAB IIIPENUTUP

A.KesimpulanDari pembahasan yang telah penulis uaraikan maka dapat ditarik satu kesimpulah bahwa Salah satu masalah penting dalam kehidupan bermasyarakatadalah bersosial dan berinteraksi, pendidikan jasmani dan olahraga sebagai salah satu sarana pendidikan masyarakat / Olahragawan /manusia/ individu untuk memberikan suatu pemikiran tentang bagaimana cara hidup dengan layak dan sehat jasmani dan rohani dalam dalam kehidupan bermasyarakat. Mengajarkan Sosiologi sebaiknya lebih bersifat berinteraksi dengan lingkungan.Tindakan lebih baik dari kata-kata. Nilai Sosial itu beraneka ragam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperatif dan mudah berinteraksi dengan masyarakat.Dalam memahami arti pendidikan jasmani dan, kita harus juga mempertimbangkan Perspektif Sosiologi Olahraga, Pendidikan jasmani dan olahraga (sport) dengan sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.Sejak manusia lahir di dunia, ia telah berjuang untuk mempertahankan kehidupan yang wajar, untuk dapat hidup dengan tenaga dan pikirannya. Untuk itu manusia memperkembangkan kekuatan fisik dan jasmani supaya badannya cukup kuat dan tenaganya cukup terlatih, menjadi tangkas untuk melakukan perjuangan hidupnya. Disamping itu menjadi kebutuhan hidup tiap manusia dan menjadi sifat manusia untuk mencoba kekuatan dan ketangkasannya dengan manusia-manusia lain.Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan.Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalu aktivitas jasmani.Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.Di satu Sosiologi intinya adalah aktivitas atau hubungan satu kelompok dengan kelompok yang lain. Kita mengartikan sosiologi sebagai ujung tombak berinteraksiyang bersifat universal yang kompetitif, meskipun berinteraksi tidak harus selalu bersifat ada pertemuan. Berinteraksi bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari berinteraksi dapat ditemukan di dalam keduanya.Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari sosial maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.Pendidikan jasmani, olahraga danSosiologi olahraga , melibatkan bentuk-bentuk gerakan kepribadian , dan ketiganya dapatsecara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan bagai mana berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Berolahraga dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan sosiologi dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan berinteraksi dengan kelompok yang lain, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. berinteraksi dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.Pendidikan jasmani adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir. Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang.Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing. Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan.B.SaranBerbicara tentang sosiologi kaitanya dengan pendidikan jasmani dan olahraga , maka ada bebarapa saran yang dapat di garis bawahioleh penulis dalam makalah ini adalah:1.Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran saran dan kritikan bagi para pembaca yang kami hormati guna untuk membangun pada masa yang akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang memuaskan bagi tugas yang kami laksanakan.2.Hubungannya denganperkembangan Sosiologi Olahraga diharapkan masyarakat atau anak didik (Atlet) dalam mengembangkan hubungan antara masyarakat olahraga dan masyarakat dilingkungan olahraga diharapkan dapat mengetahui arti penting berinteraksi antar masyarakat olahraga dan masyarakat lingkungan3.Pendidikan Jasmani, olahraga dan sosiologi tidak bisa dipisahkan karena ketiganya saling mempengaruhi didalam meningkatkan dinamika sosial-budaya masyarakat.4.Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan.Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalu aktivitas jasmani.5.Didalam memahami Pendidikan jasmani, olahraga dan sosiologi olahraga harus tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing. Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Drs ,Aspirasi ,semester 1-2,penerbitdanpercetakanPustaka Manggala,2007.

BOUMAN, P.J. (1976) Sosiologi, Pengertian dan masalah. Yogyakarta, PenerbitYayasan Kanisius.

Cooper, K.H. (1994) : Antioxidant Revolution, Thomas Nelson Publishers, Nashville-Atlanta-London Vancouver.

COSER, L. (1964). The Function of Social Conflict. New York, The Free Press.

DURKHEIM, E. (1966). The Division of Labour (Translation). New York, The Free Press.

_____________ (1962). Socialism. London, Colliers Books

Giriwijoyo,Y.S.S. (1992)Ilmu Faal Olahraga, Buku perkuliahan Mahasiswa FPOK-IKIP Bandung.

Giriwijoyo,H.Y.S.S. dan H.Muchtamadji M.Ali (1997) : Makalah : Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, IKIP Bandung.

Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2000) : Olahraga Kesehatan, Bahan perkuliahan Mahasiswa FPOK-UPI.

Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2001) : Makalah : Pendidikan Jasmani dan Olahraga, kontribusinya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik, Mahad Al-Zaytun, Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat.

Giriwijoyo,H.Y.S.S. dan Komariyah,L (2007): Makalah : Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Lembaga Pendidikan, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia, 2007.

Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2008) : Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah Dasar, Makalah disajikan pada Penataran Guru Pen-Jas, diselenggarakan oleh PERWOSI Jawa Barat, Maret 2008 di gedung Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia.

GOULDNER, Alvin W. (1973). The Coming Crisis of Western Sociology. London, Heineman

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si./ Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom

H.Gunawan, Ary. 2006.Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hartoto. 2008.Defenisi Sosiologi Pendidikan. Online (http://www.fatamorghana. wordpress.com, diakses 20 Maret 2008).

HINDESS, Barry (ed. 1977). Sociological theories of the Economy. London, the Mac Millan Press.Ikhwanuddin Syarif (ed). (2001)Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia baru, 70 tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. Jakarta: Grasindo, 2001.

KAZACIGIL, Ali (ed. 1994). Sociology: State of the Art I. International Social Sciences Journal, February 1994:139. Paris, Blackwell Publ.

MARX, K. (1956). Selected Writings in Sociology and Social Philosophy. (Translation by T.B. Bottomore). New York, Mc Graw-Hill Books.

MARTINELLI, alberto (2002). Markets, Government and Global Governance. Presidential address, ISA XV Congress, Brisbane 2002

MILLS, C, Wright (1961). The Sociological Imagination. New York, Grove Press, Inc.

MUDIM BE, V.Y. (ed. Dkk, 1996). Open the Social Sciences. Refort of the Guilbenkian Commission of the Gulbenkian Commission on the Restructuring of the Social Science. Stanford, Stanford Univ. Press.

PARSONS, Talcot (1951). The Social System; The Major Exposition of the Authors Conceptual Scheme. New York, Free Press.

Richard Tinning,et.,al, (2001)Becoming a physical education teacher, Australia: Printice hall.

SIMMEL, G. (1955). Conflict and the Web of Group Affixations. New York, The Free Press.

____________ (1950). The sociology of George Simmel. New York, The Free Press of Glencol

SIMONDS, A.P. (1978). Karl Mennheims Sociology of Knowledge. Oxford, Clarendom Press

SOROKIN, P.A. (1928). Contemporary Sociological Theories; through the First Quarter of the 20thCentury. New York, Harper Torchbooks.

STEINER, Philippe (2001). The Sociology of Economic Knowledge. The Return of Economic Sociology in Europe (a. Symposium) dalam European Journal of Social Theory 4 (4). London, Sage Publications

Sutan Zanti dan Syahniar Syahrun, (1993)Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Dirjeb Pend. Tinggi.

WEBER, M. (1964). The Theory of Sociology Imagination. New York, Grove Press, Inc.Wendy Kohli (ed).,(1995)Critical Conversations in Pholosophy of Education. New York: Routledge.WERTHEIM, W.F. et.al. (ed.s 1955-1957). Indonesian Sociological Studies; Selected Writings of B.Watson,A.S. (1992): Children in Sports, dalam Textbook of Science and Medicine in Sport Edited by J.Bloomfield, P.A.Fricker and K.D.Fitch; Blackwell Scientific Publications.William H. Freeman, 6thed. (2001)Physical Education and sport in a changing society. Boston: Allyn & Bacon.Schrieke (2 parts). The Haque, W. van Hoeve.