pengaruh media mind map terhadap hasil belajar...
TRANSCRIPT
PENGARUH MEDIA MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS IX SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA NEGERI 1 SINTUK TOBOH GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN
TESIS
Oleh
SUFRIYATNI NIM 51588
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN KONSENTRASI PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
i
ABSTRACK
Sufriyatni, 2011. The Effect of Using Mind Map Media to the Class Learning Results of Biology Subject in Grade IX SMPN 1 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Thesis, Graduate Program, State University of Padang.
Based on the observation that has been done by the writer when she taught in
SMPN 1 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman, it can be concluded that the learning results of grade IX students is relatively low. This condition happened because there were students who were not active in learning process, so it was a teacher-centered form. Teachers rarely used learning strategies. They often just used Speech Method because of the limited teaching material and media of learning that were available. This research is aimed to show the effect of applied Mind Map learning media to the students’ learning results. The use of Mind Map is expected to increase the students’ understanding of the learning material and dodging the bored feeling of the students while they are in the learning process, followed by the increasing of learning results.
This research is a Quasi Experimental. The population is all of the students in six classes of grade IX SMPN 1 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman which the total is about 203 students. By using the Purposive Sampling technique, therefore, the sample of this research are class IX5 (34 students) as the experiment class and class IX4 (34 students) as the control class. The date that is taken is the primary data from students’ final test score in the sample class. Then the date is analyzed by using T-test.
While the sum of learning result score of the experiment class is about 14.94 and the control class is about 12.88. Data analysis result shows that price of thitung 4.298 and ttable 2.387. Based on the received hypothesis criterion, if thitung> ttable, the hypothesis that is proposed is accepted. So, it can be concluded that Mind Map Application in the learning process gives a significant result to the increasing of students’ learning results in grade IX SMPN 1 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman.
ii
ABSTRAK
Sufriyatni, 2011. Pengaruh Media Mind Map Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Berdasarkan obeservasi penulis selama mengajar di SMP Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman, bahwa hasil belajar siswa kelas IX masih relatif rendah. Kondisi ini disebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih terpusat pada guru. Guru jarang menggunakan strategi belajar selain metode ceramah, dan terbatasnya bahan ajar dan media pembelajaran yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan media pembelajaran mind map terhadap hasil belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran mind map diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan mencegah timbulnya rasa bosan pada siswa selama proses pembelajaran sehingga hasil belajarnya juga meningkat.
Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental. Populasinya adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 6 kelas dengan total 203 siswa. Dengan menggunakan teknik purposive sampling maka sampel penelitian ini adalah kelas IX5 (34 siswa) sebagai kelas eksperimen dan kelas IX4 (34 siswa) sebagai kelas kontrol. Data yang diambil merupakan data primer dari skor hasil tes akhir siswa di kelas sampel. Kemudian data dianalisis menggunakan uji t.
Hasil penelitian menemukan bahwa rata-rata skor hasil belajar kelas eksperimen sebesar 14,94 dan kelas kontrol sebesar 12,88. Hasil analisis data menunjukkan bahwa harga thitung 4,298 dan ttabel 2,387 Berdasarkan kriteria penerimaan hipotesis jika thitung > ttabel, maka hipotesis yang diajukan diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan media mind map dalam pembelajaran memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa.
1. Karya tulis saya, tesis dengan judul Pengaruh Penerapan Media Mind Map
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sintuk Toboh
Gadang Kabupaten Padang Pariaman Tahun Pelajaran 2010/2011 adalah asli
dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di Universitas
Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa
bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan
jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan
nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh
karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan
hukum yang berlaku.
Padang, Juli 2011 Saya yang menyatakan SUFRIYATNI NIM 51588
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan proposal
tesis ini dengan judul “Pengaruh Media Mind Map Terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sintuk Toboh
Gadang Kabupaten Padang Pariaman”.
Penyusunan proposal tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan. Program Studi Teknologi Pendidikan Kosentrasi
Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Dalam menyusun
Proposal tesis ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan saran-saran
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada.
1. Ibu Dr. Ulfa Syukur, M.Si. sebagai pembibimbing I dan Bapak Dr. Azwir
Anhar, M.Si. sebagai pembimbing II.
2. Bapak ketua dan Bapak sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan
Kosentrasi Pendidikan Biologi.
3. Bapak Dr. Darmansyah, M.Pd. Ibu. Dr. Zulyusri, M.P. dan Ibu Dr. Linda
Advinda, M.Kes. sebagai kontributor/penguji.
4. Bapak Dr. Ramadhan Sumarmin, M.Si. sebagai validator untuk lembaran
instrumen pembelajaran.
v
5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Teknologi Pendidikan Kosentrasi
Pendidikan biologi serta karyawan/karyawati Pascasarjana Universitas
Negeri Padang.
6. Rekan-rekan mahasiswa konsentrasi Pendidikan Biologi Pascasarjana
Universitas Negeri Padang.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis, dalam kesempatan ini tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tesis ini,
namun jika terdapat kesalahan-kesalahan yang masih luput dari koreksi penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Padang, Juli 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ..…………………………………………... i
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ………………………………………… ii
SURAT PERNYATAAN ……………………………………………………... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
D. Perumusan Masalah .................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................... 9
1. Belajar dan Pembelajaran........................................................ 9
vii
2. Pembelajaran Konvensional ................................................. 14
3. Media Pembelajaran .……………….................................... 16
4. Pembelajaran Dengan Peta Pikiran (Mind Map) .…………. 24
5. Hasil Belajar ......................................................................... 30
6. Kaitan Mind Map dengan Hasil Belajar ................................ 34
B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 36
C. Kerangka Pemikiran ……………………………………………. 37
D. Hipotesis ……………………………………………………….. 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian …..………………………….. 39
B. Populasi dan Sampel ………………………………………….. 39
1. Populasi …………………………………………………… 39
2. Sampel …………………………………………………….. 40
C. Definisi Operasional …………………………………………... 40
D. Variabel dan Data ……………………………………………... 41
1. Variabel .…………………………………………………… 41
2. Data ……………………………………………………….. 42
E. Pengembangan Instrumen .…………………………………….. 42
1. Validitas …………………………….……………………… 43
2. Reliabilitas ……………………………...………………….. 45
3. Daya Pembeda …………………………………………….. 46
viii
4. Indeks Kesukaran …………………………………………. 48
F. Teknik Pengumpulan Data .……………………………………. 49
1. Tahap Persiapan ..…………………………………………... 49
2. Tahap Pelaksanaan ………………………………………… 49
3. Tahap Evaluasi ……………………………………………. 51
G. Teknik Analisis Data ..……………………………………….. 51
1. Uji Persyaratan Analisis …………………………………… 51
2. Uji Hipotesis ……………………………………………….. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ..…………………………………………….…. 55
B. Pengujian Persyaratan Analisis ………………………………… 57
1. Hasil Uji Normalitas Data ………………………………… 57
2. Uji Homogenitas Kelompok ………………………………. 58
C. Pengujian Hipotesis ………………………………………….... 59
D. Pembahasan …………………………………………………… 59
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ………………………………………………………. 65
B. Implikasi ……………………………………………………..... 65
C. Saran ………………………………………………………….. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Fase kegiatan proses pembelajaran ……………………………………….. 12
2. Klasifikasi Media …………………………………………………………. 22
3. Jumlah Kelas dan Rata-rata ujian mid semestrer I Sains Bioligi Siswa Kelas IX SMPN 1 Sintuk Toboh Gadang Tahun Pelajaran 2010/2011……. 40
4. Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran pada Kedua Kelas Sampel .…………. 50
5. Data Tes Hasil Belajar (skor mentah) ……………….................................... 55
6. Data Tes Hasil Belajar (nilai) ……………………………………………… 56
7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data …………………………………… 57
8. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ………………………………… 58
9. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis …………………………………………... 59
x
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman
1. Contoh Peta Pikiran ………………………………………………………... 29
2. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………….. 38
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lembar Validasi Instrumen Penelitian …………………………………….. 71
2. Lembaran Validasi Tes Hasil belajar ……………………………………… 72
Rekapitulasi Hasil Validasi Alat Evaluasi (Lampiran. 2 Lanjutan) ............... 73
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen …………………… 75
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol (Lampiran. 3 Lanjutan) 107
4. Lembaran Kerja Siswa (LKS) ……………………………………............... 138
5. Kisi-Kisi Soal Evaluasi …………………………………………………….. 150
6. Soal Evaluasi ………………………………………………………............. 151
7. Kunci Jawaban ……………………………………………………………... 157
8. Analisis Soal Uji Coba tes Akhir …………………………………………. 158
Reliabilitas Soal Tes Akhir (Lampiran. 8 Lanjutan) ……………………... 159
9. Tabulasi Analisis Uji Coba Soal Tes Akhir ………………………………. 160
10. Analisis Soal Ujian Kontrol ………………………………………………. 161
Reliabilitas Soal Ujian Kontrol ……………………………………............ 162
Analisis Soal Ujian Ekperimen ……………………………………............ 163
Reliabilitas Soal Ujian Ekperimen ………………………………………… 164
11. Tabulasi Data Hasil Ujian …………………………………………............ 165
12. Analisis Uji Normalitas Data Kelas Kontrol ………………………............ 166
xii
13. Analisis Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen …………………………. 167
14. Uji Homoginitas …………………………………………………………… 168
15. Uji Hipotesis ………………………………………………………………. 169
16. Media Mind Map ………………………………………………………….. 170
17. Gambar Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen ……………………. 174
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran di sekolah selama ini umumnya menggunakan strategi
pembelajaran konvensional. Pembelajaran seperti ini menempatkan guru sebagai
tokoh sentral yang memberi materi kepada siswa lebih menonjol. Siswa hanya
mendengar penjelasan dari guru untuk kemudian disalin ke dalam catatan,
sehingga siswa terlihat kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa
sulit memahami konsep-konsep biologi tertentu, disebabkan kurangnya daya
serap siswa, ini memberikan dampak pada hasil belajar yang didapatkan kurang
optimal.
Pada pembelajaran IPA Biologi, siswa seringkali kesulitan memahami
materi yang disajikan guru, karena materi pelajaran biologi banyak berupa
konsep-konsep yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu, seorang guru harus mampu
menyampaikan konsep-konsep yang sifatnya abstrak menjadi konkrit. Untuk
memudahkan mempelajari konsep yang abstrak menjadi konkrit, seorang guru
harus lebih kreatif dan inovatif dalam memilih metoda mengajar dan media
pembelajaran yang akan digunakan. Media pembelajaran yang digunakan
berfungsi sebagai alat bantu mengajar oleh guru. Menurut Arsyad (2006: 16)
selain alat bantu bagi guru, media juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman materi pembelajaran.
2
Dalam rangka memudahkan siswa mempelajari konsep yang abstrak
menjadi konkrit, seorang guru membutuhkan media pendukung yang dapat
menyajikan konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit dan dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar. Pemakaian media dalam proses pembelajaran akan
dapat membangkitkan motivasi dan minat yang baru bagi siswa untuk belajar
(Angkowo & Kosasih, 2007: 27). Media sebagai bagian dari sistem instruksional
mempunyai nilai praktis karena mampu membuat konsep-konsep abstrak menjadi
konkrit, bisa menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata biasa
Pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas umumnya kurang
memanfaatkan media, kebanyakan guru menggunakan metode ceramah. Pada hal
mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat manusia.
Menurut Rostikawati (2008: 1) tujuan pencatatan adalah membantu mengingat
informasi yang tersimpan dalam memori. Tanpa mencatat dan mengulangi
informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan.
Namun kebanyakan yang terjadi sekarang ini siswa tidak dapat mengingat materi
yang diberikan oleh guru dan tersimpan lama. Untuk mengatasi hal tersebut,
siswa dituntut melakukan berbagai hal, salah satunya mencatat dengan baik
materi yang diberikan guru.
Selain itu, ketika guru memberi pertanyaan, yang menjawab ataupun
menanggapi hanya beberapa siswa, dan itupun seringkali siswa yang sama. Siswa
sangat jarang mengajukan pertanyaan kepada guru maupun kepada temannya
selama proses pembelajaran. Interaksi yang kurang antara guru dengan siswa,
3
siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru menyebabkan proses pembelajaran
menjadi kurang hidup, kurang menarik, dan menyebabkan perhatian siswa
terbagi. Siswa juga terlihat kurang termotivasi untuk belajar. Ketika guru
berupaya menghidupkan proses pembelajaran, seperti dengan meminta siswa
maju ke depan untuk mengerjakan tugas, partisipasi siswa sangat rendah. Mereka
tidak begitu tertarik dengan apa yang dilakukan gurunya dan sibuk dengan
aktivitasnya masing-masing.
Faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa seperti cara
guru mengajar, media yang digunakan, kurikulum yang dipakai, sarana dan
prasarana dan masih banyak lagi. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
siswa adalah pembelajaran yang masih terpusat pada guru, dimana guru
menyajikan materi sementara siswa hanya menerima. Pembelajaran seperti ini
membuat siswa tidak merasa tertantang untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
tidak optimal dan akibatnya hasil belajar kurang memuaskan, sesuai dengan
pendapat Nasution (1995: 89) bahwa.
Makin banyak kita berikan aktivitas pada sesuatu, makin dalam kita menguasainya. Pelajaran tidak segera terkuasai dengan mendengarkan atau membacanya saja. Masih perlu lagi kegiatan-kegiatan lain seperti membuat rangkuman, mengadakan tanya jawab atau diskusi dengan teman-teman, mencoba menjelaskan kepada orang lain.
4
Pembelajaran yang terpusat pada siswa dapat membuat siswa menemukan
sendiri konsep yang mereka pelajari, selain itu siswa lebih mudah ingat dan
paham dengan materi yang diajarkan.
Guru sebagai salah satu komponen dalam dunia pendidikan berperan serta
untuk meningkatkan mutu pendidikan biologi. Seperti yang dikemukakan oleh
Hamalik (2001: 45) bahwa.
Peran guru sangat dominan. Guru dapat menentukan segala sesuatu yang dianggapnya tepat untuk disajikan kepada murid-muridnya. Guru dipandang sebagai orang yang mengetahui, ia berperan dalam mengembangkan kualitas individu menuju warganegara yang memahami ilmu dan teknologi, karena guru adalah yang paling pandai. Ia menyiapkan tugas-tugas, memberikan latihan dan penelitian.
Guru memegang peranan yang paling utama dalam pembelajaran, guru perlu
mengupayakan pendekatan pelajaran agar siswanya dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Seperti menerapkan media pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan pemahami konsep dan prinsip biologi. Menurut
Suryosubroto (1997) “kemampuan guru untuk melaksanakan pembelajaran
dengan tepat dan bervariasi dapat menciptakan proses belajar mengajar yang baik
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar”.
Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan membuat
catatan yang baik dengan mind map. Nasution (1995) menyatakan bahwa
membuat catatan memerlukan pemikiran jadi tidak sama dengan menyalin.
Catatan itu harus merupakan rangkuman yang memberikan gambaran tentang
5
garis-garis besar pelajaran. Hal ini berguna membantu siswa untuk mengingat,
mengulang pelajaran kelak.
Mind map merupakan alat bantu untuk berfikir kritis, kreatif, efektif dan
inovatif, yang memudahkan untuk mengingat banyak informasi. Mind map dapat
membuat belajar siswa lebih menyenangkan karena Mind Map dapat membantu
mengaktifkan otak, mengembangkan gaya belajar visual. Mind Map memadukan
dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.
Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan
seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara
tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan
sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima, yang
dapat mengalihkan suatu informasi dari ingatan jangka pendek (Short Term
Memory) ke ingatan jangka panjang (Long Term Memory).
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Buzan (2007) “Mind map
adalah cara mencatat kreatif, efektif secara harfiah akan memetakan pikiran-
pikiran kita”. Selain itu Mind map merupakan alternatif agar konsep-konsep
biologi dapat lebih mudah diingat oleh siswa.
Sebuah Mind map dibuat dengan kata-kata, warna, garis serta gambar-
gambar yang menarik yang disesuikan dengan pemikiran siswa itu sendiri,
sehingga siswa akan lebih mudah menggali dan mengingat kembali informasi
yang mereka dapatkan. Porter (2003) menyatakan bahwa.
6
Otak mengambil informasi, campuran gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan dan kemudian memisah-misahkan kedalam bentuk linear. Saat otak mengingat informasi, biasanya dilakukan dalam bentuk gambar, warna-warni, simbol, bunyi dan perasaan.
Otak merekam informasi melalui simbol, gambar dan warna, sehingga
memudahkan untuk mengingat informasi, dengan metode Mind map ini
diharapkan memudahkan siswa dalam menyimpan dan mengambil kembali
informasi yang disimpan dalam otak serta dapat mengembangkan kreatifitas siswa
yang menyebabkan hasil belajar biologi meningkat.
Penelitian tentang penggunaan Mind map sebelumnya telah diteliti oleh
Kurniawati (2010) mata pelajaran IPS, Rahma (2010) mata pelajaran Biologi
menyatakan bahwa pembelajaran Mind map dapat meningkatkan pemahaman dan
sekaligus dapat mengembangkan kreatifitas siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis telah melakukan penelitian tentang cara
menyajikan materi pembelajaran dengan media Mind Map, yang memfokuskan
pada pengaruh media pembelajaran Mind Map terhadap hasil belajar siswa kelas
IX SMP Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman dapat
meningkat atau menurun.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai
berikut ini.
1. Pembelajaran yang berlangsung di kelas lebih terpusat pada guru.
7
2. Interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan guru dengan
siswa dalam pembelajaran masih rendah.
3. Motivasi belajar siswa rendah.
4. Media pembelajaran yang tersedia terbatas.
5. Hasil belajar Biologi siswa masih relatif rendah.
6. Penggunaan mind map.
C. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah, serta agar penelitian ini lebih terarah
dan terpusat pada hasil yang diinginkan, maka penulis membatasi permasalahan
sebagai berikut ini.
1. Penggunaan Media Mind Map dibatasi pada sikap ingin tahu siswa untuk
mengembangkan materi pelajaran Biologi.
2. Hasil belajar siswa dibatasi pada penguasaan materi sistem koordinasi
manusia yang berupa nilai tes.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh media Mind Map
terhadap hasil belajar Biologi pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Sintuk Toboh
Gadang Kabupaten Padang Pariaman.
8
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini bertujuan
Untuk mengetahui pengaruh media Mind Map terhadap hasil belajar Biologi pada
siswa kelas IX SMP Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut ini.
1. Informasi bagi guru untuk menemukan alternatif dalam upaya mengatasi
rendahnya hasil belajar siswa.
2. Informasi bagi guru untuk menemukan alternatif dalam mengatasi sulitnya
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang padat.
3. Bahan pertimbangan bagi pimpinan sekolah sebagai bahan diskusi dalam
menemukan metode yang tepat yang bisa digunakan oleh guru dalam
memperbaiki proses pembelajaran biologi.
4. Bahan acuan bagi peneliti lain yang relevan.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Belajar dan pembelajaran
Daryanto (2009: 2) mendefinisikan belajar sebagai “suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Winkel (1987: 36)
mengemukakan bahwa belajar dapat dirumuskan sebagai “suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas”.
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar akan terjadi proses
pembelajaran. Pembelajaran bisa diartikan sebagai tiap upaya yang sistematik
dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi agar peserta didik
melakukan kegiatan belajar melalui interaksi edukatif antara peserta didik
dengan pendidik melalui kegiatan belajar dan membelajarkan (Sudjana, 2001:
8). Winkel (1991 dalam Sutikno 2009: 31) mengartikan pembelajaran sebagai
“seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang
berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di
10
dalam diri peserta didik”. Adapun ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai
berikut ini.
a. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu
perkembangan tertentu.
b. Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang
direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik.
d. Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kegiatan pembelajaran.
e. Aktor guru yang cermat dan tepat.
f. Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-
masing.
g. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
h. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk (Sutikno, 2009:
35).
Gagne dalam Winkel, (1996: 369 dalam Majid 2005: 69-70)
menyatakan bahwa fase dalam kegiatan membelajarkan adalah sebagai
berikut ini.
Fase Motivasi siswa sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri. Hal ini sangat berperan, karena siswa harus berusaha memeras otaknya sendiri. Karena kalau kadar motivasinya lemah, siswa akan cenderung membiarkan permasalahan yang diajukan. Peran guru dalam hal ini adalah menimbulkan motivasi belajar siswa dan menyadarkan siswa akan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
11
Fase Menaruh Perhatian (attention, alertness) siswa memperhatikan
unsur-unsur yang relevan sehingga terbentuk pola-pola perseptual tertentu.
Siswa secara khusus memperhatikan hal-hal yang dipelajari, sehingga
konsentrasi terjamin.
Fase pengolahan siswa memahami informasi dalam Short Term Memory
(STM) atau memori jangka pendek dan mengolah informasi untuk diambil
maknanya. Dalam hal ini siswa harus menggali ingatan siasat-siasat yang
pernah digunakannya; mana yang cocok untuk problem ini. Kalau tidak
tersedia siasat (strategy) dalam ingatan, siswa harus menciptakan siasat baru
dan ini membutuhkan pikiran kreatif, paling sedikit pikiran terarah.
Fase umpan balik (feedback, reinforcement) siswa mendapatkan
konfirmasi, sejauh prestasinya tepat. Siswa mendapat konfirmasi tentang tepat
tidaknya penyelesaian yang ditemukannya; komunikasi ini dapat
meningkatkan atau menurunkan motivasi siswa untuk berusaha memeras otak
lagi pada lain kesempatan.
Untuk pengaplikasian fase-fase di atas dalam kegiatan pembelajaran
dengan mencakup kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Gagne
(1988 dalam Majid 2005: 70-71) mengemukakan penyempurnaan rangkaian
fase kegiatan proses pembelajaran pada Tabel 1 berikut ini.
12
Tabel 1. Fase kegiatan proses pembelajaran
Fase Kegiatan Kegiatan Siswa
a) Perhatian attention, alertness)
Siswa khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari.
b) Menyadari tujuan belajar (motivation, expectancy)
Siswa sadar akan tujuan instruksional dan bersedia melibatkan diri.
c) Menggali (retrieval to working memory)
Siswa mengingat kembali dari ingatan jangka panjang apa yang sudah diketahui/ dipahami/ dikuasai tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.
d) Berpersepsi selektif (selective perception)
Siswa mengamati unsur-unsur dalam perangsang yang relevan bagi pokok bahasan. Siswa memperoleh pola perseptual.
e) Mengolah informasi (encoding, entry to storage)
Siswa memberikan makna pada pola perseptual dengan membuat informasi sungguh berarti, antara lain dengan menghubungkannya dengan informasi lama yang sudah digali dari ingatan jangka panjang.
f) Menggali informasi (responding to questionork task)
Siswa membuktikan melalui suatu prestasi pada guru dan diri sendiri bahwa pokok bahasan telah dikuasai; memberikan indikasi bahwa tujuan instruksional khusus pada dasarnya telah dicapai.
g) Mendapatkan umpan balik (feedback, reinforcement)
Siswa mendapat penguatan dari guru kalau prestasinya tepat, mendapat koreksi kalau prestasinya salah.
h) Memantapkan hasil belajar (frequent retrieval transfer)
Siswa mengerjakan berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa mengadakan transfer belajar. Siswa mengulang-ulang kembali.
13
Materi atau bahan pelajaran biologi pada dasarnya berupa fakta, konsep,
prinsip, dan teori. Rustaman (2003: 34) mengemukakan belajar biologi
merupakan upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk, dan
diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia
dan lingkungannya. Konsep-konsep dalam pembelajaran biologi berguna
untuk menjelaskan proses membangun pengetahuan dan kesadaran bagaimana
pengetahuan diperoleh dan dikembangkan. Keseimbangan antara asimilasi
(penerapan skema yang dimiliki pada situasi baru) dan akomodasi (mengubah
skema yang lama berdasarkan situasi baru) yang termasuk ke dalam proses
adaptasi diperlukan untuk mengembangkan penalaran dan pengetahuan.
Pengalaman belajar siswa dapat bervariasi, tapi seorang guru yang
profesional akan mengupayakan agar siswanya belajar secara bermakna.
Belajar biologi secara bermakna akan dialami siswa apabila siswa terlibat
aktif secara intelektual, manual dan sosial dalam proses pembelajaran. Untuk
merumuskan pengalaman belajar, guru harus memperhatikan beberapa faktor,
diantaranya berikut ini.
a. Karakteristik konsep yang diajarkan, yaitu tuntunan yang sudah melekat
untuk tiap konsep.
b. Kesiapan siswa, melalui perhatian guru terhadap tingkat perkembangan,
terutama kognitif siswa.
c. Ketersediaan alat, sebelum merancang suatu pengalaman belajar perlu
diidentifikasi sarana yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.
14
2. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksud disini adalah pembelajaran
yang biasa didapatkan siswa di sekolah. Guru dalam proses pembelajaran ini
berperan lebih besar dan aktif menyampaikan materi pelajaran. Sedangkan
siswa berperan pasif karena lebih terfokus untuk mendengar yang
disampaikan guru kemudian menyalinnya ke dalam catatan masing-masing.
Sanjaya (2009: 97) menyatakan minimal ada tiga peran utama yang harus
dilakukan guru sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada
guru, yaitu sebagai perencana, penyampai informasi, dan sebagai evaluator.
Sebagai perencana, guru harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan
sebelum pembelajaran seperti, materi pelajaran, media yang digunakan, dan
cara menyampaikan. Dalam melakukan perannya sebagai penyampai
informasi, guru sering menggunakan metode ceramah sebagai metode utama.
Sedangkan sebagai evaluator, guru juga berperan dalam menentukan alat
evaluasi keberhasilan proses pembelajaran.
Percival dan Ellington (1990 dalam Djafaar 2001: 4) mengemukakan
bahwa strategi belajar konvensional dilakukan dengan cara berikut ini.
a. Guru mengkomunikasikan pengetahuannya kepada siswa dalam bentuk
pokok bahasan sesuai silabus.
b. Biasanya kelas berlangsung dan selesai dalam waktu tertentu sesuai
jadwal.
15
c. Metode mengajar yang dipakai tidak beragam bentuknya, yang paling
banyak digunakan adalah metode ceramah secara tatap muka.
d. Tanpa adanya usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang
berbeda sesuai dengan tingkat kesulitan setiap siswa.
Strategi belajar konvensional juga mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan strategi konvensional adalah sebagai berikut ini.
a. Umumnya lembaga pendidikan yang menerapkan strategi belajar ini
posisinya cukup mantap.
b. Memudahkan lembaga pendidikan dalam mengefisienkan akomodasi dan
sumber-sumber peralatan, penggunaan jadwal yang efektif, semua bahan
belajar tercakup, terutama pertimbangan tentang kapan siswa dipersiapkan
untuk ujian.
c. Guru dapat membuat situasi belajar yang berbeda untuk semua siswa,
semua rancangan dibuat disesuaikan dengan materi yang diajarkan, serta
tingkat pengalaman belajar para siswa.
Di samping kelebihan-kelebihan itu, strategi konvensional mempunyai
kelemahan-kelemahan berikut ini.
a. Keberhasilan belajar siswa sangat tergantung pada keterampilan dan
kemampuan guru semata.
b. Kecepatan siswa dalam belajar disamakan dengan guru, sementara siswa
mempunyai kemampuan dan kecepatan belajar yang bervariasi.
16
c. Metode mengajar yang selalu digunakan belum sepenuhnya sesuai untuk
mengajarkan keterampilan dan sikap yang diinginkan.
d. Aktivitas belajar sangat tergantung pada jadwal waktu yang kaku
disebabkan kurangnya perhatian pelaksana terhadap kondisi tersebut.
e. Guru cenderung bersikap memberi/menyerahkan pengetahuan dan
membatasi jangkauan siswa sehingga siswa terbatas memilih topik yang
disukai dan relevan dengan paket keterampilan yang dipelajarinya
(Djafaar, 2001: 4-5).
3. Media Pembelajaran
Guru sebagai salah satu komponen terpenting dalam pembelajaran
dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang menarik sehingga siswa
tumbuh keinginan dalam dirinya dan merasa tertarik untuk belajar. Salah satu
cara yang ditempuh guru untuk menciptakan suasana belajar yang tidak
monoton adalah dengan menggunakan media, baik yang dirancang sendiri
maupun media yang sudah jadi.
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan
informasi. Media adalah segala sesuatu yang membawa atau menyalurkan
informasi antara sumber dan penerima. Media (jamak dari medium) dalam
arti umum dipakai sebagai alat komunikasi atau perantara (Arsyad, 2006:
3). Media sebagai sarana penyalur informasi dan pesan merupakan salah
17
satu penunjang dalam proses pembelajaran. Pendefinisian media
pembelajaran menurut Angkowo & Kosasih (2007: 10) adalah “Segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong
terlibat dalam proses pembelajaran”.
“Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad 2006: 3) media secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi
untuk membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap”. Dalam hal ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah adalah
media. Secara lebih khusus, media dalam proses pembelajaran cenderung
berkaitan dengan alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual.
Setiap guru dituntut untuk dapat membuat dan mengembangkan
media pembelajaran dan dapat memanfaatkan hasil kemajuan teknologi
dalam pembuatan media pembelajaran serta mempertimbangkan beberapa
hal. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media
yang baik. Menurut Arsyad (2006: 75) ada 6 kriteria dalam memilih media
sebagai berikut ini.
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.
18
3) Praktis, luwes dan bertahan. 4) Guru terampil menggunakannya. 5) Pengelompokkan sasaran. Media yang efektif untuk
kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
6) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu.
Penggunaan media yang tepat sangat perlu dipikirkan oleh guru.
Dalam pemanfaatan media guru harus tahu kondisi belajar yang ada,
seperti dana yang tersedia, kemudahan dalam membuat media, kecakapan
guru dalam menggunakan media dan yang terpenting siswa mengerti cara
penggunaan media yang ada. Selain itu, guru juga harus mengetahui ciri-
ciri media dalam pendidikan.
Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2006: 12-14)
mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media
digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang
mungkin guru tidak mampu melakukannya yaitu sebagai berikut ini.
1) Ciri fiksatif menjelaskan bahwa media yang digunakan dapat menyimpan informasi dalam waktu yang lama seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film.
2) Ciri manipulatif menjelaskan bahwa media yang digunakan dapat dimanipulasi atau diedit, diputar mundur sesuai yang diinginkan seperti rekaman video, motion film.
3) Ciri distributif menjelaskan bahwa media pembelajaran dapat diperbanyak dimanfaatkan oleh berbagai sekolah atau penyebaran media tersebut tidak terbatas hanya pada sekolah-sekolah tertentu sehingga diharapkan setiap sekolah memiliki konsep yang sama dalam pemahaman
19
pembelajaran seperti rekaman video, disket komputer, audio.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat bantu bagi guru dalam
mengajar agar efektif. Maksud dan tujuan dari media ini memberikan
variasi dalam cara-cara mengajar, memberikan lebih banyak realita dalam
mengajar, membantu siswa untuk lebih memahami hal yang dipelajarinya
sehingga terwujud, lebih terarah untuk pencapaian tujuan pembelajaran.
Adanya kerjasama guru dalam memanfaatkan media pembelajaran dengan
siswa, dapat meningkatkan interaksi guru dengan siswa. Dengan adanya
interaksi ini maka peserta didik tidak ragu lagi bertanya jika mereka tidak
faham.
Pemahaman siswa dalam belajar dapat meningkatkan prestasi belajar
dan mereka termotivasi untuk terus belajar. Hamalik (dalam Arsyad,
2006: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media dalam proses
pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, serta
membangkitkan motivasi bagi siswa dalam belajar. Selain itu, Slameto
(2003: 13) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan atau keterampilan, kebiasaan,
dan tingkah laku.
Dalam proses pembelajaran, ada dua unsur yang amat penting yakni
metode dan media pembelajaran. Pemilihan metode tertentu akan
20
mempengaruhi jenis media yang sesuai dengan metode tersebut. Di
samping itu, ada aspek lain yang perlu diperhatikan, yaitu tujuan
pembelajaran, bahan kajian, pendekatan yang digunakan, evaluasi yang
dikembangkan, serta jenis tugas yang diharapkan dikuasai oleh siswa di
akhir proses pembelajaran. “Menurut Angkowo & Kosasih (2007: 27)
salah satu fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
pembelajaran, yang ikut mempengaruhi situasi, kondisi dan lingkungan
belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diciptakan
dan didesain oleh guru”. Media pembelajaran berfungsi membantu guru
dalam mengajar.
Fungsi lain dari media pembelajaran menurut Schramm (1977 dalam
Festiyed 2008: 35) adalah.
Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa; media dapat mengatasi batas ruang kelas; media memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dan lingkungan; media dapat menghasilkan keseragaman pengamat; media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat; media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik; media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru; media dapat mengontrol atau kecepatan belajar peserta; media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkrit sampai yang abstrak.
c. Klasifikasi Media Pembelajaran
Perkembangan teknologi membawa pengaruh yang pesat terhadap
perkembangan media pembelajaran. Diantaranya media pembelajaran
21
tersebut dapat berupa media cetak, elektronik, audiovisual dan interaktif.
Perkembangan ini juga membawa pengaruh pada pengguna media itu
sendiri, khususnya pada aspek psikologis. Suatu media dapat memberikan
pengaruh psikologis yang berbeda pada masing-masing orang. Ada yang
tergugah emosinya ketika membaca, melihat dan mendengar. Oleh karena
itu, dikembangkan suatu bentuk media pembelajaran yang dapat
mempengaruhi emosi penerima informasi sewaktu dia melihat, membaca,
dan mendengar informasi yang disampaikan.
Menurut Sudjana dan Rivai (2003: 3) ada beberapa jenis media
pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran berikut
ini.
1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.
2) Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk Media, seperti Media padat, Media penampang, Media susun, Media kerja, mock up, dan diorama.
3) Media proyeksi seperti slide, film strips, film, dan penggunaan OHP.
4) Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran.
Pengelompokkan berbagai jenis media dikemukakan pula oleh
Leshin (1991 dalam Arsyad, 2006: 36), mengklasifikasikan media ke
dalam lima kelompok, berikut ini.
1) Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, kegiatan kelompok).
22
2) Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan, alat bantu kerja, dan lembaran lepas).
3) Media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, trasparansi, slide).
4) Media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi).
5) Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext).
Menurut Kemp & Dayton (2001 dalam Arsyad, 2006: 37)
mengelompokkan media ke dalam delapan jenis berikut ini.
1) Media cetakan. 2) Media pajang. 3) Overhead transparacies. 4) Rekaman audiotape. 5) Seri slide dan filmstrips. 6) Penyajian multi-image. 7) Rekaman video dan film hidup. 8) Komputer”. Sedangkan, Anderson (1992 dalam Afrahamiryano, 2010: 23)
mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi 10 golongan seperti yang
yang terlihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Klasifikasi Media. No (1)
Golongan Media
(2)
Media Instruksional
(3)
Alat Bantu Instruksional
(4) 1 Audio (suara
saja). Pita audio, piringan audio, radio.
- Telepon - Radio
2 Bahan cetak termasuk gam-bar dan foto.
Teks terprogram, manual, alat bantu kerja.
Selebaran, gambar, papan tulis, diagram, grafik, peta.
3 Audio cetak (kombinasi) Golongan 1
- Buku pegangan siswa dan pita atau piringan audio.
Konferensi jarak ja-uh yang menggu-nakan bahan-bahan
Bersambung ……….
23
Sambungan Tabel 2
No (1)
Golongan Media
(2)
Media Instruksional
(3)
Alat Bantu Instruksional
(4)
dan 2). - Blanko, diagram, bahan acuan dan sebagainya yang digunakan bersama pita atau piringan audio
yang dikirimkan lebihdahulu (via pos dansebagainya).
4 Visual, proyek diam.
Film bingkai dan rangkai (jika ditunjang dengan pesan-pesan verbal yang terekam).
Film bingkai, transparansi, hologram.
5 Audiovisual proyeksi diam.
- Film rangkai suara (pita atau piringan audio bersama film rangkai).
- Film bingkai bersuara (segala jenis film bingkai dengan pita atau piringan audio).
Konferensi jarak ja-uh yang mengguna-kan film bingkai.
6 Visual gerak Film gerak tanpa suara. Film tanpa suara.
7 Audiovisual gerak.
Film gambar bergerak (rekaman video).
Video
8 Objek fisik. - Benda nyata. - Peragaan atau Media
benda sesungguhnya.
- Benda nyata. - Media.
9 Sumber-sumber manusia dan lingkungan.
- - Situasi permainan - Studi kasus - Studi wisata. - Diskusi kelompok.
10 Komputer - CAI-CMI. - Komputer.
-
(Sumber: Afrahamiryano, 2010: 23).
24
4. Pembelajaran dengan Peta Pikiran (Mind Map)
Peta pikiran merupakan cara sederhana untuk membuat catatan kreatif,
efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Selain itu,
peta pikiran juga akan memberi pandangan menyeluruh terhadap pokok suatu
masalah serta menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat
(Buzan, 2007: 4). Sedangkan Yoga (2007: 4) menyimpulkan bahwa peta
pikiran merupakan “suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci
yang universal untuk membuka potensi dari seluruh otak karena
menggunakan seluruh keterampilan yang terdapat pada bagian neo korteks
dari otak atau yang lebih dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan”.
Otak manusia yang terdiri dari neuron sebagai struktur dasar, merupakan
pusat berpikir, berperilaku, dan emosi. Menurut Lawrence (1990 dalam Uno
2009: 57), otak manusia dapat digolongkan dalam dua fungsi, berikut ini.
a. Otak logika.
b. Otak emosi, yang menjalankan fungsi berbeda dalam menentukan prilaku
kita, namun saling bergantung.
Otak manusia terdiri dari dua belahan kiri dan kanan. Dari hasil
penelitian Prof. Robert Ornstein dari Unversity of California, ditemukan
bahwa otak bagian kiri mengendalikan aktivitas analisis kuantitatif yang
terukur seperti matematika, logika, bahasa, dan lain-lain. Sedangkan otak
bagian kanan berfungsi untuk aktivitas imajinasi seperti warna, musik, irama,
insting, berkhayal, dan lain-lain (Uno, 2009: 61).
25
Demikian pula dalam hal merealisasikan respon keduanya berbeda,
khususnya dalam menghayati pengalaman belajar. Belahan otak kiri berfungsi
untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, dan saintifik. Sedangkan
belahan otak kanan berfungsi untuk berpikir holistis, spasial, metaforis, lebih
banyak menyerap konsep matematika, sintesis, mengetahui sesuatu secara
intuitif, berpikir elaborasi, dan variabel serta dimensi humanistis mistis (Uno,
2009: 56).
Sistem pendidikan yang lebih mengutamakan pengembangan salah satu
bagian otak saja, yakni otak kiri, dapat menyebabkan kurangnya potensi
keseluruhan otak secara drastis karena otak bekerja secara sinergis. Melalui
peta pikiran, kedua sisi otak dapat dipakai selama pembelajaran karena peta
pikiran menggunakan warna, gambar, dan imajinasi yang merupakan wilayah
otak kanan, seiring dengan penggunaan kata-kata, angka, dan logika yang
merupakan wilayah otak kiri. Di samping itu, pemikiran yang sinergis juga
akan didorong melalui cara kita membuat peta pikiran.
Semua gagasan di dalam peta pikiran yang berkaitan juga akan
membantu otak membuat suatu asosiasi. Asosiasi disini berperan dalam
mengaitkan informasi-informasi yang dipikirkan otak sehingga cara pikir otak
yang sinergis dapat berjalan (Buzan, 2007: 60).
Dalam Buzan (2007: 41) dikemukakan urutan evolusi otak manusia
sebagai berikut ini.
26
a) Batang otak, mengendalikan fungsi-fungsi penyangga kehidupan misalnya pernafasan dan laju denyut jantung.
b) Serebelum, atau otak kecil, mengendalikan gerakan tubuh dalam ruang dan menyimpan ingatan untuk respon-respon dasar yang dipelajari.
c) Sistem limbik, yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas talamus dan ganglia basal atau otak tengah. Sistem limbik penting bagi pembelajaran dan ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh (tekanan darah, suhu tubuh, dan kadar gula darah).
d) Serebrum, atau korteks serebral, membungkus seluruh otak dan posisinya berada di depan. Serebrum adalah karya besar evolusi alam dan bertanggung jawab atas berbagai keterampilan termasuk ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan, dan kreativitas. Serebrum adalah hasil evolusi yang paling mengagumkan, serebrum adalah bagian terakhir otak yang berkembang, dan adalah bagian yang memungkinkan kita membuat peta pikiran. Peta pikiran adalah fungsi master piece evolusi.
Peta pikiran adalah alat berpikir kreatif yang mencerminkan cara kerja
alami otak, yang memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan
asosiasinya dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang, dan
yang secara internal selalu digunakan otak (Buzan, 2007: 103). Dengan peta
pikiran, kreativitas kita dapat terdorong dengan munculnya ide-ide cemerlang
serta penemuan solusi yang inspiratif untuk menyelesaikan masalah atau
menemukan cara baru untuk memotifasi diri dan orang lain. Hal ini
dikarenakan peta pikiran akan membantu kita meningkatkan kecepatan
berpikir, memberi kelenturan yang tak terbatas, dan menjelajahi ide-ide
orisinal dalam pemikiran kita (Buzan, 2007: 110).
27
Proses pembuatan peta pikiran dapat dibagi menjadi 4 langkah yang
harus dilakukan berurutan sebagai berikut ini.
a. Menentukan central topic yang akan dibuatkan peta pikirannya. Dalam
buku pelajaran, biasanya yang menjadi central topic adalah judul materi
atau bab. Letakkan judul tersebut di tengah kertas dan usahakan berbentuk
gambar.
b. Membuat Basic Ordering Ideas (BOIs) untuk central topic yang telah
dipilih. BOIs ini dapat berupa bagian-bagian inti dari materi atau sub topik
yang akan dipelajari. Selain itu bisa juga dengan menggunakan 5WH
(what, why, where, when, who and how).
c. Lengkapi setiap BOIs dengan cabang-cabang yang berhubungan dengan
keterangan-keterangan yang terkait. Ini merupakan langkah yang sangat
penting karena pada saat inilah seluruh data harus ditempatkan dalam
setiap cabang BOIs secara asosiatif dan menggunakan struktur radian yang
menjadi ciri paling khas dari suatu peta pikiran.
d. Lengkapi setiap cabang dengan image, baik berupa gambar, simbol, kode,
daftar, grafik, dan garis penghubung, bila ada BOIs yang saling terkait
satu dengan lainnya. Sehingga peta pikiran yang dibuat lebih menarik
serta mudah dimengerti dan diingat (Yoga, 2007: 5-6).
Ada 4 langkah yang harus dilakukan dalam tahap aplikasi dari proses
pembelajaran berbasis peta pikiran sebagai berikut ini.
28
a. Overview: merupakan tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat
proses pembelajaran baru dimulai, yang bertujuan untuk memberikan
gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari.
b. Preview: tinjauan awal yang merupakan lanjutan dari overview dengan
gambaran umum yang lebih detail dibanding overview. Dengan ini siswa
diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub
topik dari bahan sebelum memulai pembahasan yang lebih detail.
c. Inview: tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses
pembelajaran dimana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci,
dan mendalam. Dalam proses ini siswa diharapkan bisa mengumpulkan
informasi untuk membantunya dalam memahami dan menguasai bahan
yang diajarkan.
d. Review: tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran
dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan, serta ditekankan
pada informasi, konsep, atau rumus penting yang harus diingat atau
dikuasai siswa. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai
pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingat kembali
bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya (Yoga, 2007: 9-
10).
29
Gambar 1. Contoh Peta Pikiran
(Buzan, 2007: 136)
Mind Map merupakan cara paling mudah untuk memasukkan dan
mengambil informasi dari dalam otak. Cara ini merupakan cara yang kreatif
dan efektif dalam membuat catatan, sehingga bisa dikatakan peta pikiran
benar-benar memetakan pikiran. Semua peta pikiran memiliki kesamaan. Peta
pikiran selalu menggunakan warna, dengan struktur alamiah berupa radial
yang memancar keluar dari gambar sentral. Peta pikiran menggunakan garis,
lambang, kata-kata, serta gambar, berdasarkan seperangkat aturan yang
sederhana, mendasar, alami, dan akrab dengan otak. Melalui penggunaan peta
pikiran, informasi yang panjang dan menjemukan bisa diubah menjadi bentuk
30
diagram berwarna-warni, mudah diingat dan sangat beraturan serta sejalan
dengan kerja alami otak (Buzan, 2008: 6-7).
Peta pikiran (mind map) menggunakan kemampuan otak akan
pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan
kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, peta pikiran
lebih merangsang secara visual dari pada metode pencatatan tradisional, yang
cenderung linier dan satu warna. Hal ini akan sangat memudahkan kita
mengingat informasi dari peta pikiran (Buzan, 2007: 9).
5. Hasil Belajar
Menurut Uno (2007: 16), terdapat tiga ciri yang tampak dari orang yang
mempelajari suatu objek (pengetahuan) tertentu, yaitu sebagai berikut ini.
a. Adanya objek (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang menjadi tujuan
untuk dikuasai.
b. Terjadinya proses, berupa interaksi antara seseorang dengan lingkungannya
atau sumber belajar (orang, media, dan sebagainya), baik melalui
pengalaman langsung atau belajar berpartisipasi dengan berbuat sesuatu
maupun pengalaman pengganti.
c. Terjadinya perubahan perilaku baru sebagai akibat mempelajari suatu objek
(pengetahuan) tertentu.
31
Setiap orang yang mengalami proses belajar akan memperlihatkan
perubahan. Sagala (2009: 53) mengemukakan ciri-ciri perubahan yang
spesifik itu antara lain sebagai berikut ini.
a) Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus-menerus yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
b) Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
c) Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar.
d) Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integral.
e) Belajar adalah proses interaksi. f) Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada
kompleks.
Hasil belajar merupakan sesuatu yang didapatkan, dikuasai, atau
dimiliki setelah proses pembelajaran berlangsung yang bisa dilihat dari
prestasi belajar yang dicapai siswa. Jadi hasil belajar merupakan tolak ukur
yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam memahami suatu
pelajaran. Gagne (1985) dalam Sutikno (2009: 7) menyebutkan ada lima
macam hasil belajar sebagai berikut ini.
a) Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan oleh guru di sekolah;
b) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat, dan berpikir;
c) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan;
32
d) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot;
e) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan, serta faktor intelektual.
Salah satu cara untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah dengan
melakukan evaluasi hasil belajar. Hamalik (2008: 147) mengemukakan fungsi
pokok evaluasi hasil belajar yaitu sebagai berikut ini.
a) Fungsi edukatif: karena evaluasi bagian dari sistem pendidikan yang dapat memberikan informasi tentang keseluruhan ataupun sebagian dari sistem pendidikan. Selain itu juga dapat mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam proses pendidikan.
b) Fungsi institusional: evaluasi bisa memberikan informasi yang akurat tentang input dan output pembelajaran sehingga bisa diketahui sejauh mana kemajuan siswa dalam proses pembelajaran.
c) Fungsi diagnostik: dengan evaluasi bisa diketahui masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran sehingga bisa dirancang cara untuk memecahkannya.
d) Fungsi administratif: evaluasi menyediakan data tentang kemajuan belajar siswa yang bisa digunakan untuk menentukan apakah siswa itu bisa melanjutkan studi lebih lanjut atau untuk kenaikan kelas.
e) Fungsi kurikuler: data yang didapatkan dari hasil evaluasi berguna untuk pengembangan kurikulum.
f) Fungsi manajemen: komponen evaluasi merupakan bagian integral dalam sistem manajemen yang berguna sebagai bahan bagi pimpinan untuk membuat keputusan manajemen.
Evaluasi hasil belajar memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dari
bidang kegiatan lainnya. Sudijono (2005: 33-38) mengemukakan diantara ciri-
ciri yang dimiliki oleh evaluasi hasil belajar seperti berikut ini.
33
a) Evaluasi pengukurannya dilakukan secara tidak langsung. Ini dilakukan oleh seorang pendidik dengan memperhatikan gejala atau fenomena yang tampak objek penilaian yang dimiliki oleh peserta didik yang bersangkutan.
b) Pengukuran dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat kuantitatif untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan metode statistik yang pada akhirnya diberikan interprestasi secara kualitatif.
c) Kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap.
d) Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik bersifat relatif. e) Dalam kegiatan evaluasi hasil belajar, sulit dihindari
terjadinya kekeliruan pengukuran.
Hasil belajar seseorang dikatakan baik apabila tercapai hal-hal berikut
ini.
a) Hasil belajar itu tahan lama dan dapat digunakan siswa dalam kehidupannya.
b) Hasil belajar itu merupakan pengetahuan asli atau otentik, sehingga akan berguna bagi siswa untuk menghadapi permasalahannya (Sardiman, 2009: 49).
Sudijono (2005: 93-97) mengemukakan beberapa ciri tes hasil belajar
yang baik yaitu memenuhi hal-hal berikut ini.
a) Bersifat valid, dimana tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dengan tepat, benar, shahih, dan absah.
b) Bersifat reliabel, apabila tes tersebut diujikan berulang kali terhadap subyek yang sama akan menunjukkan hasil yang tetap sama.
c) Bersifat obyektif, dimana tes tersebut sudah sesuai atau sejalan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.
d) Bersifat praktis dan ekonomis. Praktis maksudnya tes hasil belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah karena bersifat sederhana dan lengkap. Sementara bersifat ekonomis
34
mengandung pengertian tes hasil belajar tersebut bisa dilakukan tanpa memakan banyak waktu dan biaya.
6. Kaitan Mind Map dengan Hasil Belajar
Proses pembelajaran seharusnya berlangsung secara bermakna Novak
(1985 dalam Dahar 1988: 149) mengemukakan bahwa hal itu dapat dilakukan
dengan bantuan peta pikiran. De Porter (2000: 172) mengemukakan manfaat
peta pikiran sebagai berikut ini.
a. Fleksibel. Ketika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk menjelaskan
sesuatu hal tentang pemikirannya, anda dapat dengan mudah
menambahkannya di tempat yang sesuai dalam peta pikiran anda tanpa
harus kebingungan.
b. Dapat memusatkan perhatian. Anda dapat berkonsentrasi pada gagasan-
gagasan yang disampaikan oleh materi yang akan dibuatkan peta pikiran.
c. Meningkatkan pemahaman. Ketika membaca suatu tulisan, peta pikiran
akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang
yang sangat berarti nantinya.
d. Menyenangkan. Imajinasi dan kreativitas anda tidak terbatas, dan hal itu
menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang peta pikiran lebih
menyenangkan.
Selain manfaat, peta pikiran juga memiliki kelebihan seperti yang
dikemukakan oleh Buzan (2007: 5) berikut ini.
a. Memberi pandangan menyeluruh suatu pokok masalah.
35
b. Mengumpulkan sejumlah besar data di satu tempat.
c. Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan anda melihat jalan-
jalan terobosan kreatif baru.
d. Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat.
Peta pikiran bisa membantu dalam banyak cara. Buzan (2008: 10)
menjelaskan bahwa peta pikiran bisa membantu seseorang untuk hal berikut
ini.
a. Menjadi lebih kreatif.
b. Menghemat waktu.
c. Memecahkan masalah.
d. Berkonsentrasi.
e. Mengatur dan menjernihkan pikiran.
f. Mengingat dengan lebih baik.
g. Belajar lebih cepat dan efisien.
h. Belajar dengan lebih mudah.
i. Melihat gambaran keseluruhan.
Selain itu, Buzan (2008: 13) juga mengemukakan kelebihan tambahan
peta pikiran untuk membantu mengatur dan menyimpan sebanyak mungkin
informasi yang diinginkan serta menggolongkan informasi tersebut secara
wajar sehingga memungkinkan untuk diakses seketika ketika dibutuhkan.
Tambahan lagi, dengan peta pikiran setiap informasi baru yang dimasukkan
ke dalam perpustakaannya secara otomatis mengaitkan diri pada segala
36
informasi yang sudah berada di dalamnya. Dengan peta pikiran, semakin
banyak yang diketahui dan dipelajari akan semakin mudah untuk belajar dan
mengetahui banyak hal lagi.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan kajian tiori yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian
yang relevan adalah berikut ini.
1. Fernanda (2009) dalam laporan penelitiannya yang berjudul Pengaruh Mind
Map Dalam Media Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperativa Integrated
Reading and Compoation (CIRD) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 3 Solok Selatan T.A 2009/2010 mengatakan bahwa
pembelajaran biologi pada pokok bahasan ekosistem dapat meningkatkan
hasil belajar.
2. Kurniawati (2010) dalam laporan penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Metode Mind Map dan Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta
T.A 2009/2010 mengatakan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
pada pokok bahasan fungsi pajak dalam perekonomian nasional dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
3. Rahma (2010) dalam laporan penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Pembelajaran Dengan Metode Belajar Aktif Tipe Mind Map Terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 13 Padang Tahun Pelajaran
37
2010/2011 mengatakan bahwa pembelajaran biologi pada pokok bahasan
sistem peredaran manusia dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
C. Kerangka Pemikiran
Dalam dunia pendidikan sekarang, diperlukan media pembelajaran yang
tidak hanya mengandalkan keaktifan guru dalam menyajikan materi, tetapi harus
lebih mengarah kepada timbulnya keaktifan dari siswa. Media pembelajaran yang
dapat digunakan diantaranya melalui penerapan media mind map dalam
pembelajarannya. Melalui penerapan media mind map ini, diharapkan siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran.
Dengan lebih aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, pemahaman siswa
seharusnya meningkat. Hal ini pada akhirnya menimbulkan peningkatan pada
hasil belajar yang dicapai siswa seperti yang terlihat pada gambar 2, bagian yang
diarsir. Penelitian ini akan menggunakan dua kelas sebagai sampel. Setelah
diberikan perlakuan dan tes akhir, dilihat kelas mana yang hasil belajarnya lebih
baik. Uraian di atas dapat dilihat pada kerangka berpikir berikut ini.
38
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: perbedaan hasil belajar siswa dengan kelas kontrol
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan maka
hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut media pembelajaran
mind map dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi dari pada hasil
belajar siswa dengan pembelajaran konvensional
Pembelajaran Biologi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pembelajaran KonvensionalPembelajaran dengan Media belajar aktif
Hasil belajar siswa Hasil belajar siswa
39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dengan rancangan
penelitian menggunakan Randomize Control-Group Posttest Only Design. Lufrri
(2007: 68-69) menjelaskan rancangan ini sebagai berikut penelitian
menggunakan sekelompok subjek penelitian dari suatu populasi tertentu,
kemudian dikelompokan secara random menjadi dua kelompok atau kelas, yaitu
kelas ekperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan
(treatment) yaitu penerapan pembelajaran media Mind map, sedangkan pada kelas
kontrol menggunakan pembelajarann konvensional.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1
Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman yang terdaftar Tahun
ajaran 2010/2011, yang berjumlah 6 kelas dengan jumlah total anggota 203
orang siswa.
40
Tabel 3. Jumlah Kelas dan Rata-rata ujian mid semestrer I Sains Biologi Siswa Kelas IX SMPN 1 Sintuk Toboh Gadang Tahun Pelajaran 2010/2011.
No Kelas Siswa Nilai Rata-rata
1 IX1 33 53,12
2 IX2 34 54,82
3 IX3 34 56,18
4 IX4 34 58,23
5 IX5 34 58,05
6 IX6 34 67,31
Jumlah 203 347,71
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang berada pada kelas terpilih
dalam pengambilan sampel yaitu kelas IX5 kelas eksperimen dan kelasa IX4
kelas kontrol, teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah purposive sampling (Lufri, 2007: 82). Dalam purposive
sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-
sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-
ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui.
C. Definisi Operasional
1. Media Mind Map merupakan media pembelajaran yang menuntut aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran tersebut baik secara keseluruhan dalam
41
pembelajaran dengan cara siswa menemukan sendiri informasi materi
pelajaran dan adanya kombinasi warna, simbol, bentuk memudahkan otak
dalam menyerap informasi yang diterima, yang dapat mengalihkan suatu
informasi dari ingatan jangka pendek (Short Term Memory) ke ingatan jangka
panjang (Long Term Memory).
2. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh siswa dari
proses pembelajaran setelah dilakukan penelitian dan tes evaluasi.
D. Variabel dan Data
1. Variabel
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah berikut ini.
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan yang diberikan
kepada siswa, yaitu pembelajaran menggunakan Mind map dalam proses
belajar mengajar.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Biologi siswa
yang diperoleh melalui tes yang diberikan kepada siswa setelah
diterapkannya pembelajaran menggunakan Mind map dalam proses
pembelajaran.
42
2. Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
data hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes akhir setelah
penelitian dilaksanakan.
b. Sumber Data
Sumber data adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang
Kabupaten Padang Pariaman pada Tahun Pelajaran 2010/2011.
E. Pengembangan Instrumen
Instrumen atau alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah: seperangkat
tes hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif berjumlah 45 buah dengan
empat alternatif pilihan. Penggunaan tes seperti ini dikarenakan tes objektif
memiliki beberapa kelebihan diantaranya (i) soal yang dibuat bisa banyak dan
meliputi semua pokok bahasan, (ii) pemeriksaannya bisa dilakukan secara
objektif dan cepat, (iii) siswa dapat berspekulasi dalam belajar, (iv) tidak
menghambat siswa yang memiliki keterbatasan dalam penggunaan bahasa
(Dimyati, 1999: 258).
Untuk masing-masing soal yang dijawab benar diberi skor 1, dan jika salah
diberi skor 0. Pemilihan soal berbentuk objektif dengan pertimbangan dapat
mencakup materi yang luas dan penskoran dapat dilakukan subjektif mungkin.
43
Setelah butir soal disusun, maka diujikan ke kelas IX di SMP Negeri 2 Sintuk
Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Skor mentah hasil uji coba soal ini
digunakan untuk mengetahui daya pembeda, indeks kesukaran, validitas, dan
reliabilitas soal. Setelah didapatkan daya pembeda, indeks kesukaran, validitas,
dan reliabilitas maka akan didapatkan soal yang akan digunakan sebagai
instrumen penelitian sebanyak 20 butir.
1. Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas konstruksi,
validitas isi, dan validitas butir soal. Validitas konstruksi dikoreksi dan diberi
masukan oleh validator yaitu Dr. Ramadhan Sumarmin, M. Si dan
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Validitas isi suatu tes hasil belajar
adalah apabila tes hasil belajar yang digunakan sesuai dengan materi yang
ingin disampaikan dan diharapkan dikuasai oleh siswa
Data hasil validasi dari validator dianalisis menggunakan statistika
deskriptif. Data ini berupa nilai 1-4, dan dianalisis dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
% 100diperoleh yang ×
∑=
maksimumskoritemskorP (Riduwan, 2009: 89)
Kategori validasi alat evaluasi sebagai berikut.
90 - 100 % = sangat valid
44
80 - 89 % = valid
65 - 79 % = cukup valid
55 - 64 % = kurang valid
0 - 54 % = tidak valid (Arikunto, 2007: 75)
Dari hasil analisis validitasi dari validator didapatkan rata-rata validitas
tes hasil belajar 86,7%. Hasil ini termasuk dalam kategori valid. Untuk hasil
lengkap analisisnya dapat dilihat pada lampiran 2 lanjutan.
Di samping validitas konstruk dan validitas isi, juga dilakukan validitas
butir soal. Seperti dikemukakan Yusuf (2005: 77) “tinggi rendahnya validitas
soal secara keseluruhan berhubungan dengan validitas tiap butir soal
tersebut”. Validitas butir soal dicari dalam hubungannya dengan skor total
tiap individu yang ikut serta dalam evaluasi dengan menggunakan rumus
Product Moment Correlation.
( )( )
( ) ( )( )[ ]∑ ∑ ∑∑∑ ∑∑
−−
−=
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan.
rxy : koefisien korelasi antara instrumen X dan instrumen Y
X : variabel X (instrumen X)
Y : variabel Y (instrumen Y)
N : jumlah sampel
45
Dengan kriteria.
0,81 - ≤ 1,00 : sangat tinggi
0,61 - ≤0,80 : tinggi
0,41 - ≤0,60 : cukup
0,21 - ≤0,40 : rendah
0,00 - ≤0,20 : sangat rendah (Yusuf, 2005: 69-75).
Kriteria soal yang digunakan adalah kriteria cukup valid. Dari hasil uji
validitas butir soal didapatkan 9 butir soal dengan validitas negatif, 11 butir
soal dengan validitas sangat rendah, 5 soal dengan validitas rendah, 17 butir
soal dengan validitas cukup, dan 3 butir soal dengan validitas tinggi.
Langkah-langkah analisis butir soal dapat dilihat pada Lampiran 9.
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat dipercaya.
Jadi, apabila tes tersebut diujikan pada subjek yang sama secara berulang,
hasilnya relatif sama (konsisten). Untuk menentukan reliabilitas tes dalam
penelitian ini digunakan rumus K-R. 20 yang dikemukakan oleh Maryunis
(2007: 37), yaitu.
( )⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
−= ∑
211 σ
pqk
kr
Keterangan.
r = reliabilitas instrumen secara keseluruhan
k = jumlah butir soal dalam satu instrumen
46
p = proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan salah
σ2 = varians skor
Dengan kriteria.
0,81 ≤ r11 < 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
0,61 ≤ r11 < 0,80 : reliabilitas tinggi
0,41 ≤ r11 < 0,60 : reliabilitas sedang
0,21 ≤ r11 < 0,40 : reliabilitas rendah
0,00 ≤ r11 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah
Kriteria yang dipakai adalah soal dengan kriteria tinggi. Dari hasil
analisis reliabilitas soal didapatkan hasil 0,89 yang berarti kriteria reliabilitas
soal adalah sangat tinggi. Langkah-langkah analisis reliabilitas soal dapat
dilihat pada lampiran 8 lanjutan.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Menurut Daryanto (1999: 186)
untuk menentukan daya pembeda soal dapat digunakan rumus.
D = BAB
B
A
A PPJB
JB
−=−
47
Keterangan.
D = daya pembeda
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu denan
benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
PA = A
A
JB
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = B
B
JB
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda diadaptasi dari Daryanto.
D : 0,00 - 0,20 = jelek
D : 0,21 - 0,40 = cukup
D : 0,41 - 0,70 = baik
D : 0,71 - 1,00 = baik sekali
D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai
nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.
Kriteria soal yang akan digunakan adalah kriteria soal yang baik. Dari
hasil analisis daya pembeda soal didapatkan 8 butir soal dengan kriteria
negatif, 14 butir soal dengan kriteria jelek, 1 butir soal dengan kriteria cukup,
48
dan 22 butir soal dengan kriteria baik. Langkah-langkah analisis daya
pembeda dapat dilihat pada Lampiran 9.
4. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran digunakan untuk melihat apakah soal tersebut soal
yang murah, sedang, atau sukar. Untuk mengetahui indeks kesukaran
digunakan rumus sebagai berikut (Daryanto, 1999: 180).
P = JSB
Keterangan.
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Besarnya indeks kesukaran soal ini antara 0,00-1,00 dengan kriteria
sebagai berikut ini
Soal dengan P 0,10 - 0,30 : sukar
Soal dengan P 0,30 - 0,70 : sedang
Soal dengan P 0,70 - 1,00 : mudah
Kriteria indeks kesukaran soal yang akan diambil adalah dengan kriteria
sedang. Dari hasil analisis didapatkan 5 butir soal dengan kriteria mudah, 20
49
butir soal dengan kriteria sedang, dan 20 butir soal dengan kriteria sukar.
Langkah-langkah analisis indeks kesukaran dapat dilihat pada Lampiran 9.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut ini
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut ini.
a. Meminta data nilai ujian mid semester mata pelajaran Biologi kelas IX.
b. Mempersiapkan proposal penelitian.
c. Menentukan kelas sampel.
d. Merencanakan pembelajaran menggunakan media Mind Map dengan cara
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
e. Membuat lembaran kerja yang akan digunakan siswa dalam pembelajaran.
f. Merencanakan dan merancang tes hasil belajar untuk tiap sub kompetensi
dasar yang akan dicapai.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, langkah-langkah yang dilakukan untuk masing-
masing kelas terlihat pada Tabel 4.
50
Tabel 4. Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran pada Kedua Kelas Sampel
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
1) Guru mencek kehadiran siswa. 2) Guru menjelaskan tata tertib
pelaksanaan pembelajaran. 3) Guru membuka pelajaran dengan
mengemukakan apersepsi dan motivasi terkait materi yang akan dipelajari.
4) Guru menjelaskan materi pelajaran dalam bentuk ceramah.
5) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada keterangan yang belum dimengerti.
6) Guru menjelaskan kembali jika ada keterangan yang belum dimengerti siswa .
7) Guru memberikan lembaran kerja siswa .
8) Siswa mulai mengisi lembaran kerja siswa yang dipelajari hari itu di bawah bimbingan guru.
9) Guru membimbing siswa mempresentasikan jawaban lembaran kerja siswa yang telah dibuatnya, dan ditanggapi oleh siswa yang lain.
10) Guru menyimpulkan pelajaran bersama siswa.
11) Guru menutup pelajaran dan memberi tugas.
1) Guru mencek kehadiran siswa. 2) Guru menjelaskan tata tertib
pelaksanaan pembelajaran. 3) Guru membuka pelajaran
dengan mengemukakan apersepsi dan motivasi terkait materi yang akan dipelajari.
4) Guru menjelaskan materi pelajaran dengan media pembelajaran mind map.
5) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada keterangan yang belum dimengerti.
6) Guru menjelaskan kembali jika ada keterangan yang belum dimengerti siswa.
7) Guru memberikan lembaran kerja siswa.
8) Siswa mulai mengisi lembaran kerja siswa yang dipelajari hari itu di bawah bimbingan guru.
9) Guru membimbing siswa mempresentasikan jawaban lembaran kerja siswa yang telah dibuatnya, dan ditanggapi oleh siswa yang lain.
10) Guru menyimpulkan pelajaran bersama siswa.
11) Guru menutup pelajaran dan memberi tugas.
51
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi diperlukan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai.
Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes pada akhir pelaksanaan proses
pembelajaran terhadap kedua kelas sampel.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data sampel
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan
Uji Lilliefors dengan langkah sebagai berikut.
1) Data x1, x2, . . ., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, . . ., zn dengan
menggunakan rumus s
xxz i
i−
= ( x , s dan z masing-masing
merupakan rata-rata, simpangan baku sampel, dan nilai baku skor).
2) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian hitung
peluang ( ) ( )ii zzPzF ≤= , (F merupakan peluang nilai baku).
3) Hitung proporsi z1, z2, . . ., zn yang lebih kecil atau sama dengan zi.
Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka.
( )n
zyang.,z..,z,zbanyaknyazS in21i
≤=
52
(S merupakan simpangan baku skor dan S(zi) merupakan proporsi
nilai baku).
4) Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut, sebutlah Lo (Lo merupakan harga Lhitung).
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, bandingkan Lo dengan
nilai kritis pada tabel untuk taraf α yang dipilih. Kriterianya adalah
hipotesis nol ditolak apabila Lo yang diperoleh dari data pengamatan lebih
besar dari Ltabel (Sudjana, 2005: 466). Langkah dan hasil analisis uji
normalitas dapat dilihat pada lampiran 13.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah kedua
kelompok data mempunyai varians yang homogen atau tidak, masing-
masing kelompok data kemudian dihitung harga F dengan menggunakan
rumus.
22
21
ssF =
Keterangan.
s1 : varians hasil belajar terbesar
s2 : varians hasil belajar terkecil
F : perbandingan antara varians terbesar dengan varians terkecil
53
Harga F yang didapat (Fhitung) dibandingkan dengan harga F pada daftar
distribusi F (Ftabel) dengan taraf signifikan 5% dan dk pembilang = n1-1, dan
penyebut = n2-1. bila harga Fhitung lebih kecil dari Ftabel berarti kedua kelompok
data mempunyai varians yang homogen. Sebaliknya jika pengujian harga
Fhitung lebih besar dari Ftabel berarti kedua kelompok data memiliki varians
yang heterogen (Sudjana, 2005: 249). Langkah dan hasil analisis uji
homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 14.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka dilakukan
uji hipotesis. Karena populasi berdistribusi normal dan kedua sampel
homogen, maka rumus yang digunakan adalah uji t seperti yang dikemukakan
Sudjana (2005: 239) yaitu.
thitung = 21
¦¦ 21
xxSxx
−
−
Untuk menghitung simpangan baku siswa kedua kelompok digunakan rumus.
2gabS =
22)()1( 2
22
1
−+×−
nSSn
21 xxS − = n
Sgab )(2 2
54
Keterangan.
1x : nilai rata-rata kelas eksperimen
2x : nilai rata-rata kelas kontrol
1s : standar deviasi kelas eksperimen
2s : standar deviasi kelas kontrol
s : standar deviasi gabungan
1n : jumlah siswa kelas eksperimen
2n : jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria pengujian.
Harga thitung yang diperoleh dibandingkan dengan ttabel dengan kriteria.
Diterima hipotesis kerja jika thitung > ttabel dimana t (1-α) didapat dari distribusi
t dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2 dan peluang (1 - ½ α). Sedangkan
untuk harga t yang lain hipotesis kerja ditolak. Langkah dan hasil analisis uji
hipotesis dapat dilihat pada lampiran 15
55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Setelah penelitian dilaksanakan pada kedua kelas sampel maka dilakukan
tes hasil belajar. Dari tes hasil belajar yang dilakukan didapat data tes hasil belajar
berupa skor mentah. Data diperoleh dari hasil jawaban siswa untuk 20 butir soal
pada materi Sistem Koordinasi Manusia. Materi ini telah diajarkan dengan
menerapkan pembelajaran dengan media Mind map pada kelas eksperimen dan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Berdasarkan analisis data skor hasil belajar siswa pada kelas sampel
diperoleh perhitungan rata-rata, simpangan baku, dan varian kedua kelas sampel
sebagaimana tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5 : Data Tes Hasil Belajar (skor mentah)
Deskripsi Kelompok
Eksperimen Kontrol
Rata-rata 14,94 12,88
Skor Terendah 10 10
Skor Tertinggi 18 17
Simpangan Baku 2,0142 1,9348
Median 15 13
Mode 16 13
Varians 4,0570 3,7433
Total skor 508 438
56
Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar pada materi Sistem Koordinasi
Manusia seperti terlihat pada Tabel 5 diperoleh informasi pada kelompok
eksperimen bahwa skor rata-rata sebesar 14,94 skor tertinggi sebesar 18 dan
terendah 10. Data tersebut memiliki simpangan baku 2,0142, median 15, mode
16, dan varians 4,0570. Sementara data pada kelas kontrol didapatkan rata-rata
sebesar 12,88, dengan skor tertinggi 17 dan skor terendah 10. Simpangan baku
yang didapatkan sebesar 1,9348, median 13 mode 13 dan varians sebesar 3,7433.
Dari data terlihat perbedaan yang sangat signifikan antara hasil belajar yang
didapat siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan penerapan
media Mind Map pada lampiran 11 dengan hasil belajar siswa kelas kontrol yang
diberi perlakuan pembelajaran konvensional.
Tabel 6 : Data Tes Hasil Belajar (nilai)
Deskripsi Kelompok
Eksperimen Kontrol
Rata-rata 74,41 64,41
Skor Terendah 50 50
Skor Tertinggi 90 85
Simpangan Baku 9,6738 10,0710
Median 75 65
Mode 80 65
Varians 93,5829 101,4260
Total skor 2.540 2.190
57
Tabel 6 menunjukkan hasil konversi dari skor mentah ke nilai dalam skala
100. Dari data hasil konversi diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen 74,41,
nilai terendah 50 nilai tertinggi 90 simpangan baku 9,6738, median 75, mode 80,
dan varians 93,5829. Sementara pada kelas kontrol didapatkan data nilai rata-rata
64,41, nilai terendah 50 nilai tertinggi 85, simpangan baku 10,0710, median 65,
mode 65, dan varians 101,4260. Dari hasil yang didapatkan jika dikaitkan dengan
KKM yakni 70, maka hasil belajar siswa masih di bawah rata-rata.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan dengan uji Lilliefors pada α=0,05. Hasil
pengujian normalitas terhadap variabel penelitian hasil belajar ini terdapat
pada lampiran 12, dan rangkuman hasil perhitungannya dapat dilihat pada
Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Distribusi Data N Lhitung Ltabel Keterangan
Kelas Eksperimen 34 0,0668 0,1485 Normal
Kelas Kontrol 34 0,1232 0,1485 Normal
Dari Tabel 7 terlihat bahwa distribusi data hasil belajar untuk kelompok
eksperimen sebesar 0,0668 dan untuk kelas kontrol adalah 0,1232. Kedua
58
nilai ini < dari α=0,05 (Lhitung < Ltabel). Dari hasil pemeriksaan ini dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok data berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Kelompok
Uji homogenitas varians data dilakukan terhadap skor hasil belajar siswa
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pengujian ini dilakukan
dengan membandingkan varians terbesar dengan varians terkecil. Untuk
perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 14 dan hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut.
Tabel 8 . Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
Distribusi Data n s Fhitung Ftabel Keterangan
Kelas Eksperimen 34 2,0142 1,084 1,792 Homogen
Kelas Kontrol 34 1,9348
Dari Tabel 8 diketahui nilai Fhitung 1,084, sedangkan nilai Ftabel dapat
dicari pada tabel nilai distribusi F. dk pembilang = n-1 = 34-1 = 33 (variansi
terbesar), dk penyebut = n-1 = 34-1 = 33 (variansi terkecil) dengan taraf
signifikansi α = 0,05. Karena dk pembilang = 33 dan dk penyebut = 33 tidak
ditemukan di tabel distribusi F, maka nilai Ftabel dapat dihitung melalui
interpolasi (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14). Nilai Ftabel adalah
1,792. Dari perhitungan didapatkan Fhitung < Ftabel, yang berarti kedua
kelompok data mempunyai varians yang homogen.
59
C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berbunyi: terdapat pengaruh
positif yang signifikan dari penerapan media pembelajaran mind map terhadap
hasil belajar siswa”. Setelah dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas,
diketahui bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai varians
yang homogen. Jadi, uji hipotesis yang digunakan adalah uji t. Hasil pengujian
hipotesis dapat dilihat pada lampiran 15.
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
Distribusi Data x n s thitung ttabel Keterangan
Kelas Eksperimen 14,94 34 2,0142 4,301 2,387 Sangat
signifikan Kelas Kontrol 12,88 34 1,9348
Dari analisis data diperoleh thitung = 4,301. Harga thitung dibandingkan dengan
ttabel dengan dk = (n1+n2-2) = (34+34-2) = 66 pada α = 0,05. Karena angka ini
tidak ditemukan pada ttabel, maka nilai ttabel dicari melalui interpolasi dan
didapatkan nilai ttabel = 2,387. Dari perhitungan didapatkan thitung > ttabel, yang
berarti terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas sampel.
Dengan demikian hipotesis diterima.
D. Pembahasan
Hasil penelitian diperoleh berdasarkan rangkaian analisis data menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan penerapan media pembelajaran mind map
60
memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar siswa
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini diantaranya dapat
terlihat melalui rata-rata skor hasil belajar kedua kelas sampel yaitu 14,88 pada
kelas eksperimen dengan penerapan media pembelajran mind map dan 7,222 pada
kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Dari hasil konversi ke nilai
dengan skala 100 didapatkan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen
sebesar 74,41 dan kelas kontrol sebesar 58,97
Penerapan media pembelajaran mind map merupakan cara belajar yang
membutuhkan kemampuan untuk menganalisis konsep-konsep penting dalam
materi yang sedang dipelajari. Sesuai dengan yang dikemukakan Winkel (1987:
57), konsep merupakan satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang mewakili
ciri-ciri yang sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan
pemahaman, dengan adanya skema konseptual sebagai hasil dari belajar. Teori
Ausubel dalam sebagai hasil dari belajar. Teori Ausubel dalam Novak (1999: 7),
to learn meaningfully, individuals must choose to relate new knowledge to
relevant concepts and propositions they already know. Ini berarti untuk
memperoleh belajar yang penuh makna seseorang harus menghubungkan
pengetahuan yang baru tersebut dengan konsep yang relevan dari pengetahuan
sebelumnya.
Dalam belajar bermakna, salah satu hal yang penting untuk diingat adalah
bagaimana otak bisa membuat asosiasi antara informasi yang baru masuk dengan
informasi yang sudah ada sebelumnya. Buzan (2007: 124) mengemukakan ada
61
beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu otak membuat asosiasi yaitu
dengan mencari atau menggunakan berikut ini.
1. Pola, dengan selalu mencari pola-pola dalam informasi yang ingin diingat.
2. Nomor, urutan nomor bisa sangat membantu dalam mengingat daftar fakta.
3. Simbol, penggunaan simbol dan gambar merupakan cara yang istimewa untuk
menciptakan pemicu bagi ingatan.
4. Mind map, dengan mind map otak akan terdorong untuk membuat asosiasi
karena setiap satu cabang akan mengaitkan satu pikiran dengan pikiran
lainnya. Mind map merupakan cara untuk mengatur informasi ke dalam
kelompok pada sebuah halaman dan menggunakan gambar-gambar sebagai
simbol-simbol pemicu.
Mind map memberi sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, dengan
topik utama di tengah dan sub topik serta perincian menjadi cabang-cabangnya.
Hubungan yang terbentuk ini membuat semua cabang saling berhubungan
sehingga konsep-konsep itu pun demikian. Faktor ini membuat peta pikiran
memiliki ruang lingkup yang mendalam dan luas, yang tidak dimiliki oleh daftar
gagasan biasa. Peta pikiran menirukan proses berpikir, yakni memungkinkan
siswa berpindah-pindah topik. Peta pikiran membantu siswa menangkap pikiran
dan gagasan dengan menuangkannya di selembar kertas dengan jelas, lengkap,
dan mudah (De Potter, 2000). Hal ini juga berdasarkan mekanisme kerja otak kiri
dan kanan. Materi yang dibuat masuk ke long term memory, sehingga apabila
diperlukan bisa lebih mudah dipanggil. Oleh karena itu guru berperan dalam
62
membimbing dan mendorong siswa untuk membuat peta pikiran yang menarik
dengan meningkatkan keterampilan berpikir kreatifnya sehingga dihasilkan
sesuatu yang berbeda. Hasil akhir yang diharapkan dari proses pembelajaran ini
tentu saja meningkatnya hasil belajar yang didapatkan siswa.
Mind Map dapat mengaktifkan gaya belajar visual siswa dan pembuatan
media Mind Map sudah mengikuti aturan yang telah ditentukan yakni sesuai
dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Buzan (2007: 15) berikut ini.
1. Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan
dalam posisi mendatar.
2. Menggunakan gambar untuk ide sentralnya.
3. Menggunakan warna.
4. Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat, dan menghubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.
5. Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.
6. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
7. Menggunakan gambar.
Kedua, kelebihan-kelebihan yang dimiliki Mind Map seperti yang
dikemukakan Putra (2010: 181): ” Kita dapat melihat garis besar keseluruhan
materi dalam satu lembar, memudahkan kita untuk mengingat, mudah untuk
menambahkan materi baru tanpa mengganggu yang telah ada, mudah
menghubungkan antar materi, ada efisiensi pencatatan, dan mempunyai hirarki
63
yang lebih jelas”. Dengan begitu, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
akan lebih baik.
Selain itu juga terlihat siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar karena
proses pembelajaran yang menarik sehingga mereka mendapatkan pengalaman
belajar yang berbeda dengan yang mereka dapatkan biasanya. Motivasi dapat
berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri individu.
Menurut Mc. Donald (1992 dalam Hamalik 2000: 173), “motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Pengertian ini mengandung 3 unsur
yang saling berkaitan berikut ini.
1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan.
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi mendorong timbulnya suatu perubahan pada diri seseorang. Fungsi
motivasi menurut Hamalik (2000: 175) adalah sebagai berikut ini.
1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
2. Sebagai pengarah.
3. Sebagai penggerak.
Faktor kebiasaan siswa belajar dengan pembelajaran konvensional yang
lebih didominasi oleh ceramah dari guru disertai tugas-tugas mencatat juga
memberi pengaruh yang cukup besar. Penerapan media pembelajaran mind map
dalam proses pembelajaran merupakan hal baru bagi mereka. Mereka mengatakan
64
agak bosan dengan cara belajar yang didominasi oleh ceramah dan tugas mencatat
yang banyak dari guru. Sehingga dengan adanya penerapan media pembelajaran
mind map dalam proses pembelajarannya, siswa merasa lebih senang. Mereka
tetap membuat ringkasan materi pelajaran, tapi dengan cara baru yang lebih
‘bersahabat’ dengannya dan dengan begitu siswa juga lebih termotivasi untuk
belajar.
Dengan demikian, untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa,
sebaiknya dilakukan variasi gaya belajar dan mengajar. Hal ini perlu untuk
mencegah timbulnya kebosanan pada siswa dengan proses pembelajaran. Satu
diantara variasi yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan media
pembelajaran mind map dalam proses pembelajaran.
Kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan dengan hati-hati, tetapi masih
memiliki keterbatasan sebagai berikut ini.
1. Hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan kedalam populasi secara
luas, karena hanya satu sekolah yang dijadikan sebagai objek penelitian dari
sekian banyak SMP Negeri dan Swasta yang ada.
2. Penelitian hanya dilakukan di kelas IX SMP Negeri Sintuk Toboh Gadang
Kabupaten Padang Pariaman pada satu kompetensi dasar, sehingga belum
dapat digeneralisasikan di kelas lain dengan mata pelajaran yang berbeda.
3. Penyajian media Mind Map dengan LCD secara keseluruhan terlihat kurang
jelas bagi siswa yang duduk di barisan belakang. Agar siswa dapat melihat
media Mind Map lebih jelas ditayangkan sebagian-sebagian terlebih dahulu.
65
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan temuan penelitian yang diuraikan pada BAB IV, maka dapat
disimpulkan.
Hasil belajar siswa kelas IX5 (kelas eksperimen) lebih tinggi setelah dilakukan
penerapan media pembelajaran mind map dalam proses pembelajarannya
dibanding hasil belajar siswa kelas IX4 (kelas kontrol) di SMP Negeri 1 Sintuk
Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan media mind map yang disajikan dengan LCD siswa lebih aktif dan
memahami materi yang dipelajari untuk kemudian siswa dapat menjawab dan
mengisi pertanyaan yang ada di dalam LKS. Yang berdampak positif terhadap
hasil belajar yang didapatkan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas
kontrol.
B. Implikasi
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa penerapan media pembelajaran
mind map dalam pembelajaran Biologi pada materi Sistem Koordinasi pada
Manusia memberikan dampak positif bagi siswa. Dampak positif yang terjadi
pada siswa yaitu peningkatan hasil belajar yang diperoleh kelas eksperimen lebih
tinggi dibanding dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
66
Pembelajaran ini cocok diterapkan pada materi yang menuntut siswa menguasai
konsep, dan proses-proses. Pada dasarnya penelitian ini juga dapat memberikan
gambaran dan masukkan khususnya kepada penyelenggara pendidikan (kepala
sekolah, dan guru Biologi), karena secara tidak langsung dapat meningkatkan
mutu pelajaran Biologi. Disamping itu, dapat memotivasi guru Biologi untuk
mengembangkan media belajar dengan penerapan media pembelajaran mind map
agar dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar Biologi siswa. Cara
belajar siswa juga akan meningkat dengan penerapan media ini, karena siswa
akan lebih tertarik untuk belajar melalui penerapan media pembelajaran mind
map. Selain itu dapat membuat kepala sekolah termotivasi untuk mengambil
kebijakan seperti meningkatkan fasilitas belajar dan sarana prasarana lain yang
dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran seperti lebih melengkapi
perpustakaan dan laboratorium agar proses pembelajaran bisa dilakukan dengan
lebih baik.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang lebih dilakukan, dapat disarankan beberapa hal
sebagai berikut.
1. Untuk guru-guru yang ingin menerapkan Mind Map dalam proses
pembelajarannya, disarankan menguasai tahapan-tahapan pembuatan Mind
Map dengan baik.
67
2. Media pembelajaran Mind Map ini dapat digunakan oleh guru sebagai salah
satu media pembelajaran alternatif dalam pembelajaran Biologi, terutama
dalam peningkatan hasil belajar siswa khususnya materi sistem koordinasi
manusia.
3. Kepada peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian serupa dapat
mencobakannya pada sekolah, kelas, materi dan variabel yang berbeda.
68
DAFTAR PUSTAKA
Afrahamiryano. 2010. “Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Unsur Golongan Utama SMA”. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang.
Angkowo, Robertus & A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo.
Arsyad, Azhar, M.A. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.
Buzan, Tony. (2007). Buku Pintar Mind Mapping. Jakarta: Gramedia. (2008). Mind Mapping untuk Anak. Jakarta: Gramedia.
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009. Panduan Proses Pembelajaran, Kreatif dan Inovatif. Jakarta:
Publisher.
DePoter. 2000. Quantum Teaching. Bandung. Mizan Media Utama.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Cipta.
Djafaar, Tengku Zahara. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang: Universitas Negeri Padang.
Fernanda, 2009. Pengaruh Mind Mapping Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperativa Integrated Reading and Compoation (CIRD) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Solok Selatan T.A 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang.
Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumu Aksara.
http://ardhana12.wordpress.com/2009/01/20/indikator-keaktifan-siswa-yangdapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk-2/.
Kurniawati, 2010. Pengaruh Metode Mind Mapping dan Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Tesis tidak diterbitkan.
Lufri. (2007). Kiat Memahami Metodologi dan Melakukan penelitian. Padang: UNP Pres.
69
Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung : Ramaja Rosda Karya.
Maryunis, Aleks. 2007. Konsep Dasar Penerapan Statistika dan Teori Probabilitas untuk Penelitian Pendidikan. Padang: Universitas Negeri Padang.
Nasution.(1995). Didaktik Azas-azas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Porter. De Bobbi, dkk. (2003). Quantum Teaching. Kaifa: Bandung.
Putra, Yovan dan Issetyadi Bayu. 2010. Lejitkan Memori 1000%. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Rahma, 2010. Pengaruh Pembelajaran Dengan Metode Belajar Aktif Tipe Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 13 Padang Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang.
Rohani. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Rostika, Teti.2008.Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar dan aktivitas Siswa.. Bandung : Tarsito
Rustaman. 2005. Strategi Belajar Mengajar Bologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. (2002). Metode Statistik. Bandung: Transito.
70
Suryosubroto. (1997). Proses Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect.
Uno, Hamzah. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta Gramedia.
Yoga, Djohan. 2007. Applied Real-time Mind Map @ Classroom, (online), (http://www.paxhigh.com/doc/applied_it-mm.pdf) (diakses 12 Februari 2010).
Yusuf, Muri. 2005. Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press.