2011-2-00555-ak bab4001

72
BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Strategi Analisis strategi yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian adalah analisis strategi SWOT, PESTEL analysis, dan analisis porter. IV.1.1. Analisis SWOT Analisis ini dilakukan dengan membandingkan faktor eksternal dan internal perusahaan. Hasil dari pembandingan tersebut digunakan untuk melihat apakah strategi yang digunakan PT. HM Sampoerna, Tbk sudah tepat, dan dapat juga menjadi tolak ukur PT. HM Sampoerna, Tbk manfaat dan kekurangan dari strategi perusahaan yang diambil. Faktor eksternal dilihat dari sisi peluang dan ancaman yang akan dihadapi perusahaan, baik itu dari perusahaan sejenis ataupun perusahaan yang tidak sejenis, sedangkan faktor

Upload: tantriwidyas

Post on 12-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

akun

TRANSCRIPT

Page 1: 2011-2-00555-AK Bab4001

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1. Analisis Strategi

Analisis strategi yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian adalah

analisis strategi SWOT, PESTEL analysis, dan analisis porter.

IV.1.1. Analisis SWOT

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan faktor eksternal dan

internal perusahaan. Hasil dari pembandingan tersebut digunakan untuk melihat

apakah strategi yang digunakan PT. HM Sampoerna, Tbk sudah tepat, dan dapat

juga menjadi tolak ukur PT. HM Sampoerna, Tbk manfaat dan kekurangan dari

strategi perusahaan yang diambil. Faktor eksternal dilihat dari sisi peluang dan

ancaman yang akan dihadapi perusahaan, baik itu dari perusahaan sejenis

ataupun perusahaan yang tidak sejenis, sedangkan faktor internal dilihat dari sisi

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.

IV.1.1.1. Internal Perusahaan.

1. Kekuatan:

Kualitas bahan baku : Kualitas rokok bahan baku PT HM

Sampoerna sudah terpercaya, kualitas bahan baku juga menjadi

andalan sampoerna untuk bersaing dengan perusahaan rokok

besar lainnya di Indonesia (Gudang Garam, Bentoel Investama).

Page 2: 2011-2-00555-AK Bab4001

Menguasai pangsa pasar : Produk-produk rokok sampoerna secara

keseluruhan menguasai pangsa pasar rokok Indonesia dengan

pangsa pasar 24,2%, posisi kedua Gudang Garam 23,6%, dan

ketiga Djarum 20,4%.

Kredibilitas perusahaan

Perusahaan yang telah berdiri hampir mencapai seratus tahun

pastinya memiliki kredibilitas perusahaan yang baik. Kredibilitas

Sampoerna tidak dibangun dalam semalam, tetapi melalui jalan

yang panjang dan berbagai prestasi yang telah ditorehkan.

Kredibilitas perusahaan inilah yang menjadi dasar terbentuknya

trust 'kepercayaan' dari para stakeholder yang terbukti menjadi

poin krusial dalam pengembangan suatu bisnis.

Budaya perusahaan

Budaya perusahaan dalam tubuh sampoerna sudah menjadi spirit

d’corps sampoerna. Dalam kegiatan sehari-hari budaya

perusahaan tersebut menjiwai seluruh aktifitas karyawan sehingga

kinerja karyawan menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan

adanya budaya perusahaan yang baik maka perusahaan akan

mampu bertahan dan berkembang lebih baik lagi.

Nilai capital yang besar

Setelah Philip Morris menjadi pemilik dominan saham

perusahaan. Sampoerna memiliki capital yang cukup besar dan

jaminan tersedianya modal dibawah naungan perusahaan rokok

raksasa dunia. Dengan tersedianya dana yang besar, memudahkan

Page 3: 2011-2-00555-AK Bab4001

perusahaan untuk menjalankan strategi pemasaran dan kegiatan

operasional perusahaan.

2. Kelemahan

Harga yang cukup mahal

Harga yang cukup mahal menjadi kelemahan sampoerna yang

sangat terlihat dimata competitor. Harga cukup mahal ini bersala

dari biaya promosi yang besar dan bahan baku yang mahal.

Kurang diminati produk rokok SKM mild internasional

Para perokok luar negeri sudah terbiasa dengan rokok putih dan

sudah candu dengan rasa yang diberikan oleh rokok putih,

kehadiran rokok kretek mild tidak bisa menggeser kedudukan

rokok putih sebagai rokok no. 1 di luar negeri untuk saat ini.

Kalahnya pangsa pasar SKM filtered dari para pesaing

Walaupun Dji Sam Soe Filtered memilki kualitas tembakau dan

cengkeh yang tidak kalah dari para pesaing, tetapi perbedaan

harga membuat Dji Sam Soe filter tidak bias menggeser

kedudukan Gudang Garam Internasional dari peringkat pertama

dan minimnya distribusi dan promosi membuat sangat

memperkokoh posisi Gudang Garam Internasional.

Modal yang cukup besar untuk mengadakan event berkala

Page 4: 2011-2-00555-AK Bab4001

Event tersebut seperti A mild live wanted, Java Jazz, COPA Dji

Sam Soe, Liga voli Proliga, IBL, Jak Jazz dan Soundrenaline.

Pengalokasian yang dipakai sampoerna banyak dipakai untuk

membuat suatu event, terlebih lagi event yang dibuat adalah event

berkala (Java Jazz, Jak jazz, IBL, Proliga, COPA, Soundrenaline

dan Amild live wanted) dengan jangka waktu setahun sekali event

tersebut dilaksanakan, sudah terhitung ada tujuh event besar yang

harus didanai setiap tahunnya. Dengan adanya event berkala

tersebut sampoerna harus menyediakan dana yang cukup besar

Lambatnya pertumbuhan rokok Avolution

Rokok Avolution yang seharus menjadi harapan agar dapat

bersaing dengan rokok putih, tetapi yang terjadi pertumbuhan

rokok tersebut sangat lambat, permintaan turun dan profit

menurun, akhirnya malah memberikan kerugian dan memberikan

dampak yang negative. Rokok Avolution yang seharusnya

harapan dilihat dari launchingnya yang sangat luar biasa untuk

industry rokok Indonesia, tetapi yang terjadi produk ini tidak

memberikan laba yang sesuai harapan seiring berjalannya waktu.

IV.1.1.2 Eksternal Perusahaan

Page 5: 2011-2-00555-AK Bab4001

1. Peluang

Masuknya phillip moris sebagai mitra bisnis

Trend pasar positif untuk rokok Low Tar Low Nicotine (LTLN) di

Indonesia

Banyak spot promosi yang diperoleh dari banyak event

Kemungkinan produk baru

2. Ancaman

Regulasi dan perda megenai anti rokok

Perda ini memungkinkan penurunan jumlah perokok dan

permintaan atas rokok yang terjadi disuatu daerah yang memiliki

perda anti-rokok.

Kompetitor dari rokok jenis mild

Dilihat dari trend positif rokok mild, banyak dari produsen rokok

mulai merambah pangsa pasar rokok mild. Untuk saat ini

produsen rokok besar sudah memproduksi rokok mild, Gudang

Garam ada Surya Signature, yang cukup mengancam Sampoerna

saat ini, dari kubu Bentoel ada Starmild yang berada di posisi

ketiga pangsa pasar rokok mild, bahkan produsen rokok kecil

seperti Nojorono Tobacco Indonesia ikut meramaikan industry

rokok Indonesia dengan mengusung produk Class Mild yang

menduduki peringkat runner-up. Bertambahnya competitor

menambah ketatnya persaingan rokok di Indonesia, akhirnya ada

yang tersingkir dari persaingan tersebut.

Bertambahnya kompetitor rokok jenis mild

Page 6: 2011-2-00555-AK Bab4001

Pangsa pasar rokok mild yang menjanjikan di masa depan

memungkinkan munculnya pendatang baru dalam persaingan

industry rokok mild.

Tingginya pajak rokok

Tingginya pajak rokok membuat rendahnya daya beli masyarakat

terhadap rokok sehingga terjadi penurunan permintaan rokok.

Berkurangnya event yang disponsori perusahaan rokok

Berkurangnya event yang disponsori rokok merupakan impact

dari mindset masyarakat yang mendukung anti-rokok dan ingin

mengurangi promosi rokok yang terdapat pada event khususnya

event anak muda. Dengan berkurangnya event yang disponsori

perusahaan rokok membuat perusahaan rokok sulit untuk

mempromosikan produknya dan seiring berjalannya waktu tingkat

awareness akan berkurang.

IV.1.2. Analisis Porter

1. Persaingan dengan perusahaan sejenis

Industry bisnis rokok adalah bisnis yang memiliki persaingan

yang sangat ketat. Persaingan ketat ini dikarenakan peluang bisnis rokok

sangat menjajikan karena banyak pangsa pasarnya terutama di Indonesia

sendiri. Ada beberapa perusahaan yang memiliki bidang perusahaan yang

sama dengan PT. HM Sampoerna, Tbk dan masuk ditingkat rokok

perusahaan rokok besar di Indonesia.

PT. Bentoel Internasional Investama

Page 7: 2011-2-00555-AK Bab4001

PT. Gudang Garam, Tbk

Persaingan ketat tersebut tidak berpengaruh pada pendapatan PT

HM Sampoerna, Tbk karena terus meningkat dari tahun ke tahun.

Sampoerna bisa bertahan didalam persaingan industry rokok yang ketat

juga dibantu oleh promosi-promosi yang dilakukan oleh perusahaan,

sehingga teteap meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk

PT. HM Sampoerna, Tbk.

2. Ancaman dari pesaing baru

Pesaing baru yang datang bagi PT HM Sampoerna, Tbk hanyalah

perusahaan lama yang mengeluarkan produk-produk barunya. Seperti PT

Gudang Garam, Tbk yang membuat rokok mild yaitu Surya Siganature

dan juga PT Bentoel yang mempunyai produk StarMild, produk-produk

tersebut bersaing dengan produk-produk Sampoerna Mild milik PT. HM

Sampoerna, Tbk. Persaingan tersebut membuat sampoerna memberikan

inovasi-inovasi pada setiap produknya seperti menambah rasa menthol

pada produk rokok Sampoerna Mild, dan juga membuat produk baru

yaitu Sampoerna Avolution yang diharapkan dapat merebut pangsa pasar

di Indonesia.

Inovasi-inovasi tersebut bertujuan untuk tetap menjaga kestabilan

perusahaan. Mengingat persaingan industry rokok sangat ketat.

Banyaknya produk-produk baru yang yang masuk ke industry rokok juga

membuat sampoerna untuk tetap menjaga kualitas terbaik cengkehnya,

Page 8: 2011-2-00555-AK Bab4001

dimana pada saat ini kualitas cengkeh sampoerna masih yang terbaik di

pangsa pasar industry rokok Indonesia.

3. Ancaman dari produk subtitusi

Produk subtitusi rokok untuk saat ini tidak ada, namun pernah

dicoba untuk mengganti rokok dengan permen karet atau pengganti

nikotin, rokok herbal namun hal itu juga tidak sepenuhnya efektif untuk

menggantikan rokok, Tetapi jika kualitas dari sampoerna menurun

konsumen dapat mengganti ke produk rokok perusahaan pesaing. Hal ini

yang harus tetap di perhatikan oleh PT. HM Sampoerna, Tbk.

4. Kekuatan tawar menawar pemasok

Kekuatan tawar menawar dapat digunakan oleh pemasok kepada

industri rokok dengan menaikkan harga ataupun menurunkan mutu dari

produk yang dibeli. Jika para pemasok mendominasi untuk beberapa

perusahaan karena produk pemasok merupakan input penting bagi

industri dan juga pemasok tidak menghadapi produk lain untuk dijual

kepada industri, maka para pemasok akan mempunyai daya tawar-

menawar yang tinggi oleh industri.

5. Kekuatan tawar menawar pembeli

Kekuatan tawar menawar dengan pembeli yang dilakukan oleh

PT. HM Sampoerna, Tbk dengan menawarkan mutu dan pelayanan tinggi

bagi pembeli, dan juga berperan sebagai pesaing satu sama lain. Pembeli

membeli dalam jumlah yang besar dan juga produk yang dibeli adalah

Page 9: 2011-2-00555-AK Bab4001

produk standar atau tidak terdiferensiasi maka pembeli akan mempunyai

daya tawar menawar yang tinggi oleh perusahaan.

Tekanan persaingan datang dari usaha-usaha pasar (pesaing)

untuk merebut pasar konsumen

Pe

Tekanan persaingan datang dari pendatang baru yang

potensial merebut pasar (konsumen)

Gambar IV.1. Bagan Analisis Porter

IV.1.3. Analisis PEST

1. POLITIK

Sesuai dengan keputusan menteri tenaga kerja dan pemprov DKI Jakarta

untuk menetapkan upah umum regional Jakarta tahun 2012 menjadi Rp

1.529.150,- yakni meningkat dari upah minimum regional Jakarta di

tahun sebelumnya.

SUBTITUSI

Persaingan antar penjual dalam satu

industri

PEMBELI

PEMASOK

PENDATANG BARU

Page 10: 2011-2-00555-AK Bab4001

Jaminan jamsostek yang wajib diberikan kepada para pekerja, selain

sebagai kewajiban perusahaan untuk menjaga keselamatan pekerja, juga

untuk menaati peraturan pemerintah yang berlaku. Biaya ini nantinya

akan terbebani pada beban gaji yang dikeluarkan oleh perusahaan.

2. EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan tetap

stabil dan mampu bertahan dari gejolak ekonomi yang melanda Amerika

Serikat (AS) dan Eropa. Pertumbuhan ekonomi yang baik sampai akhir

tahun 2011 dan sepanjang tahun 2012, didukung konsumisi dan investasi

swasta. Hal tersebut akan berdampak baik bagi PT HM Sampoerna, Tbk

yang mempunyai tingkat konsumen rokok paling atas di Indonesia.

Inflasi yang semakin tinggi dapat berdampak pada kegiatan operasional

maupun non operasional perusahaan yang membuat biaya penyediaan

manjadi tinggi yang diakibatkan oleh nilai tukar rupiah ke dollar yang

turun.

3. SOSIAL

PT HM Sampoerna Tbk, menyelenggarakan pekan bakti kesehatan yang

pertama untuk tahun 2012 di wilayah Kecamatan Teluk Jambe Timur,

Kabupaten Karawang. Kegiatan sosial ini difokuskan untuk pemberian

kesehatan secara cuma-cuma kepada warga di Kecamatan Teluk Jambe

Timur, Kabupaten Karawang dengan kemampuan pelayanan sekitar

1.800 jiwa pada tanggal 26-31 Maret 2012. Sampoerna menerjunkan tim

Page 11: 2011-2-00555-AK Bab4001

Sampoerna Rescue (SAR) yang terdiri dari tiga dokter dan enam relawan

yang mampu memberikan bantuan cepat dan praktis bagi masyarakat.

PT HM Sampoerna Tbk juga mempunyai program yang bernama Putera

Sampoerna Foundation yang bertujuan membantu masyarakat dalam

memajukan pendidikan dan membangun masa depan. Bukan hanya

siswa/i yang mendapat program ini, namun para guru juga ditingkatkan

kualitasnya dengan merintis Teachers Learning Center (TLC).

4. TEKNOLOGI

PT HM Sampoerna Tbk melengkapi sistemnya dengan teknologi

informasi yang modern dengan menggunakan implementasi software

Oracle. Hal yang harus diperhatikan dengan software tersebut adalah

bagaimana hasil positif yang telah dicapai tersebut dapat diukur dan dapat

dianalisis secara konkrit dengan menggunakan parameter-parameter

keuangan yang ada.

IV.1.4. Implementasi Strategi PT HM Sampoerna, Tbk

Perusahaan akan mengoptimalkan kekuatan dan peluang perusahaan

serta dalam menghadapi kelemahan dan ancaman perusahaan dengan

menjalankan dan mengembangkan strategi yang dijalankan. Strategi yang

dijalankan oleh PT HM Sampoerna, Tbk adalah sebagai berikut :

Strategi Penetrasi Pasar

Page 12: 2011-2-00555-AK Bab4001

Strategi penetrasi pasar diperlukan untuk melakukan pemasaran pada

produk yang sudah ada diperusahaan yang bertujuan untuk lebih dikenal oleh

masyarakat dan memperluas pangsa pasar produk tersebut dan juga PT HM

Sampoerna itu sendiri. Pemasaran yang dilakukan oleh sampoerna selain dengan

iklan-iklan, sampoerna juga mempunyai event rutin setiap tahunnya yang juga

bertujuan untuk melakukan promosi dan iklan dari produk-produk PT HM

Sampoerna, Tbk.

Soundrenaline, acara ini pertama dilaksanakan pada tahun 2002 selama 2 hari

2 malam dengan menghadirkan 38 band top Indonesia, acara ini sekaligus

memperkenalkan produk PT HM Sampoerna Tbk.

Jakarta fair, Sampoerna juga menjadi salah satu sponsor event ulang tahun

Jakarta.

Java jazz festival, event yang bermula di awal maret 2011 lalu ini berhasil

meningkatkan nilai promosi PT HM Sampoerna. Tidak hanya itu di sela-sela

iringan musik jazz yang menghibur, games berhadiah juga mampu menarik

banyak orang datang, sehingga, mereka pun mendapat banyak pengetahuan

tentang beragam program Sampoena. Tentunya, diharapkan ini akan

menggerakkan kepedulian penikmat musik dan masyarakat umum agar lebih

mau peduli membantu sesamanya. 

Strategi Pengembangan Pasar

Page 13: 2011-2-00555-AK Bab4001

PT HM Sampoerna Tbk di tahun 2011 membukukan penjualan tertinggi

sepanjang 2011 dari 2010 dibanding dengan dua emiten rokok pesaingnya,

menurut laporan keuangan perseroan. Sampoerna membukukan pertumbuhan

penjualan sebesar 22% menjadi Rp 52,8 triliun di 2011 dari 2010, penjualan

sampoerna pada tahun 2010 tercatat Rp 43,3 triliun. Hal ini yang menjadikan

sampoerna melakukan pengembangan pasar hanya pada sektor investasi dan

saham mereka.

Strategi Pengembangan Produk

PT HM Sampoerna Tbk untuk mengembangkan produknya selalu

berinovasi agar selalu dapat bersaing dengan industri yang sama. Inovasi produk

sudah seharusnya dilakukan oleh PT HM Sampoerna Tbk, melihat dari kapasitas

mereka mempertahankan sebagai pangsa pasar tertingi di Indonesia yang

mengalahkan dua pesaing lainnya. Selain produk A mild sebagai pangsa pasar

terbesar di Indonesia, PT HM Sampoerna juga berinovasi bengan memunculkan

produk mild baru seperti Avolution dan Mild rasa Menthol.

IV.2. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan lanjutan dari bagian penilaian bisnis yang

menggunakan laporan keuangan. Penulis melakukan analisis laporan keuangan PT HM

Sampoerna, Tbk untuk dapat mengetahui kinerja perusahaan, analisis terbatas pada

laporan laba rugi, neraca pada lima tahun yaitu 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011

dengan menggunkan metode analisis vertical, horizontal, dan analisis rasio-rasio laporan

keuangan.

Page 14: 2011-2-00555-AK Bab4001

IV.2.1. Analisis Vertikal dan Horizontal

Analisa vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya

meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara

pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut,

sehingga hanya akan dgiketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat

itu saja, metode ini juga disebut metode analisis statis.

Analisa horizontal adalah analisa yang menggunakan laporan keuangan

untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui

perkembangannya. Metode ini disebut metode analisis dinamis.

IV.2.1.1. Analisis Vertikal

Analisis vertikal laporan laba rugi PT HM Sampoerna, Tbk dapat

dilihat pada lampiran halaman L1. Hasil analisis vertikal PT HM

Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 adalah

sebagai berikut :

Laba kotor.

Penurunan laba kotor di tahun 2008 dari 29.48% di tahun 2007

menjadi 28.79%, penurunan ini terjadi akibat beban pokok penjualan

meningkat dan diimbangi dengan penigkatan pada penjualan. Namun

pada tahun 2009 dan 2010 laba kotor perusahaan meningkat menjadi

28.83% di 2009 dan 29.17% di 2010 hal ini disebabkan karena

adanya penurunan pada beban pokok penjualan dan juga adanya

penigkatan pada penjualan bersih pada tahun 2009 dan 2010. Pada

Page 15: 2011-2-00555-AK Bab4001

tahun 2011 ada peningkatan pada nilai laba kotor yang disebabkan

karena adanya peningkatan pada penjualan bersih namun pada

presentasenya mengalami penurunan diangka 28.75% hal ini

disebabkan karena adanya peningkatan pada beban pokok penjaualan

pada tahun 2011 sebesar 71.25%.

Beban usaha

Beban usaha PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009,

2010, dan 2011 berdasarkan analisis vertikal adalah presentase dari

tahun 2009 sampai tahun 2011 jumlah beban usaha terus menurun

secara signifikan hal ini disebabkan karena adanya penurunan yang

terjadi pada akun beban pokok penjualan sehingga beban usaha

perusahaan dari tahun 2009 terus menurun dan hanya mengalami

kenaikan pada tahun 2008 dari 10.76% di tahun 2007 menjadi

10.84%, hal ini disebabkan karena kenaikan beban pokok penjualan

di tahun tersebut.

Laba usaha

Penurunan presentase laba usaha hanya terjadi di tahun 2008 dari

18.72% di tahun 2007 menjadi 17.95%, hal ini disebabkan karena

penurunan yang terjadi pada laba kotor. Namun pada tahun 2009,

2010 dan 2011 mengalami peningkatan presentase cukup signifikan

18.73%, 20.08% dan 23.93%, hal ini disebabkan karena adanya

peningkatan di presentase laba kotor di tahun 2009 dan 2010, hanya

tahun 2011 yang tidak disebabkan oleh laba kotor melainkan oleh

beban penjualan yang mengalami peningkatan cukup signifikan.

Page 16: 2011-2-00555-AK Bab4001

Laba bersih

Laba bersih PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009,

2010, dan 2011 berdasarkan analisis vertikal mengalami presentase

penigkatan cukup signifikan dari tahun 2009 sampai tahun 2011 yaitu

13.05%, 14.80%, dan 15.26%, peningkatan ini terjadi karena adanya

penurunan pada beban penjualan pokok dan juga adanya peningkatan

pada penjualan bersih. Penurunan presentase laba bersih hanya terjadi

di tahun 2008 yaitu dari 12.17% di tahun 2007 menjadi 11.23%,

penurunan ini juga tidak terlalu signifikan karena hal tersebut

disebabkan adanya kenaikan dari penghasilan (beban) lain-lain bersih

yang terjadi pada tahun tersebut.

Analisis vertikal neraca PT HM Sampoerna, Tbk tahun 2007,

2008, 2009, 2010 dan 2011 dapat dilihat di lampiran halaman L2. Hasil

analisis vertikal adalah sebagai berikut :

Asset lancar

Asset lancar PT HM Sampoerna, pada tahun 2007 adalah sebesar

70.51%, namun mengalami penurunan di tahun 2008 menjadi 68.41%

hal ini disebabkan karena menurunnya juga presentase dari akun-akun

yang ada didalam dan adanya uang muka pembelian tembakau di

tahun 2008 yang mana di tahun 2007 tidak ada. Pada tahun 2009 dan

2010 jumlah asset lancar meningkat cukup signifikan yaitu 71.62% di

tahun 2009 dan 76.83% di tahun 2010 hal ini disebabkan karena

meningkatnya kas dan kas setara, dan juga meningkatnya piutang

Page 17: 2011-2-00555-AK Bab4001

usaha, tetapi pada tahun 2011 asset lancar mengalami penurunan

kembali meskipun tidak terlalu siginfikan yaitu dari 76.83% di tahun

2010 menjadi 76.65%, hal ini disebabkan karena menurunnya kas dan

juga meningkatnya presentase uang muka pembelian tembakau di

tahun 2011.

Asset tidak lancar

Pada asset tidak lancar yaitu pada tahun 2008 dan 2011 mengalami

kenaikan berbeda dengan tahun 2009 dan 2010 yg mengalami

pnurunan. Pada tahun 2008 presantase jumlah asset tidak lancar

adalah 31.59% dari 29.49% di tahun 2007 sedangkan untuk tahun

2011 kenaikan tidak terlalu signifikan dari 23.17% di tahun 2010

menjadi 23.35%, hal tesebut disebabkan karena adanya peningkatan

pajak tangguhan, meningkatnya penyertaan saham, dan juga

meningkatnya presentase aktiva tetap yang sudah dikurangi

penyusutan. Penurunan yang terjadi di tahun 2009 dan 2010 adalah

28.38% di tahun 2009 dan 23.17% di tahun 2010 yang disebabkan

oleh menurunnya pajak tangguhan, penyertaan saham, dan juga

penurunan aktiva tetap.

Kewajiban jangka pendek

Hasil analisis vertikal kewajiban jangka pendek fluktuatif, kewajiban

jangka pendek pada tahun 2007 adalah 39.62%, pada tahun 2008

meningkat menjadi 47.37% namun pada tahun 2009 menjadi 38.08%

mengalami penurunan cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Pada

Page 18: 2011-2-00555-AK Bab4001

tahun 2010 presentase kembali naik menjadi 47.64% dan turun lagi di

tahun 2011 di angka 43.82%. hal yang menyebabkan naik turunnya

presentase jumlah kewajiban jangka pendek adalah pada tahun 2008

perusahaan mempunya dividend dan tidak mempunyai kewajiban

pedek pada pihak ketiga, pada tahun 2009 karena meningkatnya

dividen dan hutang usaha meningkat jauh dari tahun sebelumnya,

pada tahun 2010 mengalami penigkatan karena pada tahun tersebut

perusahaan tidak mempunyai hubungan pada pihak ketiga baik

hutang maupun piutang, dan pada tahu 2011 disebabkan oleh

kenaikan kewajiban jangka pendek yang cukup signifikan mencapai

6.57% dan juga hutang pajak dan cukai mencapai 30.63%.

Kewajiban jangka panjang

Kewajiban jangka pendek tahun 2008 mengalami penurunan cukup

signifikan dari 8.94% di tahun 2007 menjadi 2.74% ini disebabkan

karena perusahaan tidak mempunyai hutang obligasi. Pada tahun

2009 kewajiban jangka panjang kembali naik menjadi 2.84%

kenaikan ini tidak terlalu signifikan bagi perusahaan, hal ini

disebabkan menurunnya pajak tengguhan perusahaan pada tahun

tersebut. Pada tahun 2010 mengalami penurunan kembali di angka

2.59% ini disebabkan karena kewajiban pajak tangguhan yang

menurun dan juga diimbangi dengan penurunaan hutang sewa guna

usaha dan juga pendapatan yang ditangguhkan. Pada tahun 2011

presentase kewajiban jangka panjang mengalami kenaikan yang

cukup signifikan di angka 3.53% hal ini disebabkan karena

Page 19: 2011-2-00555-AK Bab4001

meningkatnya kewajiban imbalan pasca kerja yang mencapai 3.01%

yang meningkat dari tahun sebelumnya 2.11%.

Ekuitas

Presentase ekuitas terhadap total kewajiban dan ekuitas naik dan

turun setiap tahunnya. Presentase pada tahun 2007 - 2011 adalah

51.42%, 49.88%, 59.05%, 49.77%, dan 52.65%. Presentase yang

fluktuatif tersebut disebabkan juga oleh naik turunnya ekuitas setiap

tahunnya yang di pengaruhi oleh akun modal saham, tambahan modal

disetor, dan selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan yang

fluktuatif atau tidak stabil juga.

IV.2.1.2. Analisis Horizontal

Analisis horizontal laporan laba rugi PT HM Sampoerna, Tbk

dapat dilihat pada lampiran halaman L5. Hasil analisis horizontal PT HM

Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 adalah

sebagai berikut :

Penjualan

Penjualan PT HM Sampoerna sangat baik dari tahun ke tahun dan

tidak mengalami penurunan penjualan hal ini juga diimbangi dengan

beban pokok penjualan yang terus meningkat setiap tahunnya.

Pertumbuhan yang terjadi dari tahun 2007 sampai 2010 adalah

Page 20: 2011-2-00555-AK Bab4001

sebesar 100.82%, 117.38%, 131.91%, dan 146.83% ini menandakan

bahwa kinerja perusahaan dalam menjual produknya sangatlah baik.

Laba kotor

Hasil dari analisis horizontal pada akun laba kotor, menandakan

kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 kenaikan hanya 3.90% ini

diimbangi dengan naiknya beban pokok penjualan pada tahun

tersebut. Pada tahun 2008, kenaikan laba kotor mencapai 14.23%

disebabkan karena adanya peningkatan pada beban pokok penjualan

yang diimbangi juga adanya peningkatan pada penjualan bersih. Pada

tahun 2009 kenaikan mencapai 14.78% dari tahun sebelumnya, hal ini

juga disebabkan karena adanya peningkatan pada penjualan dan

beban pokok penjualan pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 laba

kotor naik di angka 16.82%. kenaikan presentase laba kotor juga

menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba

sangat baik.

Beban usaha

Beban usaha PT HM Sampoerna setiap tahunnya juga meningkat, ini

dikarenakan sampoerna mempunyai program rutin tahunan berupa

event-event music untuk melakukan promosi. Beban usaha tahun

2007, 2008, 2009, 2010 adalah 97.80%, 114.73%, 120.13%, dan

120.37%. dengan beban usaha yang meningkat penjualan dan laba

kotor pun menjadi meningkat. Karena program promosi dari event-

event tersebut berhasil.

Laba usaha

Page 21: 2011-2-00555-AK Bab4001

Laba usaha PT HM Sampoerna Tbk mengalami penigkatan cukup

signifikan setiap tahunnya, setiap tahun perusahaan mendapatkan laba

100% lebih, pada tahun 2007 107.77% tahun 2008 120.29% tahun

2009 141.01% dan terutama pada tahun 2010 yang mencapai

168.32%. Hal yang mempengaruhi kenaikan laba usaha PT HM

Sampoerna, Tbk setiap tahunnya karena adanya peningkatan laba

kotor setiap tahunnya yang lebih besar dari beban usaha perusahaan

pada setiap tahunnya.

Beban lain-lain

PT HM Sampoerna pada tahun 2007 hingga 2009 memilik beban

lain-lain sebesar -232.275, -427.753, -84547, namun hal ini tidak

membuat kerugian pada perusahaan karena laba usaha yang masih

lebih besar dibanding dengan beban lain-lain. Namun pada tahun

2010 beban lain-lain perusahaan berubah menjadi pendapatan lain-

lain perusahaan dengan mendapatkan 35.174 hal ini membuat laba

bersih perusahaan akan bertambah.

Laba bersih

Hasil dari analisis horizontal pada akun laba bersih PT HM

Sampoerna, Tbk setiap tahunnya mengalami peningkatan atau dengan

kata lain tidak ada kerugian pada setiap tahunnya. Presentase laba

bersih tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 adalah 102.65%, 110.33%,

144.10%, dan 181.88%, hal ini disebabkan karena meningkatnya laba

kotor pada setiap tahunnya namun juga di imbangi dengan

Page 22: 2011-2-00555-AK Bab4001

meningkatnya beban pokok penjualana. Hasil ini menandakan kinerja

perusahaan untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya sangat baik

meskipun pada setiap tahunnya beban penjualan ikut meningkat.

Analisis horizontal laporan neraca PT HM Sampoerna, Tbk dapat

dilihat pada lampiran halaman L6. Hasil analisis horizontal PT HM

Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 adalah

sebagai berikut :

Asset lancar

Asset lancar PT HM Sampoerna berdasarkan analisis horizontal pada

tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 117.22% namun pada tahun

2008 asset lancet perusahaan turun 0.20% menjadi 117.02% hal ini

disebabkan karena penurunan kas dan kas setara serta adanya uang

muka pembelian tembakau sebesar 1.547.275. Pada tahun 2009 asset

lancar perusahaan kembali naik menjadi 134.52% ini dikarenakan kas

setara dan piutang perusahaan meningkat dan uang muka pembelian

tembakau pada tahun tersebut turun menjadi 1.295.793. Pada tahun

2010 asset perusahaan kembali meningkat dari sebelumnya menjadi

167.18% hal ini juga disebabkan karena kas setara dan piutang

perusahaan meningkat dan uang muka pembelian tembakau pada

tahun tersebut turun.

Asset tidak lancar

Asset tidak lancar PT HM Sampoerna berdasarkan analisis horizontal

pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan yang signifikan

Page 23: 2011-2-00555-AK Bab4001

sebesar 143.27% dan 157.91%, kenaikan tersebut di pengaruhi dari

kenaikan pajak tangguhan, penyertaan saham, dan asset tetap yang

saudah dikurangi penyusutan. Namun pada tahun 2009 dan 2010 asset

lancar perusahaan mengalami penurunan yaitu sebsar 155.78% dan

147.38% hal yang menyebabkan penurunan tersebut adalah turunnya

juga presentase dari akun-akun pajak tangguhan, penyertaan saham,

dan asset tetap yang saudah dikurangi penyusutan, ini dapat

berdampak kurang baik bagi perusahaan jika hal tersebut tidak segera

diperbaiki.

Kewajiban jangka pendek

Kewajiban jangka pendek PT HM Sampoerna Tbk berdasarkan

analisis horizontal pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan di

angka 110.69% dan 136.16% hal tersebut di pengaruhi oleh kenaikan

hutang pajak dan cukai serta beban yang masih harus dibayar pada

tahun tersebut. Pada tahun 2009 dan 2010 kewajiban jangka pendek

mengalami penurunan yaitu pada angka 120.21% dan 174.23% ini

disebabkan oleh menaiknya hutang pajak dan cukai namun diimbangi

dengan penurunan hutang beban yang masih harus dibayar.

Kewajiban jangka panjang

Kewajiban jangka panjang PT HM sampoerna berdasarkan analisis

horizontal pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan yang

cukup siginfikan yaitu di angka 111.21% menjadi 35.02%, hal ini

disebabkan karena pada tahun 2008 perusahaan tidak memiliki hutang

obligasi dan juga diimbangi dengan kenaikan pajak tangguhan. Pada

Page 24: 2011-2-00555-AK Bab4001

tahun 2009 dan 2010 mengalamai kenaikan di angka 39.95% dan

42.11%, ini dipengaruhi oleh penurunan kewajiban pajak tangguhan

dan menaiknya kewajiban imbalan pasca kerja pada tahun tersebut.

Ekuitas

Ekuitas PT HM Sampoerna Tbk berdasarkan analisis horizontal pada

tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan yang tidak cukup

signifikan yaitu diangka 141.62% di tahun 2007 menjadi 141.34% di

tahun 2008, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan pada selisih

kurs dan penurunan saldo laba yang belum dicadangkan di tahun

2008. Pada tahun 2009 ekuitas kembali meningkat menjadi 183.73%

hal ini disebabkan karena kembali menurunnya selisih kurs laporan

keuangan dan juga diimbangi dengan meningkatnya saldo laba yang

belum dicadangkan. Namun pada tahun 2010 presentase jumlah

ekuitas kembali menurun yaitu di angka 179.39% hal ini juga

disebabkan karena meningkatnya selisih kurs pada laporan keuangan

dan menurunnya saldo laba yang belum dicadangkan. Sedangkan

untuk tambahan modal disetor tidak mengalami perubahan yaitu

sebesar 42.077 setiap tahunnya yang ditetapkan perusahaan.

IV.2.2. Analisis Rasio Laporan Keuangan

Analisis rasio laporan keuangan perusahaan dan analisis rasio laporan

keuangan perusahaan pembanding dapat dilihat pada lampiran halaman L9.

analisis rasio tersebut digunakan untuk menilali kinerja perusahaan dan

Page 25: 2011-2-00555-AK Bab4001

perusahaan sebanding dengan melihat posisi keuangan dan juga melihat apakah

perusahaan mempunyai rasio yang baik atau tidak.

IV.2.2.1 Analisis Rasio Likiuditas

Hasil perhitungan dari analisis rasio likuiditas PT HM Sampoerna

Tbk tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :

Gambar IV.2. Perhitungan rasio likuiditas

1. Current Ratio

Perhitungan yang didapat dari rasio lancar PT HM Sampoerna

Tbk menunjukkan kemampuan asset lancar yang dimiliki oleh PT HM

Sampoerna Tbk dalam menjamin hutang jangka pendeknya mengalami

naik turun ini diesebabkan karena naik turunnya juga hutang lancar yang

dimiliki oleh PT HM Sampoerna Tbk. Pada analisis hoizontal PT HM

Sampoerna menunjukkan bahwa hutang lancar lebih besar dari asset

lancar meskipun terjadinya naik turun. Pada tahun 2008 menunjukkan

Rasio PT HM Sampoerna TbkRasio Likiuditas 2007 2008 2009 2010 2011Current Ratio 177.97% 144.43% 188.06% 161.25% 174.93%Acid Test Ratio 34.23% 44.22% 46.68% 61.01% 69.94%perputaran piutang 29.8X 196.6X 216.4X 173.4X 193.4Xperputaran persediaan 2.35X 3.22X 2.9X 3.13X 4.22X

Rata- rata Industri2007 2008 2009 2010 2011

242.12% 204.66% 213.94% 227.11% 170.46%25.51% 29.97% 27.10% 31.23% 29.19%

46.9X 108.7X 127.0X 130.2X 133.0X 7.04X 2.30X 1.87X 2.45X 2.51X

Page 26: 2011-2-00555-AK Bab4001

penurunan aktiva lancar sebesar 117.02% sedangkan hutang lancarnya

meningkat hingga 136.16%, pada tahun 2009 terjadi peningkatan asset

lancar sebesar 134.52% hal ini juga diikuti dengan penurunan hutang

lancar yang mencapai 120.21%, ini baik bagi perusahaan. Pada tahun

2010 kembali peningkatan terjadi pada asset lancar di angka 167.18% dan

juga penurunan hutang lancar sebesar 174.23%, sehingga ini terus

membuat current ratio perusahaan menjadi meningkat setelah tahun 2008.

Berdasarkan hasil industri rata-rata current ratio PT. HM

Sampoerna Tbk berada di bawah rata-rata industri darti tahun 2007-2010,

ini disebabkan karena PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel

Internasional Investama, Tbk mempunyai current ratio yang lebih besar

dari PT HM Sampoerna, rata-rata industri tahun 2007 adalah 242.12%

sedangkan current ratio PT HM sampoerna, Tbk hanya 177.97%, pada

tahun 2008 rata-rata industri mencapai 204.66% sedangkan current ratio

PT HM sampoerna, Tbk hanya 144.43%, pada tahun 2009 rata-rata

industri 213.945 sedangkan current ratio PT HM sampoerna, Tbk hanya

188.06%, pada tahun 2010 rata-rata industri mencapai 227.11%

sedangkan current ratio PT HM sampoerna, Tbk hanya 161.25% ini

merupakan angka terendah dari tahun 2007-2010. Namun pada tahun

2011 PT HM Sampoerna Tbk berada di atas rata-rata industri yaitu di

angka 174.93% di atas rata-rata industri yang hanya 170.46%, ini

disebabkan karena menurunnya current ratio dari PT Gudang Garam,

Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama pada tahun 2011.

Page 27: 2011-2-00555-AK Bab4001

2. Acid Test Ratio

Acid Test Ratio ini menggambarkan kemampuan PT HM

Sampoerna, Tbk untuk membayar hutang jangka pendeknya tanpa

melibatkan persediaan. Pada tahun 2007 acid test ratio pada PT HM

Sampoerna, Tbk sebesar 34.23% atau 0.34X, itu berarti PT HM

sampoerna, Tbk hanya mampu membayar Rp. 1,- jangka pendek dengan

asset tanpa persediaan sebesar Rp 0.34,- atau kurang dari setengah

seluruh hutangnya. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya dan paling

tinggi pada tahun 2011 mencapai 69.94% atau 0.70X yang berarti PT HM

Sampoerna, Tbk mampu menutupi hutang jangka pendeknya lebih dari

separuh seluruh hutangnya.

Berdasarkan hasil rata-rata industri PT HM Sampoerna, Tbk

berada di atas rata-rata industri dari tahun 2007-2011, ini disebabkan

karena acid test ratio milik PT Bentoel Internasional Investama, Tbk

berada jauh dibawah acid test ratio milik PT HM Sampoerna, Tbk dan

PT Gudang Garam, Tbk. Pada tahun 2011 dimana pada tahun itu acid test

ratio tertinggi yang dimiliki oleh PT HM Sampoerna, Tbk sebesar

69.94% dan juga diimbbangi dengan penurunan rata-rata industrti sebesar

2.04% dari tahun sebelumnya 31.23% menjadi 29.19%. hal ini

disebabkan karena acid test ratio PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel

Internasional Investama, Tbk mengalami penurunan pada tahun tersebut.

3. Perputaran piutang

Page 28: 2011-2-00555-AK Bab4001

Perputaran piutang PT HM Sampoerna, Tbk berdasarkan analisis

rasio receivable turnover menunjukkan bahwa perputaran piutang

perusahaan meningkat setiap tahunnya, hal ini baik bagi perusahaan

karena semakin sedikit dana yang tertanam pada piutang dan dapat

mencegah piutang tak tertagih.

Pada tahun 2007 rasio perputaran piutang PT HM Sampoerna,

Tbk hanya di angka 29.80x dan meningkat cukup signifikan pada tahun

2008 dan 2009 yaitu sebesar 196.60x dan 216.40x hal ini disebabkan

karena peningkatan piutang usaha namun juga diimbangi dengan adanya

peningkatan pada penjualan bersih perusahaan pada tahun tersebut. Pada

tahun 2010 perputaran piutang perusahaan mengalami penurunan yaitu di

angka 173.40 hal ini disebabkan karena kenaikan piutang usaha yang

cukup jauh dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 720.102 menjadi

1.000.282 pada tahun 2010, namun pada tahun 2011 rasio perputaran

piutang PT HM Sampoerna, Tbk kembali meningkat pada angka 193.40x

hal ini juga disebabkan karena tidak terlalu signifikannya kenaikan

piutang usaha namun diimbangi dengan adanya kenaikan penjualan

bersih yang cukup signifikan pada perusahaan pada tahun tersebut.

Berdasarkan rata-rata perputaran piutang industri PT HM

Sampoerna, Tbk berada diatas rata-rata industri, ini dikarenakan PT

Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama, Tbk

memiliki rasio perputaran piutang perusahaan yang lebih kecil dari PT

HM Sampoerna, Tbk, yang berarti PT HM Sampoerna, Tbk lebih baik

Page 29: 2011-2-00555-AK Bab4001

dalam menagih piutang usahanya di banding dengan para pesaing

industrinya.

4. Perputaran persediaan

Perputaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk berdasarkan

analisis inventory turnover mengalami penurunan pada tahun 2009 saja.

Ini menunjukkan bahwa PT HM Sampoerna, Tbk persediaan yang

tersimpan diolah dengan baik oleh PT HM Sampoerna, Tbk untuk dapat

menghasilkan kas.

Pada tahun 2007 perputaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk

sebesar 2.35x, berarti dalam setahun ada 2.35x perputaram persediaan

dan pada tahun 2008 perputaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk

menigkat mencapai 3.22x ini disebabkan penurunan persediaan

berdasarkan hasil analisis horizontal sebesar 17.12% dan peningkatan

pada beban pokok penjualan sebesar 17.49%. Pada tahun 2009 perputaran

persediaan PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan mencapai

2.90x hal ini disebabkan karena adanya penurunan pada beban pokok

sebesar 14.42% dan terjadinya peningkatan pada persediaan sebesar

25.31% pada tahun tersebut. Pada tahun 2010 perputaran persediaan

kembali meningkat sebesar 3.13x hal ini juga disebabkan karena adanya

peningkatan beban pokok penjualan yang lebih besar dari pada

peningkatan persediaan yaitu sebesar 14.17% pada beban pokok

penjualan dan 3.55% pada persediaan di tahun tesebut. Pada tahun 2011

perputaran persediaan meningkat hingga 4.22x, angka tersebut adalah

angka tertinggi selama periode 2007-2011.

Page 30: 2011-2-00555-AK Bab4001

Berdasarkan rata-rata inudstri perusahaan PT HM Sampoerna,

Tbk berada dibawah rata-rata industri pada tahun 2007, hal ini

disebabkan karena perputaran persediaan PT Gugang Garam, Tbk lebih

besar daripada perutaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk meskipun

PT Bentoel Internasional Investama, Tbk mempunyai rasio perputaran

persediaan yang lebih kecil dari PT HM Sampoerna, Tbk tetap tidak

terlalu mempengaruhi. Pada tahun 2008-2011 berdasarkan rata-rata

industri perusahaan PT HM Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata

industri ini terjadi karena adanya penurunan yang cukup signifikan dari

PT Gudang Garam, Tbk pada rasio perputaran persediaannya, meskipun

PT Bentoel Internasional Investama, Tbk mengalami kenaikan tidak

terlalu mempengaruhi karena masih lebih kecil dari PT HM Sampoerna,

Tbk. Ini menunjukkan kemampuan PT HM Sampoerna untuk mengolah

persediaannya lebih baik dari perusahaan sebanding dan cukup efisien.

IV.2.2.2 Analisis Rasio Leverage

Hasil perhitungan dari analisis rasio leverage PT HM Sampoerna Tbk

tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :

Rasio Leverage PT HM Sampoerna Tbk2007 2008 2009 2010 2011

Debt Ratio to Total Asset 48.56% 50.10% 40.93% 50.23% 47.35%Debt to Total Equity Ratio 94.43% 100.44% 69.31% 100.93% 89.93%Long Term Debt to Equity Ratio 17.38% 5.48% 4.81% 5.20% 6.71%

Page 31: 2011-2-00555-AK Bab4001

Gambar IV.2. Perhitungan rasio leverage

1. Debt Ratio to Total Asset

Rasio debt ratio to total asset menunjukkan posisi keuangan

antara kewajiban perusahaan terhadapa kekayaan perusahaan. Rasio ini

adalah rasio yang umumnya akan dilihat oleh para kreditor dan investor

dan juga menginginkan hasil angka yang kecil pada perhitungan rasio ini,

untuk mengurangi resiko kerugian apabila terjadi likuidasi. Berbanding

terbalik dengan manajemen perusahaan yang menginginkan hasil ngka

yang besar pada rasio ini untuk menjaga kelancaran usahanya.

Debt ratio to total asset PT HM Sampoerna, Tbk mengalami naik

turun pada setiap tahunnya, ini disebabkan karena naik turunnya juga

jumlah hutang dan asset yang dimiliki oleh PT HM Sampoerna, Tbk.

Pada tahun 2007 menunjukkan angka 48.56% yang berarti kreditor hanya

menyediakan dana sebesar 48.56% dari pembiayaan PT HM Sampoerna,

Tbk dan sisanya adalah dana PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 51.44%.

Pada tahun 2008 presentasenya mengalami kenaikan menjadi 50.10% hal

ini disebabkan karena peningkatan total hutang lebih besar daripada

Rata- rata Industri2007 2008 2009 2010 2011

49.72% 48.93% 44.79% 45.81% 49.69%

104.35% 104.36% 91.26% 91.78% 110.33%

39.73% 32.50% 20.00% 21.85% 7.42%

Page 32: 2011-2-00555-AK Bab4001

penigkatan total asset pada tahun tersebut berdasarkan hasil analisis

horizontal pada neraca, peningkatan ini berarti dana kreditor hampir

menyamai dana dari PT HM Sampoerna, Tbk sendiri. Pada tahun 2009

presentase mengalami penurunan kembali yaitu di angka 40.93% ini

disebabkan oleh peningkatan total asset dan diimbangi dengan

menurunnya total hutang pada tahun tersebut, berdasarkan perhitungan

analisa horizontal total hutang PT HM Sampoerna, Tbk tahun 2008-2009

menurun dari 117.61% menjadi 105.49%, yang berarti turun sebesar

12.12%, sedangkan total aktiva nya meningkat dari 127.44% menjadi

139.94% yang berarti meningkat menjadi 12.5%. Pada tahun 2010

presentaseny kembali naik menjadi 50.23% ini berarti kreditor

membiayai perusahaan hampir setengahnya, hal ini disebabkan karena

meningkatnya total hutang lebih besar daripada total asset. Pada tahun

2011 presentase kembali menurun di angka 47.35% hal ini disebabkan

menurunnya total hutang lebih besar daripada menurunnya total asset

pada tahun tersebut.

Berdasarkan hasil rata-rata industri debt ratio to total asset PT

HM Sampoerna, Tbk berada di bawah rata-rata industri pada tahun 2007,

2009, dan 2011, ini juga sama dengan PT Gudang Garama, Tbk, hal ini

disebabkan karena PT Bentoel Internasional Investama, Tbk memiliki dia

atas rata-rata industri. Hal ini bagi para kreditor dan investor PT HM

Sampoerna, Tbk memnunjukkan hal yang baik karena berindikasi

mempunyai hutang yang cukup kecil. Namun pada tahun 2008 dan 2010

Page 33: 2011-2-00555-AK Bab4001

PT HM Sampoerna, Tbk berada diatas rata-rata industri, hal ini juga

disebabkan karena menurunnya debt ratio to total asset PT Gudang

garam, Tbk pada tahun tersebut. Hal ini bagi para kreditor tidak cukup

baik tetapi bagi perusahaan ini hal yang cukup baik karena menunjukkan

investasi yang kecil, mengurangi resiko apa bila perusahaan likuidasi

tidak mengalami kerugian investasi yang terlalu banyak.

2. Debt to Total Equity Ratio

Rasio debt to total equity ratio menunjukkan posisi keungan

antara kewajiban perusahaan terhadapa modal perusahaan. Debt to total

equity ratio PT HM Sampoerna dari tahu 2007-2011 mengalami naik

turun. Pada tahun 2007 PT HM Sampoerna, Tbk memiliki debt to total

equity ratio sebesar 94.43% dan pada tahun 2008 100.44% ini

menunjukkan bahwa besar modal dan hutang hampir sama, dan

mengalami peningkatan sebesar 6.01% ini disebabkan meningkatnya

hutang dan modal dari tahun 2007 ke 2008 yaitu sebesar 17.61% hutang

dan 41.34%, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar

69.31% ini adalah hasil terendah selama tahun 2007-2011, hal tersebut

sangat diinginkan oleh investor dan kreditor karena semakin besar dana

yang disediakan oleh pemegang saham.

Pada tahun 2010 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna,

Tbk kembali meningkat di angka 100.93% hal ini disebabkan karena

meningkatnya hutang dan menurunnya modal pada tahun tersebut

Page 34: 2011-2-00555-AK Bab4001

berdasarkan analisis horizontal pada PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun

2010 sebesar 50% hutang dan 79.39% modal. Pada tahun 2011 debt to

total equity PT HM Sampoerna, Tbk kembali menurun di angka 89.93%

hal ini disebabkan karena menurunnya modal dan hutang pada tahun

2011.

Berdasarkan hasil rata-rata industri debt to total equity ratio PT

HM Sampoerna, Tbk berada dibawah rata-rata industri pada tahun 2007,

2008, 2009, dan 2011 ini disebabkan karena rata-rata industri PT Gudang

Garam, Tbk lebih kecil dari rata-rata PT HM Sampoerna, Tbk dan juga

PT Bentoel Internasional Investama, Tbk memliki debt to total equity

ratio di atas PT HM Sampoerna, Tbk yang mempengaruhi karena

perbedaan yang terlalu jauh. Sedangkan di tahun 2010 PT HM

Sampoerna berada di atas rata-rata industri hal ini disebabkan karena

tidak terlalu jauhnya perbedaan debt to total equity ratio dengan PT

Bentoel Internasional Investama, Tbk.

Pada tahun 2007 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna,

Tbk sebesar 94.43% sedangkan debt to total equity ratio rata-rata industri

sebesar 104.35%. Pada tahun 2008 debt to total equity ratio PT HM

Sampoerna, Tbk mengalami peningkatan sebesar 6.01% tetapi debt to

total equity ratio rata-rata industri juga mengalami keniakan sebesar

0.01%. Pada tahun 2009 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna,

Tbk mengalami penurunan hingga 31.13% sama juga halnya dengan rata-

rata industri yang turun hingga 13.1%. Pada tahun 2010 PT HM

Page 35: 2011-2-00555-AK Bab4001

Sampoerna, Tbk mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 31.62%

naik lebih dari 100% tahun sebelumnya hal ini juga menjadikan PT HM

Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri. Pada tahun 2011 debt to

total equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan lagi

sebesar 11% tetapi rata-rata industri perusahaan juga ikut naik sebesar

18.55%, hal tersebut membuat debt to total equity ratio PT HM

Sampoerna berada dibawah rata-rata industri perusahaan kembali.

3. Long Term Debt to Equity Ratio

Long term debt to equity ratio menggambarkan bagian dari setiap

modal sendiri yang dijadikan hutang jangka panjang. Long term debt to

equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan pada tahun

2007-2009 hal ini yang diinginkan oleh kreditor maupun investor karena

semakin kecil dana perusahaan yang dijadikan hutang jangka panjang.

Sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 mengalami kenaikan, hal ini justru

yang tidak diinginkan oleh kreditor dan investor karena semakin besar

dana yang dijadikan hutang jangka panjang.

Pada tahun 2007 Long term debt to equity ratio PT HM

Sampoerna sebesar 17.38% dan menurun 11.9% pada tahun 2008

menjadi 5.48% ini disebabkan karena menurunnya hutang jangka panjang

di tahun tersebut berdasarkan hasil analisis horizontal PT HM

Sampoerna, Tbk. Pada tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 0.67%

menjadi 4.81% ini menjadi hasil terendah selama tahun 2007-2011,

namun berdasakan analisis horizontal ini disebabkan karena

Page 36: 2011-2-00555-AK Bab4001

meningkatnya jumlah kewajiban jangka panjang dan diimbangi dengan

menurunnya kewajiban pajak tangguhan, hutang sewa guna usaha, dan

pendapatan ditangguhkan. Pada tahun 2010 Long term debt to equity

ratio PT HM Sampoerna kembali meningkat di angka 5.20%. pada tahun

2011 Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk kembali

meningkat 1.51% sehingga Long term debt to equity ratio PT HM

Sampoerna, Tbk pada tahun 2009 menjadi 6.71% ini menjadikan

kenaikan paling tinggi selama tahun 2007-2011. Peningkatan ini juga

disebabkan karena adanya peningkatan total hutang jangka panjang pada

tahun 2011, berdasarkan hasil analisis horizontal yang didapat kenaikan

total hutang jangka panjang tahun 2010 39.95% dan meningkat tahun

2011 menjadi 42.11%.

Berdasarkan hasil rata-rata industri Long term debt to equity ratio

PT HM Sampoerna, Tbk berada dibawah rata-rata industri, meskipun PT

Gudang Garam, Tbk memiliki Long term debt to equity ratio yang

hampir sama dengan PT HM Sampoerna, Tbk ini tidak terlalu

mempengaruhi rata-rata industri karena PT Bentoel Internasional

Investama, Tbk memiliki Long term debt to equity ratio yang jauh lebih

besar dari PT HM Sampoerna, Tbk. Ini adalah hal yang baik untuk para

investor dan kreditorm karena kepemilikan hutang PT HM Sampoerna,

Tbk lebih kecil dari rata-rata industri.

Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk tahun

2007 17.38% sedangkan Long term debt to equity ratio rata-rata industri

hanya 39.73%. pada tahun 2008 Long term debt to equity ratio PT HM

Page 37: 2011-2-00555-AK Bab4001

Sampoerna, Tbk 5.48% dan Long term debt to equity ratio mengalami

penurunan menjadi 32.50%. Pada tahun 2009 Long term debt to equity

ratio PT HM Sampoerna, Tbk menurun menjadi 4.81% dan Long term

debt to equity ratio rata-rata indusrti juga mengalami penurunan menjadi

20.00%. Pada tahun 2010 Long term debt to equity ratio PT HM

Sampoerna, Tbk meningkat menjadi 5.20% dan juga diimbangi dengan

peningkatan Long term debt to equity ratio rata-rata industri menjadi

21.85% dan pada tahun 2011 Long term debt to equity ratio PT HM

Sampoerna kembali meningkat menjadi 6.71% tetapi Long term debt to

equity ratio rata-rata industri menurun cukup signifikan menjadi 7.42%.

tahun 2008 menunjukkan jarak terjauh antara rasio PT HM Sampoerna,

Tbk dengan rata-rata industri.

IV.2.2.3 Analisis Rasio Profitabilitas

Hasil perhitungan dari analisis rasio profitabilitas PT HM Sampoerna

Tbk tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :

Rasio Profitabilitas PT HM Sampoerna Tbk2007 2008 2009 2010 2011

Gross Profit Margin 29.48% 28.79% 28.83% 29.17% 28.75%Net Profit Margin 12.17% 11.23% 13.05% 14.80% 15.26%Net rate of ROI 23.11% 24.14% 28.72% 31.29% 41.62%

Rata- rata Industri2007 2008 2009 2010 2011

Page 38: 2011-2-00555-AK Bab4001

22.38% 21.55% 23.06% 24.84% 25.30%7.58% 7.16% 7.16% 9.48% 10.04%

11.83% 12.44% 12.80% 16.50% 19.71% Gambar IV.2. Perhitungan rasio profitabilitas

1. Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin mengukur efisiensi pengendalian yang

dilakukan perusahaan terhadap biaya produksi untuk beroperasi secara

efisien. Pada tahun 2007-2008 PT HM Sampoerna, Tbk mengalami

penurunan, namun pada tahun 2008-2010 PT HM Sampoerna, Tbk

menunjukkan peningkatan yang berarti PT HM Sampoerna berhasil

melakukan efisiensi biaya produksinya. Namun gross profit margin PT

HM Sampoerna menunjukkan penurunan pada tahun 2010-2011.

Pada tahun 2007 gross profit margin PT HM Sampoerna sebesar

29.48% ini berarti setiap Rp. 1,- penjualan dapat memberikan laba kotor

Rp . 0,30 . Pada tahun 2008 gross profit margin PT HM Sampoerna

sebesar 28.79% ini berarti terjadi penurunan sebesar 0.69% dari tahun

2007 ini terjadi karena ada peningkatan pada beban pokok penjualan

berdasarkan hasil analisis horizontal sebesar 17.08% dari tahun

sebelumnya. Pada tahun 2009 gross profit margin PT HM Sampoerna,

Tbk kembali manunjukkan peningkatan sebesar 0.04% dari tahun

sebelumnya meskipun tidak cukup signifikan PT HM Sampoerna berhasil

mengefisiensikan biaya produksi pada tahun tersebut. Pada tahun 2010

gross profit margin PT HM Sampoerna kembali menunjukkan

peningkatan yaitu sebesar 29.17% atau naik 0.34. kenaikan ini cukup

signifikan yang disebabkan kenaikan beban pokok penjualan namun juga

Page 39: 2011-2-00555-AK Bab4001

diimbangi dengan kenaikan penjualan bersih pada tahun tersebut,

berdasarkan analisis horizontal kenaikan penjualan bersih mencapai

46.38% dan beban pokok penjualan mencapai 45.67%. Pada tahun 2011

gross profit margin PT HM Sampoerna kembali turun di angka 28.75%.

Berdasarkan hasil rata-rata industri gross profit margin PT HM

Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri dari tahun 2007-2011.

Ini dikarenakan gross profit margin PT Gudang Garam, Tbk dan PT

Bentoel Internasional Investama, Tbk berada di bawah gross profit

margin PT HM Sampoerna, Tbk. Ini menunjukkan kemampuan PT HM

Sampoerna, Tbk dalam mengolah biaya produksi sudah sangat efisien

dalam industrinya.

gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007

sebesar 29.48% sedangkan gross profit margin rata-rata industri hanya

22.38%. Pada tahun 2008 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk

sebesar 28.79% sedangkan gross profit margin rata-rata industri hanya

21.55%, meskipun gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk

mengalami penurunan, tetap di atas rata-rata industri. Pada tahun 2009

gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 28.83% sedangkan

gross profit margin rata-rata industri naik menjadi 23.06%. Pada tahun

2010 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 29.17%

sedangkan gross profit margin rata-rata industri hanya mencapai 24.84%.

Pada tahun 2011 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk adalaha

sebesar 28.75% turun dari tahun sebelumnya namun tetap berada diatas

rata-rata industri karena gross profit margin rata-rata industri hanya

Page 40: 2011-2-00555-AK Bab4001

25.30% meskipun naik 0.46% dari rata-rata tahun sebelumnya. Tahun

2011 adalah angka terendah dari gross profit margin PT HM Sampoerna,

Tbk selama tahun 2007-2011.

2. Net Profit Margin

Net profit margin untuk mengukur perbandingan antara laba

bersih setelah pajak dengan penjualan bersih lainnya. Pada tahun 2007-

2008 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan,

namu pada tahun 2007-2011 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk

mengalami peningkatan, ini berarti PT HM Sampoerna berhasil

mendapatkan keuntungan bersih dari setiap penjualannya.

Pada tahun 2007 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk

adalah sebesar 12.17% yang berarti setiap penjualan Rp 1,- dapat

memberikan laba bersih sebesar Rp 0.12%. Pada tahun 2008 net profit

margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 11.23% yang berarti net profit

margin PT HM Sampoerna, Tbk menurun hingga 0.94% pada tahun

2008. Pada tahun 2009 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk

kembali meningkat di angka 13.05%, naik 1.82% dari tahun 2008. Pada

tahun 2010 dan 2011 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk

meningkat hingga mencapai 14.80% dan 15.26%, tahun 2011

menunjukkan net profit margin paling besar dari tahun 2007-2011.

Berdasarkan hasil rata-rata industri net profit margin PT HM

Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri dari tahun 2007-2011.

Ini disebabkan net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk lebih besar dari

net profit margin PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional

Page 41: 2011-2-00555-AK Bab4001

Investama, Tbk. Ini menujukkan kemampuan PT HM Sampoerna, Tbk

dalam menghasilkan laba bersihnya sudah cukup baik.

Net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007

sebesar 12.17% sedangkan net profit margin rata-rata industri hanya

sebesar 7.58%. pada tahun 2008 net profit margin PT HM Sampoerna,

Tbk sebesar dan net profit margin rata-rata industri mengalami penurunan

sebesar 0.94% dan net profit margin rata-rata industri sebesar 0.42%.

pada tahun 2009-2011 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk dan net

profit margin rata-rata industri meningkat sebesar 1.82%, 1.75%, 0.46%

dan 0,01% 2.32%, 1%. Meskipun di tahun 2008 net profit margin PT HM

Sampoerna, Tbk mengalami penurunan, net profit margin PT HM

Sampoerna, Tbk tetap berada dia atas rata-rata industri.

3. Net Rate of ROI

Net rate of ROI untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan dari seluruh dana yang ditanamkan dalam asset

yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Net rate of ROI PT

HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007-2011 mengalami peningkatan.

Investor dan kreditor menyukai net rate of ROI yang besar karena itu

menunjukkan efisiensi dari kepemilikkan asset untuk mendapatkan

keuntungan.

Pada tahun 2007 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk sebesar

23.11% , ini menunjukkan dari seluruh total asset yang dimiliki oleh PT

HM Sampoern, Tbk untuk operasi perusahaan dapat menghasilkan

Page 42: 2011-2-00555-AK Bab4001

23.11%. Pada tahun 2008 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk

kembali meningkat di angka 24.14% hal ini disebabkan karena

meningkatnya total asset sebesar 17% dan juga diimbangi dengan

meningkatnya juga laba bersih perusahaan sebesar 8% pada tahun

tersebut. Pada tahun 2009 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk

mengalami peningkatan hal ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih

yang lebih besar daripada peningkatan total asset, berdasarkan analisis

horizontal yang dilakukan peningkatan laba sebesar 44.10% dan

peningkatan total asset sebesar 39.94%. Pada tahun 2010 net rate of ROI

PT HM Sampoerna, Tbk meningkat sebesar 31.29% dan pada tahun 2011

net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk menigkat kembali menjadi

41.62%, peningkatan yang terjadi tahun 2010 dan 2011 disebabkan oleh

peningkatan laba bersih yang lebih besar dari pada peningkatan total

asset.

Berdasarkan hasil rata-rata industri net rate of ROI PT HM

Sampoerna, Tbk berada diatas rata-rata industri, ini disebabkan oleh net

rate of ROI PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional

Investama, Tbk lebih kecil dari PT HM Sampoerna, Tbk. Ini

menunjukkan kemampuan dari PT HM Sampoerna, Tbk untuk

menghasilkan laba dari asset nya cukup efisien.

net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007 adalah

sebesar 23.11% sedangkan net rate of ROI rata-rata industri hanya

11.83%. pada tahun 2008 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk dan

Page 43: 2011-2-00555-AK Bab4001

net rate of ROI rata-rata industri mengalami kenaikan sebesar 1.03% dan

rata-rata industri sebesar 0.61%. Pada tahun 2009 net rate of ROI PT HM

Sampoerna, Tbk kembali mengalami peningkatan di angka 28.72%

sedangkan rata-rata industri naik hingga 0.36%, kenaikan tersebut

disebabkan oleh penurunan pada net rate of ROI PT Bentoel Internasional

Investama, Tbk hingga berada di angka -3.02%. Pada tahun 2010

peningkatan antara net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk dan rata

industri hampir sama yaitu sebesar 2.57% dan rata-rata industri sebesar

3.7%, hal ini disebabkan karena net rate of ROI PT Bentoel Internasional

Investama kembali meningkat di angka 4.50%. pada tahun 2011

peningkatan net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk mencapai 10.33%

dan rata-rata industri hanya 3.21%, tahun 2011 menjadi jarak terjauh

antara net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk dengan net rate of ROI

rata-rata industri.

IV.3. Analisis Kebangkrutan

Analisis kebangkrutan adalah alat yang digunakan untuk meramalkan

kebangkrutan perusahaan. perhitungan analisis kebangkrutan dapat dilihat pada lampiran

halaman L12. Penulis akan melakukan analisis kebangkrutan pada PT HM Sampoerna,

Tbk. Rumus yang digunakan berdasarkan teori Edward I. Altman adalah :

Z = 0,012(X1) + 0,014(X2) + 0,033(X3) + 0,006(X4) + 0,999(X5)

Yaitu :

X1= Working Capital / Total Asset

Page 44: 2011-2-00555-AK Bab4001

X2= Retained Earnings / Total Asset

X3= Earnings Before Interest and Taxes / Total Asset

X4= Market Value of Equity / Total Liabilities

X5= Sales / Total Asset

Pada hasil rate z score secara umum terdapat kesimpulan yang menggunakan

metode Altman yaitu :

a. Z < 1,81 = Kemungkinan perusahaan akan bangkrut besar

b. 1,81 < Z < 2,99 = Kemungkinan perusahaan akan bangkrut meragukan

c. Z > 2,99 = Kemungkinan kecil untuk perusahaan bangkrut

Berikut adalah rician perhitungan analisis kebangkrutan pada PT HM

Sampoerna, Tbk tahun 2007-2011 :

ANALISA KEBANGKRUTAN PT HM Sampoerna, Tbktahun 2007 tahun 2008 tahun 2009 tahun 2010 tahun 2011

X1 0.3089 X1 0.2104 X1 0.3354 X1 0.2918 X1 0.3283X2 0.4457 X2 0.4301 X2 0.5304 X2 0.4450 X2 0.4714X3 0.3409 X3 0.3593 X3 0.4072 X3 0.4262 X3 0.5631X4 661.9639 X4 867.5360 X4 1481.0451 X4 1211.6342 X4 143.3203X5 1.8997 X5 2.1495 X5 2.1998 X5 2.1136 X5 2.7279

Hasil Perhitungan tahun 2007 : 589.0741tahun 2008 : 737.3020tahun 2009 : 1110.8731tahun 2010 : 940.5077tahun 2011 : 361.4216

Page 45: 2011-2-00555-AK Bab4001

Gambar IV.2. Perhitungan analisis kebangkrutan

PT HM Sampoerna, Tbk berdasarkan analisis kebangkrutan menunjukkan hasil

yang berada jauh dari tingkat kebangkrutan. Hal tersebut menandakan kinerja PT HM

Sampoerna, Tbk sangatlah baik, dengan demikian akan banyak investor dan kreditor

yang menyimpan dana mereka pada PT HM Sampoerna, Tbk. Namun, hasil analisis

menunjukkan bahwa ada penurunan mulai tahun 2010-2011, hal ini yang harus menjadi

perhatian bagi manajemen perusahaan.

Hasil yang didapat dari analisis kebangkrutan PT HM Sampoerna, Tbk pada

tahun 2007 adalah sebesar 589.0741 dan meningkat 148.2279 pada tahun 2008 menjadi

sebesar 737.3020, dan kembali meningkat pada tahun 2009 yaitu sebesar 1110.8731, ini

adalah angka terbesar selama periode 2007-2011. Kenaikan ini disebabkan karena ada

nya juga kenaikan pada presentase total asset berdasakan hasil analisis horizontal pada

tahun 2007-2008 total asset meningkat 27.44% dan 2008-2009 meningkat 39.94%. Pada

tahun 2010-2011 nilai z score menurun di angka 940.5077 hal ini juga disebabkan oleh

kenaikan pada total hutang pada tahun tesebut dan pada tahun 2011 berdasarkan analisis

kebangkrutan PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan lagi mencapai 579.0861

hal ini disebabkan oleh menurunnya harga per lembar saham PT HM Sampoerna, Tbk

yang mencapai angka Rp. 3.000,- pada 30 Desember 2011dan juga menurunnya total

asset terutama pada asset tetap yang menurun pada tahun tersebut. Hal ini sangatlah

tidak baik bagi perusahaan karena terus mengalami penurunan nilai z score dari tahun

Page 46: 2011-2-00555-AK Bab4001

2010 dan 2011, meskipun nilai z score perusahaan masih jauh dari angka kebangkrutan,

ini menunjukkan ada penurunan kinerja pada PT HM Sampoerna, Tbk.