2011-2-00555-ak bab4001
DESCRIPTION
akunTRANSCRIPT
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Analisis Strategi
Analisis strategi yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian adalah
analisis strategi SWOT, PESTEL analysis, dan analisis porter.
IV.1.1. Analisis SWOT
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan faktor eksternal dan
internal perusahaan. Hasil dari pembandingan tersebut digunakan untuk melihat
apakah strategi yang digunakan PT. HM Sampoerna, Tbk sudah tepat, dan dapat
juga menjadi tolak ukur PT. HM Sampoerna, Tbk manfaat dan kekurangan dari
strategi perusahaan yang diambil. Faktor eksternal dilihat dari sisi peluang dan
ancaman yang akan dihadapi perusahaan, baik itu dari perusahaan sejenis
ataupun perusahaan yang tidak sejenis, sedangkan faktor internal dilihat dari sisi
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.
IV.1.1.1. Internal Perusahaan.
1. Kekuatan:
Kualitas bahan baku : Kualitas rokok bahan baku PT HM
Sampoerna sudah terpercaya, kualitas bahan baku juga menjadi
andalan sampoerna untuk bersaing dengan perusahaan rokok
besar lainnya di Indonesia (Gudang Garam, Bentoel Investama).
Menguasai pangsa pasar : Produk-produk rokok sampoerna secara
keseluruhan menguasai pangsa pasar rokok Indonesia dengan
pangsa pasar 24,2%, posisi kedua Gudang Garam 23,6%, dan
ketiga Djarum 20,4%.
Kredibilitas perusahaan
Perusahaan yang telah berdiri hampir mencapai seratus tahun
pastinya memiliki kredibilitas perusahaan yang baik. Kredibilitas
Sampoerna tidak dibangun dalam semalam, tetapi melalui jalan
yang panjang dan berbagai prestasi yang telah ditorehkan.
Kredibilitas perusahaan inilah yang menjadi dasar terbentuknya
trust 'kepercayaan' dari para stakeholder yang terbukti menjadi
poin krusial dalam pengembangan suatu bisnis.
Budaya perusahaan
Budaya perusahaan dalam tubuh sampoerna sudah menjadi spirit
d’corps sampoerna. Dalam kegiatan sehari-hari budaya
perusahaan tersebut menjiwai seluruh aktifitas karyawan sehingga
kinerja karyawan menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan
adanya budaya perusahaan yang baik maka perusahaan akan
mampu bertahan dan berkembang lebih baik lagi.
Nilai capital yang besar
Setelah Philip Morris menjadi pemilik dominan saham
perusahaan. Sampoerna memiliki capital yang cukup besar dan
jaminan tersedianya modal dibawah naungan perusahaan rokok
raksasa dunia. Dengan tersedianya dana yang besar, memudahkan
perusahaan untuk menjalankan strategi pemasaran dan kegiatan
operasional perusahaan.
2. Kelemahan
Harga yang cukup mahal
Harga yang cukup mahal menjadi kelemahan sampoerna yang
sangat terlihat dimata competitor. Harga cukup mahal ini bersala
dari biaya promosi yang besar dan bahan baku yang mahal.
Kurang diminati produk rokok SKM mild internasional
Para perokok luar negeri sudah terbiasa dengan rokok putih dan
sudah candu dengan rasa yang diberikan oleh rokok putih,
kehadiran rokok kretek mild tidak bisa menggeser kedudukan
rokok putih sebagai rokok no. 1 di luar negeri untuk saat ini.
Kalahnya pangsa pasar SKM filtered dari para pesaing
Walaupun Dji Sam Soe Filtered memilki kualitas tembakau dan
cengkeh yang tidak kalah dari para pesaing, tetapi perbedaan
harga membuat Dji Sam Soe filter tidak bias menggeser
kedudukan Gudang Garam Internasional dari peringkat pertama
dan minimnya distribusi dan promosi membuat sangat
memperkokoh posisi Gudang Garam Internasional.
Modal yang cukup besar untuk mengadakan event berkala
Event tersebut seperti A mild live wanted, Java Jazz, COPA Dji
Sam Soe, Liga voli Proliga, IBL, Jak Jazz dan Soundrenaline.
Pengalokasian yang dipakai sampoerna banyak dipakai untuk
membuat suatu event, terlebih lagi event yang dibuat adalah event
berkala (Java Jazz, Jak jazz, IBL, Proliga, COPA, Soundrenaline
dan Amild live wanted) dengan jangka waktu setahun sekali event
tersebut dilaksanakan, sudah terhitung ada tujuh event besar yang
harus didanai setiap tahunnya. Dengan adanya event berkala
tersebut sampoerna harus menyediakan dana yang cukup besar
Lambatnya pertumbuhan rokok Avolution
Rokok Avolution yang seharus menjadi harapan agar dapat
bersaing dengan rokok putih, tetapi yang terjadi pertumbuhan
rokok tersebut sangat lambat, permintaan turun dan profit
menurun, akhirnya malah memberikan kerugian dan memberikan
dampak yang negative. Rokok Avolution yang seharusnya
harapan dilihat dari launchingnya yang sangat luar biasa untuk
industry rokok Indonesia, tetapi yang terjadi produk ini tidak
memberikan laba yang sesuai harapan seiring berjalannya waktu.
IV.1.1.2 Eksternal Perusahaan
1. Peluang
Masuknya phillip moris sebagai mitra bisnis
Trend pasar positif untuk rokok Low Tar Low Nicotine (LTLN) di
Indonesia
Banyak spot promosi yang diperoleh dari banyak event
Kemungkinan produk baru
2. Ancaman
Regulasi dan perda megenai anti rokok
Perda ini memungkinkan penurunan jumlah perokok dan
permintaan atas rokok yang terjadi disuatu daerah yang memiliki
perda anti-rokok.
Kompetitor dari rokok jenis mild
Dilihat dari trend positif rokok mild, banyak dari produsen rokok
mulai merambah pangsa pasar rokok mild. Untuk saat ini
produsen rokok besar sudah memproduksi rokok mild, Gudang
Garam ada Surya Signature, yang cukup mengancam Sampoerna
saat ini, dari kubu Bentoel ada Starmild yang berada di posisi
ketiga pangsa pasar rokok mild, bahkan produsen rokok kecil
seperti Nojorono Tobacco Indonesia ikut meramaikan industry
rokok Indonesia dengan mengusung produk Class Mild yang
menduduki peringkat runner-up. Bertambahnya competitor
menambah ketatnya persaingan rokok di Indonesia, akhirnya ada
yang tersingkir dari persaingan tersebut.
Bertambahnya kompetitor rokok jenis mild
Pangsa pasar rokok mild yang menjanjikan di masa depan
memungkinkan munculnya pendatang baru dalam persaingan
industry rokok mild.
Tingginya pajak rokok
Tingginya pajak rokok membuat rendahnya daya beli masyarakat
terhadap rokok sehingga terjadi penurunan permintaan rokok.
Berkurangnya event yang disponsori perusahaan rokok
Berkurangnya event yang disponsori rokok merupakan impact
dari mindset masyarakat yang mendukung anti-rokok dan ingin
mengurangi promosi rokok yang terdapat pada event khususnya
event anak muda. Dengan berkurangnya event yang disponsori
perusahaan rokok membuat perusahaan rokok sulit untuk
mempromosikan produknya dan seiring berjalannya waktu tingkat
awareness akan berkurang.
IV.1.2. Analisis Porter
1. Persaingan dengan perusahaan sejenis
Industry bisnis rokok adalah bisnis yang memiliki persaingan
yang sangat ketat. Persaingan ketat ini dikarenakan peluang bisnis rokok
sangat menjajikan karena banyak pangsa pasarnya terutama di Indonesia
sendiri. Ada beberapa perusahaan yang memiliki bidang perusahaan yang
sama dengan PT. HM Sampoerna, Tbk dan masuk ditingkat rokok
perusahaan rokok besar di Indonesia.
PT. Bentoel Internasional Investama
PT. Gudang Garam, Tbk
Persaingan ketat tersebut tidak berpengaruh pada pendapatan PT
HM Sampoerna, Tbk karena terus meningkat dari tahun ke tahun.
Sampoerna bisa bertahan didalam persaingan industry rokok yang ketat
juga dibantu oleh promosi-promosi yang dilakukan oleh perusahaan,
sehingga teteap meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk
PT. HM Sampoerna, Tbk.
2. Ancaman dari pesaing baru
Pesaing baru yang datang bagi PT HM Sampoerna, Tbk hanyalah
perusahaan lama yang mengeluarkan produk-produk barunya. Seperti PT
Gudang Garam, Tbk yang membuat rokok mild yaitu Surya Siganature
dan juga PT Bentoel yang mempunyai produk StarMild, produk-produk
tersebut bersaing dengan produk-produk Sampoerna Mild milik PT. HM
Sampoerna, Tbk. Persaingan tersebut membuat sampoerna memberikan
inovasi-inovasi pada setiap produknya seperti menambah rasa menthol
pada produk rokok Sampoerna Mild, dan juga membuat produk baru
yaitu Sampoerna Avolution yang diharapkan dapat merebut pangsa pasar
di Indonesia.
Inovasi-inovasi tersebut bertujuan untuk tetap menjaga kestabilan
perusahaan. Mengingat persaingan industry rokok sangat ketat.
Banyaknya produk-produk baru yang yang masuk ke industry rokok juga
membuat sampoerna untuk tetap menjaga kualitas terbaik cengkehnya,
dimana pada saat ini kualitas cengkeh sampoerna masih yang terbaik di
pangsa pasar industry rokok Indonesia.
3. Ancaman dari produk subtitusi
Produk subtitusi rokok untuk saat ini tidak ada, namun pernah
dicoba untuk mengganti rokok dengan permen karet atau pengganti
nikotin, rokok herbal namun hal itu juga tidak sepenuhnya efektif untuk
menggantikan rokok, Tetapi jika kualitas dari sampoerna menurun
konsumen dapat mengganti ke produk rokok perusahaan pesaing. Hal ini
yang harus tetap di perhatikan oleh PT. HM Sampoerna, Tbk.
4. Kekuatan tawar menawar pemasok
Kekuatan tawar menawar dapat digunakan oleh pemasok kepada
industri rokok dengan menaikkan harga ataupun menurunkan mutu dari
produk yang dibeli. Jika para pemasok mendominasi untuk beberapa
perusahaan karena produk pemasok merupakan input penting bagi
industri dan juga pemasok tidak menghadapi produk lain untuk dijual
kepada industri, maka para pemasok akan mempunyai daya tawar-
menawar yang tinggi oleh industri.
5. Kekuatan tawar menawar pembeli
Kekuatan tawar menawar dengan pembeli yang dilakukan oleh
PT. HM Sampoerna, Tbk dengan menawarkan mutu dan pelayanan tinggi
bagi pembeli, dan juga berperan sebagai pesaing satu sama lain. Pembeli
membeli dalam jumlah yang besar dan juga produk yang dibeli adalah
produk standar atau tidak terdiferensiasi maka pembeli akan mempunyai
daya tawar menawar yang tinggi oleh perusahaan.
Tekanan persaingan datang dari usaha-usaha pasar (pesaing)
untuk merebut pasar konsumen
Pe
Tekanan persaingan datang dari pendatang baru yang
potensial merebut pasar (konsumen)
Gambar IV.1. Bagan Analisis Porter
IV.1.3. Analisis PEST
1. POLITIK
Sesuai dengan keputusan menteri tenaga kerja dan pemprov DKI Jakarta
untuk menetapkan upah umum regional Jakarta tahun 2012 menjadi Rp
1.529.150,- yakni meningkat dari upah minimum regional Jakarta di
tahun sebelumnya.
SUBTITUSI
Persaingan antar penjual dalam satu
industri
PEMBELI
PEMASOK
PENDATANG BARU
Jaminan jamsostek yang wajib diberikan kepada para pekerja, selain
sebagai kewajiban perusahaan untuk menjaga keselamatan pekerja, juga
untuk menaati peraturan pemerintah yang berlaku. Biaya ini nantinya
akan terbebani pada beban gaji yang dikeluarkan oleh perusahaan.
2. EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan tetap
stabil dan mampu bertahan dari gejolak ekonomi yang melanda Amerika
Serikat (AS) dan Eropa. Pertumbuhan ekonomi yang baik sampai akhir
tahun 2011 dan sepanjang tahun 2012, didukung konsumisi dan investasi
swasta. Hal tersebut akan berdampak baik bagi PT HM Sampoerna, Tbk
yang mempunyai tingkat konsumen rokok paling atas di Indonesia.
Inflasi yang semakin tinggi dapat berdampak pada kegiatan operasional
maupun non operasional perusahaan yang membuat biaya penyediaan
manjadi tinggi yang diakibatkan oleh nilai tukar rupiah ke dollar yang
turun.
3. SOSIAL
PT HM Sampoerna Tbk, menyelenggarakan pekan bakti kesehatan yang
pertama untuk tahun 2012 di wilayah Kecamatan Teluk Jambe Timur,
Kabupaten Karawang. Kegiatan sosial ini difokuskan untuk pemberian
kesehatan secara cuma-cuma kepada warga di Kecamatan Teluk Jambe
Timur, Kabupaten Karawang dengan kemampuan pelayanan sekitar
1.800 jiwa pada tanggal 26-31 Maret 2012. Sampoerna menerjunkan tim
Sampoerna Rescue (SAR) yang terdiri dari tiga dokter dan enam relawan
yang mampu memberikan bantuan cepat dan praktis bagi masyarakat.
PT HM Sampoerna Tbk juga mempunyai program yang bernama Putera
Sampoerna Foundation yang bertujuan membantu masyarakat dalam
memajukan pendidikan dan membangun masa depan. Bukan hanya
siswa/i yang mendapat program ini, namun para guru juga ditingkatkan
kualitasnya dengan merintis Teachers Learning Center (TLC).
4. TEKNOLOGI
PT HM Sampoerna Tbk melengkapi sistemnya dengan teknologi
informasi yang modern dengan menggunakan implementasi software
Oracle. Hal yang harus diperhatikan dengan software tersebut adalah
bagaimana hasil positif yang telah dicapai tersebut dapat diukur dan dapat
dianalisis secara konkrit dengan menggunakan parameter-parameter
keuangan yang ada.
IV.1.4. Implementasi Strategi PT HM Sampoerna, Tbk
Perusahaan akan mengoptimalkan kekuatan dan peluang perusahaan
serta dalam menghadapi kelemahan dan ancaman perusahaan dengan
menjalankan dan mengembangkan strategi yang dijalankan. Strategi yang
dijalankan oleh PT HM Sampoerna, Tbk adalah sebagai berikut :
Strategi Penetrasi Pasar
Strategi penetrasi pasar diperlukan untuk melakukan pemasaran pada
produk yang sudah ada diperusahaan yang bertujuan untuk lebih dikenal oleh
masyarakat dan memperluas pangsa pasar produk tersebut dan juga PT HM
Sampoerna itu sendiri. Pemasaran yang dilakukan oleh sampoerna selain dengan
iklan-iklan, sampoerna juga mempunyai event rutin setiap tahunnya yang juga
bertujuan untuk melakukan promosi dan iklan dari produk-produk PT HM
Sampoerna, Tbk.
Soundrenaline, acara ini pertama dilaksanakan pada tahun 2002 selama 2 hari
2 malam dengan menghadirkan 38 band top Indonesia, acara ini sekaligus
memperkenalkan produk PT HM Sampoerna Tbk.
Jakarta fair, Sampoerna juga menjadi salah satu sponsor event ulang tahun
Jakarta.
Java jazz festival, event yang bermula di awal maret 2011 lalu ini berhasil
meningkatkan nilai promosi PT HM Sampoerna. Tidak hanya itu di sela-sela
iringan musik jazz yang menghibur, games berhadiah juga mampu menarik
banyak orang datang, sehingga, mereka pun mendapat banyak pengetahuan
tentang beragam program Sampoena. Tentunya, diharapkan ini akan
menggerakkan kepedulian penikmat musik dan masyarakat umum agar lebih
mau peduli membantu sesamanya.
Strategi Pengembangan Pasar
PT HM Sampoerna Tbk di tahun 2011 membukukan penjualan tertinggi
sepanjang 2011 dari 2010 dibanding dengan dua emiten rokok pesaingnya,
menurut laporan keuangan perseroan. Sampoerna membukukan pertumbuhan
penjualan sebesar 22% menjadi Rp 52,8 triliun di 2011 dari 2010, penjualan
sampoerna pada tahun 2010 tercatat Rp 43,3 triliun. Hal ini yang menjadikan
sampoerna melakukan pengembangan pasar hanya pada sektor investasi dan
saham mereka.
Strategi Pengembangan Produk
PT HM Sampoerna Tbk untuk mengembangkan produknya selalu
berinovasi agar selalu dapat bersaing dengan industri yang sama. Inovasi produk
sudah seharusnya dilakukan oleh PT HM Sampoerna Tbk, melihat dari kapasitas
mereka mempertahankan sebagai pangsa pasar tertingi di Indonesia yang
mengalahkan dua pesaing lainnya. Selain produk A mild sebagai pangsa pasar
terbesar di Indonesia, PT HM Sampoerna juga berinovasi bengan memunculkan
produk mild baru seperti Avolution dan Mild rasa Menthol.
IV.2. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan lanjutan dari bagian penilaian bisnis yang
menggunakan laporan keuangan. Penulis melakukan analisis laporan keuangan PT HM
Sampoerna, Tbk untuk dapat mengetahui kinerja perusahaan, analisis terbatas pada
laporan laba rugi, neraca pada lima tahun yaitu 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011
dengan menggunkan metode analisis vertical, horizontal, dan analisis rasio-rasio laporan
keuangan.
IV.2.1. Analisis Vertikal dan Horizontal
Analisa vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya
meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara
pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut,
sehingga hanya akan dgiketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat
itu saja, metode ini juga disebut metode analisis statis.
Analisa horizontal adalah analisa yang menggunakan laporan keuangan
untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui
perkembangannya. Metode ini disebut metode analisis dinamis.
IV.2.1.1. Analisis Vertikal
Analisis vertikal laporan laba rugi PT HM Sampoerna, Tbk dapat
dilihat pada lampiran halaman L1. Hasil analisis vertikal PT HM
Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 adalah
sebagai berikut :
Laba kotor.
Penurunan laba kotor di tahun 2008 dari 29.48% di tahun 2007
menjadi 28.79%, penurunan ini terjadi akibat beban pokok penjualan
meningkat dan diimbangi dengan penigkatan pada penjualan. Namun
pada tahun 2009 dan 2010 laba kotor perusahaan meningkat menjadi
28.83% di 2009 dan 29.17% di 2010 hal ini disebabkan karena
adanya penurunan pada beban pokok penjualan dan juga adanya
penigkatan pada penjualan bersih pada tahun 2009 dan 2010. Pada
tahun 2011 ada peningkatan pada nilai laba kotor yang disebabkan
karena adanya peningkatan pada penjualan bersih namun pada
presentasenya mengalami penurunan diangka 28.75% hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan pada beban pokok penjaualan
pada tahun 2011 sebesar 71.25%.
Beban usaha
Beban usaha PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009,
2010, dan 2011 berdasarkan analisis vertikal adalah presentase dari
tahun 2009 sampai tahun 2011 jumlah beban usaha terus menurun
secara signifikan hal ini disebabkan karena adanya penurunan yang
terjadi pada akun beban pokok penjualan sehingga beban usaha
perusahaan dari tahun 2009 terus menurun dan hanya mengalami
kenaikan pada tahun 2008 dari 10.76% di tahun 2007 menjadi
10.84%, hal ini disebabkan karena kenaikan beban pokok penjualan
di tahun tersebut.
Laba usaha
Penurunan presentase laba usaha hanya terjadi di tahun 2008 dari
18.72% di tahun 2007 menjadi 17.95%, hal ini disebabkan karena
penurunan yang terjadi pada laba kotor. Namun pada tahun 2009,
2010 dan 2011 mengalami peningkatan presentase cukup signifikan
18.73%, 20.08% dan 23.93%, hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan di presentase laba kotor di tahun 2009 dan 2010, hanya
tahun 2011 yang tidak disebabkan oleh laba kotor melainkan oleh
beban penjualan yang mengalami peningkatan cukup signifikan.
Laba bersih
Laba bersih PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009,
2010, dan 2011 berdasarkan analisis vertikal mengalami presentase
penigkatan cukup signifikan dari tahun 2009 sampai tahun 2011 yaitu
13.05%, 14.80%, dan 15.26%, peningkatan ini terjadi karena adanya
penurunan pada beban penjualan pokok dan juga adanya peningkatan
pada penjualan bersih. Penurunan presentase laba bersih hanya terjadi
di tahun 2008 yaitu dari 12.17% di tahun 2007 menjadi 11.23%,
penurunan ini juga tidak terlalu signifikan karena hal tersebut
disebabkan adanya kenaikan dari penghasilan (beban) lain-lain bersih
yang terjadi pada tahun tersebut.
Analisis vertikal neraca PT HM Sampoerna, Tbk tahun 2007,
2008, 2009, 2010 dan 2011 dapat dilihat di lampiran halaman L2. Hasil
analisis vertikal adalah sebagai berikut :
Asset lancar
Asset lancar PT HM Sampoerna, pada tahun 2007 adalah sebesar
70.51%, namun mengalami penurunan di tahun 2008 menjadi 68.41%
hal ini disebabkan karena menurunnya juga presentase dari akun-akun
yang ada didalam dan adanya uang muka pembelian tembakau di
tahun 2008 yang mana di tahun 2007 tidak ada. Pada tahun 2009 dan
2010 jumlah asset lancar meningkat cukup signifikan yaitu 71.62% di
tahun 2009 dan 76.83% di tahun 2010 hal ini disebabkan karena
meningkatnya kas dan kas setara, dan juga meningkatnya piutang
usaha, tetapi pada tahun 2011 asset lancar mengalami penurunan
kembali meskipun tidak terlalu siginfikan yaitu dari 76.83% di tahun
2010 menjadi 76.65%, hal ini disebabkan karena menurunnya kas dan
juga meningkatnya presentase uang muka pembelian tembakau di
tahun 2011.
Asset tidak lancar
Pada asset tidak lancar yaitu pada tahun 2008 dan 2011 mengalami
kenaikan berbeda dengan tahun 2009 dan 2010 yg mengalami
pnurunan. Pada tahun 2008 presantase jumlah asset tidak lancar
adalah 31.59% dari 29.49% di tahun 2007 sedangkan untuk tahun
2011 kenaikan tidak terlalu signifikan dari 23.17% di tahun 2010
menjadi 23.35%, hal tesebut disebabkan karena adanya peningkatan
pajak tangguhan, meningkatnya penyertaan saham, dan juga
meningkatnya presentase aktiva tetap yang sudah dikurangi
penyusutan. Penurunan yang terjadi di tahun 2009 dan 2010 adalah
28.38% di tahun 2009 dan 23.17% di tahun 2010 yang disebabkan
oleh menurunnya pajak tangguhan, penyertaan saham, dan juga
penurunan aktiva tetap.
Kewajiban jangka pendek
Hasil analisis vertikal kewajiban jangka pendek fluktuatif, kewajiban
jangka pendek pada tahun 2007 adalah 39.62%, pada tahun 2008
meningkat menjadi 47.37% namun pada tahun 2009 menjadi 38.08%
mengalami penurunan cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Pada
tahun 2010 presentase kembali naik menjadi 47.64% dan turun lagi di
tahun 2011 di angka 43.82%. hal yang menyebabkan naik turunnya
presentase jumlah kewajiban jangka pendek adalah pada tahun 2008
perusahaan mempunya dividend dan tidak mempunyai kewajiban
pedek pada pihak ketiga, pada tahun 2009 karena meningkatnya
dividen dan hutang usaha meningkat jauh dari tahun sebelumnya,
pada tahun 2010 mengalami penigkatan karena pada tahun tersebut
perusahaan tidak mempunyai hubungan pada pihak ketiga baik
hutang maupun piutang, dan pada tahu 2011 disebabkan oleh
kenaikan kewajiban jangka pendek yang cukup signifikan mencapai
6.57% dan juga hutang pajak dan cukai mencapai 30.63%.
Kewajiban jangka panjang
Kewajiban jangka pendek tahun 2008 mengalami penurunan cukup
signifikan dari 8.94% di tahun 2007 menjadi 2.74% ini disebabkan
karena perusahaan tidak mempunyai hutang obligasi. Pada tahun
2009 kewajiban jangka panjang kembali naik menjadi 2.84%
kenaikan ini tidak terlalu signifikan bagi perusahaan, hal ini
disebabkan menurunnya pajak tengguhan perusahaan pada tahun
tersebut. Pada tahun 2010 mengalami penurunan kembali di angka
2.59% ini disebabkan karena kewajiban pajak tangguhan yang
menurun dan juga diimbangi dengan penurunaan hutang sewa guna
usaha dan juga pendapatan yang ditangguhkan. Pada tahun 2011
presentase kewajiban jangka panjang mengalami kenaikan yang
cukup signifikan di angka 3.53% hal ini disebabkan karena
meningkatnya kewajiban imbalan pasca kerja yang mencapai 3.01%
yang meningkat dari tahun sebelumnya 2.11%.
Ekuitas
Presentase ekuitas terhadap total kewajiban dan ekuitas naik dan
turun setiap tahunnya. Presentase pada tahun 2007 - 2011 adalah
51.42%, 49.88%, 59.05%, 49.77%, dan 52.65%. Presentase yang
fluktuatif tersebut disebabkan juga oleh naik turunnya ekuitas setiap
tahunnya yang di pengaruhi oleh akun modal saham, tambahan modal
disetor, dan selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan yang
fluktuatif atau tidak stabil juga.
IV.2.1.2. Analisis Horizontal
Analisis horizontal laporan laba rugi PT HM Sampoerna, Tbk
dapat dilihat pada lampiran halaman L5. Hasil analisis horizontal PT HM
Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 adalah
sebagai berikut :
Penjualan
Penjualan PT HM Sampoerna sangat baik dari tahun ke tahun dan
tidak mengalami penurunan penjualan hal ini juga diimbangi dengan
beban pokok penjualan yang terus meningkat setiap tahunnya.
Pertumbuhan yang terjadi dari tahun 2007 sampai 2010 adalah
sebesar 100.82%, 117.38%, 131.91%, dan 146.83% ini menandakan
bahwa kinerja perusahaan dalam menjual produknya sangatlah baik.
Laba kotor
Hasil dari analisis horizontal pada akun laba kotor, menandakan
kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 kenaikan hanya 3.90% ini
diimbangi dengan naiknya beban pokok penjualan pada tahun
tersebut. Pada tahun 2008, kenaikan laba kotor mencapai 14.23%
disebabkan karena adanya peningkatan pada beban pokok penjualan
yang diimbangi juga adanya peningkatan pada penjualan bersih. Pada
tahun 2009 kenaikan mencapai 14.78% dari tahun sebelumnya, hal ini
juga disebabkan karena adanya peningkatan pada penjualan dan
beban pokok penjualan pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 laba
kotor naik di angka 16.82%. kenaikan presentase laba kotor juga
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba
sangat baik.
Beban usaha
Beban usaha PT HM Sampoerna setiap tahunnya juga meningkat, ini
dikarenakan sampoerna mempunyai program rutin tahunan berupa
event-event music untuk melakukan promosi. Beban usaha tahun
2007, 2008, 2009, 2010 adalah 97.80%, 114.73%, 120.13%, dan
120.37%. dengan beban usaha yang meningkat penjualan dan laba
kotor pun menjadi meningkat. Karena program promosi dari event-
event tersebut berhasil.
Laba usaha
Laba usaha PT HM Sampoerna Tbk mengalami penigkatan cukup
signifikan setiap tahunnya, setiap tahun perusahaan mendapatkan laba
100% lebih, pada tahun 2007 107.77% tahun 2008 120.29% tahun
2009 141.01% dan terutama pada tahun 2010 yang mencapai
168.32%. Hal yang mempengaruhi kenaikan laba usaha PT HM
Sampoerna, Tbk setiap tahunnya karena adanya peningkatan laba
kotor setiap tahunnya yang lebih besar dari beban usaha perusahaan
pada setiap tahunnya.
Beban lain-lain
PT HM Sampoerna pada tahun 2007 hingga 2009 memilik beban
lain-lain sebesar -232.275, -427.753, -84547, namun hal ini tidak
membuat kerugian pada perusahaan karena laba usaha yang masih
lebih besar dibanding dengan beban lain-lain. Namun pada tahun
2010 beban lain-lain perusahaan berubah menjadi pendapatan lain-
lain perusahaan dengan mendapatkan 35.174 hal ini membuat laba
bersih perusahaan akan bertambah.
Laba bersih
Hasil dari analisis horizontal pada akun laba bersih PT HM
Sampoerna, Tbk setiap tahunnya mengalami peningkatan atau dengan
kata lain tidak ada kerugian pada setiap tahunnya. Presentase laba
bersih tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 adalah 102.65%, 110.33%,
144.10%, dan 181.88%, hal ini disebabkan karena meningkatnya laba
kotor pada setiap tahunnya namun juga di imbangi dengan
meningkatnya beban pokok penjualana. Hasil ini menandakan kinerja
perusahaan untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya sangat baik
meskipun pada setiap tahunnya beban penjualan ikut meningkat.
Analisis horizontal laporan neraca PT HM Sampoerna, Tbk dapat
dilihat pada lampiran halaman L6. Hasil analisis horizontal PT HM
Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 adalah
sebagai berikut :
Asset lancar
Asset lancar PT HM Sampoerna berdasarkan analisis horizontal pada
tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 117.22% namun pada tahun
2008 asset lancet perusahaan turun 0.20% menjadi 117.02% hal ini
disebabkan karena penurunan kas dan kas setara serta adanya uang
muka pembelian tembakau sebesar 1.547.275. Pada tahun 2009 asset
lancar perusahaan kembali naik menjadi 134.52% ini dikarenakan kas
setara dan piutang perusahaan meningkat dan uang muka pembelian
tembakau pada tahun tersebut turun menjadi 1.295.793. Pada tahun
2010 asset perusahaan kembali meningkat dari sebelumnya menjadi
167.18% hal ini juga disebabkan karena kas setara dan piutang
perusahaan meningkat dan uang muka pembelian tembakau pada
tahun tersebut turun.
Asset tidak lancar
Asset tidak lancar PT HM Sampoerna berdasarkan analisis horizontal
pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan yang signifikan
sebesar 143.27% dan 157.91%, kenaikan tersebut di pengaruhi dari
kenaikan pajak tangguhan, penyertaan saham, dan asset tetap yang
saudah dikurangi penyusutan. Namun pada tahun 2009 dan 2010 asset
lancar perusahaan mengalami penurunan yaitu sebsar 155.78% dan
147.38% hal yang menyebabkan penurunan tersebut adalah turunnya
juga presentase dari akun-akun pajak tangguhan, penyertaan saham,
dan asset tetap yang saudah dikurangi penyusutan, ini dapat
berdampak kurang baik bagi perusahaan jika hal tersebut tidak segera
diperbaiki.
Kewajiban jangka pendek
Kewajiban jangka pendek PT HM Sampoerna Tbk berdasarkan
analisis horizontal pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan di
angka 110.69% dan 136.16% hal tersebut di pengaruhi oleh kenaikan
hutang pajak dan cukai serta beban yang masih harus dibayar pada
tahun tersebut. Pada tahun 2009 dan 2010 kewajiban jangka pendek
mengalami penurunan yaitu pada angka 120.21% dan 174.23% ini
disebabkan oleh menaiknya hutang pajak dan cukai namun diimbangi
dengan penurunan hutang beban yang masih harus dibayar.
Kewajiban jangka panjang
Kewajiban jangka panjang PT HM sampoerna berdasarkan analisis
horizontal pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan yang
cukup siginfikan yaitu di angka 111.21% menjadi 35.02%, hal ini
disebabkan karena pada tahun 2008 perusahaan tidak memiliki hutang
obligasi dan juga diimbangi dengan kenaikan pajak tangguhan. Pada
tahun 2009 dan 2010 mengalamai kenaikan di angka 39.95% dan
42.11%, ini dipengaruhi oleh penurunan kewajiban pajak tangguhan
dan menaiknya kewajiban imbalan pasca kerja pada tahun tersebut.
Ekuitas
Ekuitas PT HM Sampoerna Tbk berdasarkan analisis horizontal pada
tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan yang tidak cukup
signifikan yaitu diangka 141.62% di tahun 2007 menjadi 141.34% di
tahun 2008, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan pada selisih
kurs dan penurunan saldo laba yang belum dicadangkan di tahun
2008. Pada tahun 2009 ekuitas kembali meningkat menjadi 183.73%
hal ini disebabkan karena kembali menurunnya selisih kurs laporan
keuangan dan juga diimbangi dengan meningkatnya saldo laba yang
belum dicadangkan. Namun pada tahun 2010 presentase jumlah
ekuitas kembali menurun yaitu di angka 179.39% hal ini juga
disebabkan karena meningkatnya selisih kurs pada laporan keuangan
dan menurunnya saldo laba yang belum dicadangkan. Sedangkan
untuk tambahan modal disetor tidak mengalami perubahan yaitu
sebesar 42.077 setiap tahunnya yang ditetapkan perusahaan.
IV.2.2. Analisis Rasio Laporan Keuangan
Analisis rasio laporan keuangan perusahaan dan analisis rasio laporan
keuangan perusahaan pembanding dapat dilihat pada lampiran halaman L9.
analisis rasio tersebut digunakan untuk menilali kinerja perusahaan dan
perusahaan sebanding dengan melihat posisi keuangan dan juga melihat apakah
perusahaan mempunyai rasio yang baik atau tidak.
IV.2.2.1 Analisis Rasio Likiuditas
Hasil perhitungan dari analisis rasio likuiditas PT HM Sampoerna
Tbk tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :
Gambar IV.2. Perhitungan rasio likuiditas
1. Current Ratio
Perhitungan yang didapat dari rasio lancar PT HM Sampoerna
Tbk menunjukkan kemampuan asset lancar yang dimiliki oleh PT HM
Sampoerna Tbk dalam menjamin hutang jangka pendeknya mengalami
naik turun ini diesebabkan karena naik turunnya juga hutang lancar yang
dimiliki oleh PT HM Sampoerna Tbk. Pada analisis hoizontal PT HM
Sampoerna menunjukkan bahwa hutang lancar lebih besar dari asset
lancar meskipun terjadinya naik turun. Pada tahun 2008 menunjukkan
Rasio PT HM Sampoerna TbkRasio Likiuditas 2007 2008 2009 2010 2011Current Ratio 177.97% 144.43% 188.06% 161.25% 174.93%Acid Test Ratio 34.23% 44.22% 46.68% 61.01% 69.94%perputaran piutang 29.8X 196.6X 216.4X 173.4X 193.4Xperputaran persediaan 2.35X 3.22X 2.9X 3.13X 4.22X
Rata- rata Industri2007 2008 2009 2010 2011
242.12% 204.66% 213.94% 227.11% 170.46%25.51% 29.97% 27.10% 31.23% 29.19%
46.9X 108.7X 127.0X 130.2X 133.0X 7.04X 2.30X 1.87X 2.45X 2.51X
penurunan aktiva lancar sebesar 117.02% sedangkan hutang lancarnya
meningkat hingga 136.16%, pada tahun 2009 terjadi peningkatan asset
lancar sebesar 134.52% hal ini juga diikuti dengan penurunan hutang
lancar yang mencapai 120.21%, ini baik bagi perusahaan. Pada tahun
2010 kembali peningkatan terjadi pada asset lancar di angka 167.18% dan
juga penurunan hutang lancar sebesar 174.23%, sehingga ini terus
membuat current ratio perusahaan menjadi meningkat setelah tahun 2008.
Berdasarkan hasil industri rata-rata current ratio PT. HM
Sampoerna Tbk berada di bawah rata-rata industri darti tahun 2007-2010,
ini disebabkan karena PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel
Internasional Investama, Tbk mempunyai current ratio yang lebih besar
dari PT HM Sampoerna, rata-rata industri tahun 2007 adalah 242.12%
sedangkan current ratio PT HM sampoerna, Tbk hanya 177.97%, pada
tahun 2008 rata-rata industri mencapai 204.66% sedangkan current ratio
PT HM sampoerna, Tbk hanya 144.43%, pada tahun 2009 rata-rata
industri 213.945 sedangkan current ratio PT HM sampoerna, Tbk hanya
188.06%, pada tahun 2010 rata-rata industri mencapai 227.11%
sedangkan current ratio PT HM sampoerna, Tbk hanya 161.25% ini
merupakan angka terendah dari tahun 2007-2010. Namun pada tahun
2011 PT HM Sampoerna Tbk berada di atas rata-rata industri yaitu di
angka 174.93% di atas rata-rata industri yang hanya 170.46%, ini
disebabkan karena menurunnya current ratio dari PT Gudang Garam,
Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama pada tahun 2011.
2. Acid Test Ratio
Acid Test Ratio ini menggambarkan kemampuan PT HM
Sampoerna, Tbk untuk membayar hutang jangka pendeknya tanpa
melibatkan persediaan. Pada tahun 2007 acid test ratio pada PT HM
Sampoerna, Tbk sebesar 34.23% atau 0.34X, itu berarti PT HM
sampoerna, Tbk hanya mampu membayar Rp. 1,- jangka pendek dengan
asset tanpa persediaan sebesar Rp 0.34,- atau kurang dari setengah
seluruh hutangnya. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya dan paling
tinggi pada tahun 2011 mencapai 69.94% atau 0.70X yang berarti PT HM
Sampoerna, Tbk mampu menutupi hutang jangka pendeknya lebih dari
separuh seluruh hutangnya.
Berdasarkan hasil rata-rata industri PT HM Sampoerna, Tbk
berada di atas rata-rata industri dari tahun 2007-2011, ini disebabkan
karena acid test ratio milik PT Bentoel Internasional Investama, Tbk
berada jauh dibawah acid test ratio milik PT HM Sampoerna, Tbk dan
PT Gudang Garam, Tbk. Pada tahun 2011 dimana pada tahun itu acid test
ratio tertinggi yang dimiliki oleh PT HM Sampoerna, Tbk sebesar
69.94% dan juga diimbbangi dengan penurunan rata-rata industrti sebesar
2.04% dari tahun sebelumnya 31.23% menjadi 29.19%. hal ini
disebabkan karena acid test ratio PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel
Internasional Investama, Tbk mengalami penurunan pada tahun tersebut.
3. Perputaran piutang
Perputaran piutang PT HM Sampoerna, Tbk berdasarkan analisis
rasio receivable turnover menunjukkan bahwa perputaran piutang
perusahaan meningkat setiap tahunnya, hal ini baik bagi perusahaan
karena semakin sedikit dana yang tertanam pada piutang dan dapat
mencegah piutang tak tertagih.
Pada tahun 2007 rasio perputaran piutang PT HM Sampoerna,
Tbk hanya di angka 29.80x dan meningkat cukup signifikan pada tahun
2008 dan 2009 yaitu sebesar 196.60x dan 216.40x hal ini disebabkan
karena peningkatan piutang usaha namun juga diimbangi dengan adanya
peningkatan pada penjualan bersih perusahaan pada tahun tersebut. Pada
tahun 2010 perputaran piutang perusahaan mengalami penurunan yaitu di
angka 173.40 hal ini disebabkan karena kenaikan piutang usaha yang
cukup jauh dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 720.102 menjadi
1.000.282 pada tahun 2010, namun pada tahun 2011 rasio perputaran
piutang PT HM Sampoerna, Tbk kembali meningkat pada angka 193.40x
hal ini juga disebabkan karena tidak terlalu signifikannya kenaikan
piutang usaha namun diimbangi dengan adanya kenaikan penjualan
bersih yang cukup signifikan pada perusahaan pada tahun tersebut.
Berdasarkan rata-rata perputaran piutang industri PT HM
Sampoerna, Tbk berada diatas rata-rata industri, ini dikarenakan PT
Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama, Tbk
memiliki rasio perputaran piutang perusahaan yang lebih kecil dari PT
HM Sampoerna, Tbk, yang berarti PT HM Sampoerna, Tbk lebih baik
dalam menagih piutang usahanya di banding dengan para pesaing
industrinya.
4. Perputaran persediaan
Perputaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk berdasarkan
analisis inventory turnover mengalami penurunan pada tahun 2009 saja.
Ini menunjukkan bahwa PT HM Sampoerna, Tbk persediaan yang
tersimpan diolah dengan baik oleh PT HM Sampoerna, Tbk untuk dapat
menghasilkan kas.
Pada tahun 2007 perputaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk
sebesar 2.35x, berarti dalam setahun ada 2.35x perputaram persediaan
dan pada tahun 2008 perputaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk
menigkat mencapai 3.22x ini disebabkan penurunan persediaan
berdasarkan hasil analisis horizontal sebesar 17.12% dan peningkatan
pada beban pokok penjualan sebesar 17.49%. Pada tahun 2009 perputaran
persediaan PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan mencapai
2.90x hal ini disebabkan karena adanya penurunan pada beban pokok
sebesar 14.42% dan terjadinya peningkatan pada persediaan sebesar
25.31% pada tahun tersebut. Pada tahun 2010 perputaran persediaan
kembali meningkat sebesar 3.13x hal ini juga disebabkan karena adanya
peningkatan beban pokok penjualan yang lebih besar dari pada
peningkatan persediaan yaitu sebesar 14.17% pada beban pokok
penjualan dan 3.55% pada persediaan di tahun tesebut. Pada tahun 2011
perputaran persediaan meningkat hingga 4.22x, angka tersebut adalah
angka tertinggi selama periode 2007-2011.
Berdasarkan rata-rata inudstri perusahaan PT HM Sampoerna,
Tbk berada dibawah rata-rata industri pada tahun 2007, hal ini
disebabkan karena perputaran persediaan PT Gugang Garam, Tbk lebih
besar daripada perutaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk meskipun
PT Bentoel Internasional Investama, Tbk mempunyai rasio perputaran
persediaan yang lebih kecil dari PT HM Sampoerna, Tbk tetap tidak
terlalu mempengaruhi. Pada tahun 2008-2011 berdasarkan rata-rata
industri perusahaan PT HM Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata
industri ini terjadi karena adanya penurunan yang cukup signifikan dari
PT Gudang Garam, Tbk pada rasio perputaran persediaannya, meskipun
PT Bentoel Internasional Investama, Tbk mengalami kenaikan tidak
terlalu mempengaruhi karena masih lebih kecil dari PT HM Sampoerna,
Tbk. Ini menunjukkan kemampuan PT HM Sampoerna untuk mengolah
persediaannya lebih baik dari perusahaan sebanding dan cukup efisien.
IV.2.2.2 Analisis Rasio Leverage
Hasil perhitungan dari analisis rasio leverage PT HM Sampoerna Tbk
tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :
Rasio Leverage PT HM Sampoerna Tbk2007 2008 2009 2010 2011
Debt Ratio to Total Asset 48.56% 50.10% 40.93% 50.23% 47.35%Debt to Total Equity Ratio 94.43% 100.44% 69.31% 100.93% 89.93%Long Term Debt to Equity Ratio 17.38% 5.48% 4.81% 5.20% 6.71%
Gambar IV.2. Perhitungan rasio leverage
1. Debt Ratio to Total Asset
Rasio debt ratio to total asset menunjukkan posisi keuangan
antara kewajiban perusahaan terhadapa kekayaan perusahaan. Rasio ini
adalah rasio yang umumnya akan dilihat oleh para kreditor dan investor
dan juga menginginkan hasil angka yang kecil pada perhitungan rasio ini,
untuk mengurangi resiko kerugian apabila terjadi likuidasi. Berbanding
terbalik dengan manajemen perusahaan yang menginginkan hasil ngka
yang besar pada rasio ini untuk menjaga kelancaran usahanya.
Debt ratio to total asset PT HM Sampoerna, Tbk mengalami naik
turun pada setiap tahunnya, ini disebabkan karena naik turunnya juga
jumlah hutang dan asset yang dimiliki oleh PT HM Sampoerna, Tbk.
Pada tahun 2007 menunjukkan angka 48.56% yang berarti kreditor hanya
menyediakan dana sebesar 48.56% dari pembiayaan PT HM Sampoerna,
Tbk dan sisanya adalah dana PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 51.44%.
Pada tahun 2008 presentasenya mengalami kenaikan menjadi 50.10% hal
ini disebabkan karena peningkatan total hutang lebih besar daripada
Rata- rata Industri2007 2008 2009 2010 2011
49.72% 48.93% 44.79% 45.81% 49.69%
104.35% 104.36% 91.26% 91.78% 110.33%
39.73% 32.50% 20.00% 21.85% 7.42%
penigkatan total asset pada tahun tersebut berdasarkan hasil analisis
horizontal pada neraca, peningkatan ini berarti dana kreditor hampir
menyamai dana dari PT HM Sampoerna, Tbk sendiri. Pada tahun 2009
presentase mengalami penurunan kembali yaitu di angka 40.93% ini
disebabkan oleh peningkatan total asset dan diimbangi dengan
menurunnya total hutang pada tahun tersebut, berdasarkan perhitungan
analisa horizontal total hutang PT HM Sampoerna, Tbk tahun 2008-2009
menurun dari 117.61% menjadi 105.49%, yang berarti turun sebesar
12.12%, sedangkan total aktiva nya meningkat dari 127.44% menjadi
139.94% yang berarti meningkat menjadi 12.5%. Pada tahun 2010
presentaseny kembali naik menjadi 50.23% ini berarti kreditor
membiayai perusahaan hampir setengahnya, hal ini disebabkan karena
meningkatnya total hutang lebih besar daripada total asset. Pada tahun
2011 presentase kembali menurun di angka 47.35% hal ini disebabkan
menurunnya total hutang lebih besar daripada menurunnya total asset
pada tahun tersebut.
Berdasarkan hasil rata-rata industri debt ratio to total asset PT
HM Sampoerna, Tbk berada di bawah rata-rata industri pada tahun 2007,
2009, dan 2011, ini juga sama dengan PT Gudang Garama, Tbk, hal ini
disebabkan karena PT Bentoel Internasional Investama, Tbk memiliki dia
atas rata-rata industri. Hal ini bagi para kreditor dan investor PT HM
Sampoerna, Tbk memnunjukkan hal yang baik karena berindikasi
mempunyai hutang yang cukup kecil. Namun pada tahun 2008 dan 2010
PT HM Sampoerna, Tbk berada diatas rata-rata industri, hal ini juga
disebabkan karena menurunnya debt ratio to total asset PT Gudang
garam, Tbk pada tahun tersebut. Hal ini bagi para kreditor tidak cukup
baik tetapi bagi perusahaan ini hal yang cukup baik karena menunjukkan
investasi yang kecil, mengurangi resiko apa bila perusahaan likuidasi
tidak mengalami kerugian investasi yang terlalu banyak.
2. Debt to Total Equity Ratio
Rasio debt to total equity ratio menunjukkan posisi keungan
antara kewajiban perusahaan terhadapa modal perusahaan. Debt to total
equity ratio PT HM Sampoerna dari tahu 2007-2011 mengalami naik
turun. Pada tahun 2007 PT HM Sampoerna, Tbk memiliki debt to total
equity ratio sebesar 94.43% dan pada tahun 2008 100.44% ini
menunjukkan bahwa besar modal dan hutang hampir sama, dan
mengalami peningkatan sebesar 6.01% ini disebabkan meningkatnya
hutang dan modal dari tahun 2007 ke 2008 yaitu sebesar 17.61% hutang
dan 41.34%, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
69.31% ini adalah hasil terendah selama tahun 2007-2011, hal tersebut
sangat diinginkan oleh investor dan kreditor karena semakin besar dana
yang disediakan oleh pemegang saham.
Pada tahun 2010 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna,
Tbk kembali meningkat di angka 100.93% hal ini disebabkan karena
meningkatnya hutang dan menurunnya modal pada tahun tersebut
berdasarkan analisis horizontal pada PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun
2010 sebesar 50% hutang dan 79.39% modal. Pada tahun 2011 debt to
total equity PT HM Sampoerna, Tbk kembali menurun di angka 89.93%
hal ini disebabkan karena menurunnya modal dan hutang pada tahun
2011.
Berdasarkan hasil rata-rata industri debt to total equity ratio PT
HM Sampoerna, Tbk berada dibawah rata-rata industri pada tahun 2007,
2008, 2009, dan 2011 ini disebabkan karena rata-rata industri PT Gudang
Garam, Tbk lebih kecil dari rata-rata PT HM Sampoerna, Tbk dan juga
PT Bentoel Internasional Investama, Tbk memliki debt to total equity
ratio di atas PT HM Sampoerna, Tbk yang mempengaruhi karena
perbedaan yang terlalu jauh. Sedangkan di tahun 2010 PT HM
Sampoerna berada di atas rata-rata industri hal ini disebabkan karena
tidak terlalu jauhnya perbedaan debt to total equity ratio dengan PT
Bentoel Internasional Investama, Tbk.
Pada tahun 2007 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna,
Tbk sebesar 94.43% sedangkan debt to total equity ratio rata-rata industri
sebesar 104.35%. Pada tahun 2008 debt to total equity ratio PT HM
Sampoerna, Tbk mengalami peningkatan sebesar 6.01% tetapi debt to
total equity ratio rata-rata industri juga mengalami keniakan sebesar
0.01%. Pada tahun 2009 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna,
Tbk mengalami penurunan hingga 31.13% sama juga halnya dengan rata-
rata industri yang turun hingga 13.1%. Pada tahun 2010 PT HM
Sampoerna, Tbk mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 31.62%
naik lebih dari 100% tahun sebelumnya hal ini juga menjadikan PT HM
Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri. Pada tahun 2011 debt to
total equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan lagi
sebesar 11% tetapi rata-rata industri perusahaan juga ikut naik sebesar
18.55%, hal tersebut membuat debt to total equity ratio PT HM
Sampoerna berada dibawah rata-rata industri perusahaan kembali.
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Long term debt to equity ratio menggambarkan bagian dari setiap
modal sendiri yang dijadikan hutang jangka panjang. Long term debt to
equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan pada tahun
2007-2009 hal ini yang diinginkan oleh kreditor maupun investor karena
semakin kecil dana perusahaan yang dijadikan hutang jangka panjang.
Sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 mengalami kenaikan, hal ini justru
yang tidak diinginkan oleh kreditor dan investor karena semakin besar
dana yang dijadikan hutang jangka panjang.
Pada tahun 2007 Long term debt to equity ratio PT HM
Sampoerna sebesar 17.38% dan menurun 11.9% pada tahun 2008
menjadi 5.48% ini disebabkan karena menurunnya hutang jangka panjang
di tahun tersebut berdasarkan hasil analisis horizontal PT HM
Sampoerna, Tbk. Pada tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 0.67%
menjadi 4.81% ini menjadi hasil terendah selama tahun 2007-2011,
namun berdasakan analisis horizontal ini disebabkan karena
meningkatnya jumlah kewajiban jangka panjang dan diimbangi dengan
menurunnya kewajiban pajak tangguhan, hutang sewa guna usaha, dan
pendapatan ditangguhkan. Pada tahun 2010 Long term debt to equity
ratio PT HM Sampoerna kembali meningkat di angka 5.20%. pada tahun
2011 Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk kembali
meningkat 1.51% sehingga Long term debt to equity ratio PT HM
Sampoerna, Tbk pada tahun 2009 menjadi 6.71% ini menjadikan
kenaikan paling tinggi selama tahun 2007-2011. Peningkatan ini juga
disebabkan karena adanya peningkatan total hutang jangka panjang pada
tahun 2011, berdasarkan hasil analisis horizontal yang didapat kenaikan
total hutang jangka panjang tahun 2010 39.95% dan meningkat tahun
2011 menjadi 42.11%.
Berdasarkan hasil rata-rata industri Long term debt to equity ratio
PT HM Sampoerna, Tbk berada dibawah rata-rata industri, meskipun PT
Gudang Garam, Tbk memiliki Long term debt to equity ratio yang
hampir sama dengan PT HM Sampoerna, Tbk ini tidak terlalu
mempengaruhi rata-rata industri karena PT Bentoel Internasional
Investama, Tbk memiliki Long term debt to equity ratio yang jauh lebih
besar dari PT HM Sampoerna, Tbk. Ini adalah hal yang baik untuk para
investor dan kreditorm karena kepemilikan hutang PT HM Sampoerna,
Tbk lebih kecil dari rata-rata industri.
Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk tahun
2007 17.38% sedangkan Long term debt to equity ratio rata-rata industri
hanya 39.73%. pada tahun 2008 Long term debt to equity ratio PT HM
Sampoerna, Tbk 5.48% dan Long term debt to equity ratio mengalami
penurunan menjadi 32.50%. Pada tahun 2009 Long term debt to equity
ratio PT HM Sampoerna, Tbk menurun menjadi 4.81% dan Long term
debt to equity ratio rata-rata indusrti juga mengalami penurunan menjadi
20.00%. Pada tahun 2010 Long term debt to equity ratio PT HM
Sampoerna, Tbk meningkat menjadi 5.20% dan juga diimbangi dengan
peningkatan Long term debt to equity ratio rata-rata industri menjadi
21.85% dan pada tahun 2011 Long term debt to equity ratio PT HM
Sampoerna kembali meningkat menjadi 6.71% tetapi Long term debt to
equity ratio rata-rata industri menurun cukup signifikan menjadi 7.42%.
tahun 2008 menunjukkan jarak terjauh antara rasio PT HM Sampoerna,
Tbk dengan rata-rata industri.
IV.2.2.3 Analisis Rasio Profitabilitas
Hasil perhitungan dari analisis rasio profitabilitas PT HM Sampoerna
Tbk tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :
Rasio Profitabilitas PT HM Sampoerna Tbk2007 2008 2009 2010 2011
Gross Profit Margin 29.48% 28.79% 28.83% 29.17% 28.75%Net Profit Margin 12.17% 11.23% 13.05% 14.80% 15.26%Net rate of ROI 23.11% 24.14% 28.72% 31.29% 41.62%
Rata- rata Industri2007 2008 2009 2010 2011
22.38% 21.55% 23.06% 24.84% 25.30%7.58% 7.16% 7.16% 9.48% 10.04%
11.83% 12.44% 12.80% 16.50% 19.71% Gambar IV.2. Perhitungan rasio profitabilitas
1. Gross Profit Margin
Rasio gross profit margin mengukur efisiensi pengendalian yang
dilakukan perusahaan terhadap biaya produksi untuk beroperasi secara
efisien. Pada tahun 2007-2008 PT HM Sampoerna, Tbk mengalami
penurunan, namun pada tahun 2008-2010 PT HM Sampoerna, Tbk
menunjukkan peningkatan yang berarti PT HM Sampoerna berhasil
melakukan efisiensi biaya produksinya. Namun gross profit margin PT
HM Sampoerna menunjukkan penurunan pada tahun 2010-2011.
Pada tahun 2007 gross profit margin PT HM Sampoerna sebesar
29.48% ini berarti setiap Rp. 1,- penjualan dapat memberikan laba kotor
Rp . 0,30 . Pada tahun 2008 gross profit margin PT HM Sampoerna
sebesar 28.79% ini berarti terjadi penurunan sebesar 0.69% dari tahun
2007 ini terjadi karena ada peningkatan pada beban pokok penjualan
berdasarkan hasil analisis horizontal sebesar 17.08% dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2009 gross profit margin PT HM Sampoerna,
Tbk kembali manunjukkan peningkatan sebesar 0.04% dari tahun
sebelumnya meskipun tidak cukup signifikan PT HM Sampoerna berhasil
mengefisiensikan biaya produksi pada tahun tersebut. Pada tahun 2010
gross profit margin PT HM Sampoerna kembali menunjukkan
peningkatan yaitu sebesar 29.17% atau naik 0.34. kenaikan ini cukup
signifikan yang disebabkan kenaikan beban pokok penjualan namun juga
diimbangi dengan kenaikan penjualan bersih pada tahun tersebut,
berdasarkan analisis horizontal kenaikan penjualan bersih mencapai
46.38% dan beban pokok penjualan mencapai 45.67%. Pada tahun 2011
gross profit margin PT HM Sampoerna kembali turun di angka 28.75%.
Berdasarkan hasil rata-rata industri gross profit margin PT HM
Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri dari tahun 2007-2011.
Ini dikarenakan gross profit margin PT Gudang Garam, Tbk dan PT
Bentoel Internasional Investama, Tbk berada di bawah gross profit
margin PT HM Sampoerna, Tbk. Ini menunjukkan kemampuan PT HM
Sampoerna, Tbk dalam mengolah biaya produksi sudah sangat efisien
dalam industrinya.
gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007
sebesar 29.48% sedangkan gross profit margin rata-rata industri hanya
22.38%. Pada tahun 2008 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk
sebesar 28.79% sedangkan gross profit margin rata-rata industri hanya
21.55%, meskipun gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk
mengalami penurunan, tetap di atas rata-rata industri. Pada tahun 2009
gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 28.83% sedangkan
gross profit margin rata-rata industri naik menjadi 23.06%. Pada tahun
2010 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 29.17%
sedangkan gross profit margin rata-rata industri hanya mencapai 24.84%.
Pada tahun 2011 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk adalaha
sebesar 28.75% turun dari tahun sebelumnya namun tetap berada diatas
rata-rata industri karena gross profit margin rata-rata industri hanya
25.30% meskipun naik 0.46% dari rata-rata tahun sebelumnya. Tahun
2011 adalah angka terendah dari gross profit margin PT HM Sampoerna,
Tbk selama tahun 2007-2011.
2. Net Profit Margin
Net profit margin untuk mengukur perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan penjualan bersih lainnya. Pada tahun 2007-
2008 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan,
namu pada tahun 2007-2011 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk
mengalami peningkatan, ini berarti PT HM Sampoerna berhasil
mendapatkan keuntungan bersih dari setiap penjualannya.
Pada tahun 2007 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk
adalah sebesar 12.17% yang berarti setiap penjualan Rp 1,- dapat
memberikan laba bersih sebesar Rp 0.12%. Pada tahun 2008 net profit
margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 11.23% yang berarti net profit
margin PT HM Sampoerna, Tbk menurun hingga 0.94% pada tahun
2008. Pada tahun 2009 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk
kembali meningkat di angka 13.05%, naik 1.82% dari tahun 2008. Pada
tahun 2010 dan 2011 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk
meningkat hingga mencapai 14.80% dan 15.26%, tahun 2011
menunjukkan net profit margin paling besar dari tahun 2007-2011.
Berdasarkan hasil rata-rata industri net profit margin PT HM
Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri dari tahun 2007-2011.
Ini disebabkan net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk lebih besar dari
net profit margin PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional
Investama, Tbk. Ini menujukkan kemampuan PT HM Sampoerna, Tbk
dalam menghasilkan laba bersihnya sudah cukup baik.
Net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007
sebesar 12.17% sedangkan net profit margin rata-rata industri hanya
sebesar 7.58%. pada tahun 2008 net profit margin PT HM Sampoerna,
Tbk sebesar dan net profit margin rata-rata industri mengalami penurunan
sebesar 0.94% dan net profit margin rata-rata industri sebesar 0.42%.
pada tahun 2009-2011 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk dan net
profit margin rata-rata industri meningkat sebesar 1.82%, 1.75%, 0.46%
dan 0,01% 2.32%, 1%. Meskipun di tahun 2008 net profit margin PT HM
Sampoerna, Tbk mengalami penurunan, net profit margin PT HM
Sampoerna, Tbk tetap berada dia atas rata-rata industri.
3. Net Rate of ROI
Net rate of ROI untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dari seluruh dana yang ditanamkan dalam asset
yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Net rate of ROI PT
HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007-2011 mengalami peningkatan.
Investor dan kreditor menyukai net rate of ROI yang besar karena itu
menunjukkan efisiensi dari kepemilikkan asset untuk mendapatkan
keuntungan.
Pada tahun 2007 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk sebesar
23.11% , ini menunjukkan dari seluruh total asset yang dimiliki oleh PT
HM Sampoern, Tbk untuk operasi perusahaan dapat menghasilkan
23.11%. Pada tahun 2008 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk
kembali meningkat di angka 24.14% hal ini disebabkan karena
meningkatnya total asset sebesar 17% dan juga diimbangi dengan
meningkatnya juga laba bersih perusahaan sebesar 8% pada tahun
tersebut. Pada tahun 2009 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk
mengalami peningkatan hal ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih
yang lebih besar daripada peningkatan total asset, berdasarkan analisis
horizontal yang dilakukan peningkatan laba sebesar 44.10% dan
peningkatan total asset sebesar 39.94%. Pada tahun 2010 net rate of ROI
PT HM Sampoerna, Tbk meningkat sebesar 31.29% dan pada tahun 2011
net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk menigkat kembali menjadi
41.62%, peningkatan yang terjadi tahun 2010 dan 2011 disebabkan oleh
peningkatan laba bersih yang lebih besar dari pada peningkatan total
asset.
Berdasarkan hasil rata-rata industri net rate of ROI PT HM
Sampoerna, Tbk berada diatas rata-rata industri, ini disebabkan oleh net
rate of ROI PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional
Investama, Tbk lebih kecil dari PT HM Sampoerna, Tbk. Ini
menunjukkan kemampuan dari PT HM Sampoerna, Tbk untuk
menghasilkan laba dari asset nya cukup efisien.
net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007 adalah
sebesar 23.11% sedangkan net rate of ROI rata-rata industri hanya
11.83%. pada tahun 2008 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk dan
net rate of ROI rata-rata industri mengalami kenaikan sebesar 1.03% dan
rata-rata industri sebesar 0.61%. Pada tahun 2009 net rate of ROI PT HM
Sampoerna, Tbk kembali mengalami peningkatan di angka 28.72%
sedangkan rata-rata industri naik hingga 0.36%, kenaikan tersebut
disebabkan oleh penurunan pada net rate of ROI PT Bentoel Internasional
Investama, Tbk hingga berada di angka -3.02%. Pada tahun 2010
peningkatan antara net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk dan rata
industri hampir sama yaitu sebesar 2.57% dan rata-rata industri sebesar
3.7%, hal ini disebabkan karena net rate of ROI PT Bentoel Internasional
Investama kembali meningkat di angka 4.50%. pada tahun 2011
peningkatan net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk mencapai 10.33%
dan rata-rata industri hanya 3.21%, tahun 2011 menjadi jarak terjauh
antara net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk dengan net rate of ROI
rata-rata industri.
IV.3. Analisis Kebangkrutan
Analisis kebangkrutan adalah alat yang digunakan untuk meramalkan
kebangkrutan perusahaan. perhitungan analisis kebangkrutan dapat dilihat pada lampiran
halaman L12. Penulis akan melakukan analisis kebangkrutan pada PT HM Sampoerna,
Tbk. Rumus yang digunakan berdasarkan teori Edward I. Altman adalah :
Z = 0,012(X1) + 0,014(X2) + 0,033(X3) + 0,006(X4) + 0,999(X5)
Yaitu :
X1= Working Capital / Total Asset
X2= Retained Earnings / Total Asset
X3= Earnings Before Interest and Taxes / Total Asset
X4= Market Value of Equity / Total Liabilities
X5= Sales / Total Asset
Pada hasil rate z score secara umum terdapat kesimpulan yang menggunakan
metode Altman yaitu :
a. Z < 1,81 = Kemungkinan perusahaan akan bangkrut besar
b. 1,81 < Z < 2,99 = Kemungkinan perusahaan akan bangkrut meragukan
c. Z > 2,99 = Kemungkinan kecil untuk perusahaan bangkrut
Berikut adalah rician perhitungan analisis kebangkrutan pada PT HM
Sampoerna, Tbk tahun 2007-2011 :
ANALISA KEBANGKRUTAN PT HM Sampoerna, Tbktahun 2007 tahun 2008 tahun 2009 tahun 2010 tahun 2011
X1 0.3089 X1 0.2104 X1 0.3354 X1 0.2918 X1 0.3283X2 0.4457 X2 0.4301 X2 0.5304 X2 0.4450 X2 0.4714X3 0.3409 X3 0.3593 X3 0.4072 X3 0.4262 X3 0.5631X4 661.9639 X4 867.5360 X4 1481.0451 X4 1211.6342 X4 143.3203X5 1.8997 X5 2.1495 X5 2.1998 X5 2.1136 X5 2.7279
Hasil Perhitungan tahun 2007 : 589.0741tahun 2008 : 737.3020tahun 2009 : 1110.8731tahun 2010 : 940.5077tahun 2011 : 361.4216
Gambar IV.2. Perhitungan analisis kebangkrutan
PT HM Sampoerna, Tbk berdasarkan analisis kebangkrutan menunjukkan hasil
yang berada jauh dari tingkat kebangkrutan. Hal tersebut menandakan kinerja PT HM
Sampoerna, Tbk sangatlah baik, dengan demikian akan banyak investor dan kreditor
yang menyimpan dana mereka pada PT HM Sampoerna, Tbk. Namun, hasil analisis
menunjukkan bahwa ada penurunan mulai tahun 2010-2011, hal ini yang harus menjadi
perhatian bagi manajemen perusahaan.
Hasil yang didapat dari analisis kebangkrutan PT HM Sampoerna, Tbk pada
tahun 2007 adalah sebesar 589.0741 dan meningkat 148.2279 pada tahun 2008 menjadi
sebesar 737.3020, dan kembali meningkat pada tahun 2009 yaitu sebesar 1110.8731, ini
adalah angka terbesar selama periode 2007-2011. Kenaikan ini disebabkan karena ada
nya juga kenaikan pada presentase total asset berdasakan hasil analisis horizontal pada
tahun 2007-2008 total asset meningkat 27.44% dan 2008-2009 meningkat 39.94%. Pada
tahun 2010-2011 nilai z score menurun di angka 940.5077 hal ini juga disebabkan oleh
kenaikan pada total hutang pada tahun tesebut dan pada tahun 2011 berdasarkan analisis
kebangkrutan PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan lagi mencapai 579.0861
hal ini disebabkan oleh menurunnya harga per lembar saham PT HM Sampoerna, Tbk
yang mencapai angka Rp. 3.000,- pada 30 Desember 2011dan juga menurunnya total
asset terutama pada asset tetap yang menurun pada tahun tersebut. Hal ini sangatlah
tidak baik bagi perusahaan karena terus mengalami penurunan nilai z score dari tahun
2010 dan 2011, meskipun nilai z score perusahaan masih jauh dari angka kebangkrutan,
ini menunjukkan ada penurunan kinerja pada PT HM Sampoerna, Tbk.