2011-2-00522-ak bab4001

37
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan Good Corporate Governance pada PT KF Good Corporate Governance (GCG) di PT KF. Dapat dilihat dari pembentukan lembaga pendukung dalam PT KF yaitu organ perusahaan. Organ perusahaan terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, dan Direksi dan Manajemen yang mempunyai peran penting dalam pelaksanaan corporate governance secara efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam setiap organ mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya. Selain dilihat dari lembaga pendukung, untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik tercermin dari hubungan kerja yang kuat antara organ-organnya. Satuan Pengawasan Intern (SPI) memiliki fungsi hubungan langsung kepada Direktur Utama dimana SPI berkewajiban melaporkan informasi terkait dengan pemberian penilaian mengenai manajemen PT KF dalam 40

Upload: winininot

Post on 06-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

z

TRANSCRIPT

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Penerapan Good Corporate Governance pada PT KF

Good Corporate Governance (GCG) di PT KF. Dapat dilihat dari pembentukan

lembaga pendukung dalam PT KF yaitu organ perusahaan. Organ perusahaan terdiri

dari RUPS, Dewan Komisaris, dan Direksi dan Manajemen yang mempunyai peran

penting dalam pelaksanaan corporate governance secara efektif. Organ perusahaan

harus menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam setiap organ

mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya.

Selain dilihat dari lembaga pendukung, untuk mencapai keberhasilan dalam

jangka panjang, pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik tercermin dari hubungan

kerja yang kuat antara organ-organnya. Satuan Pengawasan Intern (SPI) memiliki fungsi

hubungan langsung kepada Direktur Utama dimana SPI berkewajiban melaporkan

informasi terkait dengan pemberian penilaian mengenai manajemen PT KF dalam

mengendalikan kegiatan perusahaan dan pengendalian risiko. SPI juga memiliki

hubungan yang erat dengan Komite Audit karena informasi terkait pemeriksaan juga

disampaikan kepada Komite Audit. Hubungan ini akan mendorong terjadinya

komunikasi yang terbuka demi meningkatkan praktik good corporate governance.

40

IV.1.2 Penerapan Prinsip-prinsip GCG pada Program Kerja Audit Tahunan SPI

Dalam menjalankan tugas-tugasnya, SPI menerapkan prinsip GCG pada program

kerja tahunan diantaranya:

1. Prinsip Transparansi

Program kerja yang termasuk dalam prinsip transparansi adalah:

a. Melakukan monitoring implementasi manajemen risiko.

b. Bekerjasama dengan konsultan dalam melakukan pengembangan

penilaian risiko di unit-unit kerja perusahaan induk dan pengembangan

manajemen risiko di Anak Perusahaan.

c. Melakukan rapat pada divisi SPI maupun dengan koordinasi pihak lain

seperti Komisaris, Direksi, Manajer, Komite Audit dan Auditor

Eksternal.

d. Pelaporan hasil audit kepada manajemen PT KF manajemen Anak

Perusahaan dan komite audit.

e. Memeriksa laporan keuangan apakah sudah dapat

dipertanggungjawabkan sebagai bahan pengambilan keputusan oleh

manajemen dengan melihat keakuratan data dan ketepatan waktu dalam

penyampaian laporan keuangan.

f. Melakukan penyusunan Program Kerja Audit Tahunan (PKAT) yang

melibatkan Direktur Anak Perusahaan.

Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses keputusan dan

keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai

perusahaan. Berdasarkan pengertian tersebut maka program kerja audit di atas

41

termasuk kedalam prinsip transparansi karena pelaksanaan program kerja yang

dilakukan anggota SPI mulai dari monitoring, rapat koordinasi dan kerjasama

dengan konsultan dan adalah bentuk keterbukaan informasi kepada organ-organ

lainnya agar terciptanya komunikasi yang baik antara internal auditor dengan

Komisaris, Direksi, Manajer, Komite Audit dan Auditor Eksternal dalam

pengambilan keputusan maupun pembahasan tentang laporan hasil audit dan

program kerja yang dilaksanakan oleh SPI.

Kualifikasi anggota SPI yang termasuk dalam prinsip ini adalah:

a. Anggota SPI harus memiliki sikap independen

b. Berperilaku dan bersikap jujur

c. Anggota SPI memiliki kemampuan komunikasi lisan dan tertulis yang

baik sehingga dapat berkomunikasi secara efektif dengan auditee dan

manajemen

d. Tidak mementingkan diri sendiri

2. Akuntabilitas

Program kerja yang termasuk dalam prinsip ini adalah:

a. Melakukan monitoring tindak lanjut Laporan Hasil Audit (LHA) dari

setiap objek audit dan koordinasi dengan atasan objek audit.

b. Pengembangan organisasi SPI untuk mendukung kegiatan non audit yang

mencakup struktur, sumber daya manusia dan prosedur.

42

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

organ sehingga pengelolaan perusahaan berjalan dengan efektif. Keterkaitan

prinsip akuntabilitas adalah SPI memiliki kejelasan fungsi dalam monitoring

tindak lanjut LHA untuk menetapkan temuan yang sudah ditindaklanjuti dan

mana yang masih dalam proses.

Kualifikasi anggota SPI yang termasuk dalam prinsip akuntabilitas adalah:

a. Bersedia menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan peraturan

perusahaan

b. Memiliki kemampuan dan kecermatan profesional

c. Mampu bekerja secara tim

3. Responsibilitas

Program kerja yang termasuk dalam prinsip responsibilitas adalah:

a. Melakukan audit berbasis risiko dengan pendekatan yang berisiko tinggi.

b. Melakukan peningkatan efektivitas LHA yang berkualitas.

c. Meningkatkan kompetensi dan mengembangkan wawasan auditor

melalui pendidikan, pelatihan, studi banding, seminar dan lokakarya

pengendalian internal.

Responsibilitas atau pertanggungjawaban adalah kepatuhan perusahaan

terhadap undang-undang yang berlaku serta tanggung jawab perusahaan kepada

karyawan. Peran SPI dalam prinsip responsibilitias adalah memberikan

rekomendasi penyempurnaan prosedur dan proses bisnis, dengan berdasarkan

43

pada tolak ukur efisiensi, efektifitas dan ekonomis. SPI bertanggung jawab atas

LHA kemudian memberikan rekomendasi pada setiap temuan audit dan

melaksanakan audit sesuai dengan prosedur audit. Demi meningkatkan kualitas

audit PT KF memberikan pelatihan dan seminar setiap tahunnya kepada auditor

internal.

Kualifikasi anggota SPI yang termasuk dalam prinsip responsibilitas adalah:

a. Memiliki sifat disiplin

b. Memiliki integritas

c. Profesionalisme

d. Independen

4. Independensi

Independensi adalah suatu keadaan dimana kegiatan yang dilakukan tanpa

ada pengaruh dari pihak manapun. Program kerja yang termasuk dalam prinsip

independensi adalah memberikan bantuan sebagai counterpart dari auditor

eksternal, hal ini menandakan SPI sebagai rekan pendamping dari Kantor

Akuntan Publik (KAP). KAP dipilih berdasarkan keputusan RUPS.

Peran SPI dalam prinsip independensi tercermin dalam kedudukannya

dalam struktur organisasi yang secara langsung berada di bawah Direktur Utama

yang mempunyai peran dan fungsi membantu Direktur Utama dan Komisaris

dalam menjalankan fungsi pengawasan serta memberikan saran perbaikan dan

informasi yang objektif tentang kegiatan yang di-review pada semua tingkatan

manajemen.

44

Kualifikasi anggota SPI yang termasuk dalam prinsip independensi adalah:

a. Bersikap independen yaitu melaksanakan tugas audit dengan bebas.

Dengan demikian dapat memberikan pendapat penting yang tidak

memihak dan tidak berprasangka dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil

audit.

b. Bersikap objektif yaitu jujur terhadap diri sendiri serta yakin bahwa hasil

kerjanya dapat dihandalkan, dapat dipercaya dan bebas dari pengaruh

pihak-pihak lain.

c. Integritas yaitu tidak memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk

kepentingan atau keuntungan pribadi.

5. Kewajaran

Prinsip kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-

hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Dalam prinsip kewajaran SPI selalu bertindak secara objektif dalam

kaitannya dengan pemeriksaan yakni berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan juga

berdasarkan kebijakan-kebijakan perusahaan dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Laporan hasil audit didasarkan pada fakta-fakta atau bukti-bukti

yang ada dan didokumentasikan dalam kertas kerja audit.

45

IV.2 Peran Satuan Pengawasan Intern di PT KF

Pengawasan Internal perusahaan dilakukan pada Satuan Pengawas Intern (SPI),

yaitu organ yang membantu Direktur Utama untuk meyakinkan bahwa apa yang ingin

dicapai oleh perusahaan telah dilakukan dengan baik oleh unit-unit di bawahnya.

Secara umum, SPI PT KF memiliki tugas antara lain:

1. Membantu Direktur Utama dan Direktur Utama Anak Perusahaan agar dapat

secara efektif mengamankan investasi dan aset perseroan.

2. Melakukan analisa dan evaluasi efektifitas sistem dan prosedur pada semua

bagian dan unit kegiatan perseroan

3. Melakukan analisa dan evaluasi pengelolaan risiko dan pelaksanaan GCG.

IV.2.1 Keanggotaan Satuan Pengawasan Intern PT KF

1. Pengangkatan

Dalam merekrut anggota SPI, perusahaan menggunakan jasa konsultan

Human Resources Development (HRD) dan bekerjasama dengan divisi Human

Capital perusahaan untuk polling talent SPI. Proses rekrutmen menjadi tanggung

jawab HRD. Proses rekrutmen selalu sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan

oleh kebijakan perusahaan, tetapi pada tahap akhir proses perekrutan, calon

anggota SPI akan dievaluasi kembali oleh direksi. Apabila telah mendapatkan

persetujuan dari direksi calon anggota SPI menjadi karyawan PT KF.

2. Kualifikasi

Pengangkatan atau perekrutan anggota SPI yang telah dibahas

sebelumnya, harus memenuhi kualifikasi yang sesuai dengan kebijakan

perusahaan. Kualifikasi tersebut diantaranya: seorang anggota SPI harus

46

memiliki pendidikan strata 1 Fakultas Ekonomi dengan Indeks Prestasi

Komulatif (IPK) >3,00 serta dari perguruan tinggi negeri atau swasta yang

terakreditasi, memiliki pengalaman didalam kegiatan audit minimal satu tahun,

memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang akuntansi dan bidang

lainnya, jujur dan independen, sehingga seorang anggota SPI tidak hanya

kompeten dibidangnya namun harus memiliki sikap dan sifat yang baik, karena

hal ini merupakan faktor penunjang dari kualitas kerja anggota SPI.

Namun menurut narasumber, tidak ada batas minimal masa jabatan untuk

menjadi anggota SPI sehingga ada beberapa orang yang belum satu tahun masa

pemeriksaan proyek sudah dipindahkan ke divisi yang lain lagi.

Upaya demi meningkatkan kemampuan dan kinerja SPI, maka anggota

SPI mengikuti berbagai pelatihan diantaranya:

a. Kerjasama dengan pusat pengembangan akuntansi dan keuangan dengan

melakukan audit pemasaran.

b. Kerjasama dengan PT. KF Apotek dengan mengadakan pelatihan dan

pemahaman Sistem Informasi Apotek dan Distribution Center (DCs) di PT

KF.

c. Mengirim beberapa auditor untuk mengikuti seminar Fraude yang

diselenggarakan oleh Bina Profesi Indonesia.

d. Workshop Manajemen Risiko yang diselenggarakan oleh konsultan Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Kementrian BUMN.

3. Susunan keanggotaan

Divisi SPI menurut Peraturan Menteri Negara BUMN

No.PER-01/MBU/2011 pasal 28 dan Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep

47

496/BL/2008 bahwa satuan pengawas intern dipimpin oleh seorang Kepala unit

audit internal. Namun pada SPI di PT KF dipimpin oleh seorang Senior

Manager. Pada level dibawah Senior Manager terdapat Manager kemudian

Asisten Manager dan Supervisor. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Struktur Internal SPI PT KF

IV.2.2 Tugas dan Ruang Lingkup Satuan Pengawasan Intern

Audit yang diselenggarakan oleh satuan pengawasan intern adalah melakukan

audit internal, memberikan konsultasi, dan menetapkan apakah jaringan

pengorganisasian dari proses-proses Manajemen Risiko serta Pengendalian dan Tata

Kelola telah dirancang dan dilaksanakan oleh Manajemen Holding dan Plant maupun

Anak Perusahaan secara memadai dan berfungsi dengan baik untuk memastikan bahwa :

1. Semua risiko yang ada telah diidentifikasi dan dikelola secara cukup.

48

2. Semua informasi mengenai keuangan, manajerial, dan kegiatan operasional yang

penting disajikan secara akurat, dapat dipercaya dan tepat waktu.

3. Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan usaha

diperoleh secara ekonomis, digunakan secara efisien, dan dipelihara secukupnya.

4. Semua program, rencana, dan tujuan perusahaan dapat dicapai.

Semua isu mengenai ketentuan hukum dan regulasi yang berdampak buruk kepada

perusahaan telah diketahui dan diatasi secara cukup.

IV.2.3 Rapat SPI PT KF dan Penilaian Kerja SPI

Dalam menjalankan tugasnya, SPI terlibat dalam berbagai rapat baik rapat

internal SPI maupun rapat koordinasi dengan pihak-pihak lain seperti Komisaris,

Direksi, Manager, Komite Audit, dan Auditor Eksternal. Rapat internal diadakan

minimal satu bulan sekali. Namun bisa lebih, hal tersebut tergantung dari kesibukan tim

SPI itu sendiri. SPI juga mengadakan rapat dengan Komisaris satu bulan sekali dengan

pembahasan hasil usaha. Rapat bulanan juga dilakukan SPI dengan Komite audit untuk

membahas hasil temuan dan program kerja SPI.

Berdasarkan rapat rutin bulanan dengan direksi dan dewan komisaris, jika

terdapat permasalahan yang dianggap penting dan untuk mengetahui lebih lanjut

penyebab masalahnya, dewan komisaris memerintahkan komite audit untuk melakukan

audit. Kemudian komite audit meminta SPI melalui direktur utama untuk melakukan

pemeriksaan khusus. Dalam proses audit khusus berlangsung, komite audit melakukan

koordinasi dan monitoring atas pelaksanaan audit. Setelah pemeriksaan selesai, kepala

SPI melaporkan ke direktur utama dengan tembusan ke komite audit.

49

Setiap akhir tahun dilakukan penilaian dimana anggota SPI dinilai oleh Kepala

SPI dan Kepala SPI dinilai oleh Direktur Utama. Penilaian tersebut disebut penilaian

karya (hard skill). Dari penilaian dapat diketahui bagaimana selisih antara rencana dan

hasil, dibawah atau 100%. Misalnya rencana audit ada 65 Objek, ternyata yang telah

dilaksanakan adalah 33 objek maka presentasi penilaian adalah 51%. Selain hard skill,

ada juga soft skill yaitu dengan melakukan assessment manajemen risiko. Bentuk

pertanggung jawaban SPI dalam menjalankan tugasnya adalah Laporan Hasil Audit

(LHA), laporan ini dibuat setiap tahun. Berdasarkan laporan tersebut Direktur Utama

dapat mengetahui apakah setiap organisasi telah efektif dan efisien dalam menjalankan

tugasnya serta menjadi dasar untuk pengambilan keputusan untuk melakukan suatu

perbaikan dan pedoman untuk penyusunan rencana program kerja tahun yang akan

datang.

IV.2.4 Pelaporan Temuan Audit dan Hasil Audit

SPI atau auditor internal menginformasikan temuan audit dan melaporkan hasil

audit kepada pemberi tugas dengan tembusan kepada atasan auditee dan auditee. Dalam

menyampaikan laporan hasil audit, SPI memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Resume hasil audit yang berisi hasil temuan, kesimpulan harus di review dan

didiskusikan bersama dengan auditee dan stafnya untuk menghindari kesalah-

pahaman.

2. Laporan hasil audit mengungkapkan tujuan, lingkup kerja, hasil temuan,

kesimpulan dan dampak temuan terhadap aktivitas yang diaudit.

3. Laporan temuan antara lain bersifat:

a. Objektif yang artinya tidak memihak dan bebas dari prasangka

kekeliruan.

50

b. Jelas yang artinya mudah dimengerti dan sederhana serta menghindari

bahasa teknis yang terlalu rumit.

c. Singkat yaitu langsung pada inti masalah.

d. Konstruktif yang artinya lebih membantu auditee ke arah perbaikan dari

pada kritik.

4. Laporan hasil audit yang sekurang-kurangnya mengungkapkan hal-hal sebagai

berikut:

a. Temuan-temuan hasil audit tahun lalu yang belum terselesaikan hingga

saat audit berakhir

b. Rekomendasi tindak lanjut bila memang ada hal-hal yang perlu dilakukan

perbaikan pada proses kerja auditee

5. Apabila terjadi pendapat antara auditor internal dengan auditee mengenai hasil

temuan dan kesimpulan hasil audit maka hal ini harus diungkapkan dalam

laporan hasil audit.

6. Kepala atau pimpinan SPI mereview kembali dan menyetujui laporan hasil audit

sebelum menerbitkan dan mendistribusikan laporan tersebut.

IV.2.5 Sistem Pengendalian Internal Pada SPI

Untuk meyakinkan bahwa satuan pengawasan intern adalah pengawas yang baik,

maka auditor harus memiliki standar ataupun kriteria yang harus dimiliki agar handal

dan dapat meyakinkan perusahaan bahwa SPI mampu menjalankan tugasnya dengan

efisien, efektif dan memastikan pencapaian tujuan pengawasan dalam corporate

governance.

51

Kehandalan suatu organisasi ditentukan oleh suatu mutu internal control yang

dimiliki oleh organisasi tersebut. Pengendalian intern yang diterapkan pada SPI sesuai

Sawyers (2005:58) pada pernyataan COSO meliputi :

1. Lingkungan Pengendalian

Dalam pelaksanaan fungsi audit intern, anggota SPI bertanggung jawab untuk

berperilaku baik, yang tercermin dari kejujuran dan ketekunan terhadap profesi.

Untuk meningkatkan kepercayaan PT KF terhadap SPI, anggota SPI harus

menunjukkan tanggung jawab terhadap profesi dengan selalu menerapkan

prinsip kerja yang sesuai kode etik.

Elemen ini dapat dikatakan telah dilaksanakan cukup baik oleh SPI, hal ini

terlihat dari penerapan kode etik, masing-masing anggota SPI mempunyai buku

pedoman standar perilaku (code of conduct) dan seluruh jajaran perseroan telah

menandatangani pernyataan komitmen untuk melaksanakan standar perilaku

tersebut.

2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko merupakan proses pengidentifikasian dan analisis risiko yang

ada hubungannya dengan pencapaian tujuan, pembentukan dasar penetapan

bagaimana risiko harus dikelola. SPI memiliki prosedur penilaian risiko yang

berpotensi mempengaruhi tujuan SPI. Salah satu pertimbangan dasar dalam

penyiapan program kerja audit tahunan antara lain bekerja sama dengan

konsultan untuk melakukan penilaian risiko pada Direktorat Keuangan,

Pemasaran dan Umum & SDM. Sesuai lingkup kerja internal audit, tujuan

penilaian risiko telah dihubungkan dengan pencapaian pengendalian intern, yaitu

52

tujuan operasional dengan memeriksa pengelolaan risiko dan control serta tata

kelola perusahaan yang telah ditetapkan oleh manajemen apakah telah memadai

dan berfungsi dengan baik.

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang memungkinkan

pengarahan dari manajemen dilaksanakan dan membantu pengambilan berbagai

tindakan yang diperlukan untuk mengelola risiko terhadap pencapaian tujuan

perusahaan. Sesuai dengan ruang lingkup kerja poin 1, SPI harus meyakinkan

bahwa semua risiko yang ada telah diidentifikasi dan dikelola secara cukup.

SPI memiliki pedoman untuk mengendalikan kegiatan auditnya dalam

pencapaian tujuan, program kerja audit tahunan juga merupakan alat

pengendalian, yang realisasi pelaksanaannya dievaluasi untuk mengetahui

kinerja SPI.

4. Informasi dan Komunikasi

Sistem Informasi yang dimiliki SPI belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu,

SPI melakukan kerjasama dengan Departemen Informasi dan Teknologi untuk

mengakses data ke sistem untuk melihat aktivitas perusahaan secara keseluruhan.

Laporan hasil audit yang terdiri dari temuan-temuan, kondisi, sebab dan akibat,

serta rekomendasi dibuat berdasarkan data dan disampaikan melalui sarana

komputer dan jaringan internet via email.

5. Pemantauan

Pemantauan merupakan sebuah proses penaksiran atau penilaian kualitas dari

kinerja sistem dari waktu ke waktu. Pemantauan ini dilakukan secara

berkelanjutan sejalan dengan kegiatan usaha

53

SPI memasukkan monitoring sebagai salah satu tahapan dalam prosedur

pelaksanaan audit agar auditee melaksanakan rekomendasi yang disarankan.

Prosedur kegiatan monitoring baik yang bersifat rutin maupun bersifat khusus

akan didokumentasikan dan dilaporkan kepada direktur atau direksi yang terkait.

Apabila dilihat dari peran SPI pada penjelasan sebelumnya, maka peran SPI

tidak hanya sebagai pengawas (watchdog) tetapi juga sebagai konsultan dan katalisator.

Peran SPI yang paling dominan adalah sebagai pengawas, mengingat fungsi dasar yang

dimiliki adalah sebagai pengawas. Peran SPI sebagai konsultan dinyatakan dalam hal

melakukan evaluasi atas efektivitas dan efisiensi sumber daya. Sedangkan peran sebagai

katalisator adalah dalam hal memberikan saran perbaikan dan informasi yang relevan

dan objektif atas kegiatan kerja yang dikaji pada semua tingkatan manajemen.

IV.3 Hubungan antara Penerapan GCG pada SPI di PT KF

Penerapan GCG pada PT KF sangat berpengaruh pada divisi SPI. Hal ini dapat

dilihat pada misi itu sendiri. Misi SPI PT KF adalah melakukan audit internal dan

memberikan jasa berupa informasi, analisis, penilaian, rekomendasi, kepastian dan

konsultasi yang bersifat independen dan objektif, yang dirancang khusus untuk memberi

nilai tambah dan meningkatkan kegiatan organisasi di Holding dan Plant maupun Anak

Perusahaan, membantu organisasi untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan dengan

menggunakan pengendalian Manajemen Risiko, Pengendalian dan Tata Kelola yang

Baik (GCG) di Holding dan Plant maupun Anak Perusahaan yang efektif dan ekonomis.

Misi SPI tersebut sangat berperan dalam kegiatan audit internal yang akan

dilaksanakan, hal ini berkaitan dengan penentuan atau perencanaan program kerja audit

internal. SPI merupakan organisasi yang independen di dalam struktur organisasi

54

perusahaan dikarenakan SPI bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama,

sehingga pada dasarnya SPI memiliki kewenangan untuk mengaudit level manajemen

lainnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Kedudukan Satuan Pengawas Intern (SPI) dalam struktur organisasi

PT KF

Penerapan GCG pada satuan pengawasan intern dapat dilihat juga pada tahapan-

tahapan proses audit. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Alur Proses Audit

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan melakukan pengumpulan data objek audit yaitu

berupa laporan keuangan diantaranya neraca, laba rugi, laporan pencapaian

55

kinerja. Kemudian, menganalisa data mengenai komposisi penjualan, pencapaian

penjualan, pencapaian harga pokok penjualan, umur piutang dan analisa biaya

terhadap penganggaran pada periode sebelumnya. Serta diakhiri dengan

menentukan resiko (risk) misalnya tingginya harga pokok, banyaknya piutang

berumur lama, tidak efisien pengeluaran biaya

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan diawali dengan pengujian internal control yang berkaitan

dengan pengorganisasian, tugas, tanggung jawab, wewenang dan kebijakan-

kebijakan yang ditentukan. Kemudian melakukan pembuktian-pembuktian atas

resiko yang telah ditemukan atau dideteksi pada saat persiapan audit. Diakhiri

dengan melakukan konfirmasi, melakukan pengujian kebenaran serta pengujian

tentang pelaksanaan program kerja.

3. Tahap Pelaporan

Resume hasil audit yang berisi hasil temuan harus direview dan didiskusikan

bersama dengan auditee dan stafnya untuk menghindari kesalah-pahaman. Jika

terjadi perbedaan pendapat antara Auditor Internal dengan auditee mengenai

hasil temuan dan kesimpulan hasil audit maka perbedaan pendapat ini juga

diungkapkan dalam Laporan Hasil Audit (LHA). LHA disusun berdasarkan

temuan-temuan yang ada pada saat audit lapangan (field audit) yang

mencerminkan kondisi, kriteria, sebab, akibat dan rekomendasi. Rekomendasi

yang diberikan harus menghilangkan penyebab yang terjadi.

4. Monitoring Tindak Lanjut

Rekomendasi yang disampaikan oleh SPI secara normatif harus bisa

dilaksanakan oleh Auditee. Setelah 15 hari LHA dikirim ke Auditee maka

56

Auditee harus melakukan tindak lanjut atau rekomendasi yang ada di LHA. Jika

setelah waktu yang ditentukan belum ada tindak lanjut maka SPI menyurati

kembali tentang tindak lanjut yang diminta melalui Direktur atau Direksi yang

terkait.

Selain tahapan-tahapan audit yang dibuat oleh SPI, maka langkah selanjutnya

yang harus dilakukan oleh SPI adalah membuat program kerja dimana program kerja

dibuat berguna sebagai acuan audit internal dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dapat

dilihat dari realisasi program kerja audit PT KF sebagai berikut:

1. Realisasi audit dan saran perbaikan pengendalian internal:

a. Melakukan penyusunan program kerja audit dengan pendekatan proses

bisnis yang berisiko tinggi.

b. Melakukan pembahasan terhadap draf LHA dengan staff terkait untuk

mengefektivitaskan proses LHA yang berkualitas.

c. Melakukan pembahasan dengan seluruh staff untuk menetapkan prosedur

audit yang komprehensif.

2. Melakukan pembahasan dengan Manajer TI PT. KF Apotek untuk mendapatkan

gambaran tentang Sistem Informasi (KIS) dan Distribution Center (DCs),

termasuk membahas kebijakan akuntansi dan keuangan serta kebijakan

operasional.

3. Realisasi pada pemilihan objek audit berdasarkan risiko pada program kerja audit

tahunan:

a. Melakukan penyusunan program kerja audit tahunan yang melibatkan

Direktur Anak Perusahaan dengan tujuan mendapatkan masukan

57

mengenai cabang atau Bisnis Manajer yang perlu diprioritaskan untuk

dilakukan pemeriksaan.

b. Memenuhi permintaan manajemen untuk melakukan audit khusus pada

PT KF Trading & Reguler, PT. Sejahtera Abadi Sempurna (SAS), PT.

Jakarta Sejahtera Medika (JSM) dan Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL)

c. Melakukan monitoring tindak lanjut LHA untuk menetapkan temuan

yang sudah ditindaklanjuti dan mana yang masih dalam proses atau

pantauan dan mana yang belum.

d. Melakukan bantuan sebagai counterpart atas pemeriksaan dengan tujuan

tertentu yang dilakukan oleh BPK untuk periode tahun buku 2007 sampai

dengan 2010, atas laporan keuangan tahun 2010 oleh KAP Grant

Thornton, atas pelaksanaan assessment manajemen risiko pada Direktorat

Umum dan SDM, Pemasaran da Keuangan oleh Tim Konsultan BPKP.

4. Realisasi dalam peningkatan kompetensi auditor adalah melakukan pendidikan

dan pelatihan untuk tenaga auditor yang dilaksanakan oleh eksternal maupun

internal antara lain: audit pemasaran, Sistem Informasi Apotek (KIS),

Distribution Center (DCs) Apotek, Seminar Fraude, Workshop Manajemen

Risiko dan Sistem Pengendalian Internal.

5. Realisasi dalam pengembangan kegiatan non audit antara lain:

a. Bekerjasama dengan SDM melakukan Maping tenaga auditor

b. Melakukan rekruitmen untuk tenaga pelaksana audit

58

c. Bekerjasama dengan konsultan BPKP untuk melakukan assessment risiko

pada unit kerja Holding (Direktorat Pemasaran, SDM & Umum dan

Keuangan).

Namun program kerja yang dibuat tidak selalu sesuai dengan realisasinya

diantaranya:

Tabel 4.1 Program Kerja dan Realisasi

Program Kerja Realisasi

Melakukan audit fokus (rutin) Realisasi audit fokus (rutin) sebanyak 33 objek atau 51% dari

rencana audit 65 objek

Melakukan audit atas permintaan

manajemen

Realisasi audit atas permintaan sebanyak 4 objek atau 80% dari

rencana 5 objek

Hubungan good corporate governance pada satuan pengawasan intern di PT KF.

Hal ini dapat dilihat diantaranya ketika program kerja tahunan tidak sesuai dengan

realisasinya maka SPI harus dapat mengungkapkan dengan baik penyebab perbedaan

tersebut. Sehingga, perusahaan pun harus pintar dalam merekrut anggota SPI tidak

hanya kompeten di dalam bidangnya namun harus memiliki sikap dan sifat yang baik

salah satunya sikap auditor ketika mengambil sebuah keputusan, jujur, disiplin, tegas.

Hal ini sangat berpengaruh terhadap tercapainya misi yang dibuat oleh SPI.

IV.4 Hasil Assessment Penerapan GCG di SPI

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh penerapan GCG di SPI dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang mendukung tingkat keberhasilan dari penerapan GCG

tersebut, antara lain:

59

1. Kebijakan

Kebijakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan

penerapan corporate governance. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang

dibuat perusahaan sehinga SPI harus mengetahui ketika melakukan tugas dan

tanggung jawabnya agar tidak terjadi suatu penyimpangan dalam melaksanakan

tugas tersebut. Kebijakan yang dimiliki SPI terdiri dari pedoman corporate

governance, aturan kode etik, SPI charter, sistem pengendalian internal,

manajemen risiko. Kebijakan-kebijakan juga digunakan sebagai pedoman ketika

SPI membuat suatu program kerja tahunan, dimana program-program yang

dibuat harus sesuai dan mencerminkan kebijakan-kebijakan tersebut. Salah satu

kebijakan yang ada di SPI yaitu SPI charter yang merupakan pernyataan formal

tertulis yang menjadi dasar pengakuan keberadaan dan berfungsinya SPI dalam

melaksanakan tanggung jawab pengawasan pengendalian. SPI charter PT KF

sudah mulai diberlakukan sejak tanggal ditetapkan yaitu 1 Juni 2005. Kebijakan

yang ada pada SPI charter juga dilakukan peninjauan dan disesuaikan atau di-

review secara berkala.

2. Penerapan GCG

Penerapan GCG pada SPI sesuai atau berdasarkan kebijakan-kebijakan yang ada

berjalan cukup efektif. Namun masih terdapat kekurangan, hal ini dapat dilihat

pada implementasi dari program kerja yang dijalankan SPI tidak sesuai dengan

realisasi. Dibawah ini penyebab terjadinya ketidaksesuaian antara program kerja

dan realisasinya serta upaya untuk mengatasi kendala tersebut, antara lain:

1. Kualitas personil yang ditugaskan di SPI belum sepenuhnya sesuai

dengan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas SPI.

60

Dengan kondisi tersebut maka dilakukan perbaikan dengan

memberikan pendidikan dan pelatihan yang mendalam sesuai dengan

tugas dan tanggung jawab yang ada di SPI.

2. SPI belum sepenuhnya melaksanakan program kerja audit tahunan

yang sudah ditetapkan. Realisasi pelaksanaan audit dan penerbitan

laporan belum sesuai rencana.

Dengan kondisi ini maka perlu dilakukan perbaikan dengan

memberikan sanksi kepada anggota SPI yang tidak menjalankan

program kerja yang telah ditetapkan. Baik dalam pelaksanaan audit

maupun pelaporan, tetapi apabila terdapat kejadian yang tidak dapat

diprediksi namun didukung oleh bukti yang dapat dipercaya maka

sanksi dapat diringankan atau dibebaskan.

3. Peran SPI sebagai mitra manajemen belum optimal yaitu SPI belum

sepenuhnya memberi masukan atas proses maajemen risiko.

Upaya dalam memperbaiki kondisi ini adalah SPI harus dapat

meningkatkan penentuan risiko dan eksposure yang akan

menghubungkan rencana audit yang dibuat oleh SPI sehingga apabila

rencana berjalan dengan lancar maka SPI dapat memberikan

masukan atas proses manajemen risiko jadi lebih baik.

4. Peran SPI sebagai pengawas dan evaluator belum optimal yaitu

berupa kegiatan mengevaluasi kecukupan dan efektifitas sistem

pengendalian intern yang diterapkan manajemen serta memberikan

masukan kepada manajemen untuk perbaikan pengendalian internal.

61

Upaya yang dilakukan sebaiknya SPI memperluas ruang lingkup

pengujian pengendalian internal.

5. Laporan pelaksanaan kegiatan SPI berupa realisasi kegiatan, temuan

audit, dan monitoring tindak lanjut belum disusun dan disampaikan

secara berkala ke komite audit.

Membuat dokumentasi tentang laporan hasil audit, monitoring tindak

lanjut dan kegiatan SPI secara rutin dan mencatat langung aktifitas

yang dikerjakan oleh SPI sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam

penyampaian informasi kepada komite audit.

3. Pengungkapan Informasi (Disclosure)

Pengungkapan informasi dilakukan secara baik. Hal ini dapat dilihat pada bentuk

tanggung jawab SPI dalam melaporkan tugasnya dan tanggung jawabnya yang

berbentuk laporan. Dalam laporan tersebut dijelaskan dengan baik setiap temuan-

temuan audit atau informasi yang tidak sesuai dengan rencana yang dibuat, serta

diungkapkannya pula rekomendasi terhadap temuan-temuan audit.

4. Komitmen

Komitmen dalam penerapan GCG di SPI terlihat cukup efektif atau berjalan

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari, komitmen SPI ketika membuat suatu

program kerja atau rencana tugas sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ada,

menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan undang-undang yang

berlaku, melaporkan dan mengkomunikasikan setiap informasi dan rekomendasi

kepada auditee atau manajemen.

62