2011-2-00522-ak bab4001
DESCRIPTION
zTRANSCRIPT
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Penerapan Good Corporate Governance pada PT KF
Good Corporate Governance (GCG) di PT KF. Dapat dilihat dari pembentukan
lembaga pendukung dalam PT KF yaitu organ perusahaan. Organ perusahaan terdiri
dari RUPS, Dewan Komisaris, dan Direksi dan Manajemen yang mempunyai peran
penting dalam pelaksanaan corporate governance secara efektif. Organ perusahaan
harus menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam setiap organ
mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya.
Selain dilihat dari lembaga pendukung, untuk mencapai keberhasilan dalam
jangka panjang, pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik tercermin dari hubungan
kerja yang kuat antara organ-organnya. Satuan Pengawasan Intern (SPI) memiliki fungsi
hubungan langsung kepada Direktur Utama dimana SPI berkewajiban melaporkan
informasi terkait dengan pemberian penilaian mengenai manajemen PT KF dalam
mengendalikan kegiatan perusahaan dan pengendalian risiko. SPI juga memiliki
hubungan yang erat dengan Komite Audit karena informasi terkait pemeriksaan juga
disampaikan kepada Komite Audit. Hubungan ini akan mendorong terjadinya
komunikasi yang terbuka demi meningkatkan praktik good corporate governance.
40
IV.1.2 Penerapan Prinsip-prinsip GCG pada Program Kerja Audit Tahunan SPI
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, SPI menerapkan prinsip GCG pada program
kerja tahunan diantaranya:
1. Prinsip Transparansi
Program kerja yang termasuk dalam prinsip transparansi adalah:
a. Melakukan monitoring implementasi manajemen risiko.
b. Bekerjasama dengan konsultan dalam melakukan pengembangan
penilaian risiko di unit-unit kerja perusahaan induk dan pengembangan
manajemen risiko di Anak Perusahaan.
c. Melakukan rapat pada divisi SPI maupun dengan koordinasi pihak lain
seperti Komisaris, Direksi, Manajer, Komite Audit dan Auditor
Eksternal.
d. Pelaporan hasil audit kepada manajemen PT KF manajemen Anak
Perusahaan dan komite audit.
e. Memeriksa laporan keuangan apakah sudah dapat
dipertanggungjawabkan sebagai bahan pengambilan keputusan oleh
manajemen dengan melihat keakuratan data dan ketepatan waktu dalam
penyampaian laporan keuangan.
f. Melakukan penyusunan Program Kerja Audit Tahunan (PKAT) yang
melibatkan Direktur Anak Perusahaan.
Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai
perusahaan. Berdasarkan pengertian tersebut maka program kerja audit di atas
41
termasuk kedalam prinsip transparansi karena pelaksanaan program kerja yang
dilakukan anggota SPI mulai dari monitoring, rapat koordinasi dan kerjasama
dengan konsultan dan adalah bentuk keterbukaan informasi kepada organ-organ
lainnya agar terciptanya komunikasi yang baik antara internal auditor dengan
Komisaris, Direksi, Manajer, Komite Audit dan Auditor Eksternal dalam
pengambilan keputusan maupun pembahasan tentang laporan hasil audit dan
program kerja yang dilaksanakan oleh SPI.
Kualifikasi anggota SPI yang termasuk dalam prinsip ini adalah:
a. Anggota SPI harus memiliki sikap independen
b. Berperilaku dan bersikap jujur
c. Anggota SPI memiliki kemampuan komunikasi lisan dan tertulis yang
baik sehingga dapat berkomunikasi secara efektif dengan auditee dan
manajemen
d. Tidak mementingkan diri sendiri
2. Akuntabilitas
Program kerja yang termasuk dalam prinsip ini adalah:
a. Melakukan monitoring tindak lanjut Laporan Hasil Audit (LHA) dari
setiap objek audit dan koordinasi dengan atasan objek audit.
b. Pengembangan organisasi SPI untuk mendukung kegiatan non audit yang
mencakup struktur, sumber daya manusia dan prosedur.
42
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
organ sehingga pengelolaan perusahaan berjalan dengan efektif. Keterkaitan
prinsip akuntabilitas adalah SPI memiliki kejelasan fungsi dalam monitoring
tindak lanjut LHA untuk menetapkan temuan yang sudah ditindaklanjuti dan
mana yang masih dalam proses.
Kualifikasi anggota SPI yang termasuk dalam prinsip akuntabilitas adalah:
a. Bersedia menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan peraturan
perusahaan
b. Memiliki kemampuan dan kecermatan profesional
c. Mampu bekerja secara tim
3. Responsibilitas
Program kerja yang termasuk dalam prinsip responsibilitas adalah:
a. Melakukan audit berbasis risiko dengan pendekatan yang berisiko tinggi.
b. Melakukan peningkatan efektivitas LHA yang berkualitas.
c. Meningkatkan kompetensi dan mengembangkan wawasan auditor
melalui pendidikan, pelatihan, studi banding, seminar dan lokakarya
pengendalian internal.
Responsibilitas atau pertanggungjawaban adalah kepatuhan perusahaan
terhadap undang-undang yang berlaku serta tanggung jawab perusahaan kepada
karyawan. Peran SPI dalam prinsip responsibilitias adalah memberikan
rekomendasi penyempurnaan prosedur dan proses bisnis, dengan berdasarkan
43
pada tolak ukur efisiensi, efektifitas dan ekonomis. SPI bertanggung jawab atas
LHA kemudian memberikan rekomendasi pada setiap temuan audit dan
melaksanakan audit sesuai dengan prosedur audit. Demi meningkatkan kualitas
audit PT KF memberikan pelatihan dan seminar setiap tahunnya kepada auditor
internal.
Kualifikasi anggota SPI yang termasuk dalam prinsip responsibilitas adalah:
a. Memiliki sifat disiplin
b. Memiliki integritas
c. Profesionalisme
d. Independen
4. Independensi
Independensi adalah suatu keadaan dimana kegiatan yang dilakukan tanpa
ada pengaruh dari pihak manapun. Program kerja yang termasuk dalam prinsip
independensi adalah memberikan bantuan sebagai counterpart dari auditor
eksternal, hal ini menandakan SPI sebagai rekan pendamping dari Kantor
Akuntan Publik (KAP). KAP dipilih berdasarkan keputusan RUPS.
Peran SPI dalam prinsip independensi tercermin dalam kedudukannya
dalam struktur organisasi yang secara langsung berada di bawah Direktur Utama
yang mempunyai peran dan fungsi membantu Direktur Utama dan Komisaris
dalam menjalankan fungsi pengawasan serta memberikan saran perbaikan dan
informasi yang objektif tentang kegiatan yang di-review pada semua tingkatan
manajemen.
44
Kualifikasi anggota SPI yang termasuk dalam prinsip independensi adalah:
a. Bersikap independen yaitu melaksanakan tugas audit dengan bebas.
Dengan demikian dapat memberikan pendapat penting yang tidak
memihak dan tidak berprasangka dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil
audit.
b. Bersikap objektif yaitu jujur terhadap diri sendiri serta yakin bahwa hasil
kerjanya dapat dihandalkan, dapat dipercaya dan bebas dari pengaruh
pihak-pihak lain.
c. Integritas yaitu tidak memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan atau keuntungan pribadi.
5. Kewajaran
Prinsip kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-
hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Dalam prinsip kewajaran SPI selalu bertindak secara objektif dalam
kaitannya dengan pemeriksaan yakni berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan juga
berdasarkan kebijakan-kebijakan perusahaan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Laporan hasil audit didasarkan pada fakta-fakta atau bukti-bukti
yang ada dan didokumentasikan dalam kertas kerja audit.
45
IV.2 Peran Satuan Pengawasan Intern di PT KF
Pengawasan Internal perusahaan dilakukan pada Satuan Pengawas Intern (SPI),
yaitu organ yang membantu Direktur Utama untuk meyakinkan bahwa apa yang ingin
dicapai oleh perusahaan telah dilakukan dengan baik oleh unit-unit di bawahnya.
Secara umum, SPI PT KF memiliki tugas antara lain:
1. Membantu Direktur Utama dan Direktur Utama Anak Perusahaan agar dapat
secara efektif mengamankan investasi dan aset perseroan.
2. Melakukan analisa dan evaluasi efektifitas sistem dan prosedur pada semua
bagian dan unit kegiatan perseroan
3. Melakukan analisa dan evaluasi pengelolaan risiko dan pelaksanaan GCG.
IV.2.1 Keanggotaan Satuan Pengawasan Intern PT KF
1. Pengangkatan
Dalam merekrut anggota SPI, perusahaan menggunakan jasa konsultan
Human Resources Development (HRD) dan bekerjasama dengan divisi Human
Capital perusahaan untuk polling talent SPI. Proses rekrutmen menjadi tanggung
jawab HRD. Proses rekrutmen selalu sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan
oleh kebijakan perusahaan, tetapi pada tahap akhir proses perekrutan, calon
anggota SPI akan dievaluasi kembali oleh direksi. Apabila telah mendapatkan
persetujuan dari direksi calon anggota SPI menjadi karyawan PT KF.
2. Kualifikasi
Pengangkatan atau perekrutan anggota SPI yang telah dibahas
sebelumnya, harus memenuhi kualifikasi yang sesuai dengan kebijakan
perusahaan. Kualifikasi tersebut diantaranya: seorang anggota SPI harus
46
memiliki pendidikan strata 1 Fakultas Ekonomi dengan Indeks Prestasi
Komulatif (IPK) >3,00 serta dari perguruan tinggi negeri atau swasta yang
terakreditasi, memiliki pengalaman didalam kegiatan audit minimal satu tahun,
memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang akuntansi dan bidang
lainnya, jujur dan independen, sehingga seorang anggota SPI tidak hanya
kompeten dibidangnya namun harus memiliki sikap dan sifat yang baik, karena
hal ini merupakan faktor penunjang dari kualitas kerja anggota SPI.
Namun menurut narasumber, tidak ada batas minimal masa jabatan untuk
menjadi anggota SPI sehingga ada beberapa orang yang belum satu tahun masa
pemeriksaan proyek sudah dipindahkan ke divisi yang lain lagi.
Upaya demi meningkatkan kemampuan dan kinerja SPI, maka anggota
SPI mengikuti berbagai pelatihan diantaranya:
a. Kerjasama dengan pusat pengembangan akuntansi dan keuangan dengan
melakukan audit pemasaran.
b. Kerjasama dengan PT. KF Apotek dengan mengadakan pelatihan dan
pemahaman Sistem Informasi Apotek dan Distribution Center (DCs) di PT
KF.
c. Mengirim beberapa auditor untuk mengikuti seminar Fraude yang
diselenggarakan oleh Bina Profesi Indonesia.
d. Workshop Manajemen Risiko yang diselenggarakan oleh konsultan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Kementrian BUMN.
3. Susunan keanggotaan
Divisi SPI menurut Peraturan Menteri Negara BUMN
No.PER-01/MBU/2011 pasal 28 dan Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep
47
496/BL/2008 bahwa satuan pengawas intern dipimpin oleh seorang Kepala unit
audit internal. Namun pada SPI di PT KF dipimpin oleh seorang Senior
Manager. Pada level dibawah Senior Manager terdapat Manager kemudian
Asisten Manager dan Supervisor. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1 Struktur Internal SPI PT KF
IV.2.2 Tugas dan Ruang Lingkup Satuan Pengawasan Intern
Audit yang diselenggarakan oleh satuan pengawasan intern adalah melakukan
audit internal, memberikan konsultasi, dan menetapkan apakah jaringan
pengorganisasian dari proses-proses Manajemen Risiko serta Pengendalian dan Tata
Kelola telah dirancang dan dilaksanakan oleh Manajemen Holding dan Plant maupun
Anak Perusahaan secara memadai dan berfungsi dengan baik untuk memastikan bahwa :
1. Semua risiko yang ada telah diidentifikasi dan dikelola secara cukup.
48
2. Semua informasi mengenai keuangan, manajerial, dan kegiatan operasional yang
penting disajikan secara akurat, dapat dipercaya dan tepat waktu.
3. Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan usaha
diperoleh secara ekonomis, digunakan secara efisien, dan dipelihara secukupnya.
4. Semua program, rencana, dan tujuan perusahaan dapat dicapai.
Semua isu mengenai ketentuan hukum dan regulasi yang berdampak buruk kepada
perusahaan telah diketahui dan diatasi secara cukup.
IV.2.3 Rapat SPI PT KF dan Penilaian Kerja SPI
Dalam menjalankan tugasnya, SPI terlibat dalam berbagai rapat baik rapat
internal SPI maupun rapat koordinasi dengan pihak-pihak lain seperti Komisaris,
Direksi, Manager, Komite Audit, dan Auditor Eksternal. Rapat internal diadakan
minimal satu bulan sekali. Namun bisa lebih, hal tersebut tergantung dari kesibukan tim
SPI itu sendiri. SPI juga mengadakan rapat dengan Komisaris satu bulan sekali dengan
pembahasan hasil usaha. Rapat bulanan juga dilakukan SPI dengan Komite audit untuk
membahas hasil temuan dan program kerja SPI.
Berdasarkan rapat rutin bulanan dengan direksi dan dewan komisaris, jika
terdapat permasalahan yang dianggap penting dan untuk mengetahui lebih lanjut
penyebab masalahnya, dewan komisaris memerintahkan komite audit untuk melakukan
audit. Kemudian komite audit meminta SPI melalui direktur utama untuk melakukan
pemeriksaan khusus. Dalam proses audit khusus berlangsung, komite audit melakukan
koordinasi dan monitoring atas pelaksanaan audit. Setelah pemeriksaan selesai, kepala
SPI melaporkan ke direktur utama dengan tembusan ke komite audit.
49
Setiap akhir tahun dilakukan penilaian dimana anggota SPI dinilai oleh Kepala
SPI dan Kepala SPI dinilai oleh Direktur Utama. Penilaian tersebut disebut penilaian
karya (hard skill). Dari penilaian dapat diketahui bagaimana selisih antara rencana dan
hasil, dibawah atau 100%. Misalnya rencana audit ada 65 Objek, ternyata yang telah
dilaksanakan adalah 33 objek maka presentasi penilaian adalah 51%. Selain hard skill,
ada juga soft skill yaitu dengan melakukan assessment manajemen risiko. Bentuk
pertanggung jawaban SPI dalam menjalankan tugasnya adalah Laporan Hasil Audit
(LHA), laporan ini dibuat setiap tahun. Berdasarkan laporan tersebut Direktur Utama
dapat mengetahui apakah setiap organisasi telah efektif dan efisien dalam menjalankan
tugasnya serta menjadi dasar untuk pengambilan keputusan untuk melakukan suatu
perbaikan dan pedoman untuk penyusunan rencana program kerja tahun yang akan
datang.
IV.2.4 Pelaporan Temuan Audit dan Hasil Audit
SPI atau auditor internal menginformasikan temuan audit dan melaporkan hasil
audit kepada pemberi tugas dengan tembusan kepada atasan auditee dan auditee. Dalam
menyampaikan laporan hasil audit, SPI memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Resume hasil audit yang berisi hasil temuan, kesimpulan harus di review dan
didiskusikan bersama dengan auditee dan stafnya untuk menghindari kesalah-
pahaman.
2. Laporan hasil audit mengungkapkan tujuan, lingkup kerja, hasil temuan,
kesimpulan dan dampak temuan terhadap aktivitas yang diaudit.
3. Laporan temuan antara lain bersifat:
a. Objektif yang artinya tidak memihak dan bebas dari prasangka
kekeliruan.
50
b. Jelas yang artinya mudah dimengerti dan sederhana serta menghindari
bahasa teknis yang terlalu rumit.
c. Singkat yaitu langsung pada inti masalah.
d. Konstruktif yang artinya lebih membantu auditee ke arah perbaikan dari
pada kritik.
4. Laporan hasil audit yang sekurang-kurangnya mengungkapkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Temuan-temuan hasil audit tahun lalu yang belum terselesaikan hingga
saat audit berakhir
b. Rekomendasi tindak lanjut bila memang ada hal-hal yang perlu dilakukan
perbaikan pada proses kerja auditee
5. Apabila terjadi pendapat antara auditor internal dengan auditee mengenai hasil
temuan dan kesimpulan hasil audit maka hal ini harus diungkapkan dalam
laporan hasil audit.
6. Kepala atau pimpinan SPI mereview kembali dan menyetujui laporan hasil audit
sebelum menerbitkan dan mendistribusikan laporan tersebut.
IV.2.5 Sistem Pengendalian Internal Pada SPI
Untuk meyakinkan bahwa satuan pengawasan intern adalah pengawas yang baik,
maka auditor harus memiliki standar ataupun kriteria yang harus dimiliki agar handal
dan dapat meyakinkan perusahaan bahwa SPI mampu menjalankan tugasnya dengan
efisien, efektif dan memastikan pencapaian tujuan pengawasan dalam corporate
governance.
51
Kehandalan suatu organisasi ditentukan oleh suatu mutu internal control yang
dimiliki oleh organisasi tersebut. Pengendalian intern yang diterapkan pada SPI sesuai
Sawyers (2005:58) pada pernyataan COSO meliputi :
1. Lingkungan Pengendalian
Dalam pelaksanaan fungsi audit intern, anggota SPI bertanggung jawab untuk
berperilaku baik, yang tercermin dari kejujuran dan ketekunan terhadap profesi.
Untuk meningkatkan kepercayaan PT KF terhadap SPI, anggota SPI harus
menunjukkan tanggung jawab terhadap profesi dengan selalu menerapkan
prinsip kerja yang sesuai kode etik.
Elemen ini dapat dikatakan telah dilaksanakan cukup baik oleh SPI, hal ini
terlihat dari penerapan kode etik, masing-masing anggota SPI mempunyai buku
pedoman standar perilaku (code of conduct) dan seluruh jajaran perseroan telah
menandatangani pernyataan komitmen untuk melaksanakan standar perilaku
tersebut.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan proses pengidentifikasian dan analisis risiko yang
ada hubungannya dengan pencapaian tujuan, pembentukan dasar penetapan
bagaimana risiko harus dikelola. SPI memiliki prosedur penilaian risiko yang
berpotensi mempengaruhi tujuan SPI. Salah satu pertimbangan dasar dalam
penyiapan program kerja audit tahunan antara lain bekerja sama dengan
konsultan untuk melakukan penilaian risiko pada Direktorat Keuangan,
Pemasaran dan Umum & SDM. Sesuai lingkup kerja internal audit, tujuan
penilaian risiko telah dihubungkan dengan pencapaian pengendalian intern, yaitu
52
tujuan operasional dengan memeriksa pengelolaan risiko dan control serta tata
kelola perusahaan yang telah ditetapkan oleh manajemen apakah telah memadai
dan berfungsi dengan baik.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang memungkinkan
pengarahan dari manajemen dilaksanakan dan membantu pengambilan berbagai
tindakan yang diperlukan untuk mengelola risiko terhadap pencapaian tujuan
perusahaan. Sesuai dengan ruang lingkup kerja poin 1, SPI harus meyakinkan
bahwa semua risiko yang ada telah diidentifikasi dan dikelola secara cukup.
SPI memiliki pedoman untuk mengendalikan kegiatan auditnya dalam
pencapaian tujuan, program kerja audit tahunan juga merupakan alat
pengendalian, yang realisasi pelaksanaannya dievaluasi untuk mengetahui
kinerja SPI.
4. Informasi dan Komunikasi
Sistem Informasi yang dimiliki SPI belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu,
SPI melakukan kerjasama dengan Departemen Informasi dan Teknologi untuk
mengakses data ke sistem untuk melihat aktivitas perusahaan secara keseluruhan.
Laporan hasil audit yang terdiri dari temuan-temuan, kondisi, sebab dan akibat,
serta rekomendasi dibuat berdasarkan data dan disampaikan melalui sarana
komputer dan jaringan internet via email.
5. Pemantauan
Pemantauan merupakan sebuah proses penaksiran atau penilaian kualitas dari
kinerja sistem dari waktu ke waktu. Pemantauan ini dilakukan secara
berkelanjutan sejalan dengan kegiatan usaha
53
SPI memasukkan monitoring sebagai salah satu tahapan dalam prosedur
pelaksanaan audit agar auditee melaksanakan rekomendasi yang disarankan.
Prosedur kegiatan monitoring baik yang bersifat rutin maupun bersifat khusus
akan didokumentasikan dan dilaporkan kepada direktur atau direksi yang terkait.
Apabila dilihat dari peran SPI pada penjelasan sebelumnya, maka peran SPI
tidak hanya sebagai pengawas (watchdog) tetapi juga sebagai konsultan dan katalisator.
Peran SPI yang paling dominan adalah sebagai pengawas, mengingat fungsi dasar yang
dimiliki adalah sebagai pengawas. Peran SPI sebagai konsultan dinyatakan dalam hal
melakukan evaluasi atas efektivitas dan efisiensi sumber daya. Sedangkan peran sebagai
katalisator adalah dalam hal memberikan saran perbaikan dan informasi yang relevan
dan objektif atas kegiatan kerja yang dikaji pada semua tingkatan manajemen.
IV.3 Hubungan antara Penerapan GCG pada SPI di PT KF
Penerapan GCG pada PT KF sangat berpengaruh pada divisi SPI. Hal ini dapat
dilihat pada misi itu sendiri. Misi SPI PT KF adalah melakukan audit internal dan
memberikan jasa berupa informasi, analisis, penilaian, rekomendasi, kepastian dan
konsultasi yang bersifat independen dan objektif, yang dirancang khusus untuk memberi
nilai tambah dan meningkatkan kegiatan organisasi di Holding dan Plant maupun Anak
Perusahaan, membantu organisasi untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan pengendalian Manajemen Risiko, Pengendalian dan Tata Kelola yang
Baik (GCG) di Holding dan Plant maupun Anak Perusahaan yang efektif dan ekonomis.
Misi SPI tersebut sangat berperan dalam kegiatan audit internal yang akan
dilaksanakan, hal ini berkaitan dengan penentuan atau perencanaan program kerja audit
internal. SPI merupakan organisasi yang independen di dalam struktur organisasi
54
perusahaan dikarenakan SPI bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama,
sehingga pada dasarnya SPI memiliki kewenangan untuk mengaudit level manajemen
lainnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Kedudukan Satuan Pengawas Intern (SPI) dalam struktur organisasi
PT KF
Penerapan GCG pada satuan pengawasan intern dapat dilihat juga pada tahapan-
tahapan proses audit. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Alur Proses Audit
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan melakukan pengumpulan data objek audit yaitu
berupa laporan keuangan diantaranya neraca, laba rugi, laporan pencapaian
55
kinerja. Kemudian, menganalisa data mengenai komposisi penjualan, pencapaian
penjualan, pencapaian harga pokok penjualan, umur piutang dan analisa biaya
terhadap penganggaran pada periode sebelumnya. Serta diakhiri dengan
menentukan resiko (risk) misalnya tingginya harga pokok, banyaknya piutang
berumur lama, tidak efisien pengeluaran biaya
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan diawali dengan pengujian internal control yang berkaitan
dengan pengorganisasian, tugas, tanggung jawab, wewenang dan kebijakan-
kebijakan yang ditentukan. Kemudian melakukan pembuktian-pembuktian atas
resiko yang telah ditemukan atau dideteksi pada saat persiapan audit. Diakhiri
dengan melakukan konfirmasi, melakukan pengujian kebenaran serta pengujian
tentang pelaksanaan program kerja.
3. Tahap Pelaporan
Resume hasil audit yang berisi hasil temuan harus direview dan didiskusikan
bersama dengan auditee dan stafnya untuk menghindari kesalah-pahaman. Jika
terjadi perbedaan pendapat antara Auditor Internal dengan auditee mengenai
hasil temuan dan kesimpulan hasil audit maka perbedaan pendapat ini juga
diungkapkan dalam Laporan Hasil Audit (LHA). LHA disusun berdasarkan
temuan-temuan yang ada pada saat audit lapangan (field audit) yang
mencerminkan kondisi, kriteria, sebab, akibat dan rekomendasi. Rekomendasi
yang diberikan harus menghilangkan penyebab yang terjadi.
4. Monitoring Tindak Lanjut
Rekomendasi yang disampaikan oleh SPI secara normatif harus bisa
dilaksanakan oleh Auditee. Setelah 15 hari LHA dikirim ke Auditee maka
56
Auditee harus melakukan tindak lanjut atau rekomendasi yang ada di LHA. Jika
setelah waktu yang ditentukan belum ada tindak lanjut maka SPI menyurati
kembali tentang tindak lanjut yang diminta melalui Direktur atau Direksi yang
terkait.
Selain tahapan-tahapan audit yang dibuat oleh SPI, maka langkah selanjutnya
yang harus dilakukan oleh SPI adalah membuat program kerja dimana program kerja
dibuat berguna sebagai acuan audit internal dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dapat
dilihat dari realisasi program kerja audit PT KF sebagai berikut:
1. Realisasi audit dan saran perbaikan pengendalian internal:
a. Melakukan penyusunan program kerja audit dengan pendekatan proses
bisnis yang berisiko tinggi.
b. Melakukan pembahasan terhadap draf LHA dengan staff terkait untuk
mengefektivitaskan proses LHA yang berkualitas.
c. Melakukan pembahasan dengan seluruh staff untuk menetapkan prosedur
audit yang komprehensif.
2. Melakukan pembahasan dengan Manajer TI PT. KF Apotek untuk mendapatkan
gambaran tentang Sistem Informasi (KIS) dan Distribution Center (DCs),
termasuk membahas kebijakan akuntansi dan keuangan serta kebijakan
operasional.
3. Realisasi pada pemilihan objek audit berdasarkan risiko pada program kerja audit
tahunan:
a. Melakukan penyusunan program kerja audit tahunan yang melibatkan
Direktur Anak Perusahaan dengan tujuan mendapatkan masukan
57
mengenai cabang atau Bisnis Manajer yang perlu diprioritaskan untuk
dilakukan pemeriksaan.
b. Memenuhi permintaan manajemen untuk melakukan audit khusus pada
PT KF Trading & Reguler, PT. Sejahtera Abadi Sempurna (SAS), PT.
Jakarta Sejahtera Medika (JSM) dan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL)
c. Melakukan monitoring tindak lanjut LHA untuk menetapkan temuan
yang sudah ditindaklanjuti dan mana yang masih dalam proses atau
pantauan dan mana yang belum.
d. Melakukan bantuan sebagai counterpart atas pemeriksaan dengan tujuan
tertentu yang dilakukan oleh BPK untuk periode tahun buku 2007 sampai
dengan 2010, atas laporan keuangan tahun 2010 oleh KAP Grant
Thornton, atas pelaksanaan assessment manajemen risiko pada Direktorat
Umum dan SDM, Pemasaran da Keuangan oleh Tim Konsultan BPKP.
4. Realisasi dalam peningkatan kompetensi auditor adalah melakukan pendidikan
dan pelatihan untuk tenaga auditor yang dilaksanakan oleh eksternal maupun
internal antara lain: audit pemasaran, Sistem Informasi Apotek (KIS),
Distribution Center (DCs) Apotek, Seminar Fraude, Workshop Manajemen
Risiko dan Sistem Pengendalian Internal.
5. Realisasi dalam pengembangan kegiatan non audit antara lain:
a. Bekerjasama dengan SDM melakukan Maping tenaga auditor
b. Melakukan rekruitmen untuk tenaga pelaksana audit
58
c. Bekerjasama dengan konsultan BPKP untuk melakukan assessment risiko
pada unit kerja Holding (Direktorat Pemasaran, SDM & Umum dan
Keuangan).
Namun program kerja yang dibuat tidak selalu sesuai dengan realisasinya
diantaranya:
Tabel 4.1 Program Kerja dan Realisasi
Program Kerja Realisasi
Melakukan audit fokus (rutin) Realisasi audit fokus (rutin) sebanyak 33 objek atau 51% dari
rencana audit 65 objek
Melakukan audit atas permintaan
manajemen
Realisasi audit atas permintaan sebanyak 4 objek atau 80% dari
rencana 5 objek
Hubungan good corporate governance pada satuan pengawasan intern di PT KF.
Hal ini dapat dilihat diantaranya ketika program kerja tahunan tidak sesuai dengan
realisasinya maka SPI harus dapat mengungkapkan dengan baik penyebab perbedaan
tersebut. Sehingga, perusahaan pun harus pintar dalam merekrut anggota SPI tidak
hanya kompeten di dalam bidangnya namun harus memiliki sikap dan sifat yang baik
salah satunya sikap auditor ketika mengambil sebuah keputusan, jujur, disiplin, tegas.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap tercapainya misi yang dibuat oleh SPI.
IV.4 Hasil Assessment Penerapan GCG di SPI
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh penerapan GCG di SPI dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang mendukung tingkat keberhasilan dari penerapan GCG
tersebut, antara lain:
59
1. Kebijakan
Kebijakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan
penerapan corporate governance. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang
dibuat perusahaan sehinga SPI harus mengetahui ketika melakukan tugas dan
tanggung jawabnya agar tidak terjadi suatu penyimpangan dalam melaksanakan
tugas tersebut. Kebijakan yang dimiliki SPI terdiri dari pedoman corporate
governance, aturan kode etik, SPI charter, sistem pengendalian internal,
manajemen risiko. Kebijakan-kebijakan juga digunakan sebagai pedoman ketika
SPI membuat suatu program kerja tahunan, dimana program-program yang
dibuat harus sesuai dan mencerminkan kebijakan-kebijakan tersebut. Salah satu
kebijakan yang ada di SPI yaitu SPI charter yang merupakan pernyataan formal
tertulis yang menjadi dasar pengakuan keberadaan dan berfungsinya SPI dalam
melaksanakan tanggung jawab pengawasan pengendalian. SPI charter PT KF
sudah mulai diberlakukan sejak tanggal ditetapkan yaitu 1 Juni 2005. Kebijakan
yang ada pada SPI charter juga dilakukan peninjauan dan disesuaikan atau di-
review secara berkala.
2. Penerapan GCG
Penerapan GCG pada SPI sesuai atau berdasarkan kebijakan-kebijakan yang ada
berjalan cukup efektif. Namun masih terdapat kekurangan, hal ini dapat dilihat
pada implementasi dari program kerja yang dijalankan SPI tidak sesuai dengan
realisasi. Dibawah ini penyebab terjadinya ketidaksesuaian antara program kerja
dan realisasinya serta upaya untuk mengatasi kendala tersebut, antara lain:
1. Kualitas personil yang ditugaskan di SPI belum sepenuhnya sesuai
dengan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas SPI.
60
Dengan kondisi tersebut maka dilakukan perbaikan dengan
memberikan pendidikan dan pelatihan yang mendalam sesuai dengan
tugas dan tanggung jawab yang ada di SPI.
2. SPI belum sepenuhnya melaksanakan program kerja audit tahunan
yang sudah ditetapkan. Realisasi pelaksanaan audit dan penerbitan
laporan belum sesuai rencana.
Dengan kondisi ini maka perlu dilakukan perbaikan dengan
memberikan sanksi kepada anggota SPI yang tidak menjalankan
program kerja yang telah ditetapkan. Baik dalam pelaksanaan audit
maupun pelaporan, tetapi apabila terdapat kejadian yang tidak dapat
diprediksi namun didukung oleh bukti yang dapat dipercaya maka
sanksi dapat diringankan atau dibebaskan.
3. Peran SPI sebagai mitra manajemen belum optimal yaitu SPI belum
sepenuhnya memberi masukan atas proses maajemen risiko.
Upaya dalam memperbaiki kondisi ini adalah SPI harus dapat
meningkatkan penentuan risiko dan eksposure yang akan
menghubungkan rencana audit yang dibuat oleh SPI sehingga apabila
rencana berjalan dengan lancar maka SPI dapat memberikan
masukan atas proses manajemen risiko jadi lebih baik.
4. Peran SPI sebagai pengawas dan evaluator belum optimal yaitu
berupa kegiatan mengevaluasi kecukupan dan efektifitas sistem
pengendalian intern yang diterapkan manajemen serta memberikan
masukan kepada manajemen untuk perbaikan pengendalian internal.
61
Upaya yang dilakukan sebaiknya SPI memperluas ruang lingkup
pengujian pengendalian internal.
5. Laporan pelaksanaan kegiatan SPI berupa realisasi kegiatan, temuan
audit, dan monitoring tindak lanjut belum disusun dan disampaikan
secara berkala ke komite audit.
Membuat dokumentasi tentang laporan hasil audit, monitoring tindak
lanjut dan kegiatan SPI secara rutin dan mencatat langung aktifitas
yang dikerjakan oleh SPI sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam
penyampaian informasi kepada komite audit.
3. Pengungkapan Informasi (Disclosure)
Pengungkapan informasi dilakukan secara baik. Hal ini dapat dilihat pada bentuk
tanggung jawab SPI dalam melaporkan tugasnya dan tanggung jawabnya yang
berbentuk laporan. Dalam laporan tersebut dijelaskan dengan baik setiap temuan-
temuan audit atau informasi yang tidak sesuai dengan rencana yang dibuat, serta
diungkapkannya pula rekomendasi terhadap temuan-temuan audit.
4. Komitmen
Komitmen dalam penerapan GCG di SPI terlihat cukup efektif atau berjalan
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari, komitmen SPI ketika membuat suatu
program kerja atau rencana tugas sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ada,
menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan undang-undang yang
berlaku, melaporkan dan mengkomunikasikan setiap informasi dan rekomendasi
kepada auditee atau manajemen.
62