thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4doc/2011-2-00296-ak bab4001.doc · web viewdari tabel...
TRANSCRIPT
BAB IV
PEMBAHASAN / HASIL KUANTITATIF
IV. 1 Analisis Strategi Bisnis (Business Strategy Analysis)
IV.1.1 Analisis SWOT
Analisis SWOT mengukur mengenai perbandingan pengaruh internal dan
eksternal dalam PTSummarecon Agung Tbk.
Strength
1. Kemampuan dan pengalaman dalam mengelola properti kawasan hunian
yang nyaman.
2. Kemampuan perusahaan untuk menyediakan keragaman produk jasa dalam
bidang properti.
3. Perusahaan dan karyawan memberikan kontribusi tanggung jawab secara
internal melalui Yayasan Summarecon dan secara eksternal melalui Yayasan
Budha Tzu Chi – Indonesia.
4. Memiliki lahan bangunan strategis. Terlihat dari PT Summarecon Agung Tbk
Serpong yang berlokasi dekat dengan pintu keluar tol dan lokasi Sentral
Kelapa Gading yang mudah dijangkau konsumen dan masyarakat.
5. Memiliki kombinasi produk yang lengkap antara kawasan hunian(perumahan
dan apartemen) dan komersial (pusat perbelanjaan, ruko, perkantoran,
restoran dan tempat rekreasi.
6. Perusahaan memiliki produk berkualitas tinggi dan telah dipercaya oleh
konsumen.
66
7. PT Summarecon Agung Tbk memiliki SDM yang telah terlatih dan
berkualitas.
8. Perusahaan menerapkan Total Quality Management (TQM), manajemen
perusahaan selalu mengadakan event menarik setiap tahun.
9. Pertumbuhan pendapatan pada tahun 2011 sebesar 39% menjadi Rp. 2,39
triliun dan laba bersih meningkat 66% mencapai Rp.389 milyar.
10. Adanya program “A new chapter begins” yang memetakan rencana bisnis
dan strategi Summarecon selama 5 tahun kedepan.
11. Memiliki return on equity yang lebih tinggi daripada rata-rata industri.
12. PT Summarecon Agung Tbk memiliki progam magang buat siswa atau
mahasiswa yang belum mempunyai pengalaman kerja.
Weakness
1. Harga jual yang kurang kompetitif .
2. PT Summarecon Agung Tbk hanya menyasar pada kalangan menengah
keatas sehingga tidak dapat memenuhi semua peluang pasar yang ada.
3. Adanya kenaikan harga pada lahan akibat banyaknya persaingan di sektor
property.
4. Terdapat banyak pesaing di bidang properti misalnya PT Lippo Cikarang
Tbk, PT Citraland Property Tbk yang menawarkan banyak fasilitas menarik
dan harga terjangkau.
5. PT Summarecon Agung Tbk hanya memproduksi produk propertinya di
daerah Jabodetabek saja.
6. Debt to total equity ratio yang lebih besar dari rata-rata industri.
7. Debt to total asset yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
67
8. Memiliki current ratio yang jauh kecil daripada rata-rata industri.
9. Memiliki perputaran piutang (receivables turnover) dibawah rata-rata
industri.
Opportunity
1. Seiring dengan bertumbuhnya kalangan menengah keatas dan meningkatnya
daya beli khususnya investasi di bidang properti oleh kalangan masyarakat
ini.
2. Tingginya aktivitas kerja masyarakat sehingga terbatasnya waktu mereka
untuk mengelola kawasan hunian. PT Summarecon Agung Tbk telah
merancang hunian mereka menjadi nyaman dan strategis bagi masyarakat.
3. Standar bunga bank Indonesia mengalami penurunan sehingga pihak-pihak
bank yang berhubungan dengan PT Summarecon Agung Tbk akan
melakukan penawaran bagi konsumen. Tingkat suku bunga yang rendah akan
menarik bagi konsumen untuk membeli properti.
4. Jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, maka kebutuhan akan
hunian akan ikut bertambah.
5. Membangun properti di luar jabodetabek.
6. Memasarkan produk lewat online, karena transaksi menurut Frost & Sullivan
memprediksikan pengiklanan properti di internet mengalami peningkatan
ganda dari tahun ke tahun 1%-8% pada tahun 2010.
7. Adanya acara-acara rutin yang dilakukan oleh PT Summarecon Agung Tbk
pada setiap tahunnya berupa peluncuran apartemen-apartemen mewah,
Jakarta Fashion and Food Festival (JFF), pesta Hallowen, dan acara lainnya
di dalam sektor penjualan dan brand awareness.
68
Threats
1. Banyak pesaing dalam bidang usaha properti misalkan PT Alam Sutera
Realty Tbk, PT Ciputra Realty Tbk, PT Lippo Cikarang Tbk dan PT
Modernland Property Tbk sehingga memberikan banyak alternative terhadap
konsumen.
2. Nilai mata uang yang tidak stabil memperhambat transaksi bisnis karena
perusahaan selalu melihat kurs rupiah dan dollar.
3. Biaya operasional meningkat karena adanya perubahan dalam perundangan
dan peraturan yang berkaitan dengan Tarif Dasar Listrik pada tahun 2010.
4. Pesaing telah membaca pasar dan memiliki banyak cabang di daerah
jabodetabek. Misalnya PT Citraland Property Tbk membangun mall di
daerah semarang.
5. Adanya penghapusan subsidi BBM bagi industri.
6. Kompetisi dalam mendapatkan lahan yang strategis dan meningkatnya harga
yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan proyek pembangunan properti
jangka panjang.
7. Beban pajak meningkat karena terjadi kenaikan volume bisnis.
Dari penjelasan diatas, maka dibuat dirumuskan diagram SWOT seperti
dibawah ini :
69
IFAS (internal factors)
Strenght Weakness
EFAS (External Factors)
Opportunity
1. Menawarkan jasa desain interior pada apartmen dan perumahan yang dikembangkan sehingga hal tersebut memudahkan bagi para masyarakat yang memiliki waktu terbatas namun ingin memiliki hunian yg modern dan nyaman.
1.Menyediakan produk apartemen dan perumahan yang menyasar pada kelas bawah.
2. Melakukan promosi yang gencar dan memberikan cicilan kredit kepada masyarakat karena bunga bank indonesia sedang mengalami penurunan.
2.Menawarkan fasilitas menarik dengan harga yang terjangkau masyarakat kelas bawah.
3. Menambah acara-acara rutin sebagai bagian dari promosi perusahaan agar dapat meningkatkan jalur komunikasi antara perusahaan dan konsumen.
3. melakukan penggembangan usaha di luar jabodetabek.
4. Memberikan Award kepada karyawan sehingga mereka lebih termotivasi dalam bekerja
5. Memberikan program study lanjutan kepada karyawan yang mempunyai potensi. Misalnya dari SMA ke jenjang S1
6. memulai pembangunan the springs country club di serpong yang sempat tertunda karena bunga bank sedang menurun
Threats
1. Meningkatkan kinerja perusahaan sehingga memiliki nilai "lebih" daripada perusahaan lain
1.Meningkatkan perputaran Debt to equity ratio .
2. Membuka fasilitas pendidikan misalnya sekolah atau universitas
2. Efisien dalam penggunaan BBM.
3. Mengontrol biaya produksi perusahaan agar bisa memberikan harga yang lebih murah di banding perusahaan lain.
3. Meningkatkan current ratio perusahaan dengan cara memperkecil persediaan.
4. Membuat produk yang “go green” yang ramah lingkungan
4. Menetapkan harga yang tepat sehingga dapat bersaing dengan industri yang sama.
5.Memaksimalkan pendapatan dengan meminimalkan beban pokok penjualan dan beban pokok langsung.
Tabel 4.1 Analisis SWOT
70
IV.1.2 Analisis PESTEL
1. Politik (Policy)
Pemerintah menetapkan regulasi (PP no.11 tahun 2010) yang secara umum
menjelaskan bahwa lahan-lahan terlantar dapat dikembangkan atau dapat di
manfaatkan oleh perusahaan. summarecon membeli tanah terlantar di daerah
bandung untuk dijadikan township yang bernama bandung gedebage.
2. Ekonomi (Economy)
Pada tahun 2011, perekonomian indonesia berhasil tumbuh cukup tinggi sebesar
6,1% dibanding tahun 2010. Pendapatan summarecon naik menjadi 39% dari
tahun sebelumnya sedangkan laba tahun berjalan meningkat hingga 66%.
Bank Indonesia menurunkan suku bunga dari 6,75% menjadi 6% di akhir tahun
2011. Tingkat bunga pinjaman komersial perbankan menurun dari 13% menjadi
11%. Rendahnya suku bunga memberikan peluang bagi summarecon untuk
meluncurkan produk baru seperti rumah dan ruko serta properti investasi lainnya
yang memerlukan dana dari bank.
Bank Indonesia menawarkan tingkat bunga kredit pinjaman rumah (KPR) cukup
rendah sebesar 8% untuk tahun pertama itu mendorong masyarakat / investor
untuk membeli properti dari Summarecon.
Kurs rupiah atau nilai mata uang terhadap pergerakan dollar sering tidak stabil di
Indonesia sehingga menyebabkan terhambatnya transaksi bisnis menggunakan
dollar yang dilakukan oleh PT Summarecon Agung Tbk.
3. Sosial (Social)
71
PT Summarecon Agung Tbk membentuk “Summarecon Peduli” yang terdiri
dari para karyawan Summarecon, sekaligus sebagai sukarelawan yang
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas sosial dalam masyarakat. Aktivitas-
aktivitas tersebut mencakup pemberian beasiswa untuk mereka yang layak guna
malanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, penyediaan pengobatan
gratis, pembagian sembako, penyelenggaraan kegiatan bersama serta kegiatan
kebersihan dan perawatan lingkungan.
Pada tanggal 3 mei 2011, PT Summarecon Agung Tbk memberikan beasiswa
sekolah senilai Rp290 juta kepada 270 pelajar berprestasi di wilayah sekitar unit
Summarecon Bekasi, Summarecon Kelapa Gading, dan Summarecon Serpong.
Pada tanggal 23-25 agustus 2011, PT Summarecon Agung Tbk membagikan
5.100 bingkisan sembako kepada warga daerah kelapa gading dan Bekasi serta
12.500 bingkisan sembako untuk warga di daerah Summarecon Serpong dalam
rangka menyambut hari raya idul fitri.
PT Summarecon Agung Tbk baik melalui perusahaan maupun para karyawannya
aktif berpartisipasi dalam Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam
memberikan sumbangan.
PT Summarecon Agung Tbk menyediakan program magang bagi siswa
sehingga mereka mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan siap untuk masuk
ke dunia kerja.
Serangkaian kegiatan yang dilakukan sepanjang tahun 2010 adalah “Hari
Pelestarian Lingkungan”, “Donor Darah”, serta “Bedah Rumah”.
72
Pada tanggal 25 September 2011, karyawan Summarecon menjadi relawan
dalam kegiatan bakti sosial pembagian beras cinta kasih untuk warga di sekitar
Kelapa Gading dan Tanjung Priok.
4. Teknologi (Technology)
PT Summarecon memberikan pelayanan terbaik dan terpadu kepada konsumen
melalui system teknologi yang tepat dan ditingkatkan terus menerus. Manajemen
PT Summarecon Agung Tbk menerapkan system teknologi E-Commerce
sehingga memungkinkan untuk melakukan proses jual beli secara online. Hal ini
tentu memudahkan dan menghemat waktu bagi para konsumen yang memiliki
waktu sempit untuk tetap melakukan transaksi via media eletronik.
PT Summarecon Agung Tbk membuat perumahan mewah yang mampu
menyeimbangkan kualitas produk dan kualitas lingkungan bernama Grand
Orchard, sehingga menerima penghargaan FIABCI Inonesia – BNI Prix
d’Excellence Award untuk kategori perumahan mewah oleh Federation
Internationale des Administrateurs de Bien Conselis Immobiliers (FIABCI)
Indonesia.
PT Summarecon Agung Tbk menerima Piala Adipura 2010 sebagai taman
jogging dengan lokasi terbaik untuk kategori taman kota.
Pada 10 November 2011, PT Summarecon Agung Tbk meraih penghargaan
Green Properti Award 2011 sebagai salah satu pengembang properti ramah
lingkungan.
5. Lingkungan (Environment)
73
PT Summarecon Agung Tbk mendukung program pelestarian lingkungan tzu
chi dengan mengumpulkan sumbangan sampah daur ulang dari warga dan
karyawan PT Summarecon Agung Tbk Kelapa Gading. Kegiatan ini dilakukan
juga di Summarecon Serpong, sesuai dengan mottonya “Mengubah sampah
menjadi emas; mengubah emas menjadi cinta kasih”. PT Summarecon Agung
Tbk juga secara aktif melakukan daur ulang sampah dengan menyediakan
fasilitas daur ulang di seluruh lokasi proyek pengembangannya.
6. Hukum (Law)
Pada bulan September 2008, PT Summarecon Agung Tbk menggunakan
undang-undang No.36 tahun 2008 mengenai “Pajak Penghasilan” dan
menggunakan tarif pajak tunggal yaitu 28% untuk tahun fiskal 2008 dan 25%
untuk tahun fiscal 2010 dan seterusnya.
Dengan adanya undang-undang Tenaga Kerja No. 13/2003 tanggal 25 Maret
2003, perusahaan menyelenggarakan program pensiun iuran pasti untuk seluruh
karyawan yang memenuhi persyaratan.
Sesuai dengan Pasal 70 undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007,
perusahaan wajib mengalokasikan penggunaan sejumlah dana tertentu dari laba
bersih tahunannya hingga mencapai 20% dari modal ditempatkan tersebut
sedangkan PT Summarecon Agung Tbk pada tanggal 31 desember 2011, saldo
laba yang ditentukan pengunaannya masih dibawah 20% dari jumlah modal
ditempatkan dan disetor penuh.
IV.1.3 Analisis Stakeholders (Mendelow’s Matrix)
74
Mendelow matrix adalah matrix yang mengukur seberapa pentingnya
stakeholders dalam suatu perusahaan. Stakeholders sendiri adalah pemangku
kepentingan yang mempunyai distribusi kepada perusahaan, baik itu banyak
maupun sedikit.
Level Of interestLow High
Pow
er
Low
A - Minimal Effort B - Keep Informed
Media, Masyarakat, karyawan, pelanggan
Bank,pemegang saham, auditor eksternal dan
internal, komite audit serta kreditur lainnya
Hig
h
C- Keep Satisfied D - Key Players
Investor, pemasok Dewan direksi
Tabel 4.2 Mendelow Matrix
1. Minimal effort
Stakeholders yang termasuk dalam kategori minimal effort adalah
stakeholders yang tidak perlu mengetahui laporan keuangan perusahaan dan
tidak memiliki stock dalam PT Summarecon Agung Tbk. Perusahaan
memerlukan orang luar untuk memberikan pendapat mengenai operasi
perusahaan yang berlangsung tetapi keputusan tetap berada di tangan
management. Yang termasuk dalam kategori ini adalah media, masyarakat,
karyawan dan pelanggan.
2. Keep informed
75
Stakeholders yang temasuk dalam kategori keep informed adalah
stakeholders yang mempunyai tingkat ketertarikan yang tinggi terhadap
perusahaan namun tidak dapat mempengaruhi keputusan management.
Stakeholders dalam kategori ini perlu mengetahui laporan keuangan dan harus di
beritahu info-info mengenai perusahaan karena penting bagi pihak ini untuk
mengetahuinya agar dapat mendistribusikan dananya. Pihak yang termasuk
dalam kategori ini adalah bank, pemegang saham, komite audit, audit internal
dan audit eksternal, konsultan, serta kreditur lainnya.
3. Keep Satisfied
Stakeholders yang termasuk dalam kategori keep satisfied adalah
stakeholders yang mempunyai kekuasaan namun tidak mempunyai ketertarikan
untuk mengontrol perusahaan. Stakeholders membutuhkan bantuan manager
untuk mengontrol perusahaan. Pihak yang termasuk dalam kategori ini adalah
pemegang saham dan pemasok.
4. Key Players
Stakeholders yang termasuk dalam kategori key players adalah
stakeholders yang mempunyai kekuasaan dan mempunyai ketertarikan untuk
mengontrol perusahaan. Hal ini memungkinkan mereka mengatur perusahaan
dan membuat keputusan tentang langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan
perusahaan agar visi dan misi perusahaan tercapai serta langkah-langkah apa
yang harus dilakukan untuk meminimalkan resiko. Pihak yang masuk kategori
ini adalah dewan direksi, dewan komisaris dan manager yang mengatur
perusahaan dan karyawan-karyawan di PT Summarecon Agung Tbk serta
76
merencanakan dan memutuskan strategi apa yang harus dilakukan agar visi dan
misi perusahaan dapat tercapai.
Setelah mengidentifikasi stakeholders, penulis mengidentifikasi strategi-strategi
yang dilakukan PT Summarecon Agung Tbk pada shareholdernya. Antara lain:
1. Masyarakat
PT Summarecon Agung Tbk mengadakan berbagai aktivitas sosial
dalam membangun keharmonisan masyarakat lingkungan di sekitar proyek
PT Summarecon Agung Tbk . Aktivitas – aktivitas itu mencakup pemberian
beasiswa untuk mereka yang layak agar bisa melanjutkan kurang ke jenjang
yang lebih tinggi, pembagian sembako pada warga yang mampu. PT
Summarecon Agung Tbk juga aktif dalam kegiatan Buddha Tzu Chi
Indonesia dalam bakti sosial yang dilakukan.
2. Karyawan
PT Summarecon Agung Tbk memberikan pelatihan dan peluang
pengembangan karir kepada seluruh karyawannya dengen tujuan
mempertahankan motivasi tenaga kerja secara terus menerus dengan
kerjasama antar karyawan dan pelayanan pelanggan yang lebih baik lagi.
Perusahaan memiliki program pengembangan karir yang seringkali dilakukan
dengan dibantu konsultan pelatihan dan pendidikan, mencakup supervisor
development dan middle / senior manager development program. Pada
tingkat direksi, para direktur diwajibkan untuk melanjutkan program edukasi
dan seminar-seminar untuk mengikuti perkembangan pasar terkini.
77
3. Pemegang saham
PT Summarecon Agung Tbk mengungkapkan kepada seluruh
pemegang saham cara yang dipakai dalam menerapkan tata kelola
perusahaan yang baik dalam sehari-harinya. PT Summarecon Agung Tbk
mengungkapkan seluruh informasi material dan relevan termasuk aksi
korporat yang diumumkan kepada publik melalui bursa efek dan websitenya
yang dapat diakses di www.summarecon.com.
IV.1.4 Analisis Critical Success Factors
Analisis ini menunjukkan dimana letak PT Summarecon Agung Tbk
didalam bisnis properti yang ada di Indonesia. Perusahaan yang dijadikan
pembanding adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bisnis properti
seperti PT Alam Sutera Property Tbk, PT Lippo Cikarang Tbk, PT Ciputra
Property Tbk dan PT Modernland Properti Tbk. Hal yang dijadikan
perbandingan adalah hal-hal yang krusial sehingga lebih mudah dalam
membandingkannya.
1. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Kelima perusahaan memiliki pelatihan SDM yang baik sehingga dalam
hal kualitas SDM semuanya memiliki nilai yang sama. Ini karena perkembangan
SDM akan berdampak positif bagi perusahaan. Perusahaan melalui departemen
SDM menyelenggarakan program pelatihan karyawan untuk meningkatkan
kompetensi masing-masing karyawan. Program diberikan baik secara in-house
maupun melalui pihak eksternal. Biasanya dalam suatu perusahaan terdapat 3
kategori pelatihan, yaitu pelatihan teknis untuk menambah wawasan, pelatihan
78
manajemen dan pelatihan pengembangan karakter (character building).
Perusahaan juga memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan mereka
ke jenjang yang lebih tinggi, dari D3 ke S1 dan dari S1 ke S2 (citraland).
2. Brand awareness
PT Summarecon Agung Tbk memiliki kualitas produk yang baik yang
didukung oleh divisi riset dan pengembangannya sehingga menyajikan produk
yang modern dan sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Dalam hal ini,
kompetitornya pun memiliki kualitas produk yang baik. Namun walaupun begitu,
PT Summarecon Agung Tbk dinilai cukup baik karena selalu diminati oleh
masyarakat dan selalu ramai dikunjungi oleh konsumen yang ingin mendapatkan
pelayanan dan produk yang memuaskan mereka. Ini terbukti pada penjualan
produk PT Summarecon Agung Tbk yang hampir 100% terjual pada saat
launching.
3.Letak dan saluran distribusi produk
Berdasarkan data pada tahun 2011No Nama perusahaan Daerah Jabodetabek Luar Jabodetabek1 PT Summarecon Agung Tbk Jakarta, Serpong, Bekasi, Tangerang Bandung2 PT Alam Sutera Property Tbk Tangerang, bekasi, cianjur Tanjung Pinang
3 PT Ciputra Property Tbk Jakarta Semarang
4 PT Modernland Property TbkTangerang, Jakarta timur,Jakarta
selatan ---------5 PT Lippo Cikarang Tbk Cikarang ---------
Tabel 4.4 Letak dan saluran distribusi produk
PT Summarecon Agung Tbk juga sudah membeli lahan di bandung dan
akan dikembangkan pada tahun 2015 dengan nama “Bandung Gedebage”. PT
Alam Sutera Property Tbk memiliki proyek di Tanjung Pinang dan PT Ciputra
Property Tbk memiliki proyek di Semarang. Sedangkan, PT Modernland
79
Property Tbk dan PT Lippo Cikarang Tbk hanya terbatas pada wilayah
jabodetabek saja.
4. Differensiasi Produk
Berdasarkan data pada tahun 2011No Nama perusahaan Differensiasi Keterangan1 PT Summarecon Agung Tbk 1.Kawasan perkantoran 2. Sentra kelapa gading mall kelapa gading, lapiazza, gading food city
3. Gading raya golf course and clubhouse
lapangan golf 4. Kavling Tanah di jual dan disewakan 5. Gading raya sports club klub kelapa gading
6. Kota terpadu : Summarecon kelapa gading,Summarecon serpong dan summarecon bekasi
pemukiman dan komersial, lengkap dengan berbagai fasilitas yang diperlukan termasuk olahraga, sarana ibadah dan fasilitas pendidikan
7. Apartemen apartemen summerville 8. Perumahan
9. Sentra gading serpong summarecon mal serpong, pusat perkantoran,
plaza summarecon
10.Hotel Hotel Harris kelapa gading
11. Rumah sakit RSIA- Carolus di Summarecon serpong2 PT Alam Sutera Property Tbk 1. Ruko 2. Perumahan 3. Kawasan perkantoran 4. Mal mall alam sutera 5. Flavor bliss pusat tempat makan 6. Apartemen 7. Kavling 8. Sport center 9.Tempat pendidikan Binus university, Sekolah St.Laurensia, 10. Market pasar 8 11. Rumah sakit Rumah sakit OMNI 12. Mesjid Nur Asmaa Ul Husna Mosque 3 PT Modernland Property Tbk 1. Kota modern pusat wisata kuliner, perumahan, area golf 2. Modern Park perumahan, toko, sekolah, fasilitas olahraga departemen store, dan pasar swalayan 3. Modern Hill perumahan, lapangan golf
80
4. Jakarta Garden cityPusat niaga, Sekolah, Rumah sakit bertaraf internasional
4 PT Lippo Cikarang Tbk 1. Lippo Cikarang citywalk streetmall
2. Sport village pusat olahraga di kawasan perumahan lippo 3. Perumahan elysium residence, dll 4. Hotel berbintang
5. Kawasan industri untuk usaha pergudangan, industri plastik metal, karet, elektronik, suku cadang kendaraan bermotor, farmasi, multimedia
6. Town Management Lippo cikarang mengelola penyediaan air bersih, pengelolaan air
limbah, perawatan taman, saluran air, dll
7. Restoran 8. Rumah sakit
9. Pusat rekreasi Hompimpa arena flying fox, kolam renang, kereta api mini, sepeda air, arena berkuda dan lain -lain
10. Megumi Driving Range lapangan golf
5 PT Ciputra Property Tbk1. Ciputra World Jakarta Superblock terdiri dari mall, restoran n café serta
perkantoran
2. Hotel Hotel ciputra jakarta, Hotel ciputra semarang
3. Mall Mall Ciputra jakarta, Mall ciputra semarang 4. Somerset Grand Citra terdiri dari kondominium dan apartemen
5. Gedung perkantoran Kav.6 berisi gedung kantor dan apartemen 6. Apartemen apartemen my home
Tabel 4.5 Diferensiasi produk
Dapat disimpulkam bahwa dalam hal diferensiasi produk, PT Lippo
Cikarang Tbk dan PT Summarecon Agung Tbk lebih unggul dengan
differensiasi produk yang lebih banyak. Ini dapat dilihat dengan differensiasi
produk berupa mal, apartemen, perumahan, kota terpadu, gedung-gedung
perkantoran, hotel-hotel serta tempat rekreasi yang ditawarkan oleh perusahaan
tersebut. Diikuti oleh PT Ciputra Property Tbk dan PT Alam Sutera Property
81
Tbk. Sedangkan PT Modernland Property Tbk berfokus pada kota terpadu dan
perumahan saja.
5. Target pasar
PT Summarecon Agung Tbk dan PT Alam Sutera Tbk memiliki target
pasar menengah ke atas sedangkan PT Lippo Cikarang, PT Modernland Realty
Tbk dan PT Ciputra Realty tbk meyasar pasar menengah ke bawah. Ini dapat
dilihat dengan harga Pada tahun 2011, PT Summarecon Agung Tbk
mengeluarkan produknya dengan harga produk yang dimulai dari
RP650.000.000,-, PT Alam Sutera Property Tbk mengeluarkan produknya yang
dimulai dari harga Rp750.000.000,-, PT Ciputra Property Tbk mengeluarkan
produknya dengan harga produk yang dimulai dari Rp350.000.000,-, PT Lippo
Cikarang Tbk mengeluarkan produknya dengan harga Rp.300.000.000,-, PT
Modernland Property Tbk mengeluarkan produknya dengan harga Rp
450.000.000,-.
IV.1.5 Analisis Persaingan industri (Michael Porter)
Analisis porter menyatakan dalam sebuah industri terdapat 5 kekuatan utama
yang menjadi pendorong akan timbulnya persaingan dalam industri dimana
perusahaan juga menjadi bagian dalam persaingan tersebut. 5 kekuatan tersebut
adalah:
a. Persaingan antar industri sejenis
PT Summarecon Agung Tbk merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri properti. Perusahaan ini banyak memiliki perusahaan
82
pesaing yang bergerak di bidang industri yang sejenis. Penulis menggunakan
perusahaan pembanding PT Summarecon Agung Tbk antara lain:
PT Alam Sutera Property Tbk,
PT Ciputra Property Tbk,
PT Lippo Cikarang Tbk, dan
PT Modernland Property Tbk
Untuk properti di daerah Jakarta, PT Summarecon Agung Tbk bersaing
dengan PT Ciputra Property Tbk. PT Summarecon Agung Tbk menguasai
wilayah Jakarta utara khususnya daerah kelapa gading dengan
pengembangan produk seperti mal kelapa gading, apartemen, perumahan,
rumah serta ruko untuk kawasan komerisalnnya sedangkan PT Ciputra
Property Tbk menguasai wilayah Jakarta barat dengan pengembangan produk
seperti mal ciputra, gedung perkantoran, hotel berbintang, kondominium dan
apartemen.
Untuk di daerah serpong dan tangerang perusahaan mendapat banyak
pesaing yaitu dari PT Alam Sutera Property Tbk dan PT Modernland
Property Tbk yang telah membangun bisnis properti di daerah serpong dan
tangerang. PT Summarecon Agung Tbk mengembangkan produk seperti
summarecon mal serpong, perumahan, menara perkantoran, dan
mengembangkan fasilitas penunjang seperti lapangan golf, klub rekreasi,
rumah sakit dan sekolah. PT Alam Sutera Realty Tbk mengembangkan
produk seperti mal alam sutera, ruko, perumahan, flavor bliss – pusat tempat
makan, kawasan perkantoran dan mengembangkan fasilitas seperti tempat
pendidikan, mesjid dan pusat olahraga. PT Modernland Realty Tbk
83
mengembangkan kota terpadu seperti modern hill dan kota modern yang
mencakup perumahan serta fasilitas seperti sekolah, wisata kuliner , lapangan
golf, department store dan pasar swalayan.
b. Potensi masuknya pesaing baru
Perusahaan baru kadang masuk ke industri dengan produk yang
berkualitas tinggi, harga produk yang lebih rendah dan sumber daya
pemasaran yang tinggi. Hal ini yang membuat pendatang baru menjadi
ancaman bagi perusahaan yang telah ada dalam industri. Dalam kasus PT
Summarecon Agung Tbk. Pesaing yang bisa masuk ke dalam industri
properti memiliki hambatan karena industri ini membutuhkan biaya yang
besar dalam pengembangannya, sehingga pendatang baru cenderung sulit
dalam memasuki industri properti.
c. Potensi pengembangan produk- produk pengganti
Perkembangan trend arsitektur maupun teknologi bangunan menciptakan
produk subtitusi atau produk pengganti. Produk pengganti adalah produk-
produk yang mirip dan memiliki fungsi yang sama dengan produk dalam
yang telah ada dalam industri. Dalam hal industri properti, PT Summarecon
Agung Tbk berkompetisi ketat dengan perusahaan-perusahaan sejenis karena
ancaman dari produk pengganti sangat tinggi. Ini menyebabkan banyaknya
produk serupa yang di produksi oleh perusahaan pesaing. Misalnya: Hunian
berupa rumah digantikan dengan apartemen yang praktis.
d. Daya tawar pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi perusahaan berdasarkan posisi tawar
yang dilakukan oleh pemasok. Dalam kasus PT Summarecon Agung Tbk.
84
Perusahaan memperoleh bahan baku dengan perjanjian yang telah ditentukan
sebelumnya sehingga jika terjadi perubahan kebijakan pemerintah yang dapat
mempengaruhi harga bahan baku secara umum, tingkat profitabilitas
perusahaan tidak akan terlalu terpengaruh karena perusahaan telah membuat
perjanjian pembelian dimuka. Namun, kenaikan bahan baku akan
mempengaruhi harga penjualan perusahaan pada penjualan berikutnya. PT
Summarecon Agung Tbk bekerja sama dengan PT Satya Langgeng Sentosa,
PT Adhi Karya, PT Wijaya Kusuma Construction, PT Multibangun
Adhitama Konstruksi, PT Mitra Inti Elektrindo, dll. Posisi tawar menawar PT
Summarecon Agung Tbk terhadap pemasoknya dinilai cukup rendah karena
telah melakukan perjanjian terlebih dahulu.
e. Daya tawar konsumen
Konsumen dapat mempengaruhi industri berdasarkan kekuatan daya
belinya. Hal ini disebabkan karena adanya tingkatan-tingkatan ekonomi
antara konsumen tingkat bawah, konsumen tingkat menengah kebawah,
konsumen menengah keatas dan konsumen high class. Dalam industri
properti, konsumen memiliki banyak pilihan untuk pemilihan jasa dalam
memenuhi kebutuhannya untuk berinvestasi, tempat tinggal, rekreasi dan
tempat perbelanjaannya berdasarkan tingkatan ekonominya. Banyaknya
pesaing di bidang industri sejenis misalkan PT Alam Sutera Property Tbk,
PT Ciputra Property Tbk, PT Lippo Cikarang Tbk dan PT Modernland
Property Tbk menyebabkan tingginya kekuatan tawar konsumen.
Dari analisa diatas, penulis membuat strategi yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk menghadapi persaingan pada industri.
85
Kekuatan Rating Alasam 1. Persaingan industri sejenis high Karena ketatnya persaingan dalam memproduksi produk
sejenis, kebijakan suatu perusahaan daoat mempengaruhi perusahaan kompetitor
2. Potensi masuknya pesaing baru low Pesaing yang masuk di industry ini dinilai sulit karena dibutuhkan modal yang besar
3.Potensi pengembangan produk pengganti
medium Banyak produk yang dapat digantikan merupakan ancaman bagi perusahaan apalagi jika berasal dari perusahaan kompetitor. Misalnya rumah dengan apartemen mewah.
4. Daya tawar pemasok low Cenderung rendah karena perusahaan telah melakukan kontrak dengan pemasok sehingga jika terjadi perubahan kebijakan pada pemerintah, tingkat profitabilitas perusahaan tidak terlalu berpengaruh.
5. Daya tawar konsumen high industri properti sangat bergantung pada daya tawar konsumennya karena banyaknya perusahaan yang bergerak dalam perusahaan properti serta pilihan-pilihan yang ditawarkan
Tabel 4.6 Lima kekuatan persaingan dalam industri
Dari tabel diatas, selanjutnya penulis mengidentifikasi strategi-strategi
yang dapat dilakukan oleh PT Summarecon Agung Tbk. Strategi strategi tersebut
adalah :
1. mempertahankan dan menjaga hubungan jangka panjang dengan pelanggan
2. Terus mengembangkan property dengan target pelanggan berpendapatan
menengah keatas
3. Terus memperkuat dan menjaga nama baik perusahaan
4. Berinovasi dalam membuat produk baru.misalkan: perumahan go green
5. Perusahaan harus dapat bernegosiasi harga dengan baik serta melihat kualitas
bahan baku yang ditawarkan pemasok
6. Mengikuti perkembangan pasar dan melakukan survei serta riset agar dapat
memenuhi keinginan konsumennya
86
IV.2 Analisis Laporan Keuangan
IV.2.1 Analisis Vertikal dan Horizontal
Analisis vertikal dan horizontal memberikan gambaran mengenai
posisi akun terhadap pos dasar yang terdapat dalam laporan keuangan dan
perubahannya dari tahun ke tahun. Gambaran yang diperoleh digunakan
untuk menentukan langkah-langkah kedepan terhadap operasional
perusahaan.
Analisis vertikal dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi setiap item dalam laporan keuangan terhadap nilai total (dalam
%). Analisa vertikal dalam laporan laba rugi dilakukan dengan
membandingkan setiap item dalam laporan dengan total penjualan.
Analisa vertikal dalam balance sheet dapat dilakukan dengan cara
membagi item aset dengan total aset, membagi item liabilities dengan
total liabilities, dan membagi item equity dengan total equity. Hasil
perbandingannya dikalikan dengan 100%, sehingga dapat menghasilkan
persentase pembanding.
Analisis horizontal dihitung dengan cara membandingkan antara
selisih data satu tahun (tahun dasar) dengan tahun lainnya dibagi dengan
tahun dasar untuk mengetahui perkembangan dan perubahan-perubahan
yang terjadi. Hasil persentase perubahan ini kemudian dievaluasi dan
dilihat signifikansinya secara keseluruhan.
IV.2.1.1 Analisis Vertikal
Analisis vertikal pada Laporan Neraca dapat dilihat dari tabel
Analisis Vertikal Neraca pada lampiran L3-L4. Pada tahun 2008, terdapat
87
penurunan pada kas sebesar 0,9% dari tahun 2007 sebesar 8,09%. Namun
dari tahun ke tahun kas mengalami kenaikan yang signifikan yaitu pada
tahun 2009 sebesar 14,20%, 2010 sebesar 18,25% dan 2011 sebesar
18,47%. Ini menandakan bahwa perusahaan likuid dan tidak mengalami
kesulitan jika ingin mengeluarkan dana secara cepat.
Pada tahun 2007, bagian aset di dominasi oleh aset tetap sebesar
59,76%. Pada bagian hutang, hutang jangka pendek dan jangka panjang
hanya selisih 1,96%. Pada bagian modal didominasi oleh saldo laba yang
belum di tentukan penggunaannya yaitu sebesar 25,71%. Pada tahun
2008 bagian asetnya di dominasi oleh aset tetap yang mencapai 62,14%
dari total asetnya. Pada bagian hutang didominasi oleh hutang jangka
panjang sebesar 35,29%. Pada bagian modal didominasi oleh saldo laba
yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 23,03%. Pada tahun 2009
bagian aset di dominasi oleh aset tetap sebesar 59,07%. Pada bagian
hutang di dominasi oleh hutang jangka pendek sebesar 35,56%. Pada
bagian modal didominasi oleh saldo laba yang belum ditentukan
penggunaaanya sebesar 22,04%. Pada tahun 2010 bagian aset didominasi
oleh aset lancar sebesar 53,09%. Pada bagian hutang di dominasi oleh
hutang lancar sebesar 48,26%. Pada bagian modal di dominasi oleh saldo
laba belum ditentukan penggunaannya sebesar 18,95%. Pada tahun 2011
bagian aset di dominasi oleh aset lancar sebesar 58,85%. Pada bagian
hutang didominasi oleh hutang lancar sebesar 51,02%. Pada bagian
modal didominasi oleh saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya
sebesar 18,34%.
88
Analisis vertikal pada Laporan Laba Rugi dapat dilihat dari tabel
Analisis vertikal Income statement pada lampiran L5 Pada tahun 2007-
2011, persentase pendapatan bersih dan COGS terhadap penjualan
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 ke 2008 persentase laba bersih
terhadap penjualan mengalami penurunan, sedangkan persentase beban
pokok penjualan terhadap penjualan bersih mengalami kenaikan.
Penurunan persentase laba bersih terhadap penjualan bersih dikarenakan
meningkatnya persentase beban pokok penjualan terhadap penjualan
bersih. Hal ini menandakan bahwa perusahaan belum bisa meminimalkan
beban pokok penjualan. Pada tahun 2008 ke 2011 terjadi kenaikan pada
laba bersih yang signifikan sebesar 9,05% dari 7,43% ke 16,48%. Ini
menandakan bahwa perusahaan ini memperlihatkan adanya perbaikan
atas kinerjanya perusahaan.
IV.2.1.2 Analisis horizontal
Analisis horizontal pada laporan laba rugi dapat dilihat dari tabel
analisis horizontal income statement pada lampiran L6-L7. Pada tabel
tersebut dapat dilihat peningkatan dan penurunan dari akun-akun laba
rugi yang terjadi dari tahun 2007-2011.
Aset lancar mengalami kenaikan sebesar 260,08% sejak tahun
2007-2010 karena adanya peningkatan yang signifikan terhadap akun
persediaan dan pajak di bayar dimuka. Hal ini kurang baik bagi
perusahaan karena kurang likuid dalam pembayaran hutang untuk
kedepannya. Pada tahun 2011 terjadi penurunan aset lancar sebesar
10,51% dari 380,03% ke 369,52% dikarenakan adanya peningkatan
89
penerimaan kas dan biaya di bayar dimuka. Walaupun begitu, persediaan
perusahaan terlampau besar, karena pada 2011 terjadi kenaikan yang
sangat signifikan sebesar 275,94% dari tahun 2010 252,01% ke 527,95%.
Ini berarti perusahaan belum cukup baik dari sisi kinerjanya karena
menyimpan persediaan terlalu besar.
Piutang usaha mengalami penurunan pada tahun 2008 sebesar
64,56% dari 229,69% ke 165,13%. Pada tahun 2009 terjadi penurunan
sebesar 25,38% dari 165,13% ke 139,75%. Pada tahun 2010 terjadi
kenaikan yang signifikan sebesar 82,95% dari 139,75% ke 222,70%.
Pada tahun 2011 tejadi penurunan yang signifikan sebesar 143,63% dari
222,70% ke 79,07%. Cepatnya pengconvertan piutang usaha ke kas dapat
meningkatkan likuiditas perusahaan.
Kewajiban jangka panjang naik secara signifikan sebesar 86,97%
pada tahun 2008 dari 115,02% ke 201,99%. Pada tahun 2009 terjadi
penurunan sebesar 20,73% dari 201,99% ke 181,26%. Pada tahun 2010
terjadi penurunan 20,53% dari 181,26% ke 160,73%. Pada tahun 2011
naik secara signifikan sebesar 74,2% dari 160,73% ke 234,93%.
Penigkatan kewajiban jangka panjang harus dikurangi karena
kemungkinan tidak terbayarnya kewajiban tersebut semakin tinggi,
sehingga akan sulit memperoleh peminjaman dari pihak kertiga seperti
bank.
Ekuitas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari tahun
2007 – 2011, terjadi kenaikan ekuitas sebesar 98,28% dari 154,27% pada
tahun 2007 ke 252,55% pada tahun 2011, Peningkatan ekuitas terjadi
90
karena meningkatnya saldo laba terutama sejalan dengan pencapaian laba
bersih di tahun tersebut. Walaupun begitum peningkatan modal dibarengi
dengan peningkatan kewajiban yang member pengaruh negative terhadap
perusahaan.
Analisis horizontal laba rugi dapat dilihat pada lampiran
L8.Penjualan bersih mengalami kenaikan pada tahun 2008 sebesar
24,85% dari 106,42 ke 131,27%. Pada tahun 2009 mengalami penurunan
7,19% dari 131,27% ke 124,08%. Dari tahun 2010-2011 mengalami
kenaikan signifikan sebesar 120,35% dari tahun 2009 124,08% ke
244,43% pada tahun 2011,
Laba bersih mengalami penurunan pada tahun 2008 sebesar
39,09% dari 95,05% ke 56,00%. Namun pada tahun 2009-2011 terjadi
peningkatan yang signifikan sebesar 131,69% dari 99,55% pada tahun
2009 ke 231,24% tahun 2011, Meskipun begitu, perusahaan belum
mampu untuk memanfaatkan beban usaha karena beban usaha dari tahun
ke tahun naik secara signifikan sebesar 128,15% sejak tahun 2007
sampai 2011,
IV.2.2 Analisis Rasio
IV.2.1 Analisis Rasio Likuiditas
Aspek likuiditas merupakan analisa rasio perusahaan dalam hal
mengukur kemampuan perusahaan dalam hal memenuhi kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan aset lancar yang dimilikinya. Analisis ini dapat
digunakan oleh manajemen untuk mengetahui efisiensi modal kerja yang
digunakan dan untuk kreditor jangka panjang serta pemegang saham yang ingin
91
mengetahui deviden atau pendapatan bunga dimasa yang akan datang. Beberapa
rasio likuiditas antara lain :
IV.2.1.1 Current Ratio
Tabel 4.6 Perhitungan current ratio
Gambar 4.1 Hasil perhitungan Current Ratio
Current ratio menunjukkan kemampuan aset lancar yang dimiliki
oleh PT Summarecon Agung Tbk dalam menjamin hutang jangka
pendeknya. Semakin besar angkanya semakin baik bagi perusahaan.
92
Current ratio =Current asset
Current liability
2007 2008 2009 2010 2011SMRA 129,64% 163,43% 108% 110% 115,34%
Rata-rata industri 485,31% 427.32% 420% 318% 199,53%ASRI 499,53% 514,60% 108% 209,47% 150,81%CTRP 1180,64% 966,45% 381,75% 782,10% 274,43%LPCK 400,13% 348,61% 299,98% 355,55% 345,90%MDLN 216,63% 143,51% 112,19% 134,45% 111,19%
Pada tahun 2007 current ratio PT Summarecon Agung Tbk
sebesar 129,64% atau 1,3kali. Ini berarti setiap Rp1,- hutang lancar
dijamin aset lancar sebesar Rp 1.3,-. Angka ini terus berfluktuasi pada
setiap tahunnya. Disini dapat dilihat peningkatan yang signifikan pada
tahun 2008 sebesar 33,79% karena adanya penurunan hutang jangka
pendek dan peningkatan pada aset lancar. Pada tahun 2009 menurun
sebesar 55,37% disebabkan karena adanya kenaikan pada aset lancar
disertai kenaikan yang signifikan dari hutang lancar berupa uang muka
yang diterima dari pihak ke 3 sebesar Rp.1.223.280.352.000,- yang
dimiliki oleh PT Summarecon Agung Tbk. Ini merupakan angka yang
terendah selama tahun 2007-2011, Pada tahun 2010 hanya meningkat
1,96% karena hasil analisis horizontal ditunjukkan bahwa adanya
peningkatan aset lancar sebesar 180,95% namun diikuti oleh
meningkatnya hutang lancar sebesar 237,02%. Pada tahun 2011
meningkat sebesar 5,32% karena dalam analisis vertikal terjadi kenaikan
pada aset lancar sebesar 5,76%, dan penurunan terhadap hutang lancar
sebesar 0,9%. Dengan rata-rata current ratio dari tahun 2007-2011
didapatkan rata-rata current ratio sebesar 125,30 % yang menyatakan
bahwa PT Summarecon Agung Tbk tidak cukup baik dalam
mencerminkan modal kerja perusahaan.
Berdasarkan hasil rata-rata industri current ratio PT Summarecon
Agung Tbk berada di bawah rata-rata industri. Ini disebabkan bahwa PT
Ciputra Property Tbk, PT Alam Sutera Property Tbk, dan PT Lippo
Cikarang Tbk memiliki current ratio yang jauh lebih besar daripada PT
93
Summarecon Agung Tbk dan PT Modernland Property Tbk. Perbedaan
terjauh terjadi pada tahun 2007 dimana rata-rata industri mencapai
485,31% sedangkan Current ratio pada PT Summarecon Agung Tbk
hanya 129,64%. Ini disebabkan pada tahun 2007 PT Alam Sutera
Property Tbk, PT Ciputra Property Tbk dan PT Lippo Cikarang Tbk
mengalami peningkatan sehingga mempengaruhi rata-rata industri.
Pada tahun 2008, PT Summarecon Agung Tbk mengalami
peningkatan sedangkan rata-rata industri mengalami penurunan. Ini
disebabkan karena berdasarkan analisis horizontal, terdapat peningkatan
pada current asset sebesar 28,14% diiringi dengan penurunan pada
current liability sebesar 2,65%.
Pada tahun 2009, PT Summarecon Agung Tbk mengalami
penurunan yang signifikan menjadi 108% sedangkan rata-rata industri
mengalami penurunan menjadi 420%. Ini disebabkan karena penurunan
current ratio yang signifikan pada PT Ciputra Property Tbk, PT Lippo
Cikarang Tbk dan PT Alam Sutera Property Tbk serta PT Summarecon
Agung Tbk sehingga mempengaruhi rata-rata industri.
Pada tahun 2010, current ratio PT Summarecon Agung Tbk
meningkat sebesar 2% sedangkan rata-rata industri mengalami penurunan
sebesar 102%. Ini disebabkan karena penurunan current ratio yang
signifikan pada PT Alam Sutera Property Tbk sebesar 172,28% dan PT
Ciputra Property Tbk sebesar 413,72% yang sangat mempengaruhi rata-
rata industri.
94
Pada tahun 2011, PT Summarecon Agung Tbk memiliki current
ratio sebesar 115,34% sedangkan rata-rata industri 199.53%. Dari tahun
ke tahun rata-rata industri cenderung mengalami penurunan.
IV.2.1.2 Acid test ratio
Acid test Ratio =Current Asset - inventory
Current Liabilities 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 79,64% 78,90% 63,11% 65,86% 49,01%Rata-rata industri 318,70% 253,98% 289,26% 207,46% 92,42%
ASRI 133,13% 103,90% 92,73% 64,79% 52,39%CTRP 1178,31% 964,34% 1193,63% 780,39% 273,57%LPCK 42,04% 36,55% 35,79% 38,45% 32,80%MDLN 160,38% 86,19% 61,04% 87,84% 54,33%
Tabel 4.8 Perhitungan Acid Test Ratio
Gambar 4.3 Perbandingan Acid Test ratio
Acid test ratio menggambarkan seberapa besar kemampuan
perusahaan membayar hutang jangka pendeknya tanpa menggunakan
persediaannya. Rasio ini semakin besar semakin baik. PT Summarecon
Agung Tbk setiap tahun mengalami fluktuasi pada rasio ini. Pada tahun
2007, acid test ratio sebesar 79,64% atau 0,79 kali yang berarti PT
Summarecon Agung Tbk hanya memiliki kemampuan membayar Rp 1,-
hutang jangka pendeknya dengan aset tanpa persediaan sebesar Rp0.79,-.
95
Pada tahun 2008 menurun 0,27% menjadi 78,90%. Pada tahun 2009
mengalami penurunan sebesar 25,79%. Pada tahun 2010 naik sebesar
2,75%. Pada tahun 2011 mengalami penurunan yang signifikan sebesar
16,85%.
Acid test ratio PT Summarecon Agung Tbk berada di bawah
current ratio nya. Ini disebabkan karena sebagian besar jumlah aset
lancar PT Summarecon Agung Tbk berasal dari persediaan. Pada tahun
2006 aset lancar sebesar Rp1.022.592.254.000,- sedangkan persediaannya
Rp394.339.633.000,- ini berarti sepertiga aset lancar PT Summarecon
Agung Tbk di dominasi oleh persediaan.
Acid test ratio PT Summarecon Agung Tbk berada di bawah rata-
rata industri. Ini disebabkan karena PT Ciputra Property Tbk, PT
Modernland Property Tbk dan PT Alam Sutera Property Tbk acid test
ratio nya jauh lebih besar daripada PT Summarecon Agung Tbk. Pada
tahun 2007, rata-rata industri 318,70% sedangkan PT Summarecon
Agung Tbk hanya 79,64%. Ini merupakan jarak terjauh antara PT
Summarecon dan rata-rata industri selama 2007-2011, Pada tahun 2008,
acid test ratio PT Summarecon Agung Tbk 78,90% sedangkan rata-rata
industri 253,98%. Ini disebabkan karena meningkatnya persediaan dari
PT Summarecon Agung Tbk dari Rp394.339.633.000,- menjadi Rp
653.760.564.000,- sehingga hal ini memperburuk acid test ratio pada PT
Summarecon Agung Tbk. Pada tahun 2009, acid test ratio pada PT
Summarecon Agung Tbk mengalami penurunan menjadi 63,11%
sedangkan rata-rata industri mengalami kenaikan signifikan sebesar
96
35,28% menjadi 289,26%. Ini disebabkan karena meningkatnya jumlah
kewajiban jangka pendek PT Summarecon Agung Tbk sebesar
Rp812.513.753.000,- Pada tahun 2010, acid test ratio pada PT
Summarecon Agung Tbk sebesar 65,86% sedangkan rata-rata industri
mengalami penurunan menjadi 207,46%. Ini disebabkan karena
terjadinya penurunan rasio ini pada PT Ciputra Property Tbk dan PT
Alam Sutera Property Tbk sehingga mempengaruhi rata-rata industri.
Pada tahun 2011, terjadi penurunan pada PT Summarecon Agung Tbk
menjadi 49,01% dan rata-rata industri juga mengalami penurunan yang
signifikan sebesar 115,04% menjadi 92,42%.
IV.2.1.3 Receivables Turnover
Receivables Turnover =Sales
Average Net Receivables 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 7,21x 13,72x 15,50x 11,79x 9,26xRata-rata industri 34,21x 30,44x 18,36x 17,38x 15,27x
ASRI 39,79x 14,75x 11,28x 33,80x 44,74xCTRP 78,93x 83,15x 36,40x 10,19x 7,32xLPCK 39,53x 38,18x 24,77x 24,86x 8,23xMDLN 5,59x 2,38x 3,87x 6,25x 6,81x
Tabel 4. 9 Perhitungan Receivables Turnover
Gambar 4.4 Perbandingan Receivable Turnover
97
Receivables turnover mengukur berapa lama waktu yang diperlukan PT
Summarecon Agung Tbk untuk mendapatkan pelunasan piutang usaha yang
dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan karena
semakin cepat piutang usaha tertagih sehingga semakin baik likuiditas
perusahaan dan mencegah piutang yang tidak tertagih. Receivables turnover
pada PT Summarecon Agung Tbk mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya.
Pada tahun 2007, receivables turnover nya sebesar 7,21 kali yang berarti
dalam 1 tahun terdapat 7,21 kali penagihan piutang usaha. Pada tahun 2008
terdapat peningkatan sebesar 6,51 kali sehingga menjadi 13,72 kali. Pada tahun
2009 terjadi peningkatan sebesar 1,78 kali menjadi 15,50 kali. Pada tahun 2010,
terjadi penurunan sebesar 3,71 kali menjadi 11,79 kali. Pada tahun 2011, terjadi
penurunan sebesar 2,53 kali menjadi 9,26 kali. Ini disebabkan karena adanya
peningkatan pada piutang usaha yang tidak seimbang dengan peningkatan pada
total aset.
Berdasarkan hasil rata-rata industri, receivables turnover PT
Summarecon Agung Tbk selama tahun 2007-2011 berada di bawah rata-rata
industri. Ini disebabkan karena perusahaan kompetitornya seperti PT Alam
Sutera Property Tbk, PT Ciputra Property Tbk dan PT Lippo Cikarang Tbk
receivables turnover nya jauh lebih besar daripada PT Summarecon Agung Tbk
dan PT Modernland Property Tbk sehingga hal tersebut mempengaruhi rata-rata
industri.
Pada tahun 2007, PT Summarecon Agung Tbk sebesar 7,21 kali
sedangkan rata-rata industri sebesar 34,21 kali. Pada tahun 2008, PT
Summarecon Agung Tbk sebesar 13,72 kali sedangkan rata-rata industri
98
mengalami penurunan menjadi 30,44 kali. Ini disebabkan karena adanya
penurunan yang signifikan pada PT Alam Sutera Property Tbk sebesar 25,04
kali menjadi 14,75 kali. Pada tahun 2009, PT Summarecon Agung Tbk sebesar
15,50 kali sedangkan rata-rata industri menurun 12,08 kali menjadi 18,36 kali.
Penurunan yang signifikan pada rata-rata industri dipengaruhi oleh penurunan
PT Ciputra Property Tbk sebesar 46,25 kali dan PT Lippo Cikarang Tbk sebesar
13,41 kali.
Pada tahun 2010, PT Summarecon Agung Tbk sebesar 11,79 kali
sedangkan rata-rata industri mengalami penurunan sebesar 0,98 kali menjadi
17,38 kali. Pada tahun 2011, PT Summarecon Agung Tbk sebesar 9,26 kali
sedangkan rata-rata industri sebesar 15,27 kali.
IV.2.1.4 Working Capital Turnover
Working Capital Turnover =Sales
Operating Working Capital 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 4,39x 2,58x 9,37x 5,71x 3,72xRata-rata industri 1,15x 0,92x 3,08x 1,67x 2,28x
ASRI 0,23x 0,28x 0,22x 0,46x 1,12xCTRP 0,19x 0,21x 0,24x 0,29x 0,68xLPCK 0,26x 0,41x 0,46x 0,48x 0,85xMDLN 0,69x 1,12x 5,11x 1,39x 5,04x
Tabel 4.10 Perhitungan Working Capital Turnover
Gambar 4.5 perbandingan Working Capital Turnover
99
Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan modal kerja (netto) yang berputar pada suatu periode siklus kas
(cash cycle) yang terdapat diperusahaan. Dimana semakin tinggi rasio ini maka
semakin baik bagi perusahaan.
Pada tahun 2007, Working capital turnover PT Summarecon Agung Tbk
sebesar 4,39 kali. pada tahun 2008 menurun menjadi 2,58 kali. pada tahun 2009
mengalami peningkatan menjadi 9,37 kali. pada tahun 2010 menurun menjadi
5,71 kali. Ini dikarenakan adanya peningkatan pada penjualan namun diikuti
peningkatan pada current liabilities perusahaan, Pada tahun 2011 menjadi 3,72
kali.
Berdasarkan hasil rata-rata industri, PT Summarecon Agung Tbk berada
diatas rata-rata industri. Ini disebabkan karena perusahaan kompetitornya seperti
PT Alam Sutera Property Tbk, PT Ciputra Property Tbk, PT Lippo Cikarang
Tbk dan PT Modernland Property Tbk. Pada tahun 2007, rata-rata industri
menunjukkan working capital turnover sebesar 1,15 kali sedangkan PT
Summarecon Agung Tbk sebesar 4,39 kali. Pada tahun 2008 terjadi penurunan
pada PT Summarecon Agung Tbk sehingga menjadi 2,58 kali sedangkan rata-
rata industri mengalami penurunan sebesar 0,23 kali menjadi 0,92 kali.
Pada tahun 2009, rata-rata industri mengalami kenaikan sebesar 2,16
kali menjadi 3,08 kali sedangkan PT Summarecon Agung Tbk mengalami
kenaikan 6,79 kali sehingga menjadi 9,37 kali. Walaupun PT Alam Sutera
Property Tbk mengalami penurunan, namun kenaikan rata-rata industri di
pengaruhi oleh kenaikan PT Modernland Property Tbk dan PT Summarecon
100
Agung Tbk. Pada tahun 2010, terjadi penurunan pada rata-rata industri sebesar
1,41x menjadi 1,67x sedangkan PT Summarecon Agung Tbk mengalami
penurunan sebesar 3,66x menjadi 5,71x. Walaupun terjadi kenaikan pada PT
Alam Sutera Property Tbk dan PT Ciputra Property Tbk namun tidak
mempengaruhi rata-rata industri.
Pada tahun 2011, rata-rata industri mengalami kenaikan 0,61 kali menjadi
2,28 kali sedangkan PT Summarecon Agung Tbk mengalami penurunan 1,99
kali menjadi 3,72 kali. Ini disebabkan karena adanya kenaikan working capital
turnover pada semua perusahaan competitor PT Summarecon Agung Tbk
sehingga mempengaruhi rata-rata industri.
IV.2.1.5 Inventory Turnover
Inventory Turnover = COGS
Average Inventory 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 1,10x 1,44x 0,87x 0,94x 0,65xRata-rata industri 6,94x 6,60x 8,03x 9,03x 10,75x
ASRI 0,19x 0,24x 0,15x 0,19x 0,25xCTRP 32,36x 30,53x 38,79x 43,25x 51,63xLPCK 0,11x 0,19x 0,20x 0,23x 0,43xMDLN 0,92x 0,59x 0,13x 0,55x 0,82x
Tabel 4.11 Perhitungan Inventory Turnover
Gambar 4.6 Perbandingan Inventory Turnover
101
Inventory Turnover menunjukkan kemampuan PT Summarecon Agung
Tbk untuk memutar dana persediaan dan efisiensi pengolahan persediaan dalam
suatu periode. Pada PT Summarecon Agung Tbk terlihat adanya fluktuasi dari
tahun ke tahun dan cenderung mengalami penurunan.
Pada tahun 2007, inventory turnover PT Summarecon Agung Tbk
sebesar 1,1 kali dan berada di bawah rata-rata industri. Ini disebabkan karena
perbedaan inventory turnover yang sangat besar terhadap PT Ciputra Realty Tbk
sehingga mempengaruhi rata-rata industri. Pada tahun 2008, inventory turnover
PT Summarecon Agung Tbk meningkat menjadi 1,44 kali sedangkan rata-rata
industri 6,60 kali. Ini disebabkan karena adanya peningkatan COGS diiringi
persediaan pada analisis horizontal. Pada tahun 2009, inventory turnover PT
Summarecon Agung Tbk menurun menjadi 0,87 kali sedangkan rata-rata
industri mengalami kenaikan menjadi 8,03 kali. Pada tahun ini industri banyak
mengalami penurunan seperti PT Alam Sutera Realty Tbk dan PT Modernland
Realty Tbk namun tetap tidak mempengaruhi rata-rata industri. Pada tahun 2010,
terjadi kenaikan pada inventory turnover PT Summarecon Agung Tbk menjadi
0,94 kali sedangkan rata-rata industri 9,03 kali. Pada tahun 2011, terjadi
penurunan pada inventory turnover PT Summarecon Agung menjadi 0,65 kali
sedangkan rata-rata industri mengalami kenaikan menjadi 10,75 kali disebabkan
karena dalam analisis horizontal, persediaan naik secara signifikan menjadi
528% sedangkan COGS nya hanya 240,47%. Ini merupakan perbedaan paling
signifikan yang terjadi selama tahun 2007-2011.
IV.2.2 Analisis Rasio Solvabilitas
102
Analisis Solvabilitas merupakan analisa rasio perusahaan dalam hal
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya
apabila perusahaan tersebut di likuidasi. Semakin tinggi rasio solvabilitas maka
semakin tinggi pula resiko kerugian yang dihadapi. Apabila perusahaan memiliki
rasio solvabilitas yang rendah tentu mempunyai resiko kerugian yang kecil.
IV.2.2.1 Debt Ratio to Total Asset
Debt ratio to total asset = Total Liabilities
Total Asset 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 50,12% 56,59% 61,33% 64,86% 69,42%Rata-rata industri 45,03% 43,21% 44,37% 46,97% 49,99%
ASRI 42,57% 42,34% 45,64% 51,69% 53,61%CTRP 10,64% 7,24% 5,94% 6.80% 16,40%LPCK 64,29% 66,26% 67,86% 66,24% 59,77%MDLN 57,55% 43,60% 41,06% 45,24% 50,77%
Tabel 4.12 Perhitungan Debt Ratio to Total Asset
Gambar 4.7 Perbandingan Debt Ratio to Total Asset
Rasio ini digunakan untuk mengetahui persentase dana yang disediakan
oleh para kreditor. Semakin kecil angkanya semakin bagus pula kinerja
perusahaan. Namun biasanya manajemen lebih menginginkan rasio yang lebih
besar untuk menjaga kelancaran usaha perusahaan. Debt ratio to total asset pada
PT Summarecon Agung Tbk terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya,
103
ini kurang baik bagi perusahaan karena menunjukkan peningkatan hutang
daripada aset yang dimiliki oleh PT Summarecon Agung Tbk.
Pada tahun 2007, debt to total asset pada PT Summarecon Agung Tbk
sebesar 50,12% yang berarti bahwa kreditor menyediakan dana sebesar 50,12%
dan 49,88% adalah dana dari PT Summarecon Agung Tbk. Pada tahun 2008 -
2011 terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 12,83% tahun 2008 sebesar
56,59% ke 69,42%. Ini berarti dana dari kreditor melebihi dari dana PT
Summarecon Agung Tbk sendiri. Dalam analisis horizontal, total hutang dari
tahun 2007-2011 meningkat dari 124,95% ke 462,69% yang berarti meningkat
hingga 337,74% sedangkan asetnya meningkat dari 138,22% ke 369,52%.
Berarti peningkatan aset hanya 231,3% yang tidak sebanding dengan
peningkatan hutang PT Summarecon Agung Tbk.
Berdasarkan rata-rata industri PT Summarecon Agung Tbk berasa diatas
rata-rata industri. Yang berarti berada di atas kompetitornya seperti PT Ciputra
Property Tbk, PT Alam Sutera Property Tbk, dan PT Modernland Property Tbk.
Debt ratio to total asset PT Summarecon Agung Tbk tahun 2007 sebesar
50,12% sedangkan rata-rata industri 45,03%. Pada tahun 2008, debt ratio nya
meningkat menjadi 56,59% sedangkan rata-rata industri mengalami penurunan
menjadi 43,21%. Ini dikarenakan adanya penurunan debt to total asset pada PT
Modernland Property Tbk sebesar 13,95% dan PT Ciputra Property Tbk sebesar
1,3% sehingga mempengaruhi rata-rata industri. Pada tahun 2009, debt ratio PT
Summarecon Agung Tbk mengalami peningkatan sebesar 4,74% dan debt ratio
to total asset rata-rata industri mengalami kenaikan sebesar 1,16%. Ini
merupakan perbedaan paling signifikan selama tahun 2007-2011. Pada tahun
104
2010, debt ratio to total asset PT Summarecon Agung Tbk dan rata-rata industri
mengalami peningkatan. Pada PT Summarecon Agung Tbk naik sebesar 3,53%
dan pada industri rata-rata naik sebesar 2,6%. Pada tahun 2011, debt ratio to
total asset pada PT Summarecon Agung Tbk naik sebesar 4,56% dan rata-rata
industri naik sebesar 3,02%.
IV.2.2.2 Debt to Total Equity ratio
Debt ratio to total equity = Total Liabilities
Total Equity 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 100,86% 130,92% 159,25% 186,09% 226,96%Rata-rata industri 100,65% 97,30% 106,18% 115,98% 122,93%
ASRI 74,44% 73,75% 84,30% 107,39% 115,57%CTRP 12,33% 8,10% 6,55% 7,54% 20,38%LPCK 180,06% 196,41% 211,17% 196,23% 148,58%MDLN 135,56% 77,30% 69,65% 82,63% 103,14%
Tabel 4.13 Perhitungan Debt to Total Equity Ratio
Gambar 4.8 Perbandingan Debt to total Equity ratio
Debt to total equity ratio menunjukkan perbandingan antara kewajiban
terhadap modal perusahaan. Pada PT Summarecon Agung Tbk terjadi
peningkatan pada setiap tahunnya. Hal ini tidak diinginkan oleh investor maupun
kreditor, semakin besar rasio ini semakin tidak menguntungkan karena akan
semakin besar resiko yang ditanggung jika terjadi kerugian. Sebaliknya,rasio ini
105
semakin kecil angka yang dihasilkan semakin baik, karena semakin rendah rasio
ini menunjukkan semakin besar dana yang disediakan oleh pemegang saham dan
semakin kecil resiko para pemberi pinjaman jika perusahaan mengalami
kerugian.
Pada tahun 2007, debt to total equity pada PT Summarecon Agung Tbk
sebesar 100,86% yang berarti bahwa total hutang lebih besar daripada modal
yang dimiliki oleh PT Summarecon Agung Tbk. Selama tahun 2008-2011 terjadi
peningkatan yang sangat signifikan sebesar 96,04 dari tahun 2008 sebesar
130,92% ke 226,96%. Pada tahun 2011, Ini dikarenakan karena adanya
peningkatan signifikan mengenai total hutang yang tidak diseimbangi dengan
modal yang diperoleh. Berdasarkan laporan analisis horizontal, total hutang
meningkat sebesar 337,74% selama tahun 2007-2011 sedangkan total ekuitas
hanya meningkat sebesar 98,28% selama tahun 2007-2011,
PT Summarecon Agung Tbk berada diatas rata-rata industri dalam tahun
2007-2011, Walaupun PT Lippo cikarang memiliki debt to total equity yang
lebih besar daripada PT Summarecon Agung Tbk namun tidak mempengaruhi
secara signifikan terhadap rata-rata industri karena perusahaan-perusahaan
lainnya memiliki debt to total equity yang jauh lebih rendah daripada PT
Summarecon Agung Tbk.
Debt to total equity pada rata-rata industri mengalami fluktuasi,
sedangkan pada PT Summarecon Agung Tbk mengalami peningkatan tiap
tahunnya. Tahun 2011 merupakan jarak terjauh antara rasio dari rata-rata
industry dan rasio dari PT Summarecon Agung Tbk mengalami peningkatan
40,87% sedangkan rata-rata industri mengalami penurunan 5,31%.
106
IV.2.2.3 Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term debt to equity =Long term debt
Total equity 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 48,46% 81,63% 66,92% 47,63% 60,15%Rata-rata industri 67,48% 62,56% 58,11% 53,28% 45,67%
ASRI 54,83% 73,75% 51,24% 38,97% 28,24%CTRP 7,68% 2,65% 2,61% 2,39% 9,70%LPCK 134,6% 139,66% 140,48% 137,79% 95,73%MDLN 91,55% 36,35% 29,30% 39,60% 34,51%
Tabel 4.14 Perhitungan Long Term Debt to Equity Ratio
Gambar 4.9 Perbandingan Long term debt to equity ratio
Long term debt to equity ratio menunjukkan bagian modal yang dijadikan
hutang jangka panjang perusahaan. semakin kecil rasio ini, semakin baik pada
perusahaan karena semakin kecil dana perusahaan yang dijadikan hutang jangka
panjang. Berdasarkan hasil analisis horizontal terjadi fluktuasi terhadap long
term liability dan total ekuitas sehingga menyebabkan adanya fluktuasi terhadap
rasio long term debt to equity ratio.
Berdasarkan rata-rata industri, PT Summarecon Agung Tbk masih
berada diatas rata-rata industri walaupun ada beberapa tahun lebih kecil dari rata-
rata industri. Walaupun PT Lippo Cikarang Tbk memiliki long term deb to total
107
equity ratio yang lebih besar daripada PT Summarecon Agung Tbk, namun tidak
terlalu mempengaruhi rata-rata industri karena PT Ciputra Property Tbk
memiliki rasio long term debt to total equity ratio yang jauh lebih kecil daripada
PT Summarecon Agung Tbk.
Long term debt to total equity ratio pada PT Summarecon Agung Tbk
tahun 2007 sebesar 48,46% sedangkan rata-rata industri 67,48%. Pada tahun
2008, PT Summareconn Agung Tbk mengalami kenaikan menjadi 81,63%
sedangkan rata-rata industri mengalami penurunan menjadi 62,56%. Ini
dikarenakan tidak seimbangnya kenaikan long term liability dengan total equity
PT Summarecon Agung Tbk. Dalam hasil analisis horizontal, terjadi kenaikan
yang signifikan terhadap long term liability sebesar 86,97% sedangkan total
ekuitas hanya mengalami kenaikan 6,55%. Pada tahun 2009, terjadi penurunan
sebesar 14,71% pada PT Summarecon Agung Tbk sedangkan rata-rata industri
mengalami penurunan sebesar 4,45%. Ini disebabkan karena adanya penurunan
rasio ini pada PT Alam Sutera Property Tbk sehingga mempengaruhi rata-rata
industri. Pada tahun 2010, PT Summarecon Agung Tbk dan rata-rata industri
mengalami penurunan pada rasio ini. PT Summarecon Agung Tbk menjadi
47,63% sedangkan rata-rata industri menjadi 53,28%. Pada tahun 2011, terjadi
kenaikan long term debt to equity ratio pada PT Summarecon Agung Tbk
menjadi 60,15% sedangkan pada rata-rata industri menjadi 45,67%.
IV.2.3 Analisis Rasio Profitablilitas
Analisis rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur tingkat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu.
108
IV.2.3.1 Net Profit Margin
Net Profit Margin =Net Income
Sales 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 15,56% 7,43% 13,97% 13,77% 16,62%Rata-rata industri 13,59% 17,00% 13,62% 25,68% 28,98%
ASRI 6,59% 13,51% 23,29% 37,96% 43,64%CTRP 27,23% 57,78% 21,99% 43,68% 36,05%LPCK 6,97% 5,12% 7,95% 16,14% 28,55%MDLN 11,60% 1,15% 0,90% 16,85% 20,05%
Tabel 4.15 Perhitungan Net Profit Margin
Gambar 4.10 Perbandingan Net Profit Margin
Net profit margin mengukur jumlah laba bersih pada penjualan yang
dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar rasio ini akan semakin baik pada
perusahaan.
PT Summarecon Agung Tbk mengalami fluktuasi net profit margin pada
setiap tahunnya. Pada tahun 2007, net profit margin pada PT Summarecon
Agung Tbk adalah 15,56%. Artinya setiap Rp1,- pendapatan usaha PT
Summarecon Agung Tbk menghasilkan laba bersih sebesar Rp1.15,- Sedangkan
rata-rata industri. Pada tahun 2008, terjaadi penurunan 8,13% sehingga menjadi
7,43%. Pada tahun 2009, terjadi kenaikan yang signifikan menjadi 13,97%. Pada
109
tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 0,2% sehingga menjadi 13,77%. Pada
tahun 2011 terjadi kenaikan sehingga sebesar 2,85% menjadi 16,62%.
Berdasarkan rata-rata industri, pada tahun 2007 PT Summarecon Agung
Tbk berada di atas rata-rata industri dengan angka 15,56% sedangkan rata-rata
industri hanya 13,59%. Ini disebabkan rendahnya net profit margin dari PT
Alam Sutera Property Tbk, dan PT Lippo Cikarang Tbk sehingga
mempengaruhi rata-rata industri.
Pada tahun 2008, PT Summarecon Agung Tbk berada di bawah rata-rata
industri karena mengalami penurunan, ini disebabkan karena dalam analisis
horizontal, terjadi peningkatan penjualan namun diiringi dengan peningkatan
pada beban pokok penjualan dan beban langsung sehingga mempengaruhi net
income.
Pada tahun 2009, rasio net profit margin PT Summarecon Agung Tbk
lebih besar daripada rata-rata industri. Berdasarkan analisis horizontal yang
dilakukan pada PT Summarecon Agung Tbk terjadi penurunan pada beban
pokok penjualan sehingga mempengaruhi net income sedangkan pada rata-rata
industri terjadi penurunan net profit margin yang signifikan pada PT Ciputra
Property Tbk sehingga mempengaruhi rata-tata industri.
Pada tahun 2010 terjadi penurunan net profit margin pada PT
Summarecon Agung Tbk sebesar 0,2% menjadi 13,77% sedangkan rata-rata
industri mengalami kenaikan 12,06% menjadi 25,68%. Ini disebabkan semua
perusahaan mengalami kenaikan pada rasio ini sehingga mempengaruhi rata-rata
industri. Tahun 2010 merupakan jarak terjauh antara PT Summarecon Agung
Tbk dan rata-rata industri. P
110
ada tahun 2011, rasio net profit margin PT Summarecon Agung Tbk tetap
berada di bawah rata-rata industri walaupun mengalami peningkatan sebesar
2,85% menjadi 16,62%, namun rata-rata industri juga mengalami kenaikan
sebesar 3,3% menjadi 28,98%.
IV.2.3.2 Asset Turnover
Tabel 4.7 Perhitungan Asset Turnover
111
Asset Turnover = Sales
Total Asset 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 0,34x 0,35x 0,27x 0,28x 0,29xRata-rata industri 0,16x 0,18x 0,17x 0,18x 0,25x
ASRI 0,10x 0,14x 0,11x 0,17x 0,23xCTRP 0,08x 0,09x 0,09x 0,09x 0,10xLPCK 0,12x 0,20x 0,21x 0,24x 0,44xMDLN 0,15x 0,11x 0,15x 0,11x 0,19x
Gambar 4.2 Perbandingan Asset Turnover
Perputaran total aset mengukur perputaran dari seluruh aset yang
dimiliki oleh PT Summarecon Agung Tbk. Asset turnover pada PT
Summarecon Agung Tbk mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya.
Pada tahun 2007 sebesar 0,34 kali. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan
0,01 kali sehingga perputaran total asetnya menjadi 0,35 kali. Pada tahun
2009 terjadi penurunan sehingga menjadi 0,27 kali. Pada tahun 2010
terjadi peningkatan 0,01 kali sehingga menjadi 0,28 kali. Pada tahun 2011
terjadi peningkatan 0,01 kali sehingga menjadi 0,29 kali.
Perputaran total aset PT Summarecon Agung Tbk selama tahun
2007-2011 berada di atas rata-rata industri. Pada tahun 2007, rasio ini
menunjukkan angka 0,34 kali sedangkan rata-rata industri hanya 0,16
kali. Ini disebabkan karena pendapatan PT Summarecon Agung Tbk
meningkat lebih besar daripada peningkatan total asetnya. Pada tahun
2008, perputaran total aset PT Summarecon mencapai 0,35 kali
sedangkan rata-rata industri hanya 0,18 kali. Ini merupakan jarak terjauh
selama tahun 2007-2011.
112
Pada tahun 2009, perputaran total aset PT Summarecon menurun
sebesar 0,8 kali menjadi 0,27 kali dan rata-rata industri juga mengalami
penurunan sebesar 0,1 kali menjadi 0,17 kali.
Pada tahun 2010, perputaran total aset pada PT Summarecon
Agung Tbk mengalami peningkatan menjadi 0,28 kali sedangkan rata-
rata industri meningkat 0,1 kali menjadi 0,18 kali. Ini disebabkan Karena
adanya pertumbuhan pada PT Lippo Cikarang Tbk sebesar 0,3 kali dan
PT Alam Sutera Property Tbk. Sebesar 0,6 kali namun tejadi penurunan
pada PT Modernland sebesar 0,4 kali sehingga mempengaruhi rata-rata
industri.
Pada tahun 2011, perputaran total aset pada PT Summarecon
Agung Tbk mengalami peningkatan 0,1 kali menjadi 0,29 kali dan rata-
rata industri juga mengalami peningkatan sebesar 0,7 kali menjadi 0,25
kali. Ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan pendapatan dari PT Lippo
Cikarang Tbk, PT Alam Sutera Property Tbk dan PT Modernland
Property Tbk sehingga mempengaruhi rata-rata industri.
IV.2.3.3 Return to Equity (ROE)
Return On Equity =Net IncomeTotal Equity
2007 2008 2009 2010 2011SMRA 10,62% 6,00% 9,74% 10,91% 15,83%
Rata-rata industri 4,19% 3,67% 4,45% 8,72% 16,23%ASRI 1,20% 3,35% 4,88% 13,15% 21,63%CTRP 2,63% 5,79% 2,24% 4,50% 4,57%LPCK 2,41% 3,00% 5,15% 11,58% 31,37%MDLN 4.08% 0,23% 0,23% 3,47% 7,76%
Tabel 4.16 Perhitungan Return On Equity
113
Gambar 4.11 Perbandingan Return On Equity
Rasio ini merupakan ini mengukur jumlah laba bersih pada total equity
yang dimiliki oleh perusahaan. PT Summarecon Agung Tbk mengalami fluktuasi
selama tahun 2007-2011. Pada tahun 2007 sebesar 10,62%. Pada tahun 2008
terjadi penurunan pada ROE sebesar 4,62% menjadi 6,00%. Pada tahun 2009
terjadi peningkatan sebesar 3,74% menjadi 9,74%. Pada tahun 2010 terjadi
peningkatan sebesar 1,17% menjadi 10,91%. Pada tahun 2011 terjadi
peningkatan yang signifikan sebesar 4,92% menjadi 15,83%.
Return on equity pada PT Summarecon Agung Tbk berada jauh melebihi
Return on equity pada rata-rata industri. Pada tahun 2007, rasio ini menunjukkan
angka 10,62% pada PT Summarecon Agung Tbk sedangkan rata-rata industri
hanya sebesar 4,19%. Pada tahun 2008, PT Summarecon Agung Tbk mengalami
penurunan menjadi 6,00% sedangkan rata-rata industri mengalami penurunan
juga sebesar 0,52% menjadi 3,67%. Ini disebabkan karena adanya penurunan
ROE yang signifikan dari PT Modernland Property Tbk sehingga
mempengaruhi rata-rata industri. Pada tahun 2009, PT Summarecon Agung Tbk
berada diatas rata-rata industri dengan angka 9,74% sedangkan rata-rata industri
hanya 4,45%. Ini disebabkan adanya peningkatan ROE pada PT Alam Sutera
114
Property Tbk dan PT Lippo Cikarang Tbk sehingga mempengaruhi rata-rata
industri. Pada tahun 2010, PT Summarecon Agung Tbk berada di atas rata-rata
industri dengan angka 10,71% sedangkan rata-rata industri hanya 8,72%. Pada
tahun 2011, PT Summarecon Agung Tbk berada bawah rata-rata industri dengan
angka 15,83% sedangkan rata-rata industri mengalami peningkatan yang
signifikan sebesar 7,51% menjadi 16,23%.
IV.2.3.4 Return On Asset (ROA)
Return On Asset =Net IncomeTotal Asset
2007 2008 2009 2010 2011SMRA 5,28% 2,59% 3,75% 3,80% 4,84%
Rata-rata industri 2,16% 2,17% 2,04% 4,00% 7,00%ASRI 0,68% 1,92% 2,64% 6,33% 10,03%CTRP 2,27% 5,17% 2,03% 4,06% 3,68%LPCK 0,86% 1,01% 1,66% 3,91% 12,62%MDLN 1,73% 0,13% 0,13% 1,90% 3,82%
Tabel 4.17 Perhitungan Return On Asset
Gambar 4.12 Perbandingan Return On Asset
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur net income pada total aset
perusahaan. Pada PT Summarecon Agung Tbk, rasio return on asset ini
mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Pada tahun 2007, return on asset PT
115
Summarecon Agung Tbk lebih tinggi daripada rata-rata industri dengan angka
5,28% sedangkan rata-rata industri hanya 2,16%.
Pada tahun 2008, PT Summarecon Agung Tbk mengalami penurunan
pada rasio ini sebesar 2,69% menjadi 2,59% sedangkan rata-rata industri
mengalami peningkatan 0,1%. Berdasarkan hasil analisis horizontal, penurunan
ini disebabkan karena laba bersih mengalami penurunan, namun total aset
mengalami kenaikan.
Pada tahun 2009, PT Summarecon Agung Tbk berada diatas rata-rata
industri karena mengalami peningkatan sebesar 1,16% menjadi 3,75%
sedangkan rata-rata industri mengalami penurunan sebesar 0,13% menjadi
2,04%. Rata-rata industri mengalami penurunan karena di pengaruhi oleh
penurunan return on asset oleh PT Ciputra Property Tbk.
Pada tahun 2010, PT Summarecon Agung Tbk berada di bawah rata-rata
industri karena adanya peningkatan dari rata-rata industri sebesar 1,96%
menjadi 4,00% sedangkan PT Summarecon Agung Tbk hanya mengalami
peningkatan 0,5% menjadi 3,80%. Ini dikarenakan adanya kenaikan signifikan
pada PT Alam Sutera Property Tbk, PT Ciputra Property Tbk, PT Lippo
cikarang Tbk dan PT Modernland Property Tbk sehingga mempengaruhi rata-
rata industri.
Pada tahun 2011, PT Summarecon Agung Tbk berada di bawah rata-rata
industri karena adanya peningkatan yang signifikan pada rata-rata industri
sebesar 3,00% sehingga menjadi 7,00% sedangkan PT Summarecon Agung Tbk
mengalami peningkatan 1,04% menjadi 4,84%. Ini merupakan jarak terjauh
antara PT Summarecon Agung Tbk dengan rata- rata industri.
116
IV.2.3.5 Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin =Gross profit
Net Sales 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 51,19% 40,31% 50,47% 44,10% 44,38%Rata-rata industri 44,72% 46,14% 51,65% 53,41% 53,62%
ASRI 24,08% 25,54% 41,58% 53,12% 58,97%CTRP 63,51% 67,02% 62,22% 64,05% 63,58%LPCK 50,53% 44,56% 45,87% 44,24% 43,09%MDLN 34,27% 53,28% 58,11% 61,56% 58,09%
Tabel 4.18 Perhitungan Gross Profit Margin
Gambar 4.13 Perbandingan Gross Profit Margin
Rasio gross profit margin pada PT Summarecon Agung Tbk mengalami
fluktuasi pada tiap tahunnya. Semakin besar rasio ini lebih baik karena itu
menunjukkan perusahaan dapat melakukan efisiensi terhadap biaya produksinya.
Pada tahun 2007, gross profit margin pada PT Sumarecon Agung Tbk
sebesar 51,19% yang berarti setiap Rp1,- penjualan dapat memberikan gross
profit sebesar Rp0.51,-. Ini menunjukkan biaya operasi mencapai 48,81%, yang
hampir seimbang dengan gross profitnya.
Pada tahun 2007 gross profit margin pada PT Summarecon Agung Tbk
lebih besar daripada rata-rata industri yaitu sebesar 51,19% sedangkan rata-rata
industri hanya 44,72%. Ini disebabkan karena rendahnya gross profit margin
117
pada PT Alam Sutera Property Tbk dan PT Modernland Property Tbk sehingga
mempengaruhi rata-rata industri. Pada tahun 2008 terjadi penurunan signifikan
pada PT Summarecon Agung Tbk sebesar 10,88% menjadi 40,31%, sedangkan
rata-rata industri mengalami kenaikan 1,42% menjadi 46,14%. Ini disebabkan
karena adanya kenaikan signifikan terhadap PT Modernland Property Tbk
sehingga mempengaruhi rata-rata industi.
Pada tahun 2009, terjadi kenaikan gross profit margin pada PT
Summarecon Agung Tbk sebesar 10,16% menjadi 50,47% sedangkan rata-rata
industri mengalami kenaikan 5,51% menjadi 51,65%. Pada tahun 2010 terjadi
penurunan gross profit margin pada PT Summarecon Agung Tbk menjadi
44,10% sedangkan rata-rata industri mengalami peningkatan menjadi 53,41%.
Ini terjadi karena peningkatan gross profit margin yang signifikan pada PT Alam
Sutera Property Tbk sehingga mempengaruhi rata-rata industri. Pada tahun 2011
terjadi peningkatan pada PT Summarecon Agung Tbk menjadi 44,38%
sedangkan rata-rata industri mengalami peningkatan menjadi 53,62%.
IV.2.3.6 Operating Income Margin
Operating Income Margin =Operating Income
Net Sales 2007 2008 2009 2010 2011
SMRA 26,36% 17,43% 26,58% 22,27% 23,93%Rata-rata industri 22,16% 20,53% 30,23% 33,34% 35,05%
ASRI 10,22% 12,70% 28,85% 43,56% 50,22%CTRP 35,12% 30,58% 33,03% 30,54% 30,37%LPCK 25,58% 25,39% 29,78% 34.49% 38,05%MDLN 13,55% 16,53% 32,91% 35,81% 32,69%
Tabel 4.19 Perhitungan Operating Income Margin
118
Gambar 4.14 Perbandingan Operating Income Margin
Rasio ini menunjukkan berapa banyak keuntungan perusahaan setelah
dikurangi oleh beban usaha. Pada PT Summarecon Agung Tbk terdapat fluktuasi
terhadap operating income margin.
Pada tahun 2007 rasio operating profit margin pada PT Summarecon
Agung Tbk sebesar 26,36%. Ini artinya, setiap Rp 1,- penjualan dapat
memberikan operating income sebesar 0,26. Hasil rasio PT Summarecon Agung
Tbk cenderung menurun pada tiap tahunnya artinya kinerja perusahaan harus
ditingkatkan lagi dan perusahaan harus bisa meminimalkan beban perusahannya.
Pada tahun 2007, operating income margin rata-rata industri 22,16%
sedangkan PT Summarecon Agung Tbk 26,36%. Ini disebabkan karena
rendahnya rasio ini pada PT Alam Sutera Property Tbk dan PT Modernland
Property Tbk sehingga mempengaruhi rata-rata industri. Pada tahun 2008, rata-
rata industri lebih tinggi dibandingkan dengan PT Summarecon Agung Tbk. PT
Summarecon Agung Tbk mengalami penurunan signifikan sebesar 8,93%
disebabkan oleh dalam analisis horizontal terdapat kenaikan beban pokok
penjualan dan beban langsung sehingga memperkecil operating income nya.
119
Pada tahun 2009, rata-rata industri mengalami kenaikan menjadi 30,23%
sedangkan PT Summarecon Agung Tbk mengalami kenaikan juga menjadi
26,58%. Rata-rata industri dipengaruhi oleh kenaikan perusahaan-perusahaan
kompetitor dan PT Summarecon Agung Tbk sendiri. Pada tahun 2010, rata-rata
industri mengalami kenaikan 3,11% menjadi 33,24% sedangkan PT
Summarecon Agung Tbk mengalami penurunan sebesar 4,31% menjadi 22,27%.
Ini karena rata-rata industri di pengaruhi oleh kenaikan operating income
margin dari PT Alam Sutera Property Tbk, PT Lippo Cikarang Tbk dan PT
Modernland Property Tbk. Pada tahun 2011, rata-rata industri mengalami
kenaikan menjadi 33,05% dan PT Summarecon Agung Tbk mengalami kenaikan
menjadi 23,93%.
IV.3 Analisis Prospektif
Analisis prospektif menggunakan laporan keuangan sebagai patokan
dalam melihat pertumbuhan atau penurunan pada perusahaa pada masa yang
akan datang. Analisis ini berguna untuk menguji ketepatan rencana strategis
perusahaan apakah menghasilkan manfaat kedepannya atau tidak. Bagi investor
dan kreditor, analisis ini berguna untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya.
Penulis hanya membuat analisis prospektif untuk 5 tahun kedepan yaitu
untuk tahun 2012-2016 dan pada laporan neraca dan laporan laba rugi. Karena
keterbatasan yang dihadapi, analisis ini dilakukan dengan melihat faktor faktor
yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan akun-akun dan rata-rata
pertumbuhan dan penurunan akun-akun yang ada di laporan keuangan. Rata-rata
pertumbuhan tersebut digunakan untuk meramalkan laporan keuangan pada
120
tahun berikutnya. Adapun beberapa data penulis melakukan estimasi karena
adanya perubahan yang sangat signifikan dan nominal yang terlalu besar untuk
kedepannya dinilai tidak efektif menurut penulis.
Analisis prospektif ke lima perusahaan dapat dilihat pada L14-L23.
Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah memproyeksikan laporan laba
rugi. Penulis melakukan asumsi bahwa tahun dasar adalah tahun 2011 untuk
memproyeksikan tahun 2012-2016 dan asumsi pertumbuhan penjualan didapat
dari rata-rata penjualan selama 5 tahun dan melihat hal-hal apa saja yang
mungkin akan mempengaruhi perusahaan khususnya dalam lingkungan makro
ekonomi :
1. Proyeksi Penjualan: Penjualan tahun dasar * Rata-rata pertumbuhan perusahaan .
2. Proyeksi Laba kotor: Proyeksi penjualan * Rata-rata pertumbuhan margin laba
kotor.
3. Proyeksi Beban pokok penjualan dan beban langsung: Proyeksi penjualan –
Proyeksi laba kotor.
4. Proyeksi Beban usaha: Proyeksi penjualan * (Beban usaha/penjualan ).
5. Proyeksi Beban lain-lain bersih: Beban lain lain bersih tahun dasar * (beban lain-
lain bersih / penjualan).
6. Proyeksi beban pajak penghasilan: Beban pajak penghasilan tahun dasar *
(beban pajak penghasilan /laba sebelum pajak penghasilan).
Langkah kedua adalah penulis melakukan proyeksi pada balance sheet
dengan cara seperti berikut :
1. Proyeksi piutang: Proyeksi penjualan / (Rata-rata receivable turnover).
121
2. Proyeksi persediaan: Proyeksi beban pokok penjualan dan beban langsung/ (rata-
rata inventory turnover).
3. Proyeksi aset lancar lainnya: Aset lancar lainnya * Rata-rata pertumbuhan aset
lancar (disini penulis mengasumsikan rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun).
4. Proyeksi aset tetap: Aset tetap tahun dasar * rata–rata estimasi pengeluaran
modal (arus kas bersih yang digunakan dalam aktivitas investasi /penjualan).
5. Proyeksi current liabilities: Current liabilities * ((100%+ (beban pokok
penjualan / current liabilities)).
6. Proyeksi long term liability digunakan asumsi tidak akan mengalami perubahan
dalam 5 tahun dan tidak ada hutang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun
2016, karena jika bertumbuh maka akan mempengaruhi beban bunga. Asumsi
kedua, penulis melihat bahwa selama 5 tahun terjadi fluktuasi terhadap long term
liability sehingga jika dihitung hasilnya tidak beda jauh.
7. Proyeksi total equity : Total equity * rata-rata pertumbuhan total equity.
8. Proyeksi total aset : Total liability + Total equity.
9. Proyeksi aset lancar : Total aset – Aset tetap.
10. Proyeksi kas : Aset lancar – (kas+piutang usaha+persediaan+aset lancar lainnya).
Income Statement SMRArata-rata industri ASRI MDLN CTRP LPCK
Pertumbuhan Penjualan 121,00%135,38
%126.00
% 165,17%110,56
%154.15
%laba kotor 46.09% 49.14% 40,00% 49.85% 64.08% 45,66%Beban Usaha 22,77% 21,32% 11,39% 25,28% 32,15% 15,00%Beban lain-lain bersih 2,17% 2,89% 0,04% 2,57% 0,25% 9.41%Beban pajak penghasilan 33,16% 27.29% 19.18% 52,89% 2,16% 29.04%
Balance Sheet Receivables turnover 11,5 26.19 28.87 20,26 43,19 27.11Inventory turnover 0,94 10,12 0,78 4.80 43,20 0,88pertumbuhan aset lancar lainnya 1,2 1,23 1,20 1,10 1,65 1,02
122
capital expenditure 1,18 1,14 1,15 1,20 1,12 1,07Beban pokok penjualan
current liabilities 1,15 1,38 1,14 1,52 1,43 1,66pertumbuhan equity 1,16 1,15 1,17 1,20 1,10 1,14
Tabel 4.20 Perhitungan Proyeksi Laporan Keuangan
Pada Laporan laba rugi akun pertumbuhan penjualan didapatkan rata-rata
penjualan sebesar 121,90% pada PT Summarecon Agung Tbk sedangkan rata-rata
industri 135,35%. Dalam hal Pendapatan, PT Summarecon Agung Tbk selalu
mengalami peningkatan pada tahun 2007-2011 dan tidak pernah mengalami penurunan.
Diperkirakan pada tahun 2016 pendapatkan PT Summarecon Agung Tbk mencapai
Rp.6.120.007.200.620, Pertumbuhan pendapatan terbesar terjadi pada PT Modernland
Property Tbk dimana terdapat pertumbuhan pendapatan mencapai 165,71% dan
diperkirakan pada tahun 2016 mencapai Rp.2.277.093.997.059. Ini disebabkan
meningkatnya pertumbuhan pada industri properti yang terjadi setiap tahun dan
banyaknya permintaan Pelanggan terhadap produk properti.
Pada akun laba kotor atau gross profit margin, PT Summarecon Agung Tbk
mencapai 46,09% sedangkan rata-rata industri 49,14%. Ini menunjukan bahwa PT
Summarecon Agung Tbk belum bisa memaksimalkan kinerja dengan laba kotor yang
lebih besar daripada rata-rata industrinya.diperkirakan laba kotor pada PT Summarecon
Agung Tbk pada tahun 2016 sebesar Rp.3.299.355.969.751.
Beban usaha pada PT Summarecon Agung Tbk diperkirakan meningkat 22,77%
sedangkan rata-rata industri hanya 21,32%.Beban lain- lain bersih PT Summarecon
Agung Tbk diperkirakan meningkat sebesar 2,17% sedangkan rata-rata industri
diperkirakan menurun -2,89%. Beban pajak penghasilan diperkirakan mengalami
pertumbuhan sebesar 33,16% sedangkan rata-rata industri hanya 27,29%. Ini
123
disebabkan karena adanya peningkatan pada penjualan sehingga mempengaruhi beban
usaha, beban lain-lain dan beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan, perubahan
dollar dapat mempengaruhi perusahaan-perusahaan, namun dilihat dari 5 tahun terakhir
perusahaan-perusahaan dapat mengatasi hal ini dengan baik.
Pada balance sheet, akun piutang usaha PT Summarecon Agung Tbk
diperkirakan akan meningkat menjadi Rp532.174.539.184,- disebabkan adanya
peningkatan penjualan dan pengaruh dari rasio receivable turnover. Pada akun
persediaan, PT Summarecon Agung Tbk mengalami fluktuasi ini disebabkan oleh rasio
inventory turnover yang menyatakan bahwa perputaran persediaan PT Summarecon
Agung Tbk tidak sesuai dengan beban pokok penjualan dan beban langsung sehingga
menyebabkan akun persediaan menurun. Pada tahun 2015, diperkirakan perusahaan
mulai bisa meningkatkan persediaannya menjadi Rp2.900.739.296.613,- dan pada tahun
2016 diperkirakan persediaan mencapai Rp3.509.953.159.310,-. Ini berarti terjadi
peningkatan pada rasio inventory turnover sebesar 1,03 kali pada tahun 2016 dibanding
tahun 2011 sebesar 0,94 kali.
Pada akun aset lancar diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar
20,32% sedangkan rata-rata pertumbuhan industri sebesar 23%. Sehingga pada tahun
2016 PT Summarecon Agung Tbk akan mencapai aset lancar sebesar
Rp8.311.277.376.084,-. Pertumbuhan aset lancar di dominasi oleh PT Ciputra Property
Tbk dengan pertumbuhan sebesar 65%.
Pada akun aset tetap diperkirakan akan mengalami kenaikan 118,49% sedangkan
rata-rata industri 114% dengan estimasi modal yang akan dikeluarkan perusahaan akan
digunakan untuk membeli aset tetap seperti lahan bangunan atau mengembangkan lahan
dan properti yang telah dibeli sebelumnya. Pertumbuhan aset tetap didominasi oleh PT
124
Modernland Property Tbk dengan capital expenditure sebesar 120%. PT Modernland
Property, mengeluarkan modalnya untuk menambah beragam fasilitas seperti kondotel
di padang golf modern dan meluncurkan hunian eksklusif di daerah tangerang.
Pada akun current liabilities diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar
115% sedangkan rata-rata industri 138% dengan estimasi adanya pertumbuhan hutang
usaha sehingga pada tahun 2016 PT Summarecon Agung Tbk akan mencapai angka
Rp8.311.277.376.084,- pada current liabilitiesnya. Pada akun current liabilities
didominasi oleh PT Lippo Cikarang Tbk dengan peningkatan sebesar 166%.
Pada akun total equity diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 116%
sedangkan rata-rata industri 115% dengan estimasi bahwa harga saham pada tiap tahun
akan mengalami peningkatan diiringi dengan peningkatan pada penjualan sehingga pada
tahun 2016 total equity PT Summarecon Agung Tbk akan mencapai angka
Rp5.149.156.848.839,-. Pada akun kas, setiap perusahaan diperkirakan akan mengalami
fluktuasi karena kas digunakan sebagai penyeimbang dalam balance sheet. Pada tahun
2016, kas PT Summarecon Agung Tbk akan mencapai Rp1.938.284.788.630,-.
Dari proyeksi balance sheet, didapatkan proyeksi total equity PT Summarecon
Agung Tbk pada tahun 2016 sebesar Rp5.149.156.848.839,-. Proyeksi total liabilities
Rp9.801.178.355.084,-. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan debt to equity ratio
menjadi 190,35% pada 2016. Hasil rasio ini lebih baik daripada pada tahun 2012 yaitu
226%.
IV.4 Analisis Kebangkrutan
Metode Altman digunakan untuk menganalisis tingkat kebangkrutan pada PT
Summarecon Agung Tbk dan industri sejenis untuk melengkapi keterbatasan dari
analisis rasio. Analisis ini dapat dipergunakan sebagai alat analisis yang
125
menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk memprediksikan kebangkrutan suatu
perusahaan. Analisis ini digunakan dengan melihat rasio solvabilitas perusahaan-
perusahaan properti yang cukup tinggi.
Dalam menentukan nilai harga pasar saham, harga pasar saham diakses dari
http://www.duniainvestasi.com/bei/. Pada tanggal 28 desember 2007 harga saham
Rp585,- per lembarnya. Pada tanggal 30 Desember 2008 menurun menjadi Rp166,- per
lembarnya. Pada tanggal 30 Desember 2009 naik menjadi Rp600,- per lembarnya. Pada
tanggal 30 Desember 2010 harga saham PT Summarecon Agung Tbk menjadi Rp1.090,-
per lembarnya. Pada tanggal 28 desember 2011 harga sahamnya naik menjadi Rp.1.240,-
per lembarnya. Ini berarti kinerja perusahaan PT Summarecon Agung Tbk mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun walaupun sempat menurun pada tahun 2008 namun PT
Summarecon Agung Tbk dapat memperbaikinya di tahun 2009. Sehingga didapatkan
rata-rata harga saham sebesar Rp732,-.
Tahun SMRA Rata-rata industri ASRI MDLN LPCK CTRP2007 52,86 313,23 114,42 254,42 113,83 1.030,622008 22,64 88,55 28,40 40,71 32,92 318,102009 59.95 196.36 49,10 111,22 31,92 729,622010 79.67 253,89 94,06 173,18 53,04 869,522011 64.40 191,66 108,02 123,13 215,18 447,59
Tabel 4.21 Hasil analisis kebangkrutan menggunakan Alt-man z-score 2007-2011
PT Summarecon Agung Tbk menunjukkan z-score yang berada pada tingkat
yang memuaskan dan jauh dari tingkat kebangkrutan. Hal ini baik bagi serta investor
dan kreditor yang telah menghimpun dananya di PT Summarecon Agung Tbk.
Berdasarkan hasil dari analisis ini, dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun terjadi
fluktuasi pada PT Summarecon Agung Tbk. Pada tahun 2007, zscore PT Summarecon
adalah 52,86, Pada tahun 2008 terjadi penurunan zscore sebesar 30,22 menjadi 22,64. Ini
126
dikarenakan turunnya harga saham dari Rp585,- menjadi Rp166,- sehingga
mempengaruhi z-score PT Summarecon Agung Tbk
Pada tahun 2009 terjadi peningkatan z-score pada PT Summarecon Agung Tbk
sebesar 37,31 dari 22,64 menjadi 59,95, Ini disebabkan berdasarkan analisis horizontal,
terjadi kenaikan persentase akun dalam total aset sebesar 37,89%, kenaikan net income
sebesar 43,55%. Ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja perusahaan sehingga pada
tahun 2009, terjadi kenaikan harga saham yang cukup signifikan sebesar Rp434,- dari
Rp166,- menjadi Rp600,-. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan z-score sebesar 19,718.
Ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja dari perusahaan. pada analisis horizontal,
terjadi kenaikan pada net income sebesar 39,34% dan total aset sebesar 76,62%. Ini
merupakan indikasi yang baik sehingga harga saham PT Summarecon Agung Tbk
meingkat menjadi Rp 1090,-. Pada tahun 2011 terjadi penurunan pada z-score sebesar
15,27 menjadi 64,40, Ini menunjukkan hasil yang kurang baik karena kinerja perusahaan
menurun. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan total liabilities dalam analisis
horizontal sebesar 134,97% sedangkan total aset hanya mengalami kenaikan 89,4%.
Walaupun begitu, harga saham PT Summarecon Agung Tbk mengalami kenaikan
sebesar Rp150,- per lembarnya.
Berdasarkan rata-rata industri Altman z-score PT Summarecon Agung Tbk
berada di bawah rata-rata industri. Ini disebabkan oleh PT Ciputra Property Tbk dan PT
Modernland Property Tbk memiliki Altman z-score yang jauh lebih tinggi dari PT
Summarecon Agung Tbk . Pada tahun 2007, Altman z-score PT Summarecon Agung
Tbk sebesar 52,86 sedangkan rata-rata industri sebesar 313,23, PT Ciputra Property
Tbk memiliki harga saham yang tinggi pada tahun 2007 senilai Rp600,- dan
mengeluarkan saham paling banyak diantara perusahaan lainnya sebesar
127
1.537.500.000.000 lembar dan juga total kewajiban yang paling kecil sehingga memiliki
nilai X4 paling tinggi dan sangat mempengaruhi rata-rata industri. Pada tahun 2008,
Rata-rata industri mengalami penurunan 224,68 menjadi 88,55 dan PT Summarecon
Agung Tbk mengalami penurunan menjadi 22,64.Ini disebabkan karena terjadi
penurunan pada semua harga saham yang ada di BEI sehingga menyebabkan penurunan
pada Altman score di semua perusahaan. Penurunan saham paling signifikan dialami
oleh PT Modernland Property Tbk dengan turunnya harga saham dari Rp495,- menjadi
Rp51,-. Meskipun begitu, PT Summarecon Agung Tbk tetap memiliki z-score yang
paling rendah dibanding perusahaan lain karena total kewajibannya paling besar.
Pada tahun 2009, rata-rata industri mengalami kenaikan Altman z-score menjadi
196,36 sedangkan PT Summarecon Agung Tbk menjadi 59,95. Ini disebabkan karena
kenaikan Altman z-score yang signifikan pada PT Ciputra Property Tbk dan PT
Modernland Property Tbk sehingga mempengaruhi rata-rata industri. Pada tahun 2010,
rata-rata industri mengalami peningkatan z-score menjadi 253,89 sedangkan z-score PT
Summarecon Agung Tbk menjadi 79,67. Ini disebabkan pada tahun ini, semua z-score
pada perusahaan mengalami kenaikan karena semua harga saham mengalami kenaikan
harga. Kenaikan harga saham yang paling menonjol adalah PT Summarecon Agung Tbk
yang mengalami kenaikan Rp490,- per lembar sahamnya.
Pada tahun 2011, rata-rata industri mengalami penurunan pada z-score menjadi
191,66 sedangkan PT Summarecon Agung Tbk mengalami penurunan sehingga z-score
nya menjadi 64,40, Ini disebabkan karena penurunan signifikan z-score PT Ciputra
Property Tbk dan PT Modernland Property Tbk sehingga mempengaruhi rata-rata
industri. Pada PT Ciputra Property Tbk terjadi kenaikan pada harga saham namun
diikuti oleh kenaikan total kewajibannya sehingga memperkecil z-score nya sedangkan
128
pada PT Modernland Property Tbk terjadi penurunan harga saham dan diikuti juga oleh
kenaikan pada total kewajiban sehingga memperkecil z-score nya.
Penulis juga membuat analisis kebangkrutan pada 5 tahun yang akan datang yang
berasal dari analisis prospektif yang telah dilakukan sebelumnya.
Tahun SMRA Rata-rata industri ASRI MDLN LPCK CTRP2012 63,77 172,89 107,54 103,24 188,12 401,792013 62,95 187,72 106,98 105,55 157,71 505,402014 61,96 157,82 105,98 107,95 124,55 388,642015 60,80 133,68 104,73 110,39 93,55 298,912016 59,53 114,58 103,08 112,83 67,69 229,76
Tabel 4.22 Hasil analisis kebangkrutan menggunakan Alt-man z-score 2012-2016
Berdasarkan analisis prospektif yang telah dilakukan penulis sebelumnya, dapat
diprediksikan bahwa PT Summarecon Agung Tbk mengalami penurunan dari tahun ke
tahun.Namun terlihat dari skor yang didapatkan, PT Summarecon Agung Tbk masih
diatas 3,00 yang menyatakan bahwa z-score PT Summarecon Agung Tbk masih sangat
baik dan masih jauh dari tingkat kebangkrutan.
Pada tahun 2012, diprediksikan hasil z-score nya 63,77 ini artinya PT
Summarecon Agung Tbk mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 64,40
sedangkan rata-rata industri juga mengalami penurunan menjadi 172,89. Pada tahun
2013, z-score PT Summarecon Agung Tbk mengalami penurunan namun PT Ciputra
Property Tbk dan PT Modernland Property Tbk mengalami kenaikan pada z-score
sehingga mempengaruhi rata-rata industri. Pada tahun 2014 sampai 2016, terjadi
penurunan pada industri-industri properti namun terjadi kenaikan pada PT Modernland
Property Tbk.
129