malaria, doc
TRANSCRIPT
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 1/27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di
seluruh dunia, terutama Negara-negara beriklim tropis dan subtropics. Setiap
tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta
kematian terutama di negara-negara benua Afrika.(1,2,3)
Upaya penanggulangan di Indonesia telah sejak lama dilaksanakan, namun
daerah endemis malaria bertambah luas, bahkan menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Dari 295
kabupaten/ kota yang ada di Indonesia, 167 kabupaten/ kota merupakan wilayah
endemis malaria.(3)
Beberapa upaya dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan kematian
akibat malaria, yaitu melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya
antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan
pengendalian vector yang kesemuanya ditujukan untuk memutuskan rantai
penularan malaria.(3)
1
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 2/27
BAB II
STATUS PENDERITA
2.1 IDENTITAS PENDERITA
1. Nama : Tn. B
2. Umur : 41 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pekerjaan : -
5. Pendidikan : -
6. Agama : Islam
7. Alamat : Ds. Tirtoyudo, Kec. Tirtoyudo, Kab.
Malang
8. Status Perkawinan : Menikah
9. Suku : Jawa
10. Tanggal Periksa : 26 Juni 2011
11. No. Register : 25-79-35
2.2 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama: Panas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke UGD RSUD Kepanjen dengan keluhan panas sejak 3 hari
yang lalu. Pasien merasa panasnya naik turun, disertai menggigil, panas tinggi,
dan keluar keringat pada malam hari. Selain itu, pasien mengeluh mual-mual,
muntah 1 kali, dan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya pasien
pernah berobat ke puskesmas tetapi hasilnya tidak ada perubahan. Pasien
mengaku 3 bulan yang lalu pernah tinggal di papua selama 1 tahun dan pernah
sakit dengan penyakit yang sama.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Riwayat malaria (+), 6 bulan yang lalu.
b. Riwayat hipertensi (-)
c. Riwayat penyakit jantung (-)
2
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 3/27
d. Riwayat diabetes mellitus (-)
e. Riwayat asma (-)
f. Riwayat alergi obat/ makanan (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
a. Riwayat hipertensi (-)
b. Riwayat penyakit jantung (-)
c. Riwayat diabetes mellitus (-)
d. Riwayat asma (-)
e. Riwayat alergi obat/ makanan (-)
5. Riwayat Kebiasaan:
a. Riwayat merokok (+)
b. Riwayat minum alkohol (-)
c. Riwayat minum kopi (+)
d. Riwayat minum jamu (-)
e. Riwayat olahraga (-)
2.3 ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : Lesi kulit (-), lepuh (-), gatal (-), keropeng (-),
makula (-), papula (-), nodula (-).
2. Kepala : Nyeri kepala (+), pusing (-), rambut rontok
(-), luka (-), benjolan (-).
3. Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-),
penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan berkurang (-).
4. Hidung : Rhinorrea (-), epistaksis (-).
5. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-),cairan (-).
6. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit
(+).
7. Tenggorokan : Sakit menelan (-), serak (-).
8. Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-).
9. Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg
(-).
3
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 4/27
10. Gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), diare (-), nafsu
makan turun (+), kembung (+), BAB lancar.
11. Genitourinaria : BAK lancar, 3-6 kali sehari, warna kuning
jernih, dan jumlah dalam batas normal.
12. Neurologik : Kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-).
13. Psikiatrik : Emosi stabil (+), mudah marah (-).
14. Muskolokeletal : Kaku otot (-), kaku sendi (-), nyeri sendi
pinggul (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-).
15. Ekstremitas atas : Edema (-), sakit (-), ujung jari tangan
dingin (-), telapak tangan pucat (-).
16. Ekstremitas bawah : Edema (-), sakit (-), ujung jari kaki dingin (-),
telapak kaki pucat (-).
2.4 PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: Tampak lemah, kesadaran compos mentis (GCS
E4V5M6), status gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital:
a. Tensi : 100/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit, regular, isi cukup, simetris
c. Pernafasan : 20 x/menit
d. Suhu : 40°C
3. Kulit:
Lesi kulit (-), lepuh (-), gatal (-), keropeng (-), makula (-), turgor turun (-),
ikterik (-), sianosis (-), pucat (+).
4. Kepala: Nyeri kepala (+), pusing (-), luka (-), keriput (-), rambut mudah dicabut (-),
kelainan mimik wajah/ bells palsy (-).
5. Mata:
Conjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), reflek kornea
(+/+), arkus senilis (+/+), radang (-/-).
6. Hidung:
4
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 5/27
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-).
7. Mulut:
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah terasa pahit (+), lidah kotor (-), papil
lidah atrofi (-), tremor (-), gusi berdarah (-).
8. Telinga:
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga
dalam batas normal.
9. Tenggorokan:
Sakit menelan (-), tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (-/-).
10. Leher:
Trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-), lesi pada kulit (-).
11. Thoraks:
Normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi
(-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
Batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dekstra
Batas kiri bawah : SIC V 1 cm Medial Linea Medio
Clavicularis Sinistra
Batas kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dekstra
Pinggang jantung : SIC III Linea Para Sternalis Sinistra(batas jantung kesan tidak melebar)
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
Pulmo:
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri.
Palpasi : Fremitus raba kiri sama dengan kanan.
Perkusi : Sonor/sonor.
5
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 6/27
Auskultasi : SD = Vesikuler + +
+
+ +
ST = Ronkhi - - , wheezing - -
- -
- - - -
Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : Pergerakan dada kanan sama dengan kiri.
Palpasi : Fremitus raba kiri sama dengan kanan.
Perkusi : Sonor/sonor.
Auskultasi : SD = Vesikuler + +
+
+ +
ST = Ronkhi - - , wheezing - -
- -
- - - -
12. Abdomen:
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani seluruh lapang perut.
Auskultasi : Peristaltik (+) normal.
13. Sistem Collumna Vertebralis:
Inspeksi : Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-).
Palpasi : Nyeri tekan (-).
Perkusi : Nyeri ketok costovertebralis dextra (-), nyeri ketok costovertebralis sinistra (-).
Auskultasi :
14. Ekstremitas : Palmar eritema (-/-)
Akral dingin Oedem
- -
- -
6
- -
- -
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 7/27
15. Sistem Genetalia : Dalam batas normal.
16. Pemeriksaan Neurologik:
Kesadaran : Compos mentis (GCS E4V5M6).
Fungsi Luhur : Dalam batas normal.
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal.
Fungsi Sensorik :
N N
N N
Fungsi Motorik :
5 5
5 5
Kekuatan Tonus
+ +
+ +
RF RP
17. Pemeriksaan Psikiatrik:
Penampilan : Perawatan diri baik.
Kesadaran : Kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis.
Afek : Appropriate.
Psikomotor : Normoaktif.
Proses berpikir : Bentuk : Realistik.
Isi : Waham (-), halusinasi (-), ilusi (-).Arus : Koheren.
Insight : Baik.
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tanggal 27 Juni 2011
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
No. Jenis Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 Hemoglobin 5.6 g/dl (13.5-18)
7
N N
N N
- -
- -
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 8/27
2 H. Lekosit 10.900 sel/cmm (4-11 ribu)
3 Hitung Jenis 2/-/5/64/25/4 1-5/0-1/3-5/54-62/15-35/3-7
4 Laju Endap Darah 65 /jam (≤ 20)
5 H. Trombosit 128.000 sel/cmm (150-450 ribu)
6 Hematokrit 19 % (40-54)Hasil Pemeriksaan Parasitology
Malaria (+), Plasmodium vivax.
2. Tanggal 28 Juni 2011
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
No. Jenis Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 Hemoglobin 5.3 g/dl (13.5-18)
2 H. Lekosit 7.730 sel/cmm (4-11 ribu)3 Hitung Jenis -/-/-/64/28/8 1-5/0-1/3-5/54-62/15-35/3-7
4 Laju Endap Darah 140 /jam (≤ 20)
5 H. Trombosit 290.000 sel/cmm (150-450 ribu)
6 Hematokrit 16 % (35-47)
7Gula Darah
Sewaktu77 mg/dl (< 140)
8 SGOT 20 U/l (< 36)
9 SGPT 18 U/l (< 36)
10 Ureum 21 mg/dl (20-40)
11 Kreatinin 0.51 mg/dl (0.5-0.9)
3. Tanggal 29 Juni 2011
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
No. Jenis Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 Hemoglobin 6.4 g/dl (13.5-18)
4. Tanggal 30 Juni 2011
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium No. Jenis Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 Hemoglobin 11.5 g/dl (13.5-18)
2.6 WORKING DIAGNOSA
Malaria.
Differential Diagnosa:
1. Demam dengue.
2. Demam thipoid.
8
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 9/27
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
a. Edukasi pasien mengenai penyakit malaria.
b. Kompres pakai air dingin jika panas tinggi.
c. Diet: cukup kalori, karbohidrat, dan cairan.
d. Tirah baring.
2. Medikamentosa
a. IVFD RL 20 tpm.
b. Inj. Ranitidin 2x25 mg/ml IV.
c. Kloroquin 250 mg 1x4 tab.
d. Primakuin 15 mg 1x1 tab.
e. Paracetamol 500 mg 3x1 tab. bila perlu.
2.8 FOLLOW UP
Nama : Tn. B
Diagnosis : Malaria
Tabel 5. Follow Up
No. Tanggal S O A P
Diagnosa Terapi
1 26 Juni
2011
Panas
(+),
mual
(+),
muntah
(+),
sakit
kepala
(+)
T : 100/80
mmHg
RR : 20 x/menit
N : 80
x/menit
S : 40°C
Malaria.
DD:
1. Demam
dengue.
2. Demam
thipoid.
1. DL.
2.
GOPUC.
3. EHD
malaria.
Non medikamentosa:
1. Diet.
2. Tirah baring.
Medikamentosa:
1. IVFD RL 20 tpm.
2. Inj. Ranitidin 2x25
mg/ml IV.
3. Kloroquin 250 mg
1x4 tab.
4. Primakuin 15 mg1x1 tab.
5. Paracetamol 500
mg 3x1 tab. bila
perlu.
2 27 Juni
2011
Panas
(+),
mual
(+),
muntah
(-),
sakit
kepala
(+)
T : 100/60
mmHg
RR : 20 x/menit
N : 80
x/menit
S : 38°C
An +/+
Hb 5.6
Malaria.
DD:
1. Demam
dengue.
2. Demam
thipoid.
1. DL.
2.
GOPUC.
Non medikamentosa:
1. Diet.
2. Tirah baring.
Medikamentosa:
1. IVFD RL 20 tpm.
2. Inj. Ranitidin 2x25
mg/ml IV.
3. Kloroquin 250 mg
1x4 tab.
9
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 10/27
4. Primakuin 15 mg
1x1 tab.
5. Paracetamol 500
mg 3x1 tab. bila
perlu.
3 28 Juni2011
Panas(-),
mual
(+),
muntah
(-),
sakit
kepala
(+)
T : 100/70mmHg
RR : 20 x/menit
N : 86
x/menit
S : 36°C
An +/+
Hb 5.3
Malaria.DD:
1. Demam
dengue.
2. Demam
thipoid.
1. HB. Non medikamentosa:1. Diet.
2. Tirah baring.
Medikamentosa:
1. IVFD RL 20 tpm.
2. Inj. Ranitidin 2x25
mg/ml IV.
3. Kloroquin 250 mg
1x4 tab.
4. Primakuin 15 mg
1x1 tab.
5. Paracetamol 500
mg 3x1 tab. bila
perlu.
4 29 Juni
2011
Panas
(-),
mual
(-),
muntah
(-),
sakit
kepala
(+)
T : 100/80
mmHg
RR : 20 x/menit
N : 84
x/menit
S : 36°C
An +/+
Hb 6.4
Malaria.
DD:
1. Demamdengue.
2. Demam
thipoid.
1. HB. Non medikamentosa:
1. Diet.
2. Tirah baring.
Medikamentosa:
1. IVFD RL 20 tpm.
2. Inj. Ranitidin 2x25
mg/ml IV.
3. Kloroquin 250 mg
1x4 tab.
4. Primakuin 15 mg
1x1 tab.
5. Paracetamol 500mg 3x1 tab. bila
perlu.
5 30 Juni
2011
Panas
(-),
mual
(-),
muntah
(-),
sakit
kepala
(-)
T : 120/80
mmHg
RR : 20 x/menit
N : 80
x/menit
S : 36°C
An +/+
Hb 11.5
Malaria.
DD:
1. Demam
dengue.
2. Demam
thipoid.
Non medikamentosa:
1. Diet.
2. Tirah baring.
Medikamentosa:
1. IVFD RL 20 tpm.
2. Inj. Ranitidin 2x25
mg/ml IV.
3. Kloroquin 250 mg
1x4 tab.
4. Primakuin 15 mg
1x1 tab.5. Paracetamol 500
mg 3x1 tab. bila
perlu.
10
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 11/27
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Gambar 1. Malaria
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan
pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit
infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam
darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.(4)
3.2 EPIDEMIOLOGI
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan
perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-
laki, namun kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor
yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah(5,6):
1. Ras atau suku bangsa
11
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 12/27
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi
sehingga lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS dapat
menghambat perkembangbiakan P. falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD)
memberikan perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat.
Defisiensi terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi
utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan
Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.
3.3 ETIOLOGI
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada
manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan
oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi
darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya. (6,7)
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria
tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana.
P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum
menyebabkan malaria falciparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling
berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam
waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh.(3,7)
3.4 SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia
dan nyamuk anopheles betina.(7)
a. Siklus Pada Manusia
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit
yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah
12
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 13/27
selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati
dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang
terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus
eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada P. vivak
dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon,
tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit
tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-
tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
dapat menimbulkan relaps (kambuh).(3,7)
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah,
parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30
merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi
sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer.
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah
merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.(3,7)
b. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet
akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.(3,7)
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam
bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau
rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam
darah dengan pemeriksaan mikroskopik.(3,7)
3.5 PATOGENESIS
13
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 14/27
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya
anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa
sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia
mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.(6)
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga
mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering
terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada
malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.(6)
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi
merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung
parasit mengalami perubahan struktur dan biomolekular sel untuk
mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme,
diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.(8)
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P.
falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu,
eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk
roset.(4)
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang
mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit
non parasit, sehingga berbentuk seperti bunga. Salah satu faktor yangmempengaruhi terjadinya resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya
antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan
eritrosit yang tidak terinfeksi.(4,8)
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan
berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Penghancuran eritrosit
14
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 15/27
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga
terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan
anemia dan hipoksemia jaringan. Pada hemolisis intravascular yang berat
dapat terjadi hemoglobinuria (black white fever) dan dapat menyebabkan
gagal ginjal.(9)
2. Mediator endotoksin-makrofag
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag
yang sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin
mungkin berasal dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat
melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin,
ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit
malaria. TNF dan sitokin dapat menimbulkan demam, hipoglikemia, dan
sindrom penyakit pernapasan pada orang dewasa.(9)
3. Sekuestrasi eritrosit yang terluka
Eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-
tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen
dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas
eritrosit yang mengandung parasit terhadap endothelium kapiler alat dalam,
sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang
terinfeksi menempel pada endothelium dan membentuk gumpalan yang
mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia dan edema
jaringan.(9)
Sporozoit pada fase eksoeritrosit bermultiplikasi dalam sel hepar tanpa
menyebabkan reaksi inflamasi, kemudian merozoit yang dihasilkan menginfeksi
eritrosit yang merupakan proses patologi dari penyakit malaria. Proses terjadinya patologi malaria serebral yang merupakan salah satu dari malaria berat adalah
terjadinya perdarahan dan nekrosis di sekitar venula dan kapiler. Kapiler dipenuhi
leukosit dan monosit, sehingga terjadi sumbatan pembuluh darah oleh roset
eritrosit yang terinfeksi.(4,10)
3.6 MANIFESTASI KLINIS
15
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 16/27
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan
dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI
(glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya.
Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah
hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran
karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali. (4,8,10,11)
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies
parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae),
beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi
hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk
atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium
aseksual).(4,12)
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam,
berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang
dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa
dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P.
ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak
jelas.(12)
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym)
secara berurutan:a. Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering
membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil,
sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperature.(4,11,2)
b. Periode panas
16
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 17/27
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita
membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital,
muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama
dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat.(4,11,12)
c. Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita
merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat
dan dapat melakukan pekerjaan biasa.(4,12)
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih
sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah
3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis.
(4,12)
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. pada
infeksi P. falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan komplikasi
umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan
sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi
sebagai berikut(4,12):
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit
>10.000/µl.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12
ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan
kreatinin >3mg%.4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/ syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
17
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 18/27
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada
hipertermis.
9. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena
obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler jaringan otak.
3.7 DIAGNOSIS
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti
infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik
atau tes diagnostic cepat.
1. Anamnesis
a. Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
d. Riwayat sakit malaria.
e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
f. Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat,
dapat ditemukan keadaan di bawah ini:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat. b. Keadaan umum yang lemah.
c. Kejang-kejang.
d. Panas sangat tinggi.
e. Mata dan tubuh kuning.
f. Perdarahan hidung, gusi, atau saluran cerna.
g. Nafas cepat (sesak napas).
h. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
18
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 19/27
i. Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
j. Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
k. Telapak tangan sangat pucat.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Demam (≥37,5oC).
b. Kunjunctiva atau telapak tangan pucat.
c. Pembesaran limpa.
d. Pembesaran hati.
Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis
sebagai berikut:
a. Temperature rectal ≥40oC.
b. Nadi capat dan lemah.
c. Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg
pada anak-anak.
d. Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali
permenit pada balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.
e. Penurunan kesadaran.
f. Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.
g. Tanda-tanda dehidrasi.
h. Tanda-tanda anemia berat.
i. Sklera mata kuning.
j. Pembesaran limpa dan atau hepar.
k. Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.
l. Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.
3. Pemeriksaan Laboratoriuma. Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada
penderita adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah
tepi.(13) Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan:
1. Ada/ tidaknya parasit malaria.
2. Spesies dan stadium Plasmodium.
3. Kepadatan parasit.
19
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 20/27
a. Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++) : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
b. Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah
tebal atau sediaan darah tipis.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,
dengan menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.
c. Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah
beberapa hari parasitemia. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan
tes >1:20 dinyatakan positif.
3.8 PENATALAKSANAAN
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin, sulfadoksin-
pirimetamin, kina, primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin merupakan obat
antimalaria standar untuk profilaksis, pengobatan malaria klinis dan pengobatan
radikal malaria tanpa komplikasi dalam program pemberantasan malaria,
sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal penderita malariafalciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan untuk
pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina juga
digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi.
Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis,
pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk
pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resistenmultidrugs.(14)
20
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 21/27
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di Rumah
Sakit, obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria lain,
untuk mengobati penderita resisten multidrugs. Obat antibiotika yang sudah
diujicoba sebagai profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya adalah derivate
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-trimetoprim dan
siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat anti malaria yang
bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina. (14)
a. Pengobatan malaria falciparum
Lini pertama: Artesunat+Amodiakuin+Primakuin. Dosis artesunat= 4
mg/kgBB (dosis tunggal), amodiakuin= 10 mg/kgBB (dosis tunggal), primakuin=
0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).
Apabila pemberian dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat badan
penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur. Dosis
makasimal penderita dewasa yan dapat diberikan untuk artesunat dan amodiakuin
masing- masing 4 tablet, 3 tablet untuk primakuin.
Tabel 6. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum Menurut Kelompok Umur.
(3)
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Perhari Menurut Kelompok Umur 0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14
tahun
≥15 tahun
I Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakui
n
1/4 ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¾ 1 1/2 2 2-3
II Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakui
n
¼ ½ 1 2 3 4
III Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakui
n
¼ ½ 1 2 3 4
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria
falciparum. Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh
parasit stadium aseksual, sedangkan primakuin bertujuan untuk membunuh
gametosit yang berada di dalam darah.(3)
Pengobatan lini kedua malariafalciparum diberikan bila pengobatan lini
pertama tidak efektif.
21
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 22/27
Lini kedua: Kina+Doksisiklin/ Tetrasiklin+Primakuin. Dosis kina=10
mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin= 4 mg/kgBB/hr (dewasa, 2x/hr
selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th, 2x/hr selama 7 hari), tetrasiklin= 4-5
mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan
penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur.
Tabel 7. Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falciparum.
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Perhari Menurut Kelompok Umur
0-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14
tahun
≥15 tahun
I Kina - 3x1/2 3x1 3x1/2 3x2-3
Doksisiklin - - - 2x1** 2x1***
Primakuin - ¾ 1 1/2 2 2-2
II-VII Kina - 3x1/2 3x1 3x1/2 3x2-3
Doksisiklin - - - 2x1** 2x1***
Keterangan:
* : Dosis diberikan per kgBB
** : 2x50 mg doksisiklin
*** : 2x100 mg doksisiklin
b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
Lini pertama: Klorokuin+Primakuin. Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan
utama untuk pengobatan malaria vivax dan ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan
membunuh parasit stadium aseksual dan seksual. Pemberian primakuin selain
bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat membunuh parasit
aseksual di eritrosit.(3)
Dosis total klorokuin= 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin= 0,25
mg/kgBB/hr (selama 14 hari). Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan
berdasarkan berat badan penderita obat dapat diberikan berdasarkan golongan
umur, sesuai dengan tabel.
Tabel 8. Pengobatan Malaria Vivax Dan Malaria Ovale
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Menurut Kelompok Umur (Dosis Tunggal)
0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14
tahun
≥15 tahun
I Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ 3/4 1
II Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1
III Klorokuin 1/8 1/4 ½ 1 1 1/2 2
Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1
IV-
XIV
Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1
22
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 23/27
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian obat,
ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari keempat) dan tidak
ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ketujuh.(3) Pengobatan tidak efektif
apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat(3):
1. Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau
2. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau
timbul kembali setelah hari ke-14.
3. Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke-
15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin.
Lini kedua: Kina+Primakuin. Dosis kina= 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari),
primakuin= 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari). Dosis obat juga dapat ditaksir
dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan umur sebagai berikut:
Tabel 9. Pengobatan Malaria Vivax Resisten Klorokuin
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Perhari Menurut Kelompok Umur
0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14
tahun
≥15 tahun
1-7 Kina * * 3x1/2 3x1 3x2 3x31-
14
Primakuin - - ¼ ½ 3/4 1
Keterangan:
* : Dosis diberikan per kgBB
Pengobatan malaria vivax yang relaps.
Sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin yang ditingkatkan.
Dosis klorokuin diberikan 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25
mg/kgBB dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5
mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis
berdasarkan golongan umur.(3)
Tabel 10. Pengobatan Malaria Vivax Yang Relaps.
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Menurut Kelompok Golongan Umur
0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14
tahun
≥15 tahun
I Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ½ 1 1 1/2 2
II Klorokuin ¼ ½ - 2 3 3-4
Primakuin - - ½ 1 1 1/2 2
III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 1/2 2
23
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 24/27
Primakuin - - ½ 1 1 1/2 2
IV-
XIV
Primakuin - - ¼ 1 1 1/2 2
c. Pengobatan malaria malariae
Klorokuin 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB.
Klorokuin dapat membunuh parasit bentuk aseksual dan seksual P. malariae.
Pengobatan dapat juga diberikan berdasarkan golongan umur penderita. (3)
Tabel 11. Pengobatan Malaria Malariae
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Menurut Kelompok Golongan Umur
0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14
tahun
≥15 tahun
I Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 3-4
II Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
III Klorokuin 1/8 1/4 ½ 1 1 1/2 2
d. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria
sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini
ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu
yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain.
Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian atau tugas dalam jangka
waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal protection seperti pemakaiankelambu, kawat kassa, dan lain-lain.(3)
Oleh karena P. falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup tinggi
maka kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada infeksi spesies ini. Sehubungan
dengan laporan tingginya tingkat resistensi P. falciparum terhadap klorokuin,
maka doksisiklin menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2
mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis untuk P. vivax
dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut
diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah
kembali.(3)
Tabel 12. Dosis Pengobatan Pencegahan Dengan Klorokuin
Golongan Umur (Tahun) Jumlah Tablet Klorokuin (Dosis Tunggal, 1x/Minggu)
<1 ¼
1-4 ½
5-9 1
10-14 1 ½
>14 2
24
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 25/27
3.9 PROGNOSIS
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis
serta pengobatan.(3)
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan
pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai
50%.
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik
daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ.(3)
4. Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
5. Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%.
6. Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
a. Kepadatan parasit <100.000/µL, maka mortalitas <1%.
b. Kepadatan parasit >100.000/µL, maka mortalitas >1%.
c. Kepadatan parasit >500.000/µL, maka mortalitas >5%.
25
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 26/27
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Malaria merupakan suatu penyakit yang bersifat akut maupun kronik, yang
disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang ditandai dengan demam,
anemia dan pembesaran limpa. Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari
4 spesies, yaitu P. falciparum, P. ovale, P. vivax, dan P. malariae. Malaria juga
melibatkan hospes perantara yaitu nyamuk anopheles betina. Daur hidup spesies
malaria terdiri dari fase seksual dalam tubuh nyamuk anopheles betina dan fase
aseksual dalam tubuh manusia. Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks
antara parasit, inang dan lingkungan. Pada malaria berat berkaitan dengan
mekanisme transport membrane sel, penurunan deformabilitas, pembentukan
knob, sitoadherensi, resetting, dan lain-lain. Manifestasin klinik dari penyakit
malaria ditandai dengan gejala prodromal, trias malaria (menggigil-panas-
berkeringat), anemia dan splenomegali. Diagnosis malaria ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gold standard adalah menemukan
parasit malaria dalam pemeriksaan sediaan apus darah tepi.
Pengobatan untuk malaria falciparum, lini pertama:
artesunat+amodiakuin+primakuin, lini kedua: kina+dosksisiklin/
tetrasiklin+primakuin. Pengobatan malaria vivak dan ovale, lini pertama:
klorokuin+primakuin, jika resistensi klorokuin: kina+primakuin, jika relaps:
naikkan dosis primakuin. Pengobatan malaria malariae diberikan klorokuin.
Untuk profilaksis dapat digunakan dosksisiklin dan klorokuin.
26
5/11/2018 Malaria, Doc - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-doc 27/27
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramdja M, Mekanisme Resistensi Plasmodium Falciparum Terhadap
Klorokuin. MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.2. Kartono M. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. MEDIKA.
No.XX, tahun XXIX. Jakarta, 2003; Hal: 615.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Jakarta, 2006; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
4. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
5. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC, 2000; Hal: 1-15.
6. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor).
Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.
Jakarta: EGC, 2000; Hal: 249-60.
7. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus HidupPlasmodium Malaria. Dalam
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis
dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 38-52.
8. Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam:
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis
dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 118-26.
9. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi
W (editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran
UI, 2000, Hal: 171-97.10. Zulkarnaen I. Malaria Berat (Malaria Pernisiosa). Dalam: Noer S et
al (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI, 2000;Hal:504-7.
11. Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi
ketiga, Jilid I, Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2001, Hal: 409-16.
12. Harijanto PN. Gejala Klinik Malaria. Dalam: Harijanto PN
(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 151-55.
13. Purwaningsih S. Diagnosis Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor).
Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.
Jakarta: EGC, 2000; Hal: 185-92.14. Tjitra E. Obat Anti Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC, 2000; Hal: 194-204.
27