lapsus malaria

27

Click here to load reader

Upload: rexy-nunuhitu

Post on 10-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nn

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Malaria

BAB 1`

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global . Malaria

dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita

dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat

menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar

wilayah Indonesia.(1,2)

Kasus malaria di dunia berdasarkan World Malaria Report 2013sebanyak 207

juta kasus, dan diantaranya terdapat 627.000 kasus kematian. Data ini juga

menyebutkan pada tahun 2012, jumlah kasus malaria di Indonesia sebanyak 417.819

orang dari 3.534.331 kasus klinis malaria yang diperiksa sampel darahnya dengan

tingkat kejadian tahunan 1,69/1000 penduduk.(3)

Sejak tahun 2010 Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Kementerian Kesehatan telah menggunakan indikator Annual Parasit

Incidence (API) di seluruh Provinsi di Indonesia. Pada tahun 2012 NTT merupakan

Provinsi tertinggi API yang ke 3 (setelah Provinsi Papua dan Papua Barat). (4)

Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, API per 1000 penduduk

mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2008 API Provinsi NTT sebesar

33 per 1000 penduduk, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 28 per 1000

penduduk. Pada tahun 2010 naik sedikit menjadi 30 per 1000 penduduk, pada tahun

2011 kembali menurun menjadi 25 per 1000 penduduk, dan pada tahun 2012

Page 2: Lapsus Malaria

menurun lagi menjadi 23 per 1000. Insiden malaria pada penduduk Indonesia tahun

2013 adalah 1,9 persen menurun dibanding tahun 2007 (2,9%), tetapi di Papua Barat

mengalami peningkatan tajam jumlah penderita malaria (gambar 1). Prevalensi

malaria tahun 2013 adalah 6,0 persen. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi

tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%),

Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku

(3,8% dan 10,7%). Dari 33 provinsi di Indonesia, 15 provinsi mempunyai prevalensi

malaria di atas angka nasional, sebagian besar berada di Indonesia Timur. Provinsi di

Jawa-Bali merupakan daerah dengan prevalensi malaria lebih rendah dibanding

provinsi lain, tetapi sebagian kasus malaria di Jawa-Bali terdeteksi bukan berdasarkan

diagnosis oleh tenaga kesehatan.(2,5)

Tabel 1.1 Insiden dan prevalensi malaria menurut provinsi, Indonesia 2013Provinsi Insiden Malaria Prevalensi Malaria

D D/G D D/G Aceh 0,3 2,4 1,6 6,1 Sumatera Utara 0,3 1,4 1,2 5,2 Sumatera Barat 0,3 1,4 1,1 4,3 Riau 0,1 0,6 0,8 2,5 Jambi 0,5 1,3 1,9 4,7 Sumatera Selatan 0,2 1,0 1,3 4,0 Bengkulu 1,5 2,3 5,7 9,3 Lampung 0,2 0,7 1,3 3,4 Bangka Belitung 0,9 2,6 4,4 8,7 Kepulauan Riau 0,1 0,8 1,5 4,2 DKI Jakarta 0,0 2,0 0,3 5,8 Jawa Barat 0,1 1,6 0,5 4,7 Jawa Tengah 0,0 1,5 0,6 5,1 DI Yogyakarta 0,1 1,4 0,5 5,3 Jawa Timur 0,0 1,8 0,5 5,2 Banten 0,0 1,4 0,4 4,3 Bali 0,0 0,8 0,4 2,7

Page 3: Lapsus Malaria

Nusa Tenggara Barat 0,5 3,0 2,5 9,0 Nusa Tenggara Timur 2,6 6,8 10,3 23,3 Kalimantan Barat 0,4 1,4 1,6 4,6 Kalimantan Tengah 0,4 1,5 2,2 6,4 Kalimantan Selatan 0,1 2,8 1,1 7,3 Kalimantan Timur 0,2 0,9 1,4 4,3 Sulawesi Utara 0,7 2,7 3,7 10,0 Sulawesi Tengah 1,3 5,1 4,0 12,5 Sulawesi Selatan 0,2 3,1 1,0 8,1 Sulawesi Tenggara 0,2 1,9 1,2 5,6 Gorontalo 0,2 1,9 1,1 5,6 Sulawesi Barat 0,4 2,8 1,3 7,5 Maluku 1,2 3,8 3,9 10,7 Maluku Utara 1,1 3,2 4,7 11,3 Papua Barat 4,5 6,7 12,2 19,4 Papua 6,1 9,8 17,5 28,6 Indonesia 0,3 1,9 1,4 6,0

Page 4: Lapsus Malaria

BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Tn. UK

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Umur : 24 tahun

4. TTL : 4 Juni 1991

5. Alamat : Oesapa RT/RW 40/13

6. Agama : Protestan

7. Pendidikan : SMA

8. Pekerjaan : Portir Bandara

9. Status Pernikahan : Belum Menikah

10. Ruangan : Kelimutu C1

11. No. MR : 418859

12. MRS : 2 Juli 2015

13. Dikasuskan : 10 Juli 2015

2.2 PERJALANAN PENYAKIT

Pasien datang ke IGD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes dari rujukan RS Kota

pada tanggal 2 Juli 2015 pukul 21.42 WITA. Masuk ruangan Kelimutu C1 pada

tanggal 3 Juli 2015 pukul 10.30 WITA.

Page 5: Lapsus Malaria

2.3 ANAMNESIS

Pengkajian menyeluruh didapat melalui data sekunder.

a. Keluhan Utama: Demam sejak 6 hari yang lalu

b. Riwayat Penyakit Sekarang:

Demam yang dialami sejak 6 hari yang lalu bersifat hilang timbul dan biasanya

muncul pada malam hari. Menggigil dan keringat malam juga dikeluhkan pasien

yang muncul bersamaan dengan demam. Selain itu pasien juga mengeluhkan

kepala sakit dan mual serta muntah yang muncul bersamaan dengan demam yang

dirasakan. Nyeri ulu hati juga dikeluhkan pasien sejak beberapa hari yang lalu.

Badan terasa lemas sejak 2 hari lalu. BAK pasien berwarna teh pekat. Tidak ada

faktor yang memperberat dan memperingan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu:

pasien dirujuk dari RS kota dengan Malaria Vivax + sepsis, HT (-), DM (-),

penyakit jantung (-)

d. Riwayat Kebiasaan:

Merokok (+), alkohol (+), kopi (+)

e. Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada yang mengalami gejala yang sama dengan pasien.

f. Riwayat Sosial Ekonomi:

Pasien bekerja sebagai portir di Bandara. Biaya perawatan dengan JKN.

Kesan sosial ekonomi: kurang.

Page 6: Lapsus Malaria

g. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:

IVFD RL 30 tpm, Paracetamol 3x500 mg, Ranitidine 2x1 amp, Kina 3x600 mg,

doksisiklin 3x500 mg.

2.4 PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum :Tampak sakit berat

b. Kesadaran :CM (GCS 15 E4V5M6)

c. TTV :TD : 110/70 mmHg T : 37,7oC

Nadi :82x/m RR : 22x/m

d. Kulit : Jejas (-), turgor baik

e. Kepala : bentuk normal, rambut hitam, distribusi merata di

seluruh kepala

f. Mata : Konjungtiva :anemis (-/-)

Sklera : ikterik (+/+)

g. Telinga : Ottorhea (-/-)

h. Hidung : Deviasi septum (–)

i. Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), mukosa pucat (–)

k. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-), trakea letak tengah

l. Thoraks

Inspeksi : simetris statis dan dinamis, pelebaran sela iga (-)

Palpasi : Vokal fremitus D=S, Nyeri tekan (-)

Perkusi : Sonor (+)

Auskultasi : Vesikular (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Page 7: Lapsus Malaria

m. Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 midklavikula sinistra

Perkusi : Batas jantung kanan: linea parasternal dextra ICS 5

Batas jantung kiri : linea midklavikula sinistra ICS 4

Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

n. Abdomen

Inspeksi : Perut cembung, venektasi (-)

Auskultasi : Bising Usus (+) (10 x/menit)

Palpasi : Nyeri tekan regio epigastrik (+), hepar teraba 2 jari

bawah arcus costa, lien tidak teraba.

Perkusi : Timpani

o. Ekstremitas : Edema : Superior (-/-), inferior (-/-)

Akral : Superior hangat (+/+), inferior hangat (+/+)

Sensorik: Superior (+/+), inferior (+/+)

p. BB : 65 kg

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG (LABORATORIUM)

2.5.1 Pemeriksaan tanggal 2 Juli 2015

2.5.1.1 Darah Lengkap ( jam 22.32 WITA)

Hb : 9,9 L g/dL 13-18

Eritrosit : 3,67 L 10^6/uL 4,5-6,2

Hematokrit : 25,2 L % 40-54

Page 8: Lapsus Malaria

MCV : 68,7 L fL 81-96

MCH : 26,7 L pg 27-36

MCHC : 38,9 H g/L 31-37

RDW-CV : 15,5 % 11-16

RDW-SD : 37,5 fL 37-54

Lekosit : 24,67 H 10^3/uL 4-10

Eosinofil : 0,4 % 0-4

Basofil : 0,8 % 0-1

Neutrofil : 69,1 % 50-70

Limfosit : 17 L % 20-40

Monosit : 12,7 H % 2-8

Jumlah Eosinofil : 0,09 10^3/uL 0-0,4

Jumlah Basofil : 0,19 H 10^3/uL 0-0,1

Jumlah Neutrofil : 17,06 H 10^3/uL 1,5-7

Jumlah Limfosit : 4,19 H 10^3/uL 1-3,7

Jumlah Monosit : 3,14 H 10^3/uL 0-0,7

Jumlah Trombosit: 17 L 10^3/uL 150-400

PDW : - fL 9-17

MPV : - fL 9-13

P-LCR : - % 13-43

PCT : - % 0,17-0,35

Malaria Mikroskopis : (+4) Plasmodium Falciparum

Page 9: Lapsus Malaria

2.5.1.2 Kimia Darah

Urea : 200,1 H mg/dL 10-43

Kreatinin : 5,5 H mg/dL 0,7-1,3

SGOT : 138,5 H IU/L 0-37

SGPT : 107,7 H IU/L 0-42

2.5.2 Pemeriksaan tanggal 3 Juli 2015 (jam 8.43 WITA)

SGPT : 144 H U/L <41

SGOT : 178 H U/L <35

2.5.3 Pemeriksaan tanggal 4 Juli 2015 (jam 13.20)

Bilirubin Total :32,5 H mg/dL <1,3

Bilirubin Direk : 19,78 H mg/dL <0,2

Bilirubin Indirek : 12,72 H mg/dL 0-0,7

Glukosa Sewaktu : 28 L mg/dL 70-110

Ureum Darah : 332,4 H mg/dL 17-43

Kreatinin Darah : 9,06 H mg/dL 0,9-1,3

2.5.4 Pemeriksaan tanggal 5 Juli 2015 (jam 22.35 WITA)

Glukosa Sewaktu : 42 L mg/dL 70-110

2.5.5 Pemeriksaan tanggal 6 Juli 2015 (jam 1.43 WITA)

2.5.5.1 Kimia Darah

SGPT : 120 H U/L <41

SGOT : 135 H U/L <35

Glukosa Sewaktu : 46 L mg/dL 70-110

Page 10: Lapsus Malaria

Ureum Darah : 316,6 H mg/dL 17-43

Kreatinin Darah : 11,39 H mg/dL 0,9-1,3

2.5.5.2 Serologi

HbsAg : Negatif Negatif

2.5.6 Pemeriksaan tanggal 6 Juli 2015 (jam 8.40 WITA)

2.5.6.1 Kimia Darah

Glukosa Sewaktu : 19 L mg/dL 70-110

2.5.6.2 Elektrolit

Natrium : 115 L mmol/L 136-145

Kalium : 5.5 H mmol/L 3,1-5,1

Klorida : 85 L mmol/L 98-106

2.6 DAFTAR MASALAH

Clue and cue:

Laki-laki,23 tahun

Demam 6 hari SMRS, muncul malam hari, berkeringat (+), menggigil (+)

Nyeri kepala (+)

Mual (+), muntah (+)

BAB lancar, BAK berwarna teh pekat

Pemeriksaan fisik: T: 37,7oC; sklera ikterik (+/+); abdomen : hepar teraba 2

jari bawah arcus costa.

Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap :Hb: 9,9 g/dL; Eritrosit:

3,67x10^6/uL; Hematokrit : 25,2; Lekosit :24,67x10^3/uL; Jumlah

Page 11: Lapsus Malaria

Trombosit: 17 x10^3/uL; kimia darah: Urea : 200,1 mg/dL, Kreatinin: 5,5

mg/dL, pemeriksaaan DDR: Malaria Mikroskopis: (+4) Plasmodium

Falciparum.

2.7 DIAGNOSIS

Dari klinis dan pemeriksaan laboratorium yang didapatkan maka Tn. UK

didiagnosis malaria falciparum.

2.8 TATA LAKSANA

Rencana terapi

o IVFD RL 500 cc 30 tpm ganti D5% 20tpm

o Paracetamol 3x500 mg p.o

o Ranitidine 50 mg 2x1 amp i.v

o Kina 3x600 mg p.o

o Doksisiklin 2x100 mg p.o

Rencana monitoring

o Keluhan

o Tanda- tanda vital

o DL, ureum, kreatinin, SGPT, SGOT, bilirubin, GDS

2.9 FOLLOW UP

Tanggal 3 Juli 2015 Tanggal 4 Juli 2015S Demam (+), sakit kepala (+), nyeri

perut(+) seperti tertusuk yang menetap, mual (+), muntah (+), lemas (+), BAK kuning pekat

Demam (+), sakit kepala (+), nyeri perut(+) seperti tertusuk yang menetap, mual (+), muntah (+), lemas (+), BAK kurang pekat

Page 12: Lapsus Malaria

O TD: 110/70 mmHg, N:82x/m, T:37,7^C, RR: 22x/mMata: anemis -/-, ikterik +/+Pulmo: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-Cor : s1s2 tunggal reguler, murmur -, gallop –Abomen: BU +, hepar teraba 2 jari bac, nyeri tekan +Ekstremitas: edema -/-

TD: 110/60 mmHg, N:104x/m, T:37,6^C, RR: 20x/mMata: anemis -/-, ikterik +/+Pulmo: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-Cor : s1s2 tunggal reguler, murmur -, gallop –Abomen: BU +, hepar teraba 2 jari bac, nyeri tekan +Ekstremitas: edema -/-

A Malaria Falciparum Malaria FalciparumP Rencana terapi

o IVFD RL 500 cc 30 tpm ganti D5% 20tpm

o Kina 3x600 mg p.oo Doksisiklin 2x100 mg

p.oo Paracetamol 3x500 mg

p.oo Ranitidine 50 mg 2x1

amp i.v Rencana monitoring

o Keluhano Tanda- tanda vital

Rencana terapio IVFD D5% : RL

20tpmo Inj ceftriaxone 1 g i.vo Kina 3x600 mg p.oo Doksisiklin 2x100 mg

p.oo Bolus artesunat 2,4

mg/kgBB diulang 12 jam kemudian ( tidak didapat)

o Paracetamol 3x500 mg p.o

o Ranitidine 50 mg 2x1 amp i.v

o Balance cairan Rencana monitoring

o Keluhano Tanda- tanda vitalo Bilirubin total, ureum,

kreatinin, GDS

Tanggal 5 Juli 2015 Tanggal 6 Juli 2015S Demam (+), sakit kepala ( ), nyeri

perut ( ), lemas (+), BAK merah dan sedikit ± 90 ml kemarin, nyeri kaki dan regio inguinal, mengigau.

Demam (+), sakit kepala ( ), nyeri lu hati (+), lemas (+), BAK merah dan masih sedikit, nyeri kaki dan regio inguinal, perdarahan gusi spontan

O TD: 100/50 mmHg, N:96x/m, TD: 120/70 mmHg, N:100x/m,

Page 13: Lapsus Malaria

T:38^C, RR: 22x/mMata: anemis -/-, ikterik +/+Pulmo: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-Cor : s1s2 tunggal reguler, murmur -, gallop –Abomen: BU +, hepar teraba 2 jari bac, nyeri tekan +Ekstremitas: edema -/-

T:37,3^C, RR: 30x/mKesadaran: GCS E2V1M2Mata: anemis -/-, ikterik +/+Pulmo: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-Cor : s1s2 tunggal reguler, murmur -, gallop –Abomen: BU +, hepar teraba 2 jari bac, nyeri tekan +Ekstremitas: edema -/-

A Malaria Falciparum Malaria BeratP Rencana terapi

o IVFD D5% : RL 20tpm

o Inj cefotaxime 1 g i.vo Kina 3x600 mg p.oo Doksisiklin 2x100 mg

p.oo Bolus artesunat 2,4

mg/kgBB diulang 12 jam kemudian ( tidak didapat)

o Paracetamol 3x500 mg p.o

o Ranitidine 50 mg 2x1 amp i.v

o Balance cairan Rencana monitoring

o Keluhano Tanda- tanda vital

Rencana terapio IVFD D5% : RL 1:1

16tpmo Inj cefotaxime 2x1g i.vo Kina 3x600 mg p.oo Doksisiklin 2x100 mg

p.oo Artemeter 3,2

mg/kgBB IMo Paracetamol 3x500 mg

p.oo Omeprazole 2x1 i.vo Kalnex 3x500 mgo Balance cairan

Rencana monitoringo Keluhano Tanda- tanda vitalo DL

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 DEFINISI

Page 14: Lapsus Malaria

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium.

Infeksi ini dibuktikan dengan ditemukan parasit ini di dalam darah atau jaringan

dengan pemeriksaan mikroskopis yang positif. Infeksi malaria dapat memberikan

gejala berupa periode dingin dimana pasien mulai menggigil diikuti periode panas,

kemudian diikuti periode berkeringat(6).

Ada lima jenis Plasmodium yang menginfeksi manusia. Plasmodium vivax,

Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale,dan Plasmodium

knowlesi merupakan jenis Plasmodium yang menginfeksi manusia. Plasmodium

falciparum yang memiliki masa inkubasi 9-14 hari ini paling sering menyebabkan

kematian..

Malaria falciparum merupakan bentuk yang paling berat. Malaria ini ditandai

dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia sering dijumpai dan

sering terjadi komplikasi.(6)

3.2 PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien

Tn. UK didiagnosa sebagai malaria falciparum. Anamnesis dilakukan untuk

menemukan gejala klinik malaria yang muncul pada pasien. Manifestasi demam

sering didiagnosis dengan infeksi seperti demam thypoid, demam dengue,

leptospirosis, chkungunya, dan infeksi saluran napas. Adanya trombositopenia sering

didiagnosis dengan demam dengue atau thypoid. Ikterik pada pasien malaria sering

diinterpretasikan dengan diagnosa hepatitis, serta penurunan kesdaran dengan demam

sering didiagnosa meningitis(6)

Page 15: Lapsus Malaria

1. Tn UK merasa demam sejak 6 hari SMRS, muncul pada malam hari disertai

menggigil dan berkeringat.

Gejala klasik pada malaria yaitu terjadinya “trias malaria” secara berurutan:

periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering membungkus

diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering disertai seluruh

badan bergetar dan gigi saling terantuk, diikuti dengan peningkatan temperatur;

diikuti periode panas: penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap

tinggi beberapa jam diikuti berkeringat; kemudian periode berkeringat:

penderita berkeringat banyak dan temperatur tubuh turun, penderita merasa

sehat. Trias ini sering ada infeksi P. vivax, sedangkan infeksi P. falciparum

menggigil dapat berlangsung berat maupun tidak ada. Periode tidak panas

berlangsung 12 jam pada P. falciparum, 36 jam pada P. vivax dan P.ovale, 60

jam pada P. malariae.

2. Tn. UK mengeluhkan kepala sakit, rasa mual dan muntah yang dirasakan

bersamaan dengan demam.

Gejala awal dari malaria adalah gejala yang tidak spesifik seperti gejala pada

infeksi virus yaitu sakit kepala, lemah, lesu, rasa tidak nyaman di perut, nyeri

otot dan sendi, yang pada akhirnya diikuti demam, menggigil, berkeringat,

mual muntah dan malaise. Gejala prodormal ini sering terjadi pada P. Vivax dan

P. Ovale. Namun pada P.falciparum dan P. malariae, keluhan prodormal tidak

jelas bahkan gejalanya mendadak. (6)

Page 16: Lapsus Malaria

3. Tn UK, hasil pemeriksaan darah rutin ditemukan anemia, leukositosis,

trombositopenia: apusan darah ditemukan Plasmodiun falciparum

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria

sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil

negatif tidak menyingkirkan diagnosa malaria, karena sebaiknya dilakukan

pemeriksaan tiga kali dan bila hasilnya negatif baru diagnosa malaria boleh

dikesampingkan.

4. Tn UK BAK berjumlah jumlah 90 ml sehari, berwarna teh pekat kemudian hari

berikutnya berwarna merah, serum ureum 200,1, kreatinin 5,5, serta BAK

merah

Penderita sudah mengalami komplikasi yaitu AKI (Acute Kidney Injury)

sebagai perubahan mendadak (48 jam) darifungsi ginjal yang memiliki

karakteristik:

o Meningkatnya serum kreatinin 0,3 mg/dl atau lebih dari hasil

sebelumnya

o Meningkatnya presentase serum kreatinin 50% atau lebih dari nilai

dasar

o Penurunan produksi urin < 0,5 ml/kgBB/jam selama >6 jam

Selain itu penderita sudah mengalami Blackwater fever yang merupakan

sindrom dengan gejala serangan akut, menggigil, demam, dan terdapat

hemaglobulinuria. Biasa pada infeksi P. falciparum.

Page 17: Lapsus Malaria

5. Tn UK memiliki sklera yang ikterik, SGOT: 138,5 IU/L, SGPT: 107,7IU/L,

hepar teraba 2 jari bac

Ikterik sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, selain itu sudah

terdapat peninggian SGOT dan SGPT serta terabanya hepar menandakan sudah

terjadinya kelainan hati akibat kmoplikasi malaria.

6. Tn. UK dengan kadar Glukosa Darah Sewaktu 42 mg/dL

Hipoglikemia dapat tanpa gejala pada penderita dengan keadaan umum yang

berat atau penurunan kesadaran. Hal ini disebabkan kebutuhan metabolik dari

parasit menghabiskan cadangan glikogen di dalam hati.

7. Tn. UK dengan perdarahan gusi spontan

Perdarahan ini terjadi sebagai akibat trombositopenia yang biasa terjadi pada

stadium akhir suatu infeksi P. falciparum.

8. Tn. UK dengan kadar Natrium 115 mmol/L

Kondisi hiponatremia sering dijumpai pada penderita malaria falciparum dan

biasanya bersamaan dengan penurunan osmolaritas. Terjadinya hiponatremia

disebabkan karena kehilangan cairan melalui muntah dan mencret.

3.3 PENATALAKSANAAN KASUS

3.3.1 Lini Pertama ACT + Primakuin

o Dihydroartemisinin + Piperakuin (DHP) dan Primakuin

o Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin

3.3.2 Lini Kedua Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin

Page 18: Lapsus Malaria

o Kina + Doksisiklin

o Kina + Tetrasiklin

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Lapsus Malaria

1 Dirjen PP & PL Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data &

Informasi Direktorat PP Bersumber Binatang. 2011.

2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Daerah NTT tahun.

2013.

3. WHO. World Malaria Report. 2013.

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Informasi Pengendalian Penyakit &

Penyehatan Lingkungan. 2013.

5. Dinas Kesehatan Provinsi NTT. Profil Kesehatan NTT. 2012.

6. Harijanto, PN, Malaria. Dalam Sudoyo AW, dkk, Editor. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi VI. Jakarta: International Publishing, 2014:595-612.