pembahasan iv.1 analisis strategi perusahaanthesis.binus.ac.id/ecolls/doc/bab4/2011-2-00579-ak...
TRANSCRIPT
44
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Analisis Strategi Perusahaan
Dalam melakukan analisis laporan keuangan, analisis strategi perusahaan menjadi
analisis awal yang digunakan untuk menilai kondisi ekonomis dari suatu perusahaan
secara realitas. Dengan analisis strategi perusahaan, analis dapat melihat sejauh mana
tingkat internal dan eksternal perusahaan mampu memberikan kontribusi pada
keberlangsungan bisnis perusahaan.
Untuk melihat tingkat kualitatif dari ekonomi PT XL Axiata Tbk yang didasarkan
pada realitas bisnis, penulis melakukan analisis SWOT dan analisis Porter.
IV.1.1 Analisis SWOT
Adapun analisis SWOT ini berdasarkan dari lingkungan internal dan eksternal
perusahaan dengan tujuan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman apa
yang dimiliki oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
1. Analisis Lingkungan Internal
a. Kekuatan
Kekuatan perusahaan merupakan salah satu faktor internal yang membantu
perusahaan untuk dapat bersaing dengan kompetitor lainnya.
45
Kekuatan PT XL Axiata Tbk:
1. Memiliki lebih dari 30.000 Base Transceiver Station (BTS) diseluruh
Indonesia, tersebar melalui Sumatra termasuk Aceh, jawa, Bali, Lombok,
Sumbawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua dengan cakupan populasi 90%.
2. Jaringan antara kombinasi fiber optic dan transmisi microwave untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan akan komunikasi.
3. XL mengadopsi kerangka ISO 31000 yang dijalankan melalui Manajemen
Resiko Perusahaan untuk menghadapi potensi berbagai resiko.
4. Menetapkan tiga tujuan utama yang dicapai yaitu cakupan wilayah yang lebih
luas, kapasitas data yang lebih besar, dan kualitas layanan yang lebih baik.
5. XL berhasil meraih 4 dari 7 penghargaan untuk kategori operator, yakni Best
GSM Operator, Best Customer Growth, Best Value Added Service, serta Best
BlackBerry Package dalam penghargaan Indonesia Cellular Award (ICA) yang
diselenggarakan oleh Tabloid Sinyal pada bulan juni 2012.
6. Meraih Brand Choice Award 2012 untuk kategori “Operator BlackBerry pilihan
wanita” yang diselenggarakan oleh Majalah Kartini bekerjasama dengan
Lembaga Riset Pemasaran Woman Insight Center (WIC).
7. Pada 21 September 2006 PT XL Axiata meluncurkan layanan telekomunikasi
selular berbasis 3G pertama yang tercepat dan terluas di Indonesia.
8. XL menghadirkan layanan XL 3G Rood, yakni merupakan kemuktahiran dari
layanan 3G yang sudah ada, sehingga layanan 3G lebih maksimal dan optimal.
46
b. Kelemahan
Kelemahan perusahaan yang terdapat pada PT XL Axiata Tbk:
1. PT XL Axiata Tbk. (tahun 1989) tidak setua dua kompetitor pendahulunya
yakni PT Telkom Tbk (Persero) yang berdiri tahun 1856 dan PT Indosat Tbk
yang berdiri tahun 1967 dalam hal kehadirannya tetapi XL memiliki kelebihan
dibanding kedua kompetitornya tersebut yakni kecepatan akses internet dengan
didukung area penyebaran menara pemancar sebesar 90% di seluruh Indonesia.
2. Gangguan sinyal pada saat cuaca buruk hampir merupakan menjadi masalah
bagi semua operator seluler. Hal ini karena teknologi merupakan buatan
manusia yang tentu tidak luput dari kelemahan seperti sinyal yang bermasalah
saat cuaca buruk. Namun dengan kelemahan ini, perusahaan berupaya untuk
dapat memperbaiki kinerja teknologi mereka secara berkelanjutan.
2. Analisis Lingkungan Eksternal
a. Peluang
Peluang perusahaan:
1. Menurut Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) yang penulis akses
melalui www.teknojurnal.com menunjukkan bahwa jumlah pelanggan seluler di
Indonesia per tahun 2011 telah mencapai lebih dari 240 juta pelanggan, naik 60
juta pelanggan dibanding tahun 2010. Hal ini berarti ada kenaikan sebesar 33%
dari tahun 2010. Tingginya jumlah pelanggan seluler di Indonesia jelas menjadi
peluang yang baik bagi perusahaan, sebab dengan melihat survei dari ATSI
47
tersebut bisa diperkirakaan bahwa pengguna jasa telekomunikasi seluler
semakin meningkat.
Peluang tersebut dimanfaatkan perusahaan dengan baik, terbukti dengan
meningkatnya pendapatan usaha di tahun 2011 yakni sebesar Rp 18.921.070
juta atau naik sebesar Rp 1.284.175 juta dari tahun sebelumnya.
2. Pengiriman uang secara cepat menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari
masyarakat sekarang ini. PT XL Axiata Tbk (XL) meluncurkan XL Tunai –
Pengiriman Uang Domestik, sebuah fitur baru aplikasi layanan virtual XL
Tunai yang memudahkan pelanggan untuk dapat mengirimkan uang dengan
mudah melalui ponsel.
b. Ancaman
Ancaman yang dihadapi perusahaan:
1. Perusahaan telekomunikasi merupakan perusahaan yang memerlukan modal
besar baik berupa modal awal, aset lancar seperti kas dan setara kas, aset tetap
seperti perlengkapan, maupun tenaga kerja. Oleh karena itu peluang akan
ancaman dari kompetitor baru terbilang kecil, selain itu jangka waktu
berdirinya perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Indonesia terbilang
panjang yakni di atas sepuluh tahun.
2. Promosi yang dilakukan oleh para kompetitor perusahaan merupakan ancaman
yang perlu diperhatikan. Ketertarikan konsumen terhadap produk dari
kompetitor lain memungkinkan beralihnya konsumen perusahaan ke produk
lain. Hal ini perlu diantisipasi perusahaan untuk menjaga kesetiaan konsumen
pada produk perusahaan. Sebagai contoh saat ini Indosat tengah melakukan
48
promosi untuk paket blackberry Rp 90.000 untuk tiga bulan. Promosi tersebut
dapat menjadi ancaman bagi perusahaan, itu sebabnya perusahaan harus
memanfaatkan ancaman dari promosi ini sebagai peluang dengan mengeluarkan
promosi yang tidak kalah menarik dengan kompetitor lainnya.
Berdasarkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki
perusahaan, dapat dibuat Matriks SWOT untuk mengembangkan strategi bisnis
perusahaan:
Strategi SO (Strengths-Opportunity)
1. Melakukan promosi secara intens
baik di pulau jawa maupun di luar
wilayah pulau jawa guna
meningkatkan jumlah pelanggan
perusahaan.
2. Meningkatkan kerjasama dengan
media cetak maupun elektronik
untuk lebih memperkenalkan
program XL-Tunai.
Strategi WO (Weakness-Opportunity)
1. Mengurangi beban operasional
pemeliharaan infrastruktur jaringan
dengan menjual menara BTS.
2. Memperkerjakan karyawan yang
kompeten dalam menyelesaikan
masalah pada menara sehingga
kualitas jaringan tetap stabil.
Strategi ST (Strengths-Threats)
1. Dalam merespon promosi yang
dilakukan pihak kompetitor melalui
Strategi WT (Weakness-Threats)
1. Mengontrol biaya-biaya yang
berhubungan dengan operasional
49
media elektronik, ada baiknya
perusahaan mengalihkan bentuk
promosi yang tadinya saling
menjatuhkan dengan “perang tarif”,
diganti dengan lebih menonjolkan
sisi sosial dari perusahaan.
2. Mempertahankan pelanggan lama
dengan memberikan feed back atas
loyalitas mereka misalnya dengan
memberikan gratis RBT selama 1
minggu.
sehingga laba yang dihasilkan dapat
maksimal.
2. Mengontrol harga jual terhadap
distributor sehingga harga yang
sampai ke tangan konsumen dapat
bersaing dengan kompetitor.
IV.1.2 Analisis Porter
Selain analisis SWOT, penulis juga menganalisa strategi perusahaan dengan
analisis Porter. Analisa ini bertujuan mengembangkan strategi berdasarkan lima hal
yakni:
1. Kemungkinan masuknya pesaing baru
PT Telkom Tbk berdiri tahun 1884
PT Indosat Tbk berdiri tahun 1967
PT XL Axiata Tbk berdiri tahun 1989
PT Bakrie Telecom Tbk berdiri tahun 1993
dan PT Smartfren Telecom Tbk berdiri tahun 2002
50
Dilihat dari tahun berdirinya lima perusahaan telekomunikasi tersebut,
masuknya pesaing baru cukup memungkinkan namun tampaknya tidak dalam
jangka waktu satu hingga lima tahun ke depan, namun PT XL Axiata Tbk harus
tetap mengantisipasi akan masuknya pesaing baru dengan memberikan pelayanan
yang lebih mukhtakir dibidang jasa telekomunikasi karena pesaing masuk tidak
hanya sebagai kompetitor baru namun bisa juga dengan cara penggabungan
perusahaan.
2. Persaingan antar perusahaan sejenis
Persaingan antar perusahaan sejenis sangat terasa dibidang telekomunikasi.
Dapat dilihat bagaimana perusahaan telekomunikasi saling melakukan promosi
melalui media televisi berupa iklan, bahkan tak jarang iklan-iklan perusahaan
tersebut saling menyindir atau persuasif untuk pindah operator. PT XL Axiata Tbk
juga gencar melakukan promosi melalui iklan, hal ini bertujuan melalui iklan para
konsumen akan tertarik untuk menggunakan produk perusahaan. Persaingan iklan
dan “perang tarif” antar perusahaan menunjukkan gambaran kerasnya persaingan
jasa telekomunikasi dalam menarik minat konsumen.
Persaingan lebih terlihat dengan penawaran produk-produk paket telepon, sms,
internet, atau blackberry. Seperti Simpati ( produk Telkomsel ) yang menawarkan
Talkmania yaitu layanan gratis telepon selama 6.000 detik dengan tarif Rp 2.500
per sekali registrasi untuk satu hari. Perusahaan menghadapi ancaman ini dengan
mengeluarkan layanan “Bayar 1 menit Gratis 1 jam” dengan dengan membayar Rp
1.000 untuk menelepon selama 40 detik pertama.
51
3. Ancaman dari produk substitusi
Ancaman produk substitusi tampaknya relatif kecil karena di jaman sekarang
ini telekomunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Adapun produk
substitusi seperti surat lebih sedikit yang menggunakan dibanding telekomunikasi
berupa sms, email dan telepon.
Surat di jaman sekarang mayoritas digunakan perusahaan untuk mengirim berkas-
berkas dokumen, lain hal dengan telekomunikasi yang digunakan pada setiap
lapisan baik itu individu, perusahaan maupun instansi-instansi pemerintah.
4. Kekuatan tawar-menawar pemasok
PT XL Axiata Tbk telah bekerja sama dengan pihak-pihak yang kompeten
dibidangnya untuk memberikan pelayanan jasa telekomunikasi bagi konsumenya.
Perusahaan melakukan kontrak dengan beberapa perusahaan diantaranya Ericsson
AB untuk pengadaan peralatan jaringan dan berbagai jenis jasa jaringan yang
terkait dan PT Huawei Tech Investment untuk penyediaan dan instalasi jaringan
3G serta pembelian dan pemasangan berbagai macam produk dan jasa. Itu
sebabnya PT XL Axiata Tbk dapat mempertahankan keberlangsungan bisnisnya
hingga saat ini.
5. Kekuatan tawar-menawar pembeli
Hadirnya blackberry di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan
telekomunikasi semakin gencar terkhusus untuk layanan paket blackberry.
Konsumen menginginkan paket layanan blackberry yang dapat dijangkau. PT XL
Axiata Tbk memberikan tarif Rp 90.000,00 untuk layanan Blackberry Full Service
per bulan, untuk layanan sejenis Telkmosel (PT Telkom Tbk) memasang tarif Rp
52
99.000,00, PT Indosat Tbk memberi tarif Rp 90.000, PT Smartfren Telecom Tbk
memasang tarif Rp 90.000,00 sementara PT Bakrie Telecom Tbk tidak
mengeluarkan layanan sejenis. Dilihat dari tarif yang diberikan tidak terlalu jauh
perbedaannya, hal ini membuat perusahaan telekomunikasi tersebut bersaing
melalui promosi, seperti Telkomsel (PT Telkom Tbk) pernah melakukan promosi
Rp 99.000 untuk tiga bulan, PT Indosat memberikan promosi Rp 90.000 untuk tiga
bulan dan PT XL Axiata memberikan promosi Rp 49.000 untuk tiga bulan, hal ini
dilakukan mengingat kecenderungan konsumen Indonesia yang lebih menyukai
tarif murah.
IV.2 Analisis Akuntansi
1. Aset Lancar
Terjadi peningkatan untuk piutang usaha, hal ini dapat mengkhawatirkan akan
adanya piutang tak tertagih namun dengan penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp
28.661.000.000 di tahun 2011, penyisihan ini lebih rendah karena sebelumnya di
tahun 2010 penyisihan piutang ragu-ragu dibebankan sebesar Rp 39.156.000.000, hal
ini menunjukkan tingkat optimisme yang cukup tinggi dari perusahaan bahwa
penyisihan piutang ragu-ragu telah memadai untuk menutup kerugian atas tidak
tertagihnya piutang usaha.
Walau ada kenaikan aset lancar di tahun 2011 dibanding tahun 2010 namun
kenaikan ini tidak memberi dampak yang baik bagi rasio likuiditas perusahaan sebab
kenaikan aset lancar ini tidak disertai dengan penurunan liabilitas lancar.
53
2. Aset Tetap
Perusahaan memiliki tanah yang tersebar di Indonesia berdasarkan Hak Guna
Bangunan (HGB) yang mempunyai masa manfaat antara 20-30 tahun yang akan
berakhir antara tahun 2012 sampai dengan 2040. Pada tanggal 31 Desember 2011
terdapat 83 lokasi tanah (tidak diaudit) dengan nilai buku sebesar Rp 39.261.000.000
yang sertifikat HGB-nya masih dalam proses pengurusan, manajemen berkeyakinan
bahwa hak atas tanah dapat diperbaharui.
Pada tanggal 31 Desember 2011, aset tetap perusahaan diasuransikan terhadap
resiko kerugian dengan nilai pertanggungan sejumlah USD 3.184.000.000 kepada
pihak ketiga, yaitu PT MAA General Assurance, yang menurut pendapat manajemen
cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang seandainya terjadi. Manajemen
berkeyakinan bahwa tidak terdapat penurunan nilai aset tetap pada tanggal-tanggal
pelaporan.
Perusahaan memutuskan untuk mengganti beberapa peralatan jaringan di beberapa
daerah. Pembelian aset tetap tersebut menggunakan pinjaman jangka panjang.
3. Liabilitas Lancar
Pada tahun 2011 perusahaan melakukan kebijakan untuk membeli aset tetap
sebesar Rp 1.898.380.000.000 dengan menambah pinjaman jangka panjang pada
pihak ketiga. Adapun kenaikan hutang usaha dan hutang usaha lain-lain pada
liabilitas lancar merupakan bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun yang berasal
dari pinjaman jangka panjang.
Pada bulan Agusutus 2011 perusahaan memutuskan untuk mengelola kegiatan
operasi lapangan layanan jaringannya melalui pemasok pihak ketiga. Sehubungan
54
dengan itu, perusahaan bermaksud memberhentikan dan memindahkan karyawan
terkait kegiatan operasional lapangan layanan jaringan kepada pemasok yang akan
ditunjuk efektif kuartal pertama 2012. Pada tanggal 31 Desember 2011 perusahaan
mengakui pesangon pemutusan kontrak kerja yang merupakan estimasi pembayaran
pesangon.
Kebijakan-kebijakan tersebut memberi dampak pada penurunan rasio likuiditas
sebesar 10% sehingga posisi rasio likuiditas PT XL Axiata di tahun 2011 menjadi
illikuid.
Besarnya porsi likuiditas lancar dibanding aset lancar memberi gambaran bahwa
manajemen belum optimal dalam mengelola liabilitas lancar mereka sehingga
liabilitas lancar menjadi lebih besar dibanding aset lancar.
4. Liabilitas Tetap
Terjadi penurunan untuk liabilitas tetap di tahun 2011 dibanding 2010. Pinjaman
jangka panjang perusahaan mengalami penurunan menunjukan bahwa manajemen
perusahaan memenuhi persyaratan pinjaman jangka panjang pada setiap tanggal
pelaporan. Terjadi kenaikan liabilitas diestimasi pada tahun 2010 dan 2011, hal ini
disebabkan oleh kebijakan perusahaan menaikkan imbalan pasca kerja di tahun 2010
dan mengestimasikan pesangon pemutusan kontrak kerja di tahun 2011.
5. Beban Operasional
Mulai tahun 2010 perusahaan menggabungkan beban infrastruktur, beban
penjualan dan pemsaran, serta beban perlengkapan dan overhead menjadi beban
operasional lainnya. Hal itu menyebabkan beban operasional lainnya menjadi tinggi.
Salah satu kontribusi penyebab naiknya beban operasional ialah pemeliharan dan
55
perbaikan infrastruktur jaringan. Untuk menekan biaya pemeliharan dan perbaikan
infrastruktur jaringan tersebut, perusahaan berniat melepas 8.000 menara milik
perusahaan senilai Rp 14-15 triliun yang nantinya akan disewa kembali oleh
perusahaan. Kebijakan ini diambil dengan tujuan untuk menekan biaya operasional
pemeliharaan menara BTS (Base Transceiver Station). Selain itu perusahaan ingin
fokus dan mempercayakan perbaikan dan pemeliharan menara kepada pihak yang
tepat dan ahli sehingga perusahaan dapat fokus terhadap bisnis inti.
IV.3 Analisis Keuangan
IV.3.1 Analisis Rasio Horizontal
Analisis rasio horizontal merupakan analisis yang membandingkan akun-akun
pada periode bersangkutan dengan periode sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk
menilai kemampuan manajemen dalam mengelolan keuangan perusahan dari satu
periode ke periode berikutnya.
Analisis rasio horizontal pada neraca:
1. Aset Lancar
Walaupun sempat mengalami penurunan di tahun 2010 sebesar Rp 366.161
juta dari Rp 747.965 juta namun kas dan setara kas perusahaan dapat kembali
naik di tahun 2011 menjadi Rp 998.113 juta.
Piutang usaha mengalami kenaikan dari tahun 2010 ke 2011 sebesar 25,30%
setelah pada periode sebelumnya yakni 2009 ke 2010 mengalami kenaikan
sebesar 56,44%.
56
Tahun 2010 terjadi kenaikan yang sangat tinggi pada akun persediaan sebesar
206,97% sementara dari tahun 2010 ke 2011 hanya naik 9,09%.
Secara keseluruhan aset lancar mengalami peningkatan yang baik dari tahun 2009
ke 2011 dimana di tahun 2011 perusahaan mampu menaikkan aset lancar mereka
sebesar 52,03% dari tahun 2010 sementara untuk tahun 2009 ke 2010 kenaikan
aset lancar sebesar 11%.
2. Aset Tidak Lancar
Walau sempat mengalami penurunan dari tahun 2009 ke 2010 namun aset
tidak lancar perusahaan dapat kembali naik sebesar 11,03%.
Penurunan paling drastis terjadi pada akun piutang derivatif, dari tahun 2009 ke
2010 piutang derivatif mengalami penurunan sebesar 70,71% dan naik sebesar
258,18% dari tahun 2010 ke 2011.
Untuk aset tetap, sama halnya dengan akun aset tidak lancar lainnya, terjadi
penurunan di tahun 2010 yaitu dari Rp 23.616.394 juta menjadi Rp 23.197.199
juta dan kembali naik di tahun 2011 sebesar Rp 25.614.830 juta.
3. Liabilitas Jangka Pendek
Pada tahun 2010 hutang usaha dan hutang lain-lainnya sempat menunjukkan
penurunan, namun kenaikan hutang di tahun 2011 cukup besar lebih dari separuh
hutang di tahun sebelumnya yaitu Rp 2.815.069 juta atau naik 69,58%.
Hutang pajak perusahaan menunjukkan penurunan di tahun 2011 dari Rp
396.603 juta menjadi Rp 129.195 juta sementara sebelumnya hutang pajak
mengalami kenaikan di tahun 2010 dari tahun 2009 sebesar 229,67%.
57
Selain itu terjadi pula penurunan beban yang masih harus dibayar sebesar 5,98%
dari tahun 2010 ke 2011 dimana sebelumnya dari tahun 2009 ke 2010 terjadi
kenaikan sebesar 71,58%.
4. Liabilitas Jangka Panjang
Terjadi penurunan pinjaman jangka panjang dari tahun 2009 hingga 2011, hal
ini berarti perusahaan menyelesaikan kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan
ketentuan.
Kenaikan terjadi pada liabilitas pajak tangguhan, dimana di tahun 2009
liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp 1.183.677 juta naik menjadi Rp 1.283.347
juta dan di tahun 2011 terjadi naik sebesar 5,70%.
Analisis horizontal pada laba rugi:
1. Pendapatan usaha
Tingkat pertumbuhan pendapatan usaha mengalami kenaikan dari tahun
2009 ke 2010 sebesar Rp 3.752.588 juta atau setara 27,38% dan naik menjadi
Rp 18.712.778 juta.
2. Beban usaha
Behan usaha terjadi kenaikan dari tahun 2009 hingga 2011. Untuk 2009 ke
2010 terjadi kenaikan sebesar 12,74% yaitu dari Rp 11.242.207 juta menjadi Rp
12.674.828 juta sementara periode berikutnya yakni 2010-2011 perusahaan
mulai mengoptimalkan beban usahanya sehingga kenaikan beban usaha hanya
hanya mencapai 12,12%.
58
3. Laba usaha
Laba usaha mengalami kenaikan di tahun 2009-2010 namun menurun di
tahun 2010-2011. Kenaikan beban usaha untuk periode 2010-2011 memberi
kontribusi yang berarti terhadap penurunan laba usaha 2010-2011, hal ini
dikarenakan pendapatan usaha yang naik tidak melebihi kenaikan pendapatan
usaha pada periode 2009-2010.
4. Beban / penghasilan lain-lain
Periode 2009-2010 beban lain-lain milik perusahaan menunjukkan kenaikan
yang sangat drastis yaitu sebesas 808,55% dan di periode 2010-2011
perusahaan mampu menekan beban perusahaan menjadi Rp 637.624 juta atau
turun 30,38%.
IV.3.2 Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis untuk menilai akun yang satu dengan akun
yang lain dalam periode yang sama dalam laporan keuangan.
Analisis vertikal pada neraca:
1. Aset Lancar
Tahun 2009 aset lancar perusahaan sangat kecil dalam komposisi total aset
secara keseluruhan yakni sebesar 7,33% yang mana kontribusi kas dan setara kas
paling besar dalam akun aset lancar sebesar 2,73%.
Walaupun setiap tahun dari tahun 2009 hingga 2011 terjadi kenaikan aset lancar
namun komposisi aset lancar dalam total aset masih tergolong kecil.
59
Tampaknya perusahaan masih belum bisa mengoptimalkan akun-akun pada aset
lancar sehingga di tahun 2011 aset lancar perusahaan hanya memberikan
kontribusi sebesar 10,87% dari keseluruhan total aset.
2. Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar memiliki komposisi paling besar dalam total aset keseluruhan,
hal ini ditunjukkan dari besarnya porsi aset tidak lancar dari tahun 2009 hingga
2011. Tahun 2009 kontribusi aset tidak lancar sebesar 92,67% atau setara Rp
25.372.806 juta, untuk tahun 2010 terjadi penurunan aset tidak lancar sebesar Rp
25.023.264 juta dan terjadi kenaikan aset tidak lancar di tahun 2011 namun porsi
aset tidak lancar mengalami penurunan yakni menjadi 89,13%. Penurunan porsi
aset tidak lancar disebabkan meningkatnya porsi aset lancar namun kenaikan porsi
aset lancar tidak terlalu memberi dampak berarti sebab aset tidak lancar tetap
mendominasi di atas 80% dari total aset secara keseluruhan.
3. Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas jangka pendek mengalami keadaan fluktuatif dari tahun ke tahun
yang mengakibatkan porsi liabilitas jangka pendek dalam pasiva mengalami
fluktuatif dari tahun ke tahun, tahun 2009 porsi liabilitas adalah sebesar 21,95%
dari keseluruhan pasiva dan mengalami penurunan porsi di tahun 2010 menjadi
16,74% dan naik pada tahun 2011 menjadi 28%.
4. Liabilitas Jangka Panjang
Tahun 2009 hingga 2010 porsi liabilitas jangka panjang mencapai di atas 40%
namun porsi ini menurun menjadi 28,07%, perubahan ini terjadi karena liabilitas
jangka panjang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Walaupun liabilitas
60
jangka panjang mengalami penurunan dari tahun ke tahun namun porsi total
liabilitas masih lebih besar dari porsi ekuitas dalam pasiva dimana total liabilitas
mencapai lebih dari 50% dari total pasiva secara keseluruhan.
Analisis vertikal pada laba rugi:
1. Beban Usaha
Walau terjadi peningkatan untuk beban usaha dari tahun ke tahun namun porsi
beban usaha mengalami perubahan fluktuatif dibandingkan dengan porsi
pendapatan. Beban usaha di tahun 2009 memiliki porsi 82,02%, porsi ini menurun
di tahun 2010 sebesar menjadi 72,60% dan kembali porsi ini naik menjadi 75,94%
di tahun 2011.
2. Laba Usaha
Laba usaha merupakan selisih dari pendapata dengan beban usaha. Kontribusi
yang diberikan laba usaha PT XL Axiata dari tahun 2009 hingga 2011 masih di
bawah 30%, hal ini dipengaruhi faktor porsi beban usaha yang masih di atas 70%
tiap tahunnya. Perubahan fluktuatif dari beban usaha menyebabkan perubahan
fluktuatif pada laba usaha, seperti tahun 2009 laba usaha mencapai porsi 17,98%
dan naik di tahun 2010 menjadi 27,40% dan turun menjadi 24,06% di tahun 2011.
3. Beban Lain-lain
Perubahan fluktuatif juga terjadi pada beban lain-lain. Tahun 2009 kontribusi
beban lain-lain adalah sebesar 0,74% sementara 2010 beban lain-lain memiliki
porsi sebesar 5,25%, dan turun di 2011 menjadi 3,41%.
61
4. Laba Bersih
Akibat perubahan fluktuatif yang terjaid pada akun beban usaha, laba usaha dan
beban lain-lain, perubahana fluktuatif juga terjadi pada akun laba bersih.
Laba bersih mengalami kenaikan porsi di tahun 2010 menjadi 16,56% dibanding
tahun sebelumnya yaitu 12,47% dan turun menjadi 15,12% di tahun 2011.
IV.3.3 Analisis Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang dikatakan likuid atau memiliki
likuiditas sehat setidaknya memiliki rasio lancar sebesar 100%.
1. Rasio Lancar
Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
hutangnya menggunakan aset lancar.
Tabel IV.1 Rasio Lancar
2011 2010 2009 PT XL Axiata Tbk 0,39 0,49 0,33 Rata-rata Industri 0,67 0,71 0,56
Dari tahun 2009 sampai tahun 2010, rasio lancar mengalami peningkatan
sementara di tahun 2010 hingga tahun 2011 terjadi penurunan rasio lancar baik
pada PT XL Axiata Tbk maupun perusahaan pembanding. PT XL Axiata Tbk
mengalami kenaikan rasio lancar sebesar 16% dari 33% menjadi 49% untuk tahun
2009 ke 2010. Walau angka ini masih lebih kecil dibanding rasio lancar rata-rata
industri sejenis namun dibandingkan dengan pertumbuhan raiso lancar rata-rata
industri sejenis untuk periode yang sama, perusahaan masih lebih baik karena
62
perusahaan mengalami kenaikan sebesar 16% sementara rata-rata industri hanya
15%.
Walaupun PT XL Axiata mengalami kenaikan rasio lancar 1% lebih tinggi dari
kenaikan rasio lancar rata-rata industri, namun baik PT XL Axiata maupun rata-
rata industri sejenis bisa dikatakan dalam posisi illikuid ditambah lagi dengan
performa rasio lancar di tahun 2011 milik PT XL Axiata yang turun hingga 10%
begitupun dengan rata-rata indutri sejenis turun sebesar 4%, hal ini disebabkan
adanya kenaikan liabilitas lancar di tahun 2011 milik PT XL Axiata Tbk yang
meningkat hampir dua kali lipat (sebesar 92%) dari tahun sebelumnya sementara
aset lancar hanya naik sekitar 52%.
2. Rasio Cepat
Rasio cepat adalah kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancarnya
menggunakan aset lancar namun mengurangi persediaan dari akun aset lancar.
Tabel IV.2 Rasio Cepat
2011 2010 2009 PT XL Axiata Tbk 0,38 0,47 0,33 Rata-rata Industri 0,65 0,69 0,55
Sama halnya dilihat dari rasio lancar, untuk rasio cepat baik PT XL Axiata
maupun rata-rata industri berada pada posisi illikuid sebab dari tahun 2009 sampai
2011 keduanya menunjukan nilai rasio cepat yang kurang dari 100%.
Tahun 2009 ke 2010 terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 14% untuk rata-rata
industri sejenis dan kenaikan serupa juga dialami PT XL Axiata, hal ini berarti PT
63
XL Axiata mampu mengikuti tren kenaikan rasio cepat, kenaikan tersebut sebesar
14%.
Di tahun 2011 terjadi penurunan rasio cepat dari rata-rata industri sebesar 4%
yang tadinya 69% menjadi 65%. Penurunan rasio cepat pun juga terjadi pada PT
XL Axiata di tahun 2011 9% yang tadinya 47% menjadi 38% atau lebih besar 5%
dibanding penurunan rasio cepat rata-rata industri sejenis.
Sejauh ini rasio likuiditas dari PT XL Axiata mampu mengikuti tren kenaikan
maupun penurunan rasio likuiditas rata-rata industri sejenis. Kemampuan
likuiditas ini menunjukkan bahwa PT XL Axiata walau memiliki angka-angka
rasio likuiditas yang tidak besar namun tetap bisa mengikuti tren rasio likuiditas
yang ada.
IV.3.4 Analisis Rasio Manajemen Aset
1. Perputaran Piutang
Perputaran piutang dilakukan untuk mengetahui berapa kali piutang rata-rata
ditagih dalam suatu periode.
Tabel IV.3 Rasio Perputaran Piutang
2011 2010 2009 PT XL Axiata Tbk 29,36 38,60 41,77 Rata-rata Industri 16,10 17,00 18,57
Dari tahun 2009 hingga tahun 2011 terjadi penurunan perputaran piutang baik
untuk PT XL Axiata maupun rata-rata indutri sejenis. Berdasarkan bagan lampiran
dapat dilihat bahwa perputaran piutang PT XL Axiata Tbk masih lebih besar dari
rata-rata industri sejenis, seperti tahun 2009 perputaran piutang rata-rata industri
64
sebesar 18,57 kali sementara PT XL jauh lebih besar yakni 41,77 kali. Begitupun
dengan tahun 2010 perputaran piutang PT XL sebesar 38,60 kali sementara rata-
rata industri sejenis menunjukkan angka 17 kali dan untuk tahun 2011 perputaran
piutang PT XL sebesar 29,36 kali sementara rata-rata industri sebesar 16,10 kali.
Hal ini menunjukkan bahwa perputaran piutang PT XL Axiata Tbk masih lebih
baik dari rata-rata industri sejenis dimana piutang PT XL Axiata lebih kecil dari
rata-rata industri.
Namun jika melihat besaran tingkat penurunan dari tahun ke tahun, PT XL
mengalami penurunan perputaran piutang sebesar 3,17 kali dari tahun 2009 ke
2010 sementara rata-rata indutri untuk periode yang sama mengalami penurunan
sebesar 1,57 kali. Untuk penurunan perputaran piutang tahun 2011, PT XL
menunjukkan penurunan sebesar 9,24 kali dari tahun 2010 sementara rata-rata
industri hanya 0,9 kali. Jika ditinjau dari pergerakan penurunan perputaran piutang
dari tahun 2009 ke 2011
2. Perputaran Total Aktiva
Perputaran total aktiva mengukur perputaran dari seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan.
Tabel IV.4 Rasio Perputaran Total Aktiva
2011 2010 2009 PT XL Axiata Tbk 0,61 0,65 0,51 Rata-rata Industri 0,54 0,56 0,53
Di tahun 2009 perputaran total aktiva PT XL di bawah perputaran total aktiva
rata-rata industri yakni sebesar 0,51 kali sementara rata-rata industri sebesar 0,53
65
kali. Namun di tahun 2010 PT XL mampu melampaui rata-rata industri untuk
menaikkan perputaran total aktiva sebesar 0,14 kali dari tahun 2009 sementara
rata-rata industri hanya mampu menaikkan sebesar 0,03 kali sehingga perputaran
total aktiva PT XL di tahun 2010 lebih besar dibandingkan rata-rata industri untuk
tahun yang sama. Di tahun 2011 terjadi penurunan perputaran total aktiva dari
tahun tahun 2010 baik untuk PT XL maupun rata-rata industri, PT XL mengalami
penurunan sebesar 0,04 kali sedangkan rata-rata industri sebesar 0,02 kali,
walaupun PT XL mengalami penurunan lebih besar dari rata-rata indutri namun
perputaran total aktiva PT XL di tahun 2011 lebih besar dibanding rata-rata
industri yakni 0,61 kali untuk PT XL dan 0,54 kali untuk rata-rata industri.
IV.3.5 Analisis Rasio Leverage
1. Rasio Hutang
Rasio hutang mengindikasikan kemampuan perusahaan membayar hutang
jangka panjangnya.
Tabel IV.5 Rasio Hutang
2011 2010 2009 PT XL Axiata Tbk 0,56 0,57 0,68 Rata-rata Industri 0,52 0,54 0,58
Dari tahun 2009 hingga 2011 terlihat bahwa rasio hutang milik PT XL masih di
atas rata-rata industri hal ini menunjukkan bahwa PT XL menggunakan hutang
lebih besar dari rata-rata industri untuk melakukan pendanaan perusahaan.
Di tahun 2009 68% hutang PT XL digunakan untuk pendanaan sementara rata-
rata industri hanya sebesar 58% artinya 10% lebih tinggi dari rata-rata industri.
66
Di tahun 2010 terjadi penurunan atas total hutang dan total aset PT XL
sehingga terjadi penurunan rasio hutang sebesar 11% dari tahun sebelumnya.
Namun di tahun 2011 penurunan rasio hutang PT XL masih lebih kecil dari rata-
rata industri, jika rata-rata industri bisa menurunkan rasio hutangnya menjadi 2%
maka PT XL hanya mampu menurunkan rasio hutang sebesar 1% di tahun yang
sama.
2. Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas
Rasio ini mengukur struktur modal dengan membandingkan dana dari kreditur
dengan investor.
Tabel IV.6 Rasio Hutang Atas Ekuitas
2011 2010 2009 PT XL Axiata Tbk 1,28 1,33 2,11 Rata-rata Industri 1,09 1,16 1,60
Tahun 2009 hingga 2011 terjadi penurunan rasio hutang jangka panjang
terhadap ekuitas. Di tahun 2009 rasio hutang jangka panjang atas ekuitas
menunjukkan angka 211% dan terjadi penurunan sebesar 78% di tahun 2010
sehingga menjadi 133% begitu pun di tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 5%
sehingga menjadi 128%.
Sementara untuk rata-rata industri tahun 2009 rasio hutang jangka panjang
tehadap ekuitas sebesar 160% dan tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 44%
sehingga menjadi 116% dan tahun 2011 turun 7% menjadi 109%.
67
IV.3.6 Analisis Rasio Profitabilitas
1. Margin Laba Bersih
Rasio ini mengukur berapa besar bagian pendapat yang menjadi laba. Semakin
tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin
besar.
Tabel IV.7 Margin Laba Bersih
2011 2010 2009 PT XL Axiata Tbk 0,15 0,16 0,12 Rata-rata Industri 0,14 0,16 0,13
Rasio margin laba bersih milik PT XL Axiata maupun rata-rata industri cukup
berfluktuatif. Hal ini terlihat dari naik turunnya margin laba bersih dari tahun 2009
hingga 2011. Kenaikan margin laba bersih rata-rata industri sejenis dari tahun
2009 ke 2010 yakni sebesar 3% sementara PT XL Axiata mengalami kenaikan
sebesar 4%. Pertumbuhan margin laba bersih milik PT XL Axiata ini dikarenakan
naiknya laba bersih yakni dari Rp 1.709.468 juta menjadi Rp 2.891.261 juta selain
itu kenaikan juga terjadi pada pendapatan untuk periode yang sama yaitu dari Rp
13.879.513 juta menjadi Rp 17.636.895. Penurunan rasio margin laba bersih dari
tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi pada PT XL Axiata Tbk maupun rata-rata
industri sejenis, penurunan rata-rata industri sejenis sebesar 2% sementara PT XL
Axiata sebesar 1%. Penurunan pada PT XL Axiata ini diakibatkan menurunnya
laba bersih sementara pendapat naik, hal ini karena beban operasional pada PT XL
Axiata meningkat sebesar Rp 1.535.683 juta sementara kenaikan beban
operasional untuk periode dari 2009 ke 2010 sebesar Rp 1.432.621 juta.
68
2. ROA
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh
dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan
untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.
Tabel IV.8 ROA
2011 2010 2009 PT XL Axiata Tbk 0,09 0,11 0,06 Rata-rata Industri 0,08 0,09 0,07
Untuk ROA tahun 2009 ke 2010 baik PT XL Axiata maupun rata-rata industri
sejenis mengalami kenaikan sementara tahun 2010 ke 2011 terjadi penurunan.
Kenaikan maupun penurunan ROA ini tidak terlalu signifikan, hal itu terlihtat
periode 2009 ke 2010 terjadi kenaikan ROA dari 6% ke 11% untuk PT XL Axiata
sementara rata-rata industri sejenis naik sebesar 2% dari 7% ke 9%. Sementara
untuk 2010 ke 2011 terjadi penurunan ROA pada PT XL sebesar 2% dan rata-rata
indutri sejenis turun 1%. Sampai tahun 2011 ROA PT XL Axiata hanya mampu
menghasilkan 9% artinya laba bersih yang dihasilkan dari pengelolaan total aset
tidak lebih hanya 9%.
69
3. ROE
Rasio ini membandingkan laba bersih dengan jumlah modal.
Tabel IV.9 ROE
2011 2010 2009 PT XL Axiata Tbk 0,21 0,25 0,19 Rata-rata Industri 0,16 0,20 0,20
Rasio menunjukkan kemampuan efisiensi modal yang ditanam dengan laba
yang dihasilkan, jika rasio ini menunjukkan semakin besar maka semakin tinggi
keuntungan investor sebab modal yang ditanamkan efisien.
Tahun 2009 tingkat ROE PT XL Axiata masih dibawah rata-rata industri
sejenis namun di tahun 2010 dan 2011 tingkat ROE PT XL Axiata berada di atas
rata-rata industri sejenis. Tahun 2009 rata-rata industri menghasilkan ROE sebesar
20% sementara PT XL Axiata 1% dibawa rata-rata industri sejenis. Tahun 2010
terjadi kenaikan ROE baik rata-rata industri sejenis maupun PT XL Axiata, bahkan
PT XL Axiata mampu menghasilkan ROE 25% atau 5% lebih tinggi dari rata-rata
industri dan kenaikan ROE ini dikontribusikan oleh naiknya laba bersih PT XL
Axiata pada tahun yang sama.
Penurunan ROE sebesar 4% baik pada PT XL Axiata maupun rata-rata industri
sejenis terjadi dari tahun 2010 hingga 2011, namun tingkat ROE PT XL Axiata
masih lebih diatas rata-rata industri sejenis yaitu 21% untuk PT XL Axiata dan
16% untuk rata-rata industri sejenis.
70
IV.4 Analisis Prospektif : Proyeksi
Analisis proyeksi merupakan analisis perkiraan yang digunakan untuk memberi
gambaran bagaimana kondisi atau kinerja perusahaan ke depan dengan menggunakan
analisis-analisis laporan keuangan sebelumnya.
Sebagai dasar dalam pembuatan analisis proyeksi dilakukan dengan melihat kenaikan
atau penurunan atas akun-akun dalam laporan keuangan sebelumnya sehingga dihasilkan
perkiraan atas laporan keuangan ke depan yang dapat dijadikan acuan dalam membuat
strategi-strategi operasional maupun kebijakan perusahaan.
Dalam skripsi ini proyeksi laporan keuangan yang dilakukan adalah proyeksi atas
laporan laba rugi dan neraca milik PT XL Axiata Tbk dengan mengesampingkan faktor
makro ekonomi salah satunya ialah inflasi.
IV.4.1 Proyeksi Laba Rugi
Proyeksi laba rugi yang dibuat oleh penulis berdasarkan atas rata-rata rasio
horizontal perusahaan periode 2009-2011, dimana terdapat kenaikan ataupun
penurunan atas akun-akun laporan laba rugi tersebut.
71
Tabel IV.10 Dasar Perhitungan Proyeksi Laba Rugi
Pertumbuhan Analisis Horizontal Rata-rata
Pertumbuhan 2011-2010 2010-2009
Pendapatan Usaha 7,18% 27,38% 17,28% Beban Usaha 12,12% 12,74% 12,43% (Beban) / Penghasilan lain-lain - bersih -30,38% 808,55% -30,38% Beban pajak penghasilan 5,92% 49,44% 27,68%
Diproyeksikan bahwa untuk pendapatan perusahaan akan mengalami kenaikan
sebesar rata-rata 17,28% per tahun sehingga terlihat pendapatan akan terus
meningkat dan di tahun 2016 pendapatan akan mencapai Rp 41.522.322 juta.
Kenaikan pendapatan juga diikuti dengan kenaikan beban usaha, dimana dalam
proyeksi laba rugi, beban usaha akan naik dengan rata-rata tingkat kenaikan
12,43%. Untuk beban lain-lain, penulis membuat asumsi yaitu dengan tingkat
penurunan sebesar 30,38%. Hal ini dilakukan mengingat besarnya lonjakan beban
lain-lain yang terjadi dari tahun 2009 ke 2010 sebesar 808,55%. Besarnya beban
ini akan mempengaruhi laba bersih perusahaan yang pastinya akan mengalami
kerugiaan secara besar-besaran, itu sebabnya penulis mengasumsikan besarnya
beban lain-lain adalah sebesar penurunan beban lain-lain di tahun 2011. Selain itu
asumsi ini juga dilandasi dengan adanya rencana perusahaan untuk menjual
menara BTS untuk menekan beban operasional perusahaan.
Meningkatnya pendapatan dan beban usaha dan menurunnya beban lain-lain
serta naiknya beban pajak penghasilan sebesar 27,68%, memberi pengaruh
terhadap laba bersih perusahaan. Pengaruh yang diberikan cukup positif, dimana
72
setiap tahunnya terjadi kenaikan laba bersih perusahaan. Diperkirakan laba bersih
perusahaan di tahun 2016 akan mencapai Rp 12.379.598 juta.
IV.4.2 Proyeksi Neraca
Proyeksi neraca yang dibuat oleh penulis berdasarkan atas analisis rasio
perusahaan. Proyeksi dilakukan dengan terlebih dahulu memproyeksikan akun
total aset dengan menggunakan rata-rata tingkat kenaikan atau penurunan Rasio
Tingkat Pengembalian Total Aset (ROA) yaitu sebesar 32,58%. Dengan tingkat
pertumbuhan 32,58% per tahun maka terlihat di tahun 2016 total aset akan
mencapai Rp 127.663.428 juta. Proyeksi dilanjutkan ke akun total liabilitas dengan
menggunakan rata-rata tingkat pertumbuhan atau penurunan rasio hutang atas aset
sebesar -8,97%. Dengan tingkat penurunan sebesar -8,97% diharapkan perusahaan
akan mampu mengurangi total kewajiban mereka hingga mencapai Rp 10.927.656
juta. Selanjutnya selisih total aset dengan total liabilitas akan menjadi total ekuitas.
Untuk memproyeksikan liabilitas jangka pendek, terlebih dahulu dilakukan dengan
memproyeksikan liabilitas jangka panjang. Proyeksi liabilitas jangka panjang
dilakukan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan rasio hutang jangka panjang
atas ekuitas sebesar -20,36%. Selanjutnya liabilitas jangka pendek bisa di ketahui
dengan menghitung selisish total liabilitas dengan liabilitas jangka panjang.
Selanjutnya perhitungan untuk akun-akun pada aset lancar dan aset tidak lancar.
Untuk total aset tidak lancar dapat dihitung dengan menghitung selisih total aset
dengan total aset lancar. Total aset lancar diproyeksikan berdasarkan rata-rata
tingkat pertumbuhan rasio lancar yakni sebesar 14,04% sehingga diperkirakan
73
akan terjadi kenaikan aset lancar perusahaan sebesar 14,04% per tahunnya. Setelah
itu dilakukan perhitungan total aset tidak lancar dengan menggunakan selisih total
aset dengan total aset lancar. Untuk proyeksi kas dan setara kas dilakukan dengan
menggunakan rata-rata tingkat pertumbuhan rasio cepat yaitu sebesar 11,64% per
tahunnya. Dengan demikian di harapkan di tahun 2016, perusahaan dapat mecapai
kas dan setara kas sebesar Rp 1.730.745 juta. Proyeksi piutang dihitung
berdasarkan rata-rata tingkat perputaran piutang yaitu sebesar -15,76%. Semakin
menurunnya piutang diharapkan pula dapat menurunkan resiko piutang tidak
tertagih. Selanjutnya memproyeksikan persediaan, persediaan diproyeksi dengan
menggunaka rata-rata tingkat pertumbuhan rasio perputaran persediaan yaitu
sebesar 1,90%.