thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4doc/2012-2-00361-ak bab4001.doc · web view... yang...

67
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pendekatan Pembahasan Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian yang dilaporkan oleh salah satu perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengakuan, pengukuran dan penyajian yang akan dianalisis merupakan aset biolojik berupa tanaman. Aset biolojik dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu aset biolojik pengusung/bearer biological asset dan aset biolojik yang dapat dikonsumsi/consumable biological asset. Aset biolojik pada perusahaan perkebunan kelapa sawit yaitu tanaman/pohon kelapa sawit yang termasuk dalam kategori aset biolojik pengusung/bearer biological asset karena tanaman/pohon kelapa sawit dapat menghasilkan produk agrikultural berupa buah kelapa sawit atau sering dikenal dengan Tandan Buah Segar (TBS). Dalam melakukan analisis terhadap pengakuan, pengukuran dan penyajian aset biolojik, maka akan dilakukan perbandingan dalam penerapan PSAK 16: Aset 41

Upload: vuhuong

Post on 23-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

BAB 4

ANALISIS DAN BAHASAN

4.1 Pendekatan Pembahasan

Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian

yang dilaporkan oleh salah satu perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Pengakuan, pengukuran dan penyajian yang akan dianalisis merupakan

aset biolojik berupa tanaman. Aset biolojik dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu

aset biolojik pengusung/bearer biological asset dan aset biolojik yang dapat

dikonsumsi/consumable biological asset. Aset biolojik pada perusahaan perkebunan

kelapa sawit yaitu tanaman/pohon kelapa sawit yang termasuk dalam kategori aset

biolojik pengusung/bearer biological asset karena tanaman/pohon kelapa sawit dapat

menghasilkan produk agrikultural berupa buah kelapa sawit atau sering dikenal

dengan Tandan Buah Segar (TBS).

Dalam melakukan analisis terhadap pengakuan, pengukuran dan penyajian

aset biolojik, maka akan dilakukan perbandingan dalam penerapan PSAK 16: Aset

Tetap model biaya dengan PSAK 16 model revaluasi maupun IAS 41: Agriculture.

Perbandingan standar akuntansi ini digunakan untuk mengetahui perbedaan dan

dampak dari penerapan standar akuntansi internasional tersebut terhadap laporan

keuangan perusahaan.

41

Page 2: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

4.2 Pengakuan dan Pengukuran Aset Biolojik (Tanaman Kelapa Sawit)

4.2.1 Pengakuan dan Pengukuran Aset Biolojik (Tanaman Kelapa Sawit)

Menurut PSAK 16 : Model Biaya

PT Astra Agro Lestari Tbk mendasarkan perlakuan akuntansi untuk

pengakuan, pengukuran dan penyajian aset biolojik yang berupa tanaman kelapa

sawit sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap Model Biaya. Penerapan PSAK 16

disebabkan karena tanaman kelapa sawit sebagai aset biolojik pengusung / bearer

biological asset akan menghasilkan produk agraris berupa buah kelapa sawit atau

Tandan Buah Segar (TBS), yang memiliki kesamaan unsur dengan industri yang

bergerak di bidang manufaktur. Persamaan keduanya terletak pada penggunaan aset

sebagai penghasil suatu produk dan bukan bertujuan untuk menjadikan aset sebagai

produk yang akan dijual.

Tanaman kelapa sawit sebagai penghasil buah kelapa sawit merupakan aset

biolojik yang dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Hal ini

disebabkan karena buah kelapa sawit/ tandan buah segar (TBS) yang dihasilkannya

dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit mentah (Crude

Palm Oil/CPO) oleh pabrik kelapa sawit. Pemberian keuntungan di masa yang akan

datang oleh tanaman kelapa sawit telah memenuhi syarat pengakuan suatu aset oleh

entitas atau perusahaan dalam PSAK 16 mengenai Aset Tetap.

Dalam pengakuan aset biolojik, PT Astra Agro Lestari Tbk membagi

tanaman perkebunannya menjadi dua yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM) dan

tanaman telah menghasilkan (TM). Tanaman kelapa sawit dinyatakan telah

menghasilkan apabila telah berumur tiga sampai dengan empat tahun. Sedangkan

umur ekonomis dari tanaman kelapa sawit yaitu 20 (dua puluh) tahun. Total lahan

tertanam pada perkebunan inti sebanyak 206.579 Ha. Dari total lahan tertanam

42

Page 3: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

tersebut, sebanyak 160.849 Ha merupakan tanaman yang telah menghasilkan (TM)

dengan usia rata-rata 14 tahun dan 45.730 Ha merupakan tanaman yang belum

menghasilkan (TBM).

Di samping pemberian keuntungan di masa mendatang yang berkenaan

dengan aset biolojik tersebut, syarat pengakuan aset biolojik lainnya menurut PSAK

16 adalah biaya perolehan dari aset tersebut dapat diukur dengan handal. Persyaratan

mengenai biaya perolehan ini berkaitan dengan pengukuran yang akan dilakukan

oleh perusahaan terhadap aset biolojik/tanaman kelapa sawit.

Pengukuran mengenai aset biolojik dalam PT Astra Agro Lestari Tbk adalah

menggunakan biaya atau harga perolehan berdasarkan PSAK 16 Model Biaya.

Berdasarkan pengukuran menurut PSAK 16 Model Biaya, suatu aset akan dicatat

sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian

penurunan nilai. Komponen-komponen biaya perolehan dalam tanaman belum

menghasilkan dapat meliputi biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan dan

pemeliharaan termasuk kapitalisasi biaya pinjaman yang digunakan untuk

membiayai pengembangan tanaman belum menghasilkan.

Berikut ini terdapat tabel 4.1 yang menunjukkan rincian biaya perolehan

tanaman belum menghasilkan dalam perusahaan.

43

Page 4: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Tabel 4.1

Rincian Biaya Perolehan Tanaman Belum Menghasilkan

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah)

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 2011 2010Saldo Awal 2.086.413 1.867.972Penambahan biaya 848.912 852.435Reklasifikasi ke Tanaman Menghasilkan (TM) (386.908) (452.310)Pengurangan oleh pengalihan kebun inti menjadi kebun plasma (121.212)  Pengurangan sehubungan dengan pelepasan entitas anak   (181.684)Saldo Akhir 2.427.205 2.086.413

Sumber: diolah dari Laporan Keuangan PT AALI tahun 2010-2011

Pengukuran untuk tanaman belum menghasilkan, belum bisa dilakukan

perhitungan akan penyusutan terhadap aset. Hal tersebut disebabkan karena tanaman

kelapa sawit belum siap untuk menghasilkan produk agraris berupa tandan buah

segar (TBS). Perhitungan terhadap penyusutan kelapa sawit dimulai ketika tanaman

kelapa sawit dinyatakan telah menghasilkan. Tanaman menghasilkan merupakan

tanaman yang telah melewati masa pemeliharaan awal dan telah dapat dipanen sesuai

dengan siklus hidupnya.

Berikut ini merupakan pencatatan transaksi atas pengakuan tanaman belum

menghasilkan yang sesuai dengan rincian biaya perolehan yang telah dijelaskan di

atas yaitu sebesar Rp2.086.413 juta untuk tahun 2010 dan Rp2.427.205 juta untuk

tahun 2011. Maka jurnal dari transaksi tersebut:

a) Pencatatan pengakuan tanaman belum menghasilkan tahun 2010 (dinyatakan

dalam jutaan rupiah)

(Dr) Tanaman belum menghasilkan Rp 2.086.413 -

(Cr) Kas/ Utang usaha - Rp 2.086.413

44

Page 5: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

b) Pencatatan pengakuan tanaman belum menghasilkan tahun 2011 (dinyatakan

dalam jutaan rupiah)

(Dr) Tanaman belum menghasilkan Rp 2.427.205 -

(Cr) Kas/ Utang usaha - Rp 2.427.205

Tanaman menghasilkan yang merupakan tanaman kelapa sawit yang sudah

melewati masa pemeliharaan awal dan telah dapat dipanen sesuai dengan siklus

hidupnya diukur berdasarkan biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi

penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset, jika ada. Biaya perolehan dari

tanaman yang sudah menghasilkan merupakan nilai yang telah direklasifikasi dari

tanaman belum menghasilkan. Hal ini menyebabkan nilai dari tanaman belum

menghasilkan akan mengalami pengurangan sebesar nilai yang direklasifikasi ke

tanaman yang sudah menghasilkan. Tanaman kelapa sawit dinyatakan telah

menghasilkan apabila telah berumur tiga sampai dengan empat tahun yang pada

umumnya mampu menghasilkan tandan buah segar (TBS) dengan rata-rata empat

sampai dengan enam ton per hektarnya dalam satu tahun.

Dalam pengukuran untuk tanaman yang sudah menghasilkan, dapat dilakukan

perhitungan mengenai penyusutan terhadap aset. Perhitungan terhadap penyusutan

tanaman menghasilkan dimulai pada tahun tanaman tersebut telah menghasilkan

(kisaran umur tiga sampai dengan empat tahun), dengan menggunakan metode garis

lurus selama taksiran masa manfaat ekonomis tanaman yaitu 20 (dua puluh) tahun.

Oleh karena itu, penyusutan akan dialokasikan selama umur produktif 17 (tujuh

belas) tahun.

Berikut ini terdapat tabel 4.2 dan 4.3 yang menunjukkan komposisi tanaman

menghasilkan pada perusahaan untuk tahun 2010 dan 2011.

45

Page 6: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Tabel 4.2

Komposisi Tanaman Menghasilkan PT AALI Tahun 2010

(dinyatakan dalam jutaan Rupiah)

Tanaman menghasilkan (TM)

Saldo Awal (1 Jan 2010) Penambahan Reklasifikasi Pengurangan

Saldo Akhir

(31 Des 2010)

Harga Perolehan 1.385.392 - 452.310 (56.642) 1.781.060Akumulasi Penyusutan (656.141) (90.440) - 46.191 (700.390)Nilai Buku TM 729.251 (90.440) 452.310 (10.451) 1.080.670Nilai Buku TBM 1.867.972 852.435 (452.310) (181.684) 2.086.413Total nilai buku tanaman kelapa sawit 2.597.223 761.995 0 (192.135) 3.167.083

Sumber : diolah dari laporan keuangan PT AALI tahun 2010-2011

Tabel 4.3

Komposisi Tanaman Menghasilkan PT AALI Tahun 2011

(dinyatakan dalam jutaan rupiah)

Tanaman menghasilkan (TM)

Saldo Awal (1 Jan 2010) Penambahan Reklasifikasi Pengurangan

Saldo Akhir

(31 Des 2010)

Harga Perolehan 1.781.060 - 386.908 (42.446) 2.125.522Akumulasi Penyusutan (700.390) (108.932) - 35.584 (773.738)

Nilai Buku TM 1.080.670 (108.932) 386.908 (6.862) 1.351.784Nilai Buku TBM 2.086.413 848.912 (386.908) (121.212) 2.427.205Total nilai buku tanaman kelapa sawit 3.167.083 739.980 0 (128.074) 3.778.989

Sumber: diolah dari laporan keuangan PT AALI tahun 2010-2011

Berdasarkan tabel di atas, terdapat adanya reklasifikasi dan pengurangan

dalam harga perolehan untuk tanaman menghasilkan. Reklasifikasi merupakan

jumlah yang sebelumnya berasal dari tanaman yang belum menghasilkan (TBM)

yang telah dinyatakan sebagai tanaman yang telah menghasilkan (TM). Pencatatan

46

Page 7: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

transaksi atas reklasifikasi tanaman belum menghasilkan menjadi tanaman

menghasilkan pada tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai berikut:

Keterangan (dalam jutaan rupiah) 2010 2011(Dr) Tanaman menghasilkan (TM) 452.310 - 386.908 - (Cr) Tanaman belum menghasilkan (TBM) - 452.310 - 386.908

Pengurangan untuk harga perolehan dalam tanaman menghasilkan pada tahun

2010 dan 2011 disebabkan oleh penanaman kembali areal yang tidak produktif.

Sehingga pencatatan transaksi atas pengurangan tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan (dalam jutaan rupiah) 2010 2011(Dr) Tanaman belum menghasilkan (TBM) 56.642 - 42.446 - (Cr) Tanaman menghasilkan (TM) - 56.642 - 42.446

4.2.2 Pengakuan dan Pengukuran Aset Biolojik (Tanaman Kelapa Sawit)

Menurut PSAK 16 : Model Revaluasi

Pengakuan aset biolojik dalam PSAK 16: Model Revaluasi tidak berbeda

dengan PSAK 16: Model Biaya yang telah dibahas sebelumnya. Berdasarkan PSAK

16: Model Revaluasi, pengakuan terhadap aset biolojik juga dibagi menjadi dua yaitu

tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Penentuan

pengakuan aset biolojik ini disesuaikan dengan umur dari tanaman, yaitu tanaman

diklasifikasikan sebagai tanaman belum menghasilkan apabila memiliki umur di

bawah 3 (tiga) tahun, dan akan diklasifikasikan sebagai tanaman menghasilkan

apabila telah berumur diatas tiga hingga empat tahun dan dapat menghasilkan tandan

buah segar yang telah dapat dipanen. Pengakuan terhadap aset biolojik hanya dapat

dilakukan apabila telah memenuhi ketentuan yang berlaku yang salah satunya yaitu

aset biolojik dapat memberikan manfaat ekonomis di masa mendatang sesuai dengan

PSAK 16 paragraf 7.

47

Page 8: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Berbeda dengan pengakuan aset biolojik, pengukuran aset biolojik antara

PSAK 16: Model Biaya dan PSAK 16: Model Revaluasi justru mengalami

perbedaan. Perbedaan diantara keduanya disebabkan karena PSAK 16: Model Biaya

mengukur aset biolojiknya berdasarkan historical cost yaitu biaya perolehan

dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai jika ada.

Sedangkan PSAK 16: Model Revaluasi mendasarkan pengukuran aset biolojik

berdasarkan fair value (nilai wajar) yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi

dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah revaluasi.

Definisi nilai wajar dalam PSAK 16 sama dengan definisi nilai wajar dalam

IAS 41. Nilai wajar (fair value) diartikan sebagai jumlah yang dipakai untuk

mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki

pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s length

transaction). Berdasarkan hal ini, sepanjang perhitungan nilai wajar menggunakan

basis harga pasar yang sama (dalam hal pengukuran aset biolojik) antara PSAK 16

dan IAS 41, maka nilai tercatat tanaman kelapa sawit akan memiliki nilai wajar yang

sama, baik itu diukur dengan menggunakan PSAK 16 maupun IAS 41.

Dalam PSAK 16 paragraf 35, dijelaskan apabila suatu aset dilakukan

revaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan

salah satu cara berikut ini:

a) disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah

tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama

dengan jumlah revaluasian.

b) dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto

setelah dieliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset

tersebut.

48

Page 9: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Dalam melakukan pengukuran terhadap aset biolojik yang berdasarkan nilai

wajar (fair value) sesuai dengan PSAK 16: Model Revaluasi, penulis menggunakan

beberapa asumsi. Penggunaan asumsi ini disebabkan karena keterbatasan data dan

tidak tersedianya informasi-informasi yang dapat diperoleh melalui data sekunder.

Disamping itu, penggunaan asumsi bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang

seragam mengenai hal-hal yang tidak diketahui secara pasti dan riil. Asumsi-asumsi

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan diasumsikan menggunakan jasa penilai independen dalam

menentukan nilai wajar aset biolojik dari tanaman menghasilkan dan tanaman

belum menghasilkan. Informasi mengenai nilai wajar berdasarkan jasa penilai

independen diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan

akan disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang akan diteliti tahun 2010

dan 2011. Adapun informasi nilai wajar berdasarkan jasa penilai independen

pada tahun 2009 yaitu:

Tabel 4.4

Nilai Wajar Tanaman Menghasilkan dan Tanaman Belum Menghasilkan

Nilai wajar aset biolojik menurut laporan penilai independen 2009Tanaman menghasilkan (TM) 288.082.289.000Tanaman belum menghasilkan (TBM) 118.417.634.000Total nilai wajar aset biolojik 406.499.923.000

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai nilai wajar aset biolojik menurut

laporan penilai independen yaitu:

a) Nilai wajar tanaman menghasilkan (TM) yaitu sebesar

Rp288.082.289.000 merupakan nilai wajar untuk 3.100 ha dengan

asumsi jumlah pohon per hektarnya adalah 125 pohon. Sehingga

49

Page 10: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

diketahui informasi nilai wajar per pohon tahun 2009 adalah sebesar

Rp743.438 (Rp288.082.289.000/ (3.100ha x 125 pohon).

b) Nilai wajar tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu sebesar

Rp118.417.634.000 merupakan nilai wajar untuk 7.576 ha dengan

asumsi jumlah pohon per hektarnya adalah 125 pohon. Sehingga

diketahui informasi nilai wajar per pohon tahun 2009 adalah sebesar

Rp125.045 (Rp118.417.634.000/ (7.576ha x 125 pohon).

2. Tingkat inflasi yang terjadi pada periode desember 2010 adalah sebesar

6,96% dan untuk periode desember 2011 adalah sebesar 3,79%.

3. Standar jumlah pohon kelapa sawit yang ditanam per hektar adalah 130

pohon. Hal ini disebabkan karena jarak tanam kelapa sawit sekitar 9m x 9m=

81m2. Sehingga untuk luas 1ha (10.000m2) = 10.000m2/81m2 yaitu sekitar 130

pohon.

Selain berdasarkan asumsi-asumsi di atas, data yang diperlukan dalam

melakukan perhitungan nilai wajar aset biolojik dari tanaman menghasilkan (TM)

dan tanaman belum menghasilkan (TBM) pada PT AALI adalah luas areal lahan

sawit pada perkebunan inti milik perusahaan. Berikut ini terdapat tabel 4.5 yang

berisi mengenai luas areal lahan sawit pada tahun 2009 hingga 2010.

Tabel 4.5

Luas Areal Lahan Sawit Pada Perkebunan Inti

Lahan Sawit Tertanam (Ha) 2009 2010 2011Tanaman menghasilkan (TM) 139.875 148.274 160.849Tanaman belum menghasilkan (TBM) 66.922 57.768 45.730

Sumber: diolah dari laporan tahunan PT AALI

50

Page 11: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Berikut ini merupakan tahapan dalam perhitungan nilai wajar aset biolojik

dari tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan pada PT AALI:

1. Menentukan terlebih dahulu nilai wajar per pohon dari TM dan TBM.

a) Tanaman Menghasilkan (TM)

- Nilai wajar per pohon TM tahun 2009

= Rp743.438 (perhitungan dapat dilihat pada asumsi no 1a).

- Nilai wajar per pohon TM tahun 2010

= nilai wajar per pohon TM 2009 x tingkat inflasi desember 2010

= Rp743.438 x 1,0696

= Rp795.181.

- Nilai wajar per pohon TM tahun 2011

= nilai wajar per pohon TM 2010 x tingkat inflasi desember 2011

= Rp795.181 x 1,0379

= Rp825.318.

b) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

- Nilai wajar per pohon TBM tahun 2009

= Rp125.045 (perhitungan dapat dilihat pada asumsi no 1b).

- Nilai wajar per pohon TBM tahun 2010

= nilai wajar per pohon TBM 2009 x tingkat inflasi desember 2010

= Rp125.045 x 1,0696

= Rp133.748

- Nilai wajar per pohon TBM tahun 2011

= nilai wajar per pohon TBM 2010 x tingkat inflasi desember 2011

= Rp133.748 x 1,0379

= Rp138.817

51

Page 12: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

2. Menentukan nilai wajar TM dan TBM berdasarkan jumlah luas areal lahan

dan jumlah pohon per hektar. Perhitungan nilai wajar TM dan TBM ini

dilakukan dengan cara:

Berikut ini terdapat tabel 4.6 yang berisi mengenai nilai wajar dari tanaman

menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) pada PT AALI tahun

2009 hingga tahun 2011.

Tabel 4.6

Nilai Wajar Tanaman Menghasilkan dan Tanaman Belum Menghasilkan

PT AALI

Nilai wajar aset biolojik (dalam jutaan rupiah) 2009 2010 2011Tanaman menghasilkan (TM) 13.518.490 15.327.606 17.257.704Tanaman belum menghasilkan (TBM) 1.087.873 1.004.426 825.253Total nilai wajar aset biolojik 14.606.363 16.332.032 18.082.957

Berdasarkan perhitungan nilai wajar dari tanaman menghasilkan dan tanaman

belum menghasilkan PT AALI pada tahun 2009 hingga tahun 2011, maka dapat

dilakukan pengukuran aset biolojik pada PSAK 16:Model Revaluasi. Gambaran

pengukuran aset biolojik berdasarkan PSAK 16:Model Revaluasi dapat dilihat pada

tabel 4.7 berikut ini:

52

Nilai wajar TM/TBM :nilai wajar per pohon TM/TBM x luas areal lahan x jumlah pohon per ha

Page 13: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Tabel 4.7

Gambaran Pengukuran Aset Biolojik Berdasarkan PSAK 16 Model Revaluasi

Dalam jutaan rupiah 2010 2011Tanaman menghasilkan (TM)    Nilai wajar tanaman_awal tahun 13.518.490 15.327.606Penambahan tanaman tahun berjalan (reklasifikasi) 452.310 386.908Pengurangan tanaman tahun berjalan (penanaman kembali) (56.642) (42.446)Subtotal 13.914.158 15.672.068Tambahan depresiasi tahun berjalan (90.440) (108.932)Pengurangan depresiasi tahun berjalan 46.191 35.584Nilai buku tanaman akhir tahun 13.869.909 15.598.720Nilai wajar tanaman akhir tahun 15.327.606 17.257.704Kenaikan/ (penurunan) surplus revaluasi 1.457.697 1.658.984     Tanaman belum menghasilkan (TBM)    Nilai wajar tanaman_awal tahun 1.087.873 1.004.426Penambahan biaya 852.435 848.912Reklasifikasi ke tanaman menghasilkan (452.310) (386.908)Pengurangan (181.684) (121.212)Nilai buku tanaman akhir tahun 1.306.314 1.345.218Nilai wajar tanaman akhir tahun 1.004.426 825.253Kenaikan/ (penurunan) surplus revaluasi (301.888) (519.965)     Total kenaikan/ (penurunan) surplus revaluasi tanaman 1.155.809 1.139.019Pajak revaluasi (10%) (115.581) (113.902)Total kenaikan/ (penurunan) surplus revaluasi tanaman setelah pajak 1.040.228 1.025.117     

Dalam tabel 4.7 mengenai pengukuran aset biolojik, terdapat akun kenaikan/

(penurunan) surplus revaluasi yang diperoleh dari selisih antara nilai buku tanaman

dengan nilai wajar tanaman. Kenaikan surplus revaluasi terjadi apabila nilai wajar

dari tanaman lebih besar dibandingkan nilai buku dari tanaman, sedangkan

53

Page 14: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

penurunan surplus revaluasi terjadi apabila nilai wajar dari tanaman lebih kecil

dibandingkan dengan nilai buku dari tanaman. Dalam tabel 4.7 juga diperlihatkan

pengenaan pajak atas penilaian kembali/revaluasi aset sebesar 10% sesuai dengan

ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/ PMK.03/2008 tentang Penilaian

Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, definisi nilai wajar antara PSAK

16: Model Revaluasi dan IAS 41 memiliki persamaan. Berdasarkan hal ini,

sepanjang perhitungan nilai wajar menggunakan basis harga pasar yang sama dalam

pengukuran PSAK 16 dan IAS 41, maka nilai tercatat tanaman kelapa sawit akan

menghasilkan nilai wajar yang sama baik itu diukur dengan menggunakan PSAK 16

maupun IAS 41.

Meskipun perhitungan nilai wajar sama, perbedaan diantara kedua peraturan

tersebut disebabkan karena dampak yang terdapat pada laporan laba rugi periode

berjalan serta laporan posisi keuangan terutama pada komposisi ekuitas. Pada PSAK

16:Model Revaluasi, kenaikan nilai aset akibat revaluasi akan dicatat sebagai surplus

revaluasi pada bagian ekuitas sedangkan penurunan nilai aset akibat revaluasi diakui

sebagai beban periode berjalan atau dikurangkan dari surplus revaluasi jika ada

kenaikan nilai akibat revaluasi yang sebelumnya sudah diakui. Di lain sisi yaitu

berdasarkan IAS 41, pengakuan keuntungan atau kerugian dari suatu aset biolojik

harus dimasukkan ke dalam laporan laba rugi pada periode yang bersangkutan.

54

Page 15: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

4.2.3 Pengakuan dan Pengukuran Aset Biolojik (Tanaman Kelapa Sawit)

Menurut IAS 41: Agriculture

Dalam IAS 41: Agriculture, aktivitas agrikultural mencakup berbagai macam

aktivitas yang diantaranya merupakan budidaya perkebunan. Aktivitas ini memiliki

perbedaan karakteristik dengan aktivitas lainnya karena memiliki kemampuan untuk

berubah (transformasi tumbuhan dan hewan biolojik). Proses yang terdapat dalam

transformasi biolojik dapat mencakup proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan

prokresi yang menyebabkan perubahan kualitatif maupun kuantitatif dari sebuah aset

biolojik.

Sebagai suatu aset biolojik yang mengalami transformasi, kelapa sawit dapat

diklasifikasikan menjadi aset biolojik yang belum dewasa (immature) dan aset

biolojik yang sudah dewasa (mature). Aset biolojik yang belum dewasa memiliki

persamaan deskripsi dengan tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu merupakan

tanaman yang memiliki umur tanam kurang dari tiga tahun yang pada akhirnya

dikonversikan menjadi tanaman menghasilkan yang dapat dipanen produk

agrikulturnya. Begitu juga dengan aset biolojik yang sudah dewasa yang memiliki

persamaan deskripsi dengan tanaman menghasilkan (TM) yaitu merupakan tanaman

yang memiliki umur di atas tiga tahun dan menghasilkan produk agrikultural yang

siap dipanen.

Selain pembagian dari segi umur tanaman, aset biolojik juga dapat

dikategorikan menjadi dua yaitu aset biolojik yang dapat menghasilkan produk

agrikultural (aset biolojik pengusung/bearer biological asset) seperti pohon kelapa

sawit dan aset biolojik yang nantinya akan menjadi produk agrikultural (aset biolojik

yang dapat dikonsumsi/consumable biological asset) seperti pohon jati yang ditebang

untuk dijadikan kayu.

55

Page 16: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Terdapat beberapa syarat sebagai pengakuan awal pada aset biolojik menurut

IAS 41: Agriculture yaitu:

1. Entitas mengendalikan aset sebagai hasil dari kejadian masa lalu.

Aset biolojik yang merupakan tanaman kelapa sawit yang dimiliki oleh

perusahaan merupakan hasil dari kejadian masa lalu perusahaan. Hasil dari

kejadian masa lalu yang dimaksud disini adalah proses yang dilakukan oleh

perusahaan mulai dari penanaman bibit hingga menjadi tanaman

menghasilkan yang memproduksi tandan buah segar.

2. Adanya kemungkinan manfaat ekonomis di masa mendatang yang akan

mengalir ke entitas terkait dengan aset.

Aset biolojik yang merupakan tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan

tandan buah segar yang dapat dijual sehingga perusahaan akan memperoleh

pendapatan dari penjualan tersebut.Selain itu, tandan buah segar yang

dipanen juga dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan minyak sawit

mentah (Crude Palm Oil) yang juga memberikan pendapatan apabila dijual.

3. Fair Value (nilai wajar) atau biaya dari aset dapat diukur dengan andal.

Biaya-biaya aset mulai dari penanaman hingga menjadi tanaman

menghasilkan dapat diukur dengan andal. Dengan diketahui biaya-biaya

ataupun nilai wajar dari aset biolojik, maka aset biolojik dapat diakui dalam

laporan keuangan.

Setelah pemenuhan ketentuan dalam pengakuan aset biolojik, maka akan

dilakukan pengukuran terhadap aset biolojik. Menurut IAS 41: Agriculture suatu aset

biolojik baik itu tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman

menghasilkan (TM) harus diukur pada pengakuan awal dan pada setiap akhir periode

berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual kecuali nilai wajar

56

Page 17: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

tidak bisa diandalkan. Dasar acuan yang paling tepat dalam menentukan nilai wajar

suatu aset apabila terdapat pasar aktif untuk aset biolojik yang sesuai dengan lokasi

dan kondisi saat ini.

Namun, pengukuran aset biolojik berdasarkan nilai wajar sesuai dengan pasar

aktif sangat sulit diterapkan karena tidak ditemukannya pasar aktif terhadap aset

biolojik khususnya tanaman kelapa sawit. Berdasarkan kondisi ini, Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) mengeluarkan instrumen

baru tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti

Perkebunan Kelapa Sawit di Pasar Modal, SE-9/BL/2012 dalam penerapan IAS 41 di

Indonesia. Dalam pedoman yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK, dikatakan bahwa

jasa penilai independen memiliki peranan yang penting dalam membantu

menentukan nilai wajar aset pada industri perkebunan.

Dalam melakukan pengukuran terhadap aset biolojik berdasarkan IAS 41,

maka terlebih dahulu harus mengetahui nilai wajar suatu aset. Karena nilai wajar aset

biolojik dalam pasar aktif tidak dapat diketahui, maka penentuan nilai wajar untuk

mengukur aset biolojik pada PT Astra Agro Lestari Tbk diasumsikan menggunakan

jasa penilai independen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (sub subbab 4.2.2

mengenai pengakuan dan pengukuran aset biolojik menurut PSAK 16:Model

Revaluasi).

Untuk memperoleh gambaran pengukuran aset biolojik menurut IAS 41:

Agriculture yaitu nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual pada PT AALI,

berikut ini merupakan tahapan yang diperlukan dalam pengukuran aset biolojik:

1. Menentukan nilai wajar aset biolojik untuk tanaman menghasilkan dan

tanaman belum menghasilkan. Dalam PT AALI, nilai wajar aset biolojiknya

adalah sebagai berikut:

57

Page 18: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Nilai wajar aset biolojik (dalam jutaan rupiah) 2009 2010 2011Tanaman menghasilkan (TM) 13.518.490 15.327.606 17.257.704Tanaman belum menghasilkan (TBM) 1.087.873 1.004.426 825.253Total nilai wajar aset biolojik 14.606.363 16.332.032 18.082.957

2. Menentukan terlebih dahulu biaya untuk menjual (cost to sell) dari aset

biolojik. Untuk mengetahui biaya untuk menjual, diasumsikan biaya untuk

menjual dari aset biolojik yaitu TM dan TBM meliputi biaya broker atau

perantara. Biaya broker diasumsikan sebesar 2,5% dari nilai wajar aset

biolojik.

Biaya untuk menjual/cost to sell (dalam jutaan rupiah) 2009 2010 2011Tanaman menghasilkan (TM) 337.962 383.190 431.443Tanaman belum menghasilkan (TBM) 27.197 25.111 20.631Total biaya untuk menjual aset biolojik 365.159 408.301 452.074

3. Melakukan pengukuran aset biolojik sesuai dengan IAS 41 yaitu berdasarkan

nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual untuk TM dan TBM.

Pengukuran aset biolojik berdasarkan IAS 41 (dalam jutaan rupiah) 2009 2010 2011Tanaman menghasilkan (TM) 13.180.528 14.944.416 16.826.261Tanaman belum menghasilkan (TBM) 1.060.676 979.315 804.622Total pengukuran aset biolojik 14.241.204 15.923.731 17.630.883

Pengukuran aset biolojik berdasarkan IAS 41 harus diukur pada pengakuan

awal dan pada setiap akhir periode pelaporan berdasarkan nilai wajar dikurang

dengan biaya untuk menjual. Melalui pengukuran aset pada awal dan akhir periode

mengakibatkan timbulnya pengakuan keuntungan atau kerugian yang harus

dimasukkan ke dalam laporan laba rugi.

58

Page 19: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Berikut ini terdapat tabel 4.8 yang menunjukkan keuntungan/kerugian yang

akan dilaporkan ke dalam laporan laba rugi sebagai akibat dari kenaikan/penurunan

pengukuran aset biolojik yaitu nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual

pada awal tahun dan akhir tahun.

Tabel 4.8

Pengakuan Keuntungan dan Kerugian dari Pengukuran Aset Biolojik

Berdasarkan IAS 41: Agriculture

Dalam jutaan rupiah 2010 2011Tanaman menghasilkan (TM)    Aset biolojik_awal tahun 13.180.528 14.944.416Penambahan tanaman tahun berjalan (reklasifikasi) 452.310 386.908Pengurangan tanaman tahun berjalan (penanaman kembali) (56.642) (42.446)Total aset biolojik_awal tahun 13.576.196 15.288.878Aset biolojik_akhir tahun 14.944.416 16.826.261Kenaikan/(penurunan) pengukuran aset biolojik (A) 1.368.220 1.537.383     Tanaman belum menghasilkan (TBM)    Aset biolojik_awal tahun 1.060.676 979.315Penambahan biaya 852.435 848.912Reklasifikasi ke tanaman menghasilkan (452.310) (386.908)Pengurangan (181.684) (121.212)Total aset biolojik_awal tahun 1.279.117 1.320.107Aset biolojik_akhir tahun 979.315 804.622Kenaikan/(penurunan) pengukuran aset biolojik (B) (299.802) (515.485)     Total kenaikan/(penurunan) pengukuran aset biolojik (A+B) 1.068.418 1.021.898Pajak Revaluasi (10%) (106.842) (102.190)Total kenaikan/(penurunan) pengukuran aset biolojik setelah pajak 961.576 919.708

Berdasarkan tabel 4.8 mengenai pengakuan keuntungan dan kerugian dari

pengukuran aset biolojik berdasarkan IAS 41:Agriculture, berikut ini akan disajikan

ayat jurnal sesuai dengan tabel 4.8 antara lain sebagai berikut:

59

Page 20: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

a) Pencatatan kenaikan aset biolojik pada tanaman sudah dewasa (TM)

sebesar Rp1.368.220 juta pada tahun 2010 dan sebesar Rp1.537.383 juta

pada tahun 2011.

b) Pencatatan penurunan aset biolojik pada tanaman belum dewasa (TBM)

sebesar Rp299.802 juta pada tahun 2010 dan sebesar Rp515.485 juta pada

tahun 2011

Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan pasal 4 disebutkan bahwa selisih

lebih penilaian kembali aktiva merupakan objek pajak. Selisih lebih penilaian

kembali aktiva perusahaan akan dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final

sebesar 10% sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK 03/2008.

Oleh sebab itu dalam tabel 4.8 terdapat perhitungan akan pajak revaluasi sebesar

10% karena terdapat kenaikan pada total pengukuran aset biolojik yaitu sebesar Rp

1.068.418 juta untuk tahun 2010 dan Rp 1.021.898 juta untuk tahun 2011.

4.3 Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Aset Biolojik (Tanaman

Kelapa Sawit) Menurut PSAK 16 dan IAS 41

Berdasarkan penjelasan mengenai pengakuan dan pengukuran aset biolojik

yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dilakukan perbandingan terhadap

pengakuan dan pengukuran aset biolojik antara PSAK 16 yaitu model biaya dan

model revaluasi dengan IAS 41 mengenai Agriculture.

60

Page 21: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Oleh karena itu, untuk mempermudah pemahaman terhadap perbandingan ini,

berikut ini akan disajikan tabel 4.9 yang berisi mengenai perbandingan pengakuan

dan pengukuran aset biolojik antara PSAK 16 dan IAS 41.

Tabel 4.9

Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Aset Biolojik

Menurut PSAK 16 dan IAS 41

No Indikator PSAK 16 IAS 41

1. Pengakuan aset

biolojik

-Pengakuan terhadap aset

biolojik hanya dapat

dilakukan apabila (a)

memiliki kemungkinan

manfaat ekonomis di masa

mendatang (b) biaya

perolehan dapat diukur

dengan andal.

-Aset biolojik terdiri dari

tanaman menghasilkan

(TM) dan tanaman belum

menghasilkan (TBM).

-Pengakuan terhadap aset

biolojik hanya dapat dilakukan

apabila (a) entitas

mengendalikan aset sebagai

hasil kejadian masa lalu (b)

memiliki kemungkinan

manfaat ekonomis di masa

mendatang (c) fair value/nilai

wajar aset dapat diukur dengan

andal.

-Aset biolojik terdiri dari aset

biolojik yang belum dewasa

(TBM) dan aset biolojik yang

sudah dewasa (TM).

2. Pengukuran aset

biolojik

a)PSAK 16:Model Biaya

Aset biolojik dicatat

sebesar biaya perolehan

dikurangi akumulasi

penyusutan dan akumulasi

rugi penurunan nilai aset

b)PSAK 16: Model

Revaluasi

Aset biolojik dicatat sebesar

nilai wajar dikurangi biaya

untuk menjual.

61

Page 22: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Aset biolojik dicatat

sebesar nilai wajar pada

tanggal revaluasi dikurangi

akumulasi penyusutan dan

akumulasi rugi penurunan

nilai aset.

Perbedaan yang paling mendasar antara PSAK 16 khususnya model biaya

dengan IAS 41 adalah dalam pengukuran aset biolojiknya. PSAK 16 mendasarkan

pengukurannya berdasarkan biaya perolehan, sedangkan IAS 41 mendasarkan

pengukurannya berdasarkan nilai wajar aset biolojik. Perbedaan diantara kedua

standar ini dapat terlihat pada tabel 4.10 mengenai perbandingan nilai tercatat

tanaman kelapa sawit.

Nilai tercatat tanaman belum menghasilkan pada PSAK 16 dipengaruhi oleh

adanya penambahan biaya yang berhubungan dengan biaya penanaman dan biaya

62

Page 23: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

pemeliharaan hingga tanaman belum menghasilkan dapat dinyatakan sebagai

tanaman menghasilkan. Sedangkan nilai tercatat tanaman belum menghasilkan pada

IAS 41 diukur berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual, yang

penjelasan dari perhitungan dapat dilihat pada sub subbab 4.2.3 mengenai pengakuan

dan pengukuran aset biolojik berdasarkan IAS 41.

Nilai tercatat tanaman menghasilkan pada PSAK 16 dipengaruhi oleh adanya

reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan menjadi tanaman menghasilkan serta

pengurangan yang disebabkan oleh penanaman kembali areal yang tidak produktif.

Perhitungan nilai tercatat tanaman menghasilkan ini juga berubah akibat depresiasi

tahun berjalan. Sedangkan nilai tercatat tanaman menghasilkan pada IAS 41 juga

diukur berdasarkan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Dalam pengukuran

aset biolojik berdasarkan IAS 41 tidak dilakukan perhitungan terhadap penyusutan.

4.4 Penyajian dan Pengungkapan Aset Biolojik (Tanaman Kelapa Sawit)

4.4.1 Penyajian dan Pengungkapan Aset Biolojik (Tanaman Kelapa Sawit)

Menggunakan PSAK 16:Model Biaya

Berikut ini merupakan penyajian dan pengungkapan aset biolojik yang

dilakukan oleh PT Astra Agro Lestari Tbk pada laporan keuangan per 31 Desember

2011. PT Astra Agro Lestari Tbk melakukan penyajian dan pengungkapan aset

biolojik berdasarkan PSAK 16:Model Biaya. Adapun penyajian dan pengungkapan

yang akan dibahas pada sub subbab ini hanya yang berkaitan dengan aset biolojik

dalam perusahaan. Penyajian aset biolojik dalam laporan posisi keuangan akan

disajikan di dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.11

Penyajian Aset Biolojik dalam Laporan Posisi Keuangan

63

Page 24: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

PT AALI (PSAK 16:Model Biaya)

Setelah mengetahui penyajian aset biolojik dalam laporan posisi keuangan,

berikut ini terdapat tabel 4.12 yang menyajikan laporan laba rugi konsolidasian pada

PT Astra Agro Lestari Tbk:

Tabel 4.12

Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT AALI (PSAK 16:Model Biaya)

 (dalam jutaan rupiah) 2011 2010Pendapatan bersih 10.772.582 8.843.721Beban pokok pendapatan (6.837.674) (5.234.372)Laba bruto 3.934.908 3.609.349Beban penjualan (291.269) (206.527)Beban umum dan administrasi (310.707) (438.782)Total beban usaha (601.976) (645.309)Laba sebelum pajak penghasilan 3.332.932 2.964.040Beban pajak penghasilan (25%) (833.233) (741.010)Laba tahun berjalan 2.499.699 2.223.030

Diolah: dari laporan keuangan PT AALI 2011

Dalam PSAK 16, terdapat pengaturan mengenai pengungkapan atas aset

dalam laporan keuangan. Pengungkapan untuk setiap aset dalam laporan keuangan

dapat meliputi yaitu:

64

Page 25: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

a) dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;

b) metode penyusutan yang digunakan;

c) umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan

akumulasi rugi penurunan nilai jika ada) pada awal dan akhir periode; dan

e) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

(i) penambahan;

(ii) aset yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk

dalam kelompok yang akan dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai

tersedia untuk dijual;

(iii) akuisisi melalui penggabungan usaha;

(iv) peningkatan atau penurunan nilai akibat dari revaluasi;

(v) penyusutan; dan

(vi) perubahan lainnya.

Pengungkapan mengenai aset biolojik terdapat pada catatan atas laporan

keuangan dalam perusahaan. Adapun pengungkapan mengenai aset biolojik

berdasarkan PSAK 16:Model Biaya tersebut yaitu:

PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk DAN ENTITAS ANAK

Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasi

31 Desember 2011 dan 2010

(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)

2) IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI SIGNIFIKAN

f. Tanaman Perkebunan

Tanaman belum menghasilkan dinyatakan sebesar harga perolehan yang

meliputi biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan termasuk

65

Page 26: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

kapitalisasi biaya pinjaman yang digunakan untuk membiayai pengembangan

tanaman belum menghasilkan. Pada saat tanaman sudah menghasilkan, akumulasi

harga perolehan tersebut akan direklasifikasi ke tanaman menghasilkan. Tanaman

perkebunan ini diukur pada biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan

dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Penyusutan tanaman menghasilkan dimulai

pada tahun tanaman tersebut menghasilkan dengan menggunakan metode garis lurus

selama taksiran masa manfaat ekonomis yaitu 20 tahun. Tanaman kelapa sawit

dinyatakan menghasilkan bila telah berumur tiga sampai empat tahun yang pada

umumnya telah menghasilkan TBS rata-rata empat sampai dengan enam ton per

hektar dalam satu tahun.

9. TANAMAN PERKEBUNAN

Saldo reklasifikasi tanaman menghasilkan pada tahun 2011 dan 2010

merupakan saldo yang berasal dari tanaman belum menghasilkan yang telah

dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan.

Pengurangan tanaman menghasilkan pada tahun 2011 dan 2010, terutama

sehubungan dengan penanaman kembali areal yang tidak produktif.

Penambahan dan pengurangan akumulasi penyusutan pada 2011 dan 2010

disebabkan penyesuaian dari reklasifikasi dan pengurangan yang terdapat pada

tanaman menghasilkan. Seluruh penyusutan tanaman menghasilkan untuk tahun

66

Page 27: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

2011 sebesar Rp108.932 juta dialokasikan ke beban pokok pendapatan (tahun 2010:

Rp90.440 juta).

Penambahan tanaman belum menghasilkan (kelapa sawit) pada tahun 2011

dan 2010, dikarenakan adanya penambahan biaya-biaya seperti biaya penanaman,

pemupukan dan pemeliharaan yang berhubungan dengan proses perkembangan dari

tanaman belum menghasilkan hingga menjadi tanaman menghasilkan.

Pengurangan tanaman belum menghasilkan (kelapa sawit) pada tahun 2011

dan 2010, terutama dikarenakan pengalihan kebun inti menjadi kebun plasma. (2010:

terutama sehubungan dengan pelepasan entitas anak).

4.4.2 Penyajian dan Pengungkapan Aset Biolojik (Tanaman Kelapa Sawit)

Menggunakan PSAK 16:Model Revaluasi

Penyajian aset biolojik antara PSAK 16: Model Revaluasi dan Model Biaya

tidak mengalami banyak perbedaan karena adanya persamaan penyajian aset biolojik

berupa tanaman perkebunan pada aset tidak lancar dalam laporan posisi keuangan.

Namun, dalam penyajian pada laporan posisi keuangan menurut PSAK 16:Model

Revaluasi terdapat akun penambahan. Penambahan akun tersebut disebabkan karena

pengukuran aset biolojik yang dicatat berdasarkan nilai wajar (fair value) pada

tanggal revaluasian.

67

Page 28: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Dalam PSAK 16 paragraf 39 dan 40 dijelaskan bahwa terdapat dua kondisi

dalam melakukan revaluasi yaitu:

1. Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebut

diakui dalam pendapatan komprehensif dan terakumulasi dalam ekuitas pada

bagian surplus revaluasi.

2. Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan diakui dalam

pendapatan komprehensif. Penurunan nilai yang diakui ini mengurangi

akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.

Berikut ini merupakan gambaran penyajian aset biolojik berupa tanaman

perkebunan pada aset tidak lancar dalam laporan posisi keuangan yang akan

disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.13

Gambaran Penyajian Aset Biolojik Pada Laporan Posisi Keuangan

PT AALI Menurut PSAK 16:Model Revaluasi

 (dinyatakan dalam jutaan rupiah) 2011 2010ASET TIDAK LANCAR    Piutang jangka panjang 91.120 96.220Aset pajak tangguhan, bersih 99.613 58.291Tanaman perkebunan     - Tanaman menghasilkan 17.257.704 15.327.606 - Tanaman belum menghasilkan 825.253 1.004.426Aset tetap, bersih 3.424.194 2.686.910Goodwill, bersih 55.951 53.327Perkebunan plasma, bersih 351.344 232.362Tagihan restitusi pajak 214.947 249.402Aset lain-lain 285.155 180.232Total aset tidak lancar 22.605.281 19.888.776

Sumber: data diolah dari laporan keuangan PT AALI

Meskipun penyajian aset biolojik berupa tanaman perkebunan sama diantara

PSAK 16 Model Revaluasi dan Model Biaya, namun nilai yang tercatat untuk

masing-masing tanaman perkebunan yaitu tanaman menghasilkan(TM) dan tanaman

68

Page 29: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

belum menghasilkan tidaklah sama. Hal tersebut disebabkan karena nilai yang

tercatat untuk tanaman perkebunan pada PSAK 16:Model Revaluasi diukur

menggunakan nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi dengan akumulasi

penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset, jika ada.

Berikut ini merupakan penyajian atas akun surplus revaluasi pada laporan

posisi keuangan sebagai akibat dilakukannya revaluasian atas aset. Penyajiannya

akan disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.14

Gambaran Penyajian Surplus Revaluasi Pada Laporan Posisi Keuangan

PT AALI Menurut PSAK 16: Model Revaluasi

EKUITAS (dalam jutaan rupiah) 2011 2010Modal saham 787.373 787.373Surplus revaluasi 2.065.345 1.040.228

Berdasarkan tabel 4.14, dapat dilihat bahwa akun surplus revaluasi terdapat

pada bagian ekuitas dalam laporan posisi keuangan. Surplus revaluasi pada tahun

2010 adalah sebesar Rp1.040.228 juta yang merupakan total kenaikan surplus

revaluasi pada tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan setelah

pajak. Sedangkan surplus revaluasi pada tahun 2011 sebesar Rp2.065.345 juta

merupakan penjumlahan antara total kenaikan surplus revaluasi tanaman setelah

pajak pada tahun 2010 dan 2011 (yaitu Rp1.040.228 juta pada tahun 2010 ditambah

Rp1.025.117 juta pada tahun 2011). Perhitungan lebih rinci mengenai

kenaikan/(penurunan) surplus revaluasi dapat dilihat pada tabel 4.7 mengenai

gambaran pengukuran aset biolojik berdasarkan PSAK 16:Model Revaluasi.

Berikutnya akan disajikan tabel 4.15 mengenai gambaran laporan laba rugi

konsolidasian berdasarkan PSAK 16:Model Revaluasi. Dalam format penyajian

laporan laba rugi, tidak terdapat perbedaan diantara PSAK 16 Model Biaya dan

69

Page 30: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Model Revaluasi. Perbedaan dalam penyajian laporan keuangan terdapat pada beban

pokok pendapatan. Beban pokok pendapatan dalam PSAK 16:Revaluasi mengalami

peningkatan karena adanya tambahan penyusutan akibat revaluasi sebesar

Rp1.931.213 juta untuk tahun 2010 dan sebesar Rp2.554.601 juta untuk tahun 2011.

Perhitungan penambahan penyusutan ini dilakukan dengan membagi nilai wajar

tanaman untuk masing-masing tahun dengan umur sisa dari tanaman. Untuk tahun

2011, diketahui bahwa umur rata-rata tanaman sekitar 14 tahun dengan masa manfaat

ekonomis selama 20 tahun, sehingga dapat diperkirakan rata-rata umur sisa tanaman

adalah sekitar 6 tahun selama tahun 2011.

Tabel 4.15

Gambaran Laporan Laba Rugi Konsolidasian

PT AALI Menurut PSAK 16: Model Revaluasi

(Dinyatakan dalam jutaan rupiah) 2011 2010Pendapatan bersih 10.772.582 8.843.721Beban pokok pendapatan (9.392.275) (7.165.585)Laba bruto 1.380.307 1.678.136Beban penjualan (291.269) (206.527)Beban umum dan administrasi (310.707) (438.782)Total beban usaha (601.976) (645.309)Laba sebelum pajak penghasilan 778.331 1.032.827Beban pajak penghasilan (25%) (194.583) (258.207)Laba tahun berjalan 583.748 774.620

Sumber: data diolah dari laporan keuangan PT AALI

Pengaturan pengungkapan aset biolojik pada PSAK 16:Model Revaluasi

sama dengan PSAK 16:Model Biaya yang telah dijelaskan sebelumnya. Maka

pengungkapan dalam model revaluasi ini adalah sebagai berikut:

PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk DAN ENTITAS ANAK

Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasi

31 Desember 2011 dan 2010

70

Page 31: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)

2) IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI SIGNIFIKAN

f. Tanaman Perkebunan

Tanaman belum menghasilkan dicatat sebesar nilai wajar pada tanggal

revaluasi. Perhitungan nilai wajar tanaman ditentukan oleh jasa penilai independen.

Untuk tanaman menghasilkan, dicatat sebesar nilai wajar setelah revaluasi dikurangi

dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai jika ada.

Perhitungan terhadap penyusutan dimulai pada tahun tanaman tersebut menghasilkan

dengan menggunakan metode garis lurus selama taksiran masa manfaat ekonomis

selama 20 tahun. Tanaman kelapa sawit dinyatakan telah menghasilkan apabila telah

berumur tiga sampai dengan empat tahun. Hasil dari revaluasi pada tanaman kelapa

sawit akan diakui pada ekuitas dalam akun surplus revaluasi.

9. TANAMAN PERKEBUNAN

Sampai akhir tahun 2011, PT Astra Agro Lestari Tbk memiliki luas areal

perkebunan inti untuk tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan

sekitar 160.849ha (2010: 148.274 ; 2009: 139.875) dan 45.730ha (2010: 57.768 ;

71

Page 32: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

2009: 66.922). Nilai wajar pada tanaman kelapa sawit yaitu tanaman menghasilkan

dan tanaman belum menghasilkan ditentukan oleh jasa penilai independen pada

tahun 2009. Sehingga untuk mendapatkan nilai wajar tanaman untuk tahun 2010 dan

2011 terdapat beberapa asumsi yang digunakan yaitu:

a) Tingkat inflasi yang terjadi pada desember tahun 2010 adalah sebesar 6,96%

dan untuk periode desember tahun 2011 adalah sebesar 3,79%.

b) Jumlah pohon kelapa sawit yang ditanam per hektar adalah sekitar 130

pohon.

4.4.3 Penyajian dan Pengungkapan Aset Biolojik (Tanaman Kelapa Sawit)

Menggunakan IAS 41: Agriculture

Dalam IAS 41 mengenai Agriculture terdapat ketentuan yang mengatur

mengenai penyajian dan pengungkapan aset biolojik. Aset biolojik harus dibedakan

menjadi dua yaitu aset biolojik yang sudah dewasa (mature) dan aset biolojik yang

belum dewasa (immature) tergantung dari jenis umur tanaman tersebut. Untuk

memperjelas penerapan IAS 41, maka berikut ini terdapat tabel 4.16 yang

memberikan gambaran terhadap penyajian dan pengungkapan kembali khususnya

aset biolojik dalam laporan keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk.

Pada laporan posisi keuangan menurut IAS 41 (tabel 4.16), terdapat satu akun

yang berganti nama, yaitu akun tanaman perkebunan yang diubah namanya menjadi

aset biolojik. Nilai yang tercatat pada masing-masing aset biolojik yaitu tanaman

menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan diukur berdasarkan nilai wajar

dikurangi dengan biaya untuk menjual. Perhitungan mengenai nilai tercatat dalam

aset biolojik berdasarkan IAS 41 dapat dilihat pada sub subbab 4.2.3 mengenai

pengakuan dan pengukuran aset biolojik menurut IAS 41: Agriculture.

72

Page 33: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Berikut ini terdapat tabel 4.17 yang menyajikan gambaran laporan laba rugi

menurut IAS 41:Agriculture pada PT AALI yaitu sebagai berikut:

Berdasarkan laporan laba rugi IAS 41, terdapat akun yaitu

keuntungan/kerugian dari nilai wajar aset biolojik. Akun tersebut sesuai dengan

73

Page 34: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

ketentuan yang terdapat di dalam IAS 41 yang menyatakan bahwa keuntungan atau

kerugian yang timbul sebagai akibat dari perubahan pengukuran aset biolojik pada

awal dan akhir periode berdasarkan nilai wajar dikurang biaya untuk menjual, harus

dimasukkan ke dalam laporan laba rugi periode berjalan.

Setelah pembahasan mengenai penyajian aset biolojik, IAS 41 juga memiliki

ketentuan terhadap pengungkapan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Beberapa

item pokok yang harus diungkapkan itu antara lain:

1. Pengungkapan agregat keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan

nilai wajar aset.

2. Pemberian deskripsi mengenai masing-masing kelompok aset biolojik.

3. Pengungkapan metode dan asumsi yang signifikan dalam menentukan nilai

wajar.

Penjelasan lebih rinci mengenai pengungkapan aset biolojik dapat dilihat

pada sub subbab 2.3.6 mengenai pengungkapan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pengungkapan aset biolojik PT AALI

yang sesuai dengan IAS 41 adalah sebagai berikut:

PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk DAN ENTITAS ANAK

Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasi

31 Desember 2011 dan 2010

(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)

2) IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI SIGNIFIKAN

f. Aset Biolojik

Aset biolojik pada perkebunan kelapa sawit merupakan aset biolojik

pengusung (bearer biological asset). Aset biolojik terdiri dari tanaman sudah

dewasa/tanaman menghasilkan dan tanaman belum dewasa/tanaman belum

74

Page 35: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

menghasilkan. Pembagian aset biolojik ditentukan berdasarkan umur dari tanaman

tersebut. Tanaman dinyatakan sudah dewasa/menghasilkan apabila telah berumur

tiga hingga empat tahun dan umumnya telah menghasilkan tandan buah segar.

Aset biolojik diukur pada pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan

berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual. Hasil dari

keuntungan atau kerugian yang berasal dari perubahan nilai wajar akan diakui pada

laporan laba rugi periode yang bersangkutan. Penentuan nilai wajar dalam

pengukuran aset biolojik menggunakan jasa penilai independen. Dalam pengukuran

aset biolojik pada IAS 41 tidak dilakukan perhitungan terhadap penyusutan.

9. ASET BIOLOJIK

Sampai akhir tahun 2011, PT Astra Agro Lestari Tbk memiliki luas areal

perkebunan inti untuk tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan

75

Page 36: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

sekitar 160.849ha (2010: 148.274 ; 2009: 139.875) dan 45.730ha (2010: 57.768 ;

2009: 66.922).

Pengukuran yang dilakukan pada aset biolojik dicatat sebesar nilai wajar

dikurang biaya untuk menjual. Nilai wajar pada aset biolojik yaitu tanaman

menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan ditentukan oleh jasa penilai

independen pada tahun 2009. Nilai wajar yang diketahui adalah nilai wajar

keseluruhan untuk masing-masing aset biolojik. Sehingga terlebih dahulu ditentukan

nilai wajar aset biolojik per pohon untuk masing-masing aset biolojik pada tahun

2009 yang kemudian disesuaikan dengan kondisi perusahan pada tahun 2010 dan

2011 dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:

a) Tingkat inflasi yang terjadi pada desember tahun 2010 adalah sebesar

6,96% dan untuk periode desember tahun 2011 adalah sebesar 3,79%.

Tingkat inflasi ini digunakan untuk memperkirakan perubahan yang

terjadi pada nilai wajar setiap tahunnya.

b) Jumlah pohon kelapa sawit yang ditanam per hektar adalah sekitar 130

pohon.

c) Sehingga perhitungan nilai wajar aset biolojik keseluruhan untuk tahun

2010 dan 2011 adalah nilai wajar per pohon masing-masing aset biolojik

x luas areal lahan x jumlah pohon per ha.

Setelah melakukan perhitungan nilai wajar aset biolojik, selanjutnya

melakukan perhitungan terhadap biaya untuk menjual (cost to sell) yang diasumsikan

sebesar 2,5% dari nilai wajar aset biolojik.

4.5 Analisis Penyajian Aset Biolojik (Tanaman Kelapa Sawit)

76

Page 37: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

4.5.1 Analisis Penyajian Aset Biolojik pada Laporan Laba Rugi PT AALI

Menurut PSAK 16 dan IAS 41

PT AALI menerapkan PSAK 16:Metode Biaya dalam melakukan pengukuran

terhadap aset biolojiknya. Penerapan standar ini disebabkan karena tanaman kelapa

sawit sebagai bearer biological asset memiliki kesamaan unsur dengan industri yang

bergerak di bidang manufaktur yaitu sebagai penghasil suatu produk dan tidak

ditujukan untuk dijual.

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa terdapat

perbedaan pengukuran aset biolojik antara PSAK 16 khususnya model biaya dengan

IAS 41. Pada PSAK 16:Model Biaya, pengukuran aset biolojiknya menggunakan

historical cost yaitu biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan

akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada. Sedangkan dalam IAS 41, aset biolojik

harus diukur pada pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan

berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual, yang keuntungan atau

kerugian dari perubahan nilai wajar tersebut harus dimasukkan dalam laporan laba

rugi periode bersangkutan. Perbedaan dari pengukuran aset biolojik ini pada akhirnya

juga menyebabkan perbedaan penyajian dalam laporan keuangan PT AALI. Oleh

karena itu, untuk mempermudah pemahaman terhadap perbedaan penyajian tersebut,

berikut ini akan disajikan perbandingan penyajian pada laporan laba rugi menurut

PSAK 16:Model Biaya dan IAS 41.

Tabel 4.18

77

Page 38: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Perbandingan Penyajian Laporan Laba Rugi PT AALI

Menurut PSAK 16:Model Biaya dengan IAS 41

  2011 2010(dalam jutaan rupiah) PSAK 16 IAS 41 PSAK 16 IAS 41Pendapatan bersih 10.772.582 10.772.582 8.843.721 8.843.721 Beban pokok pendapatan (6.837.674) (6.728.742) (5.234.372) (5.143.932)Keuntungan/(Kerugian) dari nilai wajar aset biolojik - 1.021.898 - 1.068.418 Laba bruto 3.934.908 5.065.738 3.609.349 4.768.207 Beban penjualan (291.269) (291.269) (206.527) (206.527)Beban umum dan administrasi (310.707) (310.707) (438.782) (438.782)Total beban usaha (601.976) (601.976) (645.309) (645.309)Laba sebelum pajak penghasilan 3.332.932 4.463.762 2.964.040 4.122.898 Beban pajak penghasilan (25%) (833.233) (1.115.941) (741.010) (1.030.725)Laba tahun berjalan 2.499.699 3.347.822 2.223.030 3.092.174

Sumber: data diolah dari laporan keuangan PT AALI

Pada tabel 4.18 di atas, terdapat perbandingan laporan laba rugi PT AALI

yang menggunakan PSAK 16:Model Biaya dengan IAS 41. Berdasarkan tabel

tersebut, dapat dilihat bahwa dalam penerapan IAS 41 terdapat adanya pengurangan

beban pokok pendapatan sebesar Rp108.932 juta untuk tahun 2011 dan sebesar

Rp90.440 juta untuk tahun 2010. Hal ini disebabkan karena dalam IAS 41 tidak

dilakukan perhitungan terhadap penyusutan. Penerapan IAS 41 pada laporan laba

rugi ini juga mengakui adanya keuntungan dari nilai wajar aset biolojik sebesar

Rp1.021.898 juta untuk tahun 2011 dan sebesar Rp1.068.418 juta untuk tahun 2010.

Akun keuntungan dari nilai wajar aset biolojik ini berasal dari perubahan nilai wajar

aset biolojik dikurangi biaya untuk menjual pada awal dan akhir periode pelaporan

yang sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada IAS 41 paragraf 26. Dengan

adanya pengakuan keuntungan dari nilai wajar aset biolojik ini, menyebabkan

terjadinya peningkatan laba tahun berjalan pada laporan laba rugi perusahaan. Akan

tetapi, kenaikan nilai wajar aset biolojik ini tidak akan pernah terealisasi karena

78

Page 39: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

karakteristik tanaman kelapa sawit yang memang tidak ditujukan untuk dijual

melainkan hanya sebagai penghasil produk agrikultural berupa tandan buah segar.

Keuntungan atas kenaikan nilai wajar cenderung akan terus terjadi hingga masa

produktif dari tanaman kelapa sawit. Namun apabila masa manfaat dari tanaman

kelapa sawit habis, maka keuntungan atas kenaikan nilai wajar akan dibuang dan

tidak direalisasikan sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan laba secara

drastis.

Sebagai akibat pengakuan keuntungan dari perubahan nilai wajar yang tidak

akan direalisasikan ini, perusahaan akan cenderung mengalami kerugian terutama

dalam hal perpajakan. Hal ini disebabkan karena dengan adanya pengakuan

keuntungan tersebut, laba sebelum pajak penghasilan menurut IAS 41 akan

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan PSAK 16 sehingga pada akhirnya

perusahaan harus membayar pajak lebih atas kenaikan laba yang muncul dari

pengakuan keuntungan yang sebenarnya tidak akan terealisasi. Pembayaran lebih

atas pajak ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2011, perusahaan harus membayar

pajak sebesar Rp1.115.941 juta (dalam perhitungan IAS 41) sedangkan dalam

penerapan PSAK 16, perusahaan hanya akan membayar pajak sebesar Rp833.233

juta. Pajak penghasilkan ini dihitung berdasarkan tarif pajak PPh badan di Indonesia

yaitu sebesar 25%.

Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan pasal 4 disebutkan bahwa

selisih lebih penilaian kembali aktiva merupakan objek pajak. Pengenaan pajak final

atas selisih lebih penilaian kembali aktiva ini adalah 10%. Dengan adanya Undang-

Undang tersebut, maka keuntungan dari nilai wajar yang diperoleh perusahaan pada

tahun 2011 dan 2010 yaitu sebesar Rp1.021.898 juta dan Rp1.068.418 juta akan

79

Page 40: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

dikenakan pajak sebesar 10% meskipun keuntungan atas nilai wajar tersebut

merupakan keuntungan yang tidak terealisasi.

4.5.2 Analisis Penyajian Aset Biolojik pada Laporan Posisi Keuangan PT

AALI Menurut PSAK 16 dan IAS 41

Berikut ini merupakan analisis perbandingan penyajian aset biolojik pada

laporan posisi keuangan PT AALI menurut PSAK 16 dan IAS 41.

Tabel 4.19

Perbandingan Penyajian Laporan Posisi Keuangan

PT AALI Menurut PSAK 16 dan IAS 41

Pada laporan posisi keuangan di atas, apabila PT AALI menerapkan IAS 41,

maka terdapat satu akun yang berganti nama di bagian aset tidak lancar yaitu

tanaman perkebunan menjadi aset biolojik. Sedangkan pembagian dari aset biolojik

tidak mengalami perbedaan dengan PSAK 16.

Dari tabel di atas, penerapan IAS 41 tidak hanya berdampak pada perubahan

nama akun, melainkan juga jumlah tercatat pada aset biolojik. Berdasarkan

pengukuran menurut IAS 41, total aset biolojik pada PT AALI tahun 2011 adalah

80

Page 41: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

sebesar Rp17.630.883 juta dan tahun 2010 sebesar Rp15.923.731 juta. Aset biolojik

ini diukur menggunakan nilai wajar dikurang biaya untuk menjual. Nilai wajar yang

diperoleh berasal dari jasa penilai independen.

Penggunaan nilai wajar untuk aset biolojik perusahaan akan mengakibatkan

laporan posisi keuangan perusahaan lebih sering mengalami kenaikan/penurunan

apabila dibandingkan dengan biaya perolehannya karena dengan menggunakan nilai

wajar, nilai aset biolojik akan mencerminkan nilai yang sebenarnya dan disesuaikan

dengan kondisi pasar saat itu. Apabila aset mengalami peningkatan, maka juga dapat

berdampak pada peningkatan dari sisi ekuitas sebesar jumlah yang sama dengan

peningkatan aset tersebut, begitu juga sebaliknya. Selain itu, penggunaan nilai wajar

aset biolojik akan menyebabkan volatilitas pada laporan keuangan, misalnya ketika

tanaman kelapa sawit berada dalam masa produktif, maka nilai wajar dari aset

biolojik akan mengalami peningkatan, dan apabila tanaman kelapa sawit sudah

mencapai usia tua, nilai wajar aset biolojik akan mengalami penurunan.

4.6 Dampak Penggunaan Nilai Wajar atas Aset Biolojik (Tanaman Kelapa

Sawit) dalam IAS 41

Berdasarkan pembahasan mengenai analisis penyajian aset biolojik

sebelumnya maka dapat diketahui bahwa penggunaan nilai wajar dalam IAS 41 akan

berdampak pada laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan. Adapun dampak

penggunaan nilai wajar tersebut tersebut yaitu:

1. Dalam laporan laba rugi

Pada IAS 41, perusahaan mengakui keuntungan atau kerugian atas selisih

nilai wajar aset biolojik. Keuntungan terjadi apabila nilai wajar pada akhir

periode lebih besar dibandingkan dengan awal periode, begitu juga

81

Page 42: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

sebaliknya. Keuntungan/kerugian yang ditimbulkan akan mengakibatkan

peningkatan atau penurunan dari laba yang dapat berpengaruh pada

pembayaran pajak oleh perusahaan. Berdasarkan tabel perbandingan

penyajian pada laporan laba rugi, dampak penggunaan nilai wajar akan

terlihat lebih signifikan pada saat perubahan awal dalam metode pengukuran

PSAK 16:Model Biaya ke IAS 41. Apabila perusahaan sudah menerapkan

nilai wajar dalam IAS 41 pada periode selanjutnya, perubahan akan

penggunaan nilai wajar tersebut tidak terlalu signifikan jika dibandingkan

dengan penerapan awal.

2. Dalam laporan posisi keuangan

Penggunaan nilai wajar untuk aset biolojik akan menyebabkan adanya

peningkatan atau penurunan dari sisi aset apabila dibandingkan dengan

penggunaan biaya perolehan. Namun, di satu sisi penerapan nilai wajar ini

menyebabkan nilai aset biolojik akan memberikan gambaran yang lebih

realistis karena disesuaikan dengan kondisi pasar.

Selain itu, dampak yang ditimbulkan apabila penerapan IAS 41 yang berbasis

nilai wajar yaitu adanya kesulitan untuk menentukan nilai wajar aset biolojik

(tanaman kelapa sawit). Dalam menentukan nilai wajar aset biolojik, dasar acuan

yang paling tepat adalah apabila terdapat pasar aktif untuk aset biolojik tersebut.

Namun, nilai wajar pada pasar aktif sulit untuk ditemukan, sehingga dalam

menentukan nilai wajar, digunakan beberapa metode alternatif seperti melakukan

perhitungan terhadap present value of expected net cash flow. Masalah yang cukup

kompleks yang timbul dari penggunaan metode ini adalah penggunaan asumsi yang

cukup subjektif karena disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Berdasarkan kondisi

tersebut, BAPEPAM-LK menerbitkan Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan

82

Page 43: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2012-2-00361-AK Bab4001.doc · Web view... yang dihasilkannya dapat dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa sawit

Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas penyajian dan pengungkapan yang memadai. Dalam pedoman

tersebut dijelaskan bahwa jasa penilaian independen memiliki peranan penting untuk

membantu dalam menentukan nilai wajar terutama pada industri perkebunan.

Dengan dikeluarkannya pedoman ini oleh BAPEPAM menunjukkan bahwa

Indonesia sudah lebih maju untuk mulai mendalami kebutuhan akan penerapan nilai

wajar (fair value) terutama bagi perusahaan perkebunan yang telah go public.

83