2012-1-00518-if bab4001

45
75 BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI Berdasarkan penelitian dan analisis terhadap jaringan komputer yang sedang berjalan dan permasalahan yang dihadapi oleh PT. Intikom Berlian Mustika, maka usulan yang diajukan adalah implementasi jaringan komputer yang baru dengan menggunakan VLAN. Dalam perancangan topologi yang baru penulis menggunakan metode top down network design sebagai panduan dalam merancang jaringan baru. Top- down network design adalah metodologi untuk mendesain network yang dimulai dari layer atas OSI reference model sebelum pindah ke layer yang lebih bawah. Alasan penggunaan metode top down network design dalam perancangan jaringan komputer yang baru adalah sebagai berikut : 1. Fokus terhadap kebutuhan konsumen. 2. Memberikan gambaran tentang jaringan yang akan dibuat. 3. Rancangan jaringan sesuai dengan kebutuhan. 4. Kebutuhan jaringan untuk masa yang akan datang dapat diprediksi dan dipersiapkan. 4.1 Identifikasi Tujuan dan Kebutuhan Client Ada empat fase dalam mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan konsumen, yaitu : 1. Analisis tujuan bisnis dan hambatannya Proses bisnis yang berjalan pada PT. Intikom Berlian Mustika membutuhkan dukungan jaringan komputer yang baik untuk koordinasi

Upload: yan-kachow

Post on 25-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

yes

TRANSCRIPT

  • 75

    BAB 4

    PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

    Berdasarkan penelitian dan analisis terhadap jaringan komputer yang sedang

    berjalan dan permasalahan yang dihadapi oleh PT. Intikom Berlian Mustika, maka

    usulan yang diajukan adalah implementasi jaringan komputer yang baru dengan

    menggunakan VLAN. Dalam perancangan topologi yang baru penulis menggunakan

    metode top down network design sebagai panduan dalam merancang jaringan baru. Top-

    down network design adalah metodologi untuk mendesain network yang dimulai dari

    layer atas OSI reference model sebelum pindah ke layer yang lebih bawah. Alasan

    penggunaan metode top down network design dalam perancangan jaringan komputer

    yang baru adalah sebagai berikut :

    1. Fokus terhadap kebutuhan konsumen.

    2. Memberikan gambaran tentang jaringan yang akan dibuat.

    3. Rancangan jaringan sesuai dengan kebutuhan.

    4. Kebutuhan jaringan untuk masa yang akan datang dapat diprediksi dan

    dipersiapkan.

    4.1 Identifikasi Tujuan dan Kebutuhan Client

    Ada empat fase dalam mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan konsumen, yaitu :

    1. Analisis tujuan bisnis dan hambatannya

    Proses bisnis yang berjalan pada PT. Intikom Berlian Mustika

    membutuhkan dukungan jaringan komputer yang baik untuk koordinasi

  • 76

    antar tiap divisi sehingga akan mempermudah proses bisnis. Kendala

    yang dihadapi adalah biaya pengadaan device jaringan komputer yang

    telah direkomendasikan dan penjadwalan pengerjaan projek yang kurang

    baik.

    2. Analisis tujuan teknis

    Dengan padatnya proses bisnis yang berjalan, PT. Intikom Berlian

    Mustika membutuhkan performace jaringan yang baik dan stabil

    sehingga dapat mengatasi traffic aliran data yang tinggi.

    3. Karakteristik jaringan yang ada

    Jaringan komputer PT. Intikom Berlian Mustika terdiri dari tiga

    lantai yang saling terhubung satu dengan lainnya karena merupakan satu

    kesatuan proses alur kerja. Setiap lantai terdiri dari beberapa divisi-divisi

    yang memiliki tugasnya masing-masing. Gambar 3.8 merupakan jaringan

    komputer yang digunakan PT. Intikom Berlian Mustika dalam

    menjalankan proses kerja di perusahaan. Pengalamatan device jaringan

    komputer pada PT. Intikom Berlian mustika menggunakan pengalamatan

    secara static dan masih dalam satu subnet.

    4. Karakteristik network traffic

    Berikut ini adalah delay dari jaringan komputer PT. Intikom

    Berlian Mustika :

  • 77

    Tabel 4.1 Ratarata Delay pada Jaringan yang Sedang

    Berjalan

    No Ukuran

    Paket (byte)

    Max Delay

    (ms)

    Min Delay

    (ms)

    Round Trip

    Average Delay

    (ms)

    1 100 35 7 22

    2 500 234 2 71

    3 1000 265 15 82

    4 2000 180 30 105

    5 3000 351 5 109

    6 4000 216 24 124

    7 5000 502 6 129

    8 10000 381 32 178

    9 15000 363 21 181

  • 78

    4.2 Logical Network Design

    Ada lima fase dalam mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan konsumen, yaitu

    :

    1. Membuat desain network topology

    Gambar 4.1 Topologi Jaringan PT. Intikom Berlian Mustika yang Baru

  • 79

    Gambar 4.1 merupakan skema topologi jaringan komputer baru yang

    diusulkan pada PT. Intikom Berlian Mustika. Dalam gambar 4.1

    menggambarkan susunan topologi secara hierarkial. Dimana terdapat

    penambahan perangkat yang baru, seperti menambah server TRI untuk

    divisi FAD, server DHCP, email server dan perangkat access point untuk

    wireless. Device server dan switch berada dalam satu subnet, namun

    untuk membedakan pengalamatan, device server menggunakan IP

    10.17.44.xxx sedangkan switch menggunakan IP 10.17.45.xxx .

    Pada topologi jaringan baru diatas, terdapat dua daerah yang memiliki

    redudansi link yaitu pada jaringan lantai 2 dan jaringan yang

    menghubungkan core layer, lantai 1 dan lantai 2. Redudansi link ini

    berfungsi sebagai penyedia jalur cadangan apabila salah satu jalur putus,

    sehingga ketika salah satu jalur putus maka jalur cadangan akan aktif.

    Gambar 4.2 Topologi Jaringan Lantai 1 PT. Intikom Berlian

    Mustika yang Baru

  • 80

    Gambar 4.2 merupakan topologi jaringan komputer lantai 1 PT.

    Intikom Berlian Mustika yang Baru. Jaringan lantai 1 ini terhubung

    dengan VLAN 11. Jaringan ini terdiri dari 4 buah switch dan sebuah

    access point. Jaringan lantai 1 terhubung langsung dengan core layer dan

    lantai 2.

    Gambar 4.3 Topologi Jaringan Lantai 2 PT. Intikom Berlian

    Mustika yang Baru

    Penambahan redudansi link pada jaringan lantai 2 kantor PT. Intikom

    Berlian Mustika dilakukan karena pertukaran data antara BOD, para

    manager, divisi keuangan dan divisi sales & marketing dianggap penting.

    Dengan membuat redudansi link, maka dapat menimbulkan terjadinya

    broadcast storm. Untuk menangani broadcast storm, maka diterapkan

    spanning tree protocol (STP). STP memastikan bahwa hanya ada satu

  • 81

    jalur logis antara semua tujuan pada jaringan dengan sengaja memblokir

    jalur berlebihan yang dapat menyebabkan lingkaran (looping). STP akan

    menentukan port mana yang harus di block sehingga hanya 1 link saja

    yang aktif dalam satu segment LAN. Hasilnya, frame tetap bisa ditransfer

    antar komputer tanpa menyebabkan gangguan akibat adanya frame yang

    looping tanpa henti di dalam network. Berikut ini adalah potongan

    konfigurasi STP yang ada pada salah satu switch lantai 2 :

    Gambar 4.4 Konfigurasi STP switch 0202

    Gambar 4.5 Topologi Jaringan Lantai 3 PT. Intikom Berlian

    Mustika yang Baru

  • 82

    Gambar 4.4 merupakan topologi jaringan komputer lantai 3 PT.

    Intikom Berlian Mustika yang Baru. Jaringan lantai 4 ini terhubung

    dengan VLAN 33. Jaringan ini terdiri dari 4 buah switch, sebuah core

    switch dan sebuah access point. Pada jaringan lantai 3 terdapat server

    farm yang di dalamnya terdapat 13 server.

    2. Membuat desain model untuk pengalamatan dan penamaan

    Pada fase ini dilakukan IP addressing pada tiap-tiap device yang

    telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini adalah skema IP addressing

    pada tiap divisi yang akan dirancang.

    Tabel 4.2 IP Addressing dan Pengelompokan VLAN

    Divisi Lantai Network Address Nama

    VLAN

    Range IP VLAN

    EAS 3 10.17.47.0 33 10.17.47.1 10.17.47.254

    EIS 2 10.17.48.0 22 10.17.48.1 10.17.48.254

    FAD 2 10.17.48.0 22 10.17.48.1 10.17.48.254

    HMS 1 10.17.49.0 11 10.17.49.1 10.17.49.254

    MGT

    1 10.17.49.0 11 10.17.49.1 10.17.49.254

    2 10.17.48.0 22 10.17.48.1 10.17.48.254

    3 10.17.47.0 33 10.17.47.1 10.17.47.254

    Guest 3 192.168.100.0 44 192.168.100.1 -

    192.168.100.126

  • 83

    Dari table 4.2 dapat dilihat jangkauan IP address tiap-tiap divisi

    yang digunakan sesuai dengan kebutuhan. Dapat dilihat juga pada tabel

    ini merupakan skema nama VLAN yang akan dibuat untuk mewakili

    divisi-divisi yang telah ada.

    Secara logical, divisi-divisi yang ada akan dikelompokan ke dalam

    berbagai segmen. Penamaan VLAN dilakukan agar network

    administrator lebih mudah dalam melakukan identifikasi. VLAN itu

    merupakan jaringan independen dari sebuah jaringan LAN. VLAN

    diberlakukan untuk member izin dalam mengakses data dan keamanan

    dari sekumpulan divisi. VLAN mengizinkan multiple IP dan subnet

    berada dalam satu jaringan komputer dengan switch yang sama.

    3. Memilih switching

    Dalam melakukan konfigurasi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu

    konfigurasi pada switch MLS (Multi Layer Switch), switch yang

    terhubung langsung ke end device (switch end device), dan switch

    penghubung antara switch MLS dan switch end device (switch

    distribution).

    Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dikerjakan dalam

    melakukan konfigurasi pada rancangan yang akan dibuat, yaitu antara

    lain :

    a) Switch MLS

    Membuat VLAN di switch MLS

    Pemberian VLAN ID untuk tiap-tiap lantai

  • 84

    Pemberian IP address pada setiap VLAN ID

    Membuat konfigurasi spanning tree protocol (STP) pada

    beberapa interface VLAN.

    Port yang terhubung ke switch lain dikonfigurasi :

    Trunk encapsulation dot1Q

    Port mode trunk (terhubung ke switch dan access

    point)

    Port model access (terhubung ke end device)

    Membuat routing table ke default gateway

    Membuat konfigurasi Access Control List (ACL)

    b) Switch End Device

    Pemberian hak akses VLAN ID ke end device.

    Port yang terhubung ke switch dikonfigurasi :

    Port mode trunk

    Membuat spanning tree protocol (STP) pada port switch

    yang terhubung ke end device.

    c) Switch distribution

    Port yang terhubung ke switch dikonfigurasikan :

    Trunk encapsulation dot1Q

    Port mode trunk (terhubung ke switch dan access

    point)

  • 85

    4. Membangun strategi network security

    Pada jaringan yang berjalan saat ini, keamanan data-data penting

    perusahaan masih rentan untuk diakses oleh user yang tidak memiliki

    hak. Dengan menerapkan VLAN pada jaringan komputer PT. Intikom

    Berlian Mustika maka hak akses VLAN dapat diatur sehingga akan

    mengurangi peluang pelanggaran akses ke informasi rahasia dan penting.

    Berikut ini merupakan potongan konfigurasi pembatasan akses

    untuk keamanan data pada jaringan PT. Intikom Berlian Mustika :

    Gambar 4.6 Konfigurasi Access Control List VLAN 44

    Konfigurasi diatas menunjukkan bahwa adanya pembatasan akses

    dari VLAN 44 untuk mengakses beberapa server. VLAN 44 hanya

  • 86

    diizinkan untuk mengakses server DHCP, server firewall, proxy server,

    dan domain controller.

    Selain menggunakan VLAN, jaringan komputer PT. Intikom

    Berlian Mustika juga membangun sebuah server yang berfungsi sebagai

    SEP (Symantec Endpoint Protection) antivirus server. Antivirus ini

    berfungsi untuk proteksi jaringan baik serangan dari dalam maupun

    serangan yang berasal dari luar (internet).

    5. Membangun strategi network management

    Pada jaringan yang berjalan saat ini masih menggunakan

    pengalamatan IP secara static. Kekurangan dari pengalamatan IP secara

    static yaitu admin harus secara langsung meng-setting setiap device yang

    terhubung dalam jaringan.

    Dengan menerapkan DHCP pada jaringan komputer PT. Intikom

    Berlian Mustika maka pengalamatan IP dapat dilakukan secara dynamic

    sehingga memudahkan admin ketika meng-setting setiap device karena

    tidak perlu secara langsung meng-setting setiap device secara manual.

    Gambar 4.7 Konfigurasi DHCP pada VLAN 11

  • 87

    Gambar 4.7 merupakan potongan konfigurasi DHCP pada VLAN

    11 yang digunakan sebagai penerus fasilitas DHCP ke client dimana

    DHCP pool nya sudah dikonfigurasi di DHCP server.

    Sesuai dengan gambar 4.1, semua lantai yang ada dihubungkan

    oleh tiap-tiap distribution switch. Distribution switch akan terhubung

    dengan access switch yang ada pada masing-masing lantai. Jumlah access

    switch disesuaikan dengan banyaknya divisi yang berada pada masing-

    masing lantai. Pengelompokan switch ini dimaksudkan untuk

    memudahkan network administrator mengelola dan memonitor jaringan

    komputer yang ada.

    4.3 Physical Network Design

    Pada perancangan jaringan kantor yang baru, PT. Intikom Berlian

    Mustika tidak melakukan pembelian perangkat baru, namun hanya

    memaksimalkan perangkat-perangkat yang telah digunakan sebelumnya dan

    perangkat-perangkat yang diberikan oleh partner bisnis sebagai bentuk apresiasi

    kerjasama. Perangkat-perangkat server yang digunakan pada PT. Intikom Berlian

    Mustika untuk membangun jaringan komputer yang baru dapat dilihat sebagai

    berikut :

  • 88

    Tabel 4.3 Perangkat Server yang Digunakan PT. Intikom Berlian Mustika pada

    Jaringan Baru

    NO SERVER NAME FUNCTION TYPE IP ADDRESS

    1 DCITKSVR01 domain controller

    IBM X series 236 10.17.44.16

    2 EXITKSVR01 email server IBM X series 3650 10.17.44.1

    3 HMSITKSV01

    HMS Apllication,

    database dan file server

    IBM X series 206 10.17.44.17

    4 AXITKSVR01

    FAD Application

    Stream dan file server

    IBM X series 3200 10.17.44.13

    5 AVITKSVR01 SEP Antivirus Server PC 10.17.44.19

    6 EMAILSERVER Domino Server

    (Quotation, letter)

    PC HP DC7700 10.17.45.70

    7 AVAYA PABX Server PC 11.17.40.120

    8 TRI

    FAD Stream Apllication,

    Database dan File Server

    PC 10.17.44.53

    9 PC HP d220MT Proxy Server PC HP d220MT 10.17.44.5

  • 89

    Tabel 4.3 Perangkat Server yang Digunakan PT. Intikom Berlian Mustika pada

    Jaringan Baru

    Perangkat switch yang digunakan pada jaringan baru PT. Intikom Berlian

    Mustika adalah :

    Tabel 4.4 Perangkat Switch yang Digunakan PT. Intikom Berlian Mustika pada

    Jaringan Baru

    No Switch IP Address

    1 Switch cisco catalyst 3750 10.17.45.240

    2 Switch cisco catalyst 2924M XL

    10.17.45.241

    3 Switch cisco catalyst 2950 10.17.45.247

    4 Switch cisco catalyst 2960 10.17.45.250

    5 Switch cisco catalyst 3560 10.17.45.196

    NO SERVER NAME FUNCTION TYPE IP ADDRESS

    10 CHECKPOINT Firewall server IBM X series 3500 10.17.44.10

    11 SPITKSVR01 Share Point Server IBM X series 3500 10.17.44.14

    12 HOSTOCS01 Host OCS Server IBM X series 3650 M2 10.17.44.12

    13 ITKDHCPSVR01 DHCP Server PC 10.17.44.189

    14 HELPDESKSVR help desk web server

    IBM X series 3400 172.16.1.6

    15 EDGEITKSVR07 SMTP Server PC 172.16.1.5

  • 90

    Tabel 4.4 Perangkat Switch yang Digunakan PT. Intikom Berlian Mustika pada

    Jaringan Baru

    No Switch IP Address

    6 Procurve 2510B-24 unmanageable

    7 Procurve 2510B-24 10.17.45.190

    8 Procurve 2510B-24 10.17.45.249

    9 Procurve 2510B-24 10.17.45.191

    10 Procurve 2620-24P 10.17.45.246

    11 Procurve 2620-24 10.17.45.248

    12 Procurve 2610-24 10.17.45.244

    13 Procurve 2510B-24 unmanageable

    Perangkat access point yang digunakan pada jaringan baru PT. Intikom

    Berlian Mustika adalah :

    Tabel 4.5 Perangkat Access Point yang Digunakan PT. Intikom Berlian Mustika

    pada Jaringan Baru

    No Type IP Address

    1 Cisco aironet 1200 Series 10.17.45.151

    2 Cisco aironet 1200 Series 10.17.45.239

    3 Cisco aironet 1200 Series 10.17.45.242

    4 Cisco aironet 1200 Series 10.17.45.243

  • 91

    4.4 Melakukan Testing pada Jaringan yang Baru

    Pada tahap ini akan dilakukan deteksi terhadap koneksi jaringan

    komputer dengan menggunakan utility ping dan axence net-tools. Lewat utility

    ping dan axence net-tools akan diketahui berapa kecepatan, delay dan bandwith

    koneksi antar perangkat yang terhubung dan saling berkomunikasi. Jika

    perangkat terhubung satu sama lain maka akan memperoleh reply data dan

    sebaliknya jika perangkat tidak terhubung akan terjadi request time out atau

    dengan kata lain koneksi terputus.

    1. Testing Konektivitas Menggunakan Ping

    Berikut adalah hasil ping yang telah dilakukan :

    Gambar 4.8 Hasil Ping Antara VLAN11 dengan VLAN11

    Gambar 4.8 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN11 dengan

    VLAN11 telah berjalan, dimana memiliki waktu perjalanan packet data

    minimum 1 millisecond dan maksimum 3 millisecond sehingga memiliki

    latency rata-rata sekitar 1 millisecond.

  • 92

    Gambar 4.9 Hasil Ping Antara VLAN11 dengan VLAN22

    Gambar 4.9 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN11 dengan

    VLAN22 telah berjalan, dimana memiliki waktu perjalanan packet data

    minimum 1 millisecond dan maksimum 4 millisecond sehingga memiliki

    latency rata-rata sekitar 2 millisecond.

    Gambar 4.10 Hasil Ping Antara VLAN11 dengan VLAN33

  • 93

    Gambar 4.10 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN11

    dengan VLAN33 telah berjalan, dimana memiliki waktu perjalanan

    packet data minimum 1 millisecond dan maksimum 3 millisecond

    sehingga memiliki latency rata-rata sekitar 2 millisecond.

    Gambar 4.11 Hasil Ping Antara VLAN11 dengan VLAN44

    Gambar 4.11 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN11

    dengan VLAN44 tidak berhasil, karena komunikasi dari VLAN11

    menuju VLAN44 ditolak atau deny. Hal itu disebabkan karena

    diterapkannya metode Access Control List.

  • 94

    Gambar 4.12 Hasil Ping Antara VLAN22 dengan VLAN22

    Gambar 4.12 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN22

    dengan VLAN22 telah berjalan, dimana memiliki waktu perjalanan

    packet data minimum 1 millisecond dan maksimum 4 millisecond

    sehingga memiliki latency rata-rata sekitar 2 millisecond.

    Gambar 4.13 Hasil Ping Antara VLAN22 dengan VLAN11

  • 95

    Gambar 4.13 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN22

    dengan VLAN11 telah berjalan, dimana memiliki waktu perjalanan

    packet data minimum 1 millisecond dan maksimum 3 millisecond

    sehingga memiliki latency rata-rata sekitar 1 millisecond.

    Gambar 4.14 Hasil Ping Antara VLAN22 dengan VLAN33

    Gambar 4.14 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN22

    dengan VLAN33 telah berjalan, dimana memiliki waktu perjalanan

    packet data minimum 1 millisecond dan maksimum 3 millisecond

    sehingga memiliki latency rata-rata sekitar 2 millisecond.

  • 96

    Gambar 4.15 Hasil Ping Antara VLAN22 dengan VLAN44

    Gambar 4.15 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN22

    dengan VLAN44 tidak berhasil, karena komunikasi dari VLAN22

    menuju VLAN44 ditolak atau deny. Hal itu disebabkan karena

    diterapkannya metode Access Control List.

    Gambar 4.16 Hasil Ping Antara VLAN33 dengan VLAN33

  • 97

    Gambar 4.16 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN33

    dengan VLAN33 telah berjalan, dimana memiliki waktu perjalanan

    packet data minimum 2 millisecond dan maksimum 3 millisecond

    sehingga memiliki latency rata-rata sekitar 2 millisecond.

    Gambar 4.17 Hasil Ping Antara VLAN33 dengan VLAN11

    Gambar 4.17 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN33

    dengan VLAN11 telah berjalan, dimana memiliki waktu perjalanan

    packet data minimum 1 millisecond dan maksimum 4 millisecond

    sehingga memiliki latency rata-rata sekitar 2 millisecond.

  • 98

    Gambar 4.18 Hasil Ping Antara VLAN33 dengan VLAN22

    Gambar 4.18 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN33

    dengan VLAN22 telah berjalan, dimana memiliki waktu perjalanan

    packet data minimum 1 millisecond dan maksimum 4 millisecond

    sehingga memiliki latency rata-rata sekitar 2 millisecond.

    Gambar 4.19 Hasil Ping Antara VLAN33 dengan VLAN44

    Gambar 4.19 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN33

    dengan VLAN44 tidak berhasil, karena komunikasi dari VLAN33

  • 99

    menuju VLAN44 ditolak atau deny. Hal itu disebabkan karena

    diterapkannya metode Access Control List.

    Gambar 4.20 Hasil Ping Antara VLAN44 dengan VLAN44

    Gambar 4.20 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN44

    dengan VLAN44 telah berjalan, dimana memiliki waktu perjalanan

    packet data minimum 2 millisecond dan maksimum 4 millisecond

    sehingga memiliki latency rata-rata sekitar 3 millisecond.

    Gambar 4.21 Hasil Ping Antara VLAN44 dengan VLAN11

  • 100

    Gambar 4.21 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN44

    dengan VLAN11 tidak berhasil, karena komunikasi dari VLAN44

    menuju VLAN11 ditolak atau deny. Hal itu disebabkan karena

    diterapkannya metode Access Control List.

    Gambar 4.22 Hasil Ping Antara VLAN44 dengan VLAN22

    Gambar 4.22 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN44

    dengan VLAN22 tidak berhasil, karena komunikasi dari VLAN44

    menuju VLAN22 ditolak atau deny. Hal itu disebabkan karena

    diterapkannya metode Access Control List.

  • 101

    Gambar 4.23 Hasil Ping Antara VLAN44 dengan VLAN33

    Gambar 4.23 menunjukkan bahwa koneksi antara VLAN44

    dengan VLAN33 tidak berhasil, karena komunikasi dari VLAN44

    menuju VLAN33 ditolak atau deny. Hal itu disebabkan karena

    diterapkannya metode Access Control List.

    Tabel 4.6 Hasil Pengujian Koneksi Antar VLAN

    No Source Destination Delay (ms)

    Min Max Avg

    1 VLAN11

    VLAN11 1 3 1

    VLAN22 1 4 2

    VLAN33 1 3 2

    VLAN44 - - -

  • 102

    Tabel 4.6 Hasil Pengujian Koneksi Antar VLAN

    No Source Destination Delay (ms)

    Min Max Avg

    2 VLAN22

    VLAN11 1 3 1

    VLAN22 1 4 2

    VLAN33 1 3 2

    VLAN44 - - -

    3 VLAN33

    VLAN11 1 4 2

    VLAN22 1 4 2

    VLAN33 2 3 2

    VLAN44 - - -

    4 VLAN44

    VLAN11 - - -

    VLAN22 - - -

    VLAN33 - - -

    VLAN44 2 4 3

  • 103

    2. Testing Delay Menggunakan Ping

    Berikut adalah hasil ping yang telah dilakukan :

    Gambar 4.24 Ping ke Server dari Komputer User dengan Ukuran Packet

    100 Bytes dan Banyaknya Packet 10 Buah pada Jaringan Baru

    Gambar 4.24 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi

    antara user dengan proxy server memiliki waktu perjalanan packet

    minimum 2 millisecond, maksimum 22 millisecond dan rata rata

    perjalanan waktu 16 millisecond.

  • 104

    Gambar 4.25 Ping ke Server dari Komputer User dengan Ukuran Packet

    500 Bytes dan Banyaknya Packet 10 Buah pada Jaringan Baru

    Gambar 4.25 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi

    antara user dengan proxy server memiliki waktu perjalanan packet

    minimum 6 millisecond, maksimum 26 millisecond dan rata rata

    perjalanan waktu 12 millisecond.

    Gambar 4.26 Ping ke Server dari Komputer User dengan Ukuran Packet

    1000 Bytes dan Banyaknya Packet 10 Buah pada Jaringan Baru

  • 105

    Gambar 4.26 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi

    antara user dengan proxy server memiliki waktu perjalanan packet

    minimum 6 millisecond, maksimum 24 millisecond dan rata rata

    perjalanan waktu 15 millisecond.

    Gambar 4.27 Ping ke Server dari Komputer User dengan Ukuran Packet

    2000 Bytes dan Banyaknya Packet 10 Buah pada Jaringan Baru

    Gambar 4.27 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi

    antara user dengan proxy server memiliki waktu perjalanan packet

    minimum 9 millisecond, maksimum 23 millisecond dan rata rata

    perjalanan waktu 17 millisecond.

  • 106

    Gambar 4.28 Ping ke Server dari Komputer User dengan Ukuran Packet

    3000 Bytes dan Banyaknya Packet 10 Buah pada Jaringan Baru

    Gambar 4.28 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi

    antara user dengan proxy server memiliki waktu perjalanan packet

    minimum 6 millisecond, maksimum 26 millisecond dan rata rata

    perjalanan waktu 19 millisecond.

    Gambar 4.29 Ping ke Server dari Komputer User dengan Ukuran Packet

    4000 Bytes dan Banyaknya Packet 10 Buah pada Jaringan Baru

  • 107

    Gambar 4.29 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi

    antara user dengan proxy server memiliki waktu perjalanan packet

    minimum 10 millisecond, maksimum 27 millisecond dan rata rata

    perjalanan waktu 20 millisecond.

    Gambar 4.30 Ping ke Server dari Komputer User dengan Ukuran Packet

    5000 Bytes dan Banyaknya Packet 10 Buah pada Jaringan Baru

    Gambar 4.30 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi

    antara user dengan proxy server memiliki waktu perjalanan packet

    minimum 8 millisecond, maksimum 33 millisecond dan rata rata

    perjalanan waktu 23 millisecond.

  • 108

    Gambar 4.31 Ping ke Server dari Komputer User dengan Ukuran Packet

    10000 Bytes dan Banyaknya Packet 10 Buah pada Jaringan Baru

    Gambar 4.31 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi

    antara user dengan proxy server memiliki waktu perjalanan packet

    minimum 17 millisecond, maksimum 38 millisecond dan rata rata

    perjalanan waktu 26 millisecond.

    Gambar 4.32 Ping ke Server dari Komputer User dengan Ukuran Packet

    15000 Bytes dan Banyaknya Packet 10 Buah pada Jaringan Baru

  • 109

    Gambar 4.32 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi

    antara user dengan proxy server memiliki waktu perjalanan packet

    minimum 21 millisecond, maksimum 49 millisecond dan rata rata

    perjalanan waktu 30 millisecond.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    100 500 1000 2000 3000 4000 5000 10000 15000

    De

    lay

    (m

    s)

    Ukuran Packet (byte)

    Delay Chart

    Min

    Max

    Avg

    Gambar 4.33 Grafik Delay Hasil Ping yang Dilakukan pada Jaringan

    Baru di Kantor PT. Intikom Berlian Mustika

  • 110

    Tabel 4.7 Hasil Ping yang Dilakukan di Jaringan yang Baru Kantor PT. Intikom Berlian

    Mustika

    Tabel diatas merupakan hasil ping yang dilakukan di jaringan

    yang baru Kantor PT. Intikom Berlian Mustika. Berdasarkan data

    yang ada di atas maka dapat disimpulkan besarnya ukuran paket

    mempengaruhi rata-rata delay. Semakin banyak dan besar ukuran

    paket yang dikirimkan, maka rata-rata delay akan semakin besar

    begitu pula sebaliknya.

    No Ukuran

    paket (byte)

    Max Delay

    (ms)

    Min Delay

    (ms)

    Round Trip

    Average

    Delay (ms)

    Paket lost

    (%)

    1 100 22 2 6 0

    2 500 26 6 12 0

    3 1000 24 6 15 0

    4 2000 23 9 17 0

    5 3000 26 6 19 0

    6 4000 27 10 20 0

    7 5000 33 8 23 0

    8 10000 38 17 26 0

    9 15000 49 21 30 0

  • 111

    Tabel 4.8 Perbandingan Round Trip Average Delay Jaringan Lama dan Jaringan Baru

    pada Kantor PT. Intikom Berlian Mustika

    Tabel diatas merupakan perbandingan rata-rata delay jaringan

    lama dengan jaringan baru. Tabel diatas menunjukkan rata-rata delay

    jaringan yang baru lebih baik dibandingkan rata-rata delay jaringan yang

    lama. Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

    menerapkan VLAN, maka ratarata delay lebih kecil dibandingkan

    dengan jaringan tanpa menggunakan VLAN. Hal ini membuktikan bahwa

    No Ukuran paket (byte)

    Round Trip Average

    Delay Jaringan Lama

    (ms)

    Round Trip Average

    Delay Jaringan Baru

    (ms)

    1 100 22 6

    2 500 71 12

    3 1000 82 15

    4 2000 105 17

    5 3000 109 19

    6 4000 124 20

    7 5000 129 23

    8 10000 178 26

    9 15000 181 30

  • 112

    performa jaringan PT Intikom Berlian Mustika menjadi lebih baik jika

    menggunakan VLAN.

    Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi pengurangan

    rata-rata delay dan pengurangan waktu respon untuk setiap paket data

    yang dikirimkan dengan penerapan VLAN. Hal ini terjadi karena VLAN

    mampu mengurangi jumlah data yang dikirim ke tujuan yang tidak perlu.

    Sehingga lalu lintas data yang terjadi di jaringan tersebut dengan

    sendirinya akan berkurang.

    3. Testing menggunakan Axence NetTools

    Berikut ini adalah hasil testing jaringan komputer kantor

    PT. Intikom Berlian Mustika menggunakan Axence NetTools

    (Fatoni, 2012) :

  • 113

    Gambar 4.34 Hasil Pengukuran Bandwidth pada Jaringan Baru

    Menggunakan Axence NetTools

    Hasilnya adalah paket dapat dikirim dengan kecepatan minimal

    93904 bit/s, kecepatan maksimal 8426329 bit/s dan kecepatan rata-

    ratanya 120952 bit/s. Jumlah paket yang dikirimkan sebanyak 2069

    paket, paket yang dapat diterima 2069 paket dan tidak ada paket yang

    gagal dikirimkan.

  • 114

    Berikut adalah analisa performa jaringan dengan beberapa ukuran

    paket :

    Gambar 4.35 Analisa Bandwidth Jaringan Baru Sebanyak 20 Packet Dalam

    Berbagai Ukuran Packet

    Gambar 4.35 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi antara

    user dengan proxy server memiliki rata rata bandwidth sebesar 729 kB/s.

  • 115

    Gambar 4.36 Analisa Bandwidth Jaringan Baru Sebanyak 50 Packet Dalam

    Berbagai Ukuran Packet

    Gambar 4.36 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi antara

    user dengan proxy server memiliki rata rata bandwidth sebesar 813 kB/s.

  • 116

    Gambar 4.37 Analisa Bandwidth Jaringan Baru Sebanyak 75 Packet Dalam

    Berbagai Ukuran Packet

    Gambar 4.37 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi antara

    user dengan proxy server memiliki rata rata bandwidth sebesar 670 kB/s.

  • 117

    Gambar 4.38 Analisa Bandwidth Jaringan Baru Sebanyak 100 Packet Dalam

    Berbagai Ukuran Packet

    Gambar 4.38 menunjukkan bahwa koneksi jaringan yang terjadi antara

    user dengan proxy server memiliki rata rata bandwidth sebesar 704 kB/s.

  • 118

    Tabel 4.9 Perbandingan Average Delay dan Bandwith Jaringan Lama dan Jaringan Baru

    pada Kantor PT. Intikom Berlian Mustika

    No Banyak

    Paket

    Ukuran

    Paket

    (bytes)

    Jaringan Lama Jaringan Baru

    Average

    Delay (ms)

    Bandwith

    (Kb/s)

    Average

    Delay (ms)

    Bandwith

    (Kb/s)

    1 20

    50 4 52 3 69

    1000 10 464 4 589

    5000 13 1268 8 1529

    2 50

    50 4 66 3 83

    1000 4 612 4 679

    5000 16 1324 7 1677

    3 75

    50 4 56 6 56

    1000 5 515 7 561

    5000 11 1377 9 1393

    4 100

    50 23 47 16 51

    1000 6 550 5 513

    5000 16 1287 10 1549

  • 119

    Berdasarkan data yang ada di atas maka dapat disimpulkan bahwa

    banyak dan besarnya ukuran paket mempengaruhi rata-rata delay dan

    besarnya pemakaian bandwidth. Semakin banyak dan besar ukuran paket

    yang dikirimkan, maka rata-rata delay dan pemakaian bandwidth yang

    digunakan akan semakin besar begitu pula sebaliknya. Dengan

    menerapkan VLAN, maka ratarata delay lebih kecil dibandingkan

    dengan jaringan tanpa menggunakan VLAN. Begitu juga dengan

    besarnya bandwidth jaringan dengan menggunakan VLAN lebih besar

    dibandingkan dengan jaringan tanpa menggunakan VLAN. Hal ini

    membuktikan bahwa performa jaringan PT Intikom Berlian Mustika

    menjadi lebih baik jika menggunakan VLAN.