2011-2-00278-sp bab4001

23
76 BAB 4 HASIL PEMBAHASAN 4.1. Perhitungan Dengan Cara Manual Data yang diperlukan dalam perencanaan tebal perkerasan metode FAA cara manual adalah sebagai berikut: 1. Nilai CBR Subbase : 20% 2. Nilai CBR Subgrade : 8% 3. Tipe Roda Pendaratan Pesawat rencana : Double Wheel Gear 4. Berat pesawat rencana : 877000 lbs, berat maksimum lepas landas pesawat didapat dari tabel 2.2 Karakteristik Beberapa Pesawat Tabel 4.1 Data Jenis Pesawat, Susunan Roda, MTOW dan Keberangkatan Tahunan Jenis Pesawat Susunan Roda MTOW Keberangkatan Tahunan pound kg A-380 Double Dual Tandem 1239000 562000 1200 B747-400 Double Dual Tandem 877000 397800 17144 MD-11 Dual Tandem 633000 287123 9231 DC-10-10 Dual Tandem 458000 207745 10683 A-330-200 Dual Tandem 509047 230899 16023 A-300-B2 Dual Tandem 315041 142900 10804 B737-300 Dual Wheel 140000 63502 10804 F-100 Dual Wheel 101000 45812 4494 F-28 Dual Wheel 66500 30163 2482 Sngl Whl-30 Dual Wheel 30000 13607 1288 (Sumber: Departemen Perhubungan Udara Bandar Udara Kuala Namu)

Upload: bayu-soerya-a-sepantas

Post on 24-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

z

TRANSCRIPT

  • 76

    BAB 4

    HASIL PEMBAHASAN

    4.1. Perhitungan Dengan Cara Manual

    Data yang diperlukan dalam perencanaan tebal perkerasan metode FAA cara

    manual adalah sebagai berikut:

    1. Nilai CBR Subbase : 20%

    2. Nilai CBR Subgrade : 8%

    3. Tipe Roda Pendaratan

    Pesawat rencana : Double Wheel Gear

    4. Berat pesawat rencana : 877000 lbs, berat maksimum lepas landas pesawat didapat

    dari tabel 2.2 Karakteristik Beberapa Pesawat

    Tabel 4.1 Data Jenis Pesawat, Susunan Roda, MTOW dan Keberangkatan Tahunan

    Jenis Pesawat Susunan Roda MTOW Keberangkatan Tahunan pound kg A-380 Double Dual Tandem 1239000 562000 1200 B747-400 Double Dual Tandem 877000 397800 17144 MD-11 Dual Tandem 633000 287123 9231 DC-10-10 Dual Tandem 458000 207745 10683 A-330-200 Dual Tandem 509047 230899 16023 A-300-B2 Dual Tandem 315041 142900 10804 B737-300 Dual Wheel 140000 63502 10804 F-100 Dual Wheel 101000 45812 4494 F-28 Dual Wheel 66500 30163 2482 Sngl Whl-30 Dual Wheel 30000 13607 1288

    (Sumber: Departemen Perhubungan Udara Bandar Udara Kuala Namu)

  • 77

    5. Equivalent Annual Departure diperhitungkan dengan cara berikut:.

    a. Nilai dari equivalent annual departure masing-masing pesawat adalah dibuat pada

    tabel 4.2 Maximum Take off weight (MTOW) adalah berat maksimum lepas landas

    pesawat didapat dari tabel 2.2 Karakteristik Beberapa Pesawat .

    b. Pesawat rencana dipilih B747-400 denga cara sebagai berikut:

    W1= MTOW pesawat rencana x 95% x (1/jumlah roda pesawat rencana)

    c. Pesawat Lain yang beroperasi di Bandar Udara Kuala Namu

    W2= MTOW pesawat rencana x 95% x (1/jumlah roda pesawat)

    d. Annual Departure adalah jumlah keberangkatan tahunan pesawat

    R2 = R2 x Faktor Pengali keberangkatan tahunan

    e. Log = f. R1 adalah jumlah keberangkatan tahunan ekuivalen pesawat ditentukan dengan cara

    sebagai berikut:

    R1 = ................................................................................................(4.1)

    ivalent Annual Departure

  • 78

    Tabel 4.2 Perhitungan Equivalent Annual Departure

    Jenis Pesawat

    Susunan Roda

    MTOW Keberangkatan

    Tahunan W2 W1 Log R1 R1

    lbs kg R2 R2'

    A-380

    Double Dual Tandem 1239000 590000 1200 1200 58853 52071,88 3,27 1877,3

    B747-400

    Double Dual Tandem 877000 394625 17144 17144 52072 52071,88 4,23 17144,0

    MD-11 Dual Tandem 633000 287123 9231 9231 75169 52071,88 4,76 58099,5

    DC-10 Dual Tandem 458000 259000 10683 10683 54388 52071,88 4,12 13100,8

    A-330 Dual Tandem 509047 230899 16023 16023 60449 52071,88 4,53 33913,3

    A-300 Dual Tandem 315041 142900 10804 10804 37411 52071,88 3,42 2623,8

    B737-300 Dual Wheel 140000 63502 10804 6482 33250 52071,88 3,22 1671,8

    F-100 Dual Wheel 101000 45812 4494 2696 23988 52071,88 2,48 301,4

    F-28 Dual Wheel 66500 30163 2482 1489 15794 52071,88 1,87 74,1

    Sngl Whel-30

    Single Wheel 30000 13607 1388 832 14250 52071,88 1,64 44,0

    128850

  • 79

    Jadi, Equivalent annual departure yang akan digunakan dalam menghitung tebal perkerasan adalah 128850 dan MTOW 877000 lbs. Kemudian plot ke grafik 4.1.

    Gambar 4.1 Grafik Tebal Perkerasan untuk Pesawat B747-400 (Sumber : Planning & Design Of Airports, Horonjeff)

    Keterangan : = Garis untuk tebal perkerasan total (CBR 8%) = Garis untuk tebal perkerasan subbase (CBR 20%)

    Hasil tebal perkerasan didapat dari plot grafik 4.1:

  • 80

    a. Tebal Perkerasan Total dari grafik 4.1, didapat tebal perkersan total = 40 in

    Tebal ini adalah untuk Annual Departure 25.000, maka untuk Annual Departure

    128850 kali (dari tabel 4.2), perlu dikalikan dengan 1,09 (interpolasi dari

    keberangkatan tahunan pada tabel 4.3) sehingga diperoleh

    40 in 1,09 = 43,6 in

    Tabel 4.3 Persentase pengali untuk tingkat keberangkatan tahunan diatas 25.000

    Tingkat Keberangkatan Tahunan

    % Tebal Total Keberangkatan Tahunan >25000

    50.000 104

    100.000 108

    150.000 110

    200.000 112 (Sumber : Planning & Design Of Airports, Horonjeff)

    Interpolasi kebeangkatan tahunan diatas 25000

    A= 1,09

  • 81

    b. Tebal Subbase

    Dengan menggunakan grafik yang sama, dengan CBR subbase 20% diperoleh tebal

    20 in. Angka ini berarti ketebalan surface dan base diatas lapisan subbase. Maka,

    tebal lapisan subbase = 43,6 in 20 in = 23,6 in.

    c. Tebal Permukaan (Surface)

    Dari grafik 4.1, tertulis bahwa tebal lapisan surface untuk daerah kritis = 5 in,

    sedangkan untuk non kritis = 4 in

    d. Tebal Base Course

    Ketebalan Base Course adalah = 20 in 5 in = 15 in

    Tabel 4.4 Tebal Minimum Base Course

    Design Aircraft Design Load Range Minimum Base Course

    Thickness (pound) (kg) (in) (mm)

    Single Wheel 30.000-50.000 50.000-70.000

    (13.600-22.700) 22.700-34.000)

    4 6

    100 150

    Duel Wheel 50.000-100.000 100.000-200.000

    (22.700-45.000) 45.000-90.700)

    6 8

    150 200

    Duel Wheel 100.000-250.000 250.000-400.000

    (45.000-113.400) (113.400-181.000)

    6 8

    150 200

    B-757 B-767 200.000-400.000 (90.700-181.000) 6 150 DC-10 L101 I 400.000-600.000 (181.000-272.000) 8 200 B-747 400.000-600.000

    600.000-850.000 (181.000-272.000) (272.000-385.700)

    6 8

    150 200

    C-130 75.000-125.000 12.500-175.000

    (34.000-56.700) (56.700-79.400)

    4 6

    100 150

    (Sumber: AC No. 150_5320_6d)

    Maka dari hasil perhitungan susunan tebal perkerasan landasan pacu menggunakan cara

    manual dibuat pada tabel 4.5 di bawah ini.

  • 82

    Tabel 4.5 Susunan Perkerasan Lentur Dengan CBR 8%

    Layer in cm

    Surface Course (P-401/ P-403 HMA) 5 13 Base Course (P-304 Cement Treat Base) 15 38 Subbase Course (P-028 Agregate Base Course) 23,6 60 Total 43,6 111

    Gambar 4.2 Susunan Perkerasan dengan Menggunakan Cara Manual

  • 83

    4.2. Perhitungan Dengan Software FAARFIELD

    4.2.1 Perhitungan Total Annual Departure

    a. Untuk pesawat Boeing 747-400

    N = 342880 kali

    Untuk pesawat lain dihitung dengan cara yang sama, maka dengan data yang

    ada didapat total departure masing-masing pesawat adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.6 Total Keberangkatan Pesawat Di Bandara Kuala Namu

    Pesawat Total Keberangkatan

    A-380 24000 B747-400 342880

    MD-11 184620 DC-10-10 213660 A-330-200 320460 A-300-B2 216080 B737-300 216080

    F-100 89880 F-28 49640

    Sngl Whl-30 25760 Total Keberangkatan = 1657660

    4.2.2 Perhitungan Cumulative Damage Factor (CDF)

    Pada perencanaan tebal perkerasan menggunakan software FAARFIELD ini

    didapatkan nilai CDF yang terjadi adalah 1, sehingga:

    = 1 ..........................................(4.2)

  • 84

    Berikut ini adalah tabel Cumulative Damage Factor contribution pesawat di Kuala

    Namu, dengan total CDF sebesar satu.

    Tabel 4.7 CDF Contribution Pesawat di Kuala Namu No. Airplane CDF Contribution

    1 A380-800 0,02 2 B747-400B Combi 0,37 3 MD11ER 0,37 4 DC10-10 0,07 5 A330-200 std 0,16 6 A300-B2 std 0,01 7 B737-300 0,00 8 Fokker F100 0,00 9 Fokker-F-28-1000 0,00

    10 Sngl Whl-30 0,00 TOTAL CDF = 1

    Masing-masing jarak roda pesawat yang mempengaruhi beban pada perkerasan landasan pacu adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.8 Dual Spacing Pesawat di Bandara Kuala Namu

    No Airplane Dual spacing (in) 1 A380-800 53,10 2 B747-400B Combi 44,00 3 MD11ER 54,00 4 DC10-10 37,50 5 A330-200 std 54,00 7 A300-B2 std 55,00 8 B737-300 30,50 9 Fokker F100 23,10

    10 Fokker-F-28-1000 22,80 11 Sngl Whl-30 0,00

  • 85

    Gambar 4.3 Spasi Roda Masing-Masing Pesawat

    Setelah mengetahui kontribusi masing-masing pesawat dalam menyumbangkan

    kerusakan pada perkerasan, dapat ditentukan tebal perkerasan yang memiliki CDF =1

    (kerusakan akan terjadi saat umur perkerasan selama 20 tahun terlampaui). Adapun hasil

    tebal perkerasannya adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.9 Susunan Perkerasan Dengan Perhitungan Software FAARFIELD

    Layer in cm

    Surface Course (P-401/ P-403 HMA) 5 13 Base Course (P-304 Cement Treat Base) 8 20

    Subbase Course (P-028 Agregate Base Course) 23,6 60 Total 36,6 93

  • 86

    Gambar 4.4 Susunan Perkerasan Menggunakan Softwara FAARFIELD

    Gambar 4.5 Hasil Desain Tebal Perkerasan Software FAARFIELD

    Untuk konfigurasi sumbu pesawat tampilan FAARFIELD dapat dilihat pada Lampiran C

    halaman L12-L19.

  • 87

    Gambar 4.6 Tampak Input Data Perhitungan

  • 88

    4.3 Perbandingan Tebal Perkerasan Cara Manual dan Software FAARFIELD

    Dari kedua cara diatas (manual dan software), jika dibandingkan hasil yang didapat

    akan terlihat perbedaan, separti yang diberikan di bawah ini:

    Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Perhitungan Tebal Perkerasan

    Jenis Perkerasan Hasil Perhitungan

    CBR = 8%

    Manual FAARFIELD

    in cm in cm

    Surface Course 5 13 5 13 Base Course 15 38 8 20

    Subbase Course 23,6 60 23,6 60 Total 43,6 111 36,6 93

    4.4 Tebal Perkerasan Total Setiap Pesawat

    Dengan menggunakan menggunakan kurva di lampiran D hal L20-L28, maka

    didapat tebal perkerasan total dari setiap jenis pesawat yang beroperasi di bandara Kuala

    Namu sebagai berikut:

    Tabel 4.11 Perbandingan Tebal Perkerasn Total Masing-Masing Pesawat

    No Jenis Pesawat Manual(in) FAARFIELD(in) 1 A-380-800 21 19,96 2 B747-400 39 33,98 3 MD-11 38 34,09 4 DC-10-10 35 30,39 5 A-330-200 31 30,10 6 A-300-B2 32 26 7 B737-300 25 20,52 8 F-100 23 20,52 9 F-28-1000 17 15,59

    10 Sngl Whl-30 14 13,77

  • 89

    Gambar 4.7 Kurva Tebal Perkerasan Cara manual dan Software FAARDIELD

    4.5 Analisa Hasil Perhitungan

    Hasil yang didapat dari masing-masing cara memiliki perbedaan pada bagian

    subbase dan base. Hal ini dikarenakan beberapa sebab:

    a. Pada softwae FAARFIELD, beban pesawat diperhitungkan semua sebagai

    penyumbang kerusakan perkerasan yang ditunjukkan oleh nilai CDF, berbeda halnya

    dengan cara manual yang pesawat-pesawatnya dikonversi menjadi pesawat rencana.

    Dan dari hasil perhitungan, nilai CDF mencapai 1, artinya perkerasan mampu

    mengakomodasi beban pesawat yang maksimum (A380-800 dan B747-400) sampai

    usia rencana 20 tahun.

  • 90

    b. Nilai surface kedua tebal perkerasan adalah sama, karena sudah ditentukan oleh FAA

    sebagai ketetapan untuk tebal kritis surface yaitu sebesar 5 in pada grafik tebal

    perkerasan seperti pada grafik 4.1.

    Tebal base course dengan menggunakan cara manual lebih tebal dari pada

    menggunakan cara software FAARFIELD, hal ini disebabkan karena pada saat

    melakukan perhitungan, masukan nilai awal dari tebal perkerasan base course

    merupakan nilai minimum yang berdasarkan pada tabel minimum base course untuk

    penggunaan material lapisan pondasi bawah (AC No.150_5320_6E).

    Sedangkan tebal perkerasan unutk subbase course kedua cara ini adalah sama.

    c. Perhitungan dengan cara manual memiliki kelemahan dalam ketelitian dalam

    penarikan garis untuk nilai dari setiap parameter yang akan diplot ke grafik, sehingga

    hasil yang didapat bisa menjadi lebih besar ataupun lebih kecil.

    Tabel 4.12 Perbedaan Konsep Perhitungan Tebal Peerkerasan Cara Manual

    dan Software FAARFIELD

    CARA

    PERBEDAAN PARAMETER

    Total Keberangkatan Tahunan

    Pesawat rencana Data kondisi tanah

    Manual

    Didapat dari jumlah keberangkatan tahunan di tahun rencana dan diekuivalenkan, sehingga dapat mengkibatkan kelebihan dan kekurangan jumlah dari total keberangkatan tahunan

    Yang diperhitungkan adalah pesawat yang memiliki MTOW terbesar dan pesawat lain diekuivalenkan terhadap pesawat rencana, sehingga bisa mengakibatkan tebal perkerasan akan lebih besar

    Masuk kan harga CBR Subgrade dan Subbase

  • 91

    FAARFIELD

    Pertumbuhan lalu lintas dikali angka keberangkatan dikali umur rencana perkerasan, sehingga tidak menimbulkan kekurangan dan kelebihan jumlah total keberangkatan tahunan

    Semua pesawat diperhitungkan sebagai penyumbang beban pada perkerasan dan memiliki CDF, sehingga setiap kebutuhan pesawat dapat diketahui.

    Memasuk kan harga CBR Subgrade dihubung kan, dengan nilai modulus E=1500CBR

    4.6 Perencanaan Material Perkerasan Landasan Pacu

    Perhitungan tebal perkerasan dengan menggunakan dua cara diatas menggunakan

    material perkerasan yang juga telah ditentukan oleh FAA, yaitu:

    1. Lapisan Permukaan(Surface)

    Untuk lapisan permukaan digunakan material P-401/ P-403 Hot Mix Asphalt (sumber

    : AC 150/5320-6D, Airport Pavement Design And Evaluation).

    2. Lapisan Base Course

    Standar FAA menjelaskan untuk lapisan menggunakan material. (sumber : AC

    150/5320-6D, Airport Pavement Design And Evaluation). Pada lapisan base course

    digunakan stabilisasi P-304, Cement Treated Base Course. CTB merupakan

    campuran semen, air, serta agregat halus dan kasar yang melalui proses gradasi

    laboratorium. Pemilihan jenis material ini karena memiliki stabilitas dan daya dukung

    tanah yang paling besar diantara material lainnya. Penggunaan CTB biasanya pada

    kostruksi perkerasan sebagai lapisan konstruksi pondasi bawah atau pondasi.

    Kelebihan dari penggunaan konstruksi CTB adalah sebagai berikut :

  • 92

    a. Lapisan konstruksi CTB tidak peka terhadap air, sifat ini sangat membantu untuk

    konstruksi dimana muka air tanahnya tinggi dan kondisi curah hujan yang

    tinggi.

    b. Nilai CBR yang dihasilkan > 100 % (lebih tinggi dari agregat biasa), sehingga

    dapat mengurangi tebal rencana perkerasan.

    c. Masa pelaksanaan yang relatif cepat.

    d. CTB hanya membutuhkan tiga hari untuk dilalui kendaraan/dilanjutkan

    pekerjaan konstruksi diatasnya setelah pemadatan.

    e. CTB dapat mengakomodasi penurunan setempat.

    3. Lapisan Subbase

    Untuk lapisan subbase digunakan material P-208 Aggregate Base Course (standar

    FAA). (sumber : AC 150/5320-6D, Airport Pavement Design And Evaluation).

    P-208 terdiri dari bahan batu yang dipecah dulu. Persyaratan material tidak seketat

    base course, material ini dipakai untuk melayani pesawat terbang dengan berat kotor

    lebih dari 30.000 lbs.

  • 93

    4.7 Kelebihan dan Kekurangan Metode

    Tabel 4.13 Kelebihan dan Kekurangan Cara Manual dan FAARFIELD

    Cara Kelebihan Kekurangan

    Manual

    a. Cara pengerjaan bisa dilihat secara detail, mulai dari tebal surface, base course sampai subbase

    b. Jika terjadi kesalahan perhitungan dapat dikoreksi kembali langsung pada titik permasalahan.

    a. Tidak jelasnya gambar penggandaan dari Grafik tebal perkerasan menimbulkan kesalahan penentuan tebal perkerasan

    b. Penentuan nilai dari subbase salah maka base course akan salah

    FAARFIELD

    a. Perhitungan dilakukan sangat cepat b. Kekuatan dari tebal perkerasan

    yang dihitung dapat ditentukan pada nilai CDF.

    c. Kebutuhan Subbase dari tebal perkerasan dihitung secara otomatis oleh Software FAARFIELD

    d. Dapat menampilkan konfigurasi roda pendaratan setiap pesawat

    a. Detail perhitungan tidak dapat ditampilkan karena perhitungan dilakukan oleh FAARFIELD dalam program

    b. Ketidak telitian dalam input data akan mengakibatkan kesalahan yang fatal dalam perhitungan.

  • 94

    4.8 Perhitungan Geometrik Landasan Pacu

    Perhitungan geometrik meliputi dimensi landasan pacu, dan semua komponen yang

    merupakan pelengkap bagi keperluan landasan (shoulder, blast pad, safety area,

    pavement, object free area).

    Diketahui datadata sebagai berikut:

    Ketinggian dari muka air laut = 17 meter

    Temperatur udara = 320 C

    Slope = 0,5 %

    ARFL A-380-800 = 10000 ft = 3050 meter

    4.8.1 Perhitungan Panjang Landasan Pacu

    a. Koreksi terhadap ketinggian

    Koefisien koreksi = 7% untuk tiap ketinggian 300 m dari permukaan air laut

    (menurut persyaratan FAA).

    Fe = 1+0,07 (h/300)

    Fe = 1+0,07 (h/300)

    Fe = 1,00 meter

    b. Koreksi temperatur

    Pada Mean Sea Level temperatur standar 150C (atau 590F)

    Temperatur di Bandara Kuala Namu adalah 320C

    Ft = 1 + 0,01 (T-(15-0,0065h))

    Ft = 1 + 0,01 (32-(15-0,0065(17)))

    Ft = 1,17 meter

  • 95

    c. Koreksi terhadap kemiringan

    Kemiringan landasan pacu 0,5

    Fs = 1+ 0,1S

    Fs = 1+ 0,1 (0,5)

    Fs = 1,05 meter

    Setelah dilakukan koreksi terhadap faktor diatas, maka panjang landasan pacu

    menjadi :

    Lr = ARFL(Aeroplane Reference Field Length) Fe Ft Fs

    = 3050 1,00 x 1,17 x 1,05

    = 3747 meter

    4.8.2 Spesifikasi Landasan Pacu

    a. Lebar Landasan pacu, berdasarkan Tabel 2.7, untuk kode VI E diperoleh lebar

    minimum landasan pacu sebesar 200 ft = 60 m.

    b. Lebar bahu landasan pacu berdasarkan Tabel 2.6, untuk kode VI E diperoleh 40

    ft = 12 m

    c. Blast pad landasan pacu berdasarkan Tabel 2.6, untuk kode VI E diperoleh lebar

    blast pad 280ft = 84 m, dan panjang blast pad 400 ft = 120 m

    4.8.3 Spesifikasi geometrik untuk Airbus 380-800

    Dari tabel 4.14 diperoleh spesipikasi landasan pacu yang digunakan untuk

    menentukan panjang dan lebar landasan pacu.

  • 96

    Tabel 4.14 Standar Dimensi Landasan kategori VI E

    Airplane Design Group VI E

    Runway Width 200 Shoulder Width 40 Blast pad Width Lenght

    280 400

    Safety area width lenght

    500 1000

    Object-free area Width Lenght

    800 1000

    Obstacle-free Zone 400 200

    (Sumber: Horonjeff, Planning & Design Of Airport)

    a. Wingspan (lebar sayap) = 26108 = 79,8 m

    b. Fuselage length (panjang pesawat) = 23903 = 72,9 m

    c. Kategori pendekatan pesawat = E

    d. Kelompok desain pesawat = VI

    e. Runway Pavement

    Lenght (approxsimate) = 3702,63 m

    Width = 200 ft = 60 m

    Shoulder width (lebar bahu) = 40 ft = 12 m

    Runway blast pad

    Width = 280 ft = 84 m

    Lenght = 400 ft = 120 m

    Runway safety area (RSA)

    Width = 500 ft = 150 m

    Lenght bayond each runway end = 1000 ft = 300 m

  • 97

    Runway object-free area (OFA)

    Width = 800 ft = 240 m

    Lenght bayond each runway end = 1000 ft = 300 m

    Runway obstacle-free zone (OFZ)

    Width = 400 ft = 120 m

    Lenght bayond each runway end = 200 ft = 60 m

    Penentuan lebar runway dilihat berdasarkan kode tipe pesawat rencana berdasarkan tabel

    2.7 mengenai lebar perkerasan struktural landasan pacu menurut FAA, lebar landasan

    pacu minimum untuk pesawat rencan Airbus 380-800 yang memiliki kode VIE adalah

    60 meter.

  • 98

    Gambar 4.8 Hasil Desain Geometrik Landasan Pacu