pbl sp blok 12 sp dbd

41
Dengue Hemorrhagic Fever Zebriyandi* 10-2010-102 PBL8 14 Agustus 2015 *Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi : Zebriyandi Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana jl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 No. telp 021 05694 Email: [email protected] Pendahuluan Demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan bukan hanya di Indonesia tetapi di juga di negara di Asia Tenggara. Selama tiga sampai lima tahun terakhir jumlah kasus DBD telah meningkat sehingga Asia Tenggara menjadi wilayah hiperendemis1. Sejak tahun 1956 sampai 1980 di seluruh dunia kasus DBD yang memerlukan rawat inap mencapai 350 000 kasus per

Upload: zebri-yandi

Post on 11-Jan-2016

255 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

PBL Blok 12

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Dengue Hemorrhagic Fever

Zebriyandi*

10-2010-102

PBL8

14 Agustus 2015

*Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaAlamat Korespondensi :Zebriyandi Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacanajl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510No. telp 021 05694 Email: [email protected]

Pendahuluan

Demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan bukan hanya di

Indonesia tetapi di juga di negara di Asia Tenggara. Selama tiga sampai lima tahun terakhir

jumlah kasus DBD telah meningkat sehingga Asia Tenggara menjadi wilayah hiperendemis1.

Sejak tahun 1956 sampai 1980 di seluruh dunia kasus DBD yang memerlukan rawat inap

mencapai 350 000 kasus per tahun sedang yang meninggal dilaporkan hampir mencapai 12 000

kasus . Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang merupakan anggota genus Flavivirus dari

famili Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus dengue yang disebut DEN-1, DEN-2, dan DEN-3.

Oleh karena ditularkan melalui gigitan artropoda maka virus dengue termasuk arbovirus. Vektor

DBD yang utama adalah nyamuk Aedes aegypti.1

Page 2: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

DBD merupakan bentuk berat dari infeksi dengue yang ditandai dengan demam akut,

trombositopenia, netropenia dan perdarahan. Permeabilitas vaskular meningkat yang ditandai

dengan kebocoran plasma ke jaringan interstitiel mengakibatkan hemokonsentrasi, efusi pleura,

hipoalbuminemia dan hiponatremia yang akan menyebabkan syok hipovolemik

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:

1. Memperdalam ilmu mengenai infeksi dan sistem imun

2. Memperdalam ilmu mengenai infeksi Demam Berdarah Dengue (DBD)

3. Meningkatkan ilmu mengenai diagnosis, penanganan, serta dan pencegahan penularan

terhadap infeksi Demam Berdarah Dengur (DBD).

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara

melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis) atau keluarga pasien atau

dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara

biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit

dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari

masalah yang dikeluhkan oleh pasien.2 Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan

menentukan beberapa hal mengenai hal-hal berikut.

1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan

diagnosis)

2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan

pasien (diagnosis banding)

3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor

predisposisi dan faktor risiko)

4. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)

5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor

prognostik, termasuk upaya pengobatan)

6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan

diagnosisnya

Page 3: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai kemampuan

untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya untuk

mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semua

data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan akurat berhubungan dengan

ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.

Melalui keluhan pasien yang terdapat pada scenario didapatkan informasi bahwa pasien

tampak sakit sedang dan kesadaran compos mentis. Pasien seoarang anak laki-laki berusia 6

tahum, dibawa ibunya ke IGD RS dengan keluhan panas mendadak sejak 3 hari yang lalu. Pasien

juga sudah berobat ke dokter dan diberi obat panas tetapi demam tetap tidak turun. Suhu 39o C,

tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 110 x/menit, RR 24 x/menit. Pada pemeriksaan fisik didapat

nyeri tekan epigastrium, lidak tampak kering dan putih, dan RL (+).

Pemeriksaan fisik

Penderita yang datang dengan gejala / tanda DBD maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

1. Anamnesis (wawancara) dengan penderita atau keluarga penderita tentang keluhan yang

dirasakan, sehubung dengan gejala DBD.

2. Observasi kulit dan konjungtiva untuk mengetahui tanda perdarahan. Observasi kulit

meliputi wajah, lengan, tungkai, dada, perut, dan paha.3

3. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda – tanda vital (kesadaran, tekanan darah, nadi, dan

suhu).4

4. Penekanan pada ulu hati (epigastrium). Adanya rasa sakit / nyeri pada ulu hati dapat

disebabkan karena adanya perdarahan di lambung.3

5. Perabaan hati

Hati yang lunak merupakan tanda pasien DBD yang menuju fase kritis.

6. Uji Tourniquet (Rumple Leede)4

Munculnya bintik-bitik merah lebih dari 10 pada luas 2,5x2,5 cm pada lengan bawah bagian

palmar.

Page 4: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan laboratorium5

a. Pemeriksaan trombosit

- Semi kuantitatif (tidak langsung)

- Langsung (Rees – Ecker)

- Cara lainnya sesuai kemajuan teknologi

b. Pemeriksaan hematokrit

Pemeriksaan hematokrit antara lain dengan mikro – hematokrit centrifuge. Nilai normal

hematokrit:

Anak – anak : 33 – 38 vol%

Dewasa laki – laki : 40 – 48 vol%

Dewasa perempuan : 37 – 43 vol%

Untuk puskesmas misalnya yang tidak ada alat untuk pemeriksaan Ht, dapat

dipertimbangkan estimasi nilai Ht = 3x kadar Hb.

c. Pemeriksaan kadar hemoglobin6

Pemeriksaan kadar hemoglobin antara lain dengan cara:

- Pemeriksaan kadar Hb dengan menggunakan Kalorimeter foto elektrik (Klett –

Summerson).

- Pemeriksaan kadar hemoglobin metode Sahli

- Cara lainnya sesuai kemajuan teknologi

Contoh nilai normal hemoglobin (Hb):

Anak – anak : 11,5 – 12,5 gr / 100 ml darah

Pria dewasa : 13 – 16 gr / 100 ml darah

Wanita dewasa : 12 – 14 gr / 100 ml darah

d. Pemeriksaan serologis

Saat ini uji serologis yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus dengue,

yaitu uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) dan ELISA (IgM / IgG).7

Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI)

Uji serologi memakai serum ganda,

- serum diambil pada masa akut

Page 5: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

- komvalesen Imun Hemaglutinasi (IH), yaitu pengikatan komplemen (PK)

Tes inhibisi-hemaglutinasi (IH) adalah pemeriksaan yang sederhana, sensitif, dan dapat ulang serta mempunyai keuntungan karena dapat menggunakan reagen yang disiapkan secara lokal. Kerugiannya adalah bahwa sampel sera harus melalui pra-penanganan dahulu dengan aseton atau kaolin, untuk menghilangkan inhibitor non-spesifik hemaglutinasi, dan kemudian diserap dengan sel-sel gender atau sel darah merah manusia golongan O, untuk menghilangkan aglutinin non-spesifik. Tes IH juga biasanya gagal untuk membedakan antara infeksi dengan flavivirus yang sangat berkaitan, misalnya antara virus dengue dan ensefalitis Jepang, atau virus dengue dan West Nile.

uji netralisasi (NT)

uji dengue blot pada IH, PK dan NT dengan mencari kenaikan antibody

sebanyak minimal 2 kali

Uji serologi memakai serum tunggal

- uji dengue blot yang mengukur antibody anti dengue tanpa memandang kelas

antibodinya

- uji IgG dan IgM anti dengue yang mengukur hanya antibody anti dengue dari

kelas IgG dan IgM. Pada uji ini yang dicari ada tidaknya atau titer tertentu

antibody dengue.

Konfirmasi serologi yang pasti (pada uji HI) tergantung pada kenaikan titer yang jelas

(4 kali atau lebih) antibodi spesifik dari sampel serum antara fase akut dan fase

konvalesen.

Pada kasus DBD:

- Titer antibodi HI test pada spesimen akut akan meningkat 4 kali atau lebih pada fase

rekonvalesensi.

- Reaksi HI test dikatakan positif primer bila spesimen akut < 1 / 20 dan akan

meningkat sampai 4 kali atau lebih pada fase rekonvalesensi, akan tetapi titer

rekonvalesensi < 1 / 2560.

- Reaksi HI test dikatakan positif sekunder bila titer antibodi dalam fase akut < 1 / 20

dan meningkat dalam fase rekonvalesensi sampai 1 / 2560 atau lebih, atau dalam fase

Page 6: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

akut titer antibodi HI test 1 / 20 atau lebih dan meningkat 4 kali atau lebih pada fase

rekonvalesensi.

B. MAC- ELISA5,6

Dapat digunakan sebagai uji kuantitatif untuk antigen maupun antibody. Antigen

direkatkan pada microplate plastic dan antibody dari serum penderita. Kemudian, ditambahkan

anti human immunoglobulin yang dilabel enzim horseradish peroxidase ke subtract, lalu timbul

perubahan warna. Intensitas warna dibaca dengan spektrofotometer.

Anti-dengue Ig-M yang dapat dideteksi oleh MAC-ELISA (IgM antibody-capture enzyme-

linked immunosorbent assay) tampak pada sebagian pasien dengan infeksi primer saat mereka

masih demam; pada sebagian lain IgM ini tampak dalam 2 – 3 hari penurunan suhu tubuh. Pada

serangkaian pasien dengue (infeksi dipastikan dengan isolasi virus atau serologi serum

berpasangan), 80% menunjukkan kadar antibodi IgM yang dapat terdeteksi pada sakit hari

kelima, dan 99% pada hari kesepuluh.4 Sekali terdeteksi, kadar IgM meningkat dengan cepat dan

tampak memuncak sekitar 2 minggusetelah dideteksi selama 2 – 3 bulan. Keuntungan dari MAC-

ELISA adalah bahwa pemeriksaan ini dapat digunakan tanpa modifikasi untuk mendeteksi IgM

anti-flavivirus pada cairan serebrospinal. Karena IgM biasanya tidak melewati sawar darah-otak,

pendeteksian IgM pada cairan serebrospinal adalah temuan diagnostik bermakna.

Diagnosa

A. Working Diagnosis

Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Penyakit ini ditunjukkan melalui

munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot

(myalgias dan arthralgias) dan ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang

dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga

menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi

sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare.5

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam

yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Gejala klinis demam berdarah menunjukkan

Page 7: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi . Sejumlah kecil

kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam disertai Ruam-ruam

makulopapular. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam

ringan atau demam tinggi (>39 derajat C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama 2 - 7 hari,

disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan ruam-

ruam. Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang kadang disertai bintik-bintik

perdarahan di farings dan konjungtiva.6

Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk

kanan dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40-410C dan terjadi kejang

demam pada bayi. Perlu diperhatikan bahwa terjangkitnya Demam Berdarah Dengue tidak selalu

ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah pada kulit. Mendiagnosis secara dini dapat

mengurangi resiko kematian daripada menunggu akut.

Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala

prodormal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tukang belakang, dan persaaan lelah.

Demam berdarah dengue (DBD). Berdasarkan criteria WHO tahun 1997 diagnosis

ditegakkan bila semua hal di bawah ini dipenuhi:1,3

Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

Terdapat minimal 1 dari manisvestasi pendarahan berikut:

- Uji bending positif

- Petekie, ekimosis, purpura.

- Perdarahan mukosa ( tersering epitaksis, atau pendarahan gusi), pendarahan dari tempat

lain

- Hematemesis atau melena

Trombositoprenia (jumlah trombosit < 100.000/mikroliter)

Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut:

- Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

- Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan niali

hematokrit sebelumnya.

- Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

Page 8: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Dari keterangan di atas terlihat bahwa, perbedaan utama antara DD dan DBD adalah pada

DBD ditemukan adanya kebocoran plasma. Selain itu perbedaan yang paling utama adalah pada

demam dengue tidak ditemukan manifestasi perdarahan pada pasien. Pada kulit pasien dengan

demam dengue hanya tampak ruam kemerahan saja sementara pada pasien demam berdarah

dengue akan tampak bintik bintik perdarahan. Selain perdarahan pada kulit, penderita demam

berdarah dengue juga dapat mengalami perdarahan dari gusi, hidung, usus dan lain lain

B. Differential Diagnosis

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit

kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam

demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, patekial dan biasanya muncul

dulu pada bagian bawah badan-pada beberapa pasien, ia menyebar hingga

menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan

kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai

batuk-batuk. Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari

dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam.

2. Demam Dengue (DD)

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan atau lebih

manifestasi klisis sebagai berikut;

Nyeri kepala

Nyeri retro-orbital

Mialgia/artaglia

Ruam kulit

Manifestasi pendarahan (petekie atau uji bending positif)

Leukopenia. Dan pemeriksaan serologo dengue positif; atau ditemukan pasien

DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama

3. Demam Tifoid

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa

dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, neri

Page 9: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,

batuk, dan epitaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh

meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore

hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa

demam, bradikardia relative, lidah yang berselaput, hepatomegali, splenomegali,

meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau

psikosis. Roseole jarang terjadi pada orang Indonesia.

4. Malaria

Malaria mempunyai gambaran karateristik demam periodic, anemia dan

splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Keluhan

prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit

kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam

ringan anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan: periode dingin

(15-60 menit): mulai menggigil, diikuti dengan periode panas: penderita muka

merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan

keadaan berkeringat; kemudian periode berkeringat: penderita berkeringat banyak

dan temperature turun, dan penderita merasa sehat. Anemia dan splenomegali juga

merupakan gejala yang sering dijumpai pada malaria.

5. Chikungunya7,8

Chikungunya adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegypti. Penyakit ini terdapat di daerah tropis, khususnya di perkotaan wilayah Asia,

India, dan Afrika Timur. Masa inkubasi diantara 2-4 hari dan bersifat self-limiting

dengan gejala akut (demam onset mendadak (>40°C,104°F), sakit kepala, nyeri

sendi (sendi-sendi dari ekstrimitas menjadi bengkak dan nyeri bila diraba, mual,

muntah,, nyeri abdomen, sakit tenggorokan, limfadenopati, malaise, kadang timbul

ruam, perdarahan juga jarang terjadi) berlangsung 3-10 hari. Gejala diare,

perdarahan saluran cerna, refleks abnormal, syok dan koma tidak ditemukan pada

chikungunya. Sisa arthralgia suatu problem untuk beberapa minggu hingga beberapa

bulan setelah fase akut. Kejang demam bisa terjadi pada anak. Belum ada terapi

Page 10: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

spesifik yang tersedia, pengobatan bersifat suportif untuk demam dan nyeri

(analgesik dan antikonvulsan).

Etiologi7

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang

termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan

diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.

Terdapat empat serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya

dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan

di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terddapat reaksi silang anatara

serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encehphalitis, dan West

Nile virus.

Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus,

kelinci, anjing, kelelawar, dan primate. Survei epidemiologi pada hewan ternak didapatkan

antibodi terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi, dan babi. Penelitian pada antropoda

menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomyia) dan

Toxorhynchites.

Epidemiologi

Demam berdarah dengue tersebar di seluruh dunia di daerah tropis dan subtropics,

khususnya di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia. Perang dunia II menimbulkan

penyebaran dengue dan Asia Tenggara ke Jepang dan kepulauan Pasifik.

Selama 20 tahun terakhir, endemic dengue telah menimbulkan masalah di Amerika. Pada

tahun 1995, lebih dari 200.000 kasus demam dengue dan lebih dari 5.500 kasus demam berdarah

dengue terjadi di Amerika selatan dan tengah. Diperkirakan sekitar 50 juta atau lebih kasus

dengue terjadi setiap tahun di seluruh dunia dengan 400.000 kasus demam berdarah dengue.

Kasus demam berdarah dengue merupakan penyebab utama kematian pada anak di beberapa

negara di Asia.

Page 11: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh tanah air. Pada tahun

1989-1995, insiden DBD di Indonesia antara 6-15 per 100.000 penduduk , dan pernah meningkat

tajam saat keadaan luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan

mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.

Pada komunitas urban, epidemic dengue bersifat eksplosif dan melibatkan populasi

dalam jumlah yang cukup banyak. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk

genus Aedes, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Epidemi dengue umumnya dimulai

pada musim hujan ketika terdapat banyak vector. Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan

dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina.

Beberapa factor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue, yaitu:7

1. Vektor

Meliputi perkembangbiakan vector, kebiasaan menggiti, kepadatan vector di lingkungan,

dan transpotasi vector dari satu tempat ke tempat lain.

2. Host

Meliputi terdapatnya penderita di lingkungan, atau keluarga mobilisasai dan pemaparan

terhadap vector, usia, dan jenis kelamin.

3. Lingkungan

Meliputi curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.

Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil dari nyamuk Culex quinquefasciatus,

mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih, terutama pada kakinya. Morfologinya

khas, yaitu memiliki gambaran lira atau harpa (lyra-form) yang putih pada punggungnya

(mesonotum). Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan menyerupai

gambaran kain kasa. Larva Aedes aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang

berduri lateral.

Nyamuk betina meletakan telurnya di dinding tempat perindukannya 1-2cm di atas

permukaan air.Seekor nyamuk betina dapat meletakan rata-rata 100 butir telur setiap kali

bertelur. Setelah kira-kira 2 hari, telur menetas menjadi larva, lalu mengadakan pengelupasan

kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi dewasa.Pertumbuhan dari

telur hingga menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari.13

Page 12: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Tempat perindukan utama Aedes aegypti adalah tempat-tempat yang berisi air bersih yang

berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari

rumah penduduk. Tempat perindukan tersebut berupa tempat perindukan buatan manusia, seperti

tempayan atau gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, pot bunga, kaleng, botol,

drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah atau di kebun yang berisi air hujan, juga

tempat perindukan alamiah sepeti kelopak daun tanaman, tempurung kelapa, tonggak bamboo

dan lubang pohon yang berisi air hujan. Di tempat perindukan Aedes aegypti sering ditemukan

larva Aedes albopictus yang hidup bersama-sama.

Nyamuk Aede betina menghisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di

luar maupun di dalam rumah.Penghisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua

puncak waktu, yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-

17.00). Tempat istirahat Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah, dan juga

berupa benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian. Umur nyamuk dewasa

betina di alam bebas kira-kira 10 hari. Walaupun berumur pedek yaitu kira-kira 10 hari, Aedes

aegypti dapat menularkan virus dengue yang masa inkubasinya antara 3-10 hari.

Aedes aegypti tersebar luas diseluruh Indonesia. Walaupun spesies ini ditemukan di kota-

kota pelabuhan yang oenduduknya padat, nyamuk ini juga ditemukan di pedesaan. Penyebaran

Aedes aegypti dari pelabuhan ke desa disebabkan larva Aedes aegypti terbawa melalui

transportasi.

Vektor potensial penyebaran demam berdarah dengue selain Aedes aegypti adalah Aedes

albopictus. Spesies ini tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia. Spesies ini sepintas tampak

seperti Aedes aegypti yaitu mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih, tetapi pada

mesonotumnya terdapat garis tebal putih vertical. Walaupun kadang-kadang larva Aedes

albopictus sering ditemukan hidup bersama dalam satu tempat dengan tempat perindukan larva

Aedes aegypti, namun larva Aedes albopivtus ini lebih menyukai tempat-tempat perindukan

alamiah (plant containers) seperti kelopak daun, tonggak bamboo, dan tempurung kelapa yang

mengandung air hujan. Perilaku nyamuk Aedes albopictus boleh dikatakan sama dengan Aedes

aegypti meskipun nyamuk Aedes albopictus lebih senang beristirahat di luar rumah

Page 13: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Patofisiologi

Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih diperdebatkan.

Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan

dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.3,7

Respons imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah: a) respons

humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis

yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi

virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent enchancement

(ADE); b) limfosit T baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imum

seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon

gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH-2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10; c)

monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun,

proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh

makrofag; d) selain itu, aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya

C3a dan C5a.

Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang

menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang

berbededa. Re-infeksi menyebabkan reaksi amnestik antibodi sehingga mengakibatkan

konsentrasi kompleks imun yang tinggi.

Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain;

menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis

kompleks virus antibodi non netralisasi shingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi

makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T-helper dan T-sitotoksik sehingga

diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit

sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-α, IL-1, PAF (platelet activating

factor), IL-6, dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi

Page 14: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi kompleks virus-antibodi

yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.

Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme: 1) supresi sumsum

tulang dan 2) destruksi dan pemendekan massa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada

fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkan keadaan hiposelular dan supresi megakariosit. Setelah

keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk

megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru

menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai

mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui

peningkatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama proses

koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme

gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan

petanda degranulasi trombosit.

Koagulapati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan

disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada

demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue

terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik *tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan

melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex).

Manifestasi Klinik

Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang ringan, sedang seperti DD, sampai ke DBD

dengan manifestasi demam akutperdarahan, serta kecenderungan terjadi renjatan yang dapat

berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.7

Pada DD terdapat peningkatan suhu secara tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada

otot dan tulang, mual, kadang muntah, dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau

berpusat pada supraorbital atau retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon

dan otot perut ditekan. Pada mata dapat ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva,

lakrimasi, dan fotofobia. Otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem dapat muncul pada awal

demam yang terlihat jelas di muka dan dada, berlangsung beberapa jam lalu akan muncul

kembali pada hari ke 3-6 berupa bercak petekie di lengan dan kaki lalu ke seluruh tubuh. Pada

Page 15: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

saat suhu turun ke normal, ruam berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa

gatal. Pada sebagian pasien dapat ditemukan kurva suhu yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik

pasien DD hampir tidak ditemukan kelainan. Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi

normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam

masa penyembuhan. Dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien

DBD dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis,

hematemesis, melena, dan epitaksis. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang

tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit

yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-

jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada

waktu demam atau saat demam turun antara hari ke-3 dan hari ke-7.

Penatalaksanaan

Pada seminar ini akan dibahas penatalaksanaan : 1) kasus DBD yang memungkinkan untuk

berobat jalan, 2) kasus DBD derajat I & II, 3) kasus DBD derajat III & IV, dan 4) kasus DBD

dengan penyulit.

1. Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan

Bila penderita hanya mengeluh panas, tetapi keingingan makan dan minum masih baik.

Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberikan obat panas

paracetamol 10 – 15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika simptom panas masih nyata diatas

38,5 0C. Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit

perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini adalah kasus

DBD yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan

penyulit lainnya.

Apabila penderita DBD ini menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan konvulsi

sebaiknya kasus ini dianjurkan di rawat inap.10

2. Kasus DBD derajat I & II

Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai

resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut, penderita disarankan

diinfus cairan kristaloid dengan tetesan berdasarkan tatanan 7, 5, 3.

Page 16: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa

dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dari harga

normal, merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan ssebaiknya penderita dirawat di

ruang observasi di pusat rehidrasi selama kurun waktu 12-24 jam.

Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ekstremitas yang teraba dingin, nyeri perut

dan produksi air kemih yang kurang sebaiknya dianjurkan rawat inap. Penderita dengan

tanda-tanda perdarahan dan hematokrit yang tinggi harus dirawat di rumah sakit untuk segera

memperoleh cairan pengganti.

Volume dan macam cairan pengganti penderita DBD sama dengan seperti yang

digunakan pada kasus diare dengan dehidrasi sedang (6-10% kekurangan cairan) tetapi

tetesan harus hati-hati. Kebutuhan cairan sebaiknya diberikan kembali dalam waktu 203 jam

pertama dan selanjutnya tetesan diatur kembali dalam waktu 24-48 jam saat kebocoran

plasma terjadi. Pemeriksaan hematokrit ecara seri ditentukan setiap 4-6 jam dan mencatat

data vital dianjurkan setiap saat untuk menentukan atau mengatur agar memperoleh jumlah

cairan pengganti yang cukup dan cegah pemberian transfusi berulang. Perhitungan secara

kasar sebagai berikut :

(ml/jam) = ( tetesan / menit ) x 3

Jumlah cairan yang dibutuhkan adalah volume minimal cairan pengganti yang cukup

untuk mempertahankan sirkulasi secara efektif selama periode kebocoran (24-48 jam),

pemberian cairan yang berlebihan akan menyebabkan kegagalan faal pernafasan (efusi pleura

dan asites), menumpuknya cairan dalam jaringan paru yang berakhir dengan edema.

Jenis Cairan

(1) Kristaloid

Ringer Laktat

Page 17: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

5% Dekstrose di dalam larutan Ringer Laktat

5% Dekstrose di dalam larutan Ringer Ashering

5% Dekstrose di dalam larutan setengah normal garam fisiologi (faali), dan

5% Dekstrose di dalam larutan normal garam fisiologi (faali)

(2) Koloidal

Plasma expander dengan berat molekul rendah (Dekstran 40)

Plasma

Kebutuhan Cairan

Tabel 1. Kebutuhan cairan untuk dehidrasi sedang

Berat waktu masuk (kg) Jumlah cairan ml/kg BB per hari

< 7 220

7 – 11 165

12 – 18 132

> 18 88

Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat badan

pasien serta derajat kehilangan plasma sesuai dengan derajat hemokonsentrasi yang terjadi.

Pada anak yang gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan ideal anak umur

yang sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungkan dari tabel berikut.11

Tabel 2. Kebutuhan cairan rumatan

Page 18: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Berat badan (kg) Jumlah cairan (ml)

10 100 per kg BB

10 – 20 1000 + 50 x kg (diatas 10 kg)

> 20 1500 + 20 x kg (diatas 20 kg)

3. Kasus DBD derajat III & IV

“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan yang

membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat.

Biasanya dijumpai kelaian asam basa dan elektrolit (hiponatremi). Dalam hal ini perlu

dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong

terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang

sukar diatasi.

Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan gaam isotonik (Ringer

Laktat, 5% Dekstrose dalam larutan Ringer Laktat atau 5% Dekstrose dalam larutan Ringer

Asetat dan larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam atau pada kasus

yang sangat berat (derajat IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg (1 atau 2x).

Jika syok berlangsung terus dengan hematokrit yang tinggi, larutan koloidal (dekstran

dengan berat molekul 40.000 di dalam larutan normal garam faal atau plasma) dapat

diberikan dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam.

Selanjutnya pemberian cairan infus dilanjutkan dengan tetesan yang diatur sesuai dengan

plasma yang hilang dan sebagai petunjuk digunakan harga hematokrit dan tanda-tanda vital

yang ditemukan selama kurun waktu 24-48 jam. Pemasangan cetral venous pressure dan

kateter urinal penting untuk penatalaksanaan penderita DBD yang sangat berat dan sukar

diatasi. Cairan koloidal diindikasikan pada kasus dengan kebocoran plasma yang banyak

sekali yang telah memperoleh cairan kristaloid yang cukup banyak.

Page 19: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Pada kasus bayi, dianjurkan 5% dekstrose di dalam setengah larutan normal garam faali

(5% dekstrose ½NSS) dipakai pada awal memperbaiki keadaan penderita dan 5% dekstrose

di dalam 1/3 larutan normal garam faali boleh diberikan pada bayi dibawah 1 tahun, jika

kadar natrium dalam darah normal. Infus dapat dihentikan bila hematokrit turun sampai 40%

dengan tanda vital stabil dan normal. Produksi urine baik merupakan indikasi sirkulasi dalam

ginjal cukup baik. Nafsu makan yang meningkat menjadi normal dan produksi urine yang

cukup merupakan tanda penyembuhan.

Pada umumnya 48 jam sesudah terjadi kebocoran atau renjatan tidak lagi membutuhkan

cairan. Reabsorbsi plasma yang telah keluar dari pembuluh darah membutuhkan waktu 1-2

hari sesudahnya. Jika pemberian cairan berkelebihan dapat terjadi hipervolemi, kegagalan

faal jantung dan edema baru. Dalam hal ini hematokrit yang menurun pada saat reabsorbsi

jangan diintepretasikan sebagai perdarahan dalam organ. Pada fase reabsorbsi ini tekanan

nadi kuat (20 mmHg) dan produksi urine cukup dengan tanda-tanda vital yang baik.

Koreksi Elektrolit dan Kelainan Metabolik

Pada kasus yang berat, hiponatremia dan asidosis metabolik sering dijumpai, oleh karena

itu kadar elektrolit dan gas dalam darah sebaiknya ditentukan secara teratur terutama pada

kasus dengan renjatan yang berulang. Kadar kalium dalam serum kasus yang berat biasanya

rendah, terutama kasus yang memperoleh plasma dan darah yang cukup banyak. Kadanga-

kadang terjadi hipoglemia.

Obat Penenang

Pada beberapa kasus obat penenang memang dibutuhkan terutama pada kasus yang

sangat gelisah. Obat yang hepatotoksik sebaiknya dihindarkan, chloral hidrat oral atau rektal

dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mg/kg (tetapi jangan lebih dari 1 jam) digunakan sebagai

satu macam obat hipnotik. Di RSUD Dr. Soetomo digunakan valium 0,3 – 0,5 mg/kg/BB/1

kali (bila tidak terjadi gangguan pernapasan) atau Largactil 1 mg/kgBB/kali.

Terapi Oksigen

Semua penderita dengan renjatan sebaiknya diberikan oksigen

Page 20: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Transfusi Darah

Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan melena

diindikasikan untuk memperoleh transfusi darah. Darah segar sangat berguna untuk

mengganti volume masa sel darah merah agar menjadi normal.

Kelainan Ginjal

Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskular telah

benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukupi 2 ml/kgBB/jam

sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furasemid 1

mg/kgBB dapat diberikan. Pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum

dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok juga

belum dapat dikoreksi dengan baik, maka pemasangan CVP (central venous pressure) perlu

dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.

Monitoring

Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk

menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring adalah:

Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30 menit atau lebih

sering, sampai syok dapat teratasi.

Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis pasien stabil

Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan, jumlah, dan

tetesan, untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.

Jumlah dan frekuensi diuresis.

Kriteria Memulangkan Pasien

Pasien dapat dipulangkan, apabila:

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

Nafsu makan membaik

Tampak perbaikan secara klinis

Page 21: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Hematokrit stabil

Tiga hari setelah syok teratasi

Jumlah trombosit > 50.000/μl

Tidak dijumpai distress pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)

Ruang Khusus Gawat Darurat Penderita DBD

Untuk mencapai pelayanan yang lebih baik, penderita DBD sebaiknya diletakkan di ruang

kegaatan yang dilengkapi sarana mencegah penularan penyakit DBD di rumah sakit.

Paramedis dan orang tua diharapkan dapat membantu pemberian cairan per oral dan

mengamati cairan yang diberikan melalui infus dan keadaan umum penderita.

Prognosis

Demam berdarah dengue dapat menjadi fatal bila kebocoran plasma tidak dideteksi lebih

dini. Namun, dengan manajemen medis yang baik yaitu monitoring trombosit dan hematokrit

maka mortalitasnya dapat diturunkan. Jika trombosit <100.000/ul dan hematokrit meningkat

waspadai DSS.

Pencegahan dan Pengendalian

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk

aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu: 10

a. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan modifikasi dan

manipulasi tempat perkembangbiakan nyamuk, yaitu sebagai berikut :

1) Modifikasi Lingkungan

Perbaikan Persediaan Air

Jika persediaan air berpipa tidak adekuat dan hanya keluar pada jam-jam

tertentu atau tekanan airnya rendah, ada anjuran untuk menyimpan air dalam

berbagai jenis wadah. Hal ini akhirnya akan memperbanyak tempat

Page 22: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti. Sebagian besar wadah yang digunakan

memiliki ukuran yang besar dan berat (misal : gentong air) dan tidak mudah

untuk dibuang atau dibersihkan. Di daerah pedesaan, sumur tidak terpakai dan

tidak tercemar akan menjadi tempat perkembangbiakan Ae. aegypti. Dengan

demikian, sangatlah penting apabila persediaan air minum dialirkan dalam

jumlah, mutu, dan konsistensi yang layak untuk mengurangi keharusan dan

penggunaan wadah penyimpanan air yang dapat berfungsi sebagai habitat larva

yang paling produktif.

Tangki atau Reservoir diatas atau bawah Tanah Anti-Nyamuk

Jika habitat larva juga mencakup tanki atau bangunan pelindung jaringan pipa

air, bangunan atau benda tersebut harus anti-nyamuk. Demikian pula, sumur

atau tanki penyimpanan di bawah harus memiliki struktur yang anti-nyamuk.

2) Manipulasi Lingkungan

Drainase Instalasi persediaan Air

Tumpah atau bocornya air dalam bangunan pelindung, dari pipa distribusi,

katup air, pintu air, hidran kebakaran, meteran air, dsb., menyebabkan air

menggenang dan dapat menjadi habitat yang penting untuk larva Ae. aegypti

jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.

Penyimpanan Air Rumah Tangga

Sumber utama perkembangbiakan Ae. aegypti sebagian besar daerah perkotaan

di Asia Tenggara adalah wadah penyimpanan air untuk kebutuhan rumah

tangga yang mencakup gentong air untuk kebutuhan rumah tangga yang

mencakup gentong air dari tanha liat, keramik serta teko semen yang dapat

menampung 200 liter air, drum logam berkapasitas 210 liter (50 galon), dan

wadah yang berukuran lebih kecil untuk menampung air bersih atau air hujan.

Wadah penyimpan air harus ditutup dengan tutup yang pas dan rapat yang

harus ditempatkan kembali dengan benar setelah mengambil air. Salah satu

mengenai keefektifan metode tersebut baru-baru ini diperlihatkan di Thailand.

Bagian Luar Bangunan

Page 23: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Desain bangunan penting untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes.

Pipa aliran dari talang atap sering tersumbat dan menjadi lokasi

perkembangbiakan nyamuk Aedes. Dengan demikian perlu dilakukan

pemeriksaan berkala terhadap bangunan selama musim hujan untuk

menemukan lokasi potensial perkembangbiakan.

Pembuangan Sampah Padat

Sampah padat, seperti kaleng, botol, ember, atau benda tak terpakai lainnya

yang berserakan di sekelilimg rumah harus dibuang dan dikubur di tempat

penimbunan sampah. Barang-barang pabrik dan gudang yang tak terpakai

harus disimpan dengan benar sampai saatnya dibuang. Peralatan rumah tangga

dan kebun (ember, mangkuk, dan alat penyiram tanaman) harus disimpan

dalam kondisi terbalik untuk mencegah tergenang air hujan. Demikian pula,

kano dan perahu harus diletakkan terbalik jika tidak digunakan. Sampah

tanaman (batok kelapa, pelepah kakao) harus dibuang dengan benar tanpa

meunda-nunda.

b. Biologis

Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya

dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang pada kolam

atau menambahkannya dengan bakteri Bt H-14.

c. Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta

jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain

dengan:

Pengasapan/fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang berguna untuk

mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti sampai batas tertentu.

Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti

gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

Page 24: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus yaitu dengan

menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-

kurangnya seminggu sekali serta menimbun sempah-sampah dan lubang-lubang pohon yang

berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan

dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menur

larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, memesang kasa, menyemprot dengan insektisida,

menggunakan repellent, memesang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta

tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat.6

Pengendalian Vektor

Pemberantasan sarang nyamuk, merupakan tindakan upaya untuk mengendalikan vektor

dari penyakit demam berdarah dengue, yaitu nyamuk aedes aegypti. Untuk memutus mata rantai

perkembangan nyamuk tersebut, maka dapat dilakukan berbagai cara. Tindakan tersebut terdiri

atas beberapa kegiatan antara lain:

a. 3 M

3M adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan menghindari

gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara:

1. Menguras

Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, ember, vas bunga,

tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali.

2. Menutup

Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum, dan lain-lain.

3. Mengubur

Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat menampung

air hujan.

b. Memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk

c. Cegah gigitan nyamuk dengan cara:

1. Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau sulit air

dengan menaburkan bubuk Temephos (abate) atau Altosoid 2-3 bulan sekali dengan

Page 25: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

takaran 1 gram abate untuk 10 liter air atau 2,5 gram Altosoid untuk 100 liter air.Abate

dapat di peroleh/dibeli di Puskesmas atau di apotik.

2. Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk.

3. Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok.

4. Memasang kawat kasa dijendela dan di ventilasi

5. Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar.

6. Gunakan sarung klambu waktu tidur.

Komplikasi

1. Sindrom Syok Dengue

Keadaan ini merupakan keadaan dimana kondisi pasien berkembang kearah syok tiba-

tiba. Keadaan ini menyimpang dimana terjadi selama 2-7 hari. Penyimpangan ini terjadi

pada waktu, atau segera setelah, penurunan suhu antara hari ketiga dan ketujuh sakir.

Terdapat tanda-tanda khas dari gagal sirkulasi, seperti :11

Kulit menjadi dingin

Bintil-bintil

Kongesti sinosispun (sering terjadi, dimana keadaan denyut nadi semakin cepat)

Pada umumnya pasien dapat mengalami letargi, kemudian menjadi gelisah dan dengan

cepat memasuki tahap kritis dari shok.

DSS biasanya ditandai dengan nadi yang semakin cepat dan lemah, tekanan darah turun

(≤ 20mmHg), hipotensi dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta

gelisah.. Dimana pasien yang shok bila tidak segera ditangani akan dapat berakibat pada

kematian. Biasanya bila tidak ditangani 12-24 jam maka akan menimbulkan kematian.

2. Edema Paru12

Edema Paru Kardiogenik adalah edema paru yang disebabkan oleh meningkatnya

tekanan hidrostatik kapiler yang disebabkan karena meningkatnya tekanan vena

pulmonalis. Edema Paru Kardiogenik menunjukkan adanya akumulasi cairan yang

Page 26: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

rendah protein di interstisial paru dan alveoli ketika vena pulmonalis dan aliran balik

vena di atrium kiri melebihi keluaran ventrikel kiri.

Penutup

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang

termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan

diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.

Terdapat empat serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya

dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan

di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terddapat reaksi silang anatara

serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encehphalitis, dan West

Nile virus.13

Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus,

kelinci, anjing, kelelawar, dan primate. Survei epidemiologi pada hewan ternak didapatkan

antibodi terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi, dan babi. Penelitian pada antropoda

menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomyia) dan

Toxorhynchites.

Fokus utama pada masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah pencegahan.

Pembenahan kebersihan sekitar lingkungan sekitar kita akan sangat membantu pencegahan

terjadinya Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue. Dengan lingkungan bersih, maka

akan tercipta hidup sehat tanpa adanya penyakit baik DBD ataupun penyakit lainnya.

Daftar Pustaka

1. Suroso T, Hadinegoro SR, Wuryadi S, Simanjuntak G, Umar Al, Pitoyo PD, dkk.

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah

Dengue. Jakarta: WHO dan Departemen Kesehatan RI; 2001.

2. Gleadle, Jonathan. Pengambilan Anamnesis. Dalam : At a Glance Anamnesis dan

Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h. 1-17.

3. Satari, Hindra I., Meiliasari,Mila. Demam berdarah. Jakarta: Puspa Swara, 2004.h.28-31.

Page 27: Pbl Sp Blok 12 Sp Dbd

4. Nadesul, Handrawan. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas; 2007.h.7-8.

5. Bastiansyah, Eko. Panduan lengkap: membaca hasil test kesehatan. Jakarta: Penebar Plus;

2008.h.45-7.

6. Widyastuti, Palupi. Pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah

dengue:panduan lengkap. Jakarta: EGC; 2005.h.41-5.

7. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Dalam: Sudoyo

AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam.

Edisi ke-5. Jakarta : InternaPublishing; 2009. h. 2773 – 9.

8. Mansjoer Arif, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001. h.428-433

9. World Health Organization. Demam berdarah dengue: diangnosis, pengobatan,

pencegahan, dan pengendalian. Jakarta: EGC; 2001. h.101-6.

10. Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. Pengendalian Vektor. Dalam : Buku Ajar

Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2009. h.275-7.

11. WHO. Diagnosis Klinis. Dalam : Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Jakarta : Penerbit

buku kedokteran EGC. 2003. H. 22-3.

12. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Hipoksia. Dalam : Prinsip-

prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002.

H. 207

13. Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. Morfologi, Daur Hidup dan Perilaku

Nyamuk. Dalam : Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. h.250.