bab 4 analisis dan bahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2012-2-00592-ak...
TRANSCRIPT
43
BAB 4
ANALISIS DAN BAHASAN
Audit operasional atas penjualan dan pembelian pada PD. Hutama Waserda
digunakan untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan keekonomisan. Berdasarkan ruang
lingkup yang telah dijelaskan pada bab pertama, maka dalam bab keempat ini akan
dibahas mengenai pelaksanaan audit operasional yang dimulai dari survei
pendahuluan, evaluasi pengendalian internal, audit program atas fungsi penjualan
dan pembelian, kemudian menjabarkan hasil temuan audit dan rekomendasi.
4.1 Tahap Audit
Sebelum melakukan kegiatan audit, dilakukan penyusunan rencana kerja
audit. Berikut ini rencana kerja audit atas fungsi penjualan dan pembelian pada PD.
Hutama Waserda, yaitu:
1. Audit Pendahuluan
Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai latar belakang
objek penelitian. Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem
penjualan, pembelian, pembayaran hutang, penagihan piutang, pengeluaran
dan penerimaan kas. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan dengan beberapa
prosedur, antara lain:
a. Wawancara
Dilakukan dengan bagian pembelian, penjualan dan pemilik selaku
pemegang keuangan, dan juga menggunakan kuesioner yang telah dibuat
agar dapat menjelaskan kegiatan sebenarnya pada fungsi penjualan.
44
b. Observasi
Observasi dilakukan langsung ke bagian pembelian, penjualan dan
keuangan dengan mengamati langsung aktvitas-aktivitas yang dilakukan
tesebut, dan juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PD. Hutama Waserda.
2. Review dan pengujian atas Sistem Pengendalian Manajemen
Mengidentifikasi kelemahan SPM objek audit, dengan tujuan untuk menilai
efektivitas pengendalian manajemen dalam menjalankannya sehingga dapat
dipahami pengendalian yang berlaku pada objek audit dan agar dapat
mempermudah untuk mengetahui potensi-potensi terjadinya kelemahan pada
berbagai aktivitas yang telah dilakukan.
3. Audit Rinci
Melakukan pemeriksaan lebih rinci terhadap bukti dan dokumen terkait agar
mendapat gambaran lebih rinci dalam pemeriksaannya dan juga dilakukan
pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan
temuan lainnya dalam melakukan penilaian tingkat efektivitas dan efisiensi
atas fungsi penjualan, pembelian, penerimaan dan pengeluaran kas.
Kemudian mengolah bukti menjadi temuan yang kemudian diklasifikasikan
menjadi kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan rekomendasi yang diberikan.
4. Pelaporan
Tahapan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk
rekomendasi kepada berbagai pihak yang berkepentingan.
45
5. Tindak Lanjut
Tahap akhir audit ini berguna untuk mendorong pihak-pihak yang
berkepentingan untuk melaksanakan perbaikan sesuai rekomendasi yang
diberikan, namun karena ini hanya sebatas penelitian maka tindak lanjutnya
tidak dilaksanakan.
A. PENJUALAN
4.2 Pelaksanaan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan
kas PD.Hutama Waserda
4.2.1 Survei pendahuluan (preliminary survey)
Audit pendahuluan merupakan tahap awal dalam pelaksanaan audit
operasional. Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai
latar belakang perusahaan, gambaran perusahaan, kegiatan operasional perusahaan,
dan prosedur serta sistem penjualan dan penerimaan kas yang diterapkan perusahaan.
Kegiatan prosedur pemeriksaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan informasi mengenai latar belakang berdirinya perusahaan,
struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam
penjualan dan penerimaan kas.
2. Mengumpulkan data dan mendengarkan penjelasan mengenai prosedur
penjualan dan penerimaan kas perusahaan
3. Melakukan wawancara terhadap karyawan bagian penjualan serta memberikan
pertanyaan seputar kegiatan penjualan dan penerimaan kas yang diterapkan
perusahaan.
46
4. Melakukan pengamatan langsung mengenai fungsi pelaksanaan penjualan dan
penerimaan kas. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana siklus
penjualan dan penerimaan kas berjalan, apakah sudah sesuai dengan prosedur.
5. Mempelajari tahap-tahap prosedur penjualan, penagihan piutang, dan
penerimaan kas.
6. Mengumpulkan bukti-bukti tertulis mengenai prosedur-prosedur yang ditetapkan
perusahaan dan membuat ikhtisar atas temuan-temuan penting.
7. Mengevaluasi hasil wawancara, kuesioner, dan pengamatan yang dilakukan.
8. Meminta penjelasan atas kelemahan yang ditemui.
Dokumen-dokumen yang digunakan PD.Hutama Waserada dalam melakukan
kegiatan penjualannya adalah:
a) Pesanan pelanggan
Pesanan pelanggan merupakan permintaan barang yang berasal dari
pelanggan. Pesanan ini biasanya diterima melalui faximile ataupun
karyawan pelanggan datang ke perusahaan mengantarkan Purchase Order
nya. Dokumen pesanan pelanggan berisikan nama barang yang diinginkan,
jumlah barang yang diminta, tanggal permintaan barang serta daftar harga
yang telah disepakati kedua belah pihak saat melakukan perjanjian
penjualan.
b) Bukti tanda terima tagihan.
Dokumen ini diberikan oleh pihak yang mengecek dan menerima barang
pesanan yang telah dikirim ke gudang pelanggan sebagai bukti barang
yang dikirim lengkap, harganya juga sudah sesuai, dan pembayarannya
47
akan dilakukan paling lambat sebulan setelah barang diterima dengan cara
ditransfer ke rekening bank perusahaan.
c) Struk
Dokumen ini menjelaskan kepada konsumen nama produk yang dibeli,
jumlah kuantitasnya, harga produk serta total nominal belanja konsumen.
d) Bukti setor bank
Bukti ini berupa slip setoran uang kepada bank. Bukti ini digunakan
sebagai bukti bagian keuangan telah menyetorkan uang kas perusahaan
yang berisi informasi jumlah uang, tanggal penyetoran, dan nama orang
yang melakukan penyetoran.
e) Bukti penerimaan uang (remittance advice)
Bukti ini biasanya berupa kwitansi dan copy an slip setoran atas nama
rekening perusahaan, yang perusahaan peroleh dari sales sebagai bukti
bahwa ia telah melakukan pembayaran listing fee produk perusahaannya
ke perusahaan.
4.2.2 Evaluasi sistem pengendalian internal atas fungsi penjualan dan
penerimaan kas pada PD.Hutama Waserda
Setelah selesai melakukan survei pendahuluan dan telah mendapatkan
gambaran serta informasi mengenai kondisi dan kegiatan perusahaan, maka tahap
selanjutnya yaitu melakukan evaluasi sistem pengendalian internal atas fungsi
penjualan dan penerimaan kas
Cara yang dilakukan untuk melakukan evaluasi ini yaitu dengan kuesioner
yang diberikan kepada bagian penjualan menjelaskan aktivitas dalam penjualan dan
48
penerimaan kas. Kuesioner berisi pertanyaan untuk memastikan mengenai
keberadaan pengendalian internal yang ada pada perusahaan. Untuk hasil tabel
kuesioner dapat dilihat di bagian halaman lampiran.
4.3 Prosedur audit rinci atas fungsi penjualan dan penerimaan kas
Prosedur audit merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pemeriksaan akuntansi. Prosedur audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan
baik guna mendapatkan bukti-bukti audit yang diperlukan auditor dalam
pemeriksaannya. Berdasarkan temuan hasil evaluasi pengendalian internal diatas,
berikut disajikan prosedur audit atas fungsi penjualan dan penerimaan kas yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan audit terinci sebagai berikut :
1. Prosedur audit atas penerimaan pesanan pelanggan
Tujuan audit :
1. Untuk mengetahui apakah pesanan pelanggan telah dijalankan sesuai
dengan prosedur dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan.
2. Untuk mengetahui apakah pesanan pelanggan sudah diberikan dan
diproses oleh bagian yang sesuai dengan prosedur penjualan.
3. Untuk mengetahui apakah pencatatan atas pesanan pelanggan serta
pendokumenan pesanan pelanggan telah sesuai dengan prosedur
pencatatan yang diterapkan perusahaan.
Prosedur audit :
1. Memeriksa dan memastikan apakah prosedur penjualan atas proses
pesanan pelanggan, dibuat secara tertulis dan telah dilaksanakan dengan
baik dan benar.
49
2. Memeriksa kelengkapan rincian dari purchase order, apakah telah tertera
dengan jelas dan lengkap seperti: nama barang, harga barang, tanggal,
jenis barang dan kuantitas nya.
3. Memeriksa apakah sudah dilakukan pengecekan barang terlebih dulu di
gudang sebelum dilakukan penjualan
4. Memeriksa harga yang tertera di purchase order,apakah sudah sesuai
dengan kesepakatan pemilik dengan pelanggan yang bersangkutan.
5. Memeriksa apakah potongan harga kepada pelanggan sudah diotorisasi
oleh pejabat yang berwenang.
Hasil audit :
Dari hasil audit yang didapat yaitu, perusahaan tidak memiliki prosedur dan
kebijakan secara tertulis. Pesanan pelanggan biasanya diterima melalui
faximile, telepon, maupun datang langsung ke perusahaan. Kelengkapan dari
dokumen purchase order sudah lengkap dan jelas, mulai dari nama pelanggan,
nama barang, harga barang, tanggal, jenis barang, dan kuantitas. Pemrosesan
pesanan pelanggan sudah dilakukan oleh bagian yang sesuai yaitu bagian
gudang serta selalu dilakukan pengecekan barang terlebih dulu di gudang
sebelum melakukan penjualan. Pemberian potongan harga sudah diotorisasi
oleh pejabat berwenang pada saat pelanggan memesan barang.
2. Prosedur audit atas persetujuan kredit
Tujuan audit :
1. Untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki prosedur dan kebijakan
tertulis mengenai piutang dan penagihannya
50
2. Untuk mengetahui apakah setiap penjualan secara kredit telah mendapat
persetujuan pemilik
3. Untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki kebijakan mengenai
jangka waktu pelunasan piutang
Prosedur audit :
1. Mempelajari prosedur persetujuan kredit yang ada dan berlaku di
perusahaan
2. Memeriksa bagaimana penanganan atas persetujuan kredit, apakah
semuanya telah disetujui pemilik
3. Memeriksa apakah perusahaan selalu mengecek credit limit pelanggan
sebelum dilakukan transaksi penjualan
4. Memeriksa apakah ada kebijakan persetujuan kredit dan syarat
pembayaran pelanggan yang dibuat secara tertulis
Hasil audit :
Proses persetujuan kredit untuk pelanggan lama langsung dilakukan ke tahap
pengecekan credit limit dan jumlah piutangnya, setelah jumlah credit limit
pelanggan masih cukup untuk melakukan transaksi dan pelanggan sudah
melunasi piutang sebelumnya, maka tahap selanjutnya dilakukan pengecekan
persediaan barang. Harga atas persetujuan kredit telah dibuat saat kedua belah
pihak sepakat untuk transaksi penjualan kredit. Kebijakan dan jatuh tempo
pembayaran piutang sudah tertera di purchase order dan telah menjadi
kesepakatan bersama kedua belah pihak.
51
3. Prosedur audit atas pembuatan surat jalan dan faktur jalan
Tujuan audit:
Untuk mengetahui apakah surat jalan dan faktur penjualan telah dibuat sesuai
dengan permintaan pelanggan.
Prosedur audit:
1. Periksa apakah pembuatan surat jalan dan faktur penjualan telah sesuai
dengan prosedur dan kebijakan perusahaan.
2. Periksa apakah surat jalan dan faktur peenjualan telah dibuat sesuai
dengan Purchase Order yang diterima dari pelanggan, misalnya
mengenai nama pelanggan, jenis barang, harga barang, kuantitas barang,
serta nomor dan tanggal pembuatan faktur.
3. Periksa apakah surat jalan dan faktur penjualan telah diotorisasi oleh
pejabat yang berwenang sebelum pengiriman barang kepada pelanggan.
Hasil audit:
Berdasarkan hasil audit yang telah dilakukan, perusahaan tidak memiliki
pedoman secara tertulis mengenai surat jalan dan faktur penjualan. Surat jalan
dan faktur penjualan yang dimiliki perusahaan sudah bernomor urut, telah
sesuai dengan pesanan dari pelanggan yang isinya tertera dengan jelas
mengenai nama pelanggan, jenis barang, kuantitas barang, serta nomor dan
tanggal pembuatan. Surat jalan dan faktur penjualan juga telah diotorisasi
oleh pejabat yang berwenang sebelum pengiriman barang kepada pelanggan.
52
4. Prosedur audit atas pengiriman barang
Tujuan audit :.
1. Untuk mengetahui apakah barang yang dikirim telah sesuai dengan
pesanan pelanggan.
2. Untuk mengetahui apakah dokumen yang terkait sudah lengkap dan telah
diotorisasi oleh bagian yang berwenang.
3. Untuk mengetahui apakah pengiriman dilakukan tepat waktu.
Prosedur audit :
1. Periksa apakah terdapat prosedur dan kebijakan tertulis mengenai proses
pengiriman barang.
2. Periksa apakah sebelum pengiriman barang dilakukan pencocokan antara
dokumen pengiriman dengan barang yang akan dikirim.
3. Periksa apakah kepala gudang mengetahui dan mengotorisasi pengeluaran
barang dari gudang.
4. Periksa apakah bagian gudang mencatat barang yang dikeluarkan.
5. Periksa apakah dokumen pengiriman barang telah diotorisasi oleh
pelanggan yang menandakan barang telah diterima.
6. Periksa apakah terdapat kesalahan dalam pengiriman misalnya, jenis dan
kuantitas barang atau dokumen pengiriman yang tidak lengkap.
Hasil audit :
Dari hasil audit diketahui bahwa sebelum pengiriman barang, telah dilakukan
pencocokan antara dokumen pengiriman barang dengan barang yang akan
53
dikirim untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengiriman. Bagian
gudang mencatat barang yang dikeluarkan dari gudang dan kepala gudang
mengotorisasi pengeluaran barang dari gudang. Dokumen pengiriman barang
juga diotorisasi oleh pelanggan.
5. Prosedur audit atas pencatatan penjualan dan penagihan piutang
Tujuan audit :
1. Untuk memastikan apakah pencatatan penjualan telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Untuk mengetahui apakah piutang dibayar tepat pada waktunya oleh
pelanggan dan dicatat sesuai dengan jumlahnya ke dalam catatan
akuntansi.
Prosedur audit :
1. Periksa apakah ada bagian khusus yang bertugas melakukan penagihan
atas piutang.
2. Periksa apakah Debt Collector setiap hari menyetorkan seluruh setoran
pelanggan ke perusahaan.
3. Periksa apakah terdapat pembagian tugas antara yang melakukan
penagihan piutang dengan yang menerima kas dari hasil penagihan.
4. Periksa apakah terdapat daftar piutang.
5. Periksa apakah perusahaan memiliki kebijakan mengenai piutang tak
tertagih.
6. Memeriksa apakah terjadi rangkap pekerjaan pada bagian penjualan
54
Hasil audit :
Bagian penagihan terpisah dengan bagian yang menerima kas dari hasil
penagihan. Perusahaan juga memiliki daftar piutang sehingga perusahaan
mengetahui pelanggan mana yang belum melunasi piutang. Perusahaan tidak
memiliki kebijakan mengenai piutang tak tertagih. Selain itu, tidak diberikan
sanksi atas keterlambatan dalam pembayaran piutang. Terjadi rangkap
penjualan dan penagihan piutang.
6. Prosedur audit atas pencatatan penerimaan kas
Tujuan audit :
1. Untuk mengetahui apakah pencatatan penerimaan kas telah sesuai dengan
ketentuan akuntansi yang berlaku.
2. Untuk mengetahui apakah penerimaan kas diterima tepat waktu oleh pihak
yang tepat dan dengan jumlah yang sesuai dan dicatat dengan baik
Prosedur audit :
1. Periksa apakah perusahaan memiliki pedoman secara tertulis mengenai
penerimaan kas.
2. Periksa apakah penerimaan kas dari hasil penjualan telah dicatat dengan
benar.
3. Periksa apakah terdapat bukti penerimaan kas setiap piutang yang telah
ditagih.
4. Periksa apakah pencatatan tersebut selalu diberikan kepada pejabat yang
berwenang untuk diperiksa.
55
5. Periksa apakah terdapat penyimpangan dari pencatatan penerimaan kas.
6. Periksa apakah cash opname ada dilakukan.
Hasil audit :
Berdasarkan hasil audit yang telah dilakukan perusahaan tidak memiliki
pedoman secara tertulis mengenai penerimaan kas dan juga tidak adanya
pemisahan tugas antara penerimaan kas dan pencatatan kas. Penerimaan kas
yang merupakan hasil dari penjualan telah dicatat dengan benar. Catatan
penerimaan kas selalu diperiksa pejabat yang berwenang dan semua bukti
penerimaan kas atas setiap piutang yang telah ditagih selalu disimpan dengan
baik. Perusahaan melakukan cash opname sebulan sekali tetapi tidak ada
ketentuan tanggal.
7. Prosedur audit atas retur barang
Tujuan audit :
Untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki prosedur dan kebijakan yang
jelas mengenai retur barang dan sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Prosedur audit :
1. Periksa apakah perusahaan memiliki jangka waktu yang telah ditetapkan
untuk retur penjualan.
2. Periksa apakah retur penjualan di otorisasi olrh pejabat yang berwenang.
3. Periksa apakah dokumen yang terkait lengkap.
56
4. Periksa apakah barang yang diretur merupakan kesalahan dari perusahaan
atau kesalahan dari pelanggan.
Hasil audit :
Berdasarkan hasil audit yang telah dilakukan perusahaan memperbolehkan
pelanggan untuk meretur barangnya dalam jangka waktu sebulan setelah
pengiriman dan telah melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengan otorisasi
pejabat yang berwenang. Pada saat retur pelanggan dibuatkan faktur penjualan
yang baru.
4.4 Temuan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas
PD.Hutama Waserda
Berdasarkan hasil penelitian audit operasional atas fungsi penjualan dan
penerimaan kas pada PD.Hutama Waserda ditemukan beberapa kelemahan dalam
pelaksanaan pengendalian internal fungsi penjualan dan penerimaan kas yang
dituangkan dalam temuan audit (kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan rekomendasi),
yaitu :
1. Perusahaan tidak memiliki pedoman tertulis mengenai prosedur
penjualan.
Perusahaan tidak memiliki prosedur penjualan, piutang, dan penerimaan
kas secara tertulis mengenai prosedur penjualan. Prosedur yang ada hanya
disampaikan secara lisan. Sehingga terkadang sering terjadi salah paham
diantara bagian yang bersangkutan dan membuat kegiatan penjualan tidak
berjalan efektif.
57
Prosedur penjualan sebaiknya dibuat secara tertulis dan dilakukan
pembaharuan secara berkala jika terjadi perubahan agar kegiatan penjualan
dapat berjalan dengan baik dan dapat memperjelas tugas dan tanggung jawab
setiap fungsi-fungsi yang terkait dalam penjualan sehingga menghindari
perangkapan fungsi maupun penyimpangan
Perusahaan merasa tidak perlu membuat pedoman prosedur secara
tertulis karena prosedur lisan yang ada selama ini sudah berjalan dengan baik.
Prosedur hanya dismpaikan secara lisan kepada karyawan. Perusahaan
menganggap komunikasi cukup dilakukan secara lisan karena lebih praktis dan
lebih mudah dimengerti.
Prosedur penjualan perusahaan yang dikomunikasikan secara lisan akan
mengakibatkan kegiatan operasional perusahaan berjalan kurang efektif
sehingga menyebabkan pengendalian internal menjadi lemah karena pedoman
dan prosedur yang kurang jelas dan tidak memiliki penjelasan secara tertulis
untuk aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku di perusahaan.
Seperti keadaan pada saat pengiriman barang, dimana barang yang dikirimkan
tidak sesuai dengan dokumen. Prosedur pengecekan barang yang dikirim
dikomunikasikan secara lisan untuk melakukan pengecekan terhadap dokumen
dengan barang yang dikirim. Akan tetapi dikarenakan kesalahan human error,
tidak dilakukan pengecekan kembali oleh pihak yang bersangkutan karena lupa
atau terlewatkan sehingga mengakibatkan barang yang dikirim tidak sesuai
pesanan.
Perusahaan sebaiknya membuat suatu pedoman tertulis sederhana agar
kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
58
Selain itu dapat membantu perusahaan dalam menilai kinerja karyawannya
apakah ada yang menyimpang.
2. Pelanggan tidak dikenakan sanksi atas keterlambatan pelunasan piutang.
Pelanggan yang terlambat melakukan pembayaran atau lewat dari jatuh
tempo tidak dikenakan sanksi oleh perusahaan. Perusahaan akan terus
melakukan penagihan secara baik-baik hingga 1 bulan.
Seharusanya perusahaan memberikan sanksi bagi pelanggan yang
pembayarannya tidak lancar atau lewat dari jatuh tempo. Sehingga pelanggan
dapat membayar piutangnya tepat pada waktu yang telah disepakati
Keterlambatan pembayaran piutang oleh pelanggan terjadi karena arus
kas pelanggan sedang tidak stabil atau mengalami keterlambatan pembayaran
juga oleh pelanggannya. Karena itu perusahaan hanya melakukan penagihan
secara baik-baik dan tidak mengenakan sanksi apapun, kecuali pelanggan
sudah tidak menunjukkan itikad baiknya untuk membayar piutangnya maka
perusahaan akan menempuh jalur hukum. Selain itu, hal ini disebabkan juga
oleh rasa percaya kepada pelanggan karena sudah lama bekerja sama dan untuk
menjaga hubungan baik dengan pelanggan.
Tidak adanya sanksi bagi pelanggan yang telat membayar atau melunasi
piutangnya dapat mengakibatkan pelanggan terus melakukan pemesanan dan
mengundur waktu pelunasan piutangnya. Hal ini semakin lama akan
mengganggu arus kas perusahaan. Dan jika sampai tidak tertagih, maka akan
merugikan perusahaan.
59
Perusahaan hendaknya membuat kebijakan pengenaan sanksi bagi
pelanggan yang telat membayar atau melewati jatuh tempo. Sanksi tersebut,
misalnya dapat dilakukan dengan menghentikan pemesanan barang yang
dilakukan pelanggan tersebut. Pelanggan tidak boleh melakukan pemesanan
sebelum piutang sebelumnya dilunasi. Dengan adanya kebijakan ini diharapkan
keterlambatan pembayaran piutang tidak terlalu mengganggu arus kas
perusahaan.
3. Penagihan piutang seringkali dilakukan juga oleh bagian penjualan.
Dalam melakukan penagihan piutang pelanggan, seringkali bagian
penjualan merangkap sebagai bagian penagihan.
Transaksi penjualan kredit melibatkan berbagai fungsi yang saling
berkaitan di dalamnya. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi lain yang
menyangkut penjualan secara kredit, seperti fungsi kredit, fungsi pengiriman,
fungsi penagihan, dan fungsi akuntansi. Setiap fungsi memiliki batasan
tugasnya masing-masing. Tidak ada transaksi penjualan yang dilaksanakan
secara lengkap oleh suatu fungsi.
Terkadang penagihan dilakukan oleh bagian penjualan karena sedang
berada di sekitar lokasi pelanggan yang akan ditagih, sehingga akan lebih
efisien jika langsung ditangani oleh bagian penjualan tersebut.
Perangkapan tugas ini akan memperbesar kemungkinan terjadinya
kecurangan yang dilakukan oleh bagian penjualan yang melakukan penagihan
ke pelanggan, apabila tidak ada kontrol yang baik. Selain itu, tanggung jawab
bagian penagihan menjadi terbagi dengan bagian penjualan.
60
Perusahaan hendaknya menetapkan kebijakan yang jelas mengenai
pembagian tanggung jawab antara bagian penjualan dengan bagian
penagihan. Namun, dalam kasus ini bagian penjualan hanya bertindak sebagai
perantara (agar efisien).Untuk itu, rekomendasi yang dapat diberikan adalah,
agar perusahaan meningkatkan kontrol atas penagihan yang dilakukan oleh
bagian lain, selain bagian penagihan yang sudah ada. Kontrol dapat dilakukan
dengan pengendalian yang lebih diperketat atas penerimaan pembayaran dari
pelanggan, yaitu pelanggan harus menyerahkan uang atau cek atau giro yang
dibayarkan di dalam amplop yang disegel, sehingga orang yang menerima
tidak melihat isi dan tidak dapat mengambilnya, Serta harus menggunakan
bukti dengan rincian pembayaran yang jelas. Selain itu, bagian lain yang
menagih harus menyerahkan tanda terima yang bernomor urut tercetak baik
tertagih ataupun belum tertagih.
4. Tidak ada pemisahan tugas antara fungsi penerimaan kas dan fungsi
pencatatan.
Saat ini ada penggabungan antara fungsi penerimaan kas dan fungsi
akuntansi dan keuangan. Ketiga fungsi ini tidak dipisah, sehingga karyawan
yang bertindak sebagai kasir, juga bisa melakukan pencatatan dan menyetorkan
uang ke bank. Perusahaan memiliki satu unit akuntansi dan keuangan
untuk melakukan fungsi akuntansi dan penerimaan kas. Namun tidak dibagi
tugasnya secara terperinci pada masing-masing karyawan.
Dari beberapa praktik yang sehat seharusnya fungsi akuntansi harusnya
dipisahkan dari kedua fungsi pokok yang lain yaitu: fungsi operasi dan fungsi
61
penyimpanan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kekayaan perusahaan
dan menjamin ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Perusahaan tidak membagi fungsi ini karena perusahaan beranggapan
bagian ini tidak perlu dipisah-pisah karena beberapa karyawan yang tergabung
di dalamnya adalah orang yang dapat dipercaya.
Jika ada penggabungan antara fungsi akuntansi, keuangan dan
penerimaan kas akan membuka kesempatan bagi karyawan perusahaan untuk
melakukan kecurangan yaitu dengan mengubah catatan akuntansi untuk
menutupi kecurangan yang dilakukannya. Hal ini juga dapat mengakibatkan
terjadinya lapping. Lapping merupakan bentuk kecurangan penerimaan kas
dari piutang yang terjadi jika fungsi pencatatan dan fungsi penerimaan kas
berada di tangan satu karyawan, yaitu dengan cara menunda pencatatan
penerimaan kas dari seorang pelanggan, menggunakan uang tersebut untuk
kepentingan pribadinya dan menutupi kecurangannya dengan cara mencatat ke
dalam jurnal penerimaan kas dari penerimaan kas pelanggan lainnya.
Perusahaan bisa menggabung ketiga fungsi tersebut dalam satu divisi,
tapi harus ada pembagian tugas pada masing-masing karyawan dalam divisi
tersebut. Satu orang hanya boleh melakukan satu kegiatan saja. Hal tersebut
juga akan menciptakan internal check yang mengakibatkan pekerjaan
karyawan yang satu dicek ketelitian dan keandalannya oleh karyawan yang
lain. Dan mengurangi resiko terjadinya kecurangan dan lapping.
62
B. PEMBELIAN
4.5 Pelaksanaan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengeluaran
kas PD.Hutama Waserda
4.5.1 Survei pendahuluan (preliminary survey)
Agar suatu audit dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, maka auditor
harus memahami terlebih dahulu lingkungan yang akan diaudit. Oleh karena itu
dilakukan survei pendahuluan untuk memperoleh pemahaman atas latar belakang
perusahaan dan mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan dalam kegiatan
audit operasional, selain itu juga untuk mengetahui secara jelas mengenai gambaran
aktivitas pembelian dan pengeluaran kas. Berikut adalah hasil survei pendahuluan
yang telah dilakukan.
1. Melakukan pembicaraan dengan bagian pembelian, bagian akuntansi, dan
beberapa karyawan yang dapat memberikan informasi yang diperlukan serta
menjelaskan tujuan dari audit ini
2. Mengumpulkan data-data tertulis mengenai operasi perusahaan, struktur
organisasi, visi misi perusahaan, produk yang dijual, dan uraian tugasnya, serta
prosedur operasional yang berhubungan dengan fungsi pembelian, dan
pengeluaran kas perusahaan.
3. Melakukan wawancara dengan bagian pembelian dan bagian keuangan untuk
mengetahui kebijakan dan prosedur yang diterapkan.
4. Mempelajari prosedur pemesanan pembelian, dan pengeluaran kas
5. Memberikan kuesioner yang berkaitan dengan pemesanan pembelian, dan
pengeluaran kas kepada bagian pembelian dan bagian keuangan.
63
6. Melakukan pengamatan atas kegiatan pembelian, dan pengeluaran kas
7. Mengevaluasi hasil wawancara, kuesioner, dan pengamatan yang dilakukan.
8. Membuat ikhtisar atas temuan-temuan penting.
9. Mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan fungsi pembelian dan
pengeluaran kas perusahaan serta menganalisis kelengkapan dari dokumen
yang digunakan.
Dokumen-dokumen yang digunakan PD.Hutama Waserda dalam
melakukan kegiatan pembeliannya adalah :
a. Pesanan pembelian (purchase order)
Bagian pembelian mengisi PO yang diberikan sales untuk memesan
produk apa saja yang ingin dipesan
b. Faktur (invoice)
Surat yang dibuat supplier sebagai bukti bahwa perusahaan memiliki
hutang kepada supplier
c. Bukti pengeluaran kas
Bukti pengeluaran kas biasanya berupa slip apabila pembayaran yang
dilakukan dengan mentransferkan uang kepada supplier. Bukti ini
digunakan sebagai bukti bahwa bagian keuangan telah menyetorkan uang
perusahaan kepada supplier untuk pelunasan hutang.
64
d. Formulir retur pembelian
Surat yang dibuat untuk mengembalikan barang rusak/ expired yang dibeli
dari supplier terkait, biasanya sudah ada kesepakatan dari awal terlebih
dulu untuk pengembalian barang tersebut.
e. Bilyet giro
Alat pembayaran berupa selembar giro yang diterbitkan bank yang bisa
dicairkan ke rekening perusahaan supplier sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak untuk tanggal pencairannya.
f. Surat jalan
Dokumen ini berisi rincian barang yang dipesan dan dikirim bersamaan
dengan barang yang dipesan sebagai pemberitahuan bahwa barang telah
diterima sesuai dengan yang tertera di surat jalan tersebut.
4.5.2 Evaluasi sistem pengendalian internal atas fungsi pembelian dan
pengeluaran kas pada PD.Hutama Waserda
Setelah melakukan survei pendahuluan dan telah mendapatkan gambaran
serta informasi mengenai kondisi dan kegiatan perusahaan, maka tahap selanjutnya
adalah melakukan evaluasi sistem pengendalian internal atas fungsi pembelian dan
pengeluaran kas.
Tujuannya adalah untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman atas
data-data yang didapat. Kuesioner berisi pertanyaan umum yang bersifat objektif dan
diseertai jawaban singkat untuk memastikan mengenai keberadaan pengendalian
internal yang ada.
65
Kuesioner diberikan kepada bagian pembelian selaku orang yang
menjalankan tugas pembelian barang dagang perusahaan. Tabel kuesioner dapat
dilihat di bagian halaman lampiran.
4.6 Prosedur audit rinci atas fungsi pembelian dan pengeluaran kas
Prosedur audit merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pemeriksaan akuntansi. Prosedur audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan
baik guna mendapatkan bukti-bukti audit yang diperlukan auditor dalam
pemeriksaannya. Berdasarkan hasil evaluasi pengendalian internal diatas, dapat
disusun prosedur audit atas fungsi pembelian dan pengeluaran kas yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan audit terinci sebagai berikut:
1. Prosedur audit atas permintaan pembelian
Tujuan audit:
Untuk mengetahui apakah prosedur permintaan pembelian telah
dilakukan dengan benar sehingga proses permintaan pembelian dapat berjalan
dengan efektif dan efisien.
Prosedur audit:
a. Memeriksa dan memastikan bahwa bagian yang melakukan permintaan
pembelian menyertai formulir permintaan barang.
b. Memeriksa dan memastikan apakah formulir permintaan barang di
periksa dan diotorisasi oleh bagian berwenang yang bersangkutan
kemudian diarsipkan.
c. Memeriksa dan memastikan apakah permintaan pembelian yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
66
d. Memeriksa dan memastikan apakah perusahaan pernah mengalami
keterlambatan pengiriman dari supplier
e. Melihat apa yang menjadi alasan atau dasar untuk melakukan permintaan
pembelian.
Hasil audit:
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, bagian gudang
melakukan permintaan pembelian secara lisan dengan mengkonfirmasi
langsung kepada bagian pembelian barang-barang yang perlu dibeli lagi.
Permintaan pembelian sudah dilakukan sesuai kebutuhan karena pembelian
hanya dilakukan jika stok barang sudah sedikit. Keterlambatan pengiriman
terjadi jika perusahaan belum melunasi hutang yang sudah jatuh tempo.
Alasan dilakukannya pembelian ada 2 yaitu: untuk kebutuhan internal
perusahaan seperti perlengkapan ATK dan barang persediaan yang sudah
menipis persediaannya untuk kebutuhan dagang.
2. Prosedur audit atas permintaan penawaran harga
Tujuan audit:
Untuk menilai apakah bagian pembelian melakukan prosedur
penawaran harga dengan baik sehingga dapat mencapai harga pembelian
yang semurah mungkin bagi perusahaan
Prosedur audit:
a. Memeriksa dan memastikan apakah pada saat melakukan penawaran
harga bagian pembelian menyertakan formulir permintaan penawaran
harga.
67
b. Memeriksa dan memastikan apakah bagian pembelian melakukan
penawaran harga kepada supplier dan memilih supplier yang
menawarkan harga dan kualitas barang yang lebih baik untuk perusahaan.
c. Memeriksa apakah bagian pembelian melakukan update harga dari
supplier baik yang telah berlangganan maupun yang tidak untuk
mendapatkan informasi harga yang ada di pasaran.
d. Memeriksa dan memastikan apakah permintaan penawaran harga selalu
dilakukan setiap ada permintaan pembelian.
Hasil audit:
Sebelum melakukan pembelian biasanya bagian pembelian selalu
menyertakan formulir permintaan penawaran harga. Bagian pembelian selalu
melakukan penawaaran harga kepada seluruh supplier yang langganan
maupun supplier baru untuk mendapatkan harga termurah dari produk yang
diinginkan. Update daftar harga beli selalu diminta kepada supplier untuk
dijadikan pembanding dengan harga di pasaran sekarang. Permintaan
penawaran harga selalu dilakukan di setiap transaksi pembelian.
3. Prosedur audit atas pemesanan pembelian
Tujuan audit:
Untuk melihat apakah perusahaan telah melakukan proses pemesanan
pembelian secara efektif dan efisien.
68
Prosedur audit:
a. Memeriksa dan memastikan setiap melakukan pemesanan pembelian
selalu dilengkapi dengan formulir tertulis pemesanan pembelian yang
sudah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dan akan diarsipkan.
b. Memeriksa dan memastikan apakah pemesanan pembelian sesuai dengan
permintaan pembelian dengan membandingkan permintaan pembelian
dengan Purchase Order.
c. Memeriksa dan memastikan apakah ada memo atau surat yang dapat
membuktikan bahwa kegiatan pemesanan pembelian benar dilakukan
Hasil audit:
Tidak semua pembelian dilakukan dengan melakukan pengisian formulir
pemesanan pembelian, dikarenakan ada juga supplier dari luar kota dan
biasanya permintaan pembelian dilakukan melalui telepon dan faximile.
Setelah dibandingkan ada pembelian yang tidak sama dikarenakan bagian
pembelian merasa produk yang diminta bagian gudang terlalu banyak,
padahal produk tersebut kurang laku, jadi dalam pemesaannya bagian
pembelian mengurangi kuantitas unit produk tersebut. Tidak ada memo
tertulis yang ada, namun ada bukti PO (Purchase Order) yang dapat menjadi
bukti bahwa pemesanan telah dilakukan.
4. Prosedur audit atas transaksi pembelian
Tujuan audit:
Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan transaksi pembelian
yang dilakukan oleh perusahaan.
69
Prosedur audit:
a. Melihat apakah perusahaan menentukan jumlah pesanan ekonomis setiap
kali melakukan pembelian.
b. Memeriksa dan memastikan apakah perusahaan pernah mengalami
keterlambatan penerimaan barang dari pemasok dan dampaknya terhadap
kegiatan operasi perusahaan.
c. Memeriksa dan memastikan apakah Purchase Order yang di faximile ke
supplier telah dikonfirmasi ulang melalui telpon untuk memastikan
supplier telah menerima Purchase Order nya.
d. Memeriksa apakah perusahaan memiliki kebijakan mengenai safety stock
dan persediaan minimal perusahaan.
Hasil audit:
Jumlah pembelian selalu diusahakan mencukupi untuk dijual kembali, namun
terkadang terjadi penumpukan persediaan. Keterlambatan penerimaan barang
sering terjadi dikarenakan masalah lalu lintas jakarta yang selalu macet, ini
berdampak pada kekecewaan konsumen karena barang yang ingin dibeli
kosong. Selain itu bagian pembelian sering tidak melakukan konfirmasi ulang
setelah mengirimkan Purchase Order melalui faximile kepada supplier
sehingga terjadi keterlambatan pengiriman barang akibat Purchase Order
yang kurang jelas atau tidak diterima supplier. Kebijakan persediaan minimal
sudah dibuat namun terkadang diluar prediksi stok tersebut sudah habis
sebelum pengiriman berikutnya sampai.
70
5. Prosedur audit atas penerimaan barang
Tujuan audit:
Menilai keefektifan prosedur penerimaan barang yang dilakukan perusahaan
dalam upaya meningkatkan pengendalian internal perusahaan.
Prosedur audit:
a. Melakukan pemeriksaan pada barang yang diterima dari supplier apakah
sudah sesuai dengan yang dipesan oleh perusahaan dengan memeriksa
purchase order dan invoice dari supplier.
b. Memastikan bagian penerimaan menandatangani surat delivery order dari
supplier untuk menyatakan bahwa barang sudah diterima.
c. Memeriksa dan memastikan bahwa dokumen-dokumen yang terkait
dengan penerimaan barang telah diotorisasi oleh pihak berwenang dan
diberikan kepada pihak-pihak yang terkait untuk di arsipkan.
d. Memeriksa dan memastikan apakah hanya bagian gudang yang
melakukan penerimaan barang dari supplier.
Hasil audit:
Barang yang dikirim oleh supplier rata-rata sudah sesuai dngan purchase
order yang dibuat. Delivery order ditandatangani setelah bagian penerimaan
barang selesai mengecek barang yang dikirim dan jika barang yang dikirim
sudah cocok dengan pesanan. Semua dokumen terkait telah diarsip dengan
baik oleh bagian pembelian. Dalam hal penerimaan barang, ditemukan bahwa
bagian gudang maupun bagian pembelian melakukan penerimaan barang
yang dikirim dari supplier.
71
6. Prosedur audit atas pemrosesan dan pencatatan pembayaran hutang
Tujuan audit :
Menilai apakah pencatatan untuk pembayaran hutang telah dicatat dengan
benar sesuai dengan ketentuan akuntansi dan apakah sudah efektif.
Prosedur audit :
a. Memeriksa dan memastikan apakah pengeluaran kas untuk pembayaran
hutang sudah dicatat pada akun yang benar.
b. Memeriksa dan memastikan apakah pencatan hutang sesuai dengan
jumlah yang tertulis di faktur pemasok.
c. Memeriksa dan memastikan apakah dokumen-dokumen dan bukti yang
bersangkutan dengan pembayaran dilampirkan dan jumlahnya sesuai.
d. Memeriksa dan memastikan apakah laporan pencatatan hutang dibuat dan
diperiksa secara rutin oleh pejabat berwenang yang bersangkutan.
e. Memeriksa dan memastikan apakah pembayaran selalu dilakukan tepat
waktu sesuai dengan tanggal jatuh tempo.
f. Memeriksa dan memastikan apakah pembayaran hutang dilakukan hanya
oleh satu bagian.
Hasil audit :
Pemilik membuat suatu buku catatan khusus pengeluaran kas untuk mencatat
seluruh pengeluaran kas yang dilakukan beserta tanggal terjadinya.
Pencatatan hutang sudah dicatat sesuai dengan jumlah di faktur supplier.
Semua pembayaran dilakukan jika semua dokumen pendukungnya sudah
72
didapat dari supplier, jika tidak maka pembayaran akan ditunda sampai
dokumennya lengkap. Laporan pencatatan hutang selalu diperiksa oleh
pemilik karena jumlahnya akan menjadi acuan pemilik untuk menyetorkan
uangnya ke rekening giro perusahaan untuk pembayaran hutang. Pembayaran
tidak selalu tepat waktu, jika bisa diundur maka tagihan tersebut akan diundur
pelunasannya. Pembayaran hutang hanya dilakukan oleh bagian keuangan.
4.7 Temuan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengeluaran kas
PD.Hutama Waserda
Berdasarkan hasil penelitian audit operasional atas fungsi pembelian dan
pengeluaran kas pada PD.Hutama Waserda ditemukan beberapa kelemahan dalam
pelaksanaan pengendalian internal fungsi pembelian dan pengeluaran kas yang
dituangkan dalam temuan audit (kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan rekomendasi),
yaitu :
1. Permintaan pembelian dan pesanan pembelian dilakukan secara lisan
Bagian gudang melakukan permintaan pembelian langsung kepada
bagian pembelian secara lisan. Tidak dibuat sebuah surat atau dokumen resmi
yang menyatakan adanya permintaan barang yang dibutuhkan. Begitu pun juga
dengan bagian pembelian, saat permintaan pembelian diterima lewat
konfirmasi, bagian pembelian melakukan pesanan pembelian kepada pemasok
melalui telepon.
Dalam melakukan prosedur permintaan pembelian harus dibuat
dokumen resmi; surat permintaan pembelian, tujuannya agar perusahaan dalam
hal ini bagian pembelian mempunyai bukti tertulis mengenai adanya suatu
permintaan pembelian dari bagian yang bersangkutan. Pesanan pembelian juga
73
harus dibuat dokumen resmi; surat pesanan pembelian, agar dapat diketahui
data-data mengenai pesanan pembelian yang telah dilakukan pada tanggal yang
tertera
Perusahaan beranggapan bahwa mengenai surat permintaan pembelian
tidak perlu dilakukan, karena dianggap lebih ringkas dan praktis dengan
penyampaian secara lisan, daripada harus membuat suatu surat permintaan
terlebih dahulu. Mengenai surat pesanan pembelian, perusahaan percaya pada
pihak pemasok dan beranggapan bahwa pada saat memesan melalui telepon,
pihak pemasok sudah mencatat pesanan dan akan menganggap sales order
yang dikirim sebagai purchase order nya juga
Bila perusahaan tidak memiliki dokumen bukti secara tertulis pada
proses permintaan pembelian dan pesanan pembelian akan cenderung
menimbulkan masalah di kemudian hari. Misalnya pada suatu saat perusahaan
tidak mendapatkan produk pesanan yang diinginkannya, untuk tindak lanjutnya
perusahaan akan mengalami kesulitan karena tidak adanya dokumen bukti
yang telah diotorisasi dengan pihak pemasok yang bersangkutan
Sebaiknya dibuat kebijakan untuk menggunakan dokumen dalam
settiap melakukan permintaan dan pesanan pembelian yang diotorisasi dan
ditandatangani oleh pihak terkait. Agar kedepannya jika ada masalah dengan
pembelian yang dilakukan, perusahaan dapat komplain kepada pihak pemasok
terkait barang yang dibeli
74
2. Penerimaan barang dilakukan juga oleh bagian pembelian
Barang yang dikirim supplier,diterima juga oleh bagian pembelian.
Bagian pembelian memeriksa fisik barang berdasarkan surat jalan yang ada.
Setelah setuju dengan kualitas barang yang dikirim, barang akan diterima dan
selanjutnya akan disimpan digudang oleh orang bagian gudang
Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi penerimaan barang. Bagian
pembelian hanya bertugas melakukan transaksi pembelian. Untuk penerimaan
barang harus dipisah dari tugas bagian pembelian. Bagian yang seharusnya
menerima barang adalah bagian gudang
Pemilik beranggapan bahwa bagian pembelian yang melakukan
pemesanan barang akan lebih tahu kualifikasi barang yang dikirim supplier
Akibat dari rangkap pekerjaan ini adalah ketidakefisienan dalam proses
bekerja. Hal ini terbukti bahwa bagian pembelian sering mengalami hambatan
kekurangan waktu kerja, akibat tugas penerimaan yang seharusnya tidak perlu
dibebankan kepadanya.
Sebaiknya tugas menerima barang dari supplier diserahkan kepada
bagian gudang. Bagian pembelian cukup menyerahkan purchase order kepada
orang bagian gudang untuk memeriksa kualitas barang pesanan yang telah
dilakukan. Setelah menerima dan memeriksa fisik barang berdasarkan purchase
order, bagian gudang membeitahukan kepada bagian pembelian kalau barang
yang dikirim sudah benar untuk kemudian distempel cap kalau barang sudah
diterima dalam keadaan baik dan mengambil tembusan purchase order sebagai
arsip pembelian.
75
3. Setelah mengirimkan Purchase Order kepada supplier melalui faximile
bagian pembelian tidak melakukan konfirmasi ulang kepada supplier
Setelah mengirimkan Purchase Order kepada supplier melalui faximile,
terkadang bagian pembelian tidak melakukan konfirmasi ulang dan
menganggap bahwa Purchase Order tersebut sudah pasti sampai kepada
supplier.
Seharusnya bagian pembelian melakukan konfirmasi ulang secara
langsung melalui telepon terhadap Purchase Order yang telah dikirimkan
melalui faximile kepada supplier. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa
pihak supplier telah menerima Purchase Order yang telah dikirimkan secara
jelas dan juga untuk mencegah terjadinya system error yang dapat
menyebabkan Purchase Order tersebut tidak diterima supplier.
Ketika ditanyakan kepada bagian pembelian, mereka terkadang tidak
melakukan konfirmasi ulang karena menganggap Purchase Order yang
dikirimkan sudah pasti diterima dengan jelas oleh supplier. Hal ini juga
disebabkan karena masih menumpuknya pekerjaan yang harus mereka kerjakan
sehingga terkadang tidak memiliki waktu untuk melakukan konfirmasi satu per
satu melalui telepon kepada supplier mengenai Purchase Order yang telah
dikirim.
Karena tidak dilakukannya konfirmasi ulang terhadap Purchase Order
yang tidak dikirimkan melalui faximile, sering terjadi keterlambatan
pengiriman barang dari supplier karena supplier mengaku belum menerima
Purchase Order dari perusahaan. Setelah ditelusuri, ternyata bagian pembelian
telah mengirimkan Purchase Order nelalui faximile namun terjadi system error
76
yang menyebabkan Purchase Order tersebut tidak dapat diterima dengan jelas
oleh supplier. Hal ini menyebabkan barang yang dibutuhkan untuk kegiatan
penjualan perusahaan kosong.
Seharusnya setelah mengirimkan Purchase Order melalui faximile
kepada supplier, bagian pembelian melakukan konfirmasi ulang melalui
telepon untuk memastikan langsung bahwa Purchase Order tersebut telah
diterima oleh supplier sehingga dapat langsung diproses pengirimannya.
Dengan demikian dapat dilakukan kontrol terhadap dokumen-dokumen yang
telah dibuat sehingga secara otomatis aktivitas pembelian dapat berjalan lebih
lancar dan efektif.
4. Keterlambatan pembayaran hutang ke supplier.
Berdasarkan hasil audit diketahui bahwa perusahaan mengalami
beberapa keterlambatan pembayaran atas pembelian kepada pihak supplier.
Pembayaran harus dilakukan tepat waktu sesuai jatuh tempo yang telah
disepakati oleh perusahaan dengan supplier.
Pada saat jatuh tempo pembayaran keadaan cash flow perusahaan
sedang dalam kondisi yang tidak baik tidak sesuai dengan prediksi manajemen,
terdapat beberapa kewajiban lain yang harus dibayarkan oleh perusahaan disaat
bersamaan.
Kepercayaan supplier terhadap perusahaan akan berkurang.
Keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan akan
menyebabkan supplier kehilangan kepercayaan dan menganggap kesehatan
keuangan perusahaan tidak baik, sehingga menimbulkan keragu-raguan pada
supplier untuk melakukan kerja sama kembali dengan perusahaan.
77
Sebaiknya perusahaan memiliki anggaran cadangan untuk hal-hal yang
terjadi diluar prediksi seperti keterlambatan pembayaran. Selain itu perusahaan
juga dapat melakukan factoring yaitu melakukan penjualan piutang kepada
pihak ke-3 atau bank untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo.
5. Tidak membuat laporan pembelian ATK
Bagian pembelian tidak membuat laporan pembelian atas ATK yang
dilakukan oleh perusahaan untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari
Setiap kegiatan pembelian baik dalam jumlah besar atau kecil yang
dilakukan oleh perusahaan termasuk pembelian ATK harus dicatatkan dan
dibuatkan laporan sebagai pertanggung jawaban atas penggunaan kas
perusahaan.
Bagian pembelian menganggap bahwa pembelian atas ATK merupakan
hal yang tidak material sehingga tidak perlu untuk dicatatkan dan dibuat
laporan atas belanja ATK.
Karena tidak dicatat dan dilaporkan secara rutin, dapat terjadi
kemungkinan kecurangan seperti pencurian asset oleh karyawan, dan
memungkinkan adanya pembelian untuk kebutuhan pribadi menggunakan
anggaran pembelian ATK dan dicatatkan atas nama perusahaan, hal-hal ini
dapat merugikan perusahaan.
Bagian keuangan dan akuntansi sebaiknya secara berkala meminta
pertanggung jawaban dan laporan pembelian untuk setiap kegiatan pembelian
yang dilakukan oleh bagian pembelian. Hal ini bertujuan untuk mengontrol
dana yang digunakan bagian pembelian untuk belanja kebutuhan untuk operasi
sehari-hari dalam hal ini ATK. Setiap permintaan pembelian harus diotorisasi