bab 4 pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/ecolls/doc/bab4/2012-2-00519-ak...
TRANSCRIPT
47
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Strategi Bisnis
4.1.1 Analisis SWOT
Analisis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu faktor-
faktor internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PT
Matahari Putra Prima Tbk dan faktor-faktor eksternal yang melihat adanya peluang
dan ancaman yang akan dihadapi oleh PT Matahari Putra Prima, Tbk dalam
menghadapi persaingan bisnis dengan para kompetitor dalam industri retailer
(pedagang eceran) di Indonesia. Analisis ini juga dapat menggambarkan strategi–
strategi yang dijalankan PT Matahari Putra Prima Tbk dalam proses sebelum dan
sesudah divestasi PT Matahari Department Store Tbk. Hasil dari analisis diagram
SWOT akan menggambarkan dan memperlihatkan strategi-strategi yang tepat bagi
PT Matahari Putra Prima Tbk dalam mengatasi dan mengelola kelemahan serta
ancaman yang datang dari pihak eksternal perusahaan dengan memanfaatkan
kekuatan dan peluang yang ada untuk mengambil keuntungan.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
A. Kekuatan (Strength)
1. PT Matahari Putra Prima Tbk merupakan salah satu perusahaan retailer
modern terbesar di Indonesia dan produk-produknya sudah dikenal
masyarakat luas.
48
2. Memiliki sumber daya manusia handal yang bertambah setiap tahunnya.
Semua SDM diberikan program pelatihan dan pengembangan lanjutan. PT
Matahari Putra Prima Tbk telah mengoperasikan Human Resources
Information System (“HRIS”). Dengan adanya HRIS, pihak manajemen
Perseroan dapat memperoleh informasi real time dan transparan mengenai
data-data terkait SDM.
3. Produk PT Matahari Putra Prima Tbk yaitu hypermart telah
mengimplementasikan ISO 22000: 2005 yang merupakan standar
internasional dalam keamanan manajemen makanan. Hypermart retailer
modern pertama yang menerima sertifikat tersebut.
4. PT Matahari Putra Prima Tbk banyak melakukan kegiatan CSR (Corporate
Social Responsibility) dan kerja sama dalam kegiatan sosial dengan berbagai
pihak yang dinamakan CCS (Children, Community & Sippliers). Kerja sama
yang dilakukan diantaranya memfasilitasi pelanggan melalui kasir hypermart
untuk memberikan donasi, dimana hasil donasi dari pelanggan akan diberikan
melalui Dompet Dhuafa dan PMI.
5. Meraih penghargaan Top 500 Asia Pasifik Retailer Award sejak tahun 2004
hingga saat ini, sebanyak 9 kali berturut-turut PT Matahari Putra Prima Tbk
mempertahankan penghargaan tersebut yang membuktikan bahwa PT
Matahari Putra Prima Tbk mampu mempertahankan eksistensi di bidang
retailer.
6. Melakukan ekspansi agresif setiap tahun terhadap salah satu produk yang
dimiliki yaitu Hypermart, PT Matahari Putra Prima Tbk terus
mengembangkan bisnisnya dalam rangka menciptakan pelayanan kepada
49
masyarakat dengan mengandalkan kekuatan dari produk – produk yang sudah
ada, yang memantapkan posisinya sebagai perusahaan retailer kelas dunia.
7. PT Matahari Putra Prima Tbk telah memiliki website yaitu
www.mataharigroup.co.id. Selain website tersebut, Perusahaan merancang
website khusus untuk Hypermarket www.hypermarket.co.id. Tujuan website
pada Hypermarket untuk memudahkan pelanggan mengetahui adanya
program atau promosi yang sedang diadakan, selain itu website Hypermarket
mengembangkan penjualan produk – produk hypermarket dengan sistem
online, sehingga memudahkan pelanggan yang ingin membeli tanpa harus
keluar rumah.
8. Perusahaan melakukan variasi produk dari makanan dan minuman, produk
fashion, alat – alat perlengkapan kantor, alat – alat rumah tangga, jasa – jasa
hiburan dan lain-lain.
9. PT Matahari Putra Prima Tbk telah melaksanakan tata kelola perusahaan
sesuai dengan kaidah GCG (Good Corporate Governance) yaitu keterbukaan,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, kewajaran dan kesetaraan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan akuntabilitas kepada publik.
10. PT Matahari Putra Prima Tbk menyediakan beberapa layanan untuk
pelanggan, pelayanan yang diberikan terdiri dari :
• Mengeluarkan Hi-card yaitu kartu belanja yang dapat dimiliki semua
pelanggan PT Matahari Putra Prima Tbk, dengan kartu ini pelanggan
bisa mendapatkan diskon–diskon khusus dalam berbelanja. Kartu Hi-
card ini menggantikan kartu anggota MCC yang sebelumnya dapat
digunakan pada produk-produk PT Matahari Putra Prima Tbk
50
• Pengadaan Kerja sama dengan Bank Mandiri, kerja sama secara
langsung dalam bentuk kartu kredit Mandiri Hypermart. Kartu ini
menambah nilai untuk pelanggan karena PT Matahari Putra Prima
Tbk sering sekali membuat promo diskon tambahan dengan
menggunakan kartu kredit maupun dengan kartu debit mandiri.
B. Kelemahan (Weakness)
1. Setelah Tahun 2010 PT Matahari Putra Prima Tbk hanya berfokus pada
bisnis inti yaitu Food division sehingga PT Matahari Putra Prima Tbk
melakukan divestasi salah satu anak perusahaan terbesarnya yaitu PT
Matahari Departement Store Tbk. Dengan divestasi ini, dapat
mengakibatkan menurunnya pendapatan yang diperoleh perusahaan
karena PT Matahari Departement Store Tbk menghasilkan pendapatan
kedua yang cukup besar selain Hypermarket.
2. Pada Tahun 2011 PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami penurunan
penjualan akibat divestasi PT Matahari Departement Store Tbk, sehingga
penjualan PT Matahari Putra Prima Tbk sebagian besar hanya
mengandalkan dari Hypermarket saja.
3. Adanya penurunan arus kas dari aktivitas operasi sebelum dan sesudah
PT Matahari Putra Prima Tbk melakukan divestasi PT Matahari
Departement Store Tbk, karena berkurangnya penerimaan kas dari
pelanggan.
4. Tingginya beban umum dan administrasi yang dimiliki PT Matahari Putra
Prima Tbk, sekitar 50%-75% beban tersebut mengurangi laba kotor
51
perusahaan, sehingga laba bersih yang dihasilkan perusahaan hanya
sekitar 1-2% dari penjualan bersih, kecuali untuk laba bersih tahun 2010
5. Situs website yang dirancang menarik dan lengkap, kurang diketahui
pelanggan pada umumnya.
C. Kesempatan (Opportunities)
1. Adanya kesempatan menjadi retailer nomor 1 di Indonesia. Dengan terus
melakukan ekspansi Hypermart dan produk lainnya, tidak menutup
kemungkinan PT Matahari Putra Prima Tbk menjadi retailer yang
menjadi pilihan masyarakat
2. Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus bertambah setiap tahun
dapat menciptakan peluang permintaan barang dan jasa sebagai
kebutuhan dan konsumsi masyarakat. Potensi tersebut dapaat digunakan
sebagai motif untuk perusahaan retailer mengembangkan usaha dan
meningkatkan pendapatan usaha.
3. Dana hasil divestasi PT Matahari Departement Store Tbk senilai 7,2
Triliyun dapat digunakan untuk ekspansi Hypermarket dan pembayaran
hutang – hutang.
D. Ancaman (Threaths)
1. Selain menjadi peluang, tingginya permintaan barang dan jasa dapat
mengakibatkan ancaman untuk perusahaan. Ancaman yang diperoleh
perusahaan adalah persaingan antara perusahaan retailer lain yang berdiri
semakin banyak sehingga persaingan semakin ketat. Perusahaan harus
terus menurus melakukan inovasi–inovasi untuk menarik pelanggan.
52
2. Ancaman yang selanjutnya dihadapi perusahaan yaitu munculnya toko-
toko online baik melalui website maupun media sosial. Toko online
sedang minati masyarakat Indonesia karena masyarakat merasa bahwa
lebih praktis belanja melalui internet, tidak perlu keluar rumah. Walaupun
sekarang perusahan telah menerapkan sistem penjualan online, namun
masih jarang pelanggan menggunakan website tersebut.
3. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia tentang pedoman
penataan dan pembinaaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko
modern. Peraturan ini harus benar–benar dipatuhi perusahaan karena
bisnis utama perusahaan mengenai perdagangan pusat perbelanjaan dan
toko modern.
STRENGTHS WEAKNESS OPPORTUNITIES 1. PT Matahari Putra Prima
Tbk merupakan salah satu perusahaan retailer modern terbesar di Indonesia dan produk-produknya sudah dikenal masyarakat luas sehingga adanya kesempatan menjadi retailerer nomor 1 di Indonesia. Dengan terus melakukan ekspansi Hypermart dan produk lainnya, tidak menutup kemungkinan PT Matahari Putra Prima Tbk menjadi retailerer yang menjadi pilihan masyarakat
2. Produk PT Matahari Putra Prima Tbk yaitu hypermart telah mengimplementasikan ISO 22000: 2005 yang merupakan standar internasional dalam keamanan manajemen makanan. Hypermart retailer modern pertama yang menerima sertifikat tersebut.
3. Dana hasil divestasi PT Matahari Departement Store Tbk senilai 7,2 Triliyun dapat digunakan untuk
1. Munculnya toko-toko online baik melalui website maupun media sosial. Toko online sedang minati masyarakat Indonesia karena masyarakat merasa bahwa lebih praktis belanja melalui internet, tidak perlu keluar rumah. Walaupun sekarang perusahan telah menerapkan sistem penjualan online, namun masih jarang pelanggan menggunakan website tersebut.
2. Situs web yang dimiliki perusahan jika sudah banyak diketahui pelanggan maka akan menjadi kesempatan yang baik untuk perusahaan
53
ekspansi Hypermarket dan pembayaran hutang –hutang.
4. Mengeluarkan Hi-card yaitu kartu belanja yang dapat dimiliki semua pelanggan PT Matahari Putra Prima Tbk, dengan kartu ini pelanggan bisa mendapatkan diskon–diskon khusus dalam berbelanja. Kartu Hi-card ini menggantikan kartu anggota MCC yang sebelumnya dapat digunakan pada produk-produk PT Matahari Putra Prima Tbk
THREATS 1. Pertumbuhan penduduk
Indonesia yang terus bertambah setiap tahun dapat menciptakan peluang permintaan barang dan jasa sebagai kebutuhan dan konsumsi masyarakat. Potensi tersebut dapaat digunakan sebagai motif untuk perusahaan retailer mengembangkan usahanya namun perusahaan dapat juga memiliki pesaing-pesaing baru dalam industry retailer.
2. Memiliki sumber daya manusia handal yang bertambah setiap tahunnya. Semua SDM diberikan program pelatihan dan pengembangan lanjutan. PT Matahari Putra Prima Tbk telah mengoperasikan Human Resources Information System (“HRIS”). Dengan adanya HRIS, pihak manajemen Perseroan dapat memperoleh informasi real time dan transparan mengenai data-data terkait SDM.
3. PT Matahari Putra Prima Tbk banyak melakukan kegiatan CSR ( Corporate Social Responsibility ) dan kerja sama dalam kegiatan sosial dengan berbagai pihak yang dinamakan CCS (Children, Community & Sippliers) Kerja sama yang dilakukan diantaranya memfasilitasi pelanggan melalui kasir hypermart untuk memberikan donasi,
1. Pada Tahun 2011 PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami penurunan penjualan akibat divestasi PT Matahari Departement Store Tbk, sehingga penjualan PT Matahari Putra Prima Tbk sebagian besar hanya mengandalkan dari Hypermarket saja.
2. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia tentang pedoman penataan dan pembinaaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Peraturan ini harus benar–benar dipatuhi perusahaan karena bisnis utama perusahaan mengenai perdagangan pusat perbelanjaan dan toko modern
3. Tingginya beban umum dan administrasi yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk, sekitar 50%-75% beban tersebut mengurangi laba kotor perusahaan, sehingga laba bersih yang dihasilkan perusahaan hanya sekitar 1-2% dari penjualan bersih, kecuali untuk laba bersih tahun 2010
54
Tabel 4.1 Analisis SWOT
4.1.2 Analisis PORTER
Lima faktor/kekuatan yang menentukan intensitas persaingan untuk PT Matahari
Putra Prima Tbk yaitu:
1. Persaingan antar perusahaan yang ada dalam industry
PT Matahari Putra Prima Tbk merupakan perusahaan retailer modern
yang besar dan menjual secara lengkap berbagai kebutuhan masyarakat.
Perusahan tentunya memiliki pesaing–pesaing yang sangat kompetitif.
Persaingan antara perusahan dibagi menjadi dua, yaitu sebelum dan sesudah
divestasi PT Matahari Departement Store Tbk. Persaingan dibedakan karena
sebelum divestasi perusahaan berbasis Food dan non Food (fashion). Dengan
adanya divestasi maka persaingan antara perusahaan Matahari Putra Prima
menjadi berkurang. Berikut perusahaan yang menjadi pesaing PT Matahari
Putra Prima Tbk :
dimana hasil donasi dari pelanggan akan diberikan melalui Dompet Dhuafa dan PMI
4. Selain menjadi peluang, tingginya permintaan barang dan jasa dapat mengakibatkan ancaman untuk perusahaan. Ancaman yang diperoleh perusahaan adalah persaingan antara perusahaan retailer lain yang berdiri semakin banyak sehingga persaingan semakin ketat. Perusahaan harus terus menurus melakukan inovasi – inovasi untuk menarik pelanggan.
55
• Perusahan yang menjadi pesaing PT Matahari Putra Prima Tbk
sebelum divestasi PT Matahari Departement Store Tbk pesaing
perusahaan yaitu PT Rimo Catur Lestari Tbk, PT Ramayana Lestari
Sentosa Tbk, PT Alfa Retailindo, PT Sumber Alfa Trijaya Tbk,
Metro Departement Store, PT Catur Sentosa Adiprama, Ace
Hardware Indonesia Tbk, PT Hero Supermarket Tbk, PT Mitra
Adiperkasa Tbk, Carrefour, PT Midi Utama Indonesia Tbk, Superindo
Supermarket, PT Indomarco Pristama.
• Perusahaan yang menjadi pesaing PT Matahari Putra Prima Tbk
sesudah divestasi PT Matahari Departement Store Tbk yaitu PT Alfa
Retailindo, PT Sumber Alfa Trijaya Tbk , PT Hero Supermarket Tbk,
Carrefour, PT Midi Utama Indonesia Tbk, Superindo Supermarket,
PT Indomarco Pristama, PT Catur Sentosa Adiprama Tbk, Ace
Hardware Indonesia Tbk,
2. Ancaman masuknya pesaing baru
Perkembangan industri retailer yang berkembang membuat
perusahaan dalam maupun luar negeri tertarik untuk berinvestasi membangun
perusahaan retailer. Perusahaan retailer yang menjadi pesaing baru ini, rata–
rata menyajikan inovasi–inovasi baru yang menarik hati pelanggan.
Contohnya munculnya pesaing baru perusahaan retailer yaitu Seven Eleven
dan Lawson Station dan masih banyak lagi jenis mini market lainnya,
keduanya perusahaan retailer yang memadukan konsep mini market dengan
dine-in yaitu pelanggan disediakan tempat untuk dapat menyantap langsung
makanan atau minuman yang dibeli. Perusahaan retailer yang berkonsep
56
supermarket yang berasal dari luar negeri, yang baru masuk ke pasar
Indonesia yaitu Lottemart. Lottemart merupakan perusahaan retailer yang
berasal dari korea selatan, Lottemart mempunyai ketertarikan yaitu banyak
menyediakan barang–barang seperti Hypermart dan barang import dari korea
selatan.
3. Produk substitusi
Produk substitusi (pengganti) pada industri retailer yang dihadapi
perusahaan adalah jasa penjualan yang ditawarkan baik secara resmi atau
tidak dengan menggunakan telepon, internet maupun catalog. Pembelian
produk pengganti dapat menjadi pilihan bagi pelanggan jika jarak yang
ditempuh terlalu jauh dan biaya yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan
pelanggan datang langsung untuk berbelanja. Pada jaman ini sangat banyak
sekali website bahkan media-media sosial yang menawarkan berbagai produk
secara online, ditambah dengan perangkat tekhnologi yang semakin canggih
seperti smartphone, laptop atau pad. Sekarang ini sudah mulai masyarakat
yang memiliki tekhnologi tersebut, sehingga dapat mendukung aktivitas
belanja online semakin mudah dilakukan. Sehingga perusahaan retailer yang
memiliki gerai/toko harus terus melakukan inovasi–inovasi yang menarik
pelanggan datang ke gerai/toko.
4. kekuatan posisi tawar (bargaining power) pembeli
PT Matahari Putra Prima Tbk sebagai perusahaan retailer melalui
produk–produk yang dimilikinya berhadapan langsung dengan pembeli. Daya
tawar dengan pembeli sangatlah kecil terhadap produk–produk pihak ketiga
57
yang dijual oleh produk perusahaan. PT Matahari Putra Prima Tbk dengan
pihak ketiga sudah menetapkan harga yang tidak bisa ditawar oleh pembeli.
Namun hal tersebut tidaklah menghilangkan minat pelanggan untuk membeli
produknya. PT Matahari Putra Prima Tbk selalu mengutamakan kepuasan
pelanggan, sehingga walaupun harga yang ditetapkan perusahan sudah harga
tetap namun perusahaan selalu memberikan penawaran khusus seperti diskon
dan hadiah–hadiah tertentu kepada pelanggan. Dengan adanya penawaran
khusus tersebut maka pelanggan akan selalu tertarik untuk membeli produk–
produk perusahaan.
5. kekuatan posisi tawar (bargaining power) pemasok
Sebagai salah satu perusahaan retailer besar di Indonesia, PT
Matahari Putra Prima Tbk memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap
pemasok perusahan, baik dari dalam maupun luar negeri. Perusahaan retailer
memiliki banyak sekali pemasok, mulai dari pemasok makanan sampai
dengan peralatan rumah tangga. Pemasok harus memberikan kualitas,
kuantitas dan harga yang kompetitif. Penetapan harga dan kerja sama dengan
pemasok sangatlah penting mempengaruhi perusahaan, penetapan harga
sangat mempengaruhi harga barang yang akan dijual perusahaan, mengingat
banyaknya pesaing sesama perusahaan retailer.
PT Matahari Putra Prima Tbk juga memerlukan pemasok yang selalu
mendukung dan siap dalam penyediaan persediaan terkait dengan kegiatan
usaha retailer perusahaan. pada umumnya perusahaan retailer memiliki
waktu – waktu khusus yang dapat mempercepat perputaran persediaan,
seperti Lebaran dan Natal. Selain pada waktu – waktu tersebut terkadang
58
ketika cuaca buruk seperti hujan terus menerus yang dapat menyebabkan
banjir, maka permintaan barang akan meningkat tajam dan pemasok akan
kesulitan mengirim barang. Maka diperlukan hubungan kerja sama yang baik
supaya pemasok mengutamakan produk yang dititipkan kepada perusahaan.
Tabel 4.2 Analisis Porter
4.1.3 Analisis Stakeholders
Analisis ini menggunakan analisis Mendelow Matrix, dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat kepentingan dan kekuatan yang dimiliki
Pendatang Baru :
• Mini market yang menawarkan dine in
• Super market yang menawarkana produk barang – barang import
Substitusi :
• Toko online melalui website / internet / media social
• Penjualan barang melalui catalog maupun telepon
Pemasok:
• Berbagai produsen makanan, minuman, peralatan rumah tangga, perlengkapan rumah tangga, dll.
Pembeli :
• Pembeli biasa
• Pembeli skala besar
Persaingan antar perusahaan sejenis :
• Super Market
• Mini Market
59
stakeholders untuk mengembangkan produk perusahaan. Stakeholders sendiri adalah
pemangku kepentingan yang mempunyai distribusi kepada perusahaan.
A. Minimal effort
Tipe pemangku kepentingan ini memiliki kekuatan dan tingkat kepentingan
yang rendah. Yang termasuk dalam kategori ini adalah pelanggan dan
karyawan pemasok.
B. Keep Informed
Stakeholders yang termasuk dalam kategori keep informed adalah
stakeholders yang mempunyai tingkat ketertarikan tinggi terhadap
perusahaan namun tidak dapat mempengaruhi keputusan management.
Stakeholders dalam kategori ini perlu mengetahui laporan keuangan dan
harus di beritahu info-info mengenai perusahaan karena penting bagi pihak
ini untuk mengetahuinya. Pihak yang termasuk dalam kategori ini adalah
pemasok, pemegang saham minoritas, karyawan tingkat menengah
perusahaan.
C. Keep Satisfied
Keep Satisfied stakeholders termasuk pemerintah yang memiliki wewenang
penuh untuk membuat dan merevisi aturan-aturan baru bagi perusahaan,
pemerintahan yang terkait seperti menteri kesehatan, BPOM, menteri
perdagangan dan menteri keuangan. Menteri kesehatan dan BPOM dalam
perusahaan berperan karena perusahaan selain menjual barang – barang
konsinyasi perusahaan juga menjual makanan yang dibungkus maupun siap
saji.
D. Key Players
60
Pemangku kepentingan yang memiliki peran penting sebagai pemain kunci
dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan, mempunyai
kekuasaan dan mempunya ketertarikan untuk mengontrol perusahaan. Key
Players pada PT Matahari Putra Prima Tbk meliputi dewan direksi
perusahaan, dewan komisaris, dan para manager. Dengan adanya key players
memungkinkan mereka untuk mencapai visi dan langkah – langkah yang
harus dilakukan supaya misi perusahan tercapai.
Tabel 4.3 Analisis Mandelow Matrix
4.2 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan yang dilakukan penulis pada PT Matahari Putra
Prima Tbk menggunakan Laporan Laba Rugi dan Neraca selama periode lima tahun,
yaitu tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Dalam menganalisis kinerja keuangan
pada PT Matahari Putra Prima Tbk, penulis menggunakan alat-alat analisis berupa
Stakeholder Analysis
Mendelow’s Matrix
Low Power
Low Interest High Interest
High Power
Pelanggan
Karyawan Pemasok
menteri kesehatan, BPOM, menteri perdagangan, menteri
keuangan
dewan direksi, dewan komisaris, manajer
Pemasok, pemegang saham
minoritas, karyawan tingkat
menengah
61
analisis vertikal dan horizontal, analisis rasio keuangan dan analisis metode
kebangkrutan.
4.2.1 Analisis Horizontal
2008 2009 2010 2011 2012
Aset
Aset Lancar 5,081,510 5,066,239 5,407,395 3,611,763 5,084,740
Aset Tidak Lancar 4,719,219 5,493,905 6,013,205 6,696,406 3,140,466
Liabilitas
Liabilitas Jangka Pendek 4,531,454 3,144,994 3,063,982 2,960,433 2,715,926
Liabilitas Jangka Panjang 2,062,442 3,854,123 1,162,586 1,664,288 1,663,526
EKUITAS 3,206,833 3,561,027 7,194,032 5,683,448 3,845,754
Laba bersih 10,497 300,035 5,906,019 120,301 238,448
2008 2009 2010 2011 2012
Aset
Aset Lancar 100% 99.70% 106.41% 71.08% 100.06%
Aset Tidak Lancar 100% 116.42% 127.42% 141.90% 66.55%
Liabilitas
Liabilitas Jangka Pendek 100% 69.40% 67.62% 65.33% 59.93%
Liabilitas Jangka Panjang 100% 186.87% 56.37% 80.70% 80.66%
EKUITAS 100% 111.04% 224.33% 177.23% 119.92%
Laba bersih 100% 2858.29% 56263.88% 1146.05% 2271.58%
Analisa Horizontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan
laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat. Penulis
melakukan analisis horizontal PT. Matahari Putra Prima Tbk dari tahun 2008
sampai tahun 2012. Analisis horizontal PT. Matahari Putra Prima Tbk dapat
dilihat dari tabel Analisis Horizontal pada lampiran L1. Dari lampiran L1
dapat dilihat bahwa total asset mengalami peningkatan maupun penurunan,
hal tersebut bisa disebabkan karena proses divestasi yang dilakukan
perusahaan sehingga terjadi peningkatan maupun penurunan jumlah akun atas
aset lancar dan tidak lancar perusahaan.
62
Pada aset lancar, akun kas dan setara dengan kas mengalami
peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2010, namun tahun berikutnya
yaitu tahun 2011 dan 2012 kas dan setara kas semakin menurun. Pada tahun
2011 berkurang sebesar 66,69% dari tahun 2010, dan untuk tahun 2012
mengalami penurunan kembali tetapi tidak terlalu signifikan dari tahun
sebelumnya yaitu 2,37%. Piutang perusahaan mulai mengalami penurunan
pada tahun 2009 secara signifikan 75,71% dari tahun 2008 diikuti dengan
penurunan piutang tahun 2010 yang merupakan piutang terendah hanya
2,94% dari tahun 2008 kemudian kembali meningkat tahun 2010–2011
masing–masing memiliki persentase 5,02% dan 6,27%. Piutang perusahaan
dipengaruhi oleh besarnya penjualan ke pelanggan melalui kartu kredit dan
joint promotion.
Persediaan mengalami peningkatan kecuali untuk tahun 2010. Pada
tahun 2008 dan 2009 perusahaan masih memiliki PT Matahari Departement
Store Tbk Tbk sehingga persediaan PT Matahari Putra Prima Tbk cukup
tinggi. Pada tahun 2010 perusahaan melakukan divestasi PT Matahari
Departement Store Tbk sehingga persedian berkurang. Sedangkan pada tahun
2011 dan 2012, perusahan mulai membangun gerai–gerai baru yang
menyebabkan persediaan kembali mengalami peningkatan. Investasi jangka
pendek mengalami penurunan investasi sebesar 67,37% pada tahun 2011
kepada PT Ciptadana Sekurities.
Jumlah aset keseluruhan mencapai titik tertinggi pada tahun 2010
dalam periode 2008–2012. Tahun 2010 merupakan tahun PT Matahari Putra
Prima Tbk melakukan divestasi PT Matahari Departement Store Tbk.
Sehingga PT Matahari Putra Prima Tbk pada tahun 2010 dan 2011 memiliki
63
investasi–investasi tambahan baik jangka pendek maupun panjang.
Sedangkan pada tahun 2012 PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki
persentase aset paling rendah yaitu 83,92% periode 2008–2012, karena
perusahaan hanya memiliki tambahan investasi jangka pendek. Tahun 2008
kewajiban lancar PT Matahari Putra Prima Tbk mencapai 46,24%. Pada
tahun 2009 menurun menjadi 29,87% karena perusahaan telah membayar
hutang notes dan kewajiban kontrak swap. Tahun 2010 kembali menurun
menjadi 26,83% akun yang berpengaruh penurunan karena perusahaan
membayar utang bank. Pada tahun 2011 dan 2012 perusahaan kembali
mengalami peningkatan, masing–masing sebesar 28,72% dan 33,02%.
Peningkatan tahun 2012 disebabkan karena perusahaan menambah utang
usaha.
Pada laporan laba rugi, penjualan tahun 2009 naik sebesar 13,88%
tetapi penjualan mengalami penurunan pada saat divestasi tahun 2010 sebesar
19,23% dari tahun 2009. Tahun 2011 perusahaan mulai memperbaikinya
sehingga pada tahun tersebut perusahaan berhasil meningkatkan 4,03% dari
penjualan tahun sebelumnya. Tahun 2012 perusahaan mengalami penjualan
yang naik secara signifikan sebesar 21,71% dari tahun 2011, hal tersebut
menandakan bahwa perusahaan dapat meningkatkan penjualan setelah
divestasi dilakukan. Laba usaha perusahaan mengalami kerugian pada tahun
2008 sebesar Rp 48.382,- disebabkan karena beban yang dikeluarkan
perusahaan sangat besar sehingga dana dari penjualan tidak dapat menutupi
beban yang dikeluarkan. Tahun 2009 perusahaan mampu meningkatkan laba
usaha karena meningkatnya penjualan Rp 372.639,- tetapi tahun 2010
kembali menurun karena penjualan yang menurun akibat berkurangnya
64
pendapatan dari perusahaan yang telah didivestasi. Namun hal tersebut tidak
menyebabkan perusahaan menjadi rugi. Tahun 2011 dan 2012 perusahaan
kembali memperbaiki laba usaha dengan meningkatkan penjualan dan
meminimalisir pengeluaran untuk beban terutama beban penjualan, sehingga
perusahaan dapat memperoleh laba usaha sebesar Rp 101.101,- pada tahun
2011 dan Rp 312.867,- pada tahun 2012. Dalam laporan laba rugi, akun yang
paling signifikan adalah laba pelepasan entitas anak Rp 5.518.619,- sebagai
hasil penjualan PT Matahari Departement Store Tbk. Sehingga laba bersih
tahun 2010 menjadi laba bersih perusahaan tertinggi selama tahun 2008
sampai 2012.
4.2.2 Analisis Vertikal
2008 2009 2010 2011 2012
Aset
Aset Lancar 5,081,510 5,066,239 5,407,395 3,611,763 5,084,740
Aset Tidak Lancar 4,719,219 5,493,905 6,013,205 6,696,406 3,140,466
Liabilitas
Liabilitas Jangka Pendek 4,531,454 3,144,994 3,063,982 2,960,433 2,715,926
Liabilitas Jangka Panjang 2,062,442 3,854,123 1,162,586 1,664,288 1,663,526
EKUITAS 3,206,833 3,561,027 7,194,032 5,683,448 3,845,754
Laba bersih 10,497 300,035 5,906,019 120,301 238,448
2008 2009 2010 2011 2012
Aset
Aset Lancar 51.85% 47.98% 47.35% 35.04% 61.82%
Aset Tidak Lancar 48.15% 52.02% 52.65% 64.96% 38.18%
Liabilitas
Liabilitas Jangka Pendek 46.24% 29.78% 26.83% 28.72% 33.02%
Liabilitas Jangka Panjang 21.04% 36.50% 10.18% 16.15% 20.22%
EKUITAS 32.72% 33.72% 63.00% 55.14% 46.76%
Laba bersih 0.12% 2.92% 69.12% 1.35% 2.19%
65
Analisis vertikal pada Laporan Neraca dapat dilihat dari tabel Analisis
Vertikal Neraca pada lampiran L5. Pada tahun 2008 sampai tahun 2010
terjadi kenaikan kas, tahun 2010 sebesar 22,46%. Namun setelah tahun 2010
yaitu 2011 kas kembali mengalami penurunan yang signifikan yaitu 13,61%
untuk tahun 2011 dan 16,56% tahun 2012. Hal ini dapat menyebabkan
perusahaan ilikuid dan mengalami kesulitan jika ingin mengeluarkan dana
secara cepat.
Pada tahun 2008 bagian aset, aset lancar dan aset tidak lancar hanya selisih
3,7%. Pada bagian kewajiban, didominasi oleh kewajiban jangka pendek
sebesar 46,24% sedangkan jangka panjang hanya 21,04%. Pada ekuitas yang
dimiliki perusahaan selain modal saham didominasi juga oleh saldo laba yang
belum ditentukan penggunaannya yaitu sebesar 10,36%
Tahun 2009 dan 2010 jumlah aset mulai didominasi oleh aset tidak
lancar sebesar 52,02% untuk tahun 2010 sebesar 52,65% dan asel lancar
masing–masing sebesar 47,98% dan 52,65%. Untuk kewajiban tahun 2009
didominasi kewajiban jangka panjang sebesar 36,50% dan kewajiban jangka
pendek hanya 29,87%. Tahun 2010 total kewajiban mengalami penurunan
yang signifikan dari 66,28% tahun 2009 hanya menjadi 37% pada tahun
2010, menunjukan bahwa perusahan telah melunasi hutang–hutang yang
dimilikinya. Dana untuk melunasi hutang–hutang tersebut diperoleh dari dana
hasil divestasi PT Matahari Departement Store Tbk. Penurunan total
kewajiban diikuti oleh peningkatan ekuitas yang dimiliki perusahaan yang
semula tahun 2009 hanya 33,72% tahun 2010 meningkat signifikan menjadi
63% dan tahun 2010 ini memiliki saldo laba yang belum ditentukan
penggunaannya sebesar 26,15%.
66
Tahun 2011 terjadi penurunan aset lancar sebesar 12,31% dari tahun
2010 dan sebaliknya aset tidak lancar mengalami peningkatan sebesar
12,31% hal tersebut terjadi karena menurunnya kas dan aset keuangan lancar
lainnya pada aset lancar. Pada kewajiban mulai meningkat yaitu sebesar
28,72% untuk kewajiban lancar dan 16,15%. Demikian juga sama dengan
tahun 2012 kewajiban mulai meningkat. Hal ini disebabkan karena tahun
2011 dan 2012 perusahan mulai mengambil utang usaha untuk kewajiban
jangka pendek dan utang bank untuk kewajiban jangka panjang. Pada tahun
2011 dan 2012 utang tersebut digunakan untuk meningkatkan aset tetap dan
persediaan sebagai proses ekspansi Hypermart dan investasi lainnya.
Sehingga tahun 2012 aset lancar perusahaan menjadi naik secara signifikan
yaitu 61,82% yang semula tahun 2011 hanya 35,04%.
Modal saham yang mengalami peningkatan dari tahun 2009
mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2012 menjadi
3,39%, penurunan tersebut disebabkan karena perusahaan melakukan
penurunan nilai nominal saham pada bulan November 2012 dari Rp 500 per
lembar saham menjadi Rp 50 per lembar saham. Perusahaan melakukan
penurunan nominal saham telah disetujui pada RUPSLB yang
diselenggarakan tanggal 19 September 2012. Menurunkan nilai nominal
saham dari Rp500 per lembar saham menjadi Rp50 per lembar saham.
Seluruh saham dengan nilai nominal baru mulai diperdagangkan di BEI pada
tanggal 27 Nopember 2012. Perusahaan telah melakukan pembayaran atas
selisih nilai nominal saham kepada para pemegang saham pada tanggal 4
Desember 2012.
Analisis vertikal pada Laporan Laba Rugi dapat dilihat dari tabel
67
analisis vertikal income statement pada lampiran L8, persentase laba bersih
dan laba usaha terhadap penjualan bersih mengalami fluktuasi. Pada tahun
2010 perusahaan mengalami penurunan penjualan namun kembali meningkat
pada tahun 2011. Namun beban pokok penjualan semakin mengalami
peningkatan yang diikuti dengan menurunnya laba kotor yang dihasilkan.
Pada tahun 2008 perusahaan mengalami laba usaha yang negative akibat
tingginya beban yang dikeluarkan perusahaan, sehingga laba kotor tidak
mampu menutupi beban yang dikeluarkan. Pada tahun 2010 perusahan
melakukan divestasi PT Matahari Departement Store Tbk sehingga
memperoleh laba bersih yang signifikan pada tahun tersebut, perusahaan
memperoleh Laba pelepasan Entitas Anak – bersih sebesar 5.518.619 dan
laba bersih perusahaan menjadi Rp 5.906.019,-.
4.2.3 Analisis Rasio Keuangan
4.2.3.1 Analisis Rasio Modal Kerja ( Likuiditas )
• Current ratio
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan asset lancar
dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya.
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 243.93% 112.14% 163.92% 2009 335.19% 161.09% 147.46% 2010 262.79% 176.48% 254.99% 2011 197.75% 122% 223.01%
2012 215.92% 187.22% 182.84%
Tabel 4.4 Perbandingan current ratio
68
Gambar 4.1 Current ratio
Pada tahun 2008, current ratio PT Matahari Putra Prima Tbk
adalah 112,14% atau 1,12 kali. Ini berarti setiap Rp 1 kewajiban
lancar dijamin aset lancar sebesar Rp 1,12. Angka ini terus
berfluktuasi setiap tahunnya. Terjadi peningkatan yang signifikan
terjadi pada tahun 2009 sebesar 48,95% karena adanya penurunan
kewajiban lancar. Penurunan kewajiban lancar terjadi karena
perusahaan telah membayar hutang notes dan kewajiban kontrak swap
sehingga pada tahun 2009 kewajiban tersebut sudah tidak ada.
Penurunan tersebut dapat dilihat pada table analisis horizontal
perusahaan. Pada tahun 2010 current ratio meningkat sebesar 15,39%
dari tahun 2010 disebabkan karena adanya kenaikan pada aset lancar
pada akun kas dan setara kas beserta kenaikan investasi jangka
pendek masing mengalami peningkatan sebesar 17,96% dan 18,74%
dan adanya penurunan kewajiban jangka pendek pada utang usaha dan
bagian lancar atas liabilitas jangka panjang yaitu berkurangnya utang
bank. Pada tahun 2011 menurun sebesar 54,48% disebabkan karena
menurunnya kas dan setara kas sebesar 66,69% dari tahun 2010 pada
69
aset lancar, penurunan pada aset lancar lainnya yaitu investasi jangka
pendek pihak berelasi. Pada kewajiban jangka pendek terjadi pada
penurunan pada utang deviden. Tahun 2011 merupakan angka
terendah selama tahun 2008–2012. Pada tahun 2012 kembali
meningkat secara signifikan menjadi 187,22% untuk current ratio.
Terjadi peningkatan karena menurunnya kewajiban lancar dan
perusahaan melakukan investasi jangka pendek sebesar Rp 1.553.980
dan meningkatnya persediaan. Dengan rata-rata current ratio dari
tahun 2008-2012 didapatkan rata-rata current ratio sebesar 151,78%.
Jika dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, current ratio
yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk tahun 2008 sampai tahun
2012 berbeda jauh dibawah rata–rata kompetitor. Tahun 2008 rasio
yang dimiliki rata-rata kompetitor sebesar 243.93% sedangkan
perusahaan hanya menghasilkan 112.14%. Pada saat divestasi rasio
lancar perusahaan juga masih dibawah rata-rata kompetitor. Rata-rata
rasio lancar yang dimiliki kompetitor tahun 2010 sebesar 262.79%
sengkan perusahaan hanya 176.48%.
Rasio lancar pada rata-rata perusahaan yang melakukan
divestasi tahun 2010 ketika tahun 2011 dan 2012 masing-masing
memiliki rata-rata rasio lancar sebesar 223.01% dan 182.84%,
mengalami penurunan pada tahun 2012 sedangkan perusahaan
memiliki rasio lancar meningkat dari tahun 2011. PT Matahari Putra
Prima Tbk perlu memperbanyak aset lancar dan mengurangi utang
lancar. Rasio lancar yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk perlu
70
dipertahankan setelah tahun 2012 supaya tidak terjadi penurunan rasio
seperti tahun 2011 setelah proses divestasi.
• Acid Test Ratio
Acid test ratio menggambarkan seberapa besar kemampuan
perusahaan membayar hutang jangka pendeknya tanpa menggunakan
persediaannya karena persediaan membutuhkan waktu yang lama
untuk diconvert ke dalam bentuk kas.
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 115.32% 85.90% 120.24% 2009 189.06% 113.97% 90.36% 2010 118.64% 135.58% 114.55% 2011 67.88% 69.09% 149.61%
2012 60.05% 119.27% 108.16%
Tabel 4.5 Perbandingan acid test ratio
Pada tahun 2008, acid test ratio PT Matahari Putra Prima Tbk
adalah 85,9 % atau 0,86 kali yang berarti PT Matahari Putra Prima
Tbk hanya memiliki kemampuan membayar Rp 1 kewajiban jangka
pendek dengan aset tanpa persediaan sebesar Rp 0.86,-.
Gambar 4.2 Acid test ratio
71
Rata-rata kompetitor retailer menunjukkan 115.32%. hal tersebut
menunjukan daya kemampuan membayar kewajiban jangka pendek
perusahaan masih rendah. Tahun 2009 dan 2010 mengalami kenaikan
menjadi 113,97% dan 135,58% disebabkan karena kewajiban jangka
pendek yang terus berkurang pada hutang notes, hutang obligasi dan
kontrak swap. Tahun 2011 acid test ratio perusahaan kembali
menurun secara signifikan yaitu 66,49% dari tahun 2010. Bila dilihat
dari analisis horizontal hal tersebut disebabkan karena menurunnya
aset lancar, akun yang terkait dalam penurunan acid test ratio pada
tahun 2011 yaitu menurunnya kas dan setara kas sebesar 66,7% dan
berkurangnya investasi jangka pendek sebesar 85,47%. Kewajiban
jangka pendek PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami penurunan
dari tahun 2008 sampai 2012.
Dari tahun 2009-2012, tingkat rasio lancar rata-rata
perusahaan kompetitor juga mengalami penurunan, terutama pada
tahun 2010. Tetapi rasio lancar PT Matahari Putra Prima Tbk pada
tahun 2010 hingga 2012 masih berada diatas rata-rata kompetitor.
Rata-rata kompetitor tahun 2010 dan 2011 hanya berada pada
118.64% dan 67.88% sedangkan perusahaan berada pada 135.58%
dan 69.09%. Tahun 2012 rata-rata kompetitor mengalami penurunan
namun perusahaan mengalami peningkatan sebesar 50.18%.
Pada perusahaan – perusahaan divestasi 2010 juga mengalami
peningkatan pada tahun 2009 hingga 2011 tetapi pada tahun 2012
rata-rata perusahaan divestasi mengalami penurunan sebesar 41.45%.
Jika dibandingkan dengan rata-rata perusahaan divestasi, PT Matahari
72
Putra Prima Tbk, hanya tahun 2011 perusahan di bawah rata-rata
karena jumlah kas, investasi jangka pendek dan piutang perusahaan
mengalami penurunan sehingga hanya memiliki rasio cepat sebesar
69.09% sedangkan rata-rata perusahaan divestasi mencapai puncak
tertinggi pada tahun tersebut yaitu 149.61%.
• Cash Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi
hutang lancar dengan menggunakan kas atau setara kas dengan efek,
perbandingan antara dana tunai perusahaan beserta efek dan hutang
lancar
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 90.97% 70.64% 47.79% 2009 166.98% 108.63% 48.14% 2010 98.01% 134.91% 51.88% 2011 45.35% 67.92% 81.17% 2012 47.74% 117.68% 50.61%
Tabel 4.6 Perbandingan cash ratio
Gambar 4.3 Cash ratio
73
Tahun 2008 PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki cash ratio
sebesar 70,64% menunjukan bahwa PT Matahari Putra Prima Tbk
hanya memiliki kemampuan membayar Rp 1 kewajiban jangka
pendek dengan kas dan setara kas beserta efek sebesar Rp 0.7,-.
Tahun 2009 dan 2010 terjadi peningkatan cash ratio secara signifikan
yaitu sebesar 37,99% dan 26,28% hal tersebut karena meningkatnya
kas dan setara kas didukung dengan menurunnya kewajiban lancar
perusahaan. Tahun 2011 cash ratio perusahaan mengalami penurunan
yang signifikan, cash ratio yang dihasilkan hanya 66,99%, terjadi
penurunan kas dan setara kas yang sangat tinggi pada tahun tersebut
dan penurunan investasi jangka pendek, sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan cash ratio. Tahun 2012 perusahaan kembali
miningkatkan cash ratio 49,76% dari tahun 2011 dengan cara
melakukan investasi jangka pendek yaitu promissory note merupakan
nilai yang diterima Perusahaan sehubungan dengan transaksi
penjualan saham PT Nadya Putra Investama kepada PT Multipolar
Tbk (entitas induk) dan kas yang dihasilkan mulai meningkat.
Kewajiban jangka pendek juga mengalami penurunan sebesar 5,4%
dari tahun 2011.
Dari gambar tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, tahun
2008 dan 2009 kas rasio PT Matahari Putra Prima Tbk di bawah rata-
rata kompetitor namun masih unggul diatas perusahaan yang
melakukan divestasi. Rata-rata perusahaan kompetitor mengalami
fluktuasi yang signifikan dari tahun 2008-2012 dimana puncaknya
pada tahun 2011 yaiatu sebesar 166.98% dan terendah pada tahun
74
2011 sebesar 45.35%. sama halnya dengan penurunan yang dihadapi
PT Matahari Putra Prima Tbk tahun 2011 setelah melakukan
divestasi, padahal untuk rata-rata perusahaan divestasi, kas rasio
mencapai puncak tertinggi pada tahun 2011 . Jika dilihat secara
keseluruhan rasio kas PT Matahari Putra Prima Tbk cukup baik.
4.2.3.2 Analisis Solvabilitas
• Debt Ratio to Total Assets
Rasio hutang mengindikasi kemampuan perusahaan membayar
utang jangka panjangnya. Rasio ini mengukur seberapa besar dana
yang dipinjam telah digunakan untuk membiayai aset perusahaan.
Rasio hutang yang tinggi berarti perusahaan menggunakan hutang
dengan jumlah yang besar untuk mendanai perusahaan.
Pada tahun 2008, debt ratio to total assets adalah sebesar
67,28% yang berarti kegiatan pendanaan perusahaan yang dibiayai
oleh kreditor sebesar 67,28% dan sisanya sebesar 32,72% dibiayai
oleh PT Matahari Putra Prima Tbk.
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 53.47% 67.28% 90.32% 2009 52.98% 66.28% 60.69% 2010 54.86% 37.01% 57.88% 2011 54.54% 44.86% 34.66%
2012 54.26% 53.24% 33.41%
Tabel 4.7 Perbandingan debt to total assets
75
Gambar 4.4 Debt to total assets
Untuk tahun 2008 perusahaan memiliki debt ratio to total
assets lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kompetitor. Tahun
2009 debt ratio to total assets perusahaan mengalami penurunan
sebesar 1% begitu pula rata-rata kompetitor mengalami penurunan
sebesar 0.49%, tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2010 Debt ratio to
total assets mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu
sebesar 29,27% dari tahun 2009. Hal tersebut dikarenakan terjadi
penurunan kewajiban jangka pendek maupun panjang dan
meningkatnya total aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan telah
membayar utang bank jangka panjang, utang obligasi dan utang usaha
dan meningkatkan aset termasuk kas dan setara kas, persediaan, aset
tetap dan uang muka dan jaminan sewa bersih.
Pada tahun 2011 dan 2012 debt ratio to total assets kembali
mengalami peningkatan secara bertahap yaitu tahun 2011 sebesar
44,86% dan 2012 sebesar 53,24%. Hal tersebut menandakan bahwa
perusahaan mulai menambah utang untuk meningkatkan aset
perusahaan. Tahun 2011 dan 2012 perusahaan menambah utang bank
76
jangka panjang, sebesar Rp 1.307.040 untuk tahun 2011 dan Rp
1.280.100 untuk tahun 2012. Namun pada tahun 2011 dan 2012 aset
perusahaan mulai mengalami penurunan, tahun 2011 penurunan
terjadi pada kas dan investasi jangka pendek sedangkan tahun 2012
terjadi penurunan signifikan terhadap piutang dan investasi jangka
panjang.
Untuk rata-rata perusahaan divestasi, setelah proses divestasi
mengalami penurunan debt ratio to total assets setelah tahun 2010.
Tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 23.22% dan tahun 2012
kembali menurun sebesar 1.25%. Proses divestasi membuat
perusahaan memiliki dana yang lebih untuk melunasi kewajiban
jangka pendek maupun jangka panjang dan menambah aset lancar dan
aset tidak lancar.
• Debt Ratio to Total Equity
Dalam menghitung debt to equity ratio penulis
membandingkannya dengan total ekuitas perusahaan, yang
menggambarkan sejauh mana perusahaan menggunakan hutang untuk
kegiatan pendanaan bila dibandingkan dengan jumlah dana yang
berasal dari pemegang saham/investor. Semakin kecil rasio ini akan
semakin baik bagi kreditor, karena kegiatan pendanaan perusahaan
lebih banyak berasal dari dana yang disediakan oleh para pemegang
saham/investor. Jika terjadi kerugian, maka perusahaan masih dapat
membayar hutang/pinjaman yang diberikan oleh kreditor kepada
perusahaan dari jumlah ekuitas yang ada.
77
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 162.80% 205.62% 398.97% 2009 161.26% 196.55% -95.35% 2010 182.88% 58.75% -43.64% 2011 165.17% 81.37% 61.31%
2012 166.60% 113.88% 56.09%
Tabel 4.8 Perbandingan debt to equity ratio
Gambar 4.5 Debt to equity ratio
PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki debt to equity ratio
yang fluktuatif, tahun 2008 memiliki debt to equity ratio sebesar
205,62% yang berarti bahwa kegiatan pendanaan perusahaan yang
berasal dari hutang adalah sebesar 205,62% dari jumlah ekuitas
perusahaan. Tahun 2009 terjadi penurunan walaupun hanya sedikit
yaitu sebesar 9,07%. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami
penurunan debt to equity ratio secara signifikan, debt to equity ratio
yang dihasilkan perusahaan sebesar 58,75%, turun sebesar 137,8%
dari tahun sebelumnya.
Perusahaan berhasil melunasi beberapa kewajiban mereka
yang terlihat adanya penurunan kewajiban seperti utang bank dan
utang notes bersih diikuti dengan kenaikan jumlah ekuitas perusahaan
78
yang dimiliki oleh saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya,
ini adalah debt to equity ratio paling rendah dari tahun 2008 – 2010.
Dengan debt to equity ratio sebesar 58,75% berati bahwa kegiatan
pendanaan PT Matahari Putra Prima Tbk yang berasal dari hutang
hanya 58,75% dan sisanya berasal dari ekuitas perusahaan. Kondisi
ini sangat baik bagi perusahaan.
Untuk rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk debt
to total equity relatif stabil. Tahun 2008 dan 2009 perusahaan
memiliki debt ratio to total equity lebih tinggi dari rata-rata
kompetitor retailer. Tahun 2010 perusahaan dapat menekan debt ratio
to total equity sehingga jauh berada dibawah rata-rata kompetitor. Hal
tersebut baik untuk perusahaan. Penurunan tersebut tidak lepas dari
hasil divestasi yang perusahaan lakukan sedangkan perusahaan rata-
rata kompetitor tidak ada proses divestasi tersebut. Hingga tahun 2012
PT Matahari Putra Prima Tbk masih tetap berada di bawah rata-rata
kompetitor.
PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami kenaikan kurang
lebih 10% setiap tahunnya setelah proses divestasi. Perusahaan-
perusahaan divestasi juga mengalami peningkatan setelah proses
divestasi karena untuk menambah kewajiban untuk perusahaan dan
ekuitas yang dimiliki juga berkurang untuk pendaan perusahaan, baik
itu untuk investasi-investasi jangka panjang maupun jangka pendek
dan pendanaan untuk menambah aset-aset perusahaan.
• Long Term Debt to Equity Ratio
79
Long term debt to equity ratio menunjukkan bagian modal
yang dijadikan hutang jangka panjang perusahaan. semakin kecil rasio
ini, semakin baik pada perusahaan karena semakin kecil dana
perusahaan yang dijadikan hutang jangka panjang.
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 18.46% 64.31% 217.74% 2009 16.68% 108.23% -21.75% 2010 20.37% 16.16% -9.40% 2011 17.92% 29.28% 12.67%
2012 18.76% 43.26% 12.56%
Tabel 4.9 Perbandingan long term debt to equity ratio
Gambar 4.6 Long term debt to equity ratio
Tahun 2010 dimana PT Matahari Putra Prima Tbk menjual PT
Matahari Departement Store Tbk yang memperoleh aliran dana segar,
membuat perusahaan membayar kewajiban – kewajiban jangka
panjang terutama utang bank jangka panjang sebesar Rp 633.603,-
penurunan kewajiban jangka panjang juga diikuti meningkatnya total
ekuitas yang dimiliki perusahaan dengan meningkatnya saldo laba
yang belum digunakan. Tahun 2011 dan 2012 long term debt to equity
80
ratio kembali mengalami peningkatan, long term debt to equity ratio
masing – masing sebesar 29,28% dan 43, 36%, terjadi penurunan pada
ekuitas karena saldo laba yang belum digunakan telah digunakan
sebesar Rp 1.510.352,-
Long term debt to equity yang dimiliki perusahaan relatif
tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kompetitor atau industri
retailer sejenis. Perusahaan kompetitor rata-rata memiliki long term
debt to equity kurang dari 50%. PT Matahari Putra Prima Tbk tahun
2008 dan 2009 memiliki long term debt to equity jauh lebih tinggi
diatas rata-rata kompetitor. Tetapi pada saat divestasi tahun 2010 PT
Matahari Putra Prima Tbk mampu menekan long term debt to equity
menjadi 16.16%. dan kembali mengalami peningkatan pada tahun
2011 dan 2012.
Kedudukan long term debt to equity PT Matahari Putra Prima
Tbk relatif tinggi baik sebelum divestasi maupun sesudah divestasi
jika dibandingkan rata-rata perusahaan divestasi. Rata-rata perusahan
yang melakukan divestasi juga memiliki penurunan long term debt to
equity setelah melakukan divestasi. Rata-rata perusahaan divestasi
pada tahun 2009 dan 2010 minus karena ada salah satu perusahaan
yang melakukan divestasi yaitu PT Mitra International Resources
(MIRA) memiliki saldo ekuitas yang negatif.
4.2.3.3 Rasio Aktivitas
• Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable Turnover)
81
Receivables turnover mengukur berapa lama waktu yang
diperlukan PT Matahari Putra Prima Tbk untuk mendapatkan
pelunasan piutang usaha yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini
semakin baik bagi perusahaan karena semakin cepat piutang usaha
tertagih sehingga semakin baik likuiditas perusahaan dan mencegah
piutang yang tidak tertagih.
Tahun Rata-rata
kompetitor PT Matahari
Putra Prima Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 45.17x 19.64x 4.45x 2009 42.18x 23.93x 5.42x 2010 56.66x 90.79x 4.65x 2011 54.07x 323.86x 5.53x
2012 49.59x 278.50x 5.41x
Tabel 4.10 Perbandingan perputaran piutang usaha
Dari tahun 2008-2012, tingkat perputaran piutang perusahaan
terus mengalami peningkatan dan hal ini sangat efektif bagi
perusahaan. Pada tahun 2008, tingkat perputaran PT Matahari Putra
Prima Tbk adalah sebanyak 19.64 kali yang berarti dalam setahun
perusahaan dapat melakukan penagian sebanyak 19.64 kali. Tahun
2009 perusahaan mengalami peningkatan, perputaran piutang menjadi
23,93 kali, hal tersebut dikarenakan perusahaan mengalami
peningkatan penjualan dan menurunnya piutang lain-lain. Pada tahun
2010 perusahaan mengalami peningkatan perputaran piutang yang
sangat tinggi yaitu naik sebanyak 66.86 kali. Hal tersebut dikarenakan
piutang dan penjualan yang dimiliki perusahaan menurun sehingga
perusahaan menjadi lebih cepat melakukan penagihan. Tahun 2011
perusahaan berhasil mencapai puncak tertinggi perputaran piutang
82
yaitu sebesar 323.86 kali dan tahun 2012 kembali menurun menjadi
278.50 kali. Tingginya perputaran tersebut karena perusahaan mulai
meningkatkan penjualan dan piutang yang dimiliki perusahaan
semakin sedikit.
Gambar 4.7 Perputaran piutang usaha
Kenaikan perputaran piutang terjadi setelah perusahaan
melakukan divestasi pada tahun 2010 dan 2011. Karena perusahaan
adalah industri pedagang eceran yang berbasis langsung kepada
pelanggan maka perusahaan sedikit memiliki piutang usaha. Piutang
usaha merupakan piutang pihak ketiga yang berasal dari penjualan ke
pelanggan melalui kartu kredit dan joint promotion.
Berdasarkan hasil rata-rata kompetitor / industri, perputaran
piutang PT Matahari Putra Prima Tbk tahun 2008 dan 2009 berada di
bawah rata-rata industri dan saat tahun 2010 dan tahun-tahun
berikutnya perusahaan berhasil berada di atas rata-rata kompetitor.
Jika dibandingkan dengan rata-rata perusahaan divestasi, PT Matahari
Putra Prima Tbk jauh di atas rata-rata perusahaan divestasi. Hal
83
tersebut disebabkan peruashaan divestasi terdiri dari bermacam-
macam industri sehingga waktu perputaran piutangnya lebih lama
dibandingkan dengan PT Matahari Putra Prima. Untuk rata-rata
perusahaan divestasi perputaran piutang tahun 2010 mengalami
penurunan, kemudian berhasil naik di tahun 2011 dengan jumlah
perputaran piutang sebesar 5.53 kali.
• Jumlah Waktu Pengumpulan Piutang (Day’s Sales in Receivables)
Rasio ini menggambarkan jumlah waktu/hari yang dibutuhkan
oleh perusahaan untuk menjadikan piutang usaha ke dalam bentuk
kas. Semakin pendek periodenya akan semakin baik, karena resiko
akan tidak tertagihnya piutang semakin kecil dan perusahaan juga
lebih cepat mendapatkan dana.
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 17 hari 18 hari 105 hari 2009 20 hari 15 hari 74 hari 2010 17 hari 4 hari 137 hari 2011 17 hari 2 hari 93 hari
2012 18 hari 12 hari 73 hari
Tabel 4.11 Perbandingan jumlah waktu pengumpulan piutang
84
Gambar 4.8 Jumlah waktu pengumpulan piutang
Dari tahun 2008-2011 penurunan terus terjadi pada jumlah
hari yang dibutuhkan PT Matahari Putra Prima Tbk dalam
mengumpulkan jumalah piutang usahanya, dimana tahun 2008
perusahaan membutuhkan waktu selama 18 hari, tahun 2009 selama
15 hari. Tahun 2010 perusahaan membutuhkan waktu hanya 4 hari
dan tahun 2011 selama 2 hari. Walaupun terus menurun, hal tersebut
sangat baik untuk perusahaan, namun tetap harus berhati-hati dan
tepat waktu dalam mengih piutang usahanya. Tahun 2012 perusahaan
membutuhkan waktu 12 hari, walaupun jumlah hari yang dibutuhkan
menambah waktu 10 hari dari tahun sebelumnya.
• Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Inventory turnover menunjukkan kemampuan PT Matahari
Prima Prima Tbk untuk memutar dana persediaan dan efisiensi
pengolahan persediaan dalam suatu periode. Tingkat perputaran
persediaan yang cepat menggambarkan bahwa kegiatan penjualan
perusahaan berjalan dengan cepat dan tidak terjadi penumpukan pada
85
jumlah persediaan, sehingga akan mengurangi biaya gudang dan
kerugian akibat persediaan yang using
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 13.61x 5.95x 10.68x 2009 11.05x 6.24x 13.14x 2010 7.68x 6.24x 13.98x 2011 7.14x 6.58x 16.34x
2012 6.48x 6.11x 23.07x
Tabel 4.12 Perbandingan perputaran persediaan
Gambar 4.9 Perputaran persediaan
Pada PT Matahari Putra Prima Tbk terlihat adanya fluktuasi
dari tahun ke tahun namun relatif seimbang. Tahun 2008 perusahaan
sebanyak 5.95 kali perputaran dalam setahun. Tahun 2009, terjadi
peningkatan pada tingkat perputaran persediaan perusahaan sebanyak
0.29 kali karena beban pokok penjualan yang mulai meningkat yang
menyebabkan peningkatan persediaan. Perputaran tahun 2010 sama
dengan tahun 2009. Tahun 2011 perputaran persediaan yang
dihasilkan perusahaan sebanyak 6.58 kali dan 6.11 kali pada tahun
2012, peningkatan tersebut terjadi juga karena bertambahnya beban
86
pokok penjualan dan rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan.
Jika dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, rasio
perputaran perusahaan cukup baik walaupun rata-rata kompetitor
memiliki perputaran persediaan masih di atas PT Matahari Putra
Prima Tbk. Namun perusahaan harus tetap menjaga agar persediaan
berputar lebih cepat dengan meningkatkan penjualan. Pada tahun
2008 rata-rata industri menghasilkan perputaran sebanyak 13.61 kali,
lebih tinggi dari perusahaan. Tahun 2009 sebanyak 11.05 kali dan
tahun 2010 sebanyak 7.68 kali, turun sebanyak 3.37 kali dari tahun
sebelumnya. Untuk tahun 2011 dan tahun 2012 rata-rata kompetitor
tidak terlalu mengalami penurunan yang signifikan yaitu masing-
masing memiliki perputaran persediaan sebanyak 7.14 kali dan 6.48
kali.
Untuk perusahaan-perusahaan yang divestasi tahun 2010, PT
Matahari Putra Prima Tbk termasuk memiliki perputaran persediaan
dibawah perusahaan-perusahaan divestasi. Mulai dari tahun 2008
sampai 2012 perusahaan-perusahaan divestasi terus mengalami
peningkatan perputaran persediaan. Perusahaan divestasi memiliki
industri yang berbeda-beda sehingga perputaran persediaannya
memiliki tingkatan yang berbeda-beda juga.
• Jumlah Waktu Penjualan Persediaan (Day’s Sales in Inventory)
Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan oleh
perusahaan untuk menghabiskan jumlah persediaan melalui kegiatan
penjualan/seberapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah
87
persediaan ke dalam bentuk kas. Semakin cepat jumlah waktu
penjualan persediaan maka semakin baik.
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 38 hari 61 hari 350 hari 2009 51 hari 58 hari 301 hari 2010 52 hari 58 hari 74 hari 2011 56 hari 55 hari 249 hari
2012 66 hari 59 hari 222 hari
Tabel 4.13 Perbandingan jumlah waktu penjualan persediaan
Gambar 4.10 Jumlah waktu penjualan persediaan
Pada tahun 2008 sampai 2011, jumlah hari yang dibutuhkan
oleh perusahaan untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas
melalui kegiatan penjualan mengalami penurunan, dan ini berarti
waktu yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh kas semakin
cepat waktu yang dimiliki oleh perusahaan dalam memperoleh kas
melalui hasil dari penjualan. Pada tahun 2008, jumlah hari yang
dibutuhkan perusahaan dalam menghabiskan jumlah persediaan
selama 61 hari. Tahun 2009 dan 2010, jumlah yang dibutuhkan
88
mengalami penurunan yaitu 58 hari, hal ini dapat dilihat dari analisis
inventory turnover tahun 2009 dan 2010, dimana tingkat perputaran
persediaan mengalami peningkatan yang berpengaruh juga pada
menurunnya jumlah hari yang dibutuhkan untuk menghabiskan
persediaan. Tahun 2011 jumlah hari yang dibutuhkan mengalami
penurunan menjadi 55 hari dan kembali mengalami kenaikan pada
tahun 2012 selama 4 hari menjadi 59 hari.
Dilihat dari hasil rata-rata kompetitor, jumlah hari yang
dibutuhkan untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas
mengalami peningkatan dari tahun 2008-2012. Pada tahun 2008,
jumlah hari yang dibutuhkan oleh rata-rata kompetitor untuk
mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas adalah selama 38 hari.
Tahun 2009 dan 2010, jumlah harinya mengalami peningkatan
masing-masing selama 51 hari dan 52 hari. Secara keseluruhan bila
dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, day’s sales in inventory
perusahaan berada di atas rata-rata kompetitor pada tahun 2008
hingga 2010 dan berada di bawah rata-rata kompetitor pada tahun
2011 dan 2012.
4.2.3.4 Rasio Profitabilitas
• Gross Profit Margin
Rasio ini menunjukkan besarnya jumlah laba kotor yang
diperoleh perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Semakin tinggi
rasio ini semakin bagus, karena dianggap bahwa perusahaan mampu
untuk memperoleh laba yang tinggi dengan memanfaatkan beban
pokok penjualan secara efisien.
89
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 22.82% 34.61% 33.24% 2009 23.05% 34.59% 33.40% 2010 23.84% 21.85% 32.83% 2011 24.69% 17.48% 27.87%
2012 24.88% 17.46% 28.09%
Tabel 4.14 Perbandingan gross profit margin
Gambar 4.11 Gross profit margin
Dari tahun 2008–2012 gross profit margin perusahaan terus
mengalami penurunan. Hal tersebut tidak baik untuk keberlangsungan
perusahaan karena perusahaan tidak mampu mengendalikan beban
pokok penjualan yang terus meningkat. Dimulai tahun 2008
perusahaan memiliki 34,61% GPM, kemudian tahun 2009 turun
0,02% yaitu 34,59% penurunan ini diikuti meningkatnya penjualan
namun peningkatan beban pokok penjualan juga terjadi. Tahun 2010
GPM perusahaan menurun sebesar 12,74% menjadi 21,85%.
Penurunan tersebut terjadi seiiring dengan proses divestasi
pada tahun 2010 sehingga berpengaruh pada penjualan perusahaan.
90
Perusahaan hanya memperoleh sedikit pendapatan dari industri
pakaian. Tahun 2011 penjualan mulai meningkat walaupun tidak
banyak namun perusahaan menambah jumlah beban pokok penjualan
tahun tersebut untuk pembelian persediaan diperuntukan sebagai
persediaan toko – toko baru hypermart. Tahun 2012 perusahaan mulai
menstabilkan penjualan hasil dari ekspansi hypermart dengan meraup
penjualan sebesar Rp 10.868.164.- namun besarnya pembelian
persediaan membuat perusahaan memperoleh gross profit margin
yang sedikit. Sehingga menimbulkan kekhawatiran gross profit
perusahaan tidak dapat menutupi beban – beban seperti tahun 2008
laba usaha menjadi minus karena gross profit margin tidak dapat
menutupi beban–beban.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, PT Matahari
Putra Prima Tbk memiliki gross profit margin yang fluktuatif. Pada
tahun 2008 dan 2009, rata-rata kompetitor memiliki persentase
sebesar 22.82% dan 23.05%, sedangkan PT Matahari Putra Prima
memperoleh 34.61% dan 34.59%. Pada tahun 2010 perusahaan
mengalami penurunan gross profit margin yang disebabkan karena
menurunnya penjualan perusahaan, karena berkurangnya pendapatan
penjualan. Sehingga gross profit margin yang dimiliki perusahaan
berada di bawah rata-rata kompetitor. Gross profit margin PT
Matahari Putra Prima terus mengalami penurunan sampai tahun 2012
walaupun tidak terlalu signifikan, sedangkan perusahaan rata-rata
kompetitor memiliki peningkatan yang relatif stabil.
91
Untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami divestasi tahun
2010 juga mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan setelah
divestasi yaitu 27.87% tahun 2011 dan 28.09% untuk tahun 2012.
Penurunan tersebut mengingatkan perusahaan-perusahaan supaya
terus meningkatkan penjualan, agar laba kotor yang dihasilkan
perusahaan dapat mencukupi pembayaran beban-beban.
• Net Profit Margin
Rasio ini menggambarkan jumlah keuntungan / laba bersih
yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan pajak. Semakin
besar rasio ini akan semakin baik pada perusahaan.
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 3.88% 0.12% -4.60% 2009 4.02% 2.92% -18.73% 2010 4.32% 69.12% 7.35% 2011 4.96% 1.35% 48.69%
2012 4.88% 2.19% 9.18%
Tabel 4.15 Perbandingan net profit margin
Tahun 2008 net profit margin PT Matahari Putra Prima Tbk
adalah 0,12% artinya setiap Rp 1,- pendapatan usaha perusahaan
hanya menghasilkan laba bersih sebesar Rp0.12,-. Tahun 2009 net
profit perusahaan meningkat menjadi 2,92%. Penjualan PT Matahari
Putra Prima Tbk sangat tinggi namun tidak dapat menghasilkan net
income yang besar, hal tersebut dikarenakan beban–beban yang harus
di tanggung perusahaan terlampau besar. Tahun 2011 terjadi kenaikan
net profit margin secara signifikan yaitu 69,12%. Walaupun penjualan
92
pada tahun 2010 menurun namun perusahaan mendapatkan laba dari
pelepasan entitas anak sebesar Rp 5.518.619,- sehingga laba bersih
yang diperoleh sangat tinggi. Tahun 2011 dan 2012 kembali menurun
dibawah net income 2009. Perusahaan di tahun 2011 hanya mampu
menghasilkan net profit margin sebesar 1.35% dan tahun 2012 sebesar
2.19%.
Gambar 4.12 Net profit margin
Pada net profit margin rata-rata kompetitor memiliki
persentase yang seimbang, PT Matahari Putra Prima Tbk berada di
bawah rata-rata kompetitor. Tahun 2008 PT Matahari Putra Prima
Tbk memiliki net profit margin sebesar 0.12%, rata-rata kompetitor
sebesar 3.88%. tahun 2009 perusahaan menghasilkan 2.92%
sedangkan rata-rata industri menghasilkan 4.02%, tahun 2010
perusahaan berada jauh di atas rata-rata kompetitor, hal tersebut
dikarenakan perusahaan mendapat dana tambahan dari hasil divestasi
yang masuk dalam laporan laba rugi pada akun laba pelepasan entitas
Anak. Namun perusahaan kembali mengalami penurunan yang sangat
93
drastis karena dana hasil divestasi telah didistribusikan untuk
membayar hutang dan membeli aset.
Untuk rata-rata perusahaan divestasi peningkatan net profit
margin kenaikan terjadi di tahun 2010 dan 2011. Hal ini berarti
perusahaan-perusahaan yang melakukan divestasi, tidak menggunakan
dana hasil divestasi secara menyeluruh dalam waktu satu tahun,
melainkan perusahaan-perusahaan divestasi menggunakan dana sekitar
tahun 2012.
• Aset Turnover
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran total aset perusahaan
dalam mendukung kegiatan penjualan. Semakin tinggi tingkat rasio yang
dihasilkan, maka semakin efektif kinerja perusahaan.
Perputaran total aset mengukur perputaran dari seluruh aset yang
dimiliki oleh PT Matahari Putra Prima Tbk. Asset turnover pada perusahaan
mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya. Perputaran aset terendah terjadi
pada tahun 2010 yaitu 74,82% sedangkan tertinggi pada tahun 2012 sebesar
132,13%. Pada tahun 2010 menjadi yang terendah karena penjualan pada
tahun tersebut penjualan terendah selama periode 2008-2012 dan total aset
tertinggi selama periode tersebut. Total aset tinggi karena perusahaan
menambah investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk tahun 2010 dan
dan bertambahnya piutang jangka panjang. Sedangkan untuk tahun 2012
perusahaan berhasil meningkatkan penjualan tertinggi 132,13% pada periode
tersebut, dan diikuti oleh total aset terendah dalam periode 2008 – 2012.
94
Berarti tahun 2012 menunjukkan bahwa kinerja perusahaan efektif karena
total aset perusahaan dapat mendukung penjualan.
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 254.71% 92.11% 61.34% 2009 236.38% 97.35% 70.81% 2010 227.17% 74.82% 83.99% 2011 243.61% 86.42% 195.52%
2012 218.76% 132.13% 84.39%
Tabel 4.16 Perbandingan asset turnover
Gambar 4.13 Asset turnover
Jika dibandingkan dengan rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima
Tbk masih jauh dibawah rata-rata kompetitor. Hal tersebut dikarenakan
tingkat penjualan perusahaan lebih rendah dan tingginya total aset yang
dimiliki perusahaan sehingga menghasilkan perputaran aset yang lebih
rendah dari rata-rata kompetitor. Pada perusahaan yang melakukan divestasi
perusahaan tahun 2010 dan 2011 PT Matahari Putra Prima Tbk juga masih
dibawah rata-rata perusahaan divestasi. Tahun 2012 perusahaan mengalami
95
peningkatan perputaran aset yaitu 132.13%, berada pada diatas rata-rata
perusahaan divestasi sebesar 84.39%.
• Return on Equity
Rasio ini merupakan ini mengukur jumlah laba bersih pada total equity
yang dimiliki oleh perusahaan. menunjukkan besarnya tingkat pengembalian
ekuitas yang akan diterima oleh pemegang saham/investor saat berinvestasi
dalam suatu perusahaan, dan semakin tinggi tingkat ROE maka akan semakin
bagus.
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 15.62% 0.33% -3.45% 2009 14.96% 8.43% 53.15% 2010 19.30% 82.10% 23.59% 2011 24.19% 2.12% 305.98%
2012 17.67% 6.20% 9.94%
Tabel 4.17 Perbandingan return on equity
Gambar 4.14 Return on equity
Pada tahun 2008 return on equity sebesar 0,33% , tahun 2009
mengalami kenaikan sebesar 8,1% yaitu menjadi 8,43% karena laba bersih
96
perusahaan mulai mengalami peningkatan, peningkatan terjadi karena
bertambahnya penjualan yang diikuti beban pokok penjualan sebesar 13%.
Tahun 2008 yang hanya menghasilkan net income Rp 10,490,- tahun 2009
bisa menghasilkan Rp 300,035,- Pada tahun 2010 mengalami signifikan
menjadi 82,10% karena kenaikan net income dan ekuitas perusahaan sebagai
hasil dari divestasi perusahaan. Tahun 2011 perusahaan mengalami return on
equity yang sangat drastis, bahkan jauh dibawah return on equity sebelum
divestasi yaitu tahun 2011. Tahun 2011 hanya bisa menghasilkan ROE
sebesar 2,12%, walaupun ekuitas yang dimiliki perusahaan sedikit namun
yang menjadi kendala adalah penurunan net income yang didasarkan pada
menurunnya penjualan dan meningkatnya beban pokok penjualan. Tahun
2012 perusahaan mampu memperbaikinya dengan menaikkan net icome dan
menurunkan ekuitas untuk memperbaiki net income. Tahun 2012 perusahaan
memiliki ROE sebesar 6,02%.
Pada tahun 2008 perusahaan berada dibawah rata-rata kompetitor.
Rata-rata kompetitor memiliki return on equity sebesar 15.62% sedangkan
perusahaan hanya 0.33%, hal tersebut dikarenakan perusahaan memiliki
sedikit sekali laba bersih karena laba kotor yang dimiliki perusahaan tidak
mencukupi untuk membayar beban-beban perusahaan. Tahun 2009
perusahaan juga masih dibawah rata-rata perusahaan kompetitor dan
perusahaan divestasi. Padahal terjadi sedikit penurunan ROE rata-rata
kompetitor sebesar 0.34%. Pada tahun 2010 perusahan mengalami
peningkatan dan berada jauh pada rata-rata industri dan perusahaan divestasi.
Perusahaan menghasilkan ROE sebesar 82,10% sedangkan perusahaan
divestasi lainnya hanya sebesar 23,59%. Hal tersebut dikarenakan adanya dua
97
perusahaan yang mengalami penurunan ROE pada saat divestasi yaitu MIRA
dan ELSA. Tahun 2011 dan 2012 perusahaan kembali mengalami penurunan
ROE karena perusahaan telah mendistribusikan saldo laba yang belum di
tentukan penggunaannya pada ekuitas untuk meningkatkan aset perusahaan.
• Return on Asset
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur net income pada total aset
perusahaan. mengukur seberapa efektif kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aset untuk mendukung kegiatan penjualan dalam rangka
menghasilkan laba.
Tahun Rata-rata
kompetitor
PT Matahari Putra Prima
Tbk
Rata - rata perusahaan divestasi
2008 7.85% 0.11% 4.06% 2009 6.59% 2.84% -0.33% 2010 8.13% 51.71% 6.57% 2011 10.66% 1.17% 222.57%
2012 27.86% 2.90% 7.07%
Tabel 4.18 Perbandingan return on asset
Gambar 4.15 Return on asset
98
Return on asset yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk sama
seperti ROE yang memiliki persentase yang sangat kecil, bahkan masih
dibawah ROE. Dimulai tahun 2008 perusahaan hanya mampu menghasilkan
ROA sebesar 0,11%. Dengan aset yang cukup besar yaitu Rp 9.800.729,-
perusahaan hanya mampu menghasilkan net income sebesar Rp 10.497,- hal
tersebut berarti perusahan belum dapat memanfaatkan aset perusahaan untuk
membantu kegiatan penjualan.
Tahun 2009 perusahaan mengalami sedikit peningkatan yaitu 2,84%.
Tahun 2010 perusahaan didukung oleh penjualan entitas anak yang
menyebabkan net income menjadi tinggi, dan aset bertambah walaupun hanya
sedikit. Tahun 2011 perusahaan kembali dalam keadaan sebelum divestasi
bahkan net income dan total aset yang dimiliki perusahaan mengalami
penurunan dari tahun 2009. Penurunan tersebut bisa berdampak buruk bagi
perusahaan, karena tujuan divestasi PT Matahari Departement Store Tbk
untuk mengembangkan Hypermart belum berhasil dijalankan untuk tahun
2011, sehingga penjualan belum mencapai hasil tertinggi . Tahun 2012
perusahaan sudah mulai menata dengan baik dengan meningkatkan net
income melalui hasil penjualan walaupun aset yang dimiliki mengalami
penurunan.
Untuk perusahaan kompetitor, titik tertinggi ROA berada pada tahun
2012, hal tersebut menandakan bahwa perusahaan-perusahaan kompetitor
memiliki kemajuan untuk mengelola penjualan dengan memanfaatkan aset-
aset yang mereka miliki dengan tepat. Untuk perusahaan divestaasi titik
tertinggi pada tahun 2011, perusahaan-perusahaan divestasi menggunakan
aset untuk penjualan setelah perusahaan terbut melakukan divestasi.
99
4.3 Analisis Z-Score
Analisis Z-score digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan
perusahaan, apakah perusahaan akan going concern di masa depan atau tidak.
Analisis ini akan sangat membantu bagi para investor, kreditor, atau pihak-
pihak yang berkepentingan lainnya dalam mengambil keputusan bisnis.
2008 2009 2010 2011 2012
X1 0.056 0.182 0.205 0.063 0.288
X2 0.105 0.126 0.363 0.256 0.344
X3 (0.007) 0.035 0.488 0.016 0.033
X4 0.486 0.337 0.660 0.603 0.064
Tahun 6.56 3.26 6.72 1.05 Total
2008 0.368 0.344 (0.048) 0.511 1.174
2009 1.193 0.412 0.238 0.354 2.197
2010 1.346 1.185 3.281 0.693 6.504
2011 0.414 0.836 0.107 0.633 1.990
2012 1.889 1.122 0.219 0.067 3.298
Tabel 4.19 Perhitungan Z-score
Berdasarkan perhitungan analisis Z-score yang dilakukan terhadap PT
Matahari Putra Prima Tbk, dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada pada
tingkat yang kurang memuaskan. pada tahun 2008 analisis Z-score adalah
1,1764 dimana angka tersebut sangat mengkhawatirkan perusahaan karena
berada pada grey area yang menunjukkan indikasi perusahaan mendekati
ancaman kebangkrutan. Tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 2,197
namun masih berada pada grey area. Pada tahun 2010 perusahaan berhasil
membuat peningkatan dan berada pada tingkat yang aman yaitu sebesar
6,504. Peningkatan tersebut tidak lepas dari proses divestasi yang dilakukan
100
perusahaan karena meningkatnya saldo laba yang dimiliki perusahaan dan
pengurangan pada beban pokok penjualan yang dihasilkan.
Namun pada tahun 2011 perusahaan kembali pada tingkat grey area
yaitu 1,99, hal tersebut dikarenakan X3 perusahaan mengalami penurunan
signifikan pada earning before interest and taxes. Tetapi pada tahun 2012
perusahaan berada pada posisi 3,928 yang berarti menunjukkan indikasi
bahwa perusahaan dapat dikategorikan perusahaan sehat. Jika dilihat dari
perbandingan prediksi kebangkrutan sebelum dan sesudah divestasi, sebelum
divestasi perusahaan berada pada grey area dimana jika perusahaan tidak
melakukan perbaikan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Namun
setelah divestasi dilakukan perusahaan dapat memperbaiki sehingga tahun
2012 perusahaan berada pada zona aman.