tugas mandiri ske1.docx

4
1.2 Mekanisme eritropoiesis Prekursor eritroid dalam sumsum tulang berasal dari sel induk hematopoietic, melalui jalur sel induk myeloid. Kemudian menjadi sel induk eritroid, yaitu BFU-E (Burst Forming Unit Erythroid), dan selanjutnya CFU-E (Colony Forming Unit Erythroid). Prekursor eritroid yang dapat dikenali secara morfologik konvensional dalam sumsum tulang, dikenal sebagai promonoblast (rubiblast), kemudian berkembang menjadi basophilic (normoblast basophilic/prorubrisit), selanjutnya polychromatophilic normoblast (rubrisit), dan acidophilic normoblast. Sel ini kemudian kehilangan intinya, namun masih tertinggal sisa-sisa RNA, yang jika dicat dengan pengecatan khusu akan tampak seperti jala yang disebut retikulosit. Retikulosit akan dilepas ke darah tepi, lalu kehilangan RNA- nya sehingga menjadi eritrosit dewasa. Eritrosit hidup selama 120 hari, setelah tua, eritrosit dikeluarkan melalui sistem retikuloendotelial. Destruksi eritrosit yang telah berusia 120 hari disebut senescene, sedangkat destruksi eritrosit sebelum usia 120 hari karena faktor patologik disebut hemolisis. Mekanisme destruksi eritrosit Gue fotoin dan kirim lewat Line ya Pmmmm :D 3.3 Pemeriksaan pada anemia 1. Anamnesis Mengetahui pola makan dan kebiasaan pasien, mengetahui adanya riwayat keluarga. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik guna mengetahui adanya kelainan pada fisik pasien. Dapat ditemukan tanda-tanda khas yang hanya terdapat pada masing-masing anemia, yaitu:

Upload: ranny-ayu-farisah

Post on 13-Apr-2016

226 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Anemia defisiensi besi

TRANSCRIPT

Page 1: tugas mandiri ske1.docx

1.2 Mekanisme eritropoiesis

Prekursor eritroid dalam sumsum tulang berasal dari sel induk hematopoietic, melalui jalur sel induk myeloid. Kemudian menjadi sel induk eritroid, yaitu BFU-E (Burst Forming Unit Erythroid), dan selanjutnya CFU-E (Colony Forming Unit Erythroid). Prekursor eritroid yang dapat dikenali secara morfologik konvensional dalam sumsum tulang, dikenal sebagai promonoblast (rubiblast), kemudian berkembang menjadi basophilic (normoblast basophilic/prorubrisit), selanjutnya polychromatophilic normoblast (rubrisit), dan acidophilic normoblast. Sel ini kemudian kehilangan intinya, namun masih tertinggal sisa-sisa RNA, yang jika dicat dengan pengecatan khusu akan tampak seperti jala yang disebut retikulosit. Retikulosit akan dilepas ke darah tepi, lalu kehilangan RNA-nya sehingga menjadi eritrosit dewasa.

Eritrosit hidup selama 120 hari, setelah tua, eritrosit dikeluarkan melalui sistem retikuloendotelial. Destruksi eritrosit yang telah berusia 120 hari disebut senescene, sedangkat destruksi eritrosit sebelum usia 120 hari karena faktor patologik disebut hemolisis.

Mekanisme destruksi eritrosit

Gue fotoin dan kirim lewat Line ya Pmmmm :D

3.3 Pemeriksaan pada anemia

1. Anamnesis

Mengetahui pola makan dan kebiasaan pasien, mengetahui adanya riwayat keluarga.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik guna mengetahui adanya kelainan pada fisik pasien. Dapat ditemukan tanda-tanda khas yang hanya terdapat pada masing-masing anemia, yaitu:

- Anemia defisiensi besi : disfagian, atrofi papil lidah, stomatitis angularis

- Anemia defisiensi asam folat : buffy tongue

- Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali

- Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi

3. Dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium untuk meneggakan diagnosis secara lebih pasti.

4.1 Definisi Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan beso untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan Hemoglobin berkurang.

Page 2: tugas mandiri ske1.docx

Klasifikasi derajat defisiensi besi dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Deplesi besi : cadangan besi menurun, tetapi penyediaan besi untuk eritropoiesis belum terganggu

2. Eritropoiesis defisiensi besi : cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk eritropoiesis terganggu, tetapi belum menimbulkan anemia

3. Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi

4.4 Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi

Kandungan zat besi tubuh total adalah sekitar 2 g/dl untuk perempuan dan 6 g/dl untuk laki-laki. Sekitar 80% zat besi tubuh fungsional terdapat dalam hemoglobin; sisanya terdapat di mioglobin dan enzim yang mengandung zat besi (misalnya katalase dan sitokrom). Simpanan zat besi yang dicerminkan oleh hemosiderin dan zat besi yang terikat ke feritin, mengandung 15-20% zat besi tubuh total. Zat besi simpanan ditemukan di semua jaringan, tetapi paling utama di hati, limpa, sumsum tulang, dan otot rangka. Zat besi diangkut di dalam plasma oleh protein pengikat zat besi yang disebut transferin. Pada orang normal, 33% transferin tersaturasi oleh zat besi sehingga kadar zat besi serum pada laki-laki normal adalah 120µg/dl dan pada perempuan 100µg/dl. Maka TIBC (Total Iron Binding Capacity) berkisar antara 300-350µg.

Karena tingginya prevalensi anemia defisiensi besi pada manusia, dapat diperkirakan tekanan evolusi telah memicu terbentuknya jalur metabolisme zat besi yang sangat condong untuk menahan zat besi di dalam tubuh. Tidak ada jalur terkontrol untuk mengeluarkan zat besi, yang terbatas hingga 1-2 mg/hari dan keluar bersama sel epitel mukosa dan kulit yang terlepas. Oleh karena itu, keseimbangan zat besi terutama dipertahankan dengan mengendalikan penyerapan zat besi dari makanan.

Apabila tubuh kelebihan zat besi, sebagian besar zat besi yang masuk ke sel akan terikat ke feritin, dan hilang bersama eksfoliasi. Apabila terjadi defisiensi zat besi, atau saat terjadi eritropoiesis inefektif, pemindahan ke transferin plasma meningkat.

Mula-mula, terjadi deplesi simpanan zat besi, yang ditandai dengan penurunan feritin serum dan menurunnya zat besi yang terwarnai di sumsum tulang. Kemudian terjadi penurunan zat besi dalam darah, dengan kadar zat besi serum yang rendah dan peningkatan kapasitas transferin serum mengikat zat besi. Akhirnya, defisiensi menimbulkan dampak pada hemoglobin, mioglobin, dan senyawa zat besi lain.

Defisiensi besi menimbulkan penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom, dan gliserofosfat oksidase, sehingga menyebabkan gangguan glikolisis yang berakibat penumpukan asam laktat sehingga mempercepat kelelahan otot.

Page 3: tugas mandiri ske1.docx

DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made, et all. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.

Bakta, I Made. (2006). Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Price, Sylvia A, et all. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Robbins, et all. (2007). Buku Ajar Patologi Volume 2 Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.