tugas dr. julianti
DESCRIPTION
public healthTRANSCRIPT
MASUKAN
A. Tenaga (Man)
Dokter Umum : 2 orang
Perawat : 3 orang
Petugas P2M : 1 orang
Petugas P2TB : 1 orang
Petugas Laboratorium : 1 orang
Petugas Fiksasi Sputum : 1 orang
Petugas PMO Puskesmas : 1 orang
Petugas PMO Keluarga : Ada sesuai jumlah penderita TB
Petugas Pencatatan dan Pelaporan : 1 orang
Kader Kesehatan : 3 orang/desa
B. Dana (Money)
APBD : Cukup
Global Fund : Cukup
C. Sarana (Material)
Sarana Medis
1. Stetoskop : Ada (2 buah)
2. Termometer : Ada (2 buah)
3. Tensimeter : Ada (2 buah)
4. Senter : Ada (2 buah)
5. Timbangan Berat Badan : Ada (2 buah dewasa dan anak)
6. Rak Sputum : Ada
7. Pot Sputum : 100 pot/bulan
8. Kaca Objek : 500 paket/bulan
9. Bambu / Lidi : Ada
10. Lampu Spiritus : Ada
11. Pewarnaan Ziehl Neelsen : Ada
12. Spuit : Ada
13. Mikroskop : Ada
14. Alat Rontgen : Ada
15. Tes Mantoux : Ada
16. Persediaan Obat TB per Kategori
Kategori 1 : Cukup
Kategori 2 : Cukup
Kategori Sisipan : Cukup
Kategori Anak : Cukup
Sarana Non Medis
1. Ruang Tunggu Pasien yang Terbuka : Ada
2. Ruang Pemeriksaan Pasien : Ada (2 ruang dengan ventilasi
yang memadai)
3. Ruang Administrasi : Ada (1 ruang)
4. Ruang Laboratorium : Ada (1 ruang)
5. Ruang Rontgen : Ada (1 ruang)
6. Ruang Obat : Ada (1 ruang)
7. Tempat Tidur Untuk Memeriksa Pasien : Ada (1 buah/ruang)
8. Lemari Penyimpanan Obat : Ada (1 buah)
9. Meja Kursi Puskesmas : Cukup
10. Rak Obat : Ada
11. Buku Register Kunjungan Pasien : Ada
12. Alat Tulis : Ada
13. Spidol : Ada
14. Brosur : Ada
15. Poster : Ada
16. Kipas : Ada
17. Formulir TB-01 Sampai TB-08 : Ada
D. Metode (Method)
1. Penemuan Tersangka TB
Penemuan penderita TB dilakukan dengan cara passive case finding dan active
case finding dengan melakukan kerjasama secara lintas program (Puskesmas
Keliling, Kunjungan Rumah dan Posyandu).
2. Penentuan Diagnosis TB
a. Dewasa
1) Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa SPS.
S (sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah
pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
P (pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada
petugas di puskesmas.
S (sewaktu) : dahak dikumpulkan di puskesmas pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
Bagan 1. Alur Diagnosis TB Paru
TB paru BTA positif :
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
Terdapat 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Terdapat 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan
kuman TB positif.
Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA
negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT selama 2 minggu.
TB paru BTA negative :
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
Ditentukan (dipertimbangkan) dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
oleh dokter untuk diberi pengobatan.
2) Pemeriksaan Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan jika hasil pemeriksaan dahak BTA
masih meragukan. Pemeriksaan ini dirujuk ke rumah sakit lain kemudian
hasilnya di bawah ke Puskesmas Tirtajaya untuk pertimbangan
pengobatan.
b. Anak
Diagnosa TB untuk anak dilakukan dengan teknik skoring karena pasien anak
sering kali sukar untuk berdahak. Anak dinyatakan menderita TB jika skornya
≥6.
Tabel 1. Sistem Skor Gejala dan Pemeriksaan Penunjang TB
3. Pengobatan TB
Menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) dari
WHO sesuai dengan kategori pengobatan TB paru :
a. Kategori 1 : 2 (HRZE) / 4 (HR)3
Diberikan untuk pasien baru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA
negatif dengan foto thoraks positif, dan pasien TB ekstra paru.
b. Kategori 2 : 2 (HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3
Diberikan untuk pasien kambuh, pasien gagal, pasien dengan pengobatan
setelah default (terputus).
c. OAT sisipan (HRZE)
Obat ini diberikan untuk pasien TB paru BTA positif yang tidak mengalami
konversi setelah pengobatan tahap awal, baik yang menggunakan kategori 1
atau kategori 2.
d. Kategori Anak (2HRZ/4HR)
Prinsip dasar pengobatan TB anak adalah minimal 3 macam obat dan
diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik
intensif mau pun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan dengan berat
badan anak.
4. Pengendalian Pengobatan Dibawah Pengawasan PMO
Dilakukan oleh petugas Puskesmas Tirtajaya atau anggota keluarga pasien. PMO
bertugas :
Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejala-gejala yang mencurigakan TB untuk segera memeriksa diri ke
Fasilitan Pelayanan Kesehatan.
5. Follow Up TB
Dengan pemeriksaan ulang dahak SPS secara mikroskopis sesuai jadwal :
Kategori 1 : Akhir fase intensif, 1 bulan sebelum akhir pengobatan , akhir
pengobatan.
Kategori 2 : Akhir fase intensif, setelah sisipan 1 bulan, 1 bulan sebelum akhir
pengobatan, akhir pengobatan.
Kategori Anak : Berdasarkan adanya perbaikan klinis.
6. Penyuluhan TB
a. Perorangan : Penyuluhan langsung (tanya-jawab, konsultasi) di puskesmas.
Materi yang diberikan semua tentang TB.
b. Kelompok : Menggunakan metode penyuluhan langsung dengan cara
ceramah atau seminar mengenai TB paru kepada masyarakat. Materi
penyuluhan adalah semua informasi tentang TB.
7. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan : Menggunakan formulir TB
1) TB 01. Kartu pengobatan TB
2) TB 02. Kartu identitas penderita
3) TB 03. Register TB kabupaten
4) TB 04. Register laboratorium TB
5) TB 05. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan
dahak
6) TB 06. Daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak SPS
7) TB 07. Laporan triwulan penemuan penderita baru dan kambuh
8) TB 08. Laporan triwulan hasil pengobatan penderita TB paru
b. Pelaporan
Dilakukan 1 kali sebulan.
8. TB MDR
Dilakukan rujukan jika terdapat pasien yang mempunyai gejala TB dengan salah
satu atau lebih kriteria suspek dibawah ini:
a. Pasien TB yang gagal pengobatan kategori 2 (kasus kronik)
b. Pasien TB tidak konversi pada pengobatan kategori 2
c. Pasien TB dengan riwayat pengobatan TB di fasyankes Non DOTS
d. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1
e. Pasien TB tidak konversi setelah pemberian sisipan
f. Pasien TB kambuh
g. Pasien TB yang kembali berobat setelai lalai/default
h. Pasien TB dengan riwayat kontak erat pasien TB MDR
i. ODHA dengan gejala TB-HIV
9. Ketersediaan Obat
Dilakukan pendataan jumlah obat yang tersedia.
10. Error Rate
Error rate atau angka kesalahan baca adalah angka kesalahan laboratorium yang
menyatakan prosentase kesalahan pembacaan slide/ sediaan yangdilakukan oleh
laboratorium pemeriksa pertama setelah di uji silang (cross check) oleh
laboratorium rujukan lain. Angka ini menggambarkan kualitas pembacaan slide
secara mikroskopis langsung laboratorium pemeriksa pertama. Angka kesalahan
baca sediaan (error rate) ini hanya bisa ditoleransi maksimal 5%.
PROSES
A. Perencanaan (Planning)
1. Penemuan Tersangka TB
Setiap hari kerja pukul 08.00 – 14.00 WIB di Puskesmas dengan metode passive
case finding dan active case finding dengan melakukan memanfaatkan Puskesmas
Keliling, Kunjungan Rumah dan Posyandu.
2. Penentuan Diagnosis TB
Setiap hari kerja pukul 08.00 – 14.00 WIB dilakukan oleh dokter berdasarkan gejala
yang ada pada penderita, pemeriksaan fisik, kemudian diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan dahak SPS mikroskopis langsung dengan pewarnaan
Ziehl-Neelsen dan pemeriksaan foto toraks jika diperlukan.
3. Pengobatan TB
Setiap hari kerja pukul 08.00 – 14.00 WIB dilakukan oleh dokter atau petugas
puskesmas dengan menggunakan strategi DOTS dari WHO sesuai dengan
kategori pengobatan TB paru.
4. Pengendalian Pengobatan Dibawah Pengawasan PMO
PMO berasal dari keluarga penderita yang sudah ditentukan.
5. Follow Up TB
Setiap hari kerja pukul 08.00 – 14.00 WIB yang dilakukan oleh petugas
laboratorium Puskesmas. Pemeriksaan ulang dahak dilakukan sesuai dengan
kategori, meliputi:
Kategori 1: Diperiksa pada akhir fase intensif, sebulan sebelum akhir
pengobatan, dan akhir pengobatan.
Kategori 2: Diperiksa pada akhir fase intensif, setelah sisipan satu bulan,
sebulan sebelum akhir pengobatan, dan akhir pengobatan.
6. Penyuluhan TB
a. Perorangan
Setiap hari kerja pukul 08.00 – 14.00 WIB di Puskesmas oleh dokter.
b. Kelompok
Direncanakan 1 kali setiap bulan
7. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan
Setiap hari kerja dengan formulir TB yang ada di puskesmas, dilakukan oleh
petugas pencatatan.
b. Pelaporan
Dilaporkan 1 kali sebulan ke Dinas Kesehatan.
8. TB MDR
Dilakukan rujukan jika terdapat pasien yang mempunyai gejala TB dengan salah
satu atau lebih kriteria suspek dibawah ini:
a. Pasien TB yang gagal pengobatan kategori 2 (kasus kronik)
b. Pasien TB tidak konversi pada pengobatan kategori 2
c. Pasien TB dengan riwayat pengobatan TB di fasyankes Non DOTS
d. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1
e. Pasien TB tidak konversi setelah pemberian sisipan
f. Pasien TB kambuh
g. Pasien TB yang kembali berobat setelai lalai/default
h. Pasien TB dengan riwayat kontak erat pasien TB MDR
i. ODHA dengan gejala TB-HIV
9. Ketersediaan Obat
Dilakukan pendataan jumlah obat yang tersedia.
10. Error Rate
Melakukan uji silang untuk mendapatkan perhitungan Error Rate.
B. Pengorganisasian (Organizing)
Struktur organisasi program P2TB :
Penanggung Jawab Program
(Kepala Puskesmas)
C. Pelaksanaan (Actuating)
1. Penemuan Tersangka TB
Dilakukan setiap hari kerja di Puskesmas jam 08.00-14.00 WIB dan dengan
memanfaatkan Puskesmas Keliling, Kunjungan Rumah dan Posyandu.
2. Penentuan Diagnosis TB
Dilakukan setiap hari kerja di Puskesmas jam 08.00-14.00 WIB.
3. Pengobatan TB
Dilakukan setiap hari kerja di Puskesmas jam 08.00-14.00 WIB.
4. Pengendalian Pengobatan Dibawah Pengawasan PMO
PMO berasal dari keluarga pasien yang sudah ditentukan dan dilakukan pendataan
untuk dilakukan evaluasi.
5. Follow Up TB
Dilakukan setiap hari kerja di Puskesmas jam 08.00-14.00 WIB.
6. Penyuluhan TB
a. Perorangan
Dilakukan setiap hari kerja di Puskesmas jam 08.00 – 14.00 WIB dilakukan
oleh dokter saat pasien dengan pengobatan TB datang untuk mengambil obat.
b. Kelompok
Dilakukan 1 kali sebulan.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Petugas P2M Petugas Laboratorium
Petugas Pencatatan dan Pelaporan
Petugas PMO
Petugas P2TB
a. Pencatatan
Dilakukan setiap hari kerja di Puskesmas jam 08.00 – 14.00 WIB oleh petugas
pencatatan.
b. Pelaporan
Dilakukan 1 kali sebulan ke Dinas Kesehatan.
8. TB MDR
Melakukan rujukan jika terdapat pasien yang mempunyai gejala TB dengan salah
satu atau lebih kriteria suspek TB MDR.
9. Ketersediaan Obat
Melakukan pendataan jumlah obat yang tersedia untuk dilakukan evaluasi.
10. Error Rate
Melakukan uji silang dengan laboratorium puskesmas lain untuk melakukan
perhitungan Error Rate.
D. Pengawasan (Controlling)
1. Internal
Pengawasan dari Kepala Puskesmas secara langsung.
2. Eksternal
Pengawasan dari Dinas Kesehatan sebanyak 4 kali per tahun oleh bagian P2M.