tugas dr. rina.docx

28
TUGAS Penguji: Dr. dr. Rina K. Kusumaratna, M.Kes Hanina Yuthi Mauliani (030.09.106) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN PASAR MINGGU PERIODE 02 JUNI 2014 – 16 AGUSTUS 2014 1

Upload: haninamauliani

Post on 22-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

TUGAS

Penguji:Dr. dr. Rina K. Kusumaratna, M.Kes

Hanina Yuthi Mauliani (030.09.106)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKATKECAMATAN PASAR MINGGUPERIODE 02 JUNI 2014 16 AGUSTUS 2014FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI20141) VAKSINa. Penggolongan Vaksin (1)1. Live attenuated vaccineVaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam tifoid, vaksin campak, gondongan, dan cacar air (varisela).2. Inactivated vaccine (Killed vaccine)Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia (formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin pneumonia pneumokokal, vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin demam tifoid.3. Vaksin ToksoidVaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik dan meningkatkan imunogenesitasnya.Contoh : Vaksin Difteri dan Tetanus

4. Vaksin Acellular dan SubunitVaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe.Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin hemofilus influenza tipe b (Hib) dan vaksin Influenza.5. Vaksin IdiotipeVaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.6. Vaksin RekombinanContoh : hepatitis B7. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia.

8. Jenis Vaksin. (1)1. Vaksin BCG KeringVaksin ini adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin = BCG) dari strain Paris No. 1173-P2. Vaksin dibiakkan secara berulang selama 13 tahun (basil tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas).2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis - Tetanus)Vaksin DT adalah vaksin yang mengandung toksoid Difteri dan Tetanus yang telah dimurnikan. Pertussis whole-cell (alum precipitated vaccine) yaitu vaksin yang merupakan suspensi kuman B pertusis mati . Ketiganya teradsorbsi ke dalam 3mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet3. Vaksin Polio OralVaksin oral polio hidup adalah vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi viruspoliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa4. Vaksin Polio InjeksiIPV berisi tipe 1, 2 dan 3 dibiakan pada sel-sel fero ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formaldehid5. Vaksin Campak KeringVaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70, dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.Adapula vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium)6. Vaksin Hepatitis B RekombinanVaksin Hepatisis B Rekombinan yang telah diinaktivasi dan bersifat non-infectious (Rekombinan DNA sel ragi tidak infeksius). Berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspensi berwarna putih yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandung gen HBsAg, yang dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisika kimia seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid.7. Vaksin Haemophilus Influenza type BYaitu Polisakarida H. Influenza tipe b dikonjugasikan pada toksoid tetanus, trometamol, sukrosa dan NaCl8. Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR) Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam embrio ayam. Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia9. Vaksin Demam TyphoidKomposisi terdiri dari polisakarida kapsul VI Salmonella typhi, Fenol, Nacl, NaHPO3H10. Vaksin Hepatitis AVirus inaktif dalam formaldehid11. Vaksin VariselaVirus hidup dilemahkan, strain Oka12. Vaksin Influenza-1Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS). Strain 2004 untuk daerah selatan H1N1 (new Caledonia/20/99) H3N2 (Fujian/411/2002) Hongkong/330/200113. Vaksin kombinasi (tetract-Hib dan Infantrix-Hib) Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib DPwT/DpaT dalam vial, Hib dalam PFS (prefilled syringe)14. Vaksin Pneumokokkus (Prevenar)Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 23F)

b. Macam macam Imunisasi Dasar (1)1. Hepatitis B2. Polio3. DPT4. BCG5. Campak6. HiBVaksin ini berguna untuk mencegah penyakit meningitis dan pneumonia akibat infeksi bakteri Haemofillus Influenza B. Bakteri ini bukan penyebab flu karena flu disebabkan oleh virus Influenza. Bakteri ini bertanggung jawab atas kematian 386.000 anak tiap tahunnya7. RotavirusDiare pada anak-anak 90 % disebabkan oleh virus Rotavirus. Virus ini menyebabkan gejala sistem pencernaan berupa muntah berat dan diare cair.

c. Rantai VaksinAdalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pada saat pemberinanya pada sasaran. (1)Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam penyimpanan maupun saat transportasi ke tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang baik (imunogenisitas tinggi). Perlu diketahui, bahwa vaksin adalah produk biologis yang sentitif terhadap perubahan suhu. Ada vaksin yang sensitif terhadap panas misalnya vaksin polio, campak dan BCG. Ada vaksin yang sensitif terhadap pembekuan misalnya vaksin heparitis B, DPT, TT dan DT. Namun secara umum, semua vaksin akan rusak bila terpapar suhu panas, namun vaksin polio, campak dan BCG akan lebih mudah rusak pada paparan panas bila dibanding vaksin hepatitis B, DPT, DT dan TT. Setiap unit pelayanan diharuskan memiliki tempat penyimpanan vaksin. Demikian juga dalam pendistribusiannya penting untuk diperhatikan. Faktor yang dapat merusak vaksin antara lain sinar matahari, suhu dan kelembaban. (1)Efektifitas vaksin di Indonesia selalu dimonitor oleh badan POM dengan mengambil sampel secara acak, atau dengan alat Vaccine Vial Monitor/ VVM, yaitu sejenis stiker yang ditempelkan pada botol vaksin. Bila vaksin rusak maka VVM akan berubah warna, namun karena mahal, belum semua vaksin ditempel VVM. (1)NoJenisKebutuhanDaya tahan

1Lemari es1 buah10 tahun

2Vaccine carrier3-5 buah4 tahun

3Thermos + 4 bh ColdSejumlah tim lapangan4 tahun

pack

4Cold Box1 buah5 tahun

5Freeze tag/treeze watchSejumlah tim lapangan5 tahun

Pengelolaan peralatan vaksin dan rantai vaksin di Puskesmas (1)1. Lemari EsSetiap Puskesmas mempunyai 1 lemari es sesuai standar program ( buka atas).

2. Vaccine carrieradalah alat untuk membawa vaksin dari kota ke puskesmas, dapat mempertahankan suhu +2C s/d +8C relatif lama . Vaccine carrier dilengkapi dengan 4 buah cool pack @ 0.1 liter

3. Kotak Dingin ( Cool pack )adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan pada lemari es selama 24 jam

4. Thermosdigunakan untuk membawa vaksin ke tempat pelayanan imunisasi. Setiap thermos dilengkapi cool pack minimal 4 bh @ 0.1 L. Dapat mempertahankan suhu kurang dari 10 jam, sehingga cocok digunakan untuk daerah yang transportasinya lancar.

5. Cold BoxCold box ditingkat Puskesmas digunakan apabila keadaan darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lama.

6. Freeze Tag/freeze watchUntuk memantau suhu dari kota ke Puskesmas pada waktu membawa vaksin serta dari puskesmas ke tempat pelayanan dalam upaya peningkatan kualitas rantai vaksin.

d. Penyimpanan Vaksin1. Penyimpanan vaksin (1) Semua Vaksin disimpan pada suhu +2C s/d +8C Bagian bawah lemari es diletakkan cool pack sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu Peletakan dus vaksin bejarak minimal 1-2 cm Vaksin yang sensitif terhadap panas (BCG, Campak, Polio) diletakan dekat evaporator Vaksin yang sensitif terhadap dingin (DT,TT,DPT,HB) diletakan jauh dari evaporator. 2. Penggunaan di tempat pelayanan imunisasi. (1) Vaksin disimpan dalam thermos yang berisi cool pack Diletakkan di meja yang tidak terkena matahari langsung Dalam penggunaannya vaksin diletakkan di atas spon yg berada dalam thermos Dalam thermos tidak boleh ada air yang merendam vaksin Penggunaan vaksin dari vial yang sudah dibuka3. Pemberian Vaksin. (3)Sisa vaksin yg telah dibuka pada pelayanan dinamis tidak boleh digunakan lagi. Pada pelayanan statis (di Puskesmas) sisa vaksin dapat digunakan dengan ketentuan : Vaksin tidak melewati tanggal kadaluwarsa Tetap disimpan pada suhu +2C s/d +8C Kemasan vaksin tidak pernah terendam air VVM (Vaccine Vial Monitor : stiker yang ditempel pada botol vaksin ) masih bagus Pada label ditulis tanggal vaksin pertama kali dibuka Vaksin Polio dapat digunakan hingga 2 minggu setelah dibuka Vaksin DPT,DT,TT,HB dapat digunakan hingga 4 minggu Vaksin Campak hanya boleh digunakan tidak lebih 6 jam setelah dilarutkan Vaksin BCG hanya boleh digunakan tidak lebih 3 jam setelah dilarutkan

e. Pemberian Vaksin (1)VaksinBCGBCG, DPT-Hep B, Hep B

Tempat suntikanLengan kanan atas luar (di daerah insertion M. Deltoideus.)Paha tengah luar (bagian anterolateral paha atas) pada bayi dan pada anak / Dewasa > 1 tahun sebaiknya disuntikkan pada otot deltoid,

Cara penyuntikanIntracutanIntramuscular/subcutan dalam

Dosis0,05 cc0,5 ml

VaksinCampakPolioTetanus

Tempat suntikanLengan kiri atasMulutPaha tengah luar (bagian anterolateral paha atas) / Lengan kanan atas luar (di daerah insertion M. Deltoideus.)

Cara penyuntikanSubcutanDiteteskan di mulutIntramuscular/subcutan dalam

Dosis0,5 ml2 tetes0,5 ml

2) EPIDEMIOLOGIa. DefinisiIlmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta determinannya (faktor faktor yang mempengaruhinya penyakit tersebut). (2), (3)

b. Komponen penting dalam epidemiologi (4)1. FrekuensiMerupakan upaya melakukan kuantifikasi atau proses patologis atas kejadian untuk mengukur besarnya kejadian/ masalah serta untuk melakukan perbandingan dari data primer atau data sekunder yang telah terkumpul (seberapa sering).2. DistribusiMenunjukkan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit atau masalah kesehatan, epidemiologi menggambarkan kejadian tersebut berdasarkan variabel orang, tempat, waktu. Artinya dalam penyelidikannya selalu menjawab pertanyaan siapa yang terkena penyakit dalam populasi serta kapan dan dimana penyakit tersebut terjadi (penyebaran penyakit menurut variable epidemiologi).3. DeterminanAdalah faktor yang mempengaruhi, berhubungan atau memberikan risiko terhadap terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Merupakan kelanjutan dua komponen terdahulu, karena pengetahuan tentang frekuensi, distribusi penyakit diperlukan untuk menguji hipotesis epidemiologi: jadi menunjukkan faktro penyebab dari suatu masalah kesehatan baik yang menerangkan frekuensi, ditribusi, penyebab munculnya masalah kesehatan.

c. Terdapat 2 tipe pokok pendekatan epidemiologi: (5)a) Studi epidemiologi Diskriptif Bagian epidemiologi yang menerangkan frekuensi penyakit dan distribusi penyakit pada manusia menurut variabel who, when, where.b) Studi epidemiologi AnalitikBagian epidemiologi yang mempelajari faktor faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut menurut variable why, how.

d. Frekuensi Penyakit Incidence = insidens Prevalence = prevalens

e. Pengukuran dalam epidemiologi1) InsidensiAdalah peristiwa timbulnya kasus baru penyakit di suatu wilayah tertentu pada suatu periode tertentu. Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang : Data tentang jumlah penderita baru. Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru (Population at Risk) . Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : a. Incidence Rate Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan. Rumus yang dipergunakan :insidence rate = insidens x 1000Population at risk

Manfaat Incidence Rate adalah : Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan.

2) PrevalensiJumlah kasus baru dan lama di suatu wilayah tertentu pada suatu saat tertentu masyarakat tertentu.a. Prevalence Rate :Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

Point Prevalens Rate = prevalens X 1000 population

Period prevalens rate =Period Prev x 1000Population

f. Tujuan EpidemiologiMengumpulkan dan menginterpretasi informasi kesehatan untuk digunakan dalam peningkatan status kesehatan dan penurunan angka kesakitan dan kematian.

g. Perbedaan Rasio Prevalens dan Odds Ratio Rasio Prevalens Perbandingan antara prevalens suatu penyakit atau efek pada subyek dari kelompok yang mempunyai faktor risiko, dengan prevalens penyakit atau efek pada subyek yang tidak mempunyai faktor risiko. Odds Ratio Proporsi kasus dengan faktor risiko berbanding dengan proporsi kasus tanpa faktor risiko dan proporsi kontrol dengan faktor risiko berbanding dengan proporsi kontrol tanpa faktor risiko.

h. Perbedaan Rate dan Ratio Rates : kejadian yang terjadi dibagi dengan populasi yang mengalami risiko terkena penyakit tersebut Ratio : kejadian yang dibagi dengan kejadian lainnya sehingga hasilnya adalah sebuah rasio

3) SURVEILANSa. DefinisiSuatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan tindakan. (6)Surveilans masalah kesehatan berupa : Penyakit akut : DBD, flu burung Penyakit kronis : TBC Kesehatan reproduksi : perdarahan pasca lahir Lingkungan : pencemaran udara Pekerjaan : asbestosis, penyakit akibat pekerjaanTipe surveilans penyakit : (6) Surveilans pasifContoh : Laporan dari dokter, RS, laboratorium dan puskesmas Surveilans aktifPetugas kesehatan langsung kontak dengan sumber wabah Surveilans rutinContoh : Mengumpulkan data terjadinya penyakit secara mendadak Surveilans sentinelContoh : Laporan dari daerah tertentu

b. Skrining (7) Bagian dari early diagnostic & prompt reatmen, dan pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit secara aktif pada mereka yang nampak sehat tanpa Gejala, bukan merupakan alat diagnostic dilakukan pada oang sehat, populasi luas bukan sebagai dasar terapi merupakan proses identifikasi penyakit menggunakan uji dan dapat diaplikasikan secara cepat di masyarakat pembagian skrining : orang-orang yang lebih cenderung memiliki penyakit tersebut orang-orang yang cenderung untuk tidak memilikinya. contoh : fine needle aspiration sebagai gold standar skrining survey penyakit asimtomatis skrining rutin pada pilot untuk memastikan tidak mengalami serangan jantung skrining ca cervix dengan Pap smear

c. Case Finding (7) Bagian dari early diagnostic & prompt reatmen, dan pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit pada mereka yang nampak sakit dengan Gejala dilakukan pada orang yang sakit / sakit ringan, pendekatan populasi oportunistik sebagai dasar terapi terbagi menjadi aktif dan pasif. Aktif : petugas aktif turun mencari di lapangan Pasif : petugas kesehatan menunggu pasien datang Contoh : case finding pasien TBC pada DOTS dengan melakukan Pemeriksaan BTA mikroskopis

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Jadwal Imunisasi Terbaru 2014. Available at: http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html. Accessed August 12, 2014.2. Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Grady D, Newman TB, penyunting. Designing clinical research- An epidemiologic approach. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.3. Budiarto, Eko. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.4. Ferly A. Tiga Komponen Penting Dalam Epidemiologi : Dasar Dasar Epidemiologi. Available at: http://www.aldoferly.com/dasar-dasar-epidemiologi/. Accessed August 12, 2014.5. Notoatmodjo S. Prinsip - Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Edisi ke-2. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.6. Surveilans Penyakit. Available at: Surveilans Penyakit. Accessed August 12, 20147. Najmah. Tes Skrining (Screening Test) Dalam Epidemiologi. Available at: elearning.unsri.ac.id/te%20skrining%20screening%20test%dalam%20Epidemiologi.pdf. Accessed August 12, 201418