susmanto bab ii -...

47
8 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional Guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kecakapan atau kemampuan. 1 Menururt Uzer Usman kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. 2 Pengertian tersebut lebih melihat dari segi administratif keilmuan. Muhammad Surya mengungkapkan bahwa kompetensi adalah keseluruan kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang dalam kaitan dengan tugas tertentu. 3 Sejalan dengan itu, Finch dan Cruncilton sebagaimana dikutip oleh Mulyana mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. 4 Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh guru atau pendidik untuk menjalankan tugas-tugasnya guna mencapai suatu tugas tertentu yang telah ditentukan. Di samping bermakna kemampuan, oleh Mc Load kompetensi juga bermakna sebagai … the state of being usually competent or qualified”, yaitu keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menurut keentuan hukum. 5 Ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa orang yang memiliki kompetensi harus memiliki wewenang dan syarat sesuai dengan ketentuan 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2004),Cet. 9,hlm.229. 2 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 2, hlm. 4. 3 Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), Cet I, hlm. 92. 4 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan Implementasi), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3, hlm. 38. 5 Muhibbin Syah, op.cit.

Upload: phungdan

Post on 23-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

8

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kompetensi Profesional Guru

1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru

Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kecakapan atau

kemampuan.1 Menururt Uzer Usman kompetensi berarti suatu hal yang

menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang

kualitatif maupun yang kuantitatif.2 Pengertian tersebut lebih melihat dari

segi administratif keilmuan.

Muhammad Surya mengungkapkan bahwa kompetensi adalah

keseluruan kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diperlukan oleh seseorang dalam kaitan dengan tugas tertentu.3 Sejalan

dengan itu, Finch dan Cruncilton sebagaimana dikutip oleh Mulyana

mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas,

keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang

keberhasilan.4 Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup

tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh guru atau

pendidik untuk menjalankan tugas-tugasnya guna mencapai suatu tugas

tertentu yang telah ditentukan.

Di samping bermakna kemampuan, oleh Mc Load kompetensi juga

bermakna sebagai “… the state of being usually competent or qualified”,

yaitu keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menurut keentuan

hukum.5 Ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa orang yang memiliki

kompetensi harus memiliki wewenang dan syarat sesuai dengan ketentuan

1Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya,2004),Cet. 9,hlm.229. 2Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet.

2, hlm. 4. 3Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani

Quraisy, 2004), Cet I, hlm. 92. 4Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan Implementasi),

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3, hlm. 38. 5Muhibbin Syah, op.cit.

Page 2: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

9

hukum yang berlaku, misalnya seorang dokter merupakan suatu jabatan

yang diharuskan memiliki kemampuan dalam bidangnya. Dia memiliki

kewenangan dan syarat-syarat sebagai dokter yang didasarkan atas hukum

yang berlaku, yaitu harus lulusan fakultas kedokteran. Jadi guru pun

demikian, harus memiliki kompetensi. Munurut Barlow dalam Muhibin

Syah berpendapat bahwa kompetensi guru (teacher competency), ialah

“the ability of a teacher to responsibly perform his or her duties

appropriately”,6 yaitu, merupakan suatu kemampuan guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

Guru dituntut agar memiliki kemampuan dalam melaksanakan

kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Layak disini

maksudnya sesuai dengan kewenangannya sebagai guru. Berdasarkan

beberapa gambaran pengertian kompetensi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam

melaksanakan profesi keguruannya.

Selanjutnya beralih pada istilah “profesional” yang mengiringi kata

kompetensi sebagaimana tersebut dalam judul sub bab ini. Dalam

kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah profesional,

profesionalisme dan profesi yang dianggap memiliki arti yang sama.

Padahal anggapan tersebut salah. Untuk itu agar lebih jelas, yang

dimaksud dengan profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa

setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.7 Sedangkan

profesi adalah pekerjaan yang untuk melaksanakannya memerlukan

sejumlah persyaratan tertentu.8 Profesi merupakan pekerjaan orang-orang

tertentu, misalnya guru, dokter dan lain-lain, bukan pekerjaan sembarang

orang.

6Ibid. 7Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1994), Cet. 2, hlm. 107. 8Lihat Departemen Agama RI, Pengembangan Profesional dan Petunjuk Penulisan Karya

Ilmiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001), Cet. 1, hlm. 10.

Page 3: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

10

Istilah “profesional” aslinya adalah kata sifat dari kata profession

( pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.9 Sebagai

kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru,

dokter, hakim dan sebagainya.10 Pekerjaan yang bersifat profesional adalah

pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan

untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena

tidak dapat memperoleh pekerjaan yang lain.11

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan yang

bersifat profesional memerlukan bidang ilmu yang secara sengaja harus

dipelajari, kemudian diaplikasikan untuk kepentingan umum. Sedangkan

guru dalam pengertian yang sederhana adalah orang yang memberikan

ilmu pengetahuan kepada anak didik.12

Menurut Zakiah Daradjat guru adalah pendidik profesional, karena

secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian

tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.13

Berdasarkan hal tersebut maka pengertian guru profesional adalah

orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang

keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai

guru dengan kemampuan maksimal.14 Pengertian ini mengindikasikan

bahwa pekerjaan profesional merupakan pekerjaan yang memerlukan

pendidikan dan pelatihan yang khusus. Jadi guru profesional adalah orang

yang menempuh program pendidikan guru, memiliki tingkat master dan

telah mendapat ijazah negara serta telah berpengalaman dalam mengajar

pada kelas-kelas besar.15

9Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 230. 10Uzer Usman, op.cit., hlm. 14. 11Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

1995), Cet. 5, hlm. 13. 12Syaeful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif , (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2000), Cet.1,hlm. 31. 13Zakiah Daradjat, dkk.., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1992), hlm.39. 14Uzer Usman, op.cit., hlm. 15. 15Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2003), Cet. 2, hlm. 27.

Page 4: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

11

Berdasarkan pengertian kompetensi dan profesional yang telah

diuraikan di atas maka yang dimaksud dengan kompetensi profesional

guru merupakan berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat

mewujudkan dirinya sebagai guru atau pendidik profesional. Dalam

melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki

seperangkat kemampuan (competency) profesional yang beraneka ragam.

Seorang guru, sebagai pendidik profesional harus memiliki

keahlian dalam berbagai ilmu keguruan, lebih khusus lagi guru agama

harus memiliki keahlian dalam bidang agama, guru matematika harus

memiliki keahlian dalam bidang matematika, begitu juga dengan guru

bidang studi yang lain, harus memiliki ilmu keguruan dalam bidangnya

masing-masing.

Syarat di atas menunjukkan bahwa suatu pekerjaan harus dimiliki

dengan tanggung jawab yang penuh dan dikerjakan oleh orang yang

berilmu pengetahuan serta memiliki keahlian yang khusus yang diperoleh

melalui proses pendidikan dan pelatihan atau program khusus.

Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional,

dalam arti harus dilakukan secara benar dan tepat. Hal itu hanya dapat

dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian atau kemampuan

sebagaimana sabda Rasulullah saw:

رواه . (إذا وسد األمر اىل غري اهله فانتظر الساعة: ... عن اىب هريرة قال 16)البخاري

Dari Abu Hurairoh berkata: … ketika suatu urusan dikerjakan oleh orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. (HR. al-Bukhari) Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa suatu pekerjaan atau

urusan akan dapat dicapai dengan baik dan berhasil apabila dilakukan oleh

orang yang memiliki keahlian dalam urusan tersebut, dan sebaliknya

apabila pekerjaan atau urusan dilakukan oleh orang yang tidak memiliki

16Abi Abdillah Muhammad bin Ismaill Al-Bukhari, Matan Al-Bukhari, (Indonesia: Darul

Ihya, t.th), hlm. 21.

Page 5: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

12

keahlian dalam urusan tersebut maka akan mengakibatkan kehancuran,

artinya urusan itu tidak dapat dicapai dengan baik dan berhasil. Begitu

juga dengan masalah mendidik, apabila diserahkan kepada guru yang tidak

ahli (tidak profesional) maka akan mengakibatkan kehancuran baik bagi

siswa maupun bagi lembaganya. Menurut Ahmad Tafsir, kata “kehancuran” dapat diartikan secara

terbatas dan dapat juga diartikan secara luas.

Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang “hancur” adalah muridnya, ini dalam pengertian yang terbatas. Murid-murid itu kelak mempunyai murid lagi, murid-murid itu kelak berkarya, kedua-duanya dilakukan dengan tidak benar (karena telah dididik tidak benar), maka akan timbullah “kehancuran”. Kehancuran apa? ya kehancuran orang-orang, yaitu murid-murid itu, dan kehancuran sistem kebenaran karena mereka mengajarkan pengetahuan yang dapat saja tidak benar, ini kehancuran dalam arti yang luas.17 Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pengajar dan pendidik harus

memiliki kemampuan profesional sebagaimana disyaratkan oleh

Rasulullah saw dalam hadits di atas.

2. Karakteristik Kompetensi Profesional Guru

Dalam uraian di atas telah dijelaskan bahwa jabatan guru adalah

jabatan profesional. Guru dalam tulisan ini adalah guru yang

melaksanakan fungsinya di sekolah. Dalam pengertian tersebut telah

terkandung suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja

melaksanakan fungsi dan tujuan di sekolah harus memiliki kompetensi-

kompetensi yang mendukung agar guru berhasil dengan baik dan

menjalankan fungsinya.

Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut

melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki

pengetahuan kemampuan profesional.18 Tanpa mengabaikan kemungkinan

17Ahmad Tafsir, op.cit hlm. 113. 18Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 1999), Cet. 2, hlm. 191.

Page 6: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

13

antara perbedaan tuntutan kompetensi profesional dari setiap instansi

sekolah, maka guru yang dinilai kompetensi secara profesional, apabila

memiliki ciri-ciri:

a. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

b. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.

c. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah.

d. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas.19

Dalam buku Education and Teacher, BJ. Chandler yang dikutip

oleh Piet Sahertian dan Ida Aleida Sahertian mengemukakan ciri-ciri

mengajar sebagai berikut:

a. Lebih mementingkan layanan dari pada kepentingan pribadi. b. Mempunyai status yang tinggi. c. Memiliki pengetahuan yang khusus. d. Memiliki kegiatan intelektual. e. Memiliki hak untuk memperoleh standar kualifikasi

profesional. f. Memiliki profesi yang ditentukan oleh organisasi profesi.20 Cukup menarik pula bila ciri guru yang memiliki kemampuan

profesional penulis uraikan, seperti yang diungkapkan oleh Robert W.

Rechey (1974) sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim dalam bukunya

“Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan” ia mengemukakan

karekteristik utama yang harus dimiliki oleh para guru profesional yang

meliputi:

1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan ideal dari pada mementingkan layanan yang semata berdampak bagi kepentingan pribadi guru selaku penyandang profesi.

2. Adanya kesadaran dalam diri pribadi guru. 3. Memiliki kualitas tertentu untuk memasuki altar perjalanan

profesi keguruan. 4. Memiliki komitmen terhadap kode etik (ethic code) yang

mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.

19Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 38. 20Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka

Program Inservice Education), (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. 2, hlm. 9.

Page 7: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

14

5. Mensyaratkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi. 6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar

pelayanan, disiplin profesi serta kesejahteraan anggotanya. 7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan spesialiasasi dan

kemandirian bagi penyandang profesi. 8. Memandang profesi sebagai suatu karier seumur hidup dan

menjadi seorang anggota profesi yang permanen.21

Dengan memperhatikan berbagai karakteristik yang diuraikan di

atas, maka menurut hemat penulis karekteristik profesional guru pada

intinya terdiri dari beberapa hal, yaitu:

1. Berkaitan dengan tanggung Jawab atau kewajiban sebagai seorang

yang profesional.

2. Berkaitan dengan hak sebagai penyandang profesi.

3. Berkaitan dengan fungsi dan peranannya (guru) dalam menjalankan

kewajibannya.

4. Berkaitan dengan organisasi profesi yang menjadi wadah atau tempat

bernaung.

3. Jenis-jenis Kompetensi Profesional Guru

Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari

kompetensi yang harus ada atau dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang

pendidikan apapun. Sebagai pendidik yang dianggap profesional, guru

bukan hanya dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi

juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional.

Sejalan dengan hal tersebut, maka yang menjadi permasalahan

adalah kompetensi-kompetensi profesional apakah yang seharusnya

dimiliki oleh guru. Menurut Sudarwan Danim bahwa:

kompetensi profesional yaitu berkenaan dengan tugas-tugas teknis pengajaran dan penguasaan materi bahan ajar dengan segala perangkat pendukungnya yang terkait langsung, serta kemampuannya menciptakan kondisi anak didik menjadi masyarakat belajar (learning society) yang dirasakan mendesak pada era globalisasi ekonomi dan informasi ini.22

21Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003), Cet. 1, hlm. 199-200. 22Ibid. hlm.82.

Page 8: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

15

Menurut Glaser yang dikutip Nana Sudjana ada empat hal yang

harus dikuasai oleh guru, yaitu:

a. Menguasai bahan pelajaran. b. Kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa. c. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran. d. Kemampuan mengukur hasil belajar siswa.23 Kompetensi di Indonesia telah dikembangkan oleh Proyek

Pembinaan Pendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional), ada sepuluh

kompetensi guru menurut P3G, yaitu:

a).menguasai bahan; b) mengelola program belajar mengajar; c) mengelola kelas; d) menggunakan media/sumber; e) menguasai landasan-landasan kependidikan; f) mengelola interaksi belajar mengajar; g) menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran; h) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan; i) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; dan j) memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran.24

Sepuluh kompetensi di atas jika dicermati maka dapat dikatakan

bahwa delapan dari sepuluh kompetensi di atas merupakan kompetensi

guru sebagai pengajar dan dua kompetensi lainnya merupakan kompetensi

guru sebagai pembimbing dan administrator.

Untuk keperluan tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan

guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha

meningkatkan proses dan hasil belajar, Nana Sujana mengkhususkan ke

dalam empat kemampuan, yakni:

a) Merencanakan program belajar mengajar, b) Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar, c) Menilai kemajuan proses belajar mengajar, d) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinanya.25

23Nana Sudjana, op.cit., hlm. 18. 24Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1993), Cet. 4, hlm. 88. 25Nana Sudjana, op.cit., hlm. 19.

Page 9: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

16

Keempat kemampuan di atas merupakan kemampuan yang

sepenuhnya harus dikuasai guru yang bertaraf profesional. Untuk

mempertegas dan memperjelas keempat kemampuan tersebut berikut akan

dibahas satu per satu.

(1). Kemampuan merencanakan program belajar mengajar

Kemampuan merencanakan program belajar dan mengajar

merupakan muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar

dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi

pengajaran.26 Perencanaan program belajar mengajar tidak lain adalah

suatu proyeksi atau perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus

dilakukan selama pengajaran itu berlangsung, dengan kata lain

perencanaan program belajar mengajar merupakan langkah awal

sebelum tahap pengajaran, yang nantinya digunakan sebagai padanan

dalam melaksanaka kegiatan PBM.

Merencanakan program belajar mengajar merupakan aspek

keterampilan yang harus dikuasai oleh guru profesional. Berdasarkan

keptusan Menteri Agama No. 372 tahun 1993 aspek keterampilan yang

harus dikuasai yaitu: 1) membuat Analisis Materi Pelajaran (AMP); 2)

membuat program pengajaran tahunan; 3) membuat program catur

wulan, membuat Program Satuan Pelajaran (PSP); 5) membuat

Rencana Pengajaran (RP).27

Dalam merencanakan program tersebut, Hasibuan dan

Moedjiono menjelaskan ada beberapa hal atau aspek yang perlu

dipertimbangkan yaitu sebagai berikut:

a. Bekal bawaan yang ada pada siswa (pupil entering behavior).

b. Perumusan tujuan pelajaran. c. Pemilihan metode. d. Pemilihan pengalaman-pengalaman belajar. e. Pemilihan bahan pengajaran, peralatan, dan fasilitas belajar. f. Mempertimbangkan karakteristik siswa.

26Ibid, hlm. 20. 27Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet. 3,

hlm. 263.

Page 10: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

17

g. Cara membuka pelajaran, pengembangan dan menutup. h. Peranan siswa dan pola pengelompokan. i. Prinsip-prinsip belajar, antara lain: pemberian penguatan,

motivasi dan pengulangan.28

(2) Melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar

Melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar

merupakan tahap pelaksanaan program yang telah dibuat dalam

perencanaan. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kemampuan

yang harus dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian guru dalam

menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa sesuai dengan rencana

yang telah disusun dalam perencanaan.29 Guru juga harus menguasai

cara-cara mengajar dan memenuhi syarat-syarat penyampaian

pelajaran yang baik, baik pada saat memberi pengarahan atau pada saat

menjelaskan satu mata pelajaran kepada siswa-siswanya.30

Di antara syara-syarat itu adalah suara yang sedang (tidak

terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi), perlahan dalam menyampaikan

dan mengulang pembicaraannya agar mereka tidak jenuh.31

Untuk itu guru dalam melasanakan proses belajar mengejar

perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologis, yang antara lain

terdiri dari: motivasi, pengulangan, pemberian penguatan balikan

kogntif. Pokok-pokok yang akan dikembangkan (advence organizens),

mata rantai kognitif, transfer dan keterlibatan aktif siswa.32

Selain prinsip-prinsip psikologis yang harus dipertimbangkan,

ada dua aspek dari masalah pengelolaan atau pelaksanaan proses

belajar mengajar yang juga perlu mendapat perhatian, yaitu:

1. Membantu perkembangan murid sebagai individu dan kelompok.

28Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2000), Cet. 8, hlm. 39. 29Nana Sudjana, op.cit., hlm. 21. 30Mahmud Samir Al-Munir, Guru Teladan di Bawah Bimbingan Allah, terj. Uqinu Attaqi,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), Cet. 1, hlm. 25. 31Ibid. 32Hasibunan dan Moedjiono, op.cit., hlm. 40.

Page 11: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

18

2. Memelihara kondisi kerja dan kondisi belajar yang sebaik-baiknya

di dalam maupu luar kelas.33

Sebagai individu murid adalah makhluk yang unik yang

memiliki karakter yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang

lain. Sebagai kelompok, murid memiliki kebutuhan yang sama untuk

memperoleh pengajaran baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas.

(3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar

Selanjutnya selain dua kemampuan guru yang telah disebutkan

di atas, guru juga harus mampu mengadakan penilaian. Penilaian

adalah kegiatan untuk mengetahui perkembangan kemajuan dan atau

hasil belajar siswa selama program pendidikan.34 Selain itu penilain

juga dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program

berhasil diterapkan.35

(4) Menguasai bahan pelajaran

Kemampuan guru menguasai bahan pelajaran sebagai kegiatan

integral dari proses belajar mengajar, jangan dianggap pelengkap bagi

profesi guru. Pengetahuan guru terhadap pelajaran atau ilmu

merupakan keharusan, karena tanpa menguasai bahan pelajaran, maka

apa yang akan disampaikan kepada siswanya?

Adanya buku pelajaran yang dapat dibaca oleh siswa tidak

berarti guru tidak perlu menguasai bahan. Sunguh ironis dan

memalukan jika ada kejadian siswa yang lebih dahulu tahu tentang

sesuatu dari pada gurunya. Memang guru bukan maha tahu, tapi guru

dituntut memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam pengetahuan

yang telah dimilikinya.

Setiap guru wajib meningkatkan ilmunya karena ilmu

pengetahuan itu seperti makanan yang selalu penting bagi manusia.

33Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

1995), Cet. 1, hlm. 267. 34Lihat UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), Cet. 1, hlm.

102. 35Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2003), Cet. 4, hlm. 11.

Page 12: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

19

Sungguh akan terasa janggal kalau seorang guru tidak memiliki ilmu

yang luas. Bagaimana guru mengajar dan menjawab persoalan yang

sedang ada akan dilalui kalau guru tidak mempunyai keluasan ilmu

yang memadai.36

Mahmud Samir al-Munir berpendapat bahwa seorang guru

yang sukses harus mempunyai dua kelebihan, yaitu kelebihan

horizontal (pengetahuan luas) dan vertikal (menguasai bidangnya

secara mendalam).37 Maksudnya guru selain memiliki pengetahuan

khusus yang menjadi spesialisasinya (bidang yang diajarkan), guru

juga harus memiliki pengetahuan umum yang luas sebagai

pendukung.

Atas dasar uraian di atas jelaslah bahwa guru sebagai pendidik

profesional merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan tidak setiap

orang dapat melakukannya.Untuk menjadi guru haruslah ditempuh

melalui pendidikan dan pelatihan yang cukup lama yang secara khusus

mempersiapkannya untuk menjadi seorang guru.

B. Kompetensi Kepribadian Guru

1. Pengertian

Dalam pembahasan di awal bab ini telah disebutkan tentang

pengertian dari kompetensi yaitu bahwa kompetensi (competency) adalah

kecakapan atau kemampuan.38 Maka yang dimaksud dalam pembahasan

ini adalah kecakapan atau kemampuan kepribadian guru berkaitan tugas-

tugasnya dalam pendidikan.

Berbicara masalah kepribadian kita sering mendengar seseorang

mengucapkan dalam kehidupan sehari-harinya, seperti ucapan: menurut

pribadi saya si A orang yang berkepribadian baik dan si B adalah orang

yang berkeribadian buruk. Sebenarnya apa itu kepribadian.

36Muhammad AR., Pendidikan di Alaf Baru, (Yogyakarta: Prisma Shopie, 2003), Cet. 1,

hlm. 72. 37Mahmud Samir Al-Munir, op.cit., hlm. 26-27. 38Lihat catatan kaki nomor 1.

Page 13: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

20

Kepribadian dalam bahasa Inggris adalah personality.39 Sedangkan

kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin: personal

yang pada mulanya menunjuk pada topeng yang biasa gunakan oleh para

pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranan-

perananya. Pada waktu itu setiap pemain sandiwara memainkan

peranannya masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya.

Lambat laun kata person (personality) berubah menjadi satu istilah yang

mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima individu dari

kelompoknya atau masyarakatnya, kemudian individu tersebut diharapkan

bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran)

yang diterimanaya.40

Hal tersebut dapat dipahami bahwa kepribadian diartikan sebagai

seorang yang memiliki tingkah laku seperti apa yang diperankannya dalam

sandiwara atau sesuai dengan topeng yang dipakainya yang mana antara

topeng yang satu dengan topeng yang lainnya memiliki karakter yang

berbeda-beda.

Jadi secara sederhana kepribadian berarti sifat hakiki individu yang

tercermin dalam sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya

dengan yang lain.41 Pengertian ini dapat dipahami bahwa kepribadian

sifatnya hakiki yaitu statis yang tidak akan berubah.

Berbeda dengan Allport (19971) dalam bukunya Personality

sebagaimana dikutip oleh Alex Subur mendefinisikan tidak kurang dari

lima puluh definisi yang berbeda dan sejak itu jumlahnya kian bertambah

banyak. Allpoet sendiri mendefinisikan kepribadian sebagai berikut:

Personality is the dymanic organization within individual of the psychophysical sistems that determine this unique adjustments to his environment. (Kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-

39John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,

2000), Cet. 24, hlm. 426. 40Koswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: PT. Eresco, 1991), Cet. 2, hlm. 10. 41Muhibbin Syah, op.cit., 225.

Page 14: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

21

caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan dengan lingkungannya).42 Berdasarka definisi di atas, kepribadian memiliki beberapa unsur,

yaitu:

1. Kepribadian itu merupakan organisasi yang dinamis, yaitu tidak statis

tetapi senantiasa berubah setiap saat.

2. Organisasi tersebut terdapat dalam individu.

3. Organisasi itu terdiri dari sistem psikis dan sistem fisik.

4. Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap

individu terhadap lingkungannya.

Koentjaraningrat dalam bukunya “Pengantar Ilmu Antropologi”

mengemukakan bahwa kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan

jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap

individu manusia.43

Dalam bahasa populer istilah “kepribadian” juga berarti ciri-ciri

watak seorang individu yang konsisten yang memberikan kepadanya suatu

identitas segala individu yang khusus. Kalau dalam bahasa sehari-hari kita

anggap bahwa seorang tertentu mempunyai kepribadian, memang yang

biasa yang dimaksud ialah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri

watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten, dan kosekuen dalam

tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki

identitas khusus yang berbeda dari individu-individu lainnya.44

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa konsep

kepribadian merupakan konsep yang demikian luas sehingga tidak ada

satu definisi yang tajam tetapi seragam yang diungkapkan oleh para ahli

psikologi. Menurut tinjauan psikologi kepribadian pada prinsipnya adalah

susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan

sebagainya), dengan aspek perilaku behavior (perbuatan nyata). Aspek-

42Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), Cet. 1, hlm. 300. 43Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), Cet. 8,

hlm. 102. 44Ibid.

Page 15: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

22

aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu,

sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap.45

Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia.

Mengapa demikian? karena dalam situasi pendidikan dan pengajaran

terjalin interaksi antara siswa dengan guru yang merupakan interaksi

antara dua kepribadian, yaitu kepribadian guru dengan kepribadian siswa

sebagai anak yang belum dewasa dan sedang berkembang mencari bentuk

kedewasaan.46 Sebagai pendidik dan pengajar guru juga merupakan

teladan bagi siswa. Artinya bahwa sebelum memberikan pendidikan dan

bimbingan serta pengajaran guru juga harus memberikan teladan atau

contoh.

Sebagai teladan guru harus memiliki kepribadian yang dapat

dijadikan profesi dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang

paripurna.47 Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang psikolog

terkemuka, Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Muhibbin Syah,

menegaskan bahwa:

Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik atau pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusakatau penghancur bagi hari depan anak didik terutama yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).48 Berdasarkan gambaran definisi kepribadian, sangat jelas bahwa

kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat

dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam

menghadapi setiap permasalahan. Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip

oleh Syaiful Bahri Jamarah mengatakan bahwa:

45 Lihat Muhibbin Syah, loc.cit. 46 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 1, hlm. 251. 47 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2000), Cet. 1, hlm. 41. 48 Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 226.

Page 16: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

23

Kepribadian sesungguhnya adalah abstrak (maknawi) sukar dilihat atau diketahui secara nyata yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan, cara bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah baik yang ringan atau yang berat.49 Jadi yang dimaksud dengan kepribadian guru adalah keseluruhan

dari sifat-sifat individu yang terdiri unsur psikis (emosi dan perasaan dan

sebagainya) dan unsur fisik yang dapat dilihat dan diketahui seperti

tindakannya sebagai guru, ucapannya sebagai guru, cara berpakaiannya

dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah baik yang ringan

atau yang berat.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kepribadian guru itu

mencakup semua aktualisasi dari penampilan yang selalu tampak pada diri

guru, merupakan bagian yang khas atau ciri-ciri dari seorang guru yang

membedakan antara guru yang satu dengan guru yang lain.

Kemudian yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian guru

adalah kualitas kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar

dapat menjadi guru yang baik.50

Dari hal tersebut timbulah pertanyaan kemampuan-kemampuan

apa sajakah yang merupakan cerminan kepribadian guru? Apa

karakteristik dari kepribadian guru?.

3. Karakteristik Kompetensi Kepribadian Guru

Secara umum karakteristik kepribadian menurut Wetherington

yang dikutip oleh Jalaludin yaitu sebagai berikut:

1. Manusia karena keturunannya mula-mula hanya merupakan individu dan barulah menjadi suatu pribadi setelah mendapat (menerima) dari lingkungan sosial dengan cara belajar.

2. Kepribadian adalah istilah untuk menamakan tingkah laku seseorang secara terintegrasi merupakan satu kesatuan.

49Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 39-40. 50Muhammad Surya, op.cit., hlm. 92-93.

Page 17: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

24

3. Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu yang ada pada pikiran orang lain dan pikiran tersebut ditentukan oleh nilai dari perangsang sosial seseorang.

4. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis seperti bentuk badan, ras, akan tetapi merupakan gabungan dari keseluruhan dan kesatuan tingkah laku seseorang.

5. Kepribadian tidak berkembang secara pasif, tetapi setiap pribadi menggunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungannya.51

Abu Ahmadi dan Munawar Shalih, mengemukakan beberapa

karakterisk kepribadian sebagai berikut:

1. Penampilan fisik: tubuh yang besar, wajah yang tampan, pakaian yang rapi, atau tubuh yang kurang sehat, wajah yang kuyu, pakaian yang kusut, semuanya menggambarkan kepribadian dari guru yang bersangkutan apakah ia berwibawa dan percaya pada dirinya sendiri atau kurang semangat dan mempunyai rendah diri.

2. Tempramen: yaitu suasana hati yang menetap dan khas pada orang yang bersangkutan, misalnya pemurung, pemarah, dan sebagainya.

3. Kecerdasan dan sebagainya. 4. Arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai. 5. Sikap sosial. 6. Kecenderungan-kecenderungan dalam motivasinya. 7. Cara pembawaan diri, misalnya sopan santun, banyak bicara

kritis, mudah bergaul dan sebagainya. Cara pembawaan diri ini terlepas dari isi atau materi yang dibawanya.

8. Kecenderungan patologis: yaitu tanda-tanda adanya kelainnan kepribadian seperti reaksi-reaksi skizofrensis dan lain sebagainya.52

Dua pendapat tentang karakteristik di atas dapat penulis simpulkan

bahwa kepribadian pada dasarnya adalah untuk menggambarkan aspek-

aspek luar dari seseorang yang tampak dan dapat diamati seperti tubuh

yang besar, wajah yang tampan, dan sebagainya dan menggambarkan

aspek-aspek dalam yang merupakan bagian yang tidak tampak atau

51Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada, 2001), Cet. 1,

hlm. 172-173. 52Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2005), Cet. 2, hlm. 204.

Page 18: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

25

sesuatu yang mungkin tidak dapat diamati secara langsung seperti berkata

dengan perasaan, emosi dan sebagainya.

Karakteristik atau ciri-ciri kemampuan kepribadian guru tidak jauh

berbeda dengan ciri-ciri kepribadian pada umumnya. Karena pada

dasarnya guru pun merupakan individu atau pribadi yang secara umum

memiliki karakeristik kepribadian seperti yang diungkapkan oleh

Jalaluddin, Abu Ahmadi dan Munawar Shalih yang secara umum terdiri

dari ciri yang tampak atau dapat diamati dan siri yang tidak tampak atau

tidak dapat diamati secara langsung.

Menurut Mahmud Samir al-Munir,53 dalam bukunya “Guru

Teladan di Bawah Bimbingan Allah” mengungkapkan bahwa karakteristik

guru itu terdiri dari karakteristik akidah, akhlak dan perilaku yakni sebagai

berikut:

1. Mempunyai akidah yang bersih dari hal-hal yang bertentangan dengannya (bid’ah dan kesesatan) atau mengurangi kesempurnaan.

2. Konsisten menjalankan ibadah-ibadah wajib, menjaga ibadah-ibadah sunnah, dan menghindari hal-hal haram, makruh baik itu dengan perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin.

3. Merasa diawasi Allah (muraqabah) baik di kala sendiri atau di tengah keramaian, mengharap pahala-Nya, takut kepada azab-Nya, konsisten dalam perilaku.

4. Menyadari kekurangan, jangan tertipu dan lupa diri dengan pujian orang. Jangan sampai timbul perasaan ujub dan ghurur dalam dirinya. Karena orang yang tawadhu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

5. Hendaknya motivasi dalam mengajar adalah memberikan ilmu, mencari pahala dan mencontoh teladan Rasulullah saw dan melaksanakan perintah beliau. “Sampaikanlah dariku meski sekedar satu ayat”.

6. Berakhlak mulia, berkelakukan baik, dan menjauhi hal-hal yang bertertentangan dengan hal itu, baik di dalam maupun di luar kelas.

Kepribadian guru merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh

seorang guru yang profesional dalam kaitannya dengan perilaku yang baik.

Hal ini penting karena guru dalam (bahasa Jawa) adalah seorang yang

53Muhammad Samir Al-Munir, op.cit., hlm. 20.

Page 19: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

26

harus digugu dan harus ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya

segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan

diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan

yang datangnya dari sang guru dijadiakan sebagai sebuah kebenaran yang

tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Harus ditiru, artinya seorang guru

menjadi suri teladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara

berbicara dan cara berperilakunya sehari-hari.54

Sebagai guru yang harus digugu dan harus ditiru inilah maka

dengan sendirinya seorang guru harus memiliki kepribadian yang

sempurna baik dalam kaitannya dengan akidah dan akhlak maupun

berkaitan dengan tingkah lakunya. Baik dengn Allah SWT maupun dengan

sesama makhluk Allah (murid, masyarakat dan sebagainya).

4. Jenis-jenis Kompetensi Kepribadian Guru

Dalam Islam, guru atau pendidik mendapatkan kedudukan dan

penghormatan yang amat tinggi. Mengenai kedudukan guru yang

sedemikian tinggi tersebut Al-Ghozali mengemukakan bahwa seorang

sarjana yang bekerja mengamalkan ilmunya adalah lebih baik dari pada

seorang yang hanya beribadah saja, puasa saja setiap hari dan sembahyang

sehari semalam.55

Sejalan dengan itu Athiyah Al-Abrasy mengatakan seorang yang

berilmu dan kemudian ia mengamalkan ilmunya itu, maka orang itulah

yang dinamakan orang yang berjasa besar di kolong langit ini. Ia ibarat

matahari yang mencahayai dirinya sendiri dan menyinari orang lain, ibarat

minyak kesturi yang baunya dinikmati orang lain dan ia sendiripun harum.

Siapa yang bekerja di bidang pendidikan, sesungguhnya ia telah memiliki

pekerjaan yang terhormat dan yang sangat penting, hendaknya ia

memelihara adab dan sopan santun dalam tugasnya ini.56

54Mohamad Nurdin, op.cit., hlm. 13. 55Lihat Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Prinsip Prinsip Dasar Pendidikan Islam,

Terj.Abdullah Zakiy Al-Kaaf, (Bandung : CV.Pustaka Setia,2003), Cet. 1, hlm. 145. 56Ibid.

Page 20: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

27

Guru merupakan orang yang mempunyai ilmu, sehingga memiliki

derajat yang tinggi jika dibanding dengan orang yang tidak berilmu.

Kedudukannya sebagai orang yang berilmu inilah, maka akan diangkat

derajatnya oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an

surat Al-Mujadalah ayat 11:

57)11:اادلة(…يرفع اهللا الذين آمنوا منكم و الذين اوتوا العلم درجات …

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Menurut Hamka, menafsirkan ayat tersebut menjadi dua penafsiran

yaitu;

Pertama,jika seseorang disuruh melapangkan majelis, yang berarti melapangkan hati, bahkan jika dia disuruh berdiri sekalipun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang patut didudukan di muka. Janganlah ia berkecil hati, melainkan hendaklah dia berlapang dada, karena yang berlapang dada itulah kelak yang akan diangkat Allah imannya dan ilmunya, sehingga derajatnya berubah baik. Orang yang patuh dan sudi memberikan tempatnya kepada orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya. Kedua, memang orang yang diangkat Allah derajatnya lebih tinggi daripada orang kebanyakan, pertama karena imannya, kedua karena ilmunya.58 Sedangkan menurut Quraish Shihab dalam tafsir Al- Misbah

menjelaskan bahwa الذين اوتوا العلم درجات - mereka yang berilmu dan

menghiasi diri mereka dengan pengetahuan, ini berarti ayat diatas

membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama

sekedar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal

saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi

lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disadangnya, tetapi juga

57Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 910-

911. 58Hamka, Tafsir Al – Azhar, (Singapura : Pustaka Nasional PTE LDT, 1999), Cet. 3., hlm.

7228-7229.

Page 21: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

28

amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan

maupun dengan keteladanan.59

Berdasarkan hal tersebut menjadi jelaslah bahwa guru sebagai

orang yang berilmu patut menyandang predikat yang tinggi. Hal ini sangat

logis diberikan kepadanya karena dilihat dari jasanya yang demikian besar

dalam membimbing, mengarahkan, memberikan pengetahuan, membentuk

akhlak dan menyiapkan anak didik agar siap menghadapi hari depan

dengan penuh keyakinan dan percaya diri, sehingga dapat melaksanakan

fungsi kekhalifahan di muka bumi dengan baik.60

Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, seorang guru di samping

harus memiliki kemampuan profesional seperti menguasai pengetahuan

yang akan diajarkan kepada murid juga harus memiliki kepribadian yang

baik, yang didalamnya terkadang segala sikap, watak da sifat-sifat yang

baik.

Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa sikap dan sifat-sifat guru

yang baik adalah :

1. Adil 2. Percaya dan suka kepada murid 3. Sabar dan rela berkorban 4. Memiliki pewibawa (gezag) terhadap anak-anak 5. Penggembira 6. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya 7. Bersikap baik terhadap masyarakat 8. Benar-benar menguasai mata pelajarannya 9. Suka kepada mata pelajaran yang diberikan 10. Berpengatahuan luas.61 Selanjutnya dijumpai pula pendapat Muhammad Athiyah Al-

Abrasyi mengemukakan tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru

dalam pendidikan Islam, yaitu:

59Quraish Shihab, Tafsir Al – Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al – Quran, (Jakarta:

Lentera Hati,2004), Cet. 2., hlm.70-80. 60Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. 1, hlm. 70. 61Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000), Cet. 13, hlm. 143-148.

Page 22: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

29

1. Zuhud, tidak mengutamakan materi, dan mengajar karena mencari

keridhaan Allah.

2. Kebersihan guru (bersih tubuh, dan jiwa dari sifat-sifat tercela).

3. Ikhlas dalam pekerjaan.

4. Pemaaf.

5. Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia seorang guru

(menganggap murid-muridnya seperti anaknya sendiri).

6. Harus mengetahui tabiat murid (pembawaan, kebiasaan, perasaan dan

pemikiran muridnya), dan

7. Harus menguasai mata pelajaran.62

Ws. Winkel,63 seorang ahli psikologi mengemukakan bahwa

kepribadian guru itu mencakup beberapa hal yaitu:

1. Penghayatan nilai-nilai kehidupan (values). Sebagai manusia, guru

berpegang pada nilai-nilai tertentu yang akan menampakkan diri dalam

pembicaraan dan tingkah laku di depan kelas misalnya tanggung

Jawab dalam bertindak, kebanggaan atas hasil jerih payah sendiri,

kerelaan membantu sesama dan pengorbanan diri, penghargaan

terhadap jenis kelamin sendiri serta lawan jenis dan lain sebagainya.

2. Motivasi kerja. Apakah seorang guru bekerja terutama untuk

mendapatkan penghasilan semaksimal mungkin ataukah untuk

menyumbangkan tenaga kerja dan pikiran bagi perkembangan generasi

muda, pasti akan mewarnai tingkah laku guru itu entah hal itu disadari

atau tidak.

3. Sifat dan sikap. Telah banyak penelitian tentang “guru yang ideal”,

yaitu ciri-ciri kepribadian bagaiamanakah yang harus dimiliki

seseorang supaya menjadi guru yang baik. Penelitian itu menghasilkan

beberapa ciri, seperti keluwesan dalam pergaulan, suka humor,

kemampuan untuk menyelami alam pikiran dan pikiran anak,

62Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, op.cit., hlm. 146-149. 63W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), Cet. 5, 195-196.

Page 23: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

30

kepekaan terhadap tuntutan keadilan, kemampuan untuk mengadakan

organisasi, kreativitas dan rela membantu.

Sifat-sifat guru tersebut diatas yang dikemukakan oleh tiga tokoh

dari Indonesia, barat dan timur pada dasarnya terdiri dari dua bagian.

Pertama, sifat yang berkaitan dengan kepribadian. Kedua, sifat yang

berkaitan dengan keahlian akademika. Selian dari sifat dan sikap di atas,

ada sifat-sifat asasi yang harus dimiliki atau ada pada diri guru yaitu

berhubungan dengan kesehatan dan penampilan di antaranya sebagai

berikut:

1. Bebas dari penyakit menular dan menjijikan. 2. Suara yang bersih dan tidak cacat berbicara, gugup, cedal, atau

volume suara yang lemah. 3. Memperhatiakan penampilan. Guru harus berpenampilan

rapi,tapi harus dalam batas yang wajar tidak berlebihan. Berikut sebagian tanda-tanda meperhatikan penampilan: a. Menjaga hal-hal yang tergolong khismatul fitrah. Seperti

memotong kuku, menyisir dan merapikan rambut. b. Komitmen dengan kriteria pakaian syar’i, seperti menutup

aurat, lebar, tidak transparan, diatas mata kaki dan tidak menyerupai pakaian manusia-manusia rendah seperti Yahudi dan orang-orang barat, juga bukan pakaian ketenaran dan sejenisnya.

c. Membersihkan badan dan pakaian serta mengenakan pakaian orang yang berwibawa dan tawadhu.

d. Menggunakan siwak untuk menghilangkan bau mulut dan memakai minyak wangi jika ada.64

Dari uraian yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang

kepribadian dapat dipahami bahwa guru dengan berbagai peran dan

fungsinya seyogyanya mempunyai kepribadian yang harmonis atu

keseimbangan antara aspek jasmani dan rohani (fisik dan psikis), hal ini

akan terwujud apabila guru memiliki keinginan yang kuat untuk

menggunakan segala potensi yang dimilikinya secara penuh dan utuh serta

penuh tanggung jawab.

Guru yang dianggap sebagai orang sudah dewasa, harus mampu

membawa anak didiknya kepada kedewasaan, yang berarti bahwa ia harus

64Mahmud Samir Al-Munir, op.cit., hlm. 23-24.

Page 24: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

31

dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Anak harus

dididik menjadi orang yang sanggup mengenal dan berbuat menurut

kesusilaan. Orang dewasa adalah orang sudah mengetahui dan memiliki

nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan, keindahan, keagamaan,

kebenaran dan sebagainya, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai dan norma-

norma itu.65

Pada anak hal demikian itu belum mungkin, anak belum cukup

mengenal diri sebagai “aku”, baru pada masa pubertas anak mulai

mengenal “akunya” dan mulai memilih dan mengenal nilai-nilai hidup;

tetapi untuk menentukan nilai-nilai hidup manakah yang bukan termasuk

martabat manusia dan nilai-nilai manakah yang bukan termasuk martabat

manusia, mereka membutuhkan seorang pendidik. Dan yang pasti dalam

hal ini si pendidik sendiri harus telah memiliki dan menentukan tujuan

hidupnya sendiri, karena seorang pendidik tidak akan tahu kemana anak

akan dibawanya (dididik) jika tidak mengetahui jalan hidupnya, ingatlah

ungkapan bahwa pendidik, tidak dapat memberikan sesuatu kepada anak

didiknya, kecuali hanya apa yang ada padanya.66 Guru yang memiliki

kepribadian yang buruk tidak akan mampu mengajarkan hal-hal yang baik.

Selain beberapa hal tentang kepribadian guru yang telah disebutkan

diatas, guru juga harus memiliki sikap pribadi guru yang berjiwa Pancasila

yang mengagungkan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban bagi

kelestarian bangsa dan negaranya.67

C. Motivasi Belajar Siswa

1. Pengertian

Motivasi belajar pada dasarnya merupakan gabungan dari dua

istilah yaitu motivasi dan belajar. Istilah motviasi menunjuk kepada semua

gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu

dimana sebelumnya tidak ada gerakan atau aktivitas untuk melakukan

65Ngalim Purwanto, op.cit, hlm. 19. 66Ibid. 67Piet A. Sahertian dan Ida A. Sahertian, op.cit., hlm. 6.

Page 25: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

32

sesuatu guru mencapai tujuan tertentu, perilaku individu pada dasarnya

tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada

suatu tujuan yang ingin dicapainya.

Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menggunakan istilah

“motif” untuk menunjuk mengapa seseoarng itu berbuat sesuatu, misalnya

apa motiv si A itu mencuri, motif apa yang membuat si B itu bekerja, dan

lain sebagainya. Kalau demikian apakah motif itu?

Kata “motif” atau dalam bahasa Inggrisnya motive berasal dari kata

motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif

erat hubungannya dengan gerak, yaitu gerakan yang dilakukan oleh

manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam

psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi

terjadinya seuatu tingkah laku.68 Kemudian, Sardiman mengartikan motif

sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam

subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern

(kesiapsiagaan).69

Berawal dari pengertian motif itu, motivasi merupakan istilah yang

lebih umum, yang menunjuk kepada keseluruhan proses gerakan, termasuk

situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu,

tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan tujuan atau akhir

dari gerakan atau perbuatan.70

Menurut Mc. Donald dalam bukunya Educational Psychology

mengemukakan bahwa “motivation is an energy change within the person

characterized by affective arousal and auticipatory goal reactions.71

(motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam diri seseorang yang

68Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. 2, hlm. 59-60. 69Sardiman AM., op.cit., hlm. 71. 70Ahmad Fauzi, op.cit., hlm. 60. 71Frederich J. Mc. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Everseas Publication, Ltd.

“kaigai shappau boeki kk”, 1959), Cet. 1, hlm. 77.

Page 26: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

33

ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai

tujuan). Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald tersebut

mengandung tiga elemen penting :

1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap

individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa

perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada

organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia

(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia).

Penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling”, afeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan.

Afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam

hal ini sebenarnya merupakan respon atau reaksi dari suatu aksi yakni

tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur

lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal

kebutuhan.72

Ketiga elemen yang diungkapkan di atas, maka dapat dikatakan

bahwa motivasi merupakan suatu yang kompleks. Motivasi itu

menyebabkan munculnya perubahan pada diri setiap invidu manusia,

sehingga akan berhubungan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,

perasaan dan emosi yang dapat menimbulkan tingkah laku manusia yang

bersifat fisik. Semua itu (tingkah laku) timbul karena didorong oleh suatu

tujuan dan kebutuhan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan

suatu motif yang telah aktif. Jadi, motif adalah tenaga atau daya yang

masih pasif.

Selanjutnya beralih pada istilah “belajar”, belajar secara psikologi

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

72Lihat Sardiman AM, op.cit., hlm. 72.

Page 27: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

34

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya

hidupnya.73

Menurut Slameto, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.74

Pengertian ini dapat dipahami bahwa belajar itu memiliki ciri-ciri

adanya perubahan tingkah laku yang baru, jadi suatu usaha yang tidak

menimbulkan perubahan tingkah laku tidak dapat dikatakan sebagai proses

belajar. Namun demikian tidak semua perubahan tingkah laku itu dapat

dikatakan sebagai belajar. Ciri lain dari belajar ialah bahwa perubahan

tingkah laku yang baru tersebut merupakan hasil dari pengalamannya

sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Witting dalam bukunya

yang berjudul Theory and Problems of Psycology of Learning, bahwa

Learning can be defined as any relatively permanent chang in an

organism’s behavioral repertoire that as a result of experience ,75 belajar

ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam

atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

Definisi ini menekankan bahwa perubahan tingkah laku itu dilakukan

relatif tetap dan menyangkut segala macam atau aspek tingkah laku suatu

oragnisme yang terdiri dari aspek fisik dan psikis (jasmani dan rohani).

Sedangkan menurut Shaleh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul

Majid menerangkan bahwa:

73Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1995), Cet. 3, hlm. 2. 74Ibid. 75Arno F. Wittig, Theory and Problems of Psychology of Learning , ( New York: Mc

Graw Hill Book Company, t.th ),hlm. 2

Page 28: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

35

وليجرب بنفسه حىت حيصل على , التعلم هو حث التلميذ واهلامه ليعمل وحده 76وينمو منوا حمسوسا بدنيا واخالقيا, فوائد معينة

Belajar ialah memberikan dorongan dan inspirasi kepada anak agar berbuat sendiri dan mencoba sendiri sehingga memperoleh faedah tertentu dan berkembang perasaan jasmaniah dan moralitasnya. Berdasarkan rumusan-rumusan belajar, sebagaimana dikemukakan

di atas, jelaslah bahwa perubahan yang dapat dikategorikan belajar itu

memiliki prinsip-prinsip yang mendasarinya yaitu:

1. Perubahan sebagai hasil belajar ditandai dengan: a. perubahan yang disadari b. bersifat kontinyu dan fungsional c. bersifat relatif menetap/permanen dan bukan yang bersifat

temporer, dan bukan karena proses kematangan, pertumbuhan atau perkembangan.

2. Ditandai dengan perubahan seluruh aspek pribadi 3. Belajar merupakan suatu proses yang disengaja 4. Belajar terjadi karena ada dorongan dan tujuan yang ingin

dicapai. 5. Belajar merupakan suatu bentuk pengalaman yang dibentuk

secara sengaja, sistematis dan terarah.77 Pengertian istilah motivasi dan istilah belajar, maka motivasi

belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan daya penggerak atau

energi di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar yang

mengarahkan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan belajar atau

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Ws. Winkel mengemukakan bahwa motivasi belajar ialah

keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan

memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.78

Definisi yang diungkapkan oleh Ws. Winkel di atas menegaskan

bahwa motivasi itu timbul dari dalam diri siswa atau seseorang, dengan

76Shaleh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Majid, At-Tarbiyah Waturuq At-

Tadris,(Mesir: Daar Al-Ma’arif, t.th ),hlm.178-179. 77Muhammad Surya, op.cit., hlm. 48-49. 78W.S. Winkel, op.cit., hlm. 150.

Page 29: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

36

kata lain motivasi merupakan tenaga atau energi yang berasal dari dalam

diri seseorang yang kemudian menimbulkan reaksi-reaksi berupa kegiatan

untuk mencapai suatu tujuan, atau memenuhi kebutuhan dan

keinginannya.

Mengacu pada pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa

motivasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kegiatan

belajar. Para peserta didik akan belajar dengan giat dan sungguh-sungguh

apabila memiliki motivasi atau didorong oleh motivasi jadi morivasi disini

merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan.

Dalam kegiatan belajar-mengajar, tidak semua siswa memiliki

motivasi belajar yang sama kuat, kadang ada siswa yang memiliki

motivasi yang lemah, bahkan ada juga yang tidak memiliki motivasi untuk

belajar. Bagi siswa yang memiliki motivasi yang lemah dan bagi siswa

yang tidak memiliki motivasi sama sekali, perlu dilakukan daya upaya

atau usaha untuk menemukan sebab-musababnya dan kemudian

mendorong siswa tersebut agar mau melakukan kegiatan belajar dengan

sungguh-sungguh. Siswa yang lemah dan tidak memiliki motivasi itu,

perlu didorong dan dirangsang agar motivasi itu timbul pada diri mereka,

singkatnya perlu dimotivasi. Sehingga motivasi dapat juga dikatakan

sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,

sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak

suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengalahkan perasaan

tidak suka itu.79 Jadi dalam hal ini motivasi dapat dirangsang dari luar

individu.

Dalam proses belajar mengajar, guru memiliki peranan yang sangat

menentukan terhadap motivasi belajar siswanya, guru sebagai pengajar

hendaklah mampu memotivasi siswa agar proses belajar mengajar dapat

berjalan dengan baik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Thomas M. Risk sebagaimana

dikutip oleh Ahmad Rohani H.M., dan Abu Ahmadi bahwa motivasi

79Sardiman AM, op. cit., hlm. 73.

Page 30: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

37

adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-

motif pada diri peserta didik/pelajar yang menunjang kegiatan ke arah

tujuan-tujuan belajar.80 Dari pengertian ini fungsi guru adalah sebagai

motivator atau sebagai stimulan.

Motivasi sebagai faktor yang menentukan dalam belajar terbentuk

oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar individu. Terhadap

tenaga-tenaga tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda,

seperti : desakan (drive), motif (motive), kebutuhan (need) dan keinginan

(wish), walaupun ada kesamaan dan semuanya mengarah pada motivasi

beberapa ahli memberikan arti khusus terhadap hal-hal tersebut. Desakan

atau drive diartikan sebagai dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Motif atau motive adalah dorongan yang

terarah pada pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah, kebutuhan atau

need merupakan suatu kebutuhan dimana individu merasakan adanya

kekurangan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya

kekuarangan atau ketiadaan dimana individu merasakan adanya

kekurangan atau ketiadaan sesuatu yang dipelukannya. Sedangkan

keinginan atau wish adalah harapan untuk mendapatkan atau memiliki

sesautu yang dibutuhkan. Walaupun ada variasi makna, keempat hal

tersebut sangat berkaitan erat dan sukar dipisahkan, dan semuanya

termasuk suatu kondis yang mendorong individu untuk melakukan

kegiatan, kondisi tersebut disebut dengan motivasi.81

Sejalan dengan itu Hersey dan Blanchard sebagaimana dikutip oleh

Mulyasa menyatakan bahwa istilah-istilah tersebut merupakan motif,

sedangkan motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu kegiatan. Motif masih bersifat potensial, dan

aktualisasinya dinamakan motivasi serta pada umumya diwujudkan dalam

bentuk perbuatan nyata. Dengan demikian motivasi adalah keinginan

80Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1995), Cet. 2, hlm. 10. 81Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, op.cit., hlm. 61.

Page 31: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

38

untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan dan

dorongan.82

2. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu

kegiatan, orang melakukan suatu kegiatan didorong oleh motivasi,

misalnya tukang becak, begitu semangatnya menarik becaknya walaupun

beban yang dibawanya itu berat. Hal ini dipengaruhi oleh motif-motif

seperti kebutuhan dan keinginan untuk memperoleh uang yang banyak,

dengan kata lain tukang becak menarik becaknya karena memiliki tujuan

untuk mendapatkan uang guna untuk menghidupi keluarganya. Begitu

pula dalam belajar, siswa yang ingin memperoleh prestasi yang baik dalam

belajarnya pasti memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan

belajar baik di sekolah maupun di rumah. Dari hal tersebut maka motivasi

itu mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah

kelakukan seseorang. Dalam hal ini adalah mendorong timbulnya belajar,

dan mempengaruhi belajar serta mengubah kelakuan atau tingkah laku

belajar siswa.

Sehubungan dengan hal tersebut, Oemar Hamalik dalam bukunya

yang berjudul “Psikologi Belajar dan Mengajar” menyingkap tiga fungsi

motivasi, yaitu:

1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

2. Sebagai pengaruh, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang dinginkan.

3. Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.83

Sejalan dengan itu Sardiman juga mengemukakan tiga fungsi dari

motivasi, yaitu:

82Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi dan Implementasi), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 4, hlm. 121.

83Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), Cet. 3, hlm. 175.

Page 32: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

39

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.84

Disamping itu, selain fungsi-fungsi di atas Sardiman juga

mengungkapkan bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha

dan pencapaian prestasi.85

Selanjutnya, Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi mengemukakan

bahwa motivasi itu berfungsi :

a. Memberi semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat dan siaga.

b. Memusatkan perhatian peserta didik pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar.

c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.86

Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan bahwa motivasi itu

memiliki dua fungsi, yaitu : pertama mengarahkan atau directional

function dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating

and energizing function). Dalam mengarahkan individu dari sasaran yang

akan dicapai. Apabila sesuatu sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang

diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan (approach

motivation) dan bila sasaran atau tujuan tidak dinginkan oleh individu,

maka motivasi berperan menjauhi sasaran (avoidance motivation). Karena

motivasi berkenaan dengan kondisi yang cukup kompleks, maka mungkin

pula terjadi bahwa motivasi tersebut sekaligus berperan mendekatkan dan

menjauhkan sasaran (approach-avoidance motivation). Motivasi juga

84Sardiman AM, op.cit, hlm. 83. 85Ibid. 86Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, op.cit., hlm. 11.

Page 33: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

40

dapat berfungsi mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan. Suatu

perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah,

akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan

kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila

motivasinya besar atau kuat maka akan dilakukan dengan sungguh-

sungguh, terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan

berhasil lebih besar.87

Berdasarkan dari berbagai pendapat tentang fungsi motivasi yang

diuraikan diatas. Maka dapat penulis simpulkan yaitu :

1. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ibarat mobil motivasi adalah

mesinnya. Mobil itu akan berjalan manakala ada mesin penggeraknya.

2. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi mengarahkan kemana

seseorang harus bergerak dan melakukan kegiatan sesuai dengan

tujuan yang telah dirumuskan.

3. Motivasi berfungsi sebagai pendorong timbulnya aktivitas atau

kegiatan. Siswa yang tidak bergairah, tidak memiliki motif untuk

belajar akan didorong oleh motivasi sehingga timbullah gairah untuk

beraktivitas (belajar).

4. Motivasi berfungsi meningkatkan kegiatan yang sudah berjalan

sehingga menghasilkan hasil yang lebih maksimal.

5. Motivasi berfungsi sebagai penyeleksi atau mengklasifikasikan

kegiatan-kegiatan mana yang harus dikerjakan agar tujuan yang

ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Seorang siswa yang sedang

menghadapi ujian akhir nasional misalnya bertujuan agar ia dapat lulus

dengan hasil yang baik, tentu saja akan selau berusaha untuk belajar

dan tidak akan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain-main

atau yang lain.

6. Motivasi berfungsi membantu memenuhi/mencapai kebutuhan

seseorang (siswa) baik yang bersifat jangka pendek maupun yang

berjangka panjang.

87Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, op.cit, hlm. 52-53.

Page 34: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

41

Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan.

Maslow sebagaimana dikutif oleh Alex Sobur membagi kebutuhan

manusia menjadi lima yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs), yang paling dasar, paling

kuat dan paling jelas di antara segala. Kebutuhan manusia adalah

kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu makan,

minum, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs). Kebutuhan tersebut pada

dasarnya mengarah kepada dua bentuk, yakni:

a. kebutuhan keamanan jiwa

b. kebutuhan keamanan harta

Kebutuhan akan rasa aman muncul sebagai kebutuhan yang paling

penting kalau kebutuhan fisiologis telah terpenuhi. Kebutuhan ini

meliputi : perlindungan, keamanan, hukum, kebebasan dari rasa takut

dan kecemasan.

3. Kebutuhan cinta dan memiliki-dimiliki (belongingness and love

needs).

Kebutuhan ini muncul ketika kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi

secara rutin. Orang butuh dicintai dan pada gilirannya butuh

menyatakan cintanya, cinta disini berarti rasa sayang dan rasa terikat

(to belong) antara orang satu dengan orang yang lain, lebih-lebih

dalam keluarga sendiri.

4. Kebutuhan penghargaan (esteem needs).Pemenuhan kebutuhan ini

menjurus pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan diri

berharga. Maslow membagi kebutuhan penghargaan ini dalam dua

jenis : Pertama, didasarkan atas respek terhadap kemampuan,

kemandirian, dan perwujudan kita sendiri. Kedua, didasarkan atas

penilaian orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs)

Kebutuhan ini timbul jika kebutuhan-kebutuhan yang lain telah

terpenuhi. Kebutuhan aktualisasi diri, sebagaimana kebutuhan lainnya,

Page 35: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

42

menjadi semakin penting, jenis kebutuhan tersebut menjadi aspek yang

sangat penting dalam perilaku manusia. Maslow melukiskan

kebutuhan aktualisasi diri ini sebagai hasrat untuk menjadi diri

sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut

kemampuannya. Hal itu didasarkan bahwa manusia memiliki hakikat

intrinsik yang baik, dan itu memungkinkan untuk mewujudkan

perkembangan. Perkembangan yang sehat terjadi bila manusia

mengaktualisasikan diri dan mewujudkan segenap potensinya.88

Dari uraian-uraian di muka terlihat, betapa kompleksnya masalah

motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu itu. Dalam kehidupan

sehari-hari kita dapat mengamati bahwa kebutuhan manusia itu berbeda-

beda, begitu pula peserat didik yan sedang belajar juga memiliki

kebutuhan-kebutuhan yang kompleks. Menurut Clifford T. Morgan

sebagaimana dikutip oleh Rohani dan Ahmadi memandang bahwa anak

(individu) memiliki kebutuhan :

a. Untuk berbuat sesuatu demi kegiatan itu sendiri; activity in it self is a plesure.

b. Untuk menyenangkan hati orang lain c. Untuk berprestasi atau mencapai hasil (to achive) d. Untuk mengatasi kesulitan. Sikap anak terhadap kesulitan

banyak bergantung pada sikap lingkungannya.89

3. Macam-macam Motivasi Belajar Siswa

Berbicara mengenai macam atau jenis motivasi ini pada dasarnya

sangat banyak dan bervariasi. Dalam hal ini (motivasi belajar) menurut

Ws. Winkel menjelaskan bahwa motivasi belajar di sekolah yang lazim itu

dibedakan atas dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi

intrinsik.90

a. Motivasi ekstrinsik

88Alex Sobur,op. cit. hlm. 274-278. 89Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, op.cit., hlm. 12. 90W.S. Winkel, op.cit., hlm. 173.

Page 36: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

43

Motivasi ektrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya perangsang dari luar.91 Pengertian ini dapat dipahami

bahwa motivasi itu bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar

siswa, misalnya dari guru, tetapi motivasi itu berasal dari dalam diri

siswa itu sendiri namun kemunculannya itu karena dirangsang dari luar

individu (siswa). Misalnya seorang siswa belajar bukan karena ingin

mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,

disanjung, dipuji dan lain sebagainya.

Jadi kalau dilihat dari segi tujuannya, maka motivasi ekstrinsik

itu tidak secara langsung berhubungan dengan esensi apa yang

dilakukannya itu (dalam hal ini belajar) oleh karena itu dapat dikatakan

motivasi ekstrinsik menekankan bahwa tingkah laku individu dimotivasi

oleh kekuatan-kekuatan eksternal berupa tujuan-tujuan tertentu yang

ingin dicapai individu.92

Dari hal tersebut, maka motivasi ekstrinsik lebih kurang

mementingkan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sebagaimana

diungkapkan di atas yaitu menyangkut empat kebutuhan manusia yang

terdiri dari kebutuhan psysiologis kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta

atau memiliki-dimiliki, dan kebutuhan penghargaan (esteem needs).

Berdasarkan pada hal ini maka yang tergolong motivasi belajar

ekstrinsik antara lain (1) belajar demi memenuhi kewajiban; (2) belajar

demi menghindari hukuman; (3) belajar demi memperoleh hadiah; (4)

belajar demi memperoleh pujian dari orang lain; (5) belajar demi

meningkatkan gengsi sosial; (6) belajar demi memperoleh jabatan.93

b. Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

91Sardiman AM, op.cit., hlm. 88. 92Koeswara, Motivasi Teori dan Penelitiannya, (Bandung: Angkasa, 1989), Cet. 1, hlm.

239. 93W.S. Winkel, op.cit., hlm. 174.

Page 37: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

44

sesuatu.94 Motivasi ini merupakan motivasi yang datang atau muncul

dari dalam diri individu itu sendiri karena adanya rasa senang atau suka

untuk melakukan sesuatu, misalnya belajar.

Orang yang memiliki motivasi intrinsik dalam tingkah lakunya

didasarkan atas dorongan dari dalam, misalnya dalam masalah belajar,

siswa melakukan belajar atas dasar kesadaran diri, karena betul-betul

mengetahui atau betul-betul ingin mendapat ilmu pengetahuan,

keterampilan, nilai agar menjadi atau memiliki tingkah laku yangbaik,

bukan karena tujuan-tujuan yang lain seperti ingin dipuji, disayang

karena hadiah, karena takut, dan lain sebagainya. Orang yang

termotivasi intrinsik menganggap bahwa apabila ia telah berhasil

memenuhi kebutuhan maka ia akan merasa puas dan merasa cukup.

Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi intrinsik mengacu

pada fakta bahwa individu bisa dan sering termotivasi untuk bertingkah

laku bukan karena adanya kekuatan atau perkuatan eksternal, melainkan

karena tingkah laku itu sendiri cukup memberikan kepuasan bagi

individu.95

Pada motivasi intrinsik, peserta didik belajar karena belajar itu

sendiri dipandang bermakna atau dapat bermanfaat bagi dirinya. Tujuan

yang ingin dicapai terletak dalam perbuatan belajar itu sendiri yaitu

menambah pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

Motivasi intrinsik pada umumnya lebih menguntungkan karena

biasanya dapat bertahan lebih lama.96 Seperti dijelaskan di atas. Bahwa

orang yang melakukan sesuatu (siswa-belajar) betul-betul ingin

mendaptkan pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Hal ini lebih

menguntungkan bagi siswa, karena dia akan memiliki kesadaran sendiri,

menimbulkan minat, dan perasaan senang dalam belajarnya.

Hal tersebut bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak

baik dan tidak penting, dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting.

94Sardiman AM, op.cit., hlm. 87. 95Koeswara, Motivasi Teori dan Penelitiannya, loc.cit. 96Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, op.cit., hlm. 120.

Page 38: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

45

Sebab kemungkinan besar itu dinamis berubah-ubah, dan juga

memungkinkan komponen-komponen lain dalam proses belajar

mengajar ada yang karena menarik bagi siswa, sehingga dibutuhkan

motivasi ekstrinsik.97

4. Indikasi Motivasi Belajar

Sebagaimana telah diuraikan diatas, motivasi adalah keseluruhan

daya penggerak atau pendorong di dalam diri individu yang menimbulkan

munculnya perubahan tingkah laku atau kegiatan untuk mencapai tujuan

yang telah dirumuskan. Dapat diketahui bahwa motivasi itu mendasari

semua perilaku individu.

Demikian juga halnya dengan siswa dalam proses belajar

mengajar, mereka dapat melakukan aktivitas belajar karena didorong oleh

motivasi. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi

yang ada pada diri siswa, baik yang berkaitan dengan kejiwaan, perasaan

dan emosi yang diwujudkan dalam tingkah lakunya dalam kegiatan

belajar-mengajar.

Motivasi yang ada pada diri setiap orang pada dasarnya dapat

diketahui dengan ciri-ciri atau indikasi-indikasi motivasi. Ada beberapa

ciri atau indikasi bahwa orang tersebut memiliki motivasi sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan c. Menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.98 Ciri-ciri motivasi seperti di atas akan sangat penting dalam

kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik

apabila siswa memiliki motivasi, siswa tekun yang menghadapi tugas dari

97Sardiman AM, op.cit., hlm. 89. 98Ibid, hlm. 81.

Page 39: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

46

guru, ulet menghadapi kesulitan-kesulitan memilki minat dan rasa senang

untuk belajar, siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan bosan apabila

tugas-tugas yang diberikan secara rutin dan monoton serta mengulang-

ngulang. Siswa juga dapat mempertahankan setiap pendapat dilontarkan

kepada forum/kelas ketika proses belajar mengajar, dan mampu mencari

sumber-sumber untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Selain ciri-ciri di atas ada ciri atua indikasi yang lain bahwa siswa

itu memiliki motivasi belajar yaitu :

a. Rajin ke perpustakaan untuk membaca buku-buku pelajar atau yang

lain.

b. Selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.

c. Tidak pernah terlambat masuk sekolah.

d. Tidak gaduh atau ramai saat proses belajar mengajar terjadi.

e. Mentaati peraturan-peraturan sekolah.

f. Selalu bertanya kepada gurunya apabila dia tidak paham dan lain

sebagainya.

5. Cara Memotivasi

Belajar merupakan suatu proses yang panjang, ditempuh selama

bertahun-tahun. Untuk itu membutuhkan motivasi yang baik agar siswa

selalu memiliki motivasi yang tetapi tinggi dan tahan lama. Agar para

siswa memiliki motivasi tersebut, dalam hal ini guru harus berusaha untuk

membangkitkan motivasi siswanya.

Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis

memumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Cara-cara tersebut

kadang-kadang tepat dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini

guru harus berhati-hati dan cermat dalam menumbuhkan atau merangsang

motivasi belajar siswa. Sebab mungkin maksud guru memberikan motivasi

tetapi justru tidak menggantungkan dan petunjuk agar guru dalam

memotivasi siswanya dapat berhasil yaitu :

Page 40: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

47

a. Usahakan agar tujuan pelajar jelas dan menarik, makin jelas tujuan makin kuat motivasi.

b. Guru sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang diberikannya.

c. Ciptakan suasana yang menyenangkan, senyum yang menggembirakan.

d. Usahakan agar anak turut serta dalam proses belajar mengajar. Anak-anak ingin aktif.

e. Hubungkan pelajar dengan kebutuhan anak. f. Pujian dan hadiah lebih berhasil dari hukuman dan celaan. g. Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan

kesanggupan anak. h. Mengetahui hasil baik menggiatkan usaha murid. i. Hasil buruk apalagi bila berulang-ulang mematahkan semangat. j. Hargailah pekerjaan murid. k. Berilah kritik dengan senyuman, jangan anak memiliki kesan

bahwa guru marah kepadanya, tetapi hanya kecewa atas hasil pekerjaannya atau perbuatannya.99

Dari beberapa prinsip memotivasi di atas jelaslah bahwa

memotivasi siswa/anak berarti mengatur kondisi-kondisi sehingga ia ingin

melakukan apa yang dapat dikerjakannya; “to motivate a child is to

arrange conditions so tahat he want to do wahat he is capable of

doing”.100

Dalam memotivasi siswa agar mau belajar, ada beberapa teknik

atau cara yaitu: melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan

pengulungan informasi, memberikan stimulus baru misalnya melalui

pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberi kesempatan peserat

didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan

alat bantu yang menarik perhatian peserta didik seperti gambar, foto,

diagram dan sebagainya.101

Selain teknik dan bentuk memotivasi di atas ada beberapa teknik

dan bentuk motivasi yang penting dalam merangsang timbulnya motivasi

belajar siswa yaitu sebagai berikut:

1. Pemberian penghargaan atau ganjaran.

99Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 2, hlm. 83. 100Ibid. 101Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, op.cit., hlm. 11-12.

Page 41: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

48

2. Pemberian angka atau grade. 3. Memberitahukan keberhasilan dan tingkat aspirasi siswa. 4. Pemberian pujian 5. Kompetisi dan kooperasi (kerjasama). 6. Pemberian harapan. 7. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar mau melibatkan

dirinya (ego-involue). 8. Memberi ulangan, memberitahu kapan akan diadakan ulangan. 9. Hukuman. 10. Tujuan yang diakui oleh siswa 11. Menumbuhkan hasrat untuk belajar 12. Menumbuhkan minat anak.102 Dari beberapa teknik dan bentuk memotivasi siswa yang diuraikan

di atas, bukanlah merupakan teknik dan bentuk yang sangat baik atau

standar dan pasti berhasil, itu semua kembali kepada kemampuan guru

dalam menggunakan teknik tersebut, usaha keras guru juga dalam hal ini

sangat diperlukan. Jadi keberhasilan memotivasi itu tergantung kepada

guru.

D. Hubungan Kompetensi Profesional dan Kompetensi Kepribadian Guru

dengan Motivasi Belajar Siswa

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam proses

tersebut merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan

guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan

timbal balik antara guru dengan siswa itu merupakan syarat utama bagi

berlangsungnya proses belajar megnajar. Dalam hal ini guru bukan hanya

sebagai pengajar yang hanya menyampaikan ilmu kepada siswa tetapi juga

harus sebagai pendidik, pembimbing, teladan atau model dan sebagainya.

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh

sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulum akan tetapi sebagian besar

102Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, op.cit., hlm. 184-186; lihat pula Sardiman,

op.cit., hlm. 90-93.

Page 42: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

49

ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.

Guru yang kompetensi akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar

yang afektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya,

sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.103

Proses pembelajaran-pengajaran yang efektif hanya mungkin akan

terwujud apabila dilaksanakan oleh guru profesional dan dijiwai

profesionalisme yang tinggi. Guru profesional ialah guru yang memiliki

keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi, serta memiliki rasa

kebersamaan dengan sejawatnya, mereka mampu melaksanakan fungsi-

fungsinya sebagai pendidik yang bertanggung jawab mempersiapkan siswa

bagi peranannya di masa depan.104

Guru dengan berbagai kemampuan profesionalnya sebagaimana telah

diuraikan di muka,105 diharapkan mampu menumbuhkan motivasi belajar

siswa agar dapat berhasil dalam belajarnya sesuai dengan tujuannya, sebagai

motivasi, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan

aktif belajar hal ini dapat dilakukan dengan cara penganekaragaman cara-cara

belajar, memberikan penguatan dan sebagainya.106 Selain itu teknik-teknik

yang telah diuraikan diatas juga dapat digunakan untuk merangsang timbulnya

motivasi belajar siswa.

Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses

belajar, dan karenanya guru harusmenguasai prinsip-prinsip belajar disamping

menguasai materi yang akan diajarkan.107

Kemampuan guru dalam berbagai metode penyampaian atau dalam

menggunakan metodologi pengajaran tentu akan lebih menarik minat siswa

dibanding dengan guru yang tidak mampu menggunakan berbagai/bermacam-

macam metode. Guru yang menguasai pelajaran juga akan lebih memberikan

103Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,op.cit., hlm.

36. 104Mohamad Surya, op.cit., hlm. 78. 105Lihat catatan kaki nomor 22,23 dan 24. 106Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 45. 107Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, op.cit., hlm. 33.

Page 43: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

50

semangat terhadap siswa dalam belajaranya. Dengan kata lain kompeten

profesional guru memiliki pengaruh terhadap motivasi-motivasi siswa.

Demikian juga dengan kepribadiaan guru yang merupakan ciri atau

karakteristik guru yang khas mempunyai pengaruh langsung dan komulatif

terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Sejumlah

percobaan dan hasil-hasil observasi menguatkan kenyataan bahwa banyak

sekali yang dipelajari oleh siswa dari gurunya. Para siswa menyerap sikap-

sikap gurunya, merefleksikan perasaan-perasaannya menyerap keyakinan-

keyakinannya, meniru tingkah lakunya dan mengutip pernyataan-

pernyataannya. Pengalaman menunjukkan bahwa masalah-masalah seperti

motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi, dan hasrat belajar yang terus

menerus itu semuanya bersumber dari kepribadian guru.108

Menurut Arifin, dalam bukunya Kapita Selekta Pendidiakn (Islam dan

Umum), mengemukakan bahwa kepribadian guru yang unik dapat

mempengaruhi murid yang dikembangkan terus menerus sehingga ia benar-

benar terampil dalam tugasnya:

a. Memahami dan menghargai tiap potensi dari tiap murid

b. Membina situasi sosial yang meliputi dari tiap murid yang mendorong

murid dalam meningkatkan kemampuan memahami pentingnya

kebersamaan dan kesepahaman arah pemikiran dan perbuatan dikalangan

murid.

c. Membina perasaan saling mengerti, saling menghormati dan saling

bertanggung jawab dan percaya-mempercayai antara guru dan murid.109

Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa guru yang terampil dalam tiga

hal diatas, maka baik langsung maupun tidak, baik cepat maupun lambat akan

disenangi oleh siswanya, dengan dimulai dari rasa senang terhadap gurunya

tersebut timbullah dorongan untuk menyukai apa yang diajarkannya, dari sini

timbul motivasi belajar.

108Ibid, hlm. 34-35. 109Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),

Cet. 3, hlm. 112-113.

Page 44: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

51

Sebagaimana diuraikan diatas bahwa motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan

arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.110

Motivasi merupakan salah satu faktor yang mendorong keberhasilan

proses belajar siswa di sekolah memiliki berbagai fungsi yakni sebagai

penggerak, pengarah, penyeleksi dan membantuk memenuhi kebutuhan siswa

agar berhasil dalam belajarnya. Dari sini motivasi adalah syarat mutlak untuk

belajar.111 Motivasi belajar yang disertai dengan motivasi yang kuat, akan

menghasilkan prestasi yang baik. Semakin tepat motivasi yang diberikan,

semakin berhasil pengajaranitu, motivasi menentukan intensitas usaha

belajar.112

Mengingat pentingnya motivasi dalam belajar, maka guru harus

mampu membangkitkan motivasi belajar siswa baik motivasi intrinsik maupun

motivasi ekstrinsik.

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang erat antara kompetensi profesional dan kompetensi

kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa. Dengan kompetensi tersebut,

guru akan mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian mengenai judul yang penulis teliti pada dasarnya sudah banyak

yang membahasnya, misalnya kajian yang dilakukan oleh (1) Sri Uswatun

Khotimah dalam skripsinya yang berjudul Kompetensi Guru menurut Imam

Al-Ghazali,113 membahas secara panjang lebar tentang kedudukan, tugas dan

kompetensi guru menurut Al-Ghazali.

(2) M. Faela dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Kompentensi

dan Akhlak Guru terhadap Minat Belajar Siswa dalam Bidang PAI di SLTP 1

110Lihat catatan kaki nomor 75. 111Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, op.cit., hlm. 60. 112Nasution, op.cit., hlm. 60. 113Sri Uswatun, Kompetensi Guru Menurut Imam Al-Ghazali, Skripsi S.I IAIN Walisongo

Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2001),.

Page 45: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

52

Bodeh Pemalang Tahun 2000/2001.114 membahas tentang: Pertama, pengaruh

kompentensi guru Agama terhadap minat belajar siswa dalam bidang studi

PAI, dalam hal ini dibahas tentang berbagai macam kompetensi guru secara

keseluruhan dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa. Kedua, pengaruh

akhlak guru agama terhadap minat belajar siswa dalam bidang studi PAI, lebih

khusus membahas tentang beberapa kahlak yang harus dimiliki oleh guru

agama dan minat belajar siswa. Dari kajian yang dilakukannya menghasilkan

suatu kesimpulan bahwa ada pengaruh yang positif antara kompentensi dan

akhlak guru agama terhadap terhadap minat belajar siswa dalam bidang studi

PAI di SLTP 1 Bodeh Pemalang.

Selanjutnya dalam skrispi yang berjudul Pengaruh Kualtias

Kompetensi Profesional Guru terhadap Motivasi belajar siswa MTs Al-

Muayyad III Tegowangu Grobogan tahun 2000 Ali Mudlofar.115 Membahas

tentang beberapa permasalahan yaitu: (1) Seperti apakah kualitas kompetensi

profesional guru MTs Al-Muayyad III Tegowangu Grobogan, (2)

Bagaimanakah variasi motivasi belajar siswa di MTs Al-Muayyad III

Teqowangu Grobogan, dan (3) Bagaimanakah pengaruh kualitas kompetensi

profesional guru dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa di MTs Al-

Muayyad III Tegowangu Grobogan, setelah dikaji menghasilkan beberapa

kesimpulan yaitu (1) Kualitas kompetensi profesional guru MTs Al-Muayyad

III Teqowangu Grobogan adalah sedang, (2) Motivasi belajar siswa MTs al-

Muayyad III Tegowangu Grobogan tinggi, dan (3) Tidak ada pengaruh yang

positif antara kualitas kompentensi profesional guru dengan motivasi belajar

siswa.

114M. Faela, Pengaruh Kompetensi dan Akhlak Guru terhadap Minat Belajar dalam

Bidang PAI di SLTP 1 Bodeh Pemalang tahun 2000/2001, skripsi S.I IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Fakultas Tarbiyah, 2000),

115Ali Mudlofar, Pengaruh Kualitas Kompetensi Profesional Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTs Al-Muayyad III Tegowangu Grobogan tahun 2000, skripsi S.I IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Fakultas Tarbiyah, 2001)

Page 46: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

53

Nur Rohmah,116 dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh

Profesionalime Guru PAI terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi PAI di SMU

Negeri 1 Semarang, mengkaji tentang tiga permasalahan yaitu (1) Bagaimana

profesionalisme guru PAI di SMU Negeri 1 Semarang? (2) Bagaiamana

prestasi belajar PAI siswa di SMU Negeri 1 Semarang? dan, (3) Adakah

korelasi positif profesionalisme guru PAI terhadap prestasi belajar PAI Siswa

SMU Negeri 1 Semarang? penelitian ini menghasilkan; (1) Profesionalisme

guru PAI pada taraf baik, (2) Demikian juga dengan prestasi siswa juga baik,

(3) Ada korelasi yang positif antara profesionalisme guru PAI dan prestasi

belajar siswa di SMU Negeri 1 Semarang.

Dari beberapa kajian yang telah diuraikan diatas, penulis bertambah

yakin dan tertarik terhadap penelitian yang berjudul “Persepsi Siswa Tentang

Kompetensi Profesional dan Kompetensi Kepribadian Guru Pengaruhnya

Terhadap Motivasi Belajar Siswa MAN Pagerbarang Tegal tahun 2005”.

Penulis berpendapat bahwa dari beberapa penelitian yang telah diuraikan di

atas atau telah penulis temukan, masing-masing menunjukkan perbedaan dari

segi pembahasan dan tempat penelitiannya.

Penelitian yang penulis kaji pada intinya membahas secara mendalam

tentang tiga permasalahan yaitu: (1) Bagaimana persepsi siswa tentang

kompetensi profesional dan kompetensi kepribadian guru MAN Pagerbarang

Tegal? (2) Bagaimanakah motivasi belajar siswa MAN Pagerbarang Tegal?

dan (3) Adakah pengaruhnya kompetensi profesional dan kompetensi

kepribadian guru teradap motivasi belajar siswa MAN Pagerbarang Tegal.

F. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hipo berarti kurang atau lemah dan tesis

atau thesis yang berarti teori yang disajikan sebagai bukti. Dalam pembicaraan

in hipo diartikan lemah dan tesis diartikan teori, proporsi atau pernyataan, jadi

116Nur Rohmah, Pengaruh Profesionalisme Guru PAI Terhadap Prestasi Belajar Bidang

Studi PAI di SMU Negeri I Semarang, Skripsi S.I IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2003).

Page 47: Susmanto BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kompetensi Profesional

54

hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu

dibuktikan kenyataannya.117

Menurut Sutrisno Hadi bahwa hipotesis adalah dugaan yang mungkin

benar atau mungkin juga salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan

diterima jika fakta-fakta membenarkannya setelah adanya penyelidikan

terhadap fakta-fakta tersebut.118

Berdasarkan pengertian tersebut dan pengamatan sementara maka

hipotesis yang penulis ajukan yaitu: “Ada pengaruh yang positif antara

kompetensi profesional dan kompetensi kepribadian guru terhadap motivasi

belajar siswa di MAN Pagerbarang Tegal tahun 2005”

117Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2003), Cet. 5, hlm. 29. 118Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1997), Cet. 29.

hlm. 63.