bab iii fir'aun -...

32
BAB III FIR’AUN DALAM AL-QUR’AN Kisah-kisah dalam al-Qur’an bukanlah seperti kisah atau cerita yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa secara kronologis yang hanya memuat berita tentang perilaku-perilaku manusia semata, seperti memberi informasi tentang perilaku seseorang yang ditokohkan. Sebab realitas-realitas peristiwa semacam itu dapat dibaca dalam buku sejarah yang merupakan spesialisasi para ahli sejarah Kisah-kisah al-Qur’an adalah interpretasi atas sejarah dan hukumnya, sembari mengemukakan fenomena-fenomena yang ada didalamnya untuk dijadikan ibrah dan bahan research, seperti kisah raja- raja Mesir kuno yaitu Fir’aun. A. Ayat-ayat tentang Fir’aun Al-Qur’an tidak menyebutkan nama lengkap Fir’aun, seperti Haman dan Qarun tetapi mencukupkan dengan gelar saja. Term Fir’aun disebut dalam al-Qur’an sebanyak 74 kali dalam 27 surat 1 , dimana ayat- ayat yang menyebut tentang Fir’aun itu lebih banyak dari pada ayat tentang wudhu, waris, shadaqah, perkawinan, dan perceraian 2 . 1 M. Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li alfadhi al-Qur’an al-Karim, (Maktabah Dahlan Indonesia), hlm. 654-655. 2 Ayat tentang wudhu disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 1 kali yaitu dalam QS. al- Maidah [5]: 6; Tentang Waris al-Qur’an menyebut sebanyak 22 kali: QS. al-Baqarah [2]: 181, 182, 233; QS. al-‘Araf [7]: 169; QS. al-Hijr [15]: 23; QS. Maryam [19]: 6, 40, 80; QS. al-Anbiya [21]: 89; QS. an-Naml [27]: 16; QS. al-Qashash [28]: 5, 58; QS. al-Ahzab [33]: 6, 27; QS. Faathir [35]: 32; QS. al-Mu’min [40]: 53; QS. asy-Syu’ara [42]: 14; QS. an-Nisa’ [4]: 7, 8, 11, 12, 176. Tentang Shadaqah disebut dalam al-Qur’an sebanyak 23 kali, dalam : QS. al-Baqarah [2]: 196, 245, 262, 263, 264, 219, 267, 268, 271, 272, 274, 276; QS. an-Nisa’ [4]: 114; QS. at- Taubah [9]: 58, 103, 104; QS. an-Najm [53]: 34; QS. al-Mujadilah [58]: 12,13; QS. al-Munafiqun [63]: 10; QS. Yusuf [12]: 88; QS. al-Ahzab [33]: 35]. Tentang Perkawinan disebutkan sebanyak 27 kali, yaitu: QS. al-Baqarah [2]: 230, 232, 235; QS. an-Nisa’ [4]: 3, 6, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 127; QS. al-Hijr [15]: 22, 71; QS. Thaaha [20]: 40; QS. an-Nur [24]: 3, 32, 33, 60; QS. al-Ahzab [33]: 37, 49, 52, 53, 55; QS. al-Maidah [5]: 5, 6; QS. Al-Mumtahanah [60]: 10.

Upload: dongoc

Post on 05-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

BAB III

FIR’AUN DALAM AL-QUR’AN

Kisah-kisah dalam al-Qur’an bukanlah seperti kisah atau cerita

yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

secara kronologis yang hanya memuat berita tentang perilaku-perilaku

manusia semata, seperti memberi informasi tentang perilaku seseorang

yang ditokohkan. Sebab realitas-realitas peristiwa semacam itu dapat

dibaca dalam buku sejarah yang merupakan spesialisasi para ahli sejarah

Kisah-kisah al-Qur’an adalah interpretasi atas sejarah dan

hukumnya, sembari mengemukakan fenomena-fenomena yang ada

didalamnya untuk dijadikan ibrah dan bahan research, seperti kisah raja-

raja Mesir kuno yaitu Fir’aun.

A. Ayat-ayat tentang Fir’aun

Al-Qur’an tidak menyebutkan nama lengkap Fir’aun, seperti

Haman dan Qarun tetapi mencukupkan dengan gelar saja. Term Fir’aun

disebut dalam al-Qur’an sebanyak 74 kali dalam 27 surat1, dimana ayat-

ayat yang menyebut tentang Fir’aun itu lebih banyak dari pada ayat

tentang wudhu, waris, shadaqah, perkawinan, dan perceraian2.

1 M. Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li alfadhi al-Qur’an al-Karim, (Maktabah

Dahlan Indonesia), hlm. 654-655. 2 Ayat tentang wudhu disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 1 kali yaitu dalam QS. al-

Maidah [5]: 6; Tentang Waris al-Qur’an menyebut sebanyak 22 kali: QS. al-Baqarah [2]: 181, 182, 233; QS. al-‘Araf [7]: 169; QS. al-Hijr [15]: 23; QS. Maryam [19]: 6, 40, 80; QS. al-Anbiya [21]: 89; QS. an-Naml [27]: 16; QS. al-Qashash [28]: 5, 58; QS. al-Ahzab [33]: 6, 27; QS. Faathir [35]: 32; QS. al-Mu’min [40]: 53; QS. asy-Syu’ara [42]: 14; QS. an-Nisa’ [4]: 7, 8, 11, 12, 176.

Tentang Shadaqah disebut dalam al-Qur’an sebanyak 23 kali, dalam : QS. al-Baqarah [2]: 196, 245, 262, 263, 264, 219, 267, 268, 271, 272, 274, 276; QS. an-Nisa’ [4]: 114; QS. at-Taubah [9]: 58, 103, 104; QS. an-Najm [53]: 34; QS. al-Mujadilah [58]: 12,13; QS. al-Munafiqun [63]: 10; QS. Yusuf [12]: 88; QS. al-Ahzab [33]: 35]. Tentang Perkawinan disebutkan sebanyak 27 kali, yaitu: QS. al-Baqarah [2]: 230, 232, 235; QS. an-Nisa’ [4]: 3, 6, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 127; QS. al-Hijr [15]: 22, 71; QS. Thaaha [20]: 40; QS. an-Nur [24]: 3, 32, 33, 60; QS. al-Ahzab [33]: 37, 49, 52, 53, 55; QS. al-Maidah [5]: 5, 6; QS. Al-Mumtahanah [60]: 10.

Page 2: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Hal ini menunjukan signifikansi dan pentingnya bagi kita untuk

memahami bahwa cerita-cerita tersebut bukan semata-mata dongeng

penghibur Nabi Muhammad, akan tetapi ayat-ayat tentang Fir’aun hadir

untuk menjelaskan pesan-pesan sejarah. Anehnya para ahli tafsir tidak

menoleh untuk mengkajinya secara benar dan kebanyakan mereka

menyajikanya dari sumber-sumber israiliyat dan menggantungkan pada

sandaran yang tanpa makna sama sekali.

Kisah Fir’aun merupakan kisah yang paling banyak disebutkan

dalam al-Qur'an dibandingkan kisah-kisah lainya dari umat terdahulu.

Dalam al-Qur’an term yang berbicara tentang Fir’aun tersebar dalam

berbagai surat dan ayat, antara lain sebagai berikut:

No. Surat Jenis Surat Ayat 1 Al-Baqarah Madaniyah 49, 50 ال فرعون 2 Ali Imran Madaniyah 11 فرعونال 3 Al-‘Araf*) Makkiyah 103,104,113,123,137

109,127 130,141

موسى+ فرعون موسى+ قوم فرعون ال فرعون

4 Al-Anfal Madaniyah 52, 54**) ال فرعون 5 Yunus*) Makkiyah 75,79,83**),88,90 موسى+فرعون 6 Hud Makkiyah 97**) فرعون 7 Ibrahim Makkiyah 6 سىمو+ ال فرعون 8 Isra’*) Makkiyah 101,102 موسى+ فرعون 9 Thaaha Makkiyah 24,43,60,78,79 فرعون 10 Al-Mukminun Makkiyah 46 فرعون 11 As-Syu’ara*) Makkiyah 11

16,23,41,44,53 قوم فرعون

رسول+ فرعون

Tentang Perceraian, al-Qur’an menyebutkan sampai 23 kali, yang terdapat dalam QS. al-Baqarah [2]: 102, 229, 230, 231, 236, 237, 241; QS. ali Imran [3]: 103, 105; QS. an-Nisa’ [4]: 23, 130; QS. al-An’am [6]: 91, 159; QS. al-Anfal [8]: 57; QS. at-Taubah [9]: 25; QS. an-Nahl [16]: 92; QS. al-Ahzab [33]: 28, 37, 49, 51; QS. at-Thalaq [65]: 1, 2; QS. at-Tahrim [66]: 5. Lih. Sukmadjaja ‘Asyari, Rosy Yusuf, Indeks al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Pustaka, 2000), hlm. 40, 96, 193, 245, 246

Page 3: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

12 An-Naml Makkiyah 12 قوم فرعون 13 Al-Qashash*) Makkiyah 3,4,8,32,38

6,8 قوم فرعون

مهان+ فرعون 14 Al-Ankabut*) Makkiyah 39 مهان + قرون + فرعون +

موسى15 Shad Makkiyah 12 عاد+ نوح + فرعون 16 Ghafir*) Makkiyah 24,36

29,37**),26 28,45,46

قرون+ مهان + فرعون موسى+ فرعون

ال فرعون17 Az-Zukhruf*) Makkiyah 46,51 سىمو+ فرعون 18 Ad-Dukhan*) Makkiyah 17

31 رسول+ قوم فرعون

فرعون19 Qaaf Makkiyah 13 اصحاب + نوح + فرعون

عاد+ مثود + الرش 20 Ad-Dzariyat*) Makkiyah 38 رسول+ فرعون 21 Al-Qamar Makkiyah 41 فرعون 22 At-Tahrim Madaniyah 11**) فرعون 23 Al-Khaqqah Makkiyah 9 نفرعو 24 Al-Muzammil*) Makkiyah 15,16 رسول+ فرعون 25 Al-Nazi’at Makkiyah 17 فرعون 26 Al-Buruj Makkiyah 18 مثود+ فرعون 27 Al-Fajr Makkiyah 10 مثود+ فرعون

Dari sekian banyak ayat tentang Fira’un yang terdapat dalam 27

surat, kata Fira’un disebut bersama-sama dengan Nabi Musa a.s., baik

secara langsung menyebut nama Musa a.s., maupun tidak langsung dengan *) Fir’aun disebut bersama Nabi Musa a.s., baik dengan menyebut namanya secara langsung, antara lain dalam QS. al-A’raf [7]: 103, 104, 127; QS. Yunus [10]: 75,79,83; QS. al-Qashash [28]: 3; QS. al-Ankabut [29]: 39; QS. Ghafir [40]: 26,37; QS. az-Zuhruf [48]: 46, maupun dengan kata tidak langsung (Rasul) dalam QS. asy-Syu’ara [26]: 16; QS. ad-Dukhan [44]: 17; QS. ad-Dzariyat [51]: 38; QS. al-Muzammil [73]: 15, 16. Hal ini menunjukan bahwa dalm memahami kisah Fir’aun tidak bisa lepas dari sosok Nabi Musa a.s. yang membebaskan Bani Israil dari belenggu perbudakan sekaligus diperintah oleh Allah SWT untuk mengajak Fir’aun dan pengikutnya agar kembali ke jalan yang benar (Menyembah Allah SWT) **) Dalam ayat ini Fir’aun disebut 2 kali, kecuali dalam QS. Hud [11]: 97, Fir’aun diulang sampai 3 kali.

Page 4: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

kata Rasul. Ini menunjukkan bahwa dalam memahami kisah Fira’un tidak

bisa lepas dari peranan Nabi Musa a.s.

Surat-surat dalam al-Qur’an yang membahas term Fira’un dibagi

menjadi dua kelompok yakni Makiyyah dan Madaniyyah, akan tetapi

mayoritas di dominasi oleh surat-surat Makiyyah.

Al-Makky dan al-Madany merupakan salah satu tema penting

dalam pembahasan ilmu Qur’an. Berbagai bukti telah menunjukan bahwa

munculnya beberapa penyimpangan pemahaman terhadap kandungan

makna sebagaian ayat al-Qur’an adalah karena jatuhnya pemahaman

tersebut dari pijakan sejarah pewahyuan baik yang dikenal dengan

pembahasan asba al-Nuzul atau yang dikenal dengan al-Makky dan al-

Madany.

Ada beberapa kegunaan atau faedah mempelajari ilmu Makky dan

Madany seperti pendapat sebagian ulama antara lain :3 Dapat mengetahui

uslub atau style bahasanya yang berbeda-beda, karena ditujukan kepada

golongan-golongan yang berbeda, yakni: orang-orang Mukmin, orang-

orang Musyrik, orang-orang Munafik, dan orang-orang Ahlulkitab.

Untuk mengetahui al-Makky dan al-Madany ada dua cara : Sima’i

(mendengar melalui riwayat) atau Qiyasi (dengan studi perbandingan).

Konsep Makiyyah dan Madaniyyah sebenarnya di bangun atas dasar

informasi dari para sahabat dan tabi’in. Namun tidak semua riwayat

sampai kepada generasi setelahnya. Dari sini kemudian para ulama harus

melakukan ijtihad melalui studi perbandingan secara komprehensip

terhadap surat-surat dan ayat Makiyyah atau Madaniyyah, yang darinya

bisa didapatkan sejumlah parameter dan kekhususan dari masing-masing

kelompok.

Ada parameter khusus dari segi tema yang merupakan ciri khas

surat Makkiyah. Kekhususan tema ini didasarkan karena masyarakat yang

dituju adalah masyarakat kafir yang menyembah patung dan menolak

3 Masyfuq Zuhdi, Pengantar Ulm al-Qur’an ( Surabaya : Bina Ilmu, 1982 ), Cet. II, hlm. 71

Page 5: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

ajakan untuk beriman kepada Allah SWT bahkan mereka berusaha untuk

memusuhi orang-orang Mukmin dan menyiksanya. Beberapa kekhususan

itu bisa terinci sebagai berikut: 4

- Menekankan seruan kepada tauhid, menyembah hanya kepada Allah

SWT, seruan beriman kepada risalah Rasulullah dan hari Kiamat.

- Banyak menceritakan kisah Nabi-Nabi terdahulu, perjalanan dakwah

mereka serta tantangan yang dihadapi. Dialog antara mereka dengan

kaumnya, siksaan yang dialami kaum mereka yang inkar dan durhaka,

- Biasanya bentuk surat dan ayat yang diturunkan pada periode Mekkah

adalah pendek dan tidak terlalu panjang, dengan gaya bahasa yang

singkat tapi tajam yang tepat sekali untuk kaum yang sombong dan

tidak mau menerima kebenaran.

Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah mempunyai parameter dan

kekhususan tema yang lain lagi sesuai dengan tabiat masyarakat yang

dihadapi. Dari hasil penelitian para ulama, parameter Madaniyyah tampak

sebagai berikut ; Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah-kisah orang

Munafik, setiap surat yang didalamnya mengenai sangsi dan kewajiban. 5

B. Term Fir’aun

Fir’aun merupakan isim alam untuk nama julukan bagi seorang raja

kafir dari bangsa amalik dan lain-lainya (di negeri Mesir). Seperti halnya

kaisar, isim alam untuk julukan bagi setiap raja yang menguasai setiap

negeri Romawi dan Syam yang kafir, dan ‘Kisra’ julukan bagi raja Persia,

‘Tubba’ julukan bagi raja negeri Yaman yang kafir, ‘Najasyi’ julukan bagi

4 Amir Faishal Fath, Jurnal Kajian Islam al-Insan – al-Qur’an dan serangan

Orientalis (Jakarta: Gema Insani, 2005), Vol. I, No. 1, hlm. 72. 5 Antara lain hukum pidana, Fara’id, ibadah, Mu’amalah, Munakahat, Hadhanah, dan Hukum-hukum kemasyarakatan serta kenegaraan. Lihat Abdul Jalal, Ulumul Qur’an ( Surabaya : Dunia Ilmu, 2000 ), Cet. II, hlm. 97.

Page 6: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

raja yang menguasai negeri Habsyah, dan ‘Batalimus’ nama julukan bagi

raja India.6

Term Fir’aun dalam bahasa arab terbentuk dari dua kata kerja, yang

keduanya merupakan akar kerja yang valid. Menurut Ibnu Faris–

sebagaimana dikutip oleh M. Syahrur–kata Fir’aun terbentuk dari lafazh

Fara’a dan ‘Auna. Fara’a mempunyai arti ketinggian, keagungan, dan

melangit, dan kemudian dari lafazh itu muncul terma al-Far’u yang berarti

sesuatu yang tinggi dan tingginya sesuatu ketika saya meninggikanya.

‘Auna adalah kata dasar, kemudian dari kata ini terbentuklah lafazh: al-

I’anah, al-Maun, al-‘Awan. Al-‘Iwan adalah sesuatu yang sebelum dan

sesudah (terjadi sebelum dan sesudah Musa). Dari kata kerja Fara’a dan

‘Auna menjadi Fir’ana yang kemudian berubah menjadi bermakna

Fir’aun. Jadi Fir’aun adalah puncak tertinggi pada piramida kekuasaan

yang mencakup karakteristik tiranis (penindasan dan represi), dimana

fenomena ini telah ada sebelum Musa dan masih berlanjut setelahnya.7

Menurut suatu pendapat, nama Fir’aun8 yang hidup sezaman

dengan Nabi Musa a.s. adalah Al-Walid ibnu Mus’ab ibnu Rayyan.

Menurut pandapat lainya bernama Mus’ab ibnu Rayyan, dia termasuk

keturunan dari Amliq ibnul Aud ibnu Iram ibnu Sam ibnu Nuh, sedangkan

nama kun-yah-nya ialah Abu Murrah. Ia berasal dari Persia, yaitu dari

Istakhar.9

C. Karakteristik Fir’aun

a. Takabbur

6 Al-Imam Ibnu Katsier ad-Dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsier, terj. Abu Bakar (Bandung:

Sinar Baru Algensindo, 2003), cet. Ke-3, juz. I, hlm. 481

7 Muhammad Syahrur, Tirani Islam–Genealogi Masyarakat dan Negara, terj. Saifuddin Qudsy dan Badrus Syamsul Fata (Yogyakarta: LkiS, 2003), cet. I, hlm. 281. 8 Dalam kamus al-Munjid merupakan Nama laqab yang digunakan untuk menyebut raja-raja Mesir. Lih. Al-Munjid al-Abjady (Beirut: Dar al-Masyriq sarl, 1993), hlm. 759.

9 Al-Imam Ibnu Katsier ad-Dimasyqy, op. cit.

Page 7: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Fira’un adalah gelar bagi sang penguasa tirani dari rezim tunggal

yang pernah berkuasa di Mesir. Dalam al-Qur’an ia digambarkan sebagai

seorang hamba yang angkuh dan sombong Kesombongan Fira’un yang

lain adalah pengklaiman dirinya sebagai tuhan bagi bangsa Mesir, diduga

karena dia telah merasa berhasil membangun negara Mesir mencapai

tingkat kemakmuran yang tinggi. akibat kekuasaan yang absolut dan

tercapainya kemakmuran yang tinggi ini maka tumbuhlah keangkuhan dan

kesombonganya sehingga mengangkat dirinya sebagai tuhan. Sebagaimana

firman Allah :

)٢٤: النازعة (فقال أنا ربكم الأعلى

Artinya: “(Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi." (QS. an-

Nazi’at [79]: 24)

Klaim diatas menunutut manusia untuk patuh kepada Fir’aun

dengan tidak melakukan perbuatan menurut kehendaknya sendiri, tanpa

persetujuan dari Fir’aun, dan dia tidak segan-segan untuk menyiksa orang-

orang yang percaya pada tuhan Musa karena tidak minta izin kepadanya.

Sifat sombong lain yang ada pada Fir’aun adalah mengklaim

bahwa seluruh negara Mesir adalah miliknya sendiri, sebagaimana dalam

QS. al-Zuhruf [43]: 51;

ارهذه الأنهو رمص لكلي م سم أليا قومه قال ين في قووعى فرادنري من وجت

)٥١: الزحرف (تحتي أفلا تبصرون

Artinya: “Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?”.(QS. az-Zuhruf [43]: 51

Sifat diatas adalah sifat kekuasaan tirani dan karakteristik

fenomena Fir’aun yang masih bertahan hingga saat ini. Seorang tiran tidak

selalu mengklaim secara terang-terangan bahwa dia adalah penguasa

Page 8: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

negeri dan penguasa penduduk negeri, akan tetapi bisa diketahui dari

kualifikasi bentuk kekuasaan yang terdapat dalam dirinya. Sebaliknya, kita

akan mendapatkan manusia yang hidup dibawah hegemoni kekuasan tirani

itu memiliki karakteristik tertentu, yakni masyarakat tersebut adalah

komunitas yang teralienasi, baik dari sistem atau institusi yang ada

didalamnya. Karena itu, Allah SWT memasukkan mereka dalam kategori

fasiqin.

فاسما فاسقنيوا قوكان مهإن وهفأطاع همقو فخ٥٤: الزحرف ( ت(

Artinya: “ Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasiq ”.(QS. az-Zuhruf [51]: 54)

b. Sifat tirani dari Fir’aun adalah suka mengadu domba, ini tercantum

dalam QS. al-Qashash [28]: 4;

طائفة منهم الأرض وجعل أهلها شيعا يستضعف علا في فرعون إن

)٤: القصص (

Artinya: “Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka”. (QS. Al-Qashas : 4)

Ayat diatas melambangkan cita-cita yang rendah, yang

mendasarkan kontak manusia dengan sesama manusia pada penindasan

dan eksploitasi. Para Fir’aun memecah belah dan memelaratkan para

masyarakat, dan menonjolkan kepentingan-kepentingan kelas. Mereka

menghancurkan kekuatan kreatif manusia dan mencekik pertumbuhan

mereka.

Oleh karena itu al-Qur’an membagi mereka menjadi dua kelompok.

Kelompok yang pertama adalah para penindas yang dipandang hina, dan

yang kedua adalah para penindas yang sombong. Ini menunjukan bahwa

dikalangan para penindas terdapat orang-orang yang dipandanag hina dan

Page 9: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

orang-orang yang sombong dan angkara. Penindas-penindas seperti

Fir’aun adalah para penindas yang sombong, dan kaki tangan mereka

adalah para penindas yang tertindas dan dihinakan.10

c. Membuat kerusakan dan kehancuran dimuka bumi

Fir’aun sebagai penguasa yang menjalankan sistem tirani yang

mempunyai potensi lebih untuk berbuat kerusakan dari pada kebaikan.

Menurut M. Syahrur, yang dimaksud berbuat kerusakan adalah

rusaknya tugas, fungsi negara dan relasi-relasi sosial dan ekonomi. Ini

adalah karakter dasar rezim yang dlalim,11 sebagaimana firman Allah

dalam QS. al-Fajr [89]: 10-12;

فأكثروا فيها الفساد} ١١{الذين طغوا في البلاد } ١٠{وفرعون ذي الأوتاد

)١٢ -١٠: الفجر (

Artinya: “dan kaum Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu.”

Yang dimaksud dengan al-autad banyak sekali perbedaan pendapat

dikalangan ahli tafsir, menurut M. Abduh al-autad mempunyai arti pasak-

pasak. Pasak-pasak disini merupakan kiasan tentang bangunan-bangunan

peninggalan bangsa Mesir, seperti bangunan piramid yang dalam

pandangan orang yang melihatnya dari jauh, memang menyerupai pasak-

pasak raksasa yang tertancap didalam tanah. Bahkan bangunan kuil

mereka juga menyerupai bentuk pasak-pasak yang terbalik, bagian

bawahnya lebar kemudian makin mengecil keatas.12

10 Baqr ash-Shadr, Sejarah Dalam Perspektif al-Qur’an – Sebuah Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998), hlm. 88.

11 Muhammad Syahrur, Tirani Islam, op. cit., hlm. 290.

12 Muhammad Abduh, Tafsir Juz ‘amma (Bandung: Mizan, 1999), cet. V, hlm. 159.

Page 10: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

d. Berbuat sewenang-wenang dengan membunuh bayi-bayi dari kaum

Israil. Seperti dalam QS. al-‘Araf [7]: 141, dan QS. al-Baqarah [2]: 49;

ذاب يء العوس كمونومسون يعآل فر ناكم منإذ أجنيو اءكمنلون أبقت

ظيمع كمبن رالء مفي ذلكم بو اءكمون نسيحتسي١٤١:األعراف ( و (

Artinya: “Dan (ingatlah hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup wanita-wanitamu. Dan pada yang demikian itu cobaan yang besar dari Tuhanmu." (QS. al-’Araf [7]:141)

Pada mulanya Fir’aun bermimpi dan takbir mimpi itu menyatakan

bahwa kelak kerajaan Fir’aun akan lenyap ditangan seorang lelaki dari

kalangan Bani Israil, maka Fir’aun yang terkutuk itu memerintahkan agar

setiap bayi laki-laki yang baru lahir dari kalangan Bani Israil harus

dibunuh, dan membiarkan hidup bayi perempuan. Lalu dia memerintahkan

pula agar kaum lelaki Bani Israil ditugaskan untuk melakukan pekerjaan-

pekerjaan yang berat lagi hina.

اءكمنون أبحذبذاب يء العوس كمونومسن يوعآل فر ناكم منيجإذ نو

) ٤٩: البقرة ( بالء من ربكم عظيمويستحيون نساءكم وفي ذلكم Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan

pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu”. (QS. Al-Baqarah [2]: 49)

Ayat ini menggunakan kata اكمنيجن, ditempat lain seperti QS. al-

‘Araf [7]:141, redaksi yang digunakan adalah اكمنأجني, keduanya dapat

diterjemahkan dengan kami menyelamatkan.

Page 11: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Yang pertama mengandung makna pemberian keselamatan saat

turunya siksa sehingga mereka terhindar dari siksa. Sedangkan yang kedua

pemberian keselamatan dengan cara menjauhkan siksa tersebut secara

keseluruhan. Dengan demikian ada dua anugrah Allah SWT kepada

mereka dalam konteks penyelamatan. Yang pertama menghindarkan

mereka (sebagian mereka dari siksa), dengan demikian ayat ini

mengisyaratkan bahwa ada diantara mereka yang tidak tersiksa. Konon

Fir’aun selama setahun memerintahkan membunuh semua anak laki-laki

yang lahir pada tahun itu, dan membiarkan hidup yang lahir pada tahun

berikutnya. Adapun anugerahnya yang kedua dalam konteks penyelamatan

adalah keruntuhan rezim Fir’aun dan kematianya, sehingga terhenti

penindasan yang mereka lakukan terhadap Bani Israil.13

D. Pengikut Fir’aun

Dalam al-Qur’an terdapat beberapa profil keluarga atau kelompok

serta komunitas, seperti keluarga Ibrahim, keluarga Imran, Daud dan lain-

lain. Tentu saja penyebutan keluarga disini bukan atas dasar keturunan

biologis, namun lebih pada sikap dan perbuatan, oleh karena itu anak atau

orang yang memiliki sikap dan perilaku seperti sikap dan perilaku Ibrahim

maka ia layak disebut keluarga Ibrahim meskipun bukan keturunan

biologisnya. Berangkat dari sini, al-Qur’an menjelaskan bahwa anak

biologis justru bisa dikeluarkan dari pengertian keluaga ketika ia berbeda

sikap dan perilakunya.14

Banyak sekali kata yang biasa digunakan dalam al-Qur’an untuk

menyebut kelompok atau komunitas masyarakat seperti qaum, ahlun,

ummat, dan alu atau ali. Kalau diperhatikan ayat-ayat yang berbicara

tentang Fir’aun banyak memakai mufrodat alu Fir’aun atau qaumu

13 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah – Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000), Vol I, cet. I, hlm. 18.

14 Waryono Abdul Gafur, Tafsir Sosial – Mendialogkan Teks dengan Konteks, (Yogyakarta: Penerbit eLSAQ Press, 2005), cet. I, hlm. 128.

Page 12: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Fir’aun, mufradat itu dipakai untuk menyebut pengikut Fir’aun yang di

ulang sampai 10 kali15,

آل فرعون من عليكم إذ أجناكم الله موسىلقومه اذكروا نعمة وإذ قال

يسومونكم سوء العذاب ويذبحون أبناءكم ويستحيون نساءكم وفي ذلكم

)٦: ابراهيم ( يمبالء من ربكم عظArtinya: “Dan (ingatlah), ketika Musa a.s. berkata kepada kaumnya:

"Ingatlah nikmat Allah SWT atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu”. (QS. Ibrahim [14]: 6)

Kata ال dalam ayat diatas menurut ulama berasal dari kata ahlu

yakni keluarga, dan yang dimaksud disini adalah keluarga, pengikut dan

rezim Fir’aun. Dengan demikian ketika ayat ini menyatakan Ali Fir’aun

maka isyarat yang ditunjukan adalah bahwa apa yang dilakukan oleh

keluarga dan pengikut-pengikut Fir’aun itu menampakan kepribadian

Fir’aun. Ketika Bani Israil mendapatkan siksa mereka, maka ketika itu

yang tampak dipelupuk mata mereka adalah Fir’aun dengan segala

keburukanya walaupun ketika itu ia tidak hadir dalam penyiksaan.16

وإذ أجنيناكم من آل فرعون يسومونكم سوء العذاب يقتلون أبناءكم ويستحيون

ظيمع كمبن رالء مفي ذلكم بو اءكم١٤١: األعراف ( نس(

15 Dalam QS. al-Baqarah [2]: 49,50; QS. ali Imran [3]:11; QS. al-A’raf

[7]:109,127,130,141; QS. al-Anfal [8]: 52,54; QS. Ibrahim [14]: 6; QS. asy-Syu’ara [26]: 11; QS. an-Naml [27]: 12; QS.Ghafir [40]: 28,45,46; QS. ad-Dukhan [44]: 17

16 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah – Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Vol. 1, cet. I, hlm. 184-185.

Page 13: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Artinya: “Dan (ingatlah hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir’aun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup wanita-wanitamu. Dan pada yang demikian itu cobaan yang besar dari Tuhanmu”. (QS. al-A’raf [7]: 141)

Selain menggunakan kata Alu dan Qaum untuk menyebut

pengikut Fir’aun al-Qur’an juga memakai kata Mala’. Kata Mala’ (isim

Jamak) dipakai khusus untuk menyebut para pembesar Fir’aun.17

E. Misi Nabi Musa a.s.

Menurut al-Qur’an alasan atau Justifikasi atas adanya wahyu tuhan

dan misi sosial para Nabi penerima wahyu pada umumnya memiliki tiga

tujuan: pertama, untuk menyatakan kebenaran; kedua, untuk berperang

melawan kepalsuan (bathil) dan penindasan (Zulm); dan ketiga, untuk

membangun sebuah komunitas atau persaudaraan berdasarkan kesetaraan

sosial, kebaikan, keadilan, dan kasih sayang.18

Salah satu misi Nabi19 adalah mengajak umatnya untuk

menyembah kepada Allah SWT (monoitheisme) yang disampaikan melalui

17 Dan dalam ayat lain penyebutan pengikut Fir’aun langsung memakai nama orang,

yaitu Haman. Haman berasal dari lafazh Hamana yang mempunyai arti yang menjaga dan melingkupi, Haman adalah gelar perorangan yang menjaga urusan-urusan Allah dan mengawasi penerapanya diantara manusia. Hamanya Fir’aun adalah kepala para dukun sihir atau bisa disebut sebagai pucuk pimpinan agama. Lih. Muhammad Syahrur, Tirani Islam, op. cit., hlm. 282

Haman adalah salah satu menteri Fir’aun yang memiliki kekuasaan satu tingkat dibawahnya, Fir’aun dan Haman mendustakan utusan Allah SWT, oleh karena itu Fir’aun menyuruh menterinya untuk membuat bangunan yang menjulang dengan harapan dapat melihat tuhan Musa a.s. lih. Ghafir [40]:36, dan QS. al-Qashash [28]: 38

18 Ziaul Haque, Wahyu dan Revolusi, terj. E. Setyawati al Khattab (Yogyakarta: Lkis, 2000), cet. I, hlm. 33.

19 Cerita-cerita mengenai peran Nabi dalam al-Qur’an sangat bervariasi sesuai dengan kasus, tetapi mereka semua adalah pemberi peringatan yang mendapat perlindungan dari Allah SWT kepada para hambanya. Perlindungan ini adalah salah satu elemen dalan narasi yang dipercepat dengan insiden, sepert Ibrahim diselamatkan dari api yang dilempar kedalamnya oleh umatnya setelah dia menghancurkan patung-patung, lih. QS.al-Anbiya [21]: 68-71; Isa diselamatkan oleh Allah SWT dari orang-orang yahudi yang menyalibya, lih. QS. an-Nisa’[4]: 157.

Page 14: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

lisan para Nabi.20 Ketika misi disampaikan kepada para umatnya

dikemukakan pula argumenya, tetapi kebanyakan umat para Nabi selalu

mencela bahkan menantangnya21.

Ajaran Tauhid

konsep teologis tentang tauhid sesungguhnya adalah konsepsi

tentang prinsip-prinsip atau nilai luhur yang menjaga kehidupan manusia

dimuka bumi; kebenaran, kejujuran, kasih sayang, ketulusan, kebaikan,

kesetaraan, dan persaudaraan manusia. Para Nabi hanya takut dan

bertawakkal kepada Allah SWT; yaitu mereka mempersembahkan

hidupnya untuk menyatakan kebenaran dan membangun sebuah tatanan

sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip nilai luhur itu.Kepatuhan

kepada tuhan dan ketaatan kepada perintahnya bisa menjauhkan manusia

dari perbuatan Syirik. Menjadikan Tuhan selain Allah SWT merupakan

dosa besar yang tidak terampuni22, apalagi jika seseorang manusia

mengklaim dirinya sebagai tuhan, seperti Fir’aun.

)٢٤: النازعة ( فقال أنا ربكم الأعلى

Artinya: “(Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi." (QS. an-

Nazi’at [79]: 24)

Lafazh al-A’la (yang paling tinggi) disini terdapat pengakuan yang

pasti dari Fir’aun bahwa ada tuhan selain dirinya. Inilah yang belum

diterangkan oleh para ahli tafsir. Namun yang jelas pengakuan itu tidak dia

20 QS. as-Syu’ara [26]:108, 126,131. 21 Lih Jacques Jomier, Horizon al-Qur'an – Membahas Tema-tema Unggulan dalam

al-Qur'an, terj. Hasan Basri (ed) (Jakarta: Galura Pase, 2002), cet. I, hlm. 80. 22 Lih. QS. Luqman [31]: 13, QS. an-Naml [4]: 48. Syirik juga dipandang sebagai

kesesatan yang jauh, lih. QS. an-Nisa’ [4]: 116; dan kedzaliman yang besar, lih. QS. Luqman [31]: 13. Didalam al-Qur’an orang yang syirik diumpamakan sebagi orang yang jatuh dari langit, kemudian disambar burung atau terembus oleh angin ke tempat yang jauh, lih. QS. at-Taubah [9]:18; sehingga al-Qur’an memandang seorang budak yang beriman lebih baik ketimbang orang musyrik, meskipun sangat menakjubkan, lih. QS. al-Baqarah [2]: 221.

Page 15: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

sengaja. Dengan demikian terkuaklah kondisi Psikologis Fir’aun, ada tarik

menarik didalamnya antara kebimbangan dan perasaan bahwa tuhan itu

ada seperti diceritakan Musa, tetapi hati Fir’aun sudah terbelenggu. 23

Oleh karena itu Allah SWT memerintah Musa a.s. berdakwah

kepada Fir’aun dan para pengikutnya agar mengakui Tuhan Musa a.s.,

perintah itu antara lain terdapat dalam:

QS. Thaha [20]: 24

)٢٤: طه ( اذهب إلى فرعون إنه طغى

Artinya: “Pergilah kepada Fir’aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas”

Dalam QS. as-Syuara [26]:10

الظالمني مى أن ائت القووسم كبى رادإذ ن١٠: الشعراء ( و(

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa a.s. (dengan firman-Nya): "Datangilah kaum yang Dzalim itu” (yaitu) kaum Fir’aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?"

Dalam QS. al-Qashash [28]: 32

جناحك من يكجيبك تخرج بيضاءمن غير سوء واضمم إل اسلك يدك في

كانواقومافاسقني من ربك إلى فرعون وملئه إنهم فذانك برهانان الرهب

)٣٢: القصص (

Artinya: “ Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir’aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik."

23 ‘Aisyah ‘Abdurrahman Bintusy-Syati’, Al-Tafsir al-Bayani lil-Qur’an al-Karim, Terj.

Mudzakkir Abdussalam (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), cet. I, hlm. 216.

Page 16: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Tampaknya kisah dakwah Nabi Musa a.s. diatas dalam ketiga surat

berbeda, padahal yang berbeda hanya gaya bahasanya saja24. Dalam surat

Thaha [20]: 24, hanya Fir’aun yang disebutkan, sedangkan kaumnya tidak

disebutkan, hal ini karena kaum Fir’aun adakah pengikutnya. Dalam QS.

as-Syu’ara [26]:10; hanya kaum Fir’aun yang disebutkan, dalam konteks

ini Fira’un adalah bagian dari kaumnya, ucapan yang diarahkan kaumnya

sama seperti ucapan yang diarahkan kepadanya, jika kaumnya taqwa dan

iman kepada Allah SWT, dia tidak akan mampu menceganhya.

Dengan demikian dalam konteks ini dia (seakan-akan) pengikut

kaumnya, sehingga dakwah yang diarahkan kepada mereka adalah

termasuk juga dakwah kapada Fira’un sendiri. Sedang QS. al-Qashas

[28]:32, memperjelas maksud kedua surat sebelumnya, sekalipun yang

disebutkan hanya sebagian namun yang dimaksudkan adalah seluruhnya,

yaitu Fir’aun beserta kaumnya.25

Ajakan Nabi Musa a.s., kepada Fira’un ditawarkan secara halus,

kehalusan dalam menawarkan risalah tampak jelas dalam surat Thaha [20]:

44;

)٤٤: طه ( فقولا له قوال لينا لعله يتذكر أو يخشى

Artinya: “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Musa a.s. telah mengajak

Fira’un dengan cara نالي , yakni secara halus dan bijak dengan harapan

Fir’aun dan para pengikutnya bisa menerima ajakan tersebut. Tapi

kenyataanya Fir’aun membangkang dan menolak ajakan Musa a.s..

Bahkan dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa Fir’aun dengan sifat

24 Syihabuddin Qalyubi, Stylistika al-Qur’an ( Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997),

cet. I, hlm. 86. 25 Ibid., hlm. 87.

Page 17: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

kesombonganya bertanya balik kepada Musa a.s., “Siapakah Tuhan yang

mengatur semua alam itu”?.

المنيالع با رمن ووع٢٣:الشعراء ( قال فر(

Artinya: “Fir’aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?" (QS. asy-Syua’ra [26]: 23)

Konsep ketuhanan pada saat itu adalah paham keserupaan yang

memiliki jasad dan konkrit, yang menyerupakan tuhan dengan makhluk

seperti kepercayaan terhadap dewa-dewa dan bintang-bintang. Oleh karena

itu Fir’aun meminta Haman untuk memperkenalkan tuhan Musa.

Permintaanya tercermin pada gambaran dan pemahaman ini, karena itu

pertanyaan Fir’aun kepada tuhan Musa adalah terkait dengan bentuk

materi tuhan.

)٤٩: طه ( قال فمن ربكما يا موسى

Artinya: “Berkata Fir'aun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?”. (QS. Thaaha [20]: 49)

Ketika Fir’aun merasa tidak puas dengan argumen yang bersifat

verbal, maka untuk mengukuhkan bukti kerasulanya, Musa a.s.

menunjukan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT kepada Fir’aun.

)٣٨: الذاريات ( وفي موسى إذ أرسلناه إلى فرعون بسلطان مبني

Artinya: “Dan juga pada Musa a.s. (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT) ketika Kami mengutusnya kepada Fir’aun dengan membawa mukjizat yang nyata”. (QS. ad-Dzariyat [51:38)

ولقد أخذنا آل فرعون بالسنني ونقص من الثمرات لعلهم يذكرون )١٣٠: عراف ألا (

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran”. (QS.al-A’raf [7]:130)

Page 18: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Konsep tanda ternyata mencakup semua alam berikut apapun dan

siapapun yang ada didalamnya, disamping tradisi penuturan manusia,

mukjizat para Nabi dan apalagi al-Qur’an itu sendiri semua ini adalah

tanda yang bisa dilihat dengan jelas. Seperti berubahnya tongkat Nabi

Musa menjadi ular.

بنيان مبثع فإذا هي اهص٣٢: الشعراء ( فألقى ع(

Artinya: “Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata”. (QS. al-Syu’ara [26]: 32)

Dalam ayat diatas digunakan kata ,untuk menyebut ular ثعبان

penjelasan kata ini sebagai mana pendapat Ahmad Khalafullah yaitu

karena kondisi Fir’aun dan para pengikutnya saat itu penuh keraguan

dengan mukjizat Musa. Maka dari itu tongkat musa harus menjadi ular

besar yang betul-betul nyata, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

pencapaian tujuan yaitu memberi kepuasan.26

Tetapi dalam ayat lain, digunakan kata ةيح , sebagaimana dalam QS.

Thaaha [20]: 20;

)٢٠: طه ( فألقاها فإذا هي حية تسعى Artinya: “Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi

seekor ular yang merayap dengan cepat”. (QS. Thaaha [20]: 20)

Penggunaan kata bertujuan untun menghibur rasul Muhammad , حية

dan menghilangkan rasa gundah yang menyelimutinya. Atas tujuan ini

maka pemaparan dalam kisah ini lebih halus, karena dapat menyenuh hati

26 M. Ahmad Khalafullah, al-Qur'an Bukan Kitab Sejarah – Seni, Sastra, dan

Moralitas dalam Kisah-kisah al-Qur'an, terj. Zuhairi Misrawi dan Anis Maftukhin (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. I, hlm. 116.

Page 19: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

yang paling dalam sehingga jiwanya dapat merasakan satu ketenangan dan

menghilangkan semua rasa duka.27

Deskripsi lain tentang berubahnya tongkat musa juga terdapat

dalam QS. al-Qashash [28]: 31

وأن ألق عصاك فلما رآها تهتز كأنها جان ولى مدبرا ولم يعقب يا موسى

)٣١: القصص ( تخف إنك من الآمنني أقبل ولا

Artinya: “dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): "Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman”. (QS. al-Qashas [28]: 31)

Persoalan berubahnya tongkat menjadi seekor ular انج dimaksudkan

untuk menimbulkan perasaan takut dari segala segi, yang sesuai dengan

konteks saat itu tak terkecuali Musa sendiri.28

Walaupun sudah diperlihatkan tanda-tanda yang sangat berbeda

dengan keahlian para tukang sihirnya, tetapi Fira’un ingkar dan

menyombongkan diri. Seharusnya Fir’aun tidak mempunyai alasan lagi

untuk tidak mempercayai mukjizat itu kalau ia terbuka hatinya dan tidak

sombong. Namun ia begitu mabuk kekuasaan, dan melupakan prinsip-

prinsip sejarah.

فكي ا فانظروا بهلئه فظلممن ووعا إلى فراتنى بآيوسدهم معا من بثنعب ثم

فسدينة الماقب١٠٣: األعراف ( كان ع( Artinya: “ Kemudian Kami utus Musa a.s. sesudah rasul-rasul itu dengan

membawa ayat-ayat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka

27 M. Ahmad Khalafullah, loc. cit. 28 Ibid, hlm. 117.

Page 20: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. al-A’raf [7]: 103)

Dalam ayat diatas Fir’aun tidak mau melihat (Nadzara) orang-

orang yang dihancurkan oleh Allah SWT karna ia mengingkari tanda-

tanda yang dibawa oleh Rasul mereka. Nadzara adalah aktifitas

mengarahkan mata untuk mengindera sesuatu atau melihat satu peristiwa

dengan menggunakan pikiran, dan berbeda denagn Bashara yang berarti

aktifitas melihat dengan menggunakan alat-alat indera yaitu mata seperti

halnya mendengar dengan telinga,29 bahkan menyangka (Zhanna)30

bahwa Musa a.s. terkena sihir.

ماءهائيل إذ جرني إسأل بات فاسنيات بآي عى تسوسا منيآت لقدفقالو له

)١٠١: سراء إلا ( فرعون إني لأظنك يا موسى مسحورا

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa a.s. sembilan buah mukjizat yang nyata, maka tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa a.s. datang kepada mereka lalu Fir’aun berkata kepadanya: "Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa a.s., seorang yang kena sihir." (QS. al-Isra’ [17]: 101)

Secara psikologis31 sebenarnya Fir’aun tahu bahwa tanda yang

dibawa Musa a.s. adalah benar.

زل هـؤالء إال رب السماوات واألرض بصآئر وإني قال لقد علمت ما أن

)١٠٢: سراء إلا (لأظنك يا فرعون مثبورا

29 M. Syahrur, Iman dan Islam – Aturan-Aturan Pokok, terj. Zaid Su’di (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2002), cet. I, hlm. 225-227.

30 Kata Zhanna memiliki dua makna yang berlawanan. Dalam QS. al-Isra’ [17]: 101, bermakna ragu, dan terkadang kata itu muncul dengan makna yang sebaliknya yaitu yakin sebagaiman QS. al-Isra’ [17]: 102, Lih. Muhammad Syahrur, Dialektika Kosmos dan Manusia – Dasar-dasar Epistimologi Qur’ani, terj. M Firdausi ( Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004), cet I, hlm. 196-197.

31 Kondisi ini terlihat ketika Fir’aun mati tenggelam dalam mengejar Musa dan Bani Israil, setelah muminya diteliti oleh para ahli sejarah, ternyata dia mati bukan karena minum banyak air laut, tapi ia mati karena Shock.

Page 21: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Artinya: “Musa a.s. menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir’aun, seorang yang akan binasa." (QS. al-Isra’ [17]: 102)

Ketika segala sesuatu berubah menjadi tanda-tanda32 yang harus

diyakini kebenaranya yang menggambarkan pertarungan iman dan

kekafiran, dimana kondisi kaum dalam keadaan yang sangat parah dan

sarat dengan kebejatan dan kerusakan moral, jiwa-jiwa penduduknya lebih

cenderung untuk menerima para rasul dan mengikuti ajaranya serta akidah

yang dibawanya, maka dalam kondisi semacam ini sebuah dakwah akan

cepat terealisir, karena pada dasarnya sebuah jiwa itu haus akan

ketenangan bathin. Dan pada awalnya dakwah ini akan menarik simpati

dari para golongan muda.

ة ميى إال ذروسلم نا آمأنفم لئهممن ووعن فرف مولى خمه عن قو مهفتني

رفنيسالم لمن هإنض وال في األرن لعوعإن فر٨٣: يونس ( و(

Artinya: “Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Yunus [10]: 83)

Ayat ini menjelaskan ketika Musa sudah berusaha untuk mengajak

kaum Fir’aun pada jalan yang benar kemudian mereka semua menolak

ajakan tersebut dan tidak mempercayai Nabi Musa kecuali dari segelintir

keturunan dari kaum Musa (Bani Israil).

32 Kata “tanda” diterapkan kepada peristiwa atau obyek-obyek yang bertalian dengan

tugas seorang utusan tuhan untuk menguatkan pesan yang dibawanya, tanda disini bisa berbentuk mukjizat, dimana sesuatu yang terjadi padanya tidak bisa diikuti oleh akal manusia tapi benar-benar nyata dan wajib diimani. Kata “tanda” juga dipergunakan untuk menunjuk kisah-kisah pengazaban umat-umat terdahulu. Lih. Richard Bell, Pengantar Studi al-Qur'an, terj. Taufiq Adnan Amal (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), cet I, hlm. 202.

Page 22: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Ada beberapa pendapat tentang makna ةيذر pada ayat diatas,

pendapat pertama mengatakan bahwa ةيذر disini bermakna segolongan

kecil, pendapat ini didukung oleh Ibnu Abbas, dia mengatakan bahwa

mereka ةيذر tersebut adalah Taqlil al-‘Adah dalam arti golongan kecil.

Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud ةيذر disini adalah

turunan kaum yang diajak oleh Nabi Musa. Pendapat ketiga, menyatakan

bahwa Dzurriyah ditujukan kepada kaum Fir’aun sendiri yaitu Siti ‘Asyiah

(istri Fir’aun) dan para pekerja kasarnya.33

Walaupun para pengikut Fir’aun menyadari kata-kata Musa, namun

mereka tetap bersikeras dan meremehkanya, bahkan mengancam Musa

dengan hukuman yang keras, tapi Nabi Musa tidak gentar dan tetap

menyebarkan ajara-Nya. Akan tetapi taktik keji Fir’aun untuk menindas

Bani Israil semakin kejam. Pada saat itu Allah menurunkan Wahyunya

kepada Musa akan siksanya yang segera menimpanya.

Fir’aun diperingatkan tapi ia masih merasa masih punya kekuasaan

yang penuh. Allah Maha Pengasih pada semua Makhluk-Nya, karenanya

ia menurunkan hukuman yang lunak agar Fir’aun dan pengikutnya sadar.

Hukuman yang menimpa bangsa Mesir disebut dalam QS. al-‘Araf [7]: 13-

134

} ١٣٢{ بمؤمنني فما نحن لك لتسحرنا بها وقالوا مهما تأتنا به من آية

ا علنسالطوفانفأر هملي فادعالضل والقمو ادرالجو مالدالت وفصات مآي

قالوا يا ولما وقع عليهم الرجز} ١٣٣{ قوما مجرمني فاستكبروا وكانوا

ئن كشفت عنا الرجز لنؤمنن لك موسى ادع لنا ربك بما عهد عندك ل

)١٣٤ – ١٣٢: األعراف ( ولنرسلن معك بني إسرائيل

33 Muhammad ar-Razi Fakhruddin, Tafsir Mafatikhul Ghaib (Darul Fikri: t.th), Juz 17,

hlm. 150.

Page 23: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Artinya: “Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu. Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu." (QS. al-‘Araf [7]: 132-134)

Tukang sihir Fir’aun berbeda dengan Fir’aun. Walaupun pada

awalnya mereka menolak Risalah Nabi Musa, tetapi setelah melihat tanda-

tanda-Nya yang berbeda jauh dengan permainan sihirnya maka kemudian

mereka percaya terhadap tuhan Nabi Musa, karena mereka adalah

tehnokrat bukan pembesar, sebab para tukang sihir itu mengetahui rahasia-

rahasia profesinya.34

Karena tanda-tanda yang ditunjukan oleh Nabi Musa, akhirnya

tukang sihir Fir’aun pun beriman.

اجدينة سرحالس ٤٦{فألقي { المنيالع با برنقالوا آم}٤٧ {بى روسم

)٤٨ – ٤٦:الشعراء ( وهارون

Artinya: “Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah), mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun." (QS. as-Syu’ara [26]: 46-48)

Pertarungan antara keimanan dan kekufuran akan terjadi dalam

sebuah komunitas sosial, perbedaan semacam ini memang sudah menjadi

ketentuan universal (sunnatullah), bahkan perselisihan tersebut bisa

menjadi jurang pemisah diantara dua kelompok sehingga nyaris untuk bisa

34 Muhammad Syahrur, Tirani Islam, op. cit., hlm. 293.

Page 24: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

dipertemukan, meski dalam satu keluarga dan satu rumah. Sebagaimana

yang digambarkan Allah SWT tentang keimanan Istri Fir’aun.35

في وضرب الله مثال للذين آمنوا امرأة فرعون إذ قالت رب ابن لي عندك بيتا ) ١١: التحرمي ( ونجني من فرعون وعمله ونجني من القوم الظالمني الجنة

Artinya: “Dan Allah SWT membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi

orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim”. (QS. at-Tahrim [66]: 11)

Ayat diatas menggambarkan bahwa keimanan seseorang tidak bisa

dipengaruhi oleh faktor lingkungan bahkan dalam skala yang sangat

kontras dimana kebaikan dan kedzaliamn tumbuh dalam satu keluarga.

Pertentangan melawan Fir’aun pun semakin keras, padahal hampir

seluruh keluarga istana menjadi pengikut Fir’aun karena takut dibunuh,

sehingga waktu ia memerintahkan rakyatnya menyembahnya hanya

segelintir orang yang tak mau mengikutio perintah itu. Diantaranya

Masyitoh.36

35 Untuk menyebut Istri, al-Qur’an menggunakan lafal Zauj dan Imra’ah yang

mengandung arti sama tapi menimbulkan efek yang berbeda, karena Hawa digambarkan al-Qur’an sebagai Zauj Nabi Adam seperti dalam QS. al-Baqarah [2]: 35; al-A’raf [7]: 19; Thaha [20]: 117. Istri al-Aziz, Nuh, Luth, dan Fir’aun digambarkan sebagai Imra’ah, ternyata lafal Imra’ah tidak pernah dipergunakan untuk Nabi Adam, dan lafal Zauj tidak pernah dipergunakan untuk keempat tokoh tadi. Dalam ayat-ayat lain lafal Zauj ditampilkan dalam konteks kehidupan suami istri yang penuh kasih sayang dan memiliki anak keturunan, seperti dalam QS. ar-Rum [30]: 21; dan al-Furqan [25]: 74. Sedangkan untuk keluarga yang tidak terjalin kasih sayang karena ada khianat atau perbedaan akidah digambarkan dengan lafal Imra’ah, seperti Imra’ah al-Aziz dalam QS. Yusuf [12]: 30, 51; Imra’ah Nuh, Luth, dan Fir’aun dalam QS. at-Tahrim [66]: 10, 12. Lih. ‘Aisyah ‘Abdurrahman Bintusy-Syathi’, al-Tafsir al-Bayani Li al-Qur’an al- Karim, terj. Madzakkir Abdussalam (Bandung: Mizan, 1996), cet I, hlm. 229-230.

36 Keluarga masyithoh dilemparkan ke dalam api, karena keluarga itu beriman kepada apa yang dibawa oleh Musa. Tanpa belas kasihan , pengawal Fir’aun melemparkan satu persatu anak Masyithoh ke daslam api.

Page 25: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Nabi Musa membebaskan Bani Israil

Tak satupun ayat al-Qur'an yang berkisah tentang Musa dan Bani

Israil selama masa perbudakan di Mesir memberi kesan bahwa iman pada

keesaan tuhan sebagai dogma merupakan satu elemen yang signifikan.

Sebaliknya, selama periode ini tanggung jawab kenabian Musa pada

dasarnya adalah untuk bersolideritas bersama Bani Israil, bukan untuk

mendakwahi mereka. Mereka baru diberi cobaan oleh tuhan dalam

kebebasan setelah mereka mewarisi bumi, baru pada saat itulah perintah

dan tuntutan kepada iman pun muncul.37

Musa, meski lahir dari kalangan budak, dibesarkan dalam naungan

kemakmuran kelurga kerajaan Fir’aun. Dia kemudian kemudian untuk

waktu yang cukup lama menjadi budak di pengasngan, dan menjadi bagian

sejarah masyarakat bawah. Sebagai anggota kelas bawah inilah dia datang

kepada kaumnya. Ketika kembali ke Mesir, dia meminta Fir’aun bukan

untuk memperbaiki kondisi kaumnya, tapi untuk membebaskan mereka.

Bani Israil yang hidup dalam ketertindasan dan penyiksaan Fir’aun

akhirnya dibebaskan oleh Musa dan saudaranya Harun. Sebagaimana

firman Allah dalam redaksi yang berbeda:

المنيالع بول رسا رن فقولا إنوعا فرائيل} ١٦{فأتيرني إسا بنعسل مأن أر )١٧ –١٦: الشعراء (

Artinya: “Maka datanglah kamu berdua kepada Fir'aun dan katakanlah olehmu: "Sesungguhnya Kami adalah Rasul Tuhan semesta alam, lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami." (QS. as-Syu’ara [26]: 16-17)

ال حقيق على أن }١٠٤{رسول من رب العالمني وقال موسى يافرعون إني

بن رة منيكم ببجئت قد قلى الله إال الحائيلأقول عرني إسب عيسل مفأر كم)

37 Farid Esack, Membebaskan yang Tertindas – al-Qur'an, Liberalisme, Pluralisme (Yogyakarta: Mizan, 2002), hlm. 253.

Page 26: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

)١٠٥ – ١٠٤: األعراف

Artinya: “ Dan Musa berkata: "Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam. wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku." QS. al-A’raf [104-105]

ayat diatas secara redaksional hampir sama, tapi penekananya

berbeda, dalam surat yang pertama Allah mengutus Musa dengan kata

‘Itiya, karena Fir’aun sebagai sosok yang sudah ia kenal dan berasal dari

wilayahnya. sedang dalam surat yang satunya lagi menggunakan kata

Ji’ta, karena Musa pergi menghadap Fir’aun dengan membawa bukti-bukti

yang berasal dari wilayah allah, bukan berasal dari wilayah Musa dan

Fir’aun.38

Allah mengutus (رسول) Nabi Musa dan Harun untuk membebaskan

Bani Israil. Penggunaan kata رسول yang berbentuk tunggal mengisyaratkan

bahwa ajaran yang mereka berdua sampaikan pada hakekatnya adalah satu

dan sama, sedikitpun tidak berbeda, apalagi memang Nabi Harun bertugas

sebagai yang membantu Nabi Musa.39

Setelah sekian lama hidup dalam penindasan, Bani Israil keluar dari

Mesir bersama Nabi Musa dengan perlindungan dari Allah, seperti dalam

ayat;

يبسا د أوحينا إلى موسى أن أسر بعبادي فاضرب لهم طريقا في البحرولق

)٧٧:طه ( لا تخاف دركا ولا تخشى

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu,

38 Muhammad Syharur, Iman Dan Islam; aturan-aturan pokok, terj. Zaid Su’di

(yogyakarta: penerbit jendela, 2002) cet. I, hal. 208-209 39 Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah – Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. I, vol. 10, hlm. 21.

Page 27: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)." (QS. Thaaha [20]: 77)

)١٠٣: سراء إلا (فأراد أن يستفزهم من األرض فأغرقناه ومن معه جميعا

Artinya: “Kemudian (Fir'aun) hendak mengusir mereka (Musa dan pengikut-pengikutnya) dari bumi (Mesir) itu, maka Kami tenggelamkan dia (Fir'aun) serta orang-orang yang bersama-sama dia seluruhnya.” (QS. al-Isra’ [17]: 103)

Tetapi Fir’aun dan bala tentaranya segera menyusul rombongan

Eksodus itu dengan persenjataan serta kereta perang mereka.

مها غشيم مالي نم مهشيوده فغنن بجوعفر مهعب٧٨: طه ( فأت(

Artinya: “Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.” (QS. Thaaha [20]: 78)

Ketika Nabi Musa menemukan jalan buntu, Allah memerintahkan

Musa memukulkan Tongkatnya ke laut, maka lautpun terbelah40 untuk

memberi jalan kepada Musa dan kaumnya Bani Israil. Pada saat itu Fir’aun

dan tentaranya juga telah sampai di pinggir pantai. Mereka melihat jalan

yang kering di tengah laut itu dan menyeberanginya, setelah semua Bani

Israil sudah sampai seberang lautpun bertaut kembali seperti semula.

Ahirnya Fir’aun dan bala tentaranya mati tenggelam dalam posisi Kafir.

Sebagaimana dalam QS. Yunus [10]: 90-91;

أدركه وجنوده بغيا وعدواحتى إذا وجاوزناببني إسرائيل البحرفأتبعهم فرعون

من المسلمني إلـه إال الذي آمنت به بنو إسرائيل وأناالغرق قال آمنت أنه ال

}٩٠ {فسدينالم من كنتل وقب تيصع قد٩١–٩٠: يونس ( آآلن و(

40 Dalam peristiwa eksodus ini, laut merah terbuka menjadi 12 belahan, Lihat imam az-Zamakhsyary, Tafsir al-Kasysyaf (Darul Fikri, t.t), Juz II, hlm. 125.

Page 28: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Artinya: “Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus [10]: 90-91).

Ayat-ayat diatas menginformasikan pada kita bahwasanya Fir’aun

dan para pengikutnya mati tenggelam dalam keadaan kafir.41 Ayat ini juga

membuktikan bahwa kehadiran tuhan merupakan elemen penting dalam

kehidupan. Kalau ada yang mengingkari wujud tersebut, maka

pengingkaran tersebut bersifat sementara. Dalam arti bahwa pada akhirnya

– sebelum jiwanya terpisah dengan jasadnya – ia akan mengakui-Nya.42

F. Relasi Fir’aun dan Alu Fir’aun

Dalam ayat-ayat tertentu, al-Qur'an kadang menyebut Fir’aun, dan

dalam ayat-ayat yang lain memakai alu Fir’aun. Ini menandakan adanya

Relasi antara Fir’aun dan para pengikutnya.

Sebagaimana telah diketahui bahwa Fir’aun dengan sombong

menolak ajakan Nabi Musa, karena dia takut risalah yang ditunjukan oleh

Nabi Musa dan Harun akan menggoyahkan kepercayaan lama yang telah

41 Kaum atheis begitu mengagungkan Fir’aun dan berkeyakinan bahwa Fir’aun mati

dalam keadaan mukmin. Dan tenggelamnya laksana pemandian dan pensucian orang kafir ketika ia masuk islam, mereka mengatakan bahwa didalam al-Qur'an tidak ada dalil yang menunjukan kekafiran Fir’aun. Mereka berhujjah terhadap keimanan Fir’aun dengan firman Allah yang berbunyi, “Hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia, “aku beriman bahwa tidak ada tuhan melainkan tuhan yang diimani oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” Padahal kelanjutan ayat ini menjelaskan kesesatan Fir’aun. Allah SWT. berfirman, “apakah sekarang baru kamu beriman, padahal kamu sesungguhynya telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang telah berbuat kerusakan,” konteks kalimat dalam ayat ini adalah berupa pertanyaan yang mengandung pengingkaran dan celaan. Dan seandainya iman Fir’aun itu benar niscaya Allah tidak berfirman dalam konteks seperti itu. Lih. Musa bin Sulaiman ad-Duwaisy, Kontroversi Pemikiran ibnu ‘Arabi – Benarkah Fir’aun Beriman?, terj Mukhtar Zurni (Surabaya: Pustaka as-Sunah, 2003), cet. I, hlm. 71-72 .

42 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an – Tafsir Maudlu’ atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 2000), cet. XI, hlm. 17-18.

Page 29: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

dianut olehnya dan masyarakat Mesir, karena itu dia mempertahankan

secara ketat gaya hidup masyarakat yang tekah ada, yang tidak boleh

berubah sama sekali. Masyarakat Mesir oleh Fir’aun terus di tindas dan

dibelenggu dalam pengaruh kerakusan dan dikontrol secara otoriter.

Sebagaimana dalam Firman Allah;

جاءنا يا قوم لكم الملك اليوم ظاهرين في الأرض فمن ينصرنا من بأس الله إن

) ٢٩: غافر ( قال فرعون ما أريكم إلا ما أرى وما أهديكم إلا سبيل الرشاد

Artinya: “(Musa berkata): "Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar." (QS. Ghafir [40]: 29)

Ayat diatas menunjukan bahwa Fir’aun mengakui bahwa dia tidak

menyuguhkan apa-apa kepada kaumnya kecuali pandangan-pandangan

pribadinya sendiri, dan dia ingin menempatkan mereka dalam kerangka

pendapatnya yang bersifat absolut dan mutlak. Kewenanagan Fir’aunlah

yang dipaksakan kepada masyarakat untuk menerima seperti apa adanaya,

Fir’aun memandang bahwa setiap perubahan dalam kebijaksanaanya akan

mengancam bagi eksistensinya.43

Fir’aun beserta seluruh aparat, menteri, bala tentara dan antek-

anteknya telah dikutuk dalam al-Qur’an dengan dosa dan kehancurran.

Sebab yang membuat Fir’aun itu menjadi besar (pongah) adalah adanya

dukungan dari Fir’aun-Fir’aun kecil.44 Allah SWT berfirman:

اطئنيوا خا كانمهودنجان وامهن ووع٨: القصص ( إن فر( 43 Munawwar Khalil, Sejarah dalam Perspektif al-Qur'an – Sebuah Analisis (Jakarta: Ramadhani, 1998), hlm. 130

44 Yusuf al-Qardlawy, Karakteristik Islam, terj. Rofi’ Munawwar dan Tajuddin (Surabaya: Penerbit Risalah Gusti, 1995), cet. I, hlm. 19.

Page 30: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Artinya: “Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah”. (QS. al-Qashash [28]: 8)

Dalam tatanan masyarakat yang tidak adil, terdapat kelompok para

penindas yang berlindung langsung dibawah kekuasaan para Fir’aun.

Komunitas ini adalah para penjilat dan orang-orang yang menggantungkan

nasibnya pada penguasa. Mereka mungkin tidak melakukan kedzaliman

secara langsung dengan tangan mereka, tetapi mereka memberi semangat

kepada para penindas dan membenarkan semua tindakan mereka. Dalam

hal ini al-Qur’an mengatakan:

وآلهتك ويذرك األرض وقال المألمن قوم فرعون أتذرموسىوقومه ليفسدوافي

)٢٧:األعراف ( قال سنقتل أبناءهم ونستحيـي نساءهم وإنا فوقهم قاهرون

Artinya: “Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir’aun (kepada Fir’aun): "Apakah kamu membiarkan Musa a.s. dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?." Fir’aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka." (QS. al-‘Araf [7]: 127)

Peran para penjilat ini adalah menghasut Fir’aun, mereka bisa

mencuri hati pada saat yang tepat dan Fir’aun membutuhkan apa yang

mereka katakan.

Fir’aun yang sesat di dunia menjadi teladan bagi mereka yang

sesat, yang diikuti oleh kaum-kaumnya selangkah demi selangkah, di

akhirat akan dijadikan seorang pemimpin. Dengan demikian bukan saja

menjadi perantara bagi kaumnya di dunia tetapi juga di akhirat. Didunia,

Fira’un menyeret kaumnya untuk berbuat dosa dan kesesatan dan menjadi

perantara ke ahirat, karena dia menjadi perantara bagi keterjerumusan

kaumnya kedalam Neraka. Keperantaraan Fir’aun di akhirat untuk

Page 31: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

memasukan kaumnya dineraka adalah sejalan dengan keperantaraannya

didunia dalam menyesatkan mereka.45

يقدم قومه }٩٧{إلى فرعون وملئه فاتبعوا أمر فرعون وما أمر فرعون برشيد

ودروالم دالور بئسو ارالن مهدرة فأوامالقي مو٩٨ –٩٧:هود ( ي(

Artinya: “kepada Fir’aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, tetapi mereka mengikut perintah Fir’aun, padahal perintah Fir’aun sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar. Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi”. (QS. Hud [11]: 98)

Yang perlu diperhatikan dalam ungkapan al-Qur’an tersebut adalah

bahwa Fir’aun memasukan (Yuradu) kaumnya kedalam neraka Jahannam.

Ungkapan ini mengisyaratkan pada penjasadan pengaruh Fir’aun dalam

menyesatkan kaumnya baik di dunia maupun di akhirat.46

Ketika sebuah kebenaran disampaikan melalui cara yang lemah

lembut, disertai juga bukti-bukti yang telah ditunjukan kepadanya dengan

kekalahan para tukang sihir Fir’aun, tetapi dia tetap mendustakan bahkan

melakukan penindasan dan pembunuhan. Firman Allah QS. Ghafir [40]:

25-26);

ماءهوا نسيحتاسو هعوا منآم اء الذيننلوا أبا قالوا اقتعندن من قم بالحاءها جفلم

وقال فرعون ذروني أقتل موسى وليدع }٢٥{ي ضلال وما كيد الكافرين إلا ف

ادض الفسفي الأر ظهرأن ي أو كمل ديندبأن ي افي أخإن هب٢٥: غافر ( ر –

٢٦(

45 Murtadla Muthahari, Keadilan Ilahi, terj. Agus Effendi (Bandung: Mizan, 1992), cet.

I, hlm. 221.

46 Ibid

Page 32: BAB III Fir'aun - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

Artinya: “ Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata: "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka." Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka). Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi."

Ayat diatas menggambarkan bahwa kesepakatan atas pembunuhan

itu adalah Fir’aun sebagai representasi kekuasaan tertinggi, dan para

pengikutnya sebagai penjilat untuk membendung tuntutan kebebasan dan

kemerdekaan. Akan tetapi representasi dari kekuasaan tertinggi dalam

tirani itu adalah penguasa politik sebagai pelaksana keinginan penguasa

dan pengikutnya tersebut.47

47 M. Syahrur, Tirani Islam, op. cit., hlm. 290.