skripsi -...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL SUNDA MANDA
PADA SISWA KELOMPOK B
RA SUDIRMAN GIRIWONDO JUMAPOLO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
CICI FITRIA
NIM 116 13 003
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL SUNDA MANDA
PADA SISWA KELOMPOK B
RA SUDIRMAN GIRIWONDO JUMAPOLO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
CICI FITRIA
NIM 116 13 003
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
iii
Peni Susapti, M.Si
Dosen IAIN Salatiga
Nota Pembimbing
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
SaudariCICI FITRIA
Kepada
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum. Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini ,
kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama :CICI FITRIA
NIM : 116 13 003
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Islam Anak
Usia Dini (PIAUD)
Judul : PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK
KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL
SUNDA MANDA PADA SISWA KELOMPOK B RA
SUDIRMAN GIRIWONDO JUMAPOLO TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera
dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Salatiga, 18 September 2017
Pembimbing
Peni Susapti, S.Si, M.Si.
NIP. 19700403 200003 2 003
iv
SKRIPSI
PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL SUNDA MANDA
PADA SISWA KELOMPOK B
RA SUDIRMAN GIRIWONDO JUMAPOLO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
disusun oleh
CICI FITRIA
NIM: 116 13 003
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September2017 dan telah
dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana pendidikan.
Susunan panitia penguji
Ketua penguji : Dr. Fatchurrohman, M.Pd.
Sekretaris penguji : Peni Susapti, S.Si, M.Si.
Penguji I : Suwardi, M.Pd.
Penguji II : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Salatiga, 26 September 2017
Dekan
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Cici Fitria
NIM : 11613003
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Sa18tiga, 18 September 2017
Yang menyatakan,
Cici Fitria
Salatiga, 18 September 2017
Yang menyatakan,
Cici Fitria
NIM. 116 13 003
vi
PERNYATAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Cici Fitria
Nim : 116 13 003
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul : Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui
Permainan Tradisional Sunda Manda Pada Siswa
Kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo
Tahun Pelajaran 2016/2017
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Dan tidak keberata untuk di publikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanpa
menuntut konsekuensi apapun. Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika
pada kemudian hari terbukti karya saya ini bukan karya saya sendiri, maka saya
sanggup untuk menanggung semua konsekuensinya.
Salatiga, 26 September 2017
Penulis,
Cici Fitria
NIM. 116 13 003
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al Insyirah,: 5)
PERSEMBAHAN
Alhamduulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah penulis ucapkan karena
berkat rahmat Allah SWT skripsi ini dapat penulis selesaikan dan penulis
persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua saya Muhammad Sugiyono dan Aniroh yang selalu
memberikan dukungan moral maupun material.
2. Suami saya Sigit Stiawan yang selalu menemani dan memberikan
dukungan dalam penulisan skripsi ini.
3. Fawwaz Abdurrahman Stiawan yang menemani penyusunan skripsi ini
dari dalam kandungan hingga lahir di dunia.
4. Nila Sugiyani, adik tersayang yang sudah mengikhlaskan waktunya untuk
menjaga Fawwaz saat proses pengerjaan dan bimbingan skripsi.
5. Keluarga besar Dompon dan Ngelo Kidul Karanganyar yang selalu
memberikan dukungan tiada hentinya.
6. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi.
7. Bapak ibu dosen PIAUD yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
viii
8. Teman-teman sejawat angkatan pertama (2013) PIAUD IAIN Salatiga
yang membantu dalam penulisan serta tiada hentinya memberikan
semangat dan motivasi dalam proses penulisan skripsi.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmannirroh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul: “Peningkatan
Keterampilan Motorik Kasar pada Siswa Kelompok B Melalui Permainan
Tradisional Sunda Manda di RA Sudirman Giriwondo pada Tahun Pelajaran
2016/2017” dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa moral, maupun material.
Selanjutnya penulis ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Asdiqoh, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini IAIN Salatiga.
4. Ibu Peni Susapti, S.Si, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
x
5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga, yang telah
membantu proses penyusunan skripsi ini.
6. Kepala sekolah dan segenap dewan guru RA Sudirman Giriwondo yang telah
memberikan izin dan membantu dalam proses penelitian.
7. Seluruh siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo tahun ajaran 2016/2017
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman PIAUD angkatan 2013 yang senantiasa membantu dan
memberikan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, semua itu dikarenakan keterbatasan dan kemampuan dan pengetahuan
penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam skripsi
ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 18 September 2017
Yang menyatakan,
Cici Fitria
NIM. 116 13 003
xi
ABSTRAK
Fitria, Cici. 2017. Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan
Tradisional Sunda Manda Pada Siswa Kelompok B RA Sudirman
Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni Susapti, M.si.
Kata kunci: Motorik Kasar dan Permainan Tradisional Sunda Manda
Penelitian ini di latar belakangi oleh pelaksanaan pembelajaran motorik
kasar pada anak khususnya dalam kelincahan, kekuatan dan keseimbangan belum
maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mengadakan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui
Permainan Tradisional Sunda Manda Pada Siswa Kelompok B RA Sudirman
Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah yang ingin di jawab
dalam penelitian ini adalah apakah dengan permainan tradisional sunda manda
dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar pada anak kelompok B di RA
Sudirman Giriwondo?
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo
tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 24 siswa. Data penelitian ini di ambil melalui
unjuk kerja yaitu anak diajak untuk bermain permainan sunda manda secara
langsung guna meningkatkan motorik kasar anak yaitu pada aspek kekuatan,
kelincahan, dan keseimbangan. Kesimpulan dari penelitian berjudul “Peningkatan
Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Sunda Manda pada
Kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017”
adalah dengan melalui permainan sunda manda dapat meningkatkan keterampilan
motorik kasar pada siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo tahun
pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai rata-rata kelas pada
prasiklus yaitu 51,5, terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 75, kemudian
terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 89,6. Nilai rata-rata kelas pada
penelitian prasiklus hingga siklus I meningkat 23,5 dan nilai rata-rata kelas pada
siklus I hingga siklus II meningkat 14,6.
Pada prosentase ketuntasan KKM Kelas (nilai 70) dan KKM Nasional
(nilai 75) hasilnya sama yaitu pada prasiklus hanya ada 12,5% atau 3 anak yang
memiliki nilai tuntas, terjadi peningkatan pada siklus I yaitu prosentase ketuntasan
bertambah menjadi 54,17% atau 13 anak dinyatakan tuntas, dan kemudian terjadi
peningkatan prosentase ketuntasan pada siklus II yaitu menjadi 87,5% atau 21
siswa dinyatakan tuntas. Prosentase ketuntasan dari prasiklus hingga siklus I yaitu
terjadi peningkatan 41,67% atau 10 anak mendapatkan nilai tuntas dan prosentase
ketuntasan dari siklus I hingga siklus II terjadi peningkatan 33,33% atau 8 anak
yang mendapatkan nilai tuntas. KKM Nasional merupakan level ideal. Sehingga
dapat disimpulkan dengan tercapainya 87,6% siswa mendapatkan nilai tuntas pada
KKM Nasional maka 87,6% siswa tersebut telah berhasil tuntas pada level ideal
xii
yang berarti siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara ideal. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa prestasi siswa di kelas yang di PTKkan ini dinyatakan
berhasil karena KKM kelas pada siklus II sebesar 87,5% lebih besar dari 85%
(KKM kelas) minimal.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul ................................................................................................................ i
Lembar berlogo .................................................................................................. ii
Judul ................................................................................................................... iii
Persetujuan pembimbing .................................................................................... iv
Pengesahan kelulusan.......................................................................................... v
Pernyataan keaslian tulisan ................................................................................ vi
Moto dan persembahan ...................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................... ix
Abstrak ............................................................................................................... xi
Daftar isi ............................................................................................................. xiv
Daftar tabel ......................................................................................................... xvi
Daftar gambar ..................................................................................................... xvii
Daftar grafik ........................................................................................................xviii
Daftar lampiran ............................................................................................... xvix
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
D. Hipotesis Tindakan .................................................................................. 6
E. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 6
F. Definisi Operasional ................................................................................ 7
G. Metode Penelitian .................................................................................... 8
H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 19
BAB II. KAJIAN TEORI .................................................................................... 20
A. Perkembangan Motorik ......................................................................... 20
B. Motorik Kasar Anak Usia Dini ............................................................... 21
C. Bermain Pada Anak Usia Dini ................................................................ 30
D. PermainanTradisional .............................................................................. 36
E. Permainan Sunda Manda ......................................................................... 38
xiv
F. Karakteristik Perkembangan Anak kelompok B ..................................... 42
G. Kerangka Berpikir ................................................................................... 43
H. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 44
I. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ............................................. 47
BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN .................................................... 50
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian.................................... 50
B. Deskripsi Penelitian ................................................................................. 56
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN ................................ 76
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 76
B. Pembahasan ............................................................................................. 86
BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 100
A. Kesimpulan .............................................................................................. 100
B. Saran ....................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 101
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Instrumen model assessment kekuatan ......................................... 13
Tabel 1.2. Instrumen model assessment kelincahan ..................................... 14
Tabel 1.3. Instrumen model assessment leseimbangan ................................. 15
Tabel 3.4. Daftar nama siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo ........... 52
Tabel 3.5. Daftar nama guru RA Sudiman Giriwodo ..................................... 53
Tabel 3.6. Tabel penilaian prasiklus .............................................................. 54
Tabel 3.7. Hasil penilaian prasiklus ............................................................... 55
Tabel 3.8. Tabel penilaian siklus I .................................................................. 60
Tabel 3.9. Hasil penilaian tindakan siklus I .................................................... 61
Tabel 3.10. Tabel penilaian siklus II ................................................................. 69
Tabel 3.11. Hasil penlilaian tindakan siklus II ................................................. 69
Tabel 4.12. Indikator penilaian kekuatan ......................................................... 76
Tabel 4.13. Indikator penilaian kelincahan ...................................................... 76
Tabel 4.14. Indikator penilaian keseimbangan ................................................ 77
Tabel 4.15. Hasil penilaian pra siklus .............................................................. 77
Tabel 4.16. Hasil penilaian siklus I ................................................................... 79
Tabel 4.17. Hasil penilaian siklus II ................................................................. 83
Tabel 4.18. Hasil motorik kasar pada prasiklus ............................................... 86
Tabel 4.19. Hasil motorik kasar pada siklus I ................................................... 86
Tabel 4.20. Rekapitulasi pengamatan motorik kasar dari pasiklus ke siklus I . 87
Tabel 4.21. Hasil pengamatan guru siklus I ...................................................... 88
Tabel 4.22. Hasil pengamatan siswa siklus I .................................................... 89
Tabel 4.23. Hasil motorik kasar siklus II .......................................................... 93
Tabel 4.24. Rekapitulasi hasil perkembangan motorik kasar pada siklus II .... 93
Tabel 4.25. Hasil pengamatan guru siklus II .................................................... 95
Tabel 4.26. Hasil pengamatan siswa siklus II ................................................... 96
Tabel 4.27. Peningkatan motorik kasar antar siklus ......................................... 97
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Aspek PTK .................................................................................... 9
Gambar 2.2. Bidang permainan sunda manda (engklek) .................................... 39
Gambar 2.3. Sunda manda versi tapak gunung .................................................. 39
Gambar 2.4. Modifikasi arena sunda manda ....................................................... 42
Gambar 2.5. Modifikasi ketinggian rintangan ................................................... 42
Gambar 2.6. Rintangan sunda manda ................................................................. 42
xvii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1. Rekapitulasi hasil perkembangan motorik kasar pada pratindakan . 86
Grafik 4.2. Rekapitulasi hasil pengamatan motorik kasar dari pratindakan ke
siklus I .......................................................................................... .. 88
Grafik 4.3. Rekapitulasi hasil perkembangan motorik kasar dari pratindakan,
siklus I ke siklus II ........................................................................ .. 94
Grafik 4.4. Peningkatan motorik kasar antar siklus ........................................ .. 97
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian .................................................................... 106
Lampiran 2. RPPH Prasiklus .......................................................................... 107
Lampiran 3. RPPH Siklus I ............................................................................. 109
Lampiran 4. RPPH Siklus II ............................................................................ 111
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .......................... 113
Lampiran 6. Daftar Nilai Prasiklus ................................................................. 114
Lampiran 7 Daftar Nilai Siklus I .................................................................... 115
Lampiran 8. Daftar Nilai Siklus II ................................................................... 116
Lampiran 9. Dokumentasi Prasiklus ................................................................ 117
Lampiran 10. Dokumentasi Siklus I ................................................................. 118
Lampiran 11. Dokumentasi Siklus II ................................................................. 119
Lampiran 12. Daftar Nilai SKK ......................................................................... 120
Lampiran 13. Biodata penulis ........................................................................... 124
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah lembaga pendidikan
dimana pendidikan ini diselenggarakan khusus untuk anak usia nol hingga 6
tahun. Sebagai prasyarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya
yaitu sekolah dasar. Lembaga pendidikan ini memiliki tujuan yaitu untuk
mengembangkan segala potensi yang ada pada anak sebagai suatu bentuk
persiapan bagi anak untuk hidup serta menyesuaikan diri dengan lingkungan di
mana ia berada dan membentuk anak yang berkualitas, di mana anak tumbuh
dan berkembang sesuai dengan perkembangan sehingga memiliki kesiapan
yang optimal dalam memasuki dunia pendidikan selanjutnya serta dalam
menjalani kehidupan dewasanya
Berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada
pasal 28 ayat 1 yaitu “Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak
sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk
mengikuti pendidikan dasar.”. Kemudian kembali dijelaskan pada bab I pasal 1
ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
1 1
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pada anak usia dini, anak mengalami masa di mana mereka sedang
berkembang dengan sangat baik. Otak anak diibaratkan seperti sponge yang
dengan mudahnya menyerap pembelajaran yang diberikan. Pada masa ini, anak
mulai sensitif untuk menerima rangsangan yang diberikan. Masa ini juga
adalah masa yang tepat untuk peletakan dasar dalam mengembangkan
kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio-emosional, agama dan moral serta
seni dalam diri anak. Orang tua dan guru dapat memberikan stimulus yang
sesuai dengan perkembangan anak sehingga dapat mengembangkan segala
potensi yang dimiliki oleh anak. Pada dasarnya setiap anak memiliki
kecerdasan masing-masing.
Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan
dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar
sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat,
merangkak, dan mengayunkan tangan (Achroni, 2012:16-17).
Sehingga dapat ditarik kesimpulan pembelajaran motorik kasar memiliki
tujuan yaitu memperhalus kemampuan motorik pada anak untuk
mengembangkan dan memaksimalkan gerakan anak. unsur motorik kasar
sebenarya menurut Richard Decaprio berjumlah 8 unsur yaitu kekuatan,
kelincahan, keseimbangan, fleksibilitas, koordinasi, kecepatan, ketahanan dan
power. Namun pada penelitian ini peneliti menilai 3 unsur dikarenakan ada
beberapa unsur yang memiliki criteria yang hampir sama. Pada penelitian ini
2
yang diteliti oleh peneliti yaitu kekuatan yang mewakili unsur power dan
ketahanan, kelincahan yang mewakili unsur kecepata dan fleksibilitas, dan
keseimbangan yang mewakili unsur koordinasi.
Pada dasarnya, pada masa anak usia dini yang meliputi anak usia nol
hingga enam tahun adalah masa di mana anak memiliki dunia tersendiri yaitu
dunia di mana hari-hari di habiskan dengan bermain. Dalam aktifitas bermain
tersebut anak dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang ia miliki.
Bermain adalah suatu aktivitas fisik maupun imajinasi yang dilakukan
oleh seseorang maupun sekelompok orang tanpa ada unsur paksaan untuk
mendapatkan suatu kesenangan menggunakan berbagai objek konkret di
lingkungan sekitarnya (Wiyani, 2016:150-151).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas B RA
Sudirman Giriwondo pada hari Jumat tanggal 7 April 2017, peneliti
menemukan berbagai permasalahan yang ada di proses pembelajaran di RA
Sudirman Giriwondo. Pada kemampuan motorik kasar, terdapat beberapa anak
yang enggan mengikuti pembelajaran motorik kasar yang diberikan oleh guru
di awal pembelajaran. Saat peneliti mengajak seluruh siswa yang berjumlah 24
siswa untuk bermain sunda manda di dalam kelas, untuk aspek keseimbangan
ada 4 anak yang masih terjatuh, untuk aspek kekuatan ada 5 anak yang tidak
bisa mengurutkan sesuai angka yang tertera dipetak dan lemas, dan yang
terakhir yaitu untuk aspek kelincahan ada 3 anak yang kakinya keluar dari
petak.
3
Penyebab rendahnya motorik kasar siswa diakibatkan dari adanya banyak
faktor. Faktor-faktor yang menyebabkan motorik kasar siswa rendah yaitu
kurang bervariasinya metode pembelajaran, alat permainan edukatif yang
kurang, dan juga pemberian tugas LKA yang terlalu sering. Alat permainan
edukatif yang mengembangkan motorik kasar yang dimiliki oleh RA Sudirman
Giriwondo sangat sedikit yaitu jungkat-jungkit (kondisi rusak), ayunan
(kondisi rusak), bola tangga, dan jembatan titian. Alat-alat permainan tersebut
juga kurang dimanfaatkan oleh anak-anak dikarenakan sering kali siswa MI
juga menggunakannya untuk bermain saat istirahat.
Untuk mengembangkan motorik kasar anak, guru biasanya menggunakan
pembiasaan-pembiasaan sebelum kegiatan inti, saat isitrahat tanpa ada
pengarahan guru dan belum menggunakan permainan-permainan tradisional.
Untuk menilai kegiatan fisik motorik anak, guru hanya memberikan penilaian
saat pembelajaran didalam kelas saja. Di mana anak yang aktif dikelas, dialah
yang memiliki nilai sedangkan anak yang pendiam namun aktif motorik
kasarnya saat istirahat tidak diberikan penilain.
Permainan sunda manda merupakan permainan tradisional. Permainan ini
biasanya dimainkan oleh anak-anak di desa. Anak-anak yang bermain
permainan ini yaitu anak berusia tujuh tahun keatas. Ada beberapa model
permainan ini namun peneliti memodifikasi permainan ini sehingga cocok
untuk anak usia dini dan sesuai dengan perkembangan motorik kasar
seusianya. Guru dapat mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak.
Dalam pelaksanaan, guru dapat menilai kemampuan fisik motorik anak yaitu
4
4
kekuatan, kelincahan dan keseimbangan anak. Anak-anak lebih tertarik dan
menikmati permainan yang diberikan sehingga tidak bosan dengan kegiatan
motorik yang monoton. Dengan permainan yang baru dan fresh untuk anak-
anak, diharapkan mampu untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar
anak sehingga motorik kasar anak berkembang dengan baik.
Alasan memilih permainan sunda manda untuk penelitian ini yaitu:
1. Guna memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada
anak-anak sebagai wujud dari pelestarian warisan budaya.
2. Permainan ini mudah dipahami anak dan murah karena dapat
dilakukan dimanapun.
3. Sebagai media anak untuk kembali bersosialisasi dengan teman-
teman yaitu dengan bermain bersama-sama sehingga dapat
mengembangkan sosio-emosional anak.
4. Permainan ini dapat memacu anak untuk belajar disiplin dan taat
kepada peraturan.
5. Dapat mengembangkan perkembangan fisik motorik anak.
6. Permainan yang menyenangkan.
Berdasarkan permasalahan yang tertera diatas, didapatkan hasil yaitu
pembelajaran motorik kasar pada anak khususnya dalam kelincahan, kekuatan
dan keseimbangan belum maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut
peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan
Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan Sunda Manda Pada Siswa
Kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017”.
5
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu apakah dengan permainan tradisional sunda manda
dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar pada siswa kelompok B di RA
Sudirman Giriwondo?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan motorik kasar
pada siswa kelompok B di RA Sudirman Giriwondo Jumapolo dengan melalui
permainan tradisional yaitu sunda manda.
D. Hipotesis Tindakan
Dengan melalui permainan sunda manda dapat meningkatkan
keterampilan motorik kasar pada siswa kelompok B di RA Sudirman
Giriwondo Jumapolo.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan ada 2 yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1. Manfaat teoritis
a. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat menjadi wacana
keilmuan pada program pendidikan islam anak usia dini.
b. Sebagai masukan kepada lembaga pendidikan untuk kembali
menggiatkan permainan tradisional dalam mengembangkan potensi
anak serta memperkenalkan anak pada permainan tradisional.
6
6
2. Manfaat praktis
a. Untuk anak
1) Anak mampu mengembangkan potensi pada motorik kasarnya
dengan permaian tradisional yang bisa di lakukan bersama-
sama dengan teman-teman lainnya.
2) Anak mengenal permainan tradisional dan dapat
melestarikannya.
b. Untuk guru
1) Meningkatkan pemahaman serta menambah wawasan
mengenai metode pembelajaran dengan permainan tradisional.
2) Melestarikan permainan tradisional.
c. Untuk peneliti
Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi mengenai
permainan tradisional mampu mengembangkan potensi motorik
kasar anak.
F. Definisi Operasional
1. Keterampilan Motorik kasar
Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan
dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar
sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat,
merang kak, dan mengayunkan tangan (Achroni, 2012:16-17).
7
2. Siswa kelompok B
Siswa kelompok B adalah siswa pada tingkat taman kanak-kanak
dengan rentang usia lima sampai enam tahun.
3. Permainan tradisional
Dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan
yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan
dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan
mendapat kegembiraan (Achroni, 2012:45).
4. Permainan sunda manda
Permainan tradisional sunda manda adalah permaiann yang melompati
satu garis dengan satu kaki. Permainan sunda manda dimainkan oleh lebih
dari 2 orang. Permainan ini memfokuskan gerakan melompat dengan
menggunakan satu kaki disetiap petak yang ada.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru
di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Aqib, 2014:3).
Penelitian tindakan kelas adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan
untuk mengamati kejadian-kejadian dalam kelas untuk memperbaiki
praktek dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam proses sehingga
hasil belajarpun menjadi lebih baik (Bahri, 2012:8). Pendekatan penelitian
pada penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas atau PTK.
8
b. Pelaksanaan
a. Rencana c. Refleksi
d. Pengamatan
a1 : ……
b1 : …….
c1 : ……
d1 : …..
:
a1
b1
c1
d1
Karakteristik penelitian PTK yaitu penelitian berawal dari kerisauan
guru akan kinerjanya, metode utama yang digunakan adalah refleksi diri,
bersifat longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, fokus
penelitian berupa kegiatan pembelajaran, tujuannya yaitu memperbaiki
pembelajaran (Aqib, 2014:3-4).
Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, guru dapat menganalisa
masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas sehingga guru dapat
memperbaiki metode pembelajaran sehingga hasil pembelajaran yang
diperoleh efektif dan berkualitas.
Dalam penelitian tindakan kelas ada tahapan-tahapan yang dilalui yaitu
sebagai berikut;
Gambar 1.1.
Aspek PTK (Kemmis dan Me. Taggart)
2. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RA Sudirman Giriwondo Jumapolo. RA
Sudirman Giriwondo beralamatkan di Dusun Ngijo, Desa Giriwondo,
Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.
9
Untuk subyek pada penelitian yang dilakukan ini adalah seluruh siswa
kelas B tahun pelajaran 2016/2017 yang bejumlah 24 siswa yang terdiri
dari 12 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.
3. Langkah-Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti pada setiap siklus
dalam prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Pra siklus
Sebelum melakukan tindakan pada siklus 1, peneliti melakukan
observasi awal. Observasi ini dilakukan guna mengetahui kondisi
pembelajaran dan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan
pada siklus I dan siklus II. Hal ini dilakukan guna sebagai
pembanding akan hasil siklus I dan siklus II apakah ada peningkatan
hasil belajar siswa atau tidak.
Observasi pra siklus ini juga dilakukan guna mengetahui
permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam kelas sehingga
dapat di ambil tindakan pada siklus I.
b. Siklus I
1) Perencanaan
a) Peneliti menyusun rencana program pembelajaran harian
(RPPH) bersama guru kelas B RA Sudirman Giriwondo.
b) Peneliti menyiapkan lembar observasi, dokumentasi dan
lembar penilaian.
10
c) Peneliti menyiapkan alat-alat penelitian yaitu karpet spons,
corongan, dan sedotan.
2) Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan adalah tahap kedua dari penelitian ini yang
berisikan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai berikut:
a) Peneliti menyusun karpet spons dan corong-corong guna
penelitian sebelum kelas dimulai. Hal ini guna menarik
perhatian anak.
b) Peneliti mengondisikan kelas dengan bernyanyi bersama dan
tepuk hingga kelas menjadi lebih kondusif.
c) Peneliti menanyakan kepada siswa mengenai permainan
sunda manda yaitu apakah mereka pernah mencoba atau
belum.
d) Peneliti menjelaskan mengenai permainan sunda manda
sebagai permainan tradisional yang sudah lama ada di
Indonesia dan kita harus melestarikannya.
e) Peneliti mencontohkan permainan sunda manda kepada anak
yaitu versi aslinya dengan engklek.
a) Peneliti mencontohkan permainan sunda manda yang sudah
di modifikasi oleh peneliti.
b) Peneliti menjelaskan aturan-aturan yang ada pada permainan
sunda manda yang telah di modifikasi peneliti kepada anak.
11
c) Peneliti meminta siswa untuk melakukan permainan sunda
manda sesuai absensi siswa hingga semua siswa
melakukannya.
d) Peneliti melakukan evaluasi dan refleksi.
3) Observasi
Tahapan berikutnya yaitu observasi untuk mengetahui
perkembangan motorik kasar anak. pada tahap ini yang di
observasi yaitu:
a) Kelincahan siswa dalam melompat.
b) Keseimbangan siswa dalam melompat.
c) Kekuatan siswa dalam melompat.
4) Evaluasi
Evaluasi yaitu suatu cara untuk menilai peserta didik dengan
bertanya kepada peserta didik mengenai kegiatan yang sudah
dilakukan.
5) Refleksi
Refleksi merupakan tahapan akhir dari penelitian ini yang
berguna untuk mengingat dan merenungkan kegiatan yang
sudah dilakukan. Tahapan dalam refleksi yaitu sebagai berikut:
a) Menganalisa hasil dari observasi yang telah dilakukan pada
siklus I,
b) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan di
siklus ke II.
12
c. Siklus II
Siklus ke II ini hamper sama tahapannya dengan siklus I. siklus II
merupakan perbaikan dari siklus I. Tahapannya yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Permainan yang
dilakukan masih sama.
4. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah merupakan alat ukur seperti tes,
kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi yang digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Sugiyono,
2015:191).
Peneliti menggunakan lembar observasi pembelajaran motorik kasar
sebagai instrument penelitian. Lembar observasi ini menjadi pedoman bagi
peneliti untuk menfapatkan data yang akurat. Berikut ini merupakan lembar
observasi yang digunakan oleh peneliti:
Tabel 1.1. Instrument Model Assessment Kekuatan
NO NAMA ANAK KEKUATAN
3 2 1
Keterangan
Kuat : 3 (tiga) dengan kriteria Anak dapat melakukan sesuai
instruksi guru dan anak dapat melompat dengan tenaga yang
kuat, power yang maksimal dan menopang gerakan tubuh saat
melompat.
13
Kurang kuat : 2 (dua) dengan kriteria Anak melakukan instruksi guru
namun tenaga yang dikeluarkan anak tidak sepenuhnya atau
lemas, power yang tidak maksimal dan kurang menopang
gerakan tubuh saat melompat.
Belum kuat : 1 (satu) dengan kriteria anak tidak mau melakukan instruksi
guru atau anak tidak bisa melompat dengan baik.
Tabel 1.2. Instrument Model Assessment Kelincahan
NO NAMA ANAK KELINCAHAN
3 2 1
Keterangan
Lincah : 3 (tiga) dengan kriteria Anak dapat melakukan sesuai
instruksi guru dan anak mampu mengubah arah dan posisi
tubuh dengan cepat dan tepat pada saat bergerak dari titik
ke titik lain, waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
permainan lebih cepat dan gerakan badan fleksibel.
Kurang lincah : 2 (dua) dengan kriteria Anak melakukan instruksi guru
walaupun salah dan anak kurang mampu dalam mengubah
arah dan posisi secara cepat dan tepat pada saat bergerak
dari titik ke titik lain, waktu yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan permainan lebih lamban dan gerakan badan
tidak fleksibel. pada waktu bergerak dari titik ke titik lain.
Belum lincah : 1 (satu) dengan kriteria Anak tidak mau melakukan
instruksi guru atau anak tidak mampu dalam mengubah
arah dan posisi secara cepat dan tepat pada saat bergerak
14 10
dari titik ke titik lain, memakan waktu yang lama dalam
menyelesaikan permainan dan gerakan badan tidak
fleksibel.
Tabel 1.3. Instrument Model Assessment Keseimbangan
NO NAMA ANAK KESEIMBANGAN
3 2 1
Keterangan:
Seimbang : 3 (tiga) dengan kriteria Anak dapat melakukan sesuai
instruksi guru dan anak mampu mempertahankan
tubuhnya dalam posisi berdiri tega mata-kaki-tubuh
sangat baik sehingga tidak keluar petak ataupun
menginjak garis.k pada petak yang sudah ada, serta
koordinasi
Kurang seimbang : 2 (dua) dengan kriteria Anak melakukan instruksi guru
walaupun salah dan anak kurang mampu
mempertahankan tubuhnya dalam posisi berdiri tegak
pada petak yang sudah ada, serta koordinasi mata-kaki-
tubuh sudah mulai baik walaupun masih keluar petak
ataupun menginjak garis.
Belum seimbang : 1 (satu) dengan kriteria Anak tidak mau melakukan
instruksi guru atau anak tidak mampu mempertahankan
tubuhnya dalam posisi berdiri tegak
Penilaian berpedoman pada kisi-kisi yang telah disiapkan oleh
peneliti. Bagi anak yang sudah mampu atau memenuhi kriteria maka
15
diberikan nilai tiga. Anak yang cukup atau sedang diberikan skor dua. Anak
yang belum mampu atau tidak mau melakukan kegiatan diberikan skor 1.
5. Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan
pertama dengan mengamati oang, atau proses kerja suatu produk di
tempat pada saat dilakukan penelitian (Sugiyono, 2015:247-248).
Sebelum melakukan tindakan pada siklus, peneliti melakukan
observasi di mana peneliti mencari permasalahan-permasalah yang
muncul dalam pembelajaran di RA Sudirman Giriwondo. Selain itu
dengan observasi, peneliti dapat melihat sejauh mana perkembangan
motorik kasar peserta didik.
b. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang (Sugiyono, 2015:273).
Dokumentasi yang dipilih oleh peneliti yaitu melalui foto,
wawancara dengan guru, rencana pelaksaan pembelajaran harian
(RPPH). Dokumentasi ini digunakan oleh peneliti untuk mengetahui dan
menggali informasi tentang motorik kasar anak.
16
6. Analisis Data
Untuk membuktikan hipotesis maka proses penelitian yang dilakukan
selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah terkumpul dengan lengkap
untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian tersebut. Kemudian dapat
ditarik kesimpulan berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah
diuji.
a. Penlaian Rata-rata
Penilaian rata-rata digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X = 100
X = Nilai rata-rata
= Jumlah semua nilai siswa
= jumlah siswa
(Aqib, dkk, 2010: 40).
b. Prosentase
Penghitungan prosentase digunakan untuk mengetahui pencapaian
KKM siswa. Rumus yang digunakan adalah:
P = 100
Keterangan:
P = Prosentase
X = jumlah siswa yang tuntas belajar
XI = Jumlah siswa
(Aqib, dkk, 2010: 40).
17
7. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Ada perubahan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus I ke siklus
II dan seterusnya.
b. Siswa kelompok B memenuhi criteria keberhasilan motorik kasar
sebagai berikut:
1) Pada aspek kekuatan anak dapat melakukan sesuai instruksi guru dan
anak dapat melompat dengan tenaga yang kuat, power yang
maksimal dan menopang gerakan tubuh saat melompat.
2) Pada aspek kelincahan anak dapat melakukan sesuai instruksi guru
dan anak mampu mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan
tepat pada saat bergerak dari titik ke titik lain, waktu yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan permainan lebih cepat dan gerakan
badan fleksibel.
3) Pada aspek keseimbangan anak mampu mempertahankan tubuhnya
dalam posisi berdiri tegak mata-kaki-tubuh sangat baik sehingga
tidak keluar petak ataupun menginjak garis.k pada petak yang sudah
ada, serta koordinasi
4) Apabila nilai rata-rata siswa telah mencapai 70 pada motorik kasar
dan indikator stantard keberhasilannya yaitu 85% dari jumlah
keseluruhan anak mendapatkan nilai tuntas atau melebihi KKM yang
yang telah ditetapkan bersama antara peneliti dengan kepala sekolah
dan guru kelas kelompok B RA Sudirman Giriwondo.
18
c. Siswa sangat senang dan bersemangat dalam bermain sunda manda.
H. Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : pendahuluan menggambarkan gambaran umum dari bab-bab
berikutnya yang berisi : latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan,
kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan
tujuan penelitian.
BAB II : kajian pustaka yang memuat mengenai perkembangan motorik
kasar anak usia dini, kegiatan bermain dan permainan tradisional
sunda manda.
BAB III : pelaksanaan penelitian meliputi subyek penelitian yang berisikan
tempat dan waktu penelitian, deskripsi dari siklus I dan siklus II.
BAB IV : hasil penelitian dan bahasan, yang berisikan deskripsi persiklus
dan pembahasan.
BAB V : penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran.
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PERKEMBANGAN MOTORIK
Secara sederhana, pembelajaran motorik dapat diartikan sebagai proses
belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik, serta
variable yang mendukung atau menghambat kemahiran maupun keahlian
motorik (Decaprio, 2013:18).
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinir antara susunan syaraf, otot, otak, dan spinal cord
(Wiyani, 2016:111).
Perkembangan motorik seiring sejalan dengan perkembangan syaraf
dan otot anak. Hal ini membuat sedikit saja gerakan yang dilakukan oleh
tubuh menjadi hasil dari pola interaksi yang kompleks yang berasalkan dari
bagian serta sistem di dalam tubuh yang dikendalikan oleh otak.
Di dalam agama islam, terdapat sebuah hadis riwayat Muslim
mengenai motorik yaitu sebagai berikut.
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
dibandingkan orang mukmin yang lemah” (HR. Muslim)
Sehingga orang tua dan guru perlu mempersiapkan secara matang untuk
kematangan fisik anak usia dini yaitu melalui kegiatan motorik. Anak dilatih
untuk menggerakkan badan dengan berbagai macam kegiatan olahraga yang
20
di dalam agama islam tidak dilarang. Dengan dibiasakan aktifitas fisik,
maka motorik anak baik motorik kasar maupun motorik halus anak akan
berkembang dan menciptakan muslim yang kuat dan tangguh.
Kompetensi dasar motorik anak usia dini pada tingkatan taman kanak-
kanak (4-6 tahun) diharapkan dapat dikembangkan oleh guru yaitu:
1. Anak mampu melakukan aktifitas fisik secara terkoordinasi dalam
rangka mencapai kelenturan dan persiapan untuk menulis,
keseimbangan, kelincahan, dan untuk melatih keberanian anak.
2. Sebagai media anak untuk mengekspresikan diri serta berkreasi
dengan berbagai gagasan serta imajinasi yang dimiliki anak untuk
memanfaatkan media atau bahan menjadi sebuah karya seni.
Perkembangan motorik sendiri dibagi menjadi 2 yaitu motorik kasar
dan motorik halus. Motorik kasar yaitu gerakan yang membutuhkan
koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak atau aktivitas yang melibatkan
otot besar anak. Sedangkan motorik halus yaitu gerakan yang hanya
melibatkan bagian-bagia tertentu saja yang hanya dilakukan oleh otot-otot
kecil anak.
B. MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI
1. Pengertian Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan
otot-otot besar sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berjalan,
21
berlari, melompat, merangkak, dan mengayunkan tangan (Achroni,
2012:16-17).
Dalam Permendikbud No 137 Tahun 2014 pasal 10 ayat 3 poin a.
Motorik kasar mencakup kemampuan gerakan tubuh secara
terkoordinasi, lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan
mengikuti aturan (Permendikbud, 2014:5).
Dalam perkembangan anak, motorik kasar berkembang lebih dahulu
bila dibandingkan dengan motorik halus. Hal ini dapat kita jumpai pada
anak usia dini di mana anak sudah mahir dalam berlari dari pada
menggunting maupun meronce.
Aktifitas yang menggunakan otot-otot besar dibagi menjadi 3 jenis
yaitu:
a. Gerakan Lokomotor : memindahkan tubuh dari satu tempat
ketempat lain atau untuk mengangkat tubuh keatas. Berjalan,
berlari, dan sebagainya.
b. Gerakan Non Lokomotor : dilakukan ditempat, tanpa ada ruang
gerak yang memadai. Menekuk, dan meregang, mendorong dan
menarik dan sebagainya.
c. Gerak Manipulatif : lebih banyak melibatkan tangan dan kaki
tetapi bagian tubuh yang lain juga dapat digunakan. (Endang Rini
Sukamti, 2007:9).
22
Dengan demikian dari uraian di atas yang di maksud dengan motorik
kasar pada penilitian ini yaitu kemampuan yang membutuhkan
koordinasi bagian tubuh anak yaitu mata, tangan dan kaki guna
menyeimbangkan badan pada saat anak melompati halangan yang sudah
dipersiapkan oleh peneliti.
2. Unsur-Unsur Keterampilan Motorik Kasar
Pada dasarnya, kemampuan motorik kasar pada manusia sangatlah
berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya. Hal ini berkaitan
erat dengan banyak atau sedikitnya gerakan yang sudah di kuasai oleh
seseorang. Contohnya kemampuan gerakan tari seorang anak yang baru
belajar menari, tidak mungkin sama dengan kemampuan gerakan anak
yang sudah 10 tahun belajar menari.
Unsur-unsur keterampilan motorik kasar adalah sebagai berikut.
(Decaprio, 2013:42-52)
a. Kekuatan
Kekuatan didefinisikan sebagai kapasitas untuk mendesak
kekuatan otot ketika melakukan sebuah gerakan. Contohnya yaitu
mengangkat tubuh anak sendiri.
b. Kecepatan
Kecepatan didefinisikan sebagai kapasitas seorang siswa agar
berhasil melakukan gerakan atas beberapa pola dalam waktu yang
sangat sangat cepat.
23
c. Power
Power adalah kapasitas para siswa untuk mengontraksikan otot
secara maksimum atau power sebagai suatu ledakan aksi yang
menghasilkan kecepatan dalam waktu yang singkat. Contohnya
yaitu mengangkat beban dan melempar.
d. Ketahanan
Ketahanan adalah hasil dari kapasitas sikologis para siswa untuk
menopang gerakan atas dalam suatu periode. Ketahanan dibagi
menjadi dua yaitu yang pertama ketahanan para siswa yang
diasosiasikan dengan faktor kekuatan, kemudian yang ke dua
yaitu ketahanan yang diasosiasikan dengan sistem sirkulasi
pernafasan. Contohnya yaitu: gerakan menaikkan dagu, gerakan
mengangkat kaki dan gerakan menahan bola
e. Kelincahan
Kelincahan dalam motorik dinyatakan oleh kemampuan badan
untuk mengubah arah secara cepat dan tepat. Contohnya: lari
hindaran, lari zigzak, lari rintangan
f. Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan para siswa untuk menjaga atau
memelihara sistem otot syaraf dalam kondisi diam untuk respon
yang efisien demi mengendalikan tubuh saat bergerak secara
efisien, contohnya yaitu: keseimbangan bagi seseorang anak
ketika belaar mengendarai sepeda.
24
g. Fleksibilitas
Fleksibilitas dapat diartikan sebagai rangkaian gerakan dalam
sebuah sendi koordinasi.
h. Koordinasi
Koordinasi diartikan sebagai kemampuan pelaksana untuk
mengintegrasikan jenis gerakan kebentuk yang lebih khusus.
Contohnya yaitu: ketangkasan dan kinesitas.
Dengan demikian unsur-unsur yang diterapkan dalam permainan
sunda manda pada penelitian ini yaitu kekuatan, kelincahan, dan
keseimbangan. Hal ini dikarenakan ketiga unsur tersebut dapat
mewakili beberapa unsur yang lainnya. Berikut ini merupakan
persamaan ketiga unsur dengan unsur yang lainnya dalam permainan
sunda manda:
a. Kekuatan dan power memiliki kesamaan yaitu sama-sama
mengenai kekuatan otot dalam melakukan suatu gerakan. Di
dalam permainan sunda manda ini kekuatan dan power terdapat
pada saat anak melakukan tolakan kaki saat melompat. Kemudian
kekuatan juga memiliki kesamaan dengan ketahanan di mana
pada ketahanan memiliki faktor kekuatan. Pada permainan sunda
manda ini kekuatan dan ketahanan dapat terlihat disaat anak
mengangkat kaki untuk melompat.
b. Kelincahan dan kecepatan memiliki kesamaan, di mana kedua
unsur ini memiliki ukuran waktu yaitu kelincahan dapat
25
mengubah arah dengan cepat dan kecepatan yaitu melakukan
gerakan dalam waktu cepat. Pada permainan sunda manda ini,
anak yang lincah pasti dapat menyelesaikan permainan ini dengan
waktu yang lebih cepat. Kelincahan dan fleksibilitas memiliki
kesamaan yaitu di dalam kelincahan terdapat unsur fleksibilitas
yang baik dari sendi-sendi anggota tubuh. Dalam permainan
sunda manda ini fleksibilitas sendi-sendi tubuh yang baik
menghasilkan kelincahan anak dalam memainkan permainan ini.
c. Keseimbangan dan koordinasi memiliki kesamaan yaitu sama-
sama penyesuaian dan pengaturan otot antara dua atau lebih
anggota tubuh. Dalam permainan sunda manda ini, mata dan
kaki harus berkoordinasi agar kaki tidak menginjak garis pada
petak dan anak dapat mempertahankan posisi tersebut.
3. Fungsi Pengembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Dini
Ada 7 fungsi pengembangan motorik kasar pada anak usia dini.
Berikut ini merupakan fungsi pengembangan motorik kasar anak usia
dini:
a. Melatih kelenturan dan koordinasi otot jari dan tangan
b. Memacu pertumbuhan dan pengembangan fisik, rohani, dan
kesehatan anak.
c. Membentuk, membangun, dan memperkuat tubuh anak.
d. Melatih keterampilan/ketangkasan gerak dan berpikir anak.
e. Meningkatkan perkembangan emosional anak.
26
f. Meningkatkan perkembangan sosial anak.
g. Menumbuhkan perasaan menyayangi dan memahami manfaat
kesehatan pribadi. (Depdiknas, 2008:2).
4. Metode Pengembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini.
Metode pengembangan motorik kasar bagi anak usia dini harus di
pilah dan di pilih dengan seksama dan harus tepat. Metode sendiri yaitu
cara untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Dalam
memilih metode yang tepat bagi pengembangan motorik kasar anak,
guru harus sangat meminimalisir resiko cidera dan mencari metode
yang tepat sesuai dengan karakteristik anak usia dini.
Bila sudah didapatkan metode yang tepat, guru dapat menyiapkan
tempat yang luas. Hal ini dikarenakan dalam pengembangan motorik
kasar, gerakan anak merupakan unsur utama sehingga anak dapat
bermain dengan leluasa serta bergerak lebih bebas.
Metode yang tepat bagi pembelajaran di lembaga prasekolah yaitu
metode bermain. Metode bermain ini merupakan metode di mana anak
diajak untuk melakukan kegiatan bermain baik menggunakan alat
maupun tidak, anak memperoleh kegembiraan, dapat dilakukan sendiri
maupun bersama teman-teman serta anak bahagia dan senang.
Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode bermain
sunda manda dalam upaya meningkatkan motorik kasar anak kelompok
B RA Sudirman Giriwondo Kecamatan Jumapolo Kabupaten
Karanganyar.
27
5. Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar
Ada empat macam stimulasi motorik kasar pada anak. Berikut ini
merupakan stimulasi motorik kasar.
a. Jalan
Pada kemampuan motorik kasar fase ini, yang harus
distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan kedepan,
berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat,
berlari, berdiri dengan satu kaki, menendang bola dan lain-lain.
… Untuk kemampuan berjalan, perkembangan yang harus
dikuatkan adalah keseimbangan dalam berdiri.
Contoh stimulasi : orang tua memberikan mainan yang bisa di
dorong.
b. Lari
Perkembangan lari akan mempengaruhi perkembangan lompat,
lempar, dan kemampuan konsentrasi anak. Pada tugas
perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan
gerak kaki, ketepatan empat pola kaki (heel strike/bertumpu
pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki
bertumpu pada ujung-ujung jari kaki, swing/kaki berayun, dan
landing/ setelah mengayunkan kaki menapak pada alas) serta
perencanaan gerak.
Contoh stimulasi: mengajak anak untuk menendang bola, lari
bendera.
28
c. Lompat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak pada fase lompat
adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi
motorik dan perencanaan gerak.
Contoh stimulasi : lompat ditempat, lompatan berjarak.
d. Lempar
Pada fase lempar, yang berperan adalah sensoris
keseimbangan, rasa sendi (propriosepsi), serta visual. Peran
yang paling utama adalah propriosepsi, yaitu bagaimana sendi
merasakan suatu gerakan atau aktivitas. Misalnya, ketika anak
melempar bola, seperti kuat atau lemahnya, supaya bola masuk
ke dalam keranjang atau sasaran yang dituju.
Contoh stimulasi: lempar panah. (Hasan, 2010:96-100).
6. Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Kasar Kelompok Usia
5-6 Tahun.
Berikut ini merupakan tingkat pencapaian motorik kasar
kelompok usia 5-6tahun sesuai dengan permendiknas no 137 tahun
2014.
a. Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih
keluatan, keseimbangan, dan kelincahan.
b. Melakukan koordinasi gerakan mata-kaki-tangan-kepala dalam
menirukan tarian atau senam.
c. Melakukan permainan fisik dengn aturan.
29
d. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.
e. Melakukan kegiatan kebersihan diri.
C. BERMAIN PADA ANAK USIA DINI
1. Pengertian Bermain
Bermain adalah suatu aktivitas fisik maupun imajinasi yang
dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang tanpa ada unsur
paksaan untuk mendapatkan suatu kesenangan menggunakan berbagai
objek konkret di lingkungan sekitarnya (Wiyani,2016:150-151).
Sebagian orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu
banyak bermain akan membuat anak menjadi malas belajar dan
menjadikan rendahnya kemampuan intelektual anak. Pendapat ini
kurang begitu tepat dan bijaksana, karena beberapa ahli psikologi dan
ahli perkembangan anak sepakat bahwa permainan sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Bermain adalah hal penting bagi seorang anak, permainan dapat
memberikan kesempatan untuk melatih keterampilannya secara
berulang-ulang dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara
dan kemampuannya sendiri. Kesempatan bermain sangat berguna
dalam memahami tahap perkembangan anak yang kompleks.
Di dalam agama islam begitu banyak contoh permainan yang
dilakukan oleh Rasulullah ketika bermain bersama cucu-cucu beliau.
30
Berikut ini merupakan hadist riwayat Abdullah bin al-Harits Ra.
“Rasulullah SAW membariskan Abdullah, Ubaidillah, dan
Kutsair Ibnu Abbas Ra. Kemudian, beliau berkata, „Siapa yang
lebih dahulu sampai kepada ku, maka baginya ini dan ini
(hadiah).‟ Abdullah dan Harist berkata, “Maka anak-anak
tersebut bersaing lari kepada Rasulullah SAW. Sehingga ada
yang terjatuh ke pungung, dada beliau, beliau merangkul dan
menangku semuanya.” (HR. Ahmad)
Dari kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain yaitu
kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang oleh anak baik itu
sendiri maupun berkelompok, baik menggunakan alat maupun tidak,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir dan dilakukan guna mendapatkan
kesenangan anak.
2. Manfaat Bermain untuk Anak Usia Dini
Dalam kegembiraan bermain, bertualang, dan mengeksplorasi
lingkungan, anak-anak sesungguhnya tengah mengembangkan
berbagai jenis kecerdasan dan mempraktikkan beragam keterampilan
hidup yang sangat berguna bagi kehidupan mereka kelak (Achroni,
2012:16).
Berikut ini merupakan manfaat bermain.
a. Mendapatkan kegembiraan dan hiburan.
Kegembiraan atau emosi yang positif sangat bermanfaat
untuk tumbuh kembang anak dan pembentukan karakternya.
31
Kehidupan anak-anak yang dipenuhi kegembiraan dan
kebahagiaan juga akan menjauhkan mereka dari stres. Hal ini
bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental, juga untuk
prestasi akademis mereka.
b. Mengembangkan kecerdasan intelektual .
Hal ini karena dengan bermain dan mengekplorasi
lingkungan sekitar, anak dapat belajar bentuk, warna, suara,
tekstur, fenomena alam, dunia satwa, dunia flora, suhu,
cahaya, dan sebagainya.
c. Mengembangkan kemampuan motorik halus anak .
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang
berhubungan dnegan keterampilan fisik yang melibatkan otot
kecil dan koordinasi mata-tangan, seperti menggunting,
melipat, menarik garis, mewarnai, dan menggambar. Dengan
kemampuan motorik halus yang berkembang dengan baik,
anak akan dapat menulis dengan baik, di samping penguasaan
berbagai keterampilan lainnya.
d. Mengembangkan kemampuan motorik kasar anak.
Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan
menggunakan otot-otot besar sebagian atau seluruh anggota
tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat, merangkak, dan
mengayunkan tangan.
32
e. Meningkatkan kemampuan anak untuk berkonsentrasi.
Sejumlah permainan menuntut anak untuk berkonsentrasi
penuh ketika memainkannya. Hal ini bermanfaat untuk
melatih konsentrasi anak. Konsentrasi sangat dibutuhkan
anak untuk keberhasilan belajar dan penyelesaian berbagai
tugas.
f. Meningkatkan kemampuan anak untuk memecahkan
masalah.
Banyak sekali npermainan yang menuntut anak memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah dan berpikir logis
untuk memenangkan atau menyelesaikan permainan tersebut.
Kemampuan memecahkan masalah dan berpikir logis sangat
diperlukan anak untuk menguasai berbagai materi pelajaran
dan sekolah dan menyelesaikan berbagai problem yang
mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hingga
anak dewasa kelak.
g. Mendorong spontanitas pada anak.
Anak-anak sedemikian spontan dan dituntut untuk berpikir
dan bertindak cepat ketika bermain jenis-jenis permainan
tertentu. Hal ini terutama untuk permainan yang bersifat
kompetisi.
33
h. Mengembangkan kemampuan sosial anak.
Dalam permainan yang dilakukan bersama-sama, anak-anak
belajar bersosialisasi dengan teman-teman sepermainan
mereka. Dari sosialisasi dan interaksi dengan teman-teman
ketika bermain ini, anak-anak belajar mengenai kesabaran,
empati, toleransi, kemandirian, kepercayaan diri, kompetisi,
dan mengenal aturan-aturan.
i. Sebagai media untuk mengungkapkan pikiran dan imajinasi
mereka.
Melalui berbagai permainan, anak-anak dapt
mengekspresikan diri dengan lebih leluasa. Mereka dapat
menjadi apa saja atau memerankan tokoh manapun.
Merekapun dapat mengungkapkan pikiran-pikiran mereka
akan cita-cita, pemahaman akan dunia, atau imajinasi-
imajinasi mereka.
j. Untuk kesehatan.
Banyak permainan yang menuntut anak menggerakkan tubuh
mereka dnegan sangat intens. Aktivitas ini berguna untuk
menguatkan otot-otot dan menyehatkan tubuh mereka.
Dengan banyak beraktivitas fisik, anak-anak juga dapat
terhindar dari risiko mengalami obesitas dan berbagai
dampak buruk yang menyertainya. (Achroni, 2012:16-18).
34
Ada sebelas pengaruh bermain bagi perkembangan anak, yaitu:
1) Perkembangan fisik; 2) Dorongan berkomunikasi; 3) Penyaluran
bagi energi emosional yang terpendam; 4) Penyaluran bagi
keinginan dan kebutuhan; 5) Sumber belajar; 6) Rangsangan bagi
kreativitas; 7) Perkembangan wawasan diri; 8) Belajar
bermasyarakat; 9) Standar moral; 10) Belajar bermain sesuai dengan
peran jenis kelamin; dan 11) Perkembangan ciri kepribadian yang
diinginkan (Mursid, 2016:18).
Berdasarkan uraian diatas, memperlihatkan bahwa dengan bermain,
anak mendapatkan berbagai manfaat baik dari manfaat fisik, psikis dan
sosialisasi.
3. Kategori Bermain
a. Bermain aktif.
Bermain aktif yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak
untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan diri dengan
banyaknya aktifitas fisik didalamnya. Contohnya yaitu bermain
lompat tali, bermain petak umpet dan lain-lain.
b. Bermain pasif.
Bermain pasif yaitu kegiata bermain yang dilakukan oleh seorang
anak untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan diri yang
aktivitas tersebut dilakukan oleh orang lain. Anak hanya
mendapatkan hiburan.
35
Berdasarkan urian di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan
bermain anak dapat mengembangkan berbagai aspek dalam dirinya
dikarenakan dengan bermain (baik dengan alat permainan maupun tidak)
anak-anak akan belajar untuk mengerti dan memahami suatu hal. Dengan
bermain, anak mendapatkan informasi yang sangat dinamis di mana anak-
anak mendapatkan berbagai macam info dan pengetahuan yang dapat
dijadikan landasan dasar pengetahuannya untuk belajar di kehidupannya
kelak. Konsep permainan di penelitian ini yaitu bermain sunda manda.
D. PERMAINAN TRADISIONAL
1. Deskripsi Permainan Tradisional
Jika dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah
kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan
pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak)
dengan tujuan mendapat kegembiraan (Achroni, 2012:45).
Permaianan tradisional lebih kepada mengadopsi kebudayaan di
daerah di mana ia berada. Aturan dan konsep permainan pada
permainan tradisional ditentukan dengan konsep yang tradisional pula
sehingga permainan ini disebut juga dengan permainan rakyat.
Permainan tradisional pada masa kini kurang diminati oleh anak-
anak. Hal ini diakibatkan oleh anak-anak lebih berminat kepada
permainan modern berbasis teknologi seperti game di handphone, play
station dan sebagainya. Keadaan seperti ini berimbas kepada sosialisasi
36
anak-anak. Walaupun berada di satu gang, belum tentu kenal dengan
anak lain karena sibuk dengan game di playstation. Biasanya hal
tersebut dapat kita jumpai di perkotaan. Sedangkan di kawasan
pedesaan sendiri permainan tradisional mulai terkikis. Meski masih
dapat ditemui, permainan tradisional yang di mainkan oleh anak-anak di
desa cenderung monoton dan musiman. Bahkan ada beberapa anak
yang bila ditanya apakah pernah bermainan gobak sodor, anak geleng-
geleng. Yang masih sering diketemui permainan tradisional di pedesaan
adalah lompat tali, jlumpetan/ petak umpet, jothang alang-alang.
2. Manfaat Permainan Tradisional
Berikut ini merupakan manfaat permainan sunda manda:
a. Manfaat untuk aspek jasmani, yang meliputi unsur kekuatan dan
daya tahan tubuh serta kelenturan.
b. Manfaat untuk aspek sosial, yang meliputi kerja sama,
keteraturan,nhormat menghormati, rasa malu.
c. Manfaat untuk aspek psikologis, yang meliputi kemampuan berfikir,
berhitung, kemampuan membuat strategi, mengatasi hambatan, daya
ingat, kreativitas, fantasi serta, perasaan irama.
3. Ciri-ciri Permainan Tradisional
Berikut ini merupakan ciri-ciri dari permainan sunda manda:
a. Tidak memerlukan biaya untuk memainkannya.
37
Contohnya yaitu permainan gobag sodor dimana anak-anak hanya
membutuhkan lapangan atau area yang luas dan kapur untuk
menggaris area gobag sodor.
b. Dimainkan secara bersama-sama.
Contohnya yaitu permainan lompat tali dan petak umpet yang di
mainkan oleh lebih dari 2 anak.
c. Membutuhkan gerakan tubuh yang intens.
Contohnya yaitu permainan kasti yang membutuhkan gerakan tubuh
yang banyak untuk memukul, berlari, melempar bola.
E. PERMAINAN SUNDA MANDA
1. Bentuk Permainan Sunda manda
Permainan sunda manda merupakan permaianan anak tradisional
yang sanat popular. Permainaan ni dapat di temukan di berbagai
wilayah di Indonesia. Disetiap wilayah, permainan ini dikenal dengan
nama yang berbeda-beda, antara lain engklek, ingkling, sunda manda-
sundah-mandah, jlong jling, lempeng, ciplak gunung, demprak dampu,
dan masih banyak lagi namun bentuk permaiannya sama. (Achroni,
2016:51)
Permainan ini sangat mudah dimainka. Permainaa ini dapat
dimainkan di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Untuk
menggambar bidang yang akan digunakan untuk bermain sunda manda
38
dapat menggunakan kapur tulis atau pecahan genting ataupun pecahan
batu bata.
Bentuk bidang permainan sunda manda bermacam-macam, namun
cara bermainnya pada dasarnya sama. Berikut ini merupakan contoh
bidang sunda manda:
Pada penelitian ini peneliti menggunakan bidang sunda manda
pada gambar 2.2. bidang sunda manda versi pesawat dikarenakan
bentuknya sederhana dan mudah untuk ditirukan oleh anak sehingga anak
mudah dalam mempraktekkan bila ingin bermain sunda manda di rumah.
2. Cara Permainan Sunda Manda
Tata cara permainan ini sangat sederhana. Berikut ini merupakan tata
cara permainan tradisional sunda manda:
a. Sebelum mulai bermain, pemain melemparkan gacuk atau
kwereng miliknya kedalam kotak. Gacuk tidak boleh dilempar
Gambar 2.3.
Sunda manda versi Tapak
Gunung
Sumber: dokumen pribadi
9
7 8
6
3
5 4
2
1 Gambar 2.2.
Bidang Permainan Sunda
Manda versi pesawat
(Engklek)
Sumber : dokumen pribadi
39
hingga melebihi garis kotak yang ada. Jika pemain melempar
gacuk melebihi garis kotak, ia dianggap gugur da permainan
diganti pemain selanjutnya.
b. Pemain melompat-lompat dari satu kotak ke kotak lainnya
menggunakan sstu kaki. Dan tidak boleh bergantian. Namun,
ketika sampai di dua kotak samping, kedua kaki haeus
menginjak tanah.
c. Kotak yang terdapat gacuk tidak boleh diinjak oleh setiap
pemain. Jadi, para pemain harus melompat ke petak berikutnya
dan mengelilingi petak-petak yang ada. Saat melompat, pemain
tidak boleh menginjak garis atau keluar kotak. Jika melakukan
hal tersebut, ia diinyatakan gugur dan permainan dilanjutkan
oleh pemain selanjutnya.
d. Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran, lalu
melemparkan gacuk dengan cara membelakangi bidang
permainan. Jika gacuk jatuh tepat pada salah satu petak, petak
tersebut menjadi milik (sawah) pemain itu. Pemilik sawah
boleh menginjak petak tersebut dengan dua kkai. Sementara itu,
pemain-pemain lain tidak boleh menginjak perak tersebut
selama permainan.
e. Pemenang dari permainan ini adalah pemain yang memiliki
sawah paling banyak. (Achroni, 2012:52)
40
3. Manfaat Permainan Sunda Manda
Berikut ini merupakan manfaat dari permainan sunda manda .
a. Memberikan kegembiraan pada anak
b. Menyehatkan fisik anak. Sebab, permainana ini dimainkan
dengan banyak bergerak yaitu melompat.
c. Melatih keseimbangan tubuh anak dikarenakan permainan ini
dimainkan dengan melompat menggunakan satu kaki.
d. Mengajarkan kedisiplinan untuk mematuhi aturan main.
e. Mengembangkan kemampuan bersosialisasi anak karena
dimainkan secara bersama-sama.
f. Mengembangkan kecerdasan logika anak, yaitu melatih anak
untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus
dilewatinya. (Achroni, 2012:53).
4. Modifikasi Permainan Sunda manda
Permainan sunda manda yang digunakan oleh peneliti berbeda
dengan permainan sunda manda yang asli. Permainan sunda manda ini
di modifikasi sedemikian rupa sehingga cocok dengan karakteristik
anak usia dini. Terdiri dari 6 petak vertikal dan pada petak ke 5
diberikan tambahan petak masing-masing satu petak di sisi kanan dan
kiri atau sering disebut dengan bidang sunda manda pesawat. Dari petak
1 ke 2 diberikan rintangan yaitu sedotan yang di rangkai kemudian
dipasang di corong dengan ketinggian 10 cm, petak 2 ke 3 diberikan
rintangan setinggi 15cm, dan yang terakhir yaitu petak 3 ke petak 4
41
Gambar 2.4.
Modifikasi Arena Sunda
Manda
20 cm
15 cm
10 cm
Gambar 2.5.
Modifikasi Ketinggian Rintangan
sedotan
Gambar 2.6.
Rintangan Sunda
Manda
1
2
3
4
8
6
5 7
Sumber gambar: dokumen pribadi
diberikan rintangan setinggi 20cm. dengan adanya rintangan tersebut,
permainan diubah menjadi melompat dengan kedua kaki dan mendarat
dengan dua kaki pula. Anak diminta untuk melompati petak 1 sampai
petak delapan secara berurutan sembari mengucapkan angka petak
kemudian dilanjutkan kembali petak 4, 3, 2, 1, dan selesai. . Contohnya
yaitu saat menginjak petak no 1 maka anak harus mengucapkan “satu”
dan seterusnya. Hal ini ditambahkan peneliti karena ditemukan
beberapa anak yang belum dapat berhitung 1 hingga 10.
Berikut ini merupakan modifikasi bidang dan rintangan pada
permainan sunda manda yang dirancang oleh peneliti:
F. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK KELOMPOK B
Berikut ini merupakan ciri-ciri fisik anak usia prasekolah atau TK yaitu
sebagai berikut:
1. Anak prasekolah umumnya sangat aktif.
2. Anak membutuhkan istirahat yang cukup.
42
3. Otot-otot besar anak usia prasekolah berkembang dari kontrol jari
tangan dan tangan.
4. Anak usia TK atau prasekolah sulit memfokuskan pandangan pada
objek-objek yang kecil sehingga koordinasi tangan dan matanya
masih kurang sempurna.
5. Meskipun anak usia prasekolah mempunyai tubuh yang masih
lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak
sehingga berbahaya jika terjadi benturan keras.
6. Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih terampil
dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik
halus. (Rusdial dan Elizar, 2005:19-20)
Pada perkembangan anak usia 5-6 tahun, perkembangan fisik-motorik
anak lebih ditekankan kepada korordinasi gerak tubuh seperti memanjat,
melempar, bergantung, menjaga keseimbangan tubuh, berlari, dan
menangkap sesuatu.
G. Kerangka Berfikir
Guru memiliki peranan penting dalam menentukan metode apa yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan seorang anak
dalam perkembangan ditentukan oleh seberapa baiknya seorang guru
dalam merancang dan mengemasnya pembelajaran dengan baik dan
menarik bagi anak yaitu melalui sebuah permainan. Hal ini sangat erat
hubungannya dengan dunia anak usia dini dikarenakan dunia mereka
43
adalah dunia bermain. Dari uraian diatas, maka penelitian ini di kemas
dalam permainan tradisional sunda manda dalam mengembangkan
kemampuan motorik kasar anak kelompok B di RA Sudirman Giriwondo
Jumapolo Karanganyar.
Kondisi awal yang ditemukan peneliti dalam pembelajaran yang
berhubungan dengan motorik kasar, hasilnya adalah masih pada batas
rendah. Hal ini terjadi dikarenakan dalam pembelajaran motorik kasar,
guru hanya melakukan kegiatan indoor saja dan kegiatan motorik kasar
hanya dijadikan sebagai pembiasaan yaitu gerak dan lagu. Sehingga pada
penelitian ini peneliti mengajak guru untuk mengembangkan
pembelajaran dengan media permaian tradisional sunda manda guna
mengembangkan motorik kasar pada anak. Harapan peneliti dengan
permainan sunda manda ini dapat meningkatkan kemampuan motorik
kasar anak kelas B RA Sudirman Giriwondo serta dapat melestarikan
permainan tradisional sebagai warisan budaya.
H. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang relevan
a. Laporan penelitian dosen pemula oleh Khusnul Laely, M.Pd dari
Universitas Muhammadiyah Magelang dengan judul “Pengaruh
Permainan Engklek Terhadap Peningkatan Kecerdasan Kinestetik
Anak ”
44
Penelitian tersebut dilaksanakan di PAUD ALIF Kecamatan
Mertoyudan. Penelitian awal dilakukan selama 3 hari tgl 13, 20, 27
Juni 2016 dengan hasil pada pengukuran awal diketahui bahwa ke 15
subyek penelitian memiliki kecerdasan kinestetik rendah hal ini
dibuktikan dengan nilai minimal hanya mencapai 8, nilai maksimal
14, dengan mean 11,6. Pengukuran akhir pada 15 dan 22 agustus
2016 dengan hasil pengukuran akhir yaitu dari 15 subyek penelitian
didapatlkan peningkatan yang signifikan yaitu nilai minimal 8, nilai
maksimal 27 dan mean 23. Dengan demikian dapat diketahui atau
disimpulkan bahwa permainan engklek dapat meningkatkan
kecerdasan kinestetik anak di PAUD ALIF kecamatan Mertoyudan
Magelang.
b. Skripsi oleh Sri Prihatini Puspitowati dari FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Upaya Meningkatkam
Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Tradisional Lompat Tali
Pada Kelompok B Di TK Pertiwi Sribit Delangu Klaten Tahun Ajaran
2012/2013”
Subyek penelitian yaitu sejumlah 15 siswa. Berdasarkan hasil
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui beberapa
tindakan dari siklus I, II, dan III serta dari hasil seluruh pembahasan
dan analisis yang telah dilakukan dapat di tarik kesimpulan bahwa
permainan tradisional lompat tali dapat meningkatkan motorik kasar
anak di TK Pertiwi Sribit Delanggu Klaten. Hal ini ditunjukkan dari
45
adanya peningkatan rata-rata prosentase kemampuan motorik kasar
dari sebelum tindakan sampai pada siklus III yakni pada saat sebelum
tindakan 57,6%, siklus I mencapai 63,3%, siklus II mencapai 73,3%
dan pada siklus III mencapai 83,2%.
2. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan 2
penelitian terdahulu.
a. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti yang pertama yaitu Khusnul Laely
terletak pada aspek yang dinilai. Apabila Khusnul Laely
berkonsentrasi kepada peningkatan kecerdasan kinestetik
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berfokus
kepada peningkatan keterampilan motorik kasar anak.
b. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitia
yang dilakukan oleh peneliti kedua yaitu Sri Prihatini Puspitowati
terletak pada permainan yang digunakan. Meskipun sama-sama
mengangkat permainan tradisional dalam upaya meningkatkan
motorik kasar, namun peneliti Sri Prihatini Puspitowati
meggunakan permainan lompat tali, sedangkan peneliti
menggunakan permainan tradisional sunda manda dalam upaya
meningkatkan motorik kasar anak.
46
I. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan
belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidik sebagai patokan
dalam bentuk angka yang ditetapkan sebagai standar pencapaian belajar
paling minimum pada setiap mata pelajaran. Kriteria inilah yang
menjadi acuan bagi guru dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai
KD atau Kompetensi Dasar mata pelajaran yang diampunya.
2. Fungsi dan Langkah-langkah menentukan KKM
a. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
1) Bagi siswa, KKM berfungsi sebagai acuan dalam mengikuti
penilaian mata pelajaran yang diikutinya.
2) Bagi guru tentunya dengan adanya KKM maka yang
bersangkutan dapat mengukur sudah sejauh manakah para
peserta didiknya kompeten di masing-masing indikator, KD,
SK, dan mata pelajaran tertentu.
b. Langkah-langkah menentukan nilai KKM
Menentukan KKM dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas, kompetensi, serta
kemampuan sumberdaya pendukung meliputi warga sekolah,
sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan. Satuan pendidikan
diharapkan meningkat kriteria ketuntasan belajar secara terus
menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
47
3. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Menurut Trianto (2010: 241) berdasarkan ketentuan KTSP
penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing
sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal, dnegan
berpedoman pada 3 pertimbangan yaitu: kemampuan setiap peserta
didik berbeda-beda, fasilitas setiap sekolah berbeda, dan daya dukung
setiap sekolah berbeda.
a. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Siswa
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
1) Ketuntasan belajar
2) Jumlah skor yang diperoleh
3) Jumlah skor total (trianto, 2010: 241)
b. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya dikelas, jika dalam
kelas tersebut terdapat > 85% siswa yang telah tuntas belajarnya
(Dekdikbud dalam Trianto, 2010: 241). Dalam menentukan
ketuntasan belajar kelas dihitung dengan menggunakan persamaan:
1) Ketuntasan kelas
2) Total anak yang tuntas
3) Total keseluruhan anak di kelas
4) Presentase ketuntasan di kelas (100%)
48
c. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Nasional
Dalam kurikulum 2006 (KTSP) setiap sekolah harus
menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada setiap
pelajaran kemungkinan KKMnya bisa berbeda-beda karena KKM
ditetapkan dengan acuan tertentu. KKM ditentukan dari yang
terendah (misal 65%) dan tiap tahun ditingkatkan hingga mencapai
KKM ideal nasional 75% atau bahkan lebih.
49
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya RA Sudirman Giriwondo Kecamatan
Jumapolo Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah
RA Sudirman Giriwondo didirikan pada tahun 1996. Namun izin
operasional diterbitkan pada tahun 1999. Sejak dirintis, selama 2 tahun
sekolahan tetap dioperasikan walaupun belum memiliki izin
operasional dari pihak yang berwenang.
RA Sudirman Giriwondo didirikan oleh Bapak Sriyadi yang pada
tahun 1996 masih menjabat sebagai kepala sekolah di MI Sudirman
Giriwondo. MI Sudirman Giriwondo merupakan sebuah lembaga
pendidikan setingkat SD yang merupakan MI satu satunya di Desa
Giriwondo.
Latar belakang didirikannya RA Sudirman Giriwondo yaitu pada
saat itu MI Sudirman Giriwondo hampir mati dikarenakan jumlah
siswa yang sangat sedikit. Hal tersebut dikarenakan pada masa itu
orang tua siswa lebih memilih memasukkan anaknya ke SD
dibandingkan masuk di MI. setelah dilakukan penelitian sederhana
oleh guru-guru MI, alasan utama orang tua enggan memasukkan
anaknya ke Mi Sudirman Giriwondo dikarenakan di MI Sudirman
50
Giriwondo belum memiliki lembaga pendidikan setingkat TK,
sedangkan di SD yang bertempat di lain desa sudah memiliki lembaga
pendidikan anak taman kanak-kanak.
Dari kenyataan yang ada, munculah inisiatif kepala sekolah MI
Giriwondo saat itu yaitu bapak Sriyadi untuk mendirikan lembaga
pendidikan setingkat taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak yang
didirikan bernaung dibawah kementrian agama yang kemudian
disamakan dengan peraturan kementrian agama yaitu disebut dengan
Raudlatul Athfal atau RA. Hal ini searah dengan Madrasah Ibtidaiyah
Sudirman Giriwondo yang juga bernaung dibawah kementrian agama.
Untuk nama sendiri, RA Sudirman Giriwondo diambil dari nama
yayasan yang menaunginya yaitu Yayasan Sudirman.
Awal mula pendirian, RA Sudirman Giriwondo memiliki 15 siswa
yang kesemuanya lulus kemudian melanjutkan pendidikan kejenjang
berikutnya yaitu di Madrasah Ibtidaiyah Giriwondo. Sejak RA
Giriwondo didirikan, MI Sudirman Giriwondopun mulai kembali
meningkat.
Hingga saat ini, RA Sudirman Giriwondo setiap tahunnya dapat
menerima lebih dari 20 siswa. Mulai tahun 2012 sampai tahun 2017
sudah mulai terlihat perkembangan jumlah murid antara 40-50 siswa.
51
2. Profil sekolah
a. Identitas sekolah
1) Nama sekolah : RA Sudirman Giriwondo
2) Nomor statistik : 101 233 13 0033
3) NPSN : 69741624
4) Provinsi : Jawa Tengah
5) Kabupaten : Karanganyar
6) Kecamatan : Jumapolo
7) Desa : Giriwondo
8) Dusun : Ngijo
9) Kode pos : 57783
10) Telepon : +6285 2012 4531 6
11) Fax/email : -
12) Daerah : Pedesaan
13) Status sekolahan : Swasta dibawah Departemen Agama
14) Tahun pendirian sekolah : 1996
15) Manajemen : Yayasan Sudirman
Data bersumber dari RA Sudirman Giriwondo
3. Letak Geografis dan Kondisi Fisik RA Sudirman Giriwondo
a. Letak geografis RA Sudirman Giriwondo
Lembaga pendidikan RA Sudirman Giriwondo terletak di
lingkungan pedesaan yaitu Dusun Ngijo Desa Giriwondo
52
Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. RA Sudirman
Giriwondo sekilas tidak terlihat bagi warga yang belum paham
dengan daerah Gudang Lawas. Hal tersebut dikarenakan letak
sekolahan RA Sudirman Giriwondo yang menyatu dengan MI
Sudirman Giriwondo yang berada di kanan jalan dan berada di
jalan yang menurun sehinggga banyak orang yang kurang paham
dengan keberadaan RA Sudirman Giriwondo. Ruang kelas RA
Sudirman Giriwondo berada di pojokan area MI Sudirman
Giriwondo yang letaknya cukup tersebunyi.
Di gerbang sekolahan hanya ada papan nama yang tertulis Mi
Sudirman Giriwondo, sedangkan untuk RA, tidak ada papan
namanya sehingga banyak yang kurang tahu keberadaan RA
Sudirman Giriwondo.
b. Kondisi Fisik RA Sudirman Giriwondo
Kondisi fisik ruangan kelas RA Sudirman Giriwondo yaitu 7 x
4 meter yang di bagi menjadi 2 kelas yaitu kelompok A dan
kelompok B dengan masing-masing kelas memiliki 3,5 x 4 meter
yang hanya di sekat menggunakan tripleks. Untuk atapnya tidak
ada plafon sehingga suara di kelas A akan terdengar sampai ke
kelas B, seperti itu juga sebaliknya sehingga kondisi pembelajaran
tidak kondusif di kedua kelas. Hal tersebut di tambah dengan antara
ruang kelas A dan B di hubungkan oleh pintu dan pintu tersebut
53
rusak sehingga harus di lepas dan lubang untuk pintu tersebut
menganga.
Untuk fasilitas sekolahan, kamar kecil masih menumpang di MI
Sudirman Giriwondo sehingga kondisinya kurang bersih. Hal ini di
tambah dengan anak-anak setelah buang air kecil hanya sebagian
kecil anak saja yang menyiram. Anak-anak kurang dibiasakan
untuk menyiram kamar kecil setelah buang air kecil.
Untuk alat permaian edukatif yang dimiliki oleh RA Sudirman
Giriwondo sendiri dapat dikatakan kurang. Untuk APE luar hanya
ada ayunan (kondisi rusak), jungkat jungkit (kondisi rusak), bola
tangga dan jembatan titian. Untuk APE dalam, jumlahnya sanmgat
sedikit dan banyak APE yang sudah rusak hal tersebut dapat di
lihat dari rak tempat mainan yang berisi sedikit mainan.
4. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi RA Sudirman Giriwondo
“Menyiapkan Generasi Penerus yang Cerdas, Kreatif, dan Berkarya
Serta Beriman dan Bertaqwa”
b. Misi RA Sudirman Giriwondo
Menciptakan suasana yang senang dan menyenangkan sehingga
anak-anak nyaman dalam belajar.
c. Tujuan RA Sudirman Giriwondo
Membangun landasan dan mengembangkan potensi kecerdasan
spiritual, intelektual , emosional dan sosial peserta didik pada masa
54
emas pertumbuhan agar menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT, sehat, berilmu, cakap kreatif, inovatif, mandiri,
percaya diri dan berakhlak mulia.
5. Keadaan Siswa dan Guru
a. Keadaan Siswa
Pada tahun pelajaran 2016/2017 ini di RA Sudirman Giriwondo
memiliki siswa sebanyak 46 siswa. 24 siswa dikelompok B dan 22
siswa di kelompok A. Berikut ini merupakan daftar nama siswa
untuk kelompok B RA Sudirman Giriwondo tahun pelajaran
2016/2017 :
Tabel 3.4. Daftar Siswa Kelompok B RA Giriwondo
NO. NAMA SISWA
JENIS KELAMIN
Tanggal Lahir Perem-
puan
Laki-
laki
1. ASW V 28/08/2010
2. DPS V 27/06/2011
3. FAD V 29/03/2011
4. FRG V 20/02.2011
5. GEK V 12/09/2010
6. IFM V 14/05/2011
7. IMR V 03/02/2012
8. JAS V 20/02/2010
9. KKA V 30/08/2011
10. MPI V 27/03/2011
11. MF V 30/03/2011
12. MAS V 27/07/2010
13. MA V 20/07/2011
14. MZH V 10/11/2010
15. MFA V 07/03/2011
16. NA V 08/02/2011
17. NA V 08/02/2011
18. NW V 14/03/2011
19. ZAR V 06/02/2011
55
20. NJA V 06/11/2011
21. CSN V 13/05/2011
22. SM V 13/06/2011
23. AIM V 28/03/2011
24. MF V 22/06/2010
Data bersumber dari RA Sudirman Giriwondo
b. Daftar Nama Guru RA Sudirman Giriwondo
Tabel 3.5. Daftar nama guru RA Sudirman Giriwondo
No. Nama Guru Tempat,
tanggal lahir Jabatan
1. Dariyatmi, S.Pd. Karanganyar,
20 Oktober
1979
Kepala sekolah dan
guru pendamping
kelompok B
2. Yetty Purnomosari,
S.Pd.
Karanganyar,
07 Mei 1988
Wali kelas
kelompok B
3. Y. Indah Susilowati,
S.Pd.
Karanganyar,
14 Desember
1978
Wali kelas
kelompok A
4. Pembayun
Rustiyani, S.Pd.
Karanganyar,
01 Maret 1993
Guru pendamping
kelompok A
Data bersumber dari RA Sudirman Giriwondo
B. Deskripsi Penelitian
1. Deskripsi Penelitian Pra Siklus
Sebelum peneliti melakukan tindakan pada siklus pertama maupun
siklus kedua, peneliti akan memaparkan dahulu kondisi awal
pembelajaran sebelum dilakukan tindakan. Sebelum melakukan tindakan,
peneliti melakukan observasi atau pengamatan mengenai kemampuan
motorik kasar anak di RA Sudirman Giriwondo pada tanggal 7 April
2017. Pengamatan ini dilakukan dengan mengajak anak untuk bermain
sunda manda namun belum diberikan pengarahan khusus terhadap anak.
Pengamatan ini dilakukan guna mengetahui sejauh mana perkembangan
56
motorik kasar siswa kelompok B di RA Sudirman Giriwondo.
Pengamatan ini akan dijadikan tolak ukur keberhasilan pada siklus I
maupun siklus ke II.
Hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap seluruh
siswa diperoleh hasil observasi pra siklus kemampuan motorik kasar
siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo semester 2 tahun pelajaran
2016/2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6. Tabel penilaian prasiklus
No. Nama
Siswa
ASPEK YANG DIAMATI DAN DINILAI
KEKUATAN KELINCAHAN KESEIMBANGAN
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 ASW V V V
2 DPS V V V
3 FAD V V V
4 FRG V V V
5 GEK V V V
6 IFM V V V
7 IMR V V V
8 JAS V V V
9 KKA V V V
10 MPI V V V
11 MF V V V
12 MAS V V V
13 MA V V V
14 MZH V V V
15 MFA V V V
16 NA V V V
17 NA V V V
18 NW V V V
19 ZAR V V V
20 NJA V V V
21 CSN V V V
22 SM V V V
23 AIM V V V
24 MF V V V
Jumlah 5 15 4 6 15 3 7 11 6
Presentase (dalam
%) 20,83 62,5 16,67 25 62,5 12,50 29,17 45,83 25
57
Tabel 3.7. Hasil penilaian prasiklus No Aspek yang Dinilai Skor Jumlah Prosentase
1 Kekuatan
1 5 20,83%
2 15 62,50%
3 4 16,67%
2 Kelincahan
1 6 25%
2 15 62,50%
3 3 12,50%
3 Keseimbangan
1 7 29,17%
2 11 45,83%
3 6 25%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pencapaian motorik
kasar siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo masih rendah.
Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang masih
mendapatkan skor 1 maupun 2.
2. Deskripsi Penelitian Pelaksaan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini peneliti dan kolaborator (guru)
menyusun rencana program pembelajaran harian di kelas pada tanggal
07 April 2017 setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Peneliti dan
kolaborator berdiskusi mengenai kegiatan pembelajaran apa yang akan
diberikan pada hari Senin, 10 April 2017. Lalu diputuskan untuk
memberikan kegiatan bahasa yaitu menceritakan gambar, motorik
halus yaitu memotong dan menempel, dan kognitif yaitu
menyelesaikan maze. Untuk permainan sunda manda di siklus I ini
disepakati bersama untuk di lakukan di pembukaan. Hal ini
58
dikarenakan kegiatan motorik kasar biasanya diberikan kepada anak di
pembukaan.
Setelah melakukan diskusi dan disepakati, peneliti mengetik RPPH
dan kemudian kolaborator menyiapkan alat dan bahan untuk
pembelajaran hari Senin. Guru menyiapkan LKA yang akan
dikerjakan di meja guru, peneliti menyiapkan corong, sedotan dan
karpet spons.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu pada tanggal 10 April
2017. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut:
1) Kegiatan awal (30 menit)
Kegiatan awal pada hari senin 10 April 2017 yaitu anak-anak
upacara di dalam kelas. Ada satu anak yang tidak mau masuk
kedalam kelas karena tidak mau ditinggalkan ibunya. Setelah
dibujuk rayu dan orang tua sang anak melepaskan tangan kemudian
berlari untuk pulang, akhirnya anak tersebut mau masuk kedalam
kelas dengan kondisi menangis di belakang pintu. Setelah upacara,
kegiatan dilanjutkan dengan berdoa sebelum kegiatan. Guru
mengabsen anak-anak dan menggoda IFM untuk berhenti
menangis. Peneliti membujuk IFM untuk mau duduk berbaris di
tikar kemudian IFM mengikuti untuk duduk di ditikar. Pada hari ini
seluruh siswa berangkat. Kegiatan selanjutnya yaitu mengaji.
Disini anak-anak menghafalkan surat-surat pendek yaitu surat Al
59
Fil, surat Al Qari‟ah dan surat Humazah. Setelah itu anak
mengucapkan ikrar.
Setelah ikrar, guru menjelaskan bahwa hari ini semua anak akan
di ajak untuk bermain sunda manda kembali bersama peneliti.
Antusiasme anak-anak terlihat dengan terlihatnya wajah senang,
tawa dan “yeee”, “horeeee dolanan sunda manda meneh”.
Kemudian guru menjelaskan bahwa permainan kali ini ada
peraturannya yaitu anak melompat. Setelah itu anak diajak untuk ke
teras sekolahan.
Anak-anak berkumpul di teras dan melihat arena sunda manda
yang telah disiapkan oleh peneliti. Seluruh anak di minta guru
untuk mendengarkan peraturan permainan sunda manda yang akan
di jelaskan oleh peneliti. Kemudian peneliti menjelaskan peraturan
permaianan sunda manda pada hari ini yaitu harus melompati
halangan sedotan yang sudah di rangkai dengan menggunakan
kedua kaki. Kondisi tidak kondusif, beberapa anak sudah melompat
ke arena sunda manda dan ada yang lari-larian di lapangan. Guru
dan peneliti kemudian memanggil anak-anak yang tidak mau
berkumpul. Setelah berkumpul, dijelaskan kembali aturan main
sunda manda pada hari ini dan kondisi masih sedikit tidak
kondusif. Peneliti mengambil inisiatif untuk mencontohkan
permainan sunda manda terlebih dahulu untuk mengalihkan
perhatian anak. Melompat ke petak 1 dan menyebutkan angka 1
60
dan seterusnya dengan suara keras. Beberapa anak menyeletuk
“aku iso” “gampang kui” dan sebagainya. Kemudian setelah
dicontohkan, anak diminta untuk mempraktekkan permainan sunda
manda modifikasi peneliti ini sesuai urutan absen.
Anak dipanggil sesuai absen dan di beri aba-aba oleh peneliti.
Satu persatu anak maju dan bermain sunda manda melompat dari
petak ke petak lain dengan melompati rintangan dan menyebutkan
angka yang di injak. Hasilnya beragam, ada yang masih salah
dalam menginjak urutan petak, ada yang masih terjatuh, ada yang
keluar garis petak karena terlalu bertenaga atau bersemangat.
Hampir semua anak maju. Namun ada 2 anak yang tidak mau
bermain sunda manda yaitu IFM dan NW. Setiap peneliti
memanggil nama kedua anak tersebut, mereka menggelengkan
kepalanya sebagai tanda tidak mau mencoba. Setelah semua anak
mencoba permaian sunda manda modifikasi peneliti, semua anak
masuk ke kelas untuk melanjutkan pembelajaran. Di dalam kelas
guru menjelaskan kepada peneliti bahwa kedua anak tersebut
memang sangat sulit diajak untuk bermain diluar kelas.
2) Kegiatan inti (60 menit)
Pada kegiatan inti ini pembelajaran diambil alih kembali oleh
guru. kegiatan inti untuk hari ini terbagi menjadi 3 kegiatan yaitu:
a) Bahasa. Guru menerangkan bentuk gambar dan meminta anak
untuk mencari potongan-potongan gambar serta tempat untuk
61
menempel yang sesuai dengan gambar tersebut kemudian anak
diminta untuk membaca gambar. Kegiatan anak menempel dan
menceritakan kembali gambar.
b) Motorik halus. Guru memberi ciontoh memotong kertas
kemudian menempel beberapa kertas menjadi buku. Kegiatan
anak membuat buku dari potongan kertas.
c) Kognitif. Guru menerangkan gambar maze anak yang ingin
menonton televise dan cara menunjukkan jalannya. Kegiatan
anak mengerjakan maze.
Setelah kegiatan inti selesai, anak-anak yang terlebih dahulu
selesai mengerjakan tugas, mereka keluar kelas dan dibiarkan oleh
guru meskipun belum waktunya istirahat.
3) Penutup (30 menit)
Kegiatan akhir pada hari ini yaitu anak-anak masuk kelas dan
merapikan alat main yang masih berantakan. Guru bertanya
kembali ke anak-anak tentang kegiatan hari ini. Setelah itu guru
menunjukkan hasil terbaik anak. Anak ditanya oleh guru mengenai
perasaan anak-anak selama melaksanakan kegiatan, sedih ataukah
senang? “siapa yang senang bermain sunda manda dengan bu
Cici?” anak-anak “sayaaa” mengacungkan jari. Kemudian
pertanyaan mengenai kegiatan inti dan anak-anak juga senang
belajar. Kemudian anak-anak berkemas-kemas dan berdoa pulang.
62
Guru memberikan pesan bahwa anak-anak harus banyak berlatih
dan bermain sunda manda di rumah. Salam pulang.
c. Observasi
Observasi pada kegiatan siklus I yang dilakukan oleh peneliti ini
mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak mengenai motorik
kasar anak dalam kegiatan bermain sunda manda. Aspek yang diamati
oleh peneliti yaitu aspek kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan.
Berikut ini merupakan hasil observasi peneliti:
Tabel 3.8. Tabel penilaian siklus I
NO
.
NAMA
SISWA
ASPEK YANG DIAMATI DAN DINILAI
KEKUATAN KELINCAH-AN KESEIMBANGAN
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 ASW V V V
2 DPS V V V
3 FAD V V V
4 FRG V V V
5 GEK V V V
6 IFM V V V
7 IMR V V V
8 JAS V V V
9 KKA V V V
10 MPI V V V
11 MF V V V
12 MAS V V V
13 MA V V V
14 MZH V V V
15 MFA V V V
16 NA V V V
17 NA V V V
18 NW V V V
19 ZAR V V V
20 NJA V V V
21 CSN V V V
22 SM V V V
23 AIM V V V
24 MF V V V
JUMLAH 2 10 12 3 7 14 3 7 14
Prosentase (dalam %) 8, 33 41,64 50 12,5 29,17 58,33 12,5 29,17 58, 33
63 60
Tabel 3.9. Hasil penilaian tindakan siklus I
No Aspek yang di Nilai Skor Jumlah
Anak Presentase
1 Kekuatan
1 2 8,33%
2 10 41,64%
3 12 50%
2 Kelincahan
1 3 12,50%
2 7 29,17%
3 14 58,33%
3 Keseimbangan
1 3 12,50%
2 7 29,17%
3 14 58,33%
Berdasarkan tabel di atas, dapat di lihat bahwa keterampilan
motorik kasar anak pada siklus I pada aspek kekuatan yang sudah
memenuhi kriteria dengan memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 12
anak dengan presentase 50% tergolong pada kriteria cukup. Pada
aspek kekuatan ini sudah ada 50% dari jumlah keseluruhan anak yang
mampu melompat sesuai instruksi guru dan anak dapat melompat
dengan tenaga yang kuat, power yang maksimal dan menopang
gerakan tubuh saat melompat. Pada siklus pertama ini ada 9 anak yang
sebelumnya mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek kekuatan
kemudian mendapatkan skor 3 pada siklus ini yaitu ASW, DPS, FAD,
GEK, MPI, MA, MGA, NA, CSN. Anak mulai mengerti tata cara
permainan sunda manda sehingga lebih dapat menyiapkan fisik
mereka sebelum bermain sunda manda.
Pada aspek kelincahan, yang sudah memenuhi kriteria dengan
memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 14 anak dengan presentase
58,33% tergolong pada kriteria cukup. Pada aspek kelincahan ini
58,33% dari jumlah keseluruhan anak sudah dapat melakukan
64
lompatan sesuai instruksi guru dan anak mampu mengubah arah dan
posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada saat bergerak dari titik ke
titik lain, waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan permainan
lebih cepat dan gerakan badan fleksibel. Pada siklus pertama ini ada 8
anak yang sebelumnya mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek
kelincahan kemudian mendapatkan skor 3 pada siklus ini yaitu ASW,
FAD, GEK, MPI, MA, MFA, NA, & CSN .
Pada aspek keseimbangan, yang sudah memenuhi kriteria dengan
memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 14 anak dengan presentase
58,33% tergolong pada kriteria cukup. Pada aspek kesimbangan ini
58,33% dari jumlah keseluruhan anak sudah dapat melakukan
lompatan sesuai instruksi guru dan anak mampu mempertahankan
tubuhnya dalam posisi berdiri tegak pada petak yang sudah ada, serta
koordinasi mata-kaki-tubuh sangat baik sehingga tidak keluar petak
ataupun menginjak garis. Pada siklus pertama ini ada 8 anak yang
sebelumnya mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek keseimbangan
kemudian mendapatkan skor 3 pada siklus ini yaitu ASW, FAD, IMR,
MA, MFA, NJA, CSN, & SM.
d. Refleksi
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, peneliti dan kolaborator
berdiskusi mengenai permasalahan yang muncul pada pelaksanaan
permainan sunda manda. Kegiatan diskusi dilakukan oleh guru dan
kolaborator setelah anak-anak pulang dan setelah membereskan
65
ruanngan kelas. Berdasarkan observasi pada siklus I, diketahui bahwa
hasil yang didapatkan belumlah memenuhi indikator keberhasilan
yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu meningkatnya motorik kasar
anak di tiga aspek yaitu kekuatan, kelincahan dan keseimbangan.
Hasil dari siklus pertama menunjukkan adalanya peningkatan
motorik anak apabila dibandingkan dengan sebelum diadakan
tindakan. Dalam pelaksanaan siklus I, bahwa anak-anak sangat
antusias dengan permainan sunda manda. Hal ini dikarenakan
permainan sunda manda baru dikenal anak setelah diperkenalkan
peneliti pada penelitian pra siklus sehingga antusiasme anak masih
tinggi untuk mencoba permaianan sunda manda. Ada beberapa anak
yang bercerita bahwa sudah memainkan permaiann sunda manda di
rumah bersama teman-temannya. Hasilnya sangat terlihat dengan
peningkatan yang cukup signifikan pada kemampuan motorik kasar
anak.
Berikut ini adalah berbagai permasalahan yang muncul dalam
pelaksaan permainan sunda manda pada siklus I:
1) Untuk anak
b) Kondisi kurang kondusif. Hal tersebut karena anak merasa
bebas bergerak saat di luar kelas. Beberapa anak melompat-
lompat di arena sunda manda.
c) Anak-anak yang berada pada barisan belakang berbicara
sendiri dan ada juga yang dipangku orang tuanya meminta
66
jajan. Sehingga tidak semua anak melihat peneliti
mencontohkan permainan sunda manda yang telah
dimodifikasi oleh peneliti. Hasilnya yaitu ada beberapa
anak yang masih salah urutan ataupun hanya diam tanpa
menyebutkan angka.
d) Ada 2 anak yang masih enggan bermain sunda manda.
e) Ketika akan bermain sunda manda siswa kurang pemanasan
sehingga ketika tolakan kaki siswa saat melompati
rintangan siswa banyak yang masih sedikit kaku.
2) Untuk guru
a) Disaat apersepsi yang dilakukan di dalam kelas, guru
kurang mampu dalam mengambil perhatian anak sehingga
kondisi kelas tidak kondusif.
b) Waktu yang kurang cukup yaitu hanya 13 menit
dikarenakan berada di kegiatan awal sebelum kegiatan inti
sehingga permainan sunda manda tidak dilakukan secara
maksimal.
c) Dalam pengelolaan kelas, guru kurang fokus dikarenakan
harus mengerjakan tabungan siswa.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada siklus I, peneliti
dan guru melakukan diskusi untuk mencari jalan keluar atau solusi
untuk permasalahan yang ditemukan. Berikut ini merupakan solusi
untuk memecahkan permasalahan yang ada di siklus I:
67
1) Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengkondisikan kelas.
2) Guru dan peneliti menambahkan aturan main untuk
memecahkan masalah pada permasalahan pertama dan ke dua
yaitu anak yang ingin bermain sunda manda harus berbaris rapi.
Bagi anak yang tidak mau berbaris maka tidak akan dipanggil
atau tidak mendapatkan kesempatan bermain sunda manda.
3) Pembagian jobdisk antara guru kelas dan guru pendamping.
4) Agar semua anak ikut bermain sunda manda termasuk NW dan
IFM maka yang dilakukan guru adalah akan memberikan
reward bagi yang sudah maju dengan pin bintang.
5) Permainan sunda manda tidak efektif dilakukan di kegiatan
awal, maka di geser di kegiatan inti agar mendapatkan waktu
yang cukup yaitu di akhir kegiatan inti sebelum istirahat.
6) Sebelum permainan sunda manda dimulai, dilakukan pemanasan
terlebih dahulu sehingga otot anak tidak kaku yaitu dengan jalan
ditempat, meliukkan badan dan sebagainya.
3. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan pada
tanggal 10 April 2017 setelah kegiatan belajar mengajar selesai.
Peneliti dan kolaborator berdiskusi mengenai kegiatan pembelajaran
apa yang akan diberikan pada hari Rabu, 12 April 2017. Peneliti dan
68
guru menyepakati bahwa permainan sunda manda pada siklus ke II
akan di lakukan pada kegiatan inti mengingat bahwa waktu di kegiatan
awal kurang memadai. Guru menyiapkan LKA yang akan dikerjakan
di meja guru, peneliti menyiapkan corong, sedotan dan karpet spons.
b. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan siklus II dilaksanakan pada hari rabu, 12 April
2017. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut:
1) Kegiatan awal (30 menit)
Kegiatan awal pembelajaran diawali dengan sholat dhuha di
mushola MI Sudirman Giriwondo yang masih satu komplek dengan
RA Sudirman Giriwondo. Setelah sholat dhuha, kegiatan
dilanjutkan dengan hafalan surat pendek dan berdoa sebelum
pelajaran. Setelah kegiatan selesai, anak-anak kembali ke kelas.
Guru mengucapkan salam dan dijawab oleh anak-anak dengan
semangat. Setelah itu absensi kalender dengan nyanyian.
Dilanjutkan dengan menyanyi ustadz guru ngaji” kemudian guru
menceritakan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pada hari ini.
2) Kegiatan inti (60 menit)
Kegiatan inti pada hari ini terdiri dari 4 kegiatan. Pemilihan 4
kegiatan dibawah ini dikarenakan LKA sudah penuh sehingga guru
memberikan kegiatan yang mudah dilakukan anak. Berikut ini
merupakan kegiatan inti:
69
a) Guru memperlihatkan gambar yang ada pada majalah dan
membacakan tulisan kemudian anak-anak menirukan.
b) Guru menceitakan alat komunikasi televisi kemudian
diberikan contoh mencocok. Anak mewarnai gambar
televise dan kemudian mencocok gambar.
c) Guru mengajak anak-anak untuk melihat gambar
handphone yang di pegang oleh guru dan meminta anak-
anak untuk melengkapi keypad handphone. Guru
membagikan kertas yang sudah berisi gambar handphone
kepada semua anak. Dan anak diminta untuk menempelkan
angka 1-9 untuk melengkapi keypad handphone.
d) Setelah kegiatan 1, 2, dan 3 selesai, anak-anak di minta
untuk keluar kelas dan di luar kelas sudah siap arena sunda
manda. Peneliti mengambil alih pembelajaran dan meminta
anak untuk berbaris rapi dengan bernyanyi “ayo baris! ayo
baris! baris yang rapi. Ayo baris! ayo baris! baris yang rapi.
Kalau ingin main mari baris yang rapi. Ayo baris! ayo
baris! baris yang rapi.” Hal ini dilakukan peneliti untuk
mengambil perhatian siswa untuk berbaris rapi, sementara
guru merapikan barisan anak-anak. Setelah semua siswa
berbaris, peneliti menjelaskan aturan main dalam
permainan sunda manda kali ini adalah anak yang tidak
berbaris rapi maka tidak akan diajak bermain sunda manda.
70
Anak-anak tersenyum dan saling menggoda satu sama lain
untuk anteng.
Setelah kondisi kondusif, anak-anak diajak untuk
pemanasan terlebih dahulu yaitu jalan ditempat, jongkok
berdiri dan lari ditempat. Setelah dilakukan pemanasan,
anak-anak di berikan penjelasan mengenai permainan
sunda manda pada hari ini masih sama dengan permainan
sunda manda pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu satu
persatu anak maju sesuai nomor urut absen. IFM yang
sebelumnya tidak mau mencoba, akhirnya mau mencoba
karena melihat teman-teman yang lainnya mendpaatkan
bintang sedangkan NW masih tidak mau mencoba. Pada
siklus II ini sebagian besar siswa dapat melakukan
permainan sunda manda dengan baik sesuai dengan
instruksi guru sehingga terlihat jelas bahwa motorik kasar
anak meningkat dengan media permainan tradisional sunda
manda.
3) Kegiatan akhir (30 menit)
Anak masuk ke kelas dan merapikan alat main. Mendiskusikan
kegiatan yang sudah dilaksanakan. Guru menceritakan dan
menunjukkan hasil terbaik. Guru memberikan pesan agar anak
tidak malu menyapa gurunya ketika berjumpa di jalan atau
dimanapun. Doa pulang.
71
c. Observasi
Observasi pada kegiatan siklus II yang dilakukan oleh peneliti ini
mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak mengenai motorik kasar
anak dalam kegiatan bermain sunda manda. Aspek yang diamati oleh
peneliti yaitu aspek kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan. Berikut
ini merupakan hasil observasi peneliti pada siklus II:
Tabel 3.10. Tabel penilaian siklus II
NO NAMA SISWA
ASPEK YANG DIAMATI DAN DINILAI
KEKUATAN KELINCAHAN KESEIMBANGAN
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 ASW V V V
2 DPS V V V
3 FAD V V V
4 FRG V V V
5 GEK V V V
6 IFM V V V
7 IMR V V V
8 JAS V V V
9 KKA V V V
10 MPI V V V
11 MF V V V
12 MAS V V V
13 MA V V V
14 MZH V V V
15 MFA V V V
16 NA V V V
17 NA V V V
18 NW V V V
19 ZAR V V V
20 NJA V V V
21 CSN V V V
22 SM V V V
23 AIM V V V
24 MF V V V
JUMLAH 1 3 20 1 2 21 1 4 19
Prosentase (dalam%) 4, 17 12,5 83,3
3 4,17 8,33 87,5 4, 17
16,6
7 79,17
Tabel 3.11. Hasil tindakan siklus II
No Aspek yang Dinilai Skor Jumlah Anak Presentase
1 Kekuatan
1 1 4,17%
2 3 12,5%
3 20 83,33%
2 Kelincahan 1 1 4,17%
72
2 2 8,33%
3 21 87,50%
3 Keseimbangan
1 1 4,17%
2 4 16,67%
3 19 79,17%
Berdasarkan tabel diatas, dapat di lihat bahwa keterampilan motorik
kasar anak pada siklus I pada aspek kekuatan yang sudah memenuhi
kriteria dengan memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 20 anak dengan
presentase 83,33% tergolong pada kriteria sangat baik. Pada aspek
kekuatan ini sudah ada 83,33% dari jumlah keseluruhan anak yang
mampu melompat sesuai instruksi guru dan anak dapat melompat
dengan tenaga yang kuat, power yang maksimal dan menopang gerakan
tubuh saat melompat. Pada siklus II ini ada 8 anak yang sebelumnya
mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek kekuatan siklus I kemudian
mendapatkan skor 3 pada siklus II ini yaitu DPS, FRG, IMR, MF,
MZH, ZAR, NJA, dan SM.
Pada aspek kelincahan, yang sudah memenuhi kriteria dengan
memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 21 anak dengan presentase 87,50%
tergolong pada kriteria sangat baik. Pada aspek kelincahan ini 87,50%
dari jumlah keseluruhan anak sudah dapat melakukan lompatan sesuai
instruksi guru dan anak mampu mengubah arah dan posisi tubuh
dengan cepat dan tepat pada saat bergerak dari titik ke titik lain, waktu
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan permainan lebih cepat dan
gerakan badan fleksibel. Pada siklus II ini ada 7 anak yang sebelumnya
mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek kelincahan siklus I kemudian
73
mendapatkan skor 3 pada siklus II ini yaitu DPS, FRG, IFM, MPI, NA,
NJA, & AIM.
Pada aspek keseimbangan, yang sudah memenuhi kriteria dengan
memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 19 anak dengan presentase 79,17%
tergolong pada kriteria baik. Pada aspek kesimbangan ini 79,17% dari
jumlah keseluruhan anak sudah dapat melakukan lompatan sesuai
dengan instruksi guru dan anak mampu mempertahankan tubuhnya
dalam posisi berdiri tegak pada petak yang sudah ada, serta koordinasi
mata-kaki-tubuh sangat baik sehingga tidak keluar petak ataupun
menginjak garis. Pada siklus II ini ada 5 Anak yang sebelumnya
mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek keseimbangan siklus I kemudian
mendapatkan skor 3 pada siklus II ini yaitu DPS, GEK, NA, NA, &
ZAR.
d. Refleksi
Refleksi akhir yang dilakukan pada siklus kedua ini membahas
tentang proses pembelajaran motorik kasar yang dilaksanakan di RA
Sudirman Giriwondo dengan melalui permainan tradisional sunda
manda. Pada proses pembelajaran yang telah dilakukan, dapat di lihat
bahwa antusiasme siswa dalam mengikuti permainan sunda manda
sangat besar. Kelemahan dan kekurangan juga sudah teratasi dengan
baik dan anak sangat senang dalam melakukan permainan. Hal ini di
ketahui dari indikator pencapaian yang telah di tetapkan oleh peneliti
telah tercapai. Melihat hasil penelitian pelaksanaan siklus II didapatkan
74
bahwa keterampilan motorik kasar anak terdiri dari aspek kekuatan,
kelincahan dan keseimbangan anak meningkat dan telah memenuhi
indikator keberhasilan. Dengan hasil tersebut, penelitian dirasa sudah
cukup dan dihentikan pada siklus II.
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Hasil Penelitian Pra Siklus
Untuk mendapatkan data awal, peneliti melakukan penelitian prasiklus
yaitu dengan mengajak anak untuk bermain sunda mada tanpa arahan
khusus. Data awal ini digunakan peneliti sebagai tolok ukur hasil
penelitian.
Berikut ini merupakan indikator aspek kekuatan, kelincahan dan
keseimbangan yang menjadi acuan penilaian yang dilakukan oleh peneliti
pada penelitian ini.
Tabel 4.12. Indikator penilaian kekuatan.
NO KRITERIA
SKOR
Konversi
Nilai DESKRIPSI
1 Skor 3 33,33
Anak dapat melakukan sesuai instruksi guru dan
anak dapat melompat dengan tenaga yang kuat,
power yang maksimal dan menopang gerakan
tubuh saat melompat.
2 Skor 2 16,66
Anak melakukan instruksi guru namun tenaga
yang dikeluarkan anak tidak sepenuhnya atau
lemas, power yang tidak maksimal dan kurang
menopang gerakan tubuh saat melompat.
3 Skor 1 10
Anak mau mencoba mengikuti intruksi guru
walaupun salah.
Nb: skor 0 untuk anak yang tidak mau mencoba.
Tabel 4.13 indikator penilaian kelincahan
NO KRITERIA
SKOR
Konversi
Nilai DESKRIPSI
1 Skor 3 33,33
Anak dapat melakukan sesuai instruksi guru dan
anak mampu mengubah arah dan posisi tubuh
dengan cepat dan tepat pada saat bergerak dari
titik ke titik lain, waktu yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan permainan lebih cepat dan
76
gerakan badan fleksibel.
2 Skor 2 16,66
Anak melakukan instruksi guru walaupun salah
dan anak kurang mampu dalam mengubah arah
dan posisi secara cepat dan tepat pada saat
bergerak dari titik ke titik lain, waktu yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan permainan
lebih lamban dan gerakan badan tidak fleksibel.
3 Skor 1 10
Anak mau melakukan instruksi guru atau anak
tidak mampu dalam mengubah arah dan posisi
secara cepat dan tepat pada saat bergerak dari
titik ke titik lain, memakan waktu yang lama
dalam menyelesaikan permainan dan gerakan
badan tidak fleksibel.
Nb: skor 0 untuk anak yang tidak mau mencoba.
Tabel 4.14. Indikator penilaian keseimbangan
NO KRITERIA
SKOR
Konversi
Nilai DESKRIPSI
1 Skor 3 33,33
Anak dapat melakukan sesuai instruksi guru dan
anak mampu mempertahankan tubuhnya dalam
posisi berdiri tegak pada petak yang sudah ada,
serta koordinasi mata-kaki-tubuh sangat baik
sehingga tidak keluar petak ataupun menginjak
garis.
2 Skor 2 16,66
Anak melakukan instruksi guru walaupun salah
dan anak kurang mampu mempertahankan
tubuhnya dalam posisi berdiri tegak pada petak
yang sudah ada, serta koordinasi mata-kaki-
tubuh sudah mulai baik walaupun masih keluar
petak ataupun menginjak garis.
3 Skor 1 10
Anak mau melakukan instruksi guru atau anak
tidak mampu mempertahankan tubuhnya dalam
posisi berdiri tegak
Nb: skor 0 untuk anak yang tidak mau mencoba.
Berikut ini merupakan hasil penelitian pra siklus yang dilakukan
peneliti pada tanggal 7 April 2017:
Tabel 4.15. Penilaian prasiklus
No. Nama
Siswa
Aspek yang Diamati
dan Dinilai Jumlah
Nilai
Siswa
KKM
Kelas
Status Pencapaian
KKM Kelas KKM
Nasio
nal
Status Pencapaian
KKM Nasional
Keku
atan
Kelin
cahan
Kesei
mban
gan Tuntas Belum
Tuntas Tutas
Belum
tuntas
1 ASW 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
2 DPS 10 10 10 30,0 70,0
75
3 FAD 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
4 FRG 16,66 2 33,33 52,0 70,0
75
77
5 GEK 10 10 10 30,0 70,0
75
6 IFM 10 10 10 30,0 70,0
75
7 IMR 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
10 MPI 16,66 16,66 10 43,3 70,0
75
11 MF 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0
75
12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
13 MA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
14 MZH 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
15 MFA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
16 NA 10 10 10 30,0 70,0
75
17 NA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
18 NW 0 0 0 0,0 70,0
75
19 ZAR 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
20 NJA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
21 CSN 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
22 SM 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
23 AIM 33,33 16,66 16,66 66,7 70,0
75
24 MF 16,66 10 10 36,7 70,0
75
total nilai siswa 1235,0 KKM
kelas
3 21 KKM
Nas
3 21
nilai rata-rata kelas siswa 51,5 12,5% 12,5%
Keterangan
KKM individu yang ditetapkan adalah 70.
KKM kelas yaitu 85% dari total siswa telah mendapatkan nilai tuntas.
KKM nasional yaitu 75.
Rumus perhitungan nilai individu siswa:
Σ motorik kasar = kekuatan+kelincahan+keseimbangan
Contoh nilai ASW = 16,66+16,66+16,66 = 50
Rumus perhitungan nilai rata-rata kelas:
Jumlah nilai seluruh anak
X kelas = ------------------------------
Jumlah seluruh anak
78
1235
X kelas = --------- = 51,5
24
Rumus presentase ketuntasan
Jumlah anak yang tuntas
P = ---------------------------- x 100%
Jumlah seluruh anak
3
P= ------x100% = 12,5%
24
Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan kelas pada motorik
kasar prasiklus didapatkan rata-rata kelasnya yaitu 51,5 hal ini masih
dibawah KKM kelas yaitu 70. Prosentase anak yang memiliki nilai tuntas
KKM Kelas yaitu 12,5% atau hanya ada 3 anak. Prosentase tersebut masih
dibawah dari prosentase keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti
dan guru yaitu 85%. Prosentase anak yang memiliki nilai tuntas KKM
Nasional yaitu anak yang mendapatkan nilai lebih dari KKM Nasional 75
adalah 12,5% atau 3 anak. Dari data diatas, peneliti merencanakan
penelitian siklus pertama bersama guru dan disetujui bersama
dilaksanakan pada hari Senin,10 April 2017.
2. Hasil Penelitian Siklus I
Berikut ini merupakan hasil pengamatan pada siklus I yang
dilaksanakan pada tanggal 10 April 2017:
Tabel 4.16. Hasil Penilaian Siklus I
No. Nama
Siswa
Aspek yang Diamati
dan Dinilai Jumlah
Nilai
Siswa
KKM
Kelas
Status Pencapaian
KKM Kelas KKM
Nasio
nal
Status Pencapaian
KKM Nasional
Keku
atan
Kelin
cahan
Kesei
mban
gan Tuntas Belum
Tuntas Tuntas
Belum
tuntas
1 ASW 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
79
2 DPS 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
3 FAD 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
4 FRG 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0
75
5 GEK 33,33 10 16,66 60,0 70,0
75
6 IFM 10 16,66 10 36,7 70,0
75
7 IMR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
10 MPI 33,33 16,66 10 60,0 70,0
75
11 MF 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0
75
12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
13 MA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
14 MZH 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0
75
15 MFA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
16 NA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
17 NA 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0
75
18 NW 0 0 0 0,0 70,0
75
19 ZAR 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0
75
20 NJA 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0
75
21 CSN 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
22 SM 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0
75
23 AIM 33,33 16,66 33,33 83,3 70,0
75
24 MF 16,66 10 16,66 43,3 70,0
75
Total nilai siswa 1799,7 KKM
kelas
13 11 KKM
Nas
13 11
Nilai rata-rata kelas siswa 75,0 54,17% 54,17%
Rumus penghitungan jumlah nilai individu siswa:
Σ nilai individu = kekuatan+kelincahan+keseimbangan
Σ ASW = 33,33 + 33,33 + 33,33 = 100
Rumus perhitungan nilai rata-rata kelas:
Jumlah nilai seluruh anak
X kelas = ------------------------------
Jumlah seluruh anak
1799,7
X kelas = --------- = 75
24
80
Rumus presentase ketuntasan
Jumlah anak yang tuntas
P = ---------------------------- x 100%
Jumlah seluruh anak
13
P= ------x100% = 54,17%
24
Dari hasil nilai rata-rata tiap siklus dapat di hitung peningkatan yang
terjadi yaitu pada prasiklus rata-rata kelas sebesar 51,5, dan pada siklus I
sebesar 75,0.
Terjadi peningkatan rata-rata kelas sebesar:
Pra siklus ke siklus I = 75 – 51,5
= 23,5
Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan kelas pada motorik
kasar siklus I didapatkan rata-rata kelasnya yaitu 75 yang sudah melebihi
KKM kelas yang telah ditentukan yaitu 70. Namun, prosentase anak yang
memiliki nilai tuntas KKM kelas yaitu 54,17% atau hanya ada 13 anak.
Prosentase tersebut masih dibawah prosentase keberhasilan yaitu 85%.
Prosentase anak yang memiliki nilai tuntas KKM Nasional yaitu anak
yang mendapatkan nilai lebih dari KKM Nasional 75 adalah 54,17% atau
13 anak. Meskipun KKM kelas sudah dapat dicapai, namun presentase
keberhasilan belum dapat dicapai sehingga peneliti merencanakan
penelitian siklus ke dua bersama guru dan disetujui bersama dilaksanakan
pada hari Rabu, 12 April 2017.
81
Pada awal pembelajaran permainan sunda manda, kondisi tidak
kondusif dikarenakan anak-anak terfokus kepada bidang sunda manda dan
melompat-lompat dibidang sebelum di berikan arahan oleh guru. Selain itu
ada beberapa anak yang dipangku oleh orang tuanya sehingga beberapa
anak tidak memperhatikan contoh yang diberikan oleh peneliti.
Anak yang mendapatkan skor 1 yaitu IFM dan NW. IFM sendiri
ketika penelitian berlangsung tidak mau bermain sunda manda
dikarenakan menangis di tinggal pulang oleh ibunya. Sementara NW,
setiap dipanggil dan dibujuk untuk bermain ia menggelengkan kepala
tanda dia tidak mau melakukan permainan sunda manda.
Keterbatasan waktu yaitu hanya dalam 13 menit, membuat permainan
ini tidak dapat dilakukan semaksimal mungkin karena berada pada
kegiatan awal.
Kurangnya pemanasan sebelum permainan dimulai membuat tolakan
siswa menjadi tidak begitu kuat saat melompat sehingga saat siswa
melompat, lompatanya begitu kaku.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas, dilakukan usaha
perbaikan untuk memecahkan permasalahan diatas yaitu sebagai berikut:
a) Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengkondisikan kelas.
b) Guru dan peneliti menambahkan aturan main untuk memecahkan
masalah pada permasalahan pertama dan ke dua yaitu anak yang ingin
bermain sunda manda harus berbaris rapi. Bagi anak yang tidak mau
82
berbaris maka tidak akan dipanggil atau tidak mendapatkan kesempatan
bermain sunda manda.
c) Pembagian jobdisk antara guru kelas dan guru pendamping.
d) Agar semua anak ikut bermain sunda manda termasuk NW dan IFM
maka yang dilakukan guru adalah akan memberikan reward bagi yang
sudah maju dengan pin bintang.
e) Permainan sunda manda tidak efektif dilakukan di kegiatan awal, maka
di geser di kegiatan inti agar mendapatkan waktu yang cukup yaitu di
akhir kegiatan inti sebelum istirahat.
f) Sebelum permainan sunda manda dimulai, dilakukan pemanasan
terlebih dahulu sehingga otot anak tidak kaku yaitu dengan jalan
ditempat, meliukkan badan dan sebagainya.
3. Hasil Penelitian Siklus II
Berikut ini merupakan hasil penilaian pada siklus II yang
dilaksanakan pada 12 April 2017:
Tabel 4.17. Penilaian siklus II
No Nama
Siswa
Aspek Yang Diamati
Dan Dinilai Jumlah
Nilai
Siswa
KKM
Kelas
Status
Pencapaian
KKM Kelas
KKM
Nasio
nal
Status
pencapaian
KKM Nasional Keku
atan
Kelin
cahan
Kesei
mban
gan Tuntas Belum
Tuntas Tuntas
Belum
Tuntas
1 ASW 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
2 DPS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
3 FAD 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
4 FRG 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
5 GEK 33,33 16,66 33,33 83,3 70,0 75
6 IFM 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0 75
7 IMR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
83
9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
10 MPI 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0 75
11 MF 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
13 MA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
14 MZH 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0 75
15 MFA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
16 NA 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0 75
17 NA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
18 NW 0 0 0 0,0 70,0 75
19 ZAR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
20 NJA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
21 CSN 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
22 SM 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
23 AIM 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
24 MF 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0 75
total nilai siswa 2149,7 KKM
Kelas
21 3 KKM
Nas
21 3
nilai rata-rata kelas siswa 89,6 87,50% 87,5%
Rumus perhitungan jumlah nilai individu siswa:
Σ nilai individu = kekuatan+kelincahan+keseimbangan
Contoh Σ nilai MF = 16,66 + 16,66 + 16,66 = 50
Rumus perhitungan nilai rata-rata kelas:
Jumlah nilai seluruh anak
X kelas = ------------------------------
Jumlah seluruh anak
2149,7
X kelas = --------- = 89,6
24
Rumus presentase ketuntasan
Jumlah anak yang tuntas
P = ---------------------------- x 100%
Jumlah seluruh anak
21
P= ------x100% = 87,5%
24
84
Dari hasil nilai rata-rata tiap siklus dapat di hitung peningkatan yang
terjadi yaitu pada prasiklus rata-rata kelas sebesar 51,5, siklus I sebesar
75,0, dan siklus II sebesar 89,6.
Terjadi peningkatan rata-rata kelas sebesar:
Pra siklus ke siklus I = 75 – 51,5
= 23,5
Siklus I ke siklus II = 89,6 – 75
= 14,6.
Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan kelas pada motorik
kasar siklus II didapatkan rata-rata kelasnya yaitu meningkat menjadi 89,6
sudah melebihi target KKM kelas yaitu 70. Prosentase anak yang memiliki
nilai tuntas KKM kelas yaitu 87,5% atau 21 anak. Prosentase tersebut
sudah melampaui indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh
peneliti dan guru yaitu 85% anak mendapatkan nilai tuntas. Prosentase
anak yang memiliki nilai tuntas KKM Nasional yaitu anak yang
mendapatkan nilai lebih dari KKM Nasional 75 adalah 87,5% atau 21
anak. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II ini, maka peneliti
dan guru sepakat untuk menghentikan penelitian tersebut sampai siklus II.
Anak yang mendapatkan skor 0 yaitu NW selama penelitian
dilakukan, anak tersebut tidak mau bermain sunda manda seperti anak-
anak yang lainnya. Hal ini di tambah dengan keterangan guru bahwa anak
tersebut memang sulit untuk di ajak bermain dan apa bila di bujuk atau di
rayu anak tersebut pasti akan menangis.
85
B. PEMBAHASAN
1. Pembahasan Hasil Pra Siklus
Di bawah ini merupakan tabel
Tabel 4.18. Hasil motorik kasar pada prasiklus Rata-Rata
Kelas
% Ketuntasan
KKM Kelas
Jumlah Anak
yang Tuntas
KKM Kelas
% Ketuntasan
KKM Nasional
Jumlah Anak
yang Tuntas
KKM Nasional
51,5 12,5% 3 12,5% 3
Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan motorik anak pada pra
siklus yaitu 12,5% masih rendah dibawah KKM ketuntasan yang telah
ditetapkan yaitu 85%. Nilai rata-rata kelas yaitu 51,5 masih berada
dibawah ketentuan KKM yaitu 70. Hal ini menjadi landasan peneliti untuk
melakukan penelitian pada tindakan I yang akan dilaksanakan pada hari
senin 10 April 2017. Diharapkan dengan tindakan yaitu melalui permainan
tradisional sunda manda dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar
anak kelompok B di RA Sudirman Giriwondo Jumapolo.
2. Pembahasan Hasil Siklus I
Dibawah ini merupakan hasil rekapitulasi peningkatan motorik kasar
pada siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo dari Pra Tindukan ke
Siklus I.
Tabel 4.19. Hasil motorik kasar pada siklus I Nilai Rata-rata
Kelas
% Ketuntasan
KKM Kelas
Jumlah Anak
yang Tuntas
KKM Kelas
% Ketuntasan
KKM Nasional
Jumlah Anak
yang Tuntas
KKM Nasional
75 54,17% 13 54,17 13
86
Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan motorik anak pada pra
siklus yaitu 54,17% masih rendah dibawah KKM ketuntasan yang telah
ditetapkan yaitu 85%. Nilai rata-rata kelas yaitu 75 sudah melampaui
ketentuan KKM yaitu 70. Meskipun nilai rata-rata kelas sudah melebihi
KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, namun untuk prosentase ketuntasan
siswa masih berada dibawah 85% hal ini menjadi landasan peneliti untuk
melakukan penelitian pada tindakan II yang akan dilaksanakan pada hari
Rabu 12 April 2017. Diharapkan dengan tindakan II dapat meningkatkan
motorik kasar anak dan dapat mencapai prosentase ketuntasan yaitu 85%
dari jumlah keselutuhan siswa mendapatkan nilai diatas KKM.
Tabel 4.20. Rekapitulasi pengamatan motorik kasar dari prasiklus ke siklus I
Keterangan Prasiklus Siklus I
Peningkatan
dari Pra siklus
ke Siklus I
Nilai rata-rata
kelas 51,5 75 23,5
% Ketuntasan
KKM Kelas 12,5% 54,17% 41,67%
Jumlah anak
yang tuntas
KKM Kelas
3 13 10
% Ketuntasan
KKM Nasional 12,5% 54,17% 41,67%
Jumlah anak
yang tuntas
KKM Nasional
3 13 10
87
Grafik 4.2. Rekapitulasi pengamatan motorik kasar dari pra siklus ke siklus I
0
10
20
30
40
50
60
70
80
prasiklus siklus I
nilai rata-rata kelas
% ketuntasan KKM kelas
jumlah anak tuntas KKMkelas
% ketuntasan KKMNasiinal
jumlah anak tuntas KKMNasional
a. Refleksi tindakan siklus I
Pada hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, hasilnya yaitu
dapat di lihat bahwa keterampilan motorik kasar anak dari pra siklus
hingga siklus I mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel rekapitulasi
diatas, didapatkan hasil bahwa ada peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu
sebelumnya pada nilai rata-rata siswa pada prasiklus yaitu 51,5 meningkat
menjadi 75 pada siklus I yang berarti ada peningkatan nilai rata-rata kelas
yaitu sebanyak 23,5. Unutk prosentase ketuntasan juga mengalami
peningkatan. Apabila pada penelitian prasiklus prosentase ketuntasan
hanya 12,5% (3 anak tuntas), pada siklus I meningkat menjadi 54,17% (13
anak tuntas) yang berarti ada peningkatan prosentase ketuntasan yaitu
sebesar 41,67% atau bertambah 10 anak yang memiliki nilai tuntas.
b. Hasil pengamatan guru siklus I
Tabel 4.21. Hasil pengamatan guru siklus I
NO KEGIATAN HASIL
KETERANGAN B C K
1. Guru mengucapkan
salam dengan jelas. V Sudah cukup jelas
2. Guru melakukan V Sudah baik
88
presensi kehadiran
siswa dengan jelas.
3.
Guru melakukan
apersepsi mengenai
materi yang akan
diberikan pada hari
ini.
V
Kurang jelas karena
kondisi kelas tidak
kondusif.
4.
Guru menjelaskan
aturan main sunda
manda
V
Sudah cukup dalam
memberikan penjelasan
mengenai aturan main
permainana sunda
manda pada hari ini.
5.
Guru memberikan
pertanyaan kepada
siswa.
V
Guru cukup
memberikan
pertanyaan kepada
siswa.
6.
Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
mengenai permainana
sunda manda.
V
Guru tidak memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
7.
Guru mengajak anak
untuk bermain sunda
manda.
V Sudah baik
8.
Guru bersama siswa
menyimpulkan materi
yang telah dibahas.
V
Sudah cukup dalam
menyimpulkan materi
yang telah dibahas.
9. Guru mengucapkan
salam V Sudah baik
10. Pengelolaan kelas V Kurang dalam
pengelolaan kelas
11. Pengelolaan waktu V Kurang dalam
pengelolaan kelas
Keterangan :
B = Baik C = Cukup K = Kurang
c. Hasil pengamatan siswa siklus I
Tabel 4.22. Hasil pengamatan siswa siklus I
NO KEGIATAN HASIL
KETERANGAN B C K
1. Siswa menjawab
salam V
Cukup saat menjawab
salam.
2. Siswa merespon
panggilan dari guru V
Beberapa anak tidak
merespon panggilan
89
guru.
3.
Siswa menanggapi
apersepsi yang
diberikan guru
V Kurang menanggapi
apersepsi guru
4.
Siswa memperhatikan
pembelajaran yang di
berikan guru
V
Beberapa anak tidak
memperhatikan
pembelajaran yang di
berikan guru
5. Siswa menjawab
pertanyaan dari guru V Cukup
6. Siswa bertanya
kepada guru V
Tidak ada anak yang
bertanya kepada guru
7.
Siswa mengerjakan
tugas yang diberikan
oleh guru
V
Kurang dikarenakan
ada beberapa anak yang
tidak mau melakukan
tugas yang di berikan
oleh guru.
8.
Siswa menyimpulkan
pembelajan pada hari
ini dgn recalling
V Sudah baik.
9. Siswa menjawab
salam penutup V Sudah baik.
Keterangan :
B = Baik C = Cukup K = Kurang
Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus I di atas, terdapat
faktor pendukung dan faktor penghambat dari guru dan siswa beserta ide
perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Berikut ini
penjelasannya.
1) Hal-hal yang mendukung
Ada beberapa hal yang mendukung dari guru dan siswa saat
pembelajaran siklus I berlangsung antara lain:
a) Guru sudah cukup jelas mengucapkan salam.
b) Guru sudah baik dalam melakukan presensi kehadiran.
90
c) Guru sudah cukup dalam memberikan penjelasan mengenai
permainan sunda manda.
d) Siswa tertarik dengan permainan sunda manda sehingga ada
perhatian lebih dalam permainan tersebut.
e) Siswa cukup baik dalam menjawab pertanyaan guru.
2) Hal-hal yang menghambat
Ada beberapa hal yang menghambat dari guru dan siswa saat
pembelajaran siklus I berlangsung antara lain:
a) Guru kurang dapat mengambil hati siswa ketika apersepsi sehingga
kondisi kelas tidak kondusif.
b) Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai permainan sunda manda.
c) Dalam pengelolaan kelas, guru kurang dapat mengelola kelas
dikarenakan sibuk dalam pencatatan tabungan. Selain itu anak-anak
bebas keluar masuk kelas sehingga tidak kondusif.
d) Dalam pengelolaan waktu, guru kurang dapat mengelola waktu
dimana permainan sunda manda diberikan di pembukaan sehingga
waktu yang diperlukan kurang dan terkesan terburu-buru
menyelesaikan kegiatan.
e) Kondisi kelas tidak kondusif sehingga siswa saat di panggil oleh
guru tidak merespon panggilan guru.
f) Siswa bermain sendiri dan keluar masuk kelas.
g) Tidak ada siswa yang bertanya kepada guru.
91
h) Beberapa siswa tidak mau bermain sunda manda.
3) Ide perbaikan
a) Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu.
b) Guru lebih mengkondisikan siswa untuk mentaati peraturan
kelas dimana sebelum istirahat anak-anak tidak boleh keluiar
masuk kelas tanpa izin.
c) Dalam pengelolaan kelas jobdisk bagi tiap guru dilebih
tekankan. Dibedakan antara guru pendamping dan guru
utama/wali kelas.
d) Guru dan peneliti menambahkan aturan main untuk
memecahkan masalah pada permasalahan pertama dan ke dua
yaitu anak yang ingin bermain sunda manda harus berbaris rapi.
Bagi anak yang tidak mau berbaris maka tidak akan dipanggil
atau tidak mendapatkan kesempatan bermain sunda manda.
e) Agar semua anak ikut bermain sunda manda termasuk NW dan
IFM maka yang dilakukan guru adalah akan memberikan
reward bagi yang sudah maju dengan pin bintang.
f) Permainan sunda manda tidak efektif dilakukan di kegiatan
awal, maka di geser di kegiatan inti agar mendapatkan waktu
yang cukup yaitu di akhir kegiatan inti sebelum istirahat.
92
g) Sebelum permainan sunda manda dimulai, dilakukan
pemanasan terlebih dahulu sehingga otot anak tidak kaku yaitu
dengan jalan ditempat, meliukkan badan dan sebagainya.
3. Pembahasan Hasil Siklus II
Dibawah ini merupakan hasil rekapitulasi peningkatan motorik kasar
pada siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo dari siklus I ke Siklus II.
Tabel 4.23. hasil motorik kasar siklus I
Nilai Rata-rata
Kelas
% Ketuntasan
KKM Kelas
Jumlah Anak
yang Tuntas
KKM Kelas
% Ketuntasan
KKM Nasional
JUmlah Anak
yang Tuntas
KKM Nasional
89,6 87,5% 21 87,5% 21
Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan motorik anak pada siklus
II yaitu 87,5% anak sudah melampaui KKM ketuntasan yang telah
ditetapkan yaitu 85%. Nilai rata-rata kelas yaitu 89,6 sudah melampaui
ketentuan KKM yaitu 70. Berdasarkan hasil yang ada, maka penelitian
dicukupkan hanya sampai siklus II. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil
peningkatan motorik kasar siklus I ke siklus II.
Tabel 4.24. Rekapitulasi hasil perkembangan motorik kasar pada siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II Peningkatan dari
siklus I ke Siklus II
Nilai rata-rata
kelas 75 89,6 14,6
% Ketuntasan
KKM Kelas 54,17% 87,5% 33,33%
Jumlah anak
yang tuntas
KKM Kelas
13 21 8
% Ketuntasan
KKM Nasional 54,17% 87,5% 33,33%
93
Jumlah Anak
yang Tuntas
KKM Nasional
13 21
8
Grafik 4.3. Hasil rekapitulasi pengamatan motorik kasar
dari siklus I ke siklus II
0
20
40
60
80
100
siklus I siklus II
nilai rata-rata kelas
% ketuntasan KKM Kelas
jumlah anak tuntas KKM kelas
% ketuntasan Nasional
jumlah anak tuntas kkm Nasional
a. Refleksi tindakan siklus II
Pada hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, hasilnya
yaitu dapat di lihat bahwa keterampilan motorik kasar anak dari siklus I
hingga siklus II mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel rekapitulasi
di atas, didapatkan hasil bahwa ada peningkatan nilai rata-rata kelas
yaitu sebelumnya pada nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 75
meningkat menjadi 89,6 pada siklus II yang berarti ada peningkatan
nilai rata-rata kelas yaitu sebanyak 14,6. Unutk prosentase ketuntasan
juga mengalami peningkatan. Apabila pada penelitian siklus I
prosentase ketuntasan 54,17% (13 anak tuntas), pada siklus II
meningkat menjadi 87,5% (21 anak tuntas) yang berarti ada
peningkatan prosentase ketuntasan yaitu sebesar 33,33% atau
bertambah 8 anak yang memiliki nilai tuntas.
94
b. Hasil pengamatan guru siklus II
Tabel 4.25. Hasil pengamatan guru siklus II
NO KEGIATAN HASIL
KETERANGAN B C K
1. Guru mengucapkan
salam dengan jelas. V Sudah jelas
2.
Guru melakukan
presensi kehadiran
siswa dengan jelas.
V Sudah baik
3.
Guru melakukan
apersepsi mengenai
materi yang akan
diberikan pada hari
ini.
V Sudah baik.
4.
Guru menjelaskan
aturan main sunda
manda.
V
Sudah baik dalam
memberikan penjelasan
mengenai aturan main
permainan sunda
manda.
5.
Guru memberikan
pertanyaan kepada
siswa mengenai
permainana sunda
manda.
V
Guru cukup
memberikan
pertanyaan kepada
siswa.
6.
Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
V
Guru cukup
memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
7.
Guru mengajak anak
untuk bermain sunda
manda
V Sudah baik
8.
Guru bersama siswa
menyimpulkan materi
yang telah dibahas.
V
Sudah baik dalam
menyimpulkan materi
yang telah dibahas.
9. Guru mengucapkan
salam V Sudah baik
10. Pengelolaan kelas V Sudah baik dalam
pengelolaan kelas
11. Pengelolaan waktu V Sudah baik dalam
pengelolaan kelas
Keterangan :
B = Baik C = Cukup K = Kurang
95
c. Hasil pengamatan siswa siklus II
Tabel 4.25. Hasil pengamatan siswa siklus II
NO KEGIATAN HASIL
KETERANGAN B C K
1. Siswa menjawab
salam V
Baik saat menjawab
salam.
2. Siswa merespon
panggilan dari guru V
Baik dalam merespon
panggilan dari guru.
3.
Siswa menanggapi
apersepsi yang
diberikan guru
V
Siswa baik dalam
menanggapi apersepsi
guru
4.
Siswa memperhatikan
penjelasan aturan
main sunda manda
yang di berikan guru
V
semua anak
memperhatikan
penjelasan aturan main
sunda manda yang di
berikan guru
5. Siswa menjawab
pertanyaan dari guru V Cukup
6. Siswa bertanya
kepada guru V
Ada beberapa anak
yang bertanya kepada
guru mengenai
permainan sunda
manda hari ini.
7.
Siswa mengerjakan
tugas yang diberikan
oleh guru
V
Sudah baik karena
terlihat peningkatan di
mana pada siklus II ini
hanya ada 1 anak saja
yang masih enggan
mengikuti permaianan
sunda manda.
8.
Siswa menyimpulkan
pembelajan pada hari
ini dgn recalling
V Sudah baik.
9. Siswa menjawab
salam penutup V Sudah baik.
Keterangan :
B = Baik C = Cukup K = Kurang
Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus II di atas, guru
telah menerapkan permainaan tradisional sunda manda dengan baik dan
efesien, di lihat dari aktifitas di siklus II ini terlihat bahwa hampir seluruh
96
siswa sudah aktif dan berpartisipasi dalam permaianan sunda manda serta
dilihat dari hasil observasi pada aspek kekuatan, kelincahan dan
keseimbangan yang didapatkan oleh siswa sudah menunjukkan hasil yang
sesuai dengan yang di harapkan peneliti. Untuk ini penelitian dicukupkan
pada siklus II. Hal ini memberi npengertian bahwa permainan tradisional
sunda manda dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar siswa
kelompok B di RA Sudirman Giriwondo Kecamatan Jumapolo Kabupaten
Karanganyar.
4. Data Peningkatan Motorik Kasar Antar Siklus
Tabel 4.26. Peningkatan motorik kasar antar siklus
Grafik 4.4. Peningkatan motorik kasar antar siklus
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
pra siklus siklus I siklus II
nilai rata-rata kelas
% ketuntasan KKM Kelas
jumlah anak yang tuntas KKMkelas
% ketuntasan KKM Nasiona
jumlah anak yang tuntas KKMNasional
Tahap
Nilai
Rata-
Rata
Kelas
Peningk
atan
Rata-
rata
Nilai
Kelas
%
Ketuntas
an KKM
Kelas
Peningk
atan %
KKM
Kelas
Ketuntasan Siswa
KKM Kelas
%
ketunta
san
KKM
Nasion
al
Pening
katan
KKM
Nasion
al
Ketuntasan siswa
KKM Nasional
Tuntas Tidak
Tuntas Tuntas
Belum
Tuntas
Prasiklus 51,5 - 12,5% - 3 21 12,5% - 3 21
Siklus I 75 23,5 54,17% 41,67% 13 11 54,17% 41,67
% 13 11
Siklus II 89,6 14,6 87,5% 33,33% 21 3 87,5% 33,33
% 21 3
97
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa permainan sunda manda
dapat meningkatkan mototrik kasar siswa kelompok B di RA Sudirman
Giriwondo Jumapolo. Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai rata-rata kelas
pada prasiklus yaitu 51,5, terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 75,
kemudian terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 89,6. Nilai rata-rata
pada penelitian prasiklus hingga siklus I meningkat 23,5 dan nilai rata-rata
pada siklus I hingga siklus II meningkat 14,6.
Pada prosentase ketuntasan KKM Kelas (nilai 70) dan KKM Nasional
(nilai 75) hasilnya sama yaitu pada prasiklus hanya ada 12,5% atau 3 anak
yang memiliki nilai tuntas, terjadi peningkatan pada siklus I yaitu prosentase
ketuntasan bertambah menjadi 54,17% atau 13 anak dinyatakan tuntas, dan
kemudian terjadi peningkatan prosentase ketuntasan pada siklus II yaitu
menjadi 87,5% atau 21 siswa dinyatakan tuntas. Prosentase ketuntasan dari
prasiklus hingga siklus I yaitu terjadi peningkatan 41,67% atau 10 anak
mendapatkan nilai tuntas dan prosentase ketuntasan dari siklus I hingga
siklus II terjadi peningkatan 33,33% atau 8 anak yang mendapatkan nilai
tuntas.
KKM Nasional merupakan level ideal. Sehingga dapat disimpulkan
dengan tercapainya 87,6% siswa mendapatkan nilai tuntas pada KKM
Nasional maka 87,6% siswa tersebut telah berhasil tuntas pada level ideal
yang berarti siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara ideal. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi siswa di kelas yang di PTKkan ini
98
dinyatakan berhasil karena KKM kelas pada siklus II sebesar 87,5% lebih
besar dari 85% (KKM kelas) minimal.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian berjudul “Peningkatan Keterampilan Motorik
Kasar Melalui Permainan Tradisional Sunda Manda pada Kelompok B RA
Sudirman Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017” adalah dengan
melalui permainan sunda manda dapat meningkatkan keterampilan motorik
kasar pada siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo tahun
pelajaran 2016/2017. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian
tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dengan hasil
observasi pada aspek kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan melalui
permainan sunda manda mengalami peningkatan.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa permainan sunda
manda dapat meningkatkan mototrik kasar siswa kelompok B di RA
Sudirman Giriwondo Jumapolo. Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai rata-
rata kelas pada prasiklus yaitu 51,5, terjadi peningkatan pada siklus I
menjadi 75, kemudian terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 89,6. Nilai
rata-rata kelas pada penelitian prasiklus hingga siklus I meningkat 23,5 dan
nilai rata-rata kelas pada siklus I hingga siklus II meningkat 14,6.
Pada prosentase ketuntasan KKM Kelas (nilai 70) dan KKM Nasional
(nilai 75) hasilnya sama yaitu pada prasiklus hanya ada 12,5% atau 3 anak
yang memiliki nilai tuntas, terjadi peningkatan pada siklus I yaitu prosentase
100
ketuntasan bertambah menjadi 54,17% atau 13 anak dinyatakan tuntas, dan
kemudian terjadi peningkatan prosentase ketuntasan pada siklus II yaitu
menjadi 87,5% atau 21 siswa dinyatakan tuntas. Prosentase ketuntasan dari
prasiklus hingga siklus I yaitu terjadi peningkatan 41,67% atau 10 anak
mendapatkan nilai tuntas dan prosentase ketuntasan dari siklus I hingga
siklus II terjadi peningkatan 33,33% atau 8 anak yang mendapatkan nilai
tuntas.
KKM Nasional merupakan level ideal. Sehingga dapat disimpulkan
dengan tercapainya 87,6% siswa mendapatkan nilai tuntas pada KKM
Nasional maka 87,6% siswa tersebut telah berhasil tuntas pada level ideal
yang berarti siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara ideal. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi siswa di kelas yang di PTKkan ini
dinyatakan berhasil karena KKM kelas pada siklus II sebesar 87,5% lebih
besar dari 85% (KKM kelas) minimal.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini, penulis dapat memberikan beberapa saran
dalam proses belajar mengajar untuk perkembangan yang lebih baik, yaitu:
1. Bagi guru
a. Setiap aspek perkembangan siswa memiliki tingkat kesulitan,
perbedaan dan membutuhkan media yang beragam, sehingga perlu
kreatifitas guru dalam menggunakan metode agar pembelajaran lebih
menarik.
101
b. Pada proses pembelajaran hendaknya anak lebih banyak dikenalkan
dengan permaianan tradisional sehingga permaianan tradisional dapat
dilestarikan.
c. Pada proses pembelajaran hendaknya lebih mendisiplinkan siswa
sehingga siswa dapat lebih terbiasa bersikap disiplin.
d. Pada proses pembiasaan-pembiasaan sebaiknya guru lebih banyak
memberikan pembiasaaan-pembiasaan contohnya yaitu berdoa bersama
sebelum makan dan doa sesudah makan sehingga kondisi kelas lebih
kondusif.
e. Pembagian tugas antar guru lebih memudahkan guru dalam
menciptakan keadaan yang kondusif.
f. Menjalin hubungan yang baik dengan siswa dan orang tua siswsa
sehingga dapat memberikan masukan dan saran untuk kebaikan siswa.
g. Guru adalah motivator dan fasilitator bagi siswa untuk berkembang.
2. Bagi siswa
a. Menghormati guru dan mendengarkan nasehat-nasehat yag di berikan
guru.
b. Apabila anak mau bermain fisik motorik, badan akan lebih sehat.
c. Dengan bermain sunda manda selain seru, juga menyehatkan.
d. Dengan bermain permainan tradisional, ikut andil dalam menjaga
warisan budaya.
e. Bermain diluar rumah bersama teman-teman akan lebih menyenangkan.
102
3. Bagi sekolah
a. Memberikan fasilitas yang memadai kepada guru, sehingga guru dapat
berkreasi dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Melakukan supervisi kelas untuk menjalin kualitas pembelajaran
dikelas.
c. Menjalin hubungan yang baik dengan guru, orang tua murid dan
masyarakat sekitar.
4. Bagi peneliti
Kepada peneliti selanjutnya pada bidang penelitian yang sama,
diharapkan dapat menindak lanjuti penelitian ini dalam konteks yang lebih
luas sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik yang diharapkan dapat
berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita tercinta,
Indonesia.
103
DAFTAR PUSTAKA
Achroni, Keen. 2012. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui
Permainan Tradisional. Yogyakarta: Javalitera
Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Yrama Widya
__________. 2014. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, dan
TK. Bandung: CV Yrama Widya
Bahri, Aliem. 2012. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Makasar: Unismuh
Decaprio, Richard. 2013. Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah.
Yogyakarta: Diva Press
Depdiknas. 2008. Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah. Jakarta:
Bagian Proyek Olahraga Masyarakat, Direktorat Olahraga Masyarakat.
Hasan, Maimunah. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press
Mursid. 2016. Pengembangan Pembelajaran Paud. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya‟
Purwanto. 2011. Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sukamti, Endang R. 2007. Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK UNY.
Wiyani, Novan Ardy. 2016. Konsep Dasar Paud. Yogyakarta: Gava Media
104
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
(Prasiklus)
Semester/ Bulan/ Minggu ke : II/IV/III
Hari / Tanggal : Jum‟at / 07 April 2017
Kelompok/ Usia : B/5-6 Tahun
Tema/ Sub Tema : Alat Telekomunikasi / Guna Alat
Komunikasi
KD: 3.1, 3.2, 3.3-4. 3, 3.9-4.9, 3.11-4.11.
Materi
MATERI DALAM KEGIATAN
- Berdoa sebelum kegiatan belajar.
- Melompat dengan menggunakan satu
kaki dan dua kaki
- Menunjukkan urutan benda dengan
bilangan 1-9 dengan permainan
sunda manda.
- Gerak dan lagu ”Telpon berdering”
- Menyusun kepingan puzzle menjadi
utuh
- Meniru kalimat ”ayah membaca
koran setiap hari”
MATERI DALAM PEMBIASAAN
- Bersyukur atas ciptaan Allah.
Mengucapkan ”Alhamdulillah”
- Mengucapkan salam
- Berdoa sebelum kegiatan
- Mengaji
Alat dan Bahan
- Karpet angka dan gambar
- Corong
- Sedotan
- Gunting
- Gambar alat komunikasi
- Lem
- Lembar kerja
- Pensil
A. PEMBUKAAN (30 menit)
- Penerapan SOP Pembukaan
- Melafalkan bacaan tahmid (NA 3.1)
- Berdiskusi tentang macam-macam alat komunikasi, mengenal bentuk dan
ciri-cirinya. (BHS – 3.11)
B. Inti (60 menit)
- Guru menerangkan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
1. Melompat dalam permainan sunda manda mengurutkan 1-9 (FHK –
3.3-4.3)
107
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
(siklus I)
Semester/ Bulan/ Minggu ke : II/IV/IV
Hari / Tanggal : Senin/10 April 2017
Kelompok/ Usia : B/5-6 Tahun
Tema/ Sub Tema : Alat Telekomunikasi / Bentuk dan Cara
Menggunakan Alat Komunikasi
KD: 3.1, 3.3-4. 3, 3.5, 3.11, 3.15.
Materi
MATERI DALAM KEGIATAN
- Berdoa sebelum kegiatan belajar.
- Memfungsikan tubuh ciptaan Allah
(melompat dan meloncat).
- Menggunting kertas menjadi bentuk
buku.
- Membaca gambar dan meniru tulisan
- Menunjukkan mazze anak yang mau
menonton televisi
MATERI DALAM PEMBIASAAN
- Sholat dhuha
- Berdoa sebelum kegiatan
- Mengaji surat pendek dan ikrar
- Bercerita tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan.
- Tanya jawab tentang kegiatan yang
paling disukai
Alat dan Bahan
- Karpet angka dan gambar
- Corong
- Sedotan
- Gunting
- Pensil
- Majalah
- Pewarna
C. PEMBUKAAN (30 menit)
- Penerapan SOP Pembukaan
- Sholat dhuha (NA – 3.1)
- Melompat dengan dua kaki setinggi 10cm, 15cm, 20cm (FMK – 3.3-4.3)
- Berdiskusi tentang macam-macam alat komunikasi yang dapat
menghasilkan suara. (BHS – 3.11)
D. Inti (60 menit)
- Guru menerangkan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
1. Menempel bentuk gambar. (FMH - 3.3-4.3)
2. Menggunting kertas (FHM – 3.3-4.3)
109
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) (siklus II)
Semester/ Bulan/ Minggu ke : II/IV/IV
Hari / Tanggal : Rabu /12 April 2017
Kelompok/ Usia : B/5-6 Tahun
Tema/ Sub Tema : Alat Telekomunikasi / Bentuk dan Cara
Menggunakan Alat Komunikasi
KD: 2.2, 3.1-4.1, 3.3-4.3, 3.5-4.5, 3.15, 4.15
Materi
MATERI DALAM KEGIATAN
- Berdoa sebelum kegiatan belajar.
- Bersyukur atas ciptaan Allah.
Melafalkan tasbih, tahmid dan tahlil.
- Menyanyi ”ustaz guru ngaji”
- Menghubungkan gambar dengan
tulisan
- Mewarnai gambar televisi dan
mencocok dengan rapi kemudian
menempel.
- Bermain sunda manda
MATERI DALAM PEMBIASAAN
- Berdoa sebelum kegiatan
- Mengaji surat pendek dan ikrar
- Hafalan dan baca iqra‟
- Bercerita tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan pada hari ini.
Alat dan Bahan
- Karpet angka dan gambar
- Corong
- Sedotan
- Pencocok
- Gambar televisi, telepon
- Pewarna (pensil warna)
- Iqra‟
- Majalah
E. PEMBUKAAN (30 menit)
- Penerapan SOP Pembukaan
- Melafalkan tasbih, tahmid dan tahlil. (NA - 3.1-4.1)
- Menyanyi “ustadz guru ngaji” (Seni - 4.15)
- Berdiskusi mengenai kegiatan hari ini.
F. Inti (60 menit)
- Guru menerangkan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
1. Menghubungkan gambar dengan tulisan yang sesuai. (kog – 3.5-
4.5)
2. Mewarnai dan mencocok gambar televisi (FMH – 3.3-4.3)
3. Melengkapi gambar (Kog – 2.3)
4. Bermain sunda manda (FMK – 3.3-4.3)
111
DAFTAR NILAI PRASIKLUS
7 April 2017
No. Nama
Siswa
Aspek yang Diamati
dan Dinilai Jumlah
Nilai
Siswa
KKM
Kelas
Status Pencapaian
KKM Kelas KKM
Nasio
nal
Status Pencapaian
KKM Nasional
Keku
atan
Kelin
cahan
Kesei
mban
gan Tuntas Belum
Tuntas Tutas
Belum
tuntas
1 ASW 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
2 DPS 10 10 10 30,0 70,0
75
3 FAD 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
4 FRG 16,66 2 33,33 52,0 70,0
75
5 GEK 10 10 10 30,0 70,0
75
6 IFM 10 10 10 30,0 70,0
75
7 IMR 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
10 MPI 16,66 16,66 10 43,3 70,0
75
11 MF 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0
75
12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
13 MA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
14 MZH 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
15 MFA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
16 NA 10 10 10 30,0 70,0
75
17 NA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
18 NW 0 0 0 0,0 70,0
75
19 ZAR 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
20 NJA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
21 CSN 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
22 SM 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
23 AIM 33,33 16,66 16,66 66,7 70,0
75
24 MF 16,66 10 10 36,7 70,0
75
total nilai siswa 1235,0 KKM
kelas
3 21 KKM
Nas
3 21
nilai rata-rata kelas siswa 51,5 12,5% 12,5%
114
DAFTAR NILAI SIKLUS I
10 April 2017
No. Nama
Siswa
Aspek yang Diamati
dan Dinilai Jumlah
Nilai
Siswa
KKM
Kelas
Status Pencapaian
KKM Kelas KKM
Nasio
nal
Status Pencapaian
KKM Nasional
Keku
atan
Kelin
cahan
Kesei
mban
gan Tuntas Belum
Tuntas Tuntas
Belum
tuntas
1 ASW 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
2 DPS 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
3 FAD 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
4 FRG 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0
75
5 GEK 33,33 10 16,66 60,0 70,0
75
6 IFM 10 16,66 10 36,7 70,0
75
7 IMR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
10 MPI 33,33 16,66 10 60,0 70,0
75
11 MF 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0
75
12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
13 MA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
14 MZH 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0
75
15 MFA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
16 NA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0
75
17 NA 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0
75
18 NW 0 0 0 0,0 70,0
75
19 ZAR 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0
75
20 NJA 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0
75
21 CSN 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0
75
22 SM 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0
75
23 AIM 33,33 16,66 33,33 83,3 70,0
75
24 MF 16,66 10 16,66 43,3 70,0
75
Total nilai siswa 1799,7 KKM
kelas
13 11 KKM
Nas
13 11
Nilai rata-rata kelas siswa 75,0 54,17% 54,17%
115
DAFTAR NILAI SIKLUS II
12 April 2017
No Nama
Siswa
Aspek Yang Diamati
Dan Dinilai Jumlah
Nilai
Siswa
KKM
Kelas
Status
Pencapaian
KKM Kelas
KKM
Nasio
nal
Status
pencapaian
KKM Nasional Keku
atan
Kelin
cahan
Kesei
mban
gan Tuntas Belum
Tuntas Tuntas
Belum
Tuntas
1 ASW 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
2 DPS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
3 FAD 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
4 FRG 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
5 GEK 33,33 16,66 33,33 83,3 70,0 75
6 IFM 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0 75
7 IMR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
10 MPI 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0 75
11 MF 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
13 MA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
14 MZH 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0 75
15 MFA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
16 NA 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0 75
17 NA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
18 NW 0 0 0 0,0 70,0 75
19 ZAR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
20 NJA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
21 CSN 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
22 SM 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
23 AIM 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75
24 MF 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0 75
total nilai siswa 2149,7 KKM
Kelas
21 3 KKM
Nas
21 3
nilai rata-rata kelas siswa 89,6 87,50% 87,5%
116
LAMPIRAN DOKUMENTASI PER SIKLUS
Dokumentasi Prasiklus
Anak berjalan saat bermain sunda
manda karena tidak mendengarkan
instruksi guru
Anak sudah dapat berjalan
menggunakan 1 kaki atau engklek
Anak merasa bingung kaki manakah
yang akan dijadikan tumpuan
Anak melakukan gerakan brok di
angka 8
117 113
Dokumentasi Silus I
Anak mengambil tolakan untuk
melompati rintangan dengan
menggunakan 2 kaki
Guru memberikan instruksi
Anak kurang memperhatikan instruksi
guru sehingga salah dalam menginjak
urutan angka
Anak-anak antusias dengan permainan
sunda manda pada pertemuan kali ini
karena ada rintangannya
118 113
Dokumentasi Siklus II
Bidang sunda manda yang di
modifikasi peneliti. Material karpet
sponse
Tolakan kaki pada awal permainan
119 113
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Cici Fitria Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
NIM : 116-13-003 Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
NO. NAMA KEGIATAN PELAKSANAAN STATUS SKOR
1.
Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
STAIN Salatiga 2013
26-27 Agustus
2013
Peserta 3
2. Surat keterangan hilang
dari DEMA FTIK
sertifikat opak jurusan
tarbiyah STAIN
SALATIGA angkatan
2013 dengan tema
“Menjunjung Tinggi Nilai-
Nilai Kearifan Lokal
Sebagai Identitas
Pendidikan Indonesia”
29 Agustus 2013 Peserta 3
3. Sertifikat UPT
Perpustakaan STAIN
Salatiga dalam Library
User Education
(Pendidikan Pemakai
Perpustakaan)
16 September 2013 Peserta 2
4. Sertifikat seminar regional
Pengembangan Program
Studi Pendidikan Guru
Raudhatul Athfal dengan
tema “Mengawal Tumbuh
Kembang Anak Secara
Optimal”
27 November 2013 Peserta 4
5. Sertifikat Pendidikan dan
Pelatihan (DIKLAT)
Keprofesian oleh HMJ
Tarbiyah dengan tema
“Mencerahkan Dunia
Pendidikan Melalui
13-14 Mei 2014 Peserta 2
120 113
Kreatifitas Guru”
6. Sertifikat seminar nasional
Goresan Cinta Penakhluk
Dunia bersama Darwis
Tere Liye oleh LPM Figur
FKIP UMS
5 Juni 2014 Peserta 8
7. Piagam Penghargaan
Negara oleh Badan
Pengawasan Pemilihan
Umum Republik Indonesia
sebagai relawan “Gerakan
Sejuta Relawan Pengawas
Pemilu” pemilu DPR,
DPD dan DPRD serta
pemilu Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2014
Oktober 2014 Relawan 2
8. Sertifikat Seminar dan
Pelatihan dengan tema “To
Be Creative Teacher” oleh
HMPS PGRA
10 November 2014 Panitia 2
9. Sertifikat Training
Kepribadian di Institut
Agama Islam Negeri
Salatiga
19 Mei 2015 Peserta 2
10. Sertifikat workshop smart
teaching oleh Biro
Konsultasi Psikologi
Tazkia IAIN Salatiga
20 November 2015 Peserta 2
11. Sertifikat Seminar
Nasional LDK Fathir Ar
RAsyid IAIN Salatiga
dengan tema “Muslimah
Sejati Bertabur Inspirasi”
29 November 2015 Peserta 8
12. Sertifikat oleh SEMA
FTIK dengan tema “Peran
UU sisdiknas dan
permendikbud dalam
penerapan kurikulum
2013” IAIN Salatiga
02 Mei 2016 Peserta 2
13. Sertifikat seminar nasional 21 Mei 2016 Peserta 8
121
oleh HMJ PAI IAIN
Salatiga dengan tema
“Pendidikan Agama
Menjadi Pelopor
Kebangkitan Nasional di
Era Modern”
14. Sertifikat seminar Nasional
PIK SAHAJASA dengan
tema “LGBT dalam
Perspektif Psikologi dan
Kesehatan”
26 Mei 2016 Peserta
8
15. Sertifikat Workshop
Penyusunan Desain
Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) oleh Jurusan
Pendidikan Guru Raudlatul
Athfal IAIN Salatiga
29 Oktober 2016 Peserta 2
16. Sertifikat Seminar
Nasional Anak
Berkebutuhan Khusus
dengan tema “Melejitkan
Potensi ABK” oleh Pusat
Studi Gender dan Anak
IAIN Salatiga Special
Needs School Talenta Kids
Salatiga
1 Desember 2016 Peserta 8
17. Serifikat workshop rebana
nasional dengan tema
“Meningkatkan Hubbun
Nabi dalam Mewadahi
Semangat Muda
Melestarikan Tradisi
Islami” okeh JQH al
Furqan IAIN SALATIGA
13 Mei 2017 Peserta 8
18. Sertifikat Seminar
Nasional
Psychopreneurship dengan
tema “Meningkatkan
Kompetensi SDM Melalui
17 Mei 2017 Peserta 8
Salatiga, 18 September 2017
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag\
Pengembangan
Kewirausahaan dan Talent
Management” Universitas
Sahid Surakarta
19. Sertifikat Seminar
Nasional Islamic Fair
Udinus 2017 dengan tema
“Muslim Kreatif dan
Inovatif” oleh Bandan
Amalan Islam Matholi‟ul
Anwar Universitas Dian
Nuswantoro Semarang
20 Mei 2017 Peserta 8
20. Sertifikat Seminar
Nasional dengan tema
“Peran Musik Dalam
Membangun Budaya
Kesadaran Berfikir dan
Emosional Manusia” oleh
HMJ BKI IAIN Surakarta
22 Mei 2017 Peserta 8
21. Sertifikat seminar nasional
dengan tema “Tri Dharma
Perguruan Tinggi dalam
Membangun Mindset Anti
Hoax” oleh menwa yon
953-K IAIN SALATIGA
24 Mei 2017 Peserta 8
Jumlah 106
123