skripsi -...

143
PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL SUNDA MANDA PADA SISWA KELOMPOK B RA SUDIRMAN GIRIWONDO JUMAPOLO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh CICI FITRIA NIM 116 13 003 JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017 i

Upload: phungnhi

Post on 10-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR

MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL SUNDA MANDA

PADA SISWA KELOMPOK B

RA SUDIRMAN GIRIWONDO JUMAPOLO

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

CICI FITRIA

NIM 116 13 003

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

i

ii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR

MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL SUNDA MANDA

PADA SISWA KELOMPOK B

RA SUDIRMAN GIRIWONDO JUMAPOLO

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

CICI FITRIA

NIM 116 13 003

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

iii

Peni Susapti, M.Si

Dosen IAIN Salatiga

Nota Pembimbing

Lamp : 4 eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

SaudariCICI FITRIA

Kepada

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamualaikum. Wr. Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini ,

kami kirimkan naskah skripsi saudari:

Nama :CICI FITRIA

NIM : 116 13 003

Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Islam Anak

Usia Dini (PIAUD)

Judul : PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK

KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

SUNDA MANDA PADA SISWA KELOMPOK B RA

SUDIRMAN GIRIWONDO JUMAPOLO TAHUN

PELAJARAN 2016/2017

Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera

dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Salatiga, 18 September 2017

Pembimbing

Peni Susapti, S.Si, M.Si.

NIP. 19700403 200003 2 003

iv

SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR

MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL SUNDA MANDA

PADA SISWA KELOMPOK B

RA SUDIRMAN GIRIWONDO JUMAPOLO

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

disusun oleh

CICI FITRIA

NIM: 116 13 003

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September2017 dan telah

dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana pendidikan.

Susunan panitia penguji

Ketua penguji : Dr. Fatchurrohman, M.Pd.

Sekretaris penguji : Peni Susapti, S.Si, M.Si.

Penguji I : Suwardi, M.Pd.

Penguji II : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.

Salatiga, 26 September 2017

Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Cici Fitria

NIM : 11613003

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Sa18tiga, 18 September 2017

Yang menyatakan,

Cici Fitria

Salatiga, 18 September 2017

Yang menyatakan,

Cici Fitria

NIM. 116 13 003

vi

PERNYATAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Cici Fitria

Nim : 116 13 003

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Judul : Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui

Permainan Tradisional Sunda Manda Pada Siswa

Kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo

Tahun Pelajaran 2016/2017

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Dan tidak keberata untuk di publikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanpa

menuntut konsekuensi apapun. Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika

pada kemudian hari terbukti karya saya ini bukan karya saya sendiri, maka saya

sanggup untuk menanggung semua konsekuensinya.

Salatiga, 26 September 2017

Penulis,

Cici Fitria

NIM. 116 13 003

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al Insyirah,: 5)

PERSEMBAHAN

Alhamduulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah penulis ucapkan karena

berkat rahmat Allah SWT skripsi ini dapat penulis selesaikan dan penulis

persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya Muhammad Sugiyono dan Aniroh yang selalu

memberikan dukungan moral maupun material.

2. Suami saya Sigit Stiawan yang selalu menemani dan memberikan

dukungan dalam penulisan skripsi ini.

3. Fawwaz Abdurrahman Stiawan yang menemani penyusunan skripsi ini

dari dalam kandungan hingga lahir di dunia.

4. Nila Sugiyani, adik tersayang yang sudah mengikhlaskan waktunya untuk

menjaga Fawwaz saat proses pengerjaan dan bimbingan skripsi.

5. Keluarga besar Dompon dan Ngelo Kidul Karanganyar yang selalu

memberikan dukungan tiada hentinya.

6. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi.

7. Bapak ibu dosen PIAUD yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

viii

8. Teman-teman sejawat angkatan pertama (2013) PIAUD IAIN Salatiga

yang membantu dalam penulisan serta tiada hentinya memberikan

semangat dan motivasi dalam proses penulisan skripsi.

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmannirroh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi

Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul: “Peningkatan

Keterampilan Motorik Kasar pada Siswa Kelompok B Melalui Permainan

Tradisional Sunda Manda di RA Sudirman Giriwondo pada Tahun Pelajaran

2016/2017” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan

yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa moral, maupun material.

Selanjutnya penulis ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Asdiqoh, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak

Usia Dini IAIN Salatiga.

4. Ibu Peni Susapti, S.Si, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

x

5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga, yang telah

membantu proses penyusunan skripsi ini.

6. Kepala sekolah dan segenap dewan guru RA Sudirman Giriwondo yang telah

memberikan izin dan membantu dalam proses penelitian.

7. Seluruh siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo tahun ajaran 2016/2017

yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman PIAUD angkatan 2013 yang senantiasa membantu dan

memberikan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, semua itu dikarenakan keterbatasan dan kemampuan dan pengetahuan

penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam skripsi

ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan

untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 18 September 2017

Yang menyatakan,

Cici Fitria

NIM. 116 13 003

xi

ABSTRAK

Fitria, Cici. 2017. Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan

Tradisional Sunda Manda Pada Siswa Kelompok B RA Sudirman

Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni Susapti, M.si.

Kata kunci: Motorik Kasar dan Permainan Tradisional Sunda Manda

Penelitian ini di latar belakangi oleh pelaksanaan pembelajaran motorik

kasar pada anak khususnya dalam kelincahan, kekuatan dan keseimbangan belum

maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mengadakan penelitian

tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui

Permainan Tradisional Sunda Manda Pada Siswa Kelompok B RA Sudirman

Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah yang ingin di jawab

dalam penelitian ini adalah apakah dengan permainan tradisional sunda manda

dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar pada anak kelompok B di RA

Sudirman Giriwondo?

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo

tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 24 siswa. Data penelitian ini di ambil melalui

unjuk kerja yaitu anak diajak untuk bermain permainan sunda manda secara

langsung guna meningkatkan motorik kasar anak yaitu pada aspek kekuatan,

kelincahan, dan keseimbangan. Kesimpulan dari penelitian berjudul “Peningkatan

Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Sunda Manda pada

Kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017”

adalah dengan melalui permainan sunda manda dapat meningkatkan keterampilan

motorik kasar pada siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo tahun

pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai rata-rata kelas pada

prasiklus yaitu 51,5, terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 75, kemudian

terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 89,6. Nilai rata-rata kelas pada

penelitian prasiklus hingga siklus I meningkat 23,5 dan nilai rata-rata kelas pada

siklus I hingga siklus II meningkat 14,6.

Pada prosentase ketuntasan KKM Kelas (nilai 70) dan KKM Nasional

(nilai 75) hasilnya sama yaitu pada prasiklus hanya ada 12,5% atau 3 anak yang

memiliki nilai tuntas, terjadi peningkatan pada siklus I yaitu prosentase ketuntasan

bertambah menjadi 54,17% atau 13 anak dinyatakan tuntas, dan kemudian terjadi

peningkatan prosentase ketuntasan pada siklus II yaitu menjadi 87,5% atau 21

siswa dinyatakan tuntas. Prosentase ketuntasan dari prasiklus hingga siklus I yaitu

terjadi peningkatan 41,67% atau 10 anak mendapatkan nilai tuntas dan prosentase

ketuntasan dari siklus I hingga siklus II terjadi peningkatan 33,33% atau 8 anak

yang mendapatkan nilai tuntas. KKM Nasional merupakan level ideal. Sehingga

dapat disimpulkan dengan tercapainya 87,6% siswa mendapatkan nilai tuntas pada

KKM Nasional maka 87,6% siswa tersebut telah berhasil tuntas pada level ideal

xii

yang berarti siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara ideal. Sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa prestasi siswa di kelas yang di PTKkan ini dinyatakan

berhasil karena KKM kelas pada siklus II sebesar 87,5% lebih besar dari 85%

(KKM kelas) minimal.

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

Sampul ................................................................................................................ i

Lembar berlogo .................................................................................................. ii

Judul ................................................................................................................... iii

Persetujuan pembimbing .................................................................................... iv

Pengesahan kelulusan.......................................................................................... v

Pernyataan keaslian tulisan ................................................................................ vi

Moto dan persembahan ...................................................................................... vii

Kata Pengantar ................................................................................................... ix

Abstrak ............................................................................................................... xi

Daftar isi ............................................................................................................. xiv

Daftar tabel ......................................................................................................... xvi

Daftar gambar ..................................................................................................... xvii

Daftar grafik ........................................................................................................xviii

Daftar lampiran ............................................................................................... xvix

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

D. Hipotesis Tindakan .................................................................................. 6

E. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 6

F. Definisi Operasional ................................................................................ 7

G. Metode Penelitian .................................................................................... 8

H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 19

BAB II. KAJIAN TEORI .................................................................................... 20

A. Perkembangan Motorik ......................................................................... 20

B. Motorik Kasar Anak Usia Dini ............................................................... 21

C. Bermain Pada Anak Usia Dini ................................................................ 30

D. PermainanTradisional .............................................................................. 36

E. Permainan Sunda Manda ......................................................................... 38

xiv

F. Karakteristik Perkembangan Anak kelompok B ..................................... 42

G. Kerangka Berpikir ................................................................................... 43

H. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 44

I. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ............................................. 47

BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN .................................................... 50

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian.................................... 50

B. Deskripsi Penelitian ................................................................................. 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN ................................ 76

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 76

B. Pembahasan ............................................................................................. 86

BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 100

A. Kesimpulan .............................................................................................. 100

B. Saran ....................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 104

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 101

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Instrumen model assessment kekuatan ......................................... 13

Tabel 1.2. Instrumen model assessment kelincahan ..................................... 14

Tabel 1.3. Instrumen model assessment leseimbangan ................................. 15

Tabel 3.4. Daftar nama siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo ........... 52

Tabel 3.5. Daftar nama guru RA Sudiman Giriwodo ..................................... 53

Tabel 3.6. Tabel penilaian prasiklus .............................................................. 54

Tabel 3.7. Hasil penilaian prasiklus ............................................................... 55

Tabel 3.8. Tabel penilaian siklus I .................................................................. 60

Tabel 3.9. Hasil penilaian tindakan siklus I .................................................... 61

Tabel 3.10. Tabel penilaian siklus II ................................................................. 69

Tabel 3.11. Hasil penlilaian tindakan siklus II ................................................. 69

Tabel 4.12. Indikator penilaian kekuatan ......................................................... 76

Tabel 4.13. Indikator penilaian kelincahan ...................................................... 76

Tabel 4.14. Indikator penilaian keseimbangan ................................................ 77

Tabel 4.15. Hasil penilaian pra siklus .............................................................. 77

Tabel 4.16. Hasil penilaian siklus I ................................................................... 79

Tabel 4.17. Hasil penilaian siklus II ................................................................. 83

Tabel 4.18. Hasil motorik kasar pada prasiklus ............................................... 86

Tabel 4.19. Hasil motorik kasar pada siklus I ................................................... 86

Tabel 4.20. Rekapitulasi pengamatan motorik kasar dari pasiklus ke siklus I . 87

Tabel 4.21. Hasil pengamatan guru siklus I ...................................................... 88

Tabel 4.22. Hasil pengamatan siswa siklus I .................................................... 89

Tabel 4.23. Hasil motorik kasar siklus II .......................................................... 93

Tabel 4.24. Rekapitulasi hasil perkembangan motorik kasar pada siklus II .... 93

Tabel 4.25. Hasil pengamatan guru siklus II .................................................... 95

Tabel 4.26. Hasil pengamatan siswa siklus II ................................................... 96

Tabel 4.27. Peningkatan motorik kasar antar siklus ......................................... 97

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Aspek PTK .................................................................................... 9

Gambar 2.2. Bidang permainan sunda manda (engklek) .................................... 39

Gambar 2.3. Sunda manda versi tapak gunung .................................................. 39

Gambar 2.4. Modifikasi arena sunda manda ....................................................... 42

Gambar 2.5. Modifikasi ketinggian rintangan ................................................... 42

Gambar 2.6. Rintangan sunda manda ................................................................. 42

xvii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Rekapitulasi hasil perkembangan motorik kasar pada pratindakan . 86

Grafik 4.2. Rekapitulasi hasil pengamatan motorik kasar dari pratindakan ke

siklus I .......................................................................................... .. 88

Grafik 4.3. Rekapitulasi hasil perkembangan motorik kasar dari pratindakan,

siklus I ke siklus II ........................................................................ .. 94

Grafik 4.4. Peningkatan motorik kasar antar siklus ........................................ .. 97

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian .................................................................... 106

Lampiran 2. RPPH Prasiklus .......................................................................... 107

Lampiran 3. RPPH Siklus I ............................................................................. 109

Lampiran 4. RPPH Siklus II ............................................................................ 111

Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .......................... 113

Lampiran 6. Daftar Nilai Prasiklus ................................................................. 114

Lampiran 7 Daftar Nilai Siklus I .................................................................... 115

Lampiran 8. Daftar Nilai Siklus II ................................................................... 116

Lampiran 9. Dokumentasi Prasiklus ................................................................ 117

Lampiran 10. Dokumentasi Siklus I ................................................................. 118

Lampiran 11. Dokumentasi Siklus II ................................................................. 119

Lampiran 12. Daftar Nilai SKK ......................................................................... 120

Lampiran 13. Biodata penulis ........................................................................... 124

xix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah lembaga pendidikan

dimana pendidikan ini diselenggarakan khusus untuk anak usia nol hingga 6

tahun. Sebagai prasyarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya

yaitu sekolah dasar. Lembaga pendidikan ini memiliki tujuan yaitu untuk

mengembangkan segala potensi yang ada pada anak sebagai suatu bentuk

persiapan bagi anak untuk hidup serta menyesuaikan diri dengan lingkungan di

mana ia berada dan membentuk anak yang berkualitas, di mana anak tumbuh

dan berkembang sesuai dengan perkembangan sehingga memiliki kesiapan

yang optimal dalam memasuki dunia pendidikan selanjutnya serta dalam

menjalani kehidupan dewasanya

Berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada

pasal 28 ayat 1 yaitu “Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak

sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk

mengikuti pendidikan dasar.”. Kemudian kembali dijelaskan pada bab I pasal 1

ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

1 1

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pada anak usia dini, anak mengalami masa di mana mereka sedang

berkembang dengan sangat baik. Otak anak diibaratkan seperti sponge yang

dengan mudahnya menyerap pembelajaran yang diberikan. Pada masa ini, anak

mulai sensitif untuk menerima rangsangan yang diberikan. Masa ini juga

adalah masa yang tepat untuk peletakan dasar dalam mengembangkan

kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio-emosional, agama dan moral serta

seni dalam diri anak. Orang tua dan guru dapat memberikan stimulus yang

sesuai dengan perkembangan anak sehingga dapat mengembangkan segala

potensi yang dimiliki oleh anak. Pada dasarnya setiap anak memiliki

kecerdasan masing-masing.

Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan

dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar

sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat,

merangkak, dan mengayunkan tangan (Achroni, 2012:16-17).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan pembelajaran motorik kasar memiliki

tujuan yaitu memperhalus kemampuan motorik pada anak untuk

mengembangkan dan memaksimalkan gerakan anak. unsur motorik kasar

sebenarya menurut Richard Decaprio berjumlah 8 unsur yaitu kekuatan,

kelincahan, keseimbangan, fleksibilitas, koordinasi, kecepatan, ketahanan dan

power. Namun pada penelitian ini peneliti menilai 3 unsur dikarenakan ada

beberapa unsur yang memiliki criteria yang hampir sama. Pada penelitian ini

2

yang diteliti oleh peneliti yaitu kekuatan yang mewakili unsur power dan

ketahanan, kelincahan yang mewakili unsur kecepata dan fleksibilitas, dan

keseimbangan yang mewakili unsur koordinasi.

Pada dasarnya, pada masa anak usia dini yang meliputi anak usia nol

hingga enam tahun adalah masa di mana anak memiliki dunia tersendiri yaitu

dunia di mana hari-hari di habiskan dengan bermain. Dalam aktifitas bermain

tersebut anak dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang ia miliki.

Bermain adalah suatu aktivitas fisik maupun imajinasi yang dilakukan

oleh seseorang maupun sekelompok orang tanpa ada unsur paksaan untuk

mendapatkan suatu kesenangan menggunakan berbagai objek konkret di

lingkungan sekitarnya (Wiyani, 2016:150-151).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas B RA

Sudirman Giriwondo pada hari Jumat tanggal 7 April 2017, peneliti

menemukan berbagai permasalahan yang ada di proses pembelajaran di RA

Sudirman Giriwondo. Pada kemampuan motorik kasar, terdapat beberapa anak

yang enggan mengikuti pembelajaran motorik kasar yang diberikan oleh guru

di awal pembelajaran. Saat peneliti mengajak seluruh siswa yang berjumlah 24

siswa untuk bermain sunda manda di dalam kelas, untuk aspek keseimbangan

ada 4 anak yang masih terjatuh, untuk aspek kekuatan ada 5 anak yang tidak

bisa mengurutkan sesuai angka yang tertera dipetak dan lemas, dan yang

terakhir yaitu untuk aspek kelincahan ada 3 anak yang kakinya keluar dari

petak.

3

Penyebab rendahnya motorik kasar siswa diakibatkan dari adanya banyak

faktor. Faktor-faktor yang menyebabkan motorik kasar siswa rendah yaitu

kurang bervariasinya metode pembelajaran, alat permainan edukatif yang

kurang, dan juga pemberian tugas LKA yang terlalu sering. Alat permainan

edukatif yang mengembangkan motorik kasar yang dimiliki oleh RA Sudirman

Giriwondo sangat sedikit yaitu jungkat-jungkit (kondisi rusak), ayunan

(kondisi rusak), bola tangga, dan jembatan titian. Alat-alat permainan tersebut

juga kurang dimanfaatkan oleh anak-anak dikarenakan sering kali siswa MI

juga menggunakannya untuk bermain saat istirahat.

Untuk mengembangkan motorik kasar anak, guru biasanya menggunakan

pembiasaan-pembiasaan sebelum kegiatan inti, saat isitrahat tanpa ada

pengarahan guru dan belum menggunakan permainan-permainan tradisional.

Untuk menilai kegiatan fisik motorik anak, guru hanya memberikan penilaian

saat pembelajaran didalam kelas saja. Di mana anak yang aktif dikelas, dialah

yang memiliki nilai sedangkan anak yang pendiam namun aktif motorik

kasarnya saat istirahat tidak diberikan penilain.

Permainan sunda manda merupakan permainan tradisional. Permainan ini

biasanya dimainkan oleh anak-anak di desa. Anak-anak yang bermain

permainan ini yaitu anak berusia tujuh tahun keatas. Ada beberapa model

permainan ini namun peneliti memodifikasi permainan ini sehingga cocok

untuk anak usia dini dan sesuai dengan perkembangan motorik kasar

seusianya. Guru dapat mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak.

Dalam pelaksanaan, guru dapat menilai kemampuan fisik motorik anak yaitu

4

4

kekuatan, kelincahan dan keseimbangan anak. Anak-anak lebih tertarik dan

menikmati permainan yang diberikan sehingga tidak bosan dengan kegiatan

motorik yang monoton. Dengan permainan yang baru dan fresh untuk anak-

anak, diharapkan mampu untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar

anak sehingga motorik kasar anak berkembang dengan baik.

Alasan memilih permainan sunda manda untuk penelitian ini yaitu:

1. Guna memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada

anak-anak sebagai wujud dari pelestarian warisan budaya.

2. Permainan ini mudah dipahami anak dan murah karena dapat

dilakukan dimanapun.

3. Sebagai media anak untuk kembali bersosialisasi dengan teman-

teman yaitu dengan bermain bersama-sama sehingga dapat

mengembangkan sosio-emosional anak.

4. Permainan ini dapat memacu anak untuk belajar disiplin dan taat

kepada peraturan.

5. Dapat mengembangkan perkembangan fisik motorik anak.

6. Permainan yang menyenangkan.

Berdasarkan permasalahan yang tertera diatas, didapatkan hasil yaitu

pembelajaran motorik kasar pada anak khususnya dalam kelincahan, kekuatan

dan keseimbangan belum maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut

peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan Sunda Manda Pada Siswa

Kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017”.

5

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya yaitu apakah dengan permainan tradisional sunda manda

dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar pada siswa kelompok B di RA

Sudirman Giriwondo?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan motorik kasar

pada siswa kelompok B di RA Sudirman Giriwondo Jumapolo dengan melalui

permainan tradisional yaitu sunda manda.

D. Hipotesis Tindakan

Dengan melalui permainan sunda manda dapat meningkatkan

keterampilan motorik kasar pada siswa kelompok B di RA Sudirman

Giriwondo Jumapolo.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan ada 2 yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis.

1. Manfaat teoritis

a. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat menjadi wacana

keilmuan pada program pendidikan islam anak usia dini.

b. Sebagai masukan kepada lembaga pendidikan untuk kembali

menggiatkan permainan tradisional dalam mengembangkan potensi

anak serta memperkenalkan anak pada permainan tradisional.

6

6

2. Manfaat praktis

a. Untuk anak

1) Anak mampu mengembangkan potensi pada motorik kasarnya

dengan permaian tradisional yang bisa di lakukan bersama-

sama dengan teman-teman lainnya.

2) Anak mengenal permainan tradisional dan dapat

melestarikannya.

b. Untuk guru

1) Meningkatkan pemahaman serta menambah wawasan

mengenai metode pembelajaran dengan permainan tradisional.

2) Melestarikan permainan tradisional.

c. Untuk peneliti

Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi mengenai

permainan tradisional mampu mengembangkan potensi motorik

kasar anak.

F. Definisi Operasional

1. Keterampilan Motorik kasar

Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan

dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar

sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat,

merang kak, dan mengayunkan tangan (Achroni, 2012:16-17).

7

2. Siswa kelompok B

Siswa kelompok B adalah siswa pada tingkat taman kanak-kanak

dengan rentang usia lima sampai enam tahun.

3. Permainan tradisional

Dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan

yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan

dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan

mendapat kegembiraan (Achroni, 2012:45).

4. Permainan sunda manda

Permainan tradisional sunda manda adalah permaiann yang melompati

satu garis dengan satu kaki. Permainan sunda manda dimainkan oleh lebih

dari 2 orang. Permainan ini memfokuskan gerakan melompat dengan

menggunakan satu kaki disetiap petak yang ada.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru

di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Aqib, 2014:3).

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan

untuk mengamati kejadian-kejadian dalam kelas untuk memperbaiki

praktek dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam proses sehingga

hasil belajarpun menjadi lebih baik (Bahri, 2012:8). Pendekatan penelitian

pada penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas atau PTK.

8

b. Pelaksanaan

a. Rencana c. Refleksi

d. Pengamatan

a1 : ……

b1 : …….

c1 : ……

d1 : …..

:

a1

b1

c1

d1

Karakteristik penelitian PTK yaitu penelitian berawal dari kerisauan

guru akan kinerjanya, metode utama yang digunakan adalah refleksi diri,

bersifat longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, fokus

penelitian berupa kegiatan pembelajaran, tujuannya yaitu memperbaiki

pembelajaran (Aqib, 2014:3-4).

Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, guru dapat menganalisa

masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas sehingga guru dapat

memperbaiki metode pembelajaran sehingga hasil pembelajaran yang

diperoleh efektif dan berkualitas.

Dalam penelitian tindakan kelas ada tahapan-tahapan yang dilalui yaitu

sebagai berikut;

Gambar 1.1.

Aspek PTK (Kemmis dan Me. Taggart)

2. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RA Sudirman Giriwondo Jumapolo. RA

Sudirman Giriwondo beralamatkan di Dusun Ngijo, Desa Giriwondo,

Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

9

Untuk subyek pada penelitian yang dilakukan ini adalah seluruh siswa

kelas B tahun pelajaran 2016/2017 yang bejumlah 24 siswa yang terdiri

dari 12 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

3. Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti pada setiap siklus

dalam prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Pra siklus

Sebelum melakukan tindakan pada siklus 1, peneliti melakukan

observasi awal. Observasi ini dilakukan guna mengetahui kondisi

pembelajaran dan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan

pada siklus I dan siklus II. Hal ini dilakukan guna sebagai

pembanding akan hasil siklus I dan siklus II apakah ada peningkatan

hasil belajar siswa atau tidak.

Observasi pra siklus ini juga dilakukan guna mengetahui

permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam kelas sehingga

dapat di ambil tindakan pada siklus I.

b. Siklus I

1) Perencanaan

a) Peneliti menyusun rencana program pembelajaran harian

(RPPH) bersama guru kelas B RA Sudirman Giriwondo.

b) Peneliti menyiapkan lembar observasi, dokumentasi dan

lembar penilaian.

10

c) Peneliti menyiapkan alat-alat penelitian yaitu karpet spons,

corongan, dan sedotan.

2) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan adalah tahap kedua dari penelitian ini yang

berisikan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai berikut:

a) Peneliti menyusun karpet spons dan corong-corong guna

penelitian sebelum kelas dimulai. Hal ini guna menarik

perhatian anak.

b) Peneliti mengondisikan kelas dengan bernyanyi bersama dan

tepuk hingga kelas menjadi lebih kondusif.

c) Peneliti menanyakan kepada siswa mengenai permainan

sunda manda yaitu apakah mereka pernah mencoba atau

belum.

d) Peneliti menjelaskan mengenai permainan sunda manda

sebagai permainan tradisional yang sudah lama ada di

Indonesia dan kita harus melestarikannya.

e) Peneliti mencontohkan permainan sunda manda kepada anak

yaitu versi aslinya dengan engklek.

a) Peneliti mencontohkan permainan sunda manda yang sudah

di modifikasi oleh peneliti.

b) Peneliti menjelaskan aturan-aturan yang ada pada permainan

sunda manda yang telah di modifikasi peneliti kepada anak.

11

c) Peneliti meminta siswa untuk melakukan permainan sunda

manda sesuai absensi siswa hingga semua siswa

melakukannya.

d) Peneliti melakukan evaluasi dan refleksi.

3) Observasi

Tahapan berikutnya yaitu observasi untuk mengetahui

perkembangan motorik kasar anak. pada tahap ini yang di

observasi yaitu:

a) Kelincahan siswa dalam melompat.

b) Keseimbangan siswa dalam melompat.

c) Kekuatan siswa dalam melompat.

4) Evaluasi

Evaluasi yaitu suatu cara untuk menilai peserta didik dengan

bertanya kepada peserta didik mengenai kegiatan yang sudah

dilakukan.

5) Refleksi

Refleksi merupakan tahapan akhir dari penelitian ini yang

berguna untuk mengingat dan merenungkan kegiatan yang

sudah dilakukan. Tahapan dalam refleksi yaitu sebagai berikut:

a) Menganalisa hasil dari observasi yang telah dilakukan pada

siklus I,

b) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan di

siklus ke II.

12

c. Siklus II

Siklus ke II ini hamper sama tahapannya dengan siklus I. siklus II

merupakan perbaikan dari siklus I. Tahapannya yaitu perencanaan,

pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Permainan yang

dilakukan masih sama.

4. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah merupakan alat ukur seperti tes,

kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi yang digunakan

peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Sugiyono,

2015:191).

Peneliti menggunakan lembar observasi pembelajaran motorik kasar

sebagai instrument penelitian. Lembar observasi ini menjadi pedoman bagi

peneliti untuk menfapatkan data yang akurat. Berikut ini merupakan lembar

observasi yang digunakan oleh peneliti:

Tabel 1.1. Instrument Model Assessment Kekuatan

NO NAMA ANAK KEKUATAN

3 2 1

Keterangan

Kuat : 3 (tiga) dengan kriteria Anak dapat melakukan sesuai

instruksi guru dan anak dapat melompat dengan tenaga yang

kuat, power yang maksimal dan menopang gerakan tubuh saat

melompat.

13

Kurang kuat : 2 (dua) dengan kriteria Anak melakukan instruksi guru

namun tenaga yang dikeluarkan anak tidak sepenuhnya atau

lemas, power yang tidak maksimal dan kurang menopang

gerakan tubuh saat melompat.

Belum kuat : 1 (satu) dengan kriteria anak tidak mau melakukan instruksi

guru atau anak tidak bisa melompat dengan baik.

Tabel 1.2. Instrument Model Assessment Kelincahan

NO NAMA ANAK KELINCAHAN

3 2 1

Keterangan

Lincah : 3 (tiga) dengan kriteria Anak dapat melakukan sesuai

instruksi guru dan anak mampu mengubah arah dan posisi

tubuh dengan cepat dan tepat pada saat bergerak dari titik

ke titik lain, waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan

permainan lebih cepat dan gerakan badan fleksibel.

Kurang lincah : 2 (dua) dengan kriteria Anak melakukan instruksi guru

walaupun salah dan anak kurang mampu dalam mengubah

arah dan posisi secara cepat dan tepat pada saat bergerak

dari titik ke titik lain, waktu yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan permainan lebih lamban dan gerakan badan

tidak fleksibel. pada waktu bergerak dari titik ke titik lain.

Belum lincah : 1 (satu) dengan kriteria Anak tidak mau melakukan

instruksi guru atau anak tidak mampu dalam mengubah

arah dan posisi secara cepat dan tepat pada saat bergerak

14 10

dari titik ke titik lain, memakan waktu yang lama dalam

menyelesaikan permainan dan gerakan badan tidak

fleksibel.

Tabel 1.3. Instrument Model Assessment Keseimbangan

NO NAMA ANAK KESEIMBANGAN

3 2 1

Keterangan:

Seimbang : 3 (tiga) dengan kriteria Anak dapat melakukan sesuai

instruksi guru dan anak mampu mempertahankan

tubuhnya dalam posisi berdiri tega mata-kaki-tubuh

sangat baik sehingga tidak keluar petak ataupun

menginjak garis.k pada petak yang sudah ada, serta

koordinasi

Kurang seimbang : 2 (dua) dengan kriteria Anak melakukan instruksi guru

walaupun salah dan anak kurang mampu

mempertahankan tubuhnya dalam posisi berdiri tegak

pada petak yang sudah ada, serta koordinasi mata-kaki-

tubuh sudah mulai baik walaupun masih keluar petak

ataupun menginjak garis.

Belum seimbang : 1 (satu) dengan kriteria Anak tidak mau melakukan

instruksi guru atau anak tidak mampu mempertahankan

tubuhnya dalam posisi berdiri tegak

Penilaian berpedoman pada kisi-kisi yang telah disiapkan oleh

peneliti. Bagi anak yang sudah mampu atau memenuhi kriteria maka

15

diberikan nilai tiga. Anak yang cukup atau sedang diberikan skor dua. Anak

yang belum mampu atau tidak mau melakukan kegiatan diberikan skor 1.

5. Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan

pertama dengan mengamati oang, atau proses kerja suatu produk di

tempat pada saat dilakukan penelitian (Sugiyono, 2015:247-248).

Sebelum melakukan tindakan pada siklus, peneliti melakukan

observasi di mana peneliti mencari permasalahan-permasalah yang

muncul dalam pembelajaran di RA Sudirman Giriwondo. Selain itu

dengan observasi, peneliti dapat melihat sejauh mana perkembangan

motorik kasar peserta didik.

b. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang (Sugiyono, 2015:273).

Dokumentasi yang dipilih oleh peneliti yaitu melalui foto,

wawancara dengan guru, rencana pelaksaan pembelajaran harian

(RPPH). Dokumentasi ini digunakan oleh peneliti untuk mengetahui dan

menggali informasi tentang motorik kasar anak.

16

6. Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis maka proses penelitian yang dilakukan

selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah terkumpul dengan lengkap

untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian tersebut. Kemudian dapat

ditarik kesimpulan berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah

diuji.

a. Penlaian Rata-rata

Penilaian rata-rata digunakan untuk mengukur prestasi belajar

siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X = 100

X = Nilai rata-rata

= Jumlah semua nilai siswa

= jumlah siswa

(Aqib, dkk, 2010: 40).

b. Prosentase

Penghitungan prosentase digunakan untuk mengetahui pencapaian

KKM siswa. Rumus yang digunakan adalah:

P = 100

Keterangan:

P = Prosentase

X = jumlah siswa yang tuntas belajar

XI = Jumlah siswa

(Aqib, dkk, 2010: 40).

17

7. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Ada perubahan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus I ke siklus

II dan seterusnya.

b. Siswa kelompok B memenuhi criteria keberhasilan motorik kasar

sebagai berikut:

1) Pada aspek kekuatan anak dapat melakukan sesuai instruksi guru dan

anak dapat melompat dengan tenaga yang kuat, power yang

maksimal dan menopang gerakan tubuh saat melompat.

2) Pada aspek kelincahan anak dapat melakukan sesuai instruksi guru

dan anak mampu mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan

tepat pada saat bergerak dari titik ke titik lain, waktu yang

dibutuhkan dalam menyelesaikan permainan lebih cepat dan gerakan

badan fleksibel.

3) Pada aspek keseimbangan anak mampu mempertahankan tubuhnya

dalam posisi berdiri tegak mata-kaki-tubuh sangat baik sehingga

tidak keluar petak ataupun menginjak garis.k pada petak yang sudah

ada, serta koordinasi

4) Apabila nilai rata-rata siswa telah mencapai 70 pada motorik kasar

dan indikator stantard keberhasilannya yaitu 85% dari jumlah

keseluruhan anak mendapatkan nilai tuntas atau melebihi KKM yang

yang telah ditetapkan bersama antara peneliti dengan kepala sekolah

dan guru kelas kelompok B RA Sudirman Giriwondo.

18

c. Siswa sangat senang dan bersemangat dalam bermain sunda manda.

H. Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : pendahuluan menggambarkan gambaran umum dari bab-bab

berikutnya yang berisi : latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan,

kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan

tujuan penelitian.

BAB II : kajian pustaka yang memuat mengenai perkembangan motorik

kasar anak usia dini, kegiatan bermain dan permainan tradisional

sunda manda.

BAB III : pelaksanaan penelitian meliputi subyek penelitian yang berisikan

tempat dan waktu penelitian, deskripsi dari siklus I dan siklus II.

BAB IV : hasil penelitian dan bahasan, yang berisikan deskripsi persiklus

dan pembahasan.

BAB V : penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran.

19

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PERKEMBANGAN MOTORIK

Secara sederhana, pembelajaran motorik dapat diartikan sebagai proses

belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik, serta

variable yang mendukung atau menghambat kemahiran maupun keahlian

motorik (Decaprio, 2013:18).

Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui

kegiatan yang terkoordinir antara susunan syaraf, otot, otak, dan spinal cord

(Wiyani, 2016:111).

Perkembangan motorik seiring sejalan dengan perkembangan syaraf

dan otot anak. Hal ini membuat sedikit saja gerakan yang dilakukan oleh

tubuh menjadi hasil dari pola interaksi yang kompleks yang berasalkan dari

bagian serta sistem di dalam tubuh yang dikendalikan oleh otak.

Di dalam agama islam, terdapat sebuah hadis riwayat Muslim

mengenai motorik yaitu sebagai berikut.

“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah

dibandingkan orang mukmin yang lemah” (HR. Muslim)

Sehingga orang tua dan guru perlu mempersiapkan secara matang untuk

kematangan fisik anak usia dini yaitu melalui kegiatan motorik. Anak dilatih

untuk menggerakkan badan dengan berbagai macam kegiatan olahraga yang

20

di dalam agama islam tidak dilarang. Dengan dibiasakan aktifitas fisik,

maka motorik anak baik motorik kasar maupun motorik halus anak akan

berkembang dan menciptakan muslim yang kuat dan tangguh.

Kompetensi dasar motorik anak usia dini pada tingkatan taman kanak-

kanak (4-6 tahun) diharapkan dapat dikembangkan oleh guru yaitu:

1. Anak mampu melakukan aktifitas fisik secara terkoordinasi dalam

rangka mencapai kelenturan dan persiapan untuk menulis,

keseimbangan, kelincahan, dan untuk melatih keberanian anak.

2. Sebagai media anak untuk mengekspresikan diri serta berkreasi

dengan berbagai gagasan serta imajinasi yang dimiliki anak untuk

memanfaatkan media atau bahan menjadi sebuah karya seni.

Perkembangan motorik sendiri dibagi menjadi 2 yaitu motorik kasar

dan motorik halus. Motorik kasar yaitu gerakan yang membutuhkan

koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak atau aktivitas yang melibatkan

otot besar anak. Sedangkan motorik halus yaitu gerakan yang hanya

melibatkan bagian-bagia tertentu saja yang hanya dilakukan oleh otot-otot

kecil anak.

B. MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI

1. Pengertian Motorik Kasar

Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan

keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan

otot-otot besar sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berjalan,

21

berlari, melompat, merangkak, dan mengayunkan tangan (Achroni,

2012:16-17).

Dalam Permendikbud No 137 Tahun 2014 pasal 10 ayat 3 poin a.

Motorik kasar mencakup kemampuan gerakan tubuh secara

terkoordinasi, lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan

mengikuti aturan (Permendikbud, 2014:5).

Dalam perkembangan anak, motorik kasar berkembang lebih dahulu

bila dibandingkan dengan motorik halus. Hal ini dapat kita jumpai pada

anak usia dini di mana anak sudah mahir dalam berlari dari pada

menggunting maupun meronce.

Aktifitas yang menggunakan otot-otot besar dibagi menjadi 3 jenis

yaitu:

a. Gerakan Lokomotor : memindahkan tubuh dari satu tempat

ketempat lain atau untuk mengangkat tubuh keatas. Berjalan,

berlari, dan sebagainya.

b. Gerakan Non Lokomotor : dilakukan ditempat, tanpa ada ruang

gerak yang memadai. Menekuk, dan meregang, mendorong dan

menarik dan sebagainya.

c. Gerak Manipulatif : lebih banyak melibatkan tangan dan kaki

tetapi bagian tubuh yang lain juga dapat digunakan. (Endang Rini

Sukamti, 2007:9).

22

Dengan demikian dari uraian di atas yang di maksud dengan motorik

kasar pada penilitian ini yaitu kemampuan yang membutuhkan

koordinasi bagian tubuh anak yaitu mata, tangan dan kaki guna

menyeimbangkan badan pada saat anak melompati halangan yang sudah

dipersiapkan oleh peneliti.

2. Unsur-Unsur Keterampilan Motorik Kasar

Pada dasarnya, kemampuan motorik kasar pada manusia sangatlah

berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya. Hal ini berkaitan

erat dengan banyak atau sedikitnya gerakan yang sudah di kuasai oleh

seseorang. Contohnya kemampuan gerakan tari seorang anak yang baru

belajar menari, tidak mungkin sama dengan kemampuan gerakan anak

yang sudah 10 tahun belajar menari.

Unsur-unsur keterampilan motorik kasar adalah sebagai berikut.

(Decaprio, 2013:42-52)

a. Kekuatan

Kekuatan didefinisikan sebagai kapasitas untuk mendesak

kekuatan otot ketika melakukan sebuah gerakan. Contohnya yaitu

mengangkat tubuh anak sendiri.

b. Kecepatan

Kecepatan didefinisikan sebagai kapasitas seorang siswa agar

berhasil melakukan gerakan atas beberapa pola dalam waktu yang

sangat sangat cepat.

23

c. Power

Power adalah kapasitas para siswa untuk mengontraksikan otot

secara maksimum atau power sebagai suatu ledakan aksi yang

menghasilkan kecepatan dalam waktu yang singkat. Contohnya

yaitu mengangkat beban dan melempar.

d. Ketahanan

Ketahanan adalah hasil dari kapasitas sikologis para siswa untuk

menopang gerakan atas dalam suatu periode. Ketahanan dibagi

menjadi dua yaitu yang pertama ketahanan para siswa yang

diasosiasikan dengan faktor kekuatan, kemudian yang ke dua

yaitu ketahanan yang diasosiasikan dengan sistem sirkulasi

pernafasan. Contohnya yaitu: gerakan menaikkan dagu, gerakan

mengangkat kaki dan gerakan menahan bola

e. Kelincahan

Kelincahan dalam motorik dinyatakan oleh kemampuan badan

untuk mengubah arah secara cepat dan tepat. Contohnya: lari

hindaran, lari zigzak, lari rintangan

f. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan para siswa untuk menjaga atau

memelihara sistem otot syaraf dalam kondisi diam untuk respon

yang efisien demi mengendalikan tubuh saat bergerak secara

efisien, contohnya yaitu: keseimbangan bagi seseorang anak

ketika belaar mengendarai sepeda.

24

g. Fleksibilitas

Fleksibilitas dapat diartikan sebagai rangkaian gerakan dalam

sebuah sendi koordinasi.

h. Koordinasi

Koordinasi diartikan sebagai kemampuan pelaksana untuk

mengintegrasikan jenis gerakan kebentuk yang lebih khusus.

Contohnya yaitu: ketangkasan dan kinesitas.

Dengan demikian unsur-unsur yang diterapkan dalam permainan

sunda manda pada penelitian ini yaitu kekuatan, kelincahan, dan

keseimbangan. Hal ini dikarenakan ketiga unsur tersebut dapat

mewakili beberapa unsur yang lainnya. Berikut ini merupakan

persamaan ketiga unsur dengan unsur yang lainnya dalam permainan

sunda manda:

a. Kekuatan dan power memiliki kesamaan yaitu sama-sama

mengenai kekuatan otot dalam melakukan suatu gerakan. Di

dalam permainan sunda manda ini kekuatan dan power terdapat

pada saat anak melakukan tolakan kaki saat melompat. Kemudian

kekuatan juga memiliki kesamaan dengan ketahanan di mana

pada ketahanan memiliki faktor kekuatan. Pada permainan sunda

manda ini kekuatan dan ketahanan dapat terlihat disaat anak

mengangkat kaki untuk melompat.

b. Kelincahan dan kecepatan memiliki kesamaan, di mana kedua

unsur ini memiliki ukuran waktu yaitu kelincahan dapat

25

mengubah arah dengan cepat dan kecepatan yaitu melakukan

gerakan dalam waktu cepat. Pada permainan sunda manda ini,

anak yang lincah pasti dapat menyelesaikan permainan ini dengan

waktu yang lebih cepat. Kelincahan dan fleksibilitas memiliki

kesamaan yaitu di dalam kelincahan terdapat unsur fleksibilitas

yang baik dari sendi-sendi anggota tubuh. Dalam permainan

sunda manda ini fleksibilitas sendi-sendi tubuh yang baik

menghasilkan kelincahan anak dalam memainkan permainan ini.

c. Keseimbangan dan koordinasi memiliki kesamaan yaitu sama-

sama penyesuaian dan pengaturan otot antara dua atau lebih

anggota tubuh. Dalam permainan sunda manda ini, mata dan

kaki harus berkoordinasi agar kaki tidak menginjak garis pada

petak dan anak dapat mempertahankan posisi tersebut.

3. Fungsi Pengembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Dini

Ada 7 fungsi pengembangan motorik kasar pada anak usia dini.

Berikut ini merupakan fungsi pengembangan motorik kasar anak usia

dini:

a. Melatih kelenturan dan koordinasi otot jari dan tangan

b. Memacu pertumbuhan dan pengembangan fisik, rohani, dan

kesehatan anak.

c. Membentuk, membangun, dan memperkuat tubuh anak.

d. Melatih keterampilan/ketangkasan gerak dan berpikir anak.

e. Meningkatkan perkembangan emosional anak.

26

f. Meningkatkan perkembangan sosial anak.

g. Menumbuhkan perasaan menyayangi dan memahami manfaat

kesehatan pribadi. (Depdiknas, 2008:2).

4. Metode Pengembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini.

Metode pengembangan motorik kasar bagi anak usia dini harus di

pilah dan di pilih dengan seksama dan harus tepat. Metode sendiri yaitu

cara untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Dalam

memilih metode yang tepat bagi pengembangan motorik kasar anak,

guru harus sangat meminimalisir resiko cidera dan mencari metode

yang tepat sesuai dengan karakteristik anak usia dini.

Bila sudah didapatkan metode yang tepat, guru dapat menyiapkan

tempat yang luas. Hal ini dikarenakan dalam pengembangan motorik

kasar, gerakan anak merupakan unsur utama sehingga anak dapat

bermain dengan leluasa serta bergerak lebih bebas.

Metode yang tepat bagi pembelajaran di lembaga prasekolah yaitu

metode bermain. Metode bermain ini merupakan metode di mana anak

diajak untuk melakukan kegiatan bermain baik menggunakan alat

maupun tidak, anak memperoleh kegembiraan, dapat dilakukan sendiri

maupun bersama teman-teman serta anak bahagia dan senang.

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode bermain

sunda manda dalam upaya meningkatkan motorik kasar anak kelompok

B RA Sudirman Giriwondo Kecamatan Jumapolo Kabupaten

Karanganyar.

27

5. Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar

Ada empat macam stimulasi motorik kasar pada anak. Berikut ini

merupakan stimulasi motorik kasar.

a. Jalan

Pada kemampuan motorik kasar fase ini, yang harus

distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan kedepan,

berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat,

berlari, berdiri dengan satu kaki, menendang bola dan lain-lain.

… Untuk kemampuan berjalan, perkembangan yang harus

dikuatkan adalah keseimbangan dalam berdiri.

Contoh stimulasi : orang tua memberikan mainan yang bisa di

dorong.

b. Lari

Perkembangan lari akan mempengaruhi perkembangan lompat,

lempar, dan kemampuan konsentrasi anak. Pada tugas

perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan

gerak kaki, ketepatan empat pola kaki (heel strike/bertumpu

pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki

bertumpu pada ujung-ujung jari kaki, swing/kaki berayun, dan

landing/ setelah mengayunkan kaki menapak pada alas) serta

perencanaan gerak.

Contoh stimulasi: mengajak anak untuk menendang bola, lari

bendera.

28

c. Lompat

Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak pada fase lompat

adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi

motorik dan perencanaan gerak.

Contoh stimulasi : lompat ditempat, lompatan berjarak.

d. Lempar

Pada fase lempar, yang berperan adalah sensoris

keseimbangan, rasa sendi (propriosepsi), serta visual. Peran

yang paling utama adalah propriosepsi, yaitu bagaimana sendi

merasakan suatu gerakan atau aktivitas. Misalnya, ketika anak

melempar bola, seperti kuat atau lemahnya, supaya bola masuk

ke dalam keranjang atau sasaran yang dituju.

Contoh stimulasi: lempar panah. (Hasan, 2010:96-100).

6. Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Kasar Kelompok Usia

5-6 Tahun.

Berikut ini merupakan tingkat pencapaian motorik kasar

kelompok usia 5-6tahun sesuai dengan permendiknas no 137 tahun

2014.

a. Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih

keluatan, keseimbangan, dan kelincahan.

b. Melakukan koordinasi gerakan mata-kaki-tangan-kepala dalam

menirukan tarian atau senam.

c. Melakukan permainan fisik dengn aturan.

29

d. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.

e. Melakukan kegiatan kebersihan diri.

C. BERMAIN PADA ANAK USIA DINI

1. Pengertian Bermain

Bermain adalah suatu aktivitas fisik maupun imajinasi yang

dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang tanpa ada unsur

paksaan untuk mendapatkan suatu kesenangan menggunakan berbagai

objek konkret di lingkungan sekitarnya (Wiyani,2016:150-151).

Sebagian orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu

banyak bermain akan membuat anak menjadi malas belajar dan

menjadikan rendahnya kemampuan intelektual anak. Pendapat ini

kurang begitu tepat dan bijaksana, karena beberapa ahli psikologi dan

ahli perkembangan anak sepakat bahwa permainan sangat besar

pengaruhnya terhadap perkembangan anak.

Bermain adalah hal penting bagi seorang anak, permainan dapat

memberikan kesempatan untuk melatih keterampilannya secara

berulang-ulang dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara

dan kemampuannya sendiri. Kesempatan bermain sangat berguna

dalam memahami tahap perkembangan anak yang kompleks.

Di dalam agama islam begitu banyak contoh permainan yang

dilakukan oleh Rasulullah ketika bermain bersama cucu-cucu beliau.

30

Berikut ini merupakan hadist riwayat Abdullah bin al-Harits Ra.

“Rasulullah SAW membariskan Abdullah, Ubaidillah, dan

Kutsair Ibnu Abbas Ra. Kemudian, beliau berkata, „Siapa yang

lebih dahulu sampai kepada ku, maka baginya ini dan ini

(hadiah).‟ Abdullah dan Harist berkata, “Maka anak-anak

tersebut bersaing lari kepada Rasulullah SAW. Sehingga ada

yang terjatuh ke pungung, dada beliau, beliau merangkul dan

menangku semuanya.” (HR. Ahmad)

Dari kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain yaitu

kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang oleh anak baik itu

sendiri maupun berkelompok, baik menggunakan alat maupun tidak,

tanpa mempertimbangkan hasil akhir dan dilakukan guna mendapatkan

kesenangan anak.

2. Manfaat Bermain untuk Anak Usia Dini

Dalam kegembiraan bermain, bertualang, dan mengeksplorasi

lingkungan, anak-anak sesungguhnya tengah mengembangkan

berbagai jenis kecerdasan dan mempraktikkan beragam keterampilan

hidup yang sangat berguna bagi kehidupan mereka kelak (Achroni,

2012:16).

Berikut ini merupakan manfaat bermain.

a. Mendapatkan kegembiraan dan hiburan.

Kegembiraan atau emosi yang positif sangat bermanfaat

untuk tumbuh kembang anak dan pembentukan karakternya.

31

Kehidupan anak-anak yang dipenuhi kegembiraan dan

kebahagiaan juga akan menjauhkan mereka dari stres. Hal ini

bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental, juga untuk

prestasi akademis mereka.

b. Mengembangkan kecerdasan intelektual .

Hal ini karena dengan bermain dan mengekplorasi

lingkungan sekitar, anak dapat belajar bentuk, warna, suara,

tekstur, fenomena alam, dunia satwa, dunia flora, suhu,

cahaya, dan sebagainya.

c. Mengembangkan kemampuan motorik halus anak .

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang

berhubungan dnegan keterampilan fisik yang melibatkan otot

kecil dan koordinasi mata-tangan, seperti menggunting,

melipat, menarik garis, mewarnai, dan menggambar. Dengan

kemampuan motorik halus yang berkembang dengan baik,

anak akan dapat menulis dengan baik, di samping penguasaan

berbagai keterampilan lainnya.

d. Mengembangkan kemampuan motorik kasar anak.

Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan

keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan

menggunakan otot-otot besar sebagian atau seluruh anggota

tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat, merangkak, dan

mengayunkan tangan.

32

e. Meningkatkan kemampuan anak untuk berkonsentrasi.

Sejumlah permainan menuntut anak untuk berkonsentrasi

penuh ketika memainkannya. Hal ini bermanfaat untuk

melatih konsentrasi anak. Konsentrasi sangat dibutuhkan

anak untuk keberhasilan belajar dan penyelesaian berbagai

tugas.

f. Meningkatkan kemampuan anak untuk memecahkan

masalah.

Banyak sekali npermainan yang menuntut anak memiliki

kemampuan untuk memecahkan masalah dan berpikir logis

untuk memenangkan atau menyelesaikan permainan tersebut.

Kemampuan memecahkan masalah dan berpikir logis sangat

diperlukan anak untuk menguasai berbagai materi pelajaran

dan sekolah dan menyelesaikan berbagai problem yang

mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hingga

anak dewasa kelak.

g. Mendorong spontanitas pada anak.

Anak-anak sedemikian spontan dan dituntut untuk berpikir

dan bertindak cepat ketika bermain jenis-jenis permainan

tertentu. Hal ini terutama untuk permainan yang bersifat

kompetisi.

33

h. Mengembangkan kemampuan sosial anak.

Dalam permainan yang dilakukan bersama-sama, anak-anak

belajar bersosialisasi dengan teman-teman sepermainan

mereka. Dari sosialisasi dan interaksi dengan teman-teman

ketika bermain ini, anak-anak belajar mengenai kesabaran,

empati, toleransi, kemandirian, kepercayaan diri, kompetisi,

dan mengenal aturan-aturan.

i. Sebagai media untuk mengungkapkan pikiran dan imajinasi

mereka.

Melalui berbagai permainan, anak-anak dapt

mengekspresikan diri dengan lebih leluasa. Mereka dapat

menjadi apa saja atau memerankan tokoh manapun.

Merekapun dapat mengungkapkan pikiran-pikiran mereka

akan cita-cita, pemahaman akan dunia, atau imajinasi-

imajinasi mereka.

j. Untuk kesehatan.

Banyak permainan yang menuntut anak menggerakkan tubuh

mereka dnegan sangat intens. Aktivitas ini berguna untuk

menguatkan otot-otot dan menyehatkan tubuh mereka.

Dengan banyak beraktivitas fisik, anak-anak juga dapat

terhindar dari risiko mengalami obesitas dan berbagai

dampak buruk yang menyertainya. (Achroni, 2012:16-18).

34

Ada sebelas pengaruh bermain bagi perkembangan anak, yaitu:

1) Perkembangan fisik; 2) Dorongan berkomunikasi; 3) Penyaluran

bagi energi emosional yang terpendam; 4) Penyaluran bagi

keinginan dan kebutuhan; 5) Sumber belajar; 6) Rangsangan bagi

kreativitas; 7) Perkembangan wawasan diri; 8) Belajar

bermasyarakat; 9) Standar moral; 10) Belajar bermain sesuai dengan

peran jenis kelamin; dan 11) Perkembangan ciri kepribadian yang

diinginkan (Mursid, 2016:18).

Berdasarkan uraian diatas, memperlihatkan bahwa dengan bermain,

anak mendapatkan berbagai manfaat baik dari manfaat fisik, psikis dan

sosialisasi.

3. Kategori Bermain

a. Bermain aktif.

Bermain aktif yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak

untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan diri dengan

banyaknya aktifitas fisik didalamnya. Contohnya yaitu bermain

lompat tali, bermain petak umpet dan lain-lain.

b. Bermain pasif.

Bermain pasif yaitu kegiata bermain yang dilakukan oleh seorang

anak untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan diri yang

aktivitas tersebut dilakukan oleh orang lain. Anak hanya

mendapatkan hiburan.

35

Berdasarkan urian di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan

bermain anak dapat mengembangkan berbagai aspek dalam dirinya

dikarenakan dengan bermain (baik dengan alat permainan maupun tidak)

anak-anak akan belajar untuk mengerti dan memahami suatu hal. Dengan

bermain, anak mendapatkan informasi yang sangat dinamis di mana anak-

anak mendapatkan berbagai macam info dan pengetahuan yang dapat

dijadikan landasan dasar pengetahuannya untuk belajar di kehidupannya

kelak. Konsep permainan di penelitian ini yaitu bermain sunda manda.

D. PERMAINAN TRADISIONAL

1. Deskripsi Permainan Tradisional

Jika dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah

kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan

pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak)

dengan tujuan mendapat kegembiraan (Achroni, 2012:45).

Permaianan tradisional lebih kepada mengadopsi kebudayaan di

daerah di mana ia berada. Aturan dan konsep permainan pada

permainan tradisional ditentukan dengan konsep yang tradisional pula

sehingga permainan ini disebut juga dengan permainan rakyat.

Permainan tradisional pada masa kini kurang diminati oleh anak-

anak. Hal ini diakibatkan oleh anak-anak lebih berminat kepada

permainan modern berbasis teknologi seperti game di handphone, play

station dan sebagainya. Keadaan seperti ini berimbas kepada sosialisasi

36

anak-anak. Walaupun berada di satu gang, belum tentu kenal dengan

anak lain karena sibuk dengan game di playstation. Biasanya hal

tersebut dapat kita jumpai di perkotaan. Sedangkan di kawasan

pedesaan sendiri permainan tradisional mulai terkikis. Meski masih

dapat ditemui, permainan tradisional yang di mainkan oleh anak-anak di

desa cenderung monoton dan musiman. Bahkan ada beberapa anak

yang bila ditanya apakah pernah bermainan gobak sodor, anak geleng-

geleng. Yang masih sering diketemui permainan tradisional di pedesaan

adalah lompat tali, jlumpetan/ petak umpet, jothang alang-alang.

2. Manfaat Permainan Tradisional

Berikut ini merupakan manfaat permainan sunda manda:

a. Manfaat untuk aspek jasmani, yang meliputi unsur kekuatan dan

daya tahan tubuh serta kelenturan.

b. Manfaat untuk aspek sosial, yang meliputi kerja sama,

keteraturan,nhormat menghormati, rasa malu.

c. Manfaat untuk aspek psikologis, yang meliputi kemampuan berfikir,

berhitung, kemampuan membuat strategi, mengatasi hambatan, daya

ingat, kreativitas, fantasi serta, perasaan irama.

3. Ciri-ciri Permainan Tradisional

Berikut ini merupakan ciri-ciri dari permainan sunda manda:

a. Tidak memerlukan biaya untuk memainkannya.

37

Contohnya yaitu permainan gobag sodor dimana anak-anak hanya

membutuhkan lapangan atau area yang luas dan kapur untuk

menggaris area gobag sodor.

b. Dimainkan secara bersama-sama.

Contohnya yaitu permainan lompat tali dan petak umpet yang di

mainkan oleh lebih dari 2 anak.

c. Membutuhkan gerakan tubuh yang intens.

Contohnya yaitu permainan kasti yang membutuhkan gerakan tubuh

yang banyak untuk memukul, berlari, melempar bola.

E. PERMAINAN SUNDA MANDA

1. Bentuk Permainan Sunda manda

Permainan sunda manda merupakan permaianan anak tradisional

yang sanat popular. Permainaan ni dapat di temukan di berbagai

wilayah di Indonesia. Disetiap wilayah, permainan ini dikenal dengan

nama yang berbeda-beda, antara lain engklek, ingkling, sunda manda-

sundah-mandah, jlong jling, lempeng, ciplak gunung, demprak dampu,

dan masih banyak lagi namun bentuk permaiannya sama. (Achroni,

2016:51)

Permainan ini sangat mudah dimainka. Permainaa ini dapat

dimainkan di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Untuk

menggambar bidang yang akan digunakan untuk bermain sunda manda

38

dapat menggunakan kapur tulis atau pecahan genting ataupun pecahan

batu bata.

Bentuk bidang permainan sunda manda bermacam-macam, namun

cara bermainnya pada dasarnya sama. Berikut ini merupakan contoh

bidang sunda manda:

Pada penelitian ini peneliti menggunakan bidang sunda manda

pada gambar 2.2. bidang sunda manda versi pesawat dikarenakan

bentuknya sederhana dan mudah untuk ditirukan oleh anak sehingga anak

mudah dalam mempraktekkan bila ingin bermain sunda manda di rumah.

2. Cara Permainan Sunda Manda

Tata cara permainan ini sangat sederhana. Berikut ini merupakan tata

cara permainan tradisional sunda manda:

a. Sebelum mulai bermain, pemain melemparkan gacuk atau

kwereng miliknya kedalam kotak. Gacuk tidak boleh dilempar

Gambar 2.3.

Sunda manda versi Tapak

Gunung

Sumber: dokumen pribadi

9

7 8

6

3

5 4

2

1 Gambar 2.2.

Bidang Permainan Sunda

Manda versi pesawat

(Engklek)

Sumber : dokumen pribadi

39

hingga melebihi garis kotak yang ada. Jika pemain melempar

gacuk melebihi garis kotak, ia dianggap gugur da permainan

diganti pemain selanjutnya.

b. Pemain melompat-lompat dari satu kotak ke kotak lainnya

menggunakan sstu kaki. Dan tidak boleh bergantian. Namun,

ketika sampai di dua kotak samping, kedua kaki haeus

menginjak tanah.

c. Kotak yang terdapat gacuk tidak boleh diinjak oleh setiap

pemain. Jadi, para pemain harus melompat ke petak berikutnya

dan mengelilingi petak-petak yang ada. Saat melompat, pemain

tidak boleh menginjak garis atau keluar kotak. Jika melakukan

hal tersebut, ia diinyatakan gugur dan permainan dilanjutkan

oleh pemain selanjutnya.

d. Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran, lalu

melemparkan gacuk dengan cara membelakangi bidang

permainan. Jika gacuk jatuh tepat pada salah satu petak, petak

tersebut menjadi milik (sawah) pemain itu. Pemilik sawah

boleh menginjak petak tersebut dengan dua kkai. Sementara itu,

pemain-pemain lain tidak boleh menginjak perak tersebut

selama permainan.

e. Pemenang dari permainan ini adalah pemain yang memiliki

sawah paling banyak. (Achroni, 2012:52)

40

3. Manfaat Permainan Sunda Manda

Berikut ini merupakan manfaat dari permainan sunda manda .

a. Memberikan kegembiraan pada anak

b. Menyehatkan fisik anak. Sebab, permainana ini dimainkan

dengan banyak bergerak yaitu melompat.

c. Melatih keseimbangan tubuh anak dikarenakan permainan ini

dimainkan dengan melompat menggunakan satu kaki.

d. Mengajarkan kedisiplinan untuk mematuhi aturan main.

e. Mengembangkan kemampuan bersosialisasi anak karena

dimainkan secara bersama-sama.

f. Mengembangkan kecerdasan logika anak, yaitu melatih anak

untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus

dilewatinya. (Achroni, 2012:53).

4. Modifikasi Permainan Sunda manda

Permainan sunda manda yang digunakan oleh peneliti berbeda

dengan permainan sunda manda yang asli. Permainan sunda manda ini

di modifikasi sedemikian rupa sehingga cocok dengan karakteristik

anak usia dini. Terdiri dari 6 petak vertikal dan pada petak ke 5

diberikan tambahan petak masing-masing satu petak di sisi kanan dan

kiri atau sering disebut dengan bidang sunda manda pesawat. Dari petak

1 ke 2 diberikan rintangan yaitu sedotan yang di rangkai kemudian

dipasang di corong dengan ketinggian 10 cm, petak 2 ke 3 diberikan

rintangan setinggi 15cm, dan yang terakhir yaitu petak 3 ke petak 4

41

Gambar 2.4.

Modifikasi Arena Sunda

Manda

20 cm

15 cm

10 cm

Gambar 2.5.

Modifikasi Ketinggian Rintangan

sedotan

Gambar 2.6.

Rintangan Sunda

Manda

1

2

3

4

8

6

5 7

Sumber gambar: dokumen pribadi

diberikan rintangan setinggi 20cm. dengan adanya rintangan tersebut,

permainan diubah menjadi melompat dengan kedua kaki dan mendarat

dengan dua kaki pula. Anak diminta untuk melompati petak 1 sampai

petak delapan secara berurutan sembari mengucapkan angka petak

kemudian dilanjutkan kembali petak 4, 3, 2, 1, dan selesai. . Contohnya

yaitu saat menginjak petak no 1 maka anak harus mengucapkan “satu”

dan seterusnya. Hal ini ditambahkan peneliti karena ditemukan

beberapa anak yang belum dapat berhitung 1 hingga 10.

Berikut ini merupakan modifikasi bidang dan rintangan pada

permainan sunda manda yang dirancang oleh peneliti:

F. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK KELOMPOK B

Berikut ini merupakan ciri-ciri fisik anak usia prasekolah atau TK yaitu

sebagai berikut:

1. Anak prasekolah umumnya sangat aktif.

2. Anak membutuhkan istirahat yang cukup.

42

3. Otot-otot besar anak usia prasekolah berkembang dari kontrol jari

tangan dan tangan.

4. Anak usia TK atau prasekolah sulit memfokuskan pandangan pada

objek-objek yang kecil sehingga koordinasi tangan dan matanya

masih kurang sempurna.

5. Meskipun anak usia prasekolah mempunyai tubuh yang masih

lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak

sehingga berbahaya jika terjadi benturan keras.

6. Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih terampil

dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik

halus. (Rusdial dan Elizar, 2005:19-20)

Pada perkembangan anak usia 5-6 tahun, perkembangan fisik-motorik

anak lebih ditekankan kepada korordinasi gerak tubuh seperti memanjat,

melempar, bergantung, menjaga keseimbangan tubuh, berlari, dan

menangkap sesuatu.

G. Kerangka Berfikir

Guru memiliki peranan penting dalam menentukan metode apa yang

akan digunakan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan seorang anak

dalam perkembangan ditentukan oleh seberapa baiknya seorang guru

dalam merancang dan mengemasnya pembelajaran dengan baik dan

menarik bagi anak yaitu melalui sebuah permainan. Hal ini sangat erat

hubungannya dengan dunia anak usia dini dikarenakan dunia mereka

43

adalah dunia bermain. Dari uraian diatas, maka penelitian ini di kemas

dalam permainan tradisional sunda manda dalam mengembangkan

kemampuan motorik kasar anak kelompok B di RA Sudirman Giriwondo

Jumapolo Karanganyar.

Kondisi awal yang ditemukan peneliti dalam pembelajaran yang

berhubungan dengan motorik kasar, hasilnya adalah masih pada batas

rendah. Hal ini terjadi dikarenakan dalam pembelajaran motorik kasar,

guru hanya melakukan kegiatan indoor saja dan kegiatan motorik kasar

hanya dijadikan sebagai pembiasaan yaitu gerak dan lagu. Sehingga pada

penelitian ini peneliti mengajak guru untuk mengembangkan

pembelajaran dengan media permaian tradisional sunda manda guna

mengembangkan motorik kasar pada anak. Harapan peneliti dengan

permainan sunda manda ini dapat meningkatkan kemampuan motorik

kasar anak kelas B RA Sudirman Giriwondo serta dapat melestarikan

permainan tradisional sebagai warisan budaya.

H. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang relevan

a. Laporan penelitian dosen pemula oleh Khusnul Laely, M.Pd dari

Universitas Muhammadiyah Magelang dengan judul “Pengaruh

Permainan Engklek Terhadap Peningkatan Kecerdasan Kinestetik

Anak ”

44

Penelitian tersebut dilaksanakan di PAUD ALIF Kecamatan

Mertoyudan. Penelitian awal dilakukan selama 3 hari tgl 13, 20, 27

Juni 2016 dengan hasil pada pengukuran awal diketahui bahwa ke 15

subyek penelitian memiliki kecerdasan kinestetik rendah hal ini

dibuktikan dengan nilai minimal hanya mencapai 8, nilai maksimal

14, dengan mean 11,6. Pengukuran akhir pada 15 dan 22 agustus

2016 dengan hasil pengukuran akhir yaitu dari 15 subyek penelitian

didapatlkan peningkatan yang signifikan yaitu nilai minimal 8, nilai

maksimal 27 dan mean 23. Dengan demikian dapat diketahui atau

disimpulkan bahwa permainan engklek dapat meningkatkan

kecerdasan kinestetik anak di PAUD ALIF kecamatan Mertoyudan

Magelang.

b. Skripsi oleh Sri Prihatini Puspitowati dari FKIP Universitas

Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Upaya Meningkatkam

Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Tradisional Lompat Tali

Pada Kelompok B Di TK Pertiwi Sribit Delangu Klaten Tahun Ajaran

2012/2013”

Subyek penelitian yaitu sejumlah 15 siswa. Berdasarkan hasil

penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui beberapa

tindakan dari siklus I, II, dan III serta dari hasil seluruh pembahasan

dan analisis yang telah dilakukan dapat di tarik kesimpulan bahwa

permainan tradisional lompat tali dapat meningkatkan motorik kasar

anak di TK Pertiwi Sribit Delanggu Klaten. Hal ini ditunjukkan dari

45

adanya peningkatan rata-rata prosentase kemampuan motorik kasar

dari sebelum tindakan sampai pada siklus III yakni pada saat sebelum

tindakan 57,6%, siklus I mencapai 63,3%, siklus II mencapai 73,3%

dan pada siklus III mencapai 83,2%.

2. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan 2

penelitian terdahulu.

a. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti yang pertama yaitu Khusnul Laely

terletak pada aspek yang dinilai. Apabila Khusnul Laely

berkonsentrasi kepada peningkatan kecerdasan kinestetik

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berfokus

kepada peningkatan keterampilan motorik kasar anak.

b. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitia

yang dilakukan oleh peneliti kedua yaitu Sri Prihatini Puspitowati

terletak pada permainan yang digunakan. Meskipun sama-sama

mengangkat permainan tradisional dalam upaya meningkatkan

motorik kasar, namun peneliti Sri Prihatini Puspitowati

meggunakan permainan lompat tali, sedangkan peneliti

menggunakan permainan tradisional sunda manda dalam upaya

meningkatkan motorik kasar anak.

46

I. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan

belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidik sebagai patokan

dalam bentuk angka yang ditetapkan sebagai standar pencapaian belajar

paling minimum pada setiap mata pelajaran. Kriteria inilah yang

menjadi acuan bagi guru dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai

KD atau Kompetensi Dasar mata pelajaran yang diampunya.

2. Fungsi dan Langkah-langkah menentukan KKM

a. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1) Bagi siswa, KKM berfungsi sebagai acuan dalam mengikuti

penilaian mata pelajaran yang diikutinya.

2) Bagi guru tentunya dengan adanya KKM maka yang

bersangkutan dapat mengukur sudah sejauh manakah para

peserta didiknya kompeten di masing-masing indikator, KD,

SK, dan mata pelajaran tertentu.

b. Langkah-langkah menentukan nilai KKM

Menentukan KKM dengan mempertimbangkan tingkat

kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas, kompetensi, serta

kemampuan sumberdaya pendukung meliputi warga sekolah,

sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan. Satuan pendidikan

diharapkan meningkat kriteria ketuntasan belajar secara terus

menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.

47

3. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Menurut Trianto (2010: 241) berdasarkan ketentuan KTSP

penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing

sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal, dnegan

berpedoman pada 3 pertimbangan yaitu: kemampuan setiap peserta

didik berbeda-beda, fasilitas setiap sekolah berbeda, dan daya dukung

setiap sekolah berbeda.

a. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Siswa

Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

1) Ketuntasan belajar

2) Jumlah skor yang diperoleh

3) Jumlah skor total (trianto, 2010: 241)

b. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya dikelas, jika dalam

kelas tersebut terdapat > 85% siswa yang telah tuntas belajarnya

(Dekdikbud dalam Trianto, 2010: 241). Dalam menentukan

ketuntasan belajar kelas dihitung dengan menggunakan persamaan:

1) Ketuntasan kelas

2) Total anak yang tuntas

3) Total keseluruhan anak di kelas

4) Presentase ketuntasan di kelas (100%)

48

c. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Nasional

Dalam kurikulum 2006 (KTSP) setiap sekolah harus

menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada setiap

pelajaran kemungkinan KKMnya bisa berbeda-beda karena KKM

ditetapkan dengan acuan tertentu. KKM ditentukan dari yang

terendah (misal 65%) dan tiap tahun ditingkatkan hingga mencapai

KKM ideal nasional 75% atau bahkan lebih.

49

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya RA Sudirman Giriwondo Kecamatan

Jumapolo Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah

RA Sudirman Giriwondo didirikan pada tahun 1996. Namun izin

operasional diterbitkan pada tahun 1999. Sejak dirintis, selama 2 tahun

sekolahan tetap dioperasikan walaupun belum memiliki izin

operasional dari pihak yang berwenang.

RA Sudirman Giriwondo didirikan oleh Bapak Sriyadi yang pada

tahun 1996 masih menjabat sebagai kepala sekolah di MI Sudirman

Giriwondo. MI Sudirman Giriwondo merupakan sebuah lembaga

pendidikan setingkat SD yang merupakan MI satu satunya di Desa

Giriwondo.

Latar belakang didirikannya RA Sudirman Giriwondo yaitu pada

saat itu MI Sudirman Giriwondo hampir mati dikarenakan jumlah

siswa yang sangat sedikit. Hal tersebut dikarenakan pada masa itu

orang tua siswa lebih memilih memasukkan anaknya ke SD

dibandingkan masuk di MI. setelah dilakukan penelitian sederhana

oleh guru-guru MI, alasan utama orang tua enggan memasukkan

anaknya ke Mi Sudirman Giriwondo dikarenakan di MI Sudirman

50

Giriwondo belum memiliki lembaga pendidikan setingkat TK,

sedangkan di SD yang bertempat di lain desa sudah memiliki lembaga

pendidikan anak taman kanak-kanak.

Dari kenyataan yang ada, munculah inisiatif kepala sekolah MI

Giriwondo saat itu yaitu bapak Sriyadi untuk mendirikan lembaga

pendidikan setingkat taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak yang

didirikan bernaung dibawah kementrian agama yang kemudian

disamakan dengan peraturan kementrian agama yaitu disebut dengan

Raudlatul Athfal atau RA. Hal ini searah dengan Madrasah Ibtidaiyah

Sudirman Giriwondo yang juga bernaung dibawah kementrian agama.

Untuk nama sendiri, RA Sudirman Giriwondo diambil dari nama

yayasan yang menaunginya yaitu Yayasan Sudirman.

Awal mula pendirian, RA Sudirman Giriwondo memiliki 15 siswa

yang kesemuanya lulus kemudian melanjutkan pendidikan kejenjang

berikutnya yaitu di Madrasah Ibtidaiyah Giriwondo. Sejak RA

Giriwondo didirikan, MI Sudirman Giriwondopun mulai kembali

meningkat.

Hingga saat ini, RA Sudirman Giriwondo setiap tahunnya dapat

menerima lebih dari 20 siswa. Mulai tahun 2012 sampai tahun 2017

sudah mulai terlihat perkembangan jumlah murid antara 40-50 siswa.

51

2. Profil sekolah

a. Identitas sekolah

1) Nama sekolah : RA Sudirman Giriwondo

2) Nomor statistik : 101 233 13 0033

3) NPSN : 69741624

4) Provinsi : Jawa Tengah

5) Kabupaten : Karanganyar

6) Kecamatan : Jumapolo

7) Desa : Giriwondo

8) Dusun : Ngijo

9) Kode pos : 57783

10) Telepon : +6285 2012 4531 6

11) Fax/email : -

12) Daerah : Pedesaan

13) Status sekolahan : Swasta dibawah Departemen Agama

14) Tahun pendirian sekolah : 1996

15) Manajemen : Yayasan Sudirman

Data bersumber dari RA Sudirman Giriwondo

3. Letak Geografis dan Kondisi Fisik RA Sudirman Giriwondo

a. Letak geografis RA Sudirman Giriwondo

Lembaga pendidikan RA Sudirman Giriwondo terletak di

lingkungan pedesaan yaitu Dusun Ngijo Desa Giriwondo

52

Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. RA Sudirman

Giriwondo sekilas tidak terlihat bagi warga yang belum paham

dengan daerah Gudang Lawas. Hal tersebut dikarenakan letak

sekolahan RA Sudirman Giriwondo yang menyatu dengan MI

Sudirman Giriwondo yang berada di kanan jalan dan berada di

jalan yang menurun sehinggga banyak orang yang kurang paham

dengan keberadaan RA Sudirman Giriwondo. Ruang kelas RA

Sudirman Giriwondo berada di pojokan area MI Sudirman

Giriwondo yang letaknya cukup tersebunyi.

Di gerbang sekolahan hanya ada papan nama yang tertulis Mi

Sudirman Giriwondo, sedangkan untuk RA, tidak ada papan

namanya sehingga banyak yang kurang tahu keberadaan RA

Sudirman Giriwondo.

b. Kondisi Fisik RA Sudirman Giriwondo

Kondisi fisik ruangan kelas RA Sudirman Giriwondo yaitu 7 x

4 meter yang di bagi menjadi 2 kelas yaitu kelompok A dan

kelompok B dengan masing-masing kelas memiliki 3,5 x 4 meter

yang hanya di sekat menggunakan tripleks. Untuk atapnya tidak

ada plafon sehingga suara di kelas A akan terdengar sampai ke

kelas B, seperti itu juga sebaliknya sehingga kondisi pembelajaran

tidak kondusif di kedua kelas. Hal tersebut di tambah dengan antara

ruang kelas A dan B di hubungkan oleh pintu dan pintu tersebut

53

rusak sehingga harus di lepas dan lubang untuk pintu tersebut

menganga.

Untuk fasilitas sekolahan, kamar kecil masih menumpang di MI

Sudirman Giriwondo sehingga kondisinya kurang bersih. Hal ini di

tambah dengan anak-anak setelah buang air kecil hanya sebagian

kecil anak saja yang menyiram. Anak-anak kurang dibiasakan

untuk menyiram kamar kecil setelah buang air kecil.

Untuk alat permaian edukatif yang dimiliki oleh RA Sudirman

Giriwondo sendiri dapat dikatakan kurang. Untuk APE luar hanya

ada ayunan (kondisi rusak), jungkat jungkit (kondisi rusak), bola

tangga dan jembatan titian. Untuk APE dalam, jumlahnya sanmgat

sedikit dan banyak APE yang sudah rusak hal tersebut dapat di

lihat dari rak tempat mainan yang berisi sedikit mainan.

4. Visi, Misi, dan Tujuan

a. Visi RA Sudirman Giriwondo

“Menyiapkan Generasi Penerus yang Cerdas, Kreatif, dan Berkarya

Serta Beriman dan Bertaqwa”

b. Misi RA Sudirman Giriwondo

Menciptakan suasana yang senang dan menyenangkan sehingga

anak-anak nyaman dalam belajar.

c. Tujuan RA Sudirman Giriwondo

Membangun landasan dan mengembangkan potensi kecerdasan

spiritual, intelektual , emosional dan sosial peserta didik pada masa

54

emas pertumbuhan agar menjadi manusia beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT, sehat, berilmu, cakap kreatif, inovatif, mandiri,

percaya diri dan berakhlak mulia.

5. Keadaan Siswa dan Guru

a. Keadaan Siswa

Pada tahun pelajaran 2016/2017 ini di RA Sudirman Giriwondo

memiliki siswa sebanyak 46 siswa. 24 siswa dikelompok B dan 22

siswa di kelompok A. Berikut ini merupakan daftar nama siswa

untuk kelompok B RA Sudirman Giriwondo tahun pelajaran

2016/2017 :

Tabel 3.4. Daftar Siswa Kelompok B RA Giriwondo

NO. NAMA SISWA

JENIS KELAMIN

Tanggal Lahir Perem-

puan

Laki-

laki

1. ASW V 28/08/2010

2. DPS V 27/06/2011

3. FAD V 29/03/2011

4. FRG V 20/02.2011

5. GEK V 12/09/2010

6. IFM V 14/05/2011

7. IMR V 03/02/2012

8. JAS V 20/02/2010

9. KKA V 30/08/2011

10. MPI V 27/03/2011

11. MF V 30/03/2011

12. MAS V 27/07/2010

13. MA V 20/07/2011

14. MZH V 10/11/2010

15. MFA V 07/03/2011

16. NA V 08/02/2011

17. NA V 08/02/2011

18. NW V 14/03/2011

19. ZAR V 06/02/2011

55

20. NJA V 06/11/2011

21. CSN V 13/05/2011

22. SM V 13/06/2011

23. AIM V 28/03/2011

24. MF V 22/06/2010

Data bersumber dari RA Sudirman Giriwondo

b. Daftar Nama Guru RA Sudirman Giriwondo

Tabel 3.5. Daftar nama guru RA Sudirman Giriwondo

No. Nama Guru Tempat,

tanggal lahir Jabatan

1. Dariyatmi, S.Pd. Karanganyar,

20 Oktober

1979

Kepala sekolah dan

guru pendamping

kelompok B

2. Yetty Purnomosari,

S.Pd.

Karanganyar,

07 Mei 1988

Wali kelas

kelompok B

3. Y. Indah Susilowati,

S.Pd.

Karanganyar,

14 Desember

1978

Wali kelas

kelompok A

4. Pembayun

Rustiyani, S.Pd.

Karanganyar,

01 Maret 1993

Guru pendamping

kelompok A

Data bersumber dari RA Sudirman Giriwondo

B. Deskripsi Penelitian

1. Deskripsi Penelitian Pra Siklus

Sebelum peneliti melakukan tindakan pada siklus pertama maupun

siklus kedua, peneliti akan memaparkan dahulu kondisi awal

pembelajaran sebelum dilakukan tindakan. Sebelum melakukan tindakan,

peneliti melakukan observasi atau pengamatan mengenai kemampuan

motorik kasar anak di RA Sudirman Giriwondo pada tanggal 7 April

2017. Pengamatan ini dilakukan dengan mengajak anak untuk bermain

sunda manda namun belum diberikan pengarahan khusus terhadap anak.

Pengamatan ini dilakukan guna mengetahui sejauh mana perkembangan

56

motorik kasar siswa kelompok B di RA Sudirman Giriwondo.

Pengamatan ini akan dijadikan tolak ukur keberhasilan pada siklus I

maupun siklus ke II.

Hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap seluruh

siswa diperoleh hasil observasi pra siklus kemampuan motorik kasar

siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo semester 2 tahun pelajaran

2016/2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6. Tabel penilaian prasiklus

No. Nama

Siswa

ASPEK YANG DIAMATI DAN DINILAI

KEKUATAN KELINCAHAN KESEIMBANGAN

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 ASW V V V

2 DPS V V V

3 FAD V V V

4 FRG V V V

5 GEK V V V

6 IFM V V V

7 IMR V V V

8 JAS V V V

9 KKA V V V

10 MPI V V V

11 MF V V V

12 MAS V V V

13 MA V V V

14 MZH V V V

15 MFA V V V

16 NA V V V

17 NA V V V

18 NW V V V

19 ZAR V V V

20 NJA V V V

21 CSN V V V

22 SM V V V

23 AIM V V V

24 MF V V V

Jumlah 5 15 4 6 15 3 7 11 6

Presentase (dalam

%) 20,83 62,5 16,67 25 62,5 12,50 29,17 45,83 25

57

Tabel 3.7. Hasil penilaian prasiklus No Aspek yang Dinilai Skor Jumlah Prosentase

1 Kekuatan

1 5 20,83%

2 15 62,50%

3 4 16,67%

2 Kelincahan

1 6 25%

2 15 62,50%

3 3 12,50%

3 Keseimbangan

1 7 29,17%

2 11 45,83%

3 6 25%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pencapaian motorik

kasar siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo masih rendah.

Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang masih

mendapatkan skor 1 maupun 2.

2. Deskripsi Penelitian Pelaksaan Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan ini peneliti dan kolaborator (guru)

menyusun rencana program pembelajaran harian di kelas pada tanggal

07 April 2017 setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Peneliti dan

kolaborator berdiskusi mengenai kegiatan pembelajaran apa yang akan

diberikan pada hari Senin, 10 April 2017. Lalu diputuskan untuk

memberikan kegiatan bahasa yaitu menceritakan gambar, motorik

halus yaitu memotong dan menempel, dan kognitif yaitu

menyelesaikan maze. Untuk permainan sunda manda di siklus I ini

disepakati bersama untuk di lakukan di pembukaan. Hal ini

58

dikarenakan kegiatan motorik kasar biasanya diberikan kepada anak di

pembukaan.

Setelah melakukan diskusi dan disepakati, peneliti mengetik RPPH

dan kemudian kolaborator menyiapkan alat dan bahan untuk

pembelajaran hari Senin. Guru menyiapkan LKA yang akan

dikerjakan di meja guru, peneliti menyiapkan corong, sedotan dan

karpet spons.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu pada tanggal 10 April

2017. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan awal (30 menit)

Kegiatan awal pada hari senin 10 April 2017 yaitu anak-anak

upacara di dalam kelas. Ada satu anak yang tidak mau masuk

kedalam kelas karena tidak mau ditinggalkan ibunya. Setelah

dibujuk rayu dan orang tua sang anak melepaskan tangan kemudian

berlari untuk pulang, akhirnya anak tersebut mau masuk kedalam

kelas dengan kondisi menangis di belakang pintu. Setelah upacara,

kegiatan dilanjutkan dengan berdoa sebelum kegiatan. Guru

mengabsen anak-anak dan menggoda IFM untuk berhenti

menangis. Peneliti membujuk IFM untuk mau duduk berbaris di

tikar kemudian IFM mengikuti untuk duduk di ditikar. Pada hari ini

seluruh siswa berangkat. Kegiatan selanjutnya yaitu mengaji.

Disini anak-anak menghafalkan surat-surat pendek yaitu surat Al

59

Fil, surat Al Qari‟ah dan surat Humazah. Setelah itu anak

mengucapkan ikrar.

Setelah ikrar, guru menjelaskan bahwa hari ini semua anak akan

di ajak untuk bermain sunda manda kembali bersama peneliti.

Antusiasme anak-anak terlihat dengan terlihatnya wajah senang,

tawa dan “yeee”, “horeeee dolanan sunda manda meneh”.

Kemudian guru menjelaskan bahwa permainan kali ini ada

peraturannya yaitu anak melompat. Setelah itu anak diajak untuk ke

teras sekolahan.

Anak-anak berkumpul di teras dan melihat arena sunda manda

yang telah disiapkan oleh peneliti. Seluruh anak di minta guru

untuk mendengarkan peraturan permainan sunda manda yang akan

di jelaskan oleh peneliti. Kemudian peneliti menjelaskan peraturan

permaianan sunda manda pada hari ini yaitu harus melompati

halangan sedotan yang sudah di rangkai dengan menggunakan

kedua kaki. Kondisi tidak kondusif, beberapa anak sudah melompat

ke arena sunda manda dan ada yang lari-larian di lapangan. Guru

dan peneliti kemudian memanggil anak-anak yang tidak mau

berkumpul. Setelah berkumpul, dijelaskan kembali aturan main

sunda manda pada hari ini dan kondisi masih sedikit tidak

kondusif. Peneliti mengambil inisiatif untuk mencontohkan

permainan sunda manda terlebih dahulu untuk mengalihkan

perhatian anak. Melompat ke petak 1 dan menyebutkan angka 1

60

dan seterusnya dengan suara keras. Beberapa anak menyeletuk

“aku iso” “gampang kui” dan sebagainya. Kemudian setelah

dicontohkan, anak diminta untuk mempraktekkan permainan sunda

manda modifikasi peneliti ini sesuai urutan absen.

Anak dipanggil sesuai absen dan di beri aba-aba oleh peneliti.

Satu persatu anak maju dan bermain sunda manda melompat dari

petak ke petak lain dengan melompati rintangan dan menyebutkan

angka yang di injak. Hasilnya beragam, ada yang masih salah

dalam menginjak urutan petak, ada yang masih terjatuh, ada yang

keluar garis petak karena terlalu bertenaga atau bersemangat.

Hampir semua anak maju. Namun ada 2 anak yang tidak mau

bermain sunda manda yaitu IFM dan NW. Setiap peneliti

memanggil nama kedua anak tersebut, mereka menggelengkan

kepalanya sebagai tanda tidak mau mencoba. Setelah semua anak

mencoba permaian sunda manda modifikasi peneliti, semua anak

masuk ke kelas untuk melanjutkan pembelajaran. Di dalam kelas

guru menjelaskan kepada peneliti bahwa kedua anak tersebut

memang sangat sulit diajak untuk bermain diluar kelas.

2) Kegiatan inti (60 menit)

Pada kegiatan inti ini pembelajaran diambil alih kembali oleh

guru. kegiatan inti untuk hari ini terbagi menjadi 3 kegiatan yaitu:

a) Bahasa. Guru menerangkan bentuk gambar dan meminta anak

untuk mencari potongan-potongan gambar serta tempat untuk

61

menempel yang sesuai dengan gambar tersebut kemudian anak

diminta untuk membaca gambar. Kegiatan anak menempel dan

menceritakan kembali gambar.

b) Motorik halus. Guru memberi ciontoh memotong kertas

kemudian menempel beberapa kertas menjadi buku. Kegiatan

anak membuat buku dari potongan kertas.

c) Kognitif. Guru menerangkan gambar maze anak yang ingin

menonton televise dan cara menunjukkan jalannya. Kegiatan

anak mengerjakan maze.

Setelah kegiatan inti selesai, anak-anak yang terlebih dahulu

selesai mengerjakan tugas, mereka keluar kelas dan dibiarkan oleh

guru meskipun belum waktunya istirahat.

3) Penutup (30 menit)

Kegiatan akhir pada hari ini yaitu anak-anak masuk kelas dan

merapikan alat main yang masih berantakan. Guru bertanya

kembali ke anak-anak tentang kegiatan hari ini. Setelah itu guru

menunjukkan hasil terbaik anak. Anak ditanya oleh guru mengenai

perasaan anak-anak selama melaksanakan kegiatan, sedih ataukah

senang? “siapa yang senang bermain sunda manda dengan bu

Cici?” anak-anak “sayaaa” mengacungkan jari. Kemudian

pertanyaan mengenai kegiatan inti dan anak-anak juga senang

belajar. Kemudian anak-anak berkemas-kemas dan berdoa pulang.

62

Guru memberikan pesan bahwa anak-anak harus banyak berlatih

dan bermain sunda manda di rumah. Salam pulang.

c. Observasi

Observasi pada kegiatan siklus I yang dilakukan oleh peneliti ini

mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak mengenai motorik

kasar anak dalam kegiatan bermain sunda manda. Aspek yang diamati

oleh peneliti yaitu aspek kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan.

Berikut ini merupakan hasil observasi peneliti:

Tabel 3.8. Tabel penilaian siklus I

NO

.

NAMA

SISWA

ASPEK YANG DIAMATI DAN DINILAI

KEKUATAN KELINCAH-AN KESEIMBANGAN

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 ASW V V V

2 DPS V V V

3 FAD V V V

4 FRG V V V

5 GEK V V V

6 IFM V V V

7 IMR V V V

8 JAS V V V

9 KKA V V V

10 MPI V V V

11 MF V V V

12 MAS V V V

13 MA V V V

14 MZH V V V

15 MFA V V V

16 NA V V V

17 NA V V V

18 NW V V V

19 ZAR V V V

20 NJA V V V

21 CSN V V V

22 SM V V V

23 AIM V V V

24 MF V V V

JUMLAH 2 10 12 3 7 14 3 7 14

Prosentase (dalam %) 8, 33 41,64 50 12,5 29,17 58,33 12,5 29,17 58, 33

63 60

Tabel 3.9. Hasil penilaian tindakan siklus I

No Aspek yang di Nilai Skor Jumlah

Anak Presentase

1 Kekuatan

1 2 8,33%

2 10 41,64%

3 12 50%

2 Kelincahan

1 3 12,50%

2 7 29,17%

3 14 58,33%

3 Keseimbangan

1 3 12,50%

2 7 29,17%

3 14 58,33%

Berdasarkan tabel di atas, dapat di lihat bahwa keterampilan

motorik kasar anak pada siklus I pada aspek kekuatan yang sudah

memenuhi kriteria dengan memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 12

anak dengan presentase 50% tergolong pada kriteria cukup. Pada

aspek kekuatan ini sudah ada 50% dari jumlah keseluruhan anak yang

mampu melompat sesuai instruksi guru dan anak dapat melompat

dengan tenaga yang kuat, power yang maksimal dan menopang

gerakan tubuh saat melompat. Pada siklus pertama ini ada 9 anak yang

sebelumnya mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek kekuatan

kemudian mendapatkan skor 3 pada siklus ini yaitu ASW, DPS, FAD,

GEK, MPI, MA, MGA, NA, CSN. Anak mulai mengerti tata cara

permainan sunda manda sehingga lebih dapat menyiapkan fisik

mereka sebelum bermain sunda manda.

Pada aspek kelincahan, yang sudah memenuhi kriteria dengan

memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 14 anak dengan presentase

58,33% tergolong pada kriteria cukup. Pada aspek kelincahan ini

58,33% dari jumlah keseluruhan anak sudah dapat melakukan

64

lompatan sesuai instruksi guru dan anak mampu mengubah arah dan

posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada saat bergerak dari titik ke

titik lain, waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan permainan

lebih cepat dan gerakan badan fleksibel. Pada siklus pertama ini ada 8

anak yang sebelumnya mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek

kelincahan kemudian mendapatkan skor 3 pada siklus ini yaitu ASW,

FAD, GEK, MPI, MA, MFA, NA, & CSN .

Pada aspek keseimbangan, yang sudah memenuhi kriteria dengan

memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 14 anak dengan presentase

58,33% tergolong pada kriteria cukup. Pada aspek kesimbangan ini

58,33% dari jumlah keseluruhan anak sudah dapat melakukan

lompatan sesuai instruksi guru dan anak mampu mempertahankan

tubuhnya dalam posisi berdiri tegak pada petak yang sudah ada, serta

koordinasi mata-kaki-tubuh sangat baik sehingga tidak keluar petak

ataupun menginjak garis. Pada siklus pertama ini ada 8 anak yang

sebelumnya mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek keseimbangan

kemudian mendapatkan skor 3 pada siklus ini yaitu ASW, FAD, IMR,

MA, MFA, NJA, CSN, & SM.

d. Refleksi

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, peneliti dan kolaborator

berdiskusi mengenai permasalahan yang muncul pada pelaksanaan

permainan sunda manda. Kegiatan diskusi dilakukan oleh guru dan

kolaborator setelah anak-anak pulang dan setelah membereskan

65

ruanngan kelas. Berdasarkan observasi pada siklus I, diketahui bahwa

hasil yang didapatkan belumlah memenuhi indikator keberhasilan

yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu meningkatnya motorik kasar

anak di tiga aspek yaitu kekuatan, kelincahan dan keseimbangan.

Hasil dari siklus pertama menunjukkan adalanya peningkatan

motorik anak apabila dibandingkan dengan sebelum diadakan

tindakan. Dalam pelaksanaan siklus I, bahwa anak-anak sangat

antusias dengan permainan sunda manda. Hal ini dikarenakan

permainan sunda manda baru dikenal anak setelah diperkenalkan

peneliti pada penelitian pra siklus sehingga antusiasme anak masih

tinggi untuk mencoba permaianan sunda manda. Ada beberapa anak

yang bercerita bahwa sudah memainkan permaiann sunda manda di

rumah bersama teman-temannya. Hasilnya sangat terlihat dengan

peningkatan yang cukup signifikan pada kemampuan motorik kasar

anak.

Berikut ini adalah berbagai permasalahan yang muncul dalam

pelaksaan permainan sunda manda pada siklus I:

1) Untuk anak

b) Kondisi kurang kondusif. Hal tersebut karena anak merasa

bebas bergerak saat di luar kelas. Beberapa anak melompat-

lompat di arena sunda manda.

c) Anak-anak yang berada pada barisan belakang berbicara

sendiri dan ada juga yang dipangku orang tuanya meminta

66

jajan. Sehingga tidak semua anak melihat peneliti

mencontohkan permainan sunda manda yang telah

dimodifikasi oleh peneliti. Hasilnya yaitu ada beberapa

anak yang masih salah urutan ataupun hanya diam tanpa

menyebutkan angka.

d) Ada 2 anak yang masih enggan bermain sunda manda.

e) Ketika akan bermain sunda manda siswa kurang pemanasan

sehingga ketika tolakan kaki siswa saat melompati

rintangan siswa banyak yang masih sedikit kaku.

2) Untuk guru

a) Disaat apersepsi yang dilakukan di dalam kelas, guru

kurang mampu dalam mengambil perhatian anak sehingga

kondisi kelas tidak kondusif.

b) Waktu yang kurang cukup yaitu hanya 13 menit

dikarenakan berada di kegiatan awal sebelum kegiatan inti

sehingga permainan sunda manda tidak dilakukan secara

maksimal.

c) Dalam pengelolaan kelas, guru kurang fokus dikarenakan

harus mengerjakan tabungan siswa.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada siklus I, peneliti

dan guru melakukan diskusi untuk mencari jalan keluar atau solusi

untuk permasalahan yang ditemukan. Berikut ini merupakan solusi

untuk memecahkan permasalahan yang ada di siklus I:

67

1) Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengkondisikan kelas.

2) Guru dan peneliti menambahkan aturan main untuk

memecahkan masalah pada permasalahan pertama dan ke dua

yaitu anak yang ingin bermain sunda manda harus berbaris rapi.

Bagi anak yang tidak mau berbaris maka tidak akan dipanggil

atau tidak mendapatkan kesempatan bermain sunda manda.

3) Pembagian jobdisk antara guru kelas dan guru pendamping.

4) Agar semua anak ikut bermain sunda manda termasuk NW dan

IFM maka yang dilakukan guru adalah akan memberikan

reward bagi yang sudah maju dengan pin bintang.

5) Permainan sunda manda tidak efektif dilakukan di kegiatan

awal, maka di geser di kegiatan inti agar mendapatkan waktu

yang cukup yaitu di akhir kegiatan inti sebelum istirahat.

6) Sebelum permainan sunda manda dimulai, dilakukan pemanasan

terlebih dahulu sehingga otot anak tidak kaku yaitu dengan jalan

ditempat, meliukkan badan dan sebagainya.

3. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan pada

tanggal 10 April 2017 setelah kegiatan belajar mengajar selesai.

Peneliti dan kolaborator berdiskusi mengenai kegiatan pembelajaran

apa yang akan diberikan pada hari Rabu, 12 April 2017. Peneliti dan

68

guru menyepakati bahwa permainan sunda manda pada siklus ke II

akan di lakukan pada kegiatan inti mengingat bahwa waktu di kegiatan

awal kurang memadai. Guru menyiapkan LKA yang akan dikerjakan

di meja guru, peneliti menyiapkan corong, sedotan dan karpet spons.

b. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan siklus II dilaksanakan pada hari rabu, 12 April

2017. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan awal (30 menit)

Kegiatan awal pembelajaran diawali dengan sholat dhuha di

mushola MI Sudirman Giriwondo yang masih satu komplek dengan

RA Sudirman Giriwondo. Setelah sholat dhuha, kegiatan

dilanjutkan dengan hafalan surat pendek dan berdoa sebelum

pelajaran. Setelah kegiatan selesai, anak-anak kembali ke kelas.

Guru mengucapkan salam dan dijawab oleh anak-anak dengan

semangat. Setelah itu absensi kalender dengan nyanyian.

Dilanjutkan dengan menyanyi ustadz guru ngaji” kemudian guru

menceritakan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pada hari ini.

2) Kegiatan inti (60 menit)

Kegiatan inti pada hari ini terdiri dari 4 kegiatan. Pemilihan 4

kegiatan dibawah ini dikarenakan LKA sudah penuh sehingga guru

memberikan kegiatan yang mudah dilakukan anak. Berikut ini

merupakan kegiatan inti:

69

a) Guru memperlihatkan gambar yang ada pada majalah dan

membacakan tulisan kemudian anak-anak menirukan.

b) Guru menceitakan alat komunikasi televisi kemudian

diberikan contoh mencocok. Anak mewarnai gambar

televise dan kemudian mencocok gambar.

c) Guru mengajak anak-anak untuk melihat gambar

handphone yang di pegang oleh guru dan meminta anak-

anak untuk melengkapi keypad handphone. Guru

membagikan kertas yang sudah berisi gambar handphone

kepada semua anak. Dan anak diminta untuk menempelkan

angka 1-9 untuk melengkapi keypad handphone.

d) Setelah kegiatan 1, 2, dan 3 selesai, anak-anak di minta

untuk keluar kelas dan di luar kelas sudah siap arena sunda

manda. Peneliti mengambil alih pembelajaran dan meminta

anak untuk berbaris rapi dengan bernyanyi “ayo baris! ayo

baris! baris yang rapi. Ayo baris! ayo baris! baris yang rapi.

Kalau ingin main mari baris yang rapi. Ayo baris! ayo

baris! baris yang rapi.” Hal ini dilakukan peneliti untuk

mengambil perhatian siswa untuk berbaris rapi, sementara

guru merapikan barisan anak-anak. Setelah semua siswa

berbaris, peneliti menjelaskan aturan main dalam

permainan sunda manda kali ini adalah anak yang tidak

berbaris rapi maka tidak akan diajak bermain sunda manda.

70

Anak-anak tersenyum dan saling menggoda satu sama lain

untuk anteng.

Setelah kondisi kondusif, anak-anak diajak untuk

pemanasan terlebih dahulu yaitu jalan ditempat, jongkok

berdiri dan lari ditempat. Setelah dilakukan pemanasan,

anak-anak di berikan penjelasan mengenai permainan

sunda manda pada hari ini masih sama dengan permainan

sunda manda pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu satu

persatu anak maju sesuai nomor urut absen. IFM yang

sebelumnya tidak mau mencoba, akhirnya mau mencoba

karena melihat teman-teman yang lainnya mendpaatkan

bintang sedangkan NW masih tidak mau mencoba. Pada

siklus II ini sebagian besar siswa dapat melakukan

permainan sunda manda dengan baik sesuai dengan

instruksi guru sehingga terlihat jelas bahwa motorik kasar

anak meningkat dengan media permainan tradisional sunda

manda.

3) Kegiatan akhir (30 menit)

Anak masuk ke kelas dan merapikan alat main. Mendiskusikan

kegiatan yang sudah dilaksanakan. Guru menceritakan dan

menunjukkan hasil terbaik. Guru memberikan pesan agar anak

tidak malu menyapa gurunya ketika berjumpa di jalan atau

dimanapun. Doa pulang.

71

c. Observasi

Observasi pada kegiatan siklus II yang dilakukan oleh peneliti ini

mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak mengenai motorik kasar

anak dalam kegiatan bermain sunda manda. Aspek yang diamati oleh

peneliti yaitu aspek kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan. Berikut

ini merupakan hasil observasi peneliti pada siklus II:

Tabel 3.10. Tabel penilaian siklus II

NO NAMA SISWA

ASPEK YANG DIAMATI DAN DINILAI

KEKUATAN KELINCAHAN KESEIMBANGAN

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 ASW V V V

2 DPS V V V

3 FAD V V V

4 FRG V V V

5 GEK V V V

6 IFM V V V

7 IMR V V V

8 JAS V V V

9 KKA V V V

10 MPI V V V

11 MF V V V

12 MAS V V V

13 MA V V V

14 MZH V V V

15 MFA V V V

16 NA V V V

17 NA V V V

18 NW V V V

19 ZAR V V V

20 NJA V V V

21 CSN V V V

22 SM V V V

23 AIM V V V

24 MF V V V

JUMLAH 1 3 20 1 2 21 1 4 19

Prosentase (dalam%) 4, 17 12,5 83,3

3 4,17 8,33 87,5 4, 17

16,6

7 79,17

Tabel 3.11. Hasil tindakan siklus II

No Aspek yang Dinilai Skor Jumlah Anak Presentase

1 Kekuatan

1 1 4,17%

2 3 12,5%

3 20 83,33%

2 Kelincahan 1 1 4,17%

72

2 2 8,33%

3 21 87,50%

3 Keseimbangan

1 1 4,17%

2 4 16,67%

3 19 79,17%

Berdasarkan tabel diatas, dapat di lihat bahwa keterampilan motorik

kasar anak pada siklus I pada aspek kekuatan yang sudah memenuhi

kriteria dengan memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 20 anak dengan

presentase 83,33% tergolong pada kriteria sangat baik. Pada aspek

kekuatan ini sudah ada 83,33% dari jumlah keseluruhan anak yang

mampu melompat sesuai instruksi guru dan anak dapat melompat

dengan tenaga yang kuat, power yang maksimal dan menopang gerakan

tubuh saat melompat. Pada siklus II ini ada 8 anak yang sebelumnya

mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek kekuatan siklus I kemudian

mendapatkan skor 3 pada siklus II ini yaitu DPS, FRG, IMR, MF,

MZH, ZAR, NJA, dan SM.

Pada aspek kelincahan, yang sudah memenuhi kriteria dengan

memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 21 anak dengan presentase 87,50%

tergolong pada kriteria sangat baik. Pada aspek kelincahan ini 87,50%

dari jumlah keseluruhan anak sudah dapat melakukan lompatan sesuai

instruksi guru dan anak mampu mengubah arah dan posisi tubuh

dengan cepat dan tepat pada saat bergerak dari titik ke titik lain, waktu

yang dibutuhkan dalam menyelesaikan permainan lebih cepat dan

gerakan badan fleksibel. Pada siklus II ini ada 7 anak yang sebelumnya

mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek kelincahan siklus I kemudian

73

mendapatkan skor 3 pada siklus II ini yaitu DPS, FRG, IFM, MPI, NA,

NJA, & AIM.

Pada aspek keseimbangan, yang sudah memenuhi kriteria dengan

memperoleh skor 3 yaitu berjumlah 19 anak dengan presentase 79,17%

tergolong pada kriteria baik. Pada aspek kesimbangan ini 79,17% dari

jumlah keseluruhan anak sudah dapat melakukan lompatan sesuai

dengan instruksi guru dan anak mampu mempertahankan tubuhnya

dalam posisi berdiri tegak pada petak yang sudah ada, serta koordinasi

mata-kaki-tubuh sangat baik sehingga tidak keluar petak ataupun

menginjak garis. Pada siklus II ini ada 5 Anak yang sebelumnya

mendapatkan skor 1 atau 2 pada aspek keseimbangan siklus I kemudian

mendapatkan skor 3 pada siklus II ini yaitu DPS, GEK, NA, NA, &

ZAR.

d. Refleksi

Refleksi akhir yang dilakukan pada siklus kedua ini membahas

tentang proses pembelajaran motorik kasar yang dilaksanakan di RA

Sudirman Giriwondo dengan melalui permainan tradisional sunda

manda. Pada proses pembelajaran yang telah dilakukan, dapat di lihat

bahwa antusiasme siswa dalam mengikuti permainan sunda manda

sangat besar. Kelemahan dan kekurangan juga sudah teratasi dengan

baik dan anak sangat senang dalam melakukan permainan. Hal ini di

ketahui dari indikator pencapaian yang telah di tetapkan oleh peneliti

telah tercapai. Melihat hasil penelitian pelaksanaan siklus II didapatkan

74

bahwa keterampilan motorik kasar anak terdiri dari aspek kekuatan,

kelincahan dan keseimbangan anak meningkat dan telah memenuhi

indikator keberhasilan. Dengan hasil tersebut, penelitian dirasa sudah

cukup dan dihentikan pada siklus II.

75

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Hasil Penelitian Pra Siklus

Untuk mendapatkan data awal, peneliti melakukan penelitian prasiklus

yaitu dengan mengajak anak untuk bermain sunda mada tanpa arahan

khusus. Data awal ini digunakan peneliti sebagai tolok ukur hasil

penelitian.

Berikut ini merupakan indikator aspek kekuatan, kelincahan dan

keseimbangan yang menjadi acuan penilaian yang dilakukan oleh peneliti

pada penelitian ini.

Tabel 4.12. Indikator penilaian kekuatan.

NO KRITERIA

SKOR

Konversi

Nilai DESKRIPSI

1 Skor 3 33,33

Anak dapat melakukan sesuai instruksi guru dan

anak dapat melompat dengan tenaga yang kuat,

power yang maksimal dan menopang gerakan

tubuh saat melompat.

2 Skor 2 16,66

Anak melakukan instruksi guru namun tenaga

yang dikeluarkan anak tidak sepenuhnya atau

lemas, power yang tidak maksimal dan kurang

menopang gerakan tubuh saat melompat.

3 Skor 1 10

Anak mau mencoba mengikuti intruksi guru

walaupun salah.

Nb: skor 0 untuk anak yang tidak mau mencoba.

Tabel 4.13 indikator penilaian kelincahan

NO KRITERIA

SKOR

Konversi

Nilai DESKRIPSI

1 Skor 3 33,33

Anak dapat melakukan sesuai instruksi guru dan

anak mampu mengubah arah dan posisi tubuh

dengan cepat dan tepat pada saat bergerak dari

titik ke titik lain, waktu yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan permainan lebih cepat dan

76

gerakan badan fleksibel.

2 Skor 2 16,66

Anak melakukan instruksi guru walaupun salah

dan anak kurang mampu dalam mengubah arah

dan posisi secara cepat dan tepat pada saat

bergerak dari titik ke titik lain, waktu yang

dibutuhkan dalam menyelesaikan permainan

lebih lamban dan gerakan badan tidak fleksibel.

3 Skor 1 10

Anak mau melakukan instruksi guru atau anak

tidak mampu dalam mengubah arah dan posisi

secara cepat dan tepat pada saat bergerak dari

titik ke titik lain, memakan waktu yang lama

dalam menyelesaikan permainan dan gerakan

badan tidak fleksibel.

Nb: skor 0 untuk anak yang tidak mau mencoba.

Tabel 4.14. Indikator penilaian keseimbangan

NO KRITERIA

SKOR

Konversi

Nilai DESKRIPSI

1 Skor 3 33,33

Anak dapat melakukan sesuai instruksi guru dan

anak mampu mempertahankan tubuhnya dalam

posisi berdiri tegak pada petak yang sudah ada,

serta koordinasi mata-kaki-tubuh sangat baik

sehingga tidak keluar petak ataupun menginjak

garis.

2 Skor 2 16,66

Anak melakukan instruksi guru walaupun salah

dan anak kurang mampu mempertahankan

tubuhnya dalam posisi berdiri tegak pada petak

yang sudah ada, serta koordinasi mata-kaki-

tubuh sudah mulai baik walaupun masih keluar

petak ataupun menginjak garis.

3 Skor 1 10

Anak mau melakukan instruksi guru atau anak

tidak mampu mempertahankan tubuhnya dalam

posisi berdiri tegak

Nb: skor 0 untuk anak yang tidak mau mencoba.

Berikut ini merupakan hasil penelitian pra siklus yang dilakukan

peneliti pada tanggal 7 April 2017:

Tabel 4.15. Penilaian prasiklus

No. Nama

Siswa

Aspek yang Diamati

dan Dinilai Jumlah

Nilai

Siswa

KKM

Kelas

Status Pencapaian

KKM Kelas KKM

Nasio

nal

Status Pencapaian

KKM Nasional

Keku

atan

Kelin

cahan

Kesei

mban

gan Tuntas Belum

Tuntas Tutas

Belum

tuntas

1 ASW 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

2 DPS 10 10 10 30,0 70,0

75

3 FAD 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

4 FRG 16,66 2 33,33 52,0 70,0

75

77

5 GEK 10 10 10 30,0 70,0

75

6 IFM 10 10 10 30,0 70,0

75

7 IMR 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

10 MPI 16,66 16,66 10 43,3 70,0

75

11 MF 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0

75

12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

13 MA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

14 MZH 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

15 MFA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

16 NA 10 10 10 30,0 70,0

75

17 NA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

18 NW 0 0 0 0,0 70,0

75

19 ZAR 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

20 NJA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

21 CSN 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

22 SM 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

23 AIM 33,33 16,66 16,66 66,7 70,0

75

24 MF 16,66 10 10 36,7 70,0

75

total nilai siswa 1235,0 KKM

kelas

3 21 KKM

Nas

3 21

nilai rata-rata kelas siswa 51,5 12,5% 12,5%

Keterangan

KKM individu yang ditetapkan adalah 70.

KKM kelas yaitu 85% dari total siswa telah mendapatkan nilai tuntas.

KKM nasional yaitu 75.

Rumus perhitungan nilai individu siswa:

Σ motorik kasar = kekuatan+kelincahan+keseimbangan

Contoh nilai ASW = 16,66+16,66+16,66 = 50

Rumus perhitungan nilai rata-rata kelas:

Jumlah nilai seluruh anak

X kelas = ------------------------------

Jumlah seluruh anak

78

1235

X kelas = --------- = 51,5

24

Rumus presentase ketuntasan

Jumlah anak yang tuntas

P = ---------------------------- x 100%

Jumlah seluruh anak

3

P= ------x100% = 12,5%

24

Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan kelas pada motorik

kasar prasiklus didapatkan rata-rata kelasnya yaitu 51,5 hal ini masih

dibawah KKM kelas yaitu 70. Prosentase anak yang memiliki nilai tuntas

KKM Kelas yaitu 12,5% atau hanya ada 3 anak. Prosentase tersebut masih

dibawah dari prosentase keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti

dan guru yaitu 85%. Prosentase anak yang memiliki nilai tuntas KKM

Nasional yaitu anak yang mendapatkan nilai lebih dari KKM Nasional 75

adalah 12,5% atau 3 anak. Dari data diatas, peneliti merencanakan

penelitian siklus pertama bersama guru dan disetujui bersama

dilaksanakan pada hari Senin,10 April 2017.

2. Hasil Penelitian Siklus I

Berikut ini merupakan hasil pengamatan pada siklus I yang

dilaksanakan pada tanggal 10 April 2017:

Tabel 4.16. Hasil Penilaian Siklus I

No. Nama

Siswa

Aspek yang Diamati

dan Dinilai Jumlah

Nilai

Siswa

KKM

Kelas

Status Pencapaian

KKM Kelas KKM

Nasio

nal

Status Pencapaian

KKM Nasional

Keku

atan

Kelin

cahan

Kesei

mban

gan Tuntas Belum

Tuntas Tuntas

Belum

tuntas

1 ASW 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

79

2 DPS 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

3 FAD 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

4 FRG 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0

75

5 GEK 33,33 10 16,66 60,0 70,0

75

6 IFM 10 16,66 10 36,7 70,0

75

7 IMR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

10 MPI 33,33 16,66 10 60,0 70,0

75

11 MF 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0

75

12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

13 MA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

14 MZH 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0

75

15 MFA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

16 NA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

17 NA 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0

75

18 NW 0 0 0 0,0 70,0

75

19 ZAR 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0

75

20 NJA 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0

75

21 CSN 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

22 SM 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0

75

23 AIM 33,33 16,66 33,33 83,3 70,0

75

24 MF 16,66 10 16,66 43,3 70,0

75

Total nilai siswa 1799,7 KKM

kelas

13 11 KKM

Nas

13 11

Nilai rata-rata kelas siswa 75,0 54,17% 54,17%

Rumus penghitungan jumlah nilai individu siswa:

Σ nilai individu = kekuatan+kelincahan+keseimbangan

Σ ASW = 33,33 + 33,33 + 33,33 = 100

Rumus perhitungan nilai rata-rata kelas:

Jumlah nilai seluruh anak

X kelas = ------------------------------

Jumlah seluruh anak

1799,7

X kelas = --------- = 75

24

80

Rumus presentase ketuntasan

Jumlah anak yang tuntas

P = ---------------------------- x 100%

Jumlah seluruh anak

13

P= ------x100% = 54,17%

24

Dari hasil nilai rata-rata tiap siklus dapat di hitung peningkatan yang

terjadi yaitu pada prasiklus rata-rata kelas sebesar 51,5, dan pada siklus I

sebesar 75,0.

Terjadi peningkatan rata-rata kelas sebesar:

Pra siklus ke siklus I = 75 – 51,5

= 23,5

Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan kelas pada motorik

kasar siklus I didapatkan rata-rata kelasnya yaitu 75 yang sudah melebihi

KKM kelas yang telah ditentukan yaitu 70. Namun, prosentase anak yang

memiliki nilai tuntas KKM kelas yaitu 54,17% atau hanya ada 13 anak.

Prosentase tersebut masih dibawah prosentase keberhasilan yaitu 85%.

Prosentase anak yang memiliki nilai tuntas KKM Nasional yaitu anak

yang mendapatkan nilai lebih dari KKM Nasional 75 adalah 54,17% atau

13 anak. Meskipun KKM kelas sudah dapat dicapai, namun presentase

keberhasilan belum dapat dicapai sehingga peneliti merencanakan

penelitian siklus ke dua bersama guru dan disetujui bersama dilaksanakan

pada hari Rabu, 12 April 2017.

81

Pada awal pembelajaran permainan sunda manda, kondisi tidak

kondusif dikarenakan anak-anak terfokus kepada bidang sunda manda dan

melompat-lompat dibidang sebelum di berikan arahan oleh guru. Selain itu

ada beberapa anak yang dipangku oleh orang tuanya sehingga beberapa

anak tidak memperhatikan contoh yang diberikan oleh peneliti.

Anak yang mendapatkan skor 1 yaitu IFM dan NW. IFM sendiri

ketika penelitian berlangsung tidak mau bermain sunda manda

dikarenakan menangis di tinggal pulang oleh ibunya. Sementara NW,

setiap dipanggil dan dibujuk untuk bermain ia menggelengkan kepala

tanda dia tidak mau melakukan permainan sunda manda.

Keterbatasan waktu yaitu hanya dalam 13 menit, membuat permainan

ini tidak dapat dilakukan semaksimal mungkin karena berada pada

kegiatan awal.

Kurangnya pemanasan sebelum permainan dimulai membuat tolakan

siswa menjadi tidak begitu kuat saat melompat sehingga saat siswa

melompat, lompatanya begitu kaku.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas, dilakukan usaha

perbaikan untuk memecahkan permasalahan diatas yaitu sebagai berikut:

a) Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengkondisikan kelas.

b) Guru dan peneliti menambahkan aturan main untuk memecahkan

masalah pada permasalahan pertama dan ke dua yaitu anak yang ingin

bermain sunda manda harus berbaris rapi. Bagi anak yang tidak mau

82

berbaris maka tidak akan dipanggil atau tidak mendapatkan kesempatan

bermain sunda manda.

c) Pembagian jobdisk antara guru kelas dan guru pendamping.

d) Agar semua anak ikut bermain sunda manda termasuk NW dan IFM

maka yang dilakukan guru adalah akan memberikan reward bagi yang

sudah maju dengan pin bintang.

e) Permainan sunda manda tidak efektif dilakukan di kegiatan awal, maka

di geser di kegiatan inti agar mendapatkan waktu yang cukup yaitu di

akhir kegiatan inti sebelum istirahat.

f) Sebelum permainan sunda manda dimulai, dilakukan pemanasan

terlebih dahulu sehingga otot anak tidak kaku yaitu dengan jalan

ditempat, meliukkan badan dan sebagainya.

3. Hasil Penelitian Siklus II

Berikut ini merupakan hasil penilaian pada siklus II yang

dilaksanakan pada 12 April 2017:

Tabel 4.17. Penilaian siklus II

No Nama

Siswa

Aspek Yang Diamati

Dan Dinilai Jumlah

Nilai

Siswa

KKM

Kelas

Status

Pencapaian

KKM Kelas

KKM

Nasio

nal

Status

pencapaian

KKM Nasional Keku

atan

Kelin

cahan

Kesei

mban

gan Tuntas Belum

Tuntas Tuntas

Belum

Tuntas

1 ASW 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

2 DPS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

3 FAD 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

4 FRG 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

5 GEK 33,33 16,66 33,33 83,3 70,0 75

6 IFM 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0 75

7 IMR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

83

9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

10 MPI 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0 75

11 MF 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

13 MA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

14 MZH 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0 75

15 MFA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

16 NA 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0 75

17 NA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

18 NW 0 0 0 0,0 70,0 75

19 ZAR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

20 NJA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

21 CSN 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

22 SM 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

23 AIM 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

24 MF 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0 75

total nilai siswa 2149,7 KKM

Kelas

21 3 KKM

Nas

21 3

nilai rata-rata kelas siswa 89,6 87,50% 87,5%

Rumus perhitungan jumlah nilai individu siswa:

Σ nilai individu = kekuatan+kelincahan+keseimbangan

Contoh Σ nilai MF = 16,66 + 16,66 + 16,66 = 50

Rumus perhitungan nilai rata-rata kelas:

Jumlah nilai seluruh anak

X kelas = ------------------------------

Jumlah seluruh anak

2149,7

X kelas = --------- = 89,6

24

Rumus presentase ketuntasan

Jumlah anak yang tuntas

P = ---------------------------- x 100%

Jumlah seluruh anak

21

P= ------x100% = 87,5%

24

84

Dari hasil nilai rata-rata tiap siklus dapat di hitung peningkatan yang

terjadi yaitu pada prasiklus rata-rata kelas sebesar 51,5, siklus I sebesar

75,0, dan siklus II sebesar 89,6.

Terjadi peningkatan rata-rata kelas sebesar:

Pra siklus ke siklus I = 75 – 51,5

= 23,5

Siklus I ke siklus II = 89,6 – 75

= 14,6.

Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan kelas pada motorik

kasar siklus II didapatkan rata-rata kelasnya yaitu meningkat menjadi 89,6

sudah melebihi target KKM kelas yaitu 70. Prosentase anak yang memiliki

nilai tuntas KKM kelas yaitu 87,5% atau 21 anak. Prosentase tersebut

sudah melampaui indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh

peneliti dan guru yaitu 85% anak mendapatkan nilai tuntas. Prosentase

anak yang memiliki nilai tuntas KKM Nasional yaitu anak yang

mendapatkan nilai lebih dari KKM Nasional 75 adalah 87,5% atau 21

anak. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II ini, maka peneliti

dan guru sepakat untuk menghentikan penelitian tersebut sampai siklus II.

Anak yang mendapatkan skor 0 yaitu NW selama penelitian

dilakukan, anak tersebut tidak mau bermain sunda manda seperti anak-

anak yang lainnya. Hal ini di tambah dengan keterangan guru bahwa anak

tersebut memang sulit untuk di ajak bermain dan apa bila di bujuk atau di

rayu anak tersebut pasti akan menangis.

85

B. PEMBAHASAN

1. Pembahasan Hasil Pra Siklus

Di bawah ini merupakan tabel

Tabel 4.18. Hasil motorik kasar pada prasiklus Rata-Rata

Kelas

% Ketuntasan

KKM Kelas

Jumlah Anak

yang Tuntas

KKM Kelas

% Ketuntasan

KKM Nasional

Jumlah Anak

yang Tuntas

KKM Nasional

51,5 12,5% 3 12,5% 3

Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan motorik anak pada pra

siklus yaitu 12,5% masih rendah dibawah KKM ketuntasan yang telah

ditetapkan yaitu 85%. Nilai rata-rata kelas yaitu 51,5 masih berada

dibawah ketentuan KKM yaitu 70. Hal ini menjadi landasan peneliti untuk

melakukan penelitian pada tindakan I yang akan dilaksanakan pada hari

senin 10 April 2017. Diharapkan dengan tindakan yaitu melalui permainan

tradisional sunda manda dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar

anak kelompok B di RA Sudirman Giriwondo Jumapolo.

2. Pembahasan Hasil Siklus I

Dibawah ini merupakan hasil rekapitulasi peningkatan motorik kasar

pada siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo dari Pra Tindukan ke

Siklus I.

Tabel 4.19. Hasil motorik kasar pada siklus I Nilai Rata-rata

Kelas

% Ketuntasan

KKM Kelas

Jumlah Anak

yang Tuntas

KKM Kelas

% Ketuntasan

KKM Nasional

Jumlah Anak

yang Tuntas

KKM Nasional

75 54,17% 13 54,17 13

86

Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan motorik anak pada pra

siklus yaitu 54,17% masih rendah dibawah KKM ketuntasan yang telah

ditetapkan yaitu 85%. Nilai rata-rata kelas yaitu 75 sudah melampaui

ketentuan KKM yaitu 70. Meskipun nilai rata-rata kelas sudah melebihi

KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, namun untuk prosentase ketuntasan

siswa masih berada dibawah 85% hal ini menjadi landasan peneliti untuk

melakukan penelitian pada tindakan II yang akan dilaksanakan pada hari

Rabu 12 April 2017. Diharapkan dengan tindakan II dapat meningkatkan

motorik kasar anak dan dapat mencapai prosentase ketuntasan yaitu 85%

dari jumlah keselutuhan siswa mendapatkan nilai diatas KKM.

Tabel 4.20. Rekapitulasi pengamatan motorik kasar dari prasiklus ke siklus I

Keterangan Prasiklus Siklus I

Peningkatan

dari Pra siklus

ke Siklus I

Nilai rata-rata

kelas 51,5 75 23,5

% Ketuntasan

KKM Kelas 12,5% 54,17% 41,67%

Jumlah anak

yang tuntas

KKM Kelas

3 13 10

% Ketuntasan

KKM Nasional 12,5% 54,17% 41,67%

Jumlah anak

yang tuntas

KKM Nasional

3 13 10

87

Grafik 4.2. Rekapitulasi pengamatan motorik kasar dari pra siklus ke siklus I

0

10

20

30

40

50

60

70

80

prasiklus siklus I

nilai rata-rata kelas

% ketuntasan KKM kelas

jumlah anak tuntas KKMkelas

% ketuntasan KKMNasiinal

jumlah anak tuntas KKMNasional

a. Refleksi tindakan siklus I

Pada hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, hasilnya yaitu

dapat di lihat bahwa keterampilan motorik kasar anak dari pra siklus

hingga siklus I mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel rekapitulasi

diatas, didapatkan hasil bahwa ada peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu

sebelumnya pada nilai rata-rata siswa pada prasiklus yaitu 51,5 meningkat

menjadi 75 pada siklus I yang berarti ada peningkatan nilai rata-rata kelas

yaitu sebanyak 23,5. Unutk prosentase ketuntasan juga mengalami

peningkatan. Apabila pada penelitian prasiklus prosentase ketuntasan

hanya 12,5% (3 anak tuntas), pada siklus I meningkat menjadi 54,17% (13

anak tuntas) yang berarti ada peningkatan prosentase ketuntasan yaitu

sebesar 41,67% atau bertambah 10 anak yang memiliki nilai tuntas.

b. Hasil pengamatan guru siklus I

Tabel 4.21. Hasil pengamatan guru siklus I

NO KEGIATAN HASIL

KETERANGAN B C K

1. Guru mengucapkan

salam dengan jelas. V Sudah cukup jelas

2. Guru melakukan V Sudah baik

88

presensi kehadiran

siswa dengan jelas.

3.

Guru melakukan

apersepsi mengenai

materi yang akan

diberikan pada hari

ini.

V

Kurang jelas karena

kondisi kelas tidak

kondusif.

4.

Guru menjelaskan

aturan main sunda

manda

V

Sudah cukup dalam

memberikan penjelasan

mengenai aturan main

permainana sunda

manda pada hari ini.

5.

Guru memberikan

pertanyaan kepada

siswa.

V

Guru cukup

memberikan

pertanyaan kepada

siswa.

6.

Guru memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya

mengenai permainana

sunda manda.

V

Guru tidak memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya.

7.

Guru mengajak anak

untuk bermain sunda

manda.

V Sudah baik

8.

Guru bersama siswa

menyimpulkan materi

yang telah dibahas.

V

Sudah cukup dalam

menyimpulkan materi

yang telah dibahas.

9. Guru mengucapkan

salam V Sudah baik

10. Pengelolaan kelas V Kurang dalam

pengelolaan kelas

11. Pengelolaan waktu V Kurang dalam

pengelolaan kelas

Keterangan :

B = Baik C = Cukup K = Kurang

c. Hasil pengamatan siswa siklus I

Tabel 4.22. Hasil pengamatan siswa siklus I

NO KEGIATAN HASIL

KETERANGAN B C K

1. Siswa menjawab

salam V

Cukup saat menjawab

salam.

2. Siswa merespon

panggilan dari guru V

Beberapa anak tidak

merespon panggilan

89

guru.

3.

Siswa menanggapi

apersepsi yang

diberikan guru

V Kurang menanggapi

apersepsi guru

4.

Siswa memperhatikan

pembelajaran yang di

berikan guru

V

Beberapa anak tidak

memperhatikan

pembelajaran yang di

berikan guru

5. Siswa menjawab

pertanyaan dari guru V Cukup

6. Siswa bertanya

kepada guru V

Tidak ada anak yang

bertanya kepada guru

7.

Siswa mengerjakan

tugas yang diberikan

oleh guru

V

Kurang dikarenakan

ada beberapa anak yang

tidak mau melakukan

tugas yang di berikan

oleh guru.

8.

Siswa menyimpulkan

pembelajan pada hari

ini dgn recalling

V Sudah baik.

9. Siswa menjawab

salam penutup V Sudah baik.

Keterangan :

B = Baik C = Cukup K = Kurang

Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus I di atas, terdapat

faktor pendukung dan faktor penghambat dari guru dan siswa beserta ide

perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Berikut ini

penjelasannya.

1) Hal-hal yang mendukung

Ada beberapa hal yang mendukung dari guru dan siswa saat

pembelajaran siklus I berlangsung antara lain:

a) Guru sudah cukup jelas mengucapkan salam.

b) Guru sudah baik dalam melakukan presensi kehadiran.

90

c) Guru sudah cukup dalam memberikan penjelasan mengenai

permainan sunda manda.

d) Siswa tertarik dengan permainan sunda manda sehingga ada

perhatian lebih dalam permainan tersebut.

e) Siswa cukup baik dalam menjawab pertanyaan guru.

2) Hal-hal yang menghambat

Ada beberapa hal yang menghambat dari guru dan siswa saat

pembelajaran siklus I berlangsung antara lain:

a) Guru kurang dapat mengambil hati siswa ketika apersepsi sehingga

kondisi kelas tidak kondusif.

b) Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai permainan sunda manda.

c) Dalam pengelolaan kelas, guru kurang dapat mengelola kelas

dikarenakan sibuk dalam pencatatan tabungan. Selain itu anak-anak

bebas keluar masuk kelas sehingga tidak kondusif.

d) Dalam pengelolaan waktu, guru kurang dapat mengelola waktu

dimana permainan sunda manda diberikan di pembukaan sehingga

waktu yang diperlukan kurang dan terkesan terburu-buru

menyelesaikan kegiatan.

e) Kondisi kelas tidak kondusif sehingga siswa saat di panggil oleh

guru tidak merespon panggilan guru.

f) Siswa bermain sendiri dan keluar masuk kelas.

g) Tidak ada siswa yang bertanya kepada guru.

91

h) Beberapa siswa tidak mau bermain sunda manda.

3) Ide perbaikan

a) Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengkondisikan kelas

terlebih dahulu.

b) Guru lebih mengkondisikan siswa untuk mentaati peraturan

kelas dimana sebelum istirahat anak-anak tidak boleh keluiar

masuk kelas tanpa izin.

c) Dalam pengelolaan kelas jobdisk bagi tiap guru dilebih

tekankan. Dibedakan antara guru pendamping dan guru

utama/wali kelas.

d) Guru dan peneliti menambahkan aturan main untuk

memecahkan masalah pada permasalahan pertama dan ke dua

yaitu anak yang ingin bermain sunda manda harus berbaris rapi.

Bagi anak yang tidak mau berbaris maka tidak akan dipanggil

atau tidak mendapatkan kesempatan bermain sunda manda.

e) Agar semua anak ikut bermain sunda manda termasuk NW dan

IFM maka yang dilakukan guru adalah akan memberikan

reward bagi yang sudah maju dengan pin bintang.

f) Permainan sunda manda tidak efektif dilakukan di kegiatan

awal, maka di geser di kegiatan inti agar mendapatkan waktu

yang cukup yaitu di akhir kegiatan inti sebelum istirahat.

92

g) Sebelum permainan sunda manda dimulai, dilakukan

pemanasan terlebih dahulu sehingga otot anak tidak kaku yaitu

dengan jalan ditempat, meliukkan badan dan sebagainya.

3. Pembahasan Hasil Siklus II

Dibawah ini merupakan hasil rekapitulasi peningkatan motorik kasar

pada siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo dari siklus I ke Siklus II.

Tabel 4.23. hasil motorik kasar siklus I

Nilai Rata-rata

Kelas

% Ketuntasan

KKM Kelas

Jumlah Anak

yang Tuntas

KKM Kelas

% Ketuntasan

KKM Nasional

JUmlah Anak

yang Tuntas

KKM Nasional

89,6 87,5% 21 87,5% 21

Berdasarkan analisa perhitungan kemampuan motorik anak pada siklus

II yaitu 87,5% anak sudah melampaui KKM ketuntasan yang telah

ditetapkan yaitu 85%. Nilai rata-rata kelas yaitu 89,6 sudah melampaui

ketentuan KKM yaitu 70. Berdasarkan hasil yang ada, maka penelitian

dicukupkan hanya sampai siklus II. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil

peningkatan motorik kasar siklus I ke siklus II.

Tabel 4.24. Rekapitulasi hasil perkembangan motorik kasar pada siklus II

Keterangan Siklus I Siklus II Peningkatan dari

siklus I ke Siklus II

Nilai rata-rata

kelas 75 89,6 14,6

% Ketuntasan

KKM Kelas 54,17% 87,5% 33,33%

Jumlah anak

yang tuntas

KKM Kelas

13 21 8

% Ketuntasan

KKM Nasional 54,17% 87,5% 33,33%

93

Jumlah Anak

yang Tuntas

KKM Nasional

13 21

8

Grafik 4.3. Hasil rekapitulasi pengamatan motorik kasar

dari siklus I ke siklus II

0

20

40

60

80

100

siklus I siklus II

nilai rata-rata kelas

% ketuntasan KKM Kelas

jumlah anak tuntas KKM kelas

% ketuntasan Nasional

jumlah anak tuntas kkm Nasional

a. Refleksi tindakan siklus II

Pada hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, hasilnya

yaitu dapat di lihat bahwa keterampilan motorik kasar anak dari siklus I

hingga siklus II mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel rekapitulasi

di atas, didapatkan hasil bahwa ada peningkatan nilai rata-rata kelas

yaitu sebelumnya pada nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 75

meningkat menjadi 89,6 pada siklus II yang berarti ada peningkatan

nilai rata-rata kelas yaitu sebanyak 14,6. Unutk prosentase ketuntasan

juga mengalami peningkatan. Apabila pada penelitian siklus I

prosentase ketuntasan 54,17% (13 anak tuntas), pada siklus II

meningkat menjadi 87,5% (21 anak tuntas) yang berarti ada

peningkatan prosentase ketuntasan yaitu sebesar 33,33% atau

bertambah 8 anak yang memiliki nilai tuntas.

94

b. Hasil pengamatan guru siklus II

Tabel 4.25. Hasil pengamatan guru siklus II

NO KEGIATAN HASIL

KETERANGAN B C K

1. Guru mengucapkan

salam dengan jelas. V Sudah jelas

2.

Guru melakukan

presensi kehadiran

siswa dengan jelas.

V Sudah baik

3.

Guru melakukan

apersepsi mengenai

materi yang akan

diberikan pada hari

ini.

V Sudah baik.

4.

Guru menjelaskan

aturan main sunda

manda.

V

Sudah baik dalam

memberikan penjelasan

mengenai aturan main

permainan sunda

manda.

5.

Guru memberikan

pertanyaan kepada

siswa mengenai

permainana sunda

manda.

V

Guru cukup

memberikan

pertanyaan kepada

siswa.

6.

Guru memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya.

V

Guru cukup

memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya.

7.

Guru mengajak anak

untuk bermain sunda

manda

V Sudah baik

8.

Guru bersama siswa

menyimpulkan materi

yang telah dibahas.

V

Sudah baik dalam

menyimpulkan materi

yang telah dibahas.

9. Guru mengucapkan

salam V Sudah baik

10. Pengelolaan kelas V Sudah baik dalam

pengelolaan kelas

11. Pengelolaan waktu V Sudah baik dalam

pengelolaan kelas

Keterangan :

B = Baik C = Cukup K = Kurang

95

c. Hasil pengamatan siswa siklus II

Tabel 4.25. Hasil pengamatan siswa siklus II

NO KEGIATAN HASIL

KETERANGAN B C K

1. Siswa menjawab

salam V

Baik saat menjawab

salam.

2. Siswa merespon

panggilan dari guru V

Baik dalam merespon

panggilan dari guru.

3.

Siswa menanggapi

apersepsi yang

diberikan guru

V

Siswa baik dalam

menanggapi apersepsi

guru

4.

Siswa memperhatikan

penjelasan aturan

main sunda manda

yang di berikan guru

V

semua anak

memperhatikan

penjelasan aturan main

sunda manda yang di

berikan guru

5. Siswa menjawab

pertanyaan dari guru V Cukup

6. Siswa bertanya

kepada guru V

Ada beberapa anak

yang bertanya kepada

guru mengenai

permainan sunda

manda hari ini.

7.

Siswa mengerjakan

tugas yang diberikan

oleh guru

V

Sudah baik karena

terlihat peningkatan di

mana pada siklus II ini

hanya ada 1 anak saja

yang masih enggan

mengikuti permaianan

sunda manda.

8.

Siswa menyimpulkan

pembelajan pada hari

ini dgn recalling

V Sudah baik.

9. Siswa menjawab

salam penutup V Sudah baik.

Keterangan :

B = Baik C = Cukup K = Kurang

Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus II di atas, guru

telah menerapkan permainaan tradisional sunda manda dengan baik dan

efesien, di lihat dari aktifitas di siklus II ini terlihat bahwa hampir seluruh

96

siswa sudah aktif dan berpartisipasi dalam permaianan sunda manda serta

dilihat dari hasil observasi pada aspek kekuatan, kelincahan dan

keseimbangan yang didapatkan oleh siswa sudah menunjukkan hasil yang

sesuai dengan yang di harapkan peneliti. Untuk ini penelitian dicukupkan

pada siklus II. Hal ini memberi npengertian bahwa permainan tradisional

sunda manda dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar siswa

kelompok B di RA Sudirman Giriwondo Kecamatan Jumapolo Kabupaten

Karanganyar.

4. Data Peningkatan Motorik Kasar Antar Siklus

Tabel 4.26. Peningkatan motorik kasar antar siklus

Grafik 4.4. Peningkatan motorik kasar antar siklus

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

pra siklus siklus I siklus II

nilai rata-rata kelas

% ketuntasan KKM Kelas

jumlah anak yang tuntas KKMkelas

% ketuntasan KKM Nasiona

jumlah anak yang tuntas KKMNasional

Tahap

Nilai

Rata-

Rata

Kelas

Peningk

atan

Rata-

rata

Nilai

Kelas

%

Ketuntas

an KKM

Kelas

Peningk

atan %

KKM

Kelas

Ketuntasan Siswa

KKM Kelas

%

ketunta

san

KKM

Nasion

al

Pening

katan

KKM

Nasion

al

Ketuntasan siswa

KKM Nasional

Tuntas Tidak

Tuntas Tuntas

Belum

Tuntas

Prasiklus 51,5 - 12,5% - 3 21 12,5% - 3 21

Siklus I 75 23,5 54,17% 41,67% 13 11 54,17% 41,67

% 13 11

Siklus II 89,6 14,6 87,5% 33,33% 21 3 87,5% 33,33

% 21 3

97

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa permainan sunda manda

dapat meningkatkan mototrik kasar siswa kelompok B di RA Sudirman

Giriwondo Jumapolo. Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai rata-rata kelas

pada prasiklus yaitu 51,5, terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 75,

kemudian terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 89,6. Nilai rata-rata

pada penelitian prasiklus hingga siklus I meningkat 23,5 dan nilai rata-rata

pada siklus I hingga siklus II meningkat 14,6.

Pada prosentase ketuntasan KKM Kelas (nilai 70) dan KKM Nasional

(nilai 75) hasilnya sama yaitu pada prasiklus hanya ada 12,5% atau 3 anak

yang memiliki nilai tuntas, terjadi peningkatan pada siklus I yaitu prosentase

ketuntasan bertambah menjadi 54,17% atau 13 anak dinyatakan tuntas, dan

kemudian terjadi peningkatan prosentase ketuntasan pada siklus II yaitu

menjadi 87,5% atau 21 siswa dinyatakan tuntas. Prosentase ketuntasan dari

prasiklus hingga siklus I yaitu terjadi peningkatan 41,67% atau 10 anak

mendapatkan nilai tuntas dan prosentase ketuntasan dari siklus I hingga

siklus II terjadi peningkatan 33,33% atau 8 anak yang mendapatkan nilai

tuntas.

KKM Nasional merupakan level ideal. Sehingga dapat disimpulkan

dengan tercapainya 87,6% siswa mendapatkan nilai tuntas pada KKM

Nasional maka 87,6% siswa tersebut telah berhasil tuntas pada level ideal

yang berarti siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara ideal. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi siswa di kelas yang di PTKkan ini

98

dinyatakan berhasil karena KKM kelas pada siklus II sebesar 87,5% lebih

besar dari 85% (KKM kelas) minimal.

99

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian berjudul “Peningkatan Keterampilan Motorik

Kasar Melalui Permainan Tradisional Sunda Manda pada Kelompok B RA

Sudirman Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017” adalah dengan

melalui permainan sunda manda dapat meningkatkan keterampilan motorik

kasar pada siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo tahun

pelajaran 2016/2017. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian

tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dengan hasil

observasi pada aspek kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan melalui

permainan sunda manda mengalami peningkatan.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa permainan sunda

manda dapat meningkatkan mototrik kasar siswa kelompok B di RA

Sudirman Giriwondo Jumapolo. Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai rata-

rata kelas pada prasiklus yaitu 51,5, terjadi peningkatan pada siklus I

menjadi 75, kemudian terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 89,6. Nilai

rata-rata kelas pada penelitian prasiklus hingga siklus I meningkat 23,5 dan

nilai rata-rata kelas pada siklus I hingga siklus II meningkat 14,6.

Pada prosentase ketuntasan KKM Kelas (nilai 70) dan KKM Nasional

(nilai 75) hasilnya sama yaitu pada prasiklus hanya ada 12,5% atau 3 anak

yang memiliki nilai tuntas, terjadi peningkatan pada siklus I yaitu prosentase

100

ketuntasan bertambah menjadi 54,17% atau 13 anak dinyatakan tuntas, dan

kemudian terjadi peningkatan prosentase ketuntasan pada siklus II yaitu

menjadi 87,5% atau 21 siswa dinyatakan tuntas. Prosentase ketuntasan dari

prasiklus hingga siklus I yaitu terjadi peningkatan 41,67% atau 10 anak

mendapatkan nilai tuntas dan prosentase ketuntasan dari siklus I hingga

siklus II terjadi peningkatan 33,33% atau 8 anak yang mendapatkan nilai

tuntas.

KKM Nasional merupakan level ideal. Sehingga dapat disimpulkan

dengan tercapainya 87,6% siswa mendapatkan nilai tuntas pada KKM

Nasional maka 87,6% siswa tersebut telah berhasil tuntas pada level ideal

yang berarti siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara ideal. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi siswa di kelas yang di PTKkan ini

dinyatakan berhasil karena KKM kelas pada siklus II sebesar 87,5% lebih

besar dari 85% (KKM kelas) minimal.

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini, penulis dapat memberikan beberapa saran

dalam proses belajar mengajar untuk perkembangan yang lebih baik, yaitu:

1. Bagi guru

a. Setiap aspek perkembangan siswa memiliki tingkat kesulitan,

perbedaan dan membutuhkan media yang beragam, sehingga perlu

kreatifitas guru dalam menggunakan metode agar pembelajaran lebih

menarik.

101

b. Pada proses pembelajaran hendaknya anak lebih banyak dikenalkan

dengan permaianan tradisional sehingga permaianan tradisional dapat

dilestarikan.

c. Pada proses pembelajaran hendaknya lebih mendisiplinkan siswa

sehingga siswa dapat lebih terbiasa bersikap disiplin.

d. Pada proses pembiasaan-pembiasaan sebaiknya guru lebih banyak

memberikan pembiasaaan-pembiasaan contohnya yaitu berdoa bersama

sebelum makan dan doa sesudah makan sehingga kondisi kelas lebih

kondusif.

e. Pembagian tugas antar guru lebih memudahkan guru dalam

menciptakan keadaan yang kondusif.

f. Menjalin hubungan yang baik dengan siswa dan orang tua siswsa

sehingga dapat memberikan masukan dan saran untuk kebaikan siswa.

g. Guru adalah motivator dan fasilitator bagi siswa untuk berkembang.

2. Bagi siswa

a. Menghormati guru dan mendengarkan nasehat-nasehat yag di berikan

guru.

b. Apabila anak mau bermain fisik motorik, badan akan lebih sehat.

c. Dengan bermain sunda manda selain seru, juga menyehatkan.

d. Dengan bermain permainan tradisional, ikut andil dalam menjaga

warisan budaya.

e. Bermain diluar rumah bersama teman-teman akan lebih menyenangkan.

102

3. Bagi sekolah

a. Memberikan fasilitas yang memadai kepada guru, sehingga guru dapat

berkreasi dalam pelaksanaan tugasnya.

b. Melakukan supervisi kelas untuk menjalin kualitas pembelajaran

dikelas.

c. Menjalin hubungan yang baik dengan guru, orang tua murid dan

masyarakat sekitar.

4. Bagi peneliti

Kepada peneliti selanjutnya pada bidang penelitian yang sama,

diharapkan dapat menindak lanjuti penelitian ini dalam konteks yang lebih

luas sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik yang diharapkan dapat

berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita tercinta,

Indonesia.

103

DAFTAR PUSTAKA

Achroni, Keen. 2012. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui

Permainan Tradisional. Yogyakarta: Javalitera

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Yrama Widya

__________. 2014. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, dan

TK. Bandung: CV Yrama Widya

Bahri, Aliem. 2012. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Makasar: Unismuh

Decaprio, Richard. 2013. Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah.

Yogyakarta: Diva Press

Depdiknas. 2008. Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah. Jakarta:

Bagian Proyek Olahraga Masyarakat, Direktorat Olahraga Masyarakat.

Hasan, Maimunah. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press

Mursid. 2016. Pengembangan Pembelajaran Paud. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya‟

Purwanto. 2011. Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sukamti, Endang R. 2007. Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK UNY.

Wiyani, Novan Ardy. 2016. Konsep Dasar Paud. Yogyakarta: Gava Media

104

LAMPIRAN-LAMPIRAN

105

surat permohonan izin penelitian

106

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

(Prasiklus)

Semester/ Bulan/ Minggu ke : II/IV/III

Hari / Tanggal : Jum‟at / 07 April 2017

Kelompok/ Usia : B/5-6 Tahun

Tema/ Sub Tema : Alat Telekomunikasi / Guna Alat

Komunikasi

KD: 3.1, 3.2, 3.3-4. 3, 3.9-4.9, 3.11-4.11.

Materi

MATERI DALAM KEGIATAN

- Berdoa sebelum kegiatan belajar.

- Melompat dengan menggunakan satu

kaki dan dua kaki

- Menunjukkan urutan benda dengan

bilangan 1-9 dengan permainan

sunda manda.

- Gerak dan lagu ”Telpon berdering”

- Menyusun kepingan puzzle menjadi

utuh

- Meniru kalimat ”ayah membaca

koran setiap hari”

MATERI DALAM PEMBIASAAN

- Bersyukur atas ciptaan Allah.

Mengucapkan ”Alhamdulillah”

- Mengucapkan salam

- Berdoa sebelum kegiatan

- Mengaji

Alat dan Bahan

- Karpet angka dan gambar

- Corong

- Sedotan

- Gunting

- Gambar alat komunikasi

- Lem

- Lembar kerja

- Pensil

A. PEMBUKAAN (30 menit)

- Penerapan SOP Pembukaan

- Melafalkan bacaan tahmid (NA 3.1)

- Berdiskusi tentang macam-macam alat komunikasi, mengenal bentuk dan

ciri-cirinya. (BHS – 3.11)

B. Inti (60 menit)

- Guru menerangkan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

1. Melompat dalam permainan sunda manda mengurutkan 1-9 (FHK –

3.3-4.3)

107

108

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

(siklus I)

Semester/ Bulan/ Minggu ke : II/IV/IV

Hari / Tanggal : Senin/10 April 2017

Kelompok/ Usia : B/5-6 Tahun

Tema/ Sub Tema : Alat Telekomunikasi / Bentuk dan Cara

Menggunakan Alat Komunikasi

KD: 3.1, 3.3-4. 3, 3.5, 3.11, 3.15.

Materi

MATERI DALAM KEGIATAN

- Berdoa sebelum kegiatan belajar.

- Memfungsikan tubuh ciptaan Allah

(melompat dan meloncat).

- Menggunting kertas menjadi bentuk

buku.

- Membaca gambar dan meniru tulisan

- Menunjukkan mazze anak yang mau

menonton televisi

MATERI DALAM PEMBIASAAN

- Sholat dhuha

- Berdoa sebelum kegiatan

- Mengaji surat pendek dan ikrar

- Bercerita tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan.

- Tanya jawab tentang kegiatan yang

paling disukai

Alat dan Bahan

- Karpet angka dan gambar

- Corong

- Sedotan

- Gunting

- Pensil

- Majalah

- Pewarna

C. PEMBUKAAN (30 menit)

- Penerapan SOP Pembukaan

- Sholat dhuha (NA – 3.1)

- Melompat dengan dua kaki setinggi 10cm, 15cm, 20cm (FMK – 3.3-4.3)

- Berdiskusi tentang macam-macam alat komunikasi yang dapat

menghasilkan suara. (BHS – 3.11)

D. Inti (60 menit)

- Guru menerangkan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

1. Menempel bentuk gambar. (FMH - 3.3-4.3)

2. Menggunting kertas (FHM – 3.3-4.3)

109

3. Menyelesaikan maze (KOG - 3.5)

110

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) (siklus II)

Semester/ Bulan/ Minggu ke : II/IV/IV

Hari / Tanggal : Rabu /12 April 2017

Kelompok/ Usia : B/5-6 Tahun

Tema/ Sub Tema : Alat Telekomunikasi / Bentuk dan Cara

Menggunakan Alat Komunikasi

KD: 2.2, 3.1-4.1, 3.3-4.3, 3.5-4.5, 3.15, 4.15

Materi

MATERI DALAM KEGIATAN

- Berdoa sebelum kegiatan belajar.

- Bersyukur atas ciptaan Allah.

Melafalkan tasbih, tahmid dan tahlil.

- Menyanyi ”ustaz guru ngaji”

- Menghubungkan gambar dengan

tulisan

- Mewarnai gambar televisi dan

mencocok dengan rapi kemudian

menempel.

- Bermain sunda manda

MATERI DALAM PEMBIASAAN

- Berdoa sebelum kegiatan

- Mengaji surat pendek dan ikrar

- Hafalan dan baca iqra‟

- Bercerita tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan pada hari ini.

Alat dan Bahan

- Karpet angka dan gambar

- Corong

- Sedotan

- Pencocok

- Gambar televisi, telepon

- Pewarna (pensil warna)

- Iqra‟

- Majalah

E. PEMBUKAAN (30 menit)

- Penerapan SOP Pembukaan

- Melafalkan tasbih, tahmid dan tahlil. (NA - 3.1-4.1)

- Menyanyi “ustadz guru ngaji” (Seni - 4.15)

- Berdiskusi mengenai kegiatan hari ini.

F. Inti (60 menit)

- Guru menerangkan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

1. Menghubungkan gambar dengan tulisan yang sesuai. (kog – 3.5-

4.5)

2. Mewarnai dan mencocok gambar televisi (FMH – 3.3-4.3)

3. Melengkapi gambar (Kog – 2.3)

4. Bermain sunda manda (FMK – 3.3-4.3)

111

112

113

DAFTAR NILAI PRASIKLUS

7 April 2017

No. Nama

Siswa

Aspek yang Diamati

dan Dinilai Jumlah

Nilai

Siswa

KKM

Kelas

Status Pencapaian

KKM Kelas KKM

Nasio

nal

Status Pencapaian

KKM Nasional

Keku

atan

Kelin

cahan

Kesei

mban

gan Tuntas Belum

Tuntas Tutas

Belum

tuntas

1 ASW 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

2 DPS 10 10 10 30,0 70,0

75

3 FAD 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

4 FRG 16,66 2 33,33 52,0 70,0

75

5 GEK 10 10 10 30,0 70,0

75

6 IFM 10 10 10 30,0 70,0

75

7 IMR 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

10 MPI 16,66 16,66 10 43,3 70,0

75

11 MF 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0

75

12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

13 MA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

14 MZH 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

15 MFA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

16 NA 10 10 10 30,0 70,0

75

17 NA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

18 NW 0 0 0 0,0 70,0

75

19 ZAR 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

20 NJA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

21 CSN 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

22 SM 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

23 AIM 33,33 16,66 16,66 66,7 70,0

75

24 MF 16,66 10 10 36,7 70,0

75

total nilai siswa 1235,0 KKM

kelas

3 21 KKM

Nas

3 21

nilai rata-rata kelas siswa 51,5 12,5% 12,5%

114

DAFTAR NILAI SIKLUS I

10 April 2017

No. Nama

Siswa

Aspek yang Diamati

dan Dinilai Jumlah

Nilai

Siswa

KKM

Kelas

Status Pencapaian

KKM Kelas KKM

Nasio

nal

Status Pencapaian

KKM Nasional

Keku

atan

Kelin

cahan

Kesei

mban

gan Tuntas Belum

Tuntas Tuntas

Belum

tuntas

1 ASW 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

2 DPS 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

3 FAD 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

4 FRG 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0

75

5 GEK 33,33 10 16,66 60,0 70,0

75

6 IFM 10 16,66 10 36,7 70,0

75

7 IMR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

10 MPI 33,33 16,66 10 60,0 70,0

75

11 MF 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0

75

12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

13 MA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

14 MZH 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0

75

15 MFA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

16 NA 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0

75

17 NA 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0

75

18 NW 0 0 0 0,0 70,0

75

19 ZAR 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0

75

20 NJA 16,66 16,66 33,33 66,7 70,0

75

21 CSN 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0

75

22 SM 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0

75

23 AIM 33,33 16,66 33,33 83,3 70,0

75

24 MF 16,66 10 16,66 43,3 70,0

75

Total nilai siswa 1799,7 KKM

kelas

13 11 KKM

Nas

13 11

Nilai rata-rata kelas siswa 75,0 54,17% 54,17%

115

DAFTAR NILAI SIKLUS II

12 April 2017

No Nama

Siswa

Aspek Yang Diamati

Dan Dinilai Jumlah

Nilai

Siswa

KKM

Kelas

Status

Pencapaian

KKM Kelas

KKM

Nasio

nal

Status

pencapaian

KKM Nasional Keku

atan

Kelin

cahan

Kesei

mban

gan Tuntas Belum

Tuntas Tuntas

Belum

Tuntas

1 ASW 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

2 DPS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

3 FAD 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

4 FRG 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

5 GEK 33,33 16,66 33,33 83,3 70,0 75

6 IFM 16,66 33,33 16,66 66,7 70,0 75

7 IMR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

8 JAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

9 KKA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

10 MPI 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0 75

11 MF 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

12 MAS 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

13 MA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

14 MZH 33,33 33,33 16,66 83,3 70,0 75

15 MFA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

16 NA 16,66 33,33 33,33 83,3 70,0 75

17 NA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

18 NW 0 0 0 0,0 70,0 75

19 ZAR 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

20 NJA 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

21 CSN 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

22 SM 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

23 AIM 33,33 33,33 33,33 100,0 70,0 75

24 MF 16,66 16,66 16,66 50,0 70,0 75

total nilai siswa 2149,7 KKM

Kelas

21 3 KKM

Nas

21 3

nilai rata-rata kelas siswa 89,6 87,50% 87,5%

116

LAMPIRAN DOKUMENTASI PER SIKLUS

Dokumentasi Prasiklus

Anak berjalan saat bermain sunda

manda karena tidak mendengarkan

instruksi guru

Anak sudah dapat berjalan

menggunakan 1 kaki atau engklek

Anak merasa bingung kaki manakah

yang akan dijadikan tumpuan

Anak melakukan gerakan brok di

angka 8

117 113

Dokumentasi Silus I

Anak mengambil tolakan untuk

melompati rintangan dengan

menggunakan 2 kaki

Guru memberikan instruksi

Anak kurang memperhatikan instruksi

guru sehingga salah dalam menginjak

urutan angka

Anak-anak antusias dengan permainan

sunda manda pada pertemuan kali ini

karena ada rintangannya

118 113

Dokumentasi Siklus II

Bidang sunda manda yang di

modifikasi peneliti. Material karpet

sponse

Tolakan kaki pada awal permainan

119 113

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Cici Fitria Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

NIM : 116-13-003 Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

NO. NAMA KEGIATAN PELAKSANAAN STATUS SKOR

1.

Orientasi Pengenalan

Akademik dan

Kemahasiswaan (OPAK)

STAIN Salatiga 2013

26-27 Agustus

2013

Peserta 3

2. Surat keterangan hilang

dari DEMA FTIK

sertifikat opak jurusan

tarbiyah STAIN

SALATIGA angkatan

2013 dengan tema

“Menjunjung Tinggi Nilai-

Nilai Kearifan Lokal

Sebagai Identitas

Pendidikan Indonesia”

29 Agustus 2013 Peserta 3

3. Sertifikat UPT

Perpustakaan STAIN

Salatiga dalam Library

User Education

(Pendidikan Pemakai

Perpustakaan)

16 September 2013 Peserta 2

4. Sertifikat seminar regional

Pengembangan Program

Studi Pendidikan Guru

Raudhatul Athfal dengan

tema “Mengawal Tumbuh

Kembang Anak Secara

Optimal”

27 November 2013 Peserta 4

5. Sertifikat Pendidikan dan

Pelatihan (DIKLAT)

Keprofesian oleh HMJ

Tarbiyah dengan tema

“Mencerahkan Dunia

Pendidikan Melalui

13-14 Mei 2014 Peserta 2

120 113

Kreatifitas Guru”

6. Sertifikat seminar nasional

Goresan Cinta Penakhluk

Dunia bersama Darwis

Tere Liye oleh LPM Figur

FKIP UMS

5 Juni 2014 Peserta 8

7. Piagam Penghargaan

Negara oleh Badan

Pengawasan Pemilihan

Umum Republik Indonesia

sebagai relawan “Gerakan

Sejuta Relawan Pengawas

Pemilu” pemilu DPR,

DPD dan DPRD serta

pemilu Presiden dan Wakil

Presiden tahun 2014

Oktober 2014 Relawan 2

8. Sertifikat Seminar dan

Pelatihan dengan tema “To

Be Creative Teacher” oleh

HMPS PGRA

10 November 2014 Panitia 2

9. Sertifikat Training

Kepribadian di Institut

Agama Islam Negeri

Salatiga

19 Mei 2015 Peserta 2

10. Sertifikat workshop smart

teaching oleh Biro

Konsultasi Psikologi

Tazkia IAIN Salatiga

20 November 2015 Peserta 2

11. Sertifikat Seminar

Nasional LDK Fathir Ar

RAsyid IAIN Salatiga

dengan tema “Muslimah

Sejati Bertabur Inspirasi”

29 November 2015 Peserta 8

12. Sertifikat oleh SEMA

FTIK dengan tema “Peran

UU sisdiknas dan

permendikbud dalam

penerapan kurikulum

2013” IAIN Salatiga

02 Mei 2016 Peserta 2

13. Sertifikat seminar nasional 21 Mei 2016 Peserta 8

121

oleh HMJ PAI IAIN

Salatiga dengan tema

“Pendidikan Agama

Menjadi Pelopor

Kebangkitan Nasional di

Era Modern”

14. Sertifikat seminar Nasional

PIK SAHAJASA dengan

tema “LGBT dalam

Perspektif Psikologi dan

Kesehatan”

26 Mei 2016 Peserta

8

15. Sertifikat Workshop

Penyusunan Desain

Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) oleh Jurusan

Pendidikan Guru Raudlatul

Athfal IAIN Salatiga

29 Oktober 2016 Peserta 2

16. Sertifikat Seminar

Nasional Anak

Berkebutuhan Khusus

dengan tema “Melejitkan

Potensi ABK” oleh Pusat

Studi Gender dan Anak

IAIN Salatiga Special

Needs School Talenta Kids

Salatiga

1 Desember 2016 Peserta 8

17. Serifikat workshop rebana

nasional dengan tema

“Meningkatkan Hubbun

Nabi dalam Mewadahi

Semangat Muda

Melestarikan Tradisi

Islami” okeh JQH al

Furqan IAIN SALATIGA

13 Mei 2017 Peserta 8

18. Sertifikat Seminar

Nasional

Psychopreneurship dengan

tema “Meningkatkan

Kompetensi SDM Melalui

17 Mei 2017 Peserta 8

Salatiga, 18 September 2017

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama

Achmad Maimun, M.Ag\

Pengembangan

Kewirausahaan dan Talent

Management” Universitas

Sahid Surakarta

19. Sertifikat Seminar

Nasional Islamic Fair

Udinus 2017 dengan tema

“Muslim Kreatif dan

Inovatif” oleh Bandan

Amalan Islam Matholi‟ul

Anwar Universitas Dian

Nuswantoro Semarang

20 Mei 2017 Peserta 8

20. Sertifikat Seminar

Nasional dengan tema

“Peran Musik Dalam

Membangun Budaya

Kesadaran Berfikir dan

Emosional Manusia” oleh

HMJ BKI IAIN Surakarta

22 Mei 2017 Peserta 8

21. Sertifikat seminar nasional

dengan tema “Tri Dharma

Perguruan Tinggi dalam

Membangun Mindset Anti

Hoax” oleh menwa yon

953-K IAIN SALATIGA

24 Mei 2017 Peserta 8

Jumlah 106

123

124 113

57783