skripsi - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1554/1/konsep...
TRANSCRIPT
i
KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI “NJANGAN
JAMU” PADA BULAN SYURO DI DUSUN DUKUH SARI,
DESA KETANGI, KECAMATAN KALIANGKRIK,
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
NUR WINARSIH
NIM: 11111035
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUANINSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Haai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”
(at Tahrim: 6)
Pada dasarnya sejarah itu bukan hanya rangkaian
cerita, akan tetapi ada banyak pelajaran,
kebanggaan, dan harta di dalamnya.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Puji syukur kepada Allah SWT yang tak pernah henti memberikan
nikmatNya kepada ku sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tanpa
halangan yang berarti.
Kedua orang tuaku tercinta Ibu Wanti dan Bapak Parman yang telah
membesarkan dan mendidikku penuh cinta dan kasih sayang.
Adik kandungku Dharis Hendrik Wicaksono serta adiku Zaqi Mubarok
yang senantiasa menjadi penyemangatku, agar menjadi kakak yang
terbaik buat kalian.
Bapak Rovi’in,M.Ag. Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama menempuh pendidikan di
IAIN Salatiga.
Bapak Mufiq, S.Ag.,M.Phil. yang telah membimbing penulis dalam skripsi
ini dengan ikhlas dan sabar.
Sesepuh dan warga Dusun Dukuh Sari yang dengan ramah dan sabar
dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengadakan
penelitian.
Sahabat/sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Teman-teman
gerakan angkatan dua ribu sebelas (GANAS) serta teman-teman PAI A
2011 yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
Sahabatku Milha Fitri Hawa yang tak pernah bosen memberikan
semangat.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Konsep Pendidikan Karakter dalam tradisi “Njangan Jamu” pada bulan Syuro di
Dusun Dukuh Sari, Desa Ketangi, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang
Tahun2015”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kita umatnya sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan S-1 Program Studi Pendidikan Agama
Islam Jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak, peneliti tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan penghargaan dan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) IAIN Salatiga.
4. Bapak Mufiq.S.Ag.,M.Phil. selaku Dosen Pembimbing dalam Skripsi ini
yang telah meluangkan waktunya.
ix
5. Bapak Rovi’in.M.Ag. Dosen pembimbing akademik selama penulis
menempuh pendidikan di IAIN Salatiga
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
7. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberi layanan dan
bantuan.
8. Ibu bapak serta adik-adiku yang senantiasa memberikan doa,kasih sayang,
dukungan dan motivasi sampai skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Sesepuh dan warga Dusun Dukuh Sari yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu,
10. Sahabat/sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, gerakan
angkatan 2011 dan teman-teman PAI A 2011.
11. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi seluruh pembaca, khususnya pada dunia pendidikan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 08 Semtember 2016
Penulis
x
ABSTRAK
Winarsih, Nur. 2016. Konsep Pendidikan Karakter Dalam Tradisi “Njangan
Jamu” pada bulan syuro di Dusun Dukuh Sari Desa Ketangi,
Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang Tahun 2015. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq,
S.Ag., M.Phil.
Kata Kunci : Konsep Pendidikan Karakter dalam Tradisi Masyarakat Jawa.
Tradisi Njangan Jamu adalah salah satu tradisi peninggalan nenek moyang
yang sudah seharusnya dijaga. Tradisi Njangan Jamu ini di lakukan pada bulan
Syuro tepatnya malam tanggal 10 bulan Asyuro, pada malam ini masyarakat
menghidangkan masakan berupa sayur yang bumbunya seperti bumbu jamu,
kamudian berkumpul di masjid atau di mushola. Penelitian ini berupaya untuk
mengetahui bagaimana sejarah sampai dengan nilai yang terkandung di dalamnya.
Dan dalam penelitian ini, peneliti menjadikan dusun Dukuh Sari, desa Ketangi,
kecamatan Kaliangkrik, kebupaten Magelang sebagai objek penelitian. Pertanyaan
yang ingin djawab melalui penelitian ini adalah:(1) sejarah pelaksanaan tradisi
Njagan Jamu? (2) konsep pendidikan karakter dalam tradisi Njangan Jamu? (3)
relevansi konsep pendidikan karakter dalam tradisi Njangan Jamu dengan
kehidupan sekarang?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan metode pengumpulan datanya antara
lain: observasi, wawancara dan dokumentasi dengan teknik analisis data yaitu
reduksi data, penyajian data dan perarikan kesimpulan.
Temuan ini menunjukan bahwa (1) sejarah Njangan Jamu adalah berawal
dari kisah Nabi Nuh dan pengikutnya yang selamat dari musibah banjir bandang,
rasa syukurnya Nabi ungkapkan dengan memasak segala bahan makanan yang
saat itu tersisa kemudian dimakan bersama pengikutnya, masakan inilah yang
sampai saat ini dikenal dengan sebutan Njangan Jamu (2) konsep pendidikan
karakter dalam tradisi Njangan Jamu adalah mengajari untuk bersedekah, akrab
dan rukun kepada tetangganya, slalu mengingat Allah SWT, pandai bersyukur dan
melestarikan budayanya (3) relevansi konsep pendidikan karakter dalam tradisi
Njangan Jamu dengan kehidupan sekarang adalah konsep pendidikan karakter
dalam tradisi ini ternyata masih bisa diterima dan dilaksanakan hingga jaman
sekarang.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO.................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... .. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................ .. vi
PERSEMBAHAN.......................................................................................... .. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. .. viii
ABSTRAK ............................................................................... .............. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. .. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. .. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................. .. 1
B. FOKUS MASALAH ....................................................... .............. 6
C. TUJUAN PENELITIAN................................................................... 6
D. MANFAAT PENELITIAN ............................................................. 7
E. DEFINISI OPRASIONAL .................................................................. 7
F. METODE PENELITIAN ......................................... .......................... 8
1. Pendekatan Penelitian .................................................................... 8
2. Kehadiran Peneliti ......................................................................... 8
3. Lokasi Penelitian ........................................................................... 9
4. Sumber Data .................................................................................. 9
5. Teknik Analisa Data ...................................................................... 10
xii
6. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... 11
7. Tahap-tahap Penelitian .................................................................. 12
G. SISTEMATIKA PENULISAN ........................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Karakter ............................................................................ 14
1. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................... 14
2. Tujuan Pendidikan Karakter .......................................................... 18
3. Isi Pendidikan Karakter ................................................................. 20
4. Pendidikan Karakter Dalam Lingkungan Keluarga dan
Masyarakat......... ..........................................................................
22
B. Tradisi “Njangan Jamu” Pada Bulan Syuro ........................................ 26
1. Pengertian Tradisi .......................................................................... 26
2. Njangan Jamu ................................................................................ 28
3. Bulan Syuro ................................................................................. 30
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum ................................................................................ 32
1. Letak Geografis Desa Ketangi ...................................................... 32
2. Visi dan Misi Desa Ketangi ........................................................... 32
3. Profil Desa Ketangi ....................................................................... 33
4. Sarana dan Prasarana Desa Ketangi .............................................. 36
5. Struktur dan Kepengurusan Desa Ketangi .................................... 38
B. Hasil Temuan ...................................................................................... 41
xiii
1. Sejarah Tradisi “Njangan Jamu” ................................................... 41
2. Konsep Pendidikan Karakter dalam Tradisi “Njangan Jamu” ...... 47
a. Pelaksanaan Tradisi “Njangan Jamu” ..................................... 47
b. Pendidikan Karakter yang Terkandung dalam Tradisi
“Njangan Jamu”.......................................................................
51
3. Relevansi Konsep Pendidikan Karakter dalam Tradisi “Njangan
Jamu” Pada Kehidupan Sekarang ..................................................
54
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pendidikan Karakter ............................................................................ 60
B. Sejarah Pelaksanaan Tradisi “Njangan Jamu” yang Berkembang di
Dusun Dukuh Sari ...............................................................................
62
C. Konsep Pendidikan Karakter Dalam Tradisi “Njangan Jamu”.......... .. 65
D. Relevansi Konsep Pendidikan Karakter dalam Tradisi “Njangan
Jamu” pada Kehidupan Masa Kini ......................................................
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 70
B. Saran .................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN-LAPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Profile Desa Ketangi ...................................................................... 33
Tabel 3.2 Letak Geografis Desa Ketangi ....................................................... 33
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Desa Ketangi .................................................... 34
Tabel 3.4 Susunan Jumlah RT dan Jumlah RW Desa Ketangi ...................... 34
Tabel 3.5 Kondisi Penduduk Desa Ketangi ................................................... 35
Tabel 3.6 Saransa dan Prasarana Desa Ketangi ............................................. 37
Tabel 3.7 Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Ketangi ............................ 38
Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana Umum Desa Ketangi .................................. 38
Tabel 3.9 Susunan Kepengerusan Desa Ketangi ........................................... 39
Tabel 4.0 Susunan Jabatan Badan Permusyawaratan Desa Ketangi............... 40
Tabel 4.1 Susunan Jabatan LPMD Desa Ketangi .......................................... 41
Tabel 4.2 Susunan Jabatan LPP Desa Ketangi .............................................. 41
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran II : Nota Pembimbing
Lampiran III : Surat Izin Penelitian
Lampiran IV : Surat Keterangan Telah Meneliti
Lampiran V : Pedoman Wawancara
Lampiran VI : Data Wawancara
Lampiran VII : Reduksi Data
Lampiran VIII : Daftar SKK
Lampiran IX : Lembar Konsultasi
Lampiran X : Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri atas banyak pulau
yang memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau
yang sering disebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat
di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan Negara
yang kaya akan budayanya. Budaya adalah suatu kebiasaan yang sering
dilakukan oleh masyarakat tertentu yang diwariskan dari generasi
kegenerasi. Warisan tersebut harus dijaga dan dilestarikan sehingga bisa
dinikmati oleh generasi berikutnya. Juga dapat merupakan sebuah simbol
suatu daerah, tanpa adanya kebudayaan, suatu daerah atau bahkan suatu
Negara tidak dapat mempunyai ciri khas dimata dunia. Namun akhir-akhir
ini yang menjadi kegelisahan bagi seniman atau budayawan adalah tidak
adanya pengakuan atau pengukuhan dari sebuah budaya tersebut, ini
dikarenakan masyarakat Indonesia sendiri kurang mengenal dan
memahami budayanya sendiri, bahkan kebanyakan dari masyarakat
modern kita sudah mulai mengikuti budaya asing.
Setiap suku mempunyai ciri khas budaya nya yang berbeda, salah
satu suku yang kaya akan budaya adalah suku Jawa. Suku Jawa
merupakan suku yang jumlah populasi paling banyak yang tersebar di
berbagai daerah. Kebanyakan dari suku Jawa memeluk agama Islam, tapi
2
ada juga yang memeluk agama selain agama Islam, seperti protestan,
Kristen, Hindu, Budha. Tapi ada juga orang jawa yang menganut Islam
kejawen, kejawen sebagai kata benda yang dapat di artikan dalam bahasa
Indonesia adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan adat istiadat
dan kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang jawa yang masih
bermukim di jawa ataupun yang berdomisili di luar jawa. Secara umum
“Kejawen” merupakan sebuah kaidah filsafat yang memiliki ajaran-ajaran
tertentu terutama dalam membangun Tata Krama (aturan berkehidupan
yang mulia). Kejawen sebagai agama itu dikembangkan oleh
pemeluk Agama Kapitayan. Jadi sangat tidak arif jika mengatasnamakan
Kejawen sebagai agama dimana semua agama yang dianut oleh orang
jawa memiliki sifat-sifat ke-Jawa-an yang kental. Perilaku Kejawen lebih
cenderung kepada laku seni, budaya, tradisi, adat serta filsafat Jawa yang
didasarkan pada landasan spiritualistis suku Jawa.
Masyarakat jawa yang mayoritas beragama Islam, akan tetapi
mereka belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya jawanya. Terkadang
tradisi dan budaya jawa yang masih mereka pegang erat sering
bertentangan dengan agama islam, tradisi dari nenek moyang ini sangat di
junjung tinggi oleh masyarakat jawa khususnya jawa abangan. Masyarakat
abangan ini sering kita jumpai di jawa tengah,karena jawa tengah masih
banyak ritual atau tradisi yang dijalankan oleh masyarakat sekitar yang
biasa disebut masyarakat Islam kejawen.
3
Jawa tengah adalah merupakan propinsi dimana budaya jawa
banyak berkembang di sini, karena jawa tengah yang dahulu merupakan
daerah yang banyak akan sejarah kerajaannya, dari sinilah banyak budaya
yang tertinggal dan berkembang. Banyak peninggalan dari budaya atau
kerajaan terdahulu seperti berbagai ritual dan tradisi, candi, dan bangunan-
bangunan tua yang masih tertinggal. Jadi kebudayaan yang ada dijawa
tengah merupakan budaya yang sudah tua. Manusia dan budaya adalah
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena adanya budaya karena berasal
dari adanya manusia. Tidak akan pernah ada budaya jika tidak adanya
pendukung yaitu manusia. Akan tetapi manusia akan punah, maka dari itu
harus ada yang melestarikan budaya tersebut agar masih dapat dinikmati
oleh generasi berikutnya dan agar budaya tersebut tidak ikut punah.
Dengan demikian pada dasarnya peradaban atau kebudayaan yang muncul
di tengah kehidupan manusia merupakan cipta dan karya manusia itu
sendiri.
Tradisi budaya lokal merupakan bagian penting dalam
menanamkan rasa bermasyarakat, dan membantu memberikan rasa
identitas kepada mereka. Oleh karenanya pengembangan masyarakat akan
berupaya mengidentifikasi elemen-elemen penting dari budaya lokal dan
melestarikannya. Tradisi ini meliputi sejarah lokal dan peninggalan
berharga, kerajinan yang berbasis lokal, makanan lokal atau hal lainnya.
Pengaruh eksternal dapat memisahkan tradisi-tradisi budaya lokai ini,
dan strategi masyarakat yang cermat diperlukan jika tradisi tersebut ingin
4
dilestarikan. Masyarakat perlu mengidentifikasi apa komponen yang unik
dan signifikan dari warisan budayanya dan untuk menentukan komponen
mana yang hendak dipertahankan. Oleh karena itu, sebuah rencana dapat
disusun tentang bagaimana mencapainya, misalnya kegiatan balai
masayarakat membangun industri lokal yang berbasis budaya lokal
(Ebink, 2013:1).
Ketika dikemukakan bahwa budaya asli hanyalah kasus tertentu
dalam budaya lokal, dinamika yang berbeda yang mengelilingi budaya asli
berarti budaya asli ini diperlakukan sebagai hal yang terpisah. Ada dua hal
utama yang mendasarinya yaitu, pertama klaim istimewa yang dimiliki
orang-orang pribumi terhadap lahan atau daerah dan terhadap struktur
komunitas tradisional yang berkembang seleras dengan lahan atau daerah
selama periode waktu jauh lebih lama daripada kolonisasi baru.
Komunitas merupakan hal penting bagi kelangsungan budaya dan
kelangsungan spiritual, dalam arti penting kelesetarian budaya tradisional
merupakan kebutuhan yang lebih penting bagi orang-orang pribumi dari
pada orang lain kebanyakan.
Aktivitas budaya merupakan fokus penting untuk identitas
masyarakat, partisipasi, interaksi sosial dan pengembangan masyarakat.
Satu cara untuk mendorong masyarakat yang sehat yaitu dapat mendorong
partisipasi yang luas dalam aktivitas budaya, seni, musik, tarian dan olah
raga sehingga menjadi sesuatu yang mereka lakukan, bukan yang mereka
tonton. Hal ini telah menjadi fokus dari banyak program pengembangan
5
budaya masyarakat, partisipasi budaya dapat dilihat sebagai cara penting
untuk membangun modal sosial, memperkuat masyarakat dan menegaskan
identitas. Aktivitas-aktivitas yang mungkin dilakukan akan berbeda-beda
tergantung pada budaya lokal, budaya lokal dan faktor-faktor lain. Budaya
parsipatif juga memiliki potensi untuk mencapai lebih dari memperkuat
modal sosial dan bangunan masyrakat. Partisipasi dalam aktivitas budaya
merupakan bagian penting untuk membantu orang-orang dari suatu
masyarakat untuk memperoleh kembali budaya mereka sendiri dan
menolak ikut campur dari pihak di luar mereka.
Seperti yang sudah penulis jelaskan di atas bahwa kebudayaan
manusia relatif berkembang secara signifikan berdasarkan daerah di mana
masyarakat tersebut tinggal. Letak geografis suatu daerah tertentu sangat
mempengaruhi ciri khas dan bentuk kebudayaan yang berkembang di
dalamnya.
Kebudayaan atau tradisi ini biasanya dilakukan di bulan yang
dianggap suci atau bersejarah, seperti ritual suci yang dilakukan oleh
kalangan muslim jawa dibulan muharam atau syuro,selain itu, aneka
tradisi islam jawa seperti selamatan, pesadranan, kenduri,wilujengan, dan
beberapa tradisi yang berasal dari kearifan lokal jawa dan Indonesia.
Sebagian kalangan muslim jawa memiliki tradisi mengadakan
kenduri atau slametan (wilujengan), sebagai apresiasi atas semangat
bersedekah dari ajaran Islam. Dalam Ensiklopedia Kebudayaan Jawa
(2005: 232-233) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kenduren
6
adalah upaya sedekah makanan karena seseorang telah memperoleh
anugrah atau kesuksesan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Contoh
dari tradisi slametan di kalangan masyarakat muslim jawa sepert:
kelahiran, pernikahan, kematian, dan panen raya.
Selain dari tradisi selametan atau kenduri, salah satu tradisi
kejawen yang sampai sekarang masih dilestraikan oleh sebagian
masyarakat Jawa – khususnya di daerah Magelang Jawa Tengah – adalah
Tradisi Syuronan atau Tradisi makan bersama dengan diiringi doa dan
upacara tertentu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi Syuronan berkembang secara turun-temurun dengan tanpa
meninggalkan kaidah originalitas masyarakat Jawa.
Sebagai sebuah tradisi atau budaya lokal, tentunya tradisi “Njangan
Jamu” memiliki esensi spiritualitas yang oleh masyarakat Jawa dianggap
sebagai aktualisasi rasa syukur atas segala nikmat hidup yang
dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Konsep makan bersama
dengan menu makanan yang secara khusus di masak hanya pada bulan
Syuro ini menunjukan sifat kerukunan dalam masyarakat. Sementara
menu masakan disajikan dengan berbagai bumbu rempah-rempah dan
ramuan khas masyarakat Jawa yang menghasilkan cita rasa masakan
seperti jamu. Inilah yang mendasari menu masakan Suran tersebut sering
dinamakan dengan istilah “Jangan Jamu”. Sedangkan istilah “Masakan
Bumbu Syuro” lebih didekatkan pada waktu pelaksanaan tradisi ini yang
dilakukan pada setiap bulan Syuro.
7
Meskipun tradisi “Njangan Jamu” telah ada selama bertahun-tahun,
namun originalitas tradisi ini masih kuat dan bertahan di beberapa daerah
di Pulau Jawa. Salah satu yang sampai sekarang masih menjalankan dan
melestarikan tradisi ini adalah masyarakat Dusun Dukuh Sari, Desa
Ketangi, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa
Tengah. Walaupun dibeberapa Desa di pulau jawa tradisi ini juga
dilaksanakan oleh masyarakatnya, akan tetapi tidak sekuat dan seoriginil
di Dusun Dukuh Sari Desa Ketangi ini.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini dengan judul “Konsep pendidikan karakter dalam
tradisi “Njangan Jamu” pada bulan Syuro di dusun Dukuh Srai,
desa Ketangi, kacematan Kaliangkrik, kabupaten magelang tahun
2015”.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan penjelasan tentang Latar Belakang yang telah penulis
paparkan di atas, maka yang menjadi fokus masalah dari skripsi ini adalah:
1. Bagaimanakah Sejarah pelaksanaan Tradisi “Njangan Jamu” di Bulan
Syuro yang berkembang di Dusun Dukuh Sari, Desa Ketangi,
Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang?
2. Bagaimanakah konsep pendidikan karakter dalam Tradisi “Njangan
Jamu” di Bulan Syuro yang berkembang di Dusun Dukuh Sari, Desa
Ketangi, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang?
8
3. Bagaimanakah Relevansi konsep Pendidikan karakter dalam Tradisi
“Njangan Jamu” pada kehidupan masa kini ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pelaksanaan Tradisi “Njangan
Jamu” di Bulan Syuro yang berkembang di Dusun Dukuh Sari, Desa
Ketangi, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan karakter dalam
Tradisi “Njangan Jamu” di Bulan Syuro yang berkembang di Dusun
Dukuh Sari, Desa Ketangi, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten
Magelang.
3. Untuk mengetahui relevansi konsep pendidikan karakter dalam tradisi
Njangan Jamu pada kehidupan masa kini.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pendidikan di Indonesia dalam memperkaya wawasan kebudayaan
dan bermanfaat bagi orang yang sedang membuat tulisan sebagai
landasan teori atau referensi.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh
mahasiswa untuk membuat suatu makalah atau tugas kuliah lainnya
9
melalui pembendaharaan pustaka, dan hasil dari penelitian ini juga
dapat digunakan oleh masyarakat Dusun Dukuh Sari, Desa Ketangi,
Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang sebagai motivasi agar
lebih menjaga dan melestarikan tradisi nya sehingga masih bisa
dinikmati oleh generasi selanjutnya, serta pendidikan karakter yang
terkandung di dalamnya juga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
E. Devinisi Oprasional
Guna menghindari kesalah pahaman dalam memaknai tulisan dalam
penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan makna istilah sebagai
berikut:
1. Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak
etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan
dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982).
2. Tradisi “Njangan Jamu”.
“Njangan jamu” dapat diartikan sebagai sebuah tradisi upacara
makan bersama dengan diiringi upacara adat untuk mendapatkan
Rahmat dari Tuhan serta sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat
dan karunia yang telah diberikan Tuhan selama ini. Jadi yang
dimaksud dengan Tradisi “Njangan Jamu” di sini adalah tradisi yang
10
berkembang di Dusun Dukuh Sari, Desa Ketangi, Kecamatan
Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Proses pendekatan membutuhkan pengamatan lapangan secara
langsung, lebih mengutamakan pada tatap muka, untuk memperoleh
data-data yang diperlukan serta dapat menjamin keaslian dari data
yang diperoleh, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang
menentukan keseluruhan hasil penelitian (Moleong, 2000: 117).
Untuk itu dalam hal ini peneliti wajib hadir sebagai instrument kunci,
partisipasi sekaligus pengumpul data yang terkait untuk disajikan dan
digambarkan apa adanya untuk selanjutnya ditelaah guna
memperoleh makna, sedangkan instrument yang lain sebagai
penunjang.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Dukuh Sari, Desa Ketangi,
Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah,
karena didasarkan atas pertimbangan Dusun Dukuh Sari, Desa
11
Ketangi, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang adalah salah
satu desa terpencil di kota magelang akan tetapi memiliki tradisi yang
unik yang masih kental dengan tradisi kejawen dan merupakan satu-
satunya desa di magelang yang menjalankan tradisi “njangan jamu” di
bulan suro. Tradisi seperti inilah yang seharusnya di jaga agar bisa
dinikmati oleh generasi selanjutnya.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data yang
diambil melalui sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden atau narasumber.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara
tidak langsung dari sumber utama. Sumber data sekunder dari
penelitian ini adalah buku-buku acuan yang sangat menunjang
penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data akan mempergunakan teknik-teknik
sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2004: 180). Dalam penelitian
12
ini wawancara dilakukan tidak terstruktur dengan melihat kondisi
dan tema yang berkembang dalam wawancara. Ini dimaksudkan
agar penggalian informasi secara mendalam tidak terkesan kaku dan
dipaksakan sehingga informan dapat memberikan keterangan-
keterangan yang diketahuinya secara bebas.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menelusuri berbagai macam dokumen (Sandjaya, 2006: 144).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berupa
dokumen atau catatan-catatan yang tersimpan di arsip desa.
6.Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami dengan mudah, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dlakukan dengnan menggelompokan data, menjabarkanya kedalam
unit-unit, melakukan sintesis, menyusun kedalam pola, serta
menyimpulkan.
Teknis analisis data sebagaimana yang dijelaskan oleh Miles dan
Huberman (1992: 1-20) membagi menjadi 4 komponen pokok yaitu:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya sangat
banyak, semakin lama peneliti melakukan penelitian dilapangan
13
maka akan semakin banyak jumlah data yang di peroleh dan akan
semakin rumit, maka dari itu perlu adanya analisis data melalui
reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, serta mancari tema dan polanya. Sehingga data yang
sudah direduksi akan semakin jelas dan mempermudah meneliti
untuk melakukan pengmpulan data selanjutnya.
b. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan
sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat
digunakan untuk mengambil tindakan. Kesimpulan yang
diverifikasikan dapat berupa suatau pengulangan yang ada dalam
pikiran peneliti pada waktu menulis atau dengan replika.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Di dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif
menggunakan validitas interbal (credibility) pada aspek nilai kebenaran.
Pada penerapanya ditinjau dari validitas eksternal (transferability), dan
14
realibilitas (dependability) pada aspek konsistensi, serta obyektifitas
(confirmability) pada aspek naturalis (Sugiono, 2014). Pada penelitian
kualitatif, tingkat keabsahan lebih ditekankan pada data yang diperoleh.
Dalam penelitian ini, uji keabsahan data atau kepercayaan terhadap data
hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan triangulasi
yaitu tehnik yang mencari pertemuan pada satu titik tengah informasi
dari data yang terkumpul guna pengecekan dan pembandingan terhadap
data yang telah ada.
Triangulasi dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:
a. Triangulasi Sumber: menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, data
yang diperoleh akan dideskripsikan dan dikelompokan sesuai dengan
apa yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut.
b. Triangulasi Teknik: mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda, apabila terdapat hasil yang berbeda maka
peneliti melakukan konfirmasi kepada sumber data guna memperoleh
data yang dianggap benar.
8. Tahap – Tahap Penelitian
Beberapa urutan kejadian yang akan dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:
a. Tahap persiapan meliputi menyusun proposal, penyusunan jadwal
kegiatan.
15
b. Tahap pengumpulan data meliputi pengumpulan dokumen dan
menganalisis dokumen yang terkumpul.
c. Tahap analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan.
d. Tahap penyusunan laporan meliputi penyusunan laporan sementara,
penilaian laporan penelitian sementara, perbaikan laporan, dan
penyusunan laporan akhir.
G. Sistematika Penulisan.
BAB I: PENDAHULUAN
Bab 1 berisi latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian,
fungsi dan kegunaan penelitian, penegasan istilah dan sistematika
penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab 2 ini berisi tentang teori-teori yang berkenaan dengan nilai-nilai
pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi “njangan jamu” pada
bulan suro,
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab 3 ini berisi tentang paparan data dan temuan penelitian.
BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV Analisis data dan pembahasan, akan dibahas tentang
rumusan jawaban atas fokus masalah dan Relevansi dengan masa
sekarang.
16
BAB V: PENUTUP
Pada bab V Penutup akan diuraikan tentang kesimpulan akhir, saran,kritik
yang berhubungan dengan penelitian.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENDIDIKAN KARAKTER
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Istilah pendidikan dalam bahasa Inggris “education” yang berakar dari
bahasa latin “educare” yang dapat diartikan pembimbingan
berkelanjutan (to lead forth), dan jika diperluas arti etimologis tersebut
mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari generasi
ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia (Suparlan, 2007:
77).
Sementara Zamroni memberikan definisi pendidikan adalah
suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta
didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak ia
dapat membedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik dan
yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan
bermakna dan berfungsi secara optimal (Zaim, 2009: 3). Dari definisi
tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan adalah merupakan usaha
18
atau proses yang dtujukan untuk membina kualitas sumber daya
manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam
kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan demikian
pendidikan pada intinya menolong ditengah-tengah kehidupan
mansuia. Pendidikan akan dapat dirasakan manfaatnya bagi manusia.
Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari
bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave”.
Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis,
memahatkan, atau menggoreskan (Echols & Hasan, 1987:214). Dalam
Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat,
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga bisa berarti
huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada
layar dengan papan ketik (KBBI 2008: 682).
Prof Darmiyati Zuchdi (2011: 27) mengutip pernyataan dari
Susanto mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap untuk mempertanggungjawabkan tiap akibat dari
keputusan yang dibuatnya. Sedangkan Masnur Muslich mengutip
pernyataan dari Simon Philips yang menyebutkan bahwa karakter
adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang
19
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang di tampilkan. Jadi
karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral yang positif, Orang yang
berkarater adalah orang yang mempunyai kualitas moral yang baik
dan positif (Zuhdi, 2011: 70).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan proses, cara dan perbuatan mendidik
berkaitan dengan kekuatan moral yang positif. Pendidikan karakter
dimaknai dengan suatu sistem penanaman nilai -nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil (Samani
& Hariyanto, 2011:46). SedangkanWibowo, dalam bukunya
Pendidikan Karakter, Strategi membangun Karakter Bangsa
Berperadaban, mendefinisikan pendidikan karakter yaitu pendidikan
yang menanamkandan mengembangkan karakter-karakter luhur
kepada anak didik, sehinggamereka memiliki karakter luhur itu,
menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya baik di
keluarga, masyarakat, dan Negara (Wibowo, 2012:36).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik
dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku
20
manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik
dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan
sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan.berdasarkan
norma-norma agama,hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.
Dari konsep karakter ini muncul konsep pendidikan karakter
(character education). Pendidikan karakter merupakan upaya yang
sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan
bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis, atau upaya yang
dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa”
(Samani dan Hariyanto, 2013:44).
Dengan demikian tujuan pendidikan karakter adalah untuk
meningkatkan mutu dari hasil pendidikan yang akan mengarah kepada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh dan seimbang. Melalui pendidikan karakter ini diharapkan
peserta didik mampu meningkatkan dan menggunakan pengetahuanya
secara mandiri untuk mengkaji nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembentukan karakter positif akan memberikan dampak positif
pula terhadap nilai-nilai budaya tertentu, sehingga dalam proses
perkembangannya peserta didik akan dapat mempunyai karakteristik
positif yang terkandung di dalam aktualisasi budaya bangsa. Demikian
juga dengan pendidikan karakter yang tertanam dalam budaya tradisi
21
“Njangan Jamu” di Bulan Syuro yang sampai saat ini masih
berkembang secara massif di Dusun Dukuh Sari, Desa Ketangi,
Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, maka ada
beberapa nilai-nilai pendidikan karakter yang tertanam di dalam
tradisi “Njangan Jamu” di Bulan Syuro tersebut. Di antara komponen
nilai-nilai pendidikan karakter tersebut adalah sikap religiusitas yang
tinggi dalam menjalankan keyakinan beragama, perasaan toleransi dan
hidup dalam kerukunan antar umat beragama, melatih untuk bersikap
jujur dan patuh terhadap kerukunan dalam bermasyarakat, membina
kedisiplinan dan ketekunan dalam menjalankan kewajiban
bermasyarakat serta mampu menjaga etika normatif yang tertanam
dalam kaidah-kaidah tradisi lokal.
2. Tujuan pendidikan karakter
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM
karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa.
Karakter yang bekualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini.
Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter
seseorang. Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang
baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa
kedewasaannya. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam
22
mengatasi konflik kepribadian diusia dini sangat menentukan
kesuksesan anak dalam kehidupan sosil di masa kedewasaannya kelak
(muslich,2011: 35)
Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yang tertuang dalam
UU No 22 tahun 2013 bab 2 pasal 3 menyatakan bahwa, pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembanganya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warna Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Kesuma, 2012: 6). Mencermati
fungsi pendidikan nasional, yakni mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak dan peradaban bangsa seharusnya memberikan
pencerahan yang memadai bahwa pendidik harus berdampak pada
watak manusia. Singkat kata pendidikan nasional seharusnya
pendidikan karakter bukan pendidikan akademik semata.
Pendidikan karakter mempunyai tujuan penanaman nilai dalam
diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih
menghargai kebebasan individu.Selain itu meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik
23
secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi
lulusan (Samani & Hariyanto, 2011:42-43).
Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi
penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud
dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah
proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Tujuan kedua adalah
mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan yang di
kembangkan di sekolah. Tujuan ini bermaksud bahwa pendidikan
karakter ini memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku
negatif anak menjadi perilaku yang positif. Tujuan pendidikan
karakter yang ketiga adalah membangun koneksi yang harmoni
dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab
pendidikan karakter secara bersama (Kesuma,2012: 10)
Dengan demikian tujuan pendidikan karakter adalah untuk
meningkatkan mutu dari hasil pendidikan yang akan mengarah kepada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh dan seimbang. Melalui pendidikan karakter ini diharapkan
peserta didik mampu meningkatkan dan menggunakan pengetahuanya
secara mandiri untuk mengkaji nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
karakter yang utuh dan menyeluruh tidak hanya sekedar membentuk
anak-anak menjadi pribadi yang cerdas dan baik, akan tetapi juga
membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam
24
hidupnya sendiri yang pada akhirnya akan menyumbangkan
perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil
dan baik.
Semakin jelaslah bahwa pendidikan karakter begitu penting bagi
pembentukan karakter yang baik. Tidaklah mungkin dapat dibentuk
sebuah karakter yang baik, jika proses pembelajaranya itu hanya lebih
ditekankan pada kegiatan intelektual saja. Secara lebih rinci
pendidikan karakter juga memiliki kontribusi yang lebih konprehensif
sebagai mana kutipan berikut ini: Pendidikan karakter tidak hanya
bermanfaat untuk kesuksesan individu dalam proses pendidikan di
sekolah atau di kampus, melainkan juga bermanfaat bagi kehidupan
individu di tempat kerja dan masyarakat (Zuchdi,2011: 69).
3. Isi Pendidikan Karakter
Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran 2011,
seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan
berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya. Adapun 18 nilai
karakter yang harus ditanamkan secara emplisit adalah:
a. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
25
b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lainyang berbeda
dari dirinya.
d. Disiplin: tindakan yang menunjukan perilaku tertip dan patuh pada
bebagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras: tindakan yang menunjukan perilaku tertip dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
f. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilakan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
h. Demokratis: cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih.
j. Semangat kebangsaan: cara berfikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan diri dan kelompok.
26
k. Cinta tanah air: cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi dan kelompok.
l. Menghargai prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta damai: siap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusan pada lingkungan alam disekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
q. Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu inggin member
bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibanya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,lingkungan (alam,
sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa
(Aktivasiotakkanan.net, 2015:1).
27
4. Pendidikan Karakter Dalam Lingkungan Keluarga Dan
Masyarakat
a. Lingkungan Keluarga
Pembentukan karakter kita akan berhubungan dengan tiga
hal yaitu hubungan diri dengan sesama manusia, hubungan diri
sendiri dengan lingkungan, dan hubungan diri sendiri dengan
tuhan. Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan
pemaknaan atau pemahan yang pada akhirnya akan menjadi nilai
dan keyakinan anak. Jika seseorang memiliki dasar budi pekerti
yang baik dalam keluarga dan tetangga sekitar, pastilah ia akan
mampu mengatasi pengaruh yang tidak baik dari lingkungan
sekitar, dan jika keduanya sudah baik maka hubungan kepada
tuhan juga akan lebih baik. Dengan demikian peran keluarga dalam
pendidikan budi pekerti sangatlah besar.
Keluarga memiliki peranan penting dalam menentukan
kemajuan suatu bangsa sehingga keluarga adalah unit yang penting
sekali dalam masyarakat sehingga jika keluarga-keluarga yang
merupakan pondasi masyarakat lemah maka masyarakat pun akan
ikut lemah. Oleh karena itu, berbagai masalah masyarakat seperti
kejahatan seksual dan kekerasan yang merajalela serta segala
macam kebobrokan masyarakat merupakan akibat dari lemahnya
institusi keluarga.
28
Keberhasilan keluarga dalam pembentukan karakter pada
anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang
tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola
interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan
kebutuhan fisik (makan, minum dan lain-lain) serta sosialisai
norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup
selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain pola asuh juga
meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka
pendidikan karakter anak (Muslich, 2011: 100).
Orang tua yang ingin anaknya memliki karakter baik harus
melakukan upaya-upaya untuk menuju ke sana. Ia harus
menyediakan waktu, energi, pikiran, bahkan mungkin materi untuk
mewujudkannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis pola asuh
yang diterapkan orang tua terhadap anaknya dalam proses
pendidikan karakter sangat menentukan keberhasilan pendidikan
karakter anak. Kesalahan dalam pola asuh anak akan berakibat
fatal dalam pembentukan karakter yang baik pada anak.
Pola asuh adalah model atau cara terbaik yang dapat ditempuh
orang tua dalam dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa
tanggung jawab kepada anak (Thoha, 1996:109). Kata pengasuh adalah
orang yang menjaga, merawat, dan mendidik anak. Maksud dari
mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus
makanan, minuman, pakaian dan kebersihannya, dalam periode
29
umurnya yang pertama (Al-Barry, 1977:51). Pola asuh orang tua adalah
pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten
dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari
segi negative maupun positif. Untuk mewujudkan hal itu ada berbagai
cara dalam pola asuh yang dilakukan oleh orang tua menurur Hurlack
yang di kutip oleh Chabib Thoha, ada 3 macam pola asuh yaitu :
1.) Pola Asuh Otoriter
Pola Asuh Otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan
cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan yang ketat,
seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang
tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.
Anak jarang diajak berkomunikasi dan diajak ngobrol, bercerita-
cerita, bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua malah
menganggap bahwa semua sikap yang dilakukan itu dianggap
sudah benar sehingga tidak perlu anak diminta pertimbangan atas
semua keputusan yang menyangkut permasalahan anak-anaknya.
Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman-
hukumannya yang dilakukan dengan keras, mayoritas hukuman
tersebut sifatnya hukuman badan dan anak juga diatur yang
membatasi perilakunya.
Terkadang orang tua mengatur jadwal perbuatan anak, jam
istirahat, cara membelanjakan uang, warna pakaian yang cocok
bahkan dalam memilih teman atau selektifnya dalam mencari
30
teman. Demikian itulah sampai anak menginjak dewasa
kemungkina besar nanti anak mempunyai sifat ragu-ragu dan lemah
kepribadian serta tidak mampu mengambil keputusan tentang apa
yang dihadapi dalam kehidupannya, sehingga akan
menggantungkan pada orang lain (Mansur, 2005:354). Pola asuh
ini, lebih mengutamakan perintah-perintah dari orang tua untuk
mematuhi apa yang di perintahkan orang tua mereka, tidak
mendengar argumen atau pendapat dari anak. Anak dituntut untuk
selalu menuruti kemauan orang tua mereka.
Menurut penulis dalam menggunakan Pola Asuh Otoriter
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari Pola Asuh
Otoriter : anak akan menurut kepada orang tua, takut untuk
melakukan kesalahan atau hal negatif. Kelemahan dari Pola Asuh
Otoriter : anak akan menjadi pembangkang karena merasa
hidupnya terbatas, penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif,
dan melakukan hal negatif secara diam-diam karena penasaran.
2.) Pola Asuh Demokratis
Pola Asuh Demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan
pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anakanya dan
kemudian anak diberi kesempatan untuk selalu tergantung kepada
orang tua atau pengasuh. Pola asuh seperti ini orang tua memberi
sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki
dan apa yang diinginkan yang menurut anak yang terbaik bagi
31
dirinya. Orang tua dalam hal-hal tertentu perlu ikut campur tangan,
misalnya dalam keadaan yang membahagiakan hidupnya dan
keselamatan anak. Demikian pula terhadap hal-hal yang sangat
prinsip mengenai pilihan agama, orang tua dapat memaksakan
kehendaknya terhadap anak, karena anak belum memiliki alasan
yang cukup tentang hal itu. Tidak semua materi pelajaran agama
seluruhnya diajarkan secara demokratis terhadap anak (Mansur,
2005:355-356). Pola asuh ini, anak diberi kebebasan untuk memilih
apa yang menjadi kesukaannya, asalkan masih dalam pengawasan
orang tua mereka.
Menurut penulis dalam menggunakan Pola Asuh
Demokratis mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari
Pola Asuh Demokratis : menghasilkan karakteristik anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan
teman-temanya, mampu menghadapi stres, dan mempunyai minat
terhadap hal-hal yang baru. Kelemahan dari Pola Asuh Demokratis :
anak akan cenderung merongrong kewibaan otoriter orang, kalau
segala sesuatu harus dipertimbangkan antara orang tua.
3.) Pola Asuh Laisses Fire
Pola Asuh Laisses Fire adalah pola asuh dengan cara orang
tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap kurang dewasa atau
muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang
dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga
32
tidak memberikan bimbingan pada anak. Semua apa yang dilakukan
oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan,
atau bimbingan. Hal itu ternyata dapat diterapkan kepada orang
dewasa yang sudah matang pemikirannya, sehingga cara mendidik
seperti itu tidak sesuai, jika diberikan kepada anak-anak. Apalagi
bila diterapkan untuk pendidikan agama banyak hal yang harus
disampaikan secara bijaksana. Oleh karena itu, dalam keluarga orang
tua harus merealisasikan peranan atau tanggung jawab dalam
mendidik anak (Mansur, 2005:356-357). Pola asuh Laisses fire ini,
anak di didik oleh orang tuanya dengan bebas dan anak dianggap
sudah dewasa untuk melakukan apapun yang diinginkan oleh anak
mereka.
Menurut penulis dalam Pola Asuh Laisses Fire mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari Pola Asuh Laisses Fire :
menghasilkan anak yang di beri kebebasan oleh orang tuanya, jadi
anak bisa melakukan apa yang disukai oleh anak. Kelemahan dari
Pola Asuh Laisses Fire : menghasilkan karakteristik anak yg agresif,
kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos,
bermasalah dengan teman karena kontrol orang tua yang lemah.
Pola asuh di atas merupakan pola asuh yang biasa dilakukan
orang tua atau pengasuh lainnya misalnya nenek, jadi dari berbagai
pola asuh atau cara mendidik, merawat dan mengasuh anak haruslah
memperhatikan kondisi anak. Pendidikan harus lebih diutamakan
33
kegunaannya bagi masa yang akan datang, dimana masa sekarang
berbeda dengan yang akan datang, meskipun pelajaran tersebut tidak
berguna untuk masa sekarang tetapi harus tetap diberikan dalam
mempersiapkan masa depan.
b. Lingkungan Masyarakat.
Dalam fungsinya sebagai makhluk sosial (homo socius),
manusia dalam kehidupanya senantiasa berhubungan dan
memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia tidak
mungkin bisa hidup secara layak tanpa berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat dimana mereka berada.
Secara sederhana, masyarakat (lingkungan sosial) dapat
diartikan sebagai sekelompok individu pada suatu komunitas yang
terkait oleh satu kesatuan visi kebudayaan yang mereka sepakati
bersama. Ada dua macam bentuk masyarakat dalam komunitas
kehidupan manusia. Pertama, kelompok primer yaitu kelompok
dimana manusia mula- mula berinteraksi dengan orang lain secara
langsung, seperti keluarga dan masyarakat secara umum. Kedua,
kelompok sekunder yaitu kelompok yang dibentuk secara sengaja
atas pertimbangan dan kebutuhan tertentu, seperti perkumpulan
profesi, sekolah, partai politik, dan sebagainya. Kesatuan visi ini
secara luas kemudian membentuk hubungan yang komunikatif dan
dinamis, sesuai dengan tututan perkembangan zaman.
34
Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di
dalam lingkungan sosial atau masyarakat yaitu:
1) Pranata pendidikan bertugas dalam upaya sosialisasi
2) Pranata ekonomi bertugas mengatur upaya pemenuhan
kemakmuran
3) Pranata politik bertugas menciptakan integritas dan stabilitas
masyarakat
4) Pranata teknologi bertugas menciptakan teknik untuk
mempermudah manusia
5) Pranata moral dan etika bertugas mengurusi nilai dan
penyikapan dalam masyarakat (Nurhayati, 2015:1).
B. Tradisi “njangan jamu” Pada Bulan Syuro
1. Pengertian Tradisi
Tradisi (bahasa latin : tradition,”diteruskan”) atau kebiasaan,
dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah
dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat, biasanya darisuatu Negara, kebudayaan, waktu,
atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah
adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu
tradisi dapat punah (Wikipedia.Org, 2016: 1).
35
Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun(dari nenek
moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat (KBBI, 2007).
Tradisi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang sudah dilakukan
sekelompok masyarakat jaman dahulu yang kemudian dilanjutkan
atau dilestarikan oleh masyarakat hingga turun temurun sebagai
bentuk penghormatan kepada leluhurnya dan bahkan bisa menjadi
sebuah pedoman oleh masyakat tertentu. Dalam hal ini terkadang
tradisi di sama artikan dengan adat yang menurut masyarakat desa
atau masyarakat awam menilai bahwa kedua kata ini mempunyai arti
dan maksud yang sama. Sebenarnya kata adat berasal dari bahasa arab
(bentuk jama’ dari adah) yang berarti kebiasaan dan dianggap
bersinonim dengan urf, sesuatu yang dikenal atau diterima secara
umum.
Tentu saja urf atau adat yang dimaksud adalah “adat
jama’iyyah” yakni suatu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok
orang secara berulang-ulang. Hanya saja urf mengarah kepada
“kesepakatan tradisi” sekelompok orang atau mayoritas, tidak bisa
terjadi karena personal. Sehingga urf adalah adat kolektif, atau
merupakan salah satu bentuk dari adat jama’iyyah (Sholikhin,
2010:17). Jadi dapat disimpulkan bahwa tradisi adalah suatu
kebiasaan budaya yang telah dilakukan berulang kali dan menjadi
bagian kehidupan masyarakat secara turun temurun.
36
Tradisi adalah sebuah persoalan dan yang lebih pentingnya
adalah bagaimana tradisi ini terbentuk dan dilestarikan agar generasi
selanjutnya masih dapat menikmati. Tradisi islam merupakan hasil
dari proses perkembangan agama tersebut dan ikut serta mengatur
dalam kehidupan sehari-hari, beda hal nya dengan tradisi lokal yang
awalnya bukan berasal dari islam walaupun pada perjalanannya nanti
mengalami asimilasi dengan Islam itu sendiri. Maka suatu tradisi akan
bersifat Islami apabila pelakunya mengaku tingkah lakunya itu
berjiwa Islam. Walapun kita sering menjumpai tradisi bermacam-
macam tradisi yang tidak diproduksi oleh Islam akan tetapi tetap
dilakukan oleh masyarakat kita yang notabenenya orang Islam.
Posisi tradisi dan budaya masyarakat dalam Islam adalah apa
yang disebut sebagai ritual dan tradisi muharraman (yang
dilaksanakan terkait dengan datangnya bulan muharam, bulan pertama
dalam kalender hijriyah, Islam), atau ritual dan tradisi “syuroan” atau
“suran” (karena dilaksanakan terkait dengan bulan suro dalam sistem
kalender Islam jawa), merupakan tradisi yang berbentuk asimilasi
anatar budaya jawa dengan budaya Islam (Sholikhin 2010:11).
Dengan demikian, walapun tradisi di atas dapat digolongkan ke dalam
kawasan religious atau dalam ranah agama, perlu disadari bahwa
aspek yang dominan adalah budaya. Oleh karena itu jika hal itu
dinyatakan sebagai ritual keagamaan, seharusnya hanya dipandang
sebagai budaya keagamaan, bukan sebagai ajaran inti agama, jadi jika
37
masyarakat ada yang tidak melaksanakanya juga tidak mengapa
karena bukan sebagai bagian normatif agama.
2. Njangan Jamu
“Jangan” diambil dari bahasa Jawa yang artinya sayur,
kemudian “njangan” adalah kata kerja yang berarti memasak sayur.
Sedangkan jamu adalah obat tradisional dari Indonesia, belakangan ini
populer dengan sebutan herbal. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami,
berupa bagian dari tumbuh-tumbuhan seperti akar-akaran, daun-
daunan, kulit batang dan buah. Jadi njangan jamu dapat diartikan
membuat sayur yang bahan dasarnya terdiri dari bahan alami atau
seperti bahan yang digunakan orang untuk membuat jamu atau obat
tradisional.
Secara umum kehidupan orang Jawa memiliki banyak tradisi
dan kepercayaan yang merupakan hasil dari kebudayaan mereka.
Kehidupan orang jawa penuh dengan upacara-upacara, baik upacara
yang terjadi dari perjalanan hidup manusia sampai dengan perjalanan
kematian manusia maupun upacara yang berkaitan dengan aktifitas
sehari-hari sampai dengan upacara yang berhubungan dengan tempat
tinggalnya.
Njangan Jamu merupakan salah satu upacara yang sampai saat
ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Dukuh Sari Desa
Ketangi Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Upacara ini
38
dilakukan oleh masyarakat setempat untuk mengusir balak atau
malapetaka pada bulan syuro. Masyarakat bergotong royong memasak
bahan rempah-rempah yang kemudian akan dihidangkan dan
dinikmati bersama-sama setelah berdoa bersama meminta
perlindungan kepada Allah SWT dari segala macam malapetaka.
Njangan Jamu adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
untuk menyambut datangnya bulan syuro, jadi tradisi ini hanya
dilakukan oleh warga pada bulan syuro saja. Acara dalam tradisi
njangan jamu ini selain menyajikan masakan yang mempunyai rasa
seperti rasa rempah-rempah atau biasa disebut jamu juga merupakan
acara syukuran dari warga atas limpahan nikmat yang Allah SWT
berikan dengan itu maka tradisi njangan jamu ini juga bisa disebut
dengan tradisi syukuran. Selain disebut syukuran, seperti yang telah
diuraikan diatas, njangan jamu juga bisa sebagai ritual masyarakat
setempat memohon perlindungan atau disebut tolak bala.
Pada hakekatnya, tolak balak merupakan upaya masyarakat
jawa untuk memagari diri, keluarga, rumah, lingkungan yang lebih
luas dari segala bentuk bahaya yang dapat mencelakakan melalui doa-
doa yang di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan, dari
sisi tradisi dan budaya yang diwariskan secara turun temurun dari
nenek moyang, tolak balak dilakukan dengan menggunakan ritual-
ritual yang terkesan rumit dan bertele-tele (Bayuadhy, 2015:91-92).
39
Pada sebagian orang tradisi njangan jamu merupakan tradisi
yang kuno bahkan dianggap melaggar ajaran agama, namun bagi
masyarakat dusun dukuh sari tradisi ini sangat penting dan wajib
dilakukan setiap tahunnya. Selain merupakan warisan budaya nenek
moyang mereka, tradisi ini rupanya sudah mendarah daging pada
masyarakat setempat. Karena tradisi mempunyai makna tersendiri
dikehidupan masyarakat dusun dukuh sari ini. Maka jika dalam
setahun atau tepatnya pada bulan suro tradisi Njangan jamu ini tidak
dilaksanakan sebagaimana biasanya oleh masyarakat setempat, akan
terjadi sesuatu didusun setempat atau lebih diyakini kehidupan pada
tahun tersebut kurang sempurna.
3. Bulan Syuro
Bulan Syuro adalah bulan pertama dalam kalender Jawa
dimana bertepatan dengan bulan Muharram dalam kalender Hijriyah.
Dalam agama Islam, bulan Muharram atau bulan Suro merupakan
salah satu diantara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Seperti
dijelaskan dalam firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 36 sebagai
berikut:
Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Hal ini dijelaskan
dalam hadits riwayat Bukhori no. 3025 yang artinya “….satu tahun itu
ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan suci. Tiga bulannya
berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram (satu
bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir)
40
dan Sya’ban”. Keempat bulan ini disebut haram karena pada bulan
tersebut diharamkan berbagai pembunuhan dan pada bulan tersebut
larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada
bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut (Tuasikal, 2009:1).
Sedangkan di dalam bulan Syuro yang dianggap paling keramat
adalah tanggal satu atau yang lebih dikenal dengan Satu Syuro. Satu
Syuro mempunyai banyak arti bagi masyarakat Jawa, apalagi jika
malam Satu Syuro jatuh pada malam Jumat Kliwon maka akan lebih
dikeramatkan. Sebagian masyarakat melarang keluarganya keluar
rumah pada malam Satu Syuro kecuali untuk beribadah dan berdoa,
karena masyarakat meyakini pada malam Satu Syuro banyak mala
petaka yang akan turun ke bumi dan biasa disebut dengan bulan
turunnya balak. Maka dari itu banyak masyarakat yang melakukan
ritual pada malam Satu Syuro ini.
41
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Letak geografis Desa Ketangi
Dusun Dukuh Sari adalah sebuah dusun yang terletak di desa
Ketangi Kecamatan Kaliangkrik Kebupaten Magelang. Terletak pada
ketinggian 1200 m dpl, dengan suhu rata-rata 22oC, dusun dukuh Sari
berbatasan oleh beberapa dusun yang lain seperti di sebalah barat
berbatasan langsung dengan dusun Tersemi, di sebelah timur
berbatasan dengan Dusun Paren, sedang di sebalah utara berbatasan
dengan Dusun Balekarto, dan di sebalah selatan berbatasan dengan
kecamatan Tempuran.
2. Visi dan Misi Desa Ketangi
VISI
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memelihara
ketentraman, ketertiban, persatuan dan kesatuan masyarakat Desa
Ketangi.
MISI
1. Mengabdi dan berjuang untuk kepentingan masyarakat desa
2. Melaksanakan pemerintahan yang demokratis
3. Memperhatikan perekonomian masyarakat
42
4. Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan dan perundang-
undangan
5. Memperdayakan masyarakat desa dan kelembagaanyang ada di
desa Ketangi
6. Menbina, mengayomi, dan melestarikan budaya dan adat istiadat
7. Menjadikan desa Ketangi dari baik ke lebih baik.
3. Profil Desa Ketangi
Desa Ketangi merupakan salah satu dari 20 (dua puluh) Desa di
wilayah Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Berdasarkan
data yang penulis peroleh dari kelurahan setempat, luas wilayah desa
Ketangi sebagai berikut:
NO PENGGUNAN TANAH LUAS HA
1 Pertanian 124,145
2 Pertanian Kering 49,1
3 Tegalan/Pepohonan 63,430
4 Perkebunan -
5 Pemukiman 21,050
6 Tanah Negara 127,675
7 Tanah Lapangan -
8 Tanah GG -
9 Tanah Kuburan 10,500
10 Lainya 8,915
JUMLAH 383,575
Tabel 3.1
Sedangkan untuk perbatasan wilayah desa ketangi sebagai berikut:
43
NO BATAS WILAYAH KETERANGAN
1 Sebelah Utara Desa Bumirejo -
2 Sebelah Timur Desa Balekerto -
3 Sebelah Selatan Tanah Kehutanan -
4 Sebelah Barat Desa Girirejo -
Tabel 3.2
Berdasarkan data dari Kelurahan terkait jumlah penduduk
sebagai berikut
NO DESA
JUMLAH
KK
PENDUDUK JMLH
PENDUDUK
Pria Wanita
1 Ketangi 741 1286
1275 2561
JUMLAH 741 1286 1275 2561
Tabel 3.3
Dari penduduk sebanyak 2561 orang, Desa Ketangi dibagi
menjadi beberapa RT dan RW, dengan susunan sebagai berikut :
NO DUSUN JUMLAH DASA
WISMA RW RT
44
1 Ngampon 1 4 4
2 Ngawen 1 2 2
3 Canderejo 2 6 6
4 Jonggrangan - 1 1
5 Ketangi 2 4 4
6 Banaran - 2 2
7 Karang 1 2 2
8 Tersemi 1 3 3
9 Dukuhsari 1 4 4
10 Paren 1 4 4
JUMLAH 10 32 32
Tabel 3.4
Untuk mengetahui kondisi penduduk Desa Ketangi, maka bisa
dilihat tabel di bawah ini:
NO MATA
PENCAHARIAN
TINGKAT
PEDIDIKAN
CACAT
MENTAL/FISIK
-Anak-Cacat/Cacat
Fisik
1 Petani :267 Belum sekolah : 138 Tuna Daksa:3
2 Buruh Tani : 650 Tidak tamat SD : 28 Tuna Netra : 5
3 Pengusaha Besar : Tamat SD : 880 Bisu Tuli : 1
-Anak cacat/cacat
Mental
4 Pedagang : 53 Tamat SLTP ;223 Tuna Laras :
5 Home Industri:299 Tamat SLTA :196 TunaGrahita : 2
6 Buruh home dustry:- Tamat D2: 6 Cacat Ganda : 5
-Pasca
dewasa/Cacat Fisik
45
7 Tukang batu: 81 Tamat D3 : 12 Tuna daksa :3
8 Tukang Kayu : 35 Tamat S1 : 16 Tuna Netra : 4
9 Buruh Bangunan:232 Tamat S2 : - Bisu Tuli : 1
-Pasca dewasa
/Cacat Mental
10 Buruh Pabrik : 83 Buta Aksara :- Tuna laras :
11 PNS : 9 Tuna Grahita : 2
12 TNI/POLRI : 5 Cacat Ganda : 5
13 Pensiunan : 29
14 Veteran : 2
15 Kerja Angkot : 7
Tabel 3.5
4. Sarana dan Prasarana Desa Ketangi
Desa Ketangi memiliki potensi yang mungkin hampir sama dalam
hal ketersediaan sarana dan prasarana seperti desa lain pada umumnya.
Kali ini kita akan mengetahui sarana dan prasarana yang ada di Desa
Ketangi khususnya di kantor Kelurahan, untuk menunjang berbagai
kegiatan yang ada di desa tersebut adalah sebagai berikut:
NO NAMA BARANG VOLUME LOKASI KETERANGAN
1 Balai Desa 12x7 m Desa Ketangi
2 Kantor Desa 4x8 m Desa Ketangi
3 PKD 6x7 m Desa Ketangi
4 Meja Rapat 13 Balai Desa 2 rusak
5 Kursi Rapat 200 Balai desa 8 Rusak
6 Meja Kerja 18 Kantor Desa
7 Kursi Kerja 12 Kantor Desa
46
8 Kursi Tamu 2 Kantor Desa
9 Almari Kantor 1 Kantor Desa
10 Rak Buku 1 Kantor Desa
11 Filling Cabinet 1 Kantor Desa
12 Koputer 1 Kantor Desa
13 Laptop 1 Kantor Desa
14 Mesin Ketik 2 Kantor Desa 1 rusak
15 Buku admistrasasi
Desa
25 Kantor Desa
16 Buku C Desa 1 Kantor Desa
17 Kursi Manager 1 Kantor Desa
18 Lapangan Olah
Raga
1 Desa Ketangi
19 Bengkok Desa 8,620 ha Desa Ketangi
20 Sound system 1 Kantor Desa
21 TV 21 inc 1 Kantor Desa
22 Radio 1 Kantor Desa
23 Dispencer 1 Kantor Desa
24 Printer 2 Kantor Desa
26 Jam Dinding 2 Kantor Desa
27 Rak Piring 1 Kantor Desa
28 Teko 3 Kantor Desa
29 Piring 20 Kantor Desa
30 Gelas 50 Kantor Desa
31 Sendok 2 Dsn Kantor Desa
32 Alat Pel 1 Kantor Desa
33 Sepeda Motor 1 Kantor Desa
34 Kompor gas 1 Kantor Desa
35 Sapu 2 Kantor Desa
36 Tempat sampah 1 Kantor Desa
47
37 Rak arsip besi 1 Kantor Desa
38 Mikrofon 1 Kantor Desa
39 Parabola 1 Kantor Desa
40 Mesin potong
rumput
1 Kantor Desa
41 Lepek 82 Kantor Desa
42 Baki 4 Kantor Desa
43 Kaca meja 5 Kantor Desa
Tabel 3.6
Selain sarana dan prasarana yang ada di kantor Kelurahan,
Desa Ketangi juga mempunyai sarana dan prasarana pendidikan.
Rinciannya sebagai berikut:
NO
NAMA SEKOLAH JUMLAH
LOKASI GURU MURID
1 Paud Assyfa Dsn Canderejo 2 17
2 TK Roudhotul Atfal Dsn Canderejo 2 32
3 MI Islamiyah Dsn Canderejo 6 103
4 TK pertiwi Dsn
Jonggrangan
2 21
5 SD Negeri Dsn
Jonggrangan
11 101
6 TK Roudhotul Atfal Dsn Paren 3 32
7 MI Islamiyah Dsn Paren 8 102
Tabel 3.7
Untuk menunjang berbagai kegiatan yang ada di desa
Ketangi, maka perlunya sarana dan prasaran umum, seperti:
48
NO URAIAN JUMLAH LOKASI KETERA
NGAN
1 Masjid 9 Dusun-dusun
2 Musolla 11 Dusun-dusun
3 Pos Kamling 8 Dusun-dusun
4 Baitul Mal 8 Dusun-dusun
5 Instalasi Air
Bersih
4 Dusun-dusun
6 MCK 1 Dusun Ngawen
7 Polindes/PKD 1 Dusun Ketangi
8 Posyandu 6 Dusun-dusun
9 TPA 4 Dusun-dusun
Tabel 3.8
5. Struktur dan kepengurusan Desa Ketangi
Berdasarkan Peraturan Desa Ketangi No.01 Tahun 2009 Tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Ketangi.
BPD KEPALA DESA M ALFIYAN
ISNAD ……
…………..
SEKRETARIS DESA
KASI PEMERINTAHAN
ADIB MASAFICHIN
KASI KESRA TAKTI NH
KAUR UMUM HIDAYATUL K
KAUR KEUANGAN MUN’IMAH
K. NGAMPON
MAD ASRONDI
K. CANDEREJO
SAMSUL ARIF
K. KETANGI
ISTMANUDIN
K. BANARAN
KOMARUDIN
K. KARANG M. RIFAI
K. TERSEMI
A. SHOLICHIN
K. DULKUHSA
RI MUH MADI
K. PAREN FADLIL
49
a. Susunan Jabatan Perangkat Desa Ketangi
NO NAMA JABATAN SURAT KEPUTUSAN
NOMOR TANGGAL
1 M Alfiyan Isnad Kepala Desa 188.45/11/KEP/01/2014 07.01.2014
2 Takti NH Kasi Kesra 045,2/231/SK/05/10 23-10-2010
3 Adib Masafichin Kasi Pemerintahan 1818.4/10/KEP/XII/2011 21-12-2011
4 Mun’imah Kaur Keuangan 045,2/233/SK/05/10 23-10-2010
5 Hidayatul K Kaur Umum 045,2/233/SK/05/10 23-10-2010
6 Mad Asrondi Kadus Ngampon 141.1/03/Kep/2003 26-03-2003
7 Samsul Arif Kadus Canderejo 188.4/11/KEP/XII/2011 23-12-2011
8 Istamanudin Kadus Ketangi 141.1/03/KEP/2003 26-03-2003
9 Komarodi Kadus Banaran 141.1/03/KEP/2003 26-02-2003
10 Ahmad Rifai Kadus Karang 188.41/12/KEP/XII/2011 23-12-2011
11 Achmad S Kadus Tersemi 045,2/234/SK/05/10 23-10-2010
12 Muh Ahmadi Kadus Dukuh Sari 141.1/03/KEP/2003 26-03-2003
13 Fadlil Kadus Paren 141.1/03/KEP/2003 26-03-2003
Tabel 3.9
b. Susunan Jabatan Badan Permusyawaratan Desa Ketangi
NO Nama Jabatan Surat Keputusan
Nomor Tanggal
1 Sultoni Ketua 188.4/15/Kep/05/14 09-06-2014
2 M Nur Halim Wakil Ketua 188.4/15/Kep/05/14 09-06-2014
3 A.Arif Chariri Sekretaris 188.4/15/Kep/05/14 09-06-2014
4 Titik Nawang Wati Bendahara 188.4/15/Kep/05/14 09-06-2014
5 Siti Aminah Seksi Kemasyarakatan 188.4/15/Kep/05/14 09-06-2014
50
6 Ashudi Seksi Pembangunan 188.4/15/Kep/05/14 09-06-2014
Tabel 4.0
c. Susunan Jabatan LPMD Desa Ketangi
NO Nama Jabatan Surat Keputusan
Nomor Tanggal
1 Busri Mustufa Ketua 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
2 M Sarkoni Wakil Ketua I 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
3 Ashudi Sekretaris 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
4 Hadi Siswo Bendahara 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
5 Fatkun Na’im Seksi Pembangunan 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
6 Ahmad Fauzi Seksi Keamanan 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
7 Ahmad Sugiyarto Seksi Keamanan 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
8 Z Arifin Seksi Keagamaan 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
9 Munhamir Seksi Keagamaan 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
10 Nur Cholis Seksi Kesenian 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
11 Asropi Seksi Kesenian 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
12 Abdurrohim Seksi Pendidikan 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
13 Teguh Kaharjan Seksi Lingk Hidup 1884.1/10/KEP/IV/14 21-04-2014
51
Tabel 4.1
d. Susunan Jabatan PKK Desa Ketangi
NO Nama Jabatan Surat Keputusan
Nomor Tanggal
1 Purwati Ketua 1884.1/09/KEP/IV/14 21-04-2014
2 Nikmatu K Wakil Ketua 1884.1/09/KEP/IV/14 21-04-2014
3 Takti NH Sekretaris I 1884.1/09/KEP/IV/14 21-04-2014
4 Hidayatul K Sekretaris II 1884.1/09/KEP/IV/14 21-04-2014
5 Mun’imah Bendahara I 1884.1/09/KEP/IV/14 21-04-2014
6 Siti Maesaroh Bendahara II 1884.1/09/KEP/IV/14 21-04-2014
7 Indit Z.A. Ket Pokja I 1884.1/09/KEP/IV/14 21-04-2014
8 Siti aminah Ket Pokja II 1884.1/09/KEP/IV/14 21-04-2014
9 Sulastri Ket Pokja III 1884.1/09/KEP/IV/14 21-04-2014
10 Bidan Desa Ket Pokja IV 1884.1/09/KEP/IV/14 21-04-2014
e. Susunan Jabatan LPP Desa Ketangi
NO Nama Jabatan Surat Keputusan
Nomor Tanggal
1 Slamet Roim Ketua 188.4/07/Kep/05/14 12-03-2014
2 M.Irham Wakil Ketua 188.4/07/Kep/05/14 12-03-2014
3 Rojiun Sekretaris I 188.4/07/Kep/05/14 12-03-2014
4 Solikhin Bendahara 188.4/07/Kep/05/14 12-03-2014
5 Ahmad Slamed S Seksi Kesenian 188.4/07/Kep/05/14 12-03-2014
6 M.Najib Rosad Seksi Pendidikan 188.4/07/Kep/05/14 12-03-2014
52
7 Mahfud K Seksi Kreatifitas 188.4/07/Kep/05/14 12-03-2014
8 Widya Seksi Kewanitaan 188.4/07/Kep/05/14 12-03-2014
B. Hasil Temuan
1. Sejarah Tradisi Njangan Jamu
Masalah budaya tradisional yang dianggap telah dicuri oleh Negara
lain merupakan wacana yang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini.
Pengakuan budaya tradisional asli Indonesia oleh Negara lain
menimbulkan amarah rakyat Indonesia yang tidak rela budaya mereka
diakui sebagai milik Negara lain. Namun, masalah itu harusnya bisa
menjadi renungan bagi setiap individu, sejauh mana usaha kita untuk
menjaga dan melestarikan budaya tradisioanal tersebut agar tetap
kokoh berdiri di tanah air ini. Upacara tradisional adat merupakan
tradisi masyarakat jawa yang dilakukan untuk mencapai ketentraman
hidup lahir dan batinnya. Kehidupan rohani orang Jawa memang
bersumber dari ajaran Agama akan tetapi dilengkapi dengan budaya
lokal, oleh karena itu kehidupan masyarakat jawa tidak basa lepas dari
nilai-nilai luhur yang telah diwariskan dari nenek moyang mereka.
Seperti pada masyarakat Dusun Dukuh Sari Desa Ketangi yang
masih mempertahankan dan melestarikan tradisinya agar dapat
dinikmati oleh generasi selanjutnya. Setiap ritual ataupun tradisi sudah
pasti ada sejarah yang menyertai perjalanannya hingga sampai pada
53
masa modern ini. Seperti itu juga dengan tradisi “Njangan Jamu”
sejarahnya sebagai berikut:
Menurut penuturan tokoh agama desa Ketangi, Bapak Safi’i,
Tradisi Njangan Jamu pada awalnya di bawa oleh salah satu Waliulloh
yang bernama Sunan Geseng. Dalam menjalankan misi dakwahnya,
Sunan Geseng menjadikan tradisi “Njangan Jamu” sebagai media
dakwah pada masa itu. Filosofi yang terkandung di dalam tradisi
“Njangan Jamu” itu sendiri adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada
Alloh SWT atas segala nikmat kesehatan, keselamatan dan nikmat
rejeki hasil panen yang melimpah. Hal ini diperkuat dengan
keberadaan makam Sunan Geseng yang sampai sekarang masih
terawat dengan bersih di sebalah barat Desa Ketangi-Kaliangkrik-
magelang.
Dalam perkembangannya, tradisi “Njangan Jamu” pada dasarnya
merupakan tradisi turunan yang diwariskan secara turun temurun dari
generasi ke genarasi, di mana pada tiap-tiap generasi dipimpin oleh
Pamengku Adat atau Tokoh Agama yang ditunjuk secara aklamasi
berdasarkan pengetahuan, pengalaman, pengaruh kekuasaan serta yang
dituakan dalam masyarakat tersebut. Namun dari sekian generasi
pewaris tradisi tersebut, penulis hanya mampu menyebutkan beberapa
tokoh generasi yang masih bisa penulis dapatkan informasinya, di
antaranya:
a. KH Hasan Mimbar
54
KH Hasan Mimbar adalah Pamengku Adat sekaligus generasi
penerus tradisi “Njangan Jamu” di Desa Ketangi-Kaliangkrik-
Magelang yang dikenal masyarakat sekitar tahun 1965 – 1990.
Beliau adalah Tokoh agama sekaligus merangkap menjadi tokoh
masyarakat yang mempunyai pengaruh sangat kuat di masa itu. Di
bawah kekuasaan KH Hasan Mimbar tradisi “Njangan Jamu”
dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat keselamatan dan
kesejahteraan masyarakat pada masa itu meskipun di bawah
tekanan penjajah.
Seperti yang diuangkapkan oleh Bpk AS:
“Tradisi ini (njangan jamu-red) sebenarnya sudah ada jauh
sebelum KH Hasan Mimbar menjadi pamengku adat kampung sini,
namun karena kharisma beliau yang kuat serta sifat
kesederhanaan yang dimilikinya telah memberikan keyakinan
kepada masyarakat kampung sini bahwa beliau adalah tokoh yang
paling berpengaruh terhadap perkembangan tradisi di dusun sini”.
Hal inilah yang membuat nama KH Hasan Mimbar masih
selalu dikenang oleh masyarakat Dusun Dukuh Sari, Desa Ketangi,
Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang hingga saat ini.
b. KH Zarkoni.
Setelah KH Hasan Mimbar wafat, generasi penerus selanjutnya
adalah KH Zarkoni. Sebagaimana generasi sebelumnya, KH
Zarkoni senantiasa menjaga dan mengembangkan tradisi “Njangan
Jamu” dengan tanpa meninggalkan kaidah dan originalitas yang
telah diwariskan oleh generasi sebelumnya. Dengan membawa
konsep “ngawuri-wuri kabudayan Jawi” KH Zarkowi mencoba
55
memaknai tradisi “Njangan Jamu” sebagai media rasa Syukur
kepada Alloh SWT atas segala nikmat rejeki berupa hasil pertanian
yang melimpah.
Seperti yang diungkapkan oleh Bpk AS:
“Setelah KH Hasan Mimbar wafat, pamengku adat kampung
sini selanjutnya dipegang oleh KH Zarkoni. Meskipun pengaruh
beliau tidak sekuat KH Hasan Mimbar namun beliaulah satu-
satunya tokoh masyarakat yang masih mampu melestarikan tradisi
ini (njangan jamu-red) tanpa meninggalkan keasliannya di tengah
perkembangan jaman yang semakin modern”.
Sementara itu keyakinan masyarakat terhadap sejarah
tradisi “Njangan Jamu” yang dikaitkan erat dengan kisah Nabi Nuh
memang benar adanya.
Diungkapkan oleh bpk MZ selaku tokoh masyarakat.
“Bulan asyuro adalah bulan kemenanganya para nabi, seperti
nabi Musa menang dalam melawan Fir’aun, nabi Nuh beserta
pengikutnya selamat dari banjir Bandang. Asal usulnya dari nabi Nuh
ketika mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk membuat perahu
dan menyuruh semua pengikutnya beserta hewan peliharaan naik
keatas perahu tersebut, kecuali putranya yang bernama Kan’an
karena dia tidak mau ikut ajaranya nabi Nuh. Didalam perahu
tersebut nabi Nuh memberikan larangan kepada semua pengikutnya
beserta hewan peliharaan untuk menahan hawa nafsu saling suka satu
dengan yang lainnya. Setelah itu banjir besar pun tiba dan nabi Nuh
beserta pegikutnya selamat dari musibah tersebut. Setelah banjir itu
terlewati nabi Nuh beserta pengikutnya berhenti didaratan dan nabi
Nuh besabda kepada pengikutnya, “wahai pengikutku kita selamat
dari banjir yang besar maka bersyukurlah kepada Allah SWT dan
sholatlah kepada Allah SWT, dan siapapun yang saat ini masih
mempunyai sesuatu yang bisa dimasak dikumpulkan semua menjadi
satu apapun itu, (ada berbagai macam sayuran. Cabai. Garam. Dan
lain-lain) kemudian dimasak dan di makan bersama semua
pengikutnya. Nah dari kejadian itu maka disebut dengan masakan
Asyuro/ jangan Asyuro, dan setiap tanggal 10 Asyuro nabi Nuh
bersabda untuk membuat sayuran seperti itu untuk dihidangkan dan
dimakan bersama-sama”.
56
Kemudian dilanjut oleh pak AS sebagai tokoh agama:
“Saya mengikuti tradisi ini sudah dari saya masih kecil, bapak
selalu mengajak saya mengikuti acara ini setiap tahunnya, kalau
cerita yang berkembang dari sesepuh jaman dahulu itu seperti ini,
tradisi ini bisa disebut dari nabi Nuh,dalam kitab Risalatul ambiyak,
nabi Nuh diberikan wahyu oleh Allah SWT untuk membuat kapal
karena akan datang bencana, dan hal itu dibantah oleh putranya nabi
Nuh karena saat itu sedang musim kemarau, lalu nabi Nuh
meyakinkan putranya agar mau ikut kepada nabi Nuh beserta
pengikutnya yang lain karena akan ada banjir besar datang, tetapi
Kan’an putra nabi Nuh membantah dengan alasan jika memang akan
terjadi banjir besar maka ia akan naik ke gunung dan memanjat pohon
yang paling tinggi di gunung tersebut. Sebelum nabi Nuh naik keatas
kapal, nabi Nuh sudah di ingatkan oleh malaikat jibril agar nabi Nuh
membawa serta semua binatang yang ada dengan berpasang-pasang,
khususnya binatang yang banyak manfaatnya. Akhirnyapun Kan’an
putra nabi Nuh tenggelam oleh banjir besar yang diturunkan oleh
Allah SWT dan nabi Nuh beserta pengianya selamat dari banjir
tersebut bertepatan pada tanggal 10 Syuro. Untuk menucapkan rasa
syukur karena selamat dari banjir sebar tersebut kemudian nabi Nuh
bersabda kepada para pengikutnya untuk membuat hidangan dari
bahan-bahan seadanya yang mereka bawa. Masakan inilah yang
kemudian dilestarikan sampai sekarang dan slalu diperingati oleh
masyarakat sebagai tanda syukur”.
Dari penjelasan informan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi
yang dijaga dan dilestarikan dari nenek moyang terdahulu pun akan
tetap lestari dan akan menjadi tradisi yang turun temurun kepada
generasi selanjutnya dan akan menjadi sebuah dongeng yang sangat
menarik untuk diceritakan kepada anak cucu kelak agar mereka bisa
tetap menjaga dan melestarikan serta dapat mengambil hikmah yang
terkandung dalam dongeng tersebut. Tardisi yang kita warisi dari
nenek moyang kita terdahulu harus tetap kita jaga keasliannya,
57
sehingga tradisi seperti apa yang nenek moyang kita terdahulu lakukan
sama persis dengan apa yang kita lakukan sekarang agar tidak
mengurangi penghormatan dan kekhitmatan kita kepada jasa nenek
moyang terdahulu. Seperti apa yang masyarakat dusun dukuh sari
lakukan yaitu tradisi njangan jamu yang mereka warisi dari
sesepuhnya terdahulu masih sama persis dengan yang berlaku sampai
hari ini. Seperti yang diungkapkan oleh bapak MZ sebagai berikut:
“Untuk ritualnya masih sama seperti waktu dulu kecil saya dulu
mulai dari tatacaranya, cara memasaknya, bumbunya, dan ritual yang
dilakukan sebelum makan bersama “jangan jamunya” itu cuman
perbedaannya kalau dulu dilakukan di lereng gunung sekarang sudah
banyak tempat yang bisa digunakan khususnya di mushola-mushola
dan masjid-masjid yang ada di desa tersebut”
Hal ini dipertegas oleh jawaban dari bapak AS:
Saya kelahiran 1970 dan dari sejak tahun itu dari saya ikut waktu
kecil sampai saya tua sekarang ini ya tatacaranya masih sama seperti
dulu, sejak dulu saya diajak oleh orang tua saya juga ritualnya seperti
itu.
Kemudian ditambahkan oleh bpk KM:
Saya asli orang sini mbak dan menurut saya belum ada yang
berubah dari tradisi njangan jamu yang ada di desa sini. Ritualnya
dan masakan yang dihidangkan juga masih sama seperti dulu.
Dari penjelasan informan di atas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat di Dusun Dukuh Sari ini masih memegang teguh ajaran
dan tradisi yang diwarisi dari nenek moyang mereka dan masih
menjaga keaslian dari tradisi tersebut. Inilah yang bisa disebut dengan
menjaga dan melestraikan tradisi dari para nenek moyang terdahulu
58
karena tidak ada sedikitpun yang berubah dari tradisi tersebut, ini akan
menambah kehidmatan dalam menjalankan tradisi tersebut.
2. Konsep pendidikan karakter dalam tradisi “Njangan Jamu”
a. Pelaksanaan Tradisi Njangan Jamu
Tradisi “Njangan Jamu” ini sebenarnya sebuah ritual
slametan sebagai rasa syukur masyarakat atas nikmat yang
diberikan oleh Allah SWT, terlepas dari sejarah nabi Nuh yang
mengungkapkan rasa syukurnya dengan menghidangkan masakan
seadanya pada waktu itu. Slametan ini dilakukan setiap tanggal 10
bulan Asyuro, yang dilakukan di masjid-masjid ataupun mushola-
mushola yang ada di desa tersebut. Setiap tanggal 10 bulan Asyuro
masyarakat membuat masakan dari semua jenis sayuran yang
ditaburi bumbu rempah-rempah mirip seperti rempah-rempah
untuk membuat jamu, kemudian setelah Sholat Isya’ berjamaah
maka dimulailah ritual Suronan dengan berdoa terlebih dahulu
kemudian masakan yang masyarakat bawa dijadikan satu
kemudian dibagikan kepada orang yang hadir pada malam itu baik
laki-laki maupun perempuan, baik orang dewasa ataupun anak
kecil. Adapun rincian pelaksaan ritual tradisi “Njangan Jamu”
adalah sebagai berikut:
1. Pada tanggal 9 dan 10 bulan Muharam atau 9 dan 10 Syuro
masyarakat melaksanakan puasa sunah terlebih dahulu.
59
2. Pada tanggal 10 di siang hari masayarakat mengadakan
santunan anak yatim dan sunat masal.
3. Pada tanggal 10 di sore harinya masyarakat khususnya ibu-ibu
mulai melakukan kegiatan memasaknya di rumah masing-
masing.
4. Pelaksanaan tradisi slametan njangan jamu ini dilaksanakan
tepatnya pada tanggal 10 Syuro ba’da Isya’.
5. Setelah adzan Isya’ berkumandang, masyarakat mulai dari
yang tua, muda, sampai anak kecil berbondong-bondong pergi
ke masjid dan mushola sekaligus membawa masakan khas nya
yaitu “Njangan Jamu” atau masakan sayur jamu
6. Kemudian masyarakat melaksanakan sholat Isya’ berjama’ah.
7. Setelah sholat Isya’ berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan
sholat sunah 4 roka’at kemudian dilanjut dengan zikir dan
do’a.
8. Sebelum zikir dan doa dibaca, sayur atau masakan yang sudah
dibawa oleh masyarakat kemudian di jadikan satu dalam satu
tempat baru serangkaian zikir dan doa dibacakan.
9. Setelah serangkaian zikir dan doa di panjatkan, Imam masjid
memberikan nasehat atau menerangkan ma’na dari tradisi ini
agar para anak kecil dapat memahami maksud dari tradisi ini.
10. Setelah selesai acara nasihat kemudian masakan yang
dijadikan satu itu dibagikan kepada semua warga yang hadir
60
pada malam itu kemudian semua warga tanpa terkecuali
memakan masakan itu bersama-sama.
11. Kemudian setelah selesai makan bersama sebelum pulang
warga saling berjabat tangan dengan bersholawat.
Seperti keterangan dari responden MZ berikut ini:
“pada malam 10 Asyuro semua warga masak yang
namanya “jangan jamu”. Kenapa disebut njangan jamu ya karena
bumbu yang di buat masak sayur-sayuran itu ya bumbu jamu maka
disebut jangan jamu. Setelah ditumplek jadi satu lalu dibagikan
kepada semua orang yang ada saat itu di mushola atau di
masjid,Kita makan bersama.”
Kemudian diperjelas oleh penjelasan dari AS:
“ saya mengikuti mbah-mbah jaman dulu acaranya itu
ba’dho isya’, setelah semua ngumpul jadi satu kemudian kita
sholat sunah 4 roka’at, lalu membaca istigfar, khasbunallah,ya
lathif, zikir dan doa. Kemudian setelah itu bersama-sama
walimahan atau ngepung selamatanya itu. Untuk sayur atau
masakanya itu semua jenis sayuran dan diberi bumbu seperti
bumbu ikan dan bumbu jamu.”
Dan dilanjutkan oleh KM:
“bisa disebut jangan jamu itu karena sayuran yang
dimasak diberi bumbu rempah-rempah seperti jahe kunir dan lain-
lain seperti orang mau bikin jamu”
Dijelaskan oleh ST:
“masakan itu di sini biasa disebut njangan jamu karena
terdiri dari semua jenis sayuran yang ada dan biasanya kalau
orang sekarang ditambah daging atau krecek dan dibumbui
rempah-rempah yang bisa digunakan untuk membuat jamu seperti
kunir, jahe, laos, merica , kencur, sere, temulawak, temuireng,
komplit”
61
Dari penjelasan beberapa informan di atas dapat
disimpulkan bahwa bisa dikatakan tradisi suronan karena tradisi ini
hanya dilakukan pada bulan Syuro tepatnya pada tanggal 10 bulan
Syuro. Masakan yang dihidangkan pun bukan masakan yang bisa
kita jumpai setiap hari, melainkan masakan yang khusus dimasak
untuk slametan ritual tersebut dan dengan bumbu rempah-rempah
yang terlengkap. Bukan hanya itu, masyarakat juga bisa menikmati
masakan tetangganya Karena konsep dari ritual njangan jamu
tersebut adalah semua masakan yang dibawa oleh masyarakat yang
hadir pada malam itu dijadikan satu kemudian dibagikan kembali
kepada semua orang yang hadir dan menikuti ritual tersebut
sehingga sudah pasti kita bisa merasakan masakan selain dari
masakan yang kita bawa.
b. Pendidikan Karakter yang Terkandung Dalam Tradisi Njangan
Jamu.
1. Penanaman Pendidikan Sejarah .
Peristiwa dan kejadian yang menimpa para Nabi dan Rosul
tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kaum setelahnya, artinya
tidak selamanya Allah SWT menimpakan musibah kepada
umatnya, dan tentu ada batas akhirnya, sesuai dengan kadar
yang dimilikinya. Dan sangat kebetulan sekali pada Asyuro (10
muharam/ bulan Syuro) hajat atau permintaan para Nabi dan
62
Rosul dikabulkan oleh Allah SWT. Seperti terselamatkannya
Nabi Nuh dari musibah banjir, Nabi Yunus keluar dari perut
ikan paus, Nabi Ibrahim diselamatkan dari pembakaran raja
Namrud, Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara. Dari peristiwa-
peristiwa yang dialami oleh para nabi pada tanggal 10 Assyuro,
maka masyarakat dusun Dukuh Sari percaya dan meyakini
bahwa setiap taggal 10 Assyuro merupakan tanggal atau hari
yang baik bagi umat manusia. Maka dari itu untuk
mengungkapkan rasa syukurnya masyarakat dusun Dukuh Sari
mewujudkannya dengan cara mengadakan tradisi Njangan
Jamu pada tanggal 10 Asyuro pada tiap tahunnya.
2. Mengajarkan Atas Rasa Syukur Nikmat Kepada Alloh SWT.
Dari hasil mengadakan tradisi tersebut, maka ada beberapa
hikmah yang dapat diambil oleh masyarakat dusun Dukuh Sari,
sebagaimana berikut ini:
a. Sebagai uacapan rasa syukur kepada Allah SWT.
b. Sebagai sarana bersedekah yang dikeluarkan di bulan yang
mulia.
c. Sebagai cara untuk lebih mendekatkan dan mengakrabkan
warga agar hidup guyub rukun.
d. Sebagai sarana memanjatkan doa agar terlindungi dari
segala bencana.
e. Sebagai sarana pendidikan untuk menghargai budaya.
63
Begitu banyak ilmu dan hikmah yang disebarkan Allah
SWT di dunia ini, kapan saja di mana saja dan melalui apa saja
Allah SWT dengan mudahnya menurunkan hikmah untuk
umat-Nya. Akan tetapi sebagai umat Islam kita perlu selektif
dalam memilah dan memilih tradisi atau ritual mana yang perlu
diikuti dan tidak perlu diikuti. Karena banyak sekali ritual dan
tradisi yang ada di pulau Jawa ini yang sering bertentangan
dengan syariat agama Islam. Akan tetapi bukan seperti tradisi
njangan jamu ini, karena tradisi ini sama sekali tidak
bertentangan dengan syariat agama Islam dan banyak sekali
hikmah yang terkandung di dalamnya yang dapat diambil
manfaatnya oleh masyarakat ketika melaksanakan tradisi
tersebut, khususnya masyarakat Dusun Dukuh Sari.
3. Pendidikan Berkearifan Lokal
Kearifan lokal adalah kebijaksanaan hidup yang didasarkan
pada nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat. Kearifan lokal
merepresentasikan sebuah nilai kebudayaan masyarakat yang
menaungi keseluruhan kompleksitas norma dan perilaku yang
dijunjung tinggi serta menjadi sebuah “belief”. Kearifan lokal
dalam kenyataan sehari-hari dapat ditemui dalam nyayian,
pepatah, tradisi serta petuah yang melekat dalam perilaku sehari-
hari. Unsur revitalisasi kearifan lokal dalam merespon
lingkungan adalah melalui penguatan masyarakat berbasis
64
tradisi atau adat. Ciri dasar kearifan lokal adalah adanya
kepedulian sesama manusia dan alam semesta.
Kebudayaan jawa membawakan adab, pendidikan,
pengajaran, kesenian kesusastraan yang penuh ajaran moral,
filsafat yang mengandung pemikiran dan cita-
cita kebijaksanaan hidup sampai pada
kebatinan/tasawuf mendekati Tuhan Yang Maha Pencipta,
kesemuanya memiliki arti sepanjang masa.
Kearifan lokal perlu diintegrasikan dalam gerakan sosial
dan pelestarian kebudayaan masyarakat. Termasuk di dalamnya
adalah tradisi Njangan Jamu yang diharapkan akan mampu
memberikan dampak kearifan terhadap perkembangan
pendidikan di lingkungan siswa. Dengan demikian, tradisi
Njangan Jamu akan menjadi pemupuk kesadaran dalam hati
nurani siswa secara luas dalam menghadapi persoalan perspektif
kehidupan yang terus berkembang. Upaya pengembangan
tersebut bisa dilakukan antara lain melalui:
a. Pengembangan sumberdaya pendidikan kearifan siswa
melalui optimalisasi dan peningkatan kemampuan
pendidikan dan latihan pengenalan karakter berbasis
kearifan lokal. Seperti mengenalkan tokoh-tokoh sejarah
yang berperan dalam tradisi Njangan Jamu.
65
b. Pengembangan sumber daya kelembagaan budaya dan
pendidikan lewat pengadaan program pendidikan dan
latihan pengendalian dan pengelolaan pendidikan karakter
berbasis kearifan lokal.
c. Secara akademis perlu pengembangan tenaga perancang
dan peneliti dalam berbagai bidang yang secara lintas
disiplin mampu menyelesaikan persoalan pendidikan
karakter dengan pendekatan yang berbasis kearifan lokal.
Penanaman sikap arif yang terkandung dalam tradisi Njangan
Jamu terhadap pribadi siswa memiliki relevansi tinggi bagi
pengembangan kecakapan hidup siswa dengan bertumpu pada
pemberdayaan keterampilan dan potensi kebudayaan lokal.
Dalam proses ini, materi pembelajaran memiliki makna dan
relevansi tinggi terhadap pemberdayaan hidup siswa secara
nyata, berdasarkan realitas yang dihadapi.
3. Relevansi konsep pendidikan karakter dalam tradisi “Njangan Jamu”
pada kehidupan sekarang.
Tradisi njangan jamu ini mengandung makna yang sangat penting
bagi masyarakat dusun dukuh Sari. Oleh karena itu, sampai sekarang
masyarakat dusun dukuh Sari masih senantiasa melaksanakan tradisi
tersebut. Makna dari tradisi njangan jamu ini bagi masyarakat dusun
dukuh Sari bertujuan untuk:
66
Pertama, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.
Jika dahulu nabi Nuh mengucapkan rasa syukurnya atas pertolongan
Allah SWT sehingga nabi Nuh dan pengikutnya selamat deri musibah
banjir. Untuk saat ini unggakapan rasa syukur masyarakat kepada
Allah SWT dari segala nikmat yang diberikan kepada warga desa
dusun dukuh sari, khususnya bagi petani, rizqi panen yang diberikan
kepada warga sehingga para warga dapat beribadah kepada Allah
SWT dengan lancar, serta dihindarkan dari segala macam musibah
pada tahun ini. Bulan Suro ini biasa masyarakat menyebutnya sebagai
bulan turunnya musibah atau mara bahaya. Dengan slalu bersyukur
atas segala limpahan nikmat maka akan ditambah nikmat tersebut.
Seperti pada surat al-Luqman ayat 12:
Artinya: dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat
kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan
Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak
bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji".
Dan surat Ibrahim ayat 7:
67
Artnya: dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Kedua, sebelum tradisi ini dilakukan terlebih dahulu
masyarakat mengerjakan sholat sunah dan zikir. Ini menunjukan
bahwa tradisi ini dilakukan semata-mata untuk lebih mendekatkan diri
kepaa Allah SWT. Sholat dan doa bersama dipimpin oleh imam
masjid ataupun tokoh agama setempat. Hal ini lebih memperkuat
bahwa tradisi ini bukan tradisi kejawen semata akan tetapi menurut
tokoh agama tradisi ini juga merupakan perintah agama, terbukti dari
penjelasan hasil wawancara dengan tokoh agama setempat. AS
mengungkapkan:
“karena saya penasaran, saya pernah bertanya kepada pak
ya’i terkait tradisi ini. Ya’i di desa saya itu ada tradisi seperti ini
la itu sebenarnya hanya tradisi dari sesepuh atau memang ada
dawuhnya di kitab? Jawab ya’i oh itu memang ada di kitab
i’anatut tholibin coba dibuka. Dan waktu itu kebetulan saya punya
kitabnya dan saya cari ada di juz 1. Setelah itu baru saya lebih
mantap menjalankanya”.
Ketiga, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat
karena dianggap bahwa dengan melaksanakan tradisi ini kerukunan
antar warga menjadi tambah erat, karena dalam tradisi ini semua
warga membaur menjadi satu, makan bersama dengan hidangan
dari masakan seluruh warga. Hal itu membuat warga saling akrab
satu dengan yang lainnya, maka jika suatu hari seorang warganya
68
mempunyai hajat atau sedang kesusahan, warga yang lain dengan
ringan tangan saling membantu.
Hal ini dibenarkan oleh bapak kepala dusun setempat:
“saya selaku kepala dusun, di dusun Dukuh Sari ini selalu
mendukung apapun kegiatan dan tradisi yang ada di dusun sini
selama kegiatan ataupun tradisi tersebut masih dalam koridor
Islam dan tidak merugikan warga saya, dan kebetulan saya juga
asli orang dukuh Sari jadi saya tau tradisi ini sudah sejak kecil”.
Keempat, beranggapan bahwa dengan adanya tradisi ini
juga kita dapat bersedekah. Walaupun kita tahu bahwa sedekah itu
bisa kapan saja dan dimana saja akan tetapi karena bulan ini adalah
bulan yang istimewa bahkan orang tua menyebutnya sebagai
bulannya para nabi maka sedekah di bulan ini akan menambah
khitmad kita, berdasarkan penuturan para informan.
Dari pernyataan informan di atas dapat dilihat bahwa tradisi
ini bukan semata hanya sebuah tradisi kejawen, akan tetapi
merupakan tradisi Islam jawa, di samping itu banyak manfaat yang
dapat diambil oleh masyarakat setempat. Kemudian para perangkat
desa pun saling mendukung semua kegiatan warganya. Dari hasil
wawancara yang saya lakukan kepada beberapa warga setempat,
mereka mengaku bahwa tradisi ini memang sudah ada sejak lama
dan para warga di dusun dukuh sari ini antusias meramaikan atau
ikut serta dalam tradisi tersebut. Hal ini juga dijelaskan oleh tokoh
agama, AS menyatakan:
“Alhamdulillah untuk para warga di dukuh Sari ini ikut
semua mbak, terbukti ada 3 mushola dan 1 masjid itu ramai
69
semua, bahkan antara masjid dan mushola di RT 2 itu hampir
seimbang”.
Kemudian dilanjutkan oleh MZ:
“Pas tradisi ini banyak warga yang ikut, akan tetapi tidak
menutup kemungkinan ada warga yang tidak ikut, tapi sebagian
besar bahkan hampir seluruh warga dukuh Sari ini ikut tradisi
tersebut”.
Di perjelas oleh KM:
“Setahu saya warga baik-baik saja dan menerima tradisi
ini, kalau pas acara ini semua warga juga pada ikut datang dan
ikut berpartisipasi dengan kegiatan ini. Soalnya tradisi ini sudah
lama, sudah sejak saya kecil itu sudah ada.”
Tradisi ini bukan hanya sebagai warisan budaya dari nenek
moyang terdahulu, akan tetapi sudah menjadi bagian kehidupan
masyarakat dusun dukuh sari. Baik dari masyarakat desa, tokoh
masyarakat,tokoh agama, dan perangkat desa semuanya mengakui
dan melaksanakan tradisi tersebut, walaupun tidak menutup
kemungkinan ada satu atau dua orang masyarakat desa yang tidak
melaksanakanya. Akan tetapi dari paparan jawaban dari informan
sudah jelas bahwa semua kalangan masyarakat dusun dukuh sari
menerima dan mengakui adanya tradisi tersebut. Dan bahkan
berusaha untuk melestarikannya agar masih dapat dinikmati atau
diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Dari penjelasan yang informan sampaikan, banyak
informasi yang kita dapatkan mulai dari sejarah awal mula tradisi
tersebut, pelaksanaannya sampai pada tanggapan masyarakat dusun
70
setempat terkait dengan adanya tradisi Njangan Jamu tersebut. Dan
tokoh masyrakat juga membenarkan adanya tradisi tersebut bahkan
menjelaskan tradisi ini bukan semata-mata hanya tradisi warisan
nenek moyang saja akan tetapi ternyata di salah satu kitab kuning
dijelaskan tentang kisah Nabi Nuh yang kemudian dari pelajaran
kisah Nabi Nuh terciptalah tradisi ini. Hal ini membuat para warga
semakin mantap untuk senantiasa menjalankan tradisi ini setiap
tahunnya. Tentu masyarakat mempunyai ukuran tersendiri dalam
memaknai tradisi ini selain terkait dengan sejarah yang Nabi Nuh
alami. Diantaranya adalah tradisi Njangan jamu ini dilaksanakan
sebagai tanda syukur masyarakat dusun dukuh sari ini atas segala
limpahan nikmat dan berkah yang Allah SWT berikan, dan
meminta perlindungan dari segala macam bencana yang akan Allah
turunkan. Hal ini justru bisa menambah iman kita terhadap Allah
SWT. Yang selanjutnya dengan dilaksanakannya tradisi ini justru
bisa menambah kerukunan dan keakraban antar warga dukuh sari,
sehinga apabila ada salah satu warganya yang sedang kesusahan
maka warga lain dengan tanggap saling membantu.
71
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pendidikan karakter
Pendidikan menurut para ahli seperti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan
karakter menurut para ahli adalah cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
untuk mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang
dibuatnya. Jika dapat disimpulkan pendidikan karakter menurut penulis
adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktikkanya dalam kehidupan sehari-
hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkunganya.
Sementara itu teori yang dikemukakan oleh Kertajaya memberikan
pengertian tentang Pendidikan Karakter sebagai sebuah ciri khas yang
dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan
mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan
“mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap,
dan merespon sesuatu. Karakter seseorang memang sulit untuk dirubah,
72
akan tetapi karakter tersebut masih dapat dibentuk menurut kondisi yang
mempengaruhinya. Karena itu lingkungan sangat mempengaruhi
terbentuknya sebuah karakter.
Dengan karakter, kita dapat mengerti dan memahami seseorang, karena
karakter melambangkan atau mencerminkan ciri khas dari setiap individu.
Agar karakter setiap individu atau anak dapat kita arahkan supaya
mempunyai karakter yang baik maka pendidikan karakter sangat
diperlukan. Pembentukan karakter yang positif akan berdampak positif
pula terhadap individu tersebut sehinga akan terbentuk nilai-nilai karakter,
menjadi pribadi yang lebih baik dan berakhlak yang mulia sehinga dapat
memberikan hal yang posisitif pula terhadap kemajuan bangsa.
Banyak cara yang bisa ditempuh untuk membentuk karakter peserta
didik, seperti pada kehidupan masyarakat desa, mereka dapat mengajarkan
atau membentuk karakter putra putrinya dengan sebuah tradisi. Seperti
tradisi njangan jamu yang ada di dusun Dukuh Sari ini masyarakat desa
membentuk karakter anak-anaknya dengan mengajak mereka mengikuti
tradisi njangan jamu tersebut. Melihat hal itu, sudah dapat diyakini bahwa
pendidikan karakter melalui sebuah tradisi juga dapat dipakai. Hal ini
sama dengan yang diutarakan oleh Muslich bahwa kesuksesan orang tua
membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini
sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa
kedewasaannya kelak.
73
Teori pendidikan karakter menurut pendapat Doni Kusuma bahwa
pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di
dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi
generasi selanjutnya, ini sejalan dengan apa yang masyarakat harapkan,
dengan kegiatan berupa tradisi slametan yang biasa disebut dengan tradisi
njangan jamu ini masyarakat berharap dengan diikut sertakannya semua
anggota keluarganya termasuk ana-anaknya ini agar tradisi ini sebagai
ajaran atau pendidikan yang mereka peroleh dan amalkan hingga mereka
dewasa kelak.
B. Sejarah Pelaksanaan Tradisi “Njangan Jamu” yang Berkembang di
Dusun Dukuh Sari.
Sejarah awal mula terciptanya tradisi njangan jamu ini adalah
berawal dari kisah Nabi Nuh yang selamat dari bencana banjir bandang.
Rasa syukur itu Nabi unggkapkan dengan mengumpulkan semua bahan
makanan yang masih tersisa dari bekal para pengikutnya kemudian
dimasak menjadi satu dengan bumbu rempah-rempah dan disebutlah
tradisi njangan jamu hingga saat ini masih senantiasa masyarakat lakukan
pada bulan Syuro. Bulan ini juga sering disebut sebagai bulan keramat,
bulan istimewa, dan bulannya para Nabi. Karena pada bulan ini tepatnya
pada tanggal 10 Asyuro banyak kemenangan para Nabi yang terjadi di
tanggal ini, termasuk Nabi Nuh yang selamat dari bencana banjir Bandang
tersebut.
74
Masyarakat masih senantiasa melaksanakan tradisi ini karena
ajaran dari nenek moyang terdahulu. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat
dusun Dukuh Sari untuk senantiasa melaksanakan tradisi Njangan Jamu ini
pada bulan Syuro tepatnya pada tanggal 10 Asyuro. Dengan demikian
masyarakat sekarang atau bisa dikatakan generasi penerus dari nenek
moyang terdahulu pun terbiasa melaksanakan tradisi ini. Hal ini sunggunh
menarik perhatian, di zaman yang sudah modern ini ternyata masih ada
masyarakat yang masih melestarikan budaya atau tradisi yang diwarisi dari
nenek moyang terdahulu. Justru ini sudah seharusnya menerima perhatian
yang lebih dari pemerintah setempat. Jika bukan kita sendiri masyarakat
desa yang melestarikan budaya kita lalu siapa lagi yang akan mau
melestarikan budaya seperti ini, dan jika budaya seperti ini tidak
dilestarikan maka akan punah, padahal Negara kita ini terkenal salah
satunya dengan kayanya ragam budaya dan tradisi.
Berawal dari sejarah yang Nabi Nuh ciptakan akhirnya
terbentuklah sebuah tradisi yang biasa disebut tradisi Syuronan yang oleh
masyarakat sekarang dianggap sebagai tradisi yang wajib dilaksanakan
setiap tahunnya. Masyarakat kemudian melaksanakan tradisi ini setiap
tahunnya hingga turun-temurun sampai ke anak cucu mereka, yang
masyarakat sekarang lakukan adalah hasil dari didikan masyarakat jaman
dahulu. Sehinga tanpa disadari masyarakat yang sudah tua akan
tergantikan dengan masyarakat yang masih muda, jadi tradisi ini tidak
akan terputus di tengah jalan dan akan selalu bersambung dari generasi ke
75
generasi selanjutnya. Hal inilah yang membuat tradisi ini bertahan dari
zamannya Nabi Nuh hingga sampai pada zaman modern ini. Tradisi
syuronan di era modern ini biasa disebut dengan tradisi masakan Syuro
atau biasa orang Jawa sebut sebagai tradisi Njangan Jamu.
Tradisi Njangan Jamu pada zaman nabi Nuh hanya berupa sayuran
seadanya lalu dimasak menjadi satu dengan ditambah bumbu rempah-
rempah, tetapi untuk Njangan Jamu di zaman sekarang karena zaman
sudah lebih maju segala jenis sayuran dan segala jenis rempah-rempah bisa
didapatkan dengan mudah maka masyarakat biasanya menggunakan segala
jenis sayuran hijau, kacang-kacangan dan yang ditambah dengan daging
lalu baru dibumbui dengan rempah-rempah seperti ada kunir, jahe, serai,
temulawak,temu ireng, brotowali, laos, dan bumbu rempah-rempah
lainnya yang bisa dibuat sebagai bahan jamu pada umumnya. Rasanya pun
menurut masyarakat setempat seperti sayur pada umumnya cuman yang
membedakan ada rasa pahit dan segar seperti kita sedang minum jamu.
Inilah mengapa masakan ini disebut dengan masakan jamu atau biasa
orang jawa menyebutnya dengan nJangan Jamu (sayur jamu), karena ada
bahan jamu di dalam masakan tersebut.
Setiap tradisi yang dilakukan sudah sejak lama pasti ada yang
berubah atau bergeser dari makna sampai proses pelaksanaan tradisi
tersebut. Tetapi untuk tradisi Njangan Jamu yang dilakukan oleh
masyarakat Dusun Dukuh Sari ini tidak ada perubahan yang siknifikan
artinya peruabahan yang terjadi pada masyarakat Dukuh Sari dalam
76
melaksanakan tradisi Njangan Jamu ini tidak merubah makna dan
kekhidmatan tradisi tersebut. Menurut penjelasan dari informan terlihat
bahwa tradisi ini tidak mengalami perubahan banyak. Pada bagian tempat
diselenggarakannya Slametan tersebut yang dahulu dilakukan di lereng
gunung, saat ini slametan tersebut cukup dilakukan di masjid dan mushola
yang ada di dusun tersebut. Pada bagian jenis dan macam sayurnya yang
dahulu hanya ada beberapa sayuran hijau tetapi untuk saat ini macam
sayuran hijaunya lebih banyak dari yang dahulu. Yang tidak berubah sama
sekali adalah bumbu yang digunakan untuk memasak semua sayuran
tersebut yaitu berupa rempah-rempah yang biasa dibuat untuk bahan jamu.
Selain dari kisah nabi Nuh, tradisi Njangan Jamu yang dilakukan
oleh masyarakat Dusun Dukuh Sari ini juga dilatar belakangi oleh
kepercayaan masyarakat bahwa bulan Syuro adalah bulan turun nya balak
atau malapetaka dan juga kepercayaan bahwa bulan ini sekaligus bulan
kemenangannya para nabi. Maka dari itu, dengan mengadakannya
Slametan diharapkan doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT agar
dilindungi dari segala macam malapetaka dan sekaligus sedekah dibulan
yang mulia ini. Karena dianggap keramat sekaligus bulan mulia maka
masyarakat mengeluarkan sedekah di bulan ini dengan harapan
mendapatkan pahala yang berlipat dan dikabulkan segala keinginan dari
masyarakat setempat.
C. Konsep Pendidikan Karakter dalam Tradisi Njangan Jamu
77
Tradisi Njangan Jamu dilatar belakangi oleh sejarah dari kisah
Nabi Nuh bahwa tradisi ini sebagai rasa syukur Nabi Nuh kepada Allah
SWT karena telah menyelamatkan Nabi Nuh dan pengikutnya dari
musibah banjir bandang, yang kemudian tradisi ini diteruskan oleh para
pengikutnya hingga pada zaman sekarang ini. Masyarakat mengagap
bahwa syukuran ini juga masih perlu dilakukan karena jika pada saat itu
Nabi Nuh dan pengikutnya tidak diselamatkan dari musibah tersebut
mungkin kita juga tidak ada, dan untuk sekarang juga sebagai rasa syukur
masyarakat atas segala nikmat Allah SWT berikan kepada warga
masyarakat dusun Dukuh Sari .
Untuk lebih rinci pelaksanaan tradisi Njangan Jamu yang biasa
masyarakat dusun Dukuh Sari lakukan adalah sebagai berikut:
1. Pada tanggal 9 dan 10 bulan muharam atau 9 dan 10 Syuro
masyarakat melaksanakan puasa sunah terlebih dahulu
2. Pada tanggal 10 siang hari, masayarakat mengadakan santunan anak
yatim dan sunatan masal
3. Kemudian 10 Syuro masyarakat disore hari dirumah masing-
masing mulai memasak yang disebut masakan sayur jamu tersebut
yang didalamnya terdiri dari sayur-sayuran hijau seperti bayam, sawi,
kangkung, brokoli, daun papaya, daun singkong, kubis.dan untuk jenis
kacang-kacangan seperti kacang panjang dan kacang polong. Dan
sayuran lain seperti wortel, papaya, jipang. Sedang untuk bumbu-
bumbu rempahnya seperti kunir, jahe, serai, temulawak,temu ireng,
78
brotowali, laos, dan bumbu rempah lainnya. Kemudian semua bahan
tersebut dimasak menjadi satu dengan ditambah bumbu masakan biasa
seperti gula, garam,dan micin.
4. Setelah masakan tersebut telah siap dihidangkan, kemudian
masayarakat setempat berkumpul dimasjid maupun mushola yang ada
di dusun Dukuh Sari tersebut. Acara dimulai setelah sholat isya’
berjamaah.
5. Setelah sholat isya’ berjama’ah kemudian masakan yang dibawa
oleh setiap ibu-ibu di campur menjadi satu di satu tempat yang besar.
6. Sebelum zikir dimulai, imam mengajak para warga untuk sholat
sunah terlebih dahulu yaitu sholat tobat dan sholat khajat. Setelah
sholat sunah, baru kemudian dilanjut dengan serangkaian zikir dan
do’a. zikir, mujadahan terlebihdahulu kemudian dilanjut dengan zikir
yang dibaca seperti: istigfar 100X, hasbunallah wanikmal wakil 100X,
ya lathif 100X, sholawat tibulqulub dan doanya di majemuk yaitu doa
yaumul asyuro.
7. Setelah zikir dan doa dibacakan, imam memberikan ceramah
sedikit terkait hikmah dan harapan dari masyarakat kepada Allah
SWT. Setelah itu baru makanan yang sudah di jadikan satu itu
kemudian dibagikan lagi kepada semua masyarakat yang hadir pada
malam syukuran tersebut baik laki-laki maupun perempuan, baik kecil
maupun besar ataupun yang sudah tua.
79
Demikianlah serangkaian acara tradisi Njangan Jamu yang ada di
dusun Dukuh Sari. Mulai dari awal memasak, bahan-bahan, dan sampai
pada acara syukuran atau acara tradisi tersebut. Serangkaian acara tradisi
ini tidak ada perubahan dari zaman nenek moyang hingga pada zaman
generasi penerusnya. Perbedaannya terletak pada tempat
diselenggarakannya acara atau ritual tersebut yaitu yang dulu acaranya
dilakukan dilereng gunung akan tetapi sekarang dilakukan cukup di masjid
atau mushola yang ada di dusun tersebut. Untuk rangkaian acara masih
sama seperti tahun-tahun yang telah lalu. Hal ini seperti apa yang
dijelaskan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama setempat.
Tradisi Njangan jamu ini juga biasa disebut dengan tradisi
Suronan, karena tradisi ini hanya dilakukan setahun sekali tepatnya pada
bulan Syuro tanggal ke 10. Untuk masakan yang disajikan juga biasa
disebut masakan syuro karena masyarakat hanya memasak masakan
seperti ini untuk tradisi tersebut. Selain di bulan Syuro juga sebenarnya
boleh saja memasak seperti ini akan tetapi tidak mempunyai makna apa-
apa. Untuk makna dari dilakukannya tardisi ini ada beberapa poin yang
diyakini oleh masyarakat dusun Dukuh Sari, yaitu:
1. Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT
2. Sebagai sedekah yang di keluarkan dibulan yang mulia
3. Sebagai cara untuk lebih mendekatkan dan mengakrabkan warga
4. Memanjatkan doa terlindungi dari segala bencana
5. Sebagai pendidikan untuk menghargai budaya.
80
Makna-makna tersebut diharapkan oleh warga agar di mengerti dan
dipahami oleh putra-putri mereka. Di tangan merekalah kelak tradisi
ini akan diwariskan.
D. Relevansi Konsep Pendidikan Karakter dalam Tradisi Njangan
Jamu Pada Kehidupan Masa Kini
Setiap tradisi atau ritual yang dilakukan oleh masyarakat manapun
pasti mengandung makna atau hikmah yang dapat diambil sebagai
pembelajaran hidup masyarakat tersebut. Begitu juga dengan tradisi
Njangan Jamu di bulan Syuro ini juga mempunyai makna atau hikmah
yang terkandung di dalam tradisi tersebut, yaitu:
1. Sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat dusun Dukuh Sari
kepada Sang Maha Pencipta Allah SWT atas segala nikmat dan
limpahan berkah untuk masyarakat Dukuh Sari. Jika zaman Nabi Nuh
mengungkapkan rasa syukur nya atas terselamatkannya Nabi beserta
pengikutnya dari bencana banjir bandang, tetapi kemudian umgkapan
rasa syukur dengan mengadakan selamatan dapat diteruskan oleh
penerusnya sampai pada zaman sekarang. Dan kemudian ungkapan
rasa syukur itu bukan hanya karena kisah nabi Nuh tersebut tetapi
masyarakat menyambungkan dengan zaman sekarang yaitu rasa
syukur itu untuk dirinya sendiri dan masyarakat dusun Dukuh Sari
atas limpahan nikmat dan berkah yang diberikan kepada mereka
hingga saat ini. Maka dari itu walapun sudah tidak di zamannya Nabi
Nuh masyarakat masih senantiasa melaksanakan tradisi tersebut,
81
karena sudah menjadi bagian dari hidupnya dan hikmah yang
terkandung juga sudah menyangkut diri nya sendiri dan realitas zaman
sekarang. Bahkan Allah SWT pernah berjanji di surat Ibrahim bahwa
siapa yang bersyukur kepada Allah SWT maka Allah SWT akan
menambah nikmatnya. Maka dari itu mengapa kita tidak pandai
bersyukur, padahal tidak ada yang dirugikan apabila kita bersyukur,
justru kita akan menerima nikmat yang lebih berlipat ganda.
2. Tradisi ini tidak semata hanya karena adat istiadat jawa, akan tetapi
ada unsur Islamnya juga. Selain yang menjalankannya masyarakat
islam, tradisi ini bernuansa Islam terlihat dari apa yang dilakukan
masyarakat sebelum acara inti dari tradisi ini yaitu dengan sholat
sunah, mujahadah, zikir, dan membaca doa Yaumul Asyuro. Hal ini
juga sudah menunjukan bahwa tradisi ini patut dipertahankan sampai
pada masa kini, karena ajaran yang terdapat didalam tradisi ini bukan
hanya budaya jawa semata akan tetapi ada unsur islamnya juga.
Dengan itu kita lebih dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT
melalui tradisi Njangan Jamu. Maka tidak salah jika masayarakat
masih mempertahankan dan melestarikan tradisi ini.
3. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat dusun Dukuh Sari karena
dianggap bahwa tradisi ini membawa dampak yang positif bagi warga
dusun Dukuh Sari, karena dengan adanya tradisi ini kerukunan warga
menjadi semakin erat dan solidaritas antar warga juga semakin tinggi.
82
Ini mengapa tradisi Njangan Jamu ini masih dipertahankan oleh
mayarakat dusun Dukuh Sari.
4. Masyarakat juga menilai bahwa dengan kita melaksanakan tradisi
ini berarti kita sudah bersedekah, karena masakan yang menjadi
simbol dari tradisi ini yaitu masakan sayur jamu atau njangan jamu ini
dianggap bahwa sedekah. Karena bulan ini adalah bulan mulia atau
bulanya kemenangan para nabi jadi jika bersedekah di bulan ini
berharap akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Maka kenapa
tradisi ini masih dilakukan oleh masyarakat setempat.
Demikianlah beberapa hikmah yang ada di dalam tradisi Njangan
Jamu tersebut. Ternyata dalam tradisi tersebut semua hikmahnya
masih dapat dirasakan dan berguna bagi masyarakat khususnya
masyarakat dusun Dukuh Sari yang setiap tahunnya sudah pasti
melakukan tradisi tersebut. Dan masyarakat dusun Dukuh Sari
berharap tradisi ini akan tetap ada dan masih dilaksanakan oleh
masyarakat dusun Dukuh Sari generasi selanjutnya.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut para ahli adalah proses pengubahan
sikap dan tatalaku seseorang melalui pembelajaran dan pelatihan agar
menjadi pribadi yang berbudi luhur dan dapat mempertanggung jawabkan
setiap tindakannya. Pendidikan karakter merupakan sebuah kegiatan
manusia yang didalamnya terdapat pelajaran yang mendidik yang
diperuntukan oleh generasi selanjutnya agar generasi itu dapat mengmbil
keputusan yang bijak yang pada akhirnya berguna bagi nusa dan bangsa.
2. Sejarah pelaksanaan tradisi njangan jamu yang berkembang di Dusun
Dukuh Sari.
Untuk sejarah dari pelaksanaan tradisi njangan jamu yang selama
ini berkembang di dusun Dukuh Sari adalah berawal dari kisah Nabi Nuh
dan pengikutnya yang selamat dari musibah banjir bandang, rasa
syukurnya Nabi ungkapkan dengan memasak segala bahan makanan yang
saat itu tersisa kemudian dimakan bersama pengikutnya. Kemudian tradisi
itu sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat dusun Dukuh Sari
untuk memperingati kisah Nabi Nuh dan juga ungkapan rasa syukur
84
masyarakat setempat atas segala nikmat dan berkah dari Allah SWT. Dari
awal mula tradisi ini diciptakan oleh Nabi Nuh juga memakai bumbu
rempah-rempah hingga saat ini , maka kenapa masakan ini disebut
masakan jamu atau orang jawa menyebutnya dengan istilah Njangan Jamu.
3. Konsep pendidikan karakter dalam tradisi njangan jamu
Untuk pendidikan karakter yang ada dalam tradisi njangan jamu ini
adalah mengajari untuk bersedekah, akrab dan rukun kepada tetangganya,
slalu mengingat Allah SWT, pandai bersyukur atas nikamat yang
diberikan oleh Allah SWT dan melestarikan budayanya. Karena jika tidak
ada yang melestarikan, budaya tersebut akan punah. Tradisi ini dilakukan
setiap tahunnya tepatnya pada tanggal 10 bulan As-Syuro, dengan
menghidangkan masakan dari bahan segala jenis sayuran dan bumbunya
segala bahan rempah-rempah yang bisa dibuat untuk membuat jamu.
Dilaksanakan di mushola atau masjid tepatnya setelah sholat Isya.
Makanan yang dibawa oleh masyarakat di jadikan satu kemudian
dibagikan kembali kepada warga yang hadir pada saat itu.
4. Relevansi konsep pendidikan karakter dalam tradisi njangan jamu pada
kehidupan masa kini.
Pendidikan karakter yang bisa diambil dari tradisi njangan jamu ini
adalah sedekah, taat kepada Allah SWT, rukun tetangga, dan pandai
mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT kepada ummatnya. Dari
beberapa hikmah tradisi njangan jamu itu ternyata masih dapat diterapkan
85
pada kehidupan jaman sekarang, dan itu sangat bermanfaat untuk
masyarakat di dusun Dukuh Sari. Maka kenapa tradisi ini masih tetap
dilestarikan dan senantiasa dilakukan oleh masyarakat dusun Dukuh Sari,
karena semua hikmah yang terkandung dalam tradisi ini dapat diambil dan
diterapkan di zaman sekarang ini.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang telah penulis peroleh selama melakukan
penelitian, sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis
kemudian memberikan saran kepada khususnya masyarakat dusun Dukuh Sari
perangkat desa Ketangi, dan umumnya kepada orang-orang di luar desa ini
seperti mahasiswa, pemerintah kota dan msyarakat umum dalam menyikapi
ataupun menilai tradisi Njangan Jamu ini sebagai berikut:
1. Sebuah tradisi dilakukan oleh nenek moyang terdahulu pasti ada hikmah
yang terkandung di dalam tradisi tersebut, maka njangan menganggap
sebelah mata dengan tradisi atau budaya Jawa yang dianggap hanya tradisi
dan budaya kejawen saja dan tidak sesuai dengan syariat islam. Tetapi
tradisi njangan jamu ini bukan sekedar tradisi dan budaya jawa akan tetapi
juga sesuai dengan Syariat Islam. Jadi jangan suka meremehkan hal-hal
yang belum kita ketahui dengan pasti.
2. Untuk masyarakat dusun Dukuh Sari agar lebih meningkatkan keikut-
sertaan dalam acara tradisi njangan jamu ini karena banyak manfaat yang
dapat diperoleh dari kegiatan tradisi njangan jamu ini. Dan lebih aktif lagi
dalam kegiatan-kegiatan dusun lainya, karena dengan aktif mengikuti
86
acara dusun ataupun desa maka akan semakin terbentuk keakraban dan
solidartas antar warga, ini juga akan berdampak positif bagi diri kita.
3. Mendidik anak bisa melalui apa saja dan dengan siapa saja. Jangan pernah
takut untuk mengajarkan dan mengenalkan budaya kepada anak-anak
karena di tangan merekalah kelak budaya-budaya ini akan diwariskan.
87
DAFTAR PUSTAKA
Bayuadhy, Gesta. 2015. Tradisi-Tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa.
Yogyakarta: Penerbit Dipta.
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Echols, M.,John & Hasan Shadily. 1988. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Gulo, Dali. 1982. Kamus Psychologi. Bandung : Penerbit Tonis.
Kesuma, Dharma, Cepi Triatna, dan Johar Permana. 2012. Pendidikan Karakter:
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mansur.2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam.Yogjakarta: Pustaka
Pelajar.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press.
Mulayana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar. Bandung:
Rosdakarya
Moloeng, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualittif. Bandung: Remaja Roasada
Karya.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwadi. 2005. Ensiklopedi Kebudayaan Jawa. Medan: Bina Meida
Samani, Muchlas & Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosydakarya.
Sholikhin, Muhammad. 2010. Ritual Dan Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta:
Penerbit Narasi.
Sugiono. 2014. Metode Penelitian Kwantitatif, Kwalitatif, dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta.
88
Suparlan Suhartono, 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Al-Ruzz
Thoha, Chabib, MH. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogjakarta: Pustaka
Pelajar.
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Bandung: Citra Umbara.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter
Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zaim, El-mubarok. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan
Praktik. Yogyakarta: UNY Press.
Aktivasiotakkanan.net. 2015. Program Pendidikan Karakter Di Indonesia.
(Online). (aktivasiotakkanan.net/program-pendidian-karakter-di-indonesia,
diakses 07 Maret 2016).
Ebink, Hotibin. 2013. Sekilas tentang Kearifan Lokal Masyarakat. (Online).
(http://kangebink.blogspot.co.id/2013/10/sekilas-tentang-kearifan-
lokal.html, diakses 20 Agustus 2016)
Mendidikanakanak.blogspot.co.id. 2013. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perilaku
Anak. (Online). (mendidikanakanak.blogspot.co.id/2013/04/pengaruh-pola-
asuh-terhadap-perilaku.html?m=1, diakses 07 Maret 2016).
Nurhayati, Sri Lilis. 2015. Lingkungan Pendidikan Mencakup Keluarga, Sekolah
Dan Masyarakat. (Online). (bk14066.blogspot.co.id/2015/06/Lingkungan-
pendidikan-mencakup-keluarga.html?m=1, diakses pada 30 Agustus 2016.
Pukul 10.11 WIB).
Tuasikal, Muhammad Abduh. 2009. Amalan di Bulan Rajab. (Online). (https://
muslim.or.id/853-amalan-di-bulan-rajab.html, diakses 07 Maret 2016)
Wikipedia.org. 2016. Tradisi. (Online). (https://id.m.wikipedia.org/wiki/tradisi,
diakses 15 Februari 2016).
89
Riwayat Hidup
Nama : Nur Winarsih
Tempat tanggal lahir : Demak, 07 juli 1992
Agama : Islam
Alamat : Dusun Suka Jaya, RT/RW 008/004, Desa Suka
Raja, Kecamatan Singkup, Kabupaten Ketapang,
Kalimantan Barat.
Riwayat Pendidikan
1. SDN Suka Raja, Singkup Lulus tahun 2003/2004
2. MTS AL- FATTAH Kendawangan lulus tahun 2006/2007
3. SMA KY AGENG GIRI Mranggen Lulus tahun 2009/2010
Demikian daftar riwayat hidup saya buat dengan sebenar – benarnya.
Salatiga 08 September 2016
Penulis,
90
91
92
93
Pedoman Wawancara
Butir-butir pertanyaan:
1. Bagaimana sejarah Njangan Jamu?
2. Kesinambungan sejarah Njangan Jamu dengan tradisi Njangan Jamu
hingga sekarang?
3. Siapa saja tokoh dalam tradisi Njangan Jamu?
4. Kapan pelaksanaantradisi Njangan Jamu?
5. Bagaimana ritual tradisi Njangan jamu?
6. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap tradisi Njangan jamu?
7. Apa saja nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi Njangan Jamu?
8. Tanggapan/ pendapat tokoh agama terhadap tradisi Njangan Jamu?
94
Data Wawancara
Nama informan : Ahmad Syafi’i
Waktu : 12.50 WIB
Hari/tanggal : Jum’at/25.03.2016
Tempat : Rumah bapak Ahmad Syafi’i
1. Maaf pak, sebelumnya perkenalkan nama saya Nur Winarsih
mahasiswa IAIN Salatiga, sowan saya kemari dalam rangka tugas
skripsi, bolehkah saya menanyakan beberapa hal terkait tradisi
Njangan Jamu yang dilaksanakan oleh masyarakat dusun Dukuh Sari?
Jawab:
Iya mbak silahkan
2. Maaf pak saya mau Tanya bagaimana sejarah Njangan Jamu?
Jawab:
Tradisi Njangan Jamu pada awalnya di bawa oleh salah satu Waliulloh
yang bernama Sunan Geseng. Dalam menjalankan misi dakwahnya,
Sunan Geseng menjadikan tradisi “Njangan Jamu” sebagai media
dakwah pada masa itu. Tradisi ini bisa disebut dari nabi Nuh,dalam
kitab Risalatul ambiyak, nabi Nuh diberikan wahyu oleh Allah SWT
untuk membuat kapal karena akan datang bencana, dan hal itu
dibantah oleh putranya nabi Nuh karena saat itu sedang musim
kemarau, lalu nabi Nuh meyakinkan putranya agar mau ikut kepada
nabi Nuh beserta pengikutnya yang lain karena akan ada banjir besar
95
datang, tetapi Kan’an putra nabi Nuh membantah dengan alasan jika
memang akan terjadi banjir besar maka ia akan naik ke gunung dan
memanjat pohon yang paling tinggi di gunung tersebut. Sebelum nabi
Nuh naik keatas kapal, nabi Nuh sudah di ingatkan oleh malaikat jibril
agar nabi Nuh membawa serta semua binatang yang ada dengan
berpasang-pasang, khususnya binatang yang banyak manfaatnya.
Akhirnyapun Kan’an putra nabi Nuh tenggelam oleh banjir besar yang
diturunkan oleh Allah SWT dan nabi Nuh beserta pengianya selamat
dari banjir tersebut bertepatan pada tanggal 10 Syuro. Untuk
menucapkan rasa syukur karena selamat dari banjir sebar tersebut
kemudian nabi Nuh bersabda kepada para pengikutnya untuk membuat
hidangan dari bahan-bahan seadanya yang mereka bawa. Masakan
inilah yang kemudian dilestarikan sampai sekarang dan slalu
diperingati oleh masyarakat sebagai tanda syukur”.
3. Bagaimana kesinambungan sejarah Njangan Jamu denga tradisi
Njangan Jamu hingga sekarang?
Jawab:
Saya kelahiran 1970 dan dari sejak tahun itu dari saya ikut waktu kecil
sampai saya tua sekarang ini ya tatacaranya masih sama seperti dulu,
sejak dulu saya diajak oleh orang tua saya juga ritualnya seperti itu.
4. Siapa saja tokoh dalam tradisi Njangan Jamu di dusun Dukuh Sari ini?
Jawab:
c. KH Hasan Mimbar
96
d. KH Zarkoni.
5. Kapan pelaksanaan tradisi Njangan Jamu?
Jawab:
Tangal 10 Muharram / 10 bulan Syuro
6. Bagaimana ritual tradisi Njangan Jamu?
Jawab:
saya mengikuti mbah-mbah jaman dulu acaranya itu ba’dho isya’,
setelah semua ngumpul jadi satu kemudian kita sholat sunah 4 roka’at,
lalu membaca istigfar, khasbunallah,ya lathif, zikir dan doa. Kemudian
setelah itu bersama-sama walimahan atau ngepung selamatanya itu.
Untuk sayur atau masakanya itu semua jenis sayuran dan diberi bumbu
seperti bumbu ikan dan bumbu jamu.”
7. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap tradisi Jangan Jamu ?
Jawab:
Alhamdulillah untuk para warga di dukuh Sari ini ikut semua mbak,
terbukti ada 3 mushola dan 1 masjid itu ramai semua, bahkan antara
masjid dan mushola di RT 2 itu hampir seimbang.
8. Apa saja nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi Njangan jamu?
Jawab:
Tradisi ini Sebagai uacapan rasa syukur kepada Allah SWT, sebagai
sarana bersedekah, sebagai cara untuk saling rukun kepada tetangga,
sebagai sarana memanjatkan doa agar terlindungi dari segala bencana.
97
9. Bagaimana tanggapan/ pendapat tokoh agama terhadap tradisi Njangan
jamu ini?
Jawab:
karena saya penasaran, saya pernah bertanya kepada pak ya’i terkait
tradisi ini. Ya’i di desa saya itu ada tradisi seperti ini la itu sebenarnya
hanya tradisi dari sesepuh atau memang ada dawuhnya di kitab? Jawab
ya’i oh itu memang ada di kitab i’anatut tholibin coba dibuka. Dan
waktu itu kebetulan saya punya kitabnya dan saya cari ada di juz 1.
Setelah itu baru saya lebih mantap menjalankanya.
98
Nama informan : Muhzamil
Waktu : 13.30 WIB
Hari/tanggal : Kamis/ 31- 03- 2016
Tempat : Rumah bpk Muhzamil
1. Maaf pak, sebelumny perkenalkan nama saya Nur Winarsih mahasiswa
IAIN Salatiga, sowan saya kemari dalam rangka tugas skripsi, bolehkah
saya menanyakan beberapa hal terkait tradisi Njangan Jamu yang
dilaksanakanoleh masyarakat dusun Dukuh Sari?
Jawab:
Iya mbak silahkan
2. Maaf pak saya mau tanya, bagaimana sejarang Njangan Jamu?
Jawab:
Bulan asyuro adalah bulan kemenanganya para nabi, seperti nabi Musa
menang dalam melawan Fir’aun, nabi Nuh beserta pengikutnya selamat
dari banjir Bandang. Asal usulnya dari nabi Nuh ketika mendapatkan
wahyu dari Allah SWT untuk membuat perahu dan menyuruh semua
pengikutnya beserta hewan peliharaan naik keatas perahu tersebut, kecuali
putranya yang bernama Kan’an karena dia tidak mau ikut ajaranya nabi
Nuh. Didalam perahu tersebut nabi Nuh memberikan larangan kepada
semua pengikutnya beserta hewan peliharaan untuk menahan hawa nafsu
saling suka satu dengan yang lainnya. Setelah itu banjir besar pun tiba dan
nabi Nuh beserta pegikutnya selamat dari musibah tersebut. Setelah banjir
99
itu terlewati nabi Nuh beserta pengikutnya berhenti didaratan dan nabi
Nuh besabda kepada pengikutnya, “wahai pengikutku kita selamat dari
banjir yang besar maka bersyukurlah kepada Allah SWT dan sholatlah
kepada Allah SWT, dan siapapun yang saat ini masih mempunyai sesuatu
yang bisa dimasak dikumpulkan semua menjadi satu apapun itu, (ada
berbagai macam sayuran. Cabai. Garam. Dan lain-lain) kemudian dimasak
dan di makan bersama semua pengikutnya. Nah dari kejadian itu maka
disebut dengan masakan Asyuro/ jangan Asyuro, dan setiap tanggal 10
Asyuro nabi Nuh bersabda untuk membuat sayuran seperti itu untuk
dihidangkan dan dimakan bersama-sama.
3. Bagaimana kesinambungan sejarah Njangan Jamu denga tradisi Njangan
Jamu hingga sekarang?
Jawab:
Untuk ritualnya masih sama seperti waktu dulu kecil saya dulu mulai dari
tatacaranya, cara memasaknya, bumbunya, dan ritual yang dilakukan
sebelum makan bersama “jangan jamunya” itu cuman perbedaannya kalau
dulu dilakukan di lereng gunung sekarang sudah banyak tempat yang bisa
digunakan khususnya di mushola-mushola dan masjid-masjid yang ada di
desa tersebut.
4. Siapa saja tokoh dalam tradisi Njangan Jamu di dusun Dukuh Sari ini?
Jawab:
Kalau tokoh yang dulu seinget saya KH Hasan Mimbar, kalau yang
sekarang pak Syafi’i termasuk yang meneruskan.
100
5. Kapan pelaksanaan tradisi Njangan Jamu?
Jawab:
Malam 10 syuro
6. Bagaimana ritual tradisi Njangan Jamu?
Jawab:
pada malam 10 Asyuro semua warga masak yang namanya “jangan jamu”.
Kenapa disebut njangan jamu ya karena bumbu yang di buat masak sayur-
sayuran itu ya bumbu jamu maka disebut jangan jamu. Setelah ditumplek
jadi satu lalu dibagikan kepada semua orang yang ada saat itu di mushola
atau di masjid,Kita makan bersama.
7. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap tradisi Jangan Jamu ?
Jawab:
Pas tradisi ini banyak warga yang ikut, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan ada warga yang tidak ikut, tapi sebagian besar bahkan
hampir seluruh warga dukuh Sari ini ikut tradisi tersebut.
8. Apa saja nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi Njangan jamu?
Jawab:
Dengan adanya tradisi ini mayarakat semakin guyup rukun dengan
tetangga, juga bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.
101
9. Bagaimana tanggapan/ pendapat tokoh agama terhadap tradisi Njangan
jamu ini?
Jawab:
Tanggapannya baik dan mendukung.
102
Nama informan : Karimun
Waktu : 16.00 WIB
Hari/tanggal :Minggu/ 10- 04- 2016
Tempat : Rumah bpk Karimun
1. Maaf pak, sebelumny perkenalkan nama saya Nur Winarsih mahasiswa
IAIN Salatiga, sowan saya kemari dalam rangka tugas skripsi, bolehkah
saya menanyakan beberapa hal terkait tradisi Njangan Jamu yang
dilaksanakanoleh masyarakat dusun Dukuh Sari?
Jawab:
Iya silahkan
2. Maaf pak saya mau Tanya bagaimana sejarah Njangan Jamu?
Jawab:
Nek dari cerita orang tua gitu tradisi ini berawal dari kisah Nabi Nuh, yang
ditimpa musibah banjir bandang dan selamat dari banjir tersebut lalu untuk
mengungkapkan rasa syukurnya dengan memaksa bersama yang saat ini
kita kenal dengan tradisi Njangan Jamu.
3. Bagaimana kesinambungan sejarah Njangan Jamu denga tradisi Njangan
Jamu hingga sekarang?
Jawab:
Saya asli orang sini mbak dan menurut saya belum ada yang berubah dari
tradisi njangan jamu yang ada di desa sini. Ritualnya dan masakan yang
dihidangkan juga masih sama seperti dulu.
103
4. Siapa saja tokoh dalam tradisi Njangan Jamu di dusun Dukuh Sari ini?
Jawab:
Kalau untuk tokoh jaman dulu saya sudah banyak yang lupa mungkin
cuman KH Hasan Mimbar, tapi kalau yang sekarang meneruskan masih
ada seperti pak Safi’i, pak Muhzamil juga termasuk.
5. Kapan pelaksanaan tradisi Njangan Jamu?
Jawab:
Pelaksanaan tradisi ini biasanya dilaksanakan pada tangal 10 bulan Syuro
6. Bagaimana ritual tradisi Njangan Jamu?
Jawab:
Bisa disebut jangan jamu itu karena sayuran yang dimasak diberi bumbu
rempah-rempah seperti jahe kunir dan lain-lain seperti orang mau bikin
jamu,dilaksanakan di masjid atau mushola, slametan dan makan bersama.
7. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap tradisi Jangan Jamu ?
Jawab:
Setahu saya warga baik-baik saja dan menerima tradisi ini, kalau pas acara
ini semua warga juga pada ikut datang dan ikut berpartisipasi dengan
kegiatan ini. Soalnya tradisi ini sudah lama, sudah sejak saya kecil itu
sudah ada.
8. Apa saja nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi Njangan jamu?
Jawab:
104
Menurut saya, tradisi ini punya dampak yang positif buat warga desa.
Karena tradisi ini kepedulian warga semakin meningkat, dan tradisi ini
juga dihitung sebagai sedekah dibulan yang mulia.
9. Bagaimana tanggapan/ pendapat tokoh Agama terhadap tradisi Njangan
Jamu ini?
Jawab:
Bagi kami warga dan para sesepuh selalu mendukung apapun kegiatan
yang ada di dusun sini selama kegiatan itu tidak melanggar syariat Agama.
105
Reduksi Data
Nama informan : Ahmad Syafi’i
Waktu : 12.50 WIB
Hari/Tanggal : Jum’at/ 25-03-2016
Tempat : Rumah bpk Ahmad Syafi’i
Tradisi Njangan Jamu ini awal mula dibawa oleh waliullah yang bernama sunan
Geseng. Dalam rangka menjalankan misi dakwahnya, sunan Geseng membawa
tradisi Njangan Jamu ini sebagai media dakwah pada kala itu. Filosifi yang
terkandung dalam tradisi ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur terhadap segala
nikmat yang diberikan Allah SWT. Sejarah Njangan Jamu sendiri berasal dari
kisah Nabi Nuh yang kala itu mendapat wahyu dari Allah SWT untuk membuat
kapal besar dikarenakan akan ada bencana banjir bandang. Kemudian Nabi Nuh
beserta pengikut setianya mebuat kapal besar, akan tetapi banyak juga yang
menentang dengan alasan dimusim kering tidak akan ada banjir bandang,
termasuk anak kandung Nabi Nuh sendiri yang bernama Kan’an. Tidak berselang
lama setelah kapal yang dibuat Nabi Nuh jadi, hujan lebat dan angin besarpun
datang hingga desa itupun tenggelam dengan air. Akan tetapi Nabi Nuh beserta
pengikut setianya selamat dari banjir tersebut karena mereka berada di dalam
kapal besar yang mereka buat itu. Dengan selamatnya mereka kemudian Nabi
Nuh memerintahkan pengikutnya untuk memasak semua bahan yang masih tersisa
dari bekal mereka untuk dijadikan slamatan rasa syukur karena selamat dari
musibah besar. Kisah inilah yang kemudian dilestarikan hingga saat ini dengan
sebutan tradisi Njangan jamu.
106
Tradisi Njangan jamu di dusun Dukuh sari ini kemudian dikembangkan dan
senantiasa dilaksanakan oleh masyarakat setempat, tokoh yang paling
berpengaruh di dusun ini antara lain KH Hasan Mimbar dan KH Zarkoni.
walaupun tradisi ini sudah ada sejak lama, tetapi masyarakat dusun Dukuh Sari ini
konsisten setiap tahun menjalankannya. Selain itu, ritual yang dilakukan juga
tidak ada perubahan yang berarti, mulai dari sejarahnya smpai dengan
pelaksanaan tradisinya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Dengan tetap
melestarikan dan menjaga keaslian dari tradisi tersebut, agar tidak mengurangi
penghormatan kepada nenek moyang dan kekhitmatan dalam menjalankannya.
Untuk pelaksanaan tradisi Njangan Jamu ini biasanya masyarakat dusun Dukuh
Sari melaksanakannya pada tangal 10 bulan Syuro atau biasa disebut dengan
malam 10 Asyuro. Untuk tempat pelaksanaannya biasa dilaksanakan di masjid
atau di mushola yang ada di dusun Dukuh Sari. Pelaksanaan tradisi Njangan Jamu
dimulai sejak tanggal 9 Muharam masyarakat melaksanakan puasa terlebih
dahulu, kemudian tanggal 10 mengadakan sunatan masal, kemudian malamnya
dilanjutkan tradisi Njangan jamu dengan berkumpul di masjid atau mushola mulai
dari sehabis magrib dan membawa masakan yang telah mereka masak. Setelah
semua berkumpul kemudian diawali dengan sholat sunah 4 roka’at lalu membeca
istigfar, khasbunallah, ya lathif, zikir dan doa. Setelah semua ritual dan doa sudah
dibaca kemudian bersama- sama ngepung makanan yang di bawa warga dan
makan bersama jadi satu. Untuk macam- macam sayuran yang akan dimasak
menjadi Njangan Jamu itu adalah bisa swegala jenis sayuran hijau dan sayuran
lainnya, kemudian untuk bumbu njangan jamunya dalah segala jenis rempah-
107
rempah yang biasa dibuat bahan jamu seperti kencur, kunir, lengkuas, temu ireng,
temu lawak, brotowali dll.
Dengan melaksanakan tradisi Njangan Jamu ini masyarakat semakin guyup rukun
antar tetangga, saling hormat menggormati, meningkatnya rasa solidaritas antar
tetangga, lebih taat kepada Allah SWT, pandai bersyukur kepada Allah SWT atas
segala nikmat yang dilimpahkanNya. Dengan demikian tradisi Njangan jamu ini
tetap bisa dilakukan dari zaman nenek moyang hingga zaman sekarang dan akan
tetap berlanjut sampai pada anak cucu generasi penerus.
108
Nama informan : Muhzamil
Waktu : 13.30
Hari/Tanggal : Kamis/ 31-03-2016
Tempat : Rumah bpk Muhzamil
Tradisi Njangan jamu di dusun Dukuh sari ini biasa dilakukan di bula Syuro yaitu
bulan kemenangan para Nabi, seperti Nabi Musa yang menang dalam melawan
raja Fir;un, dan Nabi Nuh yang selamat dari bencana banjir bandang. Cerita
tentang kisah Nabi Nuh yang kala itu mendapat wahyu dari Allah SWT untuk
membuat perahu, kemudian Nabi Nuh dan pengikutnya membuat perahu
kemudian menaikinya dengan membawa semua hewan peliharaannya berpasang-
pasang. Tapi tidak dengan putra kandung Nabi Nuh yang bernama Kan’an, putra
Nabi Nuh tidak mau ikut dan ingkar kepada ajakan Nabi Nuh. Kemudian pada
seluruh pengikutnya beserta hewan peliharaannya tersebut untuk sementara waktu
menahan hawa nafsu selama berada di dalam kapal. Dan selang beberapa waktu
setelah Nabi Nuh beserta pengikutnya naik kedalam, hujan pun turun dan tidak
menunggu lama banjir besarpun datang. Tetapi Nabi Nuh beserta pengikut yang
berasa dalam kapal selamat. Untuk mengungkapkan rasa syukur inilah kemudian
Nabi Nuh memerintahkan pengikutnya masak. Masakan inilah yang saat ini
dikenal dengan masakan Njangan Jamu.
Tradisi Njangan Jamu ini dilakukan tepatnya pada tanggal 10 bulan Syuro. Untuk
ritualnya masih sama seperti nenek moyang dulu lakukan, bedanya kalau dulu
dilakukan di lereng gunung, untuk sekarang cukup dilakukan di Masjid atau
109
mushola yang ada di dusun tersebut. Bahan- bahan yang digunakan untuk
memasak masakan Njangan jamu yaitu semua jenis sayuran hujau dan bumbunya
seperti orang membuat jamu yaitu terdiri dari rempah-rempah seperti kunir,
lengkuas, jahe, serai, temu lawak,kencur dll. Semua bahan itu dimasak jadi satu,
untuk sekarang biasanya orang-orang menambahkan daging atau rambak. Untuk
ritualnya biasa dilakukan setelah sholat berjama’ah kemudian semua orang
berkumpul di Masjid ataupun Mushola dan setelah semua doa dibacakan
kemudian masakan yang di bawa oleh warga di jadikan satu kemudian dibagikan
kembali oleh warga, semua orang yang hadir mendapatkannya dari anak kecil
sampai orang tua.
Tradisi Njangan jamu ini juga berdampak positif bagi warga dusun Dukuh Sari
khususnya, dengan menjalankan tradisi ini, warga menjadi sadar dan senantiasa
bersyukur kepada Allah SWT dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Toleransi warga antar tetangga juga meningkat. Dari itu dapat disimpulkan
bahwa tradisi ini tidak melenceng dari ajaran Agama dan tetap bisa dilakukan
sampai pada zaman sekarang yang sudah modern.
110
Nama informan : Karimun
Waktu : 16.00 WIB
Hari/tanggal :Minggu/ 10- 04- 2016
Tempat : Rumah bpk Karimun
Sejarah awal mula adanya tradisi Njangan jamu menerut cerita dari sesepuh
terdahulu berasal dari kisah Nabi Nuh, Nabi Nuh yang selamat dari bencana banjir
bandang karena Nabi Nuh dan pengikutnya melaksanakan apa yang diwahyukan
Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi Nuh untuk membuat kapal besar
karena akan ada bencana banjir besar, karena itulah Nabi Nuh selamat. untuk
mengungkapkan rasa stukur kemudian Nabi Nuh memerintahkan kepada
pengikutnya untuk memasak masakan dengan bahan yang tersisa di dalam kapal.
Setelah jadi, masakan tersebut dimakan bersama oleh nabi Nuh dan semua
pengikutnya. Kisah inilah yang kemudian berkembang menjadi tradisi Njangan
jamu yang senantiasa dilakukan oleh masyarakat dusun Dukuh Sari. Tradisi
Njangan Jamu ini berbahankan semua jenis sayuran dengan bumbu rempah-
rempah, yang kemudian dimasak menjadi satu dan biasa disebut dengan masakan
Njangan Jamu. Tradisi ini biasa dilakukan pada malam tanggal 10 bulan Syuro,
dengan maksud bersedekah di bulan yang mulia dan sebagai ungkapan rasa
syukur warga atas nikmat yang di berikan oleh Allah SWT.
Pendidikan karakter yang bisa didapat dari tradisi ini adalah meningkatkan rasa
syukur kepada Allah atas segala nikmatnya, tumbuhnya rasa peduli kepada
111
tetangga, dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, cinta tanah air, dan
tidak melupakan sejarah. Tradisi Njangan jamu ini juga tidak ada perubahan yang
berarti dari awal mula dilaksanakan oleh nenek moyang terdahulu dan sampai saat
ini. Kesinambungan antara sejarah tradisi Njangan Jamu dengan kehidupan
sekarang, tradisi Njangan Jamu ini masih dapat dilakukan walaupun dizaman
modern seperti saat ini karena tidak ada yang keluar dari ajaran Agama.
112
113
114
115
116
117
118
Dokumentasi
Wawancara dengan perangkat Desa
Kantor Kepala Desa
119
Wawancara dengan bapak Syafii
Wawancara dengan bapak Kusnan